PENERAPAN LATIHAN ASERTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA Esti Trisnaningtyas1 dan Mochamad Nursalim2 Abstrak :Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji efektifitas penerapan latihan asertif untuk meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal siswa kelas VIII-D SMP N 1 KrianSidoarjo tahun ajaran 2009-2010. Penelitian ini termasuk jenis pre test post test one group design. Alat pengumpul data yang digunakan adalah angket. Subjek dalam penelitian ini adalah delapan orang siswa kelas VIII D yang memiliki keterampilan komunikasi interpersonal rendah. Teknik analisis data yang digunakan adalah statistic non parametric dengan menggunakan uji Wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Thitung ≤ Ttabel. Thitung =0 ≤ Ttabel = 4 dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini memiliki pengertian bahwa penerapan latihan asertif dapat meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal siswa, jadi hipotesisi yang diajukan dalam penelitian ini berbunyi ”penerapan latihan dapat meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal siswa dapat diterima”. Kata Kunci : latihan asertif, keterampilan komunikasi interpersonal
Pendahuluan Komunikasi adalah peristiwa sosial, peristiwa yang terjadi ketika manusia berinteraksi dengan orang lain. Manusia ialah makhluk sosial, yaitu saling membutuhkan antara yang satu dengan yang lainnya. Dalam hubungan sosialnya manusia tidak bisa terlepas dari komunikasi, oleh karena itulah komunikasi merupakan suatu usaha yang dilakukan setiap individu untuk menjalin hubungan dengan orang lain, tetapi dengan komunikasi pula kita bisa menyuburkan perpecahan, menghidupkan permusuhan, menanamkan, kebencian dan sebagainya. Cassagranda (dalam Liliweri 1997:45) mengemukakan bahwa manusia berkomunikasi karena memerlukan orang lain untuk saling mengisi kekurangan dan membagi kelebihan, ingin terlibat dalam proses yang relative tetap dan ingin menciptakan hubungan baru, setiap melakukan komunikasi bukan hanya menyampaikan isi pesan tetapi juga menentukan tingkat hubungan interpersonal. Supratiknya (1995:52) menyatakan bahwa salah satu faktor yang menjadi penghambat dalam hubungan antar pribadi yang intim adalah kesulitan mengomunikasikan perasaan secara efektif. Aneka masalah dalam komunikasi muncul bukan karena perasaan yang kita alami sendiri, melainkan kita gagal mengomunikasikannya secara efektif. 1 2
Alumni Prodi BK FIP Unesa Staf Pengajar prodi BK FIP UNESA
1
Komunikasi interpersonal melibatkan dua unsur pribadi secara penuh dimana keterbukaan dan kejujuran dalam berkomunikasi sangat dibutuhkan, akan tetapi berdasarkan data permasalahan sikap tertutup dari personal sering digunakan dalam berkomunikasi interpersonal untuk menjaga perasaan lawan komunikasi, sebagai akibat dari hal itu dapat menghambat perkembangan individu. Oleh sebab itu dibutuhkan sikap yang dapat mengomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan, dan dipikirkan kepada orang lain. Dalam bimbingan dan konseling sikap tersebut disebut sikap asertif. Sikap asertif ialah sikap yang digunakan untuk mengekspresikan dirinya secara terbuka tanpa menyakiti perasaan orang lain, sehingga dibutuhkan sikap asertif yang tinggi agar komunikasi tersebut dapat terbina dengan baik. Sikap asertif antar individu satu dengan yang lain berbeda, dengan latihan asertif diharapkan individu dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru BK dan informasi dari hasil dokumentasi yang dilaksanakan pada tanggal 17 April 2010, diketahui bahwa perilaku siswa kelas VIII D memiliki permasalahan mengenai hubungan interpersonalnya dikelas pada khususnya dan di sekolah pada umumnya. Dari pengamatan yang dilakukan terbukti siswa tersebut tidak pernah bertegur sapa terlebih dahulu apabila bertemu dengan guru, sulit mengawali dan mengakhiri pembicaraan dengan orang yang lebih tua, sulit mengatakan tidak setuju akan sesuatu hal apabila mereka merasa keberatan akan hal tersebut dan masih banyak siswa yang masih sulit mengungkapkan pendapat dalam situasi diskusi. Kesulitan yang dialami siswa pada umumnya disebabkan siswa tersebut masih kurang memiliki keterampilan dalam melakukan komunikasi dengan orang lain. Hal ini dapat menyebabkan siswa sulit untuk beradaptasi secara langsung, tidak mampu untuk menyatakan tidak, membuat permintaan serta mengekspresikan perasaan secara penuh kepada orang lain. Permasalahan ini tidak dapat dibiarkan karena dapat berpengaruh terhadap prestasi dan hubungan sosial siswa, keterampilan komunikasi interpersonal yang dimiliki siswa khususnya siswa dengan guru, staf-staf sekolah dan siswa dengan seseorang yang belum mereka kenal dapat berpengaruh bagi perkembangan dirinya, mereka kurang mendapatkan informasi yang mungkin dapat berguna bagi perkembangan dirinya, bagi mereka yang tidak mampu mengungkapkan pikiran, pendapat dan keinginan kepada orang lain secara tidak langsung dapat berpengaruh bagi kemajuan daya pikir dan prestasinya.
