Sociologique, Jurnal S-1 Ilmu Sosiologi, Volume 2, Nomor 3, September 2014 http://jurmafis.untan.ac.id
EKSPLOITASI ANAK JALANAN ( STUDI KASUS ANAK JALANAN DI KECAMATAN PONTIANAK SELATAN) Oleh: JAMALUDIN NIM. E51110038 Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana bentuk eksploitasi dan apa saja faktor yang menyebabkan terjadinya eksploitasi anak jalanan di Kecamatan Pontianak Selatan . Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif. Dalam penelitian ini informan dibagi menjadi dua yaitu informan pangkal dan informan kunci yang ditentukan secara Snowball. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik wawancara, observasi dan dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Bentuk eksploitasi anak jalanan di Kecamatan Pontianak Selatan adalah yang biasa dilakukan oleh orang tua, yang diterima anak jalanan secara psikologis dan fisik. sedangkan faktor penyebab eksploitasi anak jalanan di Kecamatan Pontianak Selatan disebabkan oleh berbagai macam faktor, mulai dari faktor ekonomi, Pengangguran dan Pendapatan yang rendah, sosial budaya, serta pendidikan yang rendah. Faktor ekonomi menjadi sebab bagi eksploitasi anak, karena banyak orang tua dari anak jalanan yang tidak memiliki pekerjaan tetap (pengangguran) sehingga penghasilan rendah, akibatnya anak dijadikan sapi perah untuk menghasilkan uang.
Kata Kunci : Bentuk Eksploitasi, Anak Jalanan
Jamaludin Prodi Sosiologi FISIP Universitas Tanjungpura
1
Sociologique, Jurnal S-1 Ilmu Sosiologi, Volume 2, Nomor 3, September 2014 http://jurmafis.untan.ac.id
terpaksa harus bekerja demi memenuhi
PENDAHULUAN Kondisi perekonomian bangsa Indonesia
kebutuhan ekonomi keluarganya.
saat ini membuat setiap orang di Indonesia
Pada era industrialisasi yang berlangsung di
harus
Indonesia saat ini, yang berubah bukanlah
siap
bersaing
demi
memenuhi
kebutuhan hidupnya, termasuk anak jalanan.
keterlibatan
Segala cara dilakukan untuk memenuhi
angkatan kerja, tetapi yang terjadi adalah
kebutuhan
harus
perubahan bentuk dan sifat keterlibatan
melanggar hak-hak kemanusiaan sekalipun,
mereka, bila di era sebelumnya anak-anak
termasuk melakukan tindakan eksploitasi
banyak terlibat di sektor pertanian yang tak
terhadap
tersebut
di bayar karena hanya sebatas membantu
kebanyakan terlihat di kota-kota besar yang
pekerjaan orang tuanya, maka pada era
penduduknya
jauh
industrialisasi keterlibatan anak-anak itu
dibandingkan
dengan
tersebut
anak
meskipun
jalanan.
Hal
lebih
banyak
penduduk
desa.
telah
anak-anak
bergeser
ke
itu
sektor
di
dalam
industri,
Ketidakmerataan pembangunan di kota dan
perdagangan, dan jasa sebagai tenaga kerja
desa
masyarakat
upahan. Kebanyakan anak bekerja dijalanan
berbondong-bondong datang ke kota karena
bukanlah atas kemauan anak jalanan sendiri,
tergiur oleh fasilitas kehidupan yang ada di
melainkan sekitar 60% diantaranya karena
kota.
di paksa oleh orang tuanya. (Kompas, 26
membuat
banyak
Akibatnya kemiskinan
kota
kini
menjadi salah satu masalah besar yang
Februari 1999 dalam Suyanto, 2010).
dihadapi oleh bangsa Indonesia. Banyak penduduk diperkotaan akhirnya jatuh
miskin
karena
tidak
memiliki
pekerjaan serta modal untuk bersaing. Perkembangan perkotaan yang begitu pesat, ternyata tidak hanya dirasakan oleh para orang dewasa yang harus bekerja guna memenuhi kebutuhan hidupnya, kondisi serupa juga harus dirasakan oleh anak-anak yang berasal dari keluarga miskin yang Jamaludin Prodi Sosiologi FISIP Universitas Tanjungpura
“Disamping
itu
yang
memprihatinkan
adalah dari segi hak anak, anak-anak yang bekerja umumnya berada dalam posisi rentan untuk diperlakukan salah, termasuk di eksploitasi oleh orang lain khususnya oleh orang dewasa atau suatu sistem yang memperoleh keuntungan dari tenaga anak”. (Suyanto, 2010) Kebanyakan dari anak jalanan bekerja lebih 2
Sociologique, Jurnal S-1 Ilmu Sosiologi, Volume 2, Nomor 3, September 2014 http://jurmafis.untan.ac.id
dari
7
jam
perhari
bahkan
sebagian
diantaranya lebih dari 10 jam perhari.
