Dramatisme Berita Televisi dan Imparsialitas Media Yosi Winosa, Ken Reciana Sanjoto Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia E-mail:
[email protected]
Abstrak Skripsi ini membahas Dramatisme yang ditunjukan Nazaruddin dalam kasus Suap Wisma Atlet pada program berita Metro Hari Ini periode Mei-Agustus 2011. Nazaruddin menunjukan berbagai aksi mulai dari menuding berbagai pihak, menolak panggilan KPK, sampai akhirnya diam.Nazaruddin menunjukan perubahan sikap setelah tertangkap. Semula Nazaruddin aktif menuding berbagai pihak. Namun setelah tertangkap, Nazaruddin hanya membisu dan seolah lupa atas ucapannya sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana aksi Nazaruddin ditampilkan dalam program Metro Hari Ini dan bagaimana penerapan Imparsialitas media Metro TV. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis dan pendekatan kualitatif serta bersifat deskriptif. Penelitian Ini menggunakan metode analisis isi pentad dramtisme beserta kajian terhadap makna gerak tubuh dan ekspresi wajah. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat perubahan sikap yang ditunjukan Nazaruddin pasca penangkapan dirinya. Metro Hari Ini juga tidak sepenuhnya menerapkan Imparsialitas dalam pemberitaan Kasus Suap Wisma Atlet Nazaruddin yang mana seharusnya media memberikan proporsi akses dan penilaian yang sama terhadap narasumber.
Abstract This Undergraduated thesis discuss about dramatisme that is showen by Nazaruddin in Wisma Atlet Case on Metro Hari Ini Program. Nazaruddin show many action such as pointing people, rejecting KPK invitation and suddenly become silent. After has been cacthed, Nazaruddin no longer express any claim and suddenly just silent. This Undergraduated thesis has aim to know on how Nazaruddin’s Action is presented on Metro Hari Ini Program and to know on how Impartiallity was implemented by Metro TV. This Undergraduated thesis use constuctivist paradigm and qualitative approuch and descriptive and also use dramatism pentad content analysis, collaborated with non verbal analysis. Based on the reseach result, it is concluded that Nazaruddin’s attitude change after he was cacthed. Metro Hari Ini was not implementing impartiallity at all on Wisma Atlet Case News, which is should be give same access and proportion to news sources. Keywords: Dramatism; TV News; Nazaruddin; Impartiality; Wisma Atlet Gratification Case; Metro Hari Ini
Dramatisme berita..., Yosi Winosa, FISIP UI, 2013
Pendahuluan
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak dapat terpisahkan dari informasi. Manusia membutuhkan informasi untuk mengetahui hal-hal diluar pengalaman dan pengetahuannya. Secara alamiah manusia memiliki rasa ingin tahu. Jurnalisme hadir untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Bill Kovach dan Thomas Rosentiel (2004, h. 12) mengatakan urgensi jurnalisme adalah untuk memberi pengetahuan yang berakar pada realitas,
sehingga
dapat
membantu
warga mengenali komunitasnya, mengenali para
pahlawan, dan para penjahat. Di sisi lain, berita adalah produk jurnalisme yang tidak terlepas dari nilai. Ia telah melibatkan ideologi, serta pandangan media maupun wartawan (Eriyanto, 2000). Realitas yang disajikan dalam berita bukanlah realitas sebenarnya melainkan konstruksi media. Inilah pentingnya penerapan imparsialitas dalam membedakan jurnalisme dengan bentuk komunikasi lain seperti propaganda maupun hiburan. Dengan semangat disiplin terhadap prisip itulah jurnalis dapat menyaring desas-desus, gosip, ingatan yang keliru dan manipulasi guna mendapatkan fakta yang akurat dan terpercaya (Kovach: 200, h. 5). Media merupakan bagian dari rantai industri yang saling mendulang rating. Kejahatan merupakan peristiwa yang memiliki nilai berita karena mampu membangkitkan emosi audiens (Ishwara, 200, h. 53). Peristiwa kejahatan yang banyak disoroti media di Indonesia adalah fenomena kasus korupsi, salah satunya kasus Suap Wisma Atlet yang dilakukan oleh Nazaruddin. Kasus tersebut adalah kasus pemenangan PT Duta Graha Indonesia sebagai pelaksana proyek pembangunan Wisma Atlet senilai 191,6 milyar atas kesepakatan antara Manager PT DGI Idris, Manager keuangan PT Anak Negeri Rosalina, Sesmenpora Wafid, serta Nazaruddin. Berbagai media meliput kasus tersebut tidak terkecuali Metro Hari Ini. Dibandingkan dengan pemberitaan kasus korupsi lainnya, pemberitaan kasus suap wisma atlet Nazaruddin pada program Metro Hari Ini terlihat berbeda. Metro Hari Ini nampak menampilkan apa yang Kenneth Burke sebut dengan Dramatisme. Menurut Burke, tindakan Nazaruddin dalam berita kasus suap wisma atlet tidak jauh berbeda dengan lakon drama yang dapat menimbulkan simpati, antipati, maupun tawa penonton. Dramatisme memiliki relevansi terhadap pemberitaan kasus suap wisma atlet khususnya pada sosok nazaruddin yang menunjukan berbagai tindakan sosial.
