Edusentris, Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pengajaran, Vol. 2 No. 3, Desember 2015
EFEKTIVITAS TEKNIK PERMAINAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA REMAJA Vincentius Wishnu Adhityaputra, Ipah Saripah
[email protected];
[email protected] Universitas Pendidikan Indonesia
ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya penguasaan keterampilan komunikasi interpersonal pada remaja SMA di RPSAA (Rumah Perlindungan Sosial Asuhan Anak) Ciumbuleuit Bandung. Tujuan penelitian adalah menguji efektivitas teknik permainan untuk meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal pada remaja SMA tersebut. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain pre-experiment design. Populasi penelitian adalah seluruh remaja SMA di RPSAA yang berjumlah 20 orang. Teknik analisis data menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank Test. Hasil penelitian menunjukkan: 1) keterampilan komunikasi interpersonal seluruh remaja SMA di RPSAA berada pada kategori tinggi, namun demikian terdapat tiga aspek berada pada kategori sedang yaitu: aspek keterbukaan sikap mendukung, dan kesetaraan; dan 2) teknik permainan mampu meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal remaja SMA di RPSAA. Rekomendasi hasil penelitian ditujukan kepada: 1) pekerja sosial di RPSAA untuk meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal remaja, secara khusus pada aspek keterbukaan, sikap mendukung, dan kesetaraan; dan 2) peneliti selanjutnya untuk mengembangkan desain penelitian dan meneliti pengaruh variabel yang turut memengaruhi peningkatan keterampilan komunikasi interpersonal pada remaja. Kata Kunci: Keterampilan komunikasi interpersonal, teknik permainan. ABSTRACT This study is based on the fact that the mastery of interpersonal communication skillsis important for the adolescents of senior high school age at Rumah Perlindungan Sosial Asuhan Anak (the Social Protection Homes for Children, henceforth RPSAA) Ciumbuleuit, Bandung. The research aims to test the effectiveness of game technique to improve interpersonal communication skills of the senior high school adolescents. It adopted quantitative approach with pre-expermental design. The research population consisted of all senior high school adolescents in the RPSAA, totaling to 20 people. Data were analyzed with Wilcoxon Signed Rank Test. The findings show that : 1) interpersonal communication skills of all senior high school adolescent in the RPSAA are at high category; however, there are three aspects of the skills in the medium category, namely: openness, supportiveness, and equality; and 2) Game technique can improve the interpersonal communication skills of the senior high school adolescents in the RPSAA. The research recommends that: 1) the social workers at RPSAA improve adolescents’ interpersonal communication skills, specifically openness, supportiveness, and equality; and 2) future researchers develop the research design and study the effects of variables on the improvement of interpersonal communication skills among adolescents. Keywords: Interpersonal communication skills, game technique
290
Vincentius Wishnu Adhityaputra & Ipah Saripah, Efektivitas Teknik Permainan
Pendahuluan Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kehidupan anak-anak dan orang dewasa. Masa remaja sering dikenal dengan masa pencarian jati diri. Salah satu tugas perkembangan remaja yang dijelaskan oleh William Kay (dalam Yusuf, 2006, hlm.72) adalah mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar bergaul dengan teman sebaya atau orang lain, baik secara individual maupun kelompok. Hal ini sejalan dengan pendapat Hurlock (1995, hlm. 10) yang mengemukakan: Dalam perkembangannya remaja memiliki tugas perkembangan yang menitikberatkan kepada hubungan sosial yang di antaranya: mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita; mencapai peran sosial pria dan wanita; mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab; serta memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku mengembangkan ideologi. Kemampuan berkomunikasi menjadi hal yang sangat penting untuk dimiliki oleh semua individu, termasuk