UNIVERSITAS INDONESIA
PERGESERAN FUNGSI RUANG PUBLIK SELASAR PADA RUMAH SUSUN (Studi Kasus: Rumah Susun Klender dan Rumah Susun Pulogebang)
SKRIPSI
LUTHFI ABDILLAH ICHWAN 0606075725
FAKULTAS TEKNIK DEPARTEMEN ARSITEKTUR DEPOK Desember 2010
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama
: Luthfi Abdillah Ichwan
NPM
: 0606075725
Tanda Tangan
: ..........................................
Tanggal
: 17 Desember 2010
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh : Nama : Luthfi Abdillah Ichwan NPM : 0606075725 Program Studi : Arsitektur Judul Skripsi : Pergeseran Fungsi Ruang Publik Selasar pada rumah susun (studi kasus: rumah susun Klender dan rumah susun Pulogebang)
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Arsitektur pada Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Emirhadi Suganda
( ..............................)
Penguji
: Ir.Hendrajaya Isnaeni MSc. Ph.D
( ..............................)
Penguji
: Dita Trisnawan, ST. M.Arch. Ph.D
( ..............................)
Ditetapkan di : Depok Tanggal : 17 Desember 2010
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
iv
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillah, Segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya yang diberikan kepada penulis karena diberikan kesempatan untuk dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini, sebagai salah satu persyaratan untuk menjadi Sarjana Arsitektur, Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Pada kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulisan selama penulisan skripsi ini, maupun selama kehidupan perkuliahan di Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Karena itu penulis merasa ingin untuk mengucapkan terima kasi kepada pihak-pihak yang sangat dekat dengan kehidupan penulis, yaitu:
1. Allah SWT yang atas izinnya, penulis diizinkan untuk menyelesaikan tulisan skripsi ini meskipun harus melalui dua semester. Bagaimanapun penulis merasa bersyukur skripsi ini akhirnya bisa selesai. 2. Hj. Rina Setyowati dan H. Chamid Ichwan sebagai orang tua yang telah rela dan sangat sabar membesarkan anak-anaknya dengan segala tingkah polahnya. Untuk adikku Nisa, Mira, dan Ghifary juga terima kasih. 3. Prof. Emirhadi Suganda sebagai pembimbing skripsi yang sudah sangat banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan saran dan nasihatnya. 4. Ir. Hendrajaya Isnaeni, M.Sc., Ph.D selaku koordinator skripsi dan seorang pembimbing akademis yang baik dan sangat murah hati bagi penulis pada perwalian di setiap semesternya. 5. Teman-temanku Agung, Affa, Bayu, Imam, Stip, Kharis, Dito, Ade yang selalu setia menemani di kala senang maupun susah. Ga ada yang ngalahin kalian. 6. Teman-teman seperjuangan 2006. Yang selalu bersama di setiap jenjang semesternya. Bersama kalian 4 tahun ini terasa begitu sebentar dan begitu
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
v
lama, tergantung dari sisi mana kita melihatnya. Tanpa kalian, kampus, kantek, kutek, dan pusjur tidak pernah terasa sama 7. Teman-temanku Nisa, Banu, Idznie, Rian, Risty, Sekar, Sheila, Mirdew, Dira, Intan yang sering mengisi kehidupan perkuliahan dan studio sehingga menjadi lebih berwarna. 8. Teman-teman satu pembimbing skripsi kloter pertama: Gemala Dewi dan Dinastia Gilang maupun klote kedua Siti Nur Ayu dan Serly Listianti yang selalu berbagi informasi mengenai skripsi. 9. Anak-anak 2005 Pujas, Adi, Arman yang selalu sigap mengajak penulis bermain baik di saat senggang maupun di saat sibuk. Channing, Windy, Maya yang pernah mengambil mata kuliah yang sama dan membantu penulis untuk mengisi ketidaktahuannya. Tidak lupa juga terhadap saudara Susanto Ginanjar Putro yang memberikan nasihat-nasihat yang sungguh membuat penulis merasa tergugah untuk terus berjuang. (makasih to) 10. Teman-teman Kitiran Fadil Imam Tepy Ricky yang selalu rela tempatnya disambangi untuk keperluan-keperluan penulis, baik keperluan akademis maupun non-akademis. 11. Teman-teman Teknik Industri 2006 Dito, Fadil, Budink, Arya, Aldi, Cepe yang selalu setia mengajak penulis bermain bersama. 12. Teman-teman Bukit Pisang Ricky, Syarif, Osky, Latief, Heru, Dudit, Kevin, Ferdian, Syukron sebagai orang yang dekat dengan penulis di kosan tercinta kami. Kehilangan kalian selama satu semester benar-benar terasa. 13. Anak-anak 2007 Buyung, Fritz, Ralpy, Berlinda, Cindy yang banyak membantu penulis selama organisasi dan kepanitiaan 14. Anak-anak 2008 Mirza, Rizki, Kosa, Klara, Aron yang sering menemani penulis baik saat bermain kartu dan meramaikan forum jurusan. Maaf jika penulis suka banyak omong pada kalian. 15. Teman kelompok PRD Tono, Noni, Veda, Tasya yang telah direpotkan penulis dengan tidak membantu banyak semenjak periode UTS hingga UAS. Terima kasih banyak junior-juniorku tercinta atas pengertiannya.
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
vi
16. Anak-anak 2009 yang selalu memenuhi departemen tercinta kita dengan tawa dan canda. 17. Teman SMA penulis, Desy Amalia, yang selama ini tidak pernah penulis lupakan. Terima kasih untuk pelajaran yang telah diberikan
Masih banyak sebenernya pihak yang belum disebut oleh penulis, yang membantu penulis dalam banyak hal. Maaf, karena penulis tidak bisa menyebutkan semuanya. Terima kasih banyak semuanya. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari semua pihak akan sangat berguna bagi penulis. Penulis juga berharap tulisan ini akan menjadi sesuatu yang berguna bagi semua pihak.
Depok, 6 Januari 2011
Penulis
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
vii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama NPM Program Studi Departemen Fakultas Jenis karya
: Luthfi Abdillah Ichwan : 0606075725 : Arsitektur : Arsitektur : Teknik : Skripsi
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive RoyaltyFree Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: PERGESERAN FUNGSI RUANG PUBLIK SELASAR PADA RUMAH SUSUN (Studi Kasus: Rumah Susun Klender dan Rumah Susun Pulogebang) beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Pada tanggal
: Depok : 17 Desember 2010
Yang menyatakan
(Luthfi Abdillah Ichwan)
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
viii
ABSTRAK
Nama Program Studi Judul
: Luthfi Abdillah Ichwan : Arsitektur : Pergeseran Fungsi Ruang Publik pada Rumah Susun (Studi Kasus: Rumah Susun Klender dan Rumah Susun Pulogebang)
Manusia selama hidupnya menempati dan selalu membutuhkan ruang untuk berkegiatan dalam hidupnya. Ruang-ruang tempat manusia tinggal tersebut memiliki pembagian-pembagian seperti ruang public yang ditujukan untuk kepentingan umum dan ruang privat yang lebih ditujukan untuk individu dan sebagian golongan yang lebih kecil. Rumah susun sebagai sebuah lingkungan pemukiman manusia untuk bertinggal tentunya juga memiliki pembagian ruang public dan privat di dalamnya. Kadangkala manusia berperilaku terhadap lingkungan sekitarnya menyebabkan adanya pergeseran fungsi ruang di dalamnya. Kadangkala manusia berperilaku terhadap lingkungan sekitarnya menyebabkan adanya pergeseran fungsi ruang di dalamnya. Selasar atau koridor yang berfungsi sebagai jalur akses dan sirkulasi manusia dalam bangunan yang tergolong sebagai ruang public dalam hunian rumah susun memperlihatkan adanya fenomena pergeseran fungsi ruang tersebut, dan hal ini tentunya menimbulkan dampak pada lingkungan sekitarnya. Skripsi ini mengkaji tentang pergeseran fungsi ruang public, hal apa saja yang menyebabkan pergeseran tersebut dan apa yang menjadi dampaknya. Kata kunci: rumah susun, selasar, ruang publik, pergeseran
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
ix
ABSTRACT
Name Study Program Title
: Luthfi Abdillah Ichwan : Architecture : The Change in Function of Rumah Susun Corridors as Public Space (Case Study: Rumah Susun Klender and Rumah Susun Pulogebang)
During his lifetime, human always need and occupy space to do his activities. Those spaces have allocations such as public space that is intended for public interest and private space that is intended for individual and smaller groups. Flats as a human settlement environment for dwelling also have public and private space allocation in them. Sometimes people’s behavior towards their surrounding environment causes a shift in the function of its space. Hallways or corridors which serve as access points and human circulation within a building are classified as public space and show the phenomenon of a shift in space function, and this certainly gives impact on the surrounding environment. This thesis examines the change in the function of public space, and whatever causing and caused by those changes. Keywords: rumah susun, corridor, public space, shift
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
x
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................1 1.1 Latar Belakang...........................................................................................1 1.2 Permasalahan.............................................................................................4 1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................5 1.4 Ruang Lingkup Penulisan.........................................................................5 1.5 Metode Penulisan.......................................................................................6 1.6 Sistematika Penulisan................................................................................6 BAB 2 LANDASAN TEORI.......................................................................................8 2.1 Penelitian Terdahulu tentang Rumah Susun.....................................8 2.2 Manusia dan Hunian......................................................................13 2.3 Ruang publik, privat, dan teritorial................................................15 2.3.1 Ruang publik.............................................................................15 2.3.2 Ruang privat...............................................................................15 2.3.3 Teritorial.....................................................................................17 2.4 Hunian sebagai teritori ruang publik dan privat.................................18 2.5 Perilaku Manusia terhadap Lingkungan.............................................19 2.6 Hunian Bertingkat Rumah Susun..................................................21 2.7 Kehidupan Rumah Susun..............................................................25 2.7.1 Selasar sebagai ruang publik rumah susun.................................28 BAB 3 STUDI KASUS DAN ANALISIS.............................................................31 3.1 Studi kasus Rumah susun Klender....................................................31 3.1.1 Gambaran Umum...................................................................31 3.1.2 Deskripsi Fisik......................................................................34 Universitas Indonesia
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
xi
3.1.2.1 Fasad bangunan...........................................................34 3.1.2.2 Denah hunian...........................................................35 3.1.2.3 Ruang selasar...............................................................36 3.1.3 Latar Belakang Penghuni..........................................................37 3.1.4 Ruang selasar rumah susun Klender.........................................40
3.2 Studi kasus Rumah susun Pulogebang...............................................45 3.2.1 Gambaran Umum................................................................45 3.1.2 Deskripsi Fisik..........................................................................48 3.2.2.1 Fasad bangunan...........................................................48 3.2.2.2 Denah hunian...........................................................49 3.2.2.3 Ruang selasar...............................................................50 3.2.3 Latar Belakang Penghuni..........................................................51 3.2.4 Ruang selasar rumah susun Pulogebang....................................53
BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................62 DAFTAR REFERENSI LAMPIRAN
Universitas Indonesia
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Hierarki kebutuhan manusia akan rumah................................................14 Gambar 2.2 Teritorial ruang manusia berdasarkan jarak.............................................17 Gambar 2.3 Peta daerah kumuh kota Jakarta...............................................................22 Gambar 2.4 Diagram kebutuhan hunian warga jakarta...............................................23 Gambar 2.5 Peta daerah persebaran rumah susun...................................................... 24 Gambar 2.6 Potongan skematik rumah hunian konvensional.................................... 26 Gambar 2.7 Potongan skematik hunian vertikal......................................................... 27 Gambar 2.8 Potongan skematik hunian vertikal......................................................... 28 Gambar 2.9 Selasar atau koridor sebagai jalur akses dalam bangunan.......................29 Gambar 2.10 Potongan skematik jalur selasar hunian vertikal ...................................30 Gambar 3.1 Blok hunian Rumah susun Klender.........................................................31 Gambar 3.2 Daerah sekitar blok hunian Rumah susun Klender..................................32 Gambar 3.3 Foto udara 78 Blok hunian Rumah susun Klender..................................32 Gambar 3.4 Foto udara Blok Rumah susun Klender RT 01 dan 02............................33 Gambar 3.5 Site plan 3 Blok Rumah susun Klender RT 01 dan 02............................33 Gambar 3.6 Area Jalan dan taman Blok Rumah susun Klender RT 01 dan 02...........34 Gambar 3.7 Bagian belakang dan depan blok hunian Rumah susun Klender.............35 Gambar 3.8 Denah dua buah satuan unit hunian rumah susun klender.......................35 Gambar 3.9 Tampak depan 1 blok hunian area rumah susun klender.........................36 Gambar 3.10 Perspektif selasar blok hunian area rumah susun klender.....................37 Gambar 3.11 Pot tanaman pada selasar Rumah susun Klender...................................41 Gambar 3.12 Penempatan barang pribadi pada selasar Rumah susun Klender...........42 Universitas Indonesia
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
xiii
Gambar 3.13 Penempatan kandang burung pada selasar Rumah susun Klender........43 Gambar 3.14 Blok hunian rumah susun Pulogebang...................................................45 Gambar 3.15 Peta lokasi rumah susun pulogebang.....................................................45 Gambar 3.16 Site plan dan zoning area rumah susun Pulogebang..............................46 Gambar 3.17 Area parkir motor pada komplek rumah susun Pulogebang..................46 Gambar 3.18 Area taman pada komplek rumah susun Pulogebang............................47 Gambar 3.19 Area parkir dan unit usaha pada komplek rumah susun Pulogebang ...47 Gambar 3.20 Tampak depan rumah susun Pulogebang...............................................48 Gambar 3.21 Bagian depan hunian rumah susun Pulogebang....................................49 Gambar 3.22 Bagian belakang hunian Rumah susun Pulogebang..............................49 Gambar 3.23 Denah hunian rumah susun Pulogebang................................................50 Gambar 3.24 Denah tipikal rumah susun Pulogebang................................................50 Gambar 3.25 Potongan rumah susun Pulogebang.......................................................51 Gambar 3.26 Penempatan perabotan pada area selasar rumah susun Pulogebang......54 Gambar 3.27 Penempatan jemuran pada area selasar rumah susun Pulogebang.........55 Gambar 3.28 Penempatan pot tanaman pada area selasar rumah susun Pulogebang..56 Gambar 3.29 Area tangga selasar Rumah susun Pulogebang......................................57 Gambar 3.30 Penempatan kandang burung dan pot memberi pengaruh pada ruang selasar..........................................................................................................................60 Gambar 3.31 Perbandingan ruang jalur sirkulasi selasar dengan penempatan perabotan pribadi dan yang tidak ditempatkan perabotan...........................................61
Universitas Indonesia
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
xiv
DAFTAR TABEL DAN DIAGRAM
Tabel 1.1 Perkembangan penduduk berdasarkan provinsi di Indonesia........................2 Diagram1.2 Alur pikir penulisan skripsi.......................................................................7 Diagram 3.1 Biaya pengeluaran penghuni rumah susun Klender perbulannya...........37 Diagram 3.2 Tingkat kedekatan sosial penghuni rumah susun Klender.....................38 Diagram 3.3 Jangka waktu menetap penghuni rumah susun Klender........................39 Diagram 3.4 pengeluaran penghuni rumah susun pulogebang perbulannya...............52 Diagram 3.5 tingkat kedekatan sosial penghuni rumah susun Pulogebang.................52 Diagram 3.6 Jangka waktu menetap penghuni rumah susun Pulogebang ..................53 Tabel 3.7 Perbandingan studi kasus 1 dan studi kasus 2 …………………………....59
Universitas Indonesia
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Jakarta merupakan sebuah ibukota dengan segala perangkat kehidupannya yang merupakan pusat kehidupan modern bagi masyarakat Indonesia. Kehidupan kota dengan masyarakatnya yang majemuk dan beraneka ragam tentunya memunculkan banyak permasalahan di dalamnya. Gambaran kota Jakarta sendiri sebagai tempat tujuan mencari nafkah bagi warga desa turut mendorong orang-orang untuk terus melakukan urbanisasi. Meskipun banyak juga orang-orang yang melakukan urbanisasi terbilang gagal dalam mencari peruntungan di kota, yang terindikasi dari makin banyaknya jumlah pengangguran, gelandangan, dan tuna wisma per tahunnya di Jakarta. Namun, tetap saja kota jakarta merupakan tempat yang selalu menarik bagi masyarakat yang tinggal di desa.
