EKSISTENSI DAN DINAMIKA TRANSAKSI PERJUDIAN
(Studi Kasus Judi Dadu di Stasiun Wonokromo Surabaya) JURNAL ILMIAH
Disusun oleh :
Ghany Santika Pradana 105020100111053
JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014
EKSISTENSI DAN DINAMIKA TRANSAKSI PERJUDIAN (Studi Kasus Judi Dadu di Stasiun Wonokromo Surabaya) Ghany Santika Pradana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Email:
[email protected] ABSTRAK Judi merupakan salah satu bentuk underground economy. Judi adalah sebagai pertaruhan dengan sengaja, yaitu mempertaruhkan satu nilai atau sesuatu yang dianggap bernilai, dengan menyadari adanya risiko dan harapan-harapan tertentu pada peristiwa-peristiwa permainan, pertandingan, perlombaan dan kejadian-kejadian yang tidak atau belum pasti. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui eksistensi perjudian dadu di Wonokromo, untuk mengetahui dinamika transaksi (Demand Supply) dan untuk mengetahui motif yang terjadi dalam perjudian. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Hasil dari penelitian ini, dinamika transaksi yang terjadi adalah sebagai salah satu mekanisme yang dibuat agar keeksistensian perjudian dadu ini tetap eksis. Perjudian merupakan salah satu bentuk underground economy yang kegiatan ekonomi yang berkontribusi terhadap nilai tambah dan harus termasuk dalam pendapatan nasional dalam hal konvensi akuntansi nasional tetapi saat ini tidak didaftarkan oleh nasional lembaga pengukuran. Perjudian dadu ini sudah eksis dari 1982 sampai saat ini. Perjudian dadu merupakan permainan yang popular di daerah Wonokromo Surabaya karena permainan ini selain dianggap mudah dalam permainannya juga karena perjudian ini sangat aman dari ancaman aparat terkait. Kata kunci: Eksistensi, Dinamika Transaksi, Motif Bandar Judi Dadu
A. PENDAHULUAN Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 303 ayat (3) ditentukan bahwa permainan judi adalah tiap-tiap permainan yang mendasarkan pengharapan buat menang pada umumnya bergantung kepada untung-untungan saja dan juga kalau pengharapan itu jadi bertambah besar karena kepintaran dan kebiasaan permainan. Penjelasan lainnya pada Pasal 303 ayat (3) di atas secara detil dijelaskan dalam Penjelasan Pasal 1 Peraturan Pemerintah RI Nomor 9 Tahun 1981 tentang Pelaksanaan Undang Undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian, antara lain adalah rolet, poker, hwa-hwe, nalo, adu ayam, adu sapi, adu kerbau, adu kambing, pacuan kuda, togel dan karapan sapi dan jenis permainan judi lainnya. Walaupun perjudian telah di larang dalam agama Islam dan pemerintah dengan segala macam hukumnya tetapi buktinya sampai sekarang perjudian yang masih tetap eksis dan menjadi sarana hiburan bagi masyarakat sekitar seperti, judi dadu di stasiun Wonokromo. Dadu (datum) adalah sebuah objek kecil yang umumnya berbentuk kubus yang digunakan untuk menghasilkan angka atau simbol acak. Dadu digunakan dalam berbagai permainan anakanak. Umumnya, dadu digunakan berpasangan. Dadu tradisional berbentuk kubus seringkali dengan sudut yang tumpul dan memiliki angka atau simbol yang berbeda di setiap sisinya. Dadu dirancang untuk memberikan satu angka bulat acak dari satu sampai enam dengan probabilitas yang sama. Secara tradisional, pasangan angka dengan jumlah angka enam dibuat pada sisi yang berlawanan. Perjudian dadu umumnya menggunakan dua dadu dan karpet sebagai wadah tempat jatuhnya dadu setelah dikocok (acak) yang bertuliskan angka-angka yang ada di dadu yang digunakan. Di lokasi perjudian tersebut demand (pemain) dan supply (Bandar) bisa bertemu langsung, sehingga terdapat interaksi yang real antara supply dan demand, sedangkan jika kita main judi melalui internet atau online kita tidak dapat bertemu langsung. Di Indonesia, kegiatan perjudian banyak ditemukan di berbagai pelosok daerah. Pada umumnya masyarakat melakukan kegiatan perjudian dengan menggunakan kartu remi, domino, rolet dan dadu. Tijar (2007) dalam penelitiannya melaporkan perjudian telah dilakukan terangterangan, namun pendapatan dan devisa perjudian dinikmati seseorang. Namun di sisi lain pemerintah butuh biaya untuk penertiban perjudian.
Setelah peneliti melakukan observasi, yang ditetapkan sebagai wilayah penelitian adalah judi dadu di stasiun Wonokromo Surabaya. Dari berbagi jenis judi yang ada di Indonesia dengan variabel budaya dan mekanisme untuk bertahan hidup paling minimal dari berjudi, di sini peneliti melihat bahwa variabel budaya dan mekanisme untuk bertahan hidup bukan ciri dari perjudian dadu di Wonokromo ini, tetapi judi dadu yang ada real untuk bisnis bukan skedar permainan yang untuk menguntungkan kedua belah pihak baik pemain judi itu sendiri atau bandar judi, tetapi untuk menguntungkan bandar judi. Jadi pemain judi yang bermain di judi di stasiun Wonokromo Surabaya masuk dalam jaringan komplek perjudian. Dalam kasus ini penulis akan mengungkap bagaimana eksistensi perjudian dadu di Wonokromo, bagaimana dinamika transaksi (Demand dan Supply) pada aktivitas perjudian dadu Wonokromo dan bagaimana motif dari strategi yang dilakukan oleh bandar judi dadu di stasiun Wonokromo dalam mencapai profit untuk memenuhi kebutuhan primernya. B. KAJIAN PUSTAKA Hubungan Game Theory Dengan Gambling Teori permainan (game theory) pertama dikemukakan oleh seorang ahli matematika Prancis yang bernama Emile Borel (1921). Kemudian, Neumann dan Morgenstern (1944) [dalam Dumairy 1991] mengembangkan lebih lanjut sebagai alat untuk merumuskan perilaku ekonomi yang bersaing. Teori Permainan adalah suatu pendekatan matematis untuk merumuskan situasi persaingan dan konflik antara berbagai persaingan. Teori ini dikembangkan untuk menganalisis proses pengambilan keputusan dari situasi persaingan yang berbeda dan melibatkan dua atau lebih kepentingan. Kepentingan-kepentingan yang bersaing dalam permintaan disebut pemain (players). Anggapan yang digunakan adalah bahwa setiap pemain mempunyai kemampuan untuk mengambil keputusan secara bebas dan rasional. Model teori permainan dapat diklasifikasikan dengan sejumlah cara seperti jumlah pemain, jumlah keuntungan dan kerugian serta jumlah strategi yang digunakan dalam permainan. Teori ini sebagai salah satu indikator peneliti untuk menyelesaikan atau memecahkan kasus yang terjadi dalam perjudian. Dalam kasus perjudian ini seorang supply (bandar judi) menggunakan strategi dalam menjalankan bisnisnya tersebut, dan selama menjalankan bisnisnya tersebut demand (pemain) yang selalu merugi. Tetapi dengan kenyataan yang ada dimana demand (pemain) yang selalu rugi, tetapi kenapa bisnis ini selalu ramai. Dengan adanya