BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis penelitian Penelitian ini berbentuk eksperimen semu (Quasi ekspperiment) yaitu meneliti efektifitas ekstrak kulit durian (Durio zibethinus Murr) dalam pengendalian nyamuk Aedes spp, dan tidak mengabaikan faktor yang mempengaruhi kehidupan nyamuk Aedes spp, yaitu suhu dan kelembaban udara. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) dimana percobaan dilakukan dengan 3 macam perlakuan dan satu control, perlakuan penyemprotan dengan konsentrasi ekstrak kulit durian 0% , 25 %, 50% dan 75 % serta 3 kali pengulangan.
3.2. Lokasi dan Waktu penelitian 3.2.1. Lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di LKD (Laboratorium Kesehatan Daerah) UNIMED Medan. 3.2.2. Waktu Penelitian Waktu penelitian dilakukan pada bulan April – Mei 2011
3.3. Objek penelitian Objek penelitian adalah ekstrak kulit durian sebagai pengendali nyamuk Aedes spp stadium dewasa yang diambil dari kotak pemeliharaan, dan dimasukkan kedalam kotak perlakuan berukuran 50cm x 50cm x 50cm (p x l x t) sebanyak 4
Universitas Sumatera Utara
kotak. Jumlah
nyamuk Aedes spp pada masing-masing perlakuan dan kontrol
sebanyak 15 ekor. Jumlah sampel diambil berdasarkan kebutuhan penelitian yaitu 180 ekor nyamuk Aedes spp dewasa. 3.4. Subjek Penelitian Untuk menunjang proses penelitian ini diperlukan adanya subjek penelitian yaitu dengan menggunakan air gula. 3.5. MetodePengumpulan Data 3.5.1. Data Primer Data primer diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan di LKD (Laboratorium Kesehatan Daerah) UNIMED Medan 3.5.2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari buku-buku dan jurnal serta literatur-literatur yang mendukung sebagai bahan kepustakaan.
3.6. Alat dan Bahan Penelitian 3.6.1. Alat Penelitian 1.
Pisau
2.
Timbangan
3.
Blender
4.
Saringan
5.
Beaker glass
Universitas Sumatera Utara
6.
Jam untuk mengukur
7.
Alat penyemprot
8.
Aspirator
9.
Pipet
10. Alat destilasi 11. Erlenmeyer 12. Thermometer 13. Hygrometer 14. Wadah tempat kulit durian 15. Wadah tempat larva 16. Kotak pemeliharaan 17. Kotak pengamatan 3.6.2. Bahan penelitian 1. Air gula 2. Aquadest 3. jentik nyamukn Aedes spp 4. nyamuk Aedes spp dewasa
Universitas Sumatera Utara
5. Kulit durian (Durio zibethinus Murr) 6. Kloroform
3.7. Prosedur penelitian 3.7.1. Cara mendapatkan Nyamuk Aedes spp Dewasa Untuk mendapatkan nyamuk Aedes spp dewasa dilakukan dengan memelihara larva nyamuk Aedes spp dengan cara sebagai berikut : 1. Siapkan kotak pemeliharaan nyamuk dengan ukuran 50 cm x 50cm x 50cm. 2. Sediakan wadah kecil yang berisi air bersih. 3. Kemudian masukkan larva nyamuk Aedes spp kedalam wadah kecil yang berisi air bersih dan letakkan didalam kotak pemeliharaan. 4. Atur suhu dan kelembaban yang cocok untuk pertumbuhan nyamuk di dalam kotak pemeliharaan. 5. Amati kotak pemeliharaan dan apabila jentik telah berubah menjadi kepompong lalu masukkan air gula/madu kedalam kotak pemeliharaan untuk makanan nyamuk setelah keluar dari kepompong. 6. Setelah nyamuk tersebut keluar dari kepompong nyamuk tersebut ditangkap dengan aspirator dan dipindahkan ke kotak perlakuan masing-masing sebanyak 15 ekor sebagai sampel penelitian. 7. Pada akhir penelitian nyamuk yang masih hidup dibunuh dengan menggunakan kloroform. 3.7.2. Cara mendapatkan ekstrak kulit durian
