EFEKTIVITAS FULL DAY SCHOOL DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK SISWA DI SD INTEGRAL HIDAYATULLAH SALATIGA
SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh: TRI OKTAVIANI NIM: 111-12-137
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2017
EFEKTIVITAS FULL DAY SCHOOL DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK SISWA DI SD INTEGRAL HIDAYATULLAH SALATIGA
SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh: TRI OTAVIANI NIM: 111-12-137
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2017
i
ii
KEMENTERIAN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN Jl. TentaraPelajar 02 Telp.(0298) 323706 Faks. 323433 Salatiga 50721 Website : http://www.iainsalatiga.ac.id e-mail :
[email protected]
PERSETUJUAN PEMBIMBING Lamp : Hal : Naskah Skripsi Saudara Tri Oktaviani Kepada: Yth. Dekan FTIK Salatiga Di Salatiga Assalamu’alaikum. Wr. Wb. Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara: Nama
: Tri Oktaviani
NIM
: 111-12-137
Jurusan
: Pendidikan Agama Islam
Fakultas
: Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Judul
: Efektivitas Full Day School dalam Pembentukan Akhlak Siswa di SD Integral Hidayatullah Salatiga.
Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut di atas supaya segera dimunaqosahkan. Demikian agar menjadi perhatian. Wassalamu’alaikum. Wr. Wb. Salatiga, 09 Maret 2017 Pembimbing
Rasimin, S.Pd.I, M.Pd. NIP. 19750713 200901 1011 iii
KEMENTERIAN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN Jl. TentaraPelajar 02 Telp.(0298) 323706 Faks. 323433 Salatiga 50721 Website : http://www.iainsalatiga.ac.id e-mail :
[email protected]
SKRIPSI EFEKTIVITAS FULL DAY SCHOOL DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK SISWA DI SD INTEGRAL HIDAYATULLAH SALATIGA
DISUSUN OLEH TRI OKTAVIANI NIM: 111-12-137
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 21 Maret 2017 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana Pendidikan Islam. Susunan Panitia Penguji: Ketua Penguji
: Dr. Fatchurrohman, M.Pd.
__________________
Sekretaris Penguji
: Rasimin, S.Pd.I, M.Pd.
__________________
Penguji I
: Mufiq, M.Phil.
__________________
Penguji II
: Drs. Badwan, M.Ag.
__________________
Salatiga, 24 Maret 2017 Dekan FTIK IAIN Salatiga
Suwardi, M.Pd. NIP: 19670121 199903 1 00 iv
KEMENTERIAN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN Jl. TentaraPelajar 02 Telp.(0298) 323706 Faks. 323433 Salatiga 50721 Website : http://www.iainsalatiga.ac.id e-mail :
[email protected]
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
بسم هللا الرحمن الرحيم Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama NIM
: Tri Oktaviani : 111-12-137
Jurusan
: Pendidikan Agama Islam
Fakultas
: Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Judul
: Efektivitas Full Day School dalam Pembentukan Akhlak Siswa di SD Integral Hidayatullah Salatiga Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan
hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.
Salatiga, 06 Maret 2017 Penulis
Tri Oktaviani NIM: 111-12-137
v
MOTTO
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupan (al Baqarah: 286)
Gagal Itu Biasa. Terus Berusaha....Itu Yang Luar Biasa!!!! (penulis)
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (al Insyirah: 6)
vi
PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan kepada: 1. Bapak dan Ibu tercinta yang tiada lelah mengarahkan putrimu ini, yang senantiasa memberikan dukungan, semangat, serta do‟a yang tulus sehingga putrimu dapat menyelesaikan studi. 2. Kakakku tersayang, mas Krismanto Al Rosyid, terimakasih untuk motivasi dan arahannya serta bantuan moril beserta materiilnya. Karena beliaulah aku bisa duduk di bangku kuliah, merasakan pendidikan yang luar biasa di masa-masa kuliah, serta tahu bagaimana perjuangan hidup itu. Karena syarat yang beliau ajukan jugalah akhirnya aku harus tetap berjuang hingga dapat menyelesaikan studi ini. 3. Mbak Yafisa Woro Hesti, mbak Naskah Mila Nurbaya, serta mas Nur Jayadi terimakasih banyak atas nasihat serta dukungannya, karena belajar dari pengalaman kalianlah aku bisa seperti ini. 4. Imamku yang terkasih, M. Basyir Ali Muthohar yang senantiasa setia dan sabar membimbing, mengarahkan, memberikan dukungan, motivasi, kasih sayang, memberikan bantuan secara moril dan materiil, serta selalu mendoakanku hingga aku berhasil menyelesaikan studi ini. Terimaksih banyak duhai imamku. 5. Adek-adek ponakanku yang maniiis,,,,Nadila Az Zahra, Umair Abdillah al Fatih, Aqila Marsa Tibra, kalianlah penyemangatku dan penghiburku dikala letih menghampiri.
vii
6. Terimakasih penulis sampaikan kepada Mas Sabiq, dan teman karibku Mbak Zafi untuk segala motivasi, bimbingan bahkan sampai berkenan meminjami buku, dan meminjami laptop. 7. Rekan-rekan saat PPL, KKL, dan KKN yang berjuang bersama dalam suka dan duka untuk menyelesaikan tugas. 8. Rekan-rekan seperjuangan di kampus IAIN Salatiga. 9. Almamaterku tercinta IAIN Salatiga.
viii
KATA PENGANTAR
الرحيم ّ الرمحن ّ بسم اهلل Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWTatas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, meskipun masih jauh dari sempurna. Shalawat dan salam, semoga senantiasa tercurah limpah kepada Nabi Agung Muhammad Saw. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan dapat diselesaikan tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada: 1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. 2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. 3. Ibu Siti Ruhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pedidikan Agama Islam. 4. Bapak Rasimin, S.Pd.I, M.Pd. selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan dalam penulisan dan penyelesaian skripsi ini. 5. Ibu Dra. Ulfah Susilawati, M.Si. selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing dan mengarahkan selama kuliah. 6. Bapak/Ibu dosen dan seluruh karyawan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga yang telah memberikan pelayanan kepada penulis. 7. Kepala sekolah, guru, dan segenap keluarga besar SD Integral Hidayatullah Salatiga yang membantu dan memberikan pelayanan penelitian hingga penyelesaiaan skripsi ini. ix
8. Seluruh siswa-siswi SD Integral Hidayatullah Salatiga yang telah menginspirasi dan memotivasi penulis hingga terselesaikannya skripsi ini. 9. Suamiku, orang tuaku beserta seluruh keluargaku yang telah mendo‟akan dan membantuku dalam menyelesaikan studi di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga dengan penuh kasih sayang dan kesabaran. 10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu kelancaran penulisan skripsi ini. Semoga amal baik yang telah beliau-beliau berikan, menjadi ladang amal dan mendapatkan balasan yang lebih baik dari Allah SWT. Tiada kalimat yang pantas penulis ucapkan kecuali kalimat hamdalah karena skripsi ini dapat terselesaikan meskipun belum sempurna, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat.
Salatiga, 06 Maret 2017 Penulis
Tri Oktaviani NIM: 111-12-137
x
ABSTRAK Oktaviani, Tri. 2017. Efektivitas Full Day School dalam Pembentukan Akhlak Siswa di SD Integral Hidayatullah Salatiga. Skripsi. JurusanPendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Rasimin, S.Pd.I, M.Pd Kata Kunci: Efektivitas, Full Day School, dan Akhlak. Latar belakang penelitian ini adalah semakin hilangnya nilai-nilai agama, semakin deras arus pergeseran dan kemerosotan moral yang menimbulkan kegelisahan masyarakat, sehingga lembaga pendidikan sebagai penanggung jawab dalam memberikan pendidikan, menjaga dan memperkokoh moral bangsa harus mampu meningkatkan mutu dari pendidikan, salah satunya dengan penyelenggaraan belajar sehari penuh (full day school), dalam program ini tidak hanya memberi pengetahuan saja tetapi juga memberikan pendalaman tentang agama sebagai media pembentukan akhlak. SD Integral Hidayatullah Salatiga merupakan salah satu lembaga pendidikan yang berusaha meningkatkan mutu pendidikan dengan menyelenggarakan full day schoolsebagai media pembentukan akhlak. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: (1)Bagaimana pelaksanaan full day school di SD Integral Hidayatullah Salatiga. (2)Bagaimana efektivitas full day school dalam pembentukan akhlak siswa di SD Integral Hidayatullah Salatiga. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif. Sumber data primer adalah siswa-siswi yang mengikuti full day school di SD Integral Hidayatullah Salatiga. Pengumpulan data melalui metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan cara mereduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Pemeriksaan keabsahan data dilakukan dengan teknik triangulasi. Hasil penelitian ini menunjukkan pelaksanaan full day school di SD Integral Hidayatullah Salatiga dalam membentuk akhlak siswa dilakukan melalui metode pembiasaan, metode keteladanan, metode pemberian nasihat, metode pendampingan, metode appersepsi, metode telaah ayat dan hadis, serta metode pendekatan alam. Pembentukan akhlak melalui full day school berjalan dengan efektif dan lancar.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.........................................................................
I
LEMBAR BERLOGO......................................................................
Ii
PERSETUJAN PEMBIMBING......................................................
Iii
PENGESAHAN KELULUSAN ......................................................
Iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN........................................
V
MOTTO.............................................................................................
Vi
PERSEMBAHAN.............................................................................
Vii
KATA PENGANTAR ......................................................................
Ix
ABSTRAK.........................................................................................
Xi
DAFTAR ISI...................................................................................... Xiii DAFTAR TABEL.............................................................................
Xvi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................
Xvii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................
1
A. Latar Belakang………………………………………………
1
B. Rumusan Masalah……………………………………….......
4
C. Tujuan Penelitian…….……………………………………...
5
D. Kegunaan Penelitian....……………………………………… 5 E. Penegasan Istilah..…...………………………………………
6
F. Metode Penelitian………………………………………….... 8 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian....…………………….... 8 2. Kehadiran Peneliti.....……………………………………
9
3. Lokasi Penelitian...............………………………………
10
xii
4. Subjek Penelitian...........................…………………….... 10 5. Sumber Data..............…………………………………… 11 6. Metode Pengumpulan Data...……………………………
12
7. Analisis Data.........................……………………………
14
8. Pengecekan Keabsahan Data...…......…………………… 15 9. Tahap-Tahap Penelitian........……………………………
16
G. Sistematika Penulisan..............…......……………......……… 17 BAB II KAJIAN PUSTAKA…………………………………........
19
A. Sistem Full Day School......…………………………………. 19 1. Pengertian Full Day School..……………………………
19
2. Tujuan Full Day School………..………………………..
20
3. Kurikulum Full Day School……………………………..
21
4. Faktor Penunjang dan Penghambat Full Day School…… 21 B. Pembentukan Akhlak………..………………………............
23
1. Pengertian Pembentukan Akhlak ……………………….
23
2. Pembagian Akhlak dalam Islam.....……………………... 26 3. Tujuan Pembentukan Akhlak ……………………......….
29
4. Metode Pembentukan Akhlak........……………………...
30
5. Faktor-Faktor Pembentukan Akhlak..............…...………
32
C. Penelitian yang Relevan............……………………………..
34
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN.......
37
A. Sejarah Singkat SD Integral Hidayatullah Salatiga ……........ 37 1. Berdirinya SD Integral Hidayatullah Salatiga.....……….. 37 2. Identitas Sekolah....................……………………......….
xiii
38
3. Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah......……………………... 38 4. Struktur Organisasi Sekolah...........................…...……… 40 5. Data Sekolah..................................................…...………
40
6. Kurikulum Sekolah........................................…...………
45
B. Pelaksanaan Full Day School dalam Pembentukan Akhlak...
46
C. Efektivitas Full Day School dalam Pembentukan Akhlak......
51
BAB IV PEMBAHASAN.....……………………………….....…… 54 A. Pelaksanaan Full Day School dalam Pembentukan Akhlak Siswa di SD Integral Hidayatullah Salatiga…………………
54
1. Tujuan Pelaksanaan Full Day School di SD Integral Hidayatullah Salatiga..………………………………..…
54
2. Kurikulum Full Day School di SD Integral Hidayatullah Salatiga………......……………………..….....................
55
3. Indikator Capaian dari Pelaksanaan Full Day School di SD Integral Hidayatullah Salatiga………….......……..… 55 4. Proses Pelaksanaan Full Day School di SD Integral Hidayatullah Salatiga..………………………………..…
56
5. Metode Full Day School di SD Integral Hidayatullah Salatiga………......……………………..….....................
62
6. Sarana Prasarana Pelaksanaan Full Day School di SD Integral Hidayatullah Salatiga………….......……..…...... 63 7. Aplikasi Full Day School dalam Pembentukan Akhlak di SD Integral Hidayatullah Salatiga.......................…..… 64
xiv
8. Faktor Penunjang dan Penghambat Full Day School di SD Integral Hidayatullah Salatiga………........................
66
B. Efektivitas Full Day School dalam Pembentukan Akhlak Siswa di SD Integral Hidayatullah Salatiga........……..…......
67
1. Kurikulum yang Mendukung........………………………. 67 2. SDM dari Pendidik yang Mumpuni.....…...........………... 67 3. Sarana Prasarana dan Fasilitas yang Kontributif...............
68
4. Metode yang Sesuai........................……………………... 68 5. Lingkungan yang Kondusif............................…...………
69
6. Wali Siswa yang Mendukung............................................ 69 7. Akhlak yang Terbentuk.....................……………………
70
BAB V PENUTUP............................................................................. 72 A. Kesimpulan……………………………………...................... 72 B. Saran………………………………………............................ 72 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS
xv
DAFTAR TABEL Tabel 1: 3.1 Data Guru SD Integral Hidayatullah Salatiga .................................40 Tabel 2: 3.2 Data Siswa SD Integral Hidayatullah Salatiga ...............................42 Tabel 3: 3.3 Data Siswa Kelas Madin .................................................................43 Tabel 4: 3.4 Data Sarana Prasarana Sekolah .......................................................44
xvi
DAFTAR LAMPIRAN 1.
Daftar Nilai SKK
2.
Lembar Penunjukan Pembimbing
3.
Lembar Konsultasi
4.
Lembar Permohonan Izin Penelitian
5.
Lampiran 1 : Transkrip Wawancara I
6.
Lampiran 2 : Transkrip Wawancara II
7.
Lampiran 3 : Transkrip Wawancara III
8.
Lampiran 4 : Transkrip Wawancara IV
9.
Lampiran 5 : Transkrip Wawancara V
10. Lampiran 6 : Transkrip Wawancara VI 11. Lampiran 7 : Catatan Observasi I 12. Lampiran 8 : Catatan Observasi II 13. Lampiran 9 : Catatan Observasi III 14. Lampiran 10: Catatan Obsrvasi IV 15. Lampiran 11: Catatan Observasi V 16. Lampiran 12: Catatan Observasi VI 17. Lampiran 13: Catatan Observasi VII 18. Lampiran 14: Foto Hasil Penelitian
xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berpredikat sebagai lembaga pendidikan, berarti memiliki tanggung jawab yang besar yakni tidak hanya dituntut dapat memberikan pendidikan saja, melainkan juga mampu menjaga dan memperkokoh moral bangsa. Selain itu pengembangan kepribadian dan akhlak anak merupakan salah satu tugas pokok bagi lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan merupakan suatu jasa pendidikan serta proses pelayanan untuk mentransfer pengetahuan, sikap dan perilaku-perilaku yang baik. Sebab kemajuan bangsa dimasa sekarang dan masa mendatang sangat dipengaruhi oleh sektor pendidikan, dengan bantuan pendidikan setiap individu akan dapat berkembang menjadi lebih baik. Lewat pendidikan pula semua orang mengharapkan agar semua bakat dan kemampuan serta perilaku yang dimiliki bisa dikembangkan secara maksimal (Hamalik, 2008: 26). Mutu dari pendidikan sangatlah diharapkan oleh para orang tua baik pendidikan secara umum maupun pendidikan agama. Di dalam ajaran Islam, pendidikan agama mendapat perhatian lebih untuk selalu dikembangkan, seperti yang disebutkan dalam surah at-Taubah ayat 122 yang berbunyi:
1
Artinya:“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang), mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.”
Ayat di atas memberikan pengertian kepada kita bahwa dalam ajaran Islam terdapat perintah untuk pendidikan agama, baik dari keluarga maupun dari orang lain. Sehingga orang tua atau keluarga sebagai penentu utama pendidikan seharusnya dapat menentukan pendidikan yang terbaik untuk anaknya yaitu yang memiliki muatan lebih tentang keagamaan. Saat ini banyak sekali lembaga pendidikan yang memperdalam materi agama agar para peserta didiknya bisa menjadi generasi bangsa yang memiliki akhlak dan karakter yang mulia. Semua itu dilakukan untuk menjaga peserta didiknya dari kemerosotan moral dan degradasi akhlak bangsa. Dewasa ini kenakalan remaja berkembang begitu luas sehingga banyak terjadi perbuatan-perbuatan asusila yang terjadi seperti banyaknya pencurian, pembunuhan, penggunaan narkoba, seks bebas dan perkelahian anak sekolah. Akibatnya perbuatan-perbuatan tersebut menimbulkan keresahan di dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dan faktor yang mendominasi terjadinya kemerosotan di atas adalah karena kurangnya
2
pemahaman dan penghayatan terhadap akhlak, semakin hilangnya nilai-nilai agama dalam kehidupan dan semakin deras arus pergeseran atau dekadensi moral yang terjadi dikalangan masyarakat secara umum serta hilangnya loyalitas terhadap Islam (Mahmud, 2004: 62). Selain itu, peran aktif dan kreatif guru sangat dituntut untuk dapat menunjang pembelajaran agama sebagai media pembentukan akhlak peserta didik, semua itu dapat dilakukan melalui keteladanan dan praktek nyata di lingkungannya (sekolah). Tanggung jawab dalam menyiapkan generasi yang akan datang harus dipikirkan dan direncanakan secara matang oleh seorang guru beserta orang tua agar terlahirlah generasi yang unggul, yakni generasi yang berprestasi sekaligus berakhlak mulia. Saat ini banyak sekali lembaga pendidikan yang mengadakan program belajar sehari penuh bagi peserta didiknya atau yang sering dikenal dengan sebutan full day school. Program ini bertujuan untuk membina akhlak dan membentuk kepribadian yang baik pada peserta didiknya. Dalam program tersebut tidak hanya memberi pengetahuan saja akan tetapi juga disertai pembentukan akhlak agar peserta didik terbiasa melakukan perilaku-perilaku yang baik dan berakhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari. Full day school adalah salah satu program unggulan yang dirintis oleh beberapa sekolah. Program ini merupakan sebuah model pendidikan alternatif, dimana peserta didik sehari penuh berada di sekolah untuk melakukan proses pembelajaran dan proses beribadah. Dengan tersedianya waktu yang cukup lama di lingkungan sekolah peserta didik perlahan-lahan akan terbiasa dengan
3
kehidupan yang mandiri, menumbuhkan sikap kebersamaan dan kesadaran beribadah serta sikap positif lainnya yang dapat menjadikan mereka lebih baik. Sekolah Dasar Integral Hidayatullah Salatiga merupakan suatu lembaga pendidikan
yang
mengintegrasikan
ilmu,
amal,
dan
keikhlasan
yakni
menumbuhkan potensi ruhiyah, aqliyah, dan jasadiyah. Yang menerapkan kurikulum integral berbasis tauhid yaitu mengintegrasikan nilai-nilai tauhid kedalam kegiatan pembelajaran, dan menjadikan program full day school sebagai media dalam mewujudkan kurikulum tersebut. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis ingin melakukan penelitian secara mendalam tentang “Efektivitas Full Day School dalam Pembentukan Akhlak Siswa di SD Integral Hidayatullah Salatiga.”