teori ini, peneliti sengat terbantu untuk menyeleaikan masalah yang diteliti. Contoh kasus, Bila jumlah pemain adalah dua, pemain disebut sebagai permainan dua-pemain. Jika jumlah keuntungan dan kerugian adalah nol, disebut permainan jumlah-nol, atau jumlahkonstan. Sebaliknya bila tidak sama dengan nol, permainan disebut permainan bukan jumlah nol (non zero – zum game). Judi Sebagai Salah Satu Bentuk Underground Economy Underground economy adalah semua kegiatan ekonomi yang berkontribusi terhadap nilai tambah dan harus termasuk dalam pendapatan nasional dalam hal konvensi akuntansi nasional tetapi saat ini tidak didaftarkan oleh nasional lembaga pengukuran (Schneider, 1986). Smith (1994) mendefinisikan sebagai, produksi berbasis pasar barang dan jasa, baik legal maupun ilegal, yang lolos deteksi dalam perkiraan resmi GDP. Bagachwa (1995) berpikir underground ekonomi dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok seperti sektor informal, kegiatan pasar paralel dan hitam. Underground, Black Economy dan Underground Economy adalah fenomena yang dikenal seluruh dunia. Pertumbuhan underground economy atau ekonomi bawah tanah adalah masalah keprihatinan yang sangat kompleks. Salah satu perhatian utama dari underground economy yang berkembang adalah bahwa kebijakan ekonomi yang diambil tidak memperhitungkan aliran transaksi ekonomi. Dari transaksi yang tidak terlapor tersebut seperti illegal logging, aktifiitas penyelundupan dan perjudian, ini mengindikasi terjadinya underground economy. Semakin maju suatu negara, yang diindikasikan dengan terjaminnya kepastian hukum dan rendahnya pajak, maka underground economy akan berkurang, begitu sebaliknya yang terjadi di negara-negara berkembang, sebab underground economy adalah tingginya beban pajak, penegakan hukum yang lemah, transfer sosial dan ketidak percayaan terhadap lembaga publik. Diyakini bahwa makin baik kualitas institusi menjalankan peraturan akan makin kecil angka underground economy atau ekonomi bawah tanah. Underground economy yang unrecorded dalam pendapatan nasional, makin membuat keberadaaan angka-angka makro ekonomi Indonesia mengalami kerancuan. Hal ini membuat perhitungan angka-angka
statistik tidak realistis, apa yang dilaporkan tidak sesuai dengan kenyataan yg ada di lapangan. Maraknya prilaku underground economy juga membuat kesalahan angka statistik, dan tentunya mengakibatkan salah memprediksi atau membuat kebijakan. PDB (produk domestik bruto) hanya mencatat kegiatan ekonomi formal. Warteg (warung tegal), PRT (pekerja rumah tangga), asongan, perjudian, pedagang eceran, dan kegiatan ekonomi informal tidak tercatat pada PDB. Underground economy sendiri dampaknya bisa positif atau negatif bergantung pada ciri dan besaran yang paling dominan. Underground economy akan berdampak positif yaitu sebagai sektor pencipta kesempatan kerja yang dimungkinkan beroperasi secara efisien. Dikatakan efisien karena struktur biaya lebih rendah jika dibandingkan dengan sektor formal sehingga daya beli masyarakat lebih tinggi. Jika dilihat dari kasus yang terjadi di lokasi perjudian, sektor ini positif. Banyak orang dari luar daerah Wonokromo yang datang ke lokasi perjudian dengan berbagai tujuan, salah satunya untuk mendapatkan lapangan kerja. Setalah observasi yang dilakukan oleh peneliti, banyak orang dari luar daerah Wonokromo yang bekerja di lokasi perjudian sebagai anak buah atau orang pesuruh bandar. Teori Biaya Dalam Kasus Perjudian Biaya peluang muncul ketika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan dan dia harus memilih salah satunya. Oleh karena itu, biaya peluang adalah nilai barang atau jasa yang dikorbankan karena memilih alternatif kegiatan lainya. Konsep biaya peluang adalah sebuah peringatan bahwa jumlah rupiah yang dikeluarkan tidak selalu merupakan biaya yang sesungguhnya. Misalnya, ketika seorang supply (bandar judi) memutuskan untuk berbisnis judi di Wonokromo di dalam stasiun, biaya sewa yang diperlukan untuk bisnisnya itu mungkin akan terlihat murah dalam hal anggaran atau biaya yang dikeluarkan. Akan tetapi, biaya peluang mendirikan bisnis tersebut sebenarnya akan dibayar ketika demand (pemain) semakin sulit untuk mencari tempat hiburan dan perjudian yang menarik di dearah Surabaya. Biaya yang benar-benar dikeluarkan disebut dengan biaya eksplisit. Adapun biaya peluang merupakan biaya implisit. Baik biaya eksplisit maupun biaya implisit harus diperhitungkan dalam melakukan keputusan-keputusan ekonomi. Kedua biaya ini disebut dengan biaya sesungguhnya (genuine cost). Dengan adanya kasus yang terjadi bahwa suplay (bandar judi) yang selama ini tidak pernah rugi, tetapi selalu mendapatkan profitabel dari modal yang ada setiap harinya merupakan suatu aktivitas underground economy positi. Hal ini disebabkan proporsi biaya produksi dapat mencapai sekitar 70% – 90% dari biaya total penjualan secara keseluruhan, sehingga reduksi biaya produksi melalui penigkatan efisiensi akan membuat harga jual yang ditetapkan oleh produsen (bandar judi) menjadi lebih kompetitif. Contoh kasus tindakan terhadap judi yang pernah terjadi di Indonesia, pendapatan Undian Lotre (1986) Porkas Rp. 11 miliar, Untuk KONI pusat Rp 1,5 miliar, KONI daerah Rp 4,5 miliar, PSSI pusat Rp 1,4 miliar, kantor Menpora Rp 250 juta (Suara Merdeka, di akses 1 Maret 2014). Jika di kalkulasikan pendapatan dari bisnis tersebut perbulan dengan jumlah yang banyak seperti itu, di pastikan akan banyak pengaguran yang terserap dari bisnis tersebut. Dengan demikian, dapat di ambiil contoh positif dari segi strategi atau mekanisme yang terjadi. Strategi atau mekanisme yang terjadi dalam bisnis perjudian yang merupakan underground economy ini mempunyai sisi yang positif dalam bidang usaha (Tijar, 2007). Spekulasi Dalam Perjudian Menurut keynes (dalam Boediono, 1982) Spekulasi sendiri merupakan salah satu metode yang sering dipakai dalam perjudian. Tetapi tidak semua spekulasi identik dengan perjudian. Jika disini kita mengasumsikan sesuatu yang mustahil bagi manusia, misalnya jika manusia mampu mengetahui masa depan dengan sempurna, maka tidak ada alasan baginya untuk memiliki uang. Sebab, dengan kemampuan demikian, tidak ada yang tak pasti, dan di sebuah tempat antah-berantah bernama equilibrium, manusia akan mengetahui dengan pasti bagaimana, kapan dan di mana semua pertukaran akan terjadi di masa depan. Akibatnya segala sesuatunya dapat dipersiapkan dan akan mengambil bentuk pertukaran langsung, alih-alih tak langsung (Mises, 1966). Namun, dalam kondisi manusiawi dimana ketidak pastian tidak terhindarkan, ketika semua hal tersebut tidak diketahui dan semua tindakan pada dasarnya bersifat spekulatif, maka manusia mulai memerlukan barang-barang bukan saja demi nilai kegunaannya semata, melainkan juga karena manfaatnya sebagai media pertukaran. Ia akan mempertimbangkan pertukaran jika barang yang diminatinya lebih mudah dipasarkan daripada barang yang harus dilepaskannya, sehingga kepemilikan barang akan memungkinkan perolehan barang dan jasa secara langsung di masa depan meskipun orang tersebut belum mengetahui dengan pasti kapan terjadinya. Motif Spekuliasi (spekulative motive), pada sistem ekonomi modern dimana lembaga keuangan masyarakat sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat mendorong
