Bab Tiga Kisah Meneliti Dan Tata Penelitian
Meneliti sebagai aktifitas ilmiah, tidak mudah dilakukan dan karena itu terbatas pada kalangan tertentu dengan tingkah pengetahuan teoritis-akademik yang mumpuni. Dalam kaitan itu, pada bagian ini peneliti akan menceritakan pengalaman meneliti, baik sejak awal mempersiapkan diri hingga ke medan penelitian dengan segala, suka dan duka yang dialami dan pasca penelitian. Langkah selanjutnya peneliti menguraikan juga penggunaan metodoligi sebagai acuan tata penelitian yang dipakai dalam penelitian ini serta bagaimana proses pengolahan data hingga penulisan hasil penelitian.
Mempersiapkan Penelitian Setelah melalui perkuliahan semester ketiga dan menyudahi kuliah metodoligi penelitian, kegelisahan untuk menentukan masalah yang akan diamati dalam penelitian ke depan, bukanlah persoalan mudah bagi seorang pemula dalam dunia penelitian, hal ini dirasakan peneliti. Sebelum dikeluarkanya SK dosen pengampuh bimbingan tesis, hal yang dianggap peneliti berpengaruh dalam proses penelitian dan pembimbingan adalah persoalan, kesesuaian minat dan persoalan komunikasi. Terkait hal ini peneliti awalnya berminat pada persoalan indigenous entrepreneurhip (wirausaha pribumi), karena itu peneliti mengusulkan pa Marthen L. Ndoen, sebagai pembimbing. Selain karena kepakarannya, kemudahan berkomunikasi dalam alam pikir dan tutur orang dari Timur Indonesia, menjadi pertimbangan di samping kesamaan nama yang oleh peneliti memiliki nilai dan makna tersendiri.
Membangun Usaha Paska Konflik: Studi Terhadap Pedagang Kecil di Pasar Akediri Kab. Halmahera Barat
Khusus terkait kesamaan nama, pada pendidikan tinggi strata satu yang peneliti lewati, dipenghujung studi peneliti menemukan karakter dan cara berpikir yang menginspirasi, tetapi juga kritis pada figur seorang pengajar yang memiliki kesamaan nama dengan peneliti ketika itu yakni, Pdt. Marthen Dominggus Boediman. Sejak saat itu peneliti mencoba membangun spirit dari kesamaan nama, yang mungkin saja bagi orang dibilang itu suatu kebetulan dan tak bermakna apa-apa. Tetapi bagi peneliti kesamaan nama bukan suatu kebetulan, sebaliknya hal itu dijadikan spirit pemacu semangat dikala jenuh dan bosan untuk melanjutkan penulisan skripsi. Tentu tidak bermaksud menjadi ‘sama,’ tetapi hanya untuk memacu diri untuk bisa sukses seperti “senama”. Nampaknya sejarah berulang mempertemukan peneliti dengan sosok pembimbing yang lagi-lagi memiliki kesamaan nama, dan cara berpikir yang benar-benar memprovokasi mahasiswa untuk berpikir kritis dalam memandang suatu realita. Figur itu peneliti temui pada pa Marthen L. Ndoen atau yang akrap disapa Om Ten. Tentu tidak bermaksud merendahkan bapak, ibu dosen lainya. Dalam hal ini, bagi peneliti merupakan kebanggaan tersendiri bisa membuat garis linear pembimbingan dimana Marthen ‘sukses’, membimbing Marthen yang sementara berjuang untuk suatu kesuksesan. Karena itu sejak dikeluarkannya SK Rektor No. 0121/Bimb./Rek./1 VII/2011, tertangga, 27 Juli 2011 yang menetapkan pa Marthen L. Ndoen, sebagai pembimbing untuk penulisan tesis, konsultasi bimbingan kemudian makin digiatkan. Walau sebenarnya sudah ada pendekatan dan proses penjejakan kasus jauh sebelum penetapan dosen ampuh bimbingan penulisan karya ilmiah ini, sudah kami lakukan. Tugas awal yang diberikan ada bimbingan pertama adalah mereview jurnal indigenous entrepreneurship. Masalah yang dipilih ini merupakan kelanjutan dari tugas penyusunan proposal yang sudah dipresentasikan pada kelas perkuliahan Metodologi Penlitian. Pemilihan kasus ini, didasarkan pada kenyataan bahwa di Kabupaten 34
Kisah Meneliti Dan Tata Penelitian
Halmahera Barat pelaku usaha yang menguasai sektor perdagangan adalah warga pendatang seperti Cina, Bugis, Jawa, Sumatra, Buton maupun orang Gorontalo. Meskipun ada pengusaha pribumi, tetapi mereka itu sedikit dan perkembangannya kalah cepat dari wirausaha pendatang, baik jumlah maupun perkembangan usaha. Mereka kebanyakan sebagai pedagang sembako di kampung atau desa tempat tinggalnya, hanya sedikit yang menempati fasilitas publik seperti pasar. Tugas mereview literatur peneliti lakukan sejak bulan oktober 2011, hingga 9 januari 2012. Melalui proses itu peneliti ditugaskan untuk memahami apa saja yang menjadi substansi pembahasan, dan temuan-temuan konseptual dari penelitian-penelitian tersebut. Tugas ini juga bertujuan untuk menemukan gap penelitian dari suatu kasus yang belum diteliti orang lain.
Duka, Mendesak Ku Pulang Sebelum Waktunya Setiap mahasiswa tentu memiliki perencanaan studi dan target capaian yang mesti ia tepati untuk diraih selangkah demi selangkah. Peneliti dalam hal ini juga melakukan hal yang sama. Untuk menyelesaikan review literature yang dikerjakan sejak oktober 2011, akhirnya peneliti memutuskan untuk tidak kembali ke kampung halaman berkumpul dengan anak - istri dan sanak saudara yang lain untuk merayakan Natalan dan melepas – sambut tahun baru dengan segala sukacita dan kemeriahannya. Dengan harapan hanya untuk bisa menyelesaikan tugas tersebut, dan masuk dalam proses pemantapan pedoman pertanyaan penelitian dan menyiapkan segala kelengkapan yang dibutuhkan ketika nantinya turun meneliti. Konsekuensinya keinginan untuk ‘pulkam’ (pulang kampung) dan rasa rindu harus dipendam. Walau berat untuk hal itu, teristimewa sebagai orang nasrani yang tumbuh dengan rutinitas budaya perayaan Natal dan Tahun baru dalam suasana keakraban dan hangatnya persaudaraan kian menambah rasa rindu, terhadap orang-orang yang peneliti cintai dan sayang.
