Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
1
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUSLIM NUSANTARA AL WASHLIYAH Dewan Redaksi Pelindung : Drs. H. Kondar Siregar, MA Penasehat : Prof. Dr.H.A.Laut Hasibuan, M.Pd Drs. H. Zuberuddin Siregar, MM Drs. H. Milhan, MA
SAMBUTAN DEKAN FKIP UMN AL WASHLIYAH Sebuah Kebahagiaan bagi Fakultas Pendidikan dan Ilmu Keguruan (FKIP) UMN Al Washliyah atas Upaya civitas akademika FKIP UMN Al Washliyah untuk terbitnya Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ini adalah wahana bagi dosen untuk mempublikasikan karya – karya ilmiah dan untuk menyeberluaskan gagasan, temuan dan pemikiran kritis atas gejala sosial baik dalam dunia pendidikan maupun pada masyarakat yang bersifat lokal, nasional dan global.
Penanggung Jawab : Drs. M. Ayyub Lubis, M.Pd. Ph.D Pengarah : Drs. Darajat Rangkuti, M.Pd Dra. Rosnila Siregar, M.Pd Drs. H. Dalyanto, M.Pd Penyunting : Ketua : Drs. Saiful Anwar Matondang, MA. MA Sekretaris : Dra. Hj. Rosmawaty Harahap, M.Pd. Ph.D
Secara Institusional, Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (PIPS) dapat meningkatkan kepercayaan pihak pemangku kepentingan (Stake holders) atas kinerja Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP UMN Al Washliyah dalam hal akademik atmosfir, yang mendukung akreditasi dan profesionalisme dosen fakultas .
Anggota : Drs. Ulian Barus,M.Pd. Dra. Hj. Disna Anum Siregar, M.Si Drs. Sarjoni Herri, M.Pd. Dra. Hj. Rosmawaty Siregar, M.Pd. Dra. Nurjannah, M.Si. Dra. Surtiani Ibtisam, M.Si. Drs. Rijal, M.Pd. Betha Rapita Silalahi, S.Pd.M.Pd
Salam Kami
Sekretariat : Irfan Batubara, S.Si. S.Pd. M.S Junaidi, S.S. S.Pd Alamat : Jl. Garu II No. 02 Medan Sumatera Utara e- mail :
[email protected]
Drs. M. Ayyub Lubis, M.Pd. Ph.D
2
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
DAFTAR ISI Persepsi Mahasiswa Pendidikan Akuntansi Terhadap Etika Penyusunan Laporan Keuangan (Mhd. Ayyub Lubis) .................................................................................
1
Penggunaan Metode Cooperative Learning Menggunakan TGT (Teams Games Tournaments) untuk Meningkatkan Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran PPKn Kelas X SMA Istiqlal Deli Tua Tahun Pembelajaran 2013/2014 (Disna Anum Siregar) .............................................................................
18
Pengaruh Pengajaran Remedial Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Siswa Kelas X SMK PAB 6 Medan (Rosmawaty Siregar/Irma Erfiana Nasution) .......................................
31
Pengaruh Masa Kerja Terhadap Disiplin Mengajar Guru Pada SMP Negeri 1 Perbaungan Kabupaten Sergei (Rijal/Nurmalisa) .....................................................................................
42
Hubungan Motivasi Intrinsik Dengan Prestasi Belajar Ekonomi Siswa Kelas X SMK PAB 6 Medan TA. 2011/2012 (Zuberuddin Siregar/Ayu Permina Hasibuan) ......................................
51
Hubungan Antara Disiplin Kerja Guru Dengan Prestasi Belajar Bidang Studi Ekonomi Siswa Kelas X SMK Taman Siswa Sawit Seberang Tahun Pembelajaran 2011-2012 (Nurjannah/Dodi Purnawan) ...................................................................
61
Hubungan Pemberian Bimbingan Belajar Dengan Kemamapuan Siswa dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Ekonomi Kelas XI SMK PAB 6 Medan. TA. 2011/ 2012 (Surtiani Ibtisam/Lisnawati Harahap) ...................................................
72
3
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
PERSEPSI MAHASISWA PENDIDIKAN AKUNTANSI TERHADAP ETIKA PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN Oleh Mhd. Ayyub Lubis Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data dan informasi yang menunjukkan tentang perbedaan persepsi mahasiswa mengenai Earning Management (manajemen laba), misstate (salah saji), disclosure (pengungkapan yang sensitif), responsibility (tanggung jawab) antara mahasiswa semester awal dengan mahasiswa semester akhir Bidang Keahlian Pendidikan Akuntansi. Analisis didasarkan pada data dari 68 responden penelitian yang pengumpulannya melalui kuesioner. Metode yang digunakan oleh peneliti adalah uji T-Test dan uji Mann Whitney. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan persepsi mahasiswa mengenai Earning Management (manajemen laba), biaya dan manfaat (cost dan benefit dan tanggungjawab (responsibility) antara mahasiswa semester awal dengan mahasiswa semester akhir Bidang Keahlian Pendidikan Akuntansi. Sedangkan mengenai salah saji (misstate) dan pengungkapan (disclosure) tidak terdapat perbedaan antara mahasiswa semester awal dengan mahasiswa semester akhir Bidang Keahlian Pendidikan Akuntansi. Hal ini berarti dalam hal konten kurikulum pendidikan Akuntansi (salah saji (misstate) dan pengungkapan (disclosure) di progam studi/bidang keahlian pendidikan akuntansi tersebut, dianggap belum cukup memberi bekal etika kepada mahasiswa untuk menjadi guru akuntansi. Kata kunci: Persepsi, Mahasiswa, Etika, Laporan Keuangan 1. Pendahuluan Menurut Yulianti dan Fitriani (2005), terjadinya krisis ekonomi di Indonesia tahun 1997 merupakan akibat dari kurangnya praktek tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance) di Indonesia. Dalam survei pemeringkatan Corporate Governance yang dilakukan oleh Credit Lyonnaise Securities Asia tahun 2000, hanya 18 perusahaan yang dinilai baik secara internasional walaupun demikian hanya satu perusahaan yang memperoleh nilai di atas 60 yaitu PT Unilever Indonesia. Salah satu komponen dari tata kelola perusahaan adalah adanya sistem pelaporan keuangan yang memadai (OECD). Oleh karena itu sistem pelaporan 4
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
keuangan masih perlu ditingkatkan dan diperbaiki. Salah satu faktor yang masih harus ditingkatkan untuk meningkatkan kualitas pelaporan keuangan adalah menyangkut etika dan sikap positif akuntan Indonesia (Yulianti dan Fitriani, 2005). Menurut Wyatt (2004) beberapa kelemahan yang terdapat pada akuntan adalah ; keserakahan individu dan korporasi, pemberian jasa yang mengurangi independensi, sikap terlalu ‘lunak’ pada klien dan peran serta dalam menghindari aturan akuntansi yang ada. Wyatt menambahkan bahwa untuk menghindari halhal tersebut, akuntan pendidik seharusnya memberikan perhatian yang besar terhadap pendidikan akuntansi dalam dua hal. Pertama, apresiasi terhadap profesi akuntan dan kedua, apresiasi mengenai dilema etika (ethical dilemmas). Hal ini dapat dituangkan dalam bentuk mata ajar, metode pengajaran sampai ke penyusunan kurikulum yang berlandaskan nilai-nilai etika dan moral (Yulianti dan Fitriani, 2005). Secara umum etika merupakan suatu prinsip moral dan perbuatan yang menjadi landasan bertindaknya seseorang, sehingga apa yang dilakukan dipandang oleh masyarakat sebagai perbuatan yang terpuji dan meningkatkan martabat serta kehormatan seseorang. Dalam penyusunan Laporan keuangan, etika tersebut menyangkut lima hal, yaitu earning management (manajemen laba), misstate (salah saji), disclosure (pengungkapan yang sensitif), cost-benefit (biaya dan manfaat), dan Responsibility (tanggung jawab). Dalam mengapresiasi dilema etika baik dalam pengajaran maupun dalam penyusunan kurikulum, akuntan pendidik perlu mempertimbangkan persepsi mahasiswa terhadap etika penyusunan laporan keuangan. Persepsi itu sendiri dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya karakteristik pribadi yaitu, sikap, motif, kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu, dan pengharapan (ekspektasi). Terdapat berbagai penelitian sebagai apresiasi terhadap dilema etika ini. Diantaranya adalah penelitian Yulianti dan Fitriany (2005). Dalam penelitian tersebut, Yulianti dan Fitriany (2005) meneliti tentang persepsi mahasiswa Akuntansi terhadap etika penyusunan laporan keuangan yang membandingkan antara mahasiswa akuntansi baru dan akhir, mahasiswa non akuntansi, pria dan wanita terhadap manajemen laba, misstate, disclosure, cost-benefit, responsibility. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan secara signifikan antara mahasiswa baru dengan mahasiswa akhir menyangkut misstate, disclosure, cost-benefit, responsibility. Begitu juga antara mahasiswa jurusan akuntansi dan non akuntansi serta pria dan wanita. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Yulianti dan Fitriany (2005). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Yulianti dan Fitriany (2005) terdapat pada responden penelitian dan obyek atau tempat dilakukannya penelitian. Pada penelitian Yulianti dan Fitriany (2005) responden penelitian adalah mahasiswa S1 Akuntansi, D3 Akuntansi, S1 Ekstensi Akuntansi, PPAK baru dan akhir, mahasiswa non akuntansi serta nahasiswa berdasarkan gender (pria dan wanita). Dengan obyek atau tempat penelitian di Universitas Indonesia (UI). Sedangkan penelitian ini menggunakan obyek penelitian pada mahasiswa S1 bidang keahlian Pendidikan Akuntansi semester awal dan 5
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
mahasiswa S1 pendidikan Akuntansi semester akhir. Dengan mengambil obyek penelitian di FKIP Universitas Muslim Nusantara Al Washliyah di Medan. Tujuan dari penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui perbedaan persepsi mengenai Earning Management (manajemen laba), misstate (salah saji), disclosure (pengungkapan yang sensitif), responsibility (tanggung jawab) antara mahasiswa semester awal dengan mahasiswa semester akhir Bidang Keahlian Pendidikan Akuntansi. b. Untuk bahan masukan bagi pengembang kurikulum dalam merevisi kurikulum pendidikan akuntansi. 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Pengertian Persepsi Menurut Kamus Besar Indonesia (2000), persepsi adalah suatu tanggapan atau respon langsung dari sesuatu atau merupakan proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca indra. Dalam lingkup yang lebih luas, persepsi merupakan suatu proses yang melibatkan pengetahuan sebelumnya dalam memperoleh dan menginterprestasikan stimulasi yang ditunjukan pada panca indra kita. Menurut Robins, S.P. (1996) faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi meliputi pihak pelaku persepsi (perceiver), obyek atau target yang dipersepsikan atau dalam konteks situasi dimana persepsi itu dilakukan. 1. Pelaku Persepsi Bila seorang individu memandang pada suatu obyek dan mencoba dan menafsirkan apa yang dilihatnya, penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi dari pelaku persepsi individu itu. Faktor-faktor yang dikaitkan pada pelaku persepsi mempengaruhi apa yang dipersepsikan. Diantara karakteristik pribadi yang relevan yang mempengaruhi persepsi adalah sikap, motif, kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu, dan pengharapan (ekspektasi). Obyek atau peristiwa yang belum pernah dialami sebelumnya akan lebih mencolok daripada yang telah dialami di masa lalu. 2. Target Karakteristik-karakteristik dari target yang akan diamati dapat mempengaruhi apa yang dipersepsikan karena target tidak dipandang dalam keadaan terisolasi, berhubungan suatu target dengan latar belakangnya mempengaruhi persepsi seperti kecenderungan kita untuk mengelompokkan benda-benda yang berdekatan atau mirip. Obyek-obyek atau peristiwa yang berdekatan satu sama lain akan cenderung dipersepsikan bersama-sama bukannya secara terpisah, sehingga akibat berdekatan fisik atau waktu yang sering kita menggabungkan obyek-obyek atau peristiwa yang tidak berdekatan secara bersama-sama. Orang, obyek, peristiwa yang serupa satu sama lain cenderung dikelompokkan bersama-sama, semakin besar kemiripan itu makin besar kemungkinan kita akan cenderung mempersepsikan mereka sebagai suatu kelompok bersama. 6
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
3. Situasi Penting bagi kita melihat konteks obyek atau peristiwa. Unsur-unsur lingkungan sekitar mempengaruhi persepsi kita. Waktu adalah dimana suatu obyek atau peristiwa itu dilihat dapat mempengaruhiperhatian. Menurut Walgito (2001) ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar individu dapat menyadari dan dapat membuat persepsi, yaitu sebagai berikut : a. Ada obyek yang dipersepsikan (Fisik). b. Ada alat indra atau reseptor yaitu alat untuk menerima stimulus (foisiologi). c. Adanya perhatian yang merupakan langkah pertama dalam mengadakan persepsi (Psikologi). 2.2 Pengertian Etika Etika, dalam bahasa latin "ethica", berarti falsafah moral. Etika merupakan pedoman cara bertingkah laku yang baik dari sudut pandang budaya, susila serta agama. Menurut Keraf, A.S., (1998), etika secara harfiah berasal dari kata Yunani ethos (jamaknya: ta etha), yang artinya sama persis dengan moralitas, yaitu adat kebiasaan yang baik. Adat kebiasaan yang baik ini lalu menjadi sistem nilai yang berfungsi sebagai pedoman dan tolak ukur tingkah laku yang baik dan buruk. Socrates menyatakan bahwa yang dimaksud dengan tindakan etis adalah tindakan yang didasarkan pada nilai-nilai kebenaran. Benar dari sisi cara, teknik, prosedur, maupun dari sisi tujuan yang akan dicapai (Syafruddin, M., 2005). Dalam praktik hidup sehari-hari, teoritisi di bidang etika menjelaskan bahwa dalam kenyataannya, ada dua pendekatan mengenai etika ini, yaitu pendekatan deontological dan pendekatan teleological. Pada pendekatan deontological, perhatian dan focus perilaku dan tindakan manusia lebih pada bagaimana orang melakukan usaha (ikhtiar) dengan sebaik-baiknya dan mendasarkan pada nilainilai kebenaran untuk mencapai tujuannya. Pada pendekatan teleological, perhatian dan fokus perilaku dan tindakan manusia lebih pada bagaimana mencapai tujuan dengan sebaik-baiknya, dengan kurang memperhatikan apakah cara, teknik, ataupun prosedur yang dilakukan benar atau salah (Syafruddin, M., 2005). Etika merupakan suatu prinsip moral dan perbuatan yang menjadi landasan bertindak seseorang sehingga apa yang dilakukannya dipandang oleh masyarakat sebagai perbuatan terpuji dan meningkatkan martabat dan kehormatan seseorang (Munawir, 1987). Etika sangat erat kaitannya dengan hubungan yang mendasar antar manusia dan berfungsi untuk mengarahkan perilaku bermoral. Moral adalah sikap mental dan emosional yang dimiliki individu sebagai anggota kelompok sosial dalam melakukan tugas-tugas atau fungsi yang diharuskan kelompoknya serta loyalitas pada kelompoknya (Sukamto, 1991) Istilah etika jika dilihat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000), memiliki tiga arti, yang salah satunya adalah nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa etika merupakan seperangkat aturan/norma/pedoman yang mengatur perilaku manusia, baik yang harus dilakukan maupun yang harus 7
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
ditinggalkan yang dianut oleh sekelompok/segolongan manusia/ masyarakat/ profesi Dalam kode etik profesi akuntan diatur berbagai masalah, baik masalah prinsip yang harus melekat pada diri auditor, maupun standar teknis pemeriksaan yang juga harus diikuti oleh auditor, juga bagaimana ketiga pihak melakukan komunikasi atau interaksi. Dinyatakan dalam kode etik yang berkaitan dengan masalah prinsip bahwa auditor harus menjaga, menjunjung, dan menjalankan nilai-nilai kebenaran dan moralitas, seperti bertanggungjawab (responsibilities), berintegritas (integrity), bertindak secara objektif (objectivity) dan menjaga independensinya terhadap kepentingan berbagai pihak (independence), dan hatihati dalam menjalankan profesi (due care) (Syafruddin, M., 2005). 2.3 Etika Penyusunan Laporan Keuangan Laporan Keuangan harus yang disusun berdasarkan prinsip IAI (Ikatan Akuntansi Indonesia), sehingga pembaca dapat memperoleh gambaran yang jelas tentang Laporan Keuangan yang disusun tersebut. Sifat akuntansi sebagai kegiatan jasa yang menyediakan data kuantitatif dalam bentuk pelaporan keuangan yang layak dari suatu usaha, menjadikan konsep dasar tentang laporan keuangan sebagai etika dalam penyusunan laporan keuangan, karena hal ini menyangkut setiap kegiatan atau pengambilan keputusan sehingga tidak boleh diabaikan begitu saja. Unsur penyajian Laporan Keuangan yang layak ada lima kategori, yaitu : 1. Manajemen Laba (earning manajemen) Healy,P.M dan Wahlen, J.M. (1998) menyatakan bahwa manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan judgement dalam laporan keuangan. Schipper, K. (1989) mengartikan manajemen laba (earning management) sebagai “disclosure manajement” definisi yang diberikan oleh Schipper ini berbeda dengan Healy, P.M dan Wahlen, J.M. (1998). Dalam sudut pandangannya Healy,P.M dan Wahlen, J.M. (1998) melihat dari sisi keterkaitannya dengan badan penetap standart, sedangkan Schipper, K.(1989) melihat dari segi fungsi pelaporan kepada kepada pihak eksternal dan bukan pada laporan akuntansi manajerial dan aktivitas yang telah ditetapkan melalui upaya lobbying. (Schipper, K., 1989) mendefinisikan manajemen laba sebagai investasi dari proses pelaporan keuangan kepada pihak eksternal yang bertujuan memperoleh keuntungan pribadi untuk stockholder atau manjerial. Definisi ini tidak mendasarkan pada pandangan bahwa angka akuntansi sebagai informasi. Manajemen laba dapat terjadi dalam berbagai proses pengungkapan informasi akuntansi kepada pihak ekternal. Surifah (1999) memberikan pendapatnya mengenai dampak manajemen laba terhadap kredibilitas laporan keuangan. Menurut Surifah (1999) manajemen laba dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan apabila digunakan untuk pengambilan keputusan, karena manajemen laba adalah suatu bentuk manipulasi atas laporan keuangan yang menjadi sarana komunikasi antara manajemen pihak eksternal perusahaan. Menurud scott, W.R. (2000) terdapat berbagai motivasi mengapa perusahaan dalam hal ini manajer melakukan manajemen laba, hal ini 8
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
disebabkan karena; (1) Bonus plans; (2) Contracting incebtives ; (3) Stock price effects; (4) Political motivations; (5) Tax action motivation; dan (6) Changes of chief executive officer (CEO). 2. Salah Saji dalam Laporan Keuangan (Misstate) Menurut Noviyanti dan intiyas (2004) salah saji dalam laporan keuangan ada dua bentuk yaitu kekeliruan salah saji dan kecurangan salah saji. Kekeliruan salah saji adalah penghilangan suatu jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan yang dilakukan dengan tidak sengaja. Sedangkan kecurangan salah saji adalah penghilangan suatu jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan yang dilakukan dengan sengaja untuk melabuhi pemakai laporan keuangan. Kekeliruan dalam Novianti dan Intiyas (2004), mencakup : a. Kesalahan dalam pengumpulan atau pengolahan data yang menjadi sumber penyusunan Laporan Keuangan. b. Estimasi akuntansi yang tidak masuk akal yang timbul dari kecerobohan atau salah tafsir. c. Kekeliruan dalam penerapan prinsip akuntansi yang berkaitan dengan jumlah, klasifikasi, cara penyajian atau pengungkapan. Kekeliruan mempunyai pengertian yang lebih luas dari segi hukum, ada 2 tipe salah saji dalam Laporan Keuangan, yaitu salah saji karena kecurangan dan salah saji karena perilaku tidak semestinya terhadap aktiva. a. Salah Saji karena kecurangan Salah saji karena kecurangan adalah salah saji atau penghilangan suatu jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuanganyang dilakukan dengan sengaja untuk melabuhi pemakai laporan keuangan. Kecurangan dalam laporan keuangan mencakup : 1) Manipulsi, pemalsuan, atau perubahan catatan akuntansi atau dokumen pendukungnya yang menjadi sumber data bagi penyajian laporan keuangan. 2) Representasi yang salah saji atau penghilangan suatu peristiwa, transaksi atau informasi yang signifikan dari laporan keuangan. 3). Keasalahan dalam penerapan prinsip akuntansi yang berkaitan dengan jumlah, klasifikasi, cara penyajian, atau pengungkapan yang dilakukan dengan sengaja. b. Salah Saji karena perilaku tidak semestinya terhadap aktiva Salah saji ini sering juga disebut dengan penyalahgunaan atau penggelapan, dan berkaitan dengan pencurian aktiva sehingga laporan keuangan disajikan tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva biasa dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan menggelapkan tanda terima barang atau uang dan pencurian aktiva (IAI, 2007). 3. Pengungkapan informasi yang sensitive (Disclosure) Laporan keuangan merupakan komponen sentral dari pelaporan keuangan dan sangat penting dalam mengkomunikasikan efek dari berbagai transaksi serta 9
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
kejadian-kejadian ekonomi lain bagi para pengambil keputusan, untuk itu laporan keuangan harus dapat menyediakan informasi mengenai perusahaan dan operasinya kepada pihak yang berkepentingan sebagai basis dalam pengambilan keputusan yang disajikan, secara bervariasi sesuai dengan keputusan dan masalah yang tercakup. Variasi tersebut antara lain meliputi informasi mengenai laba atau rugi terhadap investasi. Untuk mengidentifikasikan hubungan-hubungan informasi tersebut, maka diperlukan analisis data yang diungkapkan dalam perhitungan laporan laba-rugi, neraca, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan tersebut sebagai komponen laporan keuangan. Laporan keuangan diidentifikasikan dan dibebankan secara jelas dari informasi lain dalam dokumen, publikasi yang sama. Informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam batasan materialitas dan biaya kesenjangan untuk tidak mengungkap (omission) mengakibatkan informasi menjadi tidak benar atau menyesatkan dan karena itu tidak dapat diandalkan atau tidak sempurna ditinjau dari segi relevansi (IAI, 2007). 4. Biaya dan manfaat (Cost-benefit) Cos-Benefit adalah keseimbangan antara biaya dan manfaat lebih merupakan kendala yang pervasif dari pada karakteristik kualitatif. Manfaat yang dihasilkan oleh informasi seharusnya melebihi biaya penyusunannya. Namun demikian evaluasi biaya dan manfaat merupakan proses pertimbangan yang substansial (Yulianti dan Fitriany, 2005). Laporan Keuangan merupakan ringkasan transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan Keuangan dibuat oleh pihak manajemen yang memiliki tujuan untuk mempertanggung jawabkan tugas-tugas yang dibebankan sehingga menghasilkan informasi bagi pihak-pihak terkait. Adanya Laporan Keuangan sangat membantu setiap pihak yang berkaitan demi mencapai tujuan (Sumiarti, 2008). 5. Tanggung jawab terhadap pengguna laporan keuangan (Responsibility) Laporan Keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan- pelaporan keuangan. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang mencangkut posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan disusun untuk tujuan memenuhi kebutuhan bersama dari sebagian besar pemakai, namun demikian laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang dibutuhkan oleh pengambilan keputusan ekonomi. Secara umum menggambarkan pengaruh keuangan informasi dari kejadian masa lalu dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan. Laporan keuangan juga menyediakan apa yang telah dilakukan oleh manajemen (steawarship) atau pertanggung jawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin menilai apa yang telah dilakukan atas pertanggung jawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi. Keputusan ini mungkin mencakup, misalnya keputusan untuk menanam atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau 10
