EFEKTIVITAS, EFISIENSI, DAN ALTERNATIF STRATEGI PENGEMBANGAN PT. BURSA BERJANGKA JAKARTA
Oleh: MIRZA SATIVA A14104111
PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
EFEKTIVITAS, EFISIENSI, DAN ALTERNATIF STRATEGI PENGEMBANGAN PT. BURSA BERJANGKA JAKARTA
Oleh : MIRZA SATIVA A14104111
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN MIRZA SATIVA. Efektivitas, Efisiensi, dan Alternatif Strategi Pengembangan PT. Bursa Berjangka Jakarta. Di bawah bimbingan NETTI TINAPRILLA. Sektor pertanian dapat menjadi investasi yang prospektif, dan memiliki nilai lebih dibandingkan dengan investasi lain, karena pertanian memiliki kelebihan diantaranya adalah pentingnya produk pertanian untuk kehidupan manusia, penanaman tanaman baru akan berlangsung setiap musim, sehingga bisnis yang mengikutinya akan berlangsung terus menerus. Sektor pertanian yang prospektif ini, dipandang memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan sektor lain. Hal ini disebabkan oleh sifat komoditi pertanian yang musiman (seasonal) dan mudah rusak (perishable) serta ketergantungannya pada alam. Kompleksnya faktor yang mempengaruhi hasil produksi pertanian dapat meningkatkan risiko yang dihadapi oleh petani dan perusahaan pengguna produk pertanian. Karakteristik produk pertanian menyebabkan sering terjadinya perubahan dalam pasokannya, maka setiap terjadi perubahan dalam pasokan atau permintaan komoditi pertanian, akan berdampak pada begejolaknya harga komoditi yang dapat menimbulkan risiko harga. Dalam rangka modernisasi sektor pertanian, dan sebagai akibat dari perubahan sistem ekonomi global, bursa berjangka dapat dijadikan sebagai institusi perdagangan modern komoditi pertanian. Bursa berjangka komoditi atau bursa komoditi hadir dengan harapan dapat membantu dalam menghadapi risiko fluktuasi harga yang terjadi. Sejak didirikannya bursa komoditi di Indonesia, yaitu BBJ, BBJ belum bisa mencapai tujuannya secara optimal. Hal ini dibuktikan dengan volume transaksi pada tahun 2004 di BBJ, mengalami peningkatan 30 kali lipat dibandingkan tahun 2001. Volume transaksi yang terjadi sebesar 999.028 lot, yang terdiri dari 51 persen transaksi valas, 44 persen transaksi indeks saham, dan sisanya transaksi produk komoditi. Dari 12 komoditi pertanian yang diperbolehkan untuk diperdagangkan, hanya olein yang diperdagangkan di BBJ. Berdasarkan keadaan BBJ saat ini, perlu adanya analisis untuk mengevaluasi BBJ, yaitu dengan menilai efektivitas dan efisiensinya serta dirumuskan alternatif strategi pengembangan PT. Bursa Berjangka Jakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) menilai tingkat efektifitas peranan BBJ sebagai alat mitigasi risiko, 2) menganalisis efisiensi bursa berjangka di BBJ, 3) menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi bursa di PT BBJ, dan 4) menentukan strategi pengembangan BBJ di masa mendatang. Hasil analisis efektivitas hedging menunjukkan bahwa dengan melakukan perdagangan di dua pasar dapat mengurangi tingkat risiko hampir mencapai 50 persen. Periode satu bulan, terjadi penurunan rata-rata standar deviasi sebesar 43,61 persen, untuk periode dua bulan terjadi penurunan rata-rata standar deviasi sebesar 49,99 persen, dan untuk periode tiga bulan terjadi penurunan rata-rata standar deviasi sebesar 42,94 persen. Hasil analisis efisiensi pasar menunjukan pasar tidak efisien baik secara informasi maupun secara keputusan. Harga yang terbentuk tidak mampu mencerminkan informasi yang terjadi, sehingga pola masa lalu dapat digunakan untuk memprediksi harga saat ini. Pergerakan harga kontrak berjangka dan harga
fisik yang tidak searah, mencerminkan ketidakefisienan pasar. Jumlah volume transaksi untuk komoditi olein yang sedikit, menimbulkan dugaan PT. BBJ belum mampu bekerja secara optimal, maka perlu dilakukan analisis untuk melihat masalah yang terjadi dalam pengembangannya, karena salah satu penyebab ketidakberhasilannya adalah sedikitnya volume transaksi, maka dilakukanlah analisis IE dan SWOT untuk menentukan alternatif strategi pengembangan PT. BBJ. Matriks EFE, menunjukkan faktor yang menjadi peluang utama adalah yang memiliki skor tertinggi yaitu meningkatnya jumlah pialang dengan skor 0,24. Ancaman terbesar yang dihadapi BBJ adalah banyaknya pialang ilegal yang menimbulkan persepsi negatif mengenai perdagangan berjangka, dengan skor 0,209. Hasil analisis total skor EFE adalah sebesar 2,334, yang berarti BBJ berada dalam kondisi sedang dalam merespon peluang dan ancaman pada lingkungan industrinya/eksternalnya. Matriks IFE, menunjukkan total skor IFE adalah sebesar 2,448, yang berarti BBJ memiliki kekuatan dan kelemahan dalam tingkat yang sedang atau rata-rata. Kekuatan terbesar yang dimiliki BBJ adalah upaya publikasi mengenai bursa komoditi melalui pelatihan dan simulasi untuk umum dengan skor 0,342. Kelemahan utama yang dimiliki BBJ adalah kurangnya pengalaman dan pengetahuan tenaga kerja dalam perdagangan berjangka, dengan skor 0,092. Jika nilai IFE dan EFE ini dipetakan ke dalam matriks IE, maka posisi perusahaan berada pada sel V. Dengan perusahan berada pada sel ini, strategi yang harus dijalankan perusahaan adalah strategi pertahanan dan pelihara (hold and mantain). Alternatif strategi yang dapat dijalankan perusahaan adalah berupa penetrasi pasar dan pengembangan produk. Matriks SWOT merumuskan strategi yang harus dijalankan perusahaan, yaitu: 1) Terus memperhatikan perkembangan yang terjadi, dengan meningkatkan likuiditas komoditi yang sudah ada dan menciptakan komoditi baru yang unik, menarik, disertai dengan spesifikasi kontrak yang jelas sebagai bentuk penyesuaian dalam pasar bebas yang dinamis dan fluktuatif sehingga semakin dibutuhkannya pengelolaan risiko, 2) Peningkatan kemampuan karyawan, mengenai administrasi maupun teknologi dengan bekerjasama dengan bursa luar yang telah memiliki teknologi yang lebih canggih, sehingga sistem jaringan di BBJ semakin berkembang, 3) Meningkatkan manajemen yang baik di dalam organisasi sehingga dapat mengikuti lingkungan yang bergerak dengan cepat serta banyak mengirim tenaga kerjanya ke luar negeri untuk menambah pengalaman dalam perdagangan berjangka, 4) Meningkatkan pelatihan dan simulasi, sehingga nasabah tidak hanya menitipkan dananya, namun juga mengerti mengenai sistem dan mekanisme perdagangan berjangka, 5) Berusaha menarik modal baru untuk pengembangan bursa komoditi, serta bekerjasama dengan/mendorong pemerintah untuk membangun infrastruktur sehingga dapat menarik minat pialang turut mempromosikan bursa komoditi, yang dapat mengaktifkan kembali transaksi komoditi dan memberikan laba yang lebih stabil, 6) Melakukan promosi mengenai manfaat dan pentingnya bursa komoditi ke berbagai pihak dengan bekerjasama dengan pialang anggota bursa, sehingga masyarakat mengetahui manfaat, produk dan keuntungan perdagangan komoditi berjangka serta dapat membedakan antara pialang yang ilegal dan tidak.
Judul Skripsi Nama NRP
: Efektivitas, Efisiensi, dan Alternatif Strategi Pengembangan PT. Bursa Berjangka Jakarta : Mirza Sativa : A14104111
Menyetujui, Dosen Pembimbing Skripsi
Ir. Netti Tinaprilla. MM NIP. 132 133 965
Mengetahui Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP. 131 124 019
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “EFEKTIVITAS, EFISIENSI, DAN ALTERNATIF STRATEGI PENGEMBANGAN PT. BURSA BERJANGKA JAKARTA” BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA MABAPUN. SUMBER INFORMASI YANG BERASAL ATAU DIKUTIP DARI KARYA YANG DITERBITKAN MAUPUN TIDAK DITERBITKAN DARI PENULIS LAIN TELAH DISEBUTKAN DALAM TEKS DAN DICANTUMKAN DALAM DAFTAR PUSTAKA DI BAGIAN AKHIR SKRIPSI INI.
Bogor, Juni 2008
Mirza Sativa A14104111
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor, Provinsi Jawa Barat pada tanggal 13 Juli 1986 dari keluarga Bapak Dodik Ambari dan Ibu Dinar Syamsiar. Penulis merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara. Pendidikan akademis penulis dimulai sejak tahun 1990 dengan bersekolah di TK Estetika, Bogor. Pendidikan dasar diselesaikan penulis di SD Negeri Pengadilan 1 Bogor pada tahun 1998, yang dilanjutkan dengan pendidikan lanjutan tingkat pertama di SLTP Negeri Satu Bogor sejak tahun 1998 hingga tahun 2001. Tahun 2004 penulis lulus dari SMA Negeri Satu Bogor dan pada tahun yang sama penulis melanjutkan studinya ke perguruan tinggi negeri, Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian. Selama mengikuti perkuliahan, penulis ikut dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) pada periode tahun 2007/2008, juga penulis adalah penerima beasiswa Coca-Cola Company periode 2007/2008. Penulis juga pernah mengikuti lomba penulisan Business Plan yang diadakan oleh PT. HM Sampoerna Tbk. pada tahun 2007.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME karena atas segala rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Efektivitas, Efisiensi, dan Alternatif Strategi Pengembangan PT. Bursa Berjangka Jakarta sebagai syarat untuk melakukan penelitian yang menjadi bagian dari penelitian skripsi pada Program Studi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Skripsi ini berisi tentang penelitian mengenai Bursa Berjangka Jakarta, sebagai satu-satunya Bursa Berjangka di Indonesia. Penelitian yang akan dilakukan berupaya untuk menganalisis efektivitas dan efisiensi bursa di PT. Bursa Berjangka Jakarta serta mencari alternatif strategi pengembangannya yang dikhususkan kepada perdagangan komoditi pertanian. Akhirnya, penulis mengharapkan saran, masukan, dan tanggapan untuk penyempurnaan di kemudian hari. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca, dan dapat diterima sebagi syarat untuk memperoleh gelar sarjana.
Bogor, Juni 2008
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat, hdayah serta karuniaNya kepada kita semua dan shalawat beserta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat serta para pengikutnya hingga akhir zaman. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari kerjasama dan bantuan dari semua pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Ir. Netti Tinaprilla, MM, sebagai dosen pembimbing skripsi, yang tak hentinya memberikan nasihat, motivasi dan masukan yang sangat berguna demi kesempurnaan skripsi penulis.
2.
Ir. Popong Nurhayati, MM sebagai dosen penguji utama
3.
Rahmat Yanuar, SP, MSi sebagai dosen penguji wakil departemen
4.
Ir. Budi Purwanto, ME atas saran dan kritiknya kepada penulis dalam menyusun skripsi.
5.
Amzul Rifin, SP. MA sebagai dosen pembimbing akademik yang juga memberikan masukan, saran dan kritikan serta motivasi selama penulis menyusun skripsi ini.
6.
Ibu Andam sebagai Kepala Divisi Pengembangan PT. BBJ atas informasi yang diberikan.
7.
Ibu Retno P. Manuputtty, SH. MM staff divisi pengembangan PT.BBJ yang banyak memberikan data dan informasi penting kepada penulis.
8.
Dosen-dosen IPB yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.
9.
Mas Ferry, mas Arif, mbak Etriya, mas Yeka dan dosen lainnya yang pernah menjadi asdos dan memberikan ilmunya pada penulis.
10.
Mbak Dian, mbak Dewi, Teh Ida dan staff lainnya terima kasih bantuan untuk mengurus birokrasi.
11.
Kedua orang tuaku, mama dan papa yang selalu memberikan bantuan baik dukungan moril maupun dukungan semangat serta kasih sayang yang tak hentinya dicurahkan kepada penulis.
12.
Kakak Ika dan dan Deo, saudaraku tersayang yang selalu menyemangatiku, walaupun mood-ku suka naik turun tapi terima kasih atas pengertiannya.
13.
Sahabat-sahabat terbaikku di dunia UKS club Sevia, Nuy, Kiki, Tutik, Yuz, dan Tika serta Dyan, Adis, Rizal teman suka dan duka selama empat tahun, semoga persahabatan kita selalu abadi, terima kasih setulusnya kuucapkan untuk kalian semua.
14.
Duta, Effendi, Vernov, Triyadi, teman-teman satu PA dan Rini, Mega, Yoga, Ranzur, Dani, teman-teman satu PS, sebagai teman seperjuangan.
15.
Nunik, Arisman, Aul, Nurani, Dita, Lukman, Taufik, Tifa, Neng-Q, Wanti, Rudi, Aliy, Sastro serta teman-teman AGB 41 lainnya yang tidak bisa disebutkan satu-persatu, terima kasih atas kebersamaannya selama kuliah di IPB, menjadikan empat tahun ini menjadi warna-warni yang indah dalam hidupku, sungguh beruntung mengenal kalian semua.
16.
Andhini sahabatku, Ery, Budi, dan Uwi temen-temen KKP desa Cibalung, terima kasih atas kebersamaanya selama masa KKP, pengalaman tak terlupakan.
17.
Bang Agus Setiadi, seseorang yang memberiku banyak inspirasi hidup, membantuku lebih mengerti makna hidup ini, menjadikanku lebih kuat dari yang pernah kubayangkan and you make my life so colourful, thanks for all.
18.
Sahabat-sahabat yang tak terlupakan, serta mas Ganang dan bang Irwan, dua orang yang istimewa karena hanya kalian yang memanggilku “Za”, yang membantu memotivasiku ketika aku mulai give up, thanks doanya.
19.
Sahabatku Qq, Reiza, Riska, Ria, Dita makasih ya semangatnya.
20.
Teman-teman HMI, Azwar, Iham, Gandhi, Andri dan yang lainnya, terima kasih pengertiannya ketika aku sedang sibuk menyelesaikan skripisi ini.
21.
Kedua muridku Echa yang lucu dan Novia yang cuek, kalian membuat rasa bosanku hilang dan kembali semangat ketika aku mengajar matematika.
22.
Pakde Natsier dan keluarga, Bang Ade, kak Uli, Ruhul, Ninin, kakak iparku mas Budi dan keluargaku semuanya terimakasih atas dukungannya selama ini.
23.
Fotocopy Prima yang banyak membantu terwujudnya skripsi ini serta pihakpihak yang banyak membantu penulis selama penyusunan skripsi.
DAFTAR ISI
Daftar Tabel ...................................................................................................
xii
Daftar Gambar ..............................................................................................
xiii
Daftar Lampiran ............................................................................................
xiv
I
PENDAHULUAN ................................................................................... 1 1.1..................................................................................................Latar Belakang .............................................................................................. 1 1.2..................................................................................................Peru musan Masalah .................................................................................... 7 1.3..................................................................................................Tujua n Penulisan .......................................................................................... 12 1.4..................................................................................................Manf aat Penulisan ....................................................................................... 12 1.5..................................................................................................Ruan g Lingkup penelitian ........................................................................... 12
II
TINJAUAN PENELITIAN TERDAHULU .........................................
14
III KERANGKA PEMIKIRAN ................................................................. 3.1 Kerangka Teoritis ............................................................................. 3.1.1 Pasar Dibedakan Menurut Asetnya ....................................... 3.1.1.1 Pasar Aset riil dan jasa .............................................. 3.1.1.2 Pasar Aset Keuangan ................................................. 3.1.1.3 Pasar Derivatif ........................................................... 3.1.2 Pengertian, Fungsi dan Tujuan Bursa .................................... 3.1.3 Persamaan Dan Perbedaan Antara Bursa Dan Pasar ............. 3.1.4 Bursa Berjangka .................................................................... 3.1.4.1 Pengertian Bursa Berjangka ...................................... 3.1.4.2 Perbedaan Forward Market dan Future Market ........ 3.1.5 Pihak Terkait Bursa Berjangka .............................................. 3.1.5.1 BAPPEBTI ................................................................ 3.1.5.2 Kliring Derivatif ........................................................ 3.1.6 Harga Fisik dan Harga Bursa ................................................. 3.1.7 Basis ....................................................................................... 3.1.8 Hedging (Lindung Nilai) ....................................................... 3.1.9 Pelaku dalam Bursa Berjangka Komoditi .............................. 3.1.10 Konsep Efektivitas Hedging dan Pasar Efisien .................... 3.1.11 Pengertian Manajemen Strategi ............................................. 3.1.12 Lingkungan Perusahaan ......................................................... 3.1.13 Analisis SWOT ...................................................................... 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional .....................................................
19 19 19 19 20 21 24 25 25 25 28 30 30 31 32 33 35 37 39 42 43 44 46
IV METODE PENELITIAN ..................................................................... 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................ 4.2 Jenis dan Sumber Data ...................................................................... 4.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data ............................................. 4.3.1 Evaluasi Efektivitas dan Efisiensi Bursa Komoditi ............... 4.3.1.1 Efektivitas hedging (lindng nilai) .............................. 4.3.1.2 Efisiensi Bursa Secara Informasi................................ 4.3.1.3 Efisiensi Bursa Secara Keputusan ............................. 4.3.2 Alternatif Strategi Pengembangan Bursa Komoditi ...............
49 49 49 50 50 50 51 57 58
V
GAMBARAN UMUM BBJ ................................................................... 5.1 Sejarah dan Perkembangan Bursa Komoditi di Indonesia ................ 5.2. Perkembangan Perusahaan ............................................................... 5.3 Produk Bursa Komoditi ..................................................................... 5.4 Sistem Perdagangannya ..................................................................... 5.5 Proses Hedging .................................................................................. 5.5 Rencana Kerja PT BBJ ...................................................................... 5.6 Struktur Organisasi ............................................................................ 5.7 Fasilitas Bursa Berjangka Jakarta ......................................................
67 67 71 73 77 81 82 83 84
VI HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 6.1 Analisis Efektivitas Hedging Tahun 2007 ........................................ 6.1.1 Analisis Risiko Harga Fisik Perdagangan Olein ...................... 6.1.2 Analisis Risiko Harga Setelah Melakukan Hedging................. 6.2 Analisis Pasar Efisien Pasar Secara Informasi Bentuk Lemah Tahun 2007 ........................................................................... 6.3 Analisis Pasar Efisien Secara Informasi Bentuk Setengah Kuat dan Efisien Secara Keputusan Tahun 2007 ..............
86 86 86 89
VII ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN BBJ ............................. 7.1 Lingkungan Eksternal ........................................................................ 7.1.1 Lingkungan Makro .................................................................. 7.1.1.1 Ekonomi .................................................................... 7.1.1.2 Sosial, Budaya, dan Demografi ................................. 7.1.1.3 Politik dan Hukum ..................................................... 7.1.1.4 Teknologi ................................................................... 7.1.1.4 Kekuatan Persaingan ................................................. 7.1.2 Lingkungan Industri.................................................................. 7.1.2.1 Persaingan antar perusahaan sejenis........................... 7.1.2.2 Kemungkinan masuknya pesaing baru ...................... 7.1.2.3 Potensi pengembangan produk substitusi .................. 7.1.2.4 Kekuatan tawar-menawar penjual/pemasok .............. 7.1.2.5 Kekuatan tawar-menawar pembeli/konsumen .......... 7.2 Analisis Lingkungan Internal ............................................................ 7.2.1 Sumberdaya Manusia dan Manajemen Organisasi .................. 7.2.2 Keuangan ................................................................................. 7.2.3 Pemasaran ................................................................................ 7.2.4 Operasional ..............................................................................
99 99 100 100 101 102 103 104 106 106 106 106 107 108 109 109 113 114 116
91 93
VIII FORMULASI STRATEGI .................................................................. 118 8.1 Visi, Misi, Tujuan Perusahaan .......................................................... 118 8.2 Matriks EFE dan IFE ........................................................................ 120 8.2.1 .........................................................................................Matri ks EFE ..................................................................................... 121 8.2.2 .........................................................................................Matri ks IFE (Internal Factor Evaluation) ......................................... 124 8.3 Matriks IE dan SWOT ...................................................................... 126 IX KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 135 9.1 Kesimpulan ........................................................................................ 135 9.2 Saran .................................................................................................. 137 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 139
DAFTAR TABEL Nomor Hal 1. Perkembangan Neraca Ekspor Komoditi Pertanian Januari – Desember 2006 Dibandingkan Januari – Desember 2005................................................................. 1 2. Volume Transaksi tahun 2006 dan 2007 ......................................... 8 3. Data volume transaksi olein Bursa Berjangka Jakarta..................... 9 4. Penelitian Terdahulu ........................................................................ 15 5. Perbedaan Forward Market dan Future Market .............................. 29 6. Matriks EFE .................................................................................... 61 7. Matriks IFE ..................................................................................... 64 8. Spesifikasi Olein .............................................................................. 76 9. Hedging untuk produsen ................................................................. 81 10. Hedging untuk pemakai bahan baku ............................................... 82 11. Tingkat Risiko Harga Fisik Olein Tahun 2007................................ 88 12. Tingkat Risiko Setelah Melakukan Hedging Tahun 2007 .............. 90 13. Besarnya Pengurangan Risiko yang Dihasilkan Tahun 2007 ......... 91 14. Pengujian Runtun untuk Efisiensi Pasar Bentuk Lemah Periode Tahun 2007 ............................................... 93 15. Nilai Abnormal Return Untuk Studi Kasus Peristiwa Tanggal 1 September2007 ............................................................. 98 16. Matriks EFE PT. Bursa Berjangka Jakarta ..................................... 122 17. Matriks IFE PT. Bursa Berjangka Jakarta ...................................... 125
DAFTAR GAMBAR Nomor 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 . 11.
Hal Pasar Sekuritas Derivatif ................................................................ 23 Hubungan Harga Fisik dengan Harga Berjangka ........................... 34 Bagan Kerangka Pemikiran Operasional ........................................ 48 Periode estimasi dan periode jendela .............................................. 56 Efisiensi Pasar Secara Informasi dan Secara Keputusan ................ 58 Matriks Internal-Eksternal (IE) ....................................................... 65 Matriks SWOT ................................................................................ 66 Hubungan Pasar Konvensional dan Bursa Berjangka .................... 78 Pelaksanaan Order .......................................................................... 79 Matriks Internal-Eksternal (IE) PT. Bursa Berjangka Jakarta ........ 127 Matriks SWOT PT. Bursa Berjangka Jakarta ................................. 134
DAFTAR LAMPIRAN Nomor 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Volatilitas Harga Olein di Pasar Fisik Jakarta ................................. Uji Signifikansi Abnormal Return Tahun 2007.............................. Gambar Grafik Harga Fisik dan Future Komoditi Olein................. Bursa Komoditi yang tersebar di dunia ........................................... Daftar Pialang Anggota Bursa ......................................................... Daftar Pemegang Saham.................................................................. Bobot Faktor-Faktor Strategi Internal Pada Masing-Masing Pakar Bobot Faktor-Faktor Strategi Eksternal Pada Masing-Masing Pakar ............................................................. 9. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal dan Eksternal Berdasarkan Para Pakar yang Diberi Proporsi Serta Total Nilai Bobot yang Dijumlahkan dari Semua Pakar.................................... 10. Rating Faktor Strategis Internal dan Eksternal Berdasarkan Para Pakar ................................................................... 11. Rating Faktor Strategis Internal dan Eksternal yang Sudah Dibobotkan .................................................................. 12. Struktur Organisasi PT. BBJ............................................................
Hal 141 141 132 143 145 152 153 156 159 161 163 165
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki keunggulan komparatif di sektor pertanian. Hal ini dapat dibuktikan dengan meningkatnya volume ekspor komoditi pertanian, dilihat dari tahun 2005 hingga tahun 2006 yang mengindikasikan komoditi Indonesia masih diminati oleh negara luar. Tabel 1. Perkembangan Neraca Ekspor Komoditi Pertanian Januari – Desember 2006 Dibandingkan Januari – Desember 2005 KOMODITI EKSPOR : Tanaman Hortikultura Perkebunan Peternakan TOTAL EKSPOR IMPOR : Tanaman Hortikultura Perkebunan Peternakan TOTAL IMPOR
JAN – DES 2005 VOL (KG)
NIL (US$)
JAN – DES 2006 VOL (KG)
NIL (US$)
1.061.636.316 420.460.006 16.048.332.375 132.824.020
281.200.526 846.714.809 258.538.031 233.905.689 477.594.610 234.505.367 9.199.486.905 18.577.244.386 12.279.393.167 281.547.606 97.749.368 298.532.833
17.663.252.717
9.996.140.726 19.999.303.173 13.070.969.398
8.720.904.373 893.249.538 1.484.913.643 919.211.577
2.047.430.863 10.383.284.386 391.767.833 900.370.512 647.531.810 1.503.016.691 1.025.037.251 915.385.114
2.290.390.373 528.541.683 1.173.701.494 1.023.825.746
12.018.279.131 4.2111.767.757 13.702.056.703 5.016.459.296
Sumber: BPS, data diolah Subdit AI, Dit. PI
Dengan tersedianya sumberdaya alam yang melimpah, bukan tidak mungkin pertanian dapat menjadi pilar perekonomian Indonesia. Untuk itu pemerintah telah
mencanangkan revitalisasi pertanian sebagai salah satu strategi utama pembangunan nasional 2005-2009. Arah pembangunan pertanian dalam revitalisasi pertanian ini mengarah pada modernisasi pertanian. Menurut Ferlianto, dkk (2006) sektor pertanian dapat menjadi investasi yang paling prospektif, dan memiliki nilai lebih dibandingkan dengan investasi lain, karena pertanian memiliki kelebihan diantaranya adalah pentingnya produk pertanian untuk kehidupan manusia, penanaman tanaman baru akan berlangsung setiap musim, sehingga bisnis yang mengikutinya akan berlangsung terus menerus, sedangkan bisnis lain tidak ada jaminan demikian. Permintaan komoditi pertanian terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk di dunia. Menurut FAO, kebutuhan pangan dunia pada 20072008 diperkirakan meningkat 2.103 juta ton atau naik hampir dua persen dibandingkan periode sebelumnya. Sementara stok pangan dunia yang diperhitungkan hingga akhir musim tanam 2008 akan turun sekitar 420 juta ton atau nyaris dua persen dari stok sebelumnya. Dengan bisnis yang kebutuhannya terus menerus ini, menyebabkan sektor pertanian memiliki prospek yang cerah. Selain keunggulan-keunggulan tersebut, masih banyak lagi keunggulan lain dari komoditi pertanian yang masih dapat kita gali lebih lanjut untuk mendukung bisnis yang menyertainya, namun demikian, setiap jenis investasi selalu mengandung risiko, tidak terkecuali dengan invesatasi pada sektor pertanian. Sektor pertanian dipandang memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan sektor lain. Hal ini disebabkan oleh sifat komoditi pertanian yang musiman (seasonal) dan mudah rusak (perishable). Kualitas dan kuantitas hasil produksi sangat tergantung pada keadaan cuaca, banyaknya hama penyakit,
ketersediaan hara pada lahan pertanian, kualitas benih/bibit, kualitas perawatan, lama masa penanaman, dan lain sebagainya. Kompleksnya faktor yang mempengaruhi hasil produksi pertanian dapat meningkatkan risiko yang dihadapi oleh petani dan perusahaan pengguna produk pertanian. Sektor lain seperti pertambangan dan penggalian; industri pengolahan; listrik, gas, dan air bersih, konstruksi; dan perdagangan, hotel dan restoran tidak memiliki karakteristik seperti pertanian. Sektor-sektor tersebut, tidak dipengaruhi oleh kondisi alam secara langsung dan memiliki hasil produksi yang lebih tahan lama. Karakteristik produk pertanian menyebabkan sering terjadinya perubahan dalam pasokannya, maka setiap terjadi perubahan dalam pasokan atau permintaan komoditi pertanian, akan berdampak pada begejolaknya harga komoditi yang dapat menimbulkan risiko harga, sehingga baik dari sisi produsen (petani besar dan kecil), kelompok dunia usaha (perusahaan, eksportir, impotir) dan pemerintah harus mampu mencari alat untuk meminimalisasi risiko yang mereka hadapi. Seiring dengan perubahan lingkungan strategis seperti globalisasi, kesepakatan dalam jangka WTO/AFTA/APEC, serta kebijakan pemerintah juga turut memperbesar tekanan yang sudah ada akibat risiko harga tersebut.1 Namun prospek perekonomian global diperkirakan akan sulit membaik dengan pertumbuhan ekonomi dan volume perdagangan dunia yang lebih tinggi. Sementara faktor risiko dan ketidakpastian perlu dicermarti terutama terkait dengan masih tingginya harga minyak dunia dan terus meningkatnya harga komoditas internasional. 2 Seperti harga CPO yang mengalami peningkatan sejak
1 2
Bappebti. 2006. http://www.bappebti.go.id. [15 Pebruari 2008] Laporan Perekonomian Indonesia 2005, Bank Indonesia
awal Mei hingga awal Juni 2007 berada di atas 700 dolar AS per ton atau lebih dari Rp 6.300 per kg. Akibatnya adalah para pelaku di sektor pertanian akan semakin rawan dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat. Satu-satunya cara bagi Indonesia adalah dengan meningkatkan daya saing produk-produk agribisnisnya agar mampu bertahan dan memiliki daya saing yang tinggi jika dibandingkan dengan produk luar. Peningkatan fluktuasi harga komoditi dapat menyebabkan peningkatan risiko harga baik saat penurunan maupun peningkatan harga, yang dapat berdampak pada menurunnya daya saing. Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting, sehingga pengembangannya haruslah ditangani secara serius. Sebagai negara berpenduduk terbesar ke-empat di dunia dan sebagai negara agraris, Indonesia merupakan negara yang bergantung pada komoditi dan ketergantungan itu juga dipengaruhi oleh harga yang volatile (fluktuatif) sehingga bisa berakibat menghambat pembangunan. Sudah selayaknya sistem pertanian memiliki manajemen risiko agar sektor pertanian lebih menarik lagi bagi petani, pelaku bisnis (perusahaan, eksportir, importir, investor, dan spekulator), maupun pemerintah. Dalam rangka modernisasi sektor pertanian, dan sebagai akibat dari perubahan sistem ekonomi global, bursa berjangka dapat dijadikan sebagai institusi perdagangan modern komoditi pertanian. Bursa berjangka komoditi atau bursa komoditi hadir dengan harapan dapat membantu dalam menghadapi risiko fluktuasi harga yang terjadi. Dilihat dari konsepnya, bursa komoditi dapat melakukan berbagai fungsi sekaligus, yaitu perannya dalam mekanisme pembentuk harga (price discovery
mechanism), dan memberikan peluang kepada produsen dan konsumen untuk menggeser risiko gejolak harga komoditi dan menetapkan harga di masa mendatang melalui hedging (lindung nilai). Hedging dalam bursa komoditi dimaksudkan sebagai alat untuk untuk proteksi terhadap risiko (risk management). Risiko harga tidak dapat sepenuhnya dihilangkan, namun dengan adanya bursa komoditi diharapkan dapat meminimalisasi risiko harga. Sebagai salah satu instrumen manajemen risiko, bursa berjangka memiliki kelebihan dibandingkan dengan instrumen lainnya, yaitu, dapat menjaga kestabilan harga dan kontinuitas pasokan yang menggambarkan kondisi pasokan dan permintaan yang sebenarnya dari komoditi yang diperdagangkan. Tidak demikian dengan instrumen lainnya seperti sistem ijon, asuransi pertanian, maupun pasar modal. Hanya bursa berjangka yang dapat mendekati pasar persaingan sempurna apabila dapat berjalan dengan efisien. Terutama dengan adanya hedging di bursa berjangka, menjadikan bursa berjangka berbeda jika dibandingkan dengan alat mitigasi risiko lainnya. Sebab melalui kegiatan hedging yang efektif, akan menghindarkan produsen (termasuik petani) dari kemungkinan turun/rendahnya harga komoditi pada saat panen atau yang disimpan digudang juga jika terjadi peningkatan harga input seperti pupuk atau pakan. Hedging juga dapat melindungi prosesor terhadap naiknya harga bahan baku atau turunnya nilai persediaan dan melindungi pedagang/eksportir dari kenaikan harga komoditi yang telah dikontrak mereka untuk penyerahan kemudian namun belum dibeli. Bursa komoditi diharapkan dapat menjadi salah satu instrumen manajemen risiko bagi sektor pertanian. Terutama risiko harga akibat fluktuasi harga komoditi, namun demikian tidak semua komoditi dapat diperdagangkan di bursa
komoditi. Untuk menunjang keberhasilan bursa komoditi, komoditi yang menjadi acuan harus bisa distandarisasi, karena hal ini akan membantu dalam menyelesaikan masalah pengiriman, penyimpanan, pengemasan dan transportasi sehingga risiko fluktuasi harga dapat dikurangi dan dikelola. Sejak tahun 2006, peningkatan kapitalisasi pasar bursa berjangka global telah mengalami peningkatan yang cukup signifikan, yaitu sekitar 30 persen. Dari semua produk yang diperdagangkan di bursa berjangka global, yakni produk derivatif (kontrak) nilai tukar, indeks, dan komoditi, pertumbuhan volume perdagangan terbesar terjadi pada produk derivatif nilai tukar yang tumbuh 43,6 persen, disusul kontrak komoditi energi yang tumbuh 37,78 persen, komoditi pertanian yang tumbuh 28,37 persen, lalu komoditi logam yang tumbuh sebesar 27,85 persen. Semua angka pertumbuhan tersebut lebih baik jika dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan volume yang terjadi pada portofolio saham yang hanya sebesar 22,9 persen. 3 Terlihat kecenderungan global yang mulai tertarik pada bursa berjangka dengan adanya peningkatan pertumbuhan volume perdagangan. Bahkan sektor pertanian turut menyemarakkan bursa dengan pertumbuhannya yang cukup tinggi. Ini mengindikasikan bahwa adanya harapan yang cukup besar dari sektor pertanian dalam kegiatannya di bursa berjangka komoditi. Di Indonesia sendiri, sejak berdirinya perusahaan pengelola bursa berjangka pertama PT Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) tanggal 15 Desember 2000, untuk pertama
kalinya
BBJ
membuka
perdagangan
di
lantai
bursa
dengan
memperdagangkan dua kontrak komoditas, yaitu crude palm oil (CPO) atau 3
Hasan Zein (Dirut PT BBJ) dalam Investasi di Komoditi ? Yes! Investasi di BBJ? http://www.Vibiznews.com [4 Februari 2008]
minyak kelapa sawit/olein dan kopi robusta. Saat ini, kontrak berjangka komoditi pertanian yang diperdagangkan di BBJ yang telah memperoleh izin dari BAPPEBTI hanya olein, sebagai satu-satunya komoditi pertanian yang masih bertahan di BBJ. Sedangkan produk lain seperti CPO dan kopi robusta hanya mampu bertahan sebentar, akibat volume transaksi yang sedikit sejak diluncurkannya. Setelah tujuh tahun lebih berjalan, integritas dari BBJ masih terus dipertanyakan. Tujuannya dan fungsinya untuk mengelola risiko yang dihadapi sektor pertanian, masih dipertanyakan oleh banyak kalangan. Dukungan dari berbagai pihak termasuk pemerintah haruslah dicurahkan untuk memajukan bursa komoditi. Efisiensi dan efektifitas bursa komoditi khususnya komoditi pertanian harus terus dievaluasi, sebagai sarana acuan pembangunan pertanian yang modern,
sehingga
diharapkan
pembangunan
pertanian
modern
dapat
memanfaatkan peran BBJ dengan lebih maksimal.
