Edu – Physic Vol. 3, Tahun 2012
EKSISTENSI PROBLEMATIKA GURU DI MASYARAKAT Zawaqi Afdal Jamil E-mail:
[email protected] Abstrak Guru ideal adalah guru yang memiliki, pengetahuan, kecakapan, serta sikap prilaku yang dapat dijadikan sumber inspirasi untuk diikuti dan diteladani. Konsep ini lebih lengkap terangkum dalam UU Sistem Pendidikan Nasional tegas dinyatakan bahwa guru mutlak memiliki empat kompetensi yaitu pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Namun kenyataannya diakui belum semua guru yang ada telah memiliki keempat kompetensi tersebut, hal ini dapat disadari karena berbagai alasan baik dari sisi personal maupun dari sistem pendidikan yang ada. Berbagai persoalan yang muncul terhadap kasus-kasus yang dapat mencoreng citra guru membuat persepsi jelek terhadap guru. Oleh sebab itu guru diharapkan selalu mewaspadai image lebihlebih lagi ia adalah pendidik bangsa agar selalu meningkatkan pengetahuan, wawasan, dan perannya di masyarakat dan bangsa. Kata kunci: ekseistensi, problematika guru, dan masyarakat. A. Pendahuluan Guru adalah sosok pribadi yang diagungkan ditengah masyarakat. Kehadiran guru di tengah masyarakat betul-betul menjadi pelita bagi kehidupan di mana masyarakat dalam mengalami keterbelakangan moral, pengetahuan, pendidikan, dan budaya. Gurulah yang dapat memberikan pencerahan budaya hingga masyarakat yang terbelakang sedikit bisa beranjak maju karena kehadiran guru di tengahnya yang selalu memberikan pengajaran dan pendidikan serta dorongan untuk bisa maju dan berbudaya luhur. Guru merupakan nama yang harum selalu disanjung dan dipuja karena kemuliaan dan ketulusannya dalam berkiprah. Di sekolah kehadiran guru sangat dinantikan oleh muridnya karena menginginkan pembelajaran dan menyadari proses pendidikan yang begitu penting bersumber dari guru yang agung. Di tengah masyarakat guru menjadi sumber inspirasi bagi masyarakat karena pengetahuannya yang luas, moral sikapnyanya yang santun, serta keakraban emosinya yang mulia. Namun belakangan ini, kehadiran sebagian guru di tengah masyarakat sudah menjadi kurang apresiatif lagi. Guru dipandang sebagai 129
Zawaqi Afdal Jamil, Eksistensi …
masyarakat biasa, pendapatnya kurang didengar lagi bila berbicara di forum masyarakat, sikapnya kurang menjadi inspirasi bagi masyarakat dalam berinteraksi sosial. Lebih parah lagi, bahwa ada sebagian anggota masyarakat yang suka merendahkan guru bahkan memberikan ejekan atau cemoohan. Pengalaman ini mungkin bisa ditemukan sendiri di lingkungan kita, ditempat lain, atau dipemberitaan media massa. Pernyataan di atas bukanlah merendahkan guru sebagai sosok yang diidolakan di tengah masyarakat bangsa, tapi salah satu upaya melihat akar sumbernya, mengapa sikap dan persepsi sebagian masyarakat merendahkan eksistensi guru? Telaahan ini perlu dipikirkan dan dicari akar sumbernya untuk dijadikan pemecahan jalan keluarnya. Ditemukan salah satu sumber akarnya untuk membangun citra dan sikap apresiatif masyarakat terhadap guru, diharapkan tulisan ini dapat menjadi salah satu sumber inspirasi dan kesadaran murni bagi semua elemen masyarakat dalam upaya membangun rasa penghormatan dan apresiatif yang tinggi terhadap guru di negeri ini. Adanya rasa penghormatan dan sikap apresiatif yang tinggi terhadap guru, maka perlahan citra guru tetap dapat dipertahankan. Rasa percaya diri sebagai pelita bangsa bagi guru tetap menjadi pegangan. Perasaan malu dan kesadaran bersikap luhur yang tinggi akan tetap menjadi pegangan bagi guru dalam berkiprah di tengah masyarakat. Pemikiran-pemikiran yang dikemukakan di atas merupakan salah satu pendorong bagi insan guru dan masyarakat untuk melihat potret yang sudah berlalu agar perlahan sikap guru yang kurang mencerminkan sikap keguruannya bisa diubah dengan kesadaran murni sebagai teladan masyarakat bangsa. Adanya kesadaran yang tumbuh dalam hati, diharapkan masyarakat tetap meletakkan kepercayaan, penghormatan, dan penghargaan yang tinggi kepada guru untuk membangun bangsa ini sebagai bangsa yang bermoral dan berbudi luhur. Tulisan “Eksistensi dan Problematika Guru di Masyarakat” berupaya