H A B I TA L K ! F E B R U A R Y 2 0 1 5
e-Newsletter
What is Love?
Apakah Arti Kasih?
by Swasti TC
oleh Swasti TC
L
ove can be felt through our actions. Indeed, because how did people know what’s inside our hearts if we don’t show it? Love can be embodied through manifold actions, such as careness, giving, loyalty, form of love that a person can give. Therefore, this kind of love is often exploited by certain people for negative purposes. How about you? Here are opinions about the meaning of love from some Habitat for Humanity staff
K
asih dapat dirasakan melalui tindakan kita. Ya, karena bagaimana orang lain dapat tahu apa yang ada di dalam hati jika kita tidak menunjukkannya? Wujud kasih itu sendiri bermacam-macam, dapat melalui perhatian, pemberian, kesetiaan, kesabaran, hingga kerelaan untuk berkorban. Ada opini yang mengatakan bahwa pengorbanan adalah wujud kasih terdalam yang dapat diberikan seseorang. Karena itu, bentuk kasih ini seringkali dimanfaatkan oleh pihakpihak tertentu untuk tujuan negatif. Bagaimana dengan Anda? Berikut adalah opini mengenai makna cinta kasih dari beberapa staf Habitat for Humanity Indonesia di kantor nasional maupun cabang Jakarta.
february
2015
C O N T E N T S What is Love?
1
Impacting Love
3
10th Anniversary Tsunami Imprints with LWR
6
The Initial PASSA Training for Pasirhalang Residents
8
Volunteer Schedule
10
1
H A B I TA L K ! F E B R U A R Y 2 0 1 5
“Love is a process of joy. Because instant is not the way of loving.” “Cinta adalah proses kebahagiaan. Karena instan bukanlah cara untuk mencintai.” —F. Valdo R.R. Tampubolon, Community Organizer
“ That’s when another person’s happiness is more important than mine.” “Cinta adalah pengorbanan. Itu adalah saat di mana kebahagiaan orang lain lebih penting dari kebahagiaan saya.” —Maya Indriani B,
“Love is spread when you begin. This is part of ‘That’s Love’ song lyrics by Ray&Co. And indeed, it is spread once we start doing it. So, let’s start to love!” “Kasih tersebar saat kita memulainya. Ini adalah sepenggal lirik lagu ‘That’s Love’ dari Ray&Co. Dan ya, kasih itu tersebar segera sesudah kita melakukannya. Jadi, mari kita mulai berbuat kasih!” —Dyah Nunki Y Construction Supervisor
“Love is inspiring others. Everything we do with love can strengthen even be a worth inspiration for the life of those around us. Not only other people who feel the impact, but also we are more motivated to continue doing things that may help others.” “Kasih menjadi inspirasi bagi orang lain. Segala sesuatu yang kita lakukan dengan kasih dapat menguatkan bahkan menjadi inspirasi berharga bagi kehidupan orang-orang di sekitar kita. Tidak hanya orang lain yang merasakan dampaknya, tetapi kita pun semakin termo“Dear children, let us not love with words or speech but with actions and tivasi untuk terus melakukan in truth.” —1 John 3:18 hal-hal yang berguna bagi orang lain.” —Yudha Lubis, “Anak-anakku, marilah kita mengasihi Program Officer
2 2
bukan dengan perkataan atau lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran.” —1 Yoh. 3:18
“Love is unity. For me, love is how we put down our egos under the mutual interests and blend into one part towards a better life.” “Kasih adalah kesatuan. Bagi saya, kasih adalah bagaimana kita melepaskan semua ego masing-masing demi kepentingan bersama dan melebur menjadi satu bagian demi kehidupan yang lebih baik.” —Jason Batahi Ponto, Resource Development Event Officer
“Love is action. Love is not just a slogan, not only romantic words, not just an identity. To love isn’t just to look with the eyes, to listen with the ears, but also to do deeds and real actions. Because love should be REAL, not ABSTRACT.”” “Kasih adalah perbuatan. Kasih itu bukan slogan semata, bukan sekadar kata-kata puitis, bukan hanya identitas. Kasih bukan hanya melihat dengan mata, mendengar dengan telinga, tetapi melakukan sesuatu perbuatan dan tindakan yang nyata. Karena kasih haruslah REAL, bukan ABSTRAK.” —Fransisca Veronica Muda, Staff Care and Spiritual Nurture
H A B I TA L K ! F E B R U A R Y 2 0 1 5
Impacting Love
Kasih yang Berdampak
by Swasti TC
oleh Swasti TC
Mother’s love to me Simply giving, without hoping any returns She’s like the sun shining on the world The “Mother’s Love” song by SM Mochtar illustrates how great the love of a mother, from the moment we were conceived, born, raised, until married—her love will never stop. In this month of love, HFH Indonesia has a tranquil story of love to share. One is the story behind Women Build 2014 about mom’s love, from
Age Didn’t Discourage One to Help Her Children and Grandchild
T
hat house in Bebulak Sub-village, Margamulya Village, Mauk Sub-district, Tangerang might be look like the other houses in the village. Woven bamboo walls, with wooden structure that has been no toilet. But there was a spirit that should be emulated from the home owner. Her name is Bariyah (65), a widow who have worked as a laundress since the last 5 years. She lived with her children and grandchild (one of her sons is still single, another is married and has one daughter) in that dark and damp house.
