H A B I TA L K ! M AY 2 0 1 5
e-Newsletter
KELUARGA
B
adan International PBB, bukan hanya berbicara tentang hal-hal besar seperti perang dan perdamaian, perekonomian dunia, kemiskinan atau ekologi dunia yang semakin kurang bersahabat, tetapi sebagai badan dunia organisasi ini juga melihat adanya peranan keluarga didalam semua isu besar tersebut. Hubungan baik antar Negara pada dasarnya dimulai dengan kesadaran dan pengalaman pribadi akan pentingnya saling menghormati dan perlunya membangun hubungan baik diantara anggota keluarga dan selanjutnya hubungan baik diantara keluarga demi keluarga di dalam masyarakat dan seterusnya dalam suatu negara. Itulah sebanya PBB telah menetapkan tanggal 15 Mei sebagai hari Keluarga Internasional dengan tujuan mendorong Komunitas International mempromosikan hubungan yang sehat dan positif didalam keluarga. Persoalannya, hubungan antar anak manusia dalam unit keluarga tidak terjadi semudah membalikan tangan. Perlu usaha, perlu tempat dan ruang dimana kebutuhan membangun hubungan yang baik itu bisa di wujudnyatakan. Rumah, tempat tinggal yang layak huni, adalah wadah yang terbaik untuk belajar merajut dan membangun nilai-nilai yang baik termasuk menghargai perbedaan yang ada dalam anggota keluarga. Hubungan yang sehat dan positif ini melalui anggota keluarga akan terpancar ke tetangga dan kemasyarakat luas dimana mereka berada. Habitalk edisi kita bulan ini akan menengahkan beberapa ceritera disekitar keluarga, sekaligus ingin mengingatkan bahwa anda dan saya serta semua pembaca Habitalk adalah anggota keluarga besar Habitat For Humanity Indonesia. Dalam ikatan satu keluarga, mari bergandengan tangan mewujudkan misi pelayanan Habitat for Humanity; Membangun Ruman, Membangun Masyarakat, Membangun Harapan. Aku Bangun Indonesia Ku!
James Tumbuan
Direktur Nasional Habitat for Humanity Indonesia
may
2015
FAMILY
T
he United Nations don’t just speak of big things such as war and peace, the world economy, poverty or the worsening world ecology, but they also look at the role of family in those large issues. Good relationships among countries basically starts with awareness and personal experience in the importance of mutual respect and the need to develop good relationships among family members, in families, in communities and so forth going all the way up to countries. That is why the UN has established May 15 as International Family Day to promote healthy and positive relationships in families. The problem is that relationships among children in a family unit aren’t easy. It needs effort, a place and space in order to develop good relationships. A home, a decent place to live, is the best place to learn to knit and develop good values, including appreciating differences in family members. A good and positive relationto their neighbors and the wider community where they live. This month’s Habitalk edition highlights several stories around families, as well as seeking to remind you and me and all our readers that we are all part of the Habitat For Humanity family. As a family, let us join hands to realize Habitat For Humanity’s mission; Building Homes, Building Communities, Building Hope. I Build My Indonesia
James Tumbuan
National Director Habitat For Humanity Indonesia
C O N T E N T S Message from National Director
1
Habitat Indonesia 18th Birthday
2
EVENTS women build
3
Habitat Crew Build
7
HABIFANS Hujan Bukan Rintangan untuk Membantu
9
HABIFIGURE Nico: Bergabung dengan HfH Indonesia untuk Membangun Kehidupan
10
Habitat for Humanity Indonesia Menyatukan Kembali Keluarga yang Hampir Cerai
11
HABIFLECTION Meraih Sukses, Merangkul Kesulitan
13
HABINION Kebahagiaan Berawal dari Rumah
15
HABITIPS Memersihkan Kamar Mandi Ramah Lingkungan
17
VOLUNTEER SCHEDULE & ADS
18
1
H A B I TA L K ! M AY 2 0 1 5
Habitat for Humanity Indoneisa 18th anniversary special celebration "Fundraising Staff"
WATCH VIDEO Habitat Birthday
2
H A B I TA L K ! M AY 2 0 1 5
EVENTS
Gerakan Perempuan Membangun Indonesia
Women's Movement to Build Indonesia
oleh Punjung Widodo
by Punjung Widodo
B
B
anten, Habitalk- Sabtu (9/5/15), ratusan manusia memenuhi lapangan Kampung Tanjung Anom, Desa Tanjung Kait, Kecamatan Mauk, Tangerang, Banten. Mereka kebanyakan perempuan yang tergabung dalam relawan Women Build. Mereka datang bukan untuk demonstrasi, bukan untuk bertikai, apalagi rekreasi, melainkan untuk berbagi kasih dengan sesama yakni dengan membangun 11 rumah layak huni. Women Build ini adalah salah satu program dari Habitat for Humanity (HfH) Indonesia yang dimotori oleh Helena Abidin, yang sejak 2012 telah membangun sekitar 70 rumah layak huni. Dan kegiatan kali ini adalah yang keempat kalinya. Para perempuan gigih ini sejak pukul 05.30 telah tiba di halaman Belleza Shopping Arcade yang merupakan National Office dari HfH Indonesia. Mereka datang dari berbagai penjuru ibu kota, komunitas gereja seperti Catholic Fellowship Jakarta, komunitas sekolah seperti Binus, JIS. Kemudian juga dari instansi/ perusahaan seperti: BOA, GE, DELL, Healthy Choice, Syoss, Miniapolis. Bahkan ada yang memang secara pribadi terlibat dalam kegiatan ini. Total semua peserta adalah 153. Setelah semua peserta daftar ulang, tepat pukul 06.00 rombongan pun berangkat. Iring-iringan 7 bus mulai menyusuri jalanan ibu kota menuju lokasi. Tidak semua peserta bisa berangkat secara bersamaan. Namun panitia sudah mengantisipasi hal ini dengan menjadikan rest area Km.13 sebagai meeting point. Dan akhirnya semua peserta bisa berangkat, tanpa ada yang ketinggalan.
anten, Habitalk - Saturday (09/05/15), hundreds of people fill a field at Kampung Tanjung Anom, Tanjung Kait village, Mauk District, Tangerang, Banten. They are mostly women who are members of the Women Build volunteers. They did not come to demonstrate, or to fight. Not even for recreation. But they came to share love with others by building 11 decent houses. Women Build is a program of Habitat for Humanity (HFH) Indonesia led by Helena Abidin, which since 2012 has built about 70 decent homes. This is the fourth time the event has been held. Since 5:30am, these persistent women have been at the Belleza Shopping Arcade, HFH Indonesia’s National Office. They come from different parts of the capital, Church communities such as Catholic Fellowship Jakarta, and schools such as BINUS, JIS. Then also from institutions/ corporations, including BOA, GE, DELL, Healthy Choice, Syoss, Miniapolis. There are even individuals involved in this event. There are a total of 153 participants. After re-registration, they departed at 6:00am. A convoy of 7 buses passed through the streets of the capital to the location. Not all participants could set off simultaneously. But the committee had anticipated this by designating the rest area at KM.13 as their meeting point. And finally, everyone departs together, with no one left behind.