masyarakatnya untuk menggunakan uangnya bagi kegiatan spekulasi, yaitu disimpan atau digunakan untuk membeli surat-surat berharga, seperti obligasi pemerintah, saham, atau instrumen lainnya. Faktor yang mempengaruhi besarnya permintaan uang dengan motif ini adalah besarnya suku bunga, dividen surat-surat berharga, ataupun capital gain. Permintaan uang dalam teori ini dikemukakan oleh Keynes (dalam Boediono, 1982). Dalam kasus ini, motif spekulasi untuk bermain judi adalah positf. Artinya selama permainan judi dadu di Wonokromo masih eksis, maka permintaan uang untuk spekulasi bermain judi akan bertambah. Menurut Marx (dalam Mulyanto dan Putut, 2002) perjudian dikategorikan sebagai golongan lumpenproletar (golongan yang tersisihkan atau “rakyat jelata”). Lumpenproletar mencakup semua orang yang terdepak dari hubungan-hubungan produksi pokok. Kajian yang dilakukan Budi dan Evi (2005) tentang kegiatan pengisi waktu luang bagi anggota penduduk Surabaya Timur yang berusia 40-60 tahun. Dalam penelitiannya ditemukan bahwa penduduk Surabaya timur memiliki tradisi berjudi di tempat perjudian yang legal seperti di luar negeri, suatu area shopping seperti di Orchard Road di Singapura (Harian Kompas Jawat imur, di akses tanggal 1 Maret 2014). Adanya persamaan dan perbedaan yang terdapat dalam penulisan ini dengan hasil-hasil penelitian sebelumnya tentu membawa konsekuensi pada hasil penelitian yang diperoleh. Bila pada hasil-hasil penelitian sebelumnya ditujukan untuk memperoleh gambaran/deskriptif variabel itu sendiri (variabel budaya dan kesulitan ekonomi suatu daerah) beserta dengan indikatorindikatornya di lingkup organisasi masyarakat, maka pada penelitian ini untuk menghasilkan gambaran atau deskriptif tentang Eksistensi Dan Dinamika Transaksi Judi Dadu di Stasiun Wonokromo Surabaya. C. METODE PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui eksistensi dan dinamika transaksasi yang terjadi pada perjudian dadu di stasiun Wonokromo Surabaya. Penelitian kualitatif dipilih untuk mengungkap dan memahami sesuatu di balik fenomena yang masih sangat sedikit diketahui, serta mencoba merinci secara kompleks tentang penelitian yang sulit diungkap oleh metode kuantitatif. Selain itu penelitian kualitatif juga dapat diartikan sebagai suatau metode penelitian yang berupaya untuk memahami lebih mendalam sebuah fenomena tentang sesuatu yang berkaitan dengan subyek penelitian yang tercermin dalam perilaku, persepsi, motivasi maupun tindakan (Moleong, 2007). Lokasi penelitian di stasiun Wonokromo Surabaya. Unit analisis dalam penelitian ialah penelitian ini adalah eksistensi dan dinamika transaksi perjudaian. Informan penelitian terdiri dari informan kunci kaki-tangan bandar informan pendukung aparat keamanan terkait, masyarakat sekitar perjudian Wonokromo juga akan diwawancarai untuk mendapatkan informasi tambahan.. Teknik pengumpulan data dalam meliputi observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Pada uji validasi data menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi waktu. D. PEMBAHASAN Eksistensi Perjudian Dadu Di Stasiun Wonokromo Surabaya Perjudian adalah permainan di mana para penjudi atau pemain bertaruh untuk menjagokan satu pilihan di antara beberapa pilihan, dan hanya satu pilihan saja yang benar dan menjadi pemenang. Pemain yang kalah harus memberikan taruhannya kepada si pemenang atau bandar. Peraturan dan jumlah taruhan dalam perjudian umumnya ditentukan sebelum pertandingan dimulai. Perjudian ada banyak jenisnya, praktek perjudian yang umum di Indonesia misalnya: togel, sabung ayam, SDSB, Pakong, judi pertandingan, judi kartu (poker, gaplek, remi dan domino), judi aduan (menggunakan binatang), judi dadu, dan judi panjang. Banyak negara yang melarang praktek perjudian, dikarenakan menimbulkan beberapa masalah seperti: ketagihan bermain judi, bangkrut/kehilangan banyak uang, bahkan mampu memicu tindak kriminalitas. Atas dasar hal-hal tersebut, maka perjudian dinyatakan “terlarang”, meskipun kebanyakan hukum negara tidak mengatur tentang perjudian. Kota Surabaya merupakan Ibu kota Jawa timur yang merupakan kota industri terbesar di jawa timur. Di kota Surabaya ini, tepatnya di daerah Stasiun Wonokromo ada salah satu sektor informal yang keberadaanya masih eksis sampai saat ini. Tempat tersebut biasa disebut dengan Stasiun Wonokromo untuk orang awam, tetapi untuk orang-orang yang sudah terbiasa dengan kehidupan malam di Stasiun Wonokromo mereka menyebutnya cukup dengan Wonokromo. Secara administratif kawasan Stasiun Wonokromo merupakan salah satu tempat atau fasilitas umum yang
disediakan pemerintah untuk masyarakat Indonesia sebagai salah salah satu tempat pemberhentian alat transportasi umum yaitu kereta api. Aktivitas perjudian di Wonokromo merupakan salah satu bentuk dari aktivitas informal di daerah Wonokromo kota Surabaya yang telah lama ada dan eksis sampai sekarang. Keberadaan dari aktivitas perjudian di Wonokromo memang tidak pernah ada pencatatan resmi. Salah satu sumber peneliti yaitu Lek Supar ketika ditanyakan sejak kapan perjudian ini ada: “Wes suwe mas, ket aku dodolan nang kene tahun 1982 iku wes enek dadu iki” (sudah lama mas, dari saya berdagang disini tahun 1982 itu sudah ada dadu ini) Sebagian besar pedagang di lokasi perjudian merupakan mayoritas orang-orang yang berasal dari daerah sekitar Wonokromo Surabaya. Sedangkan untuk pemain judi itu sendiri mayoritas adalah penduduk asli Surabaya, dan tidak jarang juga pemain judi dari luar kota Surabaya seperti Dimas salah satu informan peneliti : “Aku teko malang mas, nek preian mesti dulin rene. Soale nang kene aman jarang enek obyakan” (saya dari malang mas, kalau liburan pasti main kesini. Karena disini aman jarang ada razia) Mayoritas pemain judi dadu yang beraksi di Wonokromo adalah mereka yang bekerja serabutan atau pekerja tidak tetap. Berbagai alasan pemain judi suka bermain di