EFEKTIVITAS PENGAWETAN DENGAN MENGGUNAKAN MINYAK KELAPA DALAM MEMPERTAHANKAN KUALITAS TELUR AYAM RAS PETELUR
SKRIPSI KADE WAHYU SAPUTRI
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
RINGKASAN KADE WAHYU SAPUTRI. D14070133. 2011. Efektivitas Pengawetan dengan Menggunakan Minyak Kelapa dalam Mempertahankan Kualitas Telur Ayam Ras Petelur. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Tuti Suryati, S.Pt., M.Si. Pembimbing Anggota : Maria Ulfah, S.Pt., M.Sc.Agr. Telur ayam ras petelur merupakan sumber protein hewani yang mudah didapatkan, murah harganya dan disukai oleh masyarakat. Walaupun telur dapat bertahan lama, akan tetapi kualitas interior telur ayam berkurang setiap harinya. Oleh karena itu diperlukan metode untuk mempertahankan daya simpan telur, salah satunya dengan cara pengolesan telur dengan minyak kelapa. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh metode pengawetan telur dengan menggunakan minyak kelapa dan lama penyimpanan terhadap kualitas telur ayam ras meliputi kedalaman kantung udara, indeks putih telur, indeks kuning telur, pH putih telur, pH kuning telur, kadar air, dan kadar protein. Penelitian ini menggunakan 72 sampel telur umur nol hari dari peternakan Rony di Cibinong. Ayam ras petelur yang digunakan adalah strain Lohmann umur 25 minggu. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial 2x6 dengan 4 ulangan untuk perlakuan fisik dan 2 ulangan untuk perlakuan kimia. Faktor A adalah metode pengawetan yang terdiri atas 2 taraf perlakuan yaitu tanpa minyak kelapa (M0) dan dengan pengolesan minyak kelapa (M1). Faktor B adalah lama penyimpanan telur ayam yang terdiri atas 6 taraf perlakuan yaitu 0 hari (P0), 7 hari (P1), 14 hari (P2), 21 hari (P3), 28 hari (P4), dan 35 hari (P5). Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi lama penyimpanan dan metode pengawetan telur berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kualitas telur (kedalaman kantung udara, indeks putih telur, indeks kuning telur, nilai pH kuning telur dan pH putih telur). Pengolesan telur dengan minyak kelapa yang disimpan selama 35 hari ini dapat mempertahankan kedalaman kantung udara tetap pada kriteria mutu I (BSN, 2008) atau kualitas AA (USDA, 2000). Telur dengan pengolesan minyak kelapa ini juga mampu mempertahankan indeks putih telur sampai 50% dan indeks kuning telur sampai 70%. Pengolesan telur dengan minyak kelapa dapat menekan kenaikan pH putih dan kuning telur selama 35 hari. Nilai pH putih dan kuning telur dengan pengolesan minyak kelapa pada hari ke-35 yaitu 8,31 dan 6,36 yang lebih rendah daripada nilai pH putih dan kuning telur tanpa pengolesan minyak kelapa, yaitu 9,119 dan 7,135. Hasil analisis kimia telur menunjukkan bahwa interaksi lama penyimpanan dan metode pengawetan telur tidak berpengaruh (P<0,05) terhadap kadar air dan protein telur. Telur dengan pengolesan minyak kelapa masih layak dan baik untuk dikonsumsi sampai 35 hari. Kata-kata kunci: telur ayam ras, lama penyimpanan, pengolesan minyak kelapa, kualitas telur
2
ABSTRACT Preservation Effectiveness Using Coconut Oil on Maintaining Quality of Egg Saputri, K. W., T. Suryati and M. Ulfah Egg is a source of animal protein which is readily available, cheap and well accepted by people. Although egg can be stored for a relatively long time, however the interior quality of egg will decrease during storage. One method to keep egg interior qualites is coating egg with coconut oil. The results showed that interaction of preservation method and storage duration significantly (P<0.05) affected the depth of the egg air sac, albumen index, yolk index and pH value of albumen and yolk. Coated eggs with coconut oil which is stored for 35 days maintained the depth of the egg air sac on quality criteria of grade I (BSN, 2008). Coated eggs with coconut oil also maintained the albumen index and yolk index up to 50% and 70%, respectively coated eggs with coconut oil suppressed the rise of pH of albumen and yolk for 35 days. The pH value of albumen and yolk with coconut oil on day-35 were 8.307 and 6.365 recpectively lower than the pH value of albumen and yolk without coconut oil (9.119 and 7.135). The interaction of preservation method and storage duration did not significantly (P<0.05) affect on the percentage of water and protein content of eggs. Coated eggs with coconut oil was viable and good to be consumed until 35 days. Keywords: egg, storage duration, coating with coconut oil, egg qualities
3
EFEKTIVITAS PENGAWETAN DENGAN MENGGUNAKAN MINYAK KELAPA DALAM MEMPERTAHANKAN KUALITAS TELUR AYAM RAS PETELUR
KADE WAHYU SAPUTRI D14070133
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 4
Judul Skripsi : Efektivitas Pengawetan dengan Menggunakan Minyak Kelapa dalam Mempertahankan Kualitas Telur Ayam Ras Petelur Nama
: Kade Wahyu Saputri
NIM
: D14070133
Menyetujui,
Pembimbing Utama,
(Tuti Suryati, S.Pt., M.Si.) NIP: 19720516 199702 2 001
Pembimbing Anggota,
(Maria Ulfah, S.Pt., M.Sc.Agr.) NIP: 19761101 199903 2 001
Mengetahui: Ketua Departemen, IlmuProduksi danTeknologi Peternakan Fakultas Peternakan IPB
(Prof. Dr. Ir. CeceSumantri, M.Agr.Sc.) NIP. 19591212 198603 1 004
Tanggal Ujian: 10 Oktober 2011
Tanggal Lulus: 5
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 7 Maret 1989 di Baturaja, Sumatera Selatan. Penulis adalah anak kedua dari pasangan Bapak I Ketut Sada Wiratha dan Ibu Siti Lestari. Penulis mengawali pendidikan pada tahun 1994 di Taman Kanak-kanak Xaverius Baturaja dan diselesaikan pada tahun 1995. Penulis memulai pendidikan dasar pada tahun 1995 dan diselesaikan pada tahun 2001 di SD Xaverius II Baturaja. Pendidikan lanjutan tingkat pertama dimulai pada tahun 2001 dan diselesaikan pada tahun 2004 di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Ogan Komering Ulu. Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Ogan Komering Ulu pada tahun 2004 dan diselesaikan pada tahun 2007. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan pada tahun 2008. Penulis aktif dalam kegiatan Komisi Pelayanan Anak UKM Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) IPB periode 2008-2011. Penulis aktif dalam Persekutuan Ouikumene Protestan Katolik (POPK) Fakultas Peternakan periode 2009-2010 sebagai sekretaris. Penulis aktif dalam kegiatan Kelompok Pra Alumni UKM PMK IPB sebagai pengurus periode 2010-2011. Penulis pernah menjadi kakak asistensi agama pada periode 2008-2009. Penulis pernah mengikuti lomba cerpen dalam D’days of Art Fakultas Peternakan dan menjadi juara III. Penulis berkesempatan menjadi penerima beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) pada tahun 2010/2011.
6
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas Pengawetan dengan Menggunakan Minyak Kelapa dalam Mempertahankan Kualitas Telur Ayam Ras Petelur” yang dilaksanakan pada bulan April hingga Mei 2011. Skripsi ini memberikan gambaran mengenai kualitas fisik dan kimia telur ayam ras petelur yang diawetkan dengan minyak kelapa. Pengolesan telur ayam dengan minyak kelapa ini dapat menjadi alternatif masyarakat untuk mempertahankan daya simpan telur konsumsi selama tiga puluh lima hari tanpa mengalami penurunan kualitas telur yang berarti. Skripsi ini merupakan salah satu syarat kelulusan penulis dari Program Sarjana pada Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan di Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Namun demikian semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan menjadi salah satu sumber ilmu pengetahuan.
Bogor, Oktober 2011
Penulis
7
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN…………………………………………………………...….........
i
ABSTRACT……………………………………………………………………... LEMBAR PERNYATAAN……………………………………………………...
ii iii
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………….......
iv
RIWAYAT HIDUP…………………………………………………………........
v
KATA PENGANTAR……………………………………………………….......
vi
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..
vii
DAFTAR TABEL………………………………………………………………..
ix
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………….
x
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………..
xi
PENDAHULUAN……………………………………………………………….
1 1 2
Latar Belakang…………………………………………………………… Tujuan…………………………………………………………………….. TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………………
3 3 3 4 4 4 7 7 8 8 9 10 11 12
Telur dan Komposisi Telur………………………………………………. Kuning Telur…………………………………………………........ Putih Telur……………………………………………………....... Kerabang Telur…………………………………………………… Kualitas Telur…………………………………………………………….. Kedalaman Kantung Udara………………………………….......... Indeks Putih Telur………………………………………………… Indeks Kuning Telur……………………………………………… Nilai pH Kuning Telur dan Putih Telur…………………………... Komposisi Kimia Telur…………………………………………………... Pengawetan Telur……………………………………………………........ Minyak Kelapa………………………………………………………........ Bilangan TBA……………………………………………………………. MATERI DAN METODE….……………………………………………………
14 14 14 14 14 14 15 17 18
Lokasi dan Waktu ………………………………………………………... Materi ……………………………………………………………………. Prosedur …………….……………………………………………………. Pembuatan Minyak Kelapa……….………………………………. Pengawetan Telur………………….……………………………… Peubah yang Diamati……………………………………………... Rancangan…………………………………………………………….….. Analisis data…………………………………………………………….... 8
HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………………....
19 19 19 20 22 25 27 28 28 30 31
Kualitas Telur……………...…………………………………………….. Kedalaman Kantung Udara………………………………………. Indeks Putih Telur………………………………………………... Indeks Kuning Telur……………………………………………... Nilai pH Putih Telur…………………………………………........ Nilai pH Kuning Telur………………………………………........ Komposisi Kimia Telur………..……………………………………........ Kadar Air Telur…………………………………………………... Kadar Protein Telur………………………………………………. Bilangan TBA……………………………………………………………. KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………………….. Kesimpulan………………………………………………………………. Saran…………………………………………………………...................
33 33 33
UCAPAN TERIMA KASIH……………………………………………………..
34
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………........
35
LAMPIRAN……………………………………………………………………...
37
9
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1.
Persyaratan Tingkatan Mutu Telur………………………………...
5
2.
Komposisi Telur Ayam Ras Petelur (Bobot Telur 60 g)…………..
9
3.
Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa………………….............
12
4.
Komposisi Nutrien Ransum Komersial Ayam Petelur Strain Lohmann Umur 25 Minggu…………………………….….………
14
5.
Kombinasi Perlakuan Antara Lama Penyimpanan dan Metode Pengawetan Telur Ayam Ras………………………………….......
17
6.
Kedalaman Kantung Udara Telur Ayam Ras yang Diberi Perlakuan Minyak Kelapa Selama Penyimpanan………………….
19
7.
Indeks Putih Telur Ayam Ras yang Diberi Perlakuan Minyak Kelapa Selama Penyimpanan 35 Hari…..…………………………
21
Indeks Kuning Telur Ayam Ras yang Diberi Perlakuan Minyak Kelapa Selama Penyimpanan 35 Hari..……………………………
22
Kadar Air Telur Ayam Ras yang Diberi Perlakuan Minyak Kelapa Selama Penyimpanan 35 Hari………..……………………
28
10. Kadar Protein Telur Ayam Ras yang Diberi Perlakuan Minyak Kelapa Selama Penyimpanan 35 Hari…..…………………………
30
8. 9.
