perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id TUGAS AKHIR
HUBUNGAN LOKASI RUMAH SUSUN TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN PENGHUNI RUMAH SUSUN DI KOTA SURAKARTA (Studi Kasus Rusunawa Begalon, Semanggi, dan Jurug)
Disusun Oleh: Tanuda Pedro Rusdiono NIM : I0608043
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2012
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id TUGAS AKHIR
HUBUNGAN LOKASI RUMAH SUSUN TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN PENGHUNI RUMAH SUSUN DI KOTA SURAKARTA (Studi Kasus Rusunawa Begalon, Semanggi, dan Jurug)
Diajukan Sebagai Syarat untuk Mencapai Jenjang Strata-1 Perencanaan Wilayah dan Kota
Disusun Oleh: Tanuda Pedro Rusdiono NIM : I0608043
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2012 i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id PENGESAHAN
HUBUNGAN LOKASI RUMAH SUSUN TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN PENGHUNI RUMAH SUSUN DI KOTA SURAKARTA (Studi Kasus Rusunawa Begalon, Semanggi, dan Jurug)
Tanuda Pedro Rusdiono I 0608043
Menyetujui, Surakarta, Oktober 2012 Pembimbing I
Pembimbing II
Ir. Winny Astuti, M.Sc, Ph.d NIP. 19640711 199103 2 001
Ir. Ana Hardiana, MT NIP. 19690919 199412 2 001
Mengesahkan, Ketua Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik
Ketua Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota
Dr. Ir. Mohamad Muqoffa, MT NIP. 19620610 199103 1 001
Ir. Galing Yudana, MT NIP. 19620129 198703 1 002
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id ABSTRAK
Penyediaan rumah susun di Kota Surakarta merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan penyediaan rumah layak huni bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan kekumuhan kota akibat permukiman kumuh di pusat kota. Dengan berdasar pada kedua hal tersebut, lokasi rumah susun menjadi salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam pembangunan rumah susun di Kota Surakarta.
Namun,
pada
kenyataannya
pembangunan
rumah
susun
tidak
memperhatikan faktor lokasi sebagai aspek yang penting dalam pembangunan rumah susun. Dalam pembangunan rumah susun, pemerintah Kota Surakarta seakan-akan hanya
terpaku
pada
penggunaan
lahan
milik
pemerintah
kota
tanpa
mempertimbangkan lahan-lahan pada area permukiman kumuh yang dapat dikembangkan menjadi rumah susun. Hal ini akan berdampak terhadap tingkat kesejahteraan penghuni rumah susun sehingga tujuan utama pembangunan rumah susun yaitu untuk meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat berpenghasilan rendah tidak akan tercapai. Tujuan yang ingin dicapai adalah mengidentifikasi lokasi rumah susun di Kota Surakarta, mengidentifikasi tingkat kesejahteraan penghuni rumah susun di Kota Surakarta, dan menganalisis hubungan lokasi rumah susun terhadap tingkat kesejahteraan penghuni rumah susun di Kota Surakarta. Sedangkan sasaran yang dicapai adalah mengetahui kriteria kelayakan lokasi rumah susun, indentifikasi lokasi rumah susun yang ada di Kota Surakarta dengan melihat kriteria-kriteria lokasi yang sudah didapat, identifikasi tingkat kesejahteraan penghuni rumah susun dengan menggunakan variabel tingkat kesejahteraan yang telah ditentukan, dan analisis pengaruh lokasi rumah susun terhadap tingkat kesejahteraan penghuninya. Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah metode kuantitatif. Proses analisis dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu metode analisis pembobotan dan analisis statistika crosstabs. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa lokasi rumah susun yang dibangun dengan mengguanakan konsep insitu development (lahan lama) memiliki tingkat kesejahteraan penghuni yang lebih baik dari pada rumah susun yang dibangun dengan menggunakan konsep new developmnet (lahan baru). commit to user Kata kunci: rumah susun, hubungan, lokasi, tingkat kesejahteraan, penghuni, Kota Surakarta iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id ABSTRACT
Provision of low-cost apartment in Surakarta is one way that can be done to overcome the problems of providing appropriate housing for low income people and the squalor of the slums in the city due to the city center. On the basis of those two things, the location of the low-cost apartment to be one thing to consider in the construction of low-cost apartment in Surakarta. However, in reality the construction of low-cost apartment do not pay attention to its location as an important aspect in the construction of low-cost apartment. In the construction of public housing, the government of Surakarta as if it just focused on the use of city-owned land without considering the land in a slum area that can be developed into low-cost apartment. This will have an impact on the welfare of the resindent of the low-cost apartment so that the main objective of development of low-cost apartment is to raise the level of welfare of lowincome people will not be achieved. The aim is to identify the location of the low-cost apartment in Surakarta, identifying the level of welfare of the resident of the low-cost apartment in Surakarta, and analyze the correlation between the location of the low-cost apartment towards the welfare of the low-cost apartment’s resident in Surakarta. While the goal is achieved is to know the location of the apartment eligibility criteria, identifying the location of flats in the city of Surakarta to see location criteria has been obtained, identifying the level of welfare of the occupants of the low-cost apartment by using a variable level of prosperity that has been determined, and the analysis of the influence of the location low-cost apartment to the welfare of its inhabitants. In this research approach is a quantitative method. Process analysis is done using two methods there is weighting analysis methods and statistical analysis crosstabs. From the results of the study found that the location of flats built by using the concept of in situ development (old land) had a better welfare of the occupants of the flats were built using new concepts developmnet (new land). Keywords: low-cost apartment, correlation, location, welfare, resident, Surakarta
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur Alhamdulillahirabbil „alamin, atas rahmad dan hidayah-Nya yang telah di berikan sehingga dapat terselesaikannya laporan tugas akhir dengan judul “Pengaruh Lokasi Terhadap Tingkat Kesejahteraan Penghubu Rumah Susun Di Kota Surakarta”. Keberhasilan dalam menyelesaikan laporan tugas akhir tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan yang telah peneliti terima, baik secara material dan spiritual dari pihak-pihak yang bersangkutan. Untuk itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibunda dan ayahandaku tercinta yang telah memberikan dukungan doa dan semangat kepada ananda untuk menuntaskan perjuangan ini 2. Bapak Dr. Ir. Mohamad Muqoffa, MT, selaku ketua jurusan Arsitektur 3. Bapak Ir. Galing Yudana, MT selaku Ketua Jurusan Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota 4. Ibu Ir. Winny Astuti, M.Sc, Ph.D selaku dosen pembimbing utama selama proses penyusunan laporan tugas akhir 5. Ibu Ir. Ana Hardiana, MT selaku dosen pembimbing kedua selama proses penyusunan laporan tugas akhir 6. Bapak Ir. Widharyatmo, M.Si selaku dosen pembimbing akademik 7. Pak Totok selaku Kepala UPTD Rumah Sewa Kota Surakarta 8. Pengelola Rusunawa Begalon, Rusunawa Semanggi, dan Rusunawa Jurug 9. Pak Rendra, Pak Ibnu, dan Pak Rochim selaku ketua blok Rusunawa Jurug yang telah membantu menyebarkan kuesioner 10. Masyarakat Rusunawa Begalon, yang telah membantu mengisi kuesioner 11. Alfi, Suharyadi, Amos, dan Adit, teman seperjuangan yang dengan suka rela membantu kelancaran penyusunan laporan ini 12. Teman-teman perencanaan Wilayah dan Kota angkatan 2008 dan semua pihak yang telah membantu dalam terselesainya laporan tugas akhir ini. Peneliti menyadari bahwa terdapat kekurangan pada laporan tugas akhir ini, oleh karenya segala kritik dan sarana demi perbaikan laporan ini akan peneliti terima dengan tangan terbuka dan ucapan terima kasih. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Surakarta, Oktober 2012 Tanuda Pedro Rusdiono
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id DAFTAR ISI
Halaman Judul.................................................................................................................... i Lembar Pengesahan ..........................................................................................................ii Abstraksi ..........................................................................................................................iii Kata Pengantar .................................................................................................................. v Daftar Isi........................................................................................................................... vi Daftar Tabel ...................................................................................................................viii Daftar Gambar ................................................................................................................... x Daftar Lampiran ............................................................................................................... xi BAB I Pendahuluan .......................................................................................................... 1 1.1. Latar Belakang ...................................................................................................... 1 1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................. 5 1.3. Tujuan dan Sasaran ............................................................................................... 5 1.4. Manfaat Penelitian................................................................................................. 6 1.5. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................................... 7 1.6. Posisi Penelitian .................................................................................................... 7 1.7. Kerangka Penelitian .............................................................................................. 8 1.8. Sistematika Penulisan .......................................................................................... 11 BAB II Kajian Teori Lokasi Perumahan dan Kesejahteraan Masyarakat ....................... 13 2.1. Pemilihan Lokasi Pembangunan Rumah Susun .................................................. 13 2.2. Rumah Susun sebagai Bagian dari Peremajaan Kota.......................................... 16 2.3. Lokasi Rumah Susun dalam Hubungannya dengan Kesejahteraan Penghuni Rumah Susun....................................................................................................... 18 2.4. Kesimpulan Teori ................................................................................................ 21 BAB III Metode Penelitian ............................................................................................. 26 3.1. Pendekatan Studi ................................................................................................. 26 3.2. Metode Pelaksanaan Studi .................................................................................. 26 BAB IV Lokasi dan Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Penghuni Rumah Susun ........ 36 4.1. Gambaran Lokasi Rumah Susun di Kota Surakarta ............................................ 36 4.2. Karakteristik Lokasi Rumah Susun di Kota Surakarta........................................ 52 commit to user 4.3. Gambaran Masyarakat Penghuni Rusunawa di Kota Surakarta.......................... 54 vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4.4. Analisis Pembobotan Tingkat Kesejahteraan Penghuni Rumah Susun di Kota Surakarta.............................................................................................................. 57 BAB V Analisis Hubungan Lokasi Terhadap Tingkat Kesejahteraan Penghuni Rumah Susun di Kota Surakarta ............................................................................................ 61 5.1. Analisis Pembobotan Hubungan Lokasi Rumah Susun terhadap Tingkat Kesejahteraan ...................................................................................................... 61 5.2. Analisis Crosstabs HubunganLokasi Rumah Susun terhadap Tingkat Kesejahteraan ...................................................................................................... 73 5.3. Hubungan antara Lokasi dengan Tingkat Kesejahteraan Penghuni Rumah Susun di Kota Surakarta ................................................................................................. 84 BAB VI Penutup ............................................................................................................. 89 6.1. Temuan Penelitian ............................................................................................... 89 6.2. Kesimpulan.......................................................................................................... 91 6.3. Rekomendasi ....................................................................................................... 92 Daftar Pustaka ................................................................................................................. 94 Lampiran ......................................................................................................................... 96
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 Posisi Penelitian ............................................................................................... 7 Tabel 2. 1 Kesimpulan Teori ........................................................................................... 22 Tabel 2. 2 Hubungan Variabel dengan Indikator ............................................................ 24 Tabel 3. 1 Kebutuhan Data.............................................................................................. 27 Tabel 3. 2 Skoring Data .................................................................................................. 32 Tabel 4. 1 Pendapat Masyarakat Mengenai Tingkat Kebisingan di Rumah Susun ........ 40 Tabel 4. 2 Pendapat Masyarakat Mengenai Pelayanan Air Bersih Disetiap Rumah Susun ................................................................................. 43 Tabel 4. 3 Pendapat Masyarakat Mengenai Pelayanan Fasilitas Kesehatan Disetiap Rumah Susun ............................................................................................... 45 Tabel 4. 4 Pendapat Masyarakat Mengenai Pelayanan Fasilitas Sanitasi Disetiap Rumah Susun ................................................................................. 46 Tabel 4. 5 Karakteristik Lokasi Rumah Susun di Kota Surakarta Berdasarkan Distribusi Frekuensi ........................................................................................ 53 Tabel 4. 6 Jenis Pekerjaan Penghuni Rumah Susun ....................................................... 55 Tabel 4. 7 Tingkat Pendapatan Penghuni Rumah Susun ................................................ 55 Tabel 4. 8 Jumlah Keluarga yang Memiliki Tabungan ................................................... 56 Tabel 4. 9 Tingkat Pengeluaran Keluarga ....................................................................... 57 Tabel 4. 10 Biaya Transportasi Menuju ke Tempat Kerja .............................................. 58 Tabel 4. 11 Kecenderungan Pemilihan Moda Transportasi ............................................ 59 Tabel 4. 12 Skoring Tingkat Kesejahteraan Penghuni Rumah Susun ............................ 57 Tabel 5. 1 Analisis Pembobotan Hubungan Lokasi dengan Tingkat Pendapatan di Rusunawa Begalon ................................................. 61 Tabel 5. 2 Analisis Pembobotan Hubungan Lokasi dengan Jumlah Tabungan di Rusunawa Begalon .................................................... 62 Tabel 5. 3 Analisis Pembobotan Hubungan Lokasi dengan Tingkat Pengeluaran di Rusunawa Begalon ............................................... 63 Tabel 5. 4 Analisis Pembobotan Hubungan Lokasi dengan Biaya Transportasi di Rusunawa Begalon .................................................. 64 Tabel 5. 5 Analisis Pembobotan Hubungan Lokasi dengan commit to user Tingkat Pendapatan di Rusunawa Semanggi .............................................. 65 Tabel 5. 6 Analisis Pembobotan Hubungan Lokasi dengan viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Jumlah Tabungan di Rusunawa Semanggi ................................................. 66 Tabel 5. 7 Analisis Pembobotan Hubungan Lokasi dengan Tingkat Pengeluaran di Rusunawa Semanggi ............................................. 68 Tabel 5. 8 Analisis Pembobotan Hubungan Lokasi dengan Biaya Transportasi di Rusunawa Semanggi ................................................ 69 Tabel 5. 9 Analisis Pembobotan Hubungan Lokasi dengan Tingkat Pendapatan di Rusunawa Jurug ..................................................... 70 Tabel 5. 10 Analisis Pembobotan Hubungan Lokasi dengan Jumlah Tabungan di Rusunawa Jurug......................................................... 71 Tabel 5. 11 Analisis Pembobotan Hubungan Lokasi dengan Tingkat Pengeluaran di Rusunawa Jurug .................................................... 72 Tabel 5. 12 Analisis Pembobotan Hubungan Lokasi dengan Biaya Transportasi di Rusunawa Jurug ....................................................... 73 Tabel 5. 13 Nilai Signifikansi antar Aspek Penelitian Rusunawa Begalon .................. 74 Tabel 5. 14 Nilai Signifikansi antar Aspek Penelitian Rusunawa Semanggi ............... 78 Tabel 5. 15 Nilai Signifikansi antar Aspek Penelitian Rusunawa Jurug....................... 82 Tabel 5. 16 Hubungan Lokasi dengan Tingkat Kesejahteraan ......................................85