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen, pihak manajemen harus bertanggung jawab atas apa yang dilaporkan dalam keuangan, artinya pihak manajemen harus membuat laporan itu sesuai dengan kenyataan sebenarnya, sehingga laporan keuangan itu memberikan informasi yang dapat dipercaya bagi penggunanya (IAI, 2007). 2.4 Pengembangan Hipotesis Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi, termasuk persepsi terhadap etika penyusunan Laporan keuangan. Diantara faktor tersebut adalah pelaku persepsi itu sendiri (Robbins,1996). Menurut Robbins (1996), beberapa karakteristik pelaku persepsi (peribadi) yang mempengaruhi persepsi adalah sikap, motif, kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu, dan pengharapan (ekspektasi). Berdasarkan pandangan ini diperkirakan terdapat perbedaan pengalaman masa lalu antara mahasiswa semester awal dengan mahasiswa semester akhir. Ini berarti akan ada perbedaan persepsi antara mahasiswa semester awal dengan mahasiswa semester akhir tentang objek yang dipersepsi. Beberapa penelitian yang menunjukkan adanya perbedaan persepsi antara mahasiswa semester awal dengan mahasiswa semester akhir terhadap etika penyusunan Laporan keuangan diantaranya adalah penelitian Yulianti dan Fitriany (2005) Dalam penelitiannya ditemukan perbedaan persepsi secara signifikan antara mahasiswa baru dengan mahasiswa akhir menyangkut Misstate, Disclosure, Cost-Benefit, Responsibility. Begitu juga antara mahasiswa jurusan Akuntansi dan non Akuntansi serta pria dan wanita.). Penelitian lain adalah penelitian Minarti (2010). Hasil penelitiannya menunjukkan terdapat perbedaan persepsi mengenai earning management, misstate, disclosure, cost dan benefit dan responsibility antara mahasiswa tingkat awal dan mahasiswa tingkat akhir program studi akutansi. Berdasarkan uraian yang diberikan, maka hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah : H1 : Terdapat perbedaan persepsi mengenai Earning Management (manajemen laba) antara mahasiswa semester awal dengan mahasiswa semester akhir Bidang keahlian Pendidikan Akuntansi. H2 : Terdapat perbedaan persepsi mengenai misstate (salah saji) antara mahasiswa semester awal dengan mahasiswa semester akhir Bidang keahlian Pendidikan Akuntansi. H3 : Terdapat perbedaan persepsi mengenai Disclosure (pengungkapan informasi yang sensitive) antara mahasiswa semester awal dengan mahasiswa semester akhir Bidang keahlian Pendidikan Akuntansi. H4 : Terdapat perbedaan persepsi mengenai cost-benefit (biaya dan manfaat) antara mahasiswa semester awal dengan mahasiswa semester akhir Bidang keahlian Pendidikan Akuntansi. H5 : Terdapat perbedaan persepsi mengenai Responsibility (tanggung jawab) antara mahasiswa semester awal dengan mahasiswa semester akhir Bidang keahlian Pendidikan Akuntansi. 11
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
3. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain perbandingan sebab akibat ( the Basic Causal-Comparative Design) (Fraenkel J.R., dan Norman, E.W., 1990). Desain penelitian tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 1 DESAIN PENELITIAN Group Variabel bebas Variabel terikat I C O II (-C) O Sumber: Fraenkel J.R., dan Norman, E.W. (1990) Pada gambar tersebut, group I (C) adalah kelompok mahasiswa semester akhir, sedangkan group II (-C) adalah kelompok mahasiswa semester awal. Selanjutnya O (observasi) yang merupakan variabel terikat adalah persepsi mahasiswa terhadap etika penyusunan Laporan Keuangan. 3.2 Populasi, dan Sampel Populasi adalah sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu (Indriantoro dan Supomo:2002:115). Dalam penelitian ini populasi penelitian adalah seluruh mahasiswa aktif tahun akademik 2010/2011 Bidang Keahlian Pendidikan Akuntansi semester awal (semester VI) dan semester akhir (semester VIII) di FKIP UMN Al Washliyah. Adapun jumlah mahasiswa aktif semester 5 dan 7 tersebut, masing-masing 53 dan 46 orang. Untuk pengambilan sampel dalam penelitian ini, penulis menggunakan pandangan Fraenkel dan Wallen (1990). Menurut Fraenkel dan Wallen (1990), untuk studi perbandingan jumlah sampel minimum 30 individu per grup. Berdasarkan padangan ini sampel dalam penelitian ini berjumlah 68 orang, yaitu 34 orang semester VI dan 34 orang semester VIII. Untuk mendapatkan sampel sebanyak 68 orang tersebut, penelitian ini menggunakan Convenience Sampling. Convenience Sampling ialah kelompokkelompok (group) individu yang mudah dicapai untuk dikaji (Fraenkel & Wallen, 1990). Penggunaan metode sampling ini didasarkan kepada beberapa pertimbangan, diantaranya adalah individu tidak selalu bersedia menjadi sampel. 3.3 Pengumpulan Data Setelah mendapat persetujuan melakukan penelitian dari Pusat Penelitian Universitas Muslim Nusantara Al Washliyah, peneliti menyebarkan kuesioner yang telah tersedia kepada responden. Sesuai dengan jumlah sampel yang ditetapkan jumlah kuesioner yang disebarkan sebanyak 68 kuesioner, yaitu 34 12
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
kuesioner untuk responden yang berasal dari mahasiswa semester 6 dan 34 kuesioner lagi untuk responden yang berasal dari mahasiswa semester 8. Selanjutnya setelah data terkumpul dari masing-masing responden, peneliti melakukan tabulasi untuk keperluan analisis data. 3.4 Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner ini terdiri daripada tiga (3) bahagian. Bahagian pertama (A) adalah pertanyaan-pertanyaan yang berkait dengan identitas responden. Bahagian ini mencakup informasi tentang demografi responden (mahasiswa), yaitu jenis kelamin dan semester. Bahagian kedua (B) adalah pertanyaan yang memungkinkan responden memberikan informasi tentang persepsinya tentang penundaan maintenance (pemeliharaan) peralatan perusahaan. Sedangkan bahagian ketiga (C) adalah pertanyaan-pertanyaan yang berkait dengan persepsi terhadap Etika Penyusunan Laporan Keuangan. Bahagian ini terdiri daripada 12 item. Item 1 sampai 4 mengukur misstate, item 5 sampai 7 mengukur disclosure, item 8 sampai 10 mengukur Cost &benefit dan item 11 sampai 12 mengukur persepsi terhadap respon. Pertanyaan-pertanyaan pada bahagian ini menggunakan skala likert, dengan skala 1 sampai 7. Kuesioner ini diadaptasi dari penelitian sebelumnya yang dikembangkan oleh Cilekeman dan Henning (2000). Sebelum instrumen ini digunakan, kuesioner ini telah diuji cobakan kepada mahasiswa untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian. Uji coba instrumen penelitian melibatkan 36 orang mahasiswa bidang keahlian Pendidikan Akuntansi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muslim Nusantara Al Washliyah. Dalam penelitian ini validitas data dianalisis dengan menggunakan koefisien korelasi (Fraenkel & Wallen, 1990). Sedangkan reliabilitas data dianalisis dengan menggunakan koefisien alpha atau Cronbach Alpha (Fraenkel & Wallen, 1990). Hasil perhitungan validitas dan reliabilitas diringkas seperti tertera pada tabel berikut: Tabel 1 KOEFISIEN KORELASI ANTARA SKOR ITEM DENGAN SKOR TOTAL Item 1 2 3 4 5 6 7
Pearson Correlation 0,7639 0,8586 0,9108 0,8148 0,7299 0,3901 0,4372 13
Sig. (2-tailed) 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0187 0,0077
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
8 9 10 11 12 13
ISSN 2301-7732
0,3447 0,6242 0,4390 0,4382 0,4643 0,4851
0,0395 0,0000 0,0074 0,0075 0,0043 0,0027
Tabel 2 HASIL UJI RELIABILITAS Cronbach's Alpha 0,8530
N of Items 13
Berdasarkan tabel 1 yang diberikan, koefisien korelasi antara skor total dengan skor faktor (Item) dari masing-masing item menunjukkan harga yang signifikan. Ini berarti, item-item tersebut memiliki validitas dapat diterima. Seterusnya berdasarkan tabel 2 diperoleh r11 = 0.8530. Dengan taraf signifikansi 5 % dan N = 36 diperoleh r tabel = 0,320. Karena r11 > r tabel, maka instrumen penelitian tersebut adalah reliabel. 3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Definisi Operasional Variabel Untuk memudahkan pemahaman dan mengelakkan kekeliruan, variabelvariabel yang diteliti dalam penelitian ini didefinisikan sebagai berikut: 1. Faktor semester adalah semester perkuliahan mahasiswa. Faktor semester dibedakan atas semester Akhir dan semester awal. Semester akhir adalah mahasiswa yang perkuliahannya berada pada semester VIII dan telah mengikuti mata kuliah Auditing, sedangkan semester awal adalah mahasiswa yang perkuliahannya berada pada semester VI dan belum mengikuti mata kuliah Auditing. 2. Etika Penyusunan Laporan Keuangan adalah respon terhadap item-item kuesioner yang melukiskan pandangan mahasiswa terhadap manajemen laba (Earning management), salah saji (Misstate), pengungkapan informasi yang sensitif (Disclosure), biaya dan manfaat (Cost-benefit), dan tanggung jawab (Responsibility). Pengukuran Variabel Dalam penelitian ini variabel yang diteliti adalah faktor semester perkuliahan dan etika penyusunan laporan keuangan. Variabel semester perkuliahan terdiri atas dua sub variabel yaitu semester awal dan semester akhir. Seterusnya etika penyusunan laporan keuangan diukur melalui lima dimensi yaitu manajemen laba (Earning management), salah saji (Misstate), pengungkapan 14
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
informasi yang sensitif (Disclosure), biaya dan manfaat (Cost-benefit), dan tanggung jawab (Responsibility). 3.6 Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini, data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis infrensial. Analisis deskriptif digunakan untuk menerangkan variabel-variabel yang diteliti, yaitu demografi mahasiswa dan etika penyusunan laporan keuangan. Informasi daripada masing-masing variabel dilaporkan dengan menggunakan statistik seperti min, median, modus dan frekuensi. Untuk perhitungan statistik tersebut digunakan program SPSS versi 13,0 Selanjutnya analisis infrensial digunakan untuk menguji hipotesis. Dari beberapa statistik yang tersedia, teknik statistik yang digunakan adalah Uji Independent Samples Test. Namun, pengujian dengan menggunakan uji beda ratarata dapat menyebabkan bias dalam interpretasi hasil kuesioner karena memperlakukan data ordinal (hasil kuesioner dalam bentuk skala pilihan) sebagai data nominal (Yulianti dan Fitriani, 2005), maka dalam penelitian ini juga digunakan Mann-Whittney U-Test. Dengan menggunakan uji statistik tersebut, pengujian dilakukan dengan signifikansi = 0,05. 4. HASIL PENELITIAN Deskripsi Data Persepsi mahasiswa terhadap etika penyusunan Laporan Keuangan dicerminkan oleh skor hasil penyebaran kuesioner. Skor Minimum, Maksimum, Rerata Skor dan Simpangan Baku Persepsi Mahasiswa Semester Awal dan akhir terhadap Etika Penyusunan Laporan Keuangan adalah sebagai berikut: Tabel 3 SKOR MINIMUM, MAKSIMUM, RERATA SKOR DAN SIMPANGAN BAKU PERSEPSI MAHASISWA SEMESTER AWAL TERHADAP ETIKA PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN Min. ML Misstake Disclosure Cost dan Benefit Responsibility
1 14 10 8 5
Maks. Rerata Simpangan Baku 6 3,529 1,398 19 16,559 1,418 15 12,676 1,319 15 11,971 1,714 10 7,500 1,376
Tabel 4
15
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
SKOR MINIMUM, MAKSIMUM, RERATA SKOR DAN SIMPANGAN BAKU PERSEPSI MAHASISWA SEMESTER AKHIR TERHADAP ETIKA PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN
ML Misstake Disclosure Cost dan Benefit Responsibility
Min. 2 14 10 10 7
Maks. 7 20 17 16 12
Rerata 4,471 17,000 13,235 13,176 9,235
Simpangan Baku 1,237 1,557 1,776 1,696 1,281
Uji Persyaratan Analisis Menurut Coakes, S.J (2005) terdapat 5 asumsi testing dalam penggunaan uji beda, yaitu (1) data berbentuk interval; (2) sampel diambil secara random; (3) data berdistribusi normal; (4) hubungan diantara grup yang diperbandingkan independen; dan (5) data sampel berasal dari populasi yang memiliki variansi yang sama (homogen). Dari beberapa asumsi tersebut, 2 asumsi yang akan diuji berikut ini adalah normalitas data dan homogenitas data. Dalam penelitian ini, normalitas data diuji dengan menggunakan ShapiroWilks statistics. Statistik ini digunakan dengan pertimbangan jumlah sampai kurang dari 100 sampel. Hasil perhitungan dengan menggunakan bantuan SPSS disajikan pada tabel 5 berikut: Tabel 5 HASIL UJI TES NORMALITAS DATA PERSEPSI MAHASISWA
ML Misstate Disclosure Cost_dan Benefit Responsibility
Sem. Shapiro-Wilk Statistic 1 0,939 2 0,941 1 0,942 2 0,951 1 0,943 2 0,958 1 0,963 2 0,946 1 0,940 2 0,941
df 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34
Sig. 0,059 0,065 0,069 0,132 0,075 0,214 0,290 0,090 0,063 0,065
Berdasarkan hasil uji tes normalitas di atas, nilai signifikansi untuk masingmasing sub variabel terikat > 0,05. Ini berarti Ho diterima yaitu sampel berasal dari populasi berdistribusi normal dapat diterima, pada taraf signifikansi 0.05. Uji homogenitas dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa dua atau lebih kelompok data sampel berasal dari populasi yang memiliki variansi yang sama. Dengan menggunakan program SPSS sebagai alat Bantu, hasil uji tes 16
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
homogenitas dengan menggunakan Levene Statistic untuk masing-masing sub variabel etika penyusunan Laporan Keuangan, disajikan pada tabel berikut: Tabel 6 HASIL UJI TES HOMOGENITAS PERSEPSI MAHASISWA
ML Misstate Disclosure Cost dan Benefit Responsibility
Levene Statistic 1,031 0,091 2,116 0,018 0,357
df1 df2 1 66 1 66 1 66 1 66 1 66
Sig. 0,314 0,764 0,151 0,895 0,552
Berdasarkan hasil uji tes homogenitas di atas, nilai signifikansi untuk masingmasing sub variabel terikat > 0,05. Ini berarti Ho diterima yaitu Variansi pada tiap kelompok sama (homogen) dapat diterima, pada taraf signifikansi 0.05. Uji Hipotesis Dalam penelitian ini, hipotesis diuji dengan menggunakan Uji Independent Samples Test dan Mann-Whittney. Hasil perhitungan ditunjukan pada tabel berikut: Tabel 7 HASIL UJI INDEPENDENT SAMPLES TEST
ML Misstate Disclosure Cost dan Benefit Responsibility
T -2,941 -1,221 -1,473 -2,916 -5,383
df 66 66 66 66 66
Sig. (2-tailed) 0,005 0,226 0,146 0,005 0,000
Tabel 8 HASIL UJI MANN-WHITNEY
Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2tailed)
ML Misstake 364,000 491,500 959,000 1086,500 -2,685 -1,081 0,007
0,280
Disclosure Cost&Benefit Responsibility 479,000 361,500 218,500 1074,000 956,500 813,500 -1,240 -2,692 -4,490 0,215
0,007
0,000
Perbedaan Persepsi mengenai Earning Management (manajemen laba) antara mahasiswa semester awal dengan mahasiswa semester akhir 17
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
Hasil pengujian menggunakan uji Independent Samples dan Test Mannwhittney diperoleh nilai signifikansi masing-masing 0,005 dan 0,007. Dengan membandingkan nilai signifikansi tersebut dengan α = 0,05, ternyata P < 0,05. Ini berarti Ho ditolak, sebaliknya menerima H1 yaitu terdapat perbedaan persepsi mengenai earning management antara mahasiswa semester awal dan mahasiswa semester akhir bidang keahlian pendidikan akuntansi. Perbedaan Persepsi mengenai misstate antara mahasiswa semester awal dengan mahasiswa semester akhir Hasil pengujian menggunakan uji Independent Samples dan Test Mannwhittney diperoleh nilai signifikansi masing-masing 0,226 dan 0,280. Dengan membandingkan nilai signifikansi tersebut dengan α = 0,05, ternyata P > 0,05. Ini berarti Ho diterima, yaitu tidak terdapat perbedaan persepsi mengenai misstate antara mahasiswa semester awal dan mahasiswa semester akhir bidang keahlian pendidikan akuntansi. Perbedaan Persepsi mengenai disclosure antara mahasiswa semester awal dengan mahasiswa semester akhir Hasil pengujian menggunakan uji Independent Samples dan Test Mannwhittney diperoleh nilai signifikansi masing-masing 0,146 dan 0,212. Dengan membandingkan nilai signifikansi tersebut dengan α = 0,05, ternyata P > 0,05. Ini berarti Ho diterima, yaitu tidak terdapat perbedaan persepsi mengenai disclosure antara mahasiswa semester awal dan mahasiswa semester akhir bidang keahlian pendidikan akuntansi. Perbedaan Persepsi mengenai cost dan benefit antara mahasiswa semester awal dengan mahasiswa semester akhir Hasil pengujian menggunakan uji Independent Samples dan Test Mannwhittney diperoleh nilai signifikansi masing-masing 0,005 dan 0,007. Dengan membandingkan nilai signifikansi tersebut dengan α = 0,05, ternyata P < 0,05. Ini berarti Ho ditolak, sebaliknya menerima H1 yaitu terdapat perbedaan persepsi mengenai cost dan benefit antara mahasiswa semester awal dan mahasiswa semester akhir bidang keahlian pendidikan akuntansi. Perbedaan Persepsi mengenai Responsibility antara mahasiswa semester awal dengan mahasiswa semester akhir Hasil pengujian menggunakan uji Independent Samples dan Test Mannwhittney diperoleh nilai signifikansi masing-masing 0,000. Dengan membandingkan nilai signifikansi tersebut dengan α = 0,05, ternyata P < 0,05. Ini berarti Ho ditolak, sebaliknya menerima H1 yaitu terdapat perbedaan persepsi mengenai Responsibility antara mahasiswa semester awal dan mahasiswa semester akhir bidang keahlian pendidikan akuntansi.
18
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
5. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Terdapat perbedaan persepsi mengenai manajemen laba (earning management), biaya dan manfaat (cost dan benefit) dan tanggung jawab (responsibility) antara mahasiswa semester awal dengan mahasiswa semester akhir bidang keahlian Pendidikan Akuntansi 2. Tidak terdapat perbedaan persepsi mengenai salah saji (misstate) dan pengungkapan (disclosure) antara mahasiswa semester awal dengan mahasiswa semester akhir bidang keahlian Pendidikan Akuntansi Keterbatasan Penelitian Penelitian ini hanya dilakukan di satu universitas, yaitu UMN Al washliyah, karenanya hasil dari penelitian ini tidak bisa digeneralisasikan, Disamping itu, survey ini dilakukan secara tertulis, sehingga tidak terlepas kemungkinan adanya responden yang kurang memahami pertanyaan maupun pernyataan yang diajukan. Keterbatasan lain penelitian ini adalah dalam hal sampel penelitian. Dalam penelitian ini sampel hanya terdiri atas dua kelompok, yaitu mahasiswa semester awal (belum mengikuti mata kuliah auditing) dan mahasiswa semester akhir (sudah mengikuti mata kuliah auditing). Oleh karena demografi mahasiswa yang diperbandingkan, perbedaannya terlalu sedikit, akibatnya hasil perbandingan yang diperoleh kurang memperlihatkan efektivitas kurikulum pendidikan akuntansi. Saran Hasil penelitian ini berguna bagi pengembang kurikulum Bidang Keahlian Pendidikan akuntansi maupun peneliti dalam bidang etika penyusunan Laporan Keuangan. 1. Bagi pengembang kurikulum Bidang Keahlian Pendidikan akuntansi perlu meninjau kembali muatan konten-konten auditing, khususnya yang berkaitan dengan etika salah saji (misstate) dan pengungkapan (disclosure) dalam penyusunan Laporan Keuangan. 2. Dengan adanya keterbatasan penelitian ini, maka diharapkan peneliti berikutnya : a. Tidak hanya mengandalkan survey secara tertulis, namun dilakukan juga interview. b. Memperluas responden penelitian, yaitu mengikutkan mahasiswa baru untuk melihat efektifitas kurikulum Pendidikan Akuntansi. c. Mengikut sertakan mahasiswa pendidikan akuntansi dari beberapa universitas, untuk keperluan generalisasi temuan penelitian.
19
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
RUJUKAN Clikeman, P.M & S.L. Henning.(2000). “The Socialitation of undergraduate accounting students”. Issue in Accounting Education, vol 15 , pp 1-15. Coakes, S.J. (2005). SPSS VERSION 12,0 For Windows. Singapore: CMO Image Printing Enterprise. Fraenkel, J.R., dan Wallen, N.E. (1990). How to Design and Evaluate Research in Education. New York: McGraw-Hill, Inc. Healy, Paul M., dan James M. Wahlen.(1998). "A Review of the Earnings Management Literature and Its Implications for Standard Setting", Working paper. Ikatan Akuntan Indonesia. (2007), Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. (2002). Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. BPFG. Yogyakarta. Keraf, A. Sonny. (1998). Etika Bisnis (Tuntunan dan Relevansinya). Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Minarti (2010). Persepsi Mahasiswa Akuntansi Terhadap Etika Penyusunan Laporan Keuangan di Perguruan Tinggi Swasta Se Kota Semarang. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Munawir. 1987. Auditing: Pokok-Pokok Pemeriksaan Akuntan.Yogyakarta: Liberty. Pusat Bahasa. (2000). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III. Jakarta: Balai Pustaka. Robbin, S.P. (1996). Organizational Behavioral. Seventh Edition. Englewood Cliff. Prentice Hall Schipper, K. (1989). “Commentary on Earnings Management”. Horizon, 3:91-102.
Accounting
Scott, W.R. (2000). Financial Accounting Theory, Prentice Hall Inc, New Jersey. Sukamto.(1991). Pengajaran Etika Profesional, Makalah Seminar Pengajaran Audit Akuntansi. PAU UGM. Sumiarti, Utik. (2008). “Analisis Perbedaan Persepsi Mahasiswa Jurusan Akuntansi di Universitas Diponegoro dan Universitas Stikubank Semarang terhadap Etika Penyusunan Laporan Keuangan”. Skripsi S1.Akuntansi Universitas Stikubank. Semarang. Surifah (1999). Informasi Asimetris dan Pengaruh Manajemen Terhadap Pelaporan Keuangan dalam Perspektif Agency Theory, Kajian Bisnis. Syafruddin, M. (2005). Kasus Mulyana dalam Perspektif Etika. Suara Merdeka. April hal. 6. Wyatt, A.R. (2004). “Accountig Profressionalisme-They Just don’t Get It!” Accounting Horizon, vol 18, pp 45-53. Yulianti dan Fitriany (2005). “Persepsi Mahasiswa Akuntansi Terhadap Etika Penyusunan Laporan Keuangan”. SNA VIII, pp 791-807. 20
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
PENGGUNAAN METODE COOPERATIVE LEARNING MENGGUNAKAN TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN PPKN KELAS X SMA ISTIQLAL DELI TUA TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014 Oleh : Dra. Hj. Disna Anum Siregar, M.Si Dosen Kopertis Wil. I dpk UMN Al Washliyah Abstract Problems raised in this research is "Whether/What use of method of cooperative learning by using TGT (Teams of Gamete Tournaments) can improve the student livelines in study PPKN [in] class of X SMA Istiqlal Deli Tua of Study Year 2013 / 2014?". This Research target is : "to know what use of method of cooperative learning by using TGT (Teams of Gamete Tournaments) can improve the student livelines in study PPKN in class of X SMA Istiqlal Deli Tua of Study Year 2013 / 2014". This Subjek Research is all student of class of Old X X SMA Istiqlal Deli of Study Year 2013 / 2014yang amounting to 40 student. becoming object in this research is activity learn the student by using method of study TGT (Teams of Gamete Tournaments). This Research use two cycle. To get the data treated in this research is used by a observation. Its Research procedure is consisted by the planning phase, blocking in study, sheet of observation and mendesain appliance evaluate the. phase of action Execution, executing study plan by using method of study TGT (Teams of Gamete Tournaments). Observation Phase use the observation sheet to note the finding. phase of Observation and refleksi represent the analysis, sintesis, interpretation and eksplementasi obtained from data of action execution. This research give the node that is approach of co-operative of type of Teams of Gamete Tournament (TGT) of student Activity at the (time) of process learn to take place to experience of the improvement from cycle I until cycle II. Improvement that happened from cycle I until cycle II that is equal to 10,00%. From this result is inferential that method of study TGT (Teams of Gamete Tournaments) can improve the student livelines in study of PKN of Class of X SMA Istiqlal Deli Tua of Study Year 2013 / 2014, equally hypothesis raised acceptabel previously its truth.
