Majalah Ilmiah UNIKOM
Vol.8, No. 1
bidang EKONOMI ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) : KONSEP BARU UNTUK MENGUKUR LABA EKONOMI SUATU PERUSAHAAN LILIS PUSPITAWATI Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Unikom EVA bukanlah konsep yang baru. Esensi dari EVA adalah pengemasan ulang dari manajemen keuangan yang dapat dipercaya dan prinsip keuangan yang sudah lama ada. Namun, EVA merupakan inovasi penting karena selain tidak hanya merumuskan konsep keuangan modern tetapi implikasi yang up to date dari konsep ini telah membantu para manajer untuk lebih memahami tujuan keuangan dan mambantu mereka untuk mencapai tujuan tersebut dengan mempermudah akses bagi manajer untuk memahami aspek keuangan yang terkadang rumit untuk dipahami sehingga membentuk suatu pola berpikir sistematis bagi pengambilan keputusan. PENDAHULUAN Pada beberapa waktu sebelumnya, motivasi para investor dalam menanamkan modalnya hanya berfokus pada pengembalian modal yang ditanamkan dalam waktu yang relatif singkat dan selanjutnya mendapatkan bagian dari laba yang dihasilkan berdasarkan kinerja perusahaan secara rutin. Tetapi hal tersebut tidak lagi berlaku untuk beberapa waktu terakhir ini dimana dalam menempatkan modalnya, motivasi para investor tidak lagi sekedar pada pengharapan untuk sesegera mungkin mendapatkan pengembalian modalnya, melainkan lebih jauh lagi berharap agar investasi yang ditanamkan dapat menciptakan nilai yang menambah keunggulan perusahaan dibanding pesaingnya sehingga menjamin posisi profitabilitas dan likuiditas perusahaan secara kontinu. Manajer puncak sebagai penanggungjawab utama atas aktivitas di seluruh lini manajemen perusahaan menyadari masalah ini. Tekanan untuk selalu menghasilkan keuntungan yang terus meningkat dalam pasar yang memiliki regulasi ber-
dasarkan kesepakatan diantara para pemainnya baik yang diatur secara absah maupun yang terjadi secara alamiah, telah membuat banyak perusahaan menerapkan suatu tolok ukur kinerja baru untuk mencatat keberhasilan manajemen dalam menciptakan nilai bagi pemegang saham dan memotivasi karyawan diseluruh perusahaan agar bekerja secara konsisten untuk mencapai tujuan penciptaan nilai. Untuk menciptakan nilai bagi pemegang saham, perusahaan harus memperoleh pengembalian atas modal investasi (returned on invested capital) melebihi biaya modal (cost of capital). Setiap tolok mukur mempunyai kelebihan dan kelemahan khusus, dan masing-masing diungkapkan dengan cara yang berbeda. Pada tingkat yang paling dasar, mereka dirancang untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai tujuan ini. banyak konsep telah lahir dalam mengakomodir kebutuhan ini dan salah satunya seperti yang diungkapkan oleh Young dan O’Byrne (2001) yaitu Economic Value Added (EVA) yang telah didaftarkan sebagai merek dagang resmi oleh Stern Stewark & Company.
H a l a ma n
3
Majalah Ilmiah UNIKOM
Vol.8, No. 1
Lilis Puspitawati
EVA mengukur perbedaan, dalam perspektif keuangan, antara pengembalian atas modal perusahaan dan biaya modal. Hal itu serupa dengan pengukuran keuntungan dalam akuntansi konvensional, tetapi dengan satu perbedaan penting, EVA mengukur biaya modal. Dalam hal ini adalah yang lazim dikenal dengan biaya ekuitas (equity cost), yang sering diabaikan dalam perhitungan laba rugi yang hanya mempertimbangakan biaya modal yang mudah terlihat seperti bunga. Penaksiran biaya ekuitas yang cenderung merupakan proses subjektif akan mengungkapkan upaya menciptakan nilai yang merupakan salah satu ukuran penting dari mengukur kesuksesan perusahaan.