2. Definisi Anak Jalanan
Banyak resiko yang harus di-tanggung oleh anak jalanan ketika mereka turun ke jalan, mulai
dari
segi
kesehatan,
psikologi,
pendidikan, dan resiko kekerasan yang
Menurut Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak, yang di maksud dengan anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan
mungkin akan menimpa anak jalanan.
belas tahun), termasuk anak yang masih Serupa dengan kota lainnya, Pontianak
dalam kandungan. Anak (jamak: anak-
sebagai salah satu kota besar di Indonesia
anak)
juga menyimpan kesemrawutan kota dan
perempuan
segala
belum mengalami masa pubertas. Menurut
problemanya.
Pertumbuhan
adalah
seorang
yang
belum
lelaki
atau
dewasa
atau
infrastruktur yang begitu cepat memaksa
psikologi,
kaum marginal di Kota Pontianak ikut
pekembangan yang merentang dari masa
terdesak termasuk anak jalanan.
bayi hingga usia lima atau enam tahun,
anak
adalah
periode
periode ini biasanya di sebut dengan periode TINJAUAN LITERATUR
pra sekolah, kemudian berkembang setara dengan tahun-tahun sekolah dasar.
1. Definisi Eksploitasi
Berdasarkan Undang-Undang Perkawinan
Menurut Suharto (dalam Rahman 2007)
No. 1/1974 pasal 47 ayat (1) dikatakan
Eksploitasi anak menunjuk pada sikap
bahwa anak adalah “seseorang yang belum
diskriminatif atau perlakuan sewenang-
mencapai umur 18 tahun atau belum
wenang terhadap anak yang dilakukan oleh
pernah melangsungkan perkawinan, ada di
keluarga maupun masyarakat. Memaksa
bawah kekuasaan orang tuanya selama
anak
demi
mereka tidak di cabut dari kekuasaannya”.
ataupun
Dalam Undang-Undang No.4 tahun 1974
untuk
kepentingan
melakukan ekonomi,
sesuatu sosial,
politik tanpa memperhatikan hak-hak anak
tentang
kesejahteraan
anak
disebutkan
untuk mendapatkan perlindungan sesuai
anak adalah seorang yang belum mencapai
dengan perkembangan fisik, psikis dan
usia 21 tahun dan belum pernah menikah.
status sosial lainnya. Jamaludin Prodi Sosiologi FISIP Universitas Tanjungpura
3
Sociologique, Jurnal S-1 Ilmu Sosiologi, Volume 2, Nomor 3, September 2014 http://jurmafis.untan.ac.id
yang karena suatu sebab seperti kekerasan, lari atau pergi dari rumah.
3. Jenis-jenis Anak Jalanan
Ketiga, children from families of the Menurut Surbakti dan kawan-kawan (dalam
street, yakni anak-anak yang berasal dari
Suyanto, 2010) ada tiga kategori anak
keluarga yang hidup dijalanan. Walaupun
jalanan, yaitu children on the street,
anak-anak
mempunyai
children of the street dan children in the
kekeluargaan
yang
street atau sering di sebut juga children
hidup mereka terombang-ambing dari satu
from
Pertama
tempat ke tempat lain dengan segala
pengertian untuk children on the street
resikonya. Salah satu ciri penting dari
yakni adalah anak-anak yang mempunyai
kategori
kegiatan ekonomi sebagai pekerja anak
kehidupan jalanan sejak anak masih bayi
dijalanan,
mempunyai
bahkan dari sejak masih dalam kandungan.
hubungan kuat dengan orang tua mereka.
Di Indonesia, kategori ini dengan mudah
Sebagian penghasilan mereka dijalanan
ditemui di
diberikan kepada orang tuanya. Fungsi anak
rumah-rumah liar dan sebagainya.
families
of
namun
the
street.
masih
ini
hubungan
cukup
adalah
kuat,
tetapi
pemampangan
berbagai kolong jembatan,
jalanan pada kategori ini adalah untuk membantu memperkuat penyangga ekonomi keluarganya karena beban atau tekanan kemiskinan yang mesti ditanggung tidak dapat diselesaikan sendiri oleh kedua orang
Dalam penelitian tentang eksploitasi anak jalanan di Kecamatan Pontianak Selatan ini, membahas tentang kelompok anak jalanan yang tergolong dalam kategori children on the street. Masalah eksploitasi
tuanya.
anak jalanan yang terjadi di Kecamatan Kedua, children of the street, yakni anak-
Pontianak
anak yang berpartisipasi penuh dijalanan,
fenomena yang telah biasa terjadi di kota-
baik
kota besar.
secara
Beberapa
sosial diantara
maupun mereka
ekonomi.
Selatan
adalah
merupakan
masih
mempunyai hubungan dengan orang tuanya, tetapi frekuensi pertemuan tidak menentu. Banyak diantara mereka adalah anak-anak Jamaludin Prodi Sosiologi FISIP Universitas Tanjungpura
4. Ciri-ciri Anak Jalanan Anak jalanan memiliki ciri khas baik secara Psikologisnya maupun kreativitasnya, 4
Sociologique, Jurnal S-1 Ilmu Sosiologi, Volume 2, Nomor 3, September 2014 http://jurmafis.untan.ac.id
hal ini diperjelas oleh Saparinah Sadli yang
Menurut Harbison (dalam Suyanto, 2010)
diungkapkan
bahwa dalam masyarakat pedesaan yang
oleh
Sudarsono
(dalam
Salla,2012) sebagai berikut:
mengalami transisi dan golongan miskin
1.
kota, anak jalanan akan memanfaatkan
2.
