EFEKTIVITAS KEGIATAN STORY TELLING DALAM MENINGKATKAN MINAT BACA ANAK USIA DINI PADA POS PAUD SAKURA RW 02 KELURAHAN CIGUGUR TENGAH KOTA CIMAHI Tantin Yuliantini Program Studi Pendidikan Luar Sekolah
[email protected]
ABSTRAK Pembelajaran yang menyenangkan dapat mempengaruhi cara belajar anak didik. Kegiatan pembelajaran yang menyenangkan merupakan salah satu prinsip dasar dari metode pembelajaran anak usia dini melalui kegiatan Story Telling atau yang lebih dikenal dengan istilah bercerita. Kegiatan pembelajran tersebut efektif karena dampak dari kegiatan story telling terhadap peningkatan minat baca anak ternyata sangat
positif. Hal ini terbukti bahwa story telling memotivasi anak usia dini untuk dapat membaca, serta meningkatkan keinginan membaca mereka. Penelitian ini dilakukan di PAUD Sakura RW 02 Kelurahan Cigugur Tengah Kota Cimahi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan menggunakan sampel total. Adapun yang menjadi subjek penulisan adalah tutor PAUD Sakura RW 02 Kelurahan Cigugur Tengah Kota Cimahi, orang tua siswa PAUD Sakura dan anak usia dini mulai dari usia 4 tahun sampai 6 tahun. Pengumpulan datadilakukan dengn menggunakan teknik wawancara, observasi, angket dan studi kepustakaan. Dari hasilan alisis data terdapat hasil yang cukup memuaskan yaitu meningkatnya minat baca pada anak usia dini di Pos PAUD Sakura. Kata kunci : Story Telling, Minat Baca PENDAHULUAN Dalam jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), yaitu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahunyang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Undang-undang Nomor 20 tahun 2003).anak usia dini adalah anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan fisik maupun psikis (moral, sosial emosional, bahasa, kognitif, serta motorik). Dalam hal pengembangan bahasa anak, pendidik dapat menggunakan berbagai macam metode dalam menyampaikan pesan pembelajaran, yang dapat mersngsang dan menambah kosakata anak, serta dapat menumbuhkan minat baca pada anak. Salah satunya metode yang dapat digunakan adalah metode bercerita atau story telling Dalam menumbuhkan minat baca pada anak usia dini, pendidik memiliki peranan penting dalam menumbuhkembangkan minat baca pada anak usia dini. Seorang pendidik dituntut untuk memiliki
kompetensi dalam bercerita. Program story telling ini juga berkaitan erat dengan ilmu komunikasi karena didalamnya terdapat satu komunikasi yaitu penyampaian pesan yang dilakukan komunikator dalam hal ini pendidik kepada anak. Sebagai sumber komunikasi/komuniktor, maka pendidik harus selalu berusaha melakukan komunikasi yang bersifat persuasive terhadap anak, dengan tujuan untuk menumbuhkan kesadaran si anak guna menumbuhkan minat baca mereka. KAJIAN TEORI DAN METODE 2.1 Konsep Pendidikan Anak Usia Dini Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu pendidikan nonformal dalam membina tumbuh kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh, yang mencakup aspek moral spiritual, sosial emosional, kognitif, motorik,serta perkembangan bahasa yang tepat dan benar agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Pendidikan anak usia dini heruslah mengacu pada prinsip-pprinsip seperti yang tercantum dalam 1
PERMENDIKNAS Nomor 58 tahun 2009, yang menyatakan bahwa: 1. Memperhatikan tingkat perkembangan, kebutuhan, minat dan karakteristik anak. 2. Mengintregasikan kesehatan, gizi, pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan.
3. Pembelajaran dilakukan melalui bermain 4. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara bertahap, berkesinambungan, dan bersifat pembiasaan. 5. Proses pembelajaran bersifat aktif, kreatif, interaktif, dan menyenangkan. 6. Proses pembelajaran berpusat pada anak. 3. Mengendalikan pelaksanaan program penumbuhan dan pemgembangan minat baca, baik di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, maupun lingkungan masyarakat. 4. Menilai pelaksanakan penumbuhan dan penegembangan minat baca, baik di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, maupun lingkungan masyarakat (Undang Sudarsana, 2008).
