EFEKTIVITAS KOMUNIKASI FORMAL DAN INFORMAL AKAN MENYEBABKAN TERCAPAINYA EFEKTIVITAS KERJA PEGAWAI RSUD MARDI WALUYO KOTA BLITAR Oleh Andiwi Meifiliani Abstraksi keterbatasan yang dimiliki manusia menyebabkan manusia tidak dapat mencapai sebagian besar tujuan dan kebutuhan tanpa melalui kerjasama dengan orang lain. Hal ini memerlukan adanya komunikasi, baik itu komunikasi formal maupun komunikasi informal. Dengan begitu akan mengurangi adanya konflik dalam organisasi, yaitu konflik yang bersifat fungsional adalah konflik yang keberadaannya justru menunjang tujuan organisasi dan konflik yang bersifat disfungsional yang menghambat tujuan organisasi. Sehingga diperlukan adanya usaha penyampaian tugas dan pekerjaan dalam organisasi yang mampu diterima oleh karyawan. Demikian jugs rasa ingin tahu dan bawahan maupun pimpinan dapat disalurkan. Komunikasi di sini dimaksudkan agar hubungan yang terjadi dalam organisasi dapat berjalan dengan baik. Bawahan dapat menyampaikan pendapat, saran usulan seperti yang diharapkan oleh bawahan maupun pimpinannya. Dan analisa hubungan variabel dengan menggunakan teknik korelasi product moment penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: hasil dari rx1y sebesar 0,498, rX2Y sebesar 0,5100 kemudian untuk mengetahui pengaruh ketiga variabel digunakan rumus korelasi ganda dengan hasil rx1X2 = 0,614. Untuk mengetahui hubungan tersebut dicari nilai derajat kebebasannya dan diperoleh hasil sebesar 20 kemudian dikonsultasikan dengan tabel C yang menunjukkan angka 0,614 pada taraf kepercayaan 99% atau signifikan karena diperoleh hasil nilai hitung lebih besar dari nilai tabel. Dengan demikian hipotesa yang penulis ajukan berbunyi semakin efektif komunikasi formal dan informal maka akan menyebabkan tingginya efektivitas kerja, terbukti dan dapat diterima. kebenarannya. Kata Kunci Efektivitas Kerja, Komunikasi Formal dan Informal PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam setiap organisasi baik organisasi swasta maupun pemerintahan yang terdiri dari berbagai macam kegiatan, di mana kegiatan yang satu mempunyai jalinan hubungan dengan kegiatan yang lainnya sehingga merupakan suatu kesatuan yang utuh untuk diarahkan terhadap tujuan yang telah
JURNAL TRANSLITERA EDISI 3/2015
ditetapkan. Berbagal tindakan yang dilakukan oleh pimpinan organisasi adalah sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi di mana, banyak faktorfaktor yang akan mempengaruhinya, salah satu faktor yang terpenting adalah manusia. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Sarwoto sebagai berikut : Organisasi pada dasarnya mengandung pengertian suatu kerja
1
sama antara manusia-manusia untuk mencapai tujuan yang sama. Dari pengertian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa hakekat dan organisasi adalah kerjasama antar manusia-manusia. Dari hakekat ini unsur manusia dapat dianggap sebagai unsur terpenting karena tidak adanya unsur manusia akan mengadakan ekstensi dari pada organisasi (1981:134). Dari pendapat tersebut di atas dijelaskan bahwa unsur manusia adalah unsur terpenting dan menentukan keberhasilan organisasi dalam merealisir tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena, keterbatasan