memberikan uraian dan pemikirantentang pengalaman dan persepsi terhadap guru agar kehadiran guru di tengah masyarakat tetap menjadi kepercayaan dan keteladanan yang tinggi untuk dijadikan teladan moral masyarakat bangsa. B. Peran Guru di Masyarakat Sikap guru di masyarakat adalah tampilan-tampilan yang dilakukan guru di tengah masyarakat dalam bersosialisasi dan berinteraksi sosial. Sikap guru dalam melakukan sosialisasi dan berinteraksi dengan masyarakat telah memberikan pengaruh pada masyarakat dalam membangun persepsi masyarakat terhadap guru itu sendiri. Inilah mungkin salah satu alasan bahwa dalam UU RI nomor 14 tahun 2005 dinyatakan guru wajib memiliki kompetensi untuk mewujudkan tujuan pendidikan 130
Edu – Physic Vol. 3, Tahun 2012
nasional. Kompetensi yang dimaksud adalah kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Walaupun empat kompetensi tersebut memiliki kaitan yang saling menguatkan, namun empat kompetensi yang diwajibkan pemerintah tersebut nampaknya menjadi syarat utama bagi seorang guru dalam menjalankan tugas profesinya. Disadari atau tidak bahwa guru yang profesional adalah guru yang memiliki kompetensi sebagaimana dipersyaratkan dalam UU di atas. Pernyataan ini sangat beralasan dan logis karena kompetensi dimaksud sudah refresentatif mencerminkan guru ideal. Berkaitan dengan kompetensi yang disebutkan di atas, bahwa kompetensi yang memiliki hubungan dengan peran dan kiprah guru dalam bersosialisasi dan berinteraksi sosial adalah kompetensi sosial. Sudarwan Danin (2010 : 24) membagi tiga subranah kompetensi sosial. Salah satu ranah disebutkan guru harus mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar. Selanjutnya ia menyatakan sebagaimana dalam rumusan Kode Etik Guru Indonesia tentang hubungan guru dengan masyarakat disebutkan guru bekerjasama secara arif dengan masyarakat untuk meningkatkan prestise dan martabat profesinya. Uraian mengenai kewajiban guru untuk menampilkan sikap sosial yang arif dan dan luhur menunjukkan bahwa pentingnya guru memiliki sikap sosial di tengah masyarakat. Pemikiran ini tentu diarahkan kepada guru untuk menampilkan sikapnya yang arif bijaksana dalam menyikapi segala bentuk persoalan sosial agar guru dapat diterima dengan baik serta kepercayaan yang tinggi terhadap guru tersebut. Keberadaan guru di tengah masyarakat dijadikan rujukan keteladanan di tengah masyarakat. Pemahaman ini tentu berarti bahwa guru memiliki nilai strategis sebagai pelita di tengah masyarakat. Guru menunjukkan tutur sapa yang santun, menjunjung tinggi nilai agama, berprilaku tidak menyalahi adat setempat, serta menegakkan hukum pemerintah. Jamal Ma’mur Asmani (2010) menuturkan ada lima peran penting guru di tengah masyarakat: 1. Peran Guru sebagai Pendidik Peran pendidik dimaknai bahwa kehadiran guru harus mampu sebagai pendidik sekali gus sebagai pengajar. Pendapat imam Al Ghazali yang dikutip oleh Maftuh Ahnan Asy. (2002:140) mengemukakan adab sebagai guru harus bertanggungjawab atas beban yang dipikulnya, Dia sadar bahwa ia sebagai guru tidak hanya mengajar tetapi juga mendidik, memberi contoh dan tauladan yang baik. Pendidik artinya guru mampu mentransferkan nilai-nilai luhur agama, budaya, adat istiadat, dan hukum pemerintahan yang ada. 131
Zawaqi Afdal Jamil, Eksistensi …
Guru harus menjadi tauladan dalam menjalankan kehidupannya yang memiliki nilai-nilai luhur di atas. Sebagai pendidik guru harus menjadi pendorong bagi masyarakat untuk meneladani sikap luhur tersebut. Oleh sebab itu guru tidak boleh menciptakan konflik persepsi di tengah masyarakat, apalagi konflik yang menyalahi agama, adat istiadat, dan hukum pemerintah sehinggah merendahkan martabat guru itu sendiri. Sukadi (2009:71) menyebutkan salah satu tipe guru yang menyenangkan adalah guru yang bijaksana. Guru bijaksana adalah apabila menghadapi setiap persoalan senantiasa mempertimbangkan dengan akal sehat dan mendasarkan pada ilmu pengetahuan. Sedangkan guru sebagai pengajar harus dimaknai bahwa guru sebagai sumber pengetahuan masyarakat, guru tempat bertanya tentang sesuatu persoalan baik mengenai agama, budaya, hukum dan lainnya. Guru diharapkan mampu memberikan penjelasan secara bijaksana dan adil kepada masyarakat tentang sesuatu yang sudah diketahuinya. Dalam persoalan ini tentu guru dituntut memiliki ilmu dan pengetahuan yang luas, bukan hanya pengetahuan disiplin imunya tetapi pengetahuan bidang lainnya secara umum harus diketahui guru. Inilah barangkali salah satu alasan bahwa guru harus banyak membaca, belajar, dan penelitian. Pengetahuan dan wawasan guru yang luas akan memungkinkan guru mampu memberikan penjelasan yang akurat dan objektif kepada masyarakat ketika terjadi konflik lingkungan sosial. 