Dramatisme berita..., Yosi Winosa, FISIP UI, 2013
Dramatisme menjelaskan bahwa kehidupan sama halnya dengan pertunjukan teatrikal yang didalamnya terdapat elemen act (tindakan), agent (pelaku), scene (konteks yang melatari tindakan tersebut), agency (sarana untuk mencapai tujuan tersebut) serta purpose (tujuan dari tindakan). Kelima elemen tersebut dikenal sebagai pentad dramatisme. Konsep pentad dramatisme ini memberikan landasan bagi peneliti dalam melihat secara umum bagaimana dramatisme Nazaruddin ditampilkan dalam berita kasus suap wisma atlet oleh Metro Hari Ini. Misalnya bagaimana Nazaruddin melakukan pembelaan dengan strategi yang selalu diarahkan ke hal-hal berbau politis dengan menuding sejumlah nama dan bukan melakukan pembelaan hukum an sich dengan cara menyampaikan seluruh informasi yang ia ketahui ke KPK sehingga bernilai dihadapan hukum dan dapat diproses secara singkat. Kasus suap wisma atlet Nazaruddin yang diberitakan dalam paket berita Metro Hari Ini merupakan salah satu isu politik. Dikatakan demikian karena kasus tersebut menyangkut sejumlah politisi partai Demokrat yang notabene lawan dari Partai Nasional Demokrat milik bos Metro TV. Politisi partai Demokrat tersebut antara lain SBY, I Wayan Koster, Andy Mallarangeng, Angelina Sondakh, Mirwan Amir, Anas Urbaningrum dan Edi bashkoro Yudhoyono. Permasalahan Sebagai program berita Metro TV, Metro Hari Ini memiliki ideologi yang sedikit banyak dipengaruhi Surya Paloh, pemilik Metro TV sekaligus pembina partai Nasional Demokrat. Posisi tersebut membuat Metro Hari Ini kerap sulit menjaga ketidakberpihakannya saat dihadapkan dengan pemberitaan yang bertentangan dengan ideologi pemilik. Hotman Siahaan dalam buku pers yang gamang, mengatakan salah satu objek yang kerap dijadikan bulan-bulanan media adalah obyek yang dinilai mempunyai ideologi yang bertentangan dengan ideologinya. Misalnya pemberitaan kasus lumpur Lapindo yang ditayangkan secara lebih intens oleh Metro TV dibanding TV One. Obyek lain yang kerap dijadikan bulan-bulanan media ialah obyek yang dinilai berlawanan dengan pemerintah. Pemerintah kerap menggunakan medianya utuk menghadapi gerakan yang dinilai akan menjadi bibit penggulingan kekuasaan. Dalam hal ini media swasta berfungsi sebagai watchdog. Misalnya pemberitaan Metro TV yang kerap terkesan kritis terhadap partai Demokrat yang saat ini sedang menduduki kursi kepemerintahan. Posisi pers memang terkadang dihadapkan pada peristiwa yang tidak selamanya berada tepat di tengah, bahkan lebih sering menimbulkan kubu-kubu keberpihakan.
Dramatisme berita..., Yosi Winosa, FISIP UI, 2013
Sebagai stasiun televisi berita, Metro TV diharapkan sikap yang netral dan menjaga berita agar tetap proporsional, tidak mengabaikan sisi lain, tidak menghilangkan hal-hal penting yang juga menjadi dasar dari kebenaran, tidak menggelembungkan peristiwa demi sensasi, dan tidak memberikan penilaian opini maupun interpretasi secara tidak berimbang. Sayangnya, berbagai tindakan Nazaruddin yang ditampilkan dalam paket berita kasus suap wisma atlet belum sepenuhnya imparsial. Dalam hal ini peneliti memandang dramatisme Nazaruddin perlu dijabarkan untuk melihat bagaimana implementasi prinsip imparsialitas baik dari aspek netralitas maupun fairness Metro Hari Ini dalam mengkonstruksi realitas kasus suap wisma atlet kedalam paket berita yang ditampilkan pada kurun waktu Mei hingga Agustus 2011. Untuk itu peneliti berminat melakukan penelitian dengan topik “Drama Nazaruddin Dalam Kasus Suap Wisma Atlet (Analisis Pentad Terhadap Pemberitaan Kasus Suap Wisma Atlet Nazaruddin Pada Program Metro Hari Ini Periode Mei-Agustus 2011)”. Tujuan Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana aksi Nazaruddin ditampilkan dalam berita yang ditayangkan Metro Hari Ini selama periode Mei-Agustus 2011? Dan bagaimana prinsip imparsialitas diterapkan dalam tayangan berita kasus Nazaruddin di Metro Hari Ini selama periode Mei-Agustus 2011?
Kerangka Pemikiran
Penelitian ini menggunakan beberapa konsep seperti imparsialitas media, dramatisme dan berita televisi. Imparsialitas adalah sikap netral (tidak berpihak) wartawan terhadap objek pemberitaan yang menyangkut kualitas penanganan aspek penilaian, opini, interpretasi subjektif dan sebagainya (Siahaan, 2001, h. 64). Imparsialitas meliputi netralitas dan keberimbangan. Netralitas berkaitan dengan penyajian berita yang tidak mengandung percampuran antara fakta dengan opini dan tidak sensasional (tidak mengandung dramatisasi serta antara judul dengan isi berita sesuai). Sedangkan keberimbangan berkaitan dengan pemilihan penilaian negatif dan positif yang berimbang terhadap tiap pihak yang diberitakan dan proses seleksi yang memberikan equal access (akses, perhatian, dan kesempatan yang sama) terhadap tiap pihak yang diberitakan (McQuail, 1987, h. 129). Sementara David
Dramatisme berita..., Yosi Winosa, FISIP UI, 2013
Brewer, mantan managing director of BBC news online, menyatakan imparsialitas merupakan hal yang sulit dilakukan. Jurnalis harus benar-benar memisahkan fakta dan opini secara jelas, menyajikan opini-opini dari berbagai pihak terkait peristiwa secara berimbang dan memastikan tidak ada yang di tonjolkan maupun di kesampingkan. Dramatisme merupakan pengembangan dari Retorika karya Aristoteles. Retorika mengatakan tentang persuasi yang dapat terjadi dengan cara-cara tertentu (availabel means of persuasion), tentang persuasi efektif yang memperhatikan khalayaknya dan mendayagunakan sejumlah bukti (logos, patos, dan etos) serta mengikuti sebuah desain penyampaian yang terstruktur (canon of rethorica) (West, Richard & Lynn H Turner, 2007, h. 339). Menurut Burke, analisis dramatisme dilakukan melalui lima elemen yang dikenal dengan pentad dramatisme: what was done (act), when or where it was done (scene), who did it (agent), how he did it (agency), and why (purpose). Kelima elemen tersebut dikenal dengan pentad dramatisme. Melalui analisis pentad dramatisme, semua motif yang menyertai tindakan dapat terlihat.
Burke
mengatakan
bahwa
identification
adalah
proses
berkurangnya
ketumpangtindihan satu sama lain dalam substansif mereka. Konsekuensinya adalah terjadinya pemisahan diantara mereka (division). Selanjutnya ada proses bertambahnya ketumpangtindihan satu sama lain atau yang disebut consubstancy. Burke menambahkan, rasa bersalah (guilt), yang mencakup berbagai jenis ketegangan, rasa malu, jijik, atau perasaan tidak menyenangkan lainnya yang secara instrinsik selalu ada dalam tubuh manusia, merupakan motif utama dari aktifitas simbolik manusia. Berita televisi umumnya ditayangkan dalam beberapa segmen. Peralihan dari segmen satu ke segmen lainnya biasanya ditandai dengan munculnya penyiar memberikan pengantar ringkas yang disebut intro (Idris, 1999:21). Dalam satu segmen berita, terdapat beberapa sequence dan scene. Scene merupakan gabungan beberapa shot yang di-take dari tempat yang sama dan memiliki pola tertentu membentuk makna atau menceritakan sesuatu. Gabungan beberapa scene akan membentuk sequence atau babak. Ada berbagai format berita televisi seperti reader, voice over, sound on tape, voice over sound on tape, hingga package. Berita yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah berita yang berbentuk package atau paket berita. Satrio Aris Munandar menjelaskan paket berita sebagai format berita TV yang hanya lead innya saja yang dibacakan oleh presenter, tetapi isi berita merupakan paket terpisah, yang ditayangkan begitu presenter selesai membaca lead in. Paket berita sudah dikemas menjadi satu kesatuan yang utuh dan serasi antara gambar, narasi, soundbite, bahkan grafis.
Dramatisme berita..., Yosi Winosa, FISIP UI, 2013
Lazimnya tubuh berita ditutup dengan narasi. Format ini dipilih jika data yang diperoleh sudah lengkap, dan gambarnya dianggap cukup menarik dan dramatis. Kalau dirasa penting, reporter dapat muncul dalam paket berita tersebut (stand up/PTC) pada awal atau akhir berita. Durasi maksimal total sekitar 2 menit 30 detik. Kriteria paket berita yakni sekurangkurangnya terdiri dari beberapa elemen berikut: Intro (lead-in), gambar suasana (sequence), narasi yang didubbing (voice over), suara narasumber yang didubbing (sound on tape), suara alam (natural sound), grafik, serta penutup yang berisi narasi atau stand-up reporter (oncam).
Metodologi Penelitian
Peneliti menggunakan paradigma konstruktivis karena bertujuan untuk menjabarkan suatu realitas sosial. Realitas sosial tersebut adalah dramatisme Nazaruddin yang dikemas dan ditampilkan dalam pemberitan kasus suap wisma atlet pada program Metro Hari Ini. Penelitian ini juga ingin melihat bagaimana implementasi imparsialitas media dalam mengkonstruksi realitas diatas. Penelitian ini memiliki pendekatan kualitatif karena sesuai dengan paradigma dan permasalahan yang dipilih. Penelitian ini dibangun berdasarkan realitas bahwa Nazaruddin melakukan drama dalam kasus suap wisma atlet dan ditampilkan dalam program Metro Hari Ini. Peneliti melihat realitas tersebut apa adanya sesuai konteks alamiah dan berfokus pada pengalaman individu Nazaruddin. Peneliti juga bermaksud menjababarkan realitas tersebut melalui kata-kata bukan dalam bentuk angka-angka seperti penelitian kuantitatif. Penelitian ini bersifat deskriptif. Penelitian bertujuan untuk memberikan gambaran atau deskripsi bagaimana dramatisme yang diakukan Nazaruddin dalam kasus suap wisma atlet ditampilkan dalam program Metro Hari Ini periode Mei- Agustus 2011. Pengumpulan data primer dalam penelitian ini dilakukan melalui studi dokumentasi. Peneliti menggunakan dokumen eksternal yang berisi bahan-bahan informasi dan berita yang disiarkan kepada media massa (Moelong, 2000, h. 163). Peneliti memperoleh tayangan berita Metro Hari Ini dari KPI. Kajian terhadap dokumen-dokumen tersebut digunakan untuk memahami dan merumuskan permasalahan, merekonstruksi pemikiran dan menganalisa hasil
Dramatisme berita..., Yosi Winosa, FISIP UI, 2013
penelitian (Rahmat, 2000, h. 37). Data sekunder atau data penunjang didapatkan melalui studi literasi jurnal maupun penelitian terkait topik dalam penelitian ini. Unit analisis atau satuan analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teks berupa satuan berita. Satuan berita yang dipilih berupa paket berita pada program Metro Hari Ini terkait topik Nazaruddin dalam kasus suap wisma atlet episode Mei-Agustus 2011. Peneliti memilih 3 berita yang paling sesuai dengan kriteria analisis yakni Tiga berita yang dipilih yaitu berita episode 30 Juni 2011 yang berjudul “Nazaruddin Terus Tebar Tudingan”, berita episode 21 Juli 2011 yang berjudul “Nazaruddin Muncul Dari Persembunyian”, serta berita episode 18 Agustus 2011yang berjudul “Nazaruddin lupa semuanya”. Kualitas penelitian dilakukan dengan menilai kuaitas penelitian kualitatif diantaranya credibility (tingkat kecukupan) dan confirmability (tingkat keterujian). Untuk bisa mendapatkan kredibilitas, peneliti dapat melakukan pencarian data secara lengkap dan objektif. Peneliti telah mengumpulkan data teks berupa sembilan episode berita Metro Hari Ini terkait kasus suap wisma atlet Nazaruddin dalam kurun waktu Mei 2011 hingga Agustus 2011 (berita tanggal 24 Mei, berita tanggal 28 Mei, berita tanggal 30 Mei, berita tanggal 16 Juni, berita tanggal 30 Juni, berita tanggal 19 Juli, berita tanggal 21 Juli, berita tanggal 13 Agustus, berita tanggal 18 Agustus) serta memilih 3 paket berita 9 episode berita tersebut. Sementara confirmability dapat diperoleh dengan transparansi atau ketersediaan peneliti mengungkapkan dengan terbuka proses dan elemen-elemen penelitiannya sehingga memungkinkan pihak lain melakukan penelitian (Guba & Lincoln, 1985). Peneliti telah melakukan proses analisis isi dengan perangkat analisis pentad dramatisme Kenneth Burke dengan terbuka. Peneliti juga telah mencantumkan informasi data secara detail, misalnya durasi, gambar pada detik kesekian, waktu tayang, sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Hasil Penelitian
Dari ketiga berita yang dianalisis yakni “Nazaruddin Terus Tebar Tudingan”, “Nazaruddin Muncul Dari Persembunyian” dan Nazaruddin Lupa Semuanya”, Metro Hari Ini telah menampilkan perubahan sikap Nazaruddin dari aktif menyebar tudingan keberbagai
Dramatisme berita..., Yosi Winosa, FISIP UI, 2013
pihak menjadi pasif terdiam dan menyerah. Namun perubahan sikap tidak hanya terjadi pada Nazaruddin, Metro Hari Ini juga nampak menunjukan perubahan khususnya pada berita “Nazaruddin Lupa Semuanya”. Dalam berita tersebut nampak Metro Hari Ini tidak begitu memihak Nazaruddin. Perubahan sikap Metro Hari Ini mempengaruhi Imparsialitas Metro Hari Ini sebagai Media. Hal tersebut peneiti jelaskan dalam bab interpretasi. Metro Hari Ini menonjolkan Nazaruddin sebagai agent atau pelaku utama. Pelaku lain yag dimunculkan hanya bersifat sebagai pelengkap. Misalnya Angelina Sondakh dan Andy Mallarangeng pada episode “Nazaruddin Terus Tebar Tudingan”. Act atau tindakan yang dilakukan dalam ketiga berita tersebut lebih banyak tudingan yang dilontarkan Nazaruddin kepada berbagai pihak melalui berbagai sarana. Kebanyakan mereka dituduh terlibat kasus wisma atlet dan hambalang. Diantara pihak yang dituding nazaruddin adalah Angelia Sondakh, I wayan Koster, Andy Mallarangeng, Anas Urbaningrum, Abas. Mereka semua adalah kader partai demokrat. Tindakan lain yang juga merupakan inkonsistensi diri dari seorang Nazaruddin adalah sikap diam dan pasrah Nazaruddin pada paket berita Nazaruddin Lupa Semua. Agency atau cara dan alat yang digunakan dalam tindakan dalam ketiga berita tersebut adalah Konferensi pers dan BBM dan Skype. Media tersebut digunakan Nazaruddin untuk menuding sejumlah pihak dalam episode “Nazaruddin Terus Tebar Tudingan”. Sementara skype digunakan untuk wawancara dan menuding sejumlah pihak dalam episode “Nazaruddin Muncul Dari Persembunyian”. Scene atau situasi tempat terjadinya tindakan dalam ketiga berita tersebut adalah pasca penetapan Nazaruddin sebagai tersangka, Nazaruddin buron serta Nazaruddin dalam kondisi tertekan karena tertangkap. Sedangkan purpose atau tujuan Nazaruddin menyebar tudingan adalah untuk menghindari tekanan KPK. Tujuan Nazaruddin berdiam diri setelah tertangkap adalah untuk mendapat pengampunan dan simpati publik. Ketiga berita yang ditampilkan Metro Hari Ini tersebut sangat menggambarkan dramatisme yang dilakukan Nazaruddin. Dramatisme yang dimaksudkan Burke terdiri dari 3 kunci utama; identifikasi, divisi dan guilt. Proses identifikasi tergambar pada berita pertama dimana terjadi penurunan kesamaan identitas Nazaruddin diantara teman sejawatnya di Demokrat. Nazaruddin yang saat itu telah dinonaktifkan dari Demokrat dan menjadi tersangka mulai mengindentifikasi dirinya sendiri sebagai “pihak luar” partai Demokrat sehingga berulangkali ia melakukan penilaian dengan menuding sejumlah kader partai Demokrat. Nazaruddin melanjutkan dramatisme pada proses selanjutnya yang dinamakan divisi atau pemisahan pada berita kedua. Pemisahan dilakukan dengan melakukan penolakan demi penolakan dan pembelaan diri dan bahkan menyerang balik dengan menyudutkan pihak
Dramatisme berita..., Yosi Winosa, FISIP UI, 2013
yang ia angap lawan seperti Anas dan KPK. Dramatisme terakhir yang dilakukan Nazaruddin adalah guilt atau menunjukkan rasa bersalah di berita ketiga. Nazaruddin hanya diam dan menunjukan kepasrahan setelah tertangkap. Ketiga berita merupakan satu kesatuan utuh dramatisme yang dimaksudkan Burke. Menurut burke, identifikasi adalah kunci utama dari sebuah drama dan guilt atau rasa bersalah merupakan motif atau alasan seseorang melakukan drama. Benang merah dari ketiga berita tersebut nampak dari rangkaian drama yang tak terpisahkan dari seorang Nazaruddin, mulai dari menyebar tudingan sebagai bentuk identifikasi, menyerang dan melakukan pembelaan diri sebagai bentuk divisi serta berpasrah diri dan diam sebagai bentuk rasa bersalah.
Pembahasan
Dramatisme Nazaruddin yang ditayangkan Metro Hari Ini dalam berita kasus suap wisma atlet Nazaruddin periode Mei-Agustus 2011 nampak belum menunjukan Imparsialitas sepenhnya. Imparsialitas seperti yang dimaksudkan McQuail (1987, h. 129) dapat dilihat dari aspek netralitas yang terdiri dari non sensational serta pemisahan opini dan aspek keberimbangan yang terdiri dari equal access serta even handed evaluation. Nampak ada perbedaan sikap yang ditunjukan Metro Hari Ini dari semula memberi banyak penilaian positif kepada nazaruddin berganti menjadi lebih banyak memberi penilaian negatif kepada Nazaruddin. Pada saat Nazaruddin belum tertangkap, Metro Hari Ini terlihat terpengaruh dengan drama yang diperankan Nazaruddin. Berita Nazaruddin selalu dikaitkan dengan Partai Demokrat dimana porsi penilaian positif dan negatif terhadap masing masing narasumber kurang berimbang. Penilaian positif lebih banyak diberikan kepada Nazaruddin yang terlihat dari narasi berita yang terkesan memojokkan Partai Demokrat. Sementara pihak-pihak yang dituduhkan kurang diberi equal access. Pada berita Nazaruddin terus tebar tudingan, equal access belum terpenuhi karena dari 6 pihak yang dituduhkan Nazaruddin yakni Angelina Sondakh, I Wayan Koster, Mirwan Amir, Andi Mallarangeng, Edi Baskara Yudhoyono dan
Dramatisme berita..., Yosi Winosa, FISIP UI, 2013
Anas
Urbaningrum,
belum
ada
setengahnya
yang
diberikan
kesempatan
untuk
mengklarifikasi. Akses yang berimbang setidaknya diberikan pada setengah dari masingmasing narasumber. Visualisasi yang dipilih Metro Hari Ini melalui atribut salah satu partai terkesan tendensius dan bias membuat publik misleading. Dalam konteks ini Metro TV yang dikenal sebagai media opposite dari partai penguasa (Demokrat), bukan tidak mungkin bumbubumbu sindiran politis kental dalam produk berita yang dihasilkan. Tak terkecuali pada gambar yang disajikan dalam paket berita Nazaruddin Terus Tebar Tudingan yang mana belum menunjukan fokus pada masalah Nazarudin sebagai individu dyang mana bias terjadi pada individu manapun di Instansi manapun. Paket berita yang disajikan masih terasa kental akan political jokes Sementara dalam paket berita Nazaruddin muncul dalam persembunyian, praktis tidak ada equal access terhadap narasumber lain. Equal access padahal dapat dilakukan dengan menghadirkan narasumber lain untuk memberikan klarifikasi di jam yang lain. Namun dalam paket berita tersebut Metro Hari Ini