BAB II PENDIDIKAN FULL DAY SCHOOL
A. Pengertian Pendidikan Full Day School Menurut Baharuddin: Kata full day school berasal dari bahasa Inggris. Full artinya penuh, day artinya hari, sedang school artinya sekolah. Jadi, pengertian full day school adalah sekolah sepanjang hari atau proses belajar mengajar yang dilakukan mulai pukul 06.45 – 15.00 WIB dengan durasi istirahat setiap dua jam sekali. Dengan demikian, sekolah dapat mengatur jadwal pelajaran dengan leluasa, disesuaikan dengan bobot mata pelajaran dan ditambah dengan pendalaman materi. Hal yang diutamakan dalam full day school adalah pengaturan jadwal mata pelajaran dan pendalaman.1
Dilihat dari makna dan pelaksanaan full day school di atas, sekolah menggunakan sebagian waktunya untuk program pelajaran yang suasananya informal, tidak kaku, menyenangkan bagi siswa, dan membutuhkan kreativitas dan inovasi dari guru. Belajar efektif bagi anak hanya 3 – 4 jam sehari (dalam suasana formal) dan 7 – 8 jam sehari (dalam suasana informal). Menggali potensi anak didik secara total, yaitu dengan menitik beratkan pada situasi dan kondisi ketika anak didik dapat mengikuti proses belajar, tetapi juga bermain. Dengan demikian, siswa tidak merasa terbebani dan tidak merasa bosan berada di sekolah karena full day school banyak memiliki metode pembelajaran. Metode pembelajaran full day school tidak melulu dilakukan di dalam kelas, namun juga siswa diberi kebebasan untuk memilih tempat 1
Baharuddin, Pendidikan dan Psikologi Perkembangan (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2009), hlm. 227.
21
22
belajar. Artinya, siswa bisa belajar dimana saja, seperti di halaman, di perpustakaan, laboratorium dan lain-lain. Sekedar untuk ketertiban belajar mengajar, maka dibuatlah jadwal.2 Jika dilihat dari proses pelaksanannya sistem full day school mampu menyedot perhatian masyarakat untuk melanjutkan studi putra-putrinya. Hal ini terbukti dengan full day school menjadi pilihan favorit banyak siswa dan dambaan banyak orang tua. Kiranya, tidak berlebihan jika sistem full day school ini cukup signifikan dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Penerapan full day school adalah salah satu inovasi baru dalam sistem pembelajaran. Konsep pengembangan dan inovasi ini adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan karena mutu pendidikan di Indonesia sekarang ini dipertanyakan. Maka, berbagai cara dan metode dikembangkan. Penerapan full day school ini juga untuk mengembangkan kreativitas yang mencakup integrasi tiga ranah, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam sistem ini, diterapkan format game (bermain), dengan tujuan agar proses belajar mengajar penuh dengan kegembiraan, penuh dengan permainan-permainan yang menarik bagi siswa untuk belajar.3 Walaupun belajar selama sehari penuh, hal ini sesuai dengan teori Bloom dan Yacom yang menyatakan bahwa metode game (bermain) dalam pembelajaran salah satunya adalah dengan menggunakan kegembiraan dalam mengajarkan dan mendorong tercapainya tujuan-tujuan instruksional. Hal 2 3
Ibid., hlm. 228. Ibid., hlm. 239.
23
senada juga disampaikan oleh Meier, bahwa permainan belajar jika dimanfaatkan dengan bijaksana dapat menyingkirkan keseriusan yang menghambat dan menghilangkan stres dalam lingkungan belajar. Semula teknik permainan bukanlah tujuan, melainkan sekedar rencana untuk mencapai tujuan, yaitu untuk meningkatkan kualitas atau mutu pembelajaran yang pada akhirnya meningkatkan mutu pendidikan. Oleh karena itu, peningkatan permainan dalam pembelajaran perlu diperhatikan dengan cermat. Terkait dengan penciptaan lingkungan yang menyenangkan, sistem full day school mewajibkan civitas akademiknya berada di lingkungan dan mengikuti semua kegiatan akadmeik mulai dari pagi sampai sore hari. Kegiatan seperti mengerjakan tugas sekolah (PR) dalam sistem full day school dilakukan di sekolah dengan bimbingan guru yang bertugas. Dengan demikian, siswa akan mendapat banyak keuntungan secara akademis dibandingkan dengan anak-anak yang half day school karena siswa yang biasa (tidak mengikuti) full day school sepulang dari sekolah digunakan untuk hal-hal yang kurang bermanfaat.4 Dengan diberlakukannya sistem full day school, guru bisa langsung mengawasi siswa dan menilai kemampuan dibidang edukatifnya. Selain itu, sistem ini dapat mengakrabkan siswa dengan guru, sebagaimana yang telah dilakukan Nabi kepada murid-muridnya, salah satunya seperti yang terjadi pada Ali bin Abi Thalib, yaitu Nabi memukul dada Ali dengan penuh kasih sayang dan Ali merasa lebih akrab dengan gurunya, Muhammad Saw. Hal ini
4
Ibid., hlm. 240.