Pada hakekatnya siswa sebagai manusia merupakan makhluk sosial yang hidup dan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya termasuk lingkungan sekolahnya. Oleh karena itu kemampuan komunikasi yang baik sangat ditekankan untuk menciptakan hubungan baik dengan lingkungan sekitarnya. Menurut Khan (dalam Nursalim 2005:127), orang yang bertindak tidak asertif dapat menjadi pasif atau agresif jika menghadapi tantangan. Dalam perilaku agresif individu memberikan respon sebelum orang lain berhenti berbicara, berbicara dengan keras, dan sebagainya. Sebaliknya perilaku individu yang pasif, individu tampak ragu-ragu, berbicara dengan pelan, memberi persetujuan tanpa memperhatikan perasaannya sendiri, dan sebagainya. Menurut Jhonson (dalam Supratiknya 2000:52) akibat yang timbul apabila perasaan tidak kita komunikasikan secara konstruktif antara lain : dapat menciptakan masalah dalam hubungan pribadi, dapat menyulitkan kita dalam memahami dan mengatasi aneka masalah yang timbul dalam hubungan antar pribadi, apabila hal tersebut dibiarkan begitu saja akan berpengaruh terhadap hubungan sosial siswa serta dapat mempengaruhi prestasi akademik maupun non akademik siswa. Mengingat begitu pentingnya keterampilan komunikasi interpersonal bagi siswa dalam upaya meningkatkan hubungan sosial dengan orang lain serta prestasi akademik dan non akademik siswa, dalam hal ini siswa yang memiliki tingkat keterampilan komunikasi interpersonal perlu mendapat bantuan untuk menunjang hubungan interpersonal dengan orang lain Berdasar kajian literatur di dalam bimbingan konseling terdapat banyak metode yang dapat digunakan untuk membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal, salah satu metode yang direkomendasikan untuk membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal yaitu latihan asertif, Zastrow (dalam Nursalim 2005:129) menyatakan latihan asertif dirancang untuk membimbing manusia menyatakan, merasa dan bertindak pada asumsi bahwa mereka memiliki hak untuk menjadi dirinya sendiri dan untuk mengekspresikan perasaannya secara bebas. Latihan asertif adalah latihan keterampilan yang dapat membantu seseorang berperilaku asertif, dimana perilaku asertif merupakan perilaku antar perorangan atau interpersonal yang melibatkan aspek kejujuran dan keterbukaan pikiran dan perasaan. Dalam hubungan dengan orang lain seseorang diharapkan dapat berperilaku asertif artinya seseorang mampu mengekspresikan
dirinya secara terbuka tanpa menyakiti atau melanggar hak-hak orang lain, maupun mempertahankan dan meningkatkan penguat dalam situasi interpersonal melalui suatu ekspresi perasaan atau keinginan. Latihan asertif pada dasarnya merupakan suatu strategi terapi dalam pendekatan perilaku yang digunakan untuk mengembangkan perilaku asertif pada seseorang untuk meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal dalam membina hubungan dengan orang lain, dimana latihan asertif ditetapkan pada keterampilan dan penggunaan keterampilan bagi individu yang mengalami ketidakmampuan dan kesulitan berkomunikasi dengan orang lain Tujuan latihan asertif adalah meningkatkan kemampuan interpersonal yaitu mampu berkata tidak, membuat permintaan, mengekspresikan perasaan baik positif maupun negative serta membuka dan mengakhiri percakapan. Latihan asertif dapat dijadikan salah satu pilihan bantuan yang dapat diberikan pada siswa yang kurang memiliki keterampilan komunikasi interpersonal. Bruno (dalam Nursalim 2005:129) menyatakan latihan asertif pada dasarnya merupakan suatu program belajar yang dirancang untuk mengembangkan kompetensi manusia dalam hubungannya dengan orang lain. Dalam beberapa literatur konseling dan psikoterapi latihan asertif ditempatkan sebagai salah satu teknik atau strategi bantuan dari pendekatan terapi perilaku. Sebagai suatu strategi terapi, latihan asertif digunakan atau direkomendasikan untuk mengurangi dan menghilangkan gangguan kecemasan serta untuk meningkatkan kemampuan interpersonal individu. Teknik yang banyak digunakan dalam latihan asertif adalah latihan berperilaku, yaitu melakukan atau melatih suatu tindakan yang sesuai dan efektif untuk menghadapi kehidupan nyata yang menimbulkan persoalan pada klien. Dalam menjalin hubungan dengan orang lain, keterampilan komunikasi interpersonal sangat diperlukan, sikap asertif sangat berpengaruh dalam membina hubungan baik dengan orang lain, sehingga dapat menambah pengetahuan yang mungkin belum diketahui yang dapat menunjang prestasi akademik maupun non akademik dan bermanfaat bagi hubungan sosial. Dari permasalahan yang ada di SMP Negeri 1 Krian Sidoarjo, peneliti tertarik untuk mengangkat
permasalahan
keterampilan
komunikasi
interpersonal
siswa
dengan
memberikan layanan konseling kelompok menggunakan penerapan latihan asertif. Berdasarkan uraian di atas, alasan diperlukannya pengujian penerapan latihan asertif untuk meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal siswa kelas VIII D di SMP Negeri 1
Krian Sidoarjo ialah membuktikan keefektifan latihan asertif untuk meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal siswa, karena dengan keterampilan komunikasi yang rendah akan membawa dampak pada hasil belajar dan hubungan sosial siswa yang kurang optimal, dan hal tersebut nampak ketika kegiatan belajar mengajar, diantaranya siswa cenderung pasif, yaitu tidak berani mengajukan pertanyaan pada guru jika mengalami kesulitan, memiliki rasa ketakutan terhadap guru dengan tidak berani menatap wajah secara langsung. Secara operasional masalah tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: Adakah perbedaan tingkat keterampilan komunikasi interpersonal siswa antara sebelum dan sesudah diberikan latihan asertif pada siswa kelas VIII D SMP Negeri 1 Krian Sidoarjo.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah latihan asertif dapat meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal siswa, selanjutnya untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan tingkat keterampilan komunikasi interpersonal siswa antara sebelum dan sesudah pemberian treatment atau pelatihan asertifitas.
