Skripsi S1
EFEK PENYULUHAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN MURID MENGENAI GEJALA ASKARIASIS DI SD X, BANTAR GEBANG, BEKASI Oviliani Wijayantia, Saleha Sungkarb a
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, bDepartemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Abstrak
Anak-anak, terutama yang tinggal di lingkungan kurang bersih, merupakan populasi yang rentan mengalami askariasis. Gejala askariasis tidak khas sehingga sering tidak terdeteksi. Oleh karena itu, pengetahuan mengenai gejala askariasis perlu diberikan pada anak-anak, salah satunya melalui penyuluhan kesehatan. Penelitian ini bertujuan mengetahui efektivitas penyuluhan kesehatan dalam meningkatkan pengetahuan anak mengenai gejala askariasis. Desain yang digunakan adalah pre-post study. Penyuluhan dilakukan di Sekolah Dasar X, Bantar Gebang, Bekasi pada 17 Desember 2011. Subjek penelitian adalah 60 orang murid kelas IV, V, dan VI SD X. Data pengetahuan diambil menggunakan kuesioner berisi lima pertanyaan mengenai gejala askariasis yang dibagikan sebelum dan setelah intervensi penyuluhan. Data diolah dengan program SPSS 20.0 dan diuji dengan Wilcoxon. Sebelum penyuluhan, secara keseluruhan tingkat pengetahuan semua responden mengenai gejala askariasis tergolong kurang dan tidak meningkat setelah diberikan penyuluhan. Selanjutnya, pada analisis setiap butir pertanyaan, didapatkan perbedaan bermakna antara skor pretest dan posttest pada dua pertanyaan, yaitu mengenai gejala umum infeksi cacing gelang (p=0,001) dan akibat yang ditimbulkan larva cacing gelang pada infeksi berat (p<0,001). Sementara itu, tidak terdapat perbedaan bermakna antara skor pretest dan posttest pada ketiga pertanyaan lainnya. Disimpulkan bahwa penyuluhan kesehatan tidak efektif meningkatkan pengetahuan murid SD X, Bantar Gebang, Bekasi mengenai gejala askariasis. Kata kunci: Ascaris lumbricoides; gejala askariasis; murid SD; penyuluhan; tingkat pengetahuan.
Abstract Children, especially ones living in unsanitary environment, are prone to having ascariasis. Detecting ascariasis is difficult because symptoms are uncharacteristic. Knowledge about symptoms of ascariasis becomes important issue for children. This survey aims at assessing the effect of health education on improving students’ knowledge about symptoms of ascariasis. Prepost study is the design of choice. Health education was given at X Primary School, Bantar 1 Efek penyuluhan kesehatan..., Oviliani Wijayanti, FK UI, 2013
Gebang, Bekasi on December 17, 2011. The subjects are 60 fourth, fifth, and sixth grade students. Questionnaires consisting of 5 questions about symptoms of ascariasis were handed out before and after health education. Data were processed using SPSS 20.0 and tested with Wilcoxon. Before health education was given, the knowledge of all students’ about the symptoms of ascariasis was poor and did not improve afterwards. Based on analysis of each question, there is significant difference between pretest and posttest scores on two questions regarding common symptom of ascariasis (p=0,001) and the effect of A. lumbricoides larvae in severe infection (p<0,001), while there is no significant difference on the other three. It is concluded that health education is not effective in improving students’ knowledge about the symptoms of ascariasis in X Primary School, Bantar Gebang, Bekasi. Key words: Ascaris lumbricoides; health education; knowledge; primary students; symptoms of ascariasis.