24
menunjukkan keakraban Nabi (sebagai guru) dengan anak didik (sebagai murid) karena telah dijelaskan dalam sirah-Nya bahwa Nabi menepuk dengan tangan dan kaki ketika mengajar untuk mendidik, yang demikian itu tidak dilakukannya terhadap para sahabat, kecuali untuk lebih mengakrabkan dan mengingatkan serta menarik perhatian mereka terhadap apa yang akan beliau ajarkan.5
B. Tujuan Pendidikan Full Day School Keunggulan sebuah sekolah ditentukan oleh manajemen sekolah tersebut. Salah satu indikasi bahwa pendidikan di suatu sekolah sukses adalah apa yang diberikan kepada siswa sesuai dengan kebutuhan siswa dan sejalan dengan yang dikehendaki masyarakat atau para orang tua siswa. Jika memperbincangkan dunia pendidikan saat ini pasti tidak terlepas dengan istilah full day school. Full day school adalah sekolah yang dirancang sedemikian rupa layaknya sekolah formal, juga didesain mampu memberikan harapan pasti terhadap masyarakat. Misalnya nilai plus yang belum diberikan saat pelajaran formal berlangsung, antara lain: latihan belajar kelompok, latihan berjama’ah shalat wajib dan sunnah dhuha, latihan membaca doa bersama dan lain sebagainya.6 Dunia globalisasi saat ini mensyaratkan dunia pendidikan berpikir keras sekaligus cerdas dalam memajukan lembaga yang dicitakan, tak terkecuali sekolah yang menerapkan sistem full day school. Ciri khas sekolah 5
Fadhal Ilahi, Muhammad Saw, Sang Guru Yang Hebat (Surabaya: Pustaka Laraiba Bima Amanta, 2006), hlm. 100. 6 Baharuddin, Op.Cit., hlm. 224.
25
yang akrab dengan sebutan full day school ini sudah merambah di Indonesia dan menjadi perhatian banyak kalangan, khususnya mereka yang notabene berkecimpung dalam dunia pendidikan, mulai dari pakar pendidikan, praktisi pendidikan, pemerhati pendidikan dan seterusnya. Sistem pengajaran full day school tidak kaku dan monoton, bahkan menyenangkan karena seorang guru di full day school dituntut untuk bersikap profesional, kreatif dan inovatif, sedangkan siswa diberi kebebasan dalam memilih tempat belajarnya. Dalam perkembangannya, manajemen full day school mensyaratkan adanya profesionalisme dalam diri seorang guru, yang dilakukan secara terus-menerus sejalan dengan perkembangan dunia pendidikan. kualifikasi guru menjadi syarat yang tidak bisa ditawar. Pendidik dituntut peka terhadap perkembangan zaman dan selalu terbuka terhadap kemajuan serta memiliki kurikulum yang modern.7 Hal yang mampu memikat para siswa adalah sekolah full day school ini syarat dengan permainan yang bertujuan agar proses belajar mengajar penuh dengan kegembiraan, permainan-permainan yang menarik bagi siswa untuk belajar, betah di sekolah dan mendapatkan nilai plus yang berbasis keislaman. Dengan demikian, sekolah dapat menciptakan keakraban antar siswa dan keakraban antar guru bukanlah perkara yang sulit. Pada akhirnya, terbangunlah nilai yang diidamkan, yaitu keakraban antara guru dan siswa. Suasana inilah sesungguhnya yang didambakan banyak siswa, juga para orang
7
Oemar Hamalik, Media Pendidikan (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004), hlm. 2.
