RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 2, No. 2 Oktober 2016, 233-252 Available Online at http://ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/jret DOI: 10.22225/jr.2.2.294.233-252.
EKOLEKSIKON MAULID ADAT BAYAN LOMBOK UTARA SEBAGAI SUPLEMEN BAHAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS LINGKUNGAN DI SMA Deny Prasetiawan
Universitas Mataram
[email protected]
Abstrak
Bahasa dan budaya mendeskripsikan sebuah bangsa. Harusnya pepatah ini masih terpatri dalam setiap sanubari rakyat Indonesa. Penelitian ini bertujuan; 1) untuk mendeskripsikan bentuk dan kategori leksikon di dalam tradisi MAB; 2) untuk menemukan makna dan keterkaitan leksikon MAB; 3) untuk merevitalisasi bahasa yang menandai tradisi MAB sebagai suplemen bahan pembelajaran bahasa Indonesia berbasis lingkungan di SMA. Teori yang digunakan untuk membedah masalah tersebut adalah ekolinguistik, morfologi, semantik dan kebudayaan. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif yaitu mengungkapkan fenomena kebahasaan yang terjadi dalam masyarakat setempat. Metode pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, dokumentasi dan wawancara. Bentuk leksikon yang ditemukan dalam prosesi MAB adalah bentuk dasar dan kompleks, sementara kategori yang ditemukan adalah kategori nomina biotik dan abiotik. Makna dan keterkaitan leksikon secara kultural yang tedapat dalam penelitian ini meliputi makna dan keterkaitan tehadap agama, alam, dan sosial. MAB berfungsi meningkatkan hubungan baik dengan sesama sehingga dapat dinyatakan bahwa proses MAB tersebut sebagai penuntun masyarakat dalam berperilaku di lingkungan masyarakat agar senantiasa berbuat baik. Hasil analisis menunjukkan bahwa penelitian ini akan dijadikan sebagai suplemen bahan pembelajaran bahasa Indonesia berbasis lingkungan di SMA yang diwujudkan dalam bentuk pembelajaran teks dengan tujuan agar dapat memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan prilaku kepada peserta didik. Kata kunci: Ekolinguistik, Leksikon, dan Maulid Adat Bayan
Abstract
Language and cultur description the nation. Supposedly this aphorism still inherent in every heart of Indonesian people. Purpose of this study; 1) to description the form and category lexicon; 2) to found meaning and relation lexicon in MAB; 3) relevance in the MAB procession in revitalizing as a supplement Indonesian learning materials based on high school environment. The theory is used to dissect the problem is eco-linguistics, morphology, semantics and culture. This research is descriptive qualitative that express linguistic phenomena that occur in the local community. The data collection examineted by observation, documentation, and interview. Forms lexicon found in procession MAB was the basic form and shape of the complex, the category that found was the noun category biotic, abiotic. The meaning and relevance of cultural lexicon (culture) in this study included the meaning and relevance to God (religion), natural and human (social). The function of MAB process was to improve relationships with others, it could be stated that the process of the MAB as a guiding communities behave in society to always do something good. This study will be used as an Indonesian learning material supplement based on high school environment that realized in the form of text with the aim of learning in order to provide of knowledge, skills, and behaviors to students. Keywords: Eco-linguistics, Lexicon, and Bayan Maulid Tradition
1. PENDAHULUAN Bahasa selalu mengalami perubahan seiring dengan perubahan kebudayaan dan lingkungannya. Hal ini menjelaskan bahwa, budaya yang ada di sekeliling bahasa tersebut akan ikut menentukan bentuk bahasa
tersebut. Bahasa dan budaya merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan kerena
saling memengaruhi dan saling mengisi (bandingkan Sibarani, 2004: 4). Oleh karena itu bahasa juga merupakan karakter yang
Copyright © 2016, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 2, No.2 Oktober 2016, 234
mendefinisikan manusia, maka jelaslah
sosial dan lingkungan alamiah. Dengan
bahwa bahasa dan manusia adalah dua un-
menggunakan
sur yang tak dapat dipisahkan.
diharapkan dapat menguak kembali makna
teori
ekolinguistik
ini
Manusia hidup berinteraksi, bergantung
dan keterkaitan yang tekandung dalam
pada lingkungan dengan segala isinya
bahasa atau leksikon yang digunakan pada
karena ada bahasa. Isi lingkungan adalah
tradisi
tumbuh-tumbuhan
Lombok.
dan
lingkungan
yang
perkembangan
manusia,
hewan
serta
ataupun
budaya
yang
ada
di
memengaruhi
Bayan adalah sebuah desa di sekitar hu-
membentuk
tan yang terletak di sisi barat daya Pulau
karakter dan kepribadian manusia dan bisa
Lombok, berada di kaki Gunung Rinjani,
juga disebut sebagai kebudayaan atau adat
yang dikenal dengan penduduk asli Suku
istiadat. Dengan kata lain manusia, bahasa,
Sasak dan kini telah menjadi Subetnik
lingkungan (alam sekitarnya), dan budaya
Bayan ini memiliki loyalitas terhadap adat
adalah satu mata rantai yang tak dapat
istiadat dalam banyak hal, pola dan tata cara
dipisahkan. Hubungan yang bergantung
berbudaya. Orang Sasak, leluhur asli orang
atau keterkaitan tersebut sudah kodratnya
Bayan
atau dapat dikatakan sudah alamiah seperti
kebudayaan
itu. Bahasa, lingkungan alam, dan budaya
sakral. Mayoritas penduduknya memeluk
berbagai etnik itu terekam dan terwarisi
agama Islam, dikenal dengan sebutan Is-
secara verbal dan nonverbal dalam bahasa-
lam wetu telu. Hal tersebut bisa dilihat dari
bahasa lokal termasuk dalam bahasa dan
bangunan-bangunan peninggalan bersejarah
budaya Sasak di Lombok. Bahasa dan
Islam, seperti Masjid Kuno dan upacara-
budaya merupakan warisan leluhur yang
upacara adat keagamaan wetu telu di Bayan
masih ada di tengah-tengah masyarakat,
yang ada sejak abad ke-16.
karena budaya merupakan tatanan yang
sekarang,
Seperti
merupakan
yang
pada
pemilik
unik
masyarakat
dan
lainnya,
mengatur kehidupan masyarakat secara
kehidupan subetnik Bayan dilandasi oleh
turun temurun. Masyarakat yang berbudaya
kebudayaan asli yang mereka miliki sejak
lebih tertib dalam menjalankan berbagai
beratus-ratus tahun yang lalu. Hal ini
persoalan kehidupan bermasyarakat. Begitu
terlihat dalam upacara-upacara adat, seperti
pula budaya yang masih dipakai masyarakat
upacara adat perkawinan, seni musik, seni
diberbagai daerah di Indonesia, khususnya
tari, pakaian tradisional, permainan rakyat,
Sasak di Lombok. Untuk mengkaji hal itu,
makanan dan sebagainya yang terekam dan
diperlukan sebuah teori, yakni ekolinguistik
terepsentasikan
dalam
bahasa
Sasak.
kerena ekolinguistik merupakan disiplin
Upacara
yang
terdapat
dalam
ilmu untuk mengkaji hubungan timbal-balik
masyarakat Bayan merupakan ungkapan
antara bahasa dengan lingkungan manusia/
dari perilaku, cita-cita, kepribadian, dan
adat
Copyright © 2016, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 2, No.2 Oktober 2016, 235
pegangan hidup masyarakatnya dan hal ini
bentuk leksikon yang merepresentasikan
dimaknai dan dijembatani melalui leksikon,
maksud dan tujuan serta makna tertentu
perlengkapan dan tata cara pelaksanaannya.
yang berhubungan dengan agama, alam,
Bahasa yang digunakan oleh masyarakat
sosial dan lingkungan. Misalnya pada
Bayan juga termasuk bahasa yang arkais
hubungan sosial digunakan leksikon Inan
kerena bahasa yang digunakan di Bayan
Meniq (Inan asal kata Inaq berarti Ibu,
sangat jauh berbeda dengan bahasa Sasak
Meniq
pada umumnya sebagai variasi sosial ragam
perempuan yang menerima hasil bumi dari
bahasa yang digunakan di Bayan, tergolong
para warga yang nantinya hasil bumi
“ragam beku” (frozen style). Hal inilah
tersebut akan diolah menjadi hidangan
yang melandasi dipilihnya Bayan sebagai
(sajian) untuk dihaturkan kepada ulama dan
lokasi penelitian.
tokoh adat Sasak Bayan keesokan hari.