Hal ini terlihat dari selalu tingginya arus urbanisasi tiap tahunnya. Urbanisasi yang terjadi di perkotaan telah menciptakan masalah-masalah baru dalam proses pengembangan perkotaan. perkembangan penduduk dan tempat tinggal yang membutuhkan banyak lahan. Masalah yang dihadapi ini menuntut manusia untuk kreatif dalam menyikapi keterbatasan lahan untuk menutup semua ruang gerak yang dibutuhkan manusia baik untuk tinggal maupun bekerja. Selain dampak yang pasti terasa seperti semakin padatnya penduduk kota, masalah-masalah lain seperti pengangguran, kemiskinan, dan kriminalitas perkotaan, sebagai akibat dari ketatnya persaingan di kota Jakarta, makin menghambat perkembangan kota itu sendiri.
Universitas Indonesia
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
2
Tabel 1.1 perkembangan penduduk berdasarkan provinsi di Indonesia Sumber: www.bps.go.id
Fenomena urbanisasi tersebut yang terjadi di kota-kota besar mengakibatkan meningkatnya kebutuhan akan ruang kota, yaitu permasalahan penyediaan perumahan sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia. Permasalahan sebagai akibat dari urbanisasi terasa sekali dalam hal kebutuhan akan perumahan berikut lahan perumahannya. Kekurangan akan perumahan dan lahan perumahan serta makin meningkatnya harga lahan perumahan menjadi semakin sulit untuk ditanggulangi. Di samping itu, di wilayah kota sendiri terjadi penyempitan lahan dimana lahan pemukiman penduduk akan semakin mengecil akibat dari pembagian lahan karena jumlah keluarga bertambah, dengan demikian daya dukung lahan di kota semakin kecil untuk menampung pertambahan penduduk, baik oleh pertumbuhan. penduduk di kota itu sendiri maupun karena adanya urbanisasi. Para urban ini biasanya berasal dari masyarakat yang memiliki kesulitan ekonomi, maka kebanyakan perkampungan kota terdiri dari masyarakat dari kalangan ekonomi lemah. Dengan keterbatasan ini sehingga tidak memiliki kemampuan untuk membangun rumah tinggal sebagai tempat hunian yang layak yang pada akhirnya menciptakan berbagai solusi untuk mensiasatinya.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 Tentang perumahan dan pemukiman Pasal 5 Ayat 1 mengungkapkan “Setiap warga Negara mempunyai hak
Universitas Indonesia
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
3
untuk menempati dan/atau menikmati dan/atau memiliki rumah rumah yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi dan teratur.”
Disinilah pemerintah mencoba menyikapi kebutuhan akan tempat tinggal dengan pembangunan rumah bertingkat/ rumah susun yang bertujuan untuk mengefektifkan lahan. Undang-undang No.16 tahun 1985 tentang Rumah Susun “Rumah Susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian, yang dilengkapi dengan bagian Bersama, benda bersama, dan tanah bersama”
Dari situs perumnas.go.id, pengertian rumah susun sederhana sewa (rusunawa) adalah rumah susun yang disewakan untuk kalangan menengah ke bawah, yang bekerja di wilayah perkotaan, namun belum memiliki rumah sendiri. Pengguna menyewa dari pengelolanya. Sementara rusunami adalah istilah khusus di Indonesia, sebagai program Pemerintah dalam menyediakan rumah tipe hunian bertingkat untuk masyarakat menengah ke bawah.
Pembangunan rumah susun bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan Rusun layak huni dan terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan menengah-bawah di kawasan perkotaan dengan penduduk di atas 1,5 juta jiwa, sehingga dimaksudkan akan berdampak pada pengembangan pemukiman masyarakat kota. Karena salah satu tujuan terpenting pembangunan rumah susun adalah untuk meningkatkan daya dukung lahan perkotaan. Rumah susun diharapkan meningkatkan kepadatan populasi manusia sehingga lahan untuk hunian yang digunakan relatif lebih sedikit dibandingkan dengan rumah konvensional. Di Indonesia, sejarah rumah susun telah
Universitas Indonesia
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
4
dimulai sejak tahun 1980, berawal dengan didirikannya rumah susun di Kelurahan Kebon Kacang, Kecamatan Tanah Abang . Jakarta Pusat.
Arsitektur tidak hanya mengenai pembangunan gedung-gedung bertingkat, namun pembangunannya juga harus sesuai dengan konteks lingkungannya. Hal ini memperlihatkan bahwa arsitektur tidak hanya berupa bangunan dan utilitasnya, tapi juga memperlihatkan hubungan dengan konteks penghuninya. Pembangunan sebuah hunian tidak hanya bertujuan memenuhi kebutuhan rumah atau memberikan tempat bernaung bagi masyarakat. Namun harus dinilai kembali apakah hunian tersebut sesuai dengan keadaan sosial budaya masyarakatnya.
Dalam kondisi kota Jakarta ini, masyarakatnya mulai dihadapkan pada kebutuhan mendesak untuk kebutuhan hunian, sehingga seringkali mengabaikan faktor lain seperti sosial, ekonomi, dan budaya. Perumahan juga dapat dipandang sebagi suatu wadah tersendiri tempat para warganya menemukan identitas mereka, merasa aman, merasa sebagai makhluk sosial, dan tempat ia menyalurkan naluri untuk berkembang biak menyambung keturunannya
1.2. Permasalahan
Kebiasaan tinggal bersama di suatu lahan dengan tingkat kepadatan yang tinggi pada sebuah rumah susun tentu memunculkan permasalahan sendiri. Dengan latar belakang sosial dan kebudayaan yang berbeda, manusia cenderung untuk bertindak mengintervensi ruang teritori yang bukan miliknya, terutama pada teritori ruang publik bangunan. Salah satu ruang yang sering terlihat mengalami intervensi dari penghuni pada rumah susun adalah ruang publik bagian selasar. Selasar adalah ruang gerak atau jalur sirkulasi yang menghubungkan kamar-kamar atau unit hunian baik dalam satu bangunan maupun yang menghubungkan bangunan satu dengan bangunan lain. Dengan tujuan pembuatannya ini, ruang selasar adalah ruang yang bersifat
Universitas Indonesia
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
5
publik atau umum. Hal ini menunjukkan bahwa selasar atau koridor adalah satu bagian penting dari kesatuan bangunan. Namun dalam prakteknya, seringkali keberadaan
selasar
sebagai
ruang
publik
ini
memicu
penghuni
untuk
menggunakannya sesuai kebutuhan pribadinya. Hal ini tentu semakin mengaburkan peran selasar sebagai ruang yang bersifat publik yang berdampak pada ketidakteraturan pengaturan ruang dalam bangunan rumah susun.
Pertanyaan penelitiannya adalah: 1. Bagaimana penghuni mempergunakan ruang publik selasar atau koridor dalam lingkung bangun rumah susun? 2. Apa yang menyebabkan proses perilaku penghuni yang cenderung melakukan intervensi pada ruang publik?
1.3. Tujuan Penulisan
Skripsi ini bertujuan untuk mengkaji tentang isu ruang selasar sebagai ruang yang bersifat publik. Mencoba mempelajari perlakuan penghuninya pada keberadaan selasar bangunan rumah susun pada lahan-lahan padat penduduk di kota jakarta, dengan kaitannya pada orientasi ruang publik dan privat, beserta segala permasalahan yang ada, dan hal-hal yang melatarbelakangi permasalahan tersebut. Mencari hubungan antara penghuni rumah susun dengan perlakuan kepada selasar bangunan rumah susun tersebut. dan hal-hal yang mempengaruhi keberadaan masalah tersebut. Kesemuanya dikaitkan dengan teori-teori yang ada untuk dikaji.
1.4. Ruang Lingkup Penulisan
Untuk menghindari ruang lingkup pembahasan yang terlalu luas, pembahasan ditekankan pada pembahasan perlakuan penghuni rumah susun pada selasar sebagai
Universitas Indonesia
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
6
ruang publik yang mengalami pergeseran ke arah privat di dalamnya. Dengan melakukan studi kasus dua buah bangunan rumah susun di kota jakarta. Kajian mengenai hal-hal yang ditemukan pada selasar bangunan rumah susun beserta masalah yang melatarbelakanginya. Hal apa yang menjadi dampaknya kepada penghuni rumah susun, dan kepada bangunan itu sendiri.
1.5. Metode Penulisan
Metode penulisan skripsi ini dilakukan dengan metode deskriptif, diawali dengan studi kepustakaan dan mengkaji teori yang berhubungan dengan topik bahasan skripsi ini. Kemudian dilanjutkan dengan mencari studi kasus, dengan melakukan observasi lapangan untuk melengkapi data-data yang diperlukan. Metode pengambilan data dilakukan dengan pengambilan data primer yaitu melakukan wawancara dan kuesioner yang dibagikan pada penghuni rumah susun. Dan data sekunder yaitu teoriteori dan kajian literatur. Studi kasus tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan teori-teori yang telah dikaji.
1.6 Urutan Penulisan
Urutan penulisan skripsi ini terdiri dari: BAB I – PENDAHULUAN. terdiri dari latar belakang, permasalahan, tujuan penulisan, ruang lingkup penulisan, metode penulisan dalam pembahasan topik skripsi. BAB II – LANDASAN TEORI. Menjelaskan teori-teori dan studi kepustakaan yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini. Terdiri dari penelitian terdahulu tentang rumah susun, Manusia dan hunian, ruang publik, privat, dan teritorial, hunian sebagai ruang
Universitas Indonesia
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
7
publik dan privat, perilaku manusia terhadap lingkungan, hunian vertikal, dan kehidupan rumah susun BAB III – STUDI KASUS DAN ANALISIS. Menjelaskan tentang 2 buah studi kasus rumah susun, rumah susun Klender dan rumah susun Pulogebang. 2 buah studi kasus dianalisis berkaitan dengan landasan teori pada bab 2. BAB IV – KESIMPULAN DAN SARAN. Menjelaskan kesimpulan akhir dari penjelasan-penjelasan bab sebelumnya. Kesimpulan tersebut akan mencoba menjawab tujuan penulisan skripsi ini.
Alur pikir dari penelitian skripsi ini bisa dijelaskan dengan diagram berikut:
Diagram 1.2 Alur pikir penulisan skripsi
Universitas Indonesia
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
8
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Penelitian Terdahulu Tentang Rumah Susun Penelitian terdahulu tentang rumah susun ini mencoba menjelaskan beberapa studi penelitian yang pernah dilakukan pada rumah susun sebagai referensi yang dapat berguna bagi penulisan skripsi ini. Penelitian terdahulu ini diharapkan dapat dijadikan pelengkap dan pembanding terhadap hasil akhir penulisan skripsi ini.
2.1.1 Penelitian Mengenai Adaptasi Sosial Penghuni Terhadap Ligkungan (Studi Kasus: Rumah Susun Kemayoran Jakarta)
Penelitian Edie Toet Hendratno tahun 1999 ini adalah tentang bentuk-bentuk adaptasi sosial penghuni rumah susun terhadap lingkungan. Dimana pada penulisannya beliau mengungkapkan, adaptasi merupakan salah satu mekanisme yang terjadi pada manusia untuk menyikapi perubahan pada lingkungannya. Pada penelitiannya ini beliau mencoba mengambil studi kasus rumah susun sebagai tempat adaptasi penghuninya dibandingkan rumah tinggal biasa. Penelitian yang beliau lakukan ini menunjukkan bahwa proses penyesuaian penghuni rumah susun terhadap huniannya dipengaruhi oleh latar belakang kebudayaan penghuni rumah susun tersebut. Pada saat kebudayaan menjalani fungsinya sebagai pedoman yang membekali pemilik kebudayaan untuk menafsirkan atau memberikan pandangan terhadap lingkungan sekitarnya, proses penyesuaian mereka akan dipengaruhi pula oleh dimensi waktu (sejarah) dan sesuai dengan konteks tempat kebudayaan itu berada. Pada studi kasusnya beliau menjelaskan bahwa rumah tangga penghuni rumah susun Kemayoran Jakarta terdiri dari berbagai golongan sosial. Keragaman dalam hal golongan social ini sudah terjadi sejak mereka masih tinggal dalam pola
Universitas Indonesia
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
9
perkampungan sebelum mengalami penggusuran. Meskipun berasal dari berbagai golongan sosial, secara umum terdapat kesamaan dalam beberapa hal.
