Jurnal Artefak | Vol. 1 | No. 1 | Januari 2013 EKSISTENSI SITU CINYASAG DAN PERANANNYA TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT SEKITAR
Agus Gunawan Program Studi Pendidikan Sejarah-FKIP-UNIGAL
[email protected]
ABSTRAK Eksistensi Situ Cinyasag Dan Peranannya Terhadap Kehidupan Masyarakat Sekitar. Penelitian ini membahas keberadaan Situ Cinyasag terutama bagi masyarakat di sekitarnya, Situ tersebut memiliki arti yang sangat penting. Selain memliki nilai sejarah Situ Cinyasag juga memiliki nilai sosial budaya, karena merupakan sumber mata air dan berfungsi menjaga keseimbangan alam. Secara tidak langsung pada umumnya Situ berperan sebagai penghasil oksigen melalui proses fotosintesaoleh berbagai fitoplankton yang hidup di dalamnya. Metode yang digunakan adalah: pemilihan topik; pengumpulan sumber data; verifikasi (kritik sejarah baik bersifat intern maupun ekstern); interpretasi; penulisan sejarah atau historiografi. Hasil penelitian ini bahwa ajaran dan pepatah luhur dari para pendahulu masyarakat Cinyasag dihormati dan dijunjung tinggi sampai generasi sekarang seperti hal-hal yang dianggap tabu, pantanganpantangan maupun anjuran-anjuran masih tetap dilaksanakan dan dipatuhi oleh sebagian besar masyarakat. Meskipun ada pula anggapan sebagian orang bahwa hal tersebut adalah sesuatu yang bersifat takhayul (tidak mungkin dan mengabaikannya). Berbagai aktifitas masyarakat tidak dapat dipisahkan dari peranan Situ Cinyasag seperti dalam kehidupan keagamaan, sosial dan ekonomi. Upaya pelestarian Situ dilakukan masyarakat dengan membuat terasering yang tujuanya mencegah terjadinya erosi. Pemerintah setempat juga menerapkan larangan melakukan penebangan pohon khususnya di area sekitar Situ, apabila terjadi pelanggaran dikenakan denda. Semua itu dilaksanakan supaya kelestarian Situ tetap terjaga. Kata Kunci: Situ Cinyasag, Karakteristik dan Budaya, Kehidupan Masyarakat Sekitar
PENDAHULUAN Perkembangan ilmu-ilmu pengetahuan seiring dengan perkembangan zaman telah mengalami pemutakhiran yang melibatkan penelitian yang bersifat ilmiah. Demikian halnya langkah-langkah penelusuran sebuah objek yang memiliki peranan penting dalam suatu lingkungan masyarakat lebih baik dikaji melalui berbagai sumber referensi masa lalu yang dapat digunakan sebagai pedoman. Referensi tersebut dapat berupa naskah kuno, benda-benda peninggalan, situs-situs, dan berbagai sastra lisan, serta buku-buku lain yang berkaitan terbitan pada masa kini. Suatu pe-
ninggalan sejarah merupakan khazanah budaya yang memiliki arti penting serta berfungsi sebagai sumber-sumber data atau bukti sebagai objek pengetahuan, cermin sejarah dan budaya bangsa, sebagai media pendidikan, pembinaan maupun pengembangan nilainilai budaya bangsa sepanjang masa dan sebagai media pemupukan kepribadian bangsa sekaligus sebagai alat ketahanan nasional. Dalam cerita sejarah tidak dapat dilepaskan dari tiga unsur penting, yaitu manusia, ruang dan waktu. Manusia merupakan unsur sentral atau sebagai pemegang peranan utama, karena itu Eksistensi Situ Cinyasag dan Peranannya Terhadap Kehidupan Masyarakat Sekitar
|1
Jurnal Artefak | Vol. 1 | No. 1 | Januari 2013 manusia sangat menentukan dalam suatu peristiwa. Sejarah merupakan bagian dari sejarahnya manusia, maka peristiwa yang di kaji pun adalah peristiwa yang berkaitan dengan manusia. Suatu peristiwa ada yang berlangsung cepat (revolusi) ada juga yang berlangsung lama (evolusi) atau juga dapat bersifat kompleks dan bersifat sederhana tergantung pada kondisi manusia dan lingkungan yang ada. Ruang Merupakan tempat terjadinya suatu peristiwa secara langsung berkaitan dengan aspek geografis. Dan waktu merupakan unsur penting dalam sejarah karena merupakan studi tentang aktivitas manusia dilihat dari kurun waktunya sehingga waktu menjadi unsur dan konsep dalam sejarah. Dari unsur waktu inilah dalam sejarah sifat kronologis menjadi sangat penting. Unsur waktu dan sifat kronologis dalam kajian sejarah dikenal dengan konsep periodisasi. Bukti-bukti peninggalan sejarah para ahli atau oleh sebagian khususnya di Desa Cinyasag Kecamatan Panawangaan Kabupaten Ciamis ini masih banyak yang belum diketahui oleh para ahli atau oleh sebagian warganya sendiri. Suatu hal yang esensial apabila suatu saat peninggalan sejarah tersebut di ekskavasi dan golongan lain merekonstruksikannya sendiri sehingga kurang bersandar pada fakta, akibatnya bukan saja kurang bernilai tetapi juga kurang bermakna terhadap hal yang sebenarnya atau dengan kata lain tidak otentik. Fenomena itu sering kali terjadi khususnya pada bangsa Indonesia, sehingga perlu dijaga kelestariannya sebagai bentuk peninggalan kebudayaan sejarah yang ada, seperti yang dikemukakan oleh E.B Taylor “kebudayaan adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, hukum, adat istiadat, dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang di dapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat”. Selain faktor penyebab di atas, sering kali adanya penafsiran terhadap apa yang disebut sejarah. Sejarah merupakan rekonstruksi Eksistensi Situ Cinyasag dan Peranannya
2 | Terhadap Kehidupan Masyarakat Sekitar
masa lalu dan salah satu yang termasuk sejarah sebagai riwayat adalah Situ Cinyasag. Situ Cinyasag berhubungan dengan berdirinya Desa Cinyasag yang berada di Kec. Panawangan Kabupaten Ciamis. Berdasarkan buku Riwayat Desa Cinyasag Dan Masyarakatnya Dari Masa Ke Masa, ditambah hasil wawancara dengan Bapak Enah selaku juru kunci menyatakan bahwa Situ tersebut adalah Situ buatan yang di bendung oleh seorang tokoh bernama Buyut Bugel dibantu oleh kedua anaknya yakni Partalaksana dan Wangsaparana tahun 1617. Air Situ Cinyasag tidak pernah surut meskipun pada musim panas (kemarau) karena mata airnya terus mengalir sehingga masyarakat Cinyasag tidak pernah mengalami kekeringan. Setiap makhluk hidup tentunya tidak dapat terlepas dari air yang dijadikan sebagai sumber utama dalam kehidupan sehari-hari. METODE PENELITIAN Suatu penelitian merupakan upaya untuk menambah dan memperluas pengetahuan serta memperkuat teori-teori yang sudah ada, atau bahkan menyangkal teori-teori yang ada. Dalam kamus umum bahasa Indonesia kata penelitian diartikan sebagai suatu pemeriksaan yang diteliti. Kata penelitian atau penyelidikan digunakan sebagai padanan kata research dalam bahasa Inggris. Kata research berasal dari bahasa latin reserare yang berarti mengungkap atau membuka (Goldstein, 1963, di dalam buku metode penelitian sosial, oleh DR. Irawan Soehartono 1995). Dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai riset, jadi research atau riset adalah sebagai mengungkapkan atau membuka pengetahuan karena dengan pengetahuan baik yang telah ada maupun yang belum ditemukan dianggap sudah ada atau tersembunyi di alam yang hanya memerlukan pengungkapanya. Riset atau penelitian merupakan kegiatan yang sistematik yang dimaksudkan untuk menambah pengetahuan baru atas pengetahuan yang sudah ada dengan cara yang dapat dikomunikasikan dan dapat dinilai kembali (Macdonald,1960) didalam buku metode penelitian sosial, oleh DR. Irawan