21
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Kewarganegaraan sangat berguna sejak pendidikan SD. PPKn dapat memberikan pengetahuan dan wawasan tentang konsep dasar ilmu sosial, memiliki kepekaan dan kesadaran terhadap masalah social dilingkungannya serta mampu memecahkan masalah sosial dengan baik. Sebagai satu program pendidikan yang membina dan menyiapkan peserta didik sebagai warga negara yang baik dan memasyarakat. Walaupun pendidikan PPKn telah ditetapkan untuk dibelajarkan di sekolah, namun selama ini pembelajaran PPKn kurang dikemas dengan metode yang berkualitas. Kondisi pembelajaran PPKn lebih sering menitikberatkan pada model pembelajaran konvensional, sehingga kurang mampu merangsang siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Para guru seringkali menyampaikan materi PPKn dengan menggunakan metode ceramah, sehingga pembelajaran PPKn cenderung membosankan dan kurang menarik minat siswa yang pada akhirnya hasil belajar siswa kurang memuaskan Dalam memberikan pengetahuan, guru juga dituntut harus memilih metode pembelajaran yang tepat. Guru hendaknya berupaya menciptakan metode belajar yang baik secara terorganisir, agar siswa termotivasi dan berminat untuk mengikuti pelajaran yang disajikan dan sekaligus dapat meningkatkan semangat belajarnya. Metode mengajar mempunyai peranan tersendiri dan turut menentukan keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Oleh karenanya metode mengajar yang baik adalah metode yang dapat meningkatkanaktivitas belajar siswa. Salah satu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas siswa adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan pada kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama untuk sampai pada pengalaman belajar yang optimal baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok. Menurut hasil pengamatan yang dilakukan peneliti melalui observasi kelas dan wawancara dengan guru mata pelajaran PPKn siswa kelas X SMA Istiqlal Deli Tua Tahun Pembelajaran 2013/2014 menunjukkan siswa kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga mengakibatkan hasil belajar yang diperoleh tidak sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini disebabkan karena penerapan metode pembelajaran yang kurang efektif. Metode mengajar guru masih secara konvensional, guru lebih banyak menggunakan metode ceramah. . Oleh sebab itu, peneliti memilih metode pembelajaran Team Games Tournaments (TGT) untuk memecahkan masalah tersebut. Seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu. Saat belajar kelompok, siswa saling membantu untuk menuntaskan materi yang dipelajari. Setiap siswa menggunakan nomor yang telah diberikan oleh guru, dalam satu kelompok memiliki nomor yang berbeda 22
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
Berdasarkan uraian di atas maka metode pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) mempunyai pengaruh terhadap peningkatan aktivitas belajar siswa. Hal ini mendorong peneliti untuk mengadakan penelitian di dengan judul : “Penggunaan Metode Cooperative Learning dengan Menggunakan TGT (Teams Games Tournaments) Untuk Meningkatkan Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran PPKn Kelas X SMA Istiqlal Deli Tua Tahun Pembelajaran 2013/2014. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Siswa kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga mengakibatkan hasil belajar yang diperoleh tidak sesuai dengan yang diharapkan 2. Metode mengajar guru masih secara konvensional, guru lebih banyak menggunakan metode ceramah. 3. Metode pembelajaran yang digunakan didominasi oleh siswa-siswa tertentu saja. Partisipasi siswa belum menyeluruh sehingga menyebabkan kesenjangan antara siswa yang aktif dengan yang kurang aktif. 1.3 Rumusan Masalah Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah penggunaan metode cooperative learning dengan menggunakan TGT (Teams Games Tournaments) dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran PPKn di kelas X SMA Istiqlal Deli Tua Tahun Pembelajaran 2013/2014?” 1.4 Pembatasan Masalah Karena luasnya masalah yang terdapat dalam penelitian ini, maka penulis perlu untuk membatasi ruang lingkup permasalahannya. Hal ini dimaksudkan agar masalah yang akan diteliti dapat terjangkau sesuai dengan kemampuan penulis serta menjadi lebih terarah. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Metode cooperative learning, dibatasi pada metode pembelajaran TGT (Teams Games Tournaments) 2. Keaktifan siswa kelas X SMA Istiqlal Tahun Pembelajaran 2013/2014yang rendah. Rendahnya aktifitas siswa dalam pembelajaran akan ditingkatkan melalui penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournaments).
23
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, yang menjadi tujuan penelitian ini adalah “Untuk mengetahui apakah penggunaan metode cooperative learning dengan menggunakan TGT (Teams Games Tournaments) dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran PPKn di kelas X SMA Istiqlal Deli Tua Tahun Pembelajaran 2013/2014”.
1.6 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: untuk meciptakan suatu pembelajaran yang dapat membuat murid dan guru saling member tanggapan masing-masing serta memecahkan suatu masalah. 1.7 Hipotesis Penelitian Arikunto (2006:61) mengatakan, "Hipotesis adalah jawaban sementara sebelum melakukan penelitian. Kebenaran hipotesis akan teruji setelah melakukan penelitian." Berdasarkan pendapat di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: ”Metodepembelajaran TGT (Teams Games Tournaments) dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran PPKn kelas X SMA Istiqlal Deli Tua Tahun Pembelajaran 2013/2014”. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Metode Pembelajaran Beberapa prinsip-prinsip yang mesti dilakukan oleh pengajar dalam memilih strategi pembelajaran secara tepat dan akurat, pertimbangan tersebut mesti berdasarkan pada penetapan. Sebelum memutuskan metode mana yang akan dipakai dalam proses belajar mengajar, maka seorang pengajar perlu memperhatikan beberapa pertimbangan berikut : a. Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran merupakan sasaran yang hendak dicapai pada akhir pengajaran, serta kemampuan yang harus dimiliki siswa. Sasaran tersebut dapat terwujud dengan menggunakan metode-metode pembelajaran. Tujuan pembelajaran adalah kemampuan (kompetensi) atau keterampilan yang diharapkan dimiliki oleh siswa setelah mereka melakukan proses pembelajaran tertentu. Dalam hal ini metode yang dapat membantu siswa-siswa mencapai tujuan adalah metode ceramah, guru memberi instruksi, kemudian metode demonstrasi, Aktivitas dan Pengetahuan Awal Siswa. 24
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
b. Integritas Bidang Studi/Pokok Bahasan Mengajar merupakan usaha mengembangkan seluruh pribadi siswa. Mengajar bukan hanya mengembangkan kemampuan kognitif saja, tetapi juga meliputi pengembangan aspek afektif dan aspek psikomotor. Karena itu strategi pembelajaran harus dapat mengembangkan seluruh aspek kepribadian secara terintegritas. Pada sekolah lanjutan tingkat pertama dan sekolah menengah, program studi diatur dalam tiga kelompok. Pertama, program pendidikan umum. Kedua, program pendidikan akademik. Ketiga, Program Pendidikan Agama, PPKn, Penjas dan Kesenian dikelompokkan ke dalam program pendidikan umum. Program pendidikan akademik bidang studinya berkaitan dengan keterampilan. Karena itu metode yang digunakan lebih berorientasi pada masing-masing ranah (kognitif, afektif, dan psikomotorik) yang terdapat dalam pokok bahasan. Istilah metode pembelajaran dibedakan dari istilah strategi pembelajaran, metode pembelajaran, dan prinsip pembelajaran. Istilah metode pembelajaran memiliki empat ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode tertentu, yaitu rasional teoritik yang logis, tujuan pembelajaran yang akan dicapai, tingkah laku mengajar yang diperlukan agar metode tersebut dapat dilaksanakan secara berhasil, dan lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai (Asikin, 2001: 3). 2.2 Pengertian Metode Cooperative Learning Pada dasarnya pendekatan teori konstruktivisme dalam belajar adalah suatu pendekatan dimana siswa harus secara individual menemukan dan mentransformasikan informasi yang kompleks, memeriksa informasi dengan aturan yang ada dan merevisinya bila perlu. (Sobari dalam Rusman, 2010: 202). Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan pada kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama untuk sampai pada pengalaman belajar yang optimal baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok. Esensi pembelajaran kooperatif itu adalah tanggung jawab individu sekaligus tanggung jawab kelompok, sehingga dalam diri siswa terdapat sikap ketergantungan positif yang menjadikan kerja kelompok optimal. Cooperative learning merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan dengan cara berkelompok. Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan (Sanjaya, 2006: 239). Menurut Suprijono (2010: 54) pembelajaranadalah konsep yang luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru Menurut Rusman (2010: 201) dalam metode pembelajaran kooperatif ini, guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung ke arah pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. 25
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
2.3 Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament) Metode TGT dikembangkan pertama kali oleh David De Vries dan Keith Edward. Metode ini merupakan suatu pendekatan kerja sama antarkelompok dengan mengembangkan kerja sama antarpersonal.. Teman satu tim atau kelompok akan saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk permainan dengan mempelajari lembar kegiatan dan menjelaskan masalah-masalah satu sama lain, tetapi sewaktu siswa sedang bermain dalam game atau permainan, teman yang lain tidak boleh membantu, dan guru perlu memastikan telah terjadi tanggung jawab individual. (Slavin, 2005: 163) Dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT ini siswa sebelumnya telah belajar secara individual, untuk selanjutnya belajar kembali dalam kelompok masing-masing.Dan kemudian mengadakan turnamen atau lomba atau lomba dengan anggota kelompok lainnya sesuai dengan tingkat kemampuannya. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game atau permainan karena skor game atau permainan akan menentukan skor kelompok. 2.4 Peningkatan Aktivitas Siswa dengan Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament) Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Tinandita (1984: 7) menyatakan bahwa: “hal yang paling mendasar yang dituntut dalam proses pembelajaran adalah keaktifan siswa”. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Kekatifan yang timbul dari siswa akan mengakibatkan terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi. Pembelajaran TGT digunakan dalam pembelajaran sebagai salah satu model yang dapat membantu siswa belajar dengan aktif, siswa dapat menggali dan mengalami sendiri pembelajaran yang terjadi sehingga dengan mudah pula dapat memahami bahan ajar. Pemahaman materi pembelajaran merupakan arah siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang baik. Seperti yang dijelaskan pada prinsipnya belajar adalah berbuat. Berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. “Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas” (Sardiman,2007:95) itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip yang terpenting di dalam interaksi belajar mengajar, dalam cooperative learning lebih menonjolkan keaktifan siswa, dalam menggali materi pembelajaran melalui keterampilan-keterampilan siswa.
26
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
3.
ISSN 2301-7732
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian Desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK) meurut Arikunto (2010:16) mengemukakan secara garis besar terdapat empat tahapan yang dilalui dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Adapun desain untuk masing-masing tahapan adalah sebagai berikut : Perencanaan Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan
Pengamatan Perencanaan Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanaan
Pengamatan
? 3.2 Desain Penelitian Sesuai dengan sekolah yang menjadi sumber masalah penelitian, maka lokasi penelitian ini adalah SMA Istiqlal Deli Tua. Yang menjadi subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Istiqlal Deli Tua yang berjumlah 40 siswa. Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah aktivitas belajar siswa dengan menggunakan metode pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT). 3.3 Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan untuk menjaring data penelitian ini adalah observasi dan tes. Observasi dilakukan selama pembelajaran berlangsung. Observasi merupakan cara yang ditempuh untuk memproleh data keaktifan siswa, baik itu dalam hal partisipasi dan tanggapan siswa tentang materi yang disajikan maupun proses pengerjaan yang dilakukan siswa selama pembelajaran berlangsung yang diharapkan dapat memproleh data untuk mengungkapkan hasil belajar siswa. Sedangkantes digunakan untuk mengetahui kemampuan belajar siswa adalah tes. 27
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
3.4 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data untuk mengetahui aktivitas belajar siswa dengan menggunakan metode pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) akan dilakukan dengan menggunakan instrumen penelitian berupa lembar observasi. Observasi yang dilakukan merupakan pengamatan terhadap seluruh proses kegiatan pembelajaran PPKn dengan menggunakan metode pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT). Observasi dan tes yang dilakukan pada proses kegiatan pembelajaran adalah observasi terhadap situasi kelas yang meliputi penggunaan metode pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) dan keaktifan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. 3.5 Teknik Analisis Data Data dalam penelitian ini dianalisis untuk mengetahui tingkat aktivitas siswa pada pembelajaran PPKn dengan menggunakan metode pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT). Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dan tes dari pelaksanaan siklus penelitian dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik presentase untuk melihat kecendrungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran kemudian diolah dengan teknik analisis. Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Menghitung Tingkat Aktivitas Siswa dan Guru Setelah dilihat peningkatan aktivitas siswa pada tiap pertemuan pembelajaran, kemudian dicari rata-rata tiap siswa. Dari rata-rata tersebut di olah berdasarkan persentase. Menurut Nurkancana (1989:78) dengan ketentuan sebagai berikut: A = Sangat baik : 86% - 100% B = Baik : 71% - 85% C = Cukup : 56% - 70% D = Kurang : 41% - 55% E = Sangat kurang : 0% - 40% Setelah itu dapat dilihat peningkatan aktivitas siswa yaitu meningkatnya jumlah siswa yang aktif belajar, meningkatnya jumlah siswa yang bertanya dan menjawab, dan meningkatnya jumlah siswa yang saling berinteraksi membahas materi pembelajaran. Untuk mengetahui nilai rata-rata aktivitas siswa, maka digunakan rumus: Jumlah Persentase Rata-rata = Indikator Kemudian aktivitas guru dihitung pada setiap diadakannya proses belajar mengajar. Untuk mengetahui nilai rata-rata guru siswa, maka digunakan rumus: Skor yang diperoleh Rata-rata = Skor Ideal
28
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
b. Menghitung Tingkat Hasil Belajar Siswa Tingkat penguasaan siswa diproleh berdasarkan hasil belajar siswa selama pembelajaran. Hasil belajar tersebut diproleh berdasarkan nilai rata-rata dari tes hasil belajar I dan II. Nilai pada tes hasil belajar I merupakan hasil belajar siswa selama pembelajaran di siklus I, tes hasil belajar II merupakan hasil belajar siswa pada siklus II. Kemudian nilai rata-rata yang diproleh di siklus I akan dibandingkan dengan nilai rata-rata disiklus II. Maka nilai-nilai setiap siswa akan diolah menggunakan teknik persentase berdasarkan kategori tingkat penguasaan siswa untuk mengetahui sejauh mana tingkat penguasaan siswa selama proses belajar mengajar berlangsung. c. Tingkat ketercapaian indikator hasil belajar Dengan demikian, untuk mengetahui ketercapaian indikator hasil belajar digunakan rumus sebagai berikut: S T = i × 100% ( Nurkancana, 1989 ) S maks Keterangan : T = Persentase pencapaian indikator hasil belajar Si = Skor siswa untuk butir ke i Smaks = Skor maksimal untuk butir ke i Kriteria pencapaian indikator: T ≤ 65% indikator hasil belajar belum tuntas T ≥ 65% indikator hasil belajar telah tuntas Dengan demikian dalam penelitian ini pembelajaran dikatakan efektif jika telah memenuhi poin-poin di bawah ini: a. Siswa memiliki tingkat penguasaan ≥ 65% b. Ketuntasan pencapaian indikator hasil belajar bila ≥ 75% dari seluruh indikator yang ditetapkan telah tercapai. Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui siswa yang tidak tuntas dalam belajar dan siswa yang tuntas dalam belajar secara individu. Selanjutnya untuk mengetahui apakah ketuntasan belajar siswa secara klasikal dapat tercapai, dilihat dari persentase siswa yang sudah tuntas dalam belajar, yang di rumuskan sebagai berikut. Untuk menentukan daya serap siswa secara individual digunakan rumus sebagai berikut: Skor yang diproleh siswa PDS = x 100% Skor maksimum Dengan: PDS = persentase daya serap Kriteria: 0% ≤ PDS < disebut tidak tuntas 65% ≤ PDS ≤ 100% disebut tuntas
29
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
Dari uraian di atas dapat diketahui siswa yang tidak tuntas belajar dan siswa yang tuntas belajar secara individual. Selanjutnya dapat diketahui apakah ketuntasan belajar secara klasikal dapat dirumuskan sebagai berikut: Banyaknya siswa yang PDS ≥ 65% PKK = x 100% Banyaknya siswa keseluruhan Dengan: PKK = Persentase Ketuntasan Klasikal Menurut Nurkencana (1989) menyatakan bahwa: “…….Berdasarkan kriteria ketuntasan belajar, jika dilihat telah tercapai 85% siswa yang telah mencapai persentase penilaian hasil belajar ≥ 65%, maka ketuntasan belajar secara klasikal telah tercapai. 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.
Hasil Penelitian Siklus I Penelitian ini dilaksanakan pada semester I tahun ajaran 2013/2014 pada materi berbicara yang terdiri dari dua siklus, dimana tiap siklus memerlukan 1 minggu, dimana satu minggu itu setara dengan 2 jam pelajaran.. Kegiatan guru diobservasi berdasarkan lembar observasi guru dan kegiatan siswa diobservasi berdasarkan lembar observasi siswa yang telah disediakan oleh peneliti sebelum melakukan penelitian. Setelah mengimplementasikan tindakan pembelajaran pada siklus I, maka observasi aktivitas siswa ini dilaksanakan pada setiap pertemuan berlangsung. Dari dua pertemuan yang dilakukan di siklus I diperoleh skor dan persentase masing-masing indikator aktivitas guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa sebagai berikut: a. Hasil Observasi Aktivitas Guru Observasi aktivitas guru dilaksanakan pada pertemuan kedua di siklus I. Dari pertemuan yang dilakukan pada siklus I secara garis besar diperoleh skor dan persentase masing-masing indikator kegiatan guru sebagaimana tersaji pada tabel berikut Proses pembelajaran pada siklus I yaitu membahas materi tentang mendeskripsikan hakikat bangsa dan unsur-unsur terbentuknya negara. Lembar observasi siswa siklus I akan diisi setiap pertemuan yang dibantu oleh seorang teman sebagai observer dan lembar observasi guru akan diisi pada pertemuan kedua pada saat berlangsungnya pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT). Berdasarkan rata-rata siswa yang aktif pada setiap pertemuan disiklus I maka diperoleh rata-rata siswa yang melakukan aktivitas di siklus I sebesar 70,00% (sekitar 28 orang) dengan aktivitas rill yang diamati sebanyak 196 yang idealnya adalah 280. Rata-rata tersebut masih pada kriteria cukup.
30
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
b.
Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I dan II Berdasarkan hasil penyelesaian atau jawabab siswa pada tes akhir siklus I dan II dapat dilihat pada tabel 1 berikut : Tabel 1: Peningkatan Hasil Belajar Siswa Berdasarkan Ketuntasan No Aspek Siklus I Siklus II Jumlah Siswa yang tuntas 25 36 1 2 Persentase ketuntasan 62,5% 90% 3 Nilai rata – rata kelas 63.62 89,37 Dari tabel di atas, dapat dilihat pada terjeadi peningkatan ketuntasan siswa dari siklus I sampai dengan siklus II, dimana siswa yang tuntas pada siklus I yaitu sebanyak 25 siswa atau 62,5% yang memperoleh nilai > 65, dan pada siklus II naik menjadi 36 siswa atau 90% yang memperoleh nilai > 65. Hal ini disebabkan karena meningkatnya aktivitas siswa dari siklus I sampai dengan siklus II yang mengakibatkan hasil belajar siswa dari siklus I sampai dengan siklus II mengalami peningkatan. Peningkatan aktivitas siswa dalam materi mendeskripsikan hakikat bangsa dan unsur-unsur terbentuknya negara melaui penerapan pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) di kelas X SMA Istiqlal Deli Tua Tahun Pembelajaran 2013/2014 Secara umumnya aktivitas siswa terus meningkat pada setiap akhir siklus. Dapat dilihat dari persentase aktivitas siswa tiap siklus pada tabel berikut: Tabel 2: Observasi Aktivitas Siswa Keterangan Siklus I Siklus II Aktivitas siswa 196 224 Ideal 280 280 Persentase 70,00% 80,00% Dari tabel di atas dapat dilihat peningkatan aktivitas siswa terhadap pelajaran PPKn khususnya pada materi mendeskripsikan hakikat bangsa dan unsur-unsur terbentuknya negara. Kenaikan aktivitas yaitu sebesar 10,00% dari siklus I ke siklus II. Dengan rincian dari tabel ini, menggambarkan kesungguhan guru dalam mengelola pembelajaran, dengan meningkatnya aktivitas guru dari siklus I sampai siklus II membuat kondisi aktivitas siswa yang rendah pada siklus I menjadi tinggi di siklus II. Berdasarkan keadaan aktivitas guru dan aktivitas siswa yang ternyata masing-masing meningkat dari siklus I ke siklus II, maka dapat disimpulkan bahwa metodepembelajaran TGT (Teams Games Tournaments) dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran PPKn kelas X SMA Istiqlal Deli Tua Tahun Pembelajaran 2013/2014, dengan demikian hipotesis yang diajukan sebelumnya dapat diterima kebenarannya. 31
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab terdahulu dapatlah diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Melalui pendekatan kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) aktivitas siswa pada saat proses belajar berlangsung mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus II. Peningkatan yang terjadi dari siklus I sampai siklus II yaitu sebesar 10,00%. 2. Dengan demikian, hipotesisnya yang berbunyi “Metodepembelajaran TGT (Teams Games Tournaments) dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran PKn kelas X SMA Istiqlal Deli Tua Tahun Pembelajaran 2013/2014” dapat diterima kebenarannya. 5.2 Saran Dengan memperhatikan kesimpulan penelitian di atas maka dapat diberikan saran sebagai berikut: 1. Bagi guru diharapkan agar dapat menggunakan metode pembelajaran yang tepat sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. 2. Bagi siswa diharapkan agar lebih giat lagi dalam belajar, sehingga hasil belajar yang diperoleh dapat lebih meningkat lagi. 3. Bagi sekolah – sekolah perlu di upayakan agar dapat merubah cara atau metode mengajar yang dipakai selama ini dengan metode Pembelajaran Kooperatif, khususnya tipe Teams Games Tournament (TGT) yang mampu meningkatkan aktivitas siswa kearah yang lebih baik.
32
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
DAFTAR PUSTAKA Anonim ( 2010). Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT. Jakarta: Pustaka Pelajar Arikunto, S., dkk,( 2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta:Rineka Cipta. Depdiknas (2006). Pendidikan Kewarganegaraan, Kurikulum dan Silabus Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta : Depdiknas Depdiknas (2005).Pendidikan Kewarganegaraan, Strategi dan Metode Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta : Depdiknas Etin,Solehatin dan Raharjo (2007). Cooperative Learning. Jakarta: Rineka Cipta. Ibrahim, Muslimin, dkk. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press. Nurkencana (1989). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya Rusman (2010). Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Proses Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Prima Slavin, R. (2005). Cooperative Learning (Teori, Riset dan Praktik), Bandung : Nusa Media Suprijono, A. (2010). Cooperative Learning. Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
33
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
PENGARUH PENGAJARAN REMEDIAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS X SMK PAB 6 MEDAN Oleh: Rosmawaty Siregar Irma Erfiana Nasution ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Pengajaran Remedial terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Siswa di SMK PAB 6 Medan. Teknik pengumpulan data terdiri dari observasi,wawancara,studi dokumentasi dan angket. Penelitian ini dilaksanakan di SMK PAB 6 Medan pada tahun 2012 yang berlokasi di jalan Mesjid. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang berjumlah 120 orang yang terdiri dari empat kelas.Sampel yang digunakan adalah system random sampling atau penarikan sampel secara acak yang diambil 20% dari masing-masing kelas sebayak 40 siswa. Instrumen pengumpulan data penelitian untuk variabel X dengan variabel Y dilakukan dengan menggunakan angket (Kuesioner) yang telah diuji validitas dan realibitasnya dan dari hasil perhitungan veriabel X dengan variabel Y adalah valid dan reliabel.Kemudian diperoleh rata-rata nilai angket variabel X sebesar 2,98 dikategorikan baik. sedangkan nilai rata-rata angket variabel Y sebesar 2,73 dikategorikan baik. Teknik analisa yang dipergunakan adalah regresi linear sederhana, Determinasi, dan Uji hipotesis dengan menggunakan rumus Uji “t”.dari hasil perhitungan ini diperoleh persamaan untuk regresi linear sederhana Y =27,76 + 0,326x. Selanjutnya dalam pengujian hipotesis dengan menggunakan rumus Uji “t”diperoleh t hitung sebesar 2,53 dan t tabel sebesar 1,68. Ini berarti t hitung > t tabel ( t hitung = 2,53 > t tabel = 1,68 ) pada taraf signifikansi 95%dengan dk: N – 2 = 40 -2 = 38.dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa= “Ada Pengaruh yang positif dan signifikan antara pengajaran remedial terhap prestasi belajar ekonomi siswa di SMK PAB 6 Medan T.A.2011/2012 dapat diterima. Kata kunci:Pengajaran remedial, Prestasi Belajar, Ekonomi 34
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
1. PENDAHULUAN Proses pembelajaran merupakan inti dari pendidikan secara keseluruhan dan guru sebagai pemegang peranan utama, dimana serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi hubungan timbal balik antara guru dengan siswa merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Kegiatan pembelajaran merupakan suatu kondisi yang dengan sengaja diciptakan, dan gurulah yang menciptakan kondisi pembelajaran tersebut guna pendidikan anak didik. Dari kedua belah pihak ini akan lahir interaksi edukatif dengan memanfaatkan alat bantu pembelajaran sebagai mediumnya. Maka semua komponen diperankan secara optimal guna mencapai tujuan pembelajaran dan pengajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Adapun tujuan pembelaaran dan pengajaran itu di anggap berhasil dengan melihat sejauh mana prestasi belajar yang dicapai siswa. Maka untuk mencapai kesuksesan yang diharapkan, peran guru amatlah penting disamping harus ada usaha dari siswa itu sendiri, karena dalam hal ini ternyata prestasi mengajar yang baik yang dimiliki oleh guru akan berpengaruh besar bagi keberhasilan siswanya. Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku seseorang sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh siswa dalam belajar. Prestasi dapat dikatakan berkualitas tinggi jika prestasinya menunjukkan pencapaian yang tinggi baik aspek kognitif seperti: EBTA, karya ilmiah, maupun aspek psikomotorik seperti: olahraga dan kesenian. Guru yang memiliki tugas sebagai pengajar di sekolah pada umumnya masih klasik, artinya seorang guru di depan kelas menghadapi siswa yang berjumlah 30-40 siswa dalam waktu yang sama menyampaikan bahan pelajaran dengan satu metode untuk seluruh siswa. Dapat dibayangkan akibat pengajaran klasik ini, guru tidak memperdulikan adanya perbedan antara siswa-siswanya. Siswa yang mempunyai kemampuan tinggi akan cepat menerima materi pelajaran, tetapi bagi siswa dengan kemampuan rendah akan mengalami kesulitan untuk menerima materi pelajaran. Untuk mengatasi hal tersebut, salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan program perbaikan yang disebut pengajaran remedial. Rusmini ( 2005:7 ) “Menyatakan pengajaran remedial merupakan pelengkap proses pengajaran secara keseluruhan demi untuk tercapainya tujuan pengajaran yang di inginkan”. Berdasarkan pengamatan dari penulis terhadap perkembangan pendidikan di SMK PAB 6 Medan terdapat beberapa siswa yang mengalami kesulitan dalam hal belajar. Salah seorang staf pelajar juga memberikan keterangan bahwa siswasiswi di SMK PAB 6 Medan terdapat siswa ynag mengalami kesulitan dalam proses belajar. Hal ini dapat di lihat dari nilai mata pelajaran yang di bawah sedang, nilai ynag diperoleh sering di bawah rata-rata kelas dengan kriteria 35
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
ketuntasan minimal 65% untuk setiap bidang studi dan prestasi yang dicapai tidak seimbang dengan tingkat inteligensi yang dimiliki. Hal ini dapat diketahui dari daftar kumpulan nilai yang ada yaitu rata-rat prestasi belajar siswa di sekolah ini tidak seperti yang diharapkan oleh sekolah, meskipun jika di bandingkan dengan sekolah-sekolah lain di daerah ini, prestasi SMK PAB 6 Medan sudah lebih baik. Namun ternyata hal ini belum sesuai dengan harapan dan target dari sekolah ini. Dan sekolah memutuskan mengadakan pengajaran remedial terhadap siswa-siswi yang mengalami kesulitan dalam belajar. Dalam hal ini pengajaran remedial diharapkan mampu menjembatani siswa yang memiliki prestasi tinggi dengan siswa yang memiliki prestasi yang rendah karena pengajaran remedial merupakan peluang yang besar bagi setiap siswa untuk mencapai prestasi belajar yang optimal. Karena itu pengajaran remedial ini perlu dikuasai oleh guru.
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengajaran Remedial Istilah remedial berasal dari kata “Remedy” yang berasal dari bahasa inggris yang berarti obat, memperbaiki, atau menolong. Karena itu, remedial berarti hal-hal yang berhubungan dengan perbaikan. Menurut Kunandar (2007:237) “Pengajaran Remedial merupakan suatu system belajar yang dilakukan berdasarkan diagnosa yang komprehensif (menyeluruh) yang dimaksudkan untuk menemukan kekurangan-kekurangan yang dialami siswa dalam belajar “. Jadi pengajaran remedial merupakan suatu bentuk pengajaran yang bersifat mengobati, menyembuhkan, atau membetulkan pengajaran dan membuatnya menjadi lebih baik dalam rangka mencapai tujuan pengajarn yang maksimal. Dari beberapa pendapat para ahli yang dikemukakan dapat dikatakan bahwa pengajaran merupakan pendekatan yang dilakukan guru untuk membantu siswa yang mengalami hambatan-hambatan dalam belajar sehingga mampu mengatasi kesulitan siswa dalam belajar sehingga tercapai tujuan pengajaran tersebut. Pengajaran Remedial merupakan pelengkap proses pengajaran secara keseluruhan yang bersifat menyembuhkan atau membetulkan. Dalam proses pembelajaran, akan selalu ada siswa/siswi yang memerlukan bantuan, baik dalam hal mencerna materi pelajaran maupun dalam mengatasi kesulitan-kesulitan belajar yang dialaminya. Tidak jarang ditemui seorng atau sekelompok siswa yang tidak mencapai prestasi belajar yang diinginkan. Hasil belajar seorang siswa kadang-kadang berada dibawah rata-rata bila dibandingkan hasil belajar temanteman se kelasnya. Siswa-siswi seperti inilah yang memperoleh pengajaran remedial. Dalam hubungan ini pengajaran remedial merupakan salah satu upaya yang dapat dilaksanakan guru untuk membantu siswanya agar dapat mencapai 36
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
hasil belajar secara optimal. Dalam proses pembelajaran, seorang guru bertanggung jawab dalam membantu dan membimbing siswa untuk memperoleh hasil belajar yang diharapkan. Seorang guru diharapkan mampu menciptakan situasi pembelajaran yang efektif, efisien, dan relevan. Agar hal ini dapat tercapai, maka seorang guru harus memiliki kompetensi yang beraneka ragam. Salah satu kompetensi guru yang dimaksud adalah seorang guru harus mempunyai kemampuan untuk melakukan diagnosis kesulitan belajar siswa. Artinya, ia bukan saja harus dapat menganalisis bahan pelajaran yang disampaikannya, tetapi juga berbagai kesulitan yang mungkin dialami oleh siswa dalam menerima pelajaran tersebut. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar hendaknya ditelusuri untuk mengetahui faktor mana yang berperan pada hasil belajar siswa. Dimana faktor yang dimaksud adalah guru dan siswa itu sendiri. Dilihat dari faktor guru,menurut Fanmooy,(21 Februari 2009) Keberhasilan belajar siswa di pengaruhi oleh kesiapan guru dalam mengajar, penguasaan guru terhadap materi pelajaran, kemampuan bawaan guru dan kemampuan guru dalam berkomunikasi Dilihat dari faktor siswa, ada beberapa gejala yang menandai adanya kesulitan belajar siswa yaitu : 1. Nilai mata pelajaran dibawa sedang. Indikasi ini merupakan indikasi yang paling mudah dilihat dan paling umum dipakai oleh siswa atau mahasiswa, pengajar dan orang tua. 2. Nilai yang diperoleh sering dibawah rata-rata kelas. Indikasi ini juga dapat menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan belajar. 3. Prestasi yang dicapai tidak seimbang dengan tingkat inteligensi yang dimiliki. Misalnya seorang siswa yang prestasi belajarnya sedang saja, tetapi mempunyai tingkat inteligensi diatas rata-rata, siswa seperti ini dapat dikatakan mengalami kesulitan belajar. 4. Perasaan yang bersangkutan. Misalnya seorang siswa, yang mengalami kesulitan belajar. 5. Kondisi kepribadian siswa yang bersangkutan. Seorang siswa dapat dikatakan mengalami kesulitan belajar jika dalam proses mengajar siswa tersebut menunjukkan gejala tidak tenang, tidak betah, diam, tidak bisa konsentrasi, tidak semangat dan lain-lain. Dari indikasi diatas dapat diketahui apa yang menjadi faktor kesulitan belajar siswa tersebut. Dan selanjutnya kita dapat mengambil tindakan alternative yang sesuai dengan kesulitan yang dialami masing-masing siswa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pengajaran remedial merupakan pendekatan yang dilakukan guru untuk membantu siswa yang mengalami hambatan-hambatan atau kesulitan dalam belajar sehingga mampu mengatasi kesulitan belajar yang dialaminya sehingga tercapai tujuan pengajaran tersebut.
37
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
2.2 Prestasi Belajar Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar diperlukan adanya evaluasi yang nantinya akan dijadikan sebagai tolak ukur maksimal yang telah dicapai siswa setelah melakukan kegiatan belajar selama waktu yang telah ditentukan. Apabila pemberian materi diras telah cukup, guru dapat melakukan tes yang hasilnya akan digunakan sebagai ukuran dan prestsi belajar yang bukan hanya terdiri dari nilai mata pelajaran saja tetapi juga mencakup nilai tingkah laku siswa selama berlangsungnya proses belajar mengajar. Prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai seorang siswa yang dinyatakan dalam bentuk skor. Seperti yang dinyatakan oleh Nawawi (2004:32):”Prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran disekolah yang dinyatakan dalam bentuk nilai yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu”. Kemudian Hamalik (2004:25) mengatakan bahwa:” Prestasi belajar adalah hasil belajar yang diperoleh siswa setelah mengikuti program pengajaran dalam bidang studi tertentu”. Prestasi belajar tercapai setelah terjadi interaksi belajar mengajar. Dalam hubungannya dengan belajar,Slameto (2003:2) mengatakan bahwa:” Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Berdasarkan pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar dan sengaja oleh seseorang untuk memperoleh pengetahuan supaya mengalami perubahan pada dirinya kearah yang positif dan kearah yang lebih baik dari sebelumnya. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa adalah hasil yang dicapai seseorang siswa setelah mengikuti proses pembelajaran atau proses belajar mengajar,dimana hasil tersebut akan tergantung kepada proses belajar mengajar yang dilakukan baik didalam kelas maupun diluar kelas yang merupakan hasil dan perubahan tingkah laku,berpikir dan perbuatan yang diakibatkan oleh adanya latihan,dan interaksi dengan lingkungannya.Dengan demikian prestasi belajar dapat dilihat dari perubahan tingkah laku siswa tersebut.Hal ini dapat dinyatakan dalam bentuk angka atau huruf yang diperoleh dari hasil evaluasi belajar siswa dalam setiap semester. Untuk mencapai keberhasilan belajar, prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya tingkat kecerdasan yang baik, ada minat dan perhatian yang tinggi dalam pelajaran, motivasi dalam belajar,cara belajar yang baik dan strategi pembelajaran yang dikembangkan guru.Suasana keluarga yang mendorong anak untuk maju,selain itu lingkungan sekolah yang tertib,teratur dan disiplin merupakan pendorong dalam proses pencapaian prestasi belajar. Dalam belajar,tujuan akhir yang ingin dicapai adalah meningkatkan prestasi belajar. Prestasi belajar merupakan pendidikan terhadap perkembangan untuk kemajuan siswa yang berkenaan dengan penguasaan pelajaran yang diberikan kepada siswa serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum.Tujuan akhir yang ingi dicapai dalam belajar adalah meningkatkan prestasi 38
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
belajar.Prestasi belajar merupakan penilaian pendidikan tentang perkembangan untuk kemajuan siswa yang berkenaan dengan penguasaan pengajaran yang diberikan kepada siswa serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum.Prestasi belajar siswa dibuktikan dana ditunjukkan melalui angka atau huruf,dengan demikianprstasi belajar siswa dapat diperoleh melalui daftar kumpulan nilai (DKN).Fingsi dari prestasi belajar adalah untuk mengetahui kemajuan siswa setelah melakukan kegiatan proses belajar mengajar. Sebelum berbicara lebih dalam tentang belajar terlebih dahulu diketahui pengertian dari belajar.Karena dari pengertian belajar kita dapat mengetahui perubahan-perubahan apa saja yang terjadi dari belajar. Menurut Hakim (2004 : 1) belajar adalah suatu proses perubahan didalam kepribadian manusia,dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan kemampuan yang lainnya. Ini berarti bahwa peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan orang itu dalam bebagai bidang. Jika didalam suatu proses belajar seseorang tidak mendapatkan suatu peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan dapat dikatakanan orang tersebut sebenarnya belum mengalami proses belajar atau dengan kata lain mengalami kegagalan didalam proses belajar. 2.3 Hipotesis Hipotesis merupakan rumusan kesimpulan yang bersifat sementara, yang harus diuji kebenarannya. Berdasarkan kerangka teoritis yang dikemukakan di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah : “Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara pengajaran remedial terhadap prestasi belajar ekonomi siswa di SMK PAB 6 Medan
3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan menyelidiki adanya hubungan sebab akibat antara variabel yang satu dengan variabel yang lain. Desain penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.
n 1 2 3 40 Σ
Tabel 1 Disain Penelitian X …. …. …. …. …
Y …. …. …. …. … 39
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
3.2 Populasi dan Sampel Menurut Arikunto (2006:130):”Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dalam penelitian ini populasi adalah adalah siswa kelas X SMK PAB 6 Medan sebanyak 120 orang yang terbagi dalam 4 kelas. Sedangkan sampel sebanyak 40 orang yang dipilih secara acak seperti tertera pada tabel berikut: Tabel 2 Sampel Penelitian Kelas
Jumlah siswa
Sampel 20%
X AK a X AP a X AK b X AP b JUMLAH
30 30 30 30 120
10 10 10 10 40
3.3. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional Dalam penlitian ini variabel terdiri atas 2 variabel, yaitu pengajaran remedial (variabel bebas) dan prestasi belajar (variabel terikat). Pengajaran Remedial adalah suatu sistem pembelajaran yang dilakukan berdasarkan diagnose komprehensif (menyeluruh), yang dimaksudkan untuk menemukan kekurangan yang dialami siswa sehingga tercapai hasil belajar yang optimal. Sedangkan prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seorang siswa berupa perubahan/penambahan peningkatan kualitas perilaku dan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor yang dicapai melalui aktivitas siswa dalam belajar dan dinyatakan dalam skor atau nilai. 3.4. Instrumen Penelitian Seperti dikemukakan oleh Arikunto (2005:134) “Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga mudah diolah”.Dengan demikian untuk mengumpulkan data-data atau keterangan-keterangan yang akan digunakan dalam menganalisis data, maka tentu dibutuhkan suatu alat untuk menjaring data yang dipergunakan dalam penelitian. Alat yang digunakan dalam penelitian angket dan Tes. Angket, yaitu suatu alat yang digunakan untuk mendapatkan data tentang kemampuan penalaran dan disiplin siswa. Sedangkan Tes digunakan sebagai pengumpul data untuk kemampuan penalaran.
40
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
3.5 Teknik Analisa Data Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh variabel X ( pengajaran remedial ) terhadap variabel Y (prestasi belajar ) maka digunakan Regresi Linear Sederhana : Y = a + bx Dimana : (∑ y ) ∑ x 2 − (∑ x )(∑ xy ) a= 2 N ∑ x 2 − (∑ x )
(
b=
)
N ∑ xy − (∑ x )(∑ y )
(Sudjana, 2005:315) 2 N ∑ x 2 − (∑ x ) keterangan : Y = Nilai variabel terikat (prestasi belajar) a = Nilai konstanta ( α ) b = Koefisien / slope ( β ) x = Nilai variabel bebas (pengajaran remedial) Selanjutnya untuk mengetahui sumbangan (kontribusi) Variabel x terhadap Variabel y digunakan rumus standar deviasi Regresi b Sudjana ( 2005 :321 )
Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel x terhadap variabel Y digunakan uji t sebagai berikut.
(Sudjana, 2005:377) Apabila harga thitung > ttabel pada taraf signifikasi 95 % atau alpha 5 % maka hipotesis yang telah diajukan diterima, dan sebaliknya apabila ternyata thitung < ttabel maka hipotesis yang telah diajukan ditolak.
4. HASIL PENELITIAN Berdasarkan data hasil penyebaran angket pengajaran remedial (X ) dan tes prestasi belajar (Y, diperoleh angka-angka statistik sebagai berikut: N = 40 ΣХ = 1801 ΣΥ = 1698 2 = 81849 ΣХ ΣΥ2 = 72628 ΣХΥ = 76700 Berdasarkan angka-angka tersebut, koefisien regresi a sebesar 27,76 sedangkan koefisien regresi b sebesar 0,32. Dengan demikian persamaan garis linear 41
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
sederhana adalah Y = 27,76 + 0,32x . Dalam hal ini b bertanda positif maka dapat disimpukan prestasi siswa (variabel Y) meningkat sebesar 0,32. Untuk mengetahui besarnya konstribusi (sumbangan) pengajaran remedial tehadap prestasi belajar siswa dapat dilakukan dengan menggunakan rumus standart deviasi regresi b (sudjana, 2000: 321). Hasil perhitungan menunjukkan kontribusi pengajaran remedial (variabel X) terhadap prestasi belajar siswa (variabel Y) yaitu sebesar 0,1264 atau sebesar 43 % sedangkan 57 % lagi dipengaruhi oleh faktor lain. Untuk menguji hipotesis yang menyatakan ada pengaruh pengajaran remedial terhadap prestasi belajar siswa, digunakan uji t. Hasil perhitungan diperoleh nilai t sebesar 2,53 Nilai t ini lebih besar disbanding nilai t tabel pada taraf signifikansi 95% dengan dk = n – 2 = 38 adalah sebesar 1,68 . Oleh karena t hitung > t tabel atau 2,53 > 1,68 maka rumusan hipotesis yang telah ditetapkan dalam penelitian ini dapat diterima kebenaran nya. Demikian dapat disimpulkan : “ Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara pengajaran remedial terhadap prestasi belajar siswa kelas X SMK PAB 6 medan”.
5. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan temuan penelitian yang dikemukakan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Skor pengajaran remedial di SMK PAB 6 Medan dikategorikan “baik” yaitu memiliki nilai rata-rata sebesar 2,98 2. Prestasi belajar siswa di SMK PAB 6 Medan dikategorikan Baik, ini dapat dilihat dari nilai rata-rata prestasi belajar responden sebesar 2,73 3. Persamaan regresi linear sederhana yaitu Y =27,76 + 0,32x dan kontribusi (sumbangan)variabel X terhadap variabel Y sebesar 0,1264 atau 43%. Sementara itu pengujian hipotesis dengan menggunakan rumus uju-t diperoleh t hitung = 2,53 dibandinkan dengan t tabel = 1,68 (taraf signifikansi 95%dengan dk = n-2). Maka thitung 2,53 > ttabel 1,68 sehingga hipotesis menyatakan “Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara pengajaran remedian terhadap prestasi belajar siswa kelas X SMK PAB 6 Medan dapat diterima”. Berdasarkan temuan penelitian tersebut, saran yang dapat diajukan adalah sebagai berikut : 1. Mengingat pentingnya pengajaran remedial dalam menumbuhkan kualitas belajar siswa, tidak disarankan kepada semua guru, terutama yang belum terbiasa melaksanakan remedial agar senantiasa meningkatkan kemampuan dan kualitas dalam melaksanakan pengajaran remedial. 2. Walaupun prestasi belajar siswa SMK PAB 6 Medan tergolong baik tapi sebaiknya pihak sekolah dapat melakukan hal-hal yang biasa untuk meningkatkan prestasi belajar siswa , misalnya memberikan perhatian terhadap siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda satu sama lain. 42
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
3.
ISSN 2301-7732
Selain itu juga dapat di lakukan bimbingan dan konseling sebagai unsur kedekatan bagi siswa terutama yang mengalami kesulitan dalam belajar. Bagi guru atau pun tenaga pendidik hendaknya menyadari bahwa Pengajaran Remedial perlu peningkatan dalam mengatasi kesulitan belajar sehingga prestasi belajar siswa dapat tercapai dengan optimal
43
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendidikan Praktek. Jakarta:Rineka Cipta. Ahmadi, Abu dan Widodo (2004)..Psikologi Belajar.Jakarta:Rineka Cipta. Corey, http://makalah dan skripsi.blogspot. Fanmooy. (2009) .http://fanmooy.wordperss.com/2009/02.21/program-remedial. Hamalik, Oemar (2000). Proses Belajar Mengajar . Jakarta: Unu Aksara Hakim,Thursan.(2004). Belajar secara efektif.Jakarta : Puspa Swara Kunandar, 2007. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajawali Pers Makmum, S, Abin. (2004). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nawawi, (2004). Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas.Cetakan kedua. Jakarta:Djambatan Rohani, Ahmad (2004). Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta Rusmini, Mukhtar (2005). Pengajaran Remedial . Jakarta: Nimas Multima Sudjana (2005). Metode Statistika. Bandung: Tarsito Slameto (2003). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
44
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
PENGARUH MASA KERJA TERHADAP DISIPLIN MENGAJAR GURU PADA SMP NEGERI 1 PERBAUNGAN KABUPATEN SERGEI Oleh Rijal Nurmalisa ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Masa Kerja Terhadap Disiplin Mengajar Guru Pada SMP Negeri 1 Perbaungan Kabupaten Sergei. Instrumen pengumpulan data adalah angket. Penelitian ini dilaksanakan di Smp Negeri 1 Perbaungan pada tahun 2012. Sebagai populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru SMP negeri 1 Perbaungan kabupaten Sergei yang berjumlah 38 orang. Mengingat jumlah sampel yang relatif kecil, maka penulis mengambil seluruh populasi untuk dijadikan sebagai sampel penelitian yaitu sebanyak 38 orang (total sampling). Teknik analisa yang dipergunakan adalah dengan menggunakan uji korelasi Product Moment (r). Dari hasil perhitungan diperoleh nilai korelasi sebesar 0,282 sedangkan nilai korelasi dalam tabel korelasi (untuk N = 38 dan taraf signifikan 5%) diperoleh nilai sebesar 0,278 yang berarti nilai r (hitung) yaitu 0,282 lebih besar dari nilai r(tabel) korelasi yaitu 0,278. Dengan demikian berarti hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini yaitu "Ada pengaruh yang positif antara masa kerja terhadap disiplin mengajar guru pada SMP negeri 1 Perbaungan kabupaten Sergei TA. 2011/2012, dapat diterima. Kata kunci: Masa Kerja, disiplin mengajar 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap bangsa mempunyai pandangan hidup, entah hal itu disadari atau tidak. Pandangan hidup yang dimiliki suatu bangsa itu khas dan mempengaruhi bagaimana prilaku dan budaya bangsa yang bersangkutan. Semangat kerja pun dipengaruhi oleh pandangan hidup sehingga dalam kajian tentang suatu masyarakat dikenal istilah semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seorang atau suatu kelompok. 45
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
Kerja merupakan perbuatan melakukan pekerjaan atau menurut kamus W.J.S Purwadaminta, kerja berarti melakukan sesuatu, sesuatu yang dilakukan. Kerja memiliki arti luas dan sempit dalam arti luas kerja mencakup semua bentuk usaha yang dilakukan manusia, baik dalam hal materi maupun non materi baik bersifat intelektual maupun fisik, mengenai keduniaan maupun akhirat. Sedangkan dalam arti sempit, kerja berkonotasi ekonomi yang persetujuan mendapatkan materi. Minat kerja merupakan suatu sikap jiwa seseorang untuk melaksanakan suatu pekerjaan dengan komitmen total dan tanggunjawab. Dalam minat kerja terkandung nilai semangat kerja yang tinggi melalui bekerja keras, bekerja cerdas, sehingga menghasilkan guru-guru yang profesional. Prestasi mengajar guru dapat dilihat dari besar kecilnya kesetiaan seorang guru, prestasi kerjanya, tanggung jawab, ketaatan, kejujuran, kerjasama, prakarsa dan kepemimpinan. Minat kerja guru yang unggul dapat dilihat dari kerja keras, selalu terdepan, memiliki kelebihan dibanding lain, dan tidak pernah merasa puas atas prestasi yang diraihnya. Sikap kerja keras dan berusaha untuk mengubah nasib, rajin, dan sungguhsungguh dalam melakukan pekerjaan merupakan anjuran dan kewajiban bagi insan yang beragama Islam. Agama merupakan motivasi dan sumber gerak serta dinamika dalam mewujudkan etos kerja. Islam menyuruh manusia untuk bekerja dan mengubah nasibnya sendiri. Manusia wajib berusaha dan berikhtiar untuk mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan masing-masing. Memang hanya manusia yang mau berusaha, bekerja keras, dan sungguh-sungguh yang akan meraih prestasi, baik kesuksesan hidup di dunia maupun di akhirat. Guru yang memiliki semangat kerja yang unggul dan profesional dalam melaksanakan pekerjaanya adalah guru yang dapat menilai dan menerima bahwa kerja adalah rahmat (aku bekerja tulus penuh syukur), kerja adalah amanah (penuh tanggungjawab), kerja adalah panggilan (penuh integritas), kerja adalah aktualisasi (penuh semangat), kerja adalah ibadah (penuh kecintaan), kerja adalah seni (penuh kreativitas), kerja adalah kehormatan (penuh keunggulan) dan kerja adalah pelayanan bagi para siswanya. Tugas dan peranan guru sebagai pendidik profesional sesungguhnya sangat kompleks, tidak terbatas pada saat berlangsungnya interaksi edukatif di dalam kelas, yang lazim disebut proses belajar mengajar. Guru juga bertugas sebagai administrator, evaluator, konselor dan lain-lain sesuai dengan sepuluh kompetensi (kemampuan) yang dimilikinya. Drs. B. Suryosubroto mengemukakan bahwa tugas dan peranan guru antara lain : menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencanakan dan mempersiapkan pelajaran, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa, sehingga guru memiliki pengalaman yang berarti seiring masa kerja guru yang semakin lama. Masa kerja adalah lamanya sorang guru menjalani tugas mengajarnya, baik disekolah sebagai pendidikan forma, maupun dalam pendidikan informal dan pendidikan non-formal. Dengan demikian masa kerja guru akan sangat mendukung terhadap kemampuan mempersiapkan, mengelola maupun melaksanakan proses pembelajaran secara lebih matang. Dalam setiap penelitian tentunya ada target-taget yang ingin dicapai sesuai dengan apa yang diharapkan. Penelitian ini bertujuan untuk (1) untuk mengetahui 46
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
tentang lamanya masa kerja guru, (2) untuk mengetahui tentang tingkat disiplin mengajar guru di kelas dan (3) untuk mengetahui apakah ada pengaruh masa kerja terhadap disiplin mengajar guru di SMP Negeri 1 Perbaungan Kabupaten Sergei.
2. TINJAUAN KEPUSTAKAAN Masa Kerja Guru dan Profesi Guru Masa kerja adalah lamanya sorang guru menjalani tugas mengajarnya, baik disekolah sebagai pendidikan formal, maupun dalam pendidikan informal dan pendidikan non-formal. Dengan demikian masa kerja guru akan sangat mendukung terhadap kemampuan mempersiapkan, mengelola maupun melaksanakan proses pembelajaran secara lebih matang. Seiring kematangan guru dalam mengajar yang didukung oleh pengalaman mengajar yang tinggi, maka guru juga dituntut untuk memiliki disiplin yang tinggi, sebab tanpa disiplin yang tinggi sangat mustahil seorang guru berhasil dalam menjalankan misi pembelajaran yang baik sekalipun ia telah memiliki pengalaman mengajar yang tinggi dengan masa kerja yang lama. Dengan pengalaman mengajar yang semakin lama akan membentuk kepribadian dan disiplin yang lebih baik, sehingga keyakinan untuk menjalankan tugas semakin baik. Terbentuknya disiplin guru terutama dalam melaksanakan proses belajar mengajar akan memberikan sumbangan yang positif terhadap terbentuknya pelaksanaan proses belajar mengajar yang lebih mantap sehingga penguasaan siswa terhadap setiap materi yang diajarkan akan semakin baik. Disiplin kerja Istilah disiplin berasal dari bahasa latin “Disciplina” yang menunjuk kepada kegiatan belajar dan mengajar. Dalam bahasa inggris “Disciple” yang berarti mengikuti orang untuk belajar di bawah pengawasan seorang pemimpin. Dalam kegiatan belajar tersebut bawahan dilatih untuk patuh dan taat pada peraturan-peraturan yang di buat oleh pemimpin. (Tulus 2004). Salah satu tugas orang tua adalah memberikan pengajaran kepada anak dalam memperoleh kecakapan, pengetahuan dan pengembangan pribadinya, faktor disiplin belajar akan sangat berpengaruh di dalam pembentukan pribadi anak. Sebab dengan adanya disiplin belajar yang baik di rumah akan sangat membantu bagi siswa baik dalam pengenalan dirinya, pemahaman haknya dan hak orang lain serta mampu mengetahui mana tingkah laku yang baik dan yang buruk. Menurut Soegeng Prijodarmanto (1994:23) bahwa : disiplin sebagai kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkai perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, keteraturan atau ketertiban. Nilainilai tersebut telah menjadi bagian perilaku dalam kehidupannya. Perilaku itu tercipta melalui proses binaan melalui keluarga, pendidikan dan pengalaman. Berdasarkan pendapat diatas disimpulkan bahwa disiplin merupakan sesuatu yang menyatu di dalam diri seseorang. Bahkan, disiplin itu sesuatu yang 47
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
menjadi bagian dalam hidup seseorang yang muncul dalam pola tingkah lakunya sehari-hari. Disiplin terjadi dan terbentuk sebagai hasil dan dampak proses pembinaan yang cukup panjang yang dilakukan sejak dari dalam keluarga dan berlanjut dalam pendidikan di sekolah. Keluarga dan sekolah menjadi tempat yang paling penting bagi pengembangan disiplin seseorang. Sebelum mulai mengajar seorang gurua perlu mempersiapkan diri sebaik-baiknya, banyak sedikitnya akan mempengaruhi kelancaran menyampaikan materi pelajaran. Jelaslah bahwa peraturan tata tertib yang bercermin di dalam disiplin merupakan syarat mutlak terjaminnya kelangsungan hidup suatu kesatuan sosial di rumah. Tetapi di lain pihak, perlu disadari bahwa di rumah yang dihadapi adalah para anggota keluarga khususnya anak-anak dalam proses perkembangan, dimana mereka masih memerlukan ruang gerak yang longgar dalam proses pembentukan pribadinya. Disiplin merupakan sesuatu yang berkenaan dengan pengendalian diri seseorang terhadap bentuk-bentuk aturan. Peraturan di maksud dapat ditetapkan oleh orang yang bersangkutan maupun berasal dari luar. Didalam pembicaraan disiplin ini kita mengenal dua istilah yang pengertiannya hampir sama tetapi terbentuknya satu sama lain merupakan urutan. Di dalam ilmu pendidikan yang terdapat pada buku-buku digunakan, dikenal dua istilah yaitu "disiplin" dan "ketertiban", tetapi ada pula yang menggunakan istilah "siasat" dan "ketertiban". Oleh karena di antara kedua pengertian tersebut terlebih dahulu terbentuk pengertian kedua, baru kemudian pengertian pertama, maka akan diterangkan dahulu pengertian yang kedua baru kemudian yang pertama. "Ketertiban" menunjuk pada kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan atau tatatertib karena didorong atau disebabkan oleh sesuatu yang datang dari luar, misalnya karena ingin mendapat pujian dari atasan. Selanjutnya, pengertian "disiplin" atau "siasat" menunjuk pada kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan atau tatatertib karena didorong oleh adanya kesadaran yang ada pada kata hatinya. Itulah sebabnya biasanya ketertiban itu terjadi dahulu, kemudian berkembang menjadi siasat. Orang yang dalam mengikuti peraturan masih didasarkan atas rasa takut karena ada orang lain atau juga karena di desak oleh kepentingan pribadi yang lain, belum dapt dikatakan sampai pada taraf siasat. Kedisiplinan merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan tata tertib. Seperti yang dikemukakan oleh P.S. Wilson seorang dosen senior di University Of London (1971) yang dikutip oleh Dr. Suharsimi Arikunto kontrol merupakan jalan untuk membuat seseorang agar berbuat mengikuti peraturan dengan menggunakan paksaan dari luar, sedangkan disiplin dicapai melalui suatu upaya pendidikan agar seseorang mengikuti aturan dengan membuat supaya orang tersebut terlibat di dalamnya sehingga sampai pada nilai yang sifatnya instrinsik. (Arikunto, 1993 : 118). Disiplin merupakan suatu aturan pendidikan. Kata "disiplin" menunjuk pada sejenis keterlibatan dalam mencapai standar yang tepat atau mengikuti peraturan yang tepat dalam berperilaku atau melakukan aktivitas. Untuk jenis 48
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
aktifitas itu sendiri dapat meliputi hal-hal yang sangat khusus, misalnya aktifitas dalam pendidikan saja, tetapi juga dapat meliputi serba aktifitas yaitu semua aktifitas dalam kehidupan. Di dalam pengelolaan pengajaran, disiplin merupakan suatu masalah penting. Tanpa adanya kesadaran akan keharusan melaksanakan aturan yang sudah ditentukan sebelumnya, pengajaran tidak mungkin dapat mencapai target maksimal. Hipotesis Hipotesis adalah dugaan yang dianggap benar. Hipotesis membutuhkan suatu teori jawaban yang benar. Hipotesis membutuhkan suatu teori yang bersifat sementara sebagai penuntun kearah pemecahan masalah. Selama data belum terkumpul, suatu hipotesis harus berpegang kepada teori tersebut. Sesuai dengan hal tersebut maka hipotesis yang penulis rumuskan dalam penelitian ini adalah "Ada pengaruh yang positif antara masa kerja terhadap disiplin mengajar guru pada SMP Negeri 1 Perbaungan Kabupaten Sergei. 3.
METODE PENELITIAN
Disain Penelitian Disain merupakan langkah awal dari setiap kegiatan yang dilakukan, sebab dengan disain ini akan dapat ditentukan langkah-langkah yang akan ditempuh dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Disain penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut : Tabel 1 Disain Penelitian n X Y 1
....
.....
2
.....
.....
…
.....
.....
38
.....
......
Σ
.....
......
Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda-benda, hewan dan tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai test atau peristiwa, sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian. (Nawawi, 1983). Berdasarkan pengertian tersebut populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru di SMP Negeri 1 Perbaungan Kabupaten Sergei TA. 2011/2012 yang jumlahnya sebesar 38 orang. Selanjutnya sampel adalah sebagian atau seluruh dan populasi, sebagaimana pendapat Suharsimi Arikunto yang mengatakan: “Untuk sekedar ancar-ancar, maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua 49
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15 % atau 20-23 % atau lebih” (Arikunto, 1991:94). Mengingat jumlah sampel yang relatif kecil dan masih dapat dijangkau oleh peneliti, maka penulis akan mengambil keseluruhan dari populasi untuk dijadikan sebagai sampel penelitian yaitu sebanyak 38 orang yang pengambilannya dilakukan total (total sampling).
Variabel dan Indikator Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu : - Variabel bebas : masa kerja guru. - Variabel terikat : disiplin mengajar di kelas. Sedangkan indikator yang dipakai untuk mengukur variabel bebas dan terikat adalah ditunjukkan oleh skor yang diperoleh melalui angket (kuessioner), dengan indikator : 1. Masa kerja guru meliputi : - Latar belakang pendidikan - Lama mengajar di sekolah lain - Lama mengajar di sekolah yang bersangkutan - Pengalaman mengajar di sekolah lain - Pengalaman mengajar di sekolah yang bersangkutan 2. Disiplin mengajar guru meliputi : - Disiplin berbicara - Disiplin berpakaian - Disiplin bertingkah laku - Disiplin waktu masuk dan keluar kelas - Disiplin mengajar Instrumen Penelitian Membicarakan pengumpulan data berarti membicarakan alat dan teknik, sebab keduanya tidak dapat dipisahkan. Adapun alat pengumpulan data penelitian ini adalah angket (kuessioner), yaitu sejumlah pertanyaan tertulis dimana penulis telah menyediakan alternatif jawaban sesuai dengan kondisi responden. Teknik Pengumpulan Data Berdasarkan uraian di atas, maka dinyatakan bahwa instrumen yang dipakai untuk memperoleh data primer penelitian adalah angket, maka langkahlangkah yang ditempuh untuk mengumpulkan data adalah : - Mendisain angket sedemikian rupa sesuai dengan tujuan penelitian. - Menyesuaikan sifat dan karakter reponden dengan pertanyaan-pertanyaan dalam angket yang disusun. - Menyebarkan dan mengumpulkan kembali data jawaban responden melalui angket yang disebarkan, yang selanjutnya akan diolah dan dianalisis
50
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
Teknik Analisis Data Dalam mengolah data yang diperoleh dari hasil angket (kuessioner) dipergunakan uji korelasi Product Moment (r) dengan rumus :
n.∑ xy − (∑ x )( . ∑ y) r =
{n(∑ x ).(∑ x) }− {n(∑ y ).(∑ y ) } 2
2
2
2
(Singarimbun & Effendy, 1987 : 137). Keterangan : r : Koefisiean korelasi antara variabel x dan y n : Jumlah responden x : Variabel bebas (X) atau lamanya masa kerja guru y : Variabel terikat (y) atau disiplin mengajar di kelas x2 : Variabel x yang dikuadratkan y2 : Variabel y yang dikuadratkan Selanjutnya untuk menentukan apakah ada atau tidak pengaruh masa kerja guru terhadap disiplin mengajar di kelas, dilakukan dengan menggunakan “uji t”, dengan rumus : t =
r n−2
1 − r2 (Sudjana, 2000 : 367). Pengujian hipotesis melalui "uji t" ini dilakukan untuk menentukan apakah ada signifikansi hubungan antara kedua variabel tersebut di atas. Kriteria pengujian hipotesis dilakukan bila nilai t(hitung) lebih besar atau sama dengan t(tabel) maka hipotesis yang dirumuskan akan diterima kebenarannya, dan sebaliknya bila t(hitung) lebih kecil dari t(tabel) maka hipotesis yang dirumuskan ditolak kebenarannya.
4. HASIL PENELITIAN Hasil perhitungan statistik atas data yang terkumpul dalam penelitian ini diperoleh ΣХ = 1039; ΣΥ = 1038; ΣХ2 = 1079521; ΣΥ2 = 28408; dan ΣХΥ = 28397. Dari angka-angka ini diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,282. Dibanding dengan nilai korelasi dalam tabel korelasi (untuk n = 38 dan taraf signifikan 5%) yaitu 0,278 ternyata nilai r (hitung) lebih besar dari nilai r(tabel). Dengan demikian berarti hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini, "Ada pengaruh yang positif antara masa kerja terhadap disiplin mengajar guru pada SMP Negeri 1 Perbaungan Kabupaten Sergei TA. 2011/2012”, dapat diterima kebenarannya, sedangkan sisanya ditentukan oleh faktor lain yang tidak diteliti.
51
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
Berdasarkan koefisien korelasi tersebut, nilai t untuk koefisien korelasi tersebut adalah sebesar 1,75. Dari hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa besarnya nilai t (hitung) adalah 1,75 sedangkan besarnya nilai t(tabel) untuk n = 38 dan tingkat signifikansi = 0,05 adalah 1,68. Dengan demikian rumusan hipotesis yang menyatakan: "Ada pengaruh yang positif antara masa kerja terhadap disiplin mengajar guru pada SMP Negeri 1 Perbaungan Kabupaten Sergei TA. 2011/2012” adalah signifikan.
5. KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil pembahasan dan temuan penelitian di atas, maka diperoleh beberapa kesimpulan, antara lain : 1. Dari hasil jawaban responden melalui angket yang disebarkan menunjukkan bahwa masa kerja guru di SMP Negeri 1 Perbaungan secara keseluruhan rata-rata di atas 5 tahun, ini berarti pengalaman mengajar para guru di sekolah ini sudah cukup baik dan tingkat senioritas sudah baik. 2. Dari hasil perhitungan dan analisis data yang dilakukan, menunjukkan bahwa besarnya nilai t(hitung) adalah sebesar 1,75 sedangkan besarnya nilai t(tabel) untuk n = 38 dan ∝ = 0,05 adalah 1,68. Dengan demikian rumusan hipotesis yang telah ditetapkan dalam penelitian ini, yaitu : "Ada pengaruh yang positif antara masa kerja terhadap disiplin mengajar guru pada SMP Negeri 1 Perbaungan Kabupaten Sergei TA. 2011/2012”, dapat diterima kebenarannya sebab t(hitung) > t(tabel). atau 1,75 > 1.68. Berdasarkan kesimpulan di atas, maka ada beberapa saran yang akan penulis sampaikan sehubungan pelaksanaan penelitian ini, yaitu : 1. Guru perlu meningkatkan disiplin yang ditetapkan di sekolah tanpa memandang lama atau tidaknya masa kerja guru tersebut di sekolah. 2. Dengan kedisiplinan mengajar guru yang tinggi, diharapkan akan dapat membentuk kedisiplinan belajar siswa, sehingga prestasi belajar siswa dapat meningkat. 3. Untuk mengetahui pengaruh faktor lain yang mendukung disiplin mengajar guru selain masa kerja, kiranya perlu diteliti lagi.
52
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
DAFTAR KEPUSTAKAAN Ali (1983). Guru Dalam proses Belajar Mengajar, Bandung, Sinar Baru. Alipandie Imansyah (1984). Didaktik Metodik Pendidikan Umum, Surabaya, Indonesia : Usaha Nasional. Arikunto, Suharsimi (1986). Dasar-dasar Evaluasi pendidikan, Jakarta ; Bina Aksara. Depdikbud (1983). Analisis Pendidikan, Jakarta ......... (1984), Paket Bimbingan Karier, Jakarta, BP3K. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1985). Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar, Jakarta. Nawawi (1982). Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Sekolah, Jakarta, Gunung Agung. Nawawi, H. (1983). Administrasi Pendidikan, Jakarta, Gunung Agung. Poerwadarminta, W.J.S, (1976). Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, PN. Balai Pustaka. Roestiyah, NK., 1988, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, Bina Aksara. Sahertian Piet A. dan Frans Mataheru (1978). Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan, Surabaya : Usaha Nasional. Singarimbun, M dan Effendy, S.(1987). Metode Penelitian Survey, LP3ES, Yogyakarta. Simanjuntak, B. (1982). Proses Belajar Mengajar, Bandung, Tarsito. Sudjana (1992). Metode Statistika, Bandung, Tarsito Surakhmad W. (1982). Pengantar Penelitian Ilmiah, Bandung, Tarsito,S.(1987). Pendekatan Baru Dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung, Angkasa. Team Pembina Mata Kuliah Didaktik Metodik/Kurikulum IKIP Surabaya, 1989, Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum PBM, Jakarta, Rajawali.
