Analisis PDRB Tahun 2014 | 1
1
Analisis PDRB Tahun 2014 | 2
B.
KONSEP DAN DEFINISI
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Dalam pembangunan ekonomi suatu daerah memerlukan berbagai macam data sebagai dasar penentuan strategi dan kebijakan, agar sasaran pembangunan dapat dicapai dengan tepat. Berbagai data statistik merupakan ukuran kuantitas yang diperlukan untuk memberikan gambaran tentang keadaan di masa lalu dan masa kini, serta sasaran yang akan dicapai di masa mendatang.
Pada hakekatnya, pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja dan meratakan distribusi pendapatan masyarakat. Dengan kata lain, arah pembangunan ekonomi adalah mengusahakan agar pendapatan masyarakat naik secara mantap dengan tingkat pemerataan yang baik. Berbagai indikator diperlukan dalam memenuhi hal tersebut guna mengukur kinerjanya.
Salah satu alat ukur indikator perekonomian adalah angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB memberikan gambaran seluruh nilai tambah bruto (NTB) yang dihasilkan unit-unit produksi pada suatu wilayah dalam periode tertentu. Melalui analisis data statistik PDRB ini dapat dilihat secara komprehensif sejauh mana cerminan tingkat keberhasilan pembangunan khususnya yang terkait dengan kesejahteraan masyarakat Kota Magelang tahun 2013 diteropong dari perspektif ekonomi.
Produk Domestik Regional Bruto
PDRB merupakan jumlah nilai tambah yang timbul dari semua unit usaha di dalam suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. Konsep PDRB tersebut dapat pula diturunkan menjadi Produk Domestik Regional Netto (PDRN) dengan cara mengeluarkan faktor penyusutan atau depresiasi dari nilai tambah brutonya. PDRN adhp = PDRB adhp - Penyusutan (adhp: atas dasar harga pasar/at market price) Demikian pula konsep PDRN atas dasar harga pasar dapat diturunkan menjadi konsep PDRN atas dasar Biaya Faktor (at factor cost) yaitu dengan mengurangkan pajak tak langsung netto. PDRNadbf = PDRBadhp - Pajak Tak Lgsg Netto (adbf: atas dasar biaya faktor / at factor cost)
Pendapatan Regional (Regional Income)
Pendapatan Per Kapita
Pendapatan Regional (Regional Income) adalah seluruh produksi netto dari seluruh kegiatan ekonomi yang dilakukan pada wilayah tertentu baik berupa produk fisik maupun jasa ditambah pendapatan netto daerah tersebut. Pendapatan regional (Regional Income) adalah PDRB atas dasar biaya faktor ditambah pendapatan netto.
Pendapatan perkapita merupakan hasil bagi antara pendapatan regional di suatu wilayah dengan jumlah penduduk tengah tahun pada wilayah tersebut. Dalam hal ini jumlah penduduk dipakai jumlah penduduk pertengahan tahun.
Pend. Regional = PDRBadbf + Pend. Netto Hal ini terjadi karena pendapatan yang keluar wilayah/diterima masyarakat di luar wilayah (bersifat mengurangi) dan pendapatan yang masuk dari luar wilayah (bersifat menambah).
Pendapatan/Kapita =
Pendapatan Regional Penduduk Tengah Tahun
Analisis PDRB Tahun 2014 | 3
C.
TUJUAN DAN MANFAAT
Analisis PDRB Tahun 2014 | 4
D. PENGGUNAAN TAHUN DASAR
PDRB dapat digunakan untuk:
Sesuai dengan rekomendasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagaimana tertuang
Mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat dan kemakmuran masyarakat.
dalam Buku Sistem Neraca Nasional dinyatakan bahwa estimasi PDB/PDRB atas dasar
Mengukur pertumbuhan ekonomi daerah baik secara sektoral maupun struktural.
harga konstan sebaiknya dimutakhirkan secara periodik menggunakan tahun referensi
Mengetahui struktur ekonomi dan perubahannya.
yang berakhiran 0 atau 5. Hal itu dimaksudkan agar besaran angka-angka PDB/PDRB
Sebagai alat kontrol dalam pelaksanaan dan evaluasi hasil pembangunan.
dapat saling diperbandingkan antar Negara, provinsi/wilayah dan antar waktu guna keperluan analisis kinerja perekonomian nasional atau wilayah.
Sedangkan manfaat diketahuinya PDRB antara lain sebagai berikut: 1) PDRB Menurut Sektor
Perkembangan perekonomian dalam satu dasa warsa terakhir semakin beragam, dan
a. PDRB atas dasar harga berlaku
penerapan teknologi semakin pesat. Seiring dengan hal tersebut, perubahan harga
Menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu
berbagai barang dan jasa di masyarakat semakin berfluktuatif. Oleh karena itu
wilayah/daerah pada tahun yang bersangkutan.
penyusunan PDRB juga perlu menyesuaikan dengan kondisi yang terjadi. Penghitungan
Menunjukkan pendapatan yang dihasilkan oleh penduduk yang bekerja pada
PDRB tahun 2015 tidak lagi menggunakan tahun dasar 2000 melainkan menggunakan
sektor-sektor di suatu wilayah/daerah tertentu pada tahun yang bersangkutan.
tahun dasar 2010.
b. PDRB atas dasar harga konstan Menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap sektor dari tahun ke tahun berdasarkan tahun dasar. c. Distribusi PDRB atas dasar harga berlaku
Menunjukkan besarnya struktur perekonomian dan peranan sektor ekonomi dalam suatu wilayah/daerah pada tahun yang bersangkutan.
Sektor ekonomi mempunyai peranan besar, menunjukkan basis perekonomian suatu wilayah/daerah.
2) PDRB perkapita
Menunjukkan nilai PDRB perorang penduduk.
PDRB perkapita atas dasar harga konstan berguna untuk mengetahui pertumbuhan pendapatan nyata ekonomi perkapita.
E. METODE PENGHITUNGAN 1. Beberapa Pendekatan Penghitungan Pendapatan Regional a. Produksi (Production Approach) Pendekatan produksi digunakan untuk menghitung nilai produksi netto barang dan jasa yang diproduksi oleh seluruh sektor ekonomi selama setahun pada wilayah tertentu. Produk barang dan jasa dinilai menurut harga produsen yaitu harga tanpa memperhitungkan biaya transportasi dan pemasaran. Maksud digunakannya pendekatan ini adalah untuk mengetahui berapa nilai (pendapatan) yang benar-benar diterima oleh produsen. Biaya transpot dan pemasaran tidak dimasukkan dalam perhitungan harga ini, sebab biaya transpot dan pemasaran akan dihitung sebagai pendapatan pada sektor angkutan dan perdagangan.
Analisis PDRB Tahun 2014 | 5
Analisis PDRB Tahun 2014 | 6
Nilai barang dan jasa pada harga produksi ini merupakan nilai produksi brutto (output)
Dalam pendekatan ini hanya dihitung nilai barang dan jasa yang berasal dari produk
sebab masih terkandung di dalamnya biaya barang dan jasa yang dipakai dan dibeli dari
domestik saja, karena komponennya seperti nilai konsumsi oleh rumah tangga
sektor lain. Karena itu untuk menghindari penghitungan dua kali, maka biaya barang dan
pemerintah, yayasan-yayasan sosial, pembentukan modal dan eksport adalah netto.
jasa yang dibeli dan dipakai dari sektor lain dikeluarkan hingga diperoleh nilai produksi
Dengan menghitung komponen-komponen ini kemudian dijumlahkan akan diperoleh
netto. Nilai produksi netto ini disebut juga nilai tambah (value added).
Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga pasar.
Di dalam nilai tambah terkandung upah/gaji, bunga atas modal, sewa tanah, keuntungan,
d. Metode Alokasi (Alocation Approach)
penyusutan dan pajak tidak langsung netto. Apabila di dalam nilai tambah tersebut masih
Ketiga pendekatan diatas, yang lazim disebut dengan metode langsung, terkadang sulit
tercakup faktor penyusutan dan pajak tak langsung netto, nilai tambah tersebut masih
diterapkan untuk menghitung pendapatan regional, seperti bila suatu unit produksi
merupakan nilai tambah bruto atas dasar harga pasar. Jumlah seluruh nilai tambah bruto
mempunyai kantor pusat dan kantor cabang.
atas dasar harga pasar dari seluruh sektor ekonomi merupakan Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga pasar dan apabila penyusutan serta pajak tak langsung
Untuk mengatasi hal tersebut penghitungan pendapatan regional dilakukan dengan
netto dikeluarkan akan diperoleh Produk Domestik Regional Netto atas dasar biaya
menggunakan metode alokasi/metode tak langsung, yaitu dengan mengalokasikan angka
faktor.
nasional, propinsi atau wilayah yang diurusi kantor pusat tersebut ke dalam wilayah yang sedang dihitung.
b. Pendekatan Pendapatan (Income Approach) Pendekatan penghitungan Pendapatan Regional dengan Income Approach dilakukan
Dalam pengalokasian tersebut dipergunakan beberapa indikator seperti hasil produksi,
dengan cara menjumlahkan balas jasa faktor produksi yaitu berupa upah/gaji, bunga,
jumlah karyawan, penduduk dan lain sebagainya. Penghitungan Pendapatan Regional
sewa tanah dan keuntungan. Dengan menjumlahkan semua faktor produksi yang
diusahakan semaksimal mungkin dengan metode langsung, karena angka-angka yang
dibayarkan unit-unit yang beroperasi di suatu wilayah, hasil yang diperoleh merupakan
digunakan dalam metode langsung akan lebih mendekati dengan kenyataan.
nilai tambah netto atas dasar biaya faktor, selanjutnya apabila seluruh nilai tambah dari
Penghitungan dengan metode tak langsung hanya digunakan jika metode langsung betul-
seluruh sektor ekonomi dijumlahkan akan didapatkan Produk Domestik Regional Netto
betul sudah tidak dapat diterapkan.
atas dasar biaya faktor. Bilamana diinginkan sampai konsep bruto atas dasar harga pasar masih harus ditambahkan penyusutan dan pajak tak langsung netto.