2.2 Minat Baca Minat sering pula oleh orang-orang disebut “interest”. Ada pula yang mengatakan bahwa minat adalah perhatian yang kuat, intensif, dan menguasai individu secara mendalam untuk tekun melakukan sesuatu aktifitas (Meichati, 1972). Minat baca dapat diartikan sebagai salah satu keinginan untuk memenuhi kebutuhan seseorang, yang diperoleh dengan cara membaca. Mengacu kepada pengertian dalam Kamus Bahasa Indonesia, dimana dikatakan bahwa minat adalah perhatian, kesukaan, atau kecenderungan kepada sesuatu, maka minat baca dapat diartikan adanya perhatian atau kesukaan untuk membaca.
2.5 Fungsi Pembinaan Minat Baca Fungsi pembinaan minat baca diantaranya adalah: 1. Sebagai sumber kegiatan 2. Sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan 3. Sebagai tolak ukur keberhasilan upaya menumbuhkembangkan “minat baca” 4. Dengan membaca, akan diketahui sejauhmana tingkat pengembangan minat baca seseorang, sehingga pembinaan minat baca ini dapat dijadikan sebagai tolak ukur untuk rencana tindak selanjutnya.
2.3 Menumbuhkan Minat Baca Anak Minat baca adalah komponen kunci dari internalisasi. Anak-anak tertarik dengan bahan-bahan dapat memahami bahan-bahan tersebut dengan lebih baik dari anak-anak yang memiliki keterampilan yang mirip dalam hal membaca,tetapi dengan minat yang kecil. Namun, pada kenyataannya banyak orang tua yang tidak dapat mendampingi anak-anaknya baik itu dari segi biaya, waktu atau bahkan belum mengetahui cara yang tepat dalam menumbuhkan minat baca anak, sehingga perpustakaan terdekat khusus anak atau perpustakaan daerah yang merupakan perpustakaan umum termasuk untuk anak-anak menjadi alternatif kedua.
2.6 Tujuan Pembinaan Minat Baca Jika seseorang melakukan kegiatan membaca, tentulah ia memiliki suatu tujuan, diantaranya adalah: 1. Pencapaian membentuk masyarakat gemar membaca, dengan penekanan pada penciptaan lingkungan membaca untuk semua jenis bacaan pada semua lapisan masyarakat. 2. Mewujudkan suatu system penumbuhkembangan minat baca sehingga dapat mengembangkan minat dan selera dalam membaca. 3. Mampu mengevaluasi materi bacaan dan memiliki kebiasaan afektif dalam membaca informasi. 4. Mengantisipasi lajunya perkembangan ilmu pengetshusn dsn teknologi yang begitu pesat.
2.4 Pembinaan Dan Pengembangan Minat Baca Dalam menumbuhkembangkan minat baca, terutama minat baca anak usia Pra Sekolah, peranan pendidik/tutor sangat dibutuhkan. Penumbuhkembangan minat baca, dapat dilakukan secara sistematis melalui pembinaan yang meliputi: 1. Program penumbuhan dan pengembangan minat baca, baik di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, maupun lingkungan masyarakat. 2. Mengatur pelaksanaan program penumbuhan dan pengembangan minat merencanakan baca baik di lingkungan keluarga, lingkungan, lingkungan sekolah, maupun lingkungan masyarakat.