26
tua. Situasi dan kondisi yang sangat menyenangkan ini akan melahirkan generasi yang cerdas intelektual, cerdas emosional, dan cerdas spiritual. Kenakalan remaja semakin hari semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dari pemberitaan di media massa yang tidak jarang memuat berbagai penyimpangan yang dilakukan kaum pelajar, seperti seks bebas, miras dan lain sebagainya. Inilah yang memotivasi para orang tua untuk mencari sekolah formal sekaligus mampu memberikan kegiatan-kegiatan yang positif (informal) pada anak mereka. Maka dipilihlah sekolah dengan sistem full day school. Dengan mengikuti full day school, orang tua dapat mencegah dan menetralisasi kemungkinan dari kegiatan-kegiatan anak yang menjurus pada kegiatan yang negatif. Alasan memilih dan memasukkan anaknya ke full day school, salah satu pertimbangannya adalah dari segi edukasi siswa.8 Banyak alasan mengapa full day school menjadi pilihan. Pertama, meningkatnya jumlah orang tua tunggal dan banyak aktivitas orang tua yang kurang memberikan perhatian pada anaknya, terutama yang berhubungan dengan aktivitas anak setelah pulang dari sekolah. Kedua, perubahan sosial budaya yang terjadi di masyarakat dari masyarakat agraris menuju ke masyarakat industri. Perubahan tersebut jelas berpengaruh pada pola pikir yang begitu cepat perkembangannya, terutama teknologi komunikasi dan informasi lingkungan kehidupan perkotaan yang menujurus ke arah individualisme.
8
Muhaimin, Paradigman Pendidikan Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 168-170.
27
Ketiga, perubahan sosial budaya mempengaruhi pola pikir dan cara pandang masyarakat. Salah satu ciri masyarakat industri adalah mengukur keberhasilan dengan materi. Hal ini sangat berpengaruh terhadap pola kehidupan masyarakat yang akhirnya berdampak pada perubahan peran. Peran ibu yang dahulu hanya sebagai ibu rumah tangga, dengan tugas utamanya mendidik anak mulai bergeser. Peran ibu di zaman sekarang tidak hanya sebatas sebagai ibu rumah tangga, namun seorang ibu juga dituntut untuk dapat berkarier di luar rumah. Kita tidak bisa menyalahkan mereka karena mereka memiliki alasan tersendiri. Ada yang memang dituntut untuk membantu mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga, ada pula yang beralasan aktualisasi diri, dan ada yang ingin potensi yang dimiliki dapat dimanfaatkan untuk kemaslahatan umat. Keempat, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi begitu cepat sehingga jika tidak dicermati, maka anak akan menjadi korban, terutama korban teknologi komunikasi. Dengan semakin canggihnya perkembangan di dunia komunikasi, dunia seolah-olah sudah tanpa batas, dengan banyaknya program televisi serta menjamurnya stasiun televisi membuat anak-anak lebih enjoy untuk duduk di depan televisi dan bermain playstation. Adanya perubahan-perubahan di atas merupakan sinyal penting untuk dicarikan alternatif pemecahannya. Dari kondisi seperti ini, akhirnya para praktisi
28
pendidikan berpikir keras untuk merumuskan suatu paradigma baru dalam dunia pendidikan.9 Untuk memaksimalkan waktu luang anak-anak agar lebih berguna, maka diterapkanlah sistem full day school dengan tujuan membentuk akhlak dan akidah dalam menanamkan nilai-nilai yang positif, mengembalikan manusia pada fitrahnya sebagia khalifah fil ard dan sebagai hamba Allah, serta memberikan dasar yang kuat dalam belajar di segala aspek. Kurikulum program full day school didesain untuk menjangkau masing-masing bagian dari perkembangan anak. Konsep pengembangan dan inovasi sistem pembelajarannya adalah dengan mengembangkan kreativitas yang mencakup integritas dan kondisi kognitif, afektif dan psikomotorik. Tujuan utama pendidikan dalam peningkatan mutu adalah melahirkan manusia yang mampu melakukan hal-hal baru, tidak sekedar mengulang apa yang dilakukan generasi sebelumnya sehingga bisa menjadi manusia kreatif, penemu, dan penjelajah. Selain untuk membentuk jiwa yang mampu bersikap kritis, juga untuk membuktikan dan tidak menerima begitu saja apa yang diajarkan.10
C. Keunggulan Pendidikan Full Day School Berikut adalah beberapa nilai plus sekolah berbasis formal dan informal:
9
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 2007),
hlm. 19. 10
Baharuddin, Op.Cit., hlm. 231.
29
1. Anak mendapat pendidikan umum antisipasi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. 2. Anak memperoleh pendidikan keislaman secara layak dan proporsional. 3. Anak mendapatkan pendidikan kepribadian yang bersifat antisipasif terhadap perkembangan sosial budaya yang ditandai dengan derasnya arus informasi dan globalisasi yang membutuhkan nilai saring. 4. Potensi anak terslurkan melalui kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler. 5. Perkembangan bakat, minat, dan kecerdasan anak terantisipasi sejak dini melalui pemantauan program bimbingan dan konseling.11 Selain nilai plus di atas, full day school juga memiliki kelebihan yang membuat orang tua tidak khawatir terhadap keberadaan putra-putrinya antara lain: 1. Pengaruh negatif kegiatan anak di luar sekolah dapat dikurangi seminimal mungkin karena waktu pendidikan anak di sekolah lebih lama, terencana dan terarah. 2. Suami istri yang keduanya harus bekerja tidak akan khawatir tentang kualitas pendidikan dan kepribadian putra-putrinya karena anak-anaknya dididik oleh tenaga-tenaga kependidikan yang terlatih dan profesional. 3. Adanya perpustakaan di sekolah yang representatif dengan suasana nyaman dan enjoy sangat membantu peningkatan prestasi belajar anak. 4. Kesehatan para siswa terjaga dan terjamin karena diadakan pemeriksaan kesehatan secara rutin.
11
Ibid., hlm. 231.
30
5. Siswa mendapatkan pelajaran dan bimbingan ibadah praktis (doa-doa harian, doa shalat, doa makan dan doa lain yang islami).12
D. Faktor Penunjang Pendidikan Full Day School Setiap sistem pembelajaran
pasti
memiliki
kelebihan
(faktor
penunjang) dan kelemahan (faktor penghambat) dalam penerapannya, tak terkecuali dengan sistem full day school. Adapun faktor pendukung sistem full day school adalah: 1. Setiap sekolah mempunyai tujuan yang ingin dicapai, tentunya pada tingkat kelembagaan. Untuk menuju ke arah tersebut, diperlukan berbagai kelengkapan dalam berbagai bentuk dan jenisnya. Salah satunya adalah sistem yang akan digunakan di dalam sebuah lembaga tersebut. Apabila kita sudah memilih sistem dengan baik, maka semuanya dapat diberdayakan menurut fungsi masing-masing kelengkapan sekolah. Di antara faktor-faktor pendukung itu di antaranya adalah kurikulum. Pada dasarnya kurikulum merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan pendidikan. kesuksesan suatu pendidikan dapat dilihat dari kurikulum yang digunakan oleh sekolah. Dengan demikian, kurikulum sangat mendukung untuk meningkatkan mutu pendidikan. kurikulum merupakan tolok ukur dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.13
12 13
hlm. 4.
Ibid., hlm. 232. Didin Hafidudin, Manajemen Syari’ah Dalam Praktik (Jakarta: Gema Insani, 2003),
31
2. Manajemen pendidikan Faktor pendukung yang selanjutnya adalah manajemen pendidikan. manajemen sangat penting dalam suatu organisasi. Tanpa manajemen yang baik, maka sesuatu yang akan kita gapai tidak akan pernah tercapai dengan baik karena kelembagaan akan berjalan dengan baik jika dikelola dengan baik. Apapun bentuk organisasinya, senantiasa membutuhkan manajemen organisasi yang baik. Sebaik apa pun rencana kita untuk meningkatkan mutu pendidikan jika hanya merupakan rencana tanpa aksi, maka mutu yang kita harapkan hanayalah sebuah impian. Dengan adanya manajemen yang efektif dan efisien, maka sangat menunjang dalam pengembangan lembaga pendidikan yang dapat tercapai secara optimal, efekti dan efisien.14 3. Sarana dan prasarana Faktor pendukung yang ketiga adalah sarana dan prasarana. Sarana pembelajaran merupakan sesuatu yang tidak secara langsung berhubungan dengan proses belajar setiap hari, tetapi mempengaruhi kondisi pembelajaran. Prasarana sangat berkaitan dengan materi yang dibahas dan alat yang digunakan. Sekolah yang menerapkan full day school, diharapkan mampu memenuhi sarana penunjang kegiatan pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan siswa. Prasarana belajar misalnya: ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang BK, ruang TU dan ruang OSIS, ruang kelas, dengan formasi duduk yang mudah dipindah-pidah sesuai dengan
14
Ibid., hlm. 5.
