Imam Asy’ari Rifa’i dan Riris Loisa: Efektifitas Pemberitaan Peduli Lingkungan Melalui Opinion Leader
EFEKTIFITAS PEMBERITAAN PEDULI LINGKUNGAN MELALUI OPINION LEADER Imam Asy’ari Rifa’i dan Riris Loisa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara Jl. Letjen S.Parman No.1 Jakarta 11440
Abstract: This study discusses the differences in knowledge, attitudes and behavior as a result of the presence of opinion leaders that led to the rise of mass media effects. Limited effects theory believes that the mass media is not strong enough to influence the knowledge, attitudes and behavior of its users. The purpose of this study was to analyze the differences in knowledge, attitudes and behaviors that are caused by the presence of opinion leaders. The method is used namely, quasi- experimental research, by providing a variety of opinion presence leader in the experimental group and without the presence of opinion leaders in the control group. Experimental method is a method to investigate / analyze the cause-effect relationship, not just a relationship between two variables or a variable description. Research tool used was a questionnaire enclosed. To perform the analysis of data from the score of the questionnaire, we used statistical techniques with mean differences, then the test statistic t. Findings from this study is that there are differences in knowledge, attitudes and behavior as a result of the presence of opinion leaders that led to the emergence of mass media effects, with the acquisition of 21.219 t statistical test, which means significantly. Abstrak: Penelitian ini membahas tentang perbedaan pengetahuan, sikap dan prilaku sebagai akibat dari kehadiran opinion leader sehingga menyebabkan munculnya efek media massa. Teori efek terbatas meyakini bahwa media massa tidak cukup kuat untuk mempengaruhi pengetahuan, sikap dan prilaku penggunanya. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis seberapa besar perbedaan pengetahuan, sikap dan prilaku yang disebabkan oleh kehadiran opinion leader. Metode yang digunakan yaitu, penelitian kuasi eksperimen, dengan memberikan variasi berupa kehadiran opinon leader pada kelompok eksperimen dan tanpa kehadiran opinion leader pada kelompok kontrol. Metode eksperimen merupakan metode yang meniliti / menganalisis hubungan sebab-akibat, bukan sekedar hubungan antar dua variabel atau deskripsi sebuah variabel. Alat penelitian yang digunakan adalah kuesioner tertutup. Untuk melakukan analisis data dari hasil skor kuesioner, maka digunakan teknik statistik dengan perbedaan mean, kemudian uji statistik t. Temuan dari penelitian ini adalah bahwa terdapat perbedaan pengetahuan, sikap dan prilaku sebagai akibat dari kehadiran opinion leader yang menyebabkan munculnya efek media massa, dengan perolehan uji statistik t sebesar 21,219 yang berarti signifikan. Kata Kunci: Opinion Leader, Efektivitas, Pemberitaan ISSN: 2085 1979
38
Jurnal Komunikasi Universitas Tarumanagara, Tahun V/01/2013
Pendahuluan
P
ara penyaji berita selalu memberi penyegaran bagi masyarakat untuk membuka mata dan pikiran mereka akan kerusakan alam yang semakin memburuk tahun ke tahun. Beragam jurnal lingkungan disajikan oleh media massa, dengan tujuan menambah wawasan masyarakat akan kerusakan akibat ulah manusia. Sehingga diharapkan masyaraakat sadar bahwa ada kebiasaan yang harus mereka tinggalkan dan mencoba segala sesuatu yang bersahabat dengan lingkungan. Maka tidak mustahil perbaikan akan terjadi. Jurnal lingkungan dalam pemberitaan sepertinya hanya menjadi pelengkap bagai keragaman berita media massa. Jarang sekali media massa mengupas fenomena-fenomena bencana secara ilmiah dan hadir memberi solusi untuk bangkit dari bencana tersebut. Menurut Arief Fajar (Pakar komunikasi dan informatika Universitas Muhamadiyah Surakarta), dalam makalahnya: "Jurnalisme Lingkungan yang Sadar Lingkungan" menjelaskan tiga perbedaan mendasar dalam gaya reportase lingkungan di Indonesia dengan reportase asing. Pertama, Dari sudut pandang manusia. Manusia sebagai korban lingkungan atau bencana selalu diletakkan sebagai objek eksploitasi baik secara fisik maupun psikologis. Sedangkan jurnalis asing lebih melihat manusia sebagai penyeimbang alam dan mempunyai kewajiban melestarikan keberlanjutaannya. Kedua, membungkus kasus lingkungan. Jurnalis lokal cenderung memberikan halhal yang terlalu jauh dari isu lingkungan itu sendiri. Mulai dari mitos dan hal magis hingga mengaitkan pada isu yang sangat besar mengenai kiamat. Sedangkan jurnalis asing cenderung memberikan pola berfikir bagaimana mampu bangkit dari keterpurukan bencana atau sekuensi berita lingkungan. Ketiga, kekuatan dan keakuratan. Jurnalis lokal sering lalai untuk mencatat data-data penting mengenai lingkungan hidup. Bahkan banyak data tidak valid menjadi sumber utama berita dan sering dikeluhkan keabsahannya. Berbeda dengan jurnalis asing yang mengedepankan data untuk memberikan laporan secara lebih rapid. Gagasan demi gagasan mulai bermunculan dalam menyikapi permasalahan lingkungan, terutama sampah. Bank sampah, program penanggulangan sampah yang digagas oleh Bapak Bambang Suwerda. Beliau mendirikan "Bank Sampah Gemah Ripah" di dusun Badegan, Kelurahan Bantul, Kecamatan Bantul DIY. Secara temporer warga menyetorkan berbagai macam sampah rumah tangga yang kemudian dicatat oleh sukarelawan dalam sebuah buku Tabungan Bank Sampah. Setelah terkumpul beberapa lama, barulah dana tersebut bisa diambil oleh warga. Gagasan tersebut mulai diaplikasikan oleh beberapa kota besar dengan membangun fasilitator dan memberikan materi tentang pengelolaan Bank Sampah dalam bentuk pelatihan-pelatihan. Gagasan ini juga tidak luput dari pemberitaan media. Banyak media menyajikan pemberitaan-pemberitaan mengenai bank sampah, salah satunya seperti pemberitaan "Sososk Minggu ini" dalam siaran Liputan 6 SCTV. Dalam pemberitaan tersebut diulas bahaya sampah dan manfaat bank sampah sebagai program dalam mengatasi permasalahan sampah. Berdasarkan uraian diatas, penulis melakukan penelitian tentang seberapa besar dampak dari pemberitaan media massa dalam menambah wawasan dan merubah masyarakat untuk meningkatkan kepedulian mereka terhadap lingkungan. Penelitian tentang dampak media juga pernah diteliti oleh Paul Lazarsfeld pada masa kampanye pemilu presiden tahun 1940 (Stanly and Dennis, 2010:174). 39
ISSN: 2085 1979
Imam Asy’ari Rifa’i dan Riris Loisa: Efektifitas Pemberitaan Peduli Lingkungan Melalui Opinion Leader