3.
Anak-anak ini
mudah tersinggung
perasaannya.
sumber-sumber yang tersedia bila kondisi
Anak-anak ini mudah putus asa dan
ekonomi
cepat murung, kemudian nekat tanpa
memburuk. Salah satu upaya yang acap
dapat dipengaruhi secara mudah oleh
kali dilakukan untuk beradaptasi dengan
orang lain yang ingin membantunya.
perubahan adalah memanfaatkan tenaga
Tidak berbeda dengan anak-anak yang
kerja keluarga. Kalau tenaga kerja wanita
lainnya
terutama ibu rumah tangga belum dapat
yang
selalu
menginginkan
kasih sayang.
mengalami
memecahkan
perubahan
masalah
yang
atau
dihadapi,
4. Anak ini biasanya tidak mau bertatap
biasanya anak-anak yang belum dewasa pun
muka dalam arti bila mereka di ajak
diikutsertakan dalam menopang kegiatan
bicara, mereka tidak
ekonomi keluarga.
mau
melihat
orang lain secara terbuka. 5.
Sesuai
dengan
taraf
perkembangannya yang masih kanakkanak mereka sangatlah labil, tetapi keadaan ini sulit berubah meskipun mereka telah di beri pengarahan yang
Mereka
terjadinya eksploitasi anak jalanan, teori kelangsungan
rumah
tangga
dapat
menjelaskan alasan orang tua melakukan tindakan
ekploitasi
terhadap
anak-anak
jalanan. Desakan pemenuhan kebutuhan
positif. 6.
Di lihat dari sudut pandang penyebab
memiliki
suatu
ketrampilan, namun keterampilan ini tidak selalu sesuai bila di ukur dengan ukuran normatif masyarakat umumnya.
hidup yang terus menghimpit perekonomian keluarga, membuat sebagian orang tua mau tidak mau harus merelakan anak-anak mereka untuk turun kejalanan demi mencari pundi-pundi uang walaupun
5. Teori Kelangsungan Rumah Tangga (Household Survival Strategy) dan Teori Tindakan Sosial Jamaludin Prodi Sosiologi FISIP Universitas Tanjungpura
banyak
dengan
resiko yang dapat membahayakan
keselamatan anak jalanan tersebut.
5
Sociologique, Jurnal S-1 Ilmu Sosiologi, Volume 2, Nomor 3, September 2014 http://jurmafis.untan.ac.id
Teori Tindakan Sosial (Social Action) Max Weber. Tindakan
sosial
dapat
digolongkan
menjadi empat kelompok (tipe),
yaitu
4. Tindakan
Afektif,
tindakan
ini
sebagian besar dikuasai oleh perasaan atau emosi tanpa
pertimbangan-pertimbangan
akal budi atau tindakan yang di buat-
tindakan rasional instrumental atau murni,
buat.
tindakan rasional berorientasi nilai, tindakan
Seringkali tindakan ini dilakukan tanpa
tradisional, dan tindakan afeksi (Ritzer,
perencanaan matang dan tanpa kesadaran
1980).
penuh. Jadi dapat dikatakan sebagai reaksi spontan atas suatu peristiwa.
1.
Tindakan
Rasional
Instrumental,
tindakan ini dilakukan aktor dengan memperhitungkan
kesesuaian
PEMBAHASAN
antara
cara yang digunakan dengan tujuan
1. Hasil Penelitian
yang akan di capai. Tujuan di sini tidak Berdasarkan hasil penelitian dilapangan,
absolut. 2.
Tindakan Rasional Berorientasi Nilai, di sini aktor tidak mampu menilai apakah cara yang dia gunakan sudah tepat untuk mencapai tujuan yang lain. Antara tujuan dan cara mencapainya
Tindakan
Tradisional,
tindakan
ini merupakan tindakan yang kurang rasional atau tidak rasional. Seseorang melakukan
tindakan
anak jalanan yang beraktivitas disekitar Kecamatan Pontianak Selatan yaitu bentuk eksploitasi yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak-anaknya. Berbagai macam jenis pekerjaan yang disuruh oleh orang
sukar dibedakan. 3.
bentuk eksploitasi yang terjadi terhadap
hanya
karena
terkait kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat tanpa menyadari alasannya atau membuat perencanaan terlebih dahulu mengenai tujuan dan cara yang akan digunakan. Jamaludin Prodi Sosiologi FISIP Universitas Tanjungpura
tua
terhadap
beraktivitas
anak-anak di
sekitar
jalanan
yang
Kecamatan
Pontianak Selatan demi mengumpulkan pundi-pundi
uang.