3
H A B I TA L K ! M AY 2 0 1 5
Sebelum melakukan aksi build dilakukan opening ceremony. Tampak hadir Kepala Desa Tanjung Kait Khaerudin, segenap muspika, perwakilan dari Satuan Radar TNI AU, Camat Mauk Drs. Heru Ultari, serta masyarakat. Dalam sambutannya, Khaerudin mengungkapkan rasa syukur dan terimakasih kepada Tuhan yang telah mengirimkan HfH Indonesia dengan salah satu programnya Women Build. Kehadiran HfH Indonesia di Desa Tanjung Kait sungguh berarti bagi masyarakat. “Desa kami adalah desa pesisir pantai yang miskin. Di wilayah kami telah terjadi abrasi dan kami terpaksa berpindah-pindah. Penghasilan masyarakat yang sangat kecil karena kalah dengan kapal nelayan besar dari luar daerah sini. Untuk makan saja susah, sehingga belum bisa merencanakan untuk membangun rumah dan menyekolahkan anak,” Kata Khaerudin. Berkat hadirnya HfH Indonesia telah dibangun…rumah layak huni. Dan hari ini, dengan program Women Build bertambah lagi 11 rumah. Rasa syukur dan terimakasih juga diungkapkan oleh Drs. Heru Ultari, Camat Mauk, karena HfH Indonesia telah membawa angin segar bagi warga Mauk. “Saya atas nama pemerintah, khusunya Kecamatan Mauk mengucapkan terimakasih kepada HfH Indonesia yang sudah punya program pembangunan rumah layak huni. HfH Indonesia sangat mendukung program pemerintah. Bukan saja membangun rumah, tapi juga membangun sanitasi dan lingkungan hidup. Semoga program ini berdampak baik kepada masyarakat, yakni pada kesejahteraan masyarakat,” ujar Heru Ultari.
4
Before starting constuction, an opening ceremony was held. In attendance was Khaerudin, Tanjung Kait head, government officials, and a representative Satuan Radar National Air Force, Drs. Heru Ultari who is the head of Mauk District, and the local community. In his speech, Khaerudin expresses thanks to God who has sent HFH Indonesia with the Women Build program. HFH Indonesia's presence in Tanjung Kait village is valuable. “Our village is a poor coastal village. In our region there is abrasion and we were forced to move. The community’s income is very low due to fishing boats coming in from outside. It’s difficult just to eat, so we cannot plan to build homes and send our children to school," said Khaerudin. HfH Indonesia has built 26 decent homes. And today, the Women Build program built 11 homes. Gratefulness and appreciation was also expressed by Drs. Heru Ultari, Head of Mauk Distrct, as HFH Indonesia has brought fresh air to Mauk communities. "I represent the government, especially the Mauk District, in thanking HFH Indonesia because their program builds decent homes. HFH Indonesia strongly supports the government program. They don’t only build homes, they also improve sanitation and the environment. Hopefully this program will have good impacts to the community, especially for the welfare of the community, "said Heru Ultari.
H A B I TA L K ! M AY 2 0 1 5
Dalam kesempatan ini pula James Tumbuan selaku National Director HfH Indonesia memberikan sambutan. “HfH Indonesia memiliki visi yakni berusaha mewujudkan kasih Allah dengan mengajak semua orang untuk membangun rumah, masyarakat dan harapan.” Kata kuncinya adalah mengajak semua orang, artinya adalah HfH Indonesia tidak membedakan siapa pun, baik itu golongan, suku, agama, pangkat, tapi semua bergabung bersama untuk membangun rumah, masyarakat dan harapan. Program Women Build adalah representasi kehadiran perempuan dalam mendedikasikan dirinya kepada masyarakat. James Tumbuhan juga menekankan bahwa perempuan masih dipandangan sebelah mata, bahkan mejadi korban kekerasan. “Tapi pada hari ini, melalui Women Build, akan dibuktikan bahwa perempuan bisa berkontribusi bagi Indonesia. Women Build bukan hanya pertama kali ini, namun ini adalah tahun yang keempat,” imbuh James Tumbuhan. Dalam upaya membawa Indonesia kearah yang lebih baik, HfH Indonesia tidak ketinggalan. Pemerintah telah mengampanyekan progam 100-0-100, artinya 100% akses terhadap air bersih, 0% terhadap masalah kumuh dan 100% masalah sanitasi. “Apa yang dilakukan oleh HfH Indonesia telah membantu program pemerintah 100-0-100,” tambah James. Helena Abidin, sebagai ambassador Women Build menjelaskan soal apa itu Women Build. “Sejak akhir tahun 2012 sampai sekarang Women Build telah membangun sekitar 70 rumah. Women Build tidak hanya hadir di Jabodetabek namun juga di daerah lain, salah satunya di Yogyakarta,” kata Helena. Kehadiran dan kepedulian perempuan dalam Women Build ini juga dilandasi oleh rasa cinta yang besar untuk berbagi. “Kita tahu, semua yang hadir di sini adalah orang sibuk. Namun kita disini untuk memberikan kasih kepada yang membutuhkan. Untuk itu saya berterima kasih dari hati yang paling dalam atas kesediaan untuk bergabung dan membangun rumah serta harapan,” sambung Helena. Tepat pukul 9.30 semua peserta disebar menuju 11 lokasi. Siang itu matahari sungguh menyengat. Para relawan mandi keringat, namun mereka tampak makin bersemangat. Para relawan ini ada yang menggali tanah untuk fondasi, ada yang angkat batu, mengaduk semen dan mengayam rangka besi. Rata-rata ini adalah pengalaman pertama bagi para relawan. “Seru juga ya, saya baru pertama kali ikut women build, senang bisa membantu, meski
James Tumbuan, the National Director of HFH Indonesia, also gave a speech. "HFH Indonesia has a vision that seeks to realize the God’s love by inviting all people to build homes, communities and hope." The key word is to invite everyone, meaning is HFH Indonesia does not differentiate based on class, ethnicity, religion, rank- rather, it invites all to join together to build homes, communities and hope. Women Build program is the represents women in dedicating themselves to the community. James Tumbuhan also stressed that women are seen to be as lesser, even becoming victims of violence in community. "But on this day, through the Women Build, will prove that women can contribute to Indonesia. This is not the first iteration of Women Build, but this is the fourth year, "said James. HFH Indonesia also contributes and assists in improving . The government campaigns 100-0-100 program, means that 100% access to clean water, 0% to slum and 100% to sanitation. "What was done by HFH Indonesia has helped the government in making the 100-0-100 program successful," added James. Helena Abidin, an ambassador of Women Build explains what Women Build is. "Since the end of 2012 until now Women Build has built 70 homes. Women Build are not only present in Jabodetabek but also in other areas, including Yogyakarta, "said Helena. The presence and awareness of women in this program is also based on the great love to share. "We know that all volunteers are busy. But we are here to give love to the needy. From the depth of my heart, I appreciate your willingness to join and build homes and hope, "said Helena. At 9:30 all participants spread out to 11 locations. The sun was shining. The volunteers are sweating, but they are excited. The volunteers there are digging the way for the foundation, lifting up stones, mixing cement and also iron frame weaving. For many volunteers, it’s their first time. "It’s very funny, this is my first times to join women build, I am glad because I could help, although small thing but this is really means,” said Rosa. The same thing also expressed by Adelin from HSBC, "Wow, I am tired but exciting. This is interesting experience, because I can help directly and the results are immediately apparent, I hope that I could join Women Build again next year." Some of them
5
H A B I TA L K ! M AY 2 0 1 5
Hal senada juga diungkapkan oleh Adelin dari HSBC, “Wow, capek tapi seru. Pengalaman yang menarik, karena membantu secara langsung dan hasilnya langsung kelihatan, saya berharap Women Build tahun depan bisa ikut lagi.” Ada pula yang sebenarnya sudah tahu Women Build sejak lama, namun baru bisa ikut sekarang. “Saya sudah lama tahu HfH Indonesia terutama program Women Build, saya tahunya dari newsletter. Akhirnya saya memutuskan ikut, kapan lagi membantu sesama kalau tidak sekarang, kata Felice. Namun ada pula yang telah 3 kali ini ikut Women Build, yaitu Dita dari Binus. “Ini adalah kali ketiga saya ikut Women Build dan saya senang. Apalagi bila langsung membantu dan bekerja bersama dengan orang yang dibantu,” tutur Dita. Dalam Women Build kali ini relawan yang paling berumur, dia adalah Ibu Vera. “Saya terharu bisa membantu dan berbagi dengan sesama yang membutuhkan. Untuk menolong, usia tidak menjadi halangan. Selama kita masih sehat, kita harus membantu. Semoga kedepannya Women Build semakin banyak pesertanya,” tutur Ibu Vera. Ada suatu yang istimewa pada Women Build kali ini, karena bertepatan dengan hari ulang tahun James Tumbuhan yang ke-65. Ada pesta kejutan yang telah dipersiapkan oleh panitia. Anak-anak Desa Tanjung Anom juga dilibatkan untuk menyanyikan lagu selamat ulang tahun. “Ini adalah ulang tahun saya yang paling istimewa, karena dirayakan ditengah-tengah masyarakat yang dilayani HfH Indonesia, bersama relawan, dan sekaligus pas Women Build, Tuhan memberkati,” kata James. Selain itu, Women Build kali ini juga dikunjungi oleh Zainul Munasichin, Staft Khusus Kemenpora Bidang Kepemudaan. Zainul juga menyempatkan diri untuk berkeliling lokasi serta membantu untuk mengaduk semen. Zainul sangat terkesan akan apa yang dilakukan oleh HfH Indonesia, berikut pernyataannya, “HfH Indonesia sungguh luar biasa, karena memiliki kepadulian yang sangat tinggi terhadap masyarakat kurang mampu. Program HfH Indonesia sangat menginspirasi pemerintah untuk menggerakkan pemuda supaya menghidupkan kembali semangat gotong royong. HfH Indonesia telah memulai langkah yang bagus dan strategis dan itu adalah kontribusi yang besar bagi bangsa ini.”
