EFIKASI DIRI SEBAGAI MODERATOR HUBUNGAN ANTARA HARAPAN AKADEMIK, PROKRASTINASI, DAN STRES AKADEMIK Kristian Hadiwijaya1
[email protected] Yulia Fiftiyanti2 Tutik Wulandari3 Evi Noviasari4 Ita Sulistyo Rini5 Rizki Febrina Ariasti6 Rizki Trizuliarti7 Hilda Aprilia Ningsih8 Universitas Negeri Semarang Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalahmengujipengaruh harapan akademik dan prokrastinasi pada stress akademik dan peran efikasi diri sebagai moderator dalam hubungan antara harapan akademik, prokrastinasi, dan stres akademik. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa angkatan 2014 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Neegeri Semarang sebanyak 169 responden dari 200 kuesioner yang disebarkan. Analisis data menguji hipotesis menggunakan analisis regresi linear berganda dan uji residual untuk menguji peran moderasi. Berdasarkan hasil analisis data, menunjukkan bahwa harapan akademik secara simultan berpengaruh terhadap stress. Selain itu prokrastinasi juga berpengaruh secara simultan pada stres akademik. Selanjutnya efikasi diri dalam penelitian ini ditemukan tidak dapat memoderasi hubungan antara harapan akademik, prokrastinasi, dan stress akademik. Penelitian ini menyimpulkan bahwa harapan akademik dan prokrastinasi secara simultan memiliki pengaruh terhadap stres akademik. Dalam penelitian ini juga dapat diambil kesimpulan bahwa efikasi diri tidak memoderasi hubungan antara harapan akademik, prokrastinasi, dan stress akademik. Keywords: Efikasi Diri,Harapan Akademik, Prokrastinasi, Stres Akademik Abstract The purpose of this study was to test the influence of academic expectations and procrastination in the academic stress and the role of self-efficacy as a moderator in the relationship between academic expectations, procrastination, and academic stress. The sample used in this study is the student of 2014 the Faculty of Mathematics and Natural Sciences Unnes many as 169 respondents from 200 questionnaires distributed. Data analysis to test the hypothesis using multiple linear regression analysis and residual test to examine the role of moderation. Based on the results of data analysis showed that the academic expectations simultaneously affect the Seminar
and call for
paper
2015
Strategic Agility: Thrive in Turbulent Environment (Research and Practices) Hotel Grasia, Semarang 7 Oktober 2015
MADIC 2015
stress. In addition procrastination also influence simultaneously on academic stress. Further efficacy in this study was not found to be able to moderate the relationship between academic expectations, procrastination, and academic stress. The study concluded that the academic expectations and procrastination simultaneously had an influence on academic stress. In this study it can be concluded that self-efficacy did not moderate the relationship between academic expectations, procrastination, and academic stress.
Pendahuluan Stres tidak dapat dipisahkan dari setiap aspek kehidupan dan dapat dialami oleh siapa saja dalam bentuk tertentu dan ditempat-tempat tertentu. Pada umumnya stres di tempat kerja dialami oleh karyawan, sedangkan stres di tempat pendidikan seperti universitas dapat dialami oleh mahasiswa (Sutjiato et al., 2015). Mahasiswa, sebagai insan akademik, dalam kegiatannya tidak terlepas dari stres. Stres dapat disebabkan oleh beberapa faktor baik dari dalam maupun luar individu. Faktor utama penyebab stres akademik mahasiswa antara lain adalah harapan yang diterima mahasiswa tersebut dan aktifitas menundanunda pekerjaan yang sering dilakukan mahasiswa.
Seminar
prestasi akademik merupakan salah satu faktor timbulnya stres akademik pada siswa di Asia. Sedangkan faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan stres lainnya seperti tugas yang banyak, deadline perkuliahan, dan kegiatan akademik yang semuanya memerlukan kerja keras untuk memenuhi target waktu yang telah ditetapkan, membuat mahasiswa rentan melakukan menunda-nunda tugas kuliah atau prokrastinasi akademik (Putri et al., 2010). Perilaku menunda tugas (prokrastinasi akademik) ditandai dengan kelambanan, keterlambatan menghadiri kuliah, terlambat dalam menyelesaikan tugas hingga menunda belajar untuk ujian.
Stres yang tidak dapat dikendalikan dan diatasi oleh individu akan memunculkan dampak negatif secara emosional, fisiologis dan perilaku. Pada mahasiswa, dampak negatif secara kognitif antara lain sulit berkonsentrasi, sulit mengingat pelajaran, dan sulit memahami pelajaran. Dampak negatif secara emosional antara lain sulit memotivasi diri, munculnya perasaan cemas, dan efek negatif lainnya. Dampak negatif secara fisiologis antara lain gangguan kesehatan, sering pusing, dan insomnia. Dampak perilaku yang muncul antara lain menunda-nunda penyelesaian tugas kuliah dan malas kuliah (Sutjiato et al., 2015).
Beberapa penelitian telah menunjukan bahwa kontrol diri dan ketahanan seseorang terhadap stressor dapat mengurangi dampak secara langsung terhadap stres akademik. Selain locus of control, teknik koping, dan kecerdasan emosional, efikasi diri merupakan salah satu cara untuk mengurangi dampak stressor. Putri et al., (2010), mengatakan bahwa individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi dapat mengurangi tingkat perilaku prokrastinasi akademik. Mahasiswa dengan efikasi dirirendah cenderung merasa malu dan ragu terhadap kemampuan yang dimiliki sehingga menganggap masalah sebagai ancaman (Bandura, 1997).
Tan & Yates, (2011) menyatakan bahwa tuntutan orang tua, guru, dan diri sendiri akan
Penelitian yang dilakukan oleh Roddenberry dan Renk (2010) menunjukan bahwa locus of
and call for
paper
2015
Strategic Agility: Thrive in Turbulent Environment (Research and Practices) Hotel Grasia, Semarang 7 Oktober 2015
MADIC 2015
control dan efikasi diri dapat mempengaruhi hubungan antara stres akademik dan kelelahan. Namun, hasil berbeda ditemukan dalam penelitian yang dilakukan oleh Morton et al,(2014)yang menunjukan bahwa efikasi diri tidak memiliki pengaruh yang signifikan pada tingkat stres akademik mahasiswa.Kesenjangan penelitian tersebut menjadi menarik karena peran efikasi diri sebagai moderator hubungan antara stressor dengan stres akademik masih jarang dilakukan di Indonesia. Penelitian-penelitian sebelumnya yang meneliti tentang stres akademik dan efikasi diri di Indonesia lebih berfokus pada mahasiswa jurusan keperawatan dan kedokteran yang dituntut untuk menyelesaikan tugas kuliah yang banyak. Namun kondisi tersebut juga dialami oleh mahasiswayang menempuh pendidikan di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan AlamUnnes yang sama-sama mempelajari ilmu eksakta atau ilmu pasti. Hasil survei menunjukkan bahwa dari 30 mahasiswa UNNES dari masing-masing fakultas yang dipilih secara acak diberi pertanyaan terkait pilihan fakultas yang mempunyai beban tugas terbanyak. Dari 30 mahasiswa 18 mahasiswa menjawab FMIPA, 8 mahasiswa menjawab FT, 2 mahasiswa menjawab FBS, 1 mahasiswa menjawab FE dan 1 orang menjawab FIP. Hal ini membuktikan bahwa mahasiswa FMIPA rentan mengalami stres akademik akibat beban tugas yang banyak. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti tingkat stres pada mahasiswa FMIPA. Namun penelitian ini lebih terfokus pada mahasiswa baru FMIPA. Karena tidak hanya beban dan tuntutan tugas yang banyak, tetapi mahasiswa baru sedang mengalami masa transisi dan penyesuaian terhadap lingkungan baru. Sehingga mahasiswa baru memiliki banyak beban yang menekan yang dapat mengakibatkan timbulnya stres.
