Efisiensi Penggunaan Beton Precast pada Gedung Kantor Pelayanan Pajak Tebet Jakarta
ABSTRAK Pembangunan Gedung Kantor Pelayanan Pajak Tebet Jakarta memodifikasi metode pelaksanaan yang ada (konvensional) dengan metode yang lebih efektif pelaksanaannya, mengaplikasikan sistem precast pada kolom, balok dan pelat atau dikenal dengan JHS column beam slab system, yang pada hakekatnya mengurangi waktu pelaksanaan karena kolom, balok dan pelat telah terlebih dahulu dicetak di pabrik. Diperoleh pengurangan biaya pada penggunaan metode konvensional dibanding menggunakan metode Precast JHS column beam slab sebesar Rp. 330,770,392.24 ,- atau 11,19%. Penggunaan metode precast sangat efektif bila proyek mengalami keterlambatan waktu akhir penyelesaian, atau proyek yang menuntut schedule pelaksanaan dengan akselerasi tinggi. Kata Kunci : sistem precast, JHS column beam slab system, schedule pelaksanaan
PENDAHULUAN Pembangunan Gedung Kantor Pelayanan Pajak Tebet Jakarta bertujuan untuk meningkatkan jumlah wilayah layanan seiring penambahan jumlah wajib pajak dan obyek kena pajak di wilayah Jakarta Selatan. Proyek tersebut memodifikasi metode pelaksanaan yang ada (konvensional) dengan metode yang lebih efektif pelaksanaannya. Proyek ini mengaplikasikan sistem precast pada kolom, balok dan pelat atau dikenal dengan JHS column beam slab system, yang pada hakekatnya mengurangi waktu pelaksanaan karena kolom, balok dan pelat telah terlebih dahulu dicetak di pabrik. Problem yang dianalisis adalah desain struktur atas Gedung KPP Jakarta yang berupa tampang dan kebutuhan tulangan perkuatan pada pelat lantai, balok, kolom dengan sistem konvensional, guna memperoleh perbandingan ditinjau dari segi biaya terhadap sistem JHS, berbasiskan pada standar SK SNI T-15-1991-03. DESAIN STRUKTUR GEDUNG Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung 1987 memberikan definisi beban mati, beban hidup, beban angin, beban gempa dan beban khusus sebagai berikut ini. a. Beban mati adalah berat dari semua bagian dari suatu gedung yang bersifat tetap, termasuk segala unsur tambahan, penyelesaian – penyelesaian, mesin – mesin, serta peralatan tetap yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gedung itu. b. Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan suatu gedung dan kedalamnya termasuk beban – beban pada lantai
yang berasal dari barang – barang yang dapat berpindah, mesin – mesin serta peralatan yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gedung dan dapat diganti selama masa hidup dari gedung itu, sehingga mengakibatkan perubahan dalam pembebanan lantai dan atap tersebut. c. Beban angin adalah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian gedung yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara. d. Beban gempa adalah semua beban statik ekivalen yang bekerja pada gedung atau bagian gedung yang menirukan pengaruh dari gerakan tanah akibat gempa itu. Dalam hal pengaruh gempa pada struktur gedung ditentukan berdasar suatu analisa dinamik, maka yang diartikan dengan beban gempa disini adalah gaya – gaya didalam struktur tersebut yang terjadi oleh gerakan tanah akibat gempa itu. e. Beban khusus adalah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian gedung yang terjadi akibat selisih suhu, pengangkatan dan pemasangan, penurunan fondasi, susut, gaya – gaya tambahan yang berasal dari beban hidup seperti gaya rem yang berasal dari keran, gaya sentrifugal dan gaya dinamis yang berasal dari mesin – mesin, serta pengaruh – pengaruh khusus lainnya. SK SNI T-15-1991-03 pada pasal 3.2.2 memberi ketentuan mengenai kuat perlu, agar struktur dan komponen struktur memenuhi syarat kekuatan dan laik pakai terhadap bermacam – macam kombinasi beban. a. Kuat perlu U yang menahan beban mati D dan beban hidup L U = 1.2 • D + 1.6 • L .....................................................................................(1) b. Kuat perlu U yang menahan kombinasi beban mati D, beban hidup L dan beban angin W, dengan memperhitungkan kemungkinan beban hidup L yang penuh dan kosong untuk mendapat kondisi yang paling berbahaya. U = 0.75 • (1.2•D + 1.6•L + 1.3•W)............................................................(2) U = 0.9 • D + 1.3 • W ...................................................................................