EFEKTIFITAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN BERIBADAH (Shalat Lima Waktu) Studi kasus di SMP Sejahtera 2, Cileungsi-Bogor SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh : Tri Marganingsih NIM: 106011000198
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTASILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNUVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010M/1431H
ABSTRAK
Tri Marganingsih. NIM:106011000198, Efektifitas Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Disiplin Beribadah (shalat lima waktu) di SMP Sejahtera 2, Bogor. Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Mei 2010. Kegiatan salat merupakan salah satu kegiatan rutin yang dilaksanakan di SMP Sejahtera 2, sebagai langkah pembiasaan dalam berdisplin melaksanakan shalat lima waktu serta tambahan nilai pelajaran agama di kelas, untuk menanamkan nilai-nilai disiplin beribadah kepada siswa. Kegiatan shalat berjamaah ini merupakan salah satu cara yang dilakukan pihak sekolah sebagai pembinaan disiplin beribadah. Sekolah sangat berharap bahwa kegiatan tersebut akan membantu bidang studi pendidikan agama Islam dalam rangka membentuk para siswa berkepribadian muslim yang taat dalam melaksanakan ibadah terutama shalat lima waktu. Penelitian ini dilakukan untuk mengukur efektifitas pendidikan agama Islam dalam meningkatkan disiplin beribadah (shalat lima waktu). Metode yang digunakan adalah deskriptif-kualitatif yaitu kombinasi pengamatan lapangan dengan kualifikasi data. Peneliti menggambarkan mengenai status suatu pendekatan kualitatif dan kemudian dilakukan interpretasi dan penjabaran data dari informasi lapangan yang didapatkan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket, observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Dan teknik analisis datanya antara lain melalui tahap pengeditan, tabulasi, diberi skor, dianalisis, kemudian data yang telah diperoleh di interpretasi. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa pengetahuan Siswa mengenai pembelajaran fiqh mampu memberikan dorongan dalam melaksanakan ibadah terutama shalat dan membantu siswa dalam meningkatkan shalat berjama’ah di sekolah. Hal ini bisa ditunjukkan pada hasil pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang diperoleh dari hasil angket kemudian diperkuat dengan hasil wawancara dan observasi yang menunjukkan hasil yang cukup baik nilainya. Dengan demikian efektifitas pendidikan agama Islam dalam meningkatkan disiplin beribadah masih menunjukkan hasil yang cukup baik.
i
KATA PENGANTAR Bismillahirohmanirohim
Alhamdulillahirabbil’alamin segala puji syukur bagi Allah swt. yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya dan tidak lupa salawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw. beserta keluarga dan para sahabatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini bukanlah suatu pekerjaan yang mudah karena untuk menjelaskannya memerlukan persiapan yang matang baik fisik, materi maupun mental spiritual. Namun dengan niat, doa dan semangat yang tinggi maka penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidaytullah Jakarta beserta seluruh stafnya. 3. Drs. Rusdi Jamil, M.Ag dan Bapak. Abdul Ghofur, MA selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing, memberikan arahan dan meluangkan waktunya untuk penulis.
ii
4. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, khususnya dosen jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah memberi bekal ilmu pengetahuan. 5. Bapak Agus Fahmi, S.Ag, selaku Kepala Sekolah SMP Sejahtera 2, Bogor yang telah membantu memfasilitasi, dan memberikan izin kepada penulis serta dewan guru yang telah membantu dalam mengadakan penelitian serta seluruh sisiwa-siswi kelas VII yang telah bersedia meluangkan waktunya menjadi responden sehingga penulis dengan mudah mendapatkan data. 6. Perpustakaan Utama Dan Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah melayani, memfasilitasi dan meminjamkan buku-bukunya yang penulis butuhkan selama penulisan skripsi ini. 7. Segenap keluarga tercinta ibu (Sudarminah), bapak (Djoko Widodo), dan kakak-kakak tersayang mas Rony, mas Didik, dan mbak Upit yang selalu memberi kasih sayang yang tak terhingga baik moril maupun materi’il, motivasi serta doa yang selalu dipanjatkan setiap saat bagi kelancaran dan kesuksesan studi penulis, serta saudara-saudaraku (pakde, om, bude, bule) yang selalu member semangat kepada penulis. 8. Egri Alfa Delicta yang telah melayani dan membantu penulis dalam penulisan skripsi ini. 9. Sahabat-sahabatku PAI kelas E angkatan 2006: Dede, Fatia, Hikmah, Syifa, Sofi, Ning, Ana, Yuni, Sayidah, Wiwin, Yuli, Emi, dan lainnya serta sahabat-sahabatku di kost (Egri, Any, Dida, K’rina, dkk) yang selalu
iii
membantu memberikan saran dan semangat kepada penulis selama perjalanan menuntut ilmu di kampus tercinta. 10. Seluruh pihak yang tidak disebutkan satu persatu namun tidak mengurangi sedikit pun rasa terimakasih atas segala bantuan dan dukungan semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, tidak banyak yang bisa penulis lakukan untuk membalas segala kebaikan mereka semua kecuali ungkapan doa. Semoga mereka semua mendapatkan limpahan rahmat dan berkah dari Allah swt. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi yang berkepentingan. Amin ya robbal’alamin.
Ciputat, Agustus 2010 M Syawal 1431 H
Penulis Tri Marganingsih
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................
i
KATA PENGANTAR .......................................................................................
ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................
v
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah........................................................
1
B. Identifikasi Masalah ..............................................................
3
C. Pembatasan Masalah .............................................................
4
D. Perumusan Masalah ..............................................................
4
E. Tujuan Penelitian ..................................................................
4
F. Kegunaan Penelitian .............................................................
4
DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Pengertian Efektifitas Pendidikan Agama Islam...................
5
B. Pendidikan ............................................................................
7
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam .............................
7
2. Batasan Pendidikan Islam ...............................................
8
3. Tujuan Pendidikan Agama Islam ....................................
9
4. Dasar Pendidikan Agama Islam ......................................
9
5. Visi, Misi dan Sifat Pendidikan Agama Islam ................ 18 6. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ...................... 18
v
C. Disiplin dan Ibadah ............................................................... 19 1. Pengertian Disiplin dan Ibadah ....................................... 19 D. Pengertian Salat dan Tatacara Pelaksanaan Shalat .............. 21 E. Sebab-sebab orang Islam tidak melaksanakan shalat............ 24 F. Kerangka Berfikir ................................................................. 26 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................... 27 B. Metode Penelitian ................................................................. 27 C. Definisi Operasional Variabel ............................................... 28 D. Populasi dan Sampel penelitian ............................................ 28 E. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 29 F. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data .......................... 30
BAB IV
HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Sekolah .................................................... 33 B. Sruktur Organisasi ................................................................ 34 C. Visi, Misi, Strategi dan Motto Sekolah ................................ 34 D. Sarana dan Prasarana............................................................. 36 E. Pengolahan dan Analisis Data............................................... 37
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................... 54 B. Saran...................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 55
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Kewajiban Melaksanakan Shalat Lima Waktu ................................ 37
Tabel 2
Pelaksanaan Shalat Berjamaah .......................................................... 38
Tabel 3
Ketertiban Dalam Melaksanakan Shalat ........................................... 39
Tabel 4
Meninggalkan Shalat Fardhu (shalat lima waktu) ............................ 39
Tabel 5
Kedisiplinan Pelaksanaan Shalat Setiap Waktu ................................ 40
Tabel 6
Mengulur-ngulur Waktu Shalat......................................................... 41
Tabel 7
Kepemilikan Buku Paket Fiqh .......................................................... 41
Tabel 8
Pelaksanaan Pembelajaran Fiqh di Sekolah ...................................... 42
Tabel 9
Perubahan Shalat Siswa Setelah Memperoleh Pembelajaran Fiqh ... 43
Tabel 10 Peningkatan Pengamalan Shalat setelah Memperoleh Pembelajaran Fiqh ................................................................................................... 44 Tabel 11 Perasaan Malas Mengerjakan Shalat Lima Waktu............................ 44 Tabel 12 Terpaksa Dalam Melaksanakan Shalat Lima Waktu ........................ 45 Tabel 13 Perasaan Senang Dalam Mengerjakan Shalat Lima Waktu .............. 45 Tabel 14 Perasaan Rugi jika Tidak Melaksanakan Shalat Lima Waktu .......... 46 Tabel 15 Berdo’a Setelah Melaksanakan Shalat .............................................. 47 Tabel 16 Berdo’a Setelah Berwudhu ............................................................... 47 Tabel 17 Pengetahuan Tatacara Shalat ............................................................ 48 Tabel 18 Perasaan Takut Bila Tidak Mengerjakan Shalat ............................... 49 Tabel 19 Perasaan Setelah Melaksanakan Shalat............................................. 49 Tabel 20 Pelaksanaan Wudu Dengan Baik ...................................................... 50
vii
EFEKTIFITAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN BERIBADAH (Shalat Lima Waktu) Studi kasus di SMP Sejahtera 2, Cileungsi-Bogor SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh : Tri Marganingsih NIM: 106011000198
Dibawah :
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Rusdi Jamil, MA NIP: 196212311995031005
H. Abdul Ghofur, MA NIP: 196812081997031003
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTASILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNUVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010M/1431H
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan agama Islam merupakan satu diantara sarana pembudayaan (enkulturasi) masyarakat karena ajaran Islam tidak hanya membahas mengenai satu aspek saja tetapi mencakup semua aspek kehidupan baik ibadah, syari’ah, mu’amalah,dan aspek yang lainnya sehingga dengan pendidikan agama Islam pola hidup dan perilaku masyarakat menjadi terarah sesuai dengan ajaran dan nilai–nilainya yang luhur. Sebagai suatu sarana, pendidikan dapat difungsikan untuk mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan hidup manusia, (sebagai makhluk pribadi dan sosial) kepada harapan dan tujuan yang merupakan titik optimal kemampuan seorang hamba yaitu untuk memperoleh kesejahteraan hidup baik lahir maupun bathin di dunia dan kebahagiaan hidup di akhirat. 1 Untuk mencapai tujuan hidup tersebut diperlukan adanya upaya yang sungguh-sungguh dan komprehensif karena sudah menjadi sunnatullah bahwa suatu kesuksesan hanya akan dapat diraih setelah melewati berbagai halangan atau rintangan yang menghadang sebagaimana perjuangan sang revolusioner dunia pembawa risalah Ilahi Rasulullah Muhammad saw yang sukses merubah peradaban dunia dengan ajaran Islam yang mulia setelah 23 tahun berjuang keras agar Islam dapat diterima di tengah-tengah masyarakat jahiliyah sekaligus diaplikasikan dalam 1
Dra. Hj. Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung : Pustaka Setia, 1999), Cet
ke-2.h.14
1
2
kehidupan sehari-hari. Sebagai nabi dan rasul yang terakhir diutus oleh Allah swt, di antara tugas beliau adalah menyampaikan ajaran agama Islam kepada seluruh umat manusia sebagai rahmatan lil ‘alamin, sekaligus sebagai pelaksana pendidikan Islam secara umum yang menuntun umat dari kegelapan menuju jalan yang terang untuk menggapai rida Allah swt. Secara umum fungsi Pendidikan Agama Islam adalah untuk mengarahkan perkembangan hidup manusia ke arah jalan yang lurus sebagaimana tuntunan dan ajaran Islam sehingga umat Islam tidak tersesat di jalan yang salah, maka dari itu untuk mencapai arah tersebut dibutuhkan kegiatan yang nyata dan efektif bagi umat sebagai manifestasi dari keimannya karena hakikat iman bukan hanya diyakini dalam hati dan diucapkan dengan lisan tetapi harus diamalkan juga dengan perbuatan. Pendidikan Agama Islam diakui sebagai bagian dari ajaran Islam, dan di antara wujud nyata dari pendidikan tersebut adalah penjelasan mengenai asfek ibadah ritual ubudiyah yang mengatur dan menjelaskan mengenai hubungan seorang hamba dengan Tuhannya dalam bingkai hubungan vertikal. Efektifitas berarti menunjukkan tercapainya suatu tujuan, suatu usaha dikatakan efektif apabila usaha itu telah mencapai tujuannya. 2 Dengan kata lain terjadinya efek atau akibat yang dikehendaki. Ibadah merupakan salah satu pelajaran yang dapat diambil dalam Pendidikan Agama Islam. Menurut Yusuf Qardawi ibadah adalah ketaatan terhadap suatu yang maha besar, yang objeknya tidak dapat ditangkap oleh panca indera. Dapat diartikan suatu ketaatan terhadap objek yang tidak kongkrit, seperti pada penguasa termasuk ibadah, sedangkan yang dapat ditangkap panca indera belum tentu dikatakan ibadah. 3 Shalat ialah rukun-rukun khusus dan bacaan-bacaan tertentu dengan ikatan waktu yang sudah ditentukan, dapat ditentukan juga ucapan-ucapan dan perbuatan yang sudah dibuka dengan niat dan takbir serta diakhiri dengan
2 3
Hasan Sadily, Ensiklopedia Indonesia, (Jakarta : Ikhtiar Baru-Van Hoeve). Jilid 2, h.883 Dr. H. Zurinal, Z, Fiqh Ibadah, (Jakarta : UIN Jakarta Press, 2008), cet ke-1.h. 26-27
3
salam. 4 Melakukan kewajiban shalat termasuk rukun Islam, diwajibkan ketika Rasulullah saw mi’raj. Tetapi kewajiban shalat yang merupakan rukun Islam ini sering diabaikan dan dianggap tidak penting, hal ini dapat dilihat dengan masih banyaknya manusia yang tidak mengerjakan shalat, siswa yang kurang disiplin dalam melaksanakan shalat. Guru yang merupakan pembimbing mereka sering kali tidak didengar, seakan-akan mereka tidak takut dengan keberadaan Allah swt yang selalu mengawasi makhlukNya di muka bumi ini. Berdasarkan uraian di atas dan mengingat pentingnya melaksanakan ibadah terutama shalat wajib lima waktu, maka penulis tertarik untuk menela’ah mengenai “EFEKTIFITAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN BERIBADAH (shalat lima waktu), studi kasus di SMP Sejahtera 2, Cileungsi-Bogor.” Dengan adanya disiplin beribadah siswa diharapkan dapat meningkatkan keimanannya kepada Allah SWT dengan cara melaksanakan shalat lima waktu secara rutin.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah, yaitu: 1. Adanya anggapan bahwa shalat kurang penting sehingga sebagian orang termasuk kalangan pelajar mengabaikan kewajiban ini. Dengan adanya Pendidikan Agama Islam di sekolah diharapkan mengikis anggapan tersebut 2. Ibadah shalat lima waktu merupakan kewajiban dan ritual terhadap objek yang tidak konkret, maka peran pendidik dalam menyampaikan Pendidikan Agama Islam diharapakan efektif untuk mencapai tujuan 3. Pendidikan Agama Islam sangatlah urgen untuk mendisiplinkan siswa dalam menjalankan ibadah shalat lima waktu dalam kehidupan sehari-hari.