Seminar
and call for
paper
Permasalahan yang muncul sebagaimana disebutkan sebelumnya membuat peneliti ingin melakukan penelitian ini dengan tujuan untuk menguji pengaruh harapan akademik dan prokrastinasi pada stres akademik, dan menguji peran moderasi efikasi diri pada hubungan antara harapan akademik, prokrastinasi, dan stres akademik. Stres Akademik Stres akademik adalah perasaan dimana terdapat terlalu banyak tekanan dan tuntutan, khawatir dengan ujian dan tugas kuliah, dan tidak bisa mengelola tugas karena jadwal yang terlalu sibuk (Munir, 2015). Studi memperkirakan bahwa 70-80 remaja mengalami stres akademik yang mempengaruhi kinerja akademik, penyesuaian psiko-sosial mereka, dan secara bersamaan dengankeseluruhan emosional dan kesejahteraan fisik (Sharma dan Singh, 2014). Terdapat beberapa kompenen yang dapat menggambarkan secara luas pengertian dari stres. Moorhead dan Griffin (2013) menjelaskan ketiga komponen tersebut sebagai berikut (1) Gagasan Adaptif, orang-orang dapat beradaptasi dengan keadaan yang menimbulkan stres dengan beberapa cara. (2) Peran Perangsang, perangsang ini, yang biasanya disebut Stressor adalah segala sesuatu yang memicu stres. (3) Stressor, dapat bersifat psikologis atau fisik. Stres muncul akibat adanya faktor baik dari dalam maupun luar individu yang memberikan tekanan berlebih. Faktor-faktor yang mempengaruhi stress akademik yaitu beban akademik, hasil akademik, takut gagal, sumber daya yang tidak cukup, keuangan, ruangan dosen yang terlalu sempit, hubungan dengan pacar, kehidupan antara keluarga dan akademik, ketakutan dalam memperoleh pekerjaan (Agolla dan Ongori, 2009).
2015
Strategic Agility: Thrive in Turbulent Environment (Research and Practices) Hotel Grasia, Semarang 7 Oktober 2015
MADIC 2015
Selain itu, beberapa peneliti telah menemukan faktor lain yang dapat menyebabkan stres akadmeik yaitu prokrastinasi atau aktivitas penundaan tugas secara disengaja. efek penundaan dan stres berakibat pada kesehatan perilaku individu,sehingga penunda memiliki stres eksternal ketika mahasiswa dalam melaksanakan tugasnya terkendala oleh waktu. Stres menyebabkan efek negatif pada sistem keamanan. Kesehatan menurun juga menyebabkan tingkat stres yang tinggi sehingga terjadi penundaan tugas (Beheshtifar et al., 2011). Penundaan ini berhubungan dengan berbagai jenis buruknya kesehatan dan luaran yang baik ( Sirois, 2013). Sun et al (2011) menggunakan dimensi Efikasi Diri dalam instrument ESSA (Educational Stress Scale for Adolescent) yang iakembangkan yaitu tekanan dimana poin yang diteliti adalah segala sesuatu yang dengan tekanan baik internal maupun eksternal. Saat ini, ada banyak studi yang mendukung bahwa tingkat stres yang tinggi menyebabkan perubahan yang berbeda pada mahasiswa, seperti kurangnya perhatian dan konsentrasi, kesulitan menghafal dan memecahkan masalah, produktivitas rendah dan kinerja akademis yang buruk. Stres akademik dapat berdampak buruk pada keseimbangan emosional mahasiswa. Ketidakmampuan seseorang dalam menghadapi seuatu perubahan dapat mengakibatkan munculnya stres (Sun et al., 2011). Harapan Akademik dan Stress Akademik Harapan akademik merupakan harapan seseorang yang berkaitan dengan aktivitas akademik yang muncul dari dalam maupun luar. Seorang mahasiswa yang menaruh harapan yang tinggi akan prestasi akademik dapat mempengaruhi hasil yang akan dicapai (Rumberger’s, 1995). Akan tetapi, Seminar
and call for
paper
mahasiswa yang mendapatkan hasil akademik cenderung kurang baik akan menyebabkan tekanan/stres secara psikologis. Tekanan tersebut berdampak buruk pada kesehatan maupun pencapaian akademik (Al-Qaisy, 2011). Untuk membantu peneliti yang ingin menguji hubungan antara harapan akademik dan stres akademik, Ang dan Huan (2007) menyusun sebuah skala yang disebut dengan AESI (Academic Expectation Stress Inventory).Salah satu penelitian yang menguji AESI adalah Sun et al (2011) yang menunjukan bahwa rendahnya nilai akademik yang tidak sesuai dengan harapan baik harapan orang tua maupun harapan pribadi secara umum mampu menimbulkan stres akademik yang tinggi. Harapan akademik berasal dari dalam maupun luar diri individu. Berdasarkan penelitian Ang dan Huan (2006) terdapat dua dimensi terkait harapan akademik, yaitu harapan orang tua dan guru dan harapan diri sendiri. Pertama, mahasiswa sering mendapat tekanan dari dosen dan orang tua untuk mencapai dan mempertahankan prestasi yang baik. Keunggulan akademik sangat ditekankan bagi mahasiswa untuk berjuang mencapai tempat tertinggi. Kedua, mahasiswa mengalami tekanan internal karena memiliki motivasi diri yang kuat untuk dapat unggul dalam akademik. Pernyataan ini sejalan dengan temuan Tan dan Yates (2011) yang menyatakan bahwa harapan akademik baik dari orang tua dan dosen maupun dari diri sendiri berpengaruh terhadap tingkat stres akademik seseorang. Berdasarkan studi peneliti terdahulu dan uraian diatas, maka disusun hipotesis berikut: H1a: Harapan orang tua dan berpengaruh pada stres akademik
2015
Strategic Agility: Thrive in Turbulent Environment (Research and Practices) Hotel Grasia, Semarang 7 Oktober 2015
MADIC 2015
dosen
H1b: Harapan diri sendiri berpengaruh pada stres akademik Prokrastinasi dan Stres Akademik Analisis aktual prokrastinasi pertama kali ditulis oleh Milgram yang berpendapat bahwa secara teknik masyarakat membutuhkan komitmen tinggi dan deadline untuk menurunkan prokrastinasi (Steel, 2007: 66).Sebelum abad ke-18, prokrastinasi dipandang netral dan dapat tafsirkan sebagai kebijakan dalam menunda mengambil keputusan. Steel (2007) juga mengatakan pahwa prokrastinasi sebagai suatu perilaku atau tindakan menunda mengerjakan suatu pekerjaan dengan sengaja dan lebih memilih melakukan aktifitas lain meski mengetahui konsekuensi buruk yang akan diterima dikemudian hari. Prokrastinasi memiliki aspek tunggal.Salah satu alat ukur prokrastinasi yang sesui dengan definisi ini adalah prokrastinasi yang irasional (Julianda,2012). Solomon dan Rothblum (1984) berpendapat bahwa prokrastinasi merupakan kecenderungan menunda memulai menyelesaikan tugas dengan melakukan aktivitas lain yang tidak berguna sehingga tugas menjadi terhambat, tidak selesai tepat waktu, dan sering terlambat. Solomon dan Rothblum (1984) juga menjelaskan bahwa terdapat enam area akademik, yaitu tugas membuat laporan/paper, tugas belajar dalam menghadapi ujian, tugas membaca mingguan.Selanjutnya, adalah tugas administratif (mengambil kartu studi, mengembalikan buku perpustakaan, dan membaca pengumuman), tugas kehadiran (membuat janji dan bertemu dosen untuk tutorial) dan tugas akademik secara umum.
