perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
EFEKTIVITAS PEMBANGUNAN RUSUNAWA SEMANGGI DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN ( Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Efektivitas Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa Semanggi Dalam Pemberdayaan Masyarakat Miskin Di Surakarta )
Disusun Oleh :
AGNESSIA FERY ANDRIYANI NIM D 0304015 SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Sosiologi
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012
commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN Telah Disetujui Untuk Dipertahankan di Hadapan Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pembimbing
Drs. TH.A.Gutama M.Si NIP. 195609111986021001
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PENGESAHAN Telah diuji dan disahkan oleh Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada Hari Tanggal
: : Panitia Penguji
1. Drs. Bambang Wiratsasongko, M.Si NIP. 19510727 198203 1 002
(_____________________) Ketua
2. Eva Agustinawati, S.Sos, M.Si NIP. 19700813 199512 2 001
(_____________________) Sekretaris
3. Drs. TA. Gutama, M.Si NIP. 19560911 198602 1 001 (_____________________) Penguji
Disahkan oleh : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Dekan,
Prof. Drs. Pawito, Ph.D Nip 19540805 198503 1 002
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Terus percaya bahwa TUHAN membawa kita ke padang yang hijau, masa depan yang penuh harapan, meskipun mungkin saat ini kita sedang melewati padang gurun yang tandus 1 Petrus 5:7 “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepadaNya, sebab Ia yang memelihara kamu.” Bersabarlah dalam kesesakan, bersukacitalah dalam kesedihan, walaupun itu sakit. Karena kita akan menerima semuanya dengan indah.
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa syukur, karya yang sederhana ini aku persembahkan kepada :
Bapak Sukatno, Ibu Handayani , Ibu Sudarni, Mas Bimo Prayitno dan juga seluruh keluarga besar, yang telah memberikan doa, dan segalanya, yang tak bisa dihitung lagi dengan apapun. Aku kuat karena cinta kasih kalian semua. Sahabatku yang selalu mendengarkan dan membantu dalam kekuranganku ”Rochana Sagita, Iswara Pramudita, Frans Nugroho, Hendrawan Tito Wisnu Wardana” Terima kasih sudah menjadi sahabat terbaik. Sahabatku Sosiologi Angkkatan 2004 Seseorang dimasa depanku Y Alamamaterku tercinta.
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan kasih dan penyertaan Tuhan, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Sosiologi. Penulis banyak mendapatkan bimbingan, petunjuk, dukungan dan bantuan yang berharga dari berbagai pihak dalam penyusunan skripsi ini. Dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada : 1.
Prof. Drs. Pawito, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik universitas sebelas maret Surakarta.
2.
Dr. Bagus Haryono, M.Si selaku ketua Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3.
Drs. Pandjang .S selaku pembimbing akademik dari penulis
4.
Drs. TH.A.Gutama, M.Si selaku pembimbing skripsi. Terima kasih atas ilmu, waktu dan kesabaran Bapak selama membimbing dan mengarahkan penulis.
5.
Seluruh staf pengajar Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik universitas sebelas maret Surakarta, terima kasih atas semua ilmu yang diberikan selama penulis berada di bangku kuliah.
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
6.
digilib.uns.ac.id
Kedua orang tua saya yang tidak pernah lelah memberikan dorongan untuk menyelesaikan skripsi ini dan doa yang senantiasa dipanjatkan dengan penuh ketulusan dan keikhlasan.
7.
Saudara-saudaraku tercinta untuk kesabaran, kerepotan, support dan doanya.
8.
Sahabat-sahabat terkasih, yang selalu mendukung aku disaat aku terpuruk.
9.
Teman-teman Sosiologi 2004 Asri, Efi, Puji, Murni (rindu saat KKPM di Rembang lagi), Wahyu, Vicky, Indah, Dafir, Andhy, Oshien, Bowo, Rendra, dan yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih banyak atas kebersamaan kita selama ini. Para Senior yang senantiasa mengingatkan, memarahi, menasehati dan mendorong penulis.
10.
Serta semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas semuanya sehingga penulis bisa menyelesaikan karya ini. Namun penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan karya tulis
ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun guna kesempurnaan laporan ini. Semoga Karya tulis dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Surakarta,
April 2012
Agnessia Fery Andriyani
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN .........................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................
iii
HALAMAN MOTTO ......................................................................................
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................
v
KATA PENGANTAR .....................................................................................
vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................
viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................
xii
DAFTAR MATRIK .........................................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
xiv
ABSTRAK .......................................................................................................
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .....................................................................................
1
B. Perumusan Masalah .............................................................................
13
C. Tujuan Penelitian .................................................................................
13
D. Manfaat Penelitian ...............................................................................
13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka......................................................................................
15
1. Konsep yang digunakan a. Efektivitas.................................................................................
commit to user viii
15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Rusunawa.................................................................................
18
c. Pemberdayaan..........................................................................
27
d. Masyarakat Miskin ...................................................................
37
2. Landasan Teori ...............................................................................
41
B. Definisi Konsep....................................................................................
48
C. Kerangka Berpikir.................................................................................
49
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian .................................................................................
51
B. Jenis Penelitian .....................................................................................
51
C. Sumber Data .........................................................................................
52
D. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................
53
E. Metode Penarikan Sampel ...................................................................
55
F. Teknik Pengambilan Sampel ..............................................................
56
G. Validitas Data ......................................................................................
57
H. Teknik Analisis Data...........................................................................
58
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi 1. Rusunawa Semanggi Kota Surakarta .............................................
60
2. Kondisi Sosial dan Ekonomi ..........................................................
65
3. Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) …………………………
68
4. Unit Pengelola Rumah Susun Sederhana Sewa (RUSUNAWA) Kota Surakarta ………………………………………………….
commit to user ix
73
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Tata Cara Penghunian……………………………………………
83
B. Profil Informan dan Responden ........................................................ .
87
1. Informan ....................................................................................... .
88
2. Responden .....................................................................................
91
C. Gambaran Kondisi Sebelum dan Setelah Tinggal di Rusunawa Semanggi .....................................................................
96
1. Kondisi Penghuni Sebelum Tinggal di Rusunawa Semanggi .....
96
2. Kondisi Penghuni Setelah Tinggal di Rusunawa Semanggi .......
100
D. Pemberdayaan Masyarakat Miskin Melalui Pembangunan Rusunawa Semanggi ........................................................................
103
1. Memberdayakan Penghuni Rusunawa ........................................
106
2. Menswadayakan Masyarakat .....................................................
113
3. Memandirikan Masyarakat .........................................................
115
E. Kebijakan dan Pembinaan .................................................................
119
F. Indikator Keberdayaan ......................................................................
123
G. Efektivitas Pembangunan Rusunawa ................................................
130
1. Program Peningkatan Taraf Ekonomi .........................................
131
2. Perbaikan Sarana dan Prasarana Permukiman yang Partisipatif ..
134
3. Program Peningkatan Kualitas Hidup Sehat Masyarakat ............
136
H. Analisis Dampak Pembangunan Rusunawa Terhadap Kondisi Fisik Lingkungan Permukiman, Sosial, dan Ekonomi. .............................. 1. Dampak Pembangunan Rusunawa Terhadap Kondisi
commit to user x
137
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Fisik Lingkungan Permukiman ...................................................
138
2. Dampak Pembangunan Rusunawa Terhadap Kondisi Ekonomi Masyarakat. .................................................................................
142
3. Dampak Pembangunan Terhadap Kondisi Sosial Masyarakat. ..
144
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................
148
B. Implikasi..................................................................................................
150
1. Implikasi Teoritis ................................................................................ 150 2. Implikasi Metodologis ........................................................................ 152 3. Implikasi Empiris ................................................................................ 154 C. Saran........................................................................................................ . 154 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Halaman
Tabel 4.1
Jumlah Kepala Keluarga Penghuni Menurut Usia .........................
66
Tabel 4.2
Jumlah Penghuni Menurut Tingkat Pendidikan ..............................
66
Tabel 4.3 Tabel 4.4
Jumlah Penghuni Menurut Mata Pencarian ................................... Susunan Anggota Unit Pengelola Rumah Susun Sederhana Sewa (RUSUNAWA) Kota Surakarta ...................................................... Susunan Tim Pembina Rumah Susun Sederhana Sewa (RUSUNAWA) Kota surakarta ......................................................
67
Tabel 4.5
commit to user xii
81 82
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR MATRIK
MATRIK 4.1
Memberdayakan Masyarakat Melalui Pembangunan Rusunawa ............................................................................. 111
MATRIK 4.2
Menswadayakan masyarakat melalui KUBE ........................ 115
MATRIK 4.3
Memandirikan masyarakat dalam menghuni Rusunawa Semanggi ............................................................................... 119
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
1. Interview Guide 2. Matrik Hasil Wawancara 3. Surat Keterangan dari Lokasi 4. Surat Ijin Penelitian 5. Gambar Dokumentasi
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK AGNESSIA FERY ANDRIYANI, D0304015. TAHUN 2012 “EFEKTIVITAS PEMBANGUNAN RUSUNAWA SEMANGGI DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN” (Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Efektivitas
Keberadaan Rumah Susun Sederhana Sewa Semanggi Dalam Pemberdayaan Masyarakat Miskin Di Surakarta). Skripsi: Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mendeskripsikan sejauh mana efektivitas pembangunan Rusunawa Semanggi dalam pemberdayaan masyarakat miskin. Pembangunan rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) adalah salah satu pelaksanaan program peremajaan kota untuk penanganan permukiman kumuh perkotaan. Sejalan dengan tujuan penelitian tersebut, maka bentuk penelitian yang digunakan berupa penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan data dengan kata-kata / uraian dan penjelasan tentang suatu permasalahan. Penelitian ini menggunakan teori tindakan sosial dari Max Weber dan Teori Perubahan Sosial dari Karl Marx. Penelitian ini mengambil lokasi di Rusunawa Semanggi Kota Surakarta. Teknik pengumpulan data dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik validitas data yang digunakan berupa teknik trianggulasi data yaitu menggumpulkan data sejenis dari beberapa sumber yang berbeda. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan perincian sampel sebagai berikut: DPU sebagai agen perubahan, Pengurus Paguyuban Rusunawa Semanggi, Penghuni Rusunawa Semanggi. Sedangkan teknis analisis data yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas pembangunan Rusunawa Semanggi dalam pemberdayaan masyarakat miskin di Kota Surakarta. Dengan metode penelitian deskriptif kualitatif, analsis yang diperoleh sebagai berikut: (a) kehidupan sosial dan ekonomi sebagian penghuni rumah susun sederhana sewa sudah mengalami perubahan yang berarti setelah tinggal di Rusunawa Semanggi. Perubahan yang dirasakan adalah dalam bentuk pemenuhan tempat tinggal yang layak (kondisi fisik bangunan) dan peningkatan kesejateraan ekonomi penghuni Rusunawa ; (b) Sarana dan prasarana bersama , tidak terpelihara dengan baik, karena penghuni belum dapat beradaptasi dengan lingkungan permukiman baru, selain itu disebabkan oleh status kepemilikan (sewa) menyebabkan rendahnya kepedulian penghuni terhadap lingkungan perumahan dan permukiman; (c) Fasilitas umum dan fasilitas sosial belum tersedia secara lengkap; (d) Rendahnya frekuensi pembinaan dari Pemerintah Daerah terhadap upaya pemberdayaan dan peningkatan kehidupan sosial dan ekonomi para penghuni rumah susun sederhana sewa.
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT AGNESSIA FERY ANDRIYANI, D0304015. YEAR 2012 “EFFECTIVENESS DEVELOPMENT OF RUSUNAWA SEMANGGI EMPOWERMENT OF THE POOR "(Study Descriptive Qualitative Regarding the Effectiveness Development of Simple Rent Flats Semanggi In Empowerment of the Poor in Surakarta). Thesis: Sociology Faculty Social and Political Sciences of University Sebelas Maret Surakarta.”
This study has the objective to describe the extent to which the Effectiveness Rusunawa Semanggi in the presence of empowerment of the poor. Simple construction of rental flats (Rusunawa) is one of the implementation of urban renewal program for the treatment of urban slums. Considering the previous purpose, the research employs a Descriptive Qualitative Research having purpose to describe data by words and explanation towards problems. The research employs a Social Action theory by Karl Marx abd place in Semanggi Surakarta City. Techniques of collecting data include interview, observation, and documentation. Data validity technique employed is data trianggulation which collect similar data from several different sourches of data, the sampling techniques of the research is purposive sampling with the following sample details: DPU as agent of change, the Society Board Rusunawa Semanggi, Occupants Rusunawa Semanggi. The analysis of data includes data reduction, data presentation and conclusion drawing. The purpose of this study to examine the effectiveness of the presence of Rusunawa Semanggi in empowering the poor in the city of Surakarta. With descriptive qualitative research methods, analsis obtained as follows: (a) social and economic life most modest rental apartment dwellers have experienced significant change after living in Rusunawa Semanggi. Perceived change is in the form of compliance to adequate housing (physical condition) and an increase in economic welfare Rusunawa residents, (b) Facilities and infrastructure together, are not well preserved, because residents have not been able to adapt to a new neighborhood, but was caused by ownership status (rent) cause low concern for residents of neighborhoods and settlements; (c) public facilities and social amenities are not yet available in full; (d) the low frequency of formation of the Regional Government of empowerment and increased social and economic life of the occupants of the apartment simple lease.
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Pembangunan Nasional pada hakekatnya adalah pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia yang menekankan pada peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat, sehingga terjadi keseimbangan pembangunan kemakmuran lahiriah dan batiniah dalam suatu masyarakat Indonesia yang maju dan berkeadilan sosial. Salah satu unsur pokok kesejahteraan rakyat adalah terpenuhinya kebutuhan perumahan yang merupakan kebutuhan dasar bagi setiap warga Negara Indonesia dan keluarganya sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia. Sebagai kebutuhan dasar perumahan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam pembentukan watak dan kepribadian bangsa yang perlu dikembangkan demi kelangsungan dan peningkatan kehidupan dan penghidupan bangsa. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan disegala bidang kehidupan yang dilakukan secara sengaja berdasarkan suatu rencana tertentu. Pembangunan nasional di Indonesia, misalnya, merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan berdasarkan rencana tertentu, dengan sengaja dan memang dikehendaki, baik oleh pemerintah yang menjadi pelopor pembangunan maupun masyarakat (Soerjono Soekanto, 1990:407) commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
2 digilib.uns.ac.id
Proses pembangunan terutama bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, baik secara spiritual maupun material. Peningkatan hidup masyarakat mencakup suatu perangkat cita-cita yang meliputi hal-hal sebagai berikut : 1. Pembangunan harus bersifat rasionalitas; artinya haluan yang diambil harus dilandaskan pada pertimbangan rasional. Haluan itu hendaknya didasarkan pada fakta, sehingga nantinya merupakan suatu kerangka yang sinkron. 2. Adanya rencana pembangunan dan proses pembangunan. Artinya ada keinginan untk selalu membangun pada ukuran dan haluan yang terkoordinasi secara rasional, dalam suatu system. 3. Peningkatan produktivitas 4. Peningkatan standar kehidupan 5. Kedudukan, peranan, dan kesempatan yang sederajat dan sama dibidang politik, sosial, ekonomi dan hokum, 6. Pengembangan lembaga-lembaga sosial dan sikap-sikap dalam masyarakat. Sikap-sikap tesebut mencakup : (a) efisiensi: (b) kerajinan dan ketekunan; (c) keteraturan; (d) ketetapan; (e) kesederhanaan dan kecermatan; (f) ketelitian dan kejujuran; (g) bersifat rasional dalam mengambil keputusan; (h) selalu siap untuk menghadapi berbagai perubahan; (i) selalu mempergunakan kesempatan dengan benar; (j) giat dalam usaha; (k) mempunyai integritas dan dapat berdiri sendiri; (l) bersikap kooperatif; (m) konsilidasi nasional; (n) kemerdekaan nasional. (Soerjono Soekanto, 1990:408) Pembangunan bukanlah hanya menjadi tema sentral perbaikan hajat hidup atau inisiatif pemerintah saja, akan tetapi juga harus mampu memberikan wadah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3 digilib.uns.ac.id
bagi berkembangnya partisipasi, dan rasa tanggung jawab secara meluas, yang perduli terhadap emansipasi diri dan kemampuan endogen yang ada dalam tingkat lokal. Untuk itu, pembangunan sebagai usaha perubahan sosial secara berencana seharusnyalah memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat yang di dalam strukturnya, hingga dapat maju atas kemampuan diri sendiri (self sustaining procces). Pembangunan yang mendasarkan diri pada keswadayaan dapat dilihat sebagai jalan keluar untuk meningkatkan pendapatan, mengatasi kesenjangan, dan sekaligus meningkatkan partisipasi wong cilik. Keswadayaan bisa dipahami sebagai "semangat" yakni upaya yang didasarkan pada kepercayaan kemampuan diri yang berdasarkan pada sumberdaya yang dimiliki. Keswadayaan berarti juga semangat untuk membebaskan diri dari ketergantungan pada pihak luar atau kekuatan dari atas (Rahardjo, 1992:56). Perumahan dan pemukiman merupakan kebutuhan dasar manusia, yang sangat berpengaruh dalam pembentukan kepribadian bangsa. Perumahan dan pemukiman tidak dapat hanya dilihat sebagai sarana kebutuhan hidup, tetapi lebih merupakan proses bermukim manusia dalam menciptakan tatanan hidup untuk masyarakat dan dirinya dalam menampakkan jati diri. Pesatnya perkembangan perkotaan akan menyebabkan meningkatnya permintaan lahan di kota. Masalah yang timbul kemudian berkembang kearah kebutuhan penduduk akan tempat tinggal atau perumahan. Karena dari tingkat pendapatan masing-masing penduduk yang berbeda akan mengakibatkan berbeda pula daya beli mereka terhadap suatu tempat tinggal (rumah). Bagi penduduk kota yang berpendapatan rendah, kebutuhan tempat tinggal ini merupakan masalah yang commit to user
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berat bagi mereka. Penyediaan perumahan merupakan salah satu hal yang harus dihadapi wilayah perkotaan dimasa yang akan datang, seiring dengan perkembangan kota yang berlangsung cepat. Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar (basic needs) manusia selain pangan dan sandang, maka pemenuhan kebutuhan akan rumah menjadi prioritas yang tidak dapat ditangguhkan. Di sisi lain, masyarakat mempunyai kemampuan terbatas untuk mencukupi biaya pengadaan perumahan, karena tidak mampu mendapatkan lahan yang legal di pusat kota, maka masyarakat berpenghasilan rendah menduduki tanah-tanah secara illegal di sepanjang jalur kereta api, kuburan, pinggiran sungai dan lahan-lahan terlantar lainnya. Problematika kepadatan penduduk masyarakat kota berbanding terbalik dengan semakin minimnya ketersediaan lahan. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya laju perpindahan penduduk dari desa ke kota akibat tuntutan hidup yang semakin kompleks seiring dengan perkembangan zaman. Selain itu juga laju pertumbuhan penduduk yang terus meningkat sehingga lahan semakin langka. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010, tercatat jumlah penduduk di Kota Surakarta sebanyak 500.642 jiwa. Dengan luas sebesar 44,03 km² membuat tingkat kepadatan penduduk di Kota Surakarta sangat tinggi, bahkan tertinggi di Jawa Tengah, yaitu 11.370 jiwa/km² (BPS, Kota Surakarta). Untuk mengatasi hal tersebut pemerintah Kota Surakarta membangun rumah susun (rusun) sebagai alternative tempat tinggal untuk merelokasi warga kalangan menengah ke bawah (Rusunawa Semanggi, Kelurahan Semanggi, Surakarta) commit to user
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Untuk mengatasi keterbatasan lahan dalam pemenuhan perumahan yang layak huni bagi masyarakatnya, pemerintah Surakarta mengeluarkan kebijakan pembagunan rumah susun sederhana sewa (rusunawa). Rusunawa ini di harapkan
keterbatasan
lahan
yang
ada
dapat
diatasi
untuk
memenuhi
pemukiman yang layak huni bagi warga Solo. Pembangunan Rusunawa ini nampaknya merupakan jalan yang dianggap sesuai bagi perkotaan dalam mengatasi pemukiman kumuh yang semakin meningkat dan juga mampu memberdayakan masyarakat miskin untuk mendapatkan tempat tinggal yang lebih baik lagi. Pembangunan Rusunawa ini dinilai sesuai dalam mendukung pertumbuhan kota. Pengelolaan pembangunan Rusunawa perkotaan yang efektif dan efisien, mengacu pada rencana tata ruang perkotaan yang berkualitas, termasuk pengelolaan administrasi pertanahan yang tertib dan adil, dan ditunjang oleh kelembagaan pemerintah yang siap melaksanakan otonomi daerah; makin mantapnya kemitraan pemerintah daerah dengan masyarakat dan dunia usaha dalam pelaksanaan pembangunan perkotaan; meningkatnya kesejahteraan masyarakat yang ditunjukkan oleh meningkatnya pendapatan per kapita dan kualitas hidup penduduk yang makin merata; berkurangnya jumlah penduduk miskin di perkotaan; serta meningkatnya kualitas fisik lingkungan di perkotaan. Pembangunan Rusunawa merupakan respon terhadap kebutuhan rumah bagi masyarakat. Rusunawa menjadi alternative pilihan untuk penyediaan hunian karena merupakan pilihan yang ideal bagi negara-negara berkembang. Daerah yang mempunyai tingkat kepadatan penduduk yang tinggi memiliki permasalahan pada commit to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kurangnya ketersediaan hunian, ketidaklayakan hunian, dan keterbatasan lahan. Hal ini membutuhkan suatu konsep perencanaan dan pembangunan yang tepat agar permasalahan hunian dapat terselesaikan. Keseriusan Pemerintah akan pentingnya rumah susun diwujudkan dengan hadirnya Undang-undang No. 16 Tahun 1985, tentang Rumah Susun, Bab II, Pasal 2 dan Pasal 3, yang dilanjutkan dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 4 tahun 1988, tentang Rumah Susun, Bab II, Pasal 2, Ayat 1 dan 2. Pembangunan rumah susun berlandaskan pada asas kesejahteraan umum, keadilan dan pemerataan, serta keserasian dan keseimbangan dalam perikehidupan. Adapun Pembangunan rumah susun bertujuan untuk : (1)
a. memenuhi kebutuhan perumahan yang layak bagi rakyat, terutama golongan masyarakat miskin yang berpenghasilan rendah, yang menjamin kepastian hukum dalam pemanfaatannya; b. meningkatkan daya guna dan hasil guna tanah di daerah pekotaan dengan
memperhatikan
kelestarian
sumber
daya
alam
dan
menciptakan lingkungan pemukiman yang lengkap, serasi, dan seimbang (2)
Memenuhi kebutuhan untuk kepentingan lainnya yang berguna bagi kehidupan masyarakat, dengan tetap mengutamakan ketentuan ayat (1 huruf a).
Menurut UU No.16 tahun 1985 tentang rumah susun. Rumah susun diartikan sebagai berikut: “Rumah susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
secara fungsional dalam arah horisontal maupun vertikal dan merupakan satuansatuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah terutama untuk tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama.” Jadi bisa dikatakan bahwa rumah susun merupakan suatu pengertian yuridis arti bangunan gedung bertingkat yang senantiasa mengandung sistem kepemilikan perseorangan dan hak bersama, yang penggunaannya bersifat hunian atau bukan hunian. Secara mandiri ataupun terpadu sebagai satu kesatuan sistem pembangunan. Atau rumah susun adalah bangunan yang dibangun untuk menampung sekumpulan manusia yang terorganisir kedalam suatu wadah dengan pertimbangangan kehidupan manusia hidup secara layak secara horizontal dan vertikal dengan sistem pengelolaan yang menganut konsep kebersamaan. Pemerintah dalam undang-undang nomor 3 tahun 1958 juga telah mengatur tentang urusan perumahan yang intinya mengenai penguasaan perumahan dan peruntukan penghuniannya. Khusus mengenai sewa menyewa selama ini diatur dalam Peraturan Pemerintah nomor 17 dan 49 tahun 1963, Peraturan Pemerintah nomor 55 tahun 1981. Kebijakan ini dilanjutkan dengan pelaksanaan pembangunan rumah susun di berbagai kota di Indonesia.
Kebijakan terbaru pemerintah diwujudkan dengan
Keputusan Presiden Republik Indonesia, Nomor 26 Tahun 2006, Tentang Tim Koordinasi Percepatan Pembangunan Rumah Susun di Kawasan Perkotaan. Dalam keputusan ini presiden mengamanatkan agar proses pembangunan itu didukung penuh oleh pemerintah daerah dalam hal ini gubernur dan bupati/walikota. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
8 digilib.uns.ac.id
Menurut Yudohusodo (1991), dalam membangun rumah susun sederhana sewa perlu diperhatikan beberapa aspek, yaitu : 1. Aspek ekonomi Rusunawa yang berdekatan dengan tempat kerja, tempat usaha atau tempat berbelanja untuk keperluan sehari- hari akan sangat membantu menyelesaikan masalah perkotaan, terutama yang menyangkut masalah transportasi dan lalu lintas kota. 2. Aspek lingkungan Pada setiap lingkungan perumahan yang dibangun membutuhkan sejumlah rumah tambahan bagi masyarakat yang mempunyai tingkat sosial ekonomi yang berbeda. Melalui penerapan subsidi silang masih dimungkinkan membangun sejumlah rumah sewa yang dibiayai oleh lingkungan itu sendiri. 3. Aspek tanah perkotaan Rusunawa yang secara minimal dapat memenuhi kebutuhan masyarakat pada saat ini, tidak akan lagi memenuhi kebutuhan masyarakat di kemudian hari. Program peremajaan lingkungan dengan membangun kembali perumahan sesuai dengan standar yang dituntut, harus dilaksanakan agar lingkungan perkotaan tetap dapat terjamin kualitasnya. Dengan dikuasainya tanah dimana Rusunawa sewa itu dibangun, program peremajaan lingkungan di masa mendatang dengan mudah dapat dilaksanakan. 4. Aspek investasi Pembangunan Rusunawa untuk masyarakat miskin secara ekonomis kurang menguntungkan. Besarnya sewa tidak dapat menutup seluruh biaya investasinya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
9 digilib.uns.ac.id
Akan tetapi apabila ditinjau dari nilai tanah perkotaan yang selalu meningkat sesuai dengan perkembangan kotanya, maka cadangan tanah yang dikuasai pemerintah akan selalu meningkat harganya. Dengan nilai tanah tersebut, akan terpenuhi pengembalian sebagian atau seluruhnya biaya investasi. 5. Aspek keterjangkauan Untuk dapat mencapai sasaran yang tepat maka tarif sewa disesuaikan dengan kemampuan masyarakat, atas dasar penghasilan yang nyata dan besarnya pengeluaran rumah tangga. Letak keberhasilan pembangunan dan penghunian rusunawa tergantung pada lokasinya. Pembangunan rumah susun merupakan respon terhadap kebutuhan rumah bagi masyarakat. Rumah susun menjadi alternatif pilihan untuk penyediaan hunian karena merupakan pilihan yang ideal bagi negara-negara berkembang. Daerah yang mempunyai tingkat kepadatan penduduk yang tinggi memiliki permasalahan pada kurangnya ketersediaan hunian, ketidak layakan hunian dan keterbatasan lahan. Oleh karena itu dibutuhkan suatu konsep perencanaan dan pembangunan yang tepat agar permasalahan hunian dapat terselesaikan. Pembangunan Rusunawa merupakan salah satu solusi yang paling rasional yang perlu dipertimbangkan dan diterima oleh Pemerintah Daerah dalam upaya memukimkan masyarakat perkotaan yang kurang beruntung. Rusunawa dengan keterbatasan dan kesederhanaanya menawarkan cara hidup yang lebih bermatabat dengan harga yang lebih terjangkau pada lokasi yang tetap dekat dengan sumber penghasilan. Program rusunawa ini nantinya juga diharapkan dapat mengatasi masalah hunian liar yang kerap terjadi di kawasan perkotaan. Semakin sempitnya lahan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
10 digilib.uns.ac.id
karena populasi yang meningkat membuat harga tanah di perkotaan melonjak tinggi, banyak masyarakat berpenghasilan rendah yang mendirikan bangunan ditanah yang tidak berizin karena keterbasan ekonomi. Program rusunawa inilah merupakan obyek eksperimen dari pemerintah dalam hal mengatasi pemukiman liar dan pemukiman kumuh yang ada di Surakarta yang setiap tahunnya semakin bertambah. Sehingga ini merupakan langkah yang bijak dari pemerintah, dalam hal ini dengan melalui pendekatan kepada masyarakatnya tanpa dengan menggunakan tindakan yang kasar seperti penggusuran, karena pembangunan rusunawa tersebut menggunakan lahan kosong di Semanggi. Pembangunan Rusunawa Semanggi adalah program Rusunawa yang kedua kali di kota Surakarta setelah pembangunan Rusunawa Begalon I dan Rusunawa Begalon II yang dibangun oleh DPU tahun 2003-2004 di Kelurahan Panularan dan telah dihuni sejak April 2009. Program Rusunawa Semanggi ini dilaksanakan mulai pada tahun 2006-2007 dengan pembangunan Rusunawa di Kelurahan Semanggi Kecamatan Pasar Kliwon Surakarta, terdiri dari 196 unit dan telah dihuni sejak Januari 2010. Kebijakan pembangunan Rusunawa tersebut merupakan salah satu alternatif dalam penanganan permasalahan perumahan dan permukiman di Surakarta. Rusunawa Semanggi dirancang dengan pola pengelolaan Rusunawa sederhana melalui peraturan-peraturan untuk pengelola maupun penghuni Rusunawa. Namun, dalam kenyataannya peraturan tersebut tidak dapat berjalan dengan semestinya, hal ini dapat terlihat dalam beberapa aspek yaitu aspek pembiayaan sebagai perumahan yang bersifat sosial, pembayaran sewa seharusnya diperuntukan bagi operasional commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
harian rusunawa Semanggi, pemeliharaan lingkungan dan penjagaan keamanan; aspek sosial penataan unit hunian dan blok lingkungan sebaiknya memungkinkan terjalinnya hubungan sosial antar penghuni sehingga menunjang hubungan sosial; aspek ekonomi dengan adanya rusunawa Semanggi disebabkan karena lokasi rusun yang strategis maupun dengan membuka peluang usaha; aspek pengelolaan yang dapat melaksanakan tata aturan dan penerapan sanksi dengan baik, dan adanya pemberdayaan masyarakat merupakan hal yang sangat penting dan strategis untuk segera direalisasikan. Pemberdayaan komunitas penghuni Rusunawa ini seharusnya mencakup interaksi aktif dua pelaku, yaitu pihak pemberdaya (pemerintah) dan pihak yang diperdayakan (penghuni rusunawa). Pihak pemberdaya di sini tidak mutlak datang dari pemerintah, tetapi dapat pula berasal dari sistem sosial komunitas lainnya. Pendekatan pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu wujud pembangunan alternatif yang menghendaki agar masyarakat mampu mandiri dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Empowerment (pemberdayaan) berasal dari Bahasa Inggris, dimana power diartikan sebagai kekuasaan atau kekuatan. Menurut Robert Dahl (1973:50), pemberdayaan diartikan pemberian kuasa untuk mempengaruhi atau mengontrol. Manusia selaku individu dan kelompok berhak untuk ikut berpartisipasi terhadap keputusan-keputusan sosial yang menyangkut komunitasnya. Sedangkan menurut Korten (1992) pemberdayaan adalah peningkatan kemandirian rakyat berdasarkan kapasitas dan kekuatan internal rakyat atas SDM baik material maupun non material melalui redistribusi modal. commit to user
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Salah satu pola pendekatan pemberdayaan masyarakat yang paling efektif dalam rangka peningkatan partisipasi masyarakat adalah inner resources approach. Pola
ini
menekankan
pentingnya
merangsang
masyarakat
untuk
mampu
mengidentifikasi keinginan-keinginan dan kebutuhan-kebutuhannya dan bekerja secara kooperatif dengan pemerintah dan badan-badan lain untuk mencapai kepuasan bagi mereka. Pola ini mendidik masyarakat menjadi concern akan pemenuhan dan pemecahan masalah-masalah yang mereka hadapi dengan menggunakan potensi yang mereka miliki (Ross 1987 : 77-78). Sementara itu efektivitas dapat diartikan sebagai pencapaian sasaran dari upaya bersama, dimana derajat pencapaian menunjukkan derajat efektivitas (Bernard dalam Gybson 1997 : 56). Efektivitas dapat digunakan sebagai suatu alat evaluasi efektif atau tidaknya suatu tindakan (Zulkaidi dalam Wahyuningsih D, 2005:22) yang dapat dilihat dari : (a) Kemampuan memecahkan masalah, keefektifan tindakan dapat diukur dari kemampuannya dalam memecahkan persoalan dan hal ini dapat dilihat dari berbagai permasalahan yang dihadapi sebelum dan sesudah tindakan tersebut dilaksanakan dan seberapa besar kemampuan dalam mengatasi persoalan dan (b) Pencapaian tujuan, efektivitas suatu tindakan dapat dilihat dari tercapainya suatu tujuan dalam hal ini dapat dilihat dari hasil yang dapat dilihat secara nyata. Menurut Kartasasmita (1995:19) upaya memberdayakan rakyat harus dilakukan melalui tiga cara, yaitu : (1) Menciptakan suasana yang memungkinkan potensi masyarakat untuk berkembang, (2) Memperkuat potensi yang dimiliki oleh rakyat dengan menerapkan langkah-langkah nyata, (3) Melindungi dan membela kepentingan masyarakat lemah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
13 digilib.uns.ac.id
B. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dikemukakan di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: “ Bagaimana efektivitas pembangunan Rusunawa Semanggi bagi penghuni dalam pemberdayaan masyarakat miskin di Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta ? ”
C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas pembangunan Rusunawa Semanggi bagi penghuni dalam pemberdayaan masyarakat miskin di Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta.