4
Dr. Shalih bin Ghanim as-Sadlan, Fiqh Shalat Berjamaah, (Jakarta : Pustaka as Sunnah, 2006), cet ke-1.h.27
4
C. Pembatasan Masalah Dalam penelitian ini peneliti membatasi masalah hanya pada : 1. Efektivitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil pelaksanaan ibadah shalat. 2. Pendidikan agama Islam dibatasi pada bidang mata pelajaran fiqh semester genap tahun ajaran 2010/2011. 3. Ibadah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah shalat lima waktu di sekolah SMP Sejahtera 2, Cileungsi-Bogor.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : “Bagaimana Efektifitas Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Disiplin menjalankan shalat lima waktu”.
E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1
Untuk mengetahui kegiatan siswa sehari-hari pada waktu pelaksanaan shalat lima waktu.
2
Untuk mengetahui sejauh mana disiplin siswa dalam beribadah.
3
Untuk mengetahui bagaimana efektifitas pendidikan agama islam dalam meningkatkan disiplin beribadah.
F. Kegunaan Hasil Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat atau kegunaan baik yang bersifat akademis maupun praktis, yaitu: 1. Berguna untuk
menyumbangkan pemikiran bagaimana upaya untuk
meningkatkan disiplin beribadah. 2. Menjadi referensi tambahan bagi sekolah yang diteliti. 3. Bagi Guru sebagai bahan bacaan untuk mendidik siswa dalam meningkatkan minat beribadah (shalat lima waktu).
BAB II DESKRIPTIF TEORITIS DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Pengertian Efektifitas Di dalam ensiklopedia Indonesia kata efektifitas berarti “menunjukkan tercapainya suatu tujuan, suatau usaha dikatakan efektif apabila usaha itu mencapai tujuannya”. 5 Sedangkan dalam ensiklopedia administrasi, kata efektifitas adalah “ suatu keadaan yang mengandung pengertian mengenai terjadinya suatu efek atau akibat yang dikehendaki”. 6 Dalam kamus lengkap Inggris-Indonesia, Indonesia-Inggris karangan Prof. Drs. S. Wojo Wasito dan Drs. Tito Wasito W. Effective adalah berhasil, berarti mencapai tujuannya. 7 Dengan demikian berarti efektifitas Pendidikan Agama Islam adalah tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa dalam proses pembelajaran Agama Islam dalam meningkatkan disiplin beribadah (shalat lima waktu). Dalam dunia pendidikan efektifitas dapat ditinjau dari dua segi, yaitu: segi efektifitas guru dan segi efektifitas murid. Efektifitas mengajar guru terutama menyangkut jenis-jenis kegiatan belajar-mengajar yang direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik, sedangkan efektifitas belajar murid terutama menyangkut tujuan-tujuan pelajaran yang diinginkan telah dicapai melalui 5
Hasan Sadily, Ensiklopedia Indonesia, (Jakarta : Ichtiar Baru- Van Hoeve). Jilid 2, h.
6
Panata Wasna (ed), Ensiklopedia Administrasi, (Jakarta : CV. Haji Masagung, 1989), h.
883 126 7
S . Wojo Wasito & Tito Wasito W, Kamus Lengkap (Inggeris-Indonesia, IndonesiaInggeris), (Bandung : Hasta, 1980 ), cet ke-15, h. 49
5
6
kegiatan-kegiatan yang telah ditempuh. 8 Sedangkan ditinjau dari jangka waktu, indikator efektifitas terbagi menjadi tiga, yaitu: •
Efektifitas jangka pendek, meliputi efisiensi (eficiencty) dan kepuasan (satisfaction)
•
Efektifitas jangka menengah, meliputi kemampuan menyesuaikan diri (Adaptiveness) dan mengembangkan diri (development)
•
Efektifitas jangka panjang, keberlangsungan Indikator ibadah meliputi sholat/ sembahyang, berdoa sendiri, berdoa
bersama, upacara suci/sakral selain ibadah rutin. Dimensi ini diukur dengan itemitem: (1) frekuensi pergi sembahyang ke tempat ibadah (masjid, gereja, pura, vihara, klenteng; (2) frekuensi mengikuti kegiatan keagamaan di rumah (3) frekuensi berdoa sendiri setiap hari sesuai ajaran agama; (4)
keagamaan
(zakat/sepersepuluhan/dana punia/dana amal/dana paramitha); (6) frekuensi mengikuti upaca suci/sakral selain ibadah rutin (sholat/sembahyang/kebaktian mingguan/Puja Trisandhya/Namaskara)? Indikator komitman meliputi kecintaan terhadap Kitab Suci, perasaaan bersalah/berdosa saat tidak menjalankan perintah agama, bantuan keuangan, bantuan tenaga, keterlibatan dalam kegiatan kema-nusiaan, dan membangun semangat persaudaran seagama. Dimensi ini diukur dengan item-item: (1) intensitas menjadikan Kitab Suci sebagai pedoman hidup sesuai perintah agama; (2) frekuensi bertindak sesuai dengan ajaran/perintah agama; (3) frekuensi melanggar kewajiban perintah agama dalam kehidupan sehari-hari; (4) frekuensi menyumbang (dana) untuk kegiatan keagamaan yang diadakan di rumah/tempat ibadah (masjid, gereja, pura, vihara, dan klenteng atau organisasi keagamaan; (5) frekuensi keterlibatan sebagai panitia kegiatan keagamaan yang diadakan oleh rumah/tempat ibadah/organisasi keagamaan; (6) keterlibatan dalam kegiatan kemanusiaan/bakti sosial (membantu korban bencana alam, atau orang kurang mampu; (7) frekuensi keikutsertaan dalam kegiatan membangun kelompok/ 8
Madya Eko Susilo, Dasar-dasar Pendidikan, (Semarang : Effar Offset, 1990 ), cet ke-
7
persaudaraan seagama 9 . B. Pendidikan 1. Pendidikan Agama Islam Menurut undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal satu menyatakan bahwa “ pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan dan akhlaq mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. 10 Menurut Drs. Ahmad D. Marimba “Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. 11 Menurut Zakiyah Darajat “ Pendidikan Agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan usaha terhadap anak agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup (way of life). 12 Selain itu Oemar Muhammad al-Toumy al-Saebani menyatakan bahwa “Pendidikan Islam adalah usaha mengubah tingkah laku individu yang dilandasi oleh nilainilai
Islam
dalam
kehidupan
pribadinya
atau
kehidupan
kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam sekitar melalui proses kependidikan”. 13
1,h. 63 9
www.google.com, 14/09/2010 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006 ), cet ke-6, h.4 11 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : PT. AlMa’arif, 1992 ), cet ke-8, h. 9 12 Zakiyah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1996), cet ke-8, h. 86 10
8
2. Batasan Pendidikan Islam Untuk
mempermudah
pembahasan-pembahasan
mengenai
pendidikan Islam maka harus ada batsan-batasan yang jelas, dan secara garis besarnya pendidikan Islam mempunyai batasan-batasan yang terbagi menjadi 2 (dua ) bagian, yaitu batasan yang sempit dan batasan luas terbatas. Batasan
yang
sempit
adalah
proses
pembelajaran
yang
dilaksanakan di lembaga pendidikan formal (madrasah/sekolah). Dalam batasan sempit ini pendidikan Islam muncul dalam bentuk sistem yang lengkap dan sistematis. Sedangkan yang dimaskud dengan batasan luas terbatas adalah segala usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan pengajaran dan latihan yang diselenggarakan di lembaga pendidikan formal (sekolah) dan non-formal (masyarakat) dan in-formal (keluarga) dan dilaksanakan sepanjang hayat, dalam rangka mempersiapkan peserta didik agar berperan dalam berbagai kehidupan. Pendidikan dalam pengertian yang sempit sudah mempunyai sistem namun sistem tersebut terutama di lembaga pendidikan non-formal dan in-formal tidak begitu terikat secara secara ketat dengan peraturan yang berlaku. Karakteristik pendidikan dalam arti luas terbatas adalah: (1) masa pendidikan sepanjang hayat namun kegiatan pendidikan ternbatas pada waktu tertentu, (2) lingkungan pendidikan juga terbatas, (3) bentuk kegiatan pendidikan berbentuk pendidikan, pengajaran dan latihan, (4) dan tujuan pendidikan merupakan kombinasi antara pengembangan potensi peserta didik dengan sosial demand. 14
13
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Islam, (Jakarta : PT. Raja Grafindo, 2006), cet ke-2, h. 9 14 Prof. DR. H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008 ), cet ke-7, h. 18
9
3. Tujuan Pendidikan Agama Islam Tujuan
pendidikan
agama
Islam
secara
umum
adalah
meningkatkan keimanan, pemahaman, pengamalan peserta didik tentang agama islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman, dan bertakwa kepada Allah swt serta berakhlaq mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 15 Adapun menurut Dr. Zakiyah Darajat tujuan pendidikan Islam adalah kepribadian muslim, yaitu suatu kepribadian yang seluruh aspeknya dijiwai oleh ajaran Islam. Orang yang berkepribadian muslim dalam islam disebut “mutaqun”. Karena itu pendidikan Islam berarti juga pembentukan manusia yang bertakwa”. 16 Selain itu dalam kurikulum 1994 disebutkan bahwa tujuan pendidikan agama Islam di sekolah umum adalah : “Meningkatkan keyakinan,
pemahaman, penghayatan, dan pengamalan siswa tentang
agama Islam dan bertakwa kepada Allah swt, serta berakhlaq mulia, dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, bernegara serta untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi”. 17 Dari perumusan di atas dapat dikembangkan penafsiran sebagai berikut : diharapkan para siswa mampu memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam. 4. Dasar Pendidikan Agama Islam Setelah penulis membahas tujuan pendidikan agama Islam, selanjutnya yang akan penulis bahas adalah dasar dari pendidikan agama Islam itu sendiri, menurut A.D Marimba : “Dasar-dasar Pendidikan agama Islam adalah semua ketentuan dan ajaran yang berasal dari firman Allah swt dan sunnah RasulNya”. 18
15
Muhaimin, M.A, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2001), h. 3-4 16 Zakiyah Darajat, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta : Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi, 1983), h. 60 17
Mastuhu, Memberdayakan System Pendidikan Islam, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999), cet ke-2, h. 87-88 18 Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : PT. AlMa’arif, 1980), cet ke-4, h.41
10
Dalam perkembangan selanjutnya dasar Pendidikan Islam dapat dibagi kepada tiga kategori yaitu (1) dasar pokok, (2) dasar tambahan, dan (3) dan dasar operasional. a. Dasar Pokok 1) Alquran Dasar pokok adalah dasar yang utama sebagai acuan atau referensi dalam menyikapi suatu hal sebelum mengacu kepada sumber lainnya. Dalam agama Islam al-quran merupakan dasar pokok yang tak terbantahkan karena ia merupakan kitab suci sekaligus pedoman hidup dalam semua sendi kehidupan. Adapun mengenai definisi Alquran itu sendiri terdapat beberapa pendapat yang bisa dijadikan rujukan, diantaranya adalah Abdul Wahab Khallaf. Beliau mendefinisikan kitab suci Alquran sebagai berikut: “ Kalam Allah yang diturunkan melalui malaikat Jibril kepada hati Rasulullah Muhammad saw anak Abdullah dengan lafaz Bahasa Arab dan makna hakiki untuk menjadi hujjah Rasulullah atas kerasulannya dan menjadi pedoman bagi manusia dengan penunjuknya serta beribadah membacanya”. Definisi yang hampir serupa menurut jumhur ulama mengenai Alquran adalah kalam atau firman Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw yang pembacaannya merupakan suatu ibadah. Nabi Muhammad saw sebagai pendidik pertama pada masa awal pertumbuhan Islam telah menjadikan Alquran sebagai dasar pendidikan Islam dan menjadikannya pedoman atau tuntunan bagi seluruh umat Islam disamping sunnah beliau sendiri. Dengan kata lain Alquran menjadi rujukan utama dalam menjalankan pendidikan agama Islam alam semua asfek kehidupan baik urusan duniawi mapun ukhrawi.