remaja. Dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat, remaja dituntut untuk mampu mengeluarkan pendapat dan mampu berkomunikasi dengan baik terhadap lawan bicaranya. Sebuah penelitian menemukan bahwa remaja menghabiskan 29 persen waktunya untuk melakukan aktivitas produktif, 31 persen untuk kegiatan perawatan, dan sisanya untuk kegiatan kesenangan. Aktivitas kesenangan utama yang dilakukan oleh remaja adalah bersosialisasi.Mereka sedikit waktu untuk menghabiskan waktu bersama orang dewasa, 60 persen waktunya dihabiskan bersama teman sebayanya. Remaja menghabiskan waktunya dengan melakukan aktivitas seperti belajar, olahraga, dan bermain bersama teman sebayanya (Santrock, 2003). Komunikasi menyentuh segala aspek kehidupan. Sebuah penelitian
mengungkapkan bahwa 70% waktu bangun dalam hidup manusia digunakan untuk berkomunikasi (Rakhmat, 2007).Banyak ahli yang menilai bahwa komunikasi adalah suatu kebutuhan yang sangat fundamental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat. Hovland, at all (dalam Rakhmat, 2007, hlm.3) mendefinisikan komunikasi sebagai “the process by which an individual (the communicator) transmits stimuli (usually verbal) to modify the behavior of other individuals (the audience)”. Sedangkan, Ross (1974, hlm.b7) mendefinisikan komunikasi sebagai “a transactional process involving cognitive sorting, selecting, and sharing of symbol in such a way as to help another elicit from his own experience a meaning or responses similar to that intended by the source”. Esensi dari komunikasi adalah pembentukan diri dan ekspresi dari sebuah identitas dari seorang individu. Pembentukan diri muncul melalui interaksi sosial (Hargie dan Dickson, 2004). Dengan kata lain komunikasi merupakan proses pembentukan diri individu melalui interaksi sosial dengan individu-individu di sekitarnya. Komunikasi interpersonal merupakan bentuk komunikasi yang digunakan oleh individu dalam menjalin interaksi sosial. Menurut Tracy (dalam Asrowi, 2013) salah satu kunci keberhasilan dalam hidup manusia adalah mengembangkan komunikasi interpersonal berdasarkan aspek memprioritaskan relasi dengan manusia (prioritizing relationship with human) dan hidup yang sempurna (living a perfect life). Komunikasi interpersonal akan terlaksana dengan baik jika memenuhi lima indikator, yaitu: keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap mendukung (suportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality) (DeVito, 1997). Oleh karena itu, komunikasi interpersonal menjadi hal yang penting untuk dimiliki oleh setiap individu dari berbagai rentang kehidupan. Di Indonesia, kasus yang dialami oleh remaja akibat permasalahan komunikasi 291
Edusentris, Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pengajaran, Vol. 2 No. 3, Desember 2015
masih sering terjadi, seperti tawuran, kasus geng motor, senioritas yang berujung pada kekerasan. Situs berita online Warta Kota (21 Januari 2015) mengabarkan bahwa terdapat empat orang pelajar SMA yang ditangkap oleh polisi akibat tawuran yang terjadi di Parung, Bogor. Keempat pelajar ini mengaku melakukan tawuran akibat saling ejek. Terdapat satu orang pelajar yang menjadi korban meninggal. Situs berita online Tempo (8 Desember 2014) mencatat bahwa sepanjang Januari - Oktober 2013, Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas Anak) mencatat 229 kasus tawuran pelajar tingkat SMP dan SMA yang mengakibatkan 19 siswa meninggal dunia. Jumlah ini meningkat sekitar 44 persen dibanding tahun lalu yang hanya 128 kasus. Populasi penelitian adalah remaja SMA yang tinggal di Rumah Perlindungan Sosial Asuhan Anak (RPSAA) Ciumbuleuit Bandung. Hasil studi pendahuluan dengan menggunakan Daftar Cek Masalah (DCM) menunjukkan terdapat lima pernyataan terbanyak yang dipilih oleh remaja SMA di RPSAA Ciumbuleuit Bandung. Kelima pernyataan tersebut antara lain: (1) merasa mudah marah; (2) merasa mudah tersinggung dan sakit hati; (3) merasa khawatir tentang kesan orang lain terhadap dirinya; (4) canggung bila berhadapan dengan orang lain; (5) sering merasa khawatir pada sesuatu yang belum pasti. Packard (dalam Budiamin, 2011) mengemukakan, bila seseorang mengalami kegagalan dalam melakukan komunikasi interpersonal dengan orang lain maka ia akan menjadi agresif, senang berkhayal, dingin, sakit fisik dan mental, dan ingin melarikan diri dari lingkungannya. Pandangan Packard, senada dengan pandangan Tedjasaputra (dalam Noviyanti, 2009) yang menjelaskan bahwa remaja yang memiliki kesulitan dalam melakukan komunikasi interpersonal akan mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri, sering marah, cenderung memaksakan kehendak, egois, dan mau menang sendiri 292
