Penelitian Tindakan Kelas
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG BERBANTUAN AUDIO VISUAL ( VCD ) UNTUK MENINGKATKAN AKTIFITAS DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATERI IBADAH KELAS VII SMP NEGERI 2 NGEMPLAK
Drs. Ahmad Mursidi, M.Pd.I Guru Pendidikan Agama Islam SMP Negeri 2 Ngemplak Kabupaten Boyolali, Peserta Program Peningkatan Kompetensi dan Wawasan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ditjen Pendidikan Agama Islam, yang diselenggarakan FITK UNSIQ kerjasama dengan Kementrian Agama RI
Abstrak Penelitian tindakan kelas ini berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Langsung Berbantuan Berbantuan Audio Visual (VCD) Untuk Meningkatkan Aktifitas dan Hasil Belajar Peserta Didik pada materi Ibadah Kelas VII Semester I SMP Negeri 2 Ngemplak Boyolali Tahun Pelajaran 2011/2012“. Penelitian ini didasarkan atas pertimbangan bahwa prestasi peserta didik belum optimal. Hal ini nampak pada perolehan nilai rata-rata peserta didik di kelas ini relatif masih rendah. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Maret 2012. Penelitian ini merupkan sebuah ikhtiar untuk menemukan teknik pembelajaran yang didukung oleh media pembelajaran sehingga peserta didik dapat terlibat secara aktif dan dapat meningkatkan hasil belajarnya. Melalui Audio Visual (VCD) khusunya pada materi Ibadah diharapkan peserta didik dapat memperoleh pengetahuan yang berkesan dan bermakna, sehingga peserta didik akan lebih termotivasi untuk selalu aktif dan partisipasif dalam mengikuti Kegiatan belajar.
Kata Kunci: Model Pembelajaran Langsung, Audio Visual (VCD), Hasil Belajar
PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Pendidikan Agama di sekolah umum memiliki peran yang sangat urgen dalam pembinaan manusia Indonesia. UUD 1945 (Amandeman) Pasal 31 ayat (3) mengamanatkan bahwa “Tujuan Pendiddikan Nasional meningkatkan keimanan dan ketaqwaan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa”. Tujuan pendidikan nasional tersebut dipertegas dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa, Pendidikan Nasional bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, beriman, cakap, kreatif, mandiri, dan warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan Agama Islam merupakan mata pelajaran pokok yang tidak hanya mengantarkan peserta didik untuk dapat menguasai berbagai kajian keislaman, tetapi lebih menekankan pada pengamalan dalam kehidupan sehari-hari di
122 | Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol. VI. TH.2012
tengah-tengah masyarakat. Oleh karena itu guru Pendidikan Agama Islam hendaknya dapat mengembangkan pembelajaran yang berorientasi pada pencapaian kompetensi peserta didik secara menyeluruh yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Materi Ibadah mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Pada umumnya materi ibadah khususnya dipelajari peserta didik dengan cara mendengarkan ceramah guru, disamping juga adanya keterbatasan media pembelajaran, serta minimnya waktu Pembelajaran yang hanya 4 jam ( 2 kali pertemuan). Pada awal tahun pelajaran 2011/2012 dari hasil diskusi dengan guru mata pelajaran yang mendapat tugas mengajar di kelas VII, diperoleh informasi bahwa hasil belajar peserta didik dengan kondisi seperti itu peserta didik yang terlibat aktif dalam kegiatan belajar ini hanya 40%. Selain itu hasil tes formatif yang diberikan menunjukkan bahwa hanya 60% peserta didik yang tuntas dalam belajar dengan Kriteria ketuntasan belajar minimal 75. Menghadapi kondisi seperti ini penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Langsung Berbantuan Berbantuan Audio Visual (VCD) Untuk Meningkatkan Aktifitas dan Hasil Belajar Peserta Didik pada materi Ibadah Kelas VII Semester I SMP Negeri 2 Ngemplak Boyolali Tahun Pelajaran 2011/2012“. Sebagai sebuah ikhtiar untuk menemukan teknik pembelajaran yang didukung oleh media pembelajaran sehingga peserta didik dapat terlibat secara aktif dan dapat meningkatkan hasil belajarnya. Melalui Audio Visual (VCD) khusunya pada materi Ibadah diharapkan peserta didik dapat memperoleh pengetahuan yang berkesan dan bermakna, sehingga peserta didik akan lebih termotivasi untuk selalu aktif dan partisipasif dalam mengikuti Kegiatan belajar. B.
Rumusan Masalah Berdasarkan Latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. 2.
C.
Apakah Penerapan Model Pembelajaran Langsung Berbantuan Audio Visual (VCD), dapat meningkatkan aktifitas Peserta Didik ? Apakah Penerapan Model Pembelajaran Langsung Berbantuan Audio Visual (VCD), dapat meningaktkan Hasil Belajar Peserta Didik ?
Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktifitas dan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam khususnya pada materi Ibadah.
2.
Manfaat Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian tindakan kelas ini, dapat diuraikan sebagai berikut:
Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ | 123
Penelitian Tindakan Kelas a.
b.
c.
Bagi peserta didik, Peneltian tindakan kelas ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik khususnya penguasaan kompetensi pada materi tata cara Ibadah. Bagi guru, Peneltian tindakan kelas ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan penguasaan keterampilan mengelola proses belajar mengajar. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar pengembangan strategi pembelajaran yang kreatif dan dinamis dalam upaya mencapai Standar Proses Pembelajaran.
KAJIAN PUSTAKA A.
Hakekat Belajar Mengajar Winkel (Darsono 2001:4) mengemuakakan, belajar adalah suatu aktivitas mental psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan-pengetahuan keterampilan dan nilai sikap. Ini artinya, belajar merupakan hasil interaksi antara individu dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan kemampuan tingkah laku dan keterampilan ke arah yang lebih baik. Sedangkan mengajar menurut Sudjana (2000:29) adalah suatu proses, yaitu mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar peserta didik, sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar dan pada tahap berikutnya adalah memberikan bimbingan atau bantuan kepada peserta didik dalam melakukan proses belajar. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa belajar mengajar merupakan interaksi antara peserta didik dan guru di dalam kelas untuk melaksanakan proses pembelajaran sehubungan dengan materi tertentu.
B.