Komunikasi Interpersonal Menurut Effendi yang dikutip oleh Lilliweri (1997:12) menyatakan pengertian komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara seorang komunikator dengan komunikan yang sangat efektif dalam hal upaya mengubah sikap, pendapat dan perilaku seseorang karena sifatnya dialogis berupa percakapan dengan arus balik yang bersifat langsung dimana komunikator mengetahui tanggapan komunikan pada saat komunikasi dilakukan. Lilliweri (1997:12) menyatakan bahwa komunikasi interpersonal adalah pengisian pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain dalam hal ingin mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang karena sifatnya yang dialogis, yaitu berupa percakapan. Barnlund (1968) mengemukakan, komunikasi antar pribadi selalu dihubungkan dengan pertemuan dua orang atau lebih yang terjadi secara spontan dan tidak terstruktur, menurut Elfiky (2009:35) menyatakan bahwa komunikasi interpersonal mengacu pada proses internal, yaitu proses kita berkomunikasi dengan diri sendiri, mulai dari pemikiran, persepsi, fokus, kepercayaan, hingga nilai, sedangkan menurut Muhammad (dalam Lilliweri, 1997:26) menyatakan komunikasi interpersonal ialah proses pertukaran informasi yang dapat langsung diketahui balikannya.
Dari beberapa pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal adalah pertemuan antara dua orang atau lebih dalam proses pertukaran informasi dari pengirim pesan dengan tujuan mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang yang bersifat dialogis yaitu berupa percakapan dengan melibatkan unsur pribadi secara utuh dalam penyampaian dan penerimaan pesan secara nyata dengan efek umpan balik secara langsung.
Ciri-ciri Komunikasi Interpersonal Menurut Lilliweri (1997:13) ciri-ciri komunikasi adalah sebagai berikut: a. Spontanitas, terjadi sambil lalu dengan media utama adalah tatap muka b. Tidak mempunyai tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu c. Terjadi secara kebetulan diantara peserta yang identitasnya kurang jelas d. Mengakibatkan dampak yang disengaja dan tidak disengaja e. Kerap kali berbalas-balasan f. Mempersaratkan hubungan paling sedikit dua orang dengan hubungan yang bebas dan bervariasi, ada keterpengaruhan g. Harus menunjukkan hasil h. Menggunakan lambing-lambang yang bermakna Menurut Bernlund yang dikutip oleh Lilliweri (1997:13) memaparkan beberapa ciri komunikasi interpersonal yaitu terjadi secara spontan, kebetulan, tidak mempunyai struktur, tidak mengejar tujuan yang telah direncanakan, identitas keanggotaan kurang jelas, terjadi sambil lalu saja. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri komunikasi interpersonal adalah spontanitas, terjadi sambil lalu dengan media utama tatap muka, tidak mempunyai tujuan utama yang ditetapkan terlebih dahulu, terjadi secara kebetulan, mengakibatkan dampak yang disengaja dan tidak disengaja, seringkali berbalas-balasan, mempersyaratkan hubungan paling sedikit dua orang dengan hubungan yang bebas dan bervariasi, ada keterpengaruhan, menggunakan lambang-lambang bermakna.
Pentingnya Komunikasi Interpersonal Rakhmat (2000:2) menyatakan bahwa komunikasi dapat membantu pertumbuhan manusia dan komunikasi amat erat kaitannya dengan perilaku dan keadaan manusia. Menurut Cassagrande (dalam Lilliweri 1997:45) mengemukakan bahwa manusia berkomunikasi karena memerlukan orang lain untuk saling mengisi kekurangan dan membagi kelebihan, ingin terlibat dalam proses yang relative tetap, mengantisipasi masa depan dan ingin menciptakan hubungan baru. Dari beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal adalah sesuatu yang sangat penting bagi pembentukan hubungan untuk saling mengisi kekurangan dan membagi kelebihan dengan orang lain.