11. Bilangan TBA Kerabang Telur yang Diolesi Minyak Kelapa dan Kuning Telur padaPenyimpanan Hari ke-35..…………………….
31
10
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Struktur Bagian-Bagian Telur ……………………………………..
3
2. Kondisi Putih dan Kuning Telur Selama Penyimpanan 35 Hari ……
24
3. Nilai pH Putih Telur Ayam Ras yang Diberi Perlakuan Minyak Kelapa Selama Penyimpanan………………………………………..
25
4. Nilai pH Kuning Telur Ayam Ras yang Diberi Perlakuan Minyak Kelapa Selama Penyimpanan………………………………………..
27
11
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Analisis Ragam Indeks Putih Telur Ayam Ras……………………..
38
2. Analisis Ragam Indeks Kuning Telur Ayam Ras…………………..
38
3. Analisis Ragam pH Putih Telur Ayam Ras………………………....
38
4. Analisis Ragam pH Kuning Telur Ayam Ras………………………
39
5. Analisis Ragam Kadar Air Telur Ayam Ras……………………......
39
6. Analisis Ragam Kadar Protein Telur Ayam Ras……………………
39
12
PENDAHULUAN Latar Belakang Telur ayam ras petelur merupakan sumber protein hewani yang mudah didapatkan, murah harganya dan disukai oleh masyarakat. Selama penyimpanan, kualitas interior telur ayam berkurang setiap harinya dan lama kelamaan telur akan menjadi rusak. Kerusakan pada telur dapat terjadi akibat adanya penguapan CO2 dan air serta masuknya mikroba ke dalam telur sehingga terjadi pelebaran kantung udara, menurunnya indeks putih dan kuning telur, meningkatnya pH putih dan kuning telur serta menurunnya nilai Haugh Unit. Kerusakan tersebut diikuti dengan munculnya bau karena adanya reaksi kimia protein, lemak dan karbohidrat telur. BSN (2008) manyatakan bahwa telur hanya dapat bertahan selama empat belas hari jika disimpan pada suhu ruang. Oleh karena itu, pengawetan diperlukan untuk menjaga kualitas telur. Prinsip pengawetan telur utuh adalah melindungi kerabang telur agar tidak terjadi penguapan CO2 dan air serta masuknya mikroba ke dalam telur. Salah satu metode pengawetan yang dapat digunakan untuk mempertahankan daya simpan telur adalah pengawetan telur tertutup. Pada umumnya pengawetan telur tertutup terdiri atas penyimpanan telur dalam lemari pendingin, pengepakan kering dengan abu, batu bata dan garam, pencelupan telur dengan air garam, ekstrak daun jambu biji, minyak kelapa, parafin dan larutan teh, serta pemanasan sekilas dengan air hangat. Pengawetan telur tertutup dapat dilakukan oleh masyarakat karena prosesnya mudah, tidak memerlukan bahan dan peralatan yang mahal. Masyarakat modern pada umumnya mempertahankan daya simpan telur dengan metode pendinginan di dalam lemari pendingin. Menurut Park et al., (2003) telur ayam yang disimpan pada suhu 4 °C dapat bertahan selama tiga puluh hari. Namun demikian, tidak semua orang memiliki lemari pendingin, sehingga mereka umumnya memilih metode pengawetan lainnya. Salah satu alternatif pengawetan telur yang mudah dilakukan masyarakat tanpa mengubah rasa dari telur adalah pengolesan dengan minyak kelapa. Pengolesan telur dengan minyak kelapa memiliki kelebihan, yaitu minyak kelapa tidak mengandung bahan kimia, mudah dilakukan karena telur hanya dioles, minyak kelapa dapat dibuat sendiri, biaya tidak mahal, tidak mengubah nilai gizi telur dan telur dapat diolah menjadi produk lain. 13
Tanaman kelapa (Cocos nucifera) banyak tumbuh di daerah tropis seperti di Indonesia sehingga minyak kelapa disebut juga minyak tropis. Minyak kelapa sudah banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia sebagai minyak goreng. Minyak kelapa memiliki kelebihan jika dilihat dari kandungan asam lemaknya yang terdiri atas 90% asam lemak jenuh dan 10% asam lemak tak jenuh dengan persentase asam laurat yang tinggi sebesar 50% dari asam lemak jenuh (Ketaren, 2008). Kandungan asam laurat dalam minyak kelapa mempunyai kemampuan spesifik sebagai antiprotozoa, antivirus, antibakteri dan antijamur. Asam laurat ini mampu membunuh mikroba dengan cara merusak membran sel. Kemampuan spesifik asam laurat dalam minyak kelapa sebagai antibiotik ini banyak digunakan dalam pembuatan obat, kosmetik dan sabun. Keunggulan asam laurat tersebut menjadikan minyak kelapa sebagai alternatif pengawetan telur ayam konsumsi. Selain itu asam lemak jenuh pada minyak kelapa tidak mudah teroksidasi jika terjadi kontak dengan udara sehingga tidak mudah berbau tengik. Namun demikian, sampai saat ini belum banyak tersedia data mengenai kualitas fisik, kimia dan bilangan TBA minyak kelapa sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai kedalaman kantung udara, indeks putih telur, indeks kuning telur, nilai pH putih telur, nilai pH kuning telur, kadar air dan protein serta bilangan TBA.
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh metode pengawetan telur dengan menggunakan minyak kelapa dan lama penyimpanan 35 hari terhadap kualitas telur ayam ras yang meliputi kedalaman kantung udara, indeks putih telur, indeks kuning telur, nilai pH putih telur, nilai pH kuning telur, kadar air dan protein serta bilangan TBA.
14
TINJAUAN PUSTAKA Telur dan Komposisi Telur Telur ayam ras potensial untuk mempertahankan kehidupan embrio ayam karena mengandung nutrien yang cukup bagi pertumbuhan dan perkembangan sebelum penetasan. Struktur kerabang yang kompleks merupakan ciri yang khas mendukung perkembangan embrio. Kerabang berpori-pori untuk keperluan respirasi embrio dan mengurangi kelembaban. Kulit telur adalah sumber utama dari mineral yang diperlukan untuk perkembangan embrio (Mulyantini, 2010). Struktur bagianbagian telur ditunjukkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Struktur Bagian-Bagian Telur (Romanoff dan Romanoff, 1963) Kuning Telur Persentase kuning telur sekitar 30%-32% dari berat telur. Kuning telur terdiri atas membran kuning telur (vitellin) dan kuning telur sendiri. Kuning telur merupakan makanan dan sumber lemak bagi perkembangan embrio. Komposisi kuning telur adalah air 50%, lemak 32%-36%, protein 16% dan glukosa 1%-2%. Asam lemak yang banyak terdapat pada kuning telur adalah linoleat, oleat dan stearat. Telur konsumsi diproduksi oleh ayam betina tanpa adanya ayam jantan (Bell dan Weaver, 2002). Warna kuning telur dipengaruhi oleh pakan. Apabila pakan mengandung lebih banyak karoten, yaitu santofil, maka warna kuning telur semakin berwarna jingga kemerahan (Yamamoto et al., 1997). 15
Putih Telur Persentase putih telur (albumen) sekitar 58%-60% dari berat telur itu. Putih telur terdiri atas dua lapisan, yaitu lapisan kental dan lapisan encer. Lapisan kental terdiri atas lapisan kental dalam dan lapisan kental luar. Lapisan kental dalam hanya 3% dari volume total putih telur. Lapisan kental dalam ini membentuk kalaza yang terpelintir dari membran kuning telur ke arah kerabang telur. Kalaza ini berfungsi sebagai tali untuk menahan kuning tetap berada di tengah telur. Lapisan kental luar 57% dari total putih telur. Lapisan kental ini mengandung protein dengan karakteristik gel yang berhubungan dengan jumlah ovomucin protein. Lapisan encer terdiri dari lapisan encer dalam dan lapisan encer luar yang masing-masing mewakili 17% dan 23% dari jumlah total volume putih telur (Bell dan Weaver, 2002). Kerabang Telur Bell dan Weaver (2002) menyatakan bahwa persentase kerabang telur sekitar 10%-12% dari berat telur. Kerabang telur terdiri atas lapisan kristal vertikal, lapisan palisade dan lapisan mamilari. Komponen kerabang telur ayam terdiri atas 95% zat anorganik, 3,3% protein dan 1,6% air, zat anorganik utama adalah kalsium karbonat. Komponen anorganik lainnya yaitu fosfor, magnesium, besi dan belerang. Lapisan kristal terdiri atas kalsium dan magnesium karbonat. Kerabang telur dilindungi oleh lapisan kutikula luar dan membran kerabang dalam. Membran sel kerabang telur terdiri atas dua lapisan membran, yaitu membran sel luar yang melindungi kerabang telur dan membran sel dalam yang melindungi putih telur (Yamamoto et al., 1997). Kualitas Telur Kualitas merupakan ciri-ciri dari suatu produk yang menentukan derajat kesempurnaan yang akan mempengaruhi penerimaan konsumen. Mutu telur utuh dapat dinilai dengan cara candling yaitu meletakkan telur dalam jalur sorotan sinar yang kuat sehingga memungkinkan penemuan keretakan pada kulit telur, ukuran serta gerakan kuning telur, ukuran kantung udara, bintik-bintik darah, bintik-bintik daging, kerusakan oleh mikroorganisme dan pertumbuhan benih (Romanoff dan Romanoff, 1963). Ketentuan standar kualitas telur tersebut ditunjukkan pada Tabel 1.
16
Tabel 1. Persyaratan Tingkatan Mutu Telur Tingkatan Mutu No
Faktor Mutu Mutu I
. Kondisi kerabang a. Bentuk b.Kehalusan c.Ketebalan d.Keutuhan e.Kebersihan
1.
Normal Halus Sedang Utuh Sedikit noda kotor Kondisi kantung udara (dilihat dengan peneropongan)
2. a. b.
3.
