EFEKTIFITAS PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BMT NURUL FALAH SAWANGAN DEPOK ( Mekanisme & Keberhasilan dalam Membangun Masyarakat ) Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
RIFKI FAJRI SANI NIM 109046100037
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH & HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 M/1473 H
LEMBAR PENYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memenuhi gelar strata satu (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 15 Oktober 2015
Rifki Fajri Sani
ABSTRAK
Rifki Fajri Sani, 109046100037, “ Efektifitas Pembiayaan Murabahah pada BMT Nurul Falah Sawangan Depok ( Mekanisme & Keberhasilan Dalam Membangun Masyarakat).” Strata 1, Program Studi Muamalat, Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2015. Saat ini pembiayaan murabahah bisa dibangun dalam bentuk kerjasama dimana BMT sebagai shohibul maal menyaluran dananya ke nasabah sebagai mudharib dalam bentuk modal kerja yang mana keuntungannya didasarkan pada prinsip bagi hasil sehingga baik nasabah atau bank sama – sama mendapatkan keuntungan. lahirnya pembiayaan murabahah merupakan manifestasi dari akad murabahah yang secara histori dan normative digunakan dalam lembaga keuangan Penelitian ini menganalisa efektifitas pembiayaan murabahah yang di tinjau dari mekanisme & keberhasilan dalam membangun ekonomi masyarakat pada salah satu lembaga BMT di Indonesia. Lembaga tersebut adalah BMT Nurul Falah yang merupakan lembaga keuangan mikro syariah yang berperan dalam pemberdayaan ekonomi umat dengan memberikan pinjaman pembiayaan kepada masyarakat ekonomi lemah untuk berusaha dalam mensejahterakan kehidupannya. Sejauh mana efektifitas pembiayaan murabahah dapat dilihat dari kinerja pembiayaan murabahah terhadap realisasi dana pembiayaan murabahah yang disalurkan kepada
i
masyarakat oleh lembaga BMT Nurul Falah Sawangan Depok. Penelitian ini mengunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif yaitu dengan cara mengumpulkan data – data actual dan melaksanakan studi kepustakaan dan beberapa literature tertulis. Dalam Menganalisa efektifitas pembiayaan murabahah pada BMT Nurul Falah Sawangan Depok menerapkan strategi dalam penyaluran dana pembiayaan murabahah yang bertujuan untuk meningkatkan ekonomi umat Islam dengan akad syariah. Disinilah pembiayaan murabahah mempunyai peranan sebagai salah satu sumber pendanaan alternative untuk program peningkatkan kesejerahterakan umat Islam di Indonesia. Kata Kunci
: Efektifitas, Pembiayaan Murabahah, Faktor Pendukung dan Penghambat Pembiayaan Murabahah, dan Kinerja dan Realisasi Pembiayaan Murabahah
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdullillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang dengan rahmat dan karunia-nya yang telah diberikan, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan salam selalu senantiasa tercurah kepada manusia paling mulia, Nabi Muhammad SWT, berserta keluarga dan para sahabat-Nya. Dengan rahmat kasih sayang-Nya juga penulis skripsi ini terselesaikan sebagai melengkapi syarat untuk memperoleh gelas S1 Sarjana Ekonomi Syariah (S.E. Sy), yang berjudul: “ EFEKTIFITAS PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BMT NURUL FALAH SAWANGAN DEPOK (MEKANISME & KEBERHASILAN DALAM MEMBANGUN MASYARAKAT)”. Penulis menyadari bahwa penelitian untuk penulisan skripsi ini tidak akan terlaksana dengan baik tanpa ada bantuan dan bimbingan dari semua pihak. Oleh sebab itu pada kesempatan ini perkenankanlah penulis untuk mengucapkan rasa terima kasih yang tiada terhingga kepada: 1. Bapak Asep Saepudin Jahar, MA, Ph.D. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2. AM. Hasan Ali, MA., Ketua Jurusan Muamalat Program Studi Perbankan Syariah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Nahrowi. SH., MH. Dosen Pembimbing Akademik yang juga senantiasa memberikan nasihat dan mengarahkan penulis semasa mengikuti perkuliahan hingga akhir menyelesaikan penulisan skripsi ini. 4. Bapak Rizqon Halal Syah Aji, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah sangat banyak meluangkan waktu dan pikirannya, dan perhatian membantu
iii
penulis dalam memberikan pengarahan dan petunjuk tata cara penulisan skripsi ini. 5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik dan memberikan ilmu kepada penulis selama perkuliahan. 6. Segenap pihak lembaga BMT Nurul Falah Sawangan Depok yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian dan wawancara, memberikan data yang diperlukan serta banyak membantu dalam penulisan skripsi ini khususnya Bapak dan Ibu yang telah banyak membantu penulis dalam melaksanaan penelitian. 7. Ayahanda tercinta Achmad Sani dan Ibunda Iroh Bahyuroh tercinta yang telah mencurahkan doa, kasih sayang, kesabaran dan dorongan spirit maupun materi serta pengorbanan yang tidak dapat diucapkan oleh kata-kata. Serta adik tercinta Rizki Amelia Sani dan Qori Salsabila Sani yang selalu memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Penulis mohon maaf atas segala hal yang penulis lakukan disengaja maupun tidak disengaja. Terima kasih banyak atas dukungan dan doa yang diberikan serta semangat kepada penulis. Kalian adalah keluarga yang berharga yang penulis miliki selama penulis hidup. 8. Kepada Rizka Karenina Alawiyah yang telah menjadi motivator penulis selama 10 (sepuluh) tahun, serta dapat menjadi kakak, saudara, sahabat dan teman. Terima kasih atas do’a, semangat, motivasi kepada penulis. 9. Teman – teman KKN ASA tahun 2012, Syifau rohmah, Diarukmana Sari, Aa Sulaiman, Muhammad Soleh, Taufiq Halily, Muhammad Nurhana Amir, Allifiana Ramadhani, Komarudin, Lia, Nasroh, Ade, Isti, Mudhar, Moe, Nisa, Unuy dan Reza. Terima kasih atas dukungan serta memotivasi penulis dalam penyusun skripsi ini. Kalian semua bukan hanya sahabat bagi penulis tetapi sudah seperti saudara, selalu ada pada saat saya sedih dan selalu memberikan canda tawa pada saat saya senang. iv
10. Untuk teman-temanku PS A angkatan tahun 2009, yang telah memberikan dukungan semangat dan telah berbagi fikiran selama masa perkuliahan. 11. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun telah memberikan bantuan dan kontribusi yang cukup besar sehingga penulis dapat lulus menjalani perkuliahan di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga kontribusi dan amal baik dibalas oleh Allah SWT dengan pahala yang melimpah. Dan penulis tidak akan melupakan semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis selama penulisan skripsi ini. Dan juga penulis menyadari akan kekurangan dari skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran kepada penulis yang sifatnya membangun demi kebaikan skripsi ini dimasa mendatang. Demikian ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada seluruh pihak, semoga Allah SWT memberikan kemudahan atas semuanya. Amin Ya Robbal Alamin
Jakarta, 15 Oktober 2015
RIFKI FAJRI SANI
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PERYATAAN
i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
iii
ABSTRAK
iv
KATA PENGANTAR
v
DAFTAR ISI
viii
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Pembahasan Dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah 2. Perumusan Masalah 3. Tujuan Dan Manfaat Penelitian C. Review Studi Terdahulu D. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian 2. Pendekatan Penelitian 3. Sumber Data 4. Teknik Pengumpulan Data 5. Teknik Analisis Data 6. Objek Penelitian 7. Teknis Penulisan E. Sistematis Penulisan
vi
1 6 6 6 7 8 10 11 11 12 13 15 16 16 17
BAB II: KAJIAN TEORI A. Murabahah 1. Pengertian Murabahah 2. Landasan Syariah Murabahah 3. Rukun dan Syarat Murabahah 4. Jenis – Jenis Murabahah 5. Penerapan dan Skema Murabahah B. Efektifitas 1. Pengertian Efektifitas 2. Pendekatan Efektifitas
19 19 21 23 27 30 34 34 35
BAB III: MEKANISME PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BMT NURUL FALAH
38
A. Profil BMT Nurul Falah 1. Sejarah Perkembangan BMT Nurul Falah 2. Nama dan Kedudukan 3. Visi dan Misi 4. Tujuan 5. Usaha 6. Struktur Manajemen 7. Jenis Simpanan B. Mekanisme Pembiayaan Murabahah di BMT Nurul Falah 1. Pengertian Pembiayaan Murabahah 2. Syarat dan Ketenyuan Pembiayaan di BMT Nurul Falah 3. Mekanisme Pembiayaan Murabahah di BMT Nurul Falah BAB IV: Efektifitas Pembiayaan Murabahah di BMT Nurul Falah
38 38 39 40 41 41 42 43 46 46 53 54 58
A. Analisis Terhadap Praktek Pembiayaan Murabahah di BMT Nurul Falah 58 B. Faktor Pendukung dan Penghambat 70 1. Faktor Pendukung 70 2. Faktor Penghambat 72 C. Kinerja dan Realisasi Pembiayaan Murabahah pada BMT Nurul Falah 73 1. Klarifikasi Nasabah Berdasarkan Jenis Fasilitas Pembiayaan73
vii
2. Posisi Pembiayaan Murabahah BMT Nurul Falah tahun 2012 – 2014 74 3. Pendapatan Margin Keuntungan Pembiayaan Murabahah pada tahun 2012 –2014 85 BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran
90 91
DAFTAR PUSTAKA
93
LAMPIRAN-LAMPIRAN
viii
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Gambar 1.2 Gambar 1.3
: : :
Alur Murabahah Tanpa Pesanan Alur Murabahah Berdasarkan Pesanan Skema Pengembangan Murabahah
ix
29 30 33
DAFTAR TABEL
Tabel : Tabel : Tabel : Tabel : Tabel : Tabel : Tabel :
4.1 Klarifikasi Nasabah Berdasarkan Fasilitas Tahun 2012 – 2014 4.2 Target dan Realisasi Pembiayaan Murabahah Th. 2102 4.3 Target dan Realisasi Pembiayaan Murabahah Th. 2103 4.4 Target dan Realisasi Pembiayaan Murabahah Th. 2104 4.5 Pendapatan Margin Pembiayaan Murabahah Tahun 2012 4.6 Pendapatan Margin Pembiayaan Murabahah Tahun 2013 4.7 Pendapatan Margin Pembiayaan Murabahah Tahun 2014
x
74 75 78 81 85 86 87
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5
: : : : :
Surat Izin Penelitian BMT Nurul Falah. Surat Keterangan Observasi dari BMT Nurul Falah. Data Neraca Keuangan 2012 BMT Nurul Falah. Data Neraca Keuangan 2013 BMT Nurul Falah. Data Neraca Keuangan 2014 BMT Nurul Falah.
xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin berkembangnya perekonomian suatu negara semakin meningkat pula kebutuhan masyarakat dalam pemenuhan pendanaan untuk membiayai proyek pembangunan, namun dana pemerintah yang bersumber dari APBN sangat terbatas, untuk menutupi kebutuhan tersebut, pemerintah menggandeng dan mendorong pihak swasta untuk ikut serta berperan aktif dalam membiayai pembangunan potensi ekonomi bangsa. Pihak swasta baik individual maupun kelembagaan memiliki pendanaan terbatas untuk memenuhi operasional dan pengembangan usahanya. Terbatasnya kemampuan finansial lembaga negara dan swasta tersebut, maka perbankan nasional memegang peran penting dan strategis dalam kaitannya dengan persediaan permodalaan pengembangan sektor produktif. Bank sebagai lembaga perantara jasa keuangan yang tugas pokoknya adalah menghimpun dana dari masyarakat, diharapkan dengan dana tersebut dapat memenuhi kebutuhan dana pembiayaan yang tidak disediakan dari lembaga yang sebelumnya. Di Indonesia sendiri lembaga perbankan mengalami kemajuan dan perkembangan yang meningkat, bukan hanya pada Bank Konvensional akan tetapi Bank Syariah juga berkembang dengan baik hal itu ditandai dengan hadirnya Bank Bank Syariah baru. Berkembangnya Bank Syariah dikarenakan masyarakat sudah
1
mendambakan lembaga keuangan yang bukan hanya finansial semata melainkan baik dari segi moralitas, hal tersebut tercermin pada Bank Syariah yang tidak menggunakan prinsip bunga (riba) dalam operasionalnya melainkan dengan sistem bagi hasil dari suatu usaha. Bank Syariah atau Bank Islam merupakan suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana yang dalam menjalankan aktivitasnya harus sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.1 Bank Syariah atau Bank Islam juga berfungsi sebagai lembaga intermediasi yakni menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kembali kepada masyarakat yang membutuhkannya dalam bentuk fasilitas pembiayaan dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat. Selain bank syariah yang akhir-akhir ini banyak bermunculan di Indonesia, banyak pula bermunculan lembaga - lembaga keuangan sejenis yang berprinsip syariah. Diantaranya adalah Asuransi, Pegadaian, Koperasi, Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS), lembaga keuangan lainnya termasuk didalamnya adalah lembaga keuangan non bank atau lembaga pembiayaan (multifinance) dan Baitul Maal wa Tamwil (BMT).
1
Muhammad,
Model-Model Akad Pembiayaan di Bank Syariah, Yogyakarta: UII Press, 2009,
hlm. 4.
2
Baitul Maal Wat Tamwil di Indonesia mulai dikenal masyarakat sebagai sebuah lembaga Keuangan Mikro Syariah. Tidak salah kalau kemudian masyarakat Indonesia lebih mengenal “BMT” sebagai “Bank Mikro Syariah” yang beroperasi disekitar lingkungan masyarakat seperti di pasar – pasar, kawasan pedesaan, pinggiran kota, atau bahkan ada yang berkantor disebuah masjid. Baitul Maal Wat Tamwil adalah konsep industri Perbankan Syariah yang menekankan adanya konsentrasi usaha perbankan yang tidak hanya mengelola unit bisnis saja, namun juga mengelola unit sosial yang memiliki fungsi intermediary unit antara yang kelebihan dana dan pihak yang kekurangan dana. 2 Keberadaan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) merupakan suatu usaha untuk memenuhi keinginan, khususnya sebagian umat islam yang menginginkan jasa layanan Lembaga Keuangan Syariah dalam mengelola perekonomiannya. Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) merupakan salah satu model lembaga keuangan syariah yang paling sederhana yang saat ini banyak muncul di Indonesia bahkan hingga ribuan BMT, yang bergerak di kalangan masyarakat ekonomi bawah dan berupaya mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam rangka meningkatkan ekonomi bagi pengusaha kecil yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah yang kemudian disalurkan melalui pembiayaan-pembiayaan.3
2
Muhammad Rifqi, Akuntansi Keuangan Syariah dan Implementasi PSAK Syariah, Yogyakarta: P3EI Press, 2008 halm 41. 3 Makhalul Ilmi, Teori dan Praktek Mikro Keuangan Syariah, Yogyakarta: UII Press, 2002, halm.49.
3
Pembiayaan atau Financing, yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan. Pembiayaan yang sering digunakan dalam lembaga keuangan syariah diantaranya
menggunakan
sistem
pembiayaan
murabahah,
yakni
guna
memperlancar roda perekonomian umat, sebab dianggap mampu menekan terjadinya inflasi karena tidak adanya ketetapan bunga yang harus dibayarkan ke bank, selain itu juga dapat merubah haluan kaum muslimin dalam setiap transaksi perdagangan dan keuangan yang sejalan dengan ajaran syariah Islam. Dalam hal ini pembiayaan murabahah bisa dibangun dalam bentuk kerjasama dimana BMT sebagai shohibul maal menyaluran dananya ke nasabah sebagai mudharib dalam bentuk modal kerja yang mana keuntungannya didasarkan pada prinsip bagi hasil sehingga baik nasabah atau bank sama – sama mendapatkan keuntungan. Dimana pada hubungan kontak bisnis seperti ini diperlukan saling keterbukaan antara kedua belah pihak dalam hal untung dan rugi terhadap bisnis yang dijalankan. Mencermati perkembangan BMT ini, ada suatu hal yang perlu diperhatikan bahwa, praktek BMT saat ini masih sangat didominasi oleh produk murabahah
4
sebagai akad pembiyaan dalam kegiatan penyaluran dana. BMT pada umumnya, banyak menerapkan murabahah sebagai metode pembiayaan mereka yang utama, meliputi kurang lebih tujuh puluh lima persen (75%) dari total kekayaan mereka. Menurut
Choudury,
dominannya
pembiayaan
murabahah
terjadi
karena
pembiayaan ini cenderung memiliki risiko yang lebih kecil dan lebih mengamankan bagi shareholder. 4 Padahal sesungguhnya BMT memiliki core product pembiayaan berupa produk bagi hasil, yang dikembangkan dalam produk pembiayaan musyarakah dan mudharabah. Meski jenis produk pembiayaan dengan akad jual beli (murabahah, salam dan istishna) dan sewa (ijarah dan ijarah muntahia bittamlik) juga dapat dioperasionalkan. Namun kenyataannya, BMT dengan produk pembiayaannya masih didominasi oleh produk pembiayaan dengan akad jual beli (tijarah) yang berbentuk murabahah. Fungsi BMT dalam pembiayaan murabahah ini adalah sebagai penjual barang untuk kepentingan nasabah. BMT membeli barang dan kemudian menjualnya kepada nasabah dengan harga jual yang setara dengan harga beli ditambah keuntungan. BMT harus memberitahukan secara jujur harga pokok barang berikut biaya yang diperlukan. BMT juga harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian barang kepada nasabah.