Hal-hal yang perlu dilakukan ketika berkomunikasi a. Menyampaikan pesan Arti pesan menurut (Effendi dalam Lilliweri 1997), pesan yang memenuhi syarat adalah: 1) Pesan dirancang disampaikan sedemikian rupa sehingga menarik perhatian penerima pesan 2) Pesan dapat menggunakan lambing-lambang yang bermakna 3) Pesan dapat membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan,
serta dapat
menyarankan cara-cara untuk memperoleh kebutuhan-kebutuhan 4) Pesan yang menyarankan langkah-langkah yang disesuaikan dengan situasi kelompok komunikan Menurut Lilliweri (1997:22) ada tiga faktor dalam menyusun pesan yaitu: 1) Memerhatikan tata bahasa, dalam memilih kata, menyusun kalimat yang baik dan benar, menggunakan ejaan dengan tepat dan memakai imbuhan yang beraturan 2) Mengenal pengetahuan komunikan 3) Mengenal situasi atau konteks yang dapat mempengaruhi dan dapat mengarahkan suatu keadaan yang sesuai dengan kepentingan seseorang b. Memberikan makna dan memahami informasi Suatu informasi akan lebih berarti apabila dapat menambah pengetahuan, pandangan, mengubah perasaan dan tindakan orang lain
c. Memaknakan pesan secara jelas Salah menafsirkan pesan merupakan hambatan dalam proses komunikasi interpersonal, oleh karena itu memaknakan pesan harus bermakna bebas. Alberti dan Emmons (dalam Nursalim, 2005) mendefinisikan asertif adalah kemampuan mengekspresikan hak, pikiran, perasaan, dan kepercayaan secara langsung, jujur, terhormat, dan tidak mengganggu hak orang lain. Jadi, berani untuk secara jujur dan terbuka menyatakan kebutuhan, perasaan, dan pikiran dengan apa adanya.
Pengertian Latihan Asertif Latihan asertif merupakan suatu strategi konseling dalam pendekatan perilaku yang digunakan untuk mengembangkan perilaku asertif pada klien. Menurut Corey (2007) perilaku asertif adalah ekspresi langsung, jujur, dan pada tempatnya dari pikiran, perasaan, kebutuhan, atau hak-hak seseorang tanpa kecemasan yang beralasan. Langsung artinya pernyataan tersebut dapat dinyatakan tanpa berbelit-belit dan dapat terfokus dengan benar. Jujur berarti pernyataan dan gerak-geriknya sesuai dengan apa yang diarahkannya.
Sedangkan
pada
tempatnya
berarti
perilaku
tersebut
juga
memperhitungkan hak-hak dan perasaan orang lain serta tidak melulu mementingkan dirinya sendiri. Merujuk pada berbagai pengertian di atas, maka latihan asertif merupakan salah satu strategi bantuan dari pendekatan terapi perilaku yang digunakan atau direkomendasikan untuk mengurangi dan menghilangkan gangguan kecemasan serta meningkatkan kemampuan interpersonal individu. Latihan asertif merupakan suatu strategi konseling dalam pendekatan perilaku yang digunakan untuk mengembangkan perilaku asertif pada klien. Sikap asertif memengaruhi banyak segi kehidupan kita. Orang yang asertif cenderung memiliki konflik yang lebih sedikit dengan orang lain, artinya stres dalam hidup mereka berkurang. Mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan dan juga menolong orang lain untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Dengan memiliki hubungan yang saling mendukung, orang yang asertif memiliki orang-orang yang dapat ia andalkan. Hal ini menjauhkan mereka dari stres sehingga tubuh dan jiwa mereka juga menjadi lebih sehat.
Menurut pendapat Corey yang dialih bahasakan E. Koeswara (2003), manfaat latihan asertif yaitu membantu bagi orang-orang yang: a. tidak mampu mengungkapkan kemarahan dan perasaan tersinggung b. menunjukkan kesopanan yang berlebihan dan selalu mendorong orang lain untuk mendahuluinya c. memiliki kesulitan untuk mengatakan “tidak” d. mengalami kesulitan untuk mengungkapkan afeksi dan respon-respon positif lainnya merasa tidak punya hak untuk memiliki perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran sendiri. Lazarus (dalam Nursalim, 2005) “tujuan latihan asertif adalah untuk mengoreksi perilaku yang tidak layak dengan mengubah respon-respon emosional dan mengeliminasi pemikiran irasional”
Tujuan Latihan Asertif Latihan asertif juga bertujuan untuk mengembangkan ekspresi perasaan baik positif maupun negative dan perasaan-perasaan kontradiktif. Hal ini sesuai dengan pendapat Joice & Weill (dalam Nursalim, 2005) bahwa tujuan latihan asertif adalah sebagai berikut: a. mengembangkan ekspresi perasaan baik positif maupun negative b. mengekspresikan perasaan-perasaan kontradiktif, c. mengembangkan perilaku atas dasar prakarsa sendiri Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan latihan asertif yaitu untuk membantu mengoreksi perilaku yang tidak layak dengan mengubah respon-respon emosional dan mengeliminasi pemikiran yang irasional dengan respon-respon baru yang sesuai melalui ekspresi diri. Bentuk Pelaksanaan Latihan Asertif a. menegaskan kondisi khusus dimana perilaku tidak asertif terjadi b. mengidentifikasi target perilaku dan tujuan c. menetapkan perilaku yang tepat dan tidak tepat d. membantu klien membedakan perilaku tepat dan tidak tepat d. mengeksplorasi ide, sikap, dan konsep irasional e. mendemonstrasikan respon yang tidak tepat
f. melaksanakan latihan (behavioral rehearsal) g. mempraktekkan perilaku asertif h. memberikan tugas rumah i. memberikan penguat
Kerangka Berpikir
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Keterampilan Komunikasi Interpersonal Rendah Rendahnya tingkat kemampuan saling memahami terhadap orang lain Rendahnya tingkat pengkomunikasian pikiran Rendahnya tingkat pengkomunikasian perasaan Rendahnya kemampuan untuk saling menerima Rendahnya kemampuan dalam memberikan dukungan, menanggapi masalah, memberikan respon, dan nasehat Rendahnya tingkat kemampuan memecahkan konflik Rendahnya tingkat kemampuan memecahkan masalah antar pribadi
Perubahan Perilaku Ket. Komunikasi Interpersonal Tinggi 1. 2. 3. 4. 5.