Hasil Belajar Hasil belajar merupakan penampilan (performance) kemampuan peserta didik setelah mengalami perbuatan belajar dalam proses pembelajaran. Dari performence ini dapat dilihat tingkat keberhasilan peserta didik dalam belajar. Hasil belajar yang diperoleh biasanya akan diketahui setelah guru melakukan penilaian. Sudjana (1989:109) mengemukakan bahwa, secara umum keberhasilan dalam proses belajar mengajar dapat ditinjau dari dua segi, yakni dari segi proses dan segi hasil belajar. Ini berarti bahwa dari segi proses, keberhasilan proses pembelajaran nampak pada keterlibatan peserta didik secar aktif dalam pembelajaran. Indikatornya antara lain dapat dilihat pada minat, partisipasi,antusias peserta didik dalam belajar. Sedangkan dari segi hasil belajar adalah hasil belajar yang diperoleh peserta didik sebagai akibat dari aktivitas peserta didik pada proses pembelajaran. Indikatornya antara lain ditunjukkan oleh pencapaian kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor pada diri peserta didik. Untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam penilaian ranah kognitif lebih tepat dilakukan pada materi yang memuat fakta, konsep dan prinsip. Kemampuan ranah afektif dilakukan pada materi yang bermuatan nilai (value)
124 | Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol. VI. TH.2012
dan psikomotrik penilaiannya dilakukan pada materi yang sifatnya prosedural. Dimyati dan Mujiono (1996:109) menyatakan bahwa, hasil belajar adalah sebuah kegiatan belajar mengajar yang menghendaki tercapainya tujuan pengajaran. Hasil belajar ditandai dengan skala nilai . Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa skala nilai sebagai hasil belajar diperoleh setelah melakukan aktivitas belajar dalam proses pembelajaran. Hal ini berarti makin baik proses belajar yang dilakukan oleh peserta didik maka makin tinggi pula hasil belajarnya. Keberhasilan dalam proses belajar mengajar berimplikasi pada pencapai tujuan dari pembelajaran itu sendiri. C.
Pembelajaran Langsung 1.
Pengertian Pembelajaran Langsung
Direct Instruction atau directive instruction, dalam bahasa Indonesiakan diartikan sebagai pembelajaran langsung, istilah ini digunakan oleh para peneliti untuk merujuk pada pola-pola pembelajaran dimana guru banyak menjelaskan konsep atau keterampilan kepada sejumlah kelompok peserta didik dan menguji keterampilan peserta didik melalui latihan-latihan di bawah bimbingan dan arahan guru, dengan tujuan pembelajaran distrukturkan oleh guru. Sementara itu, menurut Roy Killen (1998:2), direct instruction merujuk pada berbagai teknik pembelajaran ekspositori (pemindahan pengetahuan dari guru kepada murid secara langsung, misalnya melalui ceramah, demonstrasi, dan tanya jawab) yang melibatkan seluruh kelas. Pendekatan dalam model pembelajaran ini berpusat pada guru di mana guru menyampaikan isi akademik dalam format yang sangat terstruktur, mengarahkan kegiatan para peserta didik, dan mempertahankan focus pencapaian akademik. Tujuan
utama
pembelajaran
langsung
(direktif)
adalah
untuk
memaksimalkan penggunaan waktu belajar peserta didik. Beberapa temuan dalam teori perilaku diantaranya adalah pencapaian peserta didik yang dihubungkan dengan waktu yang digunakan oleh peserta didik dalam belajar/tugas dan kecepatan peserta didik untuk berhasil dalam mengerjakan tugas sangat positif. Dengan demikian, model pembelajaran langsung dirancang untuk menciptakan lingkungan belajar terstruktur dan berorientasi pada pencapaian akademik. Guru berperan sebagai penyampai
informasi,
dalam
melakukan
tugasnya,
guru
dapat
menggunakan berbagai media, misalnya film, tape recorder, gambar, peragaan, dan sebagainya. Informasi yang dapat disampaikan dengan strategi direktif dapat berupa pengetahuan prosedural, yaitu pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan sesuatu atau pengetahuan deklaratif, yaitu pengetahuan tentang sesuatu dapat berupa fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi. Dengan lebih ringkas, pembelajaran langsung dapat didefinisikan sebagai model pembelajaran dimana guru mentransformasikan informasi atau
Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ | 125
Penelitian Tindakan Kelas keterampilan secara langsung kepada peserta didik dan pembelajaran berorientasi pada tujuan dan distrukturkan oleh guru. Model ini sangat cocok jika guru menginginkan peserta didik menguasai informasi atau keterampilan tertentu. (Gerten, Taylor & Graves, 1999), akan tetapi jika guru menginginkan peserta didik belajar menemukan konsep lebih jauh dan melatihkan keterampilan berpikir lainnya, maka model ini kurang cocok. 2.
Karakteristik Model Pembelajaran Langsung Salah satu karakteristik dari model pembelajaran adalah adanya sintaks atau tahapan pembelajaran. Dalam pembelajaran langsung di samping harus memperhatikan sintaks, guru yang akan menggunakan model pembelajaran langsung juga harus memperhatikan variable-variabel lingkungan lainnya, yaitu; a.
fokus akademik, Fokus akademik diartikan sebagai prioritas pemilihan tugastugas yang harus dilakukan peserta didik, selama pembelajaran, aktivitas akademik harus ditekankan.
b.
arahan dan kontrol guru, Pengarahan dan kontrol guru terjadi ketika guru memilih tugastugas peserta didik dan melaksanakan pembelajaran, menentukan kelompok, berperan sebagai sumber belajar selama pembelajaran, dan meminimalisasikan kegiatan non akademik di antara peserta didik.
c.
harapan yang tinggi untuk kemajuan peserta didik, Kegiatan pembelajaran diarahkan pada pencapaian tujuan sehingga guru memiliki harapan yang tinggi terhadap tugastugas yang harus dilaksanakan oleh peserta didik. Dengan
d. e.
waktu, demikian pembelajaran langsung sangat mengoptimalkan penggunaan waktu dampak netral dari pembelajaran.
Sedangkan terkait dengan sintaks atau tahapan model pembelajaran langsung menurut Bruce dan Weil (1996:349) adalah sebagai berikut: a.
Orientasi Sebelum menyajikan dan menjelaskan materi baru, akan sangat menolong peserta didik jika guru memberikan kerangka pelajaran dan orientasi terhadap materi yang akan disampaikan. Bentukbentuk orientasi dapat berupa: 1) kegiatan pendahuluan untuk mengetahui pengetahuan yang relevan dengan pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik; 2) mendiskusikan atau menginformasikan tujuan
126 | Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol. VI. TH.2012
pelajaran; 3) memberikan penjelasan/arahan mengenai kegiatan yang akan dilakukan; 4) menginformasikan materi/konsep yang akan digunakan dan kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran; dan 5) menginformasikan kerangka pelajaran. b.
Presentasi Pada fase ini guru dapat menyajikan materi pelajaran baik berupa konsep-konsep maupun keterampilan. Penyajian materi dapat berupa, Aktif, Efektif dan Menyenangkan. Dalam presentasi ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yakni: 1)
2) 3)
4) 5) c.
penyajian materi dalam langkah-langkah kecil sehingga materi dapat dikuasai peserta didik dalam waktu relatif pendek; pemberian contoh-contoh konsep ; pemodelan atau peragaan keterampilan dengan cara demonstrasi atau penjelasan langkah-langkah kerja terhadap tugas; menghindari disgresi; menjelaskan ulang hal-hal yang sulit.