4
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 12, Bandung : PT Al-Ma’Arif, 1988 , h. 82
5
Adapun BMT Nurul Falah merupakan lembaga keuangan mikro syariah yang berperan dalam pemberdayaan ekonomi umat dengan memberikan pinjaman pembiayaan
kepada
masyarakat
ekonomi
lemah
untuk
berusaha
dalam
mensejahterakan kehidupannya. Dari keterangan di atas, menyimpulkan bahwa pembiayaan murabahah merupakan wahana utama bagi lembaga keuangan syariah (termasuk Baitul Maal Wat Tamwil) untuk memobilisasi dana masyarakat dalam jumlah besar dan untuk menyediakan fasilitas, antara lain fasilitas pembiayaan bagi masyarakat luas.5 Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “EFEKTIFITAS PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BMT NURUL FALAH SAWANGAN DEPOK (MEKANISME & KEBERHASILAN DALAM MEMBANGUN MASYARAKAT)”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembahasan Masalah Pembatasan Masalah bermula dari uraian yang telah dipaparkan di atas, topik yang dibahas dalam skripsi ini hanya pada persoalan efektifitas pembiayaan murabahah pada BMT Nurul Falah. 2. Untuk mengarahkan pembahasan, maka penulis merumuskan sebagai berikut: a. Bagaimana praktek pembiayaan murabahah di BMT Nurul Falah dalam Pandangan Hukum Islam? b. Apakah factor pendukung dan penghambat yang mempengaruhi kinerja BMT Nurul Falah ? 5
Makhalul Ilmi, Op cit, hlm.33.
6
c. Apakah kinerja dan realisasi pembiayaan murabahah di BMT Nurul Falah dapat meningkatkan efektifitas pembiayaan murabahah yang ditinjau dari menganalisa laporan keuangan periode 2012 - 2014 ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, penulis berusaha untuk mencapai tujuan penelitian, yaitu: a. Untuk mengetahui praktek pembiayaan murabahah di BMT Nurul Falah dalam Pandangan Hukum Islam. b. Untuk mengetahui factor pendukung dan penghambat di BMT Nurul Falah. c. Untuk mengetahui efektifitas pembiayaan murabahah di BMT Nurul Falah dengan menganalisa laporan keuangan periode 2012 – 2014.
Sedangkan manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Manfaat penelitian ini dari segi akademis atau teoritis adalah: 1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi pembaca skripsi ini dan bagi pribadi peneliti. 2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan bagi penelitian sejenis dan dapat menjadi bahan perbandingan dari penelitian yang telah ada.
7
b. Manfaat penelitian ini dari segi praktis adalah: 1. Memberikan masukan kepada BMT Nurul Falah Depok mengenai program pembiayaan khususnya pembiayaan murabahah yang bertujuan untuk meningkatkan efektifitas pembiayaan murabahah pada lembaga keuangan tersebut. 2. Menambah informasi bagi masyarakat tentang pembiayaan – pembiayaan yang ada di BMT. D. Review Studi Terdahulu Skripsi Fadlurrachman Hakim, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2014 yang berjudul “Analisis Kelayakan Pembiayaan Murabahah Dan Penanganan Risiko Kredit Pada Kendaraan Bermotor” penelitian ini membahas tentang bagaimana kelayakan pembiayaan Murabahah dan penanganan risiko kredit pada kendaraan bermotor di Bank Muamalat, jenis penilitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif yaitu jenis metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah. Adapun hasil dari penelitian dapat disimpulkan pertama mengetahui system perhitungan dari akad murabahah pada pembiayaan bermotor yang diberikan Bank Muamalat apabila terjadinya nasabah yang bermasalah.
8
Skripsi Andi Hamzah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2011 yang berjudul “Analisis Penyaluran Pembiayaan Murabahah di BMT Al-Fath IKMT Pamulang” penelitian ini membahas tentang seberapa besar pengaruh penyaluran murabahah yang dilaksanakan di BMT Al-Fath IKMT Pamulang. Adapun hasil dari penelitian dapat disimpulkan pembiayaan dengan akad murabahah sebaiknya dilakukan hanya pada saat penjual (Bank/BMT) telah mengetahui atau memiliki barang tersebut pada saat negosiasi terjadi atau ketika malakukan kontrak. Skripsi Syifa Fauziah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2014 yang berjudul “Efektifitas Pembiayaan Mikro BMT Nurul Falah Dalam Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah ( UMKM ).” penelitian ini membahas tentang seberapa besar efektifitas pembiayaan mikro BMT Nurul Falah Dalam pemberdayaan usaha mikro kecil dan menengah ( UMKM ). Adapun hasil dari penelitian dapat disimpulkan 7 faktor paling dominan dalam menentukan efektifitas pembiayaan mikro yaitu: meningkatkan pendapatan, pendapatan mencukupi kebutuhan, kesesuaian produk yang dijual dengan kebutuhan masyarakat, biaya administrasi ringan, jangka waktu pelunasan lama, tepat waktu membayar cicilan, denda keterlambatan membayar cicilan ringan. Dan Pembiayaan mikro sudah efektif dalam memberdayakan UMKM dengan nilai efektifitas sebesar 0,9632.
9
Hal yang membedakan dengan penelitian ini adalah pembahasan dalam penelitian ini lebih memokuskan analisa efektifitas yang di tinjau dari laporan keuangan 2012 - 2014 BMT Nurul Falah di Depok sehingga dapat terlihat sejauh mana rencana kerja penyaluran pembiayaan murabahah dengan realisasi penyaluran murabahah mencapai efektifitas, sehingga sasaran pembiayaan murabahah tepat sasaran dan dapat menimbulkan kesejahteraan terhadap masyarakat yang mengunakan akad pembiayaan secara syariah di BMT Nurul Falah. E. Metode Penelitian Metode penelitian adalah suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Langkah – langkah dalam penilitian ini adalah sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif, yaitu apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan dan perilaku nyata.6 Penelitian kualitatif datanya dapat penulis dari lapangan, baik data lisan maupun data tertulis.
6
Lexy J. Meleong, Metode Penelitian Kualitatif, Cet. X, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005, hlm.6.
10
2. Pendekatan Penelitian Jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan bersifat deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang. Penelitian deskriptif memusatkan perhatian kepada masalah-masalah actual sebagaimana adanya pada saat penelitian berlangsung. Melalui penelitian deskriptif, peneliti berusaha mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa memberikan perlakukan khusus terhadap peristiwa tersebut. Variabel yang diteliti bisa tunggal (satu variabel) bisa juga lebih dan satu variabel.7
3. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber subjek dari mana data dapat diperoleh. Adapun sumber data yang dipakai pada penelitian ini adalah:
a. Data Primer Sumber data primer adalah sumber yang dapat memberikan informasi secara langsung, serta sumber data tersebut memiliki hubungan dengan masalah pokok
7
belajarpsikologi.com/pendekatan-jenis-dan-metode-penelitian-pendidikan/ diakses tgl 22 Maret
2015.
11
penelitian sebagai bahan informasi yang dicari.8 Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari data hasil wawancara peneliti dengan nara sumber. Dengan demikian, data primer dalam penelitian ini adalah data yang diambil dari sumber yang pertama berupa hasil dari wawancara langsung dengan manajer operasional BMT Nurul Falah Depok beserta anggota - anggotanya yang terkait tentang pembiayaan - pembiayaan yang terdapat pada BMT. Sedangkan data yang menjadi obyek informan adalah seluruh data-data yang ada pada BMT baik tertulis maupun berupa dokumen - dokumen.
b. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada. Contoh data sekunder misalnya catatan atau dokumentasi perusahaan berupa absensi, gaji, laporan keuangan publikasi perusahaan, laporan pemerintah, data yang diperoleh dari majalah, dan lain sebagainya. Sedangkan data yang termasuk data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang berasal dari dokumen-dokumen yang berkenaan dengan pembiayaan di lembaga keuangan syariah (BMT) seperti buku-buku yang
8
Safidin Azwar, Metodelogi Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998, hlm. 91
12
relevan dengan pembahasan tentang akad - akad pembiayaan, serta sumber yang lain berupa hasil laporan penelitian yang masih ada hubungannya dengan tema yang dibahas sebagai pelengkap yang dapat dikorelasikan dengan data primer. Data tersebut adalah bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis yang dapat dibagi atas sumber majalah ilmiah.
4. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi Observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap suatu obyek dalam suatu periode tertentu dan mengadakan pencatatan secara sistematis tentang hal - hal tertentu yang diamati.9 b.
Wawancara Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi langsung dari responden atau metode pengumpulan data dengan tanya jawab yang dikerjakan berdasarkan pada tujuan penelitian dengan menggunakan panduan wawancara.10 Wawancara dilakukan oleh peneliti, kepada Direktur BMT Nurul Falah Bapak Bahrudin Ibnu Aziz dan dengan Ellawati selaku Admin & Keuangan BMT.
9
http://www.bloggerlombok.com/2011/11/metode-observasi.html, tanggal 23-05- 2015
10
Moh. Nazir, Metode Penelitian, Bandung, Ghalia Indonesia, 2003. Cet. Pertama, h.193.
13
c. Dokumentasi Dokumen merupakan bahan tertulis atau benda yang berkaitan dengan suatu peristiwa atau aktifitas tertentu. Ia bisa merupakan rekaman atau dukomen tertulis seperti data laporan keuangan, arsip, database, surat-surat, rekaman, gambar, benda-benda peninggalan yang berkaitan dengan suatu peristiwa. Banyak peristiwa yang telah lama terjadi bisa diteliti dan dipahami atas dasar dokumen atau arsip.11 Hal ini dilakukan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan pembiayaan-pembiayaan pada BMT tersebut dan data-data tentang sejarah lembaga keuangan itu sendiri serta data-data lain yang berhubungan dengan pokok penelitian. Adapun sifat dokumen yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah dokumen resmi internal, yaitu dokumen yang dikeluarkan dan dimiliki oleh pihak lembaga itu sendiri.
5. Teknik Analisis Data Analisis data ialah suatu proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan 11
Suharsismi Arikunto, Prosedur Penelitian, (cet. XII; Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2002). Imam
Suprayogo dan Topbroni, Methodologi Penelitian Sosial Agama (Cet. XII; Bandung : Remaja Rosdakarya, 2003).
14
kepada orang lain. Guna untuk memperoleh gambaran yang jelas dalam memberikan, menyajikan, dan menyimpulkan data, maka dalam penelitian ini digunakan metode analisa deskritif kualitatif, yaitu metode penelitian yang berusaha menggambarkan objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan apa adanya.12 Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif. Metode ini merupakan metode analisa data dengan cara menggambarkan keadaan atau status fenomena dengan kata-kata atau kalimat yang dipisah-pisah menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan. Dalam hal ini, penelitian yang dilakukan oleh peneliti saat itu adalah memecahkan masalah penelitian serta memberikan deskripsi yang berkaitan dengan objek penelitian. Sebagai langkah penutup adalah pengambilan kesimpulan, yang mana pengambilan kesimpulan itu merupakan akhir proses dari sebuah penelitian, dari pengambilan kesimpulan ini akhirnya akan terjawab pertanyaan ada dalam rumusan masalah di dalam latar belakang masalah.
12
http://www.jim-zam.com/model-model-teknik-analisis-data-penelitian-kualitatif/diakses tanggal 10 Mei 2015
15
6. Objek Penelitian BMT yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah Baitul Maal Wat Tamwil ( BMT ) Nurul Falah Depok yang berlokasi di Graha Nurul Falah Jl. Jambu No.29 Kedaung Sawangan Depok 16516 Telp. : (021) 749 3581 7062 2902 Fax. : (021) 749 3581.
7. Teknis Penulisan Adapun teknik penulisan dalam penulisan skripsi ini adalah menggunakan “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2009”. Dengan beberapa pengecualian sebagai berikut: a. Dalam daftar pustaka, Al – Quran ditulis pada urutan pertama sebagai tanda penghormatan. b. Terjemahan dari ayat – ayat tersebut berpedoman pada Al-Quran ditulis pada urutan pertama sebagai tanda penghormatan. c. Pengetahuan terjemahan ayat Al-Quran berjarak satu spasi, diawal dan di akhir diberi tanda kutif.
16
F. Sistematika Penulisan Untuk memberikan gambaran secara sederhana agar memudahkan penulisan skripsi maka disusun sistematika penulisan yang terdiri dari lima bab dengan rincian sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN Bab ini memuat tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review studi terdahulu, metode penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN TEORITIS Bab ini memuat tentang efektifitas pembiayaan murabahah yang didalamnya
membahas
tentang:
pengertian
murabahah,
landasan
syariah
murabahah, rukun dan syarat murabahah, jenis – jenis murabahah, penerapan dan skema murabahah, pengertian efektifitas, pendekatan terhadap efektifitas.
17
BAB III : GAMBARAN UMUM TENTANG BMT NURUL FALAH SAWANGAN DEPOK Bab ini memuat tentang mekanisme pembiayaan murabahah di BMT Nurul Falah yang didalamnya membahas tentang:profil BMT Nurul Falah, mekanisme pembiayaan murabahah pada BMT Nurul Falah
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini memuat tentang praktek murabahah pada BMT Nurul Falah, factor pendukung dan penghambat, rencana kerja dan realisasi penyaluran pembiayaan murabahah pada BMT Nurul Falah.
BAB V : PENUTUP Bab ini memuat tentang kesimpulan dan saran.
18
BAB II KAJIAN TEORI A. Murabahah 1. Pengertian Murabahah Murabahah dalam perspektif fiqh merupakan salah satu dari bentuk jual beli yang bersifat amanah (ba‟i al-amanah)13. Jual beli ini berbeda dengan jual beli musawwamah / tawar menawar. Murabahah terlaksana antara penjual dan pembeli berdasarkan harga barang, harga asli pembelian penjual yang diketahui oleh pembeli dan keuntungan yang diambil oleh penjual pun diberitahukan kepada pembeli, sedangkan musawwamah adalah transaksi yang terlaksana antara penjual dan pembeli dengan suatu harga tanpa melihat harga asli barang. Jual beli yang juga termasuk dalam jual beli bersifat amanah adalah jual beli wadhi‟ah, yaitu menjual kembali dengan harga rendah (lebih kecil dari harga asli pembelian), dan jual beli tauliyah, yaitu menjual dengan harga yang sama dengan harga pembelian.14 Secara etimologis, murabahah berasal berasal dari kata al-ribh atau al-rabh yang memiliki arti kelebihan atau pertambahan dalam perdagangan. Dengan kata lain, al-ribh tersebut dapat diartikan sebagai “keuntungan, laba, faedah”.
13
15
Di
Sayyid Sabiq, Op Cit, ,h. 126 Wiroso, Jual Beli Murabahah, Yogyakarta : UII Prees, 2005, h. 14. 15 Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir, Kamus Arab-Indonesia, Cet. IV, Surabaya: Pustaka 14
Progressif, 1997, h. 463.
19
dalam al-Qur’an kata ribh dengan makna keuntungan dapat ditemukan pada surat al-Baqarah [2] ayat 16 berikut:
ن اشْتَ َزوُا الضَّاللَةَ بِبلْهُدَي فَمَب رَ ِبحَتْ ِتجَب َرتُ ُهمْ وَمَب كَبنُىا مُهْ َتدِين َ ك اَلّذِي َ ِأُولَئ Artinya : “ Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk”. (QS. Al-Baqarah : 16). Murabahah dalam konsep perbankan syariah merupakan jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam jual beli murabahah penjual atau bank harus memberitahukan bahwa harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya. Aplikasi pembiayaan murabahah pada bank syariah maupun Baitul Mal Wa Tamwil dapat digunakan untuk pembelian barang konsumsi maupun barang dagangan (pembiayaan tambah modal) yang pembayarannya dapat dilakukan secara tangguh (jatuh tempo/angsuran).16 Jadi singkatnya, murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Dalam teknis perbankan syariah, akad ini merupakan salah satu bentuk
16
Moh. Rifa’I, Konsep Perbankan Syariah, Semarang : CV. Wicaksana, 2002, h. 61.
20
natural certainty contracts, karena dalam murabahah ditentukan require rate of profitnya (keuntungan yang ingin diperoleh).17
2. Landasan Syariah Murabahah Secara syar'iy, keabsahan transaksi murabahah didasarkan pada beberapa nash al Qur'an dan Sunnah. Landasan umumnya, termasuk jenis jual beli lainnya, terdapat dalam surat al-Baqarah (2) ayat 275:
ِّطُّ انّشَ ٍْطَبٌُ يٍَِ ا ْن ًَس ُ ٍ ٌَ ْأكُهٌَُٕ انشِّثَب ال ٌَقُٕيٌَُٕ إِال َكًَب ٌَقُٕوُ انَزِي ٌَتَخَ َج َ ٌِانَز ُِحشَوَ انشِّثَب فًٍََْ جَب َء َ َٔ َرَِنكَ ِثأََُٓىْ قَبنُٕا إًََِب انْجٍَْعُ يِثْمُ انشِّثَب َٔأَحَمَ انَهُّ انْجٍَْع َظخٌ يٍِْ سَ ّثِِّ فَبَْتََٓى فََهُّ يَب سََهفَ ََٔأ ْي ُشُِ إِنَى انَهِّ َٔيٍَْ عَبدَ َفأُٔنَ ِئك َع ِ َْٕي ٌَُٔأَصْحَبةُ انَُبسِ ُْىْ فٍَِٓب خَبنِذ Artinya : “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.”. (QS. Al-Baqarah : 275).18
17
Berapa besar keuntungan tersebut dapat dinyatakan dalam nominal rupiah tertentu atau dalam bentuk persentase dari harga pembeliannya, seperti 10% atau 20%. Lihat Ir. Adiwarman Karim, Bank Islam : Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2007, h.113. 18 Departemen Agama RI, Alqur‟an dan Terjemahnya, Jakarta : PT Intermasa, 1974, h.69.