6
actually already know about Women Build, but this was the first time they could join. "I have been known about HFH Indonesia especially Women Build program, I know this from the newsletter. Finally I decided to join, when could I help others if do not now, said Felice. But some are already three times join Women Build, said Dita from Binus. "This is the third times I joined the Women Build and I'm happy. Moreover, when I can help and working together with the people who are helped, "said Dita. There is an oldest volunteer in Women Build, she is Mrs. Vera. "I am happy, because I can help and share with others. When it comes to helping others, age is not an obstacle. As long as we are healthy, we should help. Hopefully in the future more and more participants will join Women Build, "said Mrs. Vera. A special note for this event is that it coincides with James Tumbuhan’s 65th birthday. A surprise party was prepared by the committee. The children from Kampung Tanjung Anom also took part in singing Happy Birthday. "Today is the most special birthday for me because it was celebrated by communities served by HfH Indonesia, with all the volunteers and also Women Build, May God bless us all," James said. Aside from that, there was also a visit by by Zainul Munasichin, Kemenpora Advisor. Zainul took the time time to look around the site and mix cement. Zainul was very impressed with what HfH Indonesia has done. This is his comment: HfH Indonesia is amazing because they care for the poor people. HfH Indonesia’s programs inspired the government to motivate youths to live with mutual assistance back. HfH Indonesia has started a good strategic start and it is big contributed for this nation. Women Build finished at 2pm. The entire volunteers say good bye to home partner. It seemed the situation was so touched even they just met but they were looked so closed. "I am proud of the volunteers. They come from Jakarta. They are rich but they have noble hearts. They want to work hard and don’t know me but they want to help me." Said Kamsah, one of the home partners. The hope is not only from the volunteers but also home partners. Mrs. Nini, one of the home partners stated "It feels like a dream but this is a reality, my house is built. Hopefully with help of HfH Indonesia and all the volunteers we can be better. And may God bless HfH Indonesia and all the volunteers."
H A B I TA L K ! M AY 2 0 1 5
B
Habitat Crew Build: Mengecat Rumah Mewarnai Kehidupan
Habitat Crew Build: Painting The House, Coloring The Life
oleh Punjung Widodo
oleh Punjung Widodo
ogor, – Habitalk (25/4/15) sekitar pukul 07.30 Meliana sibuk mempersiapkan keberangkatan 9 pemuda yang tergabung dalam Habitat Crew Build di rest area Sentul. Mereka adalah pemudapemudi tangguh yang memberikan diri untuk bergabung dalam Habitat Crew dengan memberikan donasi rutin saban bulan. Mereka akan menuju Desa Bojongkoneng, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor. Tim Habitat Crew Build akan mengadakan aksi kemanusiaan yakni terlibat langsung dalam proses pembangunan rumah layak huni bagi keluarga yang kurang mampu. Setelah semuanya siap, tim pun berangkat. Sekitar pukul 09.00 tim tiba di lokasi dan langsung terjun untuk membantu proses pengecatan. Meski cuaca mendung dan gerimis mereka tidak menyerah. Mereka sibuk mengecat dinding dan plafond rumah Puloh salah satu home partner. Badan yang dibasahi keringat tidak membuat mereka surut, bahkan mereka semakin semangat. “Ini adalah pekerjaan kasih, maka harus dilakukan dengan senyuman,” kata Emanuel. Hal senada juga diungkapkan oleh Michael, “Saya tidak menyesal ikut Habitat Crew, karena saya bisa mengungkapkan kasih secara nyata kepada mereka yang membutuhkan.” Memang, mereka tidak membangun atau merenovasi rumah mereka sendiri, namun mereka melakukannya dengan sepenuh hati. Acara yang digagas oleh Habitat Crew ini rencananya akan dilakukan setiap tahun, dan ini adalah program Build pertama. Habitat Crew adalah salah
B
ogor, Habitalk - It was Saturday morning (4/25/15), when Meliana prepared for 9 young people, who registered as Habitat Crew Build participants. The time was 07:30, and the place was Sentul Highway’s Rest Area. These charitable,brave men and women as Habitat Crew had been sharing some of their money through monthly donations. They were heading for Bojongkoneng Village, Babakan Madang Sub district, Bogor. Habitat Crew team were excited to get themselves dirty by physically building a house for a low income family. These generous and willing-to-sweat people finally moved, when all the preparations were completed. They arrived at the build location around 09:00 AM, and painted the walls of Habitat home partner Mr. Pulloh’s house right away. They were determined to work, even though the weather wasn’t really friendly. The dark clouds and drizzle didn’t distract them from painting Habitat home partner’s house. They got more excited, although their sweat was running down their skin. The same idea was shared by Michael, “I won’t regret my activity with Habitat Crew because this experience allows me to express my love for those in need.” Although those houses aren’t theirs, they worked with whole-hearted enthusiasm. Habitat Crew Build is an annual build event, and 2015 is the first year. Habitat Crew is one of Habitat for Humanity Indonesia’s pillars born in 2014. This pillar serves as a channel for people who want to do something more about poverty housing in Indonesia, by making regular donation every month. Lusman, our RD Manager said, “Habitat Crew is HfH Indonesia’s ambassadors who are doing and spreading Habitat’s vision and mission.”
7
H A B I TA L K ! M AY 2 0 1 5
satu pilar dari Habitat for Humanity Indonesia lahir tahun 2014 yang mengakomodir yang orang-orang yang memiliki kepedulian terhadap orang yang masih tinggal di perumahan tidak layak huni, dengan memberikan donasi rutin setiap bulan. Menurut Lusman, “Habitat Crew adalah “ambassador” Habitat for Humanity Indonesia untuk menyebarluaskan misi dan visinya.” Melalui Habitat Crew diharapkan semakin banyak orang terpanggil untuk membantu dan terlibat dalam pembangunan rumah layak huni bersama Habitat for Humanity Indonesia, secara khusus memberikan donasi. Habitat Crew sendiri sebagai wadah bagi siapa saja yang punya visi untuk membawa harapan dan membangun kehidupan bagi sesama yang membutuhkan. “Maka siapapun yang berminat dapat langsung menghubungi Habiatat Crew, caranya mudah ko, tinggal email ke crew@ habitatindonesia.org,” kata Meliana selaku koordinator Habitat Crew. Tepat pukul 14.00 kegiatan pengecatan rumah selesai. Semua peserta tampak gembira dengan hasil karya mereka. Rumah Pak Puloh sekarang tampak lebih cantik berkat sentuhan tangan-tangan tim Habitat Crew. “Terimakasih kepada Habitat Crew, berkat mereka rumah saya semakin indah. Saya kini bisa lebih nyaman untuk tinggal di rumah baru ini,” ujar Pak Puloh. Tangan-tangan yang berlepotan dengan cat itu adalah tangan-tangan kasih, yang akan terus membangun, karena membangun rumah adalah membangun kehidupan.
