Eksploitasi Terhadap F (Perempuan Hamil Yang Dijadikan Kurir Narkoba) Sebagai Kekerasan Berbasis Gender Azhara Khayati dan Mamik Sri Supatmi Departemen Kriminologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia.
Email :
[email protected] [email protected]
Abstrak Skripsi ini membahas eksploitasi pada F (perempuan hamil kurir narkoba) sebagai kekerasan berbasis gender. Skripsi ini melihat latar belakang F dilibatkan dalam penyelundupan narkoba serta bentuk eksploitasi yang dialami F oleh kekasihnya sebagai bagian dari transnasional organized crime. Teori dalam penelitian ini ialah politik seksual, feminis radikal dan feminist legal theory. Pendekatan kriminologi feminis dan kritis digunakan dalam mengkaji eksploitasi terhadap F. Metode yang digunakan ialah metode kualitatif melalui wawancara mendalam.. Penelitian ini menemukan, keterlibatan F dalam perdagangan ilegal narkoba melalui romantisme cinta yang diciptakan oleh kekasihnya. F mengalami eksploitasi pada tubuhnya sebagai bentuk kekerasan berbasis gender. F juga memberi pemaknaan terhadap eksploitasi yang dialaminya, serta bagaimana respon sosial formal terhadap F merupakan bentuk dari penegakan hukum tidak sensitif gender. Kata Kunci : Eksploitasi, Kekerasan Berbasis Gender, Penyelundupan Narkoba, Perempuan Kurir Narkoba, Transnational Organized Crime.
Exploitation towards F (Pregnant Women as Drug Courier) as Gender Based Violence Abstract This research discuss about exploitation happens towards F (pregnant women as drug courier) as gender based violence. This research sees background of F involved in drug smuggling and exploitation happens toward F by her lover as part of transnational organized crime. Theory used in this research are sexual politic, feminist radical theory, and feminist legal theory. Feminist criminology and critical approach used to explain how exploitation toward F. Method used in this research is qualitative by depth interview. This research found F involved in drug trafficking by love romanticism created by her lover. F experienced exploitation toward her body as gender based violence. This research also explains F‟s understanding about exploitation towards her and social formal responds towards F as form of non-sensitive gender criminal justice system. Keywords : Exploitation, Drug Smuggling, Gender Based Violence, Women Drug Courier, Transnational Organized Crime.
Eksploitasi terhadap..., Azhara Khayati, FISIP UI, 2014
Pendahuluan Berdasarkan Letschert & Dijk (2011), globalisasi dan interdependensi antar-negara mendorong dan memunculkan transformasi kejahatan di luar batas wilayah di semua bagian dunia. Salah
satu
transformasi kejahatan yang terjadi ialah kejahatan perdagangan ilegal
narkoba yang bergerak dari dalam negeri menuju arah transnasional antar negara. Salah satu tindakan represif pemerintah Indonesia sebagai reaksi sosial formal dalam menangkal perdagangan narkoba di Indonesia ialah melakukan penindakan pada orang-orang yang terkait perdagangan narkoba. Salah satu peran yang terkait dalam perdagangan ilegal narkoba ialah kurir narkoba. Menurut Nordegren (2012), kurir narkoba merupakan orang yang mengirimkan narkoba khususnya bagi mereka yang melakukannya di lintas negara, dan atau mendistribusikannya ke pembeli narkoba. Salah satu fenomena yang ada pada kurir narkoba ialah melibatkan perempuan untuk melakukan kegiatan bisnis ini. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Australian National Council on Drugs(ANCD) terkait karakteristik jaringan narkoba di Indonesia yang karakteristik tersebut melibatkan sindikat Afrika Barat yang umumnya berasal Nigeria, Ghana dan Liberia yang biasanya terlibat pada perdagangan heroin (kadang perempuan) Indonesia. Salah satu keterlibatan perempuan ialah pada perempuan hamil yang dijadikan kurir narkoba yang ditunjukkan dari Berita Acara Pemeriksaan di BNN (Badan Narkotika Nasional) pada F, perempuan hamil yag dijadikan kurir narkoba. Berdasar BAP, ditemukan bahwa F diminta oleh kekasihnya untuk mengirim narkoba ke Cina, dengan kondisinya yang sedang hamil. Kebijakan yang dimiliki oleh pemerintah Cina ialah, apabila terdapat perempuan pelanggar hukum yang sedang hamil, perempuan tersebut akan dideportasi. Celah dari kebijakan Cina yang mendeportasi perempuan hamil sebagai pelanggar hukum membuat kehamilan yang dialami oleh F menjadi salah satu modus dalam aktivitas perdagangan narkoba. Dari BAP tersebut, maka peneliti berusaha untuk melihat lebih jauh bagaimana pengalaman perempuan hamil yang dijadikan kurir narkoba ini sebagai bentuk kekerasan berbasis gender karena menimbulkan penderitaan bagi perempuan. Penelitian ini berusaha untuk melihat pengalaman eksploitasi yang dialami oleh F (perempuan hamil yang dijadikan kurir narkoba) sebagai bentuk kekerasan berbasis gender. Guna mengetahui pengalaman eksploitasi maka peneliti berusaha juga untuk menjawab mengenai latar
Eksploitasi terhadap..., Azhara Khayati, FISIP UI, 2014
belakang F dilibatkan dalam penyelundupan narkoba, eksploitasi yang dialami F, reaksi sosial formal yang dialami oleh F, serta pemahaman F mengenai eksploitasi yang dialaminya. Penelitian ini bertujuan agar mampu memberikan pemahaman yang lebih baik dan lebih dalam mengenai pengalaman perempuan hamil yang dijadikan kurir narkoba sehingga mampu memberikan respon hukum yang lebih sensitif gender.
