EFEKTIVITAS
PELATIHAN
TAKTIK .MEMPENGARUHI
RASIONAL TERHADAP
KEPATUHllN
SECARA
ANAK
Wenty Marina Minza
Universitas Mmad Dahlan
INTISARI
Penehtian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pelatihan taktik mempengaruhi secara rasional da/am meningkatkan kepatuhan anak. Hipotesis penelitian: ada perbedaan kepatuhan anak antara anak yang mengikuti pe/atihan taktik mempengaruhi secara rasional dan yang tidak mengikuti pelatihan. An� yang mengikuti pelatihan taktik mempenga.ruhi secara rasionaf memiliki kepatuhan yang lebih tinggi dibanding yang tidak
mengikut, pelatihan taktik mempengaruhi secara rasional. Alar ukur yang digunakan ada/ah ska/a perilaku kepatuhan anak dan treatmentnya adal ah moduJpelatihan mempengaruhi secara rasional. Subjek
•
terdiri atas 15 orang. Kelompok eksperimen (terdiri daii 10 anak) berasa/ dari SD lslamiyah Paku Alaman Yogyakarta, sementara kefompok kontrol yang terdiri dari lima subjek berasal dari SD /slamiyah
Warung Boto
Yogyakarta. Hasil ana/isa data dengan Teknik Mann-Whitney. Dari u j i data tersebut ditemul(an bahwajenis taktik mempengaruhi secara rasional, baik berupa penalaran yang menekankan empati maupun negosiasi dapat menghas1/· kan tingkat kepatuhan yang Jebih tinggi dibandingkan anak yang tidak menerima perlakuan ini. Perbedaan hasif antara dua teknik statistik itu kemungkinan disebabkan penyebaran skoryang lebih merata ketika ketiga. kelompok dibandingkan seccira bersamaan karena mean rank.
Kata Kuncl: Kepatuhan anak, taktik mempengaruhi secara rasronal
Wenty Marina M i nza adalah pengajar tetap Fakultas
Psikologi
Universitas
Dahlan (UAD) Yogyakarta dan stat peneliti Pusat
Penelitian
Kependudukan
UGM Yogyakarta.
PENOAHULUAN
Ahmad
(PPK)
epatuhan dan konformitas dipandang
K
sebagaisuatu hal yang
positif dan
merupakan aspek yang ditekankan sebaqar bentuk perilaku sosial yang dihargai dalam budaya timur (Matsumoto, 1996). Orang tua dalam budaya yang menekankan kolektivis· me (seperti halnya orang tua di Indonesia), cenderung mendorong anak-anaknya untuk mematuhi
aturan-aturan
konformitas
PSIKOLOGIKA Nomor f1
Tahun VI 2001
terhadap
dan
melakukan
norma·norma
yang
15
Wenty Marina Minza
berlaku
(seperti
patuh
dan
sopan,
serta
menghormati orang yang lebih tua). Meski
terutama orangtua dan guru. disadari bahwa esar
kepatuhan (terutama terhadap figur otorita)
b
dianggap namun
penting
dak
ti
alam memperoleh kepatuhan dari
d
budaya
timur.
seorang anak.
dipergunakan
untuk
dan dianggap sudah tidakdapat diatur tanpa
dalam
cara yang
adang
K
ngaruh eksternat sangat
pe
ak jarang anak disalahkan
Tld
memperoleh kepatuhan tersebut terkadang
melihat penyebab yang bersifat eksternal.
kurang memberikan kesempatan terjadinya
P
komunikasi
ke
yang
seimbang
antara figur
otorita (superior') dengan subordinatnya. Gejala seperti di atas dapat pula ditemui di
sekolah,
di
mana teknik
pendisiplinan
enelitian yang sangat ter1<ena1
oleh Milgram, di mana secara umum orang nderung
sebagai karakteristik orang tersebut tanpa
yang digunakan oleh guru di sekolah kadang
melihat me
murtd
untuk
melihat kepatuhan seseorang
ce
mematikan
kesempatan
aktor
situasi
f
mpunyai pengaruh
up
p e r i laku
Mandagi
eksperimental tersebut
pendidikan
mengemukakan
Indonesia
belum memberi kembangkan
ruang
sampai
inovasi
muridnya. sistem
sekarang
untuk menumbuh
aktivitas,
bahwa
bahwa
kreativitas,
Mandagi
pendidikan
dan
memandang di
Indonesia
dalam
sementara
sepatutnya
mereka
h, 1984).
apat
orsyth, 1984) yang
F
hwa kepatuhan cenderung
ba
disebabkan
oleh
aruh
A._eng
ngaruh
pe
eksternal
nternal.
i
arena pengaruh eksternal mempunyai
K
peran
yang
besar dalam
dipandang sebagai pribadi-pribadi yang hich.p
konformitas dan
dan bersikap aktif.
u
ntuk
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa
afer
S
al ini sejalan dengan
albo (dalam
dibanding
l i ngkungan
(Ross dan
H
F
mengatakan
ang
y
rterhadap
besa
dalam
Forsyt
pend
menganggap peserta didik seperti benda mati,
subyek
eksternal)
(
cuk
mempertanyakan aturan yang telah dibuat. ( 1999)
engenai
m
patuhan adalah penelitian yang dilakukan
nemukan
me
patkan
mencla
mendapatkan
epatuhan,
k
u
upaya
peli
ra yang efektif untuk
ca
tuhan dari
rang anak.
kepa
seo
bahwa kepatuhan terhadap aturan itu penting,
Nam
namun perlu diingat jangan sampai aturan
tersebut diikuti deogan pemberian kebebasan
un
itu sedemikian kaku sehingga menghambat
anak
terjadinya
di balik
komunikasi
dua
arah
antara
pihak-pihak yang dikenai peraturan. Adanya konflik-konflik kepentingan terjadi
karena
peraturan yang tidak ditaati harus disetesai kan agar
demikian,
peraturan
sekedar
diharapkan
Dengan bukan
turan tetapi lebih merupakan
pera
ah kesepakatan
sebu
Pencapaian
bersama
sebuah
(agreement).
