EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PROBING-PROMPTING DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA
Latifah M.1, Rini Asnawati2, Haninda Bharata2
[email protected] 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika 2 Dosen Program Studi Pendidikan Matematika
ABSTRAK This quasi-experimental research aimed to know the effectiveness of probingprompting model viewed by students critical thinking ability. The population of this research was all students of grade VIII of SMP Negeri 9 Bandarlampung in academic year of 2014/2015 that consist of 7 classes. The sample of this research was students of VIII-C which was taken by purposive sampling technique. This research design was one shot case study. Instrument of this research was essay test of critical thinking. Based on the analysis of data, the percentage of students who have good critical thinking ability was less than 60%. Thus, probingprompting model was less effective viewed by critical thinking ability. Penelitian kuasi eksperimen ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penerapan model probing-prompting ditinjau dari kemampuan berpikir kritis siswa. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 9 Bandarlampung tahun pelajaran 2014/2015 yang terdiri dari tujuh kelas. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VIII-C yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Desain penelitian ini adalah one shot case study. Instrumen penelitian ini adalah tes uraian berpikir kritis. Berdasarkan hasil analisis data, persentase siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis dengan baik kurang dari 60%. Dengan demikian, model probing-prompting tidak efektif ditinjau dari kemampuan berpikir kritis siswa. Kata kunci: berpikir kritis, efektivitas, probing-prompting
guru hanya mengulang-ulang serta
PENDAHULUAN Dalam proses pembelajaran di kelas,
terdapat
sejumlah
mata
pelajaran pokok di antaranya adalah matematika.
Namun, studi dari
Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) menunjukkan bahwa kemampuan siswa kelas dua SMP Indonesia masih
sangat minim kreativitas dalam mengembangkan pelajaran dan seni mengajar. Guru sebagai fasilitator harus mampu memilih model pembelajaran matematika yang memberikan siswa kesempatan untuk berpikir seluas-luasnya, salah satunya adalah model probing-prompting. Menurut Suherman (2008: 6)
berada di bawah rata-rata internasional. Hasil tersebut memperlihatkan masih rendahnya prestasi matematika
satu
penyebab
rendahnya prestasi matematika siswa adalah
rendahnya
kemampuan
berpikir kritis siswa. Sebagaimana diungkapkan
lajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya
siswa Indonesia. Salah
probing-prompting adalah pembe-
Wahyudin 4)
(dalam
Herawati,
2006:
rendahnya
prestasi
belajar
matematika
disebabkan
upaya
pengembangan
kemampuan berpikir kritis di sekolah jarang dilakukan yang secara otoma-
menggali dan menuntun sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan setiap siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Dalam model ini siswa dibiasakan untuk dapat memikirkan konsep, prinsip, dan aturan pengetahuan baru sehingga dapat menyelesaikan masalah tanpa diberitahukan guru. Perlu kiranya diteliti lebih
tis membuat keterampilan berpikir kritis siswa sangat kurang. Rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa tidak terlepas dari bagaimana pembelajaran matematika itu berlangsung. Marjohan (Nugraha, 2012: 1) menyatakan bahwa sistem pembelajaran yang diterapkan oleh
lanjut,
apakah
model
probing-
prompting efektif ditinjau dari kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran matematika. Oleh karena itu, dilakukan penelitian pada siswa kelas
VIII
SMP
Negeri
9
Bandarlampung
tahun
pelajaran
2014/2015.
kuantitatif
yang
diperoleh
melalui tes kemampuan berpikir
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
data
efektivitas
penerapan
kritis yang diberikan kepada siswa setelah
mengikuti
pembelajaran
model probing-prompting ditinjau
dengan model probing-prompting.
dari kemampuan berpikir kritis siswa
Sebelum digunakan, terlebih dahulu
SMP
instrument
diuji
Berdasarkan latar belakang masalah
mengetahui
validitas,
di atas, maka rumusan tujuan dalam
indeks
penelitian
pembedanya. Setelah dilakukan uji
model
Negeri
9
ini
Bandarlampung.
apakah
penerapan
probing-prompting
efektif
kesukaran,
coba
untuk
reliabilitas, dan
daya
coba, instrument dinyatakan valid
ditinjau dari kemampuan berpiker
dan
memiliki
reliabilitas
tinggi
kritis pada siswa kelas VIII SMP
dengan harga koefisien reliabilitas
Negeri 9 Bandarlampung.
0,75. Soalyang digunakan memiliki indeks kesukaran sukar dan sedang,
METODE PENELITIAN
serta memiliki indeks daya pembeda
Populasi penelitian ini adalah
baik dan sedang.Data skor kemam-
seluruh siswa kelas VIII semester
puan berpikir kritis siswa dianalisis
genap SMP Negeri 9 Bandarlampung
menggunakan uji proporsi.
tahun pelajaran 2014/2015, terdiri dari7 kelas yaitu kelas VIIIA –
HASIL DAN PEMBAHASAN
VIIIG. Sampel dipilih dengan teknik purposive
sampling,
Setelah dilakukan analisis data
setelah
hasil tes berpikir kritis, diperoleh 5
mitra,
siswa yang mendapatkan nilai lebih
sebagai
dari atau sama dengan 72 dari 34
sampel penelitian. Desain penelitian
siswa. Dengan demikian persentase
ini adalah one shot case study,
siswa yang memiliki kemampuan
menggunakan satu kelompok dengan
berpikir kritis dengan baik adalah
diberi satu kali perlakuan dan satu
6,94%.Berdasarkan hasil uji proporsi
kali pengukuran.
