EFEKTIVITAS RAMBU - RAMBU NOMOR KLASIFIKASI TERHADAP TEMU KEMBALI INFORMASI PADA LAYANAN SIRKULASI DI PERPUSTAKAAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH Skripsi Diajukan untuk melengkapi persyaratan mencapai Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan Oleh: MIRA SETIA UTAMI NIM. A2D009021
JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2013 i
BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perpustakaan merupakan salah satu sarana yang paling efektif bagi pemustaka untuk dibutuhkan.
mendapatkan pengetahuan dan informasi yang
Berbagai
ilmu
pengetahuan
dan
informasi
dikelola
berdasarkan subyek-subyek menurut sistem klasifikasi. Tujuan utama dalam penyelenggaraan perpustakaan yaitu sebagai pusat sumber daya informasi.
Perpustakaan mengelompokkan
ilmu pengetahuan dan
informasi berdasarkan subyek-subyek agar pustakawan dan pemustaka dapat menemukan dan mengetahui koleksi bahan pustaka dengan mudah, cepat dan tepat. Perpustakaan mempunyai peran penting untuk mewujudkan visi dan misi yang ingin dicapai oleh suatu instansi. Setiap instansi memiliki perpustakaan yang berbeda koleksinya. Koleksi tersebut disesuaikan oleh instansi yang terkait. Perpustakaan instansi dapat membantu segala aktivitas
yang
terkait
erat
dengan aspek
pekerjaannya
namun,
perpustakaan instansi sering diabaikkan keberadannya karena letak ruangan yang kurang strategis.
Menurut kalangan Amerika (Brown,
2002) ada lima indikator Perpustakaan berkualitas, yaitu : Service and
1
collections, accesability, variety of literary offerings, comfort of availability of reading / studying spaces, and user satisfaction. Salah satu indikator perpustakaan yang berkualitas adalah comfort of avvailabality of reading / studying spaces. Dalam hal ini, perpustakaan dapat memberikan tempat atau ruang yang nyaman untuk membaca dan belajar. Kenyamanan tempat belajar dan membaca sangat mendukung untuk kegiatan perpustakaan. Seperti pada layanan sirkulasi dan
layanan refrensi,
kenyamanan tempat atau ruangan tersebut dapat terlihat dari desain interior perpustakaan. Desain interior tersebut salah satunya dapat dilihat melalui ramburambu yang tersedia. Rambu-rambu di perpustakaan sangat berperan penting demi terwujudnya situasi yang kondusif dan maksimal. Ramburambu di perpustakaan dapat membantu pemustaka dalam memanfaatkan perpustakaan. Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah, telah dilengkapi dengan beberapa jenis rambu perpustakaan. Jenis rambu tersebut antara lain: 1) rambu yang terdapat pada rak bahan pustaka. 2) rambu pada dinding perpustakaan mengenai slogan dan larangan. 3) rambu pada layanan sirkulasi, jam buka perpustakaan dan mekanisme pendaftaran.
2
Dari berbagai jenis rambu yang tersedia di Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah, rambu-rambu nomor klasifikasi merupakan hal yang pokok pada layanan sirkulasi, karena rambu-rambu nomor klasifikasi dapat membantu pemustaka dalam menemukkan kembali koleksi yang dibutuhkan. Proses temu kembali tersebut dapat dilakukan dengan pemanfaatan nomor klasifikasi yang ada pada rak. Berdasarkan observasi sementara, pemustaka dalam menemukan kembali informasi mengacu kepada nomor klasifikasi yang ada pada rak. namun, bahan pustaka yang mereka butuhkan belum sesuai dengan nomor klasifikasi tersebut sehingga pemustaka sering kebingungan dalam menemukan kembali koleksi yang dibutuhkan. Nomor klasifikasi yang ada pada rak bahan pustaka di perpustakaan tersebut hanya berupa angka dan tidak menampilkan subyeknya. Dalam penempatan rambu tersebut, letak penempatannya kurang strategis dan kurang jelas karena tidak terlihat langsung oleh mereka. Menurut Aa Kosasih dalam artikel Pustakawan Perpustakaan Universitas Negeri Malang November 2009 menyebutkan bahwa : “Didalam penempatan rambu-rambu perpustakaan, biasanya menggunakan metode digantung diplafon, diantara rak, ditempel di dinding atau perabot, ditempatkan berdiri diatas lantai atau di perabot perpustakaan “.
3
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik mengkaji mengenai “Efektivitas Rambu-rambu Nomor Klasifikasi Terhadap Temu Kembali Informasi Pada Layanan Sirkulasi di Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah “. 1.2. Rumusan dan Batasan Masalah 1.2.1 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian sebagai berikut: Seberapa efektifkah rambu-rambu nomor klasifikasi dalam membantu pemustaka dalam menemukan kembali informasi di Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah ? 1.2.2. Batasan Masalah Dari rumusan masalah tersebut peneliti akan membatasi masalah hanya pada rambu- rambu nomor klasifikasi yang ada pada rak bahan pustaka di Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah. 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas rambu-rambu nomor klasifikasi terhadap temu kembali informasi pada layanan sirkulasi di Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah.
4
1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Bagi Penulis, untuk mengembangkan ilmu dan wawasan khususnya rambu- rambu perpustakaan 2. Bagi Perpustakaan, diharapkan dengan penelitian ini dapat menjadi masukkan bagi Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah
dalam
meningkatkan
pelayanan
dengan
mengoptimalkan rambu-rambu yang tersedia. 3. Bagi Pemustaka, diharapkan menjadi wacana untuk
dapat
memanfaatkan rambu-rambu dalam menemukan kembali informasi. 4. Bagi Ilmu Perpustakaan, sebagai bahan penambah wawasan dan pengetahuan 1.5 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan sekitar bulan Maret-Agustus 2013, bertempat di Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah, JL.Sriwijaya Semarang.
5
1.6 Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah : Ho : Rambu rambu nomor klasifikasi tidak berpengaruh terhadap temu kembali informasi Hi : Rambu rambu nomor klasifikasi mempengaruhi dalam temu kembali informasi 1.7 Kerangka Pikir
Temu kembali informasi
Rambu rambu nomor klasifikasi 1. Tampilan angka 2. Ketepatan letak rambu rambu 3. Kesesuaian nomor rambu klasifikasi dan subyek koleksi pada rak 4. Desain yang menarik 5. Kecepatan pemakai dalam menemukan kembali
Keefektifan pemanfaatan
6
BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1 Perpustakaan Umum Menurut Sutarno (2003:32) Perpustakaan umum merupakan lembaga pendidikan yang sangat demokratis karena menyediakan sumber belajar sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dan melayaninya tanpa membedakan bangsa, agama yang dianut, jenis kelamin, latar belakang dan tingkat sosial, umur dan pendidikan serta perbedaan lainnya.
2.2 Pengertian Efektivitas Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2002:285) efektivitas adalah ada efeknya, kiatnya, pengaruhnya, kesannya, yang dapat membawa hasil, hasil guna (hasil dan tindakkan). Menurut Indrawijaya (2001:33), efektivitas adalah pemanfaatan sumber sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah pekerjaan tepat pada waktunya.. Sedangkan menurut Abdurahmat (2003:92) efektivitas adalah pemampatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah pekerjaan tepat pada waktunya. Menurut Emerson (2000:25) adalah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan
7
sebelumnya. Sondang. P. Siagian (2001:24) adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankan. Dari bermacam macam pendapat diatas terlihat bahwa efektivitas menekankan pada aspek tujuan, jika pekerjaan telah berhasil, mencapai tujuan yang dikehendaki, maka dapat dikatakan telah mencapai efektivitas. Dengan demikian, bahwa hakikatnya efektivitas berorientasi pada pencapaian tujuan yang telah dikehendaki sebelumnya. Sebagai contoh sebuah pelayanan. Pelayanan adalah kunci keberhasilan, dalam berbagai kegiatan yang bersifat jasa dalam memberikan pelayanan. Menurut Drucker dalam Moenir (2001:166), arti efektivitas adalah mengemukakan bahwa pada dasarnya cara yang terbaik untuk
meneliti
efektivitas adalah dengan memperhatikan secara serentak tiga buah konsep yang saling berhubungan, yaitu: 1. Paham tentang optimalisasi tujuan yaitu efektivitas dinilai menurut ukuran seberapa jauh sebuah organisasi berhasil mencapai tujuan yang layak dicapai. 2. Perspektif sistematika yaitu tujuan mengikuti daur ulang organisasi. Tekanan pada segi perilaku manusia dalam susunan organisasi:
8
bagaimana tingkah laku individu dan kelompok akhirnya dapat menyokong atau menghalangi tercapainya tujuan organisasi. Kesimpulan, efektivitas
merupakan suatu tingkat dimana tindakan
yang dilakukan dapat berhasil guna untuk mewujudkan tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan perseorangan, maupun tujuan sebuah lembaga yang telah diukur sesuai dengan kemampuan yang ada. Efektivitas menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai atau tidaknya sasaran yang telah ditetapkan . hasil yang makin mendekati sasaran berarti semakin tinggi efektivitasnya. (Ensiklopedi Nasional Indonesia, 1989 : 12)
2.3 Pengertian Rambu-Rambu Perpustakaan Menurut Sri Purwati (2007: 55) rambu-rambu dalam perpustakaan dapat memperindah ruangan dan juga membantu pemustaka menemukan dan memanfaatkan koleksi dan fasilitas perpustakaan secara maksimal. Ramburambu dibuat dalam bentuk tulisan, symbol, ataupun gambar . Contoh rambu didalam perpustakaan seperti symbol atau tulisan “Meja Informasi“,“ Penitipan Barang“,“Harap Tenang“, atau “Dilarang merokok“. Dalam mendesain rambu-rambu di perpustakaan perlu untuk memperhatikkan huruf, huruf hendaknya yang sederhana, mudah dibaca dari jauh dengan ukuran
9
yang proporsional, kata kata yang digunakan juga harus yang singkat, lugas, dan tegas,informasi secukupnya, dan konsisten. Sign / rambu harus memenuhi fungsinya untuk membuat area area di Perpustakaan jelas dan nyaman buat pemustaka dan harus mempercantik ruangan atau area tertentu bukan malah sebaliknya. (Brown, 2002). Rambu-rambu / sign terbagi menjadi empat kategori , yaitu : 1. Oriental Sign yaitu rambu yang dapat membantu pemustaka dalam menemukan area di perpustakaan secara mandiri 2.