Tinjauan Teoritis Dalam mengkaji penelitian ini, maka terdapat konsep konsep yang digunakan untuk menganalisis penelitian ini. Konsep yang digunakan ialah eksploitasi tubuh perempuan, globalisasi, kekerasan berbasis gender, kurir narkoba, perdagangan ilegal narkoba, perempuan dalam perdagangan ilegal narkoba, dan transnational organized crime. Pertama, ialah eksploitasi tubuh perempuan. Eksploitasi menurut Wilkinson (2003) merupakan sesuatu yang dilihat sebagai tindakan mengambil kegunaan, tidak menyia-nyiakan, mengambil keuntungan dari hal tersebut. Eksploitasi memiliki arti spesifik dimana terdapat penggunaan atau perlakuan salah dalam tindakan tersebut. Eksploitasi tubuh perempuan terjadi ketika tubuh dan perempuan dianggap sebagai hal yang terpisah. Menurut Syarifah (2006) kebertubuhan bukan hanya merupakan tubuh fisik, melainkan juga tubuh yang dialami secara khas berkaitan dengan makna-makna yang diberikan. Masyarakat patriarki umumnya melihat keberadaan perempuan direpresentasikan hanya dari tubuhnya dan hanya memperlihatkan dari sisi fungsional. Globalisasi menurut Leschert & Dijk (2011) yang terjadi saat ini, mengubah wajah kejahatan dan penegakan hukum, dan juga membuat masyarakat rentan terhadap bentuk kejahatan yang baru dan menciptakan korban baru. Kejahatan secara masif mengglobal dengan munculnya kejahatan yang terjadi secara lintas negara. Konsep yang lain ialah mengenai kekerasan berbasis gender. Kekerasan berbasis gender mengacu pada kekerasan yang menargetkan pada individu atau kelompok berdasar gender mereka. The United Nations Office of High Commisioner for Human Rights Committee in the Elimination of Discrimination against women mendefinisikan kekerasan berbasis gender terhadap perempuan sebagai kekerasan yang terjadi pada perempuan karena dia perempuan dan mempengaruhi perempuan secara tidak proporsional. Kekerasan terhadap perempuan berarti segala tindakan yang berdasar kekerasan
Eksploitasi terhadap..., Azhara Khayati, FISIP UI, 2014
berbasis gender yang menghasilkan atau akan menghasilkan kerugian secara fisik, seksual, atau psikologis atau penderitaan pada perempuan, termasuk di dalamnya ancaman pada tindakan, paksaan atau tindakan semena mena yang merampas kebebasan, baik terjadi di ruang publik atau privat (Artikel 1). Kurir narkoba merupakan istilah bagi orang yang mengirimkan narkoba khususnya bagi mereka yang melakukannya di lintas negara, dan atau mendistribusikannya ke pembeli narkoba (Nordegren, 2002). Perdagangan narkoba melingkupi pada produksi, pembuatan, ekstraksi, persiapan, menawarkan, menawarkan untuk dijual, distribusi, penjualan, penerimaaan pada segala bentuknya, perdagangan perantara, pengiriman, transit pengiriman, transportasi, ekspor atau impor narkoba
(UNODC, 1988). Morgan dan Joe yang dikutip oleh Bean (2008)
menyatakan perdagangan ilegal narkoba menggunakan perempuan sebagai pihak pasif dan rentan diviktimisasi karena laki laki mendominasi dunia sosial mereka. Longo (2010) menjelaskan transnational organized crime memiliki banyak definisi, namun memiliki tiga unsur yang sering ada pada definisi yang mencakup pada pendefinisian transnational organized crime, yaitu kegiatan yang terjadi terus menerus, praktek korupsi dan kemampuan dalam menggunakan kekerasan. Terdapat penelitian sebelumnya yang mengkaji perempuan dalam perdagangan ilegal narkoba. Salah satunya mengenai latar belakang perempuan terlibat dalam perdagangan ilegal narkoba. Penelitian berjudul Exploring Female Motivations for Drug Smuggling on the Island of Barbados; Evidence from Her Majesty’s Prison, Barbados oleh Corin Bailey menggambarkan bagaimana motivasi dari perempuan yang menjadi penyelundup narkoba di Barbados (Bailey, 2013). Hasil penelitian ini menunjukkan adanya kemiskinan yang melingkari perempuan, kekerasan seksual maupun fisik yang dialami perempuan di saat kecil dan dewasa, ketergantungan emosional pada pasangan laki-lakinya, dan ada pula satu kasus khusus dimana ada partisipasi non-pasif. Penelitian yang berjudul Women in the Drug Economy of Metasynthesis of Qualitative Literature oleh Maher & Hudson (2007) memiliki deskripsi yang secara garis besar menyerupai pada penelitian sebelumnya mengenai faktor penyebab keterlibatan perempuan pada narkoba. Aktivitas ekonomi yang melibatkan narkoba merupakan aktivitas ekonomi yang berdasarkan stratifikasi gender dalam pekerjaannya. Selain itu, kompleksitas peran perempuan dalam penghidupannya mengakibatkan perempuan harus bertanggung jawab secara sosial dan
Eksploitasi terhadap..., Azhara Khayati, FISIP UI, 2014