Latihan terstruktur Pada fase ini guru memandu peserta didik untuk melakukan latihanlatihan. Peran guru yang penting dalam fase ini adalah memberikan umpan balik terhadap respon peserta didik dan memberikan penguatan terhadap respon peserta didik yang benar dan mengoreksi respon peserta didik yang salah.
d.
Latihan terbimbing Pada fase ini guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berlatih konsep atau keterampilan. Latihan terbimbing ini baik juga digunakan oleh guru untuk mengases kemampuan peserta didik untuk melakukan tugasnya. Pada fase ini peran guru adalah memonitor dan memberikan bimbingan jika diperlukan.
e.
Latihan mandiri Pada fase ini peserta didik melakukan kegiatan latihan secara mandiri, fase ini dapat dilalui peserta didik jika telah menguasai tahap-tahap pengerjaan tugas 85-90% dalam fase bimbingan latihan. Borich dalam Udin S, (1992:107) mengemukakan sintaks pembelajaran langsung sebagai berikut. a. b.
Review harian Pengecekan pekerjaan yang laluPengarahan ulang Penyajian bahan baru Memberi pAndangan umumMenjabarkan langkah khusus
Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ | 127
Penelitian Tindakan Kelas c.
d. e. f.
Membimbing kegiatan peserta didik,Memberikan penegasan,Memberi umpan balik khususMengecek pengertianMelanjutkan kegiatan Memberikan koreksi dan umpan balikMemberi koreksi, Memberi umpan balik Memberi latihan bebas Reviu mingguan dan bulanan
Dalam hal ini, Slavin (2003:222) juga mengemukakan tujuh langkah dalam sintaks pembelajaran langsung, yaitu: a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
3.
Menginformasikan tujuan pembelajaran dan orientasi pelajaran kepada peserta didik. Dalam fase ini guru menginformasikan hal- hal yang harus dipelajari dan kinerja peserta didik yang diharapkan. Mereviu pengetahuan dan keterampilan prasyarat. Dalam fase ini guru mengajukan pertanyaan untuk mengungkap pengetahuan dan keterampilan yang telah dikuasai peserta didik. Menyampaikan materi pelajaran. Dalam fase ini, guru menyampaikan materi, menyajikan informasi, memberikan contoh-contoh, mendemontrasikan konsep dan sebagainya. Melaksanakan bimbingan, dengan mengajukan pertanyaanpertanyaan untuk menilai tingkat pemahaman peserta didik dan mengoreksi kesalahan konsep. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berlatih. Dalam fase ini, guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melatih keterampilannya atau menggunakan informasi baru secara individu atau kelompok. Menilai kinerja peserta didik dan memberikan umpan balik. Guru memberikan reviu terhadap hal-hal yang telah dilakukan peserta didik, memberikan umpan balik terhadap respon peserta didik yang benar dan mengulang keterampilan jika diperlukan. Memberikan latihan mandiri. Dalam fase ini, guru dapat memberikan tugas-tugas mandiri kepada peserta didik untuk meningkatkan pemahamannya terhadap materi yang telah mereka pelajari. Berdasarkan sintaks di atas, model pembelajaran langsung mengutamakan pendekatan deduktif, dengan titik berat pada proses belajar konsep dan keterampilan motorik. Suasana pembelajaran terkesan lebih terstruktur dengan peranan guru yang lebih dominan.
Kelebihan dan keterbatasn Model Pembelajaran Langsung a. Kelebihan Model Pembelajaran Langsung Model pembelajaran langsung memberi guru kendali penuh atas lingkungan pembelajaran, pembelajaran model ini memiliki beberapa kelebihan, yang diantaranya adalah:
128 | Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol. VI. TH.2012
1)
2) 3)
4) 5)
6)
7)
8)
9)
10)
11)
12)
13)
Denganmodel pembelajaran langsung, guru mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh peserta didik sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh peserta didik. Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil. Dapat digunakan untuk menekankan poin-poin penting atau kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi peserta didik sehingga hal-hal tersebut dapat diungkapkan. Dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan pengetahuan faktual yang sangat terstruktur. Merupakancara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada peserta didik yang berprestasi rendah. Dapat menjadi cara untuk menyampaikan informasi yang banyak dalam waktu yang relatif singkat yang dapat diakses secara setara oleh seluruh peserta didik. Memungkinkan guru untuk menyampaikanketertarikan pribadi mengenai mata pelajaran (melalui presentasi yang antusias) yang dapat merangsang ketertarikan dan dan antusiasme peserta didik. Ceramah merupakan cara yang bermanfaat untuk menyampaikan informasi kepada peserta didik yang tidak suka membaca atau yang tidak memiliki keterampilan dalam menyusun dan menafsirkan informasi. Secara umum, ceramahadalah cara yang paling memungkinkan untuk menciptakan lingkungan yang tidak mengancam dan bebas stres bagi peserta didik. Para peserta didik yang pemalu, tidak percaya diri, dan tidak memiliki pengetahuan yang cukup tidak merasa dipaksa dan berpartisipasi dan dipermalukan. Model pembelajaran langsung dapat digunakan untuk membangun model pembelajaran dalam bidang studi tertentu. Guru dapat menunjukkan bagaimana suatu permasalahan dapat didekati, bagaimana informasi dianalisis, dan bagaimana suatu pengetahuan dihasilkan. Pengajaran yang eksplisit membekali peserta didik dengan "cara-cara disipliner dalam memandang dunia (dan) dengan menggunakan Perspektif-perspektif alternatif" yang menyadarkan peserta didik akan keterbatasan perspektif yang inheren dalam pemikiran sehari-hari. Model pembelajaran langsung yang menekankan kegiatan mendengar (misalnya ceramah) dan mengamati (misalnya demonstrasi) dapat membantu peserta didik yang cocok belajar dengan cara-cara ini. Ceramah dapat bermanfaat untuk menyampaikan pengetahuan yang tidak tersedia secara langsung bagi peserta didik, termasuk contoh-contoh yang relevan dan hasil-hasil penelitian terkini.
Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ | 129
Penelitian Tindakan Kelas 14) Modelpembelajaran langsung (terutama demonstrasi) dapat member peserta didik tantangan untuk mempertimbangkan kesenjangan yang terdapat di antara teori (yang seharusnya terjadi) dan observasi (kenyataan yang mereka lihat). 15) Demonstrasi memungkinkan peserta didik untuk berkonsentrasi pada hasil-hasil dari suatu tugas dan bukan teknik-teknik dalam menghasilkannya. Hal ini penting terutama jika peserta didik tidak memiliki kepercayaan diri atau keterampilan dalam melakukan tugas tersebut menyenagkan. 16) Peserta didik yang tidak dapat mengarahkan diri sendiridapat tetap berprestasi apabila model pembelajaran langsung digunakan secara efektif. 17) Model pembelajaran langsung bergantung padakemampuan refleksi guru sehingga guru dapat terus menerus mengevaluasi dan memperbaikinya. b.