21
Dalam ayat ini, Allah swt mempertegas legalitas dan keabsahan jual beli, serta menolak dan melarang konsep ribawi. Berdasarkan ketentuan ini, jual beli murabahah mendapat pengakuan dan legalitas dari syara, dan sah untuk dioperasionalkan dalam praktik pembiayaan di bank syariah dan Baitul Maal wat Tamwil (BMT) karena ia merupakan salah satu bentuk jual beli dan tidak mengandung unsur ribawi.
Kemudian di dalam surat An-Nisa ayat 29, yang berbunyi:
ْض يُِْكُى ٍ ٍ تَشَا ْ َجبسَ ًح ع َ ٌ َتكٌَُٕ ِت ْ م إِنَب َأ ِط ِ ٍ آَ َيُُٕا نَب َتأْكُهُٕا َأيَْٕانَكُىْ ثٍَْ َُكُىْ ثِبنْجَب َ ٌٌَِب أٌََُٓب انَز ٌ ِث ُك ْى َسحًًٍِب َ ٌ انهََّ كَب َ ِسكُ ْى إ َ َُٔنَب تَقْ ُتهُٕا َأَْف Artinya : “hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku suka sama suka di antara kamu…...”. (QS. An-Nisa : 29)19.
Dalam literatur fiqh klasik, murabahah mengacu pada suatu penjualan yang pembayarannya ditangguhkan. Justru elemen pokok yang membedakannya dengan penjualan normal lainnya adalah penangguhan pembayaran itu. Pembayaran dilakukan dalam suatu jangka waktu yang disepakati, baik secara tunai maupun secara angsuran.20
19
Ibid, h. 122. Dr. Sami' Hamud menamai transaksi seperti ini dengan bay' al-murâbahah li al-amr bi al-syirâ` (penjualan dengan tingkat margin keuntungan tertentu kepada orang yang telah member order utnuk membeli). M. Umer Chapra, Sistem Moneter Islam, Judul Asli: Towards a Just Monetary System, Penerj.: Ikhwan Abidin Basri, Jakarta: Gema Insani Press dan Tazkia Cendekia, 2000, h. 120 20
22
Oleh karena itu, keberadaan murabahah juga didasarkan pada hadis yang menegaskan bahwa murabahah termasuk dalam ketegori perbuatan dianjurkan (diberkati). Hadis tersebut berbunyi:
ط ُ خ ْه َ َٔ ،ُضخ َ َ َٔانًُْقَبس،ٍجم َ َانْجٍَْعُ ِإنَى َأ:ٍُ انْ َج َش َكخ َ ٍِْٓ ِث ف ٌ ال َ َث:َسَه َى قَبل َ َٔ ِِّعهٍَْ ِّ َٔآن َ هلل ُ صهَى ا َ ً َ ٌِ ان َُج َ َأ )ت الَ ِنهْ َجٍْ ِع (سٔاِ اثٍ يبجّ عٍ صٍٓت ِ ٍّْشعِ ٍْ ِش ِنهْ َج َ انْ ُج ِش ثِبن Artinya : “Dari Shalih bin Shuhayb dari ayahnya, ia berkata: "Rasulullah SAW bersabda: "Tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh, muqâradhah (mudhârabah) dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual”. (HR. Ibn Mâjah).
3. Rukun dan Syarat Murabahah a. Rukun Murabahah Sebagai bagian dari jual beli, maka pada dasarnya rukun dan syarat jual beli murabahah juga sama dengan rukun dan syarat jual beli secara umum. Rukun jual beli menurut mazhab Hanafi adalah ijab dan qabul yang menunjukkan adanya pertukaran atau kegiatan saling memberi yang menempati kedudukan ijab dan qobul itu.21 Sedangkan menurut jumhur ulama ada 4 rukun dalam jual beli itu, yaitu penjual, pembeli, sighat, serta barang atau sesuatu yang diakadkan.
21
Wiroso, Op.Cit, h. 16.
23
Adapun untuk rukun jual beli murabahah itu sendiri antara lain:22 -
Penjual (Ba’i) Adalah pihak bank atau BMT yang membiayai pembelian barang yang diperlukan oleh nasabah pemohon pembiayaan dengan system pembayaran yang ditangguhkan. Biasanya di dalam teknis aplikasinya bank atau BMT membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank atau BMT itu sendiri.23 Walaupun terkadang bank atau BMT menggunakan media akad wakalah dalam pembelian barang, dimana si nasabah sendiri yang membeli barang yang diinginkan atas nama bank. -
Pembeli (Musytari) Pembeli dalam pembiayaan murabahah adalah nasabah yang mengajukan permohonan pembiayaan ke bank atau BMT.
-
Objek jual beli (Mabi’) Yang sering dilakukan dalam permohonan pembiayaan murabahah oleh sebagian besar nasabah adalah terhadap barang-barang yang bersifat konsumtif untuk pemenuhan kebutuhan produksi, seperti rumah, tanah, mobil, motor dan sebagainya.24
22
Muhammad, Op Cit, hal. 58 Warkum Sumitro, Asas-asas Perbaknan Islam dan Lembaga-lembaga Terkait (BUMI dan Takaful), Jakarta : PT Grafindo Persada, cet. Ke-1, 1996, h. 93. 24 Karnaen A. Perwata Atmadja dan M. Syafi’i Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam, Yogyakarta : Dana Bhakti wakaf, 1992, h. 25. 23
24
Walaupun demikian, ada rambu-rambu yang harus diperhatikan juga, bahwa benda atau barang yeng menjadi obyek akad mempunyai syarat syarat yang harus dipenuhi menurut hukum Islam, antara lain : 1. Suci, maka tidak sah penjualan terhadap benda-benda najis seperti anjing, babi, dan sebagainya yang termasuk dalam kategori najis. 2. Manfaat menurut syara’, dari ketentuan ini, maka tidak boleh jual beli yang tidak diambil manfaatnya menurut syara’. 3. Jangan ditaklikan, dalam hal apabila dikaitkan atau digantungkan kepada hal-hal lain, seperti : ”jika Bapakku pergi, Ku jual kendaraan ini kepadamu”. 4. Tidak dibatasi waktu, dalam hal perkataan, ”saya jual kendaraan ini kepada Tuan selama satu tahun”. Maka penjualan tersebut tidak sah, sebab jual beli adalah salah satu sebab pemilikan secara penuh yang tidak dibatasi ketentuan syara’. 5. Dapat dipindahtangankan / diserahkan, karena memang dalam jualbeli,
barang
yang
menjadi
obyek
akad
harus
beralih
kepemilikannya dari penjual ke pembeli. Cepat atau pun lambatnya penyerahan, itu tergantung pada jarak atau tempat diserahkannya barang tersebut.
25
6. Milik sendiri, tidak dihalalkan menjual barang milik orang lain dengan tidak seizin dari pemilik barang tersebut. Sama halnya juga terhadap barang-barang yang baru akan menjadi miliknya. 7. Diketahui (dilihat), barang yang menjadi obyek jual beli harus diketahui spesifikasinya seperti banyaknya (kuantitas), ukurannya, modelnya, warnanya dan hal-hal lain yang terkait. Maka tidak sah jual beli yang menimbulkan keraguan salah satu pihak.25 -
Harga (Tsaman) Harga dalam pembiayaan murabahah dianalogikan dengan pricing atau plafond pembiayaan.
-
Ijab qobul. Dalam perbankan syariah ataupun Lembaga Keuangan Syariah (BMT), dimana segala operasionalnya mengacu pada hukum Islam, maka akad yang dilakukannya juga memilki konsekuensi duniawi dan ukhrawi. Dalam akad biasanya memuat tentang spesifikasi barang yang diinginkan nasabah, kesediaan pihak bank syariah atau BMT dalam pengadaan barang, juga pihak bank syariah atau BMT harus memberitahukan harga pokok pembelian dan jumlah keuntungan yang ditawarkan kepada nasabah (terjadi penawaran), kemudian penentuan lama angsuran apabila terdapat kesepakatan murababah.
25
Hendi Suhendi, fiqh Muamalah, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, cet. Ke-1, 2002, h. 71-72.
26
b. Syarat Murabahah Selain ada rukun dalam pembiayaan murabahah, juga terdapat syarat-syarat yang sekiranya menjadi pedoman dalam pembiayaan sekaligus sebagai identitas suatu produk dalam bank syariah atau BMT dengan perbankan konvensional. Syarat dari jual beli murabahah tersebut antara lain : -
Penjual memberi tahu harga pokok kepada calon pembeli. Hal ini adalah logis, karena harga yang akan dibayar pembeli kedua atau nasabah didasarkan pada modal si pembeli awal / Bank atau BMT.
-
Akad pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan.
-
Akad harus bebas dari riba.
-
Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesudah pembelian.
-
Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya pembelian dilakukan secara hutang.
4. Jenis-jenis Murabahah Dalam konsep di perbankan syariah maupun di Lembaga Keuangan Syariah (BMT), jual beli murabahah dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:26
26
Wiroso, Op Cit, h. 37.
27
a. Murabahah tanpa pesanan Murabahah tanpa pesanan adalah jenis jual beli murabahah yang dilakukan dengan tidak melihat adanya nasabah yang memesan (mengajukan pembiayaan) atau tidak, sehingga penyediaan barang dilakukan oleh bank atau BMT sendiri dan dilakukan tidak terkait dengan jual beli murabahah sendiri. Dengan kata lain, dalam murabahah tanpa pesanan, bank syariah atau BMT menyediakan barang atau persediaan barang yang akan diperjualbelikan dilakukan tanpa memperhatikan ada nasabah yang membeli atau tidak.27 Sehingga proses pengadaan barang dilakukan sebelum transaksi / akad jual beli murabahah dilakukan. Pengadaan barang yang dilakukan bank syariah atau BMT ini dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain: -
Membeli barang jadi kepada produsen (prinsip murabahah).
-
Memesan kepada pembuat barang / produsen dengan pembayaran dilakukan secara keseluruhan setelah akad (Prinsip salam).
-
Memesan kepada pembuat barang / produsen dengan pembayaran yang dilakukan di depan, selama dalam masa pembuatan, atau setelah penyerahan barang (prinsip isthisna).
-
Merupakan barang-barang dari persediaan mudharabah atau musyarakah. Alur transaksi murabahah tanpa pesanan dapat dilihat dalam skema berikut
27
ibid, h. 39.
28
GAMBAR 1.1 Alur Murabahah Tanpa Pesanan
Sumber : Wiroso, Jual Beli Murabahah
b. Murabahah berdasarkan pesanan Sedangkan yang dimaksud dengan murabahah berdasarkan pesanan adalah jual beli murabahah yang dilakukan setelah ada pesanan dari pemesan atau nasabah yang mengajukan pembiayaan murabahah.28 Jadi dalam murabahah berdasarkan pesanan, bank syariah atau BMT melakukan pengadaan barang dan melakukan transaksi jual beli setelah ada nasabah yang memesan untuk dibelikan barang atau asset sesuai dengan apa yang diinginkan nasabah tersebut. Alur transaksi murabahah berdasarkan pesanan dapat dilihat dari skema berikut
28
Ibid, h. 41.
29
GAMBAR 1.2 Alur Murabahah Berdasarkan Pesanan
Sumber : Wiroso, Jual Beli Murabahah 5. Penerapan dan Skema Murabahah Murabahah merupakan skema fiqh yang paling populer diterapkan dalam perbankan syariah/BMT. Murabahah dalam perbankan syariah/BMT didefinisikan sebagai jasa pembiayaan dengan mengambil bentuk transaski jual beli barang antara bank dengan nasabah dengan cara pembayaran angsuran. Dalam perjanjian murabahah, bank membiayai pembelian barang atau asset yang dibutuhkan oleh nasabahnya dengan membeli barang itu dari pemasok barang dan kemudian
30
menjualnya kepada nasabah tersebut dengan menambahkan suatu mark-up atau margin keuntungan.29 Murabahah sebagaimana yang diterapkan dalam perbankan syariah/BMT, pada prinsipnya didasarkan pada 2 (dua) elemen pokok, yaitu harga beli serta biaya yang terkait dan kesepakatan atas mark-up. Ciri dasar kontrak pembiayaan murabahah adalah sebagai berikut:30 a. Pembeli harus memiliki pengetahuan tentang biaya-biaya terkait dan harga pokok barang dan batas mark-up harus ditetapkan dalam bentuk persentase dari total harga plus biaya-biayanya. b. Apa yang dijual adalah barang atau komoditas dan dibayar dengan uang. c. Apa yang diperjual-belikan harus ada dan dimiliki oleh penjual atau wakilnya dan harus mampu menyerahkan barang itu kepada pembeli. d. Pembayarannya ditangguhkan. Bank-bank syariah umumnya mengadopsi murabahah untuk memberikan pembiayaan jangka pendek kepada para nasabah guna pembelian barang meskipun mungkin nasabah tidak memiliki uang untuk membayar. Kemudian Dalam prakteknya di perbankan Islam, sebagian besar kontrak murabahah yang dilakukan adalah dengan menggunakan sistem murabahah kepada pemesan pembelian (KPP).
29
Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan, Jakarta : Pustaka Utama Grafiti, 1999, h. 64 30 Abdullah saeed, Bank Islam dan Bunga, Study Krisis dan Interprestasi Kontemporer Tentang Riba dan Bunga Terjemahan Muhamahad Ufuqul Mubin, et. al. Cet I, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003, h. 120.
31
Hal ini dinamakan demikian karena pihak bank syariah semata-mata mengadakan barang atau asset untuk memenuhi kebutuhan nasabah yang memesannya.31 Jadi secara umum, skema dari aplikasi murabahah ini sama dengan murabahah berdasarakan pesanan. Bank atau Lembaga Keuangan Syariah (BMT) bertindak sebagai penjual sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari produsen (supplier) ditambah keuntungan. Kedua belah pihak harus menyepakati harga jual tersebut dan jangka waktu pembayaran. Harga jual ini dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah disepakati, tidak dapat berubah selama berlaku akad. Barang atau objek harus diserahkan segera kepada nasabah, dan pembayarannya dilakukan secara tangguh.32 Terdapat juga pengembangan dari aplikasi pembiayaan murabahah dalam bank syariah atau BMT, yaitu dalam hal pengadaan barang. Dalam hal ini bank atau BMT menggunakan media akad wakalah untuk memberikan kuasa kepada nasabah untuk membeli barang atas nama bank kepada supplier atau pabrik. Skema pengembangan dengan akad wakalah dari pembiayaan murabahah adalah sebagai berikut :
Muhammad Syafi’i Antonio, Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syari‟ah dari teori dan praktik, Cetakan 1, Gema Insani Press, Jakarta 2001, h. 103. 31
32
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah : Deskripsi dan Ilustrasi, Jakarta :Ekonisia, 2004, h. 63.
32
GAMBAR 1.3 Skema Pengembangan Murabahah
Sumber : Penjelasan Fatwa DSN-MUI
Dalam hal ini, apabila pihak bank mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga (supplier), maka kedua pihak harus menandatangani kesepakatan agency (agency contract), dimana pihak bank memberi otoritas kepada nasabah untuk menjadi agennya untuk membeli komoditas dari pihak ketiga atas nama bank, dengan kata lain nasabah menjadi wakil bank untuk membeli barang. Kepemilikan barang hanya sebatas sebagai agen dari pihak bank. Selanjutnya nasabah memberikan informasi kepada pihak bank bahwa Ia telah membeli barang, kemudian pihak bank menawarkan barang tersebut kepada nasabah dan terbentuklah
33
kontrak jual beli. Sehingga barang pun beralih kepemilikan menjadi milik nasabah dengan segala resikonya.33
B. Efektifitas 1. Pengertian Efektifitas Kata efektifitas berasal dari kata efektif, termasuk adjektiva, yaitu kelas kata yang menjelaskan nominal atau pronominal, yang bermakna: 1) ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya), 2) manjur atau mujarab (tentang obat), 3) dapat membawa hasil, berhasil berguna (tentang usaha, tindakan), 4) mulai berlaku (tentang undang – undang peraturan).34 Secara sederhana efektifitas dari kata efektif yang berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesamaannya, atau mujarab, dapat membawa hasil, berhasil guna).35 Efesiensi dan efektifitas menurut Peter Dructer adalah melakukan pekerjaan yang benar sedangkan efesiensi adalah melakukan pekerjaan dengan benar.36 Sebab efektifitas pada umumnya terkait dengan keberhasilan pencapaian tujuan dan sasaran.