Dalam
beras),
yaitu
seorang
upacara-upacara
Akan tetapi seiring perkembangan zaman
menggunakan
dan melihat kodisi terakhir saat peneliti
leksikon-leksikon sebagai kode lingual dan
melakukan obesrvasi awal, MAB ini sedikit
alat pengungkap yang merepresentasikan
mengalami pergeseran, mulai dari leksikon
pikiran dan perasaan mereka. Salah satu
yang tidak digunakan, dan kelengkapan-
contoh adalah pada tradisi Maulid Adat
kelengkapan
Bayan yang dilakukan oleh masyarakat di
maupun dari tata cara pelaksanaannya.
Bayan yang selanjutya disingkat MAB.
Selain itu, pemuda di Bayan banyak sekali
Pelaksanaan tradisi MAB ini berjalan sela-
yang
ma dua hari. Hari pertama adalah persiapan
mengetahui
bahan
kelengkapan maupun prosesi lengkap pada
adat,
pelaksanaan
berarti
masyarakat
makanan
Bayan
dan
piranti
upacara
lupa
saat prosesi berlangsung
dan
sedikit
leksikon,
kelengkapan-
tradisi
ra hari kedua adalah do’a dan makan bersa-
memprihatinkan. Di sisi lain pengetahuan
ma yang dipusatkan di Masjid Kuno Bayan
masyarakat tentang tradisi MAB belum
yang
Perhitungan
diajarkan secara menyeluruh, baik dalam
pelaksanaannya berdasarkan Sereat Adat
keluarga, masyarakat dan jalur formal,
Gama di Bayan. MAB dilaksanakan pada
sehingga terjadi kesenjangan pengetahuan
dua hari setelah ketetapan Kalender Is-
antara yang tua dan yang muda. Padahal
lam Maulid Nabi tanggal 12 Rabi’ul Awal
bila dikaji dan dianalisis, leksikon yang
tepatnya
digunakan
dimulai
“gawe”.
pada
tanggal
14-15
dalam
Hal
yang
lainnya yang disebut “kayu aiq”, sementa-
disebut
MAB.
sekali
ini
tradisi
sungguh
tersebut
Rabi’ul Awal. Masyarakat Bayan setempat
mengandung makna dan nilai-nilai filosofis.
biasa menyebutnya dengan “Mulud Adat
Sinar
Bayan”.
“banyak bahasa daerah di Indonesia berada
Tradisi MAB ini mempunyai berbagai
(2010:70)
menyatakan
bahwa
di ambang kritis, semakin sulit untuk
Copyright © 2016, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 2, No.2 Oktober 2016, 236
“hidup”, bertahan, berfungsi, dan terwaris
guistik, konsep “ekologi bahasa dan bahasa
secara utuh, belum lagi dengan ancaman
ekologis” yang diusulkan untuk diterapkan
hegemoni dan dominasi beberapa bahasa
dalam membangun model pembelajaran
nasional dan internasional yang semakin
bahasa-bahasa. Dalam hal ini pembelajaran
mendesak bahasa-bahasa minoritas”.
bahasa-bahasa berbasis lingkungan. Hal ini
Kondisi
tersebut
tentulah
sangat
perlu karena di KLU masih belum diajarkan
memprihatinkan karena budaya yang hilang
secara menyeluruh tentang pembelajaran
akan turut menghilangkan leksikon bahasa
bahasa Indonesia berbasis lingklungan,
daerah. Jika kondisi tersebut terus dibiarkan
dengan dasar pemikiran jika kehidupan so-
tanpa adanya upaya untuk mempertahankan
sial-tradisional keetnikan tetap diberi ruang
ataupun melestarikannya, MAB yang ada di
dan peluang untuk hidup dan berperan,
Kecamatan Bayan Lombok Utara akan
niscaya bahasa-bahasa daerah tidak mesti
kehilangan sebuah warisan leluhur, jati diri
terancam punah. Penerapan pembelajaran
dan identitas yang sangat berharga. Untuk
tersebut tentu saja harus sesuai dengan
itu, peneliti merasa penting dan tertarik
kurikulum pendidikan, yakni
untuk lakukan penelitian guna mengugkap
yang berakar pada budaya lokal dan bangsa,
kembali makna dan nilai filosofis dalam
yang memiliki arti bahwa kurikulum harus
tradisi MAB yang terdapat di Kecamatan
memberikan kesempatan kepada peserta
Bayan Lombok Utara. Hal ini menjadi
didik untuk belajar dari budaya setempat
penting untuk dikaji kerena bahasa dan
dan nasional tentang berbagai nilai hidup
budaya merupakan salah satu kekayaan
yang penting.
kurikulum
Indonesia yang perlu untuk dipertahankan
Berdasarkan latar belakang yang telah
dan dilestarikan. Selain itu suatu budaya
dipaparkan di atas, maka rumusan masalah
penting untuk dipertahankan karena sarat
dalam penelitian ini secara rinci dapat
akan makna dan nilai. Dengan demikian
diuraikan sebagai berikut. Bagaimanakah
budaya
akan
deskripsi
bentuk-bentuk
dari
leksikon
yang digunakan pada tradisi
dan
terselamatkan
kekayaan dan
leksikon terhindar
kepunahan.
MAB?
Deskripsi
dan
kategori
bentuk-bentuk
dan
Bersinggungan dengan fenomena itu,
kategori leksikon leksikon yang dimaksud
upaya sederhana yang dapat dilakukan un-
adalah pengelompokan leksikon-leksikon
tuk mempertahankan tradisi MAB adalah
yang digunakan di MAB ke dalam kategori
dengan mengembangkan materi pembelaja-
linguistik (morfologi yakni bentuk dasar
ran bahasa Indonesia berbasis lingkungan di
dan kompeleks) dan kategori ekologi (biotik
sekolah, dalam hal ini merujuk dari Mbete,
dan abiotik). Bagaimanakah makna dan
SNBI VII (2003: 17) yang mengatakan
keterkaitan leksikon prosesi kegiatan MAB
secara khusus parameter-parameter ekolin-
terhadap lingkungan masyarakat Bayan?
Copyright © 2016, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 2, No.2 Oktober 2016, 237
Makna dan keterkaitan leksikon prosesi
Baginda Nabi SAW. Suasana yang berbeda
kegiatan yang dimaksud di dalam rumusan
dalam peringatan ini adalah yang dilakukan
masalah adalah makna dan keterkaitan
oleh komunitas Adat Bayan Kabupaten
fungsional leksikon prosesi kegiatan MAB
Lombok Utara, dimana tradisi Maulid
yang merepresentasikan hubungan dengan
selama dua hari. Hari pertama adalah
agama,
(sosial).
persiapan bahan makanan dan piranti
Bagaimanakah revitalisasi bahasa Sasak
upacara lainnya yang dikenal dengan istilah
Bayan yang menandai tradisi MAB demi
“kayu aiq”. Sementara pada hari kedua
ketahanan dan keterlanjutan makna dan
mbisoq meniq, mengelaq, do’a dan makan
nilai dalam MAB sebagai suplemen bahan
bersama yang dipusatkan di Masjid Kuno
pembelajaran bahasa Indonesia berbasis
Bayan. Prosesi pelaksanaan Mulud Adat
lingkungan
Bayan Berdasarkan perhituangan Sareat
alam
dan
di
manusia
SMA?.