H A B I F A N S
Hujan Bukan Rintangan untuk Membantu
8
Through Habitat Crew we hope more people will join the effort in creating a world where everyone has a decent place to live and contribute to HfH Indonesia’s mission. To join Habitat Crew, log on to http://habitatindonesia.org/crew. The wall painting activity finally finished at around 14:00. All the participants seemed happy with their work. Now Mr. Pulloh’s house has a fresh look, it was built with good hands, Habitat Crew hands. “Thanks to Habitat Crew, they made my house pleasant. I can now live in this house more comfortably,” said Mr. Pulloh, our home partner. Those smudged hands are hands of love that will continue to build because building homes is building lives.
Rain is not an Obstacle to Help
oleh Punjung Widodo
by Punjung Widodo
P
morning (04/27/15) drizzle is wetting Udik Nambo Village, Cikande District, Serang, Banten. The bad weather does not distract the 40 volunteers who came from Cargill to the home construction site. All the volunteers seemed ready to work, complete with helmets and goggles. On their faces were wide excited smiles to build hope for needy people, because these volunteer swill build 4 homes for those in need. The rain comes, But the volunteers remain enthusiastic. "It is a risk, even though the rain comes but we have to fight. For me this event is good, because I can be involved directly to contribute, especially to poor people, "said Anggi, one of the volunteers. Their white wear packs turn brown because of the soil and mud. The volunteers do not complain even amid the rain. They continue to dig the foundation of the house, there is also take some stones. They do not care about their uniforms, what matters is
agi itu (27/4/15) hujan rintik-rintik membasahi Desa Nambo Udik, Kecamatan Cikande, Kabupaten Serang, Banten. Cuaca yang kurang bersahabat itu tidak membuat 40 relawan yang berasal dari Cargill untuk datang ke lokasi. Semua voluntir tampak siap dengan wear pack lengkap dengan helm dan kaca mata. Wajah-wajah penuh semangat menebarkan senyum harapan bagi warga kurang mampu, karena pasukan voluntir ini akan 4 rumah untuk warga kurang mampu. Hujan semakin deras, namun semangat untuk membangun rumah makin membara. “Ini adalah resiko, meski hujan tapi harus berjuang. Bagi saya acara semacam ini adalah baik, karena saya bisa terlibat langsung untuk berbagi terlebih untuk warga yang kurang mampu,” tegas Anggi, salah satu relawan. Wear pack warna putih itu berubah menjadi coklat kekuningan karena tekena tanah dan lumpur. Para relawan tidak mengeluh meski ditengah guyuran hujan.
A
H A B I TA L K ! M AY 2 0 1 5
Mereka terus menggali fondasi rumah, ada pula yang mengangkat batu. Mereka tidak peduli pada seragam mereka, yang penting adalah semangat untuk berbagi. “Apa yang kami lakukan sekarang ini belum seberapa, karena kami belum bisa membantu banyak, namun semoga hal yang kecil ini sungguh berarti bagi mereka yang membutuhkan,” tutur Amri. Ada suatu yang menarik dari acara ini. Dari sekitar 40 relawan, hanya ada satu peserta perempuan. Adalah Astia Sumantri dari bagian operator produksi. Meski perempuan, Asti menjawab panggilan untuk terlibat dalam acara relawan ini. “Saya baru pertama kali ini ikut acara seperti ini. Meski saya perempuan satu-satunya saya tidak takut untuk berbagi kasih kepada warga yang membutuhkan,” ucap Asti. Eddy Sianipar sebagai perwakilan dari HfH Indonesia mengucapkan banyak terimakasih atas pertisipasi Cargill dalam upaya pengembangan masyarakat, serta peran aktif masyarakat dan perangkat desa yang sangat membantu program-program HfH Indonesia. “Cargill adalah salah satu partner HfH Indonesia yang punya komitmen untuk membangun bangsa Indonesia. Cargill sudah 4 tahun mendukung HfH Indonesia. Dan hari ini akan membangun 4 rumah lagi. Program ini adalah bukan bedah rumah, namun sebuah program yang mana melibatkan masyarakat untuk membangun dan mengembangkan kehidupan mereka.” tutur Eddy. Tidak mau ketinggalan, Mr. Sunit Doka selaku direktur Cargill menyampaikan, “Hari ini adalah hari yang istimewa. Meskipun hujan mengguyur, namun kita memiliki semangat untuk membantu saudara kita yang kurang mampu. Tujuan utama acara ini adalah untuk menjalin kerjasama antara Cargill, HfH Indonesia dan masyarakat. Kegiatan ini sungguh berarti bagi Cargill , HfH Indonesia dan masyarakat, karena kita berkontribusi terhadap kemanusiaan.” Acara ini adalah awal yang baik bagi 4 keluarga. Dengan dibangunnya rumah mereka, harapan baru akan turut dibangun. Membangun rumah adalah membangun harapan. Mari kita juga turut membuka hati dan mengulurkan tangan bersama-sama HfH Indonesia untuk membantu mereka yang membutuhkan.
the spirit of sharing. " We haven’t been able to do much, but hopefully it will mean something to those in need," said Amri. There is a point of interest in the volunteer composition. Of 40 volunteers, there is only one female volunteer. The female volunteer is Astia Sumantri, she is a production operator. Even though she is a woman,Asti answered the call to be involved in this event. "This is my first time participating in an event like this. Although I am the only woman, I am not afraid to show concern and love for those in need, "said Asti. Eddy Sianipar, representative of HFH Indonesia expressed thanks for the participation of Cargill in community development efforts, the community and village officials are very enthusiastic to help the programs of HFH Indonesia. "Cargill is one of the best partners of HFH Indonesia who have committed to build Indonesia. Cargill has been supporting HFH Indonesia for four years. And today they will again will build 4 houses. This program is not a house surgeon, but a program which involves the community to build and develop their lives, "said Eddy. Mr. Sunit Doka as director of Cargill said, "Today is a special day. Despite the rain, we are passionate in helpin our less fortunate brothers. The main purpose of this event is to establish cooperation between Cargill, HFH Indonesia and communities. This activity is meaningful to Cargill, HFH Indonesia and society, because we are contributing to humanity." This event is a good start for 4 families. With the construction of their homes, new hope will also be built. Building home is to build hope. Let us also open our hearts and reach out together with HFH Indonesia to help those in need.