tidak menampakan narasumber lainya. Metro Hari Ini tidak menyajikan peliputan lebih dari satu sisi pada paket berita Nazaruddin muncul dari persembunyian. Sehingga publik kurang mendapatkan gambaran yang luas terkait tudingan Nazaruddin terhadap Anas. Akan berbeda jika Metro Hari Ini juga menghadirkan pernyataan anas sehingga publik dapat mendapatkan konteks yang lebih utuh. Pemilihan judul Nazaruddin muncul dari persembunyian sendiri tidak mencerminkan isi berita. Dalam paket tersebut Nazaruddin menuding Anas memiliki perjanjian politik dengan Candra Hamzah. Metro Hari Ini nampak belum menyajikannya dalam bentuk paket seutuhnya. Penggunaan elemen paket berita sendiri hanya terbatas pada grafik tanpa narasi maupun voice over. Political jokes juga masih kentara pada paket berita Nazaruddin muncul dari persembunyian. Berbagai grafis berlatar atribut partai demokrat dimasukkan dalam paket tersebut. Salah satunya gambar SBY yang sedang mengepalkan tangan disandingkan dengan gambar Nazaruddin. Hal itu seolah menggambarkan kritis terhadap pemerintah yang dinilai masih belum mampu membenahi permasalahan korupsi yang ada. Apalagi posisi SBY sebagai Pembina partai demokrat tersebut ditampilkan sebagai sosok yang belum sepenuhnya berhasil membina partai yang terkenal dengan slogan anti korupsi. Metro Hari Ini menampilkan bahwa Pembina partai politik yang korupsi adalah presiden yang belum berhasil menangani permasalahan korupsi. Dalam berita “Nazaruddin Lupa Semuanya” nampak Metro Hari tidak mempercayai Nazaruddin. Hal Ini ditunjukan dengan kontradiksi sikap Nazaruddin sebelum dan sesudah
Dramatisme berita..., Yosi Winosa, FISIP UI, 2013
tertangkap yang ditayangkan Metro Hari Ini. Dalam episode tersebut, Metro Hari Ini menggunakan sub tema Nazaruddin menyerah, sebelum buron Nazaruddin sadar hukum, Nazaruddin lantang saat buron dan Nazaruddin Amnesia tanpa riwayat yang jelas sebagai pembanding dengan sikap pasrah dan diam Nazaruddin yang nampak dalam episode tersebut. Dalam hal ini Metro Hari Ini tidak menunjukan keberpihakannya terhadap Nazaruddin. Berbeda dengan dua episode sebelumnya dimana Metro Hari Ini lebih banyak mengakomodir pernyataan Nazaruddin. Aroma sensasi juga Nampak pada berita Nazaruddin lupa semuanya. Hal ini Nampak dari penggunaan kata-kata amnesia, perubahan drastis yang antiklimaks serta kegarangan Nazaruddin dalam paket berita. Metro Hari ini Nampak beropini bahwa apa yang ditunjukan Nazaruddin melalui sikap diam dan pasrahnya adalah salah dan sangat disayangkan. Seharusnya Nazaruddin berbicara lantang seperti sebelum sebelumnya agar kasusnya berakhir klimaks dan publik mendapatkan gambaran utuh. Sementara penilaian positif-negatif dalam berita Nazaruddin tidak berimbang. Metro Hari Ini terlihat memojokkan Nazaruddin dengan menayangkan kontradiksi perubahan sikap Nazaruddin sebelum dan sesudah tertangkap. Perubahan sikap Nazaruddin Nampak menimbulkan pernyataan ada apa dibalik sikap diam dan pasrah Nazaruddin. Penerapan prinsip Imparsialitas yang terdiri dari sub dimensi netralitas dan keberimbangan yang belum sepenuhnya terpenuhi dalam ketiga paket berita tersebut Metro Hari Ini Nampak dari adanya sensasionalitas. Sensasionalitas tersebut nampak dari pengambilan gambar secara close up pada sosok tertentu yang dapat mengesankan emosionalitas sang sosok. Misalnya close up Anas urbaningrum pada berita Nazaruddin terus tebar tudingan atau medium close up SBY pada berita Nazaruddin muncul dari persembunyian. Hal ini dapat diartikan bahwa ada penekanan yang ingin titonjolkan Metro Hari Ini pada kedua sosok yang di close up tersbut. Penekanan tersebut dapat menimbulkan interpretasi tergantung konteks narasi yang digunakan kala itu. Metro Hari Ini tidak jarang menggunakan narasi yang berbau opini seperti Nazaruddin Amnesia, perubahan sikap antiklimaks Nazaruddin menimbulkan spekulasi liar yang menuntut jawaban pasti. Narasi yang mengandung opini dan digabungkan dengan close-close up tertentu dapat menimbulkan keyakinan publik bahwa apa yang ditampilkan Metro Hari Ini adalah benar. Dalam hal ini Metro Hari Ini dapat membuat misleading dengan pemisahan fakta dan opini yang tidak jelas. Berita Nazaruddin lupa semuanya sendiri, sangat kental dengan aroma opini. Berbeda dengan dua berita sebelumnya dimana Metro Hari Ini lebih banyak member penilaian negative pada pihak yang dituduhkan Nazaruddin, kali ini penilaian negative diberikan pada Nazaruddin seorang. Metro TV nampak menuntut kebenaran dari apa yang
Dramatisme berita..., Yosi Winosa, FISIP UI, 2013
telah Nazaruddin ucapkan sebelumnya. Metro Hari Ini berbelok memojokkan Nazaruddin. Perubahan porsi pemberian penilaian positif-negatif yang dilakukan Metro Hari Ini pada ketiga berita menunjukan bahwa Imparsialitas Metro Hari Ini terpengaruh oleh dramatisme yang dilakukan Nazaruddin. Nampak dari awal Metro Hari Ini tidak menyadari Nazaruddin melakukan dramatisme. Padahal dengan mengetahui dramatisme, sebuah media dapat menerapkan imparsialitas secara lebih baik.