yang dimiliki manusia menyebabkan manusia tidak dapat mencapai sebagian besar tujuan dan kebutuhan tanpa melalui kerjasama dengan orang lain. Hal ini memerlukan adanya komunikasi, baik itu komunikasi formal maupun komunikasi informal. Dengan begitu akan mengurangi adanya konflik dalam organisasi, yaitu konflik yang bersifat fungsional adalah konflik yang keberadaannya justru menunjang tujuan organisasi dan konflik yang bersifat disfungsional yang menghambat tujuan organisasi. Sehingga diperlukan adanya usaha penyampaian tugas dan pekerjaan dalam organisasi yang mampu diterima oleh karyawan. Demikian jugs rasa ingin tahu dan bawahan maupun pimpinan dapat disalurkan. Komunikasi di sini dimaksudkan agar hubungan yang terjadi dalam organisasi dapat berjalan dengan baik. Bawahan dapat menyampaikan pendapat, saran usulan seperti yang diharapkan oleh
JURNAL TRANSLITERA EDISI 3/2015
bawahan maupun pimpinannya. Seperti telah penulis kemukakan bahwa salah satu unsur terpenting bagi tercapainya tujuan organisasi adalah manusia. Unsur ini menyangkut tentang semangat kerja dari para pegawainya sebab dengan semangat kerja yang tinggi berarti tenaga kerja atau pegawai bekerja secara, tepat dan baik, sehingga tujuan organisasi dapat tercapai dengan lancar. Sebaliknya apabila dalam organisasi para, karyawatinya tidak memiliki semangat kerja, niscaya organisasi tersebut akan mengalami kerugian di samping terhambatnya pencapaian tujuan, pekerjaan banyak mengalami kesalahan. Hal ini akan menyebabkan tidak efektif dan efisiennya tujuan organisasi. Oleh karena itu untuk perkembangan dan kemajuan organisasi harus meningkatkan efektivitas kerja para, pegawai yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu produktivitas, keseluruhan prestasi, kepuasan kerja, hubungan kerja sama, semangat kerja dan kepatuhan kerja. Dari uraian di atas dan hasil penelitian dengan menggunakan teknik pengamatan dan wawancara pada sebagian pegawai RSUD Mardi Waluyo Kota Blitar , ternyata terdapat beberapa permasalahan dalam komunikasi formal dan informal, sebagai berikut : 1) Kurang adanya komunikasi dari pimpinan dengan bawahan mengenai tugas-tugas yang dikerjakan. Hal ini terlihat dari banyaknya bawahan yang tidak hadir pada waktu diadakannya rapat sehingga bawahan tidak tahu tugas-tugas yang dikerjakannya sehingga prestasi
2
kerja pegawai menurun, ini dapat dibuktikan seperti pada tabel
sebagai berikut: Tabel I
DAFTAR HADIR RAPAT TAHUNAN KANTOR BAGIAN RSUD MARDI WALUYO KOTA BLITAR TAHUN 2012/2013s.d. 2014/2015 Tahun Rapat Jumlah Pegawai Jumlah yang Hadir 2012/2013 23 20 2013/2014 23 19 2014/2015 23 17 Sumber : Kantor RSUD Mardi Waluyo Kota Blitar tahun 2012/2013s.d. 2014/2015 Dengan adanya fakta, tersebut, maka dapat dikatakan bahwa prestasi kerja pegawai kurang baik. 2) Kurang adanya pujian yang diberikan oleh pimpinan terhadap bawahannya mengenai tugastugas yang dikerjakannya. Hal ini nampak bahwa pimpinan kurang memberikan perhatian atau dorongan pada bawahan yang prestasinya bagus. 3) Adanya perbedaan pendapat yang menyebabkan terjadinya kesenjangan antara pimpinan dengan bawahan. Hal ini terlihat dengan pimpinan yang tidak mau mendengarkan pendapat bawahan sehingga menyebabkan bawahan tidak mau mengeluarkan pendapat atau ideidenya untuk kemajuan kantor. 4) Kurang adanya kekompakan antara ide bawahan dengan ide pimpinan. Hal ini nampak dari pimpinan yang tidak memberikan kesempatan pada bawahan untuk berpardsipasi dalam memberikan ide untuk kemajuan kantor. Sedangkan dalam mewujudkan tercapainya efektivitas