2. Cara Penilaian Harga Konstan Penghitungan PDRB atas dasar harga konstan sangat penting untuk mengetahui
c. Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach)
perkembangan riil agregat ekonomi yang diamati dari tahun ke tahun. Agregat yang
Pendekatan dengan cara ini dimaksudkan untuk mendapatkan nilai barang dan jasa yang
dimaksud dapat berupa PDRB secara keseluruhan maupun PDRB sektoral. Dalam
digunakan oleh berbagai golongan masyarakat untuk keperluan konsumsi, pembentukan
penghitungan nilai tambah atas dasar harga konstan dikenal empat cara sebagai berikut:
modal dan eksport. Barang-barang yang digunakan ini ada yang berasal dari produksi daerah dan ada pula yang berasal dari seluruh daerah.
Analisis PDRB Tahun 2014 | 7
a.
Analisis PDRB Tahun 2014 | 8
Revaluasi
Indeks harga yang digunakan sebagai deflatornya dalam perhitungan nilai produksi atas dasar
Metode ini dilakukan dengan cara menilai produksi dan biaya antara pada masing-
harga konstan biasanya adalah indeks harga produsen atau indeks harga perdagangan besar
masing tahun dengan harga pada tahun dasar.
sesuai dengan cakupan komoditinya. Sedangkan indeks harga yang dipakai untuk memperoleh biaya antara atas dasar harga konstan adalah indeks harga komponen biaya
b.
Ekstrapolasi
terbesar komoditinya.
Nilai tambah suatu tahun atas dasar tahun dasar 2000 diperoleh dengan cara mengekstrapolasi nilai tambah pada tahun dasar dengan indek produksi. Indeks produksi ini merupakan indeks masing-masing atau sekelompok komoditas hasil produksi (output), atau indeks dari berbagai indikator produksi seperti tenaga kerja, jumlah aktivitas dan lain-lain sesuai dengan jenis kegiatan ekonomi yang ada.
3. Penyajian PDRB Hasil penghitungan PDRB disajikan dalam bentuk agregat dan sektoral, serta ditampilkan secara series dalam dua macam penilaian yaitu atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan.
Ekstrapolasi dapat pula dilakukan terhadap penghitungan nilai produksi atas dasar harga konstan.
Penyajian PDRB atas dasar harga berlaku, semua angka pendapatan regional dinilai atas dasar harga berlaku pada masing-masing tahun, baik untuk output (keluaran), biaya antara maupun
c.
Deflasi Penghitungan nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 dapat pula dilakukan dengan cara deflasi, yaitu dengan cara membagi nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku masing-masing tahun dengan indeks harga yang sesuai dengan kegiatannya. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator antara lain Indeks Harga Konsumen (IHK), Indeks
komponen nilai tambah. Sedangkan dalam penyajian atas dasar harga konstan (harga pada tahun dasar) semua angka pendapatan regional dinilai atas dasar harga tetap yang terjadi pada tahun dasar tertentu. Dengan demikian maka perkembangan angka pendapatan regional dari tahun ke tahun merupakan perkembangan riil yang tidak dipengaruhi oleh perubahan harga
harga Perdagangan Besar dan sebagainya. a. d.
Deflasi Berganda Pada deflasi berganda ini yang dideflasikan adalah nilai produksi dan biaya antara pada masing-masing tahun, sedangkan nilai tambahnya diperoleh dari selisih keduanya yang
Distribusi Persentase Angka-angka pada Distribusi Persentasi diperoleh dengan cara membagi Nilai Tambah Bruto (NTB) sektoral dengan jumlah NTB seluruh sektor (Total PDRB) dikalikan 100 % atau dengan rumus:
merupakan hasil deflasi. Distribusi Persentase =
NTB sektor i th. ke j Total PDRB tahun ke j
x 100%
Analisis PDRB Tahun 2014 | 9
b.
Indeks Berantai Indeks Berantai merupakan perbandingan nilai nominal PDRB pada suatu tahun dengan tahun sebelumnya. Jadi nilai tahun sebelumnya selalu dianggap sama dengan 100. Indeks ini menunjukkan tingkat perkembangan agregat PDRB dibandingkan tahun sebelumnya.
Analisis PDRB Tahun 2014 | 10
2
PDRB Kota Magelang Tahun 2013
es Indeks Berantai =
c.
NTB sektor i th. ke j NTB sektor i th. ke j-1
x 100%
Nilai PDRB Tahun 2013
Indeks Implisit Angka-angka pada indeks implisit diperoleh dengan membandingkan nilai atas dasar harga berlaku dengan nilai atas dasar harga konstan untuk masing-masing tahun. Indeks Implisit ini menunjukkan tingkat perkembangan harga dari agregat pendapatan regional terhadap harga pada tahun dasar. Dari Indeks Implisit ini akan terlihat tingkat perkembangan harga dari tahun ke tahun. IH Implisit =
NTB sektor i th. ke j HB NTB sektor i th. ke j HK
x 100%
Nilai PDRB Kota Magelang pada tahun 2013 secara agregat atas dasar harga berlaku (2.911.108,95 juta rupiah) tumbuh 11,37 persen dari capaian angka tahun sebelumnya (2.613.893,85 juta rupiah). Pertumbuhan ekonomi pada tahun ini (5,91 persen) sedikit menurun jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi tahun 2012 yang sebesar 6,48 %). Perkembangan perekonomian secara riil terlihat dari angka PDRB Kota Magelang menurut harga konstan (1.318.707,97 juta rupiah) yang berhasil berkembang 179,60% (adhk) dan hampir 4 kali lipat adhb (396,48%) dari perekonomian tahun 2000
F. SISTEMATIKA PENULISAN Adapun sistematika penulisan adalah sebagai berikut: Bab I Pendahuluan mencakup Latar Belakang, Konsep & Definisi, Tujuan & Manfaat, Penggunaan Tahun Dasar, Metode Penghitungan dan Sistematika Penulisan. Bab II PDRB Kota Magelang Tahun 2013, berisi uraian singkat secara deskriptif terhadap perolehan PDRB Kota Magelang Menurut Lapangan Usaha dan Kelompok Sektor. Bab III PDRB Kecamatan, berisi nilai PDRB Kecamatan pada tahun 2013. Bab IV Penutup, berisi Kesimpulan dari uraian pada bab sebelumnya.
Gb1. Pertumbuhan Ekonomi Kota Magelang 10 Tahun Terakhir (Sumber BPS Kota Magelang-diolah)
Analisis PDRB Tahun 2014 | 11
Analisis PDRB Tahun 2014 | 12
2.1. Struktur Perekonomian Struktur perekonomian Kota Magelang didominasi oleh sektor jasa-jasa yang pada tahun 2013 memberikan kontribusi 40,64% terhadap struktur PDRB total. Masih sama
Gb2.
seperti struktur perekonomian pada tahun 2012, sektor dominan setelah Jasa-jasa yang berkontribusi besar terhadap PDRB berturut-turut adalah sektor Pengangkutan &
Struktur Perekonomian Kota Magelang
Komunikasi (17,89%), sektor Konstruksi (14,18%) dan sektor Keuangan, Real Estate & jasa Perusahaan (10,46%).
2.2. Indeks Implisit dan Inflasi Tingkat Produsen Pada tahun 2013 indeks implisit Kota Magelang (perbandingan PDRB atas dasar harga berlaku dengan harga konstan) mencapai 220,75, naik 10,83 basis poin dari indeks
2013
#1 Sektor Jasa-jasa 40,64% #2 Sektor Pengangkutan & Komunikasi 17,89% #3 Sektor Konstruksi 14,18% #4 Sektor Keuangan, Real Estate & Jasa Perusahaan 10,46% #5 Sektor perdagangan, Hotel & Restoran 7,38% #6 Sektor Listrik, Gas & Air bersih 3,60% #7 Sektor Industri Pengolahan 2,96% #8 Sektor Pertanian 2,89%
implisit tahun 2012. Hal ini menyebabkan dicapainya angka inflasi tingkat produsen pada tahun 2013 sebesar 5,16% (sedikit lebih rendah dari inflasi tingkat produsen pada tahun sebelumnya yang mencapai 5,65%).