11
Mengenai fungsi utama Alquran, Allah SWT menjelaskan di dalam firman-Nya yang berbunyi:
Artinya: “Dan kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al Quran) ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (Q.S. AL-Nahl : 64) Jika kita menela’ah ayat tersebut maka minimal ada tiga fungsi utama kitab suci Alquran, yaitu : a) Penjelas Diantara keistimewaan Alquran adalah adanya penjelasanpenjelasan yang menjawab berbagai persoalan menyangkut kehidupan manusia, dengan keistimewaan tersebut Alquran memecahkan problem kemanusiaan dalam berbagai segi kehidupan, baik rohani, jasmani, sosial, ekonomi, maupun politik dengan penjelasan dan pemecahan yang bijaksana karena ia diturunkan oleh yang Maha bijaksana dan Maha Terpuji. Pada setiap problem itu Alquran meletakkan sentuhannya yang mujarab dengan dasar-dasar yang umum yang dapat dijadikan landasan untuk langkah-langkah manusia dan yang sesuai pula buat semua zaman. Dengan demikian Alquran selalu memperoleh kelayakannya di setiap waktu dan tempat karena Islam adalah agama yang abadi. b) Petunjuk Alquran berisi petunjuk-petunjuk yang nyata bagi umat manusia yang membimbing mereka ke jalan yang lurus supaya tidak tersesat di jalan yang salah, maka kaum muslimin sendirilah yang membangun dan menggunkan obor sebagai penerang di
12
tengah-tengah gelapnnya sistem-sistem dan prinsip prinsip lain. Mereka harus menjauhkan diri dari segala kegemerlapan yang palsu, mereka harus membmbing manusia yang kebingungan dengan Alquran sehingga terbimbing ke pantai keselamatan Seperti halnya kaum muslimin dahulu mempunyai negara dengan melalui Alquran, maka tidak boleh tidak pada masa kini pun mereka harus memiliki negara dengan berlandaskan Alquran pula. c) Rahmat Rahmat bisa diartikan sebagai karunia atau pemberian sebagai bukti kasih sayag Allah kepada makhluk-Nya. Alangkah Islam adalah suatu sistem yang lengkap;ia dapat mengatasi segala gejala kehidupan. Ia adalah negara dan tanah air, atau pemerintah dan bangsa. Ia adalah moral dan potensi dan potensi atau ramat dan keadilan. Ia adalah materi dan kekayaan,atau pendapatan dan kesejahteraan. Ia adalah jihad dan dakwah atau tentara dan ide. Begitu pula ia adalah akidah yang benar dan ibadah yang sah”. 2) Sunah Yang dimaksud dengan sunnah adalah semua perkataan, perbuatan, dan ketetapan nabi Muhammad Saw, sunnah dapat pula dijadikan dasar pendidikan Islam karena ia menjadi sumber utama pendidikan Islam selain Alquran dan
Allah swt menjadikan
Muhammad saw sebagai suri tauladan bagi umatnya. Nabi Muhammad saw adalah manusia paripurna sebagai rasulullah (utusan Allah) yang membawa risalah Ilahi untuk kebahagiaan hidup manusai baik di dunia maupun di akhirat sebagai rahmat bagi alam semesta. Semua perkataan dan perbuatan beliau merupakan pengejawantahan dari kitab suci Alquran, maka dalam menentukan suatu ketetapan atau hukum yang berlaku di masyarakat yang mencakup syariah, ibadah, dan mu’amalah merujuk kepada Sunnah beliau yang berlaku sepanjang zaman
13
Mengenai hal ini Allah swt menjelaskannya di dalam Alquran, yang berbunyi:
⌧ ⌧ ⌧
☺ ⌧
Artinya: “Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Q.S Al-Ahzab: 21) Alquran maupun sunnah Rasulullah adalah pedoman hidup yang bersifat global bagi seluruh umat Islam, keduanya membuka kemungkinan penafsiran atau pemahaman yang berkembang untuk itu diperlukan ijtihad sebagai upaya untuk menggali nilai-nilai atau hukum yang lebih terperinci yang terkandung dalam Alquran dan sunnah Rasulullah saw. Dengan demikian yang menjadi dasar atau landasan dari Pendidikan Agama Islam ialah Alquran sebagai pedoman hidup manusia, ditambah dengan sunnah Nabi sebagai penyempurna serta ijtihad untuk memperjelas apa yang telah ada yang membutuhkan penjelasan lebih lanjut dalam pelaksanaanya. b. Dasar Tambahan 1) Perkataan, perbuatan dan sikap para sahabat Pada masa al-khulafa al-Rasyidin sumber pendidikan dalam Islam sudah mengalami perkembangan yang pesat. Selain Alquran dan Sunnah juga perkataan, sikap dan perbuatan para sahabat. Perkataan mereka dapat dijadikan pegangan karena Allah sendiri di dalam Alquran yang memberikan pernyataan. Firman Allah :
☺
14
Artinya: “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungaisungai di dalamnya selama-lamanya. mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.” (Q.S. at-Taubah: 100) Para sahabat yang hidup di zaman nabi Muhammad Saw khususnya al-khulafa al-Rasyidin adalah orang-orang shaleh yang tidak diragukan lagi ketakwaannya kepada Allah swt. Mereka beriman dengan sepenuh hati dan jiwa raga tanpa ada keraguan karena keimanan di dalam diri mereka sudah terbukti semasa rasulullah masih hidup dan ketika menjadi khalifah (pemimpin umat Islam setelah rasulullah wafat). Mereka termasuk golongan al-sabiqunal awwalun (golongan yang pertama masuk Islam), maka pendapat dan kebijakan yang mereka terapkan bukan berdasarkan nafsu manusiawi tetapi berdasarkan Alquran dan ajaran rasulullah swt. Oleh karena itu, dalam menentukan suatu hukum jika tidak ada ketentuan nash yang jelas dari Alquran dan Sunnah maka perkataan, perbuatan dan sikap para sahabat bisa dijadikan rujukan 2) Ijtihad Karena Alquran dan Hadits banyak mengandung arti umum, maka para ahli hukum dalam islam banyak menggunakan ijtihad untuk menetapkan hukum tersebut. Ijtihad ini terasa sekali kebutuhannya setelah wafatnya Nabi saw. Berkembangnya Islam keluar Jazirah arab, karena situasi dan kondisinya banyak berbeda di tanah Arab.
15
Para fuqaha mengartikan ijtihad dengan berfikir menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmu syariat Islam dalam hal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh Alquran dan hadits dengan syarat-syarat tertentu yang tidak bertentangan dengan akal, Alquran dan sunnah.
3) Mashlahah Mursalah (kemaslahatan umat) Mashlahah Mursalah yaitu : “menetapkan peraturan atau ketetapan undang-undang yang tidak disebutkan dalam Alquran dan sunnah atas pertimbangan penarikan kebenaran dan menghindarkan kerusakan.” Di antara contoh maslahah mursalah ialah usaha khalifah Abu Bakar mengumpulkan Al-Qur’an yang terkenal dengan jamul Quran. Pengumpulan al-Quran ini tidak disinggung sedikit pun oleh syara tidak ada nash yang memerintahkan dan tidak ada nash yang melarangnya. Umar
bin
Khattab
melihat
kemaslahatan
yang
sangat
besar
mengumpulkan al-Quran itu, bahkan menyangkut kepentingan agama. Seandainya tidak dikumpulkan, dikhawatirkan al-Quran akan hilang dari permukaan dunia. Contoh lain dalam pendidikan Agama Islam adalah tentang penetapan teori-teori ilmu tajwid.
4) Urf (nilai-nilai dan adat istiadat masyarakat) M. Kamaluddin Imam menyatakan bahwa: “ sesuatu yang tertanam dalam jiwa yang diperoleh melalui kesaksian akan diterima oleh tabiat.” Urf adalah “sesuatu pebuatan dan perkataan yang menjadikan jiwa merasa tenang mengerjakan suatu perbuatan, karena sejalan dengan akal sehat yang diterima oleh tabiat yang sejahtera”. Namun tidak semua tradisi yang dapat dijelaskan dasar ideal pendidikan Islam, melainkan setelah melalui seleksi terlebih dahulu. Mas’ud Zuhdi mengemukakan bahwa urf yang dijadikan dasar Pendidikan Islam itu
16
haruslah sesuai dengan dua ketentuan, yaitu: a) Tidak bertentangan dengan ketentuan nash baik Alquran maupun sunnah. b) Tradisi yang berlaku tidak bertentangan dengan akal sehat dan tabiat yang sejahtera, serta tidak mengakibatkan kedurhakaan, kerusakan dan kemudaratan. Ketentuan ini sangat sejalan dengan tujuan pendidikan Islam yaitu dalam rangka menata kehidupan yang lebih baik dengan alam, manusia dan Allah swt. Contoh dari ‘Urf adalah mencium tangan orang tua atau orang yang kita hormati c. Dasar Operasional Pendidikan Dasar operasional pendidikan Islam adalah “dasar yang terbentuk sebagai aktualisasi dari dasar ideal”. Menurut Hasan Langgulung. 1) Dasar Historis Dasar Historis adalah dasar yang memberikan andil kepada pendidikan dari hasil pengalaman masa lalu berupa peraturan dan budaya masyarakat. Dasar historis bisa dijadikan acuan atau pedoman untuk membuat konsep atau seperangkat aturan di masa kini dan mendatang, biasanya sebelum membuat sesuatu yang baru diadakan evaluasi dan kajian agar dapat menentukan langkah-langkah strategis dalam bidang pendidikan 2) Dasar Sosial Dasar sosial yaitu dasar yang memberikan kerangka budaya dimana pendidikan itu berkembang, seperti memindahkan, memilih dan mengembangkan kebudayaan. Pada dasaranya unsur-unsur pendidikan bertolak atau bergerak dari kerangka kebudayaan yang ada baik memindahkan memilih dan mengembangkan kebudayaan itu sendiri sehingga dalam tataran yang lebih luas antara budaya dan pendidikan terjadi hubungan yang sinkron atau berkaitan erat dan tak dapat dipisahkan. 3) Dasar Ekonomi Dasar ekonomi adalah dasar yang memberi persepektif
17
terhadap potensi manusia berupa materi dan persiapan yang mengatur sumber-sumbernya yang bertanggung jawab terhadap anggaran pembelajaannya.