sehingga mudah terlibat dalam perselisihan. Dengan kata lain, kegagalan dalam melakukan komunikasi interpersonal yang dialami oleh remaja dengan lingkungan sekitarnya akan mengakibatkan remaja menjadi dikucilkan, mengalami penolakan, dan lingkungan sekitar menolak kehadirannya. Hal ini akan berdampak pada semakin sulitnya remaja dalam mengembangkan interaksi sosialnya. Terdapat berbagai penelitian yang telah diteliti sebelumnya, mengenai pentingnya komunikasi interpersonal bagi remaja. Penelitian yang telah dilakukan oleh Sujarwo (2010) dengan judul penelitian “Efektivitas Bimbingan Teman Sebaya Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa”, menemukan bahwa bimbingan teman sebaya untuk siswa SMA Negeri 1 Pagelaran Kabupaten Pringsewu Lampung terbukti efektif untuk meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa pada aspek percaya, sikap suportif dan sikap terbuka. Firmansyah (2013) melakukan penelitian tentang program konseling kelompok dengan teknik latihan asertif untuk meningkatkan keterampilan interpersonal siswa. Penelitian ini dilakukan terhadap remaja putri dengan rentang usia 15-16 tahun. Hasil penelitian menunjukkan konseling kelompok dengan teknik latihan asertif efektif untuk meningkatkan keterampilan interpersonal siswa, yakni dalam aspek mendengarkan, mempresentasikan, dan memnbantu.Latihan asertif yang efektif untuk meningkatkan keterampilan interpersonal siswa berupa pemberian perintah, pemberian contoh, umpan balik, pengalihan perilaku, dan penugasan pekerjaan rumah. Penelitian tentang keterampilan komunikasi interpersonal juga dilakukan oleh Zuhara (2014), dengan judul peneltitian “Efektivitas Teknik Sosiodrama Untuk Meningkatkan Komunikasi Interpersonal Siswa”. Penelitian dilakukan dengan subjek penelitian kelas X di SMA Kartika Siliwangi 1 Bandung. Teknik analisis data dilakukan
Vincentius Wishnu Adhityaputra & Ipah Saripah, Efektivitas Teknik Permainan
dengan inventori, angket, wawancara dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan teknik sosiodrama efektif untuk meningkatkan komunikasi interpersonal ditandai pada perubahan kemampuan komunikasi interpersonal siswa pada setiap aspeknya serta peningkatan yang signifikan skor rata-rata saaat pretest dan posttest. Berdasarkan kajian hasil penelitian dari beberapa penelitian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa keterampilan komunikasi interpersonal perlu dilatihkan bagi remaja. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan komunikasi interpersonal remaja melalui kegiatan bimbingan kelompok dengan teknik permainan. Bimbingan kelompok merupakan upaya bantuan untuk mengembangkan kemampuan bersosialisasi siswa (secara khusus kemampuan berkomunikasi) dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Pendekatan bimbingan kelompok dipandang lebih efektif digunakan untuk mengatasi masalah yang dialami oleh remaja, karena salah satu dari karakteristik remaja adalah memiliki hubungan yang lebih dekat dengan teman sebaya. Permainan merupakan teknik yang sesuai untuk belajar keterampilan sosial, secara khusus dalam mengembangkan komunikasi interpersonal. Melalui permainan tercipta suasana yang santai dan menyenangkan, sehingga akan mempermudah dalam memecahkan masalah, mengambil keputusan, merencanakan sesuatu dan berkomunikasi dengan baik dalam arti memperkuat kepribadian (Agus, 2011, hlm.21). Adapun alasan yang mendasari penggunaan teknik permainan untuk mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal siswa di dalam penelitian ini, antara lain: (1) aktivitas bermain menuntut peserta untuk secara aktif terlibat dalam aktivitas yang telah ditentukan oleh pembimbing, (2) aktivitas bermain merupakan aktivitas serius dimana peserta mengalami secara langsung terkait dengan