35
Membangun Usaha Paska Konflik: Studi Terhadap Pedagang Kecil di Pasar Akediri Kab. Halmahera Barat
Pengorbanan itu, dengan suatu harapan semua prasyarat penelitian dapat terpenuhi di awal tahun, dan dapat turun ke lokasi penelitian pada bulan Februari 2012. Namun setelah hasil review literatur dimasukan dan menunggu proses berikutnya, sesuatu yang diluar dugaan terjadi. Tepatnya pada tanggal 15 Januari 2012 jam 10.00 WIT sampailah berita duka meninggalnya anak laki-laki ku karena kecelakaan di kamar mandi, dalam usianya yang baru beranjak setahun delapan bulan. Berita duka itu, akhirnya berdampak merubah segala rencana persiapan penelitian yang sudah disepakati dengan Om Ten, begitu sapaan akrap untuk pa Marthen L. Ndoen. Sedih, bingung merupakan pergolakan batin yang benar-benar membuat peneliti kehilangan semangat. Dalam kebingungan itu akhirnya adik Hans Doirebo bersama Dessy, berinisiatif untuk mengurus tiket pesawat perjalanan pulang Semarang - Jakarta – Ternate. Sedangkan peneliti menemui pak Marthen L. Ndoen untuk pamit, sekaligus dalam waktu yang relatif singkat menyusun garis-garis besar pedoman pertanyaan penelitian. Di kesempatan konsultasi itu juga masalah penelitian dikerucutkan ke persoalan kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Halmahera Barat terhadap pengusaha pribumi (indigenous entrepreneurship) dalam upaya peningkatan ekonomi daerah. Dalam kondisi inilah, peneliti harus berjuang untuk melakukan dua hal secara bersamaan, membangun semangat hidup, dan melakukan penelitian. Mungkin mudah bagi orang lain melakukannya, tetapi apa yang peneliti alami tak semudah ucapan orang ketika memberi motifasi agar tetap tegar, dan mengikhlaskan apa yang telah terjadi. Kota tempat dimana peneliti tinggal dan bekerja yakni desa Loce Kecamatan Sahu Timur Kabupaten Halmahera Barat, adalah wilayah yang berbatasan dengan kabupaten di mana peristiwa kecelakaan terjadi, yakni Tobelo Kabupaten Halmahera Utara. Untuk itu dalam perjalanan pulang melayat dan menghadiri pemakaman almarhum, peneliti ketika mendarat di Ternate, kemudian menyebrang 36
Kisah Meneliti Dan Tata Penelitian
dengan speed boat ke Sofifi sebelum akhirnya menempuh 3 jam perjalanan darat menuju Tobelo. Ini suatu perjalanan pulang yang takan dilupakan selama tubuh ini masih bernafas, betapa tidak sedih, rasa bersalah semuanya bergelora dalam pikiran ketika itu. Enam jam waktu transit di bandara Soekarno-Hatta, tak sadar peneliti menghabiskan dua bungkus rokok Malboro, ketika menunggu waktu penerbangan ke Ternate dini hari waktu Jakarta. Suatu hal yang memalukan terjadi, ketika peneliti menyebrang dengan speed boat ke sofifi, tanpa sadar susu kotak yang ada ditangan peneliti tak sengaja menyembur ke sekujur wajah dan seragam seorang pegawai Propinsi yang duduk di samping peneliti. Hal itu terjadi secara spontan ketika peneliti menekan kotak susu, yang dalam perkiraan peneliti susunya sudah habis disedot. Insiden itu benar-benar memalukan peneliti, tentu pak pegawai yang tampan gagah dengan seragam dinasnya, yang ketika itu asik bercanda ria dengan teman bicaranya, sepertinya seorang wanita pemandu karaoke yang dari tegur sapa di antara mereka tidak tampak seperti baru pertama bertemu, sebab tidak ada kecangguan diantara mereka. Atas apa yang terjadi, akhirnya peneliti mengeluarkan saputangan untuk membersihkan seragam dinas pak pegawai itu yang terkena ceceran susu kotak, tentu terlebih dahulu menyampaikan permohonan maaf, sebelum sesaat speed boat yang kami tumpangi merapat di dermaga penyebrangan Sofifi. Setelah melangsungkan pemakaman jenasah pada 16 Januari 2012, dimana ritual itu sempat ditunda beberapa jam hanya untuk menunggui peneliti tiba untuk melakukan lawatan dan doa terakhir bagi almarhum. Berlalunya ritual pemakaman itu, tidak serta-merta membawa pergi rasa duka, melainkan suasana duka masih kuat terasa menyelimuti peneliti dan keluarga dekat lainya. Dalam rentang waktuwaktu yang sudah ditetapkan untuk dilakukan ibadah syukur atas peristiwa kematian itu, aktivitas lain masih dibatasi, sehingga dalam rentang waktu pertengahan Januari hingga Maret 2012, peneliti belum dapat melakukan aktivitas penelitian. 37
Membangun Usaha Paska Konflik: Studi Terhadap Pedagang Kecil di Pasar Akediri Kab. Halmahera Barat
Selain belum memiliki SK Permohonan Ijin Penelitian, suasana duka masih kental terasa melingkupi keluarga terdekat, harus diakui peneliti salah satunya diantara anggota keluarga dekat lainya yang cukup terpukul, meski berusaha untuk dipendam sedalam-dalamnya. Mengapa tidak sejak dilahirkan dan dalam usianya baru menjelang dua minggu peneliti meninggalkan Dia (alm). Ia kemudian diangkat dan diasuh oleh ipar tertua peneliti, namun dalam pengasuhan kami selalu memberi perhatian bersama, terutama istri dan kakak-kakanya ketika berlibur mereka menyempatkan waktu untuk bersama adiknya meskipun harus menempuh jarak ratusan kilo jauhnya. Sejak itulah peneliti berpisah darinya karena melanjutkan studi Strata Dua. Atas semua itu peneliti menyadari bahwa dalam waktu hidupnya selama setahun delapan bulan, mungkin peneliti adalah orang yang sedikit mempunyai waktu dalam kebersamaan dengan almarhum putra kami. Tetapi itulah hidup, mungkin peneliti hanya diberi waktu yang terbatas menemani almarhum, seandainya ada begitu banyak waktu bersama dengannya, mungkin duka itu akan menenggelamkan semangat ini ke dasar yang paling dalam.
Awal Penelitian Penelitian secara resmi baru dilakukan peneliti setelah mendapatkan ijin penelitian dari Kaprogdi PPs- MSP tertanggal 2 Maret 2012. Yang dikirim melalui post. Memang sebelum mendapat surat permohonan ijin penelitian, peneliti sudah melakukan observasi terhadap wirausaha pribumi, yang berada di dua kecamatan yang berdekatan yakni, Sahu dan Sahu Timur, hal itu dilakukan sematamata untuk mendata secara kasat mata, setelah kembali dari Tobelo pada pertengahan bulan februari. Setelah menerima surat permohonan ijin penelitian, barulah peneliti kemudian melapor ke Badan Kesatuan Bangsa Politik Dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Halmahera Barat pada 9 April 2012 dan mendapat rekomendasi penelitian baik di kedua wilayah maupun pada instansi terkait. 38
Kisah Meneliti Dan Tata Penelitian