Pertama: kesamaan dalam proses enkulturasi keluarga sejak masa kanak-kanak hingga selanjutnya membawa pengaruh dalam sikap ketika dewasa. Bentuk enkulturasi yang mereka dapatkan ketika masa kanak-kanak adalah penanaman nilai budaya sesuai dengan identitas etnik masing-masing. Kedua: kondisi fisik rumah yang mereka tempati ketika masa kanak-kanak adalah rumah bukan berbentuk rumah susun yang memiliki kondisi fisik berbeda dibandingkan rumah susun yang mereka tempati saat ini. Ketiga: sejak kanak-kanak dan tinggal bersama orang tua mereka sampai mereka berkeluarga sendiri dan tinggal di pemukiman sebelum mengalami penggusuran ke rumah susun kemayoran ini. Belum pernah ada yang tinggal di rumah susun.
Penelitian ini mencoba membuktikan pendapat Bordieau bahwa rumah dan ruang hunian menjadi personalized (seperti pribadi) karena menjadi pencerminan hidup penghuninya sesuai dengan kemampuan ekonomi, politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang dimilikinya. Hasil akhirnya adalah pembuktian bahwa pendapat Bordieau ini masih berlaku pada studi kasus rumah susun Kemayoran Jakarta. Pada penelitian yang dilakukan Edie Toet Hendratno pembahasan tentang lingkungan yang diadaptasi masih umum dan tidak spesifik membahas satu ruang tertentu dalam bangunan rumah susun.
2.1.2. Penghuni dan Pengaturan Ruang Hunian di Rumah Susun Kemayoran
Penelitian yang dilakukan Joko Sukamto tahun 2002 ini membahas tentang penghuni dan ruang huniannya dengan kasus bahasan penggunaan ruang hunian di rumah susun kemayoran. Tulisan Joko Sukamto ini mendefinisikan kebudayaan sebagai blueprint. Kebudayaan digunakan sebagai acuan bertindak untuk pemenuhan kebutuhan hidup manusia secara universal yang meliputi kebutuhan primer, kebutuhan sekunder,
Universitas Indonesia
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
10
kebutuhan integratif. Setiap tindakan memerlukan ruang yang wujudnya disesuaikan dengan kebudayaannya. Secara sadar maupun tidak sadar manusia sering menciptakan dan mengubah ruang. Salah satu cara penciptaan ruang dalam rangka pemenuhan kebutuhan rumah bagi masyarakat golongan perkotaan.golongan ekonomi lemah dilakukan dengan peremajaan kampung dengan pembangunan rumah susun. Tindakan ini merupakan tindak pengubahan ruang dan lingkungan secara menyeluruh dan mendadak yang menyebabkan pudarnya pedoman penggunaan ruang, dan memerlukan pedoman baru. Masalahnya adalah bahwa ruang-ruang di rumah susun tidak cocok dengan kebudayaan warga, hal ini terlihat pada sebagian besar penghuni meninggalkan rumah susun barunya dan yang bertahan mengubah fungsi ruangnya.
Bertahannya sebagian penghuni rumah susun menunjukkan ada sebagian warga yang bisa merubah lingkungan fisik menjadi lingkungan budaya. Lingkungan rumah susun dirubah menjadi lingkungan tempat tinggalnya sehingga ruang-ruang menjadi cocok dengan kehidupannya. Dengan demikian penataan dan penggunaan ruang di rumah susun merupakan cermin model acuan interpretasi dan model tindakan pemenuhan kebutuhan yang dikembangkan oleh penghuni dalam menghadapi kondisi lingkungan rumah susunnya.
Dalam penelitiannya, beliau menyimpulkan: 1. Konsep penggunaan ruang hunian masih dalam tingkat warga “asal ada” merupakan sebuah refleksi pemanfaatan ruang karena adanya keterpaksaan yang mengharuskan tinggal di rumah susun sebagai salah satu cara mempertahankan hidup 2. Banyaknya kegiatan yang diwadahi menyebabkan beban ruang menjadi berat sehingga mendorong penggunaan ruang mengembang ke ruang publik. Penggunaan ruang publik sebagai ruang sosial secara perlahan-lahan dalam tempo yang lama menjadi solusi umum penggunaan ruang.
Universitas Indonesia
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
11
3. Penggunaan
ruang
dan
bentuk-bentuk
ruang
pada
studi
kasusnya
menunjukkan bahwa standar ruang 7 m2 sampai 9m2 perorang masih belum mencukupi. Pembahasan yang dilakukan oleh Joko Sukamto ini menitikberatkan pada kebudayaan sebagai faktor utama alasan perubahan fungsi lingkungan dalam rumah susun Kemayoran.
2.1.3. Hubungan Pembangunan Rumah Susun dengan Kualitas Hidup Penghuninya (Studi Kasus: Rumah Susun di Kelurahan 23 Ilir kota Palembang)
Penelitian yang dilakukan Nyimas Masyito tahun 2003 ini mencoba menjelaskan hipotesisnya yaitu mengenai terdapatnya hubungan antara kondisi fisik lingkungan rumah susun dan kondisi sosial ekonomi penghuninya. Dimana dalam penelitiannya itu beliau mengungkapkan variabel penelitiannya adalah:
1. Variable kondisi fisik lingkungan seperti drainase dan pengelolaan sampah dan variable fisik bangunan seperti keadaan ventilasi dan pencahayaan. 2. Variable kualitas hidup seperti kemiskinan pengeluaran non makan, pengadaan air bersih, kepadatan, tingkat pendidikan dan kesehatan balita. Beliau mencoba mengumpulkan data-data yang diperlukan dengan data primer, yaitu dengan wawancara mendalam dan kuesioner. Sedangkan Data sekunder yaitu dengan studi literature atau kepustakaan. Dari hasil penelitiannya ini, Nyimas Masyito mengungkapkan faktor yang menyebabkan keadaan kumuh di rumah susun kelurahan 23 ilir kota Palembang adalah tidak berjalannya badan perhimpunan penghuni rumah susun yang berfungsi sebagai organisasi yang mengurus kepentingan pengelolaan bangunan rumah susun, hal ini didukung pula kualitas hidup penghuninya yang relatif rendah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembangunan rumah susun yang
Universitas Indonesia
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
12
ditetapkan pemerintah untuk mencegah terjadinya kekumuhan dan bertujuan lain meningkatkan kualitas hidup masyarakat malah berlaku sebaliknya. Ternyata pembangunan rumah susun sederhana tersebut tidak mampu meningkatkan kualitas hidup penghuninya, bahkan kondisi fisik rumah susun menjadi kumuh. Pembahasan yang dilakukan oleh Nyimas Masyito ini sangat menitikberatkan pada faktor fisik dan teknis yang ada pada lingkungan rumah susun di samping faktor perilaku manusia.
Dari ketiga penelitian di atas, penelitian Edie Toet Hendratno menyimpulkan bahwa terdapat kaitan antara kemampuan ekonomi, sosial, dan budaya dengan perilaku penyesuaian manusia terhadap lingkungan. Dimana pada studi kasusnya, masyarakat yang belum pernah tinggal di rumah susun mencoba mengadaptasikan lingkungan yang mereka tinggali selama ini dengan lingkungan baru rumah susun mereka.
Pada penelitian Joko Sukamto ini, menyimpulkan bahwa tujuan pemerintah untuk mengurangi lingkungan kumuh dengan pembangunan rumah susun dinilai tidak sesuai dengan pola hidup masyarakat yang menghuninya. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya kebutuhan ruang warga yang tidak dapat difasilitasi oleh rumah susun sehingga menyebabkan area publik menjadi area pribadi. Lingkungan rumah susun diubah menjadi lingkungan yang cocok dengan lingkungan kebudayaannya.
Sementara penelitian ketiga oleh Nyimas Masyito mengungkapkan bahwa pada studi kasus rumah susun kelurahan 23 Ilir kota Palembang terdapat hubungan antara penghuni rumah susun sederhana dengan kondisi fisik bangunan rumah susun. Dimana akhirnya beliau menyimpulkan bahwa tujuan pemerintah untuk mengurangi pemukiman kumuh dengan pembangunan rumah susun sederhana malah membuat lingkungan rumah susun semakin lama malah menjadi makin kumuh.
Dari ketiga penelitian di atas, semuanya memang menunjukkan hubungan yang erat antara bangunan tempat berhuni dengan manusia yang menempatinya. Sebuah bangunan hunian dirancang tidak hanya digunakan untuk menyediakan fasilitas
Universitas Indonesia
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
13
kebutuhan berhuni bagi masyarakatnya, namun juga harus mempertikan keseharian bagaimana kebiasaan mereka bertinggal. Ketiga penelitian di atas sama-sama menunjukkan adanya ketidaksesuaian atau ketidakcocokan pembangunan rumah susun sebagai alternatif tempat berhuni dengan masyarakat yang akan menghuninya.
2. 2. Manusia dan Hunian
Manusia sebagai makhluk hidup tentu memiliki kebutuhan dasar akan adanya sebuah naungan. Kebutuhan dasar untuk berlindung dari lingkungan sekitarnya. Manusia mengenal naungan dari sejak manusia pertama ada di bumi ini. Kebutuhan akan tempat berlindung dari terik matahari, dinginnya udara, maupun hujan telah mendorong kemampuan berpikir manusia untuk mengembangkan bagaimana agar mereka dapat bernaung dan bertempat tinggal lebih nyaman dari sebelumnya. Hal ini terus berkembang dari sejak manusia mengenal daun dan ranting sebagai sebuah naungan hingga sekarang dimana manusia bermukim pada bangunan pencakar langit sebagai naungan mereka.Pada rumah juga terdapat kebutuhan-kebutuhan lain yang harus dipenuhi yaitu kebutuhan fisik dan non fisik. Fisik meliputi kebutuhan akan makanan, dan tempat berlindung. Dan kebutuhan non fisik seperti cinta, rasa memiliki, rasa aman, dan lain-lain.
Maslow (1998) menuturkan tingkatan kebutuhan manusia akan rumah dari tingkat terbawah ke atas, yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman, kebutuhan sosial, harga diri atau kehormatan, dan aktualisasi diri merupakan jenis kebutuhan yang perlu disediakan oleh suatu rumah.
Universitas Indonesia
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
14
Gambar 2.1 Hierarki kebutuhan manusia akan rumah Sumber: www.steven.seasidelife.com
Dari gambar di atas dapat terlihat bahwa kebutuhan manusia dalam hunian dimulai dari tingkat yang paling bawah, yaitu kebutuhan mendasar rumah sebagai tempat bernaung. Rumah sebagai tempat yang memenuhi kebutuhan dasar fisik, seperti berlindung dari teriknya panas, hujan, dan dari ancaman makhluk lain di sekitarnya. Tahap berikutnya adalah rumah sebagai tempat memenuhi kebutuhan sosial, dimana dalam rumah, manusia berhubungan dengan manusia lain di sekitarnya, dengan teman, anak, orangtua, dan keluarga dekatnya. Pada tahap berikutnya adalah rumah sebagai tempat untuk mengekspresikan rasa kesenangan dan keindahannya. Jenjang yang paling terakhir adalah rumah sebagai tempat aktualisasi diri. Dimana tahap ini baru dapat dicapai setelah tahap-tahap di bawahnya terpenuhi. Suparlan (1984: 32) mengungkapkan Perumahan merupakan suatu kesatuan yang kompleks karena melibatkan berbagai unsur-unsur kebudayaan yang diwujudkan dalam berbagai kegiatan, seperti kegiatan biologis, sosial, ekonomi, politik, agama, dan sebagainya.
Universitas Indonesia
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
15
2.3.
Ruang Publik, Privat, dan Teritorial
2.3.1. Ruang Publik Ruang publik adalah ruang yang bersifat terbuka untuk siapapun, ditujukan untuk kepentingan umum, siapa saja boleh mengaksesnya dan tidak ada batasan siapapun yang mengatur dan yang boleh menguasainya. Carmona (2003:107) mengungkapkan ruang publik adalah ruang yang penataannya berfungsi untuk mendukung dan memfasilitasi interaksi sosial yang dilakukan oleh orang banyak. Hal ini semakin mempertegas ruang publik sebagai ruang yang bersifat terbuka untuk siapapun dan ditujukan untuk memberikan fasilitas interaksi sosial kalangan umum. Marco Kusumawijaya (2006:107) dalam Kota rumah Kita, menjelaskan: “Saat membawa ruang privatnya ke ruang publik, orang senantiasa sadar bahwa dia harus membatasi dan menyesuaikannya dengan sifat ruang publik yang dimasukinya. Ruang publik dalam arti yang sungguh-sungguh murni adalah ruang yang tidak boleh dikuasai oleh pihak atau kelompok tertentu manapun, dan oleh karena itu dengan sendirinya bersifat terbuka ...”