B. Rumusan Masalah Mengingat luasnya masalah, penelitian ini difokuskan pada sistem pembelajaran full day school di SD Integral Hidayatullah Salatiga. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pelaksanaan full day school dalam pembentukan akhlak siswa di SD Integral Hidayatullah Salatiga? 2. Bagaimana efektivitas full day school dalam pembentukan akhlak siswa di SD Integral Hidayatullah Salatiga?
4
C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pelaksanaan full day school dalam pembentukan akhlak siswa di SD Integral Hidayatullah Salatiga. 2. Untuk mengetahui efektivitas full day school dalam pembentukan akhlak siswa di SD Integral Hidayatullah Salatiga.
D. Kegunaan Penelitian a. Teoritis 1) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran, khususnya bagi sekolah yang menerapkan full day school. 2) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan teoritis dalam mengintegrasikan pembentukan akhlak dalam penerapan full day school. b. Praktis 1) Bagi Peneliti Untuk menambah cakrawala berpikir dan memperluas pengetahuan serta mendapat pengalaman praktis selama proses penelitian. 2) Bagi Guru Sebagai sumbangan bagi para guru di SD Integral Hidayatullah Salatiga untuk membantu dan mendukung dalam pembentukan akhlak peserta didik melalui penerapan full day school.
5
3) Bagi Kepala Sekolah Sebagai masukan dalam meningkatkan intensitas supervisi dan pengambilan keputusan dalam mengintegrasikan pembentukan akhlak melalui penerapan full day school. 4) Bagi Kemenag Sebagai rujukan dalam menentukan kurikulum pendidikan.
E. Penegasan Istilah Untuk menghindari salahnya persepsi dan memudahkan pemahaman dalam skripsi ini, maka penulis berusaha menjelaskan dari berbagai istilah pokok yang terkandung dalam judul tersebut, yaitu: 1. Efektivitas Efektivitas berasal dari kata “efektif” yang mengandung pengertian dicapainya keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas selalu terkait dengan hubungan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang telah dicapai. Menurut pendapat Mahmudi dalam bukunya Manajemen Kinerja Sektor Publik mendefiniskan efektivitaas sebagai berikut: “Efektivitas merupakan hubungan antara output dengan tujuan, semakin besar kontribusi (sumbangan) output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif suatu organisasi, program atau kegiatan (Mahmudi, 2005: 92).
6
2. Full Day School Kata Full Day School berasal dari bahasa Inggris, full artinya penuh, day artinya hari, dan school artinya sekolah (Echols dan Shadily, 2010: 259). Jadi pengertian full day school adalah sekolah sepanjang hari atau proses belajar mengajar yang dilakukan mulai pukul 07.00-15.30. Dengan demikian sekolah dapat mengatur jadwal pelajaran dengan leluasa, disesuaikan dengan bobot mata pelajaran dan ditambah dengan pendalaman materi. 3. Pembentukan Akhlak Pembentukan akhlak dapat diartikan sebagai usaha sungguh-sungguh dalam rangka membentuk akhlak anak, dengan sarana pendidikan dan pembinaan yang terprogram dengan baik dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan konsisten. Pembentukan akhlak ini dilakukan berdasarkan asumsi bahwa akhlak adalah hasil usaha pembinaan, bukan terjadi dengan sendirinya. Potensi rohaniah yang ada dalam diri manusia, termasuk akal, nafsu amarah, nafsu syahwat, fitrah, kata hati, intuisi dibina secara optimal dengan cara dan pendekatan yang tepat (Nata, 2013: 133). 4. Sekolah Dasar (SD) Integral Hidayatullah Salatiga Sekolah yang terletak di Jl.Dliko Indah XVII/236 B Blotongan Kecamatan Sidorejo Lor Kota Salatiga Provinsi Jawa Tengah ini merupakan lembaga pendidikan yang menerapkan kurikulum integral berbasis tauhid yang mengintegrasikan antara ilmu, amal, dan keikhlasan. Sekolah Dasar Integral Hidayatullah Salatiga ini merupakan salah satu
7
lembaga pendidikan yang berbeda dengan sekolah dasar pada umumnya yang menyelenggarakan program unggulan yaitu full day school. Dimana melalui full day school tersebut diharapkan mampu membentuk akhlakul karimah (akhlak mulia) siswa sebagai wujud aplikasi kurikulum sekolah.
F. Metode Penelitian Metode berasal dari kata methodos (Yunani) yang dimaksud adalah cara atau suatu jalan. Metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan suatu cara kerja (sistematis) untuk memahami suatu objek atau subjek penelitian, sebagai upaya untuk menemukan jawaban yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan termasuk keabsahannya (Ruslan, 2010: 24). Metodologi di sini diartikan sebagai suatu cara atau teknis yang dilakukan dalam proses penelitian. Sedangkan penelitian diartikan sebagai upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati, dan sistematis untuk mewujudkan kebenaran (Mardalis, 2002: 24). Adapun komponen dalam metode penelitian ini adalah: 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dilihat dari jenisnya, penelitian ini tergolong penelitian kualitatif dengan tujuan membangun makna berdasarkan data-data lapangan. Penelitian ini disebut penelitian lapangan (field research) yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif, penelitian deskriptif ini
8
merupakan penelitian yang benar-benar hanya memaparkan apa yang terdapat atau terjadi dalam sebuah lapangan, atau suatu wilayah tertentu. Data yang terkumpul diklasifikasikan atau dikelompokkan menurut jenis, sifat, atau kondisinya. Sesudah datanya lengkap, kemudian dibuat kesimpulan (Arikunto, 2010: 3). Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini adalah pendekatan psikologi, maksudnya adalah pendekatan yang meliputi aspek-aspek kejiwaan yang ada dalam pribadi anak. Pendekatan ini mencoba meneliti dan mempelajari sikap dan tingkah laku manusia sebagai gambaran dari gejala-gejala kejiwaan seseorang. Dalam penelitian ini dideskripsikan peneliti dengan memperhatikan semua peristiwa yang terjadi dan selalu berusaha mengungkap kesadaran dari subjek penelitian. Pendekatan ini digunakan dengan tujuan untuk melihat sejauh mana efektivitas full day school dalam pembentukan akhlak siswa SD Integral Hidayatullah Salatiga. 2. Kehadiran Peneliti Kehadiran peneliti merupakan instrumen yang paling penting dalam penelitian kualitatif. Kehadiran peneliti di lapangan sangat penting dan diperlukan secara optimal. Peneliti merupakan salah satu instrumen yang secara langsung mengamati, mewawancarai, dan mengobservasi objek yang diteliti. Dalam penelitian ini, peneliti merupakan pengamat penuh yaitu mengamati keefektifan full day school dalam pembentukan akhlak siswa
9
di SD Integral Hidayatullah Salatiga. Selain itu, kehadiran peneliti juga diketahui oleh lembaga pendidikan yang dijadikan sebagai objek penelitian secara formal melalui surat ijin tertulis dari lembaga pendidikan peneliti (IAIN Salatiga). 3. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Integral Hidayatullah Salatiga. Penulis mengambil lokasi penelitian di SD Integral Hidayatullah Salatiga karena sekolah ini berbeda dengan sekolah-sekolah yang lain, yakni melaksanakan pembelajaran dengan nilai-nilai keIslaman dan menjadikan full day school sebagai media alternatif dalam mewujudkan kurikulum integral berbasis tauhid. 4. Subjek Penelitian Adapun subjek penelitian ini adalah siswa-siswi full day school SD Integral Hidayatullah Salatiga. Penelitian ini tidak menggunakan responden tetapi memilih informan karena pendekatan penelitian ini adalah kualitatif. Informan dalam penelitian ini berasal dari: a. Kepala Sekolah SD Integral Hidayatullah Salatiga, yaitu orang yang mengatur dan mengontrol berjalannya proses pembelajaran dalam full day school. b. Waka Diniyyah SD Integral Hidayatullah Salatiga, yaitu orang yang mengatur dan mengontrol berjalannya proses pembelajaran dalam kelas madin (KBM sore).
10
c. Guru kelas full day school SD Integral Hidayatullah Salatiga, yaitu sebagai pengganti orang tua peseta didik di sekolah sehingga mengetahui dengan betul perkembangan dan keadaan peserta didik selama di sekolah. d. Orang tua siswa-siswi SD Integral Hidayatullah Salatiga, sebagai pengawas perkembangan perilaku peserta didik saat berada di luar sekolah. e. Siswa-siswi SD Integral Hidayatullah Salatiga. Dalam penelitian ini siswa dan siswi yang mengikuti full day school merupakan subjek utama dalam penelitian ini. 5. Sumber Data Setiap penelitian memerlukan data karena data merupakan sumber informasi yang memberikan gambaran utama tentang ada tidaknya masalah yang akan diteliti (Afifudin dan Saebani, 2009: 117). Dilihat dari segi sumber perolehan data, atau dari mana data tersebut berasal secara umum dalam penelitian dikenal ada dua jenis data, yaitu data sekunder dan data primer. Data primer merupakan jenis data yang digali dan diperoleh dari sumber utamanya (sumber asli), baik berupa data kualitatif atau data kuantitatif. Dalam penelitian ini data primer terkait proses pelaksanaan full day school dalam pembentukan akhlak siswa di SD Integral Hidayatullah Salatiga dan keefektifannya.
11
Sedangkan data sekunder adalah jenis data yang diperoleh dan digali melalui hasil pengolahan pihak kedua dari hasil penelitian lapangannya, baik berupa data kualitatif maupun data kuantitatif. Jenis data ini sering juga disebut data eksternal. Dalam penelitian ini adalah dokumendokumen yang terkait dengan SD Integral Hidayatullah Salatiga. (Teguh, 2001: 121-122). 6. Metode Pengumpulan Data Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teknik atau metode pengumpulan data. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Observasi Dalam pelaksanaannya digunakan teknik pengamatan langsung yaitu teknik pengumpulan data, dimana peneliti mengadakan pengamatan yang berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan responden yang diamati tidak terlalu besar (Sugiyono, 2008: 145). Penelitian menggunakan metode observasi untuk mengetahui secara langsung apa yang terdapat di lapangan tentang keefektifan full day school dalam pembentukan akhlak di SD Integral Hidayatullah Salatiga. b. Wawancara Metode ini sering disebut interview yang berbentuk pengajuan pertanyaan-pertanyaan secara lisan kepada sumber data dan
12
dilakukan dengan bentuk tanya jawab secara sistematis dan berdasarkan tujuan penelitian (Rimbun dan Efendi, 1995: 192). Dengan wawancara ini kreativitas pewawancara sangat diperlukan. Pewawancara bertujuan untuk mengetahui keefektifan pelaksanaan full day school dalam pembentukan akhlak di SD Integral Hidayatullah Salatiga. Dalam penelitian ini yang menjadi informan atau yang diwawancarai dalam proses pembentukan akhlak siswa adalah Kepala Sekolah SD Integral Hidayatullah Salatiga, Waka Diniyyah SD Integral Hidayatullah Salatiga, guru atau wali kelas, wali murid atau orang tua, dan siswa-siswi yang mengikuti full day school. c. Dokumentasi Metode dokumentasi adalah teknik pengumpulan data sehingga menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik (Sukmadinata, 2010: 221). Dokumen yang diperlukan dalam penelitian ini adalah dokumen sekolah seperti data tentang sejarah berdirinya sekolah, struktur organisasi, data guru dan siswa, visi dan misi sekolah, kurikulum sekolah,
data
sarana
prasarana
serta
proses
palaksanaan
pembelajaran full day school di SD Integral Hidayatullah Salatiga. 7. Analisis Data Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
13
lapangan dan dokumen dengan cara mengorganisasikan data dalam kategori dan menjabarkan dalam unit-unit kemudian disusun dalam pola data yang penting, setelah itu disimpulkan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain. Aktivitas dalam analisis data dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas. Untuk menganalisis data yang diperoleh, penyusun menggunakan analisis deskriptif yang dikembangkan oleh Milles dan Hubberman dengan tiga langkah sebagai berikut (Sugiyono, 2008: 26): a. Reduksi Data Reduksi data merupakan kegiatan pemilihan, penyederhanaan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan tertulis di lapangan, sehingga menjadi lebih fokus sesuai dengan obyek penelitian. Reduksi data berlangsung selama proses penelitian sampai tersusunnya laporan akhir penelitian. b. Penyajian Data Penyajian data terdiri dari sekumpulan informasi yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Penyajian
data
dalam
skripsi
ini
merupakan
penggambaran seluruh informasi tentang efektivitas full day school dalam pembentukan akhlak bagi siswa.
14
c. Penarikan Kesimpulan Penarikan kesimpulan merupakan suatu kegiatan konfigurasi yang utuh.
Setelah
analisis
dilakukan,
maka
penulis
dapat
menyimpulkan masalah yang telah ditetapkan oleh penulis. Dari hasil pengolahan dan penganalisisan data ini kemudian diberi interpretasi terhadap masalah yang akhirnya digunakan oleh penulis sebagai dasar untuk menarik kesimpulan. 8. Pengecekan Keabsahan Data Pengecekan
keabsahan
data
dalam
penelitian
ini
dengan
menggunakan teknik “triangulasi”, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Teknik triangulasi bisa dilaksanakan dengan cara (Moleong, 2002: 178) yaitu : a. Check Recheck, dengan hal ini dilakukan dengan pengulangan kembali terhadap informasi yang diperoleh. b. Cross Checking, dalam hal ini dilakukan checking antara metode pengumpulan data yang diperoleh, misalnya dari data wawancara dipadukan dengan observasi,kemudian dipadukan dengan dokumen dan sebaliknya, sehingga ditemukan data yang valid dan sesuai kenyataan. 9. Tahap-tahap Penelitian Tahapan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
15
a. Pra Lapangan Tahap pra lapangan meliputi menyusun rancangan penelitian, menentukan fokus penelitian, menghubungi lokasi penelitian, mengurus perijinan, penelusuran awal, dan menilai keadaan lapangan penelitian, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan penelitian, dan yang menyangkut persoalan etika penelitian. b. Pekerjaan Lapangan Tahap pekerjaan lapangan meliputi memahami latar penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan dan pengumpulan data atau informasi yang terkait dengan fokus penelitian serta pencatatan data. c. Analisis Data Pada tahap ini, peneliti melakukan analisis terhadap data-data yang dikumpulkan. Peneliti menggunakan teknik analisis data yang dikemukakan oleh Milles dan Huberman yaitu mereduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan. d. Penulisan Hasil Laporan Dalam tahap ini, penulis menuangkan hasil penelitian secara sistematis sehingga dapat dipahami dan diikuti alurnya oleh pembaca. G. Sistematika Penulisan
16
Sistematika penulisan skripsi yang disusun terbagi dalam tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Bagian awal terdiri dari sampul, lembar berlogo, halaman judul, halaman persetujuan pembimbing, halaman pengesahan kelulusan, halaman pernyataan orisinalitas, halaman motto dan persembahan, halaman kata pengantar, halaman abstrak, halaman daftar isi, halaman daftar tabel, dan halaman daftar lampiran. Bagian inti atau isi dalam penelitian ini, penulis menyusun ke dalam lima bab yang rinciannya adalah sebagai berikut: Bab I: Pendahuluan memuat latar belakang masalah, fokus penelitian dan rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II: Kajian pustaka dijelaskan tentang kajian tentang sistem full day scool, kajian tentang pembentukan akhlak, dan kajian tentang penelitian yang relevan. Bab III: Paparan data dan temuan penelitian berisi tentang gambaran data yang meliputi sejarah singkat SD Integral Hidayatullah Salatiga, pelaksanaan full day school dalam pembentukan akhlak siswa dan efektivitas full day school dalam pembentukan akhlak siswa. Bab IV: Pembahasan disajikan data tentang analisis pelaksanaan pembentukan akhlak dengan full day school SD Integral Hidayatullah Salatiga dan efektivitas full day school dalam pembentukan akhlak siswa SD Integral Hidayatullah Salatiga. Bab V: Penutup berisi kesimpulan dan saran.
17
Bagian akhir dari skripsi ini, memuat: Daftar pustaka, lampiran-lampiran, dan daftar riwayat hidup penulis.
18
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Sistem Full Day School 1. Pengertian Full Day School Kata Full Day School berasal dari bahsa Inggris, full artinya penuh, day artinya hari, dan school artinya sekolah (Echols dan Shadily, 2010: 259). Jadi pengertian full day school adalah sekolah sepanjang hari atau proses belajar mengajar yang dilakukan mulai pukul 07.00-15.30. Dengan demikian sekolah dapat mengatur jadwal pelajaran dengan leluasa, disesuaikan dengan bobot mata pelajaran dan ditambah dengan pendalaman materi. Full Day School merupakan pendidikan sepanjang hari, dimana aktivitas anak lebih banyak dilakukan di sekolah daripada di rumah. Meskipun begitu, proses pembelajarannya tidak hanya di dalam kelas saja akan tetapi juga dilaksanakan di luar sekolah atau di tempat lain seperti di masjid, di perpustakaan, atau di laboratorium. Sehingga pergaulan anak tetap dapat terpantau sehingga kepribadianpun terjaga. Semuanya berada di bawah pengawasan dan bimbingan guru. Full Day School memiliki beberapa keuntungan, diantaranya kesempatan belajar siswa lebih banyak, guru dapat mengatur waktu agar lebih kondusif, orang tua siswa terutama yang sibuk berkarir akan lebih tenang karena anaknya ada di sekolah sepanjang hari dan berada dalam
19
pengawasan guru. Dalam full day school lamanya waktu belajar tidak dikhawatirkan menjadikan beban karena sebagian waktunya digunakan untuk kegiatan-kegiatan informal. (www.informasiguru.com/2016/08/PengertiandanMaknaFullDaySchool.ht ml diakses pada Jum‟at 25 November 2016). 2. Tujuan Full Day School Berikut adalah beberapa alasan sekolah menerapkan full day school yang dijelaskan dalam Baharuddin (2010: 223-224): 1) Banyaknya aktivitas orang tua berakibat pada kurangnya perhatian untuk anaknya terutama yang berhubungan dengan aktivitas anak sepulang dari sekolah. 2) Kemajuan IPTEK yang begitu cepat, sehingga apabila tidak dicermati akan membawa dampak negatif, terutama dari teknologi komunikasi.