1.2 Perumusan Masalah Sejak didirikannya bursa komoditi di Indonesia, yaitu BBJ, BBJ belum bisa memperlihatkan perkembangannya yang berarti, terutama dalam perdagangan komoditi. Hal ini dibuktikan dengan volume transaksi pada tahun 2004 di BBJ, mengalami peningkatan 30 kali lipat dibandingkan tahun 2001 namun dikuasai oleh transaksi non komoditi. Volume transaksi yang terjadi sebesar 999.028 lot, yang terdiri dari 51 persen transaksi valas, 44 persen transaksi indeks saham, dan sisanya transaksi produk komoditi. Berarti transaksi produk keuangan mendominasi kemajuan BBJ dengan persentase 95 persen. Sedangkan pangsa
produk komoditi hanya 5 persen. Keadaan ini perlu dicermati mengingat salah satu maksud didirikannya BBJ adalah membantu mengurangi risiko produk komoditi terutama produk pertanian, dengan adanya kegiatan hedging (lindung nilai). Namun pada kenyataannya, transaksi produk pertanian di BBJ masih kurang diminati. Dilihat dari visi misinya, BBJ menyebutkan dapat menjadi sarana pengelolaan risiko yang efisien dan efektif, terutama dengan adanya lindung nilai, sehingga BBJ dapat turut berpartisipasi dalam perekonomian nasional, bahkan untuk tahun 2006-2008 telah ditetapkan sebagai tahun komoditi. Tahun komoditi artinya berusaha meningkatkan likuiditas transaksi komoditi dan jumlah produk komoditi yang diperdagangkan. Namun pada kenyataannya semakin hari transaksi BBJ untuk produk yang diperdagangkannya (komoditi) semakin menurun jumlahnya, yaitu pada tahun 2004 hanya sebesar 5 persen dari total volume transaksi, bahkan tahun 2006 dan 2007 yang termasuk tahun komoditi, ternyata tidak mampu meningkatkan volume transaski komoditi. Tabel berikut memperlihatkan volume transaksi pada tahun 2006 dan 2007: Tabel 2. Volume Transaksi tahun 2006 dan 2007 Keterangan Produk Komoditi Produk Jepang Produk Spa Total
Volume Transaksi 2006 - 2007 2006 (lot) 39.960 34.330 4.190.839 4.265.129
2006 (%) 0,9% 0,8% 98,3% 100,0%
2007 (lot) 41.255 77.648 4.708.389 4.827.292
2007 (%) 0,9% 1,6% 97,5% 100,0%
Sumber : BBJ, 2008
Bahkan produk komoditi pertanian, yang diperdagangkan hanya olein. Rencana kerja untuk tiga tahun terakhir ditetapkan sebagai tahun komoditi yang
berarti berusaha untuk meningkatkan likuiditas komoditi, namun kenyataannya likuiditas komoditi tidak semakin meningkat dan berkembang. Volume transaksi untuk komoditi pertanian sendiri terus mengalami penurunan, akibat adanya faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan di bursa berjangka itu sendiri. Data volume transaksi olein, sebagai satu-satunya komoditi pertanian, dari tahun 2006-2007, dapat kita lihat sebagai berikut: Tabel 3. Data volume transaksi olein Bursa Berjangka Jakarta (dalam satuan lot) Tahun 2005
Volume Transaksi Tahun 2006
Tahun 2007
Januari
486
618
348
Februari
914
750
97
Maret
1234
708
116
April
734
485
237
Mei
673
798
138
Juni
873
637
143
Juli
650
972
62
Agustus
815
1060
47
September
673
379
26
Oktober
1480
243
1
Nopember
662
376
2
Desember
798 9992
268
0
7294
1217
Bulan
Total
Sumber : BBJ (2008), data diolah
Tahun 2005 dan 2006 merupakan tahun dimana volume transaksi untuk komoditi olein cukup baik. Sedangkan tahun 2007 hingga tahun 2008, pengaruhpengaruh kuat yang berasal dari luar bursa sangat dominan dalam mempengaruhi transaksi yang terjadi, sehingga bisa dikatakan olein mengalami penurunan jumlah volume transaksi yang signifikan, sehingga diduga kondisi pasar tidak berjalan dengan baik dan tidak bisa seperti yang seharusnya.
Peran BBJ yang sesungguhnya untuk sektor pertanian belum dapat terlihat dan belum dapat dirasakan oleh pelaku sektor ini. Salah satu tujuan awal pendirian BBJ adalah dapat memajukan dan memodernisasikan sektor pertanian, namun sejauh ini belum terlihat kinerja yang memuaskan dari BBJ. Bursa ini didirikan sebagai jawaban atas permintaan kalangan pelaku pasar komoditas primer yang mengeluhkan atas nasib komoditas primer Indonesia di pasar internasional yang selalu kalah bersaing kerena belum memiliki mekanisme penentuan harga sendiri. Mengingat fungsi BBJ, yaitu dapat menjadi sarana pembentuk harga (price discovery mechanism), diharapkan Indonesia dapat menjadi price maker dalam perdagangan global bagi komoditinya sendiri. 4 Tetapi pada kenyataannya, hingga saat ini penetapan harga jual komoditi masih harus mengacu kepada pasar atau bursa di luar negeri. Jika dilihat dari sistem pemasarannya yang kompetitif dan transparan, 2maka BBJ seharusnya merupakan pasar yang paling mendekati kesempurnaan. Karena pada dasarnya bursa terdiri dari banyak penjual dan pembeli yang dapat bersaing secara bebas dan kompetitif. Maka harga di bursa berjangka akan terbentuk secara lebih efisien. BBJ sebenarnya dapat dijadikan sebagai alat produktif untuk meningkatkan kesejahteraan petani secara tidak langsung. Indonesia merupakan negara yang semestinya memiliki basis agroindustri yang kuat dengan hasil produk pertanian, perkebunan ataupun perikanan dapat menjadi basis perekonomian yang manfaatnya secara tidak langsung dapat meningkat kesejahteraan mereka. Namun, untuk mendukung kondisi yang demikian diperlukan suatu integritas dan kesungguhan yang tinggi dari berbagai pihak. Tidak hanya pelaku di BBJ, namun
4
Bappebti. 2006. http://www.bappebti.go.id. [15 Pebruari 2008]
perhatian pemerintah serta minat investor juga menjadi faktor penentu keberhasilan BBJ. Selain itu kondisi kelayakan komoditas itu sendiri tidak kalah pentingnya dalam meningkatkan kekuatan BBJ, sehingga BBJ hanya akan berlangsung secara efisien bila para regulator, fasilitator dan player-nya memiliki landasan
integritas
yang
tinggi
dalam
pengawasan,
pengelolaan
dan
pengembangannya. 5 Berdasarkan Keppres No. 119 th 2001, terdapat 22 komoditas yang dapat diperdagangkan di BBJ, yaitu : kopi, minyak kelapa sawit, plywood, karet, kakao, lada, gula pasir, kacang tanah, kedelai, cengkeh, udang, ikan, bahan bakar minyak, gas alam, tenaga listrik, emas, batubara, timah, pulp dan kertas, benang, semen, dan pupuk. Namun saat ini komoditi pertanian Indonesia yang diperdagangkan di BBJ, hanya olein. Keadaan ini sangat menyedihkan mengingat pemerintah menetapkan 22 komoditi yang diperbolehkan untuk diperdagangkan dan Indonesia berpotensi menghasilkan komoditi tersebut. Kopi robusta yang ikut mengawali perdagangan komoditi di BBJ telah dicabut dari transaksi pada akhir tahun 2002, perdagangannya hanya sampai bulan september 2002. Kopi Arabica, gula, kedelai, dan CPO sempat diluncurkan dan diperdagangkan pada awal tahun 2003, namun bulan Oktober 2003 dicabut dari transaksi karena tidak diminati oleh investor. Berdasarkan keadaan BBJ saat ini, perlu adanya analisis untuk mengevaluasi BBJ, sehingga dapat kita ketahui apakah BBJ sudah berjalan sesuai harapan dan dapat digunakan untuk melihat perkembangan BBJ di Indonesia.
5
Oleh Indra Safitri dalam Selamat Datang Bursa Komoditi Berjangka http://business.fortunecity.com [24 Februari 2008]
Berdasarkan permasalahan yang terjadi, rumusan permasalahan yang penelitian adalah sebagai berikut: 1.
Bagaimana tingkat efektivitas hedging (lindung nilai) sebagai keunggulan PT. Bursa Berjangka Jakarta
2.
Bagaimana efisiensi pasar di PT. Bursa Berjangka Jakarta
3.
Bagaimana strategi pengembangan PT. Bursa Berjangka Jakarta untuk komoditi pertanian.
1.3 Tujuan Penulisan Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menilai tingkat efektifitas peranan BBJ sebagai alat mitigasi risiko 2. Menganalisis efisiensi bursa berjangka di BBJ 3. Menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi bursa di PT BBJ 4. Menentukan strategi pengembangan BBJ di masa mendatang
1.4 Manfaat Penulisan 1. Memberikan gambaran mengenai BBJ dengan lebih jelas 2. Menjelaskan manfaat BBJ dalam sektor pertanian 3. Sebagai bahan evaluasi untuk pengembangan BBJ kedepannya 4. Memberikan alternatif manajemen risiko dalam sektor pertanian. 5. Memberikan wawasan baru mengenai bursa berjangka komoditi untuk kalangan pendidik, peneliti ekonomi, mahasiswa dan pembaca 6. Sebagai masukan untuk penelitian-penelitian yang relevan.
1.5 Ruang Lingkup penelitian Penelitian ini difokuskan pada penelitian efisiensi pasar dan efektifitas hedging serta menentukan alternatif strategi pengembangan bursa komoditi yang menggunakan2 pendekatan analisis SWOT dan matriks IE. Analisis yang dilakukan menggunakan data tahun 2007. Evaluasi efiesiensi pasar, hanya dilakukan pada 2 jenis efisiensi akibat terbatasnya data yang didapat, yaitu efisiensi pasar secara informasi dan efisiensi pasar secara keputusan. Sehingga pengujian terhadap pasar tidak dilakukan untuk semua kategori efisiensi pasar. Data yang digunakan hanya menggunakan data olein karena olein merupakan satu-satunya komoditi pertanian di BBJ. Sehingga untuk menganalisis komoditi pertanian hanya menggunakan data komoditi olein.
II TINJAUAN PENELITIAN TERDAHULU
Penelitian terdahulu sudah ada yang melakukan analisis mengenai bursa berjangka, dengan metode analisis yang berbeda. Dari lima penelitian yang dijadikan pustaka, dua diantaranya melakukan analisis untuk mendapatkan alternatif strategi pengembangan Bursa Berjangka Komoditi. Namun terdapat perbedaan. Ulfah (1999) menentukan strategi pengembangan bursa, sebelum didirikannya Bursa Berjangka Jakarta. Sehingga ia melakukan perencanaan untuk pengembangan bursa mulai dari awal didirikannya. Sedangkan Harmiyadi (2004), dalam penelitiannya melakukan penelitian lebih jauh lagi, karena penelitian dilakukan setelah didirikannya BBJ. Penelitian dilakukan hingga tahap pengambilan keputusan inisiatif strategik melalui pendekatan perspektif Balanced Scorecard. Terdapat kesamaan dalam penelitian ini, yaitu adanya analisis manajemen strategi pengembangan BBJ. Penelitian ini hanya sampai menentukan alternatif strategi pengembangan BBJ, tidak pada pengambilan keputusan. Penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan dengan peneltian Ulfah (1999). Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian lainnya adalah adanya analisis evaluasi bursa, yaitu efisiensi dan efektifitas bursa. Efektifitas bursa dilakukan dengan melihat efektifitas hedging, dengan menggunakan metode yang
sama dengan penelitian Arifin (2004). Sehingga persamaan dengan penelitian Ridwan Arifin terletak pada penilaian efektifitas hedging.
Tabel 4. Penelitian Terdahulu No 1.
Nama Peneliti Judul Skripsi Windy Juliani Ulfah Perencanaan Strategis (1999) Pengembangan Bursa Berjangka Komoditi Indonesia
Alat Analisis Matriks SWOT dan matriks IE
2.
Irmalia Noviani (2002)
Menggunakan persamaan ekonometrik, yaitu persamaan simultan. Metode deskriptif untuk melihat perilaku industri dan perkembangan pergerakan harga komoditi kopi robusta Indonesia.
Analisis Industri dan Prospek Perdagangan Kontak Berjangka Kopi Robusta di Bursa Berjangka Komoditi Indonesia
Hasil Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kondisi faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap pencapaian tujuan dan sasaran pendirian Bursa Berjangka Republik Indonesia (BBRI) serta merumuskan suatu alternatif strategi pengembangan BBRI. Hasil analisis menunjukkan posisi perusahaan berada pada sel ke dua pada matriks IE, dengan skor IFE yang mencapai 3.45 (kuat) dan skor EFE mencapai 2.94 (sedang). Dengan menggunakan matriks IE diperoleh strategi dasar pengembangan BBRI yaitu strategi Growth and Build, sedangkan penjabaran dari strategi tersebut didapatkan dari hasil matriks SWOT. Berdasarkan hasil analisa dengan menggunakan matriks SWOT dan IE tersebut, pengaruh faktor-faktor lingkungan internal relatif lebih besar dibandingkan pengaruh faktor ekternal Hasil analisis persamaan simultan, menunjukkan bahwa secara garis besar pelaku perdagangan kopi robusta dalamnegeri tidak responsif terhadap perubahan harga domestik kopi robusta. Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan terhadap fluktuasi harga domesti dan aharga ekspor (FOB) kopi robusta grade
4b dapat disimpulkan bahwa fluktuasi harga kopi robusta memerlukan suatu pengelolaan risiko berupa hedging pada bursa berjangka. Hasil peramalan terhadap harga domestik dan harga ekspor kopi robusta grade 4b menggunakan metode ARIMA tidak dapat menangkap fluktuasi harga dimasa yang akan datang. Sehingga hasil peramalan hanya dapat menunjukkan kecenderungan pergerakan harga lima tahun yang akan datang dengan kecenderungan meningkat. Secara umum dapat disimpulkan prospek perdagangan kontrak berjangka kopi robusta di Bursa Berjangka Indonesia akan cukup baik apabila didukung oleh keragaan industri dalam negeri yang kondusif. Matriks IE, matriks SWOT dan Berdasarkan matriks IE, posisi perusahaan Balanced Scorecard (BSC) berada pada sel ke II, yang berarti strategi perusahaan adalah strategi tumbuh dan bina dengan strategi inisiatif. Berdasarkan analisis SWOT dihasilkan tujuh anlternatif strategi. Sedangkan berdasarkan Balanced Scorecard dihasilkan sasaran strategi sesuai perspektif. Sasaran strategik BBJ dalam perspektif keuangan yang utama adalah untuk meningkatkan pendapatan dan keuntungan yang menghasilkan 3 strategi. Strategi berdasarkan perspektif bisnis internal, menghasilkan 4 strategi. Sasaran strategik perspektif pertumbuhan dan pembelajaran yang ditetapkan adalah Metode kuantitatif digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi harga domestik kopi robusta. Sedangkan model peramalan yang digunakan untuk meramalkan harga domestik dan harga ekspor kopi robusta grade 4b menggunakan metode ARIMA.
3.
Eko Harmiyadi (2004)
Analisis Manajemen Dalam Pengambilan Keputusan Inisiatif Strategik Melalui Pendekatan Perspektif Balanced Scorecard Pada PT. Bursa Berjangka Jakarta (BBJ).
4.
Ridwan Arifin (2004)
Tingkat Imbalan dan Risiko pada Investasi dan Lindung Nilai Melalui Perdagangan Kontrak Berjangka Olein di Bursa Berjangka Jakarta
meningkatnya profesionalisme karyawan serta menigkatnya komitmen dan motivasi karyawan. Inisiatif perspektif finansial menghasilkan 3 inisiatif, perspektif pialang dan nasabahnya menghasilkan 3 inisiatif, perspektif proses bisnis internal menghasilkan 3 inisiatif, dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan menghasilkan 5 inisiatif. Model yang digunakan dalam Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui analisis adalah model Goal seberapa efektif hedging di pasar berjangka Programming dengan program dapat mengurangi tingkat resiko harga fisik olein, serta mengetahui seberapa besar LINDO dan Exel. kemampuan perdagangan kontrak futures olein dapat memberikan tingkat pengembalian investasi. Dengan melakukan analisis tersebut maka peneliti dapat membentuk portofolio kontrak berjangka olein. Hasil analisis menunjukkan bahwa hedging dapat mengurangi tingkat resiko hingga 50 persen. Pembentukan portofolio optimal kontrak futures olein yang dibentuk secara konvensional mampu memberikan rata-rata tingkat pengembalian harian hingga 5.675 persen dari nilai modal yang diinvestasika, yang diikuti dengan tingkat risiko cukup besar mencapai Rp 28.863/kg. Pembentukan kombinasi spread dapat menurunkan rata-rata tingkat risiko investasi menjadi hanya sebesar Rp 11.786/kg. Tingkat pengembalian investasi harian mencapai
5.
Dini Natalia (2005)
Analisis Transmisi Harga Olein di Pasar Fisik Jakarta, Rotterdam dan di Bursa Berjangka (Studi Kasus PT. Bursa Berjangka Jakarta)
Uji statistik non-parametrik, yang terdiri dari distribusi normal Kolomogrov-Smirnov, uji korelasi Tau Kendall, dan uji lokasi median Kruskal-Wallis.
0.986 persen, yang dinilai lebih besar dari suku bunga bebas risiko bank Indonesia dan potofolio saham agribisnis di BEJ yang hanya sebesar 0,022 persen dan 0,35 persen. Berdasarkan hasil penelitian harga penutupan bulan kedua yang memiliki korelasi positif dengan pasar Rotterdam mencerminkan pelaku pasar yang belum sepenuhnya menjalankan secara total menunggu penjualan atau pembelian hingga bulan jatuh tempo. Lemahnya korelasi antara P di pasar fisik Rotterdam dengan harga bursa berjangka mengindikasikan para pelaku yang kurang melihat pasar di Rotterdam. Dengan nilai korelasi yang belum mendekati satu mencerminkan peran BBJ yang belum maksimal dalam menjalankan fungsinya sebagai sarana lindung nilai dan transparansi harga.
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Pasar Dibedakan Menurut Asetnya Market atau pasar ialah tempat bertemunya penjual dan pembeli, baik secara langsung maupun tidak langsung yang bertujuan untuk melakukan transaksi jualbeli dengan suatu mekanisme tertentu secara sederhana (Ferlianto,dkk, 2006). Pasar sebagai lahan investasi secara umum dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu pasar riil dan pasar sekuritas (Arifin, 2004). Pasar riil dibedakan menjadi pasar yang menyediakan aset riil (nyata) dan aset jasa. Sedangkan pasar sekuritas terdiri atas pasar aset keuangan dan pasar derivatif.
3.1.1.1 Pasar Aset riil dan jasa Pasar aset riil menyediakan aset yang dapat dilihat secara nyata. Aset riil adalah merupakan asset nyata seperti pakaian, makanan, rumah, kendaraan, pabrik, dan tangible asset lainya. Sedangakan jasa sifatnya intagible seperti jasa konsultan , pengacara , pendidikan , jasa keuangan dan masih banyak lagi. Asetasset tersebut merupakan hasil dari kegiatan ekonomi. 6 Pihak produsen, baik perusahaan maupun petani menghasilkan aset riil yang akan ditawarkan kepada konsumen untuk kemudian dibeli untuk memenuhi kebutuhannya. Masyarakat yang bersedia untuk membelinya menunjukkan kesediaan untuk membayar aset riil dan jasa dengan sistem harga. Aset - asset tersebut di tawarkan kepada kita oleh satu unit bisnis. Unit bisnis tersebut pasti
6
Bappebti. 2006. http:// www.bappebti.go.id [16 Pebruari 2008]
memerlukan modal untuk memperoleh alat -alat produksi, tenaga kerja yang bertalenta tinggi dan berkompeten. Oleh sebab itu munculah pasar uang dan modal, sebagai media untuk mempertemukan pihak yang memerlukan dana dengan pihak yang kekurangan dana. 7
3.1.1.2 Pasar Aset Keuangan Aset keuangan adalah sistem klaim atas unit ekonomi atau bisnis. Bentuk lain dari aset keuangan adalah saham dan obligasi yang di keluarkan oleh bisnis ataupun oleh pemerintah, dan di perjual belikan di pasar yang terorganisir (Arifin, 2004). Pasar keuangan itu sendiri di bagi menjadi dua, yakni pasar uang untuk pemenuhan kebutuhan modal jangka pendek, dan pasar modal untuk pemenuhan kebutuhan modal jangka panjang. Pasar keuangan yang efisien terdiri dari sub-sistem pasar uang dan pasar modal yang terdiri dari pasar utang jangka panjang, pasar saham, dan subsistem pasar hipotik dapat mempertemukan pelaku-pelaku ekonomi defisit yang membutuhkan uang (dana) dengan pihak-pihak surplus yakni pihak yang kelebihan uang jangka pendek maupun jangka panjang pada satu harga keseimbangan. Sebagai suatu tempat bagi pelaku ekonomi untuk mendapatkan modal atau menginvestasikan modal. Bagi pihak yang defisit atau kekurangan modal untuk jangka pendek dapat menjual surat-surat utang jangka pendek (aktiva pasar uang) untuk memenuhi kebutuhan likuiditasnya. Sedangkan di sisi lain kelompok surplus yang memiliki uang menganggur untuk jangka pendek dapat
7
Bappebti. 2006. www.bappebti.go.id. [16 Pebruari 2008]
menginvestasikan uangnya pada sekuritas pasar uang untuk mendapatkan tambahan penghasilan berupa bunga (interest). Untuk pemenuhan modal jangka panjang, pelaku ekonomi yang defisit dapat menjual obligasi (surat utang jangka panjang) kepada pelaku ekonomi surplus yang memiliki uang menganggur dalam jangka panjang. Selain memanfaatkan obligasi, emiten atau perusahaan dapat memperoleh dana jangka panjang tanpa jatuh tempo dan tanpa biaya tetap (fixed charges). Sedangkan pasar hipotik yang dimaksud adalah perusahaan dapat menjual obligasi yang dijamin dengan hipotik tanah dan bangunan. 8
3.1.1.3 Pasar Derivatif Pasar derivatif merupakan pasar untuk instrumen kontrak yang didasarkan atas instrumen lain. Pasar derivatif cenderung mempertemukan pihak hedger yang ingin melindungi nilai aktivanya dari resiko kerugian karena perubahan harga dengan pihak speculator yang bersedia menanggung risiko perubahan
harga
(kerugian kemerosotan nilai aktiva milik hedger). Dikatakan derivatif , karena nilainya di derived atau ditentukan dari asset lain yang dapat di gunakan sebagai dasar transakasi derivatif. Berdasarkan sifat dari aktiva, derivatif dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok , yaitu forward contracts, futures contracts, option contracts, dan swaps contracts. Dikatakan sebagai kontrak , karena merupakan kontrak diantara dua pihak pembeli dan penjual yang di dalam kontraknya berbagai hal telah disepakati bersama sekarang, namun realisasinya atau pelaksanaan hal tersebut adalah nanti 8
Siahaan dan Adler Haymans Manurung. 2006. Aktiva Derivatif. Jakarta: PT Elex Media Komputindo
pada tanggal tertentu di masa yang akan datang (dalam kurun waktu tertentu di masa yang akan datang).
Transaksi Efek Internasional
Manajer Reksadana Lembaga Profesional
Lindung nilai Reksadana dari Risiko
Pasar Derivatif Valuta Asing
Spekulasi Valas
Pasar Opsi
Spekulasi Opsi
Pasar Swap
Spekulasi Swaps
Pasar Futures
Spekulasi Futures
Gambar 1. Pasar Sekuritas Derivatif. Sumber: Diadopsi dari Jeff Madura (1995) “Financial Markets and Institutions” Third Edition
Spekulator
3.1.2 Pengertian, Fungsi dan Tujuan Bursa Bursa merupakan suatu pasar yang diorganisir secara baik, orang-orang yang terlibat didalamnya, bentuk transaksi yang dipergunakan, cara penyelesaian keuangan dalam setiap transaksi dan lain-lain yang perlu diatur sesuai dengan kebutuhan. Bursa atau exchange ialah pasar tempat bertemunya pembeli dan penjual untuk melakukan transaksi yang dilengkapi dengan seperengkat peraturan yang harus dipatuhi oleh semua pihak terkait (Ferlianto,dkk, 2006). Bursa tidak dapat berdiri sendiri, biasanya pendirian bursa dibawah pengawasan suatu badan tertentu yang bertanggung jawab untuk mengawasi kerja bursa.Berdasarkan objeknya, bursa/exchange dapat dibagi menjadi 3 jenis, yakni: 1. Stock exchange/bursa saham: sarana bertransaksi surat-surat berharga, saham, obligasi, dan lain-lain. 2. Foreign exchange/bursa valuta asing: sarana bertransaksi kurs (nilai tukar mata uang). 3. Commodity
exchange/bursa
komoditi:
sarana
bertransaksi
komoditi
(barang/hasil alam). Seperti pasar fisik, adanya bursa memiliki fungsi ekonomi bagi para stakeholders, yakni: 1. Sebagai sarana untuk melakukan transaksi bisnis yang sehat diantara penjual dan pembeli 2. Sebagai sarana untuk mendapatkan modal, tenaga kerja atau komoditas tertentu yang diperlukan oleh para pengusaha 3. Sebagai sarana bagi pemerintah untuk mengendalikan penggunaan devisa
Sedangkan tujuan didirikannya bursa adalah: 1. Mempertemukan orang-orang yang memerlukan sesuatu dengan orang-orang yang dapat menyediakan 2. Mengkoordinir transaksi bisnis diantara sesame anggota bursa agar tidak terjadi spekulasi dan instabilasi harga 3. Menghindarkan persaingan yang tidak sehat diantara sesame pembeli dan penjual 4. Membantu pemerintah dalam mengendalikan perdagangan dalam bursa
3.1.3 Persamaan Dan Perbedaan Antara Bursa Dan Pasar Persamaan antara bursa dan pasar adalah keduanya merupakan sarana yang mempertemukan penjual dan pembeli untuk melaksanakan transaksi jual beli. Namun bursa dan pasar memiliki perbedaan, yaitu pada bursa pembelinya terbatas hanya untuk anggota bursa, orang luar yang ingin melakukan transaksi harus melalui perantara (broker), dan komoditi yang diperjualbelikan sudah memenuhi standar, baik mutu maupun jenisnya. Sedangkan pasar penjual dan pembelinya bebas ( tidak terbatas ), setiap orang bebas untuk melakukan transaksi, dan barang atau komoditi yang diperjual belikan cenderung bebas.
3.1.4 Bursa Berjangka 3.1.4.1 Pengertian Bursa Berjangka Menurut UU Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi, perdagangan berjangka (futures trading) adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan jual beli komoditi yang penyerahannya dilakukan kemudian
berdasarkan kontrak berjangka atau opsi atas kontrak berjangka. Bursa berjangka adalah tempat memperjual belikan kontrak atas sejumlah komoditi atau instrumen keuangan dengan harga tertentu dimana penyerahan barangnya disepakati akan dilakukan pada saat yang akan datang. Kontrak adalah mengikat pada saat terjadinya kesepakatan antara pembeli dan penjual. Tidak ada pasar sekunder untuk kontrak dalam perdagangan berjangka. Semua kontrak adalah kontrak primer dan setiap kontrak (dengan subjek kontrak tertentu) yang terjadi (dibuka) harus didaftarkan pada otoritas bursa setempat, jadi kontrak diciptakan di bursa. 9 Bursa berjangka adalah suatu organisasi berdasarkan keanggotaan dan berfungsi menyediakan fasilitas untuk menyelenggarakan kegiatan kontrak berjangka yang terawasi sesuai dengan UU dan peraturan-peraturan perdagangan berjangka yang berlaku, selain itu bursa komoditi bisa diartikan sebagai amanat/kontrak/order terhadap komoditi tertentu yang memiliki batasan waktu tertentu. (Ferlianto, dkk, 2006). Sedangkan menurut John C. Hull, “A futures contract is an agreement to buy or to sell an asset at a certain time in the future for a certain price” 10 Menurut Prof. Dr. J. F. Haccou yang dikutip dalam Komoditi Investasi Paling Prospektif: “Transaksi jual-beli komoditi yang diserahkan di kemudian hari, dengan pengertian pada saat jatuh tempo tidak akan ada penyerahan maupun penerimaan barang secara fisik, tetapi melikuidasi kontrak yang bersangkutan dengan memperhitungkan selisih harga awal dengan harga yang terjadi pada tanggal jatuh tempo.” 9 10
http://id.wikipedia.org [7 April 2008] Siahaan dan Adler Haymans Manurung. 2006. Aktiva Derivatif. Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Bursa memperdagangkan kontrak berjangka untuk berbagai komoditas, seperti pertanian, perkebunan, pertambangan, atau produk-produk finansial seperti mata uang (currency), bahkan indeks seperti indeks saham. Sebagai pasar yang terorganisasi, transaksi di Bursa hanya dilakukan anggota bursa yang terdiri dari Pialang Berjangka dan Pedagang Berjangka. Para pengguna Bursa yang bukan anggota Bursa tetapi ingin memanfaatkan Bursa untuk tujuan lindung nilai (hedging) atau investasi (spekulasi) harus menyalurkan keinginannya tersebut melalui anggota Bursa yang berstatus Pialang Berjangka. Bursa Berjangka di Indonesia pertama kali berdiri tanggal 21 November 2000, izin usaha bursa berjangka pertama di Indonesia diterbitkan. Perusahaan yang ditetapkan sebagai pengelola bursa berjangka pertama adalah PT Bursa Berjangka Jakarta (disingkat BBJ) atau Jakarta Futures Exchange (JFX). Pada 15 Desember 2000, untuk pertama kalinya BBJ membuka perdagangan di lantai bursa dengan memperdagangkan dua kontrak komoditas, yaitu crude palm oil (CPO) atau minyak kelapa sawit/olein dan kopi robusta. Pendiri BBJ adalah 4 perkebunan sawit, 7 pabrik minyak goreng, 8 pengekspor kopi, 8 perusahaan sekuritas, dan 2 pedagang barang-barang umum yang berhasil dikumpulkan oleh AEKI (Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia) dan FAMNI (Federasi Asosiasi Minyak Nabati Indonesia), sebagai pelopor didirikannya BBJ di Indonesia. Kontrak berjangka yang saat ini diperdagangkan di Bursa Berjangka Jakarta selaku penyelenggara perdagangan berjangka yang telah memperoleh izin dari BAPPEBTI adalah kontrak berjangka produk hasil pertanian (olein, CPO, dan kopi robusta), produk pertambangan (emas), dan produk finansial (mata uang, indeks gabungan saham yang diperdagangkan di Bursa Berjangka luar negeri).
3.1.4.2 Perbedaan Forward Market dan Future Market Forward market dan future market sebenarnya memliki persamaan. Bahkan kontrak pada forward market bisa dikatakan sebagai kontrak berjangka tidak baku, kerena tidak ada aturan standar (sudah dibuat baku) yang mengatur, hanya sebuah kesepakatan. Menurut Siegel seperti dikutip Ichsan (2003), untuk lebih memahami kontrak berjangka terlebih dahulu harus memahami kontrak forward, karena ada keterkaitan antara kontrak forward yang diperdagangkan di pasar fisik (spot market) dengan kontrak yang diperdagangkan di pasar berjangka. Karena pada dasarnya kontrak forward dan kontrak future mirip, karena sama-sama merupakan kesepakatan antara dua pihak untuk membeli dan menjual aktiva yang dilakukan pada tanggal tertentu di masa yang akan datang dan pada harga tertentu yang telah disepakati pada saat kontrak ditandatangani. Perbedaan kontrak forward dan kontrak future dapat dilihat berdasarkan karakterikstik dari Forward market dan Future market, seperti berikut:
Tabel 5. Perbedaan Forward Market dan Future Market Instrumen Forward
Uraian • Kesepakatan membeli atau menjual aktiva tertentu pada tanggal tertentu pada harga yang telah ditetapkan di masa yang akan datang. • Transaksi selalu dilakukan melalui broker dengan telepon atau telex. • Biasanya digunakan untuk memastikan harga di masa yang akan datang.
Futures
• Kesepakatan membeli atau menjual aktiva tertentu pada tanggal tertentu pada harga yang telah ditetapkan di masa yang akan datang. • Transaksi dilakukan pada bursa resmi melalui sistem clearinghouse. • Syarat-syarat dalam kontrak sangat baku atau standardized. • Laba dan rugi diselesaikan setiap hari, aliran kas terjadi secara harian. • Untuk memulai transaksi, harus terlebih dahulu menyetor uang jaminan margin atau collateral. • Biasanya dipergunakan untuk memastikan harga di masa yang akan datang.
Karakteristik • Tidak perlu transfer tunai pada awal transaksi. Transfer tunai hanya saat jatuh tempo. • Terdapat risiko kredit. • Kontrak dibuat secara tailor made. • Kontrak sesuai dengan kebutuhan dua pihak, digunakan khusus untuk lindung nilai dan tidak terstandarisasi. • Kontrak yang tersedia diperjual belikan adalah untuk sekuritas utang jangka pendek (paling lama satu tahun). • Umumnya hanya terdapat satu delivery date. • Settlement dilaksanaan diakhir periode kontrak. • Umumnya terjadi delivery berupa cash settlement pada saat berakhirnya kontrak. • Perlu transfer tunai pada awal transaksi. Transfer tunai sebagai jaminan (margin). • Kontrak diperdagangkan melalui bursa dan terdaftar pada lembaga kliring. • Transfer tunai harus dilakukan setiap hari. • Risiko kredit sangat kecil. • Kontrak yang disesuaikan dengan kebutuhan dua pihak tidak tersedia karena kontrak bersifat standar. • Kontrak yang tersedia terutama untuk jangka pendek (paling lama satu tahun). • Posisi semula dapat ditutup atau dibalik dengan mudah dan cepat. • Terdapat beberapa delivery date dalam satu rentang waktu • Settlement dilaksanakan secara harian melalui mekanisme margin trading. • Kontrak umumnya diakhiri sebelum masa maturity.
3.1.5 Pihak Terkait Bursa Berjangka 3.1.5.1 BAPPEBTI BAPPEBTI mempunyai tugas membina, mengatur, mengawasi kegiatan Perdagangan Berjangka berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Awalnya, pemerintah membentuk Badan Pelaksana Bursa Komoditi Indonesia (BAPEBTI), yaitu suatu badan di bawah Departemen Perdagangan dengan kewenangan menyelenggarakan Bursa Komoditi. Kemudian, akhirnya pada bulan Desember 1997 lahir Undang-Undang No 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi. Berdasarkan UU itu, kedudukan BAPEBTI berubah menjadi BAPPEBTI yang merupakan singkatan dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi. BAPPEBTI merupakan salah satu unit eselon I berada di bawah Departemen Perdagangan. Perdagangan Berjangka adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan jual beli komoditas dengan penyerahan kemudian berdasarkan Kontrak Berjangka dan opsi atas Kontrak Berjangka. Bappebti diberi kewenangan luas, yang dimaksudkan untuk menjamin terwujudnya integritas pasar, integritas keuangan dan perlindungan bagi nasabah/masyarakat. Salah satu kewenangannya adalah melakukan pemeriksaan perizinan dan memerintahkan pemeriksaan serta penyidikan terhadap pihak yang diduga melakukan pelanggaran terhadap ketentuan perundang-undangan dibidang perdagangan berjangka.