2. Peran Guru sebagai Penggerak Potensi Pemikiran guru sebagai penggerak potensi di tengah masyarakat adalah dengan alasan bahwa masyarakat memiliki sekumpulan potensi yang dianugerahi oleh Allah Yang Maha Kuasa. Di tengah masyarakat banyak ditemukan berbagai orang anggota masyarakat yang belum mampu membaca potensi, memanfaatkan peluang serta menggunakannya haruslah dijembatani oleh guru. Guru tidak hanya sebagai pendidik di tengah masyarakat, melainkan ia mampu memberikan dorongan atau penggerak masyarakat agar aktif dalam upaya menuju kesejahteraan, kemajuan, dan kemakmurannya. Betapa banyak potensi alam yang dimiliki dimanfaatkan industri untuk dieksploitasi secara semena-mena, sementara rakyat sekitar tidak mendapat apa-apa. Masyarakat diam saja karena takut ancaman jika mengusik kepentingan pihak industri yang di back up oleh oknum pemerintah dan pihak keamanan. Peristiwa demikian, guru harus tampil sebagai sosok yang berani menggerakkan potensi yang dimiliki oleh masyarakat untuk menuju kejayaannya. Cara ini dapat dilakukan dari hal-hal yang sederhana seperti membentuk organisasi kaum petani, pelaut, buruh, pedagan 132
Edu – Physic Vol. 3, Tahun 2012
kaki lima, kelompok perajin industri rumah tangga, dan lainnya sesuai dengan potensi daerah masing-masing. Setiap bulan dilakukan pertemuan untuk membicarakan dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi. Dengan demikian akan muncullah ide-ide baru yang positif dan progresif dari anggota. Mereka merasa dihargai diberi wadah untuk menyalurkan aspirasi. 3. Peran Guru sebagai Pengatur Irama Guru sebagai pengatur irama adalah guru harus menjalankan peran sebagai penyeimbang bermacam-macam irama (potensi) yang dimiliki oleh banyak anggota masyarakat. Dalam kehidupan sosial pada dasarnya potensi masyarakat sangat banyak, bervariasi, dan kompleks. Potensi tersebut ada pada generasi tua, muda, dari kalangan intelektual dan awam, golongan bawah, menengah, dan bawah. Jika tidak ada yang mengelola mengatur irama permainan, maka potensi tersebut tidak akan menghasilkan bunyi orkestra yang enah dan indah didengar. Apabila masing-masing pihak bermain dengan gayanya sendiri-sendiri, maka tidak akan terwujud sinergis, solid, dan profesional. Di sinilah peran strategis guru untuk menyeimbangkan permainan dalam mengatur irama. Guru harus jeli membaca potensi seseorang, menempatkan seseorang dengan tepat, mengatur irama dengan saling melengkapi, menutupi kekurangan dan kelemahan. Jadilah sebuh tim yang kuat di tengah masyarakat yang akan mmebawa perubahan besar bagi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat. 4. Peran Penengah Konflik Di tengah masyarakat bermacam konflik yang ditemui antar warga. Setiap orang hampir memiliki masalah masing-masing. Baik masalah dalam diri sendiri maupun masalah dengan orang lain. Tidak sedikit orang menyelesaikan masalah dengan emosional dan nafsu amarah. Akhirnya terjadi hubungan masyarakat yang kurang harmonis. Guru sebagai penengah konflik artinya guru harus mampu mencari solusi atas masalah-masalah konflik antar masyarakat. Guru harus menjadi penengah dengan mencari solusi dari masalah yang ada dengan kepala dingin, tidak mengedepankan nafsu amarah justeru harus mengemukakan akal dan hati nurani secara adil. Guru harus menanggapi masalah dengan menegedepankan psikologis persuasif daripada rasa emosional opurtunis. Cara ini sangat dinantikan oleh masyarakat banyak hingga terjadi kerukunan warga yang sehat saling menghormati.