Kesimpulan
Metro
Hari
Ini
menampilkan
Dramatisme
Nazaruddin
dalam
berita
“Nazaruddin Terus Tebar Tudingan”, “Nazaruddin Muncul Dari Persembunyian” dan “Nazaruddin Lupa Semuanya”. Dramatisme Nampak pada perubahan sikap sebelum dan setelah tertangkap. Sebelum tertangkap, Nazaruddin aktif menuding berbagai rekannya di Partai Demokrat terlibat beberapa proyek seperti wisma atlet dan hambalang. Setelah tertangkap, Nazaruddin bersikap diam dan pasrah. Proses dramatisme terjadi sepanjang kasus suap wisma atlet yang dialami Nazaruddin. Diawali dengan pemisahan (division) saat Nazaruddin ditetapkan sebagai tersangka, dilanjutkan dengan penolakan (negativitas) dengan mangkir dan buron, kemudin proses mengurangi identifikasi (konsubstansi) dengan menyerahkan diri dan pasrah, dilanjutkan proses merasa bersalah (guilt) dengan terus bersikap diam dan berusaha mencari simpati pubik, dilanjutkan dengan proses mengorbankan diri (mortifikasi) dengan meminta SBY agar tidak menindak dirinya saja tanpa melibatkan keluarganya dan proses pegkambinghitaman (scapegoating) dengan meminta perlindungan kepada SBY. Dramatisme Nazaruddin yang ditampilkan Metro Hari Ini melalui berita “Nazaruddin Terus Tebar Tudingan”, “Nazaruddin Muncul Dari Persembunyian” dan “Nazaruddin Lupa Semuanya” mempengaruhi imparsialitas Metro Hari Ini yang mana terjadi perubahan sikap Metro Hari Ini. Pada berita “Nazaruddin Terus Tebar Tudingan”, aspek fairness yang terdiri dari subdimensi penilaian postif-negatif yang sama pada tiap pihak
dan
pemberian
equal
access
pada
tiap
pihak
Dramatisme berita..., Yosi Winosa, FISIP UI, 2013
belum
terpenuhi
Penilaian positif lebih banyak diberikan kepada Nazaruddin dan pemberian porsi akses juga lebih besar diberikan pada Nazaruddin. Pada berita “Nazaruddin Muncul Dari Persembunyian”, aspek netralitas yang terdiri dari sub dimensi tisak ada pencampuran fakta-opini dan tidak sensasional serta kesesuaian antara judul dengan isi belum terpenuhi. Judul berita kental dengan opini dan tidak sesuai dengan isi. Isi berita mnceritakan tudingan Nazaruddin kepada Anas dan kader Demokrat lain yang terlibat dalam proyek hambalang dan wisma atlet untuk kepentingan kongres dan pemilihan Anas.
Saran
Untuk peneliti yang ingin mengembangkan kajian dramatisme pada produk berita televisi, diperlukan kajian yang lebih mendalam terhadap unsur visual berita televisi. Misalnya penggunaan instrument visual milik Cowdey and Bradey tentang gerak kamera dan sebagainya. Sehingga analisis dan interpretasi diharapkan lebih mendalam dan komprehensif. Praktisi media agar lebih memperhatikan imparsialitas baik aspek netralitas maupun keberimbangan. Perlu penekanan terhadap pentingnya menjaga imparsilialitas dalam kondisi
apapun
demi
menjaga profesionalme media dikalangan praktisi media.
Penerapan imparsialitas media perlu lebih dicermati dalam pemberitaan yang berbau ideologi pemilik misalnya pemberitaan politk maupun kasus korupsi.
Daftar Referensi
Assegaff, Dja‟far. 1983. Jurnalistik Masa Kewartawanan. Jakarta: Ghalia Indonesia
Kini:
Baksin, Askurifai. 2006. Jurnalistik Simbiosa Rekatama Media.
Teori
Televisi:
Pengantar dan
Dramatisme berita..., Yosi Winosa, FISIP UI, 2013
Ke
Praktek.