33
Penjelasan Fatwa DSN MUI No.4/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Murabahah. Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, Ed 2, Cet 9, Jakarta: Balai Pustaka, 1997, h 250. 35 Pusat Bahasa Pendidikan Nasional, “Kamus Bahas Indonesia” Jakarta : Balai Pustaka, 2001, cet edisi III, h 289 36 T. Handoko, “Manajemen Edisi 2”, Yogyakarta, BPFE, 1998, h 7 34
34
Oleh karna itu, efektifitas merupakan kemampuan untuk memilih rencana yang tepat atau strategi yang tepat untuk mencapai target yang telah ditetapkan ataupun kosistensi kerja yang tinggi untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan.37 Berdasarkan pengertian efektifitas diatas, maka dapat disimpulkan efektifitas adalah suatu usaha untuk mencapai suatu tujuan dengan melihat ketetapan penyelesaian pekerjaan tepat pada waktu yang telah ditetapkan. Artinya apakah pelaksanaan suatu tugas dinilai baik atau tidak sangat tergantung, apakah tugas ini diselesaikan
atau
tidak,
terutama
menjawab
pertanyaan
bagaimana
cara
melaksanakannya dan berapa biaya yang dikeluarkan untuk itu. 2. Pendekatan Terhadap Efektivitas Pendekatan terhadap efektivitas dilakukan dengan bagian yang berbeda, dimana perusahaan mendapatkan input berupa berbagai macam sumber dari lingkungannya. Kegiatan dan proses internal yang terjadi dalam perusahaan mengubah input menjadi output atau program yang kemudian dilemparkan kembali kepada lingkungannya. Pendekatan terhadap efektifitas terdiri dari:38
37
Richard H. Hall. “Organitation Structure, proses dan out come”, New Jersey Prantice hall, inc, 1991, h. 259 38 http://noebangetz.blogspot.com/2009/07/definisi-atau-pengertian-efektivitas.html. diakses tanggal 20 Juni 2015.
35
a. Pendekatan Sasaran Pendekatan ini mencoba mengatur sejauh mana suatu perusahaan berhasil merealisasikan sasaran yang hendak dicapai. Pendekatan sasaran dalam pengukuran efektivitas dimulai dengan identifikasi sasaran organisasi dan mengukur tingkat keberhasilan organisasi dalam mencapai sasaran tersebut. Sasaran yang perlu di perhatikan dalam pengukuran efektifitas ini adalah sasaran yang realistis untuk memberikan hasil maksimal berdasarkan sasaran resmi dengan memperhatikan permasalahan yang ditimbulkan, dan memusatkan perhatian terhadap asperk output, yaitu dengan mengukur keberhasilan program dalam mencapai tingkat output. Pendekatan sasaran dapat direalisasikan apabila organisasi mampu melakukan pendekatan kepada warga binaaan sosial dalam mengarahkan kepada tujuan yang ingin dicapai yaitu semua warga binaan sosial dapat berfungsi sosial. b. Pendekatan Sumber Pendekatan sumber mengukur efektivitas melalui keberhasilan suatu perusahaan dalam mendapatkan berbagai macam sumber yang dibutuhkan. Suatu organisasi harus dapat memperoleh berbagai macam sumber dan juga memelihara keadaan dan sistem agar dapat menjadi efektif. Pendekatan ini didasarkan pada teori mengenai keterbukaan sistem suatu organisasi terhadap lingkungannya, karena perusahaan mempunyai hubungan yang merata dengan lingkungannya, dimana dari lingkungan diperoleh sumber-sumber yang merupakan input lembaga tersebut dan
36
output yang dihasilkan juga dilemparkannya pada lingkungannya. Sementara itu sumber-sumber yang terdapat pada lingkungan sering kali bersifat langka dan bernilai tinggi. Pendekatan sumber dalam organisasi dapat di ukur dari seberapa jauh hubungan antara warga binaan sosial dengan lingkungan sekitarnya. c. Pendekatan Proses Pendekatan proses menganggap efektivitas sebagai defenisi dan kondisi kesehatan dari suatu organisasi. Pada organisasi yang efektif, proses internal berjalan dengan lancar dimana kegiatan bagian-bagian yang ada berjalan secara terkoordinasi. Pendekatan ini tidak memperhatikan lingkungan melainkan memusatkan perhatian terhadap kegiatan yang dilakukan terhadap berbagai sumber yang dimiliki organisasi, yang menggambarkan tingkat efesiensi serta kesehatan organisasi. Tujuan dari pada pendekatan proses yang dilakukan organisasi adalah bagaimana organisasi mampu menggunakan semua program secara terkoordinir dengan baik kepada warga binaan.
37
BAB III MEKANISME PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BMT NURUL FALAH
A. Profil BMT Nurul Falah 1. Sejarah Perkembangan BMT Nurul Falah Eksistensi usaha mikro dan kecil telah membuktikan dirinya menjadi penopang yang tangguh dalam perkembangan ekonomi makro di Indonesia. ketika krisis ekonomi melanda bangsa ini yang berakibat kepada banyaknya perusahaan besar yang gulung tikar serta bank konvensional yang dilikuidasi, ternyata disektor usaha mikro dan kecil masih mampu bertahan. Padahal seperti yang kita ketahui bersama, perkembangan usaha mikro dan kecil belum mendapatkan perhatian yang cukup signifikan dari pihak perbankan untuk mendapatkan akses pembiayaan. Hal ini tentu saja menjadi problem tersendiri bagi kalangan pengusaha mikro dan kecil untuk mengembangkan dirinya. Berangkat dari kondisi tersebut di atas, maka adanya lembaga ekonomi syariah semacam BMT telah memberikan pembelajaran yang cukup berharga bagi pemerintah dan seluruh kalangan masyarakat. Karena data menunjukkan bahwa BMT telah mampu memberdayakan masyarakat dengan turut serta menopang perkembangan ekonomi masyarakat pada sector usaha mikro dan kecil. Hal ini terbukti sampai hari ini BMT – BMT diseluruh Indonesia memiliki asset ( konsolidasi ) lebih dari 4,7 triliun, jumlah
38
pembiyaan sebesar 3,6 triliun, dengan jumlah pengelola lebih dari 40.000 orang, yang telah melayani lebih dari 3,5 juta penabung, dan memberikan pinjaman kepada lebih dari 3 juta pengusaha mikro dan kecil.39 Yayasan Nurul Falah yang berada di lingkungan Kecamatan Sawangan Kota Depok Jawa Barat sebagai wilayah penyangga Ibu Kota Negara, ingin mengambil peran dalam membantu pengembangan usaha mikro dan kecil. Keinginan ini dituangkan dalam sebuah komitmen beberapa pengurusnya untuk mendirikan BMT. Maka pada tanggal 27 Januari 2007 bertepatan dengan tanggal 14 Muharram 1429 H berdirilah BMT Nurul Falah. Dengan semangat yang tinggi untuk berkidmat kepada masyarakat lemah serta sekaligus memberikan pembelajaran tentang pentingnya ekonomi syariah, para pendiri telah melakukan upaya – upaya kearah beroperasinya BMT Nurul Falah yang dikelola secara amanah dan propesional.40 2. Nama Dan Kedudukan BMT Nurul Falah Nama lembaga keuangan syariah ini adalah Baitul Maal Wat Tamwil Nurul Falah yang disebut secara singkat BMT Nurul Falah. BMT Nurul Falah didirikan berdasarkan
badan
hukum
koperasi.
Departemen
Koperasi
No.518/77/BH/KPTS/KUKM/1.2/X1/2007 dengan Akte Notaris Sri Purwaningsih Soemarno, SH No. 04/N/X1/2007. 39
40
http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/syariah-ekonomi/15/03/22/ Hasil wawancara dengan Bapak Ibnu, Ketua BMT Nurul Falah pada tanggal 03 Agustus 2015
39
Kantor pusat BMT Nurul Falah berada dijalan Ciputat Parung No. 29 Kel. Kedaung Sawangan Kota Depok dan dapat membuka perwakilan (Kantor Kas) di Ibu Kota Propinsi/Kabupaten diseluruh Indonesia. 3. Visi dan Misi41 Visi
: Menjadi Lembaga Keuangan Mikro Ekonomi Syariah yang profesional,
Maju dan berkembang dalam upaya memberikan akses kemudahan kepada masyarakat ekonomi lemah dalam berusaha sebagai langkah membangun kekuatan ekonomi menuju kesejahteraan bersama. Misi : 1. Melakukan akses pembiayaan dan simpanan 2. Memberikan advokasi ( pembelaan ) bagi masyarakat ekonomi lemah. 3. Memberikan edukasi ( pembelajaraan ) bagi masyarakat tentang hidup hemat, berpikir kedepan menuju arah lebih baik sesuai dengan tuntunan syariah. 4. Membangun kekuatan ekonomi sesuai dengan prinsip syariah. 5. membangun dan mengembangan pola hidup saling tolong menolong dalam berekonomi. 6. Menghimpun dana untuk bersatu memberikan akses permodalan untuk menggerakan potensi ekonomi Umat Islam.
41
Sumber dokumen BMT Nurul Falah
40
4. Tujuan BMT Nurul Falah didirikan dengan maksud dan tujuan sebagai berikut:42 1. Menyebarluaskan nilai – nilai ekonomi syariah sebagai system perilaku ekonomi masyarakat. 2. Memberdayakan potensi ekonomi masyarakat dengan memberikan akses pembiayaan yang cepat dan mudah. 3. Memberikan pembelajaran pada masyarakat luas tentang arti penting ekonomi syariah. 4. Turut mengambil peran dan membangun ekonomi masyarakat Islam secara syariah. 5. Menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. 5. Usaha 1. Mengembangkan kegiatan simpan pinjam dengan prinsip bagi hasil/syariah 2. Mengembangankan lembaga dan bisnis Kelompok Usaha Muamalat yaitu kelompok simpan pinjam yang khas binaan BMT Nurul Falah. 3. Menerbitkan sertifikat penyertaan modal yang ditujukan bagi kaum aghnia dan pemilik perusahaan diwilayah sekitar BMT Nurul Falah.
42
Sumber dokumen BMT Nurul Falah
41
4. Jika BMT telah berkembang cukup mapan, memprakarsai pengembangan badan usaha sector riil ( UBUSRI ) dari Pokusma – Pokusma sebagai badan usaha pendamping menggerakan ekonomi riil rakyat kecil di wilayah kerja BMT Nurul Falah yang manajemennya terpisah sama sekali dari BMT Nurul Falah. 5. Mengembangkan jaringan kerja dan jaringan BMT Nurul Falah dan sector riil ( BUSRIL ) mitranya sehingga menjadi barisan semut yang tangguh sehingga mampu mendongkrak kekuatan ekonomi bangsa Indonesia. 6. Struktur Manajemen BMT Nurul Falah Dewan Pengurus: 1. Ketua
: Drs. Bahrudin Ibnu Aziz
2. Sekretaris
: Drs. Marcelly Irawan
3. Bendahara
: Jojo Sutarjo SE
Dewan Pengelola 1. Manajer
: Drs. Marcelly Irawan
2. Adm & Keuangan
: Ellawati
3. Teller
: Desi Ratnasari
4. Div. Pembiayaan
: Bahrudin
5. Div. Penggalangan Dana
: Asepudin
6. Div. Pemb. Usaha
: Herry Effendi
42
7. Jenis Simpanan43 a. Jenis Simpanan Sebelum membuka sebuah simpanan, calon peserta BMT diminta untuk memenuhi syarat – syarat sebagai berikut: -
Mengisi formulir tabungan
-
menyerahkan fotocopy KTP / bukti identitas diri
-
biaya administrasi / buku tabungan
Setelah semua syarat terpenuhi, peserta bisa memilih layanan yang ada di BMT Nurul Falah yaitu: 1. Simpanan Amanah - Merupakan simpanan yang dapat digunakan oleh BMT dengan mendapat bagi hasil yang Menguntungkan - Dapat ditarik kapan saja setelah 1 (satu) bulan mengendap - Setoran awal minimal Rp. 10.000,- Setoran selanjutnya minimal Rp. 1.000,- Saldo minimal setiap penarikan Rp. 10.000,- Penarikan maksimal Rp. 500.000,- per hari.
43
Brosur BMT Nurul Falah
43
2.
Simpanan Qurban - Dapat memberikan dorongan untuk melaksanakan ibadah qurban - Hanya dapat ditarik pada saat akan melaksanakan qurban - Dapat ditarik dalam bentuk dana tunai atau hewan qurban - BMT membantu menyalurkan hewan qurban kepada para mustahik - Pembukaan simpanan dapat dilakukan secara pribadi atau bersama oleh 7 orang dengan satu buku simpanan. - Penarikan hanya dibenarkan bila dilakukan oleh minimal 2 orang di antara mereka. - Setoran awal minimal Rp. 50.000,- Setoran selanjutnya minimal Rp. 5.000,- Saldo minimal setiap penarikan Rp. 10.000,-
3.
Simpanan Pendidikan - Merupakan simpanan yang dapat dilakukan atas nama orang tua anak atau atas nama anak itu sendiri. - Penarikan hanya dapat dilakukan 3 (tiga) kali dalam 1 (satu) tahun, sebelum tahun ajaran baru/EHB Cawu. - Setoran awal minimal Rp. 10.000,- Setoran selanjutnya minimal Rp. 1.000,-
44
- Saldo minimal setiap penarikan minimal Rp. 10.000,- Penarikan maksimal Rp. 500.000,- perhari
4.
Simpanan Walimah - Merupakan simpanan persiapan untuk menuju ke pelaminan - Pembukaan simpanan minimal 3 (tiga) bulan sebelum walimah/nikah - Penarikan hanya dapat dilakukan satu bulan menjelang walimah - Setoran awal minimal Rp. 25.000,- Setoran selanjutnya minimal Rp. 10.000,- Saldo minimal setiap penarikan minimal Rp. 10.000,-
5.
Simpanan Idul Fitri - Pembukaan simpanan minimal 3 (tiga) bulan sebelum Hari Raya Idul Fitri - Penarikan hanya dapat dilakukan 2 (dua) pekan sebelum Hari Raya Idul Fitri - Setoran awal minimal Rp. 10.000, - Setoran selanjutnya minimal Rp. 2.500,- Saldo minimal setiap penarikan Rp. 10.000,-
45
6.
Simpanan Haji - Merupakan simpanan yang diperuntukkan untuk menunaikan Ibadah Haji / Umroh - Setoran dapat dijemput ke rumah / kantor - Setoran awal minimal Rp. 100.000,- Setoran selanjutnya minimal Rp. 50.000,- Saldo minimal setiap penarikan minimal Rp. 10.000,-
B. Mekanisme Pembiayaan Murabahah di BMT Nurul Falah 1. Pengertian Pembiayaan Murabahah. Pembiayaan murabahah adalah salah satu produk unggulan yang ada di BMT Nurul Falah dalam lending product. Prinsip dasar BMT adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dana dari dan untuk masyarakat. Untuk itu, BMT sebagai lembaga keuangan dalam bentuk koperasi simpan pinjam unit syari’ah tidak lepas dari prinsip operasional tersebut, diantaranya melalui pembiayaan Murabahah, sebagai langkah untuk menyalurkan dana yang dihimpun oleh BMT. Pembiayaan
Murabahah
merupakan
interpretasi
dari
pembiayaan
berdasarkan prinsip jual beli, hal ini dimungkinkan untuk menghindari praktek sistem bunga yang di praktekkan di bank konvensional. BMT Nurul Falah mengartikan pembiayaan Murabahah sebagai bentuk jual beli dengan keuntungan
46
yang disepakati bersama antara pihak BMT dengan pihak nasabah,44 dalam hal ini pihak BMT diartikan sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli, yang mana dalam pengadaan barang yang akan dibeli oleh nasabah pihak BMT mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari suplaier yang dikehendaki dengan penuh tanggung jawab. Dalam akad Murabahah tertuang berapa pembiayaan yang akan disetujui, besarnya angsuran dan mark up yang diambil oleh pihak BMT. Syarat utama dalam pembiayaan Murabahah adalah mengetahui harga dasar dan keuntungan yang disepakati. Dalam mengartikan harga dasar BMT Nurul Falah mengartikan sebagai harga yang sesungguhnya dari suplaier, hal ini tentunya dibuktikan dengan menunjukkan kwitansi dari pihak suplaier. Adapun mengenai rincian biaya-biaya yang terkait dengan pengadaan barang tersebut seperti biaya tranportasi, akomodasi dan administrasi merupakan tanggungan dari pihak BMT Nurul Falah yang mana biaya tersebut tidak ditambahkan menjadi harga dasar dari suatu barang. Dalam pembebanan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh BMT terkait dengan pengadaan barang yang diinginkaan oleh nasabah tersebut tidak ditambahkan dalam harga dasar suatu barang akan tetapi dimasukkan dalam biaya administrasi yang besarnya 2% dari total pembiayaan yang dikeluarkan oleh BMT Nurul Falah, biaya administrasi tersebut dibayarkan ketika nasabah sudah disetujui permohonan pembiayaannya dan sudah dapat dicairkan oleh nasabah.
44
Wawancara dengan Ibu Ellawati. Staf Keuangan BMT Nurul Falah, tanggal 03 Agustus 2015.