133
Zawaqi Afdal Jamil, Eksistensi …
5. Peran Pemimpin Kultural Peran-peran di atas dengan sendirinya menempatkan seorang guru sebagai pemimpin kultural, pemimpin yang lahir dan muncul dari bawah secara alami berkat potensi, aktualisasi, dan kontribusi besarnya dalam pemberdayaan potensi masyarakat. Ia aka menjadi tempat rujukan berbagai problem yang berkembang di masyarakat, menjadi figur pemersatu, sumber ilmu yang disenangi oleh semua kalangan, dan selalu senag memberikan motivasi bagi kemajuan masyarakat. Pemimpin kultural akan mengakar kuat di tengah masyarakat. Ia tidak membutuhkan jabatan formal. Karena, jabatan formal biasanya mengakibatkan conflict of interest (perang kepentingan), menghalakan segala cara, dan kewibawaan di tengah masyarakat menjadi pudar. Seorang guru lebih enjoy bersama rakyat, menjadi pemimpin kultural yang bebas dari kepentingan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Kalau masyarakat akhirnya mendesaknya menduduki kepemimpinan formal, ia akan berkonsultasi dengan banyak elemen masyarakat, bagaimana tingkat akseptibilitas dan resistensinya, lebih manfaat dan maslahat mana menjadi kepemimpinan kultural an sich dan pemimpin kultural plus formal. Kalau ternyata lebih bermanfaat hanya menjadi pemimpin kultural, ia akan lebih konsisten di jalur kultural yang luas dan tidak terbatas. Namun jika bermanfaat di jalur dua-duanya tanpa ada resistensi dan konflik, maka ia akan menempatinya demi kemaslahatan bersama. Dalam semua situasi, seorang guru harus selalu menghiasi dirinya, lahir dan batin dengan kejujuran dan keteladanan yang menjadi sumber kepercayaan masyarakat. Ketulusan, semangat pengorbanan, dan senang melihat kebahagiaan orang lain membuatnya semakin dicintai rakyat. Eksistensi guru dengan fungsinya di tengah masyarakat, sebagaimana keterangan di atas, seyogianya bisa kita lakukan. Karena kepadanyalah mas depan kader bangsa dan masyarakat dipertaruhkan. Kiprah, aktualisasi, dan kontribusi besarnya dalam membangun masyarakat jiwa dan raga akan menjadi pelita dalam kegelapan dan penerang kebodohan. Itulah dharma bakti guru kepada masyarakat yang lahir dari kedalaman ilmu, kepedulian sosial, dan pengabdian kepada Allah Swt. C. Segelintir Interpretasi Masyarakat terhadap Guru Masih ada pemahaman sebagian masyarakat yang memandang guru dari sisi strata ekonomis. Guru dipandang sebagai seorang yang berpenghasilan rendah. Dugaan ini mungkin betul karena pada 134
Edu – Physic Vol. 3, Tahun 2012
kenampakan kehidupan guru dalam memenuhi kebutuhan hidup seharihari masih banyak yang bergantung dari penambahan sumber ekonominya dari pekerjaan selain guru. Akibatnya guru tidak bisa melakukan perannya baik di sekolah maupun di tengah masyarakat secara optimal. Kegelisahan guru dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarganya dapat bersumber dari rendahnya penghasilan yang didapat. Kenyataan inilah barangkali yang menjadikan pemahaman masyarakat bahwa menjadi guru adalah pekerjaan yang tidak banyak memberi penghasilan. Pemahaman ini terutama terjadi di kota-kota besar, dan sebagian lainnya terjadi di daerahdaerah yang perekonomian rakyatnya mulai meningkat. Di sisi lain, kehadiran guru di tengah masyarakat yang kurang menunjukkan peran intelektual dan sosialnya untuk memajukan masyarakat di daerah perkampungan domisilinya juga menjadi interpretasi kurangnya dihargai kehadirannya di tengah masyarakat itu sendiri. Persoalan melebar pada tindakan guru yang pernah dicemari dengan perlakuannya di tengah masyarakat seperti kasus amoral pelecehan seksual, terlibat sindikat penipuan, penganiaan, tindakan kekerasan dalam rumah tangga, perkelahian massal, dan kasus sosial lainnya