Jurnal Artefak | Vol. 1 | No. 1 | Januari 2013 Soehartono 1995). Suatu penelitian merekonstruksi apa yang terjadi pada masa lalu selengkap dan seakurat mungkin, dan biasanya menjelaskan mengapa hal itu terjadi. Dalam mencari data dilakukan secara sistematis agar mampu menggambarkan, menjelaskan, dan memahami kegiatan atau peristiwa yang terjadi beberapa waktu lalu. jadi penelitian merupakan upaya untuk menambah dan memperluas pengetahuan, selain untuk memperluas pengetahuan yang baru sama sekali yaitu yang sebelumnya belum ada atau belum dikenal juga termasuk pengumpulan keterangan baru yang bersifat memperkuat teori-teori yang sudah ada atau bahkan juga menyangkal teoriteori yang sudah ada. Agar hasil penelitian yang diketemukan dapat menjadi pengetahuan yang teruji, maka setiap penelitian harus dapat diulangi kembali agar dapat ditentukan kebenaranya. Maka tersirat pengertian bahwa kegiatan yang dilakukan dalam suatu penelitian mengikuti prosedur yang baku yang juga dapat dilakukan oleh orang lain yang ingin mengulangi penelitian dimaksud untuk mengetahui keajegan atau kebenaran ilmu yang didapat. (Irawan Soehartono 1995: 1) Dengan demikian jelaslah bahwa penelitian bukanlah merupakan kegiatan yang bersifat pribadi yaitu kegiatan yang hanya untuk seseorang secara terbatas melainkan merupakan kegiatan yang bersifat publik yaitu untuk kepentingan dunia ilmu pengetahuan secara luas. Jadi hasil-hasil penelitian perlu dan harus dikomunikasikan kepada orang lain. Metode mempunyai peranan yang penting dalam sebuah penelitian ilmiah, karena berhasil atau tidaknya tujuan yang hendak dicapai dalam suatu penelitian tergantung pada penggunaan metode yang tepat. Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan penelitian suatu peristiwa dan permasalahannya. Metode tersebut terdiri dari serangkaian langkah atau prosedur yang harus ditempuh oleh si speneliti dalam melakukan penelitiannya agar dapat berlangsung secara obyektif. Dengan kata lain, metode penelitian adalah instrumen uhtuk merekonstruksi peristiwa sejarah (history
as past actuality) menjadi sejarah sebagai kisah (history as writtsen). Dalam ruang lingkup Ilmu Sejarah, metode penelitian itu disebut metode sejarah. Metode sejarah digunakan sebagai metode penelitian, pada prinsipnya bertujuan untuk menjawab enam pertanyaan (5 W dan 1 H) yang merupakan elemen dasar penulisan sejarah, yaitu what (apa), when (kapan), where (dimana), who (siapa), why (mengapa), dan how (bagaimana). Metode yang dipandang sesuai dengan pokok permasalahan penelitian ini serta sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai adalah metode sejarah historis. Secara umum penelitian historis merupakan penelaahan terhadap sumber-sumber lain yang berisi informasi mengenai masa lampau dan dilaksanakan secara sistematis atau dapat dengan kata lain yaitu penelitian yang mendeskripsikan gejala, tetapi bukan yang terjadi pada waktu penelitian dilakukan. Metode Penelitian historis membuat rekontruksi secara sistematis dan objektif, dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, mengverifikasikan serta mensintesiskan bukti-bukti, mendukung fakta-fakta guna memperoleh kesimpulan yang kuat. Di mana terdapat hubungan yang benar-benar utuh antara manusia, peristiwa, waktu, dan tempat secara kronologis. KAJIAN PUSTAKA Pengertian Situ Perairan Situ merupakan salah satu ekosistem perairan tergenang yang berair tawar dan umumnya relatif kecil. Istilah Situ biasanya digunakan oleh masyarakat Jawa Barat untuk sebutan Danau kecil, di beberapa daerah Situ disebut juga Embung. Ukuran Situ yang relatif kecil menyebabkan keberadaannya terancam oleh tingginya laju sedimentasi. Aktivitas masyarakat di daerah aliran sungai sangat berpengaruh pada proses pendangkalan Situ. Perairan Situ berfungsi untuk menampung air, menjaga keseimbangan alam, dan menopang kehidupan masyarakat. Situ adalah wadah genangan air di atas permukaan tanah yang terbentuk secara alami maupun buatan, di mana sumber airnya berasal dari mata air, Eksistensi Situ Cinyasag dan Peranannya Terhadap Kehidupan Masyarakat Sekitar
|3
Jurnal Artefak | Vol. 1 | No. 1 | Januari 2013 air hujan, ataupun lintasan air permukaan. Situ alami dan Situ buatan memiliki perbedaan utama yang terletak pada proses pembentukannya. Situ alami merupakan Situ yang terbentuk karena proses alami sedangkan Situ buatan adalah Situ yang terbentuk karena aktifitas manusia. Situ memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia, karena merupakan cekungan yang dapat menampung air tanah dan limpasan air permukaan, dengan demikian keberadaan Situ dapat mencegah terjadinya bencana banjir pada musim hujan dan mencegah terjadinya kekeringan pada musim kemarau. Di sekitar Situ biasanya dijadikan lahan pertanian karena tanahnya subur, kesuburan ini disebabkan oleh adanya proses penambahan unsur hara dari hasil sedimentasi. Secara tidak langsung berperan sebagai penghasil oksigen melalui proses fotosintesa oleh berbagai macam fitoplankton yang hidup di dalamnya. Karena pentingnya perairan Situ bagi kehidupan, maka dibutuhkan suatu pengelolaan yang bersifat terpadu dalam menjaga kelestariannya sebagai bentuk peninggalan sejarah. (http://id danau.blogspot. com). Tradisi lisan Peninggalan-peninggalan bersejarah yang dipakai sebagai bahan untuk menyelidiki dan mempelajari sejarah disusun sedemikian rupa sehingga dapat dimengerti. Tanpa adanya sumber-sumber, tidak mungkin sejarah dapat bersifat objektif dan dapat dimengerti makna maupun artinya. Manusia menggunakan sumber-sumber untuk mempelajari dan mencari kebenaran tentang peristiwa atau kejadian yang telah berlangsung. Kebenaran akan dapat diraih apabila sumber-sumber yang dijadikan bahan suatu penelitian itu sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. (bersifat objektif). Dalam memahami masa lalu masyarakat melihat alam sebagai suatu bagian terpenting dalam menentukan perubahan diri dan lingkungannya. Alam merupakan realitas kehidupan dan dirinya merupakan bagian dari alam. Manusia pada masa lalu masih memiliki sikap sangat menghormati alam. Penjelasan Eksistensi Situ Cinyasag dan Peranannya
4 | Terhadap Kehidupan Masyarakat Sekitar
terhadap asal-usul suatu tempat itu lebih banyak berupa tradisi lisan. Tradisi lisan merupakan cara yang dilakukan oleh masyarakat dalam merekam dan mewariskan masa lalu dari masyarakatnya. Perekaman dan dan pewarisan masa lalu menjadi kebudayaan yang dimiliki oleh pendukung tradisi tersebut. Ada beberapa hal yang menjadi ciri tradisi lisan yakni pertama berupa pernyataan-pernyataan lisan yang diucapkan, dan yang kedua tradisi lisan berasal dari generasi sebelumnya. (Agus Mulyana, dkk. 2009:12). Kebudayaan Manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan manusia lainnya sehingga manusia dapat digolongkan sebagai makhluk sosial. Manusia memiliki dorongan untuk berhubungan atau berinteraksi. Ada kebutuhan sosial (social need) untuk hidup berkelompok dengan orang lain. Dari adanya interaksi tersebut maka di sinilah awal dari munculnya suatu kebudayaan. Budaya adalah bentuk jamak dari kata Budi dan Daya yang berarti cinta, kersa, dan rasa. Dilihat dari sudut bahasa Indonesia kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta “Budhayah” yang berarti Budi atau Akal. Jadi kebudayaan secara keseluruhan adalah hasil usaha manusia untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Banyak para ahli yang mengartikan makna Kebudayaan, seperti yang dikatakan oleh E. B. Taylor seorang antropologi Inggris yang mendefinisikan kebudayaan atau culture sebagai: “That complex whole which includes knowledge, bilief, art, morals, law, custom, and any ather capabilities and habits acquired by man as member of society”. Artinya kebudayaan itu memiliki sifat kompleks, banyak seluk beluknya dan merupakan totalitas, keseluruhan pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, custom, kapabilitas, dan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang diperoleh manusia dalam masyarakat. Pencipta kebudayaan adalah manusia, fokus kebudayaan adalah masyarakat. (Elly M. Setiadi, dkk. 2007: 27)