D. MANFAAT PENELITIAN Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Pemerintah dan Dinas Pekerjaan Umum (DPU) sebagai pengelola rusunawa dapat dijadikan masukan guna perumusan kebijakan pengelolaan lingkungan Rusunawa sederhana sewa yang optimal. 2. Masyarakat penghuni rumah susun sederhana sewa dapat dijadikan sebagai wawasan pelaku/subyek aktivitas lingkungan rumah susun sederhana sewa yang berkesinambungan. 3. Bagi dunia ilmu pengetahuan, hasil penelitian ini dapat memperkaya konsep pengelolaan rumah susun sederhana sewa untuk waktu yang akan datang. commit to user
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Bagi peneliti sendiri dapat digunakan sebagai pembelajaran dan juga sebagai bahan kajian ilmiah dalam pengelolaan rusunawa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. KAJIAN PUSTAKA 1. Konsep yang digunakan a. Efektivitas Efektivitas menurut Ratminto dan Atik Septi Winarsih (2005:174) yaitu tercapainya suatu tujuan yang telah ditetapkan, baik itu dalam bentuk target, sasaran jangka panjang maupun misi organisasi. Sedangkan R. Ferry Anggoro Suryokusumo (2008:14) menjelaskan efektivitas secara sederhana yaitu dapat diartikan ”tepat sasaran”, yang juga lebih diarahkan pada aspek kebijakan, artinya program-program pembangunan yang akan dan sedang dijalankan ditujukan untuk memperbaiki kualitas kehidupan rakyat yang benar-benar memang diperlukan untuk mempermudah atau menghambat pencapaian tujuan yang akan dicapai. Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya efektivitas adalah suatu penyelesaian pekerjaan yang benar dan tepat waktu hingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan baik. Alasan pemilihan kriteria ini yaitu untuk mengetahui efektivitas dari kebijakan pembangunan Rusunawa Semanggi dalam pemberdayaan masyarakat miskin di Surakarta serta faktor-faktor apa sajakah yang commit to user mempengaruhi efektivitas kebijakan tersebut. 15
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Efektivitas adalah pencapaian tujuan secara tepat atau memilih tujuan-tujuan yang tepat dari serangkaian alternatif atau pilihan cara dan menentukan pilihan dari beberapa pilihan lainnya. Efektifitas bisa juga diartikan sebagai pengukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuantujuan yang telah ditentukan. Sebagai contoh jika sebuah tugas dapat selesai dengan pemilihan cara-cara yang sudah ditentukan, maka cara tersebut adalah benar atau efektif. Adapun Henry, Brian dan White (dalam Samodra W, 1994:65) mengemukakan beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk mengukur efektivitas program atau kebijakan yaitu: a) Waktu pencapaian b) Tingkat pengaruh yang diinginkan. c) Perubahan perilaku masyarakat. d) Pelajaran yang diperoleh para pelaksana proyek. e) Tingkat kesadaran masyarakat akan kemampuan dirinya. Suatu program yang tidak mengarah pada kriteria-kriteria tersebut dipandang tidak efektif. Melalui beberapa kriteria yang telah disebutkan tadi, menjelaskan bahwa pada dasarnya pelaksanaan suatu program juga merupakan suatu proses belajar bagi para pelaksana sendiri. Selain itu juga proses pelaksanaan program yang dilakukan oleh pemerintah semestinya mengarah ke peningkatan kemampuan masyarakat dan juga dipandang sebagai usaha penyadaran masyarakat. commit to user
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Efektifitas adalah melakukan tugas yang benar sedangkan efisiensi adalah melakukan tugas dengan benar. Penyelesaian yang efektif belum tentu efisien begitu juga sebaliknya. Yang efektif bisa saja membutuhkan sumber daya yang sangat besar sedangkan ya Efektivitas memiliki arti berhasil atau tepat guna. Efektif merupakan kata dasar, sementara kata sifat dari efektif adalah efektivitas. Menurut Effendy (1989) mendefinisikan efektivitas sebagai berikut: ”Komunikasi yang prosesnya mencapai tujuan yang direncanakan sesuai dengan biaya yang dianggarkan, waktu yang ditetapkan dan jumlah personil yang ditentukan” (Effendy, 1989;14). Efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya (Handayaningrat, 1995:16). Dari
pengertian
Handayaningrat
dapat
diartikan
sebagai
suatu
pengukuran akan tercapainya tujuan yang telah direncanakan sebelumnya secara matang. Menurut Kumoronto (1996), efektivitas sebagai salah satu kriteria untuk dijadikan pedoman dalam menilai kinerja organisasi pelayanan publik memiliki pengertian, yaitu apakah tujuan dari didirikannya organisasi pelayanan publik tersebut tercapai ? Hal tersebut erat kaitannya dengan rasionalitas teknis : nilai, misi, tujuan organisasi, serta fungsi pembangunan. Sedangkan efektivitas kinerja pelayanan menurut Salim dan Woodward (1992) ialah untuk melihat tujuan atau target pelayanan yang telah ditentukan. commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Adapun Emerson dalam Handayaningrat (1996:16) mengatakan bahwa “Efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan”. Jadi apabila tujuan tersebut telah dicapai, baru dapat dikatakan efektif. Masih dalam buku yang sama, Hal ini dipertegas kembali dengan pendapat Hasibuan dalam Handayaningrat (1996:16) bahwa “efektivitas adalah tercapainya suatu sasaran eksplisit dan implisit”. Hal senada juga dikemukakan oleh Miller dalam Handayaningrat (1996:16) “Effectiveness be define as the degree to which a social system achieve its goals. Effectiveness must be distinguished from efficiency. Efficiency is mainly concerned with goal attainments”, yang artinya efektivitas dimaksudkan sebagai tingkat seberapa jauh suatu sistem-sistem sosial mencapai tujuannya. Efektivitas organisasi sendiri dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan organisasi dalam usaha untuk mencapai tujuan atau sasaran (Lubis, 1987:34). Dengan demikian efektivitas menyangkut persoalan apa yang akan dilakukan (input), bagaiman cara melakukannya (proses) dan apa hasilnya (output), dengan demikian tentunya tidak terlepas dengan sistem yang digunakan. b. Rusunawa 1. Pengertian Rusunawa Rumah susun sederhana sewa, yang selanjutnya disebut rusunawa, adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam commit to user suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
secara
fungsionaldalam
arah
horizontal
maupun
vertikal
dan
merupakan satuan-satuan yang masing-masing digunakan secara terpisah,
status
penguasaannya
sewa
serta
dibangun
dengan
menggunakan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dengan fungsi utamanya sebagai hunian. (Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor :18/PERMEN/M/2007). Program pembangunan Rusunawa diharapan dapat meningkatkan kualitas lingkungan menuju perumahan yang lengkap, serasi, dan seimbang. Rusunawa adalah bangunan yang dibangun untuk menampung sekumpulan manusia yang terorganisir kedalam suatu wadah dengan pertimbangangan kehidupan manusia hidup secara layak secara horizontal dan vertikal dengan sistem pengelolaan yang menganut konsep kebersamaan. 2. Landasan hukum pembangunan rumah susun sederhana a) UU No. 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun dan Peraturan Pemerintah No. 4 Tahun 1988 tentang Rumah Susun Pasal 15 dalam undang-undang yang berkaitan dengan pembangunan rumah susun antara lain menyebutkan: · Rumah susun dibangun disesuaikan dengan tingkat keperluan dan kemampuan masyarakat terutama yang berpenghasilan rendah. commit to user
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
· Pembangunan rumah susun dapat diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara atau Daerah, Koperasi dan Badan Usaha Milik Swasta yang bergerak dalam bidang itu, serta swadaya masyarakat. b) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 60/PRT/1992 tentang Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun. Di dalam pasal 2 tentang maksud dan tujuan Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun, disebutkan antara lain: · Persyaratan teknis pembangunan rumah susun dimaksudkan sebagai landasan dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengelolaan dan pembangunan rumah susun dalam rangka peningkatan kualitas hidup penghuninya. · Persyaratan teknis pembangunan rumah susun bertujuan untuk menjamin keamanan, keselamatan, kesehatan, dan kenyamanan bagi penghuni dan/atau pemakainya. c) Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 3 Tahun 1992 tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Daerah tentang Rumah Susun. Peraturan ini berisi tentang perlunya membentuk Perhimpunan penghuni sebagai Badan Hukum untuk mengatur kehidupan di lingkungan rumah susun agar tertib dan lebih menjamin kepastian hukum bagi penggunaan bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama. commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d) UU No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman. Pola hunian perumahan di kota-kota besar maupun berkembang menurut dua
bentuk
yaitu
sistem
sewa
dan
system
kepemilikan.
Pembangunan rumah susun sederhana dengan system sewa sebagai salah satu bentuk dari perumahan sederhana, merupakan salah satu alternatif perumahan bagi masyarakat golongan berpenghasilan rendah.
Membangun
Rusunawa
bagi
masyarakat
miskin
berpenghasilan rendah mempunyai beberapa sasaran, yaitu : · Untuk masyarakat miskin berpenghasilan rendah yang tidak memiliki
pendapatan
mendapatkan
Kredit
atau
penghasilan
Kepemilikan
tetap
Rumah
yaitu
(KPR)
sulit karena
persyaratan bank yang sulit terpenuhi. · Masyarakat yang belum dapat kesempatan memiliki rumah yang dibangun oleh Perumnas atau sendiri. · Bagi mereka yang baru berumahtangga dan belum mampu membeli rumah. 3. Tujuan Berdasarkan Undang-Undang No. 16 tahun 1985 tentang Rumah Susun, pembangunan rumah susun bertujuan : · Memenuhi kebutuhan perumahan yang layak bagi rakyat, terutama golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah yang menjamin kepastian hukum dalam pemanfaatannya. commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
· Meningkatkan daya guna dan hasil guna lahan di daerah perkotaan dengan memperhatikan kelestarian sumber daya alam dan menciptakan lingkungan pemukiman yang lengkap, serasi dan seimbang. Tujuan khusus pembangunan rumah susun adalah untuk mengurangi laju pertumbuhan perumahan biasa yang banyak memakan lahan dan kurang terkendali dalam perencanaannya. 4. Kriteria Pembangunan Rumah Susun : a) Kesesuaian dengan Tata Ruang Kota (sesuai peruntukannya) b) Konsisi sosial ekonomi dan sosial budaya penghuni kawasan pada umumnya rendah (penghasilan, pendidikan, perilaku/kebiasaan). c) Kepadatan bangunan melebihi daya dukung lingkungan. d) Kondisi prasarana dan sarana lingkungan pada umumnya kurang dan tidak memenuhi persyaratan teknis dan kesehatan. e) Potensi kawasan untuk kegiatan perdagangan, jasa, pendidikan, pariwisata, industri, dan lain-lain. f) Jika akan dibangun rumah susun/sewa yang akan dikelola oleh Pemda, Pemda harus dapat menyediakan lahan dan biaya penampungannya selama proses pembangunan rumah susun.
commit to user
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
g) Penduduk awal diprioritaskan dapat ditampung kembali pada rumah susun. 5. Sasaran Pembangunan Rumah Susun Pembangunan rumah susun seperti yang telah dicantumkan dalam UU No. 16/1985 lebih diutamakan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat yang berpenghasilan rendah. Upah minimum yang ditetapkan dunia adalah US$ 2.00 per hari atau (Rp. 500.000/bulan). Jadi masyarakat ekonomi rendah bisa dikategorikan masyarakat yang berpenghasilan kurang dari atau sama dengan Rp. 500.00,00. 6.
Berdasarkan status kepemilikan Rumah Susun Sederhana Sewa, penghuni membayar uang sewa atau kontrak sesuai dengan perjanjian yang disepakati bersama : · Bagi keluarga baru/masyarakat tidak mampu untuk membeli rumah susun, rumah susun sewa memberi kemudahan dapat tinggal dan menempati unit hunian dengan secara sewa. · Cocok bagi orang-orang yang sering berpindah tempat kerja, dan tinggal pada suatu daerah tidak terlalu lama. · Bagi developer, pengembalian modal butuh waktu lama serta membutuhkan biaya maintenance yang besar.
commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
7. Komponen Perencanaan Rumah Susun Sederhana Sewa : a) Komponen Non Fisik · Penyiapan Masyarakat Berupa penyuluhan antara lain mengenai untung ruginya hidup di rumah susun, tata cara hidup di rumah susun, kelembagaan masyarakat yang tinggal di rumah susun. · Instansi Terkait Kaitan antara Pemda, masyarakat, dan pihak lain yang terlibat dalam penyelenggaraan rumah susun, meliputi penyiapan lahan, jaringan listrik, air bersih, kelembagaan yang menangani rumah susun dalam rangka pengelolaan dan pemeliharaan yang berkelanjutan. · Detail Engineering Perencanaan rumah susun disesuaikan dengan aspirasi masyarakat yang akan menghuni rumah susun, memperhatikan efisiensi penggunaan lahan, memenuhi persyaratan teknis pembangunan rumah susun yang sesuai dengan standarisasi dan pedoman yang telah ditetapkan. b) Komponen Fisik
commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
· Bangunan Rumah Susun Terdiri dari unit-unit hunian yang mengelompokkan dalam jumlah tertentu yang dinyatakan dalam blok-blok rumah susun. Untuk mencapai efisiensi lahan maka ruang-ruang penunjang dapat dipergunakan secara komunal, misalnya, fasilitas ruang bersama, sirkulasi koridor, tangga. · Fasilitas Umum Rumah susun dilengkapi pula dengan fasilitas umum berupa ruang serba guna, parkir dan tempat ibadah. · Sarana Penunjang dan Jaringan Utilitas Lingkungan Dapat saling menunjang dengan kegiatan peremajaan perumahan kota, antara lain: jalan, drainase, air bersih, persampahan. 8. Dasar Penyelenggaraan Rumah Susun . Sebenarnya secara hukum, undang-undang tentang rumah susun telah ditetapkan sejak tahun 1985 (UU RI No. 16 Tahun 1985) namun karena kurang sosialisasi, komitmen dan penerimaan mitra serta masyarakat pengguna, sehingga belum tercipta visi bersama tentang peranan
dan
penyelenggaraan
rumah
susun
sehingga
dalam
pelaksanaannya masih terasa jauh dari harapan. Pengembangan rumah susun dinilai berpotensi dalam mengatasi permasalahan di bidang commit to user perumahan dan pemukiman mencakup aspek pembiayaan dan
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
operasional, keterjangkauan masyarakat, pemanfaatan lahan serta pengendalian pengembangan kawasan di perkotaan, serta juga diharapkan dapat ikut mengendalikan pengembangan wilayah strategis secara lebih luas. Gagasan penyelenggaraan rumah susun diperkuat dengan dikeluarkannya PP No. 4 tahun 1988 tentang Penyelenggaraan Rumah Susun, yang juga merupakan tidak lanjut pemerintah Indonesia dalam meratifikasi
kesepakatan-kesepakatan
dunia
untuk
penyediaan
perumahan dan pemukiman bagi manusia. Kesepakatan-kesepakatan tersebut pada intinya memberi perhatian untuk mewujudkan tempat hunian yang layak bagi seluruh manusia sebagai kebutuhan dasarnya. Namun demikian, belum semua kota-kota besar di Indonesia telah mengembangkan bentuk hunian dalam mengakomodasi kebutuhan perumahan di masing-masing daerah perkotaan. Penyelenggaraan rumah susun ternyata belum cukup memadai dalam mengimbangi laju peningkatan kebutuhan perumahan terutama di kawasan perkotaan dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan masalah urbanisasi. Banyak hambatan-hambatan ditemui terutama terkait dengan permasalahan sosial, budaya, landasan hukum di daerah di luar aspek teknis dan ekonomi, sehingga upaya percepatan pemenuhan kebutuhan perumahan melalui penyediaan rumah susun tidak mudah direalisasikan. (Sugandi, 2002:5) commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pembangunan rumah susun memberikan penawaran terhadap penghematan penggunaan lahan, terutama di kawasan perkotaan dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi dan pertumbuhan ekonomi perkotaan yang semakin meningkat. Penyelenggaraan rumah susun diharapkan mampu mengurangi pemanfaatan lahan produktif tanpa melampaui daya dukung lingkungannya serta daya dukung kawasan perkotaan secara lebih luas. Pemanfaatan lahan untuk rumah susun yang terkonsentrasi akan turut mengendalikan pola perkembangan kota serta mengurangi rusaknya struktur kawasan perkotaan. Memperhatikan uraian tersebut di atas, dengan demikian hendaknya penyelenggaraan dan pembangunan rumah susun bukan hanya dipandang sebagai sebuah bangunan atau kompleks bangunan, melainkan juga harus memperhatikan nilai-nilai fisik, sosial budaya, ekonomi,
dan
kelembagaan
masyarakat.
Pada
bagian
lain
penyelenggaraan dan pembangunan rumah susun juga melaksanakan peran dalam memperkokoh struktur dan kedudukan kota secara keseluruhan dalam skala wilayah. c. Pemberdayaan Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan dalam (a) memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(freedom), dalam arti bukan saja bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan;
(b)
memungkinkan
menjangkau mereka
dapat
sumber-sumber meningkatkan
produktif
yang
pendapatannya
dan
memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan; dan (c) berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka (Edi Suharto, 2005 : 58). Proses pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses yang bertitik tolak untuk memandirikan masyarakat agar dapat meningkatkan taraf hidupnya sendiri dengan menggunakan dan mengakses sumberdaya setempat sebaik mungkin. Proses tersebut menempatkan masyarakat sebagai pihak utama atau pusat pengembangan.
Pemberdayaan
masyarakat merupakan upaya yang disengaja untuk memfasilitasi masyarakat lokal dalam merencanakan, memutuskan dan mengelola sumberdaya lokal yang dimiliki melalui collective action dan networking sehingga pada akhirnya mereka memiliki kemampuan dan kemandirian secara ekonomi, ekologi, dan sosial. Pemberdayaan masyarakat mengandung arti mengembangkan, memandirikan, menswadayakan, dan memperkuat posisi tawar menawar masyarakat lapisan bawah terhadap kekuatan-kekuatan penekan di segala bidang dan sektor kehidupan. Disamping itu, juga mengandung arti melindungi dan membela dengan berpihak kepada yang lemah, untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang dan eksploitasi atas commit to user
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang lemah (Sugeng, 2008 : 65). Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemberdayaan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap penghuni Rusunawa semanggi, dalam rangka pemberdayaan masyarakat miskin di Surakarta. Jadi sebelum memasuki tujuan utama tersebut, konsep pemberdayaan harus dipahami terlebih dahulu. “Community empowerment is a concept that has both domestic and international resonance. In industrialised democracies it is integral to debates over the participation of citizens in the political and policy process. ‘Community development’ is a domestic policy process ideal that continues to have adherents, although its apogee appears, for now, to have been the growth in the 1970s of community-based legal services, housing and urban redevelopment cooperatives, and welfare and health services. An echo, if only that, of this spirit remains in more recent, government-funded ‘communities of place’ initiatives and policies that aim to redress “failures of the state and the market” in the delivery of social services (Dr Thomas W D Davis : APSA Conference 2007 The Real World of ‘Community Empowerment’ in International Development’) Yang artinya : ”Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep yang resonansi baik domestik dan internasional. Dalam industri demokrasi adalah integral perdebatan atas partisipasi warga dalam proses politik dan kebijakan. 'Pengembangan masyarakat' adalah proses ideal kebijakan domestik yang terus ada penganutnya, walaupun sering muncul, untuk saat ini, telah bertumbuh di tahun 1970-an masyarakat berbasis jasa hukum, perumahan dan mengembangkan kembali koperasi perkotaan, dan pelayanan kesehatan dan kesejahteraan. Jika hanya itu, ini masih dalam semangat yang lebih baru, yang didanai oleh pemerintah 'masyarakat tempat' inisiatif dan kebijakan yang bertujuan untuk memperbaiki "kegagalan negara dan pasar" dalam pemberian pelayanan sosial.” ”The World Bank’s position on this bears close similarity to those of other donors. It has certainly taken on the language of empowerment. Its current mission statement quite clearly brings commit to user together the rhetoric of economic growth with that of
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
empowerment and participation: Our mission is to help developing countries and their people reach the goals by working with our partners to alleviate poverty. To do that we concentrate on building the climate for investment, jobs and sustainable growth, so that economies will grow, and by investing in and empowering poor people to participate in development. (World Bank web page www.wb.org/aboutus)” Yang artinya: ”Bank Dunia pada posisi ini sama dekatnya dengan donor-donor yang lain. Ia telah diambil pada bahasa pemberdayaan. Pernyataan misi yang saat ini cukup jelas yang menyatukan retorika pertumbuhan ekonomi dengan pemberdayaan dan partisipasi: Misi kami adalah untuk membantu negara-negara berkembang dan orang-orang mencapai tujuan dengan bekerja dengan mitra kami untuk mengurangi kemiskinan. Untuk melakukan itu kami berkonsentrasi untuk membangun iklim investasi, pekerjaan dan pertumbuhan berkelanjutan, sehingga perekonomian akan tumbuh, dan menginvestasikannya dan memberdayakan masyarakat miskin untuk berpartisipasi dalam pembangunan.” Upaya pemberdayaan masyarakat umumnya mempunyai dua tujuan yaitu, tujuan kesejahteraan sosial (social welfare) berupa pemberdayaan pelaku usaha dan tujuan pembangunan ekonomi melalui kegiatan penanggulangan kemiskinan, penciptaan lapangan pekerjaan dan pengembangan usaha. Dalam kaitan dengan jenis kegiatan dan langkah-langkah
kegiatan
pemberdayaan
masyarakat
dengan
menggunakan strategi kepoloporan, di bawah ini akan dijelaskan langkah-langkah (tahapan-tahapan) kegiatan yang sistematik dan komprehensif, yaitu sebagai berikut (Sugeng, 2008 : 33) : 1. Survei Potensi Survei potensi bertujuan untuk memperoleh data yang akurat commit to user dan lengkap mengenai wilayah sasaran program, baik data potensi
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sumber daya alam maupun data sosial ekonomi masyarakat. Survei dilakukan dengan teknik wawancara khusus dan pengamatan lapangan yang menggunakan instrumen yang telah disiapkan termasuk
teknik
sosiometri untuk menentukan tokoh-tokoh kunci dalam masyarakat. Tokoh kunci adalah tokoh masyarakat yang meliputi tokoh agama, tokoh adaa, tokoh ekonomi, dan atau tokoh formal/ pemerintahan yang berada di tengah-tengah masyarakat sasaran dan merupakan bagian tak terpisahkan dari masyarakat sasaran. 2. Analisis Kebutuhan Berdasarkan hasil survei potensi tersebut, dilakukan analisis kebutuhan masyarakat yang terutama dimaksudkan untuk menetapkan paket-paket pembinaan yang sesuai dengan potensi sumber daya alam lokal dan sesuai dengan minat dan kebutuhan masyarakat sasaran program. Paket pembinaan dapat berupa paket umum yang bersifat peningkatan pemahaman, sikap, dan perilaku, dapat pula berupa paket khusus yang bersifat peningkatan pengetahuan dan ketrampilan, yang diarahkan kepada peningkatan pendapatan dan perluasan kesempatan kerja dengan teknik dan cara yang ramah lingkungan. Penetapan paket khusus peningkatan ketrampilan juga mempertimbangkan prospek atau lapangan kerja dan kesempatan berusaha setelah memiliki ketrampilan.
commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Pelaksanaan Pemberian Paket Pelaksanaan paket umum yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan penghayatan terhadap materi pembinaan
yang
diharapkan akan membentuk sikap dan perilaku, baik sikap dan perilaku berwawasan lingkungan dan taat hukum maupun sikap dan perilaku produktif. Pelaksanaan
pemberian paket umum ini dapat dilakukan
dalam dua bentuk : (1) melalui penyuluhan dan pembinaan khusus tokoh kunci yang disiapkan untuk menjadi pelopor, dan (2) penyuluhan langsung kepada masyarakat luas termasuk generasi muda dan wanita. Pelaksanaan pemberian peket khusus yang bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan dan memperluas kesempatan bekerja dan berusaha dilakukan dengan menggunakan metode ceramah (tatap muka), praktek lapangan, dan percontohan. 4. Kegiatan Pembinaan Pasca Pelatihan Kepada masyarakat yang telah mengikuti pelatihan atau telah memiliki jenis ketrampilan tertentu dilakukan pembinaan pasca pelatihan dalam bentuk bimbingan manajemen usaha, penilaian kelayakan usaha, diversivikasi, dan prospek pasar. Dengan demikian diharapkan bahwa penumpukan pada jenis usaha tertentu yang mungkin merugikan dapat dihindari.
commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5. Pemberian Bantuan Modal Kepada kelompok masyarakat yang dianggap telah siap mengelola usaha/ pekerjaan tertentu (siap berproduksi) tetapi tidak mempunyai modal, seyogyanya pihak pembina dengan sistem pinjaman tanpa bunga dapat pula berupa bantuan tidak langsung, yaitu pihak pembina berfungsi sebagai mediator dengan sistem yang disesuaikan dengan pihak pemberi bantuan. 6. Pembentukan dan Pemantapan Kelembagaan dalam Masyarakat Untuk mendukung efektivitas semua jenis pembinaan yang diberikan, maka dilakukan pula pembinaan kelembagaan dalam masyarakat yang dilakukan dalam dua bentuk, yaitu (1) membentuk Kelompok Usaha Bersama (KUBE) atau koperasi sebagai lembaga ekonomi dalam masyarakat dan (2) memantapkan dan meningkatkan fungsi dan efektivitas lembaga-lembaga yang sudah ada dalam masyarakat. 7. Pembinaan Kader Untuk
mendukung
efektivitas
pelaksanaan
semua
jenis
pembinaan maka secara bertahap dilakukan pembentukan dan pembinaan kader yang lebih diprioritaskan pada kelompok generasi muda. Tugas dan fungsi kader yang utama adalah sebagai salah satu unsur pelaksana pengawasan lingkungan. Selain itu kader sasaran program dapat juga commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
membantu memperluas dan meningkatkan efektivitas pelaksanaan tugas dan fungsi pelopor atau tokoh-tokoh kunci. Dalam konteks pekerjaan sosial, pemberdayaan dapat dilakukan melalui 3 (tiga) aras atau matra pemberdayaan (empowerment setting) (Suharto, 2005 : 66-67) : a. Aras Mikro : Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu melalui bimbingan, konseling,
stress management,
crisis
intervention. Tujuan utamanya adalah membimbing atau melatih klien dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya. Model ini sering disebut sebagai Pendekatan yang Berpusat pada Tugas (task centered approach). b. Aras Mezzo : pemberdayaan dilakukan terhadapa sekelompok klien. Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok, biasanya digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan, ketrampilan, dan sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapinya. c. Aras Makro : Pendekatan ini disebut juga sebagai Strategi Sistem Besar (large-system strategy), karena sasaran perubahan diarahkan pada system lingkungan yang lebih luas. Perumusan kebijakan, perencanaan
sosial,
kempanye,
aksi
sosial,
lobbying,
pengorganisasian masyarakat, manajemen konflik. Strategi Sistem commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Besar memandang klien sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri, dan untuk memilih serta menentukan strategi yang tepat untuk bertindak. Menurut
teori pemberdayaan,
konsep pemberdayaan berlaku
tidak hanya bagi individu sebagai kelompok, organisasi, dan masyarakat, namun juga bagi individu itu sendiri. Di tingkat individu, pemberdayaan merupakan pengembangan psikologis yang menggabungkan persepsi kendali personal, pendekatan proaktif pada kehidupan, dan pengetahuan kritis
akan
lingkungan
sosiopolitis.
