Edisi No 20, 2016
www.alumni.ui.ac.id
Kisah
TIGA ASRAMA UI LEGENDARIS
kartun Bung iLUN Salam Makara,
Saya tahu tentang Majalah ALUMNI UI sudah lama karena saya pernah bantu-bantu kegiatan acara di UI seperti menjadi MC. Jadi, majalahnya pernah dibagikan di acara-acara UI tersebut. Tapi itupun distribusinya tidak merata, karena pembagiannya tidak selalu ada di setiap acara. Mungkin kalau saya bukan alumni yang sering terlibat dengan kegiatan di UI saya juga tidak tahu kalau ada Majalah ALUMNI. Karena menurut saya distribusi majalah untuk para alumninya masih kurang. Mengenai isi Majalah ALUMNI , kalau seingat saya majalah yang dulu-dulu saya lihat isinya lebih banyak cerita jalan-jalan. Saya pingin Majalah ALUMNI bisa bermanfaat lebih luas lagi buat pembaca alumni. Semakin ke sini kelihatannya isi majalahnya sudah mulai lebih banyak tokoh-tokoh. Saya berharap tokoh-tokoh yang ditampilkan lebih banyak lagi yang generasi muda, terkenal dan menginspirasi
Hapsari Kusumaningdyah, Fakultas Psikologi ‘ 2009
Salam Makara,
Ilustrasi: desprindo
“Kalau tiga Asrama UI Legendaris banyak melahirkan tokoh terkenal... Apalagi asrama mahasiswa sekarang ya, pasti Orang hebatnya bejibun...he..he..he..
“Tak Terlupakan” . . . . . . . . . .
SILATURAHIM DA N dan Hubungan Alu TEMU KANGEN mantan “Pemb ina Kemahasiswa mni” UI. Acara ini an silaturahim dan kek dimaksudkan un tuk mempererat ompakan para ma tali dan Hubungan Alu ntan “Pembina Bid ang Kemahasiswa mni” UI . Foto-fot o diatas ketika acara an tahun 2011 (foto ata buka puasa bersa s) dan 2014 (foto ma bawah).
22
November-Desember 2016 alumni - Oktober, 2016 alumniEdisiSeptember U N I V E R S I TA S I N D O N E S I A
Majalah ALUMNI ini sebetulnya bagus cuma saya lihat distribusinya masih kurang dan harus lebih banyak lagi, sehingga para alumni mengenal dan mengetahui adanya Majalah ALUMNI. Solusinya mungkin Majalah ALUMNI ini dipikirkan untuk e-magazine. Di ILUNI kita sedang membuat UI Connect yang menghubungkan antar semua alumni. Jumlahnya sekarang ini ada sekitar 18 ribu orang. Mungkin bisa bekerja sama untuk mendistribusikannya menggunakan bentuk PDF. Sehingga Majalah Alumni ini coveragenya lebih luas dan bisa menekan biaya cetak dan distribusi.
Didit Ratam, Fakultas Teknik’82 dan Bendahara ILUNI
Assalamualaikum WR.WB.,
Bersama ini saya sampaikan selamat kepada Majalah ALUMNI UI yang telah berjalan dengan berbagai edisi menarik dan tentunya dengan berbagai keterbatasan serta tantangan yang ada. Perkenalkan saya Alumni FISIP UI Angkatan ‘93 Jurusan Ilmu Politik dan Alumni S-2 Manajemen Komunikasi FISIP UI Angkatan ‘99. Membaca majalah ini dapat mengingatkan kembali banyak kenangan dan menimbulkan harapan kepada para alumni Universitas Indonesia untuk dapat mendukung pembangunan Indonesia di masa yang akan datang. Kiranya majalah ALUMNI UI ini dapat menjadi salah satu jaringan kebersamaan sesama alumni UI yang tersebar diberbagai bidang pekerjaan dan wilayah tempat beraktifitas di berbagai Provinsi maupun yang berada di luar negeri. Sehubungan dengan pengalaman pekerjaan saya yang menggeluti bidang kelautan, perikanan dan kemaritiman selama lebih dari 16 tahun, mengharapkan adanya salah satu edisi khusus majalah ALUMNI UI yang membahas sektor kemaritiman di Indonesia. Nantinya diharapkan dapat lebih mendorong adik-adik kami di Universitas Indonesia untuk dapat menyumbang ide dan ikut menggiatkan pembangunan sektor kemaritiman Indonesia ke depannya. Demikian sekedar sumbang saran dan tulisan yang dapat saya sampaikan. Salam, Shahandra Hanitiyo, S.IP, M.Si Kepala Bagian Hubungan Masyarakat-Biro Informasi dan Hukum Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman RI/Deputy Director For Public Relations Affairs Secretariat of Coordinating Ministry for Maritime Affairs The Republic of Indonesia
Dari Redaksi : Terimakasih untuk semua masukannya. Dukungan semua alumni dan pembaca tentunya sangat penting.
FOTO ISTIMEWA
Tajuk Kawah Candradimuka dan Calon Suami yang Baik
N
ama yang diberikan oleh orangtua adalah doa mereka untuk anak-anaknya. Demikian juga dengan tiga asrama UI yang namanya dan sebutannya diberikan oleh Bung Karno, proklamator dan Presiden RI pertama . Asrama Pegangsaan Timur 17 yang setidaknya dikenal oleh Prof. Imam Santoso sejak tahun 1926 adalah asrama mahasiswa tingkat IV ke-atas kedokteran dan RHS (Sekolah tinggi Hukum) disebut Bung Karno sebagai sebuah kawah Candradimuka yaitu sebuah kawah yang ada di kayangan dalam cerita pewayangan. Kayangan dalam cerita pewayangan digambarkan sebagai tempatnya para dewa atau istilahnya sorgaloka. Kawah ini punya fungsi sebagai tempat penggemblengan diri pribadi supaya kuat, terlatih dan tangkas (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Jadi, kawah ini adalah tempat penggemblengan para calon dewa agar menjadi sosok yang bijaksana, cerdas dan peka. Harapan Bung Karno tentunya tidak jauh dari makna ini pada asrama PGT 17 yaitu sebagai tempat penggemblengan para calon intelektual agar menjadi pribadi para dewa. Bung Karno bisa lega karena dari asrama PGT 17 lahir nama-nama para intelektual, politikus dan profesional yang membanggakan. Nama Daksinapati langsung diberikan Bung Karno saat diresmikan tahun 1954. Asrama UI yang dibangun di kawasan kampus UI Rawamangun dan asrama mahasiswi UI Wismarini di bilangan Jatinegara merupakan satu paket dengan pembangunan arena olahraga Senayan oleh pemerintahan Rusia. Saat dimulai pembangunannya pada akhir tahun 1952 dan awal tahun 1953, Bung Karno dalam pidatonya sekaligus juga menyebutkan arti dari nama Daksinapati yang diberikannya itu, yakni : Calon Suami yang Baik. Walaupun kemudian dalam prasastinya yang dicantumkan adalah : Kota Mahasiswa Djakarta. Bisa jadi yang dimaksud adalah setelah kemerdekaan 1945para calon intelektual harus berjuang mempertahankan negeri ini dari ketahanan di dalam, menjadi calon-calon suami yang baik untuk nantinya menjadi calon bapak yang baik untuk generasi penerus. Lalu apa makna dari nama Wismarini yang juga diberikan Bung Karno pada asrama mahasiswi pertama di Jakarta ini ? Tidak ada catatan-catatan mengenai alasan dan arti dari nama Wismarini. Kata wisma merujuk pada arti sebuah bangunan tempat tinggal dan tambahan kata rini bisa jadi untuk menguatkan kesan feminin sebagai sebuah tempat tinggal khusus kaum wanita dalam hal ini mahasiswi.
Edisi November-Desember 2016
alumni
3
www.alumni.ui.ac.id
Edisi No 20,
D A F T A R 06
2016
www.alum
I S I
ni.ui.ac.id
K is ah TIG ASRAMA UAI LEGENDARIS
Cover : Kisah Tiga Asrama UI Legendaris
Asrama PGT-17
Grafis : Desprindo Natamedia, Foto-foto : Istimewa
alumni
13
U N I V E R S I TA S I N D O N E S I A
Kerjasama Direktorat Pengembangan Karir & Hubungan ALUMNI UI dan ILUNI UI.
REDAKSI MAJALAH ALUMNI UI Pelindung : Direktorat Pengembangan Karir & Hubungan ALUMNI UI & ILUNI UI Penasehat : Direktur Pengembangan Karir & Hubungan Alumni UI Ketua Umum ILUNI UI Dewan Redaksi : Sandra Fikawati, Nia Ayu Ismaniati, Ahmad Syafiq, Pemimpin Redaksi : Wicky Rosewiaty Redaksi Pelaksana : Dedeh Kurniasih Zenithesa Gifta Nadirini Kontributor: ILUNI UI Pusat & Fakultas, Humas dan Dir. Pengembangan Karir dan Hubungan Alumni UI Alamat redaksi : - Direktorat Pengembangan Karir & Hubungan Alumni UI dan ILUNI UI, Gd. Pelayanan Mahasiswa Terpadu Pusat Administrasi UI, lantai 2, Kampus UI Depok 16424, Tel : (021) 7867222, 78841818, ext. 100040 Fax : (021) 7863453 - Sekretariat ILUNI UI, Jl. Salemba Raya, No. 4 Jakarta Pusat, Tel : 021-3906411
Asrama Daksinapati
09 Wismarini
TAJUK KAWAH CANDRADIMUKA DAN CALON SUAMI YANG BAIK
LAPORAN UTAMA
JADOEL TEMU KANGEN PENGURUS HUBLUM -
AKTUALITA ILUNI FTUI DAN INCAFO : FORUM INDUSTRI KEMARITIMAN NASIONAL ALBUM FOTO KEGIATAN ILUNI PUSAT -
BUSINESS TALK
Media Partner : DESPRINDO (021-79198489)
SAEED AMIDI : COBA MULAI, IKUTI MIMPI, DAN BANGUNLAH PERUSAHAAN BESAR
PROFIL ALUMNI
Untuk Info Pemasangan Iklan Silakan Hubungi: Career Development Center Universitas Indonesia Komplek Pusgiwa Kampus UI Depok Telp: 021-98522842 , email :
[email protected]
4
alumni U N I V E R S I TA S I N D O N E S I A
Edisi November-Desember 2016
ANDRE RAHADIAN S.H., LL.M., M.Sc -
SKETSA WISATA LAUT SURYA NATAATMAJA
20-21 22 23-24 26-27 30 33
AKTUALITA
38
UI UPDATE
39
REUNI, KAWAN LAMA, DAN KENANGAN 20 TAHUN LALU DI FISIP UI
06-18
ALUMNI ASRAMA UI : KOK BISA HEBAT YA ? PGT 17: RIWAYATMU DULU Prof. dr. ASCOBAT GANI, MPH, DrPH.ASRAMA DAKSINAPATI : CALON SUAMI YANG BAIK EDY KUSCAHYANTO ASRAMA WISMARINI : ENAK, MURAH DAN SERU!Dr. HERIYANTI 0. UNTORO MA.-
AKTUALITA
Email :
[email protected] Website : www.alumni.ui.ac.id
03
BEAUTY CONTEST MANAJER INVESTASI DANA ABADI UI
Dari R E D A K S I
Redaksi Mengucapkan:
Selamat Hari Natal
&
Tahun Baru 2017
Para Alumni Penghuni Tiga Asrama UI Legendaris
06
10
14
18
Prof. Dr. drg. YASLIS ILYAS. MPH 06
Prof. dr. ASCOBAT GANI, MPH, Dr.PH. 10 EDY KUSCAHYANTO 14 Dr. HERIYANTI 0. UNTORO MA. 18
Edisi November-Desember 2016
alumni
5
L APORAN UTAMA L APORAN UTAMA
FOTO : ISTIMEWA
Asrama Pegangsaan Timur 17 -PGT 17-, Daksinapati dan Wismarini adalah sebuah sejarah yang tidak dapat dilepaskan dari sejarah Universitas Indonesia – UI. Dari ketiga asrama mahasiswa-mahasiswi UI ini muncul putra-putri hebat Indonesia . Saya sebagai alumni penghuni asrama PGT 17 merasa sangat tertantang untuk melihat kilas balik para mantan penghuni ketiga asrama UI ini kemudian mencoba untuk membuat sebuah hipotesis dari pertanyaan : Kok Bisa Hebat ya?
Alumni Asrama UI : Kok Bisa Hebat Ya ?
K
Prof. Dr. drg. YASLIS ILYAS, MPH
adang-kadang saya heran dengan prestasi para alumni ketiga asrama UI yg menjulang di area yg mereka tekuni dengan baik. Sebagai alumni asrama PGT 17, saya akan memulai menyebut para alumni asrama PGT 17 yang menonjol di negeri ini, Dr. Darmin Nasution yg punya prestasi luar biasa menjadi menteri pada dua periode presiden yg berbeda. Sejumlah dokter spesialis dan profesor FK UI seperti : Prof. Hilman Mahyudin, Prof. Zainul. Dua Menkes : Prof Faried A Moeloek dan dr. Sujudi. Para Profesor FKG : Heriyandi dan Penulis sendiri. Di FIB ada Prof. Fedyani Saifuddin. Belum lagi para dosen senior FMIPA dan para praktisi hukum handal FHUI alumni PGT yang jadi orang besar di Makamah
6
alumni U N I V E R S I TA S I N D O N E S I A
Edisi November-Desember 2016
Agung, Kejaksaan Agung, Kemenhumham dan pimpinan lembaga negara lainnya. Ada juga para pengacara terkenal seperti: Hotma Sitompul dan Luhut Pangaribuan juga politisi seperti: Martin Hutabarat ( Gerindra), Sabam Sirait ( PDI ) dan Aulia Rahman (Golkar). Sejumlah profesor di FKM UI seperti : Prof. Buchori, Prof. Sudarto, Prof. Ascobat, dan Prof. Sudiyanto. Tokoh MAPALA UI seperti Herman Lantang dan hampir semua penakluk gunung tertinggi di Indonesia dan dunia yang tergabung dalam MAPALA UI adalah para alumni PGT 17. Dari asrama Daksinapati muncul banyak nama tokoh seperti antara lain Drs.Suharna Surapranata, Ahdi J. Luddin, Prof. Dr. Gumilar Rusliwa- mantan Rektor UI, Wahidin Halim, Dr.