3.1.5.2 Kliring Derivatif Untuk memastikan atau menjamin perdagangan kontrak berjangka dilaksanakan dengan baik, bursa berjangka selalu dibantu dengan clearinghouse. Clearinghouse dapat berupa badan usaha yang berdiri sendiri atau merupakan bagian organisasi bursa berjangka. Di Indonesia, PT. Bursa Berjangka Jakarta selaku penyelenggara dan penanggung jawab bursa perdagangan berjangka, dibantu oleh badan penyelenggara kliring untuk membantu kliring dan penyelesaian transaksi dilakukan oleh PT. Kliring Berjangka Indonesia. Setiap kontrak yang terdaftar dan merupakan suatu kontrak terbuka, Lembaga Kliring akan melakukan perhitungan keuntungan dan kerugian atas kontrak tersebut berdasarkan harga penyelesaian yang ditetapkan oleh Bursa. Biasanya ada suatu badan yang bertanggung jawab untuk mengkliringkan dan menjamin penyelesaian transaksi kontrak berjangka / derivatif / Spot dan kontrak serah secara teratur, wajar, dan efisien sehingga mampu memelihara integritas pasar. Bursa derivatif bertanggung jawab atas penyediaan suatu sarana untuk menciptakan efisiensi, transparansi, dan ketertiban, penyelesaian transaksi dilakukan oleh Clearing Corporation (perusahaan kliring) atau yang biasa disebut dengan Clearing Houses. Lembaga kliring akan bertindak sebagai penjual terhadap investor yang memiliki posisi beli yang masih terbuka-belum dilikuidasi, sebagai pembeli terhadap investor yang memiliki posisi jual yang masih terbuka, dan sebagai penjamin atas dana nasabah, khususnya bila terjadi kepailitan pada pialang berjangka, di mana investor menyetor dananya sebagai modal.
3.1.6 Harga Fisik dan Harga Bursa Harga fisik (spot cash price) merupakan harga yang terjadi di pasar fisik dengan fipengaruhi oleh permintaan dan penawaran di pasar. Harga fisik merupakan harga yang sesungguhnya terjadi di pasar dimana transaksi komoditi secara fisik dilakukan untuk komoditi yang langsung diambil atau diantar pada tempat dan waktu tertentu. Harga fisik akan berbeda-beda di setiap negara dan di setiap wilayah. Pasar fisik untuk setiap komoditi secara geografi terbagi-bagi sehingga ada perbedaan waktu dan biaya yang nantinya akan berpengaruh terhadap transportasi dari suatu wilayah ke wilayah lain. Harga bursa atau harga berjangka adalah harga yang terjadi di bursa berjangka pada waktu tertentu dan penyerahan di kemudian hari. Harga berjangka merupakan harga kontrak futures yaitu sebuah kontrak berjangka yang bersifat mengikat (obligation) bagi kedua belah pihak untuk membeli (long position) suatu asset finansial maupun non-finansial tertentu yang penyerahannya dilakukan secara cash settlement di masa yang akan datang dengan harga yang ditetapkan sekarang (Bappebti, 2003).
3.1.7 Basis Basis merupakan salah satu konsep yang paling penting, yang sering digunakan oleh para hedger dalam melakukan lindung nilai mereka. Seorang hedger biasanya selalu lebih memperhatikan perubahan basis daripada perubahan harga. Basis adalah selisih antara harga suatu komoditi pada pasar fisik di suatu tempat (spot price) dengan harga pada suatu bursa berjangka (futures price). Selisih harga ini bisa membesar atau mengecil bergantung pada pergerakan harga-
harga yang paralel tersebut. Terdapat tiga bentuk perubahan basis akibat pergerakan harga di pasar fisik dan berjangka, yaitu (Noviani, 2002): 1. Penyempitan/penguatan basis (narrowing/strengthning basis) a. Harga fisik turun dan harga berjangka turun dengan penurunan yang lebih besar daripada harga fisik b. Harga fisik naik dan harga berjangka turun/naik dengan kenaikan lebih kecil daripada harga fisik. 2. Pelebaran/pelemahan basis (widening/weaking basis) a. Harga fisik naik dan harga berjangka naik dengan kenaikan yang lebih besar daripada harga fisik. b. Harga fisik turun dan harga berjangka turun/naik dengan penurunan lebih kecil daripada harga fisik. 3. Perfect Hedge Kondisi ini terjadi pada saat nialai basis selama periode hedging tidak berubah, sehingga pada suatu pasar akan ditutupi oleh perubahan yang sama besar pada pasar lainnya (perubahan basis atau resiko basis = 0) atau terjadi kenaikan atau penurunan harga-harga pada pasar fisik dan pasar berjangka secara paralel pada basis yang sama. Namun Perfect Hedge jarang terjadi karena biasanya basis berfluktuasi dan menimbulkan resiko. Komponen basis terdiri atas: (1) biaya transportasi, yaitu biaya pengangkutan komoditi per satuan unit dari tempat pengusaha ke salah satu bursa berjangka dan (2) carrying charges, yaitu beban biaya yang timbul karena faktor waktu (time of delivery) dan pemilikan komoditi, memiliki biaya bunga, asuransi, penyimpanan dan lain-lain.
Harga
Harga Kontrak Berjangka Harga Fisik
Biaya Transportasi
Carrying charges
Jan
Mei
Sept
Des
Bulan
Gambar 2. Hubungan Harga Fisik dengan Harga Berjangka. Sumber : Natalia (2005)
Kuat lemahnya basis suatu komoditi tergantung dari perbedaan antara harga fisik dan berjangka yang disebabkan oleh lima faktor penting, yakni (Arifin, 2004): a. Biaya transportasi karena perbedaan lokasi pasar fisik, tempat komoditi berada, dan bursa berjangka. Kenaikan biaya transportasi akan memperlebar basis, karena biaya transportasi merupakan salah satu komponen basis. b. Permintaan dan penawaran pada pasar fisik dan berjangka. Tingkat permintaan dan penawaran di pasar fisik menentukan tingkat harga fisik, sedangkan tingkat permintaan dan penawaran di bursa berjangka menentukan harga berjangka. Perbedaan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat permintaan dan penawaran di masing-masing pasar menyebabkan perbedaan tingkat harga fisik dan berjangka. c. Perbedaan antara kualitas komoditi yang diperdagangkan pada pasar fisik, dengan pada pasar bursa berjangka. Jika mutu komoditi yang diperdagangkan di pasar fisik lebih rendah dibanding dengan standar
komoditi yang diperdagangkan di bursa berjangka, maka harga fisik komoditi tersebut akan lebih rendah dibandingkan harga berjangkanya. d. Ketersediaan ruang penyimanan komoditi. Biaya penyimpanan merupakan salah satu komponen basis yang termasuk carrying charges. Bila permintaan ruang penyimpanan meningkat akibat kelebihan pasokan komoditi, maka biaya penyimpanan akan meningkat sehingga basis makin lebar. e. Permintaan dan penawaran komoditi komoditi substitusi. Tingkat permintaan dan penawran barang substitusi akan menentukan tingkat harga barang substitusi, sedangakn harga barang sustitusi merupakan salah satu faktor penggeser kurva perminataan komoditi. Besarnya pengaruh barang substitusi terhadap permintaan komoditi di pasar fisik tidak selalu sama di bursa berjangka, sehingga prubahan harga komoditi akibat pergeseran kurva permintaan di pasar fisik dapat berbeda dengan di bursa berjangka. Akibatnya harga komoditi yang terbentuk di pasar fisik berbeda dengan di bursa berjangka.
3.1.8 Hedging (Lindung Nilai) Dalam setiap kegiatan usaha ataupun investasi, pasti kegiatan tersebut akan dihadapkan pada resiko kerugian selain keuntungan yang mungkin bisa didapat. Resiko bersifat inherent (melekat) yang pada umumnya disebabkan oleh perubahan harga barang, perubahan kurs mata uang, suku bunga, inflasi dan lain sebagainya. Untuk melindungi usahanya dari resiko, pengusaha dapat melakukan lindung nilai (hedging) di bursa berjangka. Dengan melakukan lindung nilai,
resiko tersebut dapat dialihakan (transfer of risk) kepada investor yang mengharapkan keuntungan dari perubahan harga di bursa berjangka. Hedging bukanlah kegiatan yang bersifat spekulatif. Untuk melakukan hedging sesorang perlu pengetahuan yang memadai dan perhitungan yang cermat. Hedging di pasar berjangka memiliki dua hal penting, yakni melakukan hedging dengan posisi yang berlawanan dan nilainya sama atau kurang lebih sama. Faktor yang membuat hedging berlangsung baik adalah bahwa harga tunai dan harga berjangka untuk komoditi yang sama cenderung naik dan turun secara bersamasama atau menuju arah yang sama. Akibatnya kerugian yang dialami di satu sisi akan dikompensasikan dengan keuntungan yang diperoleh dari sisi lainnya. Asumsi mendasar dari hedging sebagai alat proteksi yang efektif adalah harga tunai dan harga untuk masa mendatang, memiliki kecenderunga arah pergerakan yang sama satu sama lain, atau dalam pola yang dapat diperkirakan sebagai reaksi terhadap berbagai kondisi penwaran dan permiantaan dari setiap komoditi meskipun keduanya jarang bergerak dalam besaran yang sama. Pergerakan yang searah (paralel) itu terjadi karena kedua pasar (tunai dan berjangka) dipengaruhi faktor-faktor pembentuk harga yang sama. Selain itu, eratnya hubungan harga anatara harga tunai dan harga berjangka yakni komoditi yang berasal dari pasar tunai dapat diserahkan sebagai pemenuhan kontrak berjangka yang jatuh tempo. Hedging di pasar berjangka dapat mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan perubahan yang tidak diinginkan. Selain perlindungan terhadap risiko harga (price insurance risk), hedging pun memberikan manfaat ekonomi dalam bentuk lain bagi produsen dan pemakai komoditi yang diperdagangkan di bursa.
Melalui hedging pengusaha komoditi memperoleh kepastian berusaha. Oleh karena harga beli atau harga jual yang ditetapkan hedger yakni price objective sebelumnya dapat dicapai. Hedging juga mmebantu pengendalaian produk serta persediaan bahan baku untuk memenuhi kebutuhan produsen, pengolah dan pabrikan.
3.1.9 Pelaku dalam Bursa Berjangka Komoditi Hedger Hedger adalah seorang pedagang atau pengusaha yang melakukan bisnis di pasar tunai (pasar fisik) atas komoditi yang kontrak berjangkanya diperdagangkan di pasar berjangka (bursa). Ia menggunakan transaksi kontrak berjangka untuk melindungi niali finansial dari komoditi terhadap risiko perubahan harga yang dapat merugikannya. Para hedger membeli dan menjual kontrak berjangka untuk menutupi risiko (melindungi nilai = hedging) atas perubahan harga di pasar spot / pasar fisik. Mereka menggunakan pasar berjangka dengan mengambil posisi yang berlawanan dengan posisi mereka. Dengan demikian, risiko kerugian akibat kemungkinan perubahan harga komoditi dapat diminimalkan. Hedger di bursa berjangka terbagi menjadi dua, yaitu : 1.
Hedger Pembeli (buying hedger): Hedger pembeli atau hedge long yaitu hedger yang akan membeli komoditi di pasar fisik pada waktu yang akan datang. Untuk melindungi nilainya, dia harus membeli kontrak berjangka saat ini pada posisi buy (beli). Buying
hedger umumnya dilakukan oleh kalangan eksportir, prosesor (produsen komoditi), pemakai bahan baku seperti pabrikan, dan sebagainya. 2.
Hedger penjual (Selling hedger): Hedger penjual atau hedge short yaitu hedger yang akan menjual komoditi secara fisik di pasar pada waktu yang akan datang. Untuk melindungi harga penjual komoditinya, dia harus menjual kontrak berjangka dengan posisi short. Selling hedger biasanya dilakukan oleh para produsen terutama petani. Tujuannya adalah untuk melindungi diri dari kemungkinan penurunan harga komoditi yang akan dihasilkan atau dimilikanya seperti hasil panen.
Investor Investor adalah orang yang berusaha memperoleh keuntungan akibat perubahan harga. Dengan memanfaatkan pergerakan harga komoditi, maka para investor bersedia menerima risiko harga tetapi dengan harapan akan mendapatkan keuntungan. Investor ini belum tentu seorang produsen suatu komoditi atapun processor, karena tujuan utama dari investor ini adalah semata-mata untuk mendapatkan keuntungan. Pialang Menurut undang-undang dan peraturan bursa yang berlaku, perdagangan dilakukan hanya pada jam resmi yang dilakukan pada tempat tertentu yang disebut pit. Lokasi di bursa di mana secara fisik transaksi untuk setiap macam komoditi dilakukan dinamakan fit. Perdagangan dilakukan dengan sistem open outcry. Dengan sistem ini setiap pedagang harus melakukan order beli atau jual kepada pedagang lain yang terdapat dalam fit.
Para pedagang di dalam fit dibedakan atas dua kelompok berdasarkan fungsinya. Pertama kelompok pedagang yang berdagang untuk kepentingannya sendiri, menanggung sendiri kerugian dan menikmati sendiri keuntungan dari perdagangan yang dilakukan. Biasanya pedagang ini adalah anggota bursa. Kedua adalah kelompok pialang (broker) yang bekerja untuk kepentingan perusahaannya atau untuk kepentingan nasabahnya di luar atau yang bukan anggota bursa. Anggota bursa yang berdagang di fit adalah para spekualtor. Sebagai spekulator dia berdagang atau menandatangani kontrak berjangka untuk mencari keuntungan dan bersedia menanggung risiko rugi. Broker dibedakan atas dua kelompok, yaitu : 1. Account executive yang pada perusahaan efek lazim disebut broker. Account executive terdapat di kota-kota besar maupun kota-kota kecil yang menampung order dari para nasabahnya untuk kemudian dikomunikasikan ke lantai bursa. 2. Jenis broker yang kedua adalah floor broker, yaitu broker yang mengeksekusi pesanan-pesanan (order) dari para nasabahnya. Floor broker biasanya adalah pegawai perusahaan efek.
3.1.10 Konsep Efektivitas Hedging dan Pasar Efisien Efektivitas merupakan kegiata-kegiatan yang dapat mencapai sasaran organisasi, yang berarti melakukan segala sesuatu yang benar. Dalam efektivitas hedging, dapat menilai seberapa besar hedging mampu menjalankan perannya sebagai alat mitigasi risiko. Seberapa besar risiko berubah, apakah menjadi lebih
besar atau lebih kecil, semakin besar pengurangan risiko, maka hedging semakin efektif. Menurut Robbins dan Coulter (2004) dalam Hartono (2005), efisiensi adalah memperoleh output terbesar dengan input yang terkecil, yang digambarkan dengan melakukan segala sesuatu secara benar. Penilaian efisiensi pasar, menggambarkan perilaku pasar, apakah telah berjalan dengan benar. Menurut Fama (1970), pasar yang efisien didasarkan pada akurasi dari harga produk, menurut Beaver (1989) didasarkan pada nilai intrinsik produk serta pada distribusi informasinya, dan Jones (1995) didasarkan pada proses dinamik. Sedangkan menurut Hartono (2003), efisiensi pasar didasrkan pada pengambilan keputusan yang benar oleh pasar. Maka secara umum, efisiensi pasar dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: 1. Efisiensi Pasar Secara Informasi Harga ekuilibrium atau harga keseimbangan suatu komoditi ditentukan oleh perminataan dan penawaran agregat. Harga keseimbangan ini mencerminkan konsensus bersama antara semua partisipan pasar tentang nilai dari komoditi tersebut berdasarkan informasi yang tersedia. Jika suatu informasi baru yang relevan masuk ke pasar yang berhubungan dengan suatu komoditi, informasi ini akan digunakan untuk menganalisis dan menginterpretasikan nilai dari komoditi yang bersangkutan. Akibatnya adalah kemungkinan pergeseran ke harga ekuilibrium yang baru. Bagaimana suatu pasar bereaksi terhadap suatu informasi untuk mencapai harga keseimbangan yang baru merupakan hal yang penting. Jika pasar bereaksi dengan cepat dan akurat untuk mencapai harga keseimbangan baru yang sepenuhnya mnecerminkan informasi yang tersedia, maka kondisi pasar
seperti ini disebut pasar efisien. Efisiensi pasar seperti ini disebut efisiensi pasar secara informasi (informationally efficient market), yaitu bagaimana pasar bereaksi terhadap informasi yang tersedia. Fama (1991) membagi pengujian efisiensi pasar menjadi tiga kategori, yaitu : 1. Pengujian-pengujian efisiensi pasar bentuk lemah, atau pengujian-pengujian terhadap pendugaan return (test for return predictability). 2. Pengujian-pengujian efisiensi pasar bentuk setengah kuat, atau studi-studi peristiwa. 3. Pengujian-pengujian efisiensi pasar bentuk kuat, atau pengujian-pengujian terhadap informasi privat (test for private information). 2. Efisiensi Pasar Secara Operasional Pasar efisien secara operasional lebih ditekankan pada operasi pasarnya. Pasar disebut efisien secara operasional jika operasi pasar yang dilakuakan dengan cepat dan dengan biaya yang tidak mahal. 3. Efisiensi Pasar Secara Keputusan Menurut Hartono (2001), informasi saja tidak cukup untuk membuat pasar efisien. Pasar efisien memerlukan variabel lain, yaitu kepintaran pasar. Pasar yang pintar dapat mengambil keputusan dengan benar dan, sebaliknya, pasar yang tidak pintar akan mengambil keputusan yang tidak benar. Pasar yang efisien seperti ini hanya dapat terjadi jika informasi seudah menyebar scera penuh dan cepat serta pasarnya pintar dan dapat mengambil keputusan yang benar. Hartono (2001) memberinya nama pasar efisien secara keputusan (dcisionally efficient market).
3.1.11 Pengertian Manajemen Strategi Manajemen strategis (strategic management) adalah seni dan ilmu untuk memformulasi, mengimplmentasi, dan mengevaluasi keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi dapat mencapai tujuannya (David, 2006). Tujuan manajemen startegis adalah untuk mengeksploitasi dan menciptakan peluang baru yang berbeda untuk masa mendatang. Berdasarkan definisinya, proses manajemen startegis terdiri atas tiga tahap yaitu formulasi strategi, implementasi strategi, dan evaluasi strategi. Tahap formulasi strategi termasuk mengembangkan visi dan misi, mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal perusahaan, menentukan kekuatan dan kelemahan internal, mentapkan tujuan janngka panjang, merumuskan alternatif strategi, dan memilih strategi tertentu yang akan dilaksanakan. Tahap Implementasi strategi mensyaratkan perusahaan untuk mnetapkan tujuan tahunan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan, dan mengalokasikan sumber daya sehingga strategi yang telah diformulasikan dapat dijalankan. Implementasi strategi seringkali disebut tahap pelaksanaan dalam manajemen strategis. Tahap evaluasi strategi adalah tahap final dalam manajemen strategis. Evaluasi startegi adalah alat utama untuk mendapatkan informasi mengenai kapan strategi tidak dapat berjalan seperti yang diharapkan. Manajemen strategis digunakan untuk mendapatkan dan mempertahankan keunggulan kompetitif. Perusahaan berusaha untuk mencapai keunggulan kompetitif yang berkelanjutan (suistaned competitive advantage) dengan:
1. Secara terus-menerus beradaptasi dengan tren dan kejadian eksternal serta kemampuan, kompetensi, dan sumber daya internal. 2. Secara efektif memformulasikan, mengimplementasi, dan mengevaluasi strategi yang mengambil keuntungan dari faktor-faktor tersebut.
3.1.12 Lingkungan Perusahaan Lingkungan perusahaan terdiri dari lingkungan eksternal dan internal. Lingkungan eksternal merupakan lingkungan yang berada di luar perusahaan yang secara tidak langsung mempengaruhi kegiatan perusahaan. Sedangkan lingkungan internal merupakan lingkungan yang berada di dalam perusahaan yang secara langsung mempengaruhi kegiatan perusahaan. a. Lingkungan Eksternal Menurut Pearce dan Robinson (1997) dalam Muttaqien (2007), lingkungan eksternal perusahaan dibagi menjadi tiga kategori yang saling berkaitan, yaitu : lingkungan umum, lingkungan industri dan lingkungan operasional. Lingkungan umum adalah suatu tingkatan dalam lingkungan eksternal organisasi yang menyususn faktor-faktor yang memiliki ruang lingkup luas dan faktor-faktor tersebut pada dasarnya diluar dan terlepas dari operasi perusahaan serta memiliki sedikit implikasi langsung bagi pengaturan suatu organsisasi. Faktor lingkungan makro yang menentukan peluang dan ancaman bagi perusahaan adalah ekonomi, politik dan kebijakan pemerintah, sosial budaya, teknologi. Lingkungan industri adalah tingkatan dari lingkungna eksternal organisasi yang menghasilkan komponene-komponen yang secra normal memiliki implikasi yang relatif lebih spesifik dan langsung terhadap operasional perusahaan. Analisis
struktur insdustri merupakan penunjang fundamental untuk menentukan posisi relatif perusahaan yang kemudian dapat digunakan untuk merumuskaan strategi (Porter, 1997). Sedangkan lingkungan operasional disebut juga lingkungan persaingan atau tugas, terdiri dari faktor-faktor dalam situasi persaingan yang mempengaruhi keberhasilan suatu perusahaan dalam mendapatkan sumber daya yang dibutuhkan, atau dalam memasarkan produk secara menguntungkan. Beberapa faktor-faktor yang terpenting adalah posisi bersaing perusahaan, komposisi pelanggan, reputasi di mata pemasok dan kreditur, serta kemampuan yang menarik karyawan potensial. b. Lingkungan Internal Semua organisasi memiliki kekuatan dan kelemahan dalam area fungsional bisnis. Tidak ada perusahaan yang sama kuatnya atau lemahnya dalam semua area. Dengan melakukan melihat lingkungan internal perusahaan, diharapkan dapat melihat kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan sehingga dapat merumuskan strategi bersaing dengan memanfaatkan kekuatan internal dan mengatasi kelemahan internal. Sama seperti perusahaan pada umumnya, bursa berjangka komoditi memiliki lingkungan internal yang dapat dimanfaatkan untuk merumuskan strategi bersaingnya. Faktor-faktor internal ini nantinya akan menjadi sumber kekuatan yang dimanfaatkan untuk mengatasi kelemahan yang dimilikinya sehingga bursa komoditi mampu bersaing.
3.1.13 Analisis SWOT Analisis SWOT merupakan salah satu instrumen analisis lingkungan intrenal dan eksternal perusahaan. Hasil analisis SWOT dapat dapat memberikan
rekomendasi strategik trehadap strategi bersaing perusahaan serta rekomendasi fungsional kebutuhan atau modifikasi sumber daya organisasi. Analisis
SWOT
merupakan
tahap
pencocokan
(Matching
Stage)
berdasarkan data informasi yang diturunkan dari tahap input untuk mencocokan peluang dan ancaman eksternal dengan kekuatan dan kelemahan internal. Mencocokan faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal adalah kunci untuk menghasilkan alternatif strategi yang layak secara efektif. S (Strength) atau kekuatan adalah sumberdaya, keterampilan, atau keunggulan-keunggulan lain yang dimiliki perusahaan dalam bertahan dan daya saing di dalam suatu industri. W (Weakness) atau kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumberdaya, keterampilan dana kapabilitas yang secara serius menghambat kinerja efektif perusahaan sehingga dapat menghambat daya saing perusaahaan dalam industri. O (Opportunity) atau peluang adalah situasi dan kondisi penting yang menguntungkan dalam lingkungan perusahaan. Sementara T (Threat) atau ancaman adalah situasi dan kondisi penting yang tidak menguntungkan dalam lingkungan perusahaan. Matriks SWOT merupakan alat analisis penting yang dapat membantu manajer dalam mengembangkan empat macam strategi, yaitu: 1. Strategi S-O yang bertujuan untuk menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk memanfaatkan peluang eksternal. 2. Strategi W-O yang bertujuan untuk mengatasi kelemahan internal dengan menggunakan peluang eksternal.
3. Strategi S-T bertujuan agar perusahaan dapat menggunakan kekuatan internal untuk menghindari ancaman eksternal. 4. Strategi W-T merupakan taktik bertahan dengan menekan kelemahan dan menghindari ancaman lingkungan eksternal. 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Dalam melakukan evaluasi bursa, yang dalam penelitian ini bursa berjangka Jakarta dijadikan objek penelitian, maka terdapat beberapa analisis yang perlu dilakukan. Seperti yang telah diketahui sebelumnya, evaluasi dilakukan dengan melihat efisiensi pasar dan efektivitas hedging. Efisiensi yang digunakan adsalah salah satu efisiensi pasar yang dikembangkan oleh Fama (1970), yaitu efisiensi pasar secara informasi dan satu jenis efisiensi pasar yang dikembangkan oleh Hartono (2001) yaitu efisiensi pasar secara keputusan. menganalisis efisiensi secara informasi dilakukan dengan menilai efisiensi bentuk lemah dan setengah kuat. Evaluasi efektifitasnya dilakukan dengan menilai efektifitas hedging sebagai sarana mitigasi risiko pada bursa berjangka. Setelah melakukan evaluasi terhadap bursa, maka analisis selanjutnya adalah melakuakan analisis mengenai strategi pengembangan BBJ, yang dimulai dengan melakukan analisis lingkungan internal dan eksternal. Lingkungan internal terdiri dari sumberdaya Manusia dan Manajemen Organisasi, keuangan, pemasaran, dan operasional. Sedangkan lingkungan eksternal terdiri dari dua lingkungan yaitu lingkungan makro dan lingkungan industri. Lingkungan makro terdiri dari 1)ekonomi, 2)sosial, budaya, demografi, 3)politik dan hokum, 4)teknologi, 5)kekuatan persaingan. Lingkungan Industri terdiri 1)persaingan antar perusahaan sejenis, 2)masuknya pesaing baru, 3)pengembangan produk
substitusi, 4)kekuatan tawar menawar pemasok, dan 5)kekuatan tawar menawar konsumen. Setelah melihat lingkungan internal dan eksternal perusahaan, maka dapat dilihat faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan BBJ, sehingga dapat dilakukan analisis IE. Penggalian informasi mengenai faktor-faktor internal dan eksternal organisasi. Informasi faktor-faktor yang diperoleh di lapangan kemudian dirangkum dalam matriks External Factor Evaluation (EFE) dan matriks Internal Factor Evaluation (IFE). Sehingga dapat menentukan posisi perusahaan dalam matriks IE. Setelah mengetahui posisi perusahaan, maka dapat analisis SWOT untuk mendapatkan alternatif stertegi pengembangan perushaan. SWOT adalah bentuk matriks yang memadukan antara peluang dan ancaman eksternal dengan kekuatan dan kelemahan internal. Alternatif strategi ini dijadikan rekomendasi untuk mengembangakan PT. BBJ terutama untuk mengembangkan perdagangan komoditi.
Evaluasi Bursa Komoditi
Efektivitas
Efisiensi
Risiko Pergerakan harga fisik dan basis (hedging)
Efisiensi Pasar Secara Keputusan
Efisiensi Pasar Secara Informasi
Efisiensi Bentuk Setengah Kuat
Efisiensi Bentuk Lemah
Hasil evaluasi
Pengaruh Internal: 1. Sumberdaya Manusia dan Manajemen Organisasi 2. Keuangan 3. Pemasaran 4. Operasional
Pengaruh Eksternal
Lingkungan Makro 1. Ekonomi 2. Sosial, budaya, demografi 3. Politik dan hokum 4. Teknologi 5. Kekuatan
Lingkungan Industri 1. Persaingan antar perusahaan sejenis 2. Masuknya pesaing baru 3. Pengembangan produk substitusi 4. Kekuatan tawar menawar pemasok 5. Kekuatan tawar menawar konsumen
IE SWOT Rekomendasi Pengembangan PT. BBJ
Gambar 3. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional.
IV. METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2008 sampai dengan April 2008. Pengambilan data utama diperoleh dari PT. Bursa Berjangka Jakarta, yang beralamat di Annex BDN Building 2nd Floor Jl. MH Thamrin No.5, Jakarta 10340. Selain itu data pendukung juga diperoleh dari Biro Pusat Statistik (BPS), Jl. Dr. Sutomo Jakarta, Bank Indonesia Jl. MH Thamrin No. 2 Jakarta 10340, perpustakaan IPB, dan internet. Pemilihan tempat pengambilan data dilakukan secara sengaja (purposive) karena data yang diperlukan untuk penelitian ini tersedia pada tempat-tempat tersebut.
4.2. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah data primer dan data kuantitatif sekunder, yang berasal dari berbagai sumber. Data primer diperoleh dari wawancara dengan pihak perusahaan. Data sekunder diperoleh dari berbagai sumber yang dianggap relevan dalam memberikan data yang mendukung penelitian ini. Data yang digunakan untuk mengevaluasi bursa komoditi adalah data harga harian, terhitung dari tanggal 2 Januari 2007 sampai dengan 31 Desember 2007. Data tersebut terdiri dari data harga fisik harian komoditi, data harga future harian komoditi, data salah satu informasi peristiwa yang terjadi di tahun 2007. Sedangkan data yang digunakan untuk menganalisis alternatif strategi
pengembangan bursa berjangka komoditi, adalah data yang diperoleh dari berbagai sumber dan berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala dan Staf divisi Pengembangan PT. BBJ, karena Kepala Divisi Pengembangan merupakan pihak yang berkaitan langsung dengan rencana pengembangan BBJ, sedangkan staf divisi pengembangan merupakan pihak yang kompeten di BBJ dalam komoditi pertanian.
4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data 4.3.1 Evaluasi Efektivitas dan Efisiensi Bursa Komoditi Data yang telah diperoleh akan diolah untuk mengetahui tingkat efektifitas hedging sebagai alat lindung nilai, menilai efisiensi bursa yang terdiri dari efisiensi bursa secara informasi dan efisiensi bursa secara keputusan. 4.3.1.1 Efektivitas hedging (lindung nilai) Efektifitas hedging dilihat dengan membandingkan tingkat risiko sebelum dan sesudah melakukan hedging. Dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menghitung besarnya tingkat risiko harga olein di pasar fisik, yaitu dengan melihat standar deviasi.
∑ [Pt − P] N
σf2 =
σf
2
2
t =1
N −1
............................................................................. (1) : varian dari pergerakan harga fisik harian
σf
: tingkat risiko dari pergerakan harga pasar fisik harian
Pt
: harga fisik pada hari ke-t
P
: rata-rata harga fisik harian selama periode jatuh tempo
N
: jumlah hari
2. Mengkombinasikan perdagangan di pasar fisik dengan perdagangan kontrak berjangka olein di BBJ, sehingga didapatkan harga basis. Harga basis adalah selisih antara harga fisik dengan harga futures. Dari harga basis akan didapatkan tingkat risiko baru yang diperoleh setelah kombinasi perdagangan fisik dan futures. Tingkat risiko basis didapat dengan menghitung standar deviasi basis. Basis = Harga fisik (spot) – Harga futures
∑ [Bt − B ]
2
N
σb = 2
t =1
N −1
.................................................................... (2)
Dimana :
σ b2
: varian dari pergerakan harga basis
σb
: tingkat risiko dari harga basis
Bt
: harga basis pada hari ke-t
B
: rata-rata harga basis harian selama periode jatuh tempo
3. Menghitung besarnya pengurangan risiko yang diterima oleh hedger.
4.3.1.2 Efisiensi Bursa Secara Informasi Ide pengujian pasar yang efisien dituangkan dalam suatu hipotesis yang disebut hipotesis pasar efisien (HPE) atau efficient market hypothesis (EMH). Berdasarkan artikel, Fama (1991) nama ketiga kategori pengujian bentuk efisien pasar adalah: 1. Pengujian-pengujian efisiensi pasar bentuk lemah, atau pengujian-pengujian terhadap pendugaan return (tests for return predictability).
2. Pengujian-pengujian efisiensi pasar bentuk setengah kuat, atau studi-studi peristiwa (event studies).
a. Efisiensi Pasar Bentuk Lemah Untuk menguji efisiensi pasar bentuk lemah adalah dengan pengujian runtun (run test), yang didasrkan pada pengujian Fama (1991). Suatu runtun (run) adalah urutan tanda yang sama dari perubahan-perubahan nilai. Perubahan-perubahan harga komoditi yang meningkat diberi tanda postif (+), perubahan harga komoditi yang menurun diberi tanda negatif (-) dan harga komoditi yang tidak berubah diberi tanda nol (0). Jika perubahan harga komoditi berkorelasi secara positif dari waktu ke waktu (yang berarti perubahan tanda akan sama dari waktu ke waktu), maka diharapkan akan terjadi sedikit perubahan tanda atau akan terjadi runtun yang sedikit. Sebaliknya jika perubahan harga komoditi berkorelasi secara negatif dari waktu ke waktu, maka akan banyak terjadi perubahan tanda dari negatif ke positif atau dari positif ke negatif atau akan terjadi banyak runtun. Jika bursa komoditi dikatakan efisien secara informasi, maka perubahan harga seharusnya mengikuti pola acak. Jika pola harga mengikuti pola acak, artinya pasar efisien secara informasi bentuk lemah, maka perubahan harga masa lalu tidak berhubungan dengan harga saat ini yang berarti harga saat ini telah mampu mencerminkan informasi peristiwa yang telah terjadi.
Jika perubahan runtun bersifat acak, maka jumlah runtun yang diharapkan adalah sebesar:
E( NR ) =
2 N1 N 2 +1 N
................................................................. (3)
Dimana: E (NR) : jumlah runtun ekspektasi N1
: jumlah perubahan “+”
N2
: jumlah perubahan “-”
N
: jumlah dari perubahan atau sebesar N1 + N2
Selanjutnya kita harus menguji jumlah runtun sesungguhnya apakah secara signifikan menyimpang dari yang diekspektasi (berdasarkan rumus 3). Untuk itu pertama-tama kita harus menghitung deviasi standar jumlah runtun dengan rumus: 1 [ 2 N 1N 2 (2 N1 N 2 − N )] 2 σR = 1 N (N + 1) 2
.................................................. (4)
Dengan menggunakan hasil dari rumus (3) dan rumus (4), kita dapat melakukan Uji signifikansi dengan menilai Z-hitung. Pengujian dilakukan dengan pengujian dua sisi pada tingkat α sebesar 10 persen. Statistik Uji Nilai Z-hitung dihitung dengan rumus:
Z=
N R − E (N R )
σR
..................................................................... (5)
Dimana: NR : jumlah sesungguhnya dari seluruh runtun
Kriteria pengambilan keputusan: Tolak Ho jika Z > Zα ,dan Terima Ho jika Z ≤ Zα Jika nilai Z-hitung ini signifikan, berarti perubahan harga tersebut tidak acak yang berarti pasar tidak efisien dalam bentuk lemah. Sebaliknya, jika nilai Zhitung tidak signifikan, berarti perubahan laba tersebut acak atau mendukung hipotesis pasar efisien bentuk lemah.
b. Efisiensi Pasar Bentuk Setengah Kuat Efisiensi pasar secara informasi bentuk setengah kuat, berdasarkan Fama (1991), diuji dengan melihat return tidak normal (abnormal return) yang terjadi. Pasar dikatakan tidak efisien jika satu atau beberapa pelaku pasar dapat menikmati
return yang tidak normal dalam jangka waktu yang cukup lama. Abnormal return atau excess return merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya terjadi terhadap return normal. Return normal merupakan return ekspektasi (return yang diharapakan oleh investor) dan merupakan return yang terjadi pada keadaan normal di mana tidak terjadi sutu peristiwa. Dengan adanya peristiwa tertentu,
return normal akan naik (bila peristiwanya adalah peristiwa baik atau good news). Hasil keseluruhannya adalah return sesungguhnya atau return sesungguhnya atau
return nyata.