Seminar
and call for
paper
Steel (2007) mengatakan bahwa prokrastinasi adalah menunda dengan sengaja kegiatan yang diinginkan walaupun individu mengetahui bahwa perilaku penundaanya tersebut dapat menghasilkan dampak buruk. Steel (2010) juga pernah mengatakan bahwa prokrastinasi adalah suatu penundaan sukarela yang dilakukan oleh individu terhadap tugas/pekerjaannya meskipun ia tahu bahwa hal ini akan berdampak buruk pada masa depan. Penundaan atau prokrastinasi dianggap sebagai perilaku self-handicapping, yaitu perilaku merendahkan diri ketika individu merasa egonya terancam karena terlihat tidak mampu. Prokrastinasi menyebabkan waktu yang terbuang (time wasting), kinerja yang buruk, dan peningkatan stres (Beheshtifar et al, 2011). Kemudian, prokrastinasi dan stres juga berdampak pada perilaku mahasiswa.Ketika mahasiswa dalam melaksanakan tugas terkendala oleh waktu, penundaan akan menjadi alternatif pilihan. Selain itu, kesehatan yang menurun juga menyebabkan tingkat stres yang tinggi sehingga terjadi penundaan tugas (Beheshtifar et al, 2011). Penundaan ini terkait dengan kecemasan dan depresi (Sirois, 2013). Empat karakteristik yang dapat menggambarkan prokrastinasi sebagai varibel yang belum dapat diteliti secara langsung adalah pilihan pada tekanan, kemampuan menghadapi deadline, kepuasan pada hasil kerja, dan pilihan keputusan (Choi dan Moran 2009). Atas dasar itulah kemudian peneliti menyusun hipotesis sebagai berikut:
H2a: Pilihan pada tekanan berpengaruh pada stres akademik H2b: Kemampuan menghadai berpengaruh pada stres akademik
2015
Strategic Agility: Thrive in Turbulent Environment (Research and Practices) Hotel Grasia, Semarang 7 Oktober 2015
MADIC 2015
deadline
H2c: Pilihan pada keputusan berpengaruh pada stres akademik
pribadi, dan bagaimana seseorang membentuk pengembangan diri terhadap hasil akademik.
H2d: Kepuasan pada hasil berpengaruh pada stres akademik
Shokri et al (2012) menggunakan kuesioner untuk mengukur efikasi diri yang dikembangkan oleh Zajacova, et al. (2005). Melalui pengukuran yang dikenal dengan SEBQ (Self Efficacy Beliefs Questionaire) diketahui bahwa pengukuran efikasi diri berdasar pada kepercayaan diri seorang mahasiswa dalam menjalankan aktivitas akademiknya.Empat poin dalam pengukuran efikasi diri adalah kepercayaan diri pada hasil akademik dalam kelas, diluar kelas, kepercayaan diri saat berinteraksi, dan kemampuan mengelola waktu.
Efikasi Diri dan Stres Akademik Efikasi diri adalah kemampuan seseorang untuk berpikir dan memotivasi diri tentang bagaimana harus bertindak (Ghufron dan Rini, 2010). Efikasi diri juga berhubungan dengan kontrol diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, kinerja dan tugas dan upaya dalam pemecahan masalah (Cherian dan Jolly, 2013). Kemampuan efikasi diri dianggap sebagai salah satu cara untuk mengurangi dampak stres sehingga dapat mengurangi potensi timbulnya stres akademik. Efikasi diri menimbulkan keyakinan dalam diri mahasiswa untuk melaksanakan aktivitas dan menyelesaikan tugas dengan baik dan maksimal. Efikasi diri muncul dari kemampuan diri seseorang yang memengaruhi cara berpikir, bagaimana memotivasi diri sendiri dan bagaimana harus bertindak, individu yang memiliki efikasi diri tinggi akan mampu menyelesaikan pekerjaan atau mencapai (Ghufron & Rini, 2010). Dalam sebuah penelitian telah membuktikan bahwa efikasi diri berhubungan dengan kontrol diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, kinerja dan tugas dan upaya dalam pemecahan masalah (Cherian dan Jolly, 2013). Tinggi rendahnya efikasi diri seseorang dalam tiap tugas sangat bervariasi, ini disebabkan oleh beberapa faktor yang berpengaruh dalam mempersepsikan kemampuan diri individu. Menurut Bandura (1997) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi efikasi diri yaitu sosial-ekonomi, keluarga, teman, proses Seminar
and call for
paper
Sumber efikasi diri didasarkan pada empat hal (Bandura,1982): 1. Pengalaman akan kesuksesan Merupakan sumber yang paling besar pengaruhnya terhadap efikasi diri individu karena didasarkan pada pengalaman otentik. Kegagalan juga dapat menurunkan efikasi diri individu jika kegagalan tersebut tidak merefleksikan kurangnya usaha atau pengaruh dari keadaan luar. 2. Pengalaman individu lain Individu tidak bergantung pada pengalamannya sendiri tentang kegagalan dan kesuksesan sebagai sumber efikasi dirinya. Efikasi diri juga dipengaruhi oleh pengalaman individu lain. Pengamatan individu terhadap kegagalan yang dialami individu lain meskipun telah melakukan banyak usaha menurunkan penilaian individu terhadap kemampuannya sendiri dan mengurangi usaha individu untuk mencapai kesuksesan. Ada dua keadaan yang memungkinkan efikasi diri individu mudah dipengaruhi oleh pengalaman individu lain, yaitu :
2015
Strategic Agility: Thrive in Turbulent Environment (Research and Practices) Hotel Grasia, Semarang 7 Oktober 2015
MADIC 2015
a. b.
Kurangnya pemahaman individu tentang kemampuan orang lain Kurangnya pemahaman individu akan kemampuannya sendiri.
3. Persepsi verbal Persuasi verbal dipergunakan untuk meyakinkan individu bahwa individu memiliki kemampuan yang memungkinkan individu untuk meraih apa yang diinginkan.
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 169mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan AlamUNNES.Teknik pengambilan sampel menggunakan nonprobability sampling dengan metode purposive sampling. Metode pengumpulan data pada penelitian menggunakan kuesioner yang diukur dengan skala likert 1-5. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan sekunder, data primer diperoleh dari jawaban kuesioner yang diisi mahasiswa melalui kuesioner yang diditribusikan.