L A P O R A N U TA M A
Anwar Nasution, Dr. Hasan Wirayuda, Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra, Muchtar Arifin, Ibrahim Hasan, Samsudin Mahmud, Ben Mboy, Hikmahanto Satria Anatara, dan sederet nama putra terbaik di negeri ini. Belum lagi sederet nama alumni Wismarini yang kemudian menjadi akademisi handal, peneliti, pengajar, professional yang tersebar di seluruh nusantara ini. Untuk bisa menjawab pertanyaan yang muncul di kepala saya dan banyak alumni UI lain : “kok bisa hebat ?” Ini hipotesis saya yaitu bahwa mereka bukanlah “sekedar mahasiswa UI “, tapi aktivis mahasiswa-mahasiswi di tingkat fakultas dan universitas bahkan nasional. Mereka adalah bagian penting dari pejuang demokrasi di negeri ini. Menurut saya, mereka adalah putra-putri yang dibesarkan oleh burung-burung elang di desanya, kecamatannya dan kota kecilnya. Mereka adalah anak-anak para elang Nusantara. Saya bayangkan, bagaimana orangtua mereka yang mestinya adalah para pemimpin atau tokoh yg dihormati di tempat tinggalnya atau setidaknya orang tua yang punya visi untuk negeri ini ke depan yang menyiapkan segala sesuatunya untuk memberi kesempatan pada anak-anaknya merantau ke ibukota untuk menuntut ilmu. Bak seekor burung Elang di desa yang melahirkan seekor burung Elang Indonesia untuk kemudian menjelma jadi Garuda Nusantara dalam membangun Indonesia. Akhirnya, saya berharap UI seharusnya lebih banyak mengundang elang-elang desa Nusantara utk ditempa menjadi Garuda-Garuda Indonesia. Terima kasih UI. Edisi November-Desember 2016
alumni
7
FO TO : DO K.
IN TIS AR I
L APORAN UTAMA
Profil Asrama Mahasiswa UIPEGANGSAAN TIMUR-17
PGT 17 : Riwayatmu dulu…..
8
alumni U N I V E R S I TA S I N D O N E S I A
Edisi November-Desember 2016
M
Tim u r- 1 7
FOTO : DOK.TEMPO
Asrama Pegangsaan Timur 17 jauh sebelum perang dunia ke II adalah asrama untuk mahasiswa kedokteran dan RHS ( Rechtshoge School Fakultas Hukum) tingkat I- III ke atas. Mahasiswa lebih rendah tinggal di asrama Jl. Guntur, sekarang CPM. Kedua asrama itu dikelola oleh Yayasan “Stichting Studentenhuis”, yaitu yayasan yang mengumpulkan dana bagi kesejahteraan asrama sampai tahun 1950. Direkturnya Dr.D.Visser Smits (1928-1938) yang tinggal di kamar depan sebelah kiri. Menurut Prof. Slamet Imam Santoso yang mengenal tempat ini sejak tahun 1926, Visser juga dosen biologi di FK. Di sebelah tengah ada lapangan bola, di belakang ada kolam renang dan dua fasilitas telepon di sayap kiri dan kanan.
an tra P egangsa Asram a P u
enurut Prof. G.J. Resink, luas kamar sayap kanan dan kiri lebih besar dari kamar di bagian belakang. Ada “veranda”nya juga. Kalau tidak salah ingat, kata Prof Resink ( Intisari 201/XVI) sewanya antara 40- 60 gulden, sedang kamar belakang 25-35 gulden. Tarif ini termasuk tiga kali makan, membersihkan kamar, listrik, air dan lain-lain. Sarapannya roti dengan mentega, sosis, selei atau keju. Minumnya kopi atau teh. Makan siang sayur dan berbagai lauk pauk, makan malam nasi dengan lauk pauk berbeda. Tidak mau makan nasi? Tersedia roti. Di ruang makan ini juga ada yang menjual makanan kecil seperti kroket dan risoles. Di tahun 30-an tarif di asrama ini jauh lebih mahal daripada kos. Itulah sebabnya penghuni yang jumlahnya 120 orang lebih
banyak mahasiswa kulit putih dan keturunan Cina daripada pribumi. Syarat masuk tidak sulit, tetapi semua patuh pada peraturan dan harus keluar ketika statusnya sudah bukan mahasiswa lagi. Dokter Dana, penghuni asrama PGT 17 tahun 1947 – 1951 memperkirakan jumlah penghuni PGT 100-an. Setiap kamar yang berukuran 3 x 3 m ini diisi dua orang dengan masing-masing sebuah tempat tidur dengan kelambu gantung warna hijau muda yang keempat ujung-ujungnya diikat dan satu buah lemari. Awal tahun 1950 banyak pelajar datang dari Yogya, bagian kiri depan yang
FOTO : DOK.TEMPO
L A P O R A N U TA M A
sudah kosong bekas tahanan Belanda, dijadikan asrama mahasiswa. Bagian kanan depan memang sudah menjadi asrama mahasiswa. Nama dr. Herman Soesilo tercatat pernah menjadi penghuni asrama sampai tahun 1955, setelah menikah masih diperbolehkan tinggal di ruangan tersendiri yang kemudian diperbaikinya dengan kawat ayam. Nama Prof. Dr Mahar Mardjono yang juga mantan Rektor UI tinggal di PGT 17 selama dua tahun saja (1950-1952). Saat itu sudah tingkat enam. Setiap pagi Prof. Mahar bersepeda dari asrama ke kampusnya di Salemba 4. Ada pengalaman lucu yang diceritakan Prof. Mahar pada Majalah Intisari , ketika ia menjadi mahasiswa senior, ia pernah menyunat temannya di kursi praktek dokter sehingga kemudian dijuluki “tukang sunat” oleh teman-teman di asrama PGT 17. Dr. Budhi Paramita SE, MBA yang tinggal di PGT 17 tahun 1950 – 1958 berceritera selain kamar masih ada banyak bangsal untuk 6-8 orang. Tempat tidurnya veldbed dengan kasur tipis dan sprei, sarung bantal, sarung guling dan kelambu
gantung. Kebersihan dikerjakan oleh seorang pembantu untuk empat kamar. Di masa itu ada Prof. Widjojo Nitisastro, Soebroto (bekas menteri) dan nama-nama mantan pejabat pemerintahan. Kejahilan penghuni asrama PGT 17 agaknya sudah turun temurun. Pada waktu Dr. Budhi di asrama ada kebiasaan para penghuni yang sudah bosan dengan makanan yang disuguhkan, lalu dikumpulkan dan diracik ulang dengan bumbu, kecap, sambal dan dimasak di atas kompor spiritus. Hasilnya, kadang enak tapi kadang juga tambah tidak keruan. Masak di kamar tentunya dilarang. Yang baiknya, mahasiswa yang tidak maju-maju studinya akan ditertawakan sehingga menjadi cambuk untuk maju. Olahraga bersama di masa itu adalah tenis, sepakbola dan volley. Bila bola tenis sudah botak dan agak kempis, maka teman-teman kedokteran akan menyuntik bola itu agar bulat kembali. Nilai kegotongroyongan sangat menonjol. Lain lagi dengan pengalaman Thory Tulaar mahasiswa FH tingkat dua yang masuk asrama PGT 17 tahun 1961 – 1967 dan sudah bekerja sebagai Public Relation Astra. Pada masa itu para mahasiswa hanya diberi jatah nasi, lauknya cari sendiri. Para pembantu asrama mulai berjualan makanan. Waktu itu yang paling terkenal adalah bi Minah yang genit. Di masa ini para mahasiswa sering merasa lapar dan perlu membeli lagi makanan di luar asrama. Kalau tidak ada dana, celana, sepatu atau baju bisa berpindah ke
tukang loak. Dokter Jan Takasihaeng tinggal di asrama PGT 17 tahun 1963 – 1973. Saat itu makan umumnya di luar. Bisa beli di warung dalam asrama milik J.K van Keulen, mantan koki asrama tahun 1948 ini konon dibantu oleh 10 orang noni-noni Belanda. Gerobak mie rebus dan nasi goreng Pak Kromo yang mangkal di jl. Pegangsaan Barat atau sate di rel kereta api Cikini juga menjadi pilihan penghuni asrama. Salah seorang teman semasanya adalah Abdul Gafur. Tercatat juga nama Alexander Marentek mantan Dirjen Protokol di DEPLU. Prof. Ascobar yang tinggal di asrama PGT 17 (1964-1974) juga berceritera banyak sekali anekdote di asrama. “Pernah kami iseng bakar sampah di halaman depan sampai asapnya mengebul hitam. Kami langsung memanggil brandweer . Ketika sampai, mereka marah sekali karena dipermainkan. Itu hanya sekali saja karena melanggar hukum”, cerita Ascobat yang juga sebagai ketua asrama waktu itu. Lain lagi “trik” yang digunakan Mbok Djudju dan Tinah pada saat payday . Mulamula mereka menagih secara bisik-bisik. Tapi kalau belum bayar juga, suara mereka lebih keras sehingga terdengar oleh teman-teman di kiri kanan. Akhirnya mereka akan berteriak keras sehingga terdengar oleh seluruh penghuni asrama. Yang paling berkesan bagi Ascobar adalah setiap orang dipanggil dengan sebutan “ tuan”. (WS/ intisari/ )
Edisi November-Desember 2016
alumni
9
profil
ALUMNI
Bersama Prof Robert Tilden dan mogenya
Profil Penghuni Asrama PGT 17
Prof. dr. ASCOBAT GANI, MPH, DrPH. FK’ 64 Sosok Sosok Siti Siti Balepah Balepah VS VS Idealisme Idealisme Mahasiswa Mahasiswa UI UI
10
alumni U N I V E R S I TA S I N D O N E S I A
Edisi November-Desember 2016
Siti Balepah bukan siapa siapa, dia hanyalah sebuah nama imajiner seorang perempuan di rel kereta api dalam puisi seorang mahasiwa FK UI, Ascobat, penghuni asrama PGT 17 (1964-1974), yang diangkat oleh para penghuni asrama PGT sebagai Ketua Asrama dan kemudian Ketua Alumni Asrama. Siti Balepah, saya bayangkan sebagai sosok yang mewakili masyarakat bawah yang tidak pernah memikirkan hari esoknya. Buat Siti Balepah, hari kemarin sudah lalu, hari esok ya “EGP” – emang gue pikirin - . Yang penting hari ini bisa bekerja, mendapat uang dan bisa makan! Begitu kira-kira isi sebuah puisi dari banyak puisinya. “Saya dan teman-teman dari Fakultas Ekonomi yang hobi bikin puisi membuat kegiatan rutin di hari sabtu untuk membacakan keras-keras puisi maki maki. Harus maki-maki..hahaha..di bawah pohon beringin yang ada di taman dalam kampus UI Salemba”, kenang Ascobat geli. Untuk kami mahasiswa, masa depan penting untuk disuarakan. Itu pula sebabnya penghuni asrama PGT 17 walaupun tidak pernah berdiskusi soal politik tetapi peka, kompak dan solider untuk ikut turun ke jalan bersama mahasiswa UI menyuarakan masa depan bangsa. Ascobat dan teman-teman penghuni asrama PGT 17 saat itu sempat mengalami turun ke jalan di tahun 1966 dan Peristiwa Malari, 1974. “Siti Balepah hanya bengong melihat aksi mahasiswa dari rel kereta api tanpa tahu atau tidak ingin tahu apa-apa”, kata mantan dekan FKM UI (1993-1999) yang memiliki Certificate in Population and Social Development dari Chicago University, USA (1978) dan Certificate in Health Insurance and Manage Health Care dari HIAA (Health Insurance Association of America) tahun 2000 ini tentang sosok imajinernya kala itu.
L A P O R A N U TA M A Ikatan dinas sebagai dokter di Antapupu perbatasan Timor Tahun 1974 (kiri)
Perjalanan ke Flores Th 2010 (bawah).