Keterbatasan Model Pembelajaran Langsung Berikut adalah beberapa keterbatasan model pembelajaran langsung: 1)
2)
3)
4)
5)
6)
Model pembelajaran langsung bersAndar pada kemampuan peserta didik untuk mengasimilasikan informasi melalui kegiatan mendengarkan, mengamati, dan mencatat. Karena tidak semua peserta didik memiliki keterampilan dalam hal-hal tersebut, guru masih harus mengajarkannya kepada peserta didik. Dalammodel pembelajaran langsung, sulit untuk mengatasi perbedaan dalam hal kemampuan, pengetahuan awal, tingkat pembelajaran dan pemahaman, gaya belajar, atau ketertarikan peserta didik. Karena peserta didik hanya memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat secara aktif, sulit bagi peserta didik untuk mengembangkan keterampilan sosial dan interpersonal mereka. Karenaguru memainkan peran pusat dalam model ini, kesuksesan strategi pembelajaran ini bergantung pada image guru. Jika guru tidak tampak siap, berpengetahuan, percaya diri, antusias, dan terstruktur, peserta didik dapat menjadi bosan, teralihkan perhatiannya, dan pembelajaran mereka akan terhambat. Terdapat beberapa bukti penelitian bahwa tingkat struktur dan kendali guru yang tinggi dalam kegiatan pembelajaran, yang menjadi karakteristik model pembelajaran langsung, dapat berdampak negative terhadap kemampuan penyelesaian masalah, kemandirian, dan keingintahuan peserta didik. Model pembelajaran langsung sangat bergantung pada gaya komunikasi guru. Komunikator yang buruk cenderung menghasilkan pembelajaran yang buruk pula dan model pembelajaran langsung membatasi kesempatan guru untuk menampilkan banyak perilaku komunikasi positif yang diidentifikasikan oleh Wubbels, Creton, Levy, dan Hooymayers (1993).
130 | Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol. VI. TH.2012
7)
8)
9)
10)
11)
12) 13)
D.
Jika materiyang disampaikan bersifat kompleks, rinci, atau abstrak, model pembelajaran langsung mungkin tidak dapat memberi peserta didik kesempatan yang cukup untuk memproses dan memahami informasi yang disampaikan. Model pembelajaran langsung memberi peserta didik cara pandang guru mengenai bagaimana materi disusun dan disintesis, yang tidak selalu dapat dipahami atau dipahami oleh peserta didik. Peserta didik memiliki sedikit kesempatan untuk mendebat cara pandang ini. Jika model pembelajaran langsung tidak banyak melibatkan peserta didik, peserta didik akan kehilangan perhatian setelah 10 -15 menit dan hanya akan mengingat sedikit isi materi yang disampaikan. Jika terlalu sering digunakan, model pembelajaran langsung akan membuat peserta didik percaya bahwa guru akan memberitahu mereka semua yang perlu mereka ketahui. Hal ini akan menghilangkan rasa tanggung jawab mengenai pembelajaran mereka sendiri. Karenamodel pembelajaran langsung melibatkan banyak komunikasi satu arah, guru sulit untuk mendapatkan umpan balik mengenai pemahaman peserta didik. Hal ini dapat membuat peserta didik tidak paham atau salah paham. Beberapa hal (seperti psikomotorik) tidak dapat diajarkan melalui model pembelajaran langsung. Demonstrasi sangat bergantung pada keterampilan pengamatan peserta didik. Sayangnya, banyak peserta didik bukanlah pengamat yang baik sehingga dapat melewatkan hal-hal yang dimaksudkan oleh guru.
Media Audio Visual. Azhar Arysad (2002) menyatakan bahwa pengajaran melalui audio visual adalah produksi penggunaan materi yang penyerapannya melalui pandangan dan pendengaran serta tidak seluruhnya tergantung pada pemahaman kata atau simbol-simbol serupa. Dale dalam Azhar Arsyad (2002), memperkirakan perolehan hasil belajar melalui indera pandang berkisar 75 %, melalui indera dengar 13 % dan melalui indera lainnya 12 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa media audio visual adalah media yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan pembelajaran yang dapat melibatkan indra pandang dan indra pendengaran dari peserta didik yang bertujuan untuk mendorong terciptanya proses belajara pada peserta didik.
METODE PENELITIAN A.
Setting Penelitian Penelitian ini merupakan suatu penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di SMP Negeri 2 Ngemplak kelas VII A dengan jumlah peserta didik 32 orang,
Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ | 131
Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari peserta didik laki-laki 14 orang dan peserta didik perempuan 18 orang, yang dilaksanakan pada bulan Februari hingga Maret 2012 B.
Indikator Kinerja Indikator kinerja dapat dikatakan berhasil apabila memenuhi kriteria sebagai berikut : 1. 2.
C.
Hasil belajar peserta didik dapat mencapai nilai 75 ke atas atau daya serap 75 %. Persentasi aktivitas peserta didik mencapai 80 % dan minimal 85 % aspek kegiatan belajar mengajar terlaksana dan memperoleh nilai pengamatan dengan kategori baik dan baik sekali
Prosedur Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan alokasi waktu 12 jam pelajaran, 6 kali pertemuan dan dilaksanakan dalam 3 siklus. Apabila pada siklus I belum memperlihatkan hasil sebagaimana yang diharapkan, maka akan dilanjutkan pada siklus berikutnya (siklus II dan siklus III).Tindakan pada siklus II dan siklus III merupakan perbaikan dan penyempurnaan dari tindakan yang dilaksanakan pada siklus I. Oleh karena itu tindakan siklus II dilakukan dengan melihat hasil pengamatan kegiatan belajar mengajar serta hasil belajar peserta didik pada siklus I dan seterusnya. Setiap siklus prosedur atau langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini dilaksanakan terdiri dari empat komponen kegiatan pokok, yaitu: 1. 2. 3. 4.
perencanaan (planning); tindakan (acting); pengamatan (observing); refleksi (reflecting),
Pelaksanaannya keempat komponen kegiatan pokok itu berlangsung secara terus menerus dengan diselipkan modifikasi pada komponen perencanaan berupa perbaikan perencanaan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.
Diskripsi Kondisi Awal Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan beberapa orang peserta didik yang telah pernah memprogramkan serta mengikuti materi ibadah terdapat beberapa permasalahan dalam pembelajaran ibadah seperti berikut; 1.
2.
Guru kurang memvariasikan model-model pembelajaran dan kurang tersetrukturnya materi yang diajarkan sehingga terasa monotun dan membosankan; Guru dalam pemberian contoh atau mendemontrasikan keterampilan yang diajarkan masih kurang sehingga pemahaman peserta didik kurang terhadap model gerakan dari keterampilan tersebut;
132 | Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol. VI. TH.2012
3. 4. 5.
Aktivitas dan kreativitas peserta didik dalam pembelajaran sngat kurang; Minat dan motivasi belajar peserta didik sangat rendah, Hasil belajar peserta didik sebagaian besar cukup.
proses
Berbagai permasalahan tersebut, berakibat pada hasil belajar yang tidak optimal terbukti dalam penjajagan materi ibadah: Praktek Wudhu melalui pre tes diperoleh hasil rata- rata 66,78, Ketuntasan Belajar Minimal 25%, dan nilai tertinggi 80 serta nilai terendah 50 dengan demikian peserta didik yang berjumlah 32 belum tuntas belajar sebanyak 24 anak atau 75%. Untuk memecahkan masalah ini,
perlu adanya solusi yang tepat guna
meningkatkan aktifitas dan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Materi Ibadah dengan Penerapan Model Pembelajaran Langsung Berbantuan Audio Visual (VCD). B.
Proses Tindakan 1.
Deskripsi Siklus I a. Perencanaan Langkah-langkah dalam perencanaan ini adalah sebagai berikut: (a) mensosialisasikan model DI berbantuan media VCD kepada peserta didik, (b) menyiapkan rancangan pembelajaran Ibadah dengan pokok bahasan wudhu, (c) menyiapkan media pembelajaran/alat pembelajaran Ibadah dengan pokok bahasan wudhu, (d) menyiapkan instrumen observasi/evaluasi yang berupa asesmen tentang pokok bahasan wudhu dan aktivitas peserta didik. b.
Pelaksanaan tindakan Langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut: (a) pendahuluan (peserta didik dibariskan, berdoa, pemanasan statis dan dinamis); (b) inti (melaksanakan program pembelajaran dengan model DI berbantuan media VCD, yang secara operasional langkah-langkah pelaksanaannya adalah: 1)
2)
3) 4) 5)
pada awal pertemuan guru memberikan informasi tentang strategi pembelajaran yang akan diterapkan, yaitu model pembelajaran langsung berbantuan media VCD, guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik untuk pembelajaran Ibadah nomor Wudhu, guru memutarkan media VCD dengan materi teknik wudhu, guru menjelaskan dan mendemontrasikan keterampilan (teknik wudhu), peserta didik ditugaskan untuk memperagakan teknik wudhu sesuai dengan penjelasan dan demontrasi guru, serta hasil pemuteran VCD, kemudian guru memberikan
Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ | 133
Penelitian Tindakan Kelas
6)
7)
c.
bimbingan kepada peserta didik dalam melakukan pelatihan/ peragaan, guru mengecek pemahaman dan keterampilan peserta didik tentang cara wudhu dan memberikan umpan balik serta tanya jawab, dan guru memberikan kesempatan kembali kepada peserta didik untuk melakukan pelatihan/peragaan lanjutan sesuai dengan hasil balikan guru dan diskusi; (c) penutup (penenangan statis dan dinamis, menyimpulkan materi dan pengarahan, dan berdoa).
Observasi Kegiatan observasi/evaluasi adalah mengevaluasi hasil pembelajaran di akhir siklus dengan lembar evaluasi (asesmen). Adapun hasil penilaian pada siklus I, sebagai berikut : Aktivitas belajar peserta didik yang diamati dengan menggunakan lembar observasi seperti pada lampiran 2, diperoleh hasil bahwa skor rata-rata aktivitas belajar peserta didik adalah 8,4. Sesuai dengan kriteria penggolongan yang telah ditetapkan, maka aktivitas belajar peserta didik pada siklus I tergolong cukup aktif. Dari deskriptor aktivitas belajar peserta didik yang diamati, terlihat bahwa peserta didik antusias mengikuti pembelajaran, terutama pada saat guru mendemontrasikan materi dan pemuteran VCD, peserta didik dengan seksama memperhatikan proses cara berwudhu yang diperagakan oleh guru dan model pada VCD tersebut dan terjadi interaksi antara peserta didik dengan guru. Begitu pula pada saat penugasan peserta didik dan pemberian umpan balik oleh guru terjadi interaksi /diskusi antara peserta didik dengan guru dan antar peserta didik. Namun demikian, untuk aktivitas diskusi terutama pada saat umpan balik oleh guru hanya beberapa peserta didik yang berani bertanya dan mengungkapkan pendapatnya. Begitu pula pada saat menyimpulkan materi belum ada peserta didik yang berani menyampaikan pendapatnya. Dengan demikian aktivitas peserta didik dalam diskusi dan menyimpulkan materi belum memenuhi harapan sehingga perlu ditingkatkan. Hasil belajar peserta didik dapat diketahui dari tes hasil belajar keterampilan wudhu menggunakan asesmen. Hasil tes hasil belajar keterampilan wudhu diperoleh bahwa nilai yang diatas diperoleh hasil rata- rata 73, Ketuntasan Belajar Minimal 50%, dan nilai tertinggi 85 serta nilai terendah 65 dengan demikian peserta didik yang berjumlah 32 belum tuntas belajar sebanyak 16 anak atau 50%. (data selengkapnya tertera pada lampiran 6), sehingga hasil belajar peserta didik pada siklus I belum memenuhi
kriteria
keberhasilan
karena
persentase
memperoleh nilai diatas KKM ke atas masih besar.
134 | Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol. VI. TH.2012
nilai
yang
d.
Refleksi Dari hasil analisa dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran pada siklus I mengalami peningkatan baik hasil belajar maupun aktifitas peserta didik, maupun ketuntasannya. Namun ada beberapa kendala dan kekurangan dalam pelaksanaan siklus I ini yang antara lain : Hal ini disebabkan peserta didik sebagaian besar belum memiliki keterampilan gerak yang baik sehingga kesulitan dalam mempraktekkan gerakan-gerakan sesuai dengan teknik dalam nomor tolak peluru. Disamping itu peserta didik belum memahami secara jelas tentang teknik yang diperagakan dalam VCD sehingga perlu diberikan penjelasan setiap tahapan teknik
yang
diperagakan
dalamVCD, serta memberikan kesempatan lebih banyak kepada peserta didik untuk memperaktekkan teknik yang dipelajari. Dari hasil semua penilaian pada siklus ini terlihat masih banyak kekurangan dan belum mencapai indikator kerja. Untuk itu perlu dilaksanakannya siklus II agar dapat mencapai indikator kerja yang kita harapkan. Untuk itu segala kendala dan kekurangan yang ada pada siklus ini sebagai pertimbangan dan diperbaiki dalam pelaksanaan siklus II. 2.