Mutu II
a.Kedalaman kantong udara b.Kebebasan bergerak
Kondisi putih telur a. a.Kebersihan
b. b.Kekentalan
c. c.Indeks Kondisi kuning 4. telur a. a.Bentuk b. b.Posisi c.
c.Penampakan batas d. d.Kebersihan e. e.Indeks 5. Bau
Normal Halus Tebal Utuh Bersih
Mutu III
Abnormal Sedikit kasar Tipis Utuh Banyak noda dan sedikit kotor
<0,5 cm
0,5 cm-0,9 cm
>0,9 cm
Tetap ditempat
Bebas bergerak
Bebas bergerak dan dapat terbentuk gelembung udara
Bebas bercak darah, atau benda asing lainnya Kental
Bebas bercak darah, atau benda asing lainnya Sedikit encer
0,134-0,175
0,092-0,133
Ada sedikit bercak darah, tidak ada benda asing lainnya Encer, kuning telur belum tercampur dengan putih 0,050-0,091
Bulat Di tengah Tidak jelas
Agak pipih Pipih Sedikit bergeser Agak ke pinggir dari tengah Agak jelas Jelas
Bersih
Bersih
0,458-0,521 Khas
0,394-0,457 Khas
Ada sedikit bercak darah 0,330-0,393 Khas
Sumber: SNI 01-3926-2008 (BSN, 2008)
17
Umur ayam petelur mempengaruhi berat telur. Yuwanta (2010) menyatakan bahwa apabila ayam bertelur pada umur dua puluh minggu maka berat telur akan terus meningkat secara cepat pada enam minggu pertama setelah bertelur, kemudian kenaikan terjadi secara perlahan setelah 30 minggu dan akan mencapai berat maksimal setelah umur 50 minggu. Bell dan Weaver (2002) menyatakan bahwa ayam petelur pada umur 25 minggu menghasilkan bobot telur 52-55 g. Meningkatnya umur ayam menyebabkan kemampuan fungsi fisiologis alat reproduksi semakin menurun. Semakin tua umur ayam petelur maka semakin besar telur yang dihasilkan dan semakin berat (Romanoff dan Romanoff, 1963). Kenaikan berat telur ini disebabkan oleh meningkatnya jumlah putih telur sedangkan berat kuning telur relatif stabil (Yuwanta, 2010). Berat telur ayam berkolerasi positif terhadap indeks telur, indeks putih telur, ketebalan kerabang dan persentase putih telur serta berkolerasi negatif terhadap persentase kuning telur (Laxmi et al., 2002). Semakin besar telur ayam, maka indeks telur, indeks putih telur dan persentase putih telur semakin meningkat, akan tetapi persentase kuning telur semakin menurun. Indeks telur merupakan perbandingan antara lebar dan panjang telur dikalikan dengan 100%. Indeks telur bervariasi antara 62%-82% (Yuwanta, 2010). Setiap bangsa ayam memiliki berat telur yang bervariasi. Perbedaan ini berhubungan dengan komponen telur seperti putih telur, kuning telur dan kerabang telur (Song et al., 2000). Ayam petelur dengan ukuran yang besar akan bertelur dengan ukuran besar sedangkan ayam yang kecil akan bertelur dengan ukuran kecil (Romanoff dan Romanoff, 1963). SNI 01-3926-2008 (BSN, 2008) membagi bobot telur menjadi tiga, yaitu kecil (<50 g), sedang (50 g-60 g) dan besar (>60 g). Semakin kecil bobot telur maka indeks telur juga semakin kecil. Ketebalan kerabang telur ayam merupakan hasil dari metabolisme kalsium melalui pakan ayam. Umur ayam menentukan efisiensi asimilasi dan sekresi kalsium serta mineral lainnya yang terlibat dalam pembentukan kerabang telur. Semakin tua umur ayam maka absorbsi kalsium semakin menurun sehingga menyebabkan kualitas kerabang telur menurun. Ayam petelur yang mengonsumsi pakan dengan kalsium tinggi akan menghasilkan kerabang yang tebal. Kebutuhan kalsium untuk ayam petelur adalah 3,25%-4,25% dan fosfor sebanyak 0,6%-1% (BSN, 2006). Suhu lingkungan yang tinggi dapat mempengaruhi ketebalan kerabang telur karena pada 18
suhu yang tinggi konsumsi pakan ayam menurun sehingga kerabang telur menjadi tipis (Bell dan Weaver, 2002). Lama dan suhu dalam penyimpanan telur mempengaruhi kualitas fisik telur. SNI 01-3926-2008 (BSN, 2008) menyatakan bahwa penyimpanan telur konsumsi pada suhu ruang dengan kelembaban 80%-90% dapat mempertahankan kualitas telur selama empat belas hari setelah ditelurkan. Telur yang disimpan pada suhu 4-7 ºC dengan kelembaban 60%-70% dapat bertahan selama tiga puluh hari setelah ditelurkan. Perubahan bobot telur selama penyimpanan disebabkan oleh penguapan air dari ribuan pori-pori pada permukaan kerabang telur yang mengakibatkan penurunan kualitas telur (Park et al., 2003). Kedalaman Kantung Udara Kantung udara terbentuk setelah ditelurkan oleh ayam betina karena adanya perbedaan suhu di dalam tubuh ayam (41 ºC) dengan suhu lingkungan (28 ºC) yang lebih rendah. Kantung udara semakin bertambah besar karena adanya penguapan atau penyusutan berat telur (Romanoff dan Romanoff, 1963). Kedalaman kantung udara dapat dilihat melalui peneropongan (candling) sehingga bagian luar dan di dalam telur dapat dilihat dengan jelas. Kedalaman kantung udara diukur dari diameter dan tinggi kantung udara. SNI 01-3926-2008 (BSN, 2008) menyatakan bahwa
mutu telur dapat ditentukan menjadi mutu I, mutu II dan mutu III.
Kedalaman kantung udara menurut USDA (2000) ditentukan menjadi kualitas AA (<0,3 cm), kualitas A (0,3-0,6 cm), kualitas B (0,6-0,9 cm) dan kualitas C (>0,9 cm). Kantung udara dipengaruhi oleh suhu penyimpanan, kelembaban dan perubahan internal dari telur (Yuwanta, 2010). Suhu yang tinggi dan kelembaban yang rendah dapat menyebabkan kantung udara cepat membesar akibat adanya penguapan air di dalam telur (Romanoff dan Romanoff, 1963). Indeks Putih Telur SNI 01-3926-2008 (BSN, 2008) menyatakan bahwa indeks putih telur merupakan perbandingan antara tinggi putih telur dengan diameter rata-rata putih telur kental. Indeks putih telur segar berkisar antara 0,050-0,174. Semakin tua umur telur maka diameter putih telur akan semakin lebar sehingga indeks putih telur akan semakin kecil. Perubahan putih telur disebabkan oleh pertukaran gas antara udara 19
luar dengan isi telur melalui pori-pori kerabang telur dan penguapan air akibat dari lama penyimpanan, suhu, kelembaban dan porositas kerabang telur (Yuwanta, 2010). Selama penyimpanan, tinggi putih telur kental akan menurun secara cepat kemudian secara lambat. Indeks putih telur akan menurun sebesar 40% dalam dua puluh jam pada suhu 32 ºC (Romanoff dan Romanoff, 1963). Indeks Kuning Telur Indeks kuning telur dapat dihitung dengan perbandingan tinggi dan diameter rata-rata kuning telur serta mengalikan hasilnya dengan 100 (Mountney, 1976). Indeks kuning telur merupakan perbandingan antara tinggi kuning telur dengan diameter kuning telur. SNI 01-3926-2008 (BSN, 2008) menyatakan bahwa indeks kuning telur segar berkisar antara 0,33-0,52. Penyimpanan telur menyebabkan terjadinya pemindahan air dari putih telur menuju kuning telur sebanyak 10 mg/hari pada suhu 10 ºC. Tekanan osmotik kuning telur lebih besar dari putih telur sehingga air dari putih telur berpindah menuju kuning telur. Perpindahan air secara terus meneurs akan menyebabkan viskositas kuning telur menurun sehingga kuning telur menjadi pipih kemudian akan pecah (Romanoff dan Romanoff, 1963). Pemindahan air ini tergantung pada kekentalan putih telur. Kuning telur akan menjadi semakin lembek sehingga indeks kuning telur menurun, kemudian membran vitelin akan rusak dan menyebabkan kuning telur pecah. Yuwanta (2010) menyatakan bahwa indeks kuning telur akan menurun dari 0,45 menjadi 0,30 apabila disimpan selama 25 hari pada suhu 25 ºC. Semakin tua umur telur maka kuning telur semakin besar sehingga indeks kuning telur semakin kecil. Penurunan tinggi kuning telur akan terjadi setelah tiga bulan penyimpanan pada suhu 2 ºC. Namun demikian tinggi kuning telur menurun lebih cepat setelah tiga minggu penyimpanan ketika disimpan pada suhu 25 ºC (Romanoff dan Romanoff, 1963). Nilai pH Kuning Telur dan Putih Telur Nilai pH kuning telur akan meningkat dari 6,0 menjadi 6,8 secara perlahan seiring dengan meningkatnya pH putih telur. Romanoff dan Romanoff (1963) menyatakan bahwa nilai pH putih telur segar 7,6 kemudian akan meningkat menjadi 9,0 atau 9,7 setelah satu minggu. Perubahan pH putih telur ini disebabkan hilangnya CO2 dari telur. Penggantian CO2 yang hilang ini dengan cara pemecahan bikarbonat. 20
Bikarbonat terdiri dari sodium dan potasium sebagai buffer. Bikarbonat yang semakin menurun menyebabkan sistem buffer menjadi menurun. Selama putih telur kehilangan CO2 dan terjadi perubahan pH, ovomucin kehilangan kemampuan dalam mempertahankan kekentalan sehingga putih telur berubah encer (Mountney, 1976). Nilai pH putih telur akan mengalami penurunan yang disebabkan mikroorganisme yang tumbuh selama penyimpanan telah menghasilkan asam (Wulandari, 2004). Kenaikan nilai pH putih telur dapat ditekan dengan pengawetan telur. Nilai pH putih telur dengan pengolesan selulosa meningkat dari 8,71 menjadi 9,44 selama penyimpanan empat minggu (Suppakul et al., 2010). Perubahan pH kuning telur dan putih telur ini dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Semakin tinggi suhu lingkungan maka penguapan air semakin cepat sehingga nilai pH semakin cepat naik. Komposisi Kimia Telur Protein telur adalah salah satu protein kualitas tertinggi yang dikenal untuk makanan manusia. Protein telur mengandung semua asam amino esensial, asam amino yang diperlukan dalam kebutuhan manusia, dan berkualitas tinggi sehingga ahli gizi menggunakan telur sebagai standar acuan terhadap protein makanan lainnya yang akan dievaluasi. Komposisi kimia telur ayam ras petelur ditunjukkan secara lengkap pada Tabel 2. Tabel 2. Komposisi Telur Ayam Ras Petelur (Bobot Telur 60 g) Komponen
Air
Protein
Abu
Karbohidrat
Lemak
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
Kuning Telur
48,20
15,70-16,60
1,10
0,20-1,00
31,80-35,50
Putih Telur
88,00
9,70-10,60
0,50-0,60
0,40-0,90
0,03
Kerabang
1,60
-
0,80-1,00
-
-
Utuh
75,50
12,80-13,40
0,80-1,00
0,30-1,00
10,50-11,80
Sumber : Bell dan Weaver (2002)
Telur ayam mengandung banyak asam amino esensial diantaranya lisin, metionin, arginin, fenilalanin, sistin dan lainnya. Yuwanta (2010) menyatakan bahwa protein putih telur segar jika dikonsumsi secara langsung hanya dapat diserap tubuh sekitar 50% karena putih telur mengandung antitripsin (ovomucoid). Selain itu, di 21