Wonokromo salah satunya adalah karena lokasi tempat perjudian ini aman dari ancaman penggerebekan, sedangkan perjudian yang berada di lokasi atau daerah lain tidak bisa memberikan rasa aman kepada pemain judi, adanya keamanan dari pihak aparat yang ikut berperan di dalam perjudian dadu di stasiun Wonokromo tersebut sebagai jaminan rasa aman kepada pemain judi. Ini merupakan salah satu faktor pendukung atau bukti kenapa perjudian atau komunitas perjudian ini masih tetap eksis sampai saat ini. Dari penelitian ini ditemukan adanya strategi kusus dari Bandar judi dadu di stasiun Wonokromo Surabaya yang tidak disadari oleh para pemain judi dadu bahwa hasil dari permainan judi dadu dengan strategi yang dibuat oleh Bandar adalah untuk menguntungkan Bandar. Hasil dari permainan judi dadu itu sendiri adalah kemenangan yang akan didapat oleh Bandar, sedangkan kekalahan adalah untuk pemain judi. Itu merupakan hasil strategi yang dibuat oleh Bandar. Strategi Bandar Judi Untuk Tetap Eksis Dalam Perjudian Dadu Di Stasiun Wonokromo Surabaya Sebagai salah satu sektor informal yang masih tetap eksis hingga sekarang, dalam perjalananya perjudian ini memang dari tahun ke tahun semakin ramai dan semakin banyak pemainnya. Jika dibandingkan dengan rumah judi yang ada seperti kasino yang ada di Negara besar seperti Amerika, Cina dan negara lainya memang judi dadu ini kalah pamor. Perjudian dadu ini mengadopsi teori atau sistem yang sama yang dipakai oleh perjudian-perjudian berkelas lain, seperti penuturan Mbek sebagai salah satu kaki tangan Bandar yang juga salah satu informan peneliti: “Arek-arek gak kerjo dewean, sak gurunge mbuka iki wes dipikirno yok opo carane ben iki iso terus enek, yo salah sijine gak oleh bangkrut. Sisteme wes diatur ambek atasane arek-arek”. (orang-orang tidak bekerja sendirian, sebelum memulai bisnis judi ini mereka sudah memikirkan bagaimana caranya agar usaha ini tetap ada, yaitu salah satunnya tidak boleh bangkrut. Sistemnya sudah diatur oleh petinggi-petinggi yang ada). Game theory atau teori permainan memang bisa sangat dimungkinkan untuk strategi yang akurat sebagai salah satu cara untuk mempertahankan usaha yang ada salah satunya yaitu perjudian dadu ini. Ini adalah salah satu strategi yang umum digunakan oleh para Bandar dengan tujuan agar tetap eksis, tetapi disisi lain para korban atau demand (pemain) tidak ada yang menyadarinya dikarenakan permianannya dibuat dengan sedemikian rapinya agar tidak ada kecurigaan. Kasus yang ada yang di teliti oleh penulis adalah ketika taruhan (bet) minimum yang ditetapkan oleh bandar judi dadu adalah Rp.5000 , sesuai penuturan kaki tangan bandar Mbek :
“Minimal nek main nang kene masange mek limang ewu, maksimal sak karep” (minimal kalau bermain disini untuk bertaruh cuma lima ribu, sedangkan untuk maksimal bertaruh tidak dibatasi). Misalnya ada pemain yang bertaruh sebesar Rp.5.000 jika dia menang biasanya hanya mendapatkan Rp.4.500 dengan odds (nilai) yang ada yang telah dibuat oleh bandar, dalam bahasa jawanya adalah banyu (dari modal yang dipertaruhkan di potong sesuai odds yang telah ditetapkan), begitu seterusnya. Pada bab II disebutkan bahwa Game theory atau model yang dikemukan oleh seorang ahli matematika Prancis yang bernama Borel (1921). Kemudian, Neumann dan Morgenstern (1944), mengembangkan teori permainan dapat diklasifikasikan dengan sejumlah cara seperti jumlah pemain, jumlah keuntungan dan kerugian serta jumlah strategi yang digunakan dalam permainan. Hal ini berbanding lurus dengan realitas yang ada saat ini pada perjudian dadu di Wonokromo. Dengan strategi yang ada, maka perjudian ini akan selalu eksis. Mindset dan buadaya di Indonesia para penjudi khusunya judi dadu bahwa : “Gak popo bengi iki kalah, nyenengo Bandar pisan-pisan paling yo duduk dinoku. Tapi mben kudu menang ambek ngluwango wektu timbang sumpek hehehe” (tidak apa-apa mala mini kalah, menyenangkan Bandar sekali-sekali ya mungkin juga sekarang bukan hari kebruntunganku. Tetapi besok harus menang sama meluangkan waktu dari pada tidak ada kegiatan hehehe) oleh Dimas. Ini salah satu sebab mengapa perjudian dadu atau perjudian yang ada akan selalu eksis jika dilihat dari sisi Game Theory yang ada. Di sisi lain hal ini juga yang membuat seorang Bandar judi tidak akan pernah bangkrut, karena sistem yang dibuat sangat menguntungkan bagi dirinya sendiri unilateral. Eksistensi Judi Dadu Sebagai Salah Satu Bentuk Underground Economy Aktivitas perjudian lahir bukan tanpa sebab, perjudian dadu ini ada karena adanya pasar yang kuat di mana adanya supply (bandar) dan demand (pemain) yang saling berinteraksi langusung di lokasi. Sebagai salah satu sektor informal yang masih tetap eksis sampai sekarang ini, kawasan perjudian dadu ini memang dari tahun ke tahun semakin banyak pemain judi yang mencoba mencari peruntungan di bisnis ini. Semakin banyak orang yang mencari peruntungan di bisnis ini maka semakin eksis perjudian ini, sebagaimana yang diutarakan oleh Mbek : “Biyen iki pengantin mek nggowo modal liamang jutaan, tapi bendino wong-wong seng dulen tembah suwe tambah akeh” (dulu pengantin (Bandar) cuma membawa modal sekitar lima juta rupiah, tetapi semakin hari orang yang ingin bertaruh semakin banyak jadi modalnya juga semakin banyak). Perjudian memang merupakan salah satu bentuk underground economy yang mencakup kegiatan ekonomi yang illegal di mana semua transaksinya tidak terlaporkan. Sedangkan underground economy sendiri dampaknya bisa positif atau negatif bergantung pada ciri dan besaran yang paling dominan. Underground economy akan berdampak positif yaitu sebagai sektor pencipta kesempatan kerja yang dimungkinkan beroperasi secara efisien. Dikatakan efisien karena struktur biaya lebih rendah jika dibandingkan dengan sektor formal sehingga daya beli masyarakat lebih tinggi. Jika dilihat dari kasus yang terjadi di lokasi perjudian, sektor ini positif. Ini di karenakan banyaknya pengangguran yang terserap dari adanya bisnis perjudian ini, dan sekarang dilokasi perjudian ini banyak PKL yang menjajakan dagangannya : “Aku dodolan nang kene mergo nang kene rame wong terus, nggone yo masuk wilayahe cilik dadi wong sing kate ngopi ta cangkruk mesti nang warung, mangkane aku dodolan nang kene”(saya jualan disini karena tempat atau lokasi ini selalu ramai dikunjungi orang, tempatnya strategis lokasinya kecil jadi orang yang mau istirahat atau sekedar mau ngopi selalu ke sini ke warung) oleh lek Supar. Ini salah satu penuturan informan yang menujukan bahwa perjudian termaksut dalam Illegal Economy, Unreported economy, dan Informal Economy.