4. Keadaan fisiologis Penilaian individu akan kemampuannya dalam mengerjakan suatu tugas sebagian dipengaruhi oleh keadaan fisiologis. Penelitian yang dilakukan oleh Roddenberry dan Renk (2010) terhadap 159 mahasiswa menunjukan bahwa locus of control dan efikasi diri dapat mempengaruhi hubungan antara kelelahan dan stres akademik. Hal tersebut menunjukkan bahwa efikasi diri merupakan hal yang dinilai penting, karena dengan efikasi diri tersebut mahasiswa dapat mengetahui kemampuan dan keyakinan dirinya untuk dapat mengatasi tekanan akademis, seperti beban tugas yang banyak, deadline yang semakin dekat, persaingan untuk mempertahankan prestasi akademik di kelas, kegiatan organisasi di luar kelas, kesulitan dalam membagi waktu, serta sosialisasi dan interaksi dengan lingkungan kampus. Dari uraian diatas maka dapat dirumuskan hipotesis berikut:
H3: Efikasi diri berperan sebagai moderator dalam hubungan antara harapandiri, prokrastinasi, dan stres akademik METODE PENELITIAN
Seminar
and call for
paper
Kuesioner yang didistribusikan terdiri empat variabel yang akan diukur yaitu Stres Akademik (Sun et al., 2011)Harapan Akademik (Tan dan yates, 2011), Prokrastinasi (Choi dan Moran, 2009), dan Efikasi Diri (Shokri et al., 2012) Analisis pengujian secara parsial atau individual antara variabel independen dan variabel dependen dilakukan dengan alat analisis SPSS Versi 21.0. analisis yang dilakukan adalah uji Koefisien Determinasi. Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam memvariasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah di antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Analisis kedua adalah dengan Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Setelah hubungan individual dikethaui melalui analisis uji t, maka selanjutnya adalah
2015
Strategic Agility: Thrive in Turbulent Environment (Research and Practices) Hotel Grasia, Semarang 7 Oktober 2015
MADIC 2015
mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan dan mengetahui pula pengaruh variabel moderator terhadap hubungan variabel independen dan variabel dependennya. Sedangkan analisis terakhir adalah Uji Residual. Pengujian variabel moderating dengan uji interaksi dan uji selisih nilai absolut memeliki kecenderungan akan terjadi multikolinearitas yang tinggi antar variabel independen dan hal ini akan menyalahi asumsi klasik dalam regresi Ordinary Least Square (OLS) (Ghozali 2011). Pengembangan hipotesis diatas secara umum digambarkan dalam kerangka pemikiran yang ditunjukkan pada gambar 1.
Gam
bar 1. Kerangka Pemikiran
Melalui kerangka tersebut dapat digambarkan bahwa penelitian yang akan dilakukan bertujuan untuk menguji pengaruh dari harapan akademik dan prokrastinasi dengan masing-masing dimensi yang ada. Kemudian tujuan utamanya adalah untuk menguji bagaimana peran efikasi diri dalam hubungan antara harapan akademik, prokrastinasi, dan stres akademik. Seminar
and call for
paper
HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Responden Hasil analisis deskriptif dari 169 responden yang terdiri dari mahasiswa FMIPA Unnes angkatan 2014 menunjukkan bahwa 2,37% atau 4 responden berusia 17 tahun, 46,74% atau 79 responden berusia 18 tahun, 48,52% atau 82 responden berusia 19 tahun , 1,77% atau 3 responden berusia 20 tahun dan 0,59% atau 1 responden berusia 21 tahun. Sehingga dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar responden berusia 19 tahun. Apabila dilihat dari jenis kelamin responden maka diketahui bahwa 13,02% atau 22 responden berjenis kelamin laki-laki dan 86,98% atau 147 responden berjenis kelamin perempuan. Sehingga dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar responden adalah perempuandistribusi jurusan responden dari penelitian ini adalah 23.07% atau 39 responden jurusan kimia , 30.17% atau 51 responden jurusan biologi, 33.13% atau56 jurusan fisika, 30.17% atau 20 responden jurusan matematika dan 1.77 % atau 3 responden jurusan ilmu komunikasi. Sehingga dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar responden adalah jurusan fisika
Uji Reliabilitas Suatu kuesioner dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah knsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali,2011). Uji reliabilitas digunakan koefisien Conbrach Alpha (a). Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan Cronbach Alpha lebih besar dari 0,70 (Nunnally dalam Ghozali (2011). Hasil pengujian reliabilitas variabel – variabel didapatkan nilai Cronbach’s Alpha masing-masing variabel yang disajikan dalam tabel 1.
2015
Strategic Agility: Thrive in Turbulent Environment (Research and Practices) Hotel Grasia, Semarang 7 Oktober 2015
MADIC 2015
Tabel 1 Hasil Uji Reliabilitas Variabel
Cronbach's alpha
Stres
0.814
Harapan Akademik
0.742
Prokrastinasi
0.810
Efikasi diri
0.719
Item Keterangan yang Dihapus Tidak Baik Ada Tidak Diterima Ada Tidak Baik Ada Tidak Diterima Ada
Sumber: Data primer yang diolah, 2014 Untuk mengukur reliabilitas dari instrumen penelitian ini dilakukan dengan menggunakan koefisien Cronbach’s Alpha. Variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach’s Alpha > 0,60. Reliabel yang dapat diterima berada diantara range 0,60-0,79 dan reliabilitas yang baik lebih dari 0,80 (Sekaran, 2003).Dari tabel reliabilitas diatas dapat disimpulkan bahwa semua item reliabel karena nilai Cronbachs’s Alpha > 0,60.
Analisis Regresi Linier Berganda Uji t digunakan untuk menafsirkan pengaruh setiap dimensi harapan akademik dan prokrastinasi pada stres akademik secara parsial. Hasil pengujian menggunakan uji t ini dapat dilihat dari tingkat signifikansinya, jika tingkat signifikansi lebih rendah dari 0,05 maka H0 ditolak dan Hipotesis alternatifditerima. Sedangkan untuk menguji pengaruh setiap dimensi secara bersamaan maka digunakana uji ANOVA. Pengujian ini digunakan untuk mengetahui apakah secara keseluruhan variabel harapan akademik dan prokrastinasi dapat mempengaruhi stres akademik. Bila nilai F lebih besar daripada 4 maka H0 dapat ditolak pada derajat kepercayaan 5%. Dengan kata lain kita menerima hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa semua variabel independen secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen (Ghozali, 2011) Hipotesis terakhir yang diajukan adalah mengetahui adanya peran moderasi
Seminar
and call for
paper
dari variabel efikasi diri dalam hubungan antara harapan akademik, prokrastinasi, dan stres akademik. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menguji peran moderasi suatu variabel adalah dengan melakukan uji Residual. Sebuah variabel dikatakan berperan sebagai moderator jika koefisien parameternya bernilai negatif dan tingkat probabilitas signifikansinya lebih tinggi dari tingkat kepercayaan 0,05 (Ghozali 2011). Uji hipotesis dalam penelitian ini berdasar pada hasil uji t, uji ANOVA, dan uji residual adalah sebagai berikut: Uji Hipotesis 1 Uji t digunakan untuk menafsirkan pengaruh setiap dimensi harapan akademik dan prokrastinasi pada stres akademik secara parsial. Hasil pengujian menggunakan uji t ini dapat dilihat dari tingkat signifikansinya, jika tingkat signifikansi lebih rendah dari 0,05 maka H0 ditolak dan Hipotesis alternatifditerima. Hasil uji t ditunjukkan pada tabel 2 dibawah ini: Tabel 2Hasil Uji Parsial Hipotesis 1 Coefficientsa Model Unstandardized Standardized t Coefficients Coefficients B Std. Beta Error (Constant) 6.079 1.552 3.916 1 HODtotal -.131 .133 -.080 -.982 Hptotal .631 .135 .383 4.671 a. Dependent Variable: Sttotal
Sig.