ekonomi pada keluarga, jaringan informal pada hubungan antar jenis kelamin, keluarga, komunitas. Sementara itu, terdapat pula penelitian yang mengkaji mengenai peraturan hukum yang merugikan perempuan karena peraturan tersebut tidak sensitif gender. penelitian yang berjudul Gendering the agenda: women drug mules in resolution 52/1 of the Commission of Narcotic Drugs at the United Nations menjelaskan resolusi PBB 52/1 yang menjelaskan perempuan sebagai korban yang tetap akan mendapatkan proses hukum yang tetap sama. Penelitian ini menyimpulkan pada bahaya yang ditimbulkan dari keterlibatan perempuan dalam jaringan narkoba, dan akhirnya mengakibatkan penghukuman yang tidak proporsional pada mereka. (Fleetwood & Haas, 2011) Penelitian berjudul Women of Circumstance – The Effects of Mandatory Minimum Sentencing on Women Minimally in Drug Crimes oleh Gaskin (2004). mengenai perbedaan hukum perempuan yang terlibat perdagangan gelap narkoba. Jurnal ini menjelaskan pengaruh aturan hukum yang memviktimisasi perempuan. Perempuan diviktimisasi, dimanfaatkan, dan dijebak yang mengakibatkan perempuan menjadi pelaku kejahatan narkoba. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teori politik seksual yang dijelaskan oleh Kate Millet dan Feminist Legal Theory yang disusun oleh Carol Smart. Perempuan dalam lingkaran gender dan jenis kelamin dibentuk dalam politik seksual. Menurut Millet (1990) politik dalam konteks ini mengacu pada hubungan struktur-kekuasaan, saat satu kelompok masyarakat dikontrol oleh yang lain. Patriarki yang ada membuktikan bahwa jenis kelamin merupakan kategori status dengan implikasi politik. Patriarki menunjukkan struktur kekuasaan dan mengatur sebagian yang lain. Politik seksual ini bekerja secara menyeluruh, yaitu pada tataran ideologis, biologis, sosiologis, ekonomi, pendidikan, antropologis, dan psikologis. Hal ini mengakibatkan perempuan menjadi kelompok minoritas dalam dunia laki laki. Politik seksual akhirnya mengkonstruksikan bagaimana perempuan berbeda dengan laki laki dan akhirnya diperlakukan secara berbeda pula dan disingkirkan dalam dunia perempuan sendiri. Mereka hanya dilekatkan pada fungsi biologis dan tubuhnya semata. Feminisme radikal melihat patriarki dan reproduksi manusia sebagai cara yang digunakan untuk memaksa perempuan berada dalam subordinasi. Laki laki mengontrol perempuan pada tiap arena secara psikologis, ekonomi, seksual, kekerasan fisik, maupun manipulasi yang sering dihubungkan dengan kontrol seksualitas dan reproduksi. Kondisi dan
Eksploitasi terhadap..., Azhara Khayati, FISIP UI, 2014
situasi perempuan yang dikonstruksikan melalui politik seksual, mengakibatkan perbedaaan perempuan saat berhadapan dengan hukum. Menurut Smart (1998) hukum digenderisasi melalui tiga hal. Pertama, hukum ialah seksis, hukum secara aktif merugikan perempuan dengan meletakkan perempuan dengan sumber daya material lebih sedikit, menjustifikasi dengan standar berbeda dan tidak sesuai, serta kegagalan untuk mengenal kerusakan yang dialami perempuan karena kerusakan ini menguntungkan laki laki, dan justifikasi hukum yang menggunakan standar laki laki. Kedua, hukum ialah laki laki, melihat hukum dibuat oleh laki laki sehingga dilakukan oleh nilai dan praktek laki laki dengan nilai maskulinitas. Ketiga ialah hukum sebagai hal yang digenderisasi, melihat proses bekerja di berbagai cara dan tidak ada asumsi kuat yang akhirnya mengeksploitasi perempuan dan melayani laki laki. Politik seksual bekerja secara menyeluruh pada sistem ideologis, psikologis, biologis, ekonomi, pendidikan, antropologis dan sosiologis yang mengakibatkan perempuan menjadi kelompok terpinggirkan dan kelompok subordinasi. Politik seksual ini juga direfleksikan oleh organized crime, bekerja dengan menargetkan pihak-pihak rentan sebagai korban kejahatan lintas negara. Kelompok rentan akibat globalisasi ini, sebagian besar terjadi pada perempuan. Salah satunya transnational organized crime ialah perdagangan ilegal narkoba. Salah satu mata rantai perdagangan gelap narkoba ialah kurir narkoba sebagai mata rantai paling bawah dalam menjalankan bisnis gelap narkoba. Salah satu target kurir narkoba ialah perempuan. Menurut Morgan dan Joe yang dikutip (Bean, 2008) terdapat pula dominasi laki-laki pada keterlibatan perempuan dalam bisnis gelap. Perempuan yang dijadikan kurir narkoba, terdapat eksploitasi perempuan yang dimanfaatkan secara salah agar pihak lain mendapatkan keuntungan. Lebih jauh lagi bagaimana kehamilan perempuan sebagai bentuk eksploitasi terhadap perempuan dan merupakan kekerasan berbasis gender. Kerangka berpikir ini melihat dengan cara pengalaman perempuan yang mengakibatkan perempuan mengalami kekerasan berbasis gender yang didapatkan dari berbagai pihak, mulai dari relasi interpersonal, lingkungan di sekeliling perempuan tersebut yang mengakibatkan mereka akhirnya menjadi perempuan hami kurir narkoba. Selain itu, setelah berhadapan dengan hukum, perempuan hamil kurir narkoba ini mendapatkan perlakukan dan penegakan hukum yang tidak sensitif.
