H A B I T A L K ! M AY 2 0 1 6
M AY 2016
e -Newsletter
CATATAN REDAKSI
"international family day" Harta yang paling berharga adalah keluarga Istana yang paling indah adalah keluarga
Puisi yang paling bermakna adalah keluarga Mutiara tiada tara adalah keluarga
P
enggalan bait lagu di atas adalah soundtrack sinetron “Keluarga Cemara” karya Arswendo Atmawiloto. Arswendo bukan sekedar mengarang, namun melihat
kedalaman makna dari keluarga. Hadirnya keluarga memberi arti atas indahnya dunia ini.
Namun, meningkatnya angka perceraian dan kriminalitas tiap tahunnya, menyisa-
kan sebuah kepahitan. Menurut data tahun 2013, jumlah peristiwa nikah menurun dari
tahun 2012 menjadi sebanyak 2.218.130 peristiwa. Namun tingkat perceraiannya meningkat
menjadi 14,6% atau sebanyak 324.527 peristiwa (www.republika.co.id). Selain itu masih ada bapak yang memerkosa anaknya, ibu yang meninggalkan anaknya, anak yang melawan
orang tuanya, bahkan orang tua yang tega menghentikan kehidupan saat anak masih dalam kandungan, juga anak-anak dipaksa kerja sebelum waktunya. Lantas dimana letak berharganya, keindahan, dan juga kedalaman makna sebuah keluarga?
Inilah yang menjadi pekerjaan rumah bagi kita semua. Naiknya angka perceraian,
kriminalitas dan kemiskinan, bukan sebuah tontonan melainkan keprihatinan yang kudu diselesaikan.
Habitat for Humanity Indonesia yang telah 19 tahun (1 Mei 1997-1 Mei 2016) berkarya
di Republik ini memiliki pemahaman senada dengan lagu yang dikisahkan oleh Arswendo di atas. Keluarga adalah awal dari segala sesuatu, baik itu pendidikan, kesehatan, kebersamaan, perhatian, juga nilai-nilai kebaikan.
Oleh karena itu, HFH Indonesia terus berjuang untuk mewujudkan dimana semua
orang berhak untuk tinggal di rumah yang layak, sehingga bisa membangun keluarga yang lebih harmonis. Terciptanya keharmonisan tidak lepas dari situasi dan kondisi rumah. Rumah yang nyaman akan membuat keluarga betah, kerasan, serta lebih sehat.
Menginjak usia 19 tahun ini, HFH Indonesia bertekad untuk semakin memerbaiki
kinerja dan meningkatkan segala sesuatu yang menjadi kekurangan. Melalui Habitalk!
bulan ini yang sekaligus memeringati Hari Keluarga Internasional (5 Mei), HFH Indonesia mengajak semua pembaca untuk semakin bersemangat dalam pelayanan. Masih banyak keluarga yang tinggal di rumah tidak layak huni. Ini adalah tanggung jawab kita semua untuk mewujudkannya.