Deskripsi Siklus II Model pembelajaran yang diterapkan pada siklus II sama dengan siklus I namun ada beberapa perbaikan sesuai dengan kekurangan yang terjadi pada siklus I, yaitu pada saat pemuteran VCD setiap tahapan gerak
diberikan penjelas dan memberikan kesempatan lebih banyak kepada peserta didik untuk memperaktekkan materi yang dipelajari. Materi yang diberikan pada siklus II adalah Shalat. Dengan penerapan pembelajaran tersebut diperoleh hasil sebagai berikut: Pada siklus II ini diperoleh hasil bahwa skor rata-rata aktivitas belajar peserta didik adalah 9,9. Hal ini menunjukkan telah terjadi peningkatan skor rata-rata aktivitas belajar peserta didik dibandingkan pada siklus I, yaitu sebesar 1,5 (dari 8,4 menjadi 9,9), Sesuai dengan kriteria penggolongan, maka aktivitas belajar peserta didik pada siklus II tergolong aktif. Kondisi aktivitas belajar peserta didik ada peningkatan dari siklus I, peningkatannya pada beberapa aspek seperti antusias peserta didik mengikuti pembelajaran, interaksi antara peserta didik dengan guru. Begitu pula pada saat penugasan peserta didik dan pemberian umpan balik oleh guru terjadi interaksi/diskusi antara peserta didik dengan guru dan antar peserta didik. Tetapi aktivitas diskusi terutama pada saat umpan balik oleh guru dan menyimpulkan materi kondisinya hampir sama seperti pada siklus I, yaitu hanya beberapa peserta didik yang berani bertanya
Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ | 135
Penelitian Tindakan Kelas dan mengungkapkan pendapatnya. Aktivitas belajar peserta didik pada siklus II sudah memenuhi kriteria keberhasilan yang ditetapkan, yaitu minimal aktif, namun masih perlu untuk ditingkatkan. Hasil belajar peserta didik pada siklus II diperoleh hasil sebagai berikut: rata- rata 76, Ketuntasan Belajar Minimal 71,88 %, dan nilai tertinggi 95 serta nilai terendah 70 dengan demikian peserta didik yang berjumlah 32 belum tuntas belajar sebanyak 9 anak atau 28,13 %, (data selengkapnya tertera pada lampiran 6), sehingga hasil belajar peserta didik pada siklus II masih belum memenuhi kriteria keberhasilan juga masih ada anak 28,13 % yang belum tuntas, untuk itu perlu ditingkatkan. Peserta didik umumnya masih sulit memahami materi yang diperagakan baik oleh guru maupun dalam VCD, sehingga perlu diberikan pengulanganpengulangan demontrasi baik oleh guru maupun peserta didik yang sudah mahir dan pemuteran VCD dari satu kali menjadi dua kali yaitu saat mengawali pelajaran dan pada saat setelah umpan balik oleh guru, dan setiap tahapan gerak dalam VCD diberikan penjelasan oleh guru. 3.
Deskripsi Siklus III Pada siklus III model pembelajaran yang diterapkan sama dengan siklus I dan siklus II, namun ada beberapa penambahan metode sesuai dengan kekurangan yang terjadi pada siklus II, yaitu dengan memberikan pengulangan-pengulangan demontrasi baik oleh guru maupun peserta didik yang sudah mahir dan pemuteran VCD dari satu kali menjadi dua kali yaitu saat mengawali pelajaran dan pada saat setelah umpan balik oleh guru dan setiap tahapan gerak dalam VCD diberikan penjelasan oleh guru. Materi yang diberikan pada siklus III adalah Shalat berjamaah. Dengan penerapan pembelajaran tersebut diperoleh hasil sebagai berikut. Dengan penerapan model pembelajaran tersebut, maka pada siklus III skor rata-rata aktivitas belajar peserta didik adalah 10,4. Hal ini menunjukkan telah terjadi peningkatan skor rata-rata aktivitas belajar peserta didik dibandingkan pada siklus I dan siklus II, yaitu sebesar 2.0 dari siklus I dan 0,5 dari siklus II (dari 8,4 menjadi 9,9 dan menjadi 10,4). Sesuai dengan kriteria penggolongan yang telah ditetapkan, maka aktivitas belajar peserta didik pada siklus III tergolong sangat aktif. Pada siklus III terjadi peningkatan pada beberapa aspek seperti antusias peserta didik mengikuti pembelajaran, interaksi antara peserta didik dengan guru. Begitu pula pada saat penugasan peserta didik dan pemberian umpan balik oleh guru terjadi interaksi/diskusi antara peserta didik dengan guru dan antar peserta didik. Tetapi peserta didik masih malu atau takut mengungkapkan pendapatnya saat aktivitas diskusi terutama pada saat umpan balik oleh guru dan menyimpulkan materi. Aktivitas belajar peserta didik pada siklus III sudah memenuhi kriteria keberhasilan yang ditetapkan, yaitu minimal aktif.
136 | Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol. VI. TH.2012
Hasil belajar peserta didik pada siklus III diperoleh hasil sebagai berikut: Hasil belajar peserta didik pada siklus III diperoleh hasil sebagai berikut: rata- rata 78, Ketuntasan Belajar Minimal 87,50 %, dan nilai tertinggi 95 serta nilai terendah 70 dengan demikian peserta didik yang berjumlah 32 belum tuntas belajar sebanyak 4 anak atau 12,50 %. (data selengkapnya tertera pada lampiran 6), sehingga hasil belajar peserta didik pada siklus III sudah memenuhi kriteria keberhasilan karena yang memperoleh nilai diatas KKM diatas 75 % lebih . Pada akhir siklus III peserta didik diberikan kuesioner tentang respon peserta didik terhadap penerapan model pembelajaran langsung berbantuan VCD diperoleh hasil bahwa skor rata-rata kelas untuk respon peserta didik adalah sebesar 40,2. Sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, maka respon peserta didik terhadap penerapan model pembelajaran langsung berbantuan VCD tergolong positif. Pada umumnya peserta didik setuju dan memberikan respon yang sangat positif terhadap penerapan model pembelajaran tersebut. Namun umumnya peserta didik menyatakan tidak pernah mempersiapkan diri atau belajar di rumah mengenai materi yang akan diajarkan. Ringkasan hasil penelitian ini digambarkan pada Tabel 1. Tabel 1 Rangkuman Hasil Penelitian tentang Aktivitas dan Respon Peserta didik
Siklus
%
Aktivitas Belajar
Respon
I
8,4
Cukup Aktif
40,2
II
II
9,9
Aktif
III
III
10,4
Aktif
Respon
Sangat Positif
Tabel 2 Rangkuman Hasil Penelitian tentang Hasil Belajar Peserta didik
Hasil Belajar Kriteria
Siklus
Keberhasilan Nilai 75
%
Nilai 75 >
Nilai 75 >
≤
Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ | 137
Penelitian Tindakan Kelas
I
16
50 %
16
50 %
Belum
II
23
71,88 %
9
28,13 %
Belum
III
28
87,50 %
4
12,50 %
Berhasil
C.
