Duta Gemari Baca 2016 Menebar Inspirasi Literasi
a t u D Para
K A N A A T I R E C T A U B uli 2016 J M 1 2 E l a M i tangg s a r e t i l an tih dalam la
10 kata yang dirangkai menjadi cerita : 1. Garasi 2. Curiga 3. Permohonan 4. Kutu 5. Kepastian 6. Hangus 7. Tangisan 8. Tabungan 9. Segan 10. Tetangga
Lihat betul-betul! Karya : Emil
Pada garasi itu aku menaruh curiga. Padahal, baru sekejap lalu ku ajukan permohonan pencarian kutu di dalam. Si Kilat Kuning tiba2 hilang tanpa jejak. "Aku sudah tutup garasinya ko ka!" Celetuk adikku memberi kepastian. Garasi itu memang ada yg aneh. Ada tanda hangus bersemayam pada bagian sisinya. Padahal tidak ada saat q parkir. "Huhuhu...." adikku menangis mendahuluiku. Kehilangan itu begitu memukul kami. Bagaimana tidak? Kami habiskan seluruh tabungan demi si Kilat Kuning. Dan sekarang entah dimana keberadaannya. Sebuah teriakan tiba2 menyudahi deru tangis kami. "Woyyyy mobil siapa ini?? Ko ada di garasi saya?" Teriak tetangga sebelah rumah. Kami baru sadar ternyata garasi rumah kami kembar dengan tetangga itu. Antara segan dan malu, kami melangkah menghampiri asal suara itu
Cerita Kutu Karya : Jinggan Garasi ini terlihat kosong tak terpakai. Sempat curiga dengan garasi itu. Apa permohonan si-Kutu belum terlaksana? atau dia hanya menunggu kepastian saja? "Wahai Kutu, berapa banyak kau memohon dan hanya berdiam tidak cukup" kataku padanya. Kutu yang sedang memanggang uli, hanya terpaku lalu menangis. Hingga uli bakarnya hangus. Aku hanya mendengar tangisan dari mulutnya. "Garasi itu sudah terisi belum lama. Akhir minggu kemarin yang terisi, diambil oleh si-Tangan Panjang" merintih suara kutu terdengar lagi. Kurasa aku salah faham padanya. Dan kurasa tabunganku cukup untuk membantunya. Sebelumnya tetangga depan rumah Kutu bilang, mobil pick up harus yang mengisi garasinya. Karena mimpi sang ayah. Melihat Kutu merintih ada pick up menghampiri tiba-tiba. "Ini kepunyaanmu ku kembalikan. Di laci mobil ada kertas yang tertulis. (Mobil ini, untuk terpenuhnya mimpi Ayah. # Kutu.) Aku tak mencuri mimpi." Tangan panjang berterus terang. Rintihan Kutu jadi sumringah. Senang melihat lengkungan keatas dari bibirnya seperti ini .
Kutu(kan) Rambut Aroma Matahari Karya : Devi Saufa Yardha Di sebuah desa bernama Semisari , hiduplah sebuah keluarga yang terdiri dari Bapak, Mamak, dan seorang anak perempuan berambut panjang yang sangat ceria. Ia dipanggil Fafa. Fafa berusia 6 tahun dan sangat senang ikut Bapak ke sawah. Bukan untuk membantu, ia bermain bersama teman temannya di lapangan seberang sawah. Fafa seringkali lupa waktu kalau sudah bermain, sampai ia malas untuk mandi. Rambutnya selalu kotor setiap pulang bermain. Tapi ia selalu membantah orangtuanya kalau disuruh mandi. ***** Pada ruang kehidupan yang lain, kawanan kutu membentuk tempat tinggal di garasi mobil milik Pak Lurah, mereka menamainya Desa Kutu Sukadara . Mereka adalah kutu kutu yang suka menghisap darah manusia dan hewan. Mereka terkenal sangat kejam mengumpulkan darah. Mereka sampai memiliki Bank Darah yang menyimpan tabungan hasil menghisap. Tetapi sesama kutu itu tetap hidup rukun bertetangga. Suatu hari, ketua koloni kutu pulang dari hasil perburuan mencari target sasaran. Ia berkumpul dengan para warga kutu. "Saudara saudara seperkutuan, di perburuan saya tadi menemukan ada aroma rambut hangus yang sering terbakar matahari dari sebuah rumah. Sepertinya itu berasal dari rambut kotor anak anak yang malas mandi." "Wah, benarkah Bapak Kutu? Kalau begitu ayo segera kita buru pemilik rambut itu!" ujar seorang warga. "Tenang dulu. Kita harus tahu kepastian yang sebenarnya. Besok mari kita kesana bersama sama." terang Bapak Kutu. "Siap laksanakan!" para warga begitu segan dan hormat pada setiap keputusan Bapak Kutu *****