Sekali lagi, keluarga adalah awal dari segala kebaikan. Membangun rumah juga
berarti membangun kehidupan yang lebih baik. Melalui perbaikan kualitas kehidupan
yang dimulai dari rumah, niscaya dapat mereduksi angka perceraian dan kekerasan dalam rumah tangga. (PW)
1
H A B I T A L K ! M AY 2 0 1 6
E V E N T S
Aksi Ibu dan Anak Menjadi Kuli Kemanusiaan
"A
yo semangat, jangan lelah, terus mencangkul, semangat!” begitu teriakan Prehida salah satu relawan di salah satu rumah yang sedang dibangun. Sebanyak 70 relawan perempuan tergabung dalam program Women Build membangun 7 rumah layak huni bagi warga Desa Sasak, Mauk, Tangerang, Banten (15/5/16). Sejak pukul 09.00 mereka mulai menjadi tukang bangunan. Ada yang mengerjakan fondasi, membuat dinding, dan mengecat rumah. Meski udara sangat panas, mereka tampak gembira dan antusias. Tampak beberapa peserta mengajak anakanak mereka untuk belajar menjadi relawan bersama HFH Indonesia. Kebetulan dalam Women Build kali ini bertemakan Moms and Daughters a tribute to Mom. “Ini adalah komitmen kami untuk melayani sesama yang keempat kalinya. Kami mengajak para ibu dan anak-anaknya untuk bersama dengan HFH Indonesia membangun rumah bagi keluarga berpenghasilan rendah. Women Build kali ini didedikasikan pada International Mother’s Day. Mungkin apa yang kami bagikan hari ini tidak seberapa, namun kedatangan dan keringat kami sungguh berarti bagi para keluarga mitra yang kami bantu,” terang Helena
2
Abidin selaku Ambasador Women Build. Kebersamaan ibu dan anak dirasakan oleh Reni dan Karina anaknya, “Saya mengajak anak saya untuk ikut dalam Women Build. Kegiatan hari ini sungguh bermanfaat bagi anak saya, supaya dia bisa belajar bagaimana berbagi dengan sesama. Bukan hanya sekedar memberi, namun terlibat secara langsung dengan membangun rumah. Selain itu, anak saya juga bisa belajar bagaiman rasanya kerja keras dalam kehidupan” ujar Reni. Diantara puluhan relawan tampak dr. Yulianti yang sudah menjadi relawan Women Build yang ketiga kalinya. “Saya bahagia dan senang dengan Women Build. Kegiatan ini bukan sekedar memberi bantuan, namun terlibat secara langsung membangun rumah. Saya bisa merasakan makna dari sebuah bantuan. Sebagai perempuan saya bangga bisa terlibat dalam pekerjaan yang biasanya dilakukan laki-laki. Hal ini membuktikan bahwa perempuan memiliki andil yang besar dalam keluarga,” kata dr. Yulianti. Selain pembangunan rumah, diadakan pula acara bermain dengan anak-anak. Dalam permainan yang dipandu oleh Miniapolis ini, disisipkan pelajaran mengenai kebersamaan, kerjasama, kecintaan terhadap lingkungan
H A B I T A L K ! M AY 2 0 1 6
dengan praktek menanam bunga, serta kesadaran untuk menjaga kesehatan dengan mengajari anak-anak mencuci tangan yang bersih. Kegiatan Women Build kali ini juga didukung oleh banyak pihak, diantaranya L'oreal Indonesia, Maniapolis, Coca Cola Amatil Indonesia, dan Hotel Indonesia Kempisnki. Keceriaan Women Build diharapkan tidak akan redup, melainkan terus bernyala, sebab masih banyak keluarga yang membutuhkan rumah layak huni untuk kehidupan dan masa depan mereka.
3
H A B I T A L K ! M AY 2 0 1 6
L I P U T A N K H U S U S
4
MCK Mengubah Hidup
S
uara tawa canda beberapa ibu yang sedang mencuci terdengar dari sebuah MCK. Mereka tampak ceria dan senang karena kini tidak lagi perlu pergi ke rawa atau sungai untuk mencuci baju dan mandi. “Sekarang kami nyaman, tidak lagi repot jauhjauh mencuci baju dan mandi. Selain itu, airnya juga bersih,” kata Jumilah salah satu warga Kampung Cihamulu, Desa Taman Mekar, Pangkalan, Karawang. Pembangunan MCK ini dilatar belakangi oleh kondisi masyarakat di sekitar pabrik Pindo Deli. “Ternyata masih banyak warga di Kampung Cihamulu ini yang masih mencuci di danau atau sungai, serta buang air besar di ladang. Tentunya ini tidak baik untuk kesehatan warga dan lingkungan,” ujar Berry, staf HFH Indonesia. MCK di Kampung Cihamulu ini bisa menampung sekitar 20 keluarga. “Kehadiran MCK sangat membantu warga. Mereka tidak lagi kesulitan untuk mencuci baju dan buang air besar. Bahkan bukan hanya 20 keluarga yang menggunakan MCK di sini, kadang warga beda RT juga datang ke sini,” kata Wanda, selaku Ketua RT12. Pembangunan MCK juga dilakukan secara bersama. Warga memberikan waktu untuk gotong royong sehingga mereka pun merasa memiliki MCK yang dibangun. Selain fasilitas MCK di Desa Taman Mekar, dibangun pula dua MCK di Kampung Cikonju, Desa Kutapohaji, Ciampel, Karawang. Dua MCK ini, masing-masing melayani 10 keluarga.
