1
EKSPLORASI ALAM P T O H B rimata dan
umbuhan
bat
utan
PUBLIKASI TAHUNAN OWA
odogol
3
EKSPLORASI ALAM Primata dan Tumbuhan Obat Hutan Bodogol
Observasi Wahana Alam DEPARTEMEN BIOLOGI IPB
EKSPLORASI ALAM Primata dan Tumbuhan Obat Hutan Bodogol
Judul Buku
: Eksplorasi Alam - Primata dan Tumbuhan Obat Hutan Bodogol Penulis : Fadhli Sofyan, Tiara Sayusti, E Nunus R Foto : Sarah Nila, Yosfaldo Geri, Kanthi A W Tim Eksplorasi Alam 2014 Penata Letak : Fadhli Sofyan Foto Kulit Muka : Sarah Nila Ukuran : B5 Terbit : Bogor 2015
TIM EKSPLORASI ALAM
OWA: Tiara Sayusti (Ketua Umum OWA 2014), Sahala Louis Alexander S (Ketua Eksplorasi Alam 2014), Fadhli Sofyan (Wakil Ketua Eksplorasi Alam 2014), Satya Ratna Lestari, Arifatul Umayah, Seftiyana, Putri Ayu Oktavia, Arifatul Umayah, Wira Agung Pratikto, Rina Pangastuti, Adheliya Setyorini, M. Yoga Dwa Pratama, Verawati, Faishal Rahman Ludiro, Aris Setiawan, Rahayu Lumban Gaol, Riri Fitria, Hanafi, Restuti Rahayu. Alumni OWA: Islamul Hadi, Saherudin, Ade Satria Sofyan, Siti Sulfiah, Suci Yuliastuti, Marwiyati, Dian Purnamasari Biologi: Kanthi Arum Widhayanti (Dosen Zoologi - Biologi IPB), Sarah Nila (Zoologi Biologi IPB), Eka Septia Wardhani, Winati Nurhayu, Nurul Mudjalifah, Yulianingsih, Agisty Sarasati, Annisa Dwiana, Miftahul Huda Fendiyanto, Muhammad Fadhil Amin, Zulfa Fitri Ramadani, Jenni Indah Dwi Pajar N, Diah Ulil Albab A, Sasti Regi Bintari, Muhammad A. Dharmawan, Selly Nur Aisyah, Muhammad Fadli Rahman, Rahmi Ainun, Gina Nofiana, Nora Adelina, Yosvaldo Gerry Setiono P, Wenang Maharsiwi, Atikah, Reksa Putra Pamungkas, Sri Bening, Hanif Ilma Hidayati, Meis Dyahastuti, Muhammad Ridwan Rizky, Abied Khafidhan, Danika Tapiomas Panggabean, Muhammad Saifurrahman, Galih Gibral Andalusia, Nita Nurhayati Rohmadona, Istiani Novitasari, Derizane Firman Maulida, Tamara Yunike, Alif Khalifah Kardinan Buku ini diterbitkan dengan dukungan dari Departemen Biologi IPB dan Himpunan Mahasiswa Biologi IPB. Penulis bertanggung jawab atas penyampaian fakta yang ada dalam buku ini. Opini yang tercantum di dalam buku ini tidak mencerminkan pendapat IPB dan Departemen Biologi IPB dan tidak bersifat mengikat. Tulisan mencerminkan masukan dari organisasi Observasi Wahana Alam (OWA) Biologi IPB. Tulisan ini didukung pula oleh hasil Eksplorasi Alam 2014 - Primata dan Tumbuhan Obat Hutan Bodogol dan studi pustaka dari Ario A dkk 2011 - Owa Jawa di TNGGP, Jatna Supriatna 2007 - Panduan lapangan primata Indonesia, dan sumber lainnya. Hak cipta buku ini milik OWA IPB , namun hak cipta tiap karya di dalam buku ini sepenuhnya milik penulis dan fotografer masing-masing karya, baik yang dicantumkan maupun yang luput. Buku ini tidak diperjualbelikan oleh pihak mana pun.