Karena perjalanan pulang yang mendadak, membuat kelengkapan penunjang penelitian, seperti kamera, maupun alat perekam suara tidak sempat diadakan. Sehingga ketika awal memulai penelitian, semua percakapan peneliti catat dalam catatan harian sebagai dokumen hasil wawancara. Meskipun terkesan tidak siap karena mendadak pulang, peneliti mensiasatinya hal tersebut dengan terus membangun komunikasi dengan pa Marthen L. Ndoen selaku pembimbing tunggal penulisan tesis. Melalui handphone peneliti berkomunikasi dan memberi gambaran kepada Om Ten sapaan akrap bagi mereka yang berteman dengan beliau. Tentang perkembangan maupun fenomena lain yang menarik dan teramati dalam penelitian ini, peneliti sampaikan kepada beliau. Setelah memperoleh ijin penelitian dari Badan Kesatuan Bangsa Politik Dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Halmahera Barat. Peneliti kemudian mengawali penelitian dengan pertemuan dan wawancara pertama dengan Kepala Bidang Bina Lembaga Dinas Koperasi dan UKM, pa Matius Dode (alm) tepatnya pada tanggal 11 April 2012, diruang kerjanya. Percakapan berlangsung diseputar kebijakan pembinaan dan pendanaan oleh Pemerintah Daerah terhadap Koperasi, pelaku usaha kecil mikro dan menengah yang ada di Halmahera Barat. Pada hari selanjutnya, peneliti melanjutkan wawancara dengan kepala Badan Ekonomi Pemda Halmehara Barat, pa Jusman Moid di kantornya. Pertemuan ini terjadi pada tanggal 16 Mei 2012, dengan topik pembicaraan terkait perijinan usaha dan perkembangan pelaku usaha dan menyasar kebijakan-kebijakan apa saja yang ditempuh Pemerintah Daerah Melalui Badan ini. Dalam keterkaitan dengan bidang tugas yang bersentuhan dengan pelaku usaha, peneliti akhirnya menghampiri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Halmahera Barat. Dalam kunjungan itu peneliti hanya berkesempatan mewawancarai Kepala Bidang Perdagangan Pak Adnan Dj Ibrahim. Di ruang kerja beliau yang 39
Membangun Usaha Paska Konflik: Studi Terhadap Pedagang Kecil di Pasar Akediri Kab. Halmahera Barat
ditemani salah seorang staf, proses interview berjalan dalam suasanan yang normatif. Pertanyaan-pertanyaan yang peneliti ajukan masih terkait dengan kebijakan-kebijakan Pemerintah terhadap pelaku usaha, baik sisi perijinan, tempat usaha, maupun pembinaan-pembinaan yang dilakukan Pemda melalui satuan kerja ini. Percakapan ini berlangsung pada 19 April 2012. Karena penelitian ini diarahkan untuk menemukan kebijakan Pemerintah Daerah terhadap pelaku usaha, membuat peneliti memutuskan untuk memulai pengambilan data dari kalangan pembuat kebijakan. Hal itu tentu dengan maksud untuk menemukan informasi kebijakan apa saja yang dibuat untuk menopang pembinaan dan pengembangan pelaku usaha di Kabupaten Halmahera Barat. Dari data yang ada, kemudian peneliti menyasar para wirausaha pribumi. Wawancara dengan wirausaha pertama terjadi antara peneliti dengan om Kasarus Bassay. Beliau adalah warga desa Akelamo bersuku bangsa Sahu, sebagai petani yang sukses membangun usaha, peneliti menggali informasi diseputar aktifitas usaha, baik historis usaha, modal dan bagaimana pengadaan barang dilakukan hingga proses pemasaran. Percakapan itu berlangsung diruang tengah kediamannya yang menyatu dengan toko pada menjelang petang hari, 24 April 2012. Setelah bertemu dengan om Lasarus Bassay, pertemuan kedua peneliti menemui ibu Felderina Molle. Ia adalah istri dari seorang anggota Polisi yang juga menetap dan berdagang di desa Akelamo pasca kerusuhan Jailolo awal tahun 2000. Percakapan dengan itu Ferdelina Molle juga tidak berbeda jauh dengan pertanyaan yang peneliti ajukan kepada om Lasarus. Hal menarik yang peneliti dapat dari ibu Ferdelina Molle adalah, keberaniannya untuk terjun kedunia usaha, adalah untuk menopang ekonomi rumah tangganya. Kata beliau, “kalau hanya mengharapkan gaji dari suami, tentu tidak cukup memenuhi kebutuhan rumah tangga.”
40
Kisah Meneliti Dan Tata Penelitian
Percakapan ini terjadi dalam rutinitas dagang, artinya peneliti mewawancarai informan, sambil Ia melayani pembeli, meskipun agak terganggu karena pembicaraan harus terhenti jika ada yang berbelanja. Namun hanya diselawaktu seperti itulah Ia bersedia diwawancarai, untuk alasan itu peneliti memakluminya. Wawancara dengan ibu Ferdelina Molle berlangsung pada tanggal 27 April 2012. Setelah melewati bulan pertama penelitian, proses ini masi terus berlanjut hingga bulan berikutnya yakni bulan Mei. Pada tanggal 7 Mei 2012, peneliti kemudian menemui ibu Berci Sulaci, sebagai pelaku usaha rumahan, ibu Berci mengkoordinir beberapa orang ibu rumah tangga untuk menjalankan usaha pengolahan miyak gorang yang terbuat dari kelapa. Dalam percakapan dengan ibu Berci peneliti menggali informasi baik terkait dengan histori pembangunan usaha , pengorganisasian, pendanaan, dan melakukan krosing bepastian informasi kebijakan pemerintah dalam mendukung pelaku usaha. Ketika proses pengambilan data sudah berjalan sampai pada titik ini, ada suatu fenomena yang menarik perhatian peneliti, meskipun ada upaya untuk tetap fokus pada apa yang sudah dilakukan sebelumnya. Fenomena itu adalah kerisauan pedagang di pasar Akediri terhadap rencana relokasi pedagang dari Akediri ke pasar baru di Akelamo. Karena peneliti merupakan salah satu langganan dari pedagang sembako yang ada di Akediri yang sudah terbangun dari tahun 2003, membuat mereka lebih leluasa menceritakan apa yang menjadi keresahan. Seiring berjalannya waktu pada, peneliti masi terus melanjutkan wawancara dengan wirausaha berikutnya. Kali ini peneliti mewanwancarai Cima Mokalirang, seorang ibu rumah tangga yang membantu suaminya untuk menjalankan usaha sembako. Seperti biasanya pertanyaan dasar yang dikemukakan peneliti adalah terkait latar historis berusaha, baik modal, mekanisme pengadaan barang hingga proses pemasaran, dan tak lupa juga peneliti melakukan krosing informasi untuk memfalidasi pernyataan kebijakan yang disampaikan oleh para pemangku kebijakan yang peneliti dapatkan pada wawancara sebelumnya. 41
Membangun Usaha Paska Konflik: Studi Terhadap Pedagang Kecil di Pasar Akediri Kab. Halmahera Barat
Patut diakui bahwa, ketika peneliti memperkenalkan diri sebagai seorang mahasiswa yang berkepentingan untuk mengambil data, ada raut keraguan penuh curiga yang tersirat dari raut wajah para informan. Dalam percakapan dengan ibu Cima Mokalirang, kecurigaan mereka terhadap peneliti yang dicurigai menyamar untuk mencaritau usaha mereka akhirnya Ia kemukakan. Dengan mendahului permohonan maaf terhadap peneliti, ibu Cima Mokalirang menyampaikan pertanaan seperti ini : “maaf pa, data yang bapa ambil ini akan mau diserahkan kemana?, kami inikan baru memulai usaha, hanya mengambil keuntungan kecil, karena barang-barang ini sebagian besar kami ambil dulu, dan kalau sudah laku terjual baru disetor uangnya” (Percakapan ini terjadi pada tanggal 15 Mei 2012).
Di tengah kesibukan mengorganisir hasil-hasil penelitian, fenomena yang sempat teramati, sekalipun sepintas, ngiangnya makin kuat terdengar, setiap kali peneliti berbelanja dan menyempatkan diri untuk mendengar percakapan para pedagang pasar Akediri. Karena makin menggalaukan hati dan makin hari, perlahan namun pasti mencuri perhatian peneliti untuk memikirkan hal tersebut. Menghadapi pergolakan itu, akhirnya peneliti memutuskan untuk menyampaikan fenomena ini kepada pa Marthen L. Ndoen. Peneliti kemudian menghubungi pa Marthen pada tanggal 18 Mei 2012. Mendengan cerita peneliti, dengan spontan pa Ten menganjurkan untuk sebisa mungkin menelusuri fenomena tersebut, singkat kata om Ten mengeluarkan kata kuncinya,’itu menarik’ perlu diambil. Mendengar anjuran Pak TEN, akhirnya peneliti menyusun kembali pertanyaan dasar terkait historis keberadaan pasar dan aktifitas berdagang di Akediri. Untuk mendapatkan informasi tentang pasar dan keberadaan pedagang di Akediri, peneliti akhirnya memutuskan untuk mewawancarai bu Damis Pasuma bersama istrinya usi Teker, dimana mereka merupakan berlangganan peneliti untuk mengambil bahan 42
Kisah Meneliti Dan Tata Penelitian
sembako. Sengga peneliti dengan muda mewawancarai mereka, proses interview terhadap mereka berdua dilakukan pada tanggal 21 Mei 2012. Selain itu peneliti juga melakukan wawancara, dengan Marthen Tuli, kepala desa Akediri, terkait rencana kebijakan, relokasi pasar dan pedagang dari desa mereka. Untuk memastikan kebijakan tersebut, peneliti pun melakukan wawancara dengan pa Adnan Dj Ibrahim, kepala bidang perdagangan, Dinas Perindustrian dan Perdaganagan, terkait kepastian kebijakan relokasi tersebut. Peneliti melakukan wawancara ke dua ini pada tanggal 25 Mai 2012. Setelah mendapatkan informasi yang dirasa cukup, akhirnya peneliti memutuskan untuk mengakhiri penelitian, dan bersiap-siap kembali ke Salatiga. Pada tanggal 1 Juni 2012, peneliti akhirnya meninggalkan Desa Loce Kecamatan Sahu Timur, menuju Ternate dengan menumpangi speed boat dengan waktu tempu 45-60 menit. Perjalanan selanjutnya peneliti menggunakan kapal terbang untuk kembali ke Salatiga yang dapat ditempuh kurang dari 12 jam penerbangan dikurang waktu transit, jika melalui semarang atau Yogyakarta sebagai bandara terakhir. Setelah tiba di Salatiga, keesokan harinya tanggal 2 Juni 2012 peneliti menemui Pak TEN untuk pekerjaan selanjutnya. Dari pertemuan itu peneliti diarahkan agar segera melakukan transkip hasil wawancara, membuat tematik dan mengelompokan tema-tema tersebut ke dalam tabelaris, untuk selanjutnya menentukan bab dan sub bab empirik. Untuk pekerjaan ini peneliti melakukan pengolahan terhadap dua data yang peneliti ambil di lapangan. Setelah data mentah diolah seperti diarahkan pembimbing, peneliti kemudian menemui pa Marthen L.Ndoen untuk mengkonsultasikan hasil dua data kasus yang peneliti dalami di lapangan. Berdasarkan diskusi mendalam dengan pa Marthen L. Ndoen, baik untuk masalah indigenous entrepreneurship, maupun masalah kedua yakni pedagang pasar Akediri. Akhirnya kesepakatan yang 43
Membangun Usaha Paska Konflik: Studi Terhadap Pedagang Kecil di Pasar Akediri Kab. Halmahera Barat
diambil adalah merubah masalah dan fokus penelitian dari indigenous entrepreneurship ke persoalan pedagang pasar Akediri. Data penelitian indigenous entrepreneuship setelah di olah masi belum ditemukan keunikan kasus tersebut, jika dibandingkan dengan kasus pedagang pasar Akediri. Karena itu alternatif yang ditempu adalah merubah masalah dan fokus penelitian, sebab terlihat kasus pedagang pasar Akediri memiliki keunikan dan menarik dan menyimpan sejuta informasi untuk diteliti lebih dalam lagi. Setelah pilihan kasus untuk penelitian lanjutan jatuh pada, pedagang pasar Akediri, akhirnya peneliti harus menyusun kembali pedoman penelitian, dan menyiapakan kelengkapan atministrasi seperti SK Permohonan Ijin Penelitian maupun hal teknis lainya.
Mengapa Pedagang Pasar Akediri Kalau locus penelitian diukur adari tempat dimana peneliti studi, jelasa terlihat bahwa itu sama sekali tidak feasibility karena terlalu jauh, membutuhkan waktu dan juga dana yang tidak sedikit. Tetapi kalau ukuranya adalah tempat tinggal peneliti di Halmahera Barat, itu sangat feasibility mengapa? Karena Loce, desa tempat tinggal peneliti hanya membutuhkan waktu tidak lebih dari 6 menit untuk sampai ke Akediri walau berlainan kecamatan. Inilah yang menjadi alasan mengapa peneliti memilih Akediri, fisibilitas baik dilihat dari segi penggunaan waktu tempu/akses, biaya dan tenaga yang diperlukan masi dapat dijangkau peneliti. Selain pertimbangan ekonomis dan geografis, locus yang dipilih juga dimaksudkan agar peneliti berada ditengah keluarga, sehingga makan-minum dan pakaian dapat terjamin, dan tidak menyita waktu untuk memenuhinya, dan yang tidak kalah penting ialah penelitian dapat berjalan tanpa harus kehilangan momen kebersamaan bersama anak-istri. Pertimbangan nonekonomis inilah yang dalam pandangan peneliti dapat mentoleransikan aspek ekonomi, artinya bahwa walau 44
Kisah Meneliti Dan Tata Penelitian
membutuhkan biaya tetapi keterpenuhan aspek non ekonomi jauh mahal harganya, dan ini adalah soal pilihan, mana yang didahulukan dan mana yang kemudian atau tidak sama sekali. Selain itu hal yang terpenting lainya adalah keberadaan para pedagang di Akediri, mereka banyak1, mandiri, tidak lahir dari kebijakan pemerintah, tetapi dampak ‘positif’ konflik, dan sudah lebih dari 4 kali upaya relokasi gagal dilakukan oleh pemerintah. Dilain pihak peneliti merupakan bagian dari relasi antara pedagang yakni sebagai konsumen, yang sudah terbangun dari tahun 2003 hingga peneliti melakukan penelitian ini, dan kalau ditarik jauh kebelakang, peneliti juga memiliki hubungan emosional dengan desa ini. Betapa tidak, sejak tahun 1981 hingga pertengahan 1982 ketika orang tua peneliti pindah dari kesatuan Linud 733 Ambon, ke Batalion Infantri 732 Banau, tempat tingga pertama di Jailolo ketika itu adalah di Asrama tentara Kompi A 732 yang berada di Akediri. Ketika kemudian beralih domisili ke Asrama baru Kompi A di Akelamo desa bertetangga dengan Akediri pada menjelang akhir tahun 1982, peneliti masi tetapi menjalani pendidikan dasar di SD Advent Akediri dari tahun 1982-1989, meskipun terlalu kecil untuk jalan kaki dua setengah kilo jaraknya peneliti tetap jalani dengan suka-duka tanpa diantar atau dijemput bapa atau ibu. Jika cermat mengitung waktunya ada kelebihan setahun studi, itu karena peneliti tinggal kelas di kelas satu SD. Jadi dengan memilih pedagang pasar Akediri sama artinya peneliti kembali mereview ulang masa-masa kecil di desa ini, karena peneliti berjumpa dengan teman-teman sebaya semasa sekolah dulu, atau kakak dan orang-orang yang peneliti kenal ketika tinggal dan bersekolah di Akediri.
Jumlah pedagang di pasar Akediri berdasarkan pendataan Dinas Perindustrian dan Perdagangan tahun 2013, berjumlah 155 wirausaha dengan berbagai jenis usaha. Lihat Tabel 3 Bab Empirik tentang pengalaman kebijakan pedagang pasar Akediri (data DISPERINDAK Kab. Halmahera Barat, diolah 2013)
1
45
Membangun Usaha Paska Konflik: Studi Terhadap Pedagang Kecil di Pasar Akediri Kab. Halmahera Barat
Seperti Marthen Tuli sebagai kepala desa Akediri, beliau adalah kakak kelas di SD walau beda sekolah namun masi berdekatan dan baru satu sekolah ketika di SMU, begitu juga dengan pa Sekertaris Desa bu Roy Bermula, Om Atus Sandiang sebagai perangkat desa, mereka adalah orang-orang yang tak asing bagi peneliti, dan dalam proses penelitian ini mereka sangat kooperatif menceritakan apa yang mereka alami dan ketahui tentang desa, kisah-kisah kerusuhan maupun kebijakan pemerintah terhadap pasar dan pedagang yang ada di desanya. Dalam keterkaitan inilah pedagang, pasar dan desa Akediri ahirnya menarik minat peneliti untuk menyelisik apa yang tampak dipermukaan dalam fenomena-fenomena yang teramati.