“Masyarakat di sini sangat senang dengan dibangunnya MCK. Perilaku masyarakat untuk buang air besar di ladang sudah berkurang. Selain itu, mereka tidak lagi kesulitan air bersih,” kata Darsum selaku Ketua RW. Hal senada juga diutarakan oleh Atem salah satu warga, “Kalau dulu sebelum ada MCK kami buang air besar di ladang. Susah kalau malam hari, apalagi bila hujan, sementara perut sakit, kami harus pergi ke ladang dan takut bila digigit ular.” Kehadiran MCK memang meng-ubah kehidupan warga Desa Kutapohaji. Mereka makin sadar akan kesehatan lingkungan dengan tidak buang air besar di ladang, serta semakin mudah memperoleh air bersih untuk mandi dan mencuci.
S U M B E R F O TO : P U N J U N G W I D O D O / H F H I N D O N E S I A .
H A B I T A L K ! M AY 2 0 1 6
L I P U T A N K H U S U S
Belajar Makin Semangat
B
erawal dari keprihatinan akan pendidikan agama bagi anak-anak Kampung Cihamulu, Desa Taman Mekar, Pangkalan, Karawang, Amsad bersama warga menggagas untuk mendirikan madrasah. “Anak-anak di kampung ini selepas sekolah kerjaannya hanya bermain. Sedangkan pemahaman soal agama sangat minim, sebab selama 6 hari di sekolah mendapatkan pelajaran agama cuma 2 jam,” kata Amsad selaku penggagas serta kepala sekolah Madrasah Diniyah Takmiliyah Manarul Hidayah. Gagasan mendirikan gedung madrasah terkendala dana. Namun tekad yang kuat demi masa depan anak-anak, mendorong warga untuk tetap mendirikan bangunan madrasah di tahun 2005. Karena dana yang sedikit, kualitas bangunan pun tidak memenuhi standar. Sekolah ini hanya berdinding separuh batu bata, separuh triplek, dan lantainya pun sekadar plesteran semen. Seiring berjalannya waktu, bangunan madrasah cepat rusak. Beberapa kali terkena genangan banjir, sehingga lantainya rusak dan becek, Di sisi lain, atap dengan genting sederhana pun sudah bocor di sana sini. Ditambah lagi dengan jeleknya sirkulasi udara, membuat hawa di dalam sekolah terasa pengap. Kini, bangunan madrasah terlihat kokoh dan kuat, setelah dibangun kembali pada tahun 2015 lalu. Proses pembangunannya juga melibatkan warga. “Kami mengajak semua warga untuk terlibat dalam proses pembangunan. Warga antusias untuk gotong royong, sehingga
proses pembangunannya pun cepat selesai,” kata Dhany, staf HFH Indonesia. Setahun telah berlalu, ada banyak perubahan yang terjadi. Bukan hanya bangunan yang sudah kuat, aman, bersih dan lebih sehat, namun juga tingkat kenyamanan murid pun terjamin. Hal ini tampak dalam jumlah murid yang meningkat. “Sebelum dibangun kami hanya menerima murid sekitar 50-60, tapi sekarang jumlah murid kami sampai 80. Para orang tua mulai percaya akan kualitas madrasah kami, yang bukan hanya mengajarkan agama, tapi juga mendidik mengenai kebersihan lingkungan,” imbuh Amsad. “Kami senang belajar di sini. Dulu kami takut bila suatu saat bangunan roboh. Sekarang ruang kelas kami lebih besar, longgar dan aman, sehingga kami semangat untuk belajar,” kata Didik, salah satu murid. Hal yang sama juga dirasakan oleh Mohamad Taufik, “Saya tidak malas lagi untuk belajar agama. Sebab ruang kelas telah aman dan bersih, guru-gurunya pun lebih semangat mengajar kami.” Bangunan madrasah ini, juga dilengkapi kamar mandi. “Kami sangat berterimakasih kepada Habitat dan Pindo Deli. Sekolah kami sekarang punya kamar mandi. Anak-anak tidak lagi kencing di pekarangan dan ladang. Kini kami bisa belajar hidup bersih dan sehat,” ujar Amsad.
5
H A B I T A L K ! M AY 2 0 1 6
Keluarga dan Kesehatan H A B I N I O N
A
pa hubungan antara keluarga dan kesehatan? Bukankah keluarga itu menyangkut keseluruhan anggotanya, sedangkan kesehatan itu adalah berkaitan dengan pribadi masing-masing anggota. Namun,
keduanya ternyata tak bisa dipisahkan. Tiap pribadi akan berperan dalam upaya kesehatan bagi keluarganya, dan keluarga bertanggung jawab akan kesehatan tiap pribadinya. Menurut Duvall dan Logan (1986), keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga. Dari sini bisa dikatakan bahwa keluarga memiliki tujuan yang sama dari tiap anggotanya, dan bukan sekedar tanggung jawab masing-masing pribadi. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat. Ini berarti keluarga merupakan kelompok yang secara langsung berhadapan dengan anggota keluarga selama 24 jam penuh. Menurut Mubarok (2007) peran keluarga adalah untuk memiliki kemapuan dalam mengenal masalah kesehatan, mampu membuat keputusan tindakan, mampu melakukan perawatan, mampu memodifikasi lingkungan rumah, dan mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada. Dalam sebuah keluarga, kesehatan merupakan kebutuhan yang tidak boleh diabaikan lagi. Sebab, tanpa kesehatan segala sesuatu tidak berarti. Tiap pribadi dalam keluarga perlu mengenali kesehatan dan perubahan yang dialami anggota keluarganya. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung akan menjadi perhatian dari orang tua atau pengambil keputusan dalam keluarga (Suprajitno, 2004). Dalam peringatan Hari Keluarga Internasional 2016 yang bertemakan Families, healthy lives and sustainable future, mengajak keluarga untuk peduli akan kesehatan, sehingga dapat menyiapkan masa depan yang lebih baik. Peringatan ini mengingatkan bagi semua keluarga untuk sadar, bahwa kesehatan adalah bagian dari keluarga, dan setiap insan yang ada di dalamnya bertanggung jawab. Keluarga adalah awal dari segalanya, termasuk kesehatan. Setiap anggota keluarga yang saling memerhatikan dan menjaga soal kesehatan, niscaya akan mengalami kebahagiaan. Perhatian dari orang tua kepada anak, dan sebaliknya memberikan kekuatan dan peneguhan untuk saling menjaga kesehatan. Selain itu ditopang dengan kepedulian untuk merawat kesehatan bersama.
6
H A B I T A L K ! M AY 2 0 1 6
H A B I P A R T N E R
Rumah Nyaman Keluarga Senang
D
i sebuah sore yang indah, tampak Legimin duduk di beranda rumah dengan ditemani istrinya. Legimin sengaja menikmati pancaran sinar mentari sore yang sudah diimpikan sejak dulu. Kebahagiaan terpancar dari mata Legimin, ketika menyapa beberapa tetangga yang sedang lewat di depan rumahnya. “Situasi ini sudah saya impikan sejak dulu, duduk di depan rumah ketika sore dengan istri tercinta, sambil menantikan datangnya Maghrib,” ujar Legimin. Sebelumnya Legimin bukan tidak memiliki waktu untuk bersantai dikala senja. Namun kondisi rumah yang terletak di Desa Rejosari, Kecamatan Jatirejo, Mojokerto inilah yang memaksa dia tidak bisa menikmatinya. Rumahnya yang sebelum dibangun oleh Habitat for Humanity Indonesia bisa dibilang gubuk. Papan dan kayu penyangga sudah banyak yang lapuk. Lantai yang masih dari tanah sangat lembab dan berdebu, sehingga membuat sesak nafas, apalagi sirkulasi yang tidak lancar, akibat tidak adanya jendela. Kamar tidur pun hanya satu, dan harus dibagi dengan putrinya, Fitri (13). Tidak ada perasaan lega yang timbul ketika masih tinggal di rumah lama. Rasa sesak selalu hadir, “Mungkin karena situasi yang ada dalam
rumah, membuat hati tidak nyaman. Belum lagi ketika anak saya sakit-sakitan karena lembabnya udara di dalam rumah,” kata Legimin. Kini, Legimin merasa lebih lega, karena rumahnya sudah bagus dan rapi. Harapan selanjutnya adalah menyiapkan pendidikan anaknya. Kenyamanan dalam rumah, membuat keluarganya semakin harmonis. Canda dan tawa selalu mewarni keluarga kecil ini. Selain itu, Fitri juga semakin rajin belajar, karena telah memiliki kamar sendiri dan tidak ada yang menggangu lagi. “Sekarang hampir saban sore kami dudukduduk diberanda sambil bercanda. Kadang juga ada tetangga yang ikutan. Kenyamanan dan kebahagiaan kami rasakan seiring dengan rumah baru yang kami tempati,” kata Legimin. Rasa syukur Legimin diungkapkan dengan selalu mengajak tetangga menikmati sore di depan rumahnya sambil menghidangkan makanan seadanya.