Universitas Sumatera Utara
Untuk mendapatkan ekstrak kulit durian dilakukan dengan cara sebagai berikut (Oktavianingrum, 2007) : 1. Siapkan kulit durian segar yang sudah di cincang dan diambil bagian kulit dalam nya yang berwarna putih menjadi potongan-potongan kecil sebanyak 1500 gram 2. Potongan-potongan kulit durian dihaluskan dengan blender ditambah dengan aquades sebagai pelarut sebanyak 300 ml 3. Larutan yang telah di blender diperas menggunakan saringan 4. Larutan yang telah diperas menjadi berwarna abu - abu kekeruhan 5. Kemudian dilakukan penyulingan sehingga menghasilkan warna putih bening seperti air 6. Hasil ekstrak kulit durian yang sudah di suling siap di gunakan pada objek penelitian terhadap
Nyamuk Aedes spp dengan konsentrasi 0 % sebagai
kontrol, 25%, 50 %, 75 % sebagai perlakuan 3.7.3. Definisi Operasional 1. Jumlah nyamuk Aedes spp adalah sebanyak 180 ekor yang belum disemprot dengan beberapa konsentrasi ekstrak kulit durian. 2. Ekstrak kulit durian adalah banyaknya hasil penyulingan dengan metode ekstrak yang akan disemprotkan terhadap nyamuk Aedes spp yaitu: 0 %, 25 %, 50 %, dan 75 %. 3. Suhu adalah temperatur yang diukur selama penelitian dilakukan dengan menggunakan alat thermometer, dinyatakan dalam derajat celcius.
Universitas Sumatera Utara
4. Kelembaban adalah : kelembaban udara di tempat penelitian yang diukur dengan menggunakan alat hygrometer, dinyatakan dalam persen. 5. Jumlah nyamuk Aedes spp yang mati adalah : banyaknya nyamuk Aedes spp yang mati setelah dilakukan perlakuan penyemprotan hasil beberapa ekstrak kulit durian
yang diamati selama 30 menit dengan interval waktu setiap 5
menit yang ditandai dengan nyamuk tidak bergerak , dan tidak dapat terbang. 6. Keefektifan ekstrak kulit durian adalah : kosentrasi ekstrak kulit durian yang paling rendah yang dapat membunuh nyamuk Aedes spp, sebanyak 50 % hewan percobaan (LD50). 3.7.4. Cara Melakukan Pengenceran Kosentrasi larutan durian Cara untuk mendapatkan masing-masing kosentrasi kulit durian adalah sebagai berikut : 1. Untuk mendapatkan kosentrasi 0 % maka yang digunakan aquadest sebanyak 100 ml tanpa penambahan larutan kulit durian. 2. Untuk mendapatkan kosentrasi 25% maka ditambahkan 100 ml aquadest dan larutan kulit durian sebanyak 25 ml 3. Untuk mendapatkan kosentrasi 50% maka ditambahkan 100 ml aquadest dan larutan kulit durian 50 ml 4. Untuk mendapatkan kosentrasi 75% maka ditambahkan 100 ml aquadest dan larutan kulit durian 75 ml 3.7.5. Cara melakukan percobaan
Universitas Sumatera Utara
1. Masing-masing 15 ekor nyamuk Aedes spp dewasa diambil dari kotak pemeliharaan dengan menggunakan alat aspirator dan dimasukkan ke dalam kotak perlakuan yang telah di beri lebel A untuk perlakuan penyemprotan dengan konsentrasi 0% sebagai kontrol : kotak B untuk konsentrasi 25%, kotak C untuk konsentrasi 50%, kotak D untuk konsentrasi 75% . 2. Lakukan penggunaan penyemprotan sesuai dengan konsentrasi ekstrak kulit durian dengan Jarak 30 cm dari masing-masing kotak perlakuan . 3. Amati dan catat nyamuk Aedes spp yang mati setelah 30 menit dengan interval waktu setiap 5 menit . 4. Untuk kotak perlakuan dan kotak kontrol dilakukan pencucian dan di jemur setiap akan dilakukan pengulangan.