Lazarsfeld mengelompokan respondennya kedalam beberapa kelompok, kemudian mengidentifikasi adanya seorang Gatekeeper atau Opinion Leader (OL) dalam kelompok tersebut sehingga merubah opini kelompok lain terhadap suatu informasi. Dengan kata lain opini masyarakat tidak terbentuk secara langsung, melainkan ada beberapa kelompok yang membantu mereka dalam menentukan opini. Dalam makalah ini penulis meneliti "Efektifitas Pemberitaan Peduli Lingkungan Melalui Opinion Leader". Melalui kehadiran OL ditengah masyarakat, apakah efek pemberitaan menjadi semakin besar ? atau sama saja ? nantinya akan dibahas pada penelitian ini. Definisi komunikasi massa dari pakar komunikasi menjelaskan bahwa komunikasi massa itu disampaikan kepada khalayak banyak menggunakan saluran yang dapat menjangkau khalayak ribuan orang, bahkan puluhan ribu, yaitu media massa. Maka komunikasi massa tidak dapat disebut komunikasi massa bila tidak menggunakan saluran yang mampu menjangkau khalayak luas. John R Bittner (dalam Nurdin,2009:7) memberikan penjelasan tentang bagaimana membedakan antara komunikasi massa dengan interpersonal : "Dalam komunikasi massa kita membutuhkan Gatekeeper (penepis informasi atau palang pintu) yakini beberapa individu atau kelompok yang bertugas menyampaikan atau mengirimkan informasi dari individu ke individu yang lain melalui media massa (surat kabar, majalah, televisi, radio, video tape, compact disk, buku)". Bittner menggunakan istilah gatekeeper dalam definisi komunikasi massanya. Bahwa proses komunikasi massa selain melibatkan unsur-unsur komunikasi, juga melibatkan peran media massa sebagai alat untuk menyampaikan atau menyebarakan kembali sebuah pesan kepada khalyak. Perkembangan efek komunikasi massa mengalami pasang surut dari waktu ke waktu. Pada pembahasan awal, dijelaskan tentang efek komunikasi massa. Ada waktu dimana media massa dianggap memiliki pengaruh "Efek hanyalah perubahan perilaku manusia setelah diterpa pesan media massa". Berdasarkan penjelasan tadi, maka efek media massa difokuskan kepada pesan yang disampaikan melalui media massa. Menurut Steven M. Chaffee (dalam Ardianto, Kormala dan Karlinah, 2007:50), efek media massa dapat dilihat dari tiga pendekatan. Pendekatan pertama adalah pesan dan media itu sendiri. Pendekatan kedua, adalah dengan melihat jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak komunikasi massa yang berupa perubahan sikap, perasaan, dan prilaku atau dengan istilah lain dikenal sebagai perubahan kognitif, afektif dan behaviour. Pendekatan ketiga yaitu observasi terhadap khalyak (individu, kelompok, organisasi, masyarakat atau bangsa) yang dikenai efek komunikasi massa. Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya informatif bagi individu. Dalam menggunakan media massa, inidividu mencari informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah dikunjungi, sehingga media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dalam mengembangkan keterampilan kognitif mereka. Menurut Mc Luhan (dalam Ardianto, Kormala dan Karlinah, 2007:52), media massa merupakan perpanjangan alat indra kita. Sehingga kita dapat memperoleh informasi yang belum pernah kita ketahui sebelumnya secara langsung melalui pesan media massa. Perlu diingat bahwa pesan media massa sudah mengalami penyaringan oleh gatekeeper. Sehingga pesan yang disampaikan oleh media massa memiliki sifat selektif. Artinya, pesan tersebut sudah tentu akan ISSN: 2085 1979
40
Jurnal Komunikasi Universitas Tarumanagara, Tahun V/01/2013
yang kuat, tetapi kemudian media dianggap tidak memiliki pengaruh sama sekali dan kembali pada asumsi awal (memiliki pengaruh yang kuat). Donal K. Robert mengungkapkan, ada yang beranggapan bahwa : mempengaruhi pembantukan citra tentang apa yang terkandung dalam pesan. Oleh karena itu muncullah apa yang disebut stereotip, yaitu gambaran umum tentang individu, kelompok, profesi atau masyarakat yang tidak berubah-ubah, bersifat klise dan seringkali timpang dan tidak benar. Dalam efek kognitif, dikenal juga efek prososial kognitif yaitu bagaimana media massa memberikan manfaat yang dikehendaki oleh masyarakat. Artinya, ketika sebuah pesan media massa menyadarkan masyarakat untuk peduli terhadap lingkungannya dengan membuang sampah pada tempatnya, maka media massa tersebut memberikan efek prososial kognitif. Kemudian efek afektif komunikasi massa, setelah pesan tersampaikan kepada khalayak, diharapkan dapat turut merasakan perasan iba, terharu,sedih, gembira marah dan sebagainya. Suasana emosi seperti gelisah, resah dan takut memang sukar untuk diteliti. Semua sikap bersumber pada organisasi kognitif. Sikap selalu diarahkan pada objek, kelompok atau orang. Efek behaviour merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk prilaku, tindakan atau kegiatan. Efek pesan media massa pada prilaku sosial yang diterima disebut juga efek prososial behaviour. Menurut Bandura (dalam Rakhmat, 2011:238) kita belajar bukan saja dari pengalaman langsung, tetapi dari peniruan dan peneladanan. Prilaku merupakan hasil faktor-faktor kognitif dan lingkungan. Opinion Leader dengan Model Arus Dua Langkah. Orang-orang yang memberi pengaruh kepada orang lain dalam komunikasi dua tahap berperan sebagai gatekeeper dengan menyaring informasi dari media massa dan menyebarkan kembali poin yang dianggap penting kepada orang lain untuk merubah sikap atau pandangan seseorang. Lazarsfeld mengistilahkannya sebagai opinion leader (OL). Dalam penelitiannya ( The People's Choice), Lazarsfeld bersama timnya (Bernard Berelson dan Hazel Gaudet) melakukan eksperimen rumit di Erie County, Ohio. Dengan populasi total daerah 43.000 orang, lingkungan tersebut dianggap sebagai warga Amerika kelas menengah yang mudah terkena paparan media massa. Mereka melakukan wawancara terhadap lebih dari tiga ribu orang, kemudian memilih 600 orang kedalam panel yang diwawancarai sebanyak tujuh kali, sekali setiap bulannya selama periode kampanye (Mei-November). Kemudian model Teori Difusi-Inovasi Everett Rogers menggabungkan temuan dalam penelitian arus informasi dengan studi mengenai arus informasi dan peran personal. Rogers mengembangkan apa yang dia sebut sebgai difusi, yang merupakan perpanjangan dari ide Paul Lazarsfeld mengenai arus dua langkah. Penggabungan penelitan arus informasi dengan teori difusi sangat sukses sehingga teori arus informasi dikenal sebagai teori difusi informasi. Kemudian, ketika teori ini diterapkan kepada difusi selain informasi (seperti teknologi), teori ini disebut sebagai teori difusi-inovasi. Rogers menjelaskan proses arus informasi (inovasi) melalui berbagai tahap. Pertama, sebagian besar orang mengetahui teknologi (informasi) baru, sering kali melalui informasi di media massa. Kedua, inovasi tersebut kemudian diadopsi oleh kelompok tertentu yang disebut Inovator Awal. Ketiga, pemimpin opini (opinion leader) belajar dari para inovator awal dan mencoba sendiri. Keempat, jika pemimpin opini merasa inovasi tersebut berguna, maka mereka 19 akan mendorong kelompok mereka (opinion follower) untuk menerapkan inovasi itu. Pada akhirnya, inovasi tersebut bisa diadobsi secara keseluruhan oleh berbagai kelompok. 41
ISSN: 2085 1979
Imam Asy’ari Rifa’i dan Riris Loisa: Efektifitas Pemberitaan Peduli Lingkungan Melalui Opinion Leader
Selanjutnya fasilitator biasa digunakan dalam istilah komunikasi pembangunan. Keberadaan fasilitator dianggap sangat penting, karena dalam berkomunikasi, penerima biasanya mementingkan siapa yang berbicara, bukan apa yang dibicarakan. Artinya pesan yang disamapaikan akan diperhatikan dengan sungguh-sungguh oleh penerima jika disampaikan oleh fasilitator yang memiliki kualifikasi tertentu yang disukai atau disegani oleh penerima pesan. Lippit dan Rogers (Seperti dikutip Totok Mardikanto, 2010:83) mengatakan : "Fasilitator itu sebagai agen perubah (change agent), yaitu seseorang yang atas nama pemerintah atau penyelenggara Komunikasi Pembangunan berkewajiban untuk mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh Penerima Manfaat (penerima pesan) dalam kegiatan pembangunan". Secara konvensional peran fasilitator hanya dibatasi pada kewajiban untuk menyampaikan dan mempengaruhi penerima inovasi dengan menggunakan metoda dan teknik-teknik tertentu. Proses penyampaian dan mempengaruhi inovasi terus dilakukan sampai penerima pesan melakukan inovasi dengan kesadaran dan kemampuannya sendiri secara sukarela. Selain itu, fasilitator juga berfungsi sebagai jembatan antara pemberi inovasi (pemerintah/lembaga) dengan masyarakat penerima inovasi. Opinion Leader sendiri merupakan pengertian pemuka pendapat adalah orang yang mempunyai keunggulan dari pada masyarakat kebanyakan. Salah satu keunggulan para pemuka pendapat dibandingkan dengan masyarakat kebanyakan adalah pada umumnya para pemuka pendapat itu lebih mudah menyesuaikan diri dengan masyarakatnya, lebih kompeten dan lebih mengetahui tata cara memelihara norma yang ada di dalam masyarakat (Nurdin, 2000:97). Opinion leader merupakan sumber informasi atau opini, dan mereka memiliki followers sebagai penerima informasi atau opini (recivers) yaitu masyarkat, seperti dijelaskan pada model komunikasi dua tahap. Para pemuka pendapat selain mempunyai kharisma dan mempunyai kelebihan-kelebihan yang tidak dimiliki oleh masyarakat kebanyakan, hal ini yang menjadikan pemimpin opini dapat membentuk opini dalam masyarakat. Bahwa tidak semua masyarkat dapat menjadi seorang pemimpin opini, dikarenakan tidak mudah menjadi panutan dan contoh dalam kehidupan bermasyarakat. Berdasarkan penjelasan di atas maka kerangka teori penelitian ini akan dijabarkan sebagai berikut. Media Massa, dalam penelitian ini, informasi bersumber dari media massa. Informasi tersebut telah disiarkan kepada khalayak luas. Maka media massa merupakan variabel antaseden sebagai proses panjang terjadinya sebab-akibat. Opinon Leader, keberadan OL dalam komunikasi massa adalah sebagai penerus informasi dari media massa kepada masyarakat. Informasi yang disampaikan oleh OL merupaakan hasil pemikiran dari pesan media massa. Public (masyarakat), adalah penerima pesan media massa baik itu secara langsung dari media massa, atau melalui OL. Masyarakat memiliki sifat heterogen dan berkelompok. Efek Media, dampak yang ditimbulkan oleh media massa secara langsung atau melalui OL. Efek media terbatas pada tiga dimensi, yaitu : Afektif, Kognitif, dan Behaviour.
ISSN: 2085 1979
42
Jurnal Komunikasi Universitas Tarumanagara, Tahun V/01/2013
Bagan 1. Kerangka Berpikir
Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode quasi eksperimen. Dimana terdapat dua variabel yang akan dicari hubungan sebabakibat antara keduanya. Metode ini dipilih karena dianggap memiliki kemampuan untuk membuktikan hubungan sebab akibat dan kemampuan untuk memanipulasi variabel secara tepat. Meski demikian, beberapa ahli berpendapat penelitian ekspermien memiliki kelemahan untuk diterapkan pada subjek manusia. Hal tersebut dikarenakan banyak faktor-faktor yang memang tidak bisa dirubah atau manipulasi, seperti usia, jenis kelamin, pendidikan dan sebagainya. Berbeda dengan ilmu fisik (fisika, kimia, biologi) yang memang melahirkan banyak kesimpulan dari metode eksperimen ini. Tetapi, banyak juga para ilmuwan sosial yang menggunakan metode ilmu fisik sebagai metode penelitian ilmu sosial, seperti yang dilakukan Hovland dan Lazarsfeld. Hubungan sebab-akibat (kausal) dalam metode penelitian eksperimen merupakan syarat mutlak, tidak hanya meneliti hubungan antara variabel seperti metode penelitian yang lain. Dalam metode ini, manipulasi dilakukan untuk melihat pengaruh suatu variabel terhadap subjek (manusia). Selain itu beberapa hal lain seperti: observasi yang objektif, fenomena yang dibuat terjadi, situasi terkontrol ketat, dan menambah variasi pada satu variabel dan variabel lain dibuat konstan, harus menjadi perhatian dalam penelitian ini agar mendapat kesimpulan yang dapat digeneralisasikan. Variabel Bebas (Independent Variable), variabel ini merupakan variabel yang dianggap memberi pengaruh terhadap variabel lain. Manipulasi dalam metode eksperimen terjadi pada variabel ini (variabel bebas). Pengertian manipulasi dalam variabel ini adalah dengan memberikan variasi yang 43
ISSN: 2085 1979
Imam Asy’ari Rifa’i dan Riris Loisa: Efektifitas Pemberitaan Peduli Lingkungan Melalui Opinion Leader
berbeda pada kelompok subjek yang berbeda. Dengan demikian kontro variabel sudah terjadi dalam metode eksperimen ini. Namun, ada beberapa variabel yang tidak bisa dikontrol dalam metode ini. Itulah mengapa beberapa ahli beranggapan metode ini memiliki kelemahan ketika diterapkan pada ilmu sosial. Manusia sebagai objek memiliki karakterisitik yang tidak dapat dimanipulasi (suku, agama, usia, jenis kelamin). Karakteristik tersebut diisitilahkan oleh Kerlinger & Lee sebagai organismic variable (Seniati, Yulianto & Setiadi, 2011:50). Variasi yang digunakan adalah Ada-Tidak Ada. Dalam variasi ini, sebuah kelompok subjek akan menerima perlakuan VB sedangkan kelompok lainnya tidak menerima apapun. Nantinya akan ada dua kelompok subjek, yang satu menerima VB, disebut sebagai kelompok eksperimen (KE) dan kelompok subjek yang lain tidak menerima VB, disebut sebagai kelompok kontrol (KK). Variabel Terikat (Dependent Variable), variabel terikat (VT) merupaakan sebuah fenomena yang dimunculkan akibat dari variabel bebas (VB). Oprasionalisasi dari variabel ini bertujuan untuk memudahkan dalam pengukuran hubungan sebab-akibat. Apabila terdapat perbedaan antara kelompok eksperimen dan kontrol pada variabel terikat, maka bisa disimpulkan bahwa VB mengakibatkan VT. Variabel Kontrol, variabel bebas yang diberikan kepada kelompok subjek, tidak sukar dianggap sebagai penyebab dari munculnya variabel terikat tanpa memperhitungkan kehadiran varaibel kontrol. Semua faktor-faktor yang dianggap dapat mempengaruhi variabel terikat (VT) selain dari variabel bebas (VB), disebut sebagai varaibel kontrol. Variabel kontrol harus bisa dikontrol dengan teknik tertentu dalam menggunakan metode penelitian eksperimen. Beberapa teknik kontrol bergantung pada berapa kelompok subjek yang digunakan, kuantitas pemberian varaibel dan lainnya, mengikuti desain penelitian yang dilakukan. Desain Penelitian yang digunakan dalam penelitain ini adalah desain dua kelompok. Desain ini termasuk dalam between-subjek design (desain antarkelompok). Pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dibuktikan dengan memberikan variabel bebas kepada satu kelompok (kelompok eksperimen) dan tidak memberikan variabel bebas pada kelompok lain (kelompok kontrol). Jika hasil hitung variabel terikat antara dua kelompok berbeda, bisa dipastikan bahwa pebedaan tersebut karena variabel bebas yang diberikan. Dalam desain dua kelompok, peneliti menggunakan jenis Randomized Two-groups Design. Jenis ini dianggap memenuhi syarat dalam melakukan penelitian eksperimental karena dilakukannya randomisasi sampel sebagai bentuk kontrol terhadap variabel sekunder. Selain itu, jenis ini dianggap lebih sesuai dengan konsep penelitian. Teknik Analisis , berdasarkan desain yang digunakan (between-subjek design) dan jenis yang dipilih (randomized two-groups design) dalam desain tersebut, maka teknik analisis yang digunakan adalah posttest. Untuk mengetahui apakah variabel bebas berpengaruh pada variabel terikat, maka posttest menggunakan hitungan uncorrelated data / independent sample t-test. Hipotesisi penelitian ini Berlandaskan pada teori dan penelitian yang relevan maka terbentuklah hipotesisi. Menurut Kerlinger & Lee (2000) (dalam Seniati, Yulianto dan Setiadi, 2011:46) Hipotesis merupakan pernyataan sementara mengenai dugaan hubungan antara dua atau lebih variabel. Dalam menentukan hasil statistik untuk memutuskan apakah hipotesis diterima atau ditolak, jenis yang digunakan adalah two-tail (dua ekor). Dalam penelitian percobaan (eksperimen) hipotesis yang sering dirumuskan adalah hipotesis nul (H0) (Nazir, 2011:393). Jenis hipotesis yang dirumuskan : ISSN: 2085 1979
44
Jurnal Komunikasi Universitas Tarumanagara, Tahun V/01/2013
H0 = Kehadiran opinion leader tidak memberikan efek media massa lebih besar secara signifikan. HA = Kehadiran opinion leader memberi efek media massa lebih besar secara signifikan. Jenis hipotesis yang dirumuskan : H0 : u1 = u2 , dengan hipotesisi alternatif Ha : u1 ≠ u2. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini merupakan keseluruahan dari unit anlisis yang ciri-cirinya akan diduga. Menurut Hadi (2001) populasi adalah sejumlah individu yang paling sedikit mempunyai sifat atau kepentingan yang sama. Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruan warga RW 01 Kel. Kalideres - Kec. Kalideres, Jakarta Barat. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling. Dalam pengambilan sampel, teknik ini mengutamakan tujuan dari penelitian daripada sifat populasi. Karena tujuan penelitian adalah menganalisis kehadiran opinion leader terhadap efek media, maka proses pengambilan sampel dengan metode purposive sampling berdasarkan pertimbangan pertama, responden adalah warga dewasa yang banyak memiliki waktu untuk berinteraksi dengan warga lain di wilayahnya. Maka, dalam hal ini ibu rumah tangga dianggap memenuhi kriteria tersebut. Maka responden adalah ibu rumah tangga. Kedua, Responden adalah pengguna media massa. Mayoritas dari ibu rumah tangga adalah pengguna Televisi. Ketiga, Wilayah tempat responeden tinggal berdekatan dengan lokasi pembuangan sampah (TPS). Maka, berdasrkan denah wilayah, ibu rumah tangga yang berada di wilayah RT 09 dan RT 08 menjadi responden dalam penelitian ini, karena berdekatan dengan TPS. Kemudian, karakteristik dari metode penelitian eksperimental adalah dilakukannya randomisasi atau random assignment. Randomisasi adalah memasukan subjek penelitian secara acak kedalam masing-masing kelompok penelitian (Seniati, Yulianto dan Setiadi, 2011:28). Kelompok penelitian dalam penelitian eksperimen terbagi menjadi dua, yaitu: Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol. Bagan 2. Randomisasi Kelompok Penelitian
Responden akan dibagi menjadi dua kelompok dengan jumlah yang sama yaitu 32 orang dari masing-masing wilayah. RT 09 adalah kelompok eksperimen dan RT 08 adalah kelompok kontrol. Sedangkan dalam menentukan Opinion 45
ISSN: 2085 1979
Imam Asy’ari Rifa’i dan Riris Loisa: Efektifitas Pemberitaan Peduli Lingkungan Melalui Opinion Leader
Leader sebagai tenaga penyuluh terdapat tiga cara menurut Rogers (1969:215) (dikutip dalam Tesis Dr. Eko Harry Susanto) yaitu: (1) Sociometric Method dengan menanyakan masyarakat, kepada siapa mereka meminta informasi atau nasehat. (2) Informant's Rating dengan mengajukan pertanyaan tertentu kepada responden : siapa pemimpin yang sesuai dalam pandangan mereka. (3) Self Designating Methode yang menanyakan seberapa jauh seorang responden menyatakan diri sebagai pemimpin. Dari ketiga metode tersebut yang dipakai dalam menentukan opinion leader dalam penelitian ini adalah metode Self Designating dengan alasan di dalam masyarakat terdapat para pemimpin wilayah seperti, ketua RT, ketua RW, pengurus PKK dan sebagainya. Maka, opinion leader dalam penelitian ini adalah mereka yang tergabung dalam kelembagaan masyarakat di wilayah RW 01, yaitu : Ibu Ketua RW 01 dan Ketua Pendidikan Usia Dini (PAUD). Oprasionalisasi Variabel, pada bagian ini akan dijelaskan operasional variabel dan indikatronya, variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel terikat dan variabel bebas. Dalam penelitian eksperimen, hanya variabel terikat yang akan dioperasionalkan variabel dan indikatornya, karena pengukuran terhadap hasil skor hanya diperoleh dari variabel terikat. Tabel 1. Penjabaran Variable, Indikator, dan Dimensi Penelitian
