Dunia mimpi ..., Dinda Dwiyandari, FIB UI, 2013
Dunia mimpi ..., Dinda Dwiyandari, FIB UI, 2013
Dunia Mimpi dalam Puisi Osiris ou la fuite en Égypte Karya Jacques Prévert Dinda Dwiyandari dan Apsanti Djokosuyatno Program Studi Prancis, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Indonesia Email:
[email protected]
Abstrak Artikel ini menganalisis puisi Osiris ou la fuite en Égypte karya Jacques Prévert dengan tujuan untuk mengungkapkan dunia mimpi di dalamnya yang merupakan salah satu ciri aliran surealisme yang dianut sang pengarang. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan strukturalisme. Meskipun larik awal menyatakan bahwa waktu adalah masa perang di Paris (pendudukan Jerman), namun puisi ini penuh dengan kata-kata yang maknanya sangat bertentangan tetapi sedemikian rupa sehingga kesan yang timbul justru kedamaian dan kebahagiaan. Selain itu ada kejadian fantastik yaitu Osiris yang hidup dan menikahkan dua pengunjung yang saling jatuh cinta. Penyebutan dan penggambaran Osiris yang merupakan dewa kematian dan juga kehidupan, serta kata Égypte itu sendiri merupakan suatu dunia mimpi di Paris yang saat itu sedang diduduki Jerman.
The World of Dream in Osiris ou la fuite en Égypte Poem by Jacques Prévert Abstract This article aims to explore and analyze the world of dream described by Jaques Prevert on his poem Osisris ou la fuite en Egypte. It reveals the the world of dream described on the poetry, which is typically one of the most important characteristics in surrealist writings. The method used in this article is the structuralism. Inspite of the description of Paris in war time in the beginning of the poeme, the poetry evokes a peaceful, silent, and happy world. The contrasting words used in the poem, the repetition of the nice sentences, Osiris being alive, and his marrying two lovers produce the world of dream in the sad and isolated Paris. Keywords: Jacques Prévert, surrealism, poem.
Latar Belakang Pasca perang dunia I, mulai bermunculan gerakan-gerakan artistik dan literatur di Prancis. Gerakan tersebut lahir dari pemberontakan terhadap aturan-aturan kesenian yang telah ada serta sebagai salah satu cara menunjukkan kritik terhadap perang yang terjadi. Salah satu gerakan yang muncul pada masa itu yaitu gerakan surealisme. Gerakan surealisme merupakan gerakan di antara pengarang dan pelukis Prancis yang muncul untuk menuntut kebebasan artistik. Gagasan
Dunia mimpi ..., Dinda Dwiyandari, FIB UI, 2013
baru mengenai hidup dan pemikiran, serta penggunaan bahasa yang baru. Gerakan ini berlandaskan pada penolakan terhadap segala pemikiran logis sehingga melahirkan pemikiran yang cenderung irasional, absurd, penuh hasrat, dan seperti mimpi. Surealisme mengungkapkan segala sesuatu melalui asosiasi bebas tanpa adanya urutan atau koherensi. Aliran ini berusaha untuk mengeksploatasi materi-materi di dalam mimpi, alam bawah sadar, keadaan antara tidur dan terjaga, dan menyerahkan seluruh interpretasinya kepada pembaca. Salah satu tokoh Prancis yang ikut berperan dalam perkembangan aliran ini yaitu Jacques Prévet 1. Jacques Prévet merupakan salah satu penulis dan penyair Prancis yang terkenal karena kemampuannya dalam banyak bidang seni. Selain menulis puisi, Prévert juga menulis skrip film dan membuat lagu. Prévert dilahirkan pada tanggal 4 Februari 1900 di Neuilly-sur-Seine. Perkenalannya dengan aliran surealisme dimulai pada saat ia ikut serta dalam wajib militer Perang Dunia I. Perjalanannya mengikuti wajib militer mempertemukan Prévert dengan Yves Tanguy dan Marchel Duhamel, yang kini dikenal sebagai pelukis surealis dan penerjemah novelnovel detektif. Setelah mengikuti wajib militer, Prévert memutuskan untuk tinggal di Montparnasse dan menyewa rumah bersama Tanguy dan Duhamel. Pada saat tinggal di Montparnasse, mereka bertemu dengan banyak seniman dan penulis aliran surealisme, pertemuan mereka terjadi secara terus-menerus dan akhirnya rumah mereka yang terletak di 54 rue du Château menjadi tempat berkumpul serta bediskusi penyair dan pelukis aliran surealisme. Aliran surealisme yang dianut Prévert tampak dalam karya-karyanya, Prévert menggunakan hubungan yang bebas antara citraan dan kata-kata untuk merangkai puisinya, namun tetap dengan mengusung teknik penyampaian dan penggunaan kata-kata yang lazim karena Prévert menginginkan pemikiran di dalam puisinya dapat dimengerti oleh orang awam. Berkat puisinya yang cenderung berbeda, karya-karyanya dianggap keluar dari aturan yang ada pada saat itu. Selama hidupnya, Jacques Prévert telah banyak menghasilkan karya-karya besar yang masih dikagumi hingga sekarang. Salah satu kumpulan puisi Jacques Prévert yang terkenal berjudul Paroles, diterbitkan pada Desember 1945. Paroles merupakan buku kumpulan puisinya yang meraih sukses besar berkat permainan kata-kata yang ada dalamnya. Prévert bermain dengan huruf vokal, konsonan, dan suku kata sehingga membuat tiap penggunaannya
1
Aliran ini antara lain diilihami dari psikoanalisa yang dielaborasi oleh Sigmund Freud dan diperkenalkan di awal abad XX. Breton mengagumi Freud dan pendekatan psikoanalisanya.