53
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
HUBUNGAN MOTIVASI INTRINSIK DENGAN PRESTASI BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS X SMK PAB 6 MEDAN TA. 2011 / 2012 Oleh Zuberuddin Siregar Ayu Permina Hasibuan
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk Untuk mengetahui hubungan antara motivasi intrinsik dengan prestasi belajar siswa. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMK PAB 6 Medan sebanyak 120 orang yang terdiri atas empat kelas tahun pelajaran 2011/2012. Karena jumlah populasi ini begitu besar, maka jumlah sampel penelitian ini di batasi 40 orang yang penentuannya dilakukan secara acak. Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah tes dan angket. Tes digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa, sedangkan angket digunakan untuk mengukur motivasi intrinstik. Setelah data terkumpul, data dianalisis dengan menggunakan korelasi product moment dan berdasarkan koefisien korelasi yang diperoleh, hipotesis diuji dengan menggunakan uji t. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh nilai korelasi sebesar 3,16 sedangkan nilai t sebesr 2,164. Oleh karena nilai t hitung lebih besar dengan t tabel (2,164 > 1,68), maka hipotesis yang menyatakan “ada hubungan yang signifikan antara motivasi intrinstik dengan prestasi belajar Ekonomi”, dapat diterima. Kata kunci: Motivasi intrinstik, Prestasi belajar, ekonomi 1. PENDAHULUAN Pendidikan merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan dalam lingkungan masyarakat, sekolah, dan keluarga. Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara semua elemen masyarakat. pendidikan keluarga merupakan dasar untuk belajar, pendidikan masyarakat merupakan faktor pendukung bagi pendidikan anak, sedangkan pemerintah berupaya menyediakan sarana dan prasarana pendidikan sekaligus menyediakan tenaga professional agar dalam pendidikan itu tercipta pembangunan untuk menciptakan kehidupan dan kecerdasan bangsa. Namun pendidikan yang di jalankan belum mencapai hasil yang di harapkan. Rendahnya Prestasi belajar siswa merupakan salah satu fakta bahwa mutu pendidikan kita masih kurang atau jauh dari yang di harapkan. Hal ini dapat dilihat dari Daftar Nilai siswa dan rendahnya tingkat kelulusan Ujian Nasional bahkan ke perguruan tinggi negeri tidak seperti yang diharapkan oleh orang tua dan sekolah tersebut. 54
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan agar diperoleh peningkatan prestasi belajar siswa sangat ditentukan oleh berbagai faktor oleh komponen diantaranya guru, siswa, kurikulum, metode, sarana dan prasarana, serta lingkungan sekolah. Upaya pengembangan sumber daya yang ada khususnya untuk menggali peserta didik dapat diperoleh melalui proses belajar. Proses belajar pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor cita –cita dan aspirasi. Untuk mencapai suatu prestasi agar dapat berhasil, maka kegiatan belajar harus disertai dengan motivasi yang tinggi. Makin tinggi motivasi seseorang untuk meraih apa yang dicita-citakan makin giat juga orang tersebut dalam melakukan usaha untuk mencapai cita-cita itu. Motivasi merupakan serangkaian upaya untuk menyediakan kondisi - kondisi tertentu, sehingga orang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka maka harus dilakukan usaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. Dalam kegiatan belajar motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga prestasi memuaskan yang di kehendaki oleh siswa itu dapat tercapai. Siswa yang memiliki motivasi yang kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Ibarat seorang siswa yang memiliki inteligensi yang tinggi (boleh jadi) gagal karena kurang motivasi. Hasil belajar akan optimal jika ada motivasi yang tepat. Motivasi dalam belajar dapat berasal dari dalam diri sendiri (Motivasi Intrinsik). Motivasi ini terjadi karena keinginan naluriah untuk melakukan sesuatu, sedangkan motivasi yang lain yakni motivasi yang berasal dari luar. Siswa yang memiliki motivasi intrinsikakan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan yang ahli dalam bidang studi tertentu. Satu-satunya jalan untuk menuju ketujuan yang ingin dicapai ialah belajar. Tanpa belajar tidak mungkin mendapat pengetahuan, tidak mungkin menjadi ahli. Dorongan yang menggerakkan itu yang bersumber pada suatu kebutuhan, kebutuhan yang berisikan keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan. Jadi memang motivasi itu muncul dari kesadaran diri sendiri dengan tujuan secara essensial, bukan sekedar simbol dan seremonial. Pelajaran ekonomi di SMK diberikan dengan tujuan untuk membekali siswa akan dasar-dasar perekonomian, peristiwa ekonomi, dan masalah ekonomi terutama yang berdampak pada kehidupan sehari-hari. Prestasi belajar ekonomi yang baik ini tidak akan tercapai bila tidak ada motivasi yang kuat dari siswa tersebut. Demikian halnya di SMK PAB 6 Medan, sekolah ini merupakan salah satu tempat para peserta didik menuntut ilmu untuk mencapai prestasi yang baik. Namun kondisi yang dihadapi sekolah ini hampir sama dengan kondisi yang dihadapi lembaga–lembaga pendidikan lainnya secara umum. Masalah kurangnya motivasi peserta didik untuk belajar seperti tidak serius mengerjakan tugas adalah merupakan hambatan untuk mencapai prestasi yang diinginkan. Motivasi yang kuat untuk belajar merupakan suatu langkah langsung dan nyata dalam meningkatkan prestasi belajar. Melihat begitu pentingnya masalah motivasi ini, maka penulis tertarik untuk mengangkat judul “Hubungan Motivasi Intrinsik dengan Prestasi Belajar Ekonomi siswa Kelas X di SMK PAB 6 Medan”. 55
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Motivasi Motivasi merupakan istilah yang sudah sering kita dengar. Motivasi berpangkal dari kata motif, pegawai bekerja pada suatu perusahaan, petani mencangkul di ladang dan siswa belajar karena mempunyai motif. Mereka melakukan suatu ini untuk mencapai tujuan yang maksimal. Menurut Walgito (2001 : 220) “Motif adalah kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang mendorong untuk berbuat”. Selanjutnya Menurut Mc.Donal dalam Sardiman (2003 : 73) “Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan”. Pegertian diatas dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Bahwa pada motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada setiap diri individu manusia. perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi didalam system neurophisiological yang ada pada organisme manusia. Karena menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia), penampakan akan menyangkut kegiatan fisik manusia. 2. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa atau “feeling” seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan–persoalan kejiwaan afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia. 3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi yaitu tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia tetapi kemunculannya karena terangsang oleh adanya unsur lain, dalam hal adalah tujuan. Siswa perlu diberikan dorongan agar motivasi tumbuh pada diri peserta didik untuk belajar, sesuai dengan yang dikemukakan oleh Anoraga (2000 : 77) bahwa “Motivasi adalah kemauan kerja yang timbul karena adanya dorongan dari diri pribadi yang bersangkutan sebagai hasil keseluruhan dari kebutuhan pribadi, pengaruh lingkungan, fisik, dan pengaruh lingkungan sosial”. Motivasi belajar dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu Motivasi yang berasal dari dalam diri atau intrinsik dan motivasi yang berasal dari luar atau ekstrinsik. Menurut Djamarah (2002 : 153) “Motivasi intrinsik adalah motif – motif yang menjadi aktif tanpa adanya dorongan dari luar, sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motif yang menjadi aktif yang rangsangannya berasal dari luar individu tersebut”. Motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar motivasi dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Ngalim ((2004 : 71) mengatakan “motivasi adalah suatu usaha yang didasari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil dan tujuan tertentu”. Jadi dalam kegiatan belajar motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. 56
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
Motivasi dapat dibedakan atas dua jenis yaitu motivasi intrinstik dan motivasi ekstrinstik. Menurut Djamarah (2002 : 115) Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif dan fungsinya tidak perlu dirangsang dari luar karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sardiman (2003 : 89) mengatakan bahwa “Motivasi Intrinsik adalah motivasi yang fungsinya tidak perlu dirangsang dari luar karena dari dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu”. Dari pengertian diatas dapat dikatakan bahwa Motivasi intrinsik merupakan hal dan keadaan yang berasal dari diri siswa sendiri yang dapat mendorong melakukan tindakan belajar. Motivasi ini timbul tanpa adanya pengaruh dari luar karena motivasi intrinsik adalah motivasi yang hidup dalam diri siswa sendiri dan sangat berguna dalam situasi yang fungsional. Motivasi intrinsik siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Stefanny (www.google.com 2007), faktor tersebut adalah faktor fisik dan psikis. Faktor fisik diantaranya adalah kesehatan dan kebugaran. Kesehatan merupakan suatu kondisi umum jasmani, hal ini dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa untuk mengikuti pelajaran. Kebugaran tubuh juga merupakan hal yang mendasar yang perlu diperhatikan yaitu kesehatan panca indera, apabila ada salah satu panca indera terganggu misalnya mata atau telinga maka siswa akan mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran. Seterusnya faktor psikis yang mempengaruhi motivasi intrinstik diantaranya adalah inteligensi, bakat, minat, cita-cita, perhatian dan pengetahuan. Inteligensi atau tingkat kecerdasan sangat berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar seseorang. Semakin tinggi kemampuan inteligensi seorang siswa maka semakin besar peluang untuk mencapai keberhasilan. Menurut Ahmadi (1999 : 285) bahwa “Faktor inteligensi adalah faktor endogen yang sangat besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar anak”. Bilamana pembawaan inteligensi anak memang rendah maka anak tersebut akan sukar mencapai hasil belajar yang baik. Bakat merupakan potensi-potensi yang dimiliki oleh seseorang. Bakat juga merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang keberhasilan belajar seseorang dalam suatu bidang tertentu. Apabila jurusan yang diikuti siswa tidak sesuai dengan bakat yang dimiliki, maka prestasi belajarnya tidak akan mencapai hasil yang memuaskan. Minat merupakan kecenderungan yang tinggi terhadap sesuatu. Menurut Gunarsah (2003 : 129) bahwa “Minat merupakan pendorong kearah keberhasilan seseorang”. Seseorang yang menaruh minat pada satu bidang tertentu akan mudah mempelajari bidang itu. Seterusnya setiap siswa pasti memiliki cita-cita yang ingin dicapai. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, Cita-cita adalah “Keinginan kehendak yang selalu ada dalam pikiran”. Untuk mencapai cita-cita tersebut hendaknya diperlukan usaha yang keras salah satunya adalah belajar. Perhatian sangat penting bagi siswa dalam belajar dirumah dan di sekolah. Menurut Gunarsah (2003:129) bahwa “Bagi seseorang anak mempelajari suatu hal yang menarik perhatian itu akan lebih mudah diterima dari pada mempelajari hal yang tidak menarik perhatian”. Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang dikehendaki, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Balai Pustaka, Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal (mata pelajaran) dengan diketahuinya makna dan 57
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
tujuan pelajaran maka siswa akan tergerak untuk mempelajarinya lebih mendalam.
2.2 Prestasi Belajar Dalam dunia pendidikan prestasi belajar mempunyai arti yang sangat penting, karena merupakan tujuan yang akan dicapai baik pendidik maupun objek didik, dimana keduanya ingin mencapai tujuan yang sama yaitu prestasi yang baik. Proses Belajar mengajar akan efektif dan efisien jika semua komponen ikut serta berperan. Guru berfungsi mengorganisir, mengelola, mengatur proses belajar mengajar sehingga berjalan secara efektif, sedangkan siswa ( anak ) adalah individu yang belajar. Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh siswa melalui belajar atau nilai yang diperoleh dalam belajar. Menurut Djamarah (2005:88) bahwa “Prestasi adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar”. Untuk mengetahui sampai dimana tingkat kemampuan siswa maka prestasi belajar yang telah dicapai siswa dalam proses belajar dan pembelajaran maka dapat dilihat melalui hasil tes dan ujian, kemudian dari hasil tes tersebut dapat kita realisasikan dalam bentuk angka / huruf, hal inilah yang disebut nilai. Dari hasil nilai tersebut dapat diketahui apakah siswa memiliki prestasi belajar tinggi, sedang, ataupun rendah. Sesuai dengan pendapat Nawawi (2002:32) menyatakan bahwa “Prestasi belajar adalah tingkat keberanian siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor atau nilai yang diperoleh dari hasil test mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu”. Selanjutnya Tulus ((2004:75) merumuskan bahwa : a. Prestasi belajar siswa adalah hasil belajar yang dicapai siswa ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dalam kegiatan pembelajaran disekolah. b. Prestasi belajar siswa tersebut terutama dinilai aspek kognitifnya karena bersangkutan dengan kemampuan siswa dalam pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sistesa, dan evaluasi c. Prestasi belajar siswa dibuktikan dan ditunjukkkan melalui nilai atau angka dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap tugas siswa dan ulangan -ulangan atau ujian yang ditempuhnya. Menurut Gustian (2002:36) bahwa pencapaian prestasi sekolah sangat dipengaruhi bagaimana sikap orang tua menilai arti penting prestasi sekolah. Orang tua yang kurang menghargai prestasi sekolah tidak mendorong anak untuk mencapai hasil yang baik disekolah. Menurut Nasution mengatakan bahwa : “ Prestasi Belajar adalah Hasil belajar siswa setelah mengikuti program pengajaran dari mata pelajaran tertentu. Prestasi belajar diperoleh setelah terjadi interaksi belajar mengajar. Prestasi belajar dalam perubahan tingkah laku pada umumnya meliputi ranah kognitif ( pengetahuan ), ranah afektif (Sikap), dan ranah psikomotorik ( keterampilan ) yang diperoleh melalui tahap belajar waktu tertentu. pada prinsipnya 58
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
pengungkapan prestasi belajar ideal meliputi segenap ranah psikologi yang dimaksud adalah kognitif, afektif, dan psikomotor. Ranah kognitif adalah yang menyangkut kemampuan intelektual siswa seperti pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Ranah afektif adalah yang menyangkut sikap, minat, emosi, nilai hidup dan apresiasi siswa, sedangkan Ranah psikomotor adalah aspek yang menyangkut reaksi fisik seperti pada waktu melakukan kekuatan otot. Menurut Nasution (1993 : 83) Prestasi Belajar adalah Hasil belajar yang merupakan kualitas pencapaian tujuan belajar yang telah ditetapkan atau ukuran derajat penguasaan siswa atas materi yang diajarkan dan dinyatakan dengan angka – angka atau kualitas tertentu yang menggambarkan tingkatan tertentu. Dari beberapa pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai atau diperoleh siswa selama proses belajar mengajar yang dinyatakan dalam bentuk angka atau nilai yang berasal dari hasil test yang dilakukan terhadap pelajaran tertentu maupun perubahan-perubahan yang di nyatakan dalam tingkah laku pola pikir maupun perilaku. Prestasi belajar dapat dilihat dari nilai rapor masing-masing siswa dalam hal ini nilai dari mata pelajaran ekonomi.
2.3. Hipotesis Hipotesis ialah jawaban sementara yang belum diuji kebenarannya, juga bisa dikatakan suatu dugaan yang perlu dilihat kenyataannya. Dalam mencari kenyataan itu dilakukan dengan memperoleh keterangan-keterangan dari sumber data yang dipandang dapat dijadikan fakta yang sesungguhnya, sehingga dugaan tersebut berubah menjadi suatu kepastian. Dengan mengikuti pandangan Hakim (2004:11) bahwa motivasi intrinstik merupakan faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, maka diajukan hipotesis yaitu “Ada hubungan yang positif antara motivasi intrinsik dengan Prestasi Belajar Ekonomi “. 3. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang bertujuan menyelidiki adanya hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain. Desain penelitian ini dapat di gambarkan sebagai berikut : Tabel 1 Disain Penelitian n 1 2 … 40 Σ
X … … … … …
Y … … … … … 59
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
3.2 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMK PAB 6 Medan tahun ajaran 2011/2012 yaitu sebanyak 120 orang. Sedangkan sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi yang dapat mewakili populasi untuk dijadikan sumber informasi dengan menggunakan teknik-teknik tertentu. dalam menetapkan sampel, penulis berpedoman kepada pendapat Arikunto (2003:88) bahwa untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika jumlah subjeknya lebih besar dari dari 100 maka diambil sekitar 20 – 25 % atau lebih. Karena jumlah populasi dalam penelitian ini lebih dari 100 maka penulis mengambil sampel secara acak 25 % dari populasi yaitu 40 orang siswa.
3.3 Variabel Penelitian dan Indikator Penelitian ini memiliki dua variabel yaitu motivasi intrinstik sebagai variabel bebas (X) dan prestasi belajar ekonomi sebagai variabel terikat (Y). Indikator masing-masing variabel adalah skor yang diperoleh siswa dalam mengisi angket dan tes prestasi belajar.
3.4
Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini instrument yang digunakan terdiri dari dua jenis yaitu angket dan tes. Angket digunakan untuk mendapatkan data motivasi intrinstik, sedangkan tes digunakan untuk memperoleh data prestasi belajar.
3.5 Teknik Analisis Data Untuk melihat keterhubungan antara variable bebas dengan variable terikat digunakan korelasi product moment (Arikunto 2003:72) yaitu :
Selanjutnya untuk menguji signifikansi hubungan dalam penelitian ini digunakan uji “t” (Sudjana 1992:380) dengan rumus sebagai berikut : t hitung = Dimana : t = Harga yang dihitung dan menunjukkan nilai standar deviasi dari distribusi t (tabel t). r = Koefisien Korelasi n = Jumlah sampel Apabila thitung > t tabel pada taraf signifikan = 95%, α = 5% dk = n – 2, maka hipotesis yang menyatakan : “ Hubungan Motivasi Intrinsik dengan Prestasi Belajar Ekonomi Siswa Kelas X di SMK PAB 6 Medan Tahun Ajaran 2011/2012” dapat diterima, apabila t hitung < t tabel, maka hipotesis ditolak. 60
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
4.
ISSN 2301-7732
HASIL PENELITIAN
Setelah data-data diperoleh dan dikumpulkan, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengolahan dan analisis terhadap data-data tersebut, yang nantinya akan di gunakan untuk melakukan pengujian hipotesis yang telah diuraikan dalam sebelumnya. Adapun hasil perhitungan statistik atas data yang terkumpul dalam penelitian ini diperoleh nilai ∑X=1323; ∑Y=1311; ∑X2= 44129; ∑Y2= 43081 dan ∑XY= 43426. Berdasarkan angka-angka tersebut diperoleh hasil perhitungan koefisien korelasi sebesar 0,316 dan nilai t sebesar 2,164. Berdasarkan nilai t yang diproleh tersebut ternyata nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel untuk n = 40 dan α = 0,05 (1,68). Dengan demikian rumusan hipotesis yang telah di tetapkan dalam penelitian ini dapat diterima kebenarannya, yang berarti ada hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi intrinsik dengan prestasi belajar ekonomi.
5. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan temuan penelitian, dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar motivasi dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Jadi dalam kegiatan belajar motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. 2. Motivasi Intrinsik adalah Dorongan yang datang dari dalam diri individu itu sendiri tanpa ada pengaruh dari orang lain. Pada diri siswa terdapat kekuatan mental penggerak belajar. Kekuatan mental yang berupa keinginan, perhatian, dan kemauan atau cita – cita adalah tujuan bagi seorang siswa untuk mencapai prestasi yang baik. Motivasi belajar intrinsik sangat penting dipahami oleh siswa maupun guru. 3. Berdasarkan perhitungan koefisien korelasi diketahui bahwa r hitung sebesar 0,316 lebih besar dari r tabel sebesar 0,312. Selanjutnya dalam pengujian hipotesis diperoleh t hitung sebesar 2,164 lebih besar dari t tabel sebesar 1,68 dengan dk = n-2 pada taraf signifikan 95% atau α = 0,05 hal ini menunjukkan bahwa hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi intrinsik dengan prestasi belajar ekonomi siswa kelas X SMK PAB 6 Medan Tahun Ajaran 2011/2012 dapat diterima. Berdasarkan kesimpulan yang diajukan, disarankan beberapa hal sebagai berikut: 1. Bagi Orang Tua harus selalu memperhatikan motivasi intrinsik anak – anak nya misalnya dengan menghargai setiap perkembangan yang berhasil dicapai anak dalam kegiatan belajarnya,sekecil apapun perkembangan itu 61
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
karena orang tua (keluarga) adalah lingkungan terdekat dimana anak berada dalam kehidupan sehari – hari. 2. Bagi siswa-siswi hendaknya semakin meningkatkan motivasi intrinsik, karena semakin tinggi motivasi intrinsik dimiliki semakin baik pula prestasi yang dicapai. 3. Bagi pihak sekolah (kepala sekolah dan guru) agar semakin memperhatikan motivasi siswanya terutama motivasi intrinsik karena motivasi ini menanamkan kepada anak bahwa belajar adalah sebuah kebutuhan, bukan sekedar kewajiban, sehingga prestasi yang baik dapat tercapai.
62
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu. (2001). Psikologi Sosial Edisi Revisi. Jakarta : Rineka Cipta Anoraga, Panji. (2000). Psikologi Kepemimpinan. Semarang : Rineka Cipta Arikunto, Suharsimi. (2003). Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara Depdikbud. (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka Djamarah. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta Gunarsah. (2003). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta : BPK Gunung Mulia Gustian, Edi. (2002). Anak Cerdas dengan Prestasi Rendah. Jakarta : Puspa Swara Hakim, Tursan. (2000). Belajar Secara Efektif. Jakarta : Numas Multima Mc Donald, S. (2001). Proses Belajar Mengajar. Bandung : Bumi Aksara Nasution, S. (1990). Evaluasi Hasil Belajar Mengajar di perguruan Tinggi. Yogyakarta : Offset Nasution, T. (1993). Peranan Orang Tua Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Anak. Jakarta : Gunung Mulia Nawawi, H. (2002). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Bina Aksara Ngalim (2004). Psikologi Pengajaran. Jakarta : Rineka Cipta Sardiman, AM. (2003). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali Pers Slameto (1998). Belajar dan Fakto – Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Bina Aksara Sugiono (2003). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alpha Betha Tim Penyusun (2000). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka Tulus (2004). Peran Disiplin Pada Prilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta : Grasindo Walgito, B. (2001). Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Yogyakarta : UGM W. James Popham Eva L. Baker (1992). Bagaimana Mengajar Secara Sistematis. Yogyakarta : Gramedia Stefanny (2008). Anak Berprestasi (http//:www.google.com/prestasi.html) Vibiznewsw (2008). Leadership. (http//:www.google.com/Leadership.html) 63
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
HUBUNGAN ANTARA DISIPLIN KERJA GURU DENGAN PRESTASI BELAJAR BIDANG STUDI EKONOMI SISWA KELAS X SMK TAMAN SISWA SAWIT SEBERANG TAHUN PEMBELAJARAN 2011-2012 Oleh: Nurjannah Dodi Purnawan
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara disiplin kerja guru dengan prestasi belajar Bidang Studi Ekonomi Siswa Kelas X SMK Taman Siswa Sawit Seberang Tahun Pembelajaran 2011-2012.Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa X SMK Taman Siswa Sawit Seberang Tahun Pembelajaran 2011-2012 yang berjumlah 240 orang yang terdiri dari 6 kelas. Karena jumlah populasi begitu besar, maka jumlah sarapel di batasi 40 orang yang ditentukan secara acak. Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah tes dan angket yang disebarkan kepada seluruh siswa yang menjadi sampel penelitian. Tes digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa, sedangkan angket digunakan untuk mengukur disiplin kerja guru. Setelah data terkumpul, data dianalisis dengan menggunakan korelasi product moment dan berdasarkan koefisien korelasi yang diperoleh, hipotesis diuji dengan menggunakan uji t. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh nilai korelasi sebesar 3,22 sedangkan nilai t sebesr 3,22. Oleh karena nilai t hitung lebih besar dengan t tabel (3,22 > 1,68), maka hipotesis yang menyatakan “Ada hubungan yang signifikan antara disiplin kerja guru dengan prestasi belajar Bidang Studi Ekonomi siswa kelas X SMK Taman Siswa Sawit Seberang Tahun Pembelajaran 20112012”, dapat diterima. Kata kunci: Disiplin kerja guru, prestasi belajar , ekonomi
1.
PENDAHULUAN Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) pendidikan adalah : “usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya, masyarakat bangsa dan negara”. Dalam hal ini, tentu saja diperlukan adanya pendidikan professional yakni guru di sekolah-sekolah dasar dan menengah. (Syah, 2010 : 1) 64
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
Sesuai dengan tekad bangsa Indonesia tersebut, maka aneka ragam disiplin berdasarkan norma atau nilai yang telah dimiliki masyarakat Indonesia yang majemuk, baik dalam lingkungan tradisi maupun dalam lingkungan yang lebih luas, harus dapat ditumbuhkembangkan melalui transformasi dan adaptasi nilai-nilai agar terbentuk suatu disiplin nasional yang mengantar kepada terwujudnya masyarakat Indonesia yang maju. Ciri-ciri masyarakat yang maju pada umumnya antara lain, bersikap rasional, mampu mandiri, berpandangan luas, menghargai waktu, menyadari pentingnya perencanaan serta berorientasi jauh ke depan, mengutamakan prestasi, menyadari pentingnya spesialisasi, mengoptimalkan manfaat komunikasi dan informasi serta menuntut kepastian dan tertib hukum (Usman, 2010:2). Dengan adanya undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, maka dari waktu ke waktu bidang pendidikan haruslah tetap menjadi prioritas dan menjadi orientasi untuk diusahakan perwujudan sarana dan prasarananya terutama untuk sekolah. Salah satu tugas pokok sekolah adalah menyiapkan siswa agar dapat mencapai perkembangannya secara optimal. Seorang siswa dikatakan telah mencapai perkembangannya secara optimal apabila siswa dapat memperoleh pendidikan dan prestasi belajar yang sesuai dengan bakat, kemampuan dan minat yang dimilikinya. Kenyataan menunjukkan bahwa disamping adanya siswa yang berhasil secara gemilang, masih juga terdapat siswa yang memperoleh prestasi belajar yang kurang menggembirakan, bahkan ada diantara mereka yang tidak naik kelas atau tidak lulus evaluasi belajar tahap akhir. Untuk mencapai prestasi belajar yang baik, banyak faktor yang mempengaruhinya. Menurut Sungalang dalam Tu’u (2004:78) faktor tersebut adalah faktor kecerdasan, bakat, minat dan perhatian, motif, cara belajar, sekolah, lingkungan keluarga. Selain itu masih terdapat faktor penghambat prestasi belajar yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar diri siswa. Faktor dari dalam yaitu kesehatan, kecerdasan, perhatian, minat dan bakat. Sedangkan faktor dari luar diri siswa yaitu keluarga, sekolah, disiplin, masyarakat, lingkungan tetangga, dan aktivitas organisasi (Tu’u, 2004:83). Berdasarkan pengamatan peneliti di sekolah yang menjadi tempat penelitian, menunjukkan bahwa adanya permasalahan terhadap tingkat disiplin kerja para gurunya. Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai guru. Orang yang pandai berbicara dalam bidang-bidang tertentu, belum dapat disebut sebagai guru. Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat khusus, apalagi sebagai guru yang professional yang harus menguasai betul seluk-beluk pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu atau pendidikan prajabatan. (Usman, 2010:5) Selain itu, disiplin kerja guru juga merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang terlaksananya proses belajar mengajar yang diinginkan. Guru yang berdisiplin diartikan sebagai seorang guru yang selalu datang dan pulang tepat 65
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
pada waktunya, mengerjakan semua pekerjaannya dengan baik, mematuhi semua peraturan organisasi dan norma-norma sosial yang berlaku. Disiplin yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini mendorong gairah kerja, semangat kerja, dan mendukung terwujudnya tujuan organisasi, karyawan dan masyarakat. Dengan demikian disiplin merupakan hal yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kinerja organisasi atau perusahaan. Dengan kata lain ketidakdisplinan individu dapat merusak kinerja organisasi atau perusahaan. Disiplin kerja guru merupakan tindakan seseorang untuk mematuhi peraturan-peraturan yang telah disepakati bersama. Tindakan ini bila dilakukan secara benar dan terus-menerus akan menjadi kebiasaan yang tertanam dalam perilaku guru dan akan membantu tercapainya tujuan kerja yang telah ditentukan. Berdasarkan uraian di atas patut diduga bahwa terdapat hubungan antara disiplin kerja guru dengan prestasi belajar siswa. Artinya semakin tinggi disiplin kerja, maka semakin tinggi prestasi belajar yang dicapai oleh siswa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hubungan disiplin kerja guru dengan prestasi belajar adalah positif.