JURNAL TRANSLITERA EDISI 3/2015
kerja pegawai RSUD Mardi Waluyo Kota Blitar , terdapat beberapa permasalahan yaitu : 1) Tingkat kemampuan pegawai dalam menjalankan tugas kurang mempertanggung jawabkan dan tidak selesai tepat pada waktunya. Hal ini ditandai dengan banyaknya tugas-tugas yang menumpuk 2) Kepuasan Pasien kurang. Hal ini tampak dari adanya keluhankeluhan dari beberapa pasien mengenai tugas yang dihadapi maupun suasana kerja di lingkungan kantor. 3) Kurangnya tingkat kepatuhan kerja pegawai. Hal ini terlihat dari adanya kecenderungan untuk datang dan meninggalkan kantor tidak sesuai dengan ketentuan jam kerja yang berlaku, disamping itu juga terlihat dari adanya beberapa pegawai yang mendapat peringatan tertulis maupun lesan karena pelanggaran disiplin. 4) Kurang adanya kerjasama antar pegawai di Kantor RSUD Mardi Waluyo Kota Blitar . Hal ini ditandai dengan tidak adanya
3
kesediaan antar pegawai untuk membantu apabila ada kesulitan dalam pelaksanaan tugas. B. Rumusan Masalah Dengan latar belakang masalah seperti yang diuraikan di atas, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut : “Apakah dengan efektifnya tingkat komunikasi formal dan informal akan menyebabkan tercapainya efektivitas kerja pegawai RSUD Mardi Waluyo Kota Blitar ?”
HASIL PENELITIAN A. Diskripsi Lokasi Penelitian Guna mendapatkan data dalam menyusun penelitian ini penulis memilih lokasi pada RSUD Mardi Waluyo Kota Blitar . 1. Kedudukan Fungsi dan Tugas RSUD Mardi Waluyo Secara hirarki RSUD Mardi Waluyo Kota Blitar merupakan bagian dari Sekretariat Wilayah Blitar beserta bagian-bagian lain seperti bagian pemerintahan bagian hukum, bagian organisasi dan tata laksana, bagian kesra, bagian kepegawaian. Bagian lingkungan hidup adalah sebagai unsur yang membantu penyelenggaraan pemerintahan secara berdaya guna sesuai dengan perkembangan pemerintahan kota Blitar , dalam rangka pengelolaan masalah yang berkaitan dengan lingkungan. Berdasarkan keputusan Walikota Blitar Nomor: 004 Tahun 1998 tentang pedoman uraian tugas pada administrasi medis RSUD
JURNAL TRANSLITERA EDISI 3/2015
Mardi waluyo mempunyai fungsi: a. Menyusun rencana kerja bidang lingkungan hidup. b. Menyusun rencana kegiatan bagian lingkungan hidup berdasarkan hasil evaluasi kerja, sebagai pedoman di dalam melaksanakan tugas. c. Melaksanakan tugas bidang lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. d. Mengumpulkan penyusunan pedoman dan petunjuk teknis pembinaan ANDAL. e. Mengumpulkan dan mengolah data, mengkoordinasikan kegiatan dalam rangka penyusunan program, pembinaan perwujudan lingkungan pemukiman dan perkotaan yang sehat . f. Mengumpulkan dan mengolah data, mengkoordinasikan kegiatan dalam rangka penyusunan program, pembinaan penanggulangan pencemaran lingkungan. g. Melaksanakan koordinasi dengan sub bagian atau unit kerja lain yang terkait bidang tugasnya. h. Melaksanakan sistem jaringan dokumentasi dan informasi (SJDI) hukum sesuai dengan ketentuan yang berlaku. i. Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan. RSUD Mardi Waluyo Kota Blitar masih dibagi lagi menjadi beberapa bagian seperti yang tercantum pada pasal 52 dan pasal 51, yaitu : a. Bagian Kelompok Jabatan Fungsional b. Kepala Seksi Penanggulangan Pencemaran (PP) c. Kepala Seksi Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL)
4
Dari masing-masing bagian mempunyai peranan yang berbedabeda dan penulis akan uraikan sebagai berikut : a. Bagian Kelompok Jabatan Fungsional Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas, sebagian tugas dan fungsi Kepala Kantor sesuai dengan keahlian dan kebutuhan. Kelompok Jabatan Fungsional sebagaimana yang dimaksud terdiri dari sejumlah tenaga dalam jenjang jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang keahlian. Setiap kelompok tersebut dipimpin oleh seorang tenaga fungsional senior yang ditunjuk oleh Kepala RSUD Mardi Waluyo Kota Blitar dan bertanggung jawab kepada kepala kantor. Jumlah jabatan fungsional tersebut ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja. Jenis dan jenjang jabatan fungsional tersebut diatur dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. b. Kepala Seksi mempunyai tugas-tugas sebagai berikut : Melaksanakan tugas ANDAL sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku Menyusun rencana kegiatan sub bagian ANDAL berdasarkan hasil evaluasi kerja sebagai pedoman di dalam melaksanakan tugas. Melaksanakan pengumpulan data dan bahan-bahan dalam rangka penyusunan program dan petunjuk teknis pembinaan analisa dampak lingkungan. Menghimpun permasalahan dan menganalisa terhadap program ANDAL Mengikuti perkembangan dan
JURNAL TRANSLITERA EDISI 3/2015
mengadakan evaluasi tentang pelaksanaan program ANDAL. Mengumpulkan dan mengolah data mengkoordinasikan kegiatan pelestarian tanah, air, udara dan hutan dalam rangka perlindungan ekosistem. Melaksanakan koordinasi dengan sub bagian atau unit kerja lain yang terikat dalam bidang tugasnya. Menyelenggarakan tertib administrasi dan membuat laporan berkala serta laporan tahunan. Melaksanakan tugas lain yang diberikan pimpinan. c. Kepala Seksi Penanggulangan Pencemaran mempunyai tugas Melaksanakan tugas bidang pencemaran sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Menyusun rencana kegiatan sub bagian penanggulangan pencemaran berdasarkan hasil evaluasi kerja, sebagai pedoman di dalam melaksanakan tugas. Mempersiapkan bahan penyusunan pedoman dan petunjuk teknis untuk mengatasi timbulnya pencemaran lingkungan. Mengikuti perkembangan dan mengkoordinasikan pelaksanaan pencegahan dan penyelesaian sengketa lingkungan. Mencari dan menyebarluaskan bahan-bahan penyuluhan atau bahan informasi tentang bahaya akibat pencemaran dan tatacara penanggulangannya kepada masyarakat dan pemilik industri. - Mengumpulkan data-data dan bahan-bahan dalam rangka penyusunan program penanggulangan pencemaran
5