Kebanyakan
dari
mereka disuruh bekerja sebagai pengemis, pengamen, bahkan penjual koran oleh orang tua mereka, seperti yang dilakukan oleh orang
tua
bagaimana
RF, ia
DH
menyuruh
dan
DL,
anak-anaknya 6
Sociologique, Jurnal S-1 Ilmu Sosiologi, Volume 2, Nomor 3, September 2014 http://jurmafis.untan.ac.id
untuk menjadi seorang penjual koran dan
anak
jalanan,
yang
pengemis dijalanan. Berikut pengakuan
memberikan dampak buruk pada anak
dari DR, seorang ayah yang bekerja
jalanan karena dapat menganggu pola
sebagai penjual koran yang merupakan
perilaku
orang tua dari RF.
tersebut.
serta
mana
kejiwaan
Eksploitasi
anak
psikologis
akan
jalanan atau
mental berupa anggapan negatifpun melekat “Budak ni setiap harinye beginilah, saye suroh jualan koran dapat
gak mereke
duet, kalo’ tadak gituk siape yang nak kasi budak duet” (Wawancara
16 Juni 2014).
(anak-anak ni setiap harinya beginilah ,saya
suruh
jualan
koran
dapat
juga
mereka uang, kalau tidak begitu siapa yang mau kasih mereka uang).
pada diri mereka, seringkali diterima anakanak jalanan yang beraktivitas kawasan Pontianak Selatan dari berbagai kalangan baik dari orang tua, teman, dan masyarakat. Perkataan berupa kata-kata kasarpun sering diterima anak jalanan ketika di rumah saat uang hasil
bekerja
Orang tua telah merampas hak-hak anak
target
yang
karena
mereka.
seharusnya
anak-anak
tersebut sekolah dan
jalanan
menikmati masa
sekitar
Perlakuan
mereka tidak
memenuhi
ditentukan oleh orang tua
yang
tidak
menyenangkan
kanak-kanak mereka dengan semestinya
seperti kata-kata kasar dari orang tua
seperti
tetapi
bahkan masyarakat adalah hal yang buruk
sungguh fenomena yang memprihatinkan,
yang tidak boleh dilakukan kepada anak-
diusianya yang masih kecil mereka sudah
anak termasuk anak jalanan. Masa anak-
mengadu nasib untuk mengais rezeki sejak
anak
pagi, sore bahkan hingga sampai malam
bersosialisasi dalam tahap perkembangan
hari.
hidup manusia, jika pada masa anak-anak
anak-anak
yang
lain,
adalah
masa
belajar
dan
anak selalu mendengar, menerima perlakuan Eksploitasi Psikologis Terhadap Anak
kasar
berupa
Jalanan
menyenangkan,
kata-kata cacian,
yang tidak bahkan hinaan
maka anak akan merasa tertekan, menjadi Berbicara mengenai eksploitasi tentu akan
labil, putus asa dan akan terbiasa dengan
membawa dampak secara psikologis bagi
keadaan tersebut dan pada gilirannya anak
Jamaludin Prodi Sosiologi FISIP Universitas Tanjungpura
7
Sociologique, Jurnal S-1 Ilmu Sosiologi, Volume 2, Nomor 3, September 2014 http://jurmafis.untan.ac.id
akan melakukan hal yang sama pada orang
petugas razia anak jalanan dalam hal ini
lain sama halnya dengan apa yang mereka
adalah Satpol PP sering kali melakukan
terima. Berikut penuturan JR, seorang anak
tindak kekerasan terhadap anak jalanan baik
jalanan yang berprofesi sebagai pengamen,
itu terhadap anak jalanan yang bersalah
menurut
maupun
penuturannya
pernah
disuatu
yang
tidak
bersalah.
Bentuk
malam saat ia turun mengamen disebuah
kekerasan fisik yang biasanya diterima oleh
café di kawasan Gajah Mada, ketika itu ia
anak-anak jalanan yaitu didorong, dibawa
secara tidak sengaja menjatuhkan gelas
masuk ke dalam mobil secara paksa oleh
seseorang yang
petugas Satpol PP. Tindak kekerasan fisik
dari
merupakan
pengunjung
café tersebut, dan secara spontan
pengunjung
café
tersebut
melontarkan
terhadap petugas
anak jalanan ini terjadi pada saat melakukan
razia
Kawasan
ucapan yang tidak menyenangkan bahkan
Kecamatan
menurut JR ucapan tersebut terdengar agak
pengakuan informan AG 14 tahun anak
kasar baginya.
yang bekerja sebagai pengamen.
Eksploitasi Fisik Anak Jalanan
“kalo’ ade Satpol PP datang ni bang kamek
Berbicara tentang eksploitasi fisik beda
lari, karne kalok tadak kamek dipaksenye
halnya dengan dampak secara psikologis yang
diterima oleh
anak-anak
jalanan
tersebut. Eksploitasi fisik lebih cenderung mengacu pada tindak kekerasan fisik dan pemanfaatan
tenaga
anak
secara
berlebihan yang tentunya merugikan bagi anak jalanan tersebut.
Pontianak
di
Selatan.