yang membuat image buruk bagi seorang guru. Kasus-kasus seperti di atas mestinya tidak boleh ada terjadi pada seorang guru sebagai pelita masyarakat. Konsep guru ideal tidaklah dapat menjadi predikat bagi guru-guru yang terlibat dalam kasus-kasus amoral yang menyudutkan predikat guru itu sendiri. Sungguh kita akui banyak guru-guru berprestasi yang mampu menunjukkan peran aktifnya di tengah-tengah masyarakat. Guru yang memiliki kepedulian sosial, aktif dalam organisasi kemasyarakatan, suka mengayomi, mampu menjadi pemimpin dan teladan di tengah masyarakat, dan memiliki pengetahuan cemerlang sangatlah dibanggakan oleh keluarga dan masyarakat. Namun guru yang memiliki skill dan kemampuan seperti itu tidaklah banyak jumlahnya atau sulit dijumpai. Terutama tuntutan peran intensif yang sangat diharapkan di tengah masyarakat sangatlah langka ditemukan. Persoalan ini ditambah lagi dengan sikap dan prilaku guru yang tidak karuan telah menjadi image buruk terhadap citra guru. Pandangan negatif yang menimpa membuat citra para guru secara umum tidak baik. Oleh karenanya, guru mana dan di mana saja ia berada tetap harus menopang dirinya untuk membangun diri dalam berbagai aspek demi kemajuan masyarakat dan kemakmuran dirinya. D. Minimalisasi Interpretasi Jelek Masyarakat terhadap Guru Masyarakat yang memiliki interpretasi jelek terhadap guru diduga oleh beberapa hal yaitu kekecewaan masyarakat terhadap prilaku guru 135
Zawaqi Afdal Jamil, Eksistensi …
yang menyimpang di tengah masyarakat, rendah atau minimnya peran guru dalam memberikan kontribusi intelektual dan sosial terhadap kemajuan masyarakat, dan mungkin juga masih banyak ditemukan guru berkeliaran di berbagai aspek kegiatan ekonomi rakyat bahwa guru banyak yang meninggalkan pekerjaan utamanya di sekolah, sementara kehadirannya banyak disibukkan oleh aktivitas bisnis atau perdagangan di pasar tradisional atau modern. Suasana seperti ini memungkinkan efek buruk dalam memberi interpretasi terhadap guru yang seharusnya memiliki nilai kewibawaan yang tinggi di tengah masyarakat. Pemikiran yang dikemukakan di atas dapat diminimalisir dengan beberapa cara, di antaranya yaitu: 1. Meningkatkan Sumber Daya Pengetahuan Sumber daya pengetahuan guru mutlak harus ditingkatkan karena alasan logis bahwa ilmu pengetahuan selalu berkembang yang diikuti perkembangan dan kemajuan teknologi pula. Seiring dengan itu biasanya pengetahuan dan wawasan masyarakat pun ikut berkembang. Oleh sebab itu guru tidak boleh mengekang diri dalam kemiskinan pengetahuan. Pemikiran yang dikemukakan B. Suryosubroto (2004:193) yang mengutip pendapat Sodiq A. Kuntoro menyatakan bahwa masyarakat cepat berkembang menuntut guru untuk belajar terus menerus. Dapat disadari kenyataannya media informasi dan teknologi sangat mendorong akslerasi perkembangan pengetahuan masyarakat. Kemajuan teknologi menjadi tantangan bagi guru untuk tidak diam mengikutinya. Ketinggalan oleh informasi dan perkembangan teknologi paling tidak membuat orang lamban mengakses untuk melihat perubahan zaman. Guru yang tidak giat dan lincah mensiasati perkembangan ini akan dapat tertinggal bahkan dapat gugup menghadapi ketertinggalannya. Alasan lain yang memaksa guru harus meningkatkan pengetahuannya adalah bahwa guru adalah sumber pengetahuan atau sumber belajar bagi anak didiknya di sekolah, dan tidak terkecuali dimasyarakat. Moh. Syaifulloh Al Aziz S (2003:48) menyatakan barang siapa berhenti belajar, maka dia akan terbelakang. Sebagai sumber belajar tentu guru dianggap atau mesti dinyatakan memiliki pengetahuan yang luas. Guru memberikan pengetahuannya yang bersumber dari kecakapan dan kepintaran yang diperoleh dari ketekunan memperkaya diri dalam pembelajarannya. Banyak cara yang dapat dilakukan guru meningkatkan pengetahuannya yaitu: a. Intensitas Membaca Intensitas membaca adalah kegiatan guru memperbanyak mengisi waktu dengan membaca sumber-sumber buku bacaan 136