Eksploitasi terhadap..., Azhara Khayati, FISIP UI, 2014
Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ialah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan sehingga dapat diketahui informasi secara akurat dan terperinci mengenai tahapan kehidupan yang dialami oleh perempuan kurir narkoba yang hamil yaitu F. Pendekatan dalam penelitian ini juga menggunakan pendekatan kritis. Pendekatan ini merupakan proses kritis untuk menyelidiki apa yang terjadi di luar permukaan, untuk membuka struktur sebenarnya di dunia material yang bertujuan untuk membantu masyarakat mengubah kondisi dan membangun dunia lebih baik untuk mereka (Neuman, 2000). Jenis penelitian pada penelitian ini ialah studi kasus feminis yang termasuk studi kasus tunggal. Ini merupakan suatu model penelitian yang berfokus kasus tunggal atau isu tunggal yang menekankan eksplorasi (menggali informasi sedetail mungkin) dari sistem yang terbatas pada satu kasus mendetail, disertai dengan penggalian data secara mendalam dengan melibatkan beragam sumber informasi yang kaya akan konteks. Alasan peneliti menggunakan studi kasus ialah kasus perempuan hamil yang dieksploitasi menjadi kurir narkoba merupakan kasus sangat jarang digunakan sebagai modus perdagangan ilegal narkoba. Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini ialah dengan cara penelitian lapangan menggunakan wawancara secara mendalam dengan subjek penelitian yang terlibat dan mengetahui secara detil mengenai fenomena yang ada dan dialami secara langsung mengenai penelitian yang dilakukan (Michael S. Lewis Beck, 2004). Wawancara mendalam dilakukan pada perempuan hamil yang dieksploitasi sebagai kurir narkoba, yaitu F, sehingga mampu memberikan gambaran mengenai bagaimana latar belakang perempuan, khususnya pada perempuan yang dieksploitasi untuk menjadi kurir narkoba, pengalamannya pada saat terlibat perdagangan narkoba dan juga proses hukum yang dihadapi oleh perempuan tersebut. Peneliti melakukan penelitian ini pada subjek F selama dua minggu, yaitu sebanyak tujuh kali. Penentuan waktu penelitian diatur oleh peraturan dalam rutan (rumah tahanan) sehingga peneliti tidak bisa leluasa untuk melakukan wawancara. Selain itu waktu tersebut juga terbatas pada jam kunjungan yang diberikan oleh pihak Rutan.
Eksploitasi terhadap..., Azhara Khayati, FISIP UI, 2014
F merupakan perempuan berusia 38 tahun dan menjadi narapidana di Rumah Tahanan Pondok Bambu. F memiliki tiga anak yaitu dua anak dari hubungannya dengan suami sementara anak ketiganya merupakan anak dari hubungan F dengan kekasihnya yaitu Don, yang juga merupakan pihak yang melibatkan F pada perdagangan ilegal narkoba. Hubungan yang saat ini terjalin antara F dengan suaminya ialah pisah ranjang, namun cerai secara resmi belum dilakukan. Pisah ranjang ini disebabkan oleh suami F yang melakukan perselingkuhan dengan perempuan lain. Berdasarkan BAP yang peneliti dapatkan dari BNN, pada tanggal 31 Januari 2012, CK yang merupakan teman Don menyampaikan pada F untuk berangkat ke Cina. Pada keesokan harinya tanggal 1 Februari 2012 ketika F sudah siap untuk berangkat, Don membawa barang berbentuk pembalut yang sebelumnya dibawa CK dan selanjutnya memasangkan barang tersebut ke tubuh F. Don memberitahu pada F bahwa barang tersebut merupakan bubuk emas dan F juga tidak boleh melihat maupun memegangnya. Pada pukul 13.30 pada tanggal 1 Februari 2012 sekitar jam 13.30 F ditangkap oleh petugas Bea Cukai Bandara Internasional Xiaoshan Hangzhou. Petugas Bea Cukai dan polisi di Cina kemudian melakukan tes darah dan urin dan diketahui bahwa F hamil. Petugas Bea Cukai dan polisi di Cina menerangkan pada F bahwa karena kondisi F hamil maka tidak bisa diproses. Setelah petugas memberi tahu KBRI, petugas BNN datang menjemput F dan dibawa ke Indonesia. Setelah itu, F menjalani penyidikan oleh BNN dan menjalani persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dan mendapatkan putusan 10 tahun penjara. Hambatan yang peneliti temukan saat melakukan penelitian ini ialah mengenai pencarian subyek penelitian. Hambatan lain yang dialami oleh peneliti ialah keleluasaaan peneliti untuk melakukan wawancara dengan subjek penelitian karena subjek peneliti berada dalam rutan. Peneliti tidak mampu untuk melakukan wawancara dengan leluasa karena harus sesuai dengan peraturan yang ada sehingga terbatas pada hari dan jam kerja serta pada jam kunjungan. Selain itu, ruangan untuk melakukan wawancara sangat tidak bebas karena di samping ruangan langsung terdapat petugas. Petugas juga kadang mengecek wawancara kami sehingga subjek kadang merasa tidak nyaman untuk menceritakan pengalamannya.
Eksploitasi yang dialami F (Perempuan Hamil yang Dijadikan Kurir Narkoba)
Eksploitasi terhadap..., Azhara Khayati, FISIP UI, 2014
Don merupakan pasangan dari F. F menjalin hubungan tersebut setelah pisah ranjang dengan suaminya. Don juga merupakan pihak yang meminta F untuk membawa narkoba ke Cina. F memutuskan untuk berhubungan dengan Don karena F merasa Don orang yang baik. F juga merasa kesepian, kedatangan Don membuat F tidak lagi merasa kesepian. F memutuskan berhubungan dengan Don juga dilatarbelakangi karena kekecewaan F terhadap masalah dengan suaminya yang berselingkuh. Keadaan itu menyebabkan F berkonsultasi ke psikiater. F berhubungan dengan Don seperti pacaran seperti orang kebanyakan. F kadang ditraktir karena menurutnya wajar bagi laki laki untuk mentraktir kekasihnya. Don juga membiayai apartemen yang mereka tempati dan juga biaya belanja tiap bulan untuk kebutuhan rumah tangga.Don merupakan kekasih yang over protektif terhadap F. F sama sekali tidak mau untuk memiliki anak lagi karena dia sudah merasa kerepotan dengan memiliki dua anak sementara Don sangat menginginkan anak karena dia merasa sudah dewasa. F sangat kaget dan tidak menyangka ketika dia hamil sementara Don sangat senang dengan kabar tersebut. Don pernah mengancam F untuk tidak menggugurkan kandungan saat F pulang ke Jakarta. Hubungan F dengan teman teman Don tidak terlalu dekat karena Don dan teman temannya