Dengan demikian, return tidak normal (abnormal return) adalah selisih antara return sesungguhnya yang terjadi dan return ekspektasi (return normal): RTNt = Ri,t - E[Rt]
............................................................................. (6)
Dimana: RTNi,t : return tidak normal (abnormal return) komoditi ke-i pada periode peristiwa ke-t Ri,t
: return sesungguhnya yang terjadi untuk komoditi ke-i pada periode peristiwa ke-t
E[Rt]
: return ekspektasi untuk periode peristiwa ke-t
Return sesungguhnya merupakan return yang terjadi pada waktu ke t yang merupakan selisih harga sekarang relatif terhadap harga sebelumnya, atau dapat dihitung dengan rumus: Ri,t = P t − P t − 1 P
t −1
............................................................................ (7)
Sedangkan return ekspektasi menggunakan model estimasi mean-adjusted
model atau model disesuaikan rata-rata. Model yang ini menganggap bahwa return ekspektasi yang bernilai konstan sama dengan rata-rata return realisasi sebelumnya selama periode estimasi (estimasi period). Periode estimasi (estimation period) umumnya merupakan periode sebelum periode peristiwa. Periode peristiwa (event period) disebut juga periode pengamatan atau periode jendela (event window).
Rumus Return ekspektasi dapat dilihat sebagai berikut: t2
E [Ri ,t ] =
∑R j = t1
T
i, j
........................................................................... (8)
Dimana : E [Ri ,t ] = return ekspektasi komoditi ke-i pada periode peristiwa ke-t Ri,j
= return realisasi komoditi ke-i pada periode estimasi ke-j
T
= lamanya periode estimasi, yaitu dari t1 sampai dengan t2.
Periode estimasi dan periode jendela dapat dilihat sebagai berikut: Periode estimasi
t1
Periode jendela
t2
t3
t0
t4
Gambar 4. Periode estimasi dan periode jendela. Sumber:Hartono (2005)
Statistik Uji Pengujian statistik terhadap return tidak normal mempunyai tujuan untuk melihat signifikansi return tidak normal yang ada di periode jendela. Signifikansi yang dimaksud adalah bahwa abnormal return tersebut secara statistik signifikan tidak sama dengan nol (positif untuk kabar baik dan negatif untuk kabar buruk).
Nilai t-hitung dihitung dengan rumus: t=
β Kesalahan Standar Estimasi
T = t-hitung β = parameter yang akan diuji siginifikansinya, yaitu RTN
t=
RTN i ,t KSEi
............................................................................................. (9)
Dimana: RTNi,t = Return tidak normal komoditi ke-i pada hari ke-t pada periode jendela KSEi = kesalahan standar estimasi untuk komoditi ke i Untuk menghitung KSEi, digunakan rumus :
∑ (R t2
ij
KSE =
2
−R
t1
T1 − 2
)
.................................................................................. (10)
Dimana : Rij = return komoditi ke-i u8ntuk hari ke-j selama periode estimasi
R = rata-rata return komoditi selama periode estimasi T1 = jumlah hari di periode estimasi, yaitu dari hari ke-t-1 sampai dengan hari ke t-2
4.3.1.3 Efisiensi Secara Keputusan Berdasarkan Hartono (2005), efisiensi pasar secara keputusan (decisionally
efficient market) mempertimbangkan dua faktor, yaitu ketersediaan informasi dan kecanggihan pelaku pasar. Pelaku pasar yang canggih atau cerdas akan menganalisis informasi yang didapat dengan lebih lanjut untuk menentukan
apakah informasi ini merupakan sinyal yang dapat dipercaya, benar, dan berpengaruh kuat.
Pengujian Kandungan Informasi Peristiwa
Reaksi Pasar
Pengujian Efesiensi Secara Informasi Kecepatan Reaksi
Pengujian Efisiensi Pasar Secara Keputusan
Nilai Ekonomis
Bernilai Ekonomi Cepat Ada abnormal return
Ketepatan Reaksi
Efisiensi Pasar Secara Keputusan
Reaksi Benar
EFISIEN
Reaksi Salah
TIDAK EFISIEN
Tidak Bernilai Ekonomi Lama dan berkepanjangan
Pengumuman Peristi
TIDAK EFISIEN
TIDAK EFISIEN
Bernilai Ekonomi Tidak Ada abnormal
Tidak Bernilai Ekonomi
TIDAK EFISIEN
EFISIEN
Gambar 5. Efisiensi Pasar Secara Informasi dan Secara Keputusan. Sumber:Hartono (2005)
4.3.2 Alternatif Strategi Pengembangan Bursa Komoditi Setelah melakukan analisis evaluasi pada bursa komoditi, maka analisis selanjutnya adalah menganalisis kondisi perusahaan dan menetapkan strategi
pengemabangan perusahaan berdasarkan matriks SWOT. Pada analisis strategi bersaing bursa komoditi ini, pendekatan yang digunakan dalam pengolahan hasil dan analisis data yang dikumpulkan adalah pendekatan konsep manajemen strategis. Data yang telah diperoleh, baik data primer maupun data sekunder dan informasi pendukung lainnya dianalisa dengan perangkat analisa sebagai berikut: a. External Factor Evaluation (EFE) Matrix dan Internal Factor Evaluation (IFE) Matrix Matriks EFE digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan eksternal dan mengklasifikasikannya menjadi peluang dan ancaman bagi organisasi. Dengan menggunakan matriks EFE, analisis bisa dilakukan untuk merangkum dan mengevaluasi informasi ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintah, hukum, teknologi, dan persaingan. Sedangkan Matriks IFE digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal dan mengklasisfikasikannya menjadi kekuatan dan kelemahan bagi organisasi. Berdasarkan David (2006), tahap-tahap untuk mengidentifikasi faktor-faktor lngkungan dalam matriks EFE terdiri dari beberapa tahap sebagai berikut: 1. Tuliskan sepuluh hingga dua puluh faktor, yang terdiri dari peluang dan ancaman (lingkungan eksternal) dalam kolom 1. 2. Penilaian bobot setiap faktor strategis eksternal. Dalam menentukan bobot setiap variabel digunakan skala 1,2, dan 3 dengan keterangan sebagai berikut: 1 = Jika indikator horisontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = Jika indikator horisontal sama penting daripada indikator vertikal 3 = Jika indikator horisontal lebih penting daripada indikator vertikal
3. Penentuan bobot setiap variabel diperoleh dengan menggunakan proporsi nilai setiap
variabel
terhadap
jumlah
nilai
keseluruhan
variabel
dengan
menggunakan rumus: ai =
Xi n
∑X t =1
i
Dimana:
ai = Bobot variabel ke-i Xi = Nilai variabel ke-i i
= 1,2,3,..., n
n = Jumlah variabel Total bobot yang diberikan harus sama dengan 1,0. 4. Berikan peringkat terhadap faktor-faktor tersebut yang mengindikasikan seberapa efektif perusahaan merespon peluang/ancaman, dimana nilai skala untuk peluang adalah 4 = respon yang sangat superior, 3 = respon di atas ratarata, 2 = respon rata-rata, dan 1 = respon di bawah rata-rata. Nilai skala untuk ancaman adalah 4 = respon di bawah rata-rata, 3 = respon rata-rata, 2 = respon di atas rata-rata, dan 1 = respon yang sangat superior 5. Pembobotan dan pemeberian rating yang diperoleh dari hasil wawancara dan kuesioner terhadap 3 orang pakar dibagi berdasarkan proporsi masing-masing pakar yang kemudian hasilnya dijumlahkan lagi, yang merupakan nilai total matriks EFE PT. BBJ. Proporsi masing-masing pakar yaitu 60% untuk Dirut PT. BBJ, 35% untuk Kepala Divisi Pengembangan PT. BBJ, dan 5% untuk salah satu wakil pialang PT. BBJ. Pemberian proporsi ini didarkan pada
peranan pakar tersebut dalam pengambilan keputusan perusahaan. Dirut BBJ diberikan proporsi 60 persen karena ia yang memiliki pengaruh sangat kuat dalam pengambilan keputusan perusahaan. Sedangkan Kepala Divisi Pengembangan Usaha BBJ, diberikan proporsi 35 persen karena pengaruhnya cukup kuat dalam memberikan masukan untuk pengambilan keputusan perusahaan, terutama dalam pengembangan perusahaan. Untuk Wakil Pialang, proporsi yang diberikan sangat kecil, karena peranan dalam perusahaan sangat kecil. 6. Total tiap peringkat (rating) dikalikan dengan total masing-masing bobotnya untuk tiap variabel sehingga mendapatkan skor. 7. Jumlah skor dijumlahkan untuk menentukan total skor organisasi. 8. Total skor dapat berkisar antara 1,0 samapi 4,0 dengan rata-rata 2,5. Total skor 1,0 sampai 1,99 menunjukkan posisi eksternal yang rendah, total skor 2,0 samapi 2,99 dianggap sedang, dan total skor 3,0 sampai 4,0 menunjukkan bahwa organisasi memiliki posisi eksternal yang tinggi. Tabel 6. Matriks EFE Faktor-faktor Eksternal •
Peluang:
1
10 •
Ancaman
1
10 Total
Bobot
Rating
Bobot x Rating
Tahap-tahap untuk mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan dalam matriks IFE terdiri dari beberapa tahap sebagai berikut: 1. Tuliskan sepuluh hingga dua puluh faktor, yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan dalam kolom 1. 2. Penilaian bobot setiap faktor strategis internal. Dalam menentukan bobot setiap variabel digunakan skala 1,2, dan 3 dengan keterangan sebagai berikut: 1 = Jika indikator horisontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = Jika indikator horisontal sama penting daripada indikator vertikal 3 = Jika indikator horisontal lebih penting daripada indikator vertikal 3. Penentuan bobot setiap variabel diperoleh dengan menggunakan proporsi nilai setiap
variabel
terhadap
jumlah
nilai
keseluruhan
variabel
dengan
menggunakan rumus: ai =
Xi n
∑X t =1
i
Dimana:
ai = Bobot variabel ke-i Xi = Nilai variabel ke-i i
= 1,2,3,..., n
n = Jumlah variabel Total bobot yang diberikan harus sama dengan 1,0. 4. Berikan peringkat terhadap faktor-faktor tersebut yang mengindikasikan seberapa besar kekuatan dan kelemahan perusahaan, dimana nilai skala untuk kelemahan adalah 1 = kelemahan utama, 2 = kelemahan minor, sedangkan nilai untuk kekuatan 3 = kekuatan minor, dan 4 = kekuatan utama.
5. Pembobotan dan pemeberian rating yang diperoleh dari hasil wawancara dan kuesioner terhadap 3 orang pakar dibagi berdasarkan proporsi masing-masing pakar yang kemudian hasilnya dijumlahkan lagi, yang merupakan nilai total matriks IFE PT. BBJ. Proporsi masing-masing pakar yaitu 60% untuk Dirut PT. BBJ, 35% untuk Kepala Divisi Pengembangan PT. BBJ, dan 5% untuk salah satu wakil pialang PT. BBJ. Pemberian proporsi ini didarkan pada peranan pakar tersebut dalam pengambilan keputusan perusahaan. Dirut BBJ diberikan proporsi 60 persen karena ia yang memiliki pengaruh sangat kuat dalam pengambilan keputusan perusahaan. Sedangkan Kepala Divisi Pengembangan Usaha BBJ, diberikan proporsi 35 persen karena pengaruhnya cukup kuat dalam memberikan masukan untuk pengambilan keputusan perusahaan, terutama dalam pengembangan perusahaan. Untuk Wakil Pialang, proporsi yang diberikan sangat kecil, karena peranan dalam perusahaan sangat kecil. 6. Total tiap peringkat (rating) dikalikan dengan total masing-masing bobotnya untuk tiap variabel sehingga mendapatkan skor. 7. Jumlah skor dijumlahkan untuk menentukan total skor organisasi. 8. Total skor dapat berkisar antara 1,0 samapi 4,0 dengan rata-rata 2,5. Total skor 1,0 sampai 1,99 menunjukkan posisi internal yang lemah, total skor 2,0 sampai 2,99 dianggap sedang, dan total skor 3,0 sampai 4,0 menunjukkan bahwa organisasi memiliki posisi internal yang kuat.
Tabel 7. Matriks IFE Faktor-faktor Internal •
Bobot
Rating
Bobot x Rating
Kekuatan:
1
10 •
Kelemahan
1
10 Total
b. Matriks IE Menurut David (2006), Matriks IE didasari pada dua dimensi kunci, yaitu: total rata-rata tertimbang IFE pada sumbu x dan total rata-rata tertimbang EFE pada sumbu y. Pada umumnya matriks ini digunakan dengan tujuan untuk memperoleh strategi bisnis di tingkat korporat yang lebih detail. Matriks IE dapat dibagi menjadi tiga daerah utama yang memiliki implikasi strategi berbeda. Pertama, rekomendasi untuk divisi yang masuk dalam sel I, II, atau IV dapat digambarkan sebagai tumbuh dan kembangkan (grow and build). Strategi yang disarankan pada kondisi tersebut adalah strategi intensif. Kedua, divisi yang masuk dalam sel III,V, atau VI dapat dikelola dengan cara terbaik dengan strategi jaga dan pertahankan (hold and maintain). Ketiga, rekomendasi yang diberikan untuk divisi yang masuk sel VI, VII,dan IX adalah tuai atau
divestasi. Organisasi yang berhasil mencapai potofolio bisnis diposisikan dalam atau sekitar sel I dalam matriks IE. Pada sumbu horizontal pada matrik IE, total nilai IFE dikelompokkan antara 1,0 sampai 1,99 menunjukkan posisi internal yang lemah, nilai dari 2,0 sampai
2,99 dianggap sedang, dan nilai 3,0 sampai 4,0 kuat. Demikian pula pada sumbu y, total nilai EFE yang diberi bobot 1,0 sampai menunjukkan posisi eksternal rendah, nilai 2,0 sampai 2,99 sedang, dan 3,0 sampai 4,0 tinggi.
Total Skor IFE Kuat
Sedang
4
3
Lemah 2
1
Tinggi I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
3 Total Skor EFE
Sedang 2
Rendah 1
Gambar 6. Matriks Internal-Eksternal (IE). c. Matriks SWOT Matriks SWOT adalah alat untuk menetapkan strategi berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman (Strengths-Weakness-Opportunities-
Threats). Matriks ini menggambarkan bagaimana peluang dan ancaman eksternal
yang dihadapi organisasi disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan intrenal yang dimilikinya. Matriks ini menghasilkan empat tipe strategi.
IFE EFE
STRENGTH (S) WEAKNESS (W) • Tentukan faktor-faktor • Tentukan faktor-faktor kekuatan internal kelemahan internal
OPPORTUNITIES (O) Strategi S – O strategi yang • Tentukan faktor-faktor Ciptakan menggunakan kekuatan peluang ekternal untuk memanfaatkan peluang
Strategi W – O Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang
THREATS (T) Strategi S – T strategi yang • Tentukan faktor-faktor Cipatkan menggunakan kekuatan ancaman ekternal untuk mengatasi ancaman
Strategi W – T Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
Gambar 7. Matriks SWOT.
V GAMBARAN UMUM BBJ
5.1 Sejarah dan Perkembangan Bursa Komoditi di Indonesia Sudah sejak lama pemerintah menyadari pentingnya suatu saran lindung nilai dalam suatu wadah bursa berjangka. Sejak zaman Presiden Soeharto, sudah banyak upaya untuk memfasilitasi berdirinya bursa berjangka, serta mencegah menjadikannya suatu Kasino. Sebagai negara yang kaya dengan sumber daya alam, maka Indonesia merupakan tempat yang sangat strategis dan potensial untuk perdagangan kontrak berjangka atas sumber daya alam tersebut. Pada tahun 1970-an, mulai berkembang perusahaan yang menyalurkan amanat ke luar negeri, agar nasabahnya dapat berdagang di bursa luar negeri. Namun perdagangan di bursa manapun banyak mengandung risiko, terutama di luar negeri yang dianggap tidak jelas keberadaan bursanya. Apakah amanat tersebut benar-benar diteruskan atau tidak. Maka dari itu, pemerintah mengembalikan tindakan mulai tahun 1977, yaitu: 1.
Melarang penyaluran amanat keluar negeri (instruksi Mendag No. 03/M/INS/VI/77.
2.
Mendirikan Bappebti (Badan Pelaksana Bursa Komoditi) serta PT. Kliring dan Jaminan Bursa Komoditi (PP No. 35 tahun 1982) Banyaknya Commission House yang merusak citra bursa komoditi serta
kurangnya pengetahuan masyarakat, menyebabkan usaha pemerintah untuk mendirikan
bursa
komoditi
tidak
berhasil.
Dalam
perkembangannya,
perdagangan komoditi di Indonesia banyak yang dilakukan dengan bertumpu pada kegiatan pasar fisik (pasar spot) yang mengharuskan adanya penyerahan atau
penerimaan bahan/barang yang diperjualbelikan secara fisik pada saat jatuh tempo. Para penjual dan pemebeli belum melakukan perdagangan (bahan/barang) dengan konsep dan sentuhan perdagangan secara berjangka. Awalnya pemerintah selalu mencoba untuk menentukan komoditi mana yang pantas diperdagangkan derivatifnya di Bursa Berjangka, namun akhirnya pemerintah mulai bertanya kepada pelaku pasar anggota berbagai asosiai. Tahun 1991, pemerintah menganjurkan agar para pelaku pasar berbagai asosiasi komoditi
memperdagangkan
komoditi
secara
berjangka.
Mereka
mulai
mempertanyakan kesiapan komoditi yang dimiliki oleh para asosiasi tersebut untuk dibursakan. Tetapi hanya tiga asosiasi yang bersedia memperdagangkan komoditinya di bursa. Ketiga asosiasi tersebut adalah Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI), Asosiasi Industri Minyak Nabati Indonesia dan Gabungan Asosiasi Pengusaha Kopi Indonesia (GAPKI). Diikuti dengan keputusan Bappebti No. 07/BAPEBTI/KP/XJ/1991 untuk mengangkat tim kecil yang sudah mulai bekerja bulan Agustus 1991. Bulan Juli tahun 1992 kedua tim kecil berhasil merampungkan bab XIII dan bab X serta Peraturan Tata Tertib Bursa yang akan dijalankan Bappebti dengan suatu peraturan pemerintah. Pemerintah berubah pikiran dan meminta agar pihak swasta yang mendirikan bursa. Selanjutnya dibentuk tim yang terdiri dari utusan Federasi Asosiasi Minyak Nabati Indonesia (FAMNI), yakni gabungan dari AIMNI, GAPKI dan AEKI, yang kemudian diangkat/diresmikan pada tanggal 26 Februari 1993 dengan Surat Keputusan Menteri Perdagangan. Tim ini bersama pemerintah berusaha mengumpulkan dana untuk membiayai konsultan dari Australia dan Malaysia serta mendanai studi kelayakan,
rencana usaha dan rancangan tata tertib bursa. Di samping itu, pemerintah juga mengusahakan adanya UU perdagangan berjangka yang mengatur perdagangan berjangka di Indonesia. Usaha AEKI dan FAMNI untuk menghilangkan kata komoditi dari RUU tidak berhasil, usaha untuk memasukkan produk finansial secara eksplisit juga tidak berhasil tetapi diserahkan kepada Presiden. Tim yang ditunjuk Memperindag untuk mempersiapkan pendirian bursa ditolak oleh DPR RI dan hal itu menjadi alasan untuk penundaan diterbitkannya undang-undang tentang bursa berjangka. Ketika krisis moneter tengah melanda Indonesia pertengahan tahun 1997. Krisis ekonomi itu memuncak hingga tahun 1998 dan hampir tidak ada kegiatan tentang pembentukan bursa yang diadakan selama itu. Indonesia akhirnya memiliki UU No. 32 tahun 1997. Dengan adanya undang-undang tersebut menjelaskan bahwa: 1.
Tidak menutup kemungkinan ada lebih dan 1 (satu) bursa (tidak monopoli)
2.
Melarang pendiri terafiliasi
3.
Melarang pemegang saham memiliki atau menguasai lebih dan 1 (satu)saham
4.
Pemegang saham baru (selain pendiri) harus pialang sedangkan kita tahu tidak ada satupun pendiri pialang
5.
Mengharuskan direksi independen dan professional
6.
Mengharuskan paling sedikit 1 (satu) komisaris mewakili masyarakat. Adanya kebutuhan dana yang tidak sedikit serta untuk menghilangkan citra
bahwa bursa tidak akan dimonopoli oleh AEKI dan FAMNI, maka PT. Kliring dan Jaminan Bursa Komoditi untuk menampung calon pendiri non AEKI - non FAMNI dengan perjanjian historis yang disaksikan Bappebti.
Tanggal 27 Januari 1999 gerakan pendirian bursa dimulai lagi. AEKI dan FAMNI bekerja dengan sangat cepat, melakukan rekrutmen calon pendiri yang dilakukan oleh anggota masing-masing asosiasi dan unsur dari luar asosiasi. Bappebti mengharuskan semua unsur pendiri harus layak dan patut sesuai dengan ketentuan UU. Setelah melalui proses pemerikasaan, beberapa calon ditolak karena dianggap tidak layak dan tidak patut menjadi pendiri bursa. Selain itu juga karena alasan calon terafiliasi dan ada yang mengundurkan diri karena keinginannya tidak terpenuhi. Pada pertemuan pembentukan perseroan tanggal 19 Agustus AEKI dan FAMNI berhasil mengumpulkan 29 perusahaan tidak terafiliasi dari berbagai industri yang bergerak di bidang usaha kopi, sawit, keuangan dan perdagangan. Akhirnya pada tanggal 11 Juli 2000, permohonan izin usaha suatu bursa berjangka diserahkan kepada Bappebti. Hal ini merupakan permohonan izin usaha pertama untuk suatu bursa berjangka dalam sejarah Indonesia. Pada tanggal 21 November 2000, Bursa Berjangka Jakarta yang disingkat BBJ resmi mendapatkan izin dari Bappebti. BBJ resmi berdiri sebagai bursa berjangka pertama d Indonesia, dan melakukan perdagangan perdananya pada 15 Desember 2000. Duapuluh sembilan perusahaan tersebut masing-masing menyetorkan dana sebesar Rp 400 juta untuk setiap saham PT BBJ. Dengan total modal awal sebesar Rp 11,6 miliar (beberapa konsultan yang melakukan kajian pada 1996-1997 menyatakan bahwa modal minimal yang dibutuhkan bursa berjangka di Indonesia sekitar Rp 56 miliar) manajemen BBJ mulai melakukan persiapan. Variasi kegiatan dalam rangka persiapan itu cukup beragam, mulai dari pengadaan sarana fisik minimal yang dibutuhkan oleh sebuah PT, pembangunan sarana dan sistem perdagangan.
penyusunan peraturan tata-tertib perdagangan, pelatihan para calon pemain, pembahasan spesifikasi kontrak dengan para pelaku pasar dan tenaga ahli, sampai penunjukan gudang dan penguji mutu produk. Lebih dari Rp 6 miliar untuk investasi dan biaya pra operasi.
5.2. Perkembangan Perusahaan Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) merupakan bursa berjangka pertama di Indonesia. Bahkan sampai saat ini BBJ masih menjadi satu-satunya bursa berjangka di Indonesia. Hal ini dapat menjadi keunggulan tersendiri bagi BBJ, karena berarti tidak adanya pesaing dalam bidang usaha yang sama. Pada awal pendiriannya BBJ hanya memperdagangkan komoditi,yaitu kopi robusta dan olein, keduanya merupakan komoditi pertanian. Pada tahun 2002, BBJ meluncurkan produk komoditi lainnya, yaitu emas. Dan seiring berjalannya perkembangan BBJ, akibat dari peningkatan permintaan dari pialang maka, SPA (Sistem Perdagangan Alternatif) dibuka di BBJ. Namun produk asli BBJ sendiri tetaplah
komoditi,
namun
memberikan
fasilitas
bagi
pialang
untuk
memperdagangkan SPA di lantai bursa miliknya. Secara umum, sejak awal pendiriannya, PT BBJ mengalami peningkatan dalam jumlah volume transaksi, baik untuk komoditi pertanian ataupun non pertanian. Namun sebagian besar volume transaksi didominasi oleh transaksi nonkomoditi, walaupun produk asli BBJ adalah komoditi. Untuk komoditi pertanian, olein merupakan komoditi yang mampu bertahan sampai sekarang. Volume jumlah
transaksi
olein
mengalami
peningkatan
dan
penurunan
sejak
diluncurkannya produk ini. Pada tahun 2000, jumlah volume transaksi tidak
banyak, karena produk tersebut baru diluncurkan, dan diperdagangkan pada tanggal 15 Desember 2000, dengan total transaksinya sebanyak 183 lot. Di tahun 2001 volume transaksi meningkat jauh dengan total transaksi sebanyak 15.663 lot. Tahun 2002, volume transaksi mengalami penurunan, menjadi 12.038 lot. Kemudian meningkat lagi pada tahun 2003 menjadi 13.099 lot. Volume transaksi kembali menurun di tahun 2004 dengan penurunan yang cukup besar, dengan total volume transaksi sebesar 8.744 lot. Tahun 2005 dan 2006 dianggap sebagai tahun cukup baik bagi olein. Walaupun volume transaksinya tidak sebesar tahun 2001, namun terjadi peningkatan jumlah volume transaksi. Tahun 2005 transaksi olein mencapai 9.992 lot dan tahun 2006 mengalami sedikit penurunan dengan total volume transaksi mencapai 7.294 lot. Sedangkan di tahun 2007 volume transaksi menglami penurunan secara drastis, dengan total volume sebanyak 1.217 lot. Namun di tahun 2007 sampai sekarang tahun 2008 bulan April, volume transaksi olein terus mengalami penurunan. Bahkan sampai dalam satu bulan tidak terjadi transaksi. Jika dilihat dari jumlah pedagang, juga mengalami peningkatan. Data terakhir bulan April tahun 2008, jumlah pialang dan pedagang yang terdaftar sebagai anggota bursa juga mengalami peningkatan. Pada tahun 2001 jumlah pialang hanya 15 perusahaan, namun kini meningkat jumlahnya hingga mencapai 68 perusahaan. Jumlah pedagang juga mengalami peningkatan, jika pada tahun 2001 pedagang hanya sebanyak 11 perusahaan, sedangkan pada bulan April 2008 sudah mencapai 38 perusahaan.
5.3 Produk Bursa Komoditi Komoditas pertanian yang diperdagangkan pertamakali di BBJ adalah dua komoditi yaitu kopi robusta dan olein. Namun, perdagangan kopi robusta hanya bisa bertahan sampai bulan September 2002. Selain itu sempat diluncurkan perdagangan kopi arabica, gula, kedelai, dan CPO pada awal tahun 2003, dan hanya mampu bertahan sampai bulan Oktober, karena tidak diminati investor. Komoditi yang diperbolehkan pemerintah untuk diperdagangkan ada 22 komoditi,yaitu Kopi, Minyak Kelapa Sawit, Plywood, Karet, Kakao, Lada, Gula Pasir, Kacang Tanah, Kedelai, Cengkeh, Udang, Ikan, Bahan bakar minyak, Gas alam, Tenaga Listrik, Emas, Batubara, Timah, Pulp dan kertas, Benang, Semen, dan Pupuk. Dari 22 komoditi tersebut hanya olein (minyak kelapa sawit) dan emas yang diperdagangkan oleh BBJ sampai saat ini. Komoditi yang
diperdagangkan di BBJ, harus memenuhi beberapa
persyaratan atau karakteristik, yaitu (Arifin, 2004) : 1.
Harga komoditi tersebut mudah atau cenderung berfluktuasi. Dengan berfluktuasinya harga komoditi maka hal tersebut yang menjadi alasan seorang hedger atau spekulan untuk mau bertransaksi di bursa berjangka
2.
Komoditi tersebut dari segi perdagangan harus likuid, artinya dapat diperdagangkan dalam volume besar atau memiliki produsen maupun konsumen yang jumlahnya besar baik di dalam maupun di luar negeri yang berarti komoditi tersebut dapat menyumbang kontribusi yang cukup besar bagi deviasa negara.
3.
Tersedianya informasi yang akurat dan lengkap mengenai karakteristik komoditi tersebut.
4.
Kualitas produk dapat dengan mudah diidentifikasi melalui grading dan standarisasi.
5.
Komoditi yang diperdagangkan sebisa mungkin terbebas dari intervensi pemerintah dalam hal penetapan harga jualnya.
Dengan adanya persyaratan tersebut, maka komoditi yang diperdagangkan akan memiliki daya saing yang baik dari segi kualitas maupun kuantitas yang baik, sehingga komoditi tersebut benar-benar layak diperdagangkan di bursa berjangka. Untuk olein sendiri standar mutu yang dipergunakan berdasarkan ketetapan dalam standard Pasar dan bursa, PORAM. Minyak olein dihasilkan dari pemrosesan (turunan) sekunder crude palm oil (CPO) yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan produk kosmetika, sabun, plastik, dan farmasi. CPO sendiri dapat diuraikan untuk produksi minyak sawit padat (RBD Stearin) dan minyak sawit cair (RBD Olein). RBD Olein terutama digunakan untuk pembuatan minyak goreng. Secara keseluruhan proses penyulingan minyak sawit tersebut dapat menghasilkan 73% olein, 21% stearin, 5% PFAD (Palm Fatty Aid Distillate) dan 0.5% buangan. CPO menghasilkan 22 persen dari total produksi minyak nabati sedunia, dan saingannya adalah minyak kedelai yang total produksi menguasai 30 persen. Pertumbuhan permintaan CPO lebih tinggi dari minyak nabati lainnya, karena produksi per hektar lebih tinggi sedangkan biaya pemeliharaan dan panen lebih rendah. Indonesia merupakan negara penghasil CPO terbesar di dunia, kemudian disusul Malaysia. Namun dari total produksi CPO dunia, Malaysia memegang
pangsa pasar 50 persen, dan Indonesia hanya 32 persen sedangkan negara-negara lain masing-masing kurang dari 5 persen. Jumlah produksi CPO tergantung pada musim, walaupun sepanjang tahun kelapa sawit terus berbuah dan bisa panen, tetapi jumlah yang dipanen tergantung musim. Secara kasar dapat dikatakan, pada semester I produksi CPO sekitar 35 persen-40 persen dari produksi setahun. Dan pada semester II produksi CPO berkisar antara 60 persen-65 persen dari produksi setiap tahun. Pengguna CPO (prosesor), sebaliknya bekerja 24 jam dalam 365 hari setahun. Ini mengakibatkan banyak prosesor yang membutuhkan CPO secara terus-menerus dan harus membeli tanpa memperdulikan tingkat harga. Oleh karena itu, para pemakai sangat membutuhkan sarana lindung nilai untuk dapat terus memproduksi produknya. Sedangkan pemilik kebun dan penghasil CPO membutuhkan lindung nilai untuk memastikan CPO yang mereka miliki bisa terjual untuk menghindari pembusukan. CPO tidak dapat disimpan di gudang terlalu lama. Trend harga CPO dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah permintaan dari pemasokan CPO dunia, permintaan dari India dan China, serta berkurangnya persediaan di negara produsen. Kontrak olein memiliki spesifikasi khusus yang menjelaskan tentang ketentuan perdagangan, baik dari sisi komoditi, proses perdagangannya, hingga ketentuan untuk calon pembeli dan penjual. Perdagangan untuk suatu Bulan Kontrak berakhir pada akhir sesi kedua tanggal 15 pada bulan yang bersangkutan, jika tanggal 15 bukan merupakan hari perdagangan, maka perdagangan berakhir pada hari perdagangan sesudahnya. Berikut spesifikasi kontrak olein:
Tabel 8. Spesifikasi Olein Kode Kontrak Satuan Kontrak / Contract Multiplier Bulan Kontrak Break Even Point (BEP) Perubahan Harga Minimum (Tik) Batas Perubahan Harga Margin Minimum Posisi Wajib Lapor Batas Posisi
Hari Perdagangan Terakhir
Waktu Pemberitahuan Penyerahan
Waktu Pemberitahuan Alokasi
Mutu Satuan Penyerahan Hari Penyerahan Tempat Penyerahan Jam Perdagangan Komisi Pialang per Lot Sumber : PT Asia Kapitalindo, 2008
OLE 20 Ton (20.000 Kg). 6 (enam) bulan berturut-turut, sehingga setiap hari perdagangan terdapat enam Bulan Kontrak 4 point Rp.5 / Kg (termasuk PPn) Rp.150 / Kg di atas atau di bawah Rp.5.000.000 150 Lot atau lebih posisi beli atau posisi jual netto yang dikuasai oleh satu pihak 500 Lot kontrak long atau short untuk setiap bulan atau gabungan seluruh bulan kontrak yang dikuasai oleh satu pihak Perdagangan untuk suatu Bulan Kontrak berakhir pada akhir sesi kedua tanggal 15 pada bulan yang bersangkutan, jika tanggal 15 bukan merupakan hari perdagangan, maka perdagangan berakhir pada hari perdagangan sesudahnya. 5 hari perdagangan terakhir, kalau tanggal 15 itu bukan hari perdagangan maka hari perdagangan sesudahnya menjadi hari pemberitahuan penyerahan terakhir Sebelum sesi pertama hari perdagangan pertama setelah hari pemberitahuan penyerahan Sesuai ketetapan dalam standard Pasar dan bursa, PORAM. Atau sesuai ketetapan dalam standard pasar dan bursa terkena patongan harga sebesar Rp. 50,- / Kg (termasuk PPN) 20 Ton dengan toleransi +/- 2 % Hari perdagangan kedua setelah dilakukan pemberitahuan penyerahan. Tangki terdaftar Jakarta dan Surabaya, pilihan tempat penyerahan berada pada penjual Sesi I : 09.30 11.30 Sesi II : 14.00 - 17.30 Rp.110.000 / Day Trade Rp.220.000 / Over Night (sudah termasuk PPn)
5.4 Sistem Perdagangannya Pada awalnya fungsi bursa komoditi adalah prasarana pembentukan harga (price discovery) yang transparan, sesuai dengan hukum pasar yaitu supply dan
demand, dan melindungi kepentingan pihak produsen dan konsumen/processor yakni pabrikan. Pihak produsen, yaitu petani atau pemilik kebun menggunakan harga penjual untuk pedoman perkiraan besarnya area penanaman, jumlah barang dan kualitas barang bahan baku yang dihasilkan. Sementara itu konsumen pabrikan (processor) menggunakan harga pembelian bahan baku sebagai perkiraan biaya produksi, jumlah barang atau olahan, tingkat kualitas dan harga penjualan barang nantinya. Namun
saat
ini,
bursa
tidak
hanya
dijadikan
sarana
untuk
memperdagangkan objek transaksi yang dimaksud, tetapi telah berkembang menjadi investasi atau penanaman modal yang efektif bagi masyarakat pemodal (investor).
Tujuannya
adalah
untuk
memperoleh
peluang
mendapatkan
keuntungan atau nilai tambah dari selisih harga pembelian dan penjualan tanpa harus terkait secara langsung dengan fisik barang yang ditransaksikan. Perubahan/fluktuasi harga yang terus-menerus, memungkinkan customer/pemodal melakukan transaksi sesuai dengan keinginan untuk memperoleh laba.