Jurnal Artefak | Vol. 1 | No. 1 | Januari 2013 Di dalam masing-masing kesatuan kemasyarakatan yang membentuk bangsa, baik berskala kecil maupun besar terjadi prosesproses pembentukan dan perkembangan budaya yang berfungsi sebagai penanda jati diri bangsa tersebut. Suatu gambaran sejarah kebudayaan yang menyeluruh akan memberikan paparan mengenai perkembangan budaya yang lebih jelas. Adapun berbagai aspek dari sejarah kebudayaan yang dapat ditonjolkan misalnya aspek perkembangan internal di dalam suatu masyarakat. Teori-teori mengenai inovasi dan evolusi terkait dengan perkembangan internal itu. Dapat pula dengan menonjolkan aspek lain misalnya hubungan pengaruh yang terjadi dengan pihak-pihak diluar masyarakat yang diteliti. Penyusunan suatu sejarah kebudayaan sangat bergantung pada data budaya dari masa lalu, maka atas data tersebut dapat dilakukan interpretasi. Data masa lalu itu dapat berupa benda seperti kapak, alat makan atau yang lainya, selain itu ada pula yang berupa teks. Sedangkan yang berupa non benda seperti bekas parit, bekas lubang tiang, Situ dan sebagainya. Bentukbentuk peninggalan tersebut memberikan data mengenai lingkungan atau keadaan alam tertentu yang mempunyai pengaruh terhadap kebudayaan yang berasosiasi dengannya. Menurut Harsya W. Backhtiar 1987; 3 dalam buku yang berjudul Sistem Sosial Budaya Indonesia yang diterbitkan tahun 2006 oleh Jacobus Ranjabar, S.H., M.Si. menyatakan fenomena budaya saling berkaitan dipandang sebagai bagian dari sistem yang lebih besar di kepulauan Indonesia. Masing-masing sistem budaya mengatur seluruh aspek kehidupan orang-orang yang dianggap lebih penting dan menganggap dirinya sebagai pemilik sistem itu. Ritual Sebagai Bagian Dari Tradisi Ritual merupakan teknik (cara, metode), dan pola-pola pikiran yang dihubungkan dengan gejala yang memiliki ciri-ciri mistis dalam suatu adat kebiasaan. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat sosial dan agama. Bentuk dari ritual ada yang bersifat
individu ada pula secara berkelompok. Dilihat dari wujudnya ritual dapat berupa upacaraupacara tertentu. Upacara merupakan rangkaian tindakan dan perbuatan yang terikat pada aturan-aturan tertentu berdasarkan adat istiadat, agama maupun kepercayaan. Tujuan upacara dilaksanakan: a) Sebagai bentuk usaha untuk mencari uhbungan dengan tuhan, dewa, atau makhluk halus lainnya yang diyakini mendiami alam ghaib. b) Sebagai upaya menghindarkan diri dari kemarahan para dewa yang sering kali diwujudkan dengan berbagai malapetaka dan bencana. c) Sebagai alat legitimasi tentang asal usul masyarakat yang terkait dengan legenda. d) Sebagai alat pemersatu wilayah sekaligus memperkokoh legitimasi kekuasaan pemerintah pusat terhadap wilayah jajahannya. Jenis-jenis upacara yang dikenal dengan kehidupan masyarakat Indonesia adalah upacara penguburan, upacara perkawinan, upacara pengukuhan kepala suku, upacara sebelum berperang, upacara pada hari-hari keagamaan, serta upacara dalam upaya memelihara tradisi-tradisi tertentu. Selain upacara, wujud dari pelaksanaan ritual dilaksanakan pula dalam bentuk do’a-do’a, tarian, drama, maupun kata-kata seperti penyebutan kata “amin”, dan lain sebagainya. Hal paling utama dalam proses ritual terletak pada pelaksanaannya sehingga orangorang cenderung memfokuskan pada teknik ritual tersebut. Teknik pelaksanaan ritual pada umumnya rumit dan panjang sehingga hanya orang tertentu yang dipercaya dan dijadikan pemimpin dalam pelaksanaan ritual. Pada masyarakat tradisional tata cara ritual dilaksanakan dengan pemberian persembahan atau sesaji, mulai dari bentuk sederhana seperti persembahan buah-buahan dan umumnya dilaksanakan di ladang atau di hutan. Dalam pelaksanaannya ritual tidak dapat dipisahkan dari tradisi atau adat istiadat yang masih ada dalam masyarakat. (http://tradisi.blogspot.com /2009).
Eksistensi Situ Cinyasag dan Peranannya Terhadap Kehidupan Masyarakat Sekitar
|5
Jurnal Artefak | Vol. 1 | No. 1 | Januari 2013 Tradisi dan budaya merupakan beberapa hal yang menjadi sumber dari akhlak dan budi pekerti. Tradisi merupakan suatu gambaran sikap dan perilaku manusia yang telah berproses dalam waktu lama dan dilakukan secara turun-temurun dimulai dari nenek moyang. Tradisi yang telah membudaya akan menjadi sumber dalam berakhlak dan berbudi pekerti seseorang. Manusia dalam berbuat akan melihat realitas yang ada di lingkungan sekitarnya sebagai upaya dari sebuah adaptasi walaupun sebenarnya orang tersebut telah mempunyai motivasi berperilaku yang sesuai dengan tradisi yang ada pada dirinya. Di samping itu, manusia dalam berperilaku selalu mengidentifikasikan dirinya dengan orang lain. Dalam proses ini, keluarga dan lingkungan tempat tinggal merupakan hal yang terdekat. Oleh karena itu, gambaran kehidupan yang berlangsung lama secara turuntemurun dari nenek moyangnya yang telah menjadi tradisi diidentifikasikan sebagai perilaku dirinya. Dalam jangkauan waktu tertentu, perilaku diri sendiri ini akan menjadi perilaku kelompok atau masyarakat Sebuah tradisi dijadikan sebagai simbol dalam pengungkapan perasaan (ekspresif) masyarakat, sehingga untuk menjaga kelestarian sebuah tradisi upaya yang harus dilakukan yaitu dengan mewariskannya terhadap generasi berikutnya. Jadi intinya adat istiadat merupakan suatu kebiasaan dalam masyarakat secara turun temurun. Adat istiadat dikatakan sebagai tradisi, karena dilakukan secara terus menerus dari generasi ke generasi, adat istiadat erat kaitannya dengan kepercayaan atau religi. Sebagai manusia yang beragama tentu mengetahui tata cara dalam melakukan peribadatan. Kita sebagai manusia dapat mengerti tata cara tersebut dari orang-orang yang lebih dulu mengetahuinya baik dari orang tua maupun didapat dari orang-orang sebelumnya. Religi berasal dari bahasa latin yaitu “Religio” yang berarti mengikat kembali, maksudnya dengan Religi seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan. Dalam tata cara beragama ada dua macam cara, yaitu secara traEksistensi Situ Cinyasag dan Peranannya
6 | Terhadap Kehidupan Masyarakat Sekitar
