EDISI 8 NO 1 AGUSTUS 2016 “ISSN 1978-2497”
ITEKS Intuisi Teknologi Dan Seni
STUDI EKPERIMENTAL PENGGUNAAN NANOCUTTING FLUID BERBASIS PALM OIL DENGAN PARTIKEL TITANIUM DIOKSIDA ( Ti02) PADA PROSES MILLING TERHADAP KONDISI PROSES DAN KUALITAS PRODUK STAINLESS STEEL 304 Bambang Sugiantoro 1), Khanif Setiawan 2) Fadly3) 1,,2,3) Teknik Mesin STT Wiworotomo Purwokerto Jl. Semingkir No. 1 Purwokerto
email :
[email protected]),
[email protected],2)
ABSTRAK Proses pembentukan benda kerja dengan permesinan terjadi pada gaya gesek dan suhu tinggi, akibatnya akan berpengaruh terhadap keausan pahat dan kualitas produk. Solusi untuk mereduksi gaya gesek, keausan dan meningkatkan kualitas produk yang paling dominan adalah metode pendinginan. Pengembangan teknologi nanocutting fluid berbasis bahan alami, sesuai industri berbasis “ECO ” Economy of Cost Reduction/Ecologically Friendly, karena aman dari sisi ekologi dan kesehatan operator. Salah satu yang sedang dikembangkan adalah pendingin berbasis nano. Dari penelitian penggunaan nanofluids, jenis fluida dasar, dimensi partikel/nanofluid dan konsentrasi bahan tambah terbukti berpengaruh terhadap performasi pendinginan proses permesinan. Untuk meningkatkan gradien suhu yang tinggi digunakan alat penukar kalor yang didesain untuk menyerap panas fluida berbasis penukar kalor counter flow untuk menghasilkan suhu fluida pada 8 - 12o C. Untuk mendapatkan hasil yang optimum masing – masing fluida akan di lewatkan pada alat penukar kalor dengan memanfaatkan alian kondensasi freon (refrigasi). Material yang digunakan yaitu Stainless Steel 304 dan pahat HSS-Superhard End Milling 12 mm. Desain ekperiman yang di pakai menggunakan metode taguchi. Dari hasil penelitian didapatkan nilai kekasaran permukaan paling halus dihasilkan pada kondisi pada spindle speed 565 rpm, feed rate 63 mm/rev, depth of cut 1,0 mm, dan cutting condition nanofluid 45 menit. Angka kekasaran pada semua proses yang optimum pemesinan (milling) masih berada level standar industri (0,5 – 5,3Ra) dan proses permesinan dapat dilakukan dengan
suhu rendah. nanofluid dengan spesifikasi mixing 45 menit TiO2 dan palm oil dapat dijadikan alternatif media pendingin yang baik karena fungsi fluida menjadi peringkat pertama yang berpengaruh pada proses permesinan dan level kekasaran memenuhi standar industri.
26
Performasi nanofluid pada proses milling tersebut akan diuji kualitas dengan kekasaran permukaan dan hasilnya masih sesuai standar ASME/industri. Kata Kunci : Proses Milling, Surface Raughness, nanofluid, Metode Taguchi 1. Pendahuluan Nanofluida merupakan larutan yang mengandung nanopartikel dengan ukuran 1-100 nm dalam fluida dasar. Partikel nano biasanya terbuat dari logam yang secara kimia stabil, oksida logam atau karbon dalam berbagai bentuk. Ukuran dari partikel nano memberikan karakteristik yang unik terhadap fluida, termasuk peningkatan energi, momentum dan perpindahan kalor serta mengurangi kecenderungan dari pengendapan dan erosi dari permukaan. Berdasarkan kondisi diatas nanofluid mempunyai performasi yang sangat baik, maka tahapan penelitian selanjutnya adalah dengan meneliti potensi minyak palm dan air sebagai bahan utama pendingin. Bahan tambah nanopartikel dipilih yang mempunyai nilai konduktifitas tinggi yaitu Ti02 (Titanium Dioksida). Pilihan nanopartikel didasarkan pada pertimbangan, nilai konduktifitas thermal, ketahanan terhadap korosi, dapat terurai dengan mudah (aman terhadap lingkungan) dan tidak membahayakan operator. Performa pendinginan nanofluid pada proses permesinan dengan bahan dasar adalah minyak palm dan air Performasi pendinginan diukur dengan melihat kondisi proses permesinan, diantaranya suhu proses, daya mesin, keausan pahat (crater wear and flank wear), daya potong, ketebalan/bentuk chips dan kekasaran permukaan produk. Nanofluid yang paling optimum dan mempunyai performasi terbaik memenuhi persyaratan fungsi komponen standar industry sesuai ASME/ASTM.