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1 Lokasi Rumah Susun di Kota Surakarta ...................................................... 5 Gambar 1. 2 Kerangka pikir ............................................................................................ 10 Gambar 3. 1 Kerangka Analisis ...................................................................................... 35 Gambar 4. 1 Peta Pola Rencana Ruang Kota Surakarta Tahun 2010 - 2030 .................. 38 Gambar 4. 2 Peta Kenyamanan dan Keamanan Lokasi Rumah Susun di Kota Surakarta.......................................................................................... 42 Gambar 4. 3 Peta Ketersediaan dan Pelayanan Sarana Prasarana Rumah Susun di Kota Surakarta.......................................................................................... 47 Gambar 4. 4 Fasilitas Perdagangan di Dalam Rumah Susun .......................................... 48 Gambar 4. 5 Peta Aksesibilitas Rumah Susun ................................................................ 51 Gambar 4. 6 Karakteristik Lokasi Rumah Susun Di Kota Surakarta Berdasarkan Pembobotan Data Spasial ............................................................................. 52 Gambar 4. 7 Karakteristik Tingkat Kesejahteraan Penghuni Rumah Susunl ................. 59
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A: Daftar Kuesioner....................................................................................... 97 Lampiran B: Rekapitulasi Hasil Kuesioner .................................................................... 100 Lampiran C: Daftar Pertanyaan Wawancara Pengelola Rumah Susun.......................... 109 Lampiran D: Hasil Wawancara dengan Pengelola Rumah Susun ................................. 110 Lampiran E: Instrument Survey Lapangan (Aksesibilitas) ............................................ 111 Lampiran F: Hasil Analisis Crosstabs Rusunawa Begalon ............................................ 112 Lampiran G: Hasil Analisi Crosstabs Rusunawa Semanggi .......................................... 125 Lampiran H: Hasil Analisis Crosstabs Rusunawa Jurug................................................ 135 Lampiran G: Lembar Asistensi ...................................................................................... 147
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan membahas tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan dan sasaran penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, posisi penelitian, kerangka penelitian, dan sistematika penelitian. 1.1. Latar Belakang Perumahan dan permukiman mempunyai fungsi dan peranan yang penting dalam kehidupan manusia. Selain sebagai tempat untuk berlindung dari binatang buas, cuaca, dan sebagai tempat membina komunitas terkecil yakni keluarga, didalam masyarakat Indonesia, perumahan merupakan pencerminan dan pengejawantahan dari diri pribadi manusia, perumahan bagi masyarakat menjadi simbol status untuk mendapatkan pengakuan dan rasa hormat dari orang lain dan lingkungan sekitarnya (Paruntungan, 2004). Perumahan juga bisa menjadi cerminan wajah suatu kota. Oleh karena begitu pentingnya fungsi dan peran perumahan, maka perlu diatur dengan cermat bagaimana pemenuhannya agar tidak terjadi permasalahan dikemudian hari. Menurut salah satu butir dalam UU RI No 1 Tahun 2011 pembangunan perumahan diselenggarakan untuk menjamin terwujudnya rumah yang layak huni dan terjangkau dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur, terencana, terpadu, dan berkelanjutan. Pemenuhan kebutuhan rumah bagi setiap keluarga (shelter for all) dan pengembangan perumahan yang berkelanjutan (sustainable housing development) sudah menjadi agenda global yang harus diwujudkan oleh setiap negara. Persoalan mendasar lain adalah pemenuhan kebutuhan rumah yang terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Hal ini juga menjadi perhatian berbagai pemangku kepentingan di dunia sebagaimana dicanangkan pada The 12th Session of the Commission on Sustainable Development (CSD 12) tanggal 14-30 April 2004 di New York, yakni ”to achieve significant improvements in the living conditions of the poorest population groups, in particular slum inhabitants, by the year 2020” (Butters dalam Murbaintoro, 2009). Pemenuhan kebutuhan akan perumahan sebenarnya tidak saja dilakukan oleh pemerintah, pihak swasta pun mulai melirik sektor ini. Namun pemenuhan kebutuhan perumahan oleh swasta hanya dapat diakses oleh masyarakat golongan ekonomi tinggi dan golongan ekonomi menengah keatas.toSedangkan untuk masyarakat berpenghasilan commit user rendah, sulit sekali untuk mendapatkan kebutuhan tersebut. Oleh karena itu 1
digilib.uns.ac.id 2
perpustakaan.uns.ac.id
pemerintah harus mewujudkan pembangunan perumahan yang berkelanjutan bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Perwujudan pembangunan perumahan dan permukiman berkelanjutan, tidak dapat dilepaskan dari pembangunan perkotaan secara keseluruhan, apalagi bila dikaitkan dengan ketersediaan lahan yang merupakan sumberdaya alam yang tidak terbarukan. Salah satu indikator pembangunan berkelanjutan yang dimotori oleh United Nations Centre for Human Settlements (UNCHS) adalah memberikan rekomendasi
tentang
bagaimana
menetapkan
indikator
lingkungan
untuk
pembangunan perumahan, permukiman dan perkotaan. Indikator lingkungan perkotaan
yang terkait dengan sustainibilitas lingkungan perkotaan adalah
terpenuhinya luas ruang terbuka (km2)/% (Junaidi dalam Murbaintoro, 2009). Ditambah lagi dengan UU RI No 26 Tahun 2007 yang mewajibkan suatu kota untuk menyisakan sebesar 30% luas areanya untuk dijadikan ruang terbuka hijau. Selain itu, terdapat permasalahan lain yaitu munculnya permukiman kumuh di area perkotaan. Permukiman kumuh ini muncul akibat tidak mampunya masyarakat kelas bawah mengakses rumah yang layak huni. Kondisi ini memaksa pemerintah untuk berpikir lebih cermat. Pemenuhan kebutuhan perumahan yang berkelanjutan memang penting untuk dilakukan, namun kebutuhan akan ruang terbuka hijau juga merupakan aspek yang tidak boleh dilupakan. Selain sebagai ruang publik bagi masyarakat kota, keberadaan ruang terbuka hijau juga dianggap mampu meminimalisir dampak yang diakibatkan oleh global warming yang saat ini sedang menjadi issue yang hangat diperbincangkan. Beberapa hal tersebut diatas sudah barang tentu memberikan konsekuensi logis pada pengendalian pembangunan perumahan dan permukiman di perkotaan agar dapat memenuhi persyaratan kota yang termasuk kategori kota berwawasan lingkungan (sustainable city) antara lain : tetap terjaga ketersediaan ruang terbuka hijau yang cukup di kawasan perkotaan (sustainable land use planning and management serta sustainable housing and urban development), terpenuhinya kebutuhan hunian yang layak dan terjangkau bagi seluruh masyarakat (affordable low cost housing) dan terwujudnya
kehidupan
sosial
kemasyarakatan
yang
harmonis
dan
efisien
(Murbaintoro, 2009). Oleh karena itu munculah gagasan untuk mengganti perumahan tapak menjadi perumahan vertikal/ rumah susun commitsebagai to user respon terhadap kebutuhan tersebut. Menurut Murbaintoro (2009), pengembangan hunian vertikal di kota besar dan metro sudah menjadi kebutuhan yang sangat mendesak, problem ketersediaan lahan
digilib.uns.ac.id 3
perpustakaan.uns.ac.id
merupakan faktor pendorong bagi berbagai pemangku kepentingan untuk segera memikirkan pola pengembangan perumahan dan permukiman yang selama ini masih didominasi oleh pengembangan hunian tapak (landed) . Dengan demikian penggunaan lahan pun bisa lebih efisien, terutama dalam penyediaan prasarana dan sarana pendukungnya. Kelompok sasaran penghuni rumah susun lebih ditujukkan kepada kelompok masyarakat
berpenghasilan rendah atau
menengah ke bawah.
Pengembangan perumahan dari hunian tapak menjadi hunian vertikal juga semakin dikuatkan dengan Kepres nomor 22 tahun 2006 yang didalamnya mengatur tentang pembangunan hunian vertikal. Menurut Inpres No. 5 Tahun 1990 Tentang Peremajaan Permukiman Kumuh yang Berada di Atas Tanah Negara, pembangunan rumah susun seharusnya menggunakan konsep membangunan hunian tanpa menggusur. Artinya pembangunan rumah susun dilakukan diatas lahan asal masyarakat tersebut tinggal sebelumnya. Sehingga pembangunan rumah susun tidak menggusur warga yang bermukim di lahan tersebut. Hal ini karena pembangunan rumah susun merupakan salah satu cara peremajaan permukiman kumuh di area perkotaan. Pada dasarnya, masyarakat kelas bawah memilih permukiman kumuh sebagai tempat bermukim karena lokasi tersebut dekat dengan tempat kerja mereka, sehingga mereka dapat menghemat biaya transportasi (Karyono, 2004). Apabila pembangunan rumah susun dilakukan diluar daerah asal, maka hal tersebut akan mengubah pola pengeluaran mereka. Karena bisa jadi lokasi permukiman yang baru jauh dari lokasi kerja mereka. Dan pada akhirnya akan berpangaruh pada tingkat kesejahteraan. Hal ini bertentangan dengan UU RI No 20 Tahun 2011 Tentang Rumah Susun yang mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat berpenghasilan rendah. Pembangunan rumah susun sudah mulai dilakukan dibeberapa kota di Indonesia, seperti Surabaya, Jakarta, Yogyakarta, dan Surakarta. Kota Surakarta terletak antara 110° 45’ 15” dan 110° 45’ 35” Bujur Timur dan antara 7° 35’ dan 7° 56’ Lintang selatan. Kota Surakarta merupakan salah satu kota besar di Jawa Tengah yang menunjang kota-kota lainnya seperti Semarang maupun Jogyakarta. Wilayah Kota Surakarta atau lebih dikenal dengan ”Kota Solo” merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata ± 92 m dari permukaan air laut. Secara geografis wilayah Kotacommit Surakarta ini terletak diantara 2 gunung api yaitu to user sebelah Timur Gunung Lawu dan sebelah Barat Gunung Merapi dan Merbabu, dan dibagian timur dilalui oleh Sungai Bengawan Solo.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
Wilayah Kota Surakarta berada pada cekungan diantara dua gunung sehingga mempunyai topografi yang relatif datar antara 0-15 % dengan ketinggian tempat antara 80-130 dpl. Berdasarkan data penggunaan lahan (tanah) di Kota Surakarta pada tahun 2005, dari jumlah luas wilayah sebesar 4.404,06 Ha, sebagian besar merupakan lahan untuk penggunaan perumahan/permukiman, yaitu seluas 2.707,27 Ha dan selebihnya untuk penggunaan lainnya (Data BPS tahun 2008). Pembangunan rumah susun di Kota Surakarta sudah dimulai pada tahun 2005, yakni dengan dioperasikannya Rusunawa Begalon I (Solopos, edisi 12 September 2011). Pembangunan rumah susun di Kota Surakarta terus mengalami peningkatan. Puncaknya adalah pada tahun 2009-2010, Pemerintah Kota Surakarta mulai menambah jumlah rusunnya dengan melakukan pembangunan Rusunawa Begalon II yang letaknya tidak jauh dari lokasi rusunawan Begalon I. Mulai setelah itu pembangunan rumah susun seakan-akan menjadi prioritas utama Pemerintah Kota Surakarta untuk memenuhi kebutuhan hunian masyarakatnya terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Pemerintah Kota Surakarta berencana membangun 12 rumah susun dan 5 diantaranya sudah terealisasi. Namun, hanya 3 rumah susun yang sudah beroperasi. Rencana Pemerintah Kota Surakarta untuk menambah jumlah rumah susunnya bukan tanpa hambatan. Untuk merealisasikan 7 rumah susun yang lainnya, Pemerintah Kota Surakarta terkendala oleh ketersediaan lahan. Permasalahan ini kemudian diatasi dengan pemilihan lahan dengan status Hak Pakai (HP) Pemerintah Kota Surakarta. Tetapi yang kemudian menjadi permasalahan adalah tidak semua lahan dengan status hak pakai sesuai dengan kriteria pembangunan rumah susun. Dalam pembangunan rumah susun, terdapat beberapa kriteria yang harus ada, contohnya adalah aksesibilitas. Mengingat tujuan pembangunan rumah susun di Kota Surakarta adalah untuk memenuhi kebutuhan hunian untuk masyarakat berpenghasilan rendah, maka kriteria ini harus diperhatikan betul oleh pemerintah kota Surakarta. Bila hal tersebut tidak diperhatikan, maka akan timbul permasalahan seperti yang telah terjadi pada beberapa rumah susun di Kota Surakarta. Permasalahanpermasalahan tersebut antara lain adalah pelayanan sarana dan prasarana yang kurang memenuhi standard pelayanan. Sarana dan prasarana seperti kualitas air bersih yang memiliki kualitas buruk pada suatu lokasi namun lokasi tersebut justru dipilih sebagai lokasi pembangunan rumah susun. commit to user Selain itu juga terdapat permasalahan letak rumah susun yang jauh dari aksesibilitas sehingga menyulitkan masyarakat untuk menuju ke pusat aktivitas.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
Gambar 1. 1 Lokasi Rumah Susun Di Kota Surakarta Sumber: Solopos, edisi 12 September 2011
Berdasarkan permasalahan diatas, maka studi ini untuk mengetahui bagaimana hubungan antara lokasi rumah susun di Kota Surakarta dengan tingkat kesejahteraan penghuni rumah susun tersebut.
1.2. Rumusan Masalah Pembangunan rumah susun pada dasarnya untuk melayani kebutuhan rumah layak huni bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Oleh karena itu dibutuhkan perencanaan yang matang untuk pembangunannya. Demikian juga dengan pemilihan lokasi. Pemilihan lokasi rumah susun yang tidak tepat justru tidak akan membawa dampak peningkatan ekonomi bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Berdasarkan permasalahan diatas, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian yaitu: bagaimana hubungan lokasi rumah susun terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat penghuni rumah susun di Kota Surakarta ?
1.3. Tujuan dan Sasaran
commit to user Berdasarkan pertanyaan penelitian tersebut, maka dapat terdapat tiga tujuan
penelitian yang ingin dicapai, yaitu;
digilib.uns.ac.id 6
perpustakaan.uns.ac.id A. Tujuan Penelitian 1. Mengidentifikasi lokasi rumah susun di Kota Surakarta
2. Mengidentifikasi tingkat kesejahteraan penghuni rumah susun di Kota Surakarta 3. Menganalisis hubungan lokasi rumah susun dengan tingkat kesejahteraan masyarakat penghuni rumah susun di Kota Surakarta. Sedangkan sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian hubungan antara lokasi dengan tingkat kesejahteraan penghuni rumah susun di Kota Surakarta adalah sebagai berikut; B. Sasaran Penelitian 1. Mengetahui kriteria kelayakan lokasi rumah susun 2. Indentifikasi lokasi rumah susun yang ada di Kota Surakarta dengan melihat kriteria-kriteria lokasi yang sudah didapat 3. Identifikasi tingkat kesejahteraan penghuni rumah susun dengan menggunakan variabel tingkat kesejahteraan yang telah ditentukan 4. Analisis hubungan lokasi rumah susun terhadap tingkat kesejahteraan penghuninya 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut; Bagi disiplin Ilmu Perencanaan Wilayah dan Kota, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan terhadap teori keterkaitan antara pemilihan lokasi pembangunan rumah susun di area kota dengan tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat penghuni rumah susun di Kota Solo. Bagi Pemerintah Kota Solo, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai evaluasi dan rekomendasi terhadap pembangunan rumah susun baik yang sudah terealisasi maupun yang masih dalam tahap rencana. Bagi Masyarakat, hasil penelitian ini akan menberikan pemahaman baru kepada masyarakat mengenai rumah susun. Bahwa tinggal di rumah susun dapat pula meningkatkan perekonomian mereka bila pembangunan rumah susun dilakukan pada lokasi yang tepat. commit to user
digilib.uns.ac.id 7
perpustakaan.uns.ac.id 1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Berdasarkan tujuan dan sasaran yang telah dijelaskan diatas, maka ruang lingkup pada penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu ruang lingkup substansional dan ruang lingkup wilayah
Ruang Lingkup Substansi Secara umum ruang lingkup substansi pada penelitian ini adalah pada hubungan antara lokasi pembangunan rumah susun terhadap tingkat kesejahteraan penghuni rumah susun di Kota Surakarta. Kriteria lokasi yang akan dibahas menyangkut aspek administrasi lokasi, kenyamanan dan keamanan lokasi, ketersediaan sarana dan prasarana, serta aksesibilitas. Sedangkan tingkat kesejahteraan hanya dilihat pada saat mereka sudah menempati rumah susun saja. Tidak melihat tingkat kesejahteraan penghuni rumah susun sebelum menempati hunian tersebut. Tingkat kesejahteraan nantinya akan dikaitkan dengan lokasi rumah susun.
Ruang Lingkup Wilayah Ruang lingkup wilayah dalam penelitian ini adalah lokasi rumah susun di Kota Surakarta yang sudah dihuni. Hal ini dimaksud agar dapat mengetahui bagaimana hubungan antara lokasi dengan tingkat kesejahteraan penghuninya. Lokasi rumah susun yang dimaksud adalah Rusunawa Begalon, Rusunawa Semanggi, dan Rusunawa Jurug.
1.6. Posisi Penelitian Tabel 1. 1 Posisi Penelitian No.
1.
2.
Nama Peneliti
Judul Penelitian
R. Nuzulina Ilmiaty Ismail
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN LOKASI PERUMAHAN DI JAKARTA SELATAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN LOKASI Malla Paruntung PERUMAHAN PERUMNAS commit to user IV PADANG BULAN KOTA JAYAPURA
Tujuan Penelitian Mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh bagi masyarakat dan pengembang dalam menentukan lokasi perumahan di Jakarta Selatan Meneliti faktorfaktor yang mempengaruhi Perum Perumnas dan Pemerintah daerah dalam memilih dan menetapkan kawasan Padang Bulan sebagai lokasi
digilib.uns.ac.id 8
perpustakaan.uns.ac.id No.