Dunia mimpi ..., Dinda Dwiyandari, FIB UI, 2013
menimbulkan makna yang berbeda. Karya-karya puisi di dalam buku ini banyak bertema peristiwa perang dan cinta, salah satunya yaitu puisi Osiris ou la fuite en Égypte. Puisi ini berbeda dengan puisi Jacques Prévert yang lain karena menimbulkan kesan seperti mimpi. Masalah Berdasarkan penjelasan di atas, bahwa dunia mimpi merupakan salah satu ciri surealisme, masalah yang diajukan adalah bagaimanakah dunia mimpi ditampikan dalam puisi Osiris ou la fuite en Égypte karya Jacques Prévert. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguraikan penyajian dunia mimpi dalam Osiris ou la fuite en Égypte karya Jacques Prévert Sumber Data Data dalam penelitian ini bersumber dari puisi karya Jacques Prévert yang berjudul Osiris ou la fuite en Égypte. Puisi ini terdapat dalam buku kumpulan puisi Jacques Prévert yang berjudul Paroles, diterbitkan pada tahun 1949 oleh Le Point du Jour. Kerangka Teori Metode yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah metode struktural yaitu sebuah metode yang menganggap karya sastra memiliki struktur berupa sebuah bangun abstrak, terdiri dari sejumlah komponen yang berkaitan satu sama lain untuk membentuk struktur itu. Komponen-komponen itu berkaitan satu sama lain di dalam susunan tertentu (Hoed, 2007: 27). Berdasarkan teori struktural, unsur-unsur yang membangun sajak dapat dibahas melalui aspek bentuk yang terdiri dari aspek metrik, aspek bunyi, dan aspek sintaksis serta aspek semantik dan pragmatik. 1. Aspek Sintaksis Sintaksis atau tata kalimat adalah bagian dari ilmu bahasa yang mempelajari tentang cara-cara mengatur urutan kata dalam pembentukan suatu kalimat (Dubois, 1970: 22).
Dunia mimpi ..., Dinda Dwiyandari, FIB UI, 2013
Menurut Kridalaksana (1987:231), kalimat merupakan satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan terdiri dari klausa. Klausa adalah satuan gramatikal berupa gabungan kata yang sekurang-kurangnya terdiri dari subjek dan predikat yang memiliki potensi untuk menjadi kalimat. Keberadaan struktur sintaksis terkecil dipengaruhi oleh urutan kata, bentuk kata, dan intonasi. Intonasi itu dapat berupa intonasi deklaratif (ditandai dengan tanda titik), intonasi interogatif (ditandai dengan tanda tanya), dan intonasi interjektif (ditandai dengan tanda seru). 2.