3.8. Analisis Data Data yang diperoleh dari hasil percobaan dianalisa menggunakan metode distribusi frekwensi ( Deskriptif ) data diperoleh dari hasil 3 kali perlakuan dan satu kontrol dengan konsentrasi ekstrak kulit durian 0%, 25%, 50%, 75%, serta 3 kali pengulangan pada konsentrasi yang paling efektif (Hanafiah, 2005).
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1. Pengaruh Perlakuan Ekstrak Kulit Durian ( Durio zibethinus Murr ) terhadap kematian nyamuk Aedes spp. Hasil penelitian dengan menggunakan berbagai konsentrasi adalah 0%, 25%, 50% dan 75% dengan ekstrak kulit durian yang di semprot dalam membunuh nyamuk Aedes spp yaitu dari 4 kosentrasi ( 3 perlakuan dan 1 kontrol ) dengan 3 kali pengulangan selama 30 menit pengamatan menunjukan hasil seperti pada tabel-tabel berikut. Dalam penelitian ini menggunakan nyamuk Aedes spp sebanyak 180 nyamuk dewasa dengan masing-masing perlakuan 15 ekor nyamuk yang berada dalam kotak pengamatan. Tiap perlakuan dilakukan pengamatan setiap lima menit sebanyak 4 kali. Jadi pengamatan dilakukan setiap 5 menit selama 30 menit. Hasil penelitian dapat dilihat sebagai berikut: 4.1.1. Kematian Nyamuk Aedes spp Pada Konsentrasi 0 % ( Kontrol ) Tabel 4.1 Hasil pengamatan Kematian nyamuk Aedes spp setiap 5 menit Pengamatan Selama 30 Menit Pada Kosentrasi 0% ( Kontrol ) Waktu Pengamatan
5 menit 10 menit 15 menit 20 menit 25 menit 30 menit
Jumlah Nyamuk Aedes spp yang mati setelah Perlakuan pada Konsentrasi 0 %
Rata - rata
Ulangan II 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0
I 0 0 0 0 0 0
III 0 0 0 0 0 0
37
Universitas Sumatera Utara
Pada Kosentrasi 0% ( Kontrol ) dengan waktu pengamatan setiap 5 menit selama 30 menit serta 3 kali pengulangan tidak ada nyamuk yang mati ( 0% ). 4.1.2.
Kematian nyamuk Aedes spp pada kosentrasi 25% Hasil pengamatan Kematian nyamuk setelah penyemprotan Ekstrak Kulit
Durian ( Durio zibethinus Murr ) pada Kosentrasi 25% setiap lima menit selama 30 menit adalah sebagai berikut: Tabel 4.1.2. Hasil Pengamatan Kematian Nyamuk Aedes spp Setiap 5 Menit Pengamatan Selama 30 Menit Pada kosentrasi 25% Ekstrak Kulit Durian (Durio zibethinus Murr ).
Waktu Pengamatan
5 menit 10 menit 15 menit 20 menit 25 menit 30 menit
Jumlah Nyamuk Aedes spp yang mati setelah Perlakuan pada Konsentrasi 25 %
Rata - rata
Ulangan II 4 5 6 7 12 12
5 5 7 9 11 12
I 4 5 7 8 10 11
III 5 6 8 11 11 13
Berdasarkan tabel 4.2 di atas menunjukan bahwa kematian nyamuk Aedes spp untuk kosentrasi 25% sudah mencapai LD50 dimana rata-rata kematian nyamuk Aedes spp 7 ekor setelah 15 menit. Kematian nyamuk Aedes spp tertinggi terjadi pada 30 menit pengamatan dengan kematian rata-rata sebanyak 12 ekor.