lingkungan. - Melaksanakan sistem jaringan dokumentasi dan informasi (SDJI) hukum sesuai dengan ketentuan yang berlaku. - Melaksanakan koordinasi dengan sub bagian atau unit kerja lain yang terikat dalam bidang tugasnya. - Menyelenggarakan tertib administrasi dan membuat laporan berkala maupun laporan tahunan. - Melaksanakan tugas, lain yang diberikan oleh atasan. 2. Struktur Organisasi Dalam suatu organisasi, baik organisasi yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta, pasti memerlukan suatu jaringan hubungan antara bagian-bagian yang dalam organisasi tersebut yang tercermin dalam Struktur organisasi :
JURNAL TRANSLITERA EDISI 3/2015
yang tujuannya adalah untuk memudahkan hubungan antara bagian-bagian, wewenang serta tanggung jawab masing-masing bagian. Struktur organisasi dalam suatu organisasi merupakan kerangka yang terdiri dari satuan-satuan di mana masing-masing mempunyai peranan serta hubungan yang teratur dalam kesatuan yang utuh untuk memenuhi tujuan orgamsasi. Jadi struktur organisasi sebagai gambaran dari hubunganhubungan wewenang, tanggung jawab informasi serta, perintah dari pucuk pimpinan sampai tingkat paling bawah, biasanya tersusun dalam suatu hirarki. Adapun pola struktur organisasi RSUD Mardi Waluyo Kota Blitar adalah sebagai berikut
6
GAMBAR I STRUKTUR ORGANISASI RSUD MARDI WALUYO KOTA BLITAR
Kepala Kantor
Kelompok Jabatan Fungsional
Ka. Sub. Bagian TU
TU. Agd. St. Keluar
TU. Agd. St. Keluar
Urusan Keuangan
Bendahara Penerimaan Ho
Ka. Seksi Penanggulangan Pencemaran
Ka. Seksi Analisis Dampak Lingkungan
6 Saft
7 Saft
JURNAL TRANSLITERA EDISI 3/2015
Urusan Kepegawian
TU. Agd. St Masuk
7
3. Data Penunjang Komunikasi Formal Sebagian data komunikasi formal berikut ini akan penulis sajikan tentang sebagai berikut : DISKRIPSI KEGIATAN PEGAWAI RSUD MARDI WALUYO KOTA BLITAR No 1
2
Macam Dihadiri Kegiatan Senin Pengarahan Semua Kepala Minggu Kepala Bagian I kepada Kepala bagian Senin Pengarahan Semua Kabag Minggu Kepala dan Staf II Bagian kepada Staf masingmasing Sumber data : RSUD Mardi Waluyo Waktu
4. Data Penunjang Komunikasi Informal Data penunjang komunikasi informal pada RSUD Mardi Waluyo Kota Blitar yaitu sebagai berikut :
diskripsi kegiatan pegawai pada. RSUD Mardi Waluyo Kota Blitar , Tabel I Tabel II DISKRIPSI KEGIATAN DI LUAR KANTOR Macam No Waktu Dihadiri Kegiatan 1 Senin Arisan Karyawati ati Minggu Darma dan istri III Wanita pegawai 2 Senin Pertemuan Seluruh Minggu Paguyupan pegawai IV pegawai Bagian Bagian Lingkungan Lingkungan Hidup Kota Hidup Kota Blitar Blitar Sumber data : RSUD Mardi Waluyo 5. Data Penunjang Variabel Efektivitas Kerja Pegawai Data penunjang variabel efektivitas kerja pegawai penulis sajikan dalam bentuk inventaris peralatan kantor yang akan menunjang efektivitas kerja pegawai, daftar pegawai berdasarkan tingkat pendidikan, penulis sajikan dalam bentuk sebagai berikut :
Tabel III INVENTARIS, PERALATAN KERJA KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KOTA BLITAR No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Jenis Peralatan Kantor / Ruang Kerja AC Sanyo Foto Presiden dan Wakil Presiden Gambar garuda pancasila Meja tamu Kipas angin Ruang rapat Rak buku White bord Komputer Mobil dinas kijang Mobil dinas carry Brankas Mesin ketik Telepon Jam dinding Kursi kerja Meja kerja
JURNAL TRANSLITERA EDISI 3/2015