Teknik pengumpulan data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui penyebaran kuesioner kepada subjek. Penyebaran kuesioner berdasarkan pada kelompok penelitian. Pertama, kelompok eksperimen: Subjek sebanyak 32 orang dikumpulkan dalam satu tempat untuk dapat penyuluhan dari opinion leader sebagai variasi VB dalam kelompok eksperimen. Setelah penyuluhan selesai dilakukan, beberapa hari kemudian penyebaran kuesioner dilakukan untuk pengambilan data. Kedua, Kelompok Kontrol : Subjek 32 orang tidak dikumpulkan dalam satu wadah untuk diberi variasi VB. Penyebaran kuesioner langsung kepada subjek dimasing-masing wilayah. ISSN: 2085 1979
46
Jurnal Komunikasi Universitas Tarumanagara, Tahun V/01/2013
Jenis kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan bentuk pendapat dan subyek memiliki beberapa alternatif jawaban untuk menanggapi sejumlah pernyataan dalam kuesioner. Dalam penelitian ini digunakan skala ordinal untuk menilai jawaban kuesioner yang disebarkan kepada responden. Alternatif jawaban tersebut dibuat dengan menggunakan Skala Likert ( Likert Scale) sebagai berikut: Tabel 2. Skala Likert Genap
Peneliti memperoleh teori-teori mengenai teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini melalui penelitian kepustakaan ( Library Research). Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara membaca dan mempelajari berbagai buku, jurnal, literatur, dan sumber-sumber lainnya yang relevan dengan topik yang dibahas untuk memperoleh landasan teori dalam penelitian ini. Teknik analisi data dalam penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan bantuan program SPSS (Statistical Panckage for the Social Science ) for Windows released 19. Penelitian ini menggunakan desain Randomized Twogroups dengan prinsip method of difference karena desain ini membuat dua kondisi yang berbeda pada dua kelompok penelitian. Untuk mengetahui pengaruh VB, maka dihitung uncorrelated data / independent sample t-test, dengan rumus sebagai berikut :
M1 = Rata-rata skor kelompok eksperimen M2 = Rata-rata skor kelompok kontrol SS1 = sum of square kelompok eksperimen SS2 = sum of square kelompok kontrol n1 = Jumlah subjek kelompok eksperimen n2 = Jumlah subjek kelompok kontrol Analisis data yang ada selanjutnya diolah dengan menggunakan teknik pengujian data demografi bertujuan untuk mendapatkan gambaran ringkas mengenai sekumpulan data responden, sehingga dapat disimpulkan keadaan data secara mudah dan cepat. Informasi yang diperoleh dari statistik demografi adalah ferekuensi dan persentasi. Selanjutnya melalui ukuran-ukuran statistik demografi ini, dapat diketahui tingkat homogenitas dari responden tersebut. Kemudian 47
ISSN: 2085 1979
Imam Asy’ari Rifa’i dan Riris Loisa: Efektifitas Pemberitaan Peduli Lingkungan Melalui Opinion Leader
kualitas data merupakan langkah awal yang harus dilakukan untuk menganalisis data yang tersedia dalam penelitian ini, yang bertujuan untuk memberi kepastian bahwa data yang didapatkan dari hasil penyebaran kuesioner kepada responden adalah layak untuk digunakan dalam penelitian. Uji validitas dilakukan untuk mengetahui validitas dari instrumen pertanyaan yang diajukan. Caranya adalah dengan mencari korelasi dari setiap instrumen terhadap skor total, menggunakan rumus teknik korelasi corrected item – total correlation. Untuk menentukan layak atau tidaknya item pertanyaan yang digunakan, dilakukan uji signifikansi koefisien korelasi dengan kriteria menggunakan r kritis pada taraf signifikansi 0,05 (Priyatno, 2010:90). Pengujian validitas ini menggunakan uji dua sisi ( two tailed) dengan taraf signifikansi 0,05. Kriteria pengujian uji validitas dengan corrected item – total correlation menurut Priyatno (2010:91) adalah sebagai berikut: 1. Jika r hitung ≥ r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka item-item pertanyaan berkorelasi signifikan terhadap skor total pertanyaan (dinyatakan valid). 2. Jika r hitung ≤ r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka item-item pertanyaan tidak berkorelasi signifikan terhadap skor total pertanyaan (dinyatakan tidak valid). Uji Reliabilitas pengujian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Pengujian reliabilitas dilakukan untuk mengukur konsistensi alat ukur yang digunakan. Uji reliabilitas dari setiap variabel dapat dilihat dari Cronbach’s Coefficient Alpha, sebagai koefisien dari reliabilitas. Instrumen dianggap reliable jika memiliki koefisien alpha sebesar 0,6. Menurut Sekaran dalam Priyatno Duwi (2010), reliabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan reabilitas 0,7 dapat diterima, dan diatas 0,8 adalah baik. Uji Hipotesis Dalam pengujian hipotetis dilakukan beberapa teknik untuk membantu dalam pengambilan keputusan, yaitu sebagai berikut : Desain penelitian ini adalah randomized two-groups design dengan menggunakan prinsip method of difference karena membuat dua kondisi yang berbeda pada dua kelompok penelitian. Untuk mengetahui apakah VB berpengaruh terhadap VT, maka dihitung uncorrelated data / independent sample. t-test seperti yang dijabarkan di awal atau bisa menggunakan SPSS untuk mengolah data. Dasar pengambilan keputusan dalam uji-t adalah : 1. Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (p < 0,05) maka nilai-t signifikan. Artinya, skor kedua kelompok berbeda secara signifikan. 2. Jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (p > 0,05) maka nilai-t tidak sifnifikan. Artinya, skor kedua kelompok tidak berbeda secara signifikan. Dalam menentukan hasil statistik untuk memutuskan apakah hipotesis diterima atau ditolak seperti yang dijelaskan pada bab II, jenis yang digunakan adapa two-tail (dua ekor). Dalam penelitian percobaan (eksperimen) hipotesis yang sering dirumuskan adalah hipotesis nul (H0) (Nazir, 2011:393). H0 = Kehadiran opinion leader tidak memberikan efek media massa lebih besar secara signifikan. Ha = Kehadiran opinion leader memberi efek media massa lebih besar secara signifikan.