kesepakatan
dapat
ilakukan melalui negosiasi antara
pihak
d
pihak
yang
kesepakatan erlu
P
yang
terlibat
ctperhankan
tunjukkan
di
da l am
p
embuatan
ersebut.
t
bahwa
kepatuhan
anak diperoleh
melalui
teknik pendisiplinan dari faktor eksternal,
16
epatuhan
k
mi alasan
memaha
pan aturan tertentu.
penera
alog
n
berdi
da
anak
berani si
bemegosia
ahkan
B
untuk
d i ajak
an orang
deng
tua
atau orang dewasa lainnya. alah satu pengaruh
eseimbangan dalam kehidupan kembali.
ntuk berpikir dan
u
d i ha r apkan
ekstemal
S
k
bersama dapat dicapai
u diperhatikan, bahwa
perl
erkaitan
b
secara
bentuknya anak
langsung
ritaku
patuh
pe
adalah
pola
pada
asuh
yang
dengan
ter
seorang
atau
te k nik
ndisiplinan yang dibeliakukan oleh orang
pe
tua
atau
rmasuk
te
rang
dewasa
o
kan oleh guru di
sekolah.
diberikan orang
t
dapat
ana
n
ka
mbantu
me
di
sekitarnya.
eknikpendisplinan yang diguna
t
engasuhan yang
P
ua dan guru seharusnya k dalam
potensi-potensi
mbang
menge
yang
dim i l i k i nya,
ermasuk peningkatan kepatuhan.
t
PSIKOLOGIKA Nomor
11
Tahun VI 2001
Efektivitas Pelatihan Takttk Memperi'garuhl seeere Aasiooa1 terhadap Kepatuhan Anak
DASAR TEORI
oleh anak, (3) perhatian anak didapatkan,
Pengertlan
Kepatuhan.
Salah
satu
istilah yang sering digunakan untuk merujuk pada istilah obedience.
patuh atau kepatuhan, Obedience diartikan
yaitu
sebagai
perilaku yang dicirikan dengan konformitas terhadap perinlah-perintah yang diberikan oleh orang tua atau figur otorita (Chaplin, 1973).
(4) aturan umum jelas, (5) anak mengerti pentmgnya
kepatuhan
terhadap aturan
tersebut bagi figur otorila, dan (6) intensi positif dari orang tua dapal dilangkap oleh anak. Pesan tersebut dapat diterima anak apabila teknik pendisiplinan yang digunakari dianggap sesuai oleh anak,
memberikan
motivasi kepada anak untuk mematuhi aturan
.
Kepatuhan (obedience) dandisiplin (dis cipline) merupakan dua istilah yang sering
. diqunakan secara bergantian.
Meski
yang ditetapkan, dan dapat meningkatkan harga diri anak.
de· b.
Keadaan anak
mikian, terdapat perbedaan di antara kedua nya. Kepatuhan cenderung disebabkan oleh
Meskipun tempera men, mood, dan jenis
pengarut:i ekstemal (figur otorita) dan belum
kelamin anak termasuk variabel yang ber
nilai
pengaruh dalam sualu sltuasi pendisiplinan.
pnbadinya. Oisiplin bukan saja disebabkan
dilihat dari segi perkembangan anak, usia
diintematrs ast
individu
sebagai
oleh pengaruh ekstemal, tetapi tel ah menjadi
merupakan variabel
nitai yang diintemalisasi. Kepatuhan yang
dalam mempengaruhi sejauh mana upaya
yang
lebih dominan
dapat
pendisiplinan berpengaruh terhadap perilaku
mengarah pada kebiasaan, dan akhirnya
anak, bahkan modeling yang terjadi pada
telah
diterapkan
menjadi
nilai
berulang
yang
kaf
tertanam
dalam
diri
anak perempuan
maupun
anak
laki-laki
terhadap orang dewasa yang mempunyai
seseorang. Mempengaruhl
jenis kelamin yang sama dengannya tidak
Kepatuhan Anak. Terdapat beberapa laktor
bertaku pada setiap anak (Power dkk, 1994).
Falctor·faktor yang
yang mempengaruhi kepatuhan pada anak,
Usia akan berpengaruh terhadap kemampuan
ya itu
anak menerima dan menginterpretasi pesan
reaksi
orangtua,
keadaan
anak,
keadaan orangtua, lingkungan soslal anak.
yang
disampaikan,
memahami
a.
Reaksl orang lua
Aeaksi orang tua dapat dilihat dan unsur
paling
balk terhadap
pelanggaran
adalah menunjukkan empatl terhadap apa yang dilakukan anak. Reaksi orang tua dapat dilihat Juga dari unsurstruktur (structure). Reaksi orang tua hendaknya memperhali· kan terjalinnya
komunikasi
sehingga pesan
yang
dapat
oleh
diterima
orang
lain
anak
sesuai
dengan perk:embangan kognitif anak. Power
isinya (content). Aeaksi pertama orang tua yang
kemampuan
perspektil
ingin anak.
secara
baik,
disampaikan
dkk (1994) menyebutkan bahwa anak yang berusia lebih tua menunjukkan kepatuhan yang
lebih
tinggi.
Keadaan
demikian
kemungkinan disebabkan bertambahnya kemampuan
anak
untuk
mengatur
perilakunya, pemahaman yang lebih tinggi lerhadap situasi pendisiplinan, dan adanya motivasi yang lebih tinggi untuk mematuhi aturan yang diterapkan.
Terjalinnya
c.
