EDISI 210 – 1 Nopember 2012
1
BAIT MINISTRY Visi: Menyebarkan pekabaran tiga malaikat khususnya Indonesia 2012 EDISI 210 – 1diNopember Kawasan Timur dan untuk mempersiapkan umat pada kedatangan Kristus yang kedua kali
PIMPINAN BAIT MINISTRY Pembina : Pdt. Dr. Moldy Mambu & Handry Sigar Pengawas : Willy Wuisan & Yoshen Danun Pengurus : Ketua – Lucky Mangkey Sekertaris – Janette Sepang Bendahara – Yance Pua
Misi: BAIT Ministry sebagai suatu wadah perpanjangan tangan GMAHK di Indonesia Kawasan Timur mengusahakan mendorong berkembangnya pekerjaan Tuhan secara maksimal melalui berbagai bidang pelayanan
PENGURUS BULETIN BAIT Penasihat : Pdt. Dr.Moldy Mambu, Pdt. Noldy Sakul, Pdt. Sammy Lee Pemimpin Umum : Handry Sigar Wkl Pem. Umum : Yoshen Danun Pemred : Willy Wuisan Wapemred : Herschel Najoan Sekretaris : Meilien Langi-M Bendahara : Yance Pua General Controller : Ellen Manueke, Tommy Manawan HRD : Janette Sepang, Koordinator Produksi : Osvald Taroreh, Harold Somba Editor Alfa Tumbuan , Royke Sundalangi, Handry Suwu, Wayne Rumambi, Jufrie Wantah, John Taebenu. Rubrik Opini Lucky Mangkey, Mickael Mangowal, Bruce Sumendap, Pdt. Bayu Kaumpungan, Jack Kusoy Kolom Renungan Pdtm. Davy Politon Pdt. Stenly Karwur, Pdt. Ronie Panambunan,Pdt. Raymond Lohonauman, pdtm. Ronie Umboh Rubrik Kesehatan Jeiner Rawung, dr. Harold Manueke, dr. Alvin Rantung, dr. Grace Rantung, dr. Marthin Walean, dr. E Tomarere, dr. Ruben Supit Rubrik Keluarga Repsta Moal, James Manurip, Pdt. Jacky Runtu, Pdt. H. Suawah Rubrik Roh Nubuat Pdt. Kalvein Mongkau, Pdt. Dr. Allan Pasuhuk, Pdt. Douglas Sepang, Pdt. Dr. Robert Walean, Pdtm. Glen Rumalag Rubrik Pathfinder Frankie Sumarauw, Green Manueke, Fransisca Muntu Rubrik Profil Irma Pakasi, Janice Losung, Green Mandias Rubrik Pionir Pdt E. Takasanakeng Rubrik Ragam Debby Langitan, Jimi Pinangkaan, Ellen Manueke Rubrik Kesaksian Freddy Losung, Agustine Lureke Rubrik Biblical & Theological Pdt. Blasius Abin, Pdt. Swineys Tandidio Motivational Words Dr. Peggy Iskandar-Wowor Inspirational Story Bredly Sampouw Tanya Jawab Pdt. Bryan Sumendap, Pdt. Larry Windewani, Pdt. Dr. Ronell Mamarimbing Cerita Anak Max Kaway Catatan Kami Denny Kalangi Tim Layout Caddy Malonda, Ivan Kembuan, Freddy Kalangi, Pdt. Harold Oijaitou, Jenry Wungkana, Herold Heydemans, pdtm. Davy Tielung, Jimi Moehadjedi, Belly Wungkana, Brayn Mamanua, Stanly Keles, Pdtm. Ressa Liwe, Marchel Tombeng, pdtm. Raynald Makalew Web Master Michael Mangowal, Nielson Assa Multimedia : Ellen Mangkey Distribution Pdtm. Dale Sompotan Biro: Philipina Govert Woramuri Manado Jeiner Rawung, Mikael Terok,
Apa Kata Dunia ?
Yang Gagal Mereka lakukan
Pekerjaan Tuhan Atau Pekerjaan Kita ?
Senyuman Bagi Orang Yang Jarang Tersenyum
MENGANTISIPASI MASA KESUKARAN BESAR
ORANG-ORANG WALDENSES
Janet Ngantung, Hengki Kambey, Erwin Wuisan,
Papua David Bindosano, Samuel Rorimpandey, Hendy Sahetapy, Noldy Abraham Sulawesi Tengah Pdt. Stenly Karwur Jawa Timur Pdtm. Fabyo Rumagit Ratahan Refli Ompi,Sangir Talaud Pdt. Edison Takasanakeng Ambon Mario Lekatompessy Kotamobagu Maikel Makarewa Balikpapan Beverly Nangon Runturambi Medan Hartoyo Tismail
Tangan Ibu
Aneka Berita 2
EDISI 210 – 1 Nopember 2012
Apa Kata Dunia ? Apa saudara kenal dengan tetangga? Umumnya kita mempunyai hubungan yang baik dengan mereka yang tinggal di sekitar rumah. Sebagai tetangga kita biasanya mencari tahu satu persatu penghuni yang di samping kiri kanan rumah, dibelakang maupun yang ada diseberang jalan bagian depan. Apa kegitan mereka atau bertugas dimana, jumlah keluarga sampai kepada nama anak-anak. Bilamana tinggal di pedesaan sudah lumrah kita mengenal hampir seluruh penghuni desa apalagi kalau sudah lama bermukim disitu. Atau mungkin saja kita tidak mempunyai tetangga karena hidup di apartement perkotaan yang individualistis. Namun pun demikian, sudah pasti kita mempunyai sahabat, punya suatu lingkungan kerabat, mempunyai “circle” sendiri yang terdiri dari orang-orang disekitar kita yang menjadi dunia kita. Bisa saja hubungan itu terbentuk karena kesamaan tempat kerja, kesamaan hobby, kepercayaan / keyakinan atau karena struktur. Sebab tidak bisa manusia hidup sendirian, no man as an island, hanya pulau yang boleh berdiri sendiri di tengah laut, manusia adalah mahluk social. Tetangga maupun sahabat adalah sangat penting. Dalam kenyataan bahwa adalah lebih banyak support didapat dari tetangga dan sahabat dari pada keluarga sendiri yang berada jauh dari kita. Sebagai orang Advent, apakah yang dilihat para tetangga dan sahabat dari kehidupan kita? Dalam sebuah baptisan hasil KKR belum lama ini di Kotamobagu beberapa anggota yang baru di baptiskan member kesaksian menarik ketika ditanyakan mengenai bagaimana mereka menerima Yesus Kristus sebagai juruslamat pribadi dan memilih denominasi Gereja Advent untuk menjadi anggota. Menurut mereka bahwa mengikuti seri KKR itu adalah puncak sebuah piramida. Ketertarikan dan motivasi yang menjadi dasar untuk mencari tahu lebih jauh mengenai Advent dan ajarannya sudah sejak lama malahan sudah bertahun dan diawali karena mempunyai tetangga dan sahabat orang Advent. “Perilaku orang Advent itu baik, ramah dan menarik” yang membuat mereka ingin mengetahui lebih dalam. Selanjutnya mereka menggaris bawahi hubungan persahabatan yang ditandai dengan kebaikan, keterbukaan dan kejujuran yang dipunyai teman mereka yang orang Advent itulah yang membuat mereka terkesan untuk mendalami lebih lanjut tatacara kehidupan orang Advent. Kami perhatikan bahwa tetangga kami yang Advent mengasihi Tuhan melebihi segala sesuatu dalam kehidupan mereka. Hari perbaktian adalah Sabtu bukannya Minggu ataupun Jumat menurut firman Tuhan, tak ada kaleng bir atau pun botol anggur dirumah mereka. Mereka sangat menghargai kesehatan, selalu gembira dan hangat, mereka bekerja sungguh-sungguh untuk memperbaiki lingkungan dan pula mengutamakan kebahagiaan rumahtangga dan pendidikananak-anak. Lebih lanjut para anggota baru itu mengatakan bahwa apa yang mereka lihat dalam hubungan social menunjukkan orang Advent menerima siapa saja tanpa membedakan asal usul, status, latar belakang seseorang dan selalu ada senyum kedamaian diwajah mereka, dimana saja apakah di pasar ataupun pada situasi yang sulit. Kami sangat terkesan melihat orang Advent yang walaupun mengalami kesulitan sebagai mana manusia umumnya seperti stress maupun malapetaka tapi dalam merespons hal-hal berat tersebut itulah yang membuat mereka berbeda. Juga nampaknya di kedalaman hati orang beragama Advent terdapat damai yang menyanggupkan senyum walaupun kepada musuh sekalipun. Pandangan mereka jauh melampaui kesulitan manapun