(3) dengan catatan nilai U persamaan 2 dan 3 tidak lebih kecil dari nilai U pada persamaan 1 diatas. c. Kuat perlu U yang menahan kombinasi beban mati D, beban tereduksi LR, dan beban gempa E. U = 1.05 • (D + LR ± E) .................................................................................(4) Atau U = 0.9 • (D ± E) ..........................................................................................(5) d. Kuat perlu U yang menahan kombinasi beban mati D, beban hidup L dan tekanan tanah H. U = 1.2 • D + 1.6 • L + 1.6 • H ....................................................................(6) e. Kuat perlu U yang menahan kombinasi beban mati D, beban hidup L dan memasukkan pengaruh struktural T dari perbedaan penurunan, rangkak, susut atau perubahan suhu yang menentukan dalam perencanaan. U = 0.75 • (1.2•D + 1.6•T + 1.3•L) ............................................................(7) U = 1.2 • (D + T) ...........................................................................................(8) SK SNI T-15-1991-03 pada pasal 3.2.3 memberikan ketentuan mengenai kuat rencana suatu komponen struktur. Kuat minimal harus direduksi dengan faktor reduksi kekuatan yang sesuai dengan sifat beban. Adapun faktor reduksi kekuatan Ø ditentukan sebagai berikut ini. a. Lentur, tanpa beban aksial 0.8
b. Aksial tarik dan aksial tekan dengan lentur c. Aksial tekan dan aksial tekan dengan lentur a) dengan tulangan spiral maupun sengkang ikat
0.8 0.7
b) dengan tulangan sengkang biasa d. Geser dan Torsi e. Tumpuan pada beton
0.65 0.6 0.7
Metode Analisis Struktur atas gedung pada analisis gempa menggunakan analisis statik ekivalen menurut PPKGRG 1987. Hal ini didasari tinggi total gedung < 40 m. Digunakan program SAP 2000 ver. 7.42 sebagai alat bantu untuk analisis struktur. Dimana analisis pada struktur (modeling, input, penugasan input dan beban) dilakukan secara tiga dimensi. Output program SAP ini digunakan untuk perancangan elemen struktur yang berupa balok, balok anak dan kolom. Sedangkan pelat dihitung secara manual. Kolom SK SNI T-15-1991-03 mengatur mengenai momen rencana (Mu,k) pada kolom berdaktilitas penuh. ∑ Mu,k ≥ 0.7 • ωd • ∑ Mkap,b....................................................................................................................(9) tetapi dalam segala hal : ∑ Mu,k > 1.05 • ∑ (MD,k + ML,k + dan
4.0 • ME,k) ..........................................(10) K
Mkap,b = Øo Mnak,b .................................................................................................................................................(11) keterangan : ∑ Mu,k = jumlah momen rencana kolom, pada pusat joint. ωd = koefisien pembesar dinamis. Mkap,b = jumlah momen kapasitas balok pada pusat joint. = momen pada kolom akibat beban mati. MD,k = momen pada kolom akibat beban hidup. ML,k ME,k = momen pada kolom akibat beban mati. K = faktor jenis struktur. Ø = overstrength factor (faktor penambahan kekuatan). Mnak,b = kuat momen lentur nominal aktual balok. SK SNI T-15-1991-03 mengatur mengenai gaya aksial rencana (Nu,k) pada kolom berdaktilitas penuh. Nu,k =
0.7 R V M kap,b lb
• 1.05 • Ng,k.......................................................................................(12)
tetapi dalam segala hal : Nu,k = 1.05 • ∑ (Ng,k + Keterangan : = faktor reduksi. Rv = 1 Rv = 1.1 – 0.025n Rv = 0.6 Rv
4.0 • NE,k) ...........................................................(13) K untuk 1 < n < 4 untuk 4 < n < 20 untuk n >20
n = ∑ Mkap,b = lb Ng,k NE,k
= = =
jumlah lantai tingkat diatas kolom yang ditinjau. momen kapasitas balok pada pusat joint, dengan memperhitungkan kombinasi momen positif dan momen negatif. bentang balok, diukur dari pusat joint. gaya aksial akibat beban gravitasi terfaktor pada pusat joint. gaya aksial akibat beban gempa pada pusat joint.
SK SNI T-15-1991-03 mengatur mengenai gaya geser rencana (Vu,k) pada kolom berdaktilitas penuh. Vu,k =
M u, k,a M u, k, b hn
.......................................................................(14)
tetapi dalam segala hal : Vu,k > 1.05 • ∑ (VD,k + VL,k + Mu,k,a Mu,k,b
= =
hn VD,k VL,k VE,k
= = = =
4.0 • VE,k)...............................................(15) K
momen rencana kolom, pada ujung atas kolom pada bidang muka balok. momen rencana kolom, pada ujung bawah kolom pada bidang muka balok. tinggi bersih dari kolom rangka yang ditinjau. gaya geser pada kolom akibat beban mati. gaya geser pada kolom akibat beban hidup. gaya geser pada kolom akibat beban gempa.