Penelitian
ini
bertujuan untuk mendeskripsikan bentukbentuk
dan
menemukan
kategori
leksikon
makna
dan
leksikon-leksikon
MAB,
keterkaitan
tersebut
terhadap
lingkungan masyarakat Bayan, dan yang terakhir untuk mengonsepkan revitalisasi bahasa yang menandai tradisi MAB demi ketahanan nilai-nilai kearifan lokal dalam MAB
sebagai
suplemen
bahan
pembelajaran bahasa Indonesia berbasis lingkungan di SMA.
Bulan Rabi’ul Awal khususnya bagi umat Islam, diperingati sebagai bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW, atau dikenal dengan Maulid Nabi. Berbagai kegiatanpun dilaksanakan. Ada sebagian masyarakat memamfaatkan untuk acara ngurisan (potong rambut) bagi bayinya yang baru lahir, ada juga yang melakukan anaknya
Teori Ekolinguitik sudah lama dipopulerkan oleh Haugen (1972) akan tetapi istilah ekolinguistik belum begitu memasyarakat, terutama pada sebagian linguis Indonesia. Istilah ini mulai menjadi paradigma baru sejak
1990
seiring
dengan
semakin
kompleksnya permasalahan ekologi dunia sebagai dampak dari perubahan lingkungan. Ditinjau dari kata, ekolinguistik berasal dari
2. KONSEP DAN KERANGKA TEORI Konsep Konsep Maulid Adat
khitanan
(syari’at) Adat Gama Bayan.
untuk
mengambil
barokah dari datangnya bulan kelahiran
dua kata yaitu ekologi dan linguistik.
Ekologi adalah ilmu yang membahas tentang
hubungan
manusia
dengan
lingkungannya, sedangkan linguistik adalah ilmu yang mebahas tentang bahasa. Ekolinguistik adalah suatu disiplin ilmu yang mengkaji lingkungan dan bahasa. Ekolinguistik
merupakan
ilmu
bahasa
interdisipliner, menyanding ekologi dan linguistik (Mbete, 2007:1). Disiplin ilmu ini mengkaji hubungan timbal-balik antara bahasa dengan lingkungan manusia/sosial
Copyright © 2016, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 2, No.2 Oktober 2016, 238
dan lingkungan alamiah. Ekolinguistik
dengan kandungan makna-makna budaya
merupakan suatu kajian yang membahas
para guyub tuturnya (speech community).
tentang bahasa yang dikaitkan dengan
Sapir
lingkungan
2001:14) mengemukakan,
di
mana
bahasa
tersebut
tumbuh, berkembang dan dipergunakan oleh masyarakat bahasa di daerah bahasa tersebut. Crystal 2008 (dalam Mbete 2013: 17) mengemukakan definisi ekolinguistik, Ecolinguistics (n.) in linguistics, an emphasis- reflectiong the notion of ecology in biological studies- in which the interaction between language and cultural environment is seen as central; also called the ecology of language, ecological linguistics, and sometimes green linguistics, an ecolinguistic approach highlights the value of linguistics diversity in the world, the importance of individual and community linguistic rights, and the role of language attitudes, language awareness, language variety, and language change in fostering a culture of communicative peace. Dalam pengertian tersebut, interaksi antara bahasa dan lingkungan budaya menjadi
sangat
penting di
sisi
nilai
keberagaman bahasa, hak-hak kebahasaan perorangan dan kelompok, kesadaran, dan sikap tentang budaya komunikasi yang
harmonis. Kajian ekolinguistik merupakan kajian kebahasaan, yaitu bahasa yang hidup karena digunakan, lisan ataupun tulisan sebagai fungsi sosial yang diemban oleh bahasa. Dimensi fungsi sosio-ekologis bahasa dalam perspektif ekolinguistik, bahasa tidak lagi diposisikan sebagai fakta dalam kajian linguistik formal, melainkan bahasa dalam kehidupan sehari-haripun dipandang sebagai fakta kebudayaan yang sarat makna. Di dalamnya termasuk kekayaan leksikon
(dalam
Fill
dan
Muhlhausler,
“it” is advantageous to comprise within the term environment both physical and social factors. Under physical environment are comprised geographical character such as the topography of the country (whether coast, valley, plain, plateau, or mauntain), climate, and amount of rainfall, and what may be called the economic basis of human life, under which term are comprised the fauna, flora, and mineralresaurce of the region. Under social environment are comprised the variousforces of society that mental the life and thought of each individual. Among the more important of the social forces are religion, ethical standart, form of political organization, and art. Lingkungan bahasa dalam ekolinguistik meliputi lingkungan ragawi dan sosial Lingkungan ragawi menyangkut geografi yang terdiri atas fisik: topografi suatu negara (pesisir, lembah, daratan, dataran tinggi, gunung), iklim, dan intensitas curah hujan, dasar ekonomis kehidupan manusia yang terdiri atas fauna, flora, dan sumbersumber mineral; sedangkan lingkungan sosial
terdiri
atas
berbagai
kekuatan
masyarakat yang membentuk pikiran dan kehidupan setiap individu di antaranya: agama, etika, bentuk organisasi politik, dan seni. Jadi dapat dibedakan bahwa ranah kajian
ekolinguistik
mencakup
ketergantungan dalam suatu sistem. Teori tersebut didasari pada prinsip interaksi dan
keberagaman (diversity). Bentuk interaksi antara lingkungan fisik dan lingkungan sosial atau bahasa dan kebudayaan dapat
Copyright © 2016, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 2, No.2 Oktober 2016, 239
dilihat pada level interrelasi leksikon.
dari proses sosialisasinya yang terjadi
Sedangkan bentuk keberagaman (diversity)
dimana bahasa merupakan sesuatu yang
dapat dilihat pada tatanan kebervariasian
membentuk
leksikon yang dihasilkan oleh suatu bahasa
seseorang dalam berbicara, berfikir dan
tersebut.
bertindak
pikiran sehingga
dan
tingkahlaku
diterima
oleh
Morfologi mer upakan cabang linguis-
masyarakat luas, dimana hal ini merupakan
tik yang mengidentifikasikan satuan dasar
budaya, yaitu dengan melihat tanda-tanda
dan turunan bahasa sebagai satuan gramat-
linguistik
ikal
(Verhaar,
menjelaskan
adanya
97).
Sedangkan
perbedaan status sosial yang dipergunakan
cabang
linguistik
oleh kelompok-kelompok tertentu. Bahasa
mengkaji makna (Verhaar, 2010:385). Bi-
dengan budaya mempunyai hubungan yang
dang semantik dibagi menjadi semantik
erat sekali. Mereka saling mempengaruhi,
leksikal dan semantik gramatikal. Dalam
saling mengisi, dan berjalan berdampingan.
penelitian ini hanya digunakan teori seman-
Hubungan
tik
adalah
semantik
2010:
dapat
adalah
gramatikal.
Semantik
gramatikal
mendasar
bahasa
harus
antara
keduanya
dipelajari
dalam
menyangkut makna leksikon dalam bidang
konteks budaya dan budaya dapat dipelajari
leksikon tertentu.
melalui bahasa (Sukri, 2008: 49). Jadi,
Bahasa dan budaya, Dur anti (1997: 27) mengemukakan,
dikemukakan
mengetahui
di
budaya
sini
sama
bahwa halnya
mengetahui bahasa. Keduanya merupakan realitas
mental.
Selanjutnya,
mendeskripsikan suatu budaya sama halnya dengan
mendeskripsikan
bahasa.