Jumlah 1 buah 1 buah 1 set 1 buah 1 set 1 buah 1 ruangan 7 buah 3 buah 4 buah 1 buah 1 buah 3 buah 9 buah 3 buah 2 buah 25 buah 30 buah 8
19 Kursi . putar 20 Lemari kayu 21 Lemari kaca 22 Karpet hijau Sumber data : Kantor Lingkungan Hidup
JURNAL TRANSLITERA EDISI 3/2015
2 buah I buah 2 buah I buah
9
B. Diskripsi Variabel 1. Variabel Komunikasi Formal a. Data Hasil Dokumentasi Tabel V DAFTAR NAMA PEGAWAI BERDASARKAN GOLONGAN PENDIDIKAN DAN JABATAN DI KANTOR BAGIAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA BLITAR No Nama Gol IV a 1 Drs. Handartono III d 2 Suci Budiati, SH II a 3 Sri Handayani III b 4 Malysa, SH III b 5 Desi Elita, ST III a 6 Prastaningsih, S.Bp Id 7 Sutarmi II d 8 Widowati III d 9 Drs. Marnoto III b 10 Slamet Sudarso III a 11 Djimin IId 12 Bambang Edi S II c 13 Agustinus Plus P II a 14 Achmad Sidal II b 15 Sri Martono III c 16 Ir. Djoko Susilo III b 17 Edy Jatmiko 18 Bonifasiu Dakosta, SH III b IId 19 Tiwuk Sri Rejeki III b 20 Soeradi III c 21 Drs. M. Pramudjo IId 22 Joko Riswondo III a 23 Syahari Sucahyo Sumber data : RSUD Mardi Waluyo
Pendidikan Sarjana Sarjana SMA Sarjana Sarjana Sarjana SMA SMA Sarjana Sarjana Sarjana Akademi SMA SMA SMA Sarjana Sarjana Sarjana Akademi Sarjana Sarjana Akademi Sarjana
JURNAL TRANSLITERA EDISI 3/2015
Jabatan Kepala Kepala Sub Bagian TU Staf Staf Staf Staf Staf Staf Ka Seksi Penanggulangan Perencanaan, Staf Staf Staf Staf Staf Staf Kaseksi Analisis Dampak Lingk. Staf Staf Staf Staf Staf Staf Staf
10
Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : R (Jarak pengukuran) = nilai tertinggi – nilai terendah R = 33 – 25 = 8 Setelah R diketahui langkah selanjutnya adalah i (lebar interval) dengan rumus sebagai berikut : ( R) Jarak pengukuran i = jumlah kelas - Yang termasuk kategori tinggi adalah bagi responden dalam komformal, nilainya antara 31 – 33. - Yang termasuk kategori sedang adalah bagi responden dalam komformal, nilainya antara 28 – 30. - Yang termasuk kategori rendah adalah bagi responden dalam komformal, nilainya antara 25 – 27. Kemudian setelah ditentukan klasifikasinya atau kategori penilaiannya dan masing-masing kelas, maka pelaksanaan komformal dapat disajikan dalam distribusi frekuensi jumlah nilai, seperti tabel di bawah ini : Tabel VII DISTRIBUSI FREKUENSI JUMLAH NILAI TENTANG KOMUNIKASI FORMAL Nilai 31-33 28-30 25-27
Kategori Frekuensi Prosentase Tinggi 6 26,09 % Sedang 10 43,48 % Rendah 7 30,43 % Jumlah 23 100 % Sumber data : primer yang diolah Dari tabel di atas tampak bahwa dan 23 responden menganggap komunikasi formal dikategonikan tinggi sebanyak 6 orang atau 26,09%. Sedangkan responden yang menganggap komunikasi formal dikategonkan sedang sebanyak 10 orang atau 43,48% dan responden yang menganggap komformal dikategonikan rendah sebanyak 7 orang atau 30,43%. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar
JURNAL TRANSLITERA EDISI 3/2015
=
8 3
= 2,66 dibulatkan menjadi 3. Setelah diketahui lebar intervalnya maka penulis akan mengklasifikasikan dalam tiga kategori sebagai berikut :