Nama Peneliti
3.
Della Pakartika
4.
Arif Wahyudi
5.
Tanuda Pedro Rusdiono
Judul Penelitian
PENGARUH PEMBANGUNAN RUSUNAWA TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN PENGHUNI (Studi Kasus : Rusunawa Begalon I Surakarta) EVALUASI DAMPAK PROGRAM RUMAH SUSUN DI KOTA SURAKARTA
HUBUNGAN LOKASI RUMAH SUSUN TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN PENGHUNI RUMAH SUSUN DI KOTA SURAKARTA (Studi Kasus : Rusunawa Begalon, Rusunawa Semanggi, dan Rusunawa Jurug)
Tujuan Penelitian perumahan Perumnas IV serta faktor-faktor yang mempengaruhi pertimbangan penghuni perumahan sehingga memilih perumahan Perumnas IV sebagai tempat tinggal atau tempat bermukim. Mengetahui pengaruh pembangunan Rusunawa Begalon I Surakarta terhadap tingkat kesejahteraan penghuni Mengetahui dampak program rumah susun di Kota Surakarta Mengidentifikasi lokasi rumah susun di Kota Surakarta Mengidentifikasi tingkat kesejahteraan penghuni rumah susun di Kota Surakarta Menganalisis hubungan lokasi rumah susun dengan tingkat kesejahteraan masyarakat penghuni rumah susun di Kota Surakarta
Sumber: Penulis, 2012
1.7. Kerangka Pemikiran Terdapat beberapa permasalahan tentang permukiman seperti pemenuhan kebutuhan rumah yang terus meningkat ditengah keterbatasan lahan di area perkotaan dan peremajaan kawasan permukiman kumuh di pusat kota dengan konsep membangun tanpa menggusur. Pembangunan rumah susun merupakan salah satu cara untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan permukiman tersebut. Pembangunan rumah susun di Kota Surakarta telah dimulai pada tahun 2005. Semanjak saat itu, Kota Surakarta terus menambah jumlah rumah susunnya. Penambahan jumlah rumah susun di Kota Surakarta akan terus dilakukan sampai commit to user kebutuhan rumah yang layak huni masyarakat berpenghasilan rendah di Kota Surakarta terpenuhi.
digilib.uns.ac.id 9
perpustakaan.uns.ac.id
Namun, rencana Pemerintah Kota Surakarta menambah jumlah rumah susun terkendala beberapa hal. Salah satunya adalah keterbatasan lahan di pusat kota. Oleh karena itu, Pemerintah Kota Surakarta memilih lahan baru dengan status hak pakai sebagai lahan pembangunan rumah susun. Padahal tidak semua lahan baru yang dipilih oleh Pemerintah Kota Surakarta sesuai dengan kriteria pembangunan rumah susun. Dari permasalahan tersebut munculah pertanyaan penelitian yakni bagaimana hubungan lokasi rumah susun terhadap tingkat kesejahteraan penghuni rumah susun tersebut. Pertanyaan penelitian tersebut dapat dijawab dengan cara identifikasi lokasi rumah susun dan identifikasi tingkat kesejahteraan penghuni rumah susun di Kota Surakarta. Identifikasi lokasi rumah susun meliputi administrasi lokasi, kenyamanan dan keamanan lokasi, ketersediaan dan pelayanan sarana prasarana, dan aksesibilitas. Sedangkan identifikasi tingkat kesejahteraan penghuni rumah susun di Kota Surakarta meliputi tingkat pendapatan penghuni, persentase keluarga yang memiliki tabungan, dan tingkat pengeluaran keluarga. Peneliti akan menggunakan teknik pengumpulan data pembagian daftar angket kepada masyarakat penghuni rumah susun di Kota Surakarta sesuai dengan variabel penelitian yang telah diperoleh untuk mengetahui tingkat kesejahteraan penghuni rumah susun. Data dari hasil survey dan hasil analisis dengan menggunakan dua macam metode yaitu metode analisis pembobotan dan metode analisis crosstabs. Berdasarkan analisis diatas, didapat hubungan antara lokasi rumah susun dengan tingkat kesejahteraan penghuni rumah susun tersebut. Hasil yang diperoleh pada tahap analisis merupakan temuan yang berguna bagi penyusunan kesimpulan dan rekomendasi bagi pemerintah Kota Solo dalam pemilhan lokasi rumah susun dikemudian hari. Untuk lebih jelas alur pemilihan studi yang dilakukan, dapat dilihat pada gambar kerangka pikir berikut:
commit to user
digilib.uns.ac.id 10
perpustakaan.uns.ac.id Munculnya permukiman kumuh di pusat kota
kebutuhan rumah layak huni meningkat namun jumlah lahan di kota terbatas
Membangun hunian tanpa menggusur
+
Amanat UU RI No. 26 Tahun 2007 “Kota wajib menyediakan 30% lahannya untuk RTH”
Pembangunan rumah susun di Kota Surakarta
Kriteria lokasi pembangunan rumah susun
Pemakaian lahan hak pakai sebagai lokasi pembangunan rumah susun
Pertanyaan Penelitian “Bagaimana hubungan lokasi rumah susun terhadap tingkat kesejahteraan penghuni rumah susun tersebut?”
Identifikasi lokasi rumah susun di Kota Surakarta
Identifikasi tingkat kesejahteraan penghuni rumah susun di Kota Surakarta
Administrasi lokasi Tingkat pendapatan Kenyamanan dan keamanan lokasi Ketersediaan dan pelayanan sarana prasarana
Analisis Pembobotan + Analisis Crosstabs
Persentase keluarga yang memiliki tabungan
Tingkat pengeluaran Aksesibilitas
Pengaruh antara lokasi dengan tingkat kesejahteraan penghuni rumah susun di Kota Surakarta
Kesimpulan dan rekomendasi
Gambar 1. 2 Kerangka Pikir Penelitian Sumber: Analisis Penulis, 2012
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
1.8. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki keterbatasan penelitian yaitu pada penggunaan metode analisis karena tidak semua data yang diperoleh dapat dianalisis dengan menggunakan metode analisis yang sama. Maka, untuk mengantisipasi hal tersebut data akan dianalisis dengan menggunakan metode yang berbeda sesuai dengan jenis data yang diperoleh.
1.9. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut;
BAB I Pendahuluan Pendahuluan berisi tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan dan sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, posisi penelitian, kerangka penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II Kajian Teori Lokasi Perumahan dan Kesejahteraan Masyarakat Berisi telaah kepustakaan sebagai tinjauan teori-teori yang berkaitan dengan topik pemilihan; pemilihan lokasi pembangunan rumah susun, rumah susun sebagai bagian dari peremajaan kota, dan lokasi rumah susun dalam hubungannya dengan kesejahteraan penghuni rumah susun.
BAB III Metode Penelitian Berisi tentang pendekatan dan metode dalam pelaksanaan penelitian seperti penggunaan teknik pengambilan data, teknik sampling, dan teknik analisis hubungan antara faktor lokasi dengan tingkat kesejahteraan penghuni rumah susun di Kota Surakarta.
BAB IV Lokasi dan Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Penghuni Rumah Susun Berisi tentang gambaran lokasi rumah susun di Kota Surakarta yang mencakup kenyamanan dan keamanan lokasi, pelayanan dan ketersediaan sarana prasarana rumah susun, aksesibilitas rumah susun, serta tingkat kesejahteraan commit to user penghuni rumah susun di Kota Surakarta yang meliputi tingkat pendapatan, persentase keluarga memiliki tabungan, dan tingkat pengeluaran. Pada bab ini juga
digilib.uns.ac.id 12
perpustakaan.uns.ac.id
memuat hasil dari analisis pembobotan sebagai bahan untuk tahap analisis selanjutnya.
BAB V Analisa Hubungan Lokasi Rumah Susun dengan Tingkat Kesejahteraan Penghuni rumah Susun di Kota Surakarta Berisi tentang perhitungan-perhitungan statistik mengenai analisis hubungan antara lokasi rumah susun dengan tingkat kesejahjteraan penghuni rumah susun di Kota Surakarta serta penggabungan dari analisis pembobotan dengan analisis statistik (crosstabs) yang sudah didapat.
BAB VI Penutup Berisi tentang temuan-temuan yang diperoleh selama peneitian, kesimpulan dari hasil analisis hubungan antara lokasi rumah susun dengan tingkat kesejahteraan penghuni rumah susun di Kota Surakarta, dan rekomendasi yang didapat dari hasil analisis. Rekomendasi mencakup rekomendasi umum, rekomendasi khusus, dan arah penelitian lanjutan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id BAB II
KAJIAN TEORI LOKASI PERUMAHAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Bab ini akan menjelaskan mengenai review teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori yang digunakan berkaitan dengan teori lokasi rumah susun, tingkat kesejahteraan masyarakat, dan hubungan lokasi rumah susun dengan tingkat kesejahteraan penghuni. 2.1. Pemilihan Lokasi Pembangunan Rumah Susun Lokasi pembangunan rumah susun harus sesuai dengan kriteria lokasi pembangunan perumahan seperti yang tercantum didalam SNI 03-1733-2004. Hal ini karena tidak semua lokasi tepat/ sesuai dengan kriteria pembangunan perumahan. Ketentuan-ketentuan tersebut adalah sebagai berikut: a. Lokasi perumahan harus sesuai dengan rencana peruntukan lahan yang diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) setempat atau dokumen perencanaan lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah setempat, dengan kriteria sebagai berikut: kriteria keamanan, dicapai dengan mempertimbangkan bahwa lokasi tersebut bukan merupakan kawasan lindung (catchment area), olahan pertanian, hutan produksi, daerah buangan limbah pabrik, daerah bebas bangunan pada area Bandara, daerah dibawah jaringan listrik tegangan tinggi; kriteria kesehatan, dicapai dengan mempertimbangkan bahwa lokasi tersebut bukan daerah yang mempunyai pencemaran udara di atas ambang batas, pencemaran air permukaan dan air tanah dalam; kriteria
kenyamanan,
dicapai
dengan
kemudahan
pencapaian
(aksesibilitas), kemudahan berkomunikasi (internal/eksternal, langsung atau tidak langsung), kemudahan berkegiatan (prasarana dan sarana lingkungan tersedia); kriteria keterjangkauan jarak, dicapai dengan mempertimbangkan jarak pencapaian ideal kemampuan orang berjalan kaki sebagai pengguna commit tosarana user dan prasarana-utilitas lingkungan; lingkungan terhadap penempatan dan 13
perpustakaan.uns.ac.id
14 digilib.uns.ac.id
kriteria lingkungan berjati diri, dicapai dengan mempertimbangkan keterkaitan dengan karakter sosial budaya masyarakat setempat, terutama aspek kontekstual terhadap lingkungan tradisional/lokal setempat. b. Lokasi perencanaan perumahan harus berada pada lahan yang jelas status kepemilikannya, dan memenuhi persyaratan administratif, teknis dan ekologis. Sedangkan menurut Budiharjo (dalam Paruntung, 2004), terdapat empat segi yang harus diperhatikan dalam pemilihan lokasi perumahan, yaitu segi teknis pelaksanaanya, segi tata guna tanah, segi kesehatan dan kemudahan, serta segi politis dan ekonomis. Dari keempat hal tersebut, ada dua segi yang sangat berkaitan erat dengan tingkat kesejahteraan penghuni rumah susun, yaitu segi teknis pelaksanaan serta segi kesehatan dan kemudahan. Kedua segi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Segi teknis pelaksanaanya: Bukan daerah banjir, daerah gempa, daerah angin ribut, dan daerah rayap Mudah dicapai tanpa hambatan yang berarti Mudah mendapatkan sumber air bersih, listrik, pembuangan air limbah/ kotoran/ hujan dan lain-lain Mudah mendapatkan tenaga-tenaga pekerja dan lain-lain. b. Segi kesehatan dan kemudahan Lokasi jauh dari lokasi pabrik-pabrik yang dapat mendatangkan polusi misalnya debu pabrik, buangan sampah-sampah dan limbah pabrik Lokasi tidak terganggu oleh kebisingan Lokasi mudah untuk mendapatkan air minum, listrik, sekolah, pasar, puskesmas, dan lain-lain kebutuhan keluarga Lokasi mudah dicapai dari tempat kerja para penghuni.
Selain itu menurut Drabkin (dalam Ilmiaty, 2003) ada juga beberapa faktor yang berpengaruh terhadap pemilihan lokasi perumahan, yang secara individu berbeda satu sama lain, yaitu; a. Aksesibilitas, yang terdiri dari kemudahan transportasi dan jarak ke pusat kota. b. Lingkungan, dalam hal ini terdiri dari lingkungan sosial dan fisik seperti kebisingan, polusi dan lingkungan yang nyaman. commit to user
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Peluang kerja yang tersedia, yaitu kemudahan seseorang dalam mencari pekerjaan untuk kelangsungan hidupnya d. Tingkat pelayanan, lokasi yang dipilih merupakan lokasi yang memiliki pelayanan yang baik dalam hal sarana dan prasarana dan lain-lain. Sedangkan menurut Residentian Development Handbook 2nd (2005) terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan lokasi perumahan, yaitu: a. Penghuni perumahan dekat dengan lapangan pekerjaannya. Penelitian telah menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja lebih memilih untuk tinggal di lokasi yang memiliki waktu tempuh 30 dampai 45 menit menuju lokasi kerjanya. b. Dekat dengan layanan komersial, rekreasi, dan budaya. c. Dekat dengan fasilitas pendidikan dengan kualitas yang baik. d. Lokasi perumahan sesuai dengan yuridiksi regulasi kabupaten atau kota. e. Ketersediaan utilitas dan pelayanan publik. Kualitas kehidupan yang berupa kenyamanan dan keamanan dari suatu rumah sangat ditentukan oleh lokasinya. Daya tarik dari suatu lokasi ditentukan oleh dua hal yaitu aksesibilitas dan lingkungan. Faktor lingkungan yang menjadi pertimbangan di dalam memilih lokasi perumahan menurut Bourne (dalam Paruntung, 2004) adalah; a. Aksesibilitas ke pusat kota: jalan raya utama, sekolah dan tempat rekreasi. b. Karakteristik fisik dan lingkungan permukiman: kondisi jalan, pedestrian, pola jalan dan ketenangan. c. Fasilitas dan pelayanan: kualitas dari utilitas, sekolah, polisi dan pemadam kebakaran. Aksesibilitas merupakan daya tarik yang ditentukan oleh kemudahan dalam pencapaian ke berbagai pusat kegiatan seperti pusat perdagangan, pusat pendidikan, daerah industri, jasa pelayanan perbankan , tempat rekreasi, pelayanan pemerintahan, jasa profesional dan bahkan merupakan perpaduan antara semua kegiatan tersebut (Luhst dalam Ilmiaty, 2003). Namun, perumahan-perumahan dengan lokasi yang sesuai
dengan
ketentuan
terkadang
tidak
diperuntukkan
bagi
masyarakat
berpenghasilan rendah. Menurut Suparno (2006), dalam banyak kasus, akad pembelian dipertimbangkan dengan sangat ketat, sehingga tidak mudah bagi sebagian commit to user masyarakat, khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Alternatif lain bagi
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
golongan ini untuk memenuhi kebutuhannya akan hunian adalah melalui program rumah sewa/ rumah susun. Program ini merupakan solusi terbaik untuk mengatasi masalah hunian pada suatu wilayah perkotaan yang tingkat kepadatannya sudah sangat tinggi serta sulit untuk mendapatkan lahan kosong karena terbatasnya wilayah perkotaan tersebut.