berbicara dengan bahasa Nigeria yang tidak dimengerti oleh F. F membawa barang tersebut ketika F kembali ke Malaysia dan bertemu dengan Don, setelah beberapa bulan hubungan yang terjalin antara Don dan F. Don meminta F untuk membawa barang yang disebut „bubuk emas‟. F diminta membawa barang titipan tersebut ke Cina dan akan diambil oleh oleh kakak Don di Cina. F melakukan hal tersebut dengan alasan bahwa dia mencintai Don. F merasa bahwa ketika dia mencintai orang, maka apabila diminta pertolongan untuk membawa barang dia tidak akan menolak. F juga merasa hubungan yang mereka jalin merupakan hubungan dewasa karena F hamil. F membawa barang tersebut dengan cara memasang barang tersebut dalam bentuk pembalut dan dipakaikan pada tubuhnya. Barang tersebut dipakaikan oleh Don dan F sama sekali tidak melihat barang tersebut berisi apa. F tidak merasa dimanfaatkan dengan sikap Don karena menurut F, dimanfaatkan adalah ketika dia tidak mengenal orang kemudian orang tersebut meminta pertolongan padanya. F melakukan tindakan atas nama cinta untuk menolong pacarnya dengan membawa barang titipan tersebut. F tidak merasa dijebak dengan hubungannya dengan Don karena F sudah bersyukur memiliki anak ketiganya. F tidak mau lagi mengenal Don karena
Eksploitasi terhadap..., Azhara Khayati, FISIP UI, 2014
Don menjadi penyebab F berhadapan dengan kasus ini. Segala hal yang F bangun, mulai dari dunia karir, dunia sosialnya, hancur. Anak ketiga F dilahirkan melalui proses caesar pada tanggal 7 Juli 2012. Penangkapan F terjadi saat F akan buang air kecil di bandara kemudian dia diperiksa oleh polisi Cina. F berada di Cina selama seminggu. Dia sangat menginginkan pulang ke Indonesia saat berada di Cina karena F merasa sangat tertekan. F dijemput dua jendral dan satu polisi dari BNN setelah berada di hotel selama seminggu. F membuat BAP pertama kalinya di BNN tanpa didampingi pengacara. F sempat mengubah BAP dua kali, karena pada saat BAP pertama dia tidak didampingi pengacara. Hal ini disebabkan dia sebelumnya menginap di penjara BNN kemudian diberitahu oleh tahanan lain mengenai tindakan penyiksaaan saat penyidikan yang membuat F mengiyakan semua pertanyaan oleh penyidik saat BAP pertama kali karena takut. F pernah mendapatkan perilaku yang tidak menyenangkan oleh salah satu polisi di BNN. Dia pernah diteriaki “bunting nakal, bunting, kasus narkoba” yang membuat F sangat marah. F sangat kaget mendapatkan putusan selama 10 tahun. F merespon kasus yang dialaminya bukan hal yang membuat F merasa bersalah, namun karena kesalahan dan dosa dosanya dulu meninggalkan anaknya. Hal ini sebagai pembelajaran untuk F karena meninggalkan anak anaknya dan tidak merawat kedua anaknya. Dia juga melihat kasus ini sebagai bentuk BNN untuk memenjarakan orang namun tidak memberantas narkoba secara keseluruhan karena BNN tidak memberantas hingga jaringan atas karena BNN tidak mau menangkap Don. F menyatakan hal yang paling membuatnya stress dan syok adalah saat berada di Cina. F sangat beryukur ketika bisa kembali ke Indonesia. Kejadian yang paling mengagetkan bagi F saat ia harus berada dalam penjara di BNN. F juga merasakan proses yang paling melelahkan dari kasus ini ialah persidangan yang memakan waktu selama 20-22 kali. F tidak menyukai pandangan masyarakat mengenai kasusnya dan dirinya karena masyarakat luas tidak mengetagui apa yang dihadapinya. F belajar mengenai arti dari kebebasan dan kehilangan saat berada di rutan. Hal ini disebabkan dia kehilangan waktu dan tidak bisa mengurus serta bertemu anak anaknya.
Eksploitasi terhadap..., Azhara Khayati, FISIP UI, 2014
Eksploitasi terhadap F (Perempuan Hamil yang Dijadikan Kurir Narkoba) sebagai Kekerasan Berbasis Gender Menurut Yeatman (1986) Dunia perempuan merupakan dunia yang berisi hubungan cinta dan pengasuhan anak. Hal ini ditunjukkan dalam hubungan F dengan Don. F menyatakan bahwa dia merasa tidak nyaman apabila hidup sendiri setelah pisah ranjang dengan suaminya. Kesepian tersebut membuat F membutuhkan pasangan. F akhirnya memutuskan untuk berhubungan dengan Don. Hal yang melatarbelakangi F berhubungan dengan Don adalah masalah rumah tangga. F memiliki permasalahan dengan suaminya karena suaminya berselingkuh. Kekecewaaan F terhadap suaminya mengakibatkan F datang ke psikiater. F mengalami kejadian yang menurut UN Declaration on the Elimination of All Forms of Violence Against Women (DEVAW) merupakan kekerasan terhadap perempuan. Kekerasan terhadap perempuan menurut DEVAW diartikan sebagai segala tindakan yang berdasar kekerasan berbasis gender yang menghasilkan atau akan menghasilkan kerugian secara fisik, seksual, atau psikologis atau penderitaan pada perempuan. F mengalami kekerasan psikologis dari perlakuan suami F terhadap F yang mengakibatkannya mengalami penderitaan. Kemarahan Don muncul ketika F berhubungan dengan teman laki-lakinya sehingga memicu pertengkaran Don dan F. Kemarahan Don merujuk pada kepemilikan laki laki atas perempuan. Hal ini juga membuat F tidak memiliki kebebasan berhubungan dengan pihak lain karena „terikat‟ dan menjadi „milik‟ Don. Hal ini juga dijelaskan oleh Young (2005) dimana sumber kepemilikan laki-laki atas perempuan berasal dari peran gender yang melekat. F memiliki dependensi secara ekonomi pada Don. Don membiayai F selama berada di Malaysia, seperti biaya apartemen, biaya belanja sehari-hari, dan kehidupannya selama di Malaysia. Aspek ekonomi menurut Millet (1990) menjadi cara untuk mengontrol perempuan dan mengakibatkan perempuan menjadi tidak independen sehingga kemampuan ekonomi perempuan tidak membahayakan posisi laki laki. F merasakan bahwa dependensi ekonomi terhadap Don merupakan hal wajar dan merupakan bagian dari hubungannya. Firestone (1993) menjelaskan mengenai romantisme cinta. Arti cinta dirusak oleh konteks kuasa, sistem kelas secara seksual, dan bentuk cinta yang akhirnya memaksa adanya sistem kelas secara seksual. F merasakan bahwa apa yang dialaminya dan yang dilakukannya sebagai hal yang wajar karena dia memiliki ikatan romansa cinta dengan Don.