untuk
berdiskusi
dengan
terpilihlah
kelas
guru
VIII-C
data
kemampuan
berpikir
Data penelitian ini adalah skor
kritis diperoleh 𝑍ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑍𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 yang
kemampuan berpikir kritis berupa
berarti H0 diterima, maka proporsi
siswa yang memiliki kemampuan
Simpulan penelitian tersebut menun-
berpikir kritis dengan baik kurang
jukkan bahwa probing-prompting ti-
dari 60%.
dak efektif untuk meningkatkan ke-
Berdasarkan analisisdata pen-
mampuan berpikir kritis siswa.
capaian indicator kemampuan ber-
Pada pelaksanaan pembelajar-
pikir kritis siswa, diketahui bahwa
an, siswa terlihat tegang dengan per-
rata-rata pencapaian indikator ke-
tanyaan-pertanyaan yang diajukan
mampuan berpikir kritis siswa yang
oleh guru karna mereka tidak bisa
memperoleh pembelajaran dengan
menjawab. Guru memiliki kendala
model
adalah
untuk menuntun siswa mendapatkan
Indikator berpikir kritis
jawaban yang benar, karna siswa
yang paling baik dicapai siswa
kurang menguasai materi prasyarat,
adalah menganalisis argumen, yaitu
yaitu sistem persamaan linear satu
sebesar 43,20%.
variabel (SPLSV). Siswa juga tidak
probing-prompting
38,50%.
Berdasarkan hasil analisis dan
memahami materi yang telah dipe-
uji hipotesis data kemampuan ber-
lajari sebelumnya, seperti aljabar dan
pikir kritis siswa, diketahui bahwa
segiempat. Hal ini terlihat dari keti-
model probing-prompting tidak efek-
dakmampuan siswa menjawab per-
tif ditinjau dari kemampuan berpikir
tanyaan guru mengenai penjumlahan
kritis siswa karena persentase siswa
aljabar dan keliling persegi panjang.
yang memiliki kemampuan berpikir
Kendala tersebut juga terjadi pada
kritis dengan baik tidak lebih dari
saat mengerjakan LKPD, sehingga
60%. Salah satu peneliti yang telah
kondisi kelas menjadi tidak kondusif
melakukan penelitian tentang model
karena siswa sibuk bertanya dan
probing-prompting sebelumnya ada-
berdiskusi dengan siswa dari kelom-
lah Muflihin (2010: 64) yang me-
pok lain.
nyimpulkan bahwa peningkatan ke-
terlihat tidak membantu teman seke-
mampuan berpikir kritis siswa SMP
lompoknya
yang pembelajarannya menggunakan
siswa sibuk melakukan kegiatan
teknik probing-prompting tidak lebih
yang
baik daripada siswa SMP yang pem-
pembelajaran. Untuk mengatasinya,
belajarannya secara konvensional.
guru
tidak
Beberapa siswa juga
mengerjakan
berkaitan
berkeliling
kelas
LKPD,
dengan
untuk
mengawasi jalannya diskusi dan
tingkat tinggi pula. Namun peneliti
membantu siswa yang kesulitan.
selalu berusaha untuk meminimalis-
Kendala lain timbul saat tahap presentasi,
banyak
siswa
kendala-kendala
tersebut
dengan
mengevaluasi
enggan maju ke depan kelas untuk
pertemuan,
seperti
mempresentasikan
LKPD, dan pertanyaan-pertanyaan
hasil
yang
irkan
diskusi
kelompoknya karena alasan tidak
tiap
mengevaluasi
yang akan diajukan kepada siswa.
siap. Hal ini menyita banyak waktu,
Kendala-kendala tersebut da-
untuk mengatasinya guru meminta
pat mempengaruhi hasil akhir belajar
masing-masing
untuk
siswa. Terlihat saat siswa mengerja-
menunjuk wakil tiap kelompok dari
kan tes kemampuan berpikir kritis,
awal diskusi, sehingga siswa bisa
banyak siswa yang kesulitan untuk
mempersiapkan diri untuk mem-
menuliskan jawabannya, terutama
presentasikan hasil diskusi kelom-
pada siswa yang memiliki kemampu-
poknya.
an rendah.
kelompok
Kendala terakhir adalah waktu
pada
Siswa sudah terbiasa
proses
yang terbatas, menyebabkan pem-
konvesional
bahasan materi yang kurang maksi-
bersifat rutin sehingga membuat
mal.
yang
pengetahuan siswa sebatas apa yang
memiliki kemampuan rendah tidak
telah disampaikan guru dan soal-soal
dapat memahami materi yang telah
yang sudah biasa mereka kerjakan.
Akibatnya,
siswa
dan
pembelajaran soal-soal
yang
dibahas sehingga kesulitan untuk mengikuti materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya. Hal ini terjadi
karena
disajikan
pada
masalah model
yang
probing-
SIMPULAN Berdasarkan
pembahasan
diperoleh simpulan bahwa model probing-prompting
tidak
efektif
prompting merupakan masalah yang
ditinjau dari kemampuan berpikir
membutuhkan kemampuan berpikir
kritis siswa kelas VIII SMP Negeri 9
cukup tinggi, sehingga umumnya
Bandar Lampung tahun pelajaran
yang
2014/2015.
dapat
mengikuti
model
pembelajaran ini dengan baik adalah siswa yang tergolong berkemampuan
DAFTAR PUSTAKA Herawati, C. 2006. Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan Reciprocal Teaching dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP. Skripsi. Bandung: UPI. Muflihin. 2010. Pembelajaran Matematika dengan Teknik Probing-Prompting untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP. Skripsi. Bandung: UPI. Nugraha, Ade Yuniarsa. 2012. Pengembangan Model Bahan Ajar Strategi Pembelajaran Konflik Kognitif (Cognitive Conflict) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. Skripsi. Bandung: UPI. Suherman, Erman. 2008. Belajar dan Pembelajaran Matematika. Hand Out. Bandung: UPI.