Oleh
karena itu tujuan etnografi adalah untuk menuliskan “grammar budaya”. Mauss (1935,
dalam
bahasa,
manusia
dapat
menyesuaikan diri dengan adat istiadat,
there is a linguistic homology at work here. To know a culture is like knowing a language. They are both mental realities. Furthermore, to describe a culture is like describing a language. Hence, the goal of ethnografhic descriptions is the writing of “cultural grammar” Mencermati pendapat Duranti di atas,
dapatlah
melalui
Duranti,
1997:
26),
mengatakan hubungan budaya dan bahasa dalam hal ini sangatlah erat bila ditinjau
tingkah laku, tata karma masyarakat dan sekaligus
membaurkan
dirinya
dalam
masyarakat. Akan tetapi, bersandingnya bahasa dan budaya tidak serta merta menimbulkan keharmonisan. Jika salah satunya
mendominasi
maka
itu
juga
merpakaan persoalan yang sangat perlu untuk diperhatikan. 3. PEMBAHASAN Bulan Rabi’ul Awal khususnya bagi umat Islam, diperingati sebagai bulan kelahiran
Nabi
Muhammad
SAW,
atau
dikenal dengan Maulid Nabi. Berbagai
kegiatanpun dilaksanakan. Ada sebagian masyarakat memamfaatkan untuk acara ngurisan (potong rambut) bagi bayinya
Copyright © 2016, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 2, No.2 Oktober 2016, 240
yang baru lahir, ada juga yang melakukan
4) Ngalu Gerantung
khitanan anaknya untuk mengambil barok-
5) Bisok Rantok
ah dari datangnya bulan kelahiran Baginda
6) Menutu dan merantes
Nabi SAW. Suasana yang berbeda dalam
7) Buang unggun
peringatan ini adalah yang dilakukan oleh
8) Umbul-umbul
komunitas Adat Bayan Kabupaten Lombok
9) Ngengelat
Utara, dimana tradisi Maulid selama dua
10)Temetian/Peresean
hari. Hari pertama adalah persiapan bahan
Hari Kedua disebut dengan Gawe, Hari
makanan dan piranti upacara lainnya yang
kedua ini bertepatan dengan tanggal 12
dikenal dengan istilah “kayu aiq”. Sementa-
rabiul awal (Ton Jimawal), yakni tanggal
ra pada hari kedua mbisoq meniq, menge-
27 Desember 2015 adalah puncak acara.
laq, do’a dan makan bersama yang dipusat-
Pada acara gawe ini ada beberapa macam
kan di masjid kuno Bayan. Prosesi pelaksa-
prosesi yang dilakukan yaitu;
naan
1) Menampah hewan
MAB
dilaksanakan
berdasarkan
perhituangan Sareat (syari’at) Adat Gama
2) Bisok meniq
Bayan, bahwa MAB dilaksanakan dua hari
3) Mengkelaq
yaitu tanggal 14-15 Rabiul Awal dimana
4) Pengaluan Payung Agung
dalam penelitian ini MAB dilaksanakan pa-
5) Ancak
da 26-27 Desember 2015.
6) Mengageq
Hari pertama dikenal istilah Kayu Aiq.
7) Praja mulud
Pada hari Kayu Aiq ini, ada beberapa
8) Khotbah
prosesi yang dilaksanakan yaitu;
9) Memblonyo
1) Bebasan makanan
10)Meriap
2) Nazar
11)Melusut
3) Menyembeq Bentuk dan Kategori Leksikon MAB No
Bahasa Sasak
1
Ancak
2
Bebasan
3
Bisok meniq
4
Bisok Rantok
5
Buang unggun
Bentuk Linguistik Indonesia
Bentuk
Kategori Ekologi
Leksikal
Biotik
Abiotik
Tempat menaruh makanan yang tebuat dari bambu Bahan
Dasar
Tidak bernyawa
-
+
Dasar
+
-
Mencuci beras Mencuci tempat menumbuk padi Membuang tempat menaruh sekam
Majemuk
Tidak bernyawa Tidak bernyawa Tidak bernyawa
-
+
-
+
Tidak bernyawa
-
+
Majemuk
Mejemuk
Copyright © 2016, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 2, No.2 Oktober 2016, 241 6
Khotbah
7
Melusut
8
Memblonyo
9
Menampah
10
Mengageq
11
Mengkelaq
12 13
Menutu dan merantes Menyembeq
14
Meriap
15
Nazar
16
Ngalu Gerantung
17
Ngengelat
18
Pengaluan Payung Agung
19
Praja mulud
20
Temetian/ Peresean Umbul-umbul
21
Khotbah/ ceramah Membuka kembali kain pajangan Memberika n minyak blonyo Menyembe lih Menghidan gkan Memasak Menumbuk Menandai dahi dengan sirih Kegiatan makan bersama Nazar/niat
Dasar
-
+
Afiksasi, preiks
Tidak bernyawa Tidak bernyawa
-
+
Afiksasi, preiks
Tidak bernyawa
-
+
Afiksasi, preiks Afiksasi, preiks Afiksasi, preiks Afiksasi, preiks Afiksasi, preiks
Tidak bernyawa Tidak bernyawa Tidak bernyawa Tidak bernyawa Tidak bernyawa
-
+
-
+
-
+
-
+
-
+
Afiksasi, preiks
Tidak bernyawa
-
+
Dasar
Tidak bernyawa Tidak bernyawa
-
+
-
+
Afiksasi, preiks
Tidak bernyawa
-
+
Majemuk
Tidak bernyawa
-
+
Majemuk
Bernyawa
+
-
Menjemput grantung (alat musik) Mendanda ni Masjid Kuno Pemberian payung agung Muda mudi yang dihias menyerupa i pengantin Prisian
Majemuk
Dasar
Bernyawa
+
-
Umbulumbul
Ulang
Tidak bernyawa
_
+
Makna dan Keterkaitan Leksikon Prosesi MAB di Lingkungan Masyarakat Bayan Berdasarkan sudut pandang dalam
berbagai
mengkaji obejek penelitian, maka makna
data yang ditemukan, dapat dikatakan bah-
leksikon yang dikemukakan dalam penelti-
wa makna bahasa dan cultural (budaya)
an ini meliputi makna bahasa dan cultural
yang terdapat dalam MAB berhubungan
(budaya). Makna bahasa dan cultural
dan berkaitan dengan nilai agama, alam,
(budaya) yang ingin diungkapkan di dalam
dan sosial. Secara umum kebudayaan di
penelitian ini adalah makna yang tersurat
Bayan memiliki 7 unsur pokok. Unsur ter-
maupun tersirat dari setiap leksikon yang
sebut adalah; 1) sistem religi dan upacara
digunakan di dalam MAB sebagai wujud
keagamaan; 2) sistem kekerabatan; 3) sis-
tradisi yang diciptakan masyarakat Bayan.
tem politik dan pemerintahan, 4) sistem
Rangkaian
tekhnologi dan peralatan hidup, 5) sistem
proses
MAB
mengandung
makna
yang
mewakili
cara
masyarakat Bayan memandang lingkungan dan kehidupan di dalamnya. Berdasarkan
Copyright © 2016, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 2, No.2 Oktober 2016, 242
Leksikon yang Berhubungan Berkaitan dengan Agama
dan
c. Nazar Nazar merupakan niat atau keinginan
a. Mulud Adat Bayan
masyarakat
Bayan
saat
menyerahkan
Maulid berkaitan dengan perayaan hari
sebagian hasil bumi kepada Kiyai Lebe atau
kelahiran Nabi Muhammad SAW yang
Inan Meniq. Hal ini menunjukkan bahwa
dilakukan oleh masyarakat Bayan yang
masyarakat Bayan sangat mengerti bahwa
beragama Islam. Kegiatan ini dilakukan
manusia hanya membuat rencana sementara
setiap sekali dalam setahun oleh seluuh
Tuhan yang mengabulkan segala keinginan
masyarakat beragama Islam, khususnya
harapan manusia.
masyarakat Bayan. Kegiatan maulid ini dilaksanakan
secara
adat
dan
telah
d. Menyembeq
berlangsung secara turun temurun dari
Menyembeq
merupakan
proses
generasi ke generasi. Perayaan secara adat
menandai dahi dengan sirih yang dilakukan
ini merupakan sesuatu hal yang sangat unik
oleh Kiyai Lebe atau Inan Meniq yang
karena dalam ritual adat tersebut, kegiatan
bemakna merestui atau mengaminkan setiap
maulid adat ini tidak hanya diikuti oleh
nazar yang disampaiakan oleh masyarakat
masyarakat yang beraga Islam saja, tetapi
yang datang. Poses ini memang terlihat
juga oleh masyarakat yang menganut
melawan
agama lain. Namun, perlu digaris bawahi
manusia
umat beragama lain hanya mengikuti
manusia lainnya, namun pada hakekatnya
kegiatan adat saja dan tidak mengikuti
tidak seperti itu. Prosesi menyembeq yang
kegiatan
ini
dilakuakan oleh Kiyai Lebe atau Inan
menggambarkan bahwa masyarakat Bayan
Meniq ini mencerminkan sebuah perantara
di KLU sangat menjunjung tinggi nilai
saja, dimana Tuhan menciptakan manusia
toleransi,
yang satu dengan yang lainnya untuk saling
agamanya.