Edu – Physic Vol. 3, Tahun 2012
yang menjadi sumber ilmu pengetahuan. Kegiatan membaca tentu dapat dilakukan apabila sumber buku bacaan tersedia dengan cukup. Oleh karena itu untuk mendapatkan sumber buku bacaan tersebut, guru harus menyisihkan sebagian penghasilannya dengan membeli buku referensi atau bacaan di toko-toko buku terdekat. Guru sebagai sumber belajar tentu sepantasnya harus memiliki buku referensi yang cukup. Guru tidak boleh hanya mengandalkan buku-buku yang ada milik sekolah yang jumlahnya terbatas. Sebagai sumber belajar, guru harus membeli buku pokok bacaan untuk meningkatkan pengetahuannya sepanjang hari. Secara psikologis, cara ini akan dapat menumbuhkan rasa percaya diri dalam memberi dorongan kepada anak didik dan teman profesi. Selain itu, setiap ide yang disampaikan guru kepada anak didiknya betul-betul memiliki landasan teori yang dapat dipertahankan secara ilmiah. b. Mengikuti Perkembangan Informasi Media Massa Hampir setiap waktu bahkan dalam hitungan detik, perkembangan berita tentang pengetahuan, teknologi, sosial, politik, ekonami, dan lainnya selalu terjadi. Informasi ini dapat dilihat dalam setiap pemberitaan di media cetak dan elektronik. Sekarang untuk mendapatkan berita sudah sangat mudah diakses. Masuknya jaringan internet ke rumah-rumah dan daerah sangat membantu masyarakat untuk memperoleh informasi terkini sama halnya dengan masyarakat kota. Oleh sebab itu, guru dimungkinkan tetap harus mengikuti perkembangan informasi baik mengenai suhu sosial kemasyarakatan maupun politik, ekonomi, budaya, dan lainnya. Tidak kalah pentingnya bahkan yang sangat pokok guru harus mengikuti perkembangan pengetahuan dan teknologi. Guru yang meninggalkan diri tidak mengikuti perkembangan pengatahuan dan teknologi dapat menjadi kaku dengan anak didik dan masyarakat yang lebih dulu mengenal sesuatu perkembangan. Bahkan guru mungkin akan kaku menghadapi anak didik atau berada di tengah masyarakat ketika perkembangan dan kemajuan itu lebih banyak yang mengetahuinya. Alasan logis, bahwa guru yang selalu mengikuti informasi lebih memberikan jaminan pada dirinya mengetahui dan menguasai pengetahuan dan teknolgi modern. Dengan cara ini guru tidak tertinggal, bahkan ia mampu menghadapi permasalahan-permasalahan sosial kemasyarakatan dengan baik karena bekal pengatahuannya. 137
Zawaqi Afdal Jamil, Eksistensi …
c. Diskusi dengan Teman Seprofesi Diskusi dengan teman seprofesi sangat penting dilakukan oleh setiap guru. Cara ini baik dilakukan terutama bagi para guru junior atau guru muda yang banyak mengalami persoalanpersoalan pembelajaran. Diskusi tersebut tentu banyak diarahkan kepada guru-guru senior yang sudah berpengalaman. Diskusi dapat bermanfaat membangun ide-ide baru untuk melaksanakan pembelajaran di sekolah. Dalam melakukan diskusi ini dapat dilakukan secara personal dan lebih baik berkelompok agar ide-ide baru dapat berkembang dengan baik. Persoalan-persoalan yang dapat dipecahkan dalam forum diskusi seperti ini terutama masalah yang dihadapi guru di sekolah dan di masyarakat. Untuk membangun image yang baik di masyarakat, guru harus secara bersama-sama memiliki niat yang baik dan mampu menunjukkan kemampuannya dalam menyelesaikan persoalan-persoalan sosial kemasyarakat dengan penuh tindakan nyata. d. Mengunjungi Tempat Bersejarah Meningkatkan pengetahuan dan wawasan dapat pula dilakukan dengan cara mengunjungi tempat bersejarah seperti moseum, bangunan-bangunan