No. 09, Issue 30 October 2006
Early Warning Bulletin on Natural Hazards Highlights: ❑ Peluang untuk terjadinya El Niño lemah sampai awal 2007 adalah 80%. Pergeseran awal musim hujan yang menjadi lebih lambat, khususnya di wilayah tenggara dan timur Indonesia serta penurunan curah hujan di berbagai tempat pada musim hujan 2006/2007, diprakirakan berhubungan dengan dampak El Niño. ❑ Pemantauan ketersediaan air di lahan persawahan di Jawa dan Bali masih menunjukkan kondisi kekurangan air di lahan persawahan sepanjang pantai utara Jawa. Titik rawan utama ditemukan di Indramanyu (Jawa Barat), Rembang, Pati (Jawa Tengah), Lamongan, Gresik, Tuban (Jawa Timur). ❑ Titik api di Kalimantan dan Sumatra meningkat dengan tajam, khususnya di Sumatra Selatan (Kabupaten Ogan Komering Ilir), dan Kalimantan Tengah (Kabupaten Kotawaringin Timur). ❑WFP-LAPAN telah melakukan survey lapangan di Timor Barat, NTT pada tanggal 18-23 September 2006. Survei ini bertujuan untuk untuk memeriksa jenis penutupan/penggunaan lahan pertanian di lapangan dengan informasi yang diperoleh dari data pengideraan jauh. Informasi penutupan/penggunaan lahan pertanian akan digunakan dalam pemantauan tingkat kehijauan tanaman pangan dan pengembangan model untuk prediksi produksi tanaman pangan. ❑ A chance of weak El Niño is 80% until early 2007. Delay in the onset of rainy season, particularly for southeast and eastern parts of Indonesia, as well as rainfall reduction during the rainy season 2006/2007 in various places is projected with the El Niño effect. ❑ Monitoring on water availability in paddy fields of Java and Bali still reveal the water shortage along northern coast of Java. The main hotspots were found in Indramanyu (West Java), Rembang, Pati (Central Java), Lamongan, Gresik, Tuban (East Java). ❑ Fire hotspots in Kalimantan and Sumatra islands increased sharply, particularly in South Sumatera (Ogan Komering Ilir district) and Central Kalimantan (East Kotawaringin district). ❑ WFP-LAPAN jointly undertook a ground check on agricultural land use in West Timor, NTT 18-23 September 2006. The mission was aimed at validating agricultural land cover information generated from remote sensing data. The information on agricultural land cover will be used to monitor the level of greenness of food crops and to develop a model for prediction of food crops production.
Gambar 1: Peta Peringatan Ancaman Bahaya Terkini di Indonesia Figure 1: Map of Recent Hazards Alert in Indonesia
WFP-LAPAN Early Warning Bulletin October 2006
Dampak yang umum dari gejala El Niño di Indonesia adalah kondisi yang lebih kering dari rata-ratanya pada musim hujan.
The typical impact of El Niño phenomenon in Indonesia is drier-than-average monsoon
Wilayah Selatan dan Tenggara Indonesia (Sumatra Selatan, Jawa, Kalimantan Selatan, Bali, Nusatenggara) termasuk dalam daerah monsun, sehingga daerah tersebut lebih sensitif terhadap ENSO/El Niño
2
Perkembangan Terbaru El Nino dan Prakiraan Dampaknya terhadap Indonesia Update on El Nino Development and its expected effect to Indonesia Pengamatan terkini terhadap El Niño yang dilakukan oleh Lembaga Internasional untuk Pengamatan Iklim menunjukkan bahwa indikator terbentuknya El Niño menunjukkan kecenderungan yang konsisten terjadinya El Niño lemah. Karena itu, diprediksikan peluang terjadinya El Niño sampai awal 2007 berkisar 80%.
The latest diagnostic on El Niño development done by International Climate Centres revealed that the actual indicators of El Niño show consistent trend to be considered as a weak El Niñoevent. Thus, it is predicted that the probability of developing El Niño event until early 2007 is about 80%.
Di Indonesia dampak perkembangan El Niño berhubungan dengan berkurangnya curah hujan. Kondisi yang lebih kering dari rata-rata di wilayah Indonesia selama musim hujan 2006/2007 diprediksikan oleh LAPAN. Penurunan curah hujan hingga lebih dari 24 mm/bulan dari kondisi rata-rata bulanan diprakirakan terjadi di seluruh Indonesia sampai Desember 2006.