Aspek Pragmatik Aspek-aspek pemakaian bahasa dalam komunikasi disebut dengan pragmatik. Aspek ini
menyangkut komunikasi dan pilihan kata (diksi). Komunikasi dibutuhkan untuk menyampaikan pesan antara P1 (penyampai pesan) dan P2 (penerima pesan). Komunikasi dapat dilakukan dengan menggunakan alat komunikasi dalam bentuk lisan dan tulisan. Dalam analisis ini, komunikasi yang dilakukan adalah komunikasi dalam bentuk tulisan. 3. Aspek Semantik Selain dilihat dari aspek bentuk, makna puisi secara keseluruhan dapat diperoleh dari aspek isi, terutama dari makna kata. Menurut Ogden dan Richards seperti yang dikutip oleh Palmer dalam bukunya Semantics (1981), makna linguistik diperoleh dari hubungan antara lambang atau bentuk (symbol) dengan konsep dan acuan. Makna merupakan konsep yang timbul dalam pikiran seseorang dari suatu bentuk bahasa, bentuk ini mengacu pada sesuatu yang berada di luar bahasa. Berdasarkan hal tersebut, maka sebuah kata dapat memiliki lebih dari satu makna karena konsep yang dimiliki seseorang akan sebuah bentuk bahasa tentu berbeda dengan yang lainnya. Makna yang diperoleh dari sebuah kata dapat berupa makna denotatif maupun konotatif. Makna denotatif adalah makna yang masuk dalam mekanisme referensial, makna ini merupakan informasi yang disalurkan oleh suatu satuan kebahasaan (penanda/signifiant) yang dapat mempunyai hubungan dengan suatu objek di luar bahasa. Dengan kata lain, tanda itu mengacu, menunjuk pada suatu realita nonlinguistik (bukan kebahasaan) (Zaimar dan Harahap, 2011: 164). Makna denotatif ditampilkan secara langsung dan jelas. Makna konotatif adalah nilai semantik yang muncul tanpa disalurkan oleh suatu penanda yang termasuk dalam dua kategori yang biasanya berfungsi menyalurkan makna, yaitu penanda leksikal dan struktur gramatikal (Zaimar
Dunia mimpi ..., Dinda Dwiyandari, FIB UI, 2013
dan Harahap, 2011: 164). Berbeda dengan denotasi yang menampilkan realita tertentu di luar bahasa, makna konotasi menampilkan kesan penerima pesan.
4. Aspek Bunyi Aspek bunyi menyangkut masalah permainan bunyi yang mencakup rima puisi, aliterasi, dan asonansi. Permainan bunyi dapat menimbulkan efek tertentu dalam puisi dan membantu menekankan makna puisi. Dalam penelitian ini, hanya aspek aliterasi dan asonansi serta aspek rima saja yang akan dibahas. 1. Aliterasi dan Asonansi Aliterasi merupakan pengulangan bunyi konsonan dalam larik, sedangkan asonansi adalah pengulangan bunyi vokal dalam larik. Aliterasi dan asonansi berperan dalam menentukan kesan bunyi (Schmitt&Viala, 1982:129), frekuensi kemunculan keduanya akan memberi warna pada suasana yang dibangun dalam sebuah puisi. 2. Rima Elemen-elemen bunyi yang sama pada awal atau akhir larik puisi disebut rima. Rima membentuk gaung antara dua larik atau lebih (Schmitt&Viala, 1982: 136). Berdasarkan letaknya, rima dibagi atas: a. Rime plate (rima datar) Rima ini mengikuti pola A-A, B-B, C-C, dan seterusnya. Polanya adalah larik pertama berima dengan larik kedua, larik ketiga berima dengan larik keempat, dan seterusnya.
b. Rime embrassées (rima berpeluk) Rima ini mengikuti pola A-B-B-A, larik pertama berima dengan larik keempat dan larik kedua berima dengan larik ketiga.
c. Rime croissées (rima bersilang) Rima ini mengikuti pola A-B-A-B, larik pertama berima dengan larik ketiga dan larik kedua berima dengan larik keempat.
Dunia mimpi ..., Dinda Dwiyandari, FIB UI, 2013
5. Aspek Metrik Pembentuk irama sajak disebut dengan metrik. Timbulnya irama sajak dipengaruhi oleh tinggi rendah, cepat lambat, dan kuat lemahnya tekanan suara yang diberikan pada saat membaca larik-larik sajak. Segi metrik yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah penghitungan jumlah suku kata. Penghitungan jumlah suku kata Menurut Schmitt dan Viala ( 1982: 134), dalam konvensi penulisan puisi Prancis terdapat istilah alexandrin yaitu larik dengan dua belas suku kata, decasyllable yaitu larik dengan sepuluh suku kata, neufsyllabe yaitu larik dengan sembilan suku kata, dan heptasyllabe yaitu larik dengan tujuh suku kata. Penghitungan suku kata tersebut bergantung pada kaidah penggunaan huruf e, menurut kaidah penggunaan puisi Prancis, huruf e tidak dibunyikan (muet) bila terdapat dalam posisi berikut: a. Terletak di akhir larik dan didahului sebuah konsonan … + konsonan + e muet (di akhir larik disebut apocope)
b. Berada di tengah larik, mendahului huruf vokal atau huruf h muet … + konsonan + e muet + vokal, h muet + …
