EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL 70% DAUN BIT (Beta vulgaris L.) TERHADAP TIKUS PUTIH JANTAN DIURETICS EFFECT OF ETHANOLIC EXTRACT OF BIT LEAVES (Beta vulgaris L.) IN MALE WHITE RAT 1),2)
Rahayu1), Wiwin Herdwiani2) Fakultas Farmasi, Universitas Setia Budi, Surakarta ABSTRAK
Tanaman Bit ( Beta vulgaris L.) merupakan salah satu tanaman obat yang banyak digunakan masyarakat sebagai obat tradisional yang mempunyai banyak khasiat. Salah satunya adalah sebagai diuretik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya efek diuretik ekstrak etanol 70% daun Bit (Beta vulgaris L.) terhadap tikus putih (Rattus novergicus) jantan dan mengetahui dosis yang paling efektif sebagai diuretik. Metode pengujian diuretik dilakukan dengan membagi hewan uji menjadi 5 kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor tikus putih (Rattus novergicus) jantan. Ekstrak diperoleh dengan metode sokhletasi dengan pelarut etanol 70%. Kelompok I kontrol negatif yaitu CMC Na 1%, kelompok II ekstrak dosis 4,54 mg/200 g BB, kelompok III 9,09 mg/200 g BB,kelompok IV 18,14 mg/200 g BB, dan kelompok V kontrol positif furosemid 1%. Jumlah kumulatif volume urin dihitung tiap 30 menit selama 4 jam. Hasil data analisa dengan anava satu jalan dan uji SNK pada taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol 70% daun Bit (Beta vulgaris L.) dapat berkhasiat sebagai diuretik. Dan dosis efektif sebagai diuretik diperoleh pada dosis 18,14 mg/200 g BB. Kata kunci: daun bit (Beta vulgaris L.), soxhletasi, diuretik ABSTRACT (Beta vulgaris L.) is a medicinal plants that has many benefits etc diuretic. This research aims to determine the diuretic effect of ethanolic extract of Bit leaves (Beta vulgaris L.) to white rats male (Rattus novergicus) and to know the most effective dose for diuretic. The diuretic test method by dividing into five groups of test animals. Each group consisted of five white rats males (Rattus novergicus). Extracts was obtained with soxhletation. The first group was the negative control (CMC Na 1%), the second group was ethanolic extract of Bit leaves with the dose 4.54 mg/200 gWB, the third group was ethanolic extract of Bit leaves with the dose 9.09 mg/200 g WB, the fourth group was ethanolic extract of Bit leaves with the dose 18.14 mg/200gWB, the last group was the positive control (furosemide). The cumulative volume of urine was calculated every 30 minutes for 4 hours. The results of data was analyzed with one way ANAVA and Student Newman Keuls with the confidence level at 95%. The results showed that the ethanol extract of Bit leaves (Beta vulgaris L.) had a diuretic effect. And the effective dose of the ethanol extract of Bit leaves (Beta vulgaris L.) was obtained at a dose of 18,14 mg/200 g BW. Keyword: bit leaves (Beta vulgaris L.), soxhletation, diuretic
PENDAHULUAN Pengobatan tradisional dengan memanfaatkan tumbuhan berkhasiat obat merupakan pengobatan yang dimanfaatkan dan diakui masyarakat dunia, yang menandai kesadaran untuk kembali ke alam (back to nature) adalah untuk mencapai kesehatan yang optimal dan untuk mengatasi berbagai penyakit secara alami (Hembing, 2000). Dunia kedokteran modernpun banyak mempelajari obat-obatan tradisional. Tanaman-tanaman berkhasiat obat ditelaah dan dipelajari secara ilmiah. Hasilnya pun mendukung bahwa tanaman obat memang memiliki kandungan zat-zat atau senyawa yang secara klinis terbukti bermanfaat bagi kesehatan (Muhlisah, 2004). Daun tanaman Bit (Beta vulgaris L.) dapat berkhasiat sebagai obat sakit kepala, sakit telinga, diuretik dan tonikum. Untuk peluruh air seni (diuretik) dipakai ± 20 g daun Bit, direbus dengan 2 gelas air selama 15 menit, setelah dingin diperas dan disaring hasil saringan diminum 2 kali sama banyak pagi dan sore. Daun Bit mengandung Flavonoid, Alkaloid, dan Polifenol (Anonim, 2006) . Flavonoid merupakan senyawa polar karena mempunyai sejumlah gugus hidroksil yang tak tersulih atau suatu gula, maka pada umumnya flavonoid cukup larut dalam pelarut polar seperti etanol, methanol, butanol, aseton, air dan lainlain. Adanya gula yang terikat pada