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Disiplin Kerja Guru Disiplin sangat penting artinya bagi kehidupan manusia, karena itu, ia harus ditanamkan secara terus-menerus agar disiplin menjadi kebiasaan. Orangorang yang berhasil dalam bidang pekerjaan, umumnya mempunyai kedisiplinan yang tinggi, sebaliknya orang yang gagal umumnya tidak disiplin. Makna disiplin secara istilah berasal dari istilah bahasa inggris yaitu: “dicipline berarti: 1) Tertib, taat atau mengendalikan tingkah laku, penguasaan diri, kendali diri ; 2). Latihan membentuk, meluruskan atau menyempurnakan sesuatu, sebagai kemampuan mental atau karakter moral: 3). Hukuman yang diberikan untuk melatih memperbaiki: 4). Kumpulan atau sistem peraturanperaturan bagi tingkah laku. (Tu’u, 2004:86) Usman (2010:28) memberikan pengertian disiplin sebagai berikut : “Disiplin ialah sesuatu keadaan tertib di mana orang-orang yang tergabung dalam suatu organisasi tunduk pada peraturan-peraturan yang telah ada dengan rasa senang hati”. Menurut Durkheim (1999:67) disiplin tidak dipandang sebagai paksaan semata, sekurang-kurangya karena dua alasan. Pertama ia menetapkan memberi cara-cara respons yang pantas, tanpa mana tatanan dan kehidupan yang terorganisasi tidak mungkin. Ia membebaskan kita dari keharusan setiuap saat menyusun cara pemecahan. Kedua, ia memberi jawaban kepada kabutuhan individu akan pengekangan, yang mungkin si individu mencapai, secara berturutturut, tujuan-tujuan tertentu. Tanpa pembatasan seperti itu, ia tak bisa tidak akan menderita karena frustasi dan kecewa sebagai akibat dari keinginan yang tidak ada batasnya.
66
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
Syah (2010:87) mengartikan disiplin sabagai berikut : 1. Proses atau hasil pengarahan atau pengendalian keinginan, dorongan atau kepentingan guna mencapai maksud atau untuk mencapai tindakan yang lebih sangkil. 2. Mencari tindakan terpilih dengan ulet, aktif dan diarahkan sendiri, sekalipun menghadapi rintangan. 3. Pengendalian perilaku secara langsung dan otoriter dengan hukuman atau hadiah. 4. Pengekangan dorongan dengan cara yang tak nyaman dan bahkan menyakitkan. Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut kiranya jelas, bahwa disiplin adalah suatu keadaan di mana sesuatu itu berada dalam keadaan tertib, teratur dan semestinya, serta tiada suatu pelanggaran-pelanggaran baik secara langsung maupun tidak langsung. Selanjutnya kerja guru adalah kemampuan dan usaha guru untuk melaksanakan tugas pembelajaran sebaik-baiknya dalam perencanaan program pengajaran, pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan evaluasi hasil pembelajaran. Kinerja guru yang dicapai harus berdasarkan standar kemampuan profesional selama melaksanakan kewajiban sebagai guru di sekolah. Mangkunegara (2004: 67) mendefinisikan kerja adalah hasil kegiatan yang secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Sulistiyani dan Rosidah (2003: 223) menyatakan kerja seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha, dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya. Secara definitif Bernandin dan Russell dalam Sulistiyani dan Rosidah (2003) juga mengemukakan kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan, serta waktu. Dari uraian di atas, disiplin kerja guru adalah suatu keadaan tertib dan teratur yang dimiliki oleh guru dalam bekerja di sekolah, tanpa ada pelanggaranpelanggaran yang merugikan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap dirinya, teman sejawatnya dan terhadap sekolah secara keseluruhan. Ada tiga macam disiplin. Pertama, disiplin yang dibangun berdasarkan konsep otoritarian. Menurut kacamata konsep ini, guru di sekolah dikatakan mempunyai disiplin tinggi manakala mau menurut saja terhadap perintah dan anjuran pejabat dan atau pembina tanpa banyak menyumbangkan pikiranpikirannya. Guru diharuskan mengiyakan saja terhadap apa ang dikehendaki pejabat atau pembina, dan tidak boleh membantah. Dengan demikian, pejabat atau pembina disekolah bebas memberikan tekanan kepada guru dan memang harus menekan mereka. Dengan demikian, guru takut dan terpaksa mengikuti apa yang diingini oleh pejabat atau pembina di sekolah. Kedua, disiplin yang dibangun berdasarkan konsep permisive. Menurut konsep ini, guru haruslah diberikan kebebasan luas-luasnya di dalam kelas dan sekolah. Aturan-aturan di sekolah dilonggarkan dan tidak perlu mengikat kepada guru. Guru dibiarkan berbuat apa saja sepanjang itu menurutnya baik. Konsep 67
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
permissive ini merupakan anti tesa dan konsep autoritarian. Keduanya sama-sama berada dalam kutub ekstrem. Ketiga, disiplin yang dibangun berdasarkan konsep kebebasan yang terkendali, atau kebebasan yang bertanggungjawab. Disiplin demikian, memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada guru untuk berbuat apa saja; tetapi konsekuensi dan perbuatan itu, haruslah ia tanggung. Karena ia yang menabur, maka ialah yang menuai. Konsep ini merupakan konvergensi dan konsep otoritarian dan permissive di atas. Menurut konsep kebebasan terkendali ini, guru memang diberi kebebasan, asal yang bersangkutan tidak menyalahgunakan kebebasan yang diberikan. Sebab, tidak ada kebebasan mutlak di dunia ini, termasuk di negara liberal sekalipun, Ada batas-batas tertentu yang harus diikuti oleh seseorang dalam kerangka kehidupan bermasyarakat, termasuk juga kehidupan bermasyarakat dalam setting sekolah. Bahkan pendamba kebebasan mutlak pun, sebenarnya akan terbatasi oleh kebebasan itu sendiri. Kebebasan jenis ketiga ini juga lazim dikenal dengan kebebasan terbimbing. Terbimbing oleh karena dalam menerapkan kebebasan tersebut, diaksentuasikan kepada hal- , hal yang konstruktif. Dan, manakala arah tersebut berbalik atau berbelok ke hal-hal yang destruktif, maka dibimbing kembali ke arah yang konstruktif. Berdasarkan tiga konsep disiplin tersebut, kemudian dikemukakan teknikteknik alternatif pembinaan disiplin guru. Pertama, dinamai dengan teknik external control, ialah suatu teknik di mana disiplin guru haruslah dikendalikan dari luar. Teknik ini meyakini kebenaran akan teori X, yang mempunya; asumsiasumsi tak baik mengenai manusia. Karena tak baik mereka harus senantiasa diawasi dan dikontrol terus, agar tidak terjerembab ke dalam kegiatan-kegiatan yang destruktif dan tidak produktif. Menurut teknik external control ini, guru harus terus menerus didisiplinkan, dan kalau perlu ditakuti ancaman dan ditawari dengan ganjaran. Ancaman diberi kepada guru yang tidak disiplin, sementara ganjaran diberi kepada guru yang mempunyai disiplin tinggi. Kedua, dinamainya dengan teknik inner control atau internal control. Teknik ini adalah merupakan kebalikan dari teknik di atas. Teknik ini mengupayakan agar guru dapat mendisiplinkan diri mereka sendiri. Guru disadarkan akan arti pentingnya disiplin. Sesudah sajar, ia akan mawas diri dan berusaha mendisiplinkan diri sendiri. Jika teknik ini dapat dikembangkan dengan baik, maka akan mempunyai kekuatan yang lebih hebat dibandingkan dengan teknik external control. Jika teknik inner control ini yang dipilih oleh pembina maka pembina haruslah bisa menjadi teladan dalam hal kedisiplinan. Sebab, pembina tidak akan dapat mendisiplinkan guru, tanpa ia sendiri harus berdisiplin. Pembina harus sudah punya self control dan inner control yang baik. Ketiga, adalah teknik cooperative control. Menurut teknik ini, antara pembina dan guru harus saling bekerja sama dengan baik dalam menegakkan disiplin. Pembina dan guru lazimnya membuat semacam kontrak perjanjian yang berisi aturan-aturan kedisiplinan yang harus ditaati bersama-sama. Sangsi atas pelanggaran disiplin juga ditaati dan dibuat bersama. 68
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
2.2 Prestasi Belajar Sebelum memberikan pengertian tentang prestasi belajar, maka penulis terlebuh dahulu mengemukakan pendapat para ahli tentang pengertian prestasi sebagai berikut : "Prestasi dapat kita artikan sebagai hasil yang tercapai atau hasil yang sebenarnya dicapai" (Slameto, 2003: 178). Di dalam kamus umum Bahasa Indonesia disebutan : " Prestasi " adalah hasil yang dicapai (dilakukan) dikerjakan dan sebagainya (Poerwadarminta, 2000: 786). Sementara itu pengertian tersebut juga dapat dilihat pada kamus populer. "Prestasi berasal dari bahasa Belanda yang artinya apa yang telah diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan bekerja (Habeb, 2003:674) ". Dari kutipan yang diutarakan di atas dapatlah dikatakan bahwa prestasi adalah hasil yang dicapai oleh seseorang yang telah melakukan sesuatu perbuatan yang bermanfaat. Seseorang dapat dikatakan telah belajar sesuatu kalan pada dirinya terjadi perubahan, misalnya, dari yang tidak tahu membaca menjadi pandai membaca. Namun tidaklah semua perubahan yang terjadi pada diri seseorang itu disebabkan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan proses yang dapat membuahkan hasil, inilah yang dikatakan prestasi. Prestasi belajar tidak lain daripada hasil yang diperoleh seseorang dari belajarnya. Hasil belajar itu diukur berdasarkan penilaian yang dilakukan sekolah. Nilai-nilai yang diberikan oleh guru pada murid berdasarkan kemampuan dan kecakapan yang dicapainya dalam suatu mata pelajaran atau bidang studi. Hasil belajar merupakan prestasi yang telah dicapai oleh anak didik akan lebih jelas terlihat pada raport rnurid pada tiap-tiap semester atau pada akhir tahun ajaran yang menentukan apakah seseorang murid naik atau tinggal kelas. Oleh sebab itu jelaslah bahwa prestasi belajar itu adalah ukuran tercapai tidaknya suatu pelajaran dari tiap-tiap anak didik, yang sering kita sebut tujuan belajar. Umumnya tujuan belajar ditujukan pada hal-hal tertentu yang telah ditetapkan guru sebelumnya. Surakhmad mengemukakan pendapat tentang tujuan belajar itu antara lain : 1. Pengumpulan pengetahuan 2. Penanaman konsep dan kecakapan, serta 3. Pembentukan sikap dan perbuatan (Surakhmad, 2004:61). Jadi menurut kutipan di atas dengan adanya tujuan belajar tersebut, maka prestasi belajar yang dimaksud disini sampai sejauh mana murid dapat mencapai sejumlah tuntutan yeng telah ditetapkan dalorn tujuan belajar itu. Sebagaimana diketahui bahwa kematangan, pertumbuhan dan belajar itu berlangsung bersama-sama dan saling bantu membantu dalam pertumbuhan struktur tubuh sehingga memungkinkan aktivitas dan sekaligus untuk menerima pelajaran baru pula.
69
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
Karena belajar merupakan aktivitas yang bersifat pribadi yang dilakukan atas inisiatif sendiri, maka kelak hasil prestasi belajarnya tergantung pada : 1. Kemampuan dan kemauan indjvidu yang bersangkutan untuk menjadikan perubahan pada dirinya. 2. Sifat stimulus (rangsangan) lingkungan tempat belajar itu berlangsung. Kedua hal di atas dapat kita buktikan dengan adanya siswa yang pada mulanya memiliki prestasi belajar yang balk, tetapi kemudian menurun, hal ini diakibatkan oleh faktor yang ada dalam diri dan lingkungan di mana ia belajar.
2.3 Hipotesis Arikunto menjelaskan bahwa hipotesis adalah suatu jawaban yang sifatnya sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (2006: 62). Pandangan yang sama dikemukakan oleh Surakhmad (2004: 58), yang menyatakan bahwa hipotesis adalah suatu jawaban yang dianggap besar kemungkinannya untuk menjadi jawaban yang benar. Sedangkan Sudjana (2002: 26) menjelaskan bahwa: “Hipotesa adalah suatu pernyataan (declarative statement) yang belum sepenuhnya diakui kebenarannya”. Dari pendapat tersebut di atas, maka yang dimaksud dengan hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari permasalahan atau fakta-fakta yang diamati, yang kebenarannya harus diuji berdasarkan data-data yang terkumpul. Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Ada hubungan yang signifikan antara disiplin kerja guru dengan prestasi belajar Bidang Studi Ekonomi siswa kelas X SMK Taman Siswa Sawit Seberang Tahun Pembelajaran 2011-2012”
3. METODE PENELITIAN 3.1 Disain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian korelasional, yang bertujuan untuk melihat apakah ada atau tidak ada hubungan antara vanabel - variabel yang telah ditentukan sesuai dengan judul penelitian. Disain penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: TABEL 1 DISAIN PENELITIAN n X Y 1 … … 2 … … 3 … … … 40 … … ∑ … ...
70
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
3.2 Populasi dan Sampel Populasi merupakan keseluruhan yang dilengkapi dengan ciri-ciri permasaiahan yang harus diteliti, sehingga suatu penelitian harus jelas populasi penelitiannya. (Arikunto, 2006: 105). Berdasarkan pengertian tersebut populasi penelitian ini adalah seluruh siswa dikelas X SMK Taman Siswa Sawit Seberang Tahun Pembelajaran 2011-2012 yang berjumlah 240 orang yang terdiri dari 6 kelas. Sampel adalah sebagian dari populasi yang merupakan jawaban yang mewakili populasi, Surakhmad (2004:152) menyatakan “Sampel dapat mewakili atau mencerminkan populasi”.Dalam pandangan Arikunto (2006:107) untuk sekedar ancer-ancer, maka apabila subjeknya kurang dari 100 orang, lebih baik diambil semua, penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subjeknya besar dapat diambil antara 10-15 atau 20-25% atau lebih”. Selain itu Arikunto (2010: 177) dalam bukunya Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik mengatakan bahwa : “Mengenai berapa banyaknya subjek yang diambil, atau dengan kata lain berapa besar sampel, maka peneliti perlu mempertimbangkan hal-hal berikut: 1. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana 2. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data. 3. Besar kecilnyanya resiko yang ditanggung oleh peneliti. Untuk penelitian yang resikonya besar, tentu saja jika sampel besar, hasilnya akan lebih baik. Berdasarkan pendapat di atas, maka dalam penelitian ini sampelnya adalah sebanyak 40 orang yang diambil secara acak dari jumlah siswa kelas X SMK Taman Siswa Sawit Seberang Tahun Pembelajaran 2011-2012.
3.3 Variabel dan Indikator Yang menjadi variabel penelitian ini adalah Disiplin Kerja Guru (X) dan Prestasi Belajar Ekonomi (Y). Indikator disiplin kerja guru adalah skor angket yang mengukur suatu keadaan ketertiban guru dalam bekerja di sekolah. Selanjutnya Indikator prestasi belajar adalah skor hasil belajar yang diperoleh seseorang siawa setelah terjadinya proses belajar yaitu berupa perubahanperubahan baik penambahan pengetahuan, keterampilan maupun perubahan sikap.
3.4 Instrumen Penelitian Instrumen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah merupakan alat untuk mengukur perbuatan atau sikap yang ditunjukkan oleh responden. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah angket dan tes prestasi belajar. Angket digunakan untuk memperoleh data tentang disiplin kerja guru yang disebarkan kepada seluruh siswa yang menjadi sampel. Kisi-kisi yang digunakan dalam penyusunan angket adalah sebagai berikut: 71
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
Tabel 2 KISI-KISI ANGKET No 1 2 3 4 5
Aspek yang Dinilai Prestasi Kerja Tanggung Jawab Ketaatan Kejujuran Kerja sama Jumlah
Nomor Item 1,2 3,4 5,6 7,8 9,10 10
Selanjutnya tes digunakan untuk mendapat data tentang prestasi belajar ekonomi siswa. Adapun kisi-kisi dalam penyusunan tes ini adalah:
Tabel 3 KISI-KISI TES No 1
Prestasi Belajar Ekonomi Permasalahan Ekonomi - Kebutuhan Manusia - Pasar Jumlah
Nomor Item 1,2,3,4,6,7,8,9,10 5 10
3.5 Teknik Analisa Data Untuk dapat menjelaskan secara rinci data yang telah terkumpul, data – data dalam penelitian ini akan diolah dengan menggunakan korelasi Product Moment yaitu : N ∑ XY − (∑ X )(∑ Y ) r= 2 2 N ∑ X 2 − (∑ X ) N ∑ Y 2 − (∑ Y )
{
}{
}
Keterangan : r = Koefisien korelasi antara variabel x dan y n = Jumlah responden X = Variabel bebas (X) atau disiplin kerja guru Y = Variabel terikat (Y) atau prestasi belajar ekonomi X2 = Variabel X yang dikuadratkan Y 2 = Variabel Y yang dikuadratkan XY= Perkalian antara variabel X dan variabel Y Selanjutnya untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini, penulis menggunakan uji t, sebagai berikut: x − x2 t= 1 (Sudjana, 2002:23) 1 1 s + n1 n2 Untuk uji hipotesis dalam penelitian ini digunakan kriteria : 72
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
1. Nilai thitung lebih besar atau sama dengan dari nilai ttabel, maka ada hubungan yang signifikan antara disiplin kerja guru dengan prestasi belajar Bidang Studi Ekonomi siswa kelas X SMK Taman Siswa Sawit Seberang Tahun Pembelajaran 2011-2012. 2. Nilai thitung lebih kecil dari nilai ttabel, maka tidak ada hubungan yang signifikan antara disiplin kerja guru dengan prestasi belajar Bidang Studi Ekonomi Siswa Kelas X SMK Taman Siswa Sawit Seberang Tahun Pembelajaran 2011-2012.
4. HASIL PENELITIAN Setelah data-data diperoleh, langkah selanjutnya adalah melakukan tabulasi data. Hasil perhitungan atas data tersebut diperoleh nilai ΣX = 886; ΣY = 949; ΣX2 =19.766; ΣY2 =22.752; ΣXY =21.105 Berdasarkan angka-angka tersebut koefisien korelasi (r) diperoleh sebesar 0,463. Dengan mensubsitusikan kedalam rumus uji t diperoleh harga t sebesar 3,22 Jumlah ini lebih besar dari pada t (tabel) atau 3,22 > 1,68. Ini berarti hipotesis yang menyatakan “Ada hubungan yang signifikan antara disiplin kerja guru dengan prestasi belajar Bidang Studi Ekonomi siswa kelas X SMK Taman Siswa Sawit Seberang Tahun Pembelajaran 2011-2012”, dapat diterima.
5. KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Secara umum tingkat disiplin kerja guru di SMK Taman Siswa Sawit Seberang Tahun Pembelajaran 2011-2012 tergolong baik 2. Siswa kelas X SMK Taman Siswa Sawit Seberang Tahun Pembelajaran 20112012 memiliki prestasi belajar yang baik pada bidang studi Ekonomi. 3. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa “Ada hubungan yang signifikan antara disiplin kerja guru dengan prestasi belajar Bidang Studi Ekonomi siswa kelas X SMK Taman Siswa Sawit Seberang Tahun Pembelajaran 2011-2012”, dapat diterima karena t (hitung) lebih besar dari t (tabel) atau 3,22 > 1,68 Dari kesimpulan di atas, penulis memberikan saran-saran sebagai berikut : 1. Diharapkan kepada para siswa agar lebih meningkatkan belajarnya lagi khususnya pada mata pelajaran Ekonomi. 2. Kepada guru ekonomi disarankan agar lebih menguasai setiap materi yang diajarkan agar hasil belajar siswa dapat lebih ditingkatkan lagi. 3. Disarankan kepada Kepala Sekolah agar lebih meningkatkan sosialisasi dan Pelatihan/Penataran kepada guru ekonomi. 4. Kepada satuan pendidikan baik guru ekonomi maupun kepala sekolah agar lebih meningkatkan kerjasama yang baik agar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Ekonomi.
73
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta. Depdikbud (2006). Pedoman Umum Penyelenggaraaan Administrasi Sekolah Menengah, Jakarta : Disjend Dikdasmen-Direktorat Sarana Pendidikan Durkheim, E.(1999). Pendidikan Moral Suatu Studi dan Aplikasi Sosiologi Pendidikan. Jakarta : Erlangga Gunarsa, S. (1983). Cara Belajar Efisien, Jakarta : Gunung Agung. Habeb (2003). Belajar dan Pembelajaran. Semarang: Rineka Cipta Hasibuan (2005). Organisasi Manajemen, Perilaku, Struktur dan Proses. Jakarta : Erlangga. Keraf, G. (2002). Komposisi. Ende-Flores: Nusa Indah. Mangkunegara (2004). Komunikasi Organisasi, Jakarta : Raja Grafindo Persada. Mulyasa (2004). Kurikulum. Bandung : Remaja Rosdakarya Natawijaya (1978). Strategi Belajar Mengajar, Bandung : Bina Aksara. Nawawi (1988). Pendidikan Sistematis, Bandung : Trasito Poerwadarminta, W.J.S. (2000). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Sagala, S. (2010). Supervisi Pembelajaran. Bandung : Alfabeta Saeroji (2005). Pembinaan Guru di Indonesia. Surabaya : Kartika Sardiman, A.M (2009). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : Raja Grafindo Persada Siswanto (2003). Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta : Bumi Aksara. Slameto (2003). Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhuinya. Jakarta: PT Rineka Cipta. Soejanto, A. (1987). Strat egi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta. Sudjana (2002). Melode Statistik. Bandung : Tarsito. Sulistiyani & Rosidah (2003). Administrasi Pendidikan Kontemporer, Bandung : Alfabeta. Surakhmad, W. (2004). Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung : Tarsito. Suryabrata (1984). Pendidikan Sistematis. Jakarta : Balai Pustaka. Syah, M. (2010). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : Remaja Rosdakarya Tu’u, T. (2004). Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: Grasindo Usman, MU. (2010). Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaja Rosdakarya. 74
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
HUBUNGAN PEMBERIAN BIMBINGAN BELAJAR DENGAN KEMAMAPUAN SISWA DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR EKONOMI KELAS XI SMK PAB 6 MEDAN TA. 2011/ 2012 Oleh Surtiani Ibtisam Lisnawati Harahap
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pemberian bimbingan belajar dengan kemampuan siswa mengatasi kesulitan Ekonomi Kelas XI SMK PAB 6 Medan. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menetapkan sampel sebayak 40 orang yang diambil dari 3 kelas dari populasi peneltian sebanyak 100 orang. Teknik pengumpulan data penelitian untuk variabel X yaitu pemberian bimbingan belajar dilakukan dengan menggunakan angket, dimana nilai rata-rata skor angket = 2 dan untuk variabel Y yaitu mengatasi kesulitan belajar yang dilakukan dengan menggunakan angket juga, dimana nilai rata-rata skor angket = 2,05. Hasil perhitungan korelasi produk moment dan uji t diperoleh nilai koefisien korelasi (rxy) sebesar 0,373 dan t hitung sebesar 2,543 Oleh karena thitung = 2,543 > ttabel = 1,70 sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara bimbingan belajar dengan kemampuan Tahun Ajaran 2011/2012 dapat diterima. Kata kunci: Bimbingan belajar, kesulitan belajar 1.