termasuk ketidak pastian masa depan, karena mereka tau betul apa yang akan terjadi setelah itu dengan dunia ini. Betul, ada banyak hal yang boleh ditambahkan pada kelebihan yang dipunyai oleh orang Advent. Apakah mereka mengalami duka cita maupun penyakit? Ya tapi mereka mempercayai bahwa kasih Allah yang akan menghibur duka. Adalah benar majalah National Geography menyaksikan bahwa di Loma Linda Amat Advent hidup lebih lama namun sakit penyakit bahkan kematian terjadi juga kepada umat Advent. Hal ini diterima dengan iman bahwa apa yang terjadi di duniaa dalah “nothing” bila dibandingkan dengan sukacita hidup selamanya dengan Tuhan di surga. Saudaraku, tetangga,para sahabat dan orang-orang disekitar dunia kita, kita ketahui ataupun tanpa kita sadari mereka akan memperhatikan tingkahlaku serta sikap yang yang kita ambil dari saat ke saat. Mereka akan membaca setiap gerak gerik dan tutur kata kita. Apa yang mereka akan catat dan perhatikan? Sudahpasti yang menarik bagi mereka bukanlah kekayaan, kedudukan, status maupun kelebihan lahiriah lainnya.Tapi yang berkesan adalah kehidupan manusia biasa yang sudah diubahkan oleh Yesus Kristus, sebagai umat yang menanti kedatanganTuhan kedua kali. Ingatlah bahwa kehidupan kita ini bagai surat terbuka yang dibaca oleh semua orang, “Kamu adalah surat pujian kami yang tertulis dalam hati kami dan yang dikenal dan yang dapat dibaca oleh semua orang”. (2 Korintus 2:2) *** Pdt. Dr. Moldy R. Mambu
3
EDISI 210 – 1 Nopember 2012
Pada
akhir pelajaran Alkitab, salah satu bible student bertanya pada saya: “Pendeta, tolong jelaskan, bagian mana dari paham Pembenaran Oleh Iman yang gagal di lakukan oleh gereja-gereja Protestan zaman ini?”. Saya terkejut mendengar akan hal ini karena ini adalah isu dasar yang sangat ingin di ketahui oleh banyak orang tapi yang juga hampir gagal di jelaskan dengan cara yang sangat sederhana oleh kebanyakan pelajar Alkitab.
Pembenaran Oleh Iman adalah Usaha Ilahi. Dasar Pembenaran Oleh Iman bersumber dari Kasih Karunia. Mari kita lihat: Firman Allah adalah kuasa yang tak terbantahkan oleh apapun. Firman yang keluar dari mulut-Nya sanggup mengubahkan yang tidak ada menjadi ada. Firman yang sama yang menciptakan langit dan bumi itu juga yang mengatakan: “…pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati”. Dengan kata lain tidak ada negosiasi akibat pelanggaran manusia. Yang melanggar dan berdosa harus mati!. Faktanya sekarang ialah: Manusia telah melanggar dan berdosa. Siapa yang dapat menyelamatkan mereka?. Allah dalam statusnya sebagai “Elohim” (Pencipta), tentu saja
tidak bisa, karena sifat-Nya tidak berubah (Maleaki 3:6; Ibrani 13:8). Malaikat-pun tidak bisa karena mereka hanyalah ciptaan. Untuk maksud inilah kasih karunia itu ada. Untuk maksud inilah penjelmaan Allah “YHWH” sebagai Penebus di mulai. Perhatikan bahasa dari Kitab Efesus 2:8: “Sebab karena kasih karunia kamu di selamatkan oleh Iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah…”. Sekarang coba kita teliti lebih jelas, apakah yang bukan hasil usahamu?tentu Kasih Karunia, bukan? Ya, karena Kasih Karunia adalah inisiatif dan kerelaan Ilahi untuk bertindak menyelamatkan manusia berdosa yang amat di sayang dan di kasihi bagai biji mata-Nya (Zak 2:8) yang di wujudkan sepenuhnya melalui pelayanan Yesus yang menjadi domba yang tersembelih, sebagai Imam Besar Pengantara, dan sebagai hakim.. Lalu, apakah yang merupakan pemberian Allah? Tentu Iman, bukan? Karena setiap pemberian dan anugrah yang baik hanya dari Allah saja (Yak 1:17). Jadi Kasih Karunia maupun Iman itu sendiri adalah murni Usaha Ilahi yang di anugrahkan pada manusia, bukan usaha manusiawi karena tidak ada kebaikan yang berasal dari manusia.
4
EDISI 210 – 1 Nopember 2012
Dasar Usaha Manusia adalah Kewajiban
Jawaban terhadap pertanyaan yang di ajukan…
Ada ilustrasi yang sering di gunakan oleh kebanyakan penghotbah, mengatakan: Keselamatan sama seperti seorang yang terjatuh ke dalam sumur dan tidak bisa berbuat apaapa, saat tali di ulurkan, tinggal terserah dia apakah mo pegang talinya atau tidak…”. Ilustrasi ini bisa jadi benar namun belumlah tepat, karena yang sesungguhnya: Keselamatan itu sama seperti seorang yang terjatuh di sumur dan pingsan. Kondisinya sekarat dan tidak ada lagi yang bisa dia buat dan sudah pasti mati. Satu-satunya kesempatannya untuk hidup ialah jika ada orang melihatnya jatuh, kemudian menolongnya, memberikan pernafasan buatan sampai dia siuman lagi. Dan sebagai ucapan terima kasih maka orang yang sekarat itu harus melakukan kewajiban apapaun yang di suruh oleh yang menolong.
Berdasarkan pada pengertian ini saya menjawab pertanyaan bible student tersebut sebagai berikut: “Memang benar mereka percaya bahwa keselamatan adalah anugrah Allah, dan benar bahwa tidak ada usaha manusia dalam proses keselamatan tersebut, TAPI YANG GAGAL MEREKA LAKUKAN ADALAH KEWAJIBAN MEREKA KEPADA ALLAH.”
Rencana keselamatan dan wujudnya sepenuhnya adalah hasil pekerjaan dari Allah melalui Yesus Kristus. Manusia menerimanya dengan Cuma-Cuma. Untuk mempertahankannya, manusia harus melakukan sesuatu. Dan sesuatu yang di lakukan oleh manusia ini tidak di perhitungkan sebagai usaha pribadi, melainkan di perhitungkan sebagai KEWAJIBAN. “Akhir kata dari segala yang di dengar ialah; Takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah KEWAJIBAN setiap orang”. (Pengk. 12:13). Kewajiban ini adalah merupakan “Bukti Tindakan Iman” dari setiap orang percaya yang telah menerima penebusan Kristus.
Bilamana kita percaya bahwa kita telah di selamatkan oleh Anugrah, dan bilamana kita yakin bahwa tidak ada usaha manusia dalam proses keselamatan ini, maka kita juga akan mengerti bahwa: kalaupun kita menurut 10 Firman dengan lengkap, setia dalam pemeliharaan sabat yang benar, memberi persepuluhan yang setia, itu semua adalah instruksi Allah yang merupakan kewajiban kita yang harus kita lakukan. Kalaupun kita mempraktekkan Reformasi Kesehatan termasuk Vegetarian yang benar, itu semua adalah instruksi Allah yang merupakan kewajiban kita yang harus kita lakukan dengan sadar tanpa bantahan sebagai umat yang bertumbuh. Tidak perlu kita
Kesepuluh Firman Allah dalam Keluaran 20 itu di mulai dari ayat 3-17, sedang ayat 1 & 2 menyatakan maksud Allah dimana itu di berikan pada Bangsa Israel bukan sebelum mereka keluar dari mesir, melainkan setelah keluar dari tempat perbudakan tersebut. Artinya setelah keselamatan/ kebebasan yang di kerjakan Allah berdasarkan Kasih Karunia dan Iman di berikan, maka hukum Allah di turunkan sebagai bagian dari kewajiban yang harus mereka jalankan untuk mempertahankan keselamatan tersebut.