c. Terletak di tengah larik, berada di antara konsonan dan vokal … + konsonan + e muet + vokal + …
d. Berada di akhir larik dan diikuti huruf -s atau -nt … + konsonan + e muet + -s, -nt
Huruf e wajib dibunyikan dan dihitung sebagai satu suku kata bila berada dalam posisi sebagai berikut: a. Terletak di tengah larik dan berada di tengah konsonan … + konsonan + e + konsonan + …
Dunia mimpi ..., Dinda Dwiyandari, FIB UI, 2013
b. Terletak di tengah larik, didahului oleh konsonan dan diikuti oleh huruf -s atau -nt … + konsonan + e + -s, -nt + …
Puisi Osiris ou la fuite en Égypte Berikut merupakan puisi yang akan dibahas secara keseluruhan dalam analisis ini, disertai terjemahannya: Osiris ou la fuite en Égypte
C'est la guerre c'est l'été Déjà l'été encore la guerre Et la ville isolée désolée Sourit sourit encore Sourit sourit quand même De son doux regard d'été Sourit doucement à ceux qui s'aiment C'est la guerre c'est l'été Un homme avec une femme Marchent dans un musée désert Leurs pas sont les seuls pas dans ce musée désert Ce musée c'est le Louvre Cette ville c'est Paris Et la fraicheur du monde Est là tout endormie Un gardien se réveille en entendant les pas Appuie sur un bouton et retombe dans son rêve Cependant qu'apparaît dans sa niche de pierre La merveille de l'Égypte debout dans sa lumière La statue d'Osiris vivante dans le bois mort Vivante à faire mourir une nouvelle fois de plus
Dunia mimpi ..., Dinda Dwiyandari, FIB UI, 2013
Toutes les idoles mortes des églises de Paris Et les amants s'embrassent Osiris les marie Et puis rentre dans l'ombre De sa vivante nuit.
Terjemahan: Osiris atau Pelarian ke Mesir
Ini saat perang, ini musim panas Sudah musim panas masih terjadi perang Kota yang terkucil menyedihkan Tersenyum tersenyum lagi Tetap tersenyum Dengan pandangan musim panas Tersenyum lembut pada mereka yang saling mencintai Seorang pria dan seorang wanita berjalan dalam museum yang kosong Langkah mereka satu-satunya yang terdengar di museum itu Museum itu adalah Louvre Kota itu adalah Paris Dan kesegaran dunia Di situ terlelap Seorang penjaga terbangun mendengar langkah mereka Menekan sebuah tombol lalu kembali ke dalam mimpinya Pada saat yang sama muncul dari ceruk batu Patung menakjubkan dari Mesir tegak berkilau Osiris hidup dalam kayu yang mati Osiris yang hidup menyebabkan Patung-patung pujaan di kota Paris kembali mati Dan kedua kekasih berpelukan Osiris menikahkan mereka
Dunia mimpi ..., Dinda Dwiyandari, FIB UI, 2013
Lalu kembali dalam kegelapan Dari malamnya yang hidup
Analisis Puisi Analisis ini akan dimulai dari analisis aspek sintaksis, kemudian dilanjutkan dengan analisis aspek pragmatik, aspek semantik, dan diakhiri dengan analisis bunyi dan metrik. Analisis Sintaksis Meskipun panjang, puisi ini hanya mempunyai satu tanda titik ( . ) yang tedapat pada akhir larik terakhir. Walaupun demikian, puisi ini sebenarnya terdiri dari beberapa kalimat pendek dan kalimat-kalimat elips yang dapat berdiri sendiri atau otonom. Ada 16 kalimat yang menggambarkan suatu peristiwa yang terjadi di Paris dan Louvre dalam kala present, seakan menggambarkan sesuatu yang sedang terjadi. Kalimat-kalimat itu antara lain: -
C'est la guerre
-
C'est l'été
-
Déjà l'été encore la guerre
-
Et la ville isolée désolée sourit sourit encore sourit sourit quand meme de son doux regard d'été sourit doucement à ceux qui s'aiment
-
C'est la guerre
-
C'est l'été
-
Un homme avec une femme marchent dans un musée desert
-
Leurs pas sont les seuls pas dans ce musée desert
-
Ce musée c'est le Louvre
-
Cette ville c'est Paris
-
Et la fraicheur du monde est là tout endormie
-
Un gardien se réveille en entendant les pas appuie sur un bouton et retombe dans son rêve
-
Cependant qu'apparaît dans sa niche de pierre la merveille de l'Égypte debout dans sa lumière la statue d'Osiris vivante dans le bois mort vivante à faire mourir une nouvelle fois de plus toutes les idoles mortes des églises de Paris
-
Et les amants s'embrassent
Dunia mimpi ..., Dinda Dwiyandari, FIB UI, 2013
-
Osiris les marie
-
Et puis rentre dans l'ombre de sa vivante nuit.
Dalam kalimat-kalimat di atas, terdapat pengulangan kalimat c'est la guerre dan c'est l'été yang mengesankan bahwa peperangan yang digambarkan tidak suram karena musim panas diasosiasikan dengan keceriaan. Penekanan itu dilakukan untuk membuktikan bahwa suasana perang dalam puisi ini tidak menyedihkan seperti kenyataan yang seharusnya.