Eksploitasi terhadap..., Azhara Khayati, FISIP UI, 2014
Millet (1990) menyatakan romansa cinta memanipulasi perempuan secara emosional dimana laki-laki bebas untuk mengeksploitasi perempuan. Hal ini terjadi karena cinta dianggap oleh masyarakat sebagai dasar pembenaran untuk melakukan hubungan seksual. Kehamilan yang dialami oleh F dianggapnya sebagai pembuktian atas keseriusan hubungannya dengan Don. Perempuan yang tubuhnya dieksploitasi sesuai dengan pernyataan Syarifah (2006) dimana fungsi perempuan dilihat hanya dari tubuhnya. F sama sekali tidak menginginkan anak lagi karena dirinya sudah disibukkan dengan mengurus kedua anaknya. Kehamilan F akhirnya mengakibatkan F semakin tergantung dengan Don. F menyatakan bahwa Don berjanji untuk bertanggungjawab dan menafkahi F serta anak yang dikandungnya. Kehamilan tersebut juga akhirnya membuat dia mempercayai Don. Tubuh F sebagai alat untuk mengantar narkoba melalui pembalut yang dipasangkan ke tubuhnya. Wilkinson (2013) menjelaskan bahwa eksploitasi orang dilihat sebagai perilaku yang manfaatkan seseorang secara salah melalui cara tertentu. Hal ini terjadi pada F ketika Don memasangkan pembalut berisi narkoba pada tubuh F. Bahkan F tidak boleh melihat dan memegang barang tersebut. Tubuh F digunakan sebagai alat merupakan bentuk eksploitasi karena F dimanfaatkan oleh Don untuk membawa barang tersebut tanpa kehendak F sendiri. F juga mengalami tekanan untuk tidak menggugurkan kandungannya oleh Don saat F berada di Jakarta. Don menyatakan bahwa apa yang ada dalam perut F merupakan anak Don. Hal ini sesuai pernyataan Millet (1990), bahwa hubungan perempuan dan laki-laki dalam keluarga, yaitu lakilaki memiliki perempuan dan anak dalam keluarga. Kehamilan F bukan merupakan keinginannya sendiri melainkan keinginan Don. F tidak mau memiliki anak karena dia sudah kerepotan dengan memiliki dua anak. Ini juga dijelaskan oleh Lanier & Henry (2004) mengenai feminisme radikal yang melihat arena institusi masyarakat, laki laki mengontrol perempuan secara psikologis, ekonomi, seksual, dan kekerasan fisik maupun manipulasi yang sering dihubungkan dengan kontrol seksualitas dan reproduksi. Hal ini juga dijelaskan Young (2005) bahwa kehamilan pada perempuan, tidak menjadi milik perempuan. Selain itu, saat F mengantar narkoba tersebut merupakan bukti sayang F terhadap Don. F tidak mencurigai apapun dalam pembalut tersebut dan barang tersebut hanya titipan dari orang yang dia sayang. Hal ini menjadi bentuk penundukan atas nama cinta yang terjadi antara laki laki dan perempuan. Kuasa cinta yang diungkapkan
Anna G. Jónasdóttir (2011),
Eksploitasi terhadap..., Azhara Khayati, FISIP UI, 2014
menjelaskan bagaimana kuasa cinta sebagai kapasitas manusia yang eksploitatif melalui hubungan sosio-seksual, hubungan gender, praktek cinta, dan perjuangan serta kontrol atas penggunaan kuasa cinta. Adanya ketidakseimbangan pada pengaturan hukum membuat pelaku kejahatan lintas negara dapat bebas dari eksekusi hukuman. (Letschert & Dijk, 2011). F merupakan akibat dari negatif globalisasi pada kejahatan transnasional. F sebenarnya merupakan korban dari kejahatan transnasional, mendapatkan penghukuman yang tidak proporsional sementara Don tidak mampu dijerat dan ditangkap. Britton (2011) menjelaskan bahwa keterlibatan perempuan dalam perdagangan ilegal narkoba berada dalam posisi marginal. Hukum sayangnya menilai pihak yang terlibat pada perdagangan ilegal narkoba bertanggungjawab secara penuh pada substansi yang dibawa tanpa dilihat perannya. Sistem hukum yang dihadapi F akhirnya menjadikan F pihak yang dirugikan karena dia harus bertanggung jawab secara penuh. Padahal latar belakang tindakan F berasosiasi dengan Don sebagai pihak yang mengontrol perdagangan illegal narkoba. Gaskin (2004) menjelaskan bagaimana pengaruh aturan hukum akhirnya memviktimisasi perempuan. F mengalami hal ini karena dia secara tidak proporsional mendapatkan hukuman selama 10 tahun. F pernah mengalami pelecehan verbal dengan salah satu polisi BNN dengan menyebutnya “dasar bunting, narkoba lagi, bunting nakal”. Hal ini menurut Worral (2002), bahwa perempuan yang terlibat pada tindak kejahatan dilihat sebagai pihak yang terperangkap pada justifikasi moral masyarakat mengenai peran gender yang mengikat perempuan. F memaknai yang terjadi bukan pada kesalahannya terhadap kasus, namun ketidakmampuan perannya sebagai ibu. Hal ini memperlihatkan apa yang diutarakan (Yeatman, 1986), bahwa dunia perempuan merupakan dunia yang berisi hubungan cinta dan pengasuhan anak. F menyatakan bahwa hubungannya dengan Don sudah dewasa, terlebih dengan kehamilannya, sehingga apa yang dilakukan F untuk membawa barang tersebut bukan pengorbanan besar. Hal ini merupakan bentuk dari romantisme cinta. Menurut Firestone (1993) Romantisme merupakan alat budaya dari kuasa laki laki untuk membuat perempuan tidak mengetahui kondisinya. Salah satu hal yang dilakukan oleh Don ialah adanya kekerasan, dan kekerasan tersebut berbasis gender dalam melancarkan kegiatan perdagangan illegal narkoba. Tubuh F mengalami kekerasan karena tubuhnya digunakan untuk melancarkan kegiatan perdagangan ilegal narkoba dengan cara tubuhnya dipasangi pembalut yang berisi narkoba. F