47
Biaya administrasi tersebut diambil oleh manajemen BMT dengan mengasumsikan biaya apa saja yang akan dikeluarkan oleh pihak BMT dalam setiap tahunnya untuk keperluan administrasi BMT dan biaya yang harus ditanggung oleh BMT dalam menjalani bisnis ini, dengan asumsi tersebut maka tidak adanya standar yang menyatakan tentang biaya-biaya yang terkait dengan pembiayaan suatu nasabah. Selain itu hal ini juga ditempuh untuk menutupi dari pengeluaran yang dikeluarkan oleh BMT kepada nasabah yang permohonan pembiayaannya tidak disetujui oleh BMT. Keuntungan yang disepakati dalam pembiayaan Murabahah adalah hasil dari pembicaraan dari pihak nasabah dengan pihak BMT Nurul Falah dimana dalam pembicaraan tersebut menentukan berapa besar keuntungan yang akan diambil oleh pihak BMT, hal ini dikarenakan Murabahah merupakan pembiayaan dengan prinsip jual beli. Akan tetapi, setiap lembaga keuangan pastilah mempunyai batas limit dari keuntungan yang harus mereka peroleh kerena lembaga keuangan tentunya membutuhkan dana yang cukup untuk menggaji karyawan dan operasionaal kantor. Adapun batas limit yang diterapkan di BMT Nurul Falah yaitu sebanding dengan 2% perbulan dari harga dasar suatu barang tersebut. Dalam pembiayaan Murabahah terutama yang bertujuan untuk pembelian kendaraan bermotor nasabah dapat memberikan uang muka kepada BMT dalam pembelian kendaraan bermotor, dan besarnya uang muka yaitu 30% dari harga pembelian motor. Hal ini terkait dengan sifat dari pembiayaan ini yang
48
menggunakan prinsip jual beli dalam operasionalnya, maka dari itu pihak BMT hanya memberikan pembiayaan menurut besarnya kekurangan dari pembelian kendaraan bermotor tersebut. Mark up dari pembiayaan yang menggunakan uang muka adalah disesuaikan dengan besarnya kekurangan dari pembelian tersebut. Dalam pembebanan mark up kepada nasabah tentunya setiap lembaga keuangan mempunyai standarisasi yang berbeda-beda. Demikian pula yang ada di BMT Nurul Falah dimana standarisari mark up mengalami perubahan dari semenjak berdiri BMT ini. Standarisasi mark up BMT dari semenjak berdiri sampai tahun 2015 sebesar sebanding dengan 2,3% perbulan dari pembiayaan yang disetujui. Akan tetapi ketika tahun 2014 sampai sekarang pihak BMT memberikan standar sebesar sebanding dengan 2% perbulan dari pembiayaan yang disetujui. Turunnya standarisasi tersebut tidak lepas dari turunnya SBI pada waktu itu.45 Sebuah lembaga keuangan yang beroperasi dengan sistem syari’ah BMT Nurul Falah dalam mengucurkan dana kepada masyarakat berupa pembiayaan juga berprinsip syari’ah. Seperti kita ketahui pembiayaan Murabahah adalah pembiayaan yang berprinsip sesuai dengan jual beli, maka dari itu dalam pelaksanaannya pun haruslah demikian. Dalam jual beli adanya tawar menawar dari pihak penjual dan pembeli, ini juga berlaku di BMT Nurul Falah yang
45
Wawancara dengan Bapak Bahrudin, Bag. Div. Pembiayaan BMT Nurul Falah pada tanggal 03 Agustus 2015
49
menggunakan pembiayaan ini dimana pihak nasabah diberikan hak untuk menawar mark up yang akan ditentukan oleh pihak BMT. Sistem pembayaran dari pembiayaan Murabahah dapat dilakuakan secara tunai dan angsuran. Secara tunai yaitu ketika nasabah pesan barang dan barang sudah ada maka pihak nasabah dapat langsung membayarnya dengan kontan, adapun secara angsuran yaitu nasabah dapat mengangsur setiap bulannya sampai batas waktu pembayaran yang disepakati selesai. Adapun untuk jatuh tempo pembayaran pihak BMT memberikan batas maksimal jatuh tempo adalah dua tahun, karena pembiayaan ini adalah pembiayaan kepemilikan barang yang mana sifat dari pembiayaan ini rata-rata untuk kepentingan konsumtif. Untuk perhitungan angsuran dibedakan antara angsuran pokok dan angsuran mark up, angsuran pokok adalah angsuran dari kekurangan untuk pembelian barang, adapun angsuran mark up adalah angsuran keuntungan yang diterima oleh BMT sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. Khusus untuk pembiayaan dengan tujuan pembelian sepeda motor dengan menggunakan uang muka terjadi perbedaan dalam angsuran, akan tetapi perbedaan tersebut tidak pada mark up akan tetapi dikarenakan jatuh tempo yang disepakati berbeda. Jaminan merupakan sesuatu yang harus ada dalam suatu pembiayaan. Karena, jaminan merupakan suatu bentuk keterikatan antara pihak lembaga penyedia dana dengan pihak pemuhon dana. Hal ini juga yang berlaku di BMT Nurul Falah dimana seseorang yang mengajukan pembiayaan haruslah
50
melampirkan jaminan yang akan dijaminkan kepada pihak BMT. BMT Nurul Falah dalam mengartikan jaminan adalah segala sesuatu yang dapat dinominalkan, adapun besarnya jaminan adalah sesuai dengan batas limit dari pengajuan pembiayaan oleh pemohon pembiayaan. Bentuk dari jaminan yang biasa digunakan oleh pemohon dalam mengajukan pembiayaan bisa berupa BPKB ataupun sertifikat tanah dari pemohon, selain dari jaminan tersebut pihak pemohon juga bisa menjaminkan barang seperti TV, kulkas dll. Akan tetapi, untuk jaminan yang berupa TV atau kulkas tersebut hanya dibolehkan untuk jenis pembiayaan yang nominalnya tidak lebih dari Rp.500.000. hal ini dikarenakan nilai jaminan haruslah sesuai dengan batas limit dari permohonan pembiayaan.46 Apabila nantinya terjadi kemacetan dalam pengangsuran maka posisi jaminan akan tetap, akan tetapi, ketika waktu jatuh tempo belum dapat melunasinya dan dilakukan proses rescuduling maka nilai dari jaminan tersebut akan ditaksir ulang sesuai dengan sisa dari angsuran yang harus dibayarkan oleh nasabah tersebut. Apakah masih sesuai dengan batas limit dari pembiayaan atau tidak sesuai dan diperlukan tambahan jaminan lagi. Penyitaan atau penarikan jaminan oleh pihak BMT dapat dilakukan apabila setelah dilakukan penelitian pihak nasabah dianggap tidak adanya suatu niatan untuk melunasinya. Adapun jaminan yang berupa kendaraan bermotor proses
46
ibid
51
rescuduling hanya boleh dilakukan sebanyak dua kali, setelah dua kali maka nasabah diwajibkan untuk membayar kekurangan dari angsuran atau akan ada penarikan dari jaminan, hal ini dikarenakan nilai dari motor tersebut semakin tahun maka akan semakin turun dan hal itu tidak sesuai lagi dengan batas limit jaminan yang ditetapkan. Adapun yang menggunakan jaminan berupa sertifikat tanah maka proses rescuduling dapat dilakukan sampai tiga kali dan dari pihak nasabah ataupun dari keluarga diwajibkan untuk menebus apa yang menjadi jaminan. Adapun besarnnya tebusan yaitu sesuai dengan kekurangan dari angsuran nasabah. Di BMT Nurul Falah aplikasi Murabahah di terapkan pada dua macam pembiayaan: a. Pembiayaan Modal Usaha. Pembiayaan Modal Usaha di berikan kepada mereka yang ingin memperoleh barang yang digunakan untuk menunjang usaha mereka atau untuk berwirausaha. Seperti untuk pembelian motor yang nantinya digunakan untuk bekerja sebagai tukang ojek atau untuk pembelian alatalat kantor yang mana digunakan untuk memperluas dan mempernyaman kantor yang digunakan untuk usaha dan juga pembelian komputer untuk mendirikan usaha rental komputer. Adapun mekanismenya sama dengan pembiayaan yang lain hanya di tambah dengan anggunan yang akan di jaminkan kepada pihak BMT. b. Pembiayaan Pemilikan Barang
52
Pembiayaan
Pemilikan
Barang
diberikan
kepada
mereka
yang
membutuhkan barang untuk kepentingan konsumtif seperti pembelian sepeda motor untuk digunakan sendiri dan renovasi rumah baik dari segi bahan bangunannya atau perabotnya. Adapun mekanismenya sama dengan pembiayaan yang diberikan dengan akad lainnya, hanya kalau itu di lakukan oleh kelompok atau perusahan maka harus menyertakan data kelompoknya dan slip gaji mereka serta akta pendirian suatu perusahaan tersebut.
2. Syarat dan Ketentuan Pembiayaan di BMT Nurul Falah47
1. Syarat Pembiayaan -
Sumber pendapatan tetap
-
Mengisi formulir pembiayaan yang lengkap
-
Mengisi surat pernyataan
-
Fotocopy KTP/SIM/pengenal lain suami/istri
-
Fotocopy kartu keluarga
-
Dapat dipercaya
-
Ada agunan
-
Membayar administrasi 2% dari pembiayaan yang diajukan
-
Materai 3000 sebanyak 3 lembar 47
Hasil wawancara dengan Bapak Bahrudin, Loc. cit.
53
-
Menandatangi akad
-
Membuka tabungan Rp. 200.000,-
3 Mekanisme Pembiayaan Murabahah di BMT Nurul Falah 1. Prosedur Pengajuan48 a. Nasabah mengajukan pembiayaan bisa langsung datang ke BMT Nurul Falah atau melalui marketing BMT Nurul Falah b. Customer Servise menanyakan keperluan nasabah, sekaligus menanyakan dari mana tahu BMT Nurul Falah c. Customer Servise memberikan penjelasan tentang persyaratan untuk mengajukan pembiayaan yang terdiri dari: -
FC KTP suami istri
-
FC Kartu Keluarga
-
FC Akta Nikah
-
FC surat bukti kepemilikan agunan ( milik sendiri/keluarga kandung ) jika diperlukan
-
Slip Gaji terakhir untuk karyawan swasta dan PNS
d. Nasabah mengisi formulir dan menyerahkan persyaratan yang diminta pihak BMT Nurul Falah
48
Hasil wawancara dengan Bapak Bahrudin, Loc. cit.
54
e. Customer Servise mengecek persyaratan, jika ada kekurangan nasabah harus melengkapi persyaratan tersebut f. Kemudian bagian marketing melakukan survey kepada nasabah mengenai karakter, kondisi usaha, dan mencocokan data pada Surat Permohonan Pembiayaan (SPP) dengan kondisi nasabah yang sebenarnya, kemudian memeriksa berkas administrasi dan dokumen lainnya yang dibutuhkan. Hasil survey selanjutnya direkam dalam Laporan Hasil Pemeriksaan SPP untuk di analisa dan diteruskan kepada direksi. g. Pihak direksi selanjutnya mempertimbangkan hasil analisa pembiayaan dan memutuskan apakah pembiayaan disetujui untuk direalisasikan atau tidak. h. Untuk pembiayaan yang disetujui, maka admin. pembiayaan kemudian mempersiapkan akad pembiayaan murabahah dan berbagai dokumen yang dibutuhkan: Slip Setoran, Nota Pencairan Uang, Slip Penarikan, Tanda Terima Jaminan, Surat Pernyataan, Surat Pendebetan Rekening, Surat Kuasa Pendebetan Rekening, Surat Kuasa Pemindahtanganan Agunan dan Kartu Jadwal Angsuran. i. Apabila hasil survey menunjukan bahwa hasil pembiayaan tidak layak sehingga tidak dapat direalisasikan, maka marketing akan melakukan survey ulang kepada nasabah. Dalam hal ini nasabah dapat mengganti agunan apabila agunan nasabah tidak disetujui.
55
j. Mengadakan akad antara nasabah dengan BMT Nurul Falah. k. Dokumen yang lain yaitu bukti penyetoran, nota pencairan uang dan slip penarikan diteruskan ke bagian teller untuk pencairan dana pembiayaan. l. Bagian teller menyerahkan uang tunai kepada nasabah atau mentransfernya ke rekening tabungan nasabah.
2. Mekanisme Pembiayaan Umum Yang Diterapkan di BMT Nurul Falah Pengajuan Pembiayaan oleh Nasabah
Pemenuhan data dan Dokumen
Survey usaha dan jaminan
Analisis Pembiayaan
Penyusunan usulan pengajuan pembiayaan
Persetujuan Komite
Tolak
1. Penandatangan akad 2. Pengikatan Jaminan 3. Pencairan Pembiayaan
56
Keterangan: 1. Calon Nasabah datang untuk mengajukan pembiayaan BMT Nurul Falah. 2. Calon nasabah mengisi formulir serta menyerahkan data data yang dibutuhkan oleh pihak BMT. 3. Kemudian pihak BMT mensurvey usaha yang dimiliki oleh calon nasabah dan juga mensurvey jaminan yang diberikan oleh calon nasabah. 4. Admin Pembiayaan menganilis pembiayaan yang diajukan oleh calon nasabah. 5. Setelah dianalisis oleh admin pembiayaan kemudian menyusun usulan pengajuan pembiayaan yang diserahkan kepada kepala BMT Nurul Falah. 6. Kepala BMT menyetujui dan memutuskan pembiayaan yang diberikan sebatas maksimun dan selebihnya atas persetujuan direksi dan komisaris. 7. Jika pengajuan pembiayaan tidak disetujui maka akan ditolak. 8. Jika pengajuan pembiayaan disetujui oleh pihak BMT maka BMT akan membuat akad pembiayaan 9. Kemudian calon nasabah menandatangani akad, pengikat jaminan dan dilakukan pencairan pembiayaaan.
57
BAB IV EFEKTIFITAS PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BMT NURUL FALAH A. Analisis Terhadap Praktek Pembiayaan Murabahah di BMT Nurul Falah Lahirnya pembiayaan murabahah merupakan manifestasi dari akad murabahah yang secara histori dan normative digunakan dalam lembaga keuangan seperti BMT Nurul Falah. Pembiayaan murabahah yang dilakukan di BMT Nurul Falah mula – mula dimulai dari pengajuan pembiayaan yang dilakukan oleh pemohon pembiayaan dengan datang ke BMT Nurul Falah dengan membawa surat permohonan, yang mana dalam surat tersebut tercakup tujuan pembiayaan, jenis barang, sumber dana dan jangka waktu yang akan diambil oleh nasabah, setelah itu pemohon mengisi data untuk keperluan survey dari pihak BMT Nurul Falah. Setelah data lengkap maka pihak BMT Nurul Falah melakukan survey untuk menentukan kelayakan nasabah apakah memang layak untuk diberikan pembiayaan. Apabila dalam melakukan penelitian itu nasabah dinilai layak dan berhak mendapatkan pembiayaan maka dilakukan akad murabahah yang mana dalam akad tersebut tercakup berapa pembiayaan yang disetujui, jangka waktu pembayaran, jaminan serta mark up yang disetujui oleh kedua belah pihak setelah nasabah melakukan pencairan dana maka pembayaran biaya administrasi sebesar 2% dari total pembiayaan yang disetujui.
58
Akad merupakan ikatan kata antara si penjual dan pembeli. Umpamanya; ”aku jual barang kepadamu dengan harga sekian” kata si penjual “aku beli barangmu dengan harga sekian” sahut si pembeli, perkataan penjual dikatakan ijab dan kata si pembeli dikatakan qabul.49 Adapun mengenai ketentuan dan syarat-syarat yang ditetapkan oleh BMT Nurul Falah bagi seseorang yang ingin mengajukan pembiayaan khusunya pembiayaan Murabahah di BMT Nurul Falah penulis anggap sudah sesuai dengan koridor Hukum Islam yang dalam hal ini adalah konsep jual beli dalam Islam, karena kalau dilihat dari ketentuan tersebut adanya syarat-syarat yang sesuai dengan syarat-syarat yang menjadikan sah dalam akad jual beli, seperti: (i) adanya orang yang berakad, yang mana dalam hal ini yang terjadi di BMT Nurul Falah adalah pihak pemohon sebagai pembeli dan pihak BMT Nurul Falah sebagai penjual. (ii) Ma‟kud alaih (obyek akad) yaitu sesuatu hal yang akan dibiayai oleh BMT Nurul Falah yaitu barang yang diminta oleh pemohon, serta (iii) adanya akad atau shighot, dalam hal ini sudah tertuang dalam surat perjanjian pembiayaan Murabahah. Jual beli belum dikatakan sah apabila belum terjadinya ijab qabul, sebab ijab qabul menunjukkan rela atau tidak rela seseorang dalam berakad. Dimana dalam pembiayaan di BMT Nurul Falah yaitu antara nasabah dengan pihak BMT Nurul Falah. Hal ini sesuai dengan surat An-Nisa’ ayat 29 yang berbunyi:
49
Idris Ahmad Wijaya, Fiqh Syafi‟i, Jakarta: Balai Pustaka, 1997 hlm 74
59
ْض ِيُْكُى ٍ ٍ َتشَا ْع َ ٌ ِتجَبسَ ًح َ ٌُٕ َتك ْ َطمِ ِإنَب أ ِ ٍ َآيَُُٕا نَب تَأْ ُكهُٕا أَيَْٕاَن ُكىْ َثٍَُْ ُكىْ ثِبنْجَب َ ٌٌَِ ب َأ ٌَُٓب انَز ٌ ِث ُك ْى َسحًًٍِب َ ٌ انهَ َّ كَب َ س ُك ْى ِإ َ َُٔنَب َتقْتُهُٕا أََْف Artinya :“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku suka sama suka diantantara kamu.”50 Pada dasarnya ijab qabul harus dilakukan dengan lisan, akan tetapi kalau tidak memungkinkan karena bisu, jauh dari barang yang dibeli maka boleh dengan perantara surat menyurat yang mengandung arti ijab qabul.51 Dalam mekanisme pembiayaan Murabahah yang terjadi di BMT Nurul Falah ijab qabul dilakukan dengan surat menyurat yaitu dengan adanya surat perjanjian akad Murabahah yang ditandatangani oleh kedua belah pihak yang mana dalam surat tersebut terdapat jumlah pembiayaan yang disetujui, jaminan yang dijaminkan, margin yang disepakati serta jatuh tempo yang disepakati antara nasabah dengan pihak BMT Nurul Falah. Dalam pembiayaan yang terjadi di BMT Nurul Falah dimana barang yang akan diminta untuk dibelikan oleh BMT Nurul Falah pihak nasabah harus menyertakan ciriciri yang jelas serta data suplaier yang diminta untuk membeli barang disana. Selain barang tesebut dibelikan oleh BMT Nurul Falah pihak BMT Nurul Falah juga mempunyai kebijakan dimana nasabah diberikan wewenang dengan penuh tanggung
50
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, kesan dan keserasian Al Qur‟an (volume 2), jakarta: Lentera Hati, 2002 hlm 411 51
Ibid hlm 74
60
jawab untuk membeli barang yang dibutuhkannya sendiri, khusus untuk kebijakan ini pihak BMT Nurul Falah memberikan kepada nasabah untuk menyertakan kwitansi dari barang yang akan dibeli dari pihak suplaier. Hal ini dilakukan untuk menentukan berapa jumlah yang akan disetujui oleh pihak BMT dan sebagai dasar harga pokok dari pembiayaan Murabahah yang akan diberikan kepada nasabah. Pembelian barang yang diwakilkan kepada nasabah dengan penuh tanggung jawab tersebut telah mendapatkan persetujuan dari Dewan Syari’ah Nasional (DSN) melalui fatwanya yang tertuang dalam fatwa Dewan Syari’ah Nasional No 4/ DSN-MUI/ IV/ 2000 mengenai Murabahah dalam ketentuan nomor dua poin ke sembilan yang berbunyi “jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ke tiga. Akad jual beli barang, secara prinsip menjadi milik bank”52; kalimat tersebut dapat dipahami bahwa BMT boleh mewalilkan atau tidak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ke tiga. Yang terpenting dalam transaksi Murabahah adalah ketika transaksi kepemilikan barang benar-benar menjadi milik BMT, yang mana dalam hal ini kepemilikan bukan ditangan pihak ketiga. Secara prinsip kepemilikan barang benar-benar menjadi milik dari BMT dalam pembiayaan yang terjadi di BMT Nurul Falah tercermin dari kwitansi pembelian yang disaratkan oleh BMT dan dilakukan transaksi jual beli dari nasabah ke BMT yang kemudian melakukan akad Murabahah dari pihak nasabah ke pihak BMT Nurul Falah untuk membeli lagi barang yang diminta oleh nasabah.
52
Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional tahun 2000 hlm 26
61
Mewakilkan urusan kepada nasabah dalam hal ini diperbolehkan dengan menggunakan akad wakalah, akad wakalah ini akan berahir manakala barang telah diserahkan kepada BMT Nurul Falah yang kemudian dijual kembali kepada pihak nasabah. Ini berarti peran BMT Nurul Falah dalam transaksi Murabahah adalah sebagai penjual, yakni pihak yang benar-benar menjual barang. Transaksi jual beli itu sudah seharusnya dilakukan dengan sesungguhnya, bukan transaksi fiktif yang salah satu dari syarat dan rukun dalam jual beli sendiri tidak terpenuhi, khususnya menyangkut barang sebagai objek jual beli. Hal ini juga dimaksudkan untuk membedakan transaksi pembiayaan Murabahah dengan Konvensional, yaitu adanya jual beli secara riil. Dalam pembiayaan Murabahah, bukan karena semata-mata uang. Dari segi metode pembayaran yang dilakukan dalam pembiayaan Murabahah di BMT Nurul Falah, pihak BMT mempunyai dua cara pembayaran dalam pembiayaan ini, jenis pembayaran yang pertama adalah dengan cara tunai atau ketika barang itu diserahkan kepada nasabah, nasabah langsung membayar seluruhnya sesuai dengan kesepakatan yang terjadi, adapun jenis pembayaran yang kedua adalah secara tangguh atau ketika jatuh tempo yang ditetapkan oleh kedua belah pihak berahir maka nasabah harus membayar apa yang telah menjadi kesepakatan antara nasabah dengan BMT Nurul Falah. Dalam pembayaran secara tangguh nasabah diberikan pilihan apakah mau membayar secara lum sum (sekaligus) yaitu dibayar langsung ketika jatuh tempo yang ditetapkan antara kedua belah pihak berahir dan tanpa adanya cicilan yang harus
62
dibayarkan perbulan atau perminggu, ataupun pembayaran secara cicilan yang mana nasabah dapat melakukan angsuran setiap minggu atau bulan sesuai dengan kesepakatan pada awal akad sampai jatuh tempo yang ditetapkan habis. Apabila melihat dari metode yang diterapkan di BMT tersebut terutama yang menggunakan pembayaran secara tangguh. Islam telah membolehkan jual beli secara tunai (now for flow), secara tangguh bayar (deferred payment, bai‟ muajjal) atau secara tangguh serah (deferred delivery, bai, salam), Rosulullah bersabda :
Artinya: “tiga hal yang didalamnya terdapat keberkatan, jual beli secara tangguh, muqorodoh (Mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah tangga bukan untuk dijual.53 Khusus untuk pembiayaan Murabahah yang digunakan untuk pembelian sepeda motor maka pihak BMT Nurul Falah mempunyai kebijakan dimana pihak nasabah dapat memberikan uang muka atau panjar. Besarnya uang muka yang ditetapkan dalam pembiyaan Murabahah yang digunakan untuk pembelian sepeda motor adalah 30% dari total harga kendaraan bemotor tersebut. Uang muka tersebut dimaksudkan sebagai tanda keseriusan dari pihak nasabah dan untuk meringankan nasabah dalam melakukan angsuran dalam pembiayaan Murabahah.
53
Al Hafizh IbnHajar, Bulughul Marom, terj. Muh. Syafi’i Sukandi “Blunghul Marom” Bandung : PT Al Ma’arif hlm 333
63
Dewan Syari’ah Nasional juga telah mengatur mengenai uang muka, peraturan tersebut tertuang dalam fatwa Dewan Syari’ah Nasional No.04/ DSN-MUI/ IV/ 2000 tentang Murabahah dalam pasal dua poin empat yang berbunyi “dalam jual beli ini bank dibolehkan meminta nasabah untuk membayar uang muka saat menandatangani kesepakatan awal pemesanan”54 Dalam penentuan mark up pihak BMT Nurul Falah memberikan kesempatan kepada nasabah untuk menawar dari mark up yang disebutkan olah pihak BMT Nurul Falah. Hal ini juga tidaklah lepas dari prinsip Murabahah yang menggunakan prinsip jual beli, yang mana dalam jual beli tersebut pihak pembeli mempunyai hak untuk menawar dari apa yang telah ditawarkan oleh penjual, termasuk mark up yang akan diambil. Akan tetap BMT Nurul Falah adalah sebuah lembaga bisnis yang bergerak dalam masalah keuangan yang tentunya mempunyai standrisasi dari besarnya mark up yang akan diambil, hal ini tidaklah lepas dari jenis BMT sendiri yang merupakan lembaga keuangan yang tentunya mengharapkan keuntungan dalam menjalankan bisnisnya, selain itu Murabahah merupakan jual beli jadi sangatlah wajar apabila seorang penjual mengharapkan suatu keuntungan. Al- Qur’an juga menyebutkan dalam melakukan usaha tidaklah mungkin tidak mengharapkan keuntungan. Seperti pada surah Fathir ayat ke 29: Yang artinya: “Mereka mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi.“
54
Himpunan fatwa Dewan Syari’ah nasional hlm 27
64
Adapun besarnya standar yang diberikan oleh BMT Nurul Falah sebagai kebijakan dalam mengambil keuntungan di pembiayaan Murabahah sebesr 2% perbulan dari harga dasar yang disetujui oleh BMT Nurul Falah. Apabila kita melihat hal tersebut sekilas memang terlihat seperti bunga yang dipraktekkan di konvensional. Namun, apabila kita melihat dari sudut pandang hokum diantara keduanya adalah berbeda, hal ini dikarenakan dasar dari bunga pada konvensional adalah kontrak utang piutang sedangkan dasar dari mark up adalah kontrak jual beli. Perbedaan ini juga tidaklah membuat dari perbedaan laba pada utang piutang dengan mark up yang ada dalam Murabahah. Standar yang 2% tersebut dianggap oleh sebagian masyrakat terlalu besar khususnya bagi kaum menengah kebawah. Akan tetapi dalam Islam juga membolehkan seseorang untuk mengambil keuntungan. Mark up yang dibebankan kepada nasabah sebagai dasar dalam keuntungan dalam Murabahah mempunyai suatu perbedaan bagi nasabah, hal ini terkait dengan jenis pembayaran yang akan diambil, apakah dengan tunai atau dengan tangguh. Pembayaran dengan tangguh tentunya mark up yang diambil oleh BMT Nurul Falah juga lebih besar dari pembayaran yang menggunakan metode pembayaran tunai. Dalam menyikapi tentang besarnya mark up yang tangguh dengan tunai dari kalangan Ulama mempunyai perbedaan, adapun perbedaan dari kalangan Ulama adalah: Para tokoh ulama awal seperti madzhab syafi’i dan Malik tidak menyetujui harga kredit yang lebih tinggi untuk
65
jual beli dengan pembayaran tunda dan harga lebih rendah untuk pembayaran tunai.55 Akan tetapi para pengikutnya dan para Fuqoha dari Madzhab lain seperi Hambali, Ibnu Qoyim, Baghawi, Nawawi dan Thawus memperbolehkannya dengan alasan bahwa hal itu
biasa
dalam
suatu
perdagangan,
dengan
alasan
tersebut
para
Fuqaha
memperbolehkannya.56 Dengan standarisasi tersebut seolah-olah mengesankan adanya suatu keterikatan waktu dalam pengambilan keuntungan, apabila dikatatakan keterikatan dengan waktu maka hal ini tidak ada bedanya dengan bunga yang dipraktekkan di konvensional. Akan tetapi apabila kita kembalikan pada awal akad Murabahah yang di praktekkan di BMT Nurul Falah, yang mana dalam akad tersebut tidak menyebutkan pengambilan keuntungan sebesar 2% perbulan, akan tetapi dalam akad tersebut menyebutkan keuntungan seluruhnya yang akan diperoleh oleh BMT Nurul Falah dalam pembiayaan Murabahah tersebut baik nasabah membayar sampai jatuh tempo berahir atau tidak sampai jatuh tempo nasabah sudah dapat menyelesaikan kewajibannya. Jadi dalam hal ini tidak adanya keterikatan dengan waktu dalam pengambilan keuntungan di BMT Nurul Falah seperti yang terjadi di konvensional, karena hal ini tidak dibenarkan dalam Hukum Islam karena akan menimbulkan bunga berbunga. Sedangkan yang terjadi di BMT Nurul Falah yang tertuang dalam surat perjanjian akad Murabahah adalah dimana BMT menyebutkan seluruh keuntungan yang didapat dan hal ini di bolehkan dalam Islam. 55
Abdullah Saeed, Menyoal Bank Syari‟ah “kritik atas interpelasi bunga bank kaum neo revalis” Jakarta : Paramadina hlm 143 56 Prof. Amin Abdullah, „Madzhab” Jogja, Jogjakarta : Arruz press 2002 hlm 180
66
Dalam mekanisme pembiayaan Murabahah, setelah pihak BMT Nurul Falah menyetujui pembiayaan yang diajukan maka akan dilangsungkan akad Murabahah dan pihak pemohon dapat mencaikan dana yang disetujui oleh BMT Nurul Falah dengan membayar uang administrasi sebesar 2% dari total pembiayaan yang disetujui. Biaya tersebut diambil oleh manajemen BMT Nurul Falah dengan mengasumsikan dari berapa pembiayaan yang akan dikeluarkan oleh BMT dan berapa asumsi untuk keperluan administrasi yang dibutuhkan dalam melakukan pengucuran dana kepada masyarakat. Dalam memandang pembebanan biaya yang dilakukan oleh BMT Nurul Falah tersebut tidak adanya standarisasi dari BMT kepada suatu nasabah yang mengajukan pembiayaan akan tetapi bersdasarkan asumsi dari manajemen BMT dalam mengularkan seberapa besar BMT dalam mengucurkan dana kepada masyarakat dalam setiap tahunnya dan seberapa besar biaya yang harus ditanggung oleh BMT dalam menjalankan usahanya.. Jadi dalam hal ini pembebanan biaya yang dibebankan kepada nasabah tidak memandang berapa nasabah dalam mengajukan pembiayaan dan berapa besarnya adminstrasi dari nasabah tersebut, akan tetapi berdasarkan asumsi dari total pembiayaan yang akan disetujui. Pembebanan biaya tersebut dimaksudkan untuk biaya: -
Perawatan alat-alat BMT
-
Perawatan Program
-
Kelengkapan arsip.
-
Savety box.
-
Listrik, telepon dan lain-lain.
67
Pembebanan sebesar 2% tersebut juga dimaksudkan untuk menutupi dari biaya administrasi yang dikeluarkan kepada pemohon yang tidak disetujui pembiayaannya, dengan berbagai alasan tersebut diatas maka pembebanan biaya bagi nasabah yang disetujui pembiayaannya adalah sebesar 2% dari pembiayaan yang akan disetujui. Para Ulama seperti Imam Syafi’i, Maliki, Hambali dan Hanafi ada kesamaan tentang tentang pembebanan biaya yang mana memperbolehkan adanya pembebanan biaya yang terkait, akan tetapi mereka juga sepakat bahwa pekerjaan yag seharusnya dilakukan oleh penjual tidak dimaksukkan dalam beban biaya yang ditambahkan, karena hal tersebut sudah termasuk dalam keuntungan yang diterima.57 Dari pendapat tersebut dapat dimengerti bahwa pembebanan administrasi sebesar 2% dari total pembiayaan yang disetujui tidak dibenarkan oleh Ulama Syafi’i, Hambali, Maliki dan Hanafi karena pembebanan biaya tersebut tidak terperinci dan pembebanan tersebut termasuk dalam pekerjaan yang dapat dilakukan olah pihak BMT itu sendiri, seperti biaya transportasi telpon dan lain-lain. Hal ini dimaksudkan biaya yang dapat dibebankan kepada nasabah merupakan pembebanan yang dilakukan oleh pihak ke tiga, yang mana dalam hal ini tidak dilakukan oleh pihak BMT. Hal ini dikarenakan pekerjaan yang semestinya dilakukan oleh BMT termasuk dalam keuntungan yang akan diperoleh oleh pihak BMT Nurul Falah. Dalam menyikapi hal ini penulis juga sepakat terhadap ke empat madzhab tersebut karena selain tidak terperinci juga tidak ada standarisasi dalam pembiayaan tersebut, selain itu biaya yang 57
Ir. Adiwarman Karim, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer, Jakarta :Gema Insani Press
2000 h 87
68
dimaksudkan merupakan sudah menjadi tanggung jawab dari BMT dan hal itu sudah termasuk dari pekerjaan yang harus dilakukan oleh BMT dan termasuk dalam keuntungan yang akan diterima oleh BMT. Jaminan dalam pembiayaan Murabahah yang dilakukan di BMT Nurul Falah yaitu pihak nasabah diminta untuk melampirkan jaminan ketika melakukan permohonan pembiayaan. Jaminan dimaksudkan sebagai bentuk keterikatan antara nasabah sebagai pihak pemohon dana dengan pihak BMT Nurul Falah sebagai penyedia dana. Adapun besarnya jaminan yang ditetapkan di BMT Nurul Falah adalah sesuai dengan batas limit dari harga jual jaminan tersebut dari pembiayan yang akan disetujui oleh pihak BMT Nurul Falah. Jaminan bukanlah sesuatu yang menjadi syarat dan rukun dalam Murabahah akan tetapi hanya sebagai bentuk kepercayaan yang ditetapkan oleh BMT Nurul Falah. Peraturan tentang jaminan juga telah diatur oleh Dewan Syari’ah Nasional dalam fatwanya tentang Murabahah, dalam pasal tiga poin satu yang berbunyi “ jaminan dalam Murabahah diperbolekan agar nasabah serius dalam pesanannya” dan poin ke dua yang berbunyi “bank dapat meminta nasabah untuk menyediakan jaminan yang dapat dipegang.” Jaminan juga dimaksudkan sebagai cara supaya hakhak kreditur tidak akan dihilangkan, dan untuk menghindarkan diri dari“ memakan harta dengan cara bathil”58
58
Himpunan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional hlm 28
69
B. Faktor Pendukung dan Penghambat di BMT Nurul Falah 1. Faktor Pendukung Dari beberapa keberhasilan yang telah dicapai oleh BMT Nurul Falah Sawangan Depok, seperti penghimpunan dana, penanaman dana, layanan Baitul-Maal (Kepedulian Sosial),hasil-hasil usaha, jasa layanan rekening pembayaran listrik dan telepon serta pengembangan sector riil (waserba), tidak terlepas dari beberapa factor pendukung lainnya: -
Guna memperlancar dalam pengembangan operasional BMT Nurul Falah, maka dibutuhkan dukungan permodalan. Dalam hal ini pendiri BMT Nurul Falah seperti Yayasan Nurul Falah, ICMI Orsat Depok, dan beberapa tokoh dilingkungan sekitar Kedaung Sawangan Depok telah ikut serta dalam pengembangan operasional BMT dengan cara menanam saham, yang disebut SPK (Simpanan Pokok Khusus) yang ditawarkan dalam bentuk point SPK dengan ketentuan minimal 1 point SPK sebesar Rp. 250.000,- sampai maksimal 4 point SPK sebesar Rp. 1.000.000,- dan pada saat itu SPK awal sampai terkumpul Rp. 26.975.385,- dari para pendiri sebagai modal awal operasional BMT Nurul Falah. Para pendiri ternyata memberikan kepercayaan yang sangat tinggi kepada BMT Nurul Falah. Hal tersebut didasarkan kemampuan BMT dalam mengelola modal uang yang telah ditanam oleh para pendiri.