ISSN: 2085 1979
48
Jurnal Komunikasi Universitas Tarumanagara, Tahun V/01/2013
Jenis hipotesis yang dirumuskan: H0 : u1 = u2, dengan hipotesisi alternatif Ha : u1 ≠ u2 Berdasarkan hasil penghitungan uji-t, yaitu:
Tolak H0 , terima Ha , jika : t > t1/2a , df = (n1 + n2) - 2 Terima H0 , tolak Ha , jika : t ≤ t1/2a , df = (n1 + n2) -2 Harga t1/2a , df = (n1 + n2) -2 dicari pada tabel distribusi t (t-tabel) Hasil Penelitian dan Pembahasan Analisis Demografi Responden. Berikut akan dibahas gambaran umum responden yang dapat dilihat melalui tabel demografi respondeden. Identitas responden pada penelitian ini meliputi usia, pendidikan terakhir, pekerjaan, lama menonton TV, apakah rumah dekat TPS, dan waktu bersosialisasi Tabel 2. Data Demografi Responden
49
ISSN: 2085 1979
Imam Asy’ari Rifa’i dan Riris Loisa: Efektifitas Pemberitaan Peduli Lingkungan Melalui Opinion Leader
Usia dibagi ke dalam beberapa range usia, yaitu sebesar 7,8% (5 responden) berusia 21-27 tahun, 25% (16 responden) berusia 28-34 tahun, 39,1% (25 responden) berusia 35-41 tahun, 18,8% (12 responden) berusia 42-48 tahun, dan 9,4% (6 responden) berusia 49-55 tahun. Mayoritas usia responden adalah 35-41 tahun, atau bisa dikatakan usia menikah dan berkeluarga. Pendidikan terakhir dibagi kedalam beberapa kategori, yaitu sebesar 21,9% (14 responden) lulusan SD, 28,1% (18 responden) lulusan SMP/SLTP, 43,8% (28 responden) lulusan SMA, dan 6,3% (4 responden) lulusan S1. Mayoritas dari responden adalah lulusan SMA dengan persentase sebesar 43,8%. Jenis pekerjaan atau profesi terbagi dalam kategori, yaitu sebesar 4,7% (3 responden) berprofesi sebagai pegawai, 7,8% (5 responden) berprofesi sebagai pedagang, 84,4% (54 responden) berprofesi sebagai ibu rumah tangga, dan 3,1 (2 responden) berprofesi selain dari ketiga kategori tersebut. Berdasarkan data tersebut, mayoritas responden berprofesi sebagai Ibu Rumah Tangga sebesar 84,4% atau 54 responden. Lama menonton tv yang digunakan responden untuk menonton TV dibagi kedalam beberapa range, yaitu sebesar 53,1% (34 responden) menghabiskan 1-3 jam, 28,1% (18 responden) menghabiskan 4-6 jam, dan 18,8% (12 responden) menghabiskan 7-9 jam menonton TV dalam satu hari. Maka mayoritas responden menonton TV dalam satu hari adalah 1-3 jam, sebesar 53,1% atau 34 responden. Bertempat tinggal dekat dengan TPS terbagi dalam dua kategori, yaitu sebesar 28,1% (18 responden) bertempat tinggal dekat dengan TPS, dan 71,9% (46 responden) bertempat tinggal tidak dekat dengan TPS. Maka mayoritas responden bertempat tinggal tidak dekat dengan TPS sebesar 71,9% atau 46 responden. Waktu Bersosialisasi lama waktu bersosialisasi yang digunakan warga untuk berosialisasi dengan tetangga dibagi kedalam beberapa range, yaitu sebesar 95,3% (61 responden) menghabiskan waktu 1-3 jam bersosialisasi, dan 4,7% (3 responden) menghabiskan waktu 4-6 jam bersosialisasi dengan tetangga. Maka mayoritas waktu yang dibutuhkan responden berosialisasi dengan tetangg adalah 1-3 jam sebesar 95,3% atau 61 responden. Kualitas Data Pengujian kualitas data merupakan langkah awal yang dilakukan untuk menganalisis data yang tersedia dalam penelitian ini, yang bertujuan untuk memberi kepastian bahwa data yang didapatkan dari hasil penyebaran kuesioner kepada responden adalah layak untuk digunakan dalam penelitian. Uji Validitas dilakukan untuk mengetahui validitas dari instrumen pertanyaan yang diajukan. Caranya adalah dengan mencari korelasi dari setiap instrumen terhadap skor total, menggunakan rumus teknik korelasi Corrected Item-Total Correlation. Untuk menentukan layak atau tidaknya item pertanyaan yang digunakan, dilakukan uji signifikansi koefisien korelasi dengan kriteria menggunakan r kritis pada taraf dignifikansi 0,05 (Priyatno, 2010:90). Kriteria pengujian uji validitas dengan Corrected item-Total Correlation sebagai berikut: 1. Jika r hitung ≥ r tabel (64-2, taraf sig 5% = 0,250) maka item-item pertanyaan berkorelasi signifikan terhadap skor total pertanyaan atau dinyatakan valid.
ISSN: 2085 1979
50
Jurnal Komunikasi Universitas Tarumanagara, Tahun V/01/2013
2. Jika r hitung ≤ r tabel (64-2, taraf sig 5% = 0,250) maka item-item pertanyaan tidak berkorelasi signifikan terhadap skor pertanyaan atau tidak valid. Berikut ini adalah hasil pengujian validitas yang dilakukan dengan menggunakan teknik Corrected Item-Total Correlation : Tabel 4. Data Hasil Uji Validitas Efek Kognitif
Berdasarkan hasil pengujian validitas diatas, menunjukan bahwa semua item pertanyaan efek kognitif memiliki nilai corrected item-total correlation antara 0,377 sampai dengan 0,903. Karena nilai koefisien korelasi lebih besar dari 0,250, maka dapat diartikan bahwa semua item pertanyaan efek kognitif tersebut adalah valid. Tabel 5. Data Hasil Uji Validitas Efek Afektif
51
ISSN: 2085 1979
Imam Asy’ari Rifa’i dan Riris Loisa: Efektifitas Pemberitaan Peduli Lingkungan Melalui Opinion Leader
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa masing-masing item pertanyaan mengenai efek afektif terdapat butir yang tidak valid, atau memiliki nilai korelasi dibawah r tabel, yaitu : 0,140 (afektif_13) tidak valid, 0,212 (afektif_15) tidak valid, 0,039 (afektif_16) tidak valid, dan 0,141 (aafektif_17) tidak valid. Item-item pertanyaan yang memiliki nilai dibawah r tabel atau tidak valid selanjutnya akan dihilangkan. Artinya, dalam pengujian hipotesis, skor total dari masing-masing item yang tidak valid tidak masuk kedalam hitungan. Tabel 6. Data Uji Hasil Validitas Efek Behaviour
Berdasarkan hasil pengujian validitas diatas, menunjukan bahwa semua item pertanyaan efek behaviour memiliki nilai corrected item-total correlation antara 0,377 sampai dengan 0,904. Karena nilai koefisien korelasi lebih besar dari 0,250, maka dapat diartikan bahwa semua item pertanyaan efek kognitif tersebut adalah valid. Kemudian Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran kuesioner dapat dipercaya bila dilakukan pengukuran pada waktu yang berbeda pada kelompok subjek yang sama, nantinya akan diperoleh hasil yang relatif sama. Uji reliabilitas dilakukan pada tingkat signifikansi 0,05. Reliabilitas dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan metode Alpha (Cronbach's). Kriteria reliabilitas menurut Sekaran dalam Priyatno (2010), reliabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan reliabilitas 0,7 dapat diterima, dan diatas 0,8 adalah baik.