2.3. Pertumbuhan Sektor Pembentuk PDRB Berbeda dengan urutan besaran kontribusinya, pertumbuhan ekonomi masing-masing kelompok sektor tidak seirama dengan andilnya. Pertumbuhan ekonomi tertinggi justru diraih oleh sektor sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan sebesar 8,00% . Sektor listrik, gas dan air bersih dengan tingkat pertumbuhan sebesar 7,32% merupakan kontributor dengan pertumbuhan tertinggi kedua. Disusul kemudian dengan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 6,95%. Sektor konstruksi berada urutan berikutnya dengan 6,07%., diikuti sektor pengangkutan dan jasa-jasa dengan masing-masing pertumbuhan sebesar 5,96% dan 5,21%. Sektor pertanian mengalami penutunan pertumbuhan sangat mencolok yang hanya 1,33%. Hal ini berbeda dengan catatan tahun lalu dimana sektor pertanian berada pada level tertinggi pertumbuhan dengan 26,99%.
Sumber BPS Kota Magelang (diolah)
Analisis PDRB Tahun 2014 | 13
Analisis PDRB Tahun 2014 | 14
Tabel.1. Perbandingan Distribusi dan Pertumbuhan Kelompok Sektor Perekonomian Kota Magelang Tahun 2013 Sumber: BPS Kota Magelang
KELOMPOK SEKTOR
Rata2 Growth Riil (%)
Distribusi
#Distribusi
Pertumbuhan Ekonomi
#Pertumbuhan
Rata2 Share (%)
#8
2,16
Pertanian
3,36
#7
#7
3,64
Industri Pengolahan
3,27
#8
2
#5
4,65
Listrik, Gas & Air Bersih
3,91
#6
6,07
4
#6
3,76
Konstruksi
15,29
#3
5
6,95
3
#1
6,65
Perdagangan, Hotel & Restoran
6,92
#5
17,89
2
5,96
5
Keu. Real Estat, & Jasa Perusahaan
10,46
4
8,00
1
#4
4,91
Pengangkutan & Komunikasi
19,13
#2
Jasa-jasa
40,64
1
5,21
6
#2
5,61
Keuangan, Real Estate & Jasa Perusahaan
10,34
#4
#3
5,14
Jasa-jasa
37,78
#1
Pertanian
2,89
8
1,33
7
Industri Pengolahan
2,96
7
5,94
8
Listrik, Gas & Air Bersih
3,60
6
7,32
14,18
3
7,38
Pengangkutan & Komunikasi
Konstruksi Perdag., Hotel & Restoran
Total PDRB
5,91
Gb3. Perkembangan Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi & Rata-rata Kontribusi Sektor Pembentuk PDRB di Kota Magelang dalam 10 Tahun Terakhir (2003-2013)
2.4. Kondisi Perekonomian Makro Kota Magelang - (2003-2013)
Sumber BPS Kota Magelang (diolah)
Tabel.2. Statistik PDRB Kota Magelang Tahun 2003-2013 Sumber: BPS Kota Magelang(diolah)
Dalam satu dekade terakhir (2003-2013) rata-rata pencapaian PDRB atas dasar harga berlaku Kelompok Sektor
Rata2 NTB adhb (juta Rp)
Rata2 NTB adhk (juta Rp)
Rata2 Indeks Perkembangan (adhb)
Kota Magelang mencapai 1.803.531,01 juta rupiah dengan pencapaian PDRB riil rata-rata sebesar 1.023.408,13 juta rupiah. Pertumbuhan ekonomi rata-rata berada pada angka 4,87%
Pertanian
58.378,70
29.050,04
206,89
dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi dicapai oleh sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
Industri Pengolahan
57.992,63
34.800,29
215,48
disusul oleh sektor Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan dan sektor Jasa-jasa.
Listrik, Gas & Air Bersih
69.383,70
26.767,79
385,69
Konstruksi
272.911,56
154.477,02
232,68
Perdag., Hotel & Restoran
126.813,70
76.831,49
258,03
Pengangkutan & Komunikasi
340.707,75
197.577,21
256,99
Keu. Real Estat, & Jasa Perusahaan
186.391,31
114.079,18
236,92
Jasa-jasa
690.951,65
389.825,11
243,79
1.803.531,01
1.023.408,13
245,63
Total PDRB
Jasa-jasa sebagai sektor dengan share rata-rata tertinggi (37,78%) dalam 10 tahun terakhir mampu tumbuh rata-rata 5,14% masih di bawah rata-rata laju sektor Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan yang mampu tumbuh 5,61%. Fluktuasi inflasi pada tingkat produsen masih relatif stabil dengan rata-rata inflasinya berada di angka 5,43 %.
Analisis PDRB Tahun 2014 | 15
Analisis PDRB Tahun 2014 | 16
2.5. Deskripsi Capaian Masing-masing Sektor Pembentuk PDRB Tahun 2013 Gb5. Fluktuasi Distribusi Sektor Pertanian terhadap PDRB Kota Magelang Tahun 2000-2013
2.5.1. Sektor Pertanian Tabel.3. Perbandingan Distribusi, Pertumbuhan dan NTB Sektor Pertanian Kota Magelang Tahun 2013
Pola Pergerakan NTB Sektor Pertanian Nilai Distribusi Sektor Pertanian (%)
Sumber: BPS Kota Magelang
KELOMPOK SEKTOR PERTANIAN
Distribusi (adhb - %)
Pertumbuhan Riil (%)
NTB (juta Rp) HgB
HgK
2,89
1,33
84.260,10
33 270,28
a. Tanaman Bahan Makanan
0,24
0,49
7.108,43
3 224,69
b. Tanaman Perkebunan
0,00
0,95
13,34
6,43
c. Peternakan dan Hasilnya
2,63
1,43
76.581,14
29 702,81
d. Kehutanan
0,00
0,00
0,00
0,00
e. Perikanan
0,02
0,90
557,19
336,35
Distribusi sektor pertanian turun 0,13% dari tahun sebelumnya sedangkan perkembangan riil sektor pertanian mencapai 1,18 kali dibandingkan perolehan NTB riil pada tahun dasar 2000. Menurut harga berlaku sektor ini telah berkembang 299% atau hampir 3 kali lipat dari kondisi pada tahun 2000. Sektor Pertanian Kota Magelang pada tahun 2013 mengalami pertumbuhan 1,33%. Sub sektor Peternakan dan Hasilnya yang mengalami pertumbuhan sebesar37,36% pada tahun sebelumnya, hanya tumbuh sebesar 1,43 % saja di tahun 2013. Hal ini berkontribusi besar pada menurunnya pertumbuhan dari tahun sebelumnya. Namun demikian sub sektor-subsektor lainnya mengalami pertumbuhan positif. Di sisi lain inflasi produsen yang terjadi sebesar 5,38% lebih sedikit lebih rendah dari inflasi sektor pertanian tahun sebelumnya (5,83 %), namun lebih tinggi di atas rata-rata angka inflasi produsen secara umum tahun 2013 (5,16%).
Sumber BPS Kota Magelang (diolah)
Melihat gambaran fakta di atas sektor pertanian perlu untuk lebih didorong agar eksistensinya mampu memberikan kontribusi yang signifikan baik terhadap pertumbuhan ekonomi agregat maupun imbas positifnya terhadap ketahanan pangan. Meski harus diakui bahwa stagnasi yang ada pada sektor pertanian disebabkan oleh semakin tergerusnya lahan pertanian yang ada dari existing condition yang memang yang sempit Salah satu strategi yang perlu dilakukan adalah optimalisasi dan pemanfaatan lahan-lahan sempit di pekarangan rumah serta intensifikasi kebijakan yang sudah ada saat ini antara lain pengembangan kampung organik serta upaya lain melalui misalnya vertikultura dan rekayasa genetika
Analisis PDRB Tahun 2014 | 17
Analisis PDRB Tahun 2014 | 18
2.5.2. Sektor Industri Pengolahan
52,39%
Sektor Industri Pengolahan
pada tahun
2013 memberikan sumbangan sebesar 2,96% atau sebesar 86.172,41 juta rupiah (adhb) terhadap total PDRB Kota Magelang atau sedikit mengalami penurunan kontribusi sebesar 0,05% dibandingkan tahun 2012.
3,92%
6,63%
Di sektor ini penyumbang terbesar adalah masih dari sub sektor industri Pupuk, Kimia & Barang dari Karet yaitu sebesar 1,55% diikuti sub sektor Makanan, Minuman & Tembakau (1,10%) dan sub sektor Kertas & barang Cetakan (0,12%). Namun demikian sub sektor Kertas
37,06% Gb6. Kontribusi Terhadap Sektor Industri Pengolahan Sumber BPS Kota Magelang (diolah)
dan Barang Cetakan memiliki laju pertumbuhan ekonomi tertinggi (6,35%) jauh melampaui sub sektor yang lainnya dan bahkan di atas pertumbuhan ekonomi sektor industri pengolahan secara keseluruhan (5,94%). Pertumbuhan ekonomi sektor industri pengolahan adalah sebesar 5,94% atau naik cukup signifikan dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2012 (2,49%). Hal ini disebabkan karena kembali menaiknya pertumbuhan NTB dari hampir seluruh sub sektor.
Meski mengalami pertumbuhan dari tahun sebelumnya, namun kontribusi sektor industri pengolahan yang hanya 2,96% nampaknya harus menjadi perhatian tersendiri bagi pemerintah. Subsektor yang masih rendah kontribusi namun masih sangat potensial untuk dikembangkan misalnya industri makanan dan minuman, perlu terus diupayakan keberadaannya dalam ikut memberikan sumbangan bagi PDRB.