Analisis Pragmatik Dalam puisi Osiris ou la fuite en Égypte, penutur tidak diperlihatkan secara jelas karena tidak ditemukan penggunaan kata ganti subjek orang pertama, demikian juga dengan penerima yang tidak ditulis secara langsung. Penutur dalam puisi ini seolah-olah merupakan pengamat, yang tidak terlibat secara langsung dengan kejadian tetapi merasakan suasana damai dan bahagia yang menyelimuti kota itu dan Louvre, hal yang akan dijelaskan kemudian. Penutur seperti di dalam mimpi; seseorang yang bermimpi dapat mengamati kejadian yang terlihat seakan sangat nyata.
Analisis Semantik Untuk memahami makna puisi, analisis semantik akan dimulai dengan analisis judul puisi dan dilanjutkan dengan analisis puisi secara keseluruhan.
a. Analisis Judul Puisi Dilihat dari judul puisi yaitu Osiris ou la fuite en Égypte, secara sepintas puisi ini berhubungan dengan Osiris dan Égypte yaitu sebuah nama dan tempat yang jauh dari Prancis. Égypte atau Mesir merupakan nama negara di kawasan Afrika bagian timur. Pada tahun 1798, Prancis pernah mengirimkan ekspedisi ke Mesir untuk menjadikannya sebagai koloni, namun berujung pada penjajahan Mesir oleh Prancis yang berlangsung hingga tahun 1801. Sisa-sisa pendudukan Prancis di Mesir masih terlihat hingga sekarang, salah satunya yaitu dari pemakaian bahasa Prancis yang masih digunakan oleh sebagian besar penduduk bekas jajahan Prancis itu. Mesir merupakan negara yang kaya akan peninggalan kebudayaan dan kesenian, hal itu yang
Dunia mimpi ..., Dinda Dwiyandari, FIB UI, 2013
menyebabkan Napoleon rela mengangkut peninggalan-peninggalan peradaban Mesir kuno untuk dibawa ke Prancis. Buah tangan yang dibawa Napoleon ke Prancis menjadi salah satu bentuk masuknya kebudayaan Mesir ke Prancis, dengan cara itu juga patung Osiris dapat berada di museum Louvre hingga sekarang. Égypte dalam puisi ini merupakan tempat perpindahan ruang yang lengkap atau dalam bahasa Prancis disebut sebagai dépaysement. Osiris merupakan nama dari salah satu dewa Mesir kuno, yaitu dewa kehidupan setelah kematian (akhirat), dia dipercaya sebagai pelindung orang mati dan menjadi hakim di hari akhir. Osiris menggantikan dewa matahari yaitu Ra untuk memimpin Mesir. Pada awal kepemimpinannya, manusia menunjukkan prilaku yang tidak manusiawi, mereka terlibat dalam perkelahian secara terus menerus dan menunjukkan tanda-tanda kanibalisme. Agar lebih beradab, Osiris mengajarkan rakyatnya untuk bercocok tanam, oleh karena itu Osiris juga dikenal sebagai dewa tanaman dan wajahnya digambarkan berwarna hijau seperti warna sungai nil yang airnya membuat subur daerah sekitarnya. Osiris juga mengajarkan hukum dasar peradaban dan juga memperkenalkan seni puisi dan musik. Seperti yang telah disebutkan di atas, Osiris sangat erat hubungannya dengan kematian, namun semua hal yang berhubungan dengan kematian tidak selalu berkonotasi buruk karena kehidupan setelah kematian dapat berarti awal yang baru. Kata hubung ou (atau) memperlihatkan pilihan antara Osiris atau melarikan diri di Mesir. Melarikan diri di Mesir dapat berarti melarikan diri dari kematian yang dilambangkan oleh Osiris. b. Permainan Bahasa dalam Osiris Puisi ini diterbitkan pada tahun 1945 pada saat Perang Dunia II berlangsung. Dua larik awal puisi ini menyatakan saat itu adalah masa perang yang berlangsung pada musim panas. Pengulangan kata guerre yang ditekankan menggunakan c’est dan encore, memperlihatkan kontinuitas keadaan perang, yaitu perang sudah berlangsung sebelum saat itu dan masih berlangsung pada saat itu. Hal itu ditegaskan melalui pengulangan larik “C'est la guerre c'est l'été” sebanyak dua kali. Penggunaan kata guerre dan été dalam satu larik sangatlah kontras. Guerre atau peperangan cenderung berhubungan dengan kekerasan dan penderitaan serta menimbulkan ketegangan, hal itu diperlihatkan dalam larik “Et la ville isolée désolée”, kota yang terkucil dan sedih. Dua adjektifa yang dijajarkan begitu saja mendukung hal itu. Kata été atau musim panas biasanya