32
keperluan, ruang laboratorium IPA, laboratorium bahasa, laboratorium komputer dan ruang perpustakaan, kantin sekolah, koperasi sekolah, musholla atau tempat ibadah dan poliklinik, aula pertemuan, lapangan olahraga dan yang terakhir kamar mandi atau WC. Selain sarana dan prasarana di atas, full day school juga harus dilengkapi dengan faktor pendukung, yaitu sarana belajar. Menurut syaiful bahri Djamaroh, sarana prasarana mempunyai arti penting dalam pendidikan, terutama sistem full day school karena apabila suatu sekolah tidak terdapat sarana prasarana, maka tidak akan dapat melangsungkan proses belajar mengajar. Sarana dan prasrana sangat mempengaruhi kegiatan belajar mengajar di sekolah. Anak didik tentu akan belajar lebih baik dan menyenangkan jika suatu sekolah dapat memenuhi segala kebutuhannya. Dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai, maka masalah yang dihadapi anak didik dalam belajar relatif sedikit dan hasil belajar anak didik akan lebih baik. 15 4. Sumber daya manusia (SDM) Faktor pendukung yang terakhir dan yang paling penting dalam pendidikan full day school adalah sumber daya manusia (SDM). Tugas terpenting
dari
seroang kepala
sekolah
adalah
menyeleksi
dan
mengembangkan diri melatih sumber daya manusia (SDM). Sumber daya manusia (SDM) dalam pendidikan melipti guru. Dalam penerapan full day school, guru dituntut untuk selalu memperkaya pengetahuan dan
15
Ibid., hlm. 6.
33
keterampilan serta harus memperkaya diri dengan metode-metode pembelajaran yang sekiranya tidak membuat siswa bosan karena full day school hanya terpaku pada buku pelajaran saja tanpa memperkaya dirinya dengan metode yang cukup bervariasi. Guru harus mempunyai kualifikasi sebagai tenaga pengajar, karenanya guru harus memiliki kemampuan profesional dalam proses belajar mengajar atau pembelajaran. Apabila proses belajar mengajarnya baik, maka pencapaian mutu yang diharapkan akan mencapai target. Sebagiamana yang dikatakan Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, bahwa ada beberapa tugas yang harus dilakukan seorang guru untuk meningkatkan kualitas siswa dalam belajar. Agar pencapaian mutu pendidikan tercapai, maka siswa harus dididik secara komprehensif, misalnya mendidik anak dengan memberikan arahan dan motivasi pencapaian tujuan pendidikan, baik jangka pendek maupun jangka panjang, memberi fasilitas pencapain tujuan melalui pengalaman belajar yang memadai, serta membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai dan penyesuaian diri. 16 Siswa merupakan suatu komponen penting dalam sistem pendidikan yang kemudian diproses dalam proses pendidikan sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Siswa bukanlah orang dewasa dalam arti bahwa ia belum bisa bertanggung
16
Ibid., hlm. 7.
jawab
terhadap
dirinya
secara
biologis,
psikologis
34
paedagogis, dan sosiologis. Jika tidak ada siswa hanya ada seorang guru, maka tidak akan mungkin terjadi proses belajar mengajar di sekolah. Begitu juga sebaliknya, jika hanya ada siswa tidak ada guru, maka proses belajar mengajar pun tidak akan berjalan. Jadi, antara komponen pendidikan yang satu dan yang lain saling mendukung.17 Di samping itu, keberadaan pegawai juga menjadi hal penting. Dalam lembaga pendidikan, tenaga kerja atau pegawai dapat dibagi menjadi dua, yaitu: tenaga teknis (tenaga profesional atau tenaga edukatif) yakni personal pelaksana belajar mengajar dan kegiatan belajar lainnya, dan tenaga administrasi atau tenaga non edukatif yaitu personal yang tidak langsung bertujuan mewujudkan proses belajar mengajar, antara lain meliputi: pegawai tata usaha, pegawai laboratorium, keuangan, sopir, penjaga malam, pegawai perpustakaan dan lain-lain. Faktor lain yang signifikan
untuk
diperhatikan
adalah
masalah
pendanaan.
Dana
memainkan peran dalam pendidikan. Keuangan merupakan masalah yang cukup mendasar di sekolah karena dana secara tidak langsung mempengaruhi kualitas sekolah terutama berkaitan dengan sarana dan prasrana serta sumber belajar lainnya. 18 Menurut Ahmad Tafsir, dana dalam pendidikan digunakan untuk pengadaan alat-alat, gaji guru, dan pegawai serta pemeliharaan alat-alat. Dana dapat disebut paling penting sebab apabila tidak ada dana, maka proses belajar mengajar tidak akan berjalan dan berpengaruh terhadap 17
E. Mulyasa, Kepala Sekolah Profesional Dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003), hlm. 125. 18 Hadari Nawai, Administrasi Pendidikan (Jakarta: Gunung Agung, 2005), hlm. 65.