Iregulatory Sign merupakan petunjuk peraturan di perpustakaan
3. Identification Sign yaitu menunjukkan identitas atau label sebuah ruangan atau area koleksi 4. Informational Sign merupakan Informasi dasar yang diperlukan pengguna, misal : Jam buka Didalam
penempatan
rambu-rambu
perpustakaan
biasanya
menggunakan metode digantung diplafon, diantara rak, ditempel di dinding atau perabot, ditempatkan berdiri diatas lantai atau perabot Perpustakaan . (Aa Kosasih.
2009.
Perencanaan
dan
Desain
Perpustakaan.
.http://information.net/ir/8-4/paper157.html,download. Diakses 25 Juli 2013
10
2.4 Pengertian Nomor Klasifikasi Klasifikasi menurut Rowley (1992:485) adalah skema untuk susunan bahan pustaka di perpustakaan didalam urutan sistematis, menurut subyeknya dan tingkatan yang diinginkan oleh perpustakaan. Terdapat tiga skema klasifikasi yang umum digunakan yaitu, : 1. Skema Library Of Congress Classification 2. Skema Universal Decimal Classification 3. Skema Dewey Decimal Classification Dewey DC (selanjutnya disebut DDC) adalah skema klasifikasi yang sangat penting dalam klasifikasi bibiliografi. Yang dimaksud bibliografi disini menurut Webster’s Ninth New Collegiate Dictionary adalah (1) sejarah, (2) Identifikasi, (3) atau deskripsi dari tulisan tulisan atau publikasi publikasi. Didalam perpustakaan, dapat diartikan juga sebagai bahan pustaka. Didalam DDC, mencakup keseluruhan ilmu pengetahuan yang dibuat secara sistematis dan teratur. Ilmu pengetahuan dibagi secara decimal persepuluh yang menunjukkan struktur ilmu pengetahuan secara keseluruhan. Sistem DDC didasarkan pada disiplin ilmu membagi kelasnya menjadi sepuuh klas utama.(Rowley 1992:202). Klas utama tersebut adalah : 000 – Karya umum 100 – Filsafat dan Psikologi
11
200 – Agama 300 – Imu Sosial 400 – Bahasa 500 – Ilmu Murni dan Matematika 600 – Teknologi (Ilmu Terapan) 700 – Seni 800 – Kesusastraan dan retorika 900– Geografi dan Sejarah
2.5 Temu Kembali Informasi Sistem temu kembali informasi berasal dari kata Information Retrieval System (IRS). Temu kembali informasi adalah sebuah media layanan bagi pengguna untuk memperoleh informasi atau sumber informasi yang dibutuhkan oleh pengguna. Sistem temu kembali informasi merupakan sistem informasi yang berfungsi untuk menemukan informasi yang relevan dengan kebutuhan pemakai. Sistem temu kembali informasi berfungsi sebagai perantara kebutuhan informasi pengguna dengan sumber informasi yang tersedia. Hasugian (2006:2) Definisi lain menurut Stubiz yang dikutip oleh Barasa (2009:8) sistem temu kembali informasi merupakan ilmu pengetahuan yang berfungsi dalam penempatan sejumlah dokumen dalam memenuhi kebutuhan informasi pengguna. Pengertian yang sama mengenai sistem temu kembali informasi menurut Sulistyo-Basuki (2006: 39) adalah kegiatan yang bertujuan untuk 12
menyediakan dan memasok informasi bagi pemustaka sebagai jawaban atas permintaan atau berdasarkan kebutuhan pemustaka. Dapat dinyatakan bahwa sistem temu kembali informasi memilliki fungsi dalam menyediakan kebutuhan informasi sesuai dengan kebutuhan dan permintaan pemustakanya. Definisi lain yang mengemukakan bahwa: “Sistem temu kembali informasi adalah suatu proses yang dilakukan untuk menemukan dokumen yang dapat memberikan
kepuasan
bagi
pemustaka
dalam
memenuhi
kebutuhan
informasinya’. Tujuan utama sistem temu kembali informasi adalah untuk menemukan dokumen yang sesuai dengan kebutuhan informasi pemustaka secara efektif dan efisien, sehingga dapat memberikan kepuasan baginya, dan sasaran akhir dari sistem temu kembali informasi adalah kepuasan pemustaka. Taque – Sutcliffe Lubis (2007:5) Sistem temu kembali informasi merupakan ilmu pengetahan yang berfungsi dalam penempatan sejumlah dokumen dalam memenuhi kebutuhan informasi pemustaka. Menurut Hasugian (2006:3) dasar dari sistem temu balik informasi adalah proses untuk mengidentifikasi kecocokan diantara permintaan dengan representasi atau indeks dokumen, kemudian mengambil dokumen dari suatu simpanan sebagai jawaban atas pemintaan tersebut. Sistem temu kembali informasi pada prinsipnya bekerja berdasarkan ukuran antara istilah query dengan istilah yang menjadi representasi dokumen.
13
Ingwersen dalam Hasugian (2006:3) Pengertian lain yang menyatakan bahwa Sistem temu kembali informasi adalah proses yang berhubungan dengan representasi, penyimpanan, pencarian, dan pemanggilan informasi yang relevan dengan kebutuhan informasi yang diinginkan pemustaka. Pendapat ini menunjukkan bahwa dalam Sistem Temu Kembali Informasi terkandung sejumlah kegiatan yang meliputi proses identifikasi kecocokan, representasi, penyimpanan, pengambilan, serta pencarian atau penelusuran dokumen yang relevan atau sesuai, dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi pemustaka. Maka dapat disimpulkan bahwa sistem temu kembali informasi merupakan sebuah sistem yang berguna dalam memanggil dan menempatkan dokumen dari/dalam basis data sesuai dengan permintaan pemustaka. Sistem temu kembali informasi memiliki tujuan akhir, yaitu memberikan kepuasan informasi bagi pengguna sistem. Jadi, temu kembali informasi merujuk pada keseluruhan kegiatan yang meliputi pembuatan wakil informasi( representation), penyimpanan (storage), pengaturan (organization), sampai kepada pengambilan (acsess). Tague-Sutcliffe dalam Hasugian (2006:3) Terdapat dua metode popular yang sering digunakan seseorang dalam mencari informasi adalah mencari (searching) berarti pengguna mencari langsung ke kata / kalimat / koleksi yang diinginkan secara terstruktur dan menerawang (browsing) berarti pemustaka melakukan eksplorasi secara acak (tidak terstruktur) terhadap sebuah informasi. Ketika seseorang kurang begitu
14
tahu koleksi mana yang cocok untuk kebutuhannya, dengan mengetahui kode subyek dari koleksi yang diinginkannya, ia bisa langsung menuju ke rak subyek dan melakukan browsing menurut Pendit (2007:18).
2.4 Keberhasilan Pencarian Informasi Belkin et al dalam Pendit (2003:33) menyatakan bahwa upaya menemukan informasi selalu berkaitan dengan tugas dan masalah yang dihadapi seseorang dalam pekerjaannya. Sementara Ingwarsen dalam Pendit (2003 : 33) bahwa proses penemuan kembali informasi harus didasarkan peda pemahaman yang cukup tentang tugas dan masalah yang dihadapi seseorang dalam pekerjaannya. Pendit (2003:33) menyatakan bahwa proses pencarian informasi merupakan kegiatan pengumpulan informasi sebagai sesuatu yang kemudian diasimilasikan kedalam struktur pengetahuan seseorang. Menurut Johnson, kesuksesan sebuah sistem temu kembali informasi menurut pemustaka dipengaruhi oleh beberapa factor lain secara recall (perolehan), dan precision
(ketepatan), factor tersebut ialah kemampuan
sistem dalam memfasilitasi dan memaksimalkan proses pencarian oleh pemustaka.(http://information.net/ir/8-4/paper157.html,download 2013).