A
srama UI PGT 17 untuk putra Aceh ini lebih merupakan sempalan kampus UI yang mendidik para penghuninya soal tata nilai: nasionalisme, pluralisme, dan aware pada persoalan sosial politik bangsa. “Kalau kata Bung Karno seperti Kawah Chandradimuka!” Berbagai anekdote dan tingkah polah para penghuni asrama PGT 17 yang membuat Mbok Djudju, Tinah dan para pekerja lain di asrama ini pusing kepala dikisahkan oleh Guru Besar tamu, FKM Universitas Cendrawasih, Irian Barat ini dengan sangat menarik. “Pak Maksum Nasution almarhum, Pembantu Rektor bidang kemahasiswaan saat itu selalu geleng-geleng kepala dan menegur saya sebagai Ketua Asrama untuk berbagai tingkah laku teman-teman di asrama”, kenang Program Technical Specialist, AIPHSS (Australia Indonesia Partnership for Health System Strengthening), Kemenkes RI ini sambil tertawa. “Bayangkan, tembok pembatas kamar mandi berkali-kali harus diperbaiki karena selalu jadi sasaran pukulan teman-teman yang belajar bela diri..” Mana mungkin sambungnya untuk menegur mereka agar tidak memukul tembok itu? Di asrama UUD’45 tidak berlaku, begitu joke kami, hahaha… artinya tidak ada peraturan yang bisa dijalankan dan ditegakkan di asrama ini. Misalnya saja, tidak ada satu pun penghuni PGT 17 yang membayar uang asrama. Satu-satunya aturan yang dipelihara dan tidak boleh dilanggar
adalah kebiasaan yang entah kapan diberlakukan di asrama ini, sebutan “tuan” bila para pegawai asrama akan menyebut nama para penghuni. “Nama panggilan saya Win jadi para pegawai asrama memanggil saya “tuan Win” begitu juga pada teman-teman lain. Pokoknya harus pakai ‘tuan’, hahaha…” Asrama UI PGT 17 bagi anak tertua laki dari sembilan bersaudara ini adalah miniatur Indonesia, keragaman suku, agama,budaya dan sosial ekonomi yang berkembang secara luarbiasa di antara penghuninya. “Saya banyak belajar tentang nationality pluralism, solidarity dan humanity dari sini”, kata suami Prof. dr. Dr. Purwantiastuti, MSc, Guru Besar di jurusan Farmakologi FK UI, teman kuliahnya di FK. Posisinya sebagai ketua asrama sedikit banyak juga mengajarkan soal kepemimpinan, leadership.“Saya harus tampil berwibawa dan bijaksana di setiap persoalan yang timbul apalagi pak Maksum selalu memanggil saya untuk minta pertanggunganjawab soal kerusakan atau masalah lain akibat perbuatan teman-teman penghuni asrama”. Tidak pernah ada rasa takut walaupun yang dihadapinya bukan hal sepele, begitu tuturnya. Menjadi dokter bukanlah cita-citanya. “Saya selalu melihat tentara bersenjata yang gagah-gagah, sampai–sampai saya punya cita-cita jadi tentara. Jadi masuk kedokteran itu bukan cita-cita saya, hahaha…” Pengalaman masa kecilnya di Tangkengon, Aceh saat itu dalam keadaan perang. “Rumah saya di Aceh ada bunker-nya, setiap kali harus berlari masuk ke dalam bunker untuk berlindung”. Sejak kecil, sambung dokter yang menghabiskan masa setahun ikatan dinas sebagai dokter di perbatasan NTT ini sudah gemar membaca buku-buku tentang demokrasi dan juga novel, termasuk yang ditulis dalam bahasa Inggris. Bisa jadi perjalanan hidupnya sejak di asrama PGT 17 yang peka pada nilai-nilai sosial, sedikit banyak mempengaruhi pilihannya untuk “menyeberang” ke masalah-masalah public health. “Saya bahagia dengan bidang yang saya pilih dan langka : health economic. Sebagai akademisi saya punya kebebasan akademik: waktu bisa saya atur sendiri dan saya punya banyak teman walaupun bukan untuk mencari materi, hahaha….” ujar Master of Public Health (MPH) University of Hawaii, USA (1978) dan Doctor of Public Health (DrPH), Johns Hopkins, University, USA (1982) ini. Sederet riwayat pekerjaannya dari Pembantu Asmen Menteri KLH (1984), anggota The Global Advisory Board on Nurse and Midwifery, WHO, Geneva (2000), Pendiri dan Ketua Perhimpunan Ekonomi Kesehatan Indonesia (PEKI)1996 – sampai Guru Besar FKM dan pembimbing program S3. Padahal, 27 September lalu, dirinya genap berusia 70 tahun. “Saya masih suka keliling-keliling dengan moge, salah satu hobi saya, ke mana-mana sambil memberikan penyuluhan. Sampai tahun 2010 bersama almarhum Prof. Robert Tilden, sahabat saya dari AS, kami masih naik moge sampai ke Flores. Setelah Beliau wafat, saya tidak lagi pergi jauh-jauh dengan moge saya,” tukas Prof Ascobat yang masih mengajar dan menjadi dosen tamu di berbagai universitas di tanah air. Seperti Sosok Siti Balepahnya, Ascobat menikmati hari-harinya bersama istri, dua anaknya : Gahet Longara dan Tasya Karina yang telah memberinya tiga orang cucu. (WS/ ft: Yassin& koleksi pribadi)
Edisi November-Desember 2016
alumni
11
ME WA FO TO : IS TI
L APORAN UTAMA
Profil Asrama Mahasiswa UI-
DAKSINAPATI Daksinapati : Calon Suami yang Baik
12
alumni U N I V E R S I TA S I N D O N E S I A
Edisi November-Desember 2016
A
D aksinsp ati
FOTO : TEMPO
Jika melihat bangunan rektorat IKIP Rawamangun yang kini telah menjadi nama Universitas Negeri Jakarta, di situlah lokasi bangunan asrama putra mahasiswa UI Daksinapati yang berarti “calon suami yang baik “. Nama ini diberikan oleh Presiden Soekarno. Pembangunan asrama dilakukan pada akhir tahun 1952 dan awal tahun 1953. Dibangun oleh Rusia ketika itu satu paket dengan pembangunan Senayan. Maka tak heran bila gaya bangunannya seperti bangunan negara dingin di Eropa. Konstruksi yang kekar dan kuat, banyak teras dan ruangruang luas atau aula, ukuran kamar cukup luas, atap tinggi, jendela kaca berkusen besi yang membukanya dengan didorong. Juga lorong-lorong jalan di dalamnya. Peletakan batu pertama dilakukan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 15 September 1953. Asrama di Kampus Rawamangun ini dalam prasasti disebutkan “kota mahasiswa Djakarta.”
ahasisw a A sram a M
srama mahasiswa Daksinapati terdiri dari tiga lantai dengan 120 kamar mahasiswa yang diberi nomor dari yang terkecil di lantai atas hingga nomor-nomor besar di lantai bawah. Masing-masing lantai ada sekitar 40 kamar. Kapasitas asrama ini dapat menampung sekitar 360 mahasiswa yang datang dari berbagai daerah di Indonesia. Penghuninya melebihi kapasitas, sampai 400 mahasiswa. Satu kamar dihuni 3-4 mahasiswa. Ada juga yang cuma 1 saja. Di setiap kamar tersedia tempat tidur tingkat dua, tiga lemari, meja dan rak buku. Area lantai bawah tergolong luas dengan banyak teras dan ruang. Ada yang kecil untuk sekretariat atau tata usaha asrama, dilengkapi telepon umum. Ada ruang menonton televisi - yang
ramai pada jam 21.00 acara Dunia Dalam Berita dan siaran bola atau tinju, badminton, pingpong, kantin dan ruang makan, dapur, kamar mandi yang bersebrangan dengan WC, tempat mencuci baju, pompa tangan, juga halaman rumput tempat menjemur. Lantai dua selain ada kamarkamar mahasiswa ada pula ruang aula pusat rohani (Pusroh) untuk kegiatan rohani seperti shalat Subuh berjamaah, berbuka puasa, dan sebagainya. Pernah suatu saat di bulan puasa menjelang berbuka Dono warkop memutar kaset adzan magrib. Ramai-
L A P O R A N U TA M A
Sekitar tahun ’80, mahasiswa kedokteran dr. Biliater Sinaga memprakarsai gerakan jantung sehat dengan bersepeda. Asrama Daksinapati mendapat 50 sepeda dari Bustanil Arifin dan ditaruh di teras ruang bawah yang masih cukup luas. Para penghuni ber- gowes di setiap hari Minggu berkeliling kampus atau jalan pemuda mengitari kampus. Waktu itu suasananya masih rindang, sepi dan nyaman. Suasana asrama cukup sepi di malam Minggu. Penghuni umumnya pergi ke luar asrama. Ada yang “ngapel” atau PDKT ke Wismarini, ada juga yang keluar hanya jalan-jalan naik bis PPD ke Grogol supaya dikira punya pacar. Acara ulang tahun asrama adalah yang paling ditunggu. Kita cari dana ke beberapa perusahaan ataupun toko-toko sekitar kampus, dan kita pinjam bus dari tentara untuk antarjemput mahasiswi asrama Wismarini, RS Carolus, Senopati, dan lainnya, begitu cerita mereka. Lantai 3 yang ada aula dan ruang terbuka di- setting seperti diskotik. Selesai acara jam 01.00 para tamu diantar kembali pulang ke asrama. Pernah juga suatu kali acara yang ditunggu-tunggu ini diboikot oleh penghuni asrama Wismarini. Namun, banyak juga penghuni asrama yang saling berjodoh karena acaraacara ini. (Deh) FOTO AISYAH
ramailah penghuni asrama berlarian ke Pusroh, dan ternyata belum saatnya berbuka puasa. Lantai tiga juga terdiri dari kamar-kamar mahasiswa, aula untuk belajar dan melakukan kegiatan olahraga pingpong, kegiatan agama nonmuslim Oikumene , dan ruang terbuka untuk acara pesta. Kamar lantai atas pemandangannya ke arah lapangan golf Rawamangun. Jadi, kalau pak Harto sedang main golf bisa kelihatan. Jarak dari lantai atas ke lapangan golf cuma sekitar 200 meter dibatasi oleh jalan. Sering juga ada bola golf yang nyasar ke asrama. “Kita kumpulin dan nanti kita berikan ke pengelola golf dan dapat penggantian uang”, kenang Edy Kuscahyanto. Untuk urusan cuci mencuci pakaian ada tersedia tempat khusus mencuci. Umumnya para mahasiswa memberi bibi (panggilan untuk pencuci) cuci bulanan sekitar Rp 1015 ribu. Setiap bibi cuci memegang 2-3 kamar. Kamar mandi menjadi soal yang serius bagi para penghuni asrama Daksinapati, apalagi kalau musim kemarau ketersediaan air terbatas, dan pompa air sering rusak. Sering mahasiswa kuliah tidak mandi, apalagi yang kuliah di Rawamangun, cukup mengusap muka jalan kaki berangkat kuliah. Lain halnya dengan yang kuliah di Salemba, fakultas kedokteran, teknik, ekonomi, MIPA. Acara pagi hari, pergi kuliah terjadilah “rebutan “ kamar mandi walau tidak pernah sampai terjadi gesekan. Mahasiswa bawa handuk dan gayung masing-masing dari
kamarnya. Jam 7 pagi kamar mandi sudah antri. Ada mahasiswa sastra Inggris namanya Zatni Ardi yang sekarang peneliti LIPI, dia suaranya bagus, anggota Paduan Suara UI. Kalau di kamar mandi dia suka nyanyi lagu Indonesia Pusaka. Begitu dia menyanyi, maka dari deretan kamar mandi lain yang terisi juga ikut menyanyi. Akhirnya terdengarlah paduan suara kamar mandi. Lain lagi yang terjadi dalam ruang WC. Ada kebiasaan beberapa penghuni yang lupa menyiram. Seringnya mereka langsung ke kamar mandi. Hal ini membuat ketua pusat rohani (Pusroh), Marakermah Adam kesal dan dibuatlah program “gayungisasi”. Jadi disediakan gayung-gayung di WC untuk memberi kesadaran menyiram sehabis BAB. Tapi, begitu gayung-gayung itu rusak, kebiasaan yang membuat kesal itu terulang lagi. Persoalan mandi masih berlanjut saat air tiba-tiba saja mati. Ini sering dialami penghuni karena pompa airnya sudah tua sehingga kurang kuat untuk sampai ke tower air. Begitupun ketika musim kemarau. Jika mati air, teriaklah orang-orang yang di kamar mandi. Ada juga yang akhirnya lari ke tempat pompa tangan di tempat cuci baju.
Asrama Daksinapati kini menjadi gedung perkuliahan Fakultas Ilmu Pendidikan UNJ.
Edisi November-Desember 2016
alumni
13
profil
ALUMNI
Profil Penghuni Asrama Daksinapati
EDY KUSCAHYANTO MIPA’78
Masih Sering Terbawa Mimpi
FK’ 64
Selama sekitar 8 tahun Edy menjadi pengurus asrama Daksinapati UI. Bahkan secara tak resmi sempat ditunjuk Rektor 3 menjadi Ketua Badan Pengurus Asrama, meski tanpa SK, menggantikan Ketua yang sudah lulus. Kehidupan di asrama telah menempa pribadi dirinya menjadi seperti sekarang ini. “Terus terang, sampai sekarang saya masih selalu terbawa mimpi suasana tinggal di asrama Daksinapati”, kata Executive Director Televisi Muhammadiyah ini serius.
14
alumni U N I V E R S I TA S I N D O N E S I A
Edisi November-Desember 2016
S
Bisa ceritakan ketika pertama kali masuk UI?
emula saya ke Jakarta mau mendaftar ke AKABRI. Syarat mendaftar harus potong rambut. Ketika mau potong rambut tidak tahu di mana tempatnya, sampailah saya ke Salemba. Di sana saya lihat ada Universitas Indonesia. Kemudian saya masuk dan melihat-lihat. Ternyata uang pendaftarannya murah hanya Rp 6000. Akhirnya saya mendaftar, membeli buku soal-soal tes masuk untuk dipelajari dan saya berhasil diterima di jurusan Geografi Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam (MIPA). “ Saya memang senang pada ilmu-ilmu kebumian”. Sempat juga mau daftar Akademi Imu Pelayaran, tetapi urung karena biaya pendaftarannya mahal Rp 24 ribu.
Bagaimana ceritanya masuk asrama Daksinapati?
Persyaratan masuk asrama selain bukan penduduk Jakarta, sudah setahun jadi mahasiswa
L A P O R A N U TA M A
Hal negatifnya ?
Kehidupan di asrama yang agak bebas sebetulnya tidak boleh membuat kita jadi lalai dan keasikan, karena tidak ada yang mengontrol. Apalagi jika mahasiswa di- support orangtua dengan dana cukup, bisa jadinya makan-tidur enak di asrama dan kuliah terlantar. Seringkali karena mahasiswa sudah enak dengan kehidupan di asrama, tiba-tiba waktu kuliahnya sudah terminal. Akibatnya, ya, di drop out.
Sibuk aktivitas juga semasa kuliah?
UI. Sebelumnya saya sempat tinggal di rumah oom di Pasar Minggu. Jaraknya lumayan jauh ke kampus Salemba. Saya juga merasa tidak enak tinggal di sana karena sering pulang malam. Setahun setelah kuliah, saya masuk asrama tahun 1979. Sebetulnya masuk asrama tidak mudah. Orang yang mau masuk asrama belum tentu bisa langsung dapat kamar, karena di sana ada gank-gank atau kelompok-kelompok juga, hahaha. Misalnya, gank Padang, Batak, dan sebagainya. Saya beruntung bisa masuk karena pertemanan. Di asrama sebulannya Rp 3000. Tapi karena saya masuk dan langsung jadi pengurus, jadi tidak bayar. Bahkan untuk pengurus dapat gaji Rp 15 ribu.