perilaku yang dipelajari, dan (3) aktifitas bermain memfasilitasi peserta dalam mengembangkan keterampilan sosialnya, serta memungkinkan untuk menemukan pembelajaran yang baru dalam suasana santai (Piaget et.al, dalam Johnson et.al, 2015). Tujuan penelitian adalah menguji efektivitas teknik permainan dalam meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal pada remaja SMA di Rumah Perlindungan Sosial Asuhan Anak Ciumbuleuit Bandung. Hipotesis penelitian adalah “teknik permainan dapat meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal remaja SMA di RPSAA Bandung”. Teori yang mendasari penelitian adalah teori komunikasi interpersonal dari DeVito (1997) dan teori permainan dari Jacobs (dalam Rusmana, 2009). Menurut DeVito, (1997, hlm. 5) komunikasi interpersonal diartikan sebagai berikut, interpersonal communication is the verbal and nonverbal interaction between two (or sometimes more than two) interdependent people (komunikasi interpersonal adalah interaksi secara verbal dan non verbal antara dua orang atau lebih yang saling mempengaruhi). Selanjutnya DeVito menjelaskan bahwa, memahami proses komunikasi interpersonal menuntut pemahaman hubungan simbiotis antara komunikasi interpersonal dengan perkembangan relasional. Komunikasi mempengaruhi perkembangan relasional, dan pada gilirannya (secara serentak), perkembangan relasional mempengaruhi sifat komunikasi antara pihak-pihak yang terlibat dalam hubungan tersebut. Terdapat lima ciri efektivitas dari komunikasi interpersonal yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), kesetaraan (equality) (DeVito, 1997). Kelima ciri efektivitas dari komunikasi interpersonal menjadi aspekaspek komunikasi interpersonal dan fokus dari penelitian ini. Jacobs (Rusmana, 2009) menyebutkan 293
Edusentris, Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pengajaran, Vol. 2 No. 3, Desember 2015
teknik permainan terdiri atas 14 teknik, antara lain: menulis (written), gerak (movement), lingkaran (rounds), dyad dan triad, creative props, art and crafts, fantasi. bacaan umum, umpan balik, kepercayaan (trust), experiential,dilemma moral, keputusan kelompok, dan sentuhan (touching). Dari keempat belas teknik permainan ini, digunakan lima teknik permainan sebagai dalam pelaksanaan program intervensi, yaitu: 1) written (menulis); 2) dyad dan triads; 3) art dan crafts; 4) kepercayaan; dan 5) experiential. Alasan yang mendasari pemilihan lima teknik permainan yang digunakan untuk meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal didasarkan pada pertama teori teknik permainan. Tujuan dan manfaat dari kelima teknik permainan ini, antara lain: 1) mengembangkan diskusi dan partisipasi; 2) memfokuskan kelompok; 3) mengangkat suatu fokus, 4) memberi kesempatan untuk pembelajaran eksperiensial, dan 5) meningkatkan level kenyamanan (Rusmana, 2009, hlm. 15-16). Kedua, visibilitas peneliti dalam implementasi teknik permainan untuk meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal, artinya peneliti mempertimbangkan kelayakan dan kemungkinan kelima teknik permainan dapat diimplementasikan. Dengan melihat tujuan dan manfaat dari masingmasing teknik permainan, serta visibilitas peneliti dalam peneliti dalam implementasi teknik permainan, maka diasumsikan kelima teknik permainan dapat meningkatkan aspek keterampilan komunikasi interpersonal. Metode Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain eksperimen. Desain eksperimen yang digunakan adalah pre-experiment design. Bentuk pre-experiment design yang digunakan adalah “one-group pre testpost test design”, yaitu suatu teknik untuk mengetahui efek sebelum dan sesudah perlakuan.Subyek penelitian pada desain 294