5
DAFTAR ISI 4
6 12
8
10 14
4 Redaksi dan Tim Ekplorasi Alam/ 6 Prelude: Eksam, Bodogol, dan OWA/ 8 Monogami Love/ 10 Tumbuhan Obat: Bivlavonoid/ 12 Slow Loris/ 14 Photo Story/
Prelude
Indonesia merupakan negara yang
memiliki keanekaragaman flora dan fauna yang melimpah. Sekitar 2.800 satwa vertebrata tercatat hidup di Indonesia, 848 diantaranya adalah satwa endemik Indonesia. Selain itu negara yang dilalui garis katulistiwa ini memiliki kelimpahan jenis tumbuhan tinggi, dari sekitar 180.000 tumbuhan yang ada di dunia, 37.000 jenisnya tumbuh di Indonesia.
Nama lokal Owa Jawa Nama ilmiah Hylobates moloch Ciri Khas Berpindah dengan bergelantung menggunakan dua tangan, melakukan panggilan/bersuara pagi hari Status Konservasi ENDANGERED
Keanekaragaman flora dan fauna tersebut adalah anugerah dari Tuhan yang perlu disyukuri. Kegiatan konservasi dan eksplorasi adalah beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai bentuk rasa syukur, menjaga kelestarian alam dan mempelajarinya adalah tugas manusia sebagai makhluk hidup yang memiliki akal untuk melakukannya. Kegiatan konservasi dan ekplorasi juga berguna agar kita mengetahui manfaat yang diberikan alam, pemanfaatan sumber daya hayati untuk kehidupan manusia haruslah sejalan dengan pelestarian.
Nama lokal Lutung Nama ilmiah Trachypithecus auratus Ciri Khas Rambut hitam agak keperakan, meloncat saat berpindah pohon. Status Konservasi VULNERABLE
Eksplorasi Alam 2014 ini hanyalah langkah kecil untuk pelestarian dan penyadaran akan pentingnya menjaga keberlangsungan alam, khususnya di Resot Bodogol.
Foto : Dari berbagai sumber
MENGENAL BODOGOL, SEIRIS TAMAN BERMAIN FLORA & FAUNA Foto oleh: Sarah Nila
R
esot Bodogol terletak di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP). Taman Nasional ini terletak di Jawa Barat, meliputi wilayah Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Cianjur. TNGP merupakan salah satu Taman Nasional tertua di Indonesia. Di kawasan ini terdapat Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol (PPKAB) yang didirikan pada tahun 1998 dan Stasi-
un Penelitian Bodogol (SPB) yang didirikan dua tahun setelahnya. Kawasan Resot Bodogol dapat diakses lewat Lido Sukabumi. Daerah ini memiliki luas total berkisat 2.600 ha, dengan studi area untuk kegiatan penelitian lapangan seluas 300 ha. Letak hutan Bodogol secara geografis adalah antara 6º 32’ -6º 34’ SL dan 106˚ 56’ BT. Kawasan ini terletak pada ketinggian 700 sam-
pai 1.500 m dpl dengan topografi berupa perbukitan yang berjajar memanjang dari timur ke barat. Curah hujan di Bodogol berkisar 312,2 mm dengan curah hujan tertinggi pada bulan Desember yaitu 733 mm dengan suhu minimum rata-rata 18° C dan suhu maksimum rata-rata 32° C. Flora dan fauna di TNGGP terlalu banyak untuk diamati dalam satu kali usia manusia. Di
