EFEKTIVITAS TEKNIK ’PERMAINAN DIALOG’ DALAM KONSELING KELOMPOK GESTALT UNTUK MENGURANGI KECEMASAN KOMUNIKASI SISWA PADA PROSES BELAJAR MENGAJAR DI KELAS Heni Sulisatul Mardiyah1 dan Sutijono2 Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk menguji keefektivan teknik permainan dialog dalam konseling kelompok Gestalt untuk mengurangi kecemasan komunikasi siswa pada proses belajar mengajar di kelas. Penelitian ini menggunakan rancangan preeksperimental, bentuk pre-test dan post-test dalam satu kelompok. Subjek penelitian adalah siswa kelas X-4 SMA Negeri 13 Surabaya yang memiliki skor kecemasan komunikasi pada proses belajar mengajar di kelas pada kategori tinggi. Subjek tersebut sebanyak lima siswa. Uji tanda dalam Statistik non parametrik digunakan sebagai teknik analisis data..Sehingga dapat disimpulkan bahwa teknik permainan dialog dalam konseling kelompok Gestalt efektif untuk mengurangi kecemasan komunikasi siswa pada proses belajar mengajar di kelas.
Kata kunci: Teknik permaianan dialog, konseling kelompok Gestalt, kecemasan komunikasi, proses belajar mengajar di kelas. Pendahuluan Relasi antar manusia dibangun melalui komunikasi. Seseorang yang jeli memperhatikan pengungkapan diri orang yang berkomunikasi dengan dirinya akan mampu menggunakan perilaku sendiri dan perilaku orang lain untuk memilih perilaku selanjutnya yang tepat (Hardjana, 2007). Hambatan di dalam pendidikan tidak terlepas dari komunikasi. Hal ini didasarkan pernyataan, “Dalam proses pendidikan sering kita jumpai kegagalan-kegagalan, hal ini biasanya dikarenakan lemahnya sistem komunikasi” (Gunawan, 2009). Penyebab tidak berhasilnya pendidikan sebagai akibat dari penerapan metode pendidikan konvensional, anti dialog. Tanpa komunikasi tidak akan mungkin ada pendidikan sejati (Najip, 2003). Menurut Burgon dan Ruffner, “Kecemasan komunikasi ditandai ketidaksediaan untuk berkomunikasi, penghindaran dari partisipasi dan rendahnya pengendalian terhadap situasi komunikasi” (Azwar, 2008:143). Beberapa Indikasi kecemasan komunikasi juga dialami oleh beberapa siswa-siswi di SMA Negeri 13 Surabaya tepatnya di kelas X-4. Berdasarkan observasi, yang dilakukan sebelumnya di SMA Negeri 13 Surabaya, hasil menunjukkan bahwa terdapat 12,5% siswa yang memiliki kecemasan komunikasi dalam kategori tinggi. Penampakan dari kecemasan 1 2
Alumni Prodi BK FIP Unesa Staf Pengajar Prodi BK FIP Unesa
komunikasi dalam proses belajar mengajar, seperti rendahnya frekuensi partisipasi dalam situasi komunikasi, menghindari partisipasi, serta ketidakmauan berbaur dengan teman lainnya. padahal komunikasi ini merupakan bentuk indikasi pengembangan dari diri siswa dalam menangkap setiap stimulus informasi dan materi yang ditransfer guna pengembangan dirinya. Lain halnya jika tidak ada guru di kelas, keadaan kelas sangat ramai. Secara alamiah, setiap orang mampu berbicara. Berbicara sudah merupakan aktivitas rutin sehari-hari (Sugiana, 2008). Hasil penelitian ilmiah membuktikan, bahwa 70% waktu bangun (terjaga) digunakan untuk berbicara dengan orang lain. Nyaris tidak ada seorang pun di dunia ini yang tahan untuk tidak berbicara (Rakhmat, 2003). Parrot mengemukakan konseling Gestalt telah diterapkan sebagai suatu pendekatan yang efektif untuk konseli-konseli yang memiliki masalah kecemasan (Darminto, 2007). Didukung oleh Bryant, Kessler, & Shirar (1992), konseling Gestalt digunakan sebagai metode intervensi krisis, masalah yang berkaitan dengan sekolah (Darminto, 2007). Kelompok merupakan kebutuhan remaja yang memberi identitas dan menaikkan harga diri remaja dengan suasana yang menyenangkan (Santrock, 1996). Metodologi Gestalt memiliki penerapan langsung bagi kerja menangani anak-anak dan para remaja dalam proses belajar mengajar di sekolah (Corey, 2005). Oleh karena itu untuk membimbing serta membantu siswa dalam mengurangi