PENDAHULUAN Dewasa ini masih banyak di antara siswa yang mengalami kesulitan belajar dengan kriteria nilai prestasi belajar rata-rata rendah, siswa kurang mampu mengerjakan pekerjaan rumah, kurang minat siswa berkomunikasi atau berinteraksi dalam kelas seperti kurang minat belajar. Menurut undang-undang No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1 Ayat 6 menyatakan pendidikan adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyasuara, tutor, instruktur, fasilator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya serta berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan. Berdasarkan undang-undang tersebut diatas ini bahwa proses belajar mengajar yang di laksanakan dalam pendidikan formal maupun informal, keberhasilan bergantung kepada tenaga pendidikan sebagai faktor utama yang senantiasa dapat menyelenggarakan bimbingan belajar, terutama siswa-siswa yang 75
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
mengalami keterlambatan belajar, mapun nilai-nilai prestasi belajar yang cenderung rendah. Menurut Prayitno (1999:279) Bimbingan belajar merupakan salah satu bentuk layanan bimbingan yang penting di selenggarakan di sekolah. Pengalaman menunjukkan bahwa kegagalan-kegagalan yang di alami siswa dalam belajar tidak selalu di sebabkan oleh kebodohan atau rendahnya intelegensi. Sering kegagalan ini terjadi di sebabkan mereka tidak mendapat layanan bimbingan yang memadai. Dari kutipan diatas dapat di lihat bahwa prestasi belajar siswa rendah bukan karena kebodohan atau intelegensi rendah tetapi karena pelayanan yang diberikan kepada siswa kurang sesuai untuk setiap individu atau kurang menanggapi masalah-masalah yang di hadapi oleh siswa. Karena itu penelitian yang berusaha untuk mengungkapkan hubungan antara pemberian bimbingan belajar dengan kemampuan dalam mengatasi kesulitan belajar dalam mata pelajaran ekonomi masih diperlukan.
2. TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Bimbingan Belajar Di dalam pelaksanaan proses kegiatan belajar mengajar bahwa tenaga pendidik harus senantiasa dapat memberikan bimbingan belajar kepada siswasiswi yang secara khusus mengalami kesulitan belajar sehingga siswa tersebut dapat menyesuaikan kemampuannya, waktunya atau motivasi dirinya untuk giat belajar dan tercapai hasil belajar yang memuaskan. Arthur J. Jones (dalam Walgito 1995:2) mengatakan : ”Bimbingan adalah penolong yang diberikan kepada perorangan dalam, membuat pilihan dan penyesuaian yang cerdas dalam hidupnya. Kemampuan bukanlah yang terpendam tetapi harus di perkembangkan”. Selain dari pendapat di atas Joes (dalam Ny. Singgih 1955:11) mengemukakan “Bimbingan merupakan pemberian bantuan oleh seseorang kepada seseorang lain dalam menentukan pilihan, penyesuaian dan pemecahan permasalahan”. Kemudian Rochman Natawidjaja (2002). www.google.co.id berpendapat bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang di lakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri sehingga mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat serta kehidupan pada umumnya.
Tujuan Bimbingan Setiap pemberian bimbingan biasanya mempunyai tujuan yang akan di capai. Menurut Thompson dan Rudolp (dalam prayitno 1999:113), bahwa yang menjadi tujuan dari pemberian bimbingan, adalah: 1. Mengadakan perubahan tingkah laku secara positif 2. Melakukan pemecahan masalah 76
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
3.
Melakukan pengambilan keputusan, pengembangan kesadaran dan pengembangan diri 4. Mengembangkan penerimaan diri 5. Memberikan pengukuhan Sedangkan menurut Prayitno (1999:114) menggolongkan tujuan bimbingan dan konseling menjadi dua yaitu: 1. Tujuan umum Adapun tujuan umum bimbingan adalah untuk membantu individu memperkembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan dan predisposisi yang dimiliknya (seperti kemampuan dasar dan bakatbakatnya), berbagai latar belakang yang ada (seperti latar belakang keluarga, pendidikan, status sosial ekonomi), serta sesuai dengan tuntutan positif lingkungannya. Dalam kaitan ini, Bimbingan membantu individu untuk menjadi insan yang berguna dalam kehidupannya yang memiliki wawasan, pandangan, interpretasi, pilihan, penyesuaian, dan keterampilan yang tepat berkenaan dengan diri sendiri dan lingkungannya. 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari bimbingan dan merupakan penjabaran tujuan umum tersebut yang dikaitkan secara langsung dengan permasalahan yang dialami oleh individu yang bersangkutan, sesuai dengan kompleksitas permasalahan ini. Masalah-masalah individu bermacam raga jenis, intesitas, dan sangkutpautnya serta masing-masing bersifat unik. Oleh karena itu tujuan khusus bimbingan untuk masing-masing individu bersifat unik pula. Tujuan bimbingan untuk seorang individu berbeda dari (dan tidak boleh disamakan dengan) tujuan bimbingan dan konseling untuk individu lainnya.
2.2. Kesulitan Belajar Menurut prayitno dan Erman Amti (1999:279-280), di sekolah, di samping banyaknya siswa yang berhasil secara gemilang dalam belajar, sering pula dijumpai siswa yang gagal, seperti : seperti angka-angka raport rendah, tidak naik kelas, tidak lulus ujian akhir, dan sebagainya, secara umum, siswa-siswi yang seperti itu dapat dipandang sebagai siswa-siswi yang mengalami kesulitan belajar. Secara lebih luas, masalah belajar tidak hanya terbatas pada contoh-contoh yang di sebutkan itu, masalah belajar memiliki bentuk yang banyak ragamnya yang pada umumnya dapat digolongkan atas : a. Keterlambatan akademik, yaitu keadaan siswa yang diperkirakan memiliki intelengensi yang cukup tinggi, tetapi tidak dapat memanfaatkannya secara optimal. b. Ketercepatan dalam belajar, yaitu keadaan siwa yang memiliki bakat akademik yang tinggi atau memiliki IQ 130 atau lebih, tetapi masih memerlukan tugs-tugas khusus untuk memenuhi kebutuhan dan kemampuan belajarnya yang amat tinggi itu.
77
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
c. Sangat lambat dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memiliki bakat akademik yang kurang memadai dan perlu dipertimbangkan untuk mendapat pendidikan atau pengajarn khusus. d. Motivasi dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang bersemangat dalam belajar; mereka seolah-olah tampak tekun dan rajin. e. Bersikap dan berkebiasaan buruk dalam belajar, yaitu kondisi siswa yang kegiatan atau perbuatan belajarnya sehari-hari antagonistik dengan yang seharusnya, seperti suka menunda-nunda tugas, mengulur-ulur waktu, membenci guru, tidak mau bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahui dan sebagainya. Selain itu, Ny. Singgih (1995:17) mengemukakan sering pula anak tidak memahami kesulitan atau kekesalan yang dialaminya di sekolah,.kadang-kadang masalah pergaulan membuat suasana belajar di sekolah sebagai suatu keadaan yang mencekam dirinya. Ia ingin bergaul, tetapi tidak dapat bergaul. Keadaan tidak ada teman kesepian itu menyebabkan keadaan dirinya kurang menguntungkan untuk belajar, ada semacam hambatan tetapi tidak tahu menghilangkannya. Bilamana ia lebih terbuka dapat mengerti bentuk serta dimengerti oleh teman-temannya, maka akan terangsang untuk belajar dan berlomba-lomba dengan teman-teman memperoleh hasil yang baik. Acapkali persoalan di dalam keluarga menyebabkan anak tidak dapat belajar dan mengalami kesulitan di sekolah. Dengan memahami sumber kesulitan tersebut, untuk kemudian berusaha membuang sumber penyebabnya, maka kesulitan tersebut dapat di atasi. Lebih lanjut Ny. Singgih (1995:18) menyebutkan, bahwa ada juga kesulitan berprestasi disekolah oleh faktor-faktor pada dirinya sendiri, yakni: a. Kurang berusaha untuk berkonsentrasi diri terhadap pelajaran-pelajaran yang dihadapi. b. Kurang melatih diri dalam menjawab atau menyelesaiakan soal-soal. c. Kurang banyak mengulang dan menghafal bahan pelajaran. d. Terlalu banyak kegiatan lain yang mendesak kegiatan belajar. e. Kurang dapat mengerti penjelasan atau uraian yang diberikan oleh guru di sekolah. f. Kurang cermat dalam menangkap apa yang dituangkan secara klasikal di sekolah. g. Kurang tinggi kemamapuan inteleknya sehingga terhambat dalam belajar. h. Kurang dapat membagi waktu belajar dan waktu bersantai. Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa kesulitan belajar adalah hambatan-hambatan yang dihadapi siswa dalam belajar yang berhubungan dengan ketercepatan dalam belajar, motivasi dalam belajar bersikap dan berkebiasaan buruk dalam belajar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar Di dalam belajar sering sekali di jumpai kesulitan-kesulitan yang dapat menghambat proses dalam belajar. Kartono (1995:63), menyatakan bahwa masalah utama yang menghambat suksesnya pendidikan dan pengajaran adalah 78
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
kesukaran-kesukaran belajar dihadapi anak-anak pada umumnya”. Sebab-sebab kesukaran dalam belajar dapat digolongkan menjadi dua, yaitu : 1. Sebab-sebab yang endogin (dari dalam diri anak) a. Sebab-sebab yang besifat bologis, yaitu sebab-sebab yang berhubungan dengan jasmaniah, misalnya : kesehatan, cacat badan. b. Sebab-sebab yang bersifat psikologis, yaitu sebab-sebab dengan kejiwaan anak, misalnya : intelegensi,/ kecerdasan, perhatian, minat, bakat. 2. Sebab-sebab yang eksogin : Selain sebab-sebab endogin yang datang dari dalam diri anak, ada sebab-sebab eksogin yang juga banyak mempengaruhi belajar anak. Bahkan mungkin gangguan eksogin ini lebih banyak dari pada sebab endogin, yang dapat dibedakan, antara lain : 1. Faktor keluarga, yaitu : Karena faktor keluarga ini sangat luas, maka dibagi dalam beberapa aspek: 1.1. Faktor orang tua diantaranya adalah : a. Cara orang tua mendidik anaknya yang tidak mapan b. Hubungan antara orang tua dengan anaknya yang tidak lancar. c. Contoh sikap orang tua yang tidak baik. 1.2. Suasan rumah 1.3. Keadaan ekonomi. 2. Faktor sekolah a. Cara penyajian pelajaran yang kurang baik (guru kurang menguasai bahan, metode yang digunakan kurang tepat, dan tanpa penggunaan alat peraga dan lain-lain. b. Hubungan antara guru dan murid yang kurang baik. biasanya kalau guru sudah dibenci murid maka pengajarannya biasanya tidak berhasil. c. Hubungan antara anak dan temannya yang kurang baik. Hubungannya dengan temannya yang tidak baik dapat menimbulkan perasaan malas masuk sekolah, perasaan rendah diri, dan sebagainya. Ini menyebabkan anak yang mengalaminya mundur dalam belajar. d. Waktu sekolah yang kurang baik, Waktu sekolah dapat menghambat, misalnya yang dibuka pada jam 2 siang, maka anak akan merasa mengantuk dan malas. e. Keadaan gedung sekolah yang kurang baik. 3. Faktor masyarakat Ada 4 faktor yang sangat mempengaruhi atau menghambat proses belajar anak didik : a. Media massa (misalnya : bioskop, radio, majalah, buku komik dan sebagainya) b. Teman bergaul. c. Aktivitas dalam masyarakat d. Corak kehidupan tetangga.
79
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
4. Faktor yang lain, antara lain : a. Metode belajar anak yang kurang baik, (pembagian waktu belajar yang kurang baik, cara belajar yang salah, pembagian atau penggunaan waktu senggang yang kurang efektif). b. Tugas-tugas rumah yang terlalu banyak.
2.3 Hubungan Bimbingan Belajar dengan Kesulitan Belajar Melalui penjelasan-penjelasan menyangkut kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam belajar di atas, dapat dilihat betapa banyak faktor penyebab terjadinya masalah belajar tersebut. Hal-hal tersebut tentunya perlu segera diberi jalan keluar atau pemecahannya. Sesuai dengan yang dikemukakan prayitno (1999:284) bahwa siswa yang mengalami masalah belajar, perlu mendapat bantuan agar masalahnya tidak berlarut-larut yang nantinya dapat mempengaruhi proses perkembangan siswa. Ny. Singgih (1995:9) mengungkapkan bahwa anak yang tidak sukses atau gagal di dalam studinya itu tidak selalu disebabkan karena itu bodoh, melainkan banyak hal yang mempengaruhi proses belajar anak. Maka kita jangan cepat-cepat menilai seseorang anak pandai atau bodoh, tetapi kita harus benar-benar menyelidiki terlebih dahulu keadaan anak sedalam-dalamnya dengan mengingat latar belakangnya. Terutama para orang tua, pendidik, pembimbing atau anak sendiri harus menyadari betapa kompleksnya kehidupan anak dan masalah-masalah yang dihadapi anak dalam belajar, sehingga dia tidak berhasil. Yang penting, setelah kita mengetahui sebab-sebab dari kesukarankesukaran dalam belajar, kita tinggal diam saja, tetapi harus berusaha menghadapi dan mengatasi dengan sebaik-baiknya hambatan-hambatan itu, sehingga anak dapat berhasil dalam studinya. Hal yang sama juga dinyatakan oleh prayitno (1999:279), bahwa bimbingan belajar merupakan salah satu bentuk layanan bimbingan yang penting diselenggarakan di sekolah. Pengalaman menunjukkan bahwa kegagalankegagalan yang di alami siswa dalam belajar tidak selalu disebabkan oleh kebodohan atau rendahnya intelegensi. Sering kegagalan itu terjadi disebabkan mereka tidak mendapat layanan bimbingan yang memadai. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa guru bidang studi memiliki peranan penting dalam membantu siswa mengatasi masalah-masalah belajar. Jadi dalam hal ini guru bidang studi perlu memberikan layanan bimbingan belajar di sekolah, di mana pelaksanaan bimbingan belajar ini tentunya mempunyai tujuan yang harus dicapai, diantaranya agar siswa dapat mengetahui kelemahan yang dimilikinya dalam belajar dan dipecahkan masalahnya melalui pelaksanaan bimbingan belajar. Bimbingan belajar yang baik sangat mempengaruhi keinginan dan juga minat belajar siswa. Mereka menjadi semakin bersemangat dan juga termotivasi untuk belajar apabila mereka disungguhkan dengan bimbingan belajar yang positif dan efektif. 80
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
Melalui penjelasan-penjelasan di atas tergambar pentingnya pemberian layanan bimbingan belajar dalam membantu siswa untuk mengatasi masalah yang dialaminya dalam belajar, baik itu dirumah maupun disekolah.
2.4 Hipotesis Hipotesis adalah anggapan dasar sementara yaitu sesuatu perkiraan yang memerlukan pengujian dengan data penelitian atau menyelidikinya dilapangan, sebagaimana disebutkan oleh Poerbakawatja bahwa hipotesis adalah nama untuk suatu dalil (dalil-dalil) yang dibutuhkan kepada teori dari suatu ilmu pengetahuan, supaya ilmu pengetahuan itu dapat memberikan keterangan mengenai gejalagejala yang dihadapi olehnya (Poerbakawatja:1982,132) . Berdasarkan kutipan diatas, hipotesis penulis dalam penelitian ini adalah ada Hubungan pemberian bimbingan belajar dengan kemampuan siswa dalam mengatasi kesulitan belajar siswa kelas XI SMK PAB 6 Medan.
3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini mengkaji hubungan –hubungan antara variabel , yakni pemberian bimbingan belajar dengan kemampuan siswa dalam mengatasi kesulitan belajar ekonomi kelas XI SMK PAB 6 Medan . Dengan demikian desain penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut : Tabel 1 Disain Penelitian n X Y 1 … … 2 … … … … … 40 … … ∑ … … Keterangan : n= Sampel X= Bimbingan belajar Y= Kemampuan mengatasi kesulitan belajar Berdasarkan disain tersebut, langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah: 1. Menentukan objek penelitian . 2. Mengadakan pengukuran terhadap variabel X . 3. Mengadakan pengukuran terhadap variabel Y . 4. Melakukan analisis data . 5. Melakukan pengujian terhadap hipotesis . 6. Menarik kesimpulan . 81
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
3.2 Populasi dan sampel Menurur arikunto (1998:115) bahwa populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Sedangkan menurut Nana sudjana dan ibrahim (2001) dalam populasi terkandung empat hal pokok, yaitu isi, kesatuan, atau unit, tempat dan waktu. Merujuk kepada pandangan tersebut, populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMK PAB 6 MEDAN yang berjumlah 100 orang, yang terdiri dari 3 kelas pada tahun ajaran 2011/2012. Selanjutnya sampel penelitian ini 40 orang yaitu 25% dari populasi. Sampel ini diambil dengan teknik random sampling. Penetapan sampel ini merujuk pada pendapat Arikunto (1998:120) yang mengatakan, untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih. 3.3 Variabel Penelitian dan Indikator 1. Variabel penelitian Untuk memperjelas setiap variabel dalam penelitian ini, dan agar tidak terjadi kesalah pahaman, maka peneliti membuat variabel penelitian yaitu : 1. Variabel bebas (Independent Variabel), yaitu, bimbingam belajar (X) 2. Variabel terikat (Dependent Variabel), yaitu Kemampuan mengatasi Kesulitan belajar Ekonomi (Y) 2. Definisi operasional Variabel Defenisi operasional variabel ini adalah sebagai berikut : a) Bimbingan belajar adalah bimbingan yang diberikan kepada siswa, tentang cara belajar yang tepat melalui informasi yang meliputi : cara belajar yang efisien bagi siwa, cara mempelajari sesuatu dengan menggunakan buku pelajaran, petunjuk pemanfatan perpustakaan, mempersiapkan tugas sekolah serta ujian, memilih suatu pelajaran sesuai dengan minat, bakat, cara menghadapi kesulitan dalam mata pelajaran tertentu, pembagian waktu dan perencanaan jadwal belajar, memilih pelajaran tambahan. b) Kesulitan belajar adalah hambatan-hambatan yang dihadapi siswa dalam belajar yang berhubungan dengan ketercepatan dalam belajar, sangat lamban dalam belajar, kurang motivasi dalam belajar bersikap dan berkebiasaan buruk dalam belajar 3.4 Instrument penelitian Untuk mengumpulkan segenap data-data atau keterangan-keterangan yang akan di gunakan dalam menganalisis data, maka tentunya di butuhkan suatu alat utuk menjaring data tersebut. Alat pengumpul data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah : Angket ( kuessioner), yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang di berikan kepada seluruh responden, dalam daftar pertanyaan tersebut telah disediakan alternative jawaban yang paling sesuai dengan keadaan responden.
82
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
3.5 Tehnik Analisa Data Tehnik analisa data yang digunakan untuk mencari hubungan antara dua variable dalam penelitian ini adalah korelasi product moment (Arikunto 2006:274) yaitu :
Keterangan : rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dengan variabel Y N = Jumlah responden ∑X = Jumlah skor distribusi X ∑Y = Jumlah skor distribusi Y ∑XY = Jumlah perkalian skor Variabel X.dan Y ∑X2 = Jumlah kuadrat skor distribusi X ∑Y2 = Jumlah kuadrat skor distribusi Y Untuk menguji hipotesis dilakukan uji "t" sebagai berikut:
Keterangan: r = koefisien korelasi n = sampel Apabila thitung > ttabel pada taraf signifikansi 95% atau a = 0,05 dengan dk = n-2 maka hipotesis menyatakan “terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara bimbingan belajar dengan kesulitan siswa kelas XI SMK PAB 6 tahun ajaran 2011/2012 diterima dan sebaliknya apabila thitung < ttabel maka hipotesis ditolak”.
4. HASIL PENELITIAN Data yang terkumpul dalam penelitian terdiri dari data bimbingan belajar dan kemampuan mengatasi kesulitan belajar. Setelah diadakan perhitungan atas data tersebut diperoleh ∑X=1330; ∑X2=44774; (∑X)2=1768900; ∑Y=1352;∑Y2=46022; (∑Y)2=1827904 dan ∑XY=45112. Dari hasil perhitungan tersebut, koefisien korelasi diperoleh sebesar 0,373 dan harga t sebesar 2,543. Oleh karena nilai t hitung ini lebih besar dari nilai t ttabel pada taraf signifikan 95 % atau alpha = 0,05 dengan dk= n-2 = 40-2 = 30 sebesar 1,70. maka hipotesis yang menyatakan bahwa ”Terdapat Hubungan yang positif dan Signifikan Antara Bimbingan Belajar dengan kesulitan Belajar siswa Kelas XI SMK PAB 6 Medan Tahun Ajaran 2011/2012 dapat diterima. 83
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
5. KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Dari distribusi frekuensi jawaban angket variabel X (bimbingan Belajar) diperoleh nilai rata-rata 2 dengan kategori baik dan dari distribusi frekusensi jawaban variabel Y (kesulitan belajar) diperoleh nilai rata-rata 2,05 dengan kategori baik. 2. Terdapat hubungan yang positif antara bimbingan belajar dengan kesulitan belajar siswa Kelas XI SMK PAB 6 Medan TA. 2011/2012 diperoleh nilai koefisien korelasi product moment sebesar 0,373 nilai tersebutg menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang cukup antara variabel X dengan variabel Y. 3. Berdasarkan pengujuan hypotesis diperoleh thitung = 2,943 dibandingkan dengan ttabel = 1,70 pada taraf signifikan 95 % atau alpha = 0,05 dengan dk = n-2 = 40-2 = 38 maka thitung > ttabel = 1,70 sehingga hipotesis menyatakan bahwa terdapat Hubungan yang positif dan signifikan antara pemberian bimbingan belajar kemampuan siswa dalam mengatasi kesulitan beljar siswa di Kelas XI SMK PAB 6 Medan TA. 2011/2012 dapat diterima. Dari temuan penelitian yang dikemukakan, diajukan beberapa saran sebagai berikut : 1. Bimbingan belajar sangat penting dan erat hubungannya dalam mengatasi kesulitan belajar. Oleh karena itu bimbingan belajar perlu ditingkatkan oleh guru khususnya guru mata pelajaran ekonomin. 2. Oleh karena bimbingan belajar bukan merupakan faktor satu-satunya yang mempengaruhi kemampuan mengatasi kesulitan belajar, maka disarankan kepada peneliti berikutnya untuk meneliti faktor lainnya tersebut dalam hungannya dengan kesulitan belajar.
84
Volume 1 nomor 1 Edisi Nopember 2012
ISSN 2301-7732
DAFTAR PUSTAKA Afthur J. Jones, Walgito (1995) Proses belajar Mengajar, Remadja karya Bandung, Cet, III Ahmadi, A. (2000). Psikologi Belajar. Jakarta: Rhineka Cipta Hamalik, O. (1980). Metode Belajar dan sulitan belajar. Bandung, Tarsito. Erman amti, Kartono (1999) Prinsip-prinsip Diagnostik kesulitan belajar, Bandung: BP-FIP-IKIP Bandung. Nawawi., H. (2002). Metode penelitian bidang sosial. Yogyakarta: Bina aksara. Ny. Singgih. B. (2001) Bimbingan dan penyuluhan disekolah. Yogyakarta. Poerbakawatja, S. (1982), Ensiklopedia Pendidikan, Jakarta, gunung Agung. Prayitno, T. dan Rudolp (1999). Psikologi pengajaran, Gramedia, Jakarta, Cet, III. Rochman N. (2002). www.googlo.co.id. Diakses tg123.01.2012. Sarwono, Sarlito W. (1984). Pengantar umum psikologi. Cetakan ke-3. Jakarta: bulan bintang. Singarimbun, M. dan effendi, S. (1987).Metode penelitian survey, Yogyakarta, LP3ES. Sugiono (2003). Statistika untuk penelitian. Bandung: Alpha Betha.
85