SK SNI T-15-1991-03 mengatur mengenai perencanaan tampang akibat geser. Vu ≤ Ø • Vn.............................................................................................................................................................(16) dengan : Vn =Vc + Vs ...............................................................................................................................................................(17) sehingga : Vu ≤Ø • (Vc + Vs) ......................................................................................(18) keterangan : Vu = gaya geser terfaktor pada penampang yang ditinjau. Vc = kuat geser nominal beton. Vs = kuat geser nominal tulangan geser.
SK SNI T-15-1991-03 mengatur mengenai Vc untuk komponen struktur non-pratekan yang dibebani tekan aksial. Vc =2 • (1 +
Nu )•( 14 A g
'
f c / 6 ) • bw • d ............................................(19)
keterangan : Ag = luas bruto penampang. d = jarak dari serat tekan terluar terhadap titik berat dari tulangan tarik longitudinal. = lebar badan balok. bw ' = kuat tekan beton yang diisyaratkan. fc
SK SNI T-15-1991-03 mengatur mengenai kuat geser nominal yang disumbangkan oleh tulangan geser.
Vs =
AV fy d s
.........................................................................................(20)
keterangan : Av = luas tulangan geser. s = spasi tulangan geser. = kuat leleh yang diisyaratkan dari tulangan non-pratekan. fy SK SNI T-15-1991-03 mengatur mengenai rasio tulangan ρ untuk kolom berdaktilitas penuh rasio tulangan ρ tidak boleh kurang dari 0.01 dan tidak boleh lebih dari 0.06 dan pada daerah sambungan tidak boleh lebih dari 0.08. SK SNI T-15-1991-03 mengatur mengenai spasi tulangan transversal kolom berdaktilitas penuh dan mengatur mengenai lokasi pemasangan tulangan transversal akibat leleh lentur yang disebabkan perpindahan lateral inelastic dari rangka, yaitu sepanjang lo sepanjang muka kolom. Spasi tulangan transversal dipasang : s ≤ ¼ • (dimensi komponen struktur terkecil) s ≤ 8 • (diameter tulangan memanjang) s ≤ 100 mm panjang lo : lo ≥ (tinggi komponen dimensi struktur) untuk Nu,k ≤ 0.3 Ag fc’ lo ≥ 1.5 • (tinggi komponen dimensi struktur) untuk Nu,k > 0.3 Ag fc’ lo ≥ 1/6 • (bentang bersih dari komponen struktur) lo ≥ 450 mm Balok. SK SNI T-15-1991-03 pada pasal 3.2.2. mengatur mengenai kuat perlu. Momen rencana balok berdaktilitas penuh dihitung berdasarkan ketentuan tersebut serta memperhatikan pembatasan yang telah dijelaskan pada bab 1. Mu,b = 1.2 • MD,b + 1.6 ML,b............................................................................................................................(21) Mu,b = 1.05 • (MD,b ± ML,bR ± ME,b)................................................................(22) Mu,b = 0.9 • (MD,k ± ML,k) ..............................................................................(23) dengan : Mu,b = momen rencana balok. Mu,b = momen pada balok akibat beban mati. Mu,b = momen pada balok akibat beban hidup. Mu,b = momen pada balok akibat beban gempa. SK SNI T-15-1991-03 mengatur gaya geser rencana balok berdaktilitas penuh. Vu,b = 0.7 • (
M kap M kap' ln
) + 1.05 • Vg ....................................................................................(24)
keterangan : Mkap = momen nominal aktual ujung komponen dengan memperhitungkan kombinasi momen positif dan negatif. Mkap' = momen kapasitas balok di sendi plastis pada bidang muka kolom disebelahnya.
Ln = Vc = Tetapi :
bentang bersih balok. gaya geser balok akibat beban gravitasi. Vu,b > 1.05 • ∑ (VD,b + VL,b +
4 • VE,b) ....................................................(25) K
Keterangan : = gaya geser pada balok akibat beban mati. VD,k VL,k = gaya geser pada balok akibat beban hidup. VE,k = gaya geser pada balok akibat beban gempa. K = faktor jenis struktur.