2.7 Kegiatan Dan Metode Bercerita Kegiatan bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang, yang dapat dilakukan baik dengan membaca ataupun disampaikan scara lisan. Bercerita bukan hanya berbagi pengetahuan tentang isi cerita, atau berbagai pengalaman, tetapi 2
juga memberikan suatu nasihat atau suatu teladan kepada anak, selain itu bercerita juga dapat memperkenalkan anak kepada nila-nilaimoral dan Dengan mendengarkan cerita, anak tidak akan pernah kehilangan atau kehabisan akal, karena cerita akan menimbulkan hal-hal yang antara lain adalah: a. Melatih daya tangkap b. Melatih daya pikir c. Melatih daya konsentrasi d. Membantu perkembangan fantasi e. Menciptakan suasana yang menyenangkan Menurut Henny (2007) terdapat beberapa cara atau metode dalam membawakan cerita, diantaranya: a. Bercerita tanpa alat peraga b. Bercerita dengan alat peraga langsung c. Bercerita dengan menggunakan gambar d. Bercerita dengan membaca e. Bercerita dengan menggunakan papan planel f. Bercerita dengan menggunakan boneka
dinamika kehidupan, dan menumbuhkembangkan minat bacanya. 3.2 Metode Dan Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah netode deskriptif, yaitu ucapan atau tulisan dan perilaku yang dapat siamati dari orang-orang (subjek) itu sendiri. Sedangkan teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dipergunakan untuk memperoleh data-data empiris yang dapat dipergunakan untuk penelitian. Adapun teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: a. Wawancara Jenis wawancara yang digunakan adalah jenis wawancara bebas terpimpin, yang memuat pokok-pokok masalah yang akan diteliti. Teknik wawancara menggunakan alat pedoman wawancara untuk membantu melengkapi pengumpulan data yang tidak dapat diungkapkan melalui teknik observasi dan angket. b. observasi Teknik observasi menggunakan alat pedoman observasi yang berupa check list untuk untuk mengamati secara langsung situasi dan kondisi di lapangan dalam rangka mencari dan menemukan data. c. Angket Teknik yang digunakan untuk menemukan data primer yang bersumber dari responden secara langsung. d. Studi Kepustakaan Studi ini mengacu pada konsep, teori, dan dalil yang melandasi penelitian sebagai bahan penunjang teori dalam membahas permasalahan yang dihadapi penulis.
2.8 Dampak Bercerita Atau Story Telling Bercerita tentulah menimbulkan dampak, baik yang positif maupun yang negative. Dampak positif bercerita diantarnya adalah: a. Menimbulkan minat untuk membaca b. Memberikan motivasi untuk membaca c. Meningkatkan minat baca d. Menciptakan masyarakat gemar membaca e. Membentuk budaya baca Sedangkan dampak negatif dari bercerita adalah: a. Menimbulkan rasa malas untuk membaca b. Menjadikan bercerita sebagai suatu budaya PROSEDUR PENELITIAN 3.1 Populasi Dan Sampel Penelitian
3.3 Langkah-Langkah Pengumpulan Data Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan definisi sampel adalah populasi yang dapat dianggap mewakili populasi yang bersamgkutan, dan diambil dari keseluruhan sifat-sifat atau generalisasi yang ada pada populasi (Sumaatmaja, 1988). Berdsarkan pernyataan di atas populasi dalam penelitian ini adalah tutor, orang tua siswa dan siswa PAUD Sakura RW 02 Kelurahan Cigugur Tengah Kota Cimahi yang berjumlah 40 orang.
3.3.1
Penyusunan Alat Pengumpulan Data Dalam hal ini penulis terlebih dahulu menyusun kisi-kisi secara sistematis sesuai dengan masalah atau pertanyaan penelitian. 3.3.2
Uji Coba Angket Uji coba anket dilakukan dengan maksud untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang mungkin ada pada pertanyaan maupun alternative jawaban angket yang mungkin masih memerlukan perbaikan. 3.3.3. Revisi Angket Revisi angket adalah untuk meneliti kelemahan atau kekurangan yang diketahui dari 3
jawaban dan saran untuk responden terhadap rumusan pertanyaan. 3.3.4 Memperbanyak Angket Setelah diadakan revisi dan siap diperguanakan, angket selanjutnya diperbanyak sesuai jumlah sampel yang akan diteliti.
4.2 Analisis Data Mengenai Efektivitas Yang Ditimbulkan Oleh Kegiatan Story Telling Terhadap Minat Baca Anak Untuk mengetahui pendapat responden tentang dampak dari kegiatan story telling terhadap minat baca anak dapat dilihat dari tabel berikut:
3.3.5 Pelaksanaan Pengumpulan Data Dengan mendapat izin dari pemerintah setempat, penulis menyebarkan angket kepada responden. Setelah angket disebarkan, kemudian dikumpulkan kembali pada waktu yang telah dijanjikan.