Asfek
ekonomi
sangatlah
penting
dalam
pengembangan pendidikan karena sebagus apapun konsep yang dirancang akan menjadi timpang jika tidak memperhatikan asfek ekonomi. Disisi lain pelaku sistem dalam pendidikan adalah manusia yang selalu bergantung dengan ekonomi, maka dasar ekonomi mutlak ada dalam pendidikan 4) Dasar Politik Dasar politik yaitu dasar yang memberikan bingkai dan ideologi dasar yang digunakan sebagai tempat bertolak untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan dan rencana yang telah dibuat. Politik merupakan upaya untuk memepengaruhi dan mengendalikan individu, kelompok pihak tertentu agar sesuai dengan keinginan yang mengendalikan sehingga dalam realitasnya para stakeholderlah yang mampu mengendalikan arah pendidikan dengan kebijakan-kebijakan yang dibuatnya. 5) Dasar Psikologis Dasar psikologis yaitu dasar yang memberi informasi tentang watak pelajar-pelajar, guru-guru, cara-cara terbaik dalam praktek, pencapaian, penilaian, dan pengukuran serta bimbingan. Diantara asfek yang ditumbuhkembangkan dalam pendidikan adalah asfek afektif yang mencakup hati, attitude (sikap),
dan akhlak para pelaku
pendidikan. Dasar psikologis perlu mendapat perhatian agar dalam pelaksanaan pendidikan bisa menentukan metode dan pendekatan yang tepat sehingga tujuan yang telah ditetapkan bisa dicapai sesuai dengan target yang telah dicanangkan 6) Dasar Fisiologis Dasar fisiologis yaitu yang memberikan kemampuan memilih yang terbaik, memberi arah suatu sistem, mengontrol dan memberi
18
arah kepada semua dasar-dasar operasional lainnya. 19
5. Visi, Misi, dan Sifat Pendidikan Islam 20 a. Visi pendidikan islam sesungguhnya melekat pada visi ajaran Islam itu sendiri yang terkait pada visi kerasulan para nabi, mulai dari visi kerasulan Nabi Adam hingga kerasulan Nabi Muhammad saw, yaitu membangun sebuah kehidupan yang patuh dan tunduk kepada Allah swt. b. Sejalan dengan visi pendidikan Islam, maka misi pendidikan Islam juga erat kaitannya dengan misi ajaran Islam berdasarkan petunjuk Alquran, yaitu: memperjuangkan, menegaskan, melindungi, mengembangkan, menyantuni, dan membimbing tercapainya tujuan kehadiran agama bagi manusia. c. Sifat pendidikan Islam pada dasarnya adalah sama dengan sifat dari ajaran agama Islam, diantaranya: terbuka, fleksibel (cocok dan berlaku di setiap zaman), seimbang (pertengahan), rabbaniyah (sesuai dengan niali-nilai yang terdapat dalam Alquran) dan demokratis (dapat diselenggarakan oleh siapa saja) d. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam Jika ditela’ah lebih mendalam, maka ruang Lingkup pendidikan agama Islam meliputi keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara: a. Hubungan manusia sebagai makhluk dengan Khaliq, Sang Pencipta Allah swt. (Hablun min-Allah atau hubungan yang bersifat vertikal/transendental) b. Hubungan manusia dengan sesama manusia (Hablun min al-nas atau hubungan yang bersifat horizontal c. Hubungan manusia dengan alam (selain manusia) dan lingkunganya. 19
Prof. DR. H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008 ), cet ke-7, h. 122-131 20 Abuddin Nata, Pendidikan Dalam Persepektif Al-Qur’an, (UIN Jakarta Press, 2005) hal 15-43
19
Adapun ruang lingkup bahan pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah Menegah Pertama (SMP berfokus pada aspek: a. Keimanan b. Alquran/Hadits c. Akhlaq d. Fiqh/Ibadah e. Tarikh/Sejarah 21
C. Disiplin & Ibadah 1. -
Disiplin dalam kamus besar Bahasa Indonesia, mengandung beberapa arti, yaitu: a. Tata tertib (di sekolah kemiliteran, dsb) b. Ketaatan (kepatuhan) kepada ketentuan tata tertib c. Tata tertib dibidang studi yang mempunyai objek system dan metode tertentu. 22
-
Disiplin
menurut
Komarudin,
yaitu:
“suatu
keadaan
yang
menunjukkan suasana tertib dan teratur yang dihasilkan oleh orangorang yang berbeda di bawah naungan sebuah organisasi karena peraturan-peraturan yang berlaku dihormati dan diikuti.” 23 Sedangkan makna disiplin secara istilah berasal dari istilah bahasa Inggris, yaitu:”Dicipline berarti: 1) Tertib, taat atau mengendalikan tingkah laku, penguasaan diri, kendali diri. 2) Latihan membentuk, meluruskan atau menyempurnakan sesuatu, sebagian kemampuan mental atau karakter moral. 3) Hukuman yang diberikan untuk melatih memperbaiki. 4) Kumpulan atau system peraturan-peraturan bagi tingkah laku. 24 21
Departemen Pendidikan Nasional, Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Agama Islam Untuk Sekolah Menengah Pertama, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2003).h.5 22 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990). H. 208 23 Komarudin, Ensiklopedia Manajemen, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), cet ke 1. H 239 24 Tulus Tu’u, Peran Disiplin pada Prilaku dan Prestasi Siswa, ( Jakarta: PT. Grafindo Widia Sarana Indonesia, 2004), H. 31
20
-
Ibadah berasal dari kata ‘abada, yu’aabidu, ‘ibadatan, artinya menyembah, mempersembahkan, tunduk, patuh, taat. Seseorang yang tunduk, patuh, merendahkan diri, dan hina dihadapan yang disembah disebut “abid” (yang beribadah). Budak disebut abid karena dia harus tunduk, patuh, dan merendahkan diri kepada majikannya. Menurut Abu al A’la al Maududi, secara kebahasaan kata ‘abada pada mulanya mempunyai pengertian ketundukan seseorang kepada orang lain dan orang tersebut menguasainya. Menurut Yusuf Qardhawi, ibadah adalah ketaatan terhadap sesuatu
yang maha besar, yang objeknya tidak dapat ditangkap oleh panca indera. Di kalangan orang arab ibadah diartikan sebagai puncak ketundukan yang tertinggi, yang timbul dari kesadaran hati sanubari dalam rangka mengagungkan yang disembah. Menurut ulama tauhid dan hadits, ibadah adalah mengesahkan dan mengagungkan Allah sepenuhnya, serta menghinakan diri dan menundukkan jiwa kepada-Nya. Menurut mereka ibadah sama dengan tauhid. Sedangkan menurut ahli akhlak, ibadah adalah mengerjakan segala bentuk ketaatan badaniyah dan menyelenggarakan segala syariat (hukum). Menurut mereka, akhlak dan segala tugas hidup (kewajiban-kewajiban) yang dibebankan kepada setiap individu, baik yang berhubungan dengan diri sendiri, keluarga maupun masyarakat, termasuk dalam pengertian ibadah. Ahli tauhid, ahli tafsir dan ahli hadits mengartikan ibadah sebagai berikut: 1. Ibadah adalah mengesakan Allah, menta’zimkannya dengan sepenuh ta’zim, serta menghinakan diri dan menundukkan jiwa kepada-Nya (menyembah Allah sendirinya). 2. Ibadah adalah tauhid (mengesakan Allah sekalian alam). 3. Segala lafaz ibadah dalam Alquran diartikan dengan tauhid. 4. Tauhid adalah mengesakan Allah SWT, tuhan yang disembah (mengikuti keesaaNya) serta mengitikadkan pula keesaaNya pada zatNya dan pada pekerjaanNya. Dalilnya :
21
Artinya : Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (Adz-Zariat: 56)
Juga firman Allah:
⌧ Artinya: Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. (An-Nisa’: 36) Secara istilah ibadah terdapat beberapa pengertian diantaranya: 1. Berhidmat kepada Allah, melakukan segala sesuatu yang diridhai-Nya, taat kepada-Nya 2. Melakukan segala sesuatu yang disukai Allah, diridhai-Nya, baik perkataan, perbuatan, lahir dan batin. 3. Tafakkur
kepada
Allah,
yaitu
memperhatikan
kebesaran
Allah,
memperhatikan ni’mat-Nya yang terdapat di alam ini. 4. Melaksanakan segala sesuatu yang diperintahkan Allah SWT dalam: syahadat, shalat, zakat, puasa dan haji (rukun Islam). 25
Dari uraian di atas dapat dipahami, disiplin beribadah berarti ketertiban, keteraturan, ketaatan dalam beribadah serta menyempurnakan ibadah dengan melaksanakan segala peraturan yang berlaku.
D. Pengertian Shalat dan Tata cara pelaksanaan Shalat Shalat adalah perintah dalam Islam sesudah pengucapan dua kalimat syahadat atau dengan kata lain sebagai rukun Islam ke-2. Shalat juga memiliki kedudukan tertinggi diantara ibadah-ibadah lainnya, bahkan kedudukan tertinggi dalam Islam yang tak tertandingi oleh ibadah lainnya. Shalat merupakan tiang agama, ketika seorang muslim mendirikan shalat berarti ia telah mendirikan tiang agama. Tetapi ketika seorang muslim meninggalkan
22
shalat, berarti ia telah menghancurkan agama. Diantara firman Allah swt mengenai ibadah shalat adalah sebagaimana yang tertera di dalam Alquran surat An-Nisa ayat 103, yaitu:
☺ ☺ ☺ ⌧ ☺ Artinya: “ Maka apabila kamu Telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu Telah merasa aman, Maka Dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” Hadits Nabi SAW
ﻦ ِ ْﻋﻤَﺎ ُد اﻟ ﱢﺪﻳ ِ ﻼ ُة َ اَﻟﺼﱠ “shalat itu tiangnya agama” Pilar seluruh agama adalah shalat, yang merupakan konsekuensi dari iman, karena iman yang sesungguhnya adalah meyakini dengan hati, mengucapkan dengan lisan dan melaksanakan dengan perbuatan,dan secara umum tidak ada satupun syariat samawi yang lepas dari ritual ubudiyah yaitu hubungan dalam bentuk ibadah seorang hamba terhadap tuhannya. Secara etimology, shalat berarti do’a yaitu sebuah ungkapan permohonan dan harapan yang diucapkan seseorang terhadap yang dituju. Adapun pengertian shalat secara terminology syar’i adalah ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan yang dibuka dengan niat tertentu dan takbir serta diakhiri dengan salam,dan Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar ketika shalat memperhatikan beberapa hal yang harus dilaksanakan agar shalat itu menjadi syah dan diterima oleh Allah swt yakni syarat dan rukun-rukunnya karena pelaksanaan ibadah ini 25
Zurinal & Aminuddin, Fiqih Ibadah, Jakarta: lembaga Penelitian UIN, 2008. h. 26-27
23
tidak bisa lepas dari ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan sebagaimana telah dijelskan di dalam kitab suci al-quran, al-hadits, ijma’ maupun qiyas. 26
Secara garis besarnya, shalat terbagi menjadi dua kategori, yaitu: 1. Shalat wajib Pengertian shalat wajib dalam agama Islam adalah shalat yang harus dilakukan oleh setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan jika telah aqil baligh dan hukumnya wajib, apabila ibadah ini dilaksanakan sesuai dengan ketentuannya maka mendapat ganjaran atau pahala dari Allah swt tetapi bila ditinggalkan mendapat dosa. Yang dimaksud shalat wajib adalah shalat lima waktu sehari semalam terdiri dari subuh (2 raka’at), dhuhur (4 raka’at), ashar (4 raka’at, maghrib (3 raka’at), dan isya (4 raka’at), jumlah keseluruhan adalah 17 raka’at.Adapun yang membedakan antara satu shalat dengan shalat lainnya adalah dalam hal niat dan jumlah raka’at saja sesuai dengan aturannya yang bersifat tetap dan mutlak 2. Shalat sunnah Selain shalat wajib lima waktu, dalam agama Islam ada juga shalat yang sifatnya sunnah yaitu shalat yang apabila dilaksanakan mendapat ganjaran atau pahala tetapi apabila tidak dilaksanakan tidak mendapat dosa, dan pada dasarnya semua shalat sunnah tidak mengikat. Contoh shalat sunnah: shalat rawatib,Tarawih,Tahiyatul masjid, dan sebagainya. Bila kita memperhatikan keadaan masyarakat di sekitar kita maka nampaklah suatu realitas yang menyedihkan yaitu fenomena masyarakat yang beramai-ramai hilir-mudik dikala adzan berkumandang dengan tetap melaksanakan aktifitas tanpa merasa bersalah seakan-akan adzan bukan panggilan untuk menghadap Allah. Kenyataan seperti ini nampak terasa
26
DR. Shalih bin Ghanim as-Sadlan, Fiqh Shalat Berjama’ah, (Jakarta : Pusaka as Sunnah, 2006), cet ke-1.h 27
24
khususnya pada waktu adzan maghrib berkumandang dikala pergantian siang dengan malam yang seharusnya diisi dengan ibadah kepada Allah. Selain ketika shalat maghrib, fenomena yang nampak juga adalah ketika datang waktu shalat jum’at yang notabene merupakan ibadah wajib yang tidak boleh diabaikan. Mereka terang-terangan tidak melaksanakan shalat, tidak mau beribadah kepada Allah swt yang telah memberikan kekuatan serta ni’mat yang sangat berlimpah. Mereka tidak menghiraukan shalat dan ibadah-ibadah yang lain. Padahal cara pelaksanaan shalat itu bermacammacam, bisa dilaksanakan sendiri (munfarid) ataupun bersama orang lain (berjama’ah), dengan demikian adanya dua cara pelaksanaan shalat secara tekhnis lebih memudahkan dalam beribadah. Shalat berjama’ah ialah shalat yang dilakukan sekurang-kurangnya oleh dua orang, seorang berperan menjadi imam dengan posisi berada di depan, dan seorang lagi menjadi makmum dengan posisi di belakang imam. Adapun pahala bagi orang yang melaksanakan shalat berjama’ah lebih besar daripada yang melaksanakan shalat sendiri, yaitu 27 derajat sedangkan yang shalat sendiri hanya satu derajat. 27 Shalat munfarid atau shalat sendiri adalah shalat yang dilaksanakan secara sendiri oleh masing-masing individu. Bagi perempuan lebih baik melaksanakan shalat di rumah secara individu, sedangkan bagi laki-laki di masjid secara berjama’ah.