SK SNI T-15-1991-03 mengatur mengenai geser yang disumbangkan beton untuk komponen struktur non pratekan yang hanya dibebani oleh geser dan lentur. '
Vc = ( f c / 6) b w d ...............................................................................(26) Keterangan : fc ' = kuat tekan beton. bw = lebar badan balok. d = jarak dari serat tekan terluar terhadap titik berat dari tulangan tarik longitudinal. SK SNI T-15-1991-03 mengatur bahwa jumlah tulangan komponen lentur daktilitas penuh. tidak boleh kurang 1.4 ∙ fy ∙ bw ∙ d tidak boleh melampaui 7 ∙ fy ∙ bw ∙ d SK SNI T-15-1991-03 mengatur mengenai spasi maksimal sengkang dari komponen lentur balok berdaktilitas penuh tidak lebih d/4 8 • (diameter tulangan longitudinal terkecil) 24 • (diameter batang sengkang)
1600 A s, t f y,t A s,l f y,l
200 mm keterangan : As,t = luas 1 tulangan transversal (sengkang). = kuat leleh tulangan sengkang. fy,t = luas 1 tulangan longitudinal (tulangan pokok). As,t fy,t = kuat leleh tulangan longitudinal. Pelat Lantai. SK SNI T-15-1991-03 mengatur mengenai tebal minimal pelat dengan balok yang menghubungkan tumpuan pada semua sisinya, tidak boleh kurang dari nilai : h
=
l n (0.8
fy 1500
)
1 36 5 ( m - 0.12 (1 ))
...........................................................(27)
dan tidak perlu lebih dari : h
=
l n (0.8 36
fy
) 1500 ...............................................................................(28)
dalam segala hal tebal minimum pelat tidak boleh kurang dari harga berikut : a. untuk αm < 2 : 120 mm. b. untuk αm ≥ 2 : 90 mm. keterangan : h = tebal pelat. = panjang dari bentang bersih dalam arah memanjang dari konstruksi dua ln arah.
fy β
= =
kuat leleh tulangan lentur pelat. rasio dari bentang bersih dalam arah memanjang terhadap bentang bersih dalam arah lebar / pendek pelat dua arah.
SK SNI T-15-1991-03 mengatur mengenai tulangan minimum dari komponen struktur lentur. ρ
=
1.4 ......................................................................................................(29) fy
DATA DAN METODE Nama Proyek Lokasi Tinggi bangunan Konstruksi Mutu beton Mutu baja
: : : : : :
Gedung Kantor Pelayanan Pajak Jakarta Tebet. Jl. Tebet Raya No. 2 Jakarta Selatan. 20.2 m. Beton bertulang. K300 BJTP 240 & BJTD 400
Hal terbaik yang dilakukan untuk menentukan dimensi struktur adalah dengan melakukan hitungan desain pendahuluan. Diharapkan dengan dilakukan hitungan desain pendahuluan, dimensi elemen – elemen struktur yang ditentukan telah mampu menahan beban – beban serta kombinasi beban yang bekerja pada tampang elemen – elemen struktur tersebut. Menurut Vis dan Kusuma (1994), secara umum ukuran balok cukup diperkirakan dengan h = 1/10 sampai 1/15 • l. Pemilihan lebar balok sangat tergantung dari besarnya gaya lintang, sering dengan mengambil b = ½ sampai ¾ • h ternyata cukup memadai. Balok Induk. h = 1/14 • 720 = 48 cm dipakai tinggi balok 50 cm. b = 1/2 • 48 = 24 cm dipakai lebar balok 30 cm. Terpakai dimensi balok induk = 30 X 50. Balok Anak. h = 1/16 • 720 = 45 cm dipakai tinggi balok 45 cm. b = 1/2 • 45 = 22.5 cm dipakai lebar balok 25 cm. Terpakai dimensi balok anak = 25 X 45. Pelat h min menurut tabel 10 Dasar – Dasar Perencanaan Beton Bertulang hal 61 : untuk fy = 240 dan bentang terpendek lx = 3.6 m : h min =
1 • 3600 = 112.5 mm ≈ 120 mm 32
Dimensi Kolom =
Dimana :
1200 A h 0.33 bk
A = Luas Tributari area kolom. h = Jumlah lantai diatas kolom. bk = Mutu beton.
Ly
Lx
Gambar 1. Tributari Area Kolom
Tabel 1. Dimensi Kolom KOLOM
T1
T2
T3
T4
LANTAI LT. 1 LT. 2 LT. 3 LT. 4 LT. 5 LT. 1 LT. 2 LT. 3 LT. 4 LT. 5 LT. 1 LT. 2 LT. 3 LT. 4 LT. 5 LT. 1 LT. 2 LT. 3 LT. 4 LT. 5
DIMENSI 60 60 50 50 40 40 40 40 40 40 60 60 50 50 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
Tabel 2. Berat Bangunan Total ( Wt )
Atap Lantai 4 Lantai 3 Lantai 2 Lantai 1
Beban Mati (KG) 55,063.6 652,666.6 720,865 733,997.8 875,204.2
Beban Hidup (KG) 32,875.9 90,720 90,720 90,720 90,720
Beban Total (KG) 87,939.5 743,386.6 811,585 824,717.8 965,924.2
TOTAL
3,037,797.20
395,755.90
3,433,553.10
Lantai
Tabel 3. Distribusi Gaya Gempa Tingkat
h
Wi
Wi•hi
Fi x,y
Atap 4 3 2 1
20.2 16.4 12.6 8.8 5
87.94 743.39 811.58 824.72 965.92
1776.39 12191.59 10225.91 7257.54 4829.6
8.406 57.689 48.388 34.342 22.853
∑
36281.03
171.678
Untuk Tiap Portal 1/6 Fi,x 1/6 Fi,y 1.401 1.401 9.615 9.615 8.065 8.065 5.724 5.724 3.809 3.809
1.401
9.615
8.065
5.724
3.809
Gambar 2 Distribusi beban gempa untuk portal arah x, y.
