perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
WACANA PEDULI LINGKUNGAN dan MAJALAH REMAJA (Analisis Wacana Peduli Lingkungan dalam Artikel di Rubrik “Green Page” Majalah GoGirl! Edisi Juli-Desember 2011 Menggunakan Model Analisis Wacana Teun A. van Dijk)
SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Komunikasi
Oleh : RAHAJENG KARTIKARANI D0207130
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user
2012 i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
“Ora et Labora” “Semua akan indah pada waktu-NYA” “I can do everything through Him who gives me stregth” (Phil 4:13)
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini kupersembahkan untuk: Papa, Mama, serta Adikku tercinta atas dukungan, semangat, dan doa yang begitu luar biasa bagi penulis. Cerry Mandala Paradipta atas semangat, dukungan, dan doa bagi penulis. (Almh.) Eyang Putri atas harapan yang besar dan doa yang tulus agar penulis segera menyelesaikan studi. Semoga karya sederhana ini dapat membuat mereka bangga.
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur tak henti-hentinya penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan kasih anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul Wacana Peduli Lingkungan dan Majalah Remaja (Analisis Wacana Peduli Lingkungan dalam Artikel di Rubrik “Green Page” Majalah GoGirl! Edisi Juli-Desember 2011 Menggunakan Model Analisis Wacana Teun van Dijk) dengan segala kurang dan lebihnya. Skripsi ini merupakan sebuah analisis wacana kirits untuk mengetahui bagaimana peduli lingkungan diwacanakan dalam artikel di Rubrik “Green Page” Majalah GoGirl! Edisi Juli-Desember 2011. Pemilihan tema penelitian berangkat dari minat peneliti terhadap peduli lingkungan yang belum banyak ditulis di media. Permasalahan tentang pemanasan global yang tiap hari semakin memberikan dampak bagi lingkungan, tidak bisa dibiarkan begitu saja. Manusia juga bertanggungjawab atas kelangsungan hidup bumi. Berbagai bencana alam yang terjadi di berbagai belahan bumi seperti banjir, badai, gempa bumi, tsunami, dan lainnya juga sebagai akibat kurang pedulinya manusia terhadap alam. Dalam hal ini, media memiliki peran untuk menyampaikan informasi dan mempengaruhi masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungan. Berangkat dari pandangan tersebut, peneliti melakukan peneilitian ini yang kemudian hasil laporannya disusun dalam bentuk skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UNS Solo.
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan pertolongan dari berbagai pihak. Dengan segenap keikhlasan dan kerendahan hati, penulis memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan kasih karunia-Nya, sehingga berbagai kemudahan ditemui penulis dalam pengerjaan skripsi ini. Terima kasih juga penulis haturkan kepada: 1. Prof. Drs. H. Pawito, Ph. D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Dra. Prahastiwi Utari, M.Si, Ph.D selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Sri Hastjarjo, S. Sos, Ph. D selaku dosen pembimbing skripsi, yang telah memberikan bimbingan kepada penulis dengan sangat baik, senantiasa memberi masukan, semangat serta motivasi bagi penulis. 4. Redaksi Majalah GoGirl! yang telah memberikan kemudahan akses data, kritik, dan saran serta motivasi kepada penulis. 5. Keluarga “Keylight”: Maulana, Syamrotun, Leila, Amal, Maya, Dini, Hafi, Ratna, Herka, Aji, Sigit, Pusa yang selalu memberikan semangat dan dukungan kepada penulis. 6. KOMPI, suka duka kita bagi bersama selama 5 tahun. Tetap kompak ya sampai tua nanti! 7. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Terimakasih atas semua bantuannya. commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tiada gading yang tak retak, mungkin itulah cerminan dari skripsi ini. Kritik dan saran sangat penulis harapkan demi kesempurnaan karya sederhana ini. Terima kasih dan semoga bermanfaat. Amin.
Surakarta, April 2012 Penulis
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL --------------------------------------------------------------- i HALAMAN PERSETUJUAN ---------------------------------------------------- ii HALAMAN PENGESAHAN ----------------------------------------------------- iii HALAMAN MOTTO -------------------------------------------------------------- iv HALAMAN PERSEMBAHAN --------------------------------------------------
v
KATA PENGANTAR -------------------------------------------------------------- vi DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------- ix DAFTAR TABEL ------------------------------------------------------------------
xiii
DAFTAR GAMBAR --------------------------------------------------------------- xiv ABSTRAK --------------------------------------------------------------------------- xv ABSTRACT ------------------------------------------------------------------------- xvi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ---------------------------------------------
1
B. Rumusan Masalah ----------------------------------------------------
5
C. Tujuan Penelitian -----------------------------------------------------
5
D. Manfaat Penelitian ---------------------------------------------------- 5 E. Telaah Pustaka 1. Majalah Sebagai Saluran Komunikasi -------------------------- 6 2. Feature -------------------------------------------------------------- 15 3. Mengangkat Masalah Lingkungan ke Media------------------- 19 commit to user 4. Analisis Wacana -------------------------------------------------23
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
F. Kerangka Pemikiran ---------------------------------------------------- 35 G. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian ---------------------------------------------------- 36 2. Metode Penelitian ------------------------------------------------- 36 3. Objek Penelitian --------------------------------------------------- 37 4. Teknik Pengumpulan Data --------------------------------------- 38 5. Teknik Analisis Data ---------------------------------------------
38
6. Sistematika Pembahasan ----------------------------------------- 39 BAB II GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Sejarah Majalah GoGirl! ----------------------------------------------
41
B. Visi dan Misi 1. Visi -------------------------------------------------------------------- 42 2. Misi ------------------------------------------------------------------- 42 C. Profil Media GoGirl! 1. Data Teknis ---------------------------------------------------------- 43 2. Target Pembaca ------------------------------------------------------ 44 3. Sirkulasi dan Distribusi --------------------------------------------- 44 4. Promosi --------------------------------------------------------------- 45 D. Newsroom Majalah GoGirl! 1. Monthly Routine ----------------------------------------------------- 46 2. Feature ---------------------------------------------------------------- 46 3. Fashion ---------------------------------------------------------------
47
4. Celebrity -------------------------------------------------------------- 48 commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Health and Beauty --------------------------------------------------- 49 6. Lifestyle --------------------------------------------------------------- 49 E. Struktur Kepemimpinan dan Redaksi Majalah GoGirl! ----------- 50 BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Analisis Artikel “Go Gas!” 1. Analisis Teks --------------------------------------------------------- 55 2. Analisis Kognisi Sosial --------------------------------------------- 71 3. Analisis Konteks Sosial -------------------------------------------- 72 B. Analisis Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir5 1. Analisis Teks --------------------------------------------------------- 74 2. Analisis Kognisi Sosial --------------------------------------------- 92 3. Analisis Konteks Sosial -------------------------------------------- 93 C. Analisis Artikel “Asia’s Most Polluted Cities” 1. Analisis Teks --------------------------------------------------------- 95 2. Analisis Kognisi Sosial --------------------------------------------- 115 3. Analisis Konteks Sosial --------------------------------------------- 115 D. Analisis Artikel “Green Eating; Simple Planting” 1. Analisis Teks --------------------------------------------------------- 117 2. Analisis Kognisi Sosial --------------------------------------------- 142 3. Analisis Konteks Sosial -------------------------------------------- 143 E. Analisis Artikel “Let’s Go Zero-Waste!” 1. Analisis Teks --------------------------------------------------------- 144 2. Analisis Kognisi Sosial --------------------------------------------- 161 commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Analisis Konteks Sosial -------------------------------------------- 162 F. Analisis Artikel “Drug Management” 1. Analisis Teks --------------------------------------------------------
163
2. Analisis Kognisi Sosial --------------------------------------------
184
3. Analisis Konteks Sosial -------------------------------------------- 186 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan -------------------------------------------------------------- 194 B. Saran ---------------------------------------------------------------------- 196 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Elemen Wacana Teun van Dijk --------------------------------------- 34 Tabel 3.1 Analisis Teks Majalah GoGirl! --------------------------------------- 78 Tabel 3.2 Hasil Analisis Teks ----------------------------------------------------- 189
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Struktur Penulisan Feature -----------------------------------------
17
Gambar 1.2 Model Analisis Teun van Dijk -------------------------------------
33
Gambar 3.1 Layout Artikel “Go Gas!” ------------------------------------------
70
Gambar 3.2 Layout Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir” --
86
Gambar 3.3 Layout Artikel “Asia’s Most Polluted Cities” -------------------- 107 Gambar 3.4 Layout Artikel “Green Eating; Simple Planting” ---------------- 133 Gambar 3.5 Layout Artikel “Let’s Go Zero-Waste!” --------------------------
148
Gambar 3.6 Layout Artikel “Drug Management” ------------------------------ 167
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK RAHAJENG KARTIKARANI, D0207130, WACANA PEDULI LINGKUNGAN DAN MAJALAH REMAJA (Analisis Wacana Peduli Lingkungan dalam Artikel di Rubrik “Green Page” Majalah GoGirl! Edisi Juli-Desember 2011 Menggunakan Analisis Wacana Teun A. van Dijk), Skripsi, Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2012. Pemanasan global yang ditandai dengan perubahan cuaca ekstrim, berbagai bencana alam seperti banjir, gempa bumi, tsunami, gunung meletus, dan lainnya semakin sering terjadi di berbagai belahan bumi. Bencana alam yang silih berganti juga menjadi tanggung jawab manuisa sebagai salah satu penghuni di dalamnya. Kurangnya atau rendahnya kepedulian manusia terhadap lingkungan, membuat alam seakan dibiarkan begitu saja. Kebanyakan media hanya mengekspos kejadian alam yang terjadi akibat pemanasan global. Belum banyak media yang memberitakan berbagai cara yang bisa dilakukan sebagai bentuk peduli lingkungan. Padahal, melalui tulisan yang dimuat dalam media, turut mempengaruhi cara pandang serta memotivasi masyarakat untuk lebih peduli lingkungan. Untuk peduli terhadap lingkungan pun tidak hanya menjadi tanggung jawab orang dewasa, ilmuwan, maupun pemerintah saja. Generasi muda sebagai generasi penerus juga bertanggungjawab terhadap kelangsungan lingkungan. Dengan memotivasi generasi muda, diharapkan mampu mengubah pola pikir dan semakin banyak yang peduli terhadap lingkungan tanpa ada batasan usia, status, maupun gender. Penelitian yang dilakukan akan menganalisis artikel dan serta menjelaskan bagaimana peduli lingkungan diwacanakan dalam rubrik “Green Page” Majalah GoGirl! Edisi Juli-Desember 2011. Rubrik “Green Page” merupakan rubrik yang dikhususkan untuk memuat artikel-artikel yang berhubungan dengan go green. Berbeda dengan majalah remaja lainnya yang hanya menuliskan sesuatu tentang go green sebagai artikel lepas dan tidak dimuat secara rutin. Penelitian ini dilakukan melalui tiga dimensi analisis wacana Teun A. van Dijk yaitu teks, konteks sosial, dan kognisi sosial. Dalam analisis teks, artikel diteliti sesuai dengan struktur teks seperti tematik, skematik, semantik, stilistik, dan retoris. Pada dimensi kognisi sosial, diteliti tentang bagaimana wartawan memproduksi berita. Selanjutnya pada dimensi konteks sosial dianalisis mengenai apa yang terjadi pada masyarakat yang berkaitan dengan artikel yang dianalisis. Dari hasil analisis tersebut, wacana yang muncul adalah mengenai bentuk kepedulian terhadap lingkungan yang dapat dilakukan dengan berbagai cara misalnya mengganti BBM dengan gas, mejaga kebersihan lingkungan, menanam, mengolah limbah obat-obatan dengan cara yang benar, mengaplikasikan pola jahitan yang sedikit atau bahkan tidak menghasilkan limbah sama sekali dan yang paling penting, semua yang dilakukan berawal dari diri kita sendiri. Setelah melakukan analisis dari ketiga dimensi tersebut maka dapat ditarik kesimpulan. Bahwa ketiga dimensi tersebut saling mempengaruhi satu sama lain dan tidak dapat dipisahkan dalam membentuk sebuah wacana. commit to user Kata kunci: peduli lingkungan, media massa, analisis wacana kritis
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT RAHAJENG KARTIKARANI, D0207130, THE DISCOURSE OF ENVIRONMENTAL CARE AND YOUTH MAGAZINE (Critical Discourse Analysis of Environmental Concern in the Articles in the rubric “Green Page” GoGirl Magazine! July-December 2011 Edition Using Discourse Analysis of Teun A. van Dijk), Thesis, Department of Communication Studies, Faculty of Social and Political Sciences, Sebelas Maret University, 2012. Global warming is marked by extreme weather changes, natural disasters such as floods, earthquakes, tsunamis, volcanic eruptions, and other, increasingly common in many parts of the earth. Successive natural disasters is also the responsibility of human as one of the occupants in it. Lack of or low awareness of human impacts on the environment, nature seemed to go unpunished. Most media just expose the natural events that occur due to global warming. Only few medias reported the various ways to do as a form of care for the environment. In fact, their writings published in the media, also influence the outlook and motivate people to pay more attention for the environment. Environment was not only the responsibility of adults, scientists, and government. Youth as the next generation is also responsible for environmental sustainability. By motivating the youth, it is expected to change the mindset and more people care about the environment without any restriction of age, status, or gender. Research conducted to analyze article and explain how to care for the environment is discoursed within the rubric of “Green Page” GoGirl Magazine! Edition of July-December 2011. Rubric of “Green Page” is a section devoted to load the articles associated with the go green. In contrast to other teen magazines, which only issue something about go green as a freelance article and not loaded on a regular basis. The research was conducted through a three-dimensional analysis of the discourse of Teun A. van Dijk including the text, social context, and social cognition. In text analysis, the article examined in accordance with the structure of the text as thematic, schematic, semantic, stylistic, and rhetorical. The dimensions of social cognition, analyzed about how journalists produce news. Then, the dimensions of the social context is analyzed as to what happens to people related to the article being analyzed. From the analysis, the discourse that emerges is of a form of environmental stewardship that can be done in various ways such as replacing fuel oil with gas, protecting the purity of environment, planting, processing medicine waste in the right way, applying the pattern stitches that have little or no waste at all and most important, is all of performances started from ourselves. After analyzing the three dimensions, it will be found a conclussion in it. That the three dimensions influence each other and can’t be separated in the form of a discourse. Key words: environmental care, mass media, critical discourse analysis commit to user
xvi
1 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Sama seperti makhluk hidup lainnya, manusia berinteraksi dengan
lingkungan hidupnya, mampu mempengaruhi satu sama lain dan tidak dapat dipisahkan karena manusia dan lingkungan hidup saling bergantung. Namun, akhir-akhir ini begitu banyak bencana alam yang terjadi di berbagai belahan bumi membuat permasalahan lingkungan hidup kini menjadi sebuah topik hangat yang diperbincangkan. Beberapa puluh tahun yang lalu, masalah mengenai lingkungan hidup seringkali dianggap sebagai masalah bagi para pecinta lingkungan, ahli biologi, maupun ahli geologi saja. Permasalahan mengenai lingkungan hidup kini menjadi permasalahan bagi semua orang, karena semua orang bertanggungjawab terhadap kelangsungan lingkungan hidup manusia itu sendiri maupun makhluk hidup lainnya. Berbagai peristiwa alam yang terjadi akhir-akhir ini tentu saja bukan disebabkan oleh faktor alam saja, namun juga campur tangan manusia yang kurang bertanggungjawab terhadap kelangsungan lingkungan hidup. Segala permasalahan lingkungan yang terjadi timbul akibat ulah manusia itu sendiri sehingga membuat lingkungan tidak lagi sesuai untuk mendukung kehidupan manusia. Kepedulian manusia akan kerusakan lingkungan yang commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
2 digilib.uns.ac.id
berdampak menjadi bencana dirasa masih kurang. Hal ini terlihat dari kesadaran manusia modern yang ketika melihat tanda kerusakan lingkungan menjadi terbiasa dan menyesuaikan diri dengan penurunan kualitas lingkungan yang terjadi secara bertahap dalam jangka waktu panjang. Kerusakan tersebut baru disadari setelah terlambat dan tidak lagi bisa diperbaiki kembali (Soemarwoto, 1992:18). Lembaga-lembaga pemerintah maupun lembaga swadaya masyarakat (LSM) berlomba-lomba menggugah kesadaran masyarakat terhadap upaya memelihara lingkungan yang nyaman bagi kehidupan. Namun selain lembagalembaga tersebut, media massa juga turut menyumbangkan berbagai pengetahuan yang berkaitan dengan masalah lingkungan hidup guna membangun kesadaran masyarakat. Sebab, jika tidak ada pengetahuan mengenai masalah lingkungan hidup, maka akan sulit terwujud penanggulangan masalah lingkungan hidup itu sendiri serta pemahaman yang keliru sehingga timbullah bencana maupun hal-hal yang tidak diinginkan. Media massa diakui oleh LSM Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) sebagai alat yang efektif untuk melibatkan publik dalam perdebatan mengenai pembangunan berkelanjutan. Akan tetapi, Walhi juga mengingatkan bahwa untuk merangsang sebuah perdebatan, media massa tidak cukup dengan berita namun juga dalam bentuk kisah maupun feature berkedalaman (Atmakusumah, 1996:x). Media massa dianggap efektif untuk mampu menyampaikan pesan kepada khalayak, dalam hal ini adalah pesan mengenai lingkungan hidup. Beberapa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3 digilib.uns.ac.id
media massa mulai dari surat kabar, majalah, hingga internet berlomba-lomba memuat berita maupun feature mengenai lingkungan hidup. Hal ini mampu memberikan dampak positif bagi peningkatan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan hidup yang semakin hari keadaannya semakin mengkhawatirkan. Pengemasan pesan sadar lingkungan hidup kedalam bentuk berita maupun feature pun bervariasi disesuaikan dengan target pembacanya agar pesan tersebut lebih mudah dipahami dan diharapkan mampu memotivasi berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi kelangsungan lingkungan hidup. Jika biasanya sering dijumpai berita maupun feature tentang lingkungan hidup di media cetak surat kabar, kali ini penelitian ini akan meneliti artikel tentang lingkungan hidup di majalah remaja. Mengapa majalah remaja? Karena biasanya majalah dengan segmentasi pembacanya mayoritas remaja memuat informasi mengenai fashion, trend, hingga gosip mengenai artis idola mereka. Sekarang, majalah remaja pun berlomba-lomba ingin menyampaikan pesan untuk peduli terhadap lingkungan melalui berbagai kegiatan yang diadakan hingga penulisan artikel maupun membuat rubrik khusus tentang lingkungan hidup. Dalam penelitian ini, diteliti artikel-artikel mengenai lingkungan hidup di majalah remaja GoGirl!. Artikel-artikel yang diteliti ini dimuat dalam rubrik khusus “Green Page” yang selalu ada di setiap edisi majalah remaja GoGirl!. Topik yang diangkat di setiap edisi pada rubrik “Green Page” selalu berbeda namun tetap membawa pesan tentang go green. Lalu mengapa majalah GoGirl! yang diteliti? Majalah ini merupakan salah satu majalah dengan segmentasi pembaca remaja perempuan yang sangat peduli commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
4 digilib.uns.ac.id
terhadap permasalahan lingkungan hidup. Majalah ini juga yang mempelopori kepedulian terhadap lingkungan, hal ini terlihat dari ukuran majalah yang diperkecil dan dicetak menggunakan kertas bekas, memuat artikel dan membuat rubrik khusus tentang peduli lingkungan secara tematik hingga acara off-air dengan tema peduli lingkungan. Penelitian ini menggunakan metode analisis wacana kritis Teun A. van Dijk yaitu dengan menganalisis setiap artikel lingkungan hidup di rubrik “Green Page”. Penelitian ini melihat bagaimana majalah remaja sebagai salah satu media massa mampu menyampaikan pesan untuk sadar lingkungan hidup kepada pembacanya yang mayoritas berusia remaja melalui artikel-artikel yang dimuat dalam rubrik khusus “Green Page”. Sebab, untuk peduli terhadap lingkungan, bukan saja menjadi tanggung jawab orang dewasa, namun usia remaja bahkan anak kecilpun juga bertanggungjawab terhadap kelangsungan lingkungan hidup. Remaja khususnya yang masih duduk dalam jenjang pendidikan adalah modal dasar pembangunan di masa mendatang. Melalui pembekalan awal, akan memacu kepedulian terhadap hal-hal yang positif, khususnya terhadap lingkungan. Selain memperoleh pembekalan, peranan masyarakat (remaja) juga memiliki pengetahuan yang ada di lingkungannya (kearifan lokal), sehingga bisa saling membagikan pengetahuannya. Kelak akan memacu terhadap penelitian yang bersifat perorangan, serta mengetahui persis kondisi alam lingkungan di sekitarnya (Waryono, 2009:4-5). Penelitian ini meneliti bagaimana sebuah media massa khususnya majalah remaja untuk menyampaikan pesan peduli lingkungan melalui artikel-artikel di commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
5 digilib.uns.ac.id
rubrik khusus “Green Page” majalah GoGirl! kepada pembacanya. Dalam menyampaikan sesuatu yang sangat penting kepada remaja bukanlah hal yang mudah, terlebih lagi adalah menyampaikan pesan untuk peduli lingkungan yang mungkin dianggap oleh beberapa remaja adalah hal yang sulit ataupun malah dianggap bukan seharusnya mereka yang melakukan hal tersebut.
B.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut: Bagaimana wacana yang terdapat pada artikel-artikel di rubrik “Green Page” Majalah GoGirl! Edisi Juli-Desember 2011 dibangun?
C.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana wacana yang terdapat
pada artikel-artikel di rubrik “Green Page” Majalah GoGirl! Edisi Juli-Desember 2011 dibangun.
D.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoritis
maupun praktis. Pada tataran teoritis, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan pencerahan mengenai model analisis wacana pada salah satu bentuk wacana yang termuat dalam artikel di majalah remaja GoGirl! . Di tingkat praktis, hasil penelitian ini diharapkan mampu membantu masyarakat dalam memahami secara kritis wacana yang ada di media massa serta membantu menjelaskan commit to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
wacana yang dikembangkan oleh majalah remaja GoGirl! terkait dengan permasalahan lingkungan.
E.
Telaah Pustaka
1.
Majalah sebagai Saluran Komunikasi
a.
Komunikasi massa Deddy Mulyana mengatakan bahwa yang dipahami sebagai komunikasi
massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televisi), yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonim, dan heterogen (Mulyana, 2005:75). Sedangkan Harold Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan: Who Says What in Which Channel to Whom with What Effect?. Berdasarkan definisi Lasswell, terdapat beberapa unsur yang saling berkaitan satu sama lain dalam komunikasi, yaitu (Mulyana, 2005 : 62) : (1) Sumber, yang merupakan pihak yang memiliki kebutuhan untuk melakukan komunikasi, baik individu maupun kelompok (Mulyana, 2005:63). (2) Pesan, yaitu sesuatu yang hendak dikomunikasikan dari sumber kepada penerima berupa simbol verbal dan atau nonverbal yang mampu mewakili pendapat, gagasan, atau keinginan dari sumber (Mulyana, 2005:63).
commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(3) Saluran atau media, yaitu sarana yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesan kepada penerima. Bentuk pesan berupa verbal dan nonverbal membedakan saluran yang digunakan, bisa melalui tatap muka langsung maupun melalui media cetak (surat kabar, majalah) maupun media elektronik (radio, televisi) (Mulyana, 2005:63). (4) Penerima, yaitu pihak yang menerima pesan dari sumber. Penerima pesan memahami atau menafsirkan simbol-simbol yang termuat dalam pesan baik verbal maupun nonverbal kemudian diterima sebagai gagasan yang dapat dipahami (Mulyana, 2005:64). (5) Efek, yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah menerima pesan dari sumber, seperti perubahan sikap, perubahan keyakinan, perubahan perilaku, dan lainnya (Mulyana, 2005:63). Secara
singkat, dapat dipahami bahwa komunikasi merupakan sebuah
proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan melalui media sehingga mampu menimbulkan efek tertentu. Komunikasi massa menggunakan media seperti media cetak, media elektronik, maupun media lainnya untuk menyampaikan pesan. Melalui definisi komunikasi massa yang sudah dijelaskan oleh beberapa ahli di atas, dapat diperoleh karakteristik dari komunikasi massa. Komunikasi massa berbeda dengan komunikasi lainnya karena komponen-komponen yang terlibat di dalamnya berbeda satu sama lain. Berikut akan dijelaskan mengenai karakteristik komunikasi massa (Ardianto, 2005:7). commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Karakteristik komunikasi massa yang pertama adalah komunikator terlembagakan. Wright mengatakan bahwa komunikasi juga melibatkan lembaga, dan komunikatornya bergerak dalam organisasi yang kompleks. Sebagai contoh dalam proses penyampaian pesan melalui media cetak, dalam hal ini dicontohkan adalah surat kabar, diawali dari pembuatan pesan dalam bentuk artikel kemudian diperiksa oleh penanggungjawab rubrik lalu diserahkan kepada redaksi untuk diperikas layak atau tidaknya pesan tersebut dimuat dengan pertimbangan tidak menyalahi kebijakan dari lembaga media massa. Selanjutnya ketika pesan dianggap layak, maka dibuat setting untuk lay-out hingga tahap akhir dicetak kemudian didistribusikan pesan tersebut kepada pembacanya. Proses ini merupakan contoh dari betapa komunikator itu merupakan sekumpulan orang sesuai dengan job desk masing-masing memproses pesan tersebut hingga dapat sampai kepada komunikan atau penerima pesan (Ardianto, 2005:7-8). Yang kedua, karakteristik
komunikasi
massa adalah pesan
yang
disampaikan bersifat umum. Pesan yang dibuat bersifat umum karena tidak hanya ditujukan untuk orang-orang tertentu namun ditujukan kepada semua orang. Pesan dapat berupa fakta maupun opini. Namun tidak semua fakta atau peristiwa yang terjadi di sekitar kita dapat dianggkat menjadi pesan (Ardianto, 2005:8). Berikutnya adalah komunikan anonim dan heterogen. Dalam komunikasi massa, tidak dikenal komunikan (anonim) karena proses komunikasinya menggunakan media dan tidak dilakukan tatap muka. Selain itu, komunikannya heterogen karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang dikelompokkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
9 digilib.uns.ac.id
berdasar usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, latar belakang budaya, agama, dan tingkat ekonomi (Ardianto, 2005:9). Karakteristik yang keempat adalah media massa mampu menimbulkan keserempakan. Jumlah komunikan relatif banyak dan tidak terbatas serta secara serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama pula, hal ini yang membedakan komunikasi massa dengan komunikasi lainnya (Ardianto, 2005:10). Yang kelima adalah komunikasi mengutamakan isi daripada hubungan. Dalam sebuah proses komunikasi pasti melibatkan unsur isi dan hubungan, namun dalam komunikasi massa, yang terpenting adalah unsur isi. Pesan disusun sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu dana disesuaikan dengan karakteristik media massa yang akan digunakan (Ardianto, 2005:10-11). Selanjutnya, komunikasi massa bersifat satu arah, hal ini dijelaskan bahwa proses komunikasi dilakukan melalui media massa sehingga komunikator yang aktif menyampaikan pesan dan komunikan yang juga aktif menerima pesan tidak bisa bertatap muka langsung (Ardianto, 2005:11). Karakteristik komunikasi massa yang ketujuh adalah stimulasi alat indra yang “terbatas”. Karakteristik ini juga menjadi kelemahan bagi komunikasi massa karena dalam prosesnya, stimulasi alat indra bergantung pada jenis media massa (Ardianto, 2005:12). Yang terakhir adalah umpan balik yang tertunda. Efektivitas komunikasi seringkali dapat dilihat dari feedback yang disampaikan komunikan. Feedback terbagi menjadi dua, yaitu umpan balik yang bersifat langsung (direct feedback) commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan umpan balik yang bersifat sementara (immediate feedback). Namun dalam komunikasi massa, feedback tertunda karena komunikator dan komunikan tidak bisa kontak langsung (Ardianto, 2005:12). Selain itu, diungkapkan fungsi-fungsi dari komunikasi massa, yaitu (Effendy, 2004:31) : (1) Menyiarkan informasi (to inform) Khalayak pembaca membeli maupun berlangganan majalah karena ingin memenuhi kebutuhannya akan informasi maupun berita. Informasi yang disiarkan biasanya berbentuk berita maupun gagasan (Effendy, 2004:31). (2) Mendidik (to educate) Selain memberikan informasi, media massa juga memuat tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan sehingga pembaca saat membaca majalah tidak hanya memperoleh informasi namun juga pengetahuan (Effendy, 2004:31). (3) Menghibur (to entertain) Tulisan yang bersifat menghibur dimuat untuk mengimbangi beritaberita berat dan artikel-artikel yang berbobot. Maksud pemuatan isi yang mengandung hiburan itu semata-mata untuk melemaskan pikiran setelah pembaca membaca berita maupun artikel yang berat (Effendy, 2004:31).
commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(4) Mempengaruhi (to influence) Informasi yang dimuat bukan dibuat tanpa adanya tujuan tertentu. Sebagai contoh, majalah memuat tulisan-tulisan yang di dalamnya mengandung pesan-pesan sehingga para pembaca mendapat pengaruh yang baik, terinspirasi, serta termotivasi (Effendy, 2004:31). b.
Majalah Merupakan salah satu media cetak yang kini bisa ditemui dengan berbagai
pilihan kategori yang juga memuat berbagai pesan sesuai dengan kategori masingmasing majalah. Menurut Slamet Soeseno, yang dimaksud dengan majalah adalah wadah yang terbit mingguan atau bulanan yang tidak berupa lembaran lebar yang disebut koran, tetapi lembaran kecil yang dijilid seperti buku (Soeseno, 1993:7). Sedangkan menurut Kurniawan Junaedhi dalam bukunya Rahasia Dapur Majalah Indonesia memberikan pengertian bahwa yang disebut dengan majalah adalah (Junaedhi, 1995:xiii) : (1) Media cetak yang terbit secara berkala, tapi bukan yang terbit setiap hari (Junaedhi, 1995 : xiii). (2) Media cetak itu bersampul, setidak-tidaknya punya wajah, dan dirancang secara khusus (Junaedhi, 1995 : xiii). (3) Media cetak itu dijilid atau sekurang-kurangnya memiliki sejumlah halaman tertentu (Junaedhi, 1995 : xiii).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
12 digilib.uns.ac.id
(4) Media cetak itu, harus berformat tabloid, atau saku, atau format konvensional sebagaimana format majalah yang kita kenal selama ini (Junaedhi, 1995 : xiii). Berbeda dengan surat kabar yang selalu menyuguhkan berita aktual dan informasi yang bersifat menerangkan, majalah cenderung lebih banyak berisi feature dan biasanya dilengkapi dengan foto maupun gambar ilustrasi serta halaman yang beberapa atau keseluruhannya dicetak berwarna sehingga lebih terlihat menarik daripada koran. Majalah selalu memuat tulisan yang tidak lekang oleh waktu sehingga informasi yang disajikan tidak akan basi jika dibaca suatu saat nanti. Dalam penulisan majalah yang kebanyakan memuat feature, akan lebih banyak mengulas unsur “mengapa” dan “bagaimana”. Bahan di dalam majalah bukanlah tulisan yang ditulis oleh wartawan yang menuruti kesenangannya sendiri melainkan menomorsatukan apa yang menjadi keinginan pembacanya. Majalah sebagai media massa muncul setelah surat kabar dan sejarah kemunculan majalah pun bermula dari Eropa dan Amerika. Berawal pada 1704, Daniel Depoe menerbitkan majalah Review di London, Inggris yang memuat berita, artikel, kebijakan nasional, aspek moral, dan lainnya. Kemudian pada tahun 1820-an sampai 1840-an merupakan zaman keemasan majalah dan majalah yang paling populer saat itu adalah North American Review dan Saturday Evening Post yang terbit pada 1821. Selanjutnya pada abad 20, Reader’s Digest yang diterbitkan Dewitt Wallace dan Lila menjadi majalah dengan pelanggan sebanyak 18 juta untuk pembaca di Amerika saja dan pembaca lainnya di dunia. Kesuksesan juga dikecap Hugh Hefner yang menerbitkan majalah khusus pria, commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Playboy pada 1953 dan di tahun 1970-an sirkulasinya mencapai enam juta eksemplar (Ardianto, 2005 : 109-110). Di Indonesia sendiri, majalah muncul menjelang dan awal kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945. Pantja Raja, yang merupakan majalah bulanan terbit pertama kali pada 1945 di bawah pimpinan Markoem Djojohadikusumo dengan prakata Ki Hajar Dewantara selaku Menteri Pendidikan pertama RI. Kemudian di awal kemerdekaan, Soemanang, S.H. menerbitkan Revue Indonesia yang dalam satu edisinya mengemukakan gagasan perlunya koordinasi penerbitan surat kabar yang jumlahnya ratusan dengan satu tujuan untuk menghancurkan sisa-sisa kekuasaan Belanda dan menempa semangat persatuan nasional. Di zaman orde lama, perkembangan majalah tidak begitu baik karena sedikitnya majalah yang terbit. Sejarah mencatat Star Weekly dan majalah mingguan Geledek namun hanya berumur beberapa bulan saja. Pada tahun 1966 yang merupakan awal zaman orde baru, banyak majalah yang terbit dan cukup beragam jenisnya hal ini sejalan dengan kondisi perekonomian Indonesia yangsemakin baik dan tingkat pendidikan masyarakat yang semakin maju (Ardianto, 2005:110-111). Meskipun sama-sama sebagai media cetak, namun majalah tetap memiliki karakteristik yang berbeda dengan surat kabar, yaitu (Ardianto, 2005 : 113-115) : (1) Penyajian lebih dalam Majalah pada umumnya terbit mingguan, dwi mingguan, hingga bulanan, dalam hal ini memudahkan wartawan maupun reporternya memilik waktu yang lebih longgar untuk melakukan liputan hingga commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
14 digilib.uns.ac.id
penyajian berita dan informasinya dapat dibahas secara lebih mendalam (Ardianto, 2005 : 113). (2) Nilai aktualitasnya lebih lama Berbeda dengan nilai aktualitas sebuah berita yang dimuat pada surat kabar, maka nilai aktualitas pada majalah bisa satu minggu atau bahkan berita maupun informasi yang disajikan tidak akan pernah basi walaupun kita membacanya beberapa waku yang akan datang (Ardianto, 2005 : 113). (3) Gambar ilustrasi dan foto Tampilan majalah lebih menarik daripada tampilan surat kabar karena dalam majalah yang memiliki banyak halaman, di setiap halamannya mampu disisipi gambar ilustrasi maupun foto terkait berita dan informasi yang disajikan. Gambar ilustrasi dan foto tersebut dicetak dengan berbagai ukuran serta warna-warna yang mampu membuat tampilan majalah lebih menarik (Ardianto, 2005 : 114). (4) Cover sebagai daya tarik Selain dimuat foto, pada cover juga biasanya dimuat informasi maupun berita yang akan dibahas pada edisi tersebut sehingga cover memiliki daya tarik sendiri. Bahan untuk cover berbeda dengan isi, karena lebih tebal daripada kertas untuk halaman isi (Ardianto, 2005 : 115-116). Selain sudah disebutkan tentang karakteristik majalah, tentunya setiap majalah yang sejak awal dibentuk oleh redaksi telah menentukan siapa segmen pembaca majalahnya, Junaedhi menggolongkan jenis majalah sesuai pembacanya commit to user
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berdasarkan: jenis kelamin (pria, wanita), hobi dan minat (interior, psikologi, otomotif, arsitektur, dan sebagainya), dan usia (anak-anak, remaja, keluarga) (Junaedhi, 1995 : xiv). Majalah remaja termasuk dalam kategori majalah yang terbagi sesuai usia. Munculnya segmentasi pembaca remaja dikarenakan remaja tidak hanya mengalami perkembangan secara fisik namun juga perkembangan rekreasi. Menurut Hurlock, perkembangan minat rekreasi terjadi pada permainan olahraga, bepergian, hobi, dansa, membaca, menonton, radio dan kaset, televisi, dan melamun. Khusus pada hal membaca, remaja telah membatasi waktunya untuk membaca sebagai salah satu bentuk rekreasi, dan yang cenderung mereka baca adalah majalah daripada membaca buku (Hurlock, 1997:45). 2.
Feature Menurut Mappatoto, feature atau karangan khas yang selalu ada di dalam
media massa memiliki pengertian sebagai karangan ringan yang bersifat umum dengan melukiskan suatu pernyataan dengan lebih rinci sehingga apa yang dilaporkan hidup dan tergambar dalam imajinasi pembaca. Feature terkadang bersifat subyektif dan dirancang untuk menghibur dan memberitahu pembaca tentang peristiwa, situasi atau aspek kehidupan (Mappatoto, 1994:2-3). Sedangkan Soeseno menyebutkan struktur penulisan feature berbeda dengan sturktur news (berita/ press release) yang disusun seperti piramida terbalik terdiri dari lead, tubuh dan penutup saja. Sedangkan feature disusun seperti kerucut terbalik yang terdiri atas: (lead, jembatan di antara lead dan tubuh, tubuh tulisan dan penutup (Soeseno, 1997:77).
commit to user
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 1.1 Struktur penulisan feature
Sumber: (Soeseno, 1997:78) Pembuka atau lead merupakan bagian penting dalam penulisan feature. Sebuah lead bisa terdiri dari hanya satu paragraf, bisa pula tersusun atas beberapa paragraf. Lead dalam struktur feature digunakan sebagai alat pemancing minat dan atensi pembaca. Selanjutnya terdapat jembatan yang menjadi perantara antara lead dengan tubuh yang berperan seakan-akan melukiskan identitas dan situasi dari hal yang akan dituturkan nanti. Selanjutnya tubuh feature yang berisi situasi dan proses disertai penjelasan mendalam tentang bagaimana dan mengapa. Sturktur feature diakhiri dengan penutup yang menimbulkan kesan mendalam dan kuat dibenak pembaca, serta menumbuhkan hasrat pembaca untuk terus memakai gagasan-gagasan yang diterimanya dari penulis (Soeseno, 1997:78). Feature yang sering dimuat di media massa dapat dipilah-pilah jenisnya. Jenis-jenis feature tersebut sangat bermanfaat untuk memberikan wawasan kepada wartawan, betapa luasnya permasalahan yang bisa dijadikan feature. Jenis-jenis feature tersebut diuraikan Ermanto sebagai berikut (Ermanto, 2005: 149-150) : commit to user
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Feature human interest Feature human interest ialah feature yang menyajikan permasalahanpermasalahan kehidupan yang memiliki daya tarik manusiawi/ human interest, permasalahan hidup yang menyentuh rasa/ lubuk hati manusia (Ermanto, 2005:149). b. Feature sejarah Jenis feature ini mengangkat persoalan sejarah yang menarik untuk dicerna pembaca masa kini. Persoalan-persoalan yang terdapat dalam peristiwa sejarah pantas disajikan kembali, sepanjang wartawan mampu menemukan sisi-sisi yang menarik yang disajikan dengan sudut pandang tertentu (Ermanto, 2005:149). c. Feature biografi Feature ini mengangkat sosok yang terkenal. Keberhasilan dan sikap hidup seseorang yang disegani atau dikagumi amat penting diketahui oleh masyarakat (Ermanto, 2005:149). d. Feature perjalanan Feature perjalanan objeknya hampir sama dengan reportase, sebab perjalanan wartawan dapat dijadikan reportase. Dalam penulisan reportase, permasalahan yang ditemui dalam perjalanan dijadikan dalam pendalaman
data
dan
fakta.
Sedang dalam
penulisan
feature,
permasalahan yang dijadikan feature merupakan permasalahan yang dianggap penting walaupun sederhana, menarik, dan bermanfaat bagi pembaca (Ermanto, 2005:150). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
18 digilib.uns.ac.id
e. Feature petunjuk melakukan sesuatu Feature ini mengajarkan kepada orang lain (pembaca) untuk melakukan sesuatu. Feature ini biasanya berbentuk tulisan-tulisan yang memberi petunjuk-petunjuk sederhana (Ermanto, 2005:150). Selain itu, penulisan feature dalam sebuah media cetak memiliki peran, antara lain (Kurnia, 2003 : 232-235): a. Feature sebagai jembatan Dalam perkembangan jurnalisme, feature merupakan teknik penulisan yang mengatasi kekakuan straight news dalam meng-cover berita-berita utama (hard news atau spot news) (Kurnia, 2003 : 232). b. Feature sebagai news story Feature disini berperan sebagai alat pemberitaan yang dapat menunjang kekuatan tulisan. Hal tersebut tercermin ketika penulis menentukan sasaran dan efek tulisannya, serta menyusun elemen fakta dan elemen waktu (timelines) menjadi materi tulisan yang erat kaitannya dengan berita utama (Kurnia, 2003 : 233). c. Feature sebagai artikel Feature berperan sebagai penyelamat yang dapat mengatasi kelemahan penyajian berita majalah yang dianggap sudah basi. Dengan rekayasa yang kreatif, isu-isu yang telah digarap dalam surat kabar diolah menjadi sajian yang tetap hangat, aktual, dan memikat. Penulisan artikel feature yang lengkap bertujuan sebagai hiburan; memberi informasi (to inform); mengajarkan sesuatu (to teach) (Kurnia, 2003 : 234). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
19 digilib.uns.ac.id
d. Feature sebagai esai Proses asimolasi timbul saat feature memasuki struktur penulisan esai. Proses tersebut berlangsung dalam tataran penentuan tujuan saat menulis esai (yang kerap kontemplatif) dengan hasil tulisannya (yang menyerap gaya struktur feature) (Kurnia, 2003 : 235). 3.
Mengangkat Masalah Lingkungan ke Media Massa Banyaknya berita mengenai kerusakan alam mulai dari gunung meletus,
kekeringan, kebakaran hutan, dan lain sebagainya diketahui masyarakat melalui televisi dan surat kabar. Namun para ahli kurang puas terhadap pemberitaan tentang kerusakan alam yang telah dilakukan karena dianggap belum sempurna karena masih sering terjadi kesalahan dalam pemberitaan masalah lingkungan seperti tidak adanya informasi yang relevan dengan pemberitaan, judul yang sering menyesatkan, serta kurangnya pemikiran lebih dalam mengenai resiko pemberitaan (Salomence dalam Abrar, 1993:59-60). Susanto dalam artikelnya “Media Massa dalam Menyelatkan Lingkungan” menyatakan bahwa eksistensi media yang dapat menyebarkan pesan kepada khalayak luas, dimanfaatkan untuk menyadarkan masyarakat terhadap pentingnya pelestarian lingkungan hidup untuk kesejahteraan manusia. Melalui pemberitaan, kampanye publik, iklan layanan masyarakat, dan propaganda, media diharapkan mampu berperan dalam menjaga keseimbangan alam, lingkungan sosial, ekonomi dan politik yang berkembang dalam satu kawasan. Pada dasarnya media dengan kekuatan komunikasinya harus berjalan seiring dengan program pemeliharaan lingkungan (Susanto, 2011:ch.IV). commit to user
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menurut Lembaga Pers Dr. Sutomo dalam Atmakusumah menggungkapkan bahwa terdapat tiga misi utama media massa di bidang lingkungan, yaitu menumbuhkan
kesadaran
masyarakat
akan
masalah-masalah
lingkungan;
merupakan wahana pendidikan untuk masyarakat dalam menyadari perannya dalam mengelola lingkungan; memiliki hak mengoreksi dan mengontrol dalam masalah pengelolaan lingkungan hidup (Atmakusumah, 1996:58). Menurut Friedman, untuk membuat tulisan lebih mendalam tentang lingkungan, penulisan jurnalistik lingkungan perlu menjawab pertanyaan lebih dari satu, “what”, “who”, “why”, dan “how” (Atmakusumah, 1996:45). Begitu besar peran media massa dalam menggerakkan kesadaran masyarakat tentang persoalan lingkungan karena dengan meningkatnya pengetahuan serta kesadaran masyarakat mampu menjadi kunci sukses untuk memecahkan masalah lingkungan yang sedang berkembang. Survei penelitian komunikasi lingkungan dari empat dekade terakhir, artikel melukiskan beberapa tren kunci dan pendekatan dalam penelitian yang telah berusaha untuk mengatasi peran yang dimainkan oleh media dan proses komunikasi dalam elaborasi, definisi publik dan politik dan kontestasi masalah lingkungan dan masalah. Kebutuhan untuk menyambung kembali tradisional, tetapi secara tradisional juga relatif berbeda, tiga fokus utama penelitian komunikasi pada media dan isu-isu lingkungan: produksi/ konstruksi pesan-pesan media dan komunikasi publik; konten/ pesan media komunikasi, dan dampak dari media dan komunikasi publik tentang pemahaman publik/ politik dan tindakan berkenaan dengan lingkungan, dan kebutuhan untuk media dan penelitian commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
21 digilib.uns.ac.id
komunikasi pada isu-isu lingkungan/ kontroversi untuk berhubungan kembali dengan masalah sosiologis tradisional tentang kekuasaan dan ketidaksetaraan di ruang publik, terutama dalam hal menunjukkan bagaimana ekonomi, kekuasaan politik dan budaya secara signifikan mempengaruhi kemampuan untuk berpartisipasi dalam dan mempengaruhi sifat komunikasi “dimediasi” masyarakat tentang lingkungan (Hansen, 2011:75). Namun, dalam mengkomunikasikan pesan, perlu diperhatikan siapa sasaran dari pesan kita, meskipun pesan yang hendak disampaikan sama namun bahasa yang digunakan berbeda. Dalam hal ini adalah remaja sebagai pembaca sehingga penulisan pesan lebih baik singkat namun tetap menarik dan menginspirasi. Dalam hal ini, penyampaian pesan melalui artikel dilakukan terus menerus agar pesan yang ingin disampaikan bisa diterima dengan baik oleh pembacanya. Sesuai perannya, majalah yang merupakan salah satu bentuk media cetak memiliki tugas untuk menyampaikan berbagai informasi, termasuk informasi tentang lingkungan. Penyebaran informasi
mengenai lingkungan sangat
diperlukan mengingat isu lingkungan sangat berkaitan erat dengan kualitas hidup manusia. Berbagai artikel mengenai lingkungan sudah banyak dimuat di beberapa surat kabar, namun merupakan hal yang baru jika artikel tentang lingkungan terkhusus tentang pemanasan global dimuat di majalah remaja yang kebanyakan membahas tentang fashion. Majalah remaja seakan ingin membangun karakter pembacanya yang kebanyakan adalah remaja untuk lebih peduli terhadap lingkungan sehingga lingkungan bisa dikelola dengan baik dan mampu meningkatkan kualitas hidup manusia. Tanggung jawab mengelola lingkungan commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bukan lagi menjadi tanggung jawab orang yang lebih dewasa, namun semua usia bertanggungjawab atas kelangsungan lingkungan. Dalam jurnal “Pemaknaan Isu Pemanasan Global dan Lingkungan di Media oleh Kaum Perempuan Urban”, Sarwono menyatakan bahwa pemberitaan mengenai lingkungan hidup akan menarik apabila informannya wanita terlebih lagi dari kalangan artis. Terlebih artis idola remaja melakukan sesuatu yang berkaitan dengan peduli lingkungan, maka akan ada pemberitaan mengenai hal tersebut dan dimaksudkan akan lebih mudah memaknai peduli lingkungan apabila dilakukan oleh idolanya. Namun, dalam penelitian ini juga, tidak harus dengan cara memberitakan artis yang terlibat dalam kegiatan peduli lingkungan, namun juga dapat disosialisasikan melalui pendidikan, hukum, dan adanya roll mode (Sarwono, 2010:178-190). Selain itu, Jun Yin dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa ada pengaruh besar dari sikap lingkungan kaum elit pada sikap lingkungan masyarakat, hal ini menunjukkan bahwa sikap pro-lingkungan dapat dipelajari dari elit dan bahwa upaya untuk mengubah sikap publik pertama harus diarahkan pada para elit yang nantinya mempengaruhi publik massa. Kaum elit disini dimaksudkan oleh orang-orang berkuasa yang pendapatnya sangat berpengaruh terhadap khalayak masyarakat. Jika kaum elit dan pesan media pro-lingkungan, maka kesadaran lingkungan, kepedulian, dan dukungan untuk perlindungan lingkungan dapat disosialisasikan walaupun di kalangan publik didominasi oleh nilai-nilai materialis atau orang kurang pengalaman langsung dengan masalah lingkungan (Yin, 1999:82).
commit to user
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.
Analisis Wacana
a.
Definisi analisis wacana Wacana merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris yakni discourse.
Sementara kata discourse berasal dari bahasa Latin discursus yang berarti lari kian kemari, diturunkan dari dis-dari dalam arah yang berbeda dan currere-lari. Kemudian menurut Webster dalam Analisis Teks Media, kata tersebut dimaknai sebagai (Sobur, 2003:57) : (1) Komunikasi pikiran dengan kata-kata; ekspresi ide-ide atau gagasangagasan; konversasi atau percakapan (Sobur, 2003:57). (2) Komunikasi secara umum, terutama sebagai suatu subyek studi atau pokok telaah (Sobur, 2003:57). (3) Risalah tulis; disertasi formal; kuliah; ceramah; khotbah (Sobur, 2003:57). Sementara Sobur menyimpulkan wacana sebagai rangkaian ujar atau rangkaian tindak tutur yang mengungkapkan suatu hal (subjek) yang disajikan secara teratur, sistematis, dalam satu kesatuan yang kohern, dibentuk oleh unsur segmental maupun non-segmental bahasa (Sobur, 2003 : 23). Lain halnya dengan Littlejohn yang mengungkapkan bahwa analisis wacana lahir dari kesadaran bahwa persoalan yang terdapat dalam komunikasi bukan terbatas pada penggunaan kalimat atau bagian kalimat, fungsi ucapan, tetapi juga mencakup struktur pesan yang lebih kompleks dan inheren yang disebut wacana (Sobur, 2003:25). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
24 digilib.uns.ac.id
Sementara itu, padangan Mills dalam buku Analisis Teks Media mengatakan bahwa analisis wacana merupakan sebuah reaksi terhadap bentuk linguistic tradisional yang bersifat formal (linguistic structural). Menurut Mills linguistik tradisional ini memfokuskan kajiannya pada pilihan unit-unit dan struktur-struktur kalimat tanpa memperhatikan hal-hal analisis bahasa dalam penggunaannya. Sedangkan analisis wacana justru lebih memperlihatkan hal-hal yang berkaitan dengan struktur pada level kalimat, misalnya hubungan ketatabahasaan (gramatikal) seperti subjek-kata kerja-objek, sampai pada level yang lebih luas daripada teks (Sobur, 2003:13). b.
Karakteristik analisis wacana Fairclough, van Dijk, dan Wodak menyebutkan karakteristik analisis
wacana kritis sebagai berikut (Eriyanto, 2009:7-14) : (1) Tindakan Wacana dipahami sebagai sebuah tindakan (action) yang diasosiakan sebagai bentuk interaksi. Wacana dipandang sebagai sesuatu yang bertujuan, apakah untuk mempengaruhi, mendebat, membujuk, menyangga, beraksi dan sebagainya. Kedua, wacana dipahami sebagai sesuatu yang diekspresikan secara sadar, terkontrol, bukan sesuatu yang di luar kendali atau diekspresikan di luar kesadaran (Eriyanto, 2009:8). (2) Konteks Analisis wacana kritis mempertimbangkan konteks dari wacana, seperti latar, situasi, peristiwa dan kondisi. Wacana di sini dipandang diproduksi, dimengerti, dan dianalisis pada suatu konteks tertentu. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
25 digilib.uns.ac.id
Mengikuti Guy Cook, analisis wacana juga memeriksa konteks dari komunikasi: siapa yang mengkomunkasikan dengan siapa dan mengapa; dalam jenis khalayak dan situasi apa; melalui medium apa; bagaimana perbedaan tipe dari perkembangan komunikasi; dan hubungan untuk setiap masing-masing pihak. Guy Cook menyebutkan ada tiga hal yang sentral dalam pengertian wacana; teks, konteks, dan wacana. Teks adalah semua bentuk bahasa, bukan hanya kata-kata yang tercetak di lembar kertas, tetapi juga semua jenis ekspresi komunikasi, ucapan, musik, gambar, efek suara, citra dan sebagainya. Konteks memasukkan semua situasi dan hal yang berada di luar teks (Eriyanto, 2009:8-10). (3) Historis Pemahaman mengenai wacana teks ini hanya akan diperoleh kalau kita bisa memberikan konteks historis di mana teks itu diciptakan. Bagaimana situasi sosial politik, suasana pada saat itu. Oleh karena itu, pada waktu melakukan analisis perlu tinjauan untuk mengerti mengapa wacana yang berkembang atau dikembangkan seperti itu, mengapa bahasa yang dipakai seperti itu, dan seterusnya (Eriyanto, 2009:10-11). (4) Kekuasaan Setiap wacana yang muncul, dalam bentuk teks, percakapan atau apa pun, tidak dipandang sebagai seusatu yang alamiah, wajar dan netral tetapi merupakan bentuk pertarungan kekuasaan. Analisis wacana kritis tidak membatasi dirinya pada detil teks atau struktur wacana saja tetapi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
26 digilib.uns.ac.id
juga menghubungkan dengan kekuatan dan kondisi sosial, politik, ekonomi dan budaya tertentu. Kekuasaan itu dalam hubungannya dengan wacana, penting untuk melihat apa yang disebut sebagai kontrol. Kontrol di sini tidaklah harus selalu dalam bentuk fisik dan langsung tetapi juga kontrol secara mental atau psikis. Bentuk kontrol terhadap wacana tersebut dapat berupa kontrol atas konteks, atau dapat juga diwujudkan dalam bentuk mengontrol struktur wacana (Eriyanto, 2009:11-12). (5) Ideologi Wacana dipandang sebagai medium kelompok yang dominan mempersuasi dan mengkomunikasikan kepada khalayak produksi kekuasaan dan dominasi yang mereka miliki, sehingga tampak absah dan benar. Ideologi dari kelompok dominan hanya efektif jika didasarkan pada kenyataan bahwa anggota komunitas termasuk yang didominasi menganggap hal tersebut sebagai kebenaran dan kewajaran (Eriyanto, 2009:13-14). c.
Unsur-unsur wacana Menurut Mulyana, wacana memiliki dua unsur utama, yaitu unsur dalam
(internal) dan unsur luar (eksternal). Unsur internal wacana berkaitan dengan aspek formal kebahasaan yang terdiri atas satuan kata atau kalimat. Untuk menjadi susunan wacana yang lebih besar, satuan kata atau kalimat tersebut akan bertalian dan bergabung. Sedangkan unsur eksternal wacana berkaitan dengan unsur luar bahasa, seperti latar belakang budaya pengguna bahasa tersebut. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
27 digilib.uns.ac.id
Kehadirannya berfungsi sebagai pelengkap keutuhan wacana. Unsur-unsur eksternal wacana itu terdiri atas implikatur, preposisi, referensi, inferensi, dan konteks wacana. Kedua unsur itu membentuk suatu kepaduan dalam satu struktur yang utuh dan lengkap (Mulyana, 2005: 7-24). d.
Pendekatan – pendekatan analisis wacana Fairclough dan Wodak menjelaskan mengenai beberapa pendekatan dari
analisis wacana yang diringkas sebagai berikut (Eriyanto, 2009:15-18): (1) Analisis bahasa kritis (critical linguistics) Pendekatan ini melihat bagaimana gramatika bahasa mampu membawa posisi dan makna ideologi tertentu. Dengan kata lain, aspek ideologi dapat dialami dengan melihat pilihan bahasa dan struktur tata bahasa yang digunakan (Eriyanto, 2009:15). (2) Analisis wacana pendekatan Perancis (French discourse analisys) Pendekatan Pecheux ini banyak dipengaruhi oleh teori ideologi Althusser dan teori wacana Foucault yang mempertemukan bahasa dan ideologi pada pemakaian dan materialisasi bahasa pada ideologi (Eriyanto, 2009:16). (3) Pendekatan kognisi sosial (socio cognitive approach) Pendekatan kognisi sosial dikembangkan oleh Teun van Dijk. Disebut kognisi sosial karena van Dijk melihat faktor kognisi sebagi elemen penting dalam produksi wacana. Wacana dilihat bukan hanya dari struktur wacana tetapi juga menyertakan bagaimana wacana itu diproduksi (Eriyanto, 2009:16). commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(4) Pendekatan perubahan sosial (sosiocultural change approach) Pendekatan ini memusatkan perhatian pada bagaimana hubungan wacana dan perubahan sosial. Wacana di sini dipandang sebagai praktik sosial, ada hubungan dialektis antara praktik diskursif tersebut dengan identitas dan relasi sosial (Eriyanto, 2009:17). (5) Pendekatan wacana sejarah (discourse historical approaches). Dalam pendekatan ini, analisis wacana harus menyertakan konteks sejarah. Hal ini berkaitan dengan bagaimana wacana tentang suatu kelompok atau komunitas digambarkan (Eriyanto, 2009:17). e.
Model-model analisis wacana Menurut Lubis, penggunaan pendekatan analisis wacana dalam ranah
penelitian merupakan sesuatu yang relatif baru. Meski demikian sebenarnya telah banyak ahli yang mengembangkan model pendekatan analisis wacana. Di antara para ahli yang mengembangkan model analisis wacana antara lain Roger Fowler (1979), Theo Van Leeuwen (1986), Sara Mills (1992), Norman Fairclough (1998) dan Teun Van Dijk (1998) yang akan dijelaskan di bawah ini (Sobur, 2003:73) : (1) Model analisis wacana Roger Fowler (1979) Dalam model analisis ini, dibahas mengenai kosakata yang digunakan di dalam bahasa pemberitaan di media cetak, kemudian mengenai tata bahasa yakni efek bentuk kalimat pasif dan efek nominalisasi, serta kerangka analisis yang digunakan dalam menganlisis teks wacana di media cetak meliputi kata dan susunan kata atau kalimat (Eriyanto, 2009:133-164).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
29 digilib.uns.ac.id
(2) Model analisis wacana Theo van Leeuwen (1986) Theo Van Leeuwen memperkenalkan model analisis wacana untuk mendeteksi dan meneliti bagaimana suatu kelompok atau seseorang dimarjinalkan posisinya dalam suatu wacana. Model analisis ini secara umum menampilkan bagaimana pihak-pihak dan aktor (bisa seseorang atau kelompok) ditampilkan dalam pemberitaan serta dapat digunakan dalam menganalisis wacana pemberitaan suatu teks berita (Eriyanto, 2009:171-195) (3) Model analisis wacana Sara Mills (1992) Pendekatan perspektif feminis Sara Mills lebih menekankan bagaimana perempuan dicitrakan dalam teks berita. Dengan konsep bagaimana posisi aktor-aktor dalam teks berita, akan didapatkan siapa yang dominan menceritakan kejadian (sebagai subjek) serta posisi yang ditarik ke dalam berita. Pendekatan perspektif feminis memberikan gambaran pada kita bagaimana citra perempuan dalam berita. Sara Mills memusatkan perhatiannya pada wacana tentang perempuan seperti bagaimana perempuan ditampilkan dalam teks, dalam novel, gambar, foto ataupun berita. Ada dua konsep inti dalam analisis wacana Sara Mills, yaitu posisi subjek-objek yang digunakan untuk melihat posisi subyek yang memberikan penafsiran atas sebuah peristiwa dan terhadap orang lain yang menjadi objek yang ditafsirkan dan posisi penulis-pembaca yang tidak hanya meninjau dari sisi penulis saja, namun mencoba menggali wacana yang muncul dari sisi pembaca. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
30 digilib.uns.ac.id
Sebab Mills menilai pembaca memiliki pengaruh ketika tulisan itu dibuat oleh penulis (Eriyanto, 2009:199-210). (4) Model analisis wacana Norman Fairclough (1998) Dalam melakukan penelitian menurut Fairclough, seorang peneliti atau penulis melihat teks sebagai hal yang memiliki konteks. Dengan demikian, untuk memahami wacana (naskah/ teks) tidak dapat melepaskan dari konteksnya. Untuk menemukan “realitas” di balik teks diperlukan penelusuran atas konteks produksi teks, konsumsi teks, dan aspek sosial budaya yang mempengaruhi pembuatan teks. Dikarenakan dalam sebuah teks tidak lepas akan kepentingan yang yang bersifat subjektif. Di dalam sebuah teks juga dibutuhkan penekanannya pada makna yaitu ketika sudah mendapat sebuah teks, maka akan juga didapatkan gambaran tentang teori yang akan dipakai untuk membedah masalah, maka langkah selanjutnya adalah menggabungkan kedua hal tersebut menjadi kesatuan yaitu dengan adanya teks tersebut dengan sebuah teori untuk membedahnya (Eriyanto, 2009:285–326). (5) Model analisis Teun A. Van Dijk (1998) (Eriyanto, 2009:221-274) Dari beberapa model analisis yang sudah dijelaskan di atas, model van Dijk merupakan model yang paling banyak digunakan. Model ini dinamakan kognisi sosial karena dalam penelitian ini juga dilibatkan proses dari pendekatan dari lapangan psikologi sosial, terutama untuk menjelaskan struktur dan proses terbentuknya suatu teks. Van Dijk juga menjelaskan bahwa penelitian wacana tidak cukup hanya didasarkan commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pada analisis teks saja, karena teks merupakah sebuah hasil produksi yang juga harus diamati. Pada level kognisi sosial dipelajari bagaimana proses produksi teks berita yang melibatkan kognisi individu dari komunikator. Sedangkan, aspek analisis sosial mempelajari bagunan wacana yang berkembang dalam masyarakat akan suatu masalah. Gambar 1.2 Model Analisis Van Dijk
Teks Kognisi Sosial Konteks
Sumber : (Eriyanto, 2009:225) (a) Teks Van Dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa bagian struktur yang masing-masing saling mendukung dan membaginya dalam tiga tingkat. Pertama, struktur makro merupakan makna global atau umum dari suatu teks yang dapat diamati dengan melihat topik atau tema yang dikedepankan dalam suatu teks. Kedua, superstruktural yaitu merupakan struktur wacana yang berhubungan dengan kerangka suatu teks. Ketiga, struktur mikro adalah makna wacana yang diamati dari bagian terkecil dari suatu teks seperti, kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, parafrase, dan gambar. Berikut dapat diuraikan satu persatu elemen wacana model van Dijk : commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 1.1 Elemen Wacana Model Van Dijk Struktur wacana Struktur makro
Hal yang diamati Tematik
Elemen Topik
Tema/ topik yang dikedepankan dalam berita
Superstruktur
Skematik
Skema
Bagaimana bagian dan urutan berita diskemakan dalam teks berita utuh Struktur mikro
Semantik
Latar, detil, maksud,
Makna yang ingin
pranggapan,
ditekankan dalam teks
nominalisasi
berita. Misal dengan memberi detil pada satu sisi atau membuat eksplisi satu sisi dan mengurangi detil sisi lain. Struktur mikro
Sintaksis
Bentuk kalimat,
Bagaimana kalimat
koherensi, kata ganti
(bentuk, susunan) yang dipilih. Struktur mikro
Stilistik
Leksikon
Bagaimana pilihan kata yang dipakai dalam teks berita. Struktur mikro
Retoris
Grafis, metafora,
Bagaimana cara
ekspresi
penekanan dilakukan.
commit to user Sumber : (Eriyanto, 2009:228-229)
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(b) Kognisi sosial Menurut Van Dijk, penelitian atas wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi yang harus juga diamati. Di sini harus dilihat juga bagaimana suatu teks diproduksi, sehingga diperoleh suatu pengetahuan mengapa teks bisa semacam itu. Proses produksi itu melibatkan suatu proses yang disebut sebagai kognisi sosial. Teks dibentuk dalam suatu praktik diskursus, suatu praktik wacana. Di sini ada dua bagian: teks yang mikro yang merepresentasikan suatu topik permasalahan dalam berita, dan elemen besar berupa struktur sosial. Van Dijk membuat suatu jembatan yang menghubungkan elemen besar berupa struktur sosial tersebut dengan elemen wacana yang mikro dengan sebuah dimensi yang dinamakan kognisi sosial. Kognisi sosial menunjukkan bagaimana proses teks tersebut diproduksi oleh wartawan/ media dan menggambarkan nilai-nilai masyarakat itu menyebar dan diserap oleh kognisi wartawan dan akhirnya digunakan untuk membuat teks berita. (c) Analisis sosial Wacana adalah bagian dari wacana yang berkembang dalam masyarakat. Sehingga untuk meneliti teks perlu dilakukan analisis intertekstualitas dengan meneliti bagaimana wacana pemberitaan commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tentang suatu hal diproduksi dan direkontruksi dalam masyarakat. Menurut van Dijk dalam analisis sosial ada dua poin, yaitu: (i) Kekuasaan (power) Kekuasaan untuk mengontrol kelompok lain, didasarkan pada kepemilikan atas sumber yang bernilai, seperti uang, status, dan pengetahuan. Selain berupa kontrol yang bersifat langsung dan fisik kekuasaan itu juga berbentuk persuasif: tindakan seseorang secara tidak langsung mengontrol dengan jalan mempengaruhi kondisi mental, seperti kepercayaan, sikap, dan pengetahuan. Yang nantinya dapat berpengaruh pada pemahaman pada sebuah wacana tertentu. (ii) Akses Selanjutnya, analisis wacana model van Dijk memberi perhatian besar pada akses. Bagaimana akses diantara kelompok masyarakat elit mempunyai akses lebih besar dibandingkan kelompok masyarakat yang tidak berkuasa. Akses yang lebih besar bukan hanya memberi kesempatan untuk mengkontrol kesadaran khalayak lebih besar. Tapi juga membentuk topik dan isi wacana apa yang dapat disebarkan dan didiskusikan pada khalayak. Namun khalayak yang tidak memiliki akses tidak hanya menjadi konsumen dari dikursus yang telah ditentukan. Tapi juga berperan besar lewat reproduksi, karena apa yang mereka terima dari kelompok commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang lebih tinggi disebarkan lewat pembicaraan dengan keluarnga, teman sebaya, dan sebagainya. Dan akhirnya merujuk pada sebuah manipulasi bahasa untuk mendapat massa dan dukungan. Penelitian ini menggunakan analisis wacana Teun A. Van Dijk. Model ini mempunyai pendangan bahwa bagaian yang terpenting adalah analisis terhadap struktur wacana. Struktur wacana terdiri dari tematik, skematik, semantik, sintaksik, dan retoris.
F. Kerangka Pemikiran Artikel merupakan wahana diskusi dan sosialisasi gagasan serta kontribusi pemikiran dalam rangka mencari solusi. Permasalahan lingkungan yang berdampak pada pemanasan global terkait dengan keberlangsungan kehidupan di bumi mendatangkan ketertarikan dan tanggapan cukup serius dari sejumlah pihak. Salah satu wujud ketertarikan diwujudkan oleh majalah remaja untuk membuat sebuah rubrik yang muncul di setiap edisinya, dan di setiap edisinya dimuat artikel dengan tema yang berbeda-beda namun tetap membahas tentang permasalahan lingkungan. Melalui artikel,
penulis bermaksud menyampaikan gagasan terkait
permasalahan lingkungan. Hal ini dalam komunitas khalayak pembaca, mampu membangun wacana tertentu terkait permasalahan tersebut. Atau secara ringkas dapat dikatakan artikel mampu memberikan atau memunculkan pemahaman commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pembacanya mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan permasalahan lingkungan serta memotivasi untuk lebih peduli terhadap lingkungan.
G.
Metodologi Penelitian
1.
Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan ini bersifat deskriptif kualitatif yang tidak
mencari hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi (Rakhmat, 1985:49). Sedangkan yang dimaksud dengan metode penelitian kualitatif adalah penelitian yang tidak mengadakan perhitungan atau juga dengan penemuanpenemuan yang tidak dicapai/ diperoleh dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau dengan cara-cara lain dari kuantifikasi (Moleong, 2004:35). 2.
Metode Penelitian Penelitian ini akan menggunakan metode analisis wacana kritis (Critical
Discourse Analysis) sebagai pendekatan analisis. Analisis wacana kritis memang menggunakan bahasa dalam teks untuk dianalisis, namun bahasa dianalisis bukan dengan
menggambarkan
semata
dari
aspek
kebahasaan,
tetapi
juga
menghubungkannya dengan konteks tertentu, seperti latar, situasi, pristiwa, dan kondisi. Teun A. van Dijk membagi analisis wacana ke dalam tiga dimensi, yaitu dimensi teks, kognisi sosial dan yang terakhir adalah dimensi konteks sosial. Menurut van Dijk, analisis teks wacana tertulis tidak terbatas pada strukturstruktru tekstual karena struktur-struktur semacam ini telah memberikan atau commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
37 digilib.uns.ac.id
mengekspresikan beberapa makna, opini, dan ideologi untuk menunjukan bagaimana makna-makna dini dihubungkan dengan teks. Kemudian, untuk mengaplikasikan analisis wacana ini, van Dijk membuat kerangka analisis dengan membagi dimensi teks menjadi tiga struktur, dimana masing-masing saling mendukung satu sama lain. Yang pertama adalah struktur makro, merupakan makna umum dari suatu teks yang dapat dipahami dengan melihat topik suatu teks. Kedua adalah superstruktur, yaitu kerangka suatu teks – bagaimana struktur dan elemen wacana tersebut disusun dalam teks secara utuh. Ketiga, struktur mikro yaitu makna wacana yang dapat diamati dengan menganalisis kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, parafrase, dan sebagainya. 3.
Obyek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah artikel lingkungan dalam Rubrik “Green
Page” pada Majalah GoGirl!, pada rentang waktu Juli-Desember 2011. Pemilihan objek berupa artikel didasarkan pada keingintahuan seberapa banyak artikel, yang juga harusnya tidak hanya memberitakan fakta tapi juga memotivasi pembacanya untuk lebih peduli lingkungan. Alasan lainnya karena masih sedikit literasi dan penelitian mengenai permasalahan lingkungan berkaitan dengan media massa. Rentang waktu yang dipilih enam bulan selama Juli-Desember 2011 karena penulis ingin mengetahui sejauh mana artikel tentang lingkungan mampu menginformasikan kepada pembacanya. Selain itu, juga karena di setiap edisi yang terbit satu kali dalam sebulan, topik yang diangkat selalu berbeda namun tetap berkaitan dengan lingkungan dan dalam periode tersebut juga diuraikan bagaimana langkah-langkah yang harus dilakukan guna menjaga lingkungan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
4.
38 digilib.uns.ac.id
Teknik Pengumpulan Data Dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan teknik dokumentasi data
dari majalah remaja bulanan GoGirl! edisi Juli-Desember 2011 yang memuat artikel mengenai lingkungan hidup di rubrik “Green Page”. 5.
Teknik Analisis Data Analisis wacana adalah studi tentang struktur pesan. Analisa di tingkat
wacana mempunyai sensibilitas yang cukup tinggi untuk membuka kekuatankekuatan ideologis yang hadir, baik secara eksplisit maupun implisit sebagai pesan terselubung. Penelitian ini menggunakan analisis wacana Teun A. Van Dijk. Model ini mempunyai pendangan bahwa bagaian yang terpenting adalah analisis terhadap struktur wacana. Struktur wacana terdiri dari tematik, skematik, semantik, sintaksik, dan retoris. Suatu teks mempunyai koherensi yang saling mendukung dari tingkatan yang tertinggi sampai terendah, yaitu dari makna global (struktur makro), kerangka teks atau struktur skematis (superstruktur) sampai pada makna lokal (struktur mikro). Elemen-elemen yang diamati dari struktur wacana tersebut adalah: tema pada tingkatan tematik, skema pada tingkatan skematik, latar, detil, maksud dan pengandaian pada tingkat semantik, koherensi, bentuk kalimat, kata ganti pada tingkat sintaksis, kata kunci, pemilihan kata pada tingkat stilistik, gaya, interaksi, ekspresi dan metafora pada tingkat retoris. Teks secara keseluruhan adalah unit analisis dalam struktur makro dan superstruktur. Teks secara keseluruhan adalah unit analisis dalam struktur makro dan superstruktur. Pada tingkat semantik yang dapat diamati adalah paragraf dan kata. Pada tingkat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
39 digilib.uns.ac.id
sintaksis mengamati kalimat, proposisi dan kata. Pada tingkat stilistik, unit analisisnya adalah kata. Sementara pada tingkat retoris menganalisa kalimat dan proposisi. Sampel teks akan dipilih berdasarkan kategori yang berdasarkan pada level analisis struktur wacana yang disebut dengan korpus. Kemudian korpus-korpus itu akan dianalisis berdasarkan perangkat wacananya, misalnya pemakaian kata, retorika, dan distribusi halamannya yang akan ditempatkan ke dalam konteks yang ada. Analisis ini akan dideskripsikan secara kualitatif, secara berurutan berdasarkan level struktur wacananya. Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan model analisis wacana yang ditawarkan Teun A. Van Dijk yang terkenal dengan model kognisi sosial (social cognition). Van Dijk melihat wacana sebagai sebuah strutktur tiga dimensi yang terdiri atas teks, kognisi sosial, dan konteks. 6.
Sistematika Pembahasan Skripsi ini akan terbagi menjadi tiga bagian yaitu bagian pembuka, isi, dan
penutup. a. Pembuka Bagian ini terdiri dari halaman judul, abstrak, lembar pengesahan, pengakuan orisinalitas karya, motto, kata pengantar, dan daftar isi. b. Isi Pada bagian ini dimuat bab-bab hasil penelitian yang terdiri dari: Bab I Pendahuluan, Bab II Gambaran Umum Obyek Penelitian, Bab III Sajian dan Analisis Data, Bab IV Penutup. commit to user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Penutup Pada intinya, bagian penutup berisi hal-hal yang tidak termuat dalam pembukaan maupun isi namun dianggap penting oleh peneliti untuk dicantumkan. Misal lampiran, glossary, index, biodata penulis, dan sebagainya.
commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN
A.
Sejarah Majalah GoGirl! Ide untuk menerbitkan sebuah majalah lokal dengan berbagai inspirasi ini
digagas oleh tiga bersaudara, yaitu, Nina, Anita, dan Gita Moran. Redaksi majalah yang kemudian diberi nama GoGirl! itu pun resmi bekerja sejak 29 November 2004, hingga akhirnya terbit pertama kali pada bulan Februari 2005 di bawah bendera PT. Aprilis Maju Media. Dalam perkembangannya, majalah yang memiliki target pasar remaja putri 15-23 tahun ini tidak hanya digemari segmen utamanya, tapi sering pula mendapat surat pembaca dari murid SD, ibu-ibu muda, bahkan laki-laki. Hal ini dikarenakan GoGirl! sering memasukkan artikel-artikel yang bersifat human interest, tidak hanya seputar remaja putri saja. Sejak awal, GoGirl! menetapkan diri untuk bersaing di segmen majalah remaja franchise yang saat itu didominasi oleh Cosmogirl dan Seventeen. Itulah mengapa GoGirl! selalu tampil dengan cover majalah artis luar negeri seperti yang ada pada majalah franchise. Meskipun terbilang anak baru di tengah persaingan bisnis media yang sudah ketat, saat itu. Gogirl! sudah mampu mendapat tempat di hati para pecinta majalah, khususnya remaja putri. GoGirl! yang mengusung tagline “Magazine For Real”, ingin menjadi majalah yang lebih sesungguhnya, lekat dan dekat dengan pembacanya. Dalam commit to user
41
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
arti menciptakan feature dan tips yang lebih realistis disesuaikan dengan kehidupan sehari-hari remaja Indonesia, dibuat dengan perspektif remaja untuk remaja. Hal lain untuk menjadi majalah yang sesungguhnya ialah ditunjukkan pula oleh GoGirl! melalui halaman fashion yang lebih mudah diaplikasikan, menggunakan bahasa yang tidak terlalu santai namun tidak pula terlalu baku, serta dikemas dalam ukuran yang lebih praktis. B.
Visi dan Misi
1.
Visi GoGirl! believe in feminism karena yakin bahwa setiap perempuan
menyimpan potensi besar yang harus dikeluarkan. We also believe in good morality dan self motivation dimana kebaikan harus dimulai dari diri sendiri. Just like Mahatma Gandhi said "You must be the change you want to see in the world". 2.
Misi Be the magazine that shows teens their true potential, to show teens that it's
important to be smart, pick the right choices in life, and also knows how to present themselves through comfortable, wearable and stylish fashion. GoGirl! yang kini jumlah eksemplarnya hingga 120.000 copies merupakan majalah yang percaya pada feminisme, karena yakin bahwa setiap perempuan menyimpan potensi besar yang harus dikeluarkan. Visi lain adalah membuat remaja meyakini bahwa sikap moral yang baik dan segala kebaikan harus dimulai dari diri sendiri. commit to user
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Misi majalah ini pun menjadi majalah yang membatu remaja mengungkap dan menunjukkan potensi dirinya. Sekaligus menyakinkan pentingnya menjadi remaja yang pintar, mampu memilih keputusan yang baik dalam hidup, dan mengerti cara membawa diri lewat penampilan atau maupun gaya hidup. C.
Profil Media GoGirl!
1.
Data Teknis a. Mulai terbit
: Februari 2005
b. Bentuk media
: Majalah
c. Jumlah halaman
: 224 halaman (Full Colour)
d. Hari terbit
: bulanan setiap tanggal 1
e. Harga eceran
: Rp 27.500,-/ eksemplar (Jawa), kecuali edisi khusus Rp. 28.500,-/eksemplar (luar Jawa), kecuali edisi khusus
f. Jenis kertas
: Cover : art paper 190 gr, vernis Isi
: art paper 85 gr, glossy
g. Bidang cetak
: 175 mm x 232 mm (lebar x tinggi)
h. Printing
: PT. Indonesia Printer
i. Office
: Jl. Kebayoran Lama No. 2C Jakarta Selatan
j. Telephone
: 021-53652430 021-53652431
k. Fax
: 021-53653343
l. Account Number
: PT. Aprilis Maju Media commit to user
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Bank
Mandiri
Cabang
Kebayoran
Lama
1280004419146 2.
Target Pembaca a. Sex
: 97% wanita, 3% pria
b. Usia
: 90% usia 15-23 tahun, 5% usia di atas 23 tahun, 5 % usia di bawah 15 tahun
c. S.E.S
: Primary A, A+ Secondary A, B
3.
d. Edukasi
: SMA 60%, Universitas 30%, dan lainnya 10%
e. Profesi
: 80% pelajar dan mahasiswa, 20% pegawai dan profesional
Sirkulasi dan Distribusi (Circulation and Disribution) a. Total Sirkulasi 120.000 eksemplar. b. Distribution Area (Area of Distribution): i. JABODETABEK (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi) 40% ii. Jawa Barat (Bandung, Sukabumi, Cirebon, Tasikmalaya)
15%
iii. Jawa Tengah (Solo, Semarang, Purwokerto) dan Yogyakarta
10%
iv. Jawa Timur (Surabaya, Malang, dan sekitarnya)
14%
v. Sumatera (Medan, Pekanbaru, Jambi, Palembang, Lampung, Batam)
11%
vi. Kalimantan (Balikpapan, Pontianak)
2%
vii.Indonesia Timur (Makasar, Manado, Palu, Kendari)
2%
viii.Bali dan Lombok
5%
ix. Lain-lain
commit to user
1%
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.
Promosi a. Promosi Lini Atas (Above The Line) i.
Radio: (a) Gen FM, Jakarta (b) OZ Radio, Jakarta (c) Istara FM, Surabaya (d) Geronimo FM, Yogyakarta (e) Gemaya FM, Balikpapan (f) Star FM, Medan (g) 99ers FM, Bandung
ii. Internet: (a) Official website www.gogirlmagz.com (b) Facebook Gogirl! Magazine (c) Twitter @gogirlmagz b. Promosi Lini Bawah (Below The Line) i.
Annual Event: Gogirl! Look, Gogirl! Phenomenon (Fashion Design Competition).
ii. Join promo dengan beberapa brand. D.
Newsroom Majalah Gogirl! Gogirl! merupakan majalah remaja wanita yang terbit setiap bulan. Majalah
ini dikemas secara collectable, selain memiliki artikel tetap, ada beberapa artikel yang hadir disesuaikan dengan kebutuhan per edisi (artikel lepas). Secara garis commit to user
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
besar rubrikasi majalah Gogirl! terdiri atas enam kelompok besar yang di dalamnya terdapat rubrik-rubrik, sebagai berikut: 1.
Monthly Routine Monthly Routine adalah kumpulan rubrik yang berisi kumpulan artikel-
artikel yang hadir secara tetap setiap bulannya. Terdiri dari rubrik “Crew” atau kru/tim yang terlibat dalam keseluruhan proses produksi dan distribusi GoGirl’s Menu yang berisi daftar isi majalah. Editor’s Letter, berisi tulisan pengantar keseluruhan GoGirl! edisi bulan ini dari pemimpin redaksi (Editor-in-Chief). Selain mengantar edisi, tulisan ini juga mengulas singkat seputar isu yang sedang marak dibicarakan. Rubrik lain seperti “Agenda Events” berisi promo event, produk, jasa, dan pengetahuan umum secara singkat dalam format kalendar. Attention Board adalah rubrik pemberitahuan untuk para pembaca Gogirl! tentang acara yang diselenggarakan Gogirl! atau berbagai pengumuman recruitment. “Cerpen” yang berisi cerita pendek hasil seleksi dari kontributor. Surat-surat yang berisi surat pembaca. “Promo” merupakan halaman advertorial, dan “Directory” yang berisi alamat-alamat butik, salon, dan tempat-tempat yang berkontribusi dalam Gogirl! edisi bulan tersebut. 2.
Feature Feature merupakan salah satu regular topics Gogirl! yang berisi artikel-
artikel feature. Hanya rubrik “Reality” (kisah nyata) dan “Recent Issue” (isu-isu aktual) yang menjadi rubrik tetap di sini, rubrik lain bersifat lepas dan juduljudulnya disesuaikan dengan tema majalah bulan tersebut. commit to user
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3.
Fashion Fashion yang berisi aneka rubrik seputar dunia fashion, aplikasi, hingga
modifikasinya. Rubrik-rubrik fashion di majalah ini menghabiskan sekitar 45 hingga 50 halaman dari 186 halaman di Gogirl! Dengan kata lain rubrik ini mendominasi content majalah, terutama untuk “Fashion Spread” yang berisi fotofoto fashion dengan tema dan lokasi tertentu. Berikut rubrik-rubrik tentang fashion : a. Fashion Quotes b. Model Off Duty c. 4 Ways to Wear d. Fashion Tips e. Hottest Stuff this Month f. Fashion Spread g. Girl of The Moment h. Runaway We Love i. Fashion Theme j. Mix and Match k. What’s Hot Now l. Hollytrend m. Our Local Designer n. Rated Stylish o. Do It Yourself commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
4.
48 digilib.uns.ac.id
Celebrity “Celebrity” merupakan salah satu bagian dari regular topics yang khusus
membahas seputar kehidupan selebritas. Baik itu khusus seputar selebritas di Hollywood dalam rubrik “Hollywood Pages”, serta selebritas pada umumnya dalam rubrik “Gossip”. Pembahasan mengenai siapa model sampul majalah edisi tersebut dalam rubrik “Our Cover”. Sekilas pula ditampilkan seseorang atau grup yang sedang meniti karir, dalam rubrik “On Promo”. Selain rubrik tetap juga selalu ada rubrik lepas khusus selebritis dengan tema yang bervariasi. 5.
Health & Beauty “Health and Beauty” seperti namanya juga khusus membawahi rubrik-
rubrik seputar kesehatan dan kecantikan. Rubrik seperti “Make Over”, yang membuat perbedaan dari penampilan dan tata rias seseorang. “Beauty Tips” yang berisi tips-tips kecantikan, serta artikel-artikel lepas lainnya yang judulnya berganti-ganti setiap bulannya. 6.
Lifestyle “Lifestyle” adalah regular topics terakhir dalam pembahasan. Lifestyle
berisi artikel-artikel tetap seperti “You Say So”, berisi kumpulan pendapat dari beberapa orang yang dianggap kompeten tentang suatu topik. “Post Anything” merupakan rubrik khusus bagi para pembawa berkontribusi mengirimkan tulisan, rating versi mereka, tempat yang direkomendasikan dan sebagainya. Rubrik “Tanya Cowok” yang berisi pendapat mengenai masalah yang dialami wanita dalam perspektif pria. “Bond of The Month” merupakan rubrik tentang cerita mengenai pasangan atau kelompok pembaca yang memiliki ikatan yang spesial. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
49 digilib.uns.ac.id
Jalan-jalan seperti namanya berisi tentang cerita dan rekomendasi dari tempattempat menarik di Indonesia maupun luar negeri. “Quiz” merupakan aneka permainan dan kuis yang disiapkan untuk pembaca. “Hilite Books” adalah ringkasan dan buku-buku yang direkomendasikan baik dari redaksi Gogirl! maupun toko buku-toko buku ternama. “Hilite Movie” pun seperti namanya berisi tentang ringkasan film, daftar, dan serba-serbi film yang tengah beredar di bioskop Indonesia. Terakhir, yaitu “Music Pages” yang berisi review lagu-lagu, album, penyanyi, dan hal-hal menarik seputar dunia musik di tanah air dan mancanegara. Dengan jumlah dan jenis rubrik-rubrik semacam itu, ritme GoGirl! yang majalah bulanan yang memiliki ritme keredaksian yang terbilang tidak seketat majalah sejenis yang terbit 10 harian atau dwi mingguan. Redaksi setiap awal tahun telah menyiapkan main isssue untuk tiap edisi GoGirl! selama setahun. Rencana awal tersebut biasanya sudah dapat diprediksi berdasarkan trend dan kejadian yang lumrah terjadi di setiap bulan selama setahun ke depannya. Misalnya, edisi di bulan Februari akan selalu diisi dengan tema besar yaitu ulang tahun GoGirl! dan Agustus diisi dengan tema kemerdekaan. Penyesuaian nantinya akan dilakukan pada rapat redaksi, sekitar dua bulan sebelum tanggal terbit. Pengecualian untuk edisi khusus ulang tahun GoGirl! di bulan Februari, materi biasanya disiapkan lebih jauh dari waktu persiapan edisi biasa. Rapat redaksi setiap bulannya dilakukan setiap tanggal 15, dengan deadline kepada para reporter untuk mengumpulkan artikel diberikan cukup fleksibel sekitar satu bulan atau lebih setelah rapat tema dilaksanakan. Artikel langsung commit to user
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dikumpulkan kepada Pimpinan Redaksi, karena di GoGirl! sementara diputuskan untuk meniadakan fungsi editor, sehingga semua proses editing hingga pengecekan hasil layout dilakukan sendiri oleh Pimpinan Redaksi. Hingga akhirnya siap masuk ke percetakan. Hal menarik, ketika gaya penulisan dalam GoGirl! sering dikatakan sebagai code mixing, atau percampuran antara bahasa dan kode-kode bahasa Indonesia, sebagai bahasa utama dengan bahasa lain, seperti bahas Inggris. Code mixing ini dilakukan dengan argumen bahwa ada beberapa kata akan lebih tepat dinyatakan dalam bahasa aslinya (bahasa Inggris). Dengan tidak memaksakan menggunakan bahasa Indonesia sepenuhnya, harapan yang dituju yaitu pesan akan lebih mudah tersampaikan kepada pembaca. Ketika banyak yang mengusulkan GoGirl! untuk mengganti format terbit bulanannya, selain masih nyaman dengan ritme bulanan yang tidak memaksa sehingga kualitas tetap terjaga, juga karena Pemimpin redaksi (Editor in Chief) GoGirl! dalam hal ini memiliki kebijakan agar semua tulisan reporter dan fashion writer nantinya akan langsung diedit sendiri olehnya. Jika dikaitkan dengan format newsroom yang ada di media massa kebanyakan, GoGirl! cenderung berbeda. E.
Struktur Kepemimpinan dan Redaksi Majalah GoGirl! CEO
: Dilip J. Moran
Bussiness Director
: Nina Moran
Finance Manager
: Laurence Titus
Editor in Chief & Creative Director : Anita Puspa Moran commit to user
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Managing Editor
: Yenni Kartika Sari
Editor
: Ika V. Ayyudiah Bunga Ayu Rosvita
Fashion & Beauty Editor
: Githa Moran
Web Editor
: Mamora Basaria
Reporter
: Rianti Rusmalia Fausta Christy Advent Shinta
Fashion Stylist
: Media Friesna
Beauty Writer
: Shanifer Ariela
Art Director
: Yohanes Radityo
Graphic Designer
: Fauziah Ria Saputri Ida Diandani Micka Pradipta Nur Asiyah Trista Puspita Dewi
Photographer
: Arman Yonathan
Personal Assistant
: Suhani Desmiani
Web Admin
: Wigianti
Ass. Manager Marketing
: Nida Daulay
Marketing
: Dewi Nova Wulansih Renata Valentina
Promotion
: Annisa Prawoto commit to user
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dewata Priyo H. Accountant
: Adhitya
HRD
: Githa Sari
Administration
: Suhani Desmiani
Distribution Manager
: Supriyanto
Staff Distribusi
: Supriyanto Eko Trisulo
commit to user
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA
Pada bab ini akan berisi penyajian dan analisis dari 6 (enam) teks tentang “Wacana Peduli Lingkungan dalam Rubrik “Green Page” di Majalah GoGirl! edisi Juli-Desember 2011. Sebagaimana telah dijelaskan pada bab pertama bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana wacana peduli lingkungan yang terdapat pada artikel-artikel di rubrik “Green Page” Majalah Go Girl! Edisi Juli-Desember 20111 dibangun. Untuk metodologi penelitian, peneliti menggunakan analisis wacana dengan menggunakan pendekatan kognisi sosial (social cognitive approach) yang dikembangkan oleh Teun A. van Dijk. Terdapat tiga dimensi analisis yang menjadi satu kesatuan, yaitu struktur teks, kognisi sosial, dan konteks sosial pada kerangka analisis wacana van Dijk. Inti analisis van Dijk adalah menggabungkan ketiga dimensi wacana tersebut ke dalam satu kesatuan analisis (Eriyanto, 2004:224). Pada dimensi teks, diteliti bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang digunakan komunikator untuk menegaskan tema tertentu. Pada dimensi kognisi sosial, mempelajari proses produksi berita yang melibatkan kognisi individu dari wartawan. Cara pandang wartawan dalam melihat suatu realitas sosial dinilai van Dijk mampu mempengaruhi bagaimana sebuah berita dapat terbentuk. Sedangkan pada dimensi konteks sosial, melihat bagaimana teks tersebut dihubungkan lebih jauh dengan pengetahuan yang berkembang dalam commit to user
53
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
masyarakat terhadap suatu wacana. Penelitian ini tidak hanya menganalisis struktur kebahasaan namun juga dihubungkan dengan bagaimana komunikator atau penulis rubrik memproduksi artikel serta konteks sosial dimana wacana tersebut berkembang. Penelitian 6 (enam) artikel pada Rubrik “Green Page” Majalah GoGirl! edisi Juli-Desember 2011 memasukkan tiga dimensi wacana, yaitu: struktur teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Sistematika dalam bab ini terbagi menjadi tiga sub bab sesuai dengan dimensi analisis struktur teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Analisis yang pertama adalah analisis teks yang didasarkan pada struktur analisis teks model van Dijk terhadap enam artikel yang berhubungan dengan wacana peduli lingkungan yaitu struktur makro, superstruktur, dan struktur mikro. Enam artikel pada Rubrik “Green Page” Majalah GoGirl! edisi Juli-Desember 2011 yang menjadi unit analisis adalah: Tabel 3.1 Artikel Unit Analisis No.
Edisi
Judul Artikel
1.
Juli 2011
“Go Gas!”
Agustus 2011
“Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”
2.
3.
4.
September 2011
Oktober 2011
Tema / topik Gas sebagai bahan bakar alternatif. Keberadaan sekolah “hijau” di daerah padat penduduk, Jakarta.
“Asia’s Most Polluted Cities”
Permasalahan lingkungan di beberapa kota terpolusi di dunia yang terdapat di benua Asia.
“Green Eating; Simple Planting”
Mengikuti gaya hidup “hijau” dengan memilih makanan yang tepat dan cara menanam tanaman
commit to user
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang bermanfaat.
5.
November 2011
6.
Desember 2011
Menerapkan pola jahitan dengan sedikit atau bahkan “Let’s Go Zero-Waste!” tidak menghasilkan limbah sama sekali. “Drug Management”
Pengelolaam obat-obatan yang sudah kedaluwarsa dengan cara yang tepat.
Sumber: olahan peneliti Pada analisis berikutnya yaitu analisis koginisi sosial yang memiliki fungsi menjelaskan bagaimana kesadaran maupun pengetahuan penulis artikel dalam memahami suatu peristiwa terhadap pembentukan suatu teks. Dari hasil analisis ini, akan diketahui apa latar belakang penulis artikel, bagaimana proses produksi artikel, serta bagaimana suatu masalah yang berhubungan ditafsirkan penulis kedalam artikel. Analisis selanjutnya adalah konteks sosial yang berisi penjelasan bagaimana keadaan di luar mengenai bentuk kepedulian terhadap lingkungan. A.
Analisis Artikel “Go Gas!”
1.
Analisis Teks Dalam sebuah teks pasti terkandung unsur-unsur maupun elemen-elemen
yang merupakan suatu kesatuan yang saling menopang satu sama lain hingga terbentuk sebuah teks yang utuh. Untuk menganalisis sebuah teks, maka diperlukan beberapa hal yang akan diamati, meliputi tematik, skematik, semantik, sintaksis, stilistik, dan retoris. Berikut analisis teks “Go Gas!”: a. Tematik Elemen
tematik
merupakan
gambaran
umum
pada
teks.
Topik
menggambarkan tema umum daricommit suatu teks, topik akan didukung oleh subtopik to user
perpustakaan.uns.ac.id
56 digilib.uns.ac.id
lainnya yang saling berkaitan hingga terbentuknya topik umum. Subtopik juga didukung serangkaian fakta yang menunjuk dan menggambarkan subtopik, sehingga subbagian yang lain saling mendukung antara satu bagian dengan bagian lainnya. Tema yang ingin dikembangkan melalui artikel yang berjudul “Go Gas!” yang dimuat dalam rubrik “Green Page” Majalah GoGirl! edisi Juli 2011 adalah gas sebagai bahan bakar alternatif yang kemudian diturunkan ke dalam subtopik yang membahas tentang jenis-jenis gas yang digunakan sebagai bahan bakar kendaraan dan keuntungan jangka panjang konsumsi gas sebagai bahan bakar kendaraan. Sedangkan wacana yang ingin dikedepankan dalam artikel ini adalah gas sebagai bahan bakar alternatif. Berikut kutipannya: “Makin besar anggaran subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) udah bikin pemerintah mulai mikirin bahan bakar alternatif. Please say welcome to Liquified Gas for Vehicle!” (Artikel “Go Gas!”: Paragraf 1, GoGirl! Juli 2011)
b. Skematik Dalam sebuah teks pasti memiliki skema atau alur yang menunjukkan bagaimana bagian-bagian dalam teks disusun hingga membentuk kesatuan arti. Dalam konteks penyajian artikel, memiliki dua kategori skema besar, yaitu summary yang ditandai dengan dua elemen, yaitu judul dan lead , serta story yang memuat isi berita secara kesuluruhan. Secara skematik, artikel “Go Gas!” memiliki 6 paragraf. Paragraf pertama berisi lead yang tergolong teras berita “apa” (what lead), paragraf kedua berisi jenis gas yang akan digunakan pemerintah sebagai bahan bakar alternatif, paragraf commit to user
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
selanjutnya berisi kelebihan Liquified Gas for Vehicle (LGV) dibanding dengan bahan bakar lain. Di paragraf empat berisi negara-negara yang sudah menggunakan LGV, paragraf berikutnya berisi alasan mengapa LGV belum banyak digunakan di Indonesia, dan di paragraf terakhir berisi perhitungan keuntungan jika menggunakan converter kit bahan bakar. Berikut uraian elemen yang terkandung dalam artikel “Go Gas!”: “Makin besar anggaran subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) udah bikin pemerintah mulai mikirin bahan bakar alternatif. Please say welcome to Liquified Gas for Vehicle!” (Artikel “Go Gas!”: Paragraf 1, GoGirl! Juli 2011) “Sebenernya ada dua bahan bakar jenis gas yang disiapin pemerintah, yaitu Liquified Gas for Vehicle (LGV) dan Compressed Natural Gas (CNG).....” (Artikel “Go Gas!”: Paragraf 2, GoGirl! Juli 2011) “Apa aja sih kelebihannya? Dari segi ekonomi, LGV lebih terjangkau, cuma Rp 3.600 per liter, lebih murah dibanding Premium (Rp 4.500) dan Pertamax (8.900)...” (Artikel “Go Gas!”: Paragraf 3, GoGirl! Juli 2011) “Di beberapa negara kayak US, Australia, China, Korea, India, dan beberapa negara Eropa, gas udah banyak digunakan sebagai bahan bakar kendaraan...” (Artikel “Go Gas!” : Paragraf 4, GoGirl! Juli 2011) “Tapi converter kit ini lumayan mahal, sekitar Rp 10-15 juta. Inilah salah satu alasan kenapa LGV belum banyak dipakai di sini...” (Artikel “Go Gas!” : Paragraf 5, GoGirl! Juli 2011) “Harga converter kit emang mahal, tapi keuntungannya bisa kita rasain dalam jangka panjang dari segi lingkungan maupun ekonomi.” (Artikel “Go Gas!” : Paragraf 6, GoGirl! Juli 2011)
commit to user
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Semantik Struktur mikro dalam sebuah wacana yang disebut semantik merupakan makna yang ingin ditekankan dalam suatu teks, bisa melalui elemen latar, detil, maksud, praanggapan, nominalisasi. Dalam penulisan artikel “Go Gas!”, penulis memuat beberapa elemen, yaitu latar, detil, maksud, dan nominalisasi. i.
Latar Latar penulisan artikel ini adalah mengenai gas sebagai bahan bakar alternatif yang akan dikeluarkan pemerintah. Latar ini didasari pada sebuah bentuk keprihatinan pemerintah akan semakin besarnya anggaran subsidi jika masih menggunakan BBM lainnya. Sehingga pemerintah memberikan solusi dengan mengeluarkan gas sebagai bahan bakar alternatif. Hal ini terungkap dalam kutipan kalimat berikut: “Makin besarnya anggaran subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) udah bikin pemerintah mulai mikirin bahan bakar alternatif. Please say welcome to Liquified Gas for Vehicle!” (Artikel “Go Gas!” : Paragraf 1, GoGirl! Juli 2011)
ii. Detil Elemen
detil
berhubungan
dengan
kontrol
informasi
yang
ditampilkan Penulis. Jika informasi tersebut akan menguntungkan Penulis, maka informasi tersebut akan tertulis dengan berlebihan, sebaliknya jika informasi dianggap merugikan Penulis, maka informasi akan ditampilkan dengan jumlah sedikit. Berikut kutipan elemen detil dalam artikel “Go Gas!”: commit to user
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
“Apa aja sih kelebihannya? Dari segi ekonomi, LGV lebih terjangkau, cuma Rp 3.600 per liter, lebih murah dibanding Premium (Rp 4.500) dan Pertamax (8.900).” (Artikel “Go Gas!” : Paragraf 3 kalimat 1-2, GoGirl! Juli 2011) Dalam kutipan tersebut, dijelaskan mengenai segala kelebihan gas dibandingkan dengan BBM lainnya. Semua informasi yang menguntungkan penulis, dalam hal ini memuat kelebihan gas sebagai bahan bakar alternatif dibanding dengan BBM lainnya cukup terlihat jelas dan diuraikan lebih mendetail. “Harga converter kit emang mahal, tapi keuntungannya bisa kita rasain dalam jangka panjang dari segi lingkungan maupun ekonomi.” (Artikel “Go Gas!” : Paragraf 6 kalimat 1, GoGirl! Juli 2011) Dalam kutipan paragraf ini, informasi yang disampaikan begitu menguntungkan penulis, karena memuat informasi kelebihan gas sebagai bahan bakar alternatif dengan penghitungan yang memuat hasil yang signifikan. Sebaliknya, informasi yang dirasa kurang menguntungkan penulis, ditulis dengan samar-samar. Berikut kutipannya: “Sayangnya, LGV nggak sesukses „saudaranya‟. Belum banyak kendaraan pribadi yang pake LGV, padahal sebenernya jenis bahan bakar ini punya banyak keunggulan lho dibanding BBM.” (Artikel “Go Gas!” : Paragraf 2 kalimat 5-6, GoGirl! Juli 2011) Dalam kutipan kalimat diatas, nampak Penulis hanya menampilkan informasi yang dianggap kurang menguntungkan baginya. Tidak disebutkan lebih mendetail, mengapa LGV tidak sesukses CNG. commit to user
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
“Tapi converter kit ini lumayan mahal, sekitar Rp 10-15 juta. Inilah salah satu alasan kenapa LGV belum banyak dipakai di sini. Alasan lain, jumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) di Indonesia masih kurang banget. Baru ada di Jakarta, itupun jumlahnya cuma sekitar 8 SPBG.” (Artikel “Go Gas!” : Paragraf 5 kalimat 1-4, GoGirl! Juli 2011) Dalam kutipan kalimat diatas, tidak disebutkan lebih mendetail mengenai mengapa harga converter kit mahal, kemudian juga tidak disebutkan mengapa SPBG baru tersedia di Jakarta dengan jumlah yang sedikit yaitu 8 unit.
iii. Maksud Maksud merupakan bentuk uraian yang panjang, jelas, dan lebih mendetail tentang informasi yang dianggap menguntungkan Penulis. Sebaliknya, jika informasi dianggap kurang menguntungkan Penulis, maka informasi tersebut ditulis dengan samar-samar dan implisit. Berikut kutipan kalimat yang memuat elemen maksud: “Apa aja sih kelebihannya? Dari segi ekonomi, LGV lebih terjangkau, cuma Rp 3.600 per liter, lebih murah dibanding Premium (Rp 4.500) dan Pertamax (8.900). Selain itu, jenis bahan bakar ini juga ramah lingkungan. Nggak menimbulkan banyak polusi karena pembakarannya hampir sempurna.” (Artikel “Go Gas!” : Paragraf 3 kalimat 1-4, GoGirl! Juli 2011) Dalam kutipan tersebut, dijelaskan mengenai segala kelebihan gas dibandingkan dengan BBM lainnya. Semua informasi yang menguntungkan penulis, dalam hal ini memuat kelebihan gas sebagai bahan bakar alternatif dibanding dengan BBM lainnya di segala bidang cukup terlihat jelas dan diuraikan lebih mendetail. commit to user
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
“Harga converter kit emang mahal, tapi keuntungannya bisa kita rasain dalam jangka panjang dari segi lingkungan maupun ekonomi. Sekarang coba itung-itung yuk, misal harga converter kit Rp 10 juta, kapan kita balik modal dan berapa keuntungan kita per tahun?.....” (Artikel “Go Gas!” : Paragraf 6 kalimat 1-2, GoGirl! Juli 2011) Dalam kutipan paragraf ini, informasi yang disampaikan begitu menguntungkan penulis, karena memuat informasi kelebihan gas sebagai bahan bakar alternatif dengan penghitungan yang memuat hasil yang signifikan. Sebaliknya, informasi yang dirasa kurang menguntungkan Penulis, ditulis dengan samar-samar. Berikut kutipannya: “Sayangnya, LGV nggak sesukses „saudaranya‟. Belum banyak kendaraan pribadi yang pake LGV, padahal sebenernya jenis bahan bakar ini punya banyak keunggulan lho dibanding BBM.” (Artikel “Go Gas!” : Paragraf 2 kalimat 5-6, GoGirl! Juli 2011) Dalam kutipan kalimat diatas, nampak penulis hanya menampilkan informasi yang dianggap kurang menguntungkan baginya. Tidak disebutkan lebih mendetail, mengapa belum banyak kendaraan pribadi yang menggunakan LGV sebagai bahan bakarnya. “Tapi converter kit ini lumayan mahal, sekitar Rp 10-15 juta. Inilah salah satu alasan kenapa LGV belum banyak dipakai di sini. Alasan lain, jumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) di Indonesia masih kurang banget. Baru ada di Jakarta, itupun jumlahnya cuma sekitar 8 SPBG.” (Artikel “Go Gas!” : Paragraf 5 kalimat 1-4, GoGirl! Juli 2011) Dalam kutipan kalimat diatas, tidak disebutkan lebih mendetail mengenai mengapa harga converter kit mahal, kemudian juga tidak commit to user
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
disebutkan mengapa SPBG baru tersedia di Jakarta dengan jumlah yang belum banyak, yaitu 8 unit.
iv. Nominalisasi Elemen nominalisasi merupakan suatu elemen yang memuat nominal atau angka yang mendukung dan mampu mempengaruhi makna dari informasi yang hendak disampaikan oleh penulis. Berikut kutipan kalimat yang menggunakan elemen nominalisasi di dalamnya: “Dari segi ekonomi, LGV lebih terjangkau, cuma Rp 3.600 per liter, lebih murah dibanding Premium (Rp 4.500) dan Pertamax (Rp 8.900).” (Artikel “Go Gas!” : Paragraf 3 kalimat 2, GoGirl! Juli 2011) Melalui
kalimat
ini,
Penulis
ingin
menyampaikan
bahwa
nominalisasi yang terkandung di dalamnya memuat informasi yang memberi keuntungan penulis. Tertulis bahwa harga LGV lebih terjangkau dengan perbedaan harga yang lumayan besar dengan BBM lainnya, Premium dan Pertamax yaitu Rp 900 sampai Rp 5.300 per liternya. “Dari hasil pengujian, emisi total LGV lebih kecil 15% dibanding emisi total Premium/Pertamax.” (Artikel “Go Gas!” : Paragraf 3 kalimat 5, GoGirl! Juli 2011) Elemen nominalisasi yang termuat dalam kalimat di atas menjelaskan bahwa emisi total yang dihasilkan LGV lebih kecil dibanding emisi total Premium/ Pertamax. Ini merupakan penguatan informasi mengenai kelebihan dari LGV dibanding dengan BBM lainnya.
commit to user
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
“Tapi converter kit ini lumayan mahal, sekitar Rp 10-15 juta. Inilah salah satu alasan kenapa LGV belum banyak dipakai di sini.” (Artikel “Go Gas!” : Paragraf 5 kalimat 1, GoGirl! Juli 2011) Dalam kutipan kalimat di atas, elemen nominalisasi menguatkan maksud bahwa harga converter kit yang masih mahal dan ini merupakan salah satu alasan mengapa LGV belum banyak digunakan di Indonesia. “Alasan lain, jumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) di Indonesia masih kurang banget. Baru ada di Jakarta, itupun jumlahnya cuma sekitar 8 SPBG.” (Artikel “Go Gas!” : Paragraf 5 kalimat 3-4, GoGirl! Juli 2011) Elemen nominalisasi yang terkandung di dalam kalimat di atas memberikan informasi bahwa jumlah SPBG di Indonesia baru tersedia 8 unit dan itupun di Jakarta. Sehingga minimnya SPBG dirasa sebagai alasan lain mengapa LGV belum banyak digunakan di Indonesia.
v.
Praanggapan Elemen
ini
merupakan
pernyataan
yang
digunakan
untuk
mendukung makna suatu teks. Praangapan merupakan fakta yang belum terbukti kebenarannya namun dijadikan dasar untuk mendukung gagasan tertentu. Berikut kutipan kalimatnya: “Sekarang coba itung-itung yuk, misal harga converter kit Rp 10 juta, kapan kita balik modal dan berapa keuntungan kita per tahun?” (Artikel “Go Gas!” : Paragraf 6 kalimat 4, GoGirl! Juli 2011)
commit to user
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d. Sintaksis Hal yang diamati dari struktur mikro ini adalah bagaimana suatu kalimat itu disusun atau dibentuk. Elemen sintaksis meliputi bentuk kalimat, koherensi, dan kata ganti. Berikut kutipan kalimatnya: i.
Bentuk kalimat “Di beberapa negara kayak US, Australia, China, Korea, India, dan beberapa negara Eropa, gas udah banyak digunakan sebagai bahan bakar kendaraan.” (Artikel “Go Gas!” : Paragraf 4 kalimat 1, GoGirl! Juli 2011) Kalimat di atas berbentuk induktif, dimana inti kalimat diletakkan di akhir dan tersamar atau tersembunyi. Yang ingin ditonjolkan dalam kalimat di atas adalah penggunaan gas sebagai bahan bakar di beberapa negara. “Makin besarnya anggaran subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) udah bikin pemerintah mulai mikirin bahan bakar 64lternative.” (Artikel “Go Gas!” : Paragraf 1 kalimat 1, GoGirl! Juli 2011) Bentuk kalimat di atas adalah kalimat aktif yang menonjolkan subjek, yaitu pemerintah. “Sebenernya ada dua bahan bakar jenis gas yang disiapin pemerintah, yaitu Liquified Gas for Vehicle (LGV) dan Compressed Natural Gas (CNG). LGV bentuknya cair dan tekanannya lebih rendah dibanding CNG.” (Artikel “Go Gas!” : Paragraf 2 kalimat 1-2, GoGirl! Juli 2011) Bentuk kalimat di atas adalah kalimat pasif yang menonjolkan objek, yaitu bahan bakar gas.
commit to user
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
“Di beberapa negara kayak US, Australia, China, Korea, India, dan beberapa negara Eropa, gas udah banyak digunakan sebagai bahan bakar kendaraan.” (Artikel “Go Gas!” : Paragraf 4 kalimat 1, GoGirl! Juli 2011) Bentuk kalimat di atas adalah kalimat pasif yang menonjolkan objek, yaitu bahan bakar gas.
ii. Koherensi Koherensi merupakan jalinan antarkata maupun antarkalimat dalam suatu teks. Kata penghubung merupakan kunci dalam penggabungan kalimat satu dengan kalimat lainnya. Berikut kutipan kalimat yang menggunakan elemen koherensi di dalamnya: “LGV bentuknya cair dan tekanannya lebih rendah dibanding CNG.” (Artikel “Go Gas!”: Paragraf 2 kalimat 2, GoGirl! Juli 2011) Dalam kalimat di atas, terdapat koherensi pembeda yaitu “dibanding”. Penulis memberikan penjelasan bahwa bahan bakar jenis gas yang sudah disiapkan pemerintah sebagai bahan bakar alternatif, LGV dan CNG yang memiliki perbedaan. LGV berbentuk cair dan tekanannya lebih rendah dari CNG. “Belum banyak kendaraan pribadi yang pake LGV, padahal sebenernya jenis bahan bakar ini punya banyak keunggulan lho dibanding BBM.” (Artikel “Go Gas!”: Paragraf 2 kalimat 6, GoGirl! Juli 2011) Kata “dibanding” pada kalimat di atas, digunakan penulis untuk menjelaskan sesuatu yang dibandingkan. LGV yang merupakan commit to user
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bahan bakar alternatif yang sudah disiapkan pemerintah, memiliki banyak keunggulan dari bahan bakar lainnya. “Dari segi ekonomi, LGV lebih terjangkau, cuma Rp 3.600 per liter, lebih murah dibanding Premium (Rp 4.500) dan Pertamax (8.900).” (Artikel “Go Gas!” : Paragraf 3 kalimat 2, GoGirl! Juli 2011) Kata
“dibanding”
digunakan
kembali
oleh
penulis
untuk
membandingkan harga LGV sebagai bahan bakar gas alternatif dengan bahan bakar lainnya. “Dari hasil pengujian, emisi total LGV lebih kecil 15% dibanding emisi total Premium/Pertamax.” (Artikel “Go Gas!” : Paragraf 3 kalimat 5, GoGirl! Juli 2011) Penulis menjelaskan perbandingan hasil uji emisi dari LGV dengan bahan bakar lainnya. Terbukti LGV memiliki keunggulan selain harga yang lebih murah dari bahan bakar lainnya, hasil uji emisinya juga menunjukkan bahwa LGV menghasilkan 15% lebih kecil dari bahan bakar lainnya. “Stok LGV juga lebih terjamin karena cadangan gas di perut bumi Indonesia jauh lebih banyak dibanding cadangan minyak.” (Artikel “Go Gas!”: Paragraf 3 kalimat 6, GoGirl! Juli 2011) Setelah menuliskan keunggulan dari harga dan hasil uji emisi, penulis
kembali
membandingkan
keunggulan
LGV
dengan
menggunakan kata “dibanding”. LGV memiliki persediaan lebih banyak dan lebih terjamin karena cadangan gas di perut bumi Indonesia lebih banyak dari cadangan minyak. commit to user
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
iii. Pengingkaran Elemen ini merupakan bentuk praktik wacana yang menggambarkan bagaimana Penulis menyembunyikan apa yang ingin diekspresikan secara implisit. Berikut kutipan kalimat yang menggunakan elemen pengingkaran di dalamnya: “Sayang, diantara pabrikan terkenal itu belum ada yang jual mobil yang berbahan gas ke Indonesia. Jadi kalo pingin pakai LGV, kita harus pasang converter kit dulu di mobil.” (Artikel “Go Gas!” : Paragraf 4 kalimat 3-4, GoGirl! Juli 2011) Kata “jadi” digunakan penulis untuk menjelaskan kalimat yang intinya saling berseberangan. Pada kalimat pertama dijelaskan bahwa pabrikan mobil terkenal belum memproduksi dan menjual mobil berbahan gas ke Indonesia. Karena belum adanya mobil berbahan bakar gas di Indonesia, maka jika ingin menggunakan LGV, terlebih dahulu harus memasang converter kit pada mobil. “Harga converter kit emang mahal, tapi keuntungannya bisa kita rasain dalam jangka panjang dari segi lingkungan maupun ekonomi.” (Artikel “Go Gas!” : Paragraf 5 kalimat 1, GoGirl! Juli 2011) Penggunaan kata “tapi” di atas digunakan untuk menghubungkan kalimat kemudian rangkaian kalimat tersebut memberikan makna yang berseberangan. Dijelaskan meskipun harga converter kit memang
mahal,
keuntungan
yang
akan
didapat
jika
menggunakannya akan dirasakan dalam jangka waktu yang panjang baik dari segi lingkungan maupun ekonomi. commit to user
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
iv. Kata ganti Kata ganti digunakan penulis untuk menunjukkan di mana posisi seseorang dalam wacana. Berikut kutipan kalimatnya: “Jadi kalo pingin pakai LGV, kita harus pasang converter kit dulu di mobil.” (Artikel “Go Gas!” : Paragraf 4 kalimat 4, GoGirl! Juli 2011) “Untuk masalah kurangnya SPBG, sekarang kita emang cuma bisa berharap sama keseriusan pemerintah untuk memperbanyak jumlah SPBG.” (Artikel “Go Gas!” : Paragraf 5 kalimat 7, GoGirl! Juli 2011) “Harga converter kit emang mahal, tapi keuntungannya bisa kita rasain dalam jangka panjang dari segi lingkungan maupun ekonomi. Sekarang coba itung-itung yuk, misal harga converter kit Rp 10 juta, kapan kita balik modal dan berapa keuntungan kita per tahun?” (Artikel “Go Gas!” : Paragraf 6 kalimat 1-2, GoGirl! Juli 2011) Dalam beberapa kutipan kalimat di atas, penulis menggunakan kata ganti “kita” untuk memposisikan dirinya sama dengan pembaca. Kata
ganti
“kita”
menimbulkan
keintiman
penulis
dengan
pembacanya.
f. Retoris Dalam analisis teks, retoris menggambarkan bagimana dan dengan cara seperti apa, cara penekanan pada teks dilakukan. Penekanan pada teks bisa dilakukan dengan menganalisis elemen grafis, metafora, maupun ekspresi. Berikut uraiannya:
commit to user
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
i.
Ekspresi Penulis menggambarkan ekspresinya dengan kata-kata yang sesuai dengan apa yang dirasakannya. Berikut kutipannya: “Sayangnya, LGV nggak sesukses „saudaranya‟.” (Artikel “Go Gas!” : Paragraf 2 kalimat 5, GoGirl! Juli 2011) “Sayang, diantara pabrikan terkenal itu belum ada yang jual mobil yang berbahan gas ke Indonesia.” (Artikel “Go Gas!” : Paragraf 4 kalimat 3, GoGirl! Juli 2011) Dalam dua kalimat di atas, penulis mengungkapkan rasa kecewa dan prihatinnya dengan menggunakan kata “sayang”. Pada kalimat pertama, penulis menyayangkan LGV yang belum sesukses CNG, bahan bakar yang sudah digunakan beberapa transportasi umum. Kemudian pada kalimat kedua, penulis menyayangkan belum ada pabrikan mobil terkenal yang menjual mobil berbahan bakar gas ke Indonesia, hal inilah yang menyebabkan LGV belum banyak dikonsumsi.
ii. Grafis Dalam layout teks “Go Gas!”, penulis menambahkan beberapa grafis seperti foto bus Transjakarta, foto converter kit, dan foto mobil pribadi. Ditampilkannya beberapa grafis berupa foto untuk mendukung apa yang ingin disampaikan. Selain itu, ada yang mengundang perhatian yaitu background warna merah dengan warna pada teks yang kontras yaitu putih. Teks yang tertulis pada bagian commit to user
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tersebut
merupakan
penggambaran
perhitungan
rugi-laba
penggunaan beberapa BBM secara material. Gambar 3.1 Layout Artikel “Go Gas!” Foto Bus Trasnjakarta yang menggunakan gas sebagai bahan bakarnya.
Judul Lead
Foto converter kit
Foto mobil sedan
Sumber: Majalah GoGirl! Juli 2011 iii. Metafora Ornamen dari suatu berita yaitu kiasan, ungkapan, metafora digunakan penulis dalam menyampaikan pesan.
Pemakaian
metafora tertentu dapat menjadi petunjuk utama untuk memaknai suatu teks. Berikut kutipan kalimatnya: “Sekarang, CNG udah digunain sejumlah angkutan umum kayak Transjakarta, beberapa bajaj dan taksi. Sayangnya, LGV nggak sesukses „saudaranya‟.” commit to user (Artikel “Go Gas!” : Paragraf 2 kalimat 4, GoGirl! Juli 2011)
perpustakaan.uns.ac.id
71 digilib.uns.ac.id
Penggunaan metafora “saudaranya” untuk menunjukkan bahwa LGV dan CNG merupakan jenis bahan bakar gas namun berbeda bentuk.
Dari analisis teks yang sudah dilakukan, peneliti menemukan beberapa elemen di dalamnya seperti latar, detil, maksud, nominalisasi, kata ganti, dan beberapa elemen lainnya yang digunakan van Dijk dalam menganilisis sebuah wacana. Yang muncul dari hasil analisis teks adalah mengenai kelebihan dan kekurangan LGV dan CNG sebagai bahan bakar alternatif.
2.
Analisis Kognisi Sosial Dalam analisis ini, peneliti mengadakan wawancara kepada penulis dalam
rubrik “Green Page” majalah GoGirl! Juli 2011, dan dari proses wawancara tersebut, peneliti mendapatkan hasil wawancara mengenai artikel yang sedang diteliti. “Waktu itu awalnya cuma kebetulan aja sih, pas aku lagi ngobrol sama driver kantor, dia ngomongin tentang bahan bakar gas yang dipakai sama bus Transjakarta. Kemudian aku browsing, ternyata emang wacana pemerintah ingin mengubah penggunaan BBM jadi BBG itu udah lama ada, tapi emang belum terealisasikan karena beberapa hal.” kata Starin Sani, penulis artikel “Go Gas!” dalam wawancara yang dilakukan pada 26 Maret 2012 lalu. Setelah melakukan browsing, penulis menyatakan pendapatnya saat rapat tema dan mendapat persetujuan dari pimpinan redaksi. Penulis mendapatkan inspirasi dan referensi dari pembicaraannya dengan driver kantor dan internet. Menurut pandangan penulis, penggunaan BBG lebih murah dan ramah lingkungan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
72 digilib.uns.ac.id
dibanding BBM. Penulis mendukung penggunaan BBG, namun memang untuk saat ini masih sulit untuk diterapkan di Indonesia. Untuk saat ini memang pemerintah belum menyiapkan cukup SPBG sehingga akan menyulitkan bagi yang ingin menggunakan BBG. “Tapi diharapkan saat pemerintah sudah siap nanti, pembaca Gogirl! sudah punya awareness tentang hal ini dan lebih mudah untuk beralih.” tambah Starin. Dari hasil analisis kognisi sosial, dapat ditarik kesimpulan bahwa penulis ingin menyampaikan informasi kepada pembaca mengenai LGV dan CNG sebagai bahan bakar alternatif. Sehingga saat semua sudah siap untuk menggunakan bahan bakar alternatif tersebut, para pembaca sudah mengerti terlebih dahulu.
3.
Analisis Konteks Sosial Harga premium dan pertamax terus bergerak naik seiring meningkatnya
harga minyak dunia. Sebagai pilihan lain, masyarakat dapat menggunakan Liquified Gas for Vehicle (LGV) yang harganya lebih murah dibanding premium maupun pertamax. Dikutip dari situs resmi Kementrian Energi dan Sumber Daya Alam Indonesia, dijelaskan bahwa LGV atau yang dikenal dengan nama dagang Vi-Gas, merupakan bahan bakar gas yang diformulasikan untuk kendaraan bermotor yang menggunakan spark ignition engine terdiri dari campuran propane (C3) dan butane (C4). beberapa keunggulan lainnya, LGV ramah terhadap lingkungan, menghasilkan pembakaran yang bersih, memiliki Oktan Number lebih dari (sama commit userpelumas, suara mesin lebih halus dengan) 98, memperpanjang umur mesintodan
perpustakaan.uns.ac.id
73 digilib.uns.ac.id
dan bebas knocking, bebas sulfur dan timbal serta tekanan didalam tangkinya lebih rendah 8-12 bar (http://www.esdm.go.id/berita/migas/40-migas/5375-lebihjauh-tentang-lgv-dan-cng.html). Harga LGV lebih tinggi dibandingkan dengan BBM bersubsidi, tetapi lebih rendah dari harga BBM non subsidi. LGV lebih fleksibel digunakan untuk daerahdaerah yang jauh dari sumber gas atau tidak memiliki pipa gas bumi. Sedangkan Compressed Natural Gas (CNG) merupakan bahan bakar gas yang dibuat dengan melakukan kompresi metana (CH4) yang diekstrak dari gas alam. Bahan bakar ini sudah banyak digunakan oleh kendaraan umum seperti taksi dan angkutan kota. Kendaraan pribadi juga dapat menggunakannya. Harganya relatif murah yaitu Rp 3.600 per liter setara premium. Namun untuk menggunakan bahan bakar LGV, pemilik kendaraan harus membeli converter kit terlebih dahulu. Harganya sekitar Rp 10-15 juta. LGV dan CNG yang disiapkan pemerintah sebagai bahan bakar alternatif memberikan banyak keuntungan bagi konsumen namun yang kini masih menjadi kendala adalah belum ada mobil yang menggunakan bahan bakar gas dijual di Indonesia, sehingga harus menggunakan converter kit terlebih dahulu. Hambatan dari belum banyaknya yang mengkonsumsi LGV adalah jumlah SPBG yang sedikit serta belum merata. Diharapkan kedepannya pemerintah mampu menyiapkan SPBG secara merata di seluruh Indonesia agar seluruh masyarakat bisa merasakan penggunaan LGV. Dari hasil analisis konteks sosial, diambil kesimpulan mengenai apa yang terjadi di masyarakat ketika pemerintah mensosialisasikan bahan bakar alternatif. commit to user
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Namun belum siapnya pemerintah dalam menyediakan SPBG yang merata di Indonesia dan juga belum adanya produsen mobil yang memproduksi mobil berbahan gas di Indonesia menjadi kendala. Setelah dilakukan analisis dari teks, konteks sosial, hingga kognisi sosial, dapat ditarik kesimpulan bahwa artikel “Go Gas!” memenuhi kriteria analisis yang dilakukan dari ketiga dimensi wacana van Dijk. Dalam analisis teks, menganalisis bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang digunakan untuk mempertegas tema mengenai gas sebagai bahan bakar alternatif. Kemudian pada analisis kognisi sosial yang diteliti adalah bagaimana proses produksi teks yang melibatkan kognisi individu dan wartawan. Sedangkan pada dimensi konteks sosial, diteliti wacana yang sedang berkembang di masyarakat terhadap suatu masalah. Ketiga dimensi analisis tersebut tidak dapat dipisahkan, masing-masing saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain.
B.
Analisis Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”
1.
Analisis Teks Dalam sebuah teks pasti terkandung unsur-unsur maupun elemen-elemen
yang merupakan suatu kesatuan yang saling menopang satu sama lain hingga terbentuk sebuah teks yang utuh. Untuk menganalisis sebuah teks, maka diperlukan beberapa hal yang akan diamati, meliputi tematik, skematik, semantik, sintaksis, stilistik, dan retoris. Berikut analisis teks “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”:
commit to user
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Tematik Elemen
tematik
merupakan
gambaran
umum
pada
teks.
Topik
menggambarkan tema umum dari suatu teks, topik akan didukung oleh subtopik lainnya yang saling berkaitan hingga terbentuknya topik umum. Subtopik juga didukung serangkaian fakta yang menunjuk dan menggambarkan subtopik, sehingga subbagian yang lain saling mendukung antara satu bagian dengan bagian lainnya. Tema yang ingin dikembangkan dalam artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir” yang dimuat dalam rubrik “Green Page” Majalah GoGirl! edisi Agustus 2011 lalu adalah sekolah “hijau”. Tema tersebut kemudian diturunkan menjadi dua subtopik, yaitu peduli terhadap lingkungan dan revolusi sekolah tersebut hingga mendapatkan penghargaan Adiwiyata selama 4 tahun berturutturut. Kemudian untuk wacana dari artikel ini adalah keberadaan sekolah “hijau” di tengah kawasan padat penduduk Jakarta Pusat. Berikut kutipannya: “Di tengah padatnya kawasan Jakarta Pusat, ternyata ada satu sekolah yang masih hijau dan rindang banget lho. Bahkan, siang hari pun tetep nggak kerasa panas di sana! Inilah dia, SDNP 12 Bendungan Hilir (Benhil).” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 1, GoGirl! Agustus 2011)
b. Skematik Secara skematik, artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir” memiliki enam paragraf. Paragraf pertama berisi lead yang tergolong dalam teras berita “siapa” (who lead), paragraf kedua dan ketiga berisi tentang bentuk commit to kepedulian sekolah terhadap lingkungan, di user paragraf empat hingga enam memuat
perpustakaan.uns.ac.id
76 digilib.uns.ac.id
tentang bagaimana usaha sekolah ini mendapatkan penghargaan Adiwiyata selama empat tahun berturut-turut. Berikut kutipannya: “Di tengah padatnya kawasan Jakarta Pusat, ternyata ada satu sekolah yang masih hijau dan rindang banget lho. Bahkan, siang hari pun tetep nggak kerasa panas di sana! Inilah dia, SDNP 12 Bendungan Hilir (Benhil).” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir” : Paragraf 1, GoGirl! Agustus 2011) “Selain sejuk, SDNP 12 Benhil juga bersih banget! Murid-muridnya emang udah dibiasain peduli lingkungan...” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 2, GoGirl! Agustus 2011) “Oh iya, jangan coba-coba buang sampah sembarangan di lingkungan sekolah seluas 2.664 m2 ini ya. Soalnya, ada denda buat semua warga sekolah yang ketauan buang sampah sembarangan!...” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 3, GoGirl! Agustus 2011) “Siapa sangka, SD yang berdiri tahun 1974 ini dulunya sempet ngalamin kondisi yang cukup memprihatinkan. Walaupun statusnya SD percontohan, tapi pas Ibu Murliati ditugasin jadi kepala sekolah di SD ini tahun 2004, ternyata kondisinya kurang layak buat menyandang status itu...” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 4, GoGirl! Agustus 2011) “Ibu Murliati pun ngajuin proposal ke perusahaan-perusahaan yang punya program CSR (Corporate Social Responsibility). Akhirnya, General Electric menyetujui propsal SDNP 12 Benhil.” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 5, GoGirl! Agustus 2011) “Berkat semua keseriusan warganya, SDNP 12 Benhil meraih penghargaan Adiwiyata pertama mereka tahun 2008. Adiwiyata adalah penghargaan dari pemerintah buat sekolah-sekolah yang berhasil mendidik siswanya peduli terhadap lingkungan.” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 6, GoGirl! Agustus 2011) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
77 digilib.uns.ac.id
Dalam artikel ini juga dimuat beberapa kutipan langsung atau komentar verbal dari narasumber yaitu Kepala Sekolah SDNP 12 Benhil, Ibu Murliati. ““Mungkin sebenernya ada banyak sekolah yang punya lingkungan bersih, tapi kuncinya adalah kesadaran dari hati. SDNP 12 Benhil berhasil meraih penghargaan karena kesadaran lingkungan para warganya,” ujar Ibu Murliati.” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 6, GoGirl! Agustus 2011)
c. Semantik Struktur mikro dalam sebuah wacana disebut dengan semantik yang merupakan makna yang ingin ditekankan dalam suatu teks, bisa melalui elemen detil, latar, maksud, praanggapan, dan nominalisasi. Dalam artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”, penulis hanya memuat 4 elemen yaitu elemen latar, detil, maksud, dan nominalisasi. Berikut kutipannya: i.
Latar Latar penulisan artikel ini adalah mengenai keberadaan sekolah “hijau” yang masih ada di tengah padatnya Jakarta. Jakarta dikenal dengan kota padat penduduk, keadaan lingkungan juga kurang diperhatikan oleh penduduknya. Keberadaan sekolah “hijau” di daerah Bendungan Hilir (Benhil) menggambarkan bahwa masih ada sekolah yang sejuk dan bersih di tengah keadaan Jakarta yang panas dan kotor. Berikut kutipan kalimatnya: “Di tengah padatnya kawasan Jakarta Pusat, ternyata ada satu sekolah yang masih hijau dan rindang banget lho. Bahkan, siang hari pun tetep nggak kerasa panas di sana! Inilah dia, SDNP 12 commit to user Bendungan Hilir (Benhil).”
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir” : Paragraf 1, GoGirl! Agustus 2011)
ii. Detil Elemen
detil
berhubungan
dengan
kontrol
informasi
yang
ditampilkan penulis. Jika informasi tersebut akan menguntungkan penulis, maka informasi tersebut akan ditulis dengan jelas bahkan berlebihan, sebaliknya jika informasi dianggap merugikan penulis, maka informasi akan ditampilkan dengan jumlah sedikit. Elemen detil dalam artikel ini disajikan dengan Berikut kutipan elemen detil dalam artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: “Selain sejuk, SDNP 12 Benhil juga bersih banget! Muridmuridnya emang udah dibiasain peduli lingkungan.” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 2 kalimat 1-2, GoGirl! Agustus 2011) Dalam paragraf kedua, elemen detil yang mendukung informasi yang menguntungkan penulis, ditulis dengan jelas. Kutipan di atas menjelaskan bahwa SDNP 12 Benhil memang mendidik muridmuridnya untuk terbiasa menjaga lingkungan sekolahnya. Untuk penjelasan bagaiman cara sekolah ini mendidik murid-muridnya akan diuraikan pada analisis elemen maksud. “Berkat semua keseriusan warganya, SDNP 12 Benhil meraih penghargaan Adiwiyata pertama mereka tahun 2008.” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 6 kalimat 1, GoGirl! Agustus 2011) Dalam kutipan kalimat di atas, dijelaskan bahwa apa yang telah user warga sekolahnya dalam hal dilakukan SDNP 12commit Benhilto beserta
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menjaga lingkungan mendapatkan penghargaan. Informasi ini menguntungkan penulis karena kalimat tersebut menggambarkan bahwa usaha SDNP 12 Benhil dalam menjaga lingkungan mendapatkan penghargaan. “Siapa sangka, SD yang berdiri tahun 1974 ini dulunya sempet ngalamin kondisi yang cukup memprihatinkan. Walaupun statusnya SD percontohan, tapi pas Ibu Murliati ditugasin jadi kepala sekolah di SD ini tahun 2004, ternyata kondisinya kurang layak buat menyandang status itu.” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 4 kalimat 1-2, GoGirl! Agustus 2011) Sebaliknya, jika beberapa kutipan sebelumnya menguntungkan penulis, maka kutipan ini dianggap kurang menguntungkan penulis. Informasi yang disampaikan dalam kalimat tersebut kurang dijelaskan secara mendetail. Keadaan SDNP 12 Benhil sebelumnya hanya disebutkan kurang layak tanpa disertai penjelasan seperti apa keadaan sekolah tersebut secara detail, informasi ini hanya ditulis dalam 2 kalimat saja.
iii. Maksud Maksud merupakan bentuk uraian yang panjang, jelas, dan lebih mendetail tentang informasi yang dianggap menguntungkan penulis. Sebaliknya, informasi yang dianggap kurang menguntungkan penulis, ditulis dengan sama dan implisit. Berikut kutipan kalimat yang mengandung elemen maksud: commit to user
80 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
“Murid-muridnya emang udah dibiasain peduli lingkungan. Mulai dari buang sampah di tempatnya, selalu ngabisin makanan dan minuman, sampai menanam pohon...” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 2 kalimat 2, GoGirl! Agustus 2011) Dalam kutipan tersebut digambarkan bahwa murid-murid SDNP 12 Benhil memang sudah dibiasakan untuk peduli lingkungan. Kalimat selanjutnya ditulis untuk menggambarkan secara detail apa saja yang dilakukan oleh murid-murid dan warga sekolah lainnya dalam upaya peduli lingkungan. Informasi ini dianggap menguntungkan penulis, sehingga kalimat yang lebih mendetail ini ditulis hampir satu paragraf. “Berkat semua keseriusan warganya, SDNP 12 Benhil meraih penghargaan Adiwiyata pertama mereka tahun 2008. Adiwiyata adalah penghargaan dari pemerintah buat sekolah-sekolah yang berhasil mendidik siswanya peduli terhadap lingkungan. Hebatnya, mereka bisa mempertahankan penghargaan itu sampe 4 tahun berturut-turut!” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 6 kalimat 1-3 GoGirl! Agustus 2011) Dalam kutipan kalimat di atas dijelaskan informasi
yang
menguntungkan bagi penulis karena memuat pernyataan bahwa sekolah
tersebut
mendapatkan
penghargaan
sebagai
bentuk
kepeduliannya terhadap lingkungan. Tidak hanya itu saja, penulis menambahkan
penjelasan
bahwa
sekolah
tersebut
mempertahankan penghargaan selama 4 tahun berturut-turut.
commit to user
bisa
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
iv. Nominalisasi Elemen nominalisasi merupakan suatu elemen yang memuat nominal atau angka yang mendukung dan mampu mempengaruhi makna dari informasi yang hendak disampaikan oleh penulis. Berikut kutipan kalimat yang mengandung elemen nominalisasi di dalamnya: “Tiap minggu, ternyata anak-anak dapet pelajaran Pendidikan Lingkungan selama 2 jam, yang penilaiannya 70% dilihat dari praktek lapangan.” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir” : Paragraf 2 kalimat 4, GoGirl! Agustus 2011) Dalam kutipan kalimat di atas, penulis ingin menyampaikan bahwa sekolah ini memiliki pelajaran Pendidikan Lingkungan yang diberikan 2 jam tiap minggunya. Penilaian dari pelajaran ini berdasarkan dari 70% praktek di lapangan. Jadi pelajaran Pendidikan Lingkungan ini tidak hanya sekedar pelajaran yang mengedepankan teori saja namun penilaian juga didasarkan pada praktek siswa di lapangan. “Nggak cuma itu aja, sekolah ini juga punya 11 kelompok Pandu Lingkungan. Tiap kelompok terdiri dari 10-12 murid kelas 4-6. Ke11 Pandu Lingkungan itu masing-masing bertanggungjawab terhadap kompos, biopori, toga, kantin, energi, sampah, taman, kolam ikan, taman lalu lintas, jumantik, dan UKS.” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 3 kalimat 3-4, GoGirl! Agustus 2011) Elemen nominalisasi yang terkandung dalam kalimat ini juga ingin mendukung informasi yang hendak disampaikan penulis. Dijelaskan bahwa sekolah ini memang benar-benar peduli terhadap lingkungan, commit to user 11 kelompok Pandu Lingkungan terlihat ketika sekolah ini memiliki
82 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang masing-masing kelompok terdiri dari 10-12 orang yang bertanggungjawab terhadap kompos, biopori, toga, kantin, energi, sampah, dan lain-lain. Kelompok-kelompok tersebut akan di-rolling tugasnya setiap bulan sehingga semua merasakan bagaimana mengurus kesebelas bidang tersebut. “Hebatnya, mereka bisa mempertahankan penghargaan itu sampe 4 tahun berturut-turut!” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 6 kalimat 3, GoGirl! Agustus 2011) Elemen nominalisasi yang terkandung dalam kalimat di atas menunjukkan penghargaan
bahwa
sekolah
Adiwiyata
yaitu
ini
mampu
penghargaan
mempertahankan yang
diberikan
pemerintah kepada sekolah-sekolah yang mampu mendidik siswasiswanya untuk peduli lingkungan. Penghargaan ini mampu dipertahankan selama 4 tahun berturut-turut.
d. Sintaksis Hal yang diamati dari struktur mikro ini adalah bagaimana suatu kalimat itu disusun
atau
dibentuk.
Sintaksis
meliputi
bentuk
kalimat,
koherensi,
pengingkaran, dan kata ganti. Berikut kutipan kalimatnya: i.
Bentuk kalimat Dalam artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”, penulis menggunakan kalimat aktif yang umumnya digunakan agar seseorang menjadi subyek dari tanggapannya dan kalimat pasif yang menempatkan seseorang sebagai obyek. Berikut beberapa kutipan commit to user
83 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kalimat aktif yang digunakan dalam penulisan artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: “Masih ada lagi, SD ini punya program Satu Murid Satu Pohon yang mewajibkan murid baru bawa satu tanaman.” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir” : Paragraf 2 kalimat 13, GoGirl! Agustus 2011) “Berkat semua keseriusan warganya, SDNP 12 Benhil meraih penghargaan Adiwiyata pertama mereka tahun 2008.” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir” : Paragraf 3 kalimat 8, GoGirl! Agustus 2011) “Hebatnya, mereka bisa mempertahankan penghargaan itu sampe 4 tahun berturut-turut!” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir” : Paragraf 3 kalimat 10, GoGirl! Agustus 2011 Dalam kutipan ketiga kalimat di atas, penulis menulisnya kedalam kalimat aktif, yang memposisikan seseorang menjadi subyek, dalam hal ini, SDNP 12 Benhil diposisikan sebagai subyek dari tanggapan. Selanjutnya, terdapat kalimat pasif dalam penulisan artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: “Pada hari itu, murid-murid harus bawa barang bekas apapun dari rumah buat nantinya didaur ulang.” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir” : Paragraf 2 kalimat 7, GoGirl! Agustus 2011) Dalam kutipan kalimat pasif di atas, penulis memposisikan barang bekas sebagai obyek dari tanggapannya. Barang-barang bekas tersebut nantinya akan didaur ulang agar bisa dimanfaatkan.
commit to user
84 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
“Sejak itu, Ibu Kepsek ini rajin masukin proposal kemana-mana supaya semua bidang bisa dibenahi, termasuk SDM-nya.” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir” : Paragraf 5 kalimat 5, GoGirl! Agustus 2011) Dalam kutipan kalimat pasif di atas, penulis memposisikan bidangbidang yang ada di dalam SDNP 12 Benhil sebagai obyek dari tanggapannya. Bidang-bidang tersebut diperbaiki agar menjadi lebih baik.
ii. Koherensi Koherensi merupakan jalinan antarkata maupun antarkalimat dalam suatu teks. Kata penghubung merupakan kunci dalam penggabungan kalimat satu dengan kalimat lainnya. Berikut kutipan kalimat yang menggunakan elemen koherensi di dalamnya: “Ibu Murliati pun ngajuin proposal ke perusahaan-perusahaan yang punya program CSR (Corporate Social Responsibility). Akhirnya, General Electric menyetujui proposal SDNP 12 Benhil. Sekitar 300 volunteer diturunkan buat bersihin lingkungan SDNP 12 Benhil.” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir” : Paragraf 4 kalimat 2, GoGirl! Agustus 2011) Kalimat di atas menggunakan kata “akhirnya” yang menunjukkan koherensi sebab-akibat yaitu keadaan bahwa perusahaan dimana Kepala Sekolah memasukkan proposal, menyetujuinya. “Sejak itu, Ibu Kepsek ini rajin masukin proposal kemana-mana supaya semua bidang bisa dibenahi, termasuk SDM-nya.” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir” : Paragraf 5 kalimat 5, GoGirl! Agustus 2011) Kalimat di atas menggunakan kata “supaya” yang menunjukkan commit toyaitu user dengan memasukkan proposal ke koherensi sebab-akibat akibat
85 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
beberapa perusahaan dengan tujuan semua bidang termasuk SDM dapat diperbaiki. “Berkat semua keseriusan warganya, SDNP 12 Benhil meraih penghargaan Adiwiyata pertama mereka tahun 2008.” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir” : Paragraf 6 kalimat 1, GoGirl! Agustus 2011) Penulis menggunakan kata “berkat” dalam kalimat di atas yang memiliki arti yang kurang lebih sama dengan konjungsi “karena” yang menunjukkan adanya koherensi sebab-akibat. Usaha dari SDNP 12 Benhil dalam menjaga lingkungannya mendapatkan penghargaan Adiwiyata.
iii. Pengingkaran Elemen ini merupakan bentuk praktik wacana yang menggambarkan bagaimana
wartawan
menyembunyikan
apa
yang
ingin
diekspresikan secara implisit. Berikut kutipan kalimatnya: “Walaupun statusnya SD percontohan, tapi pas Ibu Murliati ditugasin jadi kepala sekolah di SD ini tahun 2004, ternyata kondisinya kurang layak buat menyandang status itu.” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir” : Paragraf 4 kalimat 2, GoGirl! Agustus 2011) Bentuk pengingkaran dalam kalimat ini menggunakan kata “walaupun”, “tapi”, dan “ternyata”. Penulis hendak menyampaikan sesuatu yang berseberangan. Kalimat di atas menjelaskan bahwa SDNP 12 Benhil adalah SD percontohan yang seharusnya bisa menjadi contoh bagi sekolah-sekolah lain baik secara pengelolaan to user lingkungan hingga commit SDMnya. Namun pada kenyataannya, kondisi
86 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sekolah ini kurang layak untuk menyandang status sebagai SD percontohan. ““Mungkin sebenernya ada banyak sekolah yang punya lingkungan bersih, tapi kuncinya adalah kesadaran dari hati. SDNP 12 Benhil berhasil meraih penghargaan karena kesadaran lingkungan para warganya,” ujar Ibu Murliati.” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir” : Paragraf 6 kalimat 4-5, GoGirl! Agustus 2011) Kata “tapi” sebagai penghubung pada kalimat di atas, digunakan penulis untuk menyampaikan sesuatu yang berseberangan. Pada kalimat pertama ibu Murliati mengemukakan bahwa ada beberapa sekolah yang mempunyai lingkungan bersih, meskipun memiliki lingkungan yang bersih, itu belum cukup menjadikan sekolah itu layak mendapat penghargaan karena segala sesuatunya didasari dari kesadaran diri setiap warganya.
iv. Kata ganti Kata ganti digunakan penulis untuk menunjukkan di mana posisi seseorang dakam wacana. Berikut kutipan kalimatnya: “Berkat semua keseriusan warganya, SDNP 12 Benhil meraih penghargaan Adiwiyata pertama mereka tahun 2008.” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir” : Paragraf 6 kalimat 1, GoGirl! Agustus 2011) Kata ganti “mereka” yang terkandung dalam kalimat di atas dipilih penulis untuk menyampaikan bahwa yang dimaksud adalah SDNP 12
Benhil.
Jika
pada
kalimat-kalimat
commit to user
sebelumnya,
penulis
87 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menggunakan istilah “sekolah” untuk menyebut SDNP 12 Benhil, di kalimat ini, penulis menggunakan kata ganti “mereka”.
e. Stilistik Pada dasarnya, elemen ini menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata atas berbagai kemungkinan kata yang tersedia. Pemilihan kata juga memberikan makna yang berbeda pada kalimat tersebut. Berikut kutipannya: “Di tengah padatnya kawasan Jakarta Pusat, ternyata ada satu sekolah yang masih hijau dan rindang banget lho.” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir” : Paragraf 1 kalimat 1, GoGirl! Agustus 2011) Dalam kalimat di atas, penulis menggunakan leksikon “padatnya”. Penggunaan kata “padatnya” menunjukkan keadaan yang penuh dengan pemukiman penduduk di kawasan Jakarta Pusat.
Selain itu, SDNP 12 Benhil juga punya beberapa program pembiasaan buat siswa-siswinya.” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 2 kalimat 8, GoGirl! Agustus 2011) Dalam kalimat di atas, penulis menggunakan leksikon “pembiasaan” yang menunjukkan keadaan membuat program tersebut sebagai sebuah rutinitas bagi warga SDNP 12 Benhil. “Jadi semuanya ngerasain gimana mengurus ke-11 bidang itu.” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 3 kalimat 6, GoGirl! Agustus 2011)
commit to user
88 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam kalimat di atas, penulis menggunakan leksikon “mengurus” yang menjelaskan keadaan kelompok-kelompok Pandu Lingkungan yang mengatur segala sesuatunya dan bertanggungjawab atas hal tersebut. “Siapa sangka, SD yang berdiri tahun 1974 ini dulunya sempet ngalamin kondisi yang cukup memprihatinkan.” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 6 kalimat 1, GoGirl! Agustus 2011) Dalam kalimat di atas, penulis menggunakan leksikon “memprihatinkan” untuk menunjukkan keadaan sekolah pada waktu itu memang sangat menyedihkan. “Siapa sangka, SD yang berdiri tahun 1974 ini dulunya sempet ngalamin kondisi yang cukup memprihatinkan.” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 4 kalimat 1, GoGirl! Agustus 2011) “Walaupun statusnya SD percontohan, tapi pas Ibu Murliati ditugasin jadi kepala sekolah di SD ini tahun 2004, ternyata kondisinya kurang layak buat menyandang status itu.” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 4 kalimat 2, GoGirl! Agustus 2011) Dalam kalimat di atas, penulis menggunakan leksikon “kondisi” untuk menjelaskan suatu keadaan. “Walaupun statusnya SD percontohan, tapi pas Ibu Murliati ditugasin jadi kepala sekolah di SD ini tahun 2004, ternyata kondisinya kurang layak buat menyandang status itu.” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 4 kalimat 2, GoGirl! Agustus 2011) Dalam kalimat di atas, penulis menggunakan leksikon “menyandang status” untuk menjelaskan bahwa sekolah tersebut membawa predikat percontohan. commit to user
89 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
“Sejak itu, Ibu Kepsek ini rajin masukin proposal kemana-mana supaya semua bidang bisa dibenahi, termasuk SDM-nya.” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 5 kalimat 5, GoGirl! Agustus 2011) Dalam kalimat di atas, penulis menggunakan leksikon “dibenahi” untuk menjelaskan bahwa keadaan yang perlu diperbaiki.
“Berkat keseriusan semua warganya, SDNP 12 Benhil meraih penghargaan Adiwiyata pertama mereka tahun 2008.” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 6 kalimat 1, GoGirl! Agustus 2011) Dalam kalimat di atas digunakan leksikon “meraih” untuk menjelaskan bahwa mendapatkan sesuatu dengan usaha yang keras. “Hebatnya, mereka bisa mempertahankan penghargaan itu sampe 4 tahun berturut-turut!” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 6 kalimat 3, GoGirl! Agustus 2011) Dalam kalimat di atas, penulis menggunakan leksikon “mempertahankan” untuk menjelaskan keadaan yang dijaga seperti semula tidak mengalami perubahan.
f. Retoris Dalam analisis teks, retoris menggambarkan bagimana dan dengan cara seperti apa, cara penekanan pada teks dilakukan. Penekanan pada teks bisa dilakukan dengan menganalisis elemen grafis, metafora, maupun ekspresi. Berikut uraiannya:
commit to user
90 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
i.
Ekspresi Penulis menggambarkan ekspresinya dengan kata-kata yang sesuai dengan apa yang dirasakannya. Berikut kutipannya: “Hebatnya, mereka bisa mempertahankan penghargaan itu sampe 4 tahun berturut-turut!” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 6 kalimat 3, GoGirl! Agustus 2011) Dalam kalimat di atas, penulis menggunakan kata “hebatnya” untuk mengekspresikan kekagumannya akan prestasi yang telah diraih SDNP 12 Benhil yaitu mampu mempertahankan penghargaan Adiwiyata selama 4 tahun berturut-turut.
ii. Grafis Dalam layout artikel ini tidak terlalu banyak ilustrasi namun ditampilkan beberapa foto dari SDNP 12 Benhil sendiri. Ada foto gedung utama beserta halamannya, tempat sampah yang dibagi sesuai kategori sampah, yaitu sampah basah dan sampah kering, taman lalu lintas, dan penghargaan Adiwiyata yang pernah diraih. Nuansa hijau juga dipilih penulis untuk menjadi layout dalam artikel ini.
commit to user
91 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 3.2 Layout artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir” Judul
Lead
Foto Green school: SDNP 12 Benhil Gambar penghargaan Adiwiyata
Foto Taman Lalu Lintas di SDNP 12 Benhil
Fototempat sampah
Sumber : Majalah GoGirl! Agustus 2011
iii. Metafora Ornamen dari suatu berita yaitu kiasan, ungkapan, metafora digunakan penulis dalam menyampaikan pesan.
Pemakaian
metafora tertentu dapat menjadi petunjuk utama untuk memaknai suatu teks. Berikut kutipan kalimatnya: “Di tengah padatnya kawasan Jakarta Pusat, ternyata ada satu sekolah yang masih hijau dan rindang banget lho.” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 1 kalimat 3, GoGirl! Agustus 2011) commit to user
92 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Metafora “hijau” digunakan penulis untuk menjelaskan keadaan sekolah yang rindang, sejuk, penuh dengan pepohonan. “Siapa sangka, SD yang berdiri tahun 1974 ini dulunya sempet ngalamin kondisi yang cukup memprihatinkan.” (Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir”: Paragraf 4 kalimat 1, GoGirl! Agustus 2011) Metafora “berdiri” digunakan penulis untuk menjelaskan bahwa SDNP 12 Benhil sudah ada sejak tahun 1974.
Dari analisis teks yang sudah dilakukan, peneliti menemukan beberapa elemen di dalamnya seperti latar, detil, maksud, nominalisasi, kata ganti, dan beberapa elemen lainnya yang digunakan van Dijk dalam menganilisis sebuah wacana. Yang muncul dari hasil analisis teks adalah mengenai sekolah dengan konsep “hijau” dengan berbagai programnya.
2.
Analisis Kognisi Sosial Dalam analisis ini, peneliti mengadakan wawancara kepada penulis dalam
rubrik “Green Page” majalah GoGirl! Agustus 2011, dan dari proses wawancara tersebut, peneliti mendapatkan hasil wawancara mengenai artikel yang sedang diteliti. “Tema Gogirl! bulan Agustus tentang Ekskul Issue, jadi aku langsung kepikiran tentang sekolah-sekolah, termasuk buat artikel “Green Page”. Kebetulan, waktu itu penghargaan Adiwiyata 2011 sudah berlangsung. Dari situ aku nyari sekolah di Jakarta yg berprestasi memperoleh Adiwiyata.” kata Starin commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
93 digilib.uns.ac.id
Sani, penulis artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir” dalam wawancara yang dilakukan pada 26 Maret 2012 lalu. Menurut pandangan penulis, setiap murid seharusnya memiliki kesadaran untuk lebih peduli terhadap lingkungan, terlebih lagi lingkungan sekolah mereka, jika hal ini konsisten dilakukan, maka akan banya green school di Indonesia dan juga dunia. Melalui artikel ini, penulis ingin mengingatkan bahwa kita harus selalu peduli lingkungan di sekitar, termasuk di sekolah. Oleh karena itu artikel ini menampilkan profil sekolah yang sudah diakui kepeduliannya terhadap lingkungan serta apa saja kegiatan sekolah ini supaya dapat menginspirasi dan menjadi teladan untuk siswa sekolah lain. Penulis awalnya mendapatkan informasi dari internet, setelah mengetahui sekolah yang menerima penghargaan Adiwiyata, penulis mendatangi sekolah tersebut dan mencari informasi dengan melakukan wawancara terhadap kepala sekolah dan juga guru koordiantor. Dari hasil analisis kognisi sosial, dapat ditarik kesimpulan bahwa penulis ingin menyampaikan informasi kepada pembaca mengenai sekolah dengan konsep “hijau”. Diharapkan mampu menginspirasi dan memotivasi sekolah-sekolah lain untuk lebih peduli lingkungan.
3.
Analisis Konteks Sosial Belum banyak sekolah dengan konsep “hijau” di Indonesia, hal ini
disebabkan kurangnya kesadaran warga sekolah dengan lingkungan. Sikap peduli lingkungan seharusnya ditanamkan sejak dini agar pribadi dapat terbentuk dengan commit to userlingkungan yang bersih namun itu baik. Meskipun banyak sekolah yang memiliki
94 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
semua belum cukup untuk menjadikannya sebagai sekolah “hijau”. Karena untuk menjadi sekolah “hijau” diperlukan kesadaran yang tinggi terhadap lingkungan. Sekolah-sekolah dapat menambahkan pelajaran maupun kegiatan ekstrakulikuler yang berhubungan dengan peduli lingkungan agar para muridnya lebih peduli lingkungan. Dari hasil analisis konteks sosial, diambil kesimpulan mengenai sekolah “hijau” yang memulai aksi peduli lingkungan dari kesadaran hati. Dengan program maupun kegiatan yang berhubungan dengan peduli lingkungan, sekolah ini mampu membentuk kesadaran peduli lingkungan pada murid-murid hingga seluruh warga sekolah. Setelah dilakukan analisis dari teks, konteks sosial, hingga kognisi sosial, dapat ditarik kesimpulan bahwa artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir” memenuhi kriteria analisis yang dilakukan dari ketiga dimensi wacana van Dijk. Dalam analisis teks, menganalisis bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang digunakan untuk mempertegas tema mengenai gas sebagai bahan bakar alternatif. Kemudian pada analisis kognisi sosial yang diteliti adalah bagaimana proses produksi teks yang melibatkan kognisi individu dan wartawan. Sedangkan pada dimensi konteks sosial, diteliti wacana yang sedang berkembang di masyarakat terhadap suatu masalah. Ketiga dimensi analisis tersebut tidak dapat dipisahkan, masing-masing saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain.
commit to user
95 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C.
Analisis Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”
1.
Analisis Teks Dalam sebuah teks pasti terkandung unsur-unsur maupun elemen-elemen
yang merupakan suatu kesatuan yang saling menopang satu sama lain hingga terbentuk sebuah teks yang utuh. Untuk menganalisis sebuah teks, maka diperlukan beberapa hal yang akan diamati, meliputi tematik, skematik, semantik, sintaksis, stilistik, dan retoris. Berikut analisis teks “Asia’s Most Polluted Cities”: a. Tematik Elemen tematik merupakan gambaran umum dari suatu teks. Topik menggambarkan tema umum dari suatu teks, topik akan didukung oleh subtopik lainnya yang saling berkaitan hingga terbentuknya topik umum. Subtopik juga didukung serangkaian fakta yang menunjuk dan menggambarkan subtopik itu sendiri, sehingga subbagian yang lain saling mendukung antara satu bagian dengan bagian lainnya. Tema dari artikel ini adalah mengenai beberapa kota di benua Asia yang sangat berpolusi menurut www.ouramazingplanet.com pada April 2011 lalu. Sedangkan wacana yang terkandung dalam artikel ini adalah tentang permasalahan lingkungan di beberapa kota yang ada di benua Asia. Berikut kutipan kalimatnya: “April 2011 kemarin www.ouramazingplanet.com ngeluarin daftar 10 of the most polluted places on earth. Prihatin banget soalnya 5 diantaranya ternyata di Asia! Kota mana aja sih?” (Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 1, GoGirl! September 2011)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
96 digilib.uns.ac.id
b. Skematik Dalam sebuah teks pasti memiliki skema atau alur yang menunjukkan bagaimana bagian-bagian dalam teks disusun hingga membentuk kesatuan arti. Dalam konteks penyajian artikel, memiliki dua kategori skema besar, yaitu summary yang ditandai dengan dua elemen, yaitu judul dan lead , serta story yang memuat isi berita secara kesuluruhan. Secara skematik, artikel “Asia’s Most Polluted Cities” memiliki 6 paragraf. Paragraf pertama berisi lead yang tergolong dalam teras berita “apa” (what lead), paragraf kedua berisi tentang masalah polusi udara di Linfen, China, pada paragraf berikutnya berisi tentang pencemaran sungai di Kyrgyztan akibat limbah uranium. Di paragraf keempat berisi tentang permasalahan lingkungan karena tambang bijih krom di India, selanjutnya permasalahan pembuangan emisi berbahaya di Azerbaijan yang dimuat di paragraf 5 dan di paragraf terakhir memuat tentang pencemaran lingkungan akibat tambang timbal di China. Berikut kutipan paragrafnya: “April 2011 kemarin www.ouramazingplanet.com ngeluarin daftar 10 of the most polluted places on earth. Prihatin banget soalnya 5 diantaranya ternyata di Asia! Kota mana aja sih?” (Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 1, GoGirl! September 2011) “Kota di Provinsi Shanxi ini adalah pusatnya industri batu bara di China. That makes this city has the worst air quality in China. Udaranya penuh dengan polusi pembakaran batu bara...” (Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 2 kalimat 1-3, GoGirl! September 2011) “Kota di Asia Tengah ini menjadi sangat polluted karena ada tambang to 23 user uraniumnya. Dicommit sana ada tempat pembuangan limbah dan 13
perpustakaan.uns.ac.id
97 digilib.uns.ac.id
pembuangan batuan yang menyimpan sekitar 2 juta meter kubik limbah...” (Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 3 kalimat 1-2, GoGirl! September 2011) “Sukinda adalah kota penghasil bijih krom terbesar di dunia, 97% cadangan bijih krom India ada di sini. Sayang banget, 12 tambang yang ada di kota ini nggak punya perencanaan dalam mengelola lingkungan...” (Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 4 kalimat 1-2, GoGirl! September 2011) “Kota di Asia Barat ini dulunya adalah pusat industri Uni Soviet. Tiap tahunnya ada lebih dari 40 pabrik yang ngeluarin 70 ribu-120 ribu ton emisi berbahaya...” (Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 5 kalimat 1-2, GoGirl! September 2011) “Tianying adalah salah satu kota penghasil timbal terbesar. Tapi karena kurang canggihnya teknologi dan nggak concern sama lingkungan, banyak kasus keracunan timbal...” (Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 6 kalimat 1-2, GoGirl! September 2011)
c. Semantik Struktur mikro dalam sebuah wacana yang disebut semantik merupakan makna yang ingin ditekankan dalam suatu teks, bisa melalui elemen latar, detil, maksud, praanggapan, dan nominalisasi. Berikut uraiannya: i.
Latar Latar pada teks ini adalah mengenai kota-kota yang sangat berpolusi di dunia, sebagian ada di Asia. Pencemaran lingkungan yang merugikan manusia maupun hewan yang tinggal di sekitarnya sedang marak terjadi. Pada April 2011 lalu, sebuah situs yang commitdunia to user mengeksplorasi keindahan melalui berita, foto, maupun video,
98 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
www.ouramazingplanet.com
mengeluarkan
daftar
10
tempat
terpolusi di dunia. Yang lebih mengejutkan lagi, dari 10 tempat terpolusi di dunia tersebut, 5 diantaranya berada di Asia. Berikut kutipannya: “April 2011 kemarin www.ouramazingplanet.com ngeluarin daftar 10 of the most polluted places on earth. Prihatin banget soalnya 5 diantaranya ternyata di Asia! Kota mana aja sih?” (Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 1, GoGirl! September 2011)
ii. Detil Elemen
detil
berhubungan
dengan
kontrol
informasi
yang
ditampilkan penulis. Jika informasi tersebut akan menguntungkan penulis, maka informasi tersebut akan ditulis dengan jelas bahkan berlebihan, sebaliknya jika informasi dianggap merugikan penulis, maka informasi akan ditampilkan dengan jumlah sedikit. Berikut kutipan elemen detil dalam artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: “Kota di Provinsi Shanxi ini adalah pusatnya industri batu bara di China. That makes this city has the worst air quality in China.” (Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 2 kalimat 1-2, GoGirl! September 2011) Dalam kalimat di atas, disebutkan bahwa Linfen yang merupakan kota di Provinsi Shanxi, China adalah pusat industri batu bara, sehingga udara di sana mengalami pencemaran akibat pembakaran batu bara. Hal ini merugikan warga di sekitar daerah industri tersebut sering mengalami gangguan pernafasan. Penulis memberikan commit to user
99 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
informasi mengenai keadaan dari tiap kota yang masuk daftar kota terpolusi dan selanjutnya diuraikan lebih mendetail pada analisis elemen maksud. “Kota di Asia Tengah ini menjadi sangat polluted karena ada tambang uraniumnya.”. (Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 3 kalimat 1, GoGirl! September 2011)
Dalam kalimat di atas, dijelaskan bahwa kota Mailuu-Suu di Kyrgyztan sangat tercemari akibat tambang uranium. Pencemaran air yang terjadi merupakan akibat dari pembuangan limbah tambang uranium ke sungai. Penulis memberikan informasi mengenai keadaan dari tiap kota yang masuk daftar kota terpolusi dan selanjutnya diuraikan lebih mendetail pada analisis elemen maksud. “Sayang banget, 12 tambang yang ada di kota ini nggak punya perencanaan dalam mengelola lingkungan...” (Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 4 kalimat 2, GoGirl! September 2011) Dalam kutipan kalimat di atas, dijelaskan bahwa tambang bijih krom di Sukinda, India tidak mempunyai perencanaan dalam mengelola lingkungan
di
sekitarnya.
Akibat
yang ditimbulkan,
selain
mencemari udara, juga mencemari air bersih yang dikonsumsi warga sekitar. Sehingga timbul banyak penyakit akibat kejadian ini. Penulis memberikan informasi mengenai keadaan dari tiap kota yang masuk daftar kota terpolusi dan selanjutnya diuraikan lebih mendetail pada commit to user analisis elemen maksud.
perpustakaan.uns.ac.id
100 digilib.uns.ac.id
“Kota di Asia Barat ini dulunya adalah pusat industri Uni Soviet. Tiap tahunnya ada lebih dari 40 pabrik yang ngeluarin 70 ribu120 ribu ton emisi berbahaya...” (Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 5 kalimat 1-2, GoGirl! September 2011) Dalam kutipan kalimat di atas, dijelaskan bahwa sebanyak 40 pabrik mengeluarkan limbah berupa emisi berbahaya seberat 70ribu-140 ribu ton tiap tahunnya. Selain penyakit yang ditimbulkan akibat pembuangan limbah ini, kecacatan pada bayi juga merupakan akibat dari kejadian ini. Penulis memberikan informasi mengenai keadaan dari tiap kota yang masuk daftar kota terpolusi dan selanjutnya diuraikan lebih mendetail pada analisis elemen maksud. “Tapi karena kurang canggihnya teknologi dan nggak concern sama lingkungan, banyak kasus keracunan timbal...” (Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 6 kalimat 2, GoGirl! September 2011) Dalam kutipan kalimat di atas, dijelaskan bahwa salah satu kota di China yaitu Tianying yang merupakan penghasil timbal terbesar, belum memiliki teknologi yang canggih dan kurang peduli terhadap lingkungan, akibatnya banyak kasus keracunan timbal yang terjadi. Penulis memberikan informasi mengenai keadaan dari tiap kota yang masuk daftar kota terpolusi dan selanjutnya diuraikan lebih mendetail pada analisis elemen maksud. iii. Maksud Maksud merupakan bentuk uraian yang panjang, jelas, dan lebih mendetail tentang informasi yang dianggap menguntungkan penulis. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
101 digilib.uns.ac.id
Sebaliknya, informasi yang dianggap kurang menguntungkan penulis, ditulis dengan sama dan implisit. Berikut kutipan kalimat yang mengandung elemen maksud: “Jadi nggak heran kalau warga kota Linfen mengaku sering batuk gara-gara debu di malam hari. Warga juga bilang, mereka nggak bisa jemur cucian di luar rumah. Soalnya pakaian bisa berubah jadi hitam! Bahkan menurut catatan di klinik-klinik daerah itu, banyak warga yang kena bronkitis, pneumonia, dan kanker paru-paru.” (Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 2 kalimat 4-7, GoGirl! September 2011) Jika penjelasan pada elemen detil di atas sudah dijelaskan bahwa Linfen yang merupakan kota di Provinsi Shanxi, China adalah pusat industri batu bara, sehingga udara di sana mengalami pencemaran akibat pembakaran batu bara. Di elemen maksud ini, informasi yang mendukung ditulis dengan jelas yaitu dengan menjelaskan bahwa warga sekitar daerah industri sering batuk-batuk di malam hari dan banyak penyakit yang ditimbulkan akibat kejadian ini. “Yang bikin bahaya, di Mailuu-Suu sering ada gempa yang bisa membuat limbah-limbah itu jatuh ke sungai. Contohnya habis gempa tahun 2005, 300.000 m3 limbah jatuh ke Sungai MailuuSuu dan sangat membahayakan warga dan biota sungai.”. (Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 3 kalimat 3-4, GoGirl! September 2011) Jika penjelasan pada elemen detil di atas sudah dijelaskan bahwa kota Mailuu-Suu di Kyrgyztan sangat tercemari akibat tambang uranium. Maka di elemen maksud, informasi yang mendukung ditulis dengan jelas seperti kejadian gempa yang sering terjadi dan commit to user
102 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
membuat limbah-limbah tersebut jatuh ke Sungai Mailuu-Suu, terlebih lagi peristiwa gempa yang terjadi pada tahun 2005 lalu membuat 300.000 m3 limbah jatuh ke sungai. Jatuhnya limbah ke sungai sangat mengganggu bahkan mengancam kelangsungan hidup warga dan biota sungai. “Selain itu, air bersih juga jadi tercemar sama hexavalent chromium, logam yang bahaya banget kalo terhirup atau tertelan. Approximately 70% of the surface water and 60% of the drinking water contains hexavalent chromium. Para pekerja tambang yang terus kena debu da nair itu banyak yang kena TBC dan asma. Bahkan, sebanyak 84,7% kematian berada di wilayah tambang.” (Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 4 kalimat 4-7, GoGirl! September 2011) Jika penjelasan pada elemen detil di atas sudah dijelaskan bahwa pertambangan bijih krom di kota Sukinda, India tidak mempunyai perencanaan dalam mengelola lingkungan di sekitarnya. Maka di elemen maksud, informasi yang mendukung ditulis dengan jelas seperti pencemaran udara dan air yang mengandung hexavalent chromium yang sangat berbahaya bagi kesehatan warga. Selain itu, ditambahkan beberapa fakta untuk mendukung pernyataan akibat yang ditimbulkan dari pencemaran limbah bijih krom yaitu penambang yang terkena penyakit pernafasan seperti bronkitis dan asma ketika menghirup maupun mengkonsumsi air dan udara yang ada. Ditambahkan juga informasi mengenai angka kematian sebesar 84,7% berada di wilayah tambang. Dampak yang ditimbulkan akibat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
103 digilib.uns.ac.id
pembuangan limbah ini sangat merugikan warga di sekitar dan juga lingkungan. “Banyak warganya yang kena kanker, banyak juga bayi yang lahir prematur atau cacat.” (Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 5 kalimat 4, GoGirl! September 2011) Jika penjelasan pada elemen detil di atas sudah dijelaskan bahwa sebanyak 40 pabrik mengeluarkan limbah berupa emisi berbahaya seberat 70 ribu-140 ribu ton tiap tahunnya di Sumqayit, Azerbaijan. Maka di elemen maksud, informasi yang mendukung ditulis dengan jelas seperti akibat yang ditimbulkan dari pembuangan puluhan hingga ratusan ribu ton emisi berbahaya, yaitu selain penyakit kanker, kecacatan pada bayi juga merupakan akibat dari kejadian ini. “Udara dan tanah di sana punya kadar timbal yang cukup tinggi, tanaman para petani juga tercemar debu timbal. Anakanak pun banyak yang punya masalah pendengaran dan penglihatan, IQ-nya menurun, mengalami kerusakan otak.” (Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 6 kalimat 1-2, GoGirl! September 2011) Jika penjelasan pada elemen detil di atas sudah dijelaskan bahwa salah satu kota di China yaitu Tianying yang merupakan penghasil timbal terbesar, namun belum memiliki teknologi yang canggih dan kurang peduli terhadap lingkungan.
Maka di elemen maksud,
informasi yang mendukung ditulis dengan menjelaskan beberapa akibat yang ditimbulkan karena keracunan timbal yang terjadi yaitu pencemaran udara dan tanah karena mengandung kadar timbal yang commit to user
104 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
cukup tinggi, tanaman petani yang juga tercemari debu timbal, hingga anak-anak di sekitar tambang memiliki masalah dengan pendengaran, penglihatan, penurunan IQ, dan kerusakan otak.
iv. Praangapan Elemen
ini
merupakan
pernyataan
yang
digunakan
untuk
mendukung makna suatu teks. Praangapan merupakan fakta yang belum terbukti kebenarannya namun dijadikan dasar untuk mendukung gagasan tertentu. Berikut kutipan kalimatnya: “Selain itu, air bersih juga jadi tercemar sama hexavalent chromium, logam yang bahaya banget kalo terhirup atau tertelan.” (Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 4 kalimat 4, GoGirl! September 2011) Kata penghubung “kalo” merupakan bahasa tidak baku, dalam bahasa baku, kata penghubung “kalo” berubah menjadi “kalau”. Kata ini membawa kalimat kepada sebuah pengandaian, meskipun belum diketahui kebenarannya, namun dijadikan dasar untuk mendukung pernyataan. Kalimat di atas menjelaskan jika air yang terkontaminasi dengan hexavalent chromium akan sangat berbahaya bagi kesehatan warga, terlebih jika dihirup atau dikonsumsi.
v.
Nominalisasi Elemen nominalisasi merupakan suatu elemen yang memuat nominal atau angka yang mendukung dan mampu mempengaruhi makna dari informasi yang hendak disampaikan oleh penulis. Berikut kutipan commitelemen to usernominalisasi di dalamnya: kalimat yang mengandung
105 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
“April 2011 kemarin www.ouramazingplanet.com ngeluarin daftar 10 of the most polluted places on earth. Prihatin banget soalnya 5 diantaranya ternyata di Asia! Kota mana aja sih?” (Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 1, GoGirl! September 2011) Melalui kalimat ini, penulis ingin menyampaikan bahwa melalui situs www.ouramazingplanet.com yang dirilis pada April 2011 lalu disebutkan daftar 10 tempat terpolusi di dunia, dan 5 diantaranya berada di Asia. 5 kota yang disebutkan berada di wilayah Asia, ini menandakan bahwa kurangnya kesadaran untuk lebih peduli lingkungan. Dari kota-kota yang disebutkan, semuanya adalah kota industri maupun tambang, namun karena pengolahan limbah yang tidak pada tempatnya atau karena kurang canggihnya teknologi yang ada,
sehingga
terjadi
pencemaran
lingkungan.
Pencemaran
lingkungan yang terjadi pun tidak hanya udara, namun juga air dan udara bahkan banyak penyakit hingga kematian ditimbulkan akibat permasalahan ini. “Di sana ada 23 tempat pembuangan limbah dan 13 pembuangan batuan yang menyimpan sekitar 2 juta meter kubik limbah. Contohnya habis gempa tahun 2005, 300.000 m3 limbah jatuh ke Sungai Mailuu-Suu dan sangat membahayakan warga dan biota sungai.” (Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 3 kalimat 2;4, GoGirl! September 2011) Penggunaan elemen nominalisasi pada kalimat di atas ingin menggambarkan bahwa jumlah pembuangan limbah dan batuan sebanyak belasan hingga puluhan dan limbah yang dihasilkan pun commit to2 user tidak sedikit, yaitu sebanyak juta m3. Kemudian saat terjadi gempa
perpustakaan.uns.ac.id
106 digilib.uns.ac.id
pada 2005, sebanyak 300.000 m3 limbah jatuh ke Sungai MailuuSuu. Dengan jumlah limbah yang begitu banyak, hingga mencemari sungai maka sangat membahayakan bagi warga dan biota sungai. “Sukinda adalah kota penghasil bijih krom terbesar di dunia, 97% cadangan bijih krom India ada di sini. Sayang banget, 12 tambang yang ada di kota ini nggak punya perencanaan dalam mengelola lingkungan. Lebih dari 30 juta ton limbah batuan tersebar di sekitar tambang. Approximately 70% of the surface water and 60% of the drinking water contains hexavalent chromium. Bahkan, sebanyak 84,7% kematian berada di wilayah tambang.” (Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 4 kalimat 1;2;3;5;7, GoGirl! September 2011) Penggunaan elemen nominalisasi dalam kalimat-kalimat di atas bertujuan untuk mendukung informasi yang hendak disampaikan oleh penulis. Dalam kalimat pertama dijelaskan bahwa sebesar 97% cadangan bijih krom India ada di Sukinda, hal ini menggambarkan cadangan bijih krom India dihasilkan dan disimpan di Sukinda. Kemudian di kalimat selanjutnya digambarkan bahwa sebanyak 12 tambang di kota ini tidak mempunyai perencanaan pengelolaan lingkungan, sehingga limbah-limbah yang dihasilkan sebanyak 30 juta ton hanya tersebar begitu saja di sekitar tambang. Di kalimat kelima, dijelaskan bahwa hampir 70% permukaan air dan 60% air minum mengandung hexavalent chromium. Pencemaran lingkungan akibat pembuangan limbah sangat merugikan warga dan banyak penyakit pernafasan diderita warga hingga angka kematian sebesar 84,7% berada di wilayah tambang. commit to user
107 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
“Tiap tahunnya ada lebih dari 40 pabrik yang ngeluarin 70 ribu120 ribu ton emisi berbahaya. Sekarang sih kira-kira tinggal 20% aja pabrik yang masih jalan.” (Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 5 kalimat 2;5, GoGirl! September 2011) Elemen nominalisasi kembali digunakan pada kalimat ke 2 dan 5 di paragraf kelima.Pada kalimat kedua dijelaskan bahwa sebanyak 40 pabrik mengeluarkan 70 ribu-120 ribu ton emisi berbahaya tiap tahunnya. Hal ini sangat mengganggu kelangsungan hidup warganya, banyak penyakit yang menjangkiti warga hingga bayi yang lahir prematur maupun cacat akibat dari pembuangan limbah berbahaya ini. Selanjutnya di kalimat kelima dijelaskan bahwa meskipun kurang lebih 20% dari jumlah pabrik yang ada atau sekitar 8 pabrik masih beroperasi, namun bukan hal yang mudah untuk membersihkan kota dari pencemaran yang sudah ada puluhan tahun sebelumnya.
d. Sintaksis Hal yang diamati dari struktur mikro ini adalah bagaimana suatu kalimat itu disusun
atau
dibentuk.
Sintaksis
meliputi
bentuk
kalimat,
koherensi,
pengingkaran, dan kata ganti. Berikut kutipan kalimatnya: i.
Koherensi Koherensi merupakan jalinan antarkata maupun antarkalimat dalam suatu teks. Kata penghubung merupakan kunci dalam penggabungan kalimat satu dengan kalimat lainnya. Berikut kutipan kalimat yang commit to user menggunakan elemen koherensi di dalamnya:
perpustakaan.uns.ac.id
108 digilib.uns.ac.id
“Udaranya penuh dengan polusi pembakaran batu bara. Jadi nggak heran kalau warga kota Linfen mengaku sering batuk gara-gara debu di malam hari.” (Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 2 kalimat 3-4, GoGirl! September 2011) Kata penghubung “jadi” menggabungkan 2 kalimat yang mempunyai hubungan sebab-akibat. Di kalimat pertama yang menjelaskan keadaan udara di kota tersebut yang tercemari polusi akibat pembakaran batu bara dianggap sebagai penyebab kesehatan warga yang terganggu karena debu di malam hari dan timbulnya berbagai penyakit pernafasan sebagai akibat dari pencemaran udara tersebut. “Kota di Asia Tengah ini menjadi sangat polluted karena ada tambang uraniumnya.” (Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 3 kalimat 1, GoGirl! September 2011) Kalimat di atas menggunakan kata “karena” yang menunjukkan koherensi sebab-akibat yang menjelaskan bahwa kota Mailuu-Suu terpolusi akibat pencemaran lingkungan dari tambang uranium. “Para pekerja tambang yang terus kena debu dan air itu jadi banyak yang kena TBC dan asma.” (Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 4 kalimat 6, GoGirl! September 2011) Seperti kalimat sebelumnya yang menggunakan kata penghubung “jadi” yang menggabungkan kalimat satu dengan lainnya sehingga membentuk makna hubungan sebab-akibat. Dalam kalimat ini, menjelaskan bahwa akibat yang akan dirasakan oleh para pekerja tambang jika terus menerus terkena debu dan air yang sudah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
109 digilib.uns.ac.id
tercemari oleh limbah adalah terkena penyakit pernafasan seperti TBC dan asma. “That’s why, Sumqayit had one of the highest mortality rates in the world during the Soviet era.” (Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 5 kalimat 3, GoGirl! September 2011) Kalimat di atas menggunakan kata “that’s why” yang dalam Bahasa Indonesia memiliki arti “itulah sebabnya” yang menunjukkan koherensi sebab-akibat. 40 pabrik di Uni Soviet mengeluarkan 70120 ribu ton emisi berbahaya yang menjadikan salah satu angka kematian tertinggi di era Uni Soviet.
ii. Pengingkaran Elemen ini merupakan bentuk praktik wacana yang menggambarkan bagaimana penulis menyembunyikan apa yang ingin diekspresikan secara implisit. Bentuk pengingkaran yang ditemukan dalam artikel “Asia’s Most Polluted Cities” menggunakan kata “tapi”. Penulis hendak menyampaikan sesuatu yang bersebarangan. Berikut kutipan kalimat yang menggunakan elemen pengingkaran di dalamnya: “Sekarang sih kira-kira tinggal 20% aja pabrik yang masih jalan. Tapi tetep aja nggak gampang buat bersihin kota dari pencemaran puluhan tahun.” (Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 5 kalimat 5-6, GoGirl! September 2011) Pada kutipan kalimat di atas, penulis menggunakan kata “tapi” untuk menggambarkan sesuatu yang berseberangan. Meskipun sekarang commit to user
110 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
hanya terdapat 8 pabrik yang masih beroperasi dan tidak sebanyak jumlah pabrik di beberapa waktu yang lalu yaitu 40 pabrik, namun tetap saja pencemaran yang sudah dilakukan puluhan tahun yang lalu sulit untuk dibersihkan. “Tianying adalah salah satu kota penghasil timbal terbesar. Tapi karena kurang canggihnya teknologi dan nggak concern sama lingkungan, banyak kasus keracunan timbal.” (Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 6 kalimat 1-2, GoGirl! September 2011) Sama seperti kutipan kalimat sebelumnya, penulis kembali menggunakan kata “tapi” untuk menggambarkan sesuatu yang berseberangan. Meskipun Tianying merupakan kota penghasil timbal terbesar di dunia yang seharusnya didukung dengan kecanggihan teknologi serta peduli dengan lingkungan di sekitarnya, namun pada kenyataannya, kurang canggihnya teknologi yang ada serta kurang pedulinya terhadap lingkungan di sekitar, menyebabkan berbagai masalah akibat keracunan timbal terjadi. Gangguan pendengaran dan penglihatan, penurunan IQ, serta kerusakan otak merupakan akibat dari keracunan timbal yang sudah mencemari udara dan tanah.
iii. Kata ganti Kata ganti digunakan penulis untuk menunjukkan di mana posisi seseorang dakam wacana. Berikut kutipan kalimatnya: “Warga juga bilang, mereka nggak bisa jemur cucian di luar rumah.” (Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 2 kalimat 5, GoGirl! commit to user September 2011)
perpustakaan.uns.ac.id
111 digilib.uns.ac.id
Kata ganti “mereka” yang terkandung dalam kalimat di atas dipilih penulis untuk menyampaikan bahwa yang dimaksud adalah warga kota Linfen itu sendiri. Jika pada kalimat-kalimat sebelumnya, penulis menggunakan istilah “warga” untuk menyebut penduduk kota, maka di kalimat ini penulis menggunakan kata ganti “mereka”. Posisi warga kota Linfen dalam kalimat di atas seperti mereka mengungkapkan sesuatu.
e. Stilistik Pada dasarnya, elemen ini menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata atas berbagai kemungkinan kata yang tersedia. Pemilihan kata juga memberikan makna yang berbeda pada kalimat tersebut. Berikut kutipannya: “Udaranya penuh dengan polusi pembakaran batu bara.” (Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 2 kalimat 3, GoGirl! September 2011) Penulis menggunakan leksikon “polusi” untuk menjelaskan untuk menjelaskan pencemaran lingkungan yang dilakukan melalui udara. Sehingga mengganggu saluran pernafasan warga sekitar. “Contohnya habis gempa tahun 2005, 300.000 m3 limbah jatuh ke Sungai Mailuu-Suu dan sangat membahayakan warga dan biota sungai.” (Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 3 kalimat 4, GoGirl! September 2011) Penulis menggunakan leksikon “membahayakan” untuk menjelaskan ancaman keselamatan atau mendatangkan bahaya bagi warga Mailuu-Suu. commit to user
112 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
“Contohnya habis gempa tahun 2005, 300.000 m3 limbah jatuh ke Sungai Mailuu-Suu dan sangat membahayakan warga dan biota sungai.” (Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 3 kalimat 4, GoGirl! September 2011) Penulis menggunakan leksikon “biota” digunakan untuk menjelaskan seluruh flora dan fauna yang hidup dalam suatu ekosistem, dalam hal ini adalah sungai. “Selain itu, air bersih juga jadi tercemar sama hexavalent chromium, logam yang bahaya banget kalo terhirup atau tertelan.” (Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 2 kalimat 3, GoGirl! September 2011) Penulis menggunakan leksikon “tercemar” untuk menjelaskan keadaan air bersih di Sukinda yang kurang layak konsumsi karena mengandung hexavalent chromium yang sangat berbahaya bagi tubuh. Leksikon “bahaya” digunakan untuk menjelaskan ancaman keselamatan jika air bersih yang ada di aliran di sungai mengandung hexavalent chromium. Leksikon lain yang digunakan adalah “terhirup” untuk menjelaskan sesuatu yang dilakukan dengan tidak sengaja, dalam hal ini adalah mengambil udara . Selanjutnya, leksikon yang digunakan penulis adalah “tertelan” untuk menjelaskan sesuatu yang dilakukan dengan tidak sengaja memakan atau mengkonsumsi makanan dan minuman yang sudah dicemari oleh hexavalent chromium.
f. Retoris Dalam analisis teks, retoris menggambarkan bagimana dan dengan cara seperti apa, cara penekanan pada teks dilakukan. Penekanan pada teks bisa commit to user
113 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dilakukan dengan menganalisis elemen grafis, metafora, maupun ekspresi. Berikut uraiannya: i.
Ekspresi Ekspresi merupakan cara penulis menyampaikan apa yang ia rasakan. Berikut kutipan kalimat yang menggunakan elemen ekspresi di dalamnya: “Prihatin banget soalnya 5 diantaranya ternyata di Asia!” (Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 1 kalimat 2, GoGirl! September 2011) “Sayang banget, 12 tambang yang ada di kota ini nggak punya perencanaan dalam mengelola lingkungan.” (Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 4 kalimat 2, GoGirl! September 2011) “Anak-anak pun banyak yang punya masalah pendengaran dan penglihatan, IQ-nya menurun, mengalami kerusakan otak. Duh sedihnya...” (Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”: Paragraf 6 kalimat 5, GoGirl! September 2011) Dalam kutipan kalimat di atas, penulis ingin mengungkapkan apa yang ia rasakan, seperti bentuk simpati atau prihatin atas kejadian yang ditimbulkan akibat pencemaran timbal di lingkungan industri tersebut.
ii. Grafis Layout teks ini sederhana hanya menampilkan foto masing-masing kota yang dibahas. Foto tersebut diletakkan di atas teks sehingga membantu pembaca untuk memahami teks yang ditulis. Foto commit to user
114 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tersebut menggambarkan keadaan kota dengan permasalahan lingkungannya masing-masing. Gambar 3.3 Layout Artikel “Asia’s Most Polluted Cities” Foto kota-kota terpolusi di Asia
Judul Lead
Sumber: Majalah GoGirl! September 2011 Dari analisis teks yang sudah dilakukan, peneliti menemukan beberapa elemen di dalamnya seperti latar, detil, maksud, nominalisasi, kata ganti, dan beberapa elemen lainnya yang digunakan van Dijk dalam menganilisis sebuah wacana. Yang muncul dari hasil analisis teks adalah mengenai kota-kota terpolusi di Asia dengan segala permasalahannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
2.
115 digilib.uns.ac.id
Analisis Kognisi Sosial Dalam analisis ini, peneliti mengadakan wawancara kepada penulis dalam
rubrik “Green Page” majalah GoGirl! September 2011, dan dari proses wawancara tersebut, peneliti mendapatkan hasil wawancara mengenai artikel yang sedang diteliti. Awalnya sesuai dengan tema besar untuk bulan September adalah segala sesuatu tentang Asia, maka penulis menyampaikan pendapatnya untuk memuat artikel tentang kota-kota bersih yang ada di Asia. Pendapat tersebut disetujui oleh pemimpin redaksi, namun pemimpin redaksi menghendaki untuk memuat tentang kota-kota kotor di Asia. “Tujuan penulisan artikel ini cuma sekedar ngasih tau aja ke pembaca, kotakota mana yang paling polusi di Asia dan alasannya.” kata Starin Sani, penulis artikel “Asia’s Most Polluted Cities” dalam wawancara yang dilakukan pada 26 Maret 2012 lalu. Disamping itu, penulis menyampaikan keprihatinannya terhadap kota-kota yang terpolusi di dunia, ada di Asia. Dari hasil analisis kognisi sosial, dapat ditarik kesimpulan bahwa penulis ingin menyampaikan informasi kepada pembaca tentang kota terpolusi di dunia, sebagian terdapat di Asia.
3.
Analisis Konteks Sosial Permasalahan lingkungan bukan lagi menjadi hal yang baru. Jika
permasalahan lingkungan yang sedang marak diperbincangkan adalah mengenai dampak pemanasan global berupa naiknya suhu udara secara signifikan serta terjadinya beberapa bencana alam di berbagai belahan bumi. Bencana alam yang commit to usertua usianya, namun sikap manusia terjadi bukan murni akibat bumi yang semakin
116 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang kurang peduli dengan alam juga yang menyebabkan terjadinya bencana alam. Dari daftar 10 kota terpolusi di dunia, 5 diantaranya terdapat di Asia. Beberapa kota tersebut merupakan kota tambang dan industri. Sebenarnya bukan permasalahan kota terpolusi itu merupakan kota tambang dan industri, namun karena kurang canggihnya teknologi yang ada serta rendahnya kesadaran para warga untuk peduli lingkungan, membuat lingkungan mereka terpolusi. Dari hasil analisis konteks sosial, diambil kesimpulan bahwa penyebab terpolusinya kota-kota tersebut adalah kurang canggihnya teknologi yang digunakan industri maupun tambang dan juga rendahnya kesadaran para warga untuk peduli lingkungan. Setelah dilakukan analisis dari teks, konteks sosial, hingga kognisi sosial, dapat ditarik kesimpulan bahwa artikel “Asia’s Most Polluted Cities” memenuhi kriteria analisis yang dilakukan dari ketiga dimensi wacana van Dijk. Dalam analisis teks, menganalisis bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang digunakan untuk mempertegas tema mengenai gas sebagai bahan bakar alternatif. Kemudian pada analisis kognisi sosial yang diteliti adalah bagaimana proses produksi teks yang melibatkan kognisi individu dan wartawan. Sedangkan pada dimensi konteks sosial, diteliti wacana yang sedang berkembang di masyarakat terhadap suatu masalah. Ketiga dimensi analisis tersebut tidak dapat dipisahkan, masing-masing saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
D.
Analisis Artikel “Green Eating; Simple Planting”
1.
Analisis Teks
117 digilib.uns.ac.id
Dalam sebuah teks pasti terkandung unsur-unsur maupun elemen-elemen yang merupakan suatu kesatuan yang saling menopang satu sama lain hingga terbentuk sebuah teks yang utuh. Untuk menganalisis sebuah teks, maka diperlukan beberapa hal yang akan diamati, meliputi tematik, skematik, semantik, sintaksis, stilistik, dan retoris. Berikut analisis teks “Green Eating; Simple Planting”: a. Tematik Elemen tematik merupakan gambaran umum dari suatu teks. Topik menggambarkan tema umum dari suatu teks, topik akan didukung oleh subtopik lainnya yang saling berkaitan hingga terbentuknya topik umum. Subtopik juga didukung serangkaian fakta yang menunjuk dan menggambarkan subtopik itu sendiri, sehingga subbagian yang lain saling mendukung antara satu bagian dengan bagian lainnya. Tema dari artikel ini adalah mengenai cara makan yang “go green” dan menanam tanaman dengan mudah. Sedangkan wacana yang terkandung dalam artikel ini adalah tentang bagaimana seseorang bisa makan dengan cara yang sehat dan bagaimana menanam tanaman yang bermanfaat untuk kehidupan dengan mudah. Berikut kutipan kalimatnya: “Ngomongin soal green life style, kebanyakan orang pasti langsung mikir reduce-reuse-recycle, bersepeda, menanam pohon, dsb. Padahal, dengan memilih makanan aja kita udah mempraktekkan green living lho!” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 1, GoGirl! Oktober 2011) commit to user
118 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
“Mungkin banyak yang nganggap kalau gardening itu ribet, susah dan cuma bikin kotor. Eits, jangan salah. Ada juga lho beberapa tanaman yang nggak butuh space gede, ngerawatnya nggak pake ribet dan pastinya bermanfaat! Apa aja sih? Habis baca ini langsung tanam ramerame yuk!” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 8, GoGirl! Oktober 2011)
b. Skematik Dalam sebuah teks pasti memiliki skema atau alur yang menunjukkan bagaimana bagian-bagian dalam teks disusun hingga membentuk kesatuan arti. Dalam konteks penyajian artikel, memiliki dua kategori skema besar, yaitu summary yang ditandai dengan dua elemen, yaitu judul dan lead, serta story yang memuat isi berita secara kesuluruhan. Secara skematik, artikel “Green Eating; Simple Planting” memiliki 13 paragraf, paragraf 1 berisi lead yang tergolong dalam teras berita “bagaimana” (how lead), kemudian pada paragraf 2-7 membahas mengenai cara makan namun tetap mempertahankan gaya hidup “hijau”, dan di paragraf 8-13 dibahas mengenai tanaman yang bermanfaat serta cara menanamnya. Berikut kutipan paragrafnya: “... Padahal, dengan memilih makanan aja kita udah mempraktekkan green living lho!” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 1, GoGirl! Oktober 2011) “...Jadi, kalau kita termasuk meat lovers, coba deh dikurangi dikit-dikit makan dagingnya. Nggak perlu sampai jadi vegetarian kok, minimal satu atau dua hari aja dalam seminggu kita nggak makan daging sama sekali...” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 2, GoGirl! Oktober 2011) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
119 digilib.uns.ac.id
“Makanan olahan biasanya dikemas dalam bentuk kotak, kaleng, atau siap saji, dan mengandung zat pengawet. Pastinya nggak sehat buat tubuh, dan nggak bagus juga buat keselamatan bumi...” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 3, GoGirl! Oktober 2011) “Konsumsi dari daerah sendiri yuk! Selain mendukung petani lokal, kita juga ngurangi efek buruk ke lingkungan lho...” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 4, GoGirl! Oktober 2011) “Green eating nggak cuma berkaitan sama apa yang kita makan aja lho. Masalah packaging makanan juga harus kita perhatiin...” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 5, GoGirl! Oktober 2011) “Butuh proses sampai akhirnya makanan ada di piring kita. Kalo kita nggak habisin, berapa banyak energi yang terbuang sia-sia?...” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 6, GoGirl! Oktober 2011) “Sekarang ini emang makanan organik makin banyak dicari. Wajar aja sih, jenis makanan ini bisa dibilang lebih sehat, karena nggak mengandung pestisieda dan bahan kimia lain...” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 7, GoGirl! Oktober 2011) “... Ada juga lho beberapa tanaman yang nggak butuh space gede, ngerawatnya nggak pake ribet dan pastinya bermanfaat!” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 8, GoGirl! Oktober 2011) “Buah strawberry yang cantik dan punya banyak manfaat ini ternyata gampang juga lho buat ditanam!...” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 9, GoGirl! Oktober 2011) “Menanam tomat juga nggak kalah gampang lho. Sebar aja bijinya di tanah di dalam pot...” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 10, GoGirl! Oktober commit to user 2011)
perpustakaan.uns.ac.id
120 digilib.uns.ac.id
“Selain sering dipake jadi bumbu dapur jahe juga punya banyak manfaat lho buat kesehatan...” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 11, GoGirl! Oktober 2011) “Nah, kalau tanaman yang satu ini bagus banget buat mengatasi polusi udara. Lidah mertua bisa menyerap 107 jenis polutan di daerah padat lalu lintas dan ruangan penuh asap rokok!...” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 12, GoGirl! Oktober 2011) “Heran deh sama harga cabai yang kemarin sempet mahalnya selangit, padahal it’s really easy to plant it...” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 13, GoGirl! Oktober 2011)
c. Semantik Struktur mikro dalam sebuah wacana yang disebut semantik merupakan makna yang ingin ditekankan dalam suatu teks, bisa melalui elemen latar, detil, maksud, praanggapan, dan nominalisasi. Berikut kutipannya: i.
Latar Latar pada teks “Green Eating; Simple Planting” adalah mengenai pemikiran orang tentang green living yang tidak harus dengan reduce-reuse-recycle, namun dengan menerapkan pemilihan menu makanan yang tepat serta menanam tanaman yang bermanfaat, itu merupakan bagian dari green living. Berikut kutipan kalimatnya: “Ngomongin soal green life style, kebanyakan orang pasti langsung mikir reduce-reuse-recycle, bersepeda, menanam pohon, dsb. Padahal, dengan memilih makanan aja kita udah mempraktekkan green living lho!” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 13, GoGirl! commit to user Oktober 2011)
121 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
“Mungkin banyak yang nganggap kalau gardening itu ribet, susah dan cuma bikin kotor. Eits, jangan salah. Ada juga lho beberapa tanaman yang nggak butuh space gede, ngerawatnya nggak pake ribet dan pastinya bermanfaat! Apa aja sih? Habis baca ini langsung tanam rame-rame yuk!” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 8, GoGirl! Oktober 2011)
ii. Detil Elemen
detil
berhubungan
dengan
kontrol
informasi
yang
ditampilkan penulis. Jika informasi tersebut akan menguntungkan penulis, maka informasi tersebut akan ditulis dengan jelas bahkan berlebihan, sebaliknya jika informasi dianggap merugikan penulis, maka informasi akan ditampilkan dengan jumlah sedikit. Berikut kutipan elemen detil dalam artikel “Green Eating; Simple Planting”: “Producing meat requires huge amounts of water and land. Belum lagi energi listrik yang dibutuhkan buat menyimpan dan mengolah daging.” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 2 kalimat 1-2, GoGirl! Oktober 2011) Dalam kalimat ini dijelaskan bahwa untuk menghasilkan sebuah daging dibutuhkan banyak energi. Informasi ini ditulis oleh penulis untuk mendukung sesuatu yang ingin disampaikan yaitu mendorong pembaca untuk mengurangi konsumsi daging.
commit to user
122 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
“Makanan olahan biasanya dikemas dalam bentuk kotak, kaleng, atau siap saji, dan mengandung zat pengawet. Pastinya nggak sehat buat tubuh, dan nggak bagus juga buat keselamatan bumi.” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 3 kalimat 1-2, GoGirl! Oktober 2011) Informasi yang mendukung apa yang ingin disampaikan penulis terlihat dalam kalimat di atas. Kalimat di atas ingin memberikan pemahaman bahwa makanan yang dikemas dalam kemasan apapun kurang sehat bagi tubuh dan juga kurang baik untuk kesehatan bumi. “Selain mendukung petani lokal, kita juga ngurangi efek buruk ke lingkungan lho. Soalnya, makin deket jarak sumber makanan, makin dikit energi buat memroses, menyimpan, dan mengirimnya.” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 4 kalimat 1-2, GoGirl! Oktober 2011) Dalam kalimat di atas, penulis ingin menampilkan informasi bahwa semakin dekat jarak sumber makanan, maka semakin sedikit energi untuk memproses, menyimpan, dan mengirimnya. Informasi ini dianggap
penulis
mampu
mendukung
maksud
yang
ingin
disampaikannya yaitu untuk mengurangi mengkonsumsi makanan yang dikemas. “Masalah packaging makanan juga harus kita perhatiin. Daripada beli makanan yang kemasannya susah diurai, kayak plastik atau styrofoam, mending cari yang bungkusnya terbuat dari kertas.” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 5 kalimat 2-3, GoGirl! Oktober 2011) Masalah packaging makanan yang hendak dikonsumsi juga harus diperhatikan. Penulis menambahkan informasi yang mendukung commit to user
123 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
gagasannya untuk menganjurkan pembaca menggunakan tempat makan yang bisa diurai dengan mudah. “Kalo kita nggak habisin, berapa banyak energi yang terbuang siasia? Lagian, dengan ngabisin makanan, kita juga udah ngurangin sampah.” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 6 kalimat 2-3, GoGirl! Oktober 2011) Informasi yang mendukung gagasan penulis dengan menulis pernyataan bahwa dengan menghabiskan makanan yang ada, maka sudah berpartisipasi dalam mengurangi sampah. Hal ini juga mendukung gaya hidup “hijau”. “Selain sehat buat tubuh, organic food juga sehat buat lingkungan lho.” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 7 kalimat 3, GoGirl! Oktober 2011) Dalam kalimat di atas, penulis ingin menambahkan informasi bahwa ada beberapa keuntungan dengan mengkonsumsi makanan organik yaitu sehat untuk tubuh dan juga sehat untuk lingkungan. “Buah strawberry yang cantik dan punya banyak manfaat ini ternyata gampang juga lho buat ditanam!” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 9 kalimat 1, GoGirl! Oktober 2011) Dalam kutipan paragraf di atas, penulis memberikan informasi tambahan mengenai keunggulan buah strawberry yang selain bentuknya cantik, juga bisa ditanam dan menghasilkan manfaat yang baik. commit to user
124 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
“Menanam tomat juga nggak kalah gampang lho. Sebar aja bijinya di tanah di dalam pot.” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 10 kalimat 1-2, GoGirl! Oktober 2011) Penulis menuliskan informasi untuk mendukung gagasan yang ingin disampaikannya. Informasi tersebut menjelaskan bahwa tomat sangat mudah untuk ditanam, dengan menyebar bijinya di atas tanah, tanaman tomatpun bisa tumbuh. “Selain sering dipake jadi bumbu dapur jahe juga punya banyak manfaat lho buat kesehatan.” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 11 kalimat 1-2, GoGirl! Oktober 2011) Dalam kalimat di atas, penulis menambahkan informasi yang mendukung gagasannya, yaitu dengan menambahkan fakta bahwa selain digunakan menjadi bumbu dapur, jahe mempunyai banyak manfaat untuk kesehatan. “Nah, kalau tanaman yang satu ini bagus banget buat mengatasi polusi udara. Lidah mertua bisa menyerap 107 jenis polutan di daerah padat lalu lintas dan ruangan penuh asap rokok!” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 12 kalimat 1-2, GoGirl! Oktober 2011) Informasi berupa penjelasan keuntungan dari tanaman lidah mertua sebagai penyerap polusi udara, juga mudah untuk ditanam. Informasi seperti ini ditulis penulis untuk mendukung gagasan yang ingin disampaikannya.
commit to user
125 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
“Heran deh sama harga cabai yang kemarin sempet mahalnya selangit, padahal it’s really easy to plant it.” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 13 kalimat 1, GoGirl! Oktober 2011) Penulis menambahkan informasi berupa cara menanam tanaman cabai yang begitu mudah, sehingga pembaca bisa menanamnya di rumah. Meskipun di luar, harga cabai terus melambung, namun dengan menanamnya di rumah, itu menjadi suatu keuntungan tersendiri.
iii. Maksud Maksud merupakan bentuk uraian yang panjang, jelas, dan lebih mendetail tentang informasi yang dianggap menguntungkan penulis. Sebaliknya, informasi yang dianggap kurang menguntungkan penulis, ditulis dengan sama dan implisit. Berikut kutipan kalimat yang mengandung elemen maksud: “Producing meat requires huge amounts of water and land. Belum lagi energi listrik yang dibutuhkan buat menyimpan dan mengolah daging.” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 2 kalimat 1-2, GoGirl! Oktober 2011) Jika penjelasan pada elemen detil di atas sudah dijelaskan bahwa untuk menghasilkan sebuah daging dibutuhkan banyak energi. Di elemen maksud ini, informasi yang mendukung ditulis dengan lebih mendetail yaitu dengan menjelaskan bahwa untuk memproses daging dibutuhkan banyak air dan tenaga listrik untuk menyimpan dan mengolahnya.
commit to user
126 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
“Makanan olahan biasanya dikemas dalam bentuk kotak, kaleng, atau siap saji, dan mengandung zat pengawet. Pastinya nggak sehat buat tubuh, dan nggak bagus juga buat keselamatan bumi.” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 3 kalimat 1-2, GoGirl! Oktober 2011) Pada elemen detil, dijelaskan bahwa makanan yang dikemas dalam kemasan apapun kurang sehat bagi tubuh dan juga kurang baik untuk kesehatan bumi. Di elemen maksud, informasi tersebut lebih dijelaskan dengan menguraikan macam-macam bentuk kemasan pembungkus makanan yaitu kotak, kaleng, siap saji, maupun mengandung zat pengawet yang tidak baik untuk kesehatan tubuh. “Selain mendukung petani lokal, kita juga ngurangi efek buruk ke lingkungan lho. Soalnya, makin deket jarak sumber makanan, makin dikit energi buat memroses, menyimpan, dan mengirimnya.” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 4 kalimat 1-2, GoGirl! Oktober 2011) Semakin dekat jarak sumber makanan, maka semakin sedikit energi untuk memproses, menyimpan, dan mengirimnya, hal ini dijelaskan pada analisis elemen detil. Informasi ini dianggap penulis mampu mendukung maksud yang ingin disampaikannya yaitu untuk mengurangi mengkonsumsi makanan yang dikemas. Pada analisis elemen maksud, lebih diuraikan kembali alasan mengapa lebih baik membeli dan mengkonsumsi produk lokal, karena semakin dekat dengan sumber makanan, maka energi yang diperlukan untuk memproses, menyimpan, bahkan mengirimnya lebih sedikit. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
127 digilib.uns.ac.id
“Masalah packaging makanan juga harus kita perhatiin. Daripada beli makanan yang kemasannya susah diurai, kayak plastik atau styrofoam, mending cari yang bungkusnya terbuat dari kertas.” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 5 kalimat 2-3, GoGirl! Oktober 2011) Masalah packaging makanan yang hendak dikonsumsi juga harus diperhatikan. Penulis menambahkan informasi yang mendukung gagasannya untuk menganjurkan pembaca menggunakan tempat makan yang bisa diurai dengan mudah. Pada analisis elemen maksud ini, penulis menjelaskan macam-macam bahan packaging makanan yang tidak aman dan susah diurai seperti plastik dan styrofoam. “Kalo kita nggak habisin, berapa banyak energi yang terbuang siasia? Lagian, dengan ngabisin makanan, kita juga udah ngurangin sampah.” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 6 kalimat 2-3, GoGirl! Oktober 2011) Informasi yang mendukung gagasan penulis dengan menulis pernyataan bahwa dengan menghabiskan makanan yang ada, maka sudah berpartisipasi dalam mengurangi sampah. “Wajar aja sih, jenis makanan ini bisa dibilang lebih sehat, karena nggak mengandung pestisieda dan bahan kimia lain. Selain sehat buat tubuh, organic food juga sehat buat lingkungan lho. Buah, sayuran, air, udara, ulat, dan hewan lain jadi bebas dari bahan-bahan berbahaya.” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 7 kalimat 2-4, GoGirl! Oktober 2011) Dalam kalimat di atas, penulis menambahkan informasi bahwa ada beberapa keuntungan dengan mengkonsumsi makanan organik yaitu sehat untuk tubuh dan juga sehat untuk lingkungan. Dan pada commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
128 digilib.uns.ac.id
analisis elemen maksud ini, penulis menjelaskan lebih mendetail tentang apa saja keuntungan yang didapat jika mengkonsumsi makanan organik. Makanan organik tidak mengandung pestisida dan bahan kimia lainnya sehingga sehat bagi tubuh. Selain itu, buah, sayuran, air, udara ulat, dan hewan lainnya bebas dari bahan-bahan berbahaya. “Tanaman ini paling bagus tumbuh di daerah dingin yang tiap harinya, strawberry harus kena sinar matahari 8-10 jam dan disiram 1 kali aja. Buat yang tinggal di daerah panas, kita bisa taruh pot strawberry di teras rumah atau tempat yang nggak kena sinar matahari langsung. Kalau daunnya mengering, semprot pakai sprayer berisi air dingin.” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 9 kalimat 2-4, GoGirl! Oktober 2011) Dalam kutipan paragraf di atas, penulis memberikan informasi mengenai keunggulan buah strawberry yang selain bentuknya cantik, juga bisa ditanam dan menghasilkan manfaat yang baik. Pada analisis elemen detil, penulis menjelaskan lebih rinci mengenai bagaimana langkah-langkah dan tips menanam strawberry. “Sebar aja bijinya di tanah di dalam pot. Biji-biji ini nantinya bakal kering, terus jadi bibit tomat yang siap tumbuh dan berbuah. Kalau pingin lebih gampang, beli aja bibit yang udah jadi. Bibit tomat paling ideal ditanam pas masa peralihan dari musim hujan ke musim panas. Enaknya, tomat nggak butuh banyak cahaya matahari, cuma perlu disiram aja secara teratur.” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 10 kalimat 2-6, GoGirl! Oktober 2011) Dalam kutipan paragraf di atas, penulis memberikan informasi mengenai keunggulan tomat yang mudah ditanam. Pada analisis commit to user
129 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
elemen detil, penulis menjelaskan lebih rinci mengenai bagaimana langkah-langkah dan tips menanam tomat.
“Tinggal tanam aja bibit jahe dengan posisi direbahin ke tanah yang cukup kering, nggak lembab. Kebetulan, tanaman ini emang nggak butuh banyak air. Jadi nggak perlu sering-sering disiram deh.” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 11 kalimat 3-5, GoGirl! Oktober 2011) Dalam kutipan paragraf di atas, penulis memberikan informasi mengenai keunggulan jahe selain sebagai bumbu dapur yang mudah ditanam. Pada analisis elemen detil, penulis menjelaskan lebih rinci mengenai bagaimana langkah-langkah dan tips menanam jahe. “Lidah mertua bisa menyerap 107 jenis polutan di daerah padat lalu lintas dan ruangan penuh asap rokok! Makanya, tanaman ini bagus juga ditaruh di dalam ruangan, soalnya dia tahan hidup diberbagai suhu dan cahaya. Tapi kalau mau ditaruh dalam ruangan, tetep musti dikeluarin ya tiap seminggu sekali. How to plant it then? Ambil potongan lidah mertua beserta akarnya, terus ditanam aja di pot. Nyiramnya cukup sekali aja ya sehari!” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 12 kalimat 2-7, GoGirl! Oktober 2011) Dalam kutipan paragraf di atas, penulis memberikan informasi mengenai keunggulan lidah mertua yang bisa menyerap polusi udara. Pada analisis elemen detil, penulis menjelaskan lebih rinci mengenai kemampuan tanaman lidah mertua menyerap 107 jenis polutan di daerah padat lalu lintas dan ruangan yang penuh asap rokok. Selain itu, juga dijelaskan bagaimana penempatan tanaman ini yang begitu commit to user
130 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
fleksibel, cara menanam hingga merawat tanaman ini yang hanya membutuhkan siraman air satu kali dalam sehari. “Heran deh sama harga cabai yang kemarin sempet mahalnya selangit, padahal it’s really easy to plant it. Sebar biji-biji cabai ke pot yang udah diisi tanah subur. Siram secukupnya secara teratur. Beberapa hari berikutnya bakal mulai kelihatan tunas kecil. Kalau udah begini, tinggal dirawat biasa sampai berbuah. Simple kan? Kalau aja semua keluarga di negara kita mau menanam cabai, nggak bakal deh cabai jadi barang langka.” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 13 kalimat 1-7, GoGirl! Oktober 2011) Dalam kutipan paragraf di atas, penulis memberikan informasi mengenai tanaman cabai yang mudah untuk ditanam. Pada analisis elemen detil, penulis menjelaskan lebih rinci mengenai bagaimana langkah-langkah dan tips menanam cabai.
iv. Praanggapan Elemen
ini
merupakan
pernyataan
yang
digunakan
untuk
mendukung makna suatu teks. Praangapan merupakan fakta yang belum terbukti kebenarannya namun dijadikan dasar untuk mendukung gagasan tertentu. Berikut kutipan kalimatnya: “Kalo kita nggak habisin, berapa banyak energi yang terbuang siasia?” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 6 kalimat 2, GoGirl! Oktober 2011) Kata “kalo” digunakan penulis untuk mengungkapkan sebuah pengandaian yang meskipun belum diketahui kebenarannya, namun dijadikan dasar untuk mendukung apa yang hendak disampaikan. commit to user Dalam kalimat di atas, dijelaskan bahwa ketika makanan yang ada di
131 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
piring tidak habis dimakan, selain membuang sisa makanan juga membuang banyak energi saat memproses makanan tersebut. “Kalau daunnya mengering, semprot pakai sprayer berisi air dingin.” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 9 kalimat 4, GoGirl! Oktober 2011) Kata “kalau” digunakan penulis untuk memberikan gambaran jika daun tanaman strawberry mengering, maka yang harus dilakukan adalah menyemprot daun yang mengering tersebut dengan sprayer berisi air dingin. “Kalau pingin lebih gampang, beli aja bibit yang udah jadi.” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 10 kalimat 4, GoGirl! Oktober 2011) Kata penghubung “kalau” yang digunakan penulis,
membawa
kalimat kepada sebuah makna pengandaian, meskipun belum diketahui kebenarannya, namun dijadikan dasar untuk mendukung pernyataan. Dalam kalimat di atas, mempunyai makna bahwa ada cara mudah untuk menanam tomat yaitu dengan membeli bibit yang sudah jadi, tinggal ditanam kemudian ditunggu hingga tumbuh dan berbuah. “Tapi kalau mau ditaruh dalam ruangan, tetep musti dikeluarin ya tiap seminggu sekali.” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 12 kalimat 4, GoGirl! Oktober 2011) Kata penghubung “kalau” yang digunakan penulis,
membawa
commitmakna to user pengandaian, meskipun belum kalimat kepada sebuah
132 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
diketahui kebenarannya, namun dijadikan dasar untuk mendukung pernyataan. Dalam kalimat di atas, mempunyai makna bahwa tanaman lidah mertua yang bisa bertahan hidup diberbagai suhu dan cahaya, bisa diletakkan dimana saja, namun jika memang ingin meletakkan tanaman ini di dalam ruangan, disarankan untuk mengeluarkan tanaman ini seminggu sekali. “Kalau aja semua keluarga di negara kita mau menanam cabai, nggak bakal deh cabai jadi barang langka.” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 13 kalimat 7 GoGirl! Oktober 2011) Kata penghubung “kalau” yang digunakan penulis,
membawa
kalimat kepada sebuah makna pengandaian, meskipun belum diketahui kebenarannya, namun dijadikan dasar untuk mendukung pernyataan. Dalam kalimat di atas, mempunyai makna pengandaian jika semua keluarga di Indonesia beramai-ramai menanam cabai, maka cabai bukan lagi menjadi barang langka yang harganya tinggi.
v.
Nominalisasi Elemen nominalisasi merupakan suatu elemen yang memuat nominal atau angka yang mendukung dan mampu mempengaruhi makna dari informasi yang hendak disampaikan oleh penulis. Berikut kutipan kalimat yang mengandung elemen nominalisasi di dalamnya: “Tanaman ini paling bagus tumbuh di daerah dingin yang tiap harinya, strawberry harus kena sinar matahari 8-10 jam dan disiram 1 kali aja.” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 9 kalimat 2 commit to user GoGirl! Oktober 2011)
133 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Elemen nominalisasi yang terkandung dalam kalimat di atas yang mampu mempengaruhi makna adalah “1”. Tanaman strawberry tidak terlalu membutuhkan banyak air, karena hanya disiram satu kali sehari. “Lidah mertua bisa menyerap 107 jenis polutan di daerah padat lalu lintas dan ruangan penuh asap rokok!” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 12 kalimat 2 GoGirl! Oktober 2011) Elemen nominalisasi yang ditulis dalam kalimat ini adalah “107 jenis polutan”. Kalimat ini menginformasikan bahwa tanaman lidah mertua mampu menyerap 107 jenis polutan yang ada di daerah padat lalu lintas dan ruangan yang penuh asap rokok. Meskipun tanaman ini tampak seperti tanaman hias, namun manfaat yang diberikan tanaman ini cukup memberikan dampak positif bagi manusia.
d. Sintaksis Hal yang diamati dari struktur mikro ini adalah bagaimana suatu kalimat itu disusun
atau
dibentuk.
Sintaksis
meliputi
bentuk
kalimat,
koherensi,
pengingkaran, dan kata ganti. Berikut uraiannya: i.
Bentuk kalimat Penulis menggunakan beberapa bentuk kalimat yaitu kalimat aktif dan kalimat pasif dalam penulisan artikel “Green Eating; Simple Planting”. Berikut kutipan kalimatnya: “Sekarang ini emang makanan organik makin banyak dicari.” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 7 kalimat 1 commit to user GoGirl! Oktober 2011)
134 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kalimat di atas ditulis dalam bentuk pasif yang menonjolkan obyek yaitu makanan organik. “Tanaman ini paling bagus tumbuh di daerah dingin yang tiap harinya, strawberry harus kena sinar matahari 8-10 jam dan disiram 1 kali aja.” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 9 kalimat 2 GoGirl! Oktober 2011) Kalimat di atas ditulis ke dalam bentuk pasif yang menonjolkan obyek, yaitu tanaman strawberry. “Bibit tomat paling ideal ditanam pas masa peralihan dari musim hujan ke musim panas. Enaknya, tomat nggak butuh banyak cahaya matahari, cuma perlu disiram aja secara teratur.” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 10 kalimat 5-6 GoGirl! Oktober 2011) Kalimat di atas ditulis ke dalam bentuk pasif yang menonjolkan obyek, yaitu tanaman tomat. “Tinggal tanam aja bibit jahe dengan posisi direbahin ke tanah yang cukup kering, nggak lembab.” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 11kalimat 3 GoGirl! Oktober 2011) Kalimat di atas ditulis ke dalam bentuk pasif yang menonjolkan obyek, yaitu tanaman tomat. “Makanya, tanaman ini bagus juga ditaruh di dalam ruangan, soalnya dia tahan hidup diberbagai suhu dan cahaya. Tapi kalau mau ditaruh dalam ruangan, tetep musti dikeluarin ya tiap seminggu sekali. How to plant it then? Ambil potongan lidah mertua beserta akarnya, terus ditanam aja di pot.” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 11 kalimat 3 GoGirl! Oktober 2011) commit to user
135 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kalimat di atas ditulis ke dalam bentuk pasif yang menonjolkan obyek, yaitu tanaman jahe. “Kalau udah begini, tinggal dirawat biasa sampai berbuah.” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 13 kalimat 5 GoGirl! Oktober 2011) Kalimat di atas ditulis ke dalam bentuk pasif yang menonjolkan obyek, yaitu tanaman cabai.
ii. Koherensi Koherensi merupakan jalinan antarkata maupun antarkalimat dalam suatu teks. Kata penghubung merupakan kunci dalam penggabungan kalimat satu dengan kalimat lainnya. Berikut kutipan kalimat yang menggunakan elemen koherensi di dalamnya: “Belum lagi energi listrik yang dibutuhkan buat menyimpan dan mengolah daging. Jadi, kalau kita termasuk meat lovers, coba deh dikurangi dikit-dikit makan dagingnya.” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 12 kalimat 2 GoGirl! Oktober 2011) Koherensi yang digunakan dalam kalimat di atas adalah “jadi”. Kedua kalimat di atas saling berkesinambungan, pada kalimat pertama dijelaskan bahwa untuk mengolah daging, diperlukan energi listrik untuk menyimpan dan mengolahnya. Selanjutnya pada kalimat kedua, penulis menulis kalimat penjelas dari kalimat pertama. Tidak perlu menjadi vegetarian atau tidak mengkonsumsi daging sama sekali, namun berusaha untuk mengurangi konsumsi daging sedikit demi sedikit. commit to user
136 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
“Pastinya nggak sehat buat tubuh, dan nggak bagus juga buat keselamatan bumi. Soalnya, butuh proses produksi yang lebih rumit buat mengemas makanan ini.” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 3 kalimat 2-3 GoGirl! Oktober 2011) Penghubung kalimat di atas menggunakan kata “soalnya”. Jenis koherensi ini adalah koherensi kondisional, dimana kalimat kedua merupakan penjelas atau keterangan dari proposisi pertama. Pada kalimat pertama dijelaskan mengenai dampak buruk dari makanan yang dikemas dan pada kalimat kedua, dijelaskan bahwa selain memberikan dampak yang buruk bagi kesehatan, makanan kemasan membutuhkan proses produksi yang begitu rumit, membutuhkan energi yang banyak, serta menghasilkan limbah. “Selain mendukung petani lokal, kita juga ngurangi efek buruk ke lingkungan lho. Soalnya, makin deket jarak sumber makanan, makin dikit energi buat memroses, menyimpan, dan mengirimnya.” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 4 kalimat 2-3 GoGirl! Oktober 2011) Penghubung kalimat di atas menggunakan kata “soalnya”. Jenis koherensi ini adalah koherensi kondisional, dimana kalimat kedua merupakan penjelas atau keterangan dari proposisi pertama. Pada kalimat pertama dijelaskan mengenai konsumsi makanan lokal yang mendukung petani lokal serta mengurangi efek buruk bagi lingkungan. Selanjutnya pada kalimat kedua, dijelaskan alasan mengapa harus mengkonsumsi makanan lokal. Kedua kalimat tersebut dihubungkan dengan koherensi “soalnya”. commit to user
137 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
“Wajar aja sih, jenis makanan ini bisa dibilang lebih sehat, karena nggak mengandung pestisieda dan bahan kimia lain.” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 7 kalimat 2 GoGirl! Oktober 2011) Koherensi yang digunakan penulis untuk menggabungkan kalimat di atas adalah “karena” yang menjelaskan adanya hubungan sebabakibat. Pada kalimat pertama dijelaskan bahwa makanan organik merupakan jenis makanan sehat, dan anak kalimat menjelaskan bahwa makanan organik dikatakan sehat karena tidak mengandung pestisieda maupun bahan kimia lainnya yang dapat berbahaya untuk tubuh. “Makanya, tanaman ini bagus juga ditaruh di dalam ruangan, soalnya dia tahan hidup diberbagai suhu dan cahaya.” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 12 kalimat 3 GoGirl! Oktober 2011) Penghubung kalimat di atas menggunakan kata “soalnya”. Jenis koherensi ini adalah koherensi kondisional, dimana kalimat kedua merupakan penjelas atau keterangan dari proposisi pertama. Kalimat pertama menjelaskan bahwa tanaman lidah mertua bagus jika diletakkan di dalam ruangan, pada anak kalimat dijelaskan alasan mengapa tanaman lidah mertua bagus jika diletakkan
di dalam
ruangan, karena tanaman tersebut mampu bertahan hidup di berbagai suhu dan cahaya.
commit to user
138 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
iii. Pengingkaran Elemen ini merupakan bentuk praktik wacana yang menggambarkan bagaimana penulis menyembunyikan apa yang ingin diekspresikan secara implisit. “Ngomongin soal green life style, kebanyakan orang pasti langsung mikir reduce-reuse-recycle, bersepeda, menanam pohon, dsb. Padahal, dengan memilih makanan aja kita udah mempraktekkan green living lho!” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 1 kalimat 2 GoGirl! Oktober 2011) Koherensi yang digunakan penulis pada kalimat di atas adalah “padahal”. Penggunaan koherensi tersebut untuk menggabungkan kalimat sehingga membentuk makna yang kuat. Koherensi “padahal” menunjukkan adanya sesuatu yang berseberangan. Pada kalimat pertama dijelaskan bahwa untuk mengikuti cara hidup “hijau” tidak selalu dengan 3R, bersepeda, menanam pohon, dan kegiatan “hijau” lainnya. Dengan memilih makanan yang tepat untuk tubuh, itu termasuk dalam cara hidup “hijau”. “Daripada beli makanan yang kemasannya susah diurai, kayak plastik atau styrofoam, mending cari yang bungkusnya terbuat dari kertas.” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 5 kalimat 3 GoGirl! Oktober 2011) Koherensi yang digunakan pada kalimat di atas adalah “daripada” dan “mending”. Kata “mending” merupakan bentuk kata tidak baku, bentuk bakunya adalah lebih baik. Penulis menggunakan koherensi tersebut untuk membedakan atau membandingkan peristiwa satu commit to user
139 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan lainnya yang betentangan. Daripada membeli makanan dengan kemasan yang sulit diurai seperti styrofoam atau plastik, maka lebih baik membeli makanan yang dibungkus dengan kertas. “Makanya, tanaman ini bagus juga ditaruh di dalam ruangan, soalnya dia tahan hidup diberbagai suhu dan cahaya. Tapi kalau mau ditaruh dalam ruangan, tetep musti dikeluarin ya tiap seminggu sekali.” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 13 kalimat 1 GoGirl! Oktober 2011) Koherensi yang digunakan penulis pada kalimat di atas adalah “tapi” menunjukkan pengingkaran yang menjelaskan bahwa tanaman lidah mertua biasanya diletakkan di luar ruangan untuk menyerap polusi udara, namun juga bisa diletakkan di dalam ruangan. “Heran deh sama harga cabai yang kemarin sempet mahalnya selangit, padahal it’s really easy to plant it.” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 13 kalimat 1 GoGirl! Oktober 2011) Koherensi yang digunakan penulis pada kalimat di atas adalah “padahal”. Penggunaan koherensi tersebut untuk menggabungkan kalimat sehingga membentuk makna yang kuat. Koherensi “padahal” menunjukkan adanya sesuatu yang berseberangan. Pada kalimat pertama, dijelaskan bahwa harga cabai yang terus merangkak naik. Namun pada anak kalimat dijelaskan bahwa tanaman cabai ini merupkana tanaman yang mudah untuk ditanam dan dirawat. Untuk menggabungkan kalimat tersebut, penulis menggunakan kata “padahal”. commit to user
140 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
iv. Kata ganti Kata ganti digunakan penulis untuk menunjukkan di mana posisi seseorang dalam wacana. Berikut kutipan kalimatnya: “Padahal, dengan memilih makanan aja kita udah mempraktekkan green living lho!” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 1 kalimat 2 GoGirl! Oktober 2011) “Jadi, kalau kita termasuk meat lovers, coba deh dikurangi dikitdikit makan dagingnya. Nggak perlu sampai jadi vegetarian kok, minimal satu atau dua hari aja dalam seminggu kita nggak makan daging sama sekali. We can do that, right? (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 2 kalimat 3-5 GoGirl! Oktober 2011) “Selain mendukung petani lokal, kita juga ngurangi efek buruk ke lingkungan lho.” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 4 kalimat 2 GoGirl! Oktober 2011) “Green eating nggak cuma berkaitan sama apa yang kita makan aja lho. Atau, kita juga bisa selalu bawa wadah, tas, plastik, atau tempat minum sendiri.” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 5 kalimat 1;3 GoGirl! Oktober 2011) “Butuh proses sampai akhirnya makanan ada di piring kita. Kalo kita nggak habisin, berapa banyak energi yang terbuang sia-sia? Lagian, dengan ngabisin makanan, kita juga udah ngurangin sampah. Jadi, pas ngambil nasi di meja, ambil sesuai porsi yang sanggup kita makan.” (Artikel “Green Eating; Simple Planting”: Paragraf 6 kalimat 1-4 GoGirl! Oktober 2011) Dalam beberapa kutipan kalimat di atas, penulis menggunakan kata ganti “kita” untuk memposisikan dirinya sama dengan pembaca. commit to user
141 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kata
ganti
“kita”
menimbulkan
keintiman
penulis
dengan
pembacanya.
e. Retoris Dalam analisis teks, retoris menggambarkan bagimana dan dengan cara seperti apa, cara penekanan pada teks dilakukan. Penekanan pada teks bisa dilakukan dengan menganalisis elemen grafis, metafora, maupun ekspresi. Untuk artikel “Green Eating; Simple Planting”, penekanan pada teks hanya melalui grafis. Layout artikel ini selain teks, ditampilkan juga foto-foto yang mendukung teks. Gambar 3.4 Layout artikel “Green Eating; Simple Planting” Judul
Judul
Foto strawberry
Lead
Lead
Foto daging
Foto jahe
Foto makanan dalam kemasan
Foto tomat
Foto buah lokal
Foto tanaman lidah mertua
Foto piring makan
Foto cabai
Foto paper bag Foto buah dan sayur organik
Sumber: Majalah GoGirl! Oktober 2011
Dari analisis teks yang sudah dilakukan, peneliti menemukan beberapa commit user nominalisasi, kata ganti, dan elemen di dalamnya seperti latar, detil, tomaksud,
perpustakaan.uns.ac.id
142 digilib.uns.ac.id
beberapa elemen lainnya yang digunakan van Dijk dalam menganilisis sebuah wacana. Yang muncul dari hasil analisis teks adalah green living yang bisa dilakukan dengan cara memilih makanan dan juga mananm serta merawat tanaman.
2.
Analisis Kognisi Sosial Dalam analisis ini, peneliti mengadakan wawancara kepada penulis dalam
rubrik “Green Page” majalah GoGirl! Oktober 2011, dan dari proses wawancara tersebut, peneliti mendapatkan hasil wawancara mengenai artikel yang sedang diteliti. “Sesuai dengan tema Gogirl! bulan Oktober tentang Culinary Issue. Jadi ya nyari tema yang berkaitan dengan makanan. Pas aku browsing, ternyata pemilihan makanan juga bisa jadi salah satu tindakan green living. Pas aku usulin di rapat tema, disetujui Pimpinan Redaksi yang juga pingin ada tulisan tentang simple planting. Jadi akhirnya karena dua-duanya dianggap menarik, ada 2 artikel green page di edisi ini.” kata Starin Sani, penulis artikel “Green Eating; Simple Planting” dalam wawancara yang dilakukan pada 26 Maret 2012 lalu. Pesan yang hendak disampaikan penulis melalui artikel ini adalah memberitahu pembaca dan tentunya dipraktekkan oleh pembaca bahwa tindakan go green dapat diakukan dalam hal sederhana, yaitu pemilihan makanan. Selain itu, juga disampaikan bahwa menanam tanaman itu tidak susah, ada beberapa tanaman bermanfaat yang mudah ditanam. “Walaupun cuma langkah kecil, tapi dengan mempraktekkannya secara commit to user rutin kita sudah turut berperan dalam menjaga kelestarian bumi.” tambah Starin.
perpustakaan.uns.ac.id
143 digilib.uns.ac.id
Dari hasil analisis kognisi sosial, dapat ditarik kesimpulan bahwa penulis ingin menyampaikan informasi kepada pembaca mengenai gaya hidup go green yang dapat dilakukan dengan hal yang sederhana yaitu memilih makanan dan menanam tanaman yang bermanfaat.
3.
Analisis Konteks Sosial Banyak yang masih berpikir bahwa cara hidup “go green” dilakukan dengan
reduce-reuse-recycle, dan juga kegiatan seperti menanam pohon, bersepeda, dan lainnya. Namun dengan memilih makanan, juga merupakan salah satu cara hidup “go green” yaitu dengan mengurangi konsumsi daging, mengurangi konsumsi makanan dalam kemasan, membeli dan mengkonsumsi makanan lokal, memilih kemasan makanan yang aman, menghabiskan makanan yang kita makan, dan menncari makanan organik. Hal yang terlihat kecil namun ternyata memberikan dampak yang begitu besar. Selain itu, menanam tanaman juga merupakan salah satu cara hidup “go green”. Namun masih banyak yang belum melakukan kegiatan ini karena menanam tanaman dianggap susah dan terlalu banyak aturannya. Dalam artikel ini dijelaskan tanaman apa saja yang dapat ditanam dengan mudah, cara menanam dan merawatnya ,serta manfaat yang diberikan dari tanaman tersebut. Dari hasil analisis konteks sosial, diambil kesimpulan bahwa dengan memulai sesuatu tindakan kecil, mampu memberikan perubahan yang besar. Setelah dilakukan analisis dari teks, konteks sosial, hingga kognisi sosial, dapat ditarik kesimpulan bahwa artikel “Green Eating; Simple Planting” memenuhi to user kriteria analisis yang dilakukan commit dari ketiga dimensi wacana van Dijk. Dalam
perpustakaan.uns.ac.id
144 digilib.uns.ac.id
analisis teks, menganalisis bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang digunakan untuk mempertegas tema mengenai gas sebagai bahan bakar alternatif. Kemudian pada analisis kognisi sosial yang diteliti adalah bagaimana proses produksi teks yang melibatkan kognisi individu dan wartawan. Sedangkan pada dimensi konteks sosial, diteliti wacana yang sedang berkembang di masyarakat terhadap suatu masalah. Ketiga dimensi analisis tersebut tidak dapat dipisahkan, masing-masing saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain.
E.
Analisis Artikel “Let‟s Go Zero-Waste!”
1.
Analisis Teks Dalam sebuah teks pasti terkandung unsur-unsur maupun elemen-elemen
yang merupakan suatu kesatuan yang saling menopang satu sama lain hingga terbentuk sebuah teks yang utuh. Untuk menganalisis sebuah teks, maka diperlukan beberapa hal yang akan diamati, meliputi tematik, skematik, semantik, sintaksis, stilistik, dan retoris. Berikut analisis teks “Let‟s Go Zero-Waste!” : a. Tematik Elemen tematik merupakan gambaran umum dari suatu teks. Topik menggambarkan tema umum dari suatu teks, topik akan didukung oleh subtopik lainnya yang saling berkaitan hingga terbentuknya topik umum. Subtopik juga didukung serangkaian fakta yang menunjuk dan menggambarkan subtopik itu sendiri, sehingga subbagian yang lain saling mendukung antara satu bagian dengan bagian lainnya. Tema dari artikel ini adalah mengenai “zero-waste fashion” yaitu proses produksi pakaian yang sedikit atau bahkan tidak commit to user mengeluarkan limbah. Sedangkan wacana yang terkandung dalam artikel ini
perpustakaan.uns.ac.id
145 digilib.uns.ac.id
adalah tentang apa itu zero-waste fashion dan sejarahnya. Berikut kutipan kalimatnya: “Selain dengan memilih bahan yang eco-friendly, masih ada cara lain yang dipakai para desainer untuk memproduksi pakaian ramah lingkungan lho. Here they are the newest eco-fashion innovation, zerowaste fashion.” (Artikel “Let’s Go Zero-Waste!”: Paragraf 1, GoGirl! November 2011)
b. Skematik Dalam sebuah teks pasti memiliki skema atau alur yang menunjukkan bagaimana bagian-bagian dalam teks disusun hingga membentuk kesatuan arti. Dalam konteks penyajian artikel, memiliki dua kategori skema besar, yaitu summary yang ditandai dengan dua elemen, yaitu judul dan lead , serta story yang memuat isi berita secara kesuluruhan. Secara skematik, artikel “Let’s Go Zero-Waste!” memiliki 4 paragraf, paragraf 1 berisi lead yang tergolong dalam teras berita “apa” (what lead), paragraf kedua berisi tentang konsep zero-waste fashion, selanjutnya di paragraf ketiga berisi tentang awal mula kemunculan para desainer yang berusaha meminimalisir limbah, dan di paragraf terakhir berisi tentang bagaimana memanfaatkan baju bekas . Berikut kutipan paragrafnya: “Selain dengan memilih bahan yang eco-friendly, masih ada cara lain yang dipakai para desainer untuk memproduksi pakaian ramah lingkungan lho. Here they are the newest eco-fashion innovation, zerowaste fashion.” (Artikel “Let’s Go Zero-Waste!”: Paragraf 1, GoGirl! November 2011) “Alasan inilah yang bikin beberapa desainer akhirnya nerapin konsep zero-waste fashion, yaitu proses produksi pakaian yang nggak ngeluarin commit tosedikit user aja limbah. Disini, para desainer limbah atau cuma ngeluarin
146 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ditantang buat bijak dalam bikin pola biar nggak banyak bahan yang terbuang. Tiap inci kain yang ada, diusahain habis terpakai.” (Artikel “Let’s Go Zero-Waste!”: Paragraf 2 kalimat 3-5, GoGirl! November 2011) “Tahun 1970-an, baru deh muncul lagi desainer yang berusaha meminimalisir limbah, kayak Zandra Rhodes. Sekarang, udah banyak muncul eco-fashion-designer, seperti Mark Liu, Holly McQuillan, Timo Rissanen dan Julian Roberts.” (Artikel “Let’s Go Zero-Waste!”: Paragraf 3 kalimat 4-5, GoGirl! November 2011) “Sebagai konsumen, kita juga bisa kok melakukan post-consumer zerowaste, yaitu memanfaatkan lagi baju yang udah nggak kepake. Let’s make our own zero-waste fashion by turning our trash to treasure!” (Artikel “Let’s Go Zero-Waste!”: Paragraf 4 kalimat 2-3, GoGirl! November 2011)
Selanjutnya juga terdapat beberapa kutipan langsung dan tidak langsung dari narasumber. Berikut kutipannya: ““It took a lot of trial and error to make a zero-waste pattern work,” kata Mark Liu, salah satu eco-fashion designer.” (Artikel “Let’s Go Zero-Waste!”: Paragraf 2 kalimat 9, GoGirl! November 2011) “Menurut Mark Liu, “wasted materials are bad for the environment and a loss in potential profits.”” (Artikel “Let’s Go Zero-Waste!”: Paragraf 3 kalimat 7, GoGirl! November 2011) c. Semantik Struktur mikro dalam sebuah wacana yang disebut semantik merupakan makna yang ingin ditekankan dalam suatu teks, bisa melalui elemen latar, detil, maksud, praanggapan, dan nominalisasi. Namun dalam artikel “Let’s Go ZeroWaste!” hanya terdapat 4 elemen yaitu latar, detil, maksud, dan nominalisasi. Berikut uraiannya:
commit to user
147 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
i.
Latar Latar dari artikel ini adalah cara desainer yang memproduksi pakaian ramah lingkungan, selain dengan menggunakan bahan yang ramah lingkungan, juga diterapkan konsep zero-waste fashion ini. Yaitu dengan membuat pola jahitan baju yang hanya mengeluarkan sedikit bahkan tidak menghasilkan limbah sama sekali. Berikut kutipan kalimatnya: “Selain dengan memilih bahan yang eco-friendly, masih ada cara lain yang dipakai para desainer untuk memproduksi pakaian ramah lingkungan lho. Here they are the newest eco-fashion innovation, zero-waste fashion.” (Artikel “Let’s Go Zero-Waste!”: Paragraf 1, GoGirl! November 2011)
ii. Detil Elemen
detil
ditampilkan
berhubungan komunikator.
dengan Jika
kontrol informasi
informasi
yang
tersebut
akan
menguntungkan komunikator, maka informasi tersebut akan ditulis dengan jelas bahkan berlebihan, sebaliknya jika informasi dianggap merugikan komunikator, maka informasi akan ditampilkan dengan jumlah sedikit. Berikut kutipan elemen detil dalam artikel “Let’s Go Zero-Waste!”: “Industri fashion emang menghasilkan banyak limbah, soalnya emang lebih gampang dan murah sih buat buang bahan-bahan itu dibanding mendaur ulang. Alasan inilah yang bikin beberapa desainer akhirnya nerapin konsep zero-waste fashion, yaitu proses produksi pakaian yang nggak ngeluarin limbah atau cuma ngeluarin sedikit aja limbah.” (Artikel “Let’s Go Zero-Waste!”: Paragraf 2 kalimat 2-3, GoGirl! commit to user November 2011)
148 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam kutipan kalimat di atas, dijelaskan bahwa industri fashion juga menghasilkan limbah yang banyak karena lebih mudah dan murah untuk membuang sisa bahan daripada mendaur ulang kembali. Hal inilah yang mendorong para desainer untuk bekerja keras membuat pola jahitan yang hanya sedikit atau bahkan tidak menyisakan kain sama sekali. Konsep inilah yang disebut dengan zero-waste fashion. “Disini, para desainer ditantang buat bijak dalam bikin pola biar nggak banyak bahan yang terbuang. Tiap inci kain yang ada, diusahain habis terpakai.” (Artikel “Let’s Go Zero-Waste!”: Paragraf 2 kalimat 4-5, GoGirl! November 2011) Dalam kalimat di atas dijelaskan bahwa para desainer ditantang untuk lebih bijaksana dalam membuat pola yang menggunakan kain tanpa
harus
menyisakannya
sedikitpun.
Jadi
tidak
hanya
menggunakan bahan yang ramah lingkungan, desainer juga harus lebih bijaksana dalam membuat pola tanpa menyisakan bahan sedikitpun. “Zero-waste fashion ini sebenernya bukan konsep baru.” (Artikel “Let’s Go Zero-Waste!”: Paragraf 3 kalimat 1, GoGirl! November 2011) Dalam kalimat di atas, dijelaskan bahwa konsep zero-waste fashion ini bukanlah sebuah konsep baru di dunia fashion namun sudah diterapkan pada beberapa desain baju adat beberapa negara. Penjelasan lebih mendetail akan dijelaskan di elemen maksud. commit to user
149 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
“Menurut Mark Liu, “wasted materials are bad for the environment and a loss in potential profits.” Itulah yang bikin konsep ini menarik minat banyak, desainer dan sekolah fashion.” (Artikel “Let’s Go Zero-Waste!”: Paragraf 3 kalimat 6-7, GoGirl! November 2011) Kutipan pendapat Mark Liu sebagai salah satu eco-fashion designer yang menjelaskan bahwa membuang bahan sisa jahitan sangat merugikan lingkungan dan mengurangi keuntungan yang besar. Konsep zero-waste inilah yang mampu menarik minat baik dari desainer maupun dari sekolah-sekolah fashion. “Sebagai konsumen, kita juga bisa kok melakukan postconsumer zero-waste, yaitu memanfaatkan lagi baju yang udah nggak kepake.” (Artikel “Let’s Go Zero-Waste!”: Paragraf 4 kalimat 2, GoGirl! November 2011) Jika pada paragraf-paragraf sebelumnya dimunculkan dengan jelas mengenai fakta yang mendukung pemikiran komunikator tentang konsep zero-waste, maka pada kutipan kalimat kedua paragraf keempat menjelaskan bagaimana kita sebagai konsumen bisa melakukan post-consumer zero-waste. Jika sebelumnya zero-waste dilakukan oleh para desainer maupun produsen, maka kalimat ini menggambarkan bahwa konsumen pun juga dapat menerapkan konsep ini.
iii. Maksud Maksud merupakan bentuk uraian yang panjang, jelas, dan lebih mendetail
tentang informasi
komunikator.
yang dianggap menguntungkan
commit to informasi user Sebaliknya,
yang
dianggap
kurang
150 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menguntungkan komunikator, ditulis dengan sama dan implisit. Berikut kutipan kalimat yang mengandung elemen maksud: “Did you know, dalam proses produksi pakaian, 15-20 persen dari kain yang digunakan bakal terbuang sia-sia! Industri fashion emang menghasilkan banyak limbah, soalnya emang lebih gampang dan murah sih buat buang bahan-bahan itu dibanding mendaur ulang.” (Artikel “Let’s Go Zero-Waste!”: Paragraf 2 kalimat 1-2, GoGirl! November 2011) Jika pada analisis elemen detil, kalimat ini menjelaskan bahwa industri fashion juga menghasilkan limbah yang banyak karena lebih mudah dan murah untuk membuang sisa bahan daripada mendaur ulang kembali. Dalam analisis elemen maksud ini, pernyataan mengenai industri fashion menghasilkan limbah yang lebih banyak didukung
pernyataan
yang
lebih
mendetail
yaitu
dengan
mengawalinya dengan kalimat “Did you know, dalam proses produksi pakaian, 15-20 persen dari kain yang digunakan bakal terbuang sia-sia!” “Tiap inci kain yang ada, diusahain habis terpakai. Caranya? They pay a lot of attention to design clothes patterns where all the parts fit together, perfectly, like pieces of a jigsaw.” (Artikel “Let’s Go Zero-Waste!”: Paragraf 2 kalimat 6, GoGirl! November 2011) Jika dalam analisis elemen detil dijelaskan bahwa desainer dituntut untuk lebih bijaksana dalam membuat pola, sehingga setiap inci kain bisa digunakan. Maka dalam analisis maksud ini, dijelaskan mengenai kalimat lanjutan yang menjelaskan kalimat sebelumnya. Kalimat di atas menjelaskan bagaimana cara tiap inci kain habis commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
151 digilib.uns.ac.id
terpakai, yaitu dengan memusatkan pemikiran untuk mendesain pola pakaian dimana seluruh bagiannya cocok satu sama lain, seperti bagian dari puzzle. “Zero-waste fashion ini sebenernya bukan konsep baru. Historically, all clothes were desgined to minimize waste, contohnya kayak baju kimono dan sari.” (Artikel “Let’s Go Zero-Waste!”: Paragraf 3 kalimat 1-2, GoGirl! November 2011) Jika dalam kalimat di atas pada analisis elemen detil, dijelaskan bahwa konsep zero-waste fashion ini bukanlah sebuah konsep baru di dunia fashion. Maka dalam analisis elemen maksud ini menjelaskan atau memberi pemaknaan yang lebih mendetail agar mendukung apa yang hendak disampaikan komunikator. Dalam analisis ini, dijelaskan bahwa konsep zero-waste fashion sudah pernah diterapkan sebelumnya. Seperti pakaian adat Jepang dan India, baju kimono dan sari yang didesain menghasilkan sedikit limbah. “Let’s make our own zero-waste fashion by turning our trash to treasure! Ambil details dari baju yang nggak kepake, kayak kancing atau renda, trus dijahit ke pakaian baru yang keliatan polos. Celana jeans lama yang cuma numpuk di lemari bisa digunting di bagian lutut buat dijadiin shorts!” (Artikel “Let’s Go Zero-Waste!”: Paragraf 4 kalimat 3-5, GoGirl! November 2011) Dalam analisis elemen detil sebelumnya, zero-waste dilakukan oleh para desainer maupun produsen, maka kalimat ini menggambarkan commit to user bahwa konsumen pun juga dapat menerapkan konsep ini. Dalam
152 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
analisis elemen maksud, dijelaskan bagaimana cara konsumen bisa menerapkan
konsep
pre-consumer
zero-waste
yaitu
dengan
memanfaatkan pakaian yang sudah tidak digunakan lagi. Dalam kalimat di atas, dijelaskan dengan mendetail langkah-langkah membuat pakaian bekas menjadi bermanfaat mulai dari mengambil detail pakaian yang sudah tidak digunakan yaitu kancing atau renda, kemudian dijahitkan pada pakaian yang tampak polos. Selain itu pemanfaatan celana jeans yang sudah tidak digunakan bisa digunakan kembali menjadi tas dengan menggunting bagian bawahnya dan menjahitnya kembali.
iv. Nominalisasi Elemen nominalisasi merupakan suatu elemen yang memuat nominal atau angka yang mendukung dan mampu mempengaruhi makna dari informasi yang hendak disampaikan oleh komunikator. Berikut kutipan kalimat yang mengandung elemen nominalisasi di dalamnya: “Did you know, dalam proses produksi pakaian, 15-20 persen dari kain yang digunakan bakal terbuang sia-sia!” (Artikel “Let’s Go Zero-Waste!”: Paragraf 2 kalimat 1, GoGirl! November 2011) Melalui kalimat ini, komunikator ingin menyampaikan bahwa dalam proses produksi pakaian, 15-20% dari kain yang digunakan, terbuang sia-sia. Memang lebih mudah dan murah untuk membuang kain yang tersisa daripada mendaur ulang. Berangkat dari fakta ini, para desainer dituntut untuk lebih bijaksana membuat pola jahitan dengan commit to user
153 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memaksimalkan tiap inci kain, sehingga sedikit sekali kain yang tersisa atau bahkan tidak tersisa sama sekali.
d. Sintaksis Hal yang diamati dari struktur mikro ini adalah bagaimana suatu kalimat itu disusun
atau
dibentuk.
Sintaksis
meliputi
bentuk
kalimat,
koherensi,
pengingkaran, dan kata ganti. Berikut kutipan kalimatnya: i.
Bentuk kalimat Penulis menggunakan beberapa bentuk kalimat yaitu kalimat aktif dan kalimat pasif dalam penulisan artikel “Let’s Go Zero-Waste!”. Berikut kutipan kalimatnya: “Selain dengan memilih bahan yang eco-friendly, masih ada cara lain yang dipakai para desainer untuk memproduksi pakaian ramah lingkungan lho.” (Artikel “Let’s Go Zero-Waste!”: Paragraf 1 kalimat 1, GoGirl! November 2011) Kalimat aktif menonjolkan subyek yaitu para desainer atau perancang busana. “Did you know, dalam proses produksi pakaian, 15-20 persen dari kain yang digunakan bakal terbuang sia-sia!” (Artikel “Let’s Go Zero-Waste!”: Paragraf 2 kalimat 1, GoGirl! November 2011) Kalimat pasif menonjolkan obyek yaitu kain-kain yang digunakan untuk memproduksi pakaian.
commit to user
154 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
“Nah, yang dari tadi kita bahas itu adalah pre-consumer zero-waste, jadi meminimalisir limbahnya pas proses produksi pakaian. Sebagai konsumen, kita juga bisa kok melakukan post-consumer zero-waste, yaitu memanfaatkan lagi baju yang udah nggak kepake.” (Artikel “Let’s Go Zero-Waste!”: Paragraf 4 kalimat 1-2, GoGirl! November 2011) Kalimat diatas ditulis dalam bentuk kalimat aktif yang menonjolkan subyek yaitu konsumen. “Ambil details dari baju yang nggak kepake, kayak kancing atau renda, trus dijahit ke pakaian baru yang keliatan polos. Celana jeans lama yang cuma numpuk di lemari bisa digunting di bagian lutut buat dijadiin shorts!” (Artikel “Let’s Go Zero-Waste!”: Paragraf 4 kalimat 4-5, GoGirl! November 2011) Kalimat diatas ditulis dalam bentuk kalimat aktif yang menonjolkan pakaian-pakaian yang sudah tidak dipakai lagi namun dapat dimanfaatkan kembali.
ii. Koherensi Koherensi merupakan jalinan antarkata maupun antarkalimat dalam suatu teks. Kata penghubung merupakan kunci dalam penggabungan kalimat satu dengan kalimat lainnya. Berikut kutipan kalimat yang menggunakan elemen koherensi di dalamnya: “Industri fashion emang menghasilkan banyak limbah, soalnya emang lebih gampang dan murah sih buat buang bahan-bahan itu dibanding mendaur ulang.” (Artikel “Let’s Go Zero-Waste!”: Paragraf 2 kalimat 2, GoGirl! November 2011) Koherensi “soalnya” pada kalimat di atas memiliki arti yang kurang lebih sama dengan koherensi “karena”. Koherensi tersebut commit to user
155 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
diletakkan sebagai tanda penghubung kalimat satu dengan yang lainnya sehingga memunculkan makna hubungan sebab-akibat. Pada kalimat sebelum koherensi “soalnya” merupakan akibat yaitu limbah yang begitu banyak dihasilkan dari industri fashion sedangkan pada kalimat kedua dimaksudkan sebagai bukti penyebab dari kalimat pertama, yaitu penyebab banyaknya limbah yang dihasilkan dari industri fashion adalah cara yang begitu mudah dan murah saat membuang sisa bahan daripada harus mendaur ulang. “Tapi gara-gara revolusi industri yang bikin harga baju jadi murah, orang jadi lebih gampang buang-buang bahan.” (Artikel “Let’s Go Zero-Waste!”: Paragraf 3 kalimat 3, GoGirl! November 2011) Kata “gara-gara” merupakan bentuk tidak baku, namun memiliki arti yang sama dengan kata “karena” yang menunjukkan koherensi sebab-akibat. Yaitu terjadinya revolusi industri yang mengakibatkan harga baju menjadi murah sehingga membuat masyarakat justru dengan mudah membuan-buang bahan.
iii. Pengingkaran Elemen ini merupakan bentuk praktik wacana yang menggambarkan bagaimana
komunikator
menyembunyikan
apa
yang
ingin
diekspresikan secara implisit. Bentuk pengingkaran yang ditemukan dalam artikel “Let’s Go Zero-Waste!” menggunakan kata “tapi”. Komunikator hendak menyampaikan sesuatu yang berseberangan. commit to user
156 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berikut kutipan kalimat yang menggunakan elemen pengingkaran di dalamnya: “Zero-waste fashion ini sebenernya bukan konsep baru. Historically, all clothes were desgined to minimize waste, contohnya kayak baju kimono dan sari. Tapi gara-gara revolusi industri yang bikin harga baju jadi murah, orang jadi lebih gampang buang-buang bahan.” (Artikel “Let’s Go Zero-Waste!”: Paragraf 3 kalimat 1-3, GoGirl! November 2011) Elemen pengingkaran yang digunakan pada kalimat di atas adalah “tapi”. Komunikator ingin menjelaskan bahwa zero-waste bukanlah konsep baru dalam dunia fashion karena sebelumnya memang beberapa pakaian sudah didesain dengan konsep tersebut seperti baju kimono dan sari. Kata “tapi” digunakan komunikator untuk menjelaskan bahwa akibat adanya revolusi industri yang membuat harga baju lebih murah, maka orang-orang lebih mudah untuk membuang bahan. Kata “tapi” nampak memiliki arti yang berseberangan, namun dalam konteks ini, kata “tapi” mendukung pemaknaan pada kalimat sebelumnya.
iv. Kata ganti Kata ganti digunakan komunikator untuk menunjukkan di mana posisi seseorang dalam wacana. Berikut kutipan kalimatnya: “They pay a lot of attention to design clothes patterns where all the parts fit together, perfectly, like pieces of a jigsaw.” (Artikel “Let’s Go Zero-Waste!”: Paragraf 2 kalimat 7, GoGirl! November 2011) commit to user
157 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kata ganti “they” jika diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia berarti “mereka”. Komunikator menggunakan kata ganti “they” untuk menggantikan istilah para desainer yang sudah digunakan pada kalimat sebelumnya. “Sebagai konsumen, kita juga bisa kok melakukan post-consumer zero-waste, yaitu memanfaatkan lagi baju yang udah nggak kepake.” (Artikel “Let’s Go Zero-Waste!”: Paragraf 4 kalimat 2, GoGirl! November 2011) Komunikator menggunakan kata ganti “kita” untuk memposisikan dirinya sama dengan para pembaca. Posisi komunikator dan para pembaca adalah konsumen dan dengan menggunakan kata ganti “kita”, komunikator ingin mengajak pembaca bersama-sama mendukung serta menerapkan konsep post-consumer zero-waste.
e. Stilistik Pada dasarnya, elemen ini menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata atas berbagai kemungkinan kata yang tersedia. Pemilihan kata juga memberikan makna yang berbeda pada kalimat tersebut. Berikut kutipannya: “Selain dengan memilih bahan yang eco-friendly, masih ada cara lain yang dipakai para desainer untuk memproduksi pakaian ramah lingkungan lho.” (Artikel “Let’s Go Zero-Waste!”: Paragraf 1 kalimat 1, GoGirl! November 2011) Penulis menggunakan leksikon “desainer” untuk menjelaskan para perancang busana yang menerapkan konsep zero-waste fashion. commit to user
158 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
“Industri fashion emang menghasilkan banyak limbah, soalnya emang lebih gampang dan murah sih buat buang bahan-bahan itu dibanding mendaur ulang.” (Artikel “Let’s Go Zero-Waste!”: Paragraf 2 kalimat 2, GoGirl! November 2011) Penulis menggunakan leksikon “mendaur ulang” untuk menjelaskan proses yang kembali menggunakan bahan yang pernah digunakan dalam hal ini adalah kain. “Tapi gara-gara revolusi industri yang bikin harga baju jadi murah, orang jadi lebih gampang buang-buang bahan.” (Artikel “Let’s Go Zero-Waste!”: Paragraf 3 kalimat 3, GoGirl! November 2011) Penulis menggunakan leksikon “revolusi industri” untuk menjelaskan perubahan radikal dalam usaha mencapai produksi dengan menggunakan mesin-mesin, baik untuk tenaga penggerak maupun untuk tenaga pemroses. “Tahun 1970-an, baru deh muncul lagi desainer yang berusaha meminimalisir limbah, kayak Zandra Rhodes.” (Artikel “Let’s Go Zero-Waste!”: Paragraf 3 kalimat 4, GoGirl! November 2011) Penulis menggunakan leksikon “meminimalisir” untuk menjelaskan keadaan untuk menekan serendah-rendahnya limbah yang dihasilkan industri fashion. “Sebagai konsumen, kita juga bisa kok melakukan post-consumer zerowaste, yaitu memanfaatkan lagi baju yang udah nggak kepake.” (Artikel “Let’s Go Zero-Waste!”: Paragraf 4 kalimat 2, GoGirl! November 2011) commit to user
159 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Penulis menggunakan leksikon “memanfaatkan” digunakan untuk menjelaskan sesuatu yang dapat dimunculkan kegunaannya atau menjadi berguna.
f. Retoris Dalam analisis teks, retoris menggambarkan bagimana dan dengan cara seperti apa, cara penekanan pada teks dilakukan. Penekanan pada teks bisa dilakukan dengan menganalisis elemen grafis, metafora, maupun ekspresi. Untuk artikel “Let’s Go Zero-Waste!”, penekanan pada teks hanya melalui grafis. Layout artikel ini tidak hanya menampilkan teks namun juga disertai beberapa foto dan gambar. Foto yang dimunculkan penulis adalah model dengan menggunakan busana beserta gambar pola jahitan berkonsep zero-waste fashion rancangan beberapa eco-fashion designer yaitu Holly McQuillan dan Timo Rissanen. Selain itu juga ditampilkan gambar hasil pemanfaatan pakaian bekas menjadi tas.
commit to user
160 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 3.5 Layout Artikel “Let’s Go Zero-Waste!” Foto dan gambar rancangan eco-fashion designer, Holly McQuillan Judul Foto dan Gambar rancangan eco-fashion designer, Holly McQuillan
Lead
Foto rancangan eco-fashion designer, Holly McQuillan
Foto hasil pemanfaatan pakaian bekas. Sumber: Majalah GoGirl! November 2011
Dari analisis teks yang sudah dilakukan, peneliti menemukan beberapa elemen di dalamnya seperti latar, detil, maksud, nominalisasi, kata ganti, dan beberapa elemen lainnya yang digunakan van Dijk dalam menganilisis sebuah wacana. Yang muncul dari hasil analisis teks adalah konsep zero-waste fashion yang menjadi solusi dari pengelolaan limbah kain yang begitu banyak dihasilkan.
commit to user
161 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2.
Analisis Kognisi Sosial Dalam analisis ini, peneliti mengadakan wawancara kepada penulis dalam
rubrik “Green Page” majalah GoGirl! November 2011, dan dari proses wawancara tersebut, peneliti mendapatkan hasil wawancara mengenai artikel yang sedang diteliti. “Soalnya waktu itu tema GoGirl! November adalah Fashion Issue. Jadi aku nyari kaitannya fashion dengan lingkungan, trus ketemulah inovasi baru di dunia fashion, yaitu zero-waste fashion.” kata Starin Sani, penulis artikel “Go Gas!” dalam wawancara yang dilakukan pada 26 Maret 2012 lalu. Disinggung mengenai tujuan penulisan artikel “Let’s Go Zero-Waste!”, Starin mengungkapkan ingin menyampaikan pemahaman jika industri fashion menghasilkan banyak sekali limbah. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan limbah fashion adalah dengan memproduksi pakaian dengan konsep zero-waste fashion. Selain itu, tujuan penulisan artikel ini adalah ingin meningkatkan awareness pembaca mengenai konsep zero-waste fashion. Bagaimana pandangan penulis sendiri terhadap zerowaste fashion? Penulis sangat mendukung konsep zero-waste fashion yang diharapkan dapat diterapkan pada semua pakaian. Dari analisis kognisi sosial pada artikel “Let’s Go Zero-Waste!”, dapat ditarik kesimpulan bahwa yang ingin ditonjolkan dalam artikel tersebut adalah tentang penerapan konsep zero-waste fashion.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3.
162 digilib.uns.ac.id
Analisis Konteks Sosial Masyarakat Indonesia pada umumnya belum begitu memahami adanya
konsep zero-waste di dunia fashion. Istilah zero-waste memang sering digunakan untuk menjelaskan tentang pengelolaan sampah agar dapat didaur ulang. Namun, masyarakat belum mengetahui jika konsep zero-waste dapat diterapkan di dunia fashion. Dalam hal ini, para desainer ditantang untuk bekerja keras menghasilkan desain pakaian yang memanfaatkan bahan dengan sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali bahan yang tersisa. Artinya setiap inchi bahan, benar-benar dimanfaatkan untuk membuat pakaian. Belum banyak desainer Indonesia yang menerapkan konsep zero-waste fashion dalam rancangannya. Diharapkan para desainer Indonesia terinspirasi untuk menerapkan konsep zero-waste fashion dalam rancangan mereka sehingga limbah yang dihasilkan tidak banyak. Dalam analisis konteks sosial ini, peneliti menganalisi apa yang terjadi pada masyarakat dengan adanya konsep zero-waste fashion. Selanjutnya, dikaitkan dengan hasil analisis teks dan kognisi sosial. Setelah dilakukan analisis dari teks, konteks sosial, hingga kognisi sosial, dapat ditarik kesimpulan bahwa artikel “Let’s Go Zero-Waste!” memenuhi kriteria analisis yang dilakukan dari ketiga dimensi wacana van Dijk. Dalam analisis teks, menganalisis bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang digunakan untuk mempertegas tema mengenai gas sebagai bahan bakar alternatif. Kemudian pada analisis kognisi sosial yang diteliti adalah bagaimana proses produksi teks yang melibatkan kognisi individu dan wartawan. Sedangkan pada dimensi konteks commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
163 digilib.uns.ac.id
sosial, diteliti wacana yang sedang berkembang di masyarakat terhadap suatu masalah. Ketiga dimensi analisis tersebut tidak dapat dipisahkan, masing-masing saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain.
F.
Analisis Artikel “Drug Management”
1.
Analisis Teks Dalam sebuah teks pasti terkandung unsur-unsur maupun elemen-elemen
yang merupakan suatu kesatuan yang saling menopang satu sama lain hingga terbentuk sebuah teks yang utuh. Untuk menganalisis sebuah teks, maka diperlukan beberapa hal yang akan diamati, meliputi tematik, skematik, semantik, sintaksis, stilistik, dan retoris. Berikut analisis teks “Drug Management” : a. Tematik Elemen tematik merupakan gambaran umum dari suatu teks. Topik menggambarkan tema umum dari suatu teks, topik akan didukung oleh subtopik lainnya yang saling berkaitan hingga terbentuknya topik umum. Subtopik juga didukung serangkaian fakta yang menunjuk dan menggambarkan subtopik itu sendiri, sehingga subbagian yang lain saling mendukung antara satu bagian dengan bagian lainnya. Tema dari artikel ini adalah mengenai pengelolaan obat yang sudah kadaluarsa. Sedangkan wacana yang terkandung dalam artikel ini adalah tentang bagaimana cara pengelolaan obat-obat yang sudah kadaluarsa. Berikut kutipan kalimatnya: “Lagi sakit atau nggak, kita pasti sering nyimpen berbagai obat buat jagajaga, kayak obat pusing, batuk, dan diare. Kalau masa kadaluarsa obat udah abis, trus musti dibuang kemana ya? Atau jangan-jangan pada nggak pernah merhatiin masa kadaluarsa obat?!” commit to user (Artikel “Drug Management”: Paragraf 1, GoGirl! Desember 2011)
164 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Skematik Dalam sebuah teks pasti memiliki skema atau alur yang menunjukkan bagaimana bagian-bagian dalam teks disusun hingga membentuk kesatuan arti. Dalam konteks penyajian artikel, memiliki dua kategori skema besar, yaitu summary yang ditandai dengan dua elemen, yaitu judul dan lead , serta story yang memuat isi berita secara kesuluruhan. Secara skematik, artikel “Drug Management” memiliki 12 paragraf, paragraf 1 berisi lead yang termasuk dalam golongan teras berita “bagaimana” (how lead), paragraf 2 sampai 6 berisi tentang beberapa cara meminimalisir sampah obat dengan pemakaian secara bijak, selanjutnya di paragraf ketujuh sampai paragraf keduabelas berisi tentang beberapa langkah pemanfaatan atau cara pembuangan obat yang sudah kadaluarsa tanpa mencemari lingkungan. Berikut kutipan paragrafnya: “Lagi sakit atau nggak, kita pasti sering nyimpen berbagai obat buat jagajaga, kayak obat pusing, batuk, dan diare. Kalau masa kadaluarsa obat udah abis, trus musti dibuang kemana ya? Atau jangan-jangan pada nggak pernah merhatiin masa kadaluarsa obat?!” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 1, GoGirl! Desember 2011) “Obat yang dibuang sembarangan ternyata bisa bahaya buat lingkungan lho, soalnya sama aja kayak kita membuang racun. Kita bisa meminimalkan sampah obat dengan memakainya secara bijak. Caranya...” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 2, GoGirl! Desember 2011) “Beli obat bebas (yang nggak perlu resep dokter) secukupnya aja, kirakira buat persediaan 6 bulan. Pilih yang batas kadaluarsanya masih lama. Sebelum beli, cek dulu persediaan di rumah, siapa tau masih.” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 3, GoGirl! Desember 2011) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
165 digilib.uns.ac.id
“Masa kadaluarsa obat cair, kayak sirup dan obat tetes mata, nggak berlaku habis segel dibuka. Batas pemakaiannya jadi lebih singkat dibanding tanggal kemasan.” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 4, GoGirl! Desember 2011) “Obat simptomatik (diberikan sesuai keluhan penderita) bisa bertahan sampai batas kadaluarsanya habis, kira-kira 5 tahun, selama bungkus nggak rusak.” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 5, GoGirl! Desember 2011) “Di kemasan obat, kita sering baca tulisan “simpan di tempat kering dan sejuk.” Tapi ada juga lho beberapa obat yang harus disimpan di lemari es, misalnya insulin. Ikuti aja petunjuk penyimpanan di kemasan.” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 6, GoGirl! Desember 2011) “Obat yang udah nggak layak pakai jangan dibuang sembarangan, karena sebagian besar obat mengandung bahan kimia yang bahaya buat hewan, tumbuhan dan kita sendiri.” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 7 kalimat 1-2, GoGirl! Desember 2011) “Vitamin dan mineral bekas bisa dipakai sebagai pupuk. Kalau bentuk vitaminnya cair sih bisa langsung dituang ke tanaman. Tapi kalau bentuknya tablet, hancurin dulu baru ditaburin ke tanaman.” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 8, GoGirl! Desember 2011) “Kalau jumlah obatnya agak bahaya, serahin ke apotek, rumah sakit, atau pabrik obat yang biasa melakukan pemusnahan rutin buat stok obat yang kadaluarsa. Nggak semua apotek menerima sih, but we can always ask.” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 9, GoGirl! Desember 2011) “Sisa obat yang nggak diminum tapi belum kadaluarsa bisa disumbang ke yayasan amal yang ngadain pengobatan gratis. Tapi kondisi obat harus masih bagus dan bungkus belum dibuka.” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 10, GoGirl! Desember 2011) “Kalau mau buang di tempat sampah, hancurin dulu obat-obatnya. Campur sama air, pasir atau bahan lain, trus masukin ke wadah tertutup. commit to user
166 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Jangan lupa buat merusak label obat, biar obat nggak dijual lagi sama pihak yang nggak bertanggungjawab.” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 11, GoGirl! Desember 2011) “Ada lho beberapa obat yang justru dianjurkan buat diguyur di toilet, kayak medicated plasters koyo. Tapi kalau nggak ada petunjuknya, jangan dilakukan ya. ” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 12, GoGirl! Desember 2011)
c. Semantik Struktur mikro dalam sebuah wacana yang disebut semantik merupakan makna yang ingin ditekankan dalam suatu teks, bisa melalui elemen latar, detil, maksud, praanggapan, dan nominalisasi. Berikut uraiannya: i.
Latar Latar dari artikel ini adalah obat yang ternyata berbahaya untuk lingkungan, terlebih lagi obat yang sudah lewat dari masa kadaluarsa, jika dibuang sembarangan, tentu akan merusak lingkungan. Berikut kutipan kalimatnya: “Lagi sakit atau nggak, kita pasti sering nyimpen berbagai obat buat jaga-jaga, kayak obat pusing, batuk, dan diare. Kalau masa kadaluarsa obat udah abis, trus musti dibuang kemana ya? Atau jangan-jangan pada nggak pernah merhatiin masa kadaluarsa obat?!” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 1, GoGirl! Desember 2011)
ii. Detil Elemen
detil
ditampilkan
berhubungan komunikator.
dengan Jika
kontrol informasi
informasi
yang
tersebut
akan
menguntungkan komunikator, maka informasi tersebut akan ditulis dengan jelas bahkan berlebihan, sebaliknya jika informasi dianggap commit to user
167 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
merugikan komunikator, maka informasi akan ditampilkan dengan jumlah sedikit. Berikut kutipan elemen detil dalam artikel “Drug Management”: “Obat yang udah nggak layak pakai jangan dibuang sembarangan, karena sebagian besar obat mengandung bahan kimia yang bahaya buat hewan, tumbuhan dan kita sendiri.” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 7 kalimat 1, GoGirl! Desember 2011) Kalimat di atas memberikan dukungan terhadap apa yang ingin disampaikan oleh komunikator yaitu bahwa obat yang sudah tidak layak pakai atau konsumsi jika dibuang sembarangan akan memberikan dampak yang berbahaya bagi manusia, hewan, dan tumbuhan. “Vitamin dan mineral bekas bisa dipakai sebagai pupuk.” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 8 kalimat 1, GoGirl! Desember 2011) Jika pada paragraf-paragraf sebelumnya dijelaskan adanya bahaya yang akan ditimbulkan jika obat yang sudah kadaluarsa dibuang sembarangan. Namun kali ini, komunikator menambahkan informasi yang bisa mendukung pemikirannya. Ada cara pemanfaatan jika vitamin yang dikonsumsi sudah kadaluarsa, yaitu sebagai pupuk. Penjelasan tentang bagaimana vitamin bisa menjadi pupuk, akan dijelaskan pada analisis elemen maksud.
commit to user
168 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
iii. Maksud Maksud merupakan bentuk uraian yang panjang, jelas, dan lebih mendetail
tentang informasi
komunikator.
Sebaliknya,
yang dianggap menguntungkan
informasi
yang
dianggap
kurang
menguntungkan komunikator, ditulis dengan sama dan implisit. Berikut kutipan kalimat yang mengandung elemen maksud: “Obat yang udah nggak layak pakai jangan dibuang sembarangan, karena sebagian besar obat mengandung bahan kimia yang bahaya buat hewan, tumbuhan dan kita sendiri. Misalnya jenis obat antibiotik, antiseptik, antivirus dan antijamur, kalau dibuang ke tanah bisa membunuh mikroorganisme normal yang bermanfaat buat tanah dan tumbuhan. Kalau dibuang ke saluran air, obat-obatan itu bakal mengalir ke laut, mengganggu ekosistem perairan dan mencemari ikan yang nantinya masuk.” ke perut kita. Padahal kalau mau dibakar juga nggak boleh, soalnya bahan beracunnya bisa lepas ke udara. (Artikel “Drug Management”: Paragraf 7 kalimat 2-4, GoGirl! Desember 2011) Jika pada analisis elemen detil sebelumnya dijelaskan bahwa jika obat
yang
sudah
kadalauarsa
dibuang
sembarangan,
akan
menimbulkan bahaya bagi manusia, hewan, dan tumbuhan. Pada analisis maksud ini, informasi tersebut lebih diperjelas dengan menyebutkan jenis-jenis obat yaitu antibiotik, antiseptik, antivirus, dan antijamur. Kalimat selanjutnya juga menjelaskan lebih mendetail apa
yang
akan
terjadi
jika
obat-obat
kadaluarsa
sembarangan dibuang ke saluran air, tanah, maupun dibakar.
commit to user
tersebut
169 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
“Vitamin dan mineral bekas bisa dipakai sebagai pupuk. Kalau bentuk vitaminnya cair sih bisa langsung dituang ke tanaman. Tapi kalau bentuknya tablet, hancurin dulu baru ditaburin ke tanaman.” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 8 kalimat 1-3, GoGirl! Desember 2011) Pada analisis elemen detil, dijelaskan bahwa vitamin maupun mineral yang sudah kadaluarsa dapat dimanfaatkan sebagai pupuk. Selanjutnya, pada analisis elemen maksud, dijelaskan lebih lagi mengenai bagaimana cara membuat vitamin dan mineral yang kadaluarsa menjadi pupuk bagi tanaman, yaitu jika vitamin atau mineral berwujud air, maka langsung dituang ke tanaman, namun jika masih berwujud tablet, maka dihancurkan terlebih dahulu kemudian ditaburkan ke tanaman.
iv. Praanggapan Elemen
ini
merupakan
pernyataan
yang
digunakan
untuk
mendukung makna suatu teks. Praangapan merupakan fakta yang belum terbukti kebenarannya namun dijadikan dasar untuk mendukung gagasan tertentu. Berikut kutipan kalimatnya: “Kalau masa kadaluarsa obat udah abis, trus musti dibuang kemana ya?” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 1 kalimat 2, GoGirl! Desember 2011) Kata “kalau” pada kalimat di atas, memberikan makna pengandaian pada kalimat tersebut. Kalimat di atas berbentuk sebagai kalimat tanya, pertanyaan yang muncul diawali dengan pengandaian, apa to user yang harus dilakukancommit jika masa kadaluarsa obat sudah habis.
170 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
“Misalnya jenis obat antibiotik, antiseptik, antivirus dan antijamur, kalau dibuang ke tanah bisa membunuh mikroorganisme normal yang bermanfaat buat tanah dan tumbuhan. Kalau dibuang ke saluran air, obat-obatan itu bakal mengalir ke laut, mengganggu ekosistem perairan dan mencemari ikan yang nantinya masuk ke perut kita. Padahal kalau mau dibakar juga nggak boleh, soalnya bahan beracunnya bisa lepas ke udara. Trus, musti diapain dong?” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 7 kalimat 2-4, GoGirl! Desember 2011) Penggunaan kata “kalau” pada ketiga kalimat di atas sama-sama memiliki
makna
pengandaian,
meskipun
belum
diketahui
kebenarannya, namun dijadikan dasar untuk mendukung pernyataan. Sampah
obat
yang
dibuang
di
sembarang
tempat
bisa
membahayakan, misal dibuang di tanah, maka dikhawatirkan bisa membunuh mikroorganisme normal yang bermanfaat untuk tanah dan tumbuhan, kemudian jika dibuang di saluran air, maka akan air yang tercemari sampah obat akan mengalir ke laut dan mengganggu ekosistem perairan dan mencemari ikan, selanjutnya pengandaian jika sampah obat tersebut dibakar, dikhawatirkan racun yang terkandung di dalamnya terlepas ke udara. “Kalau jumlah obatnya agak banyak, serahin ke apotek, rumah sakit, atau pabrik obat yang biasa melakukan pemusnahan rutin buat stok obat yang kadaluarsa.” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 9 kalimat 1, GoGirl! Desember 2011) Kata “kalau” pada kalimat di atas memberikan makna pengandaian yaitu jika obat yang sudah kadalauarsa berjumlah banyak, maka pemusnahan akan lebih mudah apabila diserahkan kepada apotek commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
171 digilib.uns.ac.id
maupun rumah sakti yang sudah terbiasa melakukan pemusnahan obat yang sudah kadaluarsa secara massal. “Kalau mau buang di tempat sampah, hancurin dulu obat-obatnya. Campur sama air, pasir atau bahan lain, trus masukin ke wadah tertutup.” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 11 kalimat 1, GoGirl! Desember 2011) Penggunaan kata “kalau” untuk memberikan makna pengandaian kembali terlihat pada kalimat di atas. Komunikator ingin memberikan gambaran bahwa jika obat-obat yang sudah kadaluarsa ini hendak dibuang ke tempat sampah, sebaiknya obat-obat tersebut dihancurkan kemudian dicampur dengan air, pasir, maupun bahan yang lainnya kemudian dimasukkan ke dalam wadah tertutup. Kemudian label yang melekat pada obat sebaiknya dirusak atau disobek. Hal ini dilakukan agar obat-obat yang sudah dibuang tidak lagi dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab yang biasanya dijual kembali.
v.
Nominalisasi Elemen nominalisasi merupakan suatu elemen yang memuat nominal atau angka yang mendukung dan mampu mempengaruhi makna dari informasi yang hendak disampaikan oleh komunikator. Berikut kutipan kalimat yang mengandung elemen nominalisasi di dalamnya: “Beli obat bebas (yang nggak perlu resep dokter) secukupnya aja, kira-kira buat persediaan 6 bulan.” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 3 kalimat 1, GoGirl! commit to user Desember 2011)
172 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Penggunaan elemen nominalisasi “6 bulan” dalam kalimat di atas memiliki arti bahwa lebih baik membeli obat untuk persediaan tidak lebih dari 6 bulan, supaya persediaan obat tidak terlalu banyak menumpuk dan bisa terkontrol masa kadaluarsanya. “Obat simptomatik (diberikan sesuai keluhan penderita) bisa bertahan sampai batas kadaluarsanya habis, kira-kira 5 tahun, selama bungkus nggak rusak.” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 5 kalimat 1, GoGirl! Desember 2011) Penggunaan elemen nominalisasi “5 tahun” mengandung maksud bahwa obat simptomatik atau obat yang diberikan sesuai keluhan penderita dapat bertahan sampai masa kadaluarsanya habis yaitu kurang lebih 5 tahun. Jenis obat ini bisa bertahan dalam jangka waktu yang tidak sebentar, namun juga tetap diperhatikan masa kadaluarsanya.
d. Sintaksis Hal yang diamati dari struktur mikro ini adalah bagaimana suatu kalimat itu disusun
atau
dibentuk.
Sintaksis
meliputi
bentuk
kalimat,
koherensi,
pengingkaran, dan kata ganti. Berikut kutipan kalimatnya: i.
Bentuk kalimat Dalam artikel “Drug Management”, penulis menggunakan kalimat aktif yang umumnya digunakan agar seseorang menjadi subyek dari tanggapannya dan kalimat pasif yang menempatkan seseorang atau sesuatu sebagai obyek. commit to user
173 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
“Kita bisa meminimalkan sampah obat dengan memakainya secara bijak.” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 2 kalimat 2, GoGirl! Desember 2011) Kalimat di atas ditulis dalam bentuk kalimat aktif yang menonjolkan subyek yaitu konsumen. “Kalau jumlah obatnya agak banyak, serahin ke apotek, rumah sakit, atau pabrik obat yang biasa melakukan pemusnahan rutin buat stok obat yang kadaluarsa.” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 9 kalimat 1, GoGirl! Desember 2011) Kalimat di atas ditulis dalam bentuk kalimat aktif yang menonjolkan subyek yaitu rumah sakit maupun apotek yang biasa memusnahkan obat-obatan yang kedaluwarsa. Selanjutnya, beberapa kalimat di bawah ini ditulis dalam bentuk kalimat pasif yang menonjolkan obyek yaitu obat-obatan yang sudah kedaluwarsa. Berikut kutipannya: “Kalau masa kadaluarsa obat udah abis, trus musti dibuang kemana ya?” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 1 kalimat 2, GoGirl! Desember 2011) “Obat yang dibuang sembarangan ternyata bisa bahaya buat lingkungan lho, soalnya sama aja kayak kita membuang racun.” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 2 kalimat 1, GoGirl! Desember 2011) Masa kadaluarsa obat cair, kayak sirup dan obat tetes mata, nggak berlaku habis segel dibuka. (Artikel “Drug Management”: Paragraf 4 kalimat 1, GoGirl! Desember 2011) “Tapi ada juga lho beberapa obat yang harus disimpan di lemari es, commit to user misalnya insulin.”
174 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(Artikel “Drug Management”: Paragraf 6 kalimat 2, GoGirl! Desember 2011) “Obat yang udah nggak layak pakai jangan dibuang sembarangan, karena sebagian besar obat mengandung bahan kimia yang bahaya buat hewan, tumbuhan dan kita sendiri. Misalnya jenis obat antibiotik, antiseptik, antivirus dan antijamur, kalau dibuang ke tanah bisa membunuh mikroorganisme normal yang bermanfaat buat tanah dan tumbuhan. Kalau dibuang ke saluran air, obat-obatan itu bakal mengalir ke laut, mengganggu ekosistem perairan dan mencemari ikan yang nantinya masuk ke perut kita. Padahal kalau mau dibakar juga nggak boleh, soalnya bahan beracunnya bisa lepas ke udara.” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 7 kalimat 1-4, GoGirl! Desember 2011) “Vitamin dan mineral bekas bisa dipakai sebagai pupuk. Kalau bentuk vitaminnya cair sih bisa langsung dituang ke tanaman. Tapi kalau bentuknya tablet, hancurin dulu baru ditaburin ke tanaman.” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 8 kalimat 1-3, GoGirl! Desember 2011) “Sisa obat yang nggak diminum tapi belum kadaluarsa bisa disumbang ke yayasan amal yang ngadain pengobatan gratis.” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 10 kalimat 1, GoGirl! Desember 2011) ii. Koherensi Koherensi merupakan jalinan antarkata maupun antarkalimat dalam suatu teks. Kata penghubung merupakan kunci dalam penggabungan kalimat satu dengan kalimat lainnya. Berikut kutipan kalimat yang menggunakan elemen koherensi di dalamnya: “Obat yang dibuang sembarangan ternyata bisa bahaya buat lingkungan lho, soalnya sama aja kayak kita membuang racun.” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 2 kalimat 1, GoGirl! Desember 2011) Kata “soalnya” merupakan bentuk bahasa tidak baku yang artinya commit user kurang lebih seperti katato “karena” yang memberikan makna
175 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
hubungan sebab-akibat di dalamnya. Pada kalimat di atas, dijelaskan bahwa akibat yang bisa ditimbulkan dari membuang sembarangan sampah obat dapat membahayakan lingkungan karena sama saja dengan membuang racun. “Obat yang udah nggak layak pakai jangan dibuang sembarangan, karena sebagian besar obat mengandung bahan kimia yang bahaya buat hewan, tumbuhan dan kita sendiri.” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 7 kalimat 1, GoGirl! Desember 2011) Koherensi “karena” pada kalimat di atas menunjukkan hubungan sebab-akibat. Obat yang mengandung bahan kimia yang berbahaya untuk manusia, hewan, dan tumbuhan menjadi penyebab mengapa obat-obat yang sudah tidak layak konsumsi tidak boleh dibuang sembarangan. “Padahal kalau mau dibakar juga nggak boleh, soalnya bahan beracunnya bisa lepas ke udara.” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 7 kalimat 4, GoGirl! Desember 2011) Kata “soalnya” merupakan bentuk bahasa tidak baku yang artinya kurang lebih seperti kata “karena” yang memberikan makna hubungan
sebab-akibat
di
dalamnya.
Bahan
beracun
yang
terkandung dalam obat-obatan yang sudah kadaluarsa menjadi penyebab mengapa obat-obatan tersebut tidak boleh dibakar. Karena racun yang terkandung dalam obat-obatan yang sudah kadaluarsa dapat terlepas di udara ketika dibakar, tentu hal ini juga merugikan lingkungan.
commit to user
176 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
iii. Pengingkaran Elemen ini merupakan bentuk praktik wacana yang menggambarkan bagaimana
komunikator
menyembunyikan
apa
yang
ingin
diekspresikan secara implisit. Bentuk pengingkaran yang ditemukan dalam artikel “Drug Management” menggunakan kata “tapi”. Komunikator hendak menyampaikan sesuatu yang berseberangan. Berikut kutipan kalimat yang menggunakan elemen pengingkaran di dalamnya: “Di kemasan obat, kita sering baca tulisan “simpan di tempat kering dan sejuk.” Tapi ada juga lho beberapa obat yang harus disimpan di lemari es, misalnya insulin.” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 6 kalimat 1-2, GoGirl! Desember 2011) Elemen pengingkaran yang digunakan pada kalimat di atas adalah “tapi”. Komunikator ingin menjelaskan bahwa ada sesuatu yang berseberangan, yaitu banyak ditemukan tulisan “simpan di tempat kering dan sejuk” pada kemasan obat, namun ada juga jenis obat yang harus disimpan di dalam lemari es, seperti insulin. Disarankan untuk mengikuti petunjuk yang terdapat dalam kemasan obat agar tahu bagaimana dan dimana harus menyimpan obat tersebut. “Vitamin dan mineral bekas bisa dipakai sebagai pupuk. Kalau bentuk vitaminnya cair sih bisa langsung dituang ke tanaman. Tapi kalau bentuknya tablet, hancurin dulu baru ditaburin ke tanaman.” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 8 kalimat 1-3, GoGirl! Desember 2011) Pada kalimat di atas, komunikator kembali ingin menyajikan sesuatu to user kedua dijelaskan bahwa vitamin yang berseberangan.commit Pada kalimat
177 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
atau mineral yang sudah kadalauarsa dan berbentuk cair, bisa digunakan menjadi pupuk dengan cara menyiramkannya ke tanaman. Hal yang berseberangan, jika wujud dari vitamin maupun mineral yang kadaluarsa adalah tablet, maka dilakukan terlebih dahulu penghancuran untuk kemudian ditaburkan pada tanaman. “Kalau jumlah obatnya agak bahaya, serahin ke apotek, rumah sakit, atau pabrik obat yang biasa melakukan pemusnahan rutin buat stok obat yang kadaluarsa. Nggak semua apotek menerima sih, but we can always ask.” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 9 kalimat 1-2, GoGirl! Desember 2011) Kata “but” jika diartikan ke dalam Bahasa Indonesia berarti “tapi”. Komunikator pernyataan
memberikan yang
pemahaman
berseberangan
dengan
namun
tetap
memunculkan mendukung
gagasannya. Apotek dan rumah sakit sudah terbiasa melakukan pemusnahan massal terhadap obat-obatan, mineral, maupun vitamin yang sudah kadaluarsa. Namun, tidak semua apotek mau menerima sumbangan obat-obat yang kadaluarsa dari kita untuk dimusnahkan bersama dengan persediaan obat-obatan apotek itu sendiri. Dengan bertanya dan meminta ijin terlebih dahulu, mungkin pihak apotek akan bersedia menerima sumbangan obat-obatan kadaluarsa dari konsumen untuk dimusnahkan secara massal. “Sisa obat yang nggak diminum tapi belum kadaluarsa bisa disumbang ke yayasan amal yang ngadain pengobatan gratis. Tapi kondisi obat harus masih bagus dan bungkus belum dibuka.” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 10 kalimat 1-2, GoGirl! commit to user Desember 2011)
perpustakaan.uns.ac.id
178 digilib.uns.ac.id
Komunikator kembali menggunakan elemen pengingkaran “tapi” pada kalimat di atas untuk menjelaskan sesuatu yang berseberangan. Persediaan obat yang tersisa, kadang tidak diminum oleh konsumen, maka sisa obat yang ada namun belum melewati masa kadaluarsa serta kondisi yang masih bagus dan kemasan yang belum dibuka, dapat disumbangkan kepada yayasan amal yang mengadakan pengobatan gratis. Jadi obat-obatan yang sisa tersebut tidak dibuang begitu saja, namun bisa dimanfaatkan dengan cara disumbangkan. “Ada lho beberapa obat yang justru dianjurkan buat diguyur di toilet, kayak medicated plasters koyo. Tapi kalau nggak ada petunjuknya, jangan dilakukan ya. ” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 12 kalimat 1-2, GoGirl! Desember 2011) Kata “tapi‟ digunakan komunikator pada kalimat di atas untuk menunjukkan sesuatu yang berseberangan. Beberapa jenis obat seperti medicated plasters koyo dianjurkan dibuang setelah digunakan dengan cara diguyur di toilet. Namun, disarankan komunikator untuk tetap membaca dan mengikuti petunjuk yang tertera pada kemasan. Jika tidak ada anjuran untuk mengguyurnya di toilet setelah digunakan, maka lebih baik jangan dilakukan.
iv. Kata ganti Kata ganti digunakan komunikator untuk menunjukkan di mana posisi seseorang dalam wacana. Dalam artikel “Drug Management”, komunikator sering menggunakan kata ganti “kita” commit to user
untuk
179 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memposisikan dirinya sama dengan posisi pembaca. Komunikator menulis artikel ini tidak hanya untuk dibaca, harapannya, bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga komunuikator menggunakan kata ganti “kita” agar tercipta suasana kebersamaan antara komunikator dengan para pembaca untuk mewujudkan apa yang telah ditulis. Berikut kutipan kalimatnya: “Lagi sakit atau nggak, kita pasti sering nyimpen berbagai obat buat jaga-jaga, kayak obat pusing, batuk, dan diare.” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 1 kalimat 1, GoGirl! Desember 2011) “Obat yang dibuang sembarangan ternyata bisa bahaya buat lingkungan lho, soalnya sama aja kayak kita membuang racun. Kita bisa meminimalkan sampah obat dengan memakainya secara bijak.” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 2 kalimat 1-2, GoGirl! Desember 2011) “Di kemasan obat, kita sering baca tulisan “simpan di tempat kering dan sejuk.”” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 6 kalimat 1, GoGirl! Desember 2011) “Obat yang udah nggak layak pakai jangan dibuang sembarangan, karena sebagian besar obat mengandung bahan kimia yang bahaya buat hewan, tumbuhan dan kita sendiri.” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 7 kalimat 1, GoGirl! Desember 2011) “Kalau dibuang ke saluran air, obat-obatan itu bakal mengalir ke laut, mengganggu ekosistem perairan dan mencemari ikan yang nantinya masuk ke perut kita.” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 7 kalimat 3, GoGirl! Desember 2011) commit to user
180 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
“Nggak semua apotek menerima sih, but we can always ask.” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 9 kalimat 2, GoGirl! Desember 2011)
e. Stilistik Pada dasarnya, elemen ini menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata atas berbagai kemungkinan kata yang tersedia. Pemilihan kata juga memberikan makna yang berbeda pada kalimat tersebut. Berikut kutipannya: “Kalau masa kadaluarsa obat udah abis, trus musti dibuang kemana ya?” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 1 kalimat 2, GoGirl! Desember 2011) “Masa kadaluarsa obat cair, kayak sirup dan obat tetes mata, nggak berlaku habis segel dibuka.” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 4 kalimat 1, GoGirl! Desember 2011) “Kalau jumlah obatnya agak banyak, serahin ke apotek, rumah sakit, atau pabrik obat yang biasa melakukan pemusnahan rutin buat stok obat yang kadaluarsa.” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 9 kalimat 1, GoGirl! Desember 2011) Beberapa kalimat di atas menggunakan leksikon “kadaluarsa” “kadaluarsa” merupakan bentuk tidak baku, bentuk bakunya adalah “kedaluwarsa” yang digunakan untuk menjelaskan maksud sudah terlewat dari batas waktu yang telah ditentukan. “Obat yang dibuang sembarangan ternyata bisa bahaya buat lingkungan lho, soalnya sama aja kayak kita membuang racun.” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 2 kalimat 1, GoGirl! Desember 2011) commit to user
181 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
“Obat yang udah nggak layak pakai jangan dibuang sembarangan, karena sebagian besar obat mengandung bahan kimia yang bahaya buat hewan, tumbuhan dan kita sendiri.” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 7 kalimat 1, GoGirl! Desember 2011) Penulis menggunakan leksikon “bahaya” pada dua kalimat di atas untuk menjelaskan bahwa sesuatu dapat mendatangkan bahaya maupun dapat mengancam keselamatan jika membuang obat yang sudah kedaluwarsa dengan sembarangan. “Kita bisa meminimalkan sampah obat dengan memakainya secara bijak.” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 2 kalimat 2, GoGirl! Desember 2011) Penulis menggunakan leksikon “meminimalkan” untuk menjelaskan keadaan untuk menekan serendah-rendahnya sampah obat-obatan dengan mengkonsumsinya secara bijaksana. Selanjutnya, penulis menggunakan leksikon “memakainya” untuk menjelaskan cara penggunaan maupun konsumsi obat-obatan. “Beli obat bebas (yang nggak perlu resep dokter) secukupnya aja, kira-kira buat persediaan 6 bulan.” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 3 kalimat 1, GoGirl! Desember 2011) Penggunaan leksikon “persediaan” pada kalimat di atas untuk menjelaskan sesuatu yang dapat disimpan dalam jangka waktu dan jumlah tertentu untuk mengantisipasi kebutuhan yang akan datang.
commit to user
182 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
“Obat yang udah nggak layak pakai jangan dibuang sembarangan, karena sebagian besar obat mengandung bahan kimia yang bahaya buat hewan, tumbuhan dan kita sendiri.” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 7 kalimat 1, GoGirl! Desember 2011) Penggunaan leksikon “mengandung” pada kalimat di atas untuk menjelaskan sebagian besar obat memuat bahan kimia yang berbahaya bagi makhluk hidup. “Kalau dibuang ke saluran air, obat-obatan itu bakal mengalir ke laut, mengganggu ekosistem perairan dan mencemari ikan yang nantinya masuk ke perut kita.” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 7 kalimat 3, GoGirl! Desember 2011) Penggunaan leksikon “mencemari” pada kalimat di atas untuk menjelaskan obat-obatan yang dibuang sembarangan ke saluran air, akan membuat kotor ekosistem perairan. “Vitamin dan mineral bekas bisa dipakai sebagai pupuk.” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 8 kalimat 1, GoGirl! Desember 2011) Penggunaan leksikon “dipakai” digunakan untuk menjelaskan vitamin dan mineral bekas dapat digunakan atau dimanfaatkan sebagai pupuk. “Kalau jumlah obatnya agak banyak, serahin ke apotek, rumah sakit, atau pabrik obat yang biasa melakukan pemusnahan rutin buat stok obat yang kadaluarsa.” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 8 kalimat 1, GoGirl! Desember 2011) Penggunaan leksikon “pemusnahan” untuk menjelaskan cara membuat hancur obat-obatan yang sudah kedaluwarsa. commit to user
183 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
“Sisa obat yang nggak diminum tapi belum kadaluarsa bisa disumbang ke yayasan amal yang ngadain pengobatan gratis.” (Artikel “Drug Management”: Paragraf 10 kalimat 1, GoGirl! Desember 2011) Penggunaan leksikon “disumbang” pada kalimat di atas menjelaskan makna obat yang tidak diminum dan belum habis masa kedaluwarsanya dapat diberikan dengan cuma-cuma kepada yayasan amal yang sedang mengadakan pengobatan gratis.
f. Retoris Dalam analisis teks, retoris menggambarkan bagimana dan dengan cara seperti apa, cara penekanan pada teks dilakukan. Penekanan pada teks bisa dilakukan dengan menganalisis elemen grafis, metafora, maupun ekspresi. Untuk artikel “Drug Management”, penekanan pada teks hanya melalui grafis. Layout artikel “Drug Management” begitu sederhana, hanya ditampilkan foto beberapa tablet dan kapsul obat maupun vitamin. Foto tersebut sebesar seperempat halaman majalah yang kemudian menjadi background dari tulisan judul dan lead.
commit to user
184 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 3.6 Layout Artikel “Drug Management” Foto obatobatan
Judul
Lead
Sumber: Majalah GoGirl! Desember 2011 Dari analisis teks yang sudah dilakukan, peneliti menemukan beberapa elemen di dalamnya seperti latar, detil, maksud, nominalisasi, kata ganti, dan beberapa elemen lainnya yang digunakan van Dijk dalam menganilisis sebuah wacana. Yang muncul dari hasil analisis teks adalah bagaimana pengelolaan limbah farmasi atau obat-obatan yang sudah kedaluwarsa.
2.
Analisis Kognisi Sosial Dalam analisis ini, peneliti mengadakan wawancara kepada penulis dalam
commit to user 2011, dan dari proses wawancara rubrik “Green Page” majalah GoGirl! Desember
185 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tersebut, peneliti mendapatkan hasil wawancara mengenai artikel yang sedang diteliti. “Pas lagi browsing gitu, nemu aja artikel kalau obat itu ternyata bahaya buat lingkungan kalau dibuang gitu aja. Aku sendiri biasanya cenderung nggak peduli masalah obat, bahkan masa kedaluwarsa obat juga jarang kuperhatiin, jadi pas tahu tentang hal ini jadi tertarik pingin nulis.” kata Starin Sani, penulis artikel “Drug Management” dalam wawancara yang dilakukan pada 26 Maret 2012 lalu. Berawal dari kurang pedulinya penulis terhadap obat dan masa kedaluwarsa obat, penulis terinspirasi untuk menulis tentang pemanfaatan obat yang sudah kedaluwarsa. Dalam tulisannya, penulis ingin memberikan pemahaman kepada pembaca tentang cara meminimalkan sampah obat dan apa yang harus dilakukan pada obat-obat yang sudah kedaluwarsa. Menurut pandangan penulis, Pimpinan Redaksi setuju dengan adanya cara pemanfaatan obat-obatan yang sudah kedaluwarsa sehingga bisa meminimalisir sampah obat. “Akan lebih baik jika drug management bisa dipraktekkan ke dalam hidup sehari-hari bukan hanya sekadar pemahaman. Aku mendukung cara pemusnahan obat kedaluwarsa dan sudah melakukan beberapa point dari drug management.” tambah Starin Sani. Dari hasil analisis kognisi sosial, dapat ditarik kesimpulan bahwa penulis ingin menyampaikan informasi kepada pembaca mengenai cara mengolah limbah farmasi atau obat-obatan yang sudah kedaluwarsa. commit to user
186 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3.
Analisis Konteks Sosial Apa yang akan dilakukan jika persediaan obat-obatan tidak habis
dikonsumsi? Dibuang begitu saja ke tempat sampah? Jangan! Bukan seperti itu yang harus dilakukan jika persediaan obat-obatan sudah kedaluwarsa. Jika dibuang begitu saja, obat-obatan ini justru membahayakan lingkungan karena saat dibuang, obat-batan tersebut terurai menjadi racun bagi manusia, hewan, dan tumbuhan. Menurut World Health Organization (WHO) menyebutkan klasifikasi limbah berbahaya yang berasal dari layanan kesehatan, limbah farmasi termasuk di dalamnya. Menurut WHO dalam artikel “Pengelolaan Limbah Aman Layanan Kesehatan”, limbah farmasi mencakup produk farmasi, obat-obatan, vaksin dan serum yang sudah kedaluwarsa, tidak digunakan, tumpah, dan terkontaminasi yang tidak diperlukan lagi dan harus dibuang dengan tepat. Kategori ini juga mencakup barang yang akan dibuang setelah digunakan untuk menangani produk farmasi, misalnya botol atau kotak yang berisi residu, sarung tangan, masker, selang penghubung dan ampul obat (WHO, 2005). Beberapa jenis obat seperti antibiotik, antiseptik, antivirus, antijamur, anticacing, dll, jika sampai ke tanah akan menyebabkan ketidakseimbangan flora dan fauna mikro di dalam tanah, karena dapat membunuh mikroorganisme normal. Khusus untuk antibiotik, dapat menyebabkan kekebalan mikroorganisme yang berbahaya terhadap antibiotik tersebut. Selain itu, obat-obatan bekas yang dibuang akan mencemari air tanah. Atau yang dibuang ke saluran air akhirnya commit to user
187 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengalir ke laut, mencemari ikan dan mahluk laut lainnya yang pada akhirnya masuk ke dalam perut kita. Pemerintah juga perlu untuk melakukan penyuluhan kepada masyarakat mengenai pengelolaan limbah farmasi ini agar masyarakat dibekali pengetahuan yang benar mengenai limbah farmasi. Selain itu, pemerintah juga seharusnya memfasilitasi agar pengelolaan limbah farmasi ini dapat berjalan dengan baik. Dari hasil analisis konteks sosial, diambil kesimpulan mengenai bagaimana mengolah limbah farmasi atau obat-obatan yang sudah kedaluwarsa. Setelah dilakukan analisis dari teks, konteks sosial, hingga kognisi sosial, dapat ditarik kesimpulan bahwa artikel “Drug Management” memenuhi kriteria analisis yang dilakukan dari ketiga dimensi wacana van Dijk. Dalam analisis teks, menganalisis bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang digunakan untuk mempertegas tema mengenai gas sebagai bahan bakar alternatif. Kemudian pada analisis kognisi sosial yang diteliti adalah bagaimana proses produksi teks yang melibatkan kognisi individu dan wartawan. Sedangkan pada dimensi konteks sosial, diteliti wacana yang sedang berkembang di masyarakat terhadap suatu masalah. Ketiga dimensi analisis tersebut tidak dapat dipisahkan, masing-masing saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain.
Dari keenam artikel yang sudah dianalisis teks, kognisi sosial, dan konteks sosial, dapat disimpulkan bahwa ketiga dimensi tersebut saling berkaitan, mampu mempengaruhi satu sama lain dan tidak dapat dipisahkan. Berikut uraiannya:
commit to user
188
Tabel 3.2 Hasil Analisis Artikel Wacana Gas sebagai bahan bakar alternatif.
Artikel “Go Gas!‟
Strategi Wacana Strategi wacana yang paling sering digunakan dalam menganalisis teks artikel “Go Gas!‟ selain tematik yang menjelaskan mengenai tema dari artikel, adalah elemen detil yang menjelaskan informasi-informasi yang mendukung apa yang ingin disampaikan penulis. Informasi yang menguntungkan tersebut lebih diuraikan menjadi lebih mendetail dalam elemen maksud. Bentuk kalimat pasif dan aktif, serta leskikon banyak digunakan dalam artikel ini.Nominalisasi juga sering digunakan dalam penulisan artikel ini guna menunjukkan harga dan keuntungan-keuntungan mengkonsumsi gas sebagai bahan bakar gas alternatif
189
dibanding dengan BBM lainnya. Selain itu, pengingkaran juga sering digunakan untuk menjelaskan perbedaan gas dengan BBM lainnya. Keberadaan sekolah “hijau” di daerah padat penduduk, Jakarta.
“Green School: SDNP 12 Strategi wacana yang paling sering digunakan dalam Bendungan Hilir”
menganalisis teks artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir” selain tematik yang menjelaskan mengenai tema dari artikel, adalah elemen detil yang menjelaskan informasi-informasi yang mendukung apa yang ingin disampaikan penulis. Informasi yang menguntungkan tersebut lebih diuraikan menjadi lebih mendetail dalam elemen maksud. Bentuk kalimat pasif dan aktif, serta leskikon banyak digunakan dalam artikel ini.Dalam analisis, hanya empat elemen ini saja yang menguatkan wacana. Elemen lainnya hanya
190
sebagai pendukung. Permasalahan lingkungan di beberapa kota paling polusi di dunia yang terdapat di benua Asia.
“Asia’s Most Polluted Cities”
Strategi wacana yang paling sering digunakan dalam menganalisis teks artikel “Asia’s Most Polluted Cities” selain tematik yang menjelaskan mengenai tema dari artikel, adalah elemen detil yang menjelaskan informasi-informasi yang mendukung apa yang ingin disampaikan penulis. Informasi yang menguntungkan tersebut lebih diuraikan menjadi lebih mendetail dalam elemen maksud. Selain itu, nominalisasi juga digunakan untuk menguatkan wacana. Yaitu dengan memunculkan angka-angka yang berkaitan dengan dampak dari polusi-polusi limbah di beberapa kota di Asia. Bentuk kalimat pasif dan aktif, serta leskikon banyak digunakan dalam artikel ini.
191
Mengikuti gaya hidup hijau dengan memilih makanan yang tepat dan
“Green Eating; Simple Planting”
Strategi wacana yang paling sering digunakan dalam menganalisis teks artikel “Green Eating; Simple
menanam tanaman bermanfaat dengan
Planting” selain tematik yang menjelaskan mengenai
mudah.
tema dari artikel, adalah elemen detil yang menjelaskan informasi-informasi yang mendukung apa yang ingin disampaikan penulis. Informasi yang menguntungkan tersebut lebih diuraikan menjadi lebih mendetail dalam elemen maksud. Selain itu, beberapa koherensi menjelaskan kalimat yang memiliki hubungan sebabakibat yang mampu menguatkan wacana. Kemudian praanggapan juga digunakan dalam penulisan artikel ini untuk memunculkan pengandaian dalam wacana. Selanjutnya pengingkaran digunakan untuk memunculkan sesuatu yang berbeda atau untuk
192
membandingkan yang juga mempengaruhi wacana dalam artikel. Elemen-elemen yang lainnya digunakan sebagai pendukung wacana. Sejarah dan pengertian konsep zero-
“Let’s Go Zero-Waste!”
Strategi wacana yang paling sering digunakan dalam menganalisis teks artikel “Let’s Go Zero-Waste!” selain
waste fashion.
tematik yang menjelaskan mengenai tema dari artikel, adalah elemen detil yang menjelaskan informasiinformasi yang mendukung apa yang ingin disampaikan penulis. Informasi yang menguntungkan tersebut lebih diuraikan menjadi lebih mendetail dalam elemen maksud. Tidak hanya itu saja, beberapa elemen lainnya juga digunakan dalam penulisan artikel namun tidak terlalu berpengaruh, hanya sebagai pendukung. Pengelolaan obat-obat yang sudah
“Drug Management”
Strategi wacana yang paling sering digunakan dalam
193
kedaluwarsa.
menganalisis teks artikel “Drug Management” selain tematik yang menjelaskan mengenai tema dari artikel, adalah elemen detil yang menjelaskan informasiinformasi yang mendukung apa yang ingin disampaikan penulis. Informasi yang menguntungkan tersebut lebih diuraikan menjadi lebih mendetail dalam elemen maksud. Bentuk kalimat pasif dan aktif, serta leskikon banyak digunakan dalam artikel ini. Selain itu, praanggapan yang menjelaskan kalimat yang memiliki hubungan sebab-akibat serta pengingkaran yang digunakan untuk memunculkan sesuatu yang berbeda atau untuk membandingkan digunakan dalam penulisan artikel ini dan sangat mempengaruhi wacana.
Sumber: olahan penelit
194 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV PENUTUP
Setelah dilakukan analisis data serta berkaitan dengan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan dan beberapa saran pada penelitian ini sebagai berikut: A.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian terhadap artikel rubrik “Green Page” Majalah
GoGirl! edisi Juli-Desember 2011 dapat ditarik kesimpulan bahwa kepedulian terhadap lingkungan diwacanakan secara positif oleh penulis artikel. Hasil analisis struktur teks berdasarkan analisis elemen tematis, skematik, semantik, sintaksis, stilistik, dan retoris menunjukan demikian. Selanjutnya, dari hasil analisis teks berita di rubrik “Green Page” serta mempertimbangkan kognisi wartawan ketika menulis teks berita, peneliti mendapatkan wacana utama yang dikembangkan terkait kepedulian terhadap lingkungan. Wacana mengenai berbagai cara yang bisa dilakukan sebagai wujud kepedulian terhadap lingkungan. Penulis menyampaikan bahwa untuk peduli terhadap lingkungan, tidak hanya dapat dilakukan dengan
menanam pohon,
menghemat listrik, bersepeda, namun juga dapat dilakukan dengan dengan mengganti BBM dengan gas, menghijaukan lingkungan, menanam tanaman, menerapkan pola makan sehat, menerapkan pola jahitan yang sedikit atau bahkan tidak menghasilkan limbah, serta mengolah limbah obat dengan cara yang benar. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
195 digilib.uns.ac.id
Dalam penelitian, peneliti menemukan bahwa elemen-elemen yang digunakan penulis untuk menguatkan wacana setiap artikel antara lain tematik, detil yang memberikan informasi yang mendukung gagasan penulis serta elemen maksud yang menguraikan elemen detil dengan lebih jelas. Selain ketiga elemen tersebut, peneliti menemukan bahwa penulis juga menggunakan elemen praanggapan, nominalisasi, kohesi, dan pengingkaran untuk memperkuat wacana dalam setiap artikel. Penulis memberikan informasi yang jelas mengenai bentukbentuk kepedulian terhadap lingkungan sehingga para pembaca diharapkan mampu untuk mengerti, tergugah hatinya serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dari elemen-elemen analisis wacana model van Dijk, penulis lebih cenderung menggunakan elemen semantik. Hal ini dibuktikan dari 6 teks artikel yang dianalisis, elemen semantik lebih menonjol daripada elemen yang lain. Wacana yang muncul dari 6 teks artikel yang dianalisis dengan menerapkan model van Dijk adalah kepedulian terhadap lingkungan yang dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan mengganti BBM dengan gas, menghijaukan lingkungan, menanam tanaman, menerapkan pola makan sehat, menerapkan pola jahitan yang sedikit atau bahkan tidak menghasilkan limbah, serta mengolah limbah obat dengan cara yang benar. Penyajian positif mengenai wacana peduli terhadap lingkungan yang dilakukan oleh penulis di rubrik “Green Page” tentu tidak dapat dilepaskan dari konteks sosial yang melingkupinya. Pemanasan global bukan lagi sebagai isu, namun permasalahan ini merupakan masalah serius yang dihadapi oleh semua warga dunia. Di luar negeri, sudah diterapkan beberapa aturan guna mengurangi dampak pemanasan global. commit to user
196 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Namun di Indonesia, belum ada kepeduliaan terhadap lingkungan, hal ini dikarenakan kurangnya himbauan maupun penyaluran informasi serta rendahnya kepedulian warga Indonesia terhadap lingkungan. Selanjutnya, peneliti menemukan bahwa belum banyak media yang menginformasikan tentang pemanasan global dan apa tindakan nyata yang dapat dilakukan guna mencegah maupun memperlambat pemanasan global. Maka, dengan adanya wacana mengenai kepedulian terhadap lingkungan di rubrik “Green Page” telah memberikan penjelasan mengenai kepedulian terhadap lingkungan. Wacana peduli lingkungan disampaikan secara positif sekaligus memberikan gambaran dan motivasi untuk peduli terhadap lingkungan.
B.
Saran Saran bagi penelitian selanjutnya adalah dengan meneliti topik yang sama
namun pada media yang berbeda. Agar penelitian mengenai wacana peduli lingkungan dapat diterapkan di berbagai media, baik media cetak maupun media elektronik. Penelitian disarankan menggunakan metode analisis wacana Teun van Dijk yang menganalisis melalui tiga dimensi yang saling mempengaruhi satusama lain yaitu analisis teks, kognisi sosial, konteks sosial.
commit to user