2.2. Rumah Susun sebagai Bagian dari Peremajaan Kota Rumah susun merupakan salah satu cara untuk mengatasi kebutuhan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2011 Tentang Rumah Susun, penyelenggaraan rumah susun bertujuan untuk; a. Menjamin terwujudnya rumah susun yang layak huni dan terjangkau dalam lingkungan yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan serta menciptakan permukiman yang terpadu guna membangun ketahanan ekonomi, sosial, dan budaya; b. Meningkatkan pemanfaatan ruang dan tanah di daerah perkotaan dalam menciptakan lingkungan permukiman yang lengkap serasi dan seimbang dengan memperhatikan prinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan; c. Mengendalikan dampak perkembangan perumahan dan permukiman serta mengarahkan pengembangan perkotaan yang serasi, seimbang, efisien, dan produktif; d. Memenuhi kebutuhan lain yang berguna bagi kehidupan masyarakat dengan tetap
mengutamakan
tujuan
pemenuhan
kebutuhan
perumahan
dan
permukiman yang layak khususnya bagi masyarakat menengah bawah dan berpenghasilan rendah; e. Menjamin terpenuhinya kebutuhan rumah susun yang layak dan terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan menengah bawah dan berpenghasilan rendah dalam lingkungan yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan dalam suatu sistem tata kelola perumahan dan permukiman yang terpadu; dan f. Memberikan kepastian hukum dalam penyelenggaraan dan kepemilikan rumah susun. commit user Pembangunan rumah susun padatodasarnya tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan rumah yang layak huni bagi masyarakat berpenghasilan rendah, namun
perpustakaan.uns.ac.id
17 digilib.uns.ac.id
juga memiliki tujuan untuk peremajaan permukiman kumuh di pusat kota (Pelaksanaan Inpres No. 5 Tahun 1990) Masyarakat berpenghasilan rendah akan lebih memilih tempat hunian yang dekat dengan tempat kerja mereka (pusat kota).Uuntuk lebih menghemat biaya yang dikeluarkan untuk trasnportasi. Namun, dengan minimnya akses terhadap rumah yang layak huni, masyarakat berpenghasilan rendah memilih lahan ilegal sebagai tempat hunian. Hal ini berkontribusi terhadap munculnya perumahan kumuh di pusat kota. Salah satu penanganan permukiman padat pusat kota adalah peremajaan permukiman kumuh pada kawasan tersebut. Menurut Pelaksanaan Inpres No 5 Tahun 1990 Tentang Peremajaan Permukiman Kumuh yang Berada di Atas Tanah Negara, peremajaan permukiman kumuh adalah pembongkaran sebagian atau seluruh permukiman kumuh yang sebagian besar atau seluruhnya berada diatas tanah negara dan kemudian di tempat yang sama dibangun prasarana dan fasilitas lingkungan rumah susun serta bangunanbangunan lainnya. Dengan demikian, pembangunan rumah susun pada dasarnya tidak memindahkan masyarakat ke lokasi yang baru. Hal ini karena belum tentu lokasi yang baru memiliki aksesibilitas yang baik menuju tempat kerja penghuninya (Karyono, 2004) Dengan demikian diperlukan perencanaan yang matang dalam pembangunan rumah susun untuk masyarakat berpenghasilan rendah. Menurut SNI 03-1733-2004, Hunian bertingkat dapat dikembangkan pada kawasan-lingkungan perumahan yang direncanakan untuk kepadatan penduduk >200 Jiwa/ha, berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah atau dokumen rencana lainnya, yaitu kawasan-kawasan: 1) Pusat kegiatan kota; 2) Kawasan-kawasan dengan kondisi kepadatan penduduk sudah mendekati atau melebihi 200 jiwa/ha; dan 3) Kawasan-kawasan khusus yang karena kondisinya memerlukan rumah susun, seperti kawasan-kawasan industri, pendidikan dan campuran. Sedangkan persyaratan lokasi pembangunan rumah susun menurut UU RI No 20 Tahun 2011 Tentang Rumah Susun meliputi: 1) Kesesuaian dengan peruntukan dan keserasian lingkungan dengan memperhatikan rencana tata ruang; dan commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Berfungsinya dengan baik daya dukung dan daya tampung prasarana dan sarana kota. Dalam perspektif pembangunan ekonomi perkotaan di Indonesia, menurut Suhaeni (2009), kehadiran rumah susun dapat dijadikan sebagai faktor pendukung bergeraknya aktivitas ekonomi perkotaan, karena pemilihan dan penempatan lokasi rumah susun yang tepat diantara berbagai pusat–pusat kegiatan ekonomi perkotaan dapat meningkatkan nilai-nilai efisiensi terhadap nilai lahan, jaringan transportasi dan infrastruktur perkotaan, juga terhadap biaya pembangunan ekonomi dan sosial. Keterkaitan aktivitas ekonomi perkotaan dengan pembangunan perumahan susun adalah dalam hal penataan ruang untuk skala bangunan dan kawasan sepantasnya dirancang untuk dapat mengakomodasi kebutuhan unit hunian dan unit ekonomi produktif pada simpul-simpul yang melahirkan sistem pergerakan yang lebih efisien dalam skala kawasan. Hal tersebut sangat penting untuk dijadikan pertimbangan, karena selama ini pembangunan perumahan susun yang terbangun lebih terfokus hanya
untuk merumahkan orang pada satu titik lokasi yang tersedia tanpa
mempertimbangkan
kaitannya
dengan
aktivitas
ekonomi
sehari-hari
yang
dijalankannya, sehingga kurang mendukung aktivitas ekonomi bagi penduduk yang selama ini bergerak dan tinggal di kawasan perkotaan. Oleh
karena
itu
sangatlah
penting
memperhatikan
faktor
lokasi
pembangunan rumah susun karena sesuai dengan yang telah diamanatkan UU RI No 20 Tahun 2011 Tentang Rumah Susun bahwa pembangunan rumah susun adalah untuk meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat berpenghasilan rendah khusunya.
2.3. Lokasi Rumah Susun dalam Hubungannya dengan Kesejahteraan Penghuni Rumah Susun Persepsi perumahan lebih banyak dikaitkan dengan tingkat pendapatan dan lokasi perumahan menurut masyarakat. Menurut teori struktur internal perkotaan dari Burgess (dalam Ilmiaty, 2003), dijelaskan bahwa faktor lokasi sangat penting bagi tingkat penghasilan. Pemilihan lokasi akan hunian umumnya akan berusaha mendekati lokasi aktivitasnya. Menurut Adisasmita (2010), terdapat beberapa kecenderungan pemilihan commit to usertempat kerja agar mengurangi biaya lokasi rumah. Salah satunya adalah mendekati perjalanan dari rumah menuju ke tempat kerja. Hal ini diperkuat dengan pendapatan
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dari Nurdiani (2009) yang menyatakan bahwa Determination locations of high rise housing in urban area for low income society, really determine its success. Low income societies tend to live in city kampong that usually close to city center and their workshop in informal sector. They give service to middle and high income society. Lokasi bagi golongan masyarakat rendah dan sedang memiliki implikasi ekonomi karena keterkaitannya dangan tempat kerja dan fasilitas sosial. Sesuai dengan SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Diperkotaan telah diatur standar jarak ideal berdasarkan jangkauan fasilitas sosial terhadap perumahan. Standar jarak fasilitas sosial diantaranya adalah sebagai berikut; Fasilitas pendidikan dan kesehatan,
memiliki standar jarak ideal dengan
perumahan yaitu minimal 500 m dan maksimal 3000 m Fasilitas perdagangan memiliki standar jarak ideal dengan perumahan yaitu minimal 300 m dan maksimal 2000 m Fasilitas rekreasi memiliki standar jarak ideal dengan perumahan yaitu 100 m. Sedangkan menurut Residential Development Handbook waktu tempuh yang ideal untuk menuju ke tempat kerja adalah 30-45 menit. Jarak yang jauh dengan tempat kerja dan fasilitas sosial berarti akan menambah persentase pengeluaran ongkos transportasi dibandingkan seluruh pengeluaran rutin keluarga (Budiharjo dalam Paruntung, 2004). Aksesibilitas bukanlah satu-satunya hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan lokasi perumahan khususnya rumah susun. Karena menurut UU RI No 20 Tahun 2011 Tentang Rumah Susun, tujuan pembangunan rumah susun adalah untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan rumah susun yang layak dan terjangkau, terutama bagi MBR dalam lingkungan yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan dalam suatu sistem tata kelola perumahan dan permukiman yang terpadu. Pemenuhan kebutuhan rumah susun yang layak dan permukiman yang terpadu dapat terjadi apabila didukung dengan ketersediaan sarana dan prasarana. Salah satu kebutuhan sarana prasarana yang paling esensial adalah ketersediaan air bersih. Menurut SNI 031733-2004, terdapat beberapa kriteria dan persyaratan yang harus dipenuhi suatu lokasi perumahan diantaranya adalah; Lingkungan perumahan harus mendapat air bersih yang cukup dari perusahaan air minum atau sumber lain sesuai dengan ketentuan yang berlaku; dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
20 digilib.uns.ac.id
Apabila telah tersedia sistem penyediaan air bersih kota atau sistem penyediaan air bersih lingkungan, maka tiap rumah berhak mendapat sambungan rumah atau sambungan halaman. Apabila suatu lokasi perumahan tidak dapat memenuhi kebutuhan akan air bersih, maka hal ini akan berdampak terhadap tingkat pengeluaran mereka karena mereka harus menambah tingkat pengeluarannya untuk memenuhi kebutuhan air bersih yang tidak dapat diperolehnya dilokasi mereka tinggal. Sehingga hal ini dapat mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat berpenghasilan rendah yang menjadi sasaran dari pembangunan rumah susun dan pemenuhan kebutuhan rumah susun yang layak bagi masyarakat MBR pun tidak akan tercapai. Dengan demikian memungkinkan tingkat pengeluaran dapat lebih tinggi daripada tingkat pendapatan apabila lokasi rumah berada jauh dari lokasi tempat kerja dan tidak tersedianya sarana serta prasarana. Sehingga, dapat mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat. Tingkat kesejahteraan masyarakat memiliki beberapa indikator. Terdapat 14 indikator kesejahteraan menurut Badan Pusat Statistik (dalam Pakartika, 2010). Dari 14 indikator, terdapat 3 indikator yang dipengaruhi oleh faktor lokasi, yaitu: a. Tidak memiliki tabungan/ barang yang mudah dijual dengan nilai Rp.500.000.- (lima ratus ribu rupiah), seperti: Sepeda motor (kredit/ non kredit), emas, ternak, kapal motor atau barang modal lainnya. b. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di Puskesmas/ poliklinik. c. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan 0.5 ha, buruh tani, nelayan, buruh perkebunan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp.600.000 (enam ratus ribu rupiah) per bulan. Ketiga hal ini terkait dengan aksesibilitas penghuni rumah susun. Seperti apabila lokasi rumah susun jauh dari tempat mereka bekerja dan fasilitas kesehatan, maka para penghuni rumah susun yang mayoritas adalah masyarakat berpenghasilan rendah akan mengeluarkan biaya yang lebih banyak bila dibandingkan dengan lokasi hunian yang dekat dengan tempat kerja dan fasilitas kesehatan. Dengan semakin bertambahnya pengeluaran maka, persentase uang yang disisihkan untuk tabungan keluarga pun juga akan berkurang. Indikator kesejahteraan juga dapat dilihat melalui dimensi moneter yaitu commit to user pendapatan dan konsumsi. Selain melalui dimensi moneter, kesejahteraan dapat
perpustakaan.uns.ac.id
21 digilib.uns.ac.id
dilihat melalui dimensi non moneter misalnya kesehatan, pendidikan dan partisipasi sosial (Couduoel dalam Pakartika, 2010). a. Dimensi Moneter Ketika mengukur kesejahteraan penduduk melalui dimensi moneter, pendekatan yang bisa dilakukan melalui pendapatan dan konsumsi sebagai indikator kesejahteraan. Indikator konsumsi. Konsumsi saat ini (current consumption) erat hubungannya denga kesejahteraan seseorang, yaitu berhubungan dengan kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan minimumnya. Konsumsi juga mencerminkan kemampuan untuk memperoleh kredit dan menabung pada saat pendapatannya rendah dibawah rata-rata. Indikator pendapatan. Pendapatan lebih sering berfluktuasi untuk beberapa mata pencaharian tertentu sehingga konsumsi adalah indikator yang lebih baik jika dibandingkan dengan pendapatan. b. Dimensi Non Moneter Indikator nutrisi dan kesehatan. Status kesehatan anggota keluarga dapat dijadikan indikator kesejahteraan. Selain kesehatan anggota keluarga, indikator kesejahteraan ini dapat diproduksi melalui pusat-pusat kesehatan, akses terhadap kesehatan, vaksinasi dan lain-lain. Indikator kesehatan ini juga berkaitan dengan kebutuhan dasar yang telah dipenuhi oleh seseorang yang tidak hanya meliputi kebutuhan dasar lain yaitu kebutuhan terhadap rumah sehat, akses terhadap air bersih dan lain-lain. Indikator pendidikan. Indikator ini dapat diketahui melalui tingkat melek huruf, lamanya pendidikan yang ditempuh, pendidikan terakhir anggota rumah tangga dan lain-lain. Pendidikan ini berkaitan dengan human capital yang merupakan nilai tambah bagi orang tersebut untuk terlibat aktif dalam perekonomian. Sedangkan menurut Indeks Pembangunan Manusia (IPM), kesejahteraan masyarakat dapat diukur dengan 4 (empat) indikator yaitu angka harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dan pengeluaran per kapita. 2.4. Kesimpulan Teori Sebagai kebutuhan pokok paling dasar, diperlukan berbagai commityang to user pertimbangan dalam penentuan lokasi rumah, manusia tidak hanya memperhatikan
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
rumah sebagai kebutuhan pokok tetapi juga memperhatikan faktor-faktor yang lainnya seperti lokasi rumah itu sendiri. Hal ini akan berdampak terhadap tingkat kesejahteraan penghuni perumahan itu sendiri. Terlebih lagi pada pembangunan rumahn susun. Dalam pembangunan rumah susun, faktor lokasi merupakan faktor yang sangat perlu untuk diperhatikan. Karena menurut UU RI No 20 Tahun 2011 Tentang Rumah Susun, pembangunan rumah susun memiliki tujuan untuk pemenuhan kebutuhan perumahan dan permukiman yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan dalam suatu sistem tata kelola perumahan dan permukiman yang terpadu bagi masyarakat berpenghasilan menengah kebawah dan berpenghasilan rendah. Dengan berpedoman kepada prinsip tersebut, maka dapat diperoleh beberapa variabel yang akan digunakan untuk penelitian sebagai berikut: Tabel 2. 1 Kesimpulan Teori Pakar/ Sumber
SNI 03-1733-2004
Budiharjo