ini tidak memiliki kelompok kontrol, sering disebut juga sebagai single group experiment. Populasi penelitian adalah 20 orang remaja SMA di RPSAA Ciumbuleuit Bandung. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah keterampilan komunikasi interpersonal remaja SMA di RPSAA Ciumbuleuit Bandung. Konstruk yang dikembangkan berdasarkan pada perumusan dan pengembangan teori mengenai komunikasi interpersonal dari DeVito (1997). Instrumen dirancang dalam bentuk item tertutup. Skala yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan metode Likert Summating Rating Scale. Skala keterampilan komunikasi interpersonal telah diuji validitasnya melalui expert judgment kepada dosen ahli, uji keterbacaan kepada sepuluh orang siswa SMA, dan diuji validitas dengan menggunakan koefisien korelasi spearman range serta dilakukan uji reliabilitas dengan teknik analisis alpha cronbach dengan bantuan program komputer SPSS (Statistical Program for Social Windows) versi 20.0. Hasil uji validitas diperoleh 44 item yang dinyatakan valid. Hasil uji reliabilitas diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,744 yang berarti skala keterampilan komunikasi interpersonal layak digunakan untuk penelitian. Penentuan kategorisasi ditempuh dengan menggunakan indeks persentase. Terdapat tiga kategorisasi yang digunakan dalam penelitian ini. Kategorisasi tinggi, jika responden mendapat skor dengan interval 67-100. Kategorisasi sedang, jika responden mendapat skor dengan interval 34-66. Kategorisasi rendah, jika responden mendapat skor 1-33. Hasil dan Pembahasan Remaja SMA yang menjadi sampel dalam treatment ini adalah seluruh remaja SMA di RPSAA, dengan jumlah 20 orang. Pada saat treatment terdapat satu orang yang keluar dari RPSAA, sehingga jumlah peserta
Vincentius Wishnu Adhityaputra & Ipah Saripah, Efektivitas Teknik Permainan
yang mengikuti kegiatan intervensi berjumlah 19 orang. Dalam proses berlangsungnya pemberian treatment kepada 19 remaja SMA di RPSAA, hanya 9 orang yang mengikuti seluruh treatment, maka 10 orang remaja SMA di RPSAA yang tidak mengikuti keseluruhan treatment tidak diberikan post test. Mengingat data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data ordinal maka teknik analisis data yang digunakan adalah non parametrik. Hasil penelitian menunjukkan secara keseluruhan terdapat peningkatan keterampilan komunikasi interpersonal remaja SMA di RPSAA Ciumbuleuit Bandungsebelum (pre test) dan setelah (post test) diberikan treatment. Hasil perbedaan skor pre test dan post test dapat dilihat pada Grafik 1.
Grafik 1 Perbedaan Skor Pre Test dan Post Test Keterampilan Komunikasi Interpersonal Remaja SMA di RPSAA Ciumbuleuit Bandung Pada Grafik 1 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan persentase antara pre test dan post test pada setiap subjek penelitian. Pada masing-masing subjek penelitian menunjukkan terdapat peningkatan secara signifikan setelah diberikan treatment. Perbedaan keterampilan komunikasi interpersonal pada subjek penelitian antara sebelum diberikan treatment (pre test) dan sesudah diberikan treatment (post test), ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Perbandingan Keterampilan Komunikasi Interpersonal Kategori
Interval
Tinggi Sedang Rendah
67-100 34-66 1-33
Jumlah Siswa Pre Test Post Test 8 9 1 0 0 0
Pada Tabel 1 tampak jelas terdapat perbedaan jumlah subjek penelitian antara sebelum diberikan treatment (pre test) dan sesudah diberikan treatment (post test). Sebelum diberikan treatment terdapat 8 subjek penelitian yang berada pada kategori tinggi dan 1 subjek penelitian berada pada kategori sedang. Setelah diberikan treatment subjek penelitian berada pada kategori tinggi. Untuk menguji hipotesis ditempuh dengan menggunakan analisis statistik dengan bantuan program SPSS (Statistical Program for Social Windows) versi 20.0 dengan menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank Test. Taraf signifikan dalam uji ini adalah α = 0,05. Hasil uji Wilcoxon Signed Rank Test disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Uji Efektivitas Teknik Permainan untuk Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Interpersonal
Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Sesudah Sebelum -2,033b
Kesimpulan Efektif
,042
Ho ditolak apabila nilai asymp sig < nilai α. Hasil analisis menunjukkan nilai assymp sig = -2,033 artinya assymp sig< dari α =0,05 maka Ho ditolak. Kesimpulannya adalah apabila Ho ditolak, maka H1 diterima, yang berarti teknik permainan efektif untuk meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal.