Dengan
banyaknya
program
televisi
serta
menjamurnya Play Station (PS) membuat anak-anak lebih menikmati untuk duduk di depan televisi atau bermain play station daripada harus belajar. 3) Upaya untuk meningkatkan efisiensi waktu belajar. 4) Perubahan sosial budaya yang terjadi di masyarakat, dari masyarakat agraris menuju masyarakat industri yang mana perubahan tersebut jelas mempengaruhi pola pikir masyarakat yang berorientasi terhadap materi.
20
3. Kurikulum Full Day School Kurikulum yang diterapkan dalam model full day school adalah integrated curriculum yaitu perpaduan kurikulum pendidikan nasional dengan kurikulum Departemen Agama, dengan adanya perpaduan kurikulum tersebut maka proses belajar membutuhkan waktu yang lama. Kurikulum integrated ini digunakan dalam rangka untuk mengembangkan integrasi antara kebutuhan kehidupan jasmani dengan rohani, yakni mengintegrasikan
antara
iman,
ilmu,
dan
amal
(www.jenterasemesta.or.id/2016/08/full-day-school-konsep-dankurikulum.htmldiakses Jumat, 25 November 2016). 4. Faktor Penunjang dan Penghambat Full Day School Di antaranya faktor-faktor pendukung itu diantaranya adalah (tamimsyafii.blogspot.co.id/2016/10/kebijakan-full-day-school.html diakses pada Jumat, 25 November 2016): 1) Kurikulum Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan. Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan
demi
Kurikulum
juga
tercapainya merupakan
tujuan-tujuan suatu
rencana
pendidikan. pendidikan,
memberikan pedoman dan pegangan tentang jenis, ruang lingkup, urutan isi, serta proses pendidikan (Sukmadinata, 2006: 4).
21
2) Manajemen Pendidikan Manajemen
atau
pengelolaan
adalah
kemampuan
dan
keterampilan khusus untuk melakukan suatu kegiatan, baik bersama orang lain atau melalui orang lain dalam mencapai tujuan organisasi. Dengan adanya manajemen yang efektif dan efisien, maka sangat menunjang dalam pengembangan lembaga pendidikan yang dapat tercapai secara optimal (Sudjana, 2004: 17). 3) Sarana dan Prasarana Sarana pembelajaran atau fasilitas merupakan kelengkapan yang menunjang belajar peserta didik di sekolah. Lengkap tidaknya fasilitas belajar akan mempengaruhi pemilihan metode mengajar. Sekolah yang menerapkan full day school, diharapkan mampu memenuhi sarana penunjang kegiatan pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan siswa. 4) Sumber Daya Manusia (SDM) Dalam penerapan full day school, guru dituntut untuk selalu memperkaya
pengetahuan
dan
keterampilan
serta
harus
memperkaya diri dengan metode-metode pembelajaran yang tidak membuat siswa bosan. Guru harus mempunyai kualifikasi sebagai tenaga
pengajar,
karenanya
harus
memiliki
kemampuan
profesional dalam proses pembelajaran, agar pencapaian mutu yang diharapkan akan mencapai target (Sudjana, 2004: 374)
22
Adanya faktor pendukung, juga diiringi oleh faktor penghambat. Adapun faktor penghambat dalam penerapan full day school, antara lain adalah masih banyak kekurangan-kekurangan yang dihadapi sekolah untuk meningkatkan mutunya, mayoritas karena keterbatasan sarana dan prasarana pendidikan yang dapat menghambat kemajuan sekolah. Selain itu, faktor siswa, pegawai atau tenaga teknis, dan dana, serta kualitas guru juga sangat berpengaruh terhadap kelangsungan proses belajar mengajar pada penerapan full day school.
B. Pembentukan Akhlak 1.
Pengertian Pembentukan Akhlak Secara etimologi, kata akhlak berasal dari bahasa Arab. Jamak dari khuluqun yang berarti budi pekerti,perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan kata khalkun yang berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan khaliq berarti Pencipta dan makhluk yang berarti yang diciptakan (Zahruddin AR & Hasanuddin, 2004: 1). Sedangkan secara terminologi, berdasarkan pendapat beberapa pakar mengemukakan pengertian akhlak sebagai berikut:
23
a.
Ibn Miskawaih Akhlak adalah suatu keadaan yang melekat pada jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui proses pemikiran atau pertimbangan terlebih dahulu (Abdullah, 2006: 4).
b.
Imam Al Ghazali Akhlak adalah suatu sikap yang mengakar dalam jiwa yang darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa perlu pikiran dan pertimbangan. Jika sikap itu yang darinya lahir perbuatan yang baik maka disebut akhlak terpuji. Dan jika lahir darinya perbuatan buruk,maka disebut akhlak tercela (Zahruddin AR & Hasanuddin, 2004: 4).
c.
Sidi Gazalba Akhlak adalah tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari nilai baik dan buruk, menurut yang digariskan agama. Tindakan yang mengandung nilai akhlak itu adalah tindakan yang dilakukan dengan sadar dan disengaja (Gazalba, 1973: 538).
Dari beberapa definisi di atas jika diperhatikan dengan seksama tampak bahwa seluruh definisi akhlak tersebut sama maksudnya dan saling melengkapi yaitu sifat yang tertanam kuat dalam jiwa yang nampak dalam perbuatan lahiriah yang dilakukan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran lagi dan sudah menjadi kebiasaan yang dilakukan secara sadar dan disengaja sehingga lahir
24
perbuatan baik yang disebut akhlak terpuji, dan perbuatan tercela yang disebut akhlak tercela. Pada
kenyataannya
di
lapangan,
usaha-usaha
pembinaan
atau
pembentukan akhlak melalui berbagai lembaga pendidikan dan melalui berbagai macam metode terus dikembangkan. Hal ini menunjukkan bahwa akhlak memang perlu dibina, dan pembinaan ini ternyata membawa hasil berupa terbentuknya pribadi-pribadi muslim yang berakhlak mulia. Dengan demikian, pembentukan akhlak dapat diartikan sebagai usaha sungguh-sungguh dalam rangka membentuk akhlak anak, dengan sarana pendidikan dan pembinaan yang terprogram dengan baik dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan konsisten. (Nata, 2013: 133). Islam adalah agama yang sangat mementingkan akhlak daripada masalahmasalah lain. Karena misi Nabi Muhammad diutus untuk menyempurnakan akhlak. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa berbagai perbuatan ibadah tidak lain merupakan sarana untuk mencapai akhlak yang baik, dan Rasulullah merupakan contoh atau suri tauladan yang baik dalam hal ini. Karena yang membimbing dan membina terciptanya akhlak beliau adalah Allah SWT. Disebutkan dalam surah al Ahzab ayat 21 yang berbunyi:
25
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” Allah bahkan memuji akhlak Rasulullah melalui firman-Nya dalam surah alQalam ayat 4 yang berbunyi:
Artinya: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” 2.
Pembagian Akhlak dalam Islam Menurut M. Yatimin Abdullah (2006: 4-6) secara garis besar akhlak dibagi menjadi tiga bagian yaitu: a.
Akhlak kepada Allah SWT Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk Allah. Adapun cara manusia mendekatkan dirinya kepada Allah antara lain: 1) Mentauhidkan Allah yakni tidak memusyrikkanNya kepada sesuatu apapun. 2) Beribadah kepada Allah yakni melaksanakan ibadah untukNya 3) Bertakwa
kepada
Allah
yakni
melaksanakan
semua
perintahNya dan meninggalkan semua yang dilarangNya. 4) Zikrullah yakni ingat kepada Allah. 5) Bertawakal yakni berserah diri kepada Allah.
26
b.
Akhlak kepada Sesama Manusia Akhlak kepada sesama manusia merupakan sikap seseorang terhadap orang lain. Adapun akhlak terhadap sesama manusia dibagi menjadi 4 yaitu: 1) Akhlak kepada Orang Tua atau Guru Semua orang wajib berbakti kepada kedua orang tuanya, setelah takwa kepada Allah. Karena orang tua telah bersusah payah memelihara, mengasuh, mendidik hingga kita menjadi orang yang berguna dan bahagia. Sedangkan seorang guru adalah pengganti orang tua ketika berada di sekolah, sehingga kita harus berakhlak kepada guru seperti halnya berakhlak kepada orang tua. Adapun perbuatan yang harus dilakukan seorang anak kepada orang tua atau gurunya meliputi: mendoakannya, taat kepada segala perintahnya selagi tidak bertentangan dengan agama, menghormati,
sopan
santun,
merendahkan
diri
kita,
menjaga,menyayangi dan selalu melindunginya. 2) Akhlak kepada Saudara Dengan saudara kita harus berakhlak baik. Saudara itu tidak sebatas pada saudara kandung, tetapi juga saudara sebangsa, seagama, dan sesama manusia. Adapun akhlak yang perlu dilakukan dengan saudara meliputi: adil terhadap saudara
27
dalam segala hal, mencintai dan menyayangi sebagaimana mencintai dan menyayangi diri sendiri. 3) Akhlak kepada Teman Teman adalah orang paling setia menemani bermain dan belajar. Adapun akhlak kepada teman antara lain: saling menasehati
dalam
kebaikan,
saling
menyayangi
dan
menghargai, saling membantu dan tolong menolong, saling jujur dan memaafkan. 4) Akhlak kepada Tetangga Tetangga adalah orang yang tinggalnya berdekatan dengan tempat tinggal kita, dimana mereka selalu mengetahui keadaan orang terdekatnya lebih dulu dibandingkan dengan saudara yang rumahnya berjauhan. Dalam ajaran agama Islam, akhlak kepada tetangga adalah sebagai berikut: tidak menyakiti hati tetangga baik berupa ucapan atau perbuatan, selalu berbuat baik dan menasihati jika lalai, selalu menolong jika membutuhkan pertolongan, menengok jika sakit, dan saling berbagi. c.
Akhlak kepada Alam atau Lingkungan Alam adalah segala sesuatu yang berada di langit dan bumi beserta isinya, selain Allah. Manusia sebagai khalifah diberi kesempatan oleh Allah untuk mengelola bumi dan mengelola alam
28
semesta ini. Oleh karena itu manusia mempunyai tugas dan kewajiban terhadap alam sekitarnya. Berakhlak dengan alam dapat dilakukan manusia dengan melestarikannya, seperti: tidak membuang sampah sembarangan, tidak menebang pohon secara liar, tidak memburu hewan secara liar, melakukan reboisasi, membuat cagar alam dan suaka margasatwa, serta memelihara lingkungan dengan baik. 3.
Tujuan Pembentukan Akhlak Pembentukan akhlak sejalan dengan pendidikan Islam yaitu Alquran dan hadis, dimana orang yang berpegang teguh kepada dua dasar tersebut diharapkan dapat mewujudkan kehidupan yang sejahtera di dunia dan akhirat. Proses pembentukan akhlak bertujuan untuk melahirkan manusia yang berakhlak mulia. Akhlak seseorang akan dianggap mulia jika perbuatannya mencerminkan nilai-nilai yang terkandung dalam Alquran. Menurut Ali Abdul Halim Mahmud (2004:160) tujuan pembentukan akhlak setidaknya mencakup antara lain: a.
Mempersiapkan manusia-manusia yang beriman yang selalu beramal shaleh.
b.
Mempersiapkan insan beriman dan shaleh yang menjalani kehidupan sesuai dengan ajaran Islam, melaksanakan apa yang diperintahkan agama dengan meninggalkan apa yang diharamkan.
29
c.
Mempersiapkan insan beriman dan shaleh yang bisa berinteraksi secara baik dengan sesamanya, baik dengan orang muslim maupun non muslim.
d.
Mempersiapkan insan beriman dan shaleh yang mampu dan mau mengajak orang lain ke jalan Allah, melaksanakan amar ma‟ruf nahi munkar, dan berjuang fii sabilillah demi tegaknya agama Islam.
e.
Mempersiapkan insan beriman dan shaleh yang merasa bangga dengan persaudaraannya sesama muslim dan selalu memberikan hak-hak persaudaraan.
f.
Mempersiapkan insan beriman dan shaleh yang merasa bahwa dia adalah bagian dari seluruh umat Islam yang berasal dari daerah, suku, dan bangsa.
g.
Mempersiapkan insan beriman dan shaleh yang merasa bangga dengan loyalitasnya kepada agama Islam dan berusaha sekuat tenaga demi tegaknya Islam di muka bumi.
4.
Metode Pembentukan Akhlak Adapun metode pendidikan akhlak yang dapat membentuk akhlak seseorang menjadi lebih baik adalah melalui (Aly, 1999: 177-204): a.
Keteladanan Metode keteladanan berarti suatu metode pendidikan dengan cara memberikan contoh, baik berupa tingkah laku, sifat, cara berpikir,
30
dan sebagainya kepada peserta didik. Keteladanan merupakan salah satu metode pendidikan yang diterapkan Rasulullah dan paling banyak pengaruhnya terhadap keberhasilan menyampaikan misi dakwahnya. Ahli pendidikan banyak berpendapat bahwa pendidikan dengan teladan merupakan metode yang paling berhasil. Hal ini disebabkan seorang anak yang baru beranjak dewasa lebih banyak meniru daripada melakukan hal yang dipikirkan. Oleh karena itu, siswa cenderung meneladani gurunya dan menjadikannya sebagai tokoh identifikasi dalam segala hal. b.
Pembiasaan Pembiasaan merupakan proses penanaman kebiasaan. Metode pembiasaan merupakan salah satu metode pendidikan yang sangat penting untuk diterapkan dalam mendidik peserta didik.
c.
Memberi Nasihat Sebagaimana yang dikemukakan oleh Hery Noer Aly mengatakan bahwa yang dimaksud dengan nasihat adalah penjelasan kebenaran dan kemaslahatan dengan tujuan menghindarkan orang yang dinasihati dari bahaya serta menunjukkannya ke jalan yang mendatangkan kebahagiaan dan manfaat. Dalam metode ini pendidik mempunyai kesempatan yang luas untuk mengarahkan peserta didik kepada berbagai kebaikan dan kemaslahatan.
31
5.
Faktor-Faktor Pembentukan Akhlak Untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak ada tiga aliran yang sudah amat populer, yakni aliran nativisme, aliran empirisme, aliran konvergensi (Nata, 2013: 165). Menurut aliran nativisme bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor pembawaan
dari
dalam
yang
bentuknya
dapat
berupa
kecenderungan, bakat, akal, dan lain-lain. Jika seseorang sudah memiliki pembawaan atau kecenderungan kepada yang baik maka dengan sendirinya orang tersebut menjadi baik. Aliran ini tampak kurang menghargai atau kurang memperhitungkan peranan pembinaan atau pembentukan dan pendidikan. Kemudian menurut aliran empirisme bahwa faktor yang sangat berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor dari luar, yaitu lingkungan sosial, termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan. Jika pembinaan dan pendidikan yang diberikan kepada anak itu baik, maka baiklah anak itu. Demikian juga sebaliknya. Aliran ini tampak begitu percaya kepada peranan yang dilakukan oleh dunia pendidikan dan pengajaran. Akan tetapi berbeda dengan pandangan aliran konvergensi, aliran ini berpendapat pembentukan akhlak dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu pembawaan si anak, dan faktor dari luar yaitu
32
pendidikan atau pembentukan dan pembinaan yang dibuat secara khusus, atau melalui interaksi dalam lingkungan sosial. Fitrah atau kecenderungan ke arah yang baik yang ada di dalam diri manusia dibina secara intensif melalui berbagai metode. Aliran yang ketiga ini tampak sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini dapat dipahami dari surat an-Nahl ayat 78 yang berbunyi:
Artinya:“dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”.
Ayat tersebut memberikan petunjuk bahwa manusia memiliki potensi untuk dididik, yaitu penglihatan, pendengaran dan hati sanubari. Potensi tersebut harus disyukuri dengan cara mengisinya dengan ajaran dan pendidikan. Menurut Hamzah Ya‟kub faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya akhlak atau moral pada prinsipnya dipengaruhi dan ditentukan oleh dua faktor utama yaitu faktor intern dan faktor ekstern (Ya‟qub, 1993: 57).
33
a.
Faktor intern yang terdiri dari instink (naluri), kebiasaan, keturunan, keinginan atau kemauan keras, dan hati nurani.
b.
Faktor ekstern yang terdiri dari lingkungan, pengaruh keluarga, pengaruh sekolah, dan pendidikan masyarakat.
C. Penelitian yang Relevan Banyak penelitian yang telah dilakukan yang berkaitan dengan penelitian ini, diantaranya adalah: Asep Rumliyani mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2010 dengan judul “ Efektivitas Pembelajaran PAI Melalui Media Lagu di Taman Kanak-Kanak „Aisyiyah Notoprajan Yogyakarta .” Hasil skripsi ini menyimpulkan bahwa pembelajaran PAI melalui media lagu merupakan salah satu cara yang efektif karena satu lagu dapat diintegrasikan dengan lebih dari satu aspek. (Rumliyani, 2010: 72) Siti Nurhalimah mahasiswi Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam STAIN Salatiga tahun 2012 dengan judul, “Efektivitas Sistem Pembelajaran Tahfidzul Qur‟an (Di Pondok Pesantren Roudlotu „Usysyaaqil Qur‟an Rowosari, Rowopolo, Kec. Tuntang, Kab. Semarang.” Hasil skripsi ini menyimpulkan bahwa sistem pendidikan tahfidzul Qur‟an di pondok Roudlotu Usysyaaqil tersebut sangat efektif sehingga target yang telah ditentukan dengan menghafal al Qur‟an selama 5-6 tahun santri bisa tercapai. (Nurhalimah, 2012: 72)
34
Yunani mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Jurusan Tarbiyah di STAIN Ponorogo tahun 2009 dengan judul “Pelaksanaan Program Full Day School Di MI Muhamadiyyah Dolopo Madiun.” Hasil skripsi ini menyimpulkan bahwa dengan program full day school
dilaksanakan
untuk
membantu
siswa
dalam
mengatasi
permasalahan dalam belajarnya. Program ini difokuskan pada materi yang diUANkan (Matematika, IPA, Bahasa Indonesia), dilakukan secara klasikal dengan pembelajaran aktif. Dari hasil program full day school yang telah dilakukan, dapat dilihat MI Muhammadiyah Dolopo mengalami perubahan yang signifikan dalam kemajuan mutu pendidikan. (Yunani, 2009: 76) Annisa Nurul Azizah mahasiswi Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Pendidikan Pra Sekolah dan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta tahun 2014 dengan judul “Program Full Day School Dalam Pengembangan Kemandirian Siswa Kelas IV di SDIT Insan Utama Bantul Yogyakarta.” Hasil skripsi ini menyimpulkan bahwa program full day school untuk mengembangkan kemandirian yakni dengan melalui kegiatan pramuka setiap
hari
Jum‟at,
kegiatan
market
day,
kegiatan
mutaba‟ah
yaumiah(kontrol kehidupan sehari-hari di rumah dengan lembar dari sekolah), serta kegiatan intrakulikuler yang terintegrasi dengan mapel yang dikerjakan secara mandiri. (Azizah, 2014: 87)
35
Lilies Widyowati mahasiswi Program Pascasarjana Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga tahun 2014 dengan judul “Pengembangan Kurikulum Tepadu Sistem Full Day School (Studi Multi Kasus Di SD Muhammadiyah 1 Alternatif Kota Magelang, SDIT Ihsanul Fikri Kota Magelang dan SD Terpadu Ma‟arif Gunungpring Magelang).” Hasil tesis ini menyimpulkan implementasi kurikulum merupakan integrasi secara fungsional antara aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik. (Widyowati, 2014: 159) Dari uraian di atas, terdapat perbedaan mendasar dengan beberapa penelitian terdahulu, yaitu terletak pada penekanannya terhadap proses pembentukan akhlak siswa. Penelitian ini menekankan pada efektivitas full day school dalam membentuk akhlak siswa di SD Integral Hidayatullah Salatiga.