70
Sebagai tindak lanjut dari kepercayaan itu, maka para pendiri membolehkan kepada pengelola (karyawan) BMT untuk menjadi pemegang saham dengan menyertakan modalnya sebesar ketentuan yang telah ditetapkan diatas. -
Masyarakat Lingkungan masyarakat dalam hal ini meliputi masyarakat seperti para pengusaha kecil-mikro, ibu rumah tangga, para remaja dan lain-lain. Keterlibatan mereka sebagai nasabah dan mereka juga memanfaatkan dana komersial BMT (sebagai nasabah debitur). Terbukti jumlah nasabah setiap tahunnya terus meningkat, yang sampai saat ini jumlah keseluruhan nasabah yang ada di BMT Nurul Falah adalah 1.531 nasabah/anggota
-
Sarana Penunjang Operasional Menunjang operasional BMT, pihak BMT Nurul Falah menyediakan berupa kantor BMT yang berfungsi sebagai tempat untuk melayani para nasabah. Selain kantor yang memadai untuk pelayanan para nasabah sarana yang ada seperti; lemari untuk menyimpan arsip, meja teller, computer, ruang khusus untuk para pengelola dan peralatan elektronik lainnya tersedia yang dapat menunjang operasional BMT.
71
2. Faktor Penghambat Sejak awal pertumbuhan, BMT hadir ditanah air sebagai lembaga “grassroot” dengan sejumlah keterbatasan baik dari sisi SDM, permodalan maupun manajemen, belum lagi ditambah dengan keberpihakan pemerintah yang masih dianggap setengan hati. Hal ini dapat dilihat dari tidak atau belum adanya regulasi khusus atas keberadaan BMT. Hal tersebut tidak jauh berbeda dengan kondisi BMT Nurul Falah yang sejak awal tidak luput dari keterbatasan diberbagai sisi, sebut saja misalnya keterbatasan permodalan, SDM dan akses mendapatkan pinjaman dari pihak luar, baik lembaga pemerintahan BUMN, BUMS, LSM maupun lembaga donor. Pengalaman BMT Nurul Falah selama ini menunjukkan ternyata kendala yang paling sering terasa adalah ketika banyak permintaan pembiayaan, BMT agak riskan apabila terlalu banyak menggunakan dana pihak ketiga (dana tabungan) yang notabene dana tersebut merupakan dana jangka pendek, sementara disisi lain BMT perlu menyalurkan pembiayaan sebagai bentuk fungsi intermediasi BMT dalam pemenuhan pengajuan pembiayaan. Dengan demikian dana dana jangka panjang merupakan kebutuhan BMT dalam menjamin penyediaan dana untuk pembiayaan-pembiayaan BMT. Disamping itu juga akses pinjaman dana-dana program dari pemerintah sepertinya sulit untuk ditindak lanjuti dan diperoleh. Karna terkadang informasi
72
adanya dana-dana program tersebut hanya sekedar informasi saja, pada kenyataannya dana-dana tersebut sulit untuk diakses. Beberapa kali BMT mensiasati kesulitan tersebut dengan bersilaturhmidengan lembaga – lembaga yang terkait baik silaturahmi langsung, pengiriman laporan, data dan profil BMT. Namun pada saat ini belum ada tindak lanjut dari yang bersangkutan dan belum dapat membuahkan hasil. Faktor tersebut inilah yang sering kali dirasakan BMT Nurul Falah dalam operasional sehari – hari. Namun demikian kita sebagai pengelola BMT Nurul Falah meyakini bahwa setiap kendala pasti ada jalan keluarnya. Untuk itulah segenap manajemen tak henti-hentinya memanfaatkan setiap peluang yang dapat mengembangkan BMT dimasa yang akan datang.
C. Kinerja dan Realisasi Pembiayaan Murabahah pada BMT Nurul Falah 1. Klarifikasi Nasabah Berdasarkan Jenis Fasilitas BMT Nurul Falah dalam operasionalnya mengelola pembiayaan yaitu murabahah dan mudharabah. Namun produk pembiayaan murabahah ini yang paling dominan, dikarenakan memiliki resiko yang paling kecil daripada pembiayaan lainnya. Dengan demikian pembiayaan murabahah merupakan salah satu keunggulan BMT Nurul Falah.
73
Tabel 4.1 Klarifikasi Nasabah berdasarkan Fasilitas 2012 – 2014 2012
2013
Jumlah Out Jenis Fasilitas
2014
Jumlah Out %
Jumlah Out %
Sanding
%
Sanding
Sanding
Murabahah
189.497.500
97,37%
173.535.000
97%
Mudharabah
0
0%
0
0%
0
0%
Musyarakah
0
0%
0
0%
0
0%
Bitsaman Ajil
0
0%
0
0%
0
0%
Operasional Lain
5.103.000
2,63%
5.356.500
3%
5.531.000
4,39%
Total
194.600.500
100%
178.891.500
100 %
126.160.000
100 %
120.629.000
Sunber : BMT Nurul Falah 2. Posisi Pembiayaan Murabahah BMT Nurul Falah tahun 2012 – 2014 Mekanisme pembiayaan ditetapkan oleh BMT Nurul Falah menindaklanjuti pembiayaan yang akan diberikan berupa anggaran yang disusun pada awal periode akan direalisasikan kemudian sebagaimana terlihat pada table 4.2 sebagai berikut:
74
95,61%
Tabel 4.2 Target dan Realisasi Pembiayaan Murabahah Tahun 2012 Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Target 30.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000
Realisasi 27.180.000 11.630.000 22.615.000 12.640.000 9.915.000 12.080.000 9.570.000 10.862.500 24.210.000 15.860.000 20.540.000 12.395.000
Efektifitas 90,60% 38,76% 75,38% 42,13% 33,05% 40,26% 31,90% 36,20% 80,70% 52,86% 68,46% 41,31%
Sumber : BMT Nurul Falah
Pada Tabel 4.2 terlihat target perbulannya senilai Rp. 30.000.000. dan realisasi BMT Nurul Falah Pada tahun 2012 dengan penjelasan sebagai berikut: a. Pada bulan Januari pembiayaan murabahah realisasi senilai Rp. 27.180.000 dengan nilai efektifitas 90,60 % kemudian pada bulan Februari realisasi pembiayaan murabahah senilai Rp. 11.630.000 dengan nilai efektifitas 38,76% dapat terlihat realisasi pembiayaan murabahah menurun senilai Rp.15.550.000.
75
b.
Pada bulan Maret pembiayaan murabahah senilai Rp. 22.615.000 dengan nilai efektifitas 75,38%, terlihat bahwa realisasi bulan Februari dengan realisasi bulan Maret naik senilai Rp. 10.985.000.
c. pada bulan April realisasi pembiayaan murabahah senilai Rp. 12.640.000 dengan nilai efektifitas 42,13%, terlihat bahwa realisasi bulan Maret dengan realisasi bulan April turun senilai Rp. 9.975.000. d. Pada bulan Mei realisasi pembiayan murabahah senilai Rp.
9.915.000
dengan nilai efektifitas 33,05%, terlihat bahwa realisasi bulan April dengan realisasi bulan Mei turun senilai Rp. 2.725.000. e. Pada bulan Juni realisasi pembiayaan murabahah senilai Rp. 12.080.000 dengan nilai efektifitas 40,26%, terlihat bahwa realisasi bulan Mei dengan realisasi bulan Juni naik senilai Rp. 2.165.000. f.
Pada bulan Juli realisasi pembiayaan murabahah senilai Rp. 9.570.000 dengan nilai efektifitas 31,90%, terlihat bahwa realisasi bulan Juni dengan realisasi bulan Juli turun senilai Rp. 2.510.000.
g. Pada
bulan
Agustus
realisasi
pembiayaan
murabahah
senilai
Rp. 10.862.500 dengan nilai efektifitas 36,20%, terlihat bahwa realisasi bulan Juli dengan realisasi bulan Agustus naik senilai Rp. 1.292.500. h. Pada
bulan
September
realisasi
pembiayaan
murabahah
senilai
Rp. 24.210.000 dengan nilai efektifitas 80,70%, terlihat bahwa realisasi
76
bulan
Agustus
dengan
realisasi
bulan
September
naik
senilai
Rp. 13.357.500. i. Pada bulan Oktober realisasi pembiayaan murabahah senilai Rp. 15.860.000 dengan nilai efektifitas 52,86% , terlihat bahwa realisasi bulan September dengan realisasi bulan Oktober turun senilai Rp. 8.350.000. j. Pada
bulan
November
realisasi
pembiayaan
murabahah
senilai
Rp. 20.540.000 dengan nilai efektifitas 68,46%, terlihat bahwa realisasi bulan Oktober dengan realisasi bulan November naik senilai Rp. 4.680.000. k. Pada
bulan
Desember
realisasi
pembiayaan
murabahah
senilai
Rp. 12.395.000 dengan nilai efektifitas 41,31%, terlihat bahwa realisasi bulan
November
dengan
realisasi
bulan
Desember
turun
senilai
Rp. 8.145.000.
Dalam penjelasan di atas terlihat bahwa realisasi pembiayaan murabahah naik turun dari bulan Januari sampai dengan bulan Desember namun terlebih setiap bulannya belum mencapai target senilai Rp. 30.000.000 , jadi dapat dikatakan bahwa realisasi pembiayaan murabahah pada BMT Nurul Falah belum optimal dalam mencapai target pada tahun 2012.
77
Tabel 4.3 Target dan Realisasi Pembiayaan Murabahah Tahun 2013 Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Target Realisasi Efektifitas 30.000.000 8.255.000 27,51% 30.000.000 28.437.500 94,79% 30.000.000 15.607.500 52,21% 30.000.000 8.812.500 29,37% 30.000.000 19.327.500 64,42% 30.000.000 5.517.500 18,39% 30.000.000 5.875.000 19,58% 30.000.000 25.067.500 83,55% 30.000.000 20.725.000 69,08% 30.000.000 17.582.500 58,60% 30.000.000 21.677.500 72,25% 30.000.000 4.905.000 16,35% Sumber : BMT Nurul Falah
Pada Tabel 4.3 terlihat target perbulannya senilai Rp. 30.000.000. dan realisasi BMT Nurul Falah Pada tahun 2013 dengan penjelasan sebagai berikut: a. Pada bulan Januari realisasi pembiayaan murabahah senilai Rp. 8.255.000 dengan nilai efektifitas 27,51%, terlihat pada bulan Desember 2012 realisasi pembiayaan murabahah senilai 12.395.000 dengan bulan Januari realisasi pembiayaan murabahah senilai Rp. 8.255.000 , sehingga terlihat bahwa realisasi mengalami penurunan senilai Rp. 4.140.000, kemudian pada bulan Februari realisasi pembiayaan murabahah senilai Rp. 28.437.500 dengan
78
nilai efektifitas 94,79% dapat terlihat realisasi pembiayaan murabahah mengalami kenaikan senilai Rp. 20.182.500. b. Pada bulan Maret pembiayaan murabahah senilai Rp. 15.607.500 dengan nilai efektifitas 52,21%, terlihat bahwa realisasi bulan Februari dengan realisasi bulan Maret mengalami penurunan senilai Rp. 12.830.000. c. pada bulan April realisasi pembiayaan murabahah senilai Rp. 8.812.500 dengan nilai efektifitas 29,37%, terlihat bahwa realisasi bulan Maret dengan realisasi bulan April mengalami penurunan senilai Rp. 6.795.000. d. Pada bulan Mei realisasi pembiayan murabahah senilai Rp. 19.327.500 dengan nilai efektifitas 64,42%, terlihat bahwa realisasi bulan April dengan realisasi bulan Mei mengalami kenaikan senilai Rp. 10.515.000.. e. Pada bulan Juni realisasi pembiayaan murabahah senilai Rp. 5.517.500 dengan nilai efektifitas 18,39%, terlihat bahwa realisasi bulan Mei dengan realisasi bulan Juni mengalami penurunan senilai Rp. 13.810.000. f.
Pada bulan Juli realisasi pembiayaan murabahah senilai Rp. 5.875.000 dengan nilai efektifitas 19,58% , terlihat bahwa realisasi bulan Juni dengan realisasi bulan Juli turun senilai Rp. 357.500.
g. Pada bulan Agustus realisasi pembiayaan murabahah senilai Rp. 25.067.500 dengan nilai efektifitas 83,55% , terlihat bahwa realisasi bulan Juli dengan realisasi bulan Agustus mengalami kenaikan senilai Rp. 19.192.500.
79
h. Pada
bulan
September
realisasi
pembiayaan
murabahah
senilai
Rp. 20.725.000 dengan nilai efektifitas 69,08%, terlihat bahwa realisasi bulan Agustus dengan realisasi bulan September mengalami penurunan senilai Rp. 4.342.500. i. Pada bulan Oktober realisasi pembiayaan murabahah senilai Rp. 17.582.500 dengan nilai efektifitas 58,60%, , terlihat bahwa realisasi bulan September dengan
realisasi
bulan
Oktober
mengalami
penurunan
senilai
pembiayaan
murabahah
senilai
Rp. 3.142.500. j. Pada
bulan
November
realisasi
Rp. 21.677.500 dengan nilai efektifitas 72,25% , terlihat bahwa realisasi bulan Oktober dengan realisasi bulan November mengalami kenaikan senilai Rp 4.095.000. k. Pada
bulan
Desember
realisasi
pembiayaan
murabahah
senilai
Rp. 4.905.000 dengan nilai efektifitas 16,35%, terlihat bahwa realisasi bulan November dengan realisasi bulan Desember turun senilai Rp. 16.772.500.
Dalam penjelasan di atas terlihat bahwa realisasi pembiayaan murabahah naik turun dari bulan Januari sampai dengan bulan Desember namun terlebih setiap bulannya belum mencapai target senilai Rp. 30.000.000 , jadi dapat
80
dikatakan bahwa realisasi pembiayaan murabahah pada BMT Nurul Falah belum optimal dalam mencapai target pada tahun 2013. Tabel 4.4 Target dan Realisasi Pembiayaan Murabahah Tahun 2014 Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Target Realisasi 30.000.000 15.700.000 30.000.000 17.957.500 30.000.000 16.425.000 30.000.000 4.887.500 30.000.000 5.175.000 30.000.000 2.150.000 30.000.000 3.737.500 30.000.000 33.090.000 30.000.000 4.432.000 30.000.000 5.337.500 30.000.000 2.337.500 30.000.000 9.400.000 Sumber : BMT Nurul Falah
Efektifitas 52,33% 59,85% 54,75% 16,29% 17,25% 7,16% 12,45% 110,30% 14,77% 17,79% 7,79% 31,33%
Pada Tabel 4.4 terlihat target perbulannya senilai Rp. 30.000.000. dan realisasi BMT Nurul Falah Pada tahun 2012 dengan penjelasan sebagai berikut: a. Pada
bulan
Januari
realisasi
pembiayaan
murabahah
senilai
Rp. 15.700.000 dengan nilai efektifitas 52,33%, terlihat pada bulan Desember 2013 realisasi pembiayaan murabahah senilai Rp. 4.905.000 dengan bulan Januari realisasi pembiayaan murabahah senilai Rp. 15.700.000, sehingga terlihat bahwa realisasi mengalami kenaikan
81
senilai Rp. 10.795.000,
kemudian pada bulan Februari realisasi
pembiayaan murabahah senilai Rp. 17.957.500 dengan nilai efektifitas 59,85% dapat terlihat realisasi pembiayaan murabahah mengalami kenaikan senilai Rp. 2.257.500 . b.
Pada bulan Maret pembiayaan murabahah senilai Rp. 16.425.000 dengan nilai efektifitas 54,75%, terlihat bahwa realisasi bulan Februari dengan realisasi bulan Maret mengalami penurunan senilai Rp. 725.000.
c. pada bulan April realisasi pembiayaan murabahah senilai Rp. 4.887.500 dengan nilai efektifitas 16,29%, terlihat bahwa realisasi bulan Maret dengan
realisasi
bulan
April
mengalami
penurunan
senilai
Rp. 11.537.500. d. Pada bulan Mei realisasi pembiayan murabahah senilai Rp. 5.175.000 dengan nilai efektifitas 17,25%, terlihat bahwa realisasi bulan April dengan realisasi bulan Mei mengalami kenaikan senilai Rp. 287.500. e. Pada bulan Juni realisasi pembiayaan murabahah senilai Rp. 2.150.000 dengan nilai efektifitas 7,16%, terlihat bahwa realisasi bulan Mei dengan realisasi bulan Juni mengalami penurunan senilai Rp. 3.025.000. f.
Pada bulan Juli realisasi pembiayaan murabahah senilai Rp. 3.737.500 dengan nilai efektifitas 12,45%, terlihat bahwa realisasi bulan Juni dengan realisasi bulan Juli mengalami kenaikan senilai Rp. 1.587.500.
82
g. Pada
bulan
Agustus
realisasi
pembiayaan
murabahah
senilai
Rp. 33.090.000 dengan nilai efektifitas 110,30%, terlihat bahwa realisasi bulan Juli dengan Realisasi bulan Agustus mengalami kenaikan senilai Rp. 29.352.500. pada bulan agustus realisasi pembiayaan murabahah telah mencapai target senilai Rp. 33.090.000 ini membuktikan bahwa pada bulan agustus pembiayaan murabahah telah mencapai efektifitas. h. Pada bulan September realisasi pembiayaan murabahah senilai Rp. 4.432.000 dengan nilai efektifitas 14,77%, terlihat bahwa realisasi bulan Agustus dengan realisasi bulan September mengalami penurunan senilai Rp. 28.658.000. i. Pada
bulan
Oktober
realisasi
pembiayaan
murabahah
senilai
Rp. 5.337.500 dengan nilai efektifitas 17,79%, , terlihat bahwa realisasi bulan September dengan realisasi bulan Oktober mengalami kenaikan senilai Rp. 905.500. j. Pada bulan November realisasi pembiayaan murabahah senilai Rp. 2.337.500 dengan nilai efektifitas 7,79% , terlihat bahwa realisasi bulan Oktober dengan Realisasi bulan November mengalami penurunan senilai Rp 3.000.000. k. Pada bulan Desember realisasi pembiayaan murabahah senilai Rp. 9.400.000 dengan nilai efektifitas 31,33%, terlihat bahwa realisasi
83
bulan November dengan realisasi bulan Desember mengalami kenaikan senilai Rp. 7.062.500 .
Dalam penjelasan di atas terlihat bahwa realisasi pembiayaan murabahah naik turun dari bulan Januari sampai dengan bulan Desember. Namun pada bulan Agustus 2014 realisasi pembiayaan murabahah mencapai target senilai Rp. 33.090.000 dengan nilai efektifitas mencapai 110,30%, jadi dapat dikatakan bahwa realisasi pembiayaan murabahah pada BMT Nurul Falah sudah Optimal pada bulan Agustus dan sudah mencapai target.
Namun pembiayaan
murabahah masih belum optimal pada bulan – bulan lainnya dalam mencapai target pada tahun 2013.
Terlihat bahwa BMT Nurul Falah memiliki target setiap bulannya dari tahun 2012 sampai dengan 2014 senilai Rp. 30.000.000. Namun dilihat dari realisasinya dari bulan Januari sampai dengan bulan Desember kurang dari Rp. 30.000.000. Tetapi pada bulan Agustus 2014 realisasi pembiayaan murabahah mencapai target, sehingga pada bulan Agustus 2014 BMT Nurul Falah sudah mencapai efektifitas pada pembiayaaan murabahah. Namun BMT Nurul Falah masih belum mengalami optimal dalam pembiayaan murabahah
84
pada bulan Januari sampai dengan Desember tahun 2012 – 2014 kecuali pada bulan Agustus 2014.
3. Pendapatan Margin Keuntungan Pembiayaan Murabahah Pada Tahun 2012 – 2014 Pendapatan yang diperoleh dari pembiayaan murabahah yang berupa pendapat margin dan pendapatan yang berasal dari administrasi pembiayaan BMT Nurul Falah Sawangan Depok tahun 2012 – 2014 adalah sebagai berikut: Tabel 4.5 Pendapatan Margin Pembiayaan Murabahah Tahun 2012 Bulan Januari Februari Maret Mei April Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Target Realisasi 4.500.000 3.658.550 4.500.000 1.874.600 4.500.000 2.266.300 4.500.000 2.944.100 4.500.000 2.831.000 4.500.000 1.196.000 4.500.000 2.074.000 4.500.000 1.015.000 4.500.000 1.597.750 4.500.000 2.107.750 4.500.000 2.077.150 4.500.000 1.641.900 Sumber : BMT Nurul Falah
85
Efektifitas 81,30% 41,65% 50,36% 20,98% 62,91% 26,57% 46,08% 22,55% 35,50% 46,83% 46,15% 36,48%
Pada Tabel 4.5 terlihat pendapatan margin pembiayaan murabahah tahun 2012 mengalami kenaikan dan penurunan margin tiap bulannya. Target margin pembiayaan murabahah perbulannya senilai Rp 4.500.000, terlihat di table margin terbesar terdapat pada bulan Januari senilai Rp. 3.658.550 dengan nilai efektifitas 81,30% dan margin terkecil terdapat pada bulan Agustus senilai 1.015.000 dengan nilai efektifitas 22,55%. hal ini membuktikan pada tahun 2012
margin
pembiyaan
murabahah
belum
mencapai
target
senilai
Rp 4.500.000 setiap bulannya, jadi pada di simpulkan bahwa margin pembiayaan murabahah pada bulan 2012 belum mencapai efektifitas. Tabel 4.6 Pendapatan Margin Pembiayaan Murabahah Tahun 2013 Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Target Realisasi 4.500.000 1.887.900 4.500.000 1.737.000 4.500.000 1.908.700 4.500.000 2.731.800 4.500.000 2.235.500 4.500.000 1.833.550 4.500.000 2.343.000 4.500.000 1.007.500 4.500.000 2.133.500 4.500.000 2.274.500 4.500.000 2.217.000 4.500.000 1.556.000 Sumber : BMT Nurul Falah
86
Efektifitas 41,95% 38,60% 42,41% 60.70% 49,67% 40,74% 52,06% 22,38% 47,41% 50,54% 49,20% 34,57%
Pada Tabel 4.6 terlihat pendapatan margin pembiayaan murabahah tahun 2013 mengalami kenaikan dan penurunan margin tiap bulannya. Target margin pembiayaan murabahah perbulannya senilai Rp 4.500.000, terlihat di table margin terbesar terdapat pada bulan April senilai Rp. 2.731.800 dengan nilai efektifitas 60.70% dan margin terkecil terdapat pada bulan Agustus senilai 1.007.500 dengan nilai efektifitas 22,38%. Hal ini membuktikan pada tahun 2013 margin pembiayaan murabahah belum mencapai target senilai Rp 4.500.000 setiap bulannya, jadi pada di simpulkan bahwa margin pembiayaan murabahah pada bulan 2013 belum mencapai efektifitas. Tabel 4.7 Pendapatan Margin Pembiayaan Murabahah Tahun 2014 Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Target Realisasi 4.500.000 1.237.250 4.500.000 2.367.500 4.500.000 1.140.750 4.500.000 2.231.000 4.500.000 1.708.500 4.500.000 805.700 4.500.000 817.500 4.500.000 1.689.000 4.500.000 618.550 4.500.000 1.154.000 4.500.000 2.279.000 4.500.000 1.454.500 Sumber : BMT Nurul Falah
87
Efektifitas 27,49% 52,61% 25,35% 49,57% 37,96% 17,90% 18,16% 37,53% 13,73% 25,64% 50,64% 32,32%
Pada Tabel 4.7 terlihat pendapatan margin pembiayaan murabahah tahun 2014 mengalami kenaikan dan penurunan margin tiap bulannya. Target margin pembiayaan murabahah perbulannya senilai Rp 4.500.000, terlihat di table margin terbesar terdapat pada bulan Februari senilai Rp. 2.367.500 dengan nilai efektifitas 52,61% dan margin terkecil terdapat pada bulan September senilai 618.550 dengan nilai efektifitas 13,73%. Hal ini membuktikan pada tahun 2014 margin pembiayaan murabahah belum mencapai target senilai Rp 4.500.000 setiap bulannya, jadi pada di simpulkan bahwa margin pembiayaan murabahah pada bulan 2014 belum mencapai efektifitas. Terlihat dari data – data di atas margin pembiayaan murabahah di BMT Nurul falah memiliki target setiap bulannya senilai Rp. 4.500.000, namun setelah melihat data di atas bahwa margin pembiayaan murabahah dari tahun 2012 – 2014 belum mencapai target dan belum optimal dalam meningkatkan efektifitas margin setiap bulannya.
Hal ini membuktikan BMT Nurul Falah belum optimal untuk mencapai target perbulannya. Hal yang membuat BMT Nurul Falah belum mencapai target disebabkan adanya beberapa indikasi yaitu:
88
a. Kurangnya personil BMT Nurul Falah dalam memasarkan produk pembiayaan murabahah sehingga belum mencapai target. b. BMT Nurul Falah memasarkan produk pembiayaan murabahah hanya di wilayah tertentu, sehingga masyarakat di wilayah tertentu saja yang mengajukan pembiayaan murabahah. c. Sedikitnya masyarakat yang mengajukan pembiayaan murabahah dalam jumlah pembiayaan dengan nominal yang cukup besar, sehingga realisasi pembiayaan murabahah belum mencapai target. d. Kurangnya pengetahuan masyarakat dengan pembiayaan murabahah di BMT Nurul Falah, sehingga masyarakat lebih memilih berkerjasama dengan bankling (bank keliling) atau Rentenir keliling yang menawarkan bunga yang cukup besar sehingga akad – akad pembiayaan syariah tidak terlaksanakan. Hal ini membuktikan bahwa pembiayaan syariah masih bersaing dengan pembiayaan konvensional yang mengutamakan bunga.
89
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Mekanisme Pembiayaan Muarabahah yang dilakukan di BMT Nurul Falah dimulai dengan nasabah datang ke BMT Nurul Falah dengan membawa surat permohonan pembiayaan, yang mana didalamnya tercakup tujuan, jenis barang yang dibutuhkan serta sumber dana. Setelah itu nasabah mengisi data survei yang telah disediakan oleh BMT Nurul Falah dan mengisi formulir calon anggota koperasi dan bukti kwitansi atau formulir dari suplaier tentang barang yang akan dibeli, setelah syarat administrasi terpenuhi maka pihak BMT melakukan penelitian untuk menganalisis apakah nasabah tersebut berhak mendapatkan pembiayaan dengan survey ke tempat nasabah dan menganalisanya. Apabila dalam penelitian tersebut nasabah dianggap layak akan dilangsungkan akad Murabahah yang didalamnya terdapat dana yang dapat dicairkan serta jangka waktu untuk membayar dan mencairkan dana tersebut kepada bagian teller dengan membayar uang administrasi sebesar 2% dari pembiayaan yang disetujui oleh pihak BMT Nurul Falah.
2. Faktor pendukung BMT Nurul Falah meliputi: dukungan permodalan, dukungan masyarakat (memanfaatkan dana komersial BMT sebagai nasabah debitur), sarana penunjang operasional.
90
Faktor penghambat BMT Nurul Falah meliputi: keterbatasan permodalan, SDM dan akses mendapatkan pinjaman dari pihak luar, baik lembaga pemerintahan BUMN, BUMS, LSM maupun lembaga donor. 3. Kinerja pembiayaan murabahah dapat dikatakan cukup baik namun kurang efektif dalam mencapai tujuan BMT. Hal ini dapat dilihat dari tidak tercapainya anggaran pembiayaan murabahah yang telah ditetapkan. Tidak tercapainya target yang diharapkan bukan karena system pembiayaan yang tidak efektif tetapi bisa jadi disebabkan oleh factor lain seperti kurangnya produktifitas pegawai, kurangnya daya masyarakat untuk mengambil pembiayaan murabahah di BMT melainkan lebih memilih meminjam pembiayaan kepada rentenir atau bankling (bank keliling). B. Saran 1. BMT Nurul Falah sebagai salah satu lembaga keuangan yang bergerak dalam bidang unit simpan-pinjam yang berkantor di kota Depok hendaknya meningkatkan kinerja BMT melalui peningkatan dan pengembangan SDM para personilnya. Hal ini dianggap perlu karena dengan peningkatan dan pengembangan SDM BMT Nurul Falah akan bisa bersaing secara sehat dengan lembaga-lembaga keuangan syari’ah atau lembaga keunangan konvensional yang lain. Peningkatan SDM ini dianggap perlu mengingat prosedur operasional lembaga keuangan syari’ah lebih rumit dibandingkan dengan konvensional, sehingga para personel betul-betul
91
memahami istilah-istilah asal (Arab) selain juga memahami istilah umumnya di lembaga keuangan konvensional.
2. Aga dapat meningkatkan proporsi pembiayaan murabahah sesuai dengan target ada baiknya BMT Nurul Falah menguncurkan lebih banyak pembiayaan ke sector mikro. Tingkat resiko yang tinggi dapat diminimalisir dengan melakukan proses pembianaan dan monitoring secara rutin kepada nasabah pembiyaan. Dengan cara ini diharapkan BMT Nurul Falah dapat mencapai tujuan yaitu meningkatkan efektifitas pembiayaan murabahah. 3. Dilihat dari banyaknya segi positif yang bisa didapat dari pembiayaan murabahah,
BMT
Nurul
Falah
hendaknya
lebih
mensosialisasikan
keberadaannya ditengah – tengah masyarakat. Ini tidak hanya terhadap pembiayaan murabahah saja, tetapi juga pada produk – produk BMT Nurul Falah lainnya yang dapat dilakukan dengan meningkatkan promosi – promosi dan juga berbagai penjelasan yang dapat dilakukan petugas pemasaran akan produk BMT Nurul Falah, baik melalui media cetak maupun elektronik.
92
DAFTAR PUSTAKA Abdullah saeed, Bank Islam dan Bunga, Study Krisis dan Interprestasi Kontemporer Tentang Riba dan Bunga Terjemahan Muhamahad Ufuqul Mubin, et. al. Cet I, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003. Abdullah Saeed, Menyoal Bank Syari‟ah “kritik atas interpelasi bunga bank kaum neo revalis” Jakarta : Paramadina Adiwarman A. Karim, Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010. Adiwarman Karim, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer, Jakarta :Gema Insani Press 2000 Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir, Kamus Arab-Indonesia, Cet. IV, Surabaya: Pustaka Progressif, 1997. Al Hafizh Ibn Hajar, Bulughul Marom, terj. Muh. Syafi’i Sukandi
“Blunghul
Marom” Bandung : PT Al Ma’arif Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, Jakarta: PT Intermasa, 1974. Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah : Deskripsi dan Ilustrasi, Jakarta: Ekonisia, 2004. Karnaen A. Perwata Atmadja dan M. Syafi’i Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam, Yogyakarta : Dana Bhakti wakaf, 1992
93
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet. X; Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, kesan dan keserasian Al Qur‟an (volume 2), jakarta: Lentera Hati, 2002 Muhammad, Lembaga-Lembaga Keuangan Umat Kontemporer,
Yogyakarta: UII
Press, 2000. Makhalul Ilmi, Teori dan Praktek Mikro Keuangan Syariah, Yogyakarta: UII Press,2002 Moh. Nazir, Metode Penelitian, Bandung, Ghalia Indonesia, 2003. Cet. I Muhammad Rifqi, Akuntansi Keuangan Syariah dan Implementasi PSAK Syariah, Yogyakarta: P3EI Press, 2008. Muhammad, Model-model Akad Pembiayaan di Bank Syariah, Yogyakarta: UII Press, 2009. Muhammad Rifa’I, Konsep Perbankan Syariah, Semarang: CV Wicaksana, 2002. Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syari‟ah dari teori dan praktik, Cetakan 1, Gema Insani Press, Jakarta 2001. M. Umer Chapra, Sistem Moneter Islam, Judul Asli: Towards a Just Monetary System, Penerj.: Ikhwan Abidin Basri, Jakarta: Gema Insani Press dan Tazkia Cendekia, 2000 Prof. Amin Abdullah, „Madzhab” Jogja, Jogjakarta : Arruz press 2002 hlm 180
94
Pusat Bahasa Pendidikan Nasional. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2001. Richard H. Hall. “Organitation Structure, proses dan out come”, New Jersey Prantice hall, inc, 1991. Safidin Azwar, Metodelogi Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998 Sabiq As-Sayyid, Fiqih Sunnah 12, Bandung: PT AL-Ma’arif, 1998. Suharsismi Arikunto, Prosedur Penelitian, (cet. XII; Jakarta : PT. Rineka
Cipta,
2002). Imam Suprayogo dan Topbroni, Methodologi Penelitian Sosial Agama (Cet. XII; Bandung : Remaja Rosdakarya, 2003). Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata
Hukum
Perbankan, Jakarta : Pustaka Utama Grafiti, 1999 Suhendi, Fiqh Muamalat, Jakarta: PT Raja Grafindo, Cet. Ke-1, 2002. T. Handoko, “Manajemen Edisi 2”, Yogyakarta, BPFE, 1998. Warkum Sumitro, Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga – Lembaga Terkait (Bumi dan Takaful ), Jakarta: PT Grafindo Persada, 1996. Wiroso, Jual Beli Murabahah, Yogyakarta: UII Press, 2005.
95
LAMPIRAN – LAMPIRAN