Edisi xii, Oktober 2014
hingga manfaat dari anggota koperasi lain yang bisa menjadi sumber SDM dalam menjalankan usahanya. Seperti yang telah dijelaskan pada uraian sebelumnya bahwa koperasi mahasiswa merupakan jenis koperasi yang digolongkan berdasarkan pada jenis anggota. Koperasi mahasiswa atau yang sering disebut Kopma adalah koperasi yang beranggotakan mahasiswa dari Perguruan Tinggi tertentu namun pada beberapa Kopma juga menerima anggota yang berasal dari luar Perguruan Tinggi. Namun, tidak semua Perguruan Tinggi memiliki Kopma tergantung pada kebutuhan dan sumber daya yang dimilikinya. Kopma didirikan untuk memfasilitasi mahasiswa dalam mengembangkan minatnya terhadap kewirausahaan disamping juga untuk kepentingan bisnis. Sebagian besar bidang usaha Kopma adalah berbentuk toko eceran, kafe, kantin, jasa fotokopi, jasa pembiayaan dan sebagainya. Pengelolaan terhadap Kopma kurang lebih sama dengan pengelolaan pada koperasi jenis lain karena yang membedakan hanyalah jenis anggotanya. Koperasi Mahasiswajuga memfasilitasi anggotanya dalam sebuah proker simulasi bisnis untuk mendukung terealisasinya ide bisnis yang dimiliki anggota. Melalui pengumpulan simpanan pokok dan simpanan wajib atau iuran sejenis lainnya, anggota koperasi bisa mendapatan kesempatan untuk memperoleh modal untuk menjalankan ide bisnisnya. Dalam suatu kondisi, Koperasi Mahasiswa perlu menyusun suatu rancangan bisnis agar seluruh ide bisnis yang akan direalisasikan bisa saling terintegrasi dan terorganisir. Hal ini ditujukan agar ide bisnis bisa dijalankan dengan sungguh-sungguh dan memiliki mental ingin maju agar bisa menjadi usaha yang besar. Koperasi Mahasiswa tentu menjadi imam dalam pelaksanaan setiap ide bisnis yang akan direalisasikan. Koperasi Mahasiswa juga perlu memastikan bahwa seluruh anggotanya bisa terjun langsung dalam menjalankan suatu usaha. Seperti usaha lainnya, jika usaha-usaha tersebut telah berjalan, perlu dilakukan pengawasan dan evaluasi agar usaha tidak berumur pendek. Akhirnya, jika usaha yang dijalankan memperoleh hasil baik berupa untung atau rugi, hasil tersebut bisa dibagi-bagi kepada seluruh anggota koperasi sesuai dengan kontribusi masing-masing anggota, baik berupa modal ataupun tenaga. KOPMA merupakan tempat membentuk kader-kader koperasi yang sejati. Dengan ciri khas generasi muda sebagai sosok yang dinamis, kreatif, inovatif, dan idealis. Maka KOPMA dalam pengembangan ekonomi rakyat khususnya perkoperasian dapat berperan sebagai : 1. Wadah transformasi nilai-nilai koperasi dalam usaha mensejahterakan anggota dan kehidupan bangsa. Sakdiah
|
55
Society, Jurnal Jurusan Pendidikan IPS Ekonomi 2. Lembaga pengkaderan yang professional, ideal, kreatif, dan konstruktif. 3. Lembaga yang memperjuangkan nilai-nilai ekonomi dan merupakan katalisator dalam iklim kondusif 4. Lembaga ekonomi yang berwatak social bertujuan meningkatkan perekonomian bangsa dan kesejahteraan anggota. KOPMA sebagai organisasi yang berbasis pendidikan dan pengkaderan dengan usaha yang dikelola oleh mahasiswa beranggotakan mahasiswa mempunyai peran untuk menciptakan kampus bernuansa kewirausahaan dan mencetak kader yang berjiwa entrepreneur. Dengan demikian diharapkan KOPMA dapat memberikan kontribusi yang positif bagi pembangunan perekonomian bangsa. KOPMA sebagai organisasi kampus memiliki dua fungsi strategis, yaitu fungsi pendidikan yang senantiasa memberikan pendidikan perkoperasian bagi anggotanya dan fungsi bisnis yang senantiasa memberikan pelayanan yang optimal untuk memenuhi kebutuhan anggota. Koperasi memiliki fungsi yang paling dekat dengan usaha mikro karena berbasis kerakyatan. Koperasi sebagai salah satu bentuk komunitas usaha menjadi sangat penting untuk meningkatkan kesejateraan anggota koperasi khususnya, dan masyarakat pada