disional dan rasional. Tradisional, yaitu cara beragama yang berdasarkan tradisi. Cara ini mengikuti cara beragama nenek moyang, leluhur atau orang-orang dari angkatan sebelumnya. Pada umumnya kepercayaan atau cara beragama seperti ini kuat dalam beragama-nya dan sulit menerima hal-hal keagamaan yang baru, karena mereka sangat memegang teguh pendirian dan warisan dari nenek moyang mereka sehingga golongan ini bisa disebut golongan fanatik. Sedangkan rasional, yaitu cara beragama yang berdasarkan kemampuan penggunaan rasio, mereka selalu berusaha memahami dan menghayati ajaran agamanya dengan pengetahuan serta ilmu dan pengalamannya. Mereka pada umumnya berasal dari orang yang beragama secara tradisional atau formal, bahkan orang yang tidak beragama sekalipun, karena beragama secara rasional merupakan kepercayaan yang tumbuh dari dalam diri penganut itu sendiri setelah mempelajari dan mempertimbangkan apa yang menjadi kepercayaannya tanpa ada bujukan atau paksaan dari siapapun dan golongan manapun. Menurut Penetapan Presiden (Penpres) No. 1/PNPS/ 1965 junto undang-undang No. 5/1969 tentang pencegahan penyalahgunaan dan penodaan agama, dalam penjelasannya bahwa agama-agama yang dianut oleh sebagian besar warga/penduduk Indonesia adalah Islam, Kristen, katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu. Meskipun demikian bukan berarti agama-agama dan kepercayaan lain tidak boleh tumbuh dan berkembang di Indonesia. Bahkan pemerintah berkewajiban mendorong dan membantu perkembangan agama-agama tersebut. Namun pada dasarnya setiap orang berhak menentukan agama dan kepercayaannya mereka masing-masing. Dalam masyarakat terdapat pula ceritacerita mitos, Mitos merupakan salah satu produk dari tradisi lisan yang berupa cerita tradisional (prosa rakyat) yang diyakini benar terjadi pada masa lampau. Dalam bahasa Yunani mitos atau mite (myth) berarti alur pemberian hubungan antara manusia, dewa, alam semesta, dan pengalamannya. Cerita mitos di
Jurnal Artefak | Vol. 1 | No. 1 | Januari 2013 indonesia antara lain Dewi Sri, Nyi roro kidul, serta terdapat pula tokoh-tokoh lainnya. Mitos merupakan sebuah cerita pemberi pedoman dan arahan tertentu terhadap sekelompok orang. Karakteristik mitos terletak pada kejadian-kejadian dimana manusia menyadari dan menjelaskan esensi mutlak dari keberadaan sekaligus memberikan kesatuan makna bagi masa kini, masa lampau dan masa yang akan datang. Ceita tentang suatu hal yang berbentuk mitologi pada setiap daerah terkadang ada yang sama dan ada pula cerita itu hanya dimiliki oleh daerah tersebut. (Agus Mulyana, dkk. 2009: 18). Untuk keberadaan Situ Cinyasag terdapat persepsi masyarakat sekitar yang mengandung hal dianggap tabu, aturan-aturan, maupun anjuran. Di dalam setiap tradisi tersebut terkandung suatu makna tertentu, untuk lebih jelasnya akan diuraikan pada bab pembahasan. Situ Cinyasag berhubungan dengan berdirinya Desa Cinyasag, sekarang letak Situ tersebut berada di Desa Girilaya yang telah dimekarkan (dipisahkan). Tepatnya di Dusun Cipeuteuy Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis. HASIL DAN PEMBAHASAN Latar Belakang Keberadaan Situ Cinyasag Desa Cinyasag pada awalnya bernama Muncang Pandak yang didirikan oleh Buyut Bugel dan Wargadijaya dibantu keturunan-keturunan mereka. Dalam pembangunannya mereka bekerjasama membangun rumah, membuka hutan, berladang dan bersawah. Muncang Pandak merupakan daerah yang termasuk dalam kekuasaan Cirebon pada waktu itu dipegang oleh Pangeran Pasarean. Umbul Muncang pandak didirikan tahun 1567 yang dihitung sejak dimulainya membuka hutan. Muncang Pandak dipimpin oleh seorang Dalem bernama Mangkuratbumi yang berasal dari Kanoman Cirebon. Pada tahun 1570 Cirebon disatukan dengan Mataram sehingga Mucang Pandak diwajibkan untuk melakukan seba (mengadakan pertemuan dengan pejabat-pejabat pemerintahan) di Mataram dan Cirebon (P.S. Sulendraningrat, 1984: 13). Sebab tersebut diadakan satu tahun sekali
karena perjalanannya sangat jauh dan sukar ditempuh, lamanya perjalanan antara Muncang Pandak dan Mataram memerlukan waktu satu bulan. Dalem Mangkuratbumi memerintah selama 28 tahun 4 bulan. Beliau meninggal di Kanoman Cirebon dan digantikan oleh Aria Salingsingan. (H.S. Sutisnamiharja, 2002: 8) Pada masa pimpinan Aria Salingsingan Muncang Pandak masih diwajibkan untuk mengadakan seba ke Mataram dan Cirebon. Dalam setiap seba Aria Salingsingan ditemani oleh Buyut Bugel. Raja Mataram yang ketiga yaitu Mas Rangsang bergelar Sultan Agung memerintah pada tahun 1613-1645. Pemerintahannya berpusat di Yogyakarta beliau adalah raja ke tiga, raja pertama adalah Sutawijaya kemudian diganti oleh mas Jolang barulah Sultan Agung yang membawa Mataram pada puncak kejayaan. Masa kejayaanya mencapai selama 32 tahun. Wilayah kekuasaan Mataram meliputi hampir seluruh pulau Jawa, Sultan Agung sangat membenci VOC yang berkedudukan di Batavia (Jakarta sekarang) karena para kompeni mengincar pulau Jawa. Sehingga Mataram terlibat dalam perang yang berkepanjangan baik dengan penguasa-penguasa Daerah maupun dengan VOC. Berdasarkan buku Riwayat Desa Cinyasag Dan Masyarakatnya Dari Masa Ke Masa, dijelaskan bahwa pada saat Mataram bermaksud menghancurkan kompeni, segala persiapan terus dilaksanakan untuk memperkuat pertahanan terutama angkatan perangnya. Meriam kesayangan Mataram yang bernama Meriam Sapujagat pada waktu itu tidak dapat digunakan karena mengalami kerusakan. Semua panday besi telah dipanggil untuk memperbaikinya, tetapi tidak ada seorang pun yang berhasil. Mendengar berita bahwa di Muncang Pandak ada seorang panday besi yang memiliki keahlian khusus bernama Sumeget, maka Sultan memanggil dan menyuruh memperbaikinya. Atas perintah Sultan, maka Sumeget berangkat bersama seorang pengiringnya bernama Indrapatra (Putra Buyut Bugel). Setelah sampai di Mataram, Sumeget langsung menghadap Sultan dan mulai memperbaiki Meriam Eksistensi Situ Cinyasag dan Peranannya Terhadap Kehidupan Masyarakat Sekitar
|7
Jurnal Artefak | Vol. 1 | No. 1 | Januari 2013 Sapujagat tersebut. Sumeget memperbaiki meriam itu namun tidak menggunakan perkakas selayaknya tukang panday besi. Pada akhirnya meriam dapat digunakan kembali, Sultan merasa bangga terhadap Sumeget sehingga diberi gelar Kasip yang berarti terakhir atau paling belakang. Hal ini disebabkan telah banyak yang memperbaiki meriam tersebut sebelum Sumeget. Kebanyakan orang-orang Cinyasag sekarang sering mengatakanya dengan sebutan” Panday Kasep”. Panday kasep wafat dan dimakamkan di sebuah bukit yang diberi nama Gunung Sumeget, letaknya sebelah selatan Tonjong Dusun Cigobang Kec. Panawangan. Namun tidak lama kemudian Sumeget meninggal dunia, maka diperintahkanlah Aria Salingsingan (Dalem Muncang Pandak) beserta Bugel untuk menghadap Sultan menerima air sebagai tanda terima kasih Sultan atas jasa Sumeget. Kemudian Buyut Bugel diperintah untuk mencari tempat air yang tepat untuk menyimpan air tersebut, danpada tahun 1617 Muncang Pandak diganti namanya menjadi Cinyasag. Menurut cerita dari mulut ke mulut Desa Muncang Pandak atau Cinyasag Sekarang, dulu masyarakatnya sulit untuk mendapatkan air bersih untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Maka Buyut Bugel beserta kedua putranya yakni Partalaksana dan Wangsaparana membuat Situ dekat mata air, kemudian dicurahkanlah air pemberian Sultan Mataram tersebut. Sejak saat itu terbendunglah sebuah Situ bernama Situ Cinyasag di mana air Situ Cinyasag tidak pernah surut meskipun pada musim kemarau, mengalir terus sehingga masyarakat Cinyasag tidak pernah mengalami kekeringan. Setiap makhluk hidup tentunya tidak dapat terlepas dari air terutama manusia yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari, seperti untuk minum, irigasi (pengairan sawah), mengairi kolam, dan kebutuhan lainya. Sejak saat itu Cinyasag diwajibkan memperluas lahan pertaniannya dengan catatan apabila penggarapan lahan pertanian selesai, maka Cinyasag dibebaskan dari seba ke Mataram.