Tabel 4.2 Pendapat Responden Mengenai Dampak Story Telling Terhadap Minat Baca Anak No. Alternatif Jawaban f % 1. Meningkat 7 35 2. Memotivasi anak untuk 5 25 membaca 3. Menjadi kebiasaan 4 20 4. Biasa-biasa saja 4 20 Jumlah 20 100 Sebagian besar responden menyatakan bahwa minat baca putra/ putri mereka menjadi meningkat sebagai dampak dari kegiatan story telling.
3.4 Prosedur Pengolahan Data Data yang telah terkumpul melalui alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian kemudian dianalisa melalui langkah-langkah sebagai berikut: 1. Seleksi data 2. Klasifikasi data 3. Tabulasi data 4. Menghitung persentase 5. Penafsiran data
4.3 Analisis Data Mengenai Tanggapan Orang Tua Terhadap Kegiatan Story Telling Yang Dilakukan Oleh Tutor
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sebagian besar responden berpendapat bahwa kegiatan story telling yang dilakukan tutor dapat memotivasi anak untuk membaca, serta cukup mendidik anak dalm menambah perbendaharaan kata. Tabel 4.3 Pendapat Responden Mengenai Kegiatan Bercerita No. Alternatif Jawaban f % 1. Bagus sekali 6 30 2. Cukup bagus 4 20 3. Mendidik 2 10 4. Memotivasi anak untuk 8 40 membaca Jumlah 20 100
3.4 Analisis Data Mengenai Peranan Tutor Dalam Kegiatan Story Telling Dalam nenbawakan sebuah cerita tutor hendaknya memiliki cara dan strategi yang dapat menarik perhatian dan minat anak untuk mendengarkan dan memperhatikan jalan cerita hingga selesai. Tabel berikut merupakan hasil tabulasi data pendapat responden mengenai cara tutor ketika membawakan sebuah cerita: Tabel 4.1 Pendapat Responden Mengenai Cara Tutor Ketika Bercerita No. Alternatif Jawaban F % 1. Dengan mimik wajah 4 20 2. Dengan gerak tubuh 6 30 3. Duduk/berdiri saja 2 10 4. Dengan mimik dan gerak 8 40 Jumlah 20 100 Dari tabel di atas dapat diperoleh bahwa dalam mebawakan sebuah cerita hendaknya tutor menyajikannya dengan menggunakan momik dan gerak tubuh, sehingga pesan yang terkandung dalam cerita dapat tersampaikan dengan baik.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data terhadap data hasil penelitianyang dilakukan di Pos PAUD Sakura RW 02 Kelurahan Cigugur Tengah Kota Cimahi mengenai kegiatan story telling diperoleh kesimpulan: 1. Peranan tutor dalam kegiatan story telling ternyata merupakan peran yang sangat penting dalam membantu meningkatkan minat baca anak. 2. Kegiatan story telling berdampak positif dan efektif terhadap peningkatan minat baca anak 4
3. Respon dari orang tua terhadap kegiatan story telling cukup baik. 4. Dalam melaksanakan kegiatan story telling, tutor tidak menemukamn kendala yang berarti, karena dapat diatasi dengan baik. DAFTAR PUSTAKA Abdul Madjid, Abdul Azis DR. (2002). Mendidik Anak Dengan Cerita. Bandung : Rosda Karya.
Mulyana, E. (2007). Pengantar Bandung : Rosda Karya.
Ahmadi, A. (1993). Psykologi Perkembangan. Jakarta : Rineka Cipta.
PERMENDIKNAS Nomor 58 Tahun 2009. Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini.
Henny. (2007). Cara Bercerita Yang Efektif Dan Menarik. Bandung : Disdik Propinsi Jawa Barat.
Rangga [Online]. Tersedia: 19.web.id/artikel/konsep pendidikan. [13 Maret 2012].
Kartono, K. (1998). Psikologi Anak. Jakarta : Ghalia Indonesia.kurikulum KBK Tahun 2004 DEPDIKNAS. Sudarsana, Undang. (2008). Pembinaan Minat Baca. Jakarta : Universitas Terbuka. Sudjana, D. (2006). Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. Bandung : Rosda Karya. Surakhmad, W. (1982). Pengantar Penelitian Dasar Metode Teknik. Bandung : Tarsito. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003. Tentang system Pendidikan Nasional.
5
Komunikasi.
6