dalam putih telur terdapat aktivitas antibiotin (avidin) dan antibiotik (lisosom). Semakin tua umur telur maka kadar protein semakin menurun. Protein terdekomposisi lebih banyak pada kuning telur setelah disimpan selama dua belas bulan pada suhu 0,5 ºC (Romanoff dan Romanoff, 1963). Semakin tua umur telur maka kadar protein telur semakin menurun. Komposisi protein telur juga dipengaruhi oleh protein pakan. Pakan ayam petelur yang baik memiliki kadar protein kasar minimal 16% (BSN, 2006). Lama penyimpanan juga berpengaruh terhadap kadar protein. Lemak kuning telur tersusun atas komplek lemak-protein dalam bentuk Low Density Lipoprotein (LDL). Lemak telur mengandung 65% trigliserida, 28,3% fosfolipid dan 5,2% kolesterol. Asam lemak trigliserida pada kuning telur adalah asam linoleat, oleat dan stearat. Asam lemak bebas pada kuning telur segar sebesar 1,72% tetapi setelah penyimpanan selama satu tahun kandungan asam lemak bebas meningkat perlahan menjadi 3,12%. Telur yang disimpan pada suhu 37,5 ºC mengalami penurunan lemak kuning telur karena lemak berdifusi dari kuning telur menuju putih telur (Romanoff dan Romanoff, 1963). Telur mengandung semua vitamin, kecuali vitamin C. Mountney (1976) menyatakan bahwa vitamin yang terdapat pada telur adalah vitamin yang larut dalam lemak (A, D, E, dan K) dan vitamin yang larut dalam air (B-kompleks, thiamin, riboflavin, asam pantotenat, niasin, asam folat dan vitamin B12). Kadar air merupakan komposisi telur yang penting karena mempengaruhi kualitas interior telur. Selama penyimpanan, kadar air putih telur menurun tidak hanya disebabkan penguapan air tetapi juga adanya difusi air dari putih telur menuju kuning telur. Kadar air kuning telur akan meningkat dari 48,02% menjadi 54,33% selama sepuluh hari pada suhu 30 ºC (Romanoff dan Romanoff, 1963). Kadar air telur dipengaruhi oleh kecepatan penguapan, suhu dan kelembaban tempat penyimpanan telur. Pengawetan Telur Pengawetan bertujuan mencegah pemecahan sel oleh enzim dalam bahan pangan itu sendiri (autolisis) dan pertumbuhan mikroorganisme yang dapat merusak pangan seperti bakteri, jamur dan khamir (Gaman dan Sherrington, 1994). Daya simpan telur sebagai bahan pangan perlu dipertahankan agar tetap mempunyai 22
kualitas yang tinggi dengan melakukan pengawetan yang benar karena dengan pengawetan maka proses kerusakan atau perubahan-perubahan di dalam telur dapat diperlambat. Faktor-faktor yang menyebabkan telur cepat mengalami kerusakan diantaranya adalah terjadinya proses penguapan, hilangnya CO2 melalui pori-pori kulit telur dan masuknya mikroorganisme ke dalam telur yang akan menguraikan protein yang terdapat di dalam telur. Pengawetan telur dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya adalah pengawetan telur terbuka dan tertutup. Pengawetan telur tertutup adalah pengawetan telur utuh dengan cara menyimpan dalam lemari pendingin suhu 4-10 ºC, pengepakan kering (dry packing), pencelupan telur dengan cairan atau larutan seperti air kapur, air garam, minyak kelapa, parafin, larutan teh hitam dan ekstrak daun jambu biji, dan pemanasan sekilas dalam air mendidih selama lima detik. Pengawetan telur terbuka adalah pengawetan isi telur yang dapat dilakukan dengan cara pan drying, spray drying, dan penyimpanan beku. Faktorfaktor yang harus diperhatikan dalam pengawetan telur diantaranya telur harus segar dan kerabang tidak retak (Yuwanta, 2010). Minyak Kelapa (Cocos nucifera) Minyak kelapa (Cocos nucifera) memiliki sifat khas yaitu persentase asam laurat yang tinggi. Asam laurat mempunyai kemampuan sebagai antivirus, antifungi, antiprotozoa dan antibakteri. Semakin banyak konsentrasi asam laurat dalam minyak kelapa, dapat mempercepat penurunan populasi bakteri diantaranya Staphylococcus aureus (Nakatsuji et al., 2009). Minyak berdasarkan panjang rantai karbon terbagi atas tiga, yaitu short chain fatty acids (SCFA), medium chain fatty acids (MCFA) dan long chain fatty acids (LCFA). Minyak kelapa dikategorikan sebagai minyak berantai karbon sedang (MCFA). Keunggulan MCFA dibandingkan dengan asam lemak rantai panjang (LCFA) yaitu MCFA lebih mudah dicerna dan diserap tanpa hidrolisis dan enzimatis. Minyak kelapa mengandung sekitar 90% asam lemak jenuh dan 10% asam lemak tak jenuh. Asam lemak jenuh terdiri dari asam kaproat, kaprilat, kaprat, laurat, miristat, palmitat, stearat, dan arakhidat. Asam lemak tak jenuh terdiri dari asam palmitoleat, oleat, dan linoleat. Komponen asam lemak minyak kelapa dapat dilihat secara lengkap pada Tabel 3. 23
Tabel 3. Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Asam Lemak
Minyak Kelapa (%)
Kaproat (C-6)
0-0,6
Kaprilat (C-8)
4,6-9,4
Kaprat (C-10)
5,5-7,8
Laurat (C-12)
45,1-50,3
Miristat (C-14)
16,8-20,6
Palmitat (C-16)
7,7-10,2
Stearat (C-18)
2,3-3,5
Oleat (C18: 1)
5,4-9,9
Linoleat (C 18: 2)
0,8-2,1
Sumber: APCC (2000) Bilangan Thio Barbituric Acid (TBA) Minyak akan mengalami kerusakan selama proses pengolahan misalnya proses pemanggangan, penggorengan dengan cara deep frying dan selama penyimpanan. Ketengikan (rancidity) dibagi atas tiga golongan, yaitu ketengikan oleh oksidasi (oxidative rancidity), ketengikan oleh enzim (enzymatic rancidity) dan ketengikan oleh proses hidrolisis (hidrolitic rancidity). Ketengikan oleh oksidasi terjadi karena adanya oksidasi oleh oksigen udara terhadap asam lemak tidak jenuh. Oksidasi minyak nabati terjadi melalui proses inisiasi, propagasi dan terminasi (Ketaren, 2008). Inisiasi merupakan reaksi pembentukan radikal bebas. Propagasi merupakan reaksi perubahan radikal bebas menjadi radikal yang lain. Terminasi merupakan reaksi yang melibatkan kombinasi dua radikal untuk membentuk produk yang lebih stabil. Malonaldehida merupakan hasil sekunder dari reaksi oksidasi yang menimbulkan bau. Salah satu cara mengukur jumlah malonaldehida hasil oksidasi dengan menggunakan uji thio barbituric acid (TBA). Molekul TBA bereaksi dengan malonaldehida membentuk pigmen warna merah. Hasil dari pengujian TBA ditunjukkan dalam mg malonaldehida/kg sampel (Pegg, 2001). Gunsen et al. (2011) menyatakan bahwa produk ikan masih dikatakan baik apabila mempunyai bilangan TBA kurang dari lima mg malonaldehida/kg sampel. Ketengikan pada kue sudah 24
terdeteksi pada bilangan TBA 1,4 mg malonaldehida/kg sampel, akan tetapi produk tersebut masih baik untuk dikonsumsi (Izzreen dan Noriham, 2011). Ketengikan pada daging ayam terdeteksi jika bilangan TBA > 1 mg malonaldehida/kg sampel (Kolsarici et al., 2010). Keuntungan dari uji TBA ini adalah pereaksi TBA dapat digunakan langsung untuk menguji lemak suatu bahan tanpa mengekstraksi fraksi lemaknya. Kelemahan dalam uji TBA ini adalah asam thio barbiturat bersifat tidak stabil dan mengalami dekomposisi dalam pengujian (adanya pemanasan dan asam keras) yang membentuk warna merah setelah absorbansi dengan panjang gelombang yang sama (Ketaren, 2008).
25
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Pengujian kualitas fisik telur dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pengujian kualitas kimia telur dilakukan di Laboratorium Pusat Antar Universitas (PAU) Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan yaitu bulan April sampai Mei 2011.
Materi Bahan-bahan yang digunakan adalah 72 butir telur ayam ras petelur umur nol hari (bobot telur 50-60 g, indeks telur 0,78 dan tebal kerabang 0,43 mm) dari strain Lohmann umur 25 minggu berasal dari Peternakan R di Cibinong yang diberi ransum komersial Crown Feed CP 51 (Tabel 4), kelapa parut, air, kertas saring, heksan, selenium, H2SO4 pekat, akuades, NaOH 40%, H3BO3 2%, Brom Cresol GreenMethyl Red, HCl 0,1 N dan pereaksi TBA. Alat-alat yang digunakan adalah kompor, pengaduk, wajan, kuas, wadah, nampan, rak telur, spatula, meja kaca, kertas label, pensil, gelas plastik, timbangan digital, jangka sorong digital (Mitutoyo 200 mm), micrometer (Mitutoyo kode 7301), candler, official egg air cell gauge, pH meter (Schott instrumen lab 850), termohigrometer, kamera digital, alat tulis, cawan, oven, labu Kjeldahl, buret, labu Erlenmeyer, labu destilasi, electric heater, pipet, tabung reaksi, water bath dan spektrofotometer UV-160. Tabel 4. Komposisi Nutrien Ransum Komersial Ayam Petelur Strain Lohmann Umur 25 Minggu Komponen
Kadar (%)
Kadar Air
10,65
Lemak Kasar
7,23
Protein Kasar
14,49
Abu
9,66
Serat Kasar
2,69
BETN
55,28
Sumber: Hasil analisis Lab. Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati & Bioteknologi, Pusat Antar Universitas (2011)
26
Prosedur Pembuatan Minyak Kelapa Kelapa parut dari kelapa tua sebanyak 3,5 kg dicampur dengan 7 liter air hangat sedikit demi sedikit kemudian diambil santannya. Santan dimasukkan ke dalam wadah dan dibiarkan selama satu jam hingga bakal minyak dan air terpisah. Bakal minyak tersebut dimasak di atas kompor dengan api sedang selama tiga jam dan terus diaduk sampai terbentuk minyak. Minyak kelapa yang terbentuk sebanyak ± 300 ml, kemudian disaring dan dibiarkan dingin. Pengawetan Telur Metode pengawetan telur dengan minyak kelapa dilakukan dengan dua perlakuan, yaitu tanpa pengolesan dan dengan pengolesan minyak kelapa, kemudian dilakukan 6 waktu penyimpanan, yaitu: 0 hari, 7 hari, 14 hari, 21 hari, 28 hari, dan 35 hari. Pengawetan telur dilakukan pada suhu 28-30 ºC dan kelembaban rata-rata 75%-80%. Peubah yang Diamati Peubah yang diamati dalam penelitian ini, yaitu kedalaman kantung udara, indeks putih telur, indeks kuning telur, nilai pH kuning dan putih telur, kadar air, kadar protein, bilangan TBA dan analisis ransum. 1. Kedalaman Kantung Udara. Telur diteropong dengan menggunakan candler untuk melihat kantung udara dengan posisi bagian tumpul diatas. Kantung udara dilingkari dengan menggunakan pensil. Kedalaman kantung udara diukur dengan official egg air cell gauge sesuai standar USDA (2000) dan SNI 01-3926-2008 (BSN, 2008). 2. Indeks Putih Telur. Indeks putih telur didapat dari perbandingan antara tinggi dan diameter putih telur dimana tinggi dan diameter putih telur kental diukur dengan jangka sorong sesuai dengan standar SNI 01-3926-2008 (BSN, 2008). 3. Indeks Kuning Telur. Indeks kuning telur didapat dari perbandingan antara tinggi dan diameter kuning telur yang diukur dengan jangka sorong digital (Mitutoyo 200 mm) sesuai standar SNI 01-3926-2008 (BSN, 2008).