15
24
Juli
2.5 Pemustaka Istilah pengguna peprustakaan atau pemakai perpustakaan lebih dahulu digunakan sebelum istilah pemustaka muncul. Menurut Sutarno NS dalam Kamus Perpustakaan dan Informasi mendefinisikan pemakai perpustakaan dalah kelompok orang dalam masyarakat yang secara intensif mengunjungi dan memakai layanan perpustakaan. (2008:150). Setelah Undang-Undang Nomor 43 tahun 2007 tentang perpustakaan disahkan, istilah pengguna atau pemakai perpustakaan diubah menjadi pemustaka. Menurut Wiji Suwarno (2009:80) pemustaka adalah pengguna fasilitas yang disediakan perpustakaan baik koleksi maupun buku. .
2.6 Layanan Sirkulasi 2.6.1 Pengertian layanan sirkulasi Layanan sirkulasi menurut Rahayuningsih (2007:95) merupakan layanan pengguna yang berkaitan dengan peminjaman, pengembalian,dan perpanjangan koleksi 2.6.2 Pelayanan sirkulasi
Menurut Qalyubi dkk (2003 : 222 -223) bahwa pelayanan di perpustakaan lazimnya menggunakandua sistem yaitu sistem terbuka (Open Access) dan sistem tertutup (closed acsess) keuntungan sistem terbuka adalah 16
membebaskan pengunjung ketempat koleksi perpustakaan dijajakan. Mereka dapat melakukan browsing atau membuka buka, melihat lihat buku, mengambil sendiri. Ketika bahan tidak cocok, mereka dapat memilih bahan lain yang hampir sama atau bahkan yang berbeda.
Sistem tertutup (closed acsess) pengunjung tidak diperkenankan masuk kedalam rak rak buku untuk membaca ataupun mengambil sendiri koleksinya. Pengunjung hanya dapat membaca atau meminjam melalui petugas yang bertugas.
17
BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian menurut Sulistyo-Basuki (2006:93) adalah cara yang teratur dan terpikir baik untuk mencapai maksud, cara kerja sistematis untuk memudahkan pelaksanaan sebuah kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Oleh karena itu, metode penelitian menjelaskan secara teknis tentang metode yang digunakan dalam penelitian. 3.1 Desain dan Jenis penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode pendekatan secara kuantitatif yang memusatkan perhatian pada hal yang lebih nyata yang dapat diukur dengan angka atau istilahnya Quantifiabel, yaitu berupa memahami hal yang diteliti dalam melakukan pengukuran dalam bentuk,misalnya frekuensi dan intensitas variabel ( Sulistyo-Basuki, 2006:72). Peneliti akan berusaha menggambarkan situasi yang terjadi pada saat sekarang melalui angka angka statistik yang kemudian diinterpretasikkan kedalam suatu uraian atau yang disebut dengan deskriptif kuantitatif. Menurut Hasan (2002:13-14), penelitian deskriptif mempelajari situasi-situasi, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandanganpandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-
18
pengaruh dari suatu fenomena. Pada penelitian ini, peneliti mengembangkan konsep dan menghimpun fakta, tetapi tidak melakukan pengujian hipotesis.
3.2 Populasi dan Sampel Populasi adalah objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu dan berkaitan dengan masalah penelitian (Ridwan, 2003:8). Populasi yang akan diambil dalam penelitian ini adalah seluruh pengunjung perpustakaan yang memanfaatkan layanan sirkulasi remaja selama tiga bulan terakhir yaitu sejumlah 836 pengunjung. Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti, karena tidak semua data dan informasi akan diproses dan tidak semua orang atau benda akan diteliti melainkan cukup dengan menggunakan sampel yang mewakilinya. (Ridwan, 2003: 10). Sistem pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan rumus slovin yaitu, n =
, , dengan N = Populasi, d
= galat pendugaan kesalahan sebesar 5%. Dengan menggunakan rumus tersebut, ditemukan sampel sejumlah 271 pengunjung, dengan perhitungan sebagai berikut : dibulatkan menjadi 271 pengunjung.
19
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah yang beralamat di jalan Sriwijaya No.29A Semarang, dengan jangka waktu penelitian selama 5 bulan terhitung mulai dari bulan Maret – Agustus 2013.
3.4 Jenis dan Sumber Data Berdasarkan sumbernya, data dibagi menjadi dua jenis yaitu data primer dan data sekunder. 1. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari aslinya. Data primer dalam penelitian ini dengan menggunakan observasi dan kuesioner . a) Metode observasi yaitu Penulis akan menggunakan observasi participant . Keraf ( 1980 : 162 ) menerangkan bahwa observasi adalah pengamatan langsung kepada suatu objek yang akan diteliti. sedangkan menurut Usman dan Akbar( 2008:54 ) observasi partisipasi adalah jika observer terlibat langsung secara aktif dalam objek yang diteliti. b) Kuesioner Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan kuesioner tertutup. Menurut Arikunto (2006 : 140), kuesioner adalah
20
sejumlah
pertanyaan
tertulis
yang
digunakan
untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal hal yang ia ketahui. Sedangkan kuesioner tertutup adalah kuesioner yang sudah tersedia jawabannya, sehingga responden tinggal memilih (Arikunto , 2006 : 141). Penggunaan kuesioner didasari oleh suatu keyakinan bahwa responden adalah orang yang paling mengetahui dirinya sendiri. Apa yang dinyatakan oleh responden dianggap benar dan dapat dipercaya.
2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan dari berbagai sumber yang ada. Data sekunder dalam penelitian ini menggunakan studi pustaka dan dokumentasi. a) Studi Pustaka Studi Pustaka digunakan untuk mengumpulkan data yang berhubungan dengan topik penelitian dengan cara membaca dan belajar dari buku buku
ilmu pengetahuan, catatan,
dokumen tertulis, literatur dan majalah.
21
b) Dokumentasi Dokumentasi yang digunakan adalah gambar dan statistik jumlah pengunjung perpustakaan tersebut.
3.5 Skala data Skala data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala Likert, Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Pengukuran peringkat skala tersebut dengan menggunakan nilai: A= Sangat setuju , poin 5 B= Setuju, poin 4 C= Ragu ragu, poin 3 D= Tidak setuju, poin 2 E= Sangat tidak setuju, poin 1
3.5 Variabel dan Indikator Variabel adalah konsep yang dapat diukur dan mempunyai variasi nilai (Sudjarwo,2009:169) . Adapun variabel dalam penelitian skripsi ini adalah :
22
a) Variabel independen atau bebas, yaitu variabel yang diasumsikan akan mengakibatkan
terjadinya
perubahan
variabel
lain.
Variabel
independen atau bebas dalam penelitian ini adalah keefektifan rambu rambu-rambu nomor klasifikasi yang ada di rak. b) Variabel dependen atau terikat, yaitu variabel yang variasinya disebabkan atau dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah keberhasilan pencarian informasi oleh pemustaka. Indikator pencarian informasi yang dimaksud meliputi 3 dimensi yaitu Efektif adalah dokumen yang diperlukan relevan sesuai dengan yang dibutuhkan, Efisien adalah mudah dan cepat dalam penggunaannya dan Interactive adalah kemudahan pemustaka dalam mencari .
3.6 Pengolahan Data Metode pengolahan data Penelitian ini akan menggunakan metode pengolahan data yaitu 1. Editing Pada tahapan ini, data yang telah terkumpul melalui daftar pertanyaan (kuesioner) ataupun wawancara dibaca kembali untuk melihat apakah ada hal yang masih meragukan dari jawaban responden. Editing bertujuan untuk memperbaiki kualitas data dan menghilangkan keraguan data.
23
2. Koding setelah tahap editing selesai, data yang berupa jawaban responden diberi kode untuk memudahkan dalam menganalisis data. Proses pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan kompter. Pemberian kode pada data dapat dilakukan dengan melihat jawaban dari pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner. 3. Tabulasi data Tabulasi data merupakan proses pengolahan data yang dilakukan dengan cara memasukkan data kedalam tabel. 4. Interpretasi data Setelah seluruh data terkumpul, maka hasil teknik statistiknya diinterpretasikan atau ditafsirkan agar kesimpulan penting mudah ditangkap oleh pembaca.
3.7 Analisis data Menurut Patton, 1980 (dalam Lexy J. Moleong 2002: 103) menjelaskan bahwa analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikanya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Sedangkan menurut Taylor, (1975: 79) mendefinisikan analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti yang disarankan dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan dan tema pada hipotesis.
24
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi linier sederhana. Analisis regresi linier sederhana digunakan untuk mengetahui bagaimana variabel dependen secara individual dengan menggunakan SPSS versi 22.0 for Windows dengan rumus : Y= a+bX, Keterangan : Y = variabel terikat (Dependen) X = variabel bebas (Independen) a = Harga Y dan X = 0 (konstanta) b : koefisien arah regresi (kemiringan) Dalam penelitian ini, metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis data kuantitatif deskriptif, yaitu suatu metode analisis data dengan menggunakan teknik telaah logika untuk menyimpulkan data yang bersifat kuantitatif yang dipergunakan untuk data yang sulit diukur dengan angka. Analisa data kuantitatif dilakukan terhadap data yang diperoleh dari metode kuesioner. Untuk mengukur efektivitas rambu-rambu nomor klasifikasi dilihat dari rata-rata jawaban dari masing masing responden dengan menggunakan rumus x100%, P = Angka rata-rata dalam prosentase F = Frekuensi jumlah jawaban responden N = jumlah responden
25
BAB IV GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH 4.1 Sejarah Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah pada awalnya merupakan Perpustakaan Negara Semarang yang didirikan pada tanggal 1 Agustus 1951 berdasarkan surat keputusan menteri P.P dan K RI nomor 18165/ keb tertanggal 23 Juli 1951. Perpustakaan ini merupakan Perpustakaan Negara yang kedua di Indonesia setelah Perpustakaan Negara Yogyakarta. Pada awal berdirinya menempati bekas gedung Openbare Lesszaai Bibloithek di JL.Bojong ( JL.Pemuda No 147 Semarang ). Meningkatnya peran perpustakaan sebagai sumber belajar seumur hidup, pemerintah menerbitkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 0950/1978 tgl. 23 Juni 1978, dimana perpustakaan Negara menjadi Perpustakaan Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah sebagai Perpustakaan Wilayah tipe A. Sejalan pembangunan nasional, perkembangan IPTEK dan semakin meningkatnya minat baca masyarakat Jawa Tengah, gedung di JL. Pemuda no. 147 Semarang tidak dapat menampung semua kegiatan
26
penyelenggaraan perpustakaan, maka dibangunlah gedung perpustakaan baru yang lebih representatif di JL. Sriwijaya NO. 29A Semarang, yang diresmikan penggunannya tanggal 20 Maret 1987 oleh Menteri Dalam Negeri Bapak Sopardjo Roestam. Dengan keputusan Presiden RI NO. 11 tahun 1989 tentang Perpustakaan Nasional, Perpustakan Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan ditingkatkan statusnya menjadi Perpustakaan Daerah dan merupakan satuan organisasi Perpustakaan Nasional Provinsi yang bertanggungjawab langsung kepada Kepala Perpustakaan Nasional RI. Dengan adanya UU no. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah maka dikeluarkanlah Pemerintah Daerah no.9 tahun 2001 tanggal 20 Juni 2001, tentang pembentukan, kedudukan, tugas pokok, fungsi dan susunan organisasi kantor di lingkungan Pemerintah Daerah maka Perpustakaan Nasional Provinsi Jawa Tengah diubah menjadi Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah sebagai kantor yang mempunyai tugas pokok membantu Gubernur dalam penyelenggaraan Pemerintah Daerah di bidang perpustakaan. Dan dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 37 tahun 2007 tentang 4 tahun 2008 tanggal 6 Juni 2008 tentang pembentukan, kedudukan, tugas pokok, fungsi dan susunan organisasi Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Jawa Tengah maka Kantor Perpustakaan Daerah
27
Provinsi Jawa Tengah digabung dengan Badan Arsip Daerah Provinsi Jawa Tengah menjadi Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Jawa Tengah. Disamping itu, berdasarkan peraturan Gubernur Jawa Tengah noor 54 tahun 2008 tanggal 20 Juni 2008 tentang pembentukan Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah sebagai unit pelayanan teknis Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Jawa Tengah.
4.2 Visi dan Misi Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah 1. Visi :
Terwujudnya masyarakat membaca dan belajar menuju
masyarakat madani yang sadar informasi 2. Misi a. Menciptakan dan mengembangkan kebiasaan membaca masyarakat b. Pemerataan memperoleh informasi bagi seluruh lapisan masyarakat Jawa Tengah c. Mengembangkan kemitraan dibidang perpustakaan dokumentasi dan informasi d. Mengembangkan jaringan informasi ilmu pengetahuan, teknologi, dan informasi e. Tersimpan dan tersebar luaskannya terbitan hasil karya masyarakat Jawa Tengah dan tentang Jawa Tengah
28
4.3 Tugas Pokok dan Fungsi Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah 1. Tugas pokok Tugas pokok Perpustakaan Daerah Jawa Tengah adalah melaksanakan kegiatan teknis operasional dan atau kegiatan teknis penunjang badan dibidang perpustakaan 2. Fungsi Perpustakaan a. Penyusunan rencana
teknis
operasional
jasa
teknis
perpustakaan dan deposit b. Pelaksanaan kebijakan teknis operasional jasa teknis perpustakaan dan deposit c. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan teknis operasional jasa teknis perpustakaan dan deposit d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala
4.4 Struktur Organisasi Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah Berdasarkan aturan Gubernur Jawa Tengah nomor 54 tahun 2008 tanggal 20 Juni 2008, Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah merupakan unit
pelaksana
teknis
badan
Arsip dan
Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah untuk melaksanakan
29
seluruh tugas dan fungsi perpustakaan maka, struktur organisasi Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah yaitu : Bagan struktur organisasi Perpustakaan Daerah Jawa Tengah :
KEPALA PERPUSTAKAAN DAERAH JJA
Subbag Tata Usaha
Kelompok Jabatan Fungsional ( pustakawan )
Seksi Jasa Teknis Perpustakaan
Seksi Deposit
Gambar 1. Sumber : Data Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah
Adapun pembagian tugas dari masing- masing bagian tersebut antara lain : a) Kepala Perpustakaan Daerah Berdasarkan pasal 7 mempunyai tugas memimpin pelaksanaan tugas pokok dan fungsi sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 dan dalam pasal 5. Pasal 4 yaitu Perpustakaan Daerah mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan teknis operasional dan atau kegiatan teknis penunjang badan di bidang perpustakaan. pasal 5 yaitu untuk
30
melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 , Perpustakaan Daerah menyelenggarakan fungsi : 1. Penyusunan
rencana
teknis
operasional
jasa
teknis
jasa
teknis
perpustakaan dan deposit 2. Pelaksanaan
kebijakan
teknis
operasional
perpustakaan deposit 3. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan jasa teknis perpustakaan dan deposit 4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai dengan tugas dan fungsinya b) Sub Bagian Tata Usaha, berdasarkan pasal 8 mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan program, kepegawaian, keuangan, ketatausahaan, rumah tangga dan perlengkapan. c) Seksi Jasa Teknis Perpustakaan Berdasarkan pasal 9 mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan dan pelaksanaan kegiatan jasa teknis perpustakaan. d) Seksi Deposit Berdasarkan pasal 10 mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan dan pelaksanaan kegiatan penyelenggaraan deposit di bidang perpustakaan
31
e) Kelompok Jabatan Fungsional Berdasarkan pasal 11 mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugasnya, kelompok jabatan fungsional dikoordinasikan oleh kepala seksi dan secara administratif dikoordinasikan oleh Kepala Subbag Tata Usaha. 4.5 Pegawai Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah Keadaan pegawai Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah yang bekerja saat ini dapat dibedakan dan dijelaskan sebagai berikut : 1. Status Pegawai Berdasarkan status pegawai, Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah dibedakan menjadi : a) Pegawai tetap, adalah pegawai yang bekerja tetap di Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah b) Pegawai kontrak, adalah pegawai kontrak di Perpustakaan Daerah Jawa Tengah yang diangkat berdasarkan keputusan Gubernur nomor 2 tahun 2007 tanggal 14 Januari 2007 tentang pedoman penatausahaan pelaksanaan APBD Provinsi Jawa Tengah tahun anggaran 2007.
32
2. Jumlah Pegawai Pada saat ini menurut data tahun 2013, Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah memiliki pegawai sejumlah 71 orang, dengan rincian : 1) Jabatan fungsional khusus Arsiparis
: 1 orang
2) Jabatan fungsional khusus Pustakawan
: 19 orang
3) Jabatan fungsional umum
: 51 orang
4.6 Jenis Layanan Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah memiliki beberapa jenis layanan perpustakaan antara lain layanan keanggotaan, layanan anak, layanan sirkulasi remaja dan anak, layanan sirkulasi dewasa, layanan refrensi, layanan warintek, layanan terbitan berkala, layanan audiovisual, layanan deposit, dan layanan perpustakaan keliling. 1. Layanan keanggotaan Layanan keanggotaan (registrasi) terletak dilantai 1. Layanan ini dibuka setiap hari Senin – Jumat pukul 07.00 sampai 15.00 WIB. Layanan keanggotaan melayani masyarakat umum yang ingin menjadi anggota perpustakaan.
33
2. Layanan anak Layanan anak terletak dilantai 1. Ruang layanan anak ini disebut juga sebagai ruang anak Coca Cola Foundation karena layanan ini pada awalnya berdiri pertama kali atas kerjasama perpustakaan dengan Coca Cola Foundation untuk mendirikan perpustakaan sebagai rumah modern. Pada layanan anak berbagai kegiatan yang dapat dilaksanakan yaitu story telling, pemutaran film, tempat bermain anak. 3. Layanan Refrensi Layanan refrensi juga berada pada lantai 1. Layanan ini menggunakan sistem terbuka. Namun, koleksi yang ada tidak dipinjamkan melainkan hanya boleh dibaca ditempat. 4. Layanan Sirkulasi Anak, Remaja Layanan sirkulasi anak dan remaja berada dilantai 2. Layanan ini tidak hanya dimanfaatkan oleh anak dan remaja saja, namun layanan ini juga dapat dimanfaatkan oleh umum untuk memperoleh koleksi fiksi sebagai salah satu bahan rekreasi. 5. Layanan sirkulasi dewasa Layanan sirkulasi dewasa berada pada lantai 2. Layanan sirkulasi dewasa banyak dimanfaatkan oleh seluruh lapisan masyarakat baik pemustaka dari anak anak hingga umum untuk memperoleh koleksi umum / non fiksi. Layanan ini saat ini telah dilengkapi dengan fasilitas
34
hotspot dimana pemustaka yang datang dapat memanfaatkan fasilitas tersebut secara gratis untuk mengakses informasi secara online. Sistem yang digunakan pada layanan ini adalah dengan sistem terbuka yaitu pemustaka memilih langsung bahan pustaka yang diinginkan langsung ke rak yang dituju. 6. Layanan Warintek Layanan
Warintek
merupakan
layanan
internet
yang
dapat
dimanfaatkan pemustaka yang ingin memperoleh informasi melalui internet. Selain layanan internet, layanan warintek ini juga melayani scanner dan burning bagi pemustaka yang membutuhkannya. 7. Layanan Terbitan Berkala Layanan ini merupakan layanan yang menyimpan koleksi terbitan secara periodik. Layanan menggunakan sistem terbuka. 8. Layanan Audio Visual Layanan Audio Visual menggunakan sistem terbuka sehingga pemustaka bisa langsung menggunakan koleksi yang diinginkan dengan menggunakan delapan unit komputer yang sudah disediakkan. 9. Layanan Perpustakaan Keliling Perpustakaan keliling adalah perpustakaan yang bergerak yang berfungsi melayani masyarakat dan berpindah pindah dari satu lokasi ke lokasi lain.
35
10. Koleksi layanan deposit Koleksi deposit adalah koleksi yang terdiri dari bahan pustaka yang diterbitkan di wilayah provinsi dan bahan pustaka yang berisi informasi tentang berbagai aspek dan mengenai wilayah propinsi yang diterbitkan di luar wilayah propoinsi 4.7 Sarana dan Prasarana Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah Sarana
dan
prasarana
perpustakaan
adalah
semua
barang,
perlengkapan dan perabot ataupun inventaris yang harus disediakkan di perpustakaan. (Sutarno NS, 2006:83). Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah merupakan perpustakaan yang menempati gedung tersendiri dengan luas tanah 3.031 m2 dan bangunan gedung 4.277 m2 serta memiliki sarana dan prasarana dalam kondisi baik. Sarana dan prasarana yang dimiliki Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah antara lain lemari, rak, filling kabinet, meja, kursi, mesin barcode, AC, kamera CCTV, komputer, laptop, telepon, dan lain sebagainya yang mendukung kegiatan perpustakaan
36
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini disajikan hasil penelitian yang diperoleh berkaitan dengan Efektivitas Rambu-Rambu Nomor Klasifikasi Terhadap Temu Kembali Informasi pada Layanan Sirkulasi di Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner sebanyak 271 kuesioner, yang disebarkan seluruhnya dan diisi oleh responden, yakni pemustaka layanan sirkulasi dewasa di Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah. Penyebaran kuesioner dimulai pada bulan Agustus 2013 .
5.1 Analisis Data Responden 5.1.1 Analisis Data responden berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 5.1.1 Tabel Jenis kelamin No
Kategori
Frekuensi
Prosentase ( % )
1
Perempuan
142
52,40
2
Laki laki
129
47,60
Jumlah
271
100
37
Berdasarkan data tersebut diatas, responden yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 142 orang atau 52,40%, dan laki laki berjumlah 129 orang atau 47,60%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengguna layanan sirkulasi cenderung didominasi oleh responden yang berjenis kelamin perempuan dibandingkan dengan responden berjenis kelamin laki laki. 5.1.2 Analisis Data Responden berdasarkan Usia Tabel 5.1.2 Tabel Usia No
Kategori
Frekuensi
Prosentase (%)
1
Kurang dari 21 tahun
35
12,91
2
21 – 25 tahun
111
40,96
3
26 - 30 tahun
72
26,57
4
31 – 40 tahun
41
15,13
5
Diatas 40 tahun
12
4,43
Jumlah
271
100
Berdasarkan data tersebut diatas, responden yang berusia kurang dari 21 tahun sebanyak 35 responden atau
12,91%, berusia 21 – 25 tahun
sebanyak 111 responden atau 40,96%, berusia 26-30 tahun sebanyak 72 responden atau 26,57%, berusia 31-40 tahun sebanyak 41 responden atau 15,13 %, dan usia diatas 40 tahun sebanyak 12 responden atau 4,43%.
38
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa sebagian besar pengguna layanan sirkulasi di Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah adalah antara usia 21 hingga 25 tahun. 5.1.3 Analisis Data Responden berdasarkan Pekerjaan Tabel 5.1.3 Tabel Pekerjaan No
Kategori
Frekuensi
Prosentase (%)
1
Pelajar
12
4,43
2
Mahasiswa dan
83
30,63
61
22,51
Mahasiswi 3
Karyawan dan Karyawati
4
Swasta dan Wiraswasta
72
26,57
5
Tenaga pengajar
43
15,87
Jumlah
271
100
Berdasarkan data tersebut diatas, responden yang berlatar belakang sebagai pelajar sebanyak 12 responden atau 4,43%, berlatarbelakang sebagai mahasiswa
dan
mahasiswi
sebanyak
83
responden
atau
30,63%,
berlatarbelakang sebagai karyawan dan karyawati sebanyak 61 responden atau 22,51%, berlatarbelakang sebagai swasta dan wiraswasta sebanyak 72
39
responden atau 26,57%, sedangkan berlatarbelakang sebagai tenaga pengajar sebanyak 43 responden atau 15,87%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengguna layanan sirkulasi di Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah adalah yang berlatarbelakang sebagai mahasiswa dan mahasiswi.
40
5.2 Data Penelitian Untuk mempermudah dalam melakukan analisa data, maka hasil penelitian akan dijabarkan dan dijelaskan menurut aspek aspek efektivitas ramburambu nomor klasifikasi terhadap temu kembali informasi pada layanan sirkulasi di Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah. 1
Dimensi Rambu-Rambu Nomor Klasifikasi
a) Ukuran angka nomor klasifikasi pada rak sudah sesuai dengan kondisi gedung perpustakaan yang ada Tabel 5.1 No
Kategori
Frekuensi
Prosentasi (% )
1
Sangat Setuju
80
29,5
2
Setuju
144
53,1
3
Ragu Ragu
16
5,9
4
Tidak Setuju
31
11,4
5
Sangat Tidak Setuju
0
0
271
100
Jumlah
41
Berdasarkan tabel
diatas, dapat diketahui bahwa dari 271
responden, sebanyak 80 responden atau 29,5% menjawab sangat setuju, 144 responden atau 53,1% menjawab setuju, 16 responden atau 5,9% menyatakan ragu ragu, dan 31 responden atau 11,4% menyatakan tidak setuju. Sedangkan sangat tidak setuju tidak memperoleh nilai. Berdasarkan uraian tersebut, terlihat bahwa sebanyak 144 responden atau 53,1% menyatakan bahwa setuju ukuran angka nomor klasifikasi pada rak sudah sesuai dengan gedung perpustakaan yang ada. Rambu-rambu nomor klasifikasi yang ada pada rak berukuran 200Cm X 150Cm sudah mudah terlihat karena sudah sesuai dengan proporsi keadaan kondisi fisik gedung. Berdasarkan analisis diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan layanan sirkulasi dewasa disesuaikan dengan keadaan kondisi fisik gedung perpustakaan.
42
b. Saya memahami cara membaca rambu-rambu nomor klasifikasi yang ada pada rak Tabel 5.2 No
Kategori
Frekuensi
Prosentase (%)
1
Sangat Setuju
77
28,4
2
Setuju
135
49,8
3
Ragu Ragu
13
4,8
4
Tidak Setuju
46
17,0
5
Sangat tidak Setuju
0
0
271
100
Jumlah
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa dari 271
responden,
sebanyak
77
responden
atau
28,4%
menyatakan sangat setuju, 135 responden atau 49,8% menyatakan setuju, 13 responden atau 4,8% menyatakan ragu ragu, 46 responden atau 17,0% menyatakan tidak setuju, sedangkan sangat tidak setuju tidak memperoleh angka. Berdasarkan uraian tersebut, sebanyak 135 responden atau
49,8%
menyatakan
43
setuju
bahwa
mereka
sudah
memahami cara membaca rambu-rambu nomor klasifikasi yang ada pada rak. Tingkat pemahaman mereka mengenai penggunaan rambu-rambu nomor klasifikasi sudah dinilai cukup mengerti. Adapun sebanyak 46 responden atau 17,0% menyatakan tidak setuju dalam pemahaman membaca ramburambu nomor klasifikasi. Mereka belum mengetahui cara membaca rambu rambu nomor klasifikasi. Hasil kesimpulan yang didapat berdasarkan uraian tersebut bahwa belum semua pemustaka sudah mengerti cara membaca rambu-rambu nomor klasifikasi yang ada pada rak.
44
b) Letak penempatan angka nomor klasifikasi pada rak dapat terlihat oleh seluruh pemustaka Tabel 5.3 No
Kategori
Frekuensi
Prosentase (%)
1
Sangat Setuju
68
25,1
2
Setuju
143
52,8
3
Ragu Ragu
25
9,2
4
Tidak setuju
35
12,9
5
Sangat Tidak Setuju
0
0
271
100
Jumlah
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa dari 271 responden, sebanyak 68 responden atau 25,1% menyatakan sangat setuju, 143 responden atau 52,8% menyatakan setuju, 25 responden atau 9,2% menyatakan ragu ragu, 35 responden atau 12,9% menyatakan tidak setuju, sedangkan sisanya sangat tidak setuju tidak mendapatkan angka. Berdasarkan uraian tersebut, sebanyak 143 responden atau 52,8% menjawab setuju bahwa letak penempatan angka nomor
45
klasifikasi pada rak dapat terlihat oleh seluruh pemustaka. Rambu nomor klasifikasi tersebut diletakkan pada rak yang sesuai dengan subyek buku dengan ukuran angka yang proporsional. Melalui analisis tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa letak rambu-rambu nomor klasifikasi harus diletakkan sesuai dengan rak koleksinya,dan ditempatkan ditempat yang mudah terlihat sehingga pemustaka merasa sangat terbantu dengan adanya rambu-rambu nomor klasifikasi yang ada pada rak untuk dapat menemukan kembali informasi yang mereka butuhkan. c) Keberadaan angka rambu-rambu nomor klasifikasi mudah terlihat oleh seluruh pemustaka Tabel 5.4 No
Kategori
Frekuensi
Prosentase (%)
1
Sangat Setuju
76
28,0
2
Setuju
147
54,2
3
Ragu Ragu
11
4,1
4
Tidak Setuju
33
12,2
5
Sangat Tidak Setuju
4
1,5
271
100
Jumlah
46
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa dari 271 responden, sebanyak 76 responden atau 28,0% menyatakan sangat setuju, 147 responden atau 54,2% menyatakan setuju, 11 responden atau 4,1% menyatakan ragu ragu, 33 responden atau 12,2% menyatakan tidak setuju, sedangkan 4 responden atau 1,5% menyatakan sangat tidak setuju. Berdasarkan uraian tersebut, sebanyak 147 responden atau 54,2% menyatakan setuju bahwa keberadaan letak ramburambu nomor klasifikasi mudah terlihat oleh pemustaka. Rambu-rambu nomor klasifikasi berada di depan rak dan ditampilkan dengan angka yang berukuran besar, sedangkan rambu anak nomor klasifikasi ukuran disesuaikkan sesuai dengan koleksi yang ada pada rak . Hasil kesimpulan yang didapat berdasarkan uraian diatas adalah bahwa rambu nomor klasifikasi untuk nomor kelas utama sangat penting ditempatkan langsung ditempat yang mudah terlihat oleh pemustaka, agar pemustaka dapat dengan cepat menemukan kembali informasi yang mereka butuhkan.
47
d) Nomor klasifikasi pada rak sudah sesuai dengan koleksi yang ada pada rak tersebut Tabel 5.5 No
Kategori
Frekuensi
Prosentase (%)
1
Sangat Setuju
92
33,9
2
Setuju
131
48,3
3
Ragu ragu
8
3,0
4
Tidak Setuju
34
12,5
5
Sangat tidak setuju
6
2,2
271
100
Jumlah
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa dari 271
responden,
sebanyak
92
responden
atau
33,9%
menyatakan sangat setuju, 131 responden atau 48,3% menyatakan setuju, 8 responden atau 3,0% menyatakan ragu ragu, 34 responden atau 12,5% menyatakan tidak setuju, sedangkan 6 responden atau 2,2% menyatakan sangat tidak setuju.
48
Berdasarkan uraian tersebut, sebanyak 131 responden atau 48,3% menyatakan setuju bahwa koleksi yang ada pada rak, sudah sesuai dengan nomor klasifikasi yang terlihat di Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah. Shelving yang dilakukan oleh pustakawan dinilai berhasil karena sebagian besar pemustaka menyatakan setuju bahwa koleksi yang mereka temukan sudah sesuai dengan nomor klasifikasi yang dijadikan acuan bagi mereka dalam menemukan koleksinya. Melalui analisis diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa
penemuan
kembali
informasi
didasarkan
atas
kesesuaian nomor klasifikasi dengan koleksi yang ada pada rak tersebut.
49
e) Saya lebih mudah memahami rambu-rambu bertuliskan subyek judul buku daripada nomor klasifikasi Tabel 5.6 No
Kategori
Frekuensi
Prosentase (%)
1
Sangat Setuju
98
36,2
2
Setuju
129
47,6
3
Ragu ragu
8
3,0
4
Tidak setuju
32
11,8
5
Sangat Tidak Setuju
4
1,5
271
100
Jumlah
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa dari 271
responden,
sebanyak
98
responden
atau
36,2%
menyatakan sangat setuju, 129 responden atau 47,6% menyatakan setuju, 8 responden atau 3,0% menyatakan ragu ragu, 32 responden atau 11,8% menyatakan tidak setuju, sedangkan 4 responden atau 1,5% menyatakan sangat tidak setuju.
50
Berdasarkan uraian tersebut diatas, sebanyak 129 responden atau 47,6% menjawab setuju apabila mereka lebih mudah memahami rambu-rambu bertuliskan subyek buku daripada melalui angka nomor klasifikasi. Di Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah rambu-rambu yang ada di rak dipaparkan
dalam
bentuk
angka
saja,
tidak
dengan
menggunakan subyek koleksinya. Pemustaka lebih senang menggunakan subyek buku karena mereka memahami sendiri buku apa yang ingin mereka cari. Hasil kesimpulan yang didapat berdasar uraian tersebut diatas adalah bahwa pemustaka lebih mengerti dan mengetahui apabila rambu-rambu pada rak dilengkapi dengan subyek buku, karena tidak semua pemustaka dapat membaca melalui angka.
51
f) Desain yang menarik membuat saya memanfaatkan rambu-rambu
nomor
klasifikasi
dalam
menemukan
koleksi Tabel 5.7 No
Kategori
Frekuensi
Prosentase (%)
1
Sangat Setuju
91
33,6
2
Setuju
139
51,3
3
Ragu ragu
5
1,8
4
Tidak Setuju
36
13,3
5
Sangat Tidak Setuju
0
0
271
100
Jumlah
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa dari 271
responden,
sebanyak
91
responden
atau
33,6%
menyatakan sangat setuju, 139 responden atau 51,3% menyatakan setuju, 5 responden atau 1,8% menyatakan ragu ragu, 36 responden atau 13,3% menyatakan tidak setuju, sedangkan sangat tidak setuju tidak medapatkan angka. Berdasar uraian tersebut, sebanyak 139 responden atau 51,3% menjawab setuju bahwa desain yang menarik dapat
52
membuat mereka langsung mencari koleksinya melalui ramburambu nomor klasifikasi. Hal tersebut karena segala sesuatu yang dapat menarik perhatian pasti akan menjadi pusat pandangan seseorang. Sama halnya dengan pemustaka yang langsung melihat desain rambu-rambu nomor klasifikasi yang ada pada rak karena desain yang menarik. Dari Analisis diatas dapat diambil kesimpulan bahwa segala sesuatu yang dapat menarik perhatian pemustaka, pasti akan bermanfaat dan menjadi pusat perhatian. Sehingga akan tercapai tujuan yang diharapkannya.
53
Dimensi Temu Kembali Informasi a) Rambu-rambu
nomor
klasifikasi
pada
rak
dapat
membantu saya menemukan koleksi yang saya butuhkan Tabel 5.8 No
Kategori
Frekuensi
Prosentase (%)
1
Sangat Setuju
80
29,5
2
Setuju
124
45,8
3
Ragu ragu
32
11,8
4
Tidak Setuju
29
10,7
5
Sangat Tidak Setuju
6
2,22
271
100
Jumlah
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa dari 271
responden,
sebanyak
80
responden
atau
29,5%
menyatakan sangat setuju, 124 responden atau 45,8% menyatakkan setuju, 32 responden atau 11,8% menyatakan ragu ragu, 29 responden atau 10,7% menyatakan tidak setuju, sedangkan sangat tidak setuju memperoleh 6 responden atau 2,22%.
54
Berdasar uraian tersebut, sebanyak 124 responden atau 45,8%
menyatakan setuju bahwa rambu-rambu
klasifikasi
pada
rak
dapat
membantu
mereka
nomor dalam
menemukan kembali koleksi yang dibutuhkan. Keberhasilan pemustaka menemukan koleksi yang ia butuhkan diawali melalui rambu yang tersedia yang menunjukkan tempat dimana koleksi tersebut berada. Hasil kesimpulan yang didapat dari pernyataan diatas bahwa rambu-rambu nomor klasifikasi sangat dibutuhkan oleh setiap instansi perpustakaan untuk membantu pemustaka dalam menemukan kembali koleksi.
55
b) Rambu-rambu nomor klasifikasi pada rak selalu tepat dengan koleksi yang saya butuhkan Tabel 5.9 No
Kategori
Frekuensi
Prosentase (%)
1
Sangat Setuju
51
18,8
2
Setuju
23
8,5
3
Ragu ragu
76
28,0
4
Tidak Setuju
105
38,7
5
Sangat Tidak Setuju
16
5,9
Jumlah
271
100
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa dari 271
responden,
menyatakan
sebanyak
sangat
setuju,
51 23
responden responden
atau atau
18,8% 8,5%
menyatakan setuju, 76 responden atau 28,0% menyatakan ragu ragu, 105 responden atau 38,7% menyatakan tidak setuju, sedangkan sangat tidak setuju memperoleh 16 responden atau 5,9%.
56
Berdasar uraian tersebut, terlihat bahwa 105 responden atau 38,7% menyatakan tidak setuju bahwa koleksi yang mereka butuhkan sudah sesuai dengan rambu-rambu nomor klasifikasi yang mereka lihat pada rak. Penempatan koleksi kurang tepat dengan nomor yang tertempel pada rak sehingga pemustaka merasa kebingungan. Melalui kesimpulan
pembahasan
bahwa
analisis
ketelitian
dan
tersebut, kesadaran
diambil akan
mengembalikan koleksi sesuai dengan nomor klasifikasinya sangatlah penting, karena rambu-rambu tersebut selalu digunakan sebagai acuan dalam temu kembali informasi yang dibutuhkan.
57
c) Ruangan pada layanan Sirkulasi bersih dan rapi Tabel 5.10 No
Kategori
Frekuensi
Prosentase(%)
1
Sangat Setuju
69
25,5
2
Setuju
111
41,0
3
Ragu ragu
43
15,9
5
Tidak Setuju
35
12,9
6
Sangat Tidak Setuju
13
4,8
Jumlah
271
100
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa dari 271
responden,
sebanyak
69
responden
atau
25,5%
menyatakan mereka sangat setuju, 111 responden atau 41,0% menyatakan setuju, 43 responden atau 15,9% menyatakan ragu ragu, 35 responden atau 12,9% menyatakan tidak setuju, sedangkan 13 responden atau 4,8% menyatakan sangat tidak setuju.
58
Berdasar uraian tersebut, sebanyak 111 responden atau 41,0% menyatakan setuju apabila pada ruangan layanan sirkulasi pada Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah bersih dan rapi. Meja dan kursi ditata sesuai dengan luas gedung tersebut. Jumlah kursi memenuhi untuk jumlah pengunjung setiap harinya. Posisi yang beraturan membuat nyaman pemustaka untuk memanfaatkan perpustakaan. Hasil kesimpulan yang didapat dari pernyataan diatas adalah bahwa pemustaka merasa nyaman, puas dan senang memanfaatkan perpustakaan apabila ruangan di perpustakaan selalu bersih dan rapi.
59
d) Petugas Layanan Sirkulasi bersikap ramah terhadap pemustaka Tabel 5.11 No
Kategori
Frekuensi
Prosentase (%)
1
Sangat Setuju
84
31,0
2
Setuju
95
35,1
3
Ragu ragu
43
15,9
4
Tidak Setuju
35
12,9
5
Sangat Tidak Setuju
14
5,2
Jumlah
271
100
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa dari 271
responden,
sebanyak
84
responden
atau
31,0%
menyatakan mereka sangat setuju, 95 responden atau 35,1% menyatakan setuju, 43 responden atau 15,9% menyatakan ragu ragu, 35 responden atau 12,9% menyatakan tidak setuju, sedangkan sangat tidak setuju memperoleh poin 14 responden atau 5,2%.
60
Berdasar uraian tersebut, sebanyak 95 responden atau 35,1% menyatakan setuju bahwa petugas layanan sirkulasi melayani pemustaka dengan ramah. Pustakawan selalu memberikan salam apabila ada pemustaka yang berkunjung. Pustakawan selalu memberikan pelayanan yang optimal dengan berucap sapa, melayani dengan senang hati. Hasil kesimpulan yang didapat melalui pernyataan diatas adalah perpustakaan harus selalu memiliki pustakawan yang mempunyai rasa kecintaan terhadap perpustakaan itu sendiri, karena perpustakaan akan dapat berkembang berawal dari pustakawan terlebih dahulu. Selanjutnya pemustaka pasti akan mengikuti.
61
e) Petugas layanan sirkulasi memahami kebutuhan pengguna perpustakaan Tabel 5.12 No
Kategori
Frekuensi
Prosentase (%)
1
Sangat Setuju
72
26,6
2
Setuju
121
44,6
3
Ragu ragu
35
12,9
4
Tidak Setuju
36
13,3
5
Sangat Tidak Setuju
7
2,6
271
100
Jumlah
Berdasarkan tabel diatas, dapat terlihat bahwa dari 271 responden, sebanyak 72 responden atau 26,6% menyatakan sangat setuju, 121 responden atau 44,6% menyatakan setuju, 35 responden atau 12,9% menyatakan ragu ragu, 36 responden atau 13,3% menyatakan tidak setuju, dan 7 responden atau 2,6% menyatakan sangat tidak setuju. Berdasar uraian tersebut, 121 responden atau 44,6% menjawab setuju bahwa petugas layanan sirkulasi memahami
62
kebutuhan pemustaka. Ruang layanan sirkulasi dewasa, dilengkapi dengan penelusuran koleksi secara Online yang biasa disebut dengan OPAC, adanya layanan Internet,dan layanan Fotocopy. Dengan adanya fasilitas tersebut, pemustaka sudah merasa sangat terbantu dalam kebutuhan yang dihadapi mereka di layanan sirkulasi. Hasil kesimpulan yang didapat dari analisis tersebut adalah perpustakaan harus mengetahui kebutuhan apa saja yang
dapat
melengkapi
pemustaka
dalam
memenuhi
kebutuhannya pada ruang layanan sirkulasi. Sehingga layanan sirkulasi dapat berjalan optimal.
63
f)
Layanan yang cepat dan tepat waktu Tabel 5.13
No
Kategori
Frekuensi
Prosentase (%)
1
Sangat Setuju
83
30,62
2
Setuju
113
41,7
3
Ragu ragu
36
13,3
4
Tidak Setuju
26
9,6
5
Sangat Tidak Setuju
13
4,8
Jumlah
271
100
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa dari 271 responden, sebanyak 83 responden atau 30,62 % menyatakan sangat setuju, 113 responden atau 41,7% menyatakan setuju, 36 responden atau 13,3% menyatakan ragu ragu, 26 responden atau 9,6% menyatakan tidak setuju, dan sangat tidak setuju memperoleh pendapat sebanyak 13 responden atau 4,8%. Berdasar uraian tersebut, sebanyak 113 responden atau 41,7% menjawab setuju bahwa pelayanan pada Perpustakaan
64
Daerah Provinsi Jawa Tengah cepat dan tepat waktu. Jam operasional yang dijanjikan oleh perpustakaan selalu tepat. Pustakawan melayani pemustaka dengan cepat, ketika ada pemustaka yang bertanya, maka pustakawan selalu segera memberikan solusi. Hasil kesimpulan yang dapat diambil dari uraian tersebut adalah bahwa pelayanan cepat dan tepat waktu harus selalu diterapkan dalam seluruh instansi perpustakaan agar pemustaka selalu senang dan terpenuhi keinginannya, serta tidak mengecewakan pemustaka.
65
g) Petugas Layanan Sirkulasi peduli akan kebutuhan pengguna Tabel 5.14 No
Kategori
Frekuensi
Prosentase (%)
1
Sangat Setuju
66
24,4
2
Setuju
117
43,2
3
Ragu ragu
37
13,7
4
Tidak Setuju
33
12,2
5
Sangat Tidak Setuju
18
6,6
Jumlah
271
100
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa dari 271 responden, sebanyak 66 responden atau 24,4% mereka menyatakan sangat setuju, 117 responden atau 43,2% menyatakan setuju, 37 responden atau 13,7% menyatakan ragu ragu, 33 responden atau 12,2% menyatakan tidak setuju, dan 18 responden atau 6,6% menyatakan sangat tidak setuju. Berdasar uraian tersebut, 117 responden menyatakan bahwa mereka setuju petugas layanan sirkulasi peduli akan
66
kebutuhan pemustaka. Petugas layanan sirkulasi selalu memberikan respon apabila ada pemustaka yang bertanya dan memerlukan bantuan. Kesimpulan berdasarkan analisis tersebut
bahwa
pelayanan prima merupakan kunci utama dalam keberhasilan sebuah instansi perpustakaan. Penyedia jasa informasi seperti perpustakaan harus selalu memiliki rasa ingin tahu apa saja yang
diinginkan
pemustaka,
demi
berkembangnya
perpustakaan ke masa mendatang. h) Petugas Layanan Sirkulasi Tanggap dan Peduli adanya Saran dan Kritik dari Pengguna Tabel 5.15 No
Kategori
Frekuensi
Prosentase (%)
1
Sangat Setuju
74
27,3
2
Setuju
101
37,3
3
Ragu ragu
37
13,7
4
Tidak Setuju
43
15,9
5
Sangat Tidak Setuju
16
5,9
Jumlah
271
100
67
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa dari 271 responden, sebanyak 74 responden atau 27,3% mereka menyatakan sangat setuju, 101 responden atau 37,3% menyatakan setuju, 37 responden atau 13,7% menyatakan ragu ragu, 43 responden atau 15,9% menyatakan tidak setuju, sedangkan sangat tidak setuju memperoleh 16 responden atau 5,9%. Berdasar uraian tersebut, 101 responden atau 37,3% menjawab setuju bahwa petugas layanan sirkulasi tanggap dan peduli apabila ada saran dan kritik dari pemustaka. Saran yang diberikan pemustaka baik secara lisan maupun tulisan selalu mendapat tanggapan dari pustakawan meskipun tidak semua saran dapat terpenuhi. Kesimpulan yang dapat diambil dari analisis diatas adalah saran dan kritik merupakan masukan dari pemustaka yang dapat membantu perpustakaan untuk dapat menjadi lebih baik lagi. Oleh karena itu, Pustakawan harus selalu terbuka untuk menerima saran dan kritik dari pemustaka.
68
i) Perpustakaan menyediakkan fasilitas pendukung untuk pengguna, seperti Internet Tabel 5.16 No
Kategori
Frekuensi
Prosentase (%)
1
Sangat Setuju
84
31,0
2
Setuju
103
38,0
3
Ragu ragu
36
13,3
4
Tidak Setuju
35
12,9
5
Sangat Tidak Setuju
13
4,8
Jumlah
271
100
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa dari 271 responden, sebanyak 84 responden atau 31,0% mereka menyatakan sangat setuju, 103 responden atau 38,0% menyatakan setuju, 36 responden atau 13,3% menyatakan ragu ragu, 35 responden atau 12,9% menyatakan tidak setuju, dan 13 responden atau 4,8% menyatakan sangat tidak setuju. Berdasar uraian tersebut, terlihat
sebanyak 103
responden atau 38,0% menjawab setuju bahwa pada saat ini
69
perpustakaan sudah menyediakan fasilitas Internet untuk mendukung kegiatan yang mereka lakukan di perpustakaan.. Kesimpulan yang dapat diambil dari analisis diatas adalah Internet merupakan salah satu sarana yang sekarang tidak dapat lepas dari perpustakaan. karena dengan adanya internet, pemustaka merasa tercukupi kebutuhan informasinya selain dengan melalui buku. j) Petugas perpustakaan memberikan perhatian terhadap masalah pengguna perpustakaan Tabel 5.17 No
Kategori
Frekuensi
Prosentase (%)
1
Sangat Setuju
78
28,8
2
Setuju
110
40,6
3
Ragu ragu
35
12,9
4
Tidak Setuju
39
14,4
5
Sangat Tidak Setuju
9
3,3
271
100
Jumlah
70
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa dari 271 responden, sebanyak 78 responden atau 28,8% mereka menyatakan sangat setuju, 110 responden atau 40,6% menyatakan setuju, 35 responden atau 12,9% menyatakan ragu ragu, 39 responden atau 14,4% menyatakan tidak setuju, sedangkan sisanya 9 responden atau 3,3% menyatakan sangat tidak setuju. Berdasar uraian tersebut, sebanyak 110 responden atau 40,6% menjawab setuju apabila petugas perpustakaan sudah memberikan perhatian terhadap masalah yang dihadapi oleh pengguna. Ketika ada pemustaka yang merasa kebingungan dalam menelusur informasi, mencari koleksi , pustakawan selalu membantu dan selalu memberikan solusi. Kesimpulan dari pernyataan diatas bahwa pustakawan diharapkan selalu memberi perhatian kepada pemustaka yang sering merasa kebingungan dalam memanfaatkan perpustakan.
71
5.2 Analisis Data 1. Analisis Regresi Pembahasan analisis regresi digunakan untuk menganalisis pengaruh pemanfaatan rambu-rambu nomor klasifikasi terhadap keberhasilan temu kembali informasi oleh pengguna perpustakaan. Hasil analisis regresi adalah berupa koefisisen untuk variabel independen (variabel pemanfaatan rambu-rambu nomor klasifikasi). Koefisien ini diperoleh dengan cara memprediksi nilai variabel dependen ( keberhasilan temu kembali informasi) dengan suatu persamaan. Untuk mengetahui hasil perhitungan model persamaan regresi pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 5.18 Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
t
Sig.
9.983
.000
13.688
.000
Coefficients
(Constant)
B
Std.Error
15.977
1.600
.820
.060
Beta
1 X
.641
a. Dependent Variable: Y
72
Dari tabel coefficients diatas, kolom B pada constant (a) adalah 15,977 sedangkan (b) adalah 0,820. Sehingga persamaan regresinya dapat ditulis sebagai berikut, Y=15,977+0,820X. Dari persamaan regresi diatas dapat diketahui bahwa ada pengaruh signifikan antara variabel pemanfaatan rambu-rambu nomor klasifikasi (X) dengan variabel keberhasilan temu kembali informasi (Y), dimana apabila nilai pemanfaatan rambu-rambu nomor klasifikasi meningkat satu satuan, maka keberhasilan temu kembali informasi juga akan meningkat sebesar 0,820 satuan. Artinya dengan semakin meningkatnya pemanfaatan ramburambu nomor klasifikasi maka keberhasilan temu kembali informasi oleh pemustaka juga akan semakin tinggi, begitu juga sebaliknya. Berdasarkan analisis deskriptif pada tabel persamaan regresi diatas, dapat disimpulkan bahwa rambu-rambu nomor klasifikasi yang ada pada Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah dinyatakan efektif, karena ramburambu nomor klasifikasi tersebut dapat mempengaruhi keberhasilan dalam temu kembali informasi. Pernyataan tersebut sesuai dengan yang dinyatakan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang efektif artinya ada efeknya ( akibat, pengaruh, dan kesannya ) dapat membawa hasil / berhasil guna.
73
2.Uji Hipotesa menggunakan Uji Signifikansi Korelasi Uji Signifikansi Koefisien Korelasi untuk menguji apakah besarnya atau kuatnya hubungan antar variabel yang diuji sama dengan nol. Apabila besar hubungan sama dengan nol, hal tersebut menunjukkan bahwa hubungan antar variabel sangat lemah, begitupun juga sebaliknya. Hasil perhitungan Uji Signifikansi Koefisien Korelasi diambil dari tabel hasil analisis regresi. Dari hasil tabel 5.18 dapat disimpulkan bahwa hasil analisis regresi menunjukkan t-hitung ( 13,688) lebih besar dari t-tabel ( 1,6772 ), maka dapat diinterpretasikkan
bahwa
ada
pengaruh
signifikan
antara
variabel
pemanfaatan rambu- rambu nomor klasifikasi yang ada di rak dengan variabel keberhasilan temu kembali informasi di perpustakaan.
3. Uji Analisis Determinasi Analisis koefisien determinasi digunakan untuk mengukur dan menjelaskan besarnya presentase pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Berikut ini adalah tabel yang menjelaskan besarnya pengaruh variabel pemanfaatan rambu-rambu nomor klasifikasi terhadap variabel keberhasilan temu kembali informasi di perpustakaan.
74
Tabel 5.19 Model Summaryb
Model
1
R
.641a
R Square
.411
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.408
4.729
a. Predictors : ( Constant ), X b. Dependent Variable : Y
Dari hasil tabel diatas, besarnya adjusted R2 adalah 0,408. Hal ini berarti 40,8% variasi keberhasilan temu kembali informasi di perpustakaan bisa dijelaskan oleh variasi dari variabel pemanfaatan rambu-rambu nomor klasifikasi, sedangkan sisanya ( 100%-40,8% = 59,2%) dijelaskan oleh sebab sebab lain diluar model.
75
BAB VI PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan uraian dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah disampaikan mengenai pemanfaatan rambu-rambu nomor klasifikasi terhadap keberhasilan temu kembali informasi di perpustakaan, maka simpulan yang dapat diambil adalah adanya pemanfaatan rambu-rambu nomor klasifikasi, maka akan dapat memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap keberhasilan temu kembali informasi di perpustakaan. Besarnya kontribusi yang diberikan berdasarkan hasil perhitungan analisis koefisien determinasi adalah sebesar 40,8%. Melalui perhitungan tersebut, dapat disimpulkan bahwa rambu-rambu nomor klasifikasi sebesar 40,8% dinyatakan efektif
dalam
keberhasilan temu kembali informasi di layanan sirkulasi Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah, sedangkan selebihnya dipengaruhi oleh faktor faktor lain diluar model.
76
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh di lapangan serta pembahasan yang mendalam mengenai efektivitas rambu-rambu nomor klasifikasi terhadap temu kembali informasi pada layanan sirkulasi di Perpustakaan Daerah Jawa Tengah , maka penulis menyampaikan saran dan masukan sebagai berikut
:
1. Untuk lebih memaksimalkan pemanfaatan rambu-rambu nomor klasifikasi terhadap temu kembali informasi, sebaiknya rambu-rambu nomor klasifikasi diberi desain yang lebih menarik, diberikan warna yang menyolok agar terlihat langsung oleh pemustaka. 2. Seperti saat sekarang ini, banyak pemustaka yang belum mengetahui bagaimana cara membaca nomor klasifikasi dari Online Public Access Catalogue untuk dapat ditafsirkan kedalam rambu-rambu nomor klasifikasi yang ada pada rak, sebaiknya diberikan pendidikan pemakai dengan cara menempel langkah langkah dan cara membaca di dekat alat penelusuran tersebut. 3. Rambu-rambu nomor klasifikasi tidak hanya berupa angka saja, namun juga diberi subyek dari koleksi tersebut, agar lebih meyakinkan pemustaka dalam menemukan kembali informasi yang dibutuhkan.
77
4. Perlu diketahui bahwa penempatan koleksi harus selalu sesuai dengan rambu-rambu nomor klasifikasi yang ada pada rak. Oleh karena itu, kesadaran pemustaka untuk tidak mengembalikan buku sendiri di rak agar lebih diingatkan kembali. Demikian saran dan masukan dari penulis untuk dapat dijadikan bahan pertimbangan demi tercapainya perpustakaan yang lebih baik di masa yang akan datang.
78