9
H A B I TA L K ! M AY 2 0 1 5
H A B I F i G U R E
10
Nico: Bergabung dengan Habitat untuk Membangun Kehidupan
Nico: I joined Habitat to build lives
oleh Punjung Widodo & Aghustinus Kurniawan
by Punjung Widodo & Aghustinus Kurniawan
S
iapakah yang mau bekerja tanpa ada bayaran? Bahkan harus lembur sampai pagi. Namun di tengah zaman yang serba membutuhkan uang ini masih ada orang yang dengan rela memberikan tenaga dan waktu tanpa mengaharapkan imbalan. Adalah Nico (49) yang memiliki tekad dan passion untuk membantu mereka yang membutuhkan. Nico adalah warga Desa Kedungdalem, Kecamatan Mauk, Tangerang, Banten. Pria berperawakan tegap ini selalu tergetar hatinya apabila melihat orang yang masih tinggal di rumah yang tidak layak huni. Maka dia selalu bercita-cita untuk hidup bagi orang lain, artinya akan mengabdikan hidupnya bagi kepentingan orang lain. Gayung pun bersambut. Sekitar tahun 2012, Nico mendengar sepak terjang Habitat for Humanity (HfH) Indonesia di Desa Margamulya. HfH Indonesia memang telah hadir dan membangun rumah layak huni bagi warga kurang mampu di Desa Margamulya. Nico pun memberanikan diri untuk datang dan mencari tahu apa itu HfH Indonesia. Bertemulah dia dengan Manek Abraham Ndole (39) , salah satu PC Mauk. Dari obrolan dengan Manek, Nico tertarik dan memutuskan untuk terlibat bersama HfH Indonesia membangun dan menolong warga yang kurang mampu. Akhirnya pada bulan Februari 2013 Nico resmi menjadi komite Desa dan membantu HfH Indonesia dalam program-program pengembangan desa khususnya di desa Kedungdalem. “Saya sungguh bersyukur bisa bergabung dengan HfH Indonesia. Sekarang Desa Kedungdalem sudah tidak seperti dulu lagi. Berkat hadirnya HfH Indonesia warga telah berubah kehidupannya,” kata Nico. Sebelum hadirnya HfH Indonesia nilai gotong royong di dalam masyarakat hampir sirna. Menurut bapak 3 anak ini, meskipun masyarakat di Kedungdalem adalah jauh dari kota, namun nilai gotong royong telah terkikis. “Masyarakat terlalu sibuk mencari uang, karena kami rata-rata adalah warga kurang mampu. Oleh karena itu kami selalu mengejar uang dan melupakan nilai kebersamaan,” tutur Nico. Ketika diminta untuk membantu tetangga membetulkan rumah atau membangun jalan yang ditanyakan pertama kali adalah berapa upah yang akan diterima. Hadirnya HfH Indonseia sungguh mengubah masyarakat Kedungdalem. Pembangunan rumah layak huni menggugah masyarakat desa untuk kembali membantu saudaranya yang memerlukan tanpa mengharapkan imbalan. Selain itu, kesadaran untuk
W
ho wants to work without getting paid? Who wants to work overtime without earning money? In a time where money rules, fortuitously we can find people who would give his time and effort without pay. One of them is Nico (49), a man who possesses passion and the will to help those who need help. Nico live in Kedungdalem Village, Mauk Subdistrict, Tangerang Residence, Banten. His sturdy-shaped body houses a heart which is easily touched by families who live in poor housing. His purpose is to help them, his aim is dedicating his life for others needs. His wish came true in 2012, when he heard about Habitat for Humanity activities in Margamulya Village. HfH Indonesia has just arrived and built decent homes for poor families in the village. Taking initiative, he came and tried to gain information about this NGO. He met our Mauk Project Coordinator, Mr. Manek Abraham Ndole (39). Afterwards, he made a decision to work with Habitat; to help the poor. At the end of February 2013, Nico officially started work as a Village Committee member, his duty is helping HfHI with the Village Development Program, specifically in Kedungdalem. “I am so grateful because I have joined Habitat Indonesia. Kedungdalem Village shows some progress. Villagers lives are better because of Habitat’s presence” said Nico. The villagers’ old tradition of helping each other had almost vanished before HfHI’s arrival. Nico, who has 3 kids, continued to explain that traditional values continue to erode, even though they live far from the city. “People were too busy making money, because we live below the poverty line. We were focused on money and put togetherness behind,” said Nico. It was so sad that when our neighbor asked to repair a house or build the road, the first response was how much we would get paid. The presence of HfH Indonesia brings a positive influence to the surrounding people. The Decent House project revived their old custom of helping other families without
H A B I TA L K ! M AY 2 0 1 5
kembali menghidupkan semangat gotong royong makin menyala ketika HfH Indonesia membangun beberapa fasilitas umum seperti sarana air bersih. “Sungguh HfH Indonesia tidak hanya sekedar membangun rumah, namun sungguh membangun kehidupan,” tegas Nico. Ketika disinggung soal reaksi dan respon istri terhadap kesibukannya menjadi komite desa, pria yang suka makan gado-gado ini menjawab, “Istri saya sangat mengerti saya, dia sangat mendukung apa yang saya lakukan. Semenjak bergabung dengan HfH Indonesia berkat Tuhan semakin melimpah dalam keluarga kami, maka istri saya tidak mempermasalahkan kesibukan saya.” Dukungan keluarga terlebih istri memang penting dalam melakukan sebuah karya kasih. Selama bergabung dengan HfH Indonesia keluarganya semakin harmonis, karena dia belajar banyak dari semangat HfH Indonesia serta dari para komite dari desa lain. Sedangkan di mata Manek, “Nico adalah seorang pekerja keras, dia selalu bertanggung jawab atas pekerjaan, punya dedikasi dan inisiatif tinggi serta mau berbagi dengan masyarakat dan komite dari desa lain.” Nico adalah salah satu orang yang mendedikasikan diri, waktu dan tenaga untuk orang lain. “Saya memang bukan orang kaya, namun saya ingin memberi dan membantu orang lain, terlebih yang membutuhkan,” tutur Nico. Bersama dengan HfH Indonesia Nico semakin mampu dan bersemangat dalam membantu sesama. Ini adalah panggilan untuk kita semua, memberi tidak menunggu memiliki suatu yang lebih, namun memberi dengan apa yang dimiliki.
seeking profit. The motivation to restore local a wisdom known as “gotong-royong” was gaining momentum as HfH Indonesia built several public facilities like water sanitation. “HfH Indonesia doesn’t really build houses, they also build lives,” said Nico. When we asked him about his wife’s reaction to this work, Nico, whose favorite food is gado-gado, said: “my wife knows me well, she always supports my activities. Since I joined HfH Indonesia, we feel that God has blessed my family, my wife understands my work.” Family support, especially my wife’s support has always been important when I share the love of God. The bond between Nico and his family has getting stronger because he learned so much from Habitat’s spirit and from other villages’ committees. Our project coordinator, Manek said, “Nico is truly a hard worker, he takes his job with full responsibility, is dedicated, always shows a high level of initiative, and is willing to share with people and committees from other village. Nico is a man who dedicates his life, time and effort to the people. “I am not a rich man, but I want to give and help the others, especially those who need help,” said Nico. This is a spiritual signal for us to answer, we don’t need to be rich to give for the poor, all we have to do, is just give with what we have.
Habitat for Humanity Indonesia Menyatukan Kembali Keluarga yang Hampir Cerai
Habitat for Humanity Indonesia Unites a Nearly Divorced Family
oleh Punjung Widodo
B
eberapa tahun yang lalu apabila terdengar teriakan, jeritan, tangisan, piring atau perabot pecah dari sebuah rumah reyot adalah hal yang biasa. Para tetangga sudah paham apabila terdengar percekcokan. Situasi semacam itu sudah menjadi pemandangan biasa bagi tetangga. Keributan itu berasal dari rumah Darso (67), warga Desa Sasak, Kecamatan Mauk, Kabutapen Tangerang, Banten.
by Punjung Widodo
A
few years ago,screaming, shrieking, crying, plates or broken furniture from ramshackle houses were common. The neighbors were familiar with sounds of squabbling. This sort of situation situation had become a common sight for the neighbors. The commotion was coming from the house of Darsa (67), an inhabitant of Sasak village, Mauk Sub-District, Tangerang, Banten.
11
H A B I TA L K ! M AY 2 0 1 5
Percekcokan rumah tangga Darso dipicu oleh kondisi rumah yang tidak layak huni. Rumah itu terbuat dari papan, dinding terbuat dari bambu dan beratap seng. Di dalam rumah tidak ada sekat sama sekali, artinya ruang tamu, kamar tidur dan dapur bergabung jadi satu. Sedangkan untuk tidur Darso mengumpulkan rumput dan jerami dan ditutupi dengan tikar. “Saya tidak mampu beli kasur, maka saya kumpulkan rumput dan jerami agar empuk seperti kasur,” tutur Darso. Situasi semacam ini membuat Kamnah (62) istri Darso tidak betah. Menurut Kamnah penyebab utama percekcokan itu adalah situasi rumah yang sangat tidak layak huni. Selain itu juga karakter Darso yang gampang marah, sehingga kerap terjadi pertengkaran diantara mereka berdua. “Mungkin situasi rumah yang sumpek dan jorok ini yang membuat suami saya gampang marah, dan akhirnya kami sering bertengkar” tegas Kamnah. “Saya ini berusaha untuk tinggal di sini, karena cinta dengan suami, namun suami saya kurang mau untuk diajak lebih sehat, yang ada malah marah,” kata Kamnah. Kamnah pun tidak kuat lagi dan memutuskan untuk pergi. Pertengkaran demi pertengkaran kerap terjadi dan akhirnya Kamnah memutuskan untuk kembali ke rumah orang tuanya, mereka pun pisah. Kepergian Kamnah membuat Darso sadar. Akhirnya, pria yang sehari-hari menjadi tukang becak ini sedikit demi sedikit mengumpulkan uang dan membeli material untuk memperbaiki rumah. Penderitaan keluarga Darso serta perjuangannya ditanggapi oleh Tuhan. Melalui Habitat for Humanity (HfH) Indonesia, Tuhan membantu Darso. HfH Indonesia memilih Darso sebagai salah satu mitra dan akhirnya rumah Darso pun dibangun. “Pertengkaran itu sudah tidak ada lagi, Kamnah akhirnya kembali kepelukan Darso,” ujar Subeni salah satu tetangga Darso. Semenjak rumah Darso dibangun oleh HfH Indonesia Kamnah kembali hidup bersama Darso. Keluarga ini pun menyatu kembali. Komunikasi yang baik terbangun kembali. Suasana rumah pun berubah, “Rumah kami sekarang terasa adem, tidak sumpek dan panas seperti dulu, bapak dan emak sudah rukun dan tidak bertengkar lagi, syukur Alhamdulillah bapak dan emak tidak jadi cerai,” kata Nurlela (16) sambil terisak penuh haru. Sekarang rumah Darso sudah memiliki 2 kamar tidur, ruang tamu, dapur dan kamar mandi. “Terimakasih kepada HfH Indonesia yang telah menyatukan dan membangun rumah kami. Semoga semakin banyak orang membantu keluarga-keluarga lain yang membutuhkan rumah layak huni bersama HfH Indonesia,” inilah harapan Darso.
12
The dispute was triggered by the condition of his house which was inhabitable. The house was made from boards, the walls were made from bamboo and had a tin roof. Inside the house there was no insulation at all, it meant that the living room, bedroom and kitchen merged into one. Darsa collected grass and straw and covered it with mats for sleeping. "I have no money to buy a mattress, so I collected grass and straw because it’s soft like a mattress," said Darsa. This situation made Kamnah (62) Darsa’s wife, suffer. According Kamnah the main cause of the dispute was the circumstances of their home. Besides that, there was Darsa’s irritability, so both of them frequently quarrel. "Perhaps the situation at home, where we are cramped and squalid made my husband grumpy, and ultimately,we often quarrel" said Kamnah. "I was trying to stay here, because I love him, but he does not want to be healthier," said Kamnah. Kamnah gave up and finally decided to go. Kamnah returned to her parents' house and they separated. Darsa finally came to realisation after Kamnah left. Finally, Darsa, a rickshaw driver, little by little collected money and bought materials to repair his house. His suffering and struggling was finally taken up by God. Through Habitat for Humanity (HFH) Indonesia, God helped Darsa. HFH Indonesia chose Darsa as one of the home partner and ultimately Darsa’s house was built. "The conflict is not there anymore, Kamnah finally returned Darsa’s embrace,” said Subeni, one Darsa’s neighbors. After Darsa’s house was built by HFH Indonesia, Kamnah returned to Darsa. The family was reunited. Good communication rebuilt. The atmosphere of the house changed, "Our house now feels cool, not stuffy and hot as it once was, my parents’ relationships is harmonious and do not argue anymore, Alhamdulillah, my parents did not break up," said Nurlela (16). Now Darsa’s home has 2 bedrooms, a living room, a kitchen and a bathroom. "Thanks HFH Indonesia, for uniting and building our home. We hope other people will help other families who need decent home, together with HFH Indonesia,” Darsa said.
H A B I TA L K ! M AY 2 0 1 5
H A B I F L E C T I O N
Meraih Sukses, Merangkul Kesulitan
(Refleksi Ulang Tahun Habitat for Humanity Indonesia Ke-18) by Punjung Widodo
P
ada umumnya, orang menantikan dan merayakan hari ulang tahun. Bukan hanya sebagai tanda kelahiran manusia di atas bumi, melainkan juga kemunculan hal-hal lain, seperti lembaga, perusahaan, sekolah, pernikahan, dll. Ulang tahun adalah sebuah kenangan akan kebaikan Tuhan. Dan juga sebagai tanda syukur karena telah dipercaya dan diberi rahmat untuk hadir di tengah-tengah dunia ini. Selain itu juga, ulang tahun sebagai pengingat akan bertambahnya usia yang nantinya bisa memberikan patokan akan pencapaian cita-cita. 18 tahun yang lalu, tepatnya 1 Mei 1997 dimulailah sepak terjang sebuah organisasi non-profit bernama Habitat for Humanity Indonesia. Sejak saat itu Habitat for Humanity Indonesia memulai karya kasih Tuhan untuk mereka yang sangat membutuhkan. Lahirnya Habitat for Humanity Indonesia bukanlah suatu kebetulan, namun ini adalah campur tangan Tuhan. Artinya, keberadaan Habitat for Humanity Indonesia bukan semata-mata dikendaki oleh manusia, namun juga ditopang akan kasih Tuhan yang harus disebarkan kepada orang lain. Habitat for Humanity Indonesia telah berusia 18 tahun. Banyak hal yang telah dicapai dan juga dicita-citakan. Banyak orang yang tadinya tinggal di rumah tidak layak huni sekarang tinggal di rumah yang nyaman dan sehat. Mereka yang dulunya kesulitan air bersih, bahkan harus berjalan jauh untuk mendapatkannya, sekarang sudah menikmati air bersih. Anak-anak yang dulunya tidak bisa belajar, karena kondisi rumah yang nyaman, sekarang bisa belajar dan menatap masa depan lebih cerah. Selain itu juga banyak orang dibantu ketika ada bencana alam. Namun dibalik semua itu, Habitat for Humanity Indonesia harus bergulat dengan berbagai tantangan. Kesuksesan selalu diiringi oleh tantangan, kebaikan diikuti oleh keburukan. Perjalanan Habitat for Humanity Indonesia selama 18 tahun ini adalah sebuah peziarahan kasih untuk melayani mereka yang membutuhkan. Namun halangan kerap menghadang. Jelas sekali bahwa kesuksesan dan rintangan mengalir begitu dalam Habitat for Humanity Indonesia. Semuanya telah diatur oleh Tuhan, dan Habitat for Humanity Indonesia tetap yakin bahwa Tuhan pasti memberi yang terbaik.
Reaching Success, Embracing Difficulties (Habitat For Humanity’s 18th Birthday Reflection) by Punjung Widodo
I
n general, people await and celebrate birthdays. Not just to mark the birth of a human on earth, but also to celebrate the emergence of other things, such as institutions, companies, schools, marriages etc. Birthdays are a reflection of the grace of God. It is also a sign of gratefulness because we have been entrusted and blessed to be in this world. Aside from that, birthdays are a reminder of advancement in age, which can serve as a marker of achieving goals. 18 years ago, precisely on May 1 1977, a non-profit named Habitat for Humanity started to work. Since then, Habitat for Humanity Indonesia started God’s work to those who really needed it. The birth of Habitat for Humanity Indonesia was no coincidence; rather, it was the hand of God that played a part. This means that Habitat for Humanity Indonesia was not merely desired by humans, but it was also supported by God’s grace that needs to be shown unto others. Habitat for Humanity Indonesia is now 18 years old. Many things have been achieved and many things are still its goals. Many were living in unfit houses now live in comfortable and healthy homes. Clean water was scarce; they even had to walk miles to find it, now they can enjoy clean water. Children, who couldn’t study, now are able to enjoy their studies due to a comfortable home. Now they can have a brighter future. Aside from that, many were assisted when there was a natural disaster. However, behind all that, Habitat for Humanity had to struggle with many challenges. Success comes hand in hand with challenges, good is followed by bad. Habitat for Humanity Indonesia’s journey for the past 18 years is a pilgrimage of love to serve those who need it. It is very clear that success and obstacles flow together for Habitat for Humanity Indonesia. God has arranged everything, and Habitat for Humanity Indonesia is certain that God gives what is best.