Universitas Sumatera Utara
4.1.3. Kematian Nyamuk Aedes spp Pada Kosentrasi 50% Tabel 4.1.3. Hasil Pengamatan Kematian Nyamuk Aedes spp Setiap 5 menit Pengamatan selama 30 Menit Pada Kosentrasi 50% Ekstrak Kulit Durian (Durio zibethinus Murr )
Waktu Pengamatan
5 menit 10 menit 15 menit 20 menit 25 menit 30 menit
Jumlah Nyamuk Aedes spp yang mati setelah Perlakuan pada Konsentrasi 50 %
Rata - rata
Ulangan II 7 9 11 14 14 15
7 9 11 13 14 15
I 8 8 9 12 13 14
III 7 10 12 13 14 15
Berdasarkan tabel 4.1.3. diatas menunjukan bahwa kematian nyamuk Aedes spp untuk kosentrasi 50% sudah mencapai LD50 yaitu rata-rata kematian 7 ekor terjadi pada pengamatan 5 menit pertama. Kematian seluruh nyamuk Aedes spp yaitu pada ulangan kedua setelah 30 menit pengamatan. 4.1.4. Kematian Nyamuk Aedes spp Pada Kosentrasi 75% Tabel 4.1.4. Hasil Pengamatan Kematian Nyamuk Aedes spp Setiap 5 menit Pengamatan selama 30 Menit Pada Kosentrasi 75% Ekstrak Kulit Durian (Durio zibethinus Murr ) Waktu Pengamatan
5 menit 10 menit 15 menit 20 menit 25 menit 30 menit
Jumlah Nyamuk Aedes spp yang mati setelah Perlakuan pada Konsentrasi 75 %
Rata - rata
Ulangan II 11 13 13 15 15 15
11 12 14 14 15 15
I 10 11 14 14 15 15
III 11 13 14 14 15 15
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel 4.1.4. di atas menunjukan bahwa kematian nyamuk Aedes spp untuk kosentrasi 75% selama 5 menit pengamatan sudah mencapai LD50 dengan rata-rata 11 ekor nyamuk. Kematian seluruh nyamuk Aedes spp setelah 20 menit pengamatan dengan rata-rata 14. 4.1.5. Kematian Nyamuk Aedes spp Pada Empat Kosentrasi Setiap 5 Menit Pengamatan Selama 30 Menit Tabel 4.1.5. Hasil Pengamatan Kematian Nyamuk Aedes spp pada Empat Konsentrasi Setiap 5 menit Pengamatan selama 30 menit Konsentrasi A. B. C. D.
0% 25% 50 % 75%
5 menit 0 13 22 32
Kematian nyamuk Aedes spp 10 menit 15 menit 20 menit 25 menit 0 0 0 0 16 21 26 33 27 32 39 41 37 41 43 45
30 menit 0 36 44 45
Berdasarkan tabel 4.1.5. di atas dapat dilihat bahwa kematian nyamuk Aedes spp menunjukan kosentrasi tertinggi dalam membunuh nyamuk Aedes spp adalah kosentrasi 75% dimana seluruh nyamuk telah mengalami kematian setelah 25 menit pengamatan. Sedangkan pemaparan yang paling lama dari seluruh kosentrasi adalah kosentrasi 25% dengan kematian hampir seluruhnya setelah 30 menit pengamatan. Pada kontrol yaitu kosentrasi 0% tidak terjadi kematian nyamuk Aedes spp.
Universitas Sumatera Utara
4.1.6. Rata-rata dan Persentase Kematian Nyamuk Aedes spp pada Empat Konsentrasi setiap 5 menit Pengamatan selama 30 menit. Dari seluruh perlakuan dan pengamatan
pada semua kosentrasi dapat
diketahui rata-rata dan persentase kematian nyamuk Aedes spp,seperti yang tercantum pada tabel di bawah : Tabel 4.1.6. Rata-rata dan Persentase Kematian Nyamuk Aedes spp Pada Empat Konsentrasi Setiap 5 Menit Pengamatan Selama 30 Menit Kematian Nyamuk Aedes spp Konsentrasi
5 menit
10 menit
15 menit
20 menit
25 menit
30 menit
Rerata
%
Rerata
%
Rerata
%
Rerata
%
Rerata
%
Rerata
%
A.
0%
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
B.
25%
5
33,33
5
33,33
7
46,67
9
60,00
11
73,33
12
80.00
C.
50%
7
46,667
9
60,00
11
73,33
13
86,67
14
93,33
15
100
D.
75%
11
73,33
12
80,00
14
93,33
14
93,33
15
100
15
100
Berdasarkan tabel 4.1.6. menunjukan kematian tertinggi nyamuk Aedes spp dalam presentasi setiap kosentrasi berturut-turut adalah untuk kosentrasi 25% mencapai kematian 80% selama 30 menit pengamatan, kosentrasi 50% mencapai kematian 100% selama 30 menit pengamatan dan konsentrasi 75% mencapai kematian 100% selama 30 menit pengamatan, pada kontrol dengan kosentrasi 0% tidak terdapat kematian nyamuk Aedes spp selama 30 menit pengamatan.
Universitas Sumatera Utara
4.1.7. Jumlah dan rata-rata Kematian nyamuk Aedes spp Pada saat Lethal Dose 50 Tercapai setelah 15 Menit Pengamatan Lethal Dose 50 (LD 50) dicapai setelah 15 menit pengamatan untuk semua perlakuan,
sehingga
untuk
melakukan
perbandingan
uji
Deskriptip
dapat
menggunakan data kematian nyamuk Aedes spp seperti pada tabel berikut : Tabel 4.1.7. Jumlah dan Rata-rata Kematian nyamuk Aedes spp Pada Empat Kosentrasi Dengan Tiga kali ulangan pada saat Lethal Dose 50 (LD 50) Tercapai Setelah 15 Menit Pengamatan
Kosentrasi A. 0 % B. 25 % C. 50 % D. 75 %
Kematian Nyamuk Aedes spp Ulangan I II III 0 0 0 7 6 8 9 11 12 14 13 14
Jumlah
Rata-rata
0 21 32 41
0 7 11 14
Hasil penelitian tersebut dianalisa secara Deskriptip setelah terlebih dahulu jumlah kematian nyamuk Aedes spp pada setiap ulangan kosentrasi ditransformasi untuk menghilangkan angka nol dalam perhitungan. Transformasi data dilakukan dengan tujuan supaya data yang diolah telah memenuhi asumsi yang mendasari pemakaian suatu analisa data, sehingga hasil analisa data ini akan mampu mencerminkan kejadian yang sebenarnya terjadi dalam suatu percobaan. Karena terdapat jumlah kematian nyamuk Aedes spp dibawah 10 ekor maka digunakan transformasi data (Hanafiah, 2005 ) 4.2. Suhu Ruangan Penelitian
Universitas Sumatera Utara
Pada saat penelitian dilakukan, temperatur udara di ruangan penelitian diukur dengan menggunakan Thermometer dengan hasil pengukuran sekitar 28,60C – 30,20C 4.3. Kelembaban Udara Ruangan Penelitian Pada saat penelitian dilakukan, kelembaban udara di ruangan penelitian diukur dengan menggunakan alat Hygrometer dengan hasil pengukuran sekitar 69,46% 70%.
Universitas Sumatera Utara
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Pengaruh Ekstrak kulit Durian (Durio Zibthinus Murr ) Terhadap kematian nyamuk Aedes spp Hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan 4 macam kosentrasi perlakuan yaitu 0% ( sebagai kontrol ), 25%, 50% dan 75% dengan tiga kali ulangan selama 30 menit pengamatan dengan interval waktu setiap 5 menit, diperoleh jumlah kematian nyamuk Aedes spp pada waktu pemaparan yang berbedabeda dan kosentrasi yang berbeda pula. Pada tabel 4.1.6. terlihat bahwa pada kosentrasi 0% yang berisi Aquadest tanpa ekstrak kulit durian ( Durio Zibethinus Murr ) ( sebagai kontrol) tidak dijumpai adanya nyamuk Aedes spp yang mati. Hal ini membuktikan bahwa Aquadest yang disemprotkan pada nyamuk Aedes spp tidak menimbulkan kematian. Pada kosentrasi 25% tingkat kematian 50% lebih tercapai setelah 15 menit pengamatan untuk memenuhi Lethal Dose 50 ( LD50 ), sedangkan pada kosentrasi 50% dan kosentrasi 75% tingkat kematian yang memenuhi Lethal Dose 50 (LD 50) tercapai setelah 5 menit pengamatan. Tingkat kematian 100% terjadi pada kosentrasi 75% setelah 20 menit pengamatan. Semakin tinggi kosentrasi perlakuan semakin banyak jumlah nyamuk Aedes spp yang mati. Hal ini disebabkan karena kandungan bahan kimia dalam ekstrak kulit durian (Durio Zibethinus Murr ) yaitu minyak atsiri yang mengandung zat insektisida mempunyai dasar toksisitas yang juga tinggi. Sedangkan bila diperhatikan dari waktu 44
Universitas Sumatera Utara
lamanya pemaparan bahwa semakin lama waktu paparannya, jumlah nyamuk Aedes spp yang mati semakin berkurang. Hal ini dapat di sebabkan oleh berbagai faktor, baik faktor dari luar seperti pengaruh kecepatan angin, juga faktor dari dalam ataupun dari insektisida nabati sendiri, dimana minyak atsiri dalam ekstrak kulit durian (Durio Zibethinus Murr ) tersebut bersifat mudah menguap pada suhu kamar ( Wikipedia, 2008 ). Pada 20 menit pengamatan, jumlah nyamuk Aedes spp yang mengalami kematian dijumpai pada kosentrasi 25% sebesar 60%, kosentrasi 50% sebesar 86,67%, kosentrasi 75% telah mencapai 93,33%. Hasil tersebut menunjukan bahwa pada kosentrasi 25% telah cukup efektif karena telah memenuhi standar LD50 yaitu telah membunuh sebanyak 60%. Dimana Lethal Dose 50 adalah kosentrasi tertentu suatu bahan yang mampu mematikan sebanyak 50% hewan percobaan ( Siregar 2008 ). Sehingga dapat dinyatakan bahwa waktu 20 menit pemaparan dengan kosentrasi 25% adalah efektif dalam pengendalian nyamuk Aedes spp. Data analisa Deskriftif yang di gunakan adalah data kematian nyamuk selama 20 menit pengamatan. Data hasil percobaan didapatkan data ada yang mengandung nilai
nol,
sehingga hasil yang diperoleh dapat mencerminkan hasil yang sebenarnya dan terdapat perbedaan antara perlakuan dengan jumlah kematian nyamuk Aedes spp pada masing – masing kosentrasi. Produsen insektisida dapat mengaplikasikan ekstrak kulit durian sebagai insektisida nabati dan untuk pengaplikasiannya dalam masyarakat umum, ekstrak
Universitas Sumatera Utara
kulit durian (Durio zibethinus Murr) dapat diperoleh dalam bentuk tepung selain bentuk minyak atsiri (Kardinan, 2004). Berdasarkan cara masuk insektisida dalam hal ini ekstrak kulit durian (Durio zibethinus Murr) ke dalam tubuh nyamuk Aedes spp dapat dinyatakan sebagai racun kontak, dan racun pernafasan. Sebagai racun kontak, ekstrak kulit durian (Durio zibethinus Murr) yang disemprotkan dapat langsung mengenai bagian tubuh nyamuk yang menyebabkan nyamuk jatuh dan akhirnya mati ditandai dengan tubuh nyamuk mengering karena dehidrasi. Dimana, dinyatakan sebagai racun kontak apabila insektisida dapat masuk kedalam tubuh nyamuk lewat kulit bersinggungan langsung (Djojosumarto, 2000). Sebagai racun pernafasan, nyamuk menghirup ekstrak kulit durian (Durio zibethinus Murr) yang menyebabkan nyamuk tergelepar sehingga akhirnya mengalami kematian. Racun pernafasan bekerja lewat saluran pernafasan. Kebanyakan racun pernafasan berupa gas (Djojosumarto, 2000). Racun inhalasi merupakan racun yang bekerja lewat sistem pernapasan. Serangga akan mati bila insektisida dalam jumlah yang cukup masuk kedalam pernapasan serangga dan selanjutnya di transpportasikan ketempat racun tersebut bekerja. Sedangkan racun pernapasan adalah insektisida yang mematikan serangga karena mengganggu kerja organ pernapasan ( misalnya menghentikan kerja otot yang mengatur pernapasan ), sehingga mati akibat tidak bisa bernapas (Soemirat, 2005). Biasanya insektisida jenis ini digunakan untuk serangga yang tidak tergantung pada bentuk mulutnya (Dinata, 2008).