7 Nama lokal Surili Nama ilmiah Presbytis comata Ciri Khas Memilikii jambul, rambut di bawah dagu, ventral, lengan dalam dan ekor berwarna putih. Status Konservasi ENDANGERED
Nama lokal Monyet ekor panjang Nama ilmiah Macaca fascicularis Ciri Khas Status Konservasi LEAST CONCERN
Nama lokal Kukang Jawa Nama ilmiah Nycticebus javanicus Ciri Khas Nokturnal, rambut coklat dengan garis putih dari dahi sampai punggung. Status Konservasi ENDANGERED
Biofarmaka
kawasan ini terdapat sekitar 900 jenis tumbuhan asli, dan tercatat 109 jenis mamalia serta 260 jenis burung yang diantaranya termasuk jenis langka dan endemik yaitu Elang Jawa (Spizaetus bartelsi), 11 jenis reptilia dan 10 jenis amphibi. Di kawasan TNGP terdapat lima jenis primata seperti Lutung hitam (Trachypithecus auratus), Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) termasuk jenis langka dan dilindungi, yaitu Owa jawa (Hylobates moloch), Surili (Presbytis comata), Kukang jawa (Nycticebus javanicus). Hebatnya kelima primata tersebut dapat ditemui di kawasan Bodogol. (Dari berbagai sumber). Salam Lestari! Fadhli S/OWA
Tanaman biofarmaka adalah tanaman yang bermanfaat untuk obat-obatan, kosmetik dan kesehatan yang dikonsumsi atau digunakan dari bagian-bagian tanaman seperti daun, batang, buah, umbi (rimpang) ataupun akar.
Profil
Observasi Wahana Alam
O
wa Jawa adalah primata endemik Jawa yang memiliki kesetiaan pada satu pasangannya. Kesetiaan adalah salah satu hal yang penting. Lebih dari sekedar setia pada pasangan, kesetian pada janji, kesetiaan pada komitmen, kesetiaan pada sahabat, bahkan kesetiaan pada alam adalah harta yang ternilai bagi manusia. Karena itulah dipilihlah “OWA” sebagai lambang organisasi OWA (Observasi Wahana Alam) - Biologi IPB. OWA didirikan pada tanggal 03 September 1998, Taman Nasional Gunung Halimun Salak menjadi saksi lahirnya organisasi ini. Owa, awalnya nama itu tanpa kepanjan-
gan meski tentu memiliki makna seperti dijelaskan sebelumnya. Kepanjangan Observasi Wahana Alam sendiri baru digunakan ketika OWA menjadi bagian dari Himpunan Mahasiswa Biologi IPB. OWA bertujuan sebagai wadah bagi mahasiswa Biologi IPB untuk mengembangkan minat dan bakat berkegiatan di alam bebas, mencakup observasi dan pelestarian alam. Mencintai alam tidak bisa hanya sebatas teori dan slogan, OWA menjadi organisasi yang membangun kesadaran pentingnya pelestarian alam. Lebih dari organisasi, OWA sudah menjadi keluarga kedua bagi anggotanya.
MONO GA M I LOV E Primata yang setia dengan satu pasangan ini memiliki nama Owa Jawa. Di kawasan Bodogol kita masih bisa melihat owa jawa bergelantungan dengan bebas.