Eksistensi Situ Cinyasag dan Peranannya
8 | Terhadap Kehidupan Masyarakat Sekitar
Karakteristik Dan Budaya Masyarakat Cinyasag Karakteristik Dan Budaya suatu masyarakat dapat dilihat dari adat istiadat atau tradisi yang dilakukanya. Adat istiadat atau tradisi merupakan suatu kebiasaan dalam masyarakat secara turun-temurun. Adat istiadat dapat pula dikatakan sebagai tradisi, karena dilakukan secara terus menerus dari generasi ke generasi. Sebuah tradisi dijadikan sebagai simbol dalam pengungkapan perasaan (ekspresif) masyarakat, sehingga untuk menjaga kelestarian sebuah tradisi, upaya yang harus dilakukan yaitu dengan mewariskannya terhadap generasi berikutnya. Pada masyarakat Cinyasag terdapat beberapa kebiasaan yang sampai sekarang masih dipegang teguh oleh masyarakat terutama orang tua dan generasi muda yang masih menghormati pepatah dari orang-orang pendahulunya. Adapun adat istiadat atau kebiasaan masyarakat Cinyasag yang sifatnya peraturan-peraturan, petuah, pantangan maupun anjuran, di antaranya adalah: a. Ucapan Salam Ketika Berkunjung Ke Situ Cinyasag Di sekitar Situ Cinyasag terdapat makam. Makam tersebut sering di ziarahi oleh masyarakat sekitar, biasanya setiap malam Jum’at kliwon diadakan ritual berupa do’ado’a yang dilakukan oleh kuncen atau juru kunci. Hal ini dilakukan untuk menghargai orang terdahulu atas jasanya membuat sumber air yang dikenal dengan Situ Cinyasag sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitarnya sampai sekarang. Sebagai muslim, percaya bahwa makam merupakan rumah terakhir maka kita hendaknya mengucapkan salam. Orang yang bekunjung tersebut biasanya mengirim do’a, membaca tahlil dan membaca sholawat. Ritual masuk makam sebenarnya hanya sekedar ritual saja artinya ritual tersebut hanya untuk mengingatkan bahwa kita suatu saat akan meninggal dan dikubur. Berkunjung ke makam ini dapat dikatakan untuk mencari barokah dari para leluhur, syafaat dari nabi akhir zaman Muhammad SAW, dan niatkan
Jurnal Artefak | Vol. 1 | No. 1 | Januari 2013 karena Allah supaya mendapat pahala-nya. Upaya pelestarian dalam menjaga kebersihan biasanya diurus oleh Bapak Enah selaku juru Kunci Situ Cinyasag. b. Ritual Sambutan dan Pamitan Ritual merupakan teknik, cara dan polapola pikiran yang dihubungkan dengan gejala yang memiliki ciri-ciri mistis dalam suatu adat kebiasaan. Wujud ritual dapat berupa doa, tarian, drama, maupun kata-kata. Ritual Sambutan ini dilakukan apabila seorang laki-laki asli berasal dari Cinyasag menikah dengan seorang wanita dari luar Cinyasag, maka proses ritual ini dilaksanakan. Dalam pelaksanaannya kedua mempelai datang ke Situ bersama dengan seorang juru kunci (kuncen) untuk memimpin do’a. Sebagai orang muslim maka do’a-do’a yang diucapkan diantaranya, AlFatihah, shalawat nabi.Sedangkan ritual pamitan adalah kebalikan dari ritual sambutan, dimana seorang wanita yang akan menikah dengan seorang laki-laki dari luar Desa Cinyasag maka dilaksanakan ritual tersebut, untuk tata caranya sama dengan proses sambutan dipimpin oleh seorang juru kunci. (Hasil wawancara dengan Bapak Nono S.pd, pada tanggal 11 Februari 2012). Dalam proses kedua ritual tersebut selain doa-doa yang diucapkan diikuti dengan pembakaran kemenyan lengkap dengan bunga-bunga dalam wadah yang (sesaji) telah dipersiapkan. Hal ini memperlihatkan bahwa masih melekatnya tradisi Hindu yang terpelihara oleh masyarakat Cinyasag.Kita ketahui sebelumnya bahwa dulu sebelum orang-orang Indonesia memeluk Islam, masyarakatnya telah terlebih dahulu memeluk agama Hindu dan Budha. Penyebaran agama Islam yang dilakukan oleh para wali khususnya, sangat menarik.Salah satunya adalah dengan tidak menghilangkan atau melenyapkan secara langsung adat kebiasaan yang telah ada sebelumnya, namun secara perlahan hal ini dilakukan supaya dapat menarik masyarakat untuk memeluk Islam. Ritual tersebut mengandung pesan luhur yang berhubungan dengan pemeliharaan
pelestarian adat istiadat atau kebiasaan para leluhur terdahulu. Ritual sambutan sebagai ungkapan penyambutan atau pengakuan menjadi bagian dari masyarakat Cinyasag, sedangkan pamitan merupakan pelepasan yang dilakukan untuk mengembara (ngumbara dari bahasa Sunda) atau membina kehidupan perkeluarga diluar Desa Cinyasag. Pada dasarnya ritual tersebut dilaksanakan untuk mengingatkan kepada setiap generasi di Cinyasag khususnya, supaya mencintai dan jangan melupakan Situ tersebut yang berhubungan dengan berdirinya Cinyasag, dimana memiliki arti penting bagi setiap generasi untuk membangun kehidupan bermasyarakat dalam ketentranam dan keamanan. Dapat dibayangkan apabila dalam lingkungan masyarakat tidak tercipta suatu kehidupan yang aman tentunya tidak dapat merasakan suatu keharmonisan dan kerukunan dalam masyarakat. c. Membawa Pakan Ikan Ketika Berkunjung Ke Situ Cinyasag Parab atau sebutan pakan dalam bahasa Sunda adalah sejenis makanan untuk ikan. Sebenarnya tidak ada ketentuan secara khusus yang mewajibkan pengunjung yang datang ke Situ Cinyasag untuk membawa Parab, namun hal ini sudah menjadi kebiasaan masyarakat sekitar apabila berkunjung membawanya. Parab tersebut dapat berupa roti, beras, snack, atau yang lainnya. Kebiasaan membawa Parab ke Situ Cinyasag memperlihatkan bahwa masyarakat Cinyasag sudah mengerti betul, bukan hanya manusia yang memerlukan makanan untuk mempertahankan hidupnya ikanpun sama. Kalau bukan kita sebagai manusia yang memberikanya lalu dari mana ikan-ikan tersebut memperolehnya. Walaupun pada umumnya ikan-ikan tersebut memakan sejenis tanaman yang hidup di dalam air dan semacam plankton. Kebiasaan ini mengandung makna bahwa sebagai manusia harus menjaga kelestarian lingkungan. d. Larangan Untuk Mengambil Ikan Dari Situ
Eksistensi Situ Cinyasag dan Peranannya Terhadap Kehidupan Masyarakat Sekitar
|9
Jurnal Artefak | Vol. 1 | No. 1 | Januari 2013 Di Situ Cinyasag terdapat banyak ikan dari yang ukuranya besar sampai berukuran kecil. Menurut cerita, ikan-ikan tersebut datang dengan sendirinya (ikan yang dianggap keramat) ditambah juga ada beberapa orang warga yang menyimpannya di Situ Cinyasag untuk ikut melestarikan atau supaya air yang ada di Situ tetap terjaga kebersihannya. Ikanikan tersebut bercampur dan tidak pernah ada orang yang berani mengambilnya meskipun ikan tersebut dalam keadaan mati, hal ini merupakan suatu larangan (pantangan dalam bahasa Sunda). Menurut cerita, barang siapa yang memakannya makaorang tersebut akan mendapat musibah, untuk memberitahukan kepada orang-orang bahwa hal tersebut tidak boleh dilakukan, cukup dengan istilah Pamali. Pesan yang terkandung dalam kebiasaan ini adalah bahwa siapa saja yang berkunjung tidak boleh mengambil dan membunuh ikan Situ Cinyasag supaya keberadaanya dan kelesariannya tetap terjaga. Peranan Situ Cinyasag Bagi Masyarakat Sekitar Air Situ Cinyasag selain berfugsi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti untuk pengairan sawah (irigasi), minum, mandi, mencuci. Versi lain menyebutkan bahwa air Situ tersebut dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Seseorang yang mengalami sakit baik luka dalam maupun luka luar dapat merendam badanya di air Situ atau dengan meminum langsung airnya. Masyarakat yang datang tidak hanya dari lingkungan Desa Cinyasag, namun dari luar Desa Cinyasag yang mengetahuinya dan biasanya mereka mengetahui dari mulut kemulut. Dalam kebiasaan mengandung makna bahwa setiap orang sangat tergantung pada air sebagai sumber kehidupan sehingga perlu dijaga pelestarianya jangan sampai mencemarinya. Sebagai muslim percaya bahwa manusia adakalanya terserang penyakit, hal tersebut ada yang mengatur, manusia hanya perlu kiktiar yang menyembuhkan hanyalah Allah SWT. Sebagaimana diketahui bahwa air memiliki banyak manfaat bagi kesehatan, hal ini Eksistensi Situ Cinyasag dan Peranannya