Fafa masih saja malas mandi. Seperti sore ini, ia baru pulang dari bermain dan tidak mau mandi. Bajunya lusuh, mukanya cemong, dan rambutnya kotor oleh lumpur. Tanpa disadari oleh manusia, kawanan kutu telah berjalan menuju rumah yang beraroma rambut hangus terbakar matahari. Dan, oh! Ternyata mereka sampai di rumah Fafa dan mengincar rambutnya yang kotor. "Bapak Kutu, itu dia sasaran empuk kita!" seru seekor kutu. "Benar sekali. Ayo segera kita serbuuu!" teriak Bapak Kutu. Belasan kutu segera terbang dan masuk ke rambut panjang Fafa yang kotor. Mereka seperti menemukan surga darah yang begitu segar. Tiba tiba Fafa merasa rambutnya sangat gatal dan panas. Ia pun mulai menggaruk garuk sendiri kepalanya. Ia terus menggaruk, namun kepalanya semakin gatal. "Mamaaak, rambutku gatal! Uhhh..gatal sekali ini." Fafa mengeluh pada Mamaknya. "Makanya mandi, Nak. Cuci rambutmu." jawab Mamak. "Duh, Mamak, rambutku gatal sekali. Ahhh. Huhuhu." Fafa terus menggaruk, mengeluh, dan bahkan kini mulai menangis. "Coba sini Bapak lihat rambutmu. Bapak curiga ada sesuatu yang menggigiti kulit kepalamu." Bapak mencoba membantu. Fafa mendekat pada Bapak dan membiarkan Bapak melihat rambutnya. Bapak mengusap rambut Fafa dengan tangannya dan mulai melihat apa yang ada di dalamnya. "Owalah, Fafa ini kutuan, Mak! ujar Bapak pada Mamak. Demi mendengar ucapan Bapak, tangisan Fafa semakin menjadi, ia begitu ngeri. "Makanya kamu mandi toh, Nak. Sini mandi sama Mamak!" Mamak segera menarik tangan Fafa ke kamar mandi. Byurrr! Brrr..
"Dingiiin, Maaak!" teriak Fafa saat rambutnya diguyur segayung air. Mamak terus saja mengguyur dan memberi sampo pada rambut Fafa, juga mengguyur dan menyabuni badannya. Sementara itu kawanan kutu yang sedang asyik menggigiti kulit kepala dan menghisap darah Fafa kalang kabut. "Haaa, apa ini, Bapak Kutu? Kita diserang!" "Lari! Cepat, cepat!" perintah Bapak Kutu. Namun apa daya, kekuatan air dan sampo yang diberikan Mamak pada rambut Fafa menyerang habis kawanan kutu. Mereka mati bergelimpangan dan masuk ke lubang aliran air. **** Sebagai permohonan maaf, sejak saat itu, Fafa menjadi anak yang tidak lagi membantah orangtua dan menjadi rajin mandi. Ia ngeri kalau kalau kawanan kutu menggigiti kulit kepalanya lagi. Sementara itu Desa Sukadara tengah menghadapi duka cita yang mendalam, akibat kepergian Bapak Kutu dan pasukannya yang berburu dan tak kembali lagi. ***** #AyoRajinMandi #MariBebersihDiri
SUARA APA ITU ? KARYA : ADELINA Tatkala khayal jadi nyata.. Seorang bocah berpesta hari jadinya. Sungguh sedih, tangisan menyertai.. tiada kawan menemani. Hanya pesta untuk dirinya sendiri. Menanti kepastian kapan orang tuanya berjumpa lagi. Permohonan terucap dari bibir mungilnya yang kecil. " ya allah, aku mohon agar ada yang menemaniku di hari ulang tahunku ini . " ~~~~~~ Tok.. tokk tokkk... ( terdengar suara dari pintu megah rumah sang bocah ) Curiga hati si anak.. sungguh segan menghampiri. # Krekk... # pintu dibuka. Walah.. mati kutu rupanya tak ada siapapun disana. Tok.. tokk tokkk Alih alih terdengar lagi. Kali ini dari pintu garasi rumahnya. Perlahan sang bocah menghampiri.. *******^*^*** Tettt... teeetttt.. telolet lolet.. telolet... ^●^ ( deri terompet bersahutan ) Ternyata tetangga sebelah, sahabatnya dirumah. Membawa kado dibungkus pita merah, cantik.. dibeli dari tabungan miliknya. Ada yang membawa kie coklat sedikit hangus buatan sobatnya. Tak percaya, sungguh senang tak terbayang. Datang sahabat - sahabatnya kerumah dengan kejutan tak terduga.