Apa saja tugas pengurus asrama?
Kehidupan di asrama agak bebas. Pengurus mengawasi kalau ada penghuni gelap, orang yang tidak dikenal, ada yang menginap tanpa ijin, membawa nginap cewek ke kamar. Biasanya penghuni kita tegur dan kita beri peringatan. Tentunya kita tidak mau ada aib di asrama. Pengurus juga mengurusi masalah kalau air tiba-tiba mati harus di-cek tentunya. Lalu mengatasi masalah perselisihan dan pertengkaran antar penghuni. Pernah suatu kali ada penghuni yang mau dikeroyok rame-rame, saya katakan kepada temanteman, kalau mau ribut selesaikan urusan mereka di luar asrama, karena saya tidak ingin ada darah tumpah di asrama. Orang yang mau dikeroyok itu saya antar keluar asrama dan ongkosi naik bajaj.
Apa pengaruh positif yang didapat dari kehidupan di asrama?
Kehidupan di asrama berdampak baik bagi pembentukan karakter. Kita bisa lihat lahirnya beberapa tokoh dan aktivis yang jarang tercela. Mereka berani, konsisten, dan terkenal di bidangnya masing-masing. Bagi saya sendiri, jadi mengenal berbagai karakter orang. Karena di asrama penghuninya berasal dari berbagai daerah di Indonesia seperti Batak, Padang, Papua, Timor-Timur, dan lainlain. Kami juga menjadi orang yang mempunyai rasa solidaritas, egaliter, dan tidak mudah tersinggung. Sebagai pengurus asrama kenyang dengan makian penghuni seenaknya. Sementara saya yang berasal dari kultur Jawa dan anak polisi, ya awalnya memang tersinggung juga. Tapi kemudian perasaan tersinggung itu hilang dan jadi kebal. Menurut saya, kalau sering kena makian, dikritik, dikecam, malah jadi pembelajaran yang sangat bermanfaat.
Terakhir waktu kuliah saya menjadi ketua Majelis Pemusyawaratan Mahasiswa (MPM), tahun 1982. Saya juga pernah jadi ketua harian drumband dengan anggota sekitar 200 mahasiswi. Serunya, kalau ada acara kejuaraan, kita bawa anggota drumband sekitar 40 mahasiswi dan kalau tour beberapa mahasiswa jadi pengawalnya. Saya juga pernah jadi ketua Kempo. Kayaknya waktu itu banyak sekali saya jadi ketua, hahaha…
Bagaimana waktu belajar di asrama dulu?
Saya lebih sering ada di asrama waktu menyelesaikan skripsi. Sehari-hari lebih banyak belajar di kampus. Asrama hanya untuk persinggahan, ganti dan cuci baju. Saat menyusun skripsi ini, benar-benar perjuangan, karena memerlukan dana tidak kecil. Sebetulnya, bagi mahasiswa yang sedang skripsi bisa mengajukan Kredit Mahasiswa Indonesia namanya KMI, sebesar 750 ribu. Jaminannya ijazah. Saya termasuk mahasiswa yang di-blacklist karena dianggap pembangkang dan sering demo, jadi tidak bisa mengajukan kredit. Bahkan beasiswa yang saya dapat pun sempat dicabut. Banyak mahasiswa yang mendapatkan kredit, tapi banyak yang menggunakannya untuk sesuatu yang konsumtif. Misalnya, dibelikan tape recorder Compo yang saat itu sedang trend, ada yang dibelikan sepatu Bally, dan sebagainya. Akibatnya banyak juga mahasiswa pinjamannya habis, skripsi nggak kelar. *** Ditanya kapan tepatnya meninggalkan asrama Daksinapati, Edy Kus tertawa geli. “Saya termasuk yang membangkang, masih tinggal di asrama walau sudah jadi sarjana”, tukasnya. Alasannya adalah karena lokasinya strategis jadi kalau kemana-mana murah. “ Saya tinggalkan asrama karena malu, sudah tidak ada teman lagi, mereka sudah lulus, hidup mapan dan menikah. Jadi tidak bonafide lagi rasanya kalau masih tinggal di asrama. Saya kemudian pindah ke daerah Utan Kayu”, katanya buka rahasia. Yang diketahuinya kemudian bahwa asrama akan diambil-alih oleh IKIP sehingga penghuni terpaksa harus keluar sekitar tahun 89-an. Edy Kuscahyanto yang begitu mendapatkan sarjananya langsung bekerja di kantor perwakilan asing Venezuela, namun tak lama kemudian ikut mendirikan penerbitan media. Kini ia bersyukur karena ada grup Whatsapp –ASDAK UI yang beranggotakan penuh 256 alumni penghuni Daksinapati. (Deh/ ft : Yassin)
Edisi November-Desember 2016
alumni
15
ME WA FO TO : IS TI
L APORAN UTAMA
Profil Asrama Mahasiswi UI-
Wismarini
Asrama mahasiswi UI Wismarini adalah salah satu dari dua asrama mahasiswa yang dibangun pertama kali di Jakarta. Asrama yang lain adalah asrama mahasiswa UI Daksinapati di Kampus UI Rawamangun, menurut portal Jakarta.go.id. Menurut catatan asrama Wismarini diresmikan tahun 1954. Sampai hari ini gedung asrama Wismarini masih berdiri di bilangan jalan Oto Iskandardinata, Jatinegara tanpa banyak perubahan. Yang berubah, asrama mahasiswi UI legendaris ini kini juga menerima mahasiswa. Menarik untuk menyimak penuturan tiga mantan penghuni asrama Wismarini: Mary Djiun FS’70, Anizar Abdurachman FS’ 73 dan Lita Agustia FKG’76 . Mary ingat membayar iuran asrama per bulan, Rp 1000 sementara Anizar dan Lita membayar Rp 3000. Untuk perbandingan, uang kos di luar asrama, Rp 30.000.
16
alumni U N I V E R S I TA S I N D O N E S I A
Edisi November-Desember 2016
tri W ism Asram a P u
arini FOTO : ISTIMEWA
Enak, Murah dan Seru !
M
otivasi ketiga alumni ini memilih masuk asrama Wismarini memang berbeda tipis, namun punya kesan yang sama yaitu : “enak, murah dan seru” . Bagaimana tidak, menurut Mary yang menghuni sebuah kamar di gedung depan ( flat B ) lantai dua yang sebelumnya tinggal di Bogor bersama orangtua, setiap lantai punya tiga pembantu masing-masing untuk bersih kamar, cuci, setrika pakaian dan masak. Setiap penghuni asrama yang mau disediakan makanan akan menyiapkan rantang dengan stiker nama, setiap pagi untuk kemudian diisi oleh bibik masak sesuai pilihan masing-masing. Para pembantu adalah pegawai negeri dengan waktu kerja dari jam 7 pagi hingga 3 siang. Para penghuni asrama yang pulang dalam keadaan lelah akan menikmati kamar yang bersih, rantang makanan dan baju yang sudah dilipat rapih. Ani, begitu panggilan Anizar yang menempati kamar di gedung/ flat E lantai tiga juga berceritera tentang awal masuk ke Wismarini. “Saya diantar ayah saya waktu datang ke asrama Wismarini. Setelah melihat situasi dan peraturan ketat asrama, Beliau jadi lega melepas saya tinggal di asrama”. Sarjana Sastra
Arab dan Master Antropologi ini masuk asrama tahun 1978 – 1981 untuk menyusun skripsi. Rumah orangtua Anizar masih di Jakarta juga, di bilangan jalan Sabang, dirasa terlalu berisik. Lita Agustia punya alasan lain masuk asrama Wismarini (1979). “Awalnya karena butuh tempat tinggal yang lebih dekat dengan kampus, dimana saat itu kendaraan umum masih sedikit, sehingga saya sering terlambat sampai kampus. Terlebih saat itu sudah tingkat IV, sehingga butuh waktu yang lebih banyak di kampus, karena selain kuliah juga sudah masuk masa bekerja di klinik. Sebelumnya, ada beberapa teman kuliah yang sudah lebih dahulu tinggal di Wismarini, kami sering belajar bersama di asrama dan saya sering
L A P O R A N U TA M A
FOTO : ISTIMEWA
menginap disana sehingga makin kuat keinginan masuk Wismarini untuk diskusi dan belajar bersama”. Bila tidak ada kegiatan belajar, sambungnya, mereka ngobrol di salah satu kamar atau di lorong.. “Mulai dari ngomongin pacar, sampai cerita seram dan akhirnya takut tidur sendiri, hahaha .. Bertumpukan tidur di karpet. Bila dompet tebal, kami nonton bareng, biasanya di bioskop daerah Jatinegara atau lebih keren dikit di Megaria. Malah pernah setelah ujian, kami berenang di gelanggang Remaja depan Wismarini, dilanjutkan dengan nonton dan jajan dipinggir jalan.. “besok hari saya demam dan dinyatakan kena penyakit Thypus dan harus istirahat lama. Akibatnya, saya harus mengulang di tingkat yang sama…” Waktu luang yang digunakan Mary adalah barengbareng teman se-asrama berenang di Gelanggang Remaja atau beli duren di Pasar Mester. Kesan yang paling mendalam bagi Lita, Ani dan Mary adalah jadi punya banyak teman, belajar mandiri, dan ada teman ‘curhat’. Merasakan makan bareng dan berbagi karena kalau sudah akhir bulan, kiriman orang tua menipis adalah kenangan indah yang tidak terlupakan, kata Lita penghuni Flat E lantai 3 ini. Panggilan “non” untuk setiap penghuni oleh para pegawai yang bertugas di asrama, dari satpam hingga para bibik, juga mengesankan. Kerjasama yang harmonis antara para pegawai asrama dengan para penghuni terjalin kuat. Ani misalnya, punya pengalaman yang tidak pernah dilupakannya dengan Pak Madjid
satpam asrama yang berperawakan gendut tetapi baik sekali. “Biasanya kalau ada tamu laki-laki yang datang mencari salah satu penghuni asrama, Pak Madjid yang sudah hafal betul letak kamar orang yang dicari langsung berteriak dari bawah: ‘Non Ani ada tamu!’ Saya langsung keluar ke balkon sambil bersembunyi di balik tiang balkon dan berbisik, ‘tamunya pakai mobil merah, bukan?’ Karena mobil pacar saya warna merah. Kalau Pak Madjid dengan berbisik juga, bilang bukan, langsung saya tolak. Pak Madjid lalu ber- acting , berteriak lagi : ‘O gak ada ya..’ hahaha… ”, kenang Ani lega. Soal menerima tamu laki-laki, aturan di asrama Wismarini memang sangat ketat. Mary yang berada di asrama ini sejak masuk UI tahun 1970, bertutur tentang rasa gelinya kalau pacarnya, mahasiswa FIPIA , berkunjung ke asrama untuk minta bantuannya mengetik skripsi. “Saya turun tangga dengan sangat hati-hati dari lantai dua dengan membawa cangkir, sepoci teh lengkap dengan gula ke ruang tamu yang letaknya tersendiri. Sementara pacar saya sudah siap dengan mesin Lita Agustia FKG’ 76
tik portable- nya di meja. Gak usah cari listrik untuk mesin tiknya, langsung pakai. hahaha …” Di ruang tamu yang terpisah dari empat gedung berlantai tiga dengan kamar 200 an itu, berukuran besar dengan banyak meja-meja bundar dan kursi-kursi rotan keluaran tahun 50 an ditata rapih dengan dilengkapi sebuah piano dan perpustakaan. Suasana belajar tetap pekat di setiap lantai asrama. Anizar yang punya tujuan menggarap skripsi akan menempel kertas di muka pintu kamarnya dengan katakata : ‘Sedang bikin skripsi. Jangan diganggu’ Atau suasana rutin setiap pagi ketika tetangga-tetangga kamarnya yang kebanyakan dari FIPIA keluar dengan mulut komat kamit membaca teksbook tebal. Lita pun tak kalah serius, “Karena saya masuk Wismarini sudah tingkat IV, kuliah secara classing sudah tidak 100%, sebagian waktu sudah di klinik, lebih fokus pada diskusi kasus. Banyak juga teman kampus yang akhirnya jadi penghuni gelap di kamar saya. Kami diskusi bareng sambil jajan. Karena malas turun ke bawah beli makanan memakai keranjang yang dijulurkan dengan tali dari lantai 3, kenang dokter gigi yang juga berpangkat Laksamana Pertama AL (bintang satu) ini tertawa geli. (WS)
Anizar Abdurachman FS’
“Karena sedang “Awalnya karena konsen menggarap skripsi butuh tempat tinggal yang lebih dekat dengan maka dipasanglah kertas kampus, dimana saat itu pemberitahuan di muka kendaraan umum masih pintu kamarnya dengan sedikit, sehingga saya sering kata-kata : ‘Sedang bikin terlambat sampai skripsi. Jangan diganggu’”. kampus”.
Mary Djiun FS’ 70
73
“Saya turun tangga dengan sangat hati-hati dari lantai dua dengan membawa cangkir, sepoci teh lengkap dengan gula ke ruang tamu Sementara pacar saya sudah siap dengan mesin tik portablenya di meja.”.
Edisi November-Desember 2016
alumni
17
L APORAN UTAMA
FS’ 72
profil
ALUMNI
Profil alumni Wismarini
Dr. HERIYANTI 0. UNTORO MA.
FS’ 72
18
Tinggal di Asrama Wismarini bagi Heriyanti, Dr Arkeologi ini sangat cocok dengan kepribadiannya yang suka punya banyak teman, suka ngobrol dan bisa cuek dengan masalah orang lain yang tidak berhubungan dengan dirinya. Awalnya, saat diterima di Fakultas Sastra jurusan Arkeologi, Oyen, begitu panggilan sehariharinya, sudah tinggal di sebuah tempat kos di bilangan Menteng. Lalu, karena kos-kosannya bubar, tertarik untuk tinggal di asrama Wismarini. Banyak cerita-cerita menarik yang diungkapkan Oyen selama berada di sana (1976 – 1981) juga pembelajaran yang didapatnya.
alumni U N I V E R S I TA S I N D O N E S I A
Edisi November-Desember 2016
L A P O R A N U TA M A
Punya TV kecil di kamar
T
ahun 1976 ketika Dosen Program Studi Arkeologi UI ini sudah harus menyusun skripsi sarjananya, tempat kos yang selama kuliah ditempatinya akan dijual oleh pemiliknya. Bingung mencari tempat tinggal lain sampai secara tak sengaja mendapat info dari seorang dosen jurusan Sastra Indonesia, Soraya, yang tinggal di asrama Wismarini. Inilah awal ceritanya masuk ke Wismarini. “Harus melalui proses daftar dan interview yang waktu itu oleh Ibu Mahar Mardjono, istri rektor UI saat itu. Pertanyaan yang diajukan sederhana saja, alasan masuk Wismarini. Dengan lugas, Oyen menjawab, rumah orangtua di Bogor, dalam tahap pembuatan skripsi dan tidak punya tempat tinggal. Alasan ini kemudian diterima dan oleh ketua asrama di flat F lantai dua, arkeolog yang juga adalah dosen pada Program Studi Antropologi UI sejak 1987-2015 ini dicarikan kamar. Mulailah sang peneliti terkait Arkeologi dan Antropologi Ekologi ini menjalani hari-harinya dalam kehidupan asrama Wismarini yang penuh dengan keragaman budaya, agama, status sosial dan karakter selama lima tahun. Bu Miryam yang setiap hari menyiapkan dua macam sayur untuk penghuni di flat F lantai dua, Bibik Alus yang sudah tua, mungkin juga sudah pensiun, bertugas membersihkan kamar dan seorang bibik lagi yang sudah tak ingat namanya, berjalan pincang terseok-seok menyelesaikan tugasnya sebagai pencuci baju. “Tidak ada yang namanya nepotisme, yang membayar ekstra agar mendapat pelayanan istimewa pada saat itu. Semua sama saja”, cerita Oyen. Pernah ada kejadian, salah ambil rantang yang berisi makanan dan terjadilah sedikit keributan di lantai 2 Flat F. “Mungkin karena sudah sangat lelah pulang kuliah, salah seorang dari kami salah mengambil rantang dan langsung dimakan. Yang punya rantang kemudian kecewa dan sedikit marah. Tetapi hanya begitu saja!” Bagi Oyen, untuk bisa enjoy hidup di asrama seperti Wismarini adalah menunjukkan toleransi dan empati yang besar. Kalau tidak, tentunya hidup di sebuah asrama dengan begitu banyak perbedaan akan menjadi neraka. Salah satu yang disyukuri oleh ibu dari Vinaya dan Varistha dan nenek dari Vara, adalah bahwa dirinya memang suka bergaul, mudah jatuh kasihan, empati pada orang lain dan bisa tidak peduli pada urusan orang lain. Kelemahan yang diakuinya adalah tidak bisa berdiam diri di dalam kamar bila mendengar celotehan teman-temannya di kamar lain atau di lorong. “Saya langsung ke luar dan bergabung lah..gak tahan lagi..” katanya tertawa lebar. Oyen juga merasa beruntung punya sebuah pesawat TV kecil di kamarnya. “Jadi pada sering ngumpul di kamar saya sambil nonton TV”. Bagaimana bila harus benar-benar konsentrasi pada penyusunan skripsinya? “Pagi hari asrama sepi, semua pergi ke kampus. Nah, ini waktunya untuk mengerjakan skripsi”. Dari banyak hal yang menyenangkan seperti perasaan aman karena dijaga satpam 24 jam ada juga yang membuat kesal dan sedih. “Saya pernah kehilangan celana blue jeans yang saya letakkan di tembok balkon kamar. Bayangkan dulu itu yang namanya celana blue jeans kan mahal..hahaha. Bukan saya saja tetapi ada beberapa teman juga kehilangan blue jeans nya. Tentu bukan sesama penghuni yang mengambil, tetapi konon anak pembantu cuci yang tinggal di sekitar situ. Sejak itu saya tidak lagi menggantung pakaian di balkon. Ini pelajaran bagi saya juga!” Pengalaman lain yang cukup unik adalah soal telepon. Satusatunya telepon yang ada di asrama ini terletak di ruang kantor. Awalnya telepon boleh dipakai siapa saja, tetapi ternyata tagihan
bulanannya meledak. “Maklumlah, banyak juga yang berasal dari luar Jakarta”, kata Oyen. Terakhir, telepon yang satu-satunya di asrama dan termasuk kategori “barang mewah” ini digembok oleh Pak Abu, sang kepala kantor. Siapa yang mau pakai, kenang Oyen, bisa ke rumahnya dan pinjam kunci. Hanya kemudian timbul masalah lain, setelah si peminjam selesai menelpon, antrian para penghuni asrama lain sudah panjang untuk “ikut” menelpon. “Kita kan gak tahu mereka nelponnya ke mana..tapi gak mungkin dong kalau kita gak kasih kuncinya, hahaha…” Seribu satu nostalgia lucu dan unik yang dialami penulis dua buku : Ekologi di Kesultanan Banten dan Ekonomi Kesultanan Banten kajian Arkeologi Ekonomi ini namun ada beberapa hal yang digaris-bawahinya yaitu toleransi dan rasa empati. Menurutnya kedua hal ini yang kemudian akan membuat kita dapat lebih memahami orang lain. (WS/ft:Yassin)
Saat lulus magister tahun 1998
Penelitian Pemukiman di halaman bawah candi Borobudur 1979
Di salah satu seminar Edisi November-Desember 2016
alumni
19
ALBUM JADOEL
keo Mahasiswa Ar
logi
Mahasiswa Arkeologi : Penelitian di Banten Lama tahun 1977 : Tjung Gozali, Flora alm, Inge Poyoh, Ucok alm, Wiwien, Toye Gatot, Indra Agatha, Becky Pardede, Muh. Iqbal Chemmy dan Irmawati Marwoto.
Beristirahat setelah pertandingan sepak bola putri Arkeologi FS di lapangan Rawamangun.
ta i anggo sikolog F Psi ‘ 82 P s a lt u , i Fak afina Anna S il saat ahasisw Dua m Perisai Diri : oto ini diamb i F ir . d 5 bela Psi’8 tiari F. & Ira Se D tahun 86. P latihan
20
alumni U N I V E R S I TA S I N D O N E S I A
Edisi November-Desember Juli-Agustus 2016 2016
Acara Mapras ( Masa Pra Mahasiswa) Fakultas Sastra UI angkatan 1974 di kampus FS UI Rawamangun. Berguling di kubangan lumpur dan makan brotowali yang super pahit....kenangan manis.
Beristirahat setelah pertandingan sepak bola putri Arkeologi FS di lapangan Rawamangun
ALB UM JAD OEL
Fakultas Psikologi dan Bela diri Perisai Diri (PD) di kampus UI Salemba. Ada Eddy Triadji, dr. Putra, Gana Rakhman, Diana Debora, Satyo Hatmadi, Anna Safina, Lukitarina dan Tini Suminarti.
Psik Mahasiswa Fak.
ologi’ 74
Mahasiswa Fak Psikologi 74 camping ke Anyer dan Sukabumi. antara lain ada Murni Prasetya, Sigit Edi Sutomo, Noeraini Djoealin, Angki M, Rudi Gantika, Sherinn Thayeb, Ami Samsidar, alm, Jermianto, Syarifah, Anita, Darmokusumo.
Edisi November-Desember 2016
alumni
21
AKTUA L I TA
http://www.ui.ac.id/news
KUMPUL-KUMPUL SANTAI SORE ALUMNI “PEMBINA BIDANG KEMAHASISWAAN & HUBUNGAN ALUMNI” UI
P
ada hari Kamis, 3 November 2016, bertempat di Integrated Faculty Club , Kampus UI Depok, atas prakarsa Arie Soesilo mantan Pembina Bidang Kemahasiswaan dan Hubungan Alumni FISIP UI, Direktorat Pengembangan Karir dan Hubungan Alumni (Dit. PKHA) UI menyelenggarakan acara Kumpul-kumpul Santai Sore Alumni “Pembina Bidang Kemahasiswan dan Hubungan Alumni” UI. Prakarsa Arie Soesilo, mantan Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan & Hubungan Alumni UI, yang meneruskan aspirasi untuk “berreuni” seluruh rekan-rekan mantan Pembina Bidang Kemahasiswaan dan Hubungan Alumni seluruh Fakultas di lingkungan UI. Memang melalui kegiatan ini menjadi menarik untuk mengerti siapa yang disebut sebagai Alumni UI. Spektrum “pengelompokan Alumni” sebenarnya dapat berupa pula “pengelompokkan informal Alumni”. Kelompok-kelompok Alumni UI tidak lagi terbatas pada pengelompokkan atas dasar periode masa studi (Angkatan), bidang studi (Fakultas, Departemen/Jurusan), kelompok kegiatan kemahasiswaan (Lembaga Kemahasiswaan/Unit Kegiatan Mahasiswa), dan yang lainnya. Namun “kekayaan silaturahim Alumni UI”
22 22
alumni U UN N II V V EE R R SS II TT A A SS II N ND DO ON N EE SS II A A
Edisi November-Desember 2016
Tamy mantan Manajer Mahalum FKG yang saat ini Wadek Sumber Daya, Ventura & Adm Umum FKG UI turut menyanyikan beberapa lagu kenangan ...sangat menghibur...
AKTUA L I TA dapat juga berupa “pengelompokkan informal atas kesamaan hal tertentu”. Salah satunya, Dosendosen UI yang pernah berkecimpung melaksanakan tugas bersama dalam suatu bidang tugas “Pembina bidang Kemahasiswaan & Hubungan Alumni” (Bidang Mahalum). Kamis 3 November sore itu “kelompok informal” ini melakukan kumpul-kumpul melepas kangen, stop
rutinitas sesaat, ngobrol-ngobrol, makam-makan, ngopi-ngopi, nyanyinyanyi dan mengikuti trend narsis saat ini, tak ketinggalan berfoto-foto, termasuk dengan swa -foto nya. Acara ini memang belum melibatkan seluruh teman-teman Dosen UI yang dahulu berkecimpung di bidang ini. Karena tanpa rencana yang jauh hari disiapkan, maka sedapatnya dulu teman-teman yang
Tetap semangat...semangat...Alumni Pembina BidangKemahasiswaan dan Hubungan Alumni
ada saja. Acara dilaksanakan di kompleks Integrated Faculty Club (IFC) , Kampus UI Depok. Persisnya dilaksanakan di area luar (outdoor) di Plaza Tepi Danau Salam. Beruntung cuaca rembang petang hari itu amat bersahabat. Teduh sejuk usai hujan sore. Benar-benar menghadirkan suasana kumpul-kumpul yang nyaman dan menyenangkan di sebuah sudut indah Kampus UI Depok. (AS).
Hananto mantan Manajer Mahalum FK yang saat ini Dirut RSJP Harapan Kita, sedang melantunkan lagu kenangan.
Tetap bersatu untuk selamanya Edisi November-Desember 2016
alumni
23 23
AKTUA L I TA ILUNI FTUI dan INCAFO : Forum Industri Kemaritiman Nasional
I
katan Alumni Fakultas Teknik Universitas Indonesia (ILUNI FTUI) bersama INCAFO (Indonesia Cabotage Advocation Forum) menyelenggarakan Forum Industri Kemaritiman Nasional - rabu (9/11) bertempat di Kempinski Grand Ballroom, Jakarta Pusat. Wadah di bawah koordinasi Policy Center ILUNI FTUI membahas isu-isu kemaritiman dengan melibatkan tiga pilar yaitu dari akademisi, pelaku bisnis dan pemerintah untuk mencapai pembahasan yang sinergis. Penyelenggaraan forum konsolidasi di tahun ke-6 ini mengambil topik Transformasi Tol Laut dengan Mengoptimalkan Kapasitas Pelayaran dan Industri Galangan Kapal Nasional Untuk Mendukung Konektivitas dan Normalisasi Biaya Logistik Nasional Serta Mewujudkan Indonesia “sebagai Poros Maritim Dunia”. “Kita bisa memenangkan kompetisi hanya dengan cara saling menyokong untuk berdiri di atas kaki sendiri dan dimulai dengan berdaulat sebagai tuan rumah di negeri sendiri. Oleh sebab itu ILUNI FTUI bersama pemangku kepentingan kemaritiman nasional menggelar kembali Forum Konsolidasi Industri Kemaritiman Nasional ke-enam bernama “6th INCAFO ( Indonesia
24
alumni U N I V E R S I TA S I N D O N E S I A
Edisi November-Desember 2016
Cabotage Advocation Forum) pada tahun 2016 ini “, ujar Ketua ILUNI FTUI, Teten Derichard. Koordinator INCAFO, Idris Hadi Sikumbang mengatakan, kegiatan ini juga bagian dari upaya mewujudkan program “MERAH PUTIH PASTI BISA” melalui penerapan asas “ Cabotage” secara konsisten yaitu kewajiban mengoperasikan kapal berbendera merah putih milik bangsa Indonesia di seluruh perairan Indonesia sebagaimana diatur dalam Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2005 tantang Pemberdayaan Industri Pelayaran Nasional serta UU no 17 tahun 2008 tentang Pelayaran. “Forum ini menghadirkan para pelaku yang memiliki kepentingan langsung terhadap segala permasalahan yang dihadapi di sektor maritim nasional”, tutur Idris. Rektor Universitas Indonesia Prof.Dr.Ir. Muhammad Anis, M. Met, mengatakan bahwa Universitas Indonesia telah menjalankan tri-darma perguruan tinggi dengan tidak melupakan sektor kemaritiman guna mendukung pertumbuhan ekonomi nasional melalui teknik perkapalan, hukum maritim, budaya maritim. UI atas nama bangsa Indonesia melahirkan riset perkapalan dan memenangkan perlombaan internasional, kapal roboboat dan kapal plat datar. Sivitas UI mendapat bantuan dari ILUNI FTUI sejak 2005. Acara INCAFO ke 6 ini resmi dibuka oleh Menteri Perhubungan RI, Bpk. Budi Karya Sumadi, Diikuti dengan peresmian pusat studi kemaritiman Indonesia “Indonesian Maritime Center Indonesia “, MOU antara PT Biro Klasifikasi Indonesia (Persero)/BKI dengan Indonesian Shipowners Association /INSA, Ikatan Perusahaan Industri Kapal & Sarana Lepas Pantai Indonesia/IPERINDO, PT. Pelayaran Nasional Indonesia (Persero)/ PELNI, dan Pelayaran Rakyat (Pelra), untuk mendukung program pemerintah guna mewujudkan transformasi tol laut. (ILUNI FTUI)
AKTUA L I TA
Business Talk 2, dengan Saeed Saidi
ILUNI FHUI OPEN GOLF 2016. Rektor UI, Prof. M. Anis bersama para alumni mengikuti turnamen golf ILUNI FHUI yang diselenggarakan di Emeralda Golf Club, Minggu 20 November 2016.
Rapat Khusus dgn ILUNI Fakultas dan WANTIM
KEJUARAAN BASKET 3 DEKADE ANTAR ALUMNI PERGURUAN TINGGI. Pengurus ILUNI UI turut memberikan dukungan kepada tim alumni UI dalam pertandingan basket antar alumni perguruan tinggi di GOR Bulungan, Jakarta Selatan, 12 November 2016. Tim alumni UI berhasil sebagai juara kedua.
TANDA CINTA UNTUK PAHLAWAN INDONESIA. Dalam rangka memperingati hari pahlawan, ILUNI UI bersama SATU PEDULI beranjangsana dengan Legiun Veteran Republik Indonesia di Markas DPD LVRI DKI Jakarta, Sabtu, 5 November 2016.
”GRAND OPENING ILUNI UI SCHOLARSHIP CAMP: Break Your Limit” , diselenggarakan di Balai Sidang Kampus UI Depok, Sabtu 19 November 2016. Program ini bertujuan untuk membantu kebutuhan alumni yang akan bersekolah di luar negeri melalui beasiswa. Acara pembukaan dihadiri sekitar 280 orang yang terdiri dari mahasiswa UI, alumni UI, pengurus ILUNI UI dan BEM UI, serta perwakilan penyedia beasiswa. Dari kiri ke kanan: Indra Kusuma (Wakil Ketua Almamater Center ILUNI UI), Erwin Nurdin (Direktur Pengembangan Karir dan Hubungan Alumni UI), Arief Budhy Hardono (Ketua Umum ILUNI UI), dan Azman Muamar (Mantan Ketua BEM UI yang saat ini bekerja di LPDP). ILUNI Wilayah Berbagi Ilmu
Edisi November-Desember 2016 Edisi November-Desember 2016
alumni alumni
25 25
BUSINESS TALK
Saeed Amidi : Coba Mulai, Ikuti Mimpi, dan Bangunlah Perusahaan Besar
Saeed A
m
rima c idi mene
Memulai Karir dengan Bisnis Botol Minum.
Business Center ILUNI UI bekerjasama dengan Universitas Indonesia, ILUNI Fasilkom UI, dan juga BEM Fasilkom UI menyelenggarakan Business Talk #2 “Start Your Start Up Life“ dengan menghadirkan pembicara dari Silicon Valley, Amerika, Saeed Amidi di Balai Sidang UI, Kampus UI Depok. (14/11/16).
S
aeed adalah pendiri dan CEO Plug and Play, yaitu perusahaan akselerator dan inkubator yang sudah mendanai ratusan start up dan mempunyai porsi kepemilikan pula terhadap sejumlah produk digital seperti PayPal, Dropbox, SoundHound, Lending Club, dan masih banyak lainnya. Pada kesempatan ini Saeed berbagi pengalaman dan pengetahuannya dalam menjalankan bisnis. “Siapa yang akan mulai menjalankan perusahaan?” tanyanya membuka pembicaraan dengan para hadirin. Kemudian ia memulai bercerita bagaimana pengalaman pertamanya dalam bisnis hingga kemudian menjalankan Plug and Play. Ia percaya bahwa perusahaan teknologi start up dipercaya dapat mengubah dunia.
26
alumni U N I V E R S I TA S I N D O N E S I A
Edisi November-Desember 2016
inderam
ata dari
UI
Saeed seorang kelahiran Iran belajar ke Amerika. Ia pulang kembali untuk bergabung dengan bisnis keluarga nya, sebuah grup konglomerat yang berkecimpung di bidang distribusi manufaktur, bank, dan lainnya. Ketika tahun 1979 terjadi Revolusi Iran, mereka kehilangan sekitar 99 persen dari bisnis keluarga dan asetnya. Kemudian banyak orang mempertanyakan dirinya, apakah ia terlahir sebagai seorang entrepreneur?Ataukah ia menjadi entrepreneur karena didapat dari pengalaman? Bagaimana ia menjadi entrepreneur? “Saya menghadapi bahwa saya harus menjadi seorang entrepreneur untuk dapat mempunyai standar kehidupan di California, di mana saya ingin tinggal di sana. Jadi, ide menjadi seorang entrepreneur merupakan suatu ide luar biasa jika kita mempunyai keluarga, ayah atau paman yang seorang entrepreneur. Tetapi jika kita tidak punya mentor seperti itu, saya rasa tetap dapat menjadi entrepreneur jika mau.” Tahun 1979, Saeed memulai dengan bisnis praktis, perusahaan ekspor impor. Ia belajar bahwa bisnis kemasan botol minum menarik sebab berkembang sangat pesat. Sekitar 20 tahun lalu Saeed ke Aqua Golden Missisipi di Indonesia, sebuah perusahaan yang sangat besar. Setelah itu, melalui transfer teknologi bisnis kemasan botol minum Saeed membuka banyak pabrik di dunia seperti di Paris, Spanyol, Srilangka, Norwegia. Ia berkantor di lantai dua gedung Universitas Avenue Palo Alto.”Mereka bertanya apa yang saya lakukan. Saya katakan menjalankan bisnis botol minum, kemasan, dan real estate. Mereka menertawakan dan mengganggap saya bercanda. Karena
B U S I N E S S TA L K semisal dari Eropa, Cina, Asia Tenggara. Mereka ini lebih baik dan tangguh dalam meghadapi kegagalan. Sementara orang Amerika kegagalan bisnis bukan masalah besar dan dia akan memulai lagi dengan perusahaan yang lain. Maka itu Saeed juga berpikir bahwa para entrepreneur yang luar biasa di dunia ini harus diberdayakan agar mereka lebih percaya diri dan memulai perusahaannya. Sejak tahun 1996 Saeed telah menjadi investor teknologi.
Plug and Play Membantu Para Start Up
setiap rumah di Utara California berkecimpung dengan teknologi, sementara bisnis saya agak old fashioned. Tahun-tahun pertama merupakan suatu tantangan dalam bidang entrepreneurship. Maka itu saya senang untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan untuk membantu para start up.”
Elemen Sukses Start Up
Di dalam ceramahnya, Saeed banyak memberikan beberapa contoh bisnis yang dilakukan antara lain oleh Logitech, Danger Inc, Google, PayPal, dan lain-lain. Menurutnya, hal terpenting selain passion adalah komitmen terhadap ide dan bisnis. Melalui pendidikan dan ide dapat dibuat suatu produk. Namun itu tidaklah cukup, karena kita harus dapat menjual produk yang dibuat, harus tahu market dan kebutuhan yang diperlukan. Kemudian cara mengimplementasikan dan menjalankan bisnisnya. Meskipun ada banyak kesempatan, harus bekerja lebih keras lagi, membangun tim yang lebih passion, dan menciptakan kultur kerja yang baik sehingga dapat menjalankan perusahaan dengan baik. “Hal ini masih dirasakan sulit namun saya jamin akan lebih menyenangkan bagi kehidupan Anda. Umumnya, saya melihat start up yang berhasil adalah para anak muda. Karena mereka menikmati kehidupannya secara penuh dan menikmati ide mereka di belakang meja.” Saeed juga melihat bahwa banyak sekali sarjana berbakat yang berasal bukan dari orang asli Amerika tetapi para imigran
Menurut Saeed, Indonesia dalam teknologi start up dan entrepreneurship bisa dibilang tertinggal 10 tahun dari California dan 5 tahun dari Cina. Namun ia mengganggap sudah saatnya yang tepat sekarang ini melakukan investasi di Indonesia. “Argumentasinya adalah ada elemen kesuksesan seperti jumlah penduduknya yang banyak, jumlah usia mudanya, dan penggunaan mobile phone yang cukup tinggi. Saya juga melihat ada semangat dalam diri anak-anak mudanya. ”Lantas apa yang dilakukan Plug and Play? “Kita menempatkan entrepreneur untuk fokus dan membantu mereka memperhitungkan model bisnisnya. Kita hubungkan mereka dengan para mentor, kepada para investor, dan terpenting juga mengarahkan pada konsumen.” Saeed telah memulai bisnisnya ketika usia 20 tahun. Jadi, ia kini bicara tentang bagaimana membangun bisnis 100 juta dolarnya dalam 20 tahun, yaitu bisnis botol minum yang dipunyai. “Dalam teknologi start up ini, mereka harus mencoba untuk men-switch 20 tahun menjadi 2 tahun. Jadi, mereka perlu lebih banyak bantuan untuk menghasilkan uang, dan untuk bergerak lebih cepat. Hal inilah yang kita bantu di Plug and Play.Kami sendiri sudah menginvestasikan ke dalam sekitar 500 perusahaan, sebanyak 450 perusahaan di California dan 150 perusahaan di seluruh dunia. Kini Plug and Play telah memperluas cakupannya ke 9 negara dan 18 lokasi.” Saeed juga menceritakan program beberapa mahasiswa Singapura yang sukses setelah dikirim ke California dan mengambil kelas entrepreneurship. Sebelum menutup ceramahnya Saeed memberikan saran-saran kepada para hadirin. Bagi mereka yang ingin menjadi entrepeneur harus mencoba mendapatkan pengalaman secara intens pada teknologi startup atau aplikasi yang dihargainya, dan lihatlah apa yang dibutuhkan untuk menjadi entrepreneur. “Anda harus bekerja dan menjadi bagian dari start up yang paling Anda sukai. Jika Anda menyukainya dan mendapatkan pengalaman yang dibutuhkan menjadi entrepreneur, Anda akan dapat mengikuti mimpi Anda dan membangun perusahaan yang besar.” Edisi November-Desember 2016
alumni
27
temu kangen
P
ada sabtu pagi 19 Nov lalu, Grup alumni FT, Sipil ‘82 ber wisata kuliner ke kota hujan Bogor. Acaranya merayakan ulangtahun para “Novemberian” : Nila, Elvy & Nofriedi. Merayakan ulangtahun memang selalu kami lakukan, biasanya di sekitar Jakarta saja namun kali ini para “Novemberian” sepakat untuk ke Bogor. Biasanya sih pulang kantor kami makan bersama di seputaran Jakarta saja. Namun kali ini kawan-kawan yang berulang tahun di bulan November sepakat untuk merayakan ulang tahunnya sekalian kuliner ke kota Bogor dan jalan-jalan pagi di Kebun Raya. Perjalanan dimulai jam 8 menuju Kebun Raya Bogor. Sesudah berolah raga berkeliling kebun Raya kami sarapan di restorant yang ada di tengah kebun raya : Grand Garden Resto & Cafe. Lumayan juga, kalori yang sedikit terbakar diganti dengan aneka kudapan kecil mulai dari colenak, tahu goreng, pisang goreng dan nachos. Rumah Makan Sayur Asem “Purwakalih” di jalan Lawang Gintung, Batu Tulis adalah pilihan untuk makan siang ala Sunda : perkedel jagung, bakwan udang, pepes ikan, pepes teri, pepes tahu, ayam goreng, paru dan
Temu Kangen Sipil ‘82 wisata kuliner ke kota hujan Bogor
usus goreng, sayur asem, tumis oncom, sup iga, sambal dan aneka lalapan dan gorengan lainnya. Namanya juga berburu kuliner Bogor, Macaroni Panggang di jalan Salak adalah tujuan yang sedianya untuk ngopi tapi ternyata tidak kuasa untuk mencoba juice duren dan macaroni panggang nya. PIA apple pie sudah ada di daftar kunjungan tapi karena perut sudah kenyang banget, akhirnya blue berry cheese pie menjadi pilhan sebagai goody bag dari yang berulang tahun. (Elvy Novianty, Sipil ‘ 82)
28
alumni U N I V E R S I TA S I N D O N E S I A
Edisi November-Desember 2016
AKTUA L I TA
TURNAMEN ILUNI UI CUP 2016 “Fun and Friendship Games”
T
urnamen ILUNI UI Cup 2016 telah berakhir, minggu 6 November 2016 di Stadion UI Depok. Turnamen ini dibagi dalam 2 kategori, yaitu under 35 tahun peserta dari 11 ILUNI Fakultas yaitu FEB, FIB, FH, FMIPA, FKM,FK, FISIP, Fasilkom, FPsi, dan Poltek. Sedangkan untuk kategori over 35 tahun, dari 5 ILUNI Fakultas yaitu FEB, FIB, FH, FT dan FMIPA. Acara penutupan juga dimeriahkan oleh Band Mahakam travelers . Hadir dalam acara penutupan Arief Budhi Hardono (Ketua Umum Iluni UI), Erwin Nurdin (Direktur Pengembangan Karir dan Hubungan Alumni), dan Arman Nefi (Direktur Kemahasiswaan UI). Untuk pertandingan final U 35 antara ILUNI FISIP dan ILUNI POLTEK, dimenangkan ILUNI POLTEK. Untuk Final O 35 antara ILUNI FT dan ILUNI FH, sebagai juaranya ILUNI FH.