EDISI 8 NO 1 AGUSTUS 2016 “ISSN 1978-2497”
ITEKS Intuisi Teknologi Dan Seni 2.
KAJIAN LITERATUR PEGEMBANGAN HIPOTESIS
sebagai gantinya dibuat dari campuran organik dan inorganik alkaline bersama-sama dengan bahan penambah (additive) untuk penangkal korosi. Soluble Oil akan membentuk emulsi ketika dicampur dengan air. Konsentrat mengandung minyak mineral dasar dan pengemulsi untuk menstabilkan emulsi. Minyak ini digunakan dalam bentuk sudah diencerkan (biasanya konsentrasinya = 3 sampai 10%) dan unjuk kerja pelumasan dan penghantaran panasnya bagus.
DAN
a. Nanofluida Nanofluid di definisikan sebagai fluida dasar yang di tambahkan partikel padat ukuran nanometer (<100 Nm) yang berfungsi untuk memperbaiki fluid properties fluida. Secara umum fluid properties fluida kondikvitas termal, viskositas, dan densitas nanofluida meningkat sebanding dengan peningkatan prosentase massa partikel dan sebaliknya panas jenis turun sebanding dengan peningkatan prosentase massa. Pada proses perpindahan panas konveksi, peningkatan konduktivitas termal nanofluida di harapkan meningkatkan perpindahan panas dalam aliran tanpa membawa dampak terhadap penggunan energi. Untuk fluida murni, peningkatan koefisien perpindahan panas sebanding dengan konduktivitas termalnya,sedangkan penggunaan energi sebanding dengan viskositas fluida. Semakin tinggi viskositas fluida semakin besar energienergi yang dibutuhkaan untuk menggerakan fluida dalam sistem. Dalam Peningkatan viskositas nanofluida membawa dampak terhadap penggunaan energi (pumping power), sehingga peningkatan koefisian perpindahan panas berkompetisi dengan peningkatan pumping power karena gesekan. Ketika saat peningkatan perpindahan panas lebih besar dibandingkan dengan kerugian akibat peningkatan penggunaan energi, maka nanofluida layak di gunakan fluida pendinginan.(choi,2010)
c. Kualitas produk Benda Kerja 1. Kekasaran permukaan Karakteristik suatu permukaan memegang peranan penting dalam perancangan komponen mesin atau peralatan. Banyak hal dimana karakteristik permukaan perlu dinyatakan dengan jelas, karena berkaitan dengan gesekan, keausan, pelumasan, ketahanan lelah, perekatan dua atau lebih komponen mesin dan sebagainya.