adalah arus kas yang dibutuhkan investor dalam penaksiran resiko dari usaha yang sesuai dengan jumlah modal yang diinvestasikan. Pengurangan penambahan atau penyetoran modal kerja atau aktiva tetap, perlu bagi kelangsungan hidup perusahaan sepanjang laba yang dihasilkan dapat meningkatkan EVA. Biaya modal adalah tarif pengembalian modal minimum kepada investor untuk meng-antisipasi resiko, seperti: pemotongan tarif yang menciptakan nilai. Rumusnya adalah sebagai berikut:
WHAT IS EVA, and HOW CAN IT HELP YOUR COMPANY?
dimana : r = rate of return; c* = cost of capital, atau beban rata-rata cost of capital, sehingga :
Dierks dan Patel (1997) menjabarkan EVA sebagai suatu bentuk pengukuran kinerja keuangan dengan mengkombinasikan antara konsep umum pendapatan bersih dengan prinsip-prinsip yang ada pada keuangan modern dimana secara khusus menyatakan bahwa seluruh modal menghasilkan biaya dan pendapatan yang melebihi biaya modal (cost of capital) akan menciptakan nilai bagi para pemegang saham. Unsur penting dari EVA adalah pendapatan operasional bersih setelah pajak (Net Operational Profit After Tax / NOPAT) dan capital charge – yang merupakan besarnya modal yang dibutuhkan untuk menghasilkan biaya modal. NOPAT adalah laba dari operasional perusahaan sesudah pajak tetapi sebelum biaya-biaya keuangan dan pencatatan non kas. NOPAT merupakan total laba yang akan dibagi kepada para investor. Modal adalah jumlah kas bersih yang diinvestasikan ke dalam perusahaan yang dapat dihitung dari penjumlahan seluruh penempatan modal – termasuk hutang dan ekuitas atau penjumlahan dari total aktiva bersih dengan hutang lancar dikurangi penempatan modal. Sedangkan capital charge H a l a m a n
4
EVA = ( r-c*) x Capital
EVA = ( r x capital ) – ( c* x capital )
atau
EVA = NOPAT – c* x capital atau EVA = operating profits – a capital charge Secara ringkas EVA hanyalah bentuk lain dari penghitungan pendapatan – penjualan dikurangi biaya operasi – dengan pengurangan satu atau lebih item yang berkaitan dengan penyertaan modal. Hal ini dapat mencerminkan laba ekonomis yang sesungguhnya dengan turut memperhitungkan biaya modal.
Majalah Ilmiah UNIKOM
MVA (Market Value Added) MVA adalah pengukuran kekayaan perusahaan yang diciptakan untuk investor. Akibatnya MVA memperlihatkan perbedaan antara kekayaan yang dimasukkan investor dengan apa yang mereka dapat peroleh. Perusahaan dengan EVA positif dari tahun ke tahun akan memperlihatkan kinerja MVA, ketika EVA negatif pada saat masuk dan keluar akan mempengaruhi MVA sebagai kerugian dalam persaingan pasar. Bila MVA jumlahnya positif, perusahaan akan menyebabkan pemegang saham menjadi kaya. MVA yang negatif mengindikasikan berapa banyak kekayaan pemegang saham yang hilang. Maksimisai MVA akan menjadi tujuan utama untuk setiap perusahaan bila dikonsentrasikan pada kesejahteraan pemegang saham. Bagaimana menghitung MVA? Pertama semua modal perusahaan ditempatkan dalam bagian-bagian dan diidentifikasi meliputi equity dan hutang, hutang bank, dan laba ditahan, dan jumlah lainnya. Kemudian di sesuaikan dengan capitalisasi sesudah pengeluaran, seperti pengeluaran R&D, sebagai investasi jangka panjang. Penyesuaian jumlah modal ini dibandingkan dengan total nilai pasar perusahaan, umumnya nilai dari saham perusahaan dan hutang untuk memperbaiki MVA atau perbedaan antara apa yang bisa diambil investor (total nilai pasar) dan jumlah yang dimasukkan investor (modal investasi). Rumus MVA dapat dihitung sebagai berikut : MVA = [(kewajiban kepada pihak luar x harga saham) + nilai pasar dari saham istimewa + nilai pasar dari hutang] – total modal. MVA cenderung untuk bergerak bersamasama dengan nilai pasar dari saham perusahaan. Badan pengurus, konsultan pengembangan perusahaan dan promosi EVA dalam komunitas bisnis, isi EVA hanya