Dunia mimpi ..., Dinda Dwiyandari, FIB UI, 2013
dihubungkan dengan liburan, kehangatan, keceriaan, dan cinta yang berkembang. Kedua kata tersebut sangat bertolak belakang, tetapi oposisi itu berkesan persatuan dari hal-hal yang bersebrangan dan selanjutnya menimbulkan efek baru sehingga tidak ada lagi sifat negatif atau positif yang terpisah. Hal itu dibuktikan dari suasana peperangan yang nyaman yang dinyatakan dalam puisi ini. Dalam masa peperangan, keceriaan dan cinta tetap muncul di dalamnya, kemunculan kata-kata yang memiliki konotasi positif sangat tidak lazim untuk mendeskripsikan kota yang dicekam perang. Seharusnya Paris digambarkan suram. Kata-kata dan frasa yang menimbulkan suasana gembira adalah sourit, ils s’aiment, l’été, fraicheur, dan ils s’embrassent. Di tengah peperangan, kedamaian, ketenangan, dan kebahagiaan didapatkan di dalam museum Louvre yang terletak di kota Paris yang waktu itu diduduki Jerman - masa penulisan sajak. Pada masa perang dunia II, museum Louvre tidak diserang oleh tentara Jerman karena orang Jerman juga menghargai karya seni. Museum Louvre tetap dibuka pada masa perang, namun keadaannya kosong karena sebagian besar karya seninya telah direlokasi. Museum Louvre yang dinyatakan dalam puisi ini memiliki suasana yang tidak biasa. Suasana yang digambarkan sangat tidak sesuai dengan keadaan pada masa itu, walaupun dalam keadaan perang, museum tampak sunyi senyap karena hanya terdapat sepasang kekasih yang mengunjungi museum Louvre. Hal itu ditunjukkan melalui larik “Leurs pas sont les seuls pas dans ce musée desert”. Museum yang berada di Paris yang merupakan pusat kota digambarkan sangat tenang, sangat jauh dari suasana perang yang penuh kebisingan. Perang yang sedang terjadi seolah-olah bukan masalah besar, orang-orang (la ville) tetap tersenyum. Ada yang saling memadu kasih dan menikmati hidup dengan berpergian ke museum. Hal itu terlihat dari larik ke 4, 5, 7, 14, dan 15. Sourit sourit encore Sourit sourit quand meme Sourit doucement à ceux qui s'aiment Et la fraicheur du monde Est là tout endormie
Museum Louvre dalam puisi ini digambarkan dijaga oleh penjaga museum yang sedang tidur dan bermimpi. Penjaga itu kemudian tebangun mendengar langkah kaki dan justru kembali tertidur, membiarkan serta tidak peduli dengan kedatangan sepasang kekasih seolah ia
Dunia mimpi ..., Dinda Dwiyandari, FIB UI, 2013
membebaskan mereka untuk melakukan apa saja di museum itu. Sikap penjaga itu menunjukkan kesantaian dan kedamaian yang dirasakan di dalam museum sehingga penjaga dapat kembali tertidur tanpa mengkhawatirkan apapun dan yang dikerjakannya hanya bermimpi. Penjaga yang dinyatakan dalam puisi ini berbeda dengan penjaga museum sebenarnya karena di dalam kehidupan nyata, penjaga museum tidak boleh tertidur ketika bertugas dan harus terjaga untuk mengawasi setiap pengunjung museum. Selanjutnya ditunjukkan peristiwa fantastik yaitu kemunculan patung Osiris yang kembali hidup mengalahkan patung-patung lainnya yang ada di Paris. Osiris hidup untuk menikahkan sepasang kekasih dan kemudian kembali ke kegelapan. Osiris di dalam puisi ini tidak digambarkan sebagai sosok yang menyeramkan, ia justru bertindak sebagai pendeta yang menjadi saksi cinta sepasang kekasih, sehingga gambaran kematian yang melekat pada Osiris lenyap. La statue d'Osiris vivante dans le bois mort Osiris les marie Peristiwa fantastik semakin menujukkan bahwa kejadian tersebut berlangsung di dalam mimpi. Patung Osiris tidak mungkin benar-benar hidup dan berjalan jika terjadi di dunia nyata. Oposisi yang Menyatu Puisi ini tampak mengaitkan dua hal yang bertentangan sebagai permainan kata yang melebur makna keduanya, Perang dan Kematian, Cinta dan Kehidupan, menjadi seakan-akan tidak bisa dipisahkan. Kata-kata yang beroposisi yang lain ditemukan dalam larik berikut: C'est la guerre c'est l'été De son doux regard d'été La statue d'Osiris vivante dans le bois mort Vivante à faire mourir une nouvelle fois de plus De sa vivante nuit