Pada
tingkat
organisasi,
pemberdayaan mencakup proses dan struktur yang meningkatkan keahlian para anggotanya dan memberikan dukungan timbal-balik yang diperlukan oleh anggotanya untuk mempengaruhi perubahan di tingkat masyarakat. Di tingkat masyarakat, pemberdayaan berarti tindakan kolektif untuk meningkatkan kualitas hidup suatu masyarakat dan hubungan antara organisasi masyarakat (Perkins dan Zimmerman, 1995 dalam Wrihatnolo dan Dwidjowijoto, 2007). Beragam
definisi
pemberdayaan
menjelaskan
bahwa
pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individuindividu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh commit to user yang berdaya, memiliki kekuasaan perubahan sosial; yaitu masyarakat
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. Pemberdayaan masyarakat adalah serangkaian kegiatan sebagai upaya untuk memberdayakan, menswadayakan dan memandirikan masyarakat (miskin), supaya tujuan kesejahteraan sosial (social welfare) berupa pemberdayaan pelaku usaha dan tujuan pembangunan ekonomi dapat terwujud. Inti dari definisi pemberdayaan masyarakat di atas adalah memberdayakan, menswadayakan, dan memandirikan masyarakat, maka dari itu peneliti mencoba untuk memberikan pengertian mengenai inti dari definisi tersebut, sebagai berikut: ·
Memberdayakan : dari kata dasar berdaya yang menurut kamus besar bahasa Indonesia mempunyai arti berkekuatan; berkemampuan; mempunyai akal untuk mengatasi sesuatu. Jadi, memberdayakan berarti membuat jadi berdaya yaitu membuat jadi berkekuatan, berkemampuan, dan mempunyai akal untuk mengatasi sesuatu.
·
Menswadayakan : dari kata dasar swadaya yang menurut kamus besar bahasa Indonesia mempunyai arti kekuatan (tenaga) sendiri. Jadi, menswadayakan berarti membuat jadi mempunyai kekuatan (tenaga) sendiri untuk mengatasi sesuatu. commit to user
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
·
Memandirikan : dari kata dasar mandiri yang menurut kamus besar bahasa Indonesia mempunyai arti keadaan dapat berdiri sendiri ; tidak tergantung orang lain. Jadi, memandirikan berarti membuat jadi mandiri yaitu dapat berdiri sendiri dan tidak tergantung dengan pihak lain. Program pemberdayaan masyarakat telah menjadi mainstream
upaya peningkatan kesejahteraan serta pengentasan kemiskinan, dengan pemberdayaan masyarakat maka pembangunan tidak dimulai dari titik nadir, tetapi berawal dari sesuatu yang sudah ada pada masyarakat. Pemberdayaan berarti apa yang telah dimiliki oleh masyarakat adalah sumberdaya pembangunan yang perlu dikembangkan sehingga makin nyata kegunaannya bagi masyarakat sendiri. d. Masyarakat Miskin Menurut Mayor Polak, masyarakat (society) diartikan sebagai wadah segenap antar-hubungan sosial yang terdiri atas banyak sekali kolektivitas-kolektivitas serta kelompok-kelompok yang lebih kecil atau sub kelompok. Semuanya itu tersusun hierarkis (dari atas ke bawah) atau berseimbangan, sejajar dan setaraf ataupun saling tembus-menembus (berantar-penetrasi). Masyarakat adalah golongan besar atau kecil terdiri dari beberapa manusia, yang dengan atau karena sendirinya bertalian secara golongan dan pengaruh mempengaruhi satu sama lain (Hasan Shadily; 1984:47). Di dalam “Electronic Journal of Sociology” (1995) ISSN: 1198 commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3665, yang berjudul “Dynamics of Power and Cooperationin Rural Development” diuraikan sebagai berikut : “In recent years, analyses of poverty have become increasingly narrow, often leading to a focus on conventional images of public assistance. Poverty means more than "the condition or quality of being poor; need; indigence; lack of means of subsistence." It also means "deficiency in necessary properties or desirable qualities, or in a specific quality, etc. (Dubow, Saul. 1995. Cambridge University Press)” Yang mempunyai arti: “Di tahun terakhir, analisa kemiskinan menjadi semakin terus meningkat, sering mendorong ke arah suatu fokus atas gambaran bantuan publik konvensional. Kemiskinan dapat diartikan lebih dari "kondisi atau mutu menjadi lemah/miskin, kebutuhan, ketidakwajaran, ketiadaan alat/ makna penghidupan" Itu juga berarti " kekurangan di dalam kebutuhan dasar atau kualitas yang diinginkan, atau di dalam suatu mutu spesifik, dan lain-lain (Dubow, Saul. 1995. Pers Universitas Cambridge)” Kemiskinan dalam arti umum adalah kondisi kekurangan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang layak (Fuad Amsyiri dalam Bagong Suyanto; 1995:179). Sedangkan menurut Soerjono Saekanto, kemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental maupun fisiknya dalam kelompok tersebut (Soerjono Soekanto; 1994:406). Di dalam studi-studi empiris (Yudhoyono, 2004) sering digunakan tiga indikator untuk mengukur kemiskinan yaitu : 1. The incidence of poverty (the poverty headcount index atau rasio H), yang menggambarkan presentase dari populasi yang hidup dalam commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
keluarga dengan pengeluaran konsumsi per kapita di bawah garis kemiskinan. 2. The depth of poverty (the poverty gap index), yang menggambarkan dalam kemiskinan di suatu wilayah. Indeks ini mengestimasi jarak/perbedaan rata-rata pendapatan orang miskin dari garis kemiskinan, yang dinyatakan sebagai suatu rasio dari garis kemiskinan. 3. The severity of poverty, yang menunjukan kepemilikan kemiskinan di suatu wilayah dengan memperhitungkan ketimpangan di antara orang miskin. Indeks kedalaman kemiskinan tidak sensitif terhadap distribusi pendapatan di antara penduduk miskin, karena itu perlu diukur dengan indeks keparahan kemiskinan. Indikator utama kemiskinan dapat dilihat dari (1) kurangnya pangan, sandang, dan perumahan yang tidak layak; (2) terbatasnya kepemilikan tanah dan alat produksi; (3) kurangnya kemampuan membaca dan menulis; (4) kurangnya jaminan dan kesejahteraan hidup; (5) kerentanan dan keterpurukan dalam bidang sosial dan ekonomi; (6) ketakberdayaan atau daya tawar yang rendah; (7) akses terhadap ilmu pengetahuan yang terbatas; (8) dan sebagainya. Indikator tersebut dipertegas dengan rumusan yang jelas, yang dibuat oleh Bappenas. Sedangkan indikator kemiskinan pada satu rumah tangga yang ditentukan Badan Pusat Statistik adalah : 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang; commit to user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan; 3. Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok tanpa plester; 4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar atau bersama-sama dengan rumah tangga lain; 5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik; 6. Sumber
air
minum
berasal
dari
sumur/mata
iar
tidak
terlindungi/sungai/ air hujan; 7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/ minyak tanah 8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu; 9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun; 10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari; 11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di Puskesmas/Poliklinik; 12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah petani dengan luas lahan 0,5 ha, buruh tani, nelayan, buruh perkebunan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan di bawah Rp. 600.000,- (Enam ratus ribu rupiah) 13. Pendidikan teringgi kepala rumah tangga adalah tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya SD; 14. Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai Rp. 500.000,- (Lima ratus ribu rupiah) seperti sepeda motor (kredit/non commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kredit), emas, ternak, kapal motor atau barang modal lainnya.
Jadi, secara umum masyarakat miskin dapat diterjemahkan sebagai masyarakat yang "belum berdaya" yakni masyarakat yang berada pada situasi kerentanan, keterisolasian, dan ketidakmampuan untuk melepaskan diri dari kemiskinannya. 2. Landasan Teori Permasalahan dalam penelitian ini akan dikaji dengan pendekatan sosiologi. Roucek dan Waren (Soekanto, 1990: 19) mendefinisikan Sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompokkelompok sosial. William F.Ogburn dan Meyer F. Nimkoff (Soekanto, 1990: 19) bahwa Sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya yaitu organisasi. Selo Soemardjan dan Soeleman Soemardi (Soekanto, 1990: 20) menyatakan bahwa Sosiologi atau ilmu masyarakat adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial. Pitirim Sorokin, mengungkapkan sosiologi adalah suatu ilmu yang diharapkan untuk mempelajari : 1. Hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala sosial. 2. Hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dan non sosial. 3. Ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
42 digilib.uns.ac.id
(Soekanto, 1990: 19-20). Definisi diatas dan seperti halnya dengan ilmu-ilmu sosial lainnya, objek sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antar manusia dan proses yang timbul dari hubungan manusia di dalam masyarakat. Masyarakat mempunyai batasan yang cukup luas yang mencakup berbagai faktor termasuk didalamnya juga mencakup tentang pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat tersebut (Soekanto, 1990: 23). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Sosiologi merupakan ilmu yang objeknya masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antar manusia dan proses yang timbul dari hubungan antar manusia dan proses yang timbul dari hubungan manusia dalam masyarakat. Di dalam Sosiologi sendiri ada tiga Paradigma yang biasa digunakan untuk menelaah masalah sosial yang ada, ketiga Paradigma itu adalah Paradigma Fakta Sosial, Paradigma Definisi Sosial dan Paradigma Perilaku sosial. Dalam penelitian ini, untuk mengkaji masalah-masalah yang ada, peneliti menggunakan Paradigma Definisi Sosial, dimana eksemplar paradigma ini merupakan salah satu aspek khusus dari karya Max Weber, yaitu tentang tindakan sosial (social action). Bertolak dari konsep dasar tentang tindakan sosial dan antar hubungan sosial itu Weber mengemukakan 5 ciri pokok yang menjadi sasaran Sosiologi, yaitu: 1. Tindakan manusia, yang menurut si aktor mengandung makna yang subjektif ini meliputi berbagai tindakan nyata. commit to user
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Tindakan nyata dan yang bersifat membatin sepenuhnya dan bersifat subjektif. 3. Tindakan yang meliputi pengaruh positif dari situasi , tindakan yang sengaja diulang serta tindakan dalam bentuk persetujuan secara diamdiam. 4. Tindakan itu diarahkan kepada seseorang atau kepada kepada beberapa induvidu. 5. Tindakan itu memperhatikan tindakan orang lain dan terarah pada orang lain itu. (Ritzer, 2004 : 39). Menurut Weber, atas dasar rasionalitas tindakan sosial, maka tipe tindakan sosial dapat dibedakan menjadi : 1. Zwerk rational Yaitu tindakan sosial murni. Aktor tidak hanya sekedar menilai cara yang terbaik untuk mencapai tujuannya tapi juga menentukan nilai dari tujuan itu sendiri. 2. Werkrational action Dalam tindakan tipe ini aktor tidak dapat menilai apakah cara-cara yang dipilihnya itu merupakan yang paling tepat ataukah lebih tepat untuk mencapai tujuan lain. 3. Affectual action Tindakan yang dibuat-buat, dipengaruhi oleh perasaan emosi dan kepurapuraan si aktor. commit to user
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Traditional action Tindakan yang didasarkan atas kebiasaan-kebiasaan dalam mengerjakan sesuatu dari masa lalu (Ritzer , 2004 : 40-41). Sesuai dengan tema yang diambil oleh penelitian ini maka teori yang digunakan adalah Teori perubahan Sosial. Menurut Abdul Syani (1995: 8384)
mendefinisikan
perubahan
sebagai
suatu
proses
sosial
yang
mengakibatkan keadaan sekarang berbeda dengan keadaan sebelumnya dan perubahan itu sendiri bisa berupa kemunduran dan bisa juga berupa orangorang yang saling berhubungan dengan hukum dan budaya tertentu untuk mencapai tujuan bersama. Sehingga perubahan masyarakat secara umum menyangkut perubahan-perubahan struktur, fungsi budaya dan perilaku masyarakat. Jadi, ruang lingkup perubahan bersifat immaterial maupun material. Hampir setiap masyarakat pasti mengalami perubahan walaupun kadar perubahan itu berbeda dari satu masyarakat dengan masyarakat yang lain. Materi yang berubah bisa menyangkut banyak hal antara lain: struktur dan fungsi di dalam masyarakat, pola tingkah laku, norma-norma dan nilainilai serta perubahan unsur-unsur kebudayaan. Perubahan sosial selalu mengandaikan tiga aspek yakni manusia, waktu dan tempat. Hal ini berarti bahwa setiap perubahan sosial menyangkut manusia di dalam suatu unit waktu dan lingkungan tertentu. Karena itu di dalam analisis tentang perubahan sosial ketiga unsur tersebut harus diperhatikan. Perubahan sosial dalam masyarakat bukan merupakan sebuah hasil commit to user
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
atau produk tetapi merupakan sebuah proses. Perubahan sosial merupakan sebuah keputusan bersama yang diambil oleh anggota masyarakat. Konsep dinamika kelompok menjadi sebuah bahasan yang menarik untuk memahami perubahan sosial. William F. Ogburn mengemukakan bahwa ruang lingkup perubahanperubahan sosial mencakup unsur-unsur kebudayaan yang materiil maupun immateriil dengan menekankan bahwa pengaruh yang besar dari unsur-unsur immaterial. (Soekanto, 2010:262) Kinglesy Davis mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan yang terjadi dalam fungsi dan struktur masyarakat. Perubahan-perubahan sosial dikatakannya sebagai perubahan dalam hubungan sosial (sosial relationship) atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium) hubungan sosial tersebut. (Soekanto, 2010:262) Gillin dan Gillin mengatakan bahwa perubahan-perubahan sosial untuk suatu variasi cara hidup yang lebih diterima yang disebabkan baik karena perubahan kondisi geografis, kebudayaan materiil, kompetisi penduduk, ideologi, maupun karena adanya difusi atau perubahan- perubahan baru dalam masyarakat tersebut. (Soekanto, 2010:263) Selo Soemardjan mengatakan perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan di dalam sutau masyarakat yang mempengaruhi sitem sosial, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap- sikap dan pola perilaku diantara kelompok dalam masyarakat. (Soekanto, 2010:263)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
46 digilib.uns.ac.id
Selo Soemarjdjan (1962:379) mendefinisikan perubahan sosial sebagai segala perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi pada sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap-sikap, dan pola-pola perikelakuan di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Wilbert More (Robert H. Lauer, 1989:4) menyebutkan bahwa perubahan sosial itu meliputi perubahan struktur tentang pola-pola perilaku dan interaksi sosial. Robert H. Lauer (1989:5) mendefinisikan perubahan sosial menunjuk kepada perubahan fenomena sosial diberbagai tingkat kehidupan manusia mulai dari tingkat individual hingga ketingkat dunia. Victor Ferkiss (Soerjono Soekanto, 1989:3) menyebutkan bahwa perubahan sosial amat diperlukan oleh manusia karrena tuntutan kebutuhankebutuhan primernya, baik yang mencakup aspek material maupun aspek spiritualnya. Kebutuhan-kebutuhan primer tersebut senantiasa berkembang, oleh karena harus disesuaikan dengan tantangan-tantangan yang dihadapinya baik yang berasal dari lingkungan sosial maupun lingkungan alam. Karl Marx (1818-1833) mengemukakan dua postulat yang utama, postulat yang pertama yaitu determinasi ekonomi, yang menyatakan bahwa faktor ekonomi adalah penentu fundamental bagi struktur dan perubahan masyarakat. Bentuk-bentuk produksi yang bersifat teknologis menentukan organisasi sosial suatu produksi, yaitu relasi-relasi yang mengakibatkan pekerja memproduksikan hasil dengan lebih efektif. Relasi-relasi itu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
47 digilib.uns.ac.id
berkembang bebas dari kehendak manusia, atau dikatakan hal yang tidak terelakkan (Garna, 1993 : 43). Postulat yang kedua, menyentuh mekanisme perubahan (change), yang menurut pandangan Marx, perubahan sosial itu harus dipahami dalam arti tiga fase atau tahap yang selalu tampak. Tiga tahap itu merupakan skema dialektik, yang idenya dipinjam dari seorang filsuf Jerman Georg Hegel (1770-1831). Segala sesuatu yang ada di dunia, dan termasuk masyarakat sendiri, harus melalui tiga tahapan yaitu (1) tesis (affrimation); (2) antitesis (negation), dan (3) sintesis (reconciliation of opposites) (Garna, 1993 : 44). Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapatlah dimengerti bahwa yang dimaksud dengan perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi dalam masyarakat meliputi perubahan struktur, sistem dan organisasi sosial sebagai akibat adanya modifikasi pola-pola kehidupan manusia yang dipengaruhi kebutuhan intern dan ekstern masyarakat itu sendiri. Perubahan di atas terjadi secara terus menerus, oleh karena perubahan sosial merupakan fenomena yang kompleks menembus pada berbagai tahapan dari kehidupan sosial. Perubahan itu sendiri pada wujudnya, senantiasa menyertai setiap kehidupan masyarakat dimana pun ia berada, oleh karenanya tidak ada satu masyarakat pun yang tidak mengalami perubahan dalam sejarah perjalanan kehidupannya. Masyarakat sebagai suatu sistem sudah tentu dalam perwujudannya, senantiasa mengalami perubahan yang dapat berupa kemajuan atau kemunduran, luas atau terbatas, cepat atau lambatnya. Sebagai suatu sistem commit to user
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
masyarakat terdiri dari sub-sub sistem yang saling berinteraksi dan secara abstrak masyarakat terdiri dari pranata sosial, struktur sosial, sistem nilai, norma, aturan maupun kebiasaan-kebiasaan yang terwujud ke dalam tatanan konkret sub sistem ekonomi, suub sistem sosial, sub sistem budaya, sub sistem politik dan sub-sub sistem yang lain baik langsung atau btidak langsung. Keberdaan sub-sub sistem ini saling memperkokoh satu sama lain karena setiap sub sistem itu dengan peranannya dipandang mutlak adanya. Dengan keberadaan Rusunawa Semanggi dalam pemberdayaan masyarakat miskin selama kurang lebih dua tahun lamanya adanya perubahan sosial yang terjadi di kalangan penghuni Rusunawa Semanggi. Indikator penting dari perubahan sosial tersebut ialah adanya perbedaan atau perkembangan di dalam struktur, pola pikir, dan pola tingkah laku yang terjadi pada sebagian penghuni Rusunawa Semanggi.
B. DEFINISI KONSEPTUAL 1. Efektivitas Efektivitas ialah suatu konsep untuk mengukur efek suatu program dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, sehingga pertimbangan untuk pembuatan keputusan lebih lanjut mengenai program itu dan peningkatan program yang akan datang. 2. Rusunawa Rumah susun sederhana sewa (rusunawa) adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam commit to user
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horisontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing digunakan secara terpisah, status penguasaannya sewa serta dibangun dengan menggunakan dana APBN dan atau APBD dengan fungsi utamanya sebagai hunian (Permenpera No.14/Permen/M/2007 tentang Pengelolaan Rusunawa Sederhana Sewa). 3. Pemberdayaan Pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan sebagai upaya untuk memberdayakan,
menswadayakan
dan
memandirikan
masyarakat
(miskin), supaya
tujuan kesejahteraan sosial (social welfare) berupa
pemberdayaan pelaku usaha dan tujuan pembangunan ekonomi dapat terwujud. 4.
Masyarakat Miskin Masyarakat miskin adalah suatu kondisi dimana fisik masyarakat yang tidak memiliki akses ke prasarana dan sarana dasar lingkungan yang memadai, dengan kualitas perumahan dan pemukiman yang jauh di bawah standart kelayakan serta mata pencaharian yang tidak menentu yang mencakup seluruh multidimensi, yaitu dimensi politik, dimensi social, dimensi lingkungan, dimensi ekonomi dan dimensi asset.
C. KERANGKA BERPIKIR Kerangka pikir merupakan alur berpikir yang mempengaruhi penelitian yangdigambarkan secara menyeluruh dan sistematis untuk mempelajari teori commit to user
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang mendukung penelitian tersebut. Adapun kerangka pikir peneliti sebagai berikut :
Permasalahan Pemukiman di Kota Solo Dasar Pembangunan Rusunawa Semanggi
Tujuan Pembangunan Rusunawa Semanggi Pembangunan Rusunawa Semanggi Aspek Fisik Lingkungan; Aspek Ekonomi; Aspek Sosial
Pemberdayaan Masyarakat Miskin
§
Memberdayakan Masyarakat
§
Menswadayakan Masyarakat.
§
Memandirikan Masyarakat
Efektifitas Pembangunan Rusunawa Semanggi
Pencapaian Tujuan Pembangunan Rusun Bagan 1 Kerangka Pemikiran commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. LOKASI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Rusunawa Semanggi yang berada di Jl. Serang No 1, Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Surakarta. Pemilihan lokasi tersebut dengan pertimbangan sebagai berikut: a. Rusunawa Semanggi merupakan salah satu Rusunawa di Surakarta yang berdiri sudah lebih dari 2 tahun, dengan jumlah penghuni yang tinggi. b. Rusunawa Semanggi merupakan salah satu lokasi yang menjadi perhatian dari Pemerintah Daerah dalam kebijakan pembangunan dan merupakan Rusunawa dengan penghuni yang aktif dalam berbagai kegiatan perekonomian. c. Kawasan Rusunawa Semanggi ini memungkinkan peneliti untuk mendapat data-data yang diperlukan dalam penelitian ini karena banyaknya kajian yang meneliti tentang Rusunawa dan sorotan dari berbagai media massa yang mengekspos tentang Rusunawa Semanggi.
B. JENIS PENELITIAN Berdasarkan pada masalah yang diangkat dalam penelitian ini maka jenis penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Kualitatif. Deskripsi merupakan metode penelitian yang bertujuan mendiskripsikan secara commit to user(Sutopo, 2002 : 110). Penelitian terperinci fenomena sosial tertentu
51
perpustakaan.uns.ac.id
52 digilib.uns.ac.id
Deskriptif juga dapat diidentikkan sebagai penelitian yang terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah atau keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya sehingga bersifat sekedar untuk mengungkapkan fakta (fact finding). Kualitatif merupakan tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisis, yaitu apa yang dinyatakan secara tertulis atau lisan dan juga perilaku yang nyata, teliti dan dipelajari sebagai suasana yang utuh, jadi penelitian deskriptif kualitatif studi kasusnya mengarah kepada pendeskripsian secara rinci dan pendalaman mengenai potret kondisi tentang apa yang sebenarnya terjadi menurut apa adanya di lapangan studinya (Nawawi, 1995:31). Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penggalian data melalui observasi lokasi penelitian yaitu efektivitas pembangunan Rusunawa Semanggi, serta melakukan wawancara kepada para informan yang terdiri dari dua macam lapisan, yaitu pemerintah DPU UPTD Kota Surakarta dan masyarakat penghuni Rusunawa Semanggi. Dengan pertimbangan agar data yang didapatkan akan lebih dapat mewakili populasi dalam penelitian ini
C. SUMBER DATA Menurut Moleong, Lofland&Lofland mengatakan bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tabahan dokumen dan yang lainnya. Kata-kata dan tindakan orang yang diamati atau diwawancarai adalah sumber data utama. Pencatatan sumber data utama melalui wawancara atau pengamatan berperan merupakan commit to user hasil kegiatan dari melihat, mendengar, dan bertanya. Pada penelitian
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kualitatif kegiatan-kegiatan ini dilakukan secara sadar, terarah, dan senantiasa bertujuan
memperoleh
suatu
informasi
yang diperlukan
(Moleong, 2007:157-158) Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Data Primer Data Primer data yang diperoleh secara langsung dari informan yang diperoleh melalui wawancara. Informan dalam penelitian ini adalah Dinas Pekerjaan Umum Surakarta, Unit Pengelola Rusunawa Surakarta, Penghuni Rusunawa Semanggi Surakarta. 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung, yaitu melalui buku-buku, kepustakaan, majalah/jurnal, dokumen, arsip serta sumber-sumber dari internet yang menyediakan banyak data sekunder dan keterangan lain yang berhubungan dengan masalah penelitian yang digunakan sebagai pendukung dan pelengkap data primer. Dengan kata lain, data sekunder merupakan data yang sudah diolah dan disajikan oleh pihak lain sehingga siap digunakan. Dalam hal ini, pemakaian data sekunder khususnya yang berhubungan dengan program rumah susun sederhana sewa di Kota Surakarta
D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA Ada beberapa teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini. Teknik pengumpulan data tersebut adalah: commit to user 1. Interview (wawancara)
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Wawancara
adalah
percakapan
dengan
maksud
tertentu,
dilaksanakan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban-jawaban atas pertanyaan tersebut. Teknik wawancara ini dilakukan dengan struktur yang tidak ketat dan semi formal agar keterangan yang diperoleh dari informan mempunyai kedalaman dan keluasan, sehingga mampu memperoleh informasi yang sebenarnya tentang proses terbentuknya respons terhadap program ini. Pada setiap informan, wawancara secara informal ini dapat berkali-kali sesuai dengan keperluan peneliti tentang kejelasan masalah yang diteliti. Sehingga data yang dikumpulkan akan lebih mendalam (Moleong, 2002 : 135). Dalam pelaksanaan wawancara di lapangan peneliti menggunakan daftar pertanyaan yang sudah disiapkan sebelumnya secara sistematis sehingga dapat berfungsi sebagai interview guide dalam penelitian. Interview guide ini bersifat fleksibel, artinya pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada pemegang polis akan berkembang dan tidak hanya terpaku pada daftar pertanyaan yang telah peneliti sediakan. 2.
Observasi Observasi adalah cara pengumpulan data melalui pengamatan maupun pencacatan secara langsung terhadap hal yang berkaitan dengan persoalan-persoalan yang diteliti. Teknik observasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat nonverbal. Teknik ini dapat melibatkan commit to user
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
indera pendengaran, penglihatan, rabaan dan penciuman (Slamet, 2006 : 85-86).
E. METODE PENARIKAN SAMPEL 1.
Satuan Kajian (Unit Of Analisis) Yang dimaksud dengan unit analisis dalam penelitian adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian (Arikunto, 2002:121). satuan kajian dalam penelitian ini adalah beberapa penghuni
Rusunawa
Semanggi
yang tersentuh pada program
pembangunan Rusunawa Semanggi. 2.
Sampel Sample adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2002:121).
dengan sample ini hasil pnelitian yang diperoleh akan
memberikan gambaran yang sesuai dengan sifat populasi yang bersangkutan.
sehingga dengan penelitian sample ini dapat
digeneralisasikan dengan mengangkat kesimpulan penelitian sebagai suatu yang berlaku bagi populasi. sample sebagai informan dalam penelitian ini dibedakn menjadi dua, yaitu: pertama, aparat pelaksana yang menjadi perencana dan penanggungjawab program kebijakan dalam hal ini adalah Dinas Pekerjaan Umum UPTD Kota Surakarta. kedua, Kelompok sasaran program kebijakan, yaitu penghuni Rusunawa Semanggi. commit to user
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
F. TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan untuk menentukan informan
adalah purpossive sampling.
Teknik
ini pengambilan
narasumber dengan pertimbangan narasumber paling tahu dan relevan dengan masalah yang ingin diketahui (Sugiyono, 2005:54). Teknik purpossive sampling adalah teknik penelitian yang mencakup seleksi atas dasar kriteria tertentu yang dibuat oleh peneliti berdasarkan tujuan penelitian (Kriyantono, 2006:155). Informan dalam penelitian ini adalah narasumber utama yang memiliki kredibilitas dalam memberikan masukan mengenai program pembangunan Rusunawa Semanggi dalam pemberdayaan masyarakat miskin di Surakarta. Pemilihan narasumber ini telah ditentukan sejak awal melalui teknik purpossive sampling. Pemilihan informan menggunakan purpossive sampling. Kriteria dari seorang informan yang dikemukakan oleh Sugiyono antara lain: 1) Mereka yang menguasai atau memahami sesuatu melalui proses ekulturasi, sehingga sesuatu itu bukan sekedar diketahui tetapi juga dihayati. 2) Mereka yang tergolong masih sedang berkecimpung atau terlibat pada kegiatan yang tengah diteliti. 3) Mereka
yang
tidak
cenderung
“kemasannya sendiri”.
commit to user
menyampaikan
hasil
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4) Mereka yang pada mulanya tergolong “cukup asing” dengan peneliti
sehingga lebih
menggairahkan
untuk
dijadikan
semacam guru atau narasumber (informan). Berdasarkan kriteria-kriteria informan yang ada maka informaninforman yang akan diwawancara adalah para penghuni Rusunawa Semanggi yang berada di lokasi penelitian sebanyak 5 orang, pejabat Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Surakarta sebanyak 1 orang, pengurus paguyuban Rusunawa Semanggi sebanyak 4 orang. Dan responden yang merupakan penghuni Rusunawa Semanggi sebanyak 7 orang.