Teori/ Standart Pemilihan Variabel Penelitian Lokasi Pembangunan Rumah Susun A. Administrasi Lokasi Lokasi perumahan harus sesuai 1. Keseuaian lokasi perumahan dengan rencana peruntukan lahan dengan RTRW atau dokumen yang diatur dalam RTRW perencanaan lainnya Kota setempat atau dokumen Surakarta perencanaan lainnya. 2. Lokasi berada pada kawasan Lokasi perumahan harus pada kawasan khusus yang karena lahan yang jelas kepemilikannya. kondisinya memerlukan rumah Keterpaduan antara tatanan susun. kegiatan dan alam di B. Kenyamanan dan Keamanan sekeklilingnya Lokasi Lokasi berada pada pusat kegiatan 1. Daerah rawan bencana banjir. kota. 2. Lokasi jauh dari pabrik-pabrik Lokasi berada pada kawasanyang dapat mendatangkan kawasan khusus yang karena polusi. kondisinya memerlukan rumah 3. Tingkat Kebisingan susun. C. Ketersediaan dan pelayanan Bukan daerah banjir, daerah sarana prasarana gempa, daerah angin ribut, dan 1. Penyediaan sumber air bersih daerah rayap. 2. Ketersediaan fasilitas kesehatan Mudah dicapai tanpa hambatan 3. Ketersediaan fasilitas kamar yang berarti. mandi/ WC. Mudah mendapatkan sumber air D. Aksesibilitas bersih, listrik, pembuangan air 1. Kemudahan dalam pencapai limbah/ kotoran/ hujan/ dan lainpusat perdagangan, lain. 2. Kemudahan dalam pencapai Lokasi jauh dari pabrik-pabrik pusat pendidikan, yang dapat mendatangkan polusi. 3. Kemudahan dalam pencapai Lokasi tidak terganggu oleh daerah industri, kebisingan 4. Kemudahan dalam pencapai Mudah untuk mendapatkan jasa pelayanan perbankan, pelayanan sekolah, pasar, 5. Kemudahan dalam pencapai puskesmas, dan kebutuhan tempat rekreasi, pelayanan keluarga lainnya. pemerintahan, commit to user Jarak antara lokasi hunian dengan 6. Kemudahan dalam mengakses tempat kerja dan fasilitas sosial
perpustakaan.uns.ac.id
23 digilib.uns.ac.id
Pakar/ Sumber
Teori/ Standart Pemilihan Variabel Penelitian jalan raya utama Aksesibilitas, yang terdiri dari kemudahan tranportasi dan jarak ke pusat kota. Drabkin Lokasi yang memilki pelayanan yang baik dalam hal sarana dan prasarana. Aksesibilitas: jalan raya utama, sekolah, dan tempat rekreasi. Bourne Fasilitas dan pelayanan : kualitas utilitas, sekolah, polisi, dan pemadam kebakaran. Kemudahan dalam pencapai ke berbagai pusat kegiatan seperti pusat perdagangan, pusat pendidikan, daerah industri, jasa Luhst pelayanan perbankan, tempat rekreasi, pelayanan pemerintahan, dan jasa profesiona. Dekat dengan lapangan pekerjaan penghuni perumahan Dekat dengan layanan komersial, rekreasi, dan budaya. Residential Development Dekat dengan fasilitas Handbook pendidikan. Sesuai dengan peraturan daerah setempat. Ketersediaan utilitas dan pelayanan publik. Sesuai dengan peruntukan dan keserasian lingkungan dengan memperhatikan rencana tata UU RI No 20 Tahun 2011 ruang Tentang Rumah Susun Daya dukung dan daya tampung prasarana dan sarana berfungsi dengan baik Kesejahteraan Mayarakat Penghuni Rumah Susun A. Tingkat Pendapatan keluarga Kemampuan untuk memenuhi 1. Kepala keluarga memiliki kebutuhan minimum pekerjaan tetap Kemampuan untuk memperoleh 2. Tambahan pendapatan dari kredit dan menabung pada saat Couduoel anggota keluarga yang lain pendapatannya rendah dibawah 3. Pendapatan keluarga per bulan rata-rata. B. Persentase keluarga yang Kesehatan anggota keluarga memiliki tabungan Akses terhadap air bersih C. Tingkat Pengeluaran keluarga Porsentase pengeluaran ongkos 1. Tingkat kesanggupan membayar transportasi dibandingkan seluruh Budiharjo biaya pengobatan di puskesmas pengeluaran rutin 2. Tingkat kesanggupan membayar Tidak sanggup membayar biaya biaya pendidikan pengobatan di puskesmas 3. Biaya yang dikeluarkan untuk Pendapatan kepala keluarga transportasi dibawah Rp. 600.000 per bulan 4. Biaya yang dikeluarkan untuk Tidak memiliki tabungan dengan BPS membayar sewa rumah susun minimal bernilai Rp. 500.000 atau 5. Pengeluaran keluarga per bulan tidak memiliki barang yang mudah dijual seperti sepeda motor, emas, dan barang modal lainnya Pengeluaran per kapita IPM Sumber: Hasil Studi Pustaka, 2012
Berdasarkan tabel diatas,commit beberapa variabel yang terpilih akan dituangkan/ to user diinterpretasikan kedalam instrumen-instrumen survey. Sebagai langkah untuk
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memudahkan dalam pengambilan data dan analisis, setiap variabel terdiri dari 3 (tiga) indikator. Indikator ini didapat melalui review teori yang telah dijelaskan secara tersirat diatas. Berikut merupakan tabel hubungan antara variabel dengan indikatornya. Tabel 2. 2 Hubungan Antara Variabel Dengan Indikator Variabel
Sub variabel
Lahan Banjir
Lokasi jauh dari pabrik-pabrik yang dapat mendatangkan polusi Kenyamanan dan keamanan lokasi
Kebisingan
Penyediaan air bersih
Ketersediaan dan pelayanan sarana prasana
Ketersediaan pelayanan kesehatan masyarakat
Ketersediaan fasilitas kamar mandi/ WC
Fasilitas perdagangan Aksesibilitas Fasilitas pendidikan
Indikator 1. Merupakan daerah rawan banjir 2. Merupakan daerah rawan genangan 3. Bukan merupakan daerah rawan banjir maupun rawan genangan 1. Terdapat pabrik/ industri yang mencemari lingkungan sekitar rusun 2. Terdapat pabrik/ industri tetapi tidak mencemari lingkungan rusun 3. Tidak terdapat pabrik/ industri disekitar rusun 1. Tingkat kebisingan > 90 dB.A (terjadi gangguan kebisingan dari pabrik/ industri yang b erada disekitar rusun) 2. Tingkat kebisingan antara 65 dB. A sampai dengan 90 dB.A (terjadi gangguan kebisingan dari suarasuara kendaraan bermotor yang lalu lalang di jalan) 3. Tingkat kebisingan antara 45 dB.A sampai dengan 55 dB.A (tidak terjadi gangguan kebisingan di sekitar area rusun) 1. Tersedia jaringan kota/ lingkungan sampai dengan sambungan rumah 2. Menggunakan jaringan PDAM secara komunal 3. Tidak tersedia jaringan air bersih layak minum 1. Tidak terdapat fasilitas pelayanan kesehatan baik didalam rusun maupun diluar rusun yang dapat ditempuh dengan jalan kaki 2. Terdapat fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat diluar rusun yang dapat dijangkau dengan jalan kaki 3. Tersedia fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat didalam rusun 1. Tidak tersedia fasilitas kamar mandi/ WC di dalam rusun 2. Tersedia fasilitas kamar mandi/ WC komunal 3. Tersedia fasilitas kamar mandi/ WC disetiap sarusun 1. Fasilitas perdagangan terdapat di area rusun 2. Berjarak 300 m – 400 m dari rusun 3. Berjarak > 400 m dari rusun 1. commit Berjarak < m dari rusun to400 user 2. Berjarak 500 m – 3000 m dari rusun 3. Berjarak > 3000 m dari rusun
Sumber Budiharjo (dalam Paruntung, 2004)
SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Diperkotaan
Bidiharjo (dalam Paruntungan, 2004) dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 718/Men/Kes/Per/XI/1987
SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Diperkotaan
SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Diperkotaan
SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Diperkotaan SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Diperkotaan SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Diperkotaan
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Variabel
Sub variabel
Indikator
Fasilitas perbankan
1. Berjarak 300 m – 400 m dari rusun 2. Berjarak 400 m – 2000 m dari rusun 3. Berjarak > 2000 m dari rusun
Fasilitas rekreasi dan olah raga
1. Berjarak < 100 m dari rusun 2. Berjarak 100 m – 400 m dari rusun 3. Berjarak > 400 m dari rusun
Fasilitas pemerintahan
1. Berjarak 300 m – 400 m dari rusun 2. Berjarak 400 m – 2000 m dari rusun 3. Berjarak > 2000 m dari rusun
Akses menuju jalan raya
Jumlah Keluarga yang memiliki tabungan
Tingkat pendapatan keluarga
Tingkat Pengeluaran
1. Lebar akses menuju jalan raya < 3,5 m 2. Lebar akses menuju jalan raya 3,5 m –4m 3. Lebar akses menuju jalan raya > 4 m 1. Jumlah keluarga memiliki tabungan < Rp 500.000 2. Jumlah keluarga memiliki tabungan Rp 500.000 3. Jumlah keluarga memiliki tabungan > Rp 500.000 1. Rp 750.000 – Rp 1.000.000 2. Rp 1.000.000 – Rp 2.500.000 3. Diatas Rp 2.500.000
Biaya transportasi ke tempat kerja
1. < Rp 171.000 2. Rp 171.000 – Rp 256.500 3. > Rp 256.500
Pengeluaran keluarga per bulan
1. < Rp 750.000 – Rp 1.000.000 2. Rp 750.000 – Rp 1.000.000 3. > Rp 750.000 – Rp 1.000.000
Sumber: Hasil Studi Pustaka, 2012
commit to user
Sumber SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Diperkotaan SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Diperkotaan SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Diperkotaan SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Diperkotaan
Badan Pusat Statistik (BPS)
UMK Kota Surakarta dan syarat yang digunakan Pemerintah Kota Surakarta untuk menyeleksi penghuni rusunawa Residential Development Handbook, UU No 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Peraturan Menteri Perhubungan No 59 Tahun 2005 Tentang Tarif Dasar Batas Atas dan Batas Bawah Angkutan Penumpang Antar Kota Antar Provinsi Kelas Ekonomi di Jalan dengan Mobil Bus Umum UMK Kota Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan menjelaskan mengenai metode pelaksanaan studi yang digunakan. Penjelasan metode meliputi teknik pengambilan data, teknik pengolahan data, teknik sampling, dan teknik analisis. 3.1. Pendekatan Studi Dilihat dari substansi permasalahan yang diteliti yaitu pengaruh lokasi rumah susun terhadap tingkat kesejahteraan penghuninya, maka metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif. Menurut Masyhuri (dalam Paruntung, 2004) penelitian kuantitatif adalah penelitian yang tidak mementingkan kedalaman data, penelitian kuantitatif tidak terlalu menitikberatkan pada data yang penting dapat merekam data sebanyak-banyaknya dari populasi yang luas. Walaupun populasi penelitian besar, tetapi dengan mudah dapat dianalisis, baik melalui rumus-rumus statistik maupun komputer. Jadi pemecahan masalahnya didominasi oleh peran statistik. Pendekatan penelitian kuantitatif adalah penelitian yang identik dengan pendekatan deduktif, yaitu berangkat dari persoalan umum (teori) ke hal khusus sehingga penelitian ini harus ada landasan teorinya. Dalam penelitian ini, wilayah yang dijadikan obyek penelitian adalah rumah susun di Kota Surakarta yang sudah dihuni. Rumah susun yang termasuk kedalam kriteria tersebut adalah Rusunawa Begalon, Semanggi dan Jurug. Cara yang digunakan untuk memperoleh data primer dan data sekunder yang diperlukan adalah dengan survey lapangan, penyebaran kuesioner, dan wawancara. Penelitian ini akan menelusuri bagaimana hubungan lokasi rumah susun terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat penghuni rumah susun tersebut, yang nantinya diharapkan dapat dipergunakan sebagai masukan (input) kepada perencanaan pembangunan rumah susun di masa datang.
3.2. Metode Pelaksanaan Studi a. Kebutuhan dan Teknik Pengambilan Data Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh data sebagai bahan masukan bagi tahapan analisis. Data-data yang dibutuhkan adalah data primer dan data commit to user sekunder. 26
digilib.uns.ac.id 27
perpustakaan.uns.ac.id 1) Data Primer
Data primer diperoleh melalui observasi, wawancara dan kuesioner. Sasaran data primer ada dua yakni lokasi rumah susun dan tingkat kesejahteraan masyarakat. Sasaran pengumpulan data primer melalui observasi lokasi rumah susun digunakan untuk mengetahui apakah lokasi rumah susun yang ada di Kota Surakarta sudah sesuai dengan ketentuan atau standard yang ada yaitu dengan cara pengamatan langsung dilapangan. Pengumpulan data dengan cara wawancara ditujukan kepada key person seperti pengelola atau ketua blok rumah susun. Sedangkan sasaran pengumpulan data melalui kuesioner bagi masyarakat penghuni rumah susun dilakukan untuk mengetahui bagaimana tingkat kesejahteraannya. 2) Data Sekunder Jenis data ini diperoleh melalui studi literatur atau studi pustaka yang berkaitan dengan lokasi rumah susun dan tingkat kesejahteraan penghuni rumah susun maupun dokumen-dokumen perencanaan lainnya yang dipandang memiliki hubungan dengan kawasan studi. Data-data sekunder diperoleh melalui badan/ dinas yang berkaitan dalam perencanaan rumah susun/ perencanaan wilayah kota seperti Bappeda Kota Surakarta, DPU Kota Surakarta, dan UPTD Rumah Sewa Kota Surakarta Untuk lebih jelasnya data-data yang dibutuhkan dalam menyusun penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3. 1 Kebutuhan Data
Jenis Data
Faktor/ Variabel
Administrasi Lokasi Lokasi Rumah Susun
Kenyamanan dan keamanan lokasi
O Kesesuaian lokasi perumahan dengan RTRW atau dokumen perencanaan lainnya Kota Surakarta Lokasi berada pada kawasankawasan khusus yang karena kondisinya memerlukan rumah susun Lokasi bukan merupakan daerah rawan banjir Lokasi jauh dari commit to user pabrik-pabrik yang dapat mendatangkan polusi
Jenis Survey P S Q W
Analisis
Sumber Data
X Bappeda, DPU, UPTD Rumah Susun Kota Surakarta X
X
X
Analisis pembobotan dan analisis crosstabs
Pengamatan langsung di lapangan, DPU, Bappeda dan wawancara dengan warga
digilib.uns.ac.id 28
perpustakaan.uns.ac.id Jenis Data
Faktor/ Variabel O
Ketersediaan dan pelayanan sarana prasana
Aksesibilitas
Tingkat pendapatan kepala keluarga
Lokasi tidak terganggu oleh kebisingan Kemudahan mendapatkan sumber air bersih Ketersediaan pelayanan kesehatan masyarakat Ketersediaan fasilitas kamar mandi/ WC Kemudahan dalam mencapai pusat perdagangan kemudahan dalam mencapai pusat pendidikan Kemudahan dalam mencapai jasa pelayanan perbankan Kemudahan dalam mencapai tempat rekreasi dan olah raga Kemudahan dalam mencapai fasilitas pemerintahan kemudahan dalam mengakses jalan raya utama Dekat dengan tempat kerja penghuni rusun Jenis pekerjaan kepala keluarga Tambahan pendapatan dari anggota keluarga lain Pendapatan keluarga per bulan
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
Tingkat pengeluaran keluarga
Penghuni rumah susun
X
pengamatan langsung dilapangan dan Bappeda
X
X
X
X
X
X
X
X
X
pengamatan langsung dilapangan dan Bappeda pengamatan langsung dilapangan dan Bappeda pengamatan langsung dilapangan dan Bappeda pengamatan langsung dilapangan dan Bappeda pengamatan langsung dilapangan Penghuni rumah susun
X
Penghuni rumah susun Penghuni rumah susun
X
X
X X
X
X
Sumber Data
Penghuni rumah susun dan Bappeda Penghuni rumah susun dan Bappeda
X
X
tingkat kesangggupan membayar pengobatan di puskesmas tingkat kesangggupan membayar sewa rumah susun Kemampuan membayar biaya commit to user sekolah anak Biaya yang dikeluarkan untuk transportasi
Analisis
X
X
Keluarga memiliki tabungan Kesejahteraan Penghuni Rumah Susun
Jenis Survey P S Q W
Analisis pembobotan dan analisis crosstabs
Penghuni rumah susun Penghuni rumah susun Penghuni rumah susun