295
Edusentris, Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pengajaran, Vol. 2 No. 3, Desember 2015
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya maka diperoleh beberapa temuan sebagai berikut.Pertama, berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada Grafik 1 yaitu perbedaan skor pre test dan post test, terlihat terdapat peningkatan secara signfikan pada persentase keterampilan komunikasi interpersonal remaja SMA di RPSAA Ciumbuleuit Bandung. Pencapaian keterampilan interpersonal remaja SMA di RPSAA Ciumbuleuit Bandung yang berada pada kategori tinggi menunjukkan bahwa remaja SMA di RPSAA memiliki kemampuan mencapai tingkat komunikasi interpersonal yang optimal pada setiap aspeknya, yaitu memiliki kemampuan yang tinggi dalam melakukan pengiriman pesan kepada teman yang tinggal di RPSAA baik secara verbal maupun non verbal dalam interaksi sehari-hari yang ditandai dengan aspek keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality). Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan pekerja sosial di RPSAA Ciumbuleuit Bandung, terdapat perubahan keterampilan komunikasi interpersonal pada remaja SMA. Adapun kondisi yang terjadi pada remaja SMA setelah diberikan treatment sebagai berikut: 1) adanya sikap saling percaya antar remaja SMA; 2) menghargai perbedaan pendapat teman; 3) berani membuka diri untuk mengungkapkan perasaan maupun pikiran kepada teman; 4) tumbuh sikap peduli dan peka terhadap kebutuhan teman; dan 5) muncul sikap percaya diri untuk berani berbicara kepada orang lain tanpa melihat perbedaan. Kondisi remaja SMA setelah mendapatkan treatmentmenunjukkan keterampilan komunikasi interpersonal remaja SMA meningkat karena adanya dukungan antar teman pada saat proses pelaksanaan treatment maupun melaksanakan rencana tindakan (action plan). Kondisi yang terlihat pada remaja SMA, sesuai dengan pendapat Furman 296
& Buhrmester (dalam Santrock, 2003, hlm. 229) yang mengungkapkan bahwa remaja mengandalkan teman daripada orang tua untuk memenuhi kebutuhan, kebersamaan, meyakinkan diri, dan keakraban. Peningkatan keterampilan komunikasi interpersonal yang dialami oleh remaja SMA di RPSAA setelah mendapatkan treatmen juga dipengaruhi oleh persepsi interpersonal, konsep diri, atraksi interpersonal, dan hubungan interpersonal. Faktor-faktor yang memengaruhi peningkatan keterampilan komunikasi interpersonal pada remaja SMA di RPSAA sejalan dengan pendapat Rakhmat (2007, hlm 78-127) yang menjelaskan komunikasi interpersonal dipengaruhi oleh empat hal, yaitu persepsi interpersonal, konsep diri, atraksi interpersonal, dan hubungan interpersonal. Kedua, berdasarkan hasil pengolahan data uji efektivitas teknik permainan yang disajikan pada Tabel 2, terbukti bahwa teknik permainan efektif dalam meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal. Temuan dalam penelitian ini mendukung pendapat Serok dan Blom (dalam Rusmana, 2009) menjelaskan bahwa bermain game pada intinya bersifat sosial dan melibatkan belajar dan mematuhi peraturan, pemecahan masalah, disiplin diri, dan kontrol emosional serta adopsi peran-peran pemimpin dan pengikut yang semuanya merupakan komponen-komponen penting dalam bersosialisasi. Hasil penelitian ini juga mendukung teori analisis trasaksional yang diperkenalkan oleh Eric Berne (Rakhmat, 2007) dalam bukunya Games People Play. Model analisis transaksional didasarkan pada tiga kepribadian yaitu: orang tua, orang dewasa, dan anak. Dalam model permainan ini, orang-orang yang menjadi subjek penelitian diberikan berbagai macam permainan untuk dilihat bagaimana hubungan interpersonal yang terjadi. Selanjutnya, Eric Berne (Rakhmat, 2007) mengungkapkan bahwa permainan efektif dalam meningkatkan
Vincentius Wishnu Adhityaputra & Ipah Saripah, Efektivitas Teknik Permainan
hubungan interpersonal karena melalui permainan terjadi transaksi yang bersifat komplementer. Kesimpulan dan Saran Keterampilan komunikasi interpersonal seluruh remaja SMA di RPSAA setelah diberikan treatment meningkat dari kategori sedang (berjumlah 1 orang remaja) menjadi seluruh remaja berada pada kategori tinggi. Artinya, mereka memiliki kemampuan yang tinggi dalam melakukan pengiriman pesan kepada teman yang tinggal di RPSAA baik secara verbal maupun non verbal dalam interaksi sehari-hari yang ditandai dengan aspek keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality). Teknik permainan terbukti mampu meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal remaja SMA di RPSAA. Berdasarkan hasil penelitian dan temuan yang didapat maka diajukan saran sebagai berikut. 1. Bagi Pekerja Sosial Pekerja sosial dapat memanfaatkan program intervensi keterampilan komunikasi interpersonal remaja yang telah didesain oleh peneliti sebagai salah satu acuan dalam menyelenggarakan bimbingan pribadi dan sosial kepada remaja SMA di panti sosial. Untuk pelaksanaan program intervensi, secara khusus pada teknik permainan yang digunakan dapat disesuaikan sesuai dengan karakteristik remaja dan visibilitas pekerja sosial. 2. Penelliti Selanjutnya Peneiti selanjutnya perlu untuk meneliti faktor-faktor lain yang memengaruhi keterampilan komunikasi interpersonal remaja SMA di panti sosial, antara lain: 1) lingkungan sekolah; 2) lingkungan; 3) budaya subjek penelitiandanfaktor lainnya yang memungkinkan memengaruhi keterampilan komunikasi interpersonal.