Pengalaman Meneliti Di Episode Ke Dua Perlu dipertegas bahwa, penelitian yang dilakukan peneliti pada episode pertama akhirnya disepakati sebagai penelitian pendahuluan, sehingga tidak menutup kemungkinan adanya perubahan kasus dan topik penelitian. Justru dari penelitian pertama itulah fenomena lain yang tak termasuk dalam skop penelitian, justru menjadi kasus yang menyimpan kekayaan data dan informasi untuk dilakukan suatu penelitian. Atas pertimbangan itulah, fenomena pedagang pasar Akediri, oleh peneliti dan pembimbing akhirnya menyepakati untuk dijadikan sebagai kasus yang menjadi fokus di episode kedua penilitian ini. Setelah semua kelengkapan penelitian sudah terpenuhi, yakni pedoman pertanyaan penelitian dan Surat Keputusan permohonan ijin penelitian dikeluarkan, akhirnya peneliti memutuskan untuk kembali secepatnya ke Halmahera Barat untuk melakukan penelitian kedua dengan kasus dan fokus yang baru. Pada tanggal 7 September 2012 peneliti meninggalkan Salatiga menuju Yogyakata untuk selanjutnya melakukan penerbangan ke Jakarta dan kemudian melanjutkan penerbangan ke Ternate dengan waktu tempuh 4 jam penerbangan. 46
Kisah Meneliti Dan Tata Penelitian
Setelah mendarat di bandara Sultan Babulah Ternate pada jam 07. 35 wit, peneliti kemudian bergegas menuju pelabuhan speed boat Dufa-Dufa untuk melanjutkan perjalanan lagi melalui jalur laut yang membutuhkan waktu tempu 45-60 menit ke Jailolo, pusat Ibu Kota Halmahera Barat tempat dimana peneliti tinggal dan bekerja. Tentu merupakan suatu kebahagian tersendiri, peneliti memilih lokasi penelitian di Halmahera Barat, salah satu alasan di balik pilihan itu adalah untuk dapat bertemu dengan keluarga, disamping melati diri mengenal persoalan-persoalan di wilayah tempat peneliti mengabdi. Memang harus diakui juga bahwa, untuk memenuhi kedua hal tersebut, konsekuensi yang tak mungkin dihindari adalah persoalan biaya, tetapi dalam hal ini oleh peneliti, biaya dapat ditoleransikan. Setelah tiba di dermaga Jailolo, peneliti sudah dijemput oleh istri tercinta, bersama denganya kami bergoncengan menuju kediaman kami di desa Loce Kecamatan Sahu Timur, yang berjarak kurang lebih 12 kilometer jauhnya. Sebagai seorang pegawai sipil daerah, tentu peneliti mengikuti prosedur penelitian dan pengambilan data baik pada instansi terkait maupun dilingkup wilayah pemerintahan daerah Halmahera Barat. Adalah wajib mengajukan permohonan ijin penelitian, karena itu dengan berbekal Surat Keputusan Permohonan Ijin Penelitian yang dikeluarkan Direktur Program Pasca Sarjana Studi Pembangunan No : 0037/PPs/MSP/VIII/2012 tertanggal 30 Agustus 2012. Peneliti baru mengajukan permohonan ijin penelitian ke Badan Kesatuan Bangsa Dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Halmahera Barat pada tanggal 25 September 2012. Setelah memperoleh ijin penelitian barulah peneliti menentukan peta jalan dimulainya penelitian. Pada penelitian pendahuluan, informasi awal suda peneliti dapatkan dari wawancara dengan bu Damis Pasuma pada tanggal 10 Mei 2012 dari beliaulah peneliti mendapat gambaran historis keberadaan pedagang dan terbentuknya pasar di Akediri, dari iformasi awal itulah peneliti kemudian menyambangi Kadis Perindustrian dan Perdagangan Halmahera Barat, namun karena tidak berada ditempat, 47
Membangun Usaha Paska Konflik: Studi Terhadap Pedagang Kecil di Pasar Akediri Kab. Halmahera Barat
peneliti dipertemukan dengan pa Adnan Dj. Ibrahim Kabid perdagangan. Melalui percakapan dengan beliau, gambaran kebijakan terhadap pedagang dan status pasar Akediri mendapat titik terang dari sisi pemerintah sebagai penentu kebijakan pembangunan, peñata dan pembina pelaku usaha. Dari kedua informasi awal itulah, pada episode kedua penelitian ini informasi itu dipakai sebagai acuan untuk menelusuri jejak informan lain yang peneliti anggap sebagai informan kunci. Apapun bentuk penelitian dan metode yang dipakai, posisi peneliti memiliki peran penting, maju tidaknya suatu penelitian sepenuhnya bergantung pada peneliti. Mengapa demikian, karena peneliti mengalami saat-saat dimana tidak ada gairah untuk meneliti. Kondisi duka yang masi menghantui, dalam rentang waktu tertentu menyita perhatian kearah itu, pada titik itu menjaga keseimbangan dalam mengayuh biduk rumah tangga mesti dijaga sebaik mungkin. Hal-hal seperti inilah yang membuat waktu untuk penelitian mengalami penurunan porsinya bahkan terhenti sesaat. Penelitian yang runut dan padat baru dapat berjalan pada bulan November 2012. Dari data awal yang peneliti peroleh, dan ketika di petakan persoalan pedagang di pasar Akediri, ternyata memeiliki histori yang terkait dengan beberapa peristiwa sebagai penyebabnya. Konflik, kebutuhan pangan, persoalan keamanan dan kenyamanan,persoalan pendapatan maupun tempat tinggal dan yang tak kalah pentingnnya adalah persoalan keyakinan. Untuk mengurai semua ini akhirnya peneliti melakukan interview menurut peristiwa dan keterlibatan aktor didalamnya. Karena keterkaitan antara pedagang dan pasar yang ada di Akediri begitu erat dengan konflik yang terjadi di Jailolo, atas dasar itulah akhirnya peneliti memutuskan untuk menghampiri pa Marthen Tuli sebagai kepala desa Akediri. Pertemuan dengan pa kades, pertamatama ini sebagai semacam bentuk laporan terhadap beliau kalau 48
Kisah Meneliti Dan Tata Penelitian
peneliti akan melakukan penelitian di desanya, dan tentu akan mendatangi pihak-pihak yang dipandang memiliki keterkaitan dengan penelitian ini. Pertemuan dan wawancara itu terjadi pada tanggal 1 Desember 2012 di kediaman pa Kades yang juga dihadiri oleh om Atus Sandiang Kaur Pemerintahan desa Akediri, percaapan denga kedua orang tersebut berlangsung dari sore hingga malam hari. Setelah mengevaluasi pertemuan dengan pa Kades, peneliti kemudian menemui pa Urbanus Balatjai pada tanggal 7 Desember 2012 di kediamanya di desa Porniti kecamatan Jailolo. Sebagai tokoh adat suku Wayoli dimana pada saat rekonsiliasi pasca konflik Ia termasuk salah satu anggota Tim rekonsiliasi perwakilan orang nasrani Jailolo. Dari beliau diperoleh informasi terkait keberadaan pedagang dan pasar yang terbentuk atas prakarsa masyarakat pasca konflik sebagai upaya untuk menyediakan kebutuhan pangan. Diakui juga bahwa dengan adanya pasar itu rekonsiliasi menemui jalanya yang alamiah. Pada sore hari ditanggal yang sama, peneliti juga menemui Melkias Baura di desa Bukumatiti, kecamatan Jailolo, dari beliau cerita yang sama juga peneliti terima dari seorang saksi sejarah kerusuhan Jailolo. Ketika mereka tergusur dari kampung halaman, akhirnya Ia dengan beberapa warga memilih mengungsi dan menetap di Akediri ketika itu. Selanjutnya pada tanggal 10 Desember 2012, peneliti menemui Roni Muluwere dalam kapasitas sebagai sekretaris tim rekonsiliasi, dan jauh sebelum itu sebagai ketua posko pengungsi di Akediri ketika konflik terjadi di Jailolo. Dari beliau, banyak informasi yang peneliti peroleh, baik sejarah terbentuknya pasar Akediri, dan proses rekonsiliasi, Ia juga menegaskan bahwa rekonsiliasi bisa terjadi karena sudah ada pembauran antara orang nasrani dan muslim di pasar Akediri. Selain data primer, peneliti juga diberi data sekunder berupa dokumen rekonsiliasi yang ditanda tangani oleh kedua perwakilan komunitas agama yang bertikai di Jailolo. Untuk memastikan 49
Membangun Usaha Paska Konflik: Studi Terhadap Pedagang Kecil di Pasar Akediri Kab. Halmahera Barat
informasi-informasi yang peneliti peroleh dari informan-informan sebelumnya, peneliti kemudian menemui Sekertaris desa Akediri bu Roy Bermula. Pertemuan dengan Pak Sekdes dilakukan di rumahnya pada petang hingga sore hari. Percakapan dilakukan pada tanggal 10 Desember 2012. Sebagai orang yang dilahirkan dari keluarga angkatan udara, dan kini menetap dan menjadi Sekertaris desa, peneliti berupaya untuk mengorek informasi terkait rencana penggunaan lahan milik AURI (TNI-AU) untuk membangun pasar yang ada di desanya. Dari beliau umum terdapat kesamaan mengenai sejarah terbentuknya pasar dan keberadaan pedagang di Akediri, sedangakan terkait kebijakan relokasi yang coba peneliti telusuri, Ia terkesan membatasi percakapan kearah itu, untuk hal ini peneliti dapat maklumi karena Ia memikirkan nasibnya sebagai seorang aparatur sipil negara. Perjalanan selanjutnya peneliti menemui om Amus Titirlobi, beliau adalah purnawirawan TNI-AD yang tinggal di desa Akediri, ketika konflik dan pasca konflik Ia juga memiliki peran ketika diakomodir dalam Tim rekonsiliasi. Dari beliau peneliti mendapatkan informasi bagaimana mereka melakukan penataan pasar yang sudah terbentuk di Akediri agar teratur. Ia juga menyampaikan bagaimana mereka meyakinkan pihak nasrani dari kecamatan tetangga yakni kecamatan Ibu, untuk tidak menutup pasar Akediri, selain itu ia juga menceritakan bagaimana oknum militer terlibat dalam bisnis-bisnis ketika itu. Peneliti mewawancarai beliau tanggal 11 Desember 2012 di rumahnya pada malam hari. Kedekatan emosional peneliti sebagai anak tentara dengan informan yang adalah purnawirawan tentara, nampaknya tercipta komunikasi berjalan lebih alami, dan tak terkesan ada yang ditutup-tutupi. Jika informan lain enggan untuk mengatakan keterlibatan oknum militer dalam bisnis-bisnis ketika itu, justru melalui percakapan dengan om Amus Titirlobi, Ia mengiakan hal tersebut benar terjadi. Setelah peneliti melakukan interview dengan tokoh- tokoh masyarakat 50
Kisah Meneliti Dan Tata Penelitian
sebagai pelaku dan saksi sejarah yang terkait dengan keberadaan pedagang, pasar maupun konflik dan rekonsiliasi, langkah selanjutnya peneliti mewawancarai pedagang yang peneliti tetapkan sebagai informan kunci. Interview pertama terhadap pelaku usaha di pasar Akediri, adalah dengan bu Damis Pasuma bersama istrinya, ini terjadi pada tanggal 10 Mei 2012. Kedua orang ini tidak asing bagi peneliti, begitu sebaliknya peneliti dimata mereka, sebab kami sudah lama berlangganan kebutuhan sembilan bahan pokok dengan mereka. Ketika peneliti kembali pada penelitian kedua, pada tanggal 09 Desember 2012, wawancara terhadap mereka berdua juga kembali dilangsungkan pada malam hari di rumah mereka yang tak jauh dari pasar Akediri. Saat itu rencana kebijakan relokasi pasar Akediri ke pasar baru di Akelamo kian gencar disosialisasikan kepada pedagang, melalui pertemuan itu terlihat kerisauan mereka jika pasar harus direlokasi pada bulan Desember tahun itu, sementara pada bulan itulah waktu panen bagi mereka. Pada hari selanjutnya tepatnya pada tanggal 27 Desember 2012, peneliti menemui pa Ismail Arifin, kepala Dinas Perindustrian Dan Perdagangan. Kali ini peneliti baru berhasil bertemu dengan pimpinan instansi tersebut, sebab pada kali pertama peneliti menghampiri kantor ini, beliau tidak berhasil ditemui Karen suatu urusan. Pada pertemuan kedua itulah peneliti benar-benar memanfaatkan waktu yang ada, apalagi beliau pernah memegang jabatan sebagai kepala Bapeda sebelum akhirnya dimutasikan ke Disperindag. Melalui beliau, peneliti menggali apa saja kebijakan pemerintah daerah terhadap pedagang dan keberadaan pasar di Akediri. Semua yang menyangkut dengan pelaku usaha dan status pasar, perijinan, relokasi, pajak, maupun insentif atau disinsentif apa saja yang menjadi kebijakan pemerintah daerah, satu persatu peneliti pertanyakan kepada beliau secara sistematis. Melalui beliau peneliti menemukan banyak 51
Membangun Usaha Paska Konflik: Studi Terhadap Pedagang Kecil di Pasar Akediri Kab. Halmahera Barat
informasi penting terkait kebijakan pemerintah terhadap pedagang di pasar Akediri. Percakapan dengan pa Ismail Arifin, berlangsung tidak lebih dari satu jam, kemudian peneliti mengakhiri wawancara itu, dan melanjutkan interview dengan Kabid Perdagangan pa Adnan Dj. Ibrahim. Di tengah percakapan dengan pa Adnan, beliau kemudian kedatangan tamu, salah seorang ibu rumah tangga dari wilayah Sahu. Dari percakapan diketahui bahwa Ia hendak bermaksud mengurus ijin usaha, namun percakapan itu hanya sebentar saja, karena untuk semua pengurusan perijinan usaha semuanya sudah disatukan dalam pelayanan satu pintu. Sahut Pak Adnan katanya semua urusan perijinan sudah di serahkan ke badan penenaman modal, tetapi kalau ibu mempercayakan kami mengurusnya, hal itu bisa kami bantu. Namun tawaran itu tidak disambut oleh ibu tersebut, Ia malah memutuskan untuk mengurusnya sendiri, demikian penggalan kisah yang sempat peneliti potret ketika itu. Lanjut cerita percakapan dengan Pak Adnan peneliti hanya mengkonfirmasikan rencana relokasi pasar Akediri, dan kriteria mereka yang direlokasi. Itulah percakapan terakhir sebagai penutup kegiatan peneliti di akhir tahun 2012, dan berencana untuk dilanjutkan pada Januari tahun 2013. Dari percakapan dengan Pak Kadis Perindag dan Pak Kabid Perdagangan, diketahui bahwa batas waktu berjualan di pasar Akediri yang di keluarkan oleh Pemerintah Daerah adalah sampai pada tanggal 28 Januari 2013. Karena itu ketika memasuki tahun 2013, peneliti baru dapat melanjutkan penelitian pada tanggal 23 Januari 2013, hal itu di sebabkan karena peneliti harus ke Tobelo pada awal tahun untuk mempersiapkan ibadah syukur setahun meninggalnya anak kami yakni pada tanggal 15 Januari 2013. Setelah kembali dari Tobelo itulah peneliti kemudian menyusul rencana lanjutan interview dengan pedagang lainya. Tepatnya pada tanggal 23 Januari 2013 peneliti menghampiri om Samuel Flory, atau 52
Kisah Meneliti Dan Tata Penelitian