yakni
Hal
dengan
menghargai
masyarakat yang menganut agama lain.
agama yang
karena
mengabulkan
seolah-olah keinginan
menolong, saling membimbing satu sama lain dan Tuhan tidak secara langsung
b. Bebasan makanan Bebasan makanan. kegiatan
makanan Masyarakat
maulid
adat
melimpahkan rahmat dan rizkinya kepada berarti yang
bahan
mengikuti
membawa
dan
manusia
melainkan
melalui
perantara-
perantara lain yang ada di lingkungan manusia tersebut.
menyerahkan sebagian sumber hasil bumi sebagai bahan makanan, hal ini dilakukan
e. Peresean
sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan
Peresean
atas segala limpahan rahmat dan rizkinya.
yang
dilaksanakan
pada
malam 15 Rabiul Awal di halaman Masjid Kuno merupakan sebuah acara tradisional
Copyright © 2016, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 2, No.2 Oktober 2016, 243
suku Sasak yang biasa dilakukan oleh para
Muhammad SAW. Dalam prosesi khutbah
pepadu (jawara). Namun pada mulud adat,
dipimpin atau dilakukan oleh tokoh agama,
siapa
yakni oleh Kiyai Lebe atau Kiyai Santri
saja
yang
ingin
bertarung
diperbolehkan. Permainan yang digelar di
serta ditutup dengan dzikir dan doa.
depan Masjid Kuno Bayan ini tidak didasari rasa dendam, namun merupakan ritual dan sebagai hiburan MAB sejak berabad-abad lalu. Peresean menandakan bagaimana jerih
Leksikon yang Berhubungan dan Berkaitan dengan Alam
payah perjuangan Rasulullah SAW dalam
a. Maulid Adat Bayan Pada dasarnya Maulid A dat ini tentu saja
mengajarkan atau menyampaikan ajaran
juga berkaitan dengan alam, kerena baik
Islam dan membimbing umatnya
bahan makanan dan lokasinya serta rumah
untuk
mengahadapi perang Badar dan Uhud.
adat
tempat
berlangsungnya
kegiatan,
semuanya berasal dari alam, bahkan dalam prosesi tertentu seperti penebangan pohon
f. Praja Mulud Praja Mulud merupakan pemuda adat yang
didandani
penganting
yang
menyerupai
diiring
sepasang
dari
rumah
“Pembekel Beleq Bat Orong” (pemangku
bambu dan mencuci beras harus dilakuakn ritual betabiq, yakni penghormatan kepada alam. Ini artinya Masyarakat Bayan sangat menghargai alam dalam prosesi MAB.
adat dari Bayan Barat) menuju Masjid Kuno dengan membawa sajian berupa hidangan seperti nasi dan lauk pauk dengan
b. Bebasan Makanan Bahan
makanan
yang
diserahkan
menggunakan ancak. Praja mulud ini
masyarakat dari hasil bumi tidak hanya
menggambarkan
terjadinya
berhubungan dengan wujud rasa syukur
perkawinan langit dan bumi, Adam dan
kepada Tuhan, tetapi juga merupakan
Hawa yang disimbolkan dengan pasangan
keterkaitan antara masyarakat dengan alam.
pengantin yang dilakukan oleh pemuda dan
Hal ini membuktikan bahwa masyarakat
pemudi masyarakat Adat Bayan.
Bayan
proses
sangat
bergantung
pada
alam,
padahal di sisi lain dengan perkembangan zaman dan teknologi banyak sekali tersedia
g. Khotbah Khutbah merupakan kegiatan ceramah yang disampaikan kepada orang Islam yang dalam hal ini adalah masyakat Bayan dengan syarat dan rukun, baik berupa peringatan,
pembelajaran
atau
nasihat
agama dan tentunya dalam MAB adalah mengenai khutbah agama kelahiran nabi
makanan ataupun jajanan praktis yang dijual di pasar ataupun di toko, akan tetapi masyarakat Bayan lebih memilih Bahan makanan yang tersedia di alam lingkungan
sekitar mereka. Dan ini juga menunjukkan bahwa
masyarakat
Bayan
adalah
masyarakat yang sederhana dan mencintai
Copyright © 2016, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 2, No.2 Oktober 2016, 244
lingkungannya.
Umbul-umbul menghadap ke Masjid Kuno. Proses pencarian tunggul ini dipimpin oleh seorang pemangku yang disebut “Melokaq
c. Mbisoq Rontok Rontok
merupakan
tempat
yang
Penguban”.
Proses ini dilakukan setelah
digunakan untuk menumbuk padi yang
mendapat perintah dari Inan Meniq yaitu
terbuat dari kayu yang berbentuk sampan.
dengan pemberian lekoq buaq (sirih dan
Rontok
dahulu
pinang) oleh Inan Meniq kepada Melokaq
hanya
Penguban. Lekoq buaq ini merupakan suatu
digunakan sekali setahun atau hanya pada
alat sebagai media bertabiq kepada pohon
tradisi MAB. Bentuknya yang menyerupai
bambu yang akan di tebang. Bambu oleh
sampan
kehidupan
masyarakat adat Bayan dimanfaatkan pada
manusia di dunia harus seimbang, seperti
setiap prosesi adat di dalam Kampu, bahkan
perahu di tengah lautan, manusialah yang
sering dijadikan sebagai kuliner dan bahan
menetukan keseimbangan dan kemana arah
bangunan. Pada bangunan
perahu itu akan berlayar. Begitu pula di
Bayan, bambu digunakan sebagai atap
daratan bahwa manusia harus menjaga dan
(santek). Demikian juga dengan pagar kelil-
melestarikan lingkungan agar tidak rusak
ing Masjid kuno juga terbuat dari bambu.
dan hancur, sehingga tetap bermanfaat bagi
Pada bangunan rumah Adat, bambu selain
kehidupan.
dimamfaatkan sebagai usuk dan pagar inan
ini
sebelum
harus
dibersihkan
digunakan,
ini
kerena
menyimbolkan
Masjid Kuno
bale, juga dijadikan sebagai pagar rumah, d. Buang Unggun Sekam (sese) padi yang dikumpulkan di atas balen unggun tersebut dibuang ke sungai Masaan Segah yang letaknya sekitar
400 meter dari kampu Karang Bajo. Dedaq beserta sekam itu diyakini oleh masyarakat Bayan sebagai penyubur ikan yang ada di sungai. Kaum perempuan membawa sekam dan dedaq sedangkan kaum Pria membawa tempan (Alat untuk menumbuk padi yang tersebut dari bambu) untuk dibersihkan di sungai setelah digunakan menumbuk padi. e. Umbul-umbul Umbul-umbul terbuat dari bambu dan akan dipasang di setiap sudut dengan ujung
pengikat kayu dan atap serta sebagai daun pintu. Dalam
prosesi
ritual
adat
bambu
memiliki peran yang sangat besar yaitu, dijadikan sebagai pemotong pusar bagi bayi yang baru lahir dan sebagai tempat menaruh benang pati dalam acara potong rambut (ngurisan) dan dalam prosesi khitanan atau potong loloq. Saat penyerahan saji krama acara pernikahan, bambu dijadikan ancak saji sebagai tempat menaruh makanan. Begitu juga saat ada yang meninggal dunia, bambu dijadikan sebagai keranda jenazah
(gorong
batang)
sekaligus
sebagai
penopang tanah pada liang lahad. Semua prosesi ritual yang dilaksanakan komunitas
Copyright © 2016, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 2, No.2 Oktober 2016, 245
Bayan, bambu tidak boleh hilang, seperti
g. Ancak
pada maulid adat, lebaran adat, membangar
Ancak adalah tempat yang digunakan
dan mituk (7 hari kematian). Fungsi bambu
untuk mengageq dan membawa hidangan
juga
bagi
ke Masjid Kuno. A ncak terbuat dari bambu,
nelayan. Jenis bambu ini dikenal dengan
berbentuk persegi dan dibuat oleh kaum
biloq. Sementara bambu yang baru tumbuh
pria. Selain itu, ancak ini merupakan tempat
(rembong-istilah Bayan) dapat dikonsumsi
menaruh sesuatu hidangan pada saat acara
sebagai bahan makanan untuk sayur. Selain
makan bersama di Masjid Kuno oleh para
itu bambu seringkali digunakan sebagai pe-
pemuka Agama Adat, sedangkan untuk
nopang lantai bangunan bertingkat. Ket-
masyarakat adat makan bersama di dalam
erkaitan lain antara masyarakat Bayan
kampu dengan menggunakan dulang dan
dengan bambu adalah bambu merupakan
piring seperti biasanya.