Vol.8, No. 1
metode pengukuran yang dapat dihubungkan dengan harga saham perusahaan. Young dan O’Byrne (2001) mendeskripsikan bahwa tujuan utama sebagian besar perusahaan adalah memaksimalkan kekayaan investor. Tujuan ini jelas menguntungkan investor, tetapi juga memastikan bahwa sumber daya yang terbatas telah dialokasikan secara efisien, sehingga menguntungkan perekonomian. MVA adalah perbedaan antara nilai pasar perusahaan (termasuk ekuitas dan utang) dan modal keseluruhan yang diinvestasikan dalam perusahaan. MVA = nilai pasar –modal yang diinvestasikan Kekayaan investor akan maksimal dengan memaksimalkan perbedaan antara nilai pasar dan jumlah modal yang diinvestasikan. Nilai pasar adalah nilai perusahaan, yakni jumlah nilai pasar dari semua tuntutan modal terhadap perusahaan oleh pasar modal pada tanggal tertentu. Lebih sederhana, itu adalah jumlah nilai pasar dari utang dan ekuitas. Modal yang diinvestasikan adalah jumlah modal yang disediakan penyedia dana pada tanggal yang sama. Bagaimana kita mengetahui apakah sebuah perusahaan merupakan pencipta nilai ? MVA meningkat hanya jika modal yang diinvestasikan mendapatkan tingkat pengembalian lebih besar dari pada biaya modal (MVA-Positif). Dan sebaliknya MVA berkurang apabila nilai investasi yang dijalankan manajemen kurang dari modal yang diserahkan kepada perusahaan oleh pasar modal (MVA-Negatif). Jika MVA negative berarti kekayaan telah dimusnahkan. Dengan demikian semakin besar MVA, maka akan semakin baik. Investor menyerahkan modal kedalam perusahaan dengan harapan manajer akan menginvestasikannya dengan produktif. Nilai pasar mencerminkan keputusan pasar mengenai bagaimana manajer yang sukses telah menginvestasikan H a l a ma n
5
Majalah Ilmiah UNIKOM
Vol.8, No. 1
modal yang sudah dipercayakan kepadanya, dalam mengubahnya menjadi lebih besar. Tujuan manajer perusahaan seyogyanya menciptakan sebesar mungkin MVA, tetapi bukan berarti untuk memaksimalkan nilai perusahaan, yang dapat dicapai cukup mudah dengan menginvestasikan jumlah modal yang selalu meningkat. Contoh, jika sebuah perusahaan menaikkan modal $20 juta dan menginvstasikan modal pada proyek yang diharapkan mendapatkan biaya modal, baik nilai keseluruhan maupun modal keseluruhan meningkat dengan $20 juta dan MVA tidak berubah. MVA meningkat hanya jika modal yang diinvestasikan mendapatkan tingkat pengembalian lebih besar daripada biaya modal. Ketika modal yang baru diperoleh diinvestasikan pada proyek yang menciptakan nilai (contoh, proyek yang memiliki nilai sekarang bersih / NPV positif), MVA meningkat. Ketika modal diinvestasikan pada proyek yang memusnahkan nilai (proyek dengan NPV negatif), MVA berkurang. Dengan menekankan pada MVA, kita lihat pertumbuhan sendiri tidak menciptakan nilai. Kita dapat menumbuhkan perusahaan, tetapi pertumbuhan tidak selalu menciptakan nilai. Pertumbuhan menciptakan nilai