akrapnya dipangil om Yon. Sebagai penduduk desa Tedeng Ia memilih berdagang di Akediri dan menjadi warga gereja di salah satu gereja GMIH yang ada di Akediri, tetapi Ia mempertahankan status penduduknya sebagai warga desa Tedeng. Dari beliau peneliti mendapat banyak informasi tentang kerusuhan, bagaimana mereka membangun kemitraan dengan oknum tentara untuk mendapatkan bahan pangan, sampai pada terbentuknya pasar Akediri. Lewat beliau juga peneliti mendapat informasi, bagaimana upaya pemerintah untuk merelokasi pasar tersebut namun hal itu tidak berhasil. Singkat kata om Yon memberi banyak informasi berharga untuk ditelusuri lebih jauh dan dalam lagi. Setelah melewati percakapan dengan om Yon, dan kemudian peneliti mereview kembali, akhirnya peneliti memutuskan untuk mewawancarai pedagang lainya, kali ini adalah seorang istri tentara yakni ibu Rohani M. Ahmad. Peneliti mewawancarai beliau pada pagi hari di tokonya, tepat pada tanggal 25 Januari 2013. Untuk membawa informan pada suasana rileks, peneliti awalnya memperkenalkan identitas peneliti, tujuan kedatangan, sambil perlahan beranjak ke pertanyaan diseputar historis pembangunan usaha, motivasi, modal, bagaimana pengadaan barang, hingga masalah pemasaran dan kemitraan yang mereka bangun. Semua pertanyaan yang peneliti sampaikan, selalu direspon dengan baik. Dari beliau peneliti direkomendasikan untuk menemui ibu Safiani Ode, yang tempat jualannya berhadapan dengan beliau, menurutnya ibu Safiani ode juga merupakan orang yang pernah ikut dalam upaya relokasi pasar pada tahun 2007, namun akhirnya memilih kembali ke Akediri. Berdasarkan informasi itulah akhirnya, peneliti kemudian melanjutkan wawancara terhadap ibu Safiani Ode, setelah terlebih dahulu mengakhiri percakapan dengan ibu Rohani. Ibu Safiani Ode adalah seorang istri tentara, sebelum menikah Ia pernah tinggal di Akediri, ketika rusuh mereka mengungsi ke Ternate dan kemudian ke Tidore. Ketika peneliti menghampirinya, terkesan diraut wajahnya Ia terasa canggung, maklum kondisi saat itu rencana relokasi lagi hangat-hangatnya berhembus, jadi para pedagang 53
Membangun Usaha Paska Konflik: Studi Terhadap Pedagang Kecil di Pasar Akediri Kab. Halmahera Barat
juga diperhadapkan pada situasi yang tak menentu. Namun ketika peneliti memperkenalkan identitas, dan maksud kedatangan, Ia terlihat lega. Sejak itu setiap pertanyaan yang peneliti sampaikan Ia merespon dengan baik. Kisah memulai usaha, modal, bagaimana mengakses tempat, perijinan, maupun membangun kemitraan untuk mendapatkan bahan jualan, terdengar runut diceritakan dengan baik, walau sesekali menyesali rencana relokasi pasar, dimana usahanya hampir terhenti ketika direlokasi ke pasar Akelamo pada tahun 2007. Dari percakapan dengan ibu Safiani peneliti makin diperkaya tentang informasi diseputar relokasi pasar, dan perijinan usaha, bagaimana Ia bisa memperoleh ijin usaha, walau tempat usaha belum menjadi miliknya. Dari percakapan denga ibu Safiani Ode, peneliti diberitahu kalau ada pedagang yang benar-benar menutup usaha karena usahanya tidak dapat bertahan di pasar Akelamo, ketika di relokasi. Selain itu juga ada juga yang usahanya makin hari makin menurun, meskipun mereka sudah kembali ke pasar Akediri. Berbekal informasi itulah peneliti mendatangi pedagangpedagang yang disebutkan ibu Safiani. Untuk itu pada sore menjelang malam pada tanggal 25 Jauari 2013, peneliti mendatangi rumah tante Ratna di desa Akediri, yang masih satu lingkungan dengan pasar Akediri. Peneliti di mata tante Ratna tidak asing lagi, begitu sebaliknya. Ia adalah janda dari seorang purnawirawan tentara, yang seangkatan dengan orang tua peneliti. Dalam perjumpaan itu peneliti menyampaikan maksud kedatangan, untuk meyakinkan mereka bahwa peneliti tidak memiliki kepentingan lain kecuali hanya meneliti di pasar Akediri. Awalnya tante Ratna begitu antusias menceritakan kisah-kisah awal mereka membangun usaha, bagaimana mereka mengolah modal yang kecil dan terbatas hingga bisa meningkatkan usahanya. Namun suasana menjadi dingin, ketika peneliti menanyakan rencana relokasi. Melalui pertemuan itu akhirnya tanter Ratna menceritakan kisah sulit yang mereka alami ketika direlokasi ke pasar Akelamo pada tahun 2007. Usaha yang sudah terbilang baik di Akediri, dalam waktu 54
Kisah Meneliti Dan Tata Penelitian
setahun lebih merosot drastis, bahkan menurut tante Ratna, jika mereka tidak kembali ke Akediri mungkin usahanya benar-benar tutup. Sampai peneliti mewawancarai tante Ratna, usaha di Akediri saat itu makin hari makin menurun, hal itu sebagai dampak adanya rencana relokasi kembali ke Akelamo. Kesan terakhir dari percakapan dengan tante Ratna adalah, bahwa kisah Pemerintah tetap merealisasikan rencana relokasi pasar, Ia lebih baik menutup usaha, dari pada harus menanggung kerugian yang pernah Ia alami di tempat yang sama. Dari percakapan dengan tante Ratna, peneliti juga direkomendasikan untuk menemui salah seorang pedagang pakaian asal Gorontalo, menurut informasi bukan saja usahanya tutup, tetapi Ia juga akhirnya berpisah dengan anak dan istri, ketika usaha mereka di relokasi ke pasar Akelamo. Sabtu 26 Januari 2013, pagi-pagi benar peneliti berburu waktu dengan om Aba, nama panggilan dari Ibrahim untuk menghadangnya, sebelum Ia keluar meninggalkan gubuk kecil dibawa dusun kelapa milik orang, yang Ia dan istri dan seorang anak laki-laki. Mendengar cerita orang sebelum bertemu orangnya perasaan prihatin itupun sudah muncul dengan sendirinya. Hal yang mengharukan lagi ketika peneliti menjumpainya di gubuk kecil yang beratapkan terpal dan sedikit daun rumbia (sagu). Setelah tegur sapa dan memperkenalkan diri, peneliti kemudian menghantar beliau pada pemandangan di sekitar tempat tinggalnya, dimana terdapat sisa-sisa tanaman cabai yang gagal Ia budidayakan. Sebelum akhirnya peneliti memintanya menceritakan kisah dan perjalanannya membangun usaha. Dengan penuh keyakinan om Aba menceritakan perjalanan berusahanya baik ketika di Ternate hingga akhirnya hijrah ke Jailolo, secara khusus ke Akediri. Singkat cerita, om Aba mengaku bahwa ketika masih berjualan di Akediri usahanya baik-baik saja, namun ketika direlokasi ke Akelamo, kemunduran usaha menjadi kenyataan pahit yang Ia alami, karena tidak mampu bertahan akhirnya Ia terjun ke duania pertanian, namun hal itu tidak hanya gagal menopang usahanya, malah memporak-porandakan rumah tangganya. 55
Membangun Usaha Paska Konflik: Studi Terhadap Pedagang Kecil di Pasar Akediri Kab. Halmahera Barat