Edisi September-Oktober 2016 Edisi November-Desember 2016
alumni alumni
29 29
PROFIL
ALUMNI
Passion, Komitmen, dan Total Sosok muda yang masuk Fakultas Hukum UI tahun 1991 ini sarat dengan prestasi. Tiga tahun berturut-turut diakui sebagai “Leading Lawyer” oleh International Financial Law Review (IFLR1000) Financial & Corporate Law (tahun 2014, 2015, dan 2016) selain juga terdaftar di PERADI (Perhimpunan Advokat Indonesia) dan Otoritas Jasa Keuangan Indonesia (OJK). Sejak kuliah dia cukup aktif di organisasi dan belakangan sebagai Sekretaris Umum Ikatan Alumni UI. Selain itu aktif pula dalam organisasi Masyarakat Hukum Udara (MHU) yang didirikan tahun 2010. Di lingkup internasional, ia pernah menjadi delegasi Indonesia dalam program kepemimpinan untuk orang muda Asia yang diselenggarakan AsiaSociety, organisasi nirlaba internasional yang berpusat di New York.
ANDRE RAHADIAN (FH’91)
S.H., LL.M., M.Sc
Masuk fakultas hukum, memang ingin jadi lawyer? ebenarnya practical goal saja sih,karena itu yang bisa saya terima dan berpeluang untuk diterima di UI. Soalnya, goal utamanya untuk masuk UI. Cita-cita jadi lawyer, baru setelah kuliah dan mendapat kesempatan magang di law firm. Andre yang kemudian melanjutkan pendidikan magister di Boston University, USA dan meraih dua gelar sekaligus ini memulai karirnya sejak masih kuliah di tingkat akhir. Sejak kuliah tingkat akhir tahun 1995 saya magang di Hanafiah Ponggawa & Partner (HPRP). Tahun 2001 menjadi Partner, tahun 2004 bergabung sebagai mitra pendiri (equity partner). Sampai sekarang sudah sekitar 21 tahun di law firm HPRP.
S
Cukup setia ya tidak pindah-pindah? Bidang apa yang ditangani? Ya, bisa selama ini karena soal achievement atau kepuasan. Jadi ketemu passion-nya dan saya kerja di sini sudah merasa cocok. Bagi saya bekerja itu harus mempunyai passion, perlu komitmen, serta usaha secara total dalam mengerjakannya. Memberikan yang terbaik. Saya menangani corporate, berkaitan masalah merger, akuisisi, pembiayaan, dan lain-lain. Klien yang saya tangani sekitar 60 % asing dan 40 %. lokal.
30
alumni U N I V E R S I TA S I N D O N E S I A
Edisi November-Desember 2016
PROFIL ALUMNI Biasanya klien asing karena mereka berinvestasi, jadi perlu perlu advis hukum untuk berbagai aspek.
Apa sih menariknya jadi lawyer? Setiap kasus atau issues yang ditemui selalu berbeda demikian juga penanganannya. Kita jadi banyak tahu dengan detil. Saya juga sering bertemu banyak klien yang pendiri atau decision maker perusahaan. Suatu kepuasan tersendiri rasanya bisa memberi advis practical kepada mereka. Selain itu, bermanfaat bagi pengembangan diri pribadi. Tadinya saya pikir sebagai lawyer kerja saya sudah demikian keras, ternyata banyak para pemilik
Udara, Teori dan Praktek” yang diterbitkan pada tahun 2015. Saya sering kumpul dan ngobrol dengan teman-teman yang punya kepentingan terkait bidang udara seperti pilot, pemerintah dengan departemen perhubungannya, dan lain-lain. Ternyata masalah udara masih kurang dari segi hukumnya. Maka itulah kita membuat organisasi nirlaba dan nonpolitik yaitu Masyarakat Hukum Udara (MHU), fungsinya sebagai wadah utama komunikasi bagi para anggotanya untuk bertukar pikiran dan memajukan bidang hukum udara sekaligus mitra pemerintah dalam pengembangan bidang hukum udara. Tahun 2006 saya diangkat menjadi Sekjen dan periode kedua untuk tahun 2014-2017 diangkat menjadi pengurus harian. Kegiatannya diskusi bulanan, menghadiri undangan dari departemen perhubungan, asosiasi pilot, bandara, dan kunjungan melihat tower, bengkel pesawat, dan sebagainya. Hal ini bermanfaat untuk nantinya memberi advis hukum kepada klien.
Aktif di organisasi waktu jaman mahasiswa? Lumayan aktif, pernah buat event kompetisi tenis tingkat universitas se-Jakarta waktu tingkat pertama. Berikutnya membuat pameran buku terbesar di UI. Tahun ketiga saya di Senat Mahasiswa sebagai Hubungan Luar yang menangani bila ada event keluar negeri atau ada mahasiswa luar mau ke sini. Tahun 1994 saya juga pernah bergabung di Asian Law Student Association (ALSA).
atau decision makers dari klien-klien saya bahkan lebih keras bekerjanya. Sudah sejak pagi harus bertemu orang, meeting hingga malam bahkan di Sabtu dan Minggu sekalipun. Saya jadi belajar etos kerja, komitmen, dan pengambilan keputusan. Tak hanya pada pekerjaan saja bagaimana kita harus bekerja tapi juga melihat pada hal lainnya seperti hobi dan keluarga. Andre juga menangani beberapa maskapai penerbangan terkemuka. Pengalamannya dituliskan pula dalam bukunya berjudul “Pembiayaan Pesawat
Masih bisa menjalani hobi ? Sejak SMA hobi fotografi. Setelah di era digital jarang motret menggunakan kamera SLR, pake Hp saja. Objeknya kebanyakan anak-anak dan traveling. Kemudian Sabtu-Minggu sepedaan baik cross country atau road bike. Cuma setahun belakangan agak berkurang. Akhir minggu dimanfaatkan saja jalan-jalan atau makan-makan dengan istri, Dian Rahadian (FEUI’91). Dua anak saya kuliah dan sekolah di luar negeri. Anak pertama, Arvi Faza Rahadian (18) kuliah Politic Science di Boston dan anak kedua masih SMA, Ayman Hasya Rahadian (16) di Connecticut. Menyekolahkan mereka keluar supaya tidak ada personal interest pada anak. Itupun kemauan mereka dan saya bolehkan selama bukan pilihannya dokter atau lawyer. Kalau pilihannya salah satu dari dua jurusan itu, maka peraturannya harus sekolah di sini. Meski jauh dari anak, soal komunikasi tak ada masalah karena kita bisa pakai WA Call atau Skype. Ngomong-ngomong gimana ketemu istri yang anak UI juga? Kenal sejak jaman SMA 28 tapi kemudian berlanjut saat kuliah tingkat akhir hingga lulus dan kerja. Waktu mau sekolah S2 orangtua sama-sama minta kita nikah. Jadi, saya lamar akhir tahun 96 dan nikah Maret 97. Edisi November-Desember 2016
alumni
31
temu kangen
Makan khas Pa
lu di Resto Ka
ledo Stereo
Temukangen FIPIA’75 Catatan Perjalanan Ke Palu
R
Dijemput pak Gubernur bak tamu Super VIP
Nyanyi bersama di Tanjung Karang bersama pak Gubernur yang notabene teman kuliah di FIPIA UI.
32
alumni U N I V E R S I TA S I N D O N E S I A
Edisi November-Desember 2016
ombongan ytang berjumlah 15 orang tiba di bandara Mutiara SIS Al-Jufri Palu sekitar jam 21.00. Longky Djanggola, alumni FIPIA, Farmasi’75 yang juga Gubernur Sulawesi Tengah menjemput di bandara. Sebelum diantar ke Swiss Bel hotel - salah satu hotel terbagus di Palu - kami makan malam di resto Kaledo stereo dengan makanan khas Palu, Sup Kaledo. Maknyuss! Longky sempat berseloroh di grup Whatsapp (WA) :”teman-teman semua saya jemput di bandara ya biasanya yang saya jemput ke bandara itu Presiden, Wapres dan menteri..jadi teman-teman se tingkat itulah bagi saya “. Besok nya setelah Jumatan kami makan siang di Henny Putri Kaili dengan sayur khas Palu..sayur daun kelor..di samping ikan bakar dan lainnya. Malamnya kami diundang ke acara ulangtahun Longky di rumah dinas. Selain kami hadir pula teman SMP dan SMA nya, pejabat, anggota DPRD dan kerabat lainnya. Acara makin meriah dengan permainan musik KIM yg didatangkan langsung dari Pariman (Sumbar) kampong Ida Alamin, alumni FH’75, sang istri. Sabtu pagi acaranya ke pantai Tanjung Karang di Kab. Donggala..kampungnya Longky yang juga melantunkan lagu “jangan sampai tiga kali” - Trio Ambisi. Kata Ida yang juga anggota DPRD propinsi, lagu ini dinyanyikan saat kampanye dulu. Malamnya, acara dinner di restoran hotel Swiss Bell sambil memandang teluk Palu di waktu malam dengan alunan suara merdu artis Palu. Sungguh indah dan romantis. Acara makan malam ini juga sebagai penutup acara temukangen kali ini karena esok harinya, minggu, kami sudah akan kembali ke Jakarta. (Hamidi Syahidan, Geografi’75)
Sketsa
Petualangan
Bawah Laut
SURYA NATAATMAJA
Danau Ubur ubur di Pulau Kakaban
FH’75
Derawan nan rupawan, seperti itulah orang-orang menyebut keindahan alam yang begitu mempesona. Gugusan pulau-pulau kecil sudah seperti penghias laut dan mengukuhkan kawasan Derawan sebagai wisata dengan kecantikan paripurna. Sampai saat ini, pemerintah yang berwenang masih melakukan berbagai upaya konservasi agar kehidupan bawah lautnya jadi makin keren. Ada beberapa tujuan wisata yang bisa didatangi jika berkesampatan menginjakkan kaki di Kepulauan Derawan. Secara administratif, Kepulauan Derawan terletak di Kabupaten Berau, Pulau Kalimantan
B
iasanya bila berbicara soal wisata bahari, pasti ingatan kita tertuju pada Bali, Raja Ampat, hingga Sulawesi. Sedangkan Kalimantan lebih identik dengan aktivitas tambang dan wisata ke pedalaman hutan. Padahal, ada satu sudut yang menyuguhkan pesona bahari dengan keragaman hayati yang nggak kalah dari tempat lain. Berikut ini adalah beberapa destinasi wisata di Kepulauan Derawan dan sekitarnya yang akan membuat liburan makin berkesan. Saya sarankan jangan menolak bila ada tawaran untuk menjelajahi Pulau Derawan. Pulau eksotis berjuluk Blue Trigger Wall ini sempat menjadi spot menyelam Pangeran William dari Kerajaan Inggris. Tak heran Derawan menjadi pulau populer untuk dikunjungi. Lihat saja, selain keindahan bawah laut Derawan juga memiliki Foto dimuka gerbang resort Edisi November-Desember 2016
alumni
33
Sketsa
Schooling Barracudas di Pulau Maratua
Kura-kura di Pulau Maratua. Lokasi menyelam untuk kura kura adalah di lokasi yg bernama Turtle Traffic. Di Pulau Sanggalaki, Derawan, Kakaban dan Maratua setiap malam ada kura kura yg bertelur dipantai.
34
alumni U N I V E R S I TA S I N D O N E S I A
Edisi November-Desember 2016
panorama yang dikenal sebagai terbaik. Di samping itu Kita dapat bertemu dan bercengkerama dengan penyu. Di sini dapat dijumpai lebih dari 50 jenis Arcropora (hewan laut) dalam satu terumbu karang. Bila ingin menjajal sensasi menyelam bersama satwa kuno tersebut, Derawan merupakan lokasi yang tepat. Saat ini Derawan sudah ditetapkan menjadi salah satu dari 10 destinasi utama wisata diving di Indonesia. Destinasi wisata diving-nya sejajar dengan Bali, Lombok, Bunaken, Labuan Bajo, Wakatobi, Togena, Alor, Banda, dan Raja Ampat. Untuk mencapai Pulau Derawan kita bisa berangkat dari Berau selama 2 jam 30 menit atau dari Tarakan selama 3 jam dengan speed boat. Sedangkan untuk mencapai Berau dan Tarakan bisa dilakukan dengan penerbangan dari Balikpapan selama kurang lebih 50 menit. Sedangkan dari Jakarta ke Balikpapan selama 1 jam 45 menit. Di sana kami tinggal di Derawan Dive Resort. Resort ini memiliki Dive Shop untuk melayani kebutuhan alat selam dan speed boat untuk membawa para
Shark atau hiu gitar. Nama lainnya adalah Shovelnose guitarfish dan nama latinnya adalah Rhinobatos productus. Foto diambil di dekat jetty Pulau Derawan pada jam 4 sore. Hiu jenis ini termasuk jarang terlihat di lokasi menyelam lainnya.
penyelam ke lokasi selam di daerah ini. Lokasi menyelam di daerah ini secara umum dapat dikelompokan di sekitar Pulau Derawan, Pulau Sanggalaki, Pulau Kakaban, dan Pulau Maratua. Pulau-pulau ini dapat dijangkau dengan speed boat dari Pulau Derawan selama 30 menit ke Pulau Sanggalaki, 45 menit ke Pulau Kakaban dan 60 menit ke Pulau Maratua. Objek wisata selain menyelam di daerah ini adalah wisata pantai dan juga ada danau ubur ubur di Pulau Kakaban. Ubur ubur disini tidak gatal apabila terkena kulit. Di Pulau Maratua juga ada danau air tawar yg bisa diselami. Di Pulau Derawan juga terdapat banyak hotel dan tempat tinggal yg disewakan untuk para turis. Juga tempattempat makan dan belanja sederhana terdapat di sini. Lokasi ini tidak mudah dicapai tetapi menawarkan lokasi menyelam yang menarik. Saya yang sudah ke Pulau Derawan rasa ingin datang kembali ke sana. Melihat suasana yang tenang jauh dari hiruk pikuk kota serta melakukan diving di spot terbaik. Datang dan nikmati Derawan! Pemandangan bawah air dari Jetty Resort
Edisi November-Desember 2016
alumni
35
PROFIL
ALUMNI
Mengedukasi lewat Sahabat Museum
ADE PURNAMA FS’96
Memperkenalkan bangunan atau situs bersejarah adalah passion seorang Ade Purnama ketika mendirikan komunitas Sahabat Museum, 31 Agustus 2002. Lulusan D3 Fakultas Sastra jurusan Bahasa Belanda tahun 2000 ini tidak pernah lelah mengajak siapa saja yang berminat keliling Indonesia untuk lebih dekat dengan sejarah dan budaya bangsa sendiri. Sampai 31 Oktober lalu sudah tercatat 143 kali program Sahabat Museum ke berbagai tempat bersejarah di Indonesia. Peran Sahabat Museum dibatasi di ranah edukasi, sejarah dan budaya saja, kata Ade, walaupun seringkali mendapat laporan miris tentang bangunan atau situs bersejarah yang akan dibongkar dan dialih fungsikan sebagai pusat perbelanjaan, jalan tol atau lainnya. “Sejauh ini kalau diperhatikan, masyarakat Indonesia belum sadar sepanuhnya pada heritage. Padahal semua itu merupakan tonggak sejarah perjalanan bangsa Indonesia. Hal inilah yang mendorong saya menggagas Sahabat Museum”.