Dunia mimpi ..., Dinda Dwiyandari, FIB UI, 2013
Oposisi la guerre dan l'été merupakan paradoks karena oposisi hanya terjadi di dalam makna kata saja dan tidak beroposisi di dalam kehidupan. Kata la guerre biasanya beroposisi dengan kata la paix dan tidak dioposisikan dengan kata l'été karena tidak dipakai dalam konteks yang sama di dalam kehidupan. Selain itu, paradoks juga muncul pada oposisi kata doux dan l'été serta vivante dan nuit. Vivant biasanya merujuk pada makhluk hiup, namun dalam sajak merujuk pada Osiris juga pada malam yang berkonotasi kematian. Antitese diperlihatkan melalui penggunaan kata-kata yang disandingkan dalam satu larik untuk menunjukkan bahwa kedua kata itu memiliki makna yang kontras. Kata-kata itu adalah vivante dan mourir yang terdapat pada larik ke-21. Selain itu dalam larik ke-20, Osiris yang merupakan benda mati justru hidup dan berjalan, sedangkan manusia berkesan mati karena tak bernama dan tak berwujud, hanya dideskripsikan melalui langkah kaki. Hal itu menimbulkan kesan tak riil karena kenyataan seakan dibalik, yang hidup seperti mati dan yang mati seperti hidup. Oposisi lain yang juga ditemukan namun dalam larik yang berbeda yaitu antara la ville isolée dengan ceux qui s’aiment dan la ville désolée dengan sourit sourit encore. Kota yang seharusnya sedih justru terlihat bahagia karena disandingkan dengan kata-kata yang berkonotasi positif. Kata-kata yang kontras maknanya digunakan untuk menyeimbangkan suasana yang ada di dalam puisi ini. Walaupun berlatarkan perang, tetap dapat dirasakan cinta dan kebahagiaan di dalamnya sehingga suasana suram terkikis olehnya. Suasana tenang, senyuman, dan cinta sangat hampir mustahil didapatkan ketika perang. Peperangan selalu diasosiasikan dengan penderitaan, kehancuran, kebisingan akibat baku tembak, dan sebagainya. Keadaan yang digambarkan di dalam puisi ini hanya dapat terjadi jika seseorang bermimpi atau berkhayal.
Analisis Bunyi Makna yang terkandung di dalam puisi ini didukung juga oleh rimanya. Puisi Osiris ou la fuite en Égypte merupakan salah satu puisi yang tidak memiliki rima teratur, namun tetap ditemukan persamaan rima dalam beberapa lariknya. Rima itu didapat dari pengulangan kata yang digunakan dalam puisi ini. Rima yang terdapat dalam puisi ini yaitu rima plate atau rima datar, hal itu dapat dilihat dalam larik berikut:
Dunia mimpi ..., Dinda Dwiyandari, FIB UI, 2013
[su1i su1i 2AkO1]
:a
[su1i su1i k2A mEm]
:a
[ma1S d2A z9 myze dezE1]
:b
[l91 pA s2O le s9l pA d2A s(@) myze dezE1]
:b
[e la f1ES91 dy m2Od]
:c
[e la tu 2AdO1mi]
:c
[s(@)p2Ad2A kapa1E d2A sa niS d(@) pjE1]
:d
[la mE1vEj d(@) leZip d@bu d2A sa lymjE1]
:d
Rima dalam puisi ini mendukung keadaan yang tergambar dalam puisi. Rima plate merupakan rima yang teratur, seakan menunjukkan suasana yang seakan melayang dan membuai seperti suasana alam mimpi. Dalam puisi ini, museum Louvre yang terletak di pusat kota Paris digambarkan sunyi senyap hingga hanya suara langkah kaki sepasang kekasih yang terdengar. Suasana sunyi itu juga didukung oleh larik berikut: Leurs pas sont les seuls pas dans ce musée desert [l91 pA s2O le s9l pA d2A s(@) myze dezE1] Bunyi yang terdengar dominan dalam larik tersebut adalah bunyi asonansi dari [p] dan [s]. Bunyi asonansi itu mendukung suara langkah kaki sepasang kekasih di dalam museum Louvre.