E. Sebab-sebab tidak melaksanakan shalat Shalat merupakan kewajiban yang tidak bisa dihindari bagi seluruh umat Islam baik laki-laki maupun perempuan sejak mulai baligh sampai akhir hayat. Kewajiban ini mutlak dan bersifat mengikat tanpa bisa ditawar, namun sungguh sangat disayangkan ada sebagian umat Islam yang lalai bahkan sengaja tidak melaksanakan ibadah wajib ini. Pewajiban ibadah ini sesungguhnya merupakan bagian dari ujian ketaatan kepada Allah swt yang dapat membedakan antara yang benar-benar beriman dan yang kafir,sehingga jika seseorang mengaku beragama Islam tetapi tidak mau shalat, maka
27
Drs. Lahmudin Nasution, M.Ag. Fiqh 1, h. 90
25
sesungguhnya ia belum benar-benar beriman. Berbagai macam penyebab yang menyebabkan mereka lalai atau tidak melaksanakan shalat, diantaranya: 1. Salah sangka dan salah menempatkan, disini mereka beranggapan shalat itu hanya untuk meluruskan akhlaq dan budi pekerti. Bila mereka sudah berakhlaq, cerdas dan memiliki ilmu pengetahuan berarti tidak harus melaksanakan shalat. Karena menurut mereka shalat hanya untuk orangorang tertentu: pak haji, pak tani dan pak penghulu. Anggapan ini adalah angggapan yang keliru dan perlu diluruskan karena pada hakikatnya ritual ibadah shalat hukumnya wajib bagi setiap muslim dalam situasi dan kondisi bagaimanapun. Keringanan atau pengecualian hanya berlaku pada tataran niat dan tata cara pelaksanaannya 2. Tidak mengetahui pengertian tentang shalat Golongan ini beranggapan shalat tidak perlu dilaksanakan karena mereka lahir, hidup dan besar dikalangan keluarga yang tidak pernah melaksanakan shalat. Tidak pernah melihat orang tua mereka melakukan shalat. Tapi yang mereka lihat adalah selamatan-selamatan secara kecilkecilan dan besar-besaran, jadi beragama menurut mereka adalah mengadakan selamatan-selamatan, tasyakuran dan sebagainya. Anggapan inipun keliru dan perlu diluruskan karena shalat bukanlah suatu kegiatan hura-hura melainkah suatu kewajiban yang wajib dilaksanakan bagi setiap individu sesuai dengan ketentuan dan tuntunaan agama Islam. 3. Kemalasan yang sangat mempengaruhi, golongan ini terang-terangan tidak shalat karena rasa malas padahal mereka tahu shalat merupakan ibadah wajib. 4. Keremajaan dan kemudaan, golongan ini beranggapan bahwa ibadah itu hanya dilakukan bagi orang-orang yang sudah tua untuk mendekatkan diri pada Allah swt, sedangkan bagi yang muda bersenang-senang dengan kehidupan dunia saja, merasa masih muda dan hidupnya lama. 5. Pengaruh kacaunya perasaan, golongan ini sengaja meninggalkan shlat karena rusuh hati, tertimpa kesedihan dan kesusahan. 6. Takut kepada iblis dan syetan, golongan ini beranggapan bahwa jika
26
melaksanakan shalat nanti diganggu oleh iblis, karena takut akan hilang sakti dan mandra yang sedang diamalkan. 28
F. Kerangka Berpikir Pendidikan agama Islam merupakan pondasi yang mendasari umat Islam dalam menjalankan kehidupanya, sehingga dalam sekolah pendidikan agama sangatlah penting dan harus dimulai sejak dini atau pada jenjang pendidikan taman kanak-kanak. Mendidik siswa sangatlah sulit apalagi dalam hal menyangkut ibadah sesuatu yang mungkin tidak kasat mata hasilnya dan tidak ada satu orangpun yang tahu mengenai kekhusyu’anya. Hanya Allah swt yang megetahui ibadah seorang hamba-Nya. Dari sisi inilah seseorang menganggap ibadah itu sebagai suatu hal yang tidak penting dan sering melalaikanya, terutama pada usia sekolah. Oleh karena itu sebagai pendidik harus dapat mengatasi perilaku anak didik terutama dalam hal ibadah apakah mereka sudah menjalankan dengan benar sesuai ajaran yang telah di dapat atau sebaliknya. Dalam menyikapi hal ini salah satu yang harus diperhatikan adalah disiplin beribadah. Dengan adanya disiplin beribadah secara otomatis ada pembelajaran bagi siswa untuk meningkatkan ibadahnya kepada Allah swt sebagai makhluk-Nya.
28
Prof. DR. Hasbi ash Shiddieqy, Pedoman Shalat, (Jakarta : Bulan Bintang, 1983), cet ke-1, h. 29-30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian yang baik adalah penelitian yang fokus dengan objek kajian sesuai degan topik yang telah ditentukan, dan diantara upaya untuk bisa fokus adalah penentuan tempat.. Tempat penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Sejahtera 2, Cileungsi-Bogor-Jawa Barat. Adapun waktu penelitian ini dilakukan mulai tanggal 8 maret 2010 sampai dengan 19 april 2010 pada semester genap tahun ajaran 2010/2011.
B. Metode Penelitian Dalam rangka mempersiapkan untuk mendapatkan data yang berhubungan serta mendukung dalam penelitian ini, maka
penulis
menggunakan metode deskriptif, yaitu memecahkan masalah-masalah yang muncul dan kemudian dianalisis berdasarkan teori untuk alternative yang bisa dianggap sebagai jalan keluar dari masalah yang dihadapi. Menurut Lexy J. Moleong penelitian deskriptif adalah data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti. 29 29
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif , (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2010), cet ke 7. h 6
27
28
C. Definisi Operasional Variable Suatu penelitian agar dapat dioperasionalkan dan dapat diteliti secara empiris maka diubah menjadi variable. Variable adalah karakter dari unit observasi yang mempunyai variasi atau segala sesuatu yang dijadikan objek peneliti.
D. Populasi dan Sampel Penelitian Menurut Sugiyono, populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. 30 Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII di SMP Sejahtera 2, Cileungsi-Bogor, tahun pembelajaran 2010/2011 sebanyak 337 siswa. Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajarinya semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi, untuk itu, sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representative (mewakili). 31 Adapun teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Simple Random Sampling. Menurut Sugiyono Simple Random Sampling adalah pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. 32 Dalam penelitian ini yang dijadikan sampel yaitu sebanyak 74 siswa dari populasi yang berjumlah 337 siswa, terdiri dari kelas VII, tahun pembelajaran 2010/2011.
30
Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, (Bandung: alfabeta, 2004), h. 90 Sugiyono, Metode Penelitian…, h.91 32 Sugiyono, Metode Penelitian…, h.96 31
29
E. Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, digunakan cara atau metode sebagai berikut: 1. Studi kepustakaan (Library Research) Studi kepustakaan dipergunakan untuk memperoleh konsep-konsep ilmiah dan teori-teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, yang meliputi buku-buku, karya ilmiah, artikel-artikel, koran, majalah, dan sumber lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini. 2. Riset lapangan (Field Research) Yaitu penelitian dengan cara mengamati langsung objek penelitian untuk memperoleh data dan informasi yang akurat. a. Dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi langsung yakni teknik mengumpulan data dimana peneliti mengadakan pengamatan secara langsung (tanpa alat) terhadap gejala-gejala subjek yang diselidiki, baik pengamatan itu dilakukan di dalam situasi sebenarnya maupun dilakukan dalam situasi buatan yang khusus diadakan. 33 Selain itu observasi juga dilengkapi dengan format atau blanko pengamatan sebagai instrument. Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi. 34 Adapun observasi ini di lakukan di SLTP Sejahtera 2, Cileungsi – Bogor – Jawa Barat b. Interview/wawancara,
menghendaki komunikasi langsung antara
peneliti dengan subjek atau sampel. Interview dapat dibagi-bagi menurut tujuannya, ada interview survey dan interview diagnostik. 35 Dalam wawancara ditentukan oleh beberapa faktor yang berinteraksi dan mempengaruhi, ialah: pewawancara, responden, topik penelitian
33
Winarno Surakhmad, M. Sc. Ed. Pengantar Penelitian Ilmiah, Bandung: Tarsito, 1998, Cet ke-8. hal 162 34 Suharismi Arikunto, Prosedur Penelitian (suatu pendekatan praktik), Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006, cet ke-13, hal 229 35 Winarno Surakhmad, M. Sc. Ed. Pengantar Penelitian Ilmiah, Bandung: Tarsito, 1998, Cet ke-8
30
yang tertuang dalam daftar pertanyaan, dan situasi wawancara. 36 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik interview survey, yang dilakukan kepada guru pengajar PAI dan beberapa siswa kelas VII SLTP Sejahtera 2, Bogor pada tahun ajaran 2009/2010. c. Angket, merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui komunikasi dengan sumber data. Metode angket ini penulis tujukan kepada siswa SMP Sejahtera 2, Cileungsi-Bogor, kelas VII dengan populasi yang telah dijadikan sampel sebanyak 74 siswa. F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 1. Teknik Pengolahan Data Jawaban
yang
diberikan
dalam
kuesioner
dinilai
dengan
menggunakan skala likert. Menurut Sugiyono yang dimaksud dengan skala likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena social. Dari jawaban-jawaban yang dihimpun penulis melakukan langkahlangkah sebagi berikut: a. Pemeriksaan hasil angket yang telah disebarkan. b. Mengelompokkan jawaban yang sesuai dan ditabulasi. c. Jawaban questioner tersebut akan disajikan dalam bentuk tabel yang akan berisi jumlah dan persentasi pendapat responden dari sampel yang diambil.
36
hal 192
Masri Singarimbun, dkk. Metode Penelitian Survey, (Jakarta: LP3ES, 2006) cet ke-8,
31
Kisi-kisi Instrumen Angket Variabel
Indikator 1.
Manfaat
No. Item Pertanyaan (+) (-) 13, 14,15 19
Jumlah 4
pembelajaran fiqh Pendidikan Agama Islam (Fiqh)
1.
Pelaksanaan shalat
1,2,9
6,5,18
6
wajib 2.
Membaca doa setelah shalat
Pelaksanaan Ibadah Shalat Lima Waktu
3.
Tatacara shalat lima
10,11 3,12,20
2 4
4
waktu 4.
Implikasi
16,8
2
meninggalkan shalat 5.
Implikasi
7
17
2
pelaksanaan shalat
2. Teknik Analisis Data Dalam menganalisis data yang telah terkumpul, kemudian dianalisa, dibandingkan, ditafsirkan dan selanjutnya disimpulkan yang hasilnya merupakan suatu data yang kongkrit. Dalam hal ini penulis memerlukan dua jenis data, yaitu: a. Data kualitatif yaitu; dengan cara menguraikan keadaan ke dalam bahasa yang mudah dipahami, dimengerti dan logis sesuai dengan masalah yang dihadapi. b. Data kuantitatif yaitu; dengan cara mengadakan: 1) Proses editing yaitu; memeriksa angket yang telah diisi oleh responden satu persatu yang diurutkan dari nomer satu sampai
32
dengan nomer terakhir. 2) Tabulasi yaitu; memindahkan jawaban responden ke dalam tabel frekuensi. Mengadakan perhitungan rata-rata dengan menggunakan rumus persentasi sebagai berikut: P=
F × 100% N
F = Frekuensi yang sedang dicari persentasinya N = Number of case (jumlah frekuensi/banyaknya individu) P = Angka Persentasi. 3) Proses data yaitu; mengolah data dari hasil perhitungan rata-rata. 4) Penyusunan
hasil
penelitian
dalam
bentuk
skripsi.
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Sekolah
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Sejahtera 2, Cileungsi-Bogor adalah suatu yayasan pendidikan yang diadakan untuk memberikan pendidikan dan pengajaran kepada masyarakat khususnya anak didik berupa pengetahuan yang sistematis dan ilmiah dengan kurikulum yang terencana dari Departemen Pendidikan Nasional. Sekolah ini dirintis dan didirikan pada tahun 1979 atas permintaan masyarakat
sekitar
yang
membutuhkan
lembaga
pendidikan
bagi
putra/putrinya.Minimnya lembaga pendidikan formal untuk jenjang SMP di daerah Cileungsi menyebabkan masyarakat kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anaknya sehingga bagi mereka yang telah menyelesaikan jenjang pendidikan tingkat dasar (SD/MI) dan ingin melanjutkan ke tingkat SMP harus rela menempuh jarak yang cukup jauh di tengah minimnya alternatif pilihan lembaga pendidikan formal. Melihat realitas yang berkembang di masyarakat, maka lahirlah SMP Sejahtera 2 Cileungsi –Bogor – Jawa barat yang diprakarsai oleh Bapak Agus Fahmi Subekti dan kawan-kawan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan sarana pendidikan tingkat menengah . Awal mula berdirinya lembaga
ini dimulai dengan membuka dua
kelas yang terdiri dari 120 orang siswa/i, dan seiring dengan berjalannya waktu lembaga ini semakin mendapat kepercayaan masyarakat
33
yang
34
memasukkan putra/putrinya untuk dididik di SMP 2 Sejahtera dan terbukti dari tahun ke tahun jumlah siswa mengalami peningkatan yang cukup signifikan,sampai tahun 2010 ini jumlah siswa tercatat sebanyak 925 orang siswa. Di samping itu untuk menunjang berjalannya proses pendidikan dan pengajaran di SMP Sejahtera 2 sarana dan prasarana terus ditingkatkan sehingga jumlah fasilitas yang sudah ada cukup memadai. Sedangkann untuk legalitas formal, SMP Sejahtera 2 Cileungsi-Bogor telah mendapat izin resmi dari Departemen Pendidikan Nasional (DEPDIKNAS) dengan diterbitkannya Surat Keputusan (SK) No 003 tahun 2005 1. Struktur Organisasi
Organisasi adalah kumpulan orang yang terdiri dari dua orang atau lebih yang bekerjasama untuk mencapai tujuan yang sama. Dalam rangka mecapai tujuan itulah suatu organisasi yang baik mempunyai struktur yang teratur sesuai dengan tugas dan wewenangnya agar semua rencana tau tujuan
dapat
tercapai
sesuai
harapan.maka
untuk
memudahkan
administrasi dan program kerja, kepengurusan SMP Sejahtera 2 telah ditetapkan dalam susunan organisasi yang terstruktur. Adapun strukturnya adalah sebagai berikut: a. A.Sukandar
: Ketua Komite
b. Agus Fahmi Subekti, S.Pd
: Kepala Sekolah
c. Teresia Purba
: Wakil Kepala Sekolah
d. Ahmad Patria
: Kepala Tata Usaha
e. Dra. Ai Suhartijah
: Unit Laboratorium
f. dan Perpustakaan 2. Visi, Misi, Strategi dan Motto Sekolah
Sebagai pedoman dan bahan acuan dalam mewujudkan tujuan yang ingin dicapai, maka perumusan visi, misi, strategi dan motto sekolah merupakan unsur yang sangat urgen dan tidak bisa diabaikan. SMP Sejahtera 2 adalah sebuah lembaga pendidikan dan telah mempunyai konsep yang jelas untuk tujuan tersebut, hal ini sebagaimana tertuang dalam visi, misi,strategi dan motto sekolah, yaitu:
35
-
Visi : Terwujudnya sekolah yang berprestasi berdasarkan iman dan taqwa, melalui semangat kebersamaan dalam kebhinekaan. Jika melihat visi sekolah maka SMP Sejahtera 2 berkeinginan untuk mngukir prestasi semaksimal mungkin dengan berlandaskan nilai-nilai iman dan takwa sebagai dasr filosofi yang harus dipertahankan.. Dengan kata lain prestasi harus diraih tapi akhlak, moral, dan ibadah harus tetap ditanamkan dalam jiwa anak didik sebagai bekal dalam kehidupan sehari-hari
-
Misi Misi merupakan tujuan dan target yang ingin dicapai sebagai bukti dari eksistensi suatu lembaga, dan. tanpa misi yang jelas maka akan sulit untuk survive atau berkembang. Adapun misi SMP Sejahtera 2 adalah: 1. Membangkitkan semangat untuk berprestasi dalam pengetahuan dan keterampilan bagi warga sekolah 2. Memotivasi
peserta
didik
dalam
menggali
potensi
untuk
dikembangkan secara optimal 3. Melakukan tindakan pro aktif dalam meningkatkan Pengamalan Agama 4. Meningkatkan kesejahteraan Guru dan Staf Administrasi (Tata Usaha) 5. Menumbuhkan
rasa
kepedulian
dalam
segala
hal
untuk
menciptakan keharmonisan dan memperlancar Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) 6. Menumbuhkan kepercayaan masyarakat dalam Penerimaan siswa baru -
Strategi : Selain visi dan misi yang telah dirumuskan secara jelas, peran strategi juga tak kalah pentingnya karena tanpa strategi dan konsep yang tepat maka keberadaan suatu lembaga pendidikan akan sulit berkembang ditengah perkembangan zaman yang semakin maju dan persaingan yang semakin ketat bahkan jika hal ini diabaikan, bukan
36
mustahil akan sepi peminat atau ditinggalkan masyarakat. Oleh karena itu, pihak SMP Sejahtera 2 Cileungsi–Bogor mencanangkan beberapa strategi yaitu: 1. Disiplin dan efektivitas dalam melaksanakan kegiatan Belajar. 2. Motivasi tinggi dalam melaksanakan tugas. 3. Partisipasi warga sekolah dan orang tua digunakan. 4. Responsif dan Antisipatif terhadap kebutuhan. -
Motto : SERASI (SEMANGAT RAIH PRESTASI)
Jenis-jenis kegiatan keagamaan: Pendidikan yang efektif bukan hanya sebatas transfer ilmu pengetahuan dari guru ke siswa semata tetapi harus diimbangi pula dengan berbagai aktifitas atau kgiatan keagamaan karena pendidikan yang baik adalah pendidikan yang memperhatikan 3 ranah pendidikan yaitu asfek kognitif, afektif, dan psikomotorik
B. Sarana dan Prasarana
Untuk menunjang keberhasilan pendidikan sesuai dengan progrm dan tujuan yang telah dicanangkan diperlukan sarana dan prasarana sebagai media pendukung, bahkan dalam hal tertentu menjadi kebutuhan primer. SMP Sejahtera 2 sebagai lembaga pendidikan formal saat ini telah mempunyai berbagai fasilitas, diantaranya: No Jenis fasilitas
Jumlah
Luas (m2)
1.