Pasar Konvensional
Harga & Barang
Harga & Barang
Harga & Barang Hedging Fluktuasi Harga Stock Barang
Bursa Komoditi Berjangka Spot Kontrak Kontrak Jual/Beli
Harga & Barang
Harga & Barang
Badan Pengawas &Komite
Regulasi Pelaku Bursa Future Kontrak Jual/Beli
Gambar 8. Hubungan Pasar Konvensional dan Bursa Berjangka. Sumber: Ferlianto, L.R. dkk. (2006)
Commodity future trading (Perdagangan Berjangka Komoditi) dapat diartikan sebagai amanat/kontrak/oreder terhadap komoditi tertentu yang memiliki batasan waktu tertentu. Transaksi seperti ini hanya melakuakan order jual-beli dengan penyerahan barang dilakukan pada hari kemudian dengan ketentuanketentuan yang berlaku. Yang dimaksud dengan order jual-beli berbentuk open
new buy (posisi awal/buka beli) yang di kemudian hari diselesaikan dengan close new sell (posisi tutup jual), atau dalam bentuk lain yakni open new sell (posisi awal/buka jual) yang dikemudian hari diselesaikan dengan close liquidation buy (posisi tutup beli). Peserta yang melakuakan transaksi di commodity futures
trading (CFT) tidak membutuhkan barang, tetapi memanfaatkan pergerakan
harga, baik yang naik muapun yang turun untuk menghasilkan suatu keuntungan atau profit. Mekanisme perdagangan di lantai bursa, diawali dengan adanya pendaftaran kontrak. Baik itu kontrak jual maupun kontrak beli. Skema pelaksanaan order sebagai berikut: NASABAH A (PRODUSEN)
NASABAH B (PROSESOR)
Order Jual
Order Beli
PIALANG BURSA
PIALANG BURSA
Order Jual diteruskan ke Anggota lantai
Order Jual diteruskan ke Anggota lantai
ANGGOTA LANTAI MELAKSANAKAN ORDER
PRODUSEN MEMILIKI KONTRAK JUAL
Konfirmasi
Di lantai bursa order Ditransaksikan melalui OPEN OUTCRY
Konfirmasi
Order sudah dilaksanakn oleh anggota lantai
PIALANG Pendaftaran
Pendaftaran CLEARING HOUSE Menjamin setiap kontrak yang didaftarkan
Gambar 9. Pelaksanaan Order. Sumber: www.bbj-jfx.com
PROSESOR MEMILIKI KONTRAK BELI
Berdasarkan gambar bagan pelaksanaan order, proses dimulai dengan adanya nasabah sebagai produsen atapun nasabah sebagai prosesor. Nasabah A sebagai produsen melakuakan order jual di bursa dan nasabah B sebagai melakukan order beli di bursa. Nasabah A dan B akan menghubungi pialang untuk menyampaikan order jual maupun order beli komoditi yang diinginkan. Order disampaikan ke lantai perdagangan untuk ditransaksikan. Bila terjadi transaksi di lantai bursa, maka anggota lantai menyampaikan hasil pelasanaannya kepada Pialang. Selanjutnya Pialang akan mendaftarkan kepada Lembaga Kliring untuk penyelesaian keuangan transaksi. Kontrak berjangka yang telah sepadan di lantai perdagangan dikirimkan secara elektronik kepada Lembaga Kliring. Kemudian, lembaga kliring akan melakukan verifikasi terhadap kelengkapan administrasi kontrak berjangka tersebut, termasuk verifikasi terhadap anggota kliring yang terlibat, baik sebagai penjual maupun sebagai pembeli. Tehadap kontrak antara anggota kliring penjual dan pembeli yang didaftarkan, lembaga kliring akan melakukan fungsi novasi atau substitusi, dimana lembaga kliring akan menempatkan dirinya sebagai lawan (counterpart) dari kedua anggota kliring tersebut. Dari ikatan kontrak anggota kliring penjual dan pembeli akan timbul dua kontrak baru dengan spesifikasi yang sama yaitu antara anggota kliring pembeli dengan lembaga kliring dan anggota kliring penjual dengan lembaga kliring. Atas setiap kontrak yang telah melalui proses novasi akan dipungut margin awal dan variasi untuk menjamin integritas keuangan dan integritas kontrak yang bersangkutan.
Setelah itu, masing-masing Pialang mengkonfirmasikan hasil pelaksanaan transaksi kepada nasabah A sebagai penjual yang memliki satu kontrak (jual) dan nasabah B sebagai pembeli yang memiliki satu kontrak beli.
5.5 Proses Hedging Hedging secara umum terbagi menjadi dua jenis, yaitu selling hedge dan
buying hedge. Selling hedge atau disebut short hedge, merupakan suatu tindakan mengambil posisi jual di pasar berjangka untuk melindungi turunnya nilai persediaan bahan baku atau komoditi yang akan dihasilkan sebagai fluktuasi harga. Dengan demikian, kemungkinan rugi akibat turunnya harga di pasar fisik dapat dikompensasikan dengan keuntungan yang diperoleh dari pasar berjangka. Disebut selling hedge, karena tindakan pertama yang dilakukan di pasar berjangka adalah menjual kontrak berjangka. Selling hedge umumnya dilakukan para petani, produsen atau para pemilik komoditi untuk mencegah kerugian turunnya nilai komoditi mereka akibat kemungkinan turunnya harga. Pada saat panen atau saat petani memiliki komoditi, mereka sering dihadapkan pada situasi harga yang menurun sehingga mengganggu margin keuntungan yang mereka dapatkan. Bahkan petani bisa menderita kerugian. Tabel 9. Hedging untuk produsen Pasar Fisik
Pasar Berjangka
a. Jual Kontrak a. Tidak ada transaksi b. Hedger menunggu hasil panen beberapa bulan kemudian c. Menetapkan price objective, kuatir harga turun b. beli kembali kontraknya Beberapa bulan kemudian d. jual hasil panen
Buying hedge atau disebut long hedge, merupakan tindakan mengambil posisi beli di pasar berjangka untuk melindungi usahanya dari kemungkinan perubahan harga komoditi yang harus dibelinya di pasar fisik. Dengan begitu, kemungkinan rugi akibat naiknya harga di pasar fisik dapat dikembangkan dengan keuntungan yang diperoleh di pasar berjangka. Cara itu dinamakan buying hedge karena tindakan pertama yang dilakukan di pasar berjangka adalah membeli. Buying hedge umumnya dilakukan para eksportir, pengolah dan pemakai bahan baku (misalnya pabrikan dan kontraktor) untuk menjaga kontinuitas persediaan. Mereka membutuhkan baha baku secara kontinyu dengan harga yang wajar. Namun, dalam melakukan pembelian bahan baku di pasar fisik, mereka sering berhadapan dengan ketidakpastian harga bahan baku yang diperlukan. Tabel 10. Hedging untuk pemakai bahan baku Pasar Fisik Pasar Berjangka a. Beli kontrak a. Tidak transaksi b. Hedger menutup kontrak penjualan dengan pembeli luar negeri, pihak yang bersangkutan harus melakukan pembelian Beberapa bulan mendatang: c. Menetapkan price objective, kuatir harga naik b. Jual kembali kontraknya Beberapa bulan kemudian: d. Beli komoditi untuk diserahkan atau untuk diproses
5.5 Rencana Kerja PT BBJ Setiap tahunnya PT BBJ menetapkan Rencana Kerja Tahunan. Rencana Kerja Tahunan dijadikan landasan arahan kegiatan kerja perusahaan serta menentukan target-target selama satu tahun ke depan. Pada tahun 2004 Rencana
Kerja Perusahaan adalah Tahun Likuiditas, sedangkan pada tahun 2005 BBJ mencanangkan sebagai Tahun Pelayanan. Berbeda dengan tahun 2004 dan 2005, sejak tahun 2006 sampai tahun 2008, manajemen BBJ menetapkan sebagai Tahun Komiditi. Sejak tahun 2006 sampai tahun 2008, BBJ mencoba untuk meluncurkan produk-produk lain yang berpotensi dan dianggap layak untuk diperdagangkan di bursa, sperti Kopi dan Kakao. Namun komoditi tersebut masih terhambat dalam maslah perizinan dari Bappebti. Sehingga komoditas tersebut belum bisa diperdagangkan di bursa. Oleh karena itu tahun komoditi masih dipertahankan hingga saat ini, untuk menjaga konsistensi dan keseriusan PT BBJ pada perdagangan komoditi. Selain itu untuk lebih menghidupkan lagi perdagangan komoditi di Indonesia yang saat ini dianggap belum berkembang dengan baik bahkan jalan ditempat. Saat ini, citra buruk melekat pada bursa berjangka. Hal ini akibat ulah pialang-pialang ilegal. Sehingga menimbulkan persepsi buruk dan tidak percaya terhadap perdagangan berjangka. Untuk itu, semua tahapan kegiatan perdagangan berjangka harus memenuhi persyaratan: reliable (dapat diandalkan), well-
organized (teroganisir), transparant (transparan) dan predictable (dapat diprediksi).
5.6 Struktur Organisasi Dalam struktur organisasi PT Bursa Berjangka Jakarta, tidak banyak berbeda dengan perusahaan swasta lainnya. Pemegang kekuasaan tertinggi terletak pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Pengelola PT BBJ, atau
jabatan tertinggi pada perusaahan ini adalah Dewan Komosaris dan Dewan Direksi. Dewan Komisaris akan mengawasi kegiatan dari dewan direksi, karena yang terlibat secara langsung dengan kegiatan BBJ adalah direksi. Sedangkan komisaris merupakan pemegang saham perusahaan, yang tidak banyak terlibat dalam kegiatan sehari-hari perusahaan. Direksi bertanggung jawab atas kegiatan dari divisi yang dibawahinya. Divisi-divisi tersebut terdiri dari lima divisi, yaitu Divisi Hukum dan Keanggotaan, Divisi Pengembangan Usaha, Divisi Pengawasan Pasar, Divisi Perdagangan, Divisi Teknologi Informasi, dan Divisi Keuangan, Umum & Administrasi. Struktur organisasi dapat dilihat pada lampiran 12.
5.7 Fasilitas Bursa Berjangka Jakarta PT BBJ merupakan perusahaan yang menjadi wadah dalam melakukan perdagangan berjangka. Untuk itu perusahaan harus memiliki berbagai fasilitas yang memadai untuk memungkinkan dilakukannya perdagangan. Fasilitas yang tersedia di bursa diantaranya adalah: a. Lantai Perdagangan (Trading Floor) BBJ memiliki Trading Floor dengan 120 kursi yang dilengkapi dengan 120 sambungan telepon dan 120 komputer yang disediakan bagi pialang dan pedagang anggota BBJ, sehingga terjaminnya akses yang baik. b. Sertifikasi dan pelatihan JAFeTS BBJ memberikan pelatihan dan uji coba dalam menggunakan sistem JAFeTS, yang tidak hanya diberikan kepada pialang, namun juga pada masyarakat umum yang tertarik, untuk mendapatkan sertifikat pialang.
c. Informasi Transaksi/Perdagangan BBJ menyediakan informasi transaksi yang terjadi setiap waktu, mulai waktu pembukaan sampai penutupan secara real time, yang dapat diakses melalui situs resminya dengan menggunakan kode yang telah disediakan untuk para nasabah. Selain itu BBJ juga selalu memberikan laporaan transaksi untuk para nasabah. d. Teknologi Sistem jaringan yang digunakan BBJ sebagai fasilitator cukup baik, dengan menggunakan sistem JAFeTS, yang memudahkan transaksi secara online
trading secara cepat. Maka ini akan memungkinkan terjadinya transaksi dari jarak jauh, sehingga jarak tidak lagi menjadi kendala.
VI HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1 Analisis Efektivitas Hedging Tahun 2007 6.1.1 Analisis Risiko Harga Fisik Perdagangan Olein Volume transaksi pada tahun 2007 menurun drastis jika dibandingkan tahun 2006, penurunannya hingga mencapai 83,32 persen. Hal ini diduga akibat meningkatnya harga CPO di pasar internasional sehingga menyebabkan banyak produsen maupun prosesor enggan melakukan transaksi di bursa. Lampiran 1 menunjukkan tingkat volatilitas harga olein di pasar fisik Jakarta sejak tahun 2000 hingga tahun 2007. Volatilitas tertinggi terjadi pada tahun 2001 yang mencapai 99,08 persen, namun tingkat volatilitas terus turun hingga tahun 2007. Pada tahun 2007 tingkat volatilitas mencapai 49,65 persen, menurun sedikit dibanding tahun 2006 yang mencapai 51,43 persen. Menurut Tanugraha dalam Arifin (2004) menyatakan bahwa volatilitas harga sebesar 30 persen merupakan batas risiko harga yang perlu dikelola melalui berbagai macam mekanisme pengelolaan risiko harga. Volatilitas yang tinggi pada pasar fisik Jakarta, dapat dijadikan alasan bahwa komoditas olein memerlukan suatu pengelolaan tingkat risiko, sehingga faktor kerugian atas nilai komoditas tersebut dapat diminimalisasi. Seharusnya, jika bursa berjalan dengan baik, maka produsen maupun prosesor dapat memanfaatkan hedging pada bursa berjangka untuk melindungi nilai komoditi mereka. Jika harga olein meningkat, prosesor merupakan pihak yang sebenarnya sangat membutuhkan hedging, untuk mengurangi risiko akibat peningkatan bahan bakunya. Namun pada kenyataannya, volume transaksi pada
tahun 2007 menurun tajam, akibat kurang berminatnya prosesor maupun produsen melakukan perdagangan berjangka. Untuk melihat manfaat hedging, maka dapat dilakukan analisis efektivitas
hedging. Sehingga bisa dilihat apakah dengan melakukan hedging, dapat meminimalkan risiko ketika terjadinya peningktan harga CPO di pasar fisik, yang menyebabkan harga olein pun meningkat. Tabel 11 menampilkan tingkat risiko pada periode tahun 2007, jika melakukan perdagangan di pasar fisik saja, dengan menghitung standar deviasinya. Rata-rata terendah standar deviasi harga fisik ada pada periode jatuh tempo pada bulan berjalan (periode satu bulan), yaitu sebesar Rp 198,41, sedangkan rata-rata tertinggi standar deviasi harga fisik ada pada periode tiga bulan Rp 354,55. Angka tersebut menunjukkan kemungkinan penyimpangan dari harga fisik selama periode yang dimaksud dari harga rata-ratanya. Pada periode satu bulan harga fisik rata-ratanya sebesar Rp 7.171,13 dengan kemungkinan penyimpangan dari harga rata-ratanya sebesar ± 2(198,41). Maka harga fisik akan berada
pada
rentang
Rp
7.171,13
±
2(198,41)
atau
antara
Rp 6.774,31 - Rp 7.567,95. Semakin besar standar devisi, maka rentang penyimpangan akan semakin lebar. Lebarnya rentang tersebut menyebabkan tingkat risiko yang juga cenderung besar. Peningkatan standar deviasi, menggambarkan adanya peningkatan risiko, semakin jauh periode jatuh tempo, maka semakin meningkat risikonya. Periode dua bulan memiliki rata-rata standar deviasi yang lebih besar daripada periode satu bulan, yaitu lebih besar 41,88 pesen. Periode tiga bulan memiliki rata-rata standar deviasi yang lebih besar daripada periode dua bulan dan satu bulan. Rata-
rata standar deviasi periode tiga bulan lebih besar 25,95 persen dari rata-rata standar deviasi periode dua bulan, dan lebih besar 78,7 persen dari rata-rata standar deviasi periode satu bulan. Berdasarkan hasil analisis yang dapat dilihat pada tabel 11 bahwa periode satu memiliki rata-rata standar deviasi paling kecil, yang berarti memiliki tingkat risiko paling kecil. Sedangkan periode tiga bulan memiliki rata-rata standar deviasi paling besar, yang berarti memiliki tingkat risiko paling besar. Besarnya peningkatan risiko ini menggambarkan bahwa bila produsen atau prosesor ingin melakukan transaksi pada tiga bulan mendatang dengan perhitungan harga pokok saat ini, maka hal itu lebih berisiko daripada transaksi satu bulan mendatang. Tabel 11. Tingkat Risiko Harga Fisik Olein Tahun 2007 (dalam Rupiah) Bulan Jatuh Tempo
Periode satu bulan
Periode dua bulan
Periode tiga bulan
Januari
207,74
Februari
66,14
147,70
Maret
58,99
73,01
130,92
April
339,22
358,79
334,41
Mei
89,67
423,36
529,93
Juni
359,04
402,46
605,68
Juli
225,48
335,21
353,19
Agustus
342,18
410,36
390,44
September
179,75
268,80
377,02
Oktober
258,40
325,27
341,20
Nopember
144,72
209,97
283,95
Desember
109,64
141,56
198,76
198,41
281,50
354,55
Rata-rata
6.1.2 Analisis Risiko Harga Setelah Melakukan Hedging
Hedging dilakukan untuk tujuan agar risiko yang dihadapi oleh produsen maupun prosesor dapat diminimalkan. Untuk itu anlisis risiko harga setelah melakukan hedging dapat menggambarkan apakah terjadi penurunan atau peningkatan risiko jika melakukan hedging. Produsen dan prosesor yang melakukan hedging, berarti memiliki dua pasar, yaitu pasar fisik dan pasar berjangka. Heding dilakukan dengan membuat kontrak yang berlawanan arah dari perdagangan yang dilakukan pada pasar fisik. Sebagai contoh, misalnya seorang produsen akan menjual oleinnya di pasar fisik tiga bulan mendatang dan merasa harga saat ini sudah baik. Kekhawatiran timbul ketika diperkirakan harga akan turun dua bulan mendatang, sehingga produsen akan membukan kontrak jual di pasar berjangka dengan harapan apabila harga fisik memang benar turun maka produsen akan tetap mendapatkan keuntungan dari pasar berjangka. Pada tabel 12 dapat dilihat tingkat risiko hasil perpaduan dari transaksi dua pasar. Hasil analisis menunjukkan bahwa dengan melakukan hedging, dapat mengurangi risiko yang dihadapi apabila dibandingkan dengan melakukan transaksi di pasar fisik saja. Hedging dapat menyebabkan turunnya rata-rata standar deviasi, yang berarti tingkat risiko juga menurun. Rata-rata standar deviasi setelah melakukan hedging menjadi Rp 97,29 untuk periode satu bulan, Rp 120,90 untuk periode dua bulan, dan Rp 161,21 untuk periode tiga bulan.
Tabel 12. Tingkat Risiko Setelah Melakukan Hedging Tahun 2007 (dalam Rupiah) Bulan Jatuh tempo
Periode satu bulan
Periode dua Bulan
Periode tiga bulan
Januari
54,99
Februari
34,33
71,02
Maret
22,40
40,65
79,48
April
43,17
32,22
55,16
Mei
80,18
42,78
21,06
Juni
116,28
88,55
51,25
Juli
133,57
128,68
93,65
Agustus
135,96
136,94
118,37
September
174,04
182,96
258,30
Oktober
158,08
301,02
309,17
Nopember
121,26
185,12
330,05
Desember
93,24
119,93
295,59
97,29
120,90
161,21
Rata-rata
Jika dibandingkan dengan rata-rata standar deviasi perdagangan pada pasar fisik saja, maka dengan melakukan hedging akan terjadi penurunan tingkat risiko. Hal ini dibuktikan dengan adanya penurunan pada rata-rata standar deviasi. Untuk Periode satu bulan terjadi penurunan rata-rata standar deviasi sebesar 43,61 persen, untuk periode dua bulan terjadi penurunan rata-rata standar deviasi sebesar 49,99 persen, dan untuk periode tiga bulan terjadi penurunan rata-rata standar deviasi sebesar 42,94 persen. Penurunan ini bisa dilihat pada tabel 13, adanya penurunan, menunjukkan bahwa hedging dapat meminimalkan tingkat risiko hingga mencapai hampir 50 persen.
Tabel 13. Besarnya Pengurangan Risiko yang Dihasilkan Tahun 2007 (dalam persen) Bulan Jatuh Tempo
Periode satu bulan
Periode dua bulan
Periode tiga bulan
Januari
-73,53
Februari
-48,09
-51,91
Maret
-62,04
-44,32
-39,29
April
-87,27
-91,02
-83,51
Mei
-10,59
-89,89
-96,03
Juni
-67,61
-78,00
-91,54
Juli
-40,76
-61,61
-73,48
Agustus
-60,27
-66,63
-69,68
September
-3,18
-31,94
-31,49
Oktober
-38,82
-7,45
-9,39
Nopember
-16,21
-11,84
16,24
Desember
-14,96
-15,28
48,72
-43,61
-49,99
-42,94
Rata-rata
6.2 Analisis Pasar Efisien Pasar Secara Informasi Bentuk Lemah Tahun 2007 Penurunan jumlah volume transaksi komoditi olein yang sangat jauh pada tahun 2007 jika dibandingkan dengan tahun 2006, mengundang banyak pertanyaan, apakah pasar sudah berjalan dengan efisien. Penilaian efisiensi secara informasi perlu dilakukan untuk melihat apakah pergerakan harga yang terjadi di pasar berjangka, dapat mencerminkan suatu peristiwa yang terjadi, sehingga dapat dilihat juga apakah pola harga masa lalu dapat digunakan untuk menentukan harga saat ini. Efisensi secara informasi yang paling awal untuk dinilai adalah efisiensi secara informasi bentuk lemah.
Pengujian efisiensi pasar bentuk lemah dilakukan dengan pengujian runtun (run test). Pada tabel 14 dapat dilihat hasil analisis pengujian runtun untuk data harga future tahun 2007. Nilai N1 menunjukkan jumlah perubahan harga yang bernialai positif, N2 menunjukkan jumlah perubahan harga yang bernilai negatif, dan N merupakan hasil penjumlahan N1 dan N2. Nilai E ( N R ) merupakan jumlah runtun yang diharapkan. Nilai Z-hitung untuk periode satu bulan, dua bulan, dan tiga bulan berturutturut adalah 11,48, 12,37, dan 13,40. Berdasarkan kriteria statistik dengan pengujian dua sisi, data dikategorikan signifikan jika nilai absolut Z hitung lebih besar dari Zα/2. Berdasarkan tabel distribusi normal, nilai Zα/2 sebesar 1,645 (Z 0,05 = 1,645), maka untuk ketiga nilai Z hitung pada setiap periode bulan signifikan pada tingkat α 10 persen. Nilai Z hitung yang signifikan menunjukkan bahwa perubahan harga tersebut tidak acak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pasar tidak efisien secara informasi bentuk lemah. Artinya, para pelaku pasar dapat melihat pola yang terjadi di masa lalu untuk memprediksi nilai sekarang, karena perubahan harganya tidak acak. Informasi yang terjadi tidak dengan cepat direspon oleh pasar, sehingga menyebabkan ketidakefisienan pasar. Selain itu, ketidakefisienan pasar dapat disebabkan oleh hal lain yang cukup kuat mempengaruhi pasar, sehingga mempengaruhi
kekuatan
permintaan
dan
penawaran,
yang
akhirnya
mempengaruhi harga olein. Pasar tidak efisien dalam bentuk lemah berarti pasar tidak efisien secara informasi. Pengujian setengah kuat sebenarnya tidak perlu dilakukan, karena pasar
sudah terbukti tidak efisien dalam bentuk lemah, namun pengujian setengah kuat dilakukan untuk menguatkan inefisiensi bentuk lemah.
Tabel 14. Pengujian Runtun untuk Efisiensi Pasar Bentuk Lemah Periode Tahun 2007 Periode satu bulan
Periode dua Bulan
Periode tiga bulan
N1
82
91
72
N2
57
55
39
N
139
146
111
E(NR)
68,25
69,56
51,59
σR
5,64
5,61
4,73
NR
133
139
115
11,48
12,37
13,40
Signifikansi
signifikan
Signifikan
Signifikan
Perubahan Harga
Tidak acak
tidak acak
tidak acak
Efisiensi Pasar Bentuk Lemah
tdk efisien
Tdk efisien
tdk efisien
Nilai
Z Hitung
6.3 Analisis Pasar Efisien Secara Informasi Bentuk Setengah Kuat dan Efisien Secara Keputusan Tahun 2007 Analisis efisiensi pasar secara informasi bentuk setengah kuat pada tahun 2007 menggunakan mean adjusted model. Untuk analisis efisiensi pasar secara informasi bentuk setengah kuat pada tahun 2007 menggunakan studi kasus peristiwa tanggal 1 September 2007 mengenai penetapan pungutan ekspor untuk CPO dan produk turunannya. Pada peristiwa ini, pemerintah meningkatkan tarif pungutan ekspor (PE) untuk CPO hingga mencapai 7,5 persen dan RBD Olein naik hingga mencapai 9 persen.
Pada tabel 15 dapat dilihat hasil analisis efisiensi pasar secara informasi bentuk setengah kuat dengan menghitung abnormal return pada periode jendela, yang menggunakan mean adjusted model. Ketiga periode, baik satu bulan, dua bulan maupun tiga bulan memiliki rata-rata abnormal return yang positif selama periode jendela. Rata-rata abnormal return untuk periode satu bulan bernilai 0,292 persen, periode dua bulan bernilai 0,483 persen, dan periode tiga bulan memiliki nilai 0,714 persen. Pengujian return tidak normal menggunakan pengujian t-test yang menguji hipotesis nol (rata-rata return tidak normal adalah sama dengan nol). Dengan hipotesis: Ho: RTN = 0 H1: RTN ≠ 0 Pada lampiran 2 Uji signifikansi menggunakan t hitung, memberikan nilai positif pada hari pengumuman dan 7 hari setelahnya pada periode jendela untuk semua periode, baik periode satu bulan, dua bulan maupun tiga bulan. Penetapan PE baru ini dilakukan pemerintah, selain sebagai program stabilitas harga, juga dilakukan sebagai bentuk penyesuaian akibat peningkatan harga internasional. Kebijakan ini sebenarnya berdampak positif untuk prosesor olein, seperti perusahaan minyak goreng, dan berdampak negatif bagi produsen. Karena dengan adanya kebijakan ini akan menyebabkan penurunan jumlah ekspor, sehingga diharapkan dapat membendung aliran CPO yang diekspor ke luar negeri sehingga pasokan kebutuhan dalam negeri dapat terpenuhi. Dengan demikian, diharapkan harga minyak goreng dapat kembali normal.
Dengan adanya informasi mengenai peningkatan pungutan ekspor, maka risiko akan meningkat terutama di pihak produsen. Sehingga, seharusnya yang melakukan hedging terutama adalah para produsen. Maka hasil t hitung seharusnya mendukung untuk hipotesa bagi pihak produsen. Nilai t akan memberikan nilai negatif karena merupakankan kabar buruk bagi produsen t hitung memberikan nilai positif, yang berarti tidak signifikan untuk produsen. Berdasarkan analisis, t hitung memberikan nilai yang positif yang artinya tidak signifikan bagi produsen. Atau dengan kata lain adanya suatu peristiwa tidak memberikan abnormal return yang sesuai atau abnormal return sama dengan nol. Keadaan yang sesungguhnya harga berjangka tidak mengalami penurunan, harga olein cenderung berada di kisaran Rp 7.800,00. Sedangkan di pasar fisik mengalami penurunan secara perlahan. Hal ini terjadi diduga akibat adanya faktor-faktor yang lebih kuat dalam mempengaruhi harga berjangka. Seperti, perusahaan yang lebih memilih untuk mengekspor CPO daripada memproduksi olein, semakin rendahnya volume transaksi, sehingga harga tidak mampu mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Pada tahun 2007, harga minyak sawit dunia dan produk turunannya terus mengalami peningkatan, dan terjadi penurunan jumlah ekspor dari Indonesia. Hal ini ditambah dengan adanya kebijakan pemerintah yang bermaksud menstabilkan harga minyak goreng dalam negeri, dengan menetapkan pungutan ekspor untuk CPO dan produk turunannya yang semakin meningkat selama tahun 2007. Ketidaksesuaian antara hasil perhitungan dan kondisi pasar diduga akibat adanya faktor-faktor tersebut yang kuat mempengaruhi pasar pada saat itu. Kesalahan
mengestimasi
efisiensi
pasar
dapat
terjadi
jika
tidak
mempertimbangkan keadaan yang terjadi. Sehingga dapat dinyatakan pasar tidak efisien, karena abnormal return pun tidak signifikan. Kemungkinan abnormal return yang diterima, bukan akibat dari adanya informasi ini, melainkan akibat mekanisme pasar biasa yang tidak dipengaruhi oleh informasi baru. Harga di pasar berjangka cenderung meningkat sedikit, dan bahkan tidak bergerak. Harga bergerak menurun di bulan Oktober dan kemudian meningkat lagi. Hal ini dipicu oleh meningkatnya harga minyak dunia, sehingga permintaan kebutuhan bahan baku biodiesel di Negara Eropa, dan meningkatnya permintaan dari India dan China turut memicu harga berjangka. Sedikitnya pelaku pasar, menyebabkan harga yang terjadi tidak memiliki kandungan informasi apapun. Dari grafik harga fisik dan harga berjangka pada lampiran 3 Dapat dilihat terdapat pergerakan harga yang tidak searah. Seharunya pasar berjangka yang baik memiliki pergerakan yang searah dengan pasar fisiknya. Hal ini pun bisa menggambarkan adanya ketidakefisienan pasar dalam pembentukan harga. Analisis bentuk setengah kuat dalam penelitan ini dilakukan untuk mendukung anlaisis bentuk lemah. Dalam analisis efisiensi bentuk lemah, pasar telah dinyatakan tidak efisien, sehingga secara otomatis pasar juga dinyatakan tidak efisien bentuk setengah kuat. Namun analisis ini dilakukan sebagai pendukung pernyataan tersebut, ternyata adanya ketidaksesuaian antara hasil perhitungan dan kondisi pasar yang sebenarnya. Maka ketidaksesuaian ini bisa dijadikan alasan untuk memperkuat bahwa pasar tidak efisien secara bentuk setengah kuat. Dengan demikian pasar tidak efisien secara informasi. Pengumuman peristiwa tersebut tidak memberikan abnormal return. Sebenarnya, jika mekanisme pasar berjalan dengan baik dan searah dengan pasar
fisik, maka dapat memberikan nilai ekonomis. Selain itu, Pasar yang efisien memberikan respon yang cepat ketika terjadi suatu peristiwa yang dapat mempengaruhi pasarnya. Namun pasar komoditi di BBJ ini tidak merespon dengan cepat dan baik, sehingga berdasarkan konsep efisiensi pasar secara keputusan, pasar komoditi dinilai tidak efisien. Harga yang tidak mengandung informasi, ataupun lambat dalam merespon informasi akan berdampak pada keputusan pasar yang salah. Hal ini seringkali dialami oleh pasar berjangka. Secara umum pergerakan harga antara pasar fisik dan berjangka bergerak dalam arah yang sama. Namun, terkadang terdapat pergerakkan yang arahnya yang berlawanan. Kejadian ini bisa disebabkan oleh mekanisme pasar berjangka yang berjalan dengan tidak baik, akibat dari kekuatan permintaan dan penawaran yang tidak seimbang.
Tabel 15. Nilai Abnormal Return Untuk Studi Kasus Peristiwa Tanggal 1 September 2007 (dalam Persen) Tanggal Periode Jendela
Periode Satu bulan
Periode dua bulan
Periode tiga bulan
23
0,983
0,365
0,395
24
0,346
0,365
0,395
27
0,346
0,365
2,478
28
0,346
0,365
0,395
29
-1,553
0,365
2,436
30
0,346
0,365
0,395
31
0,346
0,365
0,395
3
0,991
1,019
0,395
4
0,346
0,365
0,395
5
0,667
1,664
0,395
6
0,282
0,365
0,395
7
0,282
0,365
0,395
10
0,154
0,365
0,395
11
0,346
0,365
0,395
12
0,154
0,173
1,062
Rata2 abnormal return
0,292
0,483
0,714
Efisiensi Pasar
Tidak efisien
Tidak efisien
Tidak efisien
VII ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN BBJ
7.1 Lingkungan Eksternal Lingkungan eksternal merupakan lingkungan yang berada di luar perusahaan. Lingkungan ini mempengaruhi perusahaan secara tidak langsung, namun biasanya sulit dikontrol dan dikendalikan oleh perusahaan, sehingga perlu adanya kesiapan perusahaan dalam menghadapi lingkungan eksternal untuk mengantisipasi kemungkinan yang akan terjadi akibat adanya perubahan pada lingkungan ini, baik perubahan yang menimbulkan suatu peluang maupun ancaman bagi kemajuan perusahaan dalam menghadapi lingkungan bisnis. Lingkungan dini dibagi menjadi dua, yaitu lingkungan makro dan lingkungan industri. Lingkungan makro dilakukan dengan menggunakan alat bantu analisis, yaitu dengan membagi lima kategori besar: 1) ekonomi, 2) sosial, budaya, demografi, 3) politik dan hukum, 4) teknologi 5) kekuatan persaingan (David, 2006). Lingkungan industri dianalisis menggunkan lima kekuatan Porter, yang terdiri dari lima kekuatan yaitu 1) persaingan antar perusahaan sejenis, 2) kemungkinan masuknya pesaing baru, 3) potensi pengembangan produk substitusi, 4) kekuatan tawar-menawar penjual/pemasok, dan 5) kekuatan tawarmenawar pembeli/konsumen. Analisis lingkungan industri dilakukan agar terlihat gambaran mengenai lingkungan industri PT.BBJ sehingga dapat melihat posisi perusahaan dalam industrinya, walaupun ia merupakan satu-satunya perusahaan yang menyediakan fasilitas perdagangan berjangka. Setelah melakukan analisis lingkungan eksternal, dilakukan pemilihan faktor-faktor strategis yang ada
sehingga diperoleh pilihan strategis yang dapat memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman perusahaan.
7.1.1 Lingkungan Makro 7.1.1.1 Ekonomi Dampak globalisasi dirasakan pada semua aspek, tak terkecuali bidang ekonomi. Bahkan aspek ekonomi yang paling merasakan dampak adanya globalisasi, baik berdampak positif atau negatif. Bagi yang siap dan mampu memanfaatkan situasi ini, akan menjadi peluang baik dalam mengembangkan usahanya, namun bagi yang tidak siap maka peluang berubah menjadi ancaman. Bagi BBJ, seharusnya era globalisasi atau pasar bebas dapat menjadi peluang yang baik, tidak hanya transaksi dalam negeri, namun kerjasama perdagangan dengan bursa luar dapat dilakukan dengan mudah. Kenyataan yang terjadi, BBJ belum mampu memanfaatkan peluang ini. BBJ belum mendapatkan izin untuk melakukan transaksi dengan bursa luar, yaitu bursa luar yang tidak bisa membeli produk BBJ. BBJ hanya dapat menyalurkan amanat ke bursa luar, agar nasabahnya dapat membeli produk luar negeri, tapi tidak secara langsung. Pada lampiran 4 dapat dilihat berbagai bursa di dunia, yang dapat menjadi mitra kerjasama dengan BBJ dalam memperdagangkan produknya. Fluktuasi harga komoditi yang terjadi akhir-akhir ini, menyebabkan diperlukannya suatu perlindungan, untuk meminimalkan risiko. BBJ yang pada dasarnya
merupakan
perusahaan
yang
mengedepankan
hedging
dalam
perdagangan komoditi, dapat memanfaatkan hal ini untuk meningkatkan volume
transaksinya. Baik produsen maupun prosesor membutuhkan suatu lindung nilai,untuk usahanya, sebagai perlindungan dari kemungkinan kerugian.
7.1.1.2 Sosial, Budaya, dan Demografi Banyak masyarakat yang tidak mengetahui mengenai perdagangan berjangka, terlebih mengenai perdagangan komoditi. Walaupun saat ini sudah mulai marak diperbincangkan mengenai perdagangan produk financial, namun tidak banyak yang mengetahui mengenai perdagangan komoditi. Kebanyakan menyatakan bahwa perdagangan berjangka, apa pun bentuknya merupakan kegiatan spekulatif semata bahkan sebagai bentuk permainan judi karena dipandang bersifat benar-benar spekulatif, yang banyak menimbulkan kerugian. Manfaat perdagangan berjangka tidak diketahui dan dipahami oleh kebanyakan orang, yaitu manfaatnya yang dapat memberikan pelindungan nilai bagi petani produsen pada khususnya dan dunia usaha pada umumnya terhadap kerugian karena fluktuasi harga komoditas. Pialang illegal yang terus mempengaruhi masyarakat untuk berinvestasi di bursa luar negeri yang tidak jelas keberadaan bursanya dan belum terjamin apakah amanatnya benar diteruskan atau tidak, sehingga tidak sedikit, masyarakat yang kena tipu sehingga mengalami kerugian besar, yang mampu menghabiskan hartanya. Selain minimnya pengetahuan mengenai perdagangan berjangka, masyarakat tidak mampu membedakan antara pialang ilegal dan pialang legal ,bahkan BBJ sebagai satu-satunya penyelenggara perdagangan berjangka yang telah disahkan oleh pemerintah di Indonesia tidak diketahui oleh calon investor.