36
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Sejarah Singkat SD Integral Hidayatullah Salatiga 1.
Berdirinya SD Integral Hidayatullah Salatiga Berdirinya SD Integral Hidayatullah Salatiga diawali dengan berdirinya Yayasan Imaduddin Salatiga pada tahun 1998. Yang mana yayasan ini merupakan lembaga sosial, dakwah, dan ekonomi yang didirikan oleh organisasi Islam bernama Hidayatullah. Dengan program ini organisasi Hidayatullah telah mendirikan berbagai Yayasan dan Pondok Pesantren yang tersebar di wilayah-wilayah di Indonesia. Sejak Rapat Kerja (Raker) organisasi Hidayatullah pada tahun 2000, mulai dicanangkan empat program pokok yang sebelumnya hanya tiga program yaitu sosial, dakwah, dan ekonomi. Maka pada Raker ini dilengkapi dengan satu program lagi yaitu program pendidikan. Adapun dalam program pendidikan, dicanangkan untuk mendirikan lembaga pendidikan yang berjenjang. Program ini adalah sebagai wujud keprihatinan kader dalam organisasi Hidayatullah terhadap kegersangan agama terutama akhlak para generasi masa depan. Maka pada tahun 2000 hingga 2006, Yayasan Imaduddin Salatiga dengan tekad para perintis-perintisnya, berhasil mendirikan lembaga pendidikan yang berjenjang berturut-turut yakni terdiri dari 37
Taman Penitipan Anak (TPA), Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Raudhotul Athfal (RA) Yaa Bunayya, dan Sekolah Dasar (SD) Integral Hidayatullah Salatiga. Kepala sekolah pertama SD Integral Hidayatullah adalah Bapak Syakur Muhtar M.Pd.I selama tiga tahun sampai mendapat ijin operasional, kemudian dilanjutkan oleh Bapak Tumidi S.Pd.I tahun 2009-2016, selanjutnya kini tahun 2016/2017 yang diamanahi sebagai kepala sekolah adalah Bapak Wuryantoro S.Pd.I. 2.
Identitas Sekolah Sekolah Dasar (SD) Integral Hidayatullah Salatiga beralamat di Jl. Dliko Indah Gg.XVII/236 B Blotongan Kecamatan Sidorejo Lor Kota Salatiga Provinsi Jawa Tengah dengan kode pos 50715 dan kode wilayah 0298. Status sekolah adalah swasta, yang berdiri pada tahun 2006 dan mendapat ijin beroperasi pada tahun 2010, dengan identitas sekolah NIS 20361524, NSS 102036204037 mempunyai luas bangunan panjang 20 m dan lebar 20 m milik sendiri. Jarak sekolah ke pusat kecamatan kira-kira 1 km, dan dari pusat otoda kira-kira 5 km. Bentuk sekolah adalah terpadu yang terakreditasi B dibawah naungan Yayasan Imaduddin Hidayatullah Salatiga.
38
3.
Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah a. Visi Terbentuknya
generasi
Islami
unggul
yang
memiliki
kecerdasan intelektual, kematangan emosional, ketaatan spiritual. b. Misi Menyelenggarakan pendidikan Islam secara integral dalam aspek ruhiyah, aqliyah, dan jismiyah. c. Tujuan Sekolah Dasar (SD) Integral Hidayatullah Salatiga, memiliki tujuan membentuk karakter atau sikap dasar siswa, dibagi dalam 3 macam karakter yaitu: 1) Karakter Keagamaan a) Memiliki pemahaman menyeluruh tentang Iman,Islam, dan Ihsan. b) Tumbuh kesadaran menjalankan ibadah shalat, berdoa, dan dzikir. c) Senang membaca dan memahami alQuran. d) Hafal al Quran juz 30 dan juz 29 sebagai penjajagan. e) Tumbuh semangat berakhlakul karimah. f) Terbentuknya adab dalammenuntut ilmu. 2) Karakter Keilmuan a) Tumbuh
kesadaran
berdasarkan ilmu.
39
bersikap
dan
bertingkah
laku
b) Tumbuh semangat belajar, rasa ingin tahu tinggi dan senang melakukan observasi dan eksplorasi. c) Tumbuh sikap gemar membaca, menulis, berbicara, berfikir logis, kreatif, dan inovatif. 3) Karakter Kemandirian a) Tumbuh jiwa kepemimpinan dan kemandirian. b) Terampil mengembangkan potensi sesuai minat dan bakat yang dimiliki. 4.
5.
Struktur Organisasi Ketua Yayasan
: Ust. Sukap
Kepala Sekolah
: Wuryantoro, S.Pd.I
Waka Kurikulum
: Suyono, S.Pd
Waka Kesiswaan
: Ust. Krismanto Al Rosyid
Waka Sarpras
: Tumidi, S.Pd.I
Waka Dinniyah
: Ust. Krismanto Al Rosyid
Bendahara
: Novia S., S.Pd dan Siti Nur Amin, S.Pd
Sekretaris
: Eka Anisawati, S.Pd.I
Tata Usaha
: Ali Shodiqin, S.Pd.I
Data Sekolah a. Data Guru Tabel 3.1 Data Guru di SD Integral Hidayatullah Salatiga No.
Nama Guru
Status Kepegawaian
40
Jenis PTK
1.
Wuryantoro, S.Pd.I
GTY
Kepala Sekolah
2.
Umi Kulsum, S.Pd.I
GTY
Guru Kelas 1
3.
Eka Anisawati, S.Pd
GTY
Guru Kelas 1
4.
Siti Nur Amin, S.Pd
GTY
Guru Kelas 2
5.
Novia Sudarsih, S.Pd
GTY
Guru Kelas 3
6.
EnggarWahyudi, S.Pd.I
GTY
Guru Kelas 4
7.
Thohir Wijaya, S.Pd.I
GTY
Guru Kelas 5
8.
Suyono, S.Pd
GTY
Guru Kelas 6
9.
Krismanto Al Rosyid
GTY
Guru Mapel
10.
M. Ali Shodiqin, S.Pd.I
GTY
Guru Mapel
11.
Nor Komariah, S.Pd.I
GTY
Guru Mapel
12.
Tumidi, S.Pd.I
GTY
Guru Mapel
13.
Sutarso
PNS
Guru Mapel
14.
Sujiyanto Hari Rujito
PNS
Guru Mapel
15.
Hayu A‟la
GTY
Guru Madin
16.
Dewi Inayati
GTY
Guru Madin
17.
Zainal Muvid
GTY
Guru Madin
18.
Sayekti Kunti
GTY
Guru Madin
19.
Umar A.
GTY
Guru Madin
Sumber: Profil SD Integral Hidayatullah Salatiga th. 2016/2017 Tenaga pengajar di SD Integral Hidayatullah Salatiga adalah merupakan alumni dari Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta serta 41
alumni pesantren yang memiliki dedikasi tinggi untuk memajukan pendidikan. Selain itu, secara umum tenaga pengajar juga harus memiliki kualifikasi pemahaman Islam yang baik dengan mengikuti kajian Islam yang diselenggarakan oleh sekolah di bawah naungan yayasan, dapat membaca dan menulis al qur‟an dengan baik, hafal al qur‟an minimal 2 juz, memahami psikologi anak, berakhlak mulia, dan terampil. Tenaga pengajar di SD Integral Hidayatullah Salatiga dibedakan antara guru pagi dengan guru sore (diniyyah). Guru pagi adalah yang tertulis di atas selain guru madin, sedangkan guru diniyyah adalah yang tertulis guru Madin. b.
Data Siswa
Tabel 3.2 Data Siswa SD Integral Hidayatullah Salatiga No. Kelas Banyak Siswa Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
1.
I
15
5
20
2.
II
10
10
20
3.
III
13
15
28
4.
IV
1
8
9
5.
V
6
4
10
6.
VI
8
6
14
JUMLAH
101
Sumber: Profil SD Integral Hidayatullah Salatiga th. 2016/2017
42
Dari data siswa diatas dapat dilihat bahwa keadaan siswa di SD Integral Hidayatullah mengalami naik turun. Hal tersebut disebabkan karena pada tahun ini terdapat banyak anak pindahan dari sekolah lain. Namun jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya sudah mengalami kenaikan jumlah siswa yang cukup baik, yang mulai terlihat oleh masyarakat dengan output yang dihasilkan selama ini. Tabel 3.3 Data Siswa Kelas Madin No. Nama Kelas
Jumlah Siswa
1.
Kelas Ibtida‟
28 siswa
2.
Kelas Ula
9 siswa
3.
Kelas Wustho
10 siswa
4.
Kelas Ulya
14 siswa
Sumber: hasil wawancara Waka Diniyyah Dari data di atas dapat dipaparkan oleh peneliti bahwa antara kelas pagi dan kelas pagi dibedakan. Kelas yang digunakan di kelas sore bukan lagi kelas 1, 2, 3, 4, 5, 6, tetapi menggunakan penamaan kelas diniyyah yaitu kelas ibtida‟, ula, wustho, dan ulya. Dari jumlah setiap kelaspun juga tidak sama dengan kelas pagi karena
kelas
sore
penempatan
kemampuan siswa.
43
kelas
disesuaikan
dengan
c. Data Sarana Prasarana Sekolah Sarana prasarana merupakan faktor penunjang terlaksananya proses pembelajaran. Adapun sarana prasarana di SD Integral Hidayatullah Salatiga adalah: 1) SD Integral Hidayatullah Salatiga berdiri di atas tanah seluas kira-kira 400 m2 dengan bangunan berlantai dua yang digunakan untuk: Tabel 3.4 Data Sarpras SD Integral Hidayatullah Salatiga No. Nama Barang Jumlah Keadaan 1.
Ruang KBM
6 ruang
Baik
2.
Ruang Kantor Guru 1 ruang
Baik
Putra 3.
Ruang Kantor Guru 1 ruang
Baik
Putri 4.
Ruang Perpustakaan 1 ruang
Baik
5.
Ruang UKS
1 ruang
Baik
6.
Ruang
1 ruang
Baik
Laboratorium 7.
Ruang Tata Usaha
1 ruang
Baik
8.
Ruang Mushola
1 ruang
Baik
9.
Ruang Aula
1 ruang
Baik
10.
Ruang Dapur
1 ruang
Baik
11.
Kamar Mandi/WC
5 ruang
Baik
44
12.
Ruang
penjaga 1 ruang
Baik
sekolah Sumber: Profil Sarpras SD Integral Hidayatullah Salatiga 2) Memiliki mushola sebagai tempat kegiatan keagamaan, seperti: sholat dhuha, wirid dan dzikir, sholat dhuhur, sholat ashar, dan lain-lain. 3) Memiliki ruang aula yang dipergunakan untuk parenting, wisuda Islami, uji terbuka hafalan al qur‟an, pesantren ramadhan,dan kegiatan yang lain. 4) Selain sarana prasarana yang berupa bangunan, di SD Integral Hidayatullah juga memberikan beberapa fasilitas yaitu privatisasi siswa-siswi, biro konsultasi, serta lingkungan pesantren. Yang mana dengan adanya lokasi sekolah yang berada di lingkungan pesantren ini akan memberikan keuntungan tersendiri yakni lebih terminimalisir hal negatif dan akan menunjang dampak positif. 6. Kurikulum Sekolah Sebagaimana yang diungkapkan oleh Kepala Sekolah SD Integral Hidayatullah Salatiga, bahwa di SD Integral Hidayatullah Salatiga
selain
menggunakan
kurikulum
Depdiknas
juga
menerapkan kurikulum khas SD Integral Hidayatullah yaitu kurikulum integral berbasis tauhid yaitu mengintegrasikan nilainilai tauhid kedalam kegiatan pembelajaran.
45
“Tujuan kami menerapkan kurikulum integral berbasis tauhid yaitu dengan pengintegrasian nilai-nilai tauhid ke dalam kegiatan pembelajaran diharapkan peserta didik tidak hanya mampu memahami pembelajaran saja, akan tetapi juga dapat mengetahui nilai keIslaman yang terkandung serta dapat mengamalkannya.”(hasil wawancara dengan bapak Wuryantoro selaku Kepala Sekolah pada Senin, 16 Januari 2017).
Hal tersebut merupakan tujuan dan harapan diterapkannya kurikulum integral berbasis tauhid di SD Integral Hidayatullah. Dengan kurikulum itu siswa-siswi akan mengetahui nilai keIslaman yang terkandung di setiap kegiatan pembelajaran sehingga kemudian diaplikasikan dalam kehidupan mereka. Materi pelajaran umum yang diajarkan di SD Integral Hidayatullah Salatiga kewarganegaraan,
yaitu pendidikan agama, pendidikan
bahasa
indonesia,
matematika,
ilmu
pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, seni budaya dan keterampilan, pendidikan olahraga dan kesehatan, bahasa jawa, bahasa inggris, dan bahasa arab. Sedangkan materi tambahan yang membedakannya dengan sekolah yang lain yaitu baca tulis al qur‟an, tahfidz al qur‟an, tahfidz hadits, tahfidz doa, halaqoh, dzikir pagi dan sore, ibadah, dan ekstrakurikuler yang terdiri dari kepanduan, bela diri, renang, menggambar, science club (SC), dan teknologi informasi (TI).
46
B. Pelaksanaan Full Day School dalam Pembentukan Akhlak Siswa Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan full day school di SD Integral Hidayatullah Salatiga dibagi menjadi dua yaitu: a. Kelas Pagi: dilaksanakan mulai jam 07.00-13.00 WIB untuk pelajaran umum. b. Kelas Sore: dilaksanakan mulai jam 13.00-15.30 untuk kelas madin (penguatan agama). “KBM di SD ini memang sengaja dibedakan mbak, kelas pagi untuk pelajaran umum dari jam 7 sampai jam 1 siang dan kelas madin dari jam 1 sampai setengah 4. Selain waktu yang dibedakan, tenaga pengajar dan penempatan kelas siswa juga berbeda disesuaikan target yang ditentukan oleh Waka Diniyyah yang mengurusi Madin. Tujuannya agar lebih spesifik dan anak lebih fokus dan maksimal dalam mengikuti pembelajaran.” (hasil wawancara dengan Bapak Wuryantoro, selaku Kepala Sekolah SD Integral Hidayatullah Salatiga pada Senin, 16 Januari 2017). Dari keterangan Bapak Wuryantoro ini dapat disimpulkan bahwa ada klasifikasi untuk kelas pagi dengan kelas madin terkait tenaga pengajar, waktu, serta kelasnya. Tujuan pengklasifikasian tersebut adalah agar peserta didik lebih fokus dan maksimal dalam mengikuti pembelajaran. Hal yang sama juga disampaikan oleh Ust. Rosyid selaku Waka Diniyyah. “iya mbak, memang benar. KBM dibedakan, pagi untuk umum dan sore dikhususkan untuk penguatan agamanya. Kemudian juga untuk gurunya juga beda dengan guru pagi, karena kelas madin dikhususkan pada pelajaran agama saja. Tujuannya agar lebih spesifik dalam pengelolaannya dan siswa tidak bosan jika gurunya beda.” (hasil wawancara dengan Waka Diniyyah SD Integral Hidayatullah Salatiga pada Rabu, 18 Januari 2017). “kelas madin itu punya nama-nama kelas sendiri, bukan lagi dengan nama kelas 1, 2, 3,dst..tetapi dengan 4 kelas saja yang terdiri kelas ibtida‟ yang paling rendah tingkatan kelasnya, ula, wustho, dan ulya adalah yang paling 47
tinggi tingkatannya. Pembagiannya itu berdasarkan target pencapaian dalam hafalan. Jadi bisa saja anak yang sebenarnya sudah kelas 5 di kelas pagi menjadi kelas ula atau bahkan ibtida‟ di kelas madin. Tujuannya agar memudahkan mereka dalam perbaikan dan evaluasi. Selain itu, sebagai motivasi bagi dirinya.” (hasil wawancara dengan Waka Diniyyah SD Integral Hidayatullah pada Rabu, 18 Januari 2017). SD Integral Hidayatullah Salatiga menerapkan full day school (selanjutnya disingkat FDS) dengan tujuan untuk membentuk generasi Islami yang unggul sebagaimana visi dan misinya. Peserta didik tidak hanya memiliki kecerdasan intelektual saja, melainkan cerdas secara emosional beserta spiritual. “Mengapa FDS ini diterapkan, karena menurut kami, seorang siswa itu tidak hanya sebatas butuh materi-materi umum saja sebagaimana SD pada umumnya, tapi juga butuh materi-materi agama yang mana lebih dibutuhkan bagi perkembangannya dan akan berguna untuk diaplikasikan didalam kehidupannya dalam rangka menghadapi masa depan mereka.” “Contohnya; sholat berjamaah, sholat tepat waktu, hafal doa dan wirid, dengan begitu siswa yang mengikuti FDS akan terbiasa melakukan hal-hal positif. Apalagi jika terpantau oleh guru, sehingga selanjutnya jika sudah biasa maka akan dilakukan dengan kesadaran mereka sendiri tanpa pantauan lagi.” “Kemudian di sekolah ini juga diadakan agenda setelah ujian semester untuk mengisi waktu senggang setelah tes semester dengan “pasar kejujuran”, teknisnya kami para bapak ibu guru menyiapkan dagangannya, kemudian anak-anak yang membeli dengan mengambil sendiri barangnya, membayar sendiri, dan mengambil uang kembalian sendiri. Tanpa pantauan kami. Dan itu sudah terlaksana 2x dan alhamdulillah dari perhitungan harga dengan uang yang didapat bisa sama, tidak kurang tidak lebih. Nah, itu berarti bahwa anak-anak kami jujur. Harapannya kedepan anak-anak sendiri yang menyiapkan dagangan juga yang membeli, kemudian hasil yang diperoleh tidak sama lagi dengan harga barang tapi justru lebih. Artinya disini mengalami peningkatan akhlak anak jujur juga ikhlas bersedekah.”(hasil wawancara dengan Kepala Sekolah pada Senin, 16 Januari 2017). Demikian
keterangan
dari
Kepala
Sekolah
SD
Integral
Hidayatullah Salatiga, kemudian peneliti simpulkan bahwa peserta didik
48
yang mengikuti FDS menjadi terbiasa melakukan hal positif karena pembiasaan dan bimbingan dari bapak ibu guru. Sehingga tertanam akhlakul karimah dalam diri peserta didik. Adapun agenda pasar kejujuran untuk melatih kejujuran peserta didik ini diadakan satu semester sekali karena biasanya di sekolah ini tidak diperbolehkan jajan di sekolah, bahkan di sekolah ini tidak disediakan warung atau kantin seperti sekolah pada umumnya. Hal tersebut dimaksudkan agar peserta didik terbiasa makan sehat, dan membiasakan diri untuk berhemat. “Disini memang disengaja tidakdisediakan warung atau kantin mbak. Juga tidak diperbolehkan jajan di luar saat berada di sekolahan, tujuannya agar anak tidak boros dan tidak jajan sembarangan.”(hasil wawancara dengan Kepala Sekolah pada Senin, 16 Januari 2017).