Seperti
bang masok mobil Satpol PP bahkan sampe ditareknye (Wawancara
baju 9
kamek juli
ni
biasenye”
2014). (kalau ada
Satpol PP datang bang saya lari, karena kalau tidak saya dipaksanya bang masuk mobil Satpol PP bahkan sampai ditariknya baju saya biasanya)
Kekerasan fisik yang anak-anak jalanan
Eksploitasi
terima, tidak hanya dilakukan oleh orang tua
Kecamatan Pontianak Selatan ini akan
mereka sendiri, bahkan aparat penegak
terus
hukumpun kerap kali melakukan tindak
tumbuh dewasa. Hal ini tentu tidak baik bagi
kekerasan terhadap anak jalanan. Para
perkembangan kondisi fisik anak jalanan,
Jamaludin Prodi Sosiologi FISIP Universitas Tanjungpura
terhadap
berlanjut
anak
hingga
jalanan
anak
di
jalanan
8
Sociologique, Jurnal S-1 Ilmu Sosiologi, Volume 2, Nomor 3, September 2014 http://jurmafis.untan.ac.id
mengingat posisi mereka sebagai anak
1. Faktor Ekonomi
jalanan memang sangat rentan dan lemah.
Berdasarkan penuturan
Anak tidaklah sepatutnya mendapat tindak
dan
kekerasan fisik
tambahan
dalam bentuk apapun,
apalagi dengan alasan sepele
bahkan
informan
informan
pangkal
dalam
atau
kunci
informan
penelitian
yang
berjumlah 9 orang informan kunci dan 4
dengan alasan yang memang seharusnya
orang
informan
tidak dilakukan oleh anak jalanan seperti
disimpulkan
mencari uang dijalanan. Dari segi kondisi
jalanan dieksploitasi karena desakan oleh
fisik anak sulit melakukan perlawanan
orang tua mereka, alasannya adalah karena
karena harus berhadapan dengan orang
himpitan
dewasa seperti orang tua, petugas razia yaitu
membelenggu kelurga dari anak jalanan
Satpol PP.
yang beraktivitas di Kecamatan Pontianak
bahwa
ekonomi
pangkal, mayoritas
yang
dapat anak
terus
Selatan sehingga anak jalanan dipaksa Faktor
Penyebab
Eksploitasi
Anak
Jalanan di Kecamatan Pontianak Selatan
membantu orang tua untuk mencukupi kebutuhan yang
Berdasarkan hasil penelitian dilapangan, Orangtua dari anak jalanan kebanyakan
keuangan
keluarga.
Seperti
dikutip pada wawancara dengan
Informan RF seorang anak yang bekerja sebagai penjual Koran.
berpendidikan rendah dan sebagian besarnya pekerjaan yang layak atau
“mane cukop untok makan same cicilin
hanya bekerja serabutan seperti halnya sama
motor bang misalnye kamek tadak jualan
dengan anak-anak mereka yaitu
bekerja
Koran, pendapatan bapak kamek jak tadak
dan penjual koran.
cukop buat makan bang, mamak kamek
Anak jalanan hanya bisa pasrah jika saat
tadak kerje” (Wawancara 16 Juni 2014).
satpol
(mana cukup untuk makan sama cicilan
tidak memiliki
sebagai
mereka.
pengemis
PP
datang untuk menertibkan
Mereka
bahkan sering dibawa
motor bang misalnya saya tidak jualan
karena
koran, pendapatan bapak saya saja tidak
kebanyakan dari anak jalanan tersebut
cukup buat makan bang, ibu saya tidak
menolak untuk ditertibkan.
bekerja)
secara
paksa
oleh
satpol
PP
2. Faktor Pengangguran dan Jamaludin Prodi Sosiologi FISIP Universitas Tanjungpura
9
Sociologique, Jurnal S-1 Ilmu Sosiologi, Volume 2, Nomor 3, September 2014 http://jurmafis.untan.ac.id
Pendapatan
3. Faktor Sosial Budaya
Orang tua
Pada
kelompok
Berbicara tentang penggangguran sudah
tertentu,
pasti
diperkenalkan,
sangat
berkaitan
erat
dengan
sejak
kehidupan
masyarakat
kecil
anak-anak
dididik
untuk
sudah bekerja
pendapatan atau penghasilan seseorang,
misalnya di sektor pertanian, perikanan,
orang yang tidak mempunyai pekerjaan
industri kerajinan, nelayan dan lain-lain.
tetap bahkan tidak mempunyai pekerjaan
Namun, pekerjaan yang dilakukan tidaklah
sama sekali bagaimana mungkin mampu
berbahaya bagi kondisi kesehatan anak
untuk memenuhi kebutuhan hidup didalam
secara fisik, psikologis dan sosial sehingga
keluarganya, apalagi dijaman sekarang ini
tidak melanggar hak-hak mereka sebagai
yang
seorang anak.
semua keperluan dan
hidup
seseorang
membutuhkan uang. dari
hampir
ibu
yang
semuanya
Proses ini seakan menjadi wadah bagi anak
Berikut penuturan
seorang informan SB
Seorang
kebutuhan
39
bekerja
untuk belajar bekerja, sayangnya dalam
tahun,
perkembangan selanjutnya, proses belajar
sebagai
bekerja seperti ini tidak lagi berkembang
pengemis.
sebagaimana mestinya.
Berbagai
faktor
menyebabkan anak terpaksa bekerja dalam “Kerjaan
mintak-mintak
ni
buat
situasi dan kondisi kerja yang tidak layak
ngumpolkan duet jak bang, susah idop
dan berbahaya bagi perkembangannya. Pada
kalok tadak punye kerje ni, bapaknye udah
kasus anak jalanan di Kecamatan Pontianak
tadak bertanggung jawab, siape yang nak
Selatan masih melekat anggapan orang tua
kasi
25-06-2014)
dari anak-anak jalanan mengatakan bahwa
ini
seorang
duet”.