Tingkat pendidikan yang masih rendah, menjadi tantangan tersendiri bagi BBJ. Karena dengan rendahnya tingkat pendidikan, maka penyampaian pengetahuan mengenai perdagangan berjangka menjadi lebih sulit. Banyak kalangan akademisi tidak terlalu paham mengenai BBJ, terlebih lagi petani kecil yang sama sekali tidak terpikirkan untuk melakukan perdagangan berjangka. Pengelolaan risiko dalam usaha pertanian, sudah sewajarnya disadari oleh produsen, baik petani kecil maupun besar. Dengan tingginya tingkat pendidikan masyrakat, maka makin tinggi pula tingkat kesadaran masyarakat untuk melaksanakan kegiatan lindung nilai/pengalihan risiko (hedging).
7.1.1.3 Politik dan Hukum Semakin banyaknya perlindungan yang dilakukan pemerintah, dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap perdagangan berjangka. Baik dengan adanya Bappebti dan lembaga kliring sebagai pengawas, adanya kejelasan hukum juga dapat melindungi dan menjamin keamanan untuk melakukan transaksi di BBJ. Namun BBJ berharap, kebijakan yang diambil pemerintah sebaiknya lebih mengarah lagi pada pengembangan BBJ. Selama ini pengaturan mengenai perdagangan berjangka sudah cukup jelas, namun terkadang BBJ sulit untuk mendapatkan perizinan, misalnya tidak mendapatkan izin untuk bertransaksi secara langsung dengan bursa luar, baik BBJ yang membeli produk luar, maupun bursa luar yang membeli produk BBJ. Tentu hal ini akan menghambat pengembangan BBJ agar lingkupnya tidak hanya nasional, namun juga bisa menjadi bursa komoditi yang lebih mendunia.
Bappebti merupakan lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah, di bawah Departemen Perdagangan langsung, untuk mengawasi BBJ untuk mengawasi perdagangan berjangka. Bappebti yang mengeluarkan perizinan dan peraturan, selain UU yang dikeluarkan oleh pemerintah. Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah, misalnya mengenai perizinan perdagangan suatu komoditi, pungutan ekspor, dan kebijkan lainnya yang terkait dengan suatu komoditi, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi perdagangan berjangka. Seperti yang kita ketahui, ada hubungan antara perdagangan fisik dan berjangka. Sehingga pergerakan di perdagangan fisik seharusnya akan mempengaruhi perdagangan berjangka. Perdagangan fisik akan terkait secara langsung dengan kebijakan-kebijakan pemerintah, maka pelaku-pelaku di pasar fisik dapat melakukan perdagangan berjangka untuk melindungi nilai produknya, akibat risiko harga yang fluktuatif di pasar fisik. Kebijakan-kebijakan
Depdag/Bappebti
terkadang
tidak
mendukung
kemajuan BBJ sebagai bursa komoditi. Sulitnya mendapat perizinan untuk mengeluarkan suatu produk baru, dapat menjadi kendala BBJ mengembangkan diri. Selain itu birokrasi yang berbelit-belit, menyebabkan BBJ dalam posisi sulit, antara keinginan untuk berkembang, namun terbentur oleh masalah-masalah perizinan.
7.1.1.4 Teknologi Semakin berkembangnya teknologi menyebabkan tingkat kebutuhan masyarakat modern akan teknologi menjadi tinggi. Setiap kegiatan diharapkan
mampu mengadaptasikan diri, agar memudahkan pengguna, baik dalam pemahaman maupun penggunaan. Terlebih dalam era yang serba modern dan global semua dituntut serba cepat, informasi yang up to date selalu ingin diketahui dengan segera. BBJ sebagai fasilitator perdagangan berjangka harus bisa beradaptasi dengan perkembangan teknologi yang ada. Sebagai bursa komoditi berjangka satu-satunya di Indonesia, maka semua bentuk perdagangan berjangka akan terpusat pada BBJ. Untuk mengikuti perkembangan teknologi yang semakin canggih, BBJ menyelenggarakan perdagangan berjangka secara elektronik dengan menggunakan sistem JAFeTS (Jakarta Futures Electronic Traading System). Sehingga dengan menggunakan sistem ini, harga ditentukan melalui interaksi permintaan dan penawaran yang disalurkan secara elektronik melalui komputer. Semua bursa di dunia juga menggunakan teknologi internet, sehingga dimungkinkannya perdagangan jarak jauh. Dengan adanya teknologi jaringan ini, jarak dan tempat sudah tidak menjadi masalah, sehingga dapat melakukan transaksi dengan bursa-bursa lain di dunia, bahkan melakukan transaksi selama 24 jam penuh, karena menyesuaikan dengan zona waktu bursa di luar negeri di berbagai negara di dunia.
7.1.1.5 Kekuatan Persaingan Dalam industri jasa, BBJ merupakan satu-satunya perusahaan yang menyelenggarakan perdagangan berjangka, maka BBJ menjadi perusahaan yang tidak memiliki pesaing dalam perdagangan berjangka. Pada dasarnya, tidak ada larangan dari pemerintah untuk membentuk bursa baru. Hanya saja sulitnya untuk
membuat suatu bursa membuat peluang BBJ menjadi lebih besar, karena berarti pesaing tidak mudah masuk ke dalam usaha ini. Persyaratan yang diberikan pemerintah dalam pembuatan bursa yaitu, para pendiri harus mayoritas dari kalangan pelaku komoditi yang sudah ada dalam keppres. Sejauh ini keppres hanya memuat komoditi primer yang pelakunya tidak berminat mendirikan bursa. Meningkatnya jumlah pialang dapat membantu BBJ semakin berkontribusi dalam perekonomian Indonesia. Karena sebagai wakil dari nasabah, maka pialang dapat membantu memasyarakatkan perdagangan berjangka. Dengan semakin banyaknya
pendirian
perusahaan
pialang
anggota
bursa,
berarti
dapat
meningkatkan jumlah nasabah, yang berarti dapat meningkatkan jumlah transaksi di BBJ, sehingga pasar menjadi lebih ramai dan liquiditas produk BBJ semakin meningkat. Namun, sejauh ini hanya sedikit jumlah pialang yang benar-benar berusaha memperdagangkan komoditi. Pialang-pialang lebih banyak yang tertarik dengan adanya perdagangan SPA, atau produk finansial. Sehingga pengembangan bursa komoditi menjadi sulit akibat pialang-pialang yang lebih mempromosiakan SPA. Perdagangan SPA (Sistem Perdagangan Alternatif) telah menjadi produk sampingan BBJ, bahkan sebenarnya SPA bukanlah produk BBJ, hanya saja akibat permintaan
dari
pialang,
maka
BBJ
menyediakan
faslitas
untuk
memungkinkannya dilakukan perdagangan produk finansial tersebut. Saat ini BBJ lebih berkonsentrasi lagi untuk mengembangkan produk utamanya, yaitu komoditi. Selama ini perdagangan produk finansial memiliki lebih banyak dalam hal jumlah transaksi, sehingga bisa dikatakan perdagangan komoditi, khususnya komoditi pertanian mengalami kemunduran.
7.1.2 Lingkungan Industri 7.1.2.1 Persaingan antar perusahaan sejenis BBJ termasuk ke dalam kategori industri jasa. Karena BBj tidak menjual produk secara nyata, hanya memberikan fasilitas untuk memungkinkan dilakukannya perdagangan berjangka dan hedging. BBJ merupakan satu-satunya perusahaan yang meyediakan fasilitas bursa berjangka di Indonesia. Sehingga saat ini, BBJ tidak memiliki pesaing dalam perdagangan berjangka. Namun, sebenarnya pemerintah tidak melarang adanya perusahaan bursa baru, sehingga bisa dikatakan pemerintah tidak memberikan fasilitas monopoli pada BBJ.
7.1.2.2 Kemungkinan masuknya pesaing baru Berdasarkan UU No. 32 th 1997, pemerintah tidak menutup kemungkinan didirikannya bursa lain, yang berarti BBJ tidak diberikan keistimewaan monopoli. Pada dasarnya, tidak ada larangan dari pemerintah untuk membentuk bursa baru. Hanya saja sulitnya untuk membuat suatu bursa membuat peluang BBJ menjadi lebih besar, karena berarti pesaing tidak mudah masuk ke dalam usaha ini. Persyaratan yang diberikan pemerintah dalam pembuatan bursa yaitu, para pendiri harus mayoritas dari kalangan pelaku komoditi yang sudah ada dalam keppres. Sejauh ini keppres hanya memuat komoditi primer yang pelakunya tidak berminat mendirikan bursa.
7.1.2.3 Potensi pengembangan produk substitusi Banyak kalangan masyarakat yang beranggapan BBJ tidak banyak berbeda dengan bisnis investasi. Sehingga banyak yang membandingkan dengan pasar
modal, reksa dana, ataupun jenis investasi lainnya. Sebenarnya hal ini tidak salah, karena di dalam bursa berjangka sendiri terdapat spekulan yang bertindak sebagai pelaku yang ingin mengambil keuntungan dari pergerakan harga, namun ia sama sekali tidak ada kepentingan apa pun menyangkut komoditi yang diperdagangkan. Yang ia lakukan dalam perdagangan berjangka semata-mata hanya ingin memperoleh keuntungan. Sehingga jika dilihat dari sudut pandang spekulan, maka jenis invesatasi seperti pasar modal, reksa dana, ataupun bisnis lainnya dapat menjadi produk substitusi yang paling utama, walaupun berada pada industri yang berbeda. Dukungan pemerintah untuk mengembangkan pasar modal, semakin menyebabkan BBJ harus bekerja lebih keras dalam mengembangkan perusahaan dan produk-produknya. BBJ sendiri kurang mendapat dukungan, sehingga harus lebih aktif dalam meminta dukungan dari pemerintah dan pihak-pihak yang dirasa dapat membantu mengembangkan BBJ.
7.1.2.4 Kekuatan tawar-menawar penjual/pemasok BBJ merupakan perusahaan yang hanya menyediakan fasilitas jasa dilakukannya
perdagangan
berjangka.
Beberapa
produk
BBJ
yang
diperdagangnkan berupa kontrak berjangka mulai dari perdagangan yang berakhir pada
bulan berjalan, sampai pada perdagangan yang berakhir enam bulan
kemudian. Dalam perdagangan berjangka ini, BBJ tidak memiliki pemasok yang mensuplai kebutuhan untuk menghasilkan produknya. BBJ hanya akan berurusan dengan anggota bursa yang terdiri atas pialang dan pedagang, sedangkan jika sampai terjadi penyerahan secara fisik maka kebutuhan tersebut disediakan oleh pelaku perdagangan yang bersangkutan, dan BBJ hanya sebagai perantara.
7.1.2.5 Kekuatan tawar-menawar pembeli/konsumen Konsumen BBJ dalam perdagangan berjangka adalah anggota bursa dan nasabah yang melakukan perdagangan melalui pialang, karena mereka yang menggunakan fasilitas bursa. BBJ merupakan perusahaan bursa, atau dapat dikatakan adalah pasar dalam bentuk lain, sehingga kekuatan tawar-menawar untuk melakukan perdagangn berjangka sendiri terkait dengan mekanisme pasar. Dari sisi penjual atau pembeli kontrak berjangka. Sebagai konsumen, pialang dan pedagang bursa yang lebih memiliki kekuatan dibandingkan dengan nasabah yang menitipkan amanatnya pada pialang. Contohnya ketika pialang dan pedagang yang meminta diadakannya perdagangan SPA. Pialang adalah perusahaan yang dititipkan amanat oleh nasabah untuk melakukan
perdagangan
berjangka,
sehingga
ia
turut
berperan
dalam
mempromsikan BBJ. Meningkatnya jumlah pialang dapat membantu BBJ semakin menancapkan integritasnya dalam perekonomian Indonesia. Karena sebagai wakil dari nasabah, maka pialang dapat membantu memasyarakatkan perdagangan berjangka. Dengan semakin banyaknya pendirian perusahaan pialang anggota bursa, berarti dapat meningkatkan jumlah nasabah, yang berarti dapat meningkatkan jumlah transaksi di BBJ, sehingga pasar menjadi lebih ramai dan liquiditas produk BBJ semakin meningkat. Pada lampiran 5 dapat dilihat jumlah pialang saat ini. Sejauh ini, hanya sedikit jumlah pialang yang benar-benar berusaha memperdagangkan komoditi. Pialang-pialang lebih banyak yang tertarik dengan adanya perdagangan SPA, atau produk finansial. Sehingga pengembangan bursa komoditi menjadi sulit akibat pialang-pialang yang lebih mempromosiakan SPA.
7.2 Analisis Lingkungan Internal Setiap perusahaan memiliki kekuatan dan kelemahan yang berasal dari lingkungan internalnya. Tidak ada perusahaan yang hanya memiliki kekuatan saja atau kelemahan saja yang merata di semua area bisnisnya, pasti terdapat kekuatan dan
kelemahannya.
Analisis
lingkungan
internal
dilakukan
untuk
mengembangkan strategi perusahaan dengan memanfaatkan kekuatan dan mengatasi kelemahan perusahaan. Menurut Pearce dan Robinson (1997) dalam Harmiyadi (2004), untuk lebih memudahkan dalam menganalisis faktor internal perusahaan dilakukan cara memilah-milah (disagregasi) perusahaan berdasarkan bidang fungsional perusahaan. Faktor-faktor internal yang terdapat di BBJ terdiri dari: sumberdaya manusia dan manajemen organisasi, keuangan, pemasaran, serta operasional.
7.2.1 Sumberdaya Manusia dan Manajemen Organisasi Faktor sumberdaya manusia dan manajemen organisasi tetrdiri lima aktivitas dasar, yaitu: perencanaan, pengorganisasian, pemberian motivasi, pengelolaan staf dan pengendalian. Saat ini, BBJ memiliki jumlah total karyawan sebanyak 30 orang yang terdiri dari 19 karyawan pria dan 11 karyawan wanita yang berstatus karyawan tetap. Latar belakang pendidikan karyawan tersebut terdiri dari S-2 sebanyak empat orang, S-1 sebanyak dua puluh orang, D-3 sebanyak dua orang, dan SMU sebanyak empat orang. Standar waktu kerja karyawan BBJ adalah sembilan jam per hari yang dimulai pukul 08.00-17.00 WIB dari hari Senin sampai Jumat, namun khsus bagi karyawan bagian divisi Teknologi Informasi dan Satpam, standar tersebut tidak
berlaku. Karena mereka memiliki jam kerja khusus, yaitu berdasarkan shift yang dibagi menjadi 4 periode dengan sistem rolling, yaitu shift normal hari pukul 09.00 s/d 18.00 WIB, sift pagi dari pukul 06.00 s/d 15.00 WIB, shift siang dari pukul 14.00 s/d 23.00 WIB, dan shift malam dari pukul 22.00 s/d 07.00 WIB. Perbedaan jam kerja antara Divisi Teknologi Informasi dengan divisi lainnya, karena, divisi ini sebagai pelaksana dan bertanggung jawab secara langsung terhadap operasional perushaan yang beroperasi selama 24 jam sehari. Kegiatan operasional perusahaan berlangsung selama 24 jam sehari karena BBJ adalah perusahaan yang menyediakan fasilitas atau penyedia jasa dan sarana perdagangan berjangka selama 24 jam dengan menggunakan sistem komputer dan teknologi informasi dalam transaksinya. Sebagai fasilitator perdagangan berjangka, BBJ harus siap 24 jam mengikuti waktu bursa luar negeri yang memilki selisih waktu dengan waktu di Indonesia, sehingga agar tetap mengikuti pergerakan harga pada bursa luar negeri, BBJ tetap melakukan kegiatan operasionalnya selam 24 jam yang dilakukan oleh Divisi Teknologi Informasi. Pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki tenaga kerja BBJ mengenai perdagangan berjangka masih dirasakan kurang. Selain karena BBJ merupakan satu-satunya bursa berjangka di Indonesia, BBJ sendiri baru berdiri selama kurang lebih hampir 8 tahun, sehingga pembelajaran dan pelatihan terus dilakukan oleh perusahaan. Terlebih lagi, banyak tenaga kerjanya yang baru lulus kuliah (freshgraduate) langsung bekerja di BBJ, sehingga diperlukan banyak pelatihan untuk menambah pengetahuan dan pengalamannya. Pelatihan dan seminar yang sering dilakukan BBJ dalam meningkatkan kemampuan dan motivasi kerja
sumberdaya manusianya dianntaranya adalah mengenai perpajakan, auditing, teknologi informasi, dan administrasi praktis. BBJ memiliki struktur organisasi yang jelas dalam pembagian tugas dan tanggung jawab untuk setiap karyawannya. Tetapi, ketika dibutuhkan, maka posisi yang satu dapat membantu posisi yang lain. Namun, dalam pelaksanaannya, adanya tumpang tindih dalam pengerajaan tugas tersebut, karena tidak adanya koordinasi yang baik antara pemberi tugas dan karyawan yang diberi tugas. Akiibatnya, dua karyawan bisa melakukan tugas yang sama, dengan kesalahan yang sama. Senioritas dalam organisasi masih kental dirasakan, dan kurangnya komunikasi dua arah antara pimpinan perusahaan dengan karyawan. Sehingga karyawan kurang kreatif dan inofatif, yang terpenting mereka dapat melakukan tugas yang diperintahkan oleh pimpinan. Jika hal ini terus terjadi, maka dikhawatirkan motivasi kerja karyawan dalam mengembangkan bursa komoditi menjadi kurang. Dalam pengambilan keputusan, lebih banyak didominasi oleh manajemen puncak, karyawan merasa pendapat mereka kurang didengar oleh atasannya. Setiap tahunnya, BBJ menetapkan rencana kerja tahunan. Rencana kerja ini disesuaikan dengan kemampuan perusahaan untuk menghadapi tantangan dan permasalahan yang akan terjadi. Seperti pada tahun 2004 Rencana Kerja Perusahaan adalah Tahun Likuiditas maka tujuan utama perusahaan yaitu untuk meningkatkan likuiditas perdagangnnya, sedangkan pada tahun 2005 BBJ mencanangkan sebagai Tahun Pelayanan, maka tujuan utama perusahaan yaitu mengutamakan pelayanan kepada nasabah dengan mempermudah perdagangan dan meningkatkan perlindungan dana nasabah. Sejak tahun 2006 sampai tahun
2008, manajemen BBJ menetapkan sebagai Tahun Komoditi, maka tujuan utama perusahaan yaitu meningkatkan aktivitas bursa komoditi, baik dari upaya penambahan komoditi baru maupun upaya lainnya untuk terus menghidupkan bursa komoditi. Dominasi yang tinggi pada pimpinan, akibat pengetahuan, pendidikan, dan pengalaman yang dimilikinya jauh melebihi bawahannya. Sehingga pimpinan merasa pendapatnya yang paling benar. Walaupun demikian, sebenarnya karyawan dapat mengutarakan pendapat, keluhan, dan masalah yang terjadi, 2namun porsi dalam pengambilan keputusan tidak besar. Jika didukung dengan komunikasi yang baik, bukan tidak mungkin manajemen strategis bisa berjalan dengan sangat baik, dan pada akhirnya mampu mengembangkan BBJ menjadi lebih baik lagi, terutama untuk perdagangan berjangka komoditi sebagai produk utama BBJ. Kemampuan dan kapabilitas manajemen puncak sudah tidak diragukan lagi. Salah satu anggota Dewan Komisaris yang berjumlah lima orang merupakan perwakilan dari masyarakat luas untuk mengawasi Direksi dalam melaksanakan kegiatan dalam upaya mencapai tujuan perusahaan. Selain itu, Direktur Utama BBJ adalah seseorang yang dinilai cukup berhasil membawa BBJ berkembang sampai sejauh ini, dengan banyak masalah yang dihadapinya sejak awal pendiriannya. Terlebih pengalamannya sebagai dirut pasar modal menjadi faktor pendukung keberhasilannya. BBJ sendiri sejak awal pendiriannya tidak mendapatkan bantuan dana dari pemerintah, untuk mengembangkan perusahaan ini, seperti yang dilakukan pemerintah kepada pasar modal. Namun ini tidak
menjadi penghalang bagi BBJ untuk terus berkembang dan eksis dalam industri jasa di Indonesia.
7.2.2 Keuangan Divisi keuangan, umum, dan administrasi memiliki proses audit keuangan yang rapih. Adanya pemisahan bagi dana internal perusahaan dan dana nasabah memudahkan proses auditing. Sehingga pengendalian dan kontrol anggaran cukup efektif dilakukan BBJ walaupun dengan sistem akunting sederhana. Anggaran dan pengeluarannya dibagi atas biaya rutin dan berorientasi proyek yang mudah dikendalikan. Selain itu, Bappebti turut melakukan pengawasan anggaran perusahaan, termasuk pembayaran dividen. Sejak didirikannya, BBj sulit untuk mendapatkan modal baru keci. Dalam UU No. 32 th 1997, disebutkan bahwa pemegang saham baru (selain pendiri) harus pialang yang telah memiliki izin. Sampai saat ini pialang yang telah memiliki izin tidak tertarik untuk membeli saham BBJ, karena BBJ bukanlah perusahaan yang semata-mata mencari laba. Sebagai perusahaan swasta tentunya BBJ membutuhkan laba untuk dana operasional dan pengembangan perusahaan disamping untuk dana karyawan, namun tidak benar-benar mencari keuntungan yang besar selayaknya perusahaan swasta lainnya. Selain itu lesunya perdagangan komoditi yang berakibat semakin sedikitnya volume transaksi, menyebabkan laba dari perdagangan komoditi terus menurun bahkan terkadang tidak memberikan keuntungan, sehingga saat ini keuangan BBJ untuk mendanai operasional perusahaan, masih ditopang oleh pendapatan dari perdagangan SPA, yang volume
transaksinya jauh lebih banyak daripada komoditi. Oleh sebab itu SPA masih diperdagangkan di BBJ sebagai sumber pendapatan sampingannya. Tahun 2007 Laba bersih PT Bursa Berjangka Jakarta setelah dipotong pajak sebesar Rp 12.151 juta. Pencapaian tersebut mengalami kenaikan sebesar Rp.6.042 juta atau naik hampir 99%, bila dibandingkan dengan realisasi Laba bersih setelah dipotong pajak untuk tahun 2006. Realisasi pendapatan operasional terhadap anggaran tahun 2007 naik sebesar 13% atau Rp 3.697 juta. 91% Pendapatan operasional BBJ di peroleh dari pendaftaran transaksi luar bursa (SPA), 8% dari iuran anggota bursa/Hak Akses dan 1% dari penjualan data. Realisasi Biaya operasional tahun 2007 lebih rendah 10% terhadap anggaran yaitu sebesar Rp 2.031 juta. Keuntungan yang besar dari perdaganagn SPA, menyebabkan masih dipertahankannya persagangan SPA, sehingga dapat digunakan untuk membiayai program-program pengembangan produk komoditi.
7.2.3 Pemasaran BBJ merupakan satu-satunya bursa berjangka komoditi di Indonesia. Dengan produknya yang unik dapat menjadi keunggulan tersendiri bagi BBJ, misalnya seperti olein. BBJ merupakan satu-satunya bursa komoditi di dunia yang menjual olein. Namun citra dan reputasi BBJ di mata masyarakat dinilai buruk. Hal ini akibat ulah pialang illegal yang menipu masyarakat, ditambah pengetahuan masyarakat yang kurang mengenai perdagangan berjangka. Tidak sedikit pula masyarakat yang menganggap mekanisme BBJ seperti judi. Pengawasan yang dilakukan Bappebti dan lembaga kliring diharapkan dapat memperbaiki citra negatif di masyarakat. Sistem perlindungan yang baik dengan
adanya Lembaga kliring, Divisi Pengawasan Pasar, pendaftaran pialang dan pedagang, posisi wajib lapor dan batas spekualtif, pemisahan dana nasabah, dan dana kompensasi juga dapat menajdi faktor yang dapat memperbaiki reputasi BBJ. Upaya publikasi pengenalan BBJ, baik mengenai perdagangan berjangka maupun produknya mulai sering dilakukan. Baik dengan melakukan kerjasama dengan perusahaan pialang yang peduli terhadap bursa komoditi, yaitu dengan mengadakan pelatihan, seminar, dan simulasi perdagangannya. Pemberian pengetahuan mengenai perdagangan berjangka, baik secara teori maupun on line trading juga diberikan dalam pelatihan tersebut. Semua kondisi dibuat sama dengan
keadaan
yang
sebenarnya,
sehingga
peserta
dapat
merasakan
perdagangannya yang sebenarnya. Semua kegiatan ini bisa diikuti oleh siapa saja yang tertarik dengan perdagangan berjangka baik untuk komoditi maupun produk lainnya.
Tujuan
diadakannya
berbagai
pelatihan
ini,
selain
untuk
memasyarakatkan perdagangan berjangka di Indonesia, juga untuk menarik minat masyarakat dan pialang untuk memanfaatkan bursa komoditi sebagai suatu bursa yang dapat memberikan andil terhadap usaha pertanian di Indonesia pada umumnya dan untuk produsen dan prosesor pada khususnya, juga dapat menjadi tempat investasi alternatif bagi para spekulator. Upaya publikasi yang sudah dilakukan diharapakan dapat meningkatkan aktifitas perdagangan berjangka yang semakin menurun saat ini. Namun sayangnya upaya publikasi yang tujuannya untuk umum, tidak dapat tersebar dengan luas, sehingga yang mengikuti hanyalah orang-orang yang memang telah memiliki ketertarikan terhadap perdagangan berjangka, akibatnya peserta yang
benar-benar baru mengetahui mengenai perdagangan berjangka tidak banyak ditemui, walaupun di Indonesia masih banyak orang yang tidak mengetahui tentang perdagangan berjangka. Terlebih lagi bagi petani kecil, perdagangan berjangka masih jauh dari bayangan mereka, sehingga jika sasaran bursa komoditi untuk petani kecil, yang masih banyak di Indonesia, masih lama bisa tercapai.
7.2.4
Operasional BBJ sebagai penyedia fasilitas dan pengatur perdagangan berjangka
diharuskan memiliki sistem teknologi yang canggih dan cepat, sehingga dapat memuaskan dan memenuhi kebutuhan nasabah. Sistem teknologi yang dilakukan oleh BBJ diupayakan secanggih mungkin, karena sistem komputerisasi tidak bisa terlepas dari perdagangan berjangka. Sistem elektronik yang membutuhkan teknologi dan komputerisasi yang mendukung, harus terus dikembangkan agar tidak tertinggal dengan kemajuan teknologi yang terus berkembang. Dengan sistem yang cukup canggih ini, memungkinkan untuk tercapainya volume transaksi yang tinggi. Dalam mekanisme perdagangan, harga kontrak yang diperdagangkan di lantai perdagangan direkam saat itu juga oleh sistem penyepadanan dan pelaporan pas-waktu Bursa yang dikenal sebagai JAFeTS (Jakarta Futures Electronic Trading System) dan akan disebarkan ke pengguna pasar di seluruh dunia. Kecanggihan fasilitas yang diberikan BBJ, memungkinkan dilakukannya perdagangan perdagangan jarak jauh dari kantor para anggota bursa. Jaringan perdagangan global telah dilakukan BBJ, untuk memfasilitasi perdagangan produk keuangan yang harus dilakukan selama 24 jam guna menyesuaikan dengan waktu perdagangan bursa-bursa di dunia. Teknologi ini
memainkan peranan dalam perdagangan antar bursa, sehingga menghemat biaya, karena lokasi tidak penting, karena telah menggunakan sistem jaringan global.
VIII FORMULASI STRATEGI
8.1. Visi, Misi, Tujuan Perusahaan Perusahaan yang akan mengembangkan bisnis baru atau pun sedang mengembangkan bisnis pasti memiliki suatu arahan yang jelas dalam menjalankan usahanya agar mampu bersaing dalam industrinya. Ketikan suatu bentuk pandanganan tentang bisnis dan fondasinya dituangkan dalam tulisan, hasil tulisannya mencerminkan bebrapa ide dasar yang melandasi pernyataan visi dan misi. Sehingga arah organisasi dalam menjalankan bisnisnya tercermin dalam visi, misi dan tujuan yang dimilikinya. Pernyataan visi merupakan pernyataan yang seharusnya menjawab pernyataan mendasar “Apa yang ingin kita capai?”. Visi yang jelas memberikan gambaran dengan dasar untuk mengembangkan pernyataan misi yang komprehensif. Pernyataan misi merupakan pernytaan yang dapat menjawab pertanyaan “Apa bisnis kita?”. Pernytaan misi adalah deklarasi tentang alasan keberadaan sebuah organisasi. Pernyataan misi yang jelas, penting untuk perumusan tujuan dan formulasi strategi yang efektif (David, 2002). Sedangkan tujuan adalah hasil akhir yang ingin dicapai organisasi melalui bisnis dan operasinya dalam jangka waktu tertentu. PT Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) memiliki visi, misi, dan tujuan yang jelas. Visi BBJ adalah ikut membangun struktur keuangan di Indonesia yang tidak rentan terhadap risiko sistemik karena tersedianya sarana pengelolaan risiko yang transparan, teratur, wajar, efisien dan efektif. Pernyataan misi yang dimliki BBJ adalah menyediakan sarana perdagangan berjangka yang berciri: 1) mampu
mnejadi sarana lindung nilai yang efisien, 2) mampu menjadi sumber referensi harga yang transparan dan terpercaya, 3) mampu mendidik masyarakat investor dalam mengelola risiko secara bertanggung jawab, 4) mampu melayani kebutuhan pasar, 5) mampu menjaga dan mempertahankan integritas pasar, 6) mampu mengembangkan kesempatan usaha bagi para anggota, dan 7) mampu ikut berperan dalam arus globalisasi. Pernyataan tujuan PT BBJ adalah menyelenggarakan transaksi kontrak berjangka yang teratur, wajar, efisien, efektif, dan transparan. Dalam pernyataan visi, misi, dan tujuan tidak terlihat secara eksplisit bahwa perusahaan ingin mendapatkan laba seperti perusahaan pada umumnya. Secara tertulis, tidak terdapat pernyataan perusahaan ingin mencari keuntungan atau laba. Sejak didirikannya, BBJ adalah perusahaan yang tidak semata-mata mencari profit, karena BBJ ingin berperan aktif dalam perekonomian nasional guna menghadapi situasi dan kondisi yang semakin kompetitif. Ketidakpastian usaha yang semakin meningkat, juga menjadi penyebab berdirinya BBJ. Namun, selayaknya suatu perusahaan, BBJ tetap mencari keuntungan, namun hanya secara implisit dalam visi perusahaan. BBJ meupakan perusahaan publik yang dikelola oleh swasta, sehingga tidak etis jika dalam pernyataan visi terlihat dengan jelas ingin mencari keuntungan, karena yang terpenting adalah mampu berperan dalam membangun perekonomian nasional, terutama dalam mengatasi ketidakpastian usaha, sehingga dalam visi misi nya yang terlihat adalah pernyataan mengenai kepentingan pasar, dan integritas BBJ dalam perekonomian nasional secara umum.
8.2 Matriks EFE dan IFE Analisis matriks IFE (Internal Factor Evaluation)dan EFE (Eksternal
Factor Evaluation) merupakan analisis yang dilakukan dengan melakukan identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal. Dengan mengidentifikasi faktor internal,yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan, serta faktor eksternal, yang terdiri dari peluang dana ancaman, maka dapat dipilih beberapa faktor yang paling penting, untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukan alternatif strategi yang mungkin dapat dilakukan oleh perusahaan. Analsis internal dan eksternal dilakukan dengan bantuan dari tiga orang responden/ pakar yang mengerti mengenai BBJ dan berperan dalam pengambilan keputusan strategi perusahaan. Setelah melakukan identifikasi faktor internal dan eksternal, maka ketiga pakar ini yang memberikan bobot dengan skala 1 sampai 3, hasil dari membandingkan faktor yang berada pada kolom horizontal dan vertikal, serta menentukan rating untuk setiap faktor-faktor strategis. Bobot dapat mengindikasikan tingkat kepentingan relatif dari faktor terhadap keberhasilan perusahaan dalam suatu industri, sedangkan rating dapat mengindikasikan sejauh mana perusahaan dapat menjalankan faktor-faktor tersebut. Dapat disimpulkan, bahwa bobot didasarkan pada industri, dan rating didasarkan pada perusahaan. Responden/ pakar pertama dan kedua berasal dari PT. BBJ, yaitu Direktur dan Kepala Divisi Pengembangan Usaha. Responden/pakar ketiga adalah Wakil Pialang dari salah satu perusahaan pialang yang menjadi anggota bursa. Pembobotan dan pemberian rating dilakukan dari hasil wawancara dan pengisian kuesioner terhadap tiga orang pakar, yang kemudian dibagi berdasarkan proporsi masing-masing pakar. Setelah dihitung pembobotannya sesuai dengan
proporsi masing-masing pakar, hasilnya dijumlahkan, sehingga didapatkan nilai total matriks IFE dan EFE. Proporsi masing-masing pakar yaitu 60 persen untuk Direktur BBJ, 35 persen untuk Kepala Divisi Pengembangan Usaha BBJ, dan 5 persen untuk Wakil Pialang. Pemberian proporsi ini didarkan pada peranan pakar tersebut dalam pengambilan keputusan perusahaan. Dirut BBJ diberikan proporsi 60 persen karena ia yang memiliki pengaruh sangat kuat dalam pengambilan keputusan perusahaan. Sedangkan Kepala Divisi Pengembangan Usaha BBJ, diberikan proporsi 35 persen karena pengaruhnya cukup kuat dalam memberikan masukan
untuk
pengambilan
keputusan
perusahaan,
terutama
dalam
pengembangan perusahaan. Untuk Wakil Pialang, proporsi yang diberikan sangat kecil, karena peranan dalam perusahaan sangat kecil. Pialang merupakan pelanggan dan pengguna jasa PT. BBJ dan pihak eksternal yang tidak banyak mengetahui faktor internal perusahaan, namun pialang memiliki banyak informasi eksternal
yang
dapat
menjadi
bahan
pertimbangan
bagi
perushaan.
Pengetahuannya yang luas mengenai isu-isu yang berkembang saat ini, serta informasi yang up to date selalu berusaha mereka dapatkan dengan segera. Sehingga pengetahuan eksternal mereka mengenai peluang dan ancaman industri berjangka cukup diperlukan.
8.2.3 Matriks EFE Hasil analisis dalam matriks EFE merupakan hasil penjumlahan dari ketiga pakar, yang telah disesuaikan dengan proporsinya masing-masing terhadap rating dan bobot pada kuesioner. Nilai hasil analisis matriks EFE dapat dilihat pada tabel 16, berdasarkan hasil analisis total skor EFE adalah sebesar 2,334, yang berarti
BBJ berada dalam kondisi sedang dalam merespon peluang dan ancaman pada lingkungan eksternalnya. Tabel 16. Matriks EFE PT. Bursa Berjangka Jakarta Faktor Sukses I. Peluang 1.1 Kejelasan perundang-undangan yang mengatur perdagangan berjangka 1.2 Pasar bebas 1.3 Perkembangan teknologi yang semakin canggih 1.4 Semakin berkembangnya bursa komoditi di dunia 1.5 Meningkatnya fluktuasi harga komoditi dunia 1.6 Meningkatnya jumlah pialang Total Peluang II. Ancaman 2.1 Kurangnya dukungan pemerintah dalam pengembangan infrastruktur penunjang 2.2 Kebijakan pemerintah yang seringkali merugikan 2.3 Terbatasnya pengetahuan dan pendidikan masyarakat mengenai perdagangan berjangka 2.4 Banyaknya pialang ilegal yang menimbulkan persepsi negatif mengenai perdagangan berjangka 2.5 Lebih aktifnya transaksi SPA 2.6 Kurangnya integritas dan minat pialang untuk mengembangkan perdagangan komoditi Total Ancaman Total EFE
Bobot
Rating
Skor
0,0450 0,0845 0,0862 0,0897 0,0679 0,0906
2,35 1,05 2,35 1,4 1,65 2,65
0,106 0,089 0,203 0,126 0,112 0,24 0,875
0,0782 0,0709
3,4 3,05
0,266 0,216
0,0920
2,4
0,221
0,1020 0,0996
2,05 2,35
0,209 0,234
0,0933
3,35
0,313 1,459 2,334
1
Dari hasil analisis eksternal perusahaan, dihasilkan beberapa faktor strategis berupa peluang dan ancaman, yang dihadapi BBJ dalam lingkungan industrinya. Peluang yang dihadapi perusahaan berdasarkan hasil analisis dan identifikasi meliputi: kejelasan perundang-undangan yang mengatur perdagangan berjangka, mulai memasukinya era pasar bebas, perkembangan teknologi yang semakin canggih,
semakin
berkembangnya
bursa
komoditi
di
dunia,
semakin
meningkatnya fluktuasi harga komoditi dunia, dan semakin meningkatnya jumlah pialang di Indonesia.