Kasih ibu kepada beta Tak terhingga sepanjang masa Hanya memberi, tak harap kembali Bagai sang surya menyinari dunia Lagu “Kasih Ibu” gubahan SM Mochtar ini menggambarkan betapa besarnya kasih seorang ibu, mulai dari saat kita dikandung, dilahirkan, diasuh, hingga kita sudah berkeluarga—kasihnya tidak pernah berhenti. Di bulan kasih sayang ini, HFH Indonesia punya kisah menyejukkan tentang kasih untuk dibagikan. Salah satunya cerita di balik Women Build 2014 lalu tentang kasih ibu, baik dari keluarga penerima bantuan, maupun penyumbang rumah.
Usia Tak Menyurutkan Semangat untuk Membantu Anak-Cucu umah di Kampung Bebulak, Desa Margamulya, Kec. Mauk, Tangerang ini mungkin tampak seperti rumah penduduk lainnya di kampung itu. Berdindingkan tepas, dengan struktur kayu yang telah lapuk dimakan usia, berlantaikan tanah, dan tidak memiliki toilet. Namun ada semangat yang patut ditiru dari sang pemilik rumah ini. Ia adalah Bariyah (65), seorang janda yang sejak 5 tahun terakhir ini bekerja sebagai tukang cuci pakaian. Ia tinggal bersama anakcucunya (satu anak laki-lakinya masih bujang, satu lainnya sudah berkeluarga dan memiliki satu anak perempuan) di rumah yang gelap dan lembap tersebut. Dulunya, ia adalah seorang buruh tani. Namun ketika usianya telah menua, ia sadar tak mampu lagi optimal mengerjakan pekerjaan tersebut. Sementara itu, ia masih berkeinginan untuk terus mencari upah agar tidak merepotkan anaknya, yang hidupnya dirasa masih sulit. Biarlah sang anak membiayai keluarga kecilnya, khususnya anak perempuannya yang sedang dalam usia sekolah. Mungkin begitu pikirnya. Karena itu, Bariyah akhirnya mencoba pekerjaan sebagai buruh cuci, yang
R
pendapatannya tidak besar, namun sangat berarti baginya untuk membantu anak-cucunya dalam kondisi sulit mereka. Bariyah adalah salah satu penerima bantuan rumah dari program Women Build bertajuk “Tribute to Mom”, sebagai ekspresi cinta dan penghargaan kepada para ibu. Acara puncaknya dilaksanakan pada Sabtu, 10 Mei 2014
3
H A B I TA L K ! F E B R U A R Y 2 0 1 5
Formerly, she was a farm laborer. Yet when she was getting old, she realized that she was no longer able to do that job optimally. Meanwhile, she still wanted to continue working and got paid for she didn’t bother
lalu di Mauk, Tangerang . Ada sekitar 260 relawan, yang didominasi wanita, turut menjadi bagian dalam pembangunan 20 rumah layak huni.
son fed his little family, especially his daughter who was still in the school age, thought her.
Nama seorang wanita, “Hotma br. Gur ning”,tertera pada plakat di rumah Bariyah. Seseorang mendedikasikan rumah—yang ia sumbangkan untuk keluarga Bariyah—atas nama wanita tersebut. Rupanya ia adalah Minar Manurung (80), satu dari kelima anak Hotma br. Gurning (Alm.). Ia juga merupakan ibu mertua dari Corina D.S. Riantoputra, seorang dosen psikologi sekaligus anggota Dewan Pembina HFH Indonesia. Hotma adalah ibu dari lima anak, yang kehilangan suaminya ketika anak-anaknya masih kecil (yang terkecil saat itu baru belajar berjalan, Minar pun masih duduk di kelas 4 SD). Sebagai janda, Hotma tidak pernah menyulitkan orang lain dan tetap setia membiayai anak-anaknya. Sekalipun harus membesarkan lima anak seorang diri dan menghadapi begitu banyak kesulitan hidup, ia tetap sabar dan tidak pernah marah kepada anak-anaknya. Masalah yang dihadapinya tidak ia jadikan alasan untuk hanya fokus kepada dirinya sendiri. Beliau tetap memedulikan orang lain. Kelembutan hati seorang ibu inilah yang membekas teramat dalam di hati Minar dan memotivasinya untuk tetap peduli kepada orang lain—dalam hal ini dengan cara menyumbang rumah atas nama sang ibu. Minar juga turut ambil bagian sebagai relawan membangun rumah yang ia sumbangkan tersebut —di usianya yang ke-80! Ia membangun bersama keluarga: anak lelakinya (B. Willy Riantoputra) beserta menantu (Corina) dan ketiga cucunya (Cara, Keagan, Kai). Ya, tiga generasi keluarga ini turut membangun rumah yang adalah simbol penghargaan kepada ibunda Minar.
as a laundress, which was more suitable for her physical condition. Although her income wasn’t that much, it was very mean to her in helping her sons and grandchild in their poor living condition. Bariyah is one of the homepartners of Women Build program titled “Tribute to Mom”, designed as an expression of love and appreciation to moms. The peak of this program held on Saturday, May 10th, 2014 in Mauk, Tangerang. There were about 260 volunteers, dominated by women, participated in the construction of 20 decent homes.
Memories That Scratched on a Plaque The name of a woman, “Hotma br. Gurning”, is written on a dedication plaque of Bariyah’s house. Someone dedicated the house—which one donated for Bariyah’s family—on behalf of that lady. Apparently one was of Hotma br. Gurning (deceased). She is also the mother-in-law of Corina D.S. Riantoputra, a lecturer in psychology and also member of HFH Indonesia’s Board of Trustees. who lost her husband when her children were still young (the youngest child was just learning to walk, while Minar was still in the 4th grade of an elementary school at that time). As a widow, Hotma had never bothered others and devotedly fed all of her children. Even though she should never been angry with her children. Problems that she faced were never been an excuse for her to just focus on herself. She still cared for others. This kind of gentleness was imprinted very deeply in Minar’s heart and motivated her to always care for other people—in this case by the way of donating a house on behalf of her mother. Minar also participated as a volunteer to build the house she had donated—at the age of 80! She built with her family: her son (B. Willy Riantoputra) together with the daughter-in-law (Corina) and the three grandchildren (Cara, Keagan, Kai). Indeed, three generations of the family took part in building that house which is an appreciation symbol of Minar’s mother.