Penghuni rumah susun
X
Penghuni rumah susun
X
Penghuni rumah susun
digilib.uns.ac.id 29
perpustakaan.uns.ac.id Jenis Data
Faktor/ Variabel O Pengeluaran keluarga per bulan
Jenis Survey P S Q W X
Analisis
Sumber Data Penghuni rumah susun
Sumber: Hasil Analisis, 2012
b. Teknik Pengolahan Data Setelah data primer maupun sekunder terkumpul, maka selanjutnya akan diolah berdasarkan tipe datanya. Data spasial akan ditampilkan kedalam bentuk peta. Sedangkan data non spasial akan ditampilkan kedalam tabel atau diagram. Pengolahan data dapat dilakukan melalui tahap-tahap berikut: Kompilasi data, yaitu pemilihan data yang dibutuhkan. Verifikasi data, yaitu melakukan peninjauan apakah data yang sudah diperolah valid atau tidak melalui pengragaman data. Interpretasi data, yaitu meghubungkan data yang sudah dikompilasi dengan tujuan penelitian
c. Teknik Sampling Dalam penelitian ini, terdapat dua teknik sampling yang digunakan. Teknik sampling yang pertama adalah sampling pemilihan lokasi rumah susun yang akan dijadikan obyek penelitian. Teknik sampling yang kedua adalah penentuan jumlah penghuni rumah susun yang akan dijadikan sampel penelitian. 1) Penentuan Sampel Lokasi Rumah Susun Pemilihan sampel lokasi rumah susun didasarkan pada kriteria rumah susun yang harus sudah dihuni. Dengan berdasar pada krireria tersebut, pemilihan sampel lokasi rumah susun mengerucut pada tiga lokasi rumah susun yaitu Rusunawa Begalon, Rusunawa Semanggi, dan Rusunawa Jurug. 2) Penentuan Jumlah Sampling Penghuni Rumah Susun Penggunaan teknik sampling dalam studi umumnya digunakan pada studi yang membutuhkan data primer melalui penyebaran kuesioner. Hal ini disebabkan data primer yang dibutuhkan menyangkut masyarakat pada suatu populasi yang tidak mungkin didapat melalui observasi lapangan atau pun survey data sekunder. Penggunaan sampel dalam suatu penelitian memiliki beberapa keuntungan daripada pelibatan seluruh populasi. Keuntungan-keuntungan tersebut antara lain; mengurangi commit to user biaya, kecepatan lebih tinggi, dan cakupan lebih besar (Marzuki dalam Paruntung, 2004)
digilib.uns.ac.id 30
perpustakaan.uns.ac.id
Pada penelitian ini, teknik sampling hanya ditujukan kepada masyarakat penghuni rusunawa dari 3 sample yang telah ditentukan sebelumnya. Teknik sampling yang digunakan adalah sampel acak berstrata, yaitu suatu metode dimana populasi yang berukuran N, dibagi-bagi menjadi subpopulasi yang masing-masing terdiri atas N1, N2, N3, N4,...., NL elemen (statistikaterapan.file.wordpress.com, diakses pada tanggal 29 Mei 2012) Penarikan sampel (n) untuk seluruh populasi penghuni rusunawa yang ada di Kota Solo menggunakan rumus sebagai berikut: X2.N.P (1 - P) S
= d2(N-1) + X2.P (1 – P)
Keterangan : S
: Jumlah Sampel
N
: Jumlah Populasi
P
: Proporsi dalam populasi (P = 0,50)
d
: Ketelitian/ derajad ketetapan (0,05)
X2
: Nilai table chisquare untuk
tertentu (X2 : 3,841 taraf
signifikansi 95%)
Dari rumus diatas dapat dihitung jumlah sampel: Jumlah penghuni rusunawa di Kota Surakarta adalah 559 KK terdiri dari Rusunawa Begalon berjumlah 189 KK, Rusunawa Semanggi berjumlah 196 KK, dan Rusunawa Jurug berjumlah 174 KK Maka didapat jumlah sampel sebesar: S: 3,841 x 559 x 0,5 (1-0,5)/ 0,052 x (559-1) + 3,841 x 0,5(1-0,5) : : 228 KK Jumlah sampel sebanyak 228 KK kemudian akan didistribusikan pada tiap rusunawa dengan menggunakan rumus sampel berstrata:
Ni Si commit = Stoxuser N
digilib.uns.ac.id 31
perpustakaan.uns.ac.id
Keterangan : Si
: Jumlah sampel menurut stratum
S
: Jumlah sampel seluruhnya
Ni
: Jumlah populasi menurut stratum
N
: Jumlah populasi seluruhnya
Berdasarkan rumus diatas maka didapat jumlah sampel untuk setiap rusunawa sebagai berikut: Rusunawa Begalon Si
: 228 x 189 / 559 : 77 KK
Rusunawa Semanggi Si
: 228 x 196 / 559 : 80 KK
Rusunawa Jurug Si
: 228 x 174 / 559 : 71 KK
d. Teknik Analisis Pada dasarnya tahapan analisis dimulai dari tahapan input kemudian tahapan proses dan diakhiri pada tahapan output. Tahapan analisis ini diuraikan secara detail dibawah ini. 1) Identifikasi rumah susun dengan indikator penelitian Metode pendekatan yang digunakan untuk melakukan skoring terhadap data lokasi dan tingkat kesejahteraan penghuni rumah susun adalah sebagai berikut: Melakukan penilaian/ skoring antara data lokasi yang telah didapat melalui survey sekunder dan kuesioner dengan indikator lokasi. Melakukan penilaian/ skoring antara data tingkat kesejahteraan penghuni rumah susun di Kota Surakarta dengan indikator tingkat kesejahteraan. Pada tahap penilaian, menggunakan skor/ nilai yang sudah ditentukan dan disesuaikan dengan indikator penelitian Hasilnya adalah karakteristik lokasi dan kesejahteraan penghuni rumah commit user dalam angka. susun di Kota Surakarta yang to disajikan
digilib.uns.ac.id 32
perpustakaan.uns.ac.id Tabel 3. 2 Skoring Data Sub Variabel
1
1. Lokasi rumah susun Merupakan daerah rawan Lahan Banjir banjir Lokasi jauh dari pabrikpabrik yang dapat mendatangkan polusi
Kebisingan
Penyediaan air bersih
Ketersediaan pelayanan kesehatan masyarakat
Ketersediaan fasilitas kamar mandi/ WC Fasilitas perdagangan Fasilitas pendidikan Fasilitas perbankan Fasilitas rekreasi dan olah raga
Merupakan daerah rawan genangan
3 Bukan merupakan daerah rawan banjir maupun rawan genangan Tidak terdapat pabrik/ industri disekitar rusun
Terdapat pabrik/ industri yang mencemari lingkungan sekitar rusun
Terdapat pabrik/ industri tetapi tidak mencemari lingkungan rusun
Terjadi gangguan kebisingan dari pabrik/ industri yang berada disekitar rusun
terjadi gangguan kebisingan dari suara-suara kendaraan bermotor yang lalu lalang di jalan
tidak terjadi gangguan kebisingan di sekitar area rusun
Tidak tersedia jaringan air bersih layak minum
Menggunakan jaringan PDAM secara komunal
Tidak terdapat fasilitas pelayanan kesehatan baik didalam rusun maupun diluar rusun yang dapat ditempuh dengan jalan kaki Tidak tersedia fasilitas kamar mandi/ WC di dalam rusun Berjarak > 400 m dari rusun
Terdapat fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat diluar rusun yang dapat dijangkau dengan jalan kaki
Tersedia jaringan kota/ lingkungan sampai dengan sambungan rumah Tersedia fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat didalam rusun
Berjarak > 3000 m dari rusun Berjarak > 2000 m dari rusun Berjarak > 400 m dari rusun
Hanya dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan pribadi Akses menuju jalan Lebar akses menuju jalan raya raya < 3,5 m 2. Kesejahteraan penghuni rumah susun Jumlah Keluarga yang Jumlah keluarga memiliki memiliki tabungan tabungan < Rp 500.000 Tingkat pendapatan Rp 750.000 – Rp 1.000.000 keluarga Biaya transportasi ke > Rp 256.500 tempat kerja Pengeluaran keluarga > Rp 750.000 – Rp 1.000.000 per bulan Sumber: Hasil Studi Pustaka, 2012 Fasilitas pemerintahan
Indikator 2
Tersedia fasilitas kamar mandi/ WC komunal Berjarak 300 m – 400 m dari rusun Berjarak 500 m – 3000 m dari rusun Berjarak 400 m – 2000 m dari rusun Berjarak 100 m – 400 m dari rusun Dapat ditempuh dengan menggunakan transportasi umum Lebar akses menuju jalan raya 3,5 m – 4 m Jumlah keluarga memiliki tabungan Rp 500.000 Rp 1.000.000 – Rp 2.500.000
Tersedia fasilitas kamar mandi/ WC disetiap sarusun Fasilitas perdagangan terdapat di area rusun Berjarak < 400 m dari rusun Berjarak 300 m – 400 m dari rusun Berjarak < 100 m dari rusun Dapat ditempuh dengan berjalan kaki Lebar akses menuju jalan raya > 4 m Jumlah keluarga memiliki tabungan > Rp 500.000 Diatas Rp 2.500.000
Rp 171.000 – Rp 256.500
< Rp 171.000
Rp 750.000 – Rp 1.000.000
< Rp 750.000 – Rp 1.000.000
Keterangan: Pilihan 1 : bernilai rendah (rumah susun terletak pada lokasi yang tidak layak dan tingkat kesejahteraan penghuninya rendah) Pilihan 2 : bernilai sedang (rumah susun terletak pada lokasi yang sesuai to user penghuninya sedang) dengan standar dan tingkatcommit kesejahteraan
digilib.uns.ac.id 33
perpustakaan.uns.ac.id
Pilihan 3 : bernilai tinggi (rumah susun terletak pada lokasi yang sangat layak dan tingkat kesejahteraan penghuninya tinggi)
2) Analisis crosstabs antara tingkat kesejahteraan masyarakat dengan lokasi rumah susun di Kota Surakarta. Metode pendekatan yang digunakan untuk mengetahui pengaruh lokasi rumah susun terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat penghuni rumah susun di Kota Surakarta adalah sebagai berikut: Identifikasi hasil kuesioner baik data lokasi maupun data tingkat kesejahteraan. Analisis crosstabs dilakukan melalui rumus-rumus statistika yang dibantu oleh aplikasi SPSS 17.0. Pada analisis crosstabs ini akan muncul hubungan pengaruh antara variabel X sebagai variabel bebas (lokasi rumah susun) dengan variabel Y sebagai variabel terikat (tingkat kesejahteraan penghuni rumah susun). Penggunaan metode analisis crosstabs karena dengan menggunakan metode analisis ini, hubungan antara variabel X dengan variabel Y dapat diketahui nilai signifikansinya. Kisaran tingkat signifikansi yang digunakan dalam analisis ini adalah 0,05. Dalam melakukan uji hipotesis terdapat dua hipotesis, yaitu: H0 (hipotessis nol) dan H1 (hipotesis alternatif). H0 diterima bila nilai signifikansi hitungan >
, sedangkan H0 ditolak
apabila nilai signifikansi hitungan < Hasilnya adalah pengaruh antara lokasi rumah susun dengan tingkat kesejahteraan penghuni rumah susun di Kota Surakarta.
3) Penggabungan hasil analisis pembobotan dengan hasil analisis crosstabs. Metode pendekatan yang digunakan untuk penggabungan hasil analisis pembobotan dan hasil analisis crosstabs hubungan antara kesejahteraan dengan lokasi rumah susun antara rumah susun yang satu dengan yang lain adalah sebagai berikut: Identifikasi hasil analisis pembobotan hubungan lokasi rumah susun terhadap tingkat kesejahteraan penghuninya. Identifikasi hasil analisis crosstabs mengenai hubungan lokasi rumah susun commit topenghuninya. user terhadap tingkat kesejahteraan
digilib.uns.ac.id 34
perpustakaan.uns.ac.id
Penggabungan hasil dari kedua analisis ini dengan tujuan untuk saling menguatkan dan menyingkronkan hasil analisis pembobotan dan hasil analisis crosstabs. Adanya perbedaan jenis analisis ini karena tidak semua data dapat dianalisis dengan menggunakan metode analisis crosstabs. Datadata yang tidak bisa dianalisis dengan menggunakan metode crosstabs, dianalisis dengan menggunakan metode analisis pembobotan dengan indikator penilaian seperti pada tabel 3.2. Melakukan analisis deskriptif untuk melakukan penggabungan hasil dari analisis pembobotan dengan hasil dari analisis crosstabs. Hasilnya adalah perbandingan pengaruh lokasi rumah susun terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat penghuninya antar rumah susun
commit to user
35 SASARAN
INPUT Data yang dibutuhkan: Administrasi Lokasi Aksesibilitas rumah susun
Mengidentifikasi lokasi rumah susun yang ada di Kota Surakarta sesuai kriteria-kriteria lokasi
Teknik pengambilan data: Wawancara Survey sekunder
Data yang dibutuhkan: Kenyamanan dan keamanan lokasi rumah susun Ketersediaan dan pelayanan sarana prasarana rumah susun
ANALISIS
Pemetaan spasial
Analisis pembobotan data spasial
Distribusi frekuensi data lokasi rumah susun di Kota Surakarta
OUTPUT
Karakteristik lokasi rumah susun di Kota Surakarta berdasarkan pembobotan data spasial Karakteristik lokasi rumah susun di Kota Surakarta berdasarkan distribusi frekuensi
Teknik pengambilan data: Kuesioner
Mengidentifikasi tingkat kesejahteraan penghuni rumah susun dengan menggunakan variabel tingkat kesejahteraan yang telah ditentukan
Data yang dibutuhkan: Pendapatan kepala keluarga Persentase keluarga yang memiliki tabungan/ barang yang bisa dijual Tingkat pengeluaran keluarga
Distribusi frekuensi data kesejahteraan penghuni dengan indikator kesejahteraan
Tingkat kesejahteraan masyarakat penghuni rumah susun
Teknik pengambilan data: Kuesioner
Menganalisis hubungan lokasi rumah susun terhadap tingkat kesejahteraan penghuninya
Identifikasi karakteristik lokasi rumah susun dan tingkat kesejahteraan masyarakat penghuni rumah susun dari hasil pembobotan
Identifikasi karakteristik lokasi rumah susun dan tingkat kesejahteraan masyarakat penghuni rumah susun dari hasil kuesioner
Gambar 3. 1 Kerangka Analisis
Analisis deskriptif kuantitatf
Analisis crosstabs dengan menggunakan aplikasi SPSS 17.0 dan tingkat signifikansi 0,05
Hubungan lokasi terhadap tingkat kesejahteraan penghuni rumah susun
Kesimpulan dan rekomendasi Ketarangan Menggunakan teknik pembobotan Menggunakan teknik kuesioner Gabungan dari keduanya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV LOKASI DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PENGHUNI RUMAH SUSUN
Bab ini menjelaskan tentang gambaran lokasi dan gambaran tingkat kesejahteraan penghuni rumah susun di Kota Surakarta. Data-data yang diperoleh melalui survey lapangan,wawancara, dan kuesioner juga akan dipaparkan pada bab ini. 4.1. Gambaran Lokasi Rumah Susun di Kota Surakarta Lokasi rumah susun di Kota Surakarta memiliki karakteristik lokasi yang berbeda-beda. Rusunawa Semanggi berlokasi dekat dengan pusat perdagangan yaitu pasar, Rusunawa Begalon yang berlokasi dekat dengan pusat kota, serta Rusunawa Jurug yang berlokasi dekat dengan pusat aktifitas pendidikan dan rekreasi. Dalam mentukan lokasi pembangunan rumah susun, Kota Surakarta belum memiliki kebijakan/ peraturan daerah yang mengatur mengenai hal tersebut. Pemilihan lokasi pembangunan rumah susun di Kota Surakarta didasarkan atas peraturan lisan yang menyatakan bahwa pembangunan rumah susun dilakukan diatas tanah dengan status hak pakai Pemerintah Kota Surakarta1. Jadi penyelenggaraan rumah susun di Kota Surakarta tidak dibangun diatas tanah dengan peruntukan perumahan. Menurut Rencana Pola Ruang Kota Surakarta Tahun 2010 – 2030, terdapat 2 (dua) rumah susun yang dibangun diatas tanah yang tidak sesuai dengan peruntukannya. Rusunawa Jurug dibangun diatas lahan dengan peruntukan ruang terbuka hijau. Sedangkan Rusunawa Semanggi dibangun diatas lahan dengan peruntukan perdagangan dan jasa. Hanya Rusunawa Begalon yang dibangun diatas lahan yang membutuhkan pembangunan rumah susun yaitu pada lahan permukiman dengan kepadatan tinggi. Dengan demikian maka Rusunawa Begalon merupakan rumah susun yang dibangun diatas peruntukan lahan yang tepat karena sesuai dengan konsep pembangunan perumahan tanpa menggusur.