G. VALIDITAS DATA Validitas data menunjukkan bahwa apa yang diamati peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada dilokasi penelitian dan penjabaran dari deskripsi permasalahan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Data yang diperoleh selama proses penelitian akan diuji kembali dengan melakukan pengujian validitas data melalui penggunaan trianggulasi data. Trianggulasi data adalah tehnik pemeriksaan data dengan memanfatkan sesuatu yang lain diluar untuk keperluan pengecekan atau pembandingan terhadap data itu. Tehnik trianggulasi ada empat macam, yaitu : pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyelidikan dan teori. Tehnik pemeriksaan data dalam penelitian ini menggunakan trianggulasi sumber karena data yang akan diperoleh berasal dari commit sumbertoyang userlokasinya terjangkau penelitian. Ini
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif, hal ini dapat dicapai dengan: 1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data yang diperoleh dari hasil wawancara. 2. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi. 3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi peneliti, dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu. 4. Membandingkan keadaan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain. 5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan (Moleong, 2002 : 176).
H. TEKNIK ANALISIS DATA Analisis data yang digunakan adalah analisis model interaktif yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Ketiga hal tersebut adalah: a. Reduksi Data Merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyerderhanaan dan abstraksi data (kasar) yang ada pada penelitian. Hal ini dimulai dari sebelum pengumpulan pelaksanaan penelitian pada saat pengumpulan data berlangsung. Reduksi data berupa pembuatan singkatan, commit to user memusatkan tema dan membuat batas-batas permasalahan.
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Penyajian data Adalah suatu rakitan organisasi informasi yang memungkinkan kesimpulan penelitian dilakukan. Dengan melihat suatu penyajian data, peneliti akan mengerti apa yang akan terjadi dan memungkinkan untuk mengerjakan suatu analisa atau suatu tindakan lain berdasarkan tindakan
tersebut.
Susunan
penyajian
yang
baik
dan
jelas
sistematikanya akan banyak menolong peneliti itu sendiri. c. Penarikan kesimpulan Dalam awal pengumpulan data, peneliti sudah mulai mengerti apa arti hal-hal yang ditemui dengan melakukan pencatatan peraturanperaturan, pola pertanyaaan-pertanyaan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin dan arahan sebab akibat. Kesimpulan yang perlu diverifikasi dapat berupa pengulangan yang menyeluruh cepat sebagai pemikiran kedua yang melintas dalam pemikiran peneliti pada waktu menulis dengan melihat kembali sebentar pada field notes (HB Sutopo, 2002:96). Skema Teknik Analisa Data
Pengumpulan Data Penyajian Data
Reduksi Data
Penarikan Kesimpulan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
DESKRIPSI LOKASI
1. Rusunawa Semanggi Kota Surakarta Rumah susun sederhana sewa Semanggi terletak di Kelurahan Semanggi Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta. Kecamatan ini merupakan salah satu kecamatan yang terletak di sebelah tenggara dari kota Surakarta. Adapun peta wilayah Pasar Kliwon adalah sebagai berikut :
Gambar 4:1 Peta Wilayah Kecamatan Pasar Kliwon
commit to user
60
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Wilayah Pasar Kliwon memiliki luas 4,82 km2, jumlah penduduk sebesar 74.316 jiwa dengan kepadatan 15.418 jiwa/ km2, yang terdiri dari 9 (Sembilan) kelurahan yaitu : Kampung Baru, Kauman, Kedung Lumbu, Baluwarti, Gajahan, Joyosuran, Semanggi, Pasar Kliwon dan Keluarahan Sangkrah. Rumah susun sederhana sewa (rusunawa) Semanggi yang dibangun oleh pemerintah, dalam hal ini Pemkot Surakarta sejumlah 2 blok. Tujuan dari pembangunan rumah susun sederhana sewa ini adalah menjawab tantangan kebutuhan
perumahan
bagi
masyarakat
berpenghasilan
rendah
atau
masyarakat miskin yang berada di Surakarta, sekaligus mengurangi kawasan pemukiman kumuh yang selalu menjadi salah satu patologi perkotaan. Kelompok sasaran dari pembangunan rusunawa ini adalah masyarakat miskin yang bekerja di sektor informal, oleh sebab itu harga sewa yang dibebankan ke penghuni sangatlah rendah. Rumah susun sederhana sewa Semanggi diresmikan penggunaannya pada tanggal 10 Januari 2010 oleh Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Di kawasan rumah susun sederhana sewa ini terdapat 2 blok, yaitu blok A, blok B, dengan unit hunian berjumlah 196 unit rumah, tingkat penghunian rata-rata mencapai 98%. Dan pada saat penelitian dilakukan hanya kurang lebih 5 unit hunian yang tidak berpenghuni.jumlah anggota keluarga dalam unit hunia rumah rata-rata mencapai 4 jiwa. Status kependudukan yang merupakan salah satu persyaratan utama bagi calon penghuni rusunawa ini adalah memiliki Kartu Tanda Penduduk Kota commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
62 digilib.uns.ac.id
Surakarta. Sejak diresmikan penggunaanya, pihak pengelola yaitu UPTD Kota Surakarta juga telah banyak menolak beberapa calon penghuni yang dinilai kurang memenuhi persyaratan. Unit blok rumah susun sederhana sewa Semanggi merupakan bangunan 5 lantai. Luas lantai di setiap unitnya adalah 24 m². Pada perkembangnnya Rusunawa itu mengalami penurunan kualitas baik bangunan maupun lingkungan. Pengelola Rusunawa pada saat ini masih kurang diperhatikan,karena bangunan unit hunian masih banyak yang mengeluhkan kebocoran. Pengelola lingkungan masih mengandalkan 2 petugas kebersihan dan juga mempekerjakan 2 penjaga keamanan. Fasilitas yang tersedia di rusunawa ini dapat dikatakatan layak sebagai rumah sehat. Disetiap unit rumah terdapat ruang tamu, kamar tidur, MCK, dapur, dan tempat jemuran. Untuk kebutuhan listrik disediakan listrik sebesar 900 watt untuk setiap unit rumah. Sedangkan untuk keperluan air minum dan memasak penghuni harus membeli Rp 2000 – Rp 3000 per galon, sedangkan air tanah yang terdapat di rusunawa Semanggi tidak layak dikonsumsi karena berasa asin dan mengandung kadar besi. Sanitasi lingkungan dapat dikatakan cukup baik, karena air limbah mengalir cukup lancar. Di rusunawa Semanggi ini juga tersedia satu gedung mushola, satu gedung serba guna dengan seperangkat pesawat Televisi ditiap-tiap blok. Serta disetiap lantai terdapat satu warung tempat belanja kebutuhan seharihari bagi para penghuni. Sedang anak-anaknya biasanya bermain di jalan dalam lingkungan pemukiman , di tempat parkir dan di ruang tangga. commit to user
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Harga sewa bulanan rusunawa semanggi ini berkisar antara Rp 70.000 – Rp 100.000 perbulan untuk sewa unit huniannya. Dengan rincian tarif sewa rusunawa untuk tiap lantai menurut Dasar PERDA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI DAERAH, yaitu: • Lantai Difabel/Dasar
:
100.000,-/ Bulan
• Lantai 1
:
100.000,-/ Bulan
• Lantai 2
:
90.000,-/ Bulan
• Lantai 3
:
80.000,-/ Bulan
• Lantai 4
:
70.000,-/ Bulan
Jika ditambah dengan biaya air dan listrik serta biaya keamanan dan kebersihan, penghuni bisa membayar hingga Rp 200.000 - Rp 270.000 perbulan. Pada mulanya wilayah tempat berdirinya rusunawa semanggi ini merupakan tanah milik pemerintah yang merupakan tanah dengan Hak Pakai Atas Nama Pemerintah Kota Surakarta yang menjadi lahan kosong digunakan sebagai tempat rongsokan container dan juga ada beberapa hunian liar. Kemudian atas kebijakan pemerintah Kota Surakarta didirikan suatu perumahan yang akan diperuntukan bagi golongan masyarakat miskin dan dalam bentuk rumah susun sederhana sewa Semanggi, dengan batas-batas sebagai berikut : Sebelah Barat
: Terminal Angkot, Pasar Klithikan Notoharjo
Sebelah Timur : Kampung Jamparing RT 05 / RW V commit to user
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sebelah Utara
: Pasar Besi Tua RT 02/ RW VI
Sebelah Selatan : Jalan Serang dan Tanah Kosong milik Rutan Kelas II Surakarta Adapun rincian bangunan Rusunawa ini adalah sebagai berikut: 1. Luas Tanah
: 13.365 m²
2. Luas Bangunan
: 4000 m² per blok
3. Jumlah Lantai
: 5 Lantai
4. Fasilitas Sosial dan Umum: Terletak di lantai dasar 5. Jumlah Unit Hunian
: 196 Unit
6. Tahun Pembuatan
: 2008-2009
7. Ketua Paguyuban saat ini : Bp. Sunarto (Blok A) dan Bp. Andhy (Blok B) 8. Fasilitas Kamar adalah sebagai berikut a. Luas per kamar adalah 24 m², terdiri dari : (1) Teras; (2) Ruang utama ukuran 5 x 3 meter; (3) Satu kamar mandi/ WC dalam ; (4) Satu dapur , (5) Tempat jemur/ teras belakang b. Jaringan Listrik 900 Watt dengan meteran per unit c. Jaringan PDAM d. Ruang pertemuan e. Tempat parkir f. Pos Keamanan
commit to user
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4:2 Peta Lokasi Deskripsi Rusunawa Semanggi Dibangun Oleh
: DEPARTEMEN PU
Luas - Sumber Dana - DIPA - No. IMB - Type - Jmlh Lantai
: 8.000 m : APBN : Ta. 2008 No. 0624/033-05.0/-/2007 : No. 601/0992/P-02/IMB/XII/2009 : Type -24 / 2 Blok : 5 Lantai
- Jumlah Unit
: 192 Unit/ 24 m
- Julmah Difable - Lokasi - Pemilik Tanah - Sertifikat Hak - Tgl Penerbitan - Dihuni
: 4 Unit/ 24 m : Kel. Semanggi Kec. Pasar Kliwon Ska : Pemkot Surakarta : Pakai HP.36, luas : 13.365 M2 : 29-7-2005 No. 11.02.03.02.4.00036 : Th. 2010
2
2
2
2. Kondisi Sosial dan Ekonomi Secara umum (78,4%) atau sekitar 149 kepala rumah tangga penghuni rumah susun sederhana sewa Semanggi di Blok A dan Blok B berusia antara 20 tahun - 49 tahun atau tercakup dalam kelompok usia produktif, sisanya terdiri dari 50 tahun - 79 tahun sebesar 21,6 persen atau sekitar 41 kepala keluarga penghuni Rusunawa Semanggi. commit to user
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4:1 Jumlah Kepala Keluarga Penghuni menurut Usia No
Kelompok Umur
Jumlah
%
1
20-29
16
8,4
2
30-39
68
35,8
3
40-49
65
34,2
4
50-59
33
17,4
5
60-69
5
2,6
6
70-79
3
1,6
190
100
Jumlah
Sumber : Hasil Survei Lapangan, Maret 2012 Ditinjau dari aspek pendidikan yang ditamatkan Kepala Keluarga (KK), rata-rata berpendidikan SLTA, dengan komposisi sebagai berikut: tamat SD 14,7% persen, SLTP sebanyak 22,7 persen , SLTA sebanyak 54,7 persen, Diploma sebanyak 3,7 persen, dan sisanya merupakan lulusan Sarjana sebanyak 4,2 persen. Tabel 4:2 Jumlah Penghuni menurut Tingkat Pendidikan Umum No
Tingkat Pendidikan Umum
Jumlah
%
1
Tamat SD / Sederajat
28
14,7
2
Tamat SLTP / Sederajat
43
22,7
3
Tamat SLTA / Sederajat
104
54,7
4
Diploma
7
3,7
5
Sarjana
8
4,2
Jumlah
commit to user 190
100
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pada umumnya, jenis pekerjaan kepala keluarga sebagai pegawai swasta di sektor informal berkisar 56,3 persen dari jumlah keseluruhan kepala keluarga penghuni yaitu 190 KK, peringkat kedua ditempati oleh buruh sebanyak 20 persen, sedangkan wiraswasta atau pedagang hanya 18,9 persen. Sisanya bekerja sebagai Pegawai Negri Sipil dan bidang lain sebesar 4,8 persen. Tabel 4:3 Jumlah Penghuni Menurut Mata Pencaharian No
Jenis Mata Pencaharian
Jumlah
%
1
Pegawai Negeri Sipil
3
1,6
2
Swasta
107
56,3
3
Wiraswasta / Pedagang
36
18,9
4
Buruh
38
20
5
Lain-lain
6
3,2
190
100
Jumlah
Sumber : Hasil Survei Lapangan, Maret 2012 Dari pendapatan yang diperoleh penghuni Rusunawa, dari hasil wawancara dengan penghuni rumah susun umumnya menyatakan rata-rata perbulan pendapatannya berkisar Rp 1.000.000,- . Kemudian di sektor pedagang dengan pendapatan berkisar Rp 500.000,- sampai dengan Rp 750.000,-. Tetapi ada juga penjual bakso bakar yang memiliki penghasilan hingga Rp 15.000.000 perbulannya. commit to user
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sumber penghasilan utama dari penghuni rumah susun berasal dari pekerjaan tetap yang dilakukan sehari-hari. Sedangkan rata-rata pengeluaran mereka setiap bulannya berkisar Rp 500.000,- sampai dengan Rp 800.000,-. Pengeluaran tersebut digunakan untuk keperluan makan, membayar sewa rumah, listrik, air, gas, uang sekolah anak, biaya transportasi dan lain sebagainya. Pada saat dilakukan penelitian, gambaran mengenai kesehatan penghuni Rusunawa Semanggi dalam kondisi cukup baik. Kondisi tersebut juga ditunjang dari hasil wawancara dengan penghuni. Menurut informan tidak pernah mengalami sakit berat, umumnya mengatakan penyakit yang banyak dialami penghuni berupa penyakit ringan. 3. Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) STRUKTUR ORGANISASI UPTD RUMAH SEWA (PERWALI NOMOR 45 TAHUN 2008)
KA. UPTD
KA. SUB BAG. TU
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
Struktur Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis pada Dinas commit to user Pekerjaan Umum Kota Surakarta diatur tersendiri dalam Peraturan Walikota
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Nomor 45 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata kerja Unit Pelsaksana Teknis pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Surakarta. Unit Pelaksana Teknis pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Surakarta yang ada saat ini adalah UPT Rumah Sewa. Hal-hal yang diatur mengenai UPT pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Surakarta sesuai Peraturan Walikota Nomor 45 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata kerja Unit Pelsaksana Teknis pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Surakarta antara lain sebagai berikut; 1) Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi Rumah Sewa merupakan UPTD pada Dinas yang dipimpin oleh seorang Kepala Rumah Sewa yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. UPTD Rusunawa mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang Dinas di bidang penanganan kegiatan teknis di Rumah Sewa sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Kepala Dinas; UPTD Rusunawa mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan, pengaturan dan pemberdayaan penghunian serta penyempurnaan dan pemeliharaan aset rumah susun sederhana sewa. Untuk melaksanakan tugas pokoknya, UPTD Rumah Sewa memiliki fungsi: a. Penyusunan rencana teknis operasional bidang penanganan kegiatan teknis di rumah sewa. b. Pelaksanaan kebijakan teknis operasional bidang penanganan kegiatan teknis di rumah sewa. commit to user
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Pemantauan, evaluasi dan
pelaporan bidang penanganan kegiatan
teknis di rumah sewa d. Pengelolaan ketatausahaan e. Penyusunan rencana anggaran operasional dan pemeliharaan kegiatan pengelolaan tahunan f. Pelaksanaan kegiatan rutin perawatan dan perbaikan fisik gedung serta sarana dan prasarana lingkungan rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) g. Pelaksanaan
kegiatan
pemeliharaan,
perbaikan,
penyempurnaan,
penyediaan utilitas ( listrik dan air bersih ) h. Pelaksanaan kegiatan penyewaan, pengamanan pelanggan, pembinaan dan pemberdayaan penghuni, keamanan dan ketertiban lingkungan i. Pelaksanaan
kerjasama
kemitraan
dengan
pihak ketiga untuk
melakukan sebagian kegiatan pengelolaan gedung dan prasarana yang diperlukan j. Pelaksanaan kegiatan administrasi penghunian dan pengelolaan k. Penerimaan uang sewa dan penerimaan lainnya, menyetorkannya ke kas umum daerah sesuai dengan ketentuan yang berlaku l. Pelaksanaan pemasaran dan promosi untuk tercapainya tingkat hunian rusunawa m. Pembinaan sumber daya manusia dalam lingkup tugas dan tanggung jawabnya n. Pengevaluasian dan pelaporan dan pelaksanaan kegiatan commit to user
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
o. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya. 2) Susunan Organisasi UPTD Rumah Sewa terdiri dari a. Kepala Kepala Rumah Sewa mempunyai tugas memimpin pelaksanaan tugas pokok dan fungsi UPT Rumah Sewa. b. Subbagian Tata Usaha Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perencanaan, kepegawaian, keuangan, ketatausahaan, rumah tangga, perlengkapan, evaluasi dan pelaporan. c. Kelompok Jabatan Fungsional Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugasnya kelompok jabatan fungsional secara administratif dikoordinasikan oleh Kepala Subbagian Tata Usaha. Pasal 10 Peraturan Walikota Nomor 45 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata kerja Unit Pelsaksana Teknis pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Surakarta menyebutkan bahwa, a) Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok jabatan fungsional sesuai dengan bidang keahliannya. commit to user
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b) Jumlah tenaga fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja. c) Jenis dan jenjang jabatan fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatrur berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. d) Pembinaan terhadap Pejabat Fungsional sebagaiman dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3) Tata Kerja Tata kerja dalam UPTD Rumah Sewa sesuai dengan Peraturan Walikota Nomor 45 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata kerja Unit Pelsaksana Teknis pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Surakarta adalah sebagai berikut; a. Kepala Rumah Sewa dan Kepala Subbagian dalam melaksanakan tugasnya berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan kebijakan yang ditetapkan oleh Dinas. b. Kepala Rumah Sewa, Kepala Subbagian dan Pejabat Fungsional wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi secara vertical dan horizontal, baik daam lingkungan masing-masing maupun antar unit organisasi lain sesuai dengan tugasnya. c. Kepala
Rumah
Sewa,
Kepala
Subbagian
wajib
mengawasai
bawahannya dan apabila terjadi penyimpangan agar mengambil commit to user
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
langkah-langkah yang diperlukan sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. d. Kepala Rumah Sewa, Kepala Subbagian bertanggung jawab dalam memimpin,
mengkoordinasikan
bawahannya
serta
memberikan
bimbingan dan petunjuk bagi pelaksanaan tugas dan bawahannya. e. Kepala Rumah Sewa dan Kepala Subbagian wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk dan bertanggung jawab kepada atasan masingmasing serta menyampaikan laporan berkala tepat pada waktunya. f. Dalam menyampaikan laporan masing-masing kepada atasan, tembusan laporan disampaikan kepada satuan organisasi lain yang secara fungsional mempunyai hubungan kerja. g. Setiap laporan yang diterima oleh Kepala Rumah Sewa dan Kepala Subbagian dari bawahan wajib diolah dan dipergunakan sebagai bahan penyusunan laporan lebih lanjut dan dijadikan bahan untuk memberikan petunjuk kepada bawahan 4. Unit Pengelola Rumah Susun Sederhana Sewa (RUSUNAWA) Kota Surakarta Unit Pengelola Rusunawa merupakan unit non structural yang dibentuk berdasarkan
Peraturan Walikota No 2 tahun
2005 tentang
Pembentukan Unit Pengelola Rusunawa Kota Surakarta yang mempunyai kewenangan mengelola Rusunawa. Unit Pengelola Rusunawa mempunyai tugas menyelenggarakan dan melaksanakan urusan rumah tangga dan pengembangan Rusunawa, diantaranya; commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
74 digilib.uns.ac.id
a) Mengkoordinasi pelaksanaan seluruh kegiatan b) Menyusun Rencana Kerja Tahunan dan Rencana Anggaran Unit Pengelola Rusunawa c) Melaporkan perhitungan hasil usaha dan kegiatan Unit Pengelola Rusunawa, sesuai dengan ketentuan d) Melaksanakan kerja sama dengan pihak ketiga dalam hal pembangunan Rusunawa, sesuai dengan ketentuan Dalam melaksanakan tugasnya, Unit Pengelola Rusunawa mempunyai fungsi sebagai berikut : a. Penyelenggaraan tata usaha Unit Pengelola Rusunawa b. Pengelolaan Admnistrasi keuangan dan pemasaran c. Pengelolaan penyewaan dan penghunian d. Pelaksanaan teknis I. Susunan Organisasi Unit Pengelola Rusunawa Adapun susunan organisasi Unit Pengelola Rusunawa Kota Surakarta adalah sebagai berikut; 1. Tim Pembina sebagai unsur Pengawasan Umum dan Pembina, yang mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai berikut Tugas Pokok Tim Pembina adalah: a. Mengarahkan kebijakan Unit Pengelola Rusunawa sesuai dengan kebijakan Pemerintah Kota b.
Melaksanakan pengawasan terhadap pengelolaaan Rusunawa dan commit to user bertanggungjawab kepada walikota
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Fungsi Tim Pembina Rusunawa adalah: a. Pembinaan,
Pengarahan,
monitoring
dan
evaluasi
pelaksanaan
Rusunawa b. Pelaporan hasil; pelaksanaan tugas kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah 2. Kepala Unit Pengelola Rusunawa sebagai unsur Pimpinan Pengelola, Unit Pengelola Rusunawa dipimpin oleh seorang Kepala yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Dinas Pekerjaan Umum Kota Surakarta. 3. Tata Usaha dan Seksi-seksi sebagai unsur pelaksana a) Tata Usaha Bagian Tata Usaha dipimpin oleh seorang Kepala bagian yang dalam melaksanakan tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Unit Pengelola Rusunawa. Kepala Tata Usaha mempunyai tugas; 1)
Menyusun rencana, program dan laporan serta tatalaksana
2)
Mengelola keuangan Unit Pengelola Rusunawa
3)
Mengelola kepegawaian, perlengkapan, surat menyurat dan rumah tangga serta humas
4)
Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Unit Pengelola Rusunawa
5)
Seksi-Administrasi Keuangan dan Pemasaran. Seksi commit to user Administrasi Keuangan dan Pemasaran dipimpin oleh seorang
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Unit Pengelola Rusunawa.
Kepala
Seksi
Administrasi
Keuangan
dan
Pemasaran mempunyai tugas; 6)
Mengelola arus kas masuk dari sewa penghuni
7)
Melakukan koordinasi dengan seksi lain dalam pemanfaatan dana
8)
Melakukan terobosan untuk mendapatkan dana dari pihak-pihak lain selain pemerintah
9)
Mempromosikan Rusunawa kepada masyarakat melalui media cetak, elektronik dan sebagainya
10) Mengantisipasi perubahan eksternal pasar Rusunawa dengan melakukan penyesuaian-penyesuaian atas tarif sewa, system pembayaran dan sebagainya 11) Melakukan aktivitas pemasaran kepada segmen-segmen pasar tertentu sehingga tingkat penghunian Rusunawa dapat tetap tinggi 12) Mengelola keuangan dalam rangka kerja sama antara Rusunawa dengan pihak ketiga 13) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Unit Pengelola Rusunawa 14) Seksi Penyewaan dan Penghunian. Seksi Penyewaan dan Penghunian dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang dalam commit to user
77 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
melaksanakan tugasnya berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Unit Pengelola Rusunawa. Kepala Seksi Penyewaan dan Penghunian mempunyai tugas; 15) Melakukan seleksi atas calon penghuni sesuai dengan persyaratan penghuni Rusunawa 16) Melakukan perjanjian dengan calon penghuni 17) Melakukan pembaruan/pengkajian atas kontrak yang sudah jatuh 18) Melakukan penagihan atas biaya sewa setiap bulannya kepada para penghuni. Melakukan penagihan atas tunggakan sewa oleh penghuni 19) Menjelaskan kepada penghuni atas hak dan kewajibannya yang harus dipatuhi dan dijalankan oleh setiap penghuni atas Rusunawa dan juga atas bagian bersama 20) Melakukan pengecekan atas kondisi Rusunawa sebelum dan sesudah ditempati 21) Menerima keluhan dari para penghuni atas pelayanan yang dirasa kurang memuaskan 22) Menerima keluhan dari para penghuni atas tindakan dan kelakuan dari penghuni lainnya yang dirasakan mengganggu 23) Menyelesaikan keluhan yang diterima melalui koordinasi dengan seksi yang terkait sesuai dengan permasalahan yang dikeluhkan
commit to user
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
24) Menyelesaikan keluhan dengan melakukan pengecekan kepada penghuni yang dinilai mengganggu penghuni lainnya 25) Memfasilitasi dialog antar penghuni 26) Menginformasikan kepada penghuni kebijakan-kebijakan baru yang berkaitan dengan masalah penghunian 27) Memfasilitasi
pembentukan
perhimpunan
penghuni
jika
diperlukan oleh para penghuni 28) Melakukan
dialog/pertemuan/pengecekan
berkala dengan
perwakilan
perhimpunan
bersama penghuni
secara atas
permasalahan yang terjadi di bangunan rumah susun, termasuk masalah keamanan, kebersihan dan sebagainya 29) Melaksnakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Unit Pengelola Rusunawa b) Seksi Teknis dan Pemeliharaaan Seksi Teknis dan Pemeliharaan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah Kepala Unit Pengelola Rusunawa. Seksi Teknis dan Pemeliharaan mempunyai tugas sebagai berikut; 1) Melakukan perbaikan atas kerusakan yang terjadi pada komponen mekanik dari bangunan 2) Melakukan pemeliharaan terhadap fasilitas elektrikal yang ada dalam bangunan commit to user
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Melakukan perbaikan atas kerusakan yang terjadi pada komponen elektrikal dari bangunan 4) Melakukan pemeliharaan terhadap utilitas yang ada dalam bangunan 5) Melakukan perbaikan atas kerusakan yang terjadi pada komponen utilitas 6) Melakukan
pemeliharaan
terhadap
eksterior
dan
interior
bangunan, termasuk lingkungan sekitar bangunan seperti taman dan ruang terbuka lainnya 7) Melakukan perbaikan/penggantian atas kerusakan eksterior dan interior bangunan. 8) Mengawasi dan melaporkan pelaksanaan pembangunan dan pengembangan Rusunawa yang dilaksanakan oleh pihak ketiga. 9) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Unit Pengelola Rusunawa II. Tata Kerja Unit Pengelola Rusunawa Di dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Unit Pengelola Rusunawa memiliki tata kerja sebagai berikut; 1) Setiap Pimpinan Satuan
Tugas dalam lingkungan Unit Pengelola
Rusunawa bertanggung jawab memimpin, mengkoordinasikan, dan memberikan bimbingan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahannya masing – masing. commit to user
80 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Selain itu setiap Pimpinan satgas dalam lingkunangan Unit Pengelola Rusunawa wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk dan bertanggung jawab serta menyampaikan laporan insidentil/berkala/tahunan tepat pada waktu yang telah ditentukan. 3) Setiap laporan yang diterima Pimpinan satuan tugas dari bawahan wajib diolah dan dipergunakan sebagai bahan peenyusunan laporan lebih lanjut dan untuk memberikan petunjuk – petunjuk kepada bawahan. 4) Tim Pembina beserta anggota diangkat dan diberhentikan oleh walikota atas usul sekretaris Daerah. 5) Kepala Unit Pengelola Rusunawa diangkat dan diberhentikan oleh walikota atas usul Sekretaris Daerah. 6) Kepala Tata Usaha dan Kepala Seksi diangkat dan diberhentikan oleh Walikota atas usul Sekretaris Daerah sepengetahuan Kepala Unit Pengelola. 7) Di dalam menjalankan tugasnya Tim Pembina, Kepala Unit pengelola, Kepala Tata Usaha, Kepala Seksi menerapkaan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi secara vertikal dan horisontal. 8) Kepala unit pengelola mengadakan hubungan koordinasi dan konsultasi dengan satuan – satuan kerja di lingkungan Pemerintah Kota dan instansi – instansi yang berkaitan erat dengan bidang tugasnya untuk kelancaran pengelolaan Rusunawa.
commit to user
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
9) Dalam melaksanakan kebijaksanaan dan pengawasan atas pengelolaan Rusunawa, Tim Pembina mengadakan rapat tahunan, rapat berkala, rapat khusus. 10) Dalam melaksanakan pengelolaan Rusunawa, Kepala Unit dan Kepala Seksi mengadakan rapat tahunan, rapat berkala dan rapat Khusus. Dengan memperhatikan Peraturan Walikota Nomor 2 Tahun 2005 tentang Pembentukan Unit Pengelola Rusunawa, kemudian dikeluarkan Surat Keputusan Walikota Surakarta Nomor 648/05/54/1/2005 tentang Pembentukan Tim Pembina dan Unit Pengelola Rusunawa Surakarta. Surat keputusan ini menetapkan susunan anggota Unit Pengelola Rusunawa Surakarta dan susunan anggota Tim Pembina Rusunawa Surakarta. Adapun susunan anggota Unit Pengelola Rusunawa I Kota Surakarta adalah sebagai berikut; Tabel 4:4 Susunan Anggota Unit Pengelola Rumah Susun Sederhana Sewa (RUSUNAWA) Kota Surakarta
NO
Kedudukan dalam Unit Pengelola
Nama
Instansi
1
Kepala Unit Pengelola Rumah
Toto Jayanto, SH, MHum
UPTD
Susun Sederhana Sewa 2
Kepala Tata Usaha
Totok Sulistiyono commit to user
Bagian Organisasi
82 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3
Kepala Seksi Administrasi, keuangan dan pemasaran
4
Muh. Joko Susanto, SE
Dipenda
Slamet Agus Yuliyanto
Kantor Pengelolaan
Kepala Seksi Pengawas dan Penghunian
Aset Daerah 5
Kepala Sesi Teknis dan
Herry Sukoraharjo
DPU
Pemeliharaan Sumber : Data UPTD DPU Kota Surakarta Tabel 4:5 Susunan Tim Pembina Rumah Susun Sederhana Sewa (RUSUNAWA) Kota surakarta NO
KEDUDUKAN DALAM TIM
KEDUDUKAN DALAM INSTANSI
PEMBINA 1
Ketua
Asisten Pemerintah Surakarta
2
Sekretaris merangkap Anggota
Kepala Dinas Pekerjaan Umum
3
Anggota
Kepala Kantor Keuangan Daerah
4
Anggota
Kepala Daerah
5
Anggota
Kepala Bagian Hukum dan HAM
Sumber : Data UPTD DPU Kota Surakarta
commit to user
Kantor
Sekda
Pengelolaan
Kota
Aset
83 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5. Tata Cara Penghunian Prinsip utama pembangunan rusunawa ialah penyediaan hunian bagi masyarakat miskin dengan sifat hunian sementara. Jadi berfungsi sebagai jembatan sebelum mereka atau calon penghuni mendapatkan kesempatan untuk memiliki perumahan yang cukup sehat dan layak. 1. Tata cara penghunian a. Mengajukan permohonan dan mengisi surat perjanjian atau pernyataan yang disiapkan oleh pengelola rusunawa yaitu pihak UPTD. Kemudian pengelola mengadakan penilaian kelengkapan persyaratan
pada calon penghuni atas dasar
yang ditentukan.