Ruang Kelas
15
1057
2.
Ruang Perpustakaan
1
30
3.
Ruang BP/BK
1
63
4.
Ruang Kepala Sekolah
1
15
5.
Ruang Guru
1
56
6.
Ruang TU
1
30
7.
Ruang Osis
1
12
8.
Kamar Mandi/WC Guru
2
12
37
9.
Kamar Mandi/WC Siswa
6
36
10. Gudang
1
108
11. Ruang Ibadah
1
63
C. Pengolahan dan Analisis Data
Untuk memperoleh hasil yang objektif dari penelitian ini, data yang diperoleh disajikan dalam beberapa tabel mencakup beberapa unsur yang berkaitan dengan efektifitas pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan disiplin ibadah siswa-siswi SMP Sejahtera 2 Cileungsi-Bogor. Tabel yang disajikan merupakan jawaban siswa atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, yaitu : Tabel 1 Kewajiban Melaksanakan Shalat Lima Waktu
Untuk tabel yang pertama adalah tentang data siswa yang melaksanakan shalat lima waktu atau shalat fardhu, hal ini dimaksudkan agar diketahui dampak dari pengajaran dan Pendidikan Agama Islam dalam kehidupan sehari-hari No
Alternatife Jawaban
Frekuensi
Persentasi
A
Selalu
11
14,9 %
B
Sering
43
58,1 %
C
Kadang-kadang
20
27 %
D
Tidak pernah
-
-
N= 74
100 %
Jumlah
Dari data tabel di atas diperoleh hasil bahwa sebanyak 43 orang responden atau 58,1 % yang menjawab sering melaksanakan shalat lima waktu, siswa yang melaksanakan shalat dalam waktu yang tidak tentu atau kadang-kadang adalah 20 orang atau 27 %, sedangkan 11 orang responden atau 14,9 % selalu melaksanakan shalat, dan tidak ada seorangpun dari responden yang menjawab tidak pernah (0%). Hal ini menunjukkan bahwa ada kesadaran pada diri responden (siswa) terhadap kewajiban shalat lima waktu
38
walaupun masih ada sebagian siswa yang melaksanakannya hanya sewaktuwaktu atau kadang-kadang. Tabel 2 Pelaksanaan Shalat Berjamaah
Shalat berjama’ah merupakan salah satu cara melaksanakan ritual ibadah kepada Allah SWT yang dilakukan oleh 2 orang atau lebih. Untuk melaksanakan shalat berjama’ah dibutuhkan kesadaran individu yang tinggi disamping keimanan. Berikut ini adalah tabel mengenai cara pelaksanaan ibadah shalat menurut kebiasaan siswa/i SMP Sejahtera 2, yaitu sebagai berikut: No
Alternatife Jawaban
Frekuensi
Persentasi
A
Selalu
13
17,6%
B
Sering
49
66,2 %
C
Kadang-kadang
6
8, 1 %
D
Tidak pernah
6
8,1 %
N= 74
100 %
Jumlah
Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat 49 orang responden (66,2 %) menjawab sering, kemudian 13 orang responden (17,6%) menjawab selalu shalat berjama’ah, selanjutnya 6 orang responden (8,1%) menjawab kadangkadang, serta 6 orang lainnya menjawab tidak pernah (8,1 %). Berdasarkan data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa ada kesadaran yang cukup tinggri dalam diri siswa dalam pelaksanaan shalat berjama’ah sebagai suatu kegiatan yang rutin dilakukan. Jika digabungkan antara siswa yang menjawab selalu dan sering maka akan diperoleh data sebanyak 62 orang siswa (83,8 % ) dari jumlah total siswa yang melaksanakan shalat berjamaa’h. Data ini cukup meyakinkan untuk sebuah kesimpulan bahwa mayoritas siswa SMP Sejahtera 2 sering melaksanakan shalat secara berjamaa’h, walaupun yang menjawab kadang-kadang dan tidak pernah ada 12 orang (16,2%) namun tidak berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah mayoritas siswa.
39
Tabel 3 Ketertiban Dalam Melaksanakan Shalat
Tertib adalah teratur, berurutan sesuai dengan urutannya dan merupakan bagian dari rukun shalat yang tidak bisa dipisahkan dari rangkaian kegiatan shalat. Seseorang bisa tidak mendapatkan pahala jika dalam pelaksanaan shalatnya tidak tertib. Tabel dibawah ini adalah jawaban responden dari para siswa SMP Sejahtera 2 tentang ketertiban dalam melaksanakan ibadah shalat No
Alternatife Jawaban
Frekuensi
Persentasi
A
Selalu
46
62,1 %
B
Sering
15
20,3 %
C
Kadang-kadang
13
17,6 %
D
Tidak pernah
-
-
N= 74
100 %
Jumlah
Tabel di atas menunjukkan bahwa 46 orang responden (62,1 %) selalu tertib ketika menjalankan ibadah shalat, selanjutnya 15 orang responden (20,3) menjawab sering,13 orang menjawab kadang-kadang (17,6%) sedangkan yang menjawab tidak pernah tertib dalam melaksanakan shalat adalah 0 %. Dari data dan fakta di atas dapat dinyatakan bahwa hampir seluruh siswa selalu tertib dalam melaksanakan shalat, hal ini terbukti dengan jumlah siswa yang mayoritas menjawab selalu dan sering tertib walaupun ada beberapa siswa yang kadang-kadang tidak tertib ketika shalat namun hal tersebut tidak mempengaruhi keefektifan pendidikan agama Islam Tabel 4 Meninggalkan Shalat Fardhu (shalat lima waktu)
Data selanjutnya adalah mengenai kebiasaan atau intensitas siswa terhadap kewajiban shalat fardhu lima waktu supaya diketahui apakah pendidikan agama Islam yang diajarkan di sekolah berdampak positif atau justru tidak berpengaruh sama sekali terhadap perilaku dan kebiasaan siswa. Berikut ini adalah data yang berhasil dihimpun berdasarkan angket yang telah
40
diisi oleh siswa SMP Sejahtera 2 Cileungsi -Bogor: No
Alternatife Jawaban
Frekuensi
Persentasi
A
Selalu
-
-
B
Sering
11
14,9 %
C
Kadang-kadang
11
14,9 %
D
Tidak pernah
52
70,2 %
N = 74
100 %
Jumlah
Tabel di atas menunjukkan bahwa tidak ada satu orang siswapun yang menjawab selalu meninggalkan shalat fardhu dengan persentase 0%. Siswa sebanyak 52 orang atau 70,2 % menjawab tidak pernah meninggalkan shalat lima waktu, kemudian yang menjawab sering sebanyak 11 orang (14,9%), sedangkan 11 orang responden atau 14,9 % menjawab kadang-kadang. Hal tersebut menunjukkan bahwa kesadaran untuk melaksanakan kewajiban shalat fardhu sudah cukup tinggi dalam diri siswa SMP Sejahtera 2 Tabel 5 Kedisiplinan Pelaksanaan Shalat Setiap Waktu
No
Alternatife Jawaban
Frekuensi
Persentasi
A
Malas
3
4%
B
Tidak
8
10,9 %
C
Jarang-jarang
17
17 %
D
Rajin
46
62,1 %
N = 74
100 %
Jumlah
Tabel di atas menunjukkan bahwa 62,1 % siswa SMP Sejahtera 2 rajin melaksanakan shalat fardhu atau dengan kata lain tidak absen dalam pelaksanaan shalat yang lima waktu, kemudian ada 17 orang siswa (17 %) yang menjawab jarang-jarang. Siswa yang tidak disiplin dalam melaksanakan shalat setiap waktu sebanyak 8 orang (10,9%), dan 4 % dari total keseluruhan siswa menyatakan malas melaksanakan shalat
setiap waktu. Hal tersebut
menunjukkan bahwa kedisiplinan responden dalam melaksanakan shalat lima
41
waktu cukup tinggi, dilihat dari banyaknya persentase siswa yang menjawab rajin. Jika dalam diri siswa sudah ada kesadaran untuk berdisiplin dalam melaksanakan shalat lima waktu yang notabene meruapakan kewajiban setiap muslim maka pendidikan agama Islam di SMP Sejahtera 2 bisa dinyatakan cukup efektif
Tabel 6 Mengulur-ngulur Waktu Shalat
No Alternatife Jawaban
Frekuensi
Persentasi
A
Selalu
5
6,7 %
B
Sering
6
8,1 %
C
Kadang-kadang
51
69 %
D
Tidak pernah
12
16,2 %
N = 74
100 %
Jumlah
Tabel di atas menunjukkan 51 orang atau 69 % dari total responden menjawab kadang-kadang, 12 orang responden atau 16,2 % responden tidak pernah mengulur-ngulur waktu shalat., kemudian 6 orang responden atau 8,1 % sering mengulur-ngulur waktu shalat, sedangkan 5 orang atau 6,7 % dari responden selalu mengulur-ngulur waktu shalat. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa siswa SMP Sejahtera 2 sebagai responden memiliki kesadaran shalat walaupun kadang-kadang masih mengulur waktu dalam melaksanakan shalat. Tabel 7 Kepemilikan Buku Paket fiqh
No
Alternatife Jawaban
A
Tidak
Frekuensi
Persentasi
36
48,6 %
42
B
Punya sendiri-sendiri
34
46 %
C
Punya dah dicoret-coret
2
2,7 %
D
Pinjem perpustakaan
2
2,7 %
N = 74
100 %
Jumlah
Tabel di atas menunjukkan 48,6 % dari responden tidak memiliki buku paket Fiqh, 46% punya sendiri-sendiri, 2,7 % punya tapi sudah dicoret-coret, sedangkan 2,7 % lagi pinjem di perpustakaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa responden rata-rata memiliki buku walaupun ada beberapa yang pinjam. Tabel 8 Pelaksanaan Pembelajaran Fiqh di Sekolah
Diantara pelajaran yang diajarkan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Sejahtera 2 adalah Pendidikan Agama Islam yang di dalamnya terdapat pembelajaran tentang keislaman seperti akidah-akhlak, Quran-hadits, dan Fiqh. Fiqh menurut bahasa adalah pemahaman, sedangkan menurut istilah adalah ilmu yang membahas mengenai hukum dan tatacara ibadah baik manusia dengan manusia, manusia dengan lingkungan, maupun manusia dengan Tuhan dengan berlandaskan dalil dan syari’at Islam. Khusus mengenai ibadah selain dijelaskan dalam al-quran dan sunnah secara global, di dalam fiqih dibahas dengan lebih detail. Tabel di bawah ini adalah pendapat siswa tentang manfaat pembelajaran fiqh di sekolah
No
Alternatife Jawaban
Frekuensi
Persentasi
A
Sangat bermanfaat
45
60,8 %
B
Cukup bermanfaat
29
39,2 %
C
Kurang bermanfaat
-
-
D
Tidak bermanfaat
-
-
N = 74
100 %
Jumlah
43
Tabel di atas menunjukkan 45 orang responden (60,8 %) menyatakan bahwa pembelajaran fiqh di sekolah sangat bermanfaat, sedangkan 29 orang lainnya (39,2 %) menyatakan cukup bermanfaat. Merujuk kepada data di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran fiqh sangat bermanfaat bagi siswa terutama dalam meningkatkan ibadah baik dalam hal wawasan pengetahuan maupun dalam tataran praktis.