Eksploitasi terhadap..., Azhara Khayati, FISIP UI, 2014
dikontrol oleh Don, dimana F menyatakan bahwa dia mau melakukannya karena dia mencintai Don. F juga merasa tidak mungkin ditipu oleh Don karena F meyakini bahwa Don mencintainya. F mengalami viktimisasi dari Don yang merupakan bagian dari transnational organized crime. Hal ini sesuai pernyataan Morgan dan Joe yang dikutip oleh Bean (2008) mengenai perdagangan ilegal narkoba. Perdagangan ilegal narkoba menggunakan perempuan sebagai pihak pasif dan rentan diviktimisasi karena laki laki mendominasi dunia sosial mereka. Eksploitasi pada F merupakan bentuk dari kekerasan berbasis gender. Eksploitasi yang dialami oleh F ialah eksploitasi pada tubuhnya, yaitu kehamilan F dan tubuhnya sebagai alat untuk mengantar narkoba tersebut, serta relasinya. Menurut Syarifah (2006), tubuh adalah bagian integral dari seseorang untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosialnya. Masyarakat patriarki umumnya melihat keberadaan perempuan direpresentasikan hanya dari tubuhnya sementara nilainilai mengenai hal dibalik tubuhnya tidak direalisasikan dan hanya memperlihatkan dari sisi fungsional. Pemanfaatan tubuh F sebagai alat untuk mengantar narkoba menjadikan kemampuan manusia untuk mengontrol tubuhnya sendiri tidak ada. Ketiadaan perempuan untuk mengontrol tubuhnya mengakibatkan tubuh perempuan dilihat secara fungsional, yaitu alat untuk membawa narkoba semata. The United Nations Office of High Commisioner for Human Rights Committee in the Elimination of Discrimination against women mendefinisikan kekerasan berbasis gender terhadap perempuan sebagai kekerasan yang terjadi pada perempuan karena dia perempuan dan mempengaruhi perempuan secara tidak proporsional. Tubuh F merupakan tubuh perempuan dan tubuhnya dieksploitasi berdasar gender F yang melekat melalui kehamilan F dan alat untuk mengantar narkoba dengan pembalut yang dipasangkan tubuhnya. UN Declaration on the Elimination of All Forms of Violence Against Women mendefinisikan kekerasan terhadap perempuan berarti segala tindakan
berdasar kekerasan
berbasis gender yang menghasilkan atau akan menghasilkan kerugian secara fisik, seksual, psikologis, atau penderitaan pada perempuan, termasuk di dalamnya ancaman pada tindakan, paksaan, atau tindakan semena mena yang merampas kebebasan, baik terjadi di ruang publik atau privat (Artikel 1). F mengalami kekerasan secara psikologis, yang ditunjukkan dengan perasaan untuk tidak menjalin hubungan dengan laki laki untuk saat ini karena dia trauma dengan hubungannya dengan Don. F juga mengalami kekerasan seksual karena dia memiliki kehamilan
Eksploitasi terhadap..., Azhara Khayati, FISIP UI, 2014
yang tidak diinginkan. Romantisme cinta yang diciptakan Don merupakan bentuk eksploitasi dan merupakan bentuk kekerasan yang tidak disadari oleh F karena dia merasa bahwa Don mencintainya. Hal ini akhirnya mengaburkan pandangan F mengenai kesadaran dia terhadap kekerasan yang dialaminya. Padahal kekerasan berbasis gender terhadap perempuan juga bisa terjadi di ruang privat seperti yang diutarakan oleh UN DEVAW pada artikel 1 bahwa kekerasan terhadap perempuan bisa terjadi di ruang publik maupun ruang privat..Hal lain yang terjadi pada F ialah penderitaan yang akhirnya merampas kebebasannya dengan berada dalam rutan. Perempuan dalam dunia saat ini, seperti F, ialah produk eksploitasi dalam hubungan sistem kuasa laki laki atas perempuan. Keseluruhan pengalaman F tidak akan terjadi apabila kesetaraan perempuan nyata. Seperti yang diungkapkan MacKinnon (1989) ketidaksetaraan jenis kelamin mendefinisikan dan menyituasikan perempuan sebagai perempuan yang dipinggirkan. Apabila jenis kelamin setara, perempuan tidak akan secara seksual disubjektifikasi. Paksaan seks akan menjadi pengecualian dan tidak terjadi, kesadaran untuk seks akan menjadi nyata, perempuan yang mengalami pelecehan seksual akan dipercayai. Apabila jenis kelamin menjadi setara, perempuan tidak akan secara ekonomi disubjektifikasi, keterpurukan, dan marjinalitas perempuan akan diperbaiki. Perempuan akan mampu untuk berbicara, dan privasi, otoritas, kehormatan, serta sumber daya yang dimiliki lebih dari sekarang. Penutup Latar belakang F menjadi perempuan hamil kurir narkoba ialah relasi kuasa yang dia alami dengan Don sebagai bentuk eksploitasi terhadap F. F dieksploitasi melalui tubuhnya, yaitu tubuhnya sebagai alat untuk mengantarkan narkoba ke Cina. Kehamilan F juga sebagai bentuk eksploitasi karena kehamilan tersebut bukan hal yang diinginkan oleh F. Kehamilan tersebut akhirnya mengakibatkan ketergantungan F terhadap Don, yang dilihat F sebagai bentuk dari romantisme cinta. Tubuh F mengalami eksploitasi yang merupakan kekerasan berbasis gender yang menghasilkan penderitaan secara fisik, seksual, psikologis ada F. Setelah berhadapan dengan hukum, F juga mengalami sistem peradilan yang tidak sensitif gender karena dia mendapatkan hukuman tidak proporsional. Selain itu dia juga memaknai eksploitasi yang dia alami sebagai tindakan dan akibat dari kesalahannya, sebagai peran dia sebagai ibu, bukan peran dia sebagai individu perempuan yang bergerak atas keinginannya sendiri.