Universitas Sumatera Utara
5.2. Penggunaan Ekstrak Kulit Durian (Durio Zibethinus Murr) Terhadap Kematian Nyamuk Aedes spp Pemanfaatan kulit durian sebagai pengendali nyamuk Aedes spp merupakan salah satu cara untuk mengurangi pencemaran lingkungan. Berbagai macam tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai insektisida nabati karena mengandung minyak Atsiri yang tidak di sukai nyamuk karena baunya yang sangat menyengat. Melalui proses penyulingan dengan metode destilasi, diantaranya yang sudah diteliti Ekstrak Rimpang Jeringo (Acorus calamus L) dengan ditambahkan etanol 70% dengan konsentrasi yang paling efektif 30% untuk membunuh nyamuk Aedes aegepty (Jayanti S, 2008). Ekstrak daun pandan wangi (Pandanus Amaryllifolius Roxb) dengan ditambahkan etanol 70% dengan konsentrasi yang paling efektif 40% untuk membunuh nyamuk Aedes spp (Hariana, 2008). Ekstrak kulit durian (Durio Zibethinus Murr) dengan ditambahkan etanol 70% dengan konsentrasi yang paling efektif 25% untuk membunuh nyamuk Aedes aegepty dengan metode elektrik (Widarto, 2007). Peneliti meneruskan penelitian ekstrak kulit durian dengan konsentrasi yang berbeda tanpa menggunakan etanol 70% dengan metode penyemprotan dalam pengendalian nyamuk Aedes spp.
5.3 Suhu Ruangan Penelitian Hasil pengukuran suhu ruangan penelitian yang diukur selama melakukan penelitian adalah sekitar 28,60C – 30,20C suhu udara tersebut tidak mempengaruhi
Universitas Sumatera Utara
penelitian karena menuntut Jumar (2000) suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat mempengaruhi kelangsungan hidup nyamuk, dimana suhu minimum adalah 150C dan suhu maksimum pada 450C.
5.4. Kelembaban Udara Ruangan Penelitian Hasil pengukuran kelembapan udara dalam ruangan penelitian yang juga diukur selama melakukan penelitian yaitu sekitar 69,46% - 70%. Kelembapan tersebut tidak mengganggu kelancaran penelitian karena menurut Jumar (2000) bahwa kelembapan udara yang mendukung kehidupan nyamuk adalah sekitar 60% sampai 89%.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan 1. Pada kontrol berisi aquadest dengan 3 kali ulangan selama 30 menit pengamatan tidak ditemukan kematian nyamuk Aedes spp. 2. Dari empat konsentrasi dengan 3 kali ulangan selama 30 menit pengamatan menunjukkan kematian nyamuk Aedes spp dengan Lethal dose 50 (LD50) tercapai setelah pemaparan 20 menit dengan rata-rata kematian pada konsentrasi 25% sebanyak 60% ; konsentrasi 50% sebanyak 86,67% ; konsentrasi 75% telah mencapai 93,33%. 3. Konsentrasi efektif ekstrak kulit durian yang dapat membunuh nyamuk Aedes spp adalah konsentrasi 25% dengan waktu papar 20 menit dan tingkat kematian nyamuk mencapai 60% (memenuhi LD50). 6.2. Saran 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu alternatif pengendalian vektor khususnya nyamuk Aedes spp sebagai insektisida nabati yang aman bagi lingkungan dan manusia. 2. Perlunya penelitian lebih lanjut dengan menggunakan konsentrasi yang lebih rendah dan menentukan bahan aktif yang spesifik yang bersifat racun terhadap nyamuk Aedes spp.
49
Universitas Sumatera Utara