27
4. Nilai pH Kuning dan Putih Telur. Nilai pH kuning dan putih telur diukur dengan menggunakan pH meter (Schott instrumen lab 850). Setelah tombol MODE ditekan, alat dikalibrasi pada buffer pH 7 dan pH 4 dengan menekan tombol CAL kemudian tombol SC dan tombol OK. Nilai pH diukur dengan menekan tombol SC kemudian tombol OK. Pengukuran pH selanjutnya dapat dilakukan setelah pengukur pH dibilas dengan air sampai bersih dan dikeringkan. 5. Penentuan Kadar Air (AOAC, 1980). Sampel (putih dan kuning telur yang telah dihomogenkan) ditimbang sebanyak 1-2 g dengan menggunakan buret atau pipet. Sampel dipanaskan pada cawan suhu 150 °C hingga mencapai berat konstan selama delapan jam. Sampel didinginkan dalam eksikator dan segera ditimbang setelah dikeluarkan. Kadar air dihitung dengan rumus: Kadar Air = 6. Penentuan Kadar Protein (AOAC, 1980). Penentuan kadar protein telur dilakukan dengan menghitung nitrogen total dengan menggunakan metode Kjeldhal. Sampel ditimbang (kira-kira 0,25 g) kemudian dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl 100 ml, lalu ditambahkan 0,25 g katalis selenium dan 3 ml H2SO4 pekat. Larutan tersebut didestruksi selama satu jam sampai larutan jernih. Setelah didinginkan selama 15 menit, hasil destruksi ditambah dengan 50 ml aquadest dan 20 ml larutan NaOH 40% lalu dilakukan destilasi. Hasil destilasi ditampung dalam labu Erlenmeyer yang berisi 10 ml larutan H3BO3 2% ditambah 2 tetes Brom Cresol Green-Methyl Red. Proses destilasi dihentikan apabila volume hasil tampungan (destilat) menjadi 10 ml dan berwarna hijau kebiruan. Larutan 10 ml tersebut dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai berwarna merah muda. Blanko ditetapkan dengan menambahkan 10 ml H2SO4 0,1 N dan ditambah 2 tetes indikator serta dititrasi dengan HCl 0,1 N. Persentase protein dihitung dengan menggunakan rumus: %N = Keterangan: Kadar protein = %N x faktor perkalian (6,25) 7. Pengujian Bilangan Thio Barbituric Acid (TBA) (Tarladgis, 1960). Kualitas kimia minyak kelapa dapat dilihat salah satunya melalui uji ketengikan yang dilakukan dengan cara mengukur bilangan asam tiobarbiturat. Pengujian bilangan TBA ini 28
dilakukan hari ke-35 pada kerabang telur yang diolesi minyak kelapa dan kuning telur. Sampel sebanyak 5 g dihomogenkan dengan 9,5 ml akuades dan 2,5 ml HCl. Sampel dipindahkan dalam labu destilasi. Labu destilasi dipasang pada alat destilasi. Labu dipanaskan dengan electric heater selama sepuluh menit. Destilat yang diperoleh diaduk, 5 ml destilat dipipet ke dalam tabung reaksi. Pereaksi TBA ditambahkan sebanyak 5 ml lalu dipanaskan selama
35 menit. Tabung
dipindahkan dari water bath dan didinginkan selama sepuluh menit. Absorbansi sampel diukur menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 528 nm dengan larutan blanko sebagai titik nol. Bilangan TBA dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Bilangan TBA (mg malonaldehida/kg) = absorbansi x 7,8
Rancangan Rancangan yang digunakan dalam penelitian adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan pola faktorial 2x6 dengan 4 kali ulangan untuk kedalaman kantung udara, indeks putih telur, indeks kuning telur, nilai pH putih dan kuning telur dan 2 kali ulangan untuk kadar air dan protein. Faktor perlakuan A adalah metode pengawetan yang terdiri atas dua taraf perlakuan yaitu tanpa minyak kelapa (M0) dan dengan pengolesan minyak kelapa (M1). Faktor B adalah lama penyimpanan telur ayam yang terdiri atas 6 taraf perlakuan yaitu 0 hari (P0), 7 hari (P1), 14 hari (P2), 21 hari (P3), 28 hari (P4), dan 35 hari (P5). Rancangan tersebut dapat dilihat secara lengkap pada Tabel 5. Tabel 5.
Kombinasi Perlakuan Antara Lama Penyimpanan dan Metode Pengawetan Telur Ayam Ras Lama Penyimpanan (hari)
Perlakuan
0 (P0)
7 (P1)
14 (P2)
21 (P3)
28 (P4)
35 (P5)
M0P0
M0P1
M0P2
M0P3
M0P4
M0P5
M1P0
M1P1
M1P2
M1P3
M1P4
M1P5
Tanpa Pengolesan Minyak Kelapa (M0) Dengan Pengolesan Minyak Kelapa (M1)
29
Model rancangan percobaan yang digunakan (Mattjik dan Sumertajaya, 2006) adalah: Yijk = µ + Ai + Bj + ABij + εijk Keterangan: Yijk
= Pengamatan pada faktor lama penyimpanan taraf ke-i, faktor
metode
pengawetan taraf ke-j pada ulangan ke-k µ
= Nilai tengah umum
Ai
= Pengaruh faktor metode pengawetan taraf ke-j (j=1,2)
Bj
= Pengaruh faktor lama penyimpanan taraf ke-i (i= 0, 7,14, 21, 28, 35)
ABij
= Pengaruh interaksi dari faktor metode pengawetan taraf ke-j dan faktor lama penyimpanan taraf ke-i
εijk
= Pengaruh acak faktor metode pengawetan ke-i, faktor lama penyimpanan taraf ke-j dan ulangan ke-k Analisis Data Data kualitas telur (indeks putih telur, indeks kuning telur, nilai HU, pH
kuning dan putih telur, kadar air dan protein telur) dianalisis ragam (ANOVA) pada pada selang kepercayaan 95%. Jika perlakuan berpengaruh nyata maka dilakukan dengan uji Tukey. Data kedalaman kantung udara dan bilangan TBA dianalisis secara deskripti
30
HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Telur Kedalaman Kantung Udara Pembesaran kantung udara telur ayam ras dengan pengolesan minyak kelapa dapat ditekan sampai umur simpan 35 hari (Tabel 6). Kedalaman kantung udara telur ayam ras pada umur nol hari adalah <0,3 cm. Berdasarkan USDA (2000) kedalaman kantung udara ini termasuk ke dalam kualitas AA atau mutu telur I (BSN, 2008). Setelah penyimpanan 35 hari, kantung udara telur ayam
ras tanpa pengolesan
minyak kelapa mengalami kenaikan dari <0,3 cm menjadi 0,9 cm sedangkan kedalaman kantung udara telur dengan pengolesan minyak kelapa tidak mengalami kenaikan dan tetap bertahan <0,3 cm. Telur ayam ras tanpa pengolesan minyak kelapa mengalami penurunan dari mutu I menjadi mutu II (BSN, 2008) atau dari kualitas AA menjadi kualitas B (USDA, 2000) sedangkan telur ayam ras dengan pengolesan minyak kelapa tetap bertahan pada mutu I (BSN, 2008) atau kualitas AA (USDA, 2000). Tabel 6. Kedalaman Kantung Udara Telur Ayam Ras yang Diberi Perlakuan Minyak Kelapa Selama Penyimpanan 35 Hari Lama Penyimpanan (hari) Perlakuan
P0 P1 P2 P3 P4 P5 ----------------------------------------cm----------------------------------------
M0
<0,3
0,3
0,4
0,4
0,4
0,9
M1
<0,3
<0,3
<0,3
<0,3
<0,3
<0,3
Keterangan: M0=tanpa pengolesan minyak kelapa; M1=dengan pengolesan minyak kelapa; P0=0 hari; P1=7 hari; P2=14 hari; P3=21 hari; P4=28 hari; P5=35 hari
Pembesaran kantung udara pada telur mempengaruhi kedalaman kantung udara. Semakin besar kantung udara telur maka kedalaman kantung udara akan semakin tinggi. Selama penyimpanan, telur akan mengalami penguapan air dan gas melalui pori-pori kerabang telur. Penguapan air ini menyebabkan kadar air telur menurun sehingga isi telur mengalami penyusutan dan ruang kosong dalam telur akan digantikan oleh udara. Namun demikian penurunan kadar air telur dalam 31
penelitian ini tidak terlihat secara nyata dikarenakan adanya perbedaan kadar air masing-masing telur. Kecepatan penguapan air dan gas di dalam telur dipengaruhi oleh pori-pori kerabang telur masing-masing telur. Semakin banyak pori-pori kerabang telur maka penguapan akan semakin cepat sehingga pembesaran kantung udara juga semakin cepat. Pengolesan telur ayam ras dengan minyak kelapa ini bertujuan untuk mengurangi penguapan air dan gas dengan cara menutup pori-pori kerabang telur. Minyak kelapa akan mengisi ruang kosong pada pori-pori kerabang telur dan menutupnya sehingga air di dalam telur tidak dapat keluar, akan tetapi tetap bertahan di dalam telur. Suhu dan kelembaban selama penyimpanan berpengaruh terhadap kantung udara yang kemudian mempengaruhi kualitas telur. SNI 01-3926-2008 (BSN, 2008) menyatakan bahwa kualitas telur dapat dipertahankan selama empat belas hari pada suhu kamar setelah ditelurkan apabila disimpan pada kelembaban 80%-90%. Namun demikian telur yang disimpan pada suhu 4-7 ºC dengan kelembaban 60%-70% dapat lebih lama bertahan sampai penyimpanan 30 hari. Suhu penyimpanan telur ayam ras dalam penelitian ini adalah 25-30 ºC, sedangkan kelembabannya adalah 75%-80%. Telur tanpa pengolesan minyak kelapa hanya dapat mempertahankan mutu I (BSN, 2008) atau kualitas AA (USDA, 2000) selama tujuh hari sedangkan telur dengan pengolesan minyak kelapa dapat mempertahankan mutu I (BSN, 2008) atau kualitas AA (USDA, 2000) sampai 35 hari. Indeks Putih Telur Indeks putih telur merupakan perbandingan antara tinggi putih telur kental dengan diameter rata-rata putih telur kental. Telur dengan pengolesan minyak kelapa dapat mempertahankan indeks putih telur sampai 50% selama penyimpanan 35 hari (Tabel 7). Rataan indeks putih telur ayam ras umur nol hari adalah 0,12. Nilai indeks putih telur ini termasuk dalam mutu telur II (BSN, 2008). Indeks putih telur dipengaruhi oleh kandungan ovomucin dalam putih telur. Ovomucin ini merupakan protein telur yang menjaga kekentalan putih telur. Kadar protein dalam ransum komersial yang digunakan pada penelitian ini adalah 14,49% lebih rendah dari kadar protein yang disarankan SNI 01-3929-2006. Protein ransum komersial yang kurang memenuhi standar SNI ini menyebabkan indeks putih telur pada telur ayam umur nol hari hanya termasuk dalam mutu telur II. 32
Tabel 7.