S U M B E R F O TO : H F H I N D O N E S I A C A B A N G S U R A B AYA .
7
H A B I T A L K ! M AY 2 0 1 6
J ENDELA TANGGAP BENCANA
Oleh: Johanes Juliasman (Disaster Risk Reduction and Response Manager HFH Indonesia)
Yang Dilakukan Setelah Terjadi Bencana a
Siaga kemungkinan yang terjadi setelah gempa/ gempa susulan
c
Ingat untuk selalu membantu tetangga atau siapapun yang membutuhkan pertolongan khusus seperti anak-anak, orang tua, atau orang cacat. Berikan pertolongan pertama secara tepat. Jangan pindahkan korban yang terluka serius untuk menghindari luka yang lebih parah. Carilah bantuan kepada tim medis yang lebih ahli. Tinggalkan lokasi yang berbau cairan berbahaya seperti gas atau cairan kimia.
Gelombang guncangan kedua biasanya kurang mematikan tetapi dapat lebih kuat untuk memberikan kerusakan tambahan hingga memperlemah struktur bangunan dan dapat terjadi pada satu jam pertama, beberapa hari, minggu, bahwa bulan setelah gempa. Dengarkan radio atau televisi yang bisa diakses. Perhatikan informasi terkini terkait respon darurat. Gunakan telepon untuk panggilan darurat
b
Buka laci lemari secara hati-hati
Waspadai benda-benda yang dapat menjatuhi Anda. Jauhi area yang hancur. Jauhi area yang hancur kecuali memang kehadiran Anda dibutuhkan oleh pihak berwenang, seperti kepolisian, pemadam kebakaran, atau tim SAR. Kembalilah ke rumah apabila pihak berwenang mengatakan bahwa kondisi telah aman.
8
SUMB ER FOTO: INTER NE T.
Bantu korban luka atau yang terjebak
d
Periksa beberapa peralatan
Periksa apabila terjadi kebocoran gas. Jika tercium bau gas, segera buka jendela dan segera keluar bangunan. Periksa kerusakan listrik. Apabila ditemukan jaringan kabel yang rusak dan tercium bau panas listrik, segera matikan listrik. Periksa kerusakan tempat pembuangan kotoran dan saluran pipa. Apabila terjadi kerusakan pada tempat pembuangan kotoran dan saluran pipa, hindari penggunaan toilet dan panggil tukang di bidangnya. Hubungi instansi yang berwenang untuk antispasi pencemaran air yang lebih luas.
SELESAI .