Di samping itu, ada juga yang disebut sebagai ruang publik tertutup, yaitu ruang publik yang tidak selamanya dapat didefinisikan sama dengan ruang publik secara umum. Beberapa taman, mall, ruang tunggu, dan lainnya dapat tutup ketika malam hari, sehingga secara umum, terutama pada waktu-waktu tertentu, tempat-tempat seperti itu tidak dapat dikatakan dapat digunakan untuk kepentingan publik (public space, sumber: Wikipedia)
2.3.2. Ruang Privat
Ruang privat adalah ruang yang lebih tertutup, dimana individu-individu membatasi dirinya dengan pihak lain. Namun ruang privat tidak terlepas keberadaannya dari ruang publik. Kegiatan manusia membatasi dirinya dari kontrol pihak lain disebut
Universitas Indonesia
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
16
juga dengan privasi. Irwin Altman (dalam Gifford,1996:173) mengungkapkan konsep privasi dalam tiga dimensi: Pertama, privasi merupakan proses pengontrolan terhadap batas. Jika ada yang melanggar terhadap batas tersebut, maka privasi seorang akan terganggu. Kedua, privasi dilakukan untuk memperoleh optimalisasi. Privasi dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu dapat dilaksanakan dengan baik jika privasi terjaga dengan baik. Yang ketiga, privasi merupakan proses multi mekanisme, yaitu terdapat banyak cara yang dapat dilakukan seseorang untuk memperoleh privasi, baik melalui ruang personel, teritori, maupun komunikasi.
John Lang (1987:160) mengungkapkan privasi dapat dicapai melalui pencegahan terjadinya kontak dengan pihak lain dan dengan pengawasan terhadap teritori seseorang maupun kelompok. Seperti telah disebutkan sebelumnya, privasi merupakan bentuk perlakuan manusia yang membatasi dirinya dari pihak luar. Hal ini dapat ditunjukkan dalam bentuk komunikasi seperti berbicara dan berinteraksi maupun dengan pembatasan dirinya dengan orang lain dalam kaitannya dengan teritori atau ruang.
Privatisasi di ruang publik juga dapat dilakukan oleh seorang atau sekelompok individu dengan membawa barang-barang pribadinya untuk ditempatkan di ruang publik. Mereka dapat berpindah-pindah tergantung dari setting ruang publik yang dianggap cocok untuk mendukung kegiatan yang mereka lakukan. Individu-individu tersebut melakukan privatisasi di ruang publik untuk mendapatkan kenyamanan pribadinya, untuk melakukan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan pribadinya.
Menciptakan privatisasi di ruang publik berarti menjajah suatu ruang yang ada di ruang publik tersebut, karena orang lain yang juga ingin mengalami ruang tersebut merasa ruang tersebut sudah ada yang memiliki, padahal ruang publik seharusnya tidak dimiliki siapa pun. Hal tersebut membuat orang lain kurang dapat merasakan kualitas ruang publik yang ada pada ruang tersebut.
Universitas Indonesia
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
17
2.3.3. Teritorial
Salah satu sifat dasar manusia adalah keinginan untuk memiliki daerahnya atau teritorinya. Gifford dalam Environmental Psychology (1996:119) mengungkapkan “Territoriality involves behavior and cognition related to a place” teritorialitas berkaitan erat dengan perilaku dan pengenalan terhadap suatu tempat atau wilayah.
Marcella (2001:124) mengungkapkan teritorialitas merupakan perwujudan ego seseorang karena tidak ingin diganggu, atau dapat dikatakan sebagai perwujudan dari privasi seseorang. Teritorialitas sebagai sesuatu yang berkaitan dengan ruang fisik, tanda, kepemilikan, pertahanan, penggunaan yang eksklusif, personalisasi, dan identitas. Teritorialitas adalah perilaku pengakuan suatu daerah oleh individu yang akan dilindungi dari gangguan dari individu lain.
Gambar 2.2 Teritorial ruang manusia berdasarkan jarak Sumber:Language of space (2001:115)
Sebagai media komunikasi, sama halnya dengan ruang personel, teritori juga terbagi dalam beberapa golongan. Klasifikasi teritori yang terkenal adalah yang dibuat Altman (1980) dalam Marcella (2001:126)
Universitas Indonesia
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
18
a. Teritori Primer Teritori primer adalah tempat-tempat yang sangat pribadi sifatnya, hanya boleh dimasuki oleh orang-orang yang sudah akrab atau yang sudah mendapat izin khusus. Teritori ini dimiliki bisa secara perorangan maupun kelompok yang mengendalikan penggunaan teritori tersebut secara relative tetap.
b. Teritori Sekunder Teritori sekunder adalah tempat tempat yang dimiliki bersama oleh sejumlah orang yang sudah cukup saling mengenal. Kendali pada teritori ini tidaklah sepenting teritori primer dan kadang berganti pemakai, atau berbagi penggunaan dengan orang asing. Missal ruang kelas, kantin, kampus, dan ruang latihan olahraga
c. Teritori Publik Teritori publik adalah tempat-tempat terbuka untuk umum. Pada prinsipnya, setiap orang diperkenankan untuk berada di tempat tersebut.
2.4. Hunian sebagai teritori ruang publik dan privat
Rumah sebagai ruang manusia untuk tinggal bersama dengan orang-orang di sekitarnya tentu memiliki area-area tertentu yang disebut ruang publik dan ruang privat. Ada bagian-bagian dalam rumah atau hunian yang ditujukan untuk kepentingan banyak orang dan ada pula ruang dimana hanya individu tertentu yang bisa mengaksesnya.
Carmona (2003:107) menjelaskan ruang publik adalah ruang dan penataannya yang berfungsi untuk mendukung dan memfasilitasi interaksi sosial yang dilakukan oleh orang banyak. Hal ini mungkin biasa kita jumpai dalam kehidupan rumah sebagai tempat bernaung. Meski tinggal bersama dengan satu keluarga, ada ruang-ruang
Universitas Indonesia
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
19
tertentu yang memang ditujukan untuk ruang publik keluarga atau tempat berkumpul bersama satu keluarga seperti ruang keluarga, ruang makan, dan ruang tamu. Sementara beberapa ruang dalam rumah memang ditujukan untuk area privat atau personal dimana hanya diri kita sendiri atau orang-orang terdekat saja yang boleh memasukinya. Misal pada keberadaan ruang tidur dan toilet.
Rumah sebagai tempat tinggal privat. Pengertian privasi terkait dengan manajemen pengaturan diri untuk membatasi diri baik dengan orang lain maupun dengan lingkungan sekitarnya. Privasi dapat dicapai melalui pencegahan terjadinya kontak dengan pihak lain dan dengan pengawasan terhadap teritori seseorang maupun kelompok. (Lang,1987:160) Hal ini semakin memperjelas peran rumah atau hunian sebagai yang memiliki teritori ruang publik dan privat di dalamnya.
2.5.
Perilaku Manusia terhadap Lingkungan
Manusia berada di dalam ruang, ruang didefinisikan dengan semua indera manusia menjadi tempat dan tempat dengan makna yang dalam dapat memiliki sense of place. Menurut Yi Fu Tuan (2001) “what begins as undifferentiated space becomes place as we got to know it better and enjoy it with the value” sebuah tempat menjadi ada ketika manusia mengetahui dan memberi makna pada sebagian ruang. Dan pada saat sebuah lokasi diberi sebuah identitas atau diberi nama, lokasi ini menjadi tempat dan terpisah dari ruang tak terdefinisi yang berada di sekelilingnya.
Rapoport dan O H.Summers (1994) memberikan pengertian perilaku sebagai kemungkinan sikap yang diambil dalam menganalisis pengaruh lingkungan fisik pada perilaku adalah Environment Determinism, yaitu pandangan yang beranggapan lingkungan fisik menentukan perilaku. Pada pandangan ini manusia dituntut mempunyai kemampuan adaptasi yang besar. Yang mempengaruhi proses tersebut adalah:
Universitas Indonesia
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
20
1. Possibilism, yaitu pandangan bahwa lingkungan fisik memungkinkan dan membatasi manusia melakukan kegiatan yang terutama didasarkan pada kriteria 2. Cognition (Pengenalan):merupakan sesuatu yang diperoleh dari kegiatan – kegiatan persepsi , imajinasi, berpikir, nalar (reasoning),pengambilan keputusan yang di pengaruhi oleh lingkungan fisik, lingkungan social, kebudayaan,stratifikasi, pengalaman dan pendidikan individu. 3. Perception (persepsi): merupakan hasil pengalaman (stimulus) lingkungan yang langsung dikaitkan dengan suatu arti/makna. 4. Motivation (alasan),yaitu sesuatu yang erat kaitannya dengan kondisi fisik psikologis individu yang bersifat energetic, keterangsangan, keterarahan. 5. Attitude, yaitu sikap atau pendirian hasil kognisi individu yang mempengaruhi motivasi dan tindakan perilakunya terhadap lingkungan.
Perilaku spasial adalah bagaimana orang memperlakukan lingkungan yang dilihat atau ditempatinya. Mulai dari ruang hingga lingkungan atau distrik dalam kota. Pendekatan terhadap perilaku manusia seperti yang diungkapan Marcella (2001:102). Dijelaskannya pula bahwa perilaku seseorang adalah fungsi dari motivasinya, affordances lingkungan, dan imagenya tentang dunia di luar persepsi langsung dan makna citra tersebut bagi orang yang bersangkutan. Manusia hidup dengan latar belakang yang berbeda, dibesarkan di lingkungan yang berbeda, mempunyai motivasi yang berbeda, melihat dan memperlakukan lingkungannya secara berbeda pula.
Teori fungsional dalam sosiologi yang diungkapkan Michelson (1970) dalam Moleski (1978) membahas suatu pendekatan yang memfokuskan bahasannya pada sistem budaya, sosial, kepribadian, dan lingkungannya sebagai dasar untuk mempelajari perilaku sosial. Michelson mengungkapkan bahwa subsistem mempunyai fungsi utama sebagai pemelihara hubungan internal dan eksternal dan kegunaan pada sebuah sistem sosial. Dia mengungkapkan bahwa subsistem budaya berfungsi untuk memelihara pola tindakan tertentu dan mengatur hubungan internal-eksternal bagi
Universitas Indonesia
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
21
seluruh sistem tindakan. Dijelaskannya pula budaya menempati posisi tertinggi dalam hierarki kontrol, diikuti oleh kelompok sosial, kepribadian, dan terakhir subsistem organismik lingkungan. Berdasar model ini, budaya yang merupakan sistem kepercayaan, tata nilai, simbol dan gaya yang menjadi karakteristik sekelompok orang, mengendalikan banyak perilaku manusia. Sikap seseorang sangat terkait dengan pola pikirnya. Dengan motivasi, dengan apa yang disukai, dan apa yang tidak disukainya, dengan faktor budaya dan kebiasaannya. Setiap orang mempunyai latar belakang yang berbeda, baik secara fisik, sosial, dan budaya. Perbedaan ini mempengaruhi cara lingkungan yang dihadapi oleh seseorang dan
bagaimana
lingkungan itu diperlakukan. Respon seseorang terhadap lingkungannya bergantung pada
bagaimana
individu
yang
bersangkutan
tersebut
mempersepsikan
lingkungannya. Salah satu hal yang dipersepsi manusia tentang lingkungannya adalah ruang di sekitarnya, baik ruang natural maupun buatan. Aspek sosialnya adalah bagaimana manusia berbagi dan membagi ruang dengan sesamanya.
Space is an abstract term for complex set of ideas. People in different cultures differ in how they divide up their world, assign values to its parts, and measure them (Yi Fu Tuan,2001:34)
2. 6. Hunian Bertingkat Rumah Susun
Berdasarkan hasil survey sosial ekonomi nasional 2004 badan pusat statistik, menyebutkan bahwa: terdapat 55 juta keluarga dari jumlah penduduk Indonesia sebesar 217,1 juta jiwa. Sebanyak 5,9 juta keluarga belum memiliki rumah untuk tinggal. Sementara setiap tahunnya terjadi penambahan kebutuhan rumah akibat penambahan keluarga baru sekitar 820.000 unit rumah.
Universitas Indonesia
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
22
Gambar 2.3 Peta daerah kumuh kota Jakarta Sumber:Makalah Permasalahan Pengelolaan rumah susun (2006)
Kebutuhan akan adanya tempat tinggal dengan lahan yang makin sempit mendorong pemerintah untuk memaksimalkan lahan yang tersedia untuk difungsikan sebagai tempat bermukim yang bisa menampung masyarakat kota sebanyak-banyaknya. Dari sinilah kemudian berangkat ide untuk pembangunan hunian secara vertikal yang bertujuan untuk memaksimalkan lahan sebagai tempat hunian.
Setiap warga Negara mempunyai hak untuk menempati dan/atau menikmati dan/atau memiliki rumah rumah yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi dan teratur. (Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 Tentang perumahan dan pemukiman Pasal 5 Ayat (1)
Universitas Indonesia
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
23
Gambar 2.4 Diagram kebutuhan hunian warga Jakarta Sumber: Makalah Permasalahan Pengelolaan rumah susun (2006)
Rumah Susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masingmasing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian, yang dilengkapi dengan bagian Bersama, benda bersama, dan tanah bersama. (Undang-Undang No.16 tahun 1985 tentang Rumah Susun)
Flat atau rumah susun digunakan secara umum untuk menggambarkan hunian bertingkat kelas bawah. Rumah susun sederhana sewa (Rusunawa), rumah susun yang disewakan untuk kalangan menengah bawah, yang bekerja di perkotaan, namun belum memiliki rumah sendiri. Pengguna menyewa dari pengelolanya.
Universitas Indonesia
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
24
Rusunami adalah istilah khusus di Indonesia, sebagai program Pemerintah dalam menyediakan rumah tipe hunian bertingkat untuk masyarakat menengah bawah. Rusunami bisa dimiliki melalui Kredit Pemilikan Apartemen (KPA) bersubsidi dari pemerintah, untuk kalangan masyarakat tertentu.