Indeks Putih Telur Ayam Ras yang Diberi Perlakuan Minyak KelapaSelama Penyimpanan 35 Hari
Perlakuan
Lama Penyimpanan (hari) P2 P3
P0
P1
P4
P5
M0
0,12±0,02a
0,04±0,01cde
0,03±0,00de
0,03±0,01de
0,02±0,01e
0,02±0,00e
M1
0,12±0,01a
0,08±0,01b
0,08±0,02b
0,08±0,02b
0,05±0,01bcd
0,06±0,01bc
Keterangan: Superskrip berbeda menunjukkan berbeda nyata (P<0,05); M0=tanpa pengolesan minyak kelapa; M1=dengan pengolesan minyak kelapa; P0=0 hari; P1=7 hari; P2=14 hari; P3=21 hari; P4=28 hari; P5=35 hari
Metode pengawetan telur dengan pengolesan minyak kelapa berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap indeks putih telur. Lama penyimpanan 35 hari juga berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap indeks putih telur. Begitu juga dengan interaksi metode pengawetan telur dengan pengolesan minyak kelapa dan lama penyimpanan 35 hari berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap indeks putih telur. Tabel 7 menunjukkan bahwa selama penyimpanan 35 hari, indeks putih telur tanpa pengolesan minyak kelapa mengalami penurunan dari 0,12 menjadi 0,02. Mutu telur tanpa pengolesan minyak kelapa ini mengalami penurunan dari mutu II menjadi loss. Indeks putih telur dengan pengolesan minyak kelapa juga mengalami penurunan dari 0,12 menjadi 0,06 yaitu dari mutu II menjadi mutu III. Walaupun telur dari kedua perlakuan mengalami penurunan mutu, akan tetapi indeks putih telur dengan pengolesan minyak kelapa lebih tinggi daripada indeks putih telur tanpa pengolesan minyak kelapa pada hari ke-35. Hal ini membuktikan bahwa kondisi putih telur dengan pengolesan minyak kelapa lebih baik daripada telur tanpa pengolesan minyak kelapa selama penyimpanan 35 hari (Gambar 2). Selama penyimpanan 35 hari, telur dengan pengolesan minyak kelapa dapat mempertahankan indeks putih telur sampai 50%
sedangkan
telur
tanpa
pengolesan
minyak
kelapa
hanya
mampu
mempertahankan indeks putih telur sampai 17%. Putih telur mengalami kehilangan air dan gas CO2 selama penyimpanan (Yuwanta, 2010). Gas CO2 yang hilang akan digantikan oleh bikarbonat. Keseimbangan buffer akan menurun dan pH putih telur meningkat. Hal ini menyebabkan kemampuan ovomucin dalam mempertahankan kekentalan putih telur juga semakin menurun. Putih telur akan menjadi encer dan kandungan air akan semakin banyak. Pengolesan telur dengan minyak kelapa dapat mengurangi 33
kehilangan gas CO2 dari telur sehingga dapat mempertahankan kemampuan ovomucin dalam menjaga kekentalan putih telur selama penyimpanan 35 hari. Indeks Kuning Telur Indeks kuning telur merupakan perbandingan antara tinggi kuning telur dengan diameter kuning telur. Indeks kuning telur dengan pengolesan minyak kelapa dapat dipertahankan 70% selama penyimpanan 35 hari (Tabel 8). Rataan indeks kuning telur ayam ras umur nol hari adalah 0,50.
SNI 01-3926-2008 (BSN,
2008) menyatakan bahwa nilai indeks kuning telur ini termasuk dalam telur mutu I. Persentase kuning telur dipengaruhi oleh umur ayam. Semakin bertambahnya umur ayam maka bobot telur yang dihasilkan akan semakin besar tetapi persentase kuning telur akan semakin kecil. Kondisi kuning telur yang bulat cembung dipengaruhi oleh kekuatan membran vitelin dan khalaza yang melindungi kuning telur. Tabel 8. Indeks Kuning Telur Ayam Ras yang Diberi Perlakuan Minyak Kelapa Selama Penyimpanan 35 Hari Perlakuan
Lama Penyimpanan (hari) P2 P3
P0
P1
M0
0,51±0,05a
0,26±0,02d
M1
0,49±0,04a
0,45±0,02ab 0,45±0,02ab 0,41±0,03bc 0,41±0,04bc 0,35±0,07c
0,17±0,01e
0,13±0,01ef
P4
P5
0,12±0,03ef
0,07±0,01f
Keterangan: Superskrip berbeda menunjukkan berbeda nyata (P<0,05); M0=tanpa pengolesan minyak kelapa; M1=dengan pengolesan minyak kelapa; P0=0 hari; P1=7 hari; P2=14 hari; P3=21 hari; P4=28 hari; P5=35 hari
Metode pengawetan telur dengan pengolesan minyak kelapa berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap indeks kuning telur. Lama penyimpanan 35 hari juga berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap indeks kuning telur. Interaksi metode pengawetan telur dengan pengolesan minyak kelapa dan lama penyimpanan 35 hari berpengaruh nyata terhadap indeks kuning telur (P<0,05). Tabel 8 menunjukkan bahwa indeks kuning telur tanpa pengolesan minyak kelapa mengalami penurunan dari 0,51 menjadi 0,07 setelah disimpan selama 35 hari. Mutu telur tanpa pengolesan minyak kelapa ini mengalami penurunan dari mutu I menjadi loss. Indeks kuning 34
telur dengan pengolesan minyak kelapa juga mengalami penurunan dari 0,49 menjadi 0,35 setelah disimpan selama 35 hari. Mutu telur dengan pengolesan minyak kelapa ini juga mengalami penurunan dari mutu I menjadi III. Selama penyimpanan 35 hari telur ayam dengan pengolesan minyak kelapa mampu mempertahankan indeks kuning telur sampai 70% sedangkan telur tanpa pengolesan minyak kelapa hanya mampu mempertahankan indeks kuning sampai 13%. Putih telur memiliki kandungan air yang lebih banyak dibandingkan dengan komponen telur lainnya. Air dalam putih telur akan menguap melalui pori-pori kerabang selama penyimpanan dan sebagian berpindah menuju kuning telur. Semakin encer putih telur maka kandungan air dalam putih telur juga semakin banyak, sehingga air yang berpindah menuju kuning telur juga semakin banyak. Perpindahan air dari putih telur menuju kuning telur disebabkan oleh tekanan osmotik kuning telur yang lebih tinggi dari putih telur. Perpindahan air secara terus menerus akan menyebabkan penurunan kekuatan membran vitelin sehingga kuning telur menjadi pipih kemudian akan pecah. Romanoff dan Romanoff (1963) menyatakan bahwa tinggi kuning telur menurun lebih cepat setelah tiga minggu penyimpanan ketika disimpan pada suhu 25 ºC. Pengolesan telur dengan minyak kelapa mampu mempertahankan kekentalan putih telur sehingga air yang berpindah menuju kuning telur hanya sedikit. Perpindahan air dalam jumlah sedikit ini dapat mempertahankan kekuatan membran vitelin. Telur dengan pengolesan minyak kelapa mampu mempertahankan kuning telur tetap kokoh sehingga bentuk kuning telur tetap bulat dan cembung selama penyimpanan 35 hari (Gambar 2). Skor warna kuning telur pada peternakan R adalah 6-7. Warna kuning telur tersebut kurang menarik karena agak pucat. Konsumen di Indonesia kurang memperhatikan warna kuning telur tersebut. Namun demikian, warna kuning telur dengan skor 9-12 digunakan sebagai indikator pewarna pada produk pangan seperti roti dan kue. Yamamoto et al. (1997) menyatakan bahwa pigmen yang mempengaruhi warna kuning telur adalah karoten dan riboflavin. Pakan ayam yang mengandung karotenoid ini adalah jagung. Oleh karena itu jagung sangat disarankan ditambahkan dalam pakan ayam untuk mempengaruhi warna kuning telur.
35
M0P0
M0P1
M0P2
M0P3
M0P4
M0P5
M1P2
M1P3 M1P2 2
M1P4 M1P2 2
M1P5 M1P2 2
MOPO
M1P0
M1P1
Gambar 2. Kondisi Putih dan Kuning Telur Selama Penyimpanan 35 Hari, M0P0=telur tanpa pengolesan minyak kelapa hari ke-0, M0P1=telur tanpa pengolesan minyak kelapa hari ke-7, M0P2=telur tanpa pengolesan minyak kelapa hari ke-14, M0P3=telur tanpa pengolesan minyak kelapa hari ke-21, M0P4=telur tanpa pengolesan minyak kelapa hari ke-28, M0P5=telur tanpa pengolesan minyak kelapa hari ke-35, M1P0=telur dengan pengolesan minyak kelapa hari ke-0, M1P1=telur dengan pengolesan minyak kelapa hari ke-7, M1P2=telur dengan pengolesan minyak kelapa hari ke-14, M1P3=telur dengan pengolesan minyak kelapa hari ke-21, M1P4=telur dengan pengolesan minyak kelapa hari ke-28, M1P5=telur dengan pengolesan minyak kelapa hari ke-35
36
Nilai pH Putih Telur Nilai pH putih telur akan meningkat sejak ditelurkan akibat hilangnya gas CO2. Kenaikan nilai pH ini akan menurunkan kualitas telur khususnya kualitas putih telur. Pengolesan minyak kelapa pada telur dapat mempertahankan pH putih telur selama 35 hari (Gambar 3).
Nilai pH Putih Telur
12
9,89
10
9,23
9,21
7,86
8,35
9,12
8,54
8
8,25
6
7,89
9,12 8,31
4 2 0 0
7
14
21
28
35
Lama Penyimpanan (hari) Keterangan: Tanpa Minyak Kelapa
Dengan Minyak Kelapa
Gambar 3. Nilai pH Putih Telur Ayam Ras yang Diberi Perlakuan Minyak Kelapa Selama Penyimpanan 35 Hari Metode pengawetan telur dengan pengolesan minyak kelapa berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap nilai pH putih telur. Lama penyimpanan 35 hari juga berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap nilai pH putih telur. Interaksi metode pengawetan telur dengan pengolesan minyak kelapa dan lama penyimpanan 35 hari berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap nilai pH putih telur. Gambar 3 menunjukkan bahwa nilai pH putih telur tanpa pengolesan minyak kelapa yang disimpan selama 35 hari mengalami kenaikan dari 8,54 menjadi 9,89 setelah 7 hari, kemudian menurun menjadi 9,12 pada hari ke-35. Nilai pH putih telur dengan pengolesan minyak kelapa yang disimpan selama 35 hari mengalami penurunan dari 8,54 menjadi 7,86 setelah 14 hari. Nilai pH putih telur naik menjadi 8,35 pada hari ke 21 hari lalu menurun menjadi 7,89 hari ke-28 dan naik kembali menjadi 8,31 hari ke-35. Selama penyimpanan telur akan mengalami kehilangan air dan gas CO2. Namun demikian dalam penelitian ini kehilangan air pada telur tidak terlihat secara nyata karena adanya perbedaan kadar air masing-masing telur. Penggantian CO2 yang hilang ini dilakukan dengan pemecahan bikarbonat dimana bikarbonat 37
berfungsi sebagai buffer. Bikarbonat yang semakin menurun menyebabkan sistem buffer menjadi menurun sehingga pH putih telur meningkat. Perubahan pH putih telur ini menyebabkan ovomucin kehilangan kemampuan dalam mempertahankan kekentalan sehingga berubah menjadi encer (Mountney, 1976). Putih telur yang menjadi encer ini menyebabkan indeks putih telur menurun sehingga kualitas putih telur juga akan menurun. Pengolesan telur dengan minyak kelapa ini dapat mengurangi hilangnya gas CO2 dalam telur sehingga kenaikan pH putih telur dapat diperlambat. Kekentalan putih telur dapat terjaga yang ditunjukkan dengan indeks putih telur telur dengan pengolesan minyak kelapa yang lebih tinggi daripada telur tanpa pengolesan minyak kelapa. Romanoff dan Romanoff (1963) menyatakan bahwa nilai pH putih telur akan meningkat dari 7,6 menjadi 9,0 atau 9,7 selama penyimpanan. Nilai pH putih telur dengan pengolesan minyak kelapa dapat dipertahankan tidak meningkat sampai umur simpan 35 hari sedangkan pH putih telur tanpa pengolesan minyak kelapa sudah mengalami peningkatan sejak umur simpan 7 hari. Nilai pH putih telur pada telur dengan pengolesan minyak kelapa selama penyimpanan 35 hari realitf stabil. Hal ini menunjukkan belum terdapat aktivitas mikroorganisme di dalam telur. Nilai pH putih telur yang terkontaminasi mikroorganisme akan terus menurun karena mikroorganisme tersebut akan menghasilkan asam (Wulandari, 2004). Mikroorganisme pada telur dapat berasal dari ekskreta ayam yang menempel pada kerabang telur yang dapat mengontaminasi telur melalui kerabang telur dan menurunkan kualitas telur selama penyimpanan. Namun demikian, telur yang digunakan dalam penelitian ini diseleksi pada kerabang yang bersih sehingga kemungkinan kontaminasi mikroba dapat diperkecil dan kualitas telur masih baik sampai penyimpanan 35 hari. Nilai pH Kuning Telur Nilai pH kuning telur juga akan meningkat sama halnya dengan pH putih telur selama penyimpanan. Namun demikian kenaikan nilai pH kuning telur berlangsung dengan perlahan. Pengolesan minyak kelapa pada telur dapat menekan kenaikan pH kuning telur yang disimpan selama 35 hari (Gambar 4).