10 | Terhadap Kehidupan Masyarakat Sekitar
banyak diteliti para ahli bahwa manfaat air untuk mandi yaitu: dapat meningkatkan metabolisme, mencegah cedera otot, mengatur kadar asam urat dalam tubuh, meningkatkan sirkulasi darah untuk menghilangkan racun ketika air mengenai permukaan kulit, membangun kekebalan tubuh, dapat mengurangi rasa nyeri tubuh, meningkatkan kesehatan fungsi ginjal, mengurangi pembengkakan, dapat memperdalam pernapasan sehingga didak cepat lelah, mengeluarkan racun, menghilangkan stress. Selain untuk berendam manfaat air juga dirasakan pada saat diminum yang berfungsi untuk memperlancar sistem pencernaan sehingga badan terasa ringan dan segar tubuh kita terdiri dari air sekitar 70 % sehingga kurang minum menyebabkan dehidrasi. (www.manfaatkesehatan.com/2011/10). Manfaat lain minum air lainya yaitu dapat menghilangkan racun dalam tubuh, menyegarkan kulit, mencegah timbulnya batuk dan flu ringan, mencegah terjadinya stroke dan serangan jantung. Dari banyaknya manfaat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa air memiliki banyak kegunaan. Bukan saja air dari Situ yang memiliki banyak manfaat, namun setiap air bersih pasti memiliki kesamaan manfaat dalam menjaga kesehatan. Secara umum manfaat itu Cinyasag bagi kehidupan masyarakat sekitar di antaranya: a. Kehidupan Beragama Islam merupakan agama yang dianut oleh masyarakat Cinyasag (Girilaya sekarang), bersifat agamis dan taat menjalankan ajaran agama islam. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya kegiatan keagamaan seperti sembahyang di mesjid-mesjid dan mushola, pengajian-pengajian serta yang lainnya. Berbagai aktifitas tentunya tidak terlepaskan dari keberadaan Situ Cinyasag, termasuk halnya dalam bidang keagamaan. Dalam setiap melakukan peribadatan seorang muslim diwajibkan untuk bersih dan suci, sehingga masyarakat menggunakan air Situ untuk wudlu. Pada saat penulis berkunjung tepatnya ke Dusun Cipeuteuy Desa Girilaya untuk mengadakan penelitian lapangan sedang dilaksanakan kegiatan maulidan Nabi Muhammad SAW. Kegiatan
Jurnal Artefak | Vol. 1 | No. 1 | Januari 2013 tidak hanya dilaksanakan di mesjid-mesjid Dusun maupun mesjid Desa,namun maulidan dilaksanakan pula pada sebagian besar rumahrumah warga, hal ini membuktikan be-sarnya kesadaran masyarakat akan kewajiban serta peran sebagai muslim dalam bidang keagamaan. Peran fungsi Situ Cinyasag memperlancar setiap kegiatan masyarakat. b. Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Keberadaan Situ Cinyasag memiliki pengaruh pula terhadap bidang sosial masyarakat, hal ini dapat dibuktikan dengan masih melekatnya berbagai adat istiadat atau tradisi, petuah-petuah, serta berbagai anjuran maupun pantangan-pantangan orang-orang terdahulu yang dianggap memiliki peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Hal tersebut dimaksudkan untuk melestarikan kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat Cinyasag khususnya. Sedangkan pengaruh keberadaan Situ Cinyasag dalam bidang ekonomi dapat dilihat dari suburnya lahan pertanian warga masyarakat, dimana mereka dapat menghasilkan hasil panenyang melimpah. Hal ini tentu saja tidak terlepas dari peran fungsi Situ Cinyasag sebagai sumber mata air utama masyarakat sekitar. Mereka memenuhi berbagai kebutuhan sehari-hari bergantung pada air Situ, salah satunya adalah untuk irigasi. Di sekitar Situ terdapat banyak selang-selang yang dipergunakan untuk berbagai keperluan warga, namun hal ini tidak menjadikan air Situ surut namun airnya tetap jernih dan mengalir setiap saat. Masyarakat Cinyasag termasuk masyarakat yang aktif dan dinamis, ciri-ciri yang dapat dijadikan catatan adalah: 1) Sebelum Indonesia merdeka masyarakat Cinyasag telah membangun pesawahan yang cukup luas sekitar 400 ha 2) Pengairan dibangun di seluruh pelosok Desa, sehingga pada tahun 1874 di Desa Cinyasag telah dibuat sebanyak 19 buah saluran air untuk irigasi 3) Sejak Indonesia merdeka masyarakat Cinyasag terus membangun sarana fisik. 4) Bangunan fisik yang dibuat dengan cara bergotong royong adalah:
a) Bale Desa b) Bangunan mesjid Desa c) Bangunan SD Cinyasag I, SD Cinyasag II, SD Cinyasag III,SD Cinyasag IV, dan SD Neglasari. Semua bangunan sekolah dasar dibuat dengan permanen. d) Bangunan Bale Dusun e) Langgar-langgar dan mesjid di setiap Dusun f) Pengaspalan jalan g) Pembuatan tiga buah lapangan olahraga di Muncang Pandak, di Segong, dan di Neglasari Pembangunan fisik terus ditingkatkan begitu pula dengan pembangunan mental apiritualnya bangunan dari pemerintah terus mengalir pada beberapa proyek di antaranya: inpres, SD, rehabilitasi saluran air tambak lara, tambak hurip dan batu karut. Pengaspalan jalan Desa, pembangunan mesjid jami dari Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila di Dusun Cirikip. Listrik masuk Desa diresmikan tanggal 19 juli 1986 oleh mayjen Edy M.Achir. (H.S. Sutisnamiharja, 2002: 49). Masyarakat Cinyasag memiliki ciri senang bergotong royong, serta tolong menolong sesama, sebagai contohnya dalam pembuatan rumah dikerjakan secara gotong proyong mereka membantu dengan menyumbangkan tenaga. Begitu pula dengan pekerjaan lainnya seperti acara hajatan, baik upacara perkawinan khitanan atau yang lainnya. Pada zaman Belanda terdapat dua golongan dalam masyarakat, yaitu: 1) Golongan Masyarakat Rendah Masyarakat Cinyasag khususnya menerima disebut dengan sebutan cacah kuricakan (dalam bahasa Sunda) atau rakyat jelata. Rakyat gembel merupakan rakyat paling remdah martabatnya, yang termasuk dalam golongan gembel adalah para petani dan pedagang. Golongan ini merupakan golongan yang tingkat pendidikannya rendah dan masyrakat golongan rendah lebih banyak dibandingkan dengan golongan priyai. Masyarakat Cinyasag juga banyak yang mencari nafkah di luar daerah Cinyasag seperti ke Bandung, Jakarta, Eksistensi Situ Cinyasag dan Peranannya Terhadap Kehidupan Masyarakat Sekitar
| 11