Gambar 2.5 Peta daerah persebaran rumah susun Sumber: Makalah permasalahan pengelolaan rumah susun. (2006)
Dengan perkembangan pertumbuhan penduduk di kota Jakarta yang sekaligus memunculkan problem akan tempat bermukim, tentunya menjadi masalah bagi masyarakat golongan menengah ke bawah yang merupakan mayoritas penduduk yang selama ini belum mendapat tempat tinggal yang layak. Untuk inilah rumah susun hadir sebagai upaya pemerintah untuk solusi kebutuhan berhuni masyarakat dengan golongan ekonomi menengah ke bawah
Universitas Indonesia
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
25
2. 7. Kehidupan Rumah Susun
Rumah Susun sebagai pemukiman tentunya memiliki kehidupan di dalamnya yang berisikan masyarakat dengan berbagai latar belakang. Hal ini tidak terlepas juga dari kenyataan bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa hidup berdampingan dan berinteraksi dengan sesamanya. “Kontak antara penghuni dengan lingkungannya menandakan bahwa manusia merupakan makhluk sosial. Ia tidak dapat hidup tanpa keberadaan ataupun bantuan dari manusia lain” (Sunarto, 2000:23)
Performance produces spatial form. Activities produce distinctive spatial forms. (Margareth Crawford,1999:19) Manusia dengan segala hal yang ada di sekitarnya di dunia ini saling berhubungan dalam membuat ruang yang mampu mendukung kegiatannya. Rumah sebagai salah satu bentuk ruang kehidupan bagi manusia tentunya juga memiliki segala aktifitas dan kontak sosial dalam kehidupan kesehariannya.
Interaksi sosial tersebut berasal dari kontak yang terjadi sebagai konsekuensi langsung dari pergerakan dan keberadaan manusia pada ruang yang sama (Jan Gehl, 1987). peran rumah sebagai tempat manusia menetap bersama juga memunculkan kemungkinan interaksi sosial di dalamnya, baik itu dengan anggota keluarganya, maupun dengan tetangganya. Suatu pemukiman bukan hanya mengandung arti sebagai suatu tempat, tetapi juga merupakan suatu kesatuan yang kompleks yang melibatkan berbagai unsur kebudayaan dan juga berkaitan dengan berbagai kegiatan manusia di dalamnya. “The integrity of each space, the preservation of its special, carefully specified environmental characterisitics, depends on the physical elements that provide
Universitas Indonesia
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
26
separation, insulation, access, and controlled transfer between domains” (Chermayeff dan Alexander, 1963:213).
Tinggal di rumah konvensional tentunya memiliki pengaturan ruang yang berbeda terkait dengan kebutuhan manusianya. Ada ruang-ruang dalam hunian yang memang difungsikan sebagai ruang publik dan ruang privat. Ruang-ruang itu memiliki fungsi dan tujuannya masing-masing. Dimana ruang publik hunian memang ditujukan sebagai ruang komunal atau berkumpul, baik dengan anggota keluarga maupun tetangga sekitar.
Gambar 2.6 Potongan skematik rumah hunian konvensional Sumber: dokumen pribadi
Sementara ruang privat dalam hunian terbatas hanya untuk individu-individu tertentu dalam hunian dan orang-orang terdekatnya. Pada bagian depan rumah konvensional, umumnya terdapat taman, teras, dan jalanan. Dimana bagian depan rumah tersebut merupakan ruang yang bersifat publik. Berbagai aktivitas bisa ditampung pada bagian depan rumah seperti berkumpul, bersosialisasi dengan orang-orang di sekitar hunian tersebut.
Universitas Indonesia
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
27
Gambar 2.7 Potongan skematik hunian vertikal Sumber: dokumen pribadi
Sementara pada kehidupan hunian vertikal. Terdapat keterbatasan ruang yang ada disebabkan karena keterbatasan lahan. Jika dibandingkan dengan rumah hunian konvensional, ada bagian depan dan belakang dalam rumah yang tidak tersediakan pada rumah susun. Misalnya pada bagian depan seperti taman dan area jalan hanya terdapat di lantai pertama. Meskipun secara aturan, taman dan jalan di lantai dasar merupakan area bersama, namun kendala jarak untuk mengakses bagi penghuni di lantai 2 dan seterusnya membuat rasa memiliki mereka untuk bagian depan ini terasa kurang. Sementara pada hunian di lantai 2, 3, dan seterusnya, ada bagian ruang depan seperti rumah konvensional yang tidak tersedia saat tinggal di rumah vertikal. Ruang depan yang biasanya berfungsi sebagai teras, halaman, taman, dan tempat bersosialisasi.
Tinggal di hunian vertikal ini membuat keberadaan ruang depan ini menjadi berbeda dengan rumah konvensional karena semua bagian ruang depan hunian ini adalah milik bersama atau komunal. Sementara jika dibandingkan dengan rumah konvensional, teras taman dan halaman merupakan bagian dari teritori sebuah hunian.
Universitas Indonesia
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
28
Gambar 2.8 Potongan skematik hunian vertikal Sumber: dokumen pribadi
Maka ada kebutuhan untuk pengakuan teritori yang tidak didapatkan oleh penghuni hunian vertikal yang tinggal di lantai 2 ke atas. untuk bagian belakang rumah yang biasanya digunakan sebagai area service untuk menjemur dan mencuci difasilitasi oleh balkon pada bagian belakang hunian rumah susun.
2.7.1 Selasar sebagai ruang publik rumah susun
Selasar atau koridor pada rumah susun yang berfungsi selain sebagai jalur akses dan sirkulasi manusia seakan menggantikan peran jalan pada rumah konvensional tempat manusia bertemu dan bersosialisasi dengan manusia lainnya. Selasar atau koridor merupakan jalur sirkulasi yang berperan penting pada bangunan rumah susun. Selasar berfungsi sebagai jalur akses yang menjembatani atau menghubungkan satu hunian dengan unit hunian lainnya yang terdapat dalam bangunan.
Universitas Indonesia
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
29
Gambar 2.9 selasar atau koridor sebagai jalur akses dalam bangunan Sumber: language of space, 2001:185)
Jalur sirkulasi bangunan rumah susun akan menentukan aliran atau arus pergerakan manusia dari masuk sampai keluar bangunan. Jalur sirkulasi merupakan jalur pergerakan manusia yang menghubungkan dari pintu masuk bangunan dan yang menghubungkan antar unit hunian dalam bangunan dan fasilitas lain dalam bangunan yang saling berkaitan. Salah satu yang dimaksud ke dalam sirkulasi bangunan adalah selasar atau koridor.
Rully (2008:10) mencoba menjelaskan kata selasar atau koridor yang dapat berarti: 1. Lorong dalam rumah; lorong yang menghubungkan antara suatu gedung dan gedung yang lain 2. Tanah (jalan) sempit yang menghubungkan daerah terkurung 3. Pada bangunan, koridor atau selasar dapat berarti jalan penghubung yang berupa lorong, menghubungkan sebuah ruangan ke ruangan-ruangan lainnya yang terdapat pada bangunan tersebut.
Carmona (2003:107) mengungkapkan ruang publik adalah ruang yang penataannya berfungsi untuk mendukung dan memfasilitasi interaksi sosial yang dilakukan oleh orang banyak. Hal ini menunjukkan peran selasar yang berlaku sebagai ruang publik bagi penghuni yang mendiami bangunan rumah susun. Namun ternyata keberadaan
Universitas Indonesia
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
30
selasar ini juga memicu perlakuan berbeda dari penghuninya dalam menyikapi keterbatasan ruang yang ada dalam hunian vertikal dengan unit hunian dengan lahan yang terbatas.
Gambar 2.10 Potongan skematik jalur selasar hunian vertikal Sumber: dokumen pribadi
Manusia hidup senantiasa membutuhkan ruang-ruang dalam hidupnya. Hunian sebagai kebutuhan dasar tempat manusia membutuhkan ruang untuk bernaung dan menetap tentunya memiliki teritori-teritori sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia, seperti ruang publik dan privat. Namun ada kalanya terjadi pergeseran kebutuhan ruang terjadi dalam ruang berhuni manusia. Perubahan ini erat kaitannya dengan penghuninya sebagai aktor utama atas terjadinya pergeseran tersebut. Salah satu ruang publik yang sering mengalami pergeseran tersebut adalah ruang selasar. Manusia selalu berusaha beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Dimana faktor yang turut mempengaruhi manusia dalam melakukan pergeseran ruang publik dalam hunian tersebut adalah:
1. Latar belakang penghuni (ekonomi, sosial, budaya) 2. Penggunaan keseharian ruang selasar tersebut bagi penghuni
Universitas Indonesia
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
31
BAB 3 STUDI KASUS DAN ANALISIS
Kriteria Studi Kasus: rumah susun sederhana (rusuna) yang dibangun perumnas dengan sasaran masyarakat golongan ekonomi menengah ke bawah. Pengambilan dua buah studi kasus ini berdasarkan rumah susun dengan bentuk selasar yang terintegrasi dan yang berada pada luar bangunan. Pada studi kasus ini, hal-hal yang akan dibahas adalah mengenai latar belakang penghuninya, kebiasaan mereka bertinggal, dan bagaimana cara mereka menggunakan ruang selasar dalam keseharian mereka.
3.1 Rumah Susun Klender
3.1.1. Gambaran Umum
Gambar 3.1 Blok hunian rumah susun Klender Sumber:dokumentasi pribadi
Rumah susun Klender merupakan komplek hunian vertikal yang terletak di jalan I Gusti Ngurah Rai kelurahan Malaka Jaya, Kecamatan Penggilingan, Jakarta Timur. Rumah susun ini dibangun pada tahun 1983 dengan tujuan pemerintah adalah memberikan fasilitas kebutuhan bernaung warga Jakarta, terutama dengan golongan ekonomi menengah ke bawah. Dari masa awal selesai pembangunannya sampai sekarang, rumah susun klender ini berhasil menampung sebagian warga kota Jakarta
Universitas Indonesia
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
32
yang membutuhkan tempat untuk tinggal. untuk akses, rusun klender ini dinilai cukup strategis karena lokasinya yang berseberangan dengan Jalan I Gusti Ngurah Rai yang merupakan jalur transportasi angkutan umum mikrolet dan metromini. Di jalan ini juga terdapat stasiun Klender dan Stasiun Cakung.
Gambar 3.2 Daerah sekitar blok hunian rumah susun Klender Sumber:dokumentasi pribadi
Gambar 3.3 Foto udara 78 blok hunian rumah susun Klender Sumber:Google Earth
Berdasarkan data statistik Persatuan Pengurus Rumah Susun Klender (PPRSK) komplek hunian rusun klender ini terdiri dari 78 blok yang terdiri dari 1280 Kepala Keluarga (KK) yang terbagi dalam 3 Rukun Warga (RW) yaitu RW 01 Malaka Jaya, RW 01 Malaka Sari dan RW 02 Malaka Sari. Untuk memperkecil ruang lingkup penelitian ini, studi kasus diambil 3 blok hunian rumah susun yang terdiri dari 2 Rukun Tetangga yaitu RT 01 dan RT 02 kelurahan Malaka Sari.
Universitas Indonesia
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
33
Gambar 3.4 Foto udara Blok Rumah susun Klender RT 01 dan 02 Sumber:Google Earth
Gambar 3.5 Site plan 3 blok rumah susun Klender RT 01 dan 02 Sumber:dokumen pribadi
Universitas Indonesia
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
34
Warna biru menandakan luasan blok hunian untuk area rumah susun, dimana blok hijau menandakan peruntukan lahan untuk ruang terbuka hijau. Area hitam menunjukkan daerah jalan dan akses yang sering juga dijadikaan area untuk parkir kendaran. Peruntukan lahan untuk 3 blok rumah susun bisa dilihat dari gambar 3.5
Gambar 3.6 Area Jalan dan taman Blok Rumah susun Klender RT 01 dan 02 Sumber:dokumentasi pribadi
3.1.2. Deskripsi Fisik
3.1.2.1. Fasad Bangunan
Fasad bangunan dari rumah susun berumur lebih dari 20 tahun ini menampakkan dinding bangunan yang sudah berwarna kehitaman, hal ini menunjukkan bangunan rumah susun cenderung tidak terawat dan terkesan kumuh. Dimana bagian belakang rumah susun yang ditujukan untuk area servis menjemur juga terlihat semrawut. Selain itu, kondisi rumah susun klender ini memang terlihat memprihatinkan. Hal ini terlihat dari bentuk fisik bangunan yang cat bangunannya sudah mengelupas dan menampakkan dinding yang kehitaman, selain itu jendela dan selasar tangga juga dijadikan tempat menjemur pakaian sehingga membuat rusun klender ini makin terlihat berantakan. Di beberapa bagian dari rusun klender ini juga terlihat tempat sampah yang tidak terawat dengan sampah yang berceceran di sekitarnya.
Universitas Indonesia
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
35
Gambar 3.7 bagian belakang dan depan blok hunian Rumah susun Klender Sumber:dokumentasi pribadi
Kendaraan biasa diparkirkan warga rusun ini di jalan-jalan sekitar rumah susun, hal ini menyebabkan berkurangnya area jalan yang seharusnya untuk akses menjadi tempat parkir.
3.1.2.2. Denah Hunian Unit hunian rumah susun Klender ini merupakan tipe 36 dengan luasan unit huniannya kurang lebih 36 m2. Luasan ruangannya adalah 6 m x 6 m dimana pada unit hunian tersebut tentunya memiliki pembagian ruang yang berbeda-beda masingmasing penghuninya.
Gambar 3.8 denah dua buah satuan unit hunian rumah susun klender Sumber:dokumen pribadi
Universitas Indonesia
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
36
Pada bagian depan dari rumah susun ini berbatasan langsung dengan wilayah koridor atau tangga selasar sebagai jalur akses penghuni dalam blok hunian yang sama. Wilayah ruang publik selasar pada denah ditunjukkan dengan warna merah
3.1.2.3. Ruang Selasar
Gambar 3.9 tampak depan 1 blok hunian area rumah susun klender Sumber: dokumen pribadi
Selasar pada bangunan rumah susun klender ini merupakan selasar yang menghubungkan unit-unit hunian per lantainya. Umumnya hanya terdapat tangga dan ditujukan untuk jalur akses penghuninya untuk mencapai unit huniannya. Namun kenyataannya tidak selamanya ruang selasar pada rumah susun ini hanya berlaku sebagai ruang akses. Bangunan rumah susun ini memiliki 4 lantai dengan setiap selasar menghubungkan 2 unit hunian per lantainya. Selasar pada bangunan rumah susun ini bersifat outdoor atau berada terpisah dari bangunan rumah susun ini.