commit to user
1 Data hasil wawancara dengan Kepala UPTD Rumah Sewa DPU Kota Surakarta
36
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari data diatas, lokasi rumah susun di Kota Surakarta dapat dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu; rumah susun yang dibangun dengan konsep insitu development dan rumah susun yang dibangun diatas lahan kosong (new development). Rumah susun yang dibangun diatas lahan lama adalah rumah susun yang dibangun sebagai upaya untuk meremajakan kawasan permukiman kumuh di atas lahan yang sama contohnya adalah Rusunawa Begalon. Sedangkan rumah susun yang dibangun diatas lahan yang baru adalah rumah susun yang dibangun pada lahan kosong milik pemerintah kota. Bila melihat kriteria kawasan pembangunan rumah susun menurut SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Diperkotaan, Rusunawa Semanggi terletak pada kawasan khusus yang karena kondisinya memerlukan rumah susun, yaitu kawasan perdagangan. Akan tetapi tetap saja Rusunawa Semanggi dibangun diatas lahan baru dan pemilihan lahan baru tidak dapat seoptimal lahan lama untuk melayanani kebutuhan penghuninya. Mungkin hal inilah yang menjadi penyebab dari permasalahan yang berkaitan dengan faktor lokasi di rumah susun Kota Surakarta karena tidak terpenuhinya kebutuhan hunian seperti buruknya kualitas air bersih, tidak terjangkaunya fasilitas kesehatan, dan moda transportasi umum. Permasalahanpermasalahan seperti itu yang kemungkinan dapat mempengaruhi tingkat kesejahteraan penghuni rumah susun. Pembahasan data mengenai lokasi rumah susun akan dibedakan berdasarkan variabelnya, yaitu kenyamanan dan keamanan lokasi, ketersediaan dan pelayanan sarana prasarana, dan aksesibilitas rumah susun.
commit to user
38
Gambar 4. 1 Peta Pola Rencana Ruang Kota Surakarta Tahun 2010 - 2030 Sumber: Hasil olah data, 2012
perpustakaan.uns.ac.id
39 digilib.uns.ac.id
a. Kenyamanan dan Keamanan Lokasi Kenyamanan dan keamanan lokasi dalam penelitian ini dilihat dari aspek kawasan rawan banjir, jarak rumah susun dengan pabrik yang dapat menimbulkan polusi, dan tingkat kebisingan pada masing-masing rumah susun. Setiap sub variabel tersebut memiliki indikator yang digunakan dalam proses skoring/ penilaian. Indikator penialain sesuai dengan tabel 3. 2 1) Kenyamanan dan Keamanan Lokasi dari Segi Bahaya Banjir Rusunawa Semanggi dan Jurug terletak pada kawasan rawan bencana banjir. Hal ini sesuai dengan rencana pola ruang Kota Surakarta. Pada rencana tersebut, lokasi kedua rumah susun ini bukan merupakan lokasi dengan peruntukan lahan sebagai perumahan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Rusunawa Jurug dibangun diatas lahan dengan peruntukan ruang terbuka hijau. Pemerintah Kota Surakarta menentukan kawasan ini sebagai daerah ruang terbuka hijau atas dasar kedekatan lokasi dengan Sungai Bengawan Solo. Lahan ini ditujukan untuk meminimalisir dampak yang akan terjadi bila terjadi luapan sungai. Namun pada praktek dilapangan, lahan tersebut justru digunakan untuk pembangunan rumah susun. Dari ketiga rumah susun ini, hanya Rusunawa Begalon yang dibangun di lokasi yang bebas banjir dan genangan. Hal ini karena pemilihan lokasi yang sesuai dengan peruntukannya. Rusunawa begalon dibangun diatas lahan dengan peruntukan perumahan dengan kepadatan tinggi. Sehingga ancaman terkena banjir sangat kecil. 2) Kenyamanan dan Keamanan Lokasi dari Segi Gangguan Polusi dari Pabrik Semua rumah susun yang diamati memiliki lokasi tidak berdekatan dengan pabrik yang dapat menimbulkan polusi. Meskipun pada Rusunawa Semanggi terdapat pabrik pengolahan besi disekitar lokasi rumah susun, namun pabrik tersebur tidak menimbulkan polusi yang dapat merugikan warga Rusunawa Semanggi. 3) Kenyamanan dan Keamanan Lokasi dari Segi Tingkat Kebisingan Berikut merupakan tabelcommit pendapatan to userpenghuni rumah susun mengenai tingkat kebisingan yang ada pada rumah susun mereka
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4. 1 Pendapat Penghuni Rumah Susun Mengenai Tingkat Kebisingan di Rumah Susun Tingkat Kebisingan
Begalon F %
Terjadi gangguan kebisingan dari pabrik/ industri yang berada disekitar rusun Terjadi gangguan kebisingan dari suara-suara kendaraan bermotor yang lalu lalang di jalan
Nama Rumah Susun Semanggi Jurug F % F %
1
1,3
13
16,3
0
0
20
26
9
11,3
18
25,4
Tidak terjadi gangguan kebisingan di sekitar area rusun
48
62,3
53
66,3
52
73,2
Tidak menjawab
8
10,4
5
6,25
1
1,41
77
100
80
100
71
100
Total Sumber: Hasil kuesioner, 2012
Berdasarkan hasil kuesioner, tidak ada satu pun warga Rusunawa Jurug yang mengalami gangguan kebisingan dari pabrik di lingkungan sekitar. Meskipun Rusunawa Jurug terletak ditepi jalan besar, namun, letak lokasi rumah susun yang berdekatan dengan kawasan pendidikan dan rekreasi yang membutuhkan ketenangan, membawa keuntungan bagi masyarakat Rusunawa Jurug dengan rendahnya tingkat kebisingan di lingkungan sekitar rumah susun. Sedangkan di Rusunawa Semanggi terdapat 16,3 % dan Rusunawa Begalon terdapat 1,3 % masyarakat yang mengalami gangguan kebisingan dari aktifitas pabrik terdekat. Hal ini sesuai dengan peta
kenyamanan
dan
keamanan
lokasi
rumah
susun
yang
menggambarkan bahwa lokasi Rusunawa Begalon dan Rusunawa Semanggi berada dekat dengan lokasi pabrik. Meskipun demikian, pada dasarnya semua rumah susun di Kota Surakarta tidak mengalami gangguan kebisingan yang besar. Kebisingan yang sering terjadi adalah kebisingan yang terjadi di dalam rumah susun sendiri seperti suara anak-anak yang sedang bermain didalam rumah susun. Kebisingan seperti itu merupakan kebisingan dengan tingkatan yang rendah. Kebisingan diluar rumah susun lebih diakibatkan oleh aktifitas kendaraan commit to user yang lalu lalang. Terlebih Rusunawa Jurug yang terletak ditepi jalan besar, Rusunawa Begalon yang terletak dekat dengan jalan besar, dan
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Rusunawa Semanggi yang dekat dengan pusat aktifitas perdagangan dan pabrik besi. Namun kebisingan seperti itu merupakan kebisingan dengan level sedang yang tidak menimbulkan dampak yang besar pada masyarakat. Sedangkan kebisingan yang ditimbulkan oleh aktifitas pabrik besi dekat Rusunawa Semanggi memiliki intensitas yang tidak terlalu sering. Sehingga dampak yang ditimbulkan pun tidak terlalu besar. Berikut merupakan tabel pendapat penghuni rumah susun mengenai tingkat kebisingan yang ada di rumah susun Kota Surakarta
commit to user
42
Gambar 4. 2 Peta Kenyamanan dan Keamanan Lokasi Rumah Susun di Kota Surakarta Sumber: Hasil olah data, 2012
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Ketersediaan dan Pelayanan Sarana Prasarana Ketersediaan dan pelayanan sarana prasarana dalam penelitian ini dilihat dari segi; penyediaan air bersih, pelayanan fasilitas kesehatan, dan fasilitas sanitasi. Pemberian bobot penilaian sesuai dengan tabel 3.2 1) Ketersediaan dan Pelayanan Sarana Prasarana dari Segi Penyediaan Air Bersih Penyediaan air bersih untuk semua rumah susun di Kota Surakarta, telah dilayani oleh jaringan kota/ lingkungan. Meskipun berbeda sumber airnya. Rusunawa Begalon menggunakan jaringan PDAM sebagai sumber air bersih. Sedangkan Rusunawa Semanggi dan Jurug menggunakan jaringan lingkungan (sumur air tanah) sebagai sumber air bersih. Berikut merupakan tabel pendapat rumah susun mengenai pelayanan air bersih disetiap rumah susun yang ada di Kota Surakarta Tabel 4. 2 Pendapat Penghuni Rumah Susun Mengenai Pelayanan Air Bersih Disetiap Rumah Susun Pelayanan Air Bersih
Begalon F %
Nama Rumah Susun Semanggi Jurug F % F %
Tidak tersedia jaringan air bersih layak minum
3
3,9
44
55
0
0
Menggunakan jaringan PDAM secara komunal
6
7,79
4
5
5
7,04
Tersedia jaringan kota/ lingkungan sampai dengan sambungan rumah
60
77,9
27
33,8
65
91,5
Tidak menjawab
8
10,4
5
6,2
1
1,41
77
100
80
100
71
100
Total Sumber: Hasil kuesioner, 2012
Berdasarkan hasil kuesioner, sebanyak 55 % masyarakat Rusunawa Semanggi berpandapat bahwa tidak terdapat pelayanan penyediaan air bersih di rumah susun tersebut. Hal ini karena pada Rusunawa Semanggi, kualitas air bersih sangat buruk. Air bersih di rumah susun tersebut memiliki rasa yang asin dan dapat menimbulkan penyakit kulit bila digunakan untuk mandi commit secara to terus-menerus. Untuk dapat memenuhi user kebutuhan akan air bersih per hari, masyarakat Rusunawa Semanggi
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
harus membeli air bersih lagi seharga Rp 2000,00 per hari2. Hal ini tentu saja akan menambah pengeluaran mereka dan pada akhirnya akan berdampak pada tingkat kesejahteraan mereka. Dengan permasalahan seperti itu, sepertinya belum ada langkah nyata dari Pemerintah Kota Surakarta maupun pengelola rumah susun untuk mengetasi permasalahan tersebut3. Berdasarkan data wawancara dengan pengelola Rusunawa Semanggi, kualitas air di Kelurahan Semanggi memang tidak baik karena memiliki rasa asin. Oleh karena itu, sesuai dengan penilaian pada tabel 3.2, kondisi air di Rusunawa Semanggi layak menurut kuantitas tetapi tidak layak menurut kualitas. Sedangkan kualitas air bersih di rumah susun yang lain dalam kondisi baik. Hal ini karena tidak terdapat keluhan dari masyarakat mengenai kualitas air bersih pada Rusunawa Begalon dan Rusunawa Jurug. Sebanyak 77,9 % penghuni Rusunawa Begalon dan 91,5 % penghuni Rusunawa Jurug merasa telah mendapatkan penyediaan air bersih yang layak minum. Berikut merupakan tabel hasil kuesioner penghuni rumah susun mengenai pelayanan air bersih pada masing-masing rumah susun; 2) Ketersediaan dan Pelayanan Sarana Prasarana dari Segi Pelayanan Fasilitas Kesehatan Berikut merupakan tabel pendapat pendapat penghuni rumah susun mengenai pelayanan fasiltas kesehatan disetiap rumah susun;
commit to user 2 Hasil wawancara dengan penghuni Rusunawa Semanggi 3 Hasil wawancara dengan pengelola Rusunawa Semanggi
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4. 3 Pendapat Penghuni Rumah Susun Mengenai Pelayanan Fasiltas Kesehatan Disetiap Rumah Susun Pelayanan Fasilitas Kesehatan
Nama Rumah Susun Begalon Semanggi Jurug F % F % F %
Tidak terdapat fasilitas pelayanan kesehatan baik didalam rusun maupun diluar rusun yang dapat ditempuh dengan jalan kaki
12
16
42
52,5
54
76,1
Terdapat fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat diluar rusun yang dapat dijangkau dengan jalan kaki
53
68,8
33
41,3
16
22,5
Tersedia fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat didalam rusun
5
6,49
0
0
0
0
Tidak menjawab
8
10,4
5
6,2
1
1,41
77
100
80
100
71
100
Total Sumber: Hasil kuesioner, 2012
Berdasarkan tabel diatas, sebanyak 68,8 % masyarakat di Rusunawa Begalon dapat terlayani oleh fasilitas yang berada di luar rumah susun namun terlihat dari hasil survey, fasilitas kesehatan masih dapat diakses dengan berjalan kaki. Sedangkan sebanyak 52,5 % penghuni Rusunawa Semanggi dan 76,1 % penghuni Rusunawa Jurug berpendapat bahwa rumah susun mereka tidak terjangkau oleh fasilitas kesehatan terdekat. Terlihat dari hasil survey bahwa meskipun di Rusunawa Begalon tidak terdapat fasilitas kesehatan di dalam rumah susun, namun lokasi Rusunawa Begalon jauh lebih baik bila dibandingkan dengan dua rumah susun yang lainnya yaitu Rusunawa Semanggi dan Rusunawa Jurug. Karena lokasi rumah susun yang dekat dengan fasilitas kesehatan yaitu berjarak 400 m. Puskesmas terdekat untuk Rusunawa Begalon adalah puskesmas Penumping yang berjarak 400 m dari rumah susun, sedangkan Rusunawa Semanggi dekat dengan puskesmas Sangkrah dengan jarak lebih dari 400 m dari rumah susun. Untuk Rusunawa Semanggi sedang direncanakan pendirian puskesmas di dalam rumah susun4. Namun untuk Rusunawa Jurug, tidak terdapat fasilitas puskesmas baik didalam rumah susun maupun commit diluar to userrumah susun yang dapat diakses
4 Hasil wawancara dengan ketua PKK Rusunawa Semanggi
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan berjalan kaki. Keberadaan puskesmas cukup jauh yaitu lebih dari 500 m sehingga membutuhkan moda transportasi lain untuk menuju kesana. Akan tetapi, pelayanan kesehatan seperti posyandu sudah ada di Rusunawa Jurug. Demikian juga pada Rusunawa Semanggi dan Begalon. Pelayanan kesehatan (posyandu) untuk lansia maupun balita yang dilakukan secara rutin tiap bulannya. Berikut merupakan tabel pendapat masyarakat mengenai tingkat pelayanan fasilitas kesehatan masingmasing rumah susun; 3) Ketersediaan dan Pelayanan Sarana Prasarana dari Segi Pelayanan Fasilitas Sanitasi Berdasarkan hasil kuesioner, masing-masing rumah susun sudah tersedia setiap sarusun (satuan unit rumah susun). Berikut merupakan tabel pendapatan penghuni rumah susun mengenai pelayanan fasilitas sanitasi; Tabel 4. 4 Pendapat Penghuni Rumah Susun Mengenai Pelayanan Fasiltas Sanitasi Disetiap Rumah Susun
Pelayanan Fasilitas Kesehatan
Begalon F %
Nama Rumah Susun Semanggi Jurug F % F %
Tidak tersedia fasilitas kamar mandi/ WC di dalam rusun
0
0
0
0
0
0
Tersedia fasilitas kamar mandi/ WC komunal
2
2,6
0
0
1
1,41
Tersedia fasilitas kamar mandi/ WC disetiap sarusun
67
87
75
93,8
69
97,2
8
10,6
5
6,2
1
1,41
77
100
80
100
71
100
Tidak menjawab Total Sumber: Hasil kuesioner, 2012
Menurut tabel diatas, mayoritas penghuni rumah susun yang menjadi obyek penelitian menyatakan bahwa setiap sarusun sudah terdapat fasilitas MCK. Hal ini sesuai dengan standar peraturan SNI-03-17332004 yang menyatakan bahwa setiap sarusun sudah memiliki fasilitas sanitasi sendiri-sendiri. Dari hasil survey juga menyatakan bahwa kondisi MCK masing-masing rumah susun termasuk kedalam kategori layak (sesuai dengan tabel 3.2). Selain MCK yang sudah terdapat di masingcommit to user masing sarusun, di Rusunawa Semanggi juga terdapat MCK umum yang dapat digunakan secara bersama-sama.
47
Gambar 4. 3 Peta Ketersediaan dan Pelayanan Sarana Prasarana Rumah Susun di Kota Surakarta Sumber: Hasil Olah Data, 2012
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
c. Aksesibilitas Aksesibilitas dalam penelitian ini dilihat dari hal-hal sbagai berikut; aksesibilitas ke fasilitas perdagangan, fasilitas pendidikan, fasilitas perbankan, fasilitas rekreasi, fasilitas pemerintahan, akses menuju jalan raya, dan akses menuju tempat kerja. Masing-masing aspek penelitian memiliki indikator penilaian sesuai dengan tabel 3.2. 1) Aksesibilitas Menuju Fasilitas Perdagangan Fasilitas perdagangan berupa toko-toko kecil sudah terdapat disetiap rumah susun. Bahkan berdasarkan pengamatan lapangan, fasilitas ini ada di setiap lantainya. Sedangkan di Rusunawa Jurug terdapat pedagang sayuran yang menjual dagangannya setiap pagi. Sehingga masyarakat tidak perlu menempuh jarak jauh untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari.