Tabel 4 Rencana Pembebanan Lantai Kantor, t=12 cm Dead Load
PELAT
GEMPA
0.12 x 2400
288
288
Finishing
100
100
100
Plafond (Ducting, AC)
20
20
20
∑ 408
∑ 408
250
250
75
Total
658
483
Berat Sendiri
Live Load
B. Pekerja
Tabel 5. Momen Nominal Aktual Balok Tumpuan. Lantai
n tul.
lokasi
As pasang
ρ aktual
ρ'/ρ
Rn
mm2 1 2 3 4
Mn,ak kNm
8
atas -
2267.08
0.01716
0.50
5915.52
344.3545
4
bawah +
1133.54
0.00858
1.00
3191.81
185.8021
7
atas -
1983.69
0.01501
0.57
5298
308.4076
4
bawah +
1133.54
0.00858
1.00
3191.81
185.8021
7
atas -
1983.69
0.01501
0.43
5298
308.4076
4
bawah +
1133.54
0.00858
1.00
3191.81
185.8021
8
atas -
2267.08
0.01716
0.50
5915.52
344.3545
4
bawah +
1133.54
0.00858
1.00
3191.81
185.8021
HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 6. Perhitungan Penulangan Lentur dan Geser Balok Lantai Balok Dimensi Panjang Lokasi M renc. 1
1394
30X50
1486
30X50
5.51
0.016
0.016
2,074.22
8D19
2,267.08
P10 - 100
Tump +
128.19
2.75
0.007
0.007
964.67
4D19
1,133.54
P10 - 100
Lap -
64.10
1.38
0.004
0.004
467.70
2D19
566.77
P10 - 200
Lap +
152.03
3.26
0.009
0.009
1,158.17
5D19
1,416.93
P10 - 200
7.20 m Tump -
249.40
5.36
0.015
0.015
1,980.81
7D19
1,983.70
P10 - 100
Tump +
124.70
2.68
0.007
0.007
936.71
4D19
1,133.54
P10 - 100
Lap -
62.35
1.34
0.003
0.004
462.53
2D19
566.77
P10 - 200
Lap + 1883
30X50
148.25
3.18
0.009
0.009
1,127.11
4D19
1,133.54
P10 - 200
7.20 m Tump -
245.80
5.28
0.015
0.015
1,975.35
7D19
1,983.70
P10 - 100
Tump +
122.90
2.64
0.007
0.007
922.37
4D19
1,133.54
P10 - 100
Lap -
61.45
1.32
0.003
0.004
462.53
2D19
566.77
P10 - 200
Lap +
146.80
3.15
0.008
0.008
1,115.28
4D19
1,133.54
P10 - 200
(BY)
4
2052
30X50
7.20 m Tump -
261.28
5.61
0.016
0.016
2,121.40
8D19
2,267.08
P10 - 100
Tump +
130.64
2.81
0.007
0.007
984.30
4D19
1,133.54
P10 - 100
Lap -
65.32
1.40
0.004
0.004
476.90
2D19
566.77
P10 - 200
Lap +
163.08
3.50
0.009
0.009
1,249.56
5D19
1,416.93
P10 - 200
Tump -
117.37
2.52
0.007
0.007
878.46
2D19
1,133.54
P10 - 100
Tump +
58.69
1.26
0.003
0.004
462.53
2D19
566.77
P10 - 100
Lap -
29.34
0.63
0.002
0.004
462.53
2D19
566.77
P10 - 200
Lap +
34.28
0.74
0.002
0.004
462.53
4D19
566.77
P10 - 200
3.45 m Tump -
118.83
2.55
0.007
0.007
890.02
4D19
1,133.54
P10 - 150
Tump +
59.42
1.28
0.003
0.004
462.53
2D19
566.77
P10 - 150
Lap -
29.71
0.64
0.002
0.004
462.53
2D19
566.77
P10 - 250
(BY)
2048
30X50
4.8 m
(BYG)
17
30X50
(BYB)
45
30X50
Sengkang Lap.