umumnya. koperasi mengimplementasikan nilai-nilai “Wirausaha Berkelompok” yang berperan untuk memfasilitasi dan memotivasi usaha mikro agar menjadi usaha besar sehingga usaha mikro memiliki perlindungan usaha dan daya saing yang kuat, terutama dalam menghadapi era Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 yang memungkinkan terjadinya kebebasan persaingan usaha se-ASEAN. G. Kesimpulan Pengembangan jiwa kewirauasahaan bagi mahasiswa di perguruan tinggi dapat dilakukan dengan diadakananya mata kuliah yang berkaitan dengan kewirausahaan dan diimplementasikan dalam wadah yang disediakan oleh perguruan tinggi tersebut melalui koperasi mahasiswa. Artinya, perguruan tinggi bukan hanya berusaha mengembangkan jiwa wirausaha yang dimiliki mahasiswanya dari segi teoritis saja akan tetapi dari segi praktik juga melalui kegiatan koperasi. DosenDosen pengampu mata kulian kewirausahaan adalah orang-orang yang berjasa dalam pembentukan karakter wirausaha mahasiswa-mahasiswa di sebuah perguruan tinggi dengan harapan mahasiswa tersebut akan mampu mengimplementasikan ilmu yang didaptnya bukan hanya di koperasi mahasiswa saja , akan tetapi di kehidupan bermasyarakat pula.
56
|
Koperasi Mahasiswa sebagai Wadah dalam Mengembangkan
Dengan diselenggarakannya koperasi mahasiswa oleh sebuah perguruan tinggi akan membantu mahasiswa dalam mengembangkan kreativitas mereka dibidang usaha dan sebagai wadah yang mempersiapkan generasi muda yang mampu bersaing dalam kondisi pasar masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) pada tahun 2015 mendatang.
Society, Jurnal Jurusan Pendidikan IPS Ekonomi Daftar Pustaka
Kementerian UMKM dan Koperasi. 1992. Undang-Undang Koperasi No.25 Tahun 1992 Tetang Perkoperasian. Jakarta. Kustriarini, Endah. Pengembangan Kewirausahaan Melalui Koperasi Usaha Kecil Dan Menengah. diakses pada Senin, 7/07/2014 pukul 08.15 WITA dari http:// endahkustiarini.blogspot.com/2012/12/pengembangan-kewirausahaanmelalui.html Rukmini, Euis. Fungsi Kewirausahaan Koperasi Dalam Meningkatkan Sisa Hasil Usaha (Shu) Dan Pertumbuhan Koperasi. Diakses pada Snin, 7/07/2014 pukul 08.12 WITA dari http://euisantik.blogspot.com/2012/12/fungsi-kewirausahaankoperasi-dalam.html#!/2012/12/fungsi-kewirausahaan-koperasi-dalam.html Gerry. C, Susana. C. & Nogueira. F. 2008. Tracking Student Entrepreneurial Potential: Personal Attributes and the Propensity for Business Start-Ups after Graduation in a Portuguese University. International Research Journal Problems and Perspectives in Management, 6(4): 45-53. Gorman, G., Hanlon, D. & King, W. 1997. Some Research Perspectives on Entrepreneurship Education, Enterprise Education and Educa-tion for Small Business Management: A Ten-Year Literature Review. International Small Business Journal, 15(3): 56-77. Gurbuz, G. & Aykol, S. 2008, Entrepreneurial Intentions of Young Educated Public in Turkey. Journal of Global Strategic Management, 4(1): 47-56. Hisrich, R.D. & Peters, M.P. 1995. Entrepreneurship: Starting, Developing and Managing A New Enterprises. Third Edition. New York: McGraw-Hill. Jenkins, M. & Johnson, G. 1997. Entrepreneurial Intentions and Outcomes: A Comparative Causal Mapping Study. Journal Management Studies, 34, 895–920. Johnston, K.A, Andersen, B.K., Davidge-Pitts, J. & Ostensen-Saunders, M. 2010. Identifying ICT Entrepreneurship Potential in Students. Paper was presented at the Proceedings of Informing Science & IT Education Conference (InSITE), Italy, 21-24 Juni. Kemenkop dan UKM, 2012. Data Kewirausahaan dari Deputi Bidang Pengembangan SDM Kemenkop dan UKM per Januari 2012. Jakarta. Kourilsky, M.L. & Walstad, W.B. 1998. Entrepreneurship and Female Youth: Knowledge, Attitudes, Gender Differences and Educational Practices. Journal of Business Venturing, 13(1): 77-88.
58
|
Koperasi Mahasiswa sebagai Wadah dalam Mengembangkan
Edisi xii, Oktober 2014
Kourilsky, M.L. & Carlson, S.R. 1997. Entrepreneurship Education for Youth: A Curricular Perspective, in Sexton, D.L. & Sanlow, R.W. (Eds.), Entrepreneurship 2000 (page 193-213). Chicago: Upstart Publishing. Krueger, N. 1993. The Impact of Prior Entrepreneurial Exposure on Perceptions of New Venture Feasibility and Desirability. Entrepre-neurial Theory Practice, 18(1): 5–21. Littunen, H. 2000. Entrepreneurship and the Characteristics of the Entrepreneurial Personality. International Journal of Entrepreneurial Behaviour and Research, 6(6): 295-309. Lee, S.H. & Wong, P.K. 2004. An Exploratory Study of Technopreneurial Intentions: A Career Anchor Perspective. Journal of Business Venturing, 19(1): 7-28. McClelland, D.C. 1961. The Achieving Society. Princeton, NJ: Van Nostrand. ISBN 978-0029205105 Nishanta, B. 2008. Influence of Personality Traits and Soci-demographic Background of Undergra-duate Students on Motivation for Entrepreneurial Career: The Case of Srilanka. Paper was presented at the Euro-Asia Management Studies Association (EAMSA) Conference, Japan. Priyanto S.H. 2008. Di dalam Jiwa ada Jiwa: The Backbone and the Social Construction of Entrepreneurships. Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Kristen Satya Wacana. Rasheed, H.S. 2000. Developing Entrepreneurial Potential in Youth: The Effects of Entrepreneurial Education and Venture Creation, (http://USASEB2001proceedings063, diakses 25 April 2011). Robinson, P.B., Stimpson, D.V., Huefner, J.C. & Hunt, H.K. 1991. An Attitude Approach to the Prediction of Entrepreneurship. Entrepreneurship Theory and Practice, 15(4): 13-31. Sukamto, dkk. (1995). Pedoman penelitian. Yogyakarta : Lembaga Penelitian IKIP Yogyakarta. Tjahjono, H.K. & Ardi, H. 2008. Kajian Niat Mahasiswa Manajemen Universitas Muham-madiyah Yogyakarta untuk Menjadi Wira-usaha. Utilitas Jurnal Manajemen dan Bisnis, 16(1): 46-63. Vesper, K.H. & McMullan, W.E. 1988. Entrepreneurship: Today Courses, Tomorrow degrees?. Entrepreneurship Theory and Practice, 13(1): 7-13.
Sakdiah
|
59
Society, Jurnal Jurusan Pendidikan IPS Ekonomi Wu, S. & Wu, L. 2008. The Impact of Higher Education on Entrepreneurial Intentions of University Students in China. Journal of Small Business and Enterprise Development, 15(4): 752–774. Yohnson. 2003. Peranan Universitas dalam Memotivasi Sarjana Menjadi Young Entrepreneurs. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, 5(2): 97-111. Zimmerer, W.T. 2002. Essentials of Entrepreneurship and Small Business Management. Third Edition. New York: Prentice-Hall.
60
|
Koperasi Mahasiswa sebagai Wadah dalam Mengembangkan
PARTAI POLITIK DAN PEMILIH PEMULA M. Liwa Irrubai (Dosen Jurusan Pendidikan IPS-Ekonomi FITK IAIN Mataram) Email:
[email protected] Abstrak Salah satu fungsi partai politik yakni komunikasi politik adalah proses penyampaian informasi politik dari pemerintah kepada masayarakat dan sebaliknya dari masyarakat kepada pemerintah. Parpol di sini berfungsi untuk menyerap, menghimpun (mengolah, dan menyalurkan aspirasi politik masyarakat dalam merumuskan dan menetapkan suatu kebijakan. Pemilih pemula adalah warga Indonesia yang pada hari pemilihan atau pemungutan suara adalah Warga Negara Indonesia yang sudah genap berusia 17 tahun dan atau lebih atau sudah/pernah kawin yang mempunyai hak pilih, dan sebelumnya belum termasuk pemilih karena ketentuan Undang-Undang Pemilu. Metode Penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif, sumber data yaitu mahasiswa semester 1 Jurusan Pendidikan IPS-Ekonomi FITK IAIN Mataram, pengumpulan data dengan observasi, wawancara dan dokumentasi, dan analisis data dengan analisis data domain. Hasil pembahasan bahwa Partai politik belum sepenuhnya mau dan mampu melaksanakan salah satu fungsinya yaitu sosialisasi politik melalui pendidikan politik secara langsung khususnya kepada para pemilih pemula yang didominasi oleh pelajar kelas 3 SMA dan mahasiswa semester 1 yang berusia 17-22 tahun. Demikian juga pemilih pemula tidak mengetahui dengan jelas platform, visi dan misi partai politik yang akan dipilihnya. Hal ini dibuktikan dengan rendahkan pengetahuan pemilih pemula tentang jumlah dan nama partai politik yang mengikuti pemilu tahun 2014. Kata Kunci: Partai Politik, Pemilih Pemula A. Pendahuluan Indonesia adalah negara demokrasi terbesar di dunia, hal ini dibuktikan dengan system demokrasi yang dianut yaitu demokrasi Pancasila. Pada prinsipnya demokrasi Pancasila adalah demokrasi dengan mendasarkan diri pada nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila seperti nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai permusyawaratan dan nilai keadilan.
Society, Jurnal Jurusan Pendidikan IPS Ekonomi Parameter tegaknya demokrasi yaitu 1) Pemilihan umum, 2) Susunan kekuasaan negara, dan 3) Kontrol rakyat. (ICCE UIN Jakarta, 2006: 148). Pemilihan umum adalah pengejawantahan system demokrasi. Melalui pemilu, rakyat memilih wakilnya untuk duduk dalam parlemen dan dalam struktur pemerintahan. (May Rudi, 2011: 87). Peserta pemilu umumnya partai politik. Partai politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Salah satu fungsi partai politik yakni komunikasi politik adalah proses penyampaian informasi politik dari pemerintah kepada masayarakat dan sebaliknya dari masyarakat kepada pemerintah. Parpol di sini berfungsi untuk menyerap, menghimpun (mengolah, dan menyalurkan aspirasi politik masyarakat dalam merumuskan dan menetapkan suatu kebijakan. Sedangkan pemilih yang terlibat dalam pemilu adalah seluruh warga negara yang sudah memilih hak pilih dan Undang-undang menetapkan bahwa pemilih adalah Warga Negara Indonesia yang telah genap berumur 17 (tujuh belas) tahun atau lebih atau sudah/pernah kawin. Pada kelompok pemilih ada yang disebut dengan kelompok pemilih pemula yaitu mereka yang berusia 17-22 tahun, yang untuk pertama kalinya akan berpartisipasi dalam pemilu. Status mereka adalah pelajar, mahasiswa atau pekerja muda. Peneliti dalam hal ini akan membahas tentang salah satu fungsi partai politik yakni komunikasi politik adalah proses penyampaian informasi politik dari pemerintah kepada masayarakat dan sebaliknya dari masyarakat kepada pemerintah. Parpol di sini berfungsi untuk menyerap, menghimpun (mengolah, dan menyalurkan aspirasi politik masyarakat dalam merumuskan dan menetapkan suatu kebijakan. Selanjutnya fungsi komunikasi politik ini akan dikaitkan dengan apakah partai politik telah melaksanakan fungsi komunikasi politiknya tersebut kepada pemilih pemula, sehingga tujuan apartai politik untuk mendulang suara pada pemilu dan rekrutmen kader muda dapat terlaksana dengan baik atau tidak.
62
|
Partai Politik dan Pemilih Pemula
Edisi xii, Oktober 2014
B. Landasan Teori 1.
Partai Politik a. Pengertian Partai Politik
Menurut UU No.2 Tahun 2008 tentang partai politik, Partai Politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Peran partai politik adalah sebagai struktur kelembagaan politik yang anggotanya bertujuan mendapatkan kekuasaan dan kedudukan politik, mereka juga sebagai sebuah wadah bagi penampungan aspirasi rakyat. (ICCE UIN Jakarta, 2006: 149). b. Tujuan Partai Politik Tujuan parpol adalah untuk mencari dan mempertahankan kekuasaan guna melaksanakan/mewujudkan program-program yang telah mereka susun sesuai dengan ideologi tertentu. c. Fungsi Partai Politik Fungsi parpol sebagai sarana: 1) Parpol sebagai saran komunikasi politik Komunikai politik adalah proses penyampaian informasi politikdari pemerintah kepada masayarakatdan sebaliknya dari masyarakat kepada pemerintah. Parpol disini berfungsi untuk menyerap, menghimpun (mengolah, dan menyalurkan aspirasi politik masyarakat dalam merumuskan an menetapakan suatu kebijakan. 2) Parpol sebagai sarana sosialisasi politik Sosialisasi politik adalah proses pembentukan sikap dan orientasi politik mengenai suatu fenomena politik yang sedang dialami suatu negara. Proses ini disampaikan melalui pendidikan politik. Sosialisai yang dilakukan oleh parpol kepada masyarakat berupa pengenalan program-program dari partai tersebut. Dengan demikian, diharapkan pada masyarakat dapat memilih parpol tersebut pada pemilihan umum. 3) Parpol sebagai sarana rekrutmen politik
M. Liwa Irrabbani
|
63
Society, Jurnal Jurusan Pendidikan IPS Ekonomi Rekrutmen politik adalah proses seleksi dan pengangkatan seseorang atau kelompok untuk melaksanakan sejumlah peran dalam istem politik ataupun pemerintahan. Atau dapat dikatakan proses seleksi dan pengangkatan seseorang atau kelompok untuk menduduki suatu jabatan ataupun beberapa jabatan politik ataupun mewakili parpol itu dalam suatu bidang. Rekrutmen politik gunanya untuk mencari orang yang berbakat aatupun berkompeten untuk aktif dalam kegiatan politik. 4) Parpol sebagai saran pengatur konflik Pengatur konflik adalah mengendalikan suatu konflik (dalam hal ini adanya perbedaan pendapat atau pertikaian fisik) mengenai suatu kebijakan yang dilakukan pemerintah. Pengendalian konflik ini dilakuakan dengan cara dialog, menampung dan selanjutnya membawa permasalahan tersebut kepada badan perwakilan rakyat (DPR/DPRD) untuk mendapatkan keputusan politik mengenai suatu permasalahan. (ICCE UIN Jakarta, 2006: 150). b. Daftar Nama Partai Politik Peserta Pemilu 2014 Indonesia mengadakan Pemilu tiap 5 tahun satu kali, guna memilih para pemimpin negeri ini. Pemilu yang memiliki kepanjangan dari Pemilihan Umum tersebut memiliki asas, dikenal dengan asas LUBER yang merupakan kependekan dari Langsung Umum Bebas dan Rahasia. Dalam penjabarannya adalah Langsung berarti pemilih diharuskan memberikan suaranya secara langsung dan tidak boleh diwakilkan. Umum berarti pemilihan umum dapat diikuti seluruh warga negara yang sudah memiliki hak menggunakan suara. Bebas berarti pemilih diharuskan memberikan suaranya tanpa ada paksaan dari pihak manapun, kemudian Rahasia berarti suara yang diberikan oleh pemilih bersifat rahasia hanya diketahui oleh si pemilih itu sendiri. Daftar nama partai politik peserta pemilu 2014 sesuai nomor urut yang telah disahkan KPU selaku pihak penyelenggara pemilu : No Urut 1 : Partai NasDem No Urut 2 : Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) No Urut 3 : Partai Keadilan Sejahtera (PKS) No Urut 4 : Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) No Urut 5 : Partai Golongan Karya (GolKar) No Urut 6 : Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) No Urut 7 : Partai Demokrat
64
|
Partai Politik dan Pemilih Pemula
Edisi xii, Oktober 2014
No Urut 8 : Partai Amanat Nasional (PAN) No Urut 9 : Partai Persatuan Pembangunan (PPP) No Urut 10 : Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) No Urut 11 : Partai Damai Aceh (PDA) No Urut 12 : Partai Nasional Aceh (PNA) No Urut 13 : Partai Aceh (PA) No Urut 14 : Partai Bulan Bintang (PBB) No Urut 15: Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) Total berjumlah 15 partai peserta pemilu yang terdiri dari 12 partai nasional dan 3 partai lokal 2.
Pemilih Pemula a. Pengertian Pemilih Pemula
Menurut UU No. 10 tahun 2008 dalam Bab IV pasal 19 ayat 1 dan 2 serta pasal 20 menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan pemilih pemula adalah warga Indonesia yang pada hari pemilihan atau pemungutan suara adalah Warga Negara Indonesia yang sudah genap berusia 17 tahun dan atau lebih atau sudah/pernah kawin yang mempunyai hak pilih, dan sebelumnya belum termasuk pemilih karena ketentuan Undang-Undang Pemilu. Pemilih pemula yaitu mereka yang berusia 17-22 tahun, yang untuk pertama kalinya akan berpartisipasi dalam pemilu. Status mereka adalah pelajar, mahasiswa atau pekerja muda. b. Orientasi Politik Pemilih Pemula Menurut Muktar Helmi (Divisi sosialisasi, Pend. Pemilih dan Pengembangan SDM) Orientasi politik adalah suatu cara pandang dari golongan masyarakat dalam struktur masyarakat.yang melatarbelakangi orientasi politik yaitu nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan di luar masyarakat kemudian membentuk sikap dan menjadi pola masyarakat memandang objek politik. Sebagai bagian dari komponen bangsa, pemuda tidak dapat melepaskan diri dan menghindar dari politik. Oleh karena hakekat manusia termasuk pemuda adalah zoon politicon atau mahluk politik. Keberadaan dan kiprah manusia termasuk pemuda merupakan bagian dari produk politik dan terlibat baik langsung maupun tidak langsung, nyata maupun tidak nyata dalam kehidupan politik. M. Liwa Irrabbani
|
65
Society, Jurnal Jurusan Pendidikan IPS Ekonomi Partsipasi politik pemuda dalam pemilu langsung menjadi sangat penting dan strategis oleh karena: (1) Pemuda sebagai agen perubahan harus dapat mengawal proses transisi demokrasi kearah yang lebih substantif yakni terlaksananya pemilu secara free dan fair. (2) Untuk mengawal proses tersebut, pemuda dapat berkiprah baik sebagai penyelenggara, peserta ataupun pengawas proses penyelenggaraan pilkada; (3) Pemuda harus dapat tampil sebagai agen penjaga moral dan etika politik dalam proses demokrasi (4) Pemuda harus dapat tampil sebagai penjaga demokrasi; menghormati hak dan kewajiban orang lain, menghargai perbedaan pilihan dan tidak terjebak pada pragmatisme politik. Daya tarik pemilih pemula bagi partai politik yaitu: Lahirnya dukungan dari pemilih pemula yang secara tidak langsung membawa dampak pencitraan berarti untuk pengamanan proses regenerasi kader politik itu sendiri kedepan. Sebagai lumbung emas suara kepada pertai politik 1. Menumbuhkan kesadaran berpolitik sejak dini. 2. Mengembangkan pendidikan politik kepada para remaja agar mampu menjadi aktor politik dalam lingkup peran dan status yang disandang. 3. Menumbuhkan pengertian bagaimana menjalankan hak dan kewajiban politik sebagai warga negara secara baik1 C.
Metode Penelitian
1. Metode dan Pendekatan Penelitian Yang menjadi ontologi atau obyek telaah dalam penelitian ini adalah “pemilih pemula” yang implicit terkandung dalam fungsi partai politik sebagaimana yang akan diungkapkan oleh informan atau sumber informasi dari mahasiswa yang ada di Jurusan Pendidikan IPS Ekonomi FITK IAIN Mataram. Karena karakteristik dari obyek telaah penelitian ini bersifat kualitatif, maka metode penelitian yang merupakan sarana epistimologi dari penelitian ini dipilih metode naturalistik atau metode kualitatif. Metode ini dipilih karena sesuai dengan latar (setting) permasalahan dan fokus penelitian yang diteliti penelitian ini bertujuan “…menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dan perilaku yang dapat diamati’ (Sudjana dan Ibrahim, 1989: 92).
1
http://www.slideshare.net/muktarhelmi/persfektif-dan-orientasi-pemilih-
pemula-pemilu-2014, diunggah tanggal 27 Desember 2014.
66
|
Partai Politik dan Pemilih Pemula
Edisi xii, Oktober 2014
2.
Sumber Data
Penelitian ini menggunakan sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber primer adalah sumber yang langsung memberikan data pokok dari permasalahan yang diteliti. Sedangkan sumber sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan kepada peneliti. (Sugiyono, 2012: 62). Sumber data penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Pendidikan IPS-Ekonomi FITK IAIN Mataram semester 1 tahun ajaran 2014-2015. 3.
Teknik Pengumpulan Data
Ada tiga teknik pengumpulan data yang dipergunakan peneliti yaitu : observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Ketiga teknik tersebut diharapkan dapat saling melengkapi dalam memperoleh data yang diperlukan. Penjelasan dari beberapa cara tersebut akan diuraikan sebagai berikut : a. Observasi Observasi dilakukan untuk memperoleh data tentang upaya yang dilakukan partai politik sesuai dengan fungsinya khusus pada sosialisasi politik, dan pendapat pemilih pemula tentang upaya partai politik untuk melakukan sosialisasi pada mereka. b. Wawancara Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan. Berkaitan dengan ini, S. Nasution (1996: 73) menyatakan bahwa: “Dalam teknik wawancara terkandung maksud untuk mengetahui apa yang ada dalam pikiran dan perasaan responden”. Teknik yang akan peneliti tempuh adalah melakukan wawancara secara mendalam (indepth interview) dengan responden penelitian dengan tetap berpedoman pada arah, sasaran dan fokus penelitian ini. Patton dalam Lexy J. Moleong (1996; 140) memberikan enam jenis pertanyaan dan setiap pertanyaan yang diajukan oleh pewawancara akan terkait dengan salah satu pertanyaan lainnya, enam jenis pertanyaan tersebut adalah : a. Pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman atau perilaku, interaksi komunikasi, pimpinan dan pegawai. b. Pertanyaan yang berkaitan dengan pendapat atau nilai. c. Pertanyaan yang berkaitan dengan perasaan. d. Pertanyaan yang berkaitan dengan indera. M. Liwa Irrabbani
|
67
Society, Jurnal Jurusan Pendidikan IPS Ekonomi e. Pertanyaan yang berkaitan dengan latar belakang atau demografi. Wawancara yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah untuk mengungkap data tentang upaya yang dilakukan partai politik sesuai dengan fungsinya khusus pada sosialisasi politik, dan pendapat pemilih pemula tentang upaya partai politik untuk melakukan sosialisasi pada mereka 4.
Studi Dokumentasi
Dalam penelitian dokumen ini untuk lebih meyakinkan hasil data yang dijaring dari lapangan digunakan pedoman. Catatan-catatan lapangan sangat diperlukan dalam menjaring data kualitatif, sebagaimana dikemukakan oleh bogdan dan Biklen, alih bahasa oleh Lexy J. Moleong (1996: 153) bahwa catatan lapangan merupakan catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data kualitatif. Studi dokumentasi dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang bersifat dokumenter yang ada pada Jurusan Pendidikan IPS-Ekonomi FITK IAIN Mataram yaitu berupa data mahasiswa dan lainnya. 5.
Teknik Analisis Data
Data lunak (soft data) merupakan data yang telah terkumpul dari lapangan, berupa uraian-uraian yang penuh deskripsi mengenai kegiatan subyek yang diteliti, pendapatnya dan aspek-aspek lainnya yang berkaitan dan diperoleh melalui observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Kegiatan menganalisis data merupakan kegiatan yang sangat penting dalam penelitian terutama untuk memberikan makna terhadap data yang dikumpulkan. Data yang yang diperoleh selanjutnya diolah dan dianalisis dengan teknik analisis domain untuk memperoleh gambaran yang umum dan menyeluruh dari obyek/penelitian atau situasi sosial. (Sugiyono, 2012: 102). Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan pada pendapat pemilih pemula terhadap fungsi partai politik apakah partai politik melakukan sosialisasi politik terhadap pemilih pemula atau tidak. D. Pembahasan Hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut: dari seluruh responden yaitu mahasiswa semester 1 Jurusan Pendidikan IPS-Ekonomi tahun ajaran 20142015 sebanyak 243 orang yang ditanya tentang: apakah anda sebagai pemilih pemula pernah diundang dan/atau pernah mengikuti sosialisasi politik oleh salah satu partai politik sebagai pelaksanaan fungsinya sebagai partai politik? Seluruh respondaen
68
|
Partai Politik dan Pemilih Pemula
Edisi xii, Oktober 2014
menjawab tidak pernah diundang dan/atau pernah mengikuti sosialisasi politik oleh salah satu partai politik. Ini artinya bahwa partai politik hanya melakukan sosialisasi secara umum/massal kepada masyarakat dan dilakukan hanya pada saat menjelang pemilihan umum atau pada saat kampanye saja untuk mendulang suara para pemilih. Demikian pula ketika responden ditanya: apakah anda tahu jumlah dan nama partai politik yang mengikuti pemilu tahun 2014? Jawaban responden cukup beragam tetapi 80% menjawab tidak tahu dan hanya 20% yang menjawab mengetahui jumlah partai politik dan nama partai politik yang mengikuti pemilu tahun 2014 walaupun dengan jawaban yang tidak sempurna. Menurut jawaban responden di