In Indonesia the expected impact of El Niño development is associated with rainfall reduction. Drier-than average condition across Indonesia during rainy season 2006/2007 is predicted by LAPAN. Rainfall reduction up to 24 mm/ month from its average is forecasted for overall Indonesia until December 2006.
Gambar 2 memperlihatkan prediksi curah hujan beberapa bulan ke depan sampai Januari 2007.
Table below shows rainfall predictions for the upcoming months until January 2007.
Rainfall (mm/mo) Curah Hujan (mm/bln)
Oktober/October 2006
November 2006
Desember/December 2006
Januari/January 2007
≥ 250 (curah hujan tinggi/high rainfall)
NAD, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Riau, Kalimantan Barat
Sumatra, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan
Sumatra Utara, Sumatra Barat, Bengkulu, Jambi, Riau Kepulauan, Sumatra Selatan, Bangka-Belitung, Lampung, Jawa, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Papua, NAD
Sumatra Barat, Bengkulu, Jambi, Sumatra Selatan, BangkaBelitung, Lampung, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, NTB, Maluku, Papua
150-250 (curah hujan sedang/ moderate rainfall)
Riau Kepulauan, Bengkulu, Jambi, Sumatra Selatan, Bangka-Belitung, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Papua
Jawa Tengah, DIY Yogyakarta, jawa Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi, Maluku Utara, Papua
NAD, Bali, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Maluku Utara, Gorontalo, NTB, NTT, Maluku
NAD, Sumatra Utara, Riau, Kepulauan Riau, Sulawesi Utara, Gorontalo, NTT, Maluku Utara
≤ 150 (curah hujan kurang/less rainfall)
Jawa Tengah, DIY Yogya- Bali, NTB, NTT, Maluku karta, Jawa Timur, Sulawesi, NTB, NTT, Maluku Utara, Maluku
Tabel 1: Prediksi Curah Hujan dari Oktober 2006 sampai Januari 2007 Table 1: Rainfall Prediction from October 2006 until January 2007 South and southeast regions of Indonesia (South Sumatra, Java, South Kalimantan, Bali, Nusatenggara) are in the monsoonal areas, resulting those regions to be more sensitive to ENSO/El Niño event.
Meskipun prakiraan mengindikasikan kondisi yang lebih kering pada musim hujan 2006/2007, kewaspadaan terhadap banjir harus diperhatikan terutama di daerah rawan banjir pada provinsi yang menerima curah hujan tinggi (250 mm/bulan) seperti terlihat pada Tabel 1.
Though the forecast indicates drier condition during rainy season 2006/2007, flood preparedness should be taken into attention particularly in flood prone hotspots in the provinces that receive high rainfall (250 mm/month) as shown in Table 1.
* Prediksi curah hujan di wilayah Indonesia pada Gambar 2 di atas, didasarkan pada data Suhu Permukaan Laut bulan Agustus 2006. WFP-LAPAN akan terus memuktahirkan prediksi curah hujan menggunakan data terbaru. * The rainfall prediction across Indonesia in Figure 2 is based on the data of Sea Surface Temperature (SST) of August 2006. WFPLAPAN will continuously update the forecast using more recent data.
Secara umum, awal musim hujan di berbagai wilayah di Indonesia bergeser dari kondisi biasanya. Diprakirakan baru pada Bulan Desember 2006, seluruh wilayah di Indonesia mendapat curah hujan yang signikan.
Overall, the onset of rainy season in various places in Indonesia is shifted from its normal condition. It is forecasted that all part of Indonesia will receive significant rainfall only in December 2006.
Seperti terlihat pada Gambar 2, sampai November 2006 curah hujan di wilayah Bali, NTB, dan NTT diprakirakan masih rendah. Karena itu, khususnya NTT dan NTB yang selalu rawan kekeringan harus menyesuaikan waktu musim tanam 2006/2007 dengan baik. Curah hujan di atas 150 mm/bulan diprediksikan baru akan tejadi pada Bulan Desember 2006.
As shown in Figure 2, erratic rainfall is still expected in Bali, NTB, NTB until November 2006. Thus, particularly NTB and NTB, which are known prone to water shortage, should prepared the planting times 2006/2007 accordingly. Rainfall above 150 mm/month is predicted in December 2006.