bersejarah, dan tempat atau daerah bersejarah lainnya. Guru diharapkan dapat membangun wawasan dan pengetahuannya setelah ia memadukan pengalamannya yang diperoleh dari visiting ke tempat bersejarah dengan pengetahuan yang diperoleh dari informasi-informasi media massa dan bacaan buku referensinya. Barangkali banyak informasi yang diperoleh dari kunjungan langsung ke tempat bersejarah dibandingkan dengan hasil bacaanbacaan yang serba terbatas. Sebab tidak semua kenyataan yang ada diungkapkan dalam buku-buku bacaan. e. Aktif Mengikuti Kegiatan Organisasi Sekolah dan Masyarakat Mengikuti kegiatan organisasi di sekolah dan di masyarakat sangat membantu guru dalam membangun pengalaman terutama mental dalam bersosialisasi. Lebih-lebih lagi guru dapat banyak berperan dalam organisasi tersebut. Baik peran dalam struktur kepengurusan (pimpinan, wakil, sekretais, dan lainnya) maupun peran dalam memimpin, memberi sambutan, dan atau memandu acara saat kegiatan-kegiatan misal peringatan hari besar keagamaan, acara pertemuan dengan wali murid, dan lainnya. Apabila guru dapat aktif mengikuti kegiatan organisasi akan banyak pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa pengalaman aktif berperan dalam 138
Edu – Physic Vol. 3, Tahun 2012
organisasi lebih menjamin seseorang dalam membangun mental dan keterampilannya dalam berhadapan dengan masyarakat umumnya. Pengalaman secara langsung akan dapat mengalahkan pengetahuan yang diperoleh secara teoritis atau otodidak. Oleh karenanya, guru yang rajin mengikuti kegiatan-kegiatan organisasi jelas akan menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasannya. 2. Meningkatkan Peran Guru di Masyarakat Guru harus banyak berperan dalam kegiatan-kegiatan sosial di masyarakat. Kegiatan tersebut bisa berupa kegiatan sosial, keagamaan, seni budaya, dan lainnya. Guru diharapkan jangan berdiam diri atau sebagai pengikutbiasa dalam suatu acara-acara kegiatan sosial kemasyarakatan. Misalnya dalam kegiatan gotong royong kebersihan lingkungan, guru dapat berperan sebagai orang yang mendorong sekali gus memimpin kegiatan tersebut. Begitu pula dalam acara peringatan hari kemerdekaan, guru dapat tampil sebagai pemimpin atau orang yang memberikan ide-ide cemerlang agar kegiatan berjalan sukses dan menarik. Dalam kegiatan keagamaan, guru dapat pula tampil sebagai pemimpin acara, atau memberikan sambutan kepanitiaan yang banyak memompa semangat persatuan dan ukhwah sesama masyarakat. Sebenarnya guru tidak cukup waktu jika ia mau dan mampu berperan dengan baik di tengah masyarakat. Karena apabila seorang guru sudah banyak menunjukkkan peran dan ide-idenya cemerlang di masyarakat, maka ia akan menjadi tumpuan untuk diminta gagasan setiap ada persoalan yang terkait dengan kemajuan masyarakat atau kampung daerah tersebut. Dengan sendirinya tanpa disadari, image masyarakat terhadap guru terbangun dengan positif. Citra guru akan terangkat, wibawa dan kehormatan guru akan terpandang terus menerus di tengah masyarakat. 3. Meningkatkan Usaha Perekonomian Masih dirasakan bahwa penghasilan guru untuk saat ini terbilang belum dapat memberikan jaminan kehidupan yang layak bagi keberlangsungan hidup keluarganya yang butuh pangan, sandang, papan, pendidikan, dan lainnya seperti zaman sekarang ini. Sungguh kabar yang menggembirakan bagi guru ketika pemerintah memberikan tunjangan sertifikasi. Namun kenyataannya, persoaalan sertifikasi masih harus menjalani tahap proses dan tidak semua guru langsungbisa mendapat tunjangan tersebut. Oleh sebab itu meningkatkan usaha perekonomian perlu dilakukan bagi guru, apalagi ia adalah seorang yang menjadi tulang punggung sebagai sumber nafkah bagi keluarganya. 139