Jika terlihat adanya
kejanggalan dalam kelengkapan persyaratan atau adanya kecurigaankecurigaan lain, maka pihak pengelola akan mengadakan penelitian yang lebih teliti sebelum mengabulkan permohonan calon penghuni. Oleh sebab itu ada kemungkinan permohonan yang diajukan tersebut tidak dikabulkan, meskipun terdapat unit rumah yang sedang kosong saat itu. b. Mematuhi segala tata tertib yang berlaku 2. Tata tertib Rusunawa Semanggi a. Hak dan kewajiban pengelola 1) Hak pengelola a) Menarik uang sewa, rekening air, listrik dan beaya-beaya lain yang ditetapkan pengelola. b) Mengenakan sanksi atas pelanggaran penghunian oleh penyewa. c) Melaksanakan penertiban penghuni commit to user
84 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d) Melaksanakan pemutusan sewa apabila penyewa melalaikan kewajibannya 2) Kewajiban pengelola a) Menyediakan fasilitas listrik, air bersih di setiap satuan unit Rusunawa b) Melakukan pemeriksaan, pemeliharaan, perbaikan secara teratur terhadap seluruh elemen dan komponen sarana Rusunawa sesuai dengan standar kesehatan dan keamanan. c) Mewujudkan lingkungan yang bersih dan teratur serta lestari. d) Menjaga keamanan lingkungan bekerjasama dengan penyewa dan aparat keamanan e) Memberikan informasi kepada penyewa atas kebijakan-kebijakan pengelola yang akan ditetapkan. f) Memberikan pemberitahuan kepada penyewa atas kegiatankegiatan berkaitan dengan pemeliharaan dan atau perbaikan Rusunawa b. Hak dan kewajiban penyewa 1) Hak penyewa a) Menempati satuan unit Rusunawa untuk keperluan tempat tinggal. b) Menggunakan fasilitas umum dan fasilitas sosial dalam lingkungan Rusunawa. c) Mengajukan keberatan atas pelayanan yang kurang baik oleh commit to user
85 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pengelola Rusunawa. d) Mendapatkan penjelasan, pelatihan dan bimbingan tentang pencegahan, pengamanan dan penyelamaran terhadap bahaya kebakaran. e) Memanfaatkan bagian bersama. f) Memanfaatkan benda bersama. g) Memanfaatkan tanah bersama yang didasarkan atas luas sarana Rusunawa. 2) Kewajiban penyewa a) Membayar sewa dan segala biaya yang ditetapkan pengelola. b) Membayar rekening listrik dan air bersih yang terpakai. c) Membuang sampah setiap hari dan dilakukan di tempat yang telah ditentukan / disediakan dengan menggunakan pembungkus secara rapi dan teratur tidak berserakan. d) Memelihara sarana Rusunawa yang disewa dengan sebaikbaiknya. e) Mematuhi ketentuan tata tertib di sarana Rusunawa yang ditetapkan oleh pengelola dan penyewa. f) Mengikuti kegiatan yang dilakukan warga Rusunawa. c. Larangan bagi penyewa / pemegang ijin sewa 1) Bidang administrasi a) Menyewakan / memindah tangankan sarana rusunawa kepada pihak lain tanpa ijin pengelola. commit to user
86 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b) Dilarang menyewa lebih dari satu satuan unit Rusunawa c) Dilarang menggunakan satuan unit Rusunawa sebagai tempat usaha. 2) Fasilitas Rusunawa a) Dilarang melakukan tindakan merusak atau melakukan tindakan yang dapat menimbulkan pencemaran terhadap fasilitas bersama yang ada di lingkungan rusunawa. b) Dilarang memasng tambahan instalasi listrik atau air, menggali jalan, taman, dan lain-lain tanpa seijin pengelola. c) Dilarang memasang alat pendingin (AC) tanpa ijin pengelola. d) Dilarang merusak instalansi listrik, air, lampu taman dan lampu penerangan di komplek Rusunawa. e) Dilarang memasang antene rig, radio cb maupun alat komunikasi radio lainnya selain yang disediakan oleh pengelola. 3) Konstruksi bangunan a) Penyewa dilarang melakukan perubahan atau perombakan bangunan RUSUNAWA dalam bentuk apapun tanpa persetujuan tertulis dari pengelola. b) Penyewa dilarang membuat bangunan tambahan. c) Penyewa dilarang memaku atau melobangi dinding. d) Penyewa dilarang membongkar langit-langit dan menyimpan barang-barang di langit-langit. commit to user
87 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e) Penyewa dilarang membawa, meletakkan, menaruh benda/ barang yang beratnya melampaui batas kekuatan/ daya dukung lantai yang ditentukan. 4) Ketertiban
a) Penyewa dilarang memelihara binatang peliharaan kecuali ikan hias di dalam akuarium. b) Penyewa dilarang membuang benda/ sampah dari atas ke bawah c) Penyewa dilarang melakukan kegiatan yang menimbulkan suara bising/ keras, bau menyengat dan lainnya. d) Penyewa dilarang melakukan perbuatan yang dapat mengganggu keamanan, ketertiban dan kesusilaan. Perbuatan tersebut antara lain berjudi, menjual/ memakai narkoba, minuman keras, berbuat maksiat dan lain sebagainya e) Penyewa dilarang menyimpan, meletakkan barang/ benda di koridor,
tangga
atau
tempat
yang
dapat
mengganggu/
menghalangi kepentingan bersama f) Penyewa dilarang menjemur pakaian selain di tempat yang telah disediakan. B.
PROFIL INFORMAN DAN RESPONDEN Informan yang diambil peneliti dalam penelitian ini seluruhnya commit to user berjumlah 5 orang, yang pertama merupakan Kepala UPTD Kota Surakarta, dan
perpustakaan.uns.ac.id
88 digilib.uns.ac.id
yang 4 orang merupakan penghuni Rusunawa Semanggi yang juga berperan sebagai pengurus paguyuban di Rusunawa Semanggi. Sedangkan responden berjumlah 7 orang yaitu yang berstatus sebagai penghuni Rusunawa Semanggi. Untuk mengetahui gambaran umum mengenai kehidupan masing-masing informan dan responden ini, maka diperoleh profil informan dan responden tersebut seperti yang tergambar berikut ini: 1. Informan a. Bapak Toto Jayanto Usianya 49 tahun, bertempat tinggal di Jl Kahuripan utama no 37 Solo. Beliau merupakan kepala UPTD Kota Surakarta. Tugas Bapak Toto sebagai kepala UPTD adalah mengatur segala hal yang berkaitan dengan Rusunawa dan penghuninya. Konsepnya membangun Rusunawa adalah supaya masyarakat miskin bisa menabung membeli rumah sendiri. Bapak Toto juga sering mengadakan sarasehan dengan penghuni Rusunawa, menampung aspirasi penghuni dan memberikan solusi atas permasalahan yang terjadi. Serta memberikan arahan-arahan kepada penghuni agar keberadaan Rusunawa bisa efektif. b. Bapak Sutro Agus Suryanto Usianya 59 tahun. Bapak Agus didaulat menjadi wakil ketua paguyuban Blok B Rusunawa Semanggi. Hobinya yang gemar membaca mencetuskan ide membuka perpustakaan di Rusunawa dengan bantuan dari commit to user
89 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pemerintah dan pihak swasta. Dahulu Bapak Agus mengontrak rumah di daerah Gabutan Joyosuran dengan biaya Rp 1.750.000 / tahun, dimana hunian tersebut merupakan hunian yang rawan terkena banjir setiap kali hujan deras. Bersama istri,dua orang anaknya, satu menantu dan dua orang cucunya mereka menempati Rusunawa Semanggi sejak 15 Maret 2010. Anak yang pertama seorang perempuan sudah bekerja di sebuah toko kue dan memiliki suami serta dua orang anak. Anak kedua lak-laki sudah bekerja di sebuah pabrik. Bapak Agus bekerja sebagai wiraswasta dengan membuka usaha di pasar klithikan yang kiosnya gratis disediakan oleh pemerintah kepada warga Rusunawa Semanggi. Bapak Agus terkadang juga menjadi supir jika ada orang memerlukan jasanya, sedangkan istrinya ikut membantu menafkahi keluarga dengan membuat usaha kecil-kecilan emping lalu Bapak Agus yang mendistribusikan emping itu ke warungwarung. Meskipun keduanya telah bekerja dan kedua anaknya sudah memiliki penghasilan sendiri, beliau mengaku kadang masih merasa berat jika harus membayar uang sewa Rusunawa mencapai Rp 230.000 setiap bulannya, dengan penghasilan rata-rata Rp 1.000.000 perbulan dengan estimasi pengeluaran Rp 800.000 - Rp 900.000. Harapanya agar dibebaskan dari biaya sewa unit hunian, jadi hanya membayar biaya listrik dan air.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
90 digilib.uns.ac.id
c. Bapak Andhy Berusia 40 tahun. Bapak Andhy merupakan Ketua paguyuban Blok B Rusunawa Semanggi. Beliau mempunyai 1 orang anak yang masih duduk di bangku Taman Kanak-Kanak. Dahulu Bapak Andhy bertempat tinggal di rumah orang tuanya di daerah Kampung Baru, lalu semenjak 14 Januari 2010 Bapak Andhy memutuskan untuk pindah ke Rusunawa Semanggi alasannya karena ingin hidup mandiri tidak bergantung sama orang tua. Bapak Andhy bekerja sebagai swasta non informal dengan penghasilan perbulan Rp 1.200.000, pengeluaran perbulan mencapai Rp 1.000.000. Sedangkan istrinya bekerja sebagai penjahit dan membuka usaha jahit di unit hunian yang ditempati. Waktu awal menempati Rusunawa Semanggi, Bapak Andhy belum memiliki kendaraan pribadi, jadi mau kemana-mana lumayan sulit transportasinya. Tapi sekarang beliau sudah bisa mengambil kredit motor yang dikumpulkan dari penghasilan beliau dan istrinya. Dengan tinggal di Rusunawa Semanggi perekonomian Bapak Andhy bisa lebih meningkat dari yang sebelumnya karena istrinya membuka usaha jahit. Dan juga mampu membeli barang-barang elektronik yang sebelumnya tidak dimiliki. d. Bapak Seto Caroko Usianya 34 tahun. Bapak Seto bertugas sebagai sekretaris di paguyuban Blok A Rusunawa Semanggi. Bapak Seto bersama istri dan anak pertamanya yang masih balita menghuni di Rusunawa Semanggi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
91 digilib.uns.ac.id
sejak bulan Mei 2011, sebelumnya Bapak Seto tinggal di rumah orang tuanya di Sragen, sedangkan sang istri asli Solo. Setelah mendapat pekerjaan di Solo Bapak Seto pindah ke Solo dan menempati Rusunawa Semanggi dengan bantuan mertuanya yang mengajukan ijin tinggal di Rusunawa Semanggi. Sebelum tinggal di Rusunawa Semanggi, Bapak Seto pernah ngontrak rumah juga, tetapi karna harganya mahal dan kondisi lingkungan tidak bersih sehingga menyebabkan anaknya yang balita sering sakit akibat polusi lingkungan lalu Bapak Seto memutuskan untuk pindah ke Rusunawa Semanggi yang dirasa lebih layak untuk dihuni dan harga sewa yang tidak mahal. Bapak Seto bekerja sebagai pegawai swasta, selain itu beliau juga memiliki hoby memelihara hewan ular yang bisa diikutkan kompetesi dan kemudian bisa dijual dengan harga yang lebih tinggi. Penghasilan Bapak Seto rata-rata Rp 1.500.000 perbulan dengan pengeluaran Rp 1.000.000 tiap bulannya. Sementara itu istrinya bekerja sebagai desainer baju dan penjahit penghasilan yang tidak pasti setiap harinya. 2. Responden a. Bapak Putut Berusia 50 tahun. Bapak Putut merupakan pengurus koordinator Blok A. Beliau menempati Rusunawa Semanggi dengan alasan rumah orang tua yang beliau tempati bersama istri dan ke empat orang anaknya telah dijual karena kedua orang tua beliau telah meninggal dunia, dan hasil commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
92 digilib.uns.ac.id
penjualan rumah tersebut dibagi-bagikan sebagai warisan untuk beliau dan saudara-saudaranya. Dahulu Bapak Putut bekerja di percetakan dengan penghasilan Rp 750.000/bulan. Setelah menempati Rusunawa Semanggi dan mendapatkan modal dari hasil penjualan rumah orang tuanya, Bapak Putut menggunakannya untuk memulai usaha membuka percetakan sendiri di halaman depan unit hunian yang beliau tempati. Dengan menggunakan satu mesin percetakan dan ditambah dengan bekerja di Showbis atau pertunjukan musik keliling, saat ini beliau bisa memperoleh penghasilan Rp 2.500.000,-. Dengan pengeluaran perbulan rata-rata Rp 2.000.000,-. Bapak Putut juga tidak segan-segan membagikan ilmunya bermain keyboard dengan mengajarkan ke penghuni Rusunawa Semanggi. b. Bapak Danang Usianya 30 tahun. Bapak Danang merupakan penghuni Rusunawa sejak bulan Januari 2010. Dahulu beliau ikut tinggal di rumah orang tua daerah Norowangsan sebelum menempati Rusunawa Semanggi. Tinggal di Rusunawa dengan alasan ingin belajar hidup mandiri dan juga kalau kontrak di luar biaya kontrak lebih mahal. Di Rusunawa Semanggi bapak Danang membuka usaha laundry, dulunya bapak Danang kerja ikut orang. Sekarang bisa mempekerjakan tetangga di Rusunawa sebagai pekerjanya. Meski usahanya masih kecil-kecilan namun bisa menghasilkan pendapatan Rp 1.500.000 setiap bulannya, dengan usaha laundry penghasilannya bisa bertambah daripada sebelum dia tinggal di Rusunawa Semanggi . commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
93 digilib.uns.ac.id
Pengeluaran perbulan sekitar Rp 800.000 – Rp 900.000, untuk membayar biaya sewa dan bayar listrik juga air mencapai Rp 250.000. c. Bapak Broto Usianya 37 tahun. Bapak Broto dahulu mengontrak rumah di daerah Semanggi RT 05 / RW 16, dengan biaya sewa Rp 250.000 / bulan itu belum termasuk biaya listrik, sedangkan di Rusunawa Bapak Broto hanya mengeluarkan biaya Rp 230.000 / bulan dan itu sudah merupakan biaya listrik dan air. Dahulu Bapak Broto sebelum menempati Rusunawa bekerja sebagai pedagang bakso ojek dengan menaiki sepeda kayuh sejak tahun 2007. Ketika pindah ke Rusunawa Semanggi Bapak Broto berinovasi dalam menjual baksonya menjadi bakso bakar. Pertama dia mampu mengajak 5 orang penghuni Rusunawa Semanggi bekerja sama dengan beliau, setelah bakso bakar Bapak Broto laris, 10 orang dari luar penghuni Rusunawa ikut bergabung menjadi pegawai Bapak Broto. Sekarang penghasilannya Bapak Broto mampu mencapai Rp 15.000.000 perbulan untuk menggaji 15 orang pegawai Rp 900.000 setiap orangnya. d. Ibu Trisno Berusia 46 tahun. Ibu Trisno memiliki dua orang anak, beliau tinggal di Rusunawa Semanggi sejak Januari 2010. Alasan beliau pindah karena dulunya menumpang di rumah mertua di daerah Gading. Di rumah mertua dahulu dia bekerja sebagai baby sitter di tetangga sebelah rumah, user bulannya. Setelah pembangunan dengan pendapatan Rp commit 500.000to setiap
94 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Rusunawa Semanggi, Ibu Trisno beserta keluarganya memutuskan untuk pindah ke Rusunawa. Demi memenuhi kebutuhan hidupnya Ibu Trisno membuka warung di Unit Hunian yang dia tempati. Setiap bulannya Ibu Trisno mampu mendapatkan penghasilan Rp 1.000.000, pengeluaran untuk membayar biaya sewa Rusunawa Semanggi Rp 230.000. Sedang suaminya bekerja sebagai buruh harian. e. Ibu Samiyem Usianya 47 tahun. Ibu Samiyem tinggal bersama suami dan kedua anaknya. Beliau menempati Rusunawa Semanggi sejak bulan Januari 2010. Dulunya Ibu Samiyem mengontrak rumah di daearah Semanggi dengan biaya sewa Rp 2.500.000 pertahun, kondisi kontrakan dari gebyok atau triplek sangat tidak layak huni. Jika mau mandi harus ke MCK umum dengan membayar Rp 500 – Rp 1000. Sedangkan biaya sewa di Rusunawa lebih rendah Rp 200.000 perbulan. Ibu Saniyem berjualan susu sapi, dulu sebelum menempati Rusunawa Semanggi Ibu Saniyem membuka usahanya di depan pasar dengan menyewa tempat berjualan Rp 150.000 per bulan. Sekarang dengan menempati Rusunawa Semanggi, Ibu Saniyem dapat membuka usaha berjualan susu sapi di lantai dasar Rusunawa tanpa harus membayar uang sewa. Dengan penghasilan mencapai Rp 1.500.000 Ibu Saniyem mampu menyisihkan penghasilannya untuk menabung kelak untuk membeli rumah sendiri. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
95 digilib.uns.ac.id
f. Bapak Tono Usianya 29 tahun. Bapak Tono dahulu tinggal di Rusunawa Begalon Tipes, lantaran dibangun Rusunawa Semanggi dengan unit hunian lebih luas kemudian Bapak Tono mengajukan ijin tinggal di Rusunawa Semanggi. Bapak Tono memanfaatkan unit hunian untuk berjualan toko kelontong dan di lantai dasar setiap pagi dia gunakan untuk berjualan sayuran mentah. Kalau ada waktu longgar beliau juga mengajak anak-anak Karang Taruna berjualan jagung bakar di halaman depan Rusunawa Semanggi waktu malam hari. Serta membagikan ketrampilan membuat roti kepada pemuda-pemudi Rusunawa Semanggi. Di Rusunawa Semanggi, Bapak Tono berperan sebagai penasehat Karang Taruna Rusunawa. Penghasilan Bapak Tono perbulan mencapai Rp 1.500.000, kehidupan perekonomian jauh lebih baik daripada sebelumnya, karena membuka usaha di Rusunawa Semanggi lebih
ramai pembelinya dibandingkan
dengan Rusunawa Begalon. g. Bapak Sarjono Berusia 52 tahun. Bapak Sarjono menempati Rusunawa Semanggi karena harga kontrakan di luar semakin lama semakin naik. Bapak Sarjono hidup berpindah-pindah dari kontrakan satu ke kontrakan yang lain sudah selama 15 tahun. Beliau dahulu mengontrak rumah di daerah Dawung Wetan dengan biaya Rp 3.500.000 per tahunnya, sedangkan setiap tahun biaya tersebut naik hingga Rp 500.000 per tahun. Bapak Sarjono tinggal commit to user
96 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bersama istri dan satu orang anaknya. Beliau memanfaatkan tinggal di Rusunawa Semanggi dengan berjualan angkringan di lantai dasar Rusunawa.
Dengan
penghasilan
Rp
1.000.000
perbulan,
dengan
pengeluaran rata-rata Rp 600.000 setiap bulan. Tinggal di Rusunawa Semanggi dirasa lebih nyaman, menggunakan fasilitas lahan untuk berjualan tanpa harus tambah membayar biaya tiap bulannya. h. Bapak Sentot Usianya 46 tahun. Dulu Bapak Sentot mengontrak rumah di wilayah Joyosuran dengan biaya Rp 800.000 pertahun, dengan kondisi rumah dekat dengan pemakaman Gabutan yang rawan banjir. Bapak Sentot yang berprofesi sebagai pendeta diberi tugas menangani bidang kerohanian Nasrani di Rusunawa Semanggi. Beliau juga memanfaatkan unit hunian untuk tempat berjualan. Jumlah anggota keluarga yang tinggal bersamanya di Rusunawa berjumlah enam orang. Dengan penghasilan Rp 1.000.000 setiap bulannya, dan Rp 700.000 rata-rata pengeluaran setiap bulan. C.
Gambaran Kondisi Sebelum dan Setelah Tinggal di Rusunawa Semanggi 1. Kondisi Penghuni Sebelum Tinggal di Rusunawa Semanggi Ada beberapa permasalahan yang terjadi pada calon penghuni Rusunawa sebelum menempati Rusunawa Semanggi. Secara umum penghuni Rusunawa dahulu tidak mempunyai rumah, dengan tingkat ekonomi lemah, penghuni sering tidak tercatat sebagai warga setempat, rata-rata bertempat commit to user tinggal di permukiman yang kumuh, rawan banjir dan kebakaran serta rawan
perpustakaan.uns.ac.id
97 digilib.uns.ac.id
terhadap timbulnya penyakit, dan kebanyakan mereka mengontrak dengan berpindah-pindah tempat. Sehingga menjadikan alasan bagi calon penghuni Rusunawa ingin tinggal di Rusunawa Semanggi. Seperti apa yang diungkapkan oleh informan sebagai berikut: ”Tempat yang dulu deket kuburan gabutan merupakan lahan banjir. Pindah disini karna fasilitas memadai, merupakan contoh rumah sehat, kamar mandi sendiri, pas dulu kontrak kamar mandi untuk rombongan / umum.” (wawancara dengan Bapak Sentot, 8 Maret 2012) ”Karena pengalaman yang sudah-sudah menempati hunian 3x3, sekarang 4x6 dan semuanya di dalem. Kalau ngekost dapur umur. Hanya terpaut sidikit biayanya pilih disini lebih komplit dan nyaman. Dulu ke tempat kerja juga jauh. Juga dahulu jualan susu di dekat pasar , menyewa tempat 150rb/bulan. Sekarang berjualan di lantai dasar Rusunawa ga ditarik biaya.” (wawancara dengan Ibu Samiyem, 7 Maret 2012) ”Kalau diluar belum sampai 1 tahun udah dioyak-oyak, harganya sudah mencapai 3,5 juta/tahun. Apalagi setiap tahun naik 500 ribu. Sudah selama 15 tahun ngontrak disana. Kalau tinggal di rusun lebih tenang dan murah.” (wawancara dengan Bapak Sarjono, 7 Maret 2012) ”Kalau tinggal di luar lokasi kurang memadai, fasilitas kurang , kesehatan juga terganggu.” (wawancara dengan Bapak Tono, 8 Maret 2012)
Sebagaimana diketahui, mayoritas penghuni yang hidup di Rusunawa Semanggi umumnya mata pencaharian penghuninya tidak tetap dan usahanya non-formal, pendidikan rendah. Oleh sebab itu dapat dipahami apabila untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin yang tidak mempunyai tempat tinggal serta hunian yang layak yaitu dilakukan dengan cara memberdayakan masyarakat miskin dengan cara pembangunan Rusunawa commit to user Semanggi.
98 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sarana dan prasarana di lingkungan perumahan dan permukiman penghuni sebelum tinggal di Rusunawa Semanggi tidak memadai. Rumah kontrakan tidak layak dihuni, serta akibat kepadatan yang tinggi menyebabkan terbatasnya penggunaan air bersih WC dan kamar mandi bersama dengan warga sekitar. Demikian juga dengan fasilitas tempat cuci. Penggunan fasilitas tersebut, warga yang menggunakan WC dan kamar mandi bersama harus membayar Rp. 500,- (lima ratus rupiah) sampai Rp. 1000,- (seribu rupiah) untuk setiap melakukan kegiatan seperti mandi, cuci dan sebagainya. Juga ada pula warga yang sering jadi korban kebanjiran di tempat tinggal yang lama. Seperti yang diungkapkan oleh informan berikut ini: “Dulu tinggal di kampung mau butuh air aja harus antri, mau ke belakang, mandi, nyuci itu harus antri karena padatnya bangunan, sumur aja dipakai bareng. Jika ke kamar mandi umum harus bayar 500-1000 rupiah.” (wawancara dengan Ibu Samiyem, 7 Maret 2012) “Kalau tinggal di rumah yang dulu pas hujan kebanjiran.” (wawancara dengan Bapak Sutro Agus, 3 Maret 2012) Sedangkan kondisi lahan sebelum didirikan Rusunawa Semanggi merupakan lahan kosong Hak Pakai Pemerintah Kota Surakarta yang sebelumnya digunakan untuk barang rongsokan dan ada beberapa hunian liar. Sebagaimana diungkapkan oleh ketua paguyuban: “Sekarang dapat lebih tertata, soalnya dulu kumuh. Karena tempat rongsokan barang bekas, jual beli besi dan permukiman kumuh. Sekarang lebih terlihat indah, soalnya dulu kayak hutan.” (wawancara dengan Bapak Andhy, 4 Maret 2012) commit to user
99 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berhubungan dengan kesehatan, sebelum tinggal di rumah susun seringkali mengalami sakit terutama pada anak-anak. Lingkungan yang tidak sehat
menyebabkan
banyak
virus
penyakit
bertebaran.
Sehingga
menyebabkan penduduk yang sering mengeluhkan sakit. Tindakan awal yang dilakukan oleh warga bila sakit adalah mengobati dengan obat-obatan yang tersedia di warung yang diyakini. Seperti penuturan salah satu penghuni di Rusunawa Semanggi berikut ini : “Dulu pernah nyoba ngontrak di luar tapi kondisi lingkungan tidak bersih sehingga anak saya yang balita sering sakit, karena polusi lingkungan. Akhirnya saya pindah.” (wawancara dengan Bapak Seto Caroko, 5 Maret 2012) Dari gambaran tersebut diatas, sedikitnya ada 10 (sepuluh) ciri-ciri permukiman kumuh yang biasanya dihuni oleh masyarakat miskin yang tidak memiliki rumah, yaitu : a. Tempat tinggal berdesakan, tidak seimbang dengan jumlah penghuni, hanya berfungsi sebagai tempat istirahat, melindungi diri dari pengaruh iklim atau cuaca. b. Lingkungan dan tata permukiman tidak teratur, tidak terencana dengan baik sifat fisik bangunan sementara, tidak sedap dipandang, dan terkesan acak-acakan. c. Fasilitas prasarana tidak memadai, seperti MCK, air bersih, saluran air, limbah, drainase, listrik , jalan sempit (gang), terkesan jorok, tidak sehat.
commit to user
100 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d. Fasilitas sosial, seperti tempat ibadah, kesehatan, dan sebagainya tidak memadai. e. Pekerjaan penghuni tidak tetap dan taraf hidupnya rendah. f. Bidang usaha yang dilakukan sebagian besar informal. g. Status tempat tinggal pada umumnya sewa di atas milik perorangan, swasta, atau rumah di atas tanah negara. h. Tingkat pendiidikan dan keahlian penghuninya rendah. i. Sebagian besar penghuninya tidak tercatat sebagai penduduk setempat. j.
Lingkungan permukiman rawan terhadap kebakaran dan penyakit.