Sedangkan ancaman yang dihadapi perusahaan dalam lingkungan eskternalnya, yaitu: kurangnya dukungan pemerintah dalam pengembangan infrastruktur penunjang, kebijkan pemerintah yang seringkali merugikan, terbatasnya pengetahuan dan pendidikan masyarakat mengenai perdagangan berjangka, banyaknya pialang ilegal yang menimbulkan persepsi negatif mengenai perdagangan berjangka, lebih aktifnya transaksi SPA, dan kurangnya integritas dan minat pialang untuk mengembangkan perdagangan komoditi. Peluang terbesar yang dimiliki BBJ dari beberapa faktor strategis hasil identifikasi adalah faktor dengan skor tertinggi diantara peluang strategis tersebut. Peluang yang memiliki skor tertinggi adalah meningkatnya jumlah pialang dengan skor 0,24, kemudian peluang terbesar kedua adalah perkembangan teknologi yang semakin canggih dengan skor 0,203. Kedua peluang ini sangatlah penting dalam mengembangkan BBJ lebih baik lagi. Ancaman terbesar yang dihadapi BBJ dari beberapa faktor strategis adalah faktor dengan skor terendah diantara ancaman hasil identifikasi. Ancaman yang memiliki skor terendah adalah banyaknya pialang ilegal yang menimbulkan persepsi negatif mengenai perdagangan berjangka, dengan skor 0,209, kemudian ancaman terbesar kedua adalah kebijakan pemerintah yang seringkali merugikan. Dengan banyaknya pialang ilegal, menimbulkan ketidakpercayaan masyrakat terhadap BBJ, dan persepsi negatif kerap kali timbul akibat kerugian yang dialami oleh para nasabah. Kebijakan pemerintah yang terkadang menghambat perkembangan BBJ, menyebabkan mengendapnya citra buruk BBJ, sehingga perdagangan berjangka semakin terlihat tidak baik dimata masyarakat dan pada akhirnya BBJ sulit untuk melangkah maju.
8.2.4 Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) Hasil analisis dalam matriks IFE merupakan hasil penjumlahan dari ketiga pakar, yang telah disesuaikan dengan proporsinya masing-masing terhadap rating dan bobot pada kuesioner. Nilai hasil analisis matriks IFE dapat dilihat pada tabel 17, berdasarkan hasil analisis, total skor IFE adalah sebesar 2,448, yang berarti BBJ memiliki kekuatan dan kelemahan dalam tingkat yang sedang atau rata-rata. Dari hasil analisis internal perusahaan, dihasilkan beberapa faktor strategis berupa kekuatan dan kelemahan, yang dimiliki BBJ. Kekuatan yang dimiliki oleh BBJ, berdasarkan hasil identifikasi faktor internal yaitu: memiliki produk komoditi yang unik dan berbeda dari bursa luar, selalu melakukan evaluasi strategi tahunan, pemberian pelatihan dan seminar kepada karyawan
untuk meningkatkan
kemampuan dan pengetahuannya, pengendalian yang biaya yang efektif, memiliki sistem teknologi yang menggunakan JAFeTS/online trading yang memudahkan transaksi, serta upaya publikasi mengenai bursa komoditi melalui pelatihan dan simulasi untuk umum. Sedangkan kelemahan internal yang dimiliki oleh BBJ berdasarkan identifikasi faktor internal yaitu: tidak adanya komunikasi yang lancar dan timbal balik antara manajemen puncak dan karyawan, adanya pelaksanaan pekerjaan yang tumpang tindih antara satu dengan lainnya, kurangnya pengalaman dan pengetahuan tenaga kerja dalam perdagangan berjangka, laba yang tidak stabil dari perdagangan komoditi sebagai produk utama BBJ, sulit menarik modal baru, dan Kurangnya promosi BBJ.
Tabel 17. Matriks IFE PT. Bursa Berjangka Jakarta Faktor Sukses I. Kekuatan 1.1 Komoditi yang unik dan berbeda dari bursa luar 1.2 Evaluasi strategi tahunan 1.3 Pemberian pelatihan dan seminar kepada karyawan untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan dalam administrasi praktis 1.4 Pengendalian biaya yang efektif 1.5 Sistem teknologi yang menggunakan JAFeTS/online trading yang memudahkan transaksi 1.6 Upaya publikasi mengenai bursa komoditi melalui pelatihan dan simulasi untuk umum Total Kekuatan II. Kelemahan 2.1 Tidak adanya komunikasi yang lancar dan timbal balik antara manajemen puncak dan karyawan 2.2 Adanya pelaksanaan pekerjaan yang tumpang tindih antara satu dengan lainnya 2.3 Kurangnya pengalaman dan pengetahuan tenaga kerja dalam perdagangan berjangka 2.4 Laba yang tidak stabil dari perdagangan komoditi sebagai produk utama BBJ 2.5 Sulit menarik modal baru 2.6 Kurangnya promosi BBJ Total Kelemahan Total IFE
Bobot
Rating
Skor
0,063 0,070
3,95 3,6
0,25 0,252
0,080 0,071
3,95 3,95
0,316 0,281
0,059
3,6
0,211
0,102
3,35
0,342 1,651
0,075
1,65
0,124
0,076
1,65
0,125
0,088
1,05
0,092
0,116 0,104 0,098
1 1,4 2
0,116 0,145 0,195 0,797 2,448
1
Kekuatan terbesar yang dimiliki BBJ dari beberapa faktor strategis hasil identifikasi adalah faktor dengan skor tertinggi diantara peluang strategis tersebut. Kekuatan yang memiliki skor tertinggi adalah upaya publikasi mengenai bursa komoditi melalui pelatihan dan simulasi untuk umum dengan skor 0,342, kemudian kekuatan terbesar kedua adalah pemberian pelatihan dan seminar kepada karyawan untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuannya dengan skor 0,316. Kedua kekuatan ini dapat menunjang dalam mengembangkan BBJ dalam menghidupkan perdagangan berjangka komoditi, baik manfaatnya maupun peranannya dalam perekonomian.
Kelemahan utama yang dimiliki BBJ dari beberapa faktor strategis adalah faktor dengan skor terendah diantara kelemahan hasil identifikasi. Kelemahan yang memiliki skor terendah adalah kurangnya pengalaman dan pengetahuan tenaga kerja dalam perdagangan berjangka, dengan skor 0,092, kemudian kelemahan terbesar kedua adalah laba yang tidak stabil dari perdagangan komoditi sebagai produk utama BBJ.
8.3 Matriks IE dan SWOT Matriks IE merupakan matriks yang didasarkan pada skor IFE pada sumbu x dan skor EFE pada sumbu y. Matriks ini berfungsi untuk mengetahui posisi strategis perusahaan saat ini yang selanjutnya digunakan untuk memperoleh strategi bisnis yang lebih detail berdasarkan posisi strategi perusahaan pada matriks IE. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari matriks EFE dan IFE, maka dapat disusun matriks Internal-Eksternal (IE) yang dapat dilihat pada gambar 10 berikut:
Total Skor IFE Kuat 4
Sedang 3
Lemah 2
1
Tinggi I
II
III
V
3
(2,448;2,334) Total Skor Sedang EFE
IV
VI
2
Rendah
VII
VIII
IX
1 Gambar 10. Matriks Internal-Eksternal (IE) PT. Bursa Berjangka Jakarta. Dari hasil analisis, nilai EFE yang dihasilkan sebesar 2,334, yang berarti respon BBJ terhadap lingkungan eksternal tergolong sedang atau rata-rata dalam mengatasi ancaman dan memanfaatkan peluang yang ada. Nilai IFE yang dihasilkan sebesar 2,448, yang berarti BBJ berada pada kondisi internal yang sedang atau rata-rata. Jika nilai IFE dan EFE ini dipetakan ke dalam matriks IE, maka posisi perusahaan berada pada sel V. Dengan perusahan berada pada sel ini, strategi yang harus dijalankan perusahaan adalah strategi pertahanan dan pelihara
(hold and mantain). Alternatif strategi yang dapat dijalankan perusahaan adalah berupa penetrasi pasar dan pengembangan produk. Strategi dari hasil matriks IE kemudian dibuat bentuk yang lebih teknis untuk diimplementasikan dengan menggunakan matriks SWOT. Matriks SWOT merupakan interpretasi strategi dari hasil matriks IE. Sehingga alternatif strategi yang dihasilkan dalam matriks SWOT harus sejalan dengan matriks IE. Sehingga menghasilkan strategi yang baik dan dapat dijalankan oleh perusahaan. Berdasarkan hasil analisis lingkungan eksternal dan internal, untuk mencapai visi, dan tujuan perusahaan, misi dapat dikembangkan dan dirumuskan ke dalam empat alternatif strategi yang dapat digunakan melalui matriks SWOT yang terdiri dari: strategi SO (Strength-Opportunity), strategi WO (WeaknessesOpportunities), strategi ST (Strength-Threats), dan strategi WT (WeaknessesThreats). Strategi yang telah dirumuskan dengan melakukan analisis SWOT, terdiri dari empat kelompok strategi, yaitu a.
Strategi S-O mempunyai dua alternatif strategi, terdiri dari:
1.
Terus meningkatkan likuiditas komoditi Terus memperhatikan perkembangan yang terjadi, dengan meningkatkan likuiditas komoditi yang sudah ada dan menciptakan komoditi baru yang unik, menarik, disertai dengan spesifikasi kontrak yang jelas sebagai bentuk penyesuaian dalam pasar bebas yang dinamis dan fluktuatif sehingga semakin dibutuhkannya pengelolaan risiko. Alternatif strategi ini mendorong perusahaan untuk menciptakan produk baru. Produk komoditi ini disesuaikan dengan keadaan yang ada, misalnya
dengan mengajukan kepada pemerintah untuk menjual produk yang telah diberikan izin untuk diperdagangkan. Salah satu syarat agar suatu komoditi dapat diperdagangkan adalah harga komoditi tersebut haruslah fluktuatif, sehingga memang membutuhkan suatu pengelolaan risiko. Dengan demikian
diharapkan
perizinan
akan
lebih
mudah
untuk
memperdagangkannya. Semakin banyaknya komoditi yang diperdagangkan, maka akan menarik minat bursa luar untuk memperdagangkan produk BBJ, yang didukung dengan standar mutu komoditi yang baik, sehingga diharapkan dapat mendorong pemerintah memberikan izin kepada BBJ untuk bekerjasama dengan bursa luar untuk memperdagangkan produknya disana. Selain itu kontrak yang dibuat haruslah lebih jelas, jika petani juga dijadikan sebagai sasaran, maka kontrak disesuaikan dengan petani. Petani di Indonesia sebagian besar adalah petani kecil, sehingga masih awam dengan perdagangan semacam ini. 2.
Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia Peningkatan kemampuan karyawan, mengenai administrasi maupun teknologi dengan bekerjasama dengan bursa luar yang telah memiliki teknologi yang lebih canggih, sehingga sistem jaringan di BBJ semakin berkembang. Kemampuan karyawan haruslah terus ditingkatkan, baik mengenai hukum, administrasi praktis, serta teknologi yang semakin berkembang. Teknologi yang digunakan di luar negeri telah berada jauh di depan, sehingga terdapat kesempatan bagi BBJ untuk mengembangkan sistem yang
lebih baik lagi dari sekarang. Informasi yang masih dirasa lambat diterima oleh para nasabah, atau pialang dapat diatasi. Pengembangan sistem ini haruslah didukung dengan biaya yang kuat, karena pengembangan suatu sistem teknologi membutuhkan dana yang tidak sedikit, sehingga BBJ perlu mendapatkan dana tambahan atau memiliki dana cadangan yang cukup. b.
Strategi W-O mempunyai satu alternatif strategi, terdiri dari :
1.
Memperbaiki iklim kerja Meningkatkan manajemen yang baik di dalam organisasi sehingga dapat mengikuti lingkungan yang bergerak dengan cepat serta banyak mengirim tenaga kerjanya ke luar negeri untuk menambah pengalaman dalam perdagangan berjangka. Manajemen yang baik sangatlah penting dalam suatu organisasi. Pencapaian visi, misi, dan tujuan perusahaan sangatlah didukung dengan mekanisme manajemen yang ada. Pengerjaan tugas yang tumpang tindih dapat memperlamabat pencapaian tujuan perusahaan. Pembagian kerja yang sangat jelas dan terstruktur dengan rapih didukung dengan kemampuan sumberdaya manusia yang kompeten mampu mengembangkan BBJ lebih baik lagi. Pengiriman tenaga kerja ke luar negeri untuk melakukan pelatihan, seminar dengan bursa luar, dapat meningkatkan kemampuan dan pengetahuan karyawan dalam perdagangan berjangka. Lingkungan global yang dinamis memerlukan suatu reaksi yang cepat sebagai bentuk penyesuaian diri agar mampu bertahan, sehingga pimpinan dan karyawan harus berkoordinasi dengan baik.
c.
Strategi S-T mempunyai satu alternatif strategi, terdiri dari :
1.
Peningkatan kemampuan dan pengetahuan nasabah serta calon nasabah Meningkatkan pelatihan dan simulasi perdagangan komoditi, sehingga nasabah tidak hanya menitipkan dananya, namun juga mengerti mengenai sistem dan mekanisme perdagangan berjangka. Ketertarikan nasabah pada perdagangan
berjangka
juga
dapat
ditingkatkan
dengan
semakin
mengertinya nasabah terhadap mekanismenya. Nasabah tidak hanya menitipkan dananya, namun dapat melakukan transaksi sendiri, terutama untuk nasabah yang bertujuan untuk melakukan hedging diperlukan pengetahuan yang baik, sehingga ia mengetahui kapan ia harus menjual atau pun
membeli
kontraknya.
Pengetahuan
mengenai
komoditi
yang
diperdagangkan juga dapat merangsang produsen dan prosesor untuk melakukan perdagangan berjangka terutama untuk produk-produk yang memang perlu adanya lindung nilai, akibat risikonya yang tinggi. Peningkatan ketertarikan calon nasabah untuk bertransaksi komoditi, akan meningkatkan likuiditas komoditi, sehingga perdagang BBJ tidak hanya dikuasai oleh perdagangan produk finansial (SPA). Bursa komoditi di Indonesia akan lebih hidup, sehingga pertanian modern dapat terwujud. d.
Strategi W-T mempunyai dua alternatif strategi, terdiri dari :
1.
Peningkatan modal baru dengan peningkatan kerjasama dengan pihak-pihak yang kompeten Berusaha menarik modal baru untuk pengembangan bursa komoditi, serta bekerjasama dengan pemerintah untuk mengembangkan bursa komoditi, dan membangun infrastruktur penunjang sehingga dapat menarik
minat pialang turut mempromosikan bursa komoditi, yang dapat mengaktifkan kembali transaksi komoditi dan memberikan laba yang lebih stabil. Selain itu peningkatan modal untuk mengembangakan komoditi, dapat juga dilakukan dengan mengadakan kerjasama dengan bank, sebagai mitra. Walaupun tidak menjadi pemilik saham, namun dapat dibuat suatu jalinan kerjasama yang menguntungkan kedua belah pihak. Dukungan pemerintah sangat diperlukan dalam pengembangan BBJ. Selain dukungan dana, pengembangan infrastruktur juga perlu diperhatikan. Perjalanan dari gudang ke tempat penyerahan diperlukan kelancaran, selain pungutan liar yang sering terjadi, mutu produk perlu dijaga, agar tetap memenuhi standar yang telah ditetapkan. Jika mutu produk telah dan tetap memenuhi standar, maka kemungkinan produk BBJ dapat dibeli oleh bursa luar akan terbuka, karena telah banyak bursa luar yang tertarik untuk membeli produk BBJ. Dukungan pemerintah, juga diharapkan dapat menarik minat para pialang untuk menanamkan modalnya di BBJ, terutama untuk mengembangkan perdagangan komoditi. Jika perdagangan komoditi mendapat dukungan pemerintah, memiliki prospek yang baik, maka pialang akan lebih tertarik lagi mempromosikan komoditi kepada nasabahnya. 2.
Peningkatan promosi mengenai perdagangan komoditi berjangka Melakukan promosi mengenai manfaat dan pentingnya bursa komoditi ke berbagai pihak dengan bekerjasama dengan pialang anggota bursa, sehingga masyarakat mengetahui manfaat, produk dan keuntungan perdagangan
komoditi berjangka serta dapat membedakan antara pialang yang ilegal dan tidak. Promosi BBJ ke berbagai pihak perlu dilakukan, terutama saat ini persepsi negatif akibat ulah pialang ilegal memberikan dampak yang tidak baik terhadap perdagangan berjangka, yang memberi imbas pada BBJ, sebagai penyedia fasilitasnya. Promosi dengan pemberian pengetahuan dan kerjasama bisa diberikan kepada perguruan tinggi, calon investor yang potensial, bahkan jika memungkinkan sampai kepada kelompok tani. Hasil analisis SWOT, didapatkan enam strategi alternatif startegi pengembangan PT. Bursa Berjangka Jakarta. Keenam slternatif startegi ini merupakan rekomendasi untuk BBJ, agar dapat mengembangkan perusahaan sehingga mampu mengembangkan perdagangan komoditi. Rekomendasi ini diharapkan dapat meningkatkan likuiditas transaksi perdagangan komoditi sehingga meningkatkan laba dari transaksinya.
Internal
1) 2) 3)
4)
Eksternal
5)
6)
1) 2) 3) 4) 5) 6) 1) 2) 3) 4) 5) 6)
Peluang OPPORTUNITIES (O) Kejelasan perundang-undangan yang mengatur perdagangan berjangka Pasar bebas Perkembangan teknologi yang semakin canggih Semakin berkembangnya bursa komoditi di dunia Meningkatnya fluktuasi harga komoditi dunia Meningkatnya jumlah pialang Ancaman THREATS (T) Kurangnya dukungan pemerintah terutama dalam pengembangan infrastruktur penunjang Kebijakan pemerintah yang seringkali merugikan Terbatasnya pengetahuan dan pendidikan masyarakat mengenai perdagangan berjangka Banyaknya pialang ilegal yang menimbulkan persepsi negatif mengenai perdagangan berjangka Lebih aktifnya transaksi SPA Kurangnya integritas dan minat pialang untuk mengembangkan perdagangan komoditi
Kekuatan (STRENGTH-S) Komoditi yang unik dan berbeda dari bursa luar Evaluasi strategi tahunan Pemberian pelatihan dan seminar kepada karyawan untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan dalam administrasi praktis Pengendalian biaya yang efektif Sistem teknologi yang menggunakan JAFeTS/online trading yang memudahkan transaksi Upaya publikasi mengenai bursa komoditi melalui pelatihan dan simulasi untuk umum
1)
2)
3)
4) 5) 6)
Kelemahan (WEAKNESS-W) Tidak adanya komunikasi yang lancar dan timbal balik antara manajemen puncak dan karyawan Adanya pelaksanaan pekerjaan yang tumpang tindih antara satu dengan lainnya Kurangnya pengalaman dan pengetahuan tenaga kerja dalam perdagangan berjangka Laba yang tidak stabil dari perdagangan komoditi sebagai produk utama BBJ Sulit menarik modal baru Kurangnya promosi BBJ
Strategi S – O 1) Terus meningkatkan likuiditas komoditi (S1, S2, S4, O1, O2, O4, O5, O6) 2) Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (S3, S5, O3, O4)
Strategi W – O 1) Memperbaiki iklim kerja (W1, W2, W3, O3, O4)
Strategi S – T 1) Peningkatan kemampuan dan pengetahuan nasabah serta calon nasabah (S6, T5)
Strategi W – T 1) Peningkatan modal baru dengan peningkatan kerjasama dengan pihakpihak yang kompeten (W4, W5, T1, T2, T5, T6) 2) Peningkatan promosi mengenai perdagangan komoditi berjangka (W6, T3, T4)
Gambar 11. Matriks SWOT PT. Bursa Berjangka Jakarta.
IX KESIMPULAN DAN SARAN
9.1 Kesimpulan Tingkat volatilitas harga olein di pasar fisik pada empat tahun terakhir berada di atas 30
persen, yang berati menunjukkan bahwa komoditas olein
sebagai satu-satunya komoditi pertanian yang dperdagangakan di BBJ memerlukan suatu pengelolaan risiko, yaitu dengan melakukan dua perdagangan di pasar fisik dan pasar berjangka, diharapkan dapat meminimalkan risiko. Hasil analisis efektivitas hedging, ternyata dengan melakukan perdagangan di dua pasar, yaitu pasar fisik dan pasar berjangka, dapat meminimalkan risiko yang dihadapi oleh produsen atapun prosesor. Bahkan pengurangan risiko tersebut hampir mencapai 50 persen. Hal ini sangat baik, terutama karena jika melakukan perdagangan di pasar fisik saja, risiko yang diterima cukup besar. Volatilitas harga olein di pasar fisik pun sangat tinggi, sehingga ini mengindikasikan diperlukannya suatu pengelolaan risiko. Analisis efisiensi dilakukan dengan dua pendekatan yaitu efisiensi secara informasi dan efisiensi secara keputusan. Kedua analisis ini memberikan kesimpulan bahwa pasar komoditi berjangka tidak efisien. Efisiensi secara informasi dilakukan dengan dua model yaitu pengujian runtun dan mean-adjusted
model. Tidak efisien secara informasi mengindikasikan bahwa harga yang terbentuk tidak mampu menggambarkan periatiwa yang terjadi saat itu. Pola harga tidak acak, artinya perubahan harga sekarang terdapat hubungan dengan perubahan harga sebelum-sebelumya. Selain itu adanya suatu peristiwa ternyata tidak mampu memberikan abnormal return sehingga peristiwa tidak mampu
memberikan insentif apapun dalam pasar berjangka. Tidak efisien secara keputusan akibat pasar yang tidak mampu memberikan abnormal return, yang seharusnya dapat memberikan abnormal return. Ketidak stabilan pergerakan harga berjagka dengan harga fisik, turut memicu ketidakefisienan pasar berjangka. Analisis dalam merumuskan suatu alternatif strategi pengembangan PT. BBJ dilakukan dengan analisis EFE, IFE untuk menentukan posisi perusahaan dalam matris IE. Kemudian disrumuskan alternatif strategi dalam matriks SWOT hasil dari pencocokan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman perusahaan. Melalui analisis EFE dihasilkan peluang terbesar yang dimiliki oleh BBJ adalah meningkatnya jumlah pialang disusul oleh perkembangan teknologi yang canggih, sedangkan ancaman yang terbesar adalah banyaknya pialang ilegal yang menimbulkan persepsi negatif mengenai perdaganagn berjangka yang disusul dengan kebijakan pemerintah yang seringkali merugikan. Berdasarkan analisis IFE kekuatan terbesar yang dimiliki BBJ yaitu upaya publikasi mengenai bursa komoditi melalui pelatihan dan simulasi untuk umum kemudian disusul dengan pemberian pelatihan dan seminar kepada karyawan untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahauannya, sedangkan kelemahan yang dimiliki oleh BBJ adalah kurangnya pengalaman dan pengetahuan tenaga kerja dalam perdagangan berjangka, kemudian disusul oleh laba yang tidak stabil dari perdagangan komoditi sebagai produik utama BBJ. Jika nilai IFE dan EFE ini dipetakan ke dalam matriks IE, maka posisi perusahaan berada pada sel V. Dengan perusahan berada pada sel ini, strategi yang harus dijalankan perusahaan adalah strategi pertahanan dan pelihara (hold
and mantain). Alternatif strategi yang dapat dijalankan perusahaan adalah berupa penetrasi pasar dan pengembangan produk. Strategi dirumuskan dalam matriks SWOT yang terdiri dari empat kelompok alternatif strategi diantaranya adalah: strategi SO (Strength-
Opportunity), strategi WO (Weaknesses-Opportunities), strategi ST (StrengthThreats), dan strategi (Weaknesses-Threats). Strategi S-O mempunyai dua alternatif strategi, yaitu: 1) Terus meningkatkan likuiditas komoditi, 2) Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia. Strategi W-O mempunyai satu alternatif strategi, yaitu : 1) Memperbaiki iklim kerja. Strategi S-T mempunyai satu alternatif strategi, yaitu : 1) Peningkatan kemampuan dan pengetahuan nasabah serta calon nasabah. Strategi W-T mempunyai dua alternatif strategi, yaitu : 1) Peningkatan modal baru dengan peningkatan kerjasama dengan pihak-pihak yang kompeten, 2) Peningkatan promosi mengenai perdagangan komoditi berjangka
9.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka saran yang dapat direkomendasikan kepada BBJ adalah sebagai berikut: 1.
Mempertimbangkan alternatif strategi yang telah dirumuskan dalam analisis SWOT, disertai dengan perencanaan yang matang dan perbaikan sistem kerja sehingga mampu menciptakan iklim kerja yang dapat meningkatkan integritas pengembangan bursa komoditi. Kesemua alternatif strategi ini penting untuk dilaksanakan, dengan pertimbangan bahwa saat ini keadaan BBJ untuk perdagangan komoditi tidak terlihat kemajuanya.
2.
Menjalin kerjasama yang baik dengan pialang, agar pialang lebih berminat untuk mengembangkan bursa komoditi yang menguntungkan kedua belah pihak, serta nasabahnya (produsen dan prosesor), sehingga diharapkan dapat meningkatkan likuiditas perdagangan komoditi.
3.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai komoditi-komoditi yang mungkin diperdagangkan di bursa berjangka, dengan menyesuaikan dengan kondisi di Indoensia, sehingga bursa berjangka memang layak sebagai salah satu instrumen manajemen risiko.
4.
Upaya pendekatan dengan pemerintah perlu ditingkatkan lagi, agar pemerintah turut membantu dalam pengembangan bursa berjangka, baik dengan upaya kerjasama maupun proyek yang melibatkan pemerintah. serta lebih sering lagi melakukan kerjasama dengan bursa luar untuk mempelajari keberhasilan bursa luar dalam mengembangkan perdagangan berjangaka (seperti di Jepang, Malaysia, Amerika Serikat).
DAFTAR PUSTAKA Antara News. http://www.antara.co.id. 2007. Produksi CPO Semester II Diproyeksikan Naik 21,5 Persen [25 Mei 2008] Arifin, Ridwan. 2004. Tingkat Imbalan dan Resiko pada investasi dan Lindung Nilai Melalui Perdagangan Kontrak Berjangka Olein di Bursa Berjangka Jakarta [skripsi]. Bogor. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Adiwijaya, Ch.A. 2005. Fungsi Ekonomi Perdagangan Berjangka Komoditi. http://www.geocities.com/sang_pengembara/fungsi [25 Mei 2008] Bappebti. 2006. Perdagangan Berjangka Komoditi Apakah Kontrak Berjangka Komoditi Itu ?. http://www.bappebti.go.id. [15 Pebruari 2008] BBJ. 2006. http://www.jfx-bbj.com/ [23 Januari 2008] David F.R. 2006. Manajemen Strategis: Konsep. Jakarta: Salemba Empat. Departemen Pertanian. 2008. http:// www.deptan.go.id/ [25 Mei 2008] Ferlianto, L.R. dkk. 2006. Komoditi Investasi Paling Prospektif. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Harmiyadi, Eko. 2004. Analisis Manajemen dalam Pengambilan Keputusan Inisiatif Strategik Melalui Pendekatan Perspektif Balanced Scorecard pada PT. Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) [skripsi]. Bogor. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Hartono, Jogiyanto. 2005. Pasar Efisien Secara Keputusan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Kapanlagi. Com. 2006. Ekspor CPO Indonesia Tahun Ini Diperkirakan Mencapai 11,3 Juta MT. htpp:// www.kapanlagi.com/ [1 Mei 2008] Kurnia, Ahmad Doli dan Abdullah Syafi’i (editor). 1999. Perdagangan Berjangka Komodit Indonesia, Relevansinya dengan Konstruksi Nilai Etika dalam Pasar Bebas dan Pertumbuhan Nilai Ekonomi Bangsa. Jakarta: HMI Publisher Muttaqien, Ihsanul. 2007. Strategi Pemasaran kampoeng Ternak Baznas Dompet Dhuafa Republika [skripsi]. Bogor. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Natalia, Dini. 2005. Analisis Transmisi Harga Olein di Pasar Fisik Jakarta, Rotterdam dan di Bursa Berjangka (Studi Kasus PT. Bursa Berjangka Jakarta) [skripsi]. Bogor. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Noviani, Irmalia. 2002. Analisis Industri dan Prospek Perdagangan Kontrak Berjangka Kopi robusta di Bursa Berjangka Komoditi Indonesia [skripsi]. Bogor. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Pakasi, Alfred. 2006. Mengelola Risiko http://www.Vibiznews.com. [3 Januari 2008]
di
bursa
Berjangka..
Pearce, and Robinson. 1997. Manajemen Strategik, Formulasi, Implementasi, dan Pengendalian. Jilid satu. Jakarta: Binarupa Aksara Pranadji, Tri. 2003. Menuju Transformasi Kelembagaan Dalam Pembangunan Pertanian dan Pedesaan. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian Bidang Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Deptan PT. Asia Kapitalindo. 2006. http://www.asiafxonline.com. Olein . [3 Januari 2008] Safitri, Indra. Selamat Datang Bursa Komoditi http://www.business.fortunecity.com/ [24 Februari 2008]
Berjangka.
Saptana, dkk. 2007. Mewujudkan Keunggulan Komparatif Menjadi Keunggulan Kompetitif Melalui Pengembangan Kemitraan Usaha Hortikultura. http:// pse.litbang.deptan.go.id/ [1Juni 2008] Siahaan, H.P dan Adler H.M. 2006. Aktiva Derivatif : Pasar Uang, Pasar Modal, Pasar Komoditi & Indeks, Konsep, Problem dan Solusi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Siahaan, Hansa. 2007. Perkembangan Pasar Derivatif Membantu Peningkatan Efisiensi Pasar Keuangan Indonesia. Jurnal keuangan dan moneter. 4 Januari 2008. Syafa’at, Nizwar. 2005. Arah dan Strategi http:// ntb.litbang.deptan.go.id/ [5 Juni 2008]
Revitalisasi
Pertanian.