.000 .328 .000
Sumber: Data primer yang diolah, 2014 Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 2 dimana tingkat signifikansi harapan orang tua dan dosen pada stres akademik sebesar 0,328 tidak signifikan pada p<0,05, dan t hitung = -0,982 < t tabel = 1,655 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis 1a tidak didukung. Artinya secara statistik dapat ditunjukkan bahwa harapan orang tua dan dosen tidak berpengaruh terhadap stress akademik.
2015
Strategic Agility: Thrive in Turbulent Environment (Research and Practices) Hotel Grasia, Semarang 7 Oktober 2015
MADIC 2015
Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa dimana tingkat signifikansi harapan diri sendiri dan dosen berpengaruh pada stres akademik sebesar 0,000 signifikan pada p<0,05, dan t hitung = 4,671 > t tabel = 1,655 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis 1b didukung. Artinya secara statistik dapat ditunjukkan harapan diri sendiri dan dosen berpengaruh pada stres akademik. Uji ANOVA digunakan untuk mengetahui pengaruh secara simultan atau bersama-sama terhadap variabel terikat. Hasil uji Anova hipotesis pertama digambarkan pada tabel 3 di bawah ini. Tabel 3 Uji Anova Hipotesis 1 ANOVAa Model Sum of Df Mean F Sig. Squares Square Regression 250.322 2 125.161 11.797 .000b 1 Residual 1761.241 166 10.610 Total 2011.562 168 a. Dependent Variable: Sttota b. Predictors: (Constant), HPtotal, HODtotal
Sumber: Data primer yang diolah, 2015 Meskipun salah satu dimensi dari harapan akademik tidak berpengaruh terhadap stres akademik, namun secara simultan harapan orang tua dan dosen serta harapan akademik berpengaruh pada stres akademik, hal ini ditunjukan dengan nilai F hitung lebih besar dari 4. Bila nilai F lebih besar daripada 4 maka H0 dapat ditolak pada derajat kepercayaan 5%. Dengan kata lain kita menerima hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa semua variabel independen secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen (Ghozali, 2011) Uji Hipotesis 2 Uji t digunakan untuk menafsirkan pengaruh setiap dimensi harapan akademik dan prokrastinasi pada stres akademik secara parsial. Hasil pengujian menggunakan uji t ini dapat dilihat dari tingkat signifikansinya, jika tingkat signifikansi lebih rendah dari 0,05 Seminar
and call for
paper
maka H0 ditolak dan Hipotesis alternatif fiterima. Hasil uji t ditunjukkan pada tabel 4 dibawah ini: Tabel 4Hasil Uji Parsial Hipotesis 1 Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Beta Error (Constant) -.002 1.576 KHtotal .200 .097 .157 1 PTtotal .015 .099 .011 PKtotal .461 .096 .375 KMDtotal .257 .098 .213 a. Dependent Variable: Sttotal Model
t
-.001 2.064 .152 4.804 2.628
Sig.
.999 .041 .879 .000 .009
Sumber: Data primer yang diolah, 2014 Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4 dimana tingkat signifikansi pilihan pada tekanan berpengaruh pada stres akademik dimana t hitung = 2,864 > t tabel = 1,655 dengan tingakt signifikansi 0,41 .> 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis 2a didukung. Artinya secara statistik dapat ditunjukkan bahwa pilihan pada tekanan berpengaruh pada stres akademik. Hal ini mengindikasikan bahwa tinggi atau rendahnya pilihan pada tekanan tidak mempengaruhi tinggi atau rendahnya stress akademik pada mahasiswa semester dua FMIPA, namun demikian dengan melihat tingkat signifikansi yang lebih dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa pengaruh pilihan pada tekanan tidak siknifikan pada stres akademik. Hipotesis 2b tidak didukungdimana tingkat signifikansi kemampuan menghadapi deadline berpengaruh pada stres akademik dimana t hitung= 0,154 < t tabel= 1,655 maka dapat disimpulkan bahwa. Artinya secara statistik dapat ditunjukkan bahwa kemampuan menghadapi deadline tidak berpengaruh pada stres akademik. Hasil pengujian pada hipotesis 2c menunjukan bahwatingkat signifikansi pilihan keputusan berpengaruh pada stres akademik sebesar 0,000 signifikan pada p<0,05 dan t hitung= 4,804 < t tabel= 1,655 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis 2c didukung.
2015
Strategic Agility: Thrive in Turbulent Environment (Research and Practices) Hotel Grasia, Semarang 7 Oktober 2015
MADIC 2015
Artinya secara statistik dapat ditunjukkan bahwa pilihan keputusan berpengaruh pada stres akademik. Hal ini mengindikasikan bahwa tinggi atau rendahnya pilihan keputusan mempengaruhi tinggi atau rendahnya stress akademik pada mahasiswa semester dua FMIPA. Sedangkan hipotesis 2d menunjukan tingkat signifikansi kepuasan pada hasil berpengaruh pada stres akademik sebesar 0,009 signifikan pada p<0,05 dan t hitung = 2,628 < t tabel = 1,655 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis 2d didukung. Artinya secara statistik dapat ditunjukkan bahwa kepuasan pada hasil berpengaruh pada stres akademik. Uji ANOVA digunakan untuk mengetahui pengaruh secara simultan atau bersama-sama terhadap variabel terikat. Hasil uji Anova hipotesis kedua digambarkan pada tabel 5 di bawah ini. Tabel 5 Uji Anova Hipotesis 1 a
ANOVA Model Sum of df Mean F Sig. Squares Square b Regression 733.068 4 183.267 23.509 .000 1 Residual 1278.495 164 7.796 Total
2011.562 168
a. Dependent Variable: Sttotal b. Predictors: (Constant), KMDtotal, PTtotal, KHtotal, Pktotal
Sumber: Data primer yang diolah, 2015 Keempat dimensi prokrastinasi menunjukan pengaruh yang signifikan pada stres akademik kecuali dimensi pilihan pada kemampuan menghadapi deadline. Dari hasil uji simultan dapat diambil kesimpulan bahwa secara bersama-sama keempat dimensi prokrastinasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap stres akademik, hal ini ditunjukan dengan nilai F hitung sebesar 23,509 yang jauh lebih besar dari 4. Uji Residual Pengujian variabel moderating dengan uji interaksi dan uji selisih nilai absolut
Seminar
and call for
paper
memiliki kecenderungan akan terjadi multikolinearitas yang tinggi antar variabel independen dan hal ini akan menyalahi asumsi klasik dalam regresi Ordinary Least Square (OLS) (Ghozali, 2011:239). Sehingga untuk mengatasimasalah multikolienaritasinimaka dikembangkanlah sebauh alat pengujian moderasi yang dikenal dengan uji residual. Hasil residual digambarkan pada tabel 6 dibawah ini. Tabel 6 Uji Residual Coefficientsa Model Unstandardized Standardized t Sig. Coefficients Coefficients B Std. Error Beta (Constant) 2.321 .343 6.769 .000 1 STtotal -.048 .029 -.125 -1.631 .105 a. Dependent Variable: Indepnt_Mod
Sumber: Data primer yang diolah, 2015 Dari hasil uji Residual diatas nilai koefisien parameternya bernilai negatif, namun demikian variabel efikasi diri tetap tidak bisa dikatakan sebagai variabel moderasi karena tingkat signifikansinya sebesar 0.105 atau lebih besar dari tingkat kepercayaan 0.05. sehingga dari hasil analisis ini hipotesis ketiga tidak didukung. Dengan kata lain, efikasi diri tidak bisa mempengaruhi hubungan antara harapan akademik, prokrastinasi, dan stres akademik Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menevariasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah di antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Hasil uji koefisien determinasi dalam penelitian ini ditunjukkan pada tabel 7 dibawah ini.