Keadaan orang tua
komunikasi yang baik ditentukan antara lain dapat
Keadaan orang tua juga berpengaruh
diperoleh dengan {1).adanya kejelasan dan
terhadap kepatuhan anak. Menurut Power
konsistensi pesan, (2) pesan dapat dipahaml
dkk. (1994), hal ini berkaitan dengan teknik
oleh
keakuralan
persepsi,
PSIKOLOGIKA Nomor 1 1
yang
Tahun VI 2001
17
Wenty Marina Minza
pendisiplinan dan jenis kelamin orang tua
operasional formal. Pada usia enam atau
yang
tujuh tahun sampai 11 atau 12 tahun, seorang
digunakan.
Efektivitas
teknik
pendisiplinan tertentu ditentukan pula oleh
anak telah
jenis
konkret, di
pelanggaran
yang
dilakukan
anak.
Berkaitan dengan jenis kelamin orang tua,
usia
seorang
perspektif orang lain.
dan
Ibu
lebih
induks!
diasumsikan lebih komunikatif
banyak
dalam
operasional
sudah
mampu
untuk
memahami
metode
Sesuai dengan perkembangan kognitif
kedisiplinan
nya pula, anak yang berusia 1 1 • 12 tahun
menggunakan
men3namkan
ini
mencapai tahap
mana anak yang berada pada
pada anak dibanding seorang ayah. Afeksi
telah mencapai mencapai perkenibangan
dari orang tua juga berpengaruh terhadap
moral yang disebutnya sebaqar tahap
intemalisasi nilai dalam situasi pendisiplinan.
tonomous morality.
Afeks1 yang
sudah
po"sitif
(hangat dan empatik)
mula i
Pada tahap. ini,
menanyakan
sebab
au
anak suatu
akan memudahkan penyampaian informasi
aturan diterapkan, dan apakah aniren itu
dari orang tua terhadap anak, sehingga anak
berlaku puta bagi orang lain (Durkin, 1995). Keragaman
mematuhi suatu aturan karena memahami pentingnya aturan itu untuk diterapkan bagi
berbagai
sudut pandang
yang dapat dipahami oleh anak dapat dibagi menjadi dua, yaitu cognitive role takingdan
orang tuanya.
affective role taking. Cognitive role taking d.
Llngkungan Soslal Anak
Lingkungan kebudayaan terhadap
di
adalah
sosial,
dalamnya,
perilaku yang
termasuk berpengaruh
ditampilkan
oleh
anggota masyarakat di mana kebudayaan itu
berkembang.
perilaku tertentu,
yang
Kepatuhan
dihargai
sehingga
di
merupakan
negara-negara
kepatuhan
berusaha
didapatkan melalui cara tertentu pula, antara lain me1alui pota asuh yang dipergunakan oleh orang tua terhadap anaknya. Pola asuh tersebut biasanya '!"8fl0kankan arti pentingnya kepatuhan,
sehingga anak-anak yang di
besarkan dalam lingkungan yang menghargai
Perkembangan Anak dan Kepatuhan. anak
dapat
d i l i hat
dari
berbagai segi, antara Jain dari segi kognitif. Piaget merupakan salah satu tokoh yang memandang perkembangan"anak dari sudut pandang kognisi ini. Piaget (dalam Siegler, 1998) mengemukakan bahwa tiap anak akan
melalui empat tahap perkembangan, yaitu tahap sensorimotor, tahap preoperasional, tahap
18
opera s ional
konkret ,
dan
untuk
anak
dapat
perspektif secara
memaham i
bersamaan.
dua
Scarr dkk.
(1986) juga menyebutkan bahwa affective
role taking adalah kemampuan seseorang untuk
merasakan
dan
memperkirakan
perasaan orang lain dalam situasi tertentu. Perkembangan
kemampuan
ini
dimutai
pada usia enam atau tujuh tahun, di mana anak
menyadari
mural
berbaqai
ragam
emosi yang dapat dialami oleh seseorang dalam situasi tertentu.
Selain di Ii hat dari perkembangan kognitif dan perkembangan morel, perkembangan anak pada usia tertentu juga dapat dilihat
untuk menampilkan perilaku tersebut.
Per k embang a n
seseorang
(Scarr dkk, 1986). Pada usia t 0-15 tahun, s e p ran g
kepatuhan akan mempunyai nilai yang lebih positif terhadap kepatuhan dan berusaha
kemampuan
memahami apa yang dipikirkan orang lain
tahap
dari
aspek
perkembangan fisik.
Secranq
anak yang berusia 1 1 -12 berada pada masa puber, di mana terJadi berbagai perubahan f1s1k pada diri anak tersebut. Perubahan fisik ini
menimbulkan
kegelisahan,
sehingga
terjadi perubahan pada sikap dan perilaku anak.
Buhler
(dalam
Hurlock,
19 92)
mengatakan bahwa masa puber merupakan
fase negatif.
Sikap
dan
perilaku
negatif
merupakan ciri dari bagian awal masa puber,
PSIKOLOGIKA Nomor 1 1
Tahun VI 2001
Efektivitas Pelatihan Taktik Mempengan.hi Secara Aiasional terhadap Kl!patuhan Anak
antara
lain
ditunjukkan
antagonisme
sosial
dengan
(tidak
mau
adanya
dengan menyebutkan mengapa suatu aturan
bekerja
itu benar dan akibat pelanggaran atu ran itu
sama, sering membantah dan menentang)
terhadap orang
dan emosi yang meninggi. Oleh karena itu,
nekankan
lain.
perlu dirumuskan salah satu alternatif untuk
dalam menghasilkan kepatuhan pada anak.
mengatasi berbagai konflik yang mungkin
Begitu puta halnya dengan negosiasi atau
empati
Penalaran yang me
ini
dini1ai
cukup
efektif
timbul antara figur otorita dengan anak yang
bargaining, yaitu pemyataan secara eksplisit
berada pada
mengenai keuntungan yang bersifat timbal
masa puber ini.
Diharapkan
taktik mempengaruhi secara rasional dapat
balik
memainkan perannya di sini.
melakukan pertukaran yang
Jenls Taktlk Mempengaruhl Secara Raslonal (dalam
dan
Kepatuhan
Anak.
1964}
Forsyth,
pada
masing-masing
pihak
berjalan
dan dua
arah (Falbo, dalam Forsyth 1964).
Falbo
mempunyai HIPOTESIS
kesimpulan
bahwa taktik
mempengaruhi
orang lain agar berperilaku sesuai dengan apa
yar'tg
diinginkan
memberi
pengaruh
oleh
orang
terbagi
yang
dalam
dua
dimensi dasar, yaitu (1) Rasiona/ 1awan Non Rasional
dan
Langsung. rasional
(2) Langsung
Taktik
adalah
lawan
mempengaruhi
laktik
yang
Tidak
secara
menekankan
Ada perbedaan kepatuhan antara anak yang
mengikuti
rasional. Anak yang mengikuti pelatihan jenis taktik
secara
yang
mempngaruhi
menekankan
rasional
memiliki
tingkat
kepatuhan yang lebih tinggi dibanding anak
pada perilaku logis dan raslonal, sedangkan yang
taktik
dan yang
tidak mengikuti pelatihan jenis taktik secara
taktik
mempengaruhi
pelatihan
mempengaruhi secara rasional
tidak
mengikuti
pelatihan
taktik
secara rasional.
pada emosi dan ketidakakuratan informasi (kurang memperhatikan analisis terhadap METODE
informasi) dapat dikategorikan sebagai taktik mempengaruhi yang bersifat non rasional.
Jenis
taktik
mempenqaruht
secara
Penggunaan taktik mempengaruhi dengan
rasional (yang terdiri dari penalaran yang
mengancam
menekankan
pengaruh
orang
yang
merupakan
dilakukan
secara
sedangkan
upaya
akan. diberi
contoh
taktik
langsung
mengambil
yang
(direci). hati
orang
merupakan
empati
variabel
dan
negosiasi),
bebas.
sementara
kepatuhali anak adalah variabel tergantung dalam
penelitian
ini.
Variabel
tergantung
yang dipengaruhi (ingratiation) merupakan
diukur berdasarkan sesuai tidaknya perilaku
conloh laklik yang bersifal tidak langsung
yang
(indirec�.
permintaan atau perintah gurunya. Perilaku
Reason (penalaran) (negosiasi}
dan
bargaining
merupakan dua contoh
taktik
mempengaruhi secara rasional yang mem punyai
tingkat
rasionalitas· paling
tinggi.
ditampilkan
subjek
terhadap
tersebut adalah dengan mengukur frekuensi subyek
datam
mengerjakan
pekerjaan
rumahnya selama kurun waktu satu bulan (empat mit"lggu).
Seorang anak yang me
Secara lebih spesifik, pengertian penalaran
ngerjakan pekerjaan rumahnya namun tidak
dapat dipersempit menjadi penalaran yang
selesai
menekankan
pekerjaan rumah tersebut. Variabel bebas
menekankan
empati. empati
Penalaran
adalah
yang
pemyataan
yang menggunakan argumen yang bersifat rasiona!
unluk mempengaruhi orang
PSIKOLOGIKA Nomor t t Tahun VI
2001
lain,
dianggap
tidak
mengerjakan
pertama, yaitu penalaran yang menekankan mpati, mencoba menegaskan kepada anak,
e
mengapa
epatuhan dalam
k
mengerjakan
19
Weoty Manna Minza
•
pekerjaan rumah itu penting bagi orang lain.
Paku Alaman., sementara kelompok kontrol
Penelitian
yang terdiri dari lima subjek berasaJ dari SD
(variabet
ini
menggunakan
bebas
mempengaruhi
kedua), secara
negosiasi
sebagai rasional
taktik
lslamiyah Warung Boto. Kelompok kontrol
untuk
tidak diberi per1akuan. Sesuai dengan apa yang dikemukakan
mendapatkan kepatuhan dari anak dengan memberikan
kesempatan
kepada
anak
Cook dan Campbell (1979), ada beberapa
untuk melakukan tawar menawar mengenai
cara yang digunakan untuk mempertahan
sesuatu. Tawar menawar yang
dilakukan
kan validitas internal dalam eksperimen ini.
berkaitan dengan hukuman yang diberikan
Cara
guru
menyamakan
apabila
anak tidak
mengerjakan
pekerjaan rumahnya.
mempengaruhi
lakukan
secara
sekelompok Yogyakarta.
secara
rasional
eksperimental
anak
pertama skor
adalah
dengan
pretest
subyek
penelitian, sebagai upaya untuk mereduksi
Uji coba terhadap efektivitas kedua jenis taktik
yang
sekolah
Berdasarkan
pada
dasar
teori
di
regresi
statistik.
Homogenitas
ketiga
kelompok diuji dengan menggunakan teknik statistik
non
parametrik
Kruskal-Wallis.
di
Tingkat signifikansi yang diperoleh adalah
mengenai
0,961 , yang membuktikan bahwa sebelum
kepatuhan yang telah disebutkan di atas,
perlakuan diberikan, ketiga kelompok dalam
ada dua variable kontrol yang digunakan di
keadaan homogen.
sini.
yaitu
jenis
kelamin
eksperimenter
·
Cara kedua adalah dengan memisahkan
(perempuan) dan usia subyek (usia 1 1 - 1 2
tempat
tahun).
kelompok eksperimen diberi
Quota penelitian
sampling ini
dengan
eksperimen,
di
mana
kedua
lokasi
yang
dilakukan
dalam
berbeda selama berlangsungnya petatman
membatasi
jumlah
dan per1akuan diberikan secara serentak.
subjek untuk tiap kelompok, yaitu lima subjek
Kedua haf itu dilakukan untuk menghindari
untuk
tiap
kelompok.
Hal
ini
dilakukan
komunikasi antardua kelompok eksperimen
sebagai upaya untuk menjaga
efektivitas
tersebut
(diffusion
perlakuan yang akan diberikan. Purposive
ments).
Cara
sampling dilakukan untuk mengontrol
membedakan
usia
anak, yaitu usia 1 1 - 1 2 tahun. Pemilihan berdasarkan
subjek
subjek
adalah
berbeda, namun
dalam
sama
mengerjakan pekerjaan rumah untuk dua mata
pelajaran
Matemat1ka)
pelalthan, yaitu frekuensi
(Bahasa
selama satu 15
Indonesia bulan
subyek yang
yang
rbeda
be
ni
juga
i
sebagai
l
Asa
upaya
menghindaii tenalinnya komunikasi antara
memiliki
(diffusion or imitation of treatments). er1akuan diberikan melalui pelatihan
P
s
efama
ma
li
berturuHurut lama 1 jam).
seusai elatihan
se
P
sendiri dilaksanakan berdasarkan
itu
Pe1atihan
enalaran dan
P
ul
Mod
egosiasi untuk
N
nak, yaitu sebuah modut pelatihan yang
Pencatatan frekuensi perilaku ini dilakukan
A
dengan menggunakan sebuah behavioral
berisi
check list Tiap kelompok terdiri dari 5 anak,
dasarkan suatu
di mana kedua kelompok eksperimen (terdiri
suatu
dari
s
lslamiyah
hari
sekolah (tiap hari
sejauh man a efektivitas per1akuan tersebut.
20
ngan ciri yang hampir
de
dengan kelompok eksperimen.
satu bulan setelah perlakuan untuk melihat
SO
kontrol.
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
Pencatatan kembati dilakukan seJama
dari
dengan
dan
pekerjaan rumah yang diberikan.
berasal
adalah
kelompok
sebelum
terendah dalam_ mengerjakan
1 0 anak)
asal
Kelompok kontrol berasal dari sekolah yang
penelitian
frekuensi
or imitation of treat
ketiga
tentang
pemecahan cerita
konflik yang
ekolah
yang
timbul
karena tokoh
konflik
er
b
ambarkan
mengg
di
ngkungan
li
dalam
PSIKOLOGIKA Nomor 11
cerita
me-
Tahun VI 2001
Elektivitas Pelat!han Tak:tik Mempengarohi Secara Aaslonat temadap Kepaluhan Anak
lakukan suatu pelanggaran terhadap aturan
yanQ telah ditetapkan.
certta.
empat
menjadi dua
mengenai
kedua
di
cerita
dan
pemecahan
dibagi
bagian
masalah.
listjuga digunakan dalam
untuk
pelatihan,
tiap
yang terjadi.
berisi
Behavioral check perlakuan
mana
ini terdiri dari
bagian, yaitu bagian deskripsi
konflik
yang
Modul
yakni
mengamati
apakah
proses
pelatih
sudah
Modul
ini
memahami
dengan
ya ng
delapan
kecakapan
(4)
diri
bersikap relatif,
dan
(8)
anak
orang
untuk
lain,
sesuai
sosial
kognilil
yaitu
identifikasi,
diferensiasi,
menempatkan
(6)
melatih
ber kembang,
melakukan (1)
(3)
juga
perspektif
kecakapan
(2) diskriminasi,
membandingkan,
pada
{7)
tempat orang
koordinasi,
melakukan
memasukkan
(5)
lain,
dalam
perhatian.
melaksanakan langkah-langkah yang sudah
Kecakapan ini dilatih dengan menggunakan
ditetapkan
Bagan
Kecakapan
1992),
yang
peneliti,
subyek penelitian
dan
bagaimana
reaksi
selama proses tersebut.
Bagian pertama cerita (bagian deskripsi)
dibuat
sama
eksperimen
(pemecahan
untuk
sama,
konflik
kedua
hanya
kan
empati
kedua,
setalu
atau
upaye
bagian
cerita)
(melalui metode penalaran
yang
yang
negosiasi).
pemecahan
didahului
oleh
kedua
berbeda
menekan
Di
bagian
konflik
pernyataan
dari figur otorita dalam
ing
akan
empalik
maupun
Modul
kelompok
Sosial
mencakup
Kognitil
(Monks,
cognitive role tak
affective role taking.
ini
disusun
berdasarkan
aspek
aspek yang mempengaruhi kepatuhan pada
anak dan aspek-aspek yang terdapat
penalaran maupun negosiasi.
pelatihan
dalam
dan
penggunaan
penyusunan
modul
dalam
Pelaksanaan
aspek-aspek
ini
dapat
dilihat
pada label berikut ini.
cerita tersebut.
Tabel
1.
Penggunaan Aspek-aspek
dalam Penyusunan Modul
Pelatihan
Dasar
Penalaran dan
Negosiasi
.
Aspek
Ciri
Keterangan
Aeaksi ligur otorita 1erhadap pelanggaran
•
lsi
Empatik
Flgur otorita maklumi
dalam
cerita
perbuatan
atau
mepe-
langgaran yang dl1akukan 1okoh cerita.
Misalnya, dalam cerita
terdapat ungkapan. "Bu kalau apa cerilakan
yang
r iw1
sedang
pas Ii
I,
tahu
kallan
mengenal
sesuatu yang luar biasa"
•
Stroktur
• Adanya
kejelasan pesan,
Penggunaan
sehingga pesan dapat dipahami
sederhana
anak
dengan
bahasa
dan
cerita
kejadian
yang
yang sesuar biasa
dlalami anak yang seusia dengan subjek
• Pelhatian anak d1dapatkan
eksperimen.
Situas1 dalam eksperimen dibuat sedemikian rupa sehingga da!am tiap sesi peserta diarahkan untuk mendengarkan.
PSIKOLOGIKA Nomor 1 1
Tahun VI 2001
21
Wenty Marina Minza
Aspek
Keterangan
Ciri
• Anak menger!i pentingnya
Anak
kepatuhan terhadap aturan
diben
pelatlhan
untuk
mehhat perspekllf orang lain pada
bagi ligur otonta
bagan kecakapan soslal kognltif, termasuk memahami tigur otorita
akibat
perasaan
pelanggaran
yang duakukan tokoh.
Keadaan anak
Usia
• Usia tokoh dalam centa kurang leblh sama dengan usia subjek .eksperimen
perkembangan
dao
mora(
perk.embangan kogmsi
Keadaan llgur otorita
uste.
sesuai
• Perlakuan
anak.
• Teknlk pendislp!man yang dlgunakan, yaltu penalaran yang menekankan empati dan negosiasi.
I,
,.
Perlalaran yang
Penalaran
menekankan
aspek
empati
(aeperti .
alas)
lsi
memperhatlkan
dan
yang
untuk
Penalaran kankan
struklur ielah
efektivitas
datam
aklbat
di
pesan
cerita
pesan dari
mengenal
pesan
disebut
mene·
figur otorne
pelanggaran
pada orang lain.
I:
2.
Negoslasl
a.
Mendefinisikan konl1ik
.
Konflik
dlperkenalkan
rnalahn
cerita . b.
Mcndengarkan
dan
Kemampuan
mamahami
lni
dilatih
melalui
bagan kecakapan soslal kognitif
perspeklif pihak lain
,.
Mengumpu!kan plllhan
Hal
dan mencapal
playing, di mana pelatih berp&ran
tnt
dllakukan
dengan
role
kesepakalan
sebagai figur otorita dan peserta
•
sebagai
tokoh
dalam
cerlta.
Kesepakatan yang lng1ri dlcapal adalah mcngenal hukuman atas pelanggaran tokoh cerita ..
d.
•
.
Mengulang
Sotelah
kesepakatan
palatth
•
• Janis kelamln f1gur otonta
kesepakatan
kembali
kesepakatan.
'
Semua
n
a,
otonta
rempuan.
pe
penet,oa
Jug
ur
f1g
dalah
a
.
dicapal.
mengulas
nl
l
•
m
c e nta
t
u
ntuk
perempuan
aeialah
karena
mampuan
l
da a
Pe!a 1h
dtasumsrkan
ke-
unikasl perempuan
kom
lebh lirlQ!jdibandrg pria {figur ayah).
Kebudayaan
Kebudayaan
umu-,
hususnya
k
ndonesia
22
rita
Ca
dalam
modul
setting sekolah d1
I
KOLOGIKA
PSI
N o mor
11
mengambil esia
Indon
ahun
T
V I
2001
Elektlvitas Pe!atihan Takttk Mempeogaruhi Secara Rasional te�dap Kepatuhan Anak
HASIL PENELITIAN
Hasil
analisis
Kruskal-Wallis perbedaan kepatuhan
dengan
Teknik
bahwa
signifikan antara
(p=
peningkatan
data
menunjukkan
yang
yang ti pis antara kelompok penalaran
rank
0,042)
dan
kepatuhan
ada
tingkat
besarnya
(0,049)
antara
kelompok koritrol, kelompok penal aran yang
yang
menekankan
empati
dan
kelompok
n�gosiasi. Data diuji kembali dengan Teknik Mann�Whitney,
dan
dari
uji
data tersebut
ditemukan bahwa jenis taktik mempengaruhi secara rasional, baik berupa penalaran yang menekankan
empati
maupun
negosiasi
dapat menghasilkan tingkat kepatuhan yang menekankan
empati,
dan
kelompok lebih tinggi dibandingkan anak yang tidak
neqosiasr. Pengujian dengan Teknik Mann-Whitney sebaga, bahwa
analisa tambahan tidak
kepatuhan
(P=
peningkatan kelompok
ada
menunjukkan
perbedaan
0,916)
kepatuhan
penalaran
dan
tingkat
besarnya
(p=0,754)
yang
antara
menekankan
empati dengan kelompok negosiasi. Meski demikian,
perbedaan
diperoleh
antara
kelompok
penalaran
yang
kelompok yang
dan
kepatuhan (p=0,028). Rata-rata peringkat kelompok
menekankan
empati
penalaran
m·enunjukkan
yang hasil
yang lebih tinggi dalam tingkat kepatuhan (X=7,70)
maupun
besarnya
kepatuhan
(X=7,60)
kepatuhan
kelompok
peningkatan
dibanding kontrol
tingkat
(X=3,30)
maupun besamya peningkatan kepatuhan
K e t o rn p o k juga
kontrol
dan
menunjukkan
kelompok perbedaan
tmqkat kepatuhan Ip= 0,047) dan besamya penmgkatan
kepatuhan
(p=
0,059).
Ke!ompok negosiasi menunjukkan tingkat kepatuhan yang lebih tinggi (X=7,40) dan mengalami
peninqkatan yang
lebih besar
dalam kepatuhan (X=7,30) dibanding tingkat kepatuhan kelompok kontrol (X= 3,60) dan peningkatan
kepatuhan kelompok kontrol
disebabkan
penyebaran
skor
yang
lebih
merata ketika ketiga ke!ompok,dtbandingkan secara
bersamaan
karena
mean
rank
kelompok kontrol berada jauh di bawah mean rank
kedua kelompok eksperimen.
PEMBAHASAN
Diasumsikan
bahwa
peningkatan
kepatuhan pada kelompok penalaran yang menekankan empati dapat terjadi subjek
penelitian
berada
pada
karena
usra
dan
perkembangan kognitif yang memadai untuk menerima pertakuan yang
rata-rata
Subjek penelitian
lru.
berusia
11·12
tahun
telah
mampu untuk memahami perspektif orang lain,
baik
pemikiran
berupa
pemahaman
maupun
perasaan
terhadap
orang
lain.
berempati dalam
kepada
pelatihan
orang
lain.
tersebut
Meskipun
petatih
harus
banyak membantu subjek dalam memahami cerita, subjek penelitran mampu menyerap materi pelatihan dan merasakan kejadian kejadian yang memmpa tokoh dalam cerita. Keadaari
ini
sesuai
dikemukakan oleh
dengan
apa
yang
Scarr dkk (1986) yang
menyatakan bahwa pada usra 1 1 · 12 tahun, seorang
anak
sudah
mampu
untuk
mengambil perspektif orang lain (cognitive
(X= 3,70). Hasif
hasil
Keadaan ini membuat subjek lebih mudah
(X= 3,40).
negosiasi
Perbedaan
menekankan
0,021) maupun dalam besamya peningkatan
rank)
ini.
signifikan
kontrol
empati, baik dalam tingkat kepatuhan (P=
(mean
menerima perlakuan
antara dua teknrk statistik itu kemungkinan
analisa
Kruskal-Wallis
data
dengan
menunjukkan
Teknik bahwa
terdapat perbedaan antara ketiga kefompok
role
taking}
dan
m er a s a k a n
serta
memperkirakan apa yang dirasakan oleh orang lain (affective role taking).
yang diteliti, tetapi dengan perbedaan mean
PSIKOLOGIKA Nofnor 1 1
•
Tahun VI 2001
23
Wenty Marina Minza
Bila dilihat dari pelaksanaan eksperimen
enentuan sanksi dan sering memberikan
p
itu sendin. asertlvitas peserta di kelompok
hukuman
penalaran secara umum terlihat lebih rendah
mengerjakan pekerjaan rumah.
sik
fi
subyek
dak
positif
sangat
dapat
dilibatkan dalam kesepakatan. kontrak yang
mengembangkan diskusi yang terjadi dalam
dihasilkan dalam negosiasi membuat subjek
untuk
dihasilkan
ti
lain emosi
Se
dibanding kelompok negosiasi. Asertivitcls diperlukan
yang
bi l a .
k
arena
kelompok penalaran, terutama apabila ada
me r asa
pertanyaan
kesepakatan yang telah dihasilkan.
atau
pengertian yang
bantahan
telah
terhadap
diberikan
nelitian
dalam
pelatihan. Meski demikian, tingginya tingkat
be r tanggun g
merasa
ini
Pe
awab
atas
j
memang
bahwa kedua jenis taktik
membuktikan
mempengaruhi
peningkatan
secara rasional dalam penelitian ini sama
kepatuhan terlihatjelas pada kelompok ini,
sama efektif untuk mendapatkan kepatuhan
sehingga asertivitas yang rendah bisa jug a
dari
ciisebabkan subjek merasa pengertian yang
penelitian ini.
kepatuhan
dan
adanya
dengan
isi
penalaran,
lagi
kesepakatan
eksperimen ini membuktikan bahwa anak
diapl i kas i kan
yang
konsisten.
melakukan
pelanggaran
terhadap
dapat
diberi
penalaran
yang
menekankan empati, sehingga pemberian penalaran yang menekankan empati tidak terbatas pada pelanggaran yang berkaitan dengan
kegagalan
datam
menunjukkan
perhatian pada orang lain. Hasil penelitian ini
terlihat
sejalan
dengan
pernyataan
Eisenberg dan Geisheker (dalam Grusec dan
Goodnow,
1994)
yang
bahwa anak lebih banyak
menyatakan
menggunakan
Peningkatan
oleh
f
negosiasi,
dala'l"
dicapai igur
benar-benar
otorita
secara
kelompok juga disebabkan
upaya
atih kedua kelompok dalam membangun
pel
reaksi empatik dan emosi ·ber'l
angsung,
sehingga
sitif pelatihan
po
mempermudah
proses penyampaian informasi. eaksi empatik dan kehangatan
r
elain
S
ttu.
gur otorita
fi
saha ditampilkan puta dalam
beru
erita yang
c
dibacakan pelatih, sehingga anak merasa lebih nyaman menempatkan diri dalam alur dan situasi Ke
ta.
ceri
la n ca r an
nfonnasi tidak
i
kepatuhan yang terlihat
bila
yang
subyek
ebenamya dapal
s
T
kedua
penalaran yang berorientasi empati daripada orientasi nilai tertentu.
menjad i
erjadinyapeningkatan kepatuhan pada
kewajiban (mengerjakan pekerjaan rumah) juga
yang
epatuhan
K
ditingkatkan
• diberikan sudah cukup dipahami. Berkaitan
anak-anak
aktor di atas,
f
proses
penyerapan
nya ditentuken oleh kedua
ha
tetapi
ditentukan juga oleh
sarnya pertiatian anak terhadap infonnasi
pada kelompok negosiasi terjadi karena patla
be
usia 1 1 - 1 2 tahun (remaja awal), anak akan
tersebut maupun pihak yang menyampaikan
lebih menerima aturan yang ditetapkan bila
i
anak
Pelatih kedua kelompok sering berusaha
tersebut
penentuan K
mbuatan
be r pe r an
kesepakatan
esempa t an
pe
turut
untuk
te r sebut .
terliba t
keputusan
ni
i
dal a m
dalam
kemungkinan
nformasi
(Grusec dan Goodnow,
untuk mendapatkan perhatlan
1994).
beberapa
peserta yang sulit berkonsentrasi, namun kadang tidak berhasil.