13
H A B I TA L K ! M AY 2 0 1 5
Dalam filsafat Cina dikenal Yin dan Yang. Secara sederhana Yin-Yang diartikan suatu yang memiliki arti sisi gelap dan terang. Di dalam terang ada gelap dan di dalam gelap ada terang. Namun dua sisi tersebut saling melengkapi, saling tergantung, saling mempengaruhi, dan saling memberikan keharmonisan dalam setiap ruang hidup yang selalu berlawanan. Yin-Yang selalu diasosiasikan dengan prinsip feminim dan maskulin, lemah dan kuat, gelap dan terang, jatuh dan bangun, bumi dan langit, dan seterusnya. Keduanya tidak bisa dicampur, namun akan selalu bergandengan, melengkapi dan mewarnai perjalanan hidup manusia. Begitulah, Habitat for Humanity Indonesia bergelut dengan berbagai rintangan untuk menuju pada perwujudan kasih Tuhan secara khusus kepada mereka yang membutuhkan. Oleh karena itu seperti halnya Yin dan Yang, semua peristiwa dan pengalaman tidak hanya dilihat dari kesuksesannya, namun selalu belajar dari kekurangannya, sehingga Habitat for Humanity Indonesia semakin luas dalam jangkauan pelayanan. Apa yang sudah dicapai oleh Habitat for Humanity Indonesia sampai saat ini adalah sebuah pencapaian yang sungguh luar biasa. Kerjasama dan komunikasi yang baik dengan para donor, home partner serta pemerintah menjadi pilar dari keberhasilan. Meski selalu ada kerikil yang harus di lewati, namun Habitat for Humanity Indonesia mampu berjalan tegap untuk menggapai mimpi. Keberhasilan akan selalu dikenang sebagai suatu yang luar biasa apabila selalu menengok pada kesulitan. Ketika berani mengevaluasi diri maka akan ada rencana yang lebih baik untuk dilakukan. Hal senada diungkapakan oleh seorang filsuf Spinosa, ‘Mengapa Tuhan menghendaki semua ini? Dan mengapa Tuhan menghendaki keberhasilan dan kesulitan?” Hal itu dijawab oleh filsuf Leibniz. Dia berkata, “Segala fenomena di alam semesta ini sesuai dengan sifat Tuhan yang baik yang hanya menghendaki kebaikan.” Tuhan mengendaki segalanya baik. Apa yang dilakukan oleh Habitat for Humanity Indonesia adalah baik. Namun kebaikan itu harus bersinggungan langsung dengan apa yang disebut kesulitan. Diusia remaja ini, Habitat for Humanity harus semakin tegar dalam menatap tantangan, dan semakin erat dalam menggenggam visi dan misi, yakni mewujudkan kasih Tuhan dan berjuang untuk mengupayakan tempat tinggal yang layak bagi yang membutuhkan. Semua orang berhak mendapatkan tempat tinggal yang layak. Maju terus Habitat for Humanity, membangun rumah membangun kehidupan.
14
In Chinese philosophy, there is Yin and Yang. In simple terms, Yin-Yang means dark and light. In the light there is darkness and is darkness there is light. However, both those sides complement each other, depend on each other, affect each other and provide harmony. Yin-Yang Yin-Yan is always associated with feminine and masculine principles, weak and strong, light and dark, falling and rising, earth and sky etc. They cannot be mixed, but always go hand in hand, complementing and coloring the journey of the lives of humans. That is Habitat for Humanity Indonesia wrestles with various obstacles to head towards God’s love specifically for those who need it. That is why, like Yin and Yang, all incidents and experience cannot just be viewed from its success, however, we learn from shortcomings, thus Habitat for Humanity Indonesia has further widened its reach in delivering services. Habitat for Humanity Indonesia has achieved extraordinary things. Good collaboration and communication with donors, home partners and government are the pillars of its success, even though there are always rocky roads to pass through, however Habitat for Humanity Indonesia has always walked tall to reach its dreams. Success will always be viewed as extraordinary if difficulties are looked at. When we are to self-assess then will always be better plans to be done. A similar sentiment was expressed by a Spinosa philosopher,” Why does God desire all of this? And why does God desire success and difficulties?” The philosopher Leibniz answered this. He said, “All phenomenon in this universe is in accordance with God’s good nature which only desires good.” Good desires everything good. Habitat for Humanity Indonesia is good. However, good has to deal with difficulties. In its teenage years, Habitat for Humanity has to be stronger in facing challenges, and hold its mission and vision tighter, which is realizing God’s love and fighting for decent homes for those who need it. Everybody has the right to habitable home. Keep going forth Habitat for Humanity, building homes to build lives.
H A B I TA L K ! M AY 2 0 1 5
H A B I N I O N
Kebahagiaan Berawal dari Keluarga
Happiness Starts from Family
by Punjung Widodo
by Punjung Widodo
K
F
eluarga adalah pilar utama untuk mencapai kebahagiaan. Namun, situasi zaman berkata lain. Kebutuhan hidup mengkondisikan manusia harus kerja keras. Orang tua bekerja, berangkat pagi-pulang malam. Sehingga waktu untuk saling bertemu sangat terbatas. Komunikasi menjadi suatu hal yang langka. Pola komunikasi yang diterapkan dalam keluarga mirip atau bahkan sama dengan urusan bisnis. Mobilitas manusia yang begitu padat menjadikan mereka manusia yang berorientasi pada provit oriented. Dalam ungkapan bahasa latin disebut do ut des (ketika aku memberi, aku mengharapkan imbalan). Perjumpaan harus punya nilai ekonomis. Bagi Karl Marx, filsuf asal Jerman, manusia berelasi karena ada pamrih. Artinya harus ada sisi yang menguntungkan secara materi ketika membuat relasi. Orang tua bisa memenuhi kebutuhan anak secara materi, namun kebutuhan akan kehangatan kasih lemah. Ada uang semua beres. Apresiasi akan kehadiran, sapaan dan senyuman semakin terkikis, dan akhirnya nilai persaudaraan pun semakin pudar. Siapa yang harus disalahkan bila anak kurang mendapat perhatian orang tua, anak terjerumus pada narkoba, hamil di luar nikah, tawuran, dll? Sementara orang tua juga harus bekerja demi kehidupan dan kesejahteraan.
Kearifan lokal: Mangan ora mangan angger kumpul Melihat tantangan hidup yang semacam itu, kita tidak bisa tinggal diam. Nenek moyang kita telah merefleksikan pengalaman dan peristiwa hidup yang akhirnya melahirkan banyak kebijakan yang kita kenal dengan kearifan local/local wisdom. Ada baiknya bila kita pun mengambil kembali salah satu local wisdom yakni “mangan ora mangan angger kumpul” guna menelisik kembali fenomena saat ini dan bersamanya menciptakan warna hidup yang baru dan baik. “Mangan ora mangan angger ngumpul”(makan tak makan asal kumpul), falsafah Jawa atau local wisdom ini sudah tidak asing lagi di telinga kita. Kata mangan dalam bahasa Indonesia adalah makan. Kata ora berarti tidak. Kata angger berarti asal. Sedangkan kata kumpul adalah berkumpul. Sehingga secara literal artinya makan tidak makan asalkan berkumpul.
amily is the main pillar for achieving happiness. However, the current age seems to differ. Meeting living needs have conditioned humans to work much harder. Parents work, leaving early and returning late. Time to meet others is very limited. Communication becomes a rare thing. Communication patterns within the family become similar to those of the work place, that is to say it becomes profit-oriented due to the lack of quality time. In Latin this is called do ut des (when I give, I expect in return). The encounter must have economic value. For Karl Marx (German philosopher) the human relationships are just about profit. This means that there must be a material benefit when making relationships. Parents can fulfill the needs of their children materially, but provision of warmth and love can be weak. Money makes everything ok. Appreciation of greetings, smiles, and being togerther is increasingly eroded, and finally the value of brotherhood is fading. Who is to blame when children receive less attention from their parents, become addicted to drugs, pregnant before married, get into fights, etc? Meanwhile, parents should work for life and well-being.