6. 7.
Kemampuan saling memahami meliputi membuka diri, sikap percaya Kemampuan mengkomunikasikan pikiran secara tepat dan jelas Mampu mengkomunikasikan perasaan secara tepat dan jelas Kemampuan saling menerima Kemampuan saling memberikan dukungan meliputi memberikan respon dan menanggapi masalah orang lain Kemampuan memecahkan konflik Kemampuan memecahkan masalah antar pribadi secara konstruktif
Latihan Asertif 1. 2. 3.
Pembahasan materi (didactic discussion). Latihan atau bermain peran (behaviour rehearsal/role playing) Praktik nyata (invivo practice)
Metode Sesuai dengan judul penelitian ini yaitu “Penerapan Latihan Asertif untuk Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Interpersonal Siswa Kelas VIII D SMP Negeri 1 Krian Sidoarjo”, maka penelitian ini termasuk penelitian eksperimen semu dengan jenis pre-test post test one group design. Penelitian ini digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh suatu tindakan terhadap suatu variabel, yang mana pendekatan ini diberikan pada satu kelompok saja tanpa ada kelompok pembanding. Pertama-tama dilakukan tes
awal (pre test) lalu diberikan pelatihan dalam jangka waktu tertentu dengan menggunakan latihan asertif. Kemudian dilakukan pengukuran kembali (post test), dengan angket yang sama seperti yang digunakan pada tes awal (pre test). Hasil dan pembahasan a. Hasil
(post
Dari tabel tersebut dapat diketahui
Responden
Pre Test
Post Test
pre test)
bahwa Thitung = 0 dengan n (jumlah pengukuran yang relevan) 8, dan Ttabel
test-
Rank Selisih Mutlak
Signed Rank
Positif
DUKU
89
108
+19
8
+8
ANGGREK
101
107
+6
4
+4
= 4, sehingga dapat ditarik kesimpulan
KAMBOJA
90
103
+13
7
+7
Thitung ≤ Ttabel maka hipotesis nol
SIRSAK
101
105
+4
3
+3
KENANGA
101
110
+9
5
+5
DELIMA
101
104
+3
1,5
+1,5
MANGGIS
101
104
+3
1,5
+1,5
LECI
100
110
+10
6
+6
Jumlah
36
ditolak.
Hal
tersebut
memiliki
pengertian, bahwa penerapan latihan asertif
dapat
meningkatkan
keterampilan komunikasi interpersonal siswa.
b. Pembahasan Berdasarkan hasil analisis angket keterampilan komunikasi interpersonal dapat diketahui bahwa terdapat delapan siswa yang memiliki tingkat keterampilan komunikasi interpersonal yang rendah, setelah diketahui jumlah siswa yang mengalami keterampilan komunikasi interpersonal rendah, kemudian diberikan perlakuan dengan pemberian latihan asertif. Dari perlakuan yang diberikan diperoleh data adanya peningkatan tingkat keterampilan komunikasi interpersonal siswa, hal ini dapat diketahui melalui hasil analisis Uji Peringkat Bertanda Wilcoxon. Pada hasil angket yang telah dikerjakan oleh siswa berikut analisis permasalahan siswa-siswa yang memiliki permasalahan pada keterampilan komunikasi interpersonal. Pada Pre Test DUKU memiliki skor 89, setelah mendapat perlakuan berupa latihan asertif, dan dilakukan post test, skor yang diperoleh DUKU meningkat menjadi 108, sehingga dapat diketahui bahwa DUKU mengalami kenaikan skor sebanyak 19.