kecemasan komunikasi, maka diperlukan cara yang tepat untuk menanganinya. Penggunaan teknik permainan dialog dalam konseling kelompok Gestalt merupakan teknik yang dapat digunakan untuk membantu siswa untuk mengatasi kecemasan komunikasi dengan mencapai kesadaran, menerima diri dan mengintegrasikan kembali bagian-bagian dari dirinya yang telah terpecah. Berdasarkan paparan tersebut dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut: “Apakah teknik permainan dialog dalam konseling kelompok Gestalt efektif untuk mengurangi kecemasan komunikasi siswa pada proses belajar mengajar di kelas ?” Tujuan penelitian ini adalah ingin menguji hipotesis yaitu teknik permainan dialog dalam konseling kelompok Gestalt efektif untuk mengurangi kecemasan komunikasi siswa dalam proses belajar mengajar di kelas. Adapun manfaat yang diharapkan adalah: (1) Bagi Sekolah hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sumber masukan pada pihak sekolah yang nantinya akan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan layanan Bimbingan dan Konseling (2) Bagi Peneliti lain hasil peneliti lanjutan hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi
bahan masukan dan acuan peneliti lanjutan untuk meningkatkan dan mengembangkan hasil penelitian ini lebih lanjut. Metode Dalam penelitian ini yang dijadikan subjek penelitian adalah 5 orang siswa kelas X-4 SMA Negeri 13 Surabaya yang memiliki skor kategori tinggi kecemasan komunikasi siswa pada proses belajar mengajar pada di kelas. Bentuk rancangan pre-test dan post-test dalam satu kelompok. Adapun prosedur atau langkah-langkah dari rancangan penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Pemberian pretest untuk mengukur skor kecemasan komunikasi siswa pada proses belajar mengajar di kelas, (2) Memberikan treatment atau perlakuan kepada siswa yang memiliki skor kategori tinggi kecemasan komunikasi siswa pada proses belajar mengajar di kelas dalam jangka waktu tertentu yakni dengan penerapan teknik „permainan dialog‟ dalam konseling kelompok Gestalt, dan (3) Memberikan post-test untuk mengetahui adanya pengurangan skor kecemasan komunikasi siswa pada proses belajar mengajar di kelas. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji tanda (sign test).
Pembahasan 1. Definisi Kecemasan Komunikasi Siswa dalam Proses Belajar Mengajar “Kecemasan komunikasi (Communication anxiety) ini adalah rasa takut, bingung, dan kacau pikiran, tubuh gemetar, dan rasa demam panggung yang muncul dalam komunikasi dengan orang lain” (Hardjana, 2007:94). Burgoon dan Ruffner menyatakan ciri-ciri kecemasan komunikasi terbagi atas: a. Unwillingness atau tidak bersedia berkomunikasi. b. Avoiding atau penghindaran partisipasi. c. Control atau rendahnya pengendalian terhadap situasi komunikasi (Azwar, 2008). Burgoon dan Ruffner menyebutkan bahwa
penyebab kecemasan komunikasi
diantaranya: a. Kepribadian introversi. b.Pengalaman komunikasi yang tidak menyenangkan. c.Kurangnya pengenalan situasi komunikasi yang mempengaruhi intimasi dan empati. d. Ketidakmampuan menyesuaikan diri dengaan individu yang berbeda. e. Faktor lingkungan. f. Reaksi lawan bicara (Azwar, 2008).
Jalaluddin Rakhmat (dalam Amir, 2008), seseorang mengalami kecemasan komunikasi karena beberapa hal: a. Pertama, tidak tahu apa yang harus dilakukan. b. Kedua, orang mengalami kecemasan berkomunikasi karena tahu akan dinilai. c. Ketiga, kecemasan komunikasi menimpa seseorang apabila berhadapan dengan situasi yang asing dan ia tidak siap. Dari berbagai uraian di atas, maka dapat didefinisikan bahwa kecemasan komunikasi siswa adalah suatu perasaan takut diikuti gejala-gejala fisik yang menyertai siswa ketika berkomunikasi dalam suatu proses dari aktivitas yang tersistem oleh sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan belajar di kelas guna mencapai perubahan perilaku.