2015
Strategic Agility: Thrive in Turbulent Environment (Research and Practices) Hotel Grasia, Semarang 7 Oktober 2015
MADIC 2015
Tabel 7Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Summary Model R R Square Adjusted R Std. Error of Square the Estimate 1 .643a .413 .392 2.699 a. Predictors: (Constant), KMDtotal, PTtotal, HODtotal, HPtotal, PKtotal, KHtotal
Sumber: Data primer yang diolah, 2014 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai Adjusted R Square adalah 0.392 atau 39,2%. Dengan kata lain, stres akademik yang dialami oleh mahasiswa FMIPA tahun angkatan 2014 hanya 39,2% disebabkan oleh harapan akademik dan Prokrastinasi. Sedangkan 60,8% sisanya disebabkan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Pembahasan Harapan Akademik Berpengaruh Secara Signifikan Pada Stres Akademik Hasil penelitian penelitian yang dilakukan untuk menguji pengaruh harapan akademik pada stres akademik mahasiswa angkatan 2014 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan AlamUNNES dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis regresi menemukan bahwa terdapat perbedaan temuan antara hasil uji hipotesis 1a dan uji hipotesis 1b. Uji hipotesis 1a tidak didukung dalam penelitian melihat dari hasil uji regresi linear yang menunjukkan nilai t hitung sebesar -0,982 dan tingkat signifikansi 0,328 sedangkan uji hipotesis 2 b didukung dengan nilai t hitung sebesar 4,671 dengan tingkat signifikansi 0,000. Dengan demikian, hasil penelitian ini dapat diartikan bahwa harapan pada diri sendiri dapat berpengaruh secara signifikan terhadap stres akademik. Meskipun salah satu dimensi dari harapan akademik tidak berpengaruh terhadap stres akademik, namun secara simultan harapan orang tua dan dosen sera harapan akademik berpengaruh pada stres akademik, hal ini ditunjukkan dengan nilai f hitung lebih besar dari 4. Bila nilai f lebih besar daripada 4 maka h0 dapat ditolak pada derajat Seminar
and call for
paper
kepercayaan 5%. Dengan kata lain kita menerima hipotesis alternative yang menyatakan bahwa semua variabel independen secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen (Ghozali, 2011). Penelitian ini menunjukkan bahwa harapan orang tua dan dosen tidak memiliki pengaruh terhadap stres akademik, namun secara simultan masih mampu mempengaruhi stres akademik secara simultan sebagaimana hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Tan dan Yates (2011) yang melakukan penelitian dengan menguji AESI (Academic Expectation Stress Inventory). Dimana dalam penelitiannya menunjukkan bahwa harapan akademik baik dari orang tua dan dosen maupun dari diri sendiri berpengaruh terhadap tingkat stres akademik seseorang. Dengan demikian, semakin tinggi harapan akademik yang diterima mahasiswa maka semakin tinggi pula stres akademik yang akan dialami mahasiswa tersebut. Hasil analisis deskriptif menunjukan bahwa indikator yang memiliki nilai tertinggi adalah harapan orang tua dan dosen dengan nilai persentase sebesar 76,37% sedangkan harapan diri sendiri juga tergolong tinggi dengan persentase sebesar 70,41%. Harapan orang tua dan dosen memiliki nilai tertinggi yang berarti bahwa mahasiswa pada tahun pertama menganggap orang tua dan dosen mempunyai harapan yang lebih pada mahasiswa tersebut untuk berprestasi secara akademik. Harapan diri sendiri pada penelitian ini juga tergolong tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa FMIPA angkatan 2014 juga memiliki harapan yang tinggi pada diri mereka sendiri untuk memiliki prestasi akademik yang baik. Sehingga harapan akademik dapat secara langsung mempengaruhi diri sendiri. Harapan diri sendiri menjadi faktor tertinggi penyebab stres akademik dengan nilai koefisien pada persamaan regresi sebesar 0,631. Nilai tersebut
2015
Strategic Agility: Thrive in Turbulent Environment (Research and Practices) Hotel Grasia, Semarang 7 Oktober 2015
MADIC 2015
merupakan nilai tertinggi diantara indikator lainnya. Prokrastinasi Berpengaruh Secara Signifikan Pada Stres Akademik Penelitian ini selain meneliti pengaruh harapan akademik pada stres akademik juga menguji pengaruh prokrastinasi pada stres akademik. Dari semua hipotesis yang diuji hanya hipotesis 2b yang tidak didukung dalam penelitian ini dengan nilai t hitung sebesar 0,154. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan menghadapi deadline mahasiswa FMIPA angkatan 2014 tidak berpengaruh terhadap stres akademik. Sedangkan indikator lainnya memiliki tingkat signifikansi kurang dari 0,05 dan nilai t hitung lebih dari nilai t tabel sebesar 1,655. Keempat dimensi prokrastinasi menunjukan pengaruh yang signifikan pada stres akademik kecuali dimensi pilihan pada kemampuan menghadapi deadline. Dari hasil uji simultas dapat diambil kesimpulan bahwa secara bersama-sama keempat dimensi prokrastinasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap stres akademik, hal ini ditunjukan dengan nilai f hitung sebesar 23,509 yang jauh lebih besar dari empat. Hasil penelitian ini mendukung temuan dari Beheshtifar et al (2011) yang menyatakan bahwa penundaan dianggap perilaku self-handicapping yang mengarah ke waktu yang terbuang, kinerja yang buruk, dan peningkatan stes. Selain itu, efek penundaan dan stres berakibat pada kesehatan perilaku individu, sehingga penunda memiliki stres eksternal ketika dalam melaksanakan tugasnya terkendala oleh waktu. Hasil yang sama juga ditemukan dalam penelitian ini dimana melakukan penundaan tugas akan meningkatkan tingkat stres akademik mahasiswa FMIPA angkatan 2014. Hasil analisis deskriptif dari variabel prokrastinasi menunjukan bahwa dimensi pilihan pada tekanan merupakan dimensi dengan persentase paling tinggi yaitu 73,96% Seminar
and call for
paper