(pekerjaan
(Wawancara minta-minta
buat
anak
tempat
bergantung bagi
ngumpulkan uang saja bang, susah hidup
mereka dimasa tua kelak, anak merupakan
kalau tidak punya pekerjaan, bapaknya
harapan yang memiliki nilai ekonomi bagi
sudah tidak bertanggung jawab, siapa yang
mereka, sehingga para orang tua dari anak
akan kasih uang)
jalanan merasa senang ketika anak-anaknya
Jamaludin Prodi Sosiologi FISIP Universitas Tanjungpura
10
Sociologique, Jurnal S-1 Ilmu Sosiologi, Volume 2, Nomor 3, September 2014 http://jurmafis.untan.ac.id
bekerja,
dimana
dengan
anak-anaknya
mencari uang.
bekerja berarti para orang tua memiliki 4. Faktor Pendidikan
pendapatan tambahan. Kebanyakan memaksa
orang
anak
tua
mereka
anak
jalanan
bekerja
untuk
Pendidikan
terkait
erat
dengan
permasalahan eksploitasi anak jalanan di Kecamatan Pontianak Selatan. Rendahnya
memberikan pemasukan tambahan bagi
kesadaran masyarakat khususnya orang tua,
keluarga tanpa memandang rasa khawatir
terhadap pentingnya pendidikan, mahalnya
serta resiko yang kapan saja dapat menimpa
biaya pendidikan menyebabkan pendidikan
anak-anak mereka ketika berada dijalanan.
dipandang sebagai suatu hal yang elit dan
Seperti pengakuan LN orang tua PY.
mewah terutama dikalangan masyarakat untok
miskin keluarga anak jalanan. Kondisi
tambahan biaye sekolah mereke bang, lagi
semacam ini mendorong anak-anak jalanan
pulak biar die tau gak gimane susahnye cari
di Kecamatan Pontianak Selatan untuk
duet” (Wawancara 14 Juli 2014). (Saya
memasuki dunia kerja.
“Saye
bawak
anak
bekerje
ni
bawa anak bekerja ni untuk tambahan biaya Ketidakpahaman
sekolah mereka bang, lagi pula biar dia tahu
mereka
tentang
arti
pendidikan inilah yang menyebabkan orang
juga gimana susahnya cari uang)
tua anak jalanan mengeksploitasi anak-anak Pengakuan
LN
diatas
mereka.
menggambarkan
Orang
tua
tidak
sadar
akan
yang
pentingnya pendidikan bagi masa depan
mendesak kebutuhan keluarga, membuat
seorang anak jalanan dan hanya menyuruh
para orang tua dari anak jalanan yang
anak jalanan bekerja dan bekerja, karena
beraktivitas
pemahaman mereka
bahwa
kondisi
di
perekonomian
Kecamatan Pontianak
mengenai
sekolah
dengan
hanya menghabiskan uang dan waktu saja
mengikutsertakan anak-anak mereka untuk
padahal uang untuk makanpun sangat susah
turun mencari pundi-pundi uang dijalanan
terpenuhi mengingat penghasilan yang tidak
merupakan proses belajar bagi mereka, serta
menentu perharinya. Orang tua tidak sadar
agar mereka tahu bagaimana susahnya
jika pendidikan anak-anak jalanan jauh
Selatan
beranggapan
bahwa
Jamaludin Prodi Sosiologi FISIP Universitas Tanjungpura
11
Sociologique, Jurnal S-1 Ilmu Sosiologi, Volume 2, Nomor 3, September 2014 http://jurmafis.untan.ac.id
lebih
penting
dengan
pendapatan serta akses ekonomi
mereka
terbatas bagi orang tua anak jalanan, hal
dijalanan karena hal itu dapat membantu
tersebut tentunya mengakibatkan pendapatan
meningkatkan taraf hidup keluarga mereka
yang rendah pula bagi mereka, sehingga
kelak.
dengan
mempekerjakan
ketimbang anak-anak
pendapatan
yang
yang
rendah akan
membangun pemahaman para orang tua Pada kasus eksploitasi anak jalanan di
dari anak jalanan bahwa sekolah hanya
Kecamatan Pontianak Selatan ini, terlihat
menghabiskan uang dan waktu saja padahal.
dari rendahnya pendidikan orang tua anak jalanan tersebut. Berdasarkan penjelasan
PENUTUP
dan penuturan dari anak jalanan dan orang tua anak jalanan sendiri, orang tua anak
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh
jalanan rata-rata hanya tamatan SD. Seperti
dilapangan, maka dapat disimpulkan secara
pengakuan
umum mengenai bagaimana bentuk dan apa
Informan
FT
seorang
ibu
berumur 18 Tahun.
saja faktor yang menyebabkan terjadinya
“Kamek sekolah SD pun tadak tamat bang,
eksploitasi anak jalanan di Kecamatan
gimane maok punye pekerjaan, mamak dan
Pontianak Selatan.