2. Kondisi Penghuni Setelah Tinggal di Rusunawa Semanggi Sarana dan prasarana di lingkungan perumahan dan permukiman di bandingkan sebelum tinggal di rumah susun jauh lebih baik, umumnya sarana dan prasarana yang disediakan cukup memadai dan berfungsi sebagaimana mestinya. Menurut pengelola sarana dan prasarana yang ada di Rusunawa Semanggi tidak terawat, bahkan sebagian sarana dan prasarana yang disediakan mengalami perubahan baik fungsi maupun kondisinya, seperti taman dan ruang terbuka sebagian dimanfaatkan untuk kebutuhan penghuni yaitu pengembangan ruang permukiman khusus pada penghuni yang berada di lantai dasar, sehingga terkesan kotor dan kumuh. Untuk commit to user
101 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengetahui kondisi sarana dan prasarana yang tersedia di Rusunawa Semanggi meliputi sarana kebersihan, sarana kegiatan ekonomi, sarana keagamaan, yaitu sebagai berikut: a. Sarana Kebersihan Pihak pengelola dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum UPTD Kota Surakarta sudah menyediakan sarana kebersihan yang memadai, sampah warga penghuni sudah tertampung pada tempatnya. Dan juga terdapat satu petugas kebersihan di masing-masing blok Rusunawa Semanggi yang bertugas membersihkan tiap lantai. Meskipun demikian harus ada kesadaran para penghuni untuk ikut membantu menjaga kebersihan dengan tidak membuang sampah dengan sembarangan, dan membersihkan bagian depan unit hunian masingmasing supaya terlihat bersih. Karena sangat tidak memungkinkan satu petugas kebersihan secara khusus bisa aktif membersihkan tangga, jalan, taman dan sebagainya, sehingga suasananya tidak terlihat terurus dan kumuh. Seperti ungkapan
informan sebagai
berikut: “Kebersihan kurang, karena terdiri dari berbagai habitat, Kebersihan belum terjaga dengan baik, dari lantai dasar anak tangga masih kotor. Petugas kebersihan hanya 1 orang per blok. Harusnya warga rusunawa ikut berpartisipasi terhadap kebersihan dimasing-masing rumah. Warga harusnya bisa saling berbagi.” (wawancara dengan Bapak Sutro Agus, 4 Maret 2012) commit to user
102 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Sarana Kegiatan Ekonomi Sarana kegiatan ekonomi yang tersedia adalah warung, salon, bimbingan belajar, penjahit, penjual bakso bakar, angkringan, penjual keliling, tukang sol sepatu, servis alat elektronik, pembudidayaan ikan lele, percetakan, desain lukisan rukuh, laundry, penjual sayuran, masakan padang, penjual pulsa, dan masih banyak lagi kegiatan perekonomian yang terdapat di Rusunawa Semanggi. Kegiatan tersebut dilakukan oleh sebagian warga untuk memenuhi kebutuhan ekonominya. Seperti peneuturan informan berikut ini: ”Tergantung kreativitas kita saja. Kalau disini di jadiin tempat usaha juga harus siap mental karna banyak yang hutang, pengembangan ekonomi di Rusunawa tergantung kreativitas individu.” (wawancara dengan Bapak Danang, 5 Maret 2012) ”Membuat lapangan kerja baru untuk penghuni, 15 orang telah menjadi pegawai saya, yang 5 orang dari penghuni Rusunawa semanggi dan 10 orang dari luar. Penghasilan mereka 900 rb/bulan. Disediakan grobak untuk berjualan. Ini merupakan inisiatif saya sendiri dari sebelum tinggal disini, sejak tahun 2007 sudah memulai usaha bakso bakar. Dari yang awal mulanya saya berjualan sendiri dengan mengayuh sepeda jengki. Saya ingin membuat usaha tahu bakso, didirikan grobak-grobak kecil didepan Mini market. Supaya penghuni yang belum mempunyai penghasilan dapat memperoleh penghasilan sendiri dari jualan tahu bakso” (wawancara dengan Bapak Broto, 6 maret 2012) ” Usaha disini lebih baik dari pada dulu. Lebih rame disini buka warung. Jadi kehidupan perekonomian lebih baik.” (wawancara dengan Bapak Tono, 8 Maret 2012) c. Sarana Keagamaan Sarana keagamaan berupa bangunan tempat ibadah yang commit to user tersedia hanya untuk penganut agama islam saja yaitu bangunan
103 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Mushola masing-masing blok terdapat 1 Mushola, untuk Masjid belum didirikan di Rusunawa Semanggi. Mushola digunakan penghuni agama islam melaksanakan ibadah sholat baik sholat lima waktu. Untuk sholat jumat dilaksanakan di Masjid yang berada di sekitar Rusunawa Semanggi. Acara pengajian juga rutin dilakukan setiap
hari minggu pagi yang dilaksankan sebulan sekali,
mengundang pembicara dari luar. Sedangkan untuk umat kristiani memakai aula sebagai tempat ibadah untuk anak-anak kecil yang diberi nama Ibadah Kamis Ceria, untuk perayaan ibadah seperti Natal dan Paskah umat Kristiani blok A dan blok B berkumpul menjadi satu mengadakan kebaktian dengan mengundang pendeta dari Gereja luar. Seperti yang diungkapkan oleh informan: ”Terdapat kegiatan pengajian di Mushola maupun di Aula dilaksanakan satu bulan sekali, TPA juga diadakan. Untuk umat nasrani ada ibadah kamis ceria untuk anak kecil, dan ibadah perayaan hari besar umat kristen.” (wawancara dengan Bapak Putut, 4 Maret 2012)
D.
PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
MISKIN
MELALUI
PEMBANGUNAN RUSUNAWA SEMANGGI Upaya yang pokok dalam pemberdayaan masyarakat adalah peningkatan taraf pendidikan, dan derajat kesehatan, serta akses ke dalam sumber-sumber kemajuan ekonomi seperti modal, teknologi, informasi, lapangan kerja, dan pasar. Untuk itu, perlu ada program khusus bagi masyarakat yang kurang berdaya. Masyarakat miskin tidak dalam posisi “have not” but “have a little”, maka commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
104 digilib.uns.ac.id
diperlukan sebuah wahana yang menyatukan setiap orang miskin sehingga kuat dan mempunyai akses terhadap pembangunan. Berangkat dari keterbatasan yang dimiliki masyarakat (khususnya masyarakat miskin), maka wahana yang relevan untuk pemberdayaan mereka adalah wahana yang memungkinkan mereka memiliki tambahan posisi untuk berkembang. Namun, dengan tetap mengingat bahwa pemberdayaan semestinya tidak menyeret mereka ke dalam ketergantungan yang akan melestarikan kemiskinannya. Pemberdayaan yang relevan dengan konsep tersebut adalah pemberdayaan yang dibentuk dari – oleh – untuk mereka, yang memberikan kesempatan pada mereka untuk saling membantu, tanpa menutup keterlibatan pihak luar yang tidak bertujuan untuk membangun ketergantungan pada diri mereka. Pemberdayaan yang dimaksud adalah pembangunan Rusunawa untuk masyarakat miskin yang belum memiliki rumah. Penghuni Rusunawa adalah sekumpulan orang yang menghimpun diri dalam suatu kelompok dikarenakan adanya ikatan pemersatu yaitu kepentingan dan kebutuhan yang sama sehingga dalam kelompok tersebut memiliki tujuan yang ingin dicapai bersama. Pemberdayaan masyarakat melalui pembangunan Rusunawa Semanggi merupakan salah satu cara pemberdayaan masyarakat dalam bidang ekonomi, karena kegiatan-kegiatan di dalamnya tidak lepas dari kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan ekonomi, seperti kegiatan ekonomi produktif, pertemuan rutin, arisan, pelatihan-pelatihan dan yang utama adalah peminjaman modal. commit to user
105 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kelompok penghuni Rusunawa Semanggi ini berorientasi kepada : a. Peningkatan pendapatan anggota dan kelompok. Dalam kaitan ini, perlu diupayakan terus-menerus pemahaman dan peningkatan bagi rumah tangga yang efektif, pemupukan modal swadaya serta pengembangan usaha produktif dan pemasaran. b. Adanya keterbukaan di kalangan penghuni terhadap berbagai hal baru ke arah kemajuan, disamping itu juga terbuka terhadap kerja sama baru untuk mencapai tingkat usaha yang lebih besar. c. Menerapkan prinsip demokrasi dan partisipasi dalam penyelenggaraan kelompok penghuni Rusunawa Semanggi. Hal ini ditandai oleh pertemuan anggota secara rutin dan berkelanjutan, pengurus dipilih dari dan oleh anggota. Proses pemberdayaan warga masyarakat diharapkan dapat
menjadikan
masyarakat menjadi lebih berdaya berkekuatan dan berkemampuan. Kaitannya dengan indikator masyarakat berdaya, Sumardjo (1999) menyebutkan ciri-ciri warga masyarakat berdaya yaitu : 1. Mampu
memahami
diri
dan
potensinya, mampu merencanakan
(mengantisipasi kondisi perubahan ke depan) 2. Mampu mengarahkan dirinya sendiri 3. Memiliki kekuatan untuk berunding commit to user
106 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Memiliki bargaining power
yang memadai dalam melakukan kerjasama
yang saling menguntungkan 5. Bertanggung jawab atas tindakannya Pemberdayaan masyarakat bukan membuat masyarakat menjadi makin tergantung pada berbagai program pemberian. Pada dasarnya setiap apa yang dinikmati, harus dihasilkan atas usaha sendiri (yang hasilnya dapat dipertukarkan dengan pihak lain). Dengan demikian, tujuan akhirnya adalah memandirikan masyarakat, memampukan, dan membangun kemampuan untuk memajukan diri ke arah kehidupan yang lebih baik secara sinambung. Berikut dibawah ini peneliti akan membicarakan mengenai inti dari pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh Pemerintah DPU UPTD Kota Surakarta dalam pembangunan Rusunawa yang bertujuan untuk memberdayakan, menswadayakan, dan memandirikan masyarakat: 1. Memberdayakan Masyarakat Memberdayakan berarti membuat jadi berdaya yaitu membuat jadi berkekuatan, berkemampuan, dan mempunyai akal untuk mengatasi sesuatu. Masyarakat miskin tentunya menginginkan dirinya berdaya dalam menghadapi kebutuhan hidup mereka, apabila mereka menginginkan dirinya berdaya tentunya mereka harus mempunyai akal untuk mengatasi keadaannya tersebut. Pembangunan Rusunawa untuk masyarakat miskin dibentuk sebagai salah satu cara atau wadah untuk membuat masyarakat miskin menjadi berdaya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
107 digilib.uns.ac.id
DPU memberikan kesempatan kepada masyarakat miskin yang tidak mempunyai rumah yaitu dengan memfasilitasi masyarakat melalui pembangunan Rusunawa Semanggi dengan memberikan perumahan layak dan terjangkau, tinggal bagaimana masyarakat miskin dan tentunya yang ingin mempunyai atau merintis suatu usaha untuk menambah pendapatan dalam menghuni Rusunawa Semanggi tersebut. Rumah yang layak huni merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting bagi manusia dalam melangsungkan kehidupannya. Faktor Ekonomi dan pendapatan yang tidak menentu menjadi faktor penyebab bagi masyarakat tidak dapat memenuhi kebutuhan untuk membeli atau menyewa rumah yang layak huni. Mereka lebih mementingkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti makan, minum, pakaian dan kesehatan daripada menyewa rumah layak huni. Kondisi seperti ini akhirnya memunculkan banyak rumah yang tidak layak huni dan tidak memenuhi standar kesehatan seperti rumah yang kotor dan lembab karena tidak ada ventilasi, dinding terbuat dari bilik dan seng bekas, lantai masih tanah, bocor, atap terbuat dari seng. Masih banyaknya kondisi rumah yang tidak layak huni menjadikan permukiman menjadi kumuh. Upaya untuk menata permukiman kumuh dengan pembangunan Rusunawa Semanggi akan dirasakan manfaatnya bagi masyarakat yaitu hunian yang layak huni, harga sewa yang terjangkau, dan sifatnya terus-menerus (berkelanjutan) dan bergilir bagi warga yang tidak memiliki rumah sendiri. commit to user
108 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dengan pembangunan Rusunawa Semanggi diharapkan mampu mengurangi permukiman kumuh yang ada di Surakarta serta dapat memberdayakan penghuni Rusunawa supaya dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Pembangunan Rusunawa diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat miskin. Program ini diharapkan dapat meningkatkan aspek sosial dan kepedulian masyarakat lain yang tergolong mampu, Pemerintah, pihak swasta dan stakeholder lain untuk membantu baik dalam bentuk tenaga maupun materi lainnya. Masyarakat miskin yang sadar akan keadaan dirinya, tentunya akan mempergunakan kesempatan ini untuk memperbaiki kesejahteraan hidupnya, karena banyak manfaat yang positif diperoleh dalam menghuni Rusunawa Semanggi. Seperti hasil wawancara berikut ini : “ Positif, karena memfasilitasi warga Surakarta yang tidak mempunyai tempat tinggal, keberadaan Rusunawa dibutuhkan” (wawancara Bapak Sutro Agus, 3 Maret 2012). “ Positif, bagus untuk masyarakat miskin yang membutuhkan tempat tinggal.” (wawancara Bapak Putut , 4 Maret 2012). “ Positif, karna masyarakat miskin dulu ga punya rumah lalu diberi tempat yang layak.” (wawancara Bapak Andhy , 4 Maret 2012). “ Positif, saya kan keluarga baru yang habis menikah, yang terbeban mencari rumah, disini ringan dan nyaman bisa menempati rusunawa ini, bisa interaksi dengan warga.” (wawancara Bapak Seto, 5 Maret 2012). Hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa terdapat kebijakan yang positif dari pihak DPU kepada masyarakat dalam pembagunan Rusunawa Semanggi tentunya bagi masyarakat yang miskin atau yang membutuhkan commit to user
109 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tempat tinggal bagi dirinya untuk meningkatkan pendapatan keluarganya untuk mencapai suatu keberdayaan dan kemandirian ekonomi rumah tangganya. Pembangunan Rusunawa merupakan salah satu bentuk dari cara untuk memberdayakan masyarakat, karena dengan adanya pembangunan Rusunawa maka masyarakat pun mulai berpikir untuk bisa menabung penghasilan mereka agar suatu saat nanti bisa memiliki tempat tinggal sendiri. Cara berpikir inilah yang merupakan wujud dari masyarakat yang berdaya, maksudnya apabila masyarakat menerima program dari pemerintah tersebut otomatis cara berpikir mereka sudah berkembang karena mereka sadar dengan menjadi penghuni Rusunawa
maka dapat merubah keadaan dirinya
menjadi lebih baik daripada sebelumnya. Seperti yang telah diungkapkan Bapak Toto Jayanto sebagai berikut: ” Keberadaan Rusunawa ini sudah cukup untuk mengurangi biaya pengeluaran perbulan. Kalau bisa hemat kan bisa nyelengin, kalau sudah bisa nyelengin kan bisa buat beli rumah sendiri. Program pembangunan Rusunawa sebenarnya seperti itu. Biaya rusunawa ini sepertiga dari UMR di Surakarta.” (wawancara tanggal 2 Maret 2012). Sebagaian besar penghuni mengalami permasalahan dengan permodalan untuk melanjutkan usaha. Dari pihak DPU Kota Surakarta juga akan membantu penghuni Rusunawa Semanggi dalam upaya peningkatan perekonomian penghuni Rusunawa Semanggi. Seperti penuturan Bp. Toto Jayanto selaku Ketua UPTD Kota Surakarta: ”Kita mau gandeng dinas-dinas terkait yang punya program peningkatan perekonomian, seperti koperasi, ngundang berbagai macam pelatihan biar bisa punya kemampuan mereka agar kemampuan commitmemberdayakan to user
110 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
meningkat. Konsep kita disana agar penghuni biar semua bisa punya penghasilan. Kerjasama dengan instansi lain yang punya potensi-potensi meningkatkan kemampuan ekonomi. Seperti di Blok B ada pinjaman modal usaha dari koperasi senilai 5 juta dan 20 juta. Saya juga senang jika warga punya inisiatif sendiri untuk melakukan berbagai kegiatan.” (wawancara 2 April 2012) Teori Pemberdayaan mengatakan bahwa pemberdayaan merupakan pengembangan psikologis yang menggabungkan persepsi kendali personal, pendekatan proaktif pada kehidupan, dan pengetahuan kritis akan lingkungan sosiopolitis. Pengembangan psikologis dari data penelitian di atas dapat dilihat bahwa
adanya syarat-syarat dan kriteria dari DPU
bagi calon penghuni
Rusunawa bertujuan supaya calon penghuni memiliki rasa tanggung jawab, disiplin dan ikut berpartisipasi nyata dalam kegiatan pemberdayaan yang dilakukan di Rusunawa Semanggi. Masyarakat yang sadar akan keadaannya sebagai orang kurang mampu atau orang miskin dan ikut serta mensukseskan program pemerintah dalam pembagunan Rusunawa, supaya dia dapat menjadikan dirinya berdaya dalam menghadapi tuntutan hidupnya, sehingga mereka pun akan mentaati peraturanpraturan yang berlaku bagi penghuni Rusunawa Semanggi
yang membuat
mereka lebih bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup keluarganya. Berdasarkan informasi dan data di atas serta dihubungkan dengan teori dalam penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa memberdayakan masyarakat adalah sebagai berikut : 1. Memberikan perumahan yang layak dan terjangkau, terutama bagi commit torendah. user masyarakat miskin berpenghasilan
111 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Peningkatan kemampuan masyarakat dalam pengembangan perumahan swadaya berbasis pemberdayaan masyarakat. 3. Pemberdayaan Usaha Ekonomi Masyarakat miskin. 4. Mewujudkan permukiman yang sehat, aman, harmonis. Matrik 4.1 Memberdayakan Masyarakat Melalui Pembangunan Rusunawa No
Memberdayakan Masyarakat
Penjabaran
1
Memberikan perumahan yang layak dan terjangkau, terutama bagi masyarakat miskin berpenghasilan rendah.
Melalui pembangunan Rusunawa Semanggi masyarakat miskin yang tidak mempunyai rumah diberdayakan dengan keberadaan Rusunawa, masyarakat miskin dapat mengajukan permohonan untuk menghuni Rusunawa Semanggi dengan membayar biaya sewa yang terjangkau yaitu sepertiga dari UMR Kota Surakarta. Biaya keseluruhan yang dibebankan tiap bulan antara Rp 200.000 – Rp 250.000,- .
2
Peningkatan kemampuan masyarakat dalam pengembangan perumahan swadaya berbasis pemberdayaan masyarakat.
Dengan harga sewa yang relatif murah, masyarakat mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Apalagi bisa menabung untuk membeli rumah sendiri.
3
Pemberdayaan Usaha Ekonomi Di Rusunawa Semanggi tercipta adanya Masyarakat miskin. kegiatan-kegiatan ekonomi produktif dari sebagian penghuni. DPU sebagai fasilitator segala kegiatan yang hendak dilakukan oleh penghuni. DPU menyediakan shelter untuk berjualan di lantai dasar Rusunawa Semanggi. Hal ini sangat berguna bagi masyarakat miskin yang merupakan penghuni Rusunawa Semanggi, yang membutuhkan suatu commit to user wadah bagi dirinya untuk mencapai suatu
perpustakaan.uns.ac.id
112 digilib.uns.ac.id
keberdayaan yang nantinya juga akan meningkatkan pendapatan keluarganya. Kegiatan yang dikembangkan antara lain seperti penyediaan prasarana dan sarana usaha ekonomi produktif bagi keluarga miskin, termasuk penyediaan prasarana dan sarana dasar perumahan dan permukiman yang memadai, pengadaan kegiatan pelatihan yang berkaitan dengan teknologi tepat guna dan pengembangan kewirausahaan serta keterampilan pendukung lainnya, disamping pemberian akses kepada berbagai sumber daya pembangunan, seperti modal usaha, biaya pembangunan dan pelatihan. Dalam kerangka pemberdayaan ekonomi yang berbasis pada pembangunan berkelanjutan untuk pengembangan usaha ekonomi produktif tetap menjadi pertimbangan yang tetap signifikan. Diharapkan keberhasilannya di dalam mengembangkan kegiatan ekonomi produktif rumah tangga dan komunitas akan membantu mengentaskan kemiskinan. 4
Mewujudkan permukiman Hal ini berguna untuk mengembangkan yang sehat, aman, harmonis. jati diri penghuni Rusunawa, kemandirian dan produktivitas penghuni Rusunawa. Kualitas perumahan yang layak huni dan terjangkau secara ideal perlu didukung dengan kualitas lingkungan permukiman yang lebih luas sebagai satu kesatuan hunian yang tidak terpisahkan guna mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan, baik di perkotaan maupun di perdesaan. Pembangunan sosial, ekonomi dan lingkungan secara commit to user menyeluruh akan dapat berlangsung
113 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
lebih efektif apabila terwadahi di dalam permukiman yang sehat secara fisik, emosional, dan spiritual; yang aman dari segi keselamatan dan kepentingan publik; yang harmonis sebagai satuan permukiman yang utuh dan kualitas hubungannya dengan fungsi-fungsi kawasan lainnya; serta yang berkelanjutan dari segi sosial, ekonomi, dan lingkungan secara keseluruhan.
2. Menswadayakan Masyarakat Menswadayakan berarti membuat jadi mempunyai kekuatan (tenaga) sendiri untuk mengatasi sesuatu. Masyarakat miskin menginginkan suatu usaha untuk menambah pendapatan bagi keluarganya supaya dapat memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak keluarganya. DPU menjadi fasilitator dalam memberikan pinjaman modal ke Badan Kredit Kecamatan (BKK) melalui program KUBE kepada penghuni untuk merintis suatu usaha yang tujuannya supaya mereka dapat meningkatkan pendapatan keluarganya, seperti hasil wawancara berikut ini : ” Disini ada 200 Kepala Keluarga (KK), saya masukan siapa saja membutuhkan modal lunak dana bergulir. Dari 200 KK hanya 45 KK yang mengajukan. Yang 5 orang dikucuri 20 juta, yang 40 orang menjadi 8 KUBE (Kelompok Usaha Bersama), per kelompok mendapat 5 juta. Harapan saya itu bisa untuk pemberdayaan ekonomi kerakyatan. Tapi dari 8 kelompok yang eksis hanya 1 kelompok. Yang lainnya tidak kompak, sehingga terjadi suasana yang kurang mengenakkan. Dana digunakan untuk usaha pengembangan emping, ada yang warung, jual buah-buahan, pakaian bekas di pasar Klithikan. Pengembalian dana selama 2 tahun, perbulan mengembalikan Rp. 234.000 per KUBE. Membayarnya di BKK.” (wawancara commit to user Bapak Sutro Agus, 3 Maret 2012).
114 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pinjaman modal dari KUBE dapat meningkatkan pendapatan khususnya bagi yang ingin merintis usaha dan mengembangkan usahanya itu, selain itu pinjaman modal dapat digunakan sebagai biaya tambahan seperti biaya sekolah anak, kulakan, serta kebutuhan hidup yang lain. Teori pemberdayaan mengatakan bahwa pemberdayaan berarti tindakan kolektif untuk meningkatkan kualitas hidup suatu masyarakat dan hubungan antara organisasi masyarakat. Ini berarti bahwa tindakan kolektif merupakan suatu cara membentuk kesadaran mayarakat akan pentingnya kebersamaan. Tindakan kolektif yang ada di dalam KUBE adalah ketika anggota membayar iuran yaitu simpanan pokok dan simpanan wajib. Simpanan pokok dan simpanan wajib itulah yang akan digunakan untuk meminjamkan modal, atau bisa dikatakan simpanan pokok dan simpanan wajib merupakan modal utama KUBE supaya dapat memberikan pinjaman kepada anggotanya. Pinjaman modal digunakan oleh anggota untuk mengembangkan dan merintis suatu usaha yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan keluarganya, apabila pendapatan meningkat maka otomatis kualitas hidup pun meningkat. Berdasarkan informasi dan data di atas serta dihubungkan dengan teori dalam penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa menswadayakan masyarakat oleh KUBE adalah sebagai berikut : a. Tindakan kolektif b. Peminjaman modal
commit to user
115 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Merintis
usaha dan mengembangkan usaha dalam rangka peningkatan
kualitas hidup Matriks 4.2 Menswadayakan masyarakat melalui KUBE No
Menswadayakan Masyarakat
Penjabaran
1
Tindakan Kolektif
Dengan membayar iuran-iuran (simpanan pokok & simpanan wajib) maka anggota pun sadar akan adanya suatu ikatan untuk mencapai tujuan yaitu peningkatan pendapatan dengan cara meminjam di KUBE untuk modal usaha dan tambahan kebutuhan hidup, karena modal KUBE didapat dari BKK dan juga dari iuran-iuran tersebut.
2
Peminjaman Modal
Peminjaman modal merupakan salah satu bagian dari proses pemberdayaan yang berfungsi untuk menambah modal bagi anggota yang ingin merintis dan mengembangkan usahanya serta untuk tambahan biaya hidup.
3
Merintis usaha serta Keberhasilan usaha yang dirintis dan mengembangkan usaha dikembangkan menjadi suatu kepuasan tersendiri untuk anggota dalam rangka peningkatan karena dengan berkembangnya kualitas hidup usaha maka terjadi peningkatan pendapatan sehingga mempengaruhi peningkatan kualitas hidup.
3. Memandirikan Masyarakat Memandirikan berarti membuat jadi mandiri yaitu dapat berdiri sendiri dan tidak tergantung orang lain. Mandiri merupakan salah satu sikap yang seyogyanya dimiliki setiap orang, commituntuk to userdapat mandiri maka individu harus
perpustakaan.uns.ac.id
116 digilib.uns.ac.id
dapat mengatur kehidupannya, baik itu mengatur kebutuhan hidup maupun mengatur keuangan (pengeluaran dan pendapatan). DPU memberikan kesempatan kepada masyarakay miskin yang tidak memiliki rumah untuk menempati Rusunawa Semanggi dengan kewajiban harus membayar uang sewa Rusunawa Semanggi sesuai dengan ketentuan dari Pemerintah. Pihak DPU memberi batasan waktu kepada penghuni dalam membayar uang sewa supaya dapat melatih anggotanya bertanggung jawab dan dapat mengatur sendiri keuangannya. Maksudnya, supaya dapat membayar tepat waktu maka anggota pun hendaknya dapat mengatur keuangannya, sehingga pada saat tanggal pembayaran uang sewa Rusunawa tersebut sudah tiba, mereka sudah menyiapkan uang untuk membayar, sehingga mereka tidak perlu membayar dobel di bulan berikutnya. Jika 3 bulan berturut-turut penghuni tidak membayar Rusunawa, maka hak huni akan dicabut oleh pihak DPU. Membayar uang sewa dengan tepat waktu merupakan salah satu bentuk dari sikap mandiri, karena apabila individu tidak dapat membayar uang sewa tepat waktu maka dapat dikatakan bahwa individu tersebut belum dapat mengatur kebutuhan serta keuangannya atau belum mandiri, seperti yang diungkapkan oleh Bapak Toto Jayanto : ”Memanage perilaku penyewa ada tantangannya. Ketaatan bayar, tata tertib kurang, belum seperti yang kita harapkan. Masih ada 10% penghuni yang suka telat bayar” (wawancara 3 Maret 2012) Hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa penghuni Rusunawa Semanggi sejumlah 10% atau sekitar 19 orang belum mempunyai kemampuan commit to user
117 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dalam mengatur keuangan rumah tangganya, karena kebutuhan hidup yang terus meningkat dan terbiasa dengan gaya hidup ”gali lubang tutup lubang”. Hal tersebut berarti masih ada penghuni yang tergantung dengan orang lain, maksudnya dengan utang orang lain maka dia tergantung dengan orang tersebut kemudian hasil yang didapat dari usaha bukan untuk memenuhi kehidupan sehari-hari tetapi untuk membayar utang, sehingga utang akan dilakukan secara kontinuitas. Menabung merupakan salah satu cara untuk dapat mengatur keuangan rumah tangga, karena dengan menabung maka jika ada kebutuhan mendadak uang dari tabungan itu dapat dipakai sehingga tidak perlu untuk hutang kepada orang lain atau lembaga keuangan. Dan dari Pihak DPU selalu menganjurkan agar penghuni mampu menabung supaya dikemudian har mampu membeli rumah sendiri. Prosedur dalam pembayaran Rusunawa merupakan salah satu aturan yang harus dipatuhi di dalam menghuni Rusunawa Semanggi yaitu membayar uang sewa setiap bulan selama masih menempati Rusunawa. Prosedur ini melatih penghuni untuk disiplin dan bertanggung jawab dalam mengembalikan pinjaman. Prosedur ini juga dapat melatih anggotanya untuk menjadi mandiri dan sadar akan keadaan keuangan rumah tangganya, maksudnya apabila memang di tidak mampu untuk mengembalikan pinjaman maka anggota juga tidak akan meminjam banyak, seperti hasil wawancara dibawah ini, sebagai berikut : commit to user
118 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
”Membayarnya bisa di UPTD atau bisa di Rusunawa, ada petugas yang kita kirimkan kesana tanggal bayar 1-10 setiap bulannya. Rusunawa ditarik itu karena tidak tertib 3-4 bulan ga bayar, dioper keorang lain, dijual belikan, berurusan sama pihak polisi seperti memakai narkoba. Kalau dioper ada yang lapor ke UPTD, biasanya mereka pindah karna nunggak berbulan-bulan lalu dioper ke orang lain, jika penyewa baru adalah warga Solo saya masih toleransi tapi kalau bukan orang Solo ya ga bisa. Kalau lama ga dipakai saya segel. Saya mengganti orangnya.” (wawancara Bapak Toto Jayanto, 3 Maret 2012) Teori pemberdayaan mengatakan bahwa
pemberdayaan mencakup
proses dan struktur yang meningkatkan keahlian para anggotanya dan memberikan dukungan timbal-balik yang diperlukan oleh anggotanya untuk mempengaruhi perubahan di tingkat masyarakat. Adanya prosedur atau aturan dalam mengembalikan pinjaman, meningkatkan keahlian para anggotanya. Keahlian yang dimaksud disini adalah keahlian dalam mengelola atau mengatur keuangan rumah tangganya, apabila penghuni membayar uang sewa dengan tepat waktu maka uang atau modal dalam pengelolaan Rusunawa akan terus berputar sehingga terjadi hubungan timbal balik yang menguntungkan antara penghuni Rusunawa dan DPU UPTD Kota Surakarta yaitu jika ada kerusakan fasilitas sarana dan prasarana Rusunawa, dari DPU UPTD akan secepat mungkin memperbaiki. Berdasarkan informasi dan data di atas serta dihubungkan dengan teori dalam penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa memandirikan masyarakat adalah sebagai berikut : a. Prosedur pembayaran biaya sewa Rusunawa b. Kemampuan dalamcommit mengatur to user keuangan rumah tangga.