256.39
(BY)
3
ρ perlu ρ terpakai As perlu Tul. Lap. As aktual
7.20 m Tump -
(BY)
2
Rn
4.8 m
(BYC)
Lap +
20.92
0.45
0.001
0.004
462.53
2D19
566.77
P10 - 250
Tump -
86.92
1.87
0.005
0.005
641.01
3D19
850.16
P10 - 150
Tump +
43.46
0.93
0.002
0.004
462.53
2D19
566.77
P10 - 150
Lap -
21.73
0.47
0.001
0.004
462.53
2D19
566.77
P10 - 250
Lap +
51.72
1.11
0.003
0.004
462.53
2D19
566.77
P10 - 250
Tabel 7 Penulangan Kolom KOLOM
Tipe
Dimensi
Panjang (m)
As Perlu (mm2)
LT – Dasar LT – Dasar LT – Satu LT – Satu LT – Dua LT – Tiga LT – Empat
K1C K1A K2B K2A K3A K4A K5A
60X60 40X40 50X50 40X40 40X40 40X40 40X40
5 5 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8
3600 1600 2500 1600 1600 1600 1600
Tulangan Lentur Geser 12D22 P10 – 150 8D19 P10 – 150 12D19 P10 – 150 8D19 P10 – 150 8D19 P10 – 150 8D19 P10 – 150 8D19 P10 – 125
Tabel 8 Penulangan Beton Konvensional & Beton Precast BETON KONVENSIONAL
BETON PRECAST
Lantai
Balok
Dimensi
Panjang
Lokasi
As perlu
Tul. Lap.
As aktual
Sengkang. Lap.
Tul. Lap.
Sengkang. Lap.
1
1394
30X50
7.20 m
Tump -
2074.22
8D19
2267.08
P10 - 100
7D19
P10 - 100
Tump +
964.67
4D19
1133.54
P10 - 100
4D19
P10 - 100
Lap -
467.70
2D19
566.77
P10 - 200
2D19
P10 - 200
(BY)
2
1486
30X50
7.20 m
(BY)
3
1883
30X50
7.20 m
(BY)
4
2052
30X50
7.20 m
(BY)
2048
30X50
4.8 m
(BYG)
17
30X50
3.45 m
(BYB)
45 (BYC)
30X50
4.8 m
Lap +
1158.17
5D19
1416.93
P10 - 200
4D19
P10 - 200
Tump -
1980.81
7D19
1983.70
P10 - 100
7D19
P10 - 100
Tump +
936.71
4D19
1133.54
P10 - 100
4D19
P10 - 100
Lap -
454.58
2D19
566.77
P10 - 200
2D19
P10 - 200
Lap +
1127.11
4D19
1133.54
P10 - 200
4D19
P10 - 200
Tump -
1975.35
7D19
1983.70
P10 - 100
7D19
P10 - 100
Tump +
922.37
4D19
1133.54
P10 - 100
4D19
P10 - 100
Lap -
447.84
2D19
566.77
P10 - 200
2D19
P10 - 200
Lap +
1115.28
4D19
1133.54
P10 - 200
4D19
P10 - 200
Tump -
2121.40
8D19
2267.08
P10 - 100
8D19
P10 - 100
Tump +
984.30
4D19
1133.54
P10 - 100
4D19
P10 - 100
Lap -
476.90
2D19
566.77
P10 - 200
2D19
P10 - 200
Lap +
1249.56
5D19
1416.93
P10 - 200
5D19
P10 - 200
Tump -
878.46
2D19
1133.54
P10 - 100
2D19
P10 - 100
Tump +
427.16
2D19
566.77
P10 - 100
2D19
P10 - 100
Lap -
210.80
2D19
566.77
P10 - 200
2D19
P10 - 200
Lap +
246.82
4D19
566.77
P10 - 200
4D19
P10 - 200
Tump -
890.02
4D19
1133.54
P10 - 150
4D19
P10 - 150
Tump +
432.61
2D19
566.77
P10 - 150
2D19
P10 - 150
Lap -
213.46
2D19
566.77
P10 - 250
2D19
P10 - 250
Lap +
149.72
2D19
566.77
P10 - 250
2D19
P10 - 250
Tump -
641.01
3D19
850.16
P10 - 150
2D19
P10 - 150
Tump +
314.17
2D19
566.77
P10 - 150
2D19
P10 - 150
Lap -
155.59
2D19
566.77
P10 - 250
2D19
P10 - 250
Lap +
375.25
2D19
566.77
P10 - 250
2D19
P10 - 250
Analisis biaya dan harga satuan pelaksana kegiatan (HSPK) berdasarkan harga tahun 2003, dimana HSPK menggunakan analisis BOW. Volume Bahan. Balok Tipe BX , L = 7,2 m a. Beton K300 : Volume = (0.30 (0.50 – 0.12))m2 7.2 = 0.8208 m3 b. Bekisting : Volume = (0.30 + (2 0.38)m 0.018 6.8 = 0.129 m3 c. Pembesian : a) D19 = ((8 3.6) + (5 3.6)m 2.22 = 103.896 kg. b) P10 = ((2 0.22) + (2 0.42)m 0.62 32 = 45.5328 kg.