Sahabat Museum, bagaimana ceritanya?
W
aktu itu saya menggagas dan mengajak teman-teman kampus, ada sekitar 20 orang dari berbagai jurusan seperti Sastra Belanda, Perancis, Cina, dan dari beberapa fakultas seperti FISIP dan juga Hukum. Pada dasarnya hanya hobi dan minat jadi sifatnya temporer. Namun bagi saya ini adalah gerakan penyadaran sejarah dan identitas bangsa. Kita harus
36
alumni U N I V E R S I TA S I N D O N E S I A
Edisi November-Desember 2016
mengenal jati diri dan akar sejarah bangsa. Bukan hanya dari jaman kolonial saja melainkan jauh sebelum terbentuknya kepulauan Nusantara. Hal ini patut dipahami oleh rakyat Indonesia terutama generasi mudanya. Dalam perkembangan selama 14 tahun, gap antara generasi muda yang sudah mapan dengan generasi muda sekarang sangat lebar. Generasi sekarang serba mudah dan serba gadget. Generasi gadget ini minimal
wajib mengenal kota tempat tinggalnya sendiri. Jadi, kalau tinggalnya di Jakarta maka kita bicaranya tidak hanya tentang Fatahilah, Sunda Kelapa dan sekitarnya. Tapi juga bicara mengenai sejarah tempat-tempat seperti penamaan Pasar Baru, Kemang, Menteng, Kebayoran Lama dan Kebayoran Baru, dan lainlain. Ini tujuan keberadaan komunitas Sahabat Museum.
selama 10 hari. Belum lama ini kami juga dari Banda Neira di Ambon. Ini merupakan tempat penting awal kolonialisme karena terdapat lada yang dibutuhkan pasar Eropa di masa lalu. Selama 8 hari kita mengunjungi benteng-benteng Belanda, perkebunan pala dari abad ke-17, tempat bung Hatta dan Syahrir
Apa yang jadi goal komunitas ini ?
Kami ingin agar orang terutama generasi muda datang ke museum. Awalnya kami membantu meng-organize program Museum Fatahilah atau yang dikenal dengan Museum Sejarah Jakarta. Program mereka waktu itu Wisata Kampung Tua. Jadi, melakukan wisata di kota tua Jakarta sekitar Museum Fatahilah, jalan kaki ke Museum Bahari, ke Kampung Arab Pekojan, ke Pelabuhan Sunda Kelapa, dan sebagainya. Program ini berjalan bagus, lancar, dan sukses. Masyarakat pun sangat menikmati event-nya. Setelah berjalan 6 bulan, lalu kami membuat program sendiri di bulan Mei 2003 dengan nama Plesiran Tempo Doeloe.. Awalnya di Jakarta saja dan kemudian setelah program yang ke-11 mulai dengan cakupan lebih luas. Kita membuka pendaftaran wisata ke Semarang. Pagi dibuka dan sorenya sudah ditutup karena peserta sudah 40 orang. Kami belum sanggup bila jumlah pesertanya lebih dari itu. Akhirnya Sahabat Museum ingin mengembangkan ke berbagai destinasi dengan menu utamanya sejarah. Lokasinya sampai ke Bogor, Bandung, Cirebon, Aceh, Bengkulu, Medan, Bukittinggi, Makasar, Palangka Raya, Banjarmasin, Bengkulu, Manado, Aceh, Papua, Ambon, Ternate, Tidore, dan sebagainya. Kami sudah mengeksplor museummuseum dan beberapa tempat bersejarah di indonesia. Pada tahun 2013 kami mengadakan perayaan 10 tahun Plesiran Tempo Doeloe. Peringatan itu dilakukan dengan berkeliling Belanda
diasingkan tahun 1936-1942. Sahabat Museum ini mengemas cerita sejarah dari sumber textbook, film dokumenter, koran, majalah tempo dulu, dan lain-lain. Kita sajikan dengan ringan dan enak sehingga mereka menikmati sejarah dan latar belakangnya. Selain itu di tempat wisata itu kita juga melakukan snorkeling, kuliner, dan sebagainya. Saya ingin para peserta Sahabat Museum ini menikmati wisata sejarah dengan gaya yang santai dan populer, tidak berat namun mempunyai bobot ilmunya. Sejauh ini mereka merasa senang dan
dapat menikmatinya. “Ini kepuasan yang tak ternilai untuk saya!” Hobi traveling, berkunjung ke tempat-tempat wisata dan sejarah sudah dirasanya sejak kecil. “Di tempat wisata pastinya selalu ada kaitan dengan sejarahnya. Misalnya, Lawang Sewu, Tangkuban Perahu, dan sebagainya”. Sewaktu SMP, kenangnya, sempat tinggal di Wollongong, Selatan Sydney ikut ayahnya yang sedang tugas belajar. “Di sana saya biasa jalan-jalan sendirian naik kereta dan naik bis. Semua transportasinya sudah terintegrasi. Hal ini yang juga mengilhami saya. Selesai kuliah sampai tahun 2002 saya bekerja dan juga banyak melakukan perjalanan ke sana kemari”. Sahabat Museum ini menurutnya perpaduan dari jiwa pedagang dan edukasi. “Bila dilihat dari latar belakang keluarga, ayah saya bekerja di PU dan dosen Trisakti. Ibu, guru biologi di SMP 29. Kakek dari pihak ibu juga seorang guru dan kakek-nenek dari pihak ayah dan ibu saya satu kampung di Negeri Sungayang, Batusangkar, Sumatera Barat. “Jadi, bisa dibilang, berdasarkan pengalaman dan latar belakang itulah saya mendagangkan edukasi dengan meramu sedemikian rupa agar takarannya tepat, pas dan renyah saat disajikan”. Keinginannya untuk bisa mengerti tulisan-tulisan yang ada di tempat tempat bersejarah yang kemudian mengantarnya memilih jurusan Belanda di Fakultas Sastra UI. “Saya cuma ingin memahami bahasa Belanda. Sesederhana itu saja. Saya ingin bisa membaca tulisan dan dokumen-dokumen yang masih berbahasa Belanda, hahaha…” Itu juga sebabnya pilihannya saat itu Sastra Belanda. Kalau mau tahu program Sahabat Museum, informasinya bisa didapat lewat facebook atau kirim email ke adep@cbn. net.id. Bagi peserta setia yang sudah 14 tahun kita punya database dan pasti dikabari. Pesertanya dari bayi sampai oma usia 80 tahun, semua menikmati dan puas. (Dedeh)
Edisi November-Desember 2016
alumni
37
AKTUA L I TA Reuni, Kawan Lama, dan Kenangan 20 Tahun Lalu di FISIP UI
A
wal November 2016, Angkatan 96 FISIP UI kumpul bareng dalam reuni “Minggu Kumpul Bareng”. Acara berlangsung di Selasar Nusantara, kampus FISIP UI, pada Minggu (6/11/2016) lalu untuk merayakan 20 tahun pertemanan sejak masih mahasiswa sampai sekarang. Semua alumni disambut dengan spanduk besar sejak di lapangan parkir FISIP UI. Begitu tiba di lokasi reuni, semua orang langsung melengkapi diri dengan pin reuni yang ditulisi nama dan jurusan. Maklum, faktor usia, plus tak setiap hari bertemu, bisa mengikis ingatan soal nama. Setiap orang juga tampak menenteng tote bag dengan logo reuni Angkatan 96 FISIP UI yang berwarna-warni.
20 Tahun
Banyak yang berubah dari kampus sejak Angkatan 96 pertama kali bertemu di FISIP UI. Dulu masih ada Balsem alias Balik Semak, tempat makan favorit mahasiswa FISIP UI. Sekarang, Balsem sudah digantikan oleh Takor atau Taman Korea. Dulu di FISIP UI, hanya ada Gedung A sampai H, sekarang sudah bertambah sampai Gedung M! Yang jelas, waktu 20 tahun tak melonggarkan pertemanan yang ada. Suasana hangat langsung menyeruak di berbagai sudut Selasar Nusantara. Celetukan ‘Apa kabar?’ ada di mana-mana sembari ditimpali ceritacerita seru saat masih jadi mahasiswa dulu. Musik yang dibawakan oleh The Weekend Rockstar ikut membawa suasana dan kenangan ke tahun 90’an saat masih jadi mahasiswa. Sembari tak lupa belanja di berbagai booth yang sebagian besar diisi oleh teman-teman Angkatan 96.
Pak Dibyo!
Kejutan utama untuk reuni ini adalah kehadiran A. G. Sudibyo alias Pak Dibyo: ikon latihan menyanyi di
38
alumni U N I V E R S I TA S I N D O N E S I A
Edisi November-Desember 2016
Balairung UI. Pak Dibyo dihadirkan lagi untuk mengembalikan kenangan masa lalu. Panitia juga mengundang Renata, Politik 1994, yang dulu ikut melatih mahasiswa FISIP UI dalam menyanyikan lagulagu wajib sebagai mahasiswa baru. Di atas panggung, Pak Dibyo dan Renata dengan sangat bersemangat memandu semua alumni yang hadir untuk bernyanyi bersama. Dekan FISIP UI Arie Susilo tak mau ketinggalan. Ia ikut naik ke atas panggung, bercerita soal betapa gegap gempitanya Balairung UI saat wisuda mahasiswa FISIP UI di sana. Ia lantas memandu semua yang hadir untuk yel-yel khas kampus: Go go FISIP go!
Adopsi Kelas & Magang
Salah satu rencana kampus yang dibagi dalam reuni 20 tahun Angkatan 96 FISIP UI adalah soal adopsi kelas. Ini bisa jadi cara bagi setiap angkatan untuk give back atau berbagi dengan kampus, jelas Arie Susilo. Alumni diajak untuk berkontribusi dalam rehabilitasi kelas supaya proses belajar mengajar semakin berkualitas. Nah kelas yang diperbaiki itulah yang lantas ‘diadopsi’ sebagai milik angkatan tersebut. Angkatan yang mengadopsi sebuah kelas bisa mengabadikan jejaknya di kelas tersebut. Misalnya, kelas diberi nama sesuai angkatan atau bahkan diberi foto angkatan tersebut. Kegiatan lain yang sedang digulirkan adalah mendata potensi magang atau peluang kerja di
tempat bekerja para alumni. Jejaring ini akan membantu kawan-kawan mahasiswa, juga fresh graduate, untuk menentukan masa depan karirnya di kemudian hari. Info selengkapnya bisa dlihat di Facebook FISIP UI Angkatan www.facebook.com/fisipui96
Reuni, Lagi?
20 tahun jelas bukan waktu yang singkat. Setelah lulus, semua orang sibuk dengan kegiatan dan kehidupan masingmasing. Tak semua orang pernah kembali lagi ke kampus setelah lulus. Tapi rindu seperti sudah dibayar tuntas di hari reuni. Jadi... sampai ketemu lagi di reuni selanjutnya!
http://www.ui.ac.id/news
UI
update Beauty Contest Manajer Investasi untuk Kelola Dana Abadi
P
ada 17 Oktober 2016, Universitas Indonesia telah menetapkan BNI Asset Management (BNI-AM) sebagai pemenang Beauty Contest Manajer Investasi untuk mengelola Dana Abadi UI. Sejumlah tujuh Manajer Investasi menjadi peserta Beauty Contest ini. Nama-nama peserta tersebut tentu kerap didengar. Tujuh peserta tersebut adalah Schroder Investment Management Indonesia, Manulife Asset Management Indonesia, Bahana TCW Investment Management, BNP Paribas, Mandiri Manajemen Investasi, Danareksa, dan BNI-AM. BNI-AM sebagai Manajer Investasi terpilih membuka program investasi reksa dana bernama “BNI-AM Reksa Dana Pendapatan Tetap Makara Investasi” atau singkatnya disebut “BNI-AM Makara Investasi”. Ide untuk mengembangkan dana abadi dengan cara investasi reksa dana sudah ada sejak tahun 2015, namun baru terealisasi di tahun ini. Untuk meningkatkan dana abadi dan menjadi sumber dana yang mendukung pencapaian tridarma perguruan tinggi, dibentuklah program investasi reksa dana. BNI-AM Makara Investasi menawarkan empat jenis investasi: 1. Platinum 1 00% pokok dan hasil investasi didonasikan untuk UI 2. Gold 100% pokok tetap milik investor, 100% hasil investasi didonasikan untuk UI 3. Silver 100% pokok tetap milik investor, 50% hasil invstasi didonasikan untuk UI 4. Reguler
Sesi presentasi manajer investasi
Rapat awal kerjasama UI dengan BNI-AM
100% pokok dan hasil investasi milik investor Program investasi reksa dana ini akan diluncurkan pada Kamis, 1 Desember 2016 di Hotel Le Meridien Jakarta. Keberadaan fasilitas investasi reksa dana ini diharapkan dapat mengajak alumni untuk berdonasi dengan cara lebih menguntungkan dan bersama-sama membangun UI menuju Guru Bangsa. Ayo Alumni mari berinvestasi untuk masa depan anak bangsa! Rapat evaluasi Tim Ahli menentukan rekomendasi calon manajer investasi
Edisi November-Desember 2016
alumni
39