PENDAHULUAN berkembang,
menjadi faktor predisposisi STH, termasuk
Indonesia menghadapi berbagai tantangan
askariasis. Terbukti, prevalensi askariasis di
kesehatan, termasuk penyakit infeksi. Soil-
Bekasi cukup tinggi, yaitu 22,1% pada tahun
transmitted helminthiasis (STH) merupakan
2006.2
Sebagai
negara
salah satu penyakit infeksi parasit dengan
Di masyarakat, balita dan usia sekolah
prevalensi tinggi di negeri ini. Fenomena
dasar menjadi populasi rentan. Menurut
tersebut
tingkat
survei dari Subdirektorat Diare, Kecacingan
higienitas dan pendidikan yang rendah. STH
dan Infeksi Saluran Pencernaan Lainnya
tidak
secara
Kementerian Kesehatan di 33 provinsi di
langsung, tetapi menimbulkan morbiditas
Indonesia (2002-2009), prevalensi STH
pada infeksi berat.1 Salah satu golongan
pada murid sekolah dasar/sederajat adalah
helminthes yang termasuk etiologi STH
31,8%.3 Maraknya infeksi cacing pada anak
adalah
(Ascaris
berkaitan dengan kebiasaan seperti buang
lumbricoides). Infeksi cacing gelang disebut
air besar di saluran air terbuka, tidak
dengan askariasis.
mencuci tangan sebelum makan, dan tidak
berhubungan menyebabkan
cacing
dengan kematian
gelang
Bantar Gebang merupakan wilayah di Kotamadya
Bekasi,
Jawa
Barat,
memakai alas kaki saat berjalan di luar rumah.4,5
yang
memiliki tempat pembuangan sampah akhir.
Gejala askariasis yang paling umum
Kondisi lingkungan yang kurang bersih
adalah diare. Jika seorang anak menderita 2
Efek penyuluhan kesehatan..., Oviliani Wijayanti, FK UI, 2013
diare,
biasanya
orang
akan
variabel bebas berupa penyuluhan kesehatan,
tanpa
variabel terikat berupa tingkat pengetahuan
cacingan.
murid mengenai gejala askariasis, dan
tuanya
memberikan
obat
antidiare
memikirkan
kemungkinan
Padahal, jika diare tersebut merupakan
variabel
manifestasi askariasis dan tidak diobati,
demografis (usia, jenis kelamin, tingkat
infeksi akan terus berlanjut. Dalam jangka
pendidikan,
sumber
panjang atau jika jumlah cacing cukup
penyuluhan)
serta
banyak,
dalam
dapat
terjadi
hambatan
pertumbuhan dan perkembangan fisik dan 1,6
kecerdasan anak. dapat
timbul
karakteristik
informasi kejujuran
kuesioner.
sebelum responden
Penyuluhan
dan VI di sebuah sekolah dasar di Bantar
nyeri
Gebang, Bekasi yang hadir saat pengambilan
anemia
data (17 Desember 2011) dan bersedia
defisiensi besi, penurunan ketahanan tubuh,5
mengikuti penelitian. Subjek dieksklusi jika
malnutrisi,7 dan radang paru.8
tidak mengisi kuesioner dengan lengkap dan
abdomen,
kembung,
mengisi
berupa
kesehatan diberikan pada murid kelas IV, V,
Gejala lain yang juga
adalah
perancu
penyumbatan
usus,
Sebagai bagian dari upaya deteksi dini askariasis, pengetahuan
anak-anak mengenai
perlu gejala
dinyatakan drop-out jika tidak mengikuti penyuluhan atau posttest. Menurut data yang
diberikan penyakit
dimiliki
SD
tempat
dilakukannya
tersebut. Salah satu metode penyampaian
pengambilan data, terdapat 50 orang murid
informasi yang dapat dilaksanakan adalah
kelas IV, 26 orang murid kelas V, dan 27
penyuluhan kesehatan. Untuk mengetahui
orang murid kelas VI sehingga total murid
apakah materi penyuluhan kesehatan dapat
kelas IV, V, dan VI adalah 103 orang.
dipahami oleh anak-anak, perlu dilakukan
Dengan teknik populasi total berdasarkan
survei tingkat pengetahuan mengenai gejala
kriteria
askariasis, sebelum dan sesudah penyuluhan.
diperoleh besar sampel 60 responden.
Untuk memudahkan pengumpulan anak-
seleksi
yang
Kuesioner
telah
berisi
ditetapkan,
formulir
data
anak, survei dilakukan pada murid sebuah
demografis (nama, usia, jenis kelamin,
sekolah dasar di Bantar Gebang, Bekasi.
tingkat cacingan,
METODE PENELITIAN
pendidikan, sumber
riwayat
penyakit
informasi
mengenai
cacingan) dan lima butir pertanyaan berjenis
Penelitian ini menggunakan desain
pilihan jamak mengenai gejala askariasis.
eksperimental, yaitu studi intervensi dengan
Kuesioner dibagikan kepada para murid 3
Efek penyuluhan kesehatan..., Oviliani Wijayanti, FK UI, 2013
sebelum penyuluhan (pretest) dan setelah
homogenity.
Selanjutnya,
analisis
skor
penyuluhan (posttest). Kuesioner pretest dan
pretest dan posttest setiap soal dilakukan
posttest memiliki soal yang sama. Pada
dengan uji Wilcoxon.
semua pertanyaan, subjek diperkenankan HASIL
memilih lebih dari satu jawaban. Masingmasing pilihan jawaban memiliki bobot nilai
Karakteristik responden berdasarkan
parsial. Nilai penuh setiap soal adalah 5.
jenis kelamin, tingkat pendidikan, usia, dan
Saat pengisian kuesioner, para responden
riwayat
dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil
dalam Tabel 1. Penyebaran responden
yang masing-masing difasilitasi oleh seorang
berdasarkan jenis kelamin adalah 30 murid
anggota tim peneliti. Peneliti bertugas
perempuan dan 30 laki-laki. Responden
memberikan instruksi pengisian kuesioner,
terbanyak duduk di kelas 4 (45%), diikuti
menjadi tempat bertanya bagi responden,
kelas 6 (35%) dan kelas 5 (20%). Usia
dan
responden terentang dari 9 tahun sampai 13
memeriksa
kelengkapan
pengisian
kuesioner. diklasifikasikan pengukurannya. kuesioner.
cacingan
ditampilkan
tahun, dengan jumlah terbanyak ada pada
Setelah data dipastikan lengkap, data
pengetahuan
penyakit
berdasarkan Data
dari
maksimal
responden (71,7%) mengaku tidak pernah
tingkat
mengalami penyakit cacingan.
penilaian
responden
berdasarkan
jumlah sumber informasi ditampilkan dalam
diperoleh adalah 100 dan skor minimal
Tabel 2. Sebagian besar responden (98,3%)
adalah 0. Tingkat pengetahuan digolongkan
sudah
sebagai skala ordinal menjadi kelompok baik
tentang
(skor total >80%), sedang (skor total 60-
bahkan lebih dari separuh total responden
79%), dan kurang (skor total <59%).
mendapatkan informasi dari lebih dari satu
kemudian
yang
Sebaran
dapat
Data
Skor
skala
mengenai
didapatkan
usia 11 tahun (41,7%). Sebagian besar
diolah
pernah penyakit
mendapatkan cacingan
informasi sebelumnya,
sumber. Terdapat 1 orang responden yang
dengan
program SPSS 20.0 for Windows. Sesuai uji
mengaku
belum
pernah
yang disarankan untuk studi perbandingan
informasi mengenai penyakit cacingan.
dua kelompok berpasangan, analisis data direncanakan menggunakan uji marginal
4 Efek penyuluhan kesehatan..., Oviliani Wijayanti, FK UI, 2013
memperoleh
Tabel 1. Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan, Usia, dan Riwayat Penyakit Cacingan Variabel Jenis Kelamin Tingkat Pendidikan Usia
Riwayat Penyakit Cacingan
Kategori Laki-laki Perempuan 4 SD 5 SD 6 SD 9 10 11 12 13 >2 tahun lalu 1 tahun lalu 6 bulan lalu 3 bulan lalu 1 minggu terakhir Tidak pernah
Jumlah 30 30 27 12 21 9 11 25 9 6 9 3 1 1 3 43
Persentase 50 50 45 20 35 15 18,3 41,7 15 10 15 5 1,7 1,7 5 71,7
Tabel 4.2. Sebaran Responden Berdasarkan Jumlah Sumber Informasi Jumlah Sumber Informasi Tidak pernah mendapat informasi Satu sumber informasi Dua sumber informasi Tiga sumber informasi Empat sumber informasi
Jumlah 1 14 34 10 1
Pada penelitian ini didapatkan bahwa
sesudah penyuluhan (100%) sehingga uji
penyuluhan tidak berhasil meningkatkan pengetahuan
murid
mengenai
Persentase 1,7 23,3 56,7 16,7 1,7
marginal homogeneity tidak dilakukan.
gejala
Selanjutnya, pada analisis skor setiap
askariasis. Baik sebelum maupun sesudah
butir
penyuluhan
yang
bermakna antara pretest dan posttest pada
mempunyai tingkat pengetahuan baik dan
skor soal nomor 1 dan 5. Skor ketiga soal
sedang (0%). Semua murid
lainnya
tidak
ada
murid
mempunyai
tingkat pengetahuan kurang sebelum dan
pertanyaan,
tidak
didapatkan
menunjukkan
bermakna (Tabel 3).
5 Efek penyuluhan kesehatan..., Oviliani Wijayanti, FK UI, 2013
perbedaan
perbedaan
Lebih lanjut, tabel 4 merinci perolehan
(nomor 1) dan akibat larva cacing pada
skor per nomor dalam kuesioner mengenai
infeksi berat (nomor 5) dapat dijawab
gejala askariasis. Dari tabel tersebut, dapat
dengan lengkap oleh 3,3% responden (2
dilihat bahwa sebelum penyuluhan, selain
orang), sementara akibat cacing gelang
soal
yang
dalam jumlah banyak terhadap usus (nomor
ditimbulkan cacing gelang (nomor 1) yang
4) dijawab dengan lengkap oleh 1,7%
berhasil dijawab dengan nilai penuh oleh
responden (1 orang). Soal mengenai zat gizi
1,7% responden (1 orang), tidak ada soal
yang diserap cacing gelang di usus (nomor
lain yang berhasil dijawab dengan benar.
2) dan akibat infeksi cacing gelang jangka
Terlihat pula bahwa soal mengenai akibat
panjang (nomor 3) tidak berhasil dijawab
larva cacing pada infeksi berat (nomor 5)
dengan lengkap oleh satu responden pun.
merupakan pertanyaan yang paling tidak
Meski demikian, dapat dilihat bahwa jumlah
dimengerti saat pretest, sehingga sebanyak
responden
65% responden (39 orang) memperoleh nilai
berkurang di hampir setiap nomor, kecuali di
nol.
soal nomor 4.
mengenai
gejala
umum
yang
mendapat
nilai
Setelah penyuluhan, soal mengenai gejala yang ditimbulkan cacing gelang Tabel 3. Skor Soal Mengenai Gejala Askariasis Sebelum dan Setelah Penyuluhan Variabel
Median (Minimum - Maksimum) No. 2 No. 3 No. 4 2 (0-2) 3 (0-4) 2 (0-3) 2 (0-3) 3 (0-4) 2 (0-5) 0,312 0,180 0,956
No.1 2 (0-5) 2 (0-5) 0,001
Sebelum Setelah Nilai p* *Uji Wilcoxon
No. 5 0 (0-3) 2 (0-5) <0,001
Tabel 4. Sebaran Responden Berdasarkan Skor Soal Mengenai Gejala Askariasis Nomor
Nilai
1
0 1 2 3
Jumlah Responden (Persentase) Pretest Posttest 17 (28,3) 1 (1,7) 7 (11,7) 12 (20) 18 (30,0) 24 (40) 14 (23,3) 17 (28,3) 6
Efek penyuluhan kesehatan..., Oviliani Wijayanti, FK UI, 2013
nol
4 5 0 1 2 3 0 1 2 3 4 0 2 3 5 0 2 3 5
2
3
4
5
3 (5,0) 1 (1,7) 10 (16,7) 18 (30,0) 32 (53,3) 0 (0,0) 16 (26,7) 7 (11,7) 1 (1,7) 35 (58,3) 1 (1,7) 27 (45,0) 6 (10,0) 27 (45,0) 0 (0,0) 39 (65,0) 11 (18,3) 10 (16,7) 0 (0,0)
4 (6,7) 2 (3,3) 7 (11,7) 20 (33,3) 31 (51,7) 2 (3,3) 4 (6,7) 18 (30) 1 (1,7) 33 (55) 4 (6,7) 29 (48,3) 3 (5) 27 (45) 1 (1,7) 8 (13,3) 40 (66,7) 10 (16,7) 2 (3,3)
seperti yang dilakukan Salbiah11 dan Pawestri,12
PEMBAHASAN Pengetahuan, sikap, dan perilaku adalah
banyak penelitian telah membuktikan bahwa
faktor-faktor yang turut memengaruhi kejadian
kurangnya pengetahuan akan infeksi cacingan
suatu penyakit. Di antara trias host-agent-
berkorelasi dengan tingginya prevalensi penyakit
environment
cacingan, khususnya pada siswa sekolah dasar.
dalam
penyebaran
infeksi,
pengetahuan, sikap, dan perilaku merupakan
Dalam penelitian ini, didapatkan bahwa
9
seluruh responden memiliki tingkat pengetahuan
antara
yang kurang mengenai gejala askariasis sebelum
pengetahuan, sikap, dan praktik hidup sehat
diberi penyuluhan. Hampir semua responden
dengan angka kejadian cacingan pada siswa
sudah pernah mendapat informasi mengenai
sebuah sekolah dasar di Semarang tahun 2006.
cacingan sebelum penyuluhan, bahkan lebih dari
Selaras dengan itu, penelitian oleh Edelduok et
separuhnya menerima informasi dari lebih dari
al10 pada siswa sekolah dasar di Nigeria bagian
satu sumber. Rendahnya tingkat pengetahuan
tenggara pada tahun 2013 juga menemukan
yang
hubungan bermakna antara pengetahuan dan
disebabkan informasi yang sebelumnya didapat
praktik pencegahan dengan angka kejadian
tidak mencakup apa yang ditanyakan dalam
cacingan. Meskipun terdapat sejumlah penelitian
kuesioner.
bagian dari host. Penelitian oleh Yuliani menyebut,
terdapat
hubungan
dicerminkan
skor
pretest
mungkin
Secara garis besar, kelima pertanyaan
lain yang tidak menemukan hubungan bermakna
tentang
antara pengetahuan dan angka kejadian cacingan
gejala
askariasis
7 Efek penyuluhan kesehatan..., Oviliani Wijayanti, FK UI, 2013
dalam
kuesioner
meliputi gejala infeksi cacing gelang, zat gizi
terampil dalam memberikan penyuluhan. Selain
yang diserap cacing gelang di dalam usus, akibat
itu, menurut keterangan guru sekolah, banyak
infeksi cacing gelang jangka panjang, akibat
murid SD Bantar Gebang yang kurang cerdas
infeksi cacing gelang berjumlah banyak terhadap
karena berasal dari golongan sosial ekonomi
usus, dan akibat infeksi berat larva cacing
rendah.
gelang. Pertanyaan tersebut sulit dimengerti
mengenai gejala askariasis sulit untuk dipahami
karena informasi yang diterima oleh responden
oleh murid karena mereka masih berada di
dari
tingkat sekolah dasar.
berbagai
media
sebelum
penyuluhan
mungkin tidak mencakup semua hal tersebut.
Sementara
itu,
materi
penyuluhan
Oleh karena itu, penyuluhan harus diulang
Pada penelitian ini, didapatkan bahwa
secara berkala untuk meningkatkan pengetahuan
penyuluhan tidak efektif dalam meningkatkan
murid tersebut. Frekuensi penyuluhan yang
pengetahuan murid SD X, Bantar Gebang
disarankan adalah sebulan sekali selama minimal
tentang
terdapat
tiga bulan, sesuai penelitian Amri et al15 di
perbedaan antara tingkat pengetahuan murid
sebuah perkebunan teh di Jawa Barat yang
sebelum
mendapati
gejala dan
askariasis. sesudah
Tidak
penyuluhan.
Setelah
peningkatan
pengetahuan
dan
penyuluhan, sebanyak 100% responden masih
perbaikan perilaku higienis yang signifikan
menunjukkan
kurang
setelah intervensi penyuluhan kesehatan sebulan
mengenai gejala askariasis. Hasil tersebut tidak
sekali selama tiga bulan. Mengingat tingkat
tingkat
pengetahuan
13
sesuai dengan penelitian oleh Radhitya menyimpulkan
bahwa
terdapat
yang
pendidikan responden adalah SD, sebaiknya
peningkatan
penyuluhan
diberikan
oleh
orang
yang
pengetahuan santri di Jakarta Timut mengenai A.
berpengalaman dan dapat memberikan informasi
lumbricoides setelah penyuluhan. Hasil tersebut
dengan baik kepada murid SD. Penyuluhan
juga tidak sesuai dengan penelitian Lansdown et
harus diberikan secara perlahan dengan materi
al14
yang mudah dimengerti dan cara penyampaian
yang
penyuluhan
menemukan kesehatan
efek
signifikan
terhadap
tingkat
yang menarik.
pengetahuan dan perilaku murid-murid sekolah
Soal nomor 1 menanyakan gejala yang
dasar tentang infeksi cacing di Tanzania.
ditimbulkan
cacing
gelang.
Nilai
penuh
Terdapat berbagai faktor yang mungkin
didapatkan jika responden memilih mual, diare,
menyebabkan penyuluhan tidak efektif dalam
dan perut buncit. Pada pretest, sebanyak 28,3%
penelitian ini. Dalam hal penyuluhan, meskipun
responden
sudah menerima pelatihan, penyuluh adalah
menjawab perut buncit saja, 30% menjawab
mahasiswa
berpengalaman
mual saja atau diare saja, 28,5% memilih
memberikan penyuluhan kepada murid SD.
kombinasi dua jawaban, dan 1,7% memilih
Dengan demikian, mahasiswa tersebut kurang
ketiga jawaban benar. Pada posttest, sebanyak
yang
belum
menjawab
tidak
8 Efek penyuluhan kesehatan..., Oviliani Wijayanti, FK UI, 2013
tahu,
11,7%
1,7% responden menjawab tidak tahu, 20%
Pilihan jawaban kurang gizi memiliki bobot 3
menjawab perut buncit saja, 40% menjawab
karena merupakan akibat langsung dari infeksi
mual saja atau diare saja, 35% memilih
jangka panjang, sedangkan pilihan kecerdasan
kombinasi dua jawaban, dan 3,3% memilih
menurun dan pertumbuhan terhambat masing-
ketiga jawaban benar. Pemilihan jawaban parsial
masing berbobot 1 karena merupakan akibat
kemungkinan
tidak
tidak langsung. Ketiga akibat tersebut telah
yang
dijelaskan dalam materi penyuluhan. Pada soal
ditampilkan di pilihan jawaban adalah benar.
ini, lebih dari separuh responden menjawab
Meskipun
perbedaan
kurang gizi (58,3% pada pretest dan 55% pada
bermakna antara skor pretest dan posttest pada
posttest), menunjukkan bahwa sebagian besar
pertanyaan nomor 1. Penjelasan yang mungkin
responden mengetahui bahwa kurang gizi adalah
untuk hal tersebut adalah gangguan saluran
dampak dari askariasis. Tidak adanya responden
pencernaan merupakan gejala penyakit cacingan
yang
yang paling banyak diketahui oleh masyarakat
disebabkan responden sulit memahami bahwa
umum.
penurunan
mengetahui
disebabkan bahwa
responden
ketiga
demikian,
gejala
didapati
memperoleh
nilai
kecerdasan
penuh dan
mungkin hambatan
Soal nomor 2 menanyakan tentang zat-zat
pertumbuhan secara tidak langsung merupakan
gizi yang diserap oleh cacing gelang di dalam
dampak dari infeksi cacing gelang jangka
usus. Vitamin A dan protein merupakan dua zat
panjang.
gizi utama yang diserap cacing gelang sehingga
Soal nomor 4 menanyakan tentang akibat
kedua pilihan jawaban tersebut berbobot masing-
dari infeksi cacing gelang dalam jumlah banyak
masing 2. Sementara itu, dalam jumlah kecil zat
terhadap usus. Sebanyak 45% responden pada
besi juga diserap oleh cacing gelang sehingga
pretest dan 48,3% pada posttest mendapat nilai
pilihan jawaban tersebut berbobot 1. Pada
nol, yang berarti memilih tidak tahu atau
pretest maupun posttest, tidak ada responden
perdarahan. Di antara responden yang tersisa,
yang memilih ketiga jawaban tersebut sekaligus
sebagian besar memilih jawaban penyumbatan
sehingga tidak ada yang mendapat nilai penuh
(45% pada pretest dan 45% pada posttest) yang
walaupun materi tentang zat gizi yang diserap
memiliki bobot nilai 3. Pada materi penyuluhan,
oleh cacing gelang telah diterangkan dalam
disampaikan bahwa cacing dalam jumlah banyak
penyuluhan. Tidak adanya perbedaan bermakna
dapat membuat usus tersumbat sehingga perlu
antara skor pretest dan posttest pada pertanyaan
dioperasi. Tidak adanya peningkatan skor secara
ini mungkin disebabkan materi yang sulit
signifikan pada nomor ini mungkin disebabkan
dimengerti oleh responden.
materi yang sulit dipahami oleh responden.
Soal nomor 3 membahas tentang akibat
Soal nomor 5 memuat pertanyaan tentang
dari infeksi cacing gelang dalam jangka panjang.
apa akibat dari larva cacing gelang pada infeksi
9 Efek penyuluhan kesehatan..., Oviliani Wijayanti, FK UI, 2013
berat.
Salah
satu
akibat
langsung
tingkat pengetahuan kurang mengenai gejala
yang
ditimbulkan adalah radang paru (bobot nilai 3)
askariasis.
Setelah
penyuluhan,
semua
dengan gejalanya yaitu batuk (bobot nilai 2).
responden
tetap
memiliki
tingkat
Sebelum penyuluhan, sebanyak 65% menjawab
pengetahuan
tidak tahu. Setelah penyuluhan, hanya 13,3%
bermakna
antara
gejala
kesehatan tidak efektif dalam meningkatkan
batuk meningkat dari 18,3% menjadi 66,7%. perbedaan
mengenai
askariasis. Disimpulkan bahwa penyuluhan
yang menjawab tidak tahu. Pemilih jawaban Terdapat
kurang
pengetahuan murid SD X, Bantar Gebang
skor
mengenai gejala askariasis.
pretest dan posttest pada nomor ini yang menandakan bahwa responden telah familiar
SARAN
dengan gejala batuk sehingga lebih mudah
Diperlukan penyuluhan kesehatan
mengingatnya sebagai salah satu gejala infeksi cacing gelang. Sementara itu, jumlah pemilih
secara
jawaban radang paru tidak meningkat. Hal
berpengalaman
tersebut kemungkinan terjadi karena di dalam
sederhana dan cara penyampaian yang
slide penyuluhan dicantumkan “perdarahan kecil
menarik untuk meningkatkan pengetahuan
di paru”. Perbedaan kata yang digunakan ini mungkin
menyulitkan
responden
berkala
responden
dalam
oleh dengan
mengenai
penyuluh
yang
materi
yang
gejala
askariasis.
Diperlukan pula penelitian lebih lanjut untuk
mengaitkan informasi yang diterima dengan soal
menilai
yang dikerjakan.
perubahan
perilaku
setelah
intervensi penyuluhan.
KESIMPULAN
KEPUSTAKAAN
Karakteristik demografis responden terdiri atas jumlah murid laki-laki dan
1. Hotez P, Bundy DAP, Beegle K, Brooker
perempuan yang sama, sebanyak hampir
S, Drake L, de Silva N, et al. Helminth
separuh total responden duduk di kelas IV
infections:
SD dan berusia 11 tahun. Sebagian besar
infections and schistosomiasis [internet].
responden tidak pernah mengalami penyakit
2011 [cited 2011 Dec 8]. Available from:
cacingan
files.dcp2.org/pdf/DCP/DCP24.pdf.
sebelumnya.
responden
sudah
mengenai
penyakit
penyuluhan.