dijadikan
alat
memancing
tumbuhan yang hidup tumbuh lurus ke atas yang
nantinya
diharapkan
masyarakat
h. Memblonyo
Bayan juga menjadi masyarakat yang jujur
Memblonyo
merupakan
kegiatan
dan lurus. Selain itu bambu yang tumbuh
pemberian tanda kepada Masyarakat Adat
besar ke atas juga befungsi melindungi atau
oleh wanita dari keturunan yang ikut dalam
menjaga bambu-bambu kecil lainnya dan
proses
bambu yang hidup berumpun atau berke-
Blonyo ini adalah minyak yang terbuat dari
lompok. Hal ini berhubungan dengan
kelapa yang dibuat oleh masyarakat Bat
keinginan masyarakat bayan yang ingin sal-
Orong karena Bat Orong dan Timuq Orong
ing melindungi, mengayomi masyarakat di
dalam fungsi sosial adat Bayan bertugas
sekelilingnya dan saling membimbing satu
mengurus
sama lainnya.
dengan akhirat, seperti agama, keyakinan,
majang
(menghias)
kegiatan
yang
tersebut.
behubungan
gaib dan hal-hal mistik, dimana kelapa tersebut dibawa oleh masyarakat Adat
f. Menampah Hewan Seperti halnya bahan makanan yang
Karang Bajo, karena Karang Bajo dan
juga
Ancak bertugas mengerjakan hal-hal yang
termasuk hasil ternak yang diserahkan
berkaitan dengan samawi atau dunia,
masyarakat Bayan pada tradisi MAB.
sehingga segala persiapan dikerjakan oleh
Hewan ini meupakan hewan ternak, seperti
masyarakat dari Karang Bajo dan Ancak.
sapi, kerbau, bebek dan ayam. Semua
Pembuatan minyak belonyo ini dilakukan
hewan ini nantinya akan disembelih dan
selama dua hari dan dipercaya mempunyai
dimasak untuk disajikan kepada seluruh
khasiat untuk mengobati segala macam
masyarakat yang mengikuti MAB pada
penyakit. Ini menunjukkan bahwa tumbuh-
puncak acara.
tumbuhan di alam ini sangat bermanfaat
diserahkan
masyarakat,
hewan
Copyright © 2016, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 2, No.2 Oktober 2016, 246
bagi kehidupan manusia, selain digunakan
yakni
daun
Bidara
untuk lauk-pauk, dan bahan bangunan, juga
masyarakat Bayan dapat mengusir makhluk
bisa digunakan sebagai obat-obatan.
halus,
sehingga
dipercayai
tidak
oleh
mengganggu
berlangsungnya seluruh rangkaian prosesi adat.
i. Peralatan-peralatan lainnya Ada
banyak
hal
lainnya
juga
behubungan dengan alam, selain dari yang dipaparkan di atas, yakni berkaitan dengan peralatan-peralatan seprti: keraro, tempan,
Leksikon yang Berhubungan dan Berkaitan dengan Manusia (sosial) a. Maulid Adat Bayan
lesung, balen unggun, grege, dan daun gol.
Maulid adat selain berhubungan dengan
Keraro merupaka alat untuk membawa
kegiatan agama dan adat juga berhubungan
beras yang akan dicuci di sungai, keraro ini
dengan sesama manusia, yakni untuk
berbentuk bundar menyerupai bak atau
menjalin silaturrahmi yang baik kepada
ember yang terbuat dari anyaman bambu.
seluruh
Masyarakat Bayan lebih memilih bakul
masyarakat
daripada bak atau ember dikarenakan bakul
masyarakat lainnya.
masyarakat, Bayan
baik
sesama
maupun
dengan
lebih praktis, kerena ketika mencuci beras di sungai, wanita-wanita yang mencuci
b. Bebasan Makanan
beras tidak perlu memindahkan beras dari
Bahan makanan yang akan dihidangkan
wadah yang satu ke wadah yang lain karena
pada puncak acara ini berasal dari seluruh
bentuk bakul yang bundar dan jarang
masyarakat yang mengikuti tradisi maulid
(lubang-lubang kecil), sehingga air sungai
adat, artinya tidak diberatkan pada pihak
dengan sendirinya akan menghanyutkan
manapun.
kotoran dari beras yang dicuci melalui
hubungan kerjasama yang baik antara
lubang-lubang kecil tersaebut. Tempan
seluruh
merupakan alat untuk menumbuk padi yang
kegiatan maulid adat.
Hal
ini
masyarakat
bermakna
demi
adanya
kelancaran
tebuat dari bambu. Lesung meupakan tempat untuk menumbuk padi menjadi beras, yang terbuat dari kayu berbentuk silinder
lonjong
dengan
lubang
c. Ngalu Gerantung Ngalu
Gerantung
adalah
proses
di
penjemputan gong dan alat musik lainnya
tengahnya sebagai tempat padi ditumbuk.
dari kampu Bat Orong (Bayan Barat)
Balen unggun merupakan tempat untuk
karena Grantungan meupakan alat musik
menaruh sese (sisa atau kotoran dari padi
yang mempunyai kekuatan mistik sehingga
yang sudah ditumbuk) yang terbuat dari
harus
bambu yang dibentuk dan diangkai seperti
penjemputan
meja. Daun gol dalam bahasa Indonesia
masyarakat
disimpan
di
Orong
dilakukan adat
Karang
Bat
dan
oleh
warga
Bajo
karena
Copyright © 2016, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 2, No.2 Oktober 2016, 247
masyarakat
Karang
Bajo
bertugas
kerjasama antara sesama manusia, dimana
yang berkaitan
mbisoq rontok ini dilakukan oleh seluruh
dengan dunia, yakni alat Gamelan yang
panitia laki-laki MAB yang nantinya akan
dijemput
digunakan oleh para wanita sebagai tempat
mempersiapkan hal-hal digunakan
sebagai
hiburan
masyarakat pada acara MAB dan sebagai
untuk menumbuk padi.
pengiring pada saat acara seperti, menutu dan peresean (temetian), setelah rombongan penjemput Gerantung tiba di Kampu lokasi
f. Menutu Proses menutu ini dilakukan oleh kaum
dilaksanakan acara penyambutan dan serah
perempuan
terima dengan ngaturang lekesan (sirih dan
“Gugur Kembang Waru” sekitar jam 15.30
pinang), barulah acara ritual Taikan Mulud
waktu setempat. Alat-alat yang digunakan
dimulai.
adalah tempan yang terbuat dari bambu dan
dan
dilaksanakan
setelah
lesung perahu (rantok) yang terbuat dari kayu. Kaum perempuan yang ikut dalam
d. Pamaq dari
proses menutu harus menggunakan busana
lekoq, buaq dan apur. Secara umum sirih
yang berbeda dengan yang lainnya, yaitu
pada masyarakat bayan berati keakraban.
dengan menggunakan jong (ikat kepala
Namun ada filosofi lain yang terselip dalam
perempuan).
sirih tersebut, yakni lekoq bemakna kulit
perempuan yang menumbuk padi bukan
manusia, membungkus tulang putih yaitu
laki-laki, hal ini berhubungan dengan
apur dan daging yang diwakili oleh buah
bahwa, pada hakekatnya wanitalah yang
pinang, lalu jadi air yang bewarna merah
melahirkan manusia di muka bumi dalam
yang berarti darah. Pamaq ini digunakan
keadaan
untuk menyembeq mayrakat sebagai tanda
wanitalah yang menumbuk, membersihkan
di dahi, mengapa di dahi dekat dengan ubun
padi menjadi beras.