bapak kamek pun doloknye tadak tamat
Bentuk eksploitasi anak jalanan yang terjadi
gak” (Wawancara 16 -07-2014) (saya
di Kecamatan Pontianak Selatan merupakan
sekolah SD pun tidak tamat bang, gimana
bentuk eksploitasi yang dilakukan oleh
mau punya pekerjaan, ibu dan ayah sayapun
orang tua mereka yang diterima anak-anak
dulunya tidak tamat juga)
jalanan secara psikologis dan fisik. Adapun
Penjelasan dari FT diatas sangat subtantif
kondisi pekerjaan yang biasanya dilakukan
dengan terjadinya eksploitasi terhadap anak
oleh anak-anak subjek atau anak jalanan
jalanan, bahwa terjadinya eksploitasi anak
yang
jalanan di Kecamatan Pontianak Selatan
Pontianak Selatan sangat bervariasi ada
dikarenakan dari
rendahnya pendidikan
yang berprofesi sebagai penjual Koran,
orang tua. Pendidikan orang tua yang
pengemis dan pengamen. Eksploitasi yang
rendah tentu akan mempengaruhi pekerjaan,
terjadi terhadap anak jalanan di Kecamatan
Jamaludin Prodi Sosiologi FISIP Universitas Tanjungpura
12
beraktivitas
disekitar
Kecamatan
Sociologique, Jurnal S-1 Ilmu Sosiologi, Volume 2, Nomor 3, September 2014 http://jurmafis.untan.ac.id
Pontianak Selatan telah mengabaikan hak-
menyadari
hak anak jalanan, banyak menyebabkan
mempekerjakan
anak-anak
kerugian bagi anak jalanan itu sendiri baik
berarti
orang
dari segi fisik, pendidikan, kesehatan, sosial
mengorbankan kebebasan serta hak-
dan
hak anak.
Psikologisnya.
Faktor
penyebab
eksploitasi anak jalanan di Kecamatan Pontianak Selatan ekonomi
yang
kemiskinan,
adalah
berkaitan
bahwa
para
2. Anak
jalanan
dengan mereka
tua
yang
telah
beraktivitas
permasalahan
di Kecamatan Pontianak Selatan, sama
erat
dengan
potensinya dengan anak pada umumnya,
rendahnya
mereka juga merupakan generasi penerus
pengangguran,
pendapatan orang tua, penanaman etos kerja
bangsa
pada usia dini yang dipengaruhi aspek sosial
eksisitensinya. Salah satu cara yang
dan budaya, serta rendahnya pendidikan
dapat
orang tua mereka.
memberikan penyuluhan kepada orang tua
sehingga
dilakukan
anak
dengan
tentang
anak,
meningkatkan
diperhatikan
adalah
jalanan,
pengasuhan
SARA N
harus
upaya
taraf
hidup,
pola untuk serta
memeberikan kesempatan bagi anak1. Bagi
orang
membiarkan
tua
yang
anak-anaknya
telah bekerja
dijalanan, sebaiknya mengkaji kembali mengenai keuntungan serta kerugian jika mereka
mempekerjakan
bahkan
membiarkan anak-anak mereka untuk bekerja dijalanan. Seharusnya orang tua tidak
boleh
memaksakan
kehendak
mereka untuk mempekerjakan anak-anak mereka dijalanan meskipun menguntukan bagi namun
kelangsungan para
orang
hidup tua
keluarga, seharusnya
Jamaludin Prodi Sosiologi FISIP Universitas Tanjungpura
13
anak
jalanan
untuk
pendidikan formal
memperoleh
maupun
informal
yang diberikan oleh kita bersama baik pemerintah,
LSM
dan masyarakat
umum. 3. Bagi umumnya,
masyarakat hendaknya
pada mereka
meningkatkan rasa solidaritas yang tinggi terhadap warga lain dimana sekitar tempat tinggalnya, dimana masyarakat yang secara ekonomi lebih mampu hendaknya membantu saudara- saudara
Sociologique, Jurnal S-1 Ilmu Sosiologi, Volume 2, Nomor 3, September 2014 http://jurmafis.untan.ac.id
kita
yang
tergolong
tidak
mampu.
Selanjutnya satu hal yang paling penting
Lincoln, Y. S., & Denzin, N. K. (2009). Handbook of Qualitative Research. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
dicatat, program apapun yang akan dilakukan,
pendekatan
akan kita
pilih,
dibutuhkan
apapun
yang
awal
yang
modal
untuk
permasalahan
menangani anak
jalanan
sesungguhnya adalah sikap empati dan komitmen yang benar-benar tulus dari kita semua.
DAFTAR PUSTAKA Bungin, B. (2001). Metode Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan Kualitatif. Surabaya: Airlangga University Press. Dewi, A. R. (2008). Bentuk Eksploitasi Terhadap Anak Jalanan di Kota Malang (Studi Tentang Eksploitasi Terhadap Anak Jalanan di Kecamatan Klojen Kota Malang). Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang. Di unduh pada tanggal 14 Desember 2013 dari http://skripsi.umm.ac.id/files/disk1/2 62/jiptummpp-gdl-s1-2008agustinrat-13059-1_Pendah-n.pdf. Ihromi, T. O. (2004). Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Kartono,
K.