Tabel 8 Analisis Biaya Kolom - Konvensional & Precast Kolom Tipe KA , L = 3.8 m No. 1 2 3 4
Item Pekerjaan Beton K300 Bekisting Tul. D19 Tul. P10
Volume
Sat
0.53 0.1 67.49 28.44 Total
m3 m2 kg kg
Harga Sat. (K) 369,183 418,250 9,281 9,928
biaya / m3
Konvensional
Precast
194,928.66 39,750.52 626,364.23 282,378.09 1,143,421.50 2,165,571.01
2,535,361.84
Konvensional
Precast
Kolom Tipe KB , L = 3.8 m No. 1 2 3 4
Item Pekerjaan Beton K300 Bekisting Tul. D19 Tul. P10
Volume
Sat
0.83 0.12 67.49 49 Total
m3 m2 kg kg
Harga Sat. (K) 369,183 418,250 9,281 9,928
biaya / m3
304,576.04 49,688.15 626,364.23 486,440.38 1,467,068.79 1,778,265.20
2,061,789.47
Konvensional
Precast
Kolom Tipe KC , L = 5 m No. 1 2 3 4
Item Pekerjaan Beton K300 Bekisting Tul. D19 Tul. P10
Volume
Sat
1.62 0.14 133.2 75.11 Total
m3 m2 kg kg
biaya / m3
Harga Sat. (K) 369,183 418,250 9,281 9,928
598,076.58 59,625.78 1,236,245.18 745,654.64 2,639,602.18 1,629,384.06
1,808,616.30
Tabel 9 Analisis Biaya Balok - Konvensional & Precast Balok Tipe BX, BY , L = 7,2 m No. 1 2 3 4
Item Pekerjaan Beton K300 Bekisting Tul. D19 Tul. P10
Volume
Sat
Harga Sat. (K)
Konvensional
Precast
0.82 0.13 103.9 51.81
m3 m3 kg kg
369,183 418,250 9,281 9,928 Total
304,462.03 55,088.71 975,725.78 520,043.15 1,855,319.67
biaya / m3
2,260,379.71
2,477,870.37
Precast
Balok Tipe BXA , L = 7.2 m No. 1 2 3 4
Item Pekerjaan Beton K300 Bekisting Tul. D19 Tul. P10
Volume
Sat
Harga Sat. (K)
Konvensional
0.82 0.13 47.95 51.81
m3 m3 kg kg
369,183 418,250 9,281 9,928 Total
304,462.03 55,088.71 450,334.97 520,043.15 1,329,928.86
biaya / m3
1,620,283.70
2,477,870.37
Balok Tipe BXB, BYB , L = 3.45 m No. 1 2 3 4
Item Pekerjaan Beton K300 Bekisting Tul. D19 Tul. P10
Volume
Sat
Harga Sat. (K)
Konvensional
0.39 0.06 15.32 24.38
m3 m3 kg kg
369,183 418,250 9,281 9,928 Total
145,888.06 24,708.91 143,857.01 244,726.19 559,180.16
biaya / m3
1,421,764.95
Precast
1578159.09
Balok Tipe BXC, BYC , L = 4.80 m No. 1 2 3 4
Item Pekerjaan Beton K300 Bekisting Tul. D19 Tul. P10
Volume
Sat
Harga Sat. (K)
Konvensional
0.55 0.08 21.31 33.52
m3 m3 kg kg
369,183 418,250 9,281 9,928 Total
202,974.69 35,645.63 200,148.88 336,498.51 775,267.71
biaya / m3
1,416,790.40
Precast
1,572,637.34
Tabel 10 Analisis Biaya Balok Anak - Konvensional & Precast Balok Anak Tipe BaYA , L = 7.2 m No. 1 2 3 4
Item Pekerjaan Beton K300 Bekisting Tul. D19 Tul. P10
Volume
Sat
Harga Sat. (K)
Konvensional
0.57 0.11 71.28 28.93 Total
m3 m3 kg kg
369,183 418,250 9,281 9,928
211,153.77 47,988.62 669,416.85 290,373.36 1,218,932.60
biaya / m3
2,141,295.74
Precast
2,376,838.27
Balok Anak Tipe BaYB , L = 4.8 m No. 1 2 3 4
Item Pekerjaan Beton K300 Bekisting Tul. D19 Tul. P10
Volume
Sat
Harga Sat. (K)
Konvensional
0.37 0.07 21.12 18.8 Total
m3 m3 kg kg
369,183 418,250 9,281 9,928
137,708.98 31,296.93 198,345.73 188,742.68 556,094.32
biaya / m3
1,497,897.17
Precast
1,662,665.85
Tabel 11 Analisis Biaya Plat - Konvensional & Precast Pelat Tipe 1, 2, 3, 4 , L = 7.2 7.2 No.