4
Kenangan yang Tergores pada Plakat
H A B I TA L K ! F E B R U A R Y 2 0 1 5
Building in the Middle of Dolor “This Women Build is actually quite diflost her husband for less than three months. My father-in-law and she are such of the examples of a very romantic couple. They always held hands as they walked along. The passing of him must be very hard for her,” uttered Corina. There were some particular considerations when Willy and Corina decided to invite her join the Women Build 2014. “We believe the strength that God gives is always enough. Sorrows can be coped one by redirecting our life focus from personal distress to doing things that are useful for others. By that thoughts, we invited mom to join, to do something for others,” Corina added. Minar then gave a positive response. She passionately contributed a home for an underprivileged family. She tried to get out of her grief by directing the energy into following the footsteps of her mom, who in her hardship still showed love to others. She felt a special joy while giving and volunteering. Also, she was amazed by the people worked as volunteers in the houses construction progress of the Women Build 2014 program. “They’re ones who are blessed in education and work, but they don’t focus on ers. Hopefully there will be more people who have the heart to share the love with others in need,” said Minar, who also expressed her desire to be able to visit back the house she built. For Minar, love should be embodied through deeds. While her daughter-in-law had another opinion about love. “God is love. When a person chooses to love, he actually chooses to
Membangun
di Tengah
Kehilangan
“Sebenarnya Women Build ini adalah saat yang cukup sulit bagi ibu mertua saya, karena beliau baru kehilangan suaminya kurang dari tiga bulan. Kebetulan ayah dan ibu mertua saya merupakan contoh pasangan yang sangat kompak. Mereka selalu bergandengan tangan saat berjalan bersama. Kepergian bapak (mertua) tentunya sangat berat bagi beliau,” kata Corina. Ada pertimbangan khusus saat Willy dan Corina memutuskan untuk mengajak beliau ikut serta dalam Women Build 2014. “Kami berprinsip bahwa kekuatan yang Tuhan berikan selalu cukup. Kesedihan dapat diatasi salah satunya dengan mengganti fokus hidup dari kesusahan pribadi kepada melakukan hal-hal yang berguna bagi orang lain. Dengan pertimbangan itulah kami mengajak ibu, untuk melakukan sesuatu bagi orang lain,” tambah Corina. Minar pun ternyata menanggapi secara positif. Dengan semangat ia menyumbang rumah bagi salah satu keluarga kurang mampu. Ia berusaha bangkit dari kesedihan dengan mengarahkan energinya mengikuti jejak almarhumah ibundanya, yang dalam kesulitan hidup tetap menunjukkan kasih kepada sesama. Ia merasakan kebahagiaan khusus saat memberi dan menjadi relawan. Pun, ia kagum dengan orang-orang yang turut bekerja sebagai relawan dalam pembangunan rumah di acara Women Build 2014. “Mereka orang-orang yang diberkati dalam pendidikan dan pekerjaan, tapi mereka tidak fokus pada diri sendiri dan mau berkorban untuk orang lain. Semoga semakin banyak orang yang mau berbagi kasih sayang dengan sesama,” sahut Minar, yang juga menyatakan harapannya untuk bisa kembali mengunjungi rumah yang ia bangun tersebut. Bagi Minar, kasih harus diwujudnyatakan melalui perbuatan. Sementara sang menantu memiliki pendapat lainnya mengenai kasih. “Allah adalah kasih. Ketika manusia memilih untuk mengasihi, maka sesungguhnya ia memilih untuk lebih dekat dengan Allah. Kasih memang membutuhkan pengorbanan, tetapi pengorbanan yang diberikan selalu lebih kecil dari sukacita, damai, dan makna kehidupan yang kita tuai.”
joy, peace, and meaning of life that we reap.”
5
H A B I TA L K ! F E B R U A R Y 2 0 1 5
10 Years Tsunami Imprints with LWR
Jejak 10 Tahun Tsunami bersama LWR
by Saul Beri Hutapea/Swasti TC
oleh Saul Beri Hutapea/Swasti TC
A
etelah Habitat for Humanity (HFH) Indonesia secara pribadi menelusuri jejak bantuannya terdahulu di Aceh, 19-21 Januari 2015 lalu HFH Indonesia bersama dengan Lutheran World Relief (LWR) kembali lagi ke
fter Habitat for Humanity (HFH) Indonesia personally traced the updated condition of their previous assistance in Aceh, on the last January 19th-21st, 2015 HFH Indonesia together with Lutheran World Relief (LWR) were back again to the city tion. LWR and HFH Indonesia had worked together in post-disaster recovery of the three villages, namely Lueng Mane, Cot Rambong, and Purwodadi through house renovation program and clean water provision for the community. In addition to visiting some homepartners in each village, LWR and Habitat held experiences on 10 years tsunami commemoration. Also at the same time hearing the testimonies from the community on how their life have been changed, things that went well, sustainable development done by the communities, and their expectations in the future. the housing renovation program, mainly the addition of kitchen, ceiling, and partition were very useful for their comfort in reside and socialize. The same with tree planting (greenused to clean soybeans, greening assistance was applied for the crops cultivation, like tomatoes, chilies, and onions in their house yards. In that forum, some women hope there will be programs that help them to build home yard.While the other participants proposed for agriculture cultivation for generating daily income.