Owa jawa yang sedang berpindah dari satu pohon ke pohon lainnya. Foto oleh: Sarah Nila
Foto oleh: Sarah Nila
Owa Jawa, Primata eksotik yang setia
O
wa jawa yang juga dikenal sebagai wauwau merupakan kera endemik di Pulau jawa. Kera ini memiliki nama ilmiah Hylobates moloch dan dalam bahasa inggris dikenal sebagai Silvery Javan Gibbon, Javan Gibbon, Moloch Gibbon, atau Silvery Gibbon. Tak banyak orang tahu bahwa kondisi hewan ini makin memprihatinkan. Populasinya makin menurun dan berdasarkan IUCN Redlist masuk kategori terancam punah (Endengered). Salah satu penyebabnya adalah deforestasi yang berlebihan di Pulau Jawa, menyebabkan 96% habitat owa jawa terus berkurang. Pemburuan liar dan jual beli hewan ini juga turut serta menyumbangkan kondisi yang makin buruk. Padahal menurut CITES, hewan ini masuk daftar Appendiks 1 yang berarti tidak boleh diperjualbelikan. Owa jawa hidup berkelompok secara monogami. Satu kelompok terdiri dari satu
jantan dan satu betina dengan 1 sampai 2 individu anak. Betina hanya mampu melahirkan satu anak setiap kali melahirkan dengan rentang kelahiran 1 sampai 2 tahun dan masa kehamilan 7 sampai 7,5 bulan. Cukup lama bukan? Cara hidup yang monogami dan pola reproduksi yang demikian ini merupakan salah satu mengapa populasi hewan ini semakin sedikit. Selain itu, jika pasangannya mati, hewan ini cenderung untuk melanjutkan sisa hidupnya sendiri padahal masih dalam usia reproduksi. Primata yang satu ini termasuk hewan eksotis, karena memiliki paras tegas dan suara yang merdu. Hewan ini bertubuh langsing dan berlengan panjang sebagai adaptasi cara hidup mereka yang arboreal (beraktifitas pada tajuk pohon). Owa jawa memiliki tubuh yang ditutupi rambut berwarna kecoklatan
9
sampai keperakan atau kelabu. Bagian atas kepalanya berwarna hitam, wajah seluruhnya juga berwarna hitam dengan alis berwarna abu-abu yang menyerupai warna keseluruhan tubuh. Beberapa individu memiliki dagu berwarna lebih gelap. Warna berbeda antar jantan dan betina serta antar tingkatan umur. Umumnya anak yang baru lahir berwarna lebih cerah. Warnanya yang keperakan atau kelabu menjadi kontras ketika mereka berayun dirindangnya pepohonan dan memudahkan jika kita melakukan pengamatan. Suara owa jawa khas dan merdu serta dapat didengar oleh manusia hingga jarak 5001500m. Biasanya mereka sering bersuara pada pagi hari saat hendak mulai menjelajah mencari makan. Nyanyian owa jawa di pagi hari itu disebut dengan Morning call. Jika ingin melihat hewan ini, kita akan mudah menjumpainya pada ketinggian 1.500mdpl. Di Jawa Barat owa jawa menempati wilayah Taman Nasional Ujung Kulon, Gunung Halimun, Gunung Gede pangrango, Cagar
Alam Gunung Sancang dan kawasan wisata Cisolok, sedangkan di jawa Tengah lebih terbatas yaitu hanya di daerah Gunung Slamet sampai dataran Tinggi Dieng. Sampai saat ini owa jawa masih bisa di jumpai di areal PPKA-Bodogol yang merupakan lokasi konservasi owa jawa. Konservasi tengah digalakan untuk menyelamatkan hewan ini, salah satu yang dilakukan Yayasan Owa Jawa (Javan Gibbon Center). Mereka mencoba merehabilitasi owa jawa yang diburu dan diperjualbelikan agar bisa dilepasliarkan di habitat aslinya dikemudian hari. Selain itu, dalam proses rehabilitasi, owa jawa juga dimasukan ke kandang jodoh agar nantinya bisa memilih pasangan dan bisa bereproduksi ketika dilepasliarkan. Owa jawa adalah hewan yang setia karena bersifat monogami, mereka memilih pasangan dan bereproduksi hanya dengan satu pasangan. Yang setia, yang terancam punah, mungkin itulah owa jawa. (Dari berbagai sumber). Save Javan Gibbon! E Nunuz R/OWA
Nama lokal Harendong Nama ilmiah Melastoma Sp. Ciri Khas Ekstraknya dapat digunakan untuk zat analgetik sebagai penghilang rasa sakit, peluruh kemih, menghilabgkan pembengkakan serta menghentikan pendarahan.
Nama lokal Pacing Nama ilmiah Costus speciosus Ciri Khas Tanaman obat-obatan yang tergolong dalam suku temu-temuan atau Zingiberaceae. Bijinya menghasilkan diosegnin dengan sistem amobil berguna untuk meningkatkan kualitas obat-obatan.