a. Parameter Permukaan Untuk lebih memperjelas dimana posisi dari profil geometis ideal, profil terukur, profil referensi, profil dasar, dan profil tengah, serta yang berkaitan dengan parameter permukaan yang terdapat di dalam nya umtuk mencapai suatu keinginan kita dapat melihat di dalam penjelasan yang tertera dalam Gambar 2.1,
b. Cairan pendingin dengan minyak alami Cairan pendingin digunakan pada pemotongan logam atau proses pemesinan untuk beberapa alasan, antara lain : dan pada saat untuk memperpanjang umur pahat, akan mengurangi deformasi benda kerja karena panas, dan meningkatkan kualitas permukaan hasil pemesinan, dan membersihkan beram dari permukaan potong. Untuk cairan pendingin yang digunakan dapat dikategorikan didalam empat jenis : Minyak murni (Straight Oils) adalahs minyak yang tidak dapat diemulsikan dan digunakan pada proses pemesinan dalam bentuk sudah diencerkan. Minyak ini terdiri dari bahan minyak mineral dasar atau minyak bumi, dan kadang mengandung pelumas yang lain seperti lemak, minyak tumbuhan, dan ester. Minyak sintetik (Synthetic Fluids) tidak mengandung minyak bumi atau minyak mineral dan
Gambar 2.1 Parameter permukaan Material yang digunakan adalah Stainless steel 304 memang menjadi salah satu material baja yang paling banyak di gunakan untuk berbagai jenis perangkat umu, rumah tangga dan industri. Stainless steel 304 adalah salah satu produk baja yang bisa di gunakan pada berbagai kondisi termasuk untuk lingkungan dengan perubahan cuaca yang drastis. Material ini sangat tahan terhadap korosi dan bisa menghadapi nitrat, klorida, air panas dan perubahan suhu menyebabkan baja menjadi rusak.Tipe 304L merupakan variasi rendah karbon 27
EDISI 8 NO 1 AGUSTUS 2016 “ISSN 1978-2497”
ITEKS Intuisi Teknologi Dan Seni tambahan tipe 304 dengan kandungan karbon maksimum 0,03% yang menghilangkan presipitasi karbida.Berikut adalah informasi dan data tentang Stainless Steel AISI 304 yang mengacu pada sifat mekanik dan analisa kimia dengan pengambilan sampel (AK Steel Corporation, 2007), ditunjukan tabel 2.4,
d.
Interpretasi Hasil Eksperimen Langkah-langkah untuk menginterpretasikan hasil eksperimen dengan menggunakan Metode Taguchi dapat dilakukan dengan penentuan persen kontribusi, yang merupakan porsi masing-masing faktor dan atau interaksi faktor yang signifikan terhadap total variasiyang diamati. Yaitu Interval kepercayaan (convidence interval), Dalam analisa hasil eksperimen Taguchi dihitung dalam kondisi Interval kepercayaan untuk level faktor (CI1) dan Interval kepercayaan untuk perkiraan rata-rata. karakteristik kualitas yang digunakan yaitu Smaller –the-Better (STB). Karaktristik kualitas dimana semakin rendah nilainya,maka kualitas semakin baik.Nilai S/N untuk jenis karakteristik STB ditunjukan pada pers 2.2.
Tabel 2.4 Komposisi AISI 304 (AK Steel Corporation, 2007). Jenis unsur Carbon Mangan Fosfor Sulfur Silikon Chromium Nikel Nitrogen Besi
Type 304 % 0.08 max 2.00 max 0.045 max 0.030 max 0.75 max 18.00-20.00 8.00-12.00 0.10 max Balance
pers 2.2
S/N STB = 3.
METODE PENELITIAN
3.1 Flowchart c.Metode Taguchi Metode Taguchi merupakan suatu metodologi baru dalam bidang teknik yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas produk dan proses dalam waktu yang bersamaan menekan biaya dan sumber seminimal mungkin. Sasaran metode Taguchi adalah menjadikan produk kokoh (robust) atau tidak sensitif terhadap berbagai faktor gangguan (noise), karena itu sering disebut sebagai desain kokoh (Robust Design Orthogonal Array: Orthogonal array digunakan untuk mendesain percobaan yang efisisen dan digunakan untuk menganalisis data percobaan. Ortogonal array digunakan untuk menentukan jumlah eksperimen minimal yang dapat memberi informasi sebanyak mungkin semua faktor yang mempengaruhi parameter. penelitian yang melibatkan banyak faktor dan jumlah Bagian terpenting dariorthogonal array terletak pada pemilihan
Mulai Persiapan Material / Benda Kerja3.dan Alat
Uji kekerasan
Mix 30 menit
Pencampuran palm oil dengan titanium dioksdia (Ti02)
Mix 45 menit
Persiapan Pengambilan Persiapan alat pendinginan
data dengan Metode Uji Pemesinan dengan MQL (Ti02)
4.
Pengambilan data suhu
Pengambilan data getaran (vibrasi)5.
Pengambilan data daya
Pengambilan data volume
tingkat kombinasi level. Bentuk umum Orthogonal Array Uji Kekasaran
matrik orthogonal matriks yang mempunyai 3 faktor dan 4 level.
La(b
c ) = L9(34), …………………..pers 2.1
Pengumpulan Data
Keterangan A/9 : banyaknya baris / eksperimen b/3 : banyaknya level c/4 : banyaknya kolom / faktor
Analisis Data
Kesimpulan
Gambar 3.1 Flowchart penelitian
28
Mix 1 jam
EDISI 8 NO 1 AGUSTUS 2016 “ISSN 1978-2497”
ITEKS Intuisi Teknologi Dan Seni Secara umum pembentukan nanofluid dapat dilihat pada skema sesuai gambar 3.2.
3.3 Pengukuran Temperatur Pahat Pengukuran pada percobaan ini dengan mencari nilai temperatur saat proses pemakanan pada proses milling. Alat yang digunakan yaitu Termometer laser. Metode pengukuran ditunjukan pada gambar dibawah ini.
Gambar 3.2 Skema umum proses pembuatan nanofluid dan metode spray (MQL) Bahan yang digunakan adalah dari minyak alami yang mudah, murah dan tersedia secara kontinyu di Indonesia, yaitu minyak kelapa, dan minyak sawit (neat oil/vegetables oil) dan Pencampuran pada percobaan ini adalah mencampur bahan nanopartikel dengan minyak kelapa sawit (palm oil dan Ti02).
Gambar 3.3 Pengukuran temperatur pahat 3.4 Pengujian Nanofluid Berbasis Palm dengan uji TEM
Gambar 3.1 Proses Pencampuran nanofluid 3.2 Cara kerja Alat Pendingin Udara (Cooling Sistem) Prinsip kerja pendingin pada proses pendinginan menggunakan udara yang bertekanan, yang diperlukan hanya kompresor sebagai penghasil udara bertekanan, freezer sebagai penurun suhu udara menjadi rendah atau dingin, Presure Gauge sebagai katup untuk mengatur tekanan udara keluaran nozzel, dan nozzel sebagai pengarah semprotan udara, seperti ditunjukan gambar 3.2,
Gambar 3.4 Alat uji TEM Uji TEM digunakan untuk mengetahui struktur dan dimensi molekul pada suspense palm oil dan bahan tambah Ti02. (3 gr/lter palm oil).
Gambar 3.5 TEM test (nanofluid Ti02. dispersions of nature oil (palm)
Gambar 3.2 Alat Penukar kalor (Cooling system)
29
EDISI 8 NO 1 AGUSTUS 2016 “ISSN 1978-2497”
ITEKS Intuisi Teknologi Dan Seni 3.5 Metode pengukuran Vibrasi
Tabel 3.1 Desain Eksperimen
Vibration meter dapat diartikan sebagai sebuah perangkat atau alat yang digunakan untuk mengukur gerakan bolak-balik dari komponen mekanik dari suatu mesin sebagai reaksi dari adanya gaya dalam(gaya yang dihasilkan oleh mesin tersebut) maupun gaya luar (gaya yang berasal dari luar atau sekitar mesin).alat ini digunakan untuk mengukur getaran yang terjadi pada mesin milling ketika sedang melakukan proses milling. Dapat dilihat pada gambar
Parameter
Faktor
Level 1
Level 2
Level 3
Spindel speed
A
255
360
565
Feed rate
B
22
36
63
Depth of cut
C
0,5
0,75
1
Cutting Condition
D
Mixing Mixing Ti02 + 3 Mixing Ti02 + 3 gr Ti02 + 3 gr gr + palm oil + palm oil + palm oil 30 menit 45 menit 1 jam
4. HASIL UJI, PEMBAHASAN a.
ANALISIS
DAN
Pengaruh Level Dari Faktor Terhadap Kekasaran Permukaan Daerah Hasil Proses Milling, Temperatur Pahat Dan Daya Listrik Mesin Milling Pada Material SS 304
Untuk mengidentifikasi pengaruh level dari faktor terhadap rata-rata kekasaran permukaan daerah hasil proses milling, rata-rata temperatur pahat, dan rata-rata konsumsi daya listrik mesin milling dilakukan pengolahan data respon (data asli) yang diperoleh melalui pengujian. Perhitungan ratarata kekasaran permukaan daerah hasil proses milling, rata-rata temperatur pahat, dan rata-rata konsumsi daya listrik mesin milling melalui kombinasi level dari masing-masing faktor dapat dilihat sesuai desain ekperimen taguchi. Respon pengaruh level terhadap rata-rata kekasaran permukaan daerah hasil proses milling pada material SS 304 L seperti ditunjukan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Respon Pengaruh Level Terhadap RataRata Kekasaran Permukaan Daerah Hasil Proses Milling Material SS 304
Gambar 3.6 Vibration Meter 3.6 Surface Roughness test Parameter yang biasa dipakai dalam proses produksi untuk mengukur kekasaran permukaan adalah kekasaran rata-rata (Ra). Parameter ini juga dikenal sebagai perhitungan nilai kekasaran AA (arithmetic average) atau CLA (centerline average), Alat ukur yang digunakan adalah Surfcorder SE300 seperti terlihat pada Gambar 3.7
Level
Selisih
Faktor
Gambar 3.7 Surface Roughness Tester Penentuan variasi level didasarkan pada rekomendasi pahat yang digunakan yaitu pahat Endmill merk Nachi, nilai level tiap matrial ditunjunkan pada tabel 3.1.
Ranking 1
2
3
(maks - min)
Spindel speed
1.7610
1.6940
1.0337
0.0670
3
Feed rate
1.3737
1.1080
2.0070
-0.2657
1
Depth of cut
1.3120
1.5940
1.5827
0.0113
2
Cutting condition
0.6380
1.4397
2.4110
-17730
4
Respon pengaruh level terhadap rata-rata temperatur pahat pada material SS 304 dapat dilihat pada Tabel 4.2 sebagai berikut.
30
EDISI 8 NO 1 AGUSTUS 2016 “ISSN 1978-2497”
ITEKS Intuisi Teknologi Dan Seni Tabel 4.2 Respon Pengaruh Level Terhadap RataRata Temperatur Pahat Material SS 304 Level
Adapun faktor yang paling berpengaruh terhadap rata-rata nilai konsumsi daya listrik mesin milling adalah cutting condition dengan nilai kontribusi sebesar 210.693% dan kontribusi terkecil dimiliki oleh spindel speed dengan kontribusi sebesar 2.039%. Pada grafik kekasaran menunjukan bahwa, nilai kondisi permesinan yang menghasilkan kekasaran permukaan paling halus pada spindle speed 360 rpm, feed rate 63 mm/min, depth of cut 0,5 mm, dan cutting condition nanofluid 45menit. Sedangkan nilai kekasaran paling tinggi dihasilkan pada spindle speed 360 rpm, feed rate 22 mm/min, depth of cut 1 mm, dan cutting condition nanofluid 1 jam.
Selisih
Faktor
Ranking 1
2
3
(maks - min)
Spindel speed
29.75
29.19
31.51
-2.32
4
Feed rate
28.74
29.79
31.92
-1.05
3
Depth of cut
29.74
29.48
31.32
1.75
2
Cutting condition
29.48
29.32
31.64
2.32
1
Respon Pengaruh Level Terhadap Rata-Rata Konsumsi Daya Listrik Mesin Milling Pada proses permesinan material SS 304, dapat dilihat pada Tabel 4.3 Tabel 4.3 Respon Pengaruh Level Terhadap RataRata Konsumsi Daya Listrik Mesin Milling Material SS 304 Level
Pengaruh Level dan Faktor Terhadap Rasio S/N -28.65
-28.70
Selisih
Faktor
-28.89 -28.89
-28.90 -28.85
-28.91 -28.92
-28.86 -28.88
-28.61
-28.94
Ranking 1
2
3
(maks - min)
Spindel speed
388.18
387.93
388.67
0.73
4
Feed rate
384.27
389.64
390.87
5.38
3
Depth of cut
385.00
387.44
392.33
-7.33
2
Cutting condition
406.76
363.24
379.13
-15.89
1
-29.27
-29.20
-29.70
Daya
Gambar 4.2 Grafik Rasio S/N Konsumsi Daya Listrik Proses Milling SS 304
Urutan persentase pengaruh faktor terhadap nilai temperatur pahat ini diubah ke dalam bentuk grafik sehingga akan memudahkan untuk melakukan pembahasan hasil dari faktor yang digunakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ratarata konsumsi daya listrik mesin milling, hal ini dapat kita lihat dari nilai Fhitung yang lebih besar
Berikut grafik getaran tiap proses pada gambar 4.3,4.4, dan 4.5.
dari nilai FTabel yang digunakan. Berikut ini adalah grafik hasil eksperimen Metode Taguchi yang memberikan informasi untuk melihat pengaruh dan kondisi optimal proses permesinan milling pada SS 304, sesuai gambar 4.1,4.2 dan 4.3. Pengaruh Level dan Faktor Terhadap Rasio S/N -2.0000 -3.0000 -4.0000 -5.0000 -6.0000 -7.0000 -8.0000
-2.388
-3.082 -3.702
Gambar 4.3 grafik proses 1 (milling)
-2.694 -4.044 -4.108 -4.736
-3.972
-5.553
Pada grafik rasio S/N menunjukan bahwa, Kondisi permesinan yang membutuhkan daya permesinan paling kecil pada spindle speed 565 rpm, feed rate 63 mm/min, depth of cut 1 mm, dan cutting condition nanofluid 30 menit. Sedangkan daya listrik paling tinggi dihasilkan pada spindle speed 255 rpm, feed rate 22 mm/min, depth of cut 0,5 mm, dan cutting condition nanofluid 45 menit.
-5.004 -5.939 Spindel Speed
Feed Rate
-5.488 Depth of Cut
Cutting Condition
Nilai…
Gambar 4.1 Grafik Rasio S/N Kekasaran Permukaan Hasil Proses Milling SS 304
31
EDISI 8 NO 1 AGUSTUS 2016 “ISSN 1978-2497”
ITEKS Intuisi Teknologi Dan Seni
terhadap rata-rata nilai kekasaran permukaan daerah hasil proses milling adalah feed rate dengan nilai kontribusi sebesar 18986.914% dan kontribusi terkecil dimiliki oleh cutting condition nanofluid 45 mixing 45 menit dengan kontribusi sebesar 85.728%. konsumsi daya listrik yang paling rendah dihasilkan pada spindle speed 565 rpm, feed rate 63 mm/min, depth of cut 1 mm, dan cutting condition nanofluid 30 menit. Konsumsi daya listrik yang paling tinggi pada spindle speed 255 rpm, feed rate 22 mm/rev, depth of cut 0.5 mm, dan cutting condition nanofluid 45 menit. Dari kondisi diatas faktor yang paling dominan pada permesinan stainless steel adalah feed rate karena menempati peringkat pertama untuk respon kekasaran permukaan daerah hasil proses milling, ini berarti bahwa feed rate memiliki pengaruh paling besar terhadap hasil kekasaran permukaan. cutting condition nanofluoid (mixing time 45 menit) menempati peringkat pertama untuk respon temperatur pahat, ini berarti bahwa cutting condition memiliki pengaruh paling besar terhadap hasil temperatur pahat. Dilihat dari sisi keausan pahat maka keausan terbesar pada sisi ujung sayat end milling sesuai gambar 4.7 dan 4.8
Kondisi permesinan yang menghasilkan getaran permesinan paling stabil pada spindle speed 255 rpm, feed rate 36 mm/min, depth of cut 0.75 mm, dan cutting conditionnal nanofluid 45 menit.