119 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Matriks 4.3 Memandirikan masyarakat dalam menghuni Rusunawa Semanggi No
E.
Memandirikan Masyarakat
Penjabaran
1
Prosedur DPU dalam Prosedur atau aturan dalam pembayaran uang sewa pembayaran uang sewa merupakan salah satu cara DPU untuk melatih penghuni Rusunawa supaya mandiri, disiplin, dan bertanggung jawab
2
Kemampuan anggota dalam Kedisiplinan dalam pembayaran mengatur keuangan rumah uang sewa menunjukkan bahwa penghuni dapat mengatur tangganya keuangan rumah tangganya, karena apabila penghuni tidak dapat mengatur keuangan rumah tangganya maka bisa dikatakan dia belum mandiri, disiplin serta bertanggung jawab kepada DPU dalam pembayaran uang sewa
KEBIJAKAN DAN PEMBINAAN Kehidupan sehari-hari masyarakat yang tinggal di Rusunawa sama halnya seperti layaknya warga masyarakat yang berkehidupan lebih baik dalam arti tetap menjalani kesibukan. Hanya saja yang membedakan dari masyarakat yang lebih baik adalah tingkat pendapatan dan penghasilannya jauh lebih kecil dan tidak cukup untuk membiayai kebutuhan hidup yang lebih layak. Meskipun pendapatan dan penghasilan warga masyarakat di bawah tuntutan kehidupan modern jaman sekarang, dalam kehidupan sehari-harinya tidak merasa terganggu, karena mereka masih bisa memenuhi kebutuhan dasar hidup, seperti commit to dalam user kualifikasi jauh di bawah standar. sandang, pangan dan papan, walaupun
perpustakaan.uns.ac.id
120 digilib.uns.ac.id
Namun secara umum mereka tidak menyadari, sesungguhnya kehidupan mereka berada dalam kemiskinan dan dapat diusahakan untuk diperbaiki. Bertitik tolak dari uraian tersebut diatas, langkah awal yang dapat dilakukan adalah menyadarkan warga masyarakat, sesungguhnya tingkat kehidupannya berada di bawah standar, serta meyakinkan warga bahwa kondisi tersebut bisa diperbaiki dan / ditingkatkan. Dengan kesadaran atas kondisi kehidupan yang demikian rendah, dan keyakinan akan bisa diperbaiki, diharapkan masyarakat akan tergerak untuk belajar dan menyerap berbagai kemungkinan yang dapat dilakukan. Melalui penyadaran diharapkan penghuni rumah susun lebih mudah menerima informasi mengenai bimbingan dan arah yang diberikan untuk kepentingan hidup masyarakat. Bagaimanapun juga tanpa kesadaran dan keyakinan, sulit bagi Pemerintah Kota Surakarta untuk berharap upaya-upaya pengentasan kemiskinan akan berjalan dengan lancar dan cepat. Bagaimanapun junis program dan kegiatan yang dilakukan, betapapun besarnya biaya yang diberikan disertai dengan fasilitas dan kemudahan, bisa diyakini tiidak akan membawa hasil yang berarti tanpa tumbuhkan motivasi di kalangan masyarakat miskin itu sendiri. Penanggulangan kemiskinan tidak lain adalah upaya pemberdayaan masyarakat miskin melalui suatu proses pembinaan yang berkelanjutan dengan menerapkan prinsip “menolong diri mereka sendiri” (self help) dan berdasarkan pada peningkatan kemampuan untuk menghasilkan pendapatan (income generating capacity), sehingga warga masyarakat mampu menjangkau (akses) commit to user
121 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
terhadap sumber daya yang ada, seperti dibidang kesehatan warga masyarakat memanfaatkan sarana dan prasarana kesehatan yang ada.
Gambar 4:3 Tahapan Penanggulangan Kemiskinan pada Penghuni Rusunawa Semanggi Tahap IV
Tahap I
Tahap II Peningkatan Pemberdayaan
Peningkatan Tahap III Peningkatan Sosial Budaya Kesejahteraan
Peningkatan kesadaran dan kepercayaan diri
Sebagaimana tampak pada gambar di atas, tahap pertama yang dilakukan adalah menyadarkan warga masyarakat, bahwa sesungguhnya derajat kehidupan mereka rendah (di bawah standar). Dengan meyakinkan warga masyarakat diharapkan dapat menumbuhkan kepercayaan diri atau menumbuhkan motivasi, bahwa kondisi mereka dapat diperbaiki bahkan ditingkatkan. Dengan kesadaran dan kepercayaan diri atau menumbuhkan motivasi warga masyarakat, akan lebih mudah untuk menerima dan tanggap terhadap setiap pembaharuan yang diberikan oleh Pemerintah. Tahap kedua adalah kegiatan pemberdayaan warga masyarakat. Kemiskinan seringkali diartikan ketidak mampuan ekonomi, kesehatan, to user pendidikan, sehingga mereka commit benar-benar hidup dalam kemiskinan. Maka pada
perpustakaan.uns.ac.id
122 digilib.uns.ac.id
tahap yang kedua yang dilakukan adalah bagaimana membantu dan membimbing warga masyarakat agar memiliki kemampuan usaha-usaha untuk perbaikan ke arah yang lebih baik. Dalam berbagai literatur, kegiatan pemberdayaan (empowerment) masyarakat bertujuan untuk meningkatkan kinerja peran serta masyarakat yang dapat dilakukan melalui berbagai cara, antara lain melalui pendidikan dan pelatihan, bimbingan, pemberian informasi melalui komunikasi dan penyuluhan. Dalam pengadaan pelayanan penyuluhan (extension service) kepada warga masyarakat, sudah lama diakui sebagai suatu bentuk atau cara yang paling strategis dalam rangka mengetuk hati dan kesadaran masyarakat melalui caracara yang luwes dan adaptif terhadap kondisi psikososial dari kelompok sasaran yang dituju. Bentuk kegiatan penyuluhan lebih bersifat kondisional, yakni seseuai dengan aspirasi dan mengutamakan kemampuan dan kapasitas masyarakat atau kelompok sasaran dari penyuluhan itu sendiri. Melalui penyuluhan sehari secara continue, diharapkan akan terjadi perubahan orienatasi masyarakat mengenai arti kehidupan. Dalam proses pembinaan, peran pelayanan informasi dan komunikasi sangat menentukan untuk lebih mendorong keterlibatan masyarakat dalam berbagai kegiatan yang dilakukan. Setelah tahap kedua tercapai, langkah berikutnya tahap ketiga adalah peningkatan kesejahteraan. Seperti kita ketahui bersama, bahwa warga masyarakat yang tinggal di rumah susun tidak hanya miskin dalam ekonomi, tetapi juga miskin dalam aspek-aspek lainnya, seperti pendidikan dan ketrampilan, msikin kesehatan dan sebagainya. Maka dari itu, bila ingin commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
123 digilib.uns.ac.id
meningkatkan kesejahteraan, maka masyarakat perlu dibantu dalam hal menciptakan lapangan kerja baru sehingga mampu meningkatkan kehidupan sosial dan ekonomi. Dengan demikian, warga masyarakat tidak hanya terbina dalam aspek ekonomi saja akan tetapi juga aspek pendidikan, aspek kesehatan, agama atau rohani. Melalui pembinaan tersebut diharapkan dapat menumbuhkan atau meningkatkan kesejahteraannya. Dengan berpindahnya masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dari rumah kumuh ke rumah susun menimbulkan dampak peningkatan taraf hidup dan kesehatan yang dipicu sarana dan prasarana yang memadai, Peningkatan kesejahteraan terlihat pada pemenuhan fungsi rumah tinggal yang sehat.
F.
INDIKATOR KEBERDAYAAN Untuk mengetahui fokus dan tujuan pemberdayaan secara operasional, maka perlu diketahui berbagai indikator keberdayaan yang dapat menunjukkan seseorang itu berdaya atau tidak. Sehingga ketik sebuah program pemberdayaan sosial diberikan , segenap upaya dapat dikonsentrasikan pada aspek-aspek apa saja dari sasaran perubahan yang dalam hal ini adalah peningkatan kualitas hidup para penghuni dalam menempati Rusunawa semanggi. Keberdayaan dalam konteks masyarakat adalah kemampuan individu yag bersenyawa dalam masyarakat dan membangun keberdayaan masyarakat yang bersangkutan. Suatu masyarakat yang sebagian besar anggotanya sehat fisik dan mental., terdidik dan kuat, tentunya memiliki keberdayaan yang tinggi. commit to user
124 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Keberdayaan masyakarakat adalah unsur dasar yang memungkinkan suatu masyarakat bertahan dan dalam pengertian yang dinamis mengembangkan diri dalam mencapai tujuan. Pemberdayaan sering kali hanya dikaitkan dengan pemberdayaan ekonomi untuk meningkatkan kemampuan ekonomi individu yang merupakan prasyarat pemberdayaan. Namun sebenarnya lebih dari sekedar hal yang berkaitan dengan ekonomi, pemberdayaan merupakan usaha segala aspek baik sosial, budaya , politik, psikologi baik secara individual maupun secara kolektif yang berbeda menurut kelompok sosialnya. Jadi
esensi
dari
pemberdayaan
adalah
memberikan
kekuasaan,
mengalihkan kekuatan atau mendelegasikan otoritas ke pihak lain, upaya untuk memberikan kemampuan atau keberdayaan kepada pihak lain dalam berbagai aspek, baik ekonomi, sosial, budaya, politik, hukum dan sebagainya, baik secara kolektif maupun personal. Pemberdayaan masyarakat miskin penghuni rusunawa semanggi ini dengan demikian adalah suatu upaya untuk memberikan keberdayaan bagi penghuni dalam berbagai aspek tersebut, sehingga mereka memiliki kebebasan menjadi dirinya sendiri, bebas dari berbagai eksploitasi yang ada. Dengan demikian masyarakat, dan lingkungannya mampu secara partisipatif menghasilkan dan menumbuhkan nilai tambah ekonomis. Masyarakat miskin atau yang berada dalam posisi belum termanfaatkan secara penuh potensinya akan meningkat bukan hanya ekonominya, tetapi juga harkat, martabat, percaya diiri, dan harga dirinya. Dapat dikatakan, pemberdayaan tidak commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
125 digilib.uns.ac.id
saja menumbuhkan dan mengembangkan nilai tambak ekonomis tetapi juga nilai tambah sosial dan nilai tambah budaya. Jadi, partisipasi masyarakat meningkatkan emansipasi masyarakat. Berikut ini adalah beberapa indikator yang akan menunjukkan apakah penghuni rusunawa semanggi ini berdaya atau tidak? Karena keberhasilan pemberdayaan nantinya dapat diukur dari keberdayaan mereka. Indikator keberdayaan itu antara lain: keberhasilan mobilitas tiap individu dalam hal ini penghuni Rusunawa Semanggi mampu untuk bergerak ke luar wilayahnya (ke pasar, fasilitas medis, dan sebagainya). Kemampuan membeli komoditas kecil, kemampuan membeli barang-barang kebutuhan keluarga sehari-hari dan kemampuan membeli komoditas besar yakni kemampuan membeli barang-barang sekunder atau tersier. Jaminan ekonomi dan konstribusi terhadap keluarga juga menjadi indikator, dalam hal ini penghuni sudah mampu menyewa tempat tinggal yang nyaman, dan istri diperbolehkan ikut bekerja sebagai salah satu bentuk konstribusi wanita dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga. Keberdayaan individu dalam Rusunawa akan tercermin jika terjadi perubahan situasi dan keadaan di dalam kelompok itu sendiri. Perubahan keadaan pada kelompok yang pertama adalah berkembangnya inisiatif-inisiatif lokal kelompok dalam menjawab kebutuhan mereka, baik kebutuhan individu maupun kebutuhan kolektif. Adanya anggapan bahwa masyarakat di lapisan bawah tidak tahu apa yang dibutuhkan atau bagaimana memperbaiki nasibnya, jadi harus banyak commit to user
126 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dituntun dan diberi petunjuk. Ini tercermin pada reaksi pertama adanya program pemberdayaan terhadap mayarakat miskin penghuni Rusunawa semanggi. Dengan anggapan demikian, masalah kemiskinan bukannya dipandang sebagai usaha penguatan ekonomi, melainkan usaha sosial. Padahal sebagian besar individu yang ada dalam kelompok penghuni Rusunawa telah memiliki motivasi dan keinginan untuk meningkatkan perekonomiannya seperti yang diungkapkan berikut: ”Berharap adanya modal dari pemerintah, apalagi penghuni termasuk ekonomi lemah. Tanpa modal usaha ga akan bisa berjalan.” (wawancara dengan Bapak Putut) ”Piye carane supaya nduwe usaha, lihat keadaan pasar.” (wawancara dengan Bapak Tono) Semakin meningkatnya kemampuan seseorang, akan selalu diimbangi dengan adanya hambatan-hambatan di dalamnya. Sehingga para pelaku dalam proses pemberdayaan ini harus dapat mengontrol sendiri kegiatan yang dilakukan di Rusunawa semanggi. Tiap individu juga dapat mengambil peran dalam proses tersebut dengan kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki. Meningkatnya solidaritas atau tindakan bersama dengan orang lain untuk menghadapi hambatan-hambatan, sumber dan kekuatan pada tingkat rumah tangga,
maupun
masyarakat.
Kolektivitas
tetap
harus
terjaga
dalam
keberlangsungan kegiatan pemberdayaan, agar tidak ada kesenjangan antara anggota / kelompok satu dengan anggota atau kelompok yang lain. Hal ini senada diungkapkan oleh informan berikut: ”Harapannya commit begitu toasal user harapannya ga aneh-aneh bisa dikomunikasikan , wacana dari warga dan daya dukung dari warga
127 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sendiri akan mempercepat proses pemberdayaan.” (wawancara dengan Bapak Toto Jayanto) Berkembangnya sumberdaya lokal yang dimiliki kelompok dan akes terhadap sumberdaya dari luar juga menjadi indikator keberdayaan sebuah kelompok. Namun perlu diperhatikan adanya transparansi dalam pengelolaan informasi dan sumberdaya itu sendiri. Setiap pihak yang tergabung sebagai pelaku dalam keberadaan Rusunawa Semanggi menginkan untuk mendapat akses yang sama pada pelayanan dan mobilitas publik, sehingga mereka dapat menimba ketrampilan yang lebih leluasa. Kemampuan
seseorang
untuk
mengakses
kesejahteraan
berarti
merupakan salah satu upaya pengentasan kemiskinan sosial. Kemiskinan sosial adalah kurangnya jaringan sosial dan struktur sosial yang mendukung orang untuk mendapatkan kesempatan-kesempatan agar produktivitasnya meningkat. Dapat dikatakan juga bahwa kemiskinan sosial adalah kemiskinan yang disebabkan oleh adanya faktor-faktor penghambat sehingga mencegah dan menghalangi seseorang memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang tersedia. Secara sosial, kemiskinan masyarakat terutama yang dirasakan oleh penghuni Rusunawa dimaknai sebagai berkurangnya atau hilangnya kesempatan para penghuni untuk mewujudkan kesejahteraannya dalam interaksinya dengan pihal luar. Kemiskinan jenis ini bisa lahir misalnya karena rendahnya networking, tekanan dan himpitan pihak luar terhadap penghuni, misalnya tuan tanah, pengusaha atau bahkan negara. (Nurhadi dalam Agnes Sunatiningsih, 2004:211) commit to user
128 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam hal ini secara politik, kemiskinan sangat dirasakan oleh baik itu individu maupun kelompok karena rendahnya akses terhadap kekuatan sehingga mereka tidak dapat menjangkau sumberdaya yang ada untuk meningkatkan kesejahteraannya. Oleh karena itu perlu adanya keikutsertaan dan keterlibatan mereka dalam berpartisipasi menentukan kebijakan secara umum. Dari pengalaman di lapangan, dapat dijumpai ada beberapa tafsiran yang beragam mengenai inti dari partisipasi masyarakat, antara lain sebagai konstribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tetapi tanpa ikut serta dalam pngambilan keputusan sampai pada pemahaman bahwa partsipasi masyarakat keterlibatan mereka sejak persiapan, pelaksanaan dan monitoring, serta pemanfaatan hasil kegiatan yang dalam hal ini adalah pemberdayaan penghuni Rusunawa. Berkembangnya partisipasi aktif semua penghuni Rusunawa dalam mewujudkan gagasan-gagasan yang telah dirumuskan. Berkembangnya pola relasi yang baru dan setara dengan berbagai pihak juga. Terorganisasinya inisiatif-inisiatif lokal dan gagasan-gagasan kelompok paguyuban menjadi rencana kegiatan yang lebih konkret, sehingga pola pengambilan keputusan lebih demokratis dan relasi kuasa lebih setara dalam organisasi kelompok pada umumnya. Seperti yang diungkapkan oleh informan berikut: ”Penghuni bisa mengutarakan gagasannya dalam kegiatan pertemuan kelompok rutin tiap satu bulan sekali, bahkan bisa juga mengutarakannya dalam forum yang diselenggarakan oleh DPU.” (wawancara dengan Bapak Andy)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
129 digilib.uns.ac.id
Keinginan mereka hanya untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya, karena kebanyakan ibu-ibu yang tinggal di Rusunawa Semanggi masih mempunyai anak-anak yang harus dibiayai uang sekolahnya, terlebih lagi harus mengeluarkan biaya untuk uang sewa Rusunawa. Seperti yang diungkapkan oleh informan berikut: ”Kalau cuma makan sehari-hari saja bapaknya bisa memenuhi, tapi saya juga mau melihat anak saya bisa sekolah sampai setinggitingginya mbak, jadi ya mau tidak mau saya harus bekerja juga. Untuk menyewa kan butuh penghasilan.” (wawancara dengan Ibu Trisno) Perempuan dan laki-laki sesungguhnya mempunyai peluang yang sama untuk meningkatkan kesejahteraannya namun banyak perempuan yang kurang produktif, tidak mempunyai skill yang mencukupi sehingga tidak dapat memanfaatkan peluang tersebut. Jika ditarik secara garis besarnya, maka keikutsertaan perempuan dalam berproduksi / bekerja akan membantu terpenuhinya kebutuhan dasar individu dalam kelompok penghuni Rusunawa Semanggi. Sehingga semakin baiknya tingkat kesejahteraan penghuni. Baik laki-laki maupun perempuan berhak ikut berpartisipasi dalam proses pembangunan. Selama ini, penyelenggaraan partisipasi masyarakat di Indonesia dalam kenyataannya masih terbatas pada keikutsertaan anggota masyarakat dalam implementasi atau penerapan program-program pembangunan saja. Kegiatan partisipasi masyarakat masih dipahami sebagai upaya mobilisasi untuk kepentingan pemerintah atau negara, namun selama ini para pihak yang terlibat dalam keberadaan Rusunawa Semanggi telah cukup memiliki wawasan user mengenai hak dan kewajiban commit sebagai to penghuni. Selain itu, hal lain yang penting
130 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
adalah
kemampuan
melindungi
masyarakat
terutama
menguatkan
dan
memperhatikan kelompok-kelompok lemah agar tidak tertidas oleh kelompok kuat, menghindari terjadinya persaingan yang tidak seimbang (apalagi tidak sehat) antara yang kuat dan lemah, dan mencegah terjadinya ekploitasi kelompok kuat terhadap kelompok lemah. Pemberdayaan harus diarahkan pada penghapusan segala jenis diskriminasi dan dominasi yang tidak menguntungkan rakyat kecil. Pemberdayaan masyarakat miskin penghuni Rusunawa Semanggi adalah sebuah proses, yang utama adalah bahwa kelompok yang akan diberdayakan nantinya memang benar-benar bisa diberdayakan. Dengan kata lain, untuk mencapai keberdayaan masyarakat dibutuhkan langkah-langkah yang sistematis dan terencana (strategi) agar hasil pemberdayaan itu dapat maksimal. Walaupun demikian, hasil tersebut tidak bisa diprediski dalam jangka waktu tertentu.
G.
EFEKTIVITAS PEMBANGUNAN RUSUNAWA Efektivitas adalah kesesuaian antara output dan input dengan tujuan yang telah ditetapkan dalam program. Analisis efektivitas program pembangunan rusunawa dalam pemberdayaan masyarakat miskin ini dilakukan untuk menilai keberhasilan program relokasi dalam mencapai tujuan yang telah direncanakan dalam program. Program dinilai efektif apabila tujuan yang diinginkan dalam program dapat tercapai. Tujuan dari program pembangunan Rusunawa di Kota Surakarta yaitu untuk memberikan rumah yang layak huni bagi masyarakat miskin, commit to user
131 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin. Program pembangunan Rusunawa menjadi tidak efektif dalam mencapai tujuannya apabila masih terdapat hunian Rusunawa Semanggi yang kosong tidak ditempati penghuni. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak-pihak pengelola Rusunawa dan didukung dengan data hasil observasi lapangan maka program pembangunan Rusunawa telah berhasil dalam mencapai tujuannya karena dari jumlah hunian sebanyak 196 unit, jumlah penghuni yang menempati Rusunawa Semanggi sebanyak 190 Kepala Keluarga, dengan jumlah unit hunian yang kosong sejumlah 6 unit dengan alasan penghuni pindah bekerja di luar kota, mengontrak yang lebih dekat dengan lokasi kerja, bahkan ada yang sudah mampu membeli rumah sendiri. Dengan demikian berdasarkan hasil wawancara dan observasi lapangan yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa program pembangunan Rusunawa
yang dilakukan di Kelurahan Semanggi telah berhasil dalam
mencapai tujuan program karena telah dihuni oleh 97% penghuni Rusunawa Semanggi. 1. Program Peningkatan Taraf Ekonomi Program peningkatan taraf ekonomi bertujuan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat penghuni Rusunawa Semanggi yang rata-rata mempunyai pendapatan yang rendah. Untuk menggerakkan masyarakat dalam berpartisipasi diperlukan upaya perbaikan aspek ekonomi masyarakat terlebih dahulu. Masyarakat tidak akan berpartisipasi jika kondisi ekonomi mereka masih kurang, mereka akan mendahulukan kebutuhan ekonomi mereka daripada commit to user
132 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kebutuhan sosial (partisipasi). Program peningkatan taraf ekonomi (faktor internal) terdiri dari dua sub program yaitu pelatihan ketrampilan (skill) dan pelatihan manajemen KUBE. a. Sub Program Pelatihan Ketrampilan (skill) Program pelatihan ketrampilan bagi masyarakat penghuni Rusunawa Semanggi yang rata-rata hanya berpendidikan SMP dan SMA dengan tujuan meningkatkan sumberdaya manusia. Dengan berbekal pelatihan yang telah diberikan diharapkan mereka dapat menambah ketrampilan dan menambah penghasilan/pendapatan yang dapat meningkatkan taraf ekonomi mereka. Kegiatan ini dapat dilaksanakan dengan menjalin kerjasama dengan bagian Perekonomian Pemerintah,
Dinas instansi terkait serta pihak swasta yang
dapat menunjang dalam bidangnya untuk mengadakan pelatihan ketrampilan. Jenis-jenis ketrampilan yang dapat diberikan dengan melihat potensi lokal yang ada di Rusunawa Semanngi seperti ketrampilan kewirausahaan, ketrampilan menjahit, ketrampilan melukis, ketrampilan membuat hidangan dari tiwul sebagai pengganti nasi dan melalui Karang Taruna Gamasunggi (Gabungan Muda-Mudi Rusunawa Semanggi) diadakan pelatihan-pelatihan tari dan teater dengan mentor dari ISI untuk mengisi acara dalam kegiatan bazar, panggung pentas peringatan HUT RI di Rusunawa Semanggi. b. Sub Program Pelatihan Manajemen KUBE di Rusunawa Semanggi Kondisi ekonomi dan pendapatan yang tidak menentu merupakan masalah yang sering dihadapi pada masyarakat miskin. Kondisi ini commit to user
133 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dimanfaatkan oleh segelintir orang untuk memberikan jasa pinjaman uang dengan bunga yang cukup tinggi. Masih banyak warga masyarakat yang dengan terpaksa memanfaatkan jasa tersebut baik untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, biaya sekolah
anak maupun untuk permodalan usaha. Sub
program pelatihan manajemen KUBE diharapkan dapat mendorong penghuni Rusunawa Semanggi dapat membentuk KUBE dengan efektif dan efisien bagi peningkatan kesejahteraan penghuni. Tujuan dibentuknya KUBE ini adalah untuk mempermudah akses warga masyarakat dalam mendapatkan pinjaman uang dengan bunga yang rendah dan terjangkau. Modal awal pembentukan KUBE ini adalah pengajuan kepada Badan Kredit Kecamatan dan Pemerintah Kota yang mendapat total bantuan modal sebesar Rp 140.000.000. Melalui program KUBE ini 8 kelompok penghuni Rusunawa Semanggi terbentuk yang terdiri dari 5 anggota perkelompok. Setiap kelompok KUBE mendapat modal Rp. 5.000.000,- . Sedangkan 5 orang lainnya mendapat bantuan modal perorang Rp 20.000.000, modal tersebut untuk mengembangkan usaha perekonomian yang dilakukan penghuni Rusunawa Semanggi. Dengan adanya KUBE ini diharapkan ikatan antara penghuni Rusunawa Semanggi dapat terjalin erat, saling membantu serta dapat meningkatkan taraf ekonomi dari warga masyarakat. Penanggung jawab KUBE ini adalah Badan Kredit Kecamatan, UPTD DPU Kota Surakarta dan Pengurus KUBE Rusunawa Semanggi.
commit to user
134 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Perbaikan Sarana dan Prasarana Permukiman yang Partisipatif Diperlukan program yang berkaitan langsung dengan penanganan permukiman kumuh yaitu program perbaikan sarana dan prasarana yang ada di Rusunawa Semanggi. Dalam pelaksanaan program tersebut diharapkan dapat melibatkan seluruh
stakeholder
agar program bersifat partisipatif (faktor
lingkungan dan faktor internal). Program tersebut terdiri dari tiga sub program : a. Kerja Bakti Upaya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat terutama pada penghuni Rusunawa Semanggi adalah melalui kegiatan kerja bakti membersihkan lingkungan disekitar Rusunawa. Latar belakang munculnya program ini karena masyarakat merasa bahwa kegiatan kerja
bakti tidak
pernah lagi dilakukan selama beberapa bulan ini. Program Jumsih (Jumat Bersih) yang selama ini digalakkan oleh UPTD DPU
bersama Dinas
Kebersihan Kota (DKK) tidak pernah lagi dilaksanakan. Penghuni Rusunawa mengharapkan Ketua Peguyuban yang menggerakkan warga masyarakatnya untuk kegiatan kerja bakti seperti membersihkan gorong-gorong (saluran air kotor), membersihkan lingkungan disekitar Rusunawa, gerakan penghijauan dengan menanam bunga atau pohon di Rusunawa Semanggi untuk memperindah lingkungan Rusunawa. Seluruh masyarakat diharapkan terlibat dalam kegiatan ini, bentuk partisipasi warga bisa dalam bentuk tenaga, materi dan usulan-usulan kegiatan. Hasil dari FGD telah dilaksanakan kegiatan kerja bakti pada minggu pertama setiap bulannya dengan kegiatan membersihkan commitsekitar to userRusunawa. Kegiatan kerja bakti ini selokan, taman, dan lingkungan
perpustakaan.uns.ac.id
135 digilib.uns.ac.id
direncanakan akan dilaksanakan secara rutin. Hampir semua masyarakat terlibat dalam kegiatan ini, bagi mereka yang tidak ikut serta turut menyumbang dalam bentuk uang maupun bahan bangunan seperti cat atau semen untuk memperbaiki bangunan Rusunawa yang sudah rusak atau bocor. Kegiatan kerja bakti ini selain dapat menggerakkan partisipasi masyarakat juga dapat menciptakan lingkungan yang bersih, sehat dan bebas banjir. Penanggung jawab kegiatan kerja bakti adalah Ketua Paguyuban di rusunawa Semanggi. b. Penyediaan Sarana Air Bersih Sarana air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok pada masyarakat. Sarana air bersih ini belum sepenuhnya dapat terpenuhi oleh warga Rusunawa karena kualitas air yang terdapat di Rusunawa Semanggi ini belum bisa di konsumsi, jadi air yang tersedia hanya untuk MCK saja. Karena keterbatasan ekonomi penghuni Rusunawa belum bisa memasang saluran air PDAM. Rencana program untuk memenuhi kebutuhan akan sarana air bersih masih dalam tahap planning menunggu bantuan dari pemerintah. Saat ini air yang digunakan untuk konsumsi masak dan minum adalah dengan membeli dari penjual air galon keliling Rp 2.000 pergalon. c. Penyediaan sarana MCK Pada umumnya, masyarakat sebelum menghuni Rusunawa Semanggi tidak memiliki sarana MCK sendiri di tiap-tiap rumah yang mereka sewa karena keterbatasan lahan dan ekonomi. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, commit to user mereka menggunakan sarana MCK (Mandi Cuci Kakus) umum yang
136 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
digunakan secara bersama-sama dengan penduduk lain. Sebagian besar kondisi MCK di permukiman yang dahulu di tempati tidak memadai, walaupun tersedia sarana MCK, jumlah MCK yang terbatas tidak sesuai dengan jumlah masyarakat yang menggunakannya. Akibatnya mereka harus antri
jika
menggunakan MCK. Sarana Mandi Cuci Kakus (MCK) yang ada di Rusunawa Semanggi kondisinya sudah memadai karena setiap unit hunian sudah terdapat MCK sendiri, ada sarana air bersih, terdapat sarana kloset. Kondisi bangunan MCK di Rusunawa Semanggi sudah dapat dikatakan layak. Jika ada kerusakan yang terjadi pada saluran MCK di Rusunawa Semanggi, maka sumber biaya yang digunakan untuk renovasi dan pemeliharaan MCK tersebut selain dari bantuan Pemerintah juga diharapkan swadaya dari masyarakat dan stakeholder dengan tujuan
untuk menumbuhkan tingkat partisipasi masyarakat sesuai
dengan kemampuan masing-masing warga penghuni Rusunawa Semanggi. Ketersediaan MCK yang layak adalah untuk meningkatkan taraf kesehatan dan kebersihan bagi penghuni Rusunawa Semanggi. 3. Program Peningkatan Kualitas Hidup Sehat Masyarakat Kesadaran dan pengetahuan akan kesehatan serta kebersihan lingkungan masih tampak rendah pada sebagian warga penghuni Rusunawa Semanggi. Hal ini terlihat dari lingkungan sekitar Rusunawa yang masih kotor, tidak tertata dengan baik, kurangnya penghijauan dari tanaman. Penataan lingkungan merupakan faktor yang sangat penting dalam usaha penciptaan lingkungan sehat. Upaya untuk menumbuhkan kesadaran dan pengetahuan akan kesehatan dan to user kebersihan lingkungan adalahcommit melalui program sosialisasi kepada masyarakat
137 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
secara terus menerus dan berkesinambungan. Kegiatan yang dapat dilakukan adalah dengan penyuluhan dan modelling (percontohan) yang dapat dilakukan oleh UPTD DPU Kota Surakarta, Dinas Kesehatan, aparat Kelurahan, Ketua Paguyuban, dan PKK tentang pentingnya hidup sehat yang mencakup pada kesehatan lingkungan seperti sarana air bersih, sarana MCK, kebersihan rumah dan halamannya. Keberhasilan program ini tergantung kepada partisipasi yang dimulai dari masyarakat, Tokoh Masyarakat, Pemerintah dan pihak swasta serta stakeholder lain. H.