Pamaq
-ubun,
merupakan
karena
dahi
gabungan
dekat
dengan menandai di dahi diharapkan dapat efek
menumbuhkan seseoang
semangat
motivasi
untuk
mencapai
suci
tak
mengapa
bedosa,
harus
sehingga
ubun-ubun
merupakan pusat dari mental manusia, memberikan
Adapun
seta
g. Umbul-umbul Umbul-umbul yang terbuat dari bambu
dan
tutul akan dipajang pada setiap pojok
mental
dengan ujung umbul-umbul menghadap
tujuab
dan
keinginannya.
Masjid Kuno. Proses pencarian tutul ini dipimpin oleh seorang pemangku yang disebut “Melokaq Penguban”. Pencarian tunggul ini dilakukan oleh lima orang,
e. Mbisoq Rontok berhubungan
dimana empat sebagai pembawa tunggul,
dengan alam juga berhubungan dengan
yaitu dari keturunan penguban, pembekel,
Mbisoq
rontok
selain
Copyright © 2016, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 2, No.2 Oktober 2016, 248
melokaq gantungan rombong, pande, dan
dan dalam perjalanan tidak boleh saling
satu orang dari kalangan masyarakat adat
mendahului. Sebelum pencucian beras Inan
sebagai
Ini
Aiq akan melakukan doa atau bertabiq
menunjukkan adanya kerjasama antara
kepada sungai dengan mengaturkan buaq
seluruh lapisan masyarakat bayan dan
lekesan setelah pengaturan buaq lekesan
mempunyai tanggung jawabnya masing-
selsai, barulah prosesi pencucian beras
masing. Sebagaimana filosofi masyarakat
dimulai, adapun dalam kegiatan mencuci
Bayan, berat sama dipikul, ringan sama
beras tidak boleh saling mendahului hal ini
dijinjing.
berhubungan dengan nilai tumaq ninah,
pembawa
bambu
ikat.
yakni yang dahulu didahulukan kemudian diikuti oleh yang selanjutnya. Ini juga
h. Ngengelat Pada malam harinya bertepatan dengan
mengandung makna bahwa masyarakat
bulan purnama, para pemimpin adat dan
Bayan sangat menghormati para leluhur dan
Agama mulai melaksanakan ngengelat yaitu
orang-orang lebih tua. Sebagai syarat yang
mendandani ruangan Masjid Kuno dengan
boleh mencuci beras ini adalah perempuan
kain yang memiliki simbol-simbol sarat
yang suci (tidak dalam masa haid), ini
(penuh) makna. Kain yang berwarna putih
merupakan syarat wajib perempuan yang
dan biru dipasang pada langit-langit Masjid
boleh mencuci beras, karena dikhawarkan
Kuno yang bermakna suci dan damai,
darah haid hanyut di sungai dan dapat
sedang kain yang lainnya dipasang pada
mengotori beras yang dicuci.
empat tiang Masjid tersebut yang bermakna bahwa
dunia
penuh
dengan
berbagai
j. Mengkelaq
macam cobaan dan rintangan, namun
Mengkelaq
merupakan
kegiatan
manusia harus tetap berjuang dan berusaha
memasak, baik itu memasak nasi maupun
untuk menjadi lebih baik.
lauk
pauk.
Dalam
prosesi
memasak
dilakukan oleh laki-laki dan perempuan. Laki-laki memasak lauk pauk sementara
i. Mbisoq Meniq proses
perempuan memasak nasi. Laki-laki yang
yang
sudah
memasak dikenal istilah Amaq Pedangan
dengan
iringan-
atau Ran, sementara perempuan yang
iringan panjang para perempuan adat
memasak dikenal dengan istilah Inan
dengan
bakul-
Pedangan. Ini merupakan nilai kebersamaan
beras di kepala menuju sungai
saling tolong menolong dan kerjasama
“Masaan segah” yang jaraknya sekitar 400
semua masyarakat Bayan dalam kegiatan
meter dari Kampu Karang Bajo. Proses
MAB.
Mbisoq
Meniq
membersihkan dibersihkan
bakul
rapi
merupakan beras
(tempik) berbaris
dengan
pencucian beras ini dipimpin oleh Inan A iq Copyright © 2016, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 2, No.2 Oktober 2016, 249
k. Mengageq
harus menggunakan pakaian sesuai dengan
Mengageq yaitu menata hidangan di
ketentuan
adat,
yakni
laki-laki
harus
atas sebuah tempat yang terbuat dari
menggunakan sapuq, kereng belo dan
bambu, yang dirancang sedemikian rupa
kemben,
yang disebut dengan “ancak” serta menata
menggunakan jong atau cipoq, kereng belo
hidangan diatas “sampa” yang terbuat dari
dan kemben, dan semua masyarakat yang
kayu, yang nantinya dihidangkan pada saat
mengikuti
acara di Masjid Kuno dan acara meriap di
diperbolehkan menggunakan pakaian dalam
Berugaq Agung. Mengageq ini dilakukan
dan perhiasan, hal ini dilakukan supaya
oleh kaum perempuan, sementara kaum laki
tidak terjadi kesenjangan sosial antara yang
-laki
kaya dan miskin.
yang
akan
bertugas
untuk
membawanya ke Masjid Kuno.
sementara
prosesi
perempuan
maulid
harus
adat
tidak
Dari pemaparan di atas dapat ditemukan ekologi
sosial
yakni
masyarakat
dari
Karang Bajo dan Ancak bertugas mengurus
l. Meriap Meriap adalah makan bersama di
keperluan dan persiapan yang menyangkut
Berugaq Agung yang dihadiri oleh para
samawi atau dunia, sedangkan Orong Bat
undangan yang berasal dari Bat Orong,
dan Timuq Orong bertugas melaksanakan
Plawangan, Timuq Orong, dan Pemuka
hal-hal yang berkaitan dengan akhirat,
Agama dan Adat dari Karang bajo. Meriap
Agama, gaib dan hal-hal mistik. Sehingga
dipimpin oleh Kiyai Lebe yang dipesilaq
diperoleh
(Permintaan)
kedudukan masyarakat Orong Bat dan
dari
Melokaq
Gantungan
sebuah
Orong
panitia
masyarakat Karang Bajo dan A ncak.
dan
semua
makanan
lebih
tinggi
bahwa
Rombong. Meriap tersebut dilayani oleh adat
Timuq
kesimpulan
daripada
dihidangkan di sampaq. Revitalisasi Bahasa Sasak yang Menandai Tradisi MAB sebagai Suplemen
m. Melusut Melusut
adalah
membuka
kembali
pajangan (kain yang menghiasi Berugaq Agung) oleh masyarakat setelah pajangan
Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Lingkungan di SMA Revitalisasi bermakna menghidupi atau
seluruh
memberdayakan kembali satuan-satuan lin-
rangkaian acara Mulud Adat selesai dan
gual kultural secara kontekstual dalam ke-
masyarakat
hidupan
tersebut
selesai
dibuka
kembali
maka
kerumah
masing-
masing.
masyarakat.
mengandung
kegiatan
MAB agama,
selain juga
mengandung nilai adat dan budaya. Jika ini n. Pakaian Selama prosesi maulid adat, masyarakat
bisa dikembangkan dan dipelihara MAB ini sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai
Copyright © 2016, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 2, No.2 Oktober 2016, 250
budaya pariwisata dan bisa mendongkrak
pengetahuan, kemampuan dan keterampilan
perekonomian masyarakat Bayan. Upaya
mengenai daerahnya yang berguna bagi
lain pencegahan pergeseran atau kepunahan
dirinya maupun lingkungan masyarakat, 3)
melalui pemberdayaan atau pengajaran
siswa memiliki sikap dan prilaku yang
tentang MAB baik di lingkungan formal
selaras dengan nilai-nilai atau aturan-aturan
maupun
yang berlaku di daerahnya, 4) siswa
nonformal.