ISSN: 2085 1979
52
Jurnal Komunikasi Universitas Tarumanagara, Tahun V/01/2013
Tabel 7. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas
Hasil uji reliabilitas yang dilakukan terhadap ketiga indikator menunjukan hasil yang reliabel, yaitu sebesar 0,877 untuk efek kognitif, 0,723 untuk efek afektif, dan 0,929 untuk efek behaviour. Kemudian Uji Hipotesis. Dalam pengujian hipotesis dilakukan melalui dua tahap. Tahap pertama adalah menganalisis variansi total (VT) dari variabel dependen. Rumus yang digunakan adalah uji-F atau Nilai Levene's Test pada output SPSS. Levene's Test adalah teknik statistik untuk menguji kesamaan varians di antara kedua kelompok (Seniati, Yulianto, dan Setiadi, 2011:131). Dengan dasar pengambilan keputusan : 1. Jika nilai signifikansi Levene's Test lebih kecil dari 0,05, berarti nilai Levene's Test signifikan. Dengan kata lain, varians dari kedua kelompok berbeda. 2. Jika nilai signifikansi Levene's Test lebih besar dari 0,05, berarti nilai Levene's Test tidak signifikan. Dengan kata lain, varians dari kedua kelompok berbeda. Nilai Levene's Test ini akan mengarahkan dalam melihat nilai uji-t dalam output SPSS. Dengan dasar pengambilan keputusan : 1. Jika nilai Levence's Test tidak signifikan, maka menggunakan nilai uji-t pada baris pertama (equal variance assumed). 2. Jika nilai Levence's Test signifikan, maka menggunakan nilai uji-t pada baris kedua (equal variance not assumed). Sedangkan dasar dalam pengambilan keputusan dalam uji-t adalah : 1. Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (p < 0,05) maka nilai-t signifikan. Artinya, skor kedua kelompok berbeda secara signifikan. 2. Jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (p > 0,05) maka nilai-t tidak signifikan. Artinya, skor kedua kelompok tidak berbeda secara signifikan. Tabel 7. Hasil SPSS Efek Media
53
ISSN: 2085 1979
Imam Asy’ari Rifa’i dan Riris Loisa: Efektifitas Pemberitaan Peduli Lingkungan Melalui Opinion Leader
Berdasarkan tabel hasil SPSS Levene's Test efek media massa, nilai signifikan Levene's Test adalah 0,000, lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05) atau signifikan. Maka varians antar KE dan KK terdapat perbedaan signifikan. Nilai Levene's Test pada tabel 4.6. menunjukan hasil signifikan. Maka nilai uji-t yang digunakan adalah baris kedua (equal variances not assumed). Nilai uji-t pada baris kedua menunjukan signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05). Dari hasil perhitungan SPSS diatas, diperoleh nilai t-hitunga sebesar 21,219. Untuk mengetahui signifikansi nilai-t hitung yang diperoleh ini, maka perlu dibandingkan dengan nilai-t tabel. Pada tabel dengan deggrees of freedom sebesar df = 62 (df= N-2) dan l.o.s (alpha) 0,05 diperoleh nilai-t sebesar 2,000. Jenis hipotesis yang dirumuskan : H0 : u1 = u2, dengan hipotesisi alternatif Ha : u1 ≠ u2 Berdasarkan hasil penghitungan uji-t, yaitu :
H0 : u1 = u2, ditolak. Ha : u1 ≠ u2, diterima Karena nilai-t hitung lebih besar dari nilai-t tabel (21,219 > 2,000), artinya terdapat perbedaan skor antara kelompok yang diberi kehadiran opinion leader (KE) dengan kelompok tanpa kehadiran opinion leader (KK). Maka H0 ditolak, Hasil Levene's Test efek kognitif pada tabel 4.7 menujukan hasil 0,021 lebih kecil dari 0,05 (0,021 < 0,05 ) atau signifikan. Artinya terdapat perbedaan varians signifikan antara KE dan KK. Nilai Levene's Test efek kognitif pada tabel 4.7. menujukan hasi signifikan, maka nilai-t yang digunakan adalah jumlah equal variances not assumed. Nilai-t pada baris tersebut menujukan signifikan 0,000 lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05). Maka terdapat perbedaan signifikan antara skor kelompok dengan kehadiran OL dengan kelompok tanpa kehadiran OL terhadap efek kognitif. Hasil Levene's Test efek afektif pada tabel 4.7. menujukan hasil 0,015 lebih kecil dari 0,05 (0,015 < 0,05 ) atau signifikan. Artinya terdapat perbedaan varians signifikan antara KE dan KK. Nilai Levene's Test efek afektif pada tabel 4.7. menujukan hasi signifikan, maka nilai-t yang digunakan adalah equal variances not assumed. Nilai-t pada jumlah tersebut menujukan signifikan 0,000 lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05). Maka terdapat perbedaan signifikan antara skor kelompok dengan kehadiran OL dengan kelompok tanpa kehadiran OL terhadap efek afektif. Hasil Levene's Test efek behaviour pada tabel 4.7. menujukan hasil 0,000 lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05 ) atau signifikan. Artinya terdapat perbedaan varians signifikan antara KE dan KK. Nilai Levene's Test efek behaviour pada tabel ISSN: 2085 1979
54
Jurnal Komunikasi Universitas Tarumanagara, Tahun V/01/2013
4.7. menujukan hasi signifikan, maka nilai-t yang digunakan adalah jumlah equal variances not assumed. Nilai-t pada baris jumlah tersebut menujukan signifikan 0,000 lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05). Maka terdapat perbedaan signifikan antara skor kelompok dengan kehadiran OL dengan kelompok tanpa kehadiran OL terhadap efek behaviour. Pemahaman mengenai opinion leader banyak dijelaskan oleh para ahli sebagai orang-orang yang memberi pengaruh kepada orang lain, yaitu dengan mencerna informasi yang disiarkan oleh media massa, lalu kemudian menyebarkan kembali informasi tersebut, baik hanya dalam bentuk pengetahuan, atau dalam bentuk inovasi (teknologi) untuk kemudian diterapkan oleh orang lain. Dalam model dua tahap, kehadiran opinion leader menjadi bukti akan lemahnya pengaruh media massa secara langsung terhadap audien mereka, sekaligus menepis teori powerfull effect yang menyatakan media memiliki kekuatan dalam mempengaruhi masyarakat. Penelitian ini tidak hanya bertujuan untuk mendukung teori efek terbatas atau menolak teori efek tanpa batas. Hasil dari memiliki peran penting dalam sosialisasi informasi dan inovasi kepada masyarakat, terlebih terhadap efek yang dihasilkan dari kehadiran mereka. Lazarsfeld dalam penelitian (The People's Choice) mengidentifikasi adanya seorang pengguna berat media massa (heavy user) yang giat menyimak siaran politik untuk kemudian menjadikan informasi tersebut sebagai sumber dalam mempengaruhi orang lain. Orang tersebut dianggap memberi efek pada orang lain untuk kemudian memilih calon kandidat yang sama dengannya. Pola ini juga serupa dengan Roggers yang mengasumsikan bahwa inovator awal