“Semua yang kelihatnya menyimpang dari norma yang ada itu sudah bisa dikatan melanggar hukum atau illegal, jika sudah seperti itu akan dikenai pasal dan hukuman yang berlaku” oleh John Beglin salah satu informan peneliti. Pernyataan dari informan tersebut secara implisit dapat dimaknai bahwa lokasi tempat perjudian atau aktivitas judi itu juga melekat bagian dari ekonomi informal juga. Secara deskriptif bahwa ekonomi informal adalah tidak memiliki izin secara resmi dari pihak yang berwenang, tidak ada perjanjian kerja, atau kredit keuangan. Dari penuturan informan tersebut dapat diketahui bahwa perjudian atau judi dadu yang beroprasi di stasiun Wonokromo tidak memliki izin yang resmi dari pihak yang berwenang dan tidak adanyan perjanjian kerja. Aktivitas ekonomi seperti ini akan selalu ada dan berkembang ditengah-tengah kehidupan masyrakat Indonesia, karena underground economy lahir disebabkan oleh tingginya beban pajak, penegakan hukum yang lemah, transfer sosial dan ketidak percayaan terhadap lembaga publik di Negara berkembang. Ini merupakan faktor dari mengapa perjudian akan tetap eksis di Indonesia. Strategi Biaya Dalam Kasus Perjudian Dadu di Stasiun Wonokromo Surabaya Untuk Tetap Eksis Strategi biaya peluang (Opportunity Cost) untuk mencapai profit merupakan sebagai salah satu cara untuk mempertahankan usaha atau bisnisya tersebut. Dalam Mikro Ekonomi, Smith melihat harga-harga memiliki „tangan tidak Nampak” (invisible hand) yang kuat, yang mengarahkan berbagai sumber daya yang ada untuk digunakan menuju aktivitas yang paling bermanfaat. Biaya peluang (Opportunity Cost) yang dijalankan oleh Bandar bisa dikatakan berhasil sampai saat ini. Dilihat dari pendapatan Bandar permalam yang bisa mencapai pulahan juta rupiah dengan modal minimum merupakan bukti bahwa biaya peluang untuk pemanfaatan sumber daya tidak siasia, sedangkan untuk biaya peluang yang dikeluarkan kepada oknum terkait untuk dapat dapat menjalankan bisnis dilokasi tersebut tidak begitu berarti atau banyak karena tidak ada penghitungan yang sah berapa biaya (pajak) yang harus dikeluarkan oleh Bandar kepada oknum untuk pungli (pungutan liar), hal ini disebabkan karena bisnis perjudian ini termaksut aktivitas illegal jadi tidak ada perhitungan yang kongkrit. Seperti yang diungkapkan oleh Mbek : “Aku biasane nyangoni tamu undangan gak mesti, kadang limang ngatus yo kadang ndek nisore limangs ngatus yo kadang nang ndukure limang ngatus gak mesti”(saya biasanya memberi jaminan keamanan kepada tamu undangan (oknum terkait) tidak pasti, terkadang lima ratus ribu, terkadang dibawah lima ratus ribu terkadang juga diatas lima ratus ribu). Hal ini berbanding lurus dengan definisi biaya peluang (Opportunity Cost) itu sendiri, dimana konsep biaya peluang menunjukkan kenyataan bahwa semua keputusan didasarkan pada pilihan diantara tindakan alternatif. Biaya peluang sebuah sumber daya ditentukan oleh nilai penggunaan alternatif terbaik dari sumber daya tersebut. Ketika Bandar mengeluarkan biaya untuk aktivitas ekonomi yang dirasa akan mendapatkan untung lebih dari biaya yang dikeluarkan dan dari sumber daya yang ada demand dan supply dapat melakukan transaksi secara sah dan aman, karena sang Bandar telah mengeluarkan biaya untuk motif ekonominya itu kepada aparat terkait yang melakukan pungutan liar dengan janji keamanan. Di sisi lain ada manfaat yang dirsakan oleh Bandar dari biaya peluang di mana aktivtas atau bisnisnya tersebut akan aman dari jeratan hukum. Hal ini menjadi salah satu faktor mengapa perjudian dadu di stasiun Wonokromo tetap eksis sampai sekarang ini, karena ada jaminan keamaan dari oknum terkait yang diberikan kepada pelaku pasar (suplay demand) untuk melakukan transaksi. Strategi ongkos minimum (Least Combination Cost) untuk mencapai profit juga merupakan bahasan sentral dalam ilmu ekonomi. Dalam kehidupan bermasyrakat segala aktivitas transaksi yang menghasilkan untung atau rugi adalah merupakan aktivitas ekonomi. Hal ini sangat melekat pada seorang produsen, produsen rasionil akan berproduksi pada ongkos atau biaya yang terendah, sedangkan produsen ingin mendapatkan keuntungan dari biaya atau ongkos minimum yang dikeluarkannya untuk memproduksi suatu barang. Para pedagang yang beroprasi di sekitar atau di area lokasi perjudain seperti Lek Supar menuturkan : “Aku sejak buka warung nang kene lumayan iso gawe urip, iso nyekolahno anak ku. Ancen pegel mas nek dodol bengi sampek isok. Tapi yok opo maneh, nang kene aku ngedekno
warung yo gak ngetokno duwek akeh-akeh. Lah ben bengi nang kene gak tau sepi mesti rame”(sejak saya buka warung disini lumayan bisa buat menghidupi kebutuhan keluarga saya, bisa menyekolahkan anak saya. Memang capek mas kalau jualan malam sampai pagi. Tetapi mau bagaimana lagi, disini saya mendirikan warung atau usaha saya tidak mengeluarkan biaya terlalu banyak. Karena setiap malam disini tidak pernah sepi selalu rame). Dalam penuturan salah satu informan yaitu Lek Supar sebagai pedagang di area lokasi perjudian secara implisit dapat dimaknai bahwa setiap individu atau komunitas akan/ingin mencari keuntungan yang sebesar-besarnya (profitable) sedangkan untuk produksinya yang dikeluarkan harus dalam biaya minimum. Weber seorang ahli ekonomi Jerman menulis buku berjudul Uberden Standort Der Industrien (1909), prinsip teori Weber adalah bahwa penentuan lokasi industri ditempatkan di tempat-tempat yang resiko biaya atau biayanya paling murah atau minimal (least cost location) yaitu tempat dimana total biaya transportasi dan tenaga kerja di mana penjumlahan keduanya minimum, tempat dimana total biaya transportasi dan tenaga kerja yang minimum yang cenderung identik dengan tingkat keuntungan yang maksimum. Dari prinsip atau pendapat dari Weber diatas dapat disimpulkan bahwa kasus perjudian ini sama halnya dengan biaya transportasi, biaya upah tenaga kerja, dan kekuatan aglomerasi atau deglomerasi dimana perjudian dadu di stasiun Wonokromo juga melakukan hal tersebut. Mbek selaku kaki-tangan Bandar (orang kepercayaan bandar) menuturkan : “Aku oleh bagian ben bengi gk mesti, sing penting iso gawe urip mas hehehe” (saya dapat bagian setiap malam tidak pasti, yang penting bisa buat hidup mas hehehe). lanjut penuturan informan Dimas sebagai salah satu pemain judi dadu di stasiun Wonokromo: “Aku seneng main nang kene gampang akses gawe rene, mudun sepur wes langsung jujuk”(saya suka main disini karena akses buat keisni mudah, turun dari kereta api sudah langsung sampai tempat perjudian).
Eksistensi perjudian dadu di stasiun Wonokromo ini tidak lepas pula karena strategi yang dilakukan oleh Bandar judi itu sendiri, seperti strategi ongkos minimum yang dijalankannya dimana resiko untuk bangkrut dan kalah tidak begitu signifikan. Maka secara garis besar keeksistensian judi dadu salah satunya adalah karena suplay (bandar judi) bisa/mengerti betul tantang bagaimana cara untuk mendapatkan profit sedangkan konsumen atau demand (pemain judi) tidak merasa dirugikan dalam pasar permainan judi ini. Ini menjadi indikasi tersendiri dari masih eksisnya judi daddu yang ada di dalam stasiun Wonokromo. Spekulasi Dalam Strategi Perjudian Dadu di Stasiun Wonokromo Untuk Tetap Eksis Motif Spekuliasi (spekulative motive), pada sistem ekonomi modern dimana lembaga keuangan masyarakat sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat mendorong masyarakatnya untuk menggunakan uangnya bagi kegiatan spekulasi, dalam kasus ini motif spekulasi untuk bermain judi adalah positf. Artinya selama permainan judi dadu di Wonokromo masih eksis, maka permintaan uang untuk spekulasi bermain judi akan bertambah. Contoh kasus yang di buat oleh peneliti di lokasi, ketika Toli dan Opunk bersepakat untuk taruhan bahwa nilai tukar perak lawan emas adalah Rp 1000 per Kg. Jika nilai tukar besok berada di atas nilai acuan tersebut maka Toli harus membayar pada Opunk sebesar selisih nilai tukar dengan nilai acuannya. Sebaliknya jika harga spot lebih rendah maka Toli mendapatkan pembayaran marginal dari Opunk. Nilai tukar barang berharga hanya dijadikan acuan walaupun sering disebut sebagai underlying. Penentuan nilai acuan ini dilakukan secara spekulatif atau menduga-duga. Tentu hal ini mirip dengan judi tebak-tebakan skor dalam permainan sepak bola apakah genap atau ganjil.Penuturan salah satu informan Dimas : “Jumlah dadune iku enek loro, sak dadu enem angka. Totale rolas angka. Asline angel nebak, tapi mergo dadune enek loro dadi jek enek peluang gawe menang‟‟ (jumlah dadu yang di buat berjudi ada duah buah dadu, sedangkan setiap dadu ada enam angka. Jadi kalau dua buah dadu berarti ada dua belas angka. Sebenarnya susah kalau nebak, tetapi karena dadunya ada dua jadi masih ada peluang buat menang).
Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa eksistensi judi dadu ini tidak lepas karena adanya ekspetasi pemain judi yang besar terhadap kemenangan yang ada, karena mereka (pemain judi dadu atau demand) berspekulasi dengan adanya dadu yang lebih dari satu buah lebih mudah di tebak dari pada dadu yang kurang dari dua buah dadu, peluang atau kebolehjadian atau dikenal juga sebagai probabilitas yang diberikan atau ditawarkan oleh bandar judi menjadikan suatu komponen inti dalam menarik konsumen dalam pasar judi dengan tujuan agar bisnis yang di kerjakanya akan selalu eksis dengan strategi yang telah yang dibuatnya. Dinamika Transaksi Perjudian Dan Motif Bandar Judi Dadu Di Stasiun Wonokromo Surabaya Judi erat hubunganya dengan peramalan (forecasting). Peramalan merupakan dugaan terhadap permintaan yang akan datang berdasarkan analisis sebelumnya. Perjudian ini terlahir dari forecasting seorang Bandar judi. Bandar judi melihat adanya peluang dari bisnis yang besar dari perjudian. Disisi lain hal yang sama terjadi pada pemain judi tetapi berbeda maksud dan tujuan. Dalam hal ini para pemain judi memanfaatkan judi sebagai alat untuk melepas kepenakan dari rutinitas sehari-hari atau untuk sebagian orang dimanfaatkan dengan tujuan mencari nafkah. Pada setiap diri manusia sudah dibekali secara alami untuk meramal (forecasting) yang biasanya digunakan untuk menebak suatu hal yang akan terjadi beberapa detik, menit, jam ataupun hari yang akan datang. Dalam kasus ini bakat atau kemampuan seseorang yang ada disalah gunakan, itu terjadi pada pemain judi. Mereka tidak mengetahui bahwa secara teoritis sesuatu yang menguntungkan satu pihak dalam permain tidak dapat diprediksi dengan menebak dengan dasar yang sederhana. Menebak atau meramal permainan yang menguntungkan satu pihak harus didasari dengan analisis perhitungan peluang yang kuat. Dinamika Transaksi Pasar (demand dan supply) Perjudian di Stasiun Wonokromo Dinamika Sistem (system dynamics) adalah suatu metode pemodelan yang diperkenalkan oleh Forester (1950) dan dikembangkan di Massachusetts Institute of Technology Amerika. Sesuai dengan namanya, penggunaan metode ini erat berhubungan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang tendensi-tendensi dinamik sistem-sistem yang kompleks, yaitu pola-pola tingkah laku yang dibangkitkan oleh sistem itu dengan bertambahnya waktu. Asumsi utama dalam paradigma dinamika sistem adalah bahwa tendensi-tendensi dinamik yang persistent (terjadi terus menerus) pada setiap sistem yang kompleks bersumber dari struktur kausal yang membentuk sistem itu. Metodologi dinamika sistem pada dasarnya menggunakan hubungan-hubungan sebab-akibat (causal) dalam menyusun model suatu sistem yang kompleks, sebagai dasar dalam mengenali dan memahami tingkah laku dinamis sistem tersebut. Dengan perkataan lain, penggunaan metodologi dinamika sistem lebih ditekankan kepada tujuan-tujuan peningkatan pengertian kita tentang bagaimana tingkah laku sistem muncul dari strukturnya. Persoalan yang dapat dengan tepat dimodelkan menggunakan metodologi dinamika sistem adalah masalah yang mempunyai sifat dinamis (berubah terhadap waktu) dan struktur fenomenanya mengandung paling sedikit satu struktur umpan- balik (feedback structure). Dinamika transaksi perjudian dari sisi permintaan dan penawaran. Secara sosiologis, mentalitas individu dominan dibentuk oleh situasi tata pergaulan dalam masyarakat, termaksuk di dalamnya tekanan hidup. Dalam kasus perjudian ini mentalitas setiap individu dalam aspek perjudian dipengaruhi oleh beberapa faktor pendorong dari luar yang menybabkan perjudian tetap eksis dengan dinamika yang ada. Faktor yang mempengaruhi terjadinya perjudian di stasiun Wonokromo yaitu faktor perubahan situasi ekonomi, perubahan situasi ekonomi seperti perubahan dari masyarakat pedesaan dengan segala karakternya menjadi masyarakat perkotaan yang memiliki karakteristik yang berlainnan yang berpegang pada nilai individualistis. Di lokasi perjudian terdapat informan peneliti yaitu Mbek sebagai asisten Bandar yang mengungkapan bahwa: “Biyen sak gurunge aku nang suroboyo aku kerjo dadi petani nang Madura. Biyen uripku gak ngene, kate lapo-lapo jek kurang ae. Kudu rene kudu rono, njaluk kene njaluk kono. Nek misale diutang konco yo kudu di keki tapi mboh iku mbayar mboh gak. Tambah suwe aku wes gak betah. Mangkane aku pindah rene nang suroboyo. Akhire oleh kerjoan iki. Kerjoan iki enak duwek hasile gak di dum maneh. Gak enek batesan kudu oleh piro soale aku kerjo gak melok kelompok dadi siji”. (Dulu sebelum saya ke Surabaya saya kerja jadi petani di Madura. Dulu kehidupan saya tidak seperti sekarang ini, mau memenuhi kebutuhan ekonomi masih kurang. Harus pinjam sana sini. Kalau misalkan diutang teman harus mengasihkan
tetapi kalau tidak dibayar sesuai waktu yang dijanjikan itu sudah biasa. Berselangnya waktu saya sudah tidak tahan. Ini alas an kenapa saya pindah ke Surabaya. Pada akhirnya saya mendapatkan pekerjaan ini. pekerjaan ini sangat bagus karena hasil atau pendapatan saya tidak dibagi keteman lainya lagi. Karena saya tidak ikut sistem kelompok yang mematok harga yang harganya itu harus sama. Saya bisa mendapatkan penghasilan lebih dari pekerjaan ini dari pada saya ikut di suatu kelompok). Dalam perkembangan perjudian dadu ini tidak lepas dari permintaan dan penawaran. Banyak perjudian yang ada di Surabaya dan sekitarnya saat ini. tetapi perjudian dadu ini lebih banyak permintaannya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi banyaknya permintaan akan judi dadu ini; pertama, harga atau minima taruhan lebih sedikit dibandingkan dengan taruhan pada perjudian lainya. Kedua, selera seseorang atau masyarakat. Ketiga, karena permainannya dianggap mudah oleh seseorang atau masyarakat dibandingkan dengan perjudian lain. Probabilitas dalam dinamika transaksi perjudian sebagai salah satu strategi Bandar judi dadu. Peluang atau kebolehjadian atau dikenal dengan probabilitas adalah cara untuk mengungkapkan pengetahuan atau kepercayaan bahwa suatu kejadian akan berlaku atau telah terjadi. Probabilitas suatu kejadian adalah angka yang menunjukkan kemungkinan terjadinya suatu kejadian. Contoh kasus; dalam perjudian dadu ini ada beberapa hal yang dapat membantu kemungkinan atau probabilitas bahwa dapat menang dalam perjudian dadu. Pengalaman yang terjadi ini adalah pengalaman pribadi peneliti dan juga pengalaman dari Dimas sebagai salah satu informan peneliti: “Aku iso nebak ongko-ongko sing bakal