Pembahasan Antar Siklus Aktivitas belajar peserta didik pada siklus I termasuk dalam katagori cukup aktif. Kondisi ini tercapai karena dengan penerapan model pembelajaran langsung dengan berbantuan VCD menyebabkan suasana pembelajaran menjadi kondusif. Perhatian peserta didik terhadap materi yang disajikan dalan VCD menjadi terpusat sehingga peserta didik dapat mengamati secara teliti dan cermat setiap tahapan gerakan yang diperagakan dalam video (Robert Henich, dkk dalam Tastra, 1996). Antusiasme peserta didik dalam mengikuti pembelajaran cukup tinggi, peserta didik memperhatikan setiap tahapan gerakan yang diperagakan dalam VCD, kemudian peserta didik memperagakan materi yang diajarkan secara bertahap. Interaksi peserta didik dengan guru dan antar peserta didik berlangsung cukup baik, ada beberapa peserta didik mengajukan pertanyaan kepada guru dan ada beberapa peserta didik memberikan tanggapan dan bahkan memberikan contoh gerakan. Namun partisipasi peserta didik dalam menyimpulkan materi belum optimal, hanya beberapa peserta didik yang terlibat dalam menyimpulkan materi pelajaran. Berkenaan dengan hasil belajar pada siklus I diperoleh hasil bahwa hasil ratarata 73, Ketuntasan Belajar Minimal 50%, dan nilai tertinggi 85 serta nilai terendah 65 dengan demikian peserta didik yang berjumlah 32 belum tuntas belajar sebanyak 16 anak atau 50%., ini artinya belum mencapai kriteria keberhasilan sesuai dengan yang ditentukan dalam penelitian ini, karena ketuntasan belajar masih dibawah 75%. Faktor yang diduga menjadi penyebabnya adalah belum optimalmya pengelolaan pembelajaran dengan model pembelajaran langsung berbantuan VCD, peserta didik sebagaian besar belum memiliki keterampilan gerak, jumlah peserta didik terlalu banyak, waktu untuk melakukan peragaan sesuai dengan tahapan pembelajaran langsung, yaitu penugasan peserta didik untuk pelatihan tidak maksimal. Peserta didik pada umumnya kurang memiliki keterampilan gerak sehingga agak sulit memperagakan tahapan-tahapan gerak yang dituntut dalam materi yang diajarkan, walaupun dengan model pembelajaran ini peserta didik telah memiliki konsep dan pemahaman tentang teknik dari materi yang diajarkan, namun peserta didik agak kesulitan memperagakan teknik-teknik yang dituntut dalam materi tersebut sehingga hasilnya belum maksimal, untuk itu perlu ditingkatkan. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus I, tampak bahwa tahap-tahap model pembelajaran langsung dengan berbantuan VCD belum dapat
138 | Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol. VI. TH.2012
berlangsung
secara
optimal,
terutama
pada
tahap
pemuteran
VCD,
membimbing pelatihan, memberikan umpan balik dan pemberian penugasan lanjutan. Pada tahap pemuteran VCD peserta didik hanya menonton saja, sehingga terkesan hanya menikmati tontonan yang diperagakan dalam VCD. Pada tahap membimbing pelatihan peserta didik tidak optimal dapat melakukan peragaan karena waktunya yang terbatas. Padahal dalam belajar gerak keterampilan dituntut adanya pengulangan-pengulangan. Tahap umpan balik, guru yang lebih banyak memberikan balikan terutama pada saat diskusi, peserta didik hanya beberapa saja yang berani mengungkapkan pendapatnya. Sedangkan pada tahap pemberian penugasan lanjutan, kondisinya sama seperti pada tahap pembimbingan pelatihan, peserta didik tidak optimal dapat melakukan peragaan. Berdasarkan refleksi pada siklus I, penelitian dilanjutkan dengan pelaksanaan siklus II untuk melanjutkan model pembelajaran yang telah diterapkan dengan mengadakan perbaikan terhadap kekurangan-kekurangan yang masih dijumpai. Tindakan perbaikan yang diterapkan pada siklus II ditekankan pada kekurangan-kekurangan yang ditemui pada siklus I dengan tetap mempertahankan tindakan - tindakan yang sudah baik. Tindakan perbaikan yang dipandang relevan untuk diterapkan adalah sebagai berikut: 1) Dalam pemuteran VCD setiap tahapan gerakan diberikan penjelasan mengenai teknik gerakan oleh guru, 2) setiap peserta didik diberikan lebih banyak kesempatan untuk melakukan peragaan dan bimbingan, 3) peserta didik dipacu untuk berani mengungkapkan pendapatnya pada saat diskusi terutama pemberian umpan balik, dan 4) dalam penjelasannya guru agar selalu memberikan contoh gerakan sesuai dengan tahap-tahap gerakan yang dituntut dalam materi tersebut. Pembelajaran pada siklus II berlangsung secara kondusif, peserta didik sudah beradaptasi dengan model pembelajaran langsung berbantuan VCD. Hal ini terlihat dari antusiasme peserta didik mengikuti pembelajaran, saat pemuteran VCD peserta didik tidak lagi hanya menonton tetapi aktif dalam memberikan komentar terhadap penjelasan guru di setiap tahap gerakan yang diperagakan dalam VCD. Skor rata-rata aktivitas belajar peserta didik pada siklus II meningkat dari siklus I, yaitu dari katagori cukup aktif menjadi aktif (dari 8,4 menjadi 9,9). Peserta didik mulai memahami prinsip-prinsip gerak pada setiap teknik yang diajarkan, sehingga peserta didik lebih aktif dalam mengikuti setiap tahapan pembelajaran. Hasil yang diperoleh pada siklus II ini telah memenuhi kriteria keberhasilan tentang aktivitas belajar peserta didik yang telah ditetapkan dalam penelitian ini. Hasil belajar peserta didik pada siklus II menunjukkan peningkatan dibandingkan pada siklus I, dimana persentase nilai peserta didik yang mendapatkan rata- rata 76, Ketuntasan Belajar Minimal 71,88 %, dan nilai tertinggi
95 serta nilai terendah 70 dengan demikian
peserta didik yang
berjumlah 32 belum tuntas belajar sebanyak 9 anak atau 28,13 %. Namun belum mencapai kriteria keberhasilan sesuai dengan yang telah ditetapkan
Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ | 139
