E-Newsletter Edisi No. 3 Tahun 2012
Daftar Isi Halaman
2
Menyoroti: Forum CSR di Jakarta
2
Pertemuan: Better Work Indonesia dan Tim Ad-Hoc Kementerian Ketenagakerjaan dan Transmigrasi
Halaman
3
Pertemuan Pembeli Internasional dengan Organisasi Penyandang Disabilitas: Akses Kerja di Industri Garmen (with 3 photos)
4
Sosok: Angela Friska: Saya tidak malu dengan disabilitas saya
6
Protokol Shadow Visit
Better Work Indonesia Betterworkindo
Disclaimer: Isi dari newsletter ini adalah untuk tujuan informasi umum saja. Better Work tidak membuat pernyataan atau jaminan apapun,tersurat maupun tersirat, mengenai akurasi, kelengkapan, kesesuaian keandalan, atau ketersediaan sehubungan dengan informasi yang diberikan.
1
Menyoroti: Forum CSR di Jakarta Seiring dengan globalisasi, kesadaran perusahaan dari berbagai sektor semakin besar untuk melaksanakan kegiatan CSR yang memberikan
dampak
jangka
panjang
bagi
masyarakat
dan lingkungannya. Oleh karena itu pada tanggal 4 Juli 2012 di Hotel Shangri-La Jakarta, ILO bekerjasama dengan APINDO dan Kedutaan Besar Korea menyelenggarakan forum CSR
yang bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran perusahaan mengenai kepatuhan sosial dan pelaksanaannya bagi para pengusaha di Indonesia. Acara ini merupakan peristiwa penting bagi ketiga organisasi tersebut. Acara pada hari itu terdiri dari dua sesi yang pertama adalah pengenalan tentang latar belakang program serta program terkait lainnya yang dimiliki oleh organisasi-organisasi internasional serta membahas tentang peraturan-peraturan yang terkait dengan CSR. Di sesi berikutnya, perusahaan multi nasional di bidang garmen seperti Target dan H&M memberikan presentasi tentang kebijakan CSR dan pelaksanaannya yang turut didukung oleh para pemasok mereka di tingkatan global. Terkait dengan hal tersebut, ILO melalui Better Work turut bekerja sama dengan para pemasok dari kedua perusahaan multinasional itu yang berada di Indonesia, dengan membantu meningkatkan kepatuhan para pemasok tersebut terhadap peraturan perundangan ketenagakerjaan dan standar inti ketenagakerjaan internasional ILO. Acara ini mengambil satu langkah maju untuk memperkuat kegiatan CSR bagi perusahaan Korea dan Indonesia melalui penanda-tanganan Nota Kesepakatan (MOU) antara APINDO
Pertemuan: Better Work Indonesia dan Tim Ad-Hoc Kementerian Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Better
Work
Indonesia
dan
Tim
Ad-Hoc
Kementerian
Ketenagakerjaan dan Transmigrasi mengadakan pertemuan dari tanggal 7 – 10 Agustus. Pertemuan intensif ini dimaksudkan untuk membahas berbagai studi kasus dan temuan yang didapat dalam layanan penilaian dan pendampingan Better Work Indonesia. Di dalam pertemuan ini, tim Ad-Hoc dan Better Work Indonesia saling bertukar informasi terutama yang berkaitan tentang peraturan perundangan-undangan ketenagakerjaan yang terbaru . Pertemuan yang dilangsungkan selama 4 (empat) hari tersebut menghasilkan kerjasama yang lebih erat antara Better Work Indonesia dengan pihak kementerian. Better Work Indonesia yakin dengan dukungan dari pemerintah Indonesia, program penilaian, pelatihan dan pendampingan Better Work Indonesia terhadap pabrik garmen di Indonesia akan dapat berjalan dengan baik. Dukungan Pemerintah Indonesia terutama dalam pelatihan bagi perusahan garmen yang akan dilakukan oleh Better Work Indonesia tim seperti pelatihan Lembaga Kerjasama Bipartit serta pelatihan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan hal yang penting bagi para pengusaha maupun pekerja dalam rangka meningkatkan produktifitas serta kesejahteraan para pekerja dalam dunia garmen di Indonesia.
dan Kamar Dagang Korea (KOCHAM).
Training perundang-undangan tanggal 7-10 Agustus 2012.