Berbagai
kebijakan yang populis dan strategis
harus dilakukan agar perkembangan sektor tidak jalan ditempat. Pembangunan IKM Center adalah salah satu skenario yang dapat dijalankan untuk memberikan leverage yang lebih tinggi dengan dilengkapi berbagai fasilitasi seperti packaging, HaKI, e-Commerce dan sebagainya. Utilisasi optimal dari Balai Latihan Kerja (BLK) dapat dilakukan khususnya bagi pengembangan ketrampilan yang mendukung peningkatan nilai tambah di sektor industri pengolahan ini.
Skema lain yang yang dapat dilakukan antara laian melalui fasilitasi kemudahan akses permodalan melalui skema Kredit Usaha Rakyat (KUR) maupun optimalisasi bantuan dana bergulir.
Analisis PDRB Tahun 2014 | 19
Analisis PDRB Tahun 2014 | 20
Tabel 4. Perbandingan Distribusi, Pertumbuhan dan NTB Sektor Industri Pengolahan Kota Magelang Tahun 2013 Sumber: BPS Kota Magelang
KELOMPOK SEKTOR
Gb7. Fluktuasi Pertumbuhan Ekonomi Sektor Listrik, Gas & Air Bersih Kota Magelang Tahun 2000-2013
Distribusi (adhb - %)
INDUSTRI PENGOLAHAN
Pertumbuhan Riil (%)
NTB (juta Rp) HgB
Pola Pergerakan NTB Sektor Listrik, Gas & Air Bersih Nilai Pertumbuhan Ekonomi (%)
HgK
2,96
5,94
86.172,41
43.022,01
0,00
0,00
0,00
0,00
1. Pengilangan Minyak Bumi
0,00
0,00
0,00
0,00
2. Gas Alam Cair
0,00
0,00
0,00
0,00
2,96
5,94
86.172,41
43.022,01
1,10
7,35
31.932,23
15.980,16
0,20
7,39
5.711,97
2.671,02
0,00
0,00
0,00
0,00
0,12
6,35
3.381,85
1.646,41
1,55
4,77
45.146,37
22.724,41
0,00
0,00
0,00
0,00
7. Logam Dasar Besi & Baja
0,00
0,00
0,00
0,00
Tingkat inflasi produsen menunjukkan sedikit peningkatan dari 2,83 % pada tahun 2012
8. Alat Angk., Mesin & Peralatannya
0,00
0,00
0,00
0,00
menjadi 4,98 % pada tahun 2013. Hal ini mengindikasikan terdapat kenaikan harga untuk
9. Barang lainnya
0,00
0,00
0,00
0,00
konsumsi listrik dan air bersih walaupun kenaikannya tidak begitu besar. Inflasi tingkat
a. Industri Migas
b. Industri Bukan Migas 1. Makanan, Minuman & Tembakau 2. Tekstil, Brg. Kulit & Alas Kaki 3. Brg. Kayu & Hasil Hutan Lainnya 4. Kertas dan Barang Cetakan 5. Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet 6. Semen & Brg. Galian Bukan Logam
Sumber BPS Kota Magelang (diolah)
produsen untuk sub sektor air (2,13%) masih di bawah angka inflasi produsen pada sub sektor listrik (5,07%). 2.5.3. Sektor Listrik, Gas & Air Bersih Dengan kontribusi senilai 3,60% PDRB dan melihat dinamika perkembangan sektor ini yang
NTB (adhb) yang diperoleh sektor ini pada tahun 2013 sebesar 104.727,69 juta rupiah (menyumbang 3,60% dari total PDRB Kota Magelang). Dengan kata lain atas dasar harga berlaku sektor ini berkembang hampir 6 kali lipat daripada NTB tahun dasar 2000 (merupakan sektor yang berkembang paling pesat di antara sektorsektor yang lain), dan pada tahun 2013 laju pertumbuhan ekonominya meningkat dari tahun 2012 (6,475% pada tahun 2012 menjadi 7,32% pada tahun 2013) dengan perolehan NTB riil sebesar 34.034,83 juta rupiah.
terus bergeliat dari tahun ke tahun, serta melihat potensi yang ada maka perlu terus dilakukan upaya peningkatan terutama untuk subsektor listrik dan air bersih. Sementara itu untuk Gas Kota nampaknya memang hingga saat ini masih nihil kontribusi karena tidak ada di Kota Magelang.
Analisis PDRB Tahun 2014 | 21
Tabel 5. Perbandingan Distribusi, Pertumbuhan dan NTB Sektor Listrik, gas & Air Bersih Kota Magelang Tahun 2013 Sumber: BPS Kota Magelang
Analisis PDRB Tahun 2014 | 22
Sektor ini merupakan penyumbang ketiga terbesar terhadap total PDRB Kota Magelang (14,18%) setelah sektor Jasa-jasa dan sektor Pengangkutan & Komunikasi.
KELOMPOK SEKTOR LISTRIK, GAS & AIR BERSIH
Distribusi (adhb - %)
Pertumbuhan Riil (%)
NTB (juta Rp) HgB
Pertumbuhan sektor ini cukup baik pada tahun 2013
HgK
3,60
7,32
104.727,69
34.034,83
a. Listrik
3,32
7,81
96.577,96
30.071,65
b. Gas Kota
0,00
0,00
0,00
0,00
c. Air Bersih
0,28
3,74
8.149,74
3.963,18
mencapai 6,07% yang merupakan pertumbuhan tertinggi dalam 5 tahun terakhir.
Perkembangan sektor Konstruksi tercatat 351,88% dibandingkan NTB tahun dasar 2000 (adhb) dengan inflasi produsen pada tahun 2013 sebesar 1,78%, atau jauh menurun sebesar
2.5.4. Sektor Konstruksi
4,90 basis poin dibandingkan inflasi sektor yang sama tahun 2012 dan dibawah rata-rata
Tabel 6. Perbandingan Distribusi, Pertumbuhan dan NTB Sektor Konstruksi Kota Magelang Tahun 2013
inflasi produsen secara umum di Kota Magelang tahun 2013 sebesar 5,16%
Sumber: BPS Kota Magelang
Sebagai kontributor ketiga terbesar terhadap total PDRB, sektor Konstruksi harus KELOMPOK SEKTOR KONSTRUKSI
Distribusi (adhb - %) 14,18
Pertumbuhan Riil (%) 6,07
NTB (juta Rp) HgB 412.725,83
HgK 189.428,29
mendapatkan perhatian yang serius dari berbagai stakeholders. Geliat pembangunan infrastruktur bangunan secara kualitas mesti ditingkatkan dengan tetap mempertimbangkan RTRW dan faktor ekologi sehingga dampaknya terhadap lingkungan dapat diminimalisir.
2.5.5. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Walaupun terdapat sedikit kenaikan sharing sektor ini terhadap total PDRB (7,33% menjadi 7,38% pada tahun 2013), namun hal ini tidak searah dengan capaian pertumbuhannya. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran mengalami perlambatan daripada tahun 2012 (laju pertumbuhan pada tahun 2013 mencapai 6,95% atau meningkat dari tahun 2012 (6,14%). Gb8. Pertumbuhan Ekonomi Sektor Konstruksi Tahun 2001-2013 Sumber BPS Kota Magelang (diolah)
Analisis PDRB Tahun 2014 | 23
Analisis PDRB Tahun 2014 | 24
Fluktuasi angka pertumbuhan ekonomi yang diperoleh
Demikian juga dengan subsektor perdagangan
besar dan eceran, upaya untuk
sektor ini sangat dinamis dengan pertumbuhan tertinggi selama 5 tahun terakhir masih tercatat terjadi pada tahun 2010 sebesar 7,56%. Sektor ini berkembang lebih dari 4 kali lipat daripada kondisi pada tahun dasar 2000 (adhb) dengan sub sektor yang dominan melesat perkembangannya adalah sub sektor Restoran (768,32%) dan sub sektor Hotel (644,58%).
pengembangan yang proporsional antara usaha perdagangan besar dan menengah dan kecil harus kian menjadi fokus. Eksistensi pasar tradisional dan modern harus dapat beriring sejalan untuk memberikan kontribusi yang semakin nyata bagai perkembangan ekonomi Kota Magelang. Dukungan iklim usaha yang kondusif melalui pelayanan perijinan yang semakin cepat dan transparan juga menjadi dukungan lain bagi makin berkembangnya sektor ini. Tabel 7. Perbandingan Distribusi, Pertumbuhan dan NTB Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Kota Magelang Tahun 2013 Sumber: BPS Kota Magelang
KELOMPOK SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN
Distribusi (adhb - %)
Pertumbuhan Riil (%)
NTB (juta Rp) HgB
HgK
7,38
6,95
214.729,43
104.198,86
a. Perdagangan Besar & Eceran
5,66
6,96
164.844,34
78.149,06
b. Hotel
1,60
7,01
46.551,72
24.560,06
c. Restoran
0,11
5,57
3.333,37
1.489,74
Gb9. Pertumbuhan Ekonomi & Pola Pergerakan Distribusi Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran Tahun 2001-2013 Sumber BPS Kota Magelang (diolah)
2.5.6. Sektor Pengangkutan & Komunikasi
Pada tahun 2013 ini sektor pengangkutan dan komunikasi memberikan Sebagai kota jasa, Kota Magelang dapat terus berupaya berbenah dalam peningkatan kontribusi sektor ini secara total terhadap PDRB. Pemanfaatan ceruk-ceruk (niche) yang masih belum optimal dapat dilakukan. Khususnya untuk subsektor hotel dan restoran, berbagai intensifikasi strategi yang komprehensif misalnya dengan peningkatan event dan strategi promosi dan branding kota akan mampu meningkatkan geliat pelayanan. Sebagai kota yang strategis dengan berbagai fasilitasnya yang memadai maka kegiatan Meeting, Incentive, Conference dan Exhibition (MICE) dapat terus dipacu.
andil
sebesar 17,89% terhadap total
perolehan PDRB, atau naik 0,11% dibandingkan tahun 2012. Distribusi ini terlebih disumbang oleh perolehan NTB dari sub sektor Pengangkutan khususnya Angkutan Jalan Raya (13,49%). Pertumbuhan ekonomi sektor ini juga naik tajam, dari 2,48% pada tahun 2012 menjadi 5,96% pada tahun 2013.
Analisis PDRB Tahun 2014 | 25
Analisis PDRB Tahun 2014 | 26
Perkembangan sektor ini cukup baik, tercatat sebesar 392,89 % daripada tahun 2000 (adhb). dengan perkembangan yang fantastis berasal dari sub sektor Jasa Penunjang Angkutan (577,80%), Pos dan Telekomunikasi (487,85%) dan sub sektor Angkutan jalan Raya (367,06%). Sedangkan inflasi produsen yang terjadi pada sektor ini sedikit sekali mengalami kenaikan dari 5,75 % tahun 2012) menjadi 5,77% pada tahun 2013.
Tabel 8. Perbandingan Distribusi, Pertumbuhan dan NTB Sektor Pengangkutan & Komunikasi Kota Magelang Tahun 2013 Sumber: BPS Kota Magelang
Distribusi (adhb - %)
KELOMPOK SEKTOR
NTB (juta Rp)
Pertumbuhan Riil (%)
HgB
HgK
PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI
17,89
5,96
520.894,90
251.541,95
a. Pengangkutan
14,22
5,13
413.966,21
194.110,33
0,00
0,00
0,00
0,00
13,49
5,26
392.633,96
184.631,45
3. Angkutan Laut
0,00
0,00
0,00
0,00
4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr.
0,00
0,00
0,00
0,00
5. Angkutan Udara
0,00
0,00
0,00
0,00
6. Jasa Penunjang Angkutan
0,73
2,69
21.332,25
9.478,89
3,67
8,84
106.928,69
57.431,62
1. Pos dan Telekomunikasi
3,67
8,84
106.928,69
57.431,62
2. Jasa Penunjang Komunikasi
0,00
0,00
0,00
0,00
1. Angkutan Jalan Rel 2. Angkutan Jalan Raya
b. Komunikasi
Gb10. Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pengangkutan & Komunikasi Tahun 2001-2013 Sumber BPS Kota Magelang (diolah)
Fasilitas-fasilitas yang mendukung, infrastruktur jalan yang makin baik dan manajemen lalu lintas yang makin diakui harus terus ditingkatkan. Namun demikian keberadaan Terminal yang Soekarno Hatta perlu direvitaslisai agar mampu mengakomodir potensi di subsektor pengangkutan.
2.5.7. Sektor Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan Sektor ini memperoleh NTB sebesar 304.405,59 juta rupiah dengan sharing 10,46% terhadap total PDRB Kota Magelang. Secara riil perekonomian sektor ini tumbuh 8,00%, naik dari laju
Sebagai sektor yang cukup menjanjikan untuk terus bertumbuh di Kota Magelang, maka peran berbagai kebijakan yang suportif terhadap sisi pengangkutan jalan raya maupun jasa penunjang angkutan serta subsektor Pos dan Telekomunikasi menjadi mutlak diperlukan. Dinamika transportasi dan komunikasi yang makin intens, telah cukup memberikan ruang bagi Kota Magelang untuk terus berbenah.
pertumbuhan tahun sebelumnya (7,15%).
Analisis PDRB Tahun 2014 | 27
Analisis PDRB Tahun 2014 | 28
2.5.8. Sektor Jasa-jasa
Lembaga Keuangan Bukan Bank merupakan sub
Sektor ini merupakan sektor dengan kontribusi paling dominan. Selama 10 tahun terakhir
sektor dengan indeks perkembangan tertinggi (406,76%) dan juga dengan andil tertinggi (5,25%). Namun demikian pertumbuhan riil tertinggi dipegang oleh sub sektor Bank dengan laju positif sebesar 10,35%, masih dibawah angka pertumbuhan tertinggi dalam 10 tahun terakhir yang dicatatkan pada tahun 2012 (11,67%).
sektor ini tumbuh rata-rata 5,14% dengan laju pertumbuhan terakhir pada tahun 2013 sebesar 5,21%. Masih dibawah pertumbuhan tahun 2012 sebesar 8,16 %
Dari kontribusi sektor Jasa-jasa yang besar (40,64%) ini, 37,69% berasal dari andil sub sektor Pemerintahan Umum khususnya Administrasi Pemerintahan dan Pertahanan. Sub sektor swasta walaupun hanya memberikan NTB 85,868,90 juta rupiah (2,95%). Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh subsektor Jasa Hiburan & Rekreasi sebesar 5,56% (walau masih di bawah rata-rata pertumbuhan ekonomi Kota Magelang secara umum).
Tabel 9. Perbandingan Distribusi, Pertumbuhan dan NTB Sektor Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan Kota Magelang Tahun 2013 Sumber: BPS Kota Magelang
KELOMPOK SEKTOR KEU. REAL ESTAT, & JASA PERUSAHAAN
Distribusi (adhb - %)
Pertumbuhan Riil (%)
NTB (juta Rp) HgB
HgK
10,46
8,00
304.405,59
153.550,19
a. Bank
2,98
10,35
86.708,21
44.929,67
b. Lembaga Keuangan Bukan Bank
5,25
7,41
152.785,55
79.359,68
c. Jasa Penunjang Keuangan
0,00
0,00
0,00
0,00
d. Real Estat
2,11
6,13
61.486,65
27.452,56
e. Jasa Perusahaan
0,12
6,09
3.425,19
1.808,28
Posisi dan dinamika Kota Magelang sangat memungkinkan untuk mengakomodasikan sektor ini sehingga kontribusinya terhadap PDRB dapat terus ditingkatkan. Dari konfigurasi subsektor yang menunjukkan bahwa Lembaga Keuangan Bukan Bank merupakan subsektor yang paling dominan, maka sangat beralasan jika Pemerintah Kota Magelang terus mengupayakan tumbuh berkembangnya jasa ini. Lembaga jasa keuangan seperti koperasi simpan pinjam dan lembaga lainnya yang mendukung sektor lainnya seperti UMKM memiliki peran yang cukup signifikan.
Tabel 10. Perbandingan Distribusi, Pertumbuhan dan NTB Sektor Jasa-jasa Kota Magelang Tahun 2013 Sumber: BPS Kota Magelang
NTB (juta Rp)
Distribusi (adhb - %)
Pertumbuhan Riil (%)
HgB
HgK
40,64
5,21
1.183.192,99
509.661,57
a. Pemerintahan Umum
37,69
5,23
1.097.324,09
472.356,88
1. Adm. Pemerintah & Pertahanan
37,69
5,23
1.097.324,09
472.356,88
0,00
0,00
0,00
0,00
KELOMPOK SEKTOR JASA-JASA
2. Jasa Pemerintah lainnya b. Swasta
2,95
4,93
85.868,90
37.304,70
1. Jasa Sosial Kemasyarakatan
1,34
5,27
38.959,94
19.010,32
2. Jasa Hiburan & Rekreasi
0,11
5,56
3.057,28
1.557,32
3. Jasa Perorangan & Rumah Tangga
1,51
4,48
43.851,67
16.737,06
Analisis PDRB Tahun 2014 | 29
Analisis PDRB Tahun 2014 | 30
Dari konfigurasi di atas nampak bahwa dominasi subsektor pemerintah umum masih sangat
Perkembangan kelompok sektor sekunder dan tersier pada tahun 2013 mencapai lebih dari 3
tinggi daripada subsektor swasta. Oleh karena itu pihak swasta sebagai stakeholder
(tiga) kali lipat daripada capaian tahun 2000 (adhb). Sedangkan kelompok sektor primer dalam
pembangunan harus terus diupayakan ruang geraknya untuk ikut serta membangun Kota
13 tahun terakhir berkembang hamper 3 (tiga) kali lipat. Sejalan dengan hal tersebut laju
Magelang melalui partisipasinya memajukan kota dan berkontribusi lebih baik lagi. Investasi yang masuk dari swasta akan mampu meningkatkan daya saing kota dalam percaturan
pertumbuhan (adhb) ketiga kelompok sektor ini juga terus meningkat dengan slope positif rata-rata 9-12% dalam empat tahun terakhir.
regional dan global. Kemudahan usaha (ease of doing business) di Kota Magelang menjadi indikator penting competitiveness kota. Lamanya perijinan, mekanisme birokrasi perijinan perlu dipangkas tanpa harus mengurangi aspek legal berdirinya usaha subsektor swasta.
Sejak tahun 2009 tingkat inflasi pada level produsen pada kelompok sektor primer rata-rata per tahun mencapai 5,67% sedikit lebih rendah daripada rata-rata gejolak harga pada kelompok sektor tersier (5,93%) namun 1,03 poin lebih tinggi daripada perolehan inflasi
2.6. Deskripsi Capaian Kelompok Sektor Tahun 2013 Sektor pembentuk PDRB dapat dikelompokkan menjadi tiga sektor yaitu sektor primer, sektor sekunder dan sektor tersier. Kelompok sektor primer terdiri dari sektor Pertanian dan sektor Pertambangan & Penggalian. Kelompok sektor Sekunder terdiri dari sektor Industri
kelompok sektor sekunder yang rata-rata 4,65% per tahun. Tabel 11. PDRB, Distribusi dan Pertumbuhan kelompok Sektor Kota Magelang Tahun 2013 Sumber: BPS Kota Magelang (diolah)
Pengolahan, Listrik, Gas dan Air Minum, Konstruksi & Bangunan. Kelompok sektor Tersier terdiri dari sektor Perdagangan, Hotel dan Rumah Makan, sektor Pengangkutan dan Komunikasi, sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan serta sektor Jasa-jasa.
KELOMPOK SEKTOR Kelompok Sektor Primer Kelompok Sektor Sekunder
Sebagai kota jasa, sektor tersier Kota Magelang pada tahun 2013 memberikan kontribusi
Kelompok Sektor Tersier
PDRB adhb (Juta Rp)
Distribusi (%)
84.260,10
2,89
603.625,94 2.223.222,91
PDRB adhk (Juta Rp)
Pertumbuhan Ekonomi (%)
33.270,28
1,33
20,74
266.485,13
6,21
76,37
1.018.952,57
5,98
sebesar 76,37% terhadap total PDRB dengan sumbangan terbesar berasal dari sub sektor jasa-jasa (40,64%) khususnya jasa pemerintahan umum (37,69%). Kontribusi terbesar kedua berasal dari kelompok sektor sekunder sebesar 20,74% dengan proporsi kontribusi masing-
2.7. PDRB per Kapita
masing sektor pembentuk sebagai berikut: Sektor Konstruksi 14,18%, Sektor Listrik, Gas dan
PDRB per kapita menunjukkan share PDRB bagi seluruh penduduk suatu wilayah. Oleh karena
Air Minum 3,60%, Sektor Industri Pengolahan 2,96%
share ini merupakan angka pukul rata, maka indikator PDRB per kapita belum menunjukkan distribusi equity alias distribusi keadilan. Artinya, boleh jadi meski PDRB per kapita tinggi,
Kelompok sektor primer di Kota Magelang hanya disumbang oleh sektor Pertanian yang pada tahun 2013 memberikan andil terhadap total perolehan PDRB sebesar 2,89%. Kecilnya porsi sumbangan sektor ini mengindikasikan bahwa sektor primer bukan merupakan sektor unggulan di Kota Magelang.
tetapi kesenjangan distribusi sangat mungkin terjadi.
Analisis PDRB Tahun 2014 | 31
Variabel jumlah penduduk dalam penentuan besaran PDRB
per kapita mendasarkan
Analisis PDRB Tahun 2014 | 32
2.8. Posisi Ekonomi Kota Magelang Tahun 2013
perhitungan pada data Sensus Penduduk dan Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS). Sensus
PDRB Jawa Tengah adhb mencapai 623.749.617,33 juta rupiah pada tahun 2013
penduduk yang terakhir dilakukan pada tahun 2010 (SP2010), oleh karena itu untuk
tumbuh positif 12,09% dibandingkan tahun sebelumnya (556.483.730,73 Juta rupiah1).
penghitungan PDRB per kapita tahun 2013 dilakukan melalui forecasting dari data SP2010.
Secara riil pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada tahun 2013tercatat sebesar 5,81%
Hal ini agar pendapatan per kapita dapat diperbandingkan antar kabupaten/kota se Jawa
merupakan pertumbuhan paling rendah dalam 3 (tiga) tahun terakhir (tahun 2012
Tengah tanpa ada bias.
tumbuh 6,34% dan tahun 2011 tumbuh 6,03%). Gb11. Perolehan PDRB (adhb) 35 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah dan Kontribusinya terhadap PDRB Jawa Tengah, Tahun 2013 Sumber: BPS Kota Magelang (diolah)
Pada tahun 2013 berdarkan hasil forecasting data penduduk tengah tahun Kota magelang tercatat 119.742 jiwa. Berdasarkan angka tersebut maka PDRB per kapita pada tahun 2013 sebesar 24.311.511,02 rupiah (adhb) per kapita per tahun atau rata-rata tiap jiwa memiliki pendapatan lebih dari dua juta rupiah/bulan, Sedangkan secara riil pada tahun 2013 Kota Magelang mencapai PDRB per kapita sebesar 11.012.910,88 rupiah per kapita per tahun (rata-rata 872.259,97 rupiah/kapita/bulan). Tabel 12. PDRB per Kapita Kota Magelang Tahun 2007-2012 (Rupiah) Sumber: BPS Kota Magelang (diolah)
PENDUDUK TENGAH TAHUN
PDRB/KAPITA adhb (Rp/tahun)
2007
118.556
12.584.979,64
2008
118.452
14.174.863,94
12,63
8.390.193,45
5,14
2009
118.336
15.741.712,50
11,05
8.827.831,27
5,22
2010
118.218
17.807.999,88
13,13
9.377.621,81
6,23
2011
118.606
19.589.887,22
10,01
9.859.052,16
5,13
2012
118.959
21.973.065,07
12,17
10.467.119,69
6,17
2013
119.742
24.311.511,02
10,64
11.012.910,88
5,21
TAHUN
Growth PDRB/Kapita adhb (%)
PDRB/KAPITA adhk (Rp/tahun)
Growth PDRB/Kapita adhk (%)
7.980.179,50
PDRB/kapita Kota Magelang mengalami perkembangan yang cenderung fluktuatif sejak 5 (lima) tahun terakhir. Secara riil pertumbuhan tertinggi terjadi di tahun 2010 (6,23%).
1
Angka revisi BPS
Analisis PDRB Tahun 2014 | 33
Analisis PDRB Tahun 2014 | 34
Walaupun kontribusi NTB yang disumbangkan hanya di bawah 1%, namun Kota Magelang secara riil mampu tumbuh 5,91% (0,1% di atas angka pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah). Hal ini menempatkan Kota Magelang pada posisi ke-5 diantara daerah-daerah dengan angka pertumbuhan ekonomi tertinggi di Jawa Gb. 12. Statistik Perekonomian Makro Kota Magelang Tahun 2013 PDRB (adhb) 2.911.108,95 Juta Rupiah PDRB (adhk) 1.318.707,97 Juta Rupiah Growth (riil) 5,91% PDRB per Kapita (adhb) Rp. 24.311.511,02/tahun Penduduk 120.207 Jiwa Sex Ratio 97,73% Inflasi 7,78% Pengangguran 4.241 Jiwa TPAK 68,93% (diolah dari berbagai sumber)
Tengah. Tabel 13. Kabupaten/Kota dengan Pertumbuhan Ekonomi Peringkat 5 tertinggi di Jawa Tengah, Tahun 2013 Sumber: BPS Kota Magelang (diolah)
Kabupaten/Kota Banyumas
memberikan kontribusi terhadap agregasi PDRB Jawa Tengah sebesar 0,47%. Kontribusi ini merupakan nilai terendah ke-2 di atas kontribusi PDRB Kota Salatiga (Kota Salatiga memperoleh NTB 2.282.283,70 juta rupiah dengan kontribusi 0,37%). Masih seperti potret posisi kontribusi di tahun 2012, pada tahun 2013 kontribusi tertinggi disumbang oleh PDRB Kabupaten Cilacap dengan perolehan NTB 117.650.246,40 juta rupiah (18,86%) disusul Kota Semarang (NTB 61.092.825,55 juta rupiah dengan kontribusi 9,79%) dan Kabupaten Kudus (NTB 41.192.663,77 juta rupiah dengan kontribusi 6,60%).
Kontribusi thd PDRB Jateng (%)
Peringkat Kontribusi
Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2012 (%)
Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2013 (%)
Peringkat Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2013
14.237.625,75
2,28
8
5,88
6,71
1
9.684.551,73
1,55
19
6,60
6,64
2
61.092.825,55
9,79
2
6,42
6,20
3
Salatiga
2.282.283,70
0,37
35
5,94
6,14
4
Kota. Magelang
2.911.108,95
0,47
34
6,48
5,91
5
Sragen Kota Semarang
Perolehan PDRB adhb Kota Magelang tahun 2013 (2.911.108,95 juta rupiah)
PDRB adhb (Juta Rupiah)
Gb 13. Perbandingan Perekonomian Kota Magelang dengan Jawa Tengah dan Nasional, Tahun 2013 Sumber: BPS
Dengan perolehan PDRB (adhk) sebesar 1,32 Triliun, pada tahun 2013 Kota Magelang mencapai pertumbuhan ekonomi (5,91%) di atas angka pertumbuhan ekonomi Nasional (5,78%) dan Jawa Tengah (5,81%)
Analisis PDRB Tahun 2014 | 35
Analisis PDRB Tahun 2014 | 36
Kondisi perekonomian yang baik ini didukung oleh nilai inflasi yang terkendali (7,79%)
Gb 14. Perolehan PDRB (adhb) dan Pertumbuhan Ekonomi Kota Magelang diantara 5 (lima) Kabupaten/Kota Sekitarnya, Tahun 2012-2013 Sumber: BPS Kota Magelang (diolah)
di bawah angka nasional dan skala Provinsi Jawa Tengah Tabel 14. Perolehan PDB (PDRB) dan Angka Inflasi Skala Nasional, Jawa Tengah dan Kota Magelang, Tahun 2013 Sumber: BPS
Uraian
Kota Magelang
Jateng
Nasional
PDRB (PDB) adhb (Triliun)
2,91
623,70
9.084,00
PDRB (PDB) adhk (Triliun)
1,32
223,10
2.770,30
Growth-riil (%)
5,91
5,81
5,78
24,31
16,70
36,50
7,79
7,98
8,38
PDRB per Kapita adhb (Juta) Inflasi (%)
Dengan demikian dapat dikatakan kondisi perekonomian Kota Magelang pada tahun 2013 secara umum lebih baik daripada rata-rata kondisi perekonomian Jawa Tengah maupun Nasional.