H A B I T A L K ! M AY 2 0 1 6
Ocehan si
Ahli Bedah di Wina
Tidak Mau Minyak Babi
Bil Seorang dokter ahli bedah di Wina menyatakan kepada para mahasiswanya bahwa ahli bedah membutuhkan dua hal, yakni bebas rasa muak dan kemampuan mengamati. Lalu ia mencelupkan jari ke dalam cairan yang berbau busuk dan menjilatnya. Lalu ia menyuruh setiap mahasiswa untuk berbuat hal yang sama. Demi kelulusan sebagai calon ahli bedah, semua mahasiswa mati-matian memaksa diri. Satu per satu mereka mencelupkan jari ke dalam cairan itu, dan menjilatnya seperti yang dilakukan oleh sang dosen. Lalu dengan senyum ahli bedah berkata, “Saudara-saudara selamat, karena Anda lulus ujian pertama. Tetapi sayang, belum yang kedua. Sebab tidak satu pun dari kalian yang memperhatikan, bahwa jari yang kujilat tadi bukan jari yang kumasukkan dalam cairan.”
Ijo
Seorang anak bernama Monod menasihati orang tuanya, Udin yang akan pergi ke Bali. Monod:
"Papa..., nanti kalau di Bali jangan sembarangan makan ya… Tanya dulu dimasak pakai minyak apa. Kalau pakai minyak babi, jangan dimakan!"
Udin:
“Iyeee, Nod, beres!”
Pergilah Udin ke Bali. Sampai di Bali, Udin mampir ke sebuah restoran. Udin:
Waduh, enak nih sambel goreng kentang. Ini sambel goreng kentangnya dimasak pakai apa?"
Pelayan:
"Minyak babi, Pak."
Udin:
Nggak jadi deh. .. Kalau oseng-oseng ayam ini dimasak pakai minyak apa?”
Pelayan:
"Minyak babi, Pak"
Udin:
"Nggak jadi deh!"
Lalu Udin melihat ada rendang, terus dia tanya lagi.
SUMB ER FOTO: INT E R NE T.
Udin:
"Ini masakan apa?”
Pelayan:
"Ohhh...kalau ini rendang babi Pak…"
Udin:
"Dimasaknya pakai minyak apa?"
Pelayan:
"Minyak goring kelapa, Pak!"
Udin:
"Syukur deh…, akhirnya ada yang bisa dimakan juga..."
9
H A B I T A L K ! M AY 2 0 1 6
H A B I H O M E
Rumah Adat Tradisional Sunda
R
umah tradisional Sunda adalah rumah panggung yang fungsinya sama seperti rumah-rumah tradisional lainnya yang ada di Indonesia. Bentuk rumah panggung ini bertujuan untuk menghindari serangan hewan buas, banjir, gempa bumi, dan bencana alam lainnya.
Atap
Dilihat berdasarkan bentuk atapnya, rumah tradisional Sunda terbagi beberapa macam atap yang berbeda satu dengan yang lainnya. Antara lain, Jelopong (sebutan untuk rumah dengan atap pelana yang betuknya memanjang). Perahu Kumureb (sebutan untuk rumah dengan bentuk atap perisai, dan bentuknya seperti perahu terbalik). Julang Ngapak (bentuk atapnya seperti sayap burung yang sedang terbang). Badak Heuay (bentuk atapnya seperti seekor badak yang sedang membuka mulutnya).Tagog Anjing (bentuk atapnya seperi seekor anjing yang sedang duduk). Capit Gunting (bagian atas atapnya yang saling menyilang berbentuk gunting).
SUMB ER F OTO: INTER NE T.
10
Pondasi
Bentuk pondasi rumah tradisional Sunda mirip dengan pondasi umpak. Tujuan pondasi adalah untuk menghindari keretakan atau pada kolom bangunan pada saat terjadi gempa. Sedangkan bentuk lantai panggung bertujuan untuk memungkinkan sirkulasi udara dari bawah lantai dapat berjalan baik. Sehingga kemungkinan terjadi kelembaban pada lantai bangunan dapat dihindari.
Lantai
Lantai rumah tradisional Sunda terbuat dari pelupuh (bambu yang sudah dibelah). Dengan tujuan agar udara yang melewati kolong rumah dapat masuk ke ruangan. Selain itu, supaya kelembaban di dalam rumah juga berkurang.
H A B I T A L K ! M AY 2 0 1 6
Terima Kasih kepada para Mitra yang telah Mendukung Program dan Kegiatan
11