2. Definisi Teknik Permainan Dialog dalam Konseling Kelompok Gestalt Menurut Levitsky dan Perls, salah satu teknik Gestalt adalah permainan dialog dan diterapkan dengan menggunakan kursi kosong (Corey, 2005). James C. Hansen, Richard R. Stevic, dan Richard W. Warner, JR. (1986:126) menyatakan bahwa, Game of dialogue, When clients are caught between conflicting parts of their personalities (top-dog-underdog; passive-agressive), the conselor may in struct them to play both roles and to carry out a verbal dialogue between the two parts. Such a dialogue brings the conflict into the open so that it may be inspected and resolved. Secara runtut dijelaskan bahwa permainan dialog (top dog-underdog penerapannya melalui kursi kosong) adalah salah satu teknik dalam konseling Gestalt, efektif menangani kecemasan komunikasi siswa di dalam proses belajar mengajar dan dilaksanakan dalam suasana kelompok yang menyenangkan dengan dasar (Darminto, 2007:96), “Praktik dalam konseling Gestalt dapat dilaksanakan melalui format individual maupun kelompok. Namun format kelompok dipandang lebih efisien” Pengembangan prosedur proses terapi konseling Gestalt teknik permainan dialog untuk mengatasi kecemasan komunikasi berdasarkan konstruk Burgon & Rufnerr didasarkan
Joyce & Sill (dalam Safaria, 2005) dan Prayitno (1995), proses
terapi/konseling Gestalt teknik permainan dialog terjadi dalam tahapan tertentu. Tiap tahap dijelaskan di bawah ini: 1) Tahap pertama (The beginning phase) Pada fase permulaan berisi konselor menggunakan metode fenomenologi untuk meningkatkan kesadaran konseli, memberikan hubungan dialogis, mempromosikan dan
mendukung keberfungsian konseli secara sehat serta mendorong konseli mengembangkan dukungan personal dan lingkungannya. 2)
Tahap kedua Peralihan Pembangunan jembatan antara tahap pertama dan ketiga. Tahap ini bertujuan untuk
terbebaskannya naggota dari perasaan enggan, ragu, malu, dan saling tidak percaya untuk memasuki tahap selanjutnya. 3)
Tahap ketiga kegiatan a) Clearing the ground Pada fase ini proses terapi diarahkan pada eksplorasi berbagi introjeksiintrojeksi dari konseli dan berbagai modifikasi kontak yang dilakukan konseli melalui kursi kosong. b) The existential encounter Konseli mulai bekerja dan mengeksplorasi masalah secara lebih mendalam, dan membuat perubahan yang cukup signifikan. Konseli menghadapi kecemasankecemasan sendiri, ketikpastian, dan ketakutan-ketakutan yang selama ini terpendam. c) Integration Konseli mungkin secara baik telah mampu mengatasi krisis-krisis yang dieksplorasi pada tahap sebelumnya. Konseli mengintegrasikan secara menyeluruh dari seluruh diri, pengalaman, dan emosi-emosi. 2) Tahap keempat (ending) Konseli siap untuk memulai hidupnya secara mandiri tanpa supervisi dari konselor.
3. Penggunaan Konseling Kelompok Gestalt Teknik Permaianan Dialog untuk Mengurangi Kecemasan Komunikasi Siswa Disebutkan Parrot konseling Gestalt telah diterapkan sebagai suatu pendekatan yang efektif untuk konseli-konseli yang memiliki masalah kecemasan (Darminto, 2007). Didukung oleh Bryant, Kessler, & Shirar, konseling Gestalt digunakan sebagai metode intervensi krisis, masalah yang berkaitan dengan sekolah (Darminto, 2007). Seseorang didiagnosa gangguan perkembangan pada umumnya mengalami gangguan kecemasan yang merambah banyak aspek dari kehidupannya. Seperti yang dinyatakan oleh Seligman & Muson (2001:272), “ ...people may have been diagnosed with dysthymic disorder (a longstanding, moderality severe depression), generalized anxiety disorder (pervasive anxiety about many aspects of their lives)..”
Dari pendapat para ahli di atas dapat dikemukakan bahwa kecemasan komunikasi dengan seting di sekolah dapat dibantu melalui intervensi konseling kelompok, sehingga siswa dapat melakukan kontak yang bermakna dengan semua aspek dirinya, orang lain, dan lingkungannya. 4. Hasil Penelitian Tabel Data Hasil Pre-test dan Posttest No
Nama
(XB)
(XA)
Arah
Tanda
1
IS
114
101
XA<XB
-
2
PS
113
97
XA<XB
-
3
RP
108
95
XA<XB
-
4
AR
111
91
XA<XB
-
5
DA
111
96
XA<XB
-
Hasil yang diperoleh setelah melakukan teknik permainan dialog dalam konseling kelompok Gestalt dapat diketahui dari angket kecemasan komunikasi dalam proses belajar mengajar yang diberikan kepada subjek penelitian (siswa yang mengalami kecemasan komunikasi pada proses belajar mengajar dalam kategori tinggi). Berdasarkan data dari hasil post-test skor yang diperoleh oleh masing-masing konseli lebih kecil dari skor pretest seperti yang dijelaskan pada halaman sebelumnya. Penurunan skor antara pre-test dan post-test menunjukkan adanya penurunan tingkat kecemasan komunikasi siswa pada proses belajar mengajar, Hasil analisis uji tanda (sign test) menunjukkan bahwa penurunan skor kecemasan komunikasi siswa pada proses belajar mengajar setelah diberi perlakuan teknik permaianan dialog dalam konseling kelompok Gestalt signifikan, karena ρ = 0,031 memiliki harga yang lebih kecil dari α = 0,05. Dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima. Hal ini membuktikan bahwa teknik permainan dialog dalam konseling kelompok Gestalt efektif untuk mengurangi kecemasan komunikasi siswa pada proses belajar mengajar kelas X-4 SMA Negeri 13 Surabaya. Penutup Kesimpulan dari penelitian ini adalah teknik permainan dialog dalam konseling kelompok Gestalt efektif untuk mengurangi kecemasan komunikasi siswa pada proses belajar mengajar di kelas. Hal ini berarti teknik permainan dialog dalam konseling kelompok Gestalt dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi,
berpartisipasi aktif, dan meningkatkan kemampuan siswa dalam mengendalikan situasi komunikasi akibat kecemasan komunikasi siswa pada proses belajar mengajar di kelas. Daftar Rujukan Amir, Rudi. 2008. “Kecemasan Komunikasi”. Jurnal Psikologi, (Online), Vol 17, No.1, (http://lembara.blogspot.com, diakses 17 April 2009). Azwar, Syaifuddin. 2008. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Correy, Gerald. 2005. Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama. Darminto, Eko. 2007. Teori-Teori Konseling. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. Djamarah dan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Putra. Gravetter dan Walnau. 1996. Statistics for the Behavioral Sciences. Fourth Edition. San Francisco State University of New York: Printwise. Gunawan. 2009. “Tiga Pola Komunikasi dalam Proses Belajar Mengajar”. Jurnal Pendidikan, (Online), Vol. 2, No.86, (http//igunkc.blogger.com, diakses 9 April 2010). Hansen, James C. dkk.1986. Counseling Theory and Process. Third Edition. Boston: Allyn and Bacon INC. Hardjana, Agus. 2007. Komunikasi Intarpersonal dan Interpersonal. Yogyakarta: Kanisius. Hariastuti, Retno Tri. (081331790097). 07 Mei 2010:08.48. Konsultasi Uji Validitas Ulang Instrumen. SMS kepada Heni Sulisatul Mardiyah (085235281722). Hayati, Nur. 2009. ”Efektifitas Teknik Relaksasi Otot untuk Menurunkan Kecemasan selama Kegiatan Belajar Mengajar Pada Siswa kelas X-AK SMK PGRI 7 Surabaya”. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: PPB FIP UNESA. Juliandi, Azwar. 2007. ”Teknik Pengujian Validitas dan Reliabilitas” (On line) , (http:/www.azuarjuliandi.com/elearning/) diakses 29 April 2010. Muhidin, Ali Sambas dan Maman Abdurrahman. 2007. Analisis Korelasi Regresi dan Jalur dalam Penelitian. Bandung: Pustaka Setia. Najip, Ahmad. 2003. “Nilai Pedagogis Paulo Freire dan Masa Depan Pendidikan”. Jurnal Pendidikan Network, (Online), Vol.-, No.-, (http//ahmadnajip.network.com, diakses 9 April 2010). Nursalim dan Hariastuti. 2007. Konseling Kelompok. Surabaya: Unesa University Press. Nursalim, Mochammad dan Suradi. 2002. Layanan Bimbingan dan Konseling. Surabaya: Unesa University Press. Phil Joyce & Chorlotte Sills. 2001. Skills in Gestalt Counseling & Psychotherapy. London: Sage Publications. Prasetyo, Anggun Resdasari. 2006. “Pengaruh Penerapan Cope Method terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Komunikasi pada Remaja Awal di SMP Full Day School”. Skripsi diterbitakan ADLN Digital Collections. Surabaya : Airlangga University Library. Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok. Jakarta : Ghalia Indonesia. Rahmansyah, Arif. 2004. “Pengaruh Penggunaan Teknik Modeling Partisipan terhadap Kecemasan Komunikasi Berbicara di Depan Umum pada Siswa Kelas kelas 1-E SMP Negeri 2 Surabaya”. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya : PPB FIP UNESA. Rakhmat, Jalaludin. 2003. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset. Safaria, Triantoro. 2005. Terapi & Konseling Gestalt. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Santrock, John W. 1996. Adolesence (Perkembangan Remaja). Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama. Siegel, Sidney. 1990. Statistik Non Paramatrik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Sudrajat, Akhmad. 2008. “Pendekatan Konseling Gestalt”. Jurnal Bimbingan Konseling, (Online),Vol.-,No.-, (http://akhmadsudrajat.wordpress.com, diakses 22 Mei 2009). Sugiana, Dadang. 2008. “Konsep Dasar dan Teknik Retorika”, Jurnal Retorika (Online), (http://dankfsugiana.wordpress.com/Vol.- , No.- , diakses 19 Mei 2009). Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R& D. Bandung: Alfabeta.