Usaha yang Ia bangun akhirnya tidak dapat bertahan dan benar-benar tutup. Dari beliau, ada banyak informasi yang peneliti dapatkan, baik terkait kebijakan pemerintah, maupun keterbatasan modal menjadi masalah serius yang di hadapi om Aba, disamping strategi pengadaan barang yang Ia lakukan. Setelah menyambangi om Aba, peneliti akhirnya melanjutkan interview dengan salah seorang pedagang asal Gorontalo, yang berusaha di pasar Akediri. Sore hari sabtu 26 Jauari 2013, peneliti mendatangi Alimin Sabri, yang lagi sibuk melayani pembeli, baik penjualan pulsa handphone, bedak, bando, dan keperluan aksesoris kecantikan lainya, sambil sesekali melayani pengunjung yang menanyakan keperluan peralatan dapur di kios yang bersebelahan dengan tempat jualannya. Ketika peneliti menyambanginya, dan meminta kesediaannya untuk di wawancarai, nampaknya Ia masih ragu, meskipun peneliti sudah memperkenalkan identitas dan keperluan mewawancarai yang bersangkutan. Untuk mencairkan suasana, peneliti kemudian membeli pulsa handphone seharga Rp 10.000, sambil menunggu transfer pulsanya, peneliti kemudian mengarahkan percakapan diseputar usaha yang Ia jalani. Waktu berjalan dan akhirnya percakapan pun menemui alur yang alamiah, tidak tegang ketika Pak Sekdes Akediri menghampiri peneliti dan kemudian bergabung dalam percakapan itu. Kondisi yang tercipta itulah akhirnya Alimin Sabri menceritakan histori perjalanan berusahanya, modal, kemitraan yang Ia bangun untuk menopang usahanya. Percakapan dengan Alimin Sabri, dalam ingatan peneliti berjalan tak lebih dari dua jam percakapan. Dari percakapan dengan Alimin, terpotret bahwa ketidak pastian kebijakan menciptakan kepanikan diaras pengusaha, terutama mereka pengusaha kecil seperti Alimin Sabri. Ketika semua pertanyaan sudah disampaikan dan mendapat respon yang dirasa cukup, akhirnya peneliti mengakhiri percakapan tersebut, sambil menyampaikan ucapan terimakasih dan memohon diri untuk kembali pulang. 56
Kisah Meneliti Dan Tata Penelitian
Karena rencana relokasi pasar Akediri oleh Pemerintah Daerah, direncanakan pada tanggal 28 Januari 2013, peneliti memutuskan untuk bertahan hingga tanggal tersebut, untuk melihat secara langsung momen tersebut. Namun ketika hari yang sudah ditetapkan rencana tersebut tidak jadi direalisasikan, akhirnya peneliti menyempatkan waktu untuk berkunjung ke Dinas Perindustrian Dan Perdagangan, sebagai instansi teknis yang menangani kegiatan relokasi pasar dan pedagang pasar Akediri ke pasar baru Akelamo. Ketika berjumpa denga Pak Adnan Kabid Perdagangan, barulah peneliti mendapat informasi, kalau rencana itu ditunda sampai menunggu MUSPIDA kembali dari Jakarta mengkuti kegiatan promosi budaya dan pariwisata di Taman Mini Indonesia Indah. Setelah mendapatkkan kepastian tersebut, peneliti akhirnya menuju pasar Akelamo, tetapi sebelumnya singgah di pasar Akediri untuk memantau perkembangan di pasar tersebut. Ketidak jelasan dan simpang siurnya informasi akhirnya menciptakan kepanikan terhadap pedagang, sehingga ada yang menutup pondok dan lapak jualanya, untuk menghindari penggusuran. Hal yang berbeda juga peneliti jumpai di pasar baru Akelamo, dimana ada salah satu pedagang sembako, asal desa Todowongi, secara swadaya Ia sudah mengangkut sebagian bahan jualanya dan menempati lapak yang menjadi miliknya pada pengundian beberapa hari sebelumnya. Di pasar baru itu juga peneliti berjumpa dengan Pak Adnan Dj Ibrahim dan dua orang stafnya yang turun memantau perkembangan di pasar Akelamo. Dalam kesempatan itu peneliti juga sempat menyaksikan beberapa pedagang mempertanyakan penempatan ruang yang terpisah antara pedagang Barito (bawang, cabe, dan Tomat) dari pedagang ikan. Dari percakapan itu terlihat bahwa sebenarnya masih banyak kekurangan fasilitas pendukung pasar baru. Salah satunya jalan lingkar pasar, juga belum selesai digusur, untuk hal itu pada kesempatan itu, peneliti berjumpa dengan, salah seorang pemilik tanah yakni Pak, Bambang Bassay. Dari beliau peneliti mendapat informasi kalau jalan lingkar pasar itu belum dilakukan pembebasan lahan, karena itu belum bisa di kerjakan. Terkait dengan 57
Membangun Usaha Paska Konflik: Studi Terhadap Pedagang Kecil di Pasar Akediri Kab. Halmahera Barat
pembebasan lahan, tanah milik Damis Pasuma yang masuk dalam areal jalan melingkar pasar juga belum dibebaskan, atau dibayar pemerintah. Walau percakapan ketika itu terbilang singkat, setidaknya peneliti sudah memiliki informasi yang cukup untuk mengakhiri interview dan pengamatan langsung ke lapangan pada 28 Januari 2013, di pasar baru Akelamo. Selanjutnya peneliti segera kembali ke rumah dan mempersiapkan diri untuk menuju ke Ternate menumpangi kapal motor, karena waktu penerbangan diesok hari terlalu pagi, menuju Surabaya, dan akhirnya ke Yogyakarta. Di kota terakhir inilah peneliti turun dan melanjutkan perjalanan darat menuju Salatiga kota dimana peneliti menuntut ilmu.
Metode Yang Digunakan Studi yang peneliti lakukan ini, merupakan studi kasus terhadap pedagang kecil dan aktivitasnya di pasar Akediri. Sebagai sebuah studi kasus, adalah tepat jika menggunakan pendekatan kualitatif. Karena studi ini bertujuan menggambarkan bagaimana pedagang kecil di pasar Akediri membangun usaha pasca konflik. Oleh Sugiyono (2012) penelitian kualitatif adalah metode yang digunakan untuk meneliti objek yang alamiah, dimana peneliti sebagai instrument kunci, sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan secara tringgulasi (gabungan), sedangkan analisis data bersifat induktif dan lebih menekankan pada makna ketimbang menjeneral hasil penelitian. Metode ini sering juga disebut penelitian naturalistik, sebab penelitianya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting) – disebut juga metode etnografi, dan disebut sebagai metode kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif (Sugiyono, 2012). Terminologi penelitian kualitatif yang di kemukakan Bogdan dan Taylor (1982 dalam Moleong, 2005), melihat penelitian kualitatif sebagai suatu proses penelitian yang menghasilkan data deskriptif dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku 58
Kisah Meneliti Dan Tata Penelitian
yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistic (menyeluruh). Kerena itu Kirk dan Miller menyimpulkan bahwa penelitian kualitatif merupakan tradisi tertentu dalam ilmu penetahuan sosial, yang secara fundamental bergantung pada pengamatan (Moleong, 2005). Sebab pendekatan ini membutuhkan kecermatan dan kelengkapan pengamatan peneliti, selama melakukan penelitian. Penelitian kualitatif oleh Rahayo (2010) menjelaskan bahwa yang ingin dicari dengan penelitian ini, bukan hubungan antar variabel, melainkan jawaban secara mendalam atas pertanyaan “mengapa.” Sehingga untuk semua alasan tersebut, penelitian kualitatif menjadi pilihan yang tepat. Berangkat dari pengertian konseptual metode kualitataif, akhirnya dalam penelitian ini peneliti memandang bahwa pendekatan yang tepat untuk digunakan adalah pendekatan kualitatif. Sebab dengan menggunakan pendekatan tersebut diharapkan menghasilkan data yang mendalam; dan mengandung makna. Sedangkan makna itu sendiri adalah data yang sebenarnya, data yang pasti merupakan nilai di balik data yang tampak (Sugiyono, 2009). Sedangkan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat eksplanatoris. Menurut Nordholt (1973 dalam Sugiyono, 2009), jenis penelitian eksplanatoris yaitu mencari klasifikasi-klasifikasi dari segala aspek gejala untuk dapat mengidentifikasikan gejala tersebut sebaik mungkin. Atau dengan kata lain jenis penelitian eksplanatoris digunakan untuk menjelaskan fenomena dan realitas obyek (Soegijono, 2011). Untuk dapat mengkonstruksikan, dan menjelaskan suatu fenomena yang diamati dalam suatu penelitian, dibutuhkan dukungan data. Secara teoritik data dalam suatu penelitian diklasifikasikan dalam dua bentuk data, yakni data primer dan data sekunder.
59