Penelitian Tindakan Kelas sebelumnya. Faktor utama yang menyebabkan adalah peserta didik kurang memiliki keterampilan gerak sehingga agak kesulitan dalam mempraktekkan teknik gerakan yang dituntut dalam materi tersebut. Berdasarkan refleksi siklus II, penelitian dilanjutkan dengan siklus III dimana pemberian tindakan dengan mengacu pada kekurangan-kekurangan yang dijumpai pada tindakan pada siklus II. Pada prinsipnya tindakan yang diberikan pada siklus III masih melanjutkan tindakan pada siklus II sesuai dengan model pembelajaran yang diterapkan dengan penekanan pada perbaikan kekurangankekurangannya. Adapun tindakan yang diberikan adalah sebagai berikut. 1) Peserta didik dipacu untuk mempelajari di rumah terlebih dahulu materi yang akan diajarkan, 2) Pemuteran VCD ditingkatkan menjadi dua kali, yaitu sebelumnya hanya pada awal pembelajaran selanjutnya ditambah pemuteran VCD pada saat tahap pemberian umpan balik dan diskusi. Pembelajaran pada siklus III berlangsung sangat kondusif, di samping peserta didik sudah beradaptasi dengan model pembelajaran langsung berbantuan VCD peserta didik sudah memiliki kesiapan dalam mengikuti pembelajaran karena peserta didik sudah mempersiapkan diri di rumah. Hal ini terlihat dari antusiasme peserta didik mengikuti pembelajaran, peserta didik telah berani mengungkapkan pendapatnya. Skor rata-rata aktivitas belajar peserta didik pada siklus III meningkat dari siklus I dan siklus II, yaitu dari katagori cukup aktif menjadi aktif (dari 8,4 dari siklus I menjadi 9,9 pada siklus II dan 10,4 pada siklus III). Peserta didik mulai memahami prinsip-prinsip gerak pada setiap teknik yang diajarkan, sehingga peserta didik lebih aktif dalam mengikuti setiap tahapan pembelajaran. Hasil yang diperoleh pada siklus III ini telah memenuhi kriteria keberhasilan tentang aktivitas belajar peserta didik yang telah ditetapkan. Hasil belajar peserta didik pada siklus III menunjukkan peningkatan dibandingkan pada siklus I dan siklus II, dimana persentase nilai peserta didik yang mendapatkan rata- rata 78, Ketuntasan Belajar Minimal 87,50 %, dan nilai tertinggi 95 serta nilai terendah 70 dengan demikian peserta didik yang berjumlah 32 belum tuntas belajar sebanyak 4 anak atau 12,50 %. Berdasarkan kriteria keberhasilan sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam penelitian ini, maka hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran aspek ibadah memenuhi kriteria keberhasilan, yaitu persentase peserta didik yang mendapatkan nilai diatas KKM diatas 75%. Peningkatan ini tidak terlepas dari penerapan model pembelajaran langsung berbantuan VCD berlangsung secara optimal dengan perbaikan-perbaikan pembelajaran sesuai dengan kekurangankekurangan yang terjadi pada siklus-siklus sebelumnya. Respon peserta didik terhadap penerapan model pembelajaran langsung berbantuan VCD tergolong sangat positif, dengan skor rata-rata sebesar 40,2. Secara keseluruhan peserta didik sangat setuju terhadap beberapa pernyataan yang diajukan, tetapi ada beberapa peserta didik menjawab tidak setuju dengan
140 | Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol. VI. TH.2012
pernyataan “Saya berani berpendapat pada saat diskusi”. Renspon peserta didik yang diperoleh ini sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ditetapkan, yaitu minimal dalam katagori positif. Pada akhir penelitian semua kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan telah terpenuhi. Aktivitas dan hasil belajar peserta didik meningkat dari pelaksanaan siklus I ke siklus II dan siklus III. Aktivitas balajar peserta didik tergolong aktif, persentasi hasil belajar mahpeserta didik yang memperoleh nilai diatas KKM menacapai sebesar 87,50 %, dan respon peserta didik terhadap model pembelajaran yang diterapkan tergolong sangat positif. Meskipun penelitian ini dapat dikatakan berhasil, namun ada beberapa kendala yang masih ditemukan dalam pelaksanaannya. Kendala-kendala yang dihadapai adalah Peserta didik terlalu banyak sehingga kesempatan memperagakan setiap peserta didik terbatas, gerakan dasar peserta didik masih kurang sehingga agak kesulitan dalam mempraktekkan pada gerakan setiap materi yang diajarkan, peserta didik masih malu atau takut mengungkapkan pendapatnya.
SIMPULAN DAN SARAN A.
Simpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan yang dikemukakan, dapat disimpulkan halhal sebagai berikut. 1.
2.
3. B.
Penerapan model pembelajaran langsung DI berbantuan VCD dapat meningkatkan aktivitas belajar dalam pembelajaran ibadah pada peserta didik SMP Negeri 2 Ngemplak tahun Pelajaran 2011/2012. Skor rata-rata aktivitas belajar peserta didik meningkat dari 8,4 pada siklus I menjadi 9,9 pada siklus II dan 10,4 pada siklus III dengan katagori cukup aktif pada siklus I, menjadi aktif pada siklus II dan siklus III. Penerapan model pembelajaran langsung DI berbantuan VCD dapat meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran ibadah pada peserta didik SMP Negeri 2 Ngemplak tahun Pelajaran 2011/2012. Respon peserta didik terhadap penerapan model pembelajaran langsung DI berbantuan VCD tergolong sangat positif.
Saran Sesuai dengan temuan bahwa penerapan model pembelajaran langsung DI berbantuan VCD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik, maka kepada guru pendidikan agama islam khususnya yang mengajar pada aspek ibadah / fiqih (praktek) disarankan untuk menerapkan model pembelajaran langsung DI berbantuan VCD ini.
Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ | 141
Penelitian Tindakan Kelas DAFTAR PUSTAKA Azhar Arsyad,Prof.Dr.,Media Pembelajaran,2003, Jakarta : PT Radja Grafindo Persada Dimyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran, 1996.Jakarta : Dirjen Pendidikan tinggi Depdikbud. Rineka Cipta, JPPP,
Lembaga Penelitian
Undiksha,
April
2008
50
Jurnal
Penelitian
dan
Pengembangan Pendidikan Kardi, S. dan Nur M. (2000). Pengajaran Langsung. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya University Press. Mulyasa, E, Dr., M.Pd., Menjadi Guru Profesional, 2005.Bandung : Remaja Rosdakarya Rohani Ahmad, Drs., Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran, 1995,Jakarta : Rineka Cipta Soekamto dan Winataputra, Teori Belajar dan Metode – Metode Pembelajaran 1997. Jakarta :Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen pendidikan dan Kebudayaan , Sagala Syaiful. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, 2005, Bandung : Remaja Rosdakarya, Soeparman, K. & Nur, M. 2000. Pengajaran langsung. Pusat sains dan matematika Sekolah Program Pascasarjana Unesa. Jakarta: University Press. Winkel,W.S. Psikologi Pengajaran, 1991,Jakarta : Grasindo, Muslimin Ibrahim, Prof.,M.Pd., dkk., Pembelajaran Kooperatif,2000,
Surabaya :
Pusat Sains dan Matematika Sekolah Program pasca Sarjana UNESA University Press.
142 | Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol. VI. TH.2012