2.9. Posisi Ekonomi Kota Magelang di antara Kabupaten/Kota Sekitarnya di Jawa Tengah Dibandingkan dengan 5 (lima) Kabupaten/Kota di sekitarnya (Kabupaten Purworejo, Kabupaten Magelang, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Temanggung dan Kota Salatiga), angka PDRB Kota Magelang (adhb) pada tahun 2013 menempati urutan ke-5. Posisi teratas berdasar perolehan NTB tetap dipegang oleh Kabupaten Magelang (10.814.289,76 juta rupiah) disusul Kabupaten Purworejo (8.733.568 juta rupiah) dan Kabupaten Temanggung (6.915.876,33 juta rupiah).
Meskipun memiliki perolehan NTB terkecil dibandingkan 5 (lima) Kabupaten/Kota sekitarnya, namun Kota Salatiga pada tahun 2013 mampu meraih pertumbuhan ekonomi tertinggi (6,14%) dan merupakan satu-satunya daerah yang mengalami peningkatan perolehan NTB riil di saat 5 (lima) daerah yang lain mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi. Posisi Kota Magelang yang pada tahun 2012 menempati pertumbuhan ekonomi peringkat pertama, namun pada tahun 2013 mengalami perlambatan pertumbuhan dari 6,48% menjadi 5,91% sehingga berada pada peringkat ke-2, menjadi 0,23% di bawah Kota Salatiga.
Analisis PDRB Tahun 2014 | 37
Analisis PDRB Tahun 2014 | 38
Tabel 15. Posisi Perolehan PDRB Kota Magelang diantara 5 (lima) Kabupaten/Kota Sekitarnya, Tahun 2012-2013 Sumber: BPS Kota Magelang (diolah)
Kabupaten/Kota Salatiga
PDRB adhb (Juta Rupiah)Tahun 2013 2.282.283,70
Peringkat Kontribusithd PDRB Jateng
Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2012 (%)
Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2013 (%)
Peringkat Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2013
6
5,94
6,14
1
Kota Magelang
2.911.108,95
5
6,48
5,91
2
Kab.Magelang
10.814.289,76
1
5,84
5,60
3
Temanggung
6.915.876,33
3
5,04
5,02
4
Purworejo
8.733.568,00
2
5,04
4,99
5
Wonosobo
5.327.874,47
4
5,14
4,98
6
Gb.15. Statistik PDRB Kota Magelang dan Wilayah Sekitar Tahun 2013 Sumber: BPS Kota Magelang (diolah)
Kab. Temanggung PDRB adhb : 6.915.876,33Jt Share thd PDRB Jateng : 1,11% (peringkat 28 Jateng) Pertumbuhan Ekonomi : 5,02%
Kota Salatiga PDRB adhb :2.282.283,70 Jt Share thd PDRB Jateng : 0,37% (peringkat 35 Jateng) Pertumbuhan Ekonomi : 6,14%
Dalam mengejar ketertinggalan pertumbuhan ekonomi, Kota Magelang perlu strategi efektif pengembangan kelompok sektor perekonomian untuk mendukung kemajuan perekonomian daerah.
Kab. Wonosobo PDRB adhb : 5.327.874,47Jt Share thd PDRB Jateng : 0,85% (peringkat 31 Jateng) Pertumbuhan Ekonomi : 4,98%
Kota Magelang Kab. Magelang PDRB adhb : 10.814.289,76Jt Share thd PDRB Jateng : 1,73% (peringkat 17 Jateng) Pertumbuhan Ekonomi : 5,60%
PDRB adhb : 2.911.108,95 Jt Share thd PDRB Jateng : 0,47% (peringkat 34 Jateng) Pertumbuhan Ekonomi : 5,91%
Kab. Purworejo PDRB adhb : 8.733.568 Jt Share thd PDRB Jateng : 1,40% (peringkat 24 Jateng) Pertumbuhan Ekonomi : 4,99%
Analisis PDRB Tahun 2014 | 39
3
Analisis PDRB Tahun 2014 | 40
Walaupun perolehan NTB Kecamatan Magelang Selatan merupakan share NTB tertinggi
Capaian PDRB Kecamatan
terhadap PDRB Kota Magelang, namun demikian dari sisi pertumbuhan ekonomi,
Tahun 2013
perkembangan perekonomian makro di Kecamatan Magelang Selatan pada tahun 2013 terhitung paling lambat dibandingkan dua kecamatan lainnya. Tercatat pada tahun 2013 Kecamatan Magelang Selatan mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 5,46% (melambat
Informasi: Dikarenakan tidak tersedianya raw data yang cukup sebagai dasar perhitungan PDRB Kecamatan, maka pada tahun 2014 BPS Kota Magelang secara resmi tidak menghitung dan merilis angka perolehan PDRB Kecamatan.
dari pertumbuhan ekonomi tahun 2012 yang mencapai 6,83%). Kecamatan Magelang Tengah pada tahun 2013 mengalami pergerakan ekonomi yang baik di atas pertumbuhan ekonomi rata-rata Kota Magelang dengan catatan pertumbuhan sebesar 6,03%, tumbuh dengan slope negative dari tahun 2012 yang mencapai 6,19%. Begitu pula dengan Kecamatan Magelang Utara yang mengalami pertumbuhan riil sebesar 6,30% (melambat dari laju perekonomian di
Atas dasar tersebut dan karena pentingnya eksistensi data PDRB Kecamatan sebagai statistik referensi
tahun 2012 yang mencapai 6,39%).
bagi deskripsi perekonomian makro kewilayahan dan sebagai acuan pengambilan kebijakan, maka pada publikasi ini data PDRB Kecamatan yang disajikan dihitung melalui metode proyeksi berdasarkan data historis.
Tabel 16. Perbandingan Perolehan NTB Kecamatan di Kota Magelang Tahun 2013* (*Data Prediksi)
Mengingat sejak tahun 2007 terjadi pemekaran wilayah di Kota Magelang dari 2 (dua) Kecamatan menjadi 3 (tiga) Kecamatan, maka untuk menjaga konsistensi dan keterbandingan data, series data yang
Kecamatan
PDRB adhb (Juta Rp)
PDRB adhk (Juta Rp)
digunakan dalam proyeksi adalah data PDRB Kecamatan Per Sektor dari BPS Kota Magelang dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2012.
3.1. Capaian PDRB Kecamatan Tahun 2013
Distribusi thd PDRB Kota Magelang adhb (%)
Pertumbuhan Ekonomi (%)
Magelang Utara
919.774,96
420.648,71
31,59
6,30
Magelang Tengah
935.277,42
419.757,99
32,13
6,03
Magelang Selatan
1.056.056,57
478.301,27
36,28
5,46
Kota Magelang
2.911.108,95
1.318.707,97
5,91
Pada tahun 2013 Kecamatan Magelang Utara memberikan share terhadap PDRB Kota Magelang sebesar 31,59% dengan perolehan NTB sebesar 919.774,96 juta rupiah (adhb). Kontribusi ini naik 0,03% dari tahun sebelumnya namun tetap menempati urutan terendah dari 2 (dua) Kecamatan yang lain pada tahun 2013 yaitu Kecamatan Magelang Tengah (32,13%) dan Magelang Selatan (36,28%).
3.2. Deskripsi Lapangan Usaha PDRB Kecamatan Tahun 2013 Sektor Jasa-jasa merupakan sektor dengan NTB tertinggi yang memiliki share 40,64% terhadap PDRB Total di Kota Magelang. pada tahun 2013. Sektor Jasa-jasa masih merupakan sektor dengan perolehan NTB tertinggi merata di semua Kecamatan. Di Kecamatan Magelang Selatan sektor ini berkontribusi sebesar 51,357%. Pertumbuhan sektor ini mencapai 4,66% di Kecamatan Magelang Selatan, masih lebih rendah dari laju sektor Jasa-jasa di Kecamatan Magelang Tengah (6,37%).
Analisis PDRB Tahun 2014 | 41
Sektor Pertanian mengalami perlambatan di Kecamatan Magelang Tengah sebesar 2,63% dan
Analisis PDRB Tahun 2014 | 42
1.
Kecamatan Magelang Utara
tetap tumbuh positif di 2 (dua) Kecamatan yang lain walaupun dengan kecepatan yang tidak
Kontribusi terbesar di Kecamatan ini berturut-turut disumbang dari Sektor Jasa-jasa
terlalu besar. Pada tahun 2013 sektor ini mampu tumbuh riil 2,71% di Kecamatan Magelang
(35,33%), Sektor Konstruksi (24,08%) dan Sektor Pengangkutan & Komunikasi
Utara dan 0,60% di Kecamatan Magelang Selatan.