Item Pekerjaan
Volume
Sat
1 2 3
Beton K300 Bekisting Tul. D19
6.22 0.8 169.63 Total
m3 m3 kg
Harga satuan 369,183 418,250 9,281
biaya / m3
Lantai 1 2,307,501.70 337,980.08 1,593,076.88 4,238,558.66 681,352.66
Pelat Tipe 7 , L = 3.45 3.45 No.
Item Pekerjaan
1 2 3
Beton K300 Bekisting Tul. D19
Volume
Sat
1.43 0.18 39.33 Total
m3 m3 kg
Harga satuan 369,183 418,250 9,281
Lantai 1 529,803.99 75,834.86 369,362.58 975,001.44
Pelat Tipe 8 , L = 4.8 3.45 No.
Item Pekerjaan
Volume
Sat
1 2 3
Beton K300 Bekisting Tul. D19
1.99 0.26 74.88
m3 m3 kg
Harga satuan 369,183 418,250 9,281
Lantai 1 737,118.60 108,335.52 703,225.79
Total
1,548,679.91
Tabel 12 Perbandingan Biaya Konvensional dengan JHS No.
Elemen
L
Sat.
Vol.
Harga Sat.
1 2 3 4 5 6 7 8
Balok BY Balok BX Balok BXA Balok BYG Balok BYB Balok BYC Balok BXB Balok BXC Balok anak BaYA Balok anak BaYB Balok anak BaXA Kolom K5A Kolom K4A Kolom K3A Kolom K2A Kolom K1A Kolom K2B Kolom K1C Pelat 1,2,3,4 Pelat 5,6 Pelat 7 Pelat 8 Erection Precast
7.2 7.2 7.2 4.8 3.45 4.8 3.45 4.8
bh bh bh bh bh bh bh bh
96 120 9 24 3 3 3 3
1,855,319.67 1,855,319.67 1,329,928.86 1,735,800.00 559,180.16 775,267.71 559,180.16 775,267.71
178,110,687.89 222,638,359.86 11,969,359.76 41,659,200.00 1,677,540.47 2,325,803.12 1,677,540.47 2,325,803.12
7.2
bh
80
1,218,932.60
97,514,608.04
4.8
bh
20
556,094.32
11,121,886.46
7.2 3.8 3.8 3.8 3.8 5 3.8 5 7.2/7.2 7.2/4.8 3.45/3.45 4.8/3.45
bh bh bh bh bh bh bh bh bh bh bh bh m2
100 14 36 39 3 3 36 36 320 80 3 6 4894
1,218,932.60 1,143,421.50 1,143,421.50 1,143,421.50 1,143,421.50 1,143,421.50 1,467,068.79 2,639,602.18 4,203,918.43 3,976,600.00 967,032.25 1,535,327.46 95700
121,893,260.05 16,007,900.94 41,163,173.84 44,593,438.33 3,430,264.49 3,430,264.49 52,814,476.35 95,025,678.37 1,305,480,215.82 318,128,000.00 2,843,460.99 7,928,942.75
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Total
Konvensional Total
2,624,874,205.16
Precast Total 337,392,000 321,132,000 36,626,200 34,717,874.2 11,006,400 4,214,400 4,100,700 10,500,300
24,721,200 38,502,200 38,502,200 40,252,300 66,304,400
1,382,576,416
468,404,188 2,955,644,597.40
Dari perhitungan diatas pada Proyek Gedung KPP tebet menggunakan metode konvensional diperoleh pengurangan biaya dibanding menggunakan metode Precast JHS column beam slab sebesar : Rp. 2,955,644,597.40 – Rp. 2,624,874,205.16 = Rp. 330,770,392.24 ,- atau 11,19 % KESIMPULAN Diperoleh pengurangan biaya pada penggunaan metode konvensional dibanding menggunakan metode Precast JHS column beam slab sebesar : = Rp. 2,955,644,597.40 – Rp. 2,624,874,205.16 = Rp. 330,770,392.24 ,- atau 11,19 % Penggunaan metode precast sangat efektif bila proyek mengalami keterlambatan waktu akhir penyelesaian, atau proyek yang menuntut schedule pelaksanaan dengan akselerasi tinggi, serta memiliki mutu/kualitas pekerjaan yang lebih terjamin.
REFERENSI Peraturan Muatan Indonesia 1970 NI – 18. Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1970 NI – 2. T.Y. LIN NED – H. BURNS Desain Struktur Beton Prategang