S
dan HFH Indonesia pernah bekerja sama dalam membantu pemulihan pascabencana di tiga desa, yaitu Lueng Mane, Cot Rambong, dan Purwodadi melalui program renovasi rumah dan penyediaan sarana air bersih bagi masyarakat. Selain mengunjungi beberapa keluarga mitra di masing-masing desa tersebut, LWR dan Habitat mengadakan forum diskusi untuk mengumpulkan pengalaman-pengalaman rebari mendengarkan testimoni-testimoni dari masyarakat tentang bagaimana kehidupan mereka berubah, hal-hal yang telah berjalan dengan baik, pengembangan berkelanjutan dari masyarakat, dan harapan mereka di masa yang akan datang. Mayoritas masyarakat mengatakan bahwa bantuan renovasi rumah, khususnya penambahan dapur, langit-langit, dan partisi sangat bermanfaat bagi kenyamanan mereka bertempat tinggal dan bersosialisasi. Sama halnya dengan penanaman pobahkan dapat dikembangkan manfaatnya untuk keperluan usaha rumah tangga mereka, kan kedelai, bantuan penghijauan di pekarangan rumah diperluas untuk budidaya tanaman pangan, seperti tomat, cabai, dan bawang. Dalam forum diskusi tersebut, beberapa peserta wanita menyampaikan harapannya agar ke depannya ada program untuk membantu mereka mengembangkan usaha seperti menjahit dan budidaya ikan di pekarangan. Sementara beberapa peserta lainnya mengajukan budidaya tanaman pertanian untuk menambah penghasilan sehari-hari.
WATCH VIDEO Keadaan Mereka setelah 10 Tahun Tsunami Aceh (LWR & Habitat)
6
Nasir family's home.. Rumah keluarga Nasir.
H A B I TA L K ! F E B R U A R Y 2 0 1 5
Focus group discussion with representatives of the community Forum diskusi dengan para perwakilan dari masyarakat desa
Story of Nasir Family
Salah satu keluarga mitra yang mengembangkan manfaat rumah tangganya.
Cerita Keluarga Nasir
Neighbors Also Enjoy The Results Tetangga pun Menikmati Buahnya
I
t was very hot in that afternoon. The blistering heat made the soil in the yard dry. However, the shady trees gave a different atmosphere, with the wind gusted every once in a while that freshened up the air around the house. Furthermore, the well-ordered house terrace was enough to help eliminate fatigue on the hot weather. Nasir was just home, took a rest after pedaling the rickshaws for life. That sturdy man is one of Cot Rambong residents who survived from the tsunami that hit Aceh in December 2004. Shortly after the disaster happened, plenty of aids Aceh Darussalam. Nasir received a help through a house from a foreign NGO who helped the community rebuilding their houses. Still, the house which he got didn’t have any kitchens. In 2010, Habitat for Humanity Indonesia worked on renovation and sanitation projects at Cot Rambong Village, Kuala Pesisir Sub-district, Nagan Raya District, Nanggroe Aceh Darussalam. At that time, aries of the program. Not only renovation, he also gained plant seeds for the purpose of greening. He earned sapodilla and mango seeds. “Not bad, my sapodilla tree always bears fruits along these two years, so my neighbors could also get a little bit from it,” said Nasir, smiling. In Cot Rambong Village, people could easily recognize Nasir. Beside his typical smile, he was also very active
S
Iang itu cuaca sangat panas. Terik matahari membuat tanah di halaman kering. Namun, pepohonan yang rindang membuat suasana berbeda, apalagi hembusan angin yang sesekali datang menyejukkan sekitar rumah. Pun, teras rumah yang tertata baik, cukup membantu menghilangkan penat dari panasnya cuaca. Nasir baru saja pulang istrahat dari menarik becak saat itu. Pria berperawakan kekar ini merupakan salah seorang warga Cot Rambong yang selamat dari bencana tsunami yang melanda Aceh Desember 2004 silam. Tak lama setelah bencana tsunami, banyak bantuan yang mengalir ke daerah Nanggroe Aceh Darussalam. Nasir pun menerima bantuan rumah dari salah satu LSM luar negeri yang membantu proses pembangunan kembali rumah warga. Namun, rumah yang didapatkan oleh Nasir belum memiliki dapur. Tahun 2010, Habitat for Humanity Indonesia mengerjakan proyek renovasi dan sanitasi di Desa Cot Rambong, Kec. Kuala Pesisir, Kab. Nagan Raya, Nanggroe Aceh Darussalam. Saat itu, Nasir menjadi salah satu penerima manfaat dari program yang berjalan. Tidak hanya renovasi, beliau juga memperoleh bantuan bibit tanaman untuk penghijauan. Beliau mendapatkan bibit pohon sawo dan mangga. “Lumayanlah, sudah dua tahun ini pohon sawonya selalu berbuah. Bisalah kasih-kasih tetangga sedikit,” ucap Nasir sambil tersenyum. Di Desa Cot Rambong, warga dengan mudah mengenali Nasir. Selain senyumnya yang khas, beliau sangat aktif di berbagai kegiatan desa. Mulai
7
H A B I TA L K ! F E B R U A R Y 2 0 1 5
in a lot of activities of the village. He even once ran for the village head election, but the votes obtained. weren’t enough to deliver him into that position. tat is working in this area again, we hope there will be any jobs available for us, to support our life,” said Nasir, closing the conversation at that day.
dari kegiatan tani hingga musyawarah desa. Nasir bahkan pernah mencalonkan diri sebagai kepala desa, namun suara yang didapat belum cukup untuk mengantarkannya menjadi Kepala Desa. “Kalau untuk rumah sekarang ini sudah memadai, dapurnya pun dah mantap. Terima kasih kalilah sama Habitat. Kalau ada bantuan-bantuan lagi, kami harap ada pekerjaan untuk bisa menunjang kehidupan kami,” ujarnya, menutup pembicaraan hari itu.
Pelatihan PASSA The Initial PASSA Perdana bagi Warga Training for Pasirhalang Residents Pasirhalang by Xaverius Eko/Swasti TC
oleh Xaverius Eko/Swasti TC
P
esa Pasirhalang, Kecamatan Cisarua, Bandung Barat merupakan lokasi proyek Habitat for Humanity (HFH) Indonesia cabang Bandung, dengan kondisi alam yang berbukit dan jadikan desa ini indah, namun juga rawan bencana. Tanah longsor salah satunya, yang tidak hanya mengancam perumahan, tetapi juga jalan, fasilitas umum, dan area pertanian. “Dari pengalaman, dampaknya memang tidak begitu besar. Tapi kalau musim hujan, longsoran sampai menutup jalan,” jelas Xaverius Eko, Community Organizer HFH Indonesia cabang Bandung.
asirhalang Village, Cisarua Sub-district, West Bandung is a project site of Bandung branch of Habitat for Humanity (HFH) Indonesia, with a hilly and steep natural condition. This geographic form makes the village beautiful, but also prone to disaster. Landslide is one of them, which not only threatens the houses, but also roads, public facilities, and agricultural areas. “From the experience, its impact wasn’t that big. However in the rainy season, the avalanche of mud might block the road,” said Xaverius Eko, Community Organizer of Bandung branch of HFH Indonesia. According to the community, beside landslides, there are two other disasters
D
earthquake. River in Pasirhalang can be categorized clean of trash, yet when it rained, which trashes were piled up. Whereas earthquake—although the area isn’t the earthquake epicenter—caused many Pasirhalang people’s houses cracked up unto collapsed. Disasters are inevitable, but we can equip ourselves to be better prepared to deal with it. This is what HFH Indonesia did for people in Pasirhalang, by conducting PASSA (Participatory Approach for Safe Shelter Awareness) training. There were 8 sessions in this training, which was begun on January 13th, 2015 and was scheduled for completion training in Bandung held by HFH Indonesia. A total of 122 representatives from 12 neighborhoods of three hamlets participated in this training—each session only attended by around 50-60 participants. “By been conducted. Modules presented were
8
One of the groups was trying to make simple 3D map of their region. Indicating the landmarks and important places in the selected area for then categorized it into safe and unsafe area, the prone, and evacuation area. Salah satu grup sedang mencoba membuat peta wilayah sederhana tiga dimensi. Menunjukkan petanda dan tempat-tempat penting pada area terpilih untuk kemudian mengkategorikannya ke dalam wilayah aman dan tidak aman, daerah rawan, maupun daerah evakuasi.