metu, tapi akeh-akehe mbreset. Nebak ping sepuluh paling mek bener telu hahha. Tapi nek telaten iso menang aku”(Saya bisa menebak nomernomer pada dadu yang akan keluar, tetapi kebanyakan salah. Menebak sepuluh kali hanya benar tiga hahaha. Tetapi kalau saya sungguh-sungguh saya bisa menang). Dalam perjudian dadu yang legal untuk hasil dan angka yang akan keluar dapat dihitung secara matemaitis sedangkan perjudian yang ilegal tidak dapat di hitung angka atau hasilnya. Hal ini dikarenkan pasar perjudian legal sudah mempunyai izin dan peraturan tentang sistem yang jelas berbeda dengan perjudian yang illegal yang tidak mempunyai izin dan badan hukum yang jelas. Tetapi disisi lain ada sistem atau software yang digunakan agar penjudi (demand) tidak bisa menang dengan mudah, ini dikarenakan Bandar tidak ingin rugi. Dari hasil pembahasan tersebut, dapat diketahui bahwa probabilitas untuk sukses meraih kemenangan dalam permaian judi dadu di perjudian legal dan ilegal akan semakin kecil apabila tingkatan dalam menganalisis seseorang tidak begitu akurat. Dinamika transaksi yang terjadi di perjudian dadu di stasiun Wonokromo Surabaya memang tidak “sehat” tidak bersaing secara kompotitif ini dikarenakan motif dari satu pihak yaitu Bandar yang berkuasa dalam permainan atau perjudian dadu terebut. Dengan perhitungan nilai harapan matematis (nilai ekspetasi), dapat disimpulkan bahwa kerugian yang akan didapat jika dilihat dari probabilitas. Hal ini dikarenakan pada mata dadu yang mempunyai enam angka yang berbeda. Contoh ilustrasi oleh peneliti: Dasar perhitungan dari permainan ini hasil yang didapatkan apabila melemparkan dua buah dadu adalah sebanyak 36 kali, yakni perhitungan angka 36 dari hasil angka kembar yang akan keluar yaitu (1,1), (1,2), (1,3) dan seterusnya sampai pada akhirnya pada angka kembar (6,6). Maka akan di dapat hasil (outcome) dalam satu kali lemparan dua buah dadu. Kesimpulanya adalah ketika kita bermain sebanyak 36 kali kumungkinan untuk mendapatkan outcome 1:36 atau nihil. Kemudian apabila ditinjau dari sisi probabilitas hasil yang diinginkan dari satu kali hasil lemparan begitu kecil kemungkinan untuk menang dalam permainan judi dadu ini. Dalam kasus perjudian ini pemahaman akan pemain judi yang sering kalah, mereka berpikir bahwa mereka akan semakin dekat dengan kemenangan jika mencoba terus. Mereka tidak menyadari bahwa kerugian yang diderita jauh lebih besar dari pada seberapa pun besarnya kemenangan yang berpeluang mereka dapatkan. Seperti pemaparan informan mengenai hasil yang didapatkan selama berjudi di stasiun Wonokromo yaitu Dimas: “aku yo tau kalah akeh, yo tau menang akeh tapi gak tak ijir. Sing tak ijir yo pas main tok ae” (saya juga pernah kalah banyak, juga pernah menang banyak tetapi tidak pernah saya komulatifkan (hitung). Yang saya hitung Cuma waktu bermain saja).
Hal semacam ini yang membuat Bandar judi tidak pernah bangkrut, karena ekspetasi dari pemain judi itu sendiri yang begitu besar dalam meraih kemenangan, yang pada halnya kekalahan atau kerugian lebih besar dari kemenangan atau ke untungan yang didapat. Motif Dan Strategi Bandar Judi Dadu Di Stasiun Wonokromo Dalam Mencapai Profit Untuk Memenuhi Kebutuahan Primer Perjudian dadu di stasiun Wonokromo ini bertolak belakang dengan pengertian judi yang sebenarnya. Perjudian yang terjadi di stasiun Wonokromo ini hasil akhir mengenai siapa yang akan menang atau mendapatkan profit sudah diketahui yaitu Bandar itu sendiri. Motif perjudian di stasiun Wonokromo adalah karena sulitnya lapangan pekerjaan yang halal atau positif di dapat untuk memenuhi kebutuhan primer. Di sisi lain demand sebagai pemain juga merupakan penikmat dari permainan yang di tawarkan oleh supply yaitu Bandar. Tetapi motif yang terjadi antara demand dan supply memang berbeda. Hal ini diutarakan oleh Dimas sebagai salah satu demand atau pemain judi : “Aku rene mek nggolek hiburan gawe seneng-seneng, masio sakjane yo penegen oleh duwek akeh. Hahaha” (saya kesini mencari hiburan untuk bernsenag-senang, meskipun sebenarnya mengingkan uang yang banyak). Beda halnya apa yang dilakukan Bandar dalam bisnis ini. Hai ini diutarakan oleh Mbek sebagai salah satu kaki tangan (orang kepercayaan): “Arek-arek (Bandar) sakjane wes ngerti nglakoni ngene iki bakal gak suwe, tapi mergo wakeh sing seneng dadi iso diprediksi usaha iki bakal mkaku suwe. Batine gede resiko.e iso dikatakno cilik mergo wes ngerti dalane cek iso untung gede” (sebenarnya Bandar sudah mengerti menjalankan bisnis seperti ini tidak akan lama, tetapi karena banyak permintaan atau yang senang dengan perjudian jadi usaha ini bisa berjalan lama. Hasil atau keuntungan yang didapat sangat besar sedangkan rresiko yang akan ditanggung kecil, karena dia (Bandar) sudah mengerti medan untuk mendapatkan keuntungan yang besar). Dalam mencapai motif yang di inginkan membutuhkan suatu konsep yang sudah terstruktur dengan baik. Pembahasan ini bertujuan menambah penjelasan sebelumnya seperti; apa pekerjaan utama dari bandar dan dari mana modal didapatkan. Bandar merupakan pemain sekaligus pensupply, tidak semua orang bisa menjadi Bandar judi. Seperti kasus yang terjadi di perjudian dadu ini di stasiun Wonokromo, Bandar judi dadu setiap malamnya minimal membawa modal atau uang ± Rp.2.000.000 ke atas. Dengan uang sebanyak itu setiap malam yang dibawa, sebenarnya apa pekerjaan dari Bandar itu. Salah satu informan penulis yaitu Mbek menjelaskan tentang pekerjaan utama Bandar. “Koncoku (Bandar) kerjone pas ngene tok, nek awan yo ngangkrak ngunu. Dek.e iso koyok ngene yo mergo enek sing nyokong duwek.e. teko bos-bos gede. Biyen iku tau enek kasus enek wong menang wakeh terus dek.e buyar gak maen maneh. Dek.e pas muleh dicegat ambek preman-preman.e kunu, dijaluk duwek.e gak dikekno, terus akir.e di pateni. Tapi saiki wes gak enek sing koyok ngunu. Mboh maneh nek peteng. hahaha” ( teman saya itu (Bandar) kerjanya hanya waktu malam hari yaitu berjudi seperti ini. Kalau siang pekerja serabutan. Dia bisa seperti ini karena ada yang memodali uang dari bos-bos besar. Dulu pernah ada kasus, ada orang menang besar kemudian dia berhenti bermain gak mau main lagi. Waktu dia pulang dihampiri oleh preman-preman Bandar, diminta uangnya kembali, tetapi tidak dikasihkan akhirnya di bunuh. Tetapi sekarang sudah tidak ada yang seperti itu, tetapi tidak tahu lagi kalau Bandar kalap). Dalam pencapaian suatu hal yang sifatnya instan memang diperlukan kemampuan dan keahlian yang baik. Pekerjaan sebagai Bandar judi merupakan pekerjaan yang tidak semua orang mau atau berani untuk menjalaninya untuk memperoleh pendapatan yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Pemenuhan kebutuhan di sini merujuk kepada pemenuhan kebutuhan primernya ataupun kebutuhannya yang lain. Strategi diperlukan dalam usaha untuk mencapai suatu pencapaian yang diinginkan. Dalam kasus ini seorang Bandar judi dadu mempunyai strategi kusus yang diguankan untuk mencapai hal apa yang diinginkan yaitu profit untuk memenuhi kebutuhan primer seperti sandang, pangan, dan papan. Usaha atau pekerjaan ini memang sangat illegal di Indonesia karena dengan larangan ini