Analisis Metrik Puisi Osiris ou la fuite en Égypte hanya memiliki satu bait yang terdiri dari dua puluh enam (26) larik. Jumlah suku kata pada tiap larik dalam puisi ini dapat dilihat dalam tabel berikut:
Dunia mimpi ..., Dinda Dwiyandari, FIB UI, 2013
Larik 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Transkripsi Fonetis [se la gE1 se le te] [de Za le te 2A kO1 la gE1] [e la vil i zO le de zO le] [su 1i su 1i 2A kO1] [su 1i su 1i k2A mEm] [d(@) s2O du 1(@) ga1 de te] [su 1i dus m2A a s{ ki sem] [se la gE1 se le te] [9 Om a vEk yn fam] [ma1S d2A 9 my ze de zE1] [l91 pA s2O le s9l pA d2A s(@) my ze de zE1] [s(@) my ze se l(@) luv 1(@)] [sEt vil se pa 1i] [e la f1E S91 dy m2Od] [e la tu 2A dO1 mi] [9 ga1 dj 2A s(@) 1e vej 2A 2A t2A d2A le pA] [a pH i sy1 9 bu t2O e 1(@) t2Ob d2A s2O 1ev] [s(@) p2A d2A ka pa 1E d2A sa niS d(@) pj E1] [la mE1 vEj d(@) le Zip d@ bu d2A sa ly mj E1] [la sta ty do si 1is vi v2A d2A l(@) bwa mO1] [vi v2A a fE1 mu 1i1 yn nu vEl fwa d(@) plys] [tut le zi dOl mO1t de ze gliz d(@) pa 1i] [e le za m2A s2A b1as] [o si 1is le ma 1j] [e pHi 12A t1(@) d2A l2Ob1] [d(@) sa vi v2A nHi]
Jumlah Suku Kata 6 8 9 6 6 7 8 6 6 7 12 7 5 6 6 13 13 12 13 12 12 11 6 6 6 5
Dari tabel di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa jumlah suku kata per-larik, dimulai dari jumlah suku kata terkecil adalah sebagai berikut: -
Lima suku kata per larik: 2 larik
-
Enam suku kata per larik: 10 larik
-
Tujuh suku kata per larik: 3 larik
-
Delapan suku kata per larik: 2 larik
-
Sembilan suku kata per larik: 1 larik
-
Sebelas suku kata per larik: 1 larik
Dunia mimpi ..., Dinda Dwiyandari, FIB UI, 2013
-
Dua belas suku kata per larik: 4 larik
-
Tiga belas suku kata per larik: 3 larik
Simpulan di atas memperlihatkan bahwa jumlah suku kata yang dominan dalam puisi Osiris ou la fuite en Égypte yaitu enam suku kata per larik yang didapat pada sepuluh larik. Jumlah suku kata dalam puisi ini memiliki pola yaitu pada awal puisi, jumlah suku kata pada tiap lariknya cenderung sedikit, kemudian pada pertengahan puisi jumlah suku katanya lebih banyak, dan pada akhir puisi jumlah suku katanya kembali sedikit. Larik yang singkat pada larik-larik awal puisi ini menunjukkan seolah-olah penutur menjelaskan cuplikan-cuplikan gambaran yang ada dalam mimpinya dan butuh waktu untuk mengingatnya. Pada pertengahan puisi, larik cenderung lebih panjang, sehingga dapat disimpulkan bahwa penutur mulai mengingat detil kejadian di dalam mimpinya. Kesimpulan Dunia mimpi dalam puisi ini dibangun melalui penggambaran manusia dan patung yang tak lazim: manusia justru digambarkan mati dan patung digambarkan hidup. Dunia mimpi juga diungkapkan melalui suasana yang sepi dan nyaman yang dibangun dengan kata-kata tertentu. Kota Paris yang menyedihkan justru berkesan bahagia, diwakili Louvre yang damai dan tenang, berkat penggambaran penjaga yang tertidur, sepasang kekasih yang jatuh cinta dan dinikahkan oleh patung Osiris. Daftar Pustaka Dubois, Jean & Françoise Dubois-Chalier. Élements de Linguistique: Syntaxe. Paris: Larousse. 1970. Prévert, Jacques. Anthologie Prevert. London: Routledge. 1994. Prévert, Jacques. Paroles. Paris: Le Point du Jour. 1949. Schmitt, Michel P. & Alain Viala. Savoir-Lire. Paris: Didier: 1982. Zaimar, OKS dan Ayu Basoeki Harahap. Telaah Wacana: Teori dan Penerapannya. Depok: Komodo Books. 2011.
Dunia mimpi ..., Dinda Dwiyandari, FIB UI, 2013
Publikasi Elektronik Claire Bommelaer . “Histoire d’un Louvre vide mais occupé”. Le Figaro, 2009.
(Diakses pada 15 Februari 2013 pukul 17.08) Rickard, J. “French Invasion of Egypt, 1798-1801”. History of War, 2006. (Diakses pada 15 Februari 2013 pukul 17.05)
Dunia mimpi ..., Dinda Dwiyandari, FIB UI, 2013