Di dalam pelaksanaan FDS, banyak sekali metode-metode yang digunakan para pengajar, baik pada kelas pagi maupun kelas madin. Agar saat KBM berlangsung, peserta didik merasa senang dan lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Tenaga pengajar di SD Integral Hidayatullah Salatiga dituntut lebih kreatif agar peserta didik tidak
merasa bosan dan dapat berkonsentrasi dengan baik sehingga
maksimal dalam mengikuti KBM. Metode yang sering digunakan antara lain
metode
keteladanan,
metode
pemberian
nasehat,
metode
pembiasaan,metode bercerita, metode diskusi, metode hafalan. Terdapat juga metode pendampingan saat jam istirahat. Metode pendampingan ini ditujukan bagi peserta didik yang dinilai belum mencapai target kelas atau
49
yang sedang mengalami masalah. Metode telaah ayat atau hadis juga sering digunakan terutama pada kelas madin. Gambaran pelaksanaan metode telaah ayat dan hadis dapat disimpulkan dari petikan catatan lapangan berikut. “Di dalam satu kelas terdapat beberapa siswa dengan satu guru, guru itu membacakan arti dari ayat kemudian setelah selesai anak-anak secara bersama membaca juga arti ayat tersebut. Setelah selesai, guru mulai menerangkan kandungan atau intisari dari ayat tersebut menggunakan buku pedoman. Dan anak-anak mendengarkan dengan seksama. Dan setelah selesai secara bergantian diuji guru dengan kepahamannya.”(hasil observasi kelas diniyyah pada Kamis, 19 Januari 2017).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode telaah ayat dan hadis adalah metode untuk menerangkan kandungan ayat dan hadis dengan menyimak penjelasan dari guru melalui buku panduan. Kemudian peneliti menemukan di kelas 3 terdapat penataan bangku yang berhadapan dengan 4 siswa-siswi duduk berhadapan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh bu Novia, wali kelas 3 bahwa itu adalah metode tutor sebaya. “Memang tempat duduk di kelas 3 sengaja saya buat begitu mbak. Itu adalah salah satu metode saya. 4 anak itu terdiri dari 2 anak yang kurang dan 2 anak yang lebih pandai. Mereka berhadap-hadapan, harapan saya dengan begitu anak yang kurang tersebut dapat terbantu oleh anak yang pandai itu. Metode itu bisa disebut metode tutor sebaya.”(hasil wawancara dengan guru kelas 3, ibu Novia S. pada Rabu, 18 Januari 2017). Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa metode tutor sebaya adalah metode pembelajaran dengan cara memberdayakan siswa yang telah tuntas terhadap bahan pelajaran, untuk memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami bahan pelajaran yang
dipelajarinya.
Bantuan
belajar 50
oleh
teman
sebaya
dapat
menghilangkan kecanggungan, rasa malu, dan selain itu bahasa teman sebaya lebih mudah dipahami, sehingga terbangun suasana belajar kelompok yang bersifat kooperatif.
C. Efektivitas Full Day School dalam Pembentukan Akhlak Siswa Penerapan FDS di SD Integral Hidayatullah Salatiga dalam upaya membentuk akhlak siswa merupakan aplikasi dari kurikulum sekolah yakni integral berbasis tauhid. Melalui KBM yang diintegrasikan dengan nilai-nilai tauhid, diharapkan mampu menghasilkan generasi-generasi yang cerdas akan ilmu sekaligus cerdas akan hati. Dengan diterapkannya FDS ini dinilai sangat efektif dalam rangka membentuk akhlak siswa, apalagi dengan penambahan dan penguatan agama, yang materi-materinya berkaitan langsung dengan akhlak. Sehingga siswa akan lebih memahaminya sekaligus terbiasa dan kemudian mengaplikasikannya dalam kehidupan. “sangat efektif, dengan diterapkannya pendidikan agama dalam FDS, yang mana isi-isi materi berkaitan langsung dengan akhlak, contoh: ketika belajar hadis atau ayat akan dijelaskan kandungannya, sehingga anak menjadi tahu akhlak yang baik dan yang harus dijalankan.”(hasil wawancara dengan Kepala Sekolah pada Senin, 16 Januari 2017).
Selain sesuai dengan kurikulum sekolah, keefektifan FDS dalam pembentukan akhlak juga didukung oleh program unggulan yang ditawarkan di sekolah ini.
51
Adapun keunggulan tersebut antara lain: a.
Pendidikan yang dirancang berbasis tauhid Islam.
b.
Pendidikan Karakter Anak yang tidak sebatas teori, tetapi aplikatif dan mudah diterapkan anak .
c.
Bertujuan menjadikan SD Integral Hidayatullah sebagai Sekolah Ramah Anak, yang mengedepankan Pendidikan Karakter Positif, menjauhkan dari pendidikan kekerasan verbal maupun kekerasan fisik pada anak.
d.
Mengenal Sang Maha Pencipta melalui pendekatan alam. Dengan adanya FDS yang dilaksanakan di SD IntegralHidayatullah
Salatiga, telah mendapatkan respon positif dari orang tua wali siswa yang menyekolahkan anak mereka di SD ini. Mereka mengungkap bahwa perkembangan anak-anak mereka jauh lebih baik dari sebelumnya, terutama dalam halagama dan akhlaknya. “Sebelum bersekolah di SD, anak saya belum terbiasa dengan sholat 5 waktu, masih harus ngoyak-oyak. Kadang sudah saya oyak-oyak masih beralasan, yang masih ngantuklah, capeklah...apalagi kalau sholat shubuh. Harus berkali-kali dibangunkan. Tapi sekarang alhamdulillah tanpa saya ingatkan lagi dia sudah dengan sendirinya sholat mbak. Pernah suatu hari dia ketiduran, saya lupa membangunkannya karena sedang sibuk, lalu tibatiba dia terperanjat dan bangun. Lalu mengatakan “jam berapa ini...aku belum sholat.” Lalu dia bergegas untuk wudhu dan sholat. Saya yang menyadari hal itu merasa senang dan bangga melihat dia sudah bertanggung jawa atas kewajibannya, tidak lagi diingatkan apalagi dioyakoyak.”(hasil wawancara dengan orang tua siswa, ibu Mila pada Kamis, 19 Januari 2017).
52
Dari keterangan bu Mila ini dapat disimpulkan bahwa anak tetap melaksanakan kewajibannya dengan tidak meninggalkan sholat dan sholat tepat waktu seperti yang dibiasakan di sekolah. Peserta didik di SD Integral Hidayatullah Salatiga mengaku merasa senang megikuti pembelajaran sehari penuh di sekolah (FDS), menurut mereka di sekolah lebih senang dan nyaman karena banyak teman. Selain itu, banyak ilmu yang diperoleh. “Aku malah lebih suka di sekolah, karena banyak temannya. Terus bisa tambah ilmu. Tidak terasacapek kalau di sekolahan kok.”(hasil wawancara dengan siswa, Nadila Azzahra kelas 3 (kelas pagi), kelas wustho (kelas diniyyah), pada Kamis, 19 Januari 2017).
Disimpulkan bahwa peserta didik lebih betah dan senang berada di sekolah. Jadi meskipun belajar di sekolah sehari penuh, dari pagi hingga sore, tidak membuat peserta didik bosan atau lelah. Justru mereka merasa lebih senang berada di sekolah. Hal tersebut terjadi karena banyaknya kegiatan sekolah yang menyenangkan bagi siswa, selain banyak teman, para guru juga memberikan bimbingan dengan sepenuh hati, sehingga siswa betah berada di sekolah. Adapun dengan siswa yang merasa betah dan senang berada di sekolah tersebut, menjadikan keuntungan bagi sekolah yang menerapkan pembelajaran full day school, dengan demikian pelaksanaan akan berjalan dengan optimal.
53
BAB IV PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Full Day School dalam Pembentukan Akhlak Siswa di SD Integral Hidayatullah Salatiga Sebagaimana data temuan penelitian dan paparan data penelitian melalui observasi, dokumentasi, dan wawancara terhadap objek penelitian dapat dideskripsikan. 1.
Tujuan Penerapan Full Day School di SD Integral Hidayatullah Salatiga Penerapan FDS di sekolah ini memiliki beberapa tujuan antara lain: a. Memaksimalkan waktu belajar siswa, sekaligus meringankan beban belajar siswa sebab siswa sudah cukup dengan belajar di sekolah sehari penuh dengan didapatkannya materi-materi agama, maka siswa tidak harus belajar lagi di Taman Pendidikan Al Qur‟an (TPQ), sehingga waktu bersosialisasi dengan keluarga setelah pulang sekolah lebih banyak. b. Menjembatani dampak negatif yang muncul dari aktivitas siswa sepulang sekolah bagi mereka yang kurang mendapat perhatian orangtuanya karena sibuk bekerja hingga sore. c. Menghindarkan dampak negatif dari penyalahgunaan kemajuan IPTEK. d. Meminimalisir pengaruh buruk dari perubahan sosial budaya yang terjadi di masyarakat. 54
2.
Kurikulum Full Day School di SD Integral Hidayatullah Salatiga Penerapan Full Day School (FDS) di SD Integral Hidayatullah Salatiga merupakan wujud aplikasi dari visi dan misi sekolah yaitu membentuk generasi Islami yang unggul, yang tidak hanya sekedar memiliki kecerdasan intelektual saja, melainkan juga memiliki kematangan emosional dan ketaatan spiritual. Yang diselenggarakan melalui pendidikan Islami secara integral dalam berbagai aspek, sebagaimana kurikulum yang diterapkan yaitu “kurikulum integral berbasis tauhid”. Dengan demikian diharapkan melalui diterapkan dan dilaksanakannya FDS di sekolah dasar ini, dapat menyeimbangkan antara pembelajaran umum dengan pembelajaran agama. Sehingga siswa tidak hanya sebatas mendapat materi-materi umum seperti SD pada umumnya, namun di SD Integral Hidayatullah Salatiga ini memberi porsi lebih banyak untuk materi agama yang lebih dibutuhkan bagi perkembangan akhlak siswa serta berguna untuk diaplikasikan di kehidupannya dalam rangka menghadapi masa depan.
3.
Indikator
Pelaksanaan
Full
Day
School
di
SD Integral
Hidayatullah Salatiga Adapun indikator yang hendak dicapai dalam pelaksanaan full day school di SD Integral Hidayatulah Salatiga yaitu: a. Cerdas Intelektual berarti mencapai batas ketuntasan minimal untuk semua mata pelajaran, gemar membaca dan menulis.
55
b. Matang Emosional berarti memiliki kepekaan dan kepedulian sosial, kecakapan berkomunikasi dengan baik, mampu bekerja sama dalam kelompok, memiliki budaya bersih, disiplin dan percaya diri. c. Taat Spiritual berarti memiliki aqidah yang lurus dan kuat, menumbuhkan motivasi dan kesadaran menjalankan ibadah shalat, puasa, berdoa, dan berdzikir, terampil dan gemar membaca al Quran, mampu menghafal minimal Juz „Amma dan doa sehari-hari, mampu menghafal Hadis Arba‟in An Nawawi, mampu menjadi imam shalat, berbusana sesuai syariat Islam. 4.
Proses Pelaksanaan Full Day School di SD Integral Hidayatullah Salatiga a. Kelas Pagi: berlangsung dari jam 07.00-13.00 WIB Di SD Integral Hidayatullah Salatiga, siswa masuk jam 07.00 WIB sudah dengan wudhunya. Para siswa diperintahkan berwudhu dari rumah jika akan berangkat ke sekolah. Tujuannya agar siswa terbiasa menjaga kesucian mereka, karena itu merupakan salah satu sunnah rosul, selain itu dengan wudhu dari rumah maka siswa telah memiliki perbaikan niat sejak awal (sebelum sampai ke sekolah), dan akan diberikan keselamatan di perjalanan menuju ke sekolah. Serta dengan sudah memiliki wudhu, maka siswa tidak harus berwudhu lagi sehingga tidak akan mengurangi efisiensi waktu.
56
Siswa setibanya di sekolah akan disambut bapak ibu guru. Siswa laki-laki akan bersalaman dan mengucapakan salam sapa kepada bapak guru, sedangkan siswa perempuan akan bersalaman dengan ibu
guru. Hal ini adalah wujud interaksi antara guru
terhadap siswanya sebagai bentuk kepedulian guru terhadap siswanya dan kepatuhan siswa terhadap gurunya. Selanjutnya siswa masuk kelas, bukan untuk mengikuti pembelajaran tetapi untuk menaruh tas dan bersiap untuk melaksanakan shalat dhuha di mushala sekolah. Pelaksanaan sholat dhuha diikuti oleh seluruh siswa, dan dipimpin oleh salah satu siswa, pemilihan ini melalui jadwal bergilir setiap kelas. Tujuannya untuk melatih keberanian dan kepercayaan diri para siswa, dengan ia menjadi imam shalat di depan teman-temannya, artinya ia harus dapat memberi contoh bagi teman yang lain, dengan shalat khusyu‟, lancar dan baik bacaannya, benar gerakannya. Sehingga dengan begitu siswa terbiasa dengan sholat yang baik dan benar sebagi bekal bagi dirinya kelak. Seusainya shalat dhuha dilanjutkan dengan wirid, berdzikir, dan berdoa bersama. Hal ini agar siswa terbiasa berdzikir, dan berdoa setelah selesai shalat. Kemudian baru setelah selesai shalat dhuha, siswa masuk kelas masing-masing untuk mengikuti pembelajaran (umum). Sebelum masuk kelas siswa melepas sepatu dan meletakkannya di rak sepatu dengan rapi. Dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) di
57
kelas, guru dan siswa mengawali dengan berdoa bersama. Setelah itu guru menanyakan kabar, memberi motivasi, serta mengabsensi kehadiran siswa. Di dalam setiap KBM yang berlangsung guru selalu memberikan appersepsi sebelum masuk kepada pelajaran, dengan memasukkan nilai-nilai tauhid di dalamnya. Sehingga siswa
bertambah
mengaplikasikannya
ketauhidannya dalam
dan
kehidupan
selanjutnya sehari-hari.
dapat Contoh
appersepsi yang peneliti temukan antara lain: a. Pada materi pelajaran IPA tentang pernafasan, maka guru akan memasukkan dengan adanya kekuasaan Allah yang telah memberikan alat pernafasan bagi kehidupan kepada semua makhluk hidup. b. Pada materi pelajaran PKn tentang sopan santun, dengan memasukkan hadis tentang menjaga lisan. c. Pada materi pelajaran IPS tentang gotong royong, guru menjelaskan bahwa gotong royong juga merupakan perintah Allah. Selain itu, adanya pembelajaran luar sekolah, siswa diajak guru untuk belajar keluar sekolahan untuk melihat langsung sekaligus mengetahui ciptaan Allah melalui pendekatan alam tersebut. Disinilah poin penting yang ditemukan di SD Integral Hidayatullah Salatiga, yang mana di sekolah inilah siswa tahu dan paham nilai-nilai tauhid yang diintegrasikan dalam materi pelajaran.
58
b. Kelas Sore (Madin): berlangsung dari jam 13.00-15.30 WIB Demikian juga KBM yang berlangsung dari jam 13.0015.30 WIB. Siswa setelah melaksanakan ibadah shalat dhuhur berjama‟ah dan makan siang, akan dilanjutkan dengan mengikuti pembelajaran di kelas Madin (Madrasah Diniyyah). Kelas Madin ini merupakan kelas yang dikhususkan untuk pembelajaran dengan penambahan dan penguatan materi-materi agama Islam. Materi yang diajarkan adalah penguatan agama melalui Tahfidzul Qur‟an, Tahfidzul Hadis, Tahfidzul Doa, dan Baca Tulis al Qur‟an (BTQ). Materi di kelas Madin memang hampir keseluruhan adalah tahfidz atau hafalan, hal ini adalah sebagai bekal awal dakwah bagi siswa. Meskipun begitu, di kelas Madin yang didominasi dengan materi hafalan, dalam pelaksanannya tidak seformal ketika pembelajaran di pagi hari. Pelaksannaannya yang tidak formal dengan didampingi guru yang berbeda, menjadikan siswa lebih enjoy dan tidak merasa bosan, ditambah dengan pembelajaran yang dapat dilaksanakan dimana saja, tidak harus berada di kelas. Siswa diberikan kebebasan memilih tempat belajar untuk memberi kesempatan siswa lebih senang dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Siswa dapat memilih belajar di halaman sekolah, di aula, di mushala, di perpustakaan, bahkan bisa juga di kebun atau sawah sesuai kesenangan mereka, yang tentunya disepakati bersama dalam satu kelas. Hal ini juga melatih siswa untuk dapat
59
berdemokrasi dan bekerja sama sekaligus berlatih bertanggung jawab. Seperti
di KBM pagi, di
kelas Madin ini
juga
mengintegrasikan nilai tauhid di dalam materi pelajaran. Jika di kelas pagi guru biasanya mengintegrasikan nilai-nilai tauhid melalui pemberian appersepsi, sedangkan di kelas madin guru biasanya mengintegrasikan nilai tauhid di sela-sela hafalan dan murojaah, siswa diajak guru untuk menelaah kandungan ayat atau hadis yang sedang dipelajari dengan memasukkan nilai-nilai tauhid di dalamnya dengan penjelasan yang mudah dipahami oleh siswa. c. Waktu Istirahat: berlangsung jam 09.00-09.30 dan jam 12.1513.00 WIB Adapun waktu istirahat di SD Integral Hidayatullah Salatiga ada 2 yaitu yang pertama jam 09.00-09.30 WIB dan yang kedua jam 12.15-13.00 WIB. Pada saat jam istirahat siswa dapat memakan bekal yang dibawa dari rumah juga bermain dengan teman-temannya. Di sekolah ini tidak disediakan warung atau kantin sekolah, yang disediakan adalah makanan siang di sekolah bagi yang tidak membawa bekal dari rumah. Siswa dilarang untuk jajan saat berada di lingkup sekolahan. Hal ini dimaksudkan agar membiasakan siswa makan-makanan yang sehat, membiasakan mereka tidak boros dan berlatih hemat. Selain itu, terjalinnya kebersamaan karena mereka dapat merasakan bahwa semua sama,
60
sehingga tidak akan membuat siswa membeda-bedakan dengan yang lainnya. Hal lainnya yang dapat membentuk akhlak siswa adalah membiasakan makan dengan baik yakni mencuci tangan, dan berdoa sebelum dan setelah makan, makan dengan tangan kanan, dan makan dengan duduk. Selain itu, pada waktu istirahat digunakan pula oleh bapak ibu guru wali kelas untuk pendampingan dan bimbingan. Metode ini digunakan dalam menyikapi siswa yang belum sesuai sikap atau capaian target ketuntasan dalam kelas. Biasanya metode ini dilakukan dengan guru memanggil siswa yang belum sesuai tersebut untuk ditanya dan kemudian dibimbing. Hal ini sebagai wujud kepedulian guru terhadap siswanya. Melalui metode ini siswa akan lebih dekat dengan guru sekaligus termotivasi untuk melakukan halpositif sehingga terbentuklah akhlak yang baik. 5.