Ulfah, Windy Juliani. 1999. Perencanaan Strategis pengembangan Bursa Berjangka Komoditi Indonesia [skripsi]. Bogor. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Wahyudi, Agustinus Sri. 1996. Manajemen Strategik, Pengantar Proses Berpikir Strategik. Jakarta: Binarupa Aksara Walpole, Ronald.E. 1982. Introduction to Statistics. New York: Macmillan Publishing Co. Inc
Lampiran
Lampiran 1 Volatilitas Harga Olein di Pasar Fisik Jakarta Tahun
Harga Tertinggi (Rp/kg)
Harga Terendah (Rp/kg)
Volatilitas (persen)
2000
3.250
2.300
41,30
2001
4.350
2.185
99,08
2002
4.610
3.490
32,09
2003
4.945
3.975
24,40
2004
5.290
3.945
34,09
2005
4.875
3.605
35,23
2006
6.095
4.025
51,43
2007
8.560
5.720
49,65
Lampiran 2 Uji Signifikansi Abnormal Return Tahun 2007 Keterangan
Periode satu bulan
Periode dua bulan
Periode tiga bulan
Rata2 Return Ri,j
3,78307E-18
1,3917E-18
-4,03789E-18
∑
1,00637532
1,02667804
1,00909570
KSE2
0,005750716
0,005866732
0,005766261
KSE
0,075833476
0,076594593
0,075935901
RTNS 3
0,130711305
0,133011147
0,05199193
RTNS 4
0,045635252
0,047679435
0,05199193
RTNS 5
0,087900599
0,217234654
0,05199193
RTNS 6
0,037209189
0,047679435
0,05199193
RTNS 7
0,037203801
0,047679435
0,05199193
RTNS 10
0,020324717
0,047679435
0,05199193
RTNS 11
0,045635252
0,047679435
0,05199193
RTNS12
0,020276043
0,02257222
0,13978527
Signifikansi
tidak signifikan
tidak signifikan
tidak signifikan
Efisiensi Pasar
tidak efisien
tidak efisien
tidak efisien
t hitung
Lampiran 3 Gambar Grafik Harga Fisik dan Future Komoditi Olein
Grafik Harga Fisik dan Future 9,000 8,000 7,000 Harga
6,000 5,000
Harga Fisik
4,000
Harga berjangka
3,000 2,000 1,000 0 1
15 29 43 57 71 85 99 113 127 141 155 169 183 197 211 225 239 253 Hari Perdagangan
Lampiran 4 Bursa Komoditi yang tersebar di dunia Nama Bursa Australian Securities Exchange Brazilian Mercantile and Futures Exchange
Inisial
Lokasi
Tipe Produk
ASX
Sydney
BMF
Brasil
Bursa Malaysia Central Japan Commodity Exchange
MDEX
Malaysia
Chicago Board of Trade
CBOT
Chicago
Biofuels Energy, Industrial Metals, Rubber Agricultural, Biofuels, Precious Metals
Chicago Climate Exchange Chicago Mercantile Exchange Dalian Commodity Exchange
CCX
Chicago
Emissions
CME
Chicago
Agricultural, Biofuels
DCE
China
Agricultural, Plastics
Dubai Mercantile Exchange Dubai Gold & Commodities Exchange
DME
Dubai
Energy
DGCX
Dubai
Precious Metals
Eropa
Agricultural
Eropa
Emissions Energy, industrial Metals
Nagoya
Euronext European Climate Exchange
ECX
HedgeStreet Exchange
California
Agricultural Agricultural, Biofuels, Precious Metals
Intercontinental Exchange Kansai Commodities Exchange
ICE KANEX
Osaka
Agricultural
Kansas City Board of Trade
KCBT
Kansas City
London Metal Exchange
LME
London
Agricultural Industrial Metals, Plastics
Memphis
Agricultural
Memphis Cotton Exchange Minneapolis Grain Exchange
Energy, Emissions
Minneapolis Agricultural
Multi Commodity Exchange National Commodity Exchange Limited National Commodity and Derivatives Exchange
MCX
India Karachi
Precious Metals, Agricultural
NCDEX
Mumbai
All
New York Board of Trade New York Mercantile Exchange
NYBOT
New York
NYMEX
New York
Agricultural, Biofuels Energy, Agricultural, Industrial Metals,
Risk Management Exchange
RMX
Hannover
Shanghai Futures Exchange
SFE
Shanghai
Agricultural Energy, Industrial Metals, Rubber
Singapore Commodity Exchange Tokyo Commodity Exchange
SICOM
Singapore
TOCOM
Tokyo
Agricultural, Rubber Energy, Precious Metals, Industrial
U.S. Futures Exchange
USFE
Chicago
Energy
Tokyo Grain Exchange Winnipeg Commodity Exchange Zhengzhou Commodity Exchange
TGE
Tokyo
Agricultural
WCE
Winnipeg
Agricultural
CZCE
China
Agricultural
Lampiran 5 Daftar Pialang Anggota Bursa No 1
2
3
Nama Perusahaan
Alamat
Asia Kapitalindo Komoditi
Graha Surya Internusa, Lt. 7, Suite 702
Berjangka
Jl. H.R. Rasuna Said Kav. X-0
05/BAPPEBTI/SIXII/2000
Kuningan, Jakarta 12950
Danagraha Futures
Jl. Pecenogan No. 72 Blok C.8
07/BAPPEBTI/SI/XII/2000
Jakarta Pusat 10120
Danareksa Futures
Gedung Danareksa, Lt.2
10/BAPPEBTI/SI/XII/2000
Jl.merdeka Selatan No.14 Jakarta 10110
4
5
Maxgain Internasional Futures
Gedung BEJ Tower II Lt.28
04/BAPPEBTI/SI/XII/2000
Jl.Jend.Sudirman Kav.52-53
04/BAPPEBTI/SI/PN.01/XII/2004
Jakarta 12190
Rifan Financindo Berjangka
Wisma GKBI Lt.6
08/BAPPEBTI/SI/XII/2000
Jl.Jend.Sudirman Kav.28 Jakarta
6
Sentratama Investor Berjangka
Plaza BII, Tower III, Lt. 7
09/BAPPEBTI/SI/XII/2000
Jl. M.H.Thamrin No.51 Jakarta
Agrodana Futures 7 40/BAPPEBTI/SI/XII/2000
Ged.Wisma Nugra Santana, lt 16 Suite 1608 Jl.Jend.Sudirman Kav.7-8 Jakarta 10220
Graha Artha Berjangka 8 43/BAPPEBTI/SI/XII/2000
Ariobimo Sentral Building, Mezzanine Floor Jl. H. R Rasuna Said Blok X-2 No. 5 Jakarta 12950
9
Harumdana Berjangka
Jl.Menteng Raya No.62 A
42/BAPPEBTI/SI/XII/2000
Jakarta Pusat
42/BAPPEBTI/SI/PN.01/II/2003
10
Kontakperkasa Futures
Sudirman Plaza
41/BAPPEBTI/SI/XII/2000
Gedung Plaza Marein Lt. 17 Jl. Jend. Sudirman Jakarta 12910
11
Platon Niaga Berjangka 44/BAPPEBTI/SI/XII/2000 Artha Berjangka Nusantara
12 70/BAPPEBTI/SI/XII/2000
Jl.Pintu Besar Utara 6 - 8 Jakarta Deutsche Bank Building, 15 th Floor, Suite 1504 Jl. Imam Bonjol 80 Jakarta 10310
13
Jalatama Artha Berjangka 109/BAPPEBTI/SI/IV/2001
Menara BDN Lt.21 Jl.M.H.Thamrin No.5 Jakarta 10340
14
Pacific 2000 Futures 129/BAPPEBTI/SI/IX/2001
Wisma Standart Charrtered Bank, Lt.18 Jl. Jend.Sudirman Kav. 33 A Jakarta
15
Sepanjang Inti Surya Berjangka
Menara Thamrin Lt.5, Suite 503
138/BAPPEBTI/SI/III/2002
Jl.M.H.Thamrin Kav.3 Jakarta
16
Mahadana Asta Berjangka
Century Tower Lt.21 Ruang 1201
148/BAPPEBTI/SI/V/2002
Jl.H.R Rasuna Said Kav.X-2 No.4 Jakarta 12950
17
Solid Gold Berjangka
Gedung BRI II, Lt.18, Suite 1801
161/BAPPEBTI/SI/IX/2002
Jl.jend.Sudirman Kav.44-46 Jakarta 10210
18
Monex Investindo Futures
Menara Ravindo , Lt. 8
178/BAPPEBTI/SI/I/2003
Jl.Kebon Sirih No. 75 Jakarta Pusat 10340
19
Valbury Asia Futures
Plaza Mutiara Lt.21
184/BAPPEBTI/SI/II/2003
Jl.Lingkar Mega Kuningan Kav.E.1.2 Kawasan Mega Kuningan - Jakarta 12950
20
Milenium Penata Futures
Menara Kebon Sirih Lt. 21
188/BAPPEBTI/SI/II/2003
Jl.Kebon Sirih No.17-19 Jakarta 10340
21
Realtime Forex futures
Menara Kebon Sirih Lt.10 Suite 1003
192/BAPPEBTI/SI/PN.01/III/2004 Jl.Kebon Sirih Kav.17-19 Jakarta 10340 22
Gatra Mega Berjangka
JW Marriott Hotel Surabaya
271/BAPPEBTI/SI/X/2003
Lobby Level Jl.Embong Malang No. 85-86, Surabaya 60261
23
Kudamas Futures
Plaza Lipoo Lt.3A, Suite 3 A-01
276/BAPPEBTI/SI/XI/2003
Jl.Jend.sudirman Kav.25 Jakarta 12920
24
Danpac Futures
Plaza Abda Lt.18 A
296/BAPPEBTI/SI/II/2004
Jl.Jend.Sudirman Kav. 59 Jakarta 12190
26
Topgrowth Futures 300/BAPPEBTI/SI/III/2004
Plaza Bapindo, Tower Mandiri, Lt.28 Jl.Jend.Sudirman Kav.54-55 Jakarta
26
Russley Futures 338/BAPPEBTI/SI/IV/2004
Wisma Dharmala Lt.2, Suite 8E Jl.Panglima Sudirman 101-103 Surabaya
27
Fortune Channel Futures 342/BAPPEBTI/SI/IV/2004
Wisma Kyoei Prince , lt 20 Jl.Jend.Sudirman Kav.3 Jakarta 10220
28
Panin Futures 353/BAPPEBTI/SI/IV/2004
Gd.Panin Pusat lt.5 Jl.Jend.Sudirman Kav.1 Senayan - Jakarta 10270
29
Graha Finesa Berjangka 334/BAPPEBTI/SI/III/2004
Graha Irama 9th Fl.Suite 9-E Jl.Rasuna Said Blok X-1,Kav.1-2
Jakarta 12940 30
31
Prima Tangguharta Futures 376/BAPPEBTI/SI/VI/2004 Trijaya Pratama Futures 407/BAPPEBTI/SI/VII/2004
Jl.Sumatera No.35 Surabaya 60281 Gedung Bank Mandiri (ex.Bank Exim) lt II Jl.Tanjung Karang No.3-4A Jakarta 10230
32
33
Century Investment Futures
Komp. Duta Merlin Blok B 28-29
411/BAPPEBTI/SI/VII/2004
Jl. Gajah Mada No. 3-5
411/BAPPEBTI/PN.01/XI/2004
Jakarta
World Index Investment Futures 423/BAPPEBTI/SI/VII/2004
Setia Building 2 Lt.3, Suite 307 Jl.H.R.Rasuna Said Kav.62 Jakarta Selatan 12920
34
Inter Pan Pasifik Futures
Gedung Tamara Lt.III
427/BAPPEBTI/SI/VII/2004
Jl.Jend.Sudirman.Kav.24 Jakarta
35
Cyber Futures 439/BAPPEBTI/SI/VIII/2004
Gedung Menara Sudirman Lt. 22 Jl. Jend Sudirman Kav. 60 Jakarta 12190
36
Goldex Equity Berjangka 443/BAPPEBTI/SI/VIII/2004
Gedung Mega Plaza Lt. 3 Jl. H.R Rasuna Said Kav. C-3 Jakarta Selatan 12920
37
Integral Investama Futures 485/BAPPEBTI/SI/IX/2004
Plaza Hayam Wuruk, Suite J-K Lt.19 Jl.Hayam Wuruk No.108 Jakarta 11160
38
Dea U Trade Futures 495/BAPPEBTI/SI/IX/2004
Plaza BII Menara 2 Lt. 5 Jl.M.H.Thamrin No.51 Jakarta 10350
39
40
Millenium Arthapala Futures 499/BAPPEBTI/SI/X/2004 Natpac Futures 504/BAPPEBTI/SI/X/2004
Jl.Raya Nginden 44 Surabaya 60284 Menara Kebon Sirih Lt. 23, Suite 2303 Jl.Kebon Sirih No.17-19 Jakarta Pusat
41
Platinum Berjangka 558/BAPPEBTI/SI/XII/2004
Wisma Dharmala Lt.5 Jl.Panglima Sudirman 101-103 Surabaya 60271
42
Laju Investama Futures 578/BAPPEBTI/SI/XII/2004
Plaza Sentral Lt.7 Jl.Jend.Sudirman Kav.47-48 Jakarta 12930
43
Menara Mas Futures 583/BAPPEBTI/SI/XII/2004
Menara Imperium Lt.12, Suite B Jl. HR Rasuna Said Kav 1 Jakarta 12980
44
Global Artha Futures 587/BAPPEBTI/SI/XII/2004
Gedung Menara Bank Danamon Lt.28 Suite A Jl.Prof.Dr.Satrio Kav.E.IV/6 Mega Kuningan - Jakarta 12950
45
Buana Artha Berjangka 601/BAPPEBTI/SI/I/2005
Plaza Great River Lt.8 Jl.H.R Rasuna said X-2 No.1 Jakarta Selatan
46
Pandu Dana Utama Berjangka 640/BAPPEBTI/SI/III/2005
Komp.Perkantoran Cempaka Mas, Blok M, No.21 Jl.Letjen Suprapto Kelurahan Sumur Batu Jakarta Pusat
47
Cayman Trust Futures
Ged.World Trade Center Lt.16
645/BAPPEBTI/SI/IV/2005
Jl.Jend.Sudirman Kav.29-31 Kel.Karet Jakarta 12920
48
Panca Danamas Futures 661/BAPPEBTI/SI/IV/2005
Wisma LIPPO Lt.7 Suite 702 Jl.Gatot Subroto No.2 Bandung 40262
49
Magna Dana Investama Berjangka 669/BAPPEBTI/SI/IV/2005
Chase Plaza Lt. 5 Jl. Jend. Sudirman Kav. 21 Jakarta 12920
50
International Mitra Futures
Jl. Teuku Umar No. 188
736/BAPPEBTI/SI/6/2005
Dauh Puri Kauh Denpasar
51
Calio Futures
Capital Centre Building Lt. 3A
773/BAPPEBTI/SI/7/2005
Jl. Tidar No. 17 Surabaya
52
Quantum Futures
Menara Imperium Lt. 21
819/BAPPEBTI/SI/10/2005
Jl. H.R. Rasuna Said Kav. 1, Kuningan Jakarta
53
Midtou Aryacom Futures 820/BAPPEBTI/SI/10/2005
Gedung Sarinah Lt. 12 Jl. M.H Thamrin No. 11 Jakarta 10350
54
Megah Tama Berjangka 824/BAPPEBTI/SI/11/2005
Plaza Bumi Daya Lt. 11 Jl. Imam Bonjol No. 61 Jakarta
55
Sarana Perdana Berjangka
Gajah Mada Tower Lt 19, Suite 1901
829/BAPPEBTI/SI/11/2005
Jl. Gajah Mada No. 19-26 Jakarta 10130
56
Total Asia Futures
Plaza DM Lt. 14 Suite 1403
839/BAPPEBTI/SI/12/2005
Jl. Jend. Sudirman Kav. 25 Jakarta
57
58
Masterpiece Futures
Jl. Bintoro 16 A
843/BAPPEBTI/SI/12/2005
Surabaya
Buana Investment Global Futures
Gd. Menara Global Lt. 25
847/BAPPEBTI/SI/12/2005
Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 27 Jakarta
59
Goldmany Futures
Plaza BII Tower 2 Lt 35
850/BAPPEBTI/SI/12/2005
Jl. M.H Thamrin Kav. 51 Jakarta
60
Topworth Futures
Plaza Bapindo, Menara Citibank Lt. 21,
854/BAPPEBTI/SI/1/2006
Jl. Jend. Sudirman Kav. 54-55 Jakarta
61
Sentra Artha Futures
Plaza Centris Lt. 4
858/BAPPEBTI/SI/1/2006
Jl. H.R. Rasuna Said Kav. B-5 Jakarta
62
63
Overseas Commercial Futures
Jl. Raya Gubeng No. 24
862/BAPPEBTI/SI/1/2006
Surabaya
Asia Trade Point Futures 873/BAPPEBTI/SI/1/2006
Gd. Setiabudi Atrium Lt. 4 R. 405 H. R. Rasuna Said Kav. 405 Jakarta
64
Central Capital Futures
Gd. Sona Topas Lt. 10,
881/BAPPEBTI/SI/1/2006
Jl. Jend. Sudirman Kav. 26 Jakarta
65
66
Fasting Futures
Jl. MT Haryono 1014-1016
877/BAPPEBTI/SI/I/2006
Semarang
Rex Capital Futures
Menara Global Lt. 6 Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 27
668/BAPPEBTI/SI/IV/05
Jakarta 12950 67
Sinarmas Futures 889/BAPPEBTI/SI/3/2006
Plaza BII Menara 3 Lt. 5 Jl. M.H. Thamrin No. 51 Jakarta
68
Central Asset Futures 885/BAPPEBTI/SI/3/2006
Patra Office Tower Lt. 18 R. 1841 Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 32-34 Jakarta
Lampiran 6 Daftar Pemegang Saham a. Sebelas Anggota FAMNI yang terdiri dari Empat Perkebunan Sawit dan Tujuh Pabrik Minyak Goreng 1. PT Parasawita 2. PT Permata Hijau Sawit 3. PT Bina Karya Prima 4. PT Panca Nabati Prakarsa 5. PT Karya Prajona Nelayan 6. PT Ivo Mas Tunggal 7. PT Manggala Batama Perdana 8. PT Perkebunan Nusantara III 9. PT Hanson Agrotama Industri 10. PT Asia Nusa Prima 11. PT Bakrie Indofutures Nusantara b. Delapan Anggota Assosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) 1. PT Perkebunan Minanga Ogan 2. PT Menacom Limited 3. PT Multicontinental 4. PT Gunung Lintong 5. PT Sariwiguna Sejahtera 6. PT Indokom Citrapersada 7. PT Himar Corporation 8. PT Prasidha Aneka Niaga Tbk c. Delapan Perusahaan Sekuritas 1. PT Asia Kapitalindo Komoditi Berjangka 2. PT Danareksa (Persero) 3. PT Pacific Duaribu Futures 4. PT Bina Sarana Jalatama 5. PT Halim Danamas International 6. PT Indofutop 7. PT Perantara Dagang Kontaktan 8. PT Tridakom Nusantara Berjangka d. Dua pedagang barang-barang umum 1. PT Rifan Financindo Berjangka 2. PT Repindo Raya
Lampiran 7 Bobot Faktor-Faktor Strategi Internal Pada Masing-Masing Pakar Direktur Utama PT BBJ (Pakar 1/BBj 1) Faktor Penentu
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
Total
Bobot
Bobot 60%
A
Komoditi yang unik dan berbeda dari bursa luar
X
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
12
0.045
0.027
B
Evaluasi strategi tahunan
2
X
2
2
2
1
2
2
1
1
1
1
17
0.064
0.039
C
Pemberian pelatihan dan seminar kepada karyawan untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan dalam administrasi praktis
3
2
X
1
3
1
2
1
3
1
1
1
19
0.072
0.043
D
Pengendalian biaya yang efektif
3
2
3
X
3
1
1
2
3
2
1
1
22
0.083
0.050
E
Sistem teknologi yang menggunakan JAFeTS/ online trading yang memudahkan transaksi Upaya publikasi mengenai bursa komoditi melalui pelatihan dan simulasi untuk umum Tidak adanya komunikasi yang lancar dan timbal balik antara manajemen puncak dan karyawan Adanya pelaksanaan pekerjaan yang tumpang tindih antara satu dengan lainnya Kurangnya pengalaman dan pnengetahuan tenaga kerja dalam perdagangan berjangka Laba yang tidak stabil dari perdagangan komoditi sebagai produk utama BBJ
3
2
1
1
X
1
1
1
1
1
1
1
14
0.053
0.032
3
3
3
3
3
X
1
3
3
1
3
3
29
0.110
0.066
3
2
2
3
3
3
X
2
1
1
1
1
22
0.083
0.050
3
2
3
2
3
1
2
X
1
1
1
1
20
0.076
0.045
3
3
1
1
3
1
3
3
X
1
1
1
21
0.080
0.048
3
3
3
2
3
3
3
3
3
X
2
3
31
0.117
0.070
F G
H I J K
Sulit menarik modal baru
3
3
3
3
3
1
3
3
3
2
X
3
30
0.114
0.068
L
Kurangnya promosi BBJ
3
3
3
3
3
1
3
3
3
1
1
X
27
0.102
0.061
32
27
25
22
30
15
22
24
23
13
14
17
264
1
0.6
TOTAL
Kepala Divisi Pengembangan Usaha PT BBJ (Pakar 2/BBJ 2) Faktor Penentu
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
Total
Bobot
Bobot 35%
A
Komoditi yang unik dan berbeda dari bursa luar
X
3
3
3
2
2
3
3
1
1
2
2
25
0.095
0.033
B
Evaluasi strategi tahunan
1
X
2
2
2
2
2
2
3
1
1
2
20
0.076
0.027
C
Pemberian pelatihan dan seminar kepada karyawan untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan dalam administrasi praktis
1
2
X
3
3
1
3
1
2
3
3
3
25
0.095
0.033
D
Pengendalian biaya yang efektif
1
2
1
X
1
1
1
1
1
1
1
1
12
0.045
0.016
E
Sistem teknologi yang menggunakan JAFeTS/ online trading yang memudahkan transaksi Upaya publikasi mengenai bursa komoditi melalui pelatihan dan simulasi untuk umum Tidak adanya komunikasi yang lancar dan timbal balik antara manajemen puncak dan karyawan Adanya pelaksanaan pekerjaan yang tumpang tindih antara satu dengan lainnya Kurangnya pengalaman dan pnengetahuan tenaga kerja dalam perdagangan berjangka Laba yang tidak stabil dari perdagangan komoditi sebagai produk utama BBJ
2
2
1
3
X
1
2
2
1
1
2
1
18
0.068
0.024
2
2
3
3
3
X
3
3
1
1
3
1
25
0.095
0.033
1
2
1
3
2
1
X
2
1
1
1
1
16
0.061
0.021
1
2
3
3
2
1
2
X
2
1
1
1
19
0.072
0.025
3
1
2
3
3
3
3
2
X
1
3
3
27
0.102
0.036
3
3
1
3
3
3
3
3
3
X
2
3
30
0.114
0.040
F G H I J K
Sulit menarik modal baru
2
3
1
3
2
1
3
3
1
2
X
1
22
0.083
0.029
L
Kurangnya promosi BBJ
2
2
1
3
3
3
3
3
1
1
3
X
25
0.095
0.033
19
24
19
32
26
19
28
25
17
14
22
19
264
1
0.35
TOTAL
Wakil Pialang Anggota Bursa PT BBJ (Pakar 3/BBJ 3) Faktor Penentu
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
Total
Bobot
Bobot 5%
A
Komoditi yang unik dan berbeda dari bursa luar
X
1
2
1
2
2
1
1
1
1
1
2
15
0.057
0.003
B
Evaluasi strategi tahunan
3
X
3
2
3
3
2
2
3
1
1
3
26
0.098
0.005
C
Pemberian pelatihan dan seminar kepada karyawan untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan dalam administrasi praktis
2
1
X
1
2
3
1
1
2
3
1
2
19
0.072
0.004
D
Pengendalian biaya yang efektif
3
2
3
X
3
3
3
3
2
2
1
2
27
0.102
0.005
E
Sistem teknologi yang menggunakan JAFeTS/ online trading yang memudahkan transaksi Upaya publikasi mengenai bursa komoditi melalui pelatihan dan simulasi untuk umum Tidak adanya komunikasi yang lancar dan timbal balik antara manajemen puncak dan karyawan Adanya pelaksanaan pekerjaan yang tumpang tindih antara satu dengan lainnya Kurangnya pengalaman dan pnengetahuan tenaga kerja dalam perdagangan berjangka Laba yang tidak stabil dari perdagangan komoditi sebagai produk utama BBJ
2
1
2
1
X
1
2
1
1
1
1
2
15
0.057
0.003
2
1
1
1
3
X
2
1
1
1
1
2
16
0.061
0.003
3
2
3
1
2
2
X
1
1
1
1
3
20
0.076
0.004
3
2
3
1
3
3
3
X
3
1
1
3
26
0.098
0.005
3
1
2
2
3
3
3
1
X
1
1
2
22
0.083
0.004
3
3
1
2
3
3
3
3
3
X
1
3
28
0.106
0.005
F G H I J K
Sulit menarik modal baru
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
X
3
33
0.125
0.006
L
Kurangnya promosi BBJ
2
1
2
2
2
2
1
1
2
1
1
X
17
0.064
0.003
29
18
25
17
29
28
24
18
22
16
11
27
264
1
0.05
TOTAL
Lampiran 8 Bobot Faktor-Faktor Strategi Eksternal Pada Masing-Masing Pakar Direktur Utama PT BBJ (Pakar 1/BBj 1) Faktor Penentu
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
Total
Bobot
Bobot 60%
X
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
12
0.046
0.027
2
X
2
2
2
1
2
2
1
1
1
1
17
0.064
0.039
B
Kejelasan perundang-undangan yang mengatur perdagangan berjangka Pasar Bebas
C
Perkembangan teknologi yang semakin canggih
3
2
X
1
3
1
2
1
3
1
1
1
19
0.072
0.043
D
Semakin berkembangnya bursa komoditi di dunia
3
2
3
X
3
1
1
2
3
2
1
1
22
0.083
0.050
E
Meningkatnya fluktuasi harga komoditi dunia
3
2
1
1
X
1
1
1
1
1
1
1
14
0.053
0.032
F
Meningkatnya jumlah pialang Kurangnya dukungan pemerintah dalam pengembangan infrastruktur penunjang Kebijakan pemerintah yang seringkali merugikan Terbatasnya pengetahuan dan pendidikan masyarakat mengenai perdagangan berjangka Banyaknya pialang ilegal yang menimbulkan persepsi negatif mengenai perdagangan berjangka Lebih aktifnya transaksi SPA Kurangnya integritas dan minat pialang untuk mengembangkan perdagangan komoditi
3
3
3
3
3
X
1
3
3
1
3
3
29
0.110
0.066
3
2
2
3
3
3
X
2
1
1
1
1
22
0.083
0.050
3
2
3
2
3
1
2
X
1
1
1
1
20
0.076
0.045
3
3
1
1
3
1
3
3
X
1
1
1
21
0.080
0.048
3
3
3
2
3
3
3
3
3
X
2
3
31
0.117
0.070
3
3
3
3
3
1
3
3
3
2
X
3
30
0.114
0.068
3
3
3
3
3
1
3
3
3
1
1
X
27
0.102
0.061
32
27
25
22
30
15
22
24
23
13
14
17
264
1
0.6
A
G H I J K L
Total
Kepala Divisi Pengembangan Usaha PT BBJ (Pakar 2/BBJ 2) Faktor Penentu
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
Total
Bobot
Bobot 35%
X
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
11
0.039
0.014
3 3
X 2
2 X
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
32 32
0.114 0.114
0.040 0.040
B C
Kejelasan perundang-undangan yang mengatur perdagangan berjangka Pasar Bebas Perkembangan teknologi yang semakin canggih
D
Semakin berkembangnya bursa komoditi di dunia
3
3
1
X
3
3
3
3
1
2
3
3
28
0.100
0.035
E
Meningkatnya fluktuasi harga komoditi dunia
3
3
1
1
X
3
3
3
1
3
3
2
26
0.093
0.033
F
Meningkatnya jumlah pialang
3
1
1
1
1
X
1
1
1
2
2
2
16
0.057
0.020
G
Kurangnya dukungan pemerintah dalam pengembangan infrastruktur penunjang Kebijakan pemerintah yang seringkali merugikan
3
3
1
1
1
3
X
3
1
1
1
2
20
0.071
0.025
3
3
1
1
1
3
1
X
1
1
1
1
17
0.061
0.021
3
3
1
3
3
3
3
3
X
3
3
3
31
0.111
0.039
3
3
1
2
1
2
3
3
1
X
1
3
23
0.082
0.029
A
H I J
Terbatasnya pengetahuan dan pendidikan masyarakat mengenai perdagangan berjangka Banyaknya pialang ilegal yang menimbulkan persepsi negatif mengenai perdagangan berjangka
K
Lebih aktifnya transaksi SPA sebagai
3
3
1
1
1
2
3
3
1
3
X
2
23
0.082
0.029
L
Kurangnya integritas dan minat pialang untuk mengembangkan perdagangan komoditi
3
3
1
1
2
2
2
3
1
1
2
X
21
0.075
0.026
33
28
12
18
20 28
26
23
23
25
280
1
0.35
Total
29 15
Wakil Pialang Anggota Bursa PT BBJ (Pakar 3/BBJ 3) Faktor Penentu
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
Total
Bobot
Bobot 5%
X
1
3
2
2
1
2
2
1
3
3
1
21
0.080
0.004
B
Kejelasan perundang-undangan yang mengatur perdagangan berjangka Pasar Bebas
3
X
3
3
3
2
3
3
3
3
3
2
31
0.117
0.006
C
Perkembangan teknologi yang semakin canggih
1
1
X
1
1
2
2
2
1
2
2
1
16
0.061
0.003
D
Semakin berkembangnya bursa komoditi di dunia
2
1
3
X
3
2
3
3
1
3
3
1
25
0.095
0.005
E
Meningkatnya fluktuasi harga komoditi dunia
2
1
3
1
X
2
3
1
1
2
2
1
19
0.072
0.004
F
Meningkatnya jumlah pialang
3
2
2
2
2
X
3
2
1
2
3
3
25
0.095
0.005
G
Kurangnya dukungan pemerintah dalam pengembangan infrastruktur penunjang Kebijakan pemerintah yang seringkali merugikan Terbatasnya pengetahuan dan pendidikan masyarakat mengenai perdagangan berjangka Banyaknya pialang ilegal yang menimbulkan persepsi negatif mengenai perdagangan berjangka Lebih aktifnya transaksi SPA sebagai
2
1
2
1
1
1
X
1
1
3
3
1
17
0.064
0.003
2
1
2
1
3
2
3
X
1
3
3
1
22
0.083
0.004
3
1
3
3
3
3
3
3
X
3
3
1
29
0.110
0.005
1
1
2
1
2
2
1
1
1
X
2
1
15
0.057
0.003
1
1
2
1
2
1
1
1
1
2
X
1
14
0.053
0.003
3
2
3
3
3
1
3
3
3
3
3
X
30
0.114
0.006
23
13
28
19
25
19
27
22
15
29
30
14
264
1
0.05
A
H I J K L
Kurangnya integritas dan minat pialang untuk mengembangkan perdagangan komoditi
Total
Lampiran 9. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal dan Eksternal Berdasarkan Para Pakar yang Diberi Proporsi Serta Total Nilai Bobot yang Dijumlahkan dari Semua Pakar 1. Nilai Bobot Faktor Strategis Internal Faktor Penentu
BBJ 1
BBJ 2
Pialang
Total
A
Komoditi yang unik dan berbeda dari bursa luar
0.027
0.033
0.003
0.063
B
Evaluasi strategi tahunan
0.039
0.027
0.005
0.070
C
Pemberian pelatihan dan seminar kepada karyawan untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan dalam administrasi praktis
0.043
0.033
0.004
0.080
D
Pengendalian biaya yang efektif
0.050
0.016
0.005
0.071
E
Sistem teknologi yang menggunakan JAFeTS/ online trading yang memudahkan transaksi
0.032
0.024
0.003
0.059
F
Upaya publikasi mengenai bursa komoditi melalui pelatihan dan simulasi untuk umum
0.066
0.033
0.003
0.102
G
Tidak adanya komunikasi yang lancar dan timbal balik antara manajemen puncak dan karyawan
0.050
0.021
0.004
0.075
H
Adanya pelaksanaan pekerjaan yang tumpang tindih antara satu dengan lainnya
0.045
0.025
0.005
0.076
I
Kurangnya pengalaman dan pengetahuan tenaga kerja dalam perdagangan berjangka
0.048
0.036
0.004
0.088
J
Laba yang tidak stabil dari perdagangan komoditi sebagai produk utama BBJ
0.070
0.040
0.005
0.116
K
Sulit menarik modal baru
0.068
0.029
0.006
0.104
L
Kurangnya promosi BBJ
0.061
0.033
0.003
0.098
0.6
0.35
0.05
1
Total
2. Nilai Bobot Faktor Strategis Eksternal Faktor Penentu
BBJ 1
BBJ 2
Pialang
Total
A
Kejelasan perundang-undangan yang mengatur perdagangan berjangka
0.027
0.014
0.004
0.045
B
Pasar Bebas
0.039
0.040
0.006
0.085
C
Perkembangan teknologi yang semakin canggih
0.043
0.040
0.003
0.086
D
Semakin berkembangnya bursa komoditi di dunia
0.050
0.035
0.005
0.090
E
Meningkatnya fluktuasi harga komoditi dunia
0.032
0.033
0.004
0.068
F
Meningkatnya jumlah pialang
0.066
0.020
0.005
0.091
G
Kurangnya dukungan pemerintah dalam pengembangan infrastruktur penunjang
0.050
0.025
0.003
0.078
H
Kebijakan pemerintah yang seringkali merugikan
0.045
0.021
0.004
0.071
I
Terbatasnya pengetahuan dan pendidikan masyarakat mengenai perdagangan berjangka
0.048
0.039
0.005
0.092
J
Banyaknya pialang ilegal yang menimbulkan persepsi negatif mengenai perdagangan berjangka
0.070
0.029
0.003
0.102
K
Lebih aktifnya transaksi SPA sebagai
0.068
0.029
0.003
0.100
L
Kurangnya integritas dan minat pialang untuk mengembangkan perdagangan komoditi
0.061
0.026
0.006
0.093
0.6
0.35
0.05
1
Total
Lampiran 10. Rating Faktor Strategis Internal dan Eksternal Berdasarkan Para Pakar 1. Rating Faktor Stratagis Internal Faktor Penentu
BBJ 1
BBJ 2
Pialang
A
Komoditi yang unik dan berbeda dari bursa luar
4
4
3
B
Evaluasi strategi tahunan
4
3
3
C
Pemberian pelatihan dan seminar kepada karyawan untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan dalam administrasi praktis
4
4
3
D
Pengendalian biaya yang efektif
4
4
3
E
Sistem teknologi yang menggunakan JAFeTS/ online trading yang memudahkan transaksi
4
3
3
F
Upaya publikasi mengenai bursa komoditi melalui pelatihan dan simulasi untuk umum
3
4
3
G
Tidak adanya komunikasi yang lancer dan timbal balik antara manajemen puncak dan karyawan
2
1
2
H
Adanya pelaksanaan pekerjaan yang tumpang tindih antara satu dengan lainnya
2
1
2
I
Kurangnya pengalaman dan pengetahuan tenaga kerja dalam perdagangan berjangka
1
1
2
J
Laba yang tidak stabil dari perdagangan komoditi sebagai produk utama BBJ
1
1
1
K
Sulit menarik modal baru
1
2
2
L
Kurangnya promosi BBJ
2
2
2
2. Rating Faktor Strategis Eksternal Faktor Penentu
BBJ 1
BBJ 2
Pialang
A
Kejelasan perundang-undangan yang mengatur perdagangan berjangka
2
3
2
B
Pasar Bebas
1
1
2
C
Perkembangan teknologi yang semakin canggih
2
3
2
D
Semakin berkembangnya bursa komoditi di dunia
1
2
2
E
Meningkatnya fluktuasi harga komoditi dunia
2
1
2
F
Meningkatnya jumlah pialang
3
2
3
G
Kurangnya dukungan pemerintah dalam pengembangan infrastruktur penunjang
3
4
4
H
Kebijakan pemerintah yang seringkali merugikan
3
3
4
I
Terbatasnya pengetahuan dan pendidikan masyarakat mengenai perdagangan berjangka
2
3
3
J
Banyaknya pialang ilegal yang menimbulkan persepsi negatif mengenai perdagangan berjangka
2
2
3
K
Lebih aktifnya transaksi SPA sebagai
2
3
2
L
Kurangnya integritas dan minat pialang untuk mengembangkan perdagangan komoditi
3
4
3
Lampiran 11. Rating Faktor Strategis Internal dan Eksternal yang Sudah Dibobotkan 1. Rating Faktor Strategis Internal Faktor Penentu
BBJ 1 60 %
BBJ 2 35 %
Pialang 5%
Total
A
Komoditi yang unik dan berbeda dari bursa luar
2.40
1.40
0.15
3.95
B
Evaluasi strategi tahunan
2.40
1.05
0.15
3.60
C
Pemberian pelatihan dan seminar kepada karyawan untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan dalam administrasi praktis
2.40
1.40
0.15
3.95
D
Pengendalian biaya yang efektif
2.40
1.40
0.15
3.95
E
Sistem teknologi yang menggunakan JAFeTS/ online trading yang memudahkan transaksi
2.40
1.05
0.15
3.60
F
Upaya publikasi mengenai bursa komoditi melalui pelatihan dan simulasi untuk umum
1.80
1.40
0.15
3.35
G
Tidak adanya komunikasi yang lancar dan timbal balik antara manajemen puncak dan karyawan
1.20
0.35
0.10
1.65
H
Adanya pelaksanaan pekerjaan yang tumpang tindih antara satu dengan lainnya
1.20
0.35
0.10
1.65
I
Kurangnya pengalaman dan pengetahuan tenaga kerja dalam perdagangan berjangka
0.60
0.35
0.10
1.05
J
Laba yang tidak stabil dari perdagangan komoditi sebagai produk utama BBJ
0.60
0.35
0.05
1.00
K
Sulit menarik modal baru
0.60
0.70
0.10
1.40
L
Kurangnya promosi BBJ
1.20
0.70
0.10
2.00
2. Rating Faktor Strategis Eksternal Faktor Penentu
BBJ 1 60 %
BBJ 2 35 %
Pialang 5%
Total
A
Kejelasan perundang-undangan yang mengatur perdagangan berjangka
1.20
1.05
0.10
2.35
B
Pasar Bebas
0.60
0.35
0.10
1.05
C
Perkembangan teknologi yang semakin canggih
1.20
1.05
0.10
2.35
D
Semakin berkembangnya bursa komoditi di dunia
0.60
0.70
0.10
1.40
E
Meningkatnya fluktuasi harga komoditi dunia
1.20
0.35
0.10
1.65
F
Meningkatnya jumlah pialang
1.80
0.70
0.15
2.65
G
Kurangnya dukungan pemerintah dalam pengembangan infrastruktur penunjang
1.80
1.40
0.20
3.40
H
Kebijakan pemerintah yang seringkali merugikan
1.80
1.05
0.20
3.05
I
Terbatasnya pengetahuan dan pendidikan masyarakat mengenai perdagangan berjangka
1.20
1.05
0.15
2.40
J
Banyaknya pialang ilegal yang menimbulkan persepsi negatif mengenai perdagangan berjangka
1.20
0.70
0.15
2.05
K
Lebih aktifnya transaksi SPA sebagai
1.20
1.05
0.10
2.35
L
Kurangnya integritas dan minat pialang untuk mengembangkan perdagangan komoditi
1.80
1.40
0.15
3.35
Lampiran 12 Struktur Organisasi PT. BBJ PEMILIK SAHAM
DEWAN KOMASARIS
DEWAN DIREKSI Komite Unit Pemenuhan
Divisi Hukum dan Keanggotaan
Divisi Pengawasan Pasar
Divisi Pengembangan Usaha
Dewan Komisaris (sejak Juni 2006) Presiden : Arifin Lumbangaol Anggota : Hassan Widjaja Dewan Direksi (sejak Juni 2006) Presiden : Hasan Zein Mahmud Direktur : Jahja W. Sudomo
Unit Dana Kompensasi
Divisi Pengawasan Pasar
Divisi Perdagangan
Divisi Teknologi Informasi
Divisi Keuangan, Umum & Administrasi