Foto : Wikipedia Nama lokal Afrika Ciri Khas Tanaman ini memiliki rasa pahit,dapat dimanfaatkan sebagai obat diabetes, rematik, dan batuk.
Nama lokal Tepus Nama ilmiah Amomum pseudo-foetens Ciri Khas Tumbuhan dari suku jahe-jahean ini memiliki rasa yang hangat dan bisa dimanfaatkan untuk obat masuk angin.
Foto oleh: Y osfaldo Geri
BIV LAVO NOID Tumbuhan jenis pakupakuan ini mudah ditemui di hutan hujan tropis seperti kawasan Bodogol, Selaginella namanya. Tumbuhan ini mengandung senyawa bivlavonoid sehingga tanaman ini bisa dimanfaatkan sebagai obat.
11
Potensi tanaman obat selaginella
M
endengar kata Selaginella mungkin sebagian dari kita sudah tidak asing lagi, karena dari seluruh jenis tumbuhan paku selaginella adalah salah satu jenis paku yang paling terkenal. Bagaimana tidak? Setiap kita jalan-jalan ke hutan atau gunung selaginella pasti menjadi tumbuhan paku yang paling sering kita jumpai Ya, Selaginella merupakan genus tumbuhan paku yang keanekaragamannya paling tinggi di hutan hujan tropis. Tingginya keanekaragaman selaginella disebabkan oleh
kemampuannya yang dapat hidup di berbagai tipe iklim dan tanah. Keberadaanya di banyak tempat di Indonesia tentu saja tidak sia-sia. Karena tumbuhan ini mempunyai banyak sekali kegunaan. Selain sering digunakan sebagai tanaman hias tumbuhan yang dikenal sebagai paku rane ini dapat digunakan untuk mengobati berbagai macam penyakit seperti penyakit batuk, bronchitis, hepatitis, radang, dan bahkan kanker paru-paru. Kemampuan
selaginella
dalam mengobati berbagai macam penyakit disebabkan oleh kandungan senyawa bivlavonoid yang dimilikinya. Bivlavonoid merupakan senyawa yang berperan sebagai antioksidan, anti kanker, antiinflamasi, anti alergi, anti mikroba, anti fungi, bahkan anti virus. Senyawa bivlavonoid yang ditemukan pada selaginella antara lain alkaloid, steroid, saponin, tanin dan flavonoid. (Dari berbagai sumber). Biodiversity is Awesome! Tiara Sayusti/OWA
Foto: Kanthi Arum Widayanti
SLOW LORIS
Primata nokturnal keluarga lorisidae ini disebut slow loris karena gerakannya yang lambat.