Eksploitasi terhadap..., Azhara Khayati, FISIP UI, 2014
Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, maka saran yang bisa diberikan ialah diperlukan reformasi hukum yang lebih berkeadilan gender mengenai bagaimana keterlibatan perempuan dalam perdagangan ilegal narkoba sehingga mampu lebih baik menangani perempuan yang dilibatkan perdagangan ilegal narkoba yang biasanya berada di jaringan bawah dari sindikat narkoba.
Eksploitasi terhadap..., Azhara Khayati, FISIP UI, 2014
DAFTAR PUSTAKA Bailey, C. (2013). Exploring Female Motivations for Drug Smuggling on the Island of Barbados; Evidence from Her Majesty's Prison, Barbados. Feminist Criminology , 117-141. Bean, P. (2008). Drugs and Crime. Oregon: Willan Publishing. Britton, D. M. (2011). Gender of Crime. Plymouth: Rowman & Littlefield Pusblishers Inc Devaney, M., Reid, G., & Baldwin, S. (2006). Situational Analysis of Illicit Drug Issues and Response in Asia-Pacific Region. Canberra: Australian Nation Council on Drugs.. Firestone, S. (1993). The Culture of Romance. Dalam A. M. Jaggar, & P. S. Rothenberg, Feminist Framework: Alternative Theoretical Accounts of The Relation between Women and Men (pp. 448-453). New York: McGraw- Hill Inc. . Fleetwood, J., & Haas, N. U. (2011). Gendering the agenda: women drug mules in resolution 52/1 of the Commission of Narcotic Drugs at the United Nations. Drugs and Alcohol Today volume 11 no. 4 , 194-203. Gaskins, S. (2004). Women of Circumstance – The Effects of Mandatory Minimum Sentencing on Women Minimally in Drug Crimes . The American Criminal Law Review; 41, 4 , 1533. Jónasdóttir, A. G. (2011). What Kind of Power is „Love Power‟? Dalam A. G. Jónasdóttir, V. Byson, & K. B. Jones, Sexuality, Gender and Power; Intersectional and Transnational Perspective (pp. 45-60). New York: Routledge. Lanier, M. M., & Henry, S. (2004). Essential Criminology. Colorado: Westview Press. Letschert, R., & Dijk, J. v. (2011). New Faces of Victimhood; Reflection on the Unjust Sides of Globalization. Dalam R. Letschert, & J. v. Dijk, The New Faces of Victimhood; Globalization, Transnasional Crimes and Victim Rights (pp. 3-14). London: Springer. Longo, F. (2010). Discoursing Organised Crime; Towards a Two-Level Analysis. Dalam F. Allum, F. Longo, D. Irrera, & P. A. Kostakos, Defining and Defying Organised Crime (pp. 15-28). New York: Routledge. MacKinnon, C. A. (1989). Toward a Feminist Theory of the State. London: Harvard University Press. Maher, L., & Hudson, S. L. (2007). Women In the Drug economy: Metasynthesis of Qualitative Literature. Journal Of Drus Issue 37; 4 , 805. Michael S. Lewis Beck, A. B. (2004). The Sage Encyclopedia of Social Science and Research Methods. California: SAGE Publication.
Eksploitasi terhadap..., Azhara Khayati, FISIP UI, 2014
Millet, K. (1990). Sexual Politics. New York: Simon & Schuster. Neuman. (2000). Social research methods: qualitative and quantitative approaches. Boston: Allyn & Bacon. Nordegren, T. (2002). The A-Z Encyclopedia of Alcohol and Drug Abuse. Florida: Brown Walker Press. Smart, C. (1998). The Woman of Legal Discourse. Dalam K. Daly, & L. Maher, Criminology at the Crossroad (pp. 21-36). New York: Oxford University Press. Syarifah. (2006). Kebertubuhan Perempuan dalam Pornografi. Jakarta : Yayasan Kota Kita. United Nation. (1993). Declaration on the Elimination of Violence against Women. UNODC. (1988). United Nation Convention Against Illicit Traffic in Narcotic Drugs and Psychotrophic Substance and Framework Decision. Worral, A. (2002). Not Bad Enough, Not Mad Enough: Fifteen Female Law-breakers. Dalam A. Worral, Offending Women; Female Lawbreakers And The Criminal Justice System (pp. 31-51). New York: Routledge. Wilkinson, S. (2003). Bodies for Sale; Ethics and Exploitation in the Human Body Trade. New York: Routledge. Yeatman, A. (1986). Women, Domestic Life, Sociology. Dalam C. Pateman, & E. Gross, Feminist Challenges: Social and Political Theory (pp. 157-172). North Sydney: Allen & Unwin Hyman Company. Young, I. M. (2005). On Female Body; Throwing like a Girl and Other Essay. New York: Oxford University Press.
Eksploitasi terhadap..., Azhara Khayati, FISIP UI, 2014