Analisis Dampak Pembangunan Rusunawa Terhadap Kondisi Fisik Lingkungan Permukiman, Sosial, dan Ekonomi. Penilaian dampak dilakukan untuk mengetahui perubahan yang terjadi akibat dari dilaksanakannya suatu program. Penilaian suatu dampak harus menggali seluruh cakupan, baik dari sisi negatif maupun positif. Dampak dapat terjadi baik dalam kurun waktu yang bersamaan maupun setelah beberapa waktu berselang. Dalam pembahasan ini kajian akan dilakukan untuk mengetahui dampak program pembangunan Rusunawa Semanggi terhadap kondisi fisik lingkungan permukiman, ekonomi dan sosial masyarakat yang menghuni Rusunawa Semanggi. Dalam melakukan analisis terhadap dampak pembangunan yang dilakukan di Kelurahan Semanggi digunakan metode Before After comparasion yaitu untuk mengetahui dampak pembangunan dengan membandingkan kondisi sebelum
dilakukannya
program
pembangunan
dengan
kondisi
setelah
commit to user dilakukannya program pembangunan Rusunawa Semanggi. Data yang diperoleh
138 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
merupakan data dari hasil wawancara terhadap penghuni
dan Rusunawa
Semanggi. Subjek yang diukur yaitu kondisi fisik (kelayakan rumah, kualitas lingkungan permukiman, aksesbilitas), kondisi ekonomi (pendapatan dan pengeluaran, kemudahan mendapatkan pekerjaan), kondisi sosial (relasi sosial). Dengan analisis tersebut maka dapat diketahui tingkat signifikansi dampak yang terjadi setelah program pembangunan yang dilakukan di Kelurahan Semanggi. 1. Dampak Pembangunan Rusunawa Terhadap Kondisi Fisik Lingkungan Permukiman Permukiman dalam arti luas meliputi rumah dengan segala fasilitas pendukungnya yang bersana membentuk satu lingkungan permukiman. Fasilitas permukiman mencakup saranan
dan prasarana yaitu meliputi
ketersediaan pelayanan air bersih, sanitasi aksesbilitas dan sebagainya yang kesemuanya sangat penting bagi kehidupan masyarakat dalam permukiman tersebut. Indikator yang digunakan untuk melihat dampak fisik lingkungan permukiman yaitu kelayakan rumah, kualitas fisik lingkungan permukiman (air bersih, MCK , listrik, sampah) dan aksesibilitas. Berikut uraian mengenai dampak fisik lingkungan permukiman program pembangunan Rusunawa Semanggi. a. Kelayakan Kondisi Rumah Kondisi rumah pada saat tinggal di rumah kontrakan berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti sebelum commit to user
masyarakat
139 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menghuni Rusunawa Semanggi dapat dikatakan dalam kondisi yang kurang baik, kondisi ini ditandai oleh struktur dinding bangunan rumah yang sebagian besar masih terbuat dari bambu “gedeg”, papan, seng, lantai bangunan yang masih tanah, rawan banjir, lingkungan yang kumuh sehingga menimbulkan gangguan kesehatan. Setelah pindah menempati Rusunawa Semanggi kondisi kualitas rumah saat ini sudah mengalami perubahan yang lebih baik. Kondisi ini dapat dilihat dari struktur bangunan rusunawa yang sudah permanen dengan menggunakan dinding tembok, lantai bangunan yang sudah dari keramik, dan pola rumah yang tertata dengan baik. Kondisi bangunan rusunawa relative lebih baik dibandingkan kondisi rumah di lokasi lama. Kondisi ini juga dapat dilihat dari penilaian responden yang merupak penghuni Rusunawa Semanggi. Responden menyatakan kondisi rumah yang sekarang sudah baik daripada rumah yang dulu. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa program pembangunan Rusunawa Semanggi memberikan dampak yang lebih baik pada kondisi rumah dibandingkan dengan sebelum pindah Rusunawa Semanggi, sehingga program pembangunan Rusunawa Semanggi dapat dikata berhasil dalam meningkatkan kualitas unit hunian. Dengan adanya bantuan infrastruktur dari pemerintah dan pihak swasta kenyamanan menghuni Rusunawa Semanggi. b. Prasarana Lingkungan Permukiman commit to user
menambah
140 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Secara fisik kondisi permukiman tidak hanya dilihat dari kualitas kondisi hunian rumahnya saja, akan tetapi juga melihat kualitas kondisi hunian rumahnya
saja akan tetpi juga melihat kualitas prasarana
lingkungan permukiman yang dapat dilihat dari prasarana air bersih, sanitasi dan MCK, prasarana jaringan listrik, persampahan dan kondisi prasarana jaringan jalan. c. Kondisi Prasarana Jaringan Air Bersih Dalam kaitannya dengan pelayanan air bersih, sebelum menghuni Rusunawa Semanggi (ketika bertempat tinggal di lokasi lama) untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat menggunakan sumber air dari sumur, tidak menggunakan jaringan pipa air bersih dai PDAM/PAM, karena di Rusunawa Semanggi ini tidak dilayani jaringan pipa. Meskipun menggunakan sumber dari sumur tanah responden mengaku kualitas airnya sudah cukup baik dan memadai untuk keperluan sehari-hari. d. Kondisi Sanitasi dan MCK Rusunawa Ketersediaan fasilitas sanitasi MCK sebelum adanya program pembangunan Rusunawa Semanggi, reponden menyatakan untuk keperluan MCK mereka menggunakan MCK umum. MCK umum yang digunakan dalam kondisi yang buruk dan tidak terawat. Setelah menempati Rusunawa Semanggi seluruh responden sudah memiliki fasilitas MCK pribadi dan juga tersedia terdapat MCK umum di lantai commit to user dasar Rusunawa Semanggi.
141 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e. Kondisi Prasarana Jaringan Listrik Mengenai ketersediaan listrik, baik di lokasi permukiman lama dan permukiman baru keduanya sudah tersedia jaringan listrik. Sebelum menempati Rusunawa Semanggi sebagian penduduk menyatakan bahwa listrik di tempat tinggal dahulu masih “gantol”. Setelah menempati Rusunawa Semanggi, masing-masing unit hunia sudah terpasang jaringan listrik sendiri. f. Kondisi Prasarana Jaringan Jalan Terhadap kondisi jaringan jalan lingkungan permukiman yang terdahulu ada responden yang menyatakan bahwa kondisi jalan kurang baik, karena seringnya daerah tersebut terkena banjir. Setelah berada di lokasi Rusunawa mayoritas responden menyatakan bahwa kondisi jalan di lingkungan Rusunawa Semanggi sudah baik dengan kontruksi jalan dengan menggunakan paving. Pembangunan jaringan jalan di lokasi Rusunawa merupakan bantuan dari Cipta Karya DPU Provinsi Jawa Tengah sebagai program pembanguna 1000 tower di Indonesia. Dengan adanya kondisi jalan yang baik maka dapat meningkatkan kualitas permukiman dan jauh dari pendangan kumuh. g. Aksesbilitas Aksesbilitas berkaitan dengan hubungan antara beberapa lokasi sebagai asal dan tujuan pergerakan untuk memenuhi kebutuhan seseorang commit to user
142 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang dikaitkan dengan tingkat kemudahan dalam mencapainya, baik dalam parameter jarak, waktu dan biaya dan kenyamanan. Pertimbangan terhadap aksesbilitas bagi suatu kawasan permukiman merupakan salah satu
prasyarat yang cukup mendasar bagi suatu perencanaan dan
pengembangan permukiman di perkotaan. Kaitannya dalam penelitian ini aksesbilitas yang dimaksud adalah hubungan antar lokasi permukiman yang mereka huni (lokasi permukiman)
dengan
tempat-tempat
lain
yang
menjadi
tujuan
penghuninya sesuai dengan kepentingannya. Mengenai aksesbilitas atau kemudahan dalam menjangkau berbagai fasilitas untuk aktifitas dan juga mencapai lokasi pekerjaan dengan mudah. Namun jika tidak mempunyai transportasi sendiri akan terasa susah untuk mencari angkutan umum, harus jalan dahulu ke jalan besar. 2. Dampak
Pembangunan
Rusunawa
Terhadap
Kondisi
Ekonomi
Masyarakat. Perubahan pada kondisi ekonomi rumah tangga adalah salah satu tingkat indikator penting dalam menjelaskan perubahan taraf hidup masyarakat yang pindah di Rusunawa. Dalam rangka pembangunan Rusunawa Semanggi, pihak DPU UPTD mengungkapkan bahwa di lingkungan yang baru akan tercipta sumber-sumber produktif, pendapatan dan mata pencaharian baru. Sebagai salah satu program pembangunan diharapkan mampu untuk memberkan manfaat terhadap perekonomian commit to user masyarakat pada lokasi baru.
143 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Indikator yang digunakan untuk melihat dampak ekonomi yang ditimbulkan dari program pembangunan Rusunawa yaitu perubahan tingkat pendapatan dan peluang dalam memperoleh sumber peghasilan. Berikut akan diuraikan mengenai perubahan yang terjadi pada kondisi perekonomian berdasarkan indikator tersebut : a. Tingkat pendapatan Pendapatan merupakan sarana umtuk memenuhi kebutuhan dan keinginan rumah tangga keluarga. Kehidupan ekonomi masyarakat yang pindah ke Rusunawaa Semanggi tergolong pada masyarakat dengan tingkat ekonomi yang rendah. Sebagian besar masyarakatnya bekerja pada sektor informal yaitu berjualan, sopir taxi, buruh srabutan, PKL, pembantu. Pekerjaan masyarakat yang pindah ke Rusunawa mayoritas bekerja sebagai buruh dan berjualan. Adanya kegiatan perekonomian yang baru setelah menempati Rusunawa. Penghuni yang mempunyai usaha kecil dikembangkan bersama-sama
dengan
penghuni
yang
belum
bekerja
Seperti
pengembangan usaha bakso bakar, hingga sekarang bisa sukses padahal dahulunya tidak berkembang sebesar sekarang. Dan usaha-usaha perekonomian lain tercipta di Rusunawk a Semanggi. Hali ini karena program pembangunan Rusunawa tidak hanya menyentuh aspek fisik saja tetapi juga menyentuh aspek ekonomi karena userdalam memajukan perekonomian di adanya pembinaan daricommit pihak toDPU
144 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Rusunawa. Hali ini merupakan pengaruh yang signifikan terhadap kondisi ekonomi / tingkat pendapatan penghuni Rusunawa. b. Kemudahan memperoleh peluang sumber penghasilan Kondisi pasca menghuni Rusunawa Semanggi hingga penelitian ini dilakukan sudah mampu memberikan perbaikan serta perluasan ketersediaan lapangan pekerjaan di lingkungan Rusunawa. Hal ini terlihat meningkatknya jumlah responden yang dipermudah mencari peluangpeluang usaha yang tercipta di lingkungan Rusunawa, karena di dekat Rusunawa terdapat Pasar Klithikan. Sebagian penghuni berjualan di Pasar Klthikan.
Jika dibandingkan dengan lokasi permukiman yang
lama, lokasi yang sekarang lebih memiliki peluang untuk memperoleh sumber pendapatan. Sudah tumbuhnya masyarakat dalam meningkatkan kondisi ekonominya setelah menempati Rusunawa, disebabkan oleh terbentuknya stabilitas sistem dan jaringan kerja masyarakat pada permukiman yang mereka tempati sekarang. 3. Dampak
Pembangunan
Rusunawa
Terhadap
Kondisi
Sosial
Masyarakat. Dalam pembahasan ini akan dijelaskan mengenai perubahan yang terjadi pada kondisi sosial sehingga dampak adanya program pembangunan Rusunawa Semanggi. Kehidupan di suatu permukiman tidak hanya berkaitan to user dengan fisik lingkungancommit dan pemenuhan kebutuhan terhadap tuntunan
145 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ekonomi mereka, akan tetapi juga menyangkut terhadap kondisi sosial untuk menunjang kehidupan mereka di suatu lingkungan. Kondisi sosial yang dijadikan sebagai indikator untuk mengetahui dampak sosial dengan adanya relokasi
adalah tingkat interaksi sosial
masyarakat. Interaksi sosial merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan sosial masyarakat. Oleh karena interaksi merupakan syarat utama terjadinya aktivitas sosial, seperti dalam kehidupan sosial ekonomi, politik dan budaya. Apabila interaksi sosial tidak berjalan dengan baik, maka memungkinkan terjadinya disintegrasi dalam kehidupan masyarakat pada akhirnya menghambat proses sosial itu sendiri. Dengan terjadinya interaksi yang baik maka aspek integrasi memungkinkan tercapai. Dengan demikian maka indikator kondisi sosial yang akan dinilai adalah interaksi masyarakat dengan lingkungan luar permukiman, interaksi dengan tetangga, kehadiran dalam mengikuti kegiatan gotong royong, dan kegiatan dalam pertemuan rutin warga. Berikut adalah pembahasan mengenai masing-masing indikator : a. Interaksi Dengan Tetangga Nilai-nilai kemasyarakatan yang sudah terbentuk pada lokasi permukiman yang lama relative tidak mengalami perubahan, atau dengan kata lain sosial masyarakat di permukiman yang lama masih dibawa pada lokasi permukiman yang baru di Rusunawa Semanggi. Seperti contohnya commit towawancara user pada saat peneliti melakukan didapatkan bahwa kegiatan /
146 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
aktivitas masyarakat yang biasa mereka lakukan di lokasi yang lama masih dilakukan di lokasi yang baru sekarang seperti arisan, pertemuan rutin bapak-bapak, kerja bakti dan lain-lain. b. Interaksi dengan lingkungan luar Interaksi antar warga di luar Rusunawa Semanggi sangat jarang sekali. Hal ini karena pemindahan penduduk dilokasi ini baru berjalan dua tahun. Maka perlu adaptasi dan penyesuaian diri dengan lingkungan masyarakat sekitar Rusunawa. c. Kehadiran dalam Kegiatan Penghuni Rusunawan Dalam wawancara yang penulis lakukan, bentuk kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat selama masih bermukim di permukiman lama adalah arisan, pertemuan bapak-bapak, Kube, PKK, membantu tetangga yang punya hajat, kerja bakti kebersihan lingkungan. Pada saat tinggal di Rusunawa kegiatan ini tetap masih dijalankan oleh warga. Frekuensi dalam mengikuti pertemuan warga tersebut masih tinggi dan terlihat adanya peningkatan. Adanya peningkatan tersebut mengindikasikan bahwa warga memiliki keinginan untuk terlibat dalam membicarakan masalah lingkungannya agar menjadi lebih baik. Berdasarakan pembahasan diatas diketahui bahwa program pembangunan Rusunawa Semanggi memberikan dampak baik dan positif. Terhadap kondisi fisik relokasi memberikan perubahan yang positif terhadap kondisi permukiman commit to user
147 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang sekarang. Terhadap dampak sosial,pembangunan Rusunawa Semanggi dalam mempertahankan tatanan sosial yang sudah terbentuk. Sedangkan terhadap ekonomi masyarakat program pembangunan Rusunawa memberikan dampak yang positif karena mampu menciptakan sumber penghasilan baru, membuka lapangan pekerjaan, sehingga pendapatan penghuni Rusunawa dapat meningkat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V PENUTUP
A.
KESIMPULAN Dari uraian dan pembahasan yang telah peneliti lakukan maka beberapa kesimpulan yang dapat peneliti lakukan adalah dari hasil analisis dan pembahasan dapat peneliti simpulkan sebagai berikut:
1. Tinggal di rusunawa sangat efektif membawa dampak dari
segi
lingkungan, ekonomi dan sosial. Kecenderungan ke arah perubahan kualitas
hidup yang lebih baik daripada tinggal pada hunian
sebelumnya. Penerapan kriteria kenyamanan tinggal
memberikan
manfaat peningkatan kualitas hidup pada tingkat sejahtera. 2. Pembangunan Rusunawa Semanggi pada dasarnya telah dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan tempat tinggal yang sehat dan teratur bagi warga masyarakat miskin berpenghasilan rendah. 3. Dalam kaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar, pemerintah melalui DPU mencoba untuk memfasilitasi rakyat miskin akan pemenuhan kebutuhan dasar terutama dalam bidang perumahan sebagai salah satu kebutuhan pokok manusia. Selanjutnya adanya rusunawa juga membangun
dan
mengembangkan
pencapaian kebutuhan individu. commit to user
148
kolektifitas
bersama
sebagai
perpustakaan.uns.ac.id
149 digilib.uns.ac.id
4. Selain itu adanya rusunawa juga mencipatakan kegiatan perekonomian yang sebelumnya tidak diperoleh pada saat sebelum menghuni rusunawa, yang pada akhirnya pemberdayaan perekonomian yang ada pada rusunawa Semanggi akan menjadi salah satu pondasi dalam menciptakan struktur perekonomian nasional yang kuat dengan berlandaskan kepada perkembangan perekonomian mikro. 5. Pada umumnya penghuni rusunawa, menghadapi suatu perubahan lingkungan yang betul-betul berbeda dari lingkungan sebelumnya di lingkungan permukiman bukan rumah susun. Perubahan lingkungan yang dihadapi, mengharuskan untuk mengadakan penyesuaian diri terhadap lingkungan fisik dan lingkungan sosial yang baru. Ternyata sebagian penghuni rusunawa belum mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan fisik dan lingkungan baru, sehingga perilaku di lingkungan permukiman sebelumnya masih terbawa di lingkungan permukiman rumah susun. 6. Luas hunian yang terbatas di rusunawa serta jumlah anggota rumah tangga dalam satu unit hunian, membuat sebagian penghuni rusunawa berusaha memanfaatkan semaksimal mungkin ruang-ruang yang terdapat di dalam unit hunian rumah susun. 7. Dengan status kepemilikan rumah susun sistem sewa yang berarti tetap sama dengan status kepemilikan sebelum tinggal
di rumah susun,
makan sikap dan perilaku tidak peduli (kurangnya rasa memiliki) terhadap lingkungan tetap muncul dan tidak dipengaruhi oleh kondisi commit to user
150 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
fisik lingkungan rusunawa. Faktor tersebut antara lain disebabkan oleh : (1) rendahnya kondisi kehidupan sosial dan ekonomi penghuni; (2) kurangnya perhatian dan pembinaan dari pihak DPU terhadap upaya peningkatan kehidupan sosial ekonomi para penghuni.
B.
IMPLIKASI 1.
Implikasi Teoritis Dalam penelitian ini mengacu pada paradigma definisi sosial, dimana eksemplar paradigma ini merupakan salah satu aspek yang khusus dari karya Weber, yaitu dalam analisisnya tentang tidankan sosial (social action). Weber tidak dengan tegas memisahkan antara struktur sosial dan pranata sosial, keduanya membantu untuk membentuk tindakan manusia yang penuh arti atau makna. Menurut Weber mempelajari perkembangan pranata secara khusus dari luar tanpa memperhatikan tindakan manusiannya sendiri berarti mengabaikan segisegi yang prinsipil dari kehidupan sosial. Menurut Weber arah dari interaksi tersebut adalah hubungan sosial dan tindakan sosial. Yang keduanya sebagai dasar dari tindakan yang penuh arti pada individu. Yang dimaksudkan adalah tindakan individu sepanjang tindakan tersebut mempunyai arti atau makna dan diarahkan pada tindakan orang lain. Secara definitif teori ini berusaha memahami dan menafsirkan tindakan sosial dan antar hubungan kasual. Tindakan itu berupa tindakan yang nyata-nyata diarahkan kepada orang commit to user
151 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
lain, juga dapat berupa tindakan yang bersifat ”membatin” atau bersifat subyektif yang mungkin terjani karena pengaruh positif dan situasi tertentu atau merupakan tindakan perulangan dengan sengaja sebagai akibat pengaruh situasi serupa. Atau berupa persetujuan secara pasif dalam situasi tertentu. (Ritzer, dalam Alimandan, 1992: 44-45). Adapun hasil temuan dari penelitian ini, menyimpulkan bahwa tindakan sosial yang dilakukan oleh DPU UPTD Kota Surakarta dalam upaya pemberdayaan masyarakat miskin ini berupa pengadaan hunian yang layak yaitu Rusunawa Semanggi. Menurut Weber dalam tindakan sosial atas dasar rasionalitas, peran-peran yang telah diaplikasikan oleh pemerintah terhadap penghuni Rusunawa Semanggi termasuk (zwerk rational) atau tindakan sosial yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam pengertiannya tindakan dari pemerintah diarahkan secara rasional dengan tujuan untuk memberdayakan kelompok penghuni Rusunawa Semanggi yang sebelumnya mengalami ketidakberdayaan karena ada permasalahan yang baik yang dating dari kondisi internal (tempat tinggal yang tidak layak huni, kondisi ekonomi yang pas-pasan) serta permasalahan yang datang dari kondisi eksternal (mahalnya biaya kontrak rumah dengan kondisi layak huni, harga kontrakan rumah yang setiap tahun naik, berpindah-pindah kontrakan) agar menjadi lebih berdaya. Melalui konsep perubahan sosial yang dikemukakan oleh Gerbert Blummer yang menyebutkan bahwa perubahan sosial merupakan hasil commit to user
152 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dari gerakan sosial sebagai usaha kolektif untuk menegakkan suatu tata kehidupan yang baru, maka efektivitas keberadaan Rusunawa Semanggi dalam pemberdayaan masyarakat miskin merupakan suatu bentuk dari perubahan sosial. Dengan keberadaan Rusunawa Semanggi dalam pemberdayaan masyarakat miskin selama kurang lebih dua tahun lamanya adanya perubahan sosial yang terjadi di kalangan penghuni Rusunawa Semanggi. Indikator penting dari perubahan sosial tersebut ialah adanya perbedaan atau perkembangan di dalam struktur, pola pikir, dan pola tingkah laku yang terjadi pada sebagian penghuni Rusunawa Semanggi.
2.
Implikasi Metodologis Penelitian ini berjudul “Efektivitas Pembangunan Rusunawa Semanggi Dalam Pemberdayaan Masyarakat Miskin di Surakarta” Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah keberadaan Rusunawa Semanggi dipandang dari aspek fisik lingkungan, aspek ekonomi, dan aspek sosial. Peranan DPU UPTD Surakarta dalam pembinaan dan pemberdayaan penghuni Rusunawa Semanggi. Dalam rangka mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan penghuni Rusunawa Semanggi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauhmana efaktivitas pembangunan Rusunawa Semanggi dalam pemberdayaan masyarakat miskin di Surakarta. commit to user
153 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Data yang diperoleh dalam penelitian ini, diperoleh dengan cara peneliti terjun langsung ke lapangan untuk mengamati berbagai peristiwa dan fenomena yang terjadi. Teknik pengumpulan data yang digunakan dengan cara teknik wawancara mendalam (indepth interview), obervasi langsung serta pencarian data dari dokumentasi. Kegiatan observasi merupakan bentuk pengamatan melalui kegiatan pemusatan perhatian terhadap obyek yang diteliti. Dalam penelitian ini, penulis datang ke lokasi penelitian untuk pengamatan secara langsung mengenai aktivitas yang ada dan sedang berlangsung. Dalam
pengambilan
sampel,
penulis
menggunakan
teknik
purposive sampling atau sampling bertujuan, yakni memilih informan yang dianggap tahu dan dapat dipercaya menjadi sumber data yang lengkap dan megetahuinya secara mendalam. Untuk menganalis data yang telah diperoleh, penulis menggunakan teknik analisis interaktif, proses ini diawali dengan pengumpulan data. Dikarenakan data yang diperoleh berkembang di lapangan, maka penulis membuat reduksi data dan penyajian data. Penulis menyeleksi data yang diperoleh di lapangan kemudian diikuti dengan penyusunan sajian data berupa uraian yang sistematik. Setelah pengumpulan data berakhir, tindakan penelitian selanjutnya adalah menarik kesimpulan dan verifikasi berdasarkan seluruh hal yang terdapat dalam penulisan reduksi data dan sajian data. commit to user
154 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3.
Implikasi Empiris Dari pihak pemberdaya yaitu DPU UPTD Kota Surakarta diharapkan mempunyai pemikiran-pemikiran yang efektif dan efisien dalam menghadapi masalah yang dialami oleh penghuni Rusunawa Semanggi. Akan tetapi peneliti dalam melihat peran DPU UPTD Kota Surakarta dalam melakukan pemberdayaan terhadap penghuni kurang terfokus, karena masih mempunyai proyek pembangunan Rusunawa yang lain. Adanya hal itu mengakibatkan pemberdayaan di Rusunawa Semanggi kurang begitu optimal dilakukan oleh pemerintah.
C.
SARAN Beberapa saran yang dapat penulis berikan berkaitan dengan penelitian yang telah dilakukan ini adalah sebagai berikut : 1.
Kepada para penghuni rusunawa bahwa masih banyak lapangan perekonomian yang dapat dilakukan untuk peningkatan dan pemberdayaan sehingga adanya rusunawa tidak hanya sebagai lokasi tempat tinggal namun juga dapat dijadikan sebagai sarana untuk meningkatkan kesejahteraan.
2.
Bagi masyarakat yang tadinya menempati lingkungan permukiman kumuh, dimana pada saat menempati rusunawa yang memiliki karakteristik
lingkungan
yang
berbeda
dengan
permukiman
sebelumnya, maka masyarakat harus melakukan penyesuaian dengan lingkungan baru, sementara kondisi sosial yang dimiliki adalah commit to user
155 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kondisi sosial di lingkungan permukiman perkampungan bukan rusunawa. Oleh sebab itu pemindahan penduduk dari lingkungan perumahan dan perumahan
yang sebelumnya tinggal di lingkungan
perkampungan kumuh ke lingkungan permukiman rusunawa, harus pula diikuti
dengan
penciptaan
kondisi
lingkungan
perumahan
dan
permukiman yang dapat mendukung terpeliharanya aspek sosial yang sebelumnya ada di lingkungan perkampungan bukan rumah susun. 3.
Sistem kepemilikan unit rumah susun berupa system sewa tidak membangkitkan rasa tanggung jawab masyarakat terhadap lingkungan perumahan dan permukiman, karena memang bukan hak miliknya. Untuk itu diharapkan adanya kebijakan yang ditempuh Pemerintah Kota Surakarta dalam menetukan status kepemilikan perlu diubah dari system sewa menjadi sewa beli. Dengan status tersebut dapat meningkatkan status sosial penghuni dari tidak memiliki menjadi memiliki. Untuk mencegah terjadinya pergeseran kepemilikan dari warga kepada pihak lain, maka peningkatan ekonomi penghuni ditingkatkan melalui pendekatan: a) Meningkatkan sumber daya manusia melalui pemberian pelatihan dan ketrampilan bagi penghuni rumah susun sesuai dengan kebutuhan pasar sehingga tersedia tenaga kerja siap pakai, b) Pemerintah Kota Surakarta menjembatani dengan pihak swasta yang ada disekitar lokasi rusunawa untuk pemanfaatan tenaga kerja siap commit to user
156 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pakai
(warga
penghuni
rusunawa)
dengan
prinsip
saling
menguntungkan (win win solution). Dengan
demikian
pembangunan
rusunawa
bukan
saja sekedar
memindahkan manusia dari rumah tidak layak huni ke rumah yang sehat dan layak huni, tetapi juga lebih mengutamakan peningkatan kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat penghuni rumah susun itu sendiri. Dengan meningkatnya penghasilan penghuni, maka harapan untuk memiliki
rumah
dapat
tercapai,
dan
dapat
dijaminkan
untuk
mendapatkan harapan, dan dapat dijaminkan untuk mendapatkan modal dalam rangka pengembangan usaha, sehingga dengan demikian kehidupan sosial akan meningkat dan terwujudnya masyarakat sejahtera. 4.
Pembinaan yang dilakukan oleh DPU Kota Surakarta dengan didukung meningkatnya
ekonomi
masyarakat
penghuni
rumah
susun,
kemungkinan terjadinya pengalihan hak kepada pihak ketiga dapat dihindari, sehingga target group yang dituju dapat terwujud, dan tujuan pembangunan rusunawa untuk meningkatkan mutu kehidupan dan penghidupan, harkat, derajat dan martabat masyarakat penghuni permukiman kumuh terutama masyarakat miskin berpenghasilan rendah dapat tercapai.
commit to user