Daftar Rujukan Agus, P. (2011). Efektivitas bimbingan kelompok melalui teknik permainan untuk meningkatkan perilaku prososial siswa (studi kuasi eksperimen pada siswa kelas X SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung tahun pelajaran 2010-2011). Tesis. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan. Asrowi, A. (2013). The effectiveness of asserive training to increase the communication skills of high school students in Surakarta. Dewantara International Jornal of Education, 1 (1), hlm. 95-105. Budiamin, A. (2011). Peran bimbingan dan konseling terhadap komunikasi interpersonal siswa di sekolah. [Online]. Tersedia di www.ilmupendidikancerdas. com (15 Januari 2015). DeVito, J. (1997). Alih bahasa dari Agus Maulana MSM. Komunikasi antar manusia. Jakarta: Professional books. Firmansyah. (2013). Program konseling kelompok dengan teknik latihan asertif untuk meningkatkan keterampilan interpersonal siswa: Studi praeksperimen di kelas x smk bina budi purwakarta tahun ajaran 2011/2012. Tesis. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan. Hargie, O. & Dickson, D. (2004). Interpersonal communication: research, theory, and practice4thEdition. New York: Routledge Hurlock, Elizabeth. (1995). Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakarta : Erlangga. Johnson, E.J. dkk.. (2015). The handbook of the study of play. London: The Strong Noviyanti, I. (2009). Kontribusi komunikasi interpersonal terhadap penyesuaian diri siswa di sekolah: Penelitian deskriptif terhadap siswa kelas x Sekolah Menengah Atas Negeri 10 Kota Bandung Tahun Ajaran 2009/2010. Tesis. Bandung: 297
Edusentris, Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pengajaran, Vol. 2 No. 3, Desember 2015
Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan. Rakhmat, J. (2007). Psikologi komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Rusmana, N. (2009). Bimbingan dan konseling kelompok di sekolah: metode, teknik, dan aplikasi. Bandung: Rizqi Press. Santrock, J.W. (2003). Adolescence perkembangan remaja. Jakarta: Erlangga. Sujarwo. (2010). Efektivitas bimbingan teman sebaya untuk meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa: Studi eksperimen kuasi pada siswa kelas xi ipa 1 sma negeri 1 pagelaran kabupaten pringsewu lampung. Tesis. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan. Tempo.(2015, 8 Desember). Lasro: Pelajar tawuran dipecat. [Online].
298
Tersedia di http://www.tempo.co/read/ news/2014/12/08/064626947/LasroPelajar-Terlibat-Tawuran-Pasti-Dipecat. Warta Kota. (2015, 21 Januari). Empat pelaku tawuran ditangkap di parung. [Online]. Tersedia di http://wartakota.tribunnews. com/2015/01/21/empat-pelaku-tawuranditangkap-di-parung. Yusuf, S. (2006). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya. Zuhara, E. (2014). Efektivitas teknik sosiodrama untuk meningkatkan komunikasi interpersonal siswa (penelitian kuasi eksperimen kelas X di SMA Kartika Siliwangi 2 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014). Tesis. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan.