ARTIKEL ILMIAH Vol. 1, No. 1, Januari 2015 www.kimkomunikasi.ung.ac.id
Efektivitas Pesan Pada Program Parlemen Partikelir (Dialog Warung Kopi) di LPP RRI Gorontalo 1
Isna Umar, 2Sumarjo, 3Noval Sufriyanto Talani 1 Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi, 2,3Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Gorontalo e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Program Parlemen Partikelir (dialog warung kopi) merupakan program primadona dalam masyarakat Gorontalo. Program ini di mediasi RRI Gorontalo sebagai media komunikasi antara masyarakat dengan pemerintah, dengan maksud memberikan pesan secara cepat kepada khalayak luas dan sebagai ajang kreatifitas untuk menyampaikan informasi yang aktual dan alternatif pemecahan masalah yang berkembang dalam masyarakat. Program ini disebut sebagai kanal aspirasi publik. Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui isi pesan (content) program Parlemen Partikelir dan tanggapan masyarakat setelah mengikuti Program Parlemen Partikelir (dialog warung kopi). Penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara mendalam dan analisis dokumen. Hasil analisis data kemudian disampaikan secara deskriptif analitis, tidak dalam bentuk angka-angka kuantitatif. Hasil penelitian menujukan, pertama, kesulitan masyarakat dalam menyampaikan aspirasinya bisa termediasi melalui program ini, kedua, pemilihan topik selalu aktual yang terjadi di masyarakat, dan ketiga pemilihan narasumber yang akan membahas masalah adalah orang-orang yang kredibel, kompeten di bidangnya, keempat, perlu adanya penambahan durasi waktu yang dinilai masih terlalu singkat. Maka disimpulkan bahwa Parlemen Partikelir cukup efektif dalam menjembatani aspirasi masyarakat Gorontalo dengan pihak pemerintah daerah. Melalui program ini masyarakat dapat menyampaikan aspirasinya dengan mudah dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan ini. Namun Pesan yang disampaikan harus sudah dikemas sedemikian rupa, untuk memudahkan tanggapan pihak terkait. Kata Kunci: dialog , radio, pesan, LPP RRI
Abstract Parliamentary private programs (coffee shop dialog) is an excellent program in the society of Gorontalo. The program is in mediation RRI Gorontalo as a medium of communication between the community and the government, with the intention of providing quick message to a wide audience and as a venue for creativity to deliver real-time information and alternative solutions about the problem in society. This program design as a public aspirations channel. This study aims to determine the contents of the message. The radio program of private and public response parliament after the parliamentary dialogue in radio. This study uses a qualitative methodology with descriptive approach. Collecting data using observation, in-depth interviews and document analysis. The results of data analysis then delivered descriptive, not in the form of quantitative figures. And the Results of research; first, the difficulty in expressing society ideas could mediated through this program. Second, the topic of radio program is an actual topic selection depending on what happened to the society. third, elections speakers who will discuss the problem is the people who are credible, competent in the field. fourth, the addition duration still too short for the topic. And the concluded of private Parliament program is quite effective in bridging the aspirations of the people of Gorontalo to the local government. Through this program, people can express their aspirations easily and actively participate in this radio program. But the message conveyed must be packaged in such a way, to facilitate responses related parties. Keywords: dialogue, radio, messages, LPP RRI
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo | 63
Efektivitas Pesan Pada Program Parlemen Partikelir (Dialog Warung Kopi) di LPP RRI Gorontalo Isna Umar, Sumarjo, dan Noval Sufriyanto Talani
Pendahuluan Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang demikian pesat mendukung perkembangan media massa elektronik seperti radio. Radio sebagai salah satu media massa elektronik yang berfungsi sebagai sarana penyebaran informasi, pendidikan dan hiburan masyarakat, turut mengalami perkembangan di bidangnya, salah satunya program siaran yang disajikan seperti mendukung penyampaian opini masyarakat kepada pemerintah dalam program-program pembangunan yang sudah berjalan, sedang berjalan, maupun rencana program pembangunan yang memerlukan masukan masyarakat. Dalam penelitian ini peneliti memilih Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia (LPP RRI) Gorontalo, karena RRI Gorontalo merupakan radio terbesar dan memiliki jangkauan siaran yang luas serta menyajikan berbagai program siaran, seperti siaran berita dan informasi, siaran pendidikan dan budaya, siaran hiburan serta siaran iklan dan siaran penunjang lainnya. Salah satu, program yang menjadi andalan LPP RRI Gorontalo adalah dialog warung kopi atau yang biasa disebut dengan nama parlement partikelir. Oleh pihak LPP RRI Gorontalo, program ini disebut sebagai kanal aspirasi publik, karena melalui program ini masyarakat bisa menyampaikan aspirasi, kritik, saran maupun harapannya kepada pemerintah di Provinsi Gorontalo. Program ini dilaksanakan setiap hari Minggu, dengan durasi selama 90 menit, (pukul 08.00 s.d 09.30). Lokasi pelaksanaan dialog warung kopi, berpindah-pindah di warung Kopi di Kota Gorontalo. Adapun tema yang diangkat sangat variatif sesuai dengan topik yang sedang menjadi perbincangan di dalam masyarakat (opini pubik), dengan menghadirkan narasumber yang kompeten di bidangnya. Masyarakat adalah salah satu faktor dari proses komunikasi, oleh karena itu unsur masyarakat tidak boleh diabaikan, sebab berhasil tidaknya suatu proses komunikasi sangat ditentukan oleh masyarakat.
Salah satunya dengan mengetahui keefektivitasan yang dinilai menurut ukuran seberapa jauh masyarakat pendengar radio berhasil mencapai suatu tujuan yang layak dicapai (S. Pemoedi,1998:39). Radio mempunyai sifat khas yang menjadi kelebihan dan keunggulan dalam menyampaikan pesan kepada masyarakat. Hal ini sejalan dengan pendapat (Prayudha 2004: 15) yang menyatakan bahwa penyiaran radio bisa membuktikan peranannya sebagai media massa dengan mempengaruhi atau membujuk massa sosial untuk berpartisipasi atau terlibat dalam satu kegiatan tertentu, on air maupun off air. Selain itu, Undang-Undang Nomor 32 tahun 2002 tentang Penyiaran dan Pers memberi definisi bahwa penyiaran radio merupakan media komunikasi massa dengar yang dapat menyalurkan gagasan dan informasi dalam bentuk suara secara umum dan terbuka, berupa program yang teratur dan berkesinambungan. Salah satu elemen penting dari radio adalah pendengar radio. Keefektifan media penyiaran radio tergantung kepada seberapa banyak pendengar yang menikmati dan mendengarkan program radio yang akan dijadikan sebagai sarana penyampaian pesan iklan produk sesuai dengan target marketnya (Prayudha 2004: 120). Perbincangan radio (talk show) pada dasarnya adalah kombinasi antara seni berbicara dan seni wawancara. Program perbincangan biasanya diarahkan oleh seorang pemandu acara (host) bersama satu atau lebih narasumber untuk membahas sebuah topik yang sudah dirancang sebelumnya. Tiga bentuk program perbincangan yang banyak digunakan stasiun radio yaitu: (1) One-one show, yaitu berbentuk perbincangan saat penyiar (pewawancara) dan narasumber mendiskusikan suatu topik dengan dua posisi mikrofon terpisah studio yang sama; (2) Panel discussion, yaitu pewawancara sebagai moderator hadir bersama sejumlah narasumber, panel discussion ini digunakan dalam talk show interaktif program acara parlemen partikelir dan (3) Call in show,
64 | Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo
ARTIKEL ILMIAH Vol. 1, No. 1, Januari 2015 www.kimkomunikasi.ung.ac.id
program perbincangan yang hanya melibatkan telepon dari pendengar, (Morissan 2008 :227). Berdasarkan latar belakang pemikiran diatas, maka peneliti memformulasikan judul penelitian ini yaitu “Efektivitas Pesan Pada Program Parlemen Partikelir (dialog arung kopi) di LPP RRI Gorontalo. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu: (1) Bagaimana isi pesan program parlemen partikelir (dialog warung kopi) yang disampaikan kepada masyarakat (audiens), dan (2) Bagaimana tanggapan masyarakat (audiens) terhadap acara dialog warung kopi. Sementara itu tujuan penelitian ini yaitu Untuk: (1) Mengetahui Isi pesan yang disampaikan kepada masyarakat sebagai audiens, (2) Mengetahui Tanggapan masyarakat setelah mengikuti acara dialog warung kopi. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif dengan pendekatan deskriptif (descriptive research) berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang berdasarkan pengamatan terhadap lingkungan sosial yang menghasilkan data deskriptif. Data tersebut kemudian dianalisis dan peneliti akan memfokuskan pada pertanyaan-pertanyaan dan pernyataan-pernyataan yang diberikan baik secara tertulis maupun secara lisan yang berkaitan dengan penelitian yang diajukan. Secara sistematis langkah-langkah dilakukan peneliti dalam menganalisis data tersebut yaitu mengumpulkan data yang telah diperoleh dari hasil wawancara, dokumen yang dimiliki RRI Gorontalo dan observasi, kemudian menyusun seluruh data yang diperoleh sesuai urutan pembahasan baik itu data yang bersumber dari wawancara, dokumen RRI Gorontalo, dokumentasi maupun observasi serta melakukan interpretasi terhadap data yang telah tersusun dan menjawab rumusan masalah. Setelah peneliti memaparkan konsep-konsep penelitian, fokus penelitian dalam penelitian dimaksudkan untuk membatasi studi, sehingga dengan pembatasan studi tersebut mempermudah
penelitian dan dalam pengelolaan data yang kemudian menjadi kesimpulan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan informasi sebagai sumber memperoleh data, informasi diperoleh dari data primer maupun data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh dari informan sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumen–dokumen yang ada dilokasi penelitian. Pemilihan data dan informasi didasarkan pada subjek dan objek yang banyak memiliki informasi yang berkualitas sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti dan bersedia memberikan data.Dalam penelitian ini untuk memilih informan dilakukan dengan cara teknik purposive sampling. Purposive sampling adalah menentukan informan dengan pertimbangan tertentu, yaitu informan yang ditunjuk adalah orang yang benar–benar memahami tentang dialog warung kopi/parlemen partikelir, yang digolongkan sebagai informan kunci dan informan tambahan. Informan yang dipilih dalam penelitian ini adalah pengeloa program parlemen partikelir, narasumber dan audiens aktif pada pelaksanaan dialog warung kopi. Pemilihan Informan berdasarkan pada subjek yang memiliki informasi yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti dan bersedia memberikan data. Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini dapat dilakukan dengan wawancara, observasi dan analisis dokumen. Sementara itu teknik analisis data penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif Model Interaktif Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman yaitu Reduksi Data (Data Reduction), Penyajian Data (Data Display), Penarikan Kesimpulan/Verifikasi (Conclusion Drawing/Verification) Kajian Pustaka Teori efektivitas pesan Teori dikemukakan 2007) adalah Menimbulkan
Efektivitas Pesan seperti Wilbur Schramm (Hamidi, 1) Menarik perhatian 2) kebutuhan; 3) Simbol yang
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo | 65
Efektivitas Pesan Pada Program Parlemen Partikelir (Dialog Warung Kopi) di LPP RRI Gorontalo Isna Umar, Sumarjo, dan Noval Sufriyanto Talani
di pahami dan 4) Cara memperoleh artinya teori ini menujukan bahwa jika komunikasi diharapkan efektif maka pesan-pesannya perlu dikemas sedemikian rupa atau menarik perhatian khalayak luas sehingga sesuai atau merupakan kebutuhan, Simbol yang digunakanpun hendaknya mudah dipahami, meliputi istilah kata-kata atau kalimatnya dan khalayak dalam memperoleh informasi sangat mudah. Teori uses and gratification Teori Uses and Gratification pertama kali dikemukakan oleh Elihu Katz pada tahun 1959 melalui hasil penelitian yang menunjukan bahwa orang yang berbeda dapat menggunakan pesan komunikasi massa yang sama untuk kegunaan yang berbeda-beda. (Effendy, 1993 : 289). Teori ini menempatkan manusia sebagai khalayak yang bersifat aktif dalam menghadapi terpaan pesan melalui media. Pesan yang diterima oleh khalayak, diolah sesuai bidang pengalaman yang dimiliki masing-masing khalayak dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Istilah Uses and gratification timbul dari sikap aktif khalayak dalam menggunakan media dari pemenuhan kebutuhan khalayak melalui penggunaan media tersebut. Teori Uses and Gratification menunjukan bahwa, yang menjadi permasalahan utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap perilaku khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak. Teori agenda setting Teori Agenda Setting pertama dikemukakan oleh Walter Lippman (1965) pada konsep “The World Outside and the Picture in our head”. Namun, penelitian empiris teori ini dilakukan Mc Combs dan Shaw ketika mereka meneliti pemilihan presiden tahun 1972. Mereka mengemukakan bahwa media massa mempunyai kemampuan untuk memindahkan wacana dalam agenda pemberitaan kepada agenda publik. Kedua
ahli tersebut percaya bahwa ada dua sisi yang digunakan pada teori ini untuk mengkaji media yaitu melihat kekuatan dari media dan kebebasan khalayak untuk memilih. Maxwell McComb dan Donald Shaw mengemukakan bahwa media massa memiliki kemampuan untuk memindahkan wacana dalam agenda pemberitaan kepada agenda publik. Sesuatu yang dianggap penting oleh media maka hal tersebut akan menjadi penting untuk dipublikasikan. Menurut Maxwell McComb dan Donald Shaw, khalayak perlu mendapatkan perhatian dalam kajian agenda setting. Khalayak akan memilih berita yang mereka anggap tidak membahayakan bagi ideologi mereka. Teori Agenda Setting mencoba mengkaji ulang penelitian-penelitian media yang selama dua dekade didominasi oleh hipotesa bahwa khalayak adalah entitas yang pasif. Ada dua sisi yang digunakan teori Agenda Setting ini untuk mengkaji media yaitu melihat kekuatan dari media dan kebebasan khalayak untuk memilih. Radio Radio Menurut M. Palapah dan Atang Syamsudin adalah keseluruhan sistem gelombang suara yang dipancarkan dari suatu stasiun dan dapat diterima oleh pesawat rumah, mobil dan sebagainya. Dengan diberikan musik, backsound dan didukung oleh suara atau kata-kata, maka siaran radio akan terasa menjadi hidup, sehingga enak untuk didengar. Radio dijuluki sebagai “kekuasaan kelima” (the fifth estate). Ada tiga alasan yang menjadi faktor mengapa radio diangap memiliki kekuasaan yang begitu hebat, yaitu: a) radio siaran bersifat langsung yaitu bahwa suatu pesan yang akan disiarkan dapat dilakukan tanpa proses yang rumit. Jika dibandingkan dengan penyiaran pesan melalui surat kabar, brosur, pamphlet, atau media cetak lainnya yang selain lama prosesnya juga tidak mudah menyebarluaskannya, b) radio siaran tidak mengenal Jarak dan rintangan yaitu bagi radio, tidak ada jarak waktu.
66 | Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo
ARTIKEL ILMIAH Vol. 1, No. 1, Januari 2015 www.kimkomunikasi.ung.ac.id
Begitu pesan diucapkan seorang penyiar atau orator, pada saat itu juga dapat diterima oleh khalayak. Radio siaran juga tidak mengenal jarak ruang, seberapapun jauhnya sasaran yang dituju radio dapat mencapainya. Daerah-daerah yang terbatas oleh gunung, lembah, padang pasir, ataupun samudera sekalipun tidak menjadi suatu halangan bagi siaran radio. Suatu pesan yang disiarkan dari suatu tempat di suatu Negara dapat disampaikan secara seketika di tempat lain, Negara lain dan benua lain, dan c) radio siaran mengandung daya tarik yaitu sebelum pesawat televisi muncul sebagai pelengkap rumah tangga, sekitar tahun lima puluhan, pada waktu hanya terdapat dua jenis media massa yaitu surat kabar atau majalah dan radio. Radio mempunyai unsur daya tarik tersendiri karena ada tiga hal yang menyebabkan demikian, yaitu kata-kata lisan (spoken words); musik (music); dan efek suara (sound effect). Ketiga faktor yang menyebabkan media radio dijuluki sebagai “the fifth estate,” bersifat langsung, tidak mengenal jarak dan rintangan, serta memiliki daya tarik tersendiri bagi peminat radio. Keefektifan radio siaran semakin didukung pula oleh produk teknologi mutakhir seperti pemancar sistem Frequency Modulation (FM), transistor dan lain-lain. Radio sebagai kekuasaan kelima, memiliki kelebihan dibandingkan jenis media massa lainnya. Radio dengan bentuknya yang sederhana mampu menyajikan beragam informasi serta hiburan. Media dengan modal suara saja dapat menjangkau ruang-ruang pribadi manusia. Melalui kepekaan indera manusia, suara ternyata mampu merubah pemikiran bahkan perilaku pendengarnya. Hasil Dan Pembahasan Hasil dari penelitian ini menujukan bahwa Program Parlemen Partikelir cukup efektif dalam menjembatani aspirasi masyarakat Gorontalo dengan pihak pemerintah daerah. Melalui program ini masyarakat dapat menyampaikan aspirasinya dengan mudah. Cukup
meluangkan waktunya setiap hari minggu untuk mengikuti dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan ini. Namun Pesan yang disampaikan harus sudah dikemas sedemikian rupa, untuk memudahkan tanggapan pihak terkait. Program Parlemen Partikelir (warung kopi) oleh RRI Gorontalo yang sudah menjadi media komunikasi antara masyarakat dan pemerintah atau pengambil kebijakan di daerah Gorontalo. Kehadiran narasumber yang kompoten dibidangnya dalam membahas tentang opini yang berkembang di masyarakat sekaligus mencari solusi pemecahannya, sangat baik untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat tentang persoalan yang berkembang dan sedang hangat. Berikut ini teori tentang efektivitas pesan yang berasumsi bahwa jika komunikasi diharapkan efektif maka pesanpesannya perlu dikemas sedemikian rupa sehingga sesuai atau merupakan kebutuhan komunikan yaitu menarik perhatian, simbol yang digunakan hendaknya mudah dipahami, meliputi istilah bahasa, istilah kata-kata atau kalimatnya dan cara memperoleh mudah (Scharm dalam Hamidi, 2007: 72-73). Artinya jika komunikasi diharapkan efektif maka pesanpesannya perlu dikemas sedemikian rupa sehingga sesuai atau merupakan kebutuhan komunikan, menarik perhatian artinya informasi yang disuguhkan teraktual dan bermanfaat bagi masyarakat, simbol yang digunakan pun hendaknya mudah dipahami, meliputi istilah bahasa, istilah kata-kata atau kalimatnya dan cara memperoleh mudah artinya dalam Program Parlemen Partikelir (dialog warung kopi) masyarakat cukup dengan meluangkan waktu setiap hari minggu dari pukul 08.00 09.30 pagi untuk mendengarkan radio maka informasi yang dibutuhkan khalayak akan didapat. Dalam penelitian tentang efektivitas pesan pada Program Parlemen Partikelir ini, peneliti memfokuskan pada beberapa unsur yang dikaji, yaitu isi pesan, penerima atau pemakai dan efek dari acara “Program Parlemen Partikelir (warung kopi) oleh RRI
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo | 67
Efektivitas Pesan Pada Program Parlemen Partikelir (Dialog Warung Kopi) di LPP RRI Gorontalo Isna Umar, Sumarjo, dan Noval Sufriyanto Talani
Gorontalo. Berikut akan peneliti jabarkan mengenai pembahasan hasil penelitian ini sebagai berikut: 1. Isi pesan program parlemen partikelir (dialog warung kopi) Tampilan isi pesan siaran Program Parlemen Partikelir (dialog warung kopi) sudah baik dan menarik perhatian masyarakat ini sesuai dengan teori efektivitas pesan oleh Schramm dimana teori ini berasumsi, komunikasi diharapkan efektif maka pesan-pesannya perlu dikemas sedemikian rupa sehingga sesuai atau merupakan kebutuhan komunikan yaitu menarik perhatian. Topik-topik aktual yang diangkat oleh pihak RRI Gorontalo dengan narasumber terlebih dahulu dirapatkan di bagian pemberitaan. Rapat pelaksanaan kegiatan dialog ini dilakukan oleh LPP RRI Gorontalo untuk memastikan apakah topiktopik aktual yang akan dibahas layak atau tidak untuk disiarkan melalui acara Program Parlemen Partikelir (dialog warung kopi) oleh LPP RRI Gorontalo, ini dilakukan dengan maksud untuk mengantisipasi apabila narasumber tidak dapat hadir pada saat pelaksanaan dialog, menentukan waktu pelaksanaan kegiatan siaran, dan memastikan tidak ada unsur politisasi dalam topik yang diangkat dalam dialog. Pemilihan topik dialog yang dipilih tentunya berbeda-beda berdasarkan perkembangan permasalahan yang terjadi di lingkungan masyarakat. Hasil ini sejalan dengan teori agenda setting (penentuan agenda) oleh Mc Comb dan Donald L,Shaw dimana teori media massa ini merupakan pusat penentuan kebenaran dengan kemampuan media massa untuk mentransfer dua elemen yaitu kesadaran dan informasi kedalam agenda publik dengan mengarahkan kesadaran publik serta perhatiannya kepada isu-isu yang dianggap penting oleh media massa. Pemilihan narasumber oleh RRI Gorontalo yang akan membahas masalah, harus yang kredibel, berkompoten dan dianggap mampu untuk memberikan pencerahan, pemahaman dan
sekaligus mengatasi permasalahan di masyarakat. Narasumber dialog warung kopi berasal dari kalangan pemerintah, pejabat, pimpinan organisasi, perguruan tinggi, dan masyarakat selama dia dianggap memiliki kemampuan dalam bidang yang dibahas. Beragamnya topik yang diangkat dalam setiap sesi dialog warung kopi ditambah dengan banyaknya warga yang berpartisipasi aktif dalam setiap perhelatannya, menjadikan isu-isu yang selama ini beredar di masyarakat telah menemukan solusinya. Hal ini tentunya merupakan informasi awal dan masukan yang positif bagi pemerintah dalam menjalankan roda pemerintahan yang baik dan merupakan pembelajaran bagi masyarakat dalam berdemokrasi, yaitu mengemukakan pendapatnya, saran, dan masukan yang positif untuk perbaikan pemerintah kedepan. Hal lainnya adalah pemerintah dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, dengan mengacu pada harapan dan aspirasi masyarakat yang terungkap dalam dialog warung kopi. 2. Efek Program Parlemen Partikelir (dialog warung kopi) Sejauh ini topik yang diangkat yang disampaikan oleh narasumber dalam setiap penyelenggaraan dialog warung kopi, cukup menarik perhatian khalayak karena sesuai dengan kebutuhan yang mereka inginkan, ini dikarenakan narasumber dalam menyampaikan materinya orang yang berkompeten dibidangnya dalam membahas tentang opini yang berkembang dalam masyarakat untuk ditindak lanjuti dan mencarikan solusi pemecahannya dan simbol-simbol yang digunakan berupa katakata atau bahasa sangat mudah dipahami oleh masyarakat baik partisipan yang hadir pada saat dialog berlangsung dan partisipan yang menggunakan telepon maupun masyarakat pendengar di rumah. Hasil ini serupa dengan teori efektivitas pesan menurut Schramm bahwa jika komunikasi diharapkan efektif maka pesanpesannya perlu dikemas sedemikian rupa
68 | Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo
ARTIKEL ILMIAH Vol. 1, No. 1, Januari 2015 www.kimkomunikasi.ung.ac.id
sehingga sesuai atau merupakan kebutuhan komunikan. Simbol yang digunakan hendaknya mudah dipahami, meliputi istilah, kata-kata atau kalimatnya serta cara memperoleh mudah dimana dalam program Parlemen Partikelir (dialog warung kopi) masyarakat cukup meluangkan waktu setiap hari minggu dari pukul 08.00 09.30 pagi untuk mendengarkan radio maka informasi yang di butuhkan khalayak akan di dapat. Namun dari segi durasi waktu yang disediakan oleh LPP RRI Gorontalo dalam acara Parlemen Partikelir (dialog warung Kopi) yang hanya 90 menit, dianggap masih terlalu singkat. Hal ini mengingat banyak peran aktif audiens dalam kegiatan ini misalnya memberikan saran yang positif, pertanyaan-pertanyaan, masukan dan kritikan. Alokasi durasi waktu yang singkat ini tak jarang sedikit menimbulkan kekecewaan dari audiens di warung kopi maupun masyarakat yang pendengar yang ada di rumah, yang tidak terakomodir menyampaikan uneg-unegnya. Olehnya, banyak usulan dari informan penelitian ini, untuk penataan misalnya narasumber untuk tidak terlalu lama dalam membuka kegiatan dan pengantar. Dan juga adanya pendapat agar alokasi waktu harus ditambah. Disisi lain peran moderator Program Parlemen Partikelir (dialog warung kopi) harus efektif dan efisien untuk memimpin jalannya dialog, sehingga tidak perlu terjadi penyimpangan-penyimpangan pertanyaan di luar topik yang dibahas. Sehingga waktu yang diberikan kurang lebih 90 menit dapat mengakomodir pembahasan semua permasalahan-permasalahan yang berkembang di masyarakat Gorontalo. Untuk menghasilkan efektifnya pesan pada program tentunya pengelolaan dari program harus terstruktur agar mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Selain itu khalayak pendengar atau masyarakat pengguna radio yang menentukan sejauh mana program di minati. Berikut adalah efek fositif dan kelemahan dialog warung kopi sebagai berikut: (1) Efek positif Program Parlemen Partikelir (dialog warung kopi) adalah masyarakat Gorontalo
