EFEK TAYANGAN SINETRON ANAK SI ENTONG TERHADAP PELAJAR (Studi Deskriptif Terhadap Siswa Siswi Kelas 6 SDN Karawaci Baru I Tahun Ajaran 2007-2008 Tangerang)
Nama
: Bina Satwika Priya
NIM
: 04101-008
Jurusan
: Broadcasting
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Jenjang Pendidikan Srata 1 (S1) Program Studi Broadcasting
UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI JAKARTA 2008
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA BIDANG STUDI BROADCASTING
LEMBAR PERSETUJUAN SIDANG SKRIPSI
Nama
: Bina Satwika Priya
NIM
: 04101-008
Fakultas
: Ilmu Komunikasi
Jurusan
: Broadcasting
Judul
: Efek Tayangan Sinetron Anak Si Entong Terhadap Pelajar ( Studi Deskriptif Terhadap Siswa Siswi Kelas 6 SDN Karawaci Baru I Tahun Ajaran 20072008 Tangerang)
Mengetahui, Pembimbing I
Pembimbing II
(Atmadji Soemarkidjo., MM)
(Morissan., MA)
Ketua Bidang Studi
(Drs. Riswandi M.Si)
i
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA BIDANG BROADCASTING
TANDA LULUS SIDANG SKRIPSI
Nama
: Bina Satwika Priya
NIM
: 04101-008
Fakultas
: Ilmu Komunikasi
Jurusan
: Broadcasting
Judul
: Efek Tayangan Sinetron Anak Si Entong Terhadap Pelajar ( Studi Deskriptif Terhadap Siswa Siswi Kelas 6 SDN Karawaci Baru I Tahun Ajaran 20072008 Tangerang)
Jakarta, 30 April 2008 Mengetahui,
1.
Ketua Sidang Drs. Riswandi., M.Si
2.
(......................................)
Penguji Ahli Feni Fasta., M.Si
3.
(......................................)
Pembimbing I Atmadji Soemarkidjo., MM
4.
(......................................)
Pembimbing II Morissan., MA
(......................................)
ii
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA BIDANG BROADCASTING
PENGESAHAN PERBAIKAN SKRIPSI
Nama
: Bina Satwika Priya
NIM
: 04101-008
Fakultas
: Ilmu Komunikasi
Jurusan
: Broadcasting
Judul
: Efek Tayangan Sinetron Anak Si Entong Terhadap Pelajar ( Studi Deskriptif Terhadap Siswa Siswi Kelas 6 SDN Karawaci Baru I Tahun Ajaran 20072008 Tangerang) Jakarta, Mei 2008
Disetujui dan Diterima Oleh : Pembimbing I
Pembimbing II
(Atmadji Soemarkidjo., MM)
(Morissan., MA) Mengetahui,
Dekan FIKOM UMB
Ketua Bidang Studi
(Dra. Diah Wardhani M.Si)
(Drs. Riswandi M.Si)
iii
UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI JURUSAN BROADCASTING
ABSTRAKSI Nama Judul Bibliografi
: Bina Satwika Priya : Efek Tayangan Sinetron Anak Si Entong Terhadap Pelajar : 25 Buku, Tahun 1975-2007
Media massa sebagai objek studi bukanlah tema yang sederhana, bukan juga tema yang baru, karena media massa sejak dulu sudah menjadi sorotan publik, sehingga banyak ahli yang sudah melakukan berbagai penelitian berkaitan dengan media massa. Gejala ini seiring dengan kian meningkatnya peran media massa itu sendiri sebagai suatu institusi penting dalam masyarakat. Munculnya era komunikasi massa adalah hal yang tidak bisa dihindari, karena semakin cerdas manusia, semakin kompleks dan rumit komunikasi yang dilakukan. Televisi sebagai medium yang paling umum bagi hampir semua orang, secara teratur ditonton dalam lingkungan kelompok keluarga. Anak-anak sebagai anggota keluarga, tidak dapat dihindari turut mengkonsumsi berbagai tayangan di televisi. Apalagi jika kita melihat acara-acara yang ditayangkan oleh stasiun televisi semakin beragam dan menarik, hal ini akan memungkinkan anak lebih gemar menonton televisi dibanding melakukan kegiatan lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan melihat sejauh mana efek tayangan sinetron anak Si Entong terhadap pelajar. Tipe penelitian deskriptif dengan metode survey yang menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data pada penelitian ini. Pendekatan yang digunakan adalah kuantitatif dengan tehnik pengunpulan datanya primernya dengan penyebaran kuesioner sekundernya dengan data-data. Populasinya adalah pelajar kelas 6 Sekalah Dasar Negeri Karawaci Baru I yang totalnya 88 orang. Dengan menggunakan metode teknik sensus maka peneliti mengambil seluruh anggota populasi yang hadir dalam kelas pada saat peneliti menyebarkan kuesioner tersebut yaitu berjumlah 80 responden sebagai sampel. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat efek kognitif responden terhadap sinetron Si Entong sangat tinggi, hal ini menunjukan responden telah mengetahui semua yang ada pada Sinetron tersebut. Pada tingkat Afektif responden terhadap Sinetron Si Entong adalah tinggi, hal ini responden memberikan stimulus terhadap Sinetron tersebut. Dan pada tingkat efek konatif adalah sedang atau seimbang, hal ini diketahui bahwa tidak semua responden meniru prilaku yang ada dalam sinetron Si Entong.
iv
DAFTAR ISI
Lembar Persetujuan Skripsi ........................................................ i Lembar Lulus Sidang Skripsi ...................................................... ii Lembar Pengesahan Perbaikan Skripsi ..................................... iii Abstraksi......................................................................................... iv Kata Pengantar.............................................................................. v Daftar Isi ........................................................................................ viii Daftar Tabel ................................................................................... xi ...................................................
1
...................................................
1
1.2. Rumusan masalah...................................................
6
1.3. Tujuan penelitian....................................................
6
1.4. Signifikasi Penelitian..............................................
6
1.4.1. Signifikansi Akademis...................................
6
1.4.2. Signifikansi Praktis........................................
6
BAB II Kerangka Teoritis ...................................................
7
2.1. Komunikasi Massa.................................................
7
2.2. Dampak Teknis dan Efek Komunikasi Massa........
11
2.3. Efek Televisi
...................................................
14
2.4. Efek terhadap anak-anak........................................
15
BAB I Pendahuluan 1.1. Latar belakang
viii
.........................................
20
....................................................
20
3.2. Metode penelitian....................................................
20
3.3. Populasi dan sampel................................................
21
3.3.1. Populasi Penelitian.........................................
21
3.3.2. Sampel Penelitian...........................................
21
BAB III Metodologi Penelitian 3.1. Tipe penelitian
3.4. Tehnik Penarikan Sampel......................................
22
3.5. Definisi dan Operasional konsep..........................
23
3.5.1. Definisi konsep.............................................
23
3.5.2. Operasionalisasi Konsep..............................
24
3.6. Tehnik Pengumpulan Data....................................
26
3.7. Pengolahan dan Analisis Data..............................
26
.....................................
29
4.1. Gambaran Umum Sinetron si Entong..................
29
4.2. Gambaran Umum Subjek Penelitian....................
30
4.2.1. Jenis Kelamin...............................................
31
4.2.2. Sosial Ekonomi Subjek................................
32
4.2.3. Pola Menonton Televisi...............................
33
4.2.4. Pola Menonton Sinetron..............................
38
4.2.5. Efek Kognisi Terhadap Sinetron Si Entong..
41
4.2.6. Efek Afeksi Terhadap Sinetron Si Entong....
47
4.2.7. Efek Konatif Terhadap Salah Satu Tokoh ...
52
BAB IV Analisa Hasil Penelitian
ix
4.3. Hasil Penilaian Validitan dan Realibilitas..............
53
4.3.1. Pembahasan / Diskusi..................................
53
4.4. Kelemahan / Keterbatasan Penelitian...................
57
BAB V Penutup......................................................................
58
5.1. Kesimpulan...........................................................
58
5.2. Saran.....................................................................
59
Daftar Pustaka Lampiran
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jam Tayang Sinetron Si Entong di TPI....................................... 5 Tabel 4.1 Jenis Kelamin.............................................................................. 31 Tabel 4.2 Pekerjaan Orang Tua................................................................... 32 Tabel 4.3 Frekuensi Menonton Televisi Dalam 1 Hari............................... 33 Tabel 4.4 Waktu Menonton Televisi Responden........................................ 34 Tabel 4.5 Stasiun Televisi........................................................................... 35 Tabel 4.6 Menonton TPI Setiap Hari.......................................................... 36 Tabel 4.7 Frekuensi Menonton TPI Setiap Hari.......................................... 37 Tabel 4.8 Pola Menonton Sinetron.............................................................. 38 Tabel 4.9 Rata-rata Menonton Sinetron Setiap Hari................................... 39 Tabel 4.10 Menonton Tayangan Sinetron Di TPI......................................... 40 Tabel 4.11 Pengetahuan Tema Cerita Sinetron Si Entong............................ 41 Tabel 4.12 Pengetahuan Pemeran Utama Anak Sinetron Si Entong............. 42 Tabel 4.13 Pengetahuan Pemeran Pembantu Sinetron Anak Si Entong........ 43 Tabel 4.14 Pengetahuan Judul Lagu Sinetron Anak Si Entong..................... 44 Tabel 4.15 Pengetahuan Pemeran Antagonis Anak Sinetron Si Entong....... 45 Tabel 4.16 Pengetahuan Lokasi Adegan Sinetron Si Entong........................ 46 Tabel 4.17 Sikap Responden Terhadap Tema Cerita Si Entong................... 47 Tabel 4.18 Sikap Responden Terhadap Pemeran Utama Anak Sinetron Si Entong..................................................................................... 48
xi
Tabel 4.19 Sikap Responden Pemeran Pembantu Sinetron Anak Si Entong..................................................................................... 49 Tabel 4.20 Sikap Responden Terhadap Pemeran Antagonis Anak Sinetron Si Entong..................................................................................... 50 Tabel 4.21 Sikap Responden Terhadap Judul Lagu Sinetron Anak Si Entong..................................................................................... 51 Tabel 4.22 Prilaku Responden Terhadap Salah Satu Tokoh Dalam Sinetron Si Entong..................................................................................... 52
xii
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah Media massa sebagai objek studi bukanlah tema yang sederhana, bukan
juga tema yang baru, karena media massa sejak dulu sudah menjadi sorotan publik, sehingga banyak ahli yang sudah melakukan berbagai penelitian berkaitan dengan media massa. Gejala ini seiring dengan kian meningkatnya peran media massa itu sendiri sebagai suatu institusi penting dalam masyarakat. Munculnya era komunikasi massa adalah hal yang tidak bisa dihindari, karena semakin cerdas manusia, semakin kompleks dan rumit komunikasi yang dilakukan.1 Komunikasi massa mempunyai kaitan erat dengan manusia,dengan kata lain komunikasi massa mampu menjelaskan berbagai fenomena sosial yang terkait erat dengan aktivitas manusia. Media massa merupakan alat utama dalam komunikasi massa, sehingga keterkaitan antar fenomena manusia itu tidak akan lepas dari media massa. Ini artinya, bagaimana media massa mempengaruhi, membentuk dan mengarahkan hidup manusia.2 Komunikasi massa sering dikacaukan dengan media komunikasi, dalam arti komunikator yang berhadapan dengan massa, khususnya komunikasi oleh komuikator yang berhadapan dengan khalayak ataupun komunikan dalam bentuk jamak secara sederhana komunikasi massa adalah komunikasi melalui media
1 2
Dennis McQuail, Teori Komunikasi Massa, Penerbit Erlangga,1991,hal 4 Nurudin,Komunikasi Massa, Penerbit Cespur,2003,hal.152
2
massa yakni surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film. Salah satu media massa yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah televisi. Media televisi merupakan perkembangan medium berikutnya setelah radio yang ditemukan dengan karakternya yang spesifik yaitu audio visual. Peletak dasar utama teknologi pertelevisian tersebut adalah Paul Nipkow dari Jerman yang dilakukannya pada tahun 1884 menemukan sebuah alat yang disebut sebagai Jantra Nipkow atau Nipkow Sheibe. Dan penemuan tersebut melahirkan elektrische teleskop atau televisi elektris3. Pertelevisian di Indonesia bermula ketika presiden Soekarno dengan politik mercusuar berkeinginan negeri ini dikagumi bangsa-bangsa diseluruh dunia. Pada saat Indonesia berkesempatan untuk melaksanakan Asian Games, maka dengan semangat Bung Karno memerintahkan agar didirikannya stasiun televisi sehingga pada tahun 1962 ditandai dengan kehadiran Televisi Republik Indonesia (TVRI). Indonesia memasuki era baru dalam media elektronik, kendati baru lingkup Jakarta4. Saat ini Indonesia memiliki 1 stasiun televisi milik pemerintah, 10 stasiun televisi teresterial milik swasta (Nasional), dan saat ini masing daerah memiliki beberapa stasiun televisi Lokal5. Dengan banyak stasiun televisi di Indonesia itu telah memberikan kesempatan bagi masyarakat luas dalam menerima suatu informasi maupun hiburan baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Stasiun3
Soewardi Idris. Jurnalistik Televisi. Remaja Karya. Bandung. 1987,hal 127 Wawan Kuswandi, Drs, Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi. PT Rineka Cipta. Jakarta.1990,hal 89 5 Pemerintah: TVRI, Swasta (Nasional): RCTI, SCTV, TPI, INDOSIAR, ANTV, LATIVI, Trans7, TRANSTV, METROTV,GLOBALTV, Lokal: O Channel (Jakarta), JakTV (Jakarta), CTV (Banten), TVBogor (Bogor), BaliTV (Bali), GajayanaTV (Malang), dll 4
3
stasiun televisi di Indonesia berlomba-lomba memberikan tayangan-tayangan bagi masyarakat karena fungsi televisi sendiri adalah sarana penyebaran informasi dan pendidikan, meneruskan nilai-nilai sosial, melakukan kontrol sosial, maupun sebagai sarana promosi. Hal-hal tersebut yang telah menyebabkan semakin tingginya ketergantungan suatu masyarakat akan tayangan yang disajikan oleh stasiun-stasiun televisi. Televisi sebagai medium yang paling umum bagi hampir semua orang, secara teratur ditonton dalam lingkungan kelompok keluarga. Anak-anak sebagai anggota keluarga, tidak dapat dihindari turut mengkonsumsi berbagai tayangan di televisi. Apalagi jika kita melihat acara-acara yang ditayangkan oleh stasiun televisi semakin beragam dan menarik, hal ini akan memungkinkan anak lebih gemar menonton televisi dibanding melakukan kegiatan lainnya. Penelitian menunjukkan dari tahun ke tahun jumlah jam menonton televisi pada anak mengalami peningkatan yang cukup meyakinkan. Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia mencatat, saat ini rata-rata anak usia sekolah dasar menonton televisi antara 30 hingga 35 jam setiap minggu, artinya pada hari-hari biasa mereka menonton tayangan televisi lebih dari empat hingga lima jam sehari. Sementara di hari minggu bisa tujuh sampai delapan jam.6 Tayangan sinetron anak yang selama ini disebarluaskan oleh televisi tampaknya telah dianggap sebagai mata acara primadona di media televisi, seperti yang diantaranya adalah KKN,Eneng (RCTI), Monyet Cantik, Eneng(SCTV), Entong,Euis (TPI), dan lain-lain. Namun hal seperti demikian tidaklah selalu benar
6
Republika, Menggugat film kartun, Rusdy Nurdiansyah,8 Mei 2005
4
dan tepat. Sebab, banyak tayangan sinetron yang ditayangkan televisi mempunyai kualitas rendah dan terlihat asal jadi, baik dari segi isi pesan maupun tehnik penggarapannya.7 Banyak cerita-cerita dalam sinetron yang tidak logis dalam alur cerita maupun permasalahannya. Terjadinya pelecehan logika dalam cerita sinetron disebabkan unsur kepentingan pengiklanan yang masuk, membiayai pembuatan suatu sinetron ini. Salah satu sinetron anak yang saat ini digemari oleh anak anak adalah sinetron Si Entong yang diputar di TPI. Sinetron produksi PT Mega Vision ini berkisah tentang Entong, putra semata wayang Fatimah yang telah ditinggal ayahnya untuk selama-lamanya. Entong memiliki guru mengaji bernama Ustadz Somad. Sebagai sebuah drama, maka dalam setiap kisahnya dihadirkan pula beragam konflik. Tetapi, konflik yang hadir di sini sangat ringan dan jauh dari rasa dendam seperti yang kerap dijadikan pakem pada banyak sinetron negeri ini. Selain menyuguhkan kesegaran komedi, sinetron ini pula memiliki kisahkisah Islami sebagai bagian dari inti cerita. Namun kehadiran kisah-kisah agama dalam sinetron ini tidak seperti yang disajikan pada sejumlah tayangan sinetron religi berbalut kisah mistik. Tetapi peran agama sinetron ini ditempatkan sebagai bagian untuk menyampaikan pesan moral kami kepada para pemirsa.8 Munculnya sinetron-sinetron yang difokuskan kepada segmen anak-anak ini adalah fenomena baru. Sehingga perlu dikaji lebih jauh lagi apakah memiliki
7
8
Edward Depari. Komite Seleksi Festival Sinetron Indonesia (FSI) 1991. Republika Online, Dongeng Menjelang Tidur,28 April 2007
5
dampak yang baik atau buruk terhadap anak-anak. Hal yang perlu dikhawatirkan adalah apabila sinetron untuk anak-anak ini ternyata berdampak buruk bagi anakanak baik mental maupun psikologis. Selain itu juga dari segi budaya, nilai, adat, hukum, agama, dan sebagainya. Tabel I.1 Jam Tayang Si Entong di TPI9 Senin
Selasa
Rabu
Kamis
Jumat
Sabtu
Minggu
First Run
07:30 – 09:00
07:30 – 09:00
07:30 – 09:00
07:30 – 09.00
07:30 – 09.00
07:30 – 09.00
07:30 – 09.00
Re Run
12:30 – 14:00
12:30 – 14:00
12:30 – 14:00
12:00 – 13:00
12:00 – 13:00
12:00 – 13:00
12:30 – 14:00
First Run
17:00 – 17:45
17:00 – 17:45
17:00 – 17:45
17:00 – 17:45
17:00 – 17:45
17:00 – 17:45
17:00 – 19.00
300 Menit
300 Menit
300 Menit
300 Menit
300 Menit
300 Menit
300 Menit
Dari tabel diatas terlihat jam tayang Si Entong setiap hari, dan berdurasi antara 60 – 120 menit perhari, suatu durasi yang cukup panjang. Sehingga total waktu tayang selama seminggu adalah 2100 menit atau 35 jam. Si Entong memiliki Jam tayang cukup tinggi dibanding Sinetron anak lainnya di stasiun berbeda. Setiap hari Sejak pagi hingga diputar kembali siang hari dan sore hari, TPI seolah membiarkan anak-anak berpesta sinetron. Jam penayangan yang berbeda, menjadikan anak-anak memiliki pilihan kapan menonton tayangan itu. Dari latar belakang itulah penulis berupaya untuk mengkaji sejauh mana efek yang ditimbulkan dari sinetron yang difokuskan kepada segmen anak terhadap siswa/i kelas 6 SDN Karawaci Baru I. 9
www.tpi.tv
6
1.2.
Rumusan Masalah Dengan melihat permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka
permasalahan penelitian ini adalah sejauh mana efek tayangan sinetron anak Si Entong terhadap siswa/i kelas 6 SDN Karawaci Baru I ?
1.3.
Tujuan penelitian Dengan melihat rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
ingin melihat sejauh mana efek tayangan sinetron anak Si Entong terhadap pelajar.
1.4.
Signifikansi Penelitian Signifikansi penelitian ini meliputi 2 segi, yaitu :
1.4.1. Signifikansi Akademis Sebagai bahan masukan bagi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana dan Universitas lainnya di Indonesia khususnya dampak kognitif, afektif dan konatif tayangan sinetron anak terhadap pelajar . 1.4.2. Signifikansi Praktis Hasil penelitian ini untuk memperkaya, memperlengkap serta menambah khasanah Ilmu komunikasi khususnya dalam bidang studi komunikasi massa, selanjutnya hal ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi seluruh ”Production House” di Indonesia khususnya PT MEGAVISION dan TPI, agar mereka terus memacu kreatifitas, dan juga bermanfaat bagi para orang tua agar dapat mengawasi anak-anaknya dalam menonton tayangan sinetron, agar anak-anak tidak mudah terpengaruh.
7
BAB II KERANGKA TEORITIS
2.1.
Komunikasi Massa Komunikasi adalah suatu proses pembentukan, penyampaian, penerimaan
dan pengolahan pesan yang terjadi di dalam diri seseorang dan/ atau di antara dua orang atau lebih dengan tujuan tertentu.1 Tanda-tanda informasi ini bisa saja bersifat verbal (meliputi; kata-kata, dan angka-angka, baik lisan maupun tulisan), non verbal (meliputi; ekspresi, gerak anggota tunuh, pakaian, warna musik, waktu, ruang, rasa, sentuhan, dan bau), dan para linguistik, yang merupakan tanda-tanda yang terdapat diantara komunikasi verbal dan non verbal. Proses komunikasi adalah proses pengoperan (dan penerimaan) dari lambang-lambang yang mengandung arti. Proses komunikasi melalui media adalah proses pengoperan dari lambang-lambang yang yang mengandung arti, yang dioper melalui saluran-saluran yang dikenal sebagai pers, televisi, radio, telepon, teleks dan lain-lain.2
1
Sasa Djuarsa Senjaja,Dkk, “Pengantar Ilmu Komunikasi”, Universitas Terbuka,Jakarta, 2003, Hal. 1.12 2 Phil.Astrid S. Susanto, “Komunikasi dalam teori dan praktek 1”, Bina Cipta, Bandung, 1974, Hal. 3
8
Proses komunikasi sedikitnya melibatkan empat (4) elemen atau komponen sebagai berikut:3 1.
Sumber/pengirim pesan/komunikator Yakni seseorang atau sekelompok orang atau suatu organisasi/institusi yang
mengambil inisiatif menyampaikan pesan. 2.
Pesan Berupa lambang atau tabda seperti kata-kata tertulis atau secara lisan,
gambar, angka, gestura. 3.
Saluran Yakni sesuatu yang dipakai sebagai alat penyampaian/pengiriman pesan.
4.
Penerimaan/komunikan Yakni seseorang atau sekelompok orang atau organisasi/institusi yang
menjadi sasaran penerima pesan. Disamping keempat eleman di atas, ada tiga elemen atau fakttor lainnya yang juga penting dalam proses komunikasi yakni.4 1.
Akibat/dampak Hasil yang terjadi pada pihak penerima/komunikan.
2.
Umpan balik/feed back Yakni tanggapan balik dari pihak penerima/komunikan atas pesan yang
diterimanya.
3 4
Sasa Djuarsa Senjaja, Dkk,, Op. Cit, hal. 22 Ibid, hal. 22
9
3.
Noise (gangguan)
Yakni faktor-faktor fisik ataupun psikologi yang dapat mengganggu atau menghambat kelancaran proses komunikasi.
Umpan balik
Sumber/ penerima
Pesan Saluran
Penerima/ sumber
Akibat/ hasil
Umpan balik
Sumber dalam hal ini adalah televisi, komunikator adalah sinetron yang ber segmen kepada anak, pernyataan/media pesan adalah dampak, baik kognitif maupun afektif. Komunikan adalah anak-anak, dan tujuannya adalah mengetahui sejauh mana dampak kognitif, afektif, dan konatif/behavioral. Apabila komunikasi cukup lama berlangsung tercapailah interaksi, yaitu proses pengaruh mempengaruhi. Proses pengaruh mempengaruhi ini merupakan landasan pembentukan suatu kelompok.5
5
Phil.Astrid S. Susanto, Op.Cit. Hal. 32
10
Sedangkan komunikasi massa secara sederhana dirumuskan Bittner (1980:10) ” Mass communication is massage communication through a mass medium to a large number of people ”. (Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang).6 Menurut David K. Berlo (1960) Massa seringkali dapat diartikan sebagai ”meliputi semua orang yang menjadi sasaran alat-alat komunikasi massa atau orang-orang pada ujung lain dari saluran”.7 Massa mengandung pengertian orang banyak, tetapi mereka tidak harus berada di suatu lokasi tertentu yang sama. Mereka dapat tersebar atau terpencar di berbagai lokasi dalam waktu yang sama atau hampir bersamaan dapat memperoleh pesan-pesan komunikasi yang sama.8 Komunikasi massa adalah komunikasi melelui media massa, yakni surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film. Oleh karena itu, sumber komunikasi massa bukanlah satu orang, melainkan suatu organisasi formal dan si pengirim seringkali merupakan komunikator profesional, pesannya tidak unik dan beraneka ragam, serta dapat diperkirakan. Disamping itu, pesan tersebut seringkali diproses distandarisasi dan selalu diperbanyak. Pesan itu yang merupakan suatu produk dan komodoti yang mempunyai nilai tukar, serta acuan simbolik yang mempunyai nilai kegunaan, Hubungan antara pengirim dan penerima bersifat satu arah dan jarang sekali bersifat interaktif. Hubungan tersebut juga bersifat impersonal, bahkan mungkin sekali bersifat non moral dan kalkulatif, dalam pengertian 6
John R. Bittner, “Mass Communication an Introduction”, dalam Drs. Jalaluddin Rahmat, “Psikologi Komunikasi” (Cet. 21), Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004 Hal. 188 7 David K. Berlo, “The Process of Communication”, dalam Wiryanto, “Teori Komunikasi Massa”, PT Grasindo, 2000, Hal. 2 8 Wiryanto, Op. Cit, hal. 3
11
bahwa, si pengirim biasanya tidak bertanggung jawab atas konsekuensi yang terjadi pada para individu dan pesan yang diperjualbelikan dengan uang/ditukar dengan perhatian tertentu.9
2.2.
Dampak Teknis dan Efek Komunikasi Massa Model Peluru ( Bullet Theory ) seperti yang dirumuskan sebelumnya oleh
Hovland, Janis dan Kelley (1959),Berlo (196 ),Gebner (1956),Andersen (1971) mempersoalkan ”bahwa komunikan dianggap secara pasif menerima berondongan pesan – pesan komunikasi dan apabila dengan menggunakan komunikator yang tepat, pesan yang baik, atau media yang benar, komunikan dapat diarahkan sekehendak kita. Dan model ini mempunyai asumsi bahwa komponen – komponen komunikasi (komunikator,pesan,media) amat perkasa dalam mempengaruhi komunikasi. 10
Tabel 2.2.1 Model Peluru (Bullet Theory) Variabel Komunikasi a.Variabel Komunikator Kredibilitas Daya Tarik Kekuasaan b.Variabel Pesan Sruktur Gaya Appaeals c.Variabel Media 9
Variabel Antara
Variabel Efek
a.Perhatian
a.Perubahan Konatif
b.Pengertian
b.Perubahan Afektif
c.Penerimaan
c.Perubahan Konatif
Dennis Mcquail,“Teori Komunikasi Massa”, Erlangga, 1997, Hal. 33 Jalaluddin Rakhmat,”Metode Penelitian Komunikasi”, Rosda Karya”, 2001, Hal. 62
10
12
Menurut Schramm efek komunikasi massa dapat digolongkan menjadi 2, yaitu:11 1.
Efek umum Efek umum menyangkut efek ’dasar’ yang diramalkan dapat terjadi akibat
pesan-pesan yang disiarkan melalui media massa, dan komunikasi massa mempunyai efek yang ’mengembang’. Sebab dalam banyak hal komunikasi massa telah mengambil alih fungsi komunikasi sosial. Secara umum, komunikasi melalui media massa telah menciptakan suatu jaringan pengertian, yang tanpa itu tidak mungkin tercipta masyarakat yang besar dan modern.
2.
Efek Khusus Efek khusus terutama menyangkut ramalan tentang efek yang diperkirakan
akan timbul pada individu-individu dalam suatu mass audience pada perilaku mereka dalam menerima pesan-pesan media massa. Menurut Schramm ”kita tidak dapat meramalkan efek pada mass audience, kita hanya dapat meramalkan efek pada perorangan”. Adanya asumsi yang diingat bahwa efek yang ditimbulkan media massa hanya mampu pada tahap kognisi dan afeksi mekipun bisa berkelanjutan ketahap konasi dengan persyaratan memenuhi unsur-unsur tertentu, serta adanya anggapan bahwa sangat sulit untuk mengukur dampak konasi, maka penelitian ini lebih menitik beratkan pada 3 tahap yaitu dampak kognitif, afektif, dan konatif.
11
Schramm, Wilbur, How Communication Works, dalam Wiryanto, Op.Cit, Hal.45-47
13
1.
Efek Kognitif Menurut Drs. Jalaludin Rakhmat, bahwa apa yang disebut dengan efek media massa adalah kita ingin tahu bukan apa kita membaca surat kabar atau menonton televisi, tetapi bagaimana surat kabar dan televisi menambah pengetahuan, mengubah sikap, atau menggerakkan perilaku kita.12 Melvin L. De. Fleur / Sandra Ball-Rokench berpendapat, bahwa apa yang disebut dengan efek kognitif adalah dampak terhadap mental. Dampak yang menjadi pusat perhatian dalam membicarakan masalah persuasi psikologi. Dampak ini berbeda dengan kelakuan, meskipun keduanya ada keterkaitan satu dengan yang lain, dampak ini menimbulkan perasaan orang merasakan kemenduaan (ambiguitas), instrumennya adalah sikap, kepercayaan dan nilai.13
2.
Efek Afektif Sedangkan efek afektif menurutnya adalah proses yang mengarah pada
perasaan orang dan emosi tertentu. Manusia suka atau tidak suka mereka akan selalu merasakan benci, cinta, dan senang, yang semuanya itu dapat terlihat dari air mukanya.14 Jika kita ingin memfokuskan diri pada bagaimana dampak media massa itu bagi anak-anak, maka Zulkarnein Nasution mengatakan bahwa dengan gaya televisi yang serba cepat, anak-anak menjadi ingin mendapatkan sesuatu sekilas mungkin, yang pada akhirnya menjadikan mereka sebagai manusia-manusia yang
12
Drs. Jalaluddin Rakhmat, “Psikologi Komunikasi”, (cet.21), op. cit. Hal. 217 Melvin L.De Fleur/Sandra Ball-Rokeach, “Theories of Mass Communication” (third edition), New York and London, 1975, Hal. 263 14 Ibid, Hal 263 13
14
kurang menghargai proses. Selain itu anak-anak cenderung apa yang dilihatnya di televisi adalah nyata.15 3.
Efek Konatif / Behavioral. Efek konatif adalah efek yang menimbulkan aksi. Bagian inilah yang
paling menimbulkan ketertarikan orang. Perubahan sikap dan tingkah laku memang suatu kajian yang menarik, tapi tidaklah semenarik kajian aksi, inilah yang membuat aksi itu dianggap sebagai yang sangat penting.16
2.3.
Efek Televisi Sebagai bagian dari bentuk komunikasi massa, televisi memang baru
muncul dan berperan belakangan ia lahir setalah adanya beberapa penemuan tekhnologi seperti telepon, radio, telegraf, dan lain-lain. Pada mulanya, televisi dipandang sebagai penemuan yang serius, atau sesuatu yang sumbangan terhadap kehidupan sosial, karena ia lahir dengan memanfaatkan semua media yang telah ada sebelumnya. Menurut Raymond Williams, ”Berbeda dengan jenis tekhnologi komunikasi terdahulu, televisi merupakan sistem yang dirancang terutama untuk kepentingan transmisi dan penerimaan yang merupakan proses abstrak, yang batasan isinya sangat terbatas atau bahkan sama sekali tidak ada.17
15
Dedi Mulyana dan Idi Subandy Ibrahim (ed), “Prolog : Bercinta dengan Televisi”, PT Remaja Rosdakarya, Bandung 1997, Hal. 208 16 Melvin L.De Fleur,Theory of Mass Commmunication (third edition), New York and london, 1975, hal 273 17 Dennis McQuail, op.cit, Hal. 15
15
Televisi adalah alat komunikasi massa yang digunakan dalam proses komunikasi dengan ciri-ciri berlangsung satu arah. Komunikator melembaga pesan bersifat umum, sasarannya menimbulkan keserempakan dengan komunikan yang heterogen. Dalam perkembangan selanjutnya televisi mengalami kemajuan yang sangat pesat, ia dapat diterima oleh audiensnya sebagai teman setia setiap saat, hampir tidak ada orang yang melewati hari-harinya tanpa ditemani oleh televisi. A.C. Nielsen memperkirakan bahwa sejak tahun 1950, lebih dari 43 juta keluarga telah memiliki televisi, saat ini jumlah itu terus meningkat menjadi sekitar 70 juta. Di Amerika Serikat, satu keluarga rata-rata menghabiskan waktunya 5 jam perhari berada di depan pesawat televisi.18 Dalam kondisi yang demikian, maka tidak mengherankan kalau orang kemudian telah menjadikan televisi tidak sekedar sarana untuk mencari hiburan, namun juga menjadi sarana yang baik untuk mereka belajar segala hal dari televisi.
2.4.
Efek Terhadap Anak-anak Mengenai panjangnya waktu yang dilewatkan anak-anak untuk menonton
televisi rata-rata 4 jam sehari, 28 jam seminggu, 1.400 jam setahun, atau 18.000 jam sampai seorang anak lulus SLTA. Padahal waktu yang dilewatkan anak-anak mulai dari TK sampai SLTA hanya 13.000 jam. Ia pun lalu berkesimpulan bahwa nyatanya anak-anak meluangkan lebih banyak waktu untuk menonton televisi daripada untuk kegiatan apa pun, kecuali tidur. Oleh karena itu tidak banyak hal 18
John R. Bittner, “Mass Communication an Introduction” (fourth Edition), Prentice-Hall, England Cliff, New Jersey, Hal. 130
16
lain dalam kebudayaan kita yang mampu menandingi kemampuan televisi yang luar biasa untuk menyentuh anak-anak dan memengaruhi cara berpikir dan berperilaku mereka.19 Anak-anak setiap hari berhadapan dengan televisi hampir tanpa pendampingan atau kontrol orang dewasa. Celakanya lagi, televisi bukan sekadar menyampaikan "gambar dari jauh" (television), namun juga menebarkan "racun dari jauh" (telepoison) karena tayangan acara selalu mengusung "nilai-nilai", sedangkan pikiran dan persepsi juga dibentuk melalui apa yang terus-menerus dicerap oleh pancaindera. Pembentukan karakter dan gaya hidup anak sangat dipengaruhi oleh tayangan televisi. Racun apa saja yang sudah mencemari proses tumbuh kembang character building anak-anak :20
1.
Cara Berbahasa Dalam hal berbahasa Indonesia , bukan para ahli bahasa atau bahkan Pusat
Balai Bahasa yang mempengaruhi cara anak-anak kita menggunakan bahasa Indonesia , melainkan medialah panglimanya, terutama media elektronik plus iklan-iklannya. Karena hampir semua media berpusat di Jakarta dan hampir semua tayangan dibuat oleh orang Jakarta, maka bahasa "metropolitan" yang menjadi acuan berbahasa Indonesia yang "baik" bagi anak-anak kita, kendati bukan bahasa Indonesia yang "benar".
19 20
Aan Zainal Hafid, Zaman Kegelapan Dunia televisi, www. Suarakarya-online.com Awas, Bahaya ”Telepoison” pada Anak, www.Bali Post.co.id, Minggu 2 Januari 2005
17
Bahasa tidak pernah netral, selalu mengusung nilai dan budaya. Coba perhatikan, anak-anak begitu mudah mengumbar kata "sialan" atau "busyet", "brengsek", bahkan "bajingan" untuk mengekspresikan kekecewaan, kemarahan, sekaligus kekaguman. Kata-kata makian (dirty words) ini sekarang berubah menjadi kata seru berkat televisi, bukan karena meniru orangtuanya. Kesantunan dan kehalusan tutur kata disapu bersih dengan alasan lebih gaul atau komunikatif. Jika bahasa berfungsi sebagai media untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan, pertanyaannya: pikiran dan perasaan macam apa yang terkandung dalam kata-kata semacam itu. Dengan siapa dan dalam situasi apa kata-kata semacam itu bisa diujarkan. Ketrampilan berbahasa lebih banyak ditentukan oleh proses meniru, dan kenyataannya televisi ini sedang berperan sebagai "guru bahasa" bagi anakanak.
2.
Cara Berpikir Di atas sudah disebutkan bahwa anak-anak lebih banyak belajar dengan
meniru (imitating process). Perhatikan tayangan televisi, cerita-cerita yang disajikan kering filosofi dan nilai hidup, tak lebih hanya semacam etalase yang dihiasi kekerasan, klenik, dan dramatisasi peristiwa. Ambil contoh, seorang direktur lengkap dengan atribut kemewahan namun berotak kosong dalam menyikapi masalah. Berita-berita kekerasan yang ditayangkan secara gamblang sebagai fakta yang bebas nilai, dengan demikian anak-anak bisa menyaksikan secara sistematis bagaimana membunuh, memperkosa, dan bentuk kekerasan lainnya. Cerita mistik tanpa logika yang tidak membangkitkan imajinasi kecuali gambar menjijikkan
18
dan semburuan darah. Hampir tidak ada tayangan yang mampu memberi inspirasi agar anak berpikir cerdas dan realistik dalam menyikapi hidup ini. Potensi berpikir anak yang bersifat kreatif dan kritis justru akan terpasung dan terpola jika tidak disentuh dengan stimulus yang tepat. Jika televisi dengan kualitas tayangan semacam itu dibiarkan mengasuh anak-anak kita, sama halnya kita biarkan racun itu terus merasuki pikirannya.
3.
Cara Bersikap Sikap adalah kecenderungan mental dalam memandang sesuatu atau
seseorang atau keadaan tertentu. Sikap lebih banyak dibentuk melalui proses belajar atau interaksi dengan sekitarnya sehingga membentuk cara pandang seseorang. Ibarat kacamata, sikap akan menentukan persepsi seseorang terhadap warna-warni realitas yang dihadapi. Kendati kenyataannya daun berwarna hijau, jika kacamatanya biru maka daun pun dianggap biru. Bagaimana anak-anak bisa membentuk sikap yang realistik terhadap hidup dengan menanamkan etos kerja jika setiap tayangan hanya mengajarkan "hidup enak" dengan segala kemewahan tanpa ada perjuangan kecuali hanya rebutan warisan. Bagaimana anak-anak bisa memiliki sikap positif terhadap hidup berkeluarga jika semua tayangan sinetron bicara tentang keluarga yang berantakan dengan perselingkuhan sebagai hal yang jamak. Racun semacam ini baru akan kelihatan dampaknya sepuluh atau duapuluh tahun yang akan datang ketika sikap menjadi bagian penting dari karakter seseorang. Dari sikap inilah nantinya akan lahir perilaku yang konkret. Orang yang melakukan tindak korupsi tidak serta merta, melainkan sangat ditentukan dengan
19
sikapnya terhadap kejahatan atau kejujuran itu sendiri. Integritas seseorang sangat ditentukan oleh sikap yang dipilihnya (atau yang sudah dibangunnya). Bagaimana perilaku remaja terhadap seks bebas dan narkoba sangat ditentukan oleh sikap yang diambilnya bukan karena nasihat, ceramah, atau aturan-atran moral secara eksternal. Membangun sikap sama halnya dengan menanamkan inner-control yang akan sangat menentukan keberhasilan seseorang dalam memaknai hidup ini. Tayangan televisi sebenarnya mencerminkan "sikap" pengelola stasiun yang bersangkutan,
setidaknya
komitmennya
terhadap
khususnya character building atau just bussiness.
pendidikan
masyarakat
20
BAB III METODOLOGI
3.1
Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe kuantitatif dengan pendekatan deskriptif,
yaitu hanyalah memaparkan situasi dan peristiwa yang hasilnya nanti dapat diharapkan mampu menggabungkan dan menjabarkan fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat dalam kaitannya dengan topik penelitian.1 Penelitian deskriptif, dapat diartikan sebagai prosedur atau cara memecahkan masalah penelitian dengan memaparkan keadaan obyek yang diselediki sebagaimana adanya, berdasarkan fakta-fakta yang aktual sekarang.2
3.2.
Metode Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode survey, yaitu
penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual dari suatu responden. Data yang akan diperoleh dari hasil lembaran kuesioner yang telah di jawab atau diisi oleh responden.3
1
Jalaluddin Rahmat, ”Metode Penelitian Komunikasi”, op.cit, Hal. 24 Hadari Nawawi dan Martini Hadari, “Instrumen Penelitian Bidang Sosial”, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1995, Hal. 67 3 Moh. Nazir, “Metode Penelitian “, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1998, Hal. 65 2
21
3.3.Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1. Populasi Penelitian Populasi adalah jumlah keseluruhan unit analisis yang menjadi sasaran suatu penelitian, dengan kata lain populasi berisi unit analisis yang akan dijadikan sasaran penelitian.4 Yang menjadi populasi penelitian adalah anak dalam kategori usia 10 sampai 12 tahun. Dalam penelitian ini populasinya adalah siswa/i SDN Karawaci Baru I Tangerang kelas 6 yang berjumlah 88 anak yang telah menonton sinetron anak, karena dalam usia ini anak sudah mampu memahami dan mengolah informasi yang diterimanya, berpikir (menyatakan gagasan atau pendapat) dan mampu menyatakan sikap dan keyakinannya. Selain itu juga wawasan dan intelektual anak sudah mencapai taraf kematangan.
3.3.2. Sampel Penelitian Sampel adalah bagian yang diamati dari sebuah objek penelitian. Bila populasi yang diambil terlalu banyak, maka kita harus puas dengan sampel yang sudah dipilih atau diambil. 5 Sampel yang diambil adalah siswa/i kelas 6 SDN Karawaci Baru I Tangerang yang jumlahnya sebanyak 80 orang. Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini didasarkan pada pendapat Suharsimi Ankunto, Sekedar ancar-ancar maka apabila subjeknya kurang dari 100 maka lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian
4 5
Bambang Setiawan, “Metode Penelitian Komunikasi”, Jakarta: LP3ES, 1984, Hal. 181 Jalaluddin Rahmat, ”Metode Penelitian Komunikasi”, op.cit, Hal. 78
22
populasi, selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil 15% atau 20% hingga 25% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari :6 1. Kemampuan peneliti, dari waktu , tenaga dan dana 2. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data. 3. Besar kecilnya resiko yang ditanggung peneliti, peneliti yang resikonya besar tentu saja jika sampelnya besar akan lebih baik. Penulis mengambil sampel seluruh populasi kelas 6 di SDN Karawaci Baru I. Alasan utama mengapa memilih SD ini adalah karena penulis memang ingin meneliti prototipe dari kelas ini, yaitu kelas menengah dengan ekonomi stabil dan latar belakang pendidikan keluarga yang baik, disamping itu SD ini merupakan SDN Unggulan di Tangerang. Subjek adalah siswa kelas 6 yang terdiri dari dua kelas, yaitu kelas 6A yang berjumlah 40 siswa, kelas 6B yang berjumlah 40 siswa yang semua totalnya adalah 80 responden. Mereka dianggap sudah mampu mencerna tayangan Sinetron ”Si Entong” dan mampu menjawab pertanyaan dalam kuesioner. 3.4.
Tehnik Penarikan Sampel Sampel yang akan diambil dalam penelitian ini adalah dengan melakukan
sensus yang pada dasarnya adalah sebuah riset survei di mana peneliti mengambil seluruh anggota populasi sebagai respondennya.7
6
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, PT Rineka Cipta, Jakarta.2006, Hal 134. 7 Rachmat Kriyantono, TeknikPraktis Riset Komunikasi, PT Kencana, Jakarta, 2006, Hal 157.
23
Sampel yang dipilih dalam penelitian ini adalah siswa/i kelas 6 SDN Karawaci Baru I yang telah hadir dikelas pada saat kuesioner di berikan, karena hal ini peneliti tidak mengetahui siapa saja yang tidak sempat mengisi kuesioner karena sakit atau izin. Penulis mengambil sampel ini untuk mengetahui sejauh mana efek kognitif, afektif dan konatif tayangan sinetron anak Si Entong terhadap siswa/i kelas 6 di SDN Karawaci baru I Tangerang. 3.5.
Definisi dan Operasional Konsep
3.5.1. Definisi Konsep 1.
Efek Benturan atau pengaruh kuat yang mendatangkan akibat, baik negatif
maupun positif8 2.
Efek Kognitif Efek kognitif terjadi apabila ada perubahan pada apa yang diketahui,
dipahami, atau dipersepsikan khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, atau informasi.9 3.
Efek Afektif Efek ini timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi,
atau dibenci khalayak. Efek ini ada hubungannya dengan emosi, sikap, atau nilai.10 4.
Efek Konatif Efek konatif/behavioral adalah dampak yang menimbulkan aksi.
Bagian inilah yang paling menimbulkan ketertarikan orang. Perubahan sikap dan 8
“Kamus Besar Bahasa Indonesia” (Edisi Kedua), Depdikbud, Jakarta, Balai Pustaka Sunarjo dan Djoenasih, S. Sunarjo, “Himpunan Istilah Komunikasi”, Yogyakarta, Liberty, 1995, Hal. 70 10 Ibid, hal. 70 9
24
tingkah laku memang suatu kajian yang menarik, tapi tidaklah semenarik kajian aksi, inilah yang membuat aksi itu dianggap sebagai sesuatu yang sangat penting.11
5.
Sinetron Anak Sinetron adalah singkatan dari sinema elektronik dimana merupakan film
yang dibuat khusus untuk penayangan di media elektronik , seperti televisi dan isi ceritanya mengenai anak-anak.12
3.5.2.
Operasionalisasi Konsep Dalam penelitian ini konsep yang dioperasionalkan adalah efek kognitif,
afektif dan konatif siswa/i kelas 6 SDN Karawaci Baru I Tangerang dengan menyimpulkan dan menafsirkan isi yang ada dalam Sinetron anak tersebut, namun hanya dibatasi hanya berupa tema, karakter, musik, akting, dan setting. Dan dalam penelitian ini juga unsur konatif, tidak dibahas dipenelitian ini karena Dampak konatif/behavioral adalah dampak yang menimbulkan aksi. Bagian inilah yang paling menimbulkan ketertarikan orang. Perubahan sikap dan tingkah laku memang suatu kajian yang menarik, tapi tidaklah semenarik kajian aksi, inilah yang membuat aksi itu dianggap sebagai sesuatu yang sangat penting, jadi unsur konatif itu tidak dapat di abstraksikan ke dalam bentuk suatu data dalam penelitian ini.
11
Melvin L.De Fleur/Sandra Ball-Rokeach, Op.Cit, Hal. 200 J S. Badudu dan Prof. Sutan Muhammad Zain, “Kamus Bahasa Indonesia”, Jakarata: Pustaka Sinar Harapan, 1994, Hal 1328
12
25
Efek Kognitif
Operasional Konsep Pengetahuan tentang tema cerita Pengetahuan tentang pemeran utama Pengetahuan tentang pemeran antagonis Pengetahuan tentang pemeran pembantu Pengetahuan tentang lokasi adegan Pengetahuan tentang judul lagu
Afektif
Sikap terhadap tema cerita Sikap terhadap pemeran utama Sikap terhadap pemeran antagonis Sikap terhadap pemeran pembantu Sikap terhadap judul lagu
Konatif
Meniru Prilaku terhadap tokoh pemeran di Sinetron
26
3.6.
Tekhnik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, tehnik pengumpulan data yang digunakan oleh
penulis, sebagai berikut : 1.
Data Primer Untuk mendapatkan data yang diinginkan dalam penelitian ini, penulis
melakukan kegiatan penyebaran kuesioner. Dimana di dalamnya terdapat susunan pertanyaan yang nantinya dapat memberikan data-data yang sesuai dengan yang dibutuhkan dalam penelitian ini. 2.
Data sekunder Dalam penelitian ini, penulis dalam mengumpulkan data dalam penelitian
ini, dilakukan studi kepustakaan yang meliputi komunikasi massa, buku-buku, serta referensi tertentu lainnya yang terkait, seperti artikel, surat kabar, dan internet.
3.7.
Pengolahan dan Analisis Data Analisis data adalah proses penyederhanaan data dalam bentuk yang lebih
mudah untuk dibaca dan interpretasikan. Dalam penelitian ini, setelah data telah diperoleh secara lengkap data diolah dengan menggunakan tabel-tabel dan mendeskripsikannya sesuai dengan tujuan penelitian. Analisa data dilakukan dengan pendekatan kuantitatif, Dengan menggunakan rumus distribusi frekuensi. Distribusi frekuensi merupakan pengelompokan data ke dalam beberapa kategori yang menunjukan banyaknya data dalam setiap kategori, dan setiap data tidak dapat dimasukan ke dalam dua atau lebih kategori. Dan tujuan membuat
27
distribusi frekuensi adalah meringkas sejumlah besar data kedalam bentuk yang mudah dan lengkap sehingga menjadi informasi yang mudah difahami.13 Disribusi frekuensi dibuat untuk mengatur data mentah sebalum dikelompokan ke dalan bentuk teratur tanpa mengurangi inti informasi yang ada. Rumus yang digunakan, yaitu : Distribusi Hipotesis Frekuensi f x 100% n f = Frekuensi n = Jumlah data Skala Likert Skala Likert Digunakan untuk mengukur sikap seseorang tentang sesuatu objek sikap. Objek sikap ini biasanya telah ditentukan secara spesifik dan sistematik oleh peneliti.14 Peneliti menggunakan rumus ini untuk menghitung data tahap efek Afektif karena unruk mengukur sikap seseorang. Dan peneliti menyebarkan Kuesioner kepada 80 responden. Menghitung Skor:
13 14
•
Jawaban a / 1 = 3 Skor
•
Jawaban b / 2 = 2 Skor
•
Jawaban c / 3 = 1 Skor
Rachmat Kriyantono, TeknikPraktis Riset Komunikasi, PT Kencana, Jakarta, 2006, Hal 165 Ibid, Hal 134
28
Dilihat Dari Persentasenya •
0%-20%
= sangat rendah
•
21%-40%
= rendah
•
41%-60%
= cukup
•
61%-80%
= tinggi
•
81%-100%
= sangat kuat
Analisa deskriptif berdasarkan data-data yang telah diperoleh, maka akan dijadikan dasar untuk mengambil kesimpulan hasil penelitian.15
15
Rachmat Kriyantono, Op.Cit, Hal 166
BAB IV Analisa Hasil Penelitian
Pada bab ini akan dikemukakan uraian yang meliputi gambaran umum Sinetron Si entong dan subjek penelitian serta hasil utama penelitian. 4.1. Gambaran umum Sinetron Si Entong Helmi yang menciptakan sinetron Si Entong ini mengaku inspirasi kreatif sinetron ini berasal dari dongeng yang dibacakan ayahnya menjelang tidur malam. Dan dongeng itu di rangkum kembali untuk dijadikan sebagai sebuah cerita buat sinetron ini. Kemudian kisah ini di buat keseharian masyarakat karena ayahnya adalah orang Betawi. Sinetron drama komedi religi ini dibintangi oleh Fahri (Entong), Reina Ipeh (Fatimah), Adi Bing Slamet (Ust. Somad), Hafiz API (Salim), Ana Shierly (Mpok Lela), dll. Sinetron ini mengkisahkan tentang Entong, seorang anak laki-laki berusia 12 tahun, putra semata wayang Fatimah yang telah ditinggal ayahnya untuk selama-lamanya. Entong memiliki guru mengaji bernama Ust. Somad. Konflik seru terjadi dalam kehidupan sehari-hari Entong dan keluarganya. Entong juga memiliki teman-teman sepermainan yang sekaligus musuh bebuyutannya yakni Mamat Cs. Uniknya meskipun selalu berusaha untuk mencelakai Entong, Mamat Cs selalu gagal bahkan mereka justru kerap tertimpa kesialan. Kekocakan yang
29
30
terjadi pada setiap episode serta pesan-pesan keagamaan yang terdapat di dalamnya menjadi daya tarik tersendiri bagi sinetron ini.1
4.2. Gambaran umum subjek penelitian Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa SD kelas 6 yang bersekolah di SDN Karawaci Baru I. Jumlah subjek terdiri dari 45 orang siswa kelas 6A, 43 orang siswa kelas 6B. Berikut adalah profil sekolahnya: Sekolah Dasar Negeri Karawaci Baru I didirikan pada tanggal 30 Oktober 1986 di Tangerang. SD ini merupakan SDN unggulan yang ada di wilayah Tangerang. Jam belajar SDN ini mulai pukul 06.30-16.00 wib dari hari Senin sampai Jumat dan jam 06.30-13.30 dari hari Jumat sampai Sabtu. Fasilitas yang dimiliki oleh SDN Karawaci Baru I meliputi gedung sekolah 2 lantai, Lab komputer, Lab multimedia, perpustakaan, Lapangan olah raga, Lab gambar, Unit kesehatan Sekolah, kantin dan mesjid. Selain pelajaran sehari-hari, mereka juga mendapatkan pelajaran extrakulikuler seperti basket, Bela Diri, B.Inggris, sepak bola, Komputer, Pramuka yang dilakukan setiap hari sabtu. Untuk menjaga reputasi dan kualitas sekolah, calon siswa yang mendaftar ke sekolah ini wajib mengikuti seleksi, diantaranya psikotes yang dilakukan oleh lembaga konsultan, kemudian tes baca, tulis dan menghitung. SDN Karawaci Baru I merupakan SD Negeri Unggulan yang ada di Tangerang saat ini berada di pusat pemukiman penduduk Karawang dan berlokasi sangat strategis sehingga mudah di jangkau.
1
www.tpi.tv
31
Gambaran umum subjek yang diperoleh dapat di uraikan sebagai berikut :
4.2.1. Jenis Kelamin Komposisi jenis kelamin subjek penelitian adalah sebagai berikut : Tabel 4.1 Jenis Kelamin N = 80 NO
Jenis Kelamin
f
%
1.
Laki-laki
40
50%
2.
Perempuan
40
50%
Jumlah
80
100%
Sumber : Kuesioner penelitian November 2007
Bredasarkan tabel 1.1 dapat diketahui, jumlah responden Laki-laki dan Perempuan adalah seimbang yaitu 50 %
untuk Laki-laki, dan 50 %
untuk
Perempuan, Artinya bahwa siswa Laki-laki dan Perempuana sama-sama sering menonton televisi . Hal ini disebabkan karena responden lebih berminat pada tontonan sandiwara yang isi ceritanya lebih menekankan pada kehidupan seharihari.
32
4.2.2. Sosial Ekonomi Subjek Sosial ekonomi subjek salah satunya dapat dillihat dari pekerjaan dan penghasilan orang tua, dalam penelitian ini hanya akan dipaparkan pekerjaan orang tua karena adanya keterbatasan data yang dapat diberikan oleh pihak sekolah. Tabel 4.2 Pekerjaan Orang Tua N = 80 NO
Pekerjaan
F
%
1.
Pegawai Negeri
32
40%
2.
Pegawai Swasta
34
42.5%
3.
ABRI
2
2.5%
4.
Wiraswasta
6
7.5%
5.
Lainnya
6
7.5%
Jumlah
80
100%
Sumber : Kuesioner penelitian November 2007
33
Berdasarkan tabel 4.2 sebagian besar pekerjaan orang tua subjek adalah pegawai swasta sebanyak 42,5 %, hal ini dikarenakan daerah penelitian berada di sekitar kawasan industri terbesar di Tangerang.
4.2.3. Pola Menonton Televisi Untuk melihat efek tayangan sinetron Si Entong terhadap pelajar SD, hal pertama yang harus dilihat adalah frekuensi menonton dalam satu hari.
Tabel 4.3 Frekuensi Menonton Televisi Dalam 1 Hari N = 80 NO
Frekuensi Menonton
f
%
1.
< 2 Jam
24
30%
2.
2 – 5 Jam
43
53.75%
3.
> 5 Jam
13
16.25%
Jumlah
80
100%
Sumber : Kuesioner penelitian November 2007
Dari tabel 4.3 dapat diketahui sebagian besar frekuensi menonton televisi setiap harinya adalah 2 sampai 5 jam sebanyak 53.75%, hal ini disebabkan kecenderungan responden untuk memperoleh infomasi dan hiburan lebih banyak,
34
dimana televisi dapat menyediakan hal-hal tersebut, sedangkan menonton 2-5 jam adalah normal lamanya menonton televisi.
Tabel 4.4 Waktu Menonton Televisi Responden N = 80 NO
Waktu Menonton
f
%
1.
Antara pk 05.00 – 11.00 wib
1
1.25%
2.
Antara pk 11.00 – 17.00 wib
31
38.75%
3.
Diatas 17.00 wib
48
60%
Jumlah
80
100%
Sumber : Kuesioner penelitian November 2007
Dari tabel 4.4 dapat dilihat waktu menonton yaitu diatas pukul 17.00 wib ini dijawab oleh sebagian besar responden sebanyak 48 responden ( 60 % ), hal ini disebabkan para responden lebih banyak mampunyai waktu pada jam-jam tersebut, yaitu waktu-waktu yang santai, dan setelah lepas dari jam belajar disekolah serta pada waktu tersebut acara-acara televisi banyak yang menarik , apalagi banyak stasiun-stasiun televisi swasta yang bersaing dalam hal penayangan acara.
35
Tabel 4.5 Stasiun Televisi N = 80 NO
Stasiun televisi
F
%
1.
TVRI
1
1.25%
2.
TPI
4
5%
3.
RCTI
20
25 %
4.
SCTV
15
18.75%
5.
ANTV
1
1.25%
6.
INDOSIAR
2
2.5%
7.
TRANSTV
3
3.75%
8.
METROTV
0
0%
9.
Trans 7
7
8.75%
10
LATIVI
0
0%
11.
GLOBAL TV
27
33.75%
Jumlah
80
100%
Sumber : Kuesioner penelitian November 2007
36
Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa Global TV lebih diminati oleh responden, ini dapat dilihat sebanyak 33.75%, karena menurut peneliti banyak acara-acara Global TV yang menayangkan acara anak-anak dibandingkan televisi lainnya.
Tabel 4.6 Menonton TPI Setiap Hari N = 80 NO
Menonton TPI
f
%
1.
Ya
59
73.75%
2.
Tidak
21
26.25%
Jumlah
80
100%
Sumber : Kuesioner penelitian November 2007
Dari tabel 4.6 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden menonton TPI setiap harinya yaitu 73.75% responden, seperti yang telah diketahui responden menonton TPI hanya karena igin menonton acara favoritnya saja, selain itu berpaling ke televisi lainnya.
37
Tabel 4.7 Frekuensi Menonton TPI Setiap Hari N =80 NO
Waktu Menonton
f
%
1.
< 1 Jam
29
11.25%
2.
2 – 3 Jam
48
60%
3.
> 3 Jam
3
3.75%
Jumlah
80
100%
Sumber : Kuesioner penelitian November 2007
Dari tabel 4.7 dapat dilihat, bahwa sebagian besar responden dalam lamanya menonton TPI setiap harinya selama 2-3 jam sebesar 60%, hal ini karena responden hanya menonton tayangan sinetron si entong yang setiap harinya di tayangkan selama 300 menit.
38
4.2.4. Pola Menonton Sinetron Untuk melihat efek tayangan sinetron Si Entong terhadap pelajar SD, hal yang harus diperhatikan juga adalah bagaimana pola menonton sinetron.
Tabel 4.8 Menonton Sinetron N = 80 NO
Menonton Sinetron
f
%
1.
Ya
80
100%
2.
Tidak
0
0%
Jumlah
80
100%
Sumber : Kuesioner penelitian November 2007
Dari tabel 4.8 dapat diketahui bahwa semua responden pernah menonton sinetron hal ini karena menjamurnya sinetron disetiap stasiun Televisi swasta memang memungkinkan bahwa sebagian besar masyarakat pernah menonton, bahkan bukan saja pernah tapi menyukainya, dan mengikuti alur ceritanya sampai tamat, apalagi banyak sinetron-sinetron yang disajikan bukan saja bagus tetapi menarik untuk ditonton.
39
Tabel 4.9 Rata-rata Menonton Sinetron Setiap Hari N = 80
NO
Rata-rata Menonton Sinetron
f
%
1.
Satu Kali
9
11.25%
2.
Dua Kali
22
27.5%
3.
Tiga Kali
16
20%
4.
Lebih dari tiga kali
33
41.25%
Jumlah
80
100%
Sumber : Kuesioner penelitian November 2007\
Dari tabel 4.9 dapat diketahui bahwa rata-rata responden menonton sinetron setiap harinya adalah lebih dari tiga kali sebesar 41.25%, hal ini memang memungkinkan karena semakin banyaknya sinetron di televisi-televisi swasta, semakin banyak pilihan sinetron untuk ditonton.
40
Tabel 4.10 Menonton Tayangan Sinetron di TPI N = 80
NO
Menonton Sinetron di TPI
f
%
1.
Ya
67
83.75%
2.
Tidak
13
16.25%
Jumlah
80
100%
Sumber : Kuesioner penelitian November 2007
Dari tabel 4.10 bisa diketahui, sebagian besar responden menonton tayangan sinetron di TPI sebanyak 83.75%, hal tersebut dapat dilihat pada tabel diatas karena responden mempunyai acara favorit yang ada di TPI.
41
4.2.5. Efek Kognisi Terhadap Sinetron Si Entong Untuk mendapatkan data mengenai dampak kognitif tentang sinetron Si Entong, peneliti mengajukan pertanyaan tentang isi cerita, pemeran utama, pemeran pembantu, judul lagu, nama pemeran antagonis, lokasi dalam sinetron ini, selanjutnya disajjkan dalam bentuk tabel.
Tabel 4.11 Pengetahuan Isi Cerita Sinetron Si Entong N = 80 NO
f
%
Pengetahuan Tema Cerita Sinetron Si Entong 1.
Tingkah laku Murid Sekolah
1
1.25%
2.
Tingkah laku Masyarakat betawi
79
98.75%
3.
Tingkah laku Keluarga
0
0%
Jumlah
80
100%
Sumber : Kuesioner penelitian November 2007
Dari tabel 4.12 dapat di ketahui bahwa sebagian besar responden telah mengetahui isi cerita dari sinetron ini yaitu sebanyak 58%, hal ini menggambarkan betapa detilnya responden memperhatikan setiap alur cerita sehingga bisa mengetahui isi cerita sinetron Si Entong.
42
Tabel 4.12 Pengetahuan Pemeran Utama Anak Sinetron Si Entong N = 80
Pengetahuan pemeran utama anak sinetron Si NO
f
%
Entong 1.
Entong
80
100%
2.
Badil
0
0%
3.
Rijal
0
0%
Jumlah
80
100%
Sumber : Kuesioner penelitian November 2007
Dari tabel 4.13 diketahui semua responden menjawab dengan benar, hal responden mengetahui siapa nama pemeran utama pria dalam Si Entong, karena pemeran utama pria ini selain bintang sinetron, juga terkenal sebagai bintang iklan berbagai produk unggulan.
43
Tabel 4.13 Pengetahuan Pemeran Pembantu Sinetron Anak Si Entong N = 80
Pengetahuan Pemeran Pembantu Anak Si NO
F
%
Entong 1.
Badil dan Rogus
0
0%
2.
Ipe dan Siti
80
100%
3.
Wira dan Jojon
0
0%
Jumlah
80
100%
Sumber : Kuesioner penelitian November 2007
Dari tabel 4.14 diketahui semua responden menjawab dengan benar, hal responden mengetahui siapa nama pemeran utama pria dalam Si Entong, karena pemeran utama pria ini selain bintang sinetron, juga terkenal sebagai bintang iklan berbagai produk unggulan.
44
Tabel 4.14 Pengetahuan Judul Lagu Sinetron Si Entong N = 80
NO
f
%
Pengetauan Judul Lagu Sinetron Si Entong 1.
Bintang Kecil
0
0%
2.
Kereta kuda
0
0%
3.
Sang Bango
80
100%
Jumlah
80
100%
Sumber : Kuesioner penelitian November 2007
Dari tabel 4.15 dapat diketahui bahwa semua responden mengetahui judul lagu sinetron Si Entong, dimana responden yang menjawab dengan benar ada, karena lagu tersebut merupakan lagu legendaris dan sangat mudah diingat oleh semua orang.
45
Tabel 4.15 Pengetahuan Pemeran Antagonis Anak Sinetron Si Entong N = 80
Pengetahuan pemeran antagonis anak Sinetron NO
f
%
Si entong 1.
Memet Cs
80
100%
2.
Didi
0
0%
3.
Ujang
0
0%
Jumlah
80
100%
Sumber : Kuesioner penelitian November 2007
Dari tabel 4.16 diketahui semua responden menjawab dengan benar, hal responden mengetahui siapa nama pemeran utama pria dalam Si Entong, karena pemeran utama pria ini selain bintang sinetron, juga terkenal sebagai bintang iklan berbagai produk unggulan.
46
Tabel 4.16 Pengetahuan Lokasi Adegan Sinetron Si Entong N = 80
Pengetahuan Lokasi Adegan Sinetron Si NO
f
%
Entong 1.
Sekolah
0
0%
2.
Kantor
0
0%
3.
Kampung
80
100%
Jumlah
80
100%
Sumber : Kuesioner penelitian November 2007
Dari tabel 4.17 dapat di ketahui bahwa seluruh responden telah mengetahui isi cerita dari sinetron Si Etong, hal ini menggambarkan betapa detilnya responden memperhatikan setiap alur cerita sehingga bisa mengetahui lokasi sinetron Si Entong.
47
4.2.6. Efek Afeksi Terhadap Sinetron Si Entong Untuk mendapatkan data mengenai efek afeksi tentang sinetron Si Entong, peneliti mengajukan pertanyaan tentang sikap responden tehadap isi cerita, pemeran utama, pemeran pembantu, judul lagu, nama pemeran antagonis, lokasi dalam sinetron ini, selanjutnya disajjkan dalam bentuk tabel.
Tabel 4.17 Sikap Responden Terhadap Isi Cerita Sinetron Si Entong N = 80
Sikap Responden Terhadap Isi Cerita NO
f
%
Skor
Sinetron Si Entong 1.
Suka
61
76.25%
183
2.
Ragu-ragu
15
18.75%
30
3.
Tidak suka
4
5%
4
Jumlah
80
100%
217
Sumber : Kuesioner penelitian November 2007
Dari tabel 4.18 tentang isi cerita sinetron Si Entong dapat di ketahui lebih banyak responden menjawab suka yaitu sebanyak 76.5% karena rata – rata menjawab dengan alasan isi cerita Si Entong lucu dan seru, sedangkan ragu-ragu 18.75 % alasannya banyak isi cerita yang lebih seru da lucu dari Si Entong dan
48
yang tidak suka sebanyak 5 % alasannya terlalu banyak mengkhayal. Hal ini menunjukan bahwa sebagian responden menyukai isi cerita sinetron Si Entong.
Tabel 4.18 Sikap Responden Terhadap Pemeran Utama Anak Sinetron Si Entong N = 80
Sikap Responden Terhadap Pemeran NO
f
%
Skor
Utama Anak Sinetron Si Entong 1.
Suka
63
78.75%
189
2.
Ragu-ragu
14
17.5%
28
3.
Tidak suka
3
3.75%
3
Jumlah
80
100%
220
Sumber : Kuesioner penelitian November 2007
Dari tabel 4.19 tentang pemeran utama pria dalam sinetron Si Entong dapat di ketahui lebih banyak responden yang menjawab suka yaitu sebanyak 78.75% alasannya si Entong baik dan suka menolong , sedangkan ragu-ragu 17.5% alasannya Si Entong terlalu menurut dengan musuhnya dan yang tidak suka sebanyak 3.75% alasannya Si Entong terlalu baik . Hal ini menunjukan bahwa banyak responden yang menyukai pemeran utama pria dalam sinetron Si Entong.
49
Tabel 4.19 Sikap Responden Terhadap Pemeran Pembantu Anak Sinetron Si Entong N = 80
Sikap Responden Terhadap NO
f
%
Skor
Pemeran Pembantu Anak Sinetron Si Entong 1.
Suka
30
37.5%
90
2.
Ragu-ragu
24
30%
48
3.
Tidak suka
26
32.5%
26
Jumlah
80
100%
164
Sumber : Kuesioner penelitian November 2007
Dari tabel 4.20 tentang pemeran pembantu anak dalam sinetron Si Entong dapat di ketahui responden yang menjawab suka yaitu sebanyak 37.5% alasanya ipeh baik seperti Entong dan kalau siti orangnya seru, sedangkan ragu-ragu 30% alasanya ieh dan siti tidak pernah akur dan yang tidak suka sebanyak 32.5% alasannya ipeh terlalu manja dan siti terlalu cerewet. Hal ini menunjukan bahwa jawaban responden antara suka, ragu-ragu dan tidak suka hampir seimbang dilihat dari nilai persentase tabel di atas, tetapi responden lebih banyak menyukai pemeran pembantu pria dalam sinetron Si Entong ini.
50
Tabel 4.20 Sikap Responden Pemeran Antagonis Anak Sinetron Si Entong N = 80
Sikap responden pemeran antagonis NO
f
%
Skor
anak Sinetron Si entong 1.
Suka
5
6.25%
15
2.
Ragu-ragu
5
6.25%
10
3.
Tidak suka
70
87.5%
70
Jumlah
50
100%
95
Sumber : Kuesioner penelitian November 2007
Dari tabel 4.21 tentang pemeran antagonis anak dalam sinetron Si Entong dapat di ketahui responden yang menjawab suka yaitu sebanyak 6.25% alasannya memed cs lucu sedangkan ragu-ragu 6.25% alasannya memed cs kadang baik kadang jahat dan yang tidak suka sebanyak 87.5% alasannya memed cs jahat . Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar responden tidak suka terhadap pemeran antagonis, hal ini di sebabkan karena prilaku pemeran yang selalu usil terhadap pemeran utama dalam sinetron Si Entong ini.
51
Tabel 4.21 Sikap Responden Terhadap Judul Lagu Sinetron Si Entong N = 80
Sikap Responden Terhadap Lagu NO
f
%
Skor
Soundtrack Sinetron Si Entong 1.
Suka
64
80%
192
2.
Ragu-ragu
8
10%
16
3.
Tidak suka
8
10%
8
Jumlah
80
100%
216
Sumber : Kuesioner penelitian November 2007
Dari tabel 4.22. tentang judul lagu dalam sinetron ratu malu dan jendral kancil dapat di ketahui lebih banyak responden menjawab suka yaitu sebanyak 80% alasannya lagunya mudah di ingat , sedangkan ragu-ragu 10% alasannya biasa aja dan yang tidak suka sebanyak 10% alasannya terlalu aneh. Hal ini disebabkan karena lagu tersebut merupakan lagu legendaris dan sangat mudah diingat oleh semua orang.
52
4.2.7. Efek Konatif Terhadap Salah Satu Tokoh Sinetron Si Entong Untuk mendapatkan data mengenai efek konatif terhadap sinetron Si Entong, peneliti mengajukan pertanyaan tentang prilaku responden terhadap salah satu tokoh sinetron Si Entong dalam sinetron ini, selanjutnya disajjkan dalam bentuk tabel.
Tabel 4.22 Prilaku Responden Terhadap Salah Satu Tokoh Sinetron Si Entong N = 80
Prilaku Responden Terhadap salah Satu NO
f
%
Tokoh Sinetron Si Entong 1.
Pernah
44
55%
2.
Tidak Pernah
36
45%
Jumlah
80
100%
Sumber : Kuesioner penelitian November 2007
Dari tabel 4.23 tentang prilaku responden terhadap salah satu tokoh sinetron Si Entong dapat di ketahui lebih banyak responden menjawab pernah yaitu sebanyak 55% alasannya karena si Entong baik dan menurut pada orang tua
53
juga suka menolong, sedangkan yang menjawab tidak pernah adalah
45%
alasannya karena jarang menonton sinetron Si Entong. Hal ini karena responden lebih senang mencontoh prilaku Entong dalam sinetron Si Entong karena sikapnya yang baik, soleh dan suka menolong antar sesama.
4.3. Hasil Penilaian validitas dan Reabilitas 4.3.1. Pembahasan / Diskusi Melihat hasil penelitan seperti yang telah dibahas diatas, maka dari tiaptiap pertanyaan dapat menunjukkan bagaimana efek kognitif, afektif, dan konatif tayangan sinetron anak Si Entong terhadap pelajar SDN Karawaci Baru I Tangerang tersebut. Penelitian mengenai kebiasaan menonton TPI setiap hari menurut persentase ada yang menjawab telah menonton stasiun TPI karena stasiun TPI mempunyai acara yang salah satunya program sinetron asyik yaitu sinetron Si Entong yang dalam seharinya ditayangkan beberapa kali dan menjadi acara favorit bagi anak-anak. Dan mengenai frekuensi menonton TPI setiap hari menurut persentase lebih banyak 2-3 jam karena menonton TPI hanya pada tayangan yang mereka sukai dan ditayangkan selama 300 menit dalam sehari di waktu yang berbeda dalam sehari.
54
Efek Kognitif
NO
Kognitif
%
1.
Pengetahuan Isi cerita sinetron anak Si Entong
2.
Pengetahuan Pemeran utama Sinetron Anak Si Entong
100%
3.
PengetahuanPemeran pembantu anak Sinetron Si Entong
100%
4.
Pengetahuan Pemeran antagonis dalam Sinetron Si Entong
100%
5.
Pengetahuan Judul lagu dalam sinetron Si Entong
100%
6.
Pengetahuan Lokasi Adegan Sinetron Si Entong
100%
98.75%
Mengenai efek kognitif terhadap sinetron Si Entong menurut persentase banyak yang menjawab dengan benar hal ini dapat simpulkan bahwa siswa/i SDN Karawaci baru I benar-benar mengetahui tema, isi cerita, nama pemeran utama, antagonis dan pembantu, judul lagu,dan Lokasi Adegan sinetron Si Entong, hal ini disebabkan seringnya responden menonton sinetron ini karena sinetron ini menjadi sinetron unggulan di stasiun TPI dan jam tayang sinetron ini tepat pada waktu responden beristirahat sebelum belajar atau mengerjakan tugas sekolahnya.
55
Efek Afektif
Skor tertinggi (untuk jawaban suka): 3 x 80 = 240 Skor terendah (untuk jawaban tidak suka): 1x 80 = 80 Maka: Total skor
X 100% = hasil persentasi
Skor tertinggi NO
Afektif
Total Skor
%
1.
Sikap terhadap Isi cerita sinetron anak Si Entong
217
90%
2.
Sikap terhadap Pemeran utama Sinetron Anak Si Entong
220
91%
3.
Sikap terhadap Pemeran pembantu anak Sinetron Si Entong
164
68%
4.
Sikap terhadap Pemeran antagonis dalam Sinetron Si Entong
95
39%
5.
Sikap terhadap Judul lagu dalam sinetron Si Entong
216
90%
Mengenai efek afektif sinetron Si Entong menurut persentase, sikap responden terhadap isi cerita adalah SANGAT TINGGI, pemeran utama anak adalah SANGAT TINGGI, pembantu anak adalah TINGGI, judul lagu adalah SANGAT TINGGI dan pemeran antagonis adalah RENDAH. Hal ini karena Si Entong memang dikhususkan untuk anak-anak karena seperti yang telah disebutkan pada pendahuluan banyak tayangan sinetron yang ditayangkan televisi
56
mempunyai kualitas rendah dan terlihat asal jadi, baik dari segi isi pesan maupun tehnik penggarapannya dan banyak certa-cerita dalam sinetron yang tidak logis dalam alur cerita maupun permasalahannya. Terjadinya pelecehan logika dalam cerita sinetron disebabkan unsur kepentingan pengiklanan yang masuk, membiayai pembuatan suatu sinetron ini.
Konatif
NO
Konatif
%
1.
Pernah meniru prilaku pemeran dalan sintron si Entong
55%
2.
Tidak pernah meniru prilaku pemeran dalan sintron si
45%
Entong
Mengenai efek konatif sinetron Si Entong menurut persentase, responden lebih banyak yang meniru prilaku pemeran utama sinetron Si Entong yaitu Entong, yang mempunyai sifat baik, soleh, saling tolong menolong dan rajin membantu orang tua. Hal ini terjadi karena responden mengetahui benar mana yang salah dan mana yang benar, dan respoden telah menyadari apa yang menurut ia tidak benar maka tidak akan ditiru karena dapat merugikan diri sendiri sesuai dengan realitas yang ada.
57
4.4. Kelemahan / Keterbatasan Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan, peneliti memiliki kelemahan dalam membuat penelitian ini diantaranya adalah jarangnya responden yang menonton TPI karena bersaing dengan program-program yang ditayangkan di stasiun-stasiun televisi lain dan digesernya jam tayang apabila stasiun TPI menayangkan acara penting seperti ( Upacara Hari Raya, Pidato Presiden, Hari Ulang Tahun TPI, dll ). Dalam segi responden, peneliti menggunakan sampling sensus dalam mencari data yaitu sampling yang diambil dari semua siswa/i kelas 6 SDN Karawaci Baru I yang mengaku telah menonton sinetron ”Si Entong”, karena hal ini peneliti tidak mengatahui siapa saja yang telah menonton sinetron tersebut dan siswa/i SDN Karawaci Baru I. Selain itu kurangnya referensi baik referensi buku maupun referensi mengenai penelitian yang sejenisnya yang pernah dilakukan sebelumnya.
58
BAB V PENUTUP
Pada bab V ini penulis akan membahas mengenai kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian yang telah dilaksanakan dan saran yang dapat diberikan berkenaan dengan hasil penelitian ini. 5.1.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut : 1. Bahwa tingkat efek kognitif responden terhadap sinetron Si Entong cukup tinggi, hal ini terlihat menurut persentase yang didapat adalah 98.75% dan beberapa elemen tertentu ada yang mancapai 100%. 2. Mengenai efek afektif sinetron Si Entong menurut persentase, sikap responden terhadap tema cerita adalah SANGAT TINGGI, pemeran utama anak adalah SANGAT TINGGI, pembantu anak adalah TINGGI, judul lagu adalah SANGAT TINGGI dan pemeran antagonis adalah RENDAH. Hal ini karena Si Entong memang dikhususkan untuk anak-anak karena seperti yang telah disebutkan pada pendahuluan banyak tayangan sinetron yang ditayangkan televisi mempunyai kualitas rendah dan terlihat asal jadi, baik dari segi isi pesan maupun tehnik penggarapannya dan banyak certa-cerita
dalam
permasalahannya.
sinetron
yang
tidak
logis
Terjadinya pelecehan
dalam logika
alur
cerita
maupun
dalam
cerita
sinetron
59 disebabkan unsur kepentingan pengiklanan yang masuk, membiayai pembuatan suatu sinetron ini. 3. Tingkat efek konatif responden terhadap sinetron Si Entong adalah sedang atau seimbang, hal ini terlihat menurut persentase yang didapat adalah 55% sampai 45%. 5.2.
Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, maka peneliti menyarankan hal-
hal tersebut : 1.
Sebaiknya tim produksi sinetron Si Entong, memperhatikan akting para pemain, sepertinya agak berlebihan apalagi untuk seumuran anak SD.
2.
Sebaiknya tim produksi sinetron Si Entong, tidak membuat sinetron ini jadi hal yang terlalu berkhayal, agar tidak ada kejenuhan dalam mengikuti alur cerita.
3.
Media harus lebih menyeleksi film anak yang akan ditayangkan, agar lebih mengutamakan fungsi edukasi karena ada pemikiran dari para orang tua yang menganggap semua film anak aman dikonsumsi oleh anak-anak mereka.
4.
Para Orang tua sebaiknya ikut menemani anaknya menonton film sinetron, hal ini bertujuan agar menjadi filter dengan cara menjelaskan maksud dari adegan adegan dalam film tersebut, karena ada beberapa adegan dalam film Sinetron Anak Si Entong mengarah terhadap dunia khayalan.
3.
Pihak sekolah sebaiknya ikut terlibat aktif mengarahkan persepsi anak-anak terhadap film Sinetron Anak, misalnya menonton bersama setelah itu dilakukan pembahasan yang mengarahkan hal hal positif yang bisa diadopsi dan hal hal negatif yang harus dihindari.
Daftar Pustaka
Bambang Setiawan, Metode Penelitian Komunikasi, Jakarta: LP3ES, 1984 Blummer, J.G., The Role of Theory in Uses and Gratifications Studies David K. Berlo, The Process of Communication, dalam Wiryanto, “Teori Komunikasi Massa”, PT Grasindo, 2000 Dedi Mulyana dan Idi Subandy Ibrahim (ed), Prolog : Bercinta dengan Televisi, PT Remaja Rosdakarya, Bandung 1997 Dennis Mcquail, Teori Komunikasi Massa, Erlangga, 1997 Dr. Edward Depari, Komite Seleksi Festival Sinetron Indonesia (FSI) 1991 Dr.Phil.Astrid S. Susanto, Komunikasi dalam teori dan praktek 1, Bina Cipta, Bandung, 1974 Drs. Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi (Cet. 21), Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004 Hadari Nawawi dan Martini Hadari, Instrumen Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1995 I Gusti Ngurah Agung, Metode penelitian Sosial, Jakarata: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1993 Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, Rosda Karya, 2001 John R. Bittner, Mass Communication an Introduction (fourth Edition), PrenticeHall, England Cliff, New Jersey Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Kedua), Depdikbud, Jakarta, Balai Pustaka Melvin L.De Fleur/Sandra Ball-Rokeach, Theories of Mass Communication (third edition), New York and London, 1975 Moh. Nazir, Ph. D, Metode Penelitian , Ghalia Indonesia, Jakarta, 1998
Nurudin, Komunikasi Massa, Penerbit Cespur, Jakarta, 2003
Prof. Drs. J S. Badudu dan Prof. Sutan Muhammad Zain, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarata: Pustaka Sinar Harapan, 1994 Sasa Djuarsa Senjaja, Ph.D.,Dkk, Pengantar Ilmu Komunikasi, Universitas Terbuka,Jakarta, 2003 Soewardi Idris. Jurnalistik Televisi. Remaja Karya. Bandung. 1987 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, PT Rineka Cipta, Jakarta.2006 Sunarjo dan Djoenasih, S. Sunarjo, Himpunan Istilah Komunikasi, Yogyakarta, Liberty, 1995 Rachmat Kriyantono, TeknikPraktis Riset Komunikasi, PT Kencana, Jakarta, 2006 Wawan Kuswandi, Drs, Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi. PT Rineka Cipta. Jakarta. Wiryanto, Teori Komunikasi Massa, PT Grasindo, 2000
www. Suarakarya-online.com www.Republika-Online.com http://www.tpi.tv
EFEK TAYANGAN SINETRON ANAK SI ENTONG TERHADAP PELAJAR (Studi Deskriptif Terhadap Siswa Siswi Kelas 6 SDN Karawaci Baru I Tahun Ajaran 2007-2008 Tangerang)
NO RESPONDEN
DATA RESPONDEN
Petunjuk : Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini paling benar dengan mengisi nomor pada kotak yang telah telah disediakan! 1. Jenis kelamin ? 1. Laki-laki 2. Perempuan 2. Apakah pekerjaan orang tua ? 1. Pegawai Negeri 2. Pegawai Swasta 3. ABRI 4. Wiraswasta 5. Lainnya, sebutkan.......... 3. Berapa lama kamu menonton televisi setiap harinya ? 1. Kurang dari 2 jam 2. 2-5 Jam 3. Lebih dari 5 Jam
4. Kapan / pukul berapa biasanya kamu paling sering menonton televisi ? 1. Antara Pukul 05.00 sampai 11.00 WIB 2. Antara Pukul 11.00 sampai 17.00 WIB 3. Diatas Pukul 17.00 5. Stasiun Televisi apa yang paling sering kamu tonton ? 1. TVRI
5. ANTV
9. Trans 7
2. TPI
6. INDOSIAR
10. LATIVI
3. RCTI
7. TRANSTV
11. GLOBAL TV
4. SCTV
8. METROTV
6. Apakah kamu juga menontonTPI setiap hari ? 1. Ya 2. Tidak 7. Berapa lama kamu menonton TPI setiap hari 1. Kurang dari 1 Jam 2. 2-3 Jam 3. Lebih dari 3 Jam 8. Apakah kamu pernah menonton sinetron ? 1. Pernah 2. Belum pernah 9. Bila ya, berapa kali rata-rata kamu menonton sinetron dalam sehari ? 1. Satu Kali
3. Tiga Kali
2. Dua Kali
4. Lebih dari tiga kali
10. Apakah kamu juga menonton tayangan sinetron di TPI ? 1. Ya
2. Tidak
11. Dibawah ini adalah isi cerita sinetron “Si Entong” 1. Tingkah laku Murid sekolah 2. Tingkah laku Masyarakat Betawi 3. Tingkah laku Keluarga 12. Dibawah ini adalah nama pemeran utama anak dalam sinetron ini 1. Entong 2. Badil 3. Rijal 13. Dibawah ini adalah nama pemeran pembantu anak dalam sinetron ini 1. ujang dan Rogus 2. Ipe dan Siti 3. Wira dan Jojo 14. Dibawah ini adalah Judul lagu dalam sinetron ini 1. Bintang kecil 2. Kereta Kuda 3. Sang Bango 15. Dibawah ini adalah nama pemeran antagonis anak dalam sinetron ini 1. Memet Cs 2. Didi 3. Ujang
16. Dibawah ini adalah tempat lokasi adegan dalam cerita 1. Sekolah 2. Kantor 3. Kampung 17. Bagaimana sikap kamu terhadap isi cerita sinetron “SI Entong” 1. Suka 2. Ragu-ragu 3. Tidak suka Alasannya,.................................................................................... 18. Bagaimana sikap kamu terhadap pemeran utama (Entong) anak dalam sinetron ini 1. Suka 2. Ragu-ragu 3. Tidak Suka Alasannya,.................................................................................... 19. Bagaimana sikap kamu terhadap pemeran pembantu anak (Ipe dan Siti) dalam sinetron ini 1. Suka 2. Ragu-ragu 3. Tidak Suka Alasannya,....................................................................................
20. Bagaimana sikap kamu terhadap antagonis anak (Memet Cs) dalam sinetron ini 1. Suka 2. Ragu-ragu 3. Tidak Suka Alasannya,.................................................................................... 21. Bagaimana sikap kamu terhadap lagu Si Bangau dalam sinetron ini 1. Suka 2. Ragu-ragu 3. Tidak Suka Alasannya,.................................................................................... 22. Apakah kamu pernah meniru prilaku salah satu tokoh dalam sinetron Si entong ? 1. Pernah 2. Tidak Pernah Alasannya,.....................................................................................
Sosial ekonomi subjek
Responden/ Variabel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
1
1
2
2
2
11
1
2
1
2
1
1
2
1
2
3
1
3
1
1
3
3
1
1
2
1
2
2
2
7
1
2
1
1
1
1
2
1
2
3
1
3
1
1
3
3
1
1
3
1
2
2
3
3
2
1
1
3
1
1
2
1
2
3
1
3
1
1
3
3
1
1
4
1
2
1
2
3
2
1
1
2
2
2
2
1
2
3
1
3
3
1
3
3
1
1
5
1
2
2
3
11
2
1
1
1
1
1
2
1
2
3
1
3
1
1
3
1
1
2
6
1
3
2
2
11
1
2
1
4
1
1
2
1
2
3
1
3
1
1
1
3
1
2
7
1
1
1
3
6
1
2
1
2
2
1
2
1
2
3
1
3
1
1
1
3
1
1
8
2
1
2
1
3
2
2
1
4
1
1
2
1
3
3
1
3
1
2
2
3
1
2
9
1
1
1
2
9
1
2
1
4
1
1
2
1
2
3
1
3
1
1
2
3
1
2
10
1
1
3
3
9
1
1
1
3
1
1
2
1
2
3
1
3
1
1
2
3
1
2
11
2
1
2
3
3
2
2
1
4
1
1
2
1
2
3
1
3
1
1
3
3
3
2
12
1
2
2
2
3
1
2
1
4
1
1
2
1
2
3
1
3
1
1
2
2
2
1
13
1
5
2
2
9
2
3
1
2
2
1
2
3
2
3
1
3
2
1
3
3
1
2
14
2
4
2
2
7
1
1
1
1
1
1
2
1
2
2
1
3
1
1
1
3
3
2
15
1
1
1
3
11
1
1
1
2
2
1
2
1
2
3
1
3
1
1
1
3
1
2
16
2
2
1
3
11
1
1
1
4
1
1
2
1
2
3
1
1
2
3
1
1
2
2
17
1
1
2
2
11
2
1
1
3
2
2
2
1
2
3
1
3
3
2
3
3
1
2
18
2
1
2
3
4
2
2
1
4
1
1
2
1
2
3
1
3
2
1
1
3
2
2
19
1
2
2
3
11
1
2
1
4
1
1
2
1
2
3
1
3
1
1
1
3
1
1
20
2
2
2
3
11
1
1
1
2
1
1
2
1
2
3
1
3
2
2
2
3
1
1
21
2
1
1
3
11
1
1
1
2
1
1
2
1
2
3
1
3
2
2
1
3
2
2
22
2
4
1
2
3
2
1
1
4
1
1
2
1
2
3
1
3
1
2
1
3
1
1
23
2
3
2
2
3
2
2
1
3
2
1
2
1
2
3
1
3
1
1
1
2
1
1
24
1
2
2
2
11
2
2
1
3
1
1
2
1
2
3
1
3
1
1
1
3
1
1
25
1
1
2
3
11
2
1
1
2
1
1
2
1
2
3
1
3
1
1
3
1
1
2
26
2
2
1
3
11
2
1
1
4
1
1
1
1
2
3
1
3
1
1
3
1
2
1
27
1
2
2
3
11
1
2
1
2
1
1
2
1
2
3
1
3
2
3
3
2
1
2
28
1
2
1
2
11
2
1
1
1
1
1
2
1
2
3
1
3
2
1
2
3
1
2
29
2
4
2
3
3
1
2
1
3
1
1
2
1
2
3
1
3
1
2
1
3
1
2
30
2
1
2
3
3
1
2
1
3
1
1
2
1
2
3
1
3
1
1
1
3
1
1
31
2
2
2
3
4
1
2
1
4
1
1
2
1
2
3
1
3
1
1
1
3
1
1
Pola Menonton Televisi
Pola Menonton Sinetron
Efek kognitif
Efek Konatif
Jenis Kelamin
"C O D I N G S H E E T"
Efek Afektif
Sosial ekonomi subjek
Responden/ Variabel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
32
1
2
2
2
11
1
2
1
1
1
1
2
1
2
3
1
3
1
1
3
3
1
1
33
2
2
2
2
3
1
1
1
4
1
1
2
1
2
3
1
3
2
1
1
3
1
2
34
1
1
3
2
11
1
2
1
2
1
1
2
1
2
3
1
3
1
1
1
3
1
2
35
2
5
2
3
3
1
1
1
4
1
1
2
1
2
3
1
3
2
1
1
3
1
2
36
1
2
2
3
11
1
3
1
4
1
1
2
1
2
3
1
3
1
1
1
3
1
2
37
2
2
3
3
3
1
2
1
4
1
1
2
1
2
3
1
3
1
1
1
3
1
2
38
1
1
1
2
11
1
3
1
4
1
1
2
1
2
3
1
3
1
1
2
3
1
2
39
2
2
2
3
4
2
1
1
3
1
2
2
1
2
3
1
3
3
3
3
3
1
2
40
2
1
2
2
4
1
1
1
3
1
1
2
1
2
3
1
3
2
2
3
3
1
1
41
1
2
3
2
11
1
2
1
4
1
1
2
1
2
3
1
3
1
1
3
3
1
1
42
2
2
3
3
4
1
2
1
4
1
1
2
1
2
3
1
3
1
1
3
3
1
1
43
2
1
1
3
4
1
2
1
4
1
1
2
1
2
3
1
3
1
1
3
3
1
1
44
2
2
2
3
3
1
2
1
4
1
1
2
1
2
3
1
3
1
1
2
3
1
1
45
2
2
1
3
4
1
2
1
4
1
1
2
1
2
3
1
3
1
1
3
3
1
1
46
2
1
3
3
4
1
1
1
2
1
1
2
1
2
3
1
3
1
1
3
3
1
2
47
2
2
2
3
4
1
2
1
4
1
1
2
1
2
3
1
2
1
1
2
3
1
1
48
2
1
2
3
4
1
2
1
4
1
1
2
1
2
3
1
3
1
1
2
3
2
1
49
2
1
1
3
1
1
1
1
3
1
1
2
1
2
3
1
3
1
1
1
3
1
1
50
2
1
1
2
4
1
2
1
4
1
1
2
1
2
3
1
3
1
1
2
3
1
1
51
2
1
1
3
4
1
2
1
4
1
1
2
1
2
3
1
3
1
1
1
3
1
1
52
2
2
1
3
4
1
2
1
2
1
1
2
1
2
3
1
3
1
1
1
3
1
1
53
2
2
1
2
2
1
1
1
4
1
1
2
1
2
3
1
3
1
2
1
3
1
1
54
2
5
3
3
4
1
2
1
4
1
1
2
1
2
3
1
4
1
1
2
3
1
1
55
1
2
3
2
9
1
2
1
4
1
1
2
1
2
3
1
3
2
1
2
3
3
1
56
2
1
1
3
3
1
2
1
4
1
1
2
1
2
3
1
3
1
1
3
3
1
1
57
2
2
3
2
3
2
1
1
4
2
2
2
1
2
3
1
3
2
2
3
3
3
1
58
2
1
1
3
4
1
2
1
4
1
1
2
1
2
3
1
3
1
1
1
3
1
1
59
1
2
2
3
3
1
2
1
2
1
1
2
1
2
3
1
3
1
1
1
3
1
1
60
2
2
3
3
11
2
1
1
2
1
1
2
1
2
3
1
3
2
2
2
2
2
2
61
1
1
3
2
3
1
2
1
3
1
1
2
1
2
3
1
3
1
1
2
2
1
1
62
2
2
2
2
11
1
2
1
3
1
1
2
1
2
3
1
3
1
1
1
3
3
1
Pola Menonton Televisi
Pola Menonton Sinetron
Efek kognitif
Efek Konatif
Jenis Kelamin
"C O D I N G S H E E T"
Efek Afektif
Sosial ekonomi subjek
Responden/ Variabel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
63
1
5
2
3
2
1
2
1
2
1
1
2
1
2
3
1
3
1
1
1
1
3
2
64
1
4
2
3
2
1
2
1
4
1
1
2
1
2
3
1
3
1
1
1
3
1
1
65
2
1
1
2
3
1
1
1
2
1
1
2
1
2
3
1
3
1
2
1
3
1
2
66
1
5
1
3
11
1
2
1
3
1
1
2
1
2
3
1
3
1
1
2
3
1
1
67
2
2
2
3
3
2
1
1
2
2
1
2
1
2
3
1
3
2
2
2
3
2
2
68
1
1
2
2
11
1
2
1
1
2
1
2
1
2
3
1
3
1
1
2
3
1
1
69
1
5
1
3
11
1
2
1
3
1
1
2
1
2
3
1
3
1
1
2
3
1
1
70
1
4
2
3
9
1
2
1
2
2
1
2
1
2
3
1
3
1
1
3
3
3
2
71
1
4
2
2
5
1
2
1
3
1
1
2
1
2
3
1
3
1
1
1
3
1
2
72
1
1
3
2
11
1
1
1
2
1
1
2
1
2
3
1
3
1
1
2
3
1
1
73
1
1
1
3
11
2
1
1
3
2
1
2
1
2
3
1
3
1
1
3
3
3
2
74
1
2
3
3
7
1
2
1
4
1
1
2
1
2
3
1
3
1
1
3
3
1
1
75
1
1
2
3
9
1
2
1
2
1
1
2
1
2
3
1
3
1
1
3
3
1
1
76
1
1
2
3
11
1
1
1
1
1
1
2
1
2
3
1
3
1
1
2
3
1
2
77
1
1
2
3
9
1
2
1
1
1
1
2
1
2
3
1
3
1
1
2
3
1
2
78
2
2
2
3
3
2
1
1
2
2
2
2
1
2
3
1
3
3
2
2
3
1
1
79
1
1
1
2
2
1
2
1
2
1
1
2
1
2
3
1
3
1
1
2
3
1
2
80
2
1
2
2
6
2
2
1
1
2
2
2
1
2
3
1
3
2
2
3
3
1
2
1=40
1=32
1=24
1=1
1=1
1=59
1=29
1=80
1=9
1=67
1=74
1=1
1=80
1=0
1=0
1=80
1=0
1=61
1=63
1=30
1=5
1=64
1=44
2=40
2=34
2=43
2=31
2=4
2=21
2=48
2=0
2=22
2=13
2=6
2=79
2=0
2=80
2=0
2=0
2=0
2=15
2=14
2=24
2=5
2=8
2=36
3=2
3=13
3=48
3=20
3=0
3=0
3=0
3=80
3=0
3=80
3=4
3=3
3=26
3=70
3=8
Pola Menonton Televisi
4=6 5=6
4=15 5=1 6=2 7=3 8=0 9=7 10=0 11=27
Keterangan : 1. 1,2,3,4,5…
= Kategori jawaban data responden
Pola Menonton Sinetron
3=3
3=16 4=33
Efek kognitif
Efek Konatif
Jenis Kelamin
"C O D I N G S H E E T"
Efek Afektif
1
2
2. Jumlah pertanyaan = 23 3. Jumlah Responden = 80 Responden
Pola Menonton Televisi
3
4
5
6
Pola Menonton Sinetron
7
8
9
10
11
Efek kognitif
12
13
14
15
Efek Konatif
Sosial ekonomi subjek
Responden/ Variabel
Jenis Kelamin
"C O D I N G S H E E T"
Efek Afektif
16
17
18
19
20
21
22
23