Gambar 4. 4 Fasilitas Perdagangan di Dalam Rumah Susun Sumber: Hasil Survey Lapangan, 2012
Untuk fasilitas perdagangan dengan skala besar seperti pasar, Rusunawa Semanggi memiliki akses yang paling mudah diantara rumah susun yang lain. Karena, letak Rusunawa Semanggi yang berada pada kawasan perdagangan memungkinkan masyarakat rumah susun untuk mendapatkan akses yang mudah sehingga tidak memerlukan ongkos transportasi untuk menuju ke fasilitas ini. Pasar-pasar yang ada di sekitar Rusunawa Semanggi adalah Pasar Besi, Pasar Klitikan, dan Pasar Ayam. Rusunawa Jurug juga memiliki akses lokasi yang mudah untuk menjangkau pasar. Sebab di sekitar rumah susun terdapat Pasar Buah Jurug. Namun, tidak commit to user terdapat pasar di sekitar Rusunawa Begalon. Akan tetapi, mudahnya akses berupa jalur rumah susun yang sering dilalui moda transportasi umum dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
letaknya yang dekat dengan pusat kota, membuat masyarakat Rusunawa Begalon cukup aksesibel untuk mencapai pusat perdagangan. 2) Aksesibilitas Menuju Fasilitas Pendidikan Akses masing-masing rumah susun terhadap fasilitas pendidikan berjarak < dari 400 m. Dengan demikian, mayarakat mudah untuk mendapatkan pelayanan pendidikan. Hal ini dibuktikan dengan pengeluaran keluarga tiap bulan terdapat pengeluaran untuk biaya sekolah anak. 3) Aksesibilitas Menuju Fasilitas Perbankan Akses menuju perbankan masing-masing rumah susun berjarak 400 m - 2000 m dari rumah susun. Sehingga untuk menuju ke fasilitas tersebut membutuhkan moda transportasi umum. Hal ini karena fasilitas perbankan yang mayoritas berada di pusat kota. 4) Aksesibilitas Menuju Fasilitas Rekreasi Fasilitas rekreasi meliputi kebun binatang, taman kota, dan tempat – temoat rekreasi budaya seperti Keraton Kasusunan, Pura Mangkunegaran, dan Museum Radya Pustaka. Akses menuju tempat rekreasi masing-masing rumah susun berada pada jarak 100 m – 400 m dari rumah susun. Meskipun termasuk dalam kategori jarak sedang, tetapi fasilitas ini masih bisa diakses dengan berjalan kaki. Rusunawa Jurug dekat dengan Taman Satwa Taru Jurug, sedangkan rumah susun yang lain dekat dengan fasilitas rekreasi level kecil seperti taman lingkungan atau tempat-tempat lain yang dapat memberikan hiburan kepada masyarakat penghuni rumah susun. Untuk Rusunawa Begalon terdapat fasilitas bermain untuk anak-anak, sehingga dapat menjadi hiburan bagi anak –anak penghuni rumah susun ini. 5) Aksesibilitas Menuju Fasilitas Pemerintahan Fasilitas pemerintahan tidak hanya kantor pemerintahan saja, tetapi meliputi kantor polisi dan pos penjagaan keamanan. Rusunawa Begalon dapat menjangkau fasilitas pemerintahan dengan berjalan kaki. Tidak terdapat fasilitas pemerintahan dalam radius 400 m di sekitar Rusunawa Semanggi dan Jurug. Warga kedua rusunawa tersebut memerlukan moda transportasi lain untuk menjangkau fasilitas ini. Akan tetapi, pada Rusunawa Semanggi, Begalon dilalui oleh moda transportasi umum sehingga memudahkan warga ketiga rumah susun tersebut commit untuk to usermenjangkau pusat pelayanan fasilitas pemerintah. Sedangkan warga Rusunawa Jurug perlu berjalan lebih dari 400 m
digilib.uns.ac.id 50
perpustakaan.uns.ac.id
untuk dapat menjangkau moda tranportasi umum. Hal ini dikarenakan jalan menuju rumah susun tersebut tidak dilalui oleh moda transportasi umum. 6) Aksesibilitas Menuju Jalan Raya Akses Rusunawa Jurug menuju jalan raya sangat baik. Hal ini karena jalan menuju rumah susun tersebut merupakan jalan besar dengan lebar lebih dari 4 m. Sedang Akses menuju jalan raya Rusunawa Semanggi dan Begalon hanya memiliki lebar kurang dari 3,5 m meskipun kedua rumah susun ini dilewati oleh moda transportasi umum.
commit to user
51
Gambar 4. 5 Peta Aksesibilitas Rumah Susun Sumber: Hasil olah data, 2012
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
4.2. Karakteristik Lokasi Rumah Susun di Kota Surakarta Berdasarkan penjelasan mengenai data lokasi masing-masing rumah susun, maka karakteristik lokasi rumah susun di Kota Surakarta dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua hal yaitu karakteristik lokasi rumah susun berdasarkan pembobotan data spasial dan karakteristik lokasi rumah susun berdasarkan distribusi frekuensi. a. Karakteristik Lokasi Rumah Susun di Kota Surakarta Berdasarkan Pembobotan Data Spasial Berikut merupakan diagaram karakteristik lokasi rumah susun beradarkan pembobotan data spasial;
Gambar 4. 6 Karakteristik Lokasi Rumah Susun Di Kota Surakarta Berdasarkan Pembobotan Data Spasial Sumber: Hasil olah data, 2012
Pada gambar 4.6 terlihat bahwa Rusunawa Semanggi dan Jurug terdapat tiga indikator yang memiliki nilai rendah. Lokasi Rusunawa Semanggi termasuk daerah rawah bencana banjir, penyediaan air bersihnya memiliki kualitas yang buruk, dan akses jalan masuk ke Rusunawa Semanggi memiliki lebar < 3,5 m. Ketiga hal tersebut yang mengakibatkan penilaian yang rendah. Sedangkan pada Rusunawa Jurug ketiga hal yang mengakibatkan penilaian lokasi rumah susun tersebut bernilai rendah adalah lokasi rumah susun yang termasuk daerah rawan bencana banjir, tidak terjangkaunya rumah susun dengan fasilitas kesehatan terdekat, dan akses menuju pusat pemerintahan yang sulit dijangkau. Sedangkan Rusunawa Begalon hanya terdapat satu aspek yang bernilai rendah yaitu akses menuju jalan raya karena lebar commit to user jalan menuju jalan < 3,5 m. Hal ini menandakan bahwa pemilihan lokasi sangat penting dalam pembangunan rumah susun. Rusunawa Begalon yang dibangun diatas
digilib.uns.ac.id 53
perpustakaan.uns.ac.id
lahan lama (insitu development) memiliki bobot penilaian lokasi yang lebih baik dari pada Rusunawa Semanggi dan Jurug yang dibangun diatas lahan kosong (new development). Karena tidak semua lahan kosong sesuai dengan kriteria lokasi yang baik untuk pembangunan rumah susun meskipun letaknya dekat dengnan kawasan khusus seperti Rusunawa Semanggi yang terletak dekat dengan kawasan perdagangan. b. Karakteristik Lokasi Rumah Susun di Kota Surakarta Berdasarkan Distribusi Frekuensi Berikut merupakan tabel karakteristik lokasi rumah susun berasarkan distribusi frekuensi; Tabel 4. 5 Karakteristik Lokasi Rumah Susun di Kota Surakarta Berdasarkan Distribusi Frekuensi
Karakteristik Lokasi
Tingkat Kebisingan
Pelayanan Air Bersih
Pelayanan Fasilitas Kesehatan
Pelayanan Fasilitas Sanitasi
Terjadi gangguan kebisingan dari pabrik/ industri yang berada disekitar rusun Terjadi gangguan kebisingan dari suara-suara kendaraan bermotor yang lalu lalang di jalan Tidak terjadi gangguan kebisingan di sekitar area rusun Tidak menjawab Total Tidak tersedia jaringan air bersih layak minum Menggunakan jaringan PDAM secara komunal Tersedia jaringan kota/ lingkungan sampai dengan sambungan rumah Tidak menjawab Total Tidak terdapat fasilitas pelayanan kesehatan baik didalam rusun maupun diluar rusun yang dapat ditempuh dengan jalan kaki Terdapat fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat diluar rusun yang dapat dijangkau dengan jalan kaki Tersedia fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat didalam rusun Tidak menjawab Total Tidak tersedia fasilitas kamar mandi/ WC di dalam rusun Tersedia fasilitas kamar mandi/ WC komunal Tersedia fasilitas kamar mandi/ WC disetiap sarusun Tidak menjawab Total
commit to user
Keterangan Rumah susun dengan karakteristir lokasi yang paling baik Rumah susun dengan karakteristik lokasi yang paling buruk
Nama Rumah Susun Begalon Semanggi Jurug F % F % F % 1
1,3
13
16,3
0
0
20
26
9
11,3
18
25,4
48
62,3
53
66,3
52
73,2
8 77
10,4 100
5 80
6,25 100
1 71
1,41 100
3
3,9
44
55
0
0
6
7,79
4
5
5
7,04
60
77,9
27
33,8
65
91,5
8 77
10,4 100
5 80
6,2 100
1 71
1,41 100
12
16
42
52,5
54
76,1
53
68,8
33
41,3
16
22,5
5
6,49
0
0
0
0
8 77
10,4 100
5 80
6,2 100
1 71
1,41 100
0
0
0
0
0
0
2
2,6
0
0
1
1,41
67
87
75
93,8
69
97,2
8 77
10,6 100
5 80
6,2 100
1 71
1,41 100
Sumber: Hasil olah data, 2012
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa Rusunawa Jurug memiliki gangguan kebisingan yang paling rendah diantara rumah susun yang lainnya. Meskipun rumah susun ini berada di tepi jalan besar. Namun, Rusunawa Jurug tidak dapat dijangkau oleh fasilitas kesehatan terdekat. Terlebih lagi tidak terdapat fasilitas kesehatan di dalam rumah susun tersebut. Memang pada dasarnya semua rumah susun di Kota Surakarta tidak terdapat fasilitas kesehatan di dalam rumah susun. Rumah susun yang dapat dijangkau oleh fasilitas kesehatan terdekat adalah Rusunawa Begalon. Penyediaan air bersih di Rusunawa Semanggi sangat buruk. Hal ini karena kualitas air yang digunakan oleh pengelola rumah susun untuk memenuhi kebutuhan penghuninya memiliki rasa yang asin dan warna yang tidak jernih. Sehingga dapat menimbulkan penyakit kulit apabila digunakan secara terus-menerus. Sedangkan pelayanan air bersih yang paling baik berada di Rusunawa Jurug. Hal ini karena sumber air bersih yang digunakan pengelola rumah susun memiliki kualitas yang baik. Secara keseluruhan, Rusunawa Begalon merupakan rumah susun yang paling baik dari segi pelayanan fasilitas kesehatan, pelayanan fasilitas sanitasi, pelayanan jaringan air bersih dan tingkat gangguan kebisingan. Hal ini dapat dilihat melalui tabel 4.5 yang menyatakan bahwa tidak terdapat keluhan-keluhan yang berarti dari penghuni rumah susun menganai ketidaknyamanan dan kurangnya pelayanan fasilitas pada rumah susun tersebut. Sedangkan pada rumah susun yang lain masih terdapat keluhan-keluhan masyarakat rumah susun mengenai ketidaknyamanan dan kurangnya pelayanan fasilitas seperti pelayanan air bersih di Rusunawa Semanggi dan pelayanan fasilitas kesehatan di Rusunawa Jurug.
4.3. Gambaran Masyarakat Penghuni Rusunawa di Kota Surakarta a. Tingkat Pendapatan Kepala Keluarga Tingkat pendapatan keluarga dapat dihitung melalui beberapa sub variabel yaitu, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan per bulan, dan ada tidaknya tambahan pendapatan dari anggota keluarga yang lain. 1) Jenis Pekerjaan Penghuni rumah susun Kota Surakarta mayoritas merupakan masyarakat berpenghasilan menengah kebawah. Berikut merupakan tabel jenis lapangan commit to user pekerjaan penghuni rumah susun di Kota Surakarta:
digilib.uns.ac.id 55
perpustakaan.uns.ac.id Tabel 4. 6 Jenis Pekerjaan Penghuni Rumah Susun Jenis Pekerjaan PNS Swasta Wirausaha Buruh Lainnya Tidak Menjawab Total
Nama Rumah Susun Begalon Semanggi Jurug F % F % F % 1 1,29 1 1,25 3 4,22 32 41,55 29 36,25 41 57,74 11 14,28 13 16,25 12 16,9 20 25,97 26 32,5 13 18,30 5 6,49 6 7,5 1 1,4 8 10,38 5 6,25 1 1,4 77 100 80 100 71 100
Sumber: Hasil Kuesioner, 2012
Swasta merupakan jenis pekerjaan yang paling banyak dari ketiga rumah susun diatas. Hal ini menandakan bahwa mayoritas penghuni rumah susun di Kota Surakarta memiliki pekerjaan tetap. Memiliki pekerjaan tetap merupakan salah satu indikator tingkat kesejahateraan masyarakat. Namun juga terdapat jenis pekerjaan buruh pada masing-masing rumah susun. Terdapat 25,97 % penghuni Rusunawa Begalon memiliki mata pencaharian sebagai buruh. Sedangkan di Rusunawa Jurug sebanyak 18,30 % penghuni dan Rusunawa Semanggi sebanyak 32,5 % penghuni. Hal ini sedikit banyak dipengaruhi oleh faktor lokasi rumah susun itu berada. Rusunawa Semanggi terletak pada kawasan perdagangan, sehingga beberapa penghuninya adalah pedagang/ pegawai/ buruh pasar tersebut. 2) Tingkat Pendapatan Tingkat
pendapatan
merupakan
salah
satu
indikator
dalam
tingkat
kesejahteraan masyarakat. Semakin tinggi tingkat pendapatan masyarakat, maka tingkat kesejahteraan ekonominya pun juga tinggi. Berikut merupakan data tingkat pendapatan masyarakat penghuni rumah susun di Kota Surakarta: Tabel 4. 7 Tingkat Pendapatan Penghuni Rumah Susun Nama Rumah Susun Begalon Semanggi Jurug F % F % F % Rp 750.000 – Rp 1.000.000 54 70,1 46 57,5 36 50,7 Rp 1.000.000 – Rp 2.500.000 14 18,2 26 32,5 28 39,4 >Rp 2.500.000 1 1,3 3 3,75 6 8,45 Tidak Menjawab 8 10,4 5 6,25 1 1,41 commit to user Total 77 100 80 100 71 100 Tingkat Pendapatan
Sumber: Hasil Kuesioner, 2012
digilib.uns.ac.id 56
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan tabel diatas, mayoritas penghuni rumah susun memiliki tingkat pendapatan sebesar Rp 750.000 – Rp 1.000.0000 yaitu Rusunawa Begalon sebanyak 70,1 % penghuni, Rusunawa Semanggi sebanyak 57,5 % penghuni, dan Rusunawa Jurug sebanyak 50,7 % penghuni. Hal ini memang sesuai dengan jenis pekerjaan yang dominan swasta terlebih kondisi sosial ekonomi masyarakat penghuni rumah susun adalah masyarakat berpenghasilan rendah. Dengan pendapatan sebesar itu, masyarakat penghuni rumah susun juga diwajibkan untuk membayar sewa rumah susun dengan biaya sebesar Rp 200.000 per bulan. Belum lagi ditambah dengan biaya untuk kebutuhan pokok sehari-hari yang mencapai Rp 150.000 per bulan dan biaya yang dikeluarkan untuk ongkos transportasi antara Rp 150.000 sampai dengan Rp 300.000 per bulan serta biaya-biaya lain seperti biaya pendidikan anak, kesehatan, dll. Namun untuk beberapa anggota keluarga terdapat tambahan pemasukan dari anggota keluarga yang lain. sehingga dapat membantu dalam pengeluaran harian keluarga
b. Jumlah Keluarga yang Memiliki Tabungan Jumlah keluarga yang memiliki tabungan juga merupakan salah satu indikator kesejahteraan. Berikut merupakan tabel jumlah keluarga yang memiliki tabungan: Tabel 4. 8 Jumlah Keluarga yang Memiliki Tabungan Jumlah Tabungan Memiliki tabungan