pegawal Kantor Lingkungan Hidup Kota Blitar memberikan pernyataan bahwa komunikasi formal berkategorikan sedang. 2. Variabel Komunikasi Informal a. Data Hasil Dokumentasi Tabel VIII DISTRIBUSI KEGIATAN DI LUAR KANTOR No Waktu Macam Kegiatan Dihadiri Acara menyambut awal Semua 1 Januari tahun pegawai Idul Adha 10 Semua 2 Februari Dzulhijjah 1423 H pegawai 1 Muharram, (Suro) Semua 3 Maret 1424 H pegawai 4 April Maulud Nabi Semua 5 Mei Muhammad pegawai Sumber data : RSUD Mardi Waluyo b. Data Hasil Quasioner Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan untuk memperoleh data mengenai komunikasi informal pada. RSUD Mardi Waluyo Kota Blitar , telah penulis sajikan melalui daftar pertanyaan dari nomor 12 sampai nomor 23. Pengumpulan data dengan teknik quesioner ini menggunakan daftar pertanyaan tertutup dengan alternatif jawaban yang telah ditentukan sehingga responden dapat memilih salah satu jawaban sesuai dengan kondisi yang ada. Adapun setiap nomor pertanyaan penulis sediakan tiga alternatif jawaban dengan score atau nilai sebagai berikut : - Apabila responden menjawab a 11
maka dikategorikan jawaban tinggi, dengan score atau nilai 3. - Apabila responden menjawab b maka dikategorikan jawaban sedang, dengan score atau nilai 2. - Apabila responden menjawab c Berdasarkan data dari tabel tampak bahwa nilai tertinggi yang dicapai oleh responden adalah 32, sedangkan jumlah nilai yang terendah adalah 24. Dengan demikian nilai-nilai tersebut dapat untuk dikategorikan rendah, sedang dan tingginya variabel komunikasi informal yang ada di RSUD Mardi Waluyo Kota Blitar . Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : R (Jarak pengukuran) = nilai tertinggi – nilai terendah R = 33 – 25 = 8 Setelah R diketahui langkah selanjutnya adalah i (lebar interval) dengan rumus sebagai berikut : i = ( R) Jarak pengukuran jumlah kelas 8 = 3 = 2,66 dibulatkan menjadi 3. Setelah diketahui lebar intervalnya maka penulis akan mengklasifikasikan dalam tiga kategori sebagai berikut : - Yang termasuk kategori tinggi adalah bagi responden dalam komunikasi informal nilainya antara. 30 – 32. - Yang termasuk kategori sedang adalah bagi responden dalam komunikasi informal nilainya antara. 27 – 29. - Yang termasuk kategori rendah adalah bagi responden dalam komunikasi informal nilainya antara 24 – 26. Kemudian setelah ditentukan klasifikasinya atau kategori penilaiannya dari masing-masing kelas, maka pelaksanaan komunikasi informal dapat disajikan dalam JURNAL TRANSLITERA EDISI 3/2015
maka dikategorikan jawaban rendah dengan score atau nilai 1. Hasil jawaban responden tersebut secara, lebih lanjut dan lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut ini : distribusi frekuensi jumlah nilai, seperti tabel di bawah ini. Tabel X
DISTRIBUSI FREKUENSI JUMLAH NILAI TENTANG KOMUNIKASI INFORMAL Nilai Kategori Frekuensi Prosentase 30-32 Tinggi 15 65,22 % 27-29 Sedang 6 26,09 % 24-26 Rendah 2 8,69 % Jumlah 23 100 % Sumber data : primer yang diolah Dari tabel di atas, tampak bahwa dari 23 responden, sebanyak 15 orang atau 65,22% menganggap komunikasi informal berkategorikan tinggi, sebanyak 6 orang atau 26,09% berkategori sedang dan 2 orang atau 8,69% menganggap komunikasi informal berkategori rendah. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian pegawai Bagian Lingkungan Hidup Kota Blitar memberikan pernyataan bahwa komunikasi informal berkategorikan tinggi.