Metode Pelaksanaan Full Day School dalam Pembentukan Akhlak Siswa Adapun metode-metode yang sering digunakan bapak ibu guru, sebagaimana metode membentuk akhlak dalam Aly dalam buku Ilmu Pendidikan Islam, antara lain: a. Metode Pembiasaan adalah metode membiasakan siswa untuk berwudhu dari rumah, melaksanakan sholat dhuha, shalat berjamaah, shalat tepat waktu, berdoa sebelum dan setelah
61
melakukan sesuatu, menutup aurat, bersikap sopan, berbicara baik, jujur, sederhana, disiplin, rapi, menjaga kebersihan, dan lain-lain. b. Metode Keteladanan mtode dengan guru memberikan contoh atau teladan dalam hal baik, seperti memakai busana sesuai syariat Islam, rapi, dan bersih, datang ke sekolah tepat waktu, berkata lembut, tidak membentak, shalat berjama‟ah dan shalat tepat waktu, serta menepati janji kepada siswa. c. Metode Pemberian Nasihat yaitu guru selalu memperhatikan perkembangan siswanya, akan memberikan nasihat yang baik demi kebaikan para siswanya. Pemberian nasihat yang dimaksud adalah memberi penjelasan dalam hal positif dan menunjukkan kebenaran agar siswa yang dinasehati menjadi lebih baik. Selain itu, di dalam KBM yang berlangsung terdapat pula metode di bawah ini: a. Metode Pendampingan adalah metode yang digunakan guru SD Integral Hidayatullah Salatiga dalam menyikapi siswanya yang belum sesuai dalam sikap atau belum mencapai target yang ditetapkan. b. Metode Appersepsi adalah metode yang digunakan guru SD Integral Hidayatullah Salatiga dalam mengintegrasikan nilai-nilai tauhid Islam sebelum memasuki materi pembelajaran. c. Telaah Ayat dan Hadis adalah metode yang digunakan guru SD Integral Hidayatullah Salatiga dalam menjelaskan kandungan atau
62
intisari dari ayat dan hadis tertentu yang sedang dipelajari. Biasanya telaah ayat atau hadis dengan menggunakan buku panduan yang dipakai. d. Metode Pendekatan Alam adalah metode yang digunakan guru dengan pengamatan langsung sekaligus pengenalan Sang Pencipta melalui pendekatan alam tersebut. 6.
Sarana
Prasarana
Pelaksanaan
Full
Day
School
dalam
Pembentukan Akhlak Siswa Sarana prasarana di SD Integral Hidayatullah Salatiga sudah cukup untuk menunjang terlaksananya FDS dalam membentuk akhlak siswa. Di sekolah ini telah disediakan beberapa fasilitas sebagai penunjang pelaksanaan FDS, antara lain: disediakannya makan siang disekolah, ruang kelas yang memadai atau pemberian kesempatan belajar dimana saja, tenaga pengajar yang sesuai bidangnya, serta buku-buku yang memadai, seperti buku pelajaran, buku kumpulan hadis arba‟in an nawawi, buku doa-doa, al quran, buku panduan wirid dan dzikir. 7.
Aplikasi Full Day School dalam Pembentukan Akhlak Siswa Ketaatan Beribadah diwujudkan dengan shalat tepat waktu, shalat berjamaah, membiasakan berdoa sebelum dan setelah melakukan sesuatu, berdzikir dan wirid setelah shalat, menutup aurat sesuai syariat, gemar membaca dan menghafal al quran dan
63
hadis, berpuasa, bersedekah, menjadi imam shalat, dan menjaga kesucian. Disiplin dan Tertib diwujudkan melalui masuk sekolah tepat waktu, shalat tepat waktu, bangun tidur pagi, memakai seragam sesuai ketentuan sekolah, mengikuti pembelajaran dengan baik, merapikan kelas dan peralatan belajar seusai belajar. Rapi diwujudkan dengan memakai seragam dan sepatu dengan rapi, meletakkan sepatu di rak sepatu, merapikan peralatan sekolah setelah selesai belajar, duduk dengan tenang dan rapi. Bersih diwujudkan dengan membuang sampah di tempat sampah, melaksanakan jadwal piket, mengikuti kerja bakti membersihkan
lingkungan
sekolah,
membiasakan
mandi,
berwudhu, memotong kuku, mencuci tangan, dan memakai baju besih. Jujur diwujudkan melalui mengadakan pasar kejujuran, guru membiasakan untuk menepati janji kepada siswa, berkata apa adanya, tidak mencontek saat ujian atau ulangan, mengembalikan barang yang bukan miliknya. Hemat dan Sederhana diwujudkan dengan tidak adanya kantin sekolah, siswa membawa bekal dari rumah, tidak pamer, memakai seragam sekolah.
64
Mandiri diwujudkan dengan mengerjakan tugas dengan mandiri, tidak mengandalkan teman atau orang tua, mengerjakan segala hal sendiri. Tanggung Jawab diwujudkan melalui selalu mengerjakan tugas dan PR yang diberikan sekolah, ijin jika tidak masuk sekolah, diberikan kepercayaan untuk menjadi koordinator kelas, menjadi imam sholat, dan memimpin berdoa. Percaya Diri diwujudkan melalui dilatih memimpin sholat, memimpin berdoa menjadi koordinator kelas. Tolong menolong dan Dermawan diwujudkan melalui
membantu teman yang
kesulitan belajar dengan metode tutor sebaya, meminjami pensil atau peralatan belajar jika ada teman yang tidak membawa, adanya sedekah (shomari: shodaqoh lima ratus perhari). Sopan Santun diwujudkan melalui makan sambil duduk dengan tangan kanan, berbicara yang baik, menghindari kata-kata kotor, membiasakan mengucapkan terimakasih, permisi, maaf, meminta ijin jika akan meminjam atau keluar kelas, menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda. Peduli terhadap alam dan lingkungan diwujudkan melalui menjaga kebersihan lingkungan, merawat tanaman, tidak memetik tanaman sembarangan, tidak merusak sarana yang disediakan, membuang sampah pada tempat sampah.
65
8. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Full Day School dalam Pembentukan Akhlak Siswa a. Faktor Pendukung Yaitu kurikulum yang sesuai, SDM guru yang mumpuni, sarana prasarana yang cukup, serta berada di lingkungan pesantren sehingga akan memberikan keuntungan tersendiri yakni lebih meminimalisir hal negatif dan akan menunjang dampak positif. Selain itu, faktor yang mendukung terlaksananya FDS dalam pembentukan akhlak adalah adanya interaksi aktif antara orang tua dengan guru sehingga dapat bersama-sama bekerja sama dalam mengawasi perkembangan anak. b. Faktor Penghambat Yaitu karakteristik siswa yang berbeda disebabkan berasal dari latar belakang yang berbeda. Terutama bagi anak pindahan dari sekolah lain yang belum terbiasa dengan FDS di SD Integral Hidayatullah Salatiga, yang sebelumnya tidak ia dapati di sekolah yang dahulu. Kemudian, kurangnya kesadaran orang tua terhadap pentingnya perkembangan akhlak anak, sehingga tidak adanya komunikasi yang terjalin antara guru dengan orang tua dan mengakibatkan ketidaksamaan persepsi yang pada akhirnya menjadikan hilangnya kerja sama yang baik.
66
B. Efektivitas Full Day School dalam Pembentukan Akhlak Siswa di SD Integral Hidayatullah Salatiga 1. Kurikulum yang Mendukung Kurikulum Integral Berbasis Tauhid yang diterapkan di SD Integral Hidayatullah Salatiga sangat mendukung terlaksananya full day school dalam membentuk akhlak siswa. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai tauhid ke dalam setiap kegiatan belajar mengajar, menjadikan siswa tidak sekedar mengetahui materi saja, melainkan juga mengetahui nilai-nilai Islam yang terkandung di dalam materi atau kegiatan belajar mengajar yang berlangsung, sehingga mudah diaplikasikan oleh siswa. 2. Sumber Daya Manusia dari Para Pendidik yang Mumpuni Para pendidik atau tenaga pengajar di SD Integral Hidayatullah Salatiga adalah dari alumni perguruan tinggi negeri dan swasta, serta dari alumni pesantren yang memiliki dedikasi tinggi terhadap kemajuan pendidikan. Selain itu, para pendidik telah memiliki kualitas pemahaman Islam yang baik, berakhlak mulia, terampil, dan mampu memahami perkembangan siswa. Melalui metode keteladanan dari para pendidiknya, maka siswa akan menjadikan para pendidik sebagai panutannya. 3. Sarana Prasarana dan Fasilitas yang Kontributif Sarana prasarana dan fasilitas yang disediakan SD Integral Hidayatullah Salatiga yang menerapkan full day school dalam pembentukan akhlak siswa dinilai cukup memberikan konstribusi.
67
Menunjang bukan berarti harus lengkap dan mewah. Melainkan yang dimaksud menunjang adalah yang dapat memenuhi kebutuhan siswa, dalam hal ini yaitu untuk pembentukan akhlak siswa. Adapun sarana prasarana dan fasilitas yang menunjang tersebut antara lain penyediaan buku-buku yang lengkap sesuai kebutuhan siswa, menyediakan makan di sekolah, menyediakan ruang yang cukup, serta adanya program bimbingan dan pendampingan dari para pendidik. 4. Metode yang Sesuai Penggunaan metode-metode dari para pendidik di SD Integral Hidayatullah Salatiga dapat menunjang pelaksanaan full day school dalam pembentukan akhlak siswa. Adanya metode pembiasaan, siswa akan terbiasa dengan hal positif yang dibiasakan di sekolah; dengan motode keteladanan, siswa akan mencontoh dan menirunya; melalui metode pemberian nasihat, siswa akan terhindar dari hal negatif dan mengerjakan hal positif; sedangkan metode pendampingan akan membuat siswa merasa diperhatikan sehingga akan selalu melakukan hal yang baik, serta metode-metode lain yang diterapkan di SD Integral Hidayatullah Salatiga yang membuat siswa tidak merasa bosan dan senang mengikuti full day school di sekolah.
68
5. Lingkungan yang Kondusif Lokasi SD Integral Hidayatullah Salatiga yang berada di lingkungan pesantren akan memberikan keuntungan tersendiri yaitu meminimalisir hal negatif dan menunjang hal positif. Dengan demikian, adanya lokasi sekolah di lingkungan pesantren dinilai lebih kondusif dan mendukung dengan penerapan full day school dalam membentuk akhlak siswa. Selain itu, adanya pembelajaran yang dilakukan di luar sekolah seperti di kebun, sawah, atau halaman sekolah, yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar langsung, melihat secara langsung sekaligus mengenal Sang Pencipta melalui pendekatan alam. 6. Wali Siswa yang Mendukung Adapun respon orang tua terhadap pelaksanaan full day school di SD Integral Hidayatullah Salatiga yaitu sangat menyetujui adanya FDS yang dilaksanakan di sekolah, hal itu dibuktikan melalui interaksi aktif orang tua kepada guru dan diwujudkan dengan kerja sama yang baik antara orang tua dan guru. Diantara keuntungannya adalah orang tua merasa terbantu dalam mengawasi perkembangan anaknya terutama dengan pendidikan akhlak. Apalagi setelah mengetahui output yang dihasilkan bahwa anaknya tidak hanya memiliki banyak pengetahuan umum, tetapi diperkuat dengan pengetahuan agama serta mengalami banyak perubahan dalam akhlak yang menjadi lebih baik.
69
7. Akhlak yang Terbentuk FDS yang diterapkan di SD Integral Hidayatullah Salatiga banyak membentuk akhlak siswa, diantaranya yaitu: a. Akhlak kepada Allah diwujudkan melalui ketaatan beribadah seperti shalat tepat waktu, shalat berjamaah, menutup aurat, gemar berdoa, gemar membaca dan menghafal al quran, berdzikir, berpuasa, menjadi imam shalat, dan memiliki aqidah yang lurus dan kuat. b. Akhlak kepada Manusia diwujudkan melalui kepedulian sosial, sopan santun, berkomunikasi dengan baik, mampu bekerja sama, jujur, menjaga lisan dari perkataan kotor, disiplin, tanggung jawab, tepat waktu, percaya diri, sederhana, hemat, tolong menolong, menghormati yang tua, dan menyayangi yang muda. c. Akhlak kepada Alam dan Lingkungan diwujudkan melalui kepedulian terhadap alam dan lingkungan seperti, menjaga kebersihan, merawat tanaman, meletakkan sepatu dengan rapi di rak sepatu, tidak merusak sarana yang disediakan, melaksanakan tugas piket, membuang sampah pada tempatnya, merapikan buku dan kelas selesai belajar. Efektivitas FDS dalam pembentukan akhlak siswa tercermin dari akhlak yang terbentuk di atas. Dengan akhlak yang ditanamkan pada siswa tersebut maka dapat dikatakan bahwa siswa telah menunjukkan semangat dan senang belajar, memiliki kepedulian sosial, dan taat
70
beribadah, sehingga terpenuhi indikator pencapaian yaitu cerdas intelektual, matang emosional, dan taat spiritual.
71
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pelaksanaaan full day school di SD Integral Hidayatullah Salatiga dalam membentuk akhlak siswa dilakukan melalui metode pembiasaan, metode keteladanan, metode pemberian nasihat, metode pendampingan, metode appersepsi, metode telaah ayat dan hadis, serta metode pendekatan alam. 2. Pembentukan akhlak melalui full day school berjalan dengan efektif dan lancar.
B. Saran 1. Kemenag: untuk selalu mengembangkan kurikulum pendidikan, sistem full day school dapat dijadikan rujukan untuk pengembangan kurikulum. 2. Kepala Sekolah: untuk selalu mengembangkan sistem full day school yang sudah berjalan agar lebih optimal dan banyak memberikan konribusi positif lainnya. 3. Guru atau Pendidik: untuk selalu berusaha mengembangkan diri, memperkaya
diri
dengan
pengetahuan,
keterampilan,
dan
profesionalisme seorang pendidik serta memaksimalkan kerja sama dengan orang tua wali siswa. 72
4. Orang Tua Wali Siswa: dapat lebih aktif dalam berinteraksi dan bekerja sama dengan guru. Memperkaya diri dengan pengetahuan dan keterampilan dengan harapan dapat memberikan pendidikan yang optimal kepada anak, sebab orang tua merupakan pendidik utama bagi anak. 5. Siswa: selalu melaksanakan pembelajaran di sekolah dengan sebaikbaiknya, tetap menjalankan hal positif dimanapun berada.
73
DAFTAR PUSTAKA Abdullah, M. Yatimin. 2006. Studi Akhlak Dalam Persepktif Al Quran. Jakarta: Amzah. Afifudin dan Beni Ahmad Saebani. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Pustaka Setia. Aly, Hery Noer. 1999. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT.Logos Wacana Ilmu. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. AR, Zahruddin dan Hasanuddin. 2004. Pengantar Ilmu Akhlak. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Azizah, Annisa Nurul. 2014. Program Full Day School dalam Pengembangan Kemandirian Siswa Kelas IV di SDIT Insan Utama Bantul Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan UNY. Baharuddin. 2010. Pendidikan dan Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Ar Ruzz Media. Echols, John M. dan Hassan Shadily. 2010. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustakatama. Gazalba, Sidi. 1973. Sistematika Filsafat (Pengantar Teori Nilai). Jakarta: Bulan Bintang. Hamalik, Oemar. 2008. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara. Mahmud, Ali Abdul Halim. 2004. Akhlak Mulia. Jakarta: Gema Insani. Mahmudi. 2005. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: UPP AMP. Mardalis. 2004. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposional. Yogyakarta: Bumi Aksara. Moleong, Lexy J., 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. Nata, Abuddin. 2013. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Nurhalimah, Siti. 2012. Efektivitas Sistem Pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di Pondok Pesantren Roudlotu „Usysyaaqil Qur‟an Rowosari, Rowopolo, 74
Kec. Tuntang, Kab. Semarang. Skripsi. Salatiga: Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga. Rimbun, Masri Singa dan Sofian Efendi. 1995. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES. Rumliyati, Asep. 2010. Efektivitas Pembelajaran PAI Melalui Media Lagu di Taman Kanak-Kanak „Aisyiyah Notoprajan Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Ruslan, Rosady. 2010. Metode Penelitian Public Relation&Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo. Sudjana, Nana. 2004. Manajemen Program Pendidikan. Bandung: Falah Production. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Sukmadinata, Nata Syaodih. 2006. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. , Nana Syaodih. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Teguh, Muhammad. 2014. Metodologi Kuantitatif untuk Analisis Ekonomi dan Bisnis. Jakarta: Rajawali Press. Widyowati, Lilies. 2014. Pengembangan Kurikulum Terpadu Sistem Full Day School (Studi Multi Kasus di SD Muhamadiyah 1 Alternatif Kota Magelang, SDIT Ihsanul Fikri Kota Magelang dan SD Terpadu Ma‟arif Gunungpring Magelang. Skripsi. Salatiga: Program Pascasarjana STAIN Salatiga. Yunani. 2009. Pelaksanaan Program Full Day School di MI Muhamadiyah Dolopo Madiun. Skripsi. Ponorogo: Jurusan Tarbiyah Program Studi PAI STAIN Ponorogo. Ya‟qub, Hamzah. 1993. Etika Islam. Bandung: Diponegoro tamimsyafii.blogspot.co.id/2016/10/kebijakan-full-day-school.html diakses pada Jumat, 25 November 2016. www.informasiguru.com/2016/08/PengertiandanMaknaFullDaySchool.html diakses pada Jumat, 25 Nbovember 2016. www.jenterasemesta.or.id/2016/08/full-day-school-konsep-dan-kurikulum.html diakses pada Jumat, 25 November 2016.
75
DAFTAR NILAI SKK Nama
: Tri Oktaviani
NIM
: 111-12-137
Fakultas/Jurusan
: Tarbiyah dan Ilmu Keguruan/Pendidikan Agama Islam
Dosen PA
: Dra. Ulfah Susilawati, M.Si.