Gambar 4.4 grafik proses 2 (Milling)
Keausan Dominan pada ujung pahat
Gambar 4.5 grafik proses 3 (milling)
Keausan Dominan pada sisi luar pahat
Gambar 4.7 Keausan Pahat Keausan Dominan pada sisi alur dalam pahat
Gambar 4.6 grafik percobaan 2 yang paling dominan diantara 9 percobaan Hasil penelitian untuk stainless steel untuk semua proses pendinginan yang menghasilkan kekasaran yang sangat baik dengan nilai terkecil 0,534 ra, dan terbesar 3,237 ra, dengan suhu yang sangat rendah di angka terkecil 27,36 0C dan tertinggi 34,10 0C. Faktor yang paling berpengaruh
Gambar 4.8 Keausan Pahat
32
EDISI 8 NO 1 AGUSTUS 2016 “ISSN 1978-2497”
ITEKS Intuisi Teknologi Dan Seni
Heisel et al., 1998; Kalhofer, 1997; Klocke et al., 1997. “Application of Cutting Fluids in Machining Processes”. University of Campinas (UNICAMP) and Federal University of Uberlândia (UFU). https://www.toolingsolutions.com/catalog/NACHI2 011.pdf K.P. Sodavadia dan A.H. Makwana, (2014), ” Experimental Investigation on the Performace Of Coconut Oil Based Nano Fluid as Lubricants During Turning Of AISI 304 Austenitic Stainless steel”. Gujarat Technology University. India Paryanto, dkk. (2011). “Simulasi Proses Pemesinan Menggunakan Udara-Dingin Dengan Tabung Vortek”, Fakultas Teknik Mesin Universitas Dipenegoro, Semarang. Patricia Wahyu Haumahu, Triastuti Wuryandari. (2011). “Optimalisasi Produk Dengan Menggunakan Metode Perancangan Toleransi Taguchi”. Program Studi Statistika FMIPA Unuversitas Diponegoro. Semarang. Purwanto, Andi (2010). “Pengaruh Cairan Pendingin Bertekanan Tingg Terhadap Gaya Potong, Keausan Tepi Pahat Dan Kekasaran Permukaan Pada Proses Bubut Material Baja Aisi 4340”, Institut Teknologi Sepuluh November, Jogjakarta. Rismanto. (2013). “Karakterisasi Kekasaran Permukaan Produk Miling Dengan Variasi Tekanan Udara Dingin pada Baja St 60”, Teknik Mesin Sekolah Tinggi Teknik Wiworotomo Purwokerto. Sugiantoro Bambang, Rusnaldy, Susilo Adi Widianto.2014, “Optimasi Parameter Proses Milling Terhadap Kualitas Hasil Permesinan Alumunium Dengan Metode Taguchi”. Semarang ;Universitas Diponegoro
5. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Dari hasil pengujian untuk mendapatkan optimasi permesinan milling pada stainless steel 304 dengan variasi waktu pendingin nanofluid (Ti02) menggunakan metode taguchi dapat disimpulkan bahwa, dari material di atas untuk mencapai optimasi permesinan memiliki kondisi sebagai berikut : 1. Berdasarkan ekperiman untuk mendapatkan nilai kekasaran paling kecil, faktor yang dominan adalah pendingin nanofluid 45 menit hal ini dilihat dari data kekasaran permukaan pada material, maka penggunaan pendingin nanofluid 45 menit merupakan kondisi yang paling optimal. 2. Dept of cut merupakan faktor yang kurang berpengaruh terhadap proses permesinan stainless steel 304, terbukti faktor dept of cut menempati rangking paling rendah. 3. Feed rate dan Spindle speed merupakan faktor yang berpengaruh terhadap proses permesinan stainless steel 304, terbukti faktor feed rate dan spindle speed menempati rangking 2 dan 3. B.
Saran Adapun saran yang bisa diberikan agar penelitian selanjutnya terkait dengan optimasi parameter milling dapat lebih baik, berdasarkan penelitian yang telah dilakukan antara lain: a. Untuk menghasilkan efek pendinginan yang lebih baik, penggunaan nanofluid dengan udara dingin sebaiknya menggunakan penyamprot yang lebih presisi. b. Pendingin udara berbasis penukar kalor sangat strategis untuk dikembangkan untuk didapatkan penelitian selanjutnya. REFERENSI Andyanto. (2012), “Studi Eksperimental Ti02 Nanofluida Terhadap Kinerja Penghantaran Panas Sintered Heat Pipe”. Universitas Indonesia. Depok. Abdullah & Khairurrijal, (2010). “Karakterisasi Nanomaterial: Teori, Penerapan dan Pengolahan Data”. Institut teknologi Bandung, Indonesia.
33