2
Pertemuan Pembeli Internasional dengan Organisasi Penyandang Disabilitas : Akses Kerja di Dunia Garmen Masyarakat dengan disabilitas sering kali menghadapi anggapan negatif yang membuat mereka kerapkali merasa dikucilkan. Diskriminasi terhadap penyandang disabilitas sering ditemui di berbagai sektor baik itu akses publik, pendidikan, informasi, maupun lapangan kerja. Sementara dengan pemberdayaan yang tepat dan dihilangkannya diskriminasi terhadap para penyandang disabilitas, mereka mampu untuk memiliki kompetensi yang mumpuni serta dapat mengisi lapangan kerja yang ada di dalam masyarakat baik di sektor formal maupun informal. Sesuai dengan undang undang no. 4 tahun 1997 dan peraturan pemerintah no. 43 tahun 1998, pemerintah Indonesia mewajibkan agar perusahaan memberikan kesempatan kerja bagi para penyandang disabilitas. Pemerintah bahkan menjatuhkan sangsi bagi perusahaan-perusahaan yang tidak memenuhi kuota pemberian pekerjaan bagi penyandang disabilitas. Melalui layanan penilaian yang dilakukan oleh Better Work Indonesia, diketahui bahwa kebanyakan perusahaan garmen yang ada, belum dapat memenuhi kewajiban tersebut. Hal ini disebabkan karena tidak adanya akses informasi untuk menggapai angkatan kerja dengan disabilitas dan juga masih banyak stigma negatif dan sikap yang diskriminatif dari pengusaha maupun rekan sekerja di sektor formal. Menyikapi hal ini, ILO lewat Better Work Indonesia berupaya memfasilitasi dialog sosial antara para pengusaha, pembeli internasional serta organisasi penyandang disabilitas pada hari Jumat, 10 Agustus 2012 yang lalu. Dalam pertemuan tersebut turut hadir perwakilan dari pembeli international seperti: NIKE, Hadad Apparel, Adidas, Hanes Brands, PT Dewhirst, Columbia Sports Wear serta agen internasional :
Li & Fung. Sementara itu, hadir pula perwakilan dari organisasi penyandang disabilitas : Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia, Himpunan Disabilitas Indonesia, Yayasan Sehjira, Yayasan Mitra Netra, Thisable Enterprise, Persatuan Tuna Rungu Indonesia. Simon Field, selaku manajer program Better Work Indonesia menyatakan dalam pertemuan tersebut bahwa Better Work Indonesia ingin berperan lebih proaktif dalam membantu para penyandang disabilitas untuk mendapatkan akses kerja di tempat kerja. Aria Indrawati dari Yayasan Mitra Netra dalam pertemuan tersebut juga mengajak para peserta untuk bersama-sama mengikis stigma yang ada dalam masyarakat sebagai langkah untuk mendukung kesempatan kerja bagi para penyandang disabilitas. Aria juga menambahkan agar disabilitas tidak dianggap sebagai perbedaan. Perbedaan yang dirasakan oleh penyandang disabilitas disebabkan oleh karena lingkungan (masyarakat) yang belum mendukung. Tetapi bila upaya sudah dilakukan secara sistematis dan parallel, pendidikan dan pekerjaan diperjuangkan, maka masyarakat akan mampu mengakomodasi kebutuhan khusus penyandang disabilitas. Sementara para wakil dari pembeli internasional mendukung agar kegiatan untuk meningkatkan akses kepada para penyandang disabilitas lebih di tingkatkan melalui edukasi yang lebih luas kepada perusahaan dan juga meningkatkan komitmen perusahaan agar kuota bagi angkatan kerja dengan disabilitas dapat terpenuhi. Pertemuan hari itu merupakan awal dari rangkaian kerja ILO Better Work Indonesia untuk memfasilitasi para penyandang disabilitas untuk dapat terjun ke dalam sektor formal, garmen misalnya. Selain itu komitmen dari pihak pembeli internasional, pengusaha maupun penyandang disabilitas sendiri untuk menjadi agen perubahan yang melakukan perombakan dalam masyarakat di Indonesia. Untuk informasi tentang program yang berhubungan dengan disabilitas, mohon kunjungi Website Better Work Indonesia di www.betterwork.org/indonesia atau kontak Olivia Krishanty, Buyer Relations Advisor,
[email protected]
Pertemuan antara pembeli internasional dan organisasi penyandang disabilitas tanggal 10 Agustus 2012.