No 1.
2.
3.
4.
5.
Nama Kegiatan Opak STAIN Salatiga Dengan Tema; “Progresifitas Kaum Muda, Kunci Perubahan Indonesia”. Orientasi Pengenalan Akademik Dan Kemahasiswaan (OPAK) Jurusan Tarbiyah IAIN Salatiga Dengan Tema; “Mewujudkan Gerakan Mahahaiswa Tarbiyah Sebagai Tonggak Kebangkitan Pendidikan Indonesia “. Orientasi Dasar Keislaman (ODK) Dengan Tema; “Membangun Karakter Keislaman Bertaraf Internasional Di Era Globalisasi Bahasa”. Entepreneurship dan Perkorasian 2012 dengan Tema; “Explore Your Entrepreneurship Talent” Achievment Motivation Training Dengan AMT, “Bangun Karakter Raih Prestasi”.
Tanggal 05-07 September 2012
Penyelenggara STAIN Salatiga
08-09 September 2012
HMJ Tarbiyah STAIN Salatiga
Status Peserta
Nilai 3
Peserta
3
10 September 2012
CEC, ITTAQO STAIN Salatiga
Peserta
2
11 September 2012
12 September 2012
KSEI dan Mapala Mitapasa STAIN Salatiga
Peserta
STAIN, JQH, LDK Darul Amal
Peserta
2
2
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Library User Education (Pendidikan Pemakai Perpustakaan) MTQ Umum IV Mahasiswa, Pesantren, SMA sederajat seSalatiga dan sekitarnya. Dengan Tema; “Melalui MTQ Tingkatkan Prestasi, Syi‟arkan Akhlak Qur‟ani”. Pra Youth Leadership Training, dengan tema:”Surat Cinta Pembasmi Galau”. IBTIDA‟ LDK Darul Amal STAIN Salatiga, dengan tema: “Intelektual Muda Muslim, Genggam Dunia Gapai Akhirat”. Islamic Public Speaking Training (IPST)
Aktualisasi Bahasa Arab Dalam Menjaga Khazanah Keilmuan Islam Mutakhir Dialog Publik dan Silaturahim Nasional, dengan tema: “Kemanakah Arah Kebijakan BBM? Mendorong Subsidi BBM untuk Rakyat”. Tabligh Akbar Bertajuk; “Tafsir Tematik Dalam Upaya Menjawab Persoalan Israel dan Palestina. Landasan QS. Al-Fath: 26-27”
13 September 2012
UPT Perpustakaan STAIN Salatiga JQH STAIN Salatiga
Peserta 2 Peserta 2
06 Oktober 2012
KAMMI Komisariat Salatiga
Peserta
LDK Darul Amal STAIN Salatiga
Peserta
LDK Darul Amal STAIN Salatiga
Peserta
27-28 Oktober 2012
ITTAQO STAIN Salatiga
Peserta
10 November 2012
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kota Salatiga
Panitia
JQH STAIN Salatiga
Peserta
20-21 Oktober 2012
25 Oktober 2012
1 Desember 2012
Seminar Nasional dalam 23 Februari 2013 rangka Pelantikan Pengurus Himpunan
2
2
2
2
8
2
HMI Cabang Salatiga
Peserta
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
Mahasiswa Islam Cabang Salatiga Periode 2013-2014, dengan tema: ”Kepemimpinan dan Masa Depan Bangsa”. Seminar Nasional dengan tema: “Ahlussunnah Waljamaah dalam Perspektif Islam Indonesia”. Seminar Nasional, dengan tema: “HIV/AIDS Bukan Kutukan Dari Tuhan”. Public Hearing, dengan tema: “Optimalisasi Kinerja Lembaga Melalui Kritik dan Saran Mahasiswa”. Bedah Buku, dengan tema: “Berhenti Kerja Semakin Kaya”. Seminar Pendidikan Hmj Tarbiyah Stain Salatiga dengan tema; “Menimbang Mutu dan Kualitas Pendidikan di Indonesia”. TAFSIR TEMATIK dengan Tema; “Sihir dalam Perspektif AlQur‟an Dan Hukum Negara” Seminar Nasional Kristologi dan Tabligh Akbar, dengan tema: “Membangun Pemahaman Agama Menuju Khoirul Ummah”. MILAD LDK XI dengan tema: “Satukan Cinta dalam Dekapan
8
26 Maret 2013
Dewan Mahasiswa STAIN Salatiga
Panitia
13 Maret 2013
Dewan Mahasiswa STAIN Salatiga
Peserta
Senat Mahasiswa STAIN Salatiga
Peserta
Komunitas Pengusaha Muslim Salatiga (KOMPAS) HMJ STAIN Salatiga
Peserta
02 April 2013
05 April 2013
02 Mei 2013
8
8
2
2
Peserta 2
04 Mei 2013
JQH STAIN Salatiga
Peserta 2
20 Mei 2013
MUI Kota Salatiga
Peserta 8
14 Juni 2013
LDK STAIN Salatiga
Peserta 2
23.
24.
25. 26. 27.
28.
29.
30.
31.
Ukhuwah Menuju Umat Madani”. Akhirussanah Ma‟had STAIN Salatiga dengan tema: “Pesantren Sebagai Wadah Perkembangan Karakter Pemuda Islam yang Berakhlaqul Karimah dan Bernalar Ilmiah”. GARDIKA (Gema Ramadhan di Kampus) pada Pesantren Kilat di SMPN 9 Salatiga TEKAD II LDK Darul Amal STAIN Salatiga IBTIDA‟ LDK Darul Amal STAIN Salatiga Musabaqah Lughoh „Arobiyah (MLA) dengan tema; “Ajang Eksistensi Diri Melalui Intelektual Berbahasa Arab”. Surat Keputusan tentang Pengangkatan Tenaga Pendidik dan Kependidikan SD Integral Hidayatullah Salatiga Kuliah Umum Institut Ibu Profesional (IIP), dengan tema: “Bincang Pendidikan Yang Muda Berani Beda”. Seminar Pendidikan, dengan tema: ”Cara Tepat Mengajarkan Al Qur‟an pada Anak”. Seminar Nasional HMJ KPI, dengan tema: “Peran Media Massa terhadap Kelestarian Lingkungan Hidup.”
30 Juni 2013
Ma‟had STAIN Salatiga
Panitia
3
25-31 Juli 2013
LDK STAIN Salatiga
Pemateri
4
28 September 2013 19-20 Oktober 2013 19 Mei 2014
LDK STAIN Salatiga LDK STAIN Salatiga ITTAQO STAIN Salatiga
Peserta
2
Panitia 3 Panitia 3
27 Juni 2014-30 November 2015
SD Integral Hidayatullah
Tenaga Pendidik 8
7 Desember 2014
08 Maret 2015
19 Oktober 2015
IIP Kota Salatiga, jarimatika, Muslim HomeSchooling Nusantara SD Integral Hidayatullah Salatiga
Peserta
HMJ KPI IAIN Salatiga
Peserta
2
Panitia 3
8
32.
Surat Keterangan pengajar di MI Ma‟arif Wonogiri Magelang. 33. Nusantara Mengaji 300.000 Khataman Al Qur‟an “Serentak SeIndonesia Untuk Keselamatan Dan Kesejahteraan Bangsa.” JUMLAH TOTAL NILAI
25 Januari-28 Februari 2016 08 Mei 2016
MI Ma‟arif Wonogiri Magelang DEMA dan JQH IAIN Salatiga
Pengajar 3 Peserta 3
118
Salatiga, 01 Februari 2017 Mengetahui Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama
Achmad Maimun, M.Ag. NIP. 19700510 199803 1 003
LAMPIRAN 1: Transkrip Wawancara I Narasumber I : Kepala Sekolah (Bapak Wuryantoro, S.Pd.I) Waktu
: Senin, 16 Januari 2017
1. Apakah yang melatar belakangi diterapkannya FDS di SD Integral Hidayatullah Salatiga? FDS ini diterapkan, karena menurut kami seorang siswa itu tidak hanya sebatas butuh materi-materi umum saja sebagaimana SD pada umumnya, tapi juga butuh materi-materi agama yang mana lebih dibutuhkan bagi perkembangannya dan akan berguna untuk diaplikasikandi dalam kehidupannya dalam rangka mengahadapi masa depan mereka. Selain itu, sebagai wujud aplikasi dari visi, misi, serta kurikulum di sekolah ini. 2. Apakah visi dan misi SD Integral Hidayatullah Salatiga? Visi: terbentuknya generasi Islami unggul yang memiliki kecerdasan intelektual, kematangan emosional, ketaatan spiritual. Misi: menyelenggarakan pendidikan Islam secara integral dalam aspek ruhiyah, aqliyah, dan jismiyah. 3. Bagaimanakah kurikulum yang diterapkan di SD Integral Hidayatullah Salatiga? Kurikulum di SD Integral Hidayatullah ini yaitu menggunakan kurikulum integral berbasis tauhid yakni mengintegrasikan nilai-nilai tauhid ke dalam setiap kegiatan belajar mengajar. 4. Apakah tujuan diterapkannya FDS di sekolah ini? Mengimbangi kurikulum Dinas agar anak tidak hanyak mendapat pengetahuan umum saja, tapi juga mendapat pengetahuan agama yang lebih mendalam; memaksimalkan waktu belajar siswa; menyiasati atau sebagai media alternatif bagi siswa agar tidak terlalu terbebani ketika pulang sekolah tidak harus belajar lagi di TPQ tinggal bersosialisasi dengan keluarga saja; agar anak terbiasa melakukan halhal positif yang dilaksanakan di sekolah seperti shalat berjamaah, shalat tepat waktu, dll. 5. Apa saja materi yang diajarkan dalam FDS? Materi yang diajarkan di kelas pagi seperti kurikulum dari Dinas seperti pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa indonesia, matematika, IPA, IPS, bahasa inggris, bahasa jawa, bahasa arab, pendidikan jasmani, keterampilan. Kemudian di kelas madin ada tahfidz quran, tahfidz hadis, tahfidz doa, BTA, Siroh Nabawi. Selain
KBM yang berlangsung di kelas banyak kegiatan yang lain seperti sholat dhuha, halaqoh, dll. 6. Berapakah jumlah pengajar dalam FDS di SD Integral Hidayatullah Salatiga? Jumlah keseluruhan ada 19 guru, tapi ada klasifikasi guru yang mengajar di kelas pagi dengan kelas madin. Hal tersebut dimaksudkan agar pengajaran lebih spesifik dan optimal serta menghindari kejenuhan siswa jika gurunya sama terus. 7. Bagaimanakah dengan sarana prasarana di sekolah, apakah sudah menunjang dalam pelaksanaan FDS? Di sekolah tentu sudah mengusahakan untuk mempersiapkan sarpras sebaik mungkin sebagai upaya dalam mendukung pelaksanaan FDS, seperti menyediakan makan siang di sekolah, buku-buku panduan yang lengkap, sserta pemilihan guru yang berbeda dengan guru pagi. 8. Bagaimana proses pelaksanaan FDS di SD Integral Hidayatullah Salatiga? di dalam KBM terdapat pengklasifikasian yaitu kelas pagi untuk pembelajaran umum dan kelas madin untuk pendalaman agama. Di kelas pagi, meskipun pembelajaran dengan materi umum, tapi di sekolah ini tetap memasukkan nilai-nilai agama di dalamnya. Sedangkan di kelas madin yang memang khusus pembelajaran agama, maka pengintegrasian nilai tauhid/agama itu melalui telaah kandungan ayat atau hadist. Di samping itu, dilaksanakan pembiasaan dalam ketaatan beribadah, pembiasaan melakukan hal yang baik. Kemudian di sekolah ini juga diadakan pasar kejujuran setelah ujian semester untuk melatih siswa terbiasa jujur. 9. Mengapa dalam pelaksanaan FDS di SD Integral Hidayatullah Salatiga ada pengklasifikasian? KBM di SD ini memang sengaja dibedakan mbak, kelas pagi untuk pelajaran umum dari jam 7 sampai jam 1 siang dan kelas madin dari jam 1 sampai setengah 4. Selain waktu yang dibedakan, tenaga pengajar dan penempatan kelas siswa juga berbeda disesuaikan target yang ditentukan oleh Waka Diniyyah yang mengurusi Madin. Tujuannya agar lebih spesifik dan anak lebih fokus dan maksimal dalam mengikuti pembelajaran. 10. Menurut bapak, apakah penerapan FDS ini efektif dalam pembentukan akhlak siswa? Sangat efektif, dengan diterapkannya pendidikan agama dan mengintegrasikan nilai-nilai tauhid/ agama di dalam KBM, yang mana isi materi akan berkaitan langsung dengan akhlak. Sehingga siswa lebih paham dan mudah mengaplikasikan dalam kesehariannya.
11. Apakah melalui diterapkannya FDS, akhlak siswa menjadi lebih baik? Bagaimana aplikasinya? Insya Allah, lebih baik. Karena dengan berada di sekolah lebih lama akan berada di bawah pengawasan bapak ibu guru. Selain itu anak akan dibiasakan melakukan hal-hal yang positif sehingga anak akan memiliki akhlak yang lebih baik. 12. Akhlak apa saja yang ditanamkan pada siswa? Akhlak kepada Allah dengan ketaatan beribadah: sholat berjamaah, menutup aurat, berdoa, demar membaca dan menghafal al quran; akhlak kepada manusia: menghormati guru, saling berbagi, tolong menolong, dll; akhlak kepada lingkungan: membuang sampah pada tempatnya. 13. Metode apakah yang diterapkan untuk menanamkan akhlak siswa? Metode pembiasaan, metode teladan, metode nasihat, metode pendampingan, metode telaah ayat dan hadist. 14. Apakah faktor yang mempengaruhi pelaksanaan FDS di sekolah ini? Kurikulum, guru, fasilitas, keadaan anak 15. Bagaimana tanggapan orang tua wali siswa terhadap diterapkannya FDS? Sangat setuju, selama ini orang tua tidak ada yang komplain terhadap pelaksanaan FDS. Justru mereka mendukungnya, karena mereka terbantu dalam memantau anak melalui koordinasi langsung dengan guru.
LAMPIRAN 2: Transkrip Wawancara II Narasumber II : Waka Diniyah (Ustadz Krismanto Al Rosyid) Waktu
: Rabu, 18 Januari 2017
1. Apakah benar KBM pagi dengan sore dibedakan, Ustadz? iya mbak, memang benar. KBM dibedakan, pagi untuk umum dan sore dikhususkan untuk penguatan agamanya. Kemudian juga untuk gurunya juga beda dengan guru pagi, karena kelas madin dikhususkan pada pelajaran agama saja. Tujuannya agar lebih spesifik dalam pengelolaannya dan siswa tidak bosan jika gurunya beda.kelas madin itu punya nama-nama kelas sendiri, bukan lagi dengan nama kelas 1, 2, 3,dst..tetapi dengan 4 kelas saja yang terdiri kelas ibtida‟ yang paling rendah tingkatan kelasnya, ula, wustho, dan ulya adalah yang paling tinggi tingkatannya. Pembagiannya itu berdasarkan target pencapaian dalam hafalan.jadi bisa saja anak yang sebenarnya sudah kelas 5 di kelas pagi menjadi kelas ula atau bahkan ibtida‟ di kelas madin. Tujuannya agar memudahkan mereka dalam perbaikan dan evaluasi. Selain itu, sebagai motivasi bagi dirinya. 2. Mengapa kelas sore dinamakan kelas madin? Karena kelas sore adalah kelas untuk spesialisasi pembelajaran agama yakni untuk pendalaman agama. 3. Apa tujuan diadakannya kelas madin? Agar lebih maksimal siswa dalam memahami pembelajaran agama, meningkatkan kualitas agama siswa sesuai dengan kurikulum sekolah, menguasai materi-materi di kelas madin. 4. Bagaimanakah kurikulum di kelas madin? Menggunakan kurikulum integral berbasis tauhid yang mengintegrasikan nilai tauhid ke dalam KBM. 5. Apa saja materi yang diajarkan di kelas madin? Tahfidz qur‟an, tahfidz hadits, tahfidz doa, BTQ 6. Mengapa kelas madin diampu oleh guru yang berbeda dengan guru pagi? Tujuannya agar lebih spesifik dalam pengelolaannya sehingga bisa lebih optimal dan siswa tidak akan bosan jika gurunya beda. 7. Dimanakah biasanya KBM dilaksanakan? Untuk KBM madin ini tidak seformal di kelas pagi, artinya pembelajaran tidak harus dilakukan di dalam kelas, tapi bisa juga di halaman sekolah, di perpustakaan, di mushola, bahkan bisa juga di kebun atau sawah sesuai minat siswa. Dengan begitu siswa lebih enjoy dan bersemangat dalam belajar.
8. Menurut Ustadz, apakah anak-anak tidak merasa jenuh dan capek jika harus mengikuti kelas madin? Oh tidak, mereka justru antusias dan bersemangat dalam mengikuti KBM. 9. Terkait dalam pembentukan akhlak, bagaimana proses pelaksanaan dalam KBM di kelas madin? Anak-anak diminta menghafal ayat/hadits/doa, kemudian saat murojaah hafalan guru akan menjelaskan isi kandungan yang terdapat dalam ayat atau hadits tersebut, jadi siswa bukan hanya hafal tapi mereka tahu maksud ayat tersebut sehingga mudah untuk diaplikasikan. 10. Metode apa yang biasa di gunakan? Metode nahawwan untuk menyamakan bacaan qur‟an, metode telaah ayat dan hadits, metode hafalan, metode pembiasaan, metode teladan, dll. 11. Terkait sarana prasarana, apakah di SD ini sudah mendukung terlaksananya KBM madin? Untuk sarpras, saya rasa sudah cukup. Tergantung bagaimana kita memanfaatkan yang ada itu. Saat ini yang terpenting sudah tersedia buku-buku panduan, disediakan pula makan siang di sekolah. 12. Apa saja faktor yang mendorong pembelajaran di kelas madin? Kurikulum, guru, lingkungan pesantren 13. Apa saja faktor penghambatnya? Kemajemukan siswa yaitu dari input yang berbeda. 14. Menurut ustadz, apakah pembelajaran madin efektif dalam pembentukan akhlak siswa? Bagaimana aplikasinya? Sangat, dengan anak mengerti isi kandungan dalam materi di pembelajaran madin maka anak akan lebih dalam pemahaman akan agama dan itu berkaitan dengan akhlak. 15. Bagaimana respon orang tua siswa terhadap pelaksanaan kelas madin, yang man menjadikan siswa harus berada di sekolah hingga sore? Sangat menerima, bahkan antusias. Dibuktikan dengan interaksi aktif dengan guru dalam meningkatkan kualitas anak.