menyaring informasi dari media massa, lalu kemudian menyebarkan kepada para OL, dan diadobsi oleh masyarakat luas. Jika kita mengamati pola efek komunikasi pada komunikasi dua tahap dan divusi inovasi, sumber informasi utama adalah media massa. Kemudian membentuk komunikasi antarpribadi yakini antara para pemuka pendapat dengan masyarakat, sehingga menimbulkan efek. Maka jika menggunakan data pada penelitian ini, pola tersebut memang benar terjadi. Terbukti pada hasil pengujian hipotesis terhadap kelompok dengan kehadiran OL dan kelompok tanpa kehadiran OL, efek komunikasi yang dihasilkan berbeda, terlihat pada nilai uji-t (21,219 > 2,000) lebih besar dari t-tabel dan signifikansi sebesar (0,000 < 0,05) lebih kecil dari los alpha. Bahwa kehadiran OL terbukti memberi pengaruh secara signifikan terhadap efek media massa. Perlu diingat bahwa dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah penelitian eksperimen, yaitu metode yang digunakan untuk mencari hubungan sebab-akibat antara variabel. Hasil penelitian memang menunjukan bahwa OL menyebabkan terjadinya efek media atau kehadirannya memberi pengaruh kepada OL. Akan tetapi, mungkin saja terdapat variabel lain yang memberi pengaruh kepada efek media, sehingga tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh OL. Maka diperlukan kontrol dalam penelitian ini. Kontrol yang dilakukan dalam penelitian ini sudah terjadi pada desain penelitian yang digunakan, yaitu : two-group dengan menggunakan randomisasi kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Selain itu, responden harus semaksimal mungkin memiliki kemiripan atau heterogen. Bisa dilihat dalam Tabel 4.1 tentang data demografi responden. Dari 64 responden, mayoritas berusia 3541 tahun, tingkat pendidikan SMA, profesi mayoritas adalah ibu rumah tangga, dan 55
ISSN: 2085 1979
Imam Asy’ari Rifa’i dan Riris Loisa: Efektifitas Pemberitaan Peduli Lingkungan Melalui Opinion Leader
waktu yang digunakan untuk bersosialisasi dengan tetangga sebesar 1-3 jam. Berdasarkan data tersebut bisa dikatakan responden dalam penelitian ini memiliki kemiripan. Berbicara tentang efek media massa, maka dimensi efek itu sendiri perlu dibahas dalam penelitian ini. Efek media massa terbagi kedalam tiga dimensi, yaitu : efek kognitif, afektif dan behaviour. Hipotesis dalam penelitian ini hanya menguji pada tahap efek media secara keseluruhan, tidak pada masing-masing dimensi. Akan tetapi, dalam pembahasan, peneliti melakukan penghitungan uji-t pada tiaptiap dimensi dari efek media masa. Pada efek behaviour, nilai uji-t sebesar 17,741 memiliki nilai paling besar. Sedangkan, uji afektif, nilai uji-t sebesar 13,246 memiliki nilai paling kecil dibanding dimensi yang lain. Bila kita meilihat pada Tabel 4.7 hasil pengujian pada masing-masing dimensi, terlihat bahwa kehadiran opinion leader memiliki pengaruh lebih besar dan afektif memiliki nilai lebih kecil, dan kognitif berada diantara kedua dimensi tersebut. Maka disimpulkan berdasarkan data Tabel 4.7, bahwa kehadiran OL memiliki pengaruh lebih besar pada efek behaviour, memiliki pengaruh sedang pada efek kognitif, dan sedikit pengaruh pada efek afektif. Dalam penelitian ini, kehadiran opinon leader juga sangat berpengaruh dalam proses sosialisasi bank sampah. Pada kelompok eksperimen yang mendapat kehadiran opinon leader, program bank sampah bisa diadobsi oleh responden dengan sangat baik. Secara rutin mereka mengumpulkan sampah mereka yang bisa didaur ulang, kemudian menyetorkan sampah rumah tangga kepada petugas bank sampah di wilayah tersebut. Limbah rumah tangga kemudian dipisahkan sesuai dengan jenisnya, kemudian dijual kepada pihak ketiga. Hasil dari penjualan limbah secara sukarela digunakan masyarakat untuk perbaikan lingkungan mereka. Simpulan Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 64 responden dari masingmasing kelompok sebanyak 32 responden pada masyarakat yang berada di wilayah RW 01 Kel. Kalideres - Kec. Kalidres. Variabel yang diteliti terbagi menjadi dua, yaitu variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah Opinion Leader. Sedangkan variabel dependen adalah efek media massa, dengan masing-masing indikator yaitu : efek kognitif, afektif, dan behaviour. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kehadiran OL terhadap efek media massa yang dihasilkan dari pemberitaan lingkungan. Berdasarkan pengujian hipotesis dan pembahasan yang dilakukan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Efek media massa secara keseluruhan memenujukan perbedaan antara kelompok dengan kehadiran OL dan kelompok tanpa kehadiran OL. Hal ini menunjukan bahwa kehadiran OL memang memberi efek lebih terhadap efek media massa. 2. Pada masing-masing indikator efek media massa memiliki hasil uji-t yang menujukan perbedaan antara masing-masing indikator. Yaitu : Afektif < Kognitif < Behaviour. Artinya, kehadiran OL memberi efek lebih besar terhadap efek behaviour, kemudian efek kognitif dan pengeruh terendah pada efek afektif. ISSN: 2085 1979
56
Jurnal Komunikasi Universitas Tarumanagara, Tahun V/01/2013
Dengan adanya penjelasan mengenai keterbatasan penelitian diatas, maka diharapkan pada penelitian serupa di masa yang akan datang dapat menggunakan metode penelitian kuasi eksperimen dengan lebih sempurna, yaitu dengan menggunakan pretest dan posttest sehingga pengontrolan terhadap variabel kontrol semakin maksimal. Selain itu, alat ukur yang digunakan untuk penelitian di masa akan datang, sebaiknya lebih bisa menggambarkan pengukuran pada efek media massa yaitu : efek kognitif, afekti dan behaviour. Pengujian hipotesis juga perlu diperhatikan dalam kerangka berfikit untuk penelitian di massa akan datang. Ada baiknya, hipotesis dipisah berdasarkan dimensi-dimensi dari efek media massa. Artinya, menjadikan dimensi efek media massa menjadi satu variabel, yaitu: variabel kognitif, afektif dan behaviour. Daftar Pustaka Ardianto, Elvinaro. 2008. Public Relations Praktis. Bandung: Widya Padjajaran. Baran Stanley J ,Dennis. & K.. Davis (2010). Teori Komunikasi Massa: DasarPergolakan, dan masa Depan. Jakarta: Salemba Humanika. Nazir, M oh. (2005). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. Nurudin, M,Si . (2009). Pengantar komunikasi Massa. Jakarta: Rajawali pers. Rakhmat, Jalaluddin. 2004. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
57
ISSN: 2085 1979