Jurnal Artefak | Vol. 1 | No. 1 | Januari 2013 serta daerah lain untuk berdagang dan banyak yang berhasil. Biasanya mereka pulang berapa kali dalam setahun atau pada saat ada acara tertentu. Masyarakat Cinyasag mayoritas bertani, pembangunan pertanian dimulai sejak tahun 1874-1893 di mana jumlah penduduknya semakin bertambah. Tanahnya subur karena adanya aliran air terutama dari Situ Cinyasag, sehingga segala macam tumbuhan dapat tumbuh dengan baik. Selain perairan dari Situ Cinyasag, mengalir pula sungai Cibubuhan, sungai Cirikip, sungai Patahunan, sungai Cikahome, sungai Cihambulu, sungai Cikerenceng. Pada setiap bagian mata air dari sungai-sungai tersebut dibuatkan damyang dapat mengalirkan airnya keseluruh pelosok Desa Cinyasag. Pada akhir masa penjajahan Belanda luas sawah Desa Cinyasag ada sekitar 400 ha, setelah dipecah dengan Gardujaya menjadi 210ha. Pertumbuhan penduduk semakin meningkat tetapi belum diimbangi dengan penghasilan penduduk. Akhirnya pengolahan aswah di ubah dari satu tahun sekali menjadi dua kali dalam setahun. Pupuk kandang berkurang karena setelah ada larangan bahwa di dekat rumah warga tidak boleh memelihara kambing dan ayam demi kesehatan. Pemupukan kemudian memakai pupuk pabrik seperti TS dan urea. Pemilik sawah sudah diatur yaitu sawah nomor, ada nomor besar danada nomor kecil. Nomor besar diberi sawah sebesar 350 tumbak sedangkan nomor kecil 250 tumbak. Masyarakat yang menjadi nomor pada umumnya adalah laki-laki dewasa atau kepala keluarga yang mampu meleksanakan gawe atau pekerjaan dalam bahasa Sunda. Para nomor tersebut memiliki hak dan kewajiban, sebagai berikut: a. Hak-hak para pemilik sawah nomor: 1) Hak atas hasil dari sawah nomor yang dimilikinya, apabila meninggal dunia sawah tersebut diberikan kepada anak laki-lakinya yang telah dewasa. Jika tidak memiliki anak laki-laki maka sawah nomor diberikan kepada yang lain oleh kuwu atau kepala Desa. Eksistensi Situ Cinyasag dan Peranannya
12 | Terhadap Kehidupan Masyarakat Sekitar
2) Mempunyai hak dipilih dalam pemilihan perangkat Desa. Semua perangkat Desa atau pamong dipilih oleh rakyat yang memiliki sawah nomor. 3) Hak pilih untuk menjadi perangkat Desa seperti Kuwu, Kulisi, Lebe, Amil. b. Kewajiban para pemilik sawah nomor: 1) Kewajiban melaksanakan pekerjaan umum di desa seperti membuat jalan memperbaiki selokan, membuat bangunan Desa. 2) Kewajiban menjaga ketertiban dan keamanan seperti ronda malam hari dan kemit pada siang hari di Bale Desa. 3) Membayar pajak tanah sawah nomor sesuai dengan ketentuanya. Kewajiban para nomor menjadi hilang setelah sawah nomor itu di beli pemerintah, pekerjaan Desa akhirnya di pikul oleh semua warga desa begitu pula haknya jadi sama. Keahlian para petani dalam mengolah tanah baik sawah maupun berkebun meningkat sehingga dapat memenuhi segala kebutuhan. (H.S. Sutisnamiharja, 2002: 26). 2) Golongan Priyai Menurut Sunda seloka golongan priyai disebut pula menak yaitu orang yang di enakenak. Pada saat acara selamatan atau yang biasa disebut sedekah, makanan dijajarkan seperti kerucut. Makanan bagian priyai disediakan yang enak-enak dan ikan yang besar-besar. Sedangkan bagian untuk masyarakat biasa sangat sederhana dengan ikan berukuran kecil. Untuk menduduki jabatan di pemerintahan untuk menjadi Bupati harus turunan dengan garis karir lulusan sekolah menak yang kemudian menjadi mantri polisi, camat, dan langsung menjadi bupati atau wedana. Pada saat menghadap mereka harus menyembah dengan sebutan Bendoro Camat, Bendoro Wedana atau Kanjeng Dalem. Dengan memiliki wibawa yang tinggi para pamong ini merupakan kaki tangan pemerintahan kolonial.
Jurnal Artefak | Vol. 1 | No. 1 | Januari 2013 Ada sebuah lagu khas atau biasa disebut sisindiran yang biasa dinyanyikan anakanak pada saat bermain, berikut syairnya: “Ayang-ayang gung Gung goongna rame Menak ki mastanu Nujadi wadana Naha mana kitu Tukang olo-olo Loba anu giruk Ruket jeung kumpeni (VOC) Niat jadi pangkat Katon kagorengan Katon kagorengan Ngantos kanjeng Dalem Lempa-lempi Lembong Ngadu pipi jeung nu ompong”. Apabila diperhatikan dari isi syairnya, memiliki maksud menyindir terhadap para golongan priyai atau menak yang bekerja sama dengan kompeni. (H.S. Sutisnamiharja, 2002: 26). c. Bidang Keamanan Dengan adanya petuah maupun larangan orang-orang terdahulu yang bersifat turun-temurun, maka berpengaruh pada lingkungan Cinyasag khususnya dalam bidang keamanan. Hal ini dapat diperhatikan dari keadaan ikan dalam Situ yang masih tetap ada dan terjaga. Masyarakat senantiasa menjaga teguh petuah-petuah tersebut sehingga tidak ada orang berani mengambil ikan dari Situ Cinyasag meskipun sebenarnya letak Situ agak jauh dari rumah-rumah warga sekitar. Ini membuktikan tingginya kesadaran masyarakat Cinyasag dalam menjaga tradisi yang dilakukan para leluhur terdahulu. 4. Upaya Pelestarian Situ Cinyasag Dalam upaya pelestariannya masyarakat sekitar berusaha menjaga kebersihan Situ Cinyasag, hal ini terlihat dari keadaan di sekitarnya yang menimbulkan rasa nyaman, udara yang segar tanpa polusi serta keadaan alam yang sejuk dirasakan pengunjung yang datang ke Situ Cinyasag. Upaya lain yang dilakukan masyarakat dalam menjaga keles-
tarian Situ adalah membuat terasering yang tujuanya mencegah terjadinya erosi. Ketika turun hujan air mengalir pada lembah-lembah yang telah dibuat tersebut. Upaya pelestarian Situ juga tidak dapat dilepaskan dari peran aparat setempat yang senantiasa memantau keberadaan Situ serta menggerakan masyarakat dalam pelestarianya agar tetap terpelihara dengan baik, sebab Situ tersebut merupakan sumber kehidupan masyarakat Cinyasag. Pemerintah setempat menerapkan kebijakan yakni dilarangnya penebangan pohon khususnya di sekitar area Situ apabila dilanggar akan dikenakan denda yang telah ditetapkan. Upaya tersebut dilakukan supaya tidak terjadi longsor yang berdampak pada penyempitan Situ sehingga ketersediaan air bersih di Cinyasag akan susah seperti yang terjadi pada masa dahulu. Selain itu masyarakat setempat senantiasa melaksanakan petuah-petuah, baik yang sifatnya anjuran maupun larangan-larangan bermanfaat para leluhur yang disampaikan secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Dalam segi keamananya didukung juga oleh aparat pemerintah setempat, hal ini terlihat dari kerukunan serta tatakrama serta sopan santun masyarakat sekitar. Situ Cinyasag dijadikan sebagai tempat pembuktian bahwa telah ada kehidupan pada masa lalu yang membuktikan bahwa kehidupan manusia mengalami perubahan, baik dilihat dari segi struktur, ukuran, maupun panjangnya usia. Menurut bapak Dadang dalam upaya pelestarian Situ ini tidak terlepas dari kendalakendala yang dihadapi misalnya adanya perbedaan pendapat antar warga dalam sistem saluran pengairan pada setiap rumah warga, dan hal tersebut diselesaikan biasanya dengan musyawarah Desa. Dari uraian di atas dapat disimpulkan adanya keterkaitan antara Situ Cinyasag dengan pendidikan, di mana pendidikan merupakan sarana teoritis yang menyatakan bahwa kehidupan masa lalu itu benar-benar ada tidak hanya sebagai cerita belaka, sedangkan Situ merupakan salah satu bukti tentang apa yang diajarkan secara teori Eksistensi Situ Cinyasag dan Peranannya Terhadap Kehidupan Masyarakat Sekitar
| 13