Negatif
0
Pada Pre Test ANGGREK memiliki skor 101, setelah mendapat perlakuan berupa latihan asertif, dan dilakukan post test, skor yang diperoleh ANGGREK meningkat menjadi 107, sehingga dapat diketahui bahwa ANGGREK mengalami kenaikan skor sebanyak 6. Pada Pre Test KAMBOJA memiliki skor 90, setelah mendapat perlakuan berupa latihan asertif, dan dilakukan post test, skor yang diperoleh KAMBOJA meningkat menjadi 103, sehingga dapat diketahui bahwa KAMBOJA mengalami kenaikan skor sebanyak 13. Pada Pre Test SIRSAK memiliki skor 101, setelah mendapat perlakuan berupa latihan asertif, dan dilakukan post test, skor yang diperoleh SIRSAK meningkat menjadi 105, sehingga dapat diketahui bahwa SIRSAK mengalami kenaikan skor sebanyak 4. Pada Pre Test KENANGA memiliki skor 101, setelah mendapat perlakuan berupa latihan asertif, dan dilakukan post test, skor yang diperoleh KENANGA meningkat menjadi 107, sehingga dapat diketahui bahwa KENANGA mengalami kenaikan skor sebanyak 6. Pada Pre Test DELIMA memiliki skor 101, setelah mendapat perlakuan berupa latihan asertif, dan dilakukan post test, skor yang diperoleh DELIMA meningkat menjadi 104, sehingga dapat diketahui bahwa DELIMA mengalami kenaikan skor sebanyak 3. Pada Pre Test MANGGIS memiliki skor 101, setelah mendapat perlakuan berupa latihan asertif, dan dilakukan post test, skor yang diperoleh MANGGIS meningkat menjadi 104, sehingga dapat diketahui bahwa MANGGIS mengalami kenaikan skor sebanyak 3. Pada Pre Test LECI memiliki skor 100, setelah mendapat perlakuan berupa latihan asertif, dan dilakukan post test, skor yang diperoleh LECI meningkat menjadi 110, sehingga dapat diketahui bahwa LECI mengalami kenaikan skor sebanyak 10. Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa latihan asertif dapat digunakan untuk menangani siswa yang memiliki tingkat keterampilan komunikasi interpersonal rendah. Hal ini sesuai pendapat yang dikemukakan Zastrow (dalam Nursalim 2005:129) menyatakan latihan asertif dirancang untuk membimbing manusia menyatakan, merasa dan bertindak pada asumsi bahwa mereka memiliki hak untuk menjadi dirinya sendiri dan untuk mengekspresikan perasaannya secara bebas. Menurut Kanfer & Goldstein (1975)
pelatihan asertivitas adalah suatu teknik pelatihan yang dimaksudkan untuk mengajarkan dan membiasakan individu berperilaku asertif dalam hubungan sehari-hari dengan orang lain di sekitarnya, sedangkan menurut Lazarus (1976) tindakan mempertahankan hak – hak dirinya, hal ini dapat terjadi karena adanya kondisi afektif yang meliputi (1) pengetahuan akan hak – haknya, (2) berbuat sesuatu untuk mendapatkan hak – hak tersebut (3) melakukan hal itu untuk mencapai kebebasan emosi. Latihan asertif adalah latihan keterampilan yang dapat membantu seseorang berperilaku asertif, dimana perilaku asertif merupakan perilaku antar perorangan atau interpersonal yang melibatkan aspek kejujuran dan keterbukaan pikiran dan perasaan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dengan pemberian latihan asertif maka keterampilan komunikasi interpersonal siswa yang rendah dapat ditingkatkan, yaitu siswa mampu berkata tidak, membuat permintaan, mengekspresikan perasaan baik positif maupun negatif serta membuka dan mengakhiri percakapan. Dalam penelitian ini peningkatan skor keterampilan komunikasi interpersonal pada setiap siswa tidak menunjukkan hasil yang sama, hal tersebut dikarenakan setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda. Hambatan ketika melakukan penelitian ini salah satu nya ialahterbatasnya waktu, yaitu bertepatan dengan ujian sekolah tetapi hal tersebut dapat diatasi dengan segera. Pada penelitian ini menunjukkan hasil positif tetapi tidak menutup menutup kemungkinan masih terdapat variable yang terkait dengan keterampilan komunikasi interpersonal yang tidak teramati. Pada pemberian treatment kepada siswa kelas VIII D, untuk meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonalnya, materi yang diberikan ketika melakukan role playing disesuaikan dengan masing-masing permasalahan siswa. Adapun materi yang dipergunakan adalah sebagai berikut: 1) DUKU (subjek 1) Permasalahan : tidak bisa terbuka menceritakan masalah kepada orang lain, memendam sendiri semua masalah, tidak bisa marah walaupun teman bersalah Materi : DUKU berperan sebagai anak yang tertutup, pasif dan yang lain berperan sebagai teman dekat di sekolah yang aktif dan terbuka dengan orang lain, selanjutnya peran dibalik, DUKU sebagai teman dekat dan lainnya sebagai anak yang tertutup.