Local Wisdom: Mangan ora mangan angger kumpul The challenge is coming, and we have to move on. Our ancestors have reflected on their life experiences and events, which eventually gave policies that we call local wisdom. It is better if we would readopt one of these local wisdoms, "mangan ora mangan angger kumpul” to revise the current phenomenon to create a new color and a good life. "Mangan ora mangan angger kumpul" (indo: makan tidak makan asal kumpul), the Javanese philosophy is very familiar. Literally it means “Whether eating or not, the most important part is being together.” According St. S. Tartono, it talks about the values of friendship, brotherhood, communality, and togetherness. It is does not focus on food/material. We should not get stuck on the material orientations, but strive to build relationships. While we need food, we also need happiness, especially in relationship with one other. Encounters with others reveals our existence.
15
H A B I TA L K ! M AY 2 0 1 5
Bagi St. S. Tartono local wisdom ini menegaskan nilai persahabatan, persaudaraan, keguyuban, dan kebersamaan. Bukan menitik beratkan pada makanan/materi. Manusia jangan terjebak pada orientasi materi saja, namun juga membangun relasi. Manusia butuh makan, namun juga perlu kebahagiaan yang terletak pada relasi yang penuh dengan cinta. Berkat perjumpaan, eksistensi manusia akan lebih nampak, berarti, dan bermakna.
Merangkul Kembali Nah, rasanya kita perlu kembali ke titik nol. Artinya merefleksikan kembali apa yang telah terjadi. Mengupas dan merajut kembali untaian kebersamaan, persaudaraan yang mulai memudar. Kearifan lokal mangan ora mangan ngumpul sangat relevan bila ditanamkan kembali dalam keluarga. Keluarga merekontruksi spirit untuk berkumpul, berbagi, mengapresiasi. Untuk berkumpul perlu pengorbanan, terlebih waktu dan perhatian. Perlu diingat, keluarga adalah awal dari kebahagiaan, masa depan, kesejahteraan, pendidikan dan kesehatan. Saat keluarga mau berkumpul, pastilah buah-buah akan muncul. Bagi Ayatollah Mohammad Khamenei, "Keluarga memiliki tanggung jawab untuk membantu mencapai kemuliaan insani. Dalam hal ini, keluarga lebih diprioritaskan dibanding individu. Sebab, keluarga adalah landasan bagi terbentuknya tatanan sosial dan individu. Pendidikan akhlak setiap individu juga dimulai dari keluarga." Dalam keluarga diperlukan partisipasi antar anggotanya. Partisipasi memerlukan keterbukaan. Menurut filsuf Gabriel Marcel setiap anggota keluarga harus menyadari eskistensi satu sama lain, sehingga terwujud relasi intersubjektivitas yang merupakan pengalaman fundamental dalam hidup manusia. Jer basuki mawa bea, (Untuk mencapai kebahagiaan diperlukan pengorbanan). Sesibuk apapun kita, seberat apa pun tanggungan hidup kita, perlu diingat bahwa keluarga adalah segalanya. Semua jerih payah kita akan sia-sia apabila tidak kembali pada keluarga. Namun keluarga tidak sekedar butuh materi, namun juga hati. Maka pengorbanan hati untuk keluarga berarti memberikan diri untuk kebaikan dan kesejahteraan keluarga. Selamat hari keluarga.
16
Embracing Back Well, it is better if we go back to the beginning to reflect on what has happened. We are peeling and knit back our togetherness and brotherhood that has begun to fade. This local wisdom (mangan ora mangan angger kumpul/ togetherness is better than just eating) is relevant when grown back into our family life. We reconstruct the spirit of togetherness, sharing and appreciation. Togetherness needs sacrifice especially time and attention. Family is the source of happiness, welfare, education, health, and the future. When family is has togetherness, surely the fruit will appear. For Ayatollah Mohammad Khameini, "The family has the responsibility to achieve human glory. In this case, family has priority over the individual. Therefore, the family is the foundation for the establishment of social order and the individual. Education of each individual character starts in the family." The participation among members is very important in a family. Participation requires openness. According to the philosopher Gabriel Marcel each family member should be aware about the existence of each other, to realize that intersubjective relationships are a fundamental experience in human life. Jer basuki mawa bea, (To achieve happiness requires sacrifice). No matter how busy we are, keep in mind that the family is everything. All our efforts are useless if they do not return back to the family. Families need love much more than they need material possessions. So, the sacrifice of love for family means giving oneself for the good and welfare of the family.
H A B I TA L K ! M AY 2 0 1 5
H A B I T I P S
Membersihkan keramik kamar mandi ramah lingkungan
Environmentally Friendly Tips for Cleaning the bathroom tiles
oleh Punjung Widodo
by Punjung Widodo
P
G
ada umumnya ketika membersihkan keramik kamar mandi, kita menggunakan cairan pembersih yang tidak ramah lingkungan. Pembersih tersebut mengandung klor dengan bau yang menusuk hidung dan keras untuk kulit, bahkan menimbulkan rasa panas dan gatal. Ada banyak bahan yang lebih ramah lingkungan dan murah. Bahan-bahan ini ada di sekitar kita dan sangat mudah di dapat.
Lantai kamar mandi:
• Cuka makan: Kuaskan cuka makan pada lantai kamar mandi. Diamkan selama 15-30. Setelah itu, bilas dengan air, gunakan sikat agar semua kotoran luntur dan hilang. • Batu apung: Batu apung dan air sabun digosokkan ke kerak secara berulang kemudian dibilas dengan air bersih.
Dinding kamar mandi:
• Ampelas anti air: Gosokkan ampelas ukuran 100-400 ke permukaan keramik yang kotor, setelah itu siram dengan air bersih. • Bubuk Kaporit: Taburkan bubuk kaporit secara merata ke dinding kamar mandi. Tunggu selama 30-60 menit hingga berbuih. Selanjutnya, gosok dengan sikat, kemudian bilas dengan air bersih. • Asam citrat (beli di toko kue): Taburkan asam citrat pada dinding kamar mandi yang telah dibasahi, kemudian diamkan selama kurang lebih 1 jam. Setelah itu, siram dengan air bersih.
Kloset:
• Air sabun yang panas. Siram kloset dengan air sabun yang panas, sikat sampai bersih dan bilas dengan air. • Jika kloset mampet, ambil garam tumbuk halus dan taburkan garam ke dalam lubang toilet.
enerally, when we are cleaning the bathroom tiles, we usually use cleaning fluids that are not environmentally friendly. The cleaners contain chlorine and are harsh to the skin, even causing a burning sensation and itching. Actually there are many materials that are more environmentally friendly and inexpensive. These materials are all around us and very easy to get.
Bathroom floor:
• Vinegar: Smear the vinegar on the bathroom floor. Wait around 30-60 minute. After that, rinse with water, use a brush so that all dirt fades and disappear. • Pumice and soap water: Pumice and soap water repeatedly rubbed into the crust and then rinsed with clean water.
The bathroom walls:
• Sandpaper waterproof: Rubbing sandpaper (100-400 size) on dirty ceramic surfaces, then flush with clean water. • Chlorine Powder: Sprinkle chlorine powder evenly on the bathroom wall. Wait for 3060 minutes until bubbly. Next, scrub with a brush, and then rinse with clean water. • Citrate Acid (purchased at a pastry shop): Sprinkle citrate acid on the bathroom wall that has been moistened, then let stand for about 1 hour. After that, flush with clean water.
Toilet:
• The hot soapy water: Flush toilets with hot soapy water, brush and rinse thoroughly with water. • For clogged toilet, take crushed salt and sprinkle the salt into the toilet bowl.
17
H A B I TA L K ! M AY 2 0 1 5
VOLUNTEER SCHEDULE JAKARTA BRANCH
No.
Date
Volunteer
1 2 Korean Community 23 May '15 1 NJIS 30 May '15 2 Foundation Walling Painting
Activity (Construction Works)
1
1 Sentul Mauk
other activity
ADS
18
Venue