Universitas Indonesia
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
37
Gambar 3.10 perspektif selasar blok hunian area rumah susun klender Sumber: dokumen pribadi
3.1.3. Latar Belakang Penghuni
Pengambilan data untuk mengetahui latar belakang penghuni dilakukan dengan metode kuesioner dan wawancara dengan penghuni rumah susun. Kuesioner dibagikan kepada 30 orang kepala keluarga (KK). Sampel 30 orang diambil dengan mengambil 10% dari total jumlah kepala keluarga pada 4 blok hunian rumah susun yang berjumlah 300 KK.
Di atas 2 juta Di bawah 2 juta
Diagram 3.1 Biaya pengeluaran sampel KK penghuni rumah susun Klender perbulannya
Universitas Indonesia
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
38
untuk latar belakang ekonomi, berdasarkan hasil kuesioner yang dibagikan kepada 30 orang kepala keluarga (KK), sebanyak 21 orang atau 70% KK memiliki pengeluaran perbulannya kurang dari 2 juta rupiah perbulannya. Sementara sisanya sebanyak 9 orang atau 30% kepala keluarga (KK) memiliki pengeluaran perbulannya lebih dari 2 juta rupiah. Hal ini menunjukkan mayoritas penghuni rumah susun adalah golongan ekonomi menengah ke bawah. Untuk mata pencahariannya, ada yang bekerja sebagai pedagang, buruh pabrik, pegawai pemerintah, pegawai swasta, sampai pensiunan pegawai negeri. Mereka pun berasal dari berbagai suku bangsa di Indonesia, ada yang berasal dari jawa, batak, minang, betawi dan lain-lain.
sebatas kenal sekedar menyapa saling mengobrol
Diagram 3.2 Tingkat kedekatan sosial penghuni rumah susun Klender
Sementara untuk hubungan sosial antar penghuni, berdasarkan hasil kuesioner yang dibagikan kepada 30 orang, sebanyak 80% kepala keluarga atau 24 orang yang mengaku sudah mengenal akrab satu sama lain dengan tetangganya. Sisanya sebanyak 10% atau 3 orang mengaku hanya sebatas menyapa. Dan 10% lainnya atau 3 orang lagi mengaku hanya sebatas mengenal tetangganya. kebiasaan mereka berkumpul adalah di area taman dan pos jaga di lantai dasar bangunan rumah susun. Hal ini biasanya dilakukan bapak-bapak pada saat malam hari dan akhir pekan.
Universitas Indonesia
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
39
di atas 20 tahun antara 10-20 tahun di bawah 10 tahun
Diagram 3.3 Jangka waktu menetap penghuni rumah susun Klender
Penghuni di rumah susun ini sudah tinggal cukup lama di lingkungan rumah susun ini, sebanyak 21 orang atau 70% mengaku sudah bertempat tinggal di rumah susun Klender ini sejak tahun 1980an atau sudah lebih dari 20 tahun. Sebanyak 6 orang atau 20% dari KK mengaku sudah tinggal atau menetap di rumah susun ini antara 10-20 tahun, dan sisanya sebanyak 3 orang atau sekitar 10% KK mengaku bertempat tinggal di rumah susun Klender ini kurang dari 10 tahun. Hal ini menunjukkan mayoritas penghuni lingkungan rumah susun ini sudah bertempat tinggal cukup lama membuat mereka sudah saling mengenal satu sama lain antar penghuni.
Jadi bisa diambil kesimpulan latar belakang penghuni rumah susun Klender ini mayoritasnya adalah penghuni yang sudah lama menetap di lingkungan rumah susun klender ini. Kebanyakan dari mereka adalah penghuni generasi awal yang menghuni rumah susun sebagai konsep pemukiman baru di Indonesia yang pertama kali dibangun pada periode awal 1980an. Kebanyakan dari mereka memiliki kebiasaan berhuni yang masih erat dengan kebiasaan berhuni rumah konvensional.
Universitas Indonesia
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
40
2.1.4
Ruang selasar rumah susun Klender
Manusia selalu membutuhkan ruang dalam hidupnya. Masing-masing dari mereka membutuhkan ruang-ruang untuk melakukan kegiatannya yang berbeda-beda pula. Namun, ada kalanya kegiatan yang mereka lakukan pun sama dengan yang lainnya. Terkadang tinggal di lahan yang terbatas dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi membuat beberapa kebutuhan saling berbenturan. Hal seperti inilah biasa kita jumpai dalam kehidupan rumah susun.
Ruang selasar rumah susun klender ini merupakan suatu ruang publik. Di dalamnya terdapat kepentingan umum dan seharusnya tidak dimiliki oleh siapa pun. Ruang publik merupakan ruang yang di dalamnya setiap orang mendapatkan hak kebebasan yang sama untuk mengalami ruang tersebut. Namun ternyata hal itu tidak selamanya berjalan seperti itu. Hal tersebut terlihat dalam kegiatan yang dilakukan dan perilaku (behavior) yang ditunjukkan oleh orang-orang yang mengisi ruang selasar rumah susun ini. Kegiatan dan perilaku dari seorang individu mempengaruhi orang lain yang juga mengisi ruang selasar tersebut.
Dari studi kasus rumah susun klender ini, memang terlihat bahwa mayoritas penduduknya merupakan penghuni yang sudah lama sekali tinggal bersama di lingkungan rumah susun ini. Mayoritas dari mereka sudah bertempat tinggal di lingkungan ini sudah lebih dari 20 tahun.
Universitas Indonesia
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
41
Gambar 3.11 pot tanaman pada selasar rumah susun Klender Sumber:dokumentasi pribadi
Mereka mengadaptasi area dengan apa yang disebut kebutuhan teritori dalam kehidupan berhuni mereka pada ruang selasar rumah susun klender ini, hal yang paling terlihat adalah pada penempatan pot-pot tanaman yang terlihat hampir pada semua unit hunian rumah susun ini. Hal ini kemungkinan disebabkan karena kebutuhan akan adanya teritori teras dan taman pada hunian vertikal ini. Meski mengakui bahwa menempatkan barang pribadi dalam area koridor atau selasar rumah susun merupakan pelanggaran, namun tinggal selama 20 tahun lebih pada rumah susun ini juga membuat rasa kekeluargaan diantara mereka menjadi cukup dekat, sehingga mereka mentoleril atau memaklumi apa yang dilakukan oleh penghuni lain. Selain itu ketika mereka melihat terdapat toleransi dengan menempatkan barang pribadi dalam area koridor, penghuni yang sebelumnya tidak melakukan hal tersebut pun ikut melakukan intervensi ruang publik selasar tersebut. Selain meletakkan pot tanaman pada lingkungan selasar rumah susun ini, terdapat pula penghuni yang menempatkan barang-barang pribadinya. Untuk hal ini, menempatkan barang pribadi pada selasar memang membuat jalur sirkulasi manusia untuk akses menjadi terganggu. Sisi positifnya adalah keberadaan perabotan pribadi pada selasar rumah susun ini dapat membuat unit huniannya terasa lebih lapang, namun kembali lagi,
Universitas Indonesia
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
42
keberadaan benda-benda ini pada jalur sirkulasi membuat ruang selasar menjadi terlihat kumuh dengan penataan barang-barang yang bukan pada tempatnya.
Gambar 3.12 penempatan barang pribadi pada selasar rumah susun Klender Sumber:dokumentasi pribadi
Hal ini diperparah juga dengan kebiasaan penghuni untuk menjemur pakaian di area selasar rumah susun ini, sisi positifnya bagi penghuni adalah membuat jemuran mereka menjadi lebih cepat kering. Namun keberadaan jemuran pada area selasar membuat lingkungan rumah susun terlihat tidak teratur. Belum lagi air jemuran cucian yang menetes di selasar membuat area selasar menjadi kerap becek dan tidak nyaman.
Selain itu, beberapa penghuni juga menempatkan kandang burung pada area koridor depan blok huniannya. Menempatkan kandang burung ini adalah hal yang biasanya dilakukan warga pad ataman atau teras depan rumahnya, namun, ketika tidak terdapat adanya teritori teras atau halaman pada unit huniannya, mereka mengadaptasikannya dengan menempatkannya pada selasar atau koridor di depan blok huniannya.
Universitas Indonesia
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
43
Gambar 3.13 Penempatan kandang burung pada selasar Rumah susun Klender (sumber:dokumentasi pribadi)
Menempatkan kandang burung pada koridor tentu memiliki dampak terhadap lingkungan sekitarnya, dampak itu ada yang bersifat positif dan ada pula yang negatif. Dampak positifnya adalah penghuni rumah susun dapat merasakan bunyi kicauan
burung
dan
merasakan
atmosfer
perasaan
dekat
dengan
alam,
dikombinasikan dengan keberadaan pot-pot tanaman di koridor blok huniannya. Namun dampak negatifnya adalah menempatkan kandang burung pada koridor tentu membutuhkan area lahan publik selasar yang sejatinya ditujukan sebagai jalur akses dan sirkulasi. Hal ini tentunya mengganggu sirkulasi penghuni lain yang ingin melalui jalur tersebut. Selain itu, keberadaan kandang burung tersebut tentunya menimbulkan bau yang tidak sedap bagi lingkungan sekitarnya, apalagi jika kandang burung ini tidak rajin dibersihkan. kotorannya ini juga dapat membuat kotor daerah selasarnya dan makin membuat lingkungan rumah susun ini makin kumuh dan dapat membuat penghuninya rawan terkena penyakit.
Dari hasil studi kasus rumah susun klender ini, terdapat hubungan antara penghuninya dengan intervensi ruang publik selasar ini, pada masyarakat dengan golongan ekonomi menengah ke bawah. Dimana kebanyakan dari mereka sudah
Universitas Indonesia
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
44
tinggal selama 20 tahun lebih di lingkungan rumah susun ini, masyarakatnya pun relatif sudah saling mengenal satu sama lain. Faktor sosial kedekatan antar penghuni terbilang cukup erat. Meski begitu, pada ruang publik selasar rumah susun ini, ditemukan perilaku intervensi ruang privat yang cukup banyak. Hal ini disebabkan oleh berbagai hal seperti kurangnya ruang teritori yang mereka butuhkan dalam hunian mereka yang mereka tinggali sekarang.
Sudah tinggal bersama untuk kurun waktu yang cukup lama bagi mereka, membuat mereka memaklumi kesalahan yang dilakukan tetangganya. Selain itu, keadaan ini juga memicu terjadinya proses perulangan oleh penghuni lain. Perilaku yang dilakukan di suatu waktu akan menghasilkan suatu ruang dengan pengalaman tertentu, dan akan memberikan pengaruh tertentu bagi orang dan lingkungan yang ada di sekitar pelaku dan ruangnya tersebut.
Universitas Indonesia
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
45
3.2 Rumah Susun Pulogebang
3.2.1. Gambaran Umum
Gambar 3.14 blok hunian rumah susun Pulogebang Sumber:www. perumnas.co.id
Rumah susun pulogebang merupakan proyek pemerintah yang dibangun
untuk
menyikapi pesatnya pertumbuhan penduduk di daerah Jakarta. Rusunawa Pulogebang berlokasi di Jalan Raya Cakung Timur, Jakarta Timur. Dibangun di atas lahan Perumnas dan dikelola oleh Perumnas pula. Hingga saat ini, total lahan yang telah terpakai untuk pembangunan Rusunawa Pulogebang ini, adalah seluas 3000 meter persegi.
Gambar 3.15 peta lokasi rumah susun pulogebang Sumber:www. perumnas.co.id
Rusunawa Pulogebang ini terdiri dari 2 blok kembar dan masing-masing blok terdiri dari 5 lantai, memiliki 192 unit hunian, dan 48 unit usaha dengan tipe 21 yang diberi
Universitas Indonesia
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
46
nama blok Seruni I, II, III dan Seruni IV. Total kepala keluarga (KK) dalam rumah susun Pulogebanng ini berjumlah sekitar 178 KK.
Gambar 3.16 site plan dan zoning area Rumah susun Pulogebang Sumber: arsip gambar kerja rusunawa regional pulogebang
Gambar site plan memperlihatkan area berwarna hijau sebagai area yang diperuntukkan untuk area terbuka hijau di lantai dasar. Sementara area merah merupakan zona parkir untuk penghuni dalam rumah susun pulogebang ini, area coklat menunjukkan area lahan untuk unit hunian rumah susun.
Gambar 3.17 area parkir motor pada komplek Rumah susun Pulogebang Sumber:dokumentasi pribadi
Universitas Indonesia
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
47
Gambar menunjukkan area parkir untuk sepeda motor dan sepeda. Area parkir berbentuk shelter yang selalu dikunci setiap malamnya oleh petugas keamanan. Hanya terdapat satu buah area parkir motor di lingkungan rumah susun ini
Gambar 3.18 area taman pada komplek Rumah susun Pulogebang Sumber:dokumentasi pribadi
Gambar menunjukkan area hijau atau taman yang terdapat di sekitar blok hunian lantai dasar. Taman ini ada di sekeliling blok rumah susun seruni 1 sampai seruni 4. Sementara di bagian tengah dari rumah susun pulogebang ini, digunakan sebagai tempat parkir mobil.pengguna mobil disini umumnya adalah pegawai kantor pengelola rumah susun pulogebang ini. Penghuni rumah susun yang memiliki mobil ada beberapa yang memiliki namun tidak terlalu banyak. Sementara pada lantai dasar rumah susun pulogebang ini digunakan sebagai kantor pengelola dan unit usaha untuk disewakan. Tidak ada bagian lantai dasar yang digunakan sebagai unit hunian.