LAMPIRAN 3: Transkrip Wawancara III Narasumber III : Guru Kelas Waktu
: Rabu, 18 Januari 2017
1. Metode apakah yang bapak/ ibu terapkan dalam KBM yang membuat siswa tidak merasa bosan berada di sekolah hingga sore? Tentunya metode yang kami gunakan banyak mbak. Ada metode cerita, metode diskusi, metode pesan berantai, metode tutor sebaya, dll. 2. Menurut bapak/ibu apakah KBM ini efektif dalam pembentukan akhlak siswa? Iya efektif mbak, karena melalui KBM yang berlangsung selalu diintegrasikan dengan nilai tauhid yang berkaitan dengan akhlak siswa.Biasanya kami memasukkan nilai tauhid itu saat appersepsi. Jadi sebelum menjelaskan materi pelajarankami memasukkan nilai tauhid yang terkait. Misal: pada materi PKn tentang sopan santun, bisa memasukkan hadis tentang menjaga lisan atau pelajaran IPA tentang tumbuhan bisa dengan pengamatan langsung kemudian dimasukan nilai tauhid yang berisi tumbuhan diciptakan oleh Sng Pencipta, sehingga dengan begitu siswa akan bertambah pemahaman agama dan dapat diaplikasikan dalam perilakunya. 3. Apakah sarana prasarana yang disediakan di sekolah sudah menunjang? Sudah cukup mbak 4. Apakah faktor penunjang? Kurikulumnya sesuai, guru, lingkungan sekolah, dukungan orang tua 5. Apalah faktor yang menghambat? Latar belakang siswa yang berbeda, siswa pindahan dari sd lain.
LAMPIRAN 4: Transkrip Wawancara IV
Narasumber IV: Guru Madin Waktu
: Kamis, 19 Januari 2017
1. Apa saja materi yang diajarkan? Tahfidz qur‟an, tahfidz hadits, tahfidz doa, BTQ 2. Apakah metode yang bapak/ibu terapkan dalam pembelajaran madin? Metode nahawwan, metode telaah ayat 3. Dimana biasanya bapak/ibu mengajar? Bisa dimana saja, kadang di kelas kadang di musholah, halama sekolah, depan kelas, perpustakaan, bisa juga di sawah. 4. Apakah menurut bpak/ibu peserta didik merasa jenuh karena harus belajar dari pagi sampai sore? Jika dilihat dari antusias dan semangat siswa-siswa, saya ras tidak jenuh. Justru mereka kebanyakan senang berada di sekolah. 5. Langkah apakah yang bapak/ibu terapkan menghadapi siswa yang merasa jenuh atau lelah? Karena di kelas madin ini tidak seformal di kelas pagi, maka kami biasanya lebih santai dan fleksibel dalam melaksanakan pembelajaran agar siswa tidak jenuh karena kami tahu mereka sudah belajar dari pagi. Maka bisa dengan belajar di luar kelas. 6. Apakah sarana prasarana sudah mendukung pembelajaran? Sudah 7. Menurut bapak/ ibu faktor apakah yang menunjang? Sarpras, kurikulum, lingkungan pesantren, kurikulum sesuai 8. Apakah faktor yang menghambat? Siswa yang berbeda tingkat hafalannya 9. Apakah efektif KBM kelas madin dalam membentuk akhlak siswa? Efektif, melalui telaah ayat dan hadits. 10. Bagaimana kiat bapak/ibu dalam membentuk akhlak pada pembelajaran madin ini? Mengamalkan dari apa yang diajarkan dari telaah ayat dan hadits dengan ketedanan.
LAMPIRAN 5: Transkrip Wawancara V Narasumber V : Orang tua siswa Waktu
: Kamis, 19 Januari 2017
1. Bagaimana tanggapan bapak/ibu terhadap FDS di SD Integral Hidayatullah Salatiga? Saya merasa terbantu dalam mengawasi perkembangan akhlak anak saya. 2. Bagaimana proses pelaksanaan FDS dalam membentuk akhlak siswa di SD Integral Hidayatullah Salatiga? Anak dibiasakan untuk taat beribadah, gemar membaca dan menghafal al quran, dll. 3. Apakah bapak/ibu merasa terbantu dengan adanya pembelajaran FDS di SD Integral Hidayatullah Salatiga dalam pembentukan akhlak? Ya, sangat terbantu 4. Apakah putra/putri bapak/ibu sudah memiliki akhlak yang baik saat berada di rumah? Sudah mbak, lebih baik. Cukup menggembirakan. 5. Apakah perkembangan akhlak putra/putri bapak/ibu sudah baik setelah menngikuti FDS di SD Integral Hiyatullah Salatiga? Sudah cukup baik mbak 6. Apakah putra/putri bapak/ibu sudah berperilaku sopan, jujur, dan suka menolong serta berbuat baik saat ada di luar sekolah? Sudah 7. Apakah saat berada di rumah putra/putri bapak/ibu tetap menjalankan ibadah atau kebiasaan beragama seperti yang diajarkan di sekolah? Tetap melaksanakan 8. Menurut bapak/ibu bagaimana efektivitas FDS dalam membentuk akhlak siswa di SD Integral Hidayatullah Salatiga? Cukup puas karena anak mendapatkan pendidikan yang maksimal 9. Apakah bapak/ibu merasa nyaman dengan adanya pembelajaran FDS ini? Sangat nyaman 10. Apakah ada yang perlu diperbaiki pada FDS di SD Integral Hidayatullah Salatiga dalam pembentukan akhlak siswa? Ditingkatkan lebih baik, tetapi yang telah berjalan sudah cukup baik.
LAMPIRAN 6 : Transkrip Wawancara VI Narasumber VI : Siswa yang mengikuti FDS Waktu
: Kamis, 19 Januari 2017
1. Bagaimana perasaan adek belajar sehari penuh di sekolah? Senang dan tidak capek. Karena di sekolah menyenangkan, kalau libur aja pengen sekolah. 2. Apa saja yang diajarkan bapak/ibu guru selama di sekolah? Pelajaran, doa-doa, hadis, alquran 3. Apakah adek merasa kesulitan saat melakukan kegiatan atau pembelajaran yang ada di sekolah? Tidak, kalau tidak faham langsung bertanya pada guru 4. Apakah adek terbiasa shalat berjamaah dan selalu murojaah hafalan setelah selesai shalat? Iya, biasanya kalau di sekolahan murojaahnya 5. Apakah adek juga selalu mendoakan orang tua selesai shalat? Iya selalu 6. Apakah adek terbiasa menutup aurat? Iya, di rumah juga. Kan aurat kalau dilihat orang dosa 7. Apakah adek terbiasa berdoa sebelum dan setelah melakukan sesuatu? Iya, mau dan sesudah makan, mau dan bangun tidur, mau naik kendaraan, masuk dan keluar kamar mandi 8. Bagaimana sikap adek jika bertemu bapak/ibu guru? Mengucapkan salam, bersalaman, mengucapkan permisi jika guru duduk 9. Bagaimana sikap adek jika melihat teman atau orang lain mengalami kesulitan? Menolongnya atau membantunya 10. Bagaimana sikap adek jika mengetahui ada teman yang tidak membawa peralatan belajar/pensil?
Meminjaminya 11. Bagaimana sikap adek jika melihat ada sampah yang berserakan? Membuangnya di tempat sampah atau menyapunya 12. Bagaimana sikap adek terhadap orang yang lebih muda? Menghormatinya 13. Bagaimana sikap adek terhadap orang yang lebih tua? Menyayanginya, menasehati, mengajak belajar bersama, berbagi 14. Apakah jika di rumah adek tetap melaksanakan seperti yang adek lakukan di sekolah? (shalat berjamaah, menutup aurat, berdoa, suka menolong, jujur, disiplin) Tetap 15. Apakah adek tepat waktu masuk sekolah? Iya, jam tujuh sampai di sekolah 16. Bagaimana sikap adek jika ada teman yang mencontek saat ulangan? Dibilangkan bu guru 17. Apakah setelah belajar adek selalu merapikan buku dan peralatan belajar kembali? iya 18. Apakah adek selalu bangun tidur sebelum subuh? Kadang-kadang 19. Apakah adek selalu menjaga kebersihan? Iya, mandi, memotong kuku, menggosok gigi 20. Jika akan meminjam, apa yang akan adek lakukan? Meminta ijin terlebih dahulu
LAMPIRAN 7 : Catatan Observasi I Waktu : Selasa, 17 Januari 2017 Lokasi : SD Integral Hidayatullah Salatiga Aspek : pelaksanaan pembentukan akhlak melalui pembiasaan keagamaan
Deskripsi data: Observasi ini dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan pembentukan akhlak melalui pembiasaan keagamaan. Dari hasil observasi tersebut terungkap bahwa siswa melaksanakan shalat berjamaah dengan tertib dan rapi. Bahkan dari yang peneliti lihat, saat shalat dhuha diimami oleh salah satu siswa. Shalat berjamaah yang dilakukan adalah shalat dhuha, shalat dhuhur, dan shalat ashar. Selain itu, siswa juga sudah terbiasa wirid, berdzikir, dan berdoa setelah shalat. Di dalam KBM siswa selalu mengawali dan mengakhiri dengan berdoa, siswa juga gemar membaca dan menghafal al quran, hadis, dan doa. Siswa juga mengenakan pakaian yang menutup aurat sesuai syariat Islam. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa sudah berakhlak kepada Allah. Interpretasi: Dalam kaitannya dengan kebiasaan keagamaan seperti shalat berjamaah, membaca dan menghafal al quran atau hadis, gemar berdoa, dzikir, wirid, serta menutup aurat merupakan indikator yang menunjukkan bahwa siswa telah memiliki akhlak yang baik terhadap Allah, yakni dengan beribadah dan mengerjakan perintahNya. Hal demikian dibutuhkan bimbingan, arahan, dan keteladanan dari guru sehingga siswa akan selalu bersemangat dalam melaksanakan kebiasaan tersebut.
LAMPIRAN 8: Cacatan Obsevasi II Waktu : Senin, 16 Januari 2017 Aspek : pelaksanaan pembentukan akhlak melalui pembiasaan sopan santun.
Deskripsi data: Observasi ini dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan pembentukan akhlak melalui pembiasaan bersopan santun. Dari hasil observasi, terungkap bahwa siswa telah memiliki sikapatau perilaku yang sopan dan santun. Yang diwujudkan melalui mengucapkan salam dan sapa ketika bertemu teman, guru, dan karyawan; mengucapkan permisi saat hendak lewat di depan orang, mengucapkan maaf ketika melakukan kesalahan, mengucapkan terima kasih ketika mendapatkan sesuatu atau diberi sesuatu. Maka dapat dikatakan bahwa siswa memiliki akhlak mulia dengan sikap sopan dan santun tersebut. Interpretasi: Dalam kaitannya dengan pembiasaan bersopan santun ini,guru senantiasa selalu memberikan keteladanan kepada siswa, agar siswa meniru dan meneladaninya. Saat siswa lupa atau belum melakukannya maka guru dengan lapang dada memberikan contoh dengan melakukannya terlebih dahulu atau dengan menegur atau mengingatkannya dengan cara yang baik.
LAMPIRAN 9: Catatan Observasi III Waktu : Senin, 16 Januari 2017 Aspek : pelaksanaan pembentukan akhlak dalam kepedulian sosial
Deskripsi data: Observasi ini dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan pembentukan akhlak dalam aspek kepedulian sosial. Dalam observasi dapat diketahui bahwa siswa telah memiliki kepedulian sosial yang cukup baik. Siswa diketahui setiap hari mau menyisihkan uang lima ratus rupiah untuk shodaqoh yang diadakan oleh sekolah. Dengan shomari (shodaqoh lima ratus perhari tersebut agar siswa terlatih untuk gemar bersedekah dan meningkatkan kepedulian sosialnya, selain itu siswa juga terbiasa dengan perilaku tolong menolong dan bekerja sama. Yakni dengan meminjami teman alat tulis apabila teman tidak membawa atau mau berbagi makanan dan mampu bekerja sama dengan teman yang lain. Interpretasi: Dalam kaitannya dengan pembiasaan dalam kepedulian sosial ini, diharapkan guru mampu menyertai siswa dalam pelaksanaannya, yakni dengan membimbing dan mengarahkan siswa untuk selalu meningkatkan kepedulian sosialnya. Selain itu, guru senantiasa mengajak siswa untuk lebih peduli akan lingkungan dan sekitarnya melalui sedekah tersebut.
LAMPIRAN 10: Catatan Observasi IV Waktu : Rabu, 18 Januari 2017 Aspek : pelaksanaan pembentukan akhlak dengan pembiasaan menjaga kebersihan dan kerapian
Deskripsi data: Observasi ini dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan pembentukan akhlak melalui pembiasaan dalam menjaga kebersihan dan kerapian. Dari observasi terungkap bahwa siswa telah terbiasa untuk menjaga kebersiha dan kerapian. Hal ini terlihat dari lingkungan sekolah yang bersih, siswa juga sudah terbiasa membuang sampah pada tempat sampah, mengerjakan tugas piket yang dijadwalkan dalam setiap kelas, ikut kerja bakti membersihkan halam sekolah, meletakkan sepatu di rak sepatu, dan selalu merapikan peralatan belajar dan bangku setelah selesai belajar. Interpretasi: Dalam kaitannya dengan pelaksanaan pembentukan akhlak dalam pembiasaan menjaga kebersihan dan kerapian, guru perlu untuk selalu memperhatikan pembiasaan itu. Karena tanpa bimbingan dan arahan, hal itu bisa saja tidak ditaati. Dengan adanya jadwal dan aturan yang konsisten, pembiasaan itu akan lebih dilaksanakan dengan baik.
LAMPIRAN 11: Catatan Observasi V Waktu : Kamis, 19 Januari 2017 Aspek : metode dalam pembentukan akhlak
Deskripsi data: Observasi ini dilakukan untuk mengetahui metode yang digunakan dalam membentuk akhlak siswa. Dari hasil observasi ini diketahui bahwa metode yang biasa digunakan sudah tepat, metode itu adalah metode pembiasaan, seperti pembiasaan beribadah, pembiasaan bertutur kata yang sopan dan baik, pembiasaan peduli lingkungan, dan sebagainya. Kemudian metode keteladanan, guru memberikan keteladanan dalam hal yang positif kepada siswa seperti menepati janji kepada siswa ini adalah cara agar siswa mencontoh hal tersebut dengan menepati janji dan tidak suka berbohong. Metode pemberian nasihat, dengan menegur atau mengarahkan siswa untuk melakukan hal positif. Selain itu, terdapat pula metode-metode dalam KBM seperti metode nahawwan untuk menyamakan bacaan quran, metode tutor sebaya, metode diskusi, dan metode telaah ayat dan hadits. Interpretasi: Dalam kaitannya dengan metode dalam membentuk akhlak siswa, guru dituntut lebih kreatif dalam mengembangkan diri juga dalam menggunakan metode yang tepat. Dengan begitu siswa akan lebih merasa senang dan bersemangat dalam mengikuti setiap kegiatan belajar mengajar dan pembentukan akhlak. Siswa juga akan terbiasa dengan pembiasaan yang diterapkan disekolah yang kemudian kebiasaan itu akan tertanam pada diri siswa.
LAMPIRAN 12: Catatan Observasi VI Waktu : Kamis, 19 Januari 2017 Aspek : sarana prasana dan lingkungan yang mendukung pelaksanaan pembentukan akhlak
Deskripsi data: Observasi ini dilakukan untuk mengetahui sarana prasana dan lingkungan sekolah. Dari observasi yang dilakukan diketahui bahwa sarana prasarana yang ada sudah cukup dengan ruang untuk kegiatan belajar yang cukup, buku yang lengkap, disediakannya makan siang di sekolah, serta lingkungan yang mendukung. Selain itu, di sekolah ini berada di lingkungan pondok pesantren, hal itu memiliki keuntungan tersendiri demi terwujudnya pembentukan akhlak yakni lebih kondusif. Di sekolah ini juga tidak ditemukan kantin atau warung sekolah, hal tersebut agar siswa makan makanan yang sehat dan melatih siswa untuk berhemat. Interpretasi: Dalam kaitannya dengan sarana prasarana dan lingkungan yang mendukung pelaksanaan pembentukan akhlak tersebut, tetap dibutuhkan peran guru dalam mengawasi dan membimbing siswa agar selalu melakukan hal yang positif.
LAMPIRAN 13: Catatan Observasi VII Waktu : Selasa, 17 Januari 2017 Aspek : perubahan akhlak siswa pindahan dari sekolah dasar lain
Deskripsi data: Observasi ini dilakukan untuk mengetahui perubahan akhlak siswa pindahan dari sekolah dasar lain. Dari hasil observasi tersebut terungkap bahwa pindahan dari sekolah lain yang sebelumnya tidak ada sistem pembelajaran full day school yang belum terbiasa dengan pembelajaran sampai sore, dan masih sering berperilaku kurang baik seperti mengejek teman, membuat kegaduhan di kelas, atau bahkan membolos sudah mengalami perubahan dari cara dia bersikap. Sekarang dia sudah lebih bisa menghargai temannya, suka berbagi, tidak lagi membuat kegaduhan di kelas, dan tidak lagi membolos. Perubahan itu berkat proses pembentukan akhlak yang terus menerus dilaksanaan oleh sekolah melalui sistem pembelajaran full day school. Interpretasi: Dalam kaitannya dengan proses pembentukan akhlak pada observasi ini, menunjukkan bahwa banyak hal yang telah dilakukan oleh pihak sekolah dalam membimbing siswa agar memiliki akhlak yang mulia.
LAMPIRAN 14: Foto Hasil Penelitian
Shalat Berjamaah
KBM di kelas
kebersamaan saat makan
Wirid, Dzikir, Berdoa selesai shalat
KBM di Luar Kelas
kerjasama dalam outbond
metode tutor sebaya
siswa di perpustakaan
mengatur kerapian berbaris siswa
siswa terbiasa akan kerapian
siswa terampil akan komputer
siswa terampil berkreasi
siswa melaksanakan tugas piket
papan pajangan siswa
pembiasaan shodaqoh siswa
siswa sedang diperiksa kebersihan kuku
kreativitas siswa
pendampingan siswa jam istirahat
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS Nama
: Tri Oktaviani
Tempat/Tanggal Lahir
: Kab. Semarang/ 29 Oktober 1994
Agama
: Islam
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Lopait Rt 07/01 Kec. Tuntang Kab. Semarang
Nama Ayah
: Suroto
Nama Ibu
: Istiayah
Nama Suami
: M. Basyir Ali Muthohar
Riwayat Pendidikan
:1.RA Miftahul Huda Lopait (Tahun 1999-2000)
Riwayat Pekerjaan
2. SD Negeri Lopait
(Tahun 2000-2006)
3. SMP N 2 Tuntang
(Tahun 2006-2009)
3. MAN Salatiga
(Tahun 2009-2012)
4. IAIN Salatiga
(Tahun 2012-2017)
:1. Pernah mengajar di Bimbel Laa Tansa Salatiga 2. Pernah mengajar TPQ Al Amien Salatiga 3. Pernah mengajar Madin Nurussa‟adah Tuntang 4. Pernah mengajar di SD IH Salatiga 5. Pernah mengajar Home Schooling di Salatiga 6. Proses mendirikan lembaga Rumah Belajar