3
Sosok: Angela Friska: Saya tidak malu lagi dengan disabilitas yang saya miliki
Pada usia 8 tahun, Friska mengalami penyakit gangguan pernafasan (asma) yang kerap membuatnya harus mengunjungi dokter dan mengkomsumsi obat-obatan. Pengobatan selama beberapa waktu tersebut ternyata malah membuat Friska mengalami kemunduran dalam pendengarannya. Terbukti karena orang tuanya kerap harus mengulang percakapan dengan gadis kecilnya dan kebiasaan Friska menyanyikan lagu gereja dengan nada yang meleset jauh. Akhirnya pada usia 10 tahun, Friska divonis mengalami kerusakan pendengaran permanen. Hal ini membuat diri Friska hancur, apalagi setelah mengetahui bahwa kandungan steroid yang terdapat dalam obat-obatan asma itulah yang menyebabkan kerusakan total indra pendengarannya. Ketika Friska memasuki sekolah menengah pertama, sering kali teman-teman sekolah menghina bahkan mengolok-oloknya. Bahkan ada salah seorang teman perempuan yang dengan tidak sengaja bersentuhan tangan dengan Friska, malah berbalik
sambil
memaki-maki
dan
berteriak
mengatakan
bahwa dirinya tidak mau tertular penyakit cacat Friska. Pada saat SMA, penderitaan Friska semakin bertambah-tambah. Berangkat ke sekolah bagaikan siksaan rutin yang harus menjadi makanan sehari-hari. Sampai suatu ketika Friska merasa sangat frustasi dengan keadaan dirinya dan ia mengurung diri di kamar dan menangis berhari-hari. Pada saat teman-teman sekolahnya datang karena menyesali tindakan mereka, Friska tidak mampu untuk berbesar hati dan memaafkan kesalahan teman-temannya.
“Mereka
datang
untuk
meminta
maaf
dan membujuk saya kembali masuk sekolah. Tetapi saya sudah sangat sakit hati, dan langsung masuk kembali ke kamar meninggalkan mereka di ruang tamu, Dan sejak hari itu saya tidak pernah kembali lagi ke sekolah tersebut” kata Friska. Friska sekarang terlihat bahagia dan percaya diri
Friska adalah seorang penyandang disabilitas yang kini bekerja sebagai salah satu konsultan yang khusus menangani program untuk penyandang disabilitas di ILO-Better Work
“Kalau ada yang bisa saya sesali, itu adalah
sikap
saya
yang
menutup-
nutupi disabilitas saya,” lanjut Friska. Karena perasaan malu terhadap dirinya yang besar, Friska membiarkan masa penulisan skripsi sarjana teknik informatikanya
Indonesia. Tumbuh dengan keterbatasan
tertunda selama 6 tahun. Friska takut menjalani proses sidang
pendengaran, tidak lantas menyebabkan
sangat panik. Waktu itu saya berpikir bahwa saya tidak akan mampu
Friska menarik diri dari masyarakat. Sebaliknya,
khawatir akan menangis di ruang persidangan saking paniknya.
dengan keterbatasan yang dimiliki, Friska terus
berupaya
agar
para
penyandang
skripsi, katanya, “Membayangkannya saja saya sudah membuat mendengar dengan jelas pertanyaan dosen penguji. Dan saya Lalu kalaupun lulus, apa yang selanjutnya akan saya lakukan? Perusahaan mana yang bersedia menerima karyawan seperti saya?” Untuk menghibur diri, Friska kemudian terlibat dalam kegiatan
mendapatkan
sosial dan menjadi relawan bencanan alam. Selama aktif dalam
kesempatan yang sama dalam dunia kerja.
hidup kembali. Pengalaman itu membuat Friska menyadari bahwa
disabilitas
di
Indonesia
kegiatan relawan tersebut, Friska merasa bahwa jiwanya seperti ia mampu melakukan sesuatu yang berarti bagi sesamanya. Kini Friska telah bekerja di salah satu grup perusahaan media
4
terbesar (Femina) di Indonesia sebagai salah satu tenaga IT
Friska mendapatkan kesempatan untuk bekerja sebagai konsultan
yang handal. Rekan-rekan dikantor mengetahui dan menerima
lepas program disabilitas yang dimiliki oleh ILO Better Work. Friska
keterbatasan Friska. Komunikasi yang biasanya mengguna-
mengungkapkan bahwa melalui program Better Work Indonesia,
kan telpon, sekarang diubah menggunakan e-mail. Perlakuan
ia ingin membantu meningkatkan kesadaran para pengusaha
dan penerimaan terhadap disabilitas yang ia miliki serta peran
terutama pengusaha garmen untuk juga berperan serta dalam
serta rekan-rekan kantornya dalam membantu membangun
memberikan kesempatan bekerja bagi penyandang disabilitas.
perasaan kepercayaan dirinya, sungguh membuat Friska mampu
Selain itu Friska berharap untuk dapat meningkatkan kemampuan
untuk menerima diri sendiri serta melepaskan trauma ketakutan
para penyandang disabilitas supaya dapat beradaptasi dan
yang ia miliki. “Tidak ada yang mendiskriminasikan saya dan
bertahan di dunia kerja sektor formal. “Para penyandang
saya sudah tidak merasa malu lagi!” ujar Friska.
disabilitas harus bisa saling menyesuaikan dengan non disabilitas, dan saya percaya mereka mampu! “kata Friska tersenyum.
Friska dengan Agus,seorang penyandang cerebral palsy.