Jurnal Artefak | Vol. 1 | No. 1 | Januari 2013 di sekolah-sekolah atau sarana pendidikan lainnya bahwa semua itu benar adanya. Sehingga antara teoritis dengan praktis dapat melahirkan suatu pengetahuan yang relevan atau tidak diragukan. Situ Cinyasag merupakan aset sejarah lokal bagi masyarakat di Desa Girilaya khususnya. Peninggalan sejarah merupakan khazanah budaya yang memiliki arti penting, serta berfungsi sebagai pembinaan maupun pengembangan nilai-nilai budaya bangsa. Bentuk peninggalan sejarah merupakan warisan budaya yang perlu dilestarikan, sebab nilainilai yang terkandung dalamnya merupakan dasar pijakan ataupun fondasi manusia memulai kehidupan dalam membangun suatu bangsa. Fondasi yang kokoh akan melahirkan kenerasi yang tangguh tidak mudah terpengaruh. Melestarikan warisan budaya merupakan salah satu prasyarat dalam membangun karakter dan memperkokoh jati diri bangsa. Adapun kebijakan hukum yang berkaitan dengan pelestarian warisan budaya di antaranya diatur dalam UUD 1945 pasal 32 ayat 1 menyebutkan bahwa negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilainilai budayanya, salah satu bentuk warisan budaya adalah Situ Cinyasag. Ramainya aktifitas manusia dalam suatu tempat tidak terlepas dari adanya sisa-sisa yang dihasilkan manusia itu sendiri seperti bekas makanan maupun minuman yang banyak ditemukan di sekitar lingkungan tersebut, hal ini perlu dijaga supaya tercipta suatu kebersihan dan kenyamanan. Menumbuhkan kesadaran budaya merupakan tugas dan kewajiban kita bersama selaku generasi penerus. Ada beberapa hal yang menjadi ciri tumbuhnya kesadaran budaya dan kesadaran sejarah di antaranya: a. Pengetahuan akan adanya berbagai kebudayaan yang masing-masing memiliki jati diri beserta keunggulan-kunggulanya b. Sikap terbuka untuk menghargai dan berusaha memahami kebudayaan yang lain di luar kebudayaannya sendiri atau dengan Eksistensi Situ Cinyasag dan Peranannya
14 | Terhadap Kehidupan Masyarakat Sekitar
kata lain kesediaan untuk saling mengenali kebudayaan. c. Pengetahuan akan adanya berbagai riwayat perkembangan budaya d. Adanya pengertian bahwa di samping merawat dan mengembangkan unsur-unsur warisan budaya, kita sebagai bangsa Indonesia harus bersatu dalam mengembangkan kebudayaan nasional, yang dapat mengambil sumber dari manapun yakni dari warisan budaya kita sendiri maupun dari unsur budaya asing yang dianggap dapat meningkatkan harkat bangsa. (Edi Sedyawati, 2006: 330). KESIMPULAN Eksistensi Situ Cinyasag di Desa Girilaya Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis memiliki arti yang sangat penting khususnya dirasakan masyarakat sekitar. Situ tersebut adalah Situ buatan yang di buat oleh tokoh bernama Buyut Bugel dibantu oleh kedua anaknya Partalaksana dan Wangsaparana pada tahun 1617 di Dusun Cipeuteuy. Pembuatan Situ ini dilatar belakangi sulitnya mendapatkan air bersih yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari di Muncang Pandak yang kemudian diubah namanya menjadi Desa Cinyasag setelah di mekarkan (dipisahkan), namanya diubah kembali menjadi Desa Girilaya. Sampai sekarang air Situ Cinyasag tidak pernah surut meskipun pada musim kemarau, hampir semua warga di Cipeuteuy membuat selang-selang yang berfungsi mengalirkan air pada setiap perumahan mereka dalam jumlah yang banyak, namun air Situ tetap mengalir tidak surut sedikit pun. Situ Cinyasag memiliki peranan yang penting khususnya dirasakan masyarakat sekitar. Dalam bidang keagamaan seperti berwudlu masyarakat menggunakan air dari Situ Cinyasag. Sedangkan dalam bidang sosial dan ekonomi, masyarakat senantiasa menjaga adat atau tradisi orang-orang terdahulu sehingga mereka dapat membina kerukunan antar sesama serta saling mengingatkan terutama dalam kaitannya dengan Situ Cinyasag. Dalam bidang ekonomi keberadaan Situ Cinyasag
Jurnal Artefak | Vol. 1 | No. 1 | Januari 2013 memiliki pengaruh terhadap kesuburan tanah sehingga semua jenis tanaman dapat tumbuh subur yang menghasilkan panen yang menguntungkan. Dalam kehidupan masyarakat di Dusun Cipeuteuy ajaran dan pepatah luhur dari para pendahulu, sangat dihormati dan dijunjung tinggi sampai sekarang, seperti hal-hal yang dianggap tabu, pantangan-pantangan maupun anjuran-anjuran masih tetap dilaksanakan dan dipatuhi oleh masyarakat Cinyasag sekitar, terlepas dari adanya anggapan sebagian masyarakat yang berpendapat bahwa hal tersebut adalah takhayul, namun dari semua kebiasaan atau adat istiadat tersebut dapat diambil hikmah dan makna yang terkandung di dalamnya dari setiap hal yang dianggap tabu, pantangan maupun anjuran karena semuanya mengandung pepatah dan pesan yang berharga serta bermanfaat. jadi pada intinya ambil sisi positifnya dan menjadikannya sebagai kekayaan ragam budaya bangsa. Upaya pelestarian Situ dilakukan masyarakat dengan membuat terasering yang tujuannya mencegah terjadinya erosi. Pemerintah setempat juga menerapkan larangan melakukan penebangan pohon khususnya di area sekitar Situ dan apabila terjadi pelanggaran akan dikenakan denda, hal tesebut dimaksudkan supaya kelestarian Situ tetap terjaga.
ngaruhi terhadap pelestarian suatu lokasi guna menunjang kenyamanan pengunjung, sehingga dalam hal ini penulis berharap agar pihak pemerintah setempat khususnya segera mencari solusi untuk menyelesaikan sarana dan prasarana yang lebih baik di lokasi Situ Cinyasag Dusun Cipeuteuy Kec. Panawangan Kabupaten Ciamis. 2. Situ Cinyasag merupakan aset yang berharga, sebab Situ tersebut merupakan tonggak berdirinya Desa Cinyasag. Upaya pelestarian Situ Cinyasag tidak hanya ditentukan oleh aparat pemerintah setempat, oleh karena itu pihak masyrakat harus ikut serta melestarikannya serta dapat menjaga dan memelihara adat istiadat yang terkandung didalamnya sebagai warisan budaya yang tidak ternilai harganya. 3. Memberikan inspirasi khususnya kepada generasi muda dalam menghormati dan menghargai apa yang telah dilakukan oleh para pendahulu yaitu leluhur-leluhur Cinyasag serta dapat menggali sumber-sumber sejarah, baik bersifat primer maupun sekunder yang otentik sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Kita sebagai generasi muda harus menjadi penggerak dalam menggali sumber sejarah, khususnya sejarah lokal yang ada di sekitar kita.
Saran 1. Kemajuan suatu daerah tidak terlepas dari peran dan campur tangan pihak pemerintah daerah itu sendiri, pembangunan sarana dan prasarana yang layak sangat mempe-
DAFTAR PUSTAKA Ahmadi Abu. (2007). Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Koenjaraningrat. (1999). Manusia Dan Kebudayaan Di Indonesia. Jakarta: Djambatan. Kaharudin Pipin. (2011). Paguron Pencak Silat Cari Wargi. Skripsi FKIP Galuh: Ciamis: Tidak diterbitkan.
Mulyana Agus. (2009). Historiografi Di Indonesia Dari Magis Religius Hing-ga Strukturis. Bandung: PT Refika Aditama. Nawawi Hadari. (2003). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Eksistensi Situ Cinyasag dan Peranannya Terhadap Kehidupan Masyarakat Sekitar
| 15
Jurnal Artefak | Vol. 1 | No. 1 | Januari 2013 Ranjabar Jacobus. (2006). Sistem Sosial Budaya Indonesia. Bogor: Ghalia Indonesia. Sedyawati Edi. (2006). Budaya Indonesia Kajian Arkeologi, Seni dan Sejarah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Setiadi M. Elly. (2007). Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar. Bandung: Prenada Media Grup. Soehartono Irawan. (1995). Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Eksistensi Situ Cinyasag dan Peranannya
16 | Terhadap Kehidupan Masyarakat Sekitar
Sulehendraningrat P.S. (1984). Babad Ta-nah Sunda Babad Cirebon. Cirebon. PT Karya Nusantara. Sutisnamiharja. H.S. (2002). Riwayat Desa Cinyasag Dan Masyarakatnya Dari Masa Kemasa. Cinyasag: Yayasan Pendidikan Putra Cinyasag.