38
Nilai pH Kuning Telur
7,4 7,2 7,0 6,8 6,6 6,4 6,2 6,0 5,8 5,6 5,4
7,13 6,35
6,39 6,33
6,23
5,98
0
6,79 6,34
7
14
21
6,36 6,23
28
35
Lama Penyimpanan (hari) Keterangan: Tanpa Minyak Kelapa
Dengan Minyak Kelapa
Gambar 4. Nilai pH Kuning Telur Ayam Ras yang Diberi Perlakuan Minyak Kelapa Selama Penyimpanan 35 Hari Metode pengawetan telur dengan pengolesan minyak kelapa berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap nilai pH kuning telur. Lama penyimpanan 35 hari juga berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap nilai pH kuning telur. Interaksi metode pengawetan telur dengan pengolesan minyak kelapa dan lama penyimpanan 35 hari berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap nilai pH kuning telur. Gambar 4 menunjukkan bahwa nilai pH kuning telur tanpa pengolesan minyak kelapa yang disimpan selama 35 hari mengalami kenaikan dari 5,98 menjadi 7,14. Nilai pH kuning telur dengan pengolesan minyak kelapa yang disimpan selama 35 hari juga mengalami kenaikan dari 5,98 menjadi 6,37. Nilai pH kuning telur akan meningkat secara perlahan dari 6,0 menjadi 6,8 selama penyimpanan (Romanoff dan Romanoff, 1963). Nilai pH kuning telur dari hari ke-0 menuju hari ke-7 baik pada telur tanpa pengolesan minyak kelapa maupun dengan pengolesan minyak kelapa mengalami kenaikan. Telur dengan pengolesan minyak kelapa dapat mempertahankan pH kuning telur dari umur simpan 7 hari sampai umur 35 hari. Telur tanpa pengolesan minyak kelapa hanya dapat mempertahankan pH kuning telur dari umur simpan 7 hari sampai umur 21 hari. Nilai pH kuning telur ini juga dipengaruhi oleh hilangnya CO2 pada kuning telur. Semakin banyak CO2 yang hilang maka pH kuning telur akan semakin naik. Suhu yang tinggi dapat menyebabkan hilangnya CO2 semakin tinggi. Suhu penyimpanan telur dalam penelitian ini adalah 25-30 ºC. Suhu penyimpanan ini cukup tinggi dan hanya mampu mempertahankan kualitas telur selama empat belas 39
hari (BSN, 2008). Suhu yang baik dalam penyimpanan telur adalah 4-7 ºC karena dapat mempertahankan kualitas telur sampai tiga puluh hari (BSN, 2008). Penutupan pori-pori kerabang telur dengan minyak kelapa dapat mengurangi hilangnya CO2 sehingga mampu menekan kenaikan pH kuning telur selama penyimpanan.
Komposisi Kimia Telur Kadar Air Telur Kadar air telur merupakan komposisi telur yang penting karena mempengaruhi kualitas interior telur. Kadar air telur akan mengalami penurunan selama penyimpanan. Kadar air telur baik dengan pengolesan minyak kelapa maupun tanpa pengolesan minyak kelapa tetap stabil selama penyimpanan 35 hari (Tabel 9). Tabel 9. Kadar Air Telur Ayam Ras yang Diberi Perlakuan Minyak Kelapa Selama Penyimpanan 35 Hari Perlakuan
P0
P1
Lama Penyimpanan (hari) P2 P3
P4
P5
-----------------------------------------------------%---------------------------------------------------M0
76,20±0,08ab
75,74±1,12ab
75,97±0,33ab
77,12±1,82a
74,03±0,23b
75,12±0,54ab
M1
76,56±0,02ab
77,31±0,73a
76,97±0,61ab
75,85±0,60ab
77,12±0,23a
75,93±0,81ab
Keterangan:
Superskrip berbeda menunjukkan berbeda nyata (P<0,05); M0=tanpa pengolesan minyak kelapa; M1=dengan pengolesan minyak kelapa; P0=0 hari; P1=7 hari; P2=14 hari; P3=21 hari; P4=28 hari; P5=35 hari
Metode pengawetan telur dengan pengolesan minyak kelapa berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kadar air telur. Lama penyimpanan 35 hari tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap kadar air telur. Interaksi metode pengawetan telur dengan pengolesan minyak kelapa dan lama penyimpanan 35 hari tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap kadar air telur. Tabel 9 menunjukkan bahwa kadar air telur ayam ras dengan pengolesan minyak kelapa pada hari ke-0 adalah 76,20% sedangkan pada hari ke-35 adalah 75,12%. Kadar air telur tanpa pengolesan minyak kelapa pada hari ke-0 adalah 76,56% sedangkan pada hari ke-35 adalah 75,93%. Kadar air telur tanpa dan dengan pengolesan minyak kelapa tidak mengalami kenaikan.
40
Rataan kadar air telur ayam ras umur nol hari pada penelitian ini adalah 76,38%. Menurut Bell dan Weaver (2002) kadar air telur ayam ras dengan bobot telur 60 g sekitar 75,50%. Putih telur memiliki kadar air yang tinggi. Selama penyimpanan, putih telur kental akan menjadi encer. Perubahan putih telur ini dipengaruhi oleh hilangnya gas CO2 yang menyebabkan kemampuan ovomucin dalam mempertahankan kekentalan telur menurun sehingga putih telur menjadi encer dan jumlah air menjadi naik. Putih telur encer memiliki tekanan yang lebih rendah daripada kuning telur kental. Perbedaan tekanan antara putih telur dan kuning telur menyebabkan terjadinya osmosis. Air pada putih telur akan berpindah menuju kuning telur. Romanoff dan Romanoff (1963) menyatakan bahwa kadar air kuning telur akan meningkat dari 48,02% menjadi 54,33% selama 10 hari pada suhu 30 ºC. Jumlah air kuning telur yang semakin meningkat dapat menyebabkan kekuatan membran vitelin kuning telur menurun sehingga kuning telur akan menjadi pecah. Selama penyimpanan, kadar air putih dan kuning telur khususnya telur tanpa pengolesan minyak kelapa mungkin mengalami kenaikan, tetapi tidak terlihat secara nyata. Hal ini dapat dilihat dari indeks putih dan kuning telur yang semakin menurun selama penyimpanan 35 hari. Indeks putih dan kuning telur yang semakin menurun menunjukkan bahwa kualitas putih dan kuning telur menurun dari kental menjadi encer sehingga jumlah air pada putih dan kuning telur semakin tinggi. Kadar air telur dalam penelitian ini mungkin berbeda antara satu dengan yang lainnya yang dilihat dari adanya perbedaan bobot telur. Bobot telur dalam penelitian ini termasuk dalam kelompok telur sedang dengan berat 50-60 g (BSN, 2008). Telur dengan bobot yang tinggi akan memiliki persentase putih telur yang tinggi juga sedangkan telur dengan bobot rendah memiliki persentase putih telur yang rendah (Laxmi et al., 2002). Telur dengan persentase putih telur yang tinggi memiliki kadar air yang tinggi juga sedangkan telur dengan persentase putih telur rendah memiliki kadar air yang rendah juga. Selain itu kadar air dalam telur dipengaruhi oleh kecepatan penguapan masingmasing telur. Semakin cepat penguapan air maupun hilangnya gas CO2 pada telur maka putih telur juga semakin cepat berubah menjadi encer dan kandungan air putih telur juga semakin cepat naik. Apabila putih telur sudah menjadi encer, maka kadar air putih telur semakin lama akan menurun selama penyimpanan karena adanya penguapan air. 41
Kadar Protein Telur Kadar protein telur merupakan komposisi telur juga mempengaruhi kualitas interior telur. Semakin banyak jumlah kadar protein pada telur maka kualitas interior telur semakin bagus. Kadar protein telur baik dengan pengolesan minyak kelapa maupun tanpa pengolesan minyak kelapa tetap stabil selama penyimpanan 35 hari (Tabel 10). Tabel 10. Kadar Protein Telur Ayam Ras yang Diberi Perlakuan Minyak Kelapa Selama Penyimpanan 35 Hari Perlakuan
P0
Lama Penyimpanan (hari) P2 P3
P1
P4
P5
-----------------------------------------------------%----------------------------------------------------M0
12,05±0,01ab
11,86±0,01ab
12,89±0,01a
11,74±0,30ab
11,61±0,71ab
11,71±0,64ab
M1
11,90±0,20ab
11,99±0,30ab
12,12±0,86ab
11,46±0,61ab
11,17±0,08ab
11,11±0,12b
Keterangan: Superskrip berbeda menunjukkan berbeda nyata (P<0,05); M0=tanpa pengolesan minyak kelapa; M1=dengan pengolesan minyak kelapa; P0=0 hari; P1=7 hari; P2=14 hari; P3=21 hari; P4=28 hari; P5=35 hari
Metode pengawetan telur dengan pengolesan minyak kelapa tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap kadar protein telur. Lama penyimpanan selama 35 hari juga berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kadar protein telur. Interaksi metode pengawetan telur dengan pengolesan minyak kelapa dan lama penyimpanan 35 hari tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap kadar protein telur. Tabel 10 menunjukkan bahwa kadar protein telur ayam ras umur nol hari tanpa pengolesan minyak kelapa adalah 12,05% sedangkan kadar protein setelah hari ke-35 adalah 11,71%. Kadar protein telur dengan pengolesan miyak kelapa pada hari ke-0 adalah 11,90% sedangkan pada hari ke- 35 adalah 11,11%. Rataan kadar protein telur ayam ras umur nol hari adalah 11,98%. Kadar protein telur ayam ras dengan bobot telur 60 g sekitar 12,80%-13,40% (Bell dan Weaver, 2002). Telur ayam mengandung banyak asam amino esensial diantaranya lisin, metionin, arginin, fenilalanin dan lisin. Kadar protein telur dipengaruhi oleh pakan. Semakin tinggi protein dalam pakan maka kadar protein telur juga semakin meningkat. Kandungan protein kasar dalam ransum komersial Crown Feed CP 51 pada peternakan R (14,49%) lebih rendah dari kadar protein dalam ransum yang disarankan SNI 01-3929-2006 (16%). 42
Bilangan Thio Barbituric Acid (TBA) Bilangan TBA kerabang telur yang diolesi minyak kelapa pada penyimpanan hari ke- 35 sebesar 0,0015 mg malonaldehida/kg sampel. Bilangan TBA kuning telur pada penyimpanan telur hari ke-35 sebesar 0,025 mg malonaldehida/kg sampel. Uji TBA ini dilakukan untuk mendeteksi malonaldehida yang terbentuk dalam proses oksidasi lemak dan minyak. Malonaldehida merupakan produk oksidasi pada tahap terminasi yang menimbulkan bau tengik. Izzreen dan Noriham, (2011) menyatakan bahwa ketengikan pada kue sudah terdeteksi pada bilangan TBA sebesar 1,4 mg malonaldehida/kg sampel, tetapi produk tersebut masih baik untuk dikonsumsi. Ketengikan pada daging ayam terdeteksi apabila bilangan TBA >1 mg malonaldehida/kg sampel (Kolsarici et al., 2010). Gunsen et al. (2011) menyatakan bahwa produk ikan masih dikatakan baik apabila bilangan TBA kurang dari 5 mg malonaldehida/kg sampel. Hal ini menunjukkan bahwa bilangan TBA kerabang telur yang diolesi minyak kelapa dan kuning telur telur hari ke-35 masih di bawah ambang batas yang dapat diterima sehingga telur dengan pengolesan minyak kelapa sampai penyimpanan hari ke-35 masih baik untuk dikonsumsi. Bilangan TBA kerabang telur yang diolesi minyak kelapa dan kuning telur pada penyimpanan hari ke-35 dapat dilihat secara lengkap pada Tabel 11. Tabel 11. Bilangan TBA Kerabang Telur yang Diolesi Minyak Kelapa dan Kuning Telur Ayam Ras pada Penyimpanan Hari ke-35 Sampel Kerabang Telur yang Diolesi Minyak Kelapa Hari
Bilangan TBA (mg malonaldehida/kg sampel) 0,0015
ke-35 Kuning Telur Hari ke-35
0,025
Sumber: Hasil analisis Lab. Mutu dan Keamanan Pangan. Seafast Center (2011)
Oksidasi merupakan reaksi antara oksigen terhadap asam lemak tidak jenuh. Reaksi oksidasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu suhu, cahaya, oksigen dan katalis logam. Selama penyimpanan 35 hari, telur ayam ras dalam penelitian ini disimpan dalam ruangan gelap atau tanpa cahaya. Hal ini dapat menurunkan kecepatan oksidasi pada minyak sehingga ketengikan dapat ditekan. Suhu 43
penyimpanan dalam penelitian ini adalah 25-30 ºC. Semakin tinggi suhu baik pengolahan seperti pemanggangan atau penggorengan dan penyimpanan akan menyebabkan oksidasi semakin cepat sehingga malonaldehida yang terbentuk juga semakin tinggi.