Pada
lingkungan
formal, peneltian ini diharapkan bisa men-
membantu
jadi suplemen pembelajaran bahasa Indone-
mengembangkan nilai-nilai luhur budaya
sia berbasis lingkungan.
setempat
Tujuan hasil penelitian ini dijadikan
dalam dalam
melestarikan rangka
dan
menunjang
pembangunan nasional.
sebagai bahan ajar adalah agar dapat memberikan
bekal
pengetahuan,
4. SIMPULAN
keterampilan dan prilaku yang terkandung
Simpulan pertama, satuan-satuan lingual
dalam MAB kepada peserta didik. Jadi
khazanah leksikon MAB di lingkungan
yang akan direvitalisasi dalam penelitian ini
masyarakat Bayan terfokus pada bentuk dan
adalah leksikon, makna-makna leksikon
kategori. Bentuk leksikon berdasarkan data
dan urutan prosesi MAB yang akan dibuat
yang diperoleh, leksikon bentuk tunggal,
atau dituangkan dalam pembelajaran teks di
bentuk kompleks (afiksasi dan reduplikasi)
SMA. Dengan demikian, peserta didik
dan bentuk majemuk, yang termasuk bentuk
memiliki
keadaan
tunggal seperti ares, jong, dan sapuk, se-
lingkungan dan kebudayaan masyarakat
dangkan yang termasuk dalam bentuk kom-
sesuai dengan nilai-nilai atau aturan-aturan
pleks terbagi atas; 1) kelompok leksikon
yang berlaku di daerahnya. Selain itu,
berafiks seperti menyembeq, memajang,
pembelajaran bahasa Indonesia berbasis
dan seKeraro; 2) kelompok kata ulang sep-
lingkungan diharapkan dapat mendukung
erti umbul-umbul dan oram-oram; 3) ke-
kelangsungan pembangunan daerah dan
lompok leksikon termasuk bentuk majemuk
melestarikan kekayaan daerahnya. Dalam
sepertibatun dupa, inan meniq, dan kereng
hal ini kekayaan yang dimaksud adalah
belo; Adapun kategori leksikon-leksikon
leksikon bahasa dan budaya yang terdapat
MAB tersebut adalah kategori nomina, ver-
dalam MAB di Bayan. Dengan memberikan
ba, dan numeralia. 1) Kategori nomina
pelajaran
berbasis
dikelompokkan menjadi kategori nomina
lingkungan berbahan ajar leksikon yang
biotik (inan meniq, bedus, dan manuk) dan
digunakan dalam MAB di Bayan, siswa
abiotik (atep, Keraro, dan bongot).
wawasan
bahasa
tentang
Indonesia
diharapkan 1) siswa dapat mengenal dan
Simpulan kedua, ditemukan leksikon-
menjadi lebih akrab dengan lingkungan
leksikon yang mempunyai makna dan ket-
sosial dan budayanya, 2) siswa memiliki
erkaitan terhadap lingkungan masyarakat
Copyright © 2016, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 2, No.2 Oktober 2016, 251
Bayan, baik yang behubungan dengan Tu-
macam penyakit.
han, alam, dan sosial, seperti menyembeq
Simpulan
ketiga
adalah
upaya
ini adalah untuk menyampaikan tujuan
revitalisasi leksikon-leksikon MAB yang
masing-masing masyarakat kepada Allah
diwujudkan pada hasil penelitian ini dan
SWT lewat perantara Kiyai Lebe, Inan
diharapkan nantinya bisa digunakan sebagai
Meniq, dan sembeq tersebut merupakan
suplemen
pertanda bahwa masing-masing orang telah
Indonesia berbasis lingkungan di SMA,
menyampaikan tujuannya hidup dan se-
khususnya di Bayan Kabupaten Lombok
bagai tanda kedatangan mereka untuk
Utara. Suplemen bahan ajar tersebut dibuat
mengikuti ritual Mulud A dat agar mereka
dalam bentuk pembelajaan teks, yakni teks
mendapat
saat
laporan observasi, di mana dalam teks
melaksanakan ritual Mulud A dat ataupun
tersebut memuat tentang leksikon prosesi
setelahnya. Praja Mulud ini menggam-
serta makna dan nilai-nilai yang terkandung
barkan proses terjadinya perkawinan langit
dalam MAB. Tujuan dijadikannya bahan
dan bumi, Adam dan Hawa yang di simbol-
ajar
kan dengan pasangan pengantin yang dil-
memberikan bekal pengetahuan kepada
akukan oleh pranata-pranata Adat Bayan,
peserta didik supaya memiliki wawasan
presean merupakan sebuah acara tradi-
tentang bahasa dan budaya di lingkunganya
sional suku Sasak yang biasa dilakukan
dan mampu menerapkan nilai-nilai agama
oleh para pepadu (jawara) yang dil-
dan sosial yang berlaku di daerahnya.
keselamatan
pada
agar
bahan
hasil
pembelajaran
penelitian
bahasa
ini
dapat
aksanakan pada malam tanggal 15 Rabiul Awal di halaman Masjid Kuno menan-
UCAPAN TERIMA KASIH
dakan, bagaimana jerih payah perjuangan
Penulis mengucapkan terima kasih kepa-
Rasulullah SAW dalam mengajarkan atau
da Mitra Bebestari atas kritik dan masukan
menyampaikan ajaran islam dan membimb-
yang membangun untuk perbaikan artikel
ing umatnya
ini.
untuk mengahadapi perang
Badar dan Uhud. Dan mbelonyo merupakan kegiatan pemberian tanda kepada Masyarakat Adat oleh wanita dari keturunan yang ikut dalam proses majang tersebut, minyak ini terbuat dari kelapa yang dibuat oleh masyarakat Bat Orong, di mana kelapa tersebut dibawa dari masyarakat Adat Karang
Bajo. Pembuatan minyak belonyo ini dilakukan selama dua hari dan dipercaya mempunyai khasiat untuk mengobati segala
DAFTAR PUSTAKA
Duranti, A. 1997. Linguistik A ntropology. Cambridge: Cambridge University Press. Mahsun. 2011. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya. Jakarta: Rajawali Pers. Mbete, Aron Meko. 2003. Bahasa dan Budaya Lokal Minoritas “asal muasal ancaman kepunahan dan ancangan pemberdayaan dalam kerangka pola ilmiah pokok kebudayaan. Denpasar: Universitas Udayana. Mbete, Aron Meko. 2007. Ekolinguistik: Persepektif Kelinguistikan yang Prospek-
Copyright © 2016, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 2, No.2 Oktober 2016, 252
tif. Bahan untuk Berbagi Pengalaman Kelinguistikan dalam Kuliah Umum Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Seni, Fakutas Bahasa dan Senu Universitas Negeri Semarang. Mbete, Aron Meko. 2013. Penuntun Singkat Penulisan Proposal Penelitian Ekolinguistik. Denpasar: Vidia. Muhlhausler, Peter and Alwin Fill (Eds.) 2001. The Ecolinguistics Reader. Language, Ecology and Environment. London and New York: Continuum. Sibarani, R. 2004. A ntropolinguistik. Medan:
Poda. Sinar, Tengku Silvana, 2010. ”Ungkapan Verbal Etnis Melayu dalam Pemeliharaan Lingkungan.” Disampaikan dalam Seminar Internasional Seminar Language, Literature, And Culture in Southheast Asia. Sukri, Muhammad dan Rusdiawan. 2008. Bahasa dalam Realitas Sosial. Mataram: Lembaga Cerdas Press. Verhar, J. W. M. 2010. A sas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Copyright © 2016, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668