Keadaan
ini tenlu
dapat merangsang anak untuk mematuhi
saja dapat mengurangi efektivitas perlakuan,
kesepakatan yang telah ditentukan, meski
meskipun kadang beberapa subyek yang
f
igur
otorit a
kurang
melaksanakan
kons i st e n
kesepakatan
dalam
yang
telah
terlihat menarik
kurang k
memperhatikan
esimpulan
secara
dapat
benar.
Hal
guru
demikian kemungkinan drsebabkan subyek
biasanya tidak melibatkan subyek dalam
tersebut meng�lami ke.bosanan terhadap
dicapai.
24
Asumsi
ini
mbul
ti
karena
PSlKOLOGIKA Nomor 1 1
Tahun VI 2001
•
ElektMtas Petatihan T\ktlk Mempengaruhi Secara Rasional terhadap Kepa!uhan Anak
cerita
dan
akhifnya
hanya saja,
mendengarkan
sehingga
tetap
bagian mampu
menarik kesimpulan secara benar.
Keadaan lnl tentu saja turut pula mendukung penmgkatan penelitian.
Faktor modeling terhadap figur otorita
kepatuhan Kedua,
pada
subjek
eksperimen
iru
menggunakan jumlah subjek yang sanqat
yang mempunyai Janis kelamin sama tidak
terbatas,
terlihat dalam eksperimen, karena subyek
dijadikan sebagai teori yang akan berlaku
eksperimen
semua
terdiri
dari
laki-laki.
Perbedaan jenis kelamin ini ternyata tidak
secara
sehlngga
umum
di
hasilnya
semua
belum
dapat
tempat
dan
terhadap setrao anak.
mempengaruhi efektivitas pelatihan dalam mendapatkan
kepatuhan
pada
anak. PENUTUP
Kenyataan
ini
juga ditunjang dengan jenis
kelamin guru bidang studi, di mana guru
Penelitian
guru tersebut merupakan pria semua (baik
petalihan
untuk
rasional,
kelompok
kelompok ketamin
eksperimen
kontrol).
pria
kepatuhan
tidak
pada
Guru
menjamin
anak
maupun
yang
berjenis
timbulnya
laki-laki,
karena
sebelum petatihan diadakan tertihat subyek laki-laki
dalam
ketiga
Kepatuhan
subyek
ternyata
dapat Jug a dimunculkan dengan figur otorita berjenis
bahwa secara
berupa
empati
penalaran
maupun
yang
negosiasi,
dapat menghasilkan tingkat kepatuhan yang lebih tinggi dibandingkan anak yang tidak menerima perlakuan ini.
'
DAFTAR
yang
baik
menekankan
menunjukkan
mempengaruhi
o
kelompok tersebut
tidak patuh dalam mengerjakan pekerjaan rumahnya.
ini
tak�k
kelamin
perempuan,
yakni
PUSTAKA
Campbell O.J. & Stanley, J.C.1973. Experi mental and Quasi Experimental Design
dengan menggunakan pelatih perempuan.
f or Research. Chicago: Houghton Mifflin
Keadaan ini memperlemah pemyataan yang
Company.
mengatakan bahwa kepatuhan ditentukan puta
oleh
kesamaan
jenis
kelamin
figur
dari
1973.
Dictionary of Psychol
ogy. New York: Dell Publishing, co.
otorita dengan subyek. Tertepas
Chaplin, J.P.
kesejajaran
hasil Durkin, K. 1995. Developmental Social Psy
eksperimen
dengan
teori
yang
telah chology: From Infancy to Old Age. Ox
dikemukakan, ada beberapa hal yang harus ford: Blackwell. dicermati.
Pertama,
sebe1um
observasi
pertama ditaksanakan. guru (wali kelas V) dari kelompok eksperimen telah mendahului peneliti dengan mengatakan bahwa "akan
Forsyth, 0. 1984. An Introduction to Group Dynamics.
California:
Brooks/Cole
Publishing Company.
ada pembinaan dari psikolog" bagi anak-anak tertentu. Pernyataan guru itu kemungkinan
Grusec, J.E. and Goodnow, J.J. 1994 Impact
besar mendukung subjek yang masih ingat
of Parental
akan
Child's
pemberitahuan
mengenai
adanya
Discipline
Method's on the
Internalization
of
Values:
A
untuk
Reconceptualization of Current Points
berusaha menampilkan perilaku yang baik
of View. Developmental Psychology, 30,
"pembinaan
dari
psikolog" tersebut
setelah adanya "pemblnaan" tersebut. Cook
4-19. American Psychological Associa
dan
tion,
Campbell
( 1 979)
menyebut
kejadian
Inc.
demikian dengan istilah evaluation appre hension
(Cook
dan
PSIKOLOGIKA Nomor
11
Campbell,
Tahun VI 2001
1979).
25
Wenty Manna Mmza
Hurlock,
E.B.
Perkembangan:
Suatu
Pengantar dalam Berbagai Bagiannya.
Psiko/ogi
1992.
Yogyal<arta:
Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta:
Gadjah
Mada
University
Press.
Erlangga. Power, G.T, McGrath, M.P., Hughes, S.O .. Manire,
Mandagi, M.J. 1999. Pendidikan Atas Dasar Aktivitas
Peserta Oidik.
Pembahruan, 23 Mei 1999.
S.H ..
·
sponses
to
Compliance
and
Young Children's
Re
1994.
Self Assertion:
Dalam Suara
Mothers
versus
Developmental Psy'chology, Matsumoto, 0. 1996. Culture and Psychol
Fathers. 30,
980-
987. American Psychological Associa
ogy. San Fransisco: Brooks/Cole Pub
tion.
lishing Company. Siegler, Monks, F.J., Knoers, A.M.P., Hadltono, 6.R.
1992.
Psiko/ogi
Pe;kembangan:
R.S.
Upper
1998.
Saddle
Children's River,
New
Thinking. Jersey:
Prentice Hall.
+ + +
26
PSIKOLOGIKA Nomor 11
Tahun VI 2001