H A B I TA L K ! F E B R U A R Y 2 0 1 5
One of the groups was trying to make simple 3D map of their region. Indicating the landmarks and important places in the selected area for then categorized it into safe and unsafe area, the prone, and evacuation area. Salah satu grup sedang mencoba membuat peta wilayah sederhana tiga dimensi. Menunjukkan petanda dan tempat-tempat penting pada area terpilih untuk kemudian mengkategorikannya ke dalam wilayah aman dan tidak aman, daerah rawan, maupun daerah evakuasi.
different in each session. For example, about area introduction, what should be done
Selain tanah longsor, ada dua bencana lain yang menurut warga sering melanda desa mereka, yaitu banjir luapan sungai dan gempa bumi. Sungai di Pasirhalang bisa dikatakan bersih dari sampah, tetapi saat musim hujan, daerah ini mendapat banjir kiriman dari desa-desa di atasnya, yang mana terdapat penumpukan sampah. Sedangkan gempa bumi—walaupun tidak langsung menjadi titik gempa—menyebabkan banyak rumah warga Pasirhalang retak hingga roboh. Bencana tidak dapat dihindari, tapi kita dapat membekali diri agar lebih siap dalam menghadapinya. Demikian yang dilakukan HFH Indonesia bagi warga Pasirhalang, dengan mengadakan pelatihan PASSA (Participatory Approach for Safe Shelter Awareness). Ada 8 pertemuan, yang telah dimulai sejak 13 Januari 2015 dan ditargetkan selesai 12 Februari 2015. Ini merupakan pelatihan PASSA perdana yang dilakukan HFH Indonesia di Bandung. Sebanyak 122 perwakilan warga dari 12 RW di tiga dusun mengikuti pelatihan ini— setiap sesi hanya dihadiri sekitar 50-60 peserta. “Per akhir Januari 2015 ini, kita sudah melaksanakan lima pertemuan. Materi yang disampaikan per pertemuan tentunya berbeda-beda. Misalnya tentang pengenalan wilayah, apa yang harus dilakukan saat bencana terjadi, dan di pertemuan kelima lalu tentang bencana prioritas yang rawan terjadi di Pasirhalang,” kata Sigit Purwantara, Manajer HFH Indonesia cabang Bandung. Sigit berharap setelah menerima pelatihan selama 8 pertemuan ini, masyarakat Pasirhalang lebih memahami daerahnya, sadar lingkungan, dan lebih siap menghadapi bencana.
session we talked about primary disasters which are prone to occur in Pasirhalang,” said Sigit Purwantara, Bandung Branch Manager of HFH Indonesia. Sigit was hoping that after the community of Pasirhalang received the 8-session training, they would have a better understanding about their area, environmentally conscious, and become more prepared to cope with disasters.
One representative from the group was presenting and elaborating the 3D maps they had made to all participants. The best group would get a special present from facilitator. Perwakilan salah satu grup menunjukkan dan menjelaskan peta tiga dimensi yang mereka buat kepada seluruh peserta. Tim terbaik akan mendapatkan hadiah spesial dari fasilitator.
9
H A B I TA L K ! F E B R U A R Y 2 0 1 5
VOLUNTEER SCHEDULE JAKARTA BRANCH FEBRUARY-MARCH 2015
No.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Date
UPCOMING BUILD
Volunteer
NJIS 6 Feb '15 JIS 7 Feb '15 Sinarmas World Academy 11 Feb '15 Indomining 14 Feb '15 Nissan 18 Feb '15 JIS 21 Feb '15 NJIS 28 Feb '15 Toto 28 Feb '15 NISSAN 4 Mar '15 NJIS 6 Mar '15 JIS 7 Mar '15 AXA Mandiri 10/17 Mar '15 Toto 14 Mar '15
Activity (Construction Works) 1 1 1 2 1
1 1 2
1
5 1 2 1 5
1 1
1 1
1
Foundation Walling Painting
10
Venue
Number of Houses
Mauk Sentul Mauk Sentul Mauk Sentul Mauk Mauk Mauk Mauk Sentul Sentul Mauk
1 1 1 3 5 1 1 5 1 1 2 3 5
H A B I TA L K ! F E B R U A R Y 2 0 1 5
ADS
11