dan diikuti kepuasan pada hasil kerja dengan nilai 69,59%. Sedangkan kemampuan menghadapi deadline tergolong dalam kriteria sedang dengan nilai persentase 57,69% dan pilihan keputusan dengan 57,28%. Hasil ini mengindikasikan bahwa mahasiswa FMIPA angkatan 2014 melakukan penundaan tugas karena mereka merasa bahwa menunda tugas dapat menimbulkan tekanan dan dorongan untuk bekerja dengan lebih keras lagi. Pilihan pada keputusan merupakan dimensi dengan nilai terendah. Hal ini dapat diartikan bahwa mahasiswa pada dasarnya tidak memilih untuk menunda-nunda tugas akademik. Selain itu, mahasiswa tersebut juga tidak melihat diri mereka mampu menyelesaikan tugas ketika sudah mendekati deadline. Dengan kata lain, mahasiswa angkatan 2014 FMIPA pada tahun pertamanya melihat penundaan tugas bukan sebagai pilihan yang baik. Akan tetapi, ketika penundaan tugas tersebut harus dilakukan mahasiswa menilai bahwa penundaan tugas tersebut dapat memberikan tekanan dan dorongan lebih untuk menyelesaikan tugas. Efikasi Diri Memoderasi Hubungan Antara Harapan Akademik, Prokrastinasi, dan Stres Akademik Uji residual digunakan dalam penelitian ini untuk menguji peran moderasi efikasi diri pada hubungan antara harapan akademik, prokrastinasi, dan stres akademik. Hasi uji residual menemukan bahwa efikasi diri tidak memiliki peran moderasi dalam hubungan antar variabel dimana tingkat signifikansi lebih tinggi dari 0,05 yaitu 0,105. Hal ini diartikan bahwa efikasi diri mahasiswa angkatan 2014 fmipa tidak memiliki pengaruh pada hubungan antara harapan akademik, prokrastinasi, dan stres akademik. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh penelitian yang dilakukan oleh roddenberry dan renk (2010:43) dimana hasil penelitiannya menunjukan bahwa locus of control dan efikasi
2015
Strategic Agility: Thrive in Turbulent Environment (Research and Practices) Hotel Grasia, Semarang 7 Oktober 2015
MADIC 2015
diri dapat mempengaruhi hubungan antara stres akademik dan kelelahan. Namun demikian, hasil penelitian ini lebih mendukung hasil penelitian yang dilakukan et al oleh Morton (2014:100)yang menunjukkan bahwa efikasi diri tidak memiliki pengaruh yang signifikan pada tingkat stres akademik mahasiswa. Dalam sebuah penelitian telah dibuktikan bahwa efikasi diri berhubungan dengan kontrol diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, kinerja dan tugas dan upaya dalam pemecahan masalah (Cherian dan Jolly, 2013: 80). Hal ini menunjukkan bahwa harapan akademik dan prokrastinasi dianggap oleh para mahasiswa bukan sebagai ancaman namun sebagai sebuah dorongan dan motivasi sehingga efikasi diri dalam penelitian ini tidak dapat mengurangi atau meningkatkan dampak harapan akademik dan prokrastinasi terhadap stres akademik mahasiswa. Dari hasil analisis despriptif menunjukan bahwa tingkat efikasi diri mahasiswa angkatan 2014 FMIPA tergolong tinggi dengan tingkat persentase sebesar 70%. Hal ini menunjukan bahwa mahasiswa tersebut merasa cukup percaya pada kemampuan diri sendiri untuk berprestasi baik diluar maupun didalam kampus. Selain itu, indikator yang menunjukan bahwa mahasiswa merasa percaya diri ketika berhubungan dengan orang lain memiliki rata-rata yang lebih tinggi dibanding indikator lainnya menyebabkan peran efikasi diri tidak berpengaruh pada tingkat stres akademik mmahasiswa. Kepercayaan diri ketika berhubungan dengan orang tidak tidak memiliki hubungan yang erat dengan tugas perkuliahan sehingga tidak akan mempengaruhi dampak dari harapan akademik dan prokrastinasi. SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil analisis data dalam penelitian ini menunjukan hasil yang diluar dugaan dimana Seminar
and call for
paper
beberapa hipotesis ditolak atau tidak didukung dalam penelitian ini. Secara umum, dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hipotesis 1 diterima, dari dua dimensi harapan akademik, hanya harapan pribadi yang dapat mempengaruhi tingkat stres mahasiswa semester 2 FMIPA UNNES. Namun demikian secara simultan atau bersama-sama, harapan orang tua dan dosen serta harapan pribadi mampu mempengaruhi secara signifikan terhadap stres akademik. Hipotesis 2 diterima dan didukung dalam penelitian ini kecuali hipotesis 2b yang menyatakan bahwa kemampuan mengahadapi deadline berpengaruh terhadap stres akademik. Dengan demikian dimensi prokrastinasi yang dapat mempengaruhi tingkat stres akademik mahasiswa adalah pilihan pada tekanan, pilihan pada keputusan dan kepuasan pada hasil. Sama halnya dengan harapan akademik, prokrastinasi atau penundaan tugas berpengaruh seignifikan pada stres akademik. Hipotesis 3. Hipotesis tiga menyatakan bahwa terdapat peran moderasi efikasi diri dalam hubungan antara harapan akademik, prokrastinasi, dan stres akademik. Dari hasil penelitian ini didapati bahwa H3 ditolak sehingga efikasi diri bukanlah variable moderasi yang dapat mempengaruhi hubngan antar mahasiswa.
Keterbatasan Penelitian Peneliti sangat memahami kemungkinan kesalahan yang dibuat peneliti. Sehingga peneliti merangkum beberapa keterbatasan dan tidak bisa diselesaikan dalam penelitian saat ini yaitu penelitian ini menggunakan sampel yang relatif kecil dan hanya diambil dari satu fakultas di salah satu universitas sehingga hasil penelitian ini tidak bisa digeneralisasikan. Penelitian ini dilakukan diakhir semester 2 sehingga mahasiswa baru sudah mulai beradaptasi dengan lingkungan barunya diuniversitas. Kuesioner yang
2015
Strategic Agility: Thrive in Turbulent Environment (Research and Practices) Hotel Grasia, Semarang 7 Oktober 2015
MADIC 2015
digunakan dalam penelitian ini merupakan kuesioner yang diterjemahkan dari bahasa asing yaitu bahasa Inggris. Perbedaan gaya bahasa membuat kuesioner terjemahan cukup sulit untuk dipahami oleh beberapa responden. Saran Adapun saran-saran yang dapat peneliti sampaikan kepada pihak universitas adalah agar universitas dapat mengadakan pelatihan, pengembangan, dan memberikan motivasi untuk meningkatkan harapan akademik setiap mahasiswanya khususnya harapan yang berasal dari pribadi mahasiswa. Mengembangkan sistem pendidikan dan pembelajaran yang dapat mengurangi kebiasaan menunda pekerjaan. Sedangkan saran penelitian selanjutnya adalah agar dapatmenggunakan jumlah sampel yang lebih banyak dengan objek penelitian yang lebih luas. Selain itu peneliti merekomendasikan untuk menggunakan Structural Equation Modeldalam melakukan analisis data karena hasil dari analisis data menggunakan SEM lebih akurat. Menggunakan instrumen yang dapat mengukur setiap variabelnya secara tepat dengan tujuan untuk menghindari munculnya missing outliers data dan karena ketidakpahaman responden dalam memahami pertanyaan. Serta mampu mengembangkan setiap dimensi dari harapan akademik dan prokrastinasi.
DAFTAR PUSTAKA Abdulghani, Hamza M., Abdulaziz A. Alkhanhal,
Ebrahim S. Mahmoud, Gominda G. Ponnamperuma, dan Eiad A. Alfaris. (2011). Stress and its Effects on Medical Students: A Cross-Sectional Study at a College of Medicine in Saudi Arabia. J Health Popul Nutr, 29(5) Hal. 516-522.