WFP-LAPAN Early Warning Bulletin October 2006
3
Bali, NTB dan NTT diprakirakan sebagai wilayah-wilayah yang paling akhir menerima curah hujan signifikan, yaitu mulai Desember 2006.
Gambar 2: Peta Prediksi Curah Hujan, November 2006 Figure 2: Map of Rainfall Prediction, November 2006
Pemantauan Ketersediaan Air di Lahan Persawahan Jawa-Bali Water Shortage Monitoring in Paddy fields of Java-Bali Sampai dengan September 2006, hasil pemantauan satelit di Jawa dan Bali memperlihatkan kondisi kekurangan air yang signifikan pada lahan persawahan di: ♦ Jawa Barat: Indramanyu ♦ Jawa Tengah: Rembang, Pati ♦ Jawa Timur: Lamongan, Gresik, Tuban
As per September 2006, satellite monitoring over Java and Bali regions showed significant water shortage in: ♦ West Java: Indramanyu ♦ Central Java: Rembang, Pati ♦ East Java: Lamongan, Gresik, Tuban
Gambar 3 menunjukkan lahan sawah di sepanjang pantai utara Jawa yang mengalami kondisi kekeringan.
Figure 3 shows paddy fields along northern coast of Java experience water shortage.
Gambar 3: Pemantauan Rawan Kekeringan pada Lahan Sawah (September 2006) Figure 3: Water Shortage Monitoring in Rice Fields (September 2006)
Bali, NTB and NTT will be the last provinces receiving significant rains in December 2006
Pemantauan Titik Api / Fire hotspots Monitoring
WFP-LAPAN Early Warning Bulletin October 2006
4
Pada Oktober 2006 jumlah titik api di Kalimantan dan Sumatra meningkat dengan tajam. Jumlah titik api tertinggi ditemukan di Kalimantan yaitu 4,070 dan di Sumatra 2,319 titik api.
In October 2006 number of fire hotspots in Kalimantan and Sumatra islands increased sharply. The highest number was found in Kalimantan, viz. 4070 hotspots and in Sumatra is 2319 hotspots.
Gambar 4 memperlihatkan kecenderungan penyebaran titik api pada minggu ke-2 dan minggu ke-4 September di Kalimantan dan Sumatra. Peningkatan titik api yang paling buruk terjadi di Sumatra Selatan dan Kalimatan Tengah.
Figure 4 shows the trend of fire hotspots distribution between the second week and the fourth week of September in Kalimantan and Sumatra. The increased number of fires in South Sumatra and Central Kalimantan are the worst. 3500
2000
Di Sumatra, kebakaran hutan terburuk terjadi di Ogan Komering Ilir, Sumatra Selatan (1,403 titik) api)
1800
3000
1600 1400
06-12 Sept .06
1200
28 Sept .- 4 Oct . 06
2500 2000
1000
06-12 Sept .06
800
1500
28 Sept .-4 Oct . 06
600
1000
400 200
500
0
In Sumatra, the worst forest fires spreading is in Ogan Komering Ilir, South Sumatra (1403 hotspots)
Sumat r a Selat an
Riau
Jambi
Lampung
BangkaBelit ung
0 Kalimantan Barat
Kalimantan Timur
Kalimant an Selatan
Kalmant an Tengah
Gambar 4: Titik api di Kalimantan dan Sumatra pada minggu ke-2 dan ke-4 September 2006 Figure 4: Fire Hotspot in Kalimantan between 2nd Week and 4th Week September 2006
Di Kalimantan, Jumlah titik api tertinggi ditemukan di Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah (1,409 titik api)
In Kalimantan, the highest number of fire hotspots was found in East Kotawaringin, Central Kalimantan (1409 hotspots)
Gambar 5: Daerah rawan kebakaran di Pulau Sumatra dan Kalimantan, Prediksi November 2006 Figure 5: Areas Prone to Fires in Sumatra and Kalimantan Islands, November’s 2006 Prediction
Pada November 2006 daerah yang beresiko terbakar diperkirakan menurun seiring dengan meningkatnya hujan harian. Daerah yang masih mempunyai resiko kebakaran sedang adalah Sumatra Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan (Gambar 5).
In November 2006 the risk of forest fires is expected to scale down with the increase in rainy days. Provinces, which are still in moderate risk to fire are South Sumatra, East Kalimantan, East Kalimantan, and South Kalimantan (Figure 5).