Tabel 9 Perubahan Shalat Siswa Setelah Memperoleh Pembelajaran Fiqh
Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah terutama siswa di sekolah, pembelajaran fiqh mutlak dibutuhkan, dan berdasarkan data sebelumnya bahwa 100 % responden menyatakan bahwa pembelajaran fiqh bermanfaat bagi mereka. Data di bawah ini menggambarkan mengenai perubahan shalat siswa setelah memeperoleh pembelajaran fiqh. Jika pernyataan siswa sesuai dengan perubahan shalat siswa, maka pembelajaran fiqh dan pendidikan agama Islam dapat dinyatakan efektif No
Alternatife Jawaban
Frekuensi
Persentase
A
Ibadah menjadi meningkat
62
83,8 %
B
Ibadah menjadi biasa-biasa aja
12
16,2 %
C
Ibadah menjadi menurun
-
-
D
Ibadah menjadi malas
-
-
N = 74
100 %
Jumlah
Tabel di atas menunjukkan 83,8 % dari responden menyatakan bahwa ibadah menjadi meningkat setelah memperoleh pembelajaran Fiqh, sedangkan 16,2 % merasa ibadah menjadi biasa-biasa saja setelah memperoleh pembelajaran Fiqh. Hal tersebut menunjukkan kebanyakan dari siswa merasa ibadah meningkat setelah memperoleh pembelajaran fiqh, berarti adanya pembelajaran fiqh sangat bermanfaat bagi siswa.
44
Tabel 10 Peningkatan Pengamalan Shalat Setelah Memperoleh Pembelajaran Fiqh
No
Alternatife jawaban
Frekuensi
Persentase
A
Ya
50
67, 6 %
B
Mungkin
18
24, 3 %
C
Ragu-ragu
6
8,1 %
D
Tidak
-
-
Jumlah
N = 74
100 %
Tabel di atas menunjukkan bahwa 67,6 % dari responden menyatakan ya dalam peningkatan pengamalan shalat setelah memperoleh pembelajaran fiqh, 24,3 % mungkin, sedangkan 8,1 % lagi menyatakan ragu-ragu . Hal tersebut menunjukkan bahwa peningkatan pengamalan shalat itu ada setelah memperoleh pembelajaran Fiqh. Tabel 11 Perasaan Malas Mengerjakan Shalat Lima Waktu
No
Alternatife Jawaban
Frekuensi
Persentase
A
Selalu
-
-
B
Sering
4
5,4%
C
Kadang-kadang
48
64,9%
D
Tidak pernah
22
29,7%
N = 74
100 %
Jumlah
Tabel dia atas menunjukkan bahwa 64,9% kadang-kadang merasa malas, 29,7% tidak pernah merasa malas dalam mengerjakan shalat lima waktu, sedangkan 5,4% dari responden menyatakan sering merasa malas dalam mengerjakan shalat lima waktu. Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa perasaan malas itu terkadang datang pada diri siswa kebanyakan, melihat banyaknya persentase pada tabel dia atas.
45
Tabel 12 Terpaksa Dalam Melaksanakan Shalat Lima Waktu
No
Alternatife Jawaban
Frekuensi
Persentase
A
Selalu
-
-
B
Sering
-
-
C
Kadang-kadang
14
19%
D
Tidak pernah
60
81%
N = 74
100 %
Jumlah
Tabel dia atas menunjukkan bahwa 81% atau sebanyak 60 orang tidak pernah terpaksa dalam melaksanakan shalat lima waktu, walaupun 19% atau 14 siswa terpaksa dalam melaksanakan shalat lima waktu. Berarti terlihat adanya kemauan dari siswa untuk melaksanakan shalat tanpa terpaksa, hal tersebut dapat diketahui dengan melihat jumlah persentase yang tinggi. Tabel 13 Perasaan Senang Dalam Mengerjakan Shalat Lima Waktu
No
Alternatife Jawaban
Frekuensi
Persentase
A
Selalu
60
81%
B
Sering
4
5,4%
C
Kadang-kadang
10
14%
D
Tidak pernah
-
-
N = 74
100 %
Jumlah
Tabel dia atas menunjukkan bahwa 81% selalu merasa senang dalam mengerjakan shalat lima waktu, 14% kadang-kadang merasa senang dalam melaksanakan shalat lima waktu dan 5,4% sering merasa senang dalam mengerjakan shalat lima waktu. Hal di atas menunjukkan bahwa beberapa siswa kadang-kadang merasa senang dalam mengerjakan shalat walaupun ada beberapa persen yang tidak senang.
46
Tabel 14 Perasaan Rugi jika Tidak Melaksanakan Shalat Lima Waktu
Shalat fardhu merupakan kewajiban yang tidak boleh ditinggalkan oleh setiap muslim, dan dalam tingkatan tertentu ibadah tersebut bukan hanya menjadi suatu kewajiban tetapi lebih jauh menjadi kebutuhan. Jika seseorang sudah menjadikan shalat sebagai kebutuhan, tidak akan timbul beban dalam melaksanakannya, terasa nyaman dan mendapatkan kepuasan bathin yang tidak bisa digambarkan. Maka bila ia tidak bisa menikmati ibadah shalat karena sebab-sebab tertentu ia kan merasa rugi. Tabel berikut adalah jawaban siswa sebagai responden yang menggambarkan perasaan rugi jika tidak melaksankan shalat lima waktu. No
Alternatife Jawaban
Frekuensi
Persentase
A
Selalu
44
59,4%
B
Sering
8
10,8%
C
Kadang-kadang
8
10,8%
D
Tidak pernah
14
19%
N = 74
100 %
Jumlah
Tabel di atas menunjukkan bahwa 44 orang siswa (59,4 %) selalu merasa rugi jika tidak melaksanakan shalat, kemudian 14 orang siswa (19%) tidak pernah merasa rugi jika tidak melaksanakan shalat, selanjutnya 8 orang siswa (10,8%) sering merasa rugi jika tidak melaksanakan shalat, dan 8 orang siswa atau
10,8% menyatakan kadang-kadang merasa rugi jika tidak
melaksanakan shalat. Dari hasil persentase terlihat bahwa yang menjawab selalu dan sering lebih banyak daripada yang menjawab kadang-kadang dan tidak pernah, ini berarti bahwa mayoritas siswa yang beragama Islam merasa rugi jika tidak melaksanakan shalat lima waktu.Adanya perasaan rugi jika tidak melaskanakan shalat merupakan hal yang positif dan perlu dipupuk bagi pertumbuhan dan perkembangan jiwa keagamaan anak didik karena jika perasaan tersebut terus-menerus tertanam dalam pikiran dan hati, diharapkan akan meminimalisir sikap mengabaikan kewajiban shalat sehingga seiring
47
dengan berjalannya waktu, shalat menjadi kebutuhan rohani bagaikan jasmani yang membutuhkan asupan gizi dari makanan dan minman yang dikonsumsi Tabel 15 Berdo’a Setelah Melaksanakan Shalat
No
Alternatife Jawaban
Frekuensi
Persentase
A
Selalu
49
66,2%
B
Sering
12
16,2%
C
Kadang-kadang
13
17,6%
D
Tidak pernah
-
-
N = 74
100 %
Jumlah
Tabel diatas menunjukkan bahwa 49 orang (66,2%) selalu berdo’a setelah melaksanakan shalat, siswa yang sering berdo’a sebanyak 12 orang (17,6%), siswa yang kadang-kadang berdo’a setelah melaksanakan shalat berjumlah 13 orang (16,2%),sedangkan yang menjawab tidak pernah
.
Melihat hasil di atas berarti tidak semua siswa berdo’a setelah melaksanakan shalat, kadang-kadang tidak berdo’a. Tabel 16 Berdo’a Setelah Berwudhu
Tabel di bawah ini adalah tentang kebiasaan do’a yang dilakukan siswa setelah melakukan wudhu No
Alternatife Jawaban
Frekuensi
Persentase
A
Selalu
31
41,9%
B
Sering
6
8,1%
C
Kadang-kadang
27
36,5%
D
Tidak pernah
10
13,5%
N = 74
100 %
Jumlah
Tabel di atas menunjukkan bahwa 41,9%
selalu berdo’a setelah
berwudhu, 36,5% kadang-kadang, 13,5% tidak pernah berdo’a setelah berwudhu, sedangkan 8,1% sering berdo’a setelah berwudhu. Melihat hasil dia
48
atas berarti tidak semua siswa berdo’a setelah berwudhu walaupun sebagian berdo’a. Tabel 17 Pengetahuan Tatacara Shalat
Ibadah shalat bukan ibadah yang diajarkan secara teoritis saja tetapi perlu ada praktek atau contoh konkret secara empris sehingga orang yang diajarkan tidak sebatas tahu tetapi menjadi bisa dalam pelaksanaan. Oleh karena itu peran peran para pendidik dan lingkungan sangat penting dalam membina wawasan religi dan perkembangan skill peserta didik sehingga terjadi keseimbangan antara asfek kognitif, afektif dan psikomotorik. Tabel di bawah ini adalah sumber yang didapat siswa mengenai pengetahuan tentang tatacara pelaksanaan shalat No
Alternatife Jawaban
Frekuensi
Persentase
A
Dari pelajaran Fiqh
3
4%
B
Dari Guru ngaji
40
54%
C
Dari orang tua
31
42%
D
Dari teman
-
-
N = 74
100 %
Jumlah
Tabel di atas menunjukkan bahwa 40 orang responden atau 54% memperoleh pengetahuan tatacara shalat dari guru ngaji, 31 orang (42%) dari orang tua, dan 4% diketahui dari pelajaran fiqh di sekolah. Berarti kebanyakan siswa mengetahui tatacara shalat dari guru ngaji. Hanya sedikit yang mengetahui tatacara shalat melalui pembelajaran fiqh di sekolah. Tabel 18 Perasaan Takut Bila Tidak Mengerjakan Shalat
Setiap muslim tentu mengetahui bahwa ada satu kewajiban ibadah yang tidak boleh ditinggalkan yaitu shalat. Bagi yang di dalam hatinya tumbuh iman kepada Allah SWT ketika ia lalai atau tidak melaksankan ibadah shalat akan timbul perasaan takut kepada-Nya karena telah melanggar perintah Yang
49
Maha Kuasa. Tabel di bawah ini adalah data tentang gambaran perasaan takut siswa bila tidak mengerjakan shalat No
Alternatife Jawaban
Frekuensi
Persentase
A
Ya
55
74,3%
B
Mungkin
8
10,8%
C
Ragu-ragu
5
6,8%
D
Tidak
6
8,1%
N = 74
100 %
Jumlah
Tabel di atas menunjukkan bahwa 55 orang responden (74,3%) menjawab
ya, memiliki perasaan takut bila tidak melaksanakan shalat, 8
orang (10,8%) menyatakan mungkin merasa takut, 6 orang responden (8,1%) menyatakan tidak merasa takut bila tidak mengerjakan shalat, dan 5 orang (6,8%) menjawab ragu-ragu. Dari data terbut penulis menyimpulkan bahwa hampir kebanyakan siswa merasa takut bila tidak mengerjakan shalat lima waktu. Tabel 19 Perasaan Setelah Melaksanakan Shalat
Shalat adalah kewajiban pokok dalam Islam dan merupakan ibadah utama bagi seorang muslim. Selain sebagai kewajiban, shalat juga berfungsi sebagai pemenuhan kebutuhan rohani, maka jika iman sudah tertanam dalam jiwa ketika seseorang telah mendirikan shalat akan tumbuh rasa tenang dalam dirinya, namun sebaliknya jika belum atau tidak melaksankan ibadah shalat hatinya mejadi gelisah dan tidak tenang. Tabel di bawah ini adalah perasaan siswa setelah melaksanakan shalat No
Alternatife Jawaban
Frekuensi
Persentase
A
Gelisah
-
-
B
Tenang
74
100%
C
Pusing
-
-
50
D
Malas Jumlah
-
-
N = 74
100 %
Tabel di atas menunjukkan bahwa 74 orang siswa atau 100% dari jumlah responden memilki perasaan tenang setelah melaksanakan shalat dan tidak satupun yang memilih alternatif jawaban selain tenang. Maka dapat kita simpulkan bahwa setiap orang yang melaksanakan shalat jiwanya akan selalu tenang, tidak risau atau gelisah. Tabel 20 Pelaksanaan Wudhu Dengan Baik
Sebelum melaksanakan ibadah shalat, seseorang diwajibkan untuk bersuci terlebih dahulu sebagai syarat utama sebelum menghadap Yang Maha Suci. Cara bersuci dalam agama Islam ada dua yaitu wudhu (dengan air) dan tayamum (dengan debu) jika tidak ada air atau darurat, namun pada umumnya di wilayah Indonesia banyak terdapat sumber air khususnya di SMP Sejahtera 2 Cileungsi-Bogor sehingga penulis berinisiatif hanya mencantumkan asfek wudhu saja dalam proses peningkatan disiplin beribadah. Berikut ini adalah data siswa dalam melaksanakan cara bersuci (wudhu) dengan baik No
Alternatife Jawaban
Frekuensi
Persentase
A
Ya
62
83,7%
B
Tidak
2
2,7%
C
Kadang-kadang
5
6,8%
D
Ragu-ragu
5
6,8%
N = 74
100 %
Jumlah
Tabel di atas menunjukkan bahwa 62 orang siswa atau 83,7% responden menjawab ya dalam melaksanakan wudhu dengan baik, ini berarti bahwa mayoritas siswa sudah berusaha melaksanakan wudhu dengan baik. Responden yang menjawab kadang-kadang sebanyak 5 orang atau 6,8% dari total seluruh siswa, sedangkan responden yang menjawab ragu-ragu sebanyak 5 orang atau 6,8%, dan 2 orang responden atau 2,7% menjawab tidak. Dari
51
tabel diatas dapat dtarik kesimpulan bahwa beberapa siswa masih ada yang bingung apakah pelaksanaan wudhu mereka sudah baik atau tidak, ini dilihat dari persentase responden yang seimbang antara kadang-kadang dan ragu-ragu yaitu 5 berbanding 5.