Among undergraduate Students: Case of University of Botswana. J. Manager. Res. Vol. 8, No. 3, Hal. 064-070. Al-Qaisy, Lama M. (2011). The Relation of Depression and Anxiety in Academic Achievement among Group of University Students. International Journal of Psychology and Counselling, Vol. 3(5), Hal. 96-100. Ang RP., Huan VS., dan Braman OR. (2007). Factorial Structure and Invariance of the Academic Expectations Stress Inventory Across Hispanic and Chinese Adolescent Samples. Child Psychiatry Hum Dev, Vol. 38, Hal. 73– 87. Bandura, A. (1982). Self-Efficacy Mechanism American in Human Agency. Pshychologist, Vol. 37, No. 2, Hal. 122147. Bandura, A. (1997). Self-efficacy: The exercise of control. New York: Freeman. Beheshtifar, Malikeh., Hadis Hoseinifar, Mahmoud Nekoie Moghadam. (2011). Effect Procrastination on Work-Related Stress. European Journal of Economics, Finance and Administrative Sciences, Issue 38, Hal. 59-64. Cherian, Jacob dan Jolly Jacob. (2013). Impact of Self Efficacy on Motivation and Performance off Employees. International Journal of Business and Management. Vol. 8, No. 14. Choi, JN dan Moran SV. (2009). Why Not Procrastinate? Development and Validation of a New Active Procrastination Scale. The Journal of Social Psychology, 2009, 149(2), 195– 211. Ghozali, Imam. 2011. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19”. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Agolla, J.E., dan Ongori, H. (2009). An Assessment of Academic Stress
Seminar
and call for
paper
2015
Strategic Agility: Thrive in Turbulent Environment (Research and Practices) Hotel Grasia, Semarang 7 Oktober 2015
MADIC 2015
Ghufron, M. Nur dan Rini Risnawita S. Teori-Teori Psikologi. (2010). Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Handayani, Sri Wiworo Retno Indah dan Suharnan. (2012).Konsep Diri, Stres, dan Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa. Persona, Jurnal Psikologi Indonesia. Vol. 1, No. 2, hal 114-121. Julianda, Bethari Noor. (2012). Prokrastinasi Dan Efikasi diri Pada Mahasiswa Fakultas Psikologis Universitas Surabaya. Calyptra: jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya.Vol.1 No.1.Knaus, W. J. (2000). Procrastination, blame, and change. Journal of Social Behavior and Personality, 15, 153–166. Kusumaningrum, Andri Tri. (2013). Pengaruh Stressor dan Cara Belajar terhadap Prestasi Belajar pada Mahasiswa Diploma III Kebidanan STIKES Muhammadiyah Lamongan. Surya. Vol. 1, No. 14, Hal. 44-50. Moorhead, Gregory dan Griffin, Ricky W. (Edisi 9) (2011). Perilaku Organisasi, Manajemen Sumber Daya Manusia dan Organisasi. Jakarta: Salemba Empat. Morton, Stephen., Amanda Mergler, dan Peter Boman. (2014). Managing the Transition: The Role of Optimism and Self-Eficacy for First-Year Australian University Students. Australian Journal of Guidance and Counselling, Vol. 24, Issue 1, Hal. 90108. Munir, Tahira., Sameera Shafiq, Zahoor Ahmad, Sarfaraz Khan. (2015). Impact of Loneliness and Academic Stress on Psychological Well Being among College Students. Akademik Research International, Vol. 6(2), Hal. 343-355. Putri, Noor Fitriana Annisa., Sri Wiyanti, dan Aditya Nanda Priyatama. (2010). Hubungan antara Self-Efficacy dengan Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa Program Studi Psikologi Seminar
and call for
paper
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Jurnal Universitas Sebelas Maret. Hal. 1-14. Rice, K. G., Richardson, C. M. E., dan Clark, D. (2012). Perfectionism, Procrastination, and Psychological Journal of Counseling Distress. Psychology, Vol. 1, Hal. 1-15. Roddenberry, Angela, dan Renk, Kimberly. (2010). Locus of Control and SelfEfficacy: Potential Mediators of Stress, Illness, and Utilization of Health Services in College Students. Child Psychiatry Hum Dev, Vol. 41, Hal. 353–370. Rumberger, Rusell W., (1995). Dropping out of Middle School: A Multilevel Analysis of Students and Schools. American Educational Research Journal, Vol. 32, No. 3, Hal. 583-625. Sharma, Anita dan Singh Reetudhwaj. (2014). Combating Educational Stress in Adolescents: The Miraculous Role of Chanting Mantras. Indian Jousnal of Psychological Science, Vol. 5, No. 1, Hal. 25-37. Shokri,
O., Toolabi, S., Ghanaei, Z., Taghvaeinia, A., Kakabaraei, K., Fouladvand, K., (2012). A Psychometric Study of the Academic Self-Efficacy Beliefs Questionnaire. Studies in Learning and Instruction, Vol. 3, No. 2, Hal. 11-16.
Sirois, Fuschia M..(2013). Procrastination and Stress: Exploring the Role of Self compassion.Self and Identify, Vol. 23, No. 2, Hal. 128-145. Solomon, L. J., dan Rothblum, E. D. (1984). Academic Procrastination: Frequency and Cognitive-Behavioural Correlates. Journal of Counseling Psychology, Vol. 31, Hal. 503-509. Steel,
2015
Strategic Agility: Thrive in Turbulent Environment (Research and Practices) Hotel Grasia, Semarang 7 Oktober 2015
Piers. (2007). The Nature of Procrastination: A Meta-Analytic ang Theoritical Review of Quintessential Self Regulatory Failure. Psychological Bulletin, Vol. 133, No. 1, Hal 65-94.
MADIC 2015
Steel, Piers. (2010). Arousal, Avoidant and Decisional Procrastinators: Do They Exist?. Personality and Individual Differences, Vol. 48, Hal. 926-934. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suharsimi, Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :Rineka Cipta. Sun, Jiandong, Dunne, Michael P., Hou, Xiang-Yu, dan Xu, Ai-qiang (2011) Educational Stress Scale for Adolescents: Development, Validity, and Reliability with Chinese Students. Journal of Psychoeducational Assessment, 29(6), Hal. 534-546. Tan, Joyce Beiyu dan Shirley Yates. (2011). Academic Expectations as Sources of Stress in Asian Students. Social Psychology Education, Vol. 14, Hal. 389-407. Tice, D. M., dan Baumeister, R. F. (1997). Longitudinal study of Procrastination, Performance, Stress and Health: The Cost and Benefits of Dawdling. Psychologycal Science, Vol. 8(6), Hal. 454-458. Ursia, N. R., Siaputra, I. B., sutanto, N. (2013). Prokrastinasi Akademik dan Self-control pada mahasiswa skripsi Fakultas Psikologi Universitas Makara Seri Social Surabaya. Humaninora, Vol. 17(1), Hal. 1-18. Wibisono, Dermawan. (2002). Riset Bisnis Panduan bagi Praktisi dan Akademisi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Zajacova, Anna., Scott M. Lynch, dan Thomas J. Espenshade. (2005). SelfEfficacy, Stress and Academic Success in College. Research in Higher Education, Vol. 46, No. 6, Hal. 677706
Seminar
and call for
paper
2015
Strategic Agility: Thrive in Turbulent Environment (Research and Practices) Hotel Grasia, Semarang 7 Oktober 2015
MADIC 2015