Pikirkan dan Renungkan: Gereja Protestan umumnya tidak sampai pada “kewajiban” yang harus mereka tunjukkan sebagai orang yang mengaku pengikut Kristus, itulah sebabnya Tuhan tidak memilih mereka untuk menjadi saksi-Nya. Akankah kita juga di tolak hanya karena sudah tahu kewajiban kita tapi berkeras dan menyangkal dengan berbagai alas an untuk melakukannya?
Bilamana semua umat Advent memahami konsep yang sangat sederhana ini, maka kita akan mengerti bahwa tidak perlu ada perdebatan-perdebatan ekstrim yang mengatakan kalau tidak begini dan begitu tidak akan masuk surge…dll, yang akhirnya membuat pemisahan dan perbedaan di antara umat Allah sendiri.
5
EDISI 210 – 1 Nopember 2012
Oleh : Ellen M. Manueke
Saat
memanggil calon muridNya yang pertama yakni dua bersaudara Simon yang disebut Petrus dan Andreas, Yesus mengajak mereka untuk menjadi penjala manusia: “Mari ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia,” kata Yesus dalam Matius 4:19. Penjala manusia merupakan metafora dari pekerjaan memenangkan jiwa manusia dari sudut pandang nelayan. Di lain pihak, saat murid-murid memanggil Dia makan ketika Dia sedang berusaha memenangkan jiwa seorang wanita Samaria dalam Yohanes 4 ayat 35 Yesus menggunakan gambaran yang lain. “Bukankah kamu mengatakan: Empat bulan lagi tibalah musim menuai? Tetapi Aku berkata kepadamu: Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladangladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai.” Dalam ayat sebelumnya Yesus berkata kepada mereka: “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaann-Nya.” Metafora ini dengan jelas dipahami oleh para petani bahwa ada pekerjaan menuai yang harus dibuat.
Yesus telah memanggil kita untuk satu pekerjaan penting yang harus diselesaikan. Dari sudut pandang petani, nelayan, guru, hakim, dokter maupun pendeta, ada begitu banyak gambaran yang dapat menyatakan bahwa ada pekerjaan penting yang harus disesaikan, yaitu pekerjaan memenangkan jiwa sebagaimana metafora yang digunakan Yesus di zamanNya. “Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya.” Isi kitab Matius 24:14 ini menyatakan bahwa pekerjaan penginjilan hingga saat ini belum selesai. Pertanyaan yang muncul, siapa yang akan menyelesaikannya? Dua ribu tahun yang lalu, saat murid-murid mendapat kecurahan Roh Kudus awal, mereka tidak meminta berkat untuk diri mereka sendiri. Mereka merasa terbebani oleh begitu banyaknya jiwa-jiwa yang menanti kabar keselamatan. Pikiran mereka diberati dengan beban akan jiwa-jiwa untuk diselamatkan dan mereka menuntut karunia kuasa yang dijanjikan Yesus. Mereka menuntut, meminta dari surga dan surga jawab ini “Pada saat itulah Roh Suci dicurahkan.” Karena Roh Suci dicurahkan kepada umat Kristiani yang pertama di jaman para rasul, maka ribuan orang bertobat dalam sehari.
6
EDISI 210 – 1 Nopember 2012 Selama seruan nyaring hujan akhir Roh Kudus, gereja pada waktu itu ditolong oleh kuasa pengantaraan yang disediakan oleh Tuhan, yaitu Roh Kudus dan gereja menyebarkan dengan limpah pengetahuan keselamatan sehingga terang kebenaran disampaikan ke setiap kota besar dan kecil sampai ke ujung bumi. Pekerjaan Tuhan selesai. Roh Kuduslah yang akan menyelesaikan pekerjaan Tuhan. Lalu, apa yang harus kita buat? Roh Suci tidak akan turut serta menyelesaikannya kalau tidak ada kerjasama manusia, apapun profesinya. Injil hanya akan tiba ke orang terakhir di muka bumi yang perlu dengar kalau terjadi Kecurahan Roh Kudus, karena Roh Sucilah yang akan memicu dan memacu pekerjaan Tuhan selesai. Kecurahan Roh Kudus Hujan Akhir hanya akan terjadi kalau kita semakin bertumbuh seperti Yesus dalam cara berpikir, cara berkata dan berperilaku sehari-hari; semua cerita di rumah tangga, di tetangga, di pasar merupakan bahasa surga dengan perilaku
ala surga sama seperti para Rasus dua ribu tahun yang lalu. Sanggupkah kita? Pertumbuhan tabiat menjadi semakin seperti Yesus, semakin saleh dapat kita peroleh jika kita memiliki kesukaan mencintai dan melayani sesama. Mau memenangkan jiwa orang lain untuk surga hanya dapat kita lakoni bila Roh Kudus menguasai diri kita. Memenangkan jiwa-jiwa untuk Yesus sama saja dengan menstabilkan pengalaman Kristen dan membawa kita kepada suasana yang lebih tinggi dan lebih suci di mana kasih kita kepada Yesus semakin bertambah-tambah dan kasih kita kepada orang lain melimpah terus menerus. Ketika Roh Suci dicurahkan, maka Roh Suci yang memegang kemudi pekerjaan Tuhan akan menyelesaikan pekerjaan penginjilan di dunia dan Yesus akan datang.
Oleh : Bredly Sampouw Pamela adalah ibu tiga anak dan baru saja menyelesaikan kuliah. Kelas terakhir yang harus dia ambil adalah Sosiologi. Sang dosen sangat inspiratif, dengan kualitas yang dia harapkan dimiliki setiap orang. Tugas terakhir yang diberikan ke para mahasiswanya diberi nama “Smiling”. Seluruh mahasiswa diminta untuk pergi ke luar dan memberikan senyumnya kepada tiga orang asing yang ditemuinya dan mendokumentasikan reaksi mereka. Setelah itu setiap mahasiswa diminta untuk mempresentasikan di depan kelas. Pamela adalah orang yang periang, mudah bersahabat dan selalu tersenyum pada setiap orang. Jadi, dia pikir tugas ini sangatlah mudah. Setelah menerima tugas tersebut, dia bergegas menemui suaminya dan anak bungsunya yang menunggu di taman halaman kampus untuk pergi ke restoran McDonald’s yang berada di sekitar kampus. Pagi itu udara sangat dingin dan kering. Sewaktu suaminya akan masuk dalam antrian, dia menyela dan meminta agar dia saja yang menemani si bungsu sambil mencari tempat duduk yang masih kosong.