selaku audiens dialog Parlemen Partikelir sangat menggemari program ini, terbukti dengan banyaknya animo masyarakat yang datang ketika program ini berlangsung. Sesi yang paling menarik khalayak (audiens) yaitu ketika topik soal politik yang akan dibahas. Banyak partisipan melalui telepon maupun yang hadir di tempat memberikan pertanyaan maupun kritik/saran kepada narasumber. Selain itu juga masyarakat mendapatkan kemudahan dalam menyampaikan aspirasi. Dimana dalam menyampaikan aspirasinya tidak perlu lagi datang jauh-jauh ke DPR atau ke eksekutif, yang bisa saja terhalang oleh birokrasi pemerintahan yang sudah dikenal begitu panjang dan sering berbelit-belit. Untuk menyampaikan aspirasinya, masyarakat cukup meluangkan waktunya setiap hari minggu untuk mengikuti dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan Program Parlemen Partikelir (dialog warung kopi), yang sekaligus bisa mendapatkan pencerahan dari narasumber yang kredibel dan kompoten. Disisi lain Program Parlemen Partikelir (dialog warung kopi) yang dimediasi oleh LPP RRI Gorontalo, sangat membantu pihak pemerintah Gorontalo. Hal ini dibuktikan dengan terbantunya pemerintah Gorontalo dengan adanya siaran Program Parlemen Partikelir (dialog warung kopi) tersebut, minimal pemerintah mendapatkan informasi yang aktual yang terjadi dalam masyarakat lewat dialog warung kopi ini. Ini sesuai dengan pernyataan informan (2) bahwa pemerintah merasa terbantukan dengan adanya program warung kopi sehingga informasi yang berupa kabar burung dapat di akomodir oleh pihak yang berkompoten terhadap isu yang berkembang di masyarakat untuk dapat dicarikan solusi yang terbaik; (2) Kelemahan Program Parlemen Partikelir (dialog warung kopi) adalah alokasi panambahan durasi waktu pada acara Program Parlemen Partikelir (dialog warung kopi) dan peran moderator yang harus efektif dan efisien untuk memimpin jalannya dialog, sehingga tidak perlu terjadi penyimpangan-penyimpangan pertanyaan
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo | 69
Efektivitas Pesan Pada Program Parlemen Partikelir (Dialog Warung Kopi) di LPP RRI Gorontalo Isna Umar, Sumarjo, dan Noval Sufriyanto Talani
diluar topik yang dibahas ada juga yang menjadi kelemahan program misalnya tidak adanya data penelepon maupun partisipan yang secara face to face memberikan pertanyaan atau pun saran/kritik pada topik yang di bahas. Dimana data tersebut sangat diperlukan untuk mengetahui sejauh mana animo khalayak pada program mengingat program Parlemen Partikelir ini sudah berjalan selama 14 tahun dan merupakan primadona dalam masyarakat terutama masyarakat Gorontalo. Simpulan dan Saran Simpulan Dilihat dari ketiga aspek yang terjadi dalam Siaran Program Parlemen Partikelir (dialog warung kopi) yang dimediasi oleh LPP RRI Gorontalo yaitu isi pesan, penerima atau pemakai dan efek siaran, maka dapat disimpulkan bahwa : (1) Dilihat dari isi pesan, Program Parlemen Partikelir (dialog warung kopi) oleh LPP RRI Gorontalo, dinilai oleh masyarakat Gorontalo sudah sangat baik dan positif dalam memecahkan permasalahanpermasalahan yang urgen di masyarakat seperti pembangunan, ekonomi, pendidikan, kesehatan, politik, sosial, budaya, dan sebagainya; (2) Tanggapan dari penerima atau pemakai pesan durasi waktu sepanjang 90 menit pada Program Parlemen Partikelir (dialog warung kopi) oleh LPP RRI Gorontalo, dinilai masih terlalu singkat. Hal ini karena, banyak peran aktif audiens dalam kegiatan ini misalnya memberikan saran yang positif, pertanyaanpertanyaan, masukan, dan kritikan. Perlu adanya penatan kembali dan pengaturan waktu untuk memaksimalkan suara-suara yang belum sepenuhnya diakomodir; (3) Perlu diadakan pembatasan narasumber dan topik yang diangkat dalam acara dialog untuk menghindari penggunaan waktu yang berlebihan, dan menghindari timbulnya berbagai macam pertanyaan diluar topik yang dibahas. Disinilah diperlukan keterampilan moderator dalam memimpin jalannya diskusi; (4) Perlunya feedback dari pihak-