WFP-LAPAN Early Warning Bulletin
berita
October 2006
Survei Lapangan (Groundthruting) WFP-LAPAN, Penggunaan Lahan Pertanian di Timor Barat, NTT Pada tanggal 18-23 September 2006 WFP-LAPAN melakukan survey lapangan untuk mengetahui jenis pertanian yang utama di wilayah Timor Barat, NTT. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memvalidasi hasil interpretasi data satelit (MODIS dan LANDSAT) untuk jenis penggunaan lahan pertanian di Timor Barat. Berdasarkan informasi penutupan lahan pertanian akan digunakan untuk memantau tingkat kehijauan tanaman pangan dan pengembangan model untuk prediksi produksi tanaman pangan. Dengan informasi ini maka hal yang terkait dengan pertanian, seperti prakiraan masa tanam, masa panen dan gagal panen dapat dilakukan lebih dini. Informasi ini merupakan bagian dari Sistem Informasi Dini di bidang ketahanan pangan.
Gambar 7: Lokasi Survei dan Pengambilan Data di Timor Barat, NTT Figure 7: Location of Survey and Data Collection in West Timor, NTT
news WFP –LAPAN Groundthruthing on Agricultural Land Use in West Timor , NTT During 18-23 September 2006, WFP-LAPAN jointly conducted a ground check to verify types of main agriculture in West Timor, NTT. The mission was aimed at validating the results of satellite data (MODIS and LANDSAT) interpretation on agricultural land use in West Timor, NTT. The information on agricultural land cover will be used to monitor the level of greenness of food crops and to develop a model for prediction of food crops production. With this information, agriculture related issues, such as planting time, harvesting time, crops failure can be forecasted near real time. This information is a part of an Early Warning System on food security.
5
WFP-LAPAN Early Warning Bulletin October 2006
Beberapa gambar dari lapangan di Timor Barat, NTT/ Some pictures from the field in West Timor, NTT 6
1: Tilong Dam in Oel Nasi,Kupang Tengah. The dam is a main source for drinking water and irrigation. 2: Mix of rice and maize fields in Polen-TTS. 3: Rice field with 3 times harvests/year in Letmafo, Insana-TTU. One of the rice producing centres in NTT. 4: Former rain-fed rice field in Amanuban Selatan-TTS. 5: Cashew field in Baumata, Kupang Tengah
2
1
3
5
4
1: Tilong Dam di Oel Nasi,Kupang Tengah. Berfungsi sebagai sumber untuk air minum dan irigasi 2: Campuran lahan sawah dan jagung di Polen-TTS 3: Sawah tiga kali panen/tahun di Letmafo, Insana-TTU. Salah satu sentra produksi beras di NTT 4: Bekas lahan sawah tadah hujan di Amanuban Selatan-TTS 5: Kebun jambu mete di Baumata, Kupang Tengah
1: Former rain-fed rice field in Oefafi-East Kupang. 2: Measurement of weather parameter in the field. 3: Sago palm in Manusak, Kupang Timur.
Early Warning Bulletin ini merupakan hasil kerjasama antara UN World Food Programme (WFP) dan Bidang Pemantauan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSDAL) – Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) yang berisi informasi prediksi kondisi iklim di Indonesia dan dam paknya pada kondisi lingkungan (banjir, kekeringan, kebakaran hutan, dll) dan ketahanan pangan berbasis penginderaan jauh.
1
2 This Early Warning Bulletin is a joint effort between UN World Food Programme (WFP) and N a t ur a l R es o u rc es a n d Env ironm ent al M onit oring Division – National Institute of Aeronautics and Space (LAPAN) which contains climate prediction information over Indonesia and its impacts to the environment (floods, drought, forest fires, etc) and food security based on remote sensing data.
3
1: Bekas lahan sawah tadah hujan di Oefafi-Kupang 2: Pengukuran parameter cuaca di lapangan 3: Kebun Sagu di Manusak, Kupang Timur.
UN World Food Programme (WFP) VAM Unit Wisma Kyoei Prince, Lt.9. Jl. Jendral Sudirman Kav. 3 Jakarta Pusat 10220 - Indonesia 62-21-5709004, 62-21-5709001 (Fax)
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Natural Resources and Environmental Monitoring Division (PSDAL) Jl. LAPAN No. 70, Pekayon - Pasar Rebo, Jakarta 13710, Indonesia. 62 -21 8710274/ 8722733 http://www.rs.lapan.go.id/SIMBA