Praktik
Bandung:
Creswell, John. W. 2010. Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Darwanto Sastro Subroto. 2007. Televisi Sebagai Media Pendidikan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Daymon, Christine and Immy Holloway. 2001. Qualitative Research Methods in Public Relations and Marketing Communication. London: Routledge Deddy Iskandar Muda. 2003. Jurnalistik Televisi Remaja. Bandung : Rosda Karya Deddy Mulyana. 2004. Komunikasi-Teori. Bandung : Remaja Rosda Karya Effendi, Onong Uchjana. 2000. Ilmu Komunikasi, Teori dan Filsafat. Bandung : PT.Bakti Citra Aditya Elvinaro, Ardianto dan Lukiati kond Erdinaya. 2004. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung : Simbiosa Rekatama Media Eriyanto. 2002. Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Cetakan V. Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara Goffman, Erving. 1959. Thepresentation Of Self In Everyday Life. Garden City. New York: Doubledy Hidayat, Dedy N. 2003. Paradigma dan Metodologi Penelitian Sosial Empirik Klasik. Jakarta : Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Indonesia Idis, Suswandi. (1999). Perihal berita televisi. Jakarta: Rosda karya Ishwara, Luwi. 2005. Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar. Jakarta: Kompas James, L. Gibson. James H. Donelly. Jr, John. M.Ivan Cevich. 1997. Management . Jakarta : Erlangga Kartini, Kartono. 1996. Pengantar Metodelogi, Riset Sosial. Bandung : Mandar Maju Kovach, Bill and Tom Rosenstial. 2004. Elemen-Elemen Jurnalisme: Apa Yang Seharusnya Diketahui Wartawan dan Yang Diharapkan. Jakarta: Institut Studi Arus Informasi Kusuma Ningrat, Purnama (2006), Jurnalistik: Teori dan Praktik. Bandung: Remaja Rosdakarya Mc.Quail, Dennis. 1996. Teori Komunikasi Massa. Jakarta : Erlangga Moleong. Lexy. J. 2004. Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi. Bandung : Rosda Karya Morrissan, M.A. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : Rosda Karya Nawami, Hadari. 2005 . Metode Penelitian Sosial. Cetakan Kedua. Yogyakarta : Gajah Mada University press
Dramatisme berita..., Yosi Winosa, FISIP UI, 2013
Newby, Julian. 1997. Inside Broadcating : London Routledge Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta : LKIS Poerwandari, E. Kristi. 2007. Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia. Jakarta: Lpsp3 Fakultas Psikologi UI Rakhmat, Jalaludin. 2002. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung : PT.Remaja Rosda Karya Romli, Asep Syamsul M. 2004. Broadcast Journalism ( Panduan Menjadi Penyiar, Reporter,dan Scripwrtter). Bandung : Yayasan Nuansa Cendekia Samsul Wahidin. 2004. Filter Komunikasi Media Elektronika. Kalimanta Selatan Komisi Penyiaran Indonesia Sobur, Alex. 2002. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Semiotika, dan Framing. Cetakan Kedua. Bandung: Remaja Rosda Karya Sumadiria, Haris. 2005. Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Tommy Suprato. 2006. Pengantar Teori Komunikasi. Yogyakarta : Media Pressindo Book Publisher Wahyudi, J.B. 1994. Dasar-Dasar Manajemen Penyiaran. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama West, Richard and Lynn H Turner. 2007. Introducing Communication Theory: Analysis and Application third edition. Third Edition. Singapura: Mc graw Hill Wibowo, Fred. 2007. Teknik Produksi Program Televisi. Yogyakarta : Pinus
DISERTASI
Agus
Suparno, Basuki. (2010). “Kontestasi Makna dan Dramatisme” (Studi Komunikasi Politik tentang Reformasi di Indonesia). Disertasi, Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Indonesia
Kholisoh, Nur. (2010). “Dramatisme Pentas Retorika Politik Gusdur dalam Proses Demokrasi di Indonesia”. Disertasi, Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Indonesia
SKRIPSI
Jati buana, Paramitha. (2010). “Keberimbangan Fakta Dalam Konstruksi Media Terhadap Posisi Sri Mulyani Indrawati Pada Berita TV” (Analisis berita pansus bank century
Dramatisme berita..., Yosi Winosa, FISIP UI, 2013
di Metro TV dan tvOne). Skripsi, Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Indonesia
Khairani, Annisa. (2012). “Pembingkaian Radikalisme Pada Berita Terorisme di Televisi Berita Nasional Dalam Perspektif Imparsialitas” (Analisis framing terhadap indepth report terorisme di program liputan mendalam program telusur tv one 2008-2011). Skripsi, Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Indonesia
Penelusuran web
http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2011/08/110809_nazaruddinkor upsi.shtml
http://skalanews.com/news/detail/94165/9/nazaruddin-jadi-tersangka-kasus-suap- wismaatlet.html
http://news.detik.com/read/2011/12/21/120458/1796397/10/nazaruddin-kembali- tudinganas-otak-kasus-wisma-atlet
http://nasional.inilah.com/read/detail/1695532/inilah-kronologi-suap-nazaruddin
http://politik.kompasiana.com/2011/08/10/latar-belakang-kemunculannazaruddin-dan-perjalanannya-menjadi-buronan/
http://www.indosiar.com/fokus/nazaruddin-diperiksa-kpk-pekandepan_90772.html
http://fokus.news.viva.co.id/news/read/225441-nazaruddin-terlibat-banyak-kasus
http://www.kpk.go.id/modules/news/article.php?storyid=2190
http://www.hidayatullah.com/read/19880/22/11/2011/netralitas-media-dan- prinsipjurnalisme-%E2%80%98impossible%E2%80%99-barat.html http://media.kompasiana.com/mainstream-media/2011/04/19/memahami-istilah%E2%80%9Cberita-yang-berimbang%E2%80%9D-356435.html
Dramatisme berita..., Yosi Winosa, FISIP UI, 2013