Hampir
mendapat
Akan
semua
soil-transmitted
helminth
2. Indonesia. Kementerian Kesehatan. STH
informasi
cacingan
sebelum
Survey
Year
tetapi,
sebelum
Kemenkes; 2011.
2002-2011.
penyuluhan, semua responden memiliki 10 Efek penyuluhan kesehatan..., Oviliani Wijayanti, FK UI, 2013
Jakarta:
3. Indonesia. Pedoman
Kementerian Pengendalian
Kesehatan.
9. Yuliani
Kecacingan.
Hubungan
antara
pengetahuan, sikap dan praktik hidup
Jakarta: Kemenkes; 2012. 4. Refirman
N.
sehat dengan kejadian cacingan pada
DJ. Faktor
pendukung
siswa sekolah dasar negeri bulusan I
transmisi soil transmitted 11andomized
kecamatan tembalang kota semarang
pada murid SD di dua dusun Kabupaten
tahun
Musi
Universitas Negeri Semarang; 2011.
Banyuasin
Sumatera
Selatan
[tesis]. Jakarta: Universitas Indonesia;
2006
[tesis].
Semarang:
10. Edelduok E, Eyo J, Ekpe E. Soil-
1998.
transmitted
5. Supali T, Margono SS, Abidin SAN.
helminth
infections
in
relation to the knowledge and practice of
Nematoda. Dalam: Sutanto I, Ismid IS,
preventive
Sjarifuddin PK, Sungkar S. Parasitologi
children in rural communities in South-
kedokteran. Edisi ke-4. Jakarta: Balai
Eastern
Penerbit FKUI; 2008. h.6-20.
5(6):33-7.
6. Muller R, Wakelin D. Worms and human disease. 2 ed. London: CABI, 2002. Without
Worms.
Nigeria.
among
IOSR-JPBS.
school 2013;
11. Salbiah. Hubungan karakteristik siswa
nd
7. Children
measures
dan sanitasi lingkungan dengan infeksi Soil
cacingan siswa sekolah dasar [tesis].
transmitted helminth [internet]. 2011
Medan:
[cited 2011 Dec 8]. Available from
2008.
http://www.childrenwithoutworms.org/w
Universitas
Sumatra
Utara;
12. Pawestri SG. Hubungan pengetahuan,
hat-we-target.
sikap, dan perilaku dengan kejadian
8. Dickson R, Awasthi S, Williamson P,
cacingan pada siswa SDN Karang I,
Demellweek C, Garner P. Effects of
Wedi, Klaten, Jawa Tengah [abstrak].
treatment
helminth
Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia;
cognitive
2010.
systematic
13. Radhitya
infection
for on
performance
intestinal growth
in
and
children:
R.
Efektivitas
penyuluhan
review of randomized trial. International
terhadap peningkatan pengetahuan santri
Health Division. Liverpool School of
mengenai A. Lumbricoides di pesantren
Tropical
X, Jakarta Timur [skripsi]. Jakarta:
Medicine.
BMJ.
2000;
320:1697-701
Universitas Indonesia; 2011.
11 Efek penyuluhan kesehatan..., Oviliani Wijayanti, FK UI, 2013
14. Lansdown R, Ledward A, Hall A, Issae W, Yona E, Matulu J. Schistosomiasis, helminth
infection
and
helminth
education
in
Tanzania:
achieving
behavior change in primary schools. Oxford
University
Press
2002;
17(4):425-33. 15. Amri Z, Rivai A. Efek penyuluhan terhadap prevalensi penyakit cacing usus dan pencapaian target pemetik the di perkebunan
teh
Dipresentasikan
X, pada
Jawa 21
Barat.
APOSHO
Annual Meeting and Conference; 2005 Sep 7; Denpasar, Indonesia.
12 Efek penyuluhan kesehatan..., Oviliani Wijayanti, FK UI, 2013