Gambar 3.19 area parkir dan unit usaha pada komplek Rumah susun Pulogebang Sumber:dokumentasi pribadi
Universitas Indonesia
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
48
3.2.2. Deskripsi Fisik
3.2.2.1 Fasad Bangunan Rumah susun ini selesai dibangun pada tahun 2000, yang berarti bangunan ini berumur kurang lebih 10 tahun saat tulisan ini dibuat. Dilihat dari penampilan luarnya, rumah susun pulogebang ini memang masih cukup terawat dan tidak terlalu kumuh jika dibandingkan dengan rumah susun Klender. Hal ini terlihat dari kondisi
Gambar 3.20 tampak depan Rumah susun Pulogebang Sumber: arsip gambar kerja rusunawa regional pulogebang
Gambar tampak menunjukkan tampak depan bangunan rumah susun pulogebang ini. Terdapat 5 lantai dimana unit hunian berada pada lantai 2 sampai lantai 4. Gambar potongan menunjukkan 2 blok bangunan rumah susun pulogebang ini. Dimana selasar/ koridor penghubung antar unit hunian rumah susun ini terintegrasi dalam bangunan atau bersifat indoor
Universitas Indonesia
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
49
. Gambar 3.21 bagian depan hunian Rumah susun Pulogebang Sumber: dokumentasi pribadi
Gambar 3.22 bagian belakang hunian Rumah susun Pulogebang Sumber: dokumentasi pribadi
Gambar menunjukkan bagian belakang dari rumah susun pulogebang ini, dimana terdapat balkon yang berfungsi sebagai area servis kebutuhan penghuni seperti mencuci dan menjemur pakaian.
Universitas Indonesia
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
50
3.2.2.2 Denah Hunian
Satuan unit hunian pada rumah susun Pulogebang ini merupakan tipe 21 dimana luasan kira-kira 21m2 dengan dimensi 7 m x 3 m. Unit hunian ini memiliki satu ruang utama, satu kamar mandi, satu dapur, dan satu ruang jemuran.
Gambar 3.23 denah hunian rumah susun Pulogebang Sumber: dokumentasi pribadi.
Pada bagian depan dari rumah susun ini berbatasan langsung dengan wilayah koridor atau selasar sebagai jalur akses penghuni dalam blok hunian yang sama 3.2.2.3. Ruang selasar
Ruang selasar rumah susun pulogebang ini terintegrasi dengan bangunan. Dimana selasar untuk jalur akses penghuni dalam bangunan rusun ini bersifat memanjang
Universitas Indonesia
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
51
Gambar 3.24 denah tipikal Rumah susun Pulogebang Sumber: arsip gambar kerja rusunawa regional Pulogebang
Gambar 3.25 potongan Rumah susun Pulogebang Sumber: arsip gambar kerja rusunawa regional Pulogebang
3.1.3. Latar Belakang Penghuni
Pengambilan data untuk mengetahui latar belakang penghuni dilakukan dengan metode kuesioner dan wawancara dengan penghuni rumah susun. Kuesioner dibagikan kepada 30 orang kepala keluarga (KK). Sampel 30 orang diambil dengan
Universitas Indonesia
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
52
mengambil lebih dari 10% dari total jumlah kepala keluarga pada 4 blok hunian rumah susun yang berjumlah 168 KK.
Di atas 2 juta Di bawah 2 juta
Diagram 3.4 pengeluaran penghuni rumah susun pulogebang perbulannya
Latar Belakang ekonomi penghuni dari hasil kuesioner menunjukkan bahwa mayoritas penghuni di rumah susun pulogebang ini adalah golongan menengah ke bawah. Hal ini terlihat dari 24 orang atau 80% dari kepala keluarga penghuninya yang memiliki pengeluaran per bulannya kurang dari 2 juta. Sementara sisanya sebanyak 6 orang atau 20% KK memiliki biaya pengeluaran di atas 2 juta rupiah per bulannya. Mata pencaharian mereka umumnya adalah pedagang, buruh, dan pegawai negeri.
sebatas kenal sekedar menyapa saling mengobrol
Diagram 3.5 tingkat kedekatan sosial penghuni rumah susun Pulogebang
Sementara untuk hubungan sosial penghuninya, penghuni rumah susun pulogebang ini kebanyakan hanya sebatas mengenal dan sekedar menyapa, sebanyak 15 KK atau Universitas Indonesia
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
53
50% dari penghuninya mengaku hanya sebatas mengenal tetangga sekitarnya, sebanyak 9 KK atau sekitar 30% dari penghuninya hanya sebatas sekedar menyapa jika bertemu, dan hanya sebanyak 6 KK atau sekitar 20% yang gemar saling mengobrol dan berkumpul jika ada kesempatan.
di atas 5 tahun di bawah 5 tahun
Diagram 3.6 Jangka waktu menetap penghuni rumah susun Pulogebang
Sementara untuk waktu lama mereka tinggal di rumah susun pulogebang ini, mayoritas merupakan penghuni baru dengan 27 KK atau 90% penghuninya memiliki waktu lamanya tinggal kurang dari 5 tahun. Sisanya sebanyak 3 KK atau 10% penghuninya telah tinggal lebih dari 5 tahun
3.2.4
Ruang selasar rumah susun Pulogebang
Ruang selasar rumah susun merupakan suatu ruang publik. Di dalamnya terdapat kepentingan umum dan seharusnya tidak dimiliki oleh siapa pun. Ruang publik merupakan ruang yang di dalamnya setiap orang mendapatkan hak kebebasan yang sama untuk mengalami ruang tersebut. Namun ternyata hal itu tidak selamanya berjalan seperti itu. Hal tersebut terlihat dalam kegiatan yang dilakukan dan perilaku (behavior) yang ditunjukkan oleh orang-orang yang mengisi ruang selasar rumah susun ini. Kegiatan dan perilaku dari seorang individu mempengaruhi orang lain yang juga mengisi ruang selasar tersebut.
Universitas Indonesia
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
54
Privatisasi dilakukan orang-orang pada ruang publik oleh sebagian orang untuk memenuhi kebutuhan personalnya. Privatisasi dapat dilakukan dengan berbagai cara yang membuat kualitas ruang publik berkurang karena adanya intervensi dari kebutuhan personal sebagian orang. Hal-hal ini juga bisa kita jumpai pada selasar dalam rumah susun.
Salah satu kegiatan privatisasi ruang selasar yang sering dilakukan oleh penghuni rumah susun adalah menempatkan barang-barang pribadinya ke daerah koridor atau selasar. Sebagaimana aturan dari pengelola rumah susun. Menempatkan barang pribadinya pada ruang selasar adalah sebuah pelanggaran atau menyalahi aturan yang telah dibuat. Namun, dalam prakteknya hal itu tetap masih dilakukan dan tidak ada tindakan tegas dari pihak pengelola.
Gambar 3.26 penempatan barang pribadi pada area selasar Rumah susun Pulogebang Sumber: dokumentasi pribadi
Jika dilihat dari alasan orang-orang penghuninya mengapa masih melakukan hal tersebut, jawabannya cukup bervariasi. Ada yang menjawab karena kebutuhan untuk menaruh barang pribadinya di selasar dapat membuat unit huniannya terasa lebih luas. Penghuni menempatkan meja, kursi, dan perabotan lainnya yang seharusnya ditempatkan ke selasar atau koridor membuat peran koridor atau selasar yang tadinya berfungsi sebagai ruang akses menjadi daerah extension atau perpanjangan ruang dari Universitas Indonesia
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
55
unit huniannya. Hal ini juga membatasi tetangganya untuk menjangkau ruang selasar yang sudah diintervensi oleh barang-barang tersebut karena merasa daerah itu adalah daerah pribadi atau personal tetangganya, meskipun seharusnya tidak.
Gambar 3.27 penempatan jemuran pada area selasar Rumah susun Pulogebang Sumber: dokumentasi pribadi
Ada juga penghuni lain yang memanfaatkan ruang selasarnya untuk menjemur pakaian. Alasan mereka melakukan kegiatan ini adalah agar pakaian yang dijemur dapat kering lebih cepat dibandingkan menjemur di balkon sebagai ruang jemur yang sudah disediakan dari pihak rumah susun. Privatisasi ruang selasar dengan menjemur pakaian basah ini selain mengurangi ruang publik yang ada pada selasar juga dapat mengurangi venustas atau keindahan bangunan. Karena selain tidak enak dipandang mata. Air cucian hasil jemuran dapat jatuh dan mengalir ke koridor yang membuat selasar menjadi becek dan kotor sehingga menyebabkan ruang selasar menjadi tidak nyaman.
Ada juga penghuni yang melakukan privatisasi ruang selasar dengan menaruh potpottanaman. Hal ini biasanya dimaksudkan agar hunian mereka terasa lebih asri dan hijau. Kebiasaan ini juga mungkin disebabkan tempat tinggal lama mereka yang
Universitas Indonesia
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
56
terbiasa tinggal di rumah-rumah konvensional yang memiliki halaman, taman, dan lain-lain. Sementara tinggal di rumah susun dengan keterbatasan lahan membuat mereka mengadaptasikan pola hidup atau bermukim dengan menyediakan pot-pot taman di halaman rumah mereka. Dalam rumah susun ini, berarti selasar.
Gambar 3.28 penempatan pot tanaman pada area selasar Rumah susun Pulogebang Sumber: dokumentasi pribadi
Meskipun mereka mengetahui bahwa apa yang mereka lakukan itu melanggar tata tertib dan aturan yang ada dalam rumah susun, namun dalam prakteknya hal ini terus terjadi di lingkungan mereka. Penempatan barang-barang pribadi dalam ruang selasar atau privatisasi lahan ini pun menjadi hal yang lumrah.
Meskipun terjadi privatisasi pada ruang publik selasar ini, ada kalanya justru privatisasi ini membuka kemungkinan akan adanya interaksi dengan tetangganya. Sebagai contoh, ketika menempatkan kursi dan meja pada selasar rumah susun, perabotan tersebut memunculkan kemungkinan untuk duduk dan saling bertukar pikiran dengan tetangganya. Hal ini terkait juga dengan affordances lingkungan. Manusia itu makhluk yang kreatif, mereka selalu melihat kemungkinan lain yang ditawarkan dari ruang-ruang di sekitarnya untuk melakukan kegiatan-kegiatan lain. Tidak dapat dielakkan juga, bahwa apa yang kita lakukan terhadap ruang sekitar dapat mempengaruhi tindakan orang-orang lain di sekitar kita yang berada pada ruang
Universitas Indonesia
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
57
public yang sama. Ketika menjumpai tetangga atau penghuni rumah susun lain yang melakukan privatisasi ruang publik selasar. Terdapat juga persepsi pada pikiran bahwa apa yang dilakukan itu merupakan suatu hal yang lumrah atau wajar, sehingga mendorong penghuni lain untuk melakukan privatisasi yang sama.
Gambar 3.29 area tangga selasar rumah susun Pulogebang Sumber: dokumentasi pribadi
Hal lain yang menyebabkan adanya privatisasi ruang publik selasar ini adalah adanya kebutuhan akan ruang-ruang dalam unit hunian yang belum terakomodir atau terpenuhi dengan adanya keterbatasan lahan hunian untuk tinggal. Misal ketika tinggal di rumah konvensional, orang-orang selalu memiliki ruang-ruang seperti halaman, ruang tamu, teras, gudang, taman dan lain-lain. Namun dengan tinggal di rumah susun dengan lahan yang terbatas, ada kebutuhan ruang yang tidak terpenuhi dengan tidak adanya teras, beranda, ruang jemur, gudang dan lain-lain. Hal ini mendorong penghuni rumah susun untuk berpikir bagaimana menyesuaikan kondisi rumah ideal yang dibutuhkan untuk hunian ke lingkungan rumah susun sehingga menimbulkan apa yang disebut dengan privatisasi pada ruang publik selasar ini.
Universitas Indonesia
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
58
Dari dua buah studi kasus rumah susun yang terdapat pada bab sebelumnya, memang terlihat adanya bentuk intervensi ruang privat ke dalam ruang publik selasar. Meski masing-masing menunjukkan sisi positif dan negatif, hal ini menunjukkan bahwa ada kebutuhan manusia akan teritori yang belum terpenuhi dengan tinggal di unit hunian vertikal rumah susun.
Hal yang ditemukan pada keseharian kehidupan rumah susun ini tentunya terkait dengan pola hidup dan latar belakang penghuninya sebagai pelaku utama yang tinggal di rumah susun tersebut. Berbagai faktor turut mempengaruhi perlakuan manusia terhadap ruang tersebut mulai dari faktor fisik seperti kebutuhan akan ruang yang tidak terpenuhi dalam bertinggal maupun faktor non fisik seperti latar belakang ekonomi, sosial, budaya, dan kebiasaan bertinggal penghuninya. Pada studi kasus pertama rumah susun klender, dimana selasarmya bersifat outdoor atau berada di luar bangunan dan hanya bersifat jalur akses vertikal saja, ditemukan lebih banyak intervensi ruang privat di ruang publik selasar tersebut.
Sementara pada studi kasus kedua rumah susun Pulogebang, perlakuan intervensi ruang privat ke ruang publik selasar yang ditemukan memang tidak sebanyak yang ditemukan pada rumah susun Klender. Hal ini disebabkan juga oleh bentuk fisik selasar atau koridornya yang sudah terintegrasi dengan bangunan rumah susun dan sudah mengakomodir beberapa kebutuhan teritori hunian penghuninya seperti sudah tersedianya kebutuhan akan ruang hijau dalam bangunan yang terakomodasi pada keberadaan pot-pot tanaman yang terintegrasi pada bangunan. Meski begitu, masih terdapat pula bentuk intervensi ruang publik selasar dengan penempatan perabotan meja dan kursi di depan unit hunian yang berlaku layaknya teras atau halaman.
Kebutuhan untuk bertinggal penghuni rumah susun meningkat setelah kebutuhan dasar mereka terpenuhi akan adanya tempat berlindung. Setelah kebutuhan dasar mereka terpenuhi, mereka mencoba meningkatkan kebutuhan bertinggal mereka dengan memenuhi kebutuhan lain yang mungkin diadakan yaitu dengan Universitas Indonesia
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
59
mengadaptasi konsep “rumah” versi mereka yang mengakibatkan pergeseran fungsi ruang publik selasar tersebut. Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan Maslow tentang kebutuhan manusia.