pihak yang berkompeten atas masalahmasalah maupun hal-hal yang diaspirasikan dan berkembang dalam pelaksanaan dialog Parlemen Partikelir; (5) Pesan yang disampaikan sudah dikemas sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan masyarakat sehingga menarik perhatian masyarakat, simbol yang digunakan pun mudah dipahami meliputi bahasa, istilah maupun kata-kata dan cara memperoleh mudah dimana dalam program Parlemen Partikelir (dialog warung kopi) masyarakat cukup meluangkan waktu setiap hari minggu dari pukul 08.00-09.30 pagi untuk mendengarkan radio maka informasi yang di butuhkan khalayak akan di dapat; (6) Program Parlemen Partikelir (dialog warung kopi) oleh LPP RRI Gorontalo, telah efektif dalam menjembatani aspirasi masyarakat Gorontalo dengan pihak pemerintah daerah. Masyarakat Gorontalo selaku audiens dalam menyampaikan aspirasinya tidak perlu lagi datang jauhjauh ke DPR, cukup meluangkan waktunya setiap hari minggu untuk mengikuti dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan program parlemen partikelir (warung kopi) oleh LPP RRI Gorontalo, aspirasi tersebut sudah bisa disampaikan dengan baik. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti memberikan beberapa saran yaitu: (a) Program Parlemen Partikelir (dialog warung kopi) oleh LPP RRI Gorontalo lebih ditingkatkan lagi, agar setiap program yang disiarkan lebih menarik minat para pendengarnya sehingga semakin efektif sebagai kanal aspirasi masyarakat Gorontalo; (b) Perlunya penambahan durasi waktu, agar jalannya dialog akan lebih efektif, Sehingga masyarakat semakin banyak yang bisa menyampaikan aspirasi untuk mendapatkan solusinya; (c) Permasalahan yang diangkat bisa ditindak lanjuti oleh pemerintah dan RRI juga mengevaluasi ketika mengangkat suatu persoalan pada beberapa pekan atau beberapa bulan kemudian mengangkat lagi persoalan yang sama dan (d) Perlunya data
70 | Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo
ARTIKEL ILMIAH Vol. 1, No. 1, Januari 2015 www.kimkomunikasi.ung.ac.id
partisipan pada saat program ini berlangsung sehingga bisa di dapatkan
jumlah animo masyarakat terhadap program Parlemen Partikelir (dialog warung kopi).
Daftar Pustaka Arifin,Zainal. 2012. Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru. Bandung. Rosdakarya Astuti,Santi Indra. 2008. Jurnalisme Radio. Unisba Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Bungin, Burhan. 2008. Konstruksi Sosial Media Massa. Jakarta : Kencana Prenada Media Group Creswell. 2009. Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Effendy, Onong Uchjana, 1993. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti Hamidi. 2007. Metode Penelitian dan Teori Komunikasi. Malang : Umm Press. Hasan Syadily, Ensiklopedi Indonesia, (Jakarta: Ichtiar Baruvan Hocve), Jilid 2, h.883 (1980). Liliweri, Alo, 1997. Komunikasi Antar Pribadi, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti Moleong, Lexy. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Morisson. 2008. Manajemen Media Penyiaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Morisson,Wardhani, Corry, Andy & Hamid Farid. 2010. Teori Komunikasi Massa. Bogor: Ghalia Indonesia Nirmawaty Sidiki. 2010. Analisis Kesalahan Tuturan Masyarakat Pada Acara Parlemen Partikuler Siaran RRI Gorontalo. Tesis. Olii, Helena dan Erlita, Novi. 2011. Opini Publik. Jakarta : PT Indeks. Palapah, M.O. dan Syamsudin, Atang, 1983, Studi Ilmu Komunikasi,
Penerbit Fakultas Ilmu Komunikasi. UNPAD, Bandung. Prayudha, H. 2004, Radio: Suatu Pengantar untuk Wacana dan Praktik Penyiaran, Bayumedia, Malang. Rohim, Syaiful. 2009. Teori Komunikasi. Jakarta: PT Rineka Cipta. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta. Tahir, Muh, 2011. Pengantar Metodologi Penelitian Pendidikan. Makassar: Universitas Muhammadiyah Makassar. Tamburaka, Apriadi. 2012. Agenda Setting Media Massa. Jakarta: PT RajagrafindoPersada. Wulandari, Ani. 2013. Efektifitas Media Komunikasi M-Radio Dalam Meningkatkan Kepedulian Kesehatan Masyarakat Terhadap Pencegahan Hiv/Aids Di Kota Samarinda. Fisip .Jurnal
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo | 71