atas dapat dikemukakan bahwa pemilih pemula pada prinsipnya hanya mengetahui secara umum saja tentang kapan pemilihan umum dilakukan, sedangkan jumlah partai politik dan nama partai politik yang akan dipilih tidak diketahui dengan jelas. Artinya pemilih pemula antusias pada seremoni pemilihan umumnya saja, tetapi tidak mengetahui dengan jelas platform, visi dan misi partai politik yang akan dipilihnya. Pada kondisi di atas jelas bahwa partai politik absen, lalai atau bahkan lupa dalam konteks melaksanakan salah satu fungsinya yaitu sosialisasi politik kepada pemilih pemula/generasi muda kita dengan mengundang mereka atau menghadirkan mereka secara langsung untuk mendapatkan pendidikan politik tentang pemilu, partai politik bahkan tentang bagaimana cara menjadi anggota partai, sehingga rekrutmen kaderpun dapat dilakukan sekaligus. Sebagaimana diungkapkan oleh Muktar Helmi, Daya tarik pemilih pemula bagi partai politik yaitu: Lahirnya dukungan dari pemilih pemula yang secara tidak langsung membawa dampak pencitraan berarti untuk pengamanan proses regenerasi kader politik itu sendiri kedepan. Sebagai lumbung emas suara kepada pertai politik 1. Menumbuhkan kesadaran berpolitik sejak dini. 2. Mengembangkan pendidikan politik kepada para remaja agar mampu menjadi aktor politik dalam lingkup peran dan status yang disandang. 3. Menumbuhkan pengertian bagaimana menjalankan hak dan kewajiban politik sebagai warga negara secara baik Tim ICCE UIN Jakarta, juga menyatakan bahwa peran partai politik adalah sebagai struktur kelembagaan politik yang anggotanya bertujuan mendapatkan kekuasaan dan kedudukan politik, mereka juga sebagai sebuah wadah bagi penampungan aspirasi rakyat. (ICCE UIN Jakarta, 2006: 149).
M. Liwa Irrabbani
|
69
Society, Jurnal Jurusan Pendidikan IPS Ekonomi Berdasarkan hasil penelitian di atas, partai politik belum mau dan mampu melakukan perannya sebagai partai politik untuk melaksanakan salah satu fungsinya dengan baik yaitu pada fungsi sosialisasi politik yang sekaligus berakibat pada fungsi rekrutmen kader dan regenerasi anggota partai dari kalangan muda masih kurang. Sedangkan tujuan partai politik adalah untuk mencari dan mempertahankan kekuasaan guna melaksanakan/mewujudkan program-program yang telah mereka susun sesuai dengan ideologi tertentu, artinya partai politik harus aktif untuk melakukan pendekatan, sosialisasi dan pendidikan politik khususnya tentang partai politiknya jika ingin mendulang suara yang banyak pada pemilu dan mendapatkan kader partai yang baik, terlebih suara pemilih pemula meningkat signifikan setiap pemilu yang diadakan setiap 5 tahun sekali. E. Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan di atas dapat ambil simpulan sebagai berikut: Partai politik belum sepenuhnya mau dan mampu melaksanakan salah satu fungsinya yaitu sosialisasi politik melalui pendidikan politik secara langsung khususnya kepada para pemilih pemula yang didominasi oleh pelajar kelas 3 SMA dan mahasiswa semester 1 yang berusia 17-22 tahun. Hal ini dibuktikan dengan rendahkan pengetahuan pemilih pemula tentang jumlah dan nama partai politik yang mengikuti pemilu tahun 2014. Demikian juga pemilih pemula tidak mengetahui dengan jelas platform, visi dan misi partai politik yang akan dipilihnya, sehingga pemilih pemula hanya antusias memilih karena baru kali pertama memberikan hak pilihnya pada pemilu atau dengan kata lain pemilih pemula antusias pada seremonial pemilu saja.
70
|
Partai Politik dan Pemilih Pemula
Edisi xii, Oktober 2014
Daftar Pustaka Ibrahim, dan Sudjana, N. 1989, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung: Sinar Baru. May Rudy, 2011, Pengantar Ilmu Politik, Bandung: Refika. Moehajir, Noeng, 1996, Metode Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Penerbit Rake Sarasin, Edisi III. Moleong, J., L., 1994, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nasution, S. 1996, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Bandung: Tarsito. Singarimbun, Masri, 1987, “Tipe, Metode dan Proses Penelitian”, dalam Penelitian Survai, Jakarta LP3ES.
Metode
Sugiyono, 2012, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta. Tim ICCE UIN Jakarta, 2006, Pendidikan Kewargaan (Civic Education), Jakarta: UIN Press. Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel, 2011, Civic Education (Pendidikan Kewarganegaraan), Surabaya: Sunan Ampel Press. Thoha, Miftah, 2005, Birokrasi dan Politik di Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. http://www.slideshare.net/muktarhelmi/persfektif-dan-orientasi-pemilihpemula-pemilu-2014
M. Liwa Irrabbani
|
71