(2011).
Patologi
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Prodi Sosiologi FISIP Universitas Tanjungpura
Nuraeni, R. (2012). Pengaruh Media Internet Terhadap Kehidupan Remaja di Kelurahan Sebalu Kabupaten Bengkayang. Skripsi: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tanjungpura. Rasyid, H. (2000). Penelitian Kualitatif Bidang Ilmu Sosial dan Agama. Pontianak: Kopma STAIN. Ritzer, G., & Goodman, D.J. (2004). Teori Sosiologi Moderen. Jakarta: Prenada Media. Ritzer,
G. (1985). Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta: CV. Rajawali.
Rahman, A. (2007). Eksploitasi Orang Tua terhadap Anak Dengan Mempekerjakan Sebagai Buruh. Skripsi S1 Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma. Di-unduh pada tanggal 20 Desember 2013 dari http://www.gunadarma.ac.id/library/ abstract/gunadarma_10502032skripsi_fpsi.pdf. Sarwono, S. (2002). Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta: Rajawali Press.
Sosial.
Jamaludin
Moleong, L. (2011). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Remaja Rosda Karya. Narwoko, J. D. (2006). Sosiologi: Teks Pengantar & Terapan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
14
Sociologique, Jurnal S-1 Ilmu Sosiologi, Volume 2, Nomor 3, September 2014 http://jurmafis.untan.ac.id
Salla, H. N. (2012). Eksploitasi Anak Jalanan (Studi Kasus Tentang Anak Jalanan di Pantai Losari Kota Makasar). Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanudin. Soekanto, S. (1990). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Soetomo. (2010). Masalah Sosial dan Upaya Penangannya. Jogjakarta: Pustaka Pelajar. Solihin, S. (2004). Tindakan Kekerasan Pada Anak Dalam Keluarga. Jurnal Pendidikan Penabur Jakarta. Di unduh pada tanggal 14 Desember 2013 dari http://id.scribd.com/doc/62897681/H al-129-139-Tindakan-KekerasanPada-Anak-Dalam-Keluarga. Sgiyono. (2009). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Suyanto, B. (2010). Masalah Sosial Anak. Jakarta: Kencana. Kecamatan Pontianak Selatan dalam angka, Katalog Badan Pusat Statistik Kota Pontianak 2012. Data SIAK Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Pontianak Hasil Konsolidasi oleh Kemendagri per 31 Desember 2013.
Jamaludin Prodi Sosiologi FISIP Universitas Tanjungpura
15
KEMENTERIAN PEhIDIDIKAI\I DAII I(EBUDAYAAAI UNTSTRSITAS TANJUNGPURA F'AKULTAS ILIUU SOSL{L DAI\I ILMU POLITIK
PENGELOLA JURNAL MAHASISWA Jalan Prof, Dr. H. Hadari Nawawi, Ponfanak Kotak Pm 78124 Ilomepage httn:liurmafis.untan.ac.id
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUruANUNGGAH / PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK ruRNAL ELEKTRONIK I\4AA{SISWA Sebagai sivitas akademika Universitas Tanjungpura, yang bertanda tangan di bawah ini, saya: NamaLengkap NIM / Periode lulus Fakultas/Jurusan E-mail addres/ HP demi pengembangan ilmu pengetahuan dan pernenuhan syarat administratif kelulusan mahasiswa (S1), menyetujui untuk memberikan kepada Pengelofa Jurnal Mahasiswa Fakultas Ihnu sosiaf dan IImu Pofittk *) pada Program Studi ......5.9Si.4.t4.6i.... Fakultas Ilmu sosial dan IImu Politik Universitas Tanjungpura, Hak Bebas Royalti Non-eksklusif (Non-exclusive Royalty-Free Right) atas karya ifmiah saya yang berjudul**) : . . .
EKspt
r . . . . . . . . . .t....
Ar'l^t< 3Au,*Fl4N
Lj.tla.di--*Ia--*rs.ts---.-AnaF--Jd!.?!n-atn-*--J beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan Hak Bebas Royalti Non-eksklusif ini, Pengelola Jurnal berhak menyimpan, mengalih-meitia./ format-kan, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data (database),mendistribusikannya, dan menampilkan/ mempublikasikannya di lntemet atau media lain): f---'l Secarafulltet f"1 contefi artikel sesuai dengan standar penulis jurnal yang berlaku. untuk kepentingan akademis tanpa tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagaipenulis/ pencipta dan atau penerbit yang bersangkutan. Saya bersedia untuk menanggung secare pribadi, tanpa melibatkan pihak Pengelola Jurnal, segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran f{ak Cipta datam karya itmiah saya ini. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Mengetahui/disetujui Pengelola J
Fublika
: PONtt ANAI< Dibuatdi Padatanggal : lB- lt - Lor4
lQprt*l
Catatan: *tulis namajurnal sesuai prodi masing-masing (P ubI i kdG overn ance/A sp ir asi/ Soci odev/Sosi oIogi que) Setelah mendapat persetujuan dari pengelola Jurnal, berkas ini harus di scan dalam format PDF dan ditampirkan pada step4 upload supplementary sesuai proses unggah penyerahan berkas (submission author)