PENUTUP Kesimpulan Pokok Dan analisa hubungan variabel dengan menggunakan teknik korelasi product moment penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: hasil dari rx1y sebesar 0,498, rX2Y sebesar 0,5100 kemudian untuk mengetahui pengaruh ketiga variabel digunakan rumus korelasi ganda dengan hasil rx1X2 = 0,614. Untuk mengetahui hubungan tersebut dicari nilai derajat kebebasannya dan diperoleh hasil sebesar 20 kemudian dikonsultasikan dengan tabel C yang menunjukkan angka 0,614 pada taraf kepercayaan 99% atau signifikan karena diperoleh hasil nilai hitung lebih besar dari nilai tabel. Dengan demikian hipotesa yang penulis 12
ajukan berbunyi semakin efektif komunikasi formal dan informal maka akan menyebabkan tingginya efektivitas kerja, terbukti dan dapat diterima. kebenarannya. Saran-saran Setelah melihat kesimpulan di atas ternyata terdapat beberapa hal dari komunikasi formal dan informal yang perlu mendapatkan perhatian agar dapat tercipta efektivitas kerja pegawai yang tinggi seperti yang diharapkan. Oleh karena itu penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut : 1. Seharusnya pimpinan dalam memberikan petunjuk tentang tugas kepada bawahan dilakukan dengan bertatap muka. 2. Pimpinan setelah memberikan perintah kepada bawahannya seharusnya menanyakan apakah perintah tersebut sudah jelas atau perlu diulang. 3. Pimpinan jarang terlalu sering menegur apabila hasil pelaksanaan tugas yang diberikan tidak sesuai dengan kehendaknya. 4. Seharusnya pimpinan memberikan pujian kepada bawahannya apabila tugastugas yang diberikan kepada bawahan telah selesai dikerjakan dengan baik. 5. Seharusnya pimpinan memberikan kesempatan kepada bawahan untuk menyampaikan masukan atau informasi.
DAFTAR PUSTAKA Ensiklopedia Administrasi, Ed, Gunung Agung, Jakarta, 1997. Jacob Vreden Bregt, Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat, PT. Gramedia, Jakarta, 1981. Kartini Kartono, Pimpinan dan Kepemimpinan, CV. Rajawali, Jakarta, 1989. Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi, Metode Penelitian Survey, LP3ES, Jakarta, 1984. Masyuri HP, Asas-asas Komunikasi, IKIP Semarang, 1991. Onong Uchjana Effendi, MA., Human Relations dalam Management, Alumni Bandung, 1986.
JURNAL TRANSLITERA EDISI 3/2015
Onong Uchjana Effendi, MA., Komunikasi dan Modernisasi, Alumni Bandung, 1997. Slamet, Y. Analisa Data Kuantitatif dan Data Sosial, Fisip UNS, Blitar , 1993. Soekadi Darsowiryono, Komunikasi Administrasi, Fisip UNS, Blitar , 1989. Sutrisno Hadi,,Statistik 2, Penerbit Andi Offset, Yogyakarta, 1989. Wahyu Budianto, SSos., Human Relation, Blitar , 2000. A.W. Wijaya, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, Penerbit PT. Bina Aksara, Jakarta, 1986. I.G. Wursanto, Drs., Pokok-pokok Pengertian Human Relation dalam Manajemen, Pustaka Dian, Jakarta, 1985. I.G. Wursanto, Drs., Etika Komunikasi Kantor, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, 1990. A.W. Wijaya, Drs., Ilmu Komunikasi Pengantar Study Bina Aksara, 1988. George D. Halsey., Bagaimana Memimpin dan Menguasai Pegawai Saudara, terjemahan Anaz S, Bagindo Jaya Sakti, Jakarta 1965. H. Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, Gajah Mada, Universitas Jogyakarta, 1983. Kamarudin, Drs., Analisa Organisasi Managemen Modern, Jakarta, 1988. Keith Davis, Human Relation at Work, Mc. Grave Hill Book Co, Mc Kogosukasha co, Ltd, Tokyo, 1962. M. Nasir, pH.D., Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1981. Sarwab, Drs., Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen, Ghalia-Indonesia, 1981. Sukadi Darsosuwiryono, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, Penerbit PT. Bina Aksara, Jakarta, 1977. Sutrisno Hadi, Prof., Statistik 1, Psikologi, UGM Yogyakarta, 1982. Soekadi Darsowiryono, Hubungan Kerja Manusiawi dan Perencanaannya, Fisipol UNS, 1986. W. Gulo, Dasar-dasar Statistik Sosial, Satya Wacana, Semarang, 1983.
13