Studi Kasus 1
Studi Kasus 2
Umur bangunan
Lebih dari 20 tahun
Kurang lebih 10 tahun
Interaksi sosial penghuni
Senang
berkumpul
dan Sebatas mengenal
mengobrol Pengeluaran kepala
Mayoritas kurang dari 2 Mayoritas kurang dari 2
keluarga per bulannya
juta per bulan
juta per bulan
Pengalaman bertinggal di
Sama sekali tidak ada
Sebagian ada yang pernah,
hunian vertikal
mayoritas belum pernah
Penempatan barang
Perabotan
meja
kursi, Perabotan
meja
kursi,
pribadi pada selasar
kandang burung, sepeda, sepeda, dan barang tak namun yang paling banyak terpakai lain ditemukan
adalah
keberadaan pot tanaman Tipe selasar
Terintegrasi bangunan
dalam Di luar bangunan, bersifat outdoor
Tabel 3.7 Perbandingan studi kasus 1 dan studi kasus 2
Hal yang paling terlihat dari dua buah studi kasus ini adalah kebutuhan akan teritori sebuah ruang teras, halaman, dan taman pada unit hunian rumah susun. Dimana konsep mereka akan sebuah “rumah” adalah hunian yang memiliki teritori bagian depan seperti teras dan taman seperti rumah konvensional. Ketika itu semua tidak dapat mereka aplikasikan ke hunian mereka, maka berbagai perlakuan adaptasi pun mereka lakukan di lingkungan selasar/ koridor penghubung antar unit hunian
Universitas Indonesia
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
60
bangunan. Hal inilah yang menimbulkan pergeseran fungsi ruang ini. Pada studi kasus 1 rumah susun klender bentuk selasar tidak mendukung adanya keberadaan taman dan halaman, sehingga menimbulkan intervensi ruang publik yang lebih banyak dibandingkan pada studi kasus 2 rumah susun pulogebang. Pada rumah susun pulogebang, selasar atau koriodornya dilengkapi dengan keberadaan pot tanaman yang terintegrasi dengan bangunan sehingga kebutuhan penghuni akan adanya bagian depan rumah cukup terwakilkan. Meski tetap ditemukan intervensi ruang publik lain seperti keberadaan perabotan meja kursi dan barang-barang tak terpakai lainnya.
Gambar 3.30 penempatan kandang burung dan pot memberi pengaruh pada ruangselasar Sumber: dokumentasi pribadi
Hal negatif dari penempatan barang-barang pribadi pada selasar ini adalah keberadaaan kandang burung yang jika tidak terawat dapat membuat area selasar menjadi kumuh dan tidak nyaman karena kotoran dan makanannya yang tidak rajin dibersihkan. . Selain itu keberadaan burungnya sendiri juga menimbulkan bau yang mungkin mengganggu orang-orang yang sedang melintas. Selain itu keberadaan pot tanaman yang tidak rajin dibersihkan juga membuat area selasar menjadi berantakan dengan daun dan tanahnya yang berserakan. Hal ini tentunya membuat area selasar sebagai jalur sirkulasi menjadi terganggu dan tidak nyaman. Universitas Indonesia
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
61
Meskipun penempatan kandang burung dan pot tanaman juga memiliki sisi positif, dimana mereka seakan merasakan ruang sebuah teras atau halaman sebagai bagian dari konsep sebuah “rumah” bagi mereka, dan
mereka merasa nyaman dengan
keadaan tersebut.
Gambar 3.31 perbandingan ruang jalur sirkulasi selasar dengan penempatan perabotan pribadi dan yang tidak ditempatkan perabotan Sumber: dokumentasi pribadi
Pada kasus penempatan barang pribadi dalam selasar, hal negatifnya adalah mengurangi jalur sirkulasi yang semakin berkurang dengan adanya penempatan barang pribadi yang semakin membuat jalur akses selasar menjadi semakin sempit. Namun bagi penghuninya, hal ini juga memiliki sisi positif dimana keberadaan barang-barang pribadi pada selasar rumah susun ini juga membuat area selasar depan rumah ini menjadi lebih hidup dengan memunculkan kemungkinan interaksi dengan penghuni lainnya untuk duduk dan mengobrol dengan fasilitas meja dan kursi layaknya sebuah teras pada hunian rumah konvensional.
Universitas Indonesia
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
62
BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan
Ruang selasar dalam rumah susun merupakan sebuah ruang publik yang mengalami pergeseran fungsi ruang ke arah privat atau personal. Hal ini disebabkan oleh manusia atau penghuninya sebagai pelaku utama pergeseran fungsi ruang tersebut. Dimana dasar manusia berperilaku demikian adalah faktor latar belakang penghuninya terkait kondisi ekonomi, sosial, dan budayanya sebagai dasar perilaku keseharian mereka mempergunakan ruang publik selasar tersebut. Namun, semua perilaku penghuni yang berakibat pada pergeseran fungsi ruang tersebut cenderung memiliki dampak negatif bagi lingkungan hunian rumah susun tersebut seperti terganggunya ruang jalan dan menyebabkan kekumuhan. Meskipun ada sisi positifnya dimana mereka merasa lebih memiliki sebuah rumah atau konsep home dalam hunian mereka. Dari sini tercermin bahwa apa yang penghuni butuhkan pada konsep home hunian rumah susun mereka adalah adanya sebuah ruang depan atau teras yang ditunjukkan dengan privatisasi ruang tersebut.
4.2 Saran
Sebagai perancang, tentunya kita melihat sebuah bangunan tidak hanya dari utilitas, firmitas, dan venustasnya saja. Tapi juga memikirkan bagaimana kondisi masyarakat yang akan menggunakan bangunan tersebut. Pada kasus rumah susun ini, latar belakang ekonomi, sosial, dan budaya turut mempengaruhi bagaimana mereka memperlakukan
lingkung
bangun
rumah
susun
ini.
Ketika
kita
tidak
memperhitungkan faktor seperti itu dalam mendesain sebuah bangunan, tentunya memunculkan masalah-masalah pada bangunan tersebut. Ada baiknya ketika merancang sebuah bangunan untuk berhuni, diadakan penelitian lebih lanjut tentang kondisi masyarakat yang akan menempati hunian tersebut, mulai dari latar belakang penghuninya dan bagaimana kebiasaan mereka tinggal selama ini. Universitas Indonesia
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
DAFTAR REFERENSI
Chermayeff, S & Alexander, C. (1963). Community and Privacy. New York: Doubleday & Company, Inc. Gehl, Jan (1987). Life between buildings. New York: Van Nostrand Reinhold Gifford, R (1996). Environmental Pscychology: Principles & Practice. Canada: Allyn & Bacoon. Hartmann, E., Sommer, T., Prehn, S., Görlich, D., Jentsch, S., Rapoport, T.A. Nature (1994).Evolutionary conservation of components of the protein translocation complex. Heimsath, Clovis. (1997). Behavioral Architecture. New York: McGraw Hill. Hendratno Edie T. (1999). Rumah susun dan penghuninya: Adaptasi sosial penghuni rumah susun terhadap lingkungannya (studi kasus terhadap penghuni rumah susun Tesis Ilmu Antropologi Pasca Sarjana UI Lang, J. (1987). Creating Architectural Theory: The Role of the Behavioral Sciences in Environmental Design. New York: Van Nordstand Reinhold.kemayoran Jakarta) Lawson, Bryan (2001).Tthe Language of Space, Burlington: Architectural Press Marcella, J L (2004) Arsitektur dan perilaku manusia.Jakarta:Grasindo Kusumawijaya, Marco (2006). Kota rumah kita. Jakarta: Borneo Margareth Crawford, John Chase, & John Kalinski (1999). Everyday Urbanism. Hongkong Maslow, Abraham (1998). Towards a Psychology of Being.Wiley
Universitas Indonesia
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
Masyito, N. (2003). Hubungan pembangunan rumah susun dengan kualitas hidup penghuninya (studi kasus rumah susun di kelurahan 23 ilir kota Palembang).Tesis Ilmu Lingkungan Pasca Sarjana UI Matthew Carmona (2003) Public Places – Urban Spaces: the Dimension of Urban Design, Burlington. Rully Firmansyah (2007). Peranan koridor pada bangunan pusat perbelanjaan dalam mengantisipasi bahaya kebakaran. Skripsi Departemen Arsitektur FTUI Scheflen, A.E & Ashcraft, N (1976). Human territories: How We Behave in SpaceTime. New Jersey:Prentice-Hall Sitepu, Hairul (2006). Makalah Permasalahan Pengelolaan rumah susun.Pengantar Falsafah Sains Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor Sukamto, Joko (2002). Penghuni dan pengaturan ruang hunian di rumah susun Kemayoran. Tesis Ilmu Antropologi Pasca Sarjana UI Sunarto (2000). Pengantar Sosiologi. Lembaga penerbit FE-UI. Suparlan, Parsudi. (1984).Manusia, kebudayaan, dan lingkungannya.jakarta Yi Fu Tuan (2001). Space and Place. London.University of Minnesota press
http://perumnas.co.id diakses pada 12 Desember 2010 http://steven.seasidelife.com diakses pada 10 Desember 2010 http://bps.go.id diakses pada 10 Desember 2010 http://en.wikipedia.org.wiki.public use diakses pada 2 November 2010
Universitas Indonesia
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
Daftar pertanyaan kuesioner untuk disebar ke penghuni rumah susun Nama: ………………………………………… Umur: ………………………………………… Pekerjaan:…………………………………….. Tinggal di blok/lantai:……………………….. Pengeluaran perbulannya……….. ………….(< 1juta, 1-2juta, >2juta)
1. Darimanakah daerah bapak atau ibu berasal?..................................................... 2. Sudah berapa lama tinggal di rumah susun ini, sejak tahun berapa? ........................................................................................................................................ 3. Sebelum tinggal disini, pernah tinggal di rumah susun atau hunian bertingkat lain?................................................................................................................................ 4. Bagaimanakah hubungan antara ibu/bapak dengan tetangga sekitar?......(tidak pernah tahu/ hanya sebatas kenal dan menyapa/ sering mengobrol)……………………………………………………………………………. 5. Dimana biasanya ibu/bapak berkumpul dengan sesama penghuni rumah susun?............................................................................................................................ 6. Dimana biasanya ibu/bapak menyimpan barang-barang yang tidak terpakai? (gudang/kamar/ruang tamu/selasar)………………………………………………... 7. Jika boleh tahu, Apa saja barang yang bapak/ ibu taruh di koridor atau selasar?(kursi/meja/pot/dll) ........................................................................................ 8. Dimanakah biasanya ibu/bapak mencuci dan menjemur pakaian?........................................................................................................................ 9. Di lingkungan rumah susun ini, dimana anak-anak biasa bermain? ........................................................................................................................................ 10. Keluhan dan saran selama tinggal di rumah susun? ......................................................................................................................................... Universitas Indonesia
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
Daftar pertanyaan kuesioner untuk disebar ke penghuni rumah susun Nama: ………………………………………… Umur: ………………………………………… Pekerjaan:…………………………………….. Tinggal di blok/lantai:……………………….. Pengeluaran perbulannya……….. ………….(< 1juta, 1-2juta, >2juta)
1. Darimanakah daerah bapak atau ibu berasal?..................................................... 2. Sudah berapa lama tinggal di rumah susun ini, sejak tahun berapa? ........................................................................................................................................ 3. Sebelum tinggal disini, pernah tinggal di rumah susun atau hunian bertingkat lain?................................................................................................................................ 4. Bagaimanakah hubungan antara ibu/bapak dengan tetangga sekitar?......(tidak pernah tahu/ hanya sebatas kenal dan menyapa/ sering mengobrol)……………………………………………………………………………. 5. Dimana biasanya ibu/bapak berkumpul dengan sesama penghuni rumah susun?............................................................................................................................ 6. Dimana biasanya ibu/bapak menyimpan barang-barang yang tidak terpakai? (gudang/kamar/ruang tamu/selasar)………………………………………………... 7. Jika boleh tahu, Apa saja barang yang bapak/ ibu taruh di koridor atau selasar?(kursi/meja/pot/dll) ........................................................................................ 8. Dimanakah biasanya ibu/bapak mencuci dan menjemur pakaian?........................................................................................................................ 9. Di lingkungan rumah susun ini, dimana anak-anak biasa bermain? ........................................................................................................................................ 10. Keluhan dan saran selama tinggal di rumah susun? ......................................................................................................................................... Universitas Indonesia
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
Daftar pertanyaan kuesioner untuk disebar ke penghuni rumah susun Nama: ………………………………………… Umur: ………………………………………… Pekerjaan:…………………………………….. Tinggal di blok/lantai:……………………….. Pengeluaran perbulannya……….. ………….(< 1juta, 1-2juta, >2juta)
1. Darimanakah daerah bapak atau ibu berasal?..................................................... 2. Sudah berapa lama tinggal di rumah susun ini, sejak tahun berapa? ........................................................................................................................................ 3. Sebelum tinggal disini, pernah tinggal di rumah susun atau hunian bertingkat lain?................................................................................................................................ 4. Bagaimanakah hubungan antara ibu/bapak dengan tetangga sekitar?......(tidak pernah tahu/ hanya sebatas kenal dan menyapa/ sering mengobrol)……………………………………………………………………………. 5. Dimana biasanya ibu/bapak berkumpul dengan sesama penghuni rumah susun?............................................................................................................................ 6. Dimana biasanya ibu/bapak menyimpan barang-barang yang tidak terpakai? (gudang/kamar/ruang tamu/selasar)………………………………………………... 7. Jika boleh tahu, Apa saja barang yang bapak/ ibu taruh di koridor atau selasar?(kursi/meja/pot/dll) ........................................................................................ 8. Dimanakah biasanya ibu/bapak mencuci dan menjemur pakaian?........................................................................................................................ 9. Di lingkungan rumah susun ini, dimana anak-anak biasa bermain? ........................................................................................................................................ 10. Keluhan dan saran selama tinggal di rumah susun? ......................................................................................................................................... Universitas Indonesia
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010