Nilai rata-rata penilaian berdasarkan indikator Variabel
Indikator
Mx =
∑X
Ket.
N
1. Manfaat
Tidak
pembelajaran
Efektif
fiqh
Pendidikan Agama Islam (Fiqh)
1.
2. Pelaksanaan Ibadah Shalat
Pelaksanaan
Tidak
shalat wajib
Efektif
Membaca doa setelah shalat
3.
Lima Waktu
Tatacara
Tidak
shalat lima
Efektif
waktu 4.
Implikasi meninggalkan shalat
= 4,01%
Tidak Efektif
52
5.
Implikasi pelaksanaan
Tidak
shalat
Efektif
Tidak Efektif Total Nilai
18,49%
Tidak Efektif
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat ditafsirkan bahwa efektifitas pendidikan agama Islam dalam meningkatkan disiplin beribadah di SMP Sejahtera 2, Bogor dapat dikatakan cukup baik. Hal tersebut terlihat dari hasil angket yang disebarkan kepada 74 responden di SMP Sejahtera 2, Bogor dan diketahui bahwa mayoritas jawaban responden menyatakan bahwa ibadah menjadi meningkat setelah memperoleh pembelajaran fiqh. Selain itu, rata-rata responden juga menyatakan bahwa selalu merasa senang dalam melaksanakan shalat lima waktu (terlihat pada Tabel 13) Disamping itu, responden menyatakan bahwa siswa selalu berdo’a setelah mengerjakan shalat dan pada saat berwudhu hal tersebut dapat terlihat pada Tabel 15, 16 . Keefektifan
dalam beribadah shalat dengan baik di dukung oleh
perasaan takut bila tidak mengerjakan shalat, merasa tenang setelah mengerjakan shalat, merasa rugi bila tidak mengerjakan shalat, serta pengetahuan tentang tatacara shalat. Hal tersebut terlihat pada Tabel 14, 17, 18, 19 mayoritas responden menyatakan
perasaan takut (74,3%), rugi
(59,4%), bila tidak mengerjakan shalat dan sebaliknya merasa tenang (100%) apabila telah mengerjakan shalat, selain itu didukung dengan pengetahuan yang mereka ketahui tentang tatacara shalat (54%). Selain indikator tersebut di atas, dapat dilihat juga dari pelaksanaan
53
shalat berjama’ah yang sering mereka lakukan walaupun ada beberapa yang kadang-kadang bahkan tidak berjama’ah tapi mereka juga tetap mengerjakan shalat. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 2 Dengan demikian, maka berdasarkan penafsiran data tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden melaksanakan shalat dengan disiplin beribadah seperti berwudhu dan berjama’ah dalam mengerjakan shalat. Tentu saja ini berarti keefektifan dalam beribadah tidak efektif .
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Pengetahuan Siswa mengenai pembelajaran fiqh mampu memberikan dorongan dalam melaksanakan ibadah terutama shalat dan membantu siswa dalam meningkatkan shalat berjama’ah di sekolah. 2. Efektifitas pendidikan agama Islam dalam meningkatkan disiplin beribadah (shalat lima waktu) di SMP sejahtera 2, Bogor dapat dikatakan tidak efektif. Hal ini dapat terlihat dari hasil angket yang disebarkan kepada responden dan hasil penghitungan total nilai rata-rata tiap indikator.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut di atas, maka dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut: 1. Bagi guru yang terkait, hendaknya mempertahankan dan meningkatkan kembali cara mengajar yang lebih baik dan mengembangkan wawasan siswa dengan memberikan matei-materi pelajaran yang lebih mengenai sasarannya. 2. Lebih memperhatikan siswanya dalam hal disiplin beribadah terutama shalat lima waktu yang dilaksanakan di sekolah.
54
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharismi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006, cet ke-13 As-Sadlan, Shalih bin Ghanim, Fiqh Shalat Berjamaah, Jakarta : Pustaka as Sunnah, 2006, cet ke-1. Ash Shiddieqy, Hasbi, Pedoman Shalat, Jakarta : Bulan Bintang, 1983, cet ke-1 Darajat, Zakiyah, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta : Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi, 1983 Darajat, Zakiyah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 1996, cet ke-8 Departemen Pendidikan Nasional, Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Agama Islam Untuk Sekolah Menengah Pertama, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2003. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1990. Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006 , cet ke-6 Komarudin, Ensiklopedia Manajemen, Jakarta: Bumi Aksara, 1994, cet ke 1. Marimba D Ahmad , Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung : PT. AlMa’arif, 1992 , cet ke-8 Marimba D Ahmad , Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung : PT. AlMa’arif, 1980, cet ke-4 Mastuhu, Memberdayakan System Pendidikan Islam, Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999, cet ke-2 Moleong, Lexy J., Metode Penelitian Kualitatif , Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002. Muhaimin, M.A, Paradigma Pendidikan Islam, Bandung : Remaja Rosda Karya, 2001. Nasution, Lahmudin, M.Ag. Fiqh 1 Nata Abuddin, Pendidikan Dalam Persepektif Alquran, UIN Jakarta Press, 2005.
Ramayulis, Prof. DR. H., Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2008 , cet ke-7 Sadily, Hasan, Ensiklopedia Indonesia, Jakarta : Ikhtiar Baru-Van Hoeve. Jilid 2 Singarimbun, Masri dkk. Metode Penelitian Survey, Jakarta: LP3ES, 2006. cet ke8 Soepeno, Bambamg, Statistik terapan (dalam ilmu-ilmu social dan pendidikan) Jakarta: PT.Rieneka Cipta, 1997, cet ke 1 Sugiyono,Metode Penelitian Administrasi, Bandung: alfabeta, 2004. Surakhmad, Winarno,. Pengantar Penelitian Ilmiah, Bandung: Tarsito, 1998, Cet ke-8. Susilo, Madya Eko, Dasar-dasar Pendidikan, Semarang : Effar Offset, 1990, cet ke-1 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Islam, Jakarta : PT. Raja Grafindo, 2006, cet ke-2 Tulus Tu’u, Peran Disiplin pada Prilaku dan Prestasi Siswa, Jakarta: PT. Grafindo Widia Sarana Indonesia, 2004. Uhbiyati, Nur, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung ; Pustaka Setia, 1999, cet ke-2. Wasito S Wojo & Wasito W Tito, Kamus Lengkap (Inggeris-Indonesia, Indonesia-Inggeris), Bandung : Hasta, 1980 , cet ke-15 Wasna, Panata , Ensiklopedia Administrasi, Jakarta : CV. Haji Masagung, 1989 Zurinal, Z, Fiqh Ibadah, Jakarta : UIN Jakarta Press, 2008, cet ke-1. Zurinal & Aminuddin, Fiqih Ibadah, Jakarta: lembaga Penelitian UIN, 2008.
Lampiran
Angket : Efektifitas Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Disiplin Beribadah (shalat lima waktu) di SMP Sejahtera 2, Bogor.
Nama
:
Kelas
:
Alamat
:
Petunjuk; a. Bacalah “Basmalah” sebelum memulai pengisian angket ini. b. Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang anda anggap paling sesuai dengan keadaan dan apa yang sejujurnya anda ketahui. c. Pengisian angket ini tidak mempengaruhi nilai anda, untuk itu diharapkan anda mengisi dengan jawaban yang benar dan jujur apa adanya. d. Akhiri pengisian angket ini dengan ucapan “ Alhamdulillah” dan saya ucapkan terimakasih atas kesediaan anda mengisi angket ini. 1. Apakah anda mengerjakan shalat lima waktu setiap hari? a. Selalu
c. kadang-kadang
b. Sering
d. tidak pernah
2. Apakah anda melaksanakan shalat fardhu di awal waktu? a. Selalu
c. kadang-kadang
b. Sering
d. tidak pernah
3. Apakah anda mengerjakan shalat dengan tertib? a. Selalu
c. kadang-kadang
b. Sering
d. tidak pernah
4. Apakah anda meninggalkan shalat fardhu?
a. Selalu
c. kadang-kadang
b. Sering
d. tidak pernah
i
5. Apakah anda merasa malas mengerjakan shalat lima waktu? a. Selalu
c. kadang-kadang
b. Sering
d. tidak pernah
6. Apakah anda merasa terpaksa mengerjakan shalat lima waktu? a. Selalu
c. kadang-kadang
b. Sering
d. tidak pernah
7. Apakah anda merasa senang mengerjakan shalat? a. Selalu
c. kadang-kadang
b. Sering
d. tidak pernah
8. Apakah anda merasa rugi jika tidak mengerjakan shalat? a. Selalu
c. kadang-kadang
b. Sering
d. tidak pernah
9. Apakah anda melaksanakan shalat berjama’ah yang diadakan di sekolah? a. Selalu
c. kadang-kadang
b. Sering
d. tidak pernah
10. Apakah anda berdo’a bila selesai melaksanakan shalat? a. Selalu
c. kadang-kadang
b. Sering
d. tidak pernah
11. Apakah anda berdo’a bila selesai berwudhu? a. Selalu
c. kadang-kadang
b. Sering
d. tidak pernah
12. Pengetahuan tatacara shalat anda telah banyak diperoleh dari mana? a. Dari pelajaran fiqh di sekolah
c. dari orang tua
b. Dari guru ngaji
d. dari teman
13. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran fiqh di sekolah bagi pengamalan shalat anda? a. Sangat bermanfaat
c. kurang bermanfaat
b. Cukup bermanfaat
d. tidak bermanfaat
14. Bagaimana perubahan shalat anda setelah memperoleh pembelajaran fiqh?
a. Ibadah menjadi meningkat
c. ibadah menjadi menurun
b. Biasa-biasa saja
d. ibadah menjadi malas
ii
15. Setelah anda memperoleh pembelajaran fiqh, apakah anda mempunyai tekad untuk meningkatkan pengamalan shalat meski belum mampu? a. Ya
c. ragu-ragu
b. Mungkin
d. tidak
16. Apakah anda merasa takut bila tidak mengerjakan shalat? a. Ya
c. ragu-ragu
b. Mungkin
d. tidak
17. Setelah shalat apa yang anda rasakan? a. Gelisah
c. pusing
b. Tenang
d. malas
18. Apakah anda rajin melaksanakan shalat setiap waktu? a. Malas
c. jarang-jarang
b. Tidak
d. rajin
19. Apakah anda mempunyai buku paket fiqh? a. Tidak
c. punya sudah dicoret-coret
b. Punya sendiri-sendiri
d. pinjem perpustakaan
20. Apakah anda berwudhu dengan baik?
a. Ya
c. kadang-kadang
b. Tidak
d. ragu-ragu
iii
BERITA WAWANCARA Hari/Tanggal : Sabtu, 10 april 2010 Nama Responden : Muh. Irham Mudzakir, S.Ag Jabatan : Guru PAI Isi Wawancara ; 1. Metode apa yang bapak gunakan dalam menyampaikan pelajaran fiqh khususnya tentang shalat? 2. Problem apa yang biasa dihadapi bapak dalam melaksanakan pengejaran fiqh, khususnya tentang ibadah shalat? 3. Bagaimana cara bapak mengatasi problem tersebut? 4. Usaha apa yang bapak lakukan untuk meningkatkan kemampuan siswa di bidang ibadah khususnya? JAWABAN BERITA WAWANCARA 1.
Metode pembelajaran yang dipakai adalah: - Diskusi - Tanya jawab - Penugasan (praktek) 2. Problem yang dihadapi: - Siswa masih banyak yang belum terbiasa melaksanakan shalat fardhu yang lima waktu. 3. Cara mengatasi problem yaitu dengan memberikan materi pembelajaran tentang: - Pengertian shalat wajib - Hukum shalat wajib - Syarat wajib dan syarat sah shalat wajib - Hal-hal yang membatalkan shalat wajib - Dzikir dan do’a setelah shalat wajib - Fungsi shalat wajib dalam kehidupan 4. Usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan siswa di bidang shalat yaitu: - Menjelaskan pengertian tentang hukum, syarat wajib, syarat sah, rukun sah dan hal-hal yang membetalkannya - Memperaktikan shalat wajib, dzikir dan do’a setelah shalat - Menjelaskan arti bacaan shalat wajib - Membaca dalil naqli dan aqli tentang shalat wajib - Menjelaskan fungsi shalat wajib dalam kehidupan
iv