2) ANGGREK Permasalahan : takut berpendapat di kelas dan takut diremehkan dan ditertawakan teman Materi : ANGGREK sebagai siswa dan teman lain sebagai guru lalu sebaliknya. Misalnya di sini ketika pelajaran bahasa Inggris, contoh, dikondisikan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas pada pelajaran bahasa Inggris, dan ANGGREK mengalami kebingungan dengan penggunaan kata much dan many, selanjutnya ANGGREK turut berpartisipasi dalam kegiatan belajar mengajar tersebut dengan mengangkat tangan dan menanyakan sesuatu yang tidak ia pahami, seperti “apakah perbedaan antara much dan many”. 3) KAMBOJA Permasalahan : tidak berani menjawab pertanyaan dari guru walaupun sudah punya jawaban Materi : KAMBOJA diperankan sebagai siswa yang aktif dalam partisipasi di kelas, selain itu memerankan diri menjadi seorang teman yang aktif yaitu dengan memberikan masukan kepada teman lain bahwa menjawab pertanyaan dari guru bisa menambah nilai keaktifan dan melatih keberanian, selanjutnya peran dibalik.
4) SIRSAK Permasalahan : tidak bisa menolak permintaan teman, bahkan teman meminta contekan ketika ulangan juga tidak bisa menolaknya Materi : diajarkan untuk menolak ajakan teman ataupun menolak apabila teman meminta contekan, selanjutnya hal tersebut diaplikasikan dalam bentuk praktek dimana SIRSAK mampu untuk menolak ajakan teman yang negatif, misalnya, SIRSAK sedang belajar untuk perasiapan mengikuti ulangan harian, dengan contoh “maaf saya di kelas saja, saya mau belajar untuk ulangan nanti”, “saya tidak bisa, saya takut ketahuan guru, nanti kalau kita dikeluarkan gimana?” 5) KENANGA Permasalahan : takut kepada guru dan tidak berani menyapa guru jika bertemu
Materi : diajarkan untuk menyapa apabila bertemu guru. Misalnya, “selamat pagi Bu”, “selamat siang Pak”, sambil mencium tangan. Hal tersebut selanjutnya diperankan langsung oleh siswa yang bersangkutan, kemudian peran dibalik 6) DELIMA Permasalahan : tidak bisa mengekspresikan perasaan marah, jengkel, atau sedih dan terlalu pendiam Materi : diberikan masukan tentang pengekspresian perasaan marah, jengkel ataupun sedih secara positif. Contoh yang diambil yaitu kaki yang terinjak oleh teman dan ia merasa kesakitan, sebagai pengekspresian perasaan dengan cara asertif, “maaf kaki kamu menginjak kaki ku…”, sedangkan pengekspresian perasaan secara agresif yaitu dengan berteriak dan membentak sambil melotot. Kemudian hal tersebut diperagakan oleh siswa, dan peran dibalik. 7) MANGGIS Permasalahan : tidak bisa mengawali pembicaraan dengan teman sehingga dijauhi teman-teman Materi : melalui latihan untuk memulai suatu pembicaraan dengan teman dan membuat teman merasa nyaman bersama dengan kita. Misalnya, “kalian masih inget Siska teman kita yang pindah ke luar kota dulu? Bagaimana ya kabarnya sekarang?”. Hal tersebut selanjutnya diperagakan oleh siswa, dan setelah itu peran dibalik. 8) LECI Permasalahan : tidak berani bertanya kepada guru mengenai hal atau penjelasan yang kurang jelas Materi : mempraktekkan bagaimana cara bertanya yang baik kepada guru, dan fungsi mengenai keberanian untuk mengajukan pertanyaan. Contoh yang diambil, “maaf bu.. saya mau menanyakan tentang rumus luas lingkaran yang telah Ibu jelaskan, saya kurang faham dengan hasil 3,14 pada jari-jari lingkaran, yang saya tanyakan dari mana diperoleh angka tersebut, terimakasih” Dari penjabaran keseluruhan permasalahan siswa tersebut dikuatkan dengan adanya bukti otentik dari pengisian angket yang telah dilakukan oleh siswa. Permasalahan yang dialami siswa tersebut nampak pada hasil jawaban yang telah diberikan. Berikut sajian tabel dari kecenderungan nomor item angket dengan permasalahan siswa.
Penutup a. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data menggunakan uji tanda Wilcoxon (Wilcoxon Signed Rank Test) dengan membandingkan skor pre test dan post test dapat diketahui bahwa Thitung = 0 dengan n (jumlah pengukuran yang relevan) 8, dan Ttabel = 4, sehingga dapat ditarik kesimpulan Thitung ≤ Ttabel maka hipotesis nol ditolak. Hal tersebut memiliki pengertian, bahwa penerapan latihan asertif dapat meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal siswa. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat keterampilan komunikasi interpersonal antara sebelum dan sesudah diterapkan latihan asertif. Dengan kata lain latihan asertif dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal siswa. b. Saran Sehubungan dengan selesainya penelitian ini maka diajukan beberapa saran yang berkaitan dengan hasil penelitian antara lain: 1.
Bagi pihak konselor sekolah Konselor diharapkan dapat memberikan latihan asertif kepada siswa yang memiliki tingkat keterampilan komunikasi interpersonal yang rendah, hal tersebut dikarenakan latihan asertif berpengaruh positif terhadap siswa yaitu siswa mampu berkata tidak, membuat permintaan, mengekspresikan perasaan baik positif maupun negatif serta membuka dan mengakhiri percakapan.
2.