dapat dilihat pada pasal 303 KUHP dan UU No. 7 tahun 1974 yang menjelaskan tentang pelarangan segala macam jenis kegiatan judi untuk alasan apapun (Kedaulatan Rakyat, diakses 1 Maret 2014). Adapun strategi dari Bandar agar terhindar dari jeratan hukum terkait. Strategi kusus seperti kongkalikong (suap-menyuap) dengan aparat terkait merupakan salaah satu strategi yang dilakukan oleh Bandar judi dadu agar terhindar dari jeratan hukum yang ada, dan ini juga merupakan salah satu cara agar perjudian ini tetap eksis karena rasa aman yang ditawarkan oleh Bandar judi dadu kepada pemain judi dadu yang akan ikut atau join jarang terjadi atau ada di lokasi perjudian lainya. Hal ini di ungkap oleh Mbek salah satu kaki-tangan Bandar atau orang kepercayaan Bandar. “Gak iso kate maen blak-blakan nang kene. Kene mesti ben kate mbuka lapak yo kudu telfon sek nang tamu undangan. Perlune takok dino iki aman gak, nek missale aman yo langusng main, nek gak yo gak buka, mene baru buka” (tidak bisa langsung bermain disini. Kalau mau beroperasi untuk main judi atau buka lapak harus telfon dulu menanyakan ke aparat terkait. Tujuannya menanyakan hari ini aman tidak, jika aman lapak di buka dan jika tidak aman lapak tidak di buka). Patokan atau harga pungli (pungutan liar) yang biasanya diberikan sebagai salah satu syarat agar aktivitas perjudian ini berjalan lancar sebesar Rp.1.000.000 lebih dalam semalam untuk 2 orang aparat terkait.
E. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil pembahasan penelitian, dihasilkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Perjudian dadu di stasiun Wonokromo Surabaya sudah ada dari 1982 sampai saat ini. Aktivitas perjudian dadu ini tetap eksis karena adanya dukungan aparat terkait. Perjudian dadu ini adalah jenis perjudian yang amat digemari oleh masyarakat saat ini. Perjudian marak terjadi pada masyarakat, dikarenakan salah satu cara yang dilakukan untuk bertahan hidup yang paling minimal. 2. Dinamika transaksi ini disebut dengan zero sum game karena ada pihak yang menang yaitu supply dan yang kalah yaitu demand. Dalam kasus ini terdapat unsur spekulatif dalam dinamika transaksi perjudian. Dinamika transaksi dalam perjudian ini merupakan faktor terpenting untuk keeksistensian perjudian dadu ini. Aparat terkait berperan aktiv dalam dinamika transaksi yang terjadi dalam perjudian dadu di stasiun Wonokromo Surabaya. Hal ini dikarenakan aparat terkait bertugas mengamankan jalannya aktivitas perjudian dan transaksi yang terjadi pada perjudian ini dengan cara supply (Bandar) membayar kepada aparat terkait untuk melindungi usahanya agar berjalan lancar. 3. Motif pada perjudian dadu ini adalah untuk memenuhi kebutuhan Bandar dengan mekanisme yang dibuat oleh Bandar sendiri untuk mendapatkan profit dalam memenuhi kebutuhan primernya. Saran Berdasarkan hasil dan pembahasan maka saran yang dapat di ajukan adalah: 1.
2.
Untuk Pemerintahan Indonesia, apabila judi itu dilarang di Indonesia sementara masyarakat Indonesia mencari penghasilan untuk memenuhi kebutuhan primernya dari berjudi. Disini pemerintah harus bisa memberi lapangan pekerjaan untuk memberikan penghasilan terhadap mereka yang tidak mempunyai lapangan pekerjaan. Legalisasi judi dengan sistem small area adalah solusi terbaik, karena saat ini judi telah dilakukan secara terang-terangan sedangkan pendapatan dan devisa perjudian dinikmati seseorang yang bertanggung jawab atas negara ini. Sedangkan untuk memberantas penyakit masyarakat seperti judi, pemerintah membutuhkan biaya yang sangat banyak. Untuk masyarakat Indonesia, jika ingin mendapatkan penghasilan lebih dari penghasilan yang ada sebelumnya, disarankan jangan mencari dari berjudi. Karena pada dasarnya berjudi merupakan salah satu media untuk mencari kepuasan atau kesenangan, bukan untuk mencari keuntungan atau penghasilan. Jika ingin berspekulasi, pemerintah telah menyiapkan sarana legal untuk berspekulasi seperti permainan saham (real estate).
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Boediono. 1982. Ekonomi Mikro. Yogyakarta: BPPE. Dumairy. 1991. Matematika Untuk Terapan Bisnis dan Ekonomi. Yogyakarta: BPFE. Geertz, Clifford. 1973. In The Interpretation of Cultures. New York: Basic Book. Kasus Perjudian. http://www.google.com/surabaya.net diakses pada tanggal 10 April 2014. Kedaulatan Rakyat. http://krjogja.com/read/238016/kedaulatan.rakyat diakses tanggal 1 Maret 2014 M.J., Radzicki. 2009. Powersim, The Complete Software For Dynamic Toll Simulation. User's Guide and Reference. Modell Data AS, Norway Nur, Indriantoro dan Bambang, Supomo. 2002. Business Research Methodology. London: BPFE. Pawito. 2007. Metode Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LKIS. Putra, Muhammad Ghazali. 2003. Judi Kupon Togel Kaitannya dengan Disharmonisasi Kehidupan Rumah Tangga Konsumennya di Jogjakarta. Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas Airlangga. Pasal 303 KUHP dan UU No. 7 tahun 1974 yang Menjelaskan Tentang Pelarangan Segala Macam Jenis Kegiatan Judi Untuk Alasan Apapun. http://www.golfcoursedetective.com diakses pada tanggal 20 februari 20014. Purnama, A., 2010. Analisis Harga Saham Mengunakan Model Forcesting. Universitas Indonesia: Fakultas Ekonomi. Purnomo, Kuntarto. 2010. Estimasi Underground Economy in Indonesia Period 2000- 2009 Through Moneter approach. Jakarta: Indonesian University Library. Republika. http://www.republika.co.id/ diakses pada tanggal 1 Maret 2014 Tijar, Ainut. 2010. Legalisasi Judi Adalah Solusi Terbaik, Untuk Mengatasi Kerumitan Hukum. Dalam http://ainuttijar.blogspot.com diakses tanggal 1 Maret 2014. Underground Economy. http://www.google.com/undergroundekonomi diakses pada tanggal 8 April 2014. Wieser, F. von., 1889. The Elementary Theory of Value. Dalam Friedrich Wieser. Weber, Max. 1909. Political Writings. University of Cambridge: Cambridge University Press.