35
kemajuan suatu sekolah. Dengan demikian, pihak sekolah harus pintarpintar mengolah dana yang ada dan dapat menjalin kerjasama dengan para pengusaha, pemilik industri dan para pedagang untuk mendapatkan dana yang lebih banyak agar sekolah dapat melayani masyarakat dengan maksimal.19 Dengan adanya dana yang memadai, maka pencapain mutu pendidikan akan berjalan sesuai yang diinginkan. Hal ini terbukti bahwa mutu pendidikan memerlukan sekurang-kurangnya dua syarat yang harus terpenuhi, pertama penguasaan teori pendidikan yang modern. Artinya, sekolah harus dapat menerima perubahan ke arah yang lebih positif, tidak pernah takut dengan perubahan. Kedua, ketersediaan dana yang cukup. Dengan adanya dana yang cukup, pihak sekolah dapat mengadakan kerja sama dengan pedagang, pengusaha dan pihak lainnya untuk meningkatkan mutu pendidikan.
E. Faktor Penghambat Pendidikan Full Day School Adanya faktor pendukung, juga diiringi oleh faktor penghambat. Faktor penghambat ini menjadi hal niscaya dalam proses pendidikan. Banyak faktor penghambat dalam penerapan full day school. Salah satunya adalah sarana dan prasarana. Sarana dan prasarana merupakan bagian dari pendidikan yang sangat vital guna menunjang keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, perlu adanya pengelolaan pendidikan yang baik, sebagaimana dikatakan 19
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 89.
36
bahwa sekolah dapat berhasil apabila pengelolaan sarana dan prasarananya juga baik. Walaupun demikian, masih banyak kekurangan-kekurangan yang dihadapi sekolah untuk meningkatkan mutunya, yang mayoritas karena keterbatasan sarana dan prasrana pendidikan sebagaimana disinggung di atas. Keterbatasan sarana dan prasarana itu dapat menghambat kemajuan sekolah tersebut. Selain faktor siswa, pegawai atau tenaga teknis, dan dana, kualitas guru juga sangat berpengaruh terhadap kelangsungan proses belajar mengajar. Sekolah merupakan lembaga kependidikan Islam, tempat fungsi dan tugasnya adalah merealisasikan cita-cita umat Islam agar anak didiknya menjadi manusia yang beriman dan berilmu pengetahuan, dalam rangka meraih hidup sejahtera dunia dan kebahagiaan hidup di akhirat. Maka, untuk mencapai tujuan itu, diperlukan sikap profesinalisme guru dalam mengajar.20 Dalam dunia pendidikan, senantiasa dikembangkan sikap dan kemampuan profesional. Sebagaimana yang dikatakan oleh Mulyasa, bahwa guru itu menghadapi dua masalah sebagai berikut: Pertama, berkaitan dengan faktor dari dalam diri guru, meliputi: pengetahuan, keterampilan disiplin, upaya pribadi dan kerukunan kerja. Berkaitan dengan pekerjaan, meliputi manajemen dan cara kerja yang baik, penghematan biaya dan ketepatan waktu (mampu menghargai waktu).
20
Baharuddin, Op.Cit., hlm. 238.
37
Dapat disimpulkan bahwa faktor dalam diri guru dan pekerjaan guru dapat menjadi hambatan bagi pengembangan sekolah. Dengan demikian, kepala sekolah sebagai pemegang kebijakan tertinggi, bersama-sama dengan komite lain berusaha untuk meningkatkan profeisonalisme guru. Dari dalam diri guru, diperlukan adanya seminar, pelatihan-pelatihan. Sedangkan yang berkaitan dengan pekerjaan, pihak sekolah perlu melengkapi sarana dan prasarana dalam menunjang proses belajar mengajar, tunjangan gaji, uang transport, dan lain-lain. Guru juga dituntut memahami perbedaan kemampuan siswa. Dengan demikian, penghambat proses belajar mengajar tidak terdeteksinya perbedaan kemampuan dalam diri siswa, yaitu siswa yang satu mudah dalam menerima pelajaran yang satunya lagi lamban tidak perlu ada sama sekali.