hanya jika pertambahan nilai akibat strategi pertumbuhan melebihi pertambahan modal yang diinvestasikan. MVA secara konseptual memiliki kekurangan sebagai tolok ukur komulatif dari kinerja. Untuk menggambarkan masalah ini, diasumsikan bahwa sebuah perusahaan dibentuk pada akhir tahun 1994 dengan modal ekuitas $100 juta. Perusahaan tidak memiliki utang. Kita asumsikan biaya modal adalah 12% dan tetap ditingkat tersebut. Sekarang adalah 5 tahun kemudian, dan nilai pasar ekuitas diasumsikan adalah $140 juta. Dengan demikian MVA perusahan ini dihitung sebagai berkut: MVA = $140 juta – $100 juta = $40 juta. H a l a m a n
6
Lilis Puspitawati
Kesimpulan yang jelas ditarik dari angka MVA adalah perusahaan telah menciptakan kekayaan $40 juta untuk pemegang sahamnya. Tetapi kita lihat jika $100 juta tersebut diinvestasikan pada proyek lain 5 tahun yang lalu, dalam perusahaan dengan resiko yang sebanding. Biaya ekuitas yang 12% menyatakan secara tidak langsung bahwa investasi seperti itu mengharapkan pendapatan 12% setahun. Ini berarti pada akhir tahun kelima, investor tersebut mengharapkan: $100 juta x (1,12)5 = $176, 23 juta Tetapi perusahaan kita hanya bernilai $140 juta. Apakah tepat mengatakan bahwa perusahaan kita adalah pencipta nilai ? Jelas tidak, khususnya jika investasi seperti itu seharusnya bernilai $176,23 juta. Intuisi kita seharusnya mengatakan bahwa daripada menciptakan kekayaan $40 juta, perusahaan sebenarnya memusnahkan lebih dari $36 juta. Masalahnya disini adalah MVA mengabaikan kesempatan biaya modal yang diinvestasikan dalam perusahaan. Menghitung EVA dan MVA Menghitung MVA Bagaimana MVA dihitung? Pertama semua modal perusahaan yang diterima diatas masa keberadaannya diidentifikasi yang mencakup kekayaan dan hutang, pinjaman bank, dan laba ditahan, dan sejumlah tambahan yang dinaikkan. Kemudian, beberapa " penyesuaian" dibuat dimana pengeluaran masa lampau yang dikapitalisir secara jelas, seperti R & D, sebagai suatu investasi pada masa yang akan datang. Jumlah penyesuaian modal ini diperbandingkan dengan total nilai pasar perusahaan, yang mana merupakan nilai saham dan hutang perusahaan untuk mendapatkan MVA atau perbedaan antara apa yang investor dapatkan (total nilai pasar) dan jumlah yang diinvestasikan investor (modal yang investasikan).
Lilis Puspitawati
Menghitung EVA Sebagaimana telah disebutkan bahwa EVA sama dengan NOPAT, dikurangi biaya modal. (NOPAT merupakan laba operasi perusahaan, setelah pajak, dan mengukur laba yang diperoleh perusahaan dari operasi berjalan). Biaya modal sama dengan modal yang diinvestasikan perusahaan (juga disebut modal atau modal yang dipakai) dikalikan rata-rata tertimbang (weighted average) dari biaya modal (WACC). WACC sama dengan jumlah biaya dari setiap komponen modalutang jangka pendek, utang jangka panjang dan ekuitas pemegang sahamditimbang berdasarkan proporsi relatifnya dalam struktur modal perusahaan pada nilai pasar. Modal yang diinvestasikan adalah jumlah keseluruhan keuangan perusahaan, terlepas dari kewajiban jangka pendek, pasiva yang tidak menanggung bunga, seperti utang, upah yang akan jatuh tempo, dan pajak yang akan jatuh tempo. Modal yang diinvestasikan sama dengan jumlah ekuitas pemegang saham, seluruh utang jangka pendek dan jangka panjang yang menanggung bunga, utang dan kewajiban jangka panjang lainnya.
Majalah Ilmiah UNIKOM
Vol.8, No. 1
Pada bagian ini akan disajikan perhitungan EVA berdasarkan pengurangan NOTAP dengan beban modal (capital charge) yang dikutip dari Mulyadi (2001). Sebelum menghitung EVA lebih lanjut maka kita terlebih dahulu dapat membandingkan penghitungan laba bersih dalam laporan laba rugi tradisional dengan perhitungan Economic Value Added dalam laporan laba rugi berbasis nilai. Tabel 1. berikut ini ditampilkan perbedaan antara perhitungan konsep laporan keuangan konvensional dengan perhitungan EVA. EVA dapat dihitung dalam lima tahapan yaitu : 1. menghitung Laba Operasional Bersih Sesudah Pajak / NOPAT 2. memperkirakan jumlah modal yang terpakai (Capital Employed) 3. memperkirakan rata-rata tertimbang biaya modal (weighted average cost of capital) 4. menghitung beban modal (Capital Charge) 5. menghitung EVA Kritik terhadap EVA dan MVA Permasalahan EVA adalah tidak
Tabel 1. Perbedaan antara perhitungan konsep laporan keuangan konvensional dengan perhitungan EVA LAPORAN LABA RUGI TRADISIONAL Pendapatan – Harga Pokok Penjualan = Laba Kotor Laba Kotor – Depresiasi + Biaya Pemasaran + Biaya Adm. dan Umum + Biaya Lain) = Laba Sebelum Bunga dan Pajak Laba Sebelum Bunga dan Pajak – Bunga = Laba Sebelum Pajak Laba Sebelum Pajak – Pajak = Laba Bersih
LAPORAN LABA RUGI BERBASIS NILAI (VALUE BASED INCOME STATEMENT) Pendapatan – Harga Pokok Penjualan = Laba Kotor Laba Kotor – (Depresiasi + Biaya Pemasaran + Biaya Administrasi dan umum) = Laba Sebelum Bunga dan Pajak Laba Sebelum Bunga dan Pajak – Pajak yang telah disesuaikan = Laba Operasi Bersih setelah Pajak (NOPAT) Laba Operasi Bersih setelah Pajak (NOPAT) – Beban Modal (capital charge) = Economic Value Added (EVA) H a l a ma n
7
Majalah Ilmiah UNIKOM
Vol.8, No. 1
melaporkan pilihan-pilihan yang nyata (kesempatan-kesempatan pertumbuhan), yang sebenarnya melekat dalam suatu keputusan investasi. Nilai pasar dari sekuritas perusahaan mencerminkan persepsi pasar tentang nilai dari kesempatankesempatan pertumbuhan tersebut. Tetapi EVA tidak mencerminkan informasi yang berkenaan dengan hal tersebut. Ketika kita menggunakan EVA untuk menganalisis kinerja keuangan perusahaan, (perusahaan dengan asset yang besar) dengan sedikit kesempatan pertumbuhan, analis sebaiknya memfokuskan pada perubahan yang terjadi pada EVA dari tahun ke tahun, walaupun kurang dapat menjelaskan perubahan-perubahan nilai perusahaan itu. Permasalahan ini dapat dihindari dengan memfokuskan kembali nilai sekarang dari EVA yang diharapkan. Namun hal ini akan menyebabkan hilangnya faktor penting (seperti kemudahan dalam penggunaan), dikarenakan adanya EVA dan menginginkan NPV. Untuk merebut kesempatan tersebut, seharusnya manajer juga memfokuskan pada MVA. Karena MVA dibentuk oleh nilai pasar sekuritas perusahaan, hal ini mencerminkan harapan-harapan pasar terhadap pertumbuhan dimasa yang akan datang. Penggunaan EVA dan MVA dalam mengevaluasi kinerja, membolehkan perusahaan untuk melaporkan perubahanperubahan nilai, baik setiap tahunnya maupun dalam jangka panjang. Manfaat EVA dalam perencanaan kompensasi Praktisi EVA sepakat bahwa : Pelaksanaan EVA akan berarti bila perusahaan mempunyai maksud, yang akhirnya akan mengaitkan EVA terhadap kompensasi manajemen dalam beberapa cara. Kompensasi berdasarkan nilai berdasarkan gagasan sederhana, dimana untuk membuat manajer memusatkan upayanya dalam menciptakan nilai pemegang saham, mereka harus diberi insentif dengan H a l a m a n
8
Lilis Puspitawati
benar. Mereka harus dibayar dengan cara jumlah pembayarannya beragam, bergantung keberhasilan menciptakan kekayaan. Semakin banyak mereka menciptakan kekayaan bagi pemegang saham, maka semakin tinggi pula kompensasi yang mereka dapat. Dengan cara lain, manajer tidak akan menjalankan perusahaan dengan tujuan menciptakan nilai bagi pemegang saham, kecuali mereka disediakan insentif yang tepat. Sebuah rencana bonus yang dirancang kurang baik, walaupun berdasarkan EVA, dapat menciptakan insentif yang memaksimasi pengembalian sekarang tanpa memandang masa yang akan datang. Agar kompensasi untuk manajemen ini berhasil/tepat, maka harus mempertimbangkan : Penjajaran (alignment) Memberikan insentif bagi manajemen untuk memilih strategi investasi yang memaksimasi nilai pemegang saham. Leverage kekayaan (wealth leverage) Memberikan manajemen insentif untuk bekerja dalam waktu yang panjang, mengambil resiko dan membuat keputusan yang tidak menyenangkan, dan memaksimasi nilai pemegang saham. Penahanan (retention) Memberikan bagi manajer kompensasi menyeluruh untuk mempertahankan mereka, khususnya selama periode kinerja buruk yang disebabkan oleh faktor pasar atau industri. Biaya pemegang saham (shareholder cost) Membatasi biaya kompensasi manajemen kepada tingkat yang akan memaksimasi kekayaan dari pemegang saham sekarang. KESIMPULAN Peralihan pengukuran nilai tambah merupakan proses yang luas dan mahal. Hal ini dapat memakan waktu setahun bahkan lebih dalam perencanaan keuangan (internal dan eksternal) dan harapan kompensasi. Disepakati bahwa pengu-
Lilis Puspitawati
kuran nilai tambah ini membenarkan biaya-biaya substansi dengan menitikberatkan pada strategi perusahaan, yang bertujuan untuk mengoptimalkan manfaat/benefit dalam penciptaan nilai. Dalam mengelola usaha/bisnisnya, maka peralihan pengukuran kinerja nilai tambah harus dimulai dari komitmen yang serius dari direktur/pimpinan dan eksekutif senior. Keberhasilan dari pengukuran kinerja nilai tambah, juga membutuhkan pemahaman yang lebih luas dan kemampuan komunikasi dari eksekutif, manajer lini dan karyawan. Meskipun kemungkinan membutuhkan pelatihan dan biaya untuk mendidik setiap orang “teori yang mendasari gagasan akan penciptaan nilai ekonomis”, melaksanakannya secara terstruktur, akan menjadi cara yang sangat produktif dalam jangka panjang. Disadari bahwa nilai bergantung pada persepsi pasar modal mengenai kemampuan perusahaan untuk menghantarkan arus kas kepada penyedia dana, dengan harapan arus kas mendatang didiskontokan pada tingkat bunga yang mencerminkan apa yang diharapkan investor jika mereka memasukkan uangnya pada perusahaan dengan resiko-resikonya. Untuk memastikan perusahaan berada dalam jalur menciptakan nilai bagi pemegang saham dibutuhkan ssstem pengukuran kinerja. Sistem ini dapat digunakan untuk memberi imbalan atas kinerja baik (melalui bonus, kenaikan pangkat, dan pengakuan) dan juga dapat digunakan sebagai landasan tindakan perbaikan jika kinerja di bawah standar. Bagaimana kita memastikan bahwa sistem pengukuran kinerja sejalan dengan cara investor menilai perusahaan?. Disinilah manajemen berdasarkan nilai (VBM) dan nilai tambah ekonomis (EVA) memainkan peranannya. Point yang penting bahwa, EVA tidak hanya dapat digunakan sebagai penilaian berpandangan ke muka, tetapi juga siap untuk diadaptasikan kepada pengukuran kinerja dan perluasannya,
Majalah Ilmiah UNIKOM
Vol.8, No. 1
terhadap kompensasi manajemen. Jadi salah satu kekuatan besar EVA adalah menjadi penghubung antara pengukuran kinerja dan penilaian pasar modal, membantu memastikan bahwa kinerja manajemen dinilai dan diberikan imbalan dengan cara yang konsisten dengan teori keuangan yang dapat dipercaya. DAFTAR PUSTAKA Amin Wijaya Tunggal, Drs. Ak., MBA, 2001, Memahami Konsep Economic Value Added (EVA) dan Value –Based Management (VBM), Harvarindo. Dierks, Paul A. and Ajay Patel, November 1997, What is EVA, and How Can It Help Your Company?, Management Accounting, United States of America Hubble, William W., 1996, A CaseSstudy in Economic Value Added and Activity Based Management, Journal of Cost Management, United States of America Mulyadi, 2001, Balanced Scorecard : Alat Manajemen Kontemporer untuk Pelipatganda Kinerja Keuangan Perusahaan, Edisi ke-1, Penerbit Salemba Empat, Jakarta Young, S. David & Stephen F. O’Byrne, 2001, Eva and Value-Based Management : A. Pratical Guide to Implementation, McGraw-Hill, English Edition, United States of America
H a l a ma n
9
Majalah Ilmiah UNIKOM
H a l a m a n
10
Vol.8, No. 1