44
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Metode pengolesan telur ayam ras dengan minyak kelapa dapat berfungsi sebagai pelindung kerabang telur sehingga dapat mempertahankan kualitas telur (kedalaman kantung udara, indeks putih telur, indeks kuning telur, nilai pH putih telur dan nilai pH kuning telur) selama penyimpanan 35 hari pada suhu 25-30 ºC dan kelembaban 75%-80%. Kadar air dan protein telur baik dengan maupun tanpa pengolesan minyak kelapa tidak mengalami perubahan yang berarti selama penyimpanan 35 hari. Bilangan TBA minyak kelapa pada kerabang telur masih di bawah batas ambang yang dapat diterima sehingga telur dengan pengolesan minyak kelapa sampai 35 hari masih layak dan baik untuk dikonsumsi. Saran Topik untuk penelitian selanjutnya adalah pengujian mikrobiologi telur selama penyimpanan. Bobot telur sebaiknya diukur sebelum penelitian untuk mengetahui persentase penguapan air pada telur. Telur ayam ras yang digunakan adalah telur yang baru, kerabang bersih dan tidak retak. Minyak kelapa yang digunakan sebaiknya yang baru dan dibuat dari kelapa tua agar minyak yang dihasilkan lebih banyak.
45
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang selalu melimpahkan kasih karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dan studi ini. Penulis menyampaikan terima kasih kepada Tuti Suryati, S.Pt., M.Si. selaku pembimbing utama dan Maria Ulfah, S.Pt., M.Sc.Agr. selaku pembimbing anggota atas segala perhatian, waktu, motivasi dan bimbingannya. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Rudi Afnan, S.Pt., M.Sc.Agr, Ir. Dwi Margi Suci, MS., dan Muhamad Baihaqi, S.Pt., M.Sc. selaku dosen penguji sidang atas masukan dan saran yang membangun bagi penulisan skripsi ini. Terima kasih kepada Dr. Jakaria, S.Pt., M.Si. selaku pembimbing akademik yang selalu memberikan nasehat dan motivasi kepada penulis. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh staf serta dosen Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingan kepada penulis selama menempuh pendidikan S1 ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada kedua orang tua I Ketut Sada Wiratha dan Siti Lestari yang senantiasa memberikan kasih sayang dan dukungan serta selalu berdoa untuk kesuksesan penulis. Kepada kakak-kakak penulis, Agustina Ike Wirantari, Singgih Kurniawan, dan Marconi Catur Wibowo yang telah memberikan motivasi dan doa. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Rony di Cibinong, Bogor atas kesediannya memberikan sampel penelitian. Ucapan terima kasih kepada staf Laboratorium Teknologi Hasil Ternak dan
Staf Pusat
Penelitian Sumberdaya Hayati & Bioteknologi, Pusat Antar Universitas. Terima kasih kepada rekan-rekan Wisma Jenius (Loretta Simanjuntak, Dewi Asparini, Mettha Christiani, Christin Debora, Christa Simaremare dan Lenny Romauli) atas perhatian, kebersamaan, kegembiraan, motivasi dan doanya. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Debora Arny, Ferdy Saputra, Yesika Sihombing, Sella Kristy, Juliana, teman-teman PMK, IPTP 44, KPA, dan POPK Fapet atas kerjasama, motivasi dan doa yang telah diberikan.
Bogor, Oktober 2011
Penulis 46
DAFTAR PUSTAKA AOAC [Association of Official Analytical Chemist]. 1980. Official Methods of Analysis. AOAC International, Washington. APCC [Asian and Pacific Coconut Community]. 2000. Sustainable Coconut Industry In The 21st Century. Proceedings of the XXXVII COCOTECH Meeting. 2428 July 2000. Chennai, India. BSN [Badan Standarisasi Nasional]. 2006. Pakan Ayam Ras Petelur (Layer). SNI 01-3929-2006. BSN, Jakarta. BSN [Badan Standarisasi Nasional]. 2008. Telur Ayam Konsumsi. SNI 01-39262008. BSN, Jakarta. Bell, D. & Weaver. 2002. Commercial Chicken Meat and Egg. Kluwer Academic Publishers, New York. Gaman, P. M. & K. B. Sherrington. 1994. Ilmu Pangan : Pengantar Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi. Edisi ke 2. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Gunsen, U., A. Ozcan, & A. Aydin. 2011. Determination of some quality criteria of cold storaged marinated anchovy under vacuum and modified atmosphere conditions. Turkish. J. Fisheries and Aquatic Sci. 11: 233-242. Izzreen, I. & A. Noriham. 2011. Evaluation of the antioxidant potential of some Malaysian herbal aqueous extracts as compared with synthetic antioxidants and ascorbic acid in cakes. J. Int. Food Res. 18: 583-587. Ketaren, S. 2008. Minyak dan Lemak Pangan. UI Press, Jakarta. Kolsarici, N., K. Candogan & I. T. Akoglu. 2010. Effect of frozen storage on alterations in lipids of mechanically deboned chicken meats. GIDA. 35(6): 403-410. Laxmi, P. J., V. L. K. Prasad, A. S. R. Murthy, & C. E. Reddy. 2002. Correlations among various egg quality traits in White Leghorn. J. Indian Vet. 79: 810813. Mattjik, A. A. & M. Sumertajaya. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan MINITAB. Edisi ke 2. IPB Press, Bogor. Mountney, G. J. 1976. Poultry Products Technology. 2nd Edition. The Avi Publishing Company Inc., Westport. Mulyantini, N. G. A. 2010. Ilmu Manajemen Ternak Unggas. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. 47
Nakatsuji, T., M. C. Kao, J. Y. Fang, C. C. Zouboulis, L. Zang, R. L. Gallo, & M. H. Chung. 2009. Antimicrobial property of lauric acid against Propionibacterium acne: Its therapeutic potential for inflammatory acne vulgaris. J. Inves. Der. 129: 2480-2488. Park, Y. S., I. J. Yoo, K. H. Jeon, H. K. Kim, E. J. Chang, & H. I. Oh. 2003. Effects of various eggshell treatments on the egg quality during storage. J. Anim. Sci. 16 (8): 1224-1229. Pegg, R. B. 2001. Current protocols in food analytical chemistry. John Willey & Sons,Inc., http://www.nshtvn.org/ebook/molbio/Current%20Protocols/ CPFAC/fad0204.pdf . [ 9 Februari 2011]. Romanoff, A. L. & A. J. Romanoff. 1963. The Avian Egg. John Willey and Sons Inc., New York. Song, K. T., S. H. Choi, & H. R. Oh. 2000. A comparison of egg quality of pheasant, chukar, quail and guinea fowl. J. Anim. Sci. 13 (7): 986-990. Suppakul, P., K. Jutakorn & Y. Bangchokedee. 2010. Efficacy of cellulose-based coating on enhancing the shelf life of fresh eggs. J. Food Eng. 98: 207-213. Tarladgis. 1960. A distilation method for the quantitative determination of malonaldehyde in rancid foods. J. Am. Oil Chem. 34: 44-48. [USDA] United States Department of Agriculture. 2000. United States Standards, Grades, and Weight Classes for Shell Eggs. Federal Crop Insurance Corporation (FCIC), Washington DC. Yamamoto, T., L. R. Juneja, H. Hatta, & M, Kim. 1997. Hen Eggs: Their Basic and Applied Science. CRC Press LLC, New York. Yuwanta, T. 2010. Telur dan Kualitas Telur. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Wulandari, Z. 2004. Sifat fisikokimia dan total mikroba telur itik asin hasil teknik penggaraman dan lama penyimpanan yang berbeda. Med. Pet. 27 (2): 38-45.
48
LAMPIRAN
49
Lampiran 1. Analisis Ragam Indeks Putih Telur Sumber keragaman A
db
JK
KT
F Hitung
Nilai P
1
0,066
0,067
618,66
0,000
B
5
0,004
0,009
86,57
0,000
Interaksi
5
0,002
0,034
32,04
0,005
Galat
36
0,000
0,000
Total
47
0,134
Lampiran 2. Analisis Ragam Indeks Kuning Telur Sumber Keragaman A
db
JK
KT
F Hitung
Nilai P
1
0,566
0,566
532,53
0,000
B
5
0,424
0,085
79,80
0,000
Interaksi
5
0,146
0,029
27,46
0,000
Galat
36
0,038
0,002
Total
47
1,175
Lampiran 3. Analisis Ragam pH Putih Telur Sumber Keragaman A
db
JK
KT
F Hitung
Nilai P
1
11,084
11,084
260,35
0,000
B
5
1,408
0,282
6,61
0,000
Interaksi
5
2,583
0,517
12,13
0,000
Galat
36
1,533
0,043
Total
47
16,607
50
Lampiran 4. Analisis Ragam pH Kuning Telur Sumber Keragaman A
db
JK
KT
F Hitung
Nilai P
1
0,777
0,777
30,77
0,000
B
5
2,582
0,516
20,45
0,000
Interaksi
5
1,067
0,213
8,45
0,000
Galat
36
0,909
0,025
Total
47
5,334
Lampiran 5. Analisis Ragam Kadar Air Sumber Keragaman A
db
JK
KT
F Hitung
Nilai P
1
5,920
5,920
10,04
0,008
B
5
5,173
1,035
1,76
0,197
Interaksi
5
8,646
1,729
2,93
0,059
Galat
12
7,0740
0,5895
Total
23
26,8136
Lampiran 6. Analisis Ragam Kadar Protein Sumber Keragaman A
db
JK
KT
F Hitung
Nilai P
1
0,735
0,735
3,89
0,072
B
5
3,608
0,721
3,82
0,027
Interaksi
5
0,525
0,105
0,56
0,732
Galat
12
2,268
2,268
Total
23
7,135
51