(17,55%).
Sektor Industri Pengolahan tumbuh dengan baik di Kecamatan Magelang Selatan (6,95%) dan
Hampir seluruh sektor mengalami peningkatan pertumbuhan NTB riil kecuali sektor
Magelang Utara (6,21%), sedangkan di Kecamatan Tengah sektor ini hanya mampu tumbuh
Pertanian dan sektor Jasa-jasa. Sektor Keuangan, Real Estat & Jasa Perusahaan
3,96%, di bawah rata-rata pertumbuhan ekonomi Kota Magelang.
merupakan sektor yang potensial di Kecamatan Magelang Utara dimana pada tahun 2013 ini mampu tumbuh (10,66%) melesat dibandingkan 8 sektor yang lain.
Sektor-sektor lain yang potensial di tiap-tiap Kecamatan antara lain adalah:
Perkembangan perekonomian yang baik juga dicapai oleh sektor Industri Pengolahan yang mampu tumbuh cepat dari 1,61% di tahun 2012 menjadi 6,21% di tahun 2013.
Gb. 16. Sektor Potensial di Tiap Kecamatan Berdasarkan Perolehan Angka Pertumbuhan Ekonomi di Atas Ratarata Pertumbuhan Ekonomi Kota Magelang, Tahun 2013
Tabel 17. Statistik PDRB Kecamatan Magelang Utara Berdasarkan Lapangan Usaha Tahun 2013* (*Data Prediksi)
Magelang Utara
Magelang Tengah
Magelang Selatan
Perdagangan, Hotel & Restoran (7,41%)
Listrik, Gas & Air Bersih (7,32%)
Industri Pengolahan (6,95%)
Keuangan, Real Estat & Jasa Perusahaan (10,66%)
Kontruksi (7,47%)
Perdagangan, Hotel & Restoran (8,39%)
Pengangkutan & Komunikasi (6,09%)
Jasa-jasa (6,37%)
Keuangan, Real Estat & Jasa Perusahaan (7,86%)
KONSTRUKSI
Pengangkutan & Komunikasi (5,99%)
Sektor PERTANIAN PERTAMBANGAN & PENGGALIAN INDUSTRI PENGOLAHAN LISTRIK, GAS & AIR BERSIH
Industri Pengolahan (6,21%)
Kontruksi (6,20%)
NTB adhb (Juta Rupiah)
Kontribusi thd PDRB (%)
Pertumbuhan Ekonomi (%)
41.074,68
4,47
2,71
-
-
-
13.532,21
1,47
6,21
-
-
-
221.493,16
24,08
6,20
40.527,39
4,41
7,41
PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI
161.388,42
17,55
6,09
KEU. REAL ESTAT, & JASA PERUSAHAAN
116.771,16
12,70
10,66
JASA-JASA
324.987,94
35,33
5,02
PDRB
919.774,96
PERDAG., HOTEL & RESTORAN
6,30
Analisis PDRB Tahun 2014 | 43
2.
Analisis PDRB Tahun 2014 | 44
Kecamatan Magelang Tengah
3.
Kecamatan Magelang Selatan
Memiliki sektor unggulan yang berasal dari kontribusi Sektor Jasa-jasa (33,78%),
Memiliki kontribusi PDRB terbesar yang disumbang dari Sektor Jasa-jasa (51,35%),
Sektor Pengangkutan & Komunikasi (22,50%) dan Sektor Listrik, Gas & Air Bersih
Sektor Pengangkutan & Komunikasi (14,11%) dan Sektor Konstruksi (10,33%). Laju
(11,20%). Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih yang hanya berada di Kecamatan ini
perekonomian tertinggi terjadi pada Sektor Perdagangan, hotel & Restoran (8,39%).
dalam 13 tahun terakhir mampu berkembang 5,8 kali lipat dibandingkan perolehan Tabel 19. Statistik PDRB Kecamatan Magelang Selatan Berdasarkan Lapangan Usaha Tahun 2013* (*Data Proyeksi)
NTB pada tahun 2000 dan tumbuh 7,32%.
Sektor yang potensial dengan pertumbuhan tertinggi (di atas pertumbuhan ekonomi
Sektor
Kota Magelang secara umum) adalah Sektor Konstruksi (7,47% berkembang 1,8% dari
PERTANIAN
kondisi tahun 2012), yang diikuti oleh Sektor Listrik, gas & Air Bersih (7,32%) dan
PERTAMBANGAN & PENGGALIAN
Sektor Jasa-jasa (6,37%). Meskipun sektor Pengangkutan dan Komunikasi memiliki
INDUSTRI PENGOLAHAN
pertumbuhan di bawah angka rata-rata perekonomian riil Kota Magelang, namun
LISTRIK, GAS & AIR BERSIH
merupakan sektor dengan pertumbuhan tercepat. Pada tahun 2013 perekonomian
KONSTRUKSI
sektor ini melaju 2,89% lebih tinggi daripada perolehan angka di tahun 2012, sehingga
PERDAG., HOTEL & RESTORAN
mampu tumbuh sebesar 5,83%.
PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI KEU. REAL ESTAT, & JASA PERUSAHAAN
Tabel 18. Statistik PDRB Kecamatan Magelang Tengah Berdasarkan Lapangan Usaha Tahun 2013* (*Data Prediksi) Sektor PERTANIAN PERTAMBANGAN & PENGGALIAN INDUSTRI PENGOLAHAN
NTB adhb (Juta Rupiah)
JASA-JASA PDRB
Kontribusi thd PDRB (%)
Pertumbuhan Ekonomi (%)
NTB adhb (Juta Rupiah)
Kontribusi thd PDRB (%)
36.329,53
3,44
Pertumbuhan Ekonomi (%) 0,60
-
-
-
47.299,56
4,48
6,95
-
-
-
109.064,48
10,33
4,78
88.050,84
8,34
8,39
149.024,59
14,11
5,99
84.009,37
7,96
7,86
542.278,20
51,35
4,66
1.056.056,57
5,46
Seluruh sektor di Kecamatan Magelang Selatan pada tahun 2013 mengalami pertumbuhan
6.855,90
0,73
-2,63
dengan tren positif. Laju tercepat dihasilkan dari sektor Industri Pengolahan yang mampu
-
-
-
tumbuh 4,47% dari tahun sebelumnya. Hal serupa juga dicapai oleh sektor Perdagangan,
25.340,64
2,71
3,96
Hotel dan Restoran yang pertumbuhan ekonominya naik 2,27% dari tahun sebelumnya
104.727,69
11,20
7,32
menjadi 8,39% di tahun 2013.
KONSTRUKSI
82.168,20
8,79
7,47
PERDAG., HOTEL & RESTORAN
86.151,20
9,21
5,33
PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI
210.481,89
22,50
5,83
KEU. REAL ESTAT, & JASA PERUSAHAAN
103.625,06
11,08
5,28
JASA-JASA
315.926,84
33,78
6,37
PDRB
935.277,42
LISTRIK, GAS & AIR BERSIH
6,03
Analisis PDRB Tahun 2014 | 45
Analisis PDRB Tahun 2014 | 46
4
3.3. PDRB Per Kapita Kecamatan Tahun 2013 Dari 3 (tiga) wilayah Kecamatan yang ada di Kota Magelang, pendapatan masyarakat tertinggi yang diukur berdasarkan angka PDRB per kapita terjadi di Kecamatan Magelang Selatan dimana dari 40.426 penduduk tengah tahun yang ada di Kecamatan Magelang Selatan ratarata per jiwa berpenghasilan sebesar Rp. 2.176.933,51/bulan (adhb). Pendapatan per kapita ini lebih tinggi dari capaian PDRB per Kapita Kota Magelang. Berdasarkan harga berlaku PDRB per Kapita Kecamatan Magelang Selatan tumbuh 10,43% dari tahun sebelumnya. Pertumbuhan PDRB per kapita tertinggi dicapai oleh Kecamatan Magelang Tengah (10,97%) dengan rata-rata pendapatan per jiwa sebesar Rp. 1.801.492,81/bulan. Tabel 20. Statistik PDRB Per Kapita Kecamatan Berdasarkan Data Prediksi PDRB Tahun 2013 Keterangan Penduduk Tengah Tahun (Jiwa) PDRB Per Kapita adhb (Rp/tahun) PDRB Per kapita adhb (Rp/Bulan) Pertumbuhan adhb (%) PDRB Per Kapita adhk (Rp/tahun) PDRB Per kapita adhk (Rp/Bulan) Pertumbuhan adhk (%)
Mgl Utara 36.052,00 25.512.453,11 2.126.037,76 10,54 11.667.832,99 972.319,42
Mgl Tengah 43.264,00 21.617.913,67 1.801.492,81 10,97 9.702.246,42 808.520,54
Mgl Selatan 40.426,00 26.123.202,18 2.176.933,51 10,43 11.831.525,96 985.960,50
Kota Magelang 119.742,00 24.311.510,98 2.025.959,25 10,64 11.012.910,86 917.742,57
5,43
5,42
4,83
5,21
LAMPIRAN
Analisis PDRB Tahun 2014 | 47