Bagi peneliti lain a) Hasil penelitian tentang penggunaan latihan asertif untuk meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal siswa yang rendah dapat merangsang peneliti yang akan datang agar menggunakan latihan asertif untuk meneliti variable lain dengan mengontrol variable-variabel yang sudah diteliti sebelumnya. b) Hasil uji validitas angket diperoleh dari jumlah responden tiga puluh, diharapkan peneliti yang akan datang menggunakan jumlah responden minimal enam puluh atau lima sampai sepuluh kali lipat jumlah item pernyataan angket, hal tersebut sesuai dengan pendapat Syaifudin Azwar dalam bukunya Skala Penelitian
c) Hasil pengukuran tingkat keterampilan komunikasi interpersonal hanya menggunakan angket, hal ini diharapkan akan disempurnakan oleh peneliti selanjutnya dengan mengukur tingkat keterampilan komunikasi interpersonal melalui pengajuan pertanyaan kepada beberapa narasumber di dalam komunitas sasaran penelitian DAFTAR PUSTAKA Arikunto,Suharsimi.1995.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan.Jakarta:PT. Rineka Cipta. Budiarto, Ates.2001.” Penggunaan Latihan Asertif Untuk Menurunkan Tingkat Withdrawl Pada Siswa Kelas VII-E SMP Kemala Bhayangkari 1 Surabaya”.Skripsi tidak diterbitkan.Surabaya: BK FIP UNESA Chaplin, J. P. 1995. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT. Grafindo Persada. Corey, Gerald.2007.Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi.Bandung:PT Refika Aditama Darminto, Eko. 2007. Teori-teori Konseling: Teori dan Praktek Konseling dari Berbagai Orientasi Teoretik. Surabaya: Unesa University Press. Elfiky, Ibrahim.2009.Terapi Komunikasi Efektif.Jakarta:PT Mizan Publika Endah, Dwi Nurul Hidayati.2007.”Penggunaan Latihan Asertif Untuk Mengurangi Ketidakberanian Mengemukakan Pendapat Pada Siswa Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 16 Surabaya”.Skripsi tidak diterbitkan.Surabaya: BK FIP UNESA Hadi, Sutrisno.2000.Statistik.Yogyakarta:Andi. Hadi,Sutrisno.1992.Statistik 2.Bandung: Andi Offset. http://techonly’13/delapan/kompetensi/dasar/mengajar.html (diakses 27 Desember 2009 pukul 10:11) http://www.indomedia.com/poskup/2006/10/14/edisi14/opini.htm (diakses 23 Mei 2009 pukul 11:57) (http://www.ahmadsudrajad.com/?mn=dtnews&s=hotspot&id=107, diakses pada tanggal 20 Maret 2010 pukul 14.00 WIB). Liliweri, Alo.1997.Komunikasi Antar Pribadi.Bandung:Citra Aditya. Nastuti, Sri Puji.2000. “Pengaruh Penerapan Bimbingan Kelompok Model Permainan Kerja Sama Terhadap Hambatan Komunikasi Interpersonal Pada Anak Jalanan Kelas PAUS (1218th) Di Sanggar Alang-Alang Surabaya”.Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: BK FIP UNESA Ningsih, Sri. 1995. “Keefektifan Penggunaan Latihan Asertif sebagai Metode Bimbingan untuk Membantu Siswa Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Interpersonal”. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: BK FIP UNESA Nursalim,Mochamad dan Suradi. 1995. Layanan Bimbingan dan Konseling. Surabaya: Unesa University Press. Nursalim, Mochamad.2005.Strategi Konseling.Surabaya: Unesa University Press Prayitno dan Erman Amti. 1999. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Rakhmat, Jalaludin.1995.Psikologi Komunikasi.Bandung: PT Remaja Rosdakarya Reksoatmodjo, Tedjo.2007. Statistika untuk Psikologi Pendidikan. Bandung: Refika Aditama Siegels, Sidney. 1992. Statistik Non Parametrik Untuk Ilmu Sosial. Jakarta: Gramedia. Sudjana. 1992. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Supratiknya, A. 1995. Komunikasi Antar Pribadi Tinjauan Psikologis. Yogya: Kanisius Susilowati, Caturini.1995.”Hubungan Antara Kurangnya Komunikasi Interpersonal Dengan Tingginya Perilaku Agresif Siswa Kelas X SMAK St. Yusuf Blitar”. Skripsi Tidak Diterbitkan. Surabaya: BK FIP UNESA Tim. 2000. Pedoman Penulisan Ujian Skripsi. Surabaya: Unesa University Press. Tim Penyusun Pedoman Skripsi. 2004. Pedoman Penulisan & Ujian Skripsi Universitas Negeri Surabaya. Surabaya : Unesa. Time Prima Pena.(tidak ada tahun terbit).Kamus Besar Bahasa Indonesia. Gitamedia Press Winkel, W.S. dan M.M. Sri Hastuti. 2004. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yoyakarta: Media Abadi. www.file:///G:/konsekuensi%20asertif.html.com (diakses 24 Mei 2009 pukul 4:56) www.file:///G:/manfaat%20asertif.html.com (diakses 24 Mei 2009 pukul 4:46) www.file:///G:/pengertian%20asertif%201.html (diakses 23 Mei 2009 pukul 11:59)