7
EDISI 210 – 1 Nopember 2012 Ketika Pamela sedang dalam antrian, menunggu untuk dilayani, mendadak setiap orang di sekitar mereka bergerak menyingkir. Bahkan orang yang semula antri di belakang dia ikut menyingkir keluar antrian. Perasaan panik menguasai dirinya ketika berbalik dan melihat mengapa mereka semua menyingkir. Saat berbalik itulah dia mencium “bau badan kotor” yang cukup menyengat. Tepat di belakang dia berdiri dua lelaki tunawisma yang sangat dekil. Pamela bingung dan tidak mampu bergerak sama sekali. Ketika dia menunduk, tanpa sengaja matanya menatap laki-laki yang lebih pendek, yang berdiri lebih dekat dengan dia. Ia sedang “tersenyum” ke arah dia. Lelaki ini bermata biru, sorot matanya tajam, tapi juga memancarkan kasih sayang. Ia menatap ke arah dia seolah meminta agar dia dapat menerima “kehadirannya” di tempat itu. Ia menyapa “Good day!” sambil tetap tersenyum dan sembari menghitung beberapa koin yang disiapkan untuk membayar makanan yang akan dipesan. Secara spontan Pamela membalas senyumnya. Seketika dia teringat “tugas” yang diberikan oleh dosennya. Lelaki kedua yang berdiri di belakang temannya, sedang memainkan tangannya dengan gerakan aneh. Pamela segera menyadari bahwa lelaki kedua itu menderita defisiensi mental, dan lelaki dengan mata biru itu adalah “penolong”nya. Pamela merasa sangat prihatin. Akhirnya dalam antrian itu kini hanya tinggal dia bersama mereka. Mereka bertiga tiba-tiba saja sudah sampai di depan counter. Ketika wanita muda di counter bertanya kepada Pamela apa yang ingin dia pesan, Pamela mempersilahkan kedua lekali itu untuk memesan duluan. Lelaki bermata biru segera memesan, “Kopi saja, satu cangkir...Nona!” Dari koin yang terkumpul, hanya itulah yang mampu mereka beli. Sudah menjadi aturan di restoran di sini, jika ingin duduk di dalam restoran dan menghangatkan tubuh, orang harus membeli sesuatu. Dan tampaknya kedua orang ini hanya ingin menghangatkan badan. Tiba-tiba saja pamela diserang oleh rasa iba yang membuatnya sempat terpaku beberapa saat. Matanya mengikuti langkah mereka mencari tempat duduk yang jauh terpisah dari pengunjung lainnya, yang hampir semuanya sedang mengamati mereka. Pada saat yang bersamaan, Pamela baru menyadari bahwa saat itu semua mata di restoran itu juga sedang tertuju ke dirinya, dan pasti juga melihat semua tindakannya. Pamela baru tersadar setelah petugas di counter itu menyapa dia untuk ketiga kalinya, menanyakan apa yang ingin dia pesan. Pamela tersenyum dan minta diberi dua paket makan pagi, di luar pesanannya dalam nampan terpisah. Setelah membayar semua pesanan, Pamela minta bantuan petugas counter itu untuk mengantarkan nampan pesanannya ke meja tempat duduk suami dan anaknya. Sementara dia membawa nampan lainnya berjalan melingkari sudut ke arah meja yang telah dipilih kedua lelaki itu untuk beristirahat. Pamela letakkan nampan berisi makanan itu diatas meja mereka , dan meletakkan tangannya di atas punggung telapak tangan dingin lelaki bermata biru itu, sambil dia berucap, “Makanan ini telah saya pesan untuk kalian berdua.” Kembali mata biru itu menatap dalam
ke arah dia. Kini mata itu mulai basah berkaca-kaca. Dia hanya mampu berkata, “Terima kasih banyak, Nyonya.” Pamela mencoba tetap menguasai dirinya. Sambil menepuk bahunya dia berkata, “Sesungguhnya bukan saya yang melakukan ini untuk kalian. Tuhan juga berada di sekitar sini dan telah membisikkan sesuatu ke telinga saya untuk menyampaikan makanan ini kepada kalian.” Mendengar ucapan Pamela, si mata biru tidak kuasa menahan haru dan memeluk lelakii kedua sambil terisak-isak. Saat itu ingin sekali Pamela merenguk kedua lelaki itu. Pamela sudah tidak dapat menahan tangis ketika berjalan meninggalkan mereka dan bergabung dengan suami dan anaknya, yang tidak jauh dari tempat duduk mereka. Ketika dia duduk, suaminya mencoba meredakan tangisnya sambil tersenyum dan berkata, “Sekarang saya tahu, kenapa Tuhan mengirimkan dirimu menjadi istriku, yang pasti, untuk memberikan keteduhan bagi diriku dan anak-anakku.” Mereka saling berpegangan tangan beberapa saat. Saat itu mereka benar-benar bersyukur dan menyadari bahwa hanya karena bisikan-Nya lah mereka telah mampu memanfaatkan kesempatan untuk dapat berbuat sesuatu bagi orang lain yang sedang sangat membutuhkan. Ketika mereka sedang menyantap makanan, dimulai dari tamu yang akan meninggalkan restoran dan disusul oleh bebertapa tamu lainnya, mereka satu per satu menghampiri meja mereka untuk sekadar berjabat tangan dengan mereka. Salah satu di antaranya, seorang bapak memegangi tangan Pamela dan berucap, “ Tanganmu ini telah memberikan pelajaran yang mahal bagi kami semua disini. Jika suatu saat diberi kesempatan oleh-Nya, saya akan lakukan seperti yang telah kamu contohkan tadi kepada kami.” Pamela hanya bisa berucap, “Terima kasih,” sambil tersenyum. Sebelum beranjak meninggalkan restoran Pamela sempat melihat ke arah kedua lelaki itu. Seolah ada magnet yang menghubungkan batin kami, mereka langsung menoleh ke arah kami sambil tersenyum, lalu melambaikan tangan mereka ke arah kami. Dalam perjalanan pulang Pamela merenungkan kembali apa yang telah dia lakukan kepada kedua tunawisma tadi. Tindkan itu benar-benar tidak pernah terpikir oleh Pamela dan sekaligus merupakan hidayah bagi dia, maupun orang-orang di sekitar dia saat itu. Pengalaman hari itu menunjukkan kepada dia betapa kasih sayang Tuhan itu sangat hangat dan indah. Pamela kembali ke college pada hari terakhir kuliah dengan cerita di tangannya. Pamela menyerahkan papernya kepada dosen. Keesokan harinya sebelum memulai kuliahnya, dosennya memanggil Pamela ke depan kelas. Ia memandang pamela dan berkata, “Bolehkah Pamela membagikan cerita kepada yang lain?” Dengan senang hati pamela mengiyakan. Ketika akan memulai kuliahnya dia meminta perhatian dari kelas karena akan membacakan papernya. Ia mulai membaca. Para siswa pun mendengarkan dengan seksama cerita sang dosen, dan ruangan kuliah menjadi sunyi. Cara dan gaya yang dimiliki sang dosen dalam membawakan cerita membuat para mahasiswa yang hadir di ruang kuliah itu seolah ikut melihat kejadian yang sesungguhnya. Beberapa mahasiswi
8
EDISI 210 – 1 Nopember 2012 yang duduk di deretan belakang di dekatnya datang memeluk dia untuk mengungkapkan perasaan haru mereka. Pada akhir pembacaan paper tersebut, sang dosen sengaja menutup ceritanya dengan mengutip salah satu kalimat yang Pamela tulis di akhir papernya, “Tersenyumlah dengan hatimu, dan kau akan mengetahui betapa dahsyat dampak yang ditimbulkan oleh senyummu itu.”
Inspirasi Untuk Direnungkan : Senyuman adalah lengkungan yang meluruskan banyak masalah. Dengan tersenyum, dunia ikut tersenyum dengan kita. Yang paling menakjubkan, saat kita berbagi senyum dengan orang yang susah, Tuhan pun tersenyum kepada kita. Untuk Dilakukan : “Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi Tuhan, yang akan membalas perbutannya itu.” Amsal 19 : 17
Senyuman, meskipun murah dan melimpah, jarang dilimpahkan kepada orang yang susah. Lakukanlah dan Anda akan merasakan kasih Allah mengalir dari atas ke bawah. Ketika kita memberi senyum kepada orang lain disekitar kita, kita menebarkan perasaan simpati juga kepada mereka. B erikan senyum anda kepada seseorang yang papah niscaya anda akan menerima senyuman yang sama yang terdalam. Sudahkah kita berbagi kebaikan dengan disertai senyum kepada orang papah, miskin, melarat dan yang hina sekalipun? Ingat, ketika berbagi kebaikan dengan tersenyum Tuhan juga tersenyum pada kita. Mulailah hari-hari anda dengan senyuman niscaya hidup akan lebih bahagia, damai selalu di hati dan problema itu akan sirnah. Jangan habiskah hidup ini dengan hidup murem durja selalu, tapi tersenyumlah maka dunia ikut tersenyum. Ingat senyum juga adalah karunia Tuhan, gunakan karunia itu untuk kemulian Tuhan. “SMILE GOD’S LOVE YOU”
Oleh : Pdtm. Kalvein Mongkau Lan jutan ….. B. Masa Kesukaran Secara Eskatologis Pandangan Aliran Futuris dan Historis Terkait Masa Kesukaran. Di antara para penafsir Alkitab Kristen beraliran Pantekosta ada yang berpegang pada pandangan bahwa masa kesukaran atau dalam Alkitab Terjemahan Baru yang diterbitkan oleh Lembaga Alkitab Indonesia dengan sebutan “siksaan yang dahsyat” (Matius 24:21) atau “great tribulation” (KJV) itu adalah “masa 7 tahun yang akan datang di mana Tuhan akan mengakhiri masa pendisiplinan terhadap Israel dan menyelesaikan
penghakiman terhadap dunia yang tidak percaya. Gereja, yang terdiri dari semua orang yang telah percaya pada pribadi dan karya Tuhan Yesus yang menyelamatkan mereka dari hukuman dosa, tidak akan ada dalam dunia pada saat Tribulasi. Gereja akan diangkat dari dunia ini dalam peristiwa
9
EDISI 210 – 1 Nopember 2012 yang disebut Pengangkatan orang percaya (1 Tesalonika 4:13-18; 1 Korintus 15:51-53). Gereja dilepaskan dari murka yang akan datang (1 Tesalonika 5:9). Dalam Alkitab, Tribulasi disebut dengan berbagai nama, seperti misalnya: (1) Hari Tuhan (Yesaya 2:12; 13:6, 9; Yoel 1:15; 2:1, 11, 31, 3:14; 1 Tesalonika 5:2); (2) Kesusahan atau kesengsaraan (Ulangan 4:30; Zefanya 1:15); (3) Kesengsaraan besar yang menunjuk pada masa yang paling berat pada bagian akhir dari masa 7 tahun (Matius 24:21); (4) Hari atau waktu kesesakan (Daniel 12:1; Zefanya 1:15); (5) Waktu kesusahan bagi Yakub (Yeremia 30:7).”1 Jadi secara jelas para pemegang dari tafsiran ini percaya bahwa masa tribulasi adalah masa siksaan atau kesukaran yang berlangsung selama 7 tahun secara harafiah di masa yang akan datang dimana bentuk penafsiran ini masuk pada kategori aliran futuris. Bahkan ada bentuk penafsiran futuris lain lagi dari Pantekosta percaya bahwa masa tribulasi bukan berlangsung selama 7 tahun secara literal melainkan akan berlangsung selama 3 ½ tahun secara literal. Pdt. DR. M. D. Wakkary, selaku Ketua Umum PGPI (Persatuan Gereja Pantekosta Indonesia) menulis satu artikel berjudul “Mengapa 3,5 Tahun Waktu Tribulasi Bukan 7 Tahun ? Beliau mengakui bahwa Buku Wahyu, kitab akhir dari 66 buku dalam Alkitab, mendapat julukan sebagai “Buku yang serba Tujuh”, Misalnya, kita temui: (1). Tujuh Bintang = tujuh Pemimpin Jemaat (Wahyu 1:16-20); (2). Tujuh Kaki Dian yang berarti Tujuh Gereja atau Jemaat (Wahyu 1:12, 23). (3). Tujuh Meterai (Wahyu 6-8); (4). Tujuh Malaikat di hadapan Allah. Wahyu 8:2 (5). Tujuh Sangkakala (Wahyu 8-11); (6). Tujuh Cawan Malapetaka (Wahyu 16); (7). Tujuh unsur yang Baru. Wahyu 21-22 dan banyak lagi hal-hal yang TUJUH lainnya.2 Sebagai bentuk penolakannya terhadap penafsiran 7 tahun masa tribulasi, maka Pdt. DR. Wakari menekankan bahwa “sejauh yang saya baca dan pelajari, tidak pernah saya temui katakata 7 TAHUN dalam Buku Wahyu, atau frasa 7 tahun aniaya. Kitab Wahyu yang mengungkapkan hal-hal yang akan terjadi pada akhir dari zaman-zaman dunia ini, juga menguraikan akan datang suatu masa aniaya besar atau masa tribulasi (tribulation). Begitu jelas dan beberapa kali tertulis, bahwa masa tribulasi itu adalah 3 ½ tahun atau tiga setengah tahun. Tidak ada satu pun uraian, nubuatan atau penjelasan bahwa masa aniaya besar yang akan datang lamanya 7 tahun.” Menurutnya bahwa “ada 7 Referensi tentang 3 ½ tahun masa mendatang secara literal yang ia coba dasarkan pada Kitab Daniel dan Buku Wahyu dengan teiiti maka kita menemui tujuh referensi mengenai 3 ½ tahun: (1). Daniel 7:25 “…..mereka akan diserahkan ke dalam tangannya selama satu masa dan dua masa dan setengah masa.” (2). Daniel 12:7
“Satu masa dan dua masa dan setengah masa : dan setelah berakhir kuasa perusak bangsa yang kudus itu, maka segala hal ini akan digenapi.” (3). Wahyu 11:2 “…..mereka akan menginjak-injak Kota Suci empat puluh dua bulan lamanya.” (4). Wahyu 11:2 “…..memberi tugas kepada dua saksi-Ku, supaya mereka bernubuat sambii berkabung, seribu dua ratus enampuluh harilamanya,” (5). Wahyu 12:6 “…..supaya ia dipelihara di situ seribu dua ratus enam puluh hari lamanya.” (6). Wahyu 12:4 “….di mana ia dipelihara jauh dari tempat ular itu selama satu masa dan dua masa dan setengah masa.” (7). Wahyu 13:5 “….kepadanya diberikan juga kuasa untuk melakukannya empat puluh dua bulan lamanya.” Menurut Wakkari bahwa “acuan untuk mereka yang menafsirkan bahwa tribulasi akan berlangsung “tujuh tahun” diambil dari suatu interpretasi dari nubuatan istimewa Nabi Daniel yang tertulis dalam Daniel 9:24-27. Tetapi apakah lantas 1 ayat dalam Kitab Daniel mengeciikan 7 ayat dalam Kitab Wahyu ? Tentu tidak. Bahkan, kalau kita teiiti dengan cermat, ayat-ayat dalam Wahyu, membenarkan, menjelaskan dan menegaskan nubuatan Daniel.”3 Jadi dari bentuk penafsiran futuris selaku penganut Pantekosta percaya pada masa tribulasi yang berlangsung secara literal di masa yang akan datang dengan dua versi tafsiran yakni ada yang perpegang pada paham bahwa itu akan berlangsung selama 7 tahun secara literal tetapi ada yang bertahan pada konsep bahwa itu akan berlangsung selama 3 ½ tahun secara literal. Namun, anehnya di kalangan penganut MAHK modern justru ada yang masuk pada pandangan futuris secara literal tersebut. Mereka memulaikan penafsiran 3 ½ masa tribulasi mereka pada kitab Daniel 12.4 Bentuk penafsiran masa tribulasi 3 ½ tahun futuris dari para penganut Advent tertentu ini mendapat sebutan dalam Kontra Reformasi Mengetuk di Pintu Penganut Advent (CounterReformation "Knocks" at the Adventist Door).5 Persoalannya bahwa ulasan terkait 3 ½ futuris secara literal ini secara asal muasal adalah satu paham yang menjadi milik dari para penganut Katholik yang menamakan dirinya “Kontra-Reformasi.” Adapun paham 3 ½ masa tribulasi ini diperkenalkan oleh para para teolog Katholik untuk menerapkan kemunculan antikris di akhir periode 3 ½ tahun secara literal yang akan terjadi di masa depan. Penafsiran Katholik ini dimaksud untuk membendung arus perkembangan reformasi Protestan yang dianggap selalu dan terlalu menuding dan memojokkan para penganut Khatolik terkait penafsiran antikris yang diidentikkan dengan Paus didasarkan pada kekuasaan tanduk kecil dalam Daniel 7. Dengan demikian maka pada saat seorang 3
Ibid. Lihat website penafsiran masa kesukaran yang berlangsung selama 3 ½ tahun secara literal dalam website mereka: http://www.adventistonline.com/profile/odetteboily 5 Lihat artikel berjudul Ellen G. White and the Interpretation of Daniel and Revelation dalam website: www.biblicalresearch.gcadventist.org 4
1
Diakses dalam http://www.gotquestions.org/indonesia/index.html 2 Pdt. DR. M. D. Wakkary, Mengapa 3,5 Tahun Waktu Tribulasi Bukan 7 Tahun ? diaksed dalam http://pantekostapos.com/?cat=6
10
EDISI 210 – 1 Nopember 2012 penganut Advent menerima konsep 3 ½ tahun masa tribulasi yang didasarkan pada Kitab Daniel 12 yang ditafsirkan memiliki penggenapan secara literal di masa depan menunjukkan bahwa ia sedang menerima konsep dari para penganut Katholik itu sendiri. Pandangan ini jelas bertentangan dengan pandangan atau konsep umum yang dipegang secara resmi oleh GMAHK bahwa masa tribulasi atau siksaan yang dahsyat itu adalah satu masa yang merujuk kepada penganiayaan yang dilakukan oleh kuasa tanduk kecil sebagaimana yang tercatat dalam Daniel 7:25 yang mana berlangsung selama 3 ½ masa atau tahun menurut perhitungan waktu nubuatan yang sama dengan 1260 hari atau 42 bulan (Wahyu 12:6; 13:5 atau 1260 tahun dalam arti sebenarnya (berdasarkan prinsip hari/tahun dalam Bilangan 14:34 dan Yehezkiel 4:6). Dan masa kesukaran secara historis itu sudah pernah terjadi sejak timbulnya kekuasaan Roma Kepausan dari tahun 538 hingga kekuasaan itu berakhir pada tahun 1798. Memang dengan melihat bentuk penafsiran terhadap 3 ½ masa dalam Daniel 12 yang dianggap memiliki penggenapan secara literal di masa depan ini secara jelas adalah upaya dari Setan untuk menuntun penafsiran umat-umat-Nya itu agar dibelokkan dari konteks penulisan sehingga tidak menangkap pengertian secara eksplisit dan implisit yang terkandung dalam pekabaran kitab Daniel itu sendiri. Pembelokan penafsiran ini sudah berlangsung di permulaan pergerakan Advent mulamula justru ketika Ellen G. White sedang giat-giatnya di dalam pekerjaan pelayanannya. Padahal pandangan terkait masa tribulasi yang berlangsung selama 3 ½ masa dalam Daniel 12 ini oleh beberapa orang Advent modern telah coba mengkaitkannya dengan pekabaran yang ada di dalam Wahyu pasal 13 dan 14. Dalam satu sub bagian ulasan di bawah judul “Daniel 12 is a Supplement and Compelement to Revelation 13 and 14” paham futuris Advent modern ini menyatakan bahwa Wahyu 13 dan 14 menjelaskan peristiwa-peristiwa masa depan yang mana menunjuk kepada Supremasi Kepausan yang kedua, pada waktu mana manusia harus memilik antara “tanda binatang,” atau “Meterai Allah yang Hidup.” Kitab-kitab Daniel dan Wahyu berkaitan, sehingga nubuatan-nubuatan Wahyu 13 memiliki rekanan mereka di dalam kitab Daniel. Secara spesifik, Daniel 12:7-12 dan Wahyu 13 menjelaskan peristiwa-peristiwa masa depan yang sama menyinggung kebangkitan dan kejatuhan pemerintahan kedua, Supremasi Kepausan.”6 Namun Ellen G. White sendiri menuliskan bahwa secara internal “Setan sedang mencari dengan cara ini untuk melawan dan menghancurkan pekerjaan Allah. Umat itu sudah sedang dikemudikan oleh pergerakan advent, ribuan orang berdosa sudah bertobat, dan orang-orang sedang memberikan diri mereka pada pekerjaan memproklamasikan kebebaran, bahkan di dalam waktu yang berlambatan. Raja
kegelapan sedang kehilangan para pengikutnya; dan agar supaya membawa celaan ke atas pekerjaan Allah, ia (Setan) berupaya untuk menipu beberapa orang yang menganut iman dan mendorong mereka kepada keekstriman-keekstriman. Kemudian agen-agennya siap sedia berdiri untuk meraih atas setiap kesalahan, setiap kegagalan, setiap tindakan yang tak pantas, dan mengangkat itu di hadapan umat itu di dalam terang yang paling membesar-besarkan, untuk menyerahkan orang-orang Advent dan iman mereka yang menjijikkan. Sehingga jumlah yang lebih besar dari mereka yang ia (Setan) dapat kumpulkan untuk membuat satu pengakuan iman di dalam kedatangan kedua kali sementara kuasanya mengendalikan hati mereka, keuntungan lebih besar hendak ia capai oleh mengundang perhatian mereka sebagai wakil-wakil dari seluruh tubuh orang-orang percaya”7 Sedangkan secara eksernal, “ketika Allah mengirimkan kepada manusia amaran-amaran yang paling penting bahwa mereka diwakilkan sebagai oleh malaikat-malaikat kudus yang mengumandangkan injil di tengah-tengah langit, Ia menuntut setiap orang diberkati dengan kuasa-kuasa yang beralasan untuk memperhatikan pekabaran itu. Penghakiman yang menakutkan The fearful judgments denounced against the worship of the beast and his image (Revelation 14:9-11), should lead all to a diligent study of the prophecies to learn what the mark of the beast is, and how they are to avoid receiving it. But the masses of the people turn away their ears from hearing the truth and are turned unto fables. The apostle Paul declared, looking down to the last days: "The time will come when they will not endure sound doctrine." 2 Timothy 4:3. That time has fully come. The multitudes do not want Bible truth, because it interferes with the desires of the sinful, world-loving heart; and Satan supplies the deceptions which they love. {GC 594.2} Seperti apa yang sudah banyak diketahui para penganut MAHK bahwa masa kesukaran besar sering diidentikkan dengan penganiayaan yang bakal melanda umat-umat pemelihara hari Sabat di seluruh dunia sebagai akibat dari ketidakpatuhan mereka terhadap pemberlakuan undang-undang hari minggu secara internasional oleh para pemimpin agama yang berhasil mengintimidasi para pemimpin politik dunia. Roh Nubuat pernah mencatat bahwa “suatu krisis besar menunggu umat Allah. Krisis yang menunggu dunia. Perjuangan yang sangat menentukan pada sepanjang zaman sudah berada di muka kita…. Persoalan memaksakan pemeliharaan hari Minggu telah menjadi salah satu perhatian dan kepentingan nasional. Kita akan mengetahui apa akibat dari pergerakan ini kelak. Tetapi sudahkah kita bersedia menghadapi masalah itu? Sudahkah kita melakukan dengan setia kewajiban yang Allah serahkan kepada kita yaitu memberi amaran kepada orang banyak mengenai bahaya di hadapan mereka?”
Bersambung …. 6
Marian G. Berry, Updated Condensation of Warning! In the 1260, 1290, 1335 Day Timelines of Daniel 12 (Albia, Iowa,USA: CHJ Publishing, nd), hlm. 12
7
Ellen G. White, The Great Controversy, hlm. 395,
parag.2
11
EDISI 210 – 1 Nopember 2012
Lanjutan….. Gunung-gunung yang mengelilingi lembah dibawahnya telah menjadi saksi kepada kuasa penciptaan Allah dan kepastian perlindungan serta pemeliharaan-Nya yang tidak pernah gagal. Para musafir itu belajar mencintai lambang diam kehadiran Yehovah. Mereka tidak mengeluh atas kesulitan yang menimpa mereka. Mereka tidak pernah merasa kesepian di antara gunung-gunung terpencil itu. Mereka berterimakasih kepada Allah oleh karena Dia telah menyediakan bagi mereka suatu perlindungan dari angkara murka dan kekejaman manusia. Mereka bersukacita dalam kebebasan mereka untuk berbakti kepada-Nya. Sering, jika di kejar oleh musuh, kekuatan bukit-bukit itu terbukti menjadi pertahanan yang pasti. Dari tebing-tebing yang sangat tinggi mereka menyanyikan lagu-lagu pujian kepada Allah, dan pasukan tentera Roma tidak dapat mendiamkan nyanyian ucapan syukur mereka itu. Kesalehan para pengikut Kristus adalah murni, sederhana dan bersemangat. Mereka menilai prinsip-prinsip kebenaran melebihi nilai rumah, tanah, teman, kaum keluarga, bahkan hidup itu sendiri. Mereka berusaha dengan sungguh-sungguh membuat prinsip ini berkesan dan tertanam di dalam hati para pemuda. Sejak masa kanakkanak para pemuda telah di beri pelajaran Alkitab dan di ajar untuk menganggap suci tuntutan hukum Allah. Alkitab jarang ada pada waktu itu; oleh sebab itu firman yang berharga itu harus di taruh di dalam ingatan. Banyak dari antara mereka mampu menghafalkan bagian-bagian dari Perjanjian Lama dan Perjjanjian Baru. Pemikiran tentang Allah dihubungkan dengan pemandangan alam yang indah dan agung, dan dengan berkat-berkat sederhana kehidupan sehari-hari. Anak-anak kecil belajar memandang Allah dengan rasa syukur sebagai pemberi setiap karunia dan setiap penghiburan. Orang-orang tua yang lemah lembut dan penuh kasih sayang, mengasihi anak-anak mereka dengan bijaksana untuk membiasakan diri merasa puas diri. Dihadapan mereka terbentang kehidupan yang penuh dengan cobaan dan kesukaran, dan barangkali mati syahid. Mereka telah di didik sejak kecil menanggung kesukaran, tunduk kepada penguasa, namun berpikir dan bertindak bagi diri mereka sendiri. Sejak dini mereka telah di ajar untuk memikul tanggungjawab, menjaga pembicaraan dan mengerti kebijaksanaan berdiam diri. Satu perkataan yang ceroboh
yang terdengar oleh musuh dapat membahayakan bukan saja nyawa orang yang berbicara itu, tetapi juga nyawa ratusan saudara-saudaranya. Karena sebagaimana serigala mencari mangsanya, demikianlah musuh-musuh kebenaran mengejar mereka yang berani menuntut kebebasan iman keagamaannya. Orang-orang Waldenses telah mengorbankan harta duniawi demi kebenaran, dan dengan kesabaran yang gigih mereka bekerja untuk mendapatkan makanan mereka. Setiap jengkal tanah yang bisa dikerjakan di antara gununggunung dikerjakan dengan cermat. Lembah-lembah dan kaki-kaki bukit yang kurang subur telah di buat memberikan hasil yang bertambah. Berhemat dan penyangkalan diri menjadi bagian dari pendidikan yang diberikan kepada anak-anak sebagai warisan dari leluhur. Kepada mereka diajarkan bahwa Allah merancang kehidupan untuk berdisiplin, dan kebutuhan mereka akan terpenuhi hanya oleh usaha pribadi, oleh pemikiran dan perencanaan yang hati-hati, perhatian dan iman. Proses itu memang menuntut kerja keras dan melelahkan, tetapi baik dan menyehatkan, sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh manusia yang telah jatuh dalam dosa, sebagai sebuah sekolah yang disediakan Allah untuk pelatihan dan pengembangannya. Sementara pemuda itu di tempa tahan uji menghadapi kerja keras dan kesulitan, budaya intelek juga tidak dilalaikan. Mereka di ajar bahwa semua tenaga dan kekuatan mereka adalah milik Allah, dan bahwa semua harus ditingkatkan dan dikembangkan untuk pelayananNya. Jemaat -jemaat Vandois, di dalam kemurniannya dan kesederhanaannya, menyerupai jemaat-jemaat pada zaman rasul-rasul. Mereka menolak supremasi kepausan dan penjabat-pejabat tingginya, dan mereka membuat Alkitab sebagai satu-satunya kekuasaan tertinggi yang tidak dapat salah. Pendeta-pendeta mereka berbeda dengan imam-imam Roma yang megah bagaikan raja. Mereka mengikuti teladan Tuhannya, yang "datang bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani." Mereka memberi makan kawanan domba Allah, menuntun mereka ke padang rumput yang hijau dan mata air hidup firman-Nya yang kudus. Berbeda jauh dari keindahan dan kebesaran manusia yang angkuh, orang-orang ini berkumpul bukan di dalam bangunan gereja yang megah atau katedral yang agung, tetapi di bawah
12
EDISI 210 – 1 Nopember 2012 bayang-bayang bukit-bukit di lembah Alpine, atau pada waktu bahaya, di tempat-tempat perlindungan di celahcelah bukit-bukit batu, untuk mendengarkan firman kebenaran dari hamba-hamba Kristus. Para pendeta itu bukan hanya mengkhotbahkan kabar Injil itu, tetapi mereka juga mengunjungi orang-orang sakit, mengajar dan menguji pengetahuan agama pada anak-anak, menegur kesalahan, berusaha menyelesaikan perselisihan dan memajukan keharmonisan dan rasa persaudaraan. Pada waktu damai, mereka dibelanjai dengan pemberian sukarela orang-orang. Tetapi seperti Rasul Paulus, si pembuat kemah itu, masingmasing belajar cara-cara berdagang atau profesi lain oleh mana, bila perlu, mereka menghidupi dirinya. Para pemuda menerima pengajaran dari para pendeta mereka. Alkitab dijadikan mata pelajaran utama, sementara perhatian juga diberikan kepada cabang-cabang pengetahuan umum lainnya. Injil Matius dan Yohanes dihafalkan dengan tulisan para rasul lainnya. Mereka juga dipekerjakan untuk menyalin Alkitab. Sebagian naskah berisi seluruh Alkitab itu, sebagian lagi hanya berisi pilihan-pilihan singkat, sebagian berisi keterangan ayat-ayat yang diberikan oleh mereka yang mampu menjelaskan Alkitab itu. Dengan demikian dimunculkanlah harta kebenaran yang telah lama disembunyikan oleh mereka yang berusaha meninggikan dirinya di atas Allah. Dengan sabar, dengan kerja keras yang tak mengenal lelah, kadang-kadang di dalam gua-gua yang dalam dan gelap di dalam tanah, yang diterangi hanya oleh obor, Alkitab itu telah di tulis ayat demi ayat, fatsal demi fatsal. Demikianlah pekerjaan itu berjalan terus, kehendak Allah yang telah dinyatakan itu bersinar terus seperti emas murni. Betapa semakin bersinar, semakin terang dan semakin berkuasanya kehendak Allah itu oleh karena mengalami pencobaan, hanya mereka yang terlibat langsung dalam pekerjaan ini saja yang dapat mengetahuinya. Malaikat-
malaikat dari surga mengelilingi pekerja-pekerja yang setia ini. Setan telah mendesak imam kepausan dan pejabatpejabat tingginya untuk mengubur Firman kebenaran itu di bawah sampah kesalahan, kemurtadan dan ketakhyulan. Tetapi dengan cara yang paling mengherankan firman itu telah terpelihara dengan murni sepanjang Zaman Kegelapan. Firman itu tidak membawa cap manusia, tetapi meterai Allah. Manusia tidak jemu-jemunya berusaha mengaburkan arti Alkitab yang sederhana dan jelas, dan membuatnya bertentangan kepada kesaksian mereka sendiri. Tetapi seperti bahtera di atas laut yang bergelombang besar, Firman Allah itu mengatasi badai yang mengancamnya dengan kebinasaan. Sebagaimana tambang yang berisi emas dan perak tersembunyi jauh di bawah permukaan tanah, demikianlah semua orang harus menggali untuk mendapatkan kandungannya yang berharga. Demikianlah juga Alkitab mengandung harta kebenaran yang akan dinyatakan hanya oleh mencarinya dengan sungguh-sungguh, rendah hati serta dengan doa. Allah merancang Alkitab itu sebagai buku pelajaran bagi semua umat manusia, pada masa kanak-kanak, pemuda dan dewasa, dan untuk dipelajari sepanjang masa. Ia memberikan firman-Nya kepada manusia sebagai penyataan diri-Nya sendiri. Setiap kebenaran baru yang terlihat adalah pernyataan segar tabiat Pengarangnya. Mempelajari Alkitab adalah cara yang ditetapkan ilahi untuk menghubungkan manusia itu lebih dekat kepada Penciptanya, dan memberikan kepada mereka pengetahuan yang lebih jelas mengenai kehendak-Nya. Alkitab itu adalah media komunikasi antara Allah dan manusia. Bersambung..... Ellen G. White
13
EDISI 210 – 1 Nopember 2012
Tangan Ibu
by Arthur S. Maxwell, adapted by Karen Flower (Diterjemahkan oleh Max Kaway)
Ada
Seorang ibu muda
meletakkan bayi perempuan untuk tidur dalam buaian nya. Pada saat itu dia akan pergi mengunjungi tetangga untuk sebentar saja, Saya tidak punya waktu untuk berbicara dengan dia untuk waktu yang lama… pikirnya. Tetapi sementara dia dan tetangga sedang mengobrol, tiba-tiba alarm kebakaran kota berbunyi. "Jangan khawatir," kata tetangga. "Kemungkinan besar itu hanya kebakaran hutan, Ada banyak kebakaran yang terjadi di tahun ini.. Saya yakin api tidak berada di dekat sini." "Tapi dengar," kata sang ibu. "Saya pikir saya mendengar pemadam kebakaran datang di jalan ini Lihatlah!. Orangorang berjalan menyusuri jalan-berlari menuju rumah saya!" Tanpa berkata-kata lagi dia berlari ke jalan dan berlari di tengah-tengah kerumunan orang banyak. Tiba-tiba ia melihat. rumahnya sendiri terbakar! Asap tebal dan api sudah masuk melalui atap. "Bayiku!" dia menangis panik. "Bayiku!"Kerumunan orang sangat banyak di sekitar rumahnya, tapi dia berusaha mendorong dan mendorong sampai ia tiba di depan pintu rumahnya. Seorang petugas pemadam kebakaran menghentikannya dan berkata, "Anda tidak bisa masuk ke sana! Anda akan terbakar!"\ Tapi ibu itu berteriak, "Biarkan aku pergi! Biarkan aku pergi!" saat ia melepaskan diri dan berlari ke dalam
rumahnya yang terbakar. Dia tahu akan kemana dia pergi . Berlari melalui asap dan api yang tebal, ia meraih dan merangkul bayinya yang sangat berharga itu, kemudian berbalik untuk keluar. Tapi sekarang asap membuatnya sangat sulit untuk melihat dan bernapas, ia tergoyang dan jatuh, dan sudah tidak dapat keluar dari dalam rumah lagi dengan aman jika saja petugas pemadam kebakaran tidak menjemputnya dan membawanya keluar. Orang-orang bersorak ketika mereka muncul! Bayi Marjorie tidak terluka sama sekali! Tapi kedua tangan ibu yang malang ini sudah sangat terbakar. Teman – temannya pada saat itu mengambil bayi mungil itu untuk merawatnya sementara ambulans membawa sang ibu yang malang ini ke rumah sakit. Para dokter berusaha melakukan yang terbaik untuk menyembuhkan tangan ibu ini, tapi kedua tangannya tidak dapat disumbuhkan seperti semula, ia mengalami cacat seumur hidup. Bertahun-tahun kemudian, ketika Marjorie telah tumbuh besar, ia tiba-tiba melihat sesuatu yang dia tidak pernah lihat sebelumnya. Tangan ibunya begitu jelek! "Mengapa kedua tangan ibu begitu jelek?" tanya ibunya saat mereka hanya berdua. Air mata ibunya mengalir saat ia teringat beberapa tahun yang silam bagaimana ia merasa begitu takutnya pada saat rumah mereka terbakar dengan Marjorie yang tertidur dan tidak menyadari bahaya pada saat itu. "Apakah aku mengatakan sesuatu yang salah?" Marjorie bertanya pada saat melihat ibunya meneteskan air mata. "Tidak, Sayang," jawab ibunya. "Tapi ada cerita yang harus saya beritahukan kepdamu." Kemudian Ibunya menceritakan kepada Marjorie kisah api yang membakar rumah mereka. Dia menceritakan bagaimana orang-orang berusaha untuk menahan dirinya, bagaimana pemadam kebakaran mencoba untuk menghentikannya, bagaimana dia berjuang melawan api untuk menyelamatkannya,
14
EDISI 210 – 1 Nopember 2012 bagaimana dia jatuh, dan bagaimana mereka diselamatkan. Lalu ia mengulurkan kedua tangannya yang telah cacat untuk dilihat oleh Marjorie.
Sekarang giliran Marjorie menitikkan air mata. "Oh, Ibu," serunya, "Ibu sangat mencintai saya! Tangan ibu adalah tangan yang paling indah di seluruh dunia!" Apakah Anda tahu ada tangan yang terluka untuk Anda? Tangan Yesus. Tentara memalu paku besar di tangan-Nya dan menggantung-Nya di kayu salib untuk mati sehingga Anda bisa pergi ke surga. Bahkan ketika Dia datang lagi, bekas paku di tangan-Nya masih tetap ada. Jika Anda bertanya kepada-Nya, Dia akan menunjukkan kepada Anda. Ketika Anda melihat tanda di kedua Tangan-Nya, Anda akan tahu pasti betapa Yesus mengasihi Anda! “ Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh. 3:16).
"Kedua tangan ibu sudah sangat jelek, bukan?," kata Ibu dengan lembut. "Bagi saya, satu-satunya hal yang terpenting adalah untuk menyelamatkan hidupmu."
Adapted from Arthur S. Maxwell, Uncle Arthur's Bedtime Stories . Hagerstown, MD: Review and Herald Publishing Assoc., 1966. Vol. 13, pp. 9-13.
Kejadian 2:18 TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia." Kejadian 2:24 Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging. Matius 19:6 Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia."
Manusia diciptakan sebagai mahluk sosial. Sekalipun sudah memiliki segalanya dengan berkat Tuhan, tetapi masih ditemukan kekurangan. Masih ada ruang hampa, masih ada kekosongan yang harus diisi untuk menjadikan hidup manusia itu sempurna. Itulah teman hidup: suami ataupun istri. Baik pria maupun wanita yang telah mencapai kesuksesan tinggi, segala sesuatu kebutuhan hidupnya terpenuhi, tidak dapat membohongi diri mereka, bahwa hidup mereka masih
15
EDISI 210 – 1 Nopember 2012 terdapat kehampaan dan baru terasa sempurna setelah memiliki teman hidup: suami atau istri. Namun tidak dapat dipungkiri juga, bahwa dalam suatu rumah tangga akan terdapat konflik. Sekalipun keduanya, baik suami maupun istri adalah manusia yang baik, tetap akan menghadapi konflik. Jadi bisa saja terjadi perceraian walaupun dalam suatu rumah tangga yang di dalamnya ada istri yang baik dan suami yang baik. Mungkin ada yang bilang: ya kalau keduanya baik, tidak mungkin bercerai. Tidak selamanya pernyataan itu benar. Suatu rumah tangga adalah sekolah yang tidak pernah tamat. Kata kunci disini ialah dua menjadi satu. Usaha untuk menyatukan dua pribadi inilah yang tidak pernah tamat. Suami disebut baik, karena dia menjalankan tanggung jawabnya dengan baik: menafkahi rumah tangga dengan baik. Semua kebutuhan rumah tangga dapat dipenuhi dengan baik, perhatian sama anak dan anak sangat menghormati dirinya. Di sisi lain, istrinyapun istri yang baik: mengurus urusan rumah dengan baik, rumah tertata dengan baik. Anak-anak diurus dengan baik sehingga mereka jadi anak manis, pintar dan menurut. Tetapi apakah dengan otomatis bila hal-hal ini terpenuhi maka keduanya menjadi satu ? ternyata tidak. Satu contoh ada suami yang baik yang senang melayani dan baginya rumah tangga harus mendukungnya jadi baginya pelayanan adalah prioritas, penyembahan pada Tuhan prioritas, segala sesuatu yang berbau rohani harus diutamakan. Jadi salah satu contohnya kalau istri dan anak-anak terlambat bersiap untuk pergi ke gereja maka dia akan pergi sendiri. Sekalipun hari minggu sudah janji untuk rekreasi keluarga, tetapi ada pelayanan kedukaan, maka rekreasi dibatalkan demi pelayanan. Sementara di pihak istri yang baik tetap memprioritaskan keluarga, sangat merasa keberatan ditinggal pergi begitu saja ke gereja, atau dengan tiba-tiba membatalkan rekreasi padahal tiket semua sudah dibeli. Contoh yang lain suami yang baik sepulang dari kantor ingin bersantai dengan mendengarkan musik dan karaokean ditemani istrinya, tetapi istrinya merasa rumah belum sempat dirapikan, pakaian belum disetrika dan lain-lain pekerjaan di rumah yang masih terbengkalai sehingga dia menolak permintaan suaminya untuk mendengar musik bersama. Sedikit demi sedikit muncul kerenggangan diantara mereka, bukan karena mereka orang yang tidak baik, tetapi karena mereka memiliki pemikiran masingmasing yang baik, tetapi berjalan sendiri-sendiri. Kata kuncinya adalah bagaimana membuat dua menjadi satu. Ada yang harus mengalah demi dua menjadi satu. ***
Kapan Anda Punya Waktu Untuk Melayani Kristus? Bila Anda Siap menjadi Laskar Kristus yang berada di Garis Terdepan.
BERGABUNGLAH BERSAMA KAMI!!! Bila tanggung jawab itu Anda Percayakan Pada Kami
DUKUNGLAH KAMI!!! Doa Anda, Dana Anda adalah “Nyawa Kami” Untuk Keselamatan Orang Lain Kirimkan komitmen Pribadi/Keluarga/Jemaat/Bpk/Ibu/Sdr/I untuk “Pengiriman Misionari” ke: YAYASAN 1000 MISSIONARY MOVEMENT BANK MANDIRI: 154-00-0468736-8 BANK BRI : 0311-01-015900-50-1 BANK SULUT : 006-02-11-008880-8
16