13
Berbeda banyak dengan empat primata lain di Bodogol Foto: Fadhli Sofyan
D
i kawasan hutan Bodogol terdapat lima jenis primata yang bisa ditemui. Dari kelima jenis primata tersebut hanya satu primata yang hidup secara nokturnal. Primata nokturnal tersebut adalah Kukang Jawa, primata endemik Pulau Jawa. Kukang jawa memiliki nama ilmiah Nycticebus javanicusW, hewan ini hidup di habitat hutan tropis. Hewan yang disebut slow loris ini hidup arboreal di hutan primer, hutan sekunder, semak belukar dan hutan bambu. Di Bodogol kukang jawa dapat ditemui di pepohonan kaliandra pada malam hari. Kukang memiliki ciri-ciri morfologi panjang tubuh 165-380 mm, panjang ekor 10-20 mm, bobot tubuh rata-rata kukang dewasa adalah 1.400 gram. Kukang memiliki war-
na rambut yang bervariasi tiap spesiesnya seperti warna coklat kemerahan, coklat gelap, dan perak. Ciri khas dari kukang yaitu memiliki garis berwarna coklat atau keemasan dari punggung hingga dahi. Kepala kukang memiliki garis berbentuk garpu pada dahi. Kukang jawa yang memiliki garis menggarpu berwarna cokelat kehitaman. Kukang memiliki mata besar dengan tapetum, yaitu lapisan pada retina mata yang biasa terdapat pada mamalia nokturnal lainnya. Kukang merupakan primata dengan perilaku yang unik. Hewan ini aktif pada malam hari (nokturnal), aktivitasnya dimulai ketika menjelang malam hingga sebelum pagi. Kukang adalah hewan
arboreal, karena jarang turun ke tanah. Hewan ini mampu bergerak dengan tangannya dari dahan ke dahan menggunakan keempat anggota gerak tubuhnya (quadropedal). Berbeda dari kebanyakan primata yang hidup berkelompok, kukang adalah hewan soliter yang hidup sendiri atau dengan pasangannya saja. Untuk menandai teritorinya kukang menggunakan urin sebagai penanda. Proporsi makan kukang hampir setengahnya berupa buah-buahan, selain buah-buahan kukang juga memakan biji-bijian, bunga kaliandra, serangga, kadal dan hewan kecil lainnya. (Dari berbagai sumber). Save Slow Loris! Fadhli Sofyan/OWA
Jual Beli Kukang
S
atwa liar seharusnya hidup bebas di habitatnya, bukan di rumah atau di dalam kandang. Namun sampai saat ini perdagangan satwa liar ilegal masih belum bisa dikendalikan, termasuk perdagangan kukang. Wajar saja kukang banyak diminati untuk dipelihara, hewan ini memiliki wajah yang lucu, gerakan yang lambat, dan bulu yang dengan cora yang unik. Namun kukang tetaplah satwa liar bukan hewan domestik seperti kucing atau anjing peliharaan. Tingkat perburuan dan perdagangan kukang di Indonesia tergolong tinggi. Hal ini mengancam populasi kukang di alam liar, padahal kukang adalah satwaliar yang sudah
terancam punah. Menurut IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) kukang jawa termasuk dalam status genting atau endangered. Menyayangi hewan tidak harus dengan memeliharanya, apa lagi hewan yang dilindungi. Satwa liar memiliki peran dalam keseimbangan ekosistem, perburuan satwa liar seharusnya ditekan. Berhenti membeli dan memelihara satwa liar dapat mengurangi permintaan di pasar, sehingga angka suplai satwa liar dari perburuan bisa ditekan. Bagaimana dengan satwa liar hasil penangkaran/ breeding? Sedihnya satwa liar di penangkaran sulit untuk memiliki perilaku alami seperti satwa liar di habitat alami.
Photo Story Eksam Bodogol 2014
PENGAMATAN LUTUNGFoto oleh: Sarah Nila DI ATAS CANOPY TRAIL Foto oleh: TIm Eksam OWA
15
SURILI
Foto oleh: Sarah Nila
OWA JAWA
Foto oleh: Sarah Nila
Dibalik Pena
Eneng Nunuz Rohmatullayaly Wanita yang akrab disapa Kak Nunuz ini pernah mencicipi satu tahun menjadi ketua umum OWA. Selain itu mahasiswi Pasca Sarjana IPB ini juga peneliti bioantropologi di Baduy Banten.
Tiara Sayusti Tahun 2015 menjadi tahun pamungkasnya sebagai ketua umum OWA. Mahasiswi Biologi IPB ini hobi menikmati alam dan membaca buku. Saat ini sedang disibukan riset DNA Barcoding.
Fadhli Sofyan Mahasiwa biologi IPB ini aktif menulis di blog pribadi , pers kampus, dan menjadi kontributor di salah satu web NGO. Obsesi tertingginya adalah terbang dengan baju Iron Man.
“Man selects only for his own good: Nature only for that of the being which she tends.” -Charles Darwin, The Origin of Species
Observasi Wahana Alam Departemen Biologi IPB 2015