Friska dengan tim IT Femina Group
Friska dengan teman-teman penyandang disabilitas pada saat pelatihan peningkatan kapasitas di Puncak, Jawa Barat
5
Better Work Indonesia telah mengeluarkan sebuah protokol yang mengatur tentang shadow visit bagi para pihak yang ingin ikut serta dalam pelayanan penilaian / pendampingan. Protokol ini diharapkan dapat menjaga tata laksana shadow visit serta kerjasama dengan berbagai pihak baik pembeli internasional maupun pabrik dapat terjalin dengan harmonis.
4. Semua pihak memahami bahwa Better Work Indonesia
Better Work Indonesia - Shadow Visit Protocol
kepada pabrik, melapor kepada petugas keamanan, atau
tidak memberitahukan kepada pabrik tanggal pelaksanaan penilaian sebelum layanan penilaian yang sesungguhnya
dan tidak berbagi kepada pihak manapun yang beresiko untuk mengungkapkan tanggal penilaian kepada pabrik. 5. Untuk menjaga sifat kerahasiaan kunjungan tersebut, pengunjung yang akan ikut serta dalam shadow visit
menyetujui bahwa pada tanggal yang telah ditetapkan mereka tidak akan memasuki fasilitas pabrik sebelum tim penilaian tiba di pabrik tersebut. Pengunjung untuk shadow
visit
tidak
akan
memberitahukan
1. Shadow visit hanya dapat dilakukan pada pabrik yang telah mengeluarkan Third Party Authorization Form kepada pihak
terjadi. Pembeli yang telah berpartisipasi dalam Better Work Indonesia harus menjaga kerahasian informasi tersebut
memberitahukan kepada
siapapun
kunjungan di
pabrik
mereka tentang
kunjungan mereka sebelum tim penilaian tiba di tempat.
(pembeli) tertentu yang ingin ikut bergabung dalam layanan
penilaian / pendampingan, dan pembeli tersebut sudah terdaftar
6. Para Pengunjung dapat memilih untuk mengikuti layanan
dan telah membayar biaya pendaftaran untuk pabrik tersebut.
2. Pada saat pendaftaran, para pembeli harus memberitahukan secara
tertulis
kepada
Chief
Technical
penilaian selama 1 (satu) hari atau 2 (dua) hari.
7. Para Pengunjung akan selalu didampingi setiap waktu oleh anggota dari tim penilaian.
Advisor
(
[email protected]), Senior EA (
[email protected]) dan Buyer Relations Advisor (
[email protected])
8. Para Pengunjung dapat mengamati sejumlah wawancara dengan kelompok pekerja tanpa partisipasi secara langsung.
akan kebutuhan mereka untuk berpartisipasi dalam sebuah shadow visit.
Para pembeli juga dapat menominasikan
pabrik ketika mereka menerima laporan triwulan pendaftaran
9. Para Pengunjung tidak akan melakukan kegiatan atau berbicara
pabrik yang terbaru, namun dibutuhkan pemberitahuan
dengan pihak manejemen, pekerja, atau tim penilaian yang akan
satu bulan sebelumnya sebelum shadow visit dilakukan.
menggangu atau mengalihkan perhatian dari kegiatan penilaian.
Better
Work
Indonesia
mengakomodasikan
akan
permintaan
ini,
berusaha
untuk
tetapi
akan
mengusulkan tanggal yang berbeda berdasarkan ketersediaan
10.Para pengunjung dapat membuat catatan dan menuliskan
pertanyaan mereka agar dapat didiskusikan di pertemuan yang
pabrik atau akan merekomendasikan pabrik lain yang telah
berbeda atau melalui conference call yang dapat dilakukan
memberikan Third Party Authorization Form bagi pembeli.
pada waktu yang telah disetujui oleh tim Better Work Indonesia maupun tim pengunjung.
setiap
permohonan atas dasar kasus per kasus, apabila permintaan
memberikan masukan tertulis kepada tim Better Work
3. Better
Work
Indonesia
akan
memperlakukan
diajukan dalam waktu yang terlalu singkat, Better Work
Indonesia dengan membuat tembusan kepada CTA paling
Indonesia berhak untuk menolak permintaan tersebut.
lambat 1 minggu setelah kunjungan yang sebenarnya.
Jika Anda ingin mengetahui lebih lanjut mengenai hal berikut, mohon hubungi kami:
Pendaftaran layanan Penilaian dan Pendampingan: Olivia Krishanty Telp: +62-21-3913112 E-mail :
[email protected] Arim Chang (Supplier Korea) Telp: +62-21-3913112 E-mail:
[email protected] Buyer Relation Advisor: Olivia Krishanty Telp: +62-21-3913112 E-mail:
[email protected] Permintaan umum
[email protected]
6
Apabila pertemuan
pasca kunjungan tidak memungkinkan, para pembeli dapat