Zawaqi Afdal Jamil, Eksistensi …
Meningkatkan usaha perekonomian berguna bagi guru agar dapat menjamin kesejahteraan hidup diri dan keluarganya. Guru dapat membuka usaha tambahan selain menggantungkan diri dari penghasilan yang diperoleh dari gaji. Namun perlu dipahami, meningkatkan usaha perekonomian bukanlah dijadikan kegiatan utama yang mengabaikan tugas pokok guru di sekolah, melainkan kegiatan sampingan untuk mendapat penghasilan tambahan guna menopang keberlangsungan hidup sejahtera bagi keluarganya. Ada beberapa kemungkinan yang dapat dilakukan oleh seorang guru untuk menambah usaha perekonomiannya yaitu pertanian, peternakan, perikanan, kerajinan rumah tangga (home industry), jasa, dan lainnya. Jika guru sudah memiliki usaha tambahan maka akan dapat menambah pengahsilan untuk kesejahteraan keluarganya. Guru yang memiliki penghasilan yang cukup akan menjamin kesejahteraan keluarga. Dengan demikian strata sosial ekonominya juga akan terangkat. 4. Mengurangi Kegiatan yang kurang Manfaat Kegiatan yang kurang bermanfaat akan dapat menimbulkan efek citra yang kurang baik terhadap guru di masyarakat. Guru yang selalu menghabiskan waktu pada tempat-tempat kurang bermanfaat akan dapat membuat dirinya lalai bahkan menjatuhkan citra guru itu sendiri. Guru hendaknya menghindari tempat-tempat hiburan malam yang menjadi tempat orang-orang nakal. Dalam bentuk apapun yang namanya tempat hiburan yang dapat merusak dan melalaikan guru dan masyarakat lainnya hendaklah dihindari. Guru mesti menjadi contoh bagi keluarga dan masyarakat. Jika seorang guru telah menjadi buah bibir masyarakat atas prilaku buruknya, maka peristiwa ini telah merobohkan citra dirinya di tengah masyarakat. Ia tidak akan lagi dijadikan panutan, bicaranya kurang didengar, prilakunya jadi ejekan dan cemoohan. Oleh sebab itu guru harus selalu memperbaiki sikap yang budiman dan berakhlak mulia. E. Penutup Eksistensi guru di tengah masyarakat haruslah menjadi pilar untuk membentuk sikap prilaku semua warga masyarakat. Semua sikap dan prilaku guru haruslah menjadi tuntunan. Pengetahuan dan wawasan guru mesti dapat berkembang menjadi ide atau gagasan untuk kemajuan masyarakat. Apa bila setiap guru telah mampu menunjukkan peranperannya yang baik dan aktif pada kegiatan sosial kemasyarakatn, maka guru akan tetap dipandang sebagai orang yang selalu dihormati dan disegani. Setiap bicaranya akan menjadi pelita, sikap dan prilakunya akan 140
Edu – Physic Vol. 3, Tahun 2012
mudah dituruti warga. Dengan sendirinya harkat dan martabat guru selalu terjaga. Tentunya semua warga bangsa ini menginginkan sosok guru ideal yang dapat mencerdaskan bangsa, mendidik para generasi sebagai calon pemimpin bangsa negara Indonesia. Mudah-mudahan setiap insan guru selalu diberi petunjuk untuk terus belajar meningkatkan pengetahuan, wawasan, dan pengalamannya agar berguna bagi bangsa dan negara. Terima kasih. Daftar Pustaka Anonim.Undang-UndangRepublikIndonesi No. 20 tentang Sisdiknas, (Bandung: Citra Umbara, 2003) B. Suryosubroto. Manajemen Pendidikan di Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta, 2004) Jamal Ma’mur Asmani. Tips Menjadi Guru Inspiratif, kreatif, dan Inovatif, Jakarta: Diva Press, 2010) Maftuh Ahnan Asy.. Bidayatul Hidayah; Langkah untuk Memperoleh Petunjuk (Membentuk Jiwa Taqwa Lahiriah dan Bathiniah), (Surabaya: Terbit Terang, 2002) Moh. Syaifulloh Al Aziz S.. Kembalilah ke Jalan yang Lurus Wahai Ulama, Wahai Umara, Wahai Ummat, (Surabaya: Terbit Terang, 2003) Sudarwan Danin. Profesionalisasi dan etika Profesi Guru, (Bandung: Alfabeta, 2010) Sukadi. Guru Malas Guru Rajin (Ramuan Ajaib untuk Menjadi Guru Menyenangkan, (Bandung: MQS Publishing, 2010)
141