flavonoid, cenderung menyebabkan flavonoid lebih mudah larut dalam air dan dengan demikian campuran pelarut diatas dengan air merupakan pelarut yang lebih baik untuk glikosida (Markham, 1988). Diuretik didefinisikan sebagai zat-zat yang dapat memperbanyak pengeluaran kemih (diuresis) akibat khasiat langsung terhadap ginjal (Tan dan Raharja, 1986). Diuretik adalah senyawa yang dapat meningkatkan volume urine (Siwandono dan soekardjo, 1995). Diuretik bekerja terutama meningkatkan ekskresi ion-ion Na+, Cl- atau HCO3-, yang merupakan elektrolit utama dalam cairan luar sel. Diuretik juga menurunkan absorbsi kembali elektrolit di tubulus renalis dengan melibatkan proses pengangkutan aktif (Siswandono dan Soekardjo, 1995). Proses diuretik dimulai dari mengalirnya darah kedalam gumpalangumpalan pembuluh darah (Glomeruli) yang terletak dibagian kulit (kortex) dari ginjal, dinding-dinding glomeruli ini bekerja sebagai saringan halus yang secara pasif menahan sel-sel darah zat putih telur, tetapi dapat ditembus air, garamgaram dan glukosa. Air saringan glomeruli (Ultrafiltrasi) yang diperoleh pada penyaringan ini mengandung elektrolit-elektrolit dari darah disamping banyak air, ditampung di wadah-wadah (Bouman’s capsules) yang mengelilingi tiap gumpalan seperti corong dan kemudian disalurkan melalui pipa-pipa kecil (tubuli). Tubuli ini dapat dibagi dalam bagian proksimal dan distal, sedangkan diantara dua bagian ini terdapat suatu bagian tikungan yang disebut Henle’s loop (Katzung, 1988 : Tan dan Raharja, 1986). Disini terjadi penarikan kembali secara aktif air dan komponen yang sangat penting bagi tubuh, seperti glukosa dan garam-garam, antara lain ion Na+. Zat-zat ini dikembalikan pada arah melalui kapiler yang mengelilingi tubuli. Sisanya yang tak berguna seperti “Ampas” perombakan metabolisme protein (ureum) untuk sebagian besar tidak diserap kembali. Akhirnya, filtrat dari semua tubuli ditampung disuatu saluran pengumpul (ductus colligens), dimana terutama belangsung penyebaran air kembali. Filtrat disalurkan ke kandung kemih di timbun di sini sebagai urine.
Penggunaan Diuretika saat ini semakin berkembang dengan pesat seperti pada hipertensi yang berhubungan erat dengan penyakit jantung dan pembuluh darah. Tingginya teknan darah seseorang diyakini turut memberikan andil terhadap kasus morbidity pasien penyakit jantung dan pembuluh (Dipiro, 2005). Metode uji diuretik yang digunakan dalam penelitian adalah dengan menghitung volume urine tikus setelah diberi ekstrak etanol 70% daun Bit (Beta vulgaris L.). Selanjutnya volume urine yang terukur di analisa dengan metode anova satu jalan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan di tiap perlakuan (Schefier, 1985). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek diuretik dari ekstrak daun Bit (Beta vulgaris L.) dan dosis yang paling efektif sebagai diuretik dari ekstrak etanol 70% daun Bit (Beta vulgaris L.) terhadap tikus putih (Rattus novergicus) jantan. METODE PENELITIAN Bahan dan Alat Bahan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun bit (Beta vulgaris L.) yang diperoleh dari Lembang, Jawa Barat. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi spuit injeksi dan jarm suntik dengan ujung tumpul untuk pemberian secara oral kepada tikus, timbangan tikus, gelas ukur (100 ml, 25 ml, 10 ml), batang pengaduk pipet tetes vakum evaporator, nercara analitis, Erlenmeyer 500 ml, seperangkat alat-alat soxhletasi – blender Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah etanol 70%, Furosemida, aquadest steril. Bahan untuk identifikasi secara kualitatif flavonoid adalah HCl. Serbuk Mg, alcohol dan amyl alcohol. Binatang percobaan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih (Rattus novergicus) jantan dengan berat badan yang seragam dan setiap kelompoknya terdiri dari atas lima kelompok perlakuan Pembuatan ekstrak etanol 70% daun bit Serbuk daun Bit (Beta vulgaris L.) dimasukkan dalam alat soxhlet yang diberi etanol 70% sebanyak 1,5 kali sirkulasi dan dipanaskan dengan api melalui labu alas bawah, ekstrak yang dihasilkan diambil dan dipekatkan sesuai dengan konsentrasi yang dikehendaki. Pembuatan Kontrol positif furosemid Kontrol positif furosemida dibuat dengan disuspensi dengan CMC Na 1%. Furosemida ditimbang secara seksama 1 g digerus ditambahkan CMC Na 1% dgerus sampai halus dalam mortir dengan stamper, selanjutnya dimasukan dalam labu takar 100 ml dan ditambah aquadest sampai tanda batas. Prosedur uji diuretik Hewan uji yang diadaptasikan dengan keadaan laboratorium tempat penelitian dipuasakan selama 18 jam sebelum perlakuan namun tanpa diberikan minum. Hewan uji dikelompokkan menjadi 5 kelompok dan tiap kelompok terdiri dari 5 ekor. Pengelompokkan hewan dilakukan secara acak. Tiap kelompok diberi larutan obat secara oral dengan volume sebanyak 5,0 ml / 200 g BB. Dosis furosemida yang diberikan pada hewan uji dalam penelitian ini adalah dosis yang
meliputi untuk dosis terapi manusia yaitu 40 mg/70 kg BB. Diagram kerja uji diuretik dapat dilihat pada gambar 2 Pengolahan data, pengujian data, analisis data Data kuantitatif volume urine tiap waktu pengamatan, data volume urine dianalisis dengan analisis variasi satu jalan pada taraf kepercayaan 95%. Kemudian dilanjutkan dengan uji SNK bila ada beda nyata bermakna (T <0,05), uji SNK tidak dilakukan apabila pada analisis variasi satu jalan tidak ada beda bermakna (T >0,05) (Schefler, 1985). HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN Hasil Pembuatan Ekstrak Etanol 70% Daun Bit Data mengenai hasil pembuatan ekstrak etanol 70% daun Bit dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 3. Hasil Pembuatan Ekstrak Etanol 70% Daun Bit No 1. 2. 3.
Berat Serbuk 50,00 g 50,00 g 50,00 g
Berat Wadah Berat Wadah Kosong + Ekstrak 98,30 g 115,56 g 98,30 g 115,65 g 98,30 g 115,97 g Rata – Rata
Ekstrak
Rendemen
16,26 g 16,35 g 16,47 g
32,52% 32,70% 32,94% 32,61%
Tabel 1. menunjukkan bahwa masing – masing serbuk daun Bit 50,00 g menghasilkan ekstrak sebesar (16,26 g, 16,35 g dan 16,47 g) yang berati rendemen ekstrak yang dihasilkan masing – masing sebesar (32,52%, 32,70%, dan 32,94%). Hasil rendemen rata – rata ekstrak etanol 70% sebesar 32,61%. Hasil Pengujian efek Diuretik Ekstrak Etanol 70% Daun Bit Uji dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek diuretik ekstrak etanol 70% daun Bit (Beta vulgaris L.) dan membandingkannya dengan furosemid. Untuk melihat efek diuretik yang ditimbulkan tersebut digunakan hewan uji yaitu tikus putih jantan. Hewan uji yang digunakan dalam penelitian harus berada dalam kondisi sehat karena itu pemeliharaan dan penanganan hewan uji sebelum dan selama masa uji berlangsung harus benar-benar diperhatikan. Penanganan hewan uji diusahakan agar hewan uji tidak mengalami stress, maka hewan uji harus diadaptasikan dengan kondisi laboratorium. Pada hari terakhir hewan uji yang akan mengalami perlakuan dipuasakan dengan tetap diberi minum. Hal ini dilakukan untuk menyamakan kondisi hewan uji dan mengurangi pengaruh makanan yang dikonsumsi terhadap perlakuan. Pemilihan hewan uji harus diperhatikan hal-hal tertentu yang dapat berpengaruh pada kondisi biologis hewan uji. Tikus putih jantan memiliki kondisi biologis yang lebih stabil dibandingkan tikus betina. Pada tikus betina secara berkala dalam tubuhnya mengalami perubahan kondisi seperti masa kehamilan. menyusui dan menstruasi. Pengendalian variabilitas biologis juga harus diperhatikan dalam penelitian ini. Variabilitas antar hewan uji tidak dapat dihilangkan secara mutlak tetapi
variabilitas ini dapat dikurangi seminimal mungkin dengan cara mengusahakan keseragamannya, pada penelitian ini dipilih hewan uji yang berasal dari satu galur, berat badan 100-300 g, umur 2-3 bulan, dan dalam kondisi sehat. Pengelompokan hewan uji dilakukan secara acak, masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor tikus. Variasi dosis yang digunakan dalam pengujian ini adalah 4,54 mg/200 g BB, 9,09 mg/200 g BB , 18,14 mg/200 g BB (merupakan dosis setengahnya dan kelipatan 2 dari dosis awal ) Data yang digunakan pada uji diuretik adalah volume urine kumulatif hewan uji. Pengambilan urine dilakukan pada menit ke- 30, 60, 90, 120, 150, 180, 210, dan 240.
Tabel 2. Volume urin tiap waktu pengamatan pada masing – masing kelompok perlakuan uji diuretik Kelompok Negative Positif Ekstrak etanol 70% dosis 4,54 mg/200 g BB Ekstrak etanol 70% dosis 9,09 mg/200 g BB Ekstrak etanol 70% dosis 18,14 mg/200 g BB
Volume urin rata-rata (ml) menit ke90 120 150 180 210 0,25 0,32 0,33 0,32 0,37 1,05 1,08 1,10 1,14 1,30
30 0,14 0,95
60 0,15 0,98
0,41
0,52
0,55
0,62
0,64
0,61
0,66
0,62
0,82
0,92
0,91
0,96
1,01
1,06
1,02
1,13
1,02
0,99
1,04
1,07
1,15
1,23
1,27
1,50
240 0,40 1,45
Grafik hubungan antara rata-rata volume kumulatif urin yang diekskresikan pada tiap kelompok perlakuan dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. grafik rata-rata volume urin ekstrak etanol 70% daun Bit Analisis terhadap volume urin masing-masing kelompok menggunakan metode Anova satu jalan, diperoleh kesimpulan bahwa F hitung lebih besar dari F kritis jadi terdapat perbedaan yang siqnifikans terhadap berbagai kelompok perlakuan. Dilanjutkan dengan SNK, dan diperoleh hasil bahwa ekstrak etanolik daun Bit memiliki efek diuretika yang berbeda secara nyata dengan kontrol negatif, dan dosis ekstrak 18,14 mg/200 g BB memiliki efek diuretika yang paling besar dan tidak berbeda bermakna dengan kontrol positif. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa, ekstrak etanolik daun Bit (Beta vulgaris, L) memiliki efek sebagai diuretika terhadap tikus putih jantan. Dosis efektif ekstrak etanolik daun Bit (Beta vulgaris, L) sebagai diuretika adalah 18,14 mg/200 g BB. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2006, Investasi Tanaman Obat Indonesia, Edisi VI, Departemen Kesehatan Indonesia, Jakarta. Dipiro, 2005, Pharmacotherapy And Pathophisiologic approach, The McGraw-Hill Companies, New York. Hembing, 2000., Hidup Sehat Ala Hebing, Gramedia, Indonesia. Katzung, B.G, 1988, Farmakologi Dasar, ECG Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta. Markham, 1998, Cara Mengidentifikasi Flavonoid, Penerbit ITB, Bandung, 8 – 115. Muhlisah, F., 2004, Taman Obat Keluarga, Jakarta, 55 – 57.
Schefier, W.C., 1985, Statistika untuk Biologi Farmasi Kedokteran dan Ilmu Bertautan, Edisi II, Bandung, 142 – 256. Siswandono dan Soekardjo, B., 1995, Kimia Medisinal, Universitas Airlangga Press, Surabaya, 449 – 464. Tan dan Raharja